17 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum Pada bab ini, penulis akan menuliskan teori – teori baik umum maupun khusus
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Teori dan definisi umum yang akan dibahas pada bab ini antara lain mengenai Public Relations, Corporate Communications, Komunikasi Organisasi, Strategi, dan pemasaran event khususnya melalui pemasaran event dengan memanfaatkan social media.
2.1.1
Public Relations Public Relations adalah posisi strategis dalam sebuah organisasi pada lembaga
atau institusi profesional. Public Relations berevolusi dari waktu ke waktu, melewati berbagai zaman dan kebutuhan masyarakat yang berbeda – beda. Saat ini, Public Relations merupakan ujung tombak sebuah organisasi profesional dimana Public Relations erat kaitannya dengan membangun hubungan dengan masyarakat yang merupakan target konsumen, baik konsumen jasa maupun konsumen produk. Public Relations juga berkaitan dengan persepsi masyarakat mengenai citra perusahaan yang bersangkutan. Public Relations dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi (CoulsinThomas, 2002). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori “The Four – Step Public Relatios Process” sebagai teori umum mengenai ilmu Public Relations (Cutlip, 2006). “The Four – Step Public Relatios Process” dipopulerkan buku Edward J. Robinson yang
18 berjudul Public Relations Research and Survey Research: Achieving Organizational Goals in a Communication Context. Berikut adalah skema dari penggambaran teori “The Four – Step Public Relatios Process”
Gambar 1: Skema Teori “The Four – Step Public Relatios Process” (Sumber: Public Relations Research and Survey Research: Achieving Organizational Goals in a Communication Context) Berikut adalah definisi dari pos – pos yang digambarkan oleh teori The Four – Step Public Relations Process: 1.
Mendefinisikan Masalah dan Peluang Langkah pertama adalah mengenai pengelolaan perilaku dan opini konsumen yang terpengaruh dengan kebijakan perusahaan. Ini adalah fungsi dari badan intelijen perusahaan. Setelah melakukan definisi permasalahan, langkah selanjutnya dapat ditentukan dengan mudah melalui peluang yang ada.
19 2.
Merencanakan Program Pada langkah pertama, informasi yang dikumpulkan digunakan untuk memutuskan program kerja, tujuan, strategi komunikasi dan tujuan yang ingin dicapai. Langkah kedua ini menjawab apa yang harus diubah atau dilakukan atau disampaikan berdasarkan situasi yang sedang berlangsung.
3.
Menentukan Langkah Komunikasi Langkah ketiga menyangkut penerapan program sebagai bentuk komunikasi yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan spesifik untuk menghasilkan tujuan. Pertanyaan yang timbul dalam langkah ini adalah siapa yang akan beraksi dan menyampaikannya, kapan, dimana, dan bagaimana penyampaiannya.
4.
Mengevaluasi Program Langkah terakhir dalam proses yaitu meninjau kembali persiapan, penerapan, dan hasil dari program. Penilaian dibuat ketika program sedang diimplementasikan, berdasarkan timbal balik yang diterima. Program dapat dilanjutkan atau sebaliknya dihentikan setelah mempelajari bagaimana perusahaan telah menjalankan program.
Masing masing langkah diatas sama pentingnya satu sama lain, tapi prosesnya dimulai dengan mengumpulkan intelijen untuk mendiagnosa masalah. Informasi dan pemahaman yang dibangun di awal menjadi acuan kelangsungan langkah – langkah lainnya dalam proses. Dalam kenyataannya, tentu saja sebuah diagnosis, perencanaan, penerapan, dan evaluasi tidak dapat dengan mudah dipisahkan karena prosesnya berkelanjutan, tumpang tindih, dan merupakan siklus natural dari pemecahan masalah seorang public relations.
20 Sebuah program perencanaan mewakilkan teori seseorang dalam bekerja, mengenai apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Teori juga mendefinisikan sejumlah taktik yang sudah dipertimbangkan. Teori pekerjaan menuntun sebuah event diselenggarakan, bagaimana menuliskan siaran berita berupa press release, dan bagaimana sebuah komunitas difungsikan dan diarahkan. Teori yang menuntun bagaimana setiap taktik dijalankan mewakilkan ide – ide dari seorang praktisi dalam mencapai hasil yang diinginkan. Itulah mengapa teori sangat diperlukan dalam merencanakan sebuah program. Berikut adalah tabel yang menjelaskan langkah strategis dalam perencanaan sebuah program Public Relations: Four – Step Process A. Defining the Problem
B. Planning and Programming
C. Taking Action and Communicating
Strategic Planning Steps and Program Outline 1. Masalah dan peluang “Apa yang sedang terjadi sekarang?” 2. Analisa situasi (internal dan eksternal) “Apa kekuatan positif dan negatif dalam perusahaan?” “Siapa saja yang terlibat dan/ atau terkena dampak?” “Bagaimana mereka terlibat dan/ atau terkena dampak?” 3. Tujuan program “Bagaimana solusi yang diinginkan?” 4. Target “Siapa sajakah, baik internal maupun eksternal, yang harus dicapai oleh program?” 5. Tujuan “Apa yang harus dicapai untuk menyelesaikan program?” 6. Strategi “Perubahan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan dalam perencanaan tujuan?” 7. Strategi komunikasi “Apa isi pesan yang harus dikomunikasikan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan dalam perencanaan tujuan?” 8. Perencanaan penerapan program “Siapa yang bertanggung jawab dalam
21
D. Evaluating the Program
mengimplementasikan setiap taktik dan komunikasi?” “Bagaimana urutan kegiatan dan penjadwalannya?” “Seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan program?” 9. Perencanaan evaluasi “Bagaimana mengukur hasil yang dicapai oleh program secara spesifik?” 10. Respon balik dan penyesuaian program “Bagaimana hasil evaluasi dilaporkan kepada manajer program dan digunakan untuk membuat perubahan pada program?”
Tabel 1: Strategic Planning Steps and Program Outline teori The Four – Step Public Relations Process
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Event The 17th BINUS – Online Job Expo, The Four – Step Process Public Relations memberikan gambaran kepada Project Manager Event The 17th BINUS – Online Job Expo mengenai perencanaan Event The 17th BINUS – Online Job Expo sebagai salah satu program kerja utama BINUS Career And Alumni Centre. Project Manager Event The 17th BINUS – Online Job Expo bertanggung jawab dalam hal kelancaran pelaksanaan Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Seorang Project Manager, memiliki teamwork yang membantu pelaksanaan Event BINUS – Online Job Expo. Teamwork tersebut terdiri dari staff Binus Career And Alumni Centre dan panitia yang berasal dari Binusian.
2.1.2
Pemasaran Event Pemasaran adalah alat manajemen yang terintegrasi. Pada dasarnya pemasaran
merupakan suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok
22 mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan yang lain (Kotler dan Armstrong, 2001). Proses pemasaran harus dimulai dengan melakukan perencanaan pada saat penetapan sasaran dan target dilaksanakan. Pemasaran harus mampu merefleksikan dan mengarahkan sasaran itu sendiri. Juga harus mampu mengintegrasikan beberapa target dalam satu sasaran dan memacu orang – orang untuk bergerak agar sasaran tercapai. Aspek paling utama yang harus diperhatikan adalah bahwa pemasaran harus sudah dimulai pada saat awal proses penyusunan rencana. Hanya dengan cara inilah akan diperoleh model terintegrasi untuk mengarahkan peserta, laba, dan kesempatan yang lebih baik pada event berikutnya (Hoyle, 2006). Pemasaran yang efektif memerlukan sasaran internal yang membuahkan hasil bagi eksternal. Pemasaran harus mengintegrasikan semua keputusan dan kebijakan manajemen agar bisa fokus pada tujuan dan sasaran event maupun organisasi penyelenggaranya. Integrasi ini memerlukan formasi tertentu. Mungkin berupa promosi yang menarik untuk membangkitkan kepercayaan awal pihak – pihak yang berkepentingan (stakeholders) atau para tokoh yang terkait, tentang pentingnya kehadirannya dan dukungan mereka terhadap acara ini. Pemasaran juga berperan penting dalam “mencari dan mendapatkan” dalam upaya mengenali pasar baru sebagai target promosi. Dengan kata lain, penyelenggara event yang profesional sudah memikirkan pemasaran pada saat proses perencanaan sehingga semua sasaran, target, dan strategi dipertimbangkan dalam pemasaran dan implikasinya (Hoyle, 2006). Pemasaran yang dilakukan secara tradisional kadang lebih mahal daripada pemasaran online, sehingga penggunaan internet biayanya lebih efektif. Hasil yang bisa diterima dengan segera juga sangat menarik. Dengan internet, para pemasar tidak hanya
23 segera dapat melakukan analisis statistik, tetapi juga bisa melakukan kajian dan menyempurnakan program kampanyenya. Pemasaran event merupakan komponen terpenting dalam manajemen sebuah event karena pemasaran menentukan animo masyarakat dimana animo masyarakat adalah tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pelaksanaan sebuah event. Tanpa pemasaran event yang terorganisir, event tertentu sulit untuk mencapai hasil maksimal yang dirumuskan sebelumnya. Dalam hal pemasaran event, Hoyle mempopulerkan teori „Lima P‟ yang merupakan gabungan dari Product, Price, Place, Public Relations, dan Positioning. 1.
Product Produk merupakan aspek yang pertama kali harus dipahami oleh pemasar event. Apa latar belakang sehingga ingin melaksanakan event tersebut, apa manfaat yang diperoleh jika berpartisipasi dalam event tersebut, apa yang membedakan event tersebut dengan event sejenis lainnya.
2.
Price Tanggung jawab seorang pemasar event adalah memahami sasaran keuangan organisasi. Bila sasaran keuangan telah ditetapkan, dengan riset pasar akan dapat diketahui pola penetapan harga pesaing: siapakah yang memiliki event serupa, untuk target pasaran seperti apa, dan berapa harganya. Event memang diciptakan untuk mendapatkan uang. Namun ada beberapa event yang dirancang untuk impas biaya saja. Tidak sedikit pula event yang diposisikan “merugi dulu, dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari sumber lainnya. Para pemasar event sebaiknya harus memahami dengan baik misi keuangan perusahaan dan strateginya dalam upaya mencapai sasaran. Selain
24 itu, lakukan riset pasar yang sangat bermanfaat untuk memperkirakan berbagai tingkat kemampuan penonton untuk membeli tiket. Perkiraan semacam ini harus menjadi bagian yang dipertimbangkan dalam perencanaan. 3.
Place Lokasi penyelenggaraan event sangat berpengaruh pada pemasaran event, karna selain menentukan siapa hadirinnya, tetapi juga membentuk karakter event itu sendiri. Oleh karena itu, tempat harus menjadi pertimbangan pertama dalam merencanakan sebuah event.
4.
Public Relations Kehumasan merupakan bagian utama dari bauran pemasaran. Melalui kehumasan, sebuah perusahaan dapat mempromosikan apa saja yang diinginkan. Kehumasan dapat mengarahkan pemikiran orang lain kepada perusahaan dan misi perusahaan. Kehumasan dapat berbentuk tim wartawan yang menuliskan berita untuk koran – koran atau berupa konferensi pers. Atau bisa juga berupa wawancara dengan pimpinan organisasi di mana di dalam wawancara tersebut juga disampaikan penjelasan tentang event yang akan/ sedang diselenggarakan, termasuk manfaat yang dapat diperoleh publik. Langkah pertama yang harus dilaksanakan dalam menyiapkan kampanye kehumasan adalah memahami persepsi masyarakat terhadap organisasi yang bersangkutan. Pemberitaan di media komunikasi, ariketl fitur juga dapat menghasilkan publikasi yang efektif bagi event yang sedang diselenggarakan. Berita – berita tersebut biasanya akan menjadi sisipan pada terbitan mereka atau bahkan akan
25 dituliskan sebagai berita. Tentunya hal ini akan meningkatkan citra event yang sedang diselenggarakan dan meningkatkan citra perusahaan. Informasi yang diberikan kepada media harus informatif, memiliki nilai berita dan bukan iklan. 5.
Positioning Pemasaran event sangat bergantung pada ketepatan positioning event itu sendiri. Rencana pemasaran akan mengarahkan keberhasilan atau kegagalannya. Penjualan event yang efektif tergantung pada rencana pemasarannya. Positioning merupakan strategi penetapan kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi oleh event yang akan diselenggarakan.
„Lima P‟ pada pemasaran event menurut Leonard H. Hoyle yang diaplikasikan pada Event The 17th BINUS – Online Job Expo mencakup banyak hal. Produk yang menjadi komoditas utama dalam Event The 17th BINUS – Online Job Expo yaitu tiket masuk Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Tiket masuk diperjual – belikan sebagai bukti sah dan legalitas pengunjung yang hadir dalam Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Teknik komunikasi yang diterapkan pada saat mempresentasikan Event The 17th BINUS – Online Job Expo sehingga target konsumen tertarik untuk membeli tiket Event The 17th BINUS – Online Job Expo yaitu dengan menonjolkan keunggulan – keunggulan dan manfaat yang akan didapatkan jika berpartisipasi dalam Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Perencanaan harga tiket Event The 17th BINUS – Online Job Expo tidak lepas dari penelitian kecil yang dilakukan pada saat perencaan konsep kegiatan. Penyelenggara seringkali mengadakan benchmarking dengan organisasi yang melakukan kegiatan serupa untuk menghindari kesalahan dalam
26 menentukan harga. Lokasi penyelenggaraan Event The 17th BINUS – Online Job Expo sedikit memberikan pengaruh pada penyelenggaraan Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Selama ini, pelaksanaan Event The 17th BINUS – Online Job Expo yang bertempat di Kampus Anggrek BINUS University dinilai menjadi daya tarik karena Kampus Anggrek memiliki fasilitas yang cukup memadai dan merupakan pusat perkuliahan Binusian. Bagi Non – Binusian, Kampus Anggrek juga merupakan lokasi yang strategis karena mudah ditemukan dan mudah ditempuh. Pada Event The 17th BINUS – Online Job Expo, positioning yang dibentuk oleh penyelenggara adalah gambaran fenomena dunia karir yang membutuhkan fresh graduate dan 1-5 years experiences untuk mencapai visi perusahaan. Selain positioning akan kebutuhan target konsumen, pencitraan perusahaan – perusahaan yang berpartisipasi sebagai employer juga sangat mendukung keputusan pembelian tiket Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Pengunjung akan termotivasi untuk berpartisipasi dalam Event The 17th BINUS – Online Job Expo jika mereka menemukan ketertarikan terhadap perusahaan yang dapat mereka temui dalam Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Dalam penelitian ini, penulis menekankan pada pemanfaatan social media sebagai media promosi event khususnya Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Social media telah menjadi Public Relations yang efektif dalam pemasaran Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Social Media menggantikan fungsi public relations sebenarnya yang didefinisikan oleh Hoyle, sebab melalui social media, penyelenggara dapat memberikan informasi secara resmi, membentuk persepsi Event The 17th BINUS – Online Job Expo di benak konsumen, dan berinteraksi dengan publik dalam rangka memasarkan Event The 17th BINUS – Online Job Expo.
27 2.2
Teori Khusus Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai teori khusus yang diuji dalam
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Teori khusus menjadi acuan dalam melangsungkan penelitian. Penelitian ini membahas seputar social media yang marak diguanakan di tengah masyarakat. Internet telah berhasil menciptakan “global village” dan merubah komunikasi dunia dimana memungkinkan masyarakat untuk dapat mengakses informasi kapan saja dan tetap terhubung dari waktu ke waktu. Dibandingkan dengan koran dan televisi yang awalnya mendominasi sebagai pilihan arus informasi, internet menawarkan ketertarikan yang sama dalam penyebaran informasi. Dengan akses yang sama dan arus informasi yang bebas, internet menyediakan ruang demokrasi yang tidak disediakan media informasi lain sebelumnya. Teori khusus yang diangkat dalam penelitian ini teori social media: The Conversation Prism yang dipopulerkan oleh Brian Solis dan JESS3. Terinspirasi dari Social Media Starfish yang diperkenalkan oleh Darren Barefoot dan Robert Scoble pada November 2007, Brian Solis dan JESS3 memperkenalkan The Conversation Prism pada tanggal 5 Agustus 2008. Awalnya dimaksudkan untuk menunjukkan luasnya topografi sosial dan hal tersebut terbentuk dan diperluas oleh situs jaringan sosial yang paling sering dikunjungi yaitu Facebook, Twitter, YouTube, Flickr, dan lain – lain. Versi 2.0 dari The Conversation Prism diperkenalkan pada bulan Maret 2009. The Conversation Prism memvisualisasikan Social Customer Relationship Management untuk membantu bisnis mengenali peluang untuk mendengar, mempelajari, dan mengadaptasi.
Pusatnya
berputar seiring percakapan
yang bergulir sehingga
menginspirasi sosialisasi bisnis dan memperkenalkan ke dalam perusahaan.
28 Seperti pendahulunya, Versi 3.0 menghadirkan evolusi yang besar. Tentunya beberapa jaringan dan aplikasi telah punah atau digabungkan bahkan aplikasi baru telah bergabung misalnya social curation, nicheworking, social commerce, dan sebagainya. Dengan diperkenalkannya Versi 3.0 pandangan mengenai social media telah diperbaharui dan juga merefleksikan kenyataan dalam mengorganisir social media.
Gambar 2: Skema Teori The Conversation Prism (Sumber: www.theconversationprism.com)
29 Penjelasan dari skema Teori The Conversation Prism a)
Level 1 (Pusat) : Brand Sebagai seorang komunikator profesional, perusahaan berada di tengah prisma
dimana perusahaan melakukan pengamatan, mendengar, dan berpartisipasi.
b)
Halo 1 Lingkaran ini adalah aktivitas belajar dan mengatur strategi keterikatan dengan
konsumen. Dalam tahap ini, terdapat beberapa aktifitas yang berkaitan dengan konsumen. 1. Observation (Observasi) Menemukan komunitas yang aktif mendiskusikan produk perusahaan 2. Listening (Dengar) Mendengarkan masyarakat dan pandangan sentimen yang ada dengan tujuan untuk menentukan langkah merespon masyarakat 3. Identification (Identifikasi) Melakukan
identifikasi
untuk
mengetahui
konsumen
berpotensi
yang
membutuhkan timbal balik dari perusahaan 4. Internalization (Internalisasi) Tidak setiap respon yang disampaikan memberi keuntungan kepada perusahaan tetapi melalui hal ini, perusahaan dapat mengetahui cara untuk meningkatkan produk dan jasa yang sedang dipasarkan. 5. Prioritization (Prioritas) Membuat prioritas atau fokus teamwork.
30 6. Routing (Arah) Menugaskan berdasarkan keahlian
c)
Halo 2 Social media menghadirkan gambaran umum dalam masyarakat dan ditemukan
bahwa setiap infrastruktur membutuhkan sejumlah panduan dan strategi untuk tersosialisasi. Fokus ke dalam harus menyertakan kontribusi keluar. Idealnya, setiap perusahaan menyediakan manajer komunitas untuk mendengarkan dan juga mengatur respon dari setiap departemen. Seiring berjalannya waktu, proses ini akan terintegrasi dengan infrastruktur Social Customer Relationship Management yang dimiliki oleh perusahaan. Percakapan harus selalu dipetakan kepada otoritas spesifik di dalam sebuah organisasi untuk menghasilkan respon yang kompeten, antara lain Customer or Product Support, Product and Sales, Marketing/Public Relations, Community, Corporate Communications, Crisis, dan Support.
d)
Halo 3: Lingkaran yang paling luar menyempurnakan citra dari sistem kerja percakapan
tapi bukan siklusnya. Prosesnya didukung dengan rotasi yang berkelanjutan dari mendengarkan, merespon, dan mempelajari dunia online dan dunia nyata. 1. Ongoing Feedback and Insight (Respon dan Tindakan) Ini adalah bumbu penting dalam membangun social awareness dan kepercayaan terhadap produk secara efektif. perusahaan harus belajar dan mendemonstrasikan pertumbuhan berdasarkan respon yang diterima. Perusahaan juga harus terus menerus berbagi pengetahuan, menyediakan sumber daya tenaga kerja, dan
31 mengkomunikasikan visi untuk mendapatkan kepercayaan dan penghargaan dari masyarakat. 2. Participation (Partisipasi) Telah dikatakan bahwa partisipasi adalah teknik pemasaran yang baru, mungkin lebih baik disimpulkan bahwa partisipasi adalah kelompok fokus yang baru dan mekanisme untuk merangkul kerendahan hati kepada benar benar memanusiakan cerita anda. Ini adalah langkah perusahaan untuk berkembang. 3. Online (Online) Membangun hubungan online yang efektif dapat meningkatkan kehadiran dan kekuatan brand melalui social media. Merangkul dan memberdayakan komunitas membawa kepribadian produk perusahaan kita ke dalam gambaran sosial yang sebenarnya. 4. Real World (Dunia Nyata) Hubungan yang sebenarnya adalah sebaik apa mereka membawa informasi dari internet ke dunia nyata. Bukan tentang menarik konsumen dengan produk terbaru, tapi tentang bagaimana menarik konsumen untuk berbagi informasi dan membangun hubungan yang berarti baik online maupun offline.
The Conversation Prism adalah kehidupan dan kenyataan dari social media dan akan berkembang sebagai pelayanan dan media percakapan yang akan muncul, tergabung, dan hilang. Dalam ekonomi sosial, hubungan adalah mata uang baru dan dalam social media perusahaan akan mendapatkan sensasi berkomunikasi yang tepat dimana komunitas berisi stakeholders berpengaruh ditemukan. The Conversation Prism menghadirkan peluang yang tepat untuk aktif dalam berhubungan dengan dialog yang
32 berhubungan dengan perusahaan, memprioritaskan strategi untuk berpartisipasi dalam berkomunikasi, dan menciptakan keterikatan dengan perusahaan. Kini era social media secara pelan namun pasti telah „memaksa‟ banyak perusahaan mengubah cara mereka berkomunikasi. Maraknya penggunaan social media misal: Facebook, Twitter, Blog, Youtube dan forum mau tak mau memaksa perusahaan meningkatkan model berkomunikasi. Di tengah social media revolution ini cara Public Relations bekerja pun harus berubah. Sekarang ini berkembang istilah social media marketing & Public Relations. Bagi korporat hal ini jadi hal yang baru sekaligus mengerikan, karena mereka tidak bisa lagi mengontrol apa yang dibicarakan publik. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Angelica Evans, MA, Jane Twomey, Ph.D., dan Scott Talan, MPA (Public Relations Journal Vol. 5, No. 1, 2011) mengenai social media Twitter: “It is interesting, following some reporters who you might not get to respond to an email or phone call, but then you‟ll see, you know on Twitter, that they are looking for sources to talk about “x” or „I am writing a story about “x”‟ and it gives you that in to reach out to them and engage them. It is more relationship building” Pendapat tersebut mengemukakan bahwa Twitter dapat memberikan informasi yang tidak dapat disediakan oleh email maupun telepon. Twitter membangun keterikatan yang lebih dalam. Social Media Marketing adalah bentuk marketing dengan memanfaatkan social media channel. Kedudukan diantara user bersifat horizontal yang berarti tidak ada pimpinan dan bawahan. dengan kata lain diantara user saling menghormati tanpa ada keterikatan birokrasi. Apabila suatu brand mampu ber-interaksi didalamnya kemudian memasarkan (marketing) suatu produk lalu banyak dibicarakan hal hal positif sehingga terbentuk opini komunitas maka ujung dari marketing strategy dapat terwujud sales.
33 Dari kacamata online marketing strategy, social media merupakan wahana online yang konten utamanya diisi dan didominasi oleh publik dan berkolaborasi dengan karyawan pemilik wahana online tersebut. Aplikasi semacam ini terlihat pada Youtube, Facebook dan juga corporate blog. Indikator dari percakapan dalam ruang social media ini adalah menciptakan loyalty (kesetiaan). Jejaring sosial memang telah menjadi alternatif hiburan dan informasi yang praktis buat masyarakat urban yang serba sibuk. Seperti tempat jutaan manusia berkumpul, Facebook dan Twitter menjadi lahan subur bagi para pengusaha yang ingin memasarkan produknya. Berbeda dengan media konvensional, tampilan iklan di jejaring sosial semestinya bisa lebih luwes dan bersifat spontan agar berhasil membangun ketertarikan dengan calon konsumennya. Dalam pelaksanaan Event The 17th BINUS – Online Job Expo, social media memberikan kontribusi yang positif dimana promosi melalui social media khususnya Facebook dan Twitter sangat sesuai dengan sasaran pengunjung Event The 17th BINUS – Online Job Expo. Social Media memberikan nilai, efektifitas, dan efisiensi tersendiri dalam promosi Event The 17th BINUS – Online Job Expo.
34 2.3
Kerangka Pikir Penelitian
Event
THE 17
TH
Public Relations („Lima P‟ Pemasaran Event oleh Leonard Hoyle)
BINUS ONLINE JOB EXPO
Strategi Promosi Event
(Teori The Conversation Prism)
Social Media Facebook Twitter Website
Social Media menjangkau target pengunjung event The 17th BINUS – Online Job Expo
Penelitian fokus pada strategi promosi event The 17th BINUS Online Job Expo. Penulis meneliti salah satu unsur dari Lima P (Product, Place, Price, Public Relations, dan Positioning) pemasaran event yang dipopulerkan oleh Leonard Hoyle yaitu Public Relations. Public Relations dalam promosi event The 17th BINUS Online Job Expo adalah social media. Social media berperan sebagai Public Relations dengan kualifikasi yang dimiliki khususnya Facebook, Twitter, dan Website. Dalam pemetaan social media, penulis menggunakan modul The Conversation Prism yang dipopulerkan oleh Brian Solis dan JESS3. Hasil dari penelitian ini adalah strategi penggunaan social media adalah strategi yang tepat sasaran karena dapat menjangkau target pengunjung event The 17th BINUS Online Job Expo.