BAB 2 KAJIAN PUSTAKA TERKAIT PEMILIHAN LOKASI DAN TIK DALAM KONTEKS AKTIVITAS RUANG PERKOTAAN Pada bab 2 ini akan diuraikan kajian pustaka yang terkait dengan penelitian ini. Kajian pustaka merupakan kumpulan dari berbagai bahan yang terkait dengan pemilihan lokasi bank, karakteristik jasa perbankan, dan beberapa pengertian dasar serta teori-teori yang berkaitan dengan dampak teknologi informasi dan komunikasi terhadap kota.
2.1
Pemilihan Lokasi Menurut Wibowo dan Soetriono (2004: 111), salah satu upaya perusahaan atau
industri untuk mencapai produksi optimal (meminimalisir biaya produksi), pertimbangan yang dilakukan antara lain adalah upaya memilih lokasi yang tepat. Pada sudut lainnya, dalam memasarkan hasil produksinya perusahaan diharapkan dapat mendekatkan dirinya pada konsumen. Semakin dekat perusahaan dengan konsumennya maka semakin besar kemungkinan konsumen akan mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan. Kesimpulannya adalah bahwa bagi produsen terdapat kecenderungan untuk berorientasi kepada konsentrasi konsumen dalam menentukan lokasi tempat usahanya.
2.1.1 Pemilihan Lokasi Kegiatan Jasa Penentuan lokasi kegiatan ekonomi yang lebih bersifat pelayanan berbeda dengan penentuan lokasi industri yang mengekstrasi sumber daya alam secara langsung dan mengolah produk primer untuk memberi nilai tambah. Kegiatan ekstrasi dan mengolah sumber daya menghasilkan produk nyata berupa barang, sedangkan kegiatan jasa bahan baku dan produknya tidak nyata (intangible). Orientasi kegiatan produktif pada umumnya bisa dijelaskan dalam istilah mendekati pasar dan bahan baku, namun kegiatan jasa tidak bisa dijelaskan dalam istilah tersebut, karena pengertian bahan baku dan pasar dalam kegiatan jasa tidak sama dengan kegiatan produktif. Kegiatan jasa lebih bersifat administratif daripada produktif, kegiatan jasa dilakukan pada kantor dan bukan pada tempat produksi. 14
15
Analisis permasalahan lokasi kegiatan jasa pada dasarnya adalah analisis lokasi kegiatan kantor, tempat dimana kegiatan jasa dilakukan. Permasalahan lokasi kegiatan jasa dapat diturunkan dari teori tempat pusat (central place theory) (Daniels, 1982). Terdapat tiga konsep dalam bahasan lokasi kegiatan jasa, ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jangkauan barang ( range of good) Yang dimaksud dengan jangkauan barang adalah jarak yang mampu ditempuh oleh penduduk untuk membeli barang dan jasa pada tingkat harga tertentu 2. Batas ambang permintaan (threshold of demand) Jumlah penjualan minimal tertentu dibutuhkan oleh suatu kegiatan ekonomi sebelum suatu barang ditawarkan kepada konsumen. Penjualan tersebut bisa diperkirakan dengan jalan menghitung jumlah penduduk yang
terdapat
di
dalam
wilayah
pasar
potensial,
kemungkinan
dipergunakan kegiatan yang berlokasi di titik tertentu dari berbagai variasi jarak di dalam kota dan perkiraan tingkat biaya yang mampu dibayar oleh masyarakat. Batas ambang didefinisikan sebagai tingkat permintaan minimal yang dibutuhkan untuk mendukung keberadaan suatu macam fungsi tertentu. Biasanya, hal ini diekspresikan dalam jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan untuk mendukung keberadaan satu fungsi tersebut. Batas ambang yang dibutuhkan dari fungsi yang berbeda didasarkan pada sifat barang dan jasa yang dibutuhkan dan bagaimana frekuensi permintaannya. 3. Tempat pusat (central places) Agar dapat memenuhi permintaan terhadap barang dan jasa dari suatu wilayah pasar, fungsi-fungsi komersial juga menciptakan kesempatan kerja dan merangsang permintaan konsumen. Karena pekerja juga ingin meminimalkan biaya transportasi, mereka bermukim berdekatan dengan tempat kerja. Aglomerasi permukiman berdekatan dengan pusat komersial, yang tidak hanya melayani wilayah pasarnya tetapi juga wilayah belakangnya (hinterland), dimana tidak terdapat cukup permintaan untuk
16
keberadaan suatu fungsi. Pusat komersial tersebut adalah tempat pusat, yaitu suatu pusat yang melayani wilayah perkotaan dan perdesaan yang lebih besar daripada wilayah pelayanannya sendiri. Dalam wilayah metropolitan, hal ini tercermin dalam pertokoan, pusat lingkungan dan pusat bisnis. Masing-masing tempat pusat menawarkan batas ambang populasinya sendiri dan jangkauan fungsi untuk wilayah komplemen yang dilayaninya.
2.1.2 Karakteristik Jasa Perbankan Dalam memahami perilaku lokasi kegiatan perbankan, perlu dipahami terlebih dahulu, karakteristik jasa perbankan. Dalam klasifikasi kegiatan jasa secara fungsional, kegiatan jasa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu kegiatan jasa yang melayani produsen dan kegiatan jasa yang melayani konsumen. Kegiatan jasa yang
melayani
produsen
menyediakan
layanan
yang
dikonsumsi
atau
dipergunakan secara eksklusif oleh industri lain. Kegiatan jasa yang melayani konsumen menyediakan layanan yang langsung dinikmati oleh konsumen. Namun ada beberapa servis yang tidak bisa diklasifikasikan secara gamblang pada kedua jenis kategori layanan ini, karena kegiatan jasa tersebut menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh industri lain dan juga konsumen. Kegiatan jasa perbankan merupakan kegiatan jasa yang temasuk dalam kategori ini. Jasa perbankan menyediakan servis baik untuk produsen maupun konsumen. Kegiatan
jasa
yang
melayani
konsumen
cenderung
terdistribusi
berdasarkan distribusi populasi. Tetapi ukuran dan distribusi populasi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi kegiatan jasa yang melayani konsumen. Lokasi juga ditentukan oleh faktor lain, misalnya kondisi sosio-ekonomi dari masyarakat. Lebih banyak penduduk yang berada di suatu wilayah, jumlah kegiatan jasa yang dibutuhkan semakin banyak. Perbedaan yang ada di dalam masyarakat akan menimbulkan variasi, tetapi hal tersebut tidak banyak memunculkan perbedaan dalam kebutuhan barang dan jasa. Setiap penduduk pada dasarnya membutuhkan jangkauan barang dan jasa yang hampir sama. Dengan demikian, lokasi dan susunan kegiatan jasa komersial, publik dan
17
perseorangan merupakan cerminan dari permintaan yang diciptakan oleh penduduk. Perilaku lokasi dari kegiatan jasa yang melayani konsumen adalah memaksimalkan akses kepada komunitas masyarakat (Daniels, 1982). Kegiatan jasa yang melayani produsen lebih terkait dengan kegiatan industri lain dibanding dengan permintaan masyarakat atau konsumen akhir. Pertukaran informasi dan kemudahan mengadakan kontak dengan pihak lain merupakan fungsi jasa layanan produsen. Lokasi yang mempunyai nilai kontak yang tinggi menjadi pilihan utama bagi kegiatan jasa yang melayani produsen. Berbeda dengan jasa layanan konsumen, distribusi populasi ridak begitu berarti dalam perilaku lokasi kegiatan jasa layanan produsen ini. Tetapi akses informasi bukan merupakan satu-satunya faktor penentu lokasi kegiatan jasa layanan produsen. Lokasi yang dipilih bukan hanya yang memiliki akses informasi yang tinggi, tetapi juga mempertimbangkan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menangani informasi tersebut, yang distribusinya tidak menyebar secara merata, tetapi terdapat pada lokasi-lokasi tertentu (Daniels, 1982). Jasa layanan keuangan menduduki hirarki teratas layanan jasa produsen karena tuntutannya akan kualitas informasi, teknologi dan juga staff. Analisis menunjukkan bahwa produsen jasa menjadi magnet bagi layanan jasa keuangan, yang menyebabkan tingginya konsentrasi ruang dari bank dan layanan keuangan lainnya di kota besar. Semple (1985) mengemukakan ‘Quarternary place theory’ , dalam teori ini dijelaskan bahwa layanan jasa keuangan menuntut adanya interkoneksi dan interdependensi yang sangat kuat dengan cabang layanan jasa produsen lain (Sucháček, 2005).
2.1.3 Konsep Perilaku Lokasi Kantor Bank Konsep yang dikemukakan dalam memahami gejala lokasi kegiatan kantor bank, dibangun berdasarkan studi empiris. Konsep perilaku kantor bank bisa diuraikan sebagai berikut: 1. Kecenderungan Metropolitanisasi dan Pemusatan Bank adalah bagian dari sektor jasa yang dapat digolongkan ke dalam jasa yang melayani produsen. Jasa layanan produsen ini mempunyai karakteristik yang hampir sama dalam hal kegiatannya, sehingga dengan demikian perilaku
18
lokasional bank bisa dianalogikan kepada kegiatan jasa layanan produsen tersebut. Perkembangan awal dari bank adalah menempati kota-kota metropolitan. Pada metropolitan ini
berlokasi
kantor-kantor
pusat
yang menjadi
landasan
pengendalian kegiatan bank. Sebagai perantara keuangan, keberadaan bank memang sangat tergantung pada kegiatan lainnya. Kemudahan mengadakan kontak dengan kegiatan lain inilah yang menjadi alasan utama mengapa kantor bank banyak berlokasi di metropolitan, karena metropolitan merupakan konsentrasi kegiatan-kegiatan utama. Selain kebutuhan kontak dengan kegiatan lain yang bersifat domestik, bank pada umumnya juga berhubungan dengan bank atau lembaga keuangan lain secara internasional. Dengan berlokasi pada metropolitan, akses kepada pasar luar negeri itu lebih mudah dilakukan. Dalam pandangan struktur internal metropolitannya itu sendiri, lokasi kantor bank mempunyai kecenderungan memusat pada kawasan yang dikenal dengan pusat kota, karena perkembangan kota sampai ke tahap tertentu, struktur kota cenderung memusat. Pola ini dapat dijelaskan dengan menganalogikannya dengan kecenderungan metropolitanisasi. Keberadaan bank pada kawasan pusat kota adalah untuk mendapatkan kemudahan mengadakan kontak langsung dengan kegiatan lain. Keterpusatan dari pusat kota itu dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: aksesibilitas, aliran informasi, kinerja transaksional, pasar tenaga kerja, hiburan dan olahraga tontonan, konsultasi keahlian, pasar uang dan kredit, akses ke perbelanjaan derajat tinggi dan kedekatan dengan fasilitas pendidikan. Faktorfaktor tersebut hanya terdapat di pusat kota, yang menjadikannya memiliki derajat aglomerasi yang paling tinggi. 2. Gejala Kontra-metropolitanisasi dan Suburbanisasi Gejala kontra-metropolitanisasi dan suburbanisasi muncul sebagai akibat adanya pembagian tenaga kerja secara ruang dari kegiatan-kegiatan jasa. Artinya terdapat beberapa bagian dari manajemen perusahaan yang bisa dipisahkan dengan bagian lainnya. Adanya pembagian tenaga kerja secara ruang ini, menurut Moss dan Donau (dalam Setyono, 1992), dimungkinkan karena adanya teknologi
19
baru yang sebelumnya belum ada. Karena tidak ada hambatan komunikasi antar bagian dalam sistem manajemen itu, maka bagian-bagian manajemen tersebut tidak perlu lagi berada dalam satu lokasi. Kondisi yang demikian ini menjadi pendorong utama menyebarnya kegiatan perbankan dari kota metropolitan. Hal ini dibarengi pula dengan adanya tuntutan lebih mengembangkan unit usaha yang lebih besar untuk semakin meningkatkan keuntungan. Keluarnya kegiatan perbankan dari pusat kota ke kawasan pinggiran dipengaruhi oleh alasan-alasan yang bersifat ekonomis, seperti tingginya harga lahan di kawasan pusat kota. Telekomunikasi juga merupakan faktor penting karena dengan adanya fasilitas telekomunikasi yang modern, kegiatan bank mampu menjaga kontak dengan kegiatan lainnya meski berlokasi pada kawasan di luar pusat kota (Setyono, 1992). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak ruang yaitu berkurangnya kendala ruang untuk menentukan pilihan-pilihan lokasi. Lebih lanjut, perkembangan tersebut juga mengurangi kebutuhan untuk beraglomerasi. Artinya, pengelompokkan kegiatan-kegiatan ekonomi semakin lama mengalami kecenderungan menurun, telekomunikasi menimbulkan efek penyebaran (dispersal). Kawasan-kawasan pinggiran mengalami pertumbuhan populasi yang lebih cepat dibandingkan dengan kawasan lain dalam wilayah kota (Kutay dalam Setyono, 1992).
2.1.4 Pemilihan Lokasi Kantor Bank Penentuan lokasi suatu bank dipengaruhi oleh lingkungan perdagangan terpadu. Sebagai contoh: bank yang berlokasi di bagian kota perdagangan yang ramai dipengaruhi oleh pusat-pusat perbelanjaan. Sedangkan bank yang berlokasi di tempat terpencil, menarik nasabah dengan cara meningkatkan promosi atau mengubah harga. Menetapkan pemasaran terpadu di lokasi dimana barang yang dihasilkan dipengaruhi oleh berbagai faktor terdiri dari barang yang menyenangkan, barang yang berasal dari toko atau pengecer dan barang khusus. Barang yang disukai oleh banyak pelanggan tidak memerlukan terlalu banyak
20
usaha untuk menyediakan tempat. Sebaliknya barang-barang yang kurang peminatnya harus lebih banyak untuk memperkenalkannya. Perbankan adalah usaha untuk menyenangkan para nasabahnya. Dengan alasan ini penentuan lokasi bank sangat penting. Sebagai contoh: untuk memudahkan dan menyenangkan nasabah dalam melakukan transaksi yang besar seperti simpanan atau pinjaman pribadi, traveler cheque dan lain-lain mungkin membutuhkan lantai khusus di suatu bank sehingga mudah dicapai oleh nasabah. Kantor cabang dengan penentuan lokasi di daerah perdagangan dimaksud untuk dapat melayani lebih baik para nasabah. Suatu bank harus dapat memperkirakan berbagai golongan deposan. Perkiraan deposan potensial diperoleh dengan berbagai cara. Dana masyarakat diperkirakan dan dianalisa secara teliti dengan pendekatan- pendekatan yang meyakinkan. Jenis-jenis kantor bank ditentukan dari luasnya kegiatan jasa-jasa bank yang ditawarkan dalam suatu cabang bank. Luasnya kegiatan ini tergantung dari kebijakan kantor pusat bank tersebut. Disamping itu besar kecilnya kegiatan cabang bank tersebut tergantung pula dari wilayah operasinya. Jenis- jenis kantor bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Kantor Pusat Merupakan kantor dimana semua kegiatan perencanaan sampai kepada pengawasan terdapat di kantor ini. Setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya. Akan tetapi mengendalikan kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya. Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum. 2. Kantor Cabang Penuh Merupakan salah satu kantor yang memberikan jasa bank paling lengkap. Dengan kata lain semua kegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu. 3. Kantor Cabang Pembantu Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor cabang penuh dimana kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian saja. Perubahan
21
status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila cabang pembantu tersebut sudah memenuhi kriteria cabang penuh dari kantor pusat. 4. Kantor Kas Merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller/kasir saja. Dengan kata lain kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Untuk lebih jelasnya, hirarki kantor bank bisa dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Hirarki Kantor Bank
Lokasi optimal kantor bank mempertimbangkan dua kriteria, yaitu: 1. Memaksimalkan akses kepada informasi Yang dimaksud dengan akses informasi adalah kemudahan berhubungan atau mendapatkan informasi dari kegiatan lain yang berada pada kawasan komersial. Faktor akses kepada informasi ini digambarkan dalam faktorfaktor lokasi seperti aglomerasi dengan kegiatan sejenis, tersedianya fasilitas telekomunikasi yang memadai, kedekatan dengan kegiatan industri, dan kedekatan dengan kegiatan perdagangan dan pusat bisnis.
22
2. Meminimalkan jarak perjalanan pegawai dan nasabah Konsep jarak perjalanan dalam banyak hal dapat digantikan dengan akses, apalagi dengan semakin majunya fasilitas telekomunikasi dan layananlayanan baru yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Nasabah bisa dibedakan menjadi dua, yaitu nasabah yang merupakan konsumen masyarakat dan nasabah yang menjadi produsen (kegiatan ekonomi lain). Aydan Kutay (dalam Setyono, 1992) Sama halnya seperti kegiatan jasa lain, faktor-faktor dalam menentukan lokasi kantor bank bisa sangat beragam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setyono pada tahun 1992 yang dilakukan pada 47 bank di Kota Bandung, dihasilkan kesimpulan, lima faktor utama yang mempengaruhi pemilihan lokasi kantor bank, yaitu: 1. Kedekatan dengan kegiatan perdagangan 2. Tersedianya jaringan/ fasilitas telekomunikasi 3. Kedekatan dengan jalan utama 4. Tingkat kompetisi dengan kegiatan sejenis dalam suatu wilayah tertentu 5. Kedekatan dengan kawasan pusat kota
2.1.5 Consumers Choice Struktur organisasi, teknologi dan berbagai jenis faktor sosial, ekonomi dan perubahan lokasi mempunyai dampak tersendiri terhadap hubungan konsumen dan penyedia layanan. Perpindahan lokasi dari pusat kota ke daerah pinggiran merupakan salah satu contoh modifikasi ruang dari pelayanan. Individu dan rumah tangga membentuk permintaan yang secara ruang terdiferensiasi untuk barang dan jasa. Dikombinasikan dengan permintaan akan produk tertentu, layanan dan informasi, konsumen juga menuntut adanya aksesibilitas. Aksesibilitas dipertimbangkan sebagai salah satu dari tujuan utama perencanaan perdagangan. Aksesibilitas untuk kebutuhan pelayanan jasa perbankan, bisa diumpamakan dengan aksesibilitas perdagangan eceran, dimana konsumen mendapatkan langsung barang yang dibutuhkan dari produsennya tanpa melalui
23
perantara. Aksesibilitas dari suatu lokasi tertentu ditentukan oleh adanya permintaan di sekitar lokasi tersebut. Aksesibilitas tidak harus berdasarkan perjalanan, namun juga bisa berdasarkan ketersediaan teknologi informasi. Aksesibilitas merupakan persyaratan yang sangat penting bagi aktivitas eceran untuk berlokasi, tapi tidak selamanya hal tersebut dapat dipenuhi. Tingkat aksesibilitas bervariasi dari yang buruk sampai dengan tinggi. Karena fasilitas eceran berkompetisi untuk mendapatkan pelanggan, ada premi yang sangat tinggi untuk aksesibilitas. Kasus diatas merupakan kasus dimana akses fisik dibutuhkan (jaringan jalan, parkir, transportasi publik dan trotoar). Pola lokasi fasilitas eceran selalu menyesuaikan diri dengan pertimbangan aksesibilitas. Ketika layanan elektronis mulai dikembangkan, aksesibilitas mempunyai dua makna. Aksesibilitas yang pertama adalah akses fisik, kemampuan konsumen untuk mengakses fasilitas eceran tersebut. Aksesibilitas yang kedua adalah akses berdasarkan teknologi informasi, yaitu akses pelanggan pada infrastruktur telekomunikasi baik jaringan telepon maupun internet. Trend yang terjadi saat ini dan cukup menarik perhatian adalah penggunaan teknologi dalam melakukan perdagangan. Hal ini melibatkan beberapa perubahan dari format tradisional menjadi mode perdagangan secara elektronis. Penggunaan teknologi ini juga terjadi dalam layanan jasa perbankan, layanan jasa perbankan bisa diakses dengan mendatangi kantor bank atau menggunakan
fasilitas
electronic
banking.
Bagaimanapun
juga,
ketika
memanfaatkan pelayanan dengan menggunakan sarana elektronis dibandingkan dengan cara tradisional, pada banyak kasus tetap ada cara pelayanan yang lebih disukai (Mindali, 2007).
2.2
Kajian Konseptual TIK dalam Konteks Aktivitas Ruang Perkotaan Untuk memahami penelitian ini, perlu diketahui beberapa pengertian dasar
serta studi-studi yang mendasari penelitian ini. Pada bagian ini akan dijelaskan pengertian dasar teknologi informasi dan komunikasi, layanan jasa dan produk perbankan serta pengertian electronic banking. Selain itu juga akan diulas bagaimana teknologi informasi dan komunikasi akan mengubah perkotaan serta
24
beberapa argumen dari jurnal ilmiah yang membahas dampak teknologi informasi dan komunikasi terhadap urban form.
2.2.1 Definisi Teknologi Informasi dan Komunikasi, Layanan Jasa dan Electronic Banking Istilah lain dari Teknologi Informasi dan Komunikasi yang sering digunakan antara lain ICT (Information Communication Technology) dan IT (Information Technology). IT dipakai untuk menghindari kerancuan dengan singkatan TI (Teknologi Informasi) yang lebih dikenal sebagai Teknologi Industri. Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi ini kemudian diidentikkan dengan istilah telematik.
2.2.1.1 ICT (Information and Communication Technology) atau TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) Information Technology
Technology,
Association
of
sebagaimana
America
(ITAA)
didefinisikan adalah:
Information
"studi,
desain,
pengembangan, implementasi, dukungan atau manajemen dari sistem komputer yang berbasis informasi, khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras komputer." Secara ringkas, IT berhubungan dengan penggunaan komputer, perangkat lunak komputer untuk mengubah, menyimpan, menjaga, memproses, mentransmisi dan mendapatkan kembali informasi secara aman. Dalam definisi ini, istilah “informasi” umumnya bisa digantikan dengan istilah “data” tanpa kehilangan makna. Baru-baru ini, telah menjadi suatu hal yang populer untuk memperluas istilah tersebut dengan secara eksplisit memasukkan bidang
komunikasi
elektronis
sehingga masyarakat saat ini umumnya
menggunakan singkatan ICT (Information and Communication Technology). ICT (information and communication technology) adalah istilah payung yang meliputi berbagai macam aplikasi dan peralatan komunikasi. Mencakup: radio, televisi, telepon selular, komputer, sistem satelit dan sebagainya. Selain itu, berbagai macam layanan dan aplikasi juga dikaitkan dengan TIK seperti videoconferencing dan distance learning. ICT seringkali dibicarakan dalam
25
konteks tertentu seperti ICT dalam pendidikan, pelayanan kesehatan maupun perpustakaan. Istilah Information Technology
muncul kira-kira pada tahun 1970an.
Konsep dasar dari istilah ini bahkan bisa dilacak lebih jauh lagi. Pada abad ke 20, aliansi antara militer dan berbagai macam industri telah muncul dalam pengembangan elektronis, komputer dan teori informasi. Menurut komisi Eropa, pentingnya TIK adalah bukan pada teknologinya tetapi lebih kepada bagaimana teknologi tersebut bisa menciptakan akses yang lebih besar pada informasi dan komunikasi bagi populasi tertinggal. Dalam dunia bisnis, TIK umumnya dikategorikan menjadi 2 tipe produk: (1) Teknologi berbasis Komputer (hal-hal yang bisa dilakukan pada personal computer atau menggunakan komputer di rumah dan tempat kerja); dan (2) Teknologi Komunikasi Digital (yang membuat masyarakat dan organisasi bisa berbagi komunikasi secara digital) Melihat luasnya pengertian teknologi informasi dan komunikasi, serta beragamnya produk teknologi informasi dan komunikasi perlu dibatasi jenis teknologi informasi dan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini. Sehingga arah penelitian ini bisa lebih jelas. Teknologi informasi dan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknologi telepon seluler dan teknologi jaringan yang terkait dengan electronic banking. Ponsel sebagai sarana m-banking dan internet sebagai sarana online banking. 2.2.1.2 Layanan Jasa dan Produk Perbankan Pengertian dari layanan jasa adalah pelaksanaan suatu pekerjaan yang dengan suatu cara menguntungkan orang lain. Layanan jasa merupakan cabang dari pekerjaan umum yang secara kolektif umumnya dikaitkan dengan layanan masyarakat. Merupakan suatu tindakan dengan maksud menyediakan beberapa tuntutan umum dari industri maupun rumah tangga seperti air, listrik maupun gas. Jasa merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang tidak menghasilkan komoditas nyata. Dalam konteks pekerjaan legal, jasa adalah suatu tindakan pelaksanaan proses (Daniels, 1982).
26
Yang dimaksud dengan produk perbankan adalah instrumen atau perangkat yang dibeli dan dijual oleh bank. Produk yang dibeli oleh bank sangat banyak jumlahnya, karena bank dapat menciptakan berbagai jenis produk sesuai dengan keinginan nasabah. Di Indonesia, produk yang dibeli oleh bank antara lain adalah simpanan giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabanas, taska dan tapelram, wesel, setoran ongkos naik haji, simpana terbuka dan tertutup, travelers cheque, valuta asing, dan lain-lain. Produk yang dijual oleh bank pun beraneka ragam. Bank dapat menciptakan produk sesuai dengan kebutuhan nasabah. Adapun produk yang dijual antara lain, Kredit perdagangan besar, menengah dan kecil, kredit berjangka pendek, menengah dan panjang, kredit industri, pertanian, perkapalan dan lainlain, kredit investasi kecil (KIK) atau kredit modal kerja permanen (KMKP), L/C dalam dan luar negeri, efek-efek, dan lain-lain. Produk atau disebut servis/ jasa yang diberikan oleh bank juga berbagai jenis, antara lain, surat jaminan bank, kiriman
uang
atau
wesel
dalam
dan
luar
negeri,
safe
loket,
inkasso/menagih/collection, penerangan perdagangan di dalam dan luar negeri serta berbagai servis/ jasa lainnya
2.2.1.3 Electronic Banking Electronic Banking adalah istilah yang mencakup proses dimana nasabah bisa melakukan transaksi perbankan secara elektronis tanpa harus mengunjungi bank. Istilah ini mengacu pada pada bentuk-bentuk lain dari Electronic Banking: personal computer (PC) banking, Internet banking, virtual banking, online banking, home banking, remote electronic banking, and phone banking. PC banking dan Internet atau online banking adalah layanan yang paling sering digunakan. Electronic banking menggunakan cara elektronis untuk mentransfer dana secara langsung dari satu akun ke akun lainnya. Beberapa electronic banking adalah ATM, deposit langsung dan layanan pengambilan, pembayaran melalui telepon, Web banking atau layanan PC banking , bahkan layanan perbankan dari telpon selular.
27
PC Banking adalah salah satu bentuk dari online banking
yang
memungkinkan nasabah untuk melakukan transaksi bank dari PC melalui modem. Pada layanan ini, umumnya bank menawarkan program finansial yang memungkinkan nasabah melakukan transaksi keuangan dari komputer rumahnya. Nasabah kemudian terhubung dengan bank tersebut melalui modemnya, mengunduh data dan menjalankan program yang ada di komputer nasabah. Saat ini banyak bank pada negara maju yang menawarkan sistem PC Banking yang memungkinkan nasabah memperoleh account balances, status kartu kredit, membayar tagihan dan mentransfer dana antar akun. Internet Banking atau yang seringkali disebut online banking adalah pengembangan dari PC Banking. Internet Banking menggunakan internet sebagai sarana penyampaian aktivitas perbankan, contohnya adalah mentransfer dana, membayar tagihan, memeriksa saldo, membayar cicilan dan membeli sertifikat atau melakukan deposit. Pengguna Internet Banking mengakses akunnya dari browser piranti lunak yang menjalankan program Internet banking yang ada pada server bank.
2.2.2 TIK dan Perubahan Kota Terdapat beberapa pendekatan dalam menginterpretasi perubahan yang terjadi di perkotaan, terutama yang disebabkan oleh teknologi. Perubahan dalam sikap dan perilaku manusia tidak langsung disebabkan oleh kemajuan teknologi itu sendiri, melainkan dari bagaimana manusia harus bersikap ketika menggunakan dan memanfaatkannya. Pada akhirnya perubahan yang terjadi pada manusia secara tidak langsung akan berdampak pada kota. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi tidak dapat dilihat langsung melalui ‘kasat mata’ melainkan harus melalui serangkaian proses yang merubah pola perilaku secara bertahap. Seperti yang diungkapkan oleh Stephen Graham (1996) dalam pendekatan di bawah ini.
28
Gambar 2.2 Pendekatan Untuk Mengetahui Hubungan Antara Perubahan Kota dengan Teknologi Telematik Perubahan sosial politik oleh individu dan organisasi
Penggunaan dan pemanfaatan teknologi telematik
Efeknya terhadap kota
Sumber : Stephen Graham dan Simon Marvins, 1996 Menurut
Floeting
(1999),
sejauh
mana
kecenderungan
tersebut
berimplikasi terhadap perkembangan suatu kota bervariasi tergantung pada sejauh mana pemakaian teknologi telematik di kota itu sendiri. Nijkamp (1985) mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi pada komponen dalam sistem perkotaan disebabkan oleh teknologi informasi yang semakin maju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.3 Dampak Perkembangan Teknologi Informasi Terhadap Komponen Sistem Perkotaan Teknologi Informasi
Perencanaan Perumahan
Perencanaan Guna Lahan
Perencanaan Ekonomi dan Industri
Perencanaan bagi Tenaga Kerja
RUMAH TANGGA
Pola Pergerakan
Perencanaan Infrastruktur
Perencanaan Sumber Daya dan Lingkungan
Sumber : Peter Nijkamp, 1985
AKTIVITAS PRODUKSI
29
Seluruh komponen sistem perkotaan semuanya memiliki keterkaitan dengan kemajuan teknologi informasi. Hanya sebagian dari komponen yang mendapatkan sedikit pengaruh dari teknologi informasi, tetapi sebagian komponen lainnya mempunyai tingkat korelasi yang kuat dengan teknologi informasi. Ketika teknologi informasi berubah menjadi modern maka terdapat beberapa komponen sistem perkotaan juga turut mengalami perubahan (Nijkamp, 1985). Penyederhanaan konsep bahwa teknologi, terutama teknologi informasi dapat langsung ‘berdampak’ terhadap aktivitas manusia harus dihindari. Bagaimana teknologi tersebut digunakan dan untuk suatu tujuan tertentu adalah satu hal yang penting. Proses penggunaan teknologi informasi akan berubah secara perlahan-lahan tergantung dari intensitas dan jenis pemakaian. Menurut Wigan (dalam Karlsson, 2004:5) dampak pengembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap ruang akan tergantung pada faktorfaktor sebagai berikut: •
Tersedianya infrastruktur untuk koneksi elekronis
•
Tingkat pelayanan yang disediakan, misalnya kecepatan dan kuantitas transmisi informasi ( bandwidth)
•
Tingkat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
•
Kecepatan pengembangan tipe layanan baru yang disediakan oleh jaringan elektronis Secara umum, ada tiga tipe perubahan yang akan diakibatkan teknologi
informasi dan komunikasi terhadap ruang: •
Dampak terhadap mobilitas orang dan barang
•
Dampak terhadap lokasi rumah tangga dan perusahaan
•
Dampak terhadap produktivitas perusahaan terkait dengan perbedaan difusi spasial teknologi informasi dan komunikasi dan pada penggunaan TIK Untuk kasus efek teknologi informasi dan komunikasi terhadap mobilitas
orang dan barang, yang jadi pertanyaan utama adalah apakah mobilitas tersebut
akan
disubstitusi
atau
justru
akan
didominasi
oleh
efek
30
komplementaritas.
Dalam
jangka
panjang,
teknologi
informasi
dan
komunikasi diharapkan mempengaruhi perilaku lokasi rumah tangga dan perusahaan. Namun masih belum jelas ke arah mana teknologi akan mempengaruhi perilaku lokasi rumah tangga dan perusahaan. Yang jelas, pola konsentrasi dan konvergensi industri akan terpengaruh. Salah satu implikasi penting dari persebaran teknologi informasi dan komunikasi adalah persebaran teknologi tersebut memungkinkan adanya transfer informasi yang sangat cepat dan terus-menerus antara lokasi yang berbeda. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan pengalokasian proses produksi pada daerah yang meminimasi biaya untuk level kualitas yang sama (Karlsson, 2004: 5).
2.2.3 ICT, Pengaruhnya terhadap Perdagangan dan Perusahaan Menurut Cairncross (1997) perubahan yang terjadi dalam komunikasi elektronis akan mentransformasi ekonomi dunia, politik dan masyarakat. Perubahan tersebut pertama-tama akan mentransformasi perusahaan-perusahaan. Perubahan dalam teknologi informasi dan komunikasi akan mengubah cara bagaimana perusahaan menjangkau pelanggannya, mempengaruhi iklan, belanja, distribusi dsb. Perubahan TIK akan menciptakan bisnis baru dan akan mengubah cara bagi perusahaan berkomunikasi antara satu sama lain dan berinteraksi dengan staffnya. Perusahaan akan menjadi pihak yang pertama kali terpengaruh karena mereka adalah pihak yang paling siap dalam urusan perlengkapan. Koneksi di lingkungan bisnis secara umum mempunyai kualitas lebih baik dibanding dengan yang ada di rumah-rumah. Karena bisnis umumnya berkelompok dalam sebuah distrik, sehingga koneksi mereka bisa ditingkatkan dengan relatif murah dan karena bisnis menggunakan komunikasi secara lebih sehingga mereka bersedia membayar lebih. Difusi teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat telah menyebabkan perubahan penting dalam cara dan lokasi produksi barang dan jasa
juga dalam cara barang dan jasa tersebut disalurkan kepada pasar dan
didistribusikan pada pelanggan (Karlsson, 2004).
31
Perubahan dalam komunikasi berpaduan dengan tren baru dalam dunia usaha dan akan memperkuat dunia usaha. Salah satu faktornya adalah globalisasi dengan perdagangan dunia dan akun investasi yang pembagian sahamnya terus meningkat. Yang lainnya adalah pasar ide yang sangat besar. Secara terus menerus, kreativitas dan kemampuan untuk memproses informasi akan menjadi kunci dari kesuksesan. Kemahiran dalam menggunakan komunikasi jelas akan menjadi sangat penting, bahkan mungkin menjadi yang terpenting dalam kepentingan kompetitif bisnis. Kemahiran tersebut akan menawarkan kesempatan untuk menciptakan model bisnis baru dan menemukan cara yang benar-benar berbeda dalam melakukan berbagai hal. Hal tersebut akan menciptakan kesempatan untuk membangun hubungan baru dengan pelanggan yang sudah ada dan membuka jalan pada pasar yang sebelumnya sulit untuk dijangkau. Inovasi yang dilakukan oleh perusahaan antara lain adalah mentransformasi iklan, perniagaan, struktur perusahaan, hubungan dengan pekerja dan ukuran perusahaan.