BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data dan informasi yang dipakai dalam pembuatan tugas akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : 2.1.1 Literatur Buku dan artikel dari media elektronik yang berhubungan dengan tokoh tokoh Pers -
Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Indonesia– Hastra Mitra
-
15 Hari Perjuangan untuk Kemerdekaan Pers – Indonesia Media Law and Policy Centre
2.1.2 Referensi Buku ”Tanah Air Bahasa” Seratus Jejak Pers Indonesia ”Tanah Air Bahasa” Seratus Jejak Pers Indonesia” adalah sebuah buku yang mengulas berbagai aspek tentang tokoh-tokoh pers penting dalam sejarah pers Indonesia, ada seratus tokoh pers yang terhimpun dalam buku ini. Dari keseratus tokoh ini diharapkan bisa direfeksikan bagaimana wajah pers indonesia selama ini bergelut dalam membangun rumah bahasa Indonesia.
Gambar 2.1 Buku Tanah Air Bahasa
2.1.3 Narasumber - Drs. Rustam Fachri (corporate secretary PT. Tempo Inti media & anggota Aliansi Jurnalis Independent ) - Antara, Kantor berita Indonesia
2.2Data umum kasus
Pers adalah badan yang membuat penerbitan media massa secara berkala. Secara etimologis, kata Pers (Belanda), atau Press (inggris), atau presse (prancis), berasal dari bahasa latin, perssare dari kata premere, yang berarti “Tekan” atau “Cetak”, definisi terminologisnya adalah “media massa cetak” atau “media cetak”. Media massa, menurut Gamle
&
Gamle adalah
bagian
komunikasi
antara
manusia
(human
communication), dalam arti, media merupakan saluran atau sarana untuk memperluas dan memperjauh jangkauan proses penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian informasi/pemberitaan pertama diketahui pada zaman pemerintahan Cayus Julius (100-44 SM) bertempat di negara Romawi, dipancangkan beberapa papan tulis putih di lapangan terbuka di tempat rakyat berkumpul. Papan tulis yang disebut Forum Romanum itu berisi pengumuman-pengumuman resmi. Menurut isinya, papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam. Pertama Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang sidang-sidang senat dan keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna Populi Romawi yang memuat keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita-berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat propaganda pemerintah Romawi yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui oleh rakyat.
Sementara itu di Eropa diketahui bahwa wartawan-wartawan pertama telah ada sejak zaman Romawi. Wartawan-wartawan ini terdri atas budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.
Surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina. NamanyaKing Pau, Surat kabar milik pemerintah yang diterbitkan dengan suatu peraturan khusus dari Kaisar Quang Soo ini, isinya adalah keputusan-keputusan rapat-rapat permusyawaratan dan berita-berita dari istana.dak mudah terbentuk
2.3pengertian pers ( sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pers, Anonymous, Diakses pada 11 April 2012 )
2.3.1 Menurut UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak media elektronik, dan segala jenis saluranyang tersedia.
2.3.2 Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Pers berarti: 1.
Alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
2.
Alat untuk menjepit atau memadatkan
3.
Surat kabar dan majalah yang berisi berita
4.
Orang yang bekerja di bidang persurat kabaran.
2.3.3 Menurut Oemar Seno Adji 1.
Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis
2.
Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media masscommunications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
2.3.4 Menurut Kustadi Suhandang Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
2.4 Sejarah Pers Di Indonesia Percetakan indonesiabermula pada kedatangan Belanda di kepulauan itu. Pertumbuhan dan perkembangannya berjalan sejajar dengan ekspansi bertahap kolonialisme belanda. Sejarahnya dimulai ketika Verenigde Nederlandsche Geoctroyeerde Oost-indische Compagnie (VOC) menyadari manfaat pers untuk mencetak aturan hukum yang memuat dalam maklumat resmi pemerintah. Pengenalan percetakan itu juga diprakarsai oleh para misionaris gereja Protestan Belanda yang menggunakan untuk menerbitkan literatur Kristen dalam bahasa daerah untuk keperluan penginjilan.Pada 1744 di bawah pemerintahan gubernur jendral Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, surat kabar tercetak pertama lahir dari percetakan benteng. Nomor contoh surat kabar itu bataviase nouvelles, muncul pada 8 agustus 1744, penerbitan ini dikelola oleh Jan Erdman Jordens, seorang saudagar muda dan kerani senior yang diperbantukan pada kantor VOC di batavia. Menyadari potensi sukses surat kabar ini, Jordens mengajukan izin melanjutkan usaha.
2.4.1 Masa Penjajahan Belanda Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC, diterbitkan “Memories der Nouvelles”, yang ditulis dengan tangan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa “surat kabar” pertama di Indonesia ialah suatu penerbitan pemerintah VOC. Pada Maret 1688, tiba mesin cetak pertama di Indonesia dari negeri Belanda. Atas intruksi pemerintah, diterbitkan surat kabar tercetak pertama dan dalam nomor perkenalannya dimuat ketentuan-ketentuan perjanjian antara Belanda dengan
Sultan Makassar. Setelah surat kabar pertama kemudian terbitlah surat kabar yang diusahakan oleh pemilik percetakan-percetakan di beberapa tempat di Jawa. Surat kabar tersebut lebih berbentuk koran iklan. 2.4.2 Masa Penjajahan Jepang Pada masa ini, surat kabar-surat kabar Indonesia yang semula berusaha dan berdiri sendiri dipaksa bergabung menjadi satu, dan segala bidang usahanya disesuaikan dengan rencana-rencana serta tujuan-tujuan tentara Jepang untuk memenangkan apa yang mereka namakan “Dai Toa Senso” atau Perang Asia Timur Raya. Dengan demikian, di zaman pendudukan Jepang pers merupakan alat Jepang. Kabar-kabar dan karangan-karangan yang dimuat hanyalah pro-Jepang semata.
2.4.3 Masa Revolusi Fisik Peranan yang telah dilakukan oleh pers kita di saat-saat proklamasi kemerdekaan dicetuskan, dengan sendirinya sejalan dengan perjuangan rakyat Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari para wartawan yang langsung turut serta dalam usahausaha proklamasi. Semboyan “Sekali Merdeka Tetap Merdeka” menjadi pegangan teguh bagi para wartawan. Periode tahun 1945 sampai 1949 yang biasa dinamakan periode “revolusi fisik”, membawa coraknya tersendiri dalam sifat dan fungsi pers kita. Dalam periode ini pers kita dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu pertama, pers yang terbit dan diusahakan di daerah yang dikuasai oleh pendudukan sekutu, kemudian Belanda, dan kedua pers yang terbit diusahakan di daerah yang dikuasai oleh RI yang kemudian turut bergerilya. 2.4.4 Masa Demokrasi Liberal
Dalam aksi-aksi ini peranan yang telah dilakukan oleh pers republik sangat besar. Republik Indonesia Serikat yang tidak sesuai dengan keinginan rakyat akhirnya bubar dengan terbentuknya kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950. Pada masa ini untuk memperoleh pengaruh dan dukungan pendapat umum, pers kita yang pada umumnya mewakili aliran-aliran
politik yang saling bertentangan, menyalahgunakan kebebasan pers (freedom of the press), yang kadang-kadang melampaui batas-batas kesopanan. 2.4.5 Masa Demokrasi Terpimpin Periode yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin sering disebut sebagai zaman Orde Lama. Periode ini terjadi saat terbentuknya Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga meletusnya Gerakan 30 September 1965.
2.4.6 Masa Orde Baru Ketika alam Orde Baru ditandai dengan kegiatan pembangunan di segala bidang, kehidupan pers kita pun mengalami perubahan dengan sendirinya karena pers mencerminkan situasi dan kondisi dari kehidupan masyarakat di mana pers itu bergerak. Pers sebagai sarana penerangan/komunikasi merupakan salah satu alat yang vital dalam proses pembangunan. Pada masa Orde Baru, ternyata tidak berarti kehidupan pers mengalami kebebasan yang sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat. Terjadinya pembredelan pers pada masa-masa ini menjadi penghalang bagi rakyat untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hakhak asasinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2.4.7 Masa Reformasi Salah satu jasa pemerintahan B.J. Habibie pasca Orde Baru yang harus disyukuri ialah pers yang bebas. Pemerintahan Presiden Habibie mempunyai andil besar dalam melepaskan kebebasan pers, sekalipun barangkali kebebasan pers ikut merugikan posisinya sebagai presiden.
2.5 Tokoh-Tokoh Pers Ada 25 Tokoh pers dalam buku ini yang penulis masukan dalam buku ini, ke 25 tokoh pers tersebut merupakan pionir pionir dan pelopor pergerakan persurat kabaran yang merupakan inspirasi rakyat dalam masa kesadaran ke Indonesiaan pada masa penjajahan hingga masa kemerdekaan Indonesia. 1. Tirto Adhi Soerjo Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo (Blora, 1880–1918) adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Namanya sering disingkat T.A.S.Tirto menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907) dan Putri Hindia (1908). Tirto juga mendirikan Sarikat Dagang Islam. Medan Prijaji dikenal sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan dan wartawannya adalah pribumiIndonesia asli. Tirto adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Dia juga berani menulis kecamankecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Akhirnya Tirto ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya, Tirto kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 17 Agustus 1918.Kisah perjuangan
dan
kehidupan
Tirto
diangkat
oleh Pada 1973,
pemerintah
mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. 2. Dr.Wahidin Sudirohusodo Adalah salah satu pelopor pergerakan nasional, pendiri organisasi Boedi Utomo dan tokoh yang memberi inspirasi terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau adalah alumni sekolah dokter jawa. Gagasan penting yang mewarnai perjuangan pergerakan nasional adalah memprakarsai organisasi yang
bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Gagasan ini ternyata disambut baik oleh para pelajar STOVIA tersebut. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908, lahirlah Budi Utomo. 3. Abdul Rivai Kemenangan beliau setelah berdebat dengan orang Belanda membuatnya dikenal khalayak, ijin menuju Belanda pun keluar baginya. Di sana beliau tetap menulis, hasil tulisannya belaiau kirimkan ke Indonesia, dengan telegraf tentunya. Karena tulisannya, beliau ditawari untuk menjadi redaktur Bintang Hindia oleh Van Heuts, Gubernur Jendral Hindia Belanda. Dan sekali lagi, ia kembali diganjal. Namun sang Gubernur tetap mengijinkan posisi tersebut. Beliau mengambil kesempatan ini, 6 tahun beliau memimpin, 1901-1907 . Beliau selalu menanamkan kepada para Bumipoetra : “Jadilah bangsa usulan dan pikiran. Bangsa yang cerdas. Bengsa yang senantiasa memberikan masukan-masukan penting demi perkembangan tanah airnya.”Setelah itu beliau mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi guru. Beliau menjadi guru bahasa Melayu untuk mahasiswa di Prancis, bersamaan dengan karangan bukunya berupa buku tuntunan belajar Bahasa Melayu untuk mahasiswa Prancis. Tidak hanya itu saja, beliau juga melanjutkan pendidikannya di Institute Pasteur, Paris, Perancis. Ketika perang Eropa mulai berakhir, beliau kembali ke Indonesia dan memilih Padang sebagai tempat tinggalnya tahun 1907. Beliau pun masuk Volksraad tahun 1918. 4. Dja Endar Moeda Dja Endar Moeda atau lengkapnya Dja Endar Moeda Harahap adalah perintis pers berbahasa Melayu kelahiran Padang Sidempuan, 1861. Dididik sebagai guru di sekolah pengajaran guru di Padang Sidempuan, kariernya di dunia pers dimulai sebagai redaktur untuk jurnal bulanan Soeloeh Pengadjar pada 1887.Sepulangnya dari naik haji tahun 1893 Dja Endar Moeda memutuskan untuk bermukim di Kota Padang. Di sana selain mendirikan sekolah swasta dia menjadi redaktur Pertja Barat, yang didirikan oleh Lie Bian Goan. Pada tahun 1905, Dja
Endar Moeda membeli Pertja Barat.Dja Endar Moeda juga mendirikan beberapa media cetak lain di Medan dan Kutaraja (sekarang Banda Aceh. Pemberita Atjeh didirikan pada 1906. Dengan rekan-rekannya di Sjarikat Tapanuli dia menerbitkan Pewarta Deli, dengan dirinya sebagai pemimpin redaksi. Pada 1911 setelah keluar dari Pewarta Deli, Dja Endar Moeda menerbitkan Bintang Atjeh. 5. Datoek Sutan Maharaja Dia bersitegang saat itu tahun 1995, ketika perang Rusia-Jepang menuju usai, Kabar Perniagaan menyebut Jepang sebagai kekuatan terbesar di Asia. Ia berang dan menyerang J Pangemann, editor surat kabarterbitan batavia milik orang tionghoa itu. Lewat Tjahaja SumatraDsm menyatakan bahwa ia tidak akan pernah peduli kepada orang Asia, melainkan hanya bangsa Melayu 6. Dowes Deker Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes
Dekker atau Danudirja
Setiabudi;
Belanda, 8
Oktober 1879 – meninggal
lahir
diPasuruan, Hindia-
di Bandung, Jawa
Barat, 28
Agustus 1950 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan
nasional Indonesia.Ia
adalah
salah
seorang
peletak
dasar nasionalisme Indonesia di awal , wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat. 7. Hos Tjokroaminoto Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (lahir di Desa BukurMadiun, Jawa Timur, 16 Agustus 1882 – meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun) adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai
bupati Ponorogo.Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia. 8. Siti Roehana Koedoes Siti Roehana lahir pada 20 Desember 1884, di Kotogadang, Sumatra Barat. [3] Roehana berasal dari keluarga terpandang, dari salah satu jalur matrilineal tertua di Kotogadang, yakni keturunan Datuk Dinagari dari Puak Kato. Ayah Roehana, Moehammad Rasjad Maharadja Soetan, bekerja sebagai seorang hoofdjaksa (jaksa kepala), jabatan yang termasuk berkelas pada masa itu. Ayah Roehana pernah
mendapat
penghargaan
dari
Kerajaan
Belanda.
Darah keluarga Rasjad memang tergaris profesi jaksa. Datoek Dinagari, kakek buyut Roehana, adalah jaksa pertama di Bukitinggi sekurun 1833-1836. Paman Roehana, adik Rasjad, juga seorang jaksa, begitu pula saudara-saudara lelakinya yang lain. Roehana adalah anak pertama Rasjad dari Kiam, istri pertama Rasjad. Dari Kiam, Rasjad memperoleh enam anak. Setelah Kiam wafat, Rasjad menikah lagi hingga lima kali. Salah satu anak lelaki Rasjad adalah Soetan Sjahrir. [4] Dengan demikian, Sjahrir dan Roehana adalah saudara tiri lain ibu. Adik Rasjad, paman Roehana dan Sjahrir, adalah kakek dari Agus Salim, yang pada akhirnya nanti menjadi bapak bangsa Indonesia. Keluarga Roehana memang seolah-olah ditakdirkan sebagai agen untuk perubahan. 9. Tjipto Mangoenkoesumo Dr. Cipto Mangunkusumo atau TjiptoMangoenkoesoemo adalah seorang tokoh pergerakan
kemerdekaan
Indonesia.
Bersama
dengan Ernest
Douwes
Dekker dan Ki Hajar Dewantara ia dikenal sebagai "Tiga Serangkai" yang banyak menyebarluaskan ide pemerintahan sendiri dan kritis terhadap pemerintahan penjajahan Hindia Belanda. Ia adalah tokoh dalam Indische Partij, suatu organisasi politik yang pertama kali mencetuskan ide pemerintahan sendiri di tangan penduduk setempat, bukan oleh Belanda. Pada tahun 1913 ia dan kedua rekannya diasingkan oleh pemerintah kolonial ke Belanda akibat tulisan dan aktivitas politiknya, dan baru kembali 1917.Dokter Cipto menikah dengan
seorang Indo pengusaha batik, sesama anggota organisasi Insulinde, bernama Marie Vogel pada tahun 1920.Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang kemudian jalur pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena sikap radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda. 10. Raden Mas Panji Sosrokartono Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya. Dengan menggenggam gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan. Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune, di kota Wina, Ibukota Austria,membuka lowongan kerja sebagai wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. 11. Mas Marco Kartidikkromo Marco Kartodikromo (dikenal sebagai Mas Marco, Cepu, Blora, 1890 – Boven Digoel, 18
Maret 1935
adalah
seorang wartawan yang
juga
seorang aktivis kebangkitan nasional asal Hindia-Belanda di masanya. Aktivitas gerakannya telah membuat dia ditangkap dan dipenjara beberapa kali. Pernah menjabat sebagai sekretaris Sarekat Islam Solo. Mas Marco juga pendiri organisasi wartawan Inlandsche Journalisten Bond pada tahun 1914, namun organisasi tersebut hanya bertahan setahun karena bubar setalah Kartodikromo dipenjara. 12. Ahmad Dahlan Kyai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu. 13. Hadji Mohammad Misbach Misbach merupakan seorang muslim ortodoks yang saleh, namun bergerak “setjara djaman sekarang” dengan menerbitkan Medan Moeslimin pada tahun 1915 dan Islam Bergerak pada 1917 yang pada mulanya merupakan respon terhadap diterbitkannya surat kabar Ksristen Mardi Rahardjo.; mendirikan Hotel Islam, toko buku dan sekolah agama modern[6]. Pada tahun 1918, kelompok Islam di Surakarta terpecah. Ini terjadi, karena artikel Marto Dharsono’dalam Djawi Hiswara, yang dituduh melecehkan Islam. 14. Haji Agus Salim Haji
Agus
Salim (lahir
dengan
nama Mashudul
Haq (berarti
"pembela
kebenaran"); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat,Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan
Suratkabar Fadjar
Asia.
Dan
selanjutnya
sebagai
Redaktur
Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.
15. Semaoen Di Semarang, ia menjadi redaktur surat kabar VSTP berbahasa Melayu, dan Sinar Djawa-Sinar Hindia, koran Sarekat Islam Semarang. Semaoen adalah figur termuda dalam organisasi. Pada tahun belasan itu, ia dikenal sebagai jurnalis yang andal dan cerdas. Ia juga memiliki kejelian yang sering dipakai sebagai senjata ampuh dalam menyerang kebijakan-kebijakan kolonial.Pada tahun 1918 dia juga menjadi anggota dewan pimpinan di Sarekat Islam (SI). Sebagai Ketua SI Semarang, Semaoen banyak terlibat dengan pemogokan buruh. Pemogokan terbesar dan sangat berhasil di awal tahun 1918 dilancarkan 300 pekerja industri furnitur. Pada tahun 1920, terjadi lagi pemogokan besar-besaran di kalangan buruh industri cetak yang melibatkan SI Semarang. Pemogokan ini berhasil memaksa majikan untuk menaikkan upah buruh sebesar 20 persen dan uang makan 10 persen. 16. Ki Hajar Dewantara Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal
di
Yogyakarta, 26
April 1959 pada
umur
69
tahunselanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakankemerdekaan
Indonesia,
kolumnis, politisi,
dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. 17. Abdoel Moeis Pendidikan
terakhirnya
adalah
menamatkan
pendikan
di Stovia (sekolah
kedokteran, sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta Dia
pernah bekerja sebagai klerk di Departemen Buderwijs en Eredienst dan menjadi wartawan
diBandungpada
surat
kabar
Belanda, Preanger
Bode dan
majalah Neraca pimpinan Haji Agus Salim.Pada tahun 1912 menjadi ia menjadi salah satu pendiri Kaoem Moeda dan sempat menjadi Pemimpin Redaksi, kemudian mendirikan surat kabar Kaoem Kita pada 1924. 18. Dr.Soetomo Dr Soetomo, sang pelopor pergerakan nasional Indonesia, tokoh pejuang kemerdekaan sekaligus inspirator perjuangan melalui lobi-lobi internasional dan jalur politik. Beliau lahir di Nganjuk Jawa timur tanggal 20 Juli 1888 dan wafat di Surabaya 30 Mei 1938. Domakamkan di Surabaya. Pemerintah mengapresiasi Jasa besarnya dalam perjuangan Indonesia Merdeka dengan gelar pahlawan kemerdekaan nasional berdasarkan SK presiden RI No 657/1961 19.Soekarno Ir.
Soekarnohttp://id.wikipedia.org/wiki/Soekarno
Nama(ER, EYD: Sukarno, nama
lahir: Koesno
Sosrodihardjo)
(lahir
di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama
yang menjabat pada
periode 1945–1966 Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Soekarno adalah penggali Pancasilakarena ia yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan ia
sendiri
yang
menamainya Pancasila.
Ia
adalah Proklamator
Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. 20. Mohammad Hatta Drs. H. Mohammad Hatta (populer sebagai Bung Hatta, lahir di Fort de Kock (kini Bukittinggi), Sumatera
Barat, 12
Agustus1902 – meninggal
di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia mundur dari jabatan wakil
presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Bandar udara internasional Jakarta menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia. 21. Amir Sjarifoedin dokumen NEFIS (Netherlands Expeditionary Forces Intelligence Service), instansi rahasia yang dipimpin Van Mook, tertanggal 9 Juni 1947 menulis tentang Amir; "ia mempunyai pengaruh besar di kalangan massa dan orang yang tak mengenal kata takut". Belanda mungkin tahu bahwa penghargaan berbau mitos terhadapnya di kalangan Pesindo berasal dari cerita para tahanan sesamanya. Bagaimana ia menghadapi siksaan fisik dan moral yang dijatuhkan Jepang. Diceritakan, misalnya, bagaimana ia tertawa ketika para penyiksa
menggantungnya
dengan
kaki
di
atas.Dalam Persetujuan
Renville tanggungjawab yang berat ini terletak dipundak kaum Komunis, khususnya Amir sebagai negosiator utama dari Republik Indonesia. Kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri dengan sukarela dan tanpa perlawanan samasekali,
ketika
disalahkan
atas
persetujuan
Renville
oleh
golongan Masyumi dan Nasionalis 22. M. Tabrani Sepanjang catatan pergerakan nasional Indonesia, nama M Tabrani akan selalu tercatat. Ia adalah Pemimpin Redaksi Harian Pemandangan periode 17 juli 1936 hingga oktober 1940. Empat tahun masa jabatannya dapat dikatakan bukan tahun yang mulus mulus saja. Pasalnya, genderang perang yang ditabuhnya kontra M.Husni Thamrin menghiasi halaman-halaman surat kabar surat kabar “pemandangan”. Layar polemik berkembang dengan serangan Tanrami terhadap Thamrin. Pangkal soal perseteruan adalah peristiwa penangkapan Amir Sjarifoedin. Ketua umum Gerindo
23.Adam Malik Kariernya diawali sebagai wartawan dan tokoh pergerakan kebangsaan yang dilakukannya secara autodidak. Di masa mudanya, ia sudah aktif ikut pergerakan nasional memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, antara lain melalui pendirian Antara yang berkantor di JI. Pos Utara 53 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Sebagai Direktur diangkat Soegondo Djojopoespito, dan Adam Malik menjabat Redaktur merangkap Wakil Direktur. Dengan modal satu meja tulis tua, satu mesin tulis tua, dan satu mesin roneo tua, mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional. Sebelumnya, ia sudah sering menulis antara lain di koran Pelita Andalas dan Majalah Partindo. Pada tahun 1934-1935, ia memimpin Partai Indonesia (Partindo) Pematang Siantar dan Medan. Pada tahun 1940-1941 menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta. Pada 1945, menjadi anggota Pimpinan Gerakan Pemuda untuk persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta. 24. Sayuti Melik Ketika belajar di sekolah guru di Solo, 1920, ia belajar nasionalisme dari guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, H.A. Zurink. Pada usia belasan tahun itu, ia sudah tertarik membaca majalah Islam Bergerak pimpinan K.H. Misbach di Kauman, Solo, ulama yang berhaluan kiri. Ketika itu banyak orang, termasuk tokoh
Islam,
memandang Marxisme sebagai
ideologi
perjuangan
untuk
menentang penjajahan. Dari Kiai Misbach ia belajar Marxisme. Perkenalannya yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926.Tulisantulisannya mengenai politik menyebabkan ia ditahan berkali-kali oleh Belanda. Pada tahun 1926 ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKI dan selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Tahun 1936 ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah diusir dari wilayah Inggris ditangkap kembali oleh Belanda dan dibawa ke Jakarta, dimasukkan sel di Gang Tengah (1937-1938).
25. Sutan Takdir Alisyahbana Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Sumatera Utara, pada 11 Februari 1908. Sekurun 1915-1921, Takdir menyelesaikan studi di Hollandsch-Indlandsche School (HIS) di Bengkulu. Sebelum rampung HIS, tanpa sepengetahuan ayahnya, Takdir mengikuti ujian masuk sekolah guru Kweekschool di Bukittinggi dan lulus. Baru 3 bulan, Takdir pindah ke Lahat, Sumatera Selatan. Tak lama, ia dipindahkan lagi ke Kweekschool Muaraenim. Di situ, Takdir tertarik pergerakan dan membentuk Jong Sumatranen Bond (JIB) cabang Muaraenim. Pada 1925, Takdir dikirim ke Hogere Kweekschool di Bandung. 2.6Data Khalayak Berikut ini merupakan target sasaran penulis dalam komunikasi visual sebagai target utama buku ini : 2.6.1
Primary Target
Demografi -
Umur 25 – 50
-
Pria-wanita
-
Sudah bekerja
-
Status ekonomi kelas menengah keatas ( B dan A )
Geografi -
WNI (kota kota besar atau ibukota propinsi)
Psikografi -
Tertarik akan dunia pers
-
Kritis
-
Nasionalis
-
Suka mengkoleksi barang-barang yang berhubungan dengan pers
-
2.6.2 secondary target
Demografi -
Umur 19 – 22
-
Pria-wanita
-
Mahasiswa design & seni
-
Status ekonomi kelas menengah keatas ( B dan A )
Geografi -
WNI (kota kota besar atau ibukota propinsi)
Psikografi - suka mengkoleksi buku dengan visual yang bagus sebagai refrensi 2.7 Analisa Kasus 2.7.1 Faktor Pendukung Karena belum adanya buku visual yang cukup menarik tentang tokoh-tokoh pers Indonesia dan perancangan komunikasi visual ini adalah menyadarkan seluruh khalayak masyarakat tentang pentingnya minat baca dan pengetahuan tentang pers Indonesia. Tetapi buku-buku sejarah pers yang sudah ada hanya berbentuk text book dan kurang menarik masyarakat untuk membacanya. Sehingga penulis membuat dalam bentuk buku visual yang lebih menarik, sehingga menumbuhkan minat baca dan pengetahuan tentang sejarah-sejarah dan info tentang perjuangan pers di Indonesia yang merupakan sumbangan terbesar dalam kepada salah satu kekayaan Indonesia yaitu Bahasa Indonesia. 2.7.2 Faktor Penghambat Faktor penghambat dalam perancangan buku visual ini adalahkurang tertarik serta kurang dimengerti oleh masyarakat bahwa pentingnya minat baca dan sejarah pers yang merupakan salah satu fondasi kuat dalam sejarah kesastraan
Indonesia serta menganggap segalanya adalah hal yang tidak begitu penting sehingga visual yang ada dalam buku-buku sebelumnya tidak menyadarkan mereka akan hal itu semua. 2.7.3 Faktor S.W.O.T Strength - Belum ada buku tentang sejarah tokoh-tokoh pers Indonesia dengan elemen desain yang sesuai dibandingkan dengan buku yang sudah beredar di pasaran Indonesia sehingga memiliki daya tarik sendiri terhadap masyarakat tidak suka membaca dan tidak memiliki waktu, untuk ikut berpartisipasi dan membaca tentang sejarah pers indonesia tersebut - Memiliki ciri khas sendiri sehingga mampu menarik masyarakat yang memang tertarik akan pers, ingin membaca dan mengoleksi buku ini Weakness - Sejarah akan pers kurang dipahami oleh masyarakat Indonesia sehingga dihiraukan Opportunity - Membantu menaikkan pengetahuan sejarah tentang pers Indonesia kepada masyarakat Indonesia - Memberikan kepuasaan tersendiri bagi kalangan yang memang tertarik akan dunia persdengan visual yang menarik dengan buku yang bersifat collectible - Sebagai bentuk apresiasi terhadap sejarah pers yang merupakan salah satu pondasi terbentuknya salah satu kekayaan Indonesia yaitu bahasa Indonesia Threat - Kurangnya minat masyarakat Indonesia tentang sejarah sejarah pers Indonesia
2.8 Sinopsis buku Buku ini mencakup tokoh-tokoh penting pers, masa-masa awal terbentuknya pers di masa kemerdekaan, dan dimana masa terbentuknya pertama kali pers dengan tujuan memerdekakan tanah air Indonesia, yang mengingatkan kembali fungsi pers sebenarnya adalah menginspirasi masyarakat dan membuat masyarakat untuk bertindak positif dibanding hanya bersikap mempengaruhi dan asal menilai sehingga bisa membentuk pikiran negatif di antara masyarakat. 2.9 Spesifikasi Buku Berikut ini adalah rencana rancangan buku : “ Jejak-jejak Tanah Air Bahasa” Naskah
: Buku Sejarah Awal pers dan Kebangkitan Kesadaran Indonesia & Buku Tanah Air Bahasa Seratus Jejak PersIndonesia
Penyelenggara
: Antara, kantor berita Indonesia
Desainer
: Danurdara Labda Wicaksana
Penerbit
: Antara Publishing
Tebal
: 150 halaman
2.10 Kerangka Buku
Halaman Judul Dalam Daftar Isi Intro/Abstraksi Latar Belakang Sejarah Kedatangan Percetakan di Indonesia Daftar Tokoh Tirto Adhi Soerjo Dr. Wahidin Sudirohusodo Abdul Rivai Dja Endar Moeda Datoek Soetan Maharadja Dowes Dekker Hos Tjokroaminoto Siti Roehana Koedoes Tjipto Mangoenkoesoemo Raden Mas Panji Sosrokartono Mas Marco Kartodikromo Ahmad Dahlan Hadji Mohammad Misbach Haji Agus Salim Semaoen Ki Hajar Dewantara Abdoel Moeis Dr. Soetomo Soekarno Mohammad Hatta Amir Sjarifuddin M Tabrani Adam Malik Sayuti Melik
Penutupan : Membangun Rumah Bahasa
Perjalanan pers secara singkat & Kesimpulan 2.11 Data Penyelengara
Gambar 2.2 Logo Persatuan Wartawan Indonesia Visi “Visi PWI adalah harus memiliki kemampuan untuk melihat suatu hal langsung pada inti permasalahan dengan sudut pandang yang jelas dan tepat, serta bertujuan memberikan wawasan kepada khalayaknya.” Misi 1) Wartawan Indonesia berdiri teguh di atas dasar falsafah Negara Pancasila, 2) Berpedoman kepada Pancasila, UUD 1945, dan TAP MPR-RI, 3) Sebagai alat demokrasi, Wartawan Indonesia berketetapan hati dan bertekad untuk terus melanjutkan tradisi demokrasi dan patriotiknya. 4) Wartawan Indonesia tanpa membedakan aliran politik, asal suku, ras, agama, kepercayaan dan golongan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa/negara. Tujuan 1) Tercapainya cita-cita Rakyat Indonesia sebagaimana diamanatkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 2) Terwujudnya kehidupan Pers Nasional yang merdeka, profesional, bermartabat, dan beradab 3) Terpenuhinya hak masyarakat memperoleh informasi yang benar danbermanfaat 4) Terwujudnya tugas pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal hal yang berkaitan dengan kepentingan umum.
Gambar 2.3 Logo Antara, kantor Berita Indonesia
Perusahaan
Umum
Lembaga
Kantor
Berita
Nasional
Antara (atau
disingkat Perum LKBN Antara) merupakan kantor berita diIndonesia, yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Perum LKBN Antara merupakan BUMN yang diberikan tugas oleh Pemerintah untuk melakukan peliputan dan penyebarluasan informasi yang cepat, akurat, dan penting, ke seluruh wilayah Indonesia dan dunia internasional.
Sejarah perusahaan Naamloze Vennootschap (NV) Kantor Berita Antara didirikan pada tanggal 13 Desember 1937 oleh A.M.
Sipahoetar, Soemanang, Adam
Malik dan Pandoe
Kartawigoena, saat semangat kemerdekaan nasional digerakkan oleh para pemuda pejuang. Sebagai Direktur pertama pada waktu itu adalah Sugondo Djojopuspito (mantan mahasiswa RH usia 33 th pada waktu itu, kawan Soemanang yang juga mantan mahasiswa RH), sedangkan Adam Malik (wartawan, usia 20 tahun pada waktu itu) adalah sebagai wakilnya (Redaktur). Pada tahun 1962, ANTARA resmi menjadi Lembaga Kantor Berita Nasional yang berada langsung di bawah Presiden Republik Indonesia. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara atau disingkat LKBN Antara merupakan kantor berita terbesar di Indonesia, yang sifatnya semi pemerintah, walaupun ketika pertama kali didirikan oleh para wartawan nasionalis pada masa penjajahan Belanda sebelum PD II sepenuhnya merupakan usaha swasta.Agar dapat memanfaatkan berbagai peluang bisnis dan untuk menghadapi tantangan konvergensi media sekaligus dapat mengemban tugas pencerdasan bangsa, maka Pemerintah dibawah kepemimpinan H. Susilo Bambang Yudhoyono mengubah status LKBN ANTARA menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tanggal 18 JUli 2007 melalui PP 40/2007.
Agar menjadi perusahaan yang sehat, LKBN ANTARA mulai menyusun Neraca Pembuka yang diselesaikan selama dua tahun setelah terbitnya SK Menteri Keuangan pada akhir September 2009. Sejak terbitnya Neraca Pembuka tersebut, kinerja keuangan LKBN ANTARA dapat dimonitor oleh para pemegang sahamnya.