1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pada sebagian besar negara berkembang, kematian ibu memegang porsi terbesar dari kematian dikalangan wanita reproduktif. Rata-rata angka kematian ibu di negara berkembang adalah 450 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk negara maju angka kematian ibu mencapai rata-rata 30 per 100.000 kelahiran hidup. Setiap tahun, sekitar setengah juta ibu meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan kehamilan atau persalinan. Tingginya angka kematian ibu di Negara-negara berkembang disebabkan berbagai faktor diantaranya masih rendahnya pendidikan, gizi kurang, sanitasi yang buruk, penyediaan air bersih yang tidak memadai dan masalah sosial budaya yang erat hubungannya dengan status wanita (POGI, 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan nifas. Laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir memperkirakan AKI adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan WHO, UNICEF, UNFPA dan World Bank memperkirakan angka kematian ibu yang lebih tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup (Trisnantoro L, 2011), sementara target yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Gizi dan KIA untuk tahun 2014 adalah sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Rakornas PKH Kemenkes RI, 2011). Hal ini sejalan dengan target yang ingin dicapai MDGs adalah menurunkan AKI sebesar tiga-perempatnya antara tahun 1990-2015 dengan
2
indikator tingkat kematian ibu (per 100.000) dan kelahiran yang dibantu tenaga terlatih. Kondisi lingkungan dan pola fertilitas di banyak negara berkembang menjadi penyebab utama kematian ibu. Keadaan menjadi lebih buruk sebab kehidupan pada sebagian terbesar dari penduduk di negara berkembang masih dilatar belakangi oleh kemiskinan, malnutrisi dan masalah sosial budaya yang erat hubungannya dengan status wanita. Sebagian besar dari kematian ibu terjadi di rumah karena pertolongan persalinan oleh tenaga tidak terlatih. Persalinan yang aman memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga profesional dan dukun bayi. Berdasarkan indicator cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pertolongan persalinan sebaiknya oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) tidak termasuk oleh dukun bayi. Fenomena dukun bayi merupakan salah satu bagian yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan status 40% kelahiran bayi di Indonesia dibantu oleh dukun bayi. Keadaan ini semakin diperparah karena umumnya dukun bayi yang menolong persalinan tersebut bukan dukun terlatih. Dalam konteks budaya (tradisi) masyarakat kita sering terdapat kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang merugikan
3
bahkan membahayakan kesehatan wanita hamil dan ibu pasca bersalin. Andi Prabowo (2001) menyatakan bahwa sosio-kultural masyarakat, khususnya ibu hamil, tentang penolong persalinan oleh dukun antara lain disebabkan oleh tradisi masyarakat yang masih percaya pada dukun Menurut Kusnaka Adimihardja dalam Djamhoer Martaadisobrata (2005), seorang dukun bayi akan menasehati ibu hamil untuk tidak mengkonsumsi ikan air tawar dan laut karena dipercayai air susu ibu akan menjadi amis yang kurang baik bagi sang bayi. Di samping itu, ibu hamil juga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi telur karena dipercayai kepala bayi yang dikandungnya akan terjangkit bisul-bisul, serta ibu hamil juga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi hati ayam yang dapat dipercayai mengakibatkan tubuh bayi menjadi kecil serta bayi menjadi bodoh. Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat. Di daerah ini masih ditemui dukun bayi yang masih aktif melakukan pertolongan persalinan. Berdasarkan data dari dinas kesehatan Kabupaten Solok Selatan, terdapat 101 dukun beranak yang masih aktif menolong persalinan, dan semua dukun tersebut tidak terlatih untuk menolong persalinan tersebut (Dinas Kesehatan Kab. SolSel, 2012). Menurut Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir pada tahun 2012 terdapat 1 orang ibu yang meninggal, namun pada tahun 2012 AKI di Kabupaten tersebut naik menjadi 3 orang. Sementara pada tahun 2013, terdapat 2 orang ibu yang meninggal (Dinas Kesehatan Samosir, 2013).
4
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Samosir menempati urutan pertama terendah dari target Renstra pada tahun 2011 yaitu 62,30%. Sementara dari 43,2% ibu yang melahirkan di rumah, 40,2% diantaranya ditolong oleh dukun. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih penolong persalinan. Menurut Green, perilaku tersebut dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan, sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi). Penelitian yang dilakukan oleh Efi Yuliarti di wilayah kerja Puskesmas Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Riau pada tahun 2009, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah faktor predisposisi, yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, pendapatan dan pendidikan serta faktor penguat yaitu orang tua, makcik (adik mamak), dukun bayi dan reference group. Hasil penelitian Bangsu (2001) di Bengkulu, bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan yang dilakukan oleh dukun bayi bersifat“all in”,yaitu menolong persalinan, membantu pekerjaan ibu hamil pada hari persalinannya, memandikan bayi, dan bahkan bersedia merawat bayi hingga lepas tali pusat sampai kondisi ibu pulih. Menurut Sarwono (2004) yang mengutip pendapat Andersen dengan teorinya“Andersen’s
Behavioral
model
of
Health
Service
Utilization”,
5
mengemukakan bahwa keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan itu ada tiga komponen, yaitu (1) komponen predisposisi terdiri dari demografi, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan, (2) komponen enabling (pendukung) terdiri dari sumber daya keluarga (penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan), dan sumber daya masyarakat (jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dan tenaga kesehatan, lokasi sarana kesehatan), (3) komponen need, merupakan komponen yang paling langsung berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan. Berdasarkan analisis teori tersebut, maka dapat disimpulkan determinan keputusan ibu hamil untuk melakukan pertolongan persalinan dipengaruhi oleh kunjungan pemeriksaan kehamilan. Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, melalui wawancara kepada beberapa ibu bersalin di Desa Pasir Putih, diketahui bahwa ada sebagian ibu hamil di tempat dia tinggal melakukan pertolongan persalinan pada dukun, dengan pertimbangan sewaktu hamil tidak memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan dan kurang mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan oleh bidan. Kemudian ibu hamil yang memilih pertolongan persalinan ke bidan dipengaruhi oleh sewaktu hamil rajin melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke bidan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Desa Pasir Putih pada umumnya ibu bersalin yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan mereka memilih pertolongan persalinan ke dukun.
6
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan faktor predisposisi dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di desa Pasir Putih.”
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan faktor predisposisi dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum Untuk
mengetahui
hubungan
faktor
predisposisi
dengan
pemilihan
pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Hubungan pendidikan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 2. Hubungan pekerjaan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 3. Hubungan pengetahuan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4. Hubungan budaya dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
7
1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan kepada ibu hamil untuk memilih persalinan ke tenaga kesehatan untuk menjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 2. Memberikan masukan kepada masyarakat hendaknya bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan.
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Faktor Predisposisi dalam Pemilihan Pertolongan Persalinan Faktor predisposisi dalam pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan didalam bidang kesehatan (Notoatmojo, 2003). Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007), pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh pada
9
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan. Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap perilaku. Faktor lingkungan non fisik, akibat masalah-masalah sosial penanganannya diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. 2. Pekerjaan Menurut Labor Force Consepth, yang digolongkan bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan, baik mereka bekerja penuh maupun tidak. Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari atau mendapatkan nafkah (Hardywinoto, 2007). 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagiaan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
10
telinga (Natoadmodjo, 2003). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemilihan pertolongan persalinan dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang menyatakan bahwa pemilihan pertolongan persalinan perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat melahirkan. Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005). 4. Budaya Menurut Wiknjosastro (2005), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik endometriumnya. Hal ini diakibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau sehingga dapat mengakibatkan terjadinya plasenta previa. Ibu
yang pernah melahirkan
mempunyai pengalaman untuk pemilihan pertolongan persalinan, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan persalinannya (Depkes RI, 2008).
2.2. Pengambilan Keputusan 2.2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan yang optimal menurut Bowo (2008) adalah paling
11
rasional. Artinya, paing sesuai dengan kebutahan yang ada dan dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. 2.2.2. Faktor-faktor Pengambilan Keputusan Berdasarkan teori pengambilan keputusan, maka relevansinya dengan pengambilan keputusan pada ibu hamil
terhadap pemilihan penolong persalinan
didasari pada beberapa faktor-foktor pengambilan keputusan, antara lain (Bowo, 2008): 1.
Berdasarkan pemikiran yang rasional, tentang pentingnya memilih penolong persalinan yang tepat dan tidak menimbulkan masalah lain berdasarkan kemampuan pikirannya dan berdasarkan studi empiris yang ada
2.
Berdasarkan perasaan, yaitu suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis rasional. Instuisi adalah kekuatan di luar indera atau indera keenam. Seseorang kemungkinan mengambil keputusan intuitif ini jika menghadapi pada delapan kondisi, yaitu : 1. Bila ada ketidakpastian dalam tingkat tinggi 2. Bila variabel-variabel kurang bisa diramalkan secara ilmiah 3. Bila ada sedikit residen yang diikuti 4. Bila fakta terbatas 5. Bila faka menunjukkan dengan jelas jalan untuk diikuti
12
6. Bila data analitis kurang berguna 7. Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih yang masing-masing memiliki argumen yang baik 8. Bila waktu terbatas dan ada tekanan, segera diambil keputusan yang tepat. 3. Berdasarkan pilihan yang ada, yaitu adanya pertimbangan-pertimbangan membuat pilihan alternatif lain setelah mengaji untung ruginya 4. Berdasarkan perbedaan budaya, yaitu adanya perbedaan latar belakang budaya yang dianutnya sehingga keputusan yang diambil didasari oleh norma, kaedah dan adat istiadat yang ada. 2.2.2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan keputusan rasional enam langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan masalah 2. Mengidentifikasikan kriteria keputusan 3. Mengalokasikan bobot pada kriterianya 4. Mengembangkan alternatif 5. Mengevaluasi alternatif 6. Memilih alternatif yang terbaik Tanda-tanda umum dari penetapan keputusan (decision making) adalah : 1. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual 2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif
13
3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan. Menurut Robins, meskipun masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan keputusan. Tapi telah disepakati, bahwa faktor-faktor personal amat menentukan apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif dan sikap. Kognisi artinya kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat mempengaruhi pengambilan keputusan. Sikap merupakan faktor penentu lainnya dalam proses pengambilan keputusan (Bowo, 2008). Langkah-langkah pengambilan keputusan dalam bidang pelayanan kesehatan (health care) adalah : 1. Manfaat dari tindakan 2. Resiko tindakan 3. Alternatif terhadap tindakan ke depan 4. Tidak melakukan tindakan apapun 5. Keputusan
2.3. Pertolongan Persalinan 2.3.1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Wiknjosastro, 2008) 2.3.2. Pengertian Pertolongan Persalinan
14
Pertolongan persalinan merupakan salah satu bagian dari pelayanan antenatal care. Menurut Wiknjosastro (2008) bahwa peningkatan pelayanan antenatal, penerimaan gerakan keluarga berencana, melaksanakan persalinan bersih dan aman dan meningkatkan pelayanan obstetri essensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. 2.3.3. Bentuk Persalinan Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut : a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan (Wiknjosastro, 2008). 2.3.4. Perencanaan Persalinan Perencanaan persalinan sebaiknya dilakukan untuk mengantisipasi kesulitan yang mungkin terjadi. Perencanaan persalinan terdiri dari : a. Tempat melahirkan. b. Penolong persalinan. c. Transportasi. d. Penghilang rasa nyeri. e. Pendamping persalinan. f. Plasenta (dimana plasenta akan diurus) (Wiknjosastro, 2008).
15
2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Persalinan Fakto-faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan pelayanan antenatal care Menurut Anderson yang dikutip oleh Faija (2010), faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah komponen predisposisi, komponen pemukiman dan komponen kebutuhan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care adalah komponen predisposisi, komponen pemungkin dan komponen kebutuhan. Model pemanfaatan pelayanan antenatal dihubungkan oleh faktor predisposing yaitu susunan keluarga, struktur sosial dan kepercayaan kesehatan dan faktor enabling adalah sumber keluarga dan sumber masyarakat, seperti: pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayaran, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan, jarak, sedangkan faktor need adalah riwayat, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan HB. 2. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah
aplikasi
atau
(Notoatmojo, 2010).
penerapan
pendidikan
didalam
bidang
kesehatan
16
Menurut Sedarmayanti (2001) yang dikutip oleh Hardywinoto (2007), pendidikan dan keterampilan akan mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sumber utama kinerja yang efektif yang memengaruhi individu adalah kelemahan intelektual, kelemahan psikologis dan kelemahan fisik. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi keadaan keluarga karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku seseorang sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan yang diperoleh. Perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan. Faktor pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi terutama terhadap perilaku.
Faktor
lingkungan
non
fisik,
akibat
masalah-masalah
sosial
penanganannya diperlukan pendidikan kesehatan. Dalam rangka membina meningkatkan kesehatan masyarakat ditunjukkan pada upaya melalui tekanan, paksaan kepada masyarakat dan edukasi atau upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, faktor predisposisi ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
17
kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil untuk memilih pertolongan persalinan (Depkes RI, 2008). 3. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagiaan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Natoadmodjo, 2010). Pentingnya aspek pengetahuan dalam pemanfatan ANC dapat dilihat dari pendapat Cholil (2004) yang menyatakan bahwa pemanfatan ANC perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan ibu saat kehamilan dan melahirkan. Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang pelayanan antenatal care, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman, 2005). Pengetahuan
18
yang dimiliki ibu tentang pelayanan ANC
dan pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan (Depkes RI, 2008). 4. Kebiasaan Keluarga Menurut Efendy (2004) kebiasaan keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhankeluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
2.4. Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi : 1. Pendidikan 2. Pengetahuan
Pemilihan pertolongan persalinan
3. Budaya 4. Ekonomi 5. 2.5. Hipotesis 1.
Ada hubungan pendidikan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
19
2. Ada hubungan pekerjaan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 3. Ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4. Ada hubungan budaya dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
20
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan desain cross sectional. Penelitian deskriptif analitik adalah metode yang mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang ada. Penelitian tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data itu sendiri (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Pasir Putih Kabupaten Samosir. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan september Tahun 2015.
3.3. Populasi Dan sampel 3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di
20
21
Desa Pasir Putih Kabupaten Samosir sebesar 64 orang. 3.3.2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu dengan mengambil semua populasi sebagai sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari kepala Desa Pasir Putih.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan diselesaikan oleh responden dengan memperoleh ijazah. Kategori Pendidikan : 0. Tinggi : Diploma/S1 (Kemendiknas, 2009) 1. Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA 2. Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui tentang persalinan. Kategori Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk
22
Untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu bersalin disusun sebanyak 10 pertanyaan dengan jawaban ”benar (bobot 1) dan ”salah (bobot nilai o)”, maka total skor untuk variabel pengetahuan adalah 10, jadi : 0.
Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76% dari 10 = 8-10
1.
Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 10 = 1-7 (Nursalam, 2011).
3. Budaya adalah kondisi dimasyarakat yang berpengaruh terhadap pemilihan persalinan. Kategori Budaya : 0. Ya 1. Tidak 4. Ekonomi adalah tingkat perhasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kategori Ekonomi : 0. Tinggi, jika penghasilan keluarga ≥ Rp. 2.050.000,1. Tidak, jika penghasilan keluarga < Rp. 2.050.000,5. Pemilihan pertolongan persalinan adalah keputusan yang diambil ibu dan keluarga saat ibu melahirkan oleh dukun. Kategori pemilihan pertolongan persalinan : 0. Tinggi, jika penghasilan keluarga ≥ Rp. 2.050.000,1. Tidak, jika penghasilan keluarga < Rp. 2.050.000,-
23
Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas Faktor Predisposisi 1. Pendidikan
2. Pengetahun 3. Budaya 4. Ekonomi Variabel Terikat Pemilihan pertolongan persalinan
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Hasil Ukur
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner)
Ordinal
0. Tinggi : Diploma/S1 1. Dasar : SD/SMP dan Menengah : SMA 0. Baik 1. Buruk 0. Mendukung 1. Tidak Mendukung 0. Tinggi 1. Rendah
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Ordinal Ordinal
0. Ya 1. Tidak
3.6. Metode Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer Yaitu sumber data langsung dari subyek penelitian diperoleh dari penyebaran angket pada ibu bersalin berupa umur ibu, paritas, pendidikan, pekerjaan, pelayanan ANC dan keputusan pemilihan pertolongan persalinan 3.6.2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder (penunjang) dilakukan dengan mengambil datadata dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari Puskesmas Pembantu Tambunan Kecamatan Sibolangit.
24
3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan data Langkah-langkah pengolahan data adalah a. Editing Adalah memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan, apakah telah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak.
Data yang di editing berupa pendidikan,
pengetahuan, budaya, ekonomi dan keputusan menolong persalinan. Dalam melakukan editing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni : 1. Memeriksa semua jawaban responden dapat dibaca 2. Memeriksa semua pertanyaan sudah terjawab 3.
Memeriksa hasil isian sesuai dengan tujuan yang dicapai peneliti
4. Memeriksa apakah masih ada kesalahan lain yang terdapat pada kusioner b. Coding Adalah melakukan pengkodean data. Cara melakukan koding adalah a. Memberi simbol-simbol tertentu b. Kelompokkan menurut kategori c. Proses Data Entri (processing) yaitu : jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software” komputer. Program yang sering digunakan untuk penelitian adalah program SPSS for Window.
25
d. Proses Cleaning yaitu mengecek semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan untuk melihat kemungkinan adanya kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan dan selanjutnya dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoatmodjo, 2010). 3.7.2. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik masing-masing variabel independen dan dependen. Mengingat data kategorik maka hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas (pendidikan, pengetahuan, budaya dan ekonomi) dan variabel terikat (keputusan pemilihan penolong persalinan) dengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan α = 0,05 (Budiarto, 2001) Rumus Uji Square :
b
2 H
k
i 1 j 1
O
ij
Eij
2
Eij
Dimana : O j = frekuensi teramati pada klasifikasi ke-j E j = frekuensi harapan (expected value) pada klasifikasi ke-j, yaitu
jumlah frekuensi ideal yang diharapkan terjadi pada masingmasing klasifikasi. j = 1,2,…..k, dimana k adalah banyaknya klasifikasi
26
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi Desa Pasir Putih berada di pulau samosir Kabupaten Samosir. Desa Pasir Putih terletak dibibir Pantai Danau Toba. Desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di daerah dataran rendah. Secara geografis Desa Pasir Putih mempunyai luas wilayah 6.422 km2.
4.2. Analisis Univariat Setelah dilakukan pengumpulan, pengolahan dan analisa data maka factor predisposisi responden yang diperoleh meliputi : pendidikan, pengetahuan, budaya, ekonomi dan pemilihan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 4.2.2. Distribusi Pendidikan Ibu Bersalin di Desa Pasir Putih Untuk mengetahui tingkat
pendidikan responden tentang pemilihan
pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tentang Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun di Desa Pasir Putih No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SMA Total
Jumlah 17 21 9 47
% 36,2 44,7 19,1 100,0
27
Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan mayoritas dengan pendidikan SMP sebanyak 21 orang (44,7%) , sedang dengan pendidikan SD sebanyak 17 (36,2%) dan minoritas dengan pendidikan SMA sebanyak 9 orang (19,1 %). 4.2.2. Distribusi Pengetahuan Ibu Bersalin di Desa Pasir Putih Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang pemilihan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun di Desa Pasir Putih No 1 2
Pengetahuan Baik Buruk Total Dari tabel diatas terlihat bahwa
Jumlah 25 22 47
% 53,2 46,8 100,0
distribusi responden berdasarkan
pengetahuan mayoritas dengan pengeatahuan baik sebanyak 25 orang (53,2%) dan minoritas dengan pengetahuan buruk sebanyak 22 orang (46,8 %). 4.2.3. Distribusi Budaya Ibu Bersalin di Desa Pasir Putih Untuk mengetahui budaya responden tentang pemilihan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Tentang Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun di Desa Pasir Putih No 1 2
Budaya Mendukung Tidak Mendukung Total
Jumlah 25 22 47
% 53,2 46,8 100,0
28
Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi responden berdasarkan budaya mayoritas dengan budaya mendukung sebanyak 25 orang (53,2%) dan minoritas dengan budaya tidak mendukung sebanyak 22 orang (46,8 %). 4.2.4. Distribusi Ekonomi Ibu Bersalin di Desa Pasir Putih Untuk mengetahui ekonomi responden tentang pemilihan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Ekonomi Tentang Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun di Desa Pasir Putih No 1 2
Ekonomi Tinggi Rendah Total
Jumlah 34 13 47
% 72,3 27,7 100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi responden berdasarkan ekonomi mayoritas dengan ekonomi tinggi sebanyak 34 orang (72,3%) dan minoritas dengan ekonomi rendah sebanyak 13 orang (27,7%). 4.2.5. Distribusi Pemilihan Pertolongan Persalianan di Desa Pasir Putih Untuk mengetahui tentang pemilihan pertolongan persalinan di Desa Pasir Putih dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5. Distribusi Pemilihan Pertolongan Persalinan di Desa Pasir Putih No 1 2
Pemilihan Pertolongan Persalinan Bidan Dukun Total
Jumlah 27 20 47
% 57,4 42,6 100,0
Dari tabel diatas terlihat bahwa mayoritas pemilihan pertolongan persalinan ke bidan sebanyak 27 orang (57,4%) dan minoritas pemilihan pertolongan persalinan
29
ke dukun sebanyak 20 orang (42,6%).
4.3. Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan faktor predisposisi dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dengan uji sitatistik Chi-Square dan dapat dilihat di bawah ini : 4.3.1. Hubungan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Pasir Putih Untuk melihat hubungan pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dapat dilihat di bawah ini Tabel 4.6. Hubungan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Pasir Putih
No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SMA
Pemilihan Pertolongan Perslinan Bidan Dukun n % n % 12 70,6 5 29,4 7 33,3 14 66,7 8 88,9 1 11,1
Total P value N 17 21 7
% 100 100 100
0,018
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 17 orang dengan pendidikan SD terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 12 orang (70,6%) dan 5 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak (29,4%). Dari pendidikan SMP terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 7 orang (33,3%) dan 14 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 14 (66,7%).
Sedangkan
responden dengan pendidikan SMA terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 8 orang (88,9%) dan 1 orang pemilihan pertolongan persalinan ke
30
dukun sebanyak 1 (11,1%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,018) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4.3.1. Hubungan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Untuk melihat hubungan pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dapat dilihat di bawah ini Tabel 4.7. Hubungan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Pasir Putih
No 1 2 3
Pendidikan SD SMP SMA
Pemilihan Pertolongan Perslinan Bidan Dukun n % n % 12 70,6 5 29,4 7 33,3 14 66,7 8 88,9 1 11,1
Total P value N 17 21 7
% 100 100 100
0,018
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 17 orang dengan pendidikan SD terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 12 orang (70,6%) dan 5 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak (29,4%). Dari pendidikan SMP terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 7 orang (33,3%) dan 14 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 14 (66,7%).
Sedangkan
responden dengan pendidikan SMA terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 8 orang (88,9%) dan 1 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 1 (11,1%).
31
Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,018) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4.3.2. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dapat dilihat di bawah ini Tabel 4.8. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Pasir Putih
No 1 2
Pengetahuan Baik Buruk
Pemilihan Pertolongan Perslinan Bidan Dukun n % n % 20 80,0 5 20,0 7 31,8 15 68,2
Total P value N 25 22
% 100 100
0,002
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 25 orang dengan pengetahuan baik terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 20 orang (80,0%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 5 orang (20,0%). Sedangkan dari 25 responden dengan pengetahuan baik terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 7 orang (31,8%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 15 (68,2%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,002) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan
32
hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4.3.3. Hubungan Budaya Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Untuk melihat hubungan budaya ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dapat dilihat di bawah ini Tabel 4.9. Hubungan Budaya Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi Di Desa Pasir Putih
No
1 2
Budaya
Mendukung Tidak Mendukung
Pemilihan Pertolongan Perslinan Bidan Dukun n % n % 21 84,0 4 16,0 6 27,3 16 72,7
Total P value N 25 22
% 100 100
0,000
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 25 orang dengan budaya mendukung terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 21 orang (84,0%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 4 orang (16,0%). Sedangkan dari 25 responden dengan budaya tidak mendukung terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 6 orang (27,3%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 16 (72,7%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan budaya ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
33
4.3.4. Hubungan Ekonomi Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Untuk melihat hubungan ekonomi bu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih dapat dilihat di bawah ini Tabel 4.10. Hubungan Ekonomi Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih
No
1 2
Ekonomi
Tinggi Rendah
Pemilihan Pertolongan Perslinan Bidan Dukun n % n % 25 73,5 9 26,5 2 15,4 11 84,6
Total P value N 34 13
% 100 100
0,001
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 34 orang dengan ekonomi tinggi terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 25 orang (73,5%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 9 orang 26,5%). Sedangkan dari 13 responden dengan ekonomi rendah terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 2 orang (15,4%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 11 (84,6%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,001) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan ekonomi ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
34
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pendidikan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa dari 17 orang dengan pendidikan SD terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 12 orang (70,6%) dan 5 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak (29,4%). Dari pendidikan SMP terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 7 orang (33,3%) dan 14 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 14 (66,7%). Sedangkan responden dengan pendidikan SMA terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 8 orang (88,9%) dan 1 orang pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 1 (11,1%). Pendidikan penting karena merupakan dasar dari mengertinya orang dalam hal menerima informasi dapat lebih mudah diterima dan diadopsi pada orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dari pada pendidikan rendah. Pendidikan yang dimiliki oleh ibu berhubungan dengan pengetahuan yang dimilikinya, akan berusaha untuk lebih mengetahui kemana seharusnya tempatnya untuk bersalin dan lebih berupaya mencari informasi tentang pertolongan persalinan. Pendidikan akan membuat seseorang ingin lebih mengetahui lebih banyak hal yang diperlukan dan lebih tanggap terhadap informasi serta peka melihat perubahanperubahan yang terjadi.
35
Hal ini sesuai Gerungan (1986) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas memengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat, berpikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan dengan nilai p value < 0,05 dengan RP 34,2 (95% CI = 11,081-12,362). Hal ini juga akan memengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya. Dari tabulasi silang dapat dilihat bahwa peningkatan pendidikan diikuti dengan peningkatan pemilihan pertolongan persalinan atau dengan kata lain makin tinggi tingkat pendidikan, pemilihan pertolongan persalinan ke bidan semakin meningkat. Demikian juga sebaliknya makin rendah pendidikan ibu, responden yang memilih persalinan yang dibantu bidan makin menurun. Pernyataan tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Magadi (2003), menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi secara signifikan berpeluang lebih tinggi memilih persalinan kebidan dan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Sedangkan responden yang tidak sekolah mempunyai peluang yang sangat kecil untuk bersalin ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sigit (2000), yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan akan memengaruhi pada pemilihan pertolongan persalinan.
36
5.2. Hubungan Pengetahuan Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 orang dengan pengetahuan baik terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 20 orang (80,0%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 5 orang (20,0%). Sedangkan dari 25 responden dengan pengetahuan baik terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 7 orang (31,8%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 15 (68,2%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,002) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. Keadaan ini menunjukkan bahwa pengetahuan secara parsial mempunyai keeratan hubungan dengan pemilihan penolong persalinan, artinya semakin tinggi pengetahuan ibu maka kecendrungan ibu untuk memilih tenaga bidan ataupun dokter dalam proses persalinannya juga akan semakin tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bangsu (2001), bahwa ibu dengan pengetahuan kuarang (94,81%) akan memilih dukun bayi untuk menolong persalinannya dibanding ibu dengan pengetahuan tinggi (5,19%). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuanakan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Makin rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Wiludjeng, 2005).
37
Penelitian lain yang serupa oleh Devi Syarief (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan di Puskesmas Sangir Kabupaten Solok Selatan tahun 2013 (p<0,005), artinya responden yang berpengetahuan tinggi akan bersalin dengan tenaga kesehatan.
5.3. Hubungan Budaya Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Hasil penelitian bahwa dari 25 orang dengan budaya mendukung terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 21 orang (84,0%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 4 orang (16,0%). Sedangkan dari 25 responden dengan budaya tidak mendukung terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 6 orang (27,3%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 16 (72,7%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa Probabilitas (0,000) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan budaya ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. Budaya dalam penelitian ini adalah pandangan responden tentang kepercayaan, adat istiadat yang ada dimasyarakat tentang pemilihan penolong persalinan. Dari pertanyaan mendalam mengenai bagaimana budaya dan tradisi mempengaruhi ibu untuk melahirkan dengan dukun dapat diungkapkan bahwa pemilihan tersebut terjadi karena sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun dari
38
keluarga mereka, seperti pernyataan salah seorang responden: “bagaimana lagi buk?nenek saya adalah dukun beranak. Kan lebih enak melahirkan dengan nenek dibanding bu bidan. Lagian sudah tradisi di rumah saya, kalo mau melahirkan dengan nenek, sepupu juga begitu.” Pada dasarnya, peran kebudayan terhadap kesehatan masyarakat adalah dalam membentuk, mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang tidak semua praktek/perilaku. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu dukun.
5.4. Hubungan Ekonomi Ibu Bersalin dengan Pemilihan Pertolongan Persalinan Oleh Dukun Bayi di Desa Pasir Putih Hasil penelitian diperoleh bahwa dari
34 orang dengan ekonomi tinggi
terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 25 orang (73,5%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 9 orang 26,5%). Sedangkan dari 13 responden dengan ekonomi rendah terdapat pemilihan pertolongan persalinan ke bidan terdapat 2 orang (15,4%) dan pemilihan pertolongan persalinan ke dukun sebanyak 11 (84,6%). Kemudian berdasarkan hasil analisa statistik dengan uji chi-square terdapat bahwa probabilitas (0,001) < α (0,05) berarti Ho ditolak artinya terdapat hubungan hubungan ekonomi ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun
39
bayi di Desa Pasir Putih. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi status ekonomi ibu melahirkan semakin memilih persalinan ke bidan dan sebaliknya semakin ekonomi rendah maka ibu akan lebih memilih bersalin ke dukun. Sebagian besar responden yang termasuk dalam status ekonomi miskin memilih pertolongan persalinan oleh dukun bayi, sedangkan seluruh responden yang tidak miskin memilih pertolongan persalinan oleh bidan. Responden yang termasuk dalam status ekonomi miskin cenderung tidak mempunyai pendapatan keluarga yang memadai untuk memenuhi biaya pelayanan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain. Hal ini terjadi karena biaya persalinan di dukun bayi cenderung lebih murah dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ridwan Aminudin pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa status ekonomi berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Penelitian Telpa Abdi tahun 2008 juga menyatakan masih rendahnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan disebabkan oleh faktor sosial budaya, ekonomi, dan kepercayaan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan, selain jauhnya jarak tempuh, biaya dan lingkungan, pengetahuan dan ekonomi diduga merupakan beberapa penyebab yang mampu memengaruhi ibu dan keluarga dalam memilih penolong persalinan, selain itu ekonomi yang pas-pasan itu
40
memicu sebagian keluarga cenderung untuk tidak memilih melakukan persalinan ke tenaga kesehatan. Hal tersebut juga di dukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Amirudin (2007) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan penolong persalinan yaitu pengetahuan, sikap dan tingkat ekonomi keluarga.
41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan pendidikan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 2. Terdapat hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 3. Terdapat hubungan budaya dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih. 4. Terdapat hubungan ekonomi ibu bersalin dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Desa Pasir Putih.
6.2. Saran 1. Bagi ibu yang tidak memililih keputusan pertolongan persalinan ke bidan sebaiknya melakukan pemilihan keputusan pertolongan persalinan ke bidan untuk meningkatkan kesehatan ibu. 2. Bagi tenaga kesehatan diharapkan perlunya meningkatkan informasi tentang pentingnya bersalin di tenaga kesehatan terutama bidan melalui penyuluhan. 3. Bagi tempat penelitian diharapkan perlunya penyebaran informasi tentang pemilihan pertolongan persalinan. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih meneliti variabel lain
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Abdi T. Determinan pemanfaatan dukun bayi oleh masyarakat dalam pilihan pertolongan di desa Anak Talang kecamatan Batang Cenak kabupaten Indragiri Hulu tahun 2008. c2008 [cited 2010 February 5]. Available from : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14727/1/09E00926.pdf_1 Adenbagoes.2010.Pengertian Pengetahuan.3 Januari 2012.20.10 Wib.http.//id.com. Amiruddin; Jakir.(2009). Pengetahuan dipengaruhi http://www.pdpersi.co.id. 2010, diakses 26 Mei 2012
oleh
sikap
Amirudin, Ridwan. 2007, Tenaga Penolong Persalinan. Diakses Melalui www.google.com pada 5 Maret 2013 Pukul 10:00 wib. Amilda, Nur Latifah. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh dukun bayi di Kabupaten Kampar Riau. FK UNDIP. Semarang. Anggorodi, Rina. 2009. Dukun Bayi Dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia. Jurnal Kesehatan, Vol 13. No. 1 Juni 2009. FKM UI. Jakarta Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Djamhoer Martadisoebrata. 2005. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. YBPSP. Jakarta. Depkes RI.(2007). Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar. Jakarta. Depkes, RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Depkes, RI. & BPS (2006). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Indonesia 2004. Jakarta Eko Budiarto. 2002. Biostatistika Untuk Kedoketaran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Graha. 2006, Makalah Komunitas Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Medis. Diakses Melalui www.google.com. Tanggal 5 Maret 2013 Pukul 10:30 wib\
43
Jahidin, Ahid,dkk. 2012. Faktor determinan yang mempengaruhi alternatif pemilihanpersalinan dukun beranak di kecamatan Limboro Kabupaten Polewali Mandar. FKM UNHAS. Makasar Juliwanto, Elvistron. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memilih penolong persalinan pada ibu hamil di kecamatan Babul Jannah Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2008. Tesis Pasca Sarjana USU. Medan Lukito, 2003, Pemanfaatan Fasilitas kesehatan Oleh masyarakat Pedesaan, Tesis UGM, Yokyakarta Notoatmodjo, Soekitdjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta Manuaba, Ida Bagus, Gde. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : 2007. Notoadmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoadmodjo, Soekidjo, 2007. Promo Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta Profil Daerah Kabupaten Samosir. 2013.
44
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PEMILIHAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH DUKUN BAYI DI DESA PASIR PUTIH A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Umur : 3. Pekerjaan : B. PENGHASILAN 1. Penghasilan keluarga : a. ≤ Rp. 2.050.000,b. > Rp. 2.050.000,C. PENGETAHUAN No Pertanyaan 1 Seorang ibu bersalin harus ditolong oleh tenaga yang terlatih. 2 Fungsi bidan untuk menolong persalinan. 3 Sebaiknya ibu memilih pertolongan persalinan ke pelayanan kesehatan 4 Bersalin dapat mengancam jiwa ibu 5 Bersalin dapat mengancam jiwa anak 6 Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang telah cukup bulan atau hidup melalui jalan lahir. 7 Pertolongan persalinan guna untuk meningkatkan persalinan bersih dan aman 8 Pertolongan persalinan guna untuk meningkatkan pelayanan obstetri essensial dan darurat yang merupakan pelayanan kesehatan primer. 9 Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. 10 Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Ya
Tidak
45
D. BUDAYA 1. Apakah sudah menjadi kebiasaan bagi ibu secara turun menurun apa bila melahirkan dibantu oleh dukun a. Ya b. Tidak E. DATA PEMILIHAN PERTOLONGAN PERSALINAN 1. Kemana Ibu melakukan pertolongan persalinan ? a. Tenaga kesehatan (bidan, perawat dan dokter) b. Dukun bayi Alasan …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………..
46
MASTER DATA No
Pendidikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ptot
pk
budaya
Ekonomi
Pemilihan
1
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
8
0
0
0
0
2
1
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
6
0
1
1
1
3
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
4
1
1
1
1
4
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
6
0
0
0
0
5
2
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
8
0
0
0
0
6
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1
1
1
1
7
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
1
0
0
0
8
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0
0
0
0
9
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
3
1
1
1
1
10
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
6
0
0
0
0
11
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
7
0
0
0
0
12
1
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
5
1
1
1
1
13
2
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
6
0
1
1
0
14
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
8
0
0
1
1
15
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
6
0
1
0
0
16
2
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
4
1
1
1
1
17
2
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
6
0
0
0
0
18
2
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
8
0
0
0
0
19
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1
1
1
1
20
0
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
8
0
0
0
0
21
2
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
6
0
1
0
0
22
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
4
1
1
1
1
23
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0
6
0
0
0
0
24
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
8
0
0
0
1
25
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1
1
1
0
26
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
1
0
0
0
27
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0
0
0
0
28
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
3
1
1
0
1
29
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
6
0
1
0
1
30
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
5
1
0
0
1
31
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
8
0
0
0
0
32
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1
1
1
1
33
2
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
1
0
0
0
34
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0
0
0
0
35
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
3
1
1
0
1
47
36
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
6
0
1
0
0
37
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
5
1
0
0
0
38
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
3
1
1
0
1
39
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
6
0
1
0
1
40
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
5
1
0
0
1
41
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
8
0
0
0
0
42
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
3
1
1
1
1
43
2
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
5
1
0
0
0
44
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0
0
0
0
45
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
3
1
1
0
1
46
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
6
0
1
0
0
47
0
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
5
1
0
0
0
48
Requencies
Pendidikan
Valid
SD SMP SMA Total
Frequency 17 21 9 47
Percent 36.2 44.7 19.1 100.0
Valid Percent 36.2 44.7 19,4 100.0
Cumulative Percent 36.2 80.9 100,0
p1
Valid
0 1 Total
Frequency 13 34 47
Percent 27.7 72.3 100.0
Valid Percent 27.7 72.3 100.0
Cumulative Percent 27.7 100.0
p2
Valid
0 1 Total
Frequency 13 34 47
Percent 27.7 72.3 100.0
Valid Percent 27.7 72.3 100.0
Cumulative Percent 27.7 100.0
p3
Valid
0 1 Total
Frequency 26 21 47
Percent 55.3 44.7 100.0
Valid Percent 55.3 44.7 100.0
Cumulative Percent 55.3 100.0
49
p4
Valid
0 1 Total
Frequency 22 25 47
Percent 46.8 53.2 100.0
Valid Percent 46.8 53.2 100.0
Cumulative Percent 46.8 100.0
p5
Valid
0 1 Total
Frequency 21 26 47
Percent 44.7 55.3 100.0
Valid Percent 44.7 55.3 100.0
Cumulative Percent 44.7 100.0
p6
Valid
0 1 Total
Frequency 19 28 47
Percent 40.4 59.6 100.0
Valid Percent 40.4 59.6 100.0
Cumulative Percent 40.4 100.0
p7
Valid
0 1 Total
Frequency 24 23 47
Percent 51.1 48.9 100.0
Valid Percent 51.1 48.9 100.0
Cumulative Percent 51.1 100.0
p8
Valid
0
Frequency 22
Percent 46.8
Valid Percent 46.8
Cumulative Percent 46.8
50
1 Total
25 47
53.2 100.0
53.2 100.0
100.0
p9
Valid
0 1 Total
Frequency 23 24 47
Percent 48.9 51.1 100.0
Valid Percent 48.9 51.1 100.0
Cumulative Percent 48.9 100.0
p10
Valid
0 1 Total
Frequency 17 30 47
Percent 36.2 63.8 100.0
Valid Percent 36.2 63.8 100.0
Cumulative Percent 36.2 100.0
Pengetahuan
Valid
Baik Buruk Total
Frequency 25 22 47
Percent 53.2 46.8 100.0
Valid Percent 53.2 46.8 100.0
Cumulative Percent 53.2 100.0
Budaya
Valid
Mendukung Tidak Mendukung Total
Frequency 25 22 47
Percent Valid Percent 53.2 53.2 46.8 46.8 100.0 100.0
Ekonomi
Cumulative Percent 53.2 100.0
51
Valid
Tinggi Rendah Total
Frequency 34 13 47
Percent 72.3 27.7 100.0
Valid Percent 72.3 27.7 100.0
Cumulative Percent 72.3 100.0
Pemilihan
Valid
Bidan Dukun Total Crosstabs
Frequency 27 20 47
Percent 57.4 42.6 100.0
Valid Percent 57.4 42.6 100.0
Cumulative Percent 57.4 100.0
Pendidikan * Pemilihan
Crosstab
Pendidikan
SD
SMP
SMA
PT
Total
Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan Count Expected Count % within Pendidikan
Pemilihan Bidan Dukun 12 5 9.8 7.2 70.6% 29.4% 7 14 12.1 8.9 33.3% 66.7% 5 1 3.4 2.6 83.3% 16.7% 3 0 1.7 1.3 100.0% .0% 27 20 27.0 57.4%
20.0 42.6%
Total 17 17.0 100.0% 21 21.0 100.0% 6 6.0 100.0% 3 3.0 100.0% 47 47.0 100.0%
52
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value df sided) a Pearson Chi-Square 10.063 3 .018 Likelihood Ratio 11.372 3 .010 Linear-by-Linear Association .407 1 .523 N of Valid Cases 47 a. 4 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.28.
Pengetahuan * Pemilihan
Crosstab
Pengetahuan
Baik
Buruk
Total
Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan Count Expected Count % within Pengetahuan
Pemilihan Bidan Dukun 20 5 14.4 10.6 80.0% 20.0% 7 15 12.6 9.4 31.8% 68.2% 27 20 27.0 20.0 57.4% 42.6%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value df (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Total 25 25.0 100.0% 22 22.0 100.0% 47 47.0 100.0%
Exact Sig. (1-sided)
53
Pearson Chi-Square 11.113a 1 Continuity 9.229 1 Correctionb Likelihood Ratio 11.568 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear 10.877 1 Association N of Valid Cases 47 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. 9.36. b. Computed only for a 2x2 table
.001 .002 .001 .001
.001
.001
The minimum expected count is
Budaya * Pemilihan
Crosstab
Budaya
Total
Mendukung
Count Expected Count % within Budaya Tidak Mendukung Count Expected Count % within Budaya Count Expected Count % within Budaya
Pemilihan Bidan Dukun 21 4 14.4 10.6 84.0% 16.0% 6 16 12.6 9.4 27.3% 72.7% 27 20 27.0 20.0 57.4% 42.6%
Total 25 25.0 100.0% 22 22.0 100.0% 47 47.0 100.0%
54
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value df (2-sided) a 15.405 1 .000 13.171 1 .000
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 16.344 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000 Linear-by-Linear 15.077 1 .000 Association N of Valid Cases 47 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.36. b. Computed only for a 2x2 table
Ekonomi * Pemilihan
Crosstab
Ekonomi
Tinggi
Rendah
Count Expected Count % within Ekonomi Count
Pemilihan Bidan Dukun 25 9 19.5 14.5 73.5% 26.5% 2 11
Total 34 34.0 100.0% 13
55
Total
Expected Count % within Ekonomi Count Expected Count % within Ekonomi
7.5 15.4% 27 27.0 57.4%
5.5 84.6% 20 20.0 42.6%
13.0 100.0% 47 47.0 100.0%
Chi-Square Tests Value 13.006a 10.736
Asymp. Sig. df (2-sided) 1 .000 1 .001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio 13.648 1 .000 Fisher's Exact Test .001 .000 Linear-by-Linear 12.729 1 .000 Association N of Valid Cases 47 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.53. b. Computed only for a 2x2 table