Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
UPAYA MENEKAN ANGKA KEMATIAN IBU MELAHIRKAN Oleh : Saddiyah Rangkuti, SST, M.Kes. Akbid Harapan Mama ABSTRAK Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui upaya mengurangi resiko kematian ibu melahirkan. Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). Secara keseluruhan, upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang besarnya masalah dan dampak kematian ibu: mengubah kebijakan pemerintah yang terbatas, menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk keluarga berencana, pelayanan pasca aborsi, tenaga penolong persalinan yang terampil, pelayanan kegawatan obstetri serta melibatkan masyarakat dalam mengembangkan pelayanan kesehatan ibu yang efektif akan menjurus ke arah bayi yang lebih sehat, wanita dan masyarkat yang lebih kuat, serta berkurangnya kematian ibu. Kata kunci : angka kematian ibu dan melahirkan kematian ibu paling tinggi; demikian pula wanita di beberapa negara Asia berseiko tinggi (Family Care International, 1998). Sebagian besar (60 – 80 %) kematian ibu disebabkan oleh perdarahan saat melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan darah tinggi pada kehamilan, dan komplikasi dari aborsi yang tidak aman (Gambar 1) (WHO, 1997). Komplikasi kehamilan/persalinan atau yang menyebabkan kematian ibu tak bisa diperkirakan sebelumnya, dan sering terjadi beberapa jam atau hari setelah persalinan (Li, 1996).
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Setiap menit seorang ibu meninggal karena penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Ia biasanya berusia muda, sudah menjadi ibu dan hidup di negara berkembang. Dari setiap ibu yang meninggal tersebut, diperkirakan ada 100 wanita yang selamat saat bersalin tetapi mengalami kesakitan, cacat atau kelainan fisik akibat komplikasi kehamilan (Kiblinsky, M. A., et al. 1993). Secara keseluruhan diperkirakan bahwa setiap tahunnya 585.000 wanita meninggal akibat kehamilan dan persalinan: 99 persen dari kematian tersebut terjadi di Afrika Barat dan Timur menghadapi resiko 16
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
memerlukan kerja keras dari seluruh komponen bangsa. Kematian ibu tentu akan berdampak kepada yang di tinggalkan terutama para ibu yang memilki anak balita. Anak balita memerlukan perlindungan, perawatan dan pengasuhan yang intensif untuk mencapai perkembangan maksimal si anak sehingga anak menjadi sehat dan cerdas, dan itu pada umunya ibu memilki peran yang begitu besar. Banyak ahli menyetujui bahwa kecerdesan seseorang dipengaruhi oleh genetic, namun faktor lingkungan juga ikut serta andil dalam memacu kecerdasan seseorang. Study yang dilakukan Hart dan Risley menyimpulkan bahwa: orang tua yang lebih sering berkomunikasi dengan anak skor IQ anak semakin tinggi. Kematian ibu pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.
Gambar 1. Penyebab Kematian Ibu Masalah kematian Ibu merupakan masalah internasional. Setiap Negara seharusnya memilki tanggungjawab untuk menanggulangi dan mencegah bertambahnya kematian ibu di masa kehamilan hingga persalinannya. Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah ini menjadi sangat penting di samping juga perhatian terhadap isuisu reproduksi. Kondisi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kenyataan masih tinggi dibanding Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura serta menunjukkan peningkatan. Berdasarkan SDKI tahun 1992 mencapai 390/100.000 kelahiran hidup, selanjutnya angka tersebut dapat ditekan terus sampai dengan 228 pada tahun 2007, sedangkan pada tahun 2012 mulai naik sampai dengan angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai angka yang ditargetkan oleh Millennium Development Goal (MDGs) menjadi 102/100.000 pada tahun 2015
1.2. Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui upaya mengurangi resiko kematian ibu melahirkan.
17
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
keluhan yang berkaitan dengan timbulnya rasa sakit/kelainan yang ada di dalam diri sehubungan dengan kehamilannya, yang akan menyebabkan terhadap keterlambatan dalam penangan medis. Kedua, keberadaan anak. Keberadaan anak yang satu dengan yang lain terlalu dekat akan menimbulkan perawatan/perhatian anak tidak maksimal, yang hal ini akan mengurangi perhatian terhadap diri seorang ibu dengan kehamilannya. Ketiga, social budaya. Social budaya yang memarginalkan perempuan akan mempersulit perempuan (ibu) dalam mengambil inisiatif untuk melakukan tindakan, yang akan berakibat pada keterlambatan penangan medis. Keempat, pendidikan. Pendidikan yang rendah berdampak terhadap pengetahuan yang rendah terhadap hal ikhwal kehamilan dan persalinan. Ke lima, social ekonomi. Penghasilan yang rendah tentu akan berakibat pada banyak hal, seperti pemenuhan gizi ibu hamil, perawatan ibu hamil dan persalinan dll. Dan yang terakhir, geografis daerah. Letak klinik yang jauh dan sulit terjangkau akan berakibat terhadap
1.3. Metode Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan literatur (library research). 2. Uraian Teoritis 2.1. Faktor Penyebab Kematian Ibu Pada dasarnya kematian ibu dapat disebabkan oleh 2 faktor, yakni penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. a. Penyebab langsung Penyebab kematian ibu secara langsung sangat berkaitan dengan medis, berhubungan dengan komplikasi obstetric selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post partum). Berbagai hasil penelitian diketemukan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak akibat dari pendarahan. Beberapa penyebab kematian ibu adalah Pendarahan, Eklamsia, Partus lama, Komplikasi aborsi, dan Infeksi. b. Penyebab tidak langsung Faktor penyebab tidak langsung kematian ibu diakibatkan oleh penyakit yang diderita oleh si ibu, atau penyakit yang timbul selama kehamilan dan tidak ada kaitannya dengan penyebab langsung obstetric, tapi penyakit tersebut diperberat oleh efek fisiologik kehamilan. Beberapa penyebab kematian ibu tidak langsung adalah: yang pertama, status perempuan dalam keluarga. Perempuan pada status orang ke dua (konco wingking) biasanya tidak akan sanggup mengeluarkan keluhan18
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
keterlambat pertolongan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin.
polindes, poliklinik kesehatan desa, puskesmas pembantu serta meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi. 2. Pelatihan bagi petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan kualitas pelayanan kesehatan bekerjasama dengan LSM antara lain Organisasi Profesi IBI, PKBI, IDI P2KS, dan P2KP. 3. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan obstetric yang berkualitas, sesuai standart dan kompetensinya, antara lain di Polikilinik Kesehatan Desa oleh Bidan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar) dan rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstertrik Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam. 4. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan melalui pelayanan keluarga berencana (KB) dan penanganan komplikasi keguguran serta memberikan pelayanan aborsi yang aman sesuai peraturan yang berlaku Dari sisi si ibu, maka upaya menghindari kematian ibu adalah dengan komitmen yang tinggi untuk dapat menghindari kematian ibu yaitu: 1. Terlalu muda melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan dibawah usia 20 th. 2. Terlalu Tua usia melahirkan, yakni menghindari hamil/melahirkan di atas usia 35 th.
2.2. Upaya Penurunan Kematian Ibu Sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB memang jauh menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka kematian ibu melonjak. “Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang hanya sebesar 10,6 persen. Upaya ditempuh melalui MPS (Making Pregnancy Safer). Ada tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan: 1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih 2. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat (memadai). 3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Untuk menekan angka kematian ibu yang disebabkan secara langsung (medis), pemerintah berupaya untuk mendekatkan pelayanan ibu yang berkualitas kepada masyarakat. Adapun upaya yang telah dan sedang ditempuh adalah: 1. Penerapan kebijakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa penyediaan fasilitas pertolonga persalinan pada 19
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
3. Terlalu dekat jarak kelahiran, yakni menghindari jarak kelahiran anak yang satu dengan yang lain di bawah 3 th. 4. Terlalu banyak melahirkan, yakni menghindari melahirkan lebih dari 3 anak. Bagi para ibu beserta keluarga dapat mengantisipasi jangan sampai terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan kematian ibu dalam melahirkan yaitu : 1. Terlambat mengambil keputusan untuk menentukan pilihan dimana tempat pelayanan persalinan akan dilakukan. 2. Terlambat mengantar ke tempat persalinan. 3. Terlambat mendapat penanganan persalinan. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menekan angka kematian ibu (AKI) perlu adanya upaya yang serius dari berbagai kalangan, baik dari pemerintah, tenaga medis dan masyarakat. Semua pihak agar dapat memahami berbagai penyebab kematian ibu. Berpedoman kepada 4 terlalu dan 3 terlambat akan sangat berarti dalam menghindari kematian ibu dalam melahirkan.
kasus akibat penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis. Kelahiran hanya dengan paraji atau dukun beranak sangat berisiko. Sebagian besar menjadi pemicu lambatnya pertolongan kepada ibu melahirkan pada saat masa kritis. Pemicu kerawanan saat melahirkan juga akibat hamil usia muda atau terlalu tua. Jarak kelahiran terlalu pendek dan kurangnya pemeriksaan kondisi kehamilan menjadi penyebab lainnya. Persalinan wajib didampingi oleh petugas medis. Terkait dengan adanya dukun beranak, mereka bisa menjadi pendamping petugas bidan saat proses kelahiran dan pada saat pascakelahiran. Para dukun telah diberi pengetahuan tentang kebersihan dan standar penanganan kelahiran yang aman oleh pihak puskesmas sehingga dengan kata lain bahwa ”Kelahiran tetap harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.” 3.2. Penyebab Kematian Ibu dan Anak Menurut WHO dan Kementerian Kesehatan ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian ibu dan bayi, antara lain: anemia, kurang gizi, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan), faktor budaya, ekonomi, pendidikan, dan kekerasan. Selain itu ibu yang menderita penyakit seperti malaria, hipertensi, tuberkulosis (TB) maupun HIV/AIDS dapat menyebabkan kematian ibu. Kemudian terlalu muda (usia kurang
3. Pembahasan 3.1. Cara Menekan Angka Kematian Ibu Melahirkan Penyebab utama kematian ibu melahirkan adalah pendarahan dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula 20
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih dari 35 tahun), terlalu sering hamil (jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan, Komplikasi selama kehamilan. Masalah kesehatan ibu dan anak mempunyai ruang lingkup yang luas, baik dari konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia maupun faktor penyebab. Tingginya angka kenmatian ibu dan anak menyebabkan rendahnya indeks pembangunan nasional Indonesia di bandingkan negaranegara tetangga Indonesia. Dari aspek penyebab, kematian ibu dan bayi kebanyakan sangat terkait dengan 4T dan 3L (terlalu dini hamil, terlalu tua hamil, terlalu sering hamil dan melahirkan, terlalu banyak anak, lambat memutuskan dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan, lambat dibawa ketempat pelayanan kesehatan, dan lambat memperoleh pelayanan kesehatan). Program penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga diperlukan peran lintas sektor baik dari pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memudahkan terlaksananya program ini. Sejak dileburnya jaminan persalinan (jampersal) dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS, dikhawatirkan ibu melahirkan kembali pada kebiasaan lama, yaitu melahirkan di dukun beranak. Karena pada Jampersal semua ibu hamil yang akan melahirkan ditanggung bebas bayar melakukan persalinan oleh bidan. Namun, sejak adanya JKN yang dikelola BPJS, ibu hamil yang akan melahirkan harus mendaftarkan diri menjadi anggota BPJS. Untuk kondisi khusus dalam persalinan yang artinya kondisi diluar normal. Misalnya, seorang ibu sebelum melahirkan dicek ke dokter akan mempunyai resiko tinggi saat melahirkan boleh menggunakan Surat Keterengan Miskin (SKM). Selain itu, untuk mencegah prilaku ibu hamil saat melahirkan lebih memilih ke dukun beranak, Puskesmas Gadingrejo juga melakukan kerjasama dengan dukun beranak dengan membangun komunikasi jika ada ibu hamil yang akan melahirkan sebaiknya menghubungi bidan setempat untuk melakukan pendampingan. Bahkan Puskesmas telah menyiapkan standar persalinan yang dilakukan bidan jika memang menemukan kasus diluar penanganan standar, misalnya ibu hamil harus melahirkan dengan operasi maka seorang bidan wajib memberikan rujukan. Namun, sedapat mungkin pihak puskesmas mendorong persalinan normal untuk para ibu yang akan melahirkan. 21
Jurnal ilmiah Research Sains Vol.1 No. 3 Oktober 2015
Health of women: A Global Perspective. Boulder. CO: Westview Press. Inc. pp. 33 – 62. Li, X. F. et al. 1996. The postpartum period: the key to maternal mortality. International Journal of Gynecology and Obstetrics 54 : 1 – 10. Saifuddin, AB. 2001. Buku Panduan Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarworo Prawiroharjo, Jakarta. WHO, 1997. Revised 1990 Estimates of Maternal Mortality : A New and UNICEF. Geneva : World Health Organization. Zein A. Y. dan Wahyuningsih H. P. 2005. Etika Profesi Kebidanan Cetakan Kedua, PT Ftramaya, Jakarta.
4. Penutup Secara keseluruhan, upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang besarnya masalah dan dampak kematian ibu: mengubah kebijakan pemerintah yang terbatas, menjamin akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk keluarga berencana, pelayanan pasca aborsi, tenaga penolong persalinan yang terampil, pelayanan kegawatan obstetri serta melibatkan masyarakat dalam mengembangkan pelayanan kesehatan ibu yang efektif akan menjurus ke arah bayi yang lebih sehat, wanita dan masyarkat yang lebih kuat, serta berkurangnya kematian ibu. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2004. Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar, Jakarta. Depkes RI, Standar pelayanan Kebidanan, Jakarta, 2000. Depkes RI. 2005. Kesehatan Reproduksi, Jakarta. Family Care International and Safe Motherhood Inter-Agency Group, 1998. Safe Motherhood Fact Sheets: 11 fact sheets prepared from the Safe Motherhood Technical Consultation in Sri Lanka. 1823 October 1997. Koblinsky, M. A. et al., 1993. Mother andmore: a broaderperspective onwomen’s health. In: Koblinsky M.A. et al., eds. The 22