BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, dunia ekonomi dan bisnis pun kian
hari semakin berkembang dengan pesat. Perkembangan usaha di Indonesia semakin ketat dalam persaingan merebut pasar di antara para pengusaha. Perusahaan besar, menengah, maupun kecil selalu berusaha mempertahankan eksistensinya, salah satunya dilakukan oleh BUMN yang dapat bersaing satu sama lain dengan dapat mempertahankan kemajuan usahanya. Penanaman investasi merupakan salah satu cara dalam mempertahankan kemajuan kegiatan perusahaan, dalam hal ini setiap badan usaha harus dapat menekankan pada pertumbuhan usahanya dengan memperhatikan penanaman modal untuk jangka panjang. Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba, pertumbuhan yang terus menerus, kelangsungan hidup, dan lain lain. Berdasarkan hal tersebut, maka manajemen yang diserahi tugas dan tanggung jawab harus dapat memanfaatkan dan mengelola faktor-faktor produksi yang digunakan untuk produksi barang dan jasa. Produksi tidak akan terlepas dari peranan aktiva tetap. Selain itu, aktiva tetap merupakan salah satu faktor pendukung agar usaha perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Aktiva tetap digunakan perusahaan dalam melaksanakan tujuan perusahaan dan menunjang kelangsungan hidup.
1
2
Peranan aktiva berwujud dalam hal ini sangatlah besar, seperti bangunan sebagai tempat pabrik, kantor, dan kegiatan lainnya, sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan. Pada dasarnya, aktiva tetap berwujud digunakan di perusahaan yang bergerak di sektor jasa maupun di sektor produksi barang. Aktiva tetap berwujud dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama namun terbatas karena penggunaan dan lamanya waktu, maka kemampuan untuk memberikan jasa itu semakin menurun dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Sumber : (http://e-samuel.com/knowledgeeducation/20027121D) Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam investasi berupa aktiva tetap, satu di antaranya adalah pemeliharaan aktiva tetap yang merupakan komponen penting dalam kegiatan perusahaan. Aktiva tetap ini mempunyai karakteristrik yang berbeda dengan aktiva lancar. Jika aktiva lancar dikendalikan pada saat konsumsi, lain halnya dengan aktiva tetap yang pengendaliannya dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aktiva tersebut. Hal
ini
disebabkan
karena
banyaknya
pengeluaran-pengeluaran
yang
bersangkutan dengan aktiva tetap. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap yang dimaksudkan untuk menambah manfaat ekonomis pada aktiva tergolong kedalam pengeluaran modal atau capital expenditure. Adanya capital expenditure, harga perolehan dan taksiran umur kegunaan aktiva tetap secara otomatis akan berubah. Suatu
pengeluaran/pembiayaan
modal
adalah
penggunaan
dana
untuk
menyediakan operasi yang akan menolong untuk memperoleh pendapatan di masa mendatang atau mengurangi biaya masa datang. Pembiayaan modal mencakup
3
antara lain harta tetap (untuk operasi) seperti tanah, bangunan pabrik, mesin , peralatan, renovasi besar, dan paten. Sumber: Lukman Syamsudin (2007) dalam Sri Wahyuningsih (2007 : 20 ). Capital expenditure sering juga disebut sebagai belanja modal. Belanja modal sebagai bentuk perubahan yang cukup fundamental di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah mulai dilakukan pasca reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah terutama UU No. 22/1999, PP No. 105/2000 dan PP No. 108/2000 (Halim, 2002:12). Sebelum di dalam APBD, pengalokasian untuk jenis belanja berupa investasi, diklasifikasi ke dalam belanja pembangunan. Layaknya belanja pembangunan, belanja modal dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) untuk pengadaan asset daerah sebagai investasi, dalam rangka membiayai pelaksanaan otonomi daerah yang pada akhitnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber:(http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196510122001 121-IK.IN_SOLIKIN/Jurnal_PAD.pdf) Peran pemerintah di dalam pembangunan adalah sebagai katalisator dan fasilitator, karena pihak pemerintahlah yang lebih mengetahui sasaran tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai pihak katalisator dan fasilitator maka pemerintah
daerah
memerlukan
sarana
dan
fasilitas
mendukung
yang
direalisasikan melalui belanja modal guna meningkatkan pelayanan publik. Sumber:(http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI/196510122001 121-IKIN_SOLIKIN/Jurnal_PAD.pdf)
4
Fenomena
yang
terjadi
pada
Pemda
menyangkut
aktiva
tetap
berwujudnya, yaitu dalam pencatatan aktiva tetap berwujud perusahaan tidak melakukan penyusutan, sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tetap berwujud yang diperoleh perusahaan seharusnya dilakukan penyusutan secara periodik untuk mengetahui nilai bukunya pada akhir periode akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan di dalam neraca berupa akumulasi penyusutan serta dalam laporan
rugi
laba
berupa
beban
penyusutan.
Sumber:
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/29/contoh-pendahuluan-skripsiakuntansi-aktiva-tetap/.
Melihat dari jabaran di atas antara fenomena dan teori tentang definisi aktiva tetap berwujud, permasalahan yang ada pada pemda adalah menyangkut masalah dalam pencatatan aktiva tetap berwujudnya perusahaan tidak melakukan penyusutan sehingga aktiva tetap yang dilaporkan oleh perusahaan sebesar harga perolehannya saja. Penilaian harga perolehan aktiva tetap tidak disertai dengan biaya-biaya lainnya sampai aktiva tetap tersebut siap dipergunakan dalam kegiatan operasional perusahaan. Dalam pelaporannya rekening beban penyusutan tidak ada, yang menyebabkan biaya menjadi lebih kecil sehingga laba yang dihasilkan
menjadi
lebih
besar
dari
yang
sebenarnya.
Sumber:
http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/29/contoh-pendahuluan-skripsiakuntansi-aktiva-tetap/.
5
Akuntansi aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan, kesalahan dalam menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aktiva tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16). Oleh karena itu pemda perlu melakukan perbaikan pada akuntansi aktiva tetapnya. Aktiva tetap tersebut dalam penyajiannya pada laporan keuangan seharusnya membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara konsisten pada setiap periode dengan menggunakan metode yang dianggap sesuai untuk diterapkan, yaitu metode garis lurus untuk bangunan, peralatan dan inventaris, serta metode jumlah angka tahun untuk kendaraan dan sarana transportasi lainnya, agar diketahui nilai sisanya pada akhir periode. Sumber: http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/29/contoh-pendahuluan-skripsiakuntansi-aktiva-tetap/.
Suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang industri, perdagangan mapun jasa hampir dipastikan memerlukan aset tetap untuk menjalankan kegiatan operasinya. Namun, kanena berkurangnya manfaat suatu aset tetap maka diperlukan alokasi sistematis terhadap suatu aset selama masa umur manfaatnya yang disebut dengan penyusutan. Perusahaan CV Dandy’s B akery menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan aset tetapnya dan metode ini telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum. Metode penyusutan terhadap beban dan laba operasional dalam laporan keuangan, dilakukan dengan cara membandingkan metode penyusutan ganis lurus dengan
6
saldo
menurun
ganda.
Sumber
:
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=166923. Analisis yang dilakukan terhadap penyusutan aktiva tetap, beban penyusutan dengan metode ganis Iurus yang digunakan perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda, akibatnya beban operasional metode gans lurus juga akan lebih kecil dibandingkan dengan saldo menurun ganda, sehingga laba operasional yang dihasilkan metode garis lurus akan Iebih besar dibandingkan dengan laba operasional yang dihasilkan metode saldo menurun ganda. Pada dasarnya apapun metode penyusutan yang digunakan perusahaan dalam menentukan beban penyusutan secara periodik, akan menghasilkan total penyusutan yang sama di akhir umur ekonomis suatu aset tetap, yang membedakannya adalah saat menentukan metode penyusutan apa yang akan
digunakan
oleh
perusahaan.
Sumber
:
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=166923
Penulis menjadikan perum pegadaian sebagai objek penelitian. Perusahaan tersebut bergerak di bidang penyediaan dana atas dasar hukum gadai dan juga menjadi penyedia jasa di bidang keuangan lainya. Perum pegadaian hingga saat ini sudah berpartipasi dalam rangka penyelenggaraan kesejahteraan masyarakat selama lebih dari 100 tahun . Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa perum pegadaian , termasuk perum pegadaian yang dapat tumbuh dan berkembang dengan sukses dan menandakan bahwa perlakuan atau kebijakan terhadap aktiva tetap cukup baik sehingga aktiva tetap dapat mendukung kegiatan operasi perusahaan dalam memberikan pelayanan dana kepada masyarakat. Perusahaan
7
ini bukanlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, maka tidak dilibatkannya mesin-mesin besar sebagai alat produksi, tetapi didukung beberapa aktiva tetap adalah bangunan, kendaraan-kendaraan dinas, meubeul-meubeul, komputer,
dan
peralatan
kantor
lainnya.
Sumber
:
(20
Dec
2010,
http://www.bataviase.co.id/node/500734 )
Aktiva tetap yang dimiliki Perum Pegadaian menimbulkan capital expenditure (pengeluaran modal), yang kemudian yang dikapitalisasi ke harga perolehan. Hal dalam perbaikan gedung, jika jumlah yang dikeluarkannya sebesar Rp
15.000.000,-
atau
lebih
dan
menambah
umur
ekonomis,
maka
dikapitalisasikan ke akun aktiva tetap. Selain itu, pengeluaran modal (capital expenditure) atas aktiva tetap diperusahaan ini, tidak lebih sering atau jarang terjadi bila dibandingkan dengan pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) yang lebih rutin dilakukan. Namun, jika pengeluaran modal ini terjadi, maka akan menghabiskan
biaya
yang
besar.
Sumber
:
(20
Dec
2010,
http://www.bataviase.co.id/node/500734 ).
Jumlah aktiva tetap 10 terakhir (tahun 1996-2005) mengalami peningkatan mulai dari Rp 146.408 juta tahun 1996 menjadi Rp 313.088 juta tahun 2005 atau meningkat rata-rata 8,86 % ,hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan investasi dari tahun ke tahun dengan mengadakan pengeluaran modal (capital expenditure). Sehingga mempengaruhi jumlah beban usaha yang ada pada Perum Pegadaian, jumlah beban usaha 10 terakhir (tahun 1996-2005) mengalami peningkatan mulai dari Rp 32.626 juta tahun 1996 menjadi Rp 169.412 juta tahun
8
2005 atau meningkat rata-rata 17,31 %, hal ini disebabkan adanya kenaikan dari jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama 10 tahun terakhir. Laba usaha yang diperoleh mengalami peningkatan sebesar Rp 31.894 juta tahun 1996 menjadi Rp 312.563 juta tahun 2005 atau meningkat rata-rata 33,79 %, laba yang diperoleh oleh perusahaan dari adanya investasi yang ditanamkan, salah satunya dalam aktiva tetap. Sumber : http://www.perumpegadaian.com Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuningsih (2007) dengan judul “Pengaruh Capital Expenditure terhadap Beban Depresiasi Aktiva Tetap” . Besarnya pengaruh capital expenditures terhadap beban depresiasi di Perum Pegadaian Kanwil Bandung dianalisis dengan analisis regresi menghasilkan persamaan Y= 53.136.019,341 + 0.379 X. Analisis data dengan analisis korelasi, menghasilkan kesimpulan r= 0,857, yang artinya koefisien tersebut mempunyai hubungan yang sangat kuat antara capital expenditures dengan beban depresiasi. Analisis determinasi menghasilkan kesimpulan bahwa r2= 0,735 atau 73,5% yang artinya capital expenditures berpengaruhsebesar 73,5% terhadap beban depresiasi. thitung= 5,270 dant tabel= 2,228 dengan tingkat signifikan uji dua pihak 5% df (n-2), yang artinyat hitung>t tabel, berarti bahwa Ho ditolak atau Ha diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara capital expenditures dengan variable beban depresiasi aktiva tetap. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Dewanto (2010) yang berjudul Pengaruh Capital Expenditure terhadap Laba. Hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap sample 90 perusahaan manufaktur yang listing di BEI mengindikasikan terdapat hubungan antara nilai dari Capital Expenditure yang
9
dibelanjakan perusahaan dengan nilai dari laba usaha operasi perusahaan selain itu dari penelitian ini didapat bahwa dengan membagi perusahaan ke dalam kelompok – kelompok kecil atas dasar besarnya nilai Capital Expenditure perusahaan didapat hasil bahwa semakin besarnya nilai Capital Expenditure perusahaan malah menunjukkan pengaruh yang semakin kecil pada nilai laba masa depan perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai koefisien dari Capital Expenditure nya. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui usaha dan upaya yang dilakukan oleh Perum Pegadaian dalam mengelola aktiva tetap yang dimililki termasuk pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan guna melanjutkan operasi perusahaan dan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang masalah di atas yang dirumuskan dalam judul “Pengaruh Capital Expenditure terhadap Beban Depresiasi Aktiva Tetap dan Besarnya Laba”.
1.2
Identifikasi Masalah Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis akan mengindetifikasi
beberapa masalah yang akan timbul dalam penelitian ini. Adapun masalahmasalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1.
Seberapa besar nilai capital expenditure, beban depresiasi aktiva tetap, dan laba usaha pada Perum Pegadaian.
2.
Seberapa besar pengaruh capital expenditure terhadap beban depresiasi aktiva tetap pada Perum Pegadaian.
10
3.
Seberapa besar pengaruh capital expenditure terhadap laba usaha pada Perum Pegadaian.
4.
Seberapa besar hubungan beban depresiasi dengan laba usaha pada Perum Pegadaian.
5.
Seberapa besar pengaruh capital expenditure terhadap hubungan beban depresiasi aktiva tetap dengan laba usaha pada Perum Pegadaian.
1.3
Maksud dan TujuanPenelitian
1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai capital expenditure dan pengaruhnya terhadap beban depresiasi aktiva tetap dan besarnya laba usaha.
1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui besarnya nilai capital expenditure, beban depresiasi aktiva tetap, dan laba usaha pada Perum Pegadaian
2.
Untuk mengetahui pengaruh capital expenditure terhadap beban depresiasi aktiva tetap di Perum Pegadaian.
3.
Untuk mengetahui pengaruh capital expenditure terhadap laba usaha di Perum Pegadaian.
4. Untuk mengetahui besarnya hubungan beban depresiasi dengan laba usaha pada Perum Pegadaian.
11
5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh capital expenditure terhadap hubungan beban depresiasi aktiva tetap dan laba usaha pada Perum Pegadaian.
1.4
Kegunaan Penelitian Penulis mengharapkan agar penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak
terutama pihak yang dapat menggunakan hasil penelitian ini, meskipun penelitian jauh dari kesempurnaan. Kegunaan penelitian ini ditinjau dari :
1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini adalah penggabungan dari teori yang didapat penulis dengan yang ada dilapangan, sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang akuntansi bagi yang memerlukannya, khususnya mengenai pengaruh capital expenditure terhadap beban depresiasi aktiva tetap dan besarnya laba usaha.
1.4.2 Kegunaan Praktis a.
Bagi Penulis
-
Penelitian ini merupakan proses pembelajaran, sehingga penelitian ini akan menambah pengetahuan dan wawasan di bidang akuntansi keuangan terutama mengenai seberapa besar dan bagaimana pengaruh capital expenditure terhadap penyusutan aktiva tetap dan besarnya laba usaha.
12
-
Penelitian ini juga menjadi sarana bagi penulis untuk menerapkan teori yang didapat di bangku perkuliahan terdahulu secara lebih mendalam dan membandingkannya dengan keadaan di lapangan tempat penulis melakukan penelitian.
-
Penelitian ini merupakan langkah awal atau bahan untuk melengkapi penyusunan skripsi guna memenuhi syarat dalam menempuh ujian sidang Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan.
b.
Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi atau masukan bagi perusahaan untuk mengevaluasi kebijakan perusahaan dan menilai kekurangan yang mungkin ditemui selama penelitian, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan dalam melaksanakan proses akuntansi di masa yang akan datang terutama mengenai capital expenditure terhadap beban depresiasi aktiva tetap dan laba usaha.
c.
Bagi Pembaca Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan pembaca sebagai bahan kepustakaan atau sumber pengetahuan dan sumbangan pemikiran untuk pihak yang melakukan penelitian selanjutnya.