BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dari sejarahnya mengalami beberapa kali perbaikan kurikulum mulai pada masa zaman penjajahan belanda, zaman Jepang, paska kemerdekaan, Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, Kurikulum periode 1964, Kurikulum periode 1968, Kurikulum periode 1975, Kurikulum periode 1984, Kurikulum periode 1994, Kurikulum periode 2004 (KBK), Kurikulum KTSP dan yang terbaru sekarang adalah Kurikulum 2013.1 Seiring
dengan
perkembangan
zaman,
kurikulum
mengalami
perkembangan yang signifikan. Dengan keadaan yang semakin berkembang, teknologi yang semakin canggih, dan perkembangan sains pada zaman sekarang, maka kurikulum disusun menyesuaikan dengan perkembangan. Dari perkembangan maka kurikulum mengalami perubahan dengan bertahap untuk menyesuaikan dengan keadaan dan perubahan agar menjadi lebih baik. Konsep kurikulum sendiri sudah ada sejak zaman yunani kuno, Adapun pengertian kurikulum versi Indonesia sebagaimana yang dituangkan dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pada bab I pasal 1 ayat 19 yaitu kurikulum adalah seperangkat dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2 Menurut Muhammad Joko Susilo, kurikulum adalah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajarai oleh siswa untuk memeperoleh pengetahuan. Mata
1
Taqwim Islmay, Sejarah Perkembangan kurikulum di Indonesia dalam http://edukasi.kompas.com/red/2013/07/1809083118/Sejarah.Perubahan.Kurikulum. Diakses 05 Juli 2014 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
1
2
pelajaran dipandang sebagai pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.3 Pengertian kurikulum pada dasarnya merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di akademi/collage yang harus di tempuh oleh sisiwa untuk mencapai tujuan sesuatu degree (tingkat) atau ijazah.4 Jadi kurikulum merupakan proses/tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk menyelesaikan semua mata pelajaran dan mencapai tujuan yang ada di dalam sekolah. Setiap teori kurikulum memiliki penekanan yang berbeda-beda, sebagian pendapat menekankan pada isi atau mata pelajaran sebagian menekankan pada proses atau pengalaman sedangkan yang lain menekankan pada pendapat tersebut dalam artian menekankan pada isi atau mata pelajaran, dan
juga
proses
atau
pengalaman.
Hilda
Taba
dalam
Nasution
mengemukakan, bahwa pada hakikatnya setiap kurikulum merupakan cara untuk memepersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya. Tiap kurikulum bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar, akhirnya evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada unsure-unsur tertentu.5 Pada Tahun 2013 perubahan kurikulum kembali terjadi untuk SD, SMP,
SMA,
dan
SMK.
Pihak
pemerintah
menyebutnya
sebagai
“pengembangan kurikulum” bukan “perubahan kurikulum”. Istilah ini bisa jadi untuk menghindari dampak psikologis, dan bukan persoalan substansinya kenapa kurikulum itu terjadi perubahan.6 Upaya
penyempurnaan
kurikulum
demi
mewujudkan
sistem
pendidikan Nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan bermutu. 3
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012, hlm. 78 4 Ibid.,, hlm. 82 5 S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara 2001, hlm.7 6 Imas Kurinasih & Berlin Sani. Implementasi Kurikulum 2013 (Konsep dan Penerapan). Surabaya, Kata Pena, 2014, hlm. 32
3
Menghasilkan produk pendidikan yang kreatif, mandiri, produktif, dan juga memiliki karakter yang kuat. Pihak kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengakui bahwa penyusunan kurikulum 2013 sudah dimulai sejak tahun 2010. Wakil presiden Budiono [Wakil Presiden RI 2004-2009] menegaskan mengenai ide relevansi dan beban pelajaran di sekolah. Akibatnya terjadi beban berlebihan dari peserta didik, tetapi tidak jelas apakah peserta didik mendapatkan sesuatu yang seharusnya dari pendidikannya. Sudah waktunya tegas Budiono memikirkan apa yang seyogyanya diajarkan agar manusia Indonesia mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa7. Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum 2013 adalah upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbutan. Sedang tujuan utama dari pendidikan Islam ialah membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaanya, menghormati hak-hak manusia, tahu membedakan buruk dengan baik memilih suatu fadhilah karena cinta pada fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.8 Untuk itu pengembangan kurikulum PAI dalam Kurikulum 2013 merupakan komponen yang sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan khususnya pada Mata Pelajaran PAI. Para
ahli
kurikulum
memandang
bahwa
pengembangan
kurikulum
merupakan suatu siklus dari adanya keterjalinan hubungan antara komponen tujuan, bahan kegiatan dan, evaluasi.9
7
http://www.kompashariini.blogspot.com/2012/08/kompas-edisi-rabu-29agustu 2012,html?m=1. Akses 15 Mei 2014 8 Mohd. Athiyah, Pendidikan Islam, Jakarta, PT Bulan Bintang, 1993, hlm. 103. 9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Iislam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hlm.3
4
Kurikulum 2013 lebih bersifat tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang akan terkait satu sama lain, yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Di tingkat SMP/MTs, jumlah mata pelajaran dari 12 menjadi 10 dan jumlah jam pelajaran bertambah dari 32 jam menjadi 38 jam per-minggu. Dengan disiapkannya kurikulum 2013 khususnya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ini menjadi tantangan bagi para guru (tenaga pendidik) rumpun Pendidikan Agama Islam untuk dapat menerapkan dan menyesuaikan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, guru tidak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus. Silabus dan bahan ajar di buat oleh pemerintah, sedangkan guru hanya menyiapkan RPP dan media pembelajaran. Dengan perubahan yang terjadi guru memaksimalkan dalam penyusunan materi yang berkaitan, penyampaian materi yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik agar dapat membangun karakter dan emosionalnya, serta penilaian yang sesuai. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi seperti sekarang ini juga harus diikuti oleh setiap individu. Begitupun dalam dunia pendidikan, guru harus mampu dan siap menghadapi perubahan yang terjadi dilingkungannya
terutama
dalam
hal
pendidikan.
Dalam
persiapan
implementasi kurikulum 2013 masih banyak terjadi kekurangan yang bisa menghambat keberhasilan dari tujuan kurikulum 2013. Penerapan kurikulum 2013 sendiri akan dimulai tahun ini. Karenanya, kepala sekolah dan guru dari sekolah yang ditetapkan untuk mengikuti pendidikan dan latihan. Namun demikian, ada berbagai kesulitan yang dihadapi, mulai dari perubahan pola kegiatan belajar mengajar di kelas dari guru mengajar dan murid belajar. Berbagai masih banyak kekurangan yang ada dalam perencanaan implementasi kurikulum. Kondisi seperti sekarang ini menunjukan
bahwa
pemerintah
terlalu
tergesa-gesa
dan
cenderung
memaksakan adanya perubahan kurikulum tahun ini. Sejauh ini masih banyak terjadi pro-kontra di kalangan praktisi pendidikan terkait dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Pihak yang
5
mendukung kurikulum baru ini menyatakan, kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam dalam penyusunan kurikulum pengajaran. Pihak yang kontra menyatakan, kurikulum 2013 kurang fokus karena menggabungkan beberapa mata pelajaran. Ini terlalu ideal karena tidak mempertimbangkan kemampuan dari setiap masing-masing guru. Pendapat senada juga disampaikan oleh Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Sulistyo. Menurutnya kebijakan pemerintah untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis observatif integratif itu dinilai mengabaikan kesiapan guru. Belum banyak guru yang tahu bagaimana konsep kurikulum 2013. Pemerintah tidak mempertimbangkan kondisi heterogen guru terutama guru di pedalaman, mereka tidak mudah untuk beradaptasi dengan hal-hal yang baru apalagi dalam waktu yang singkat.10 Norma subyektif terbentuk dari keyakinan normatif yang terdiri dari dua aspek pokok, yaitu: (1) keyakinan akan harapan normatif yang ditunjukkan terhadap kesiapan Guru rumpun rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013, dan (2) motivasi untuk mematuhi setiap harapan normatif yang ditunjukan tersebut. Keyakinan akan harapan normatif tersebut mengacu pada seberapa besar harapan-harapan yang dipersepsi oleh individu yang berkaitan dengan kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013, yang berasal dari orang-orang yang dianggap berpengaruh dan mempengaruhi individu (reference significant others) terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013. Kontrol perilaku menurut Ajzen dalam Jogiyanto mengacu pada persepsi-persepsi seseorang akan kemampuanya utuk menampilkan perilaku tertentu. Dengan kata lain. Kontrol perilaku
menunjuk
kepada
sejauhmana
seseorang
merasa
bahwa
menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu berada di bawah
10
http://www.airlangga-edu.com/?page=artikel_detail&&no-19. Akses 05 Juni 2014
6
kontrol individu yang bersangkutan.11 Kontrol perilaku ditentukan oleh sejumlah keyakinan tentang hadirnya faktor-faktor yang dapat memudahkan atau mempersulit terlaksananya perilaku yang ditampilkan. Kurangnya pemahaman dari guru dalam menerapkan kurikulum 2013 akan bisa menimbulkan kesalahan yang dilakukan oleh guru sendiri. Masih banyak guru yang beranggapan dalam kurikulum 2013 ini guru tidak lagi perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap dijelaskan oleh guru. Banyak juga guru-guru yang belum siap secara mental dengan implementasi kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, dan pada kenyataan sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru. Selain itu guru tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.12 Belajar dari pengalaman perubahan-perubahan kurikulum yang rutin dilakukan oleh pemerintah harusnya menjadi pelajaran bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan, jangan hanya sekedar mengkaji isi substansi dari sebuah kurikulum. Namun juga harus mengkaji dan mempertimbangkan operasional penerapan kurikulum baru di sekolah-sekolah juga harus diperhatikan. Ada beberapa hal yang seharusnya diperhatikan pemerintah dalam menerapkan kebijakan implementasi kurikulum 2013 ini. Pertama, kesiapan guru sebagai elemen terpenting dalam mewujudkan tujuan kurikulum. Kedua, kesiapan sekolah mulai dari kondisi sekolah dan infrastruktur yang ada di setiap sekolah. Ketiga, kesiapan dokumen seperti buku pelajaran, buku panduan untuk guru, dan dokumen lain sebagai pendukung. Seharusnya pemerintah mempertimbangkan serta mengkaji kembali tentang kesiapan dari guru, sekolah, dan dokumen yang mendukung proses penerapan kurikulum 2013, karena belajar dari perubahan-perubahan kurikulum yang terdahulu masih benyak kekurangan dan perubahan 11
Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan,: Andi Offset, Yogyakarta, 2007, hlm.65 Hasil observasi dan wawancara dengan Kepala MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus, pada tanggal 3 Desember 2015. 12
7
kurikulum 2013 ini bukan hanya sekedar menjadi agenda tahunan yang justru merugikan.13 Berdasar latar belakang permasalahan di atas, menarik inisiatif dari peneliti untuk melakukan penelitian tentang bagaimana sikap guru rumpun Pendidikan Agama Islam MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus dalam memahami dan menyiapkan diri menyongsong perubahan kurikulum baru tahun 2013. Oleh karena itu peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian terkait judul Pengaruh Norma Subyektif dan Perceived Behavioral Control Terhadap Kesiapan Guru Rumpun PAI Atas Penerapan Kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Kudus. Dan sebagai pembelajaran
ketika
terjadi
perubahan
kurikulum
kita
seyogyanya
menempatkan guru sebagai pembelajaran dan perubahan kurikulum itu sebagai kegiatan pembelajaran. Penelitian ini untuk mengetahui dan membuktikan bahwa norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013 mempunyai posisi penting dan pengaruh yang besar. Maka dari itu perlu diadakan penelitian lapangan agar kebenaran dari teori-teori yang ada dalam buku-buku dapat diverifikasi dengan kenyataan di lapangan. Urgensi penelitian ini adalah untuk memperkuat teori dan memberi informasi kepada kalangan akademis bahwa norma subyektif dan perceived behavioral control guru PAI terhadap kesiapan Guru rumpun PAI atas penerapan Kurikulum 2013 mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
dan
membantu
tercapainya
implementasi kurikulum terbaru yang dicanangkan oleh pemerintah.
13
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm.12
8
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
2.
Bagaimanakah kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
3.
Adakah pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Bertolak dari latar belakang masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai peneliti adalah: 1. Untuk mengetahui norma subyektif dan perceived behavioral control guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016 3. Untuk mengetahui pengaruh norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di MTs NU Tamrinut Thullab Undaan Lor Undaan Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.
9
D. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Menambah verifikasi tentang norma subyektif dan perceived behavioral control. Dalam implementasi kurikulum, guru diharapkan memiliki norma subyektif dan perceived behavioral control terkait dengan sikap dan norma subyektif yang ideal dan sesuai, karena keberhasilan perubahan kurikulum bergantung pada kesesuaian nilai dan sikap guru serta partisipasi guru dalam perubahan kurikulum. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Madrasah Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi lembaga pendidikan di mana tempat penelitan ini berlangsung, mengenai norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di madrasah. b. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman guru dalam rangka meningkatkan norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru rumpun PAI atas penerapan kurikulum 2013 di madrasah. c. Bagi Peneliti Memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesiapan dan guru terhadap tuntutan penerapan Kurikulum 2013. Sehingga dapat menjadi bahan acuan atau dasar penelitian lanjutan mengenai norma subyektif dan perceived behavioral control terhadap kesiapan guru atas penerapan kurikulum 2013.