BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terdapat tiga genre sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi adalah pemadatan ide atau gagasan yang jika kadar kepadatannya diencerkan akan berwujud prosa. Menurut Pradopo (2010:7) puisi memiliki tiga unsur pokok. Pertama, hal yang meliputi pemikiran ide atau emosi; kedua, bentuknya; ketiga, adalah kesannya. Semua itu terungkap dalam media bahasa. Puisi memiliki tingkat pemahaman yang lebih rumit daripada prosa dan drama karena puisi memiliki media bahasa tersendiri. Bahasa dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa puisi banyak mengandung ambiguitas, memungkinkan memiliki lebih dari satu makna dan juga memilki sifat estetis. Kata-kata tersebut menjadi suatu sistem tanda yang mengungkapkan imaji penyairnya. Rangkaian fonem, kata, frase, dan kalimat merupakan unsur pembentuk lapis arti dalam puisi (Pradopo, 2010:15). Keempat rangkaian ini diwujudkan dalam kosakata, aspek tata bahasa, pemaknaan denotatif dan konotatif, diksi, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, gaya kalimat dan sajak. Supaya pemaknaan puisi dapat dilakukan secara menyeluruh, analisis struktural yang termasuk aspek bunyi, arti, dan isi tersebut harus dilanjutkan ke analisis semiotika agar dapat menemukan makna sepenuhnya (Pradopo, 2010:117-118).
1
Definisi
lirik
lagu
dalam
Naver
Korean
Dictionary
(http://krdic.naver.com/detail.nhn?docid=7583600) adalah sajak pendek yang menggunakan bahasa yang memiliki ritme/nada serta melukiskan ide dan perasaan. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa unsur-unsur di dalam puisi/sajak juga dapat ditemukan dalam lirik lagu. Hal yang membedakan puisi dengan lirik lagu yaitu lirik lagu memiliki nada-nada atau notasi musik yang membuat lirik tersebut bisa dinyanyikan. Unsur musik atau nada yang dimasukkan dijadikan sebagai penguat lirik lagu dan juga sebagai sarana yang memberikan suasana tersendiri terhadap kata-kata yang ada. Lirik pada sebuah lagu tergantung pada unsur musiknya, lirik lagu ini diibaratkan sebagai bahasa simbolis yang mengungkapkan simbol nilai jiwa dan ucapan (Pasaribu, 1986:20). Oleh karena itu sangat memungkinkan bagi penyair untuk mengalihfungsikan puisinya menjadi lirik lagu dan sebaliknya musisi mengalihkan lirik lagunya menjadi puisi (Susilowati, 2000:2). Pada masa sekarang ini Korea sedang merajai dunia musik internasional dengan K-POP (Korean Pop)-nya atau musik bergenre pop yang berasal dari Korea. Banyak boyband dan girlband baru bermunculan di negeri ginseng tersebut. Namun, di tengah-tengah persaingan industri musik Korea band rock legendaris BooHwal (
) masih tetap bisa bertahan dan digandrungi oleh para
fansnya. Pada pertengahan tahun 80-an band heavy metal ini memulai debutnya dengan gitaris Kim Tae Won (
) sebagai pusat pemimpinnya. Pada tahun
2
1985 dimulai dengan dirilisnya album rock mereka yang berjudul ‘BooHwal’ grup ini pun memulai sejarah debut musiknya di Korea Selatan. Di bawah kepemimpinan Kim Tae Won ( Soo (
) sang gitaris bersama dengan Kim Jong
) pada vokal, Lee Ji-ung (
) pada gitar, Lee Tae Yun (
sebagai bassist, dan Hwang Tae Sun (
)
) sebagai drummer, band ini telah
memperoleh rekor untuk penjualan album pertamanya yang sangat memuaskan pada tahun 1985. Boohwal telah mampu menarik perhatian banyak pecinta musik di Korea khususnya pecinta musik rock. Di balik kesuksesan ini tetap terjadi konflik dan pergantian personil di dalamnya seperti yang terjadi pada band-band pada umumnya. Kesuksesan kembali diraih oleh Boohwal pada tahun 2002 dengan dirilisnya album kedelapan dengan judul Saebyeok ( dengan personil lamanya yaitu Lee Seung Chul (
), yang digarap Boohwal ). Dalam album ini
terdapat cuplikan perjalanan cerita BooHwal pada lagu yang berjudul ‘Never Ending Story’1. Kepopuleran dan kemampuan grup rock BooHwal yang sering menuai kesuksesan di dunia musik ini, khususnya Kim Tae Won sebagai penulis lirik lagu yang hebat diabadikan ke dalam drama. Pada tahun 2010 MBS menuangkan perjalanan Kim Tae Won ke dalam cerita drama yang menarik. Drama tersebut menceritakan tentang kehidupan Kim Tae Won saat dia berada di sekolah dasar 1
http://music.naver.com/artist/intro.nhn?artistId=112#
3
hingga dewasa. Kim Tae Won kecil sudah sangat tertarik dengan musik, khususnya gitar yang diperkenalkan oleh kakaknya. Dalam drama ini juga diceritkan bagaimana pada akhirnya Kim Tae Won dapat mempelopori berdirinya grup band BooHwal ini. Dengan perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan sang leader Kim Tae Won telah banyak menciptakan lirik lagu baik untuk bandnya sendiri yaitu BooHwal atau untuk penyanyi lain. Kim Tae Won selain dikenal sebagai seorang gitaris yang handal juga dikenal sebagai pencipta lagu yang hebat. Penulis mengambil lirik lagu yang diciptakan oleh Kim Tae Won karena keistimewaan lagu-lagu yang diciptakannya. Lagu yang diciptakan oleh Kim Tae Won sangat dicintai oleh para pendengar musik dan tidak jarang menuai sukses besar di pasaran. Lirik lagu yang diciptakan oleh Kim Tae Won dikenal sangat sarat oleh makna kehidupan. Banyak lirik lagunya menceritakan tentang asam manis kehidupan dan pesan moral, juga hikmah yang bisa diambil dari setiap peristiwa. Selain itu, penulis juga mengambil sample dari album yang memiliki kesuksesan dan cerita yang paling menarik di antara album BooHwal yang lain, yaitu album kedelapan mereka yang berjudul Saebyeok. Akan sangat menarik untuk meneliti tentang band legendaris yang sampai sekarang masih dicintai penggemarnya, walaupun telah dimakan zaman. Penelitian sastra yang menggunakan objek lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dan dilakukan dengan analisis semiotika Riffaterre belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan sangat berguna bagi
4
perkembangan penelitian terhadap karya sastra, khususnya yang berkaitan dengan lirik lagu. Untuk bisa mengetahui pemaknaan secara mendalam dalam lirik lagu diperlukan analisis secara penuh. Oleh karena itu, akan dilakukan analisis dengan pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, dan varian, serta pencarian hipogram. Dengan kata lain penelitian ini akan menggunakan analisis semiotika Riffaterre. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pemaknaan dan mencari tahu hubungan tema antar lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won. Kemudian mencari hipogram dari lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dalam album Saebyeok (
)했
Grup Band BooHwal dianalisis menggunakan Semiotika Riffaterre. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui makna lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dalam album Saebyeok (
) Grup Band Boohwal
2. Mengetahui hipogram dari lirik-lirik lagu yang dijadikan objek 3. Mengetahui tema dalam setiap lirik lagu dan mencari hubungan tema antar lirik lagu
5
1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian terhadap karya sastra yang dilakukan dengan analisis semiotika Riffaterre telah dilakukan oleh Ida Fitriyah (2005) Pemaknaan MAJOI karya Taufiq Ismail: Kajian Semiotik Riffaterre. Dalam skripsi ini dilakukan analisis tentang MAJOI yang menggunakan pendekatan Semiotika Riffaterre. Dalam analisisnya peneliti memiliki tujuan untuk mengerti makna dalam MAJOI. Penelitian terhadap puisi juga telah dilakukan oleh Siti Rodiyati (1998) Pemaknaan Kembang Tunjung Karya Linus Suryadi AG. Dalam skripsi ini juga bertujuan untuk mengetahui makna keseluruhan puisi yang ada dalam antologi puisi Kembang Tunjung. Penelitian ini juga menggunakan semiotika Riffaterre sebagai alat untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi. Penelitian yang menggunakan Semiotika Riffaterre telah dilakukan oleh Marlina Anjarsari (2011), dalam skripsinya yang berjudul ”Makna Lirik Lagu Arirang: Analisis Semiotika Riffaterre”. Dalam penelitian ini objeknya merupakan 했
lagu, yaitu lagu Arirang yang diambil dari booklet
(Meomchujianeun arirang) CD dan dari Korean Folk Song and Popular Music and Lyric. Kedua versi lagu arirang tersebut dianalisis menggunakan teori Semiotika Riffaterre untuk dibandingkan persamaan dan perbedaannya. Kemudian ada juga penelitian yang telah dilakukan oleh Yuni Wachid Asrori (2009) dalam skripsinya berjudul ”Antologi Puisi
했
했
(Mokmareun Namuga Dweyeo) Karya Hong Geum Ja: Analisis Strukural”. Dalam penelitian ini digunakan objek puisi, tetapi menggunakan teori analisis yang berbeda yaitu strukturalisme. Penelitian ini mencakup unsur-unsur bunyi, unsur-
6
unsur kata, dan hubungan antara unsur bunyi dan kata dalam puisi. Menurut Pradopo (2010:118-124) analisis strukturalisme dirasa masih agak dangkal untuk meneliti suatu puisi. Pada penelitian yang menggunakan strukturalisme belum bisa banyak diketahui tentang pemaknaan puisi secara lebih jelas, sehingga untuk penelitian puisi akan lebih baik menggunakan analisis semiotika. Selain itu, ada juga penelitian mengenai puisi dalam bahasa Korea yang dikaji menggunakan semiotika Riffaterre. Penelitian yang pertama dilakukan oleh Siti
Solehatin
(2013)
dalam
skripsinya
했(Sansang Gido)’,했’
Puisi ’
yang
berjudul
”Signifikansi
했(San Gireseo)’, dan ’
했
했
(Gyeulsan Sotdae)’ Karya Kim Jang Wook: Kajian Semiotika Riffaterre”. Setelah analisis
dilakukan
ditemukan
pemaknaan
terhadap
puisi-puisi
tersebut.
Pemaknaan yang ditemukan mengenai makna kata ’gunung’. Kata ’gunung’ dalam puisi ini memiliki makna Tuhan. Kemudian penggunaan semiotika Riffaterre dalam menganalisis puisi dilakukan juga oleh Nita Andani (2013) dengan skripsi berjudul ”Signifikansi puisi ’
(Kkotjib)’, ’
(Yuchaekkotchi Phida)’, ’
(Eoreumkkot)’ karya Song Jang Seob: Kajian Semiotika Riffaterre”. Dalam penelitian ini juga ditemukan pemaknaan terhadap ketiga puisi tersebut. Setelah dilakukan analisis, pemaknaan yang ditemukan adalah tentang perempuan, cinta, dan kesedihan. Penelitian puisi menggunakan semiotika Riffaterre juga dilakukan oleh Febriani Elfida Trihtarani (2013) dalam skripsinya yang berjudul ”Signifikansi Puisi ’
(Jindallaekkot)’, ’
(Haega Sanmarue
7
Jeo Mureodo)’, dan ’
(Mot Ijeo)’ karya Kim SoWeol: Kajian Semiotika
Riffaterre”. Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan pemaknaan dari ketiga puisi tersebut yaitu mengenai kesedihan dalam cinta yang dialami oleh seseorang. Penelitian selanjutnya yaitu tesis berjudul ”Kesedihan dalam Tanka Jepang ”Kemuri Ichi” Karya Takuboku Ishikawa: Kajian Semiotika Riffaterre” yang ditulis oleh Sisri Dona (2012). Menurut analisis yang telah dilakukan oleh penulis ditemukan bentuk-bentuk kesedihan, yaitu kemiskinan, kenangan masa muda, kesepian, kerinduan akan kampung halaman, penyesalan karena menyianyiakan ilmu, putus cinta, dan kegagalan meraih mimpi. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Okky Herwin .Y (2012) dalam skripsi berjudul ”Makna Relasi Tematik Lirik-Lirik Lagu dalam Album Karya Padi Analisis Semiotika Riffaterre”. Penelitian ini menganalisis tentang relasi tematik dalam semua album Padi. Selain itu juga dilakukan analisis mengenai ketidaklangsungan ekspresi dan pemaknaan mendalam mengenai lirik-lirik lagu itu terlebih dahulu sebelum menemukan relasi tematik di dalamnya. Akan tetapi, penelitian ini masih terlalu luas karena objek penelitiannya mencakup seluruh karya Padi. Kurang fokus atau kurang spesifiknya objek membuat penelitian ini terasa kurang mendalam, sebenarnya masih banyak hal yang dapat dijelaskan dan diketahui lebih lanjut. Penelitian yang menggunakan lirik lagu sebagai objeknya juga telah dilakukan oleh Neny Susilowati dalam skripsi berjudul “Bulan Dibuai Awan Puisi-Puisi Pilihan Katon Bagaskara: Analisis Strukturalisme Semiotik” (2000).
8
Penelitian ini membuat bangun lirik lagu dan pada akhirnya mencari makna yang terkandung dalam lirik lagu Katon Bagaskara. Digunakannya teori strukturalisme dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur yang terdapat pada bangun lirik-lirik lagu tersebut. Selanjutnya dianalisis dengan teori Semiotika Riffaterre untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi Bulan Dibuai Awan. Penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya karena dalam penelitian ini akan diteliti lebih dalam menggunakan teori Semiotika Riffaterre dan ketidaklangsungan ekspresi dalam lirik-lirik lagu. Jika penelitian sebelumnya (”Makna Lirik Lagu Arirang: Analisis Semiotika Riffaterre”) menggunakan lagu bertema rakyat (folksong) maka dalam penelitian ini menggunakan objek lirik lagu yang bertema lebih pada cerita kehidupan sehari-hari yang selain dialami pengarang juga mungkin telah dialami oleh banyak dari kita. Selain itu relasi tematik yang diharapkan akan ditemukan pada lirik-lirik lagu ini akan dapat memperjelas pandangan masyarakat Korea mengenai kehidupan. Penelitian akan dilakukan lebih mendalam menggunakan analisis Semiotika Riffaterre. 1.5 Landasan teori Mengkaji karya sastra (puisi) dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kali ini, untuk mengungkap makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dalam album grup band Boohwal akan digunakan metode penelitian menurut Michael Riffaterre. Metode penelitian Riffaterre seperti yang telah diungkapkan dalam bukunya Semiotics of Poetry (1978) memiliki beberapa langkah untuk menemukan makna puisi. Langkah-langkah
9
yang dilakukan yaitu pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian model, matriks dan varian, serta menemukan hipogram. 1.6 Metode penelitian Penelitian terhadap lirik lagu karya Kim Tae Won ini menggunakan metode analisis kualitatif. Metode analisis kualitatif merupakan metode penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 1989: 16-19). Langkah yang dilakukan dalam perolehan data meliputi beberapa tahap: 1. Data dikumpulkan dari lirik lagu karya Kim Tae Won 2. Membaca keseluruhan lirik lagu dalam bahasa Korea 3. Lirik-lirik lagu disalin dan diketik kembali 4. Menerjemahkan lirik-lirik lagu tersebut dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia
sesuai
dengan
bahasa
Indonesia
menggunakan kamus dari Naver Sajeon (
yang
benar
했
)
dengan
dan kamus
Korea-Indonesia Modern 5. Membaca keseluruhan lirik lagu yang telah diterjemahkan 6. Menganalisis puisi melalui pembacaan heuristik menggunakan kamus korea dari Naver Sajeon (
했
) dan hermeneutik. Pembacaan ini
dilakukan dengan menyisipkan tanda kurung yang berfungsi memperjelas arti dan untuk menadapatkan kesan yang wajar. Setelah itu dilanjutkan
10
dengan pembacaan hermeneutik yang dibangun dari ketidaklangsungan ekspresi sajak, pencarian matriks, model, dan varian-varian. 7. Mencari hipogram dari karya sastra atau antologi yang lain. Pencarian hipogram dilakukan dengan mengumpulkan lagu-lagu BooHwal dari album pertama sampai album ketujuh. Kemudian dilakukan pembacaan cepat untuk mengetahui lagu-lagu mana saja yang cocok dijadikan hipogram. 8. Menyalin dan menerjemahkan hipogram dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia yang benar menggunakan kamus dari Naver Sajeon (
했
) 9. Membaca hipogram dengan teliti 10. Menuliskan aspek-aspek kehipograman tersebut 11. Mencari pemaknaan atas lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dalam album grup band Boohwal 1.7 Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini adalah lirik lagu karya Kim Tae Won yang diambil dari album kedelapan mereka yang berjudul Sae Byeok ( 했
) album tersebut hanya
akan diambil tiga lirik lagu saja yang memiliki tema berkaitan untuk dijadikan sample penelitian. Lagu yang diambil sebagai sample yaitu ” (Biwa Dangsinui Iyagi)”, ”
(Saebyeok)”, dan ”
Ketiga lagu tersebut merupakan karya Kim Tae Won.
11
했
했
II (Cheongukeso II)”.
1.8 Sistematika Laporan Penelitian Sistematika laporan penelitian ini akan terdiri dari lima bab. Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian; rumusan masalah; tujuan penelitian; landasan teori dan metode penelitian; serta sistematika penulisan. Bab II merupakan penjelasan mengenai semiotika Riffaterre. Kemudian bab III adalah analisis semiotika lirik-lirik lagu pilihan sebagai objek penelitian. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui pemaknaan lirik-lirik lagu karya Kim Tae Won dengan pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik kemudian mencari matriks, model, dan varian, selanjutnya mencari hipogram. Bab VI berisi kesimpulan.
12