Bab 5 Ringkasan
Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam sejarah kesusastraan. Mengacu kepada pandangan Riffaterre (1978), antara karya-karya sastra itu terjadi hubungan intertekstualitas. Selain pada karya-karya sastra, hubungan intertekstual juga dapat terjadi pada karya sastra dan non-sastra. Dua buah karya sastra dan non-sastra yang membuat saya tertarik untuk meneliti hubungan intertekstual di dalamnya adalah cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke dan lirik lagu Kumo no Ito karya Mika Nakashima. Lirik lagu Kumo no Ito yang menjadi track keempat dalam album Mika Nakashima yang berjudul MUSIC disebut-sebut sebagai interpretasi atas cerpen berjudul sama karya Akutagawa Ryūnosuke tersebut (Ma, 2005). Hal inilah yang mendasari saya untuk meneliti lebih dalam mengenai hubungan intertekstual yang terdapat dalam dua karya ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan intertekstual dalam cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke dan lirik lagu Kumo no Ito karya Mika Nakashima melalui sudut pandang yang melatarbelakangi karya mereka. Dalam penelitian ini, saya akan menggunakan cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke dan lirik lagu Kumo no Ito karya Mika Nakashima yang dititikberatkan pada pemahaman makna untuk mencari kesamaan atau perbedaan yang terdapat pada kedua teks tersebut. Sedangkan metode yang saya gunakan adalah metode deskriptif analitis dan metode kepustakaan. Pertama-tama, saya akan membaca cerpen 51
Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke dan memahami makna yang terdapat dalam lirik lagu Kumo no Ito karya Mika Nakashima, kemudian membandingkan keduanya berdasarkan data-data yang saya peroleh. Data-data diperoleh dari buku-buku, informasi dari internet, jurnal, dan majalah. Untuk penelitian, saya menggunakan teori sastra menurut Rene Wellek dan Austin Warren, di mana sastra menurut Wellek dan Warren (1989: 9) adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Setiap karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih tepatnya lagi individual dan umum sekaligus. Setiap karya sastra mempunyai sifat-sifat yang sama dengan karya seni lainnya; Teori intertekstual, yang menyatakan bahwa setiap teks adalah mozaik kutipan-kutipan, penyerapan dan transformasi dari teks lain, termasuk di dalamnya adalah teks karya sastra (Kristeva dalam Culler, 1975: 139); dan Semantik, yaitu studi tentang makna kata. Dalam sub-bab Semantik, terdapat satu sub sub-bab, yaitu Kumo no Ito, yang merupakan alat yang digunakan oleh Kandata untuk keluar dari neraka, seperti yang tertulis dalam cerpen karya Akutagawa Ryūnosuke (Kelly, 1999). Kumo no Ito diberikan oleh Sang Buddha sebagai imbalan atas perbuatan baik yang pernah dilakukannya (Akutagawa, 1918). Sedangkan dalam lirik lagu yang ditulisnya, Mika Nakashima menyatakan bahwa Kumo no Ito mewakili sifat tenggang rasa yang ada pada manusia (Ohno, 2005: 173). Dalam analisis data, saya membagi penelitian ke dalam dua sub-bab, yaitu; Analisis Kumo no Ito Dalam Lirik Lagu Mika Nakashima dan Cerpen Akutagawa Ryūnosuke, serta Analisis Makna Dalam Lirik Lagu Kumo no Ito Karya Mika Nakashima dan Hubungan Intertekstualnya dengan Cerpen Kumo no Ito Karya Akutagawa Ryūnosuke. Kemudian dalam sub-bab Analisis Kumo no Ito Dalam Lirik Lagu Mika Nakashima dan Akutagawa Ryūnosuke terdapat dua sub sub-bab, yaitu; 52
Kumo no Ito Dalam Cerpen Akutagawa Ryūnosuke dan Kumo no Ito Dalam Lirik Lagu Mika Nakashima. Berdasarkan analisis yang telah saya lakukan, saya menyimpulkan bahwa bait pertama yang berbunyi 《影が揺れる/乱れぬ力/雲が落ちる/吸い込まれてく/ 涙の海/星の近い海 /鎖纏い/底を這ってゆく》menceritakan tentang kesedihan dan kehancuran di dunia yang disebabkan oleh kekuatan manusia itu sendiri. Namun, dibalik kesedihan itu sebenarnya ada harapan yang tidak disadari manusia karena mereka sedang berada dalam ketidakberdayaan dan keputusasaan. Pada bait ini, Mika Nakashima melakukan transformasi terhadap cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke yang meliputi latar belakang cerita, di mana latar belakang lirik lagu Mika Nakashima adalah keadaan dunia pada masa sekarang, sedangkan cerpen Kumo no Ito berlatarbelakang di neraka; keadaan manusia di dalam cerita, yang di dalam lirik lagu diceritakan bahwa manusia berada dalam kesedihan dan keputusasaan karena peristiwaperistiwa yang diakibatkan oleh perbuatan mereka sendiri, sedangkan di dalam cerpen, kesedihan dan keputusasaan adalah keadaan yang dialami manusia sebagai konsekuensi atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat di dunia; serta harapan yang terlihat dalam cerpen Kumo no Ito, oleh Mika Nakashima diubah menjadi tidak disadari oleh manusia karena ketidakberdayaan dan keputusasaan yang mereka alami. Sedangkan bait kedua yang berbunyi 《探しても探しても/見付からない… /削っても削っても/無くならない…/晴れないままのこの空で/共に宴を》 berarti meskipun dalam kesedihan dan sepertinya tanpa harapan, manusia sebaiknya tetap berbagi dengan sesamanya. Dalam lirik lagunya, Mika Nakashima menekankan agar manusia tetap berbagi, meskipun dalam keadaan sulit sekalipun, satu hal yang tidak
53
terdapat dalam cerpen. Pada bagian ini terlihat transformasi yang dilakukan Mika Nakashima terhadap cerpen Kumo no Ito. Sedangkan bait ketiga yang berbunyi 《掴んでは消える/蜘蛛の糸/選ばれ し者が辿るの/争い合えば/切って落とされ/誰しもが持つ/蜘蛛の糸/惜し まずに紡いで垂らせ/気付いてほしい/あの叫びに。》 menyatakan bahwa Mika Nakashima berperan sebagai Tuhan yang menyaksikan seluruh kejadian di dunia ini. Dia berharap agar manusia memelihara/memupuk kembali sifat tenggang rasa yang pada dasarnya ada dalam diri mereka dan sebaiknya dipraktekkan dalam kehidupan seharihari agar peristiwa-peristiwa buruk seperti perang tidak akan terjadi. Pada lirik ini, transformasi yang dilakukan oleh Mika Nakashima terhadap cerpen Kumo no Ito terletak pada makna Kumo no Ito. Dalam cerpen, Kumo no Ito berarti imbalan yang diberikan oleh Sang Buddha atas perbuatan baik yang pernah dilakukannya oleh Kandata dan dapat dipergunakannya sebagai alat untuk keluar dari neraka (Kelly, 1999), sedangkan dalam lirik lagu Mika Nakashima, Kumo no Ito mewakili sifat tenggang rasa yang ada pada manusia (Ohno, 2005: 173). Transformasi berikutnya terletak pada posisi penulis, di mana Mika Nakashima berperan sebagai Tuhan yang melihat semua kejadian di dunia dari suatu tempat yang tidak diketahui secara pasti. Sedangkan dalam cerpen, Akutagawa tidak menempatkan dirinya dalam posisi apapun, karena Tuhan adalah salah satu tokoh yang terdapat dalam cerpen ini, yaitu Sang Buddha. Sedangkan bait keempat yang berbunyi 《色が消えた/言葉も消えた/形も ない/さぁ戻りましょう》 berarti ajakan untuk memulai kembali dari awal karena dunia telah menjadi tempat yang penuh dengan ketidakbahagiaan, kata-kata bermakna yang tidak berguna lagi, serta ketidakjelasan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak
54
terdapat dalam cerpen, karena Kandata tidak dapat mengulang kembali kesempatannya untuk dapat keluar dari neraka. Berikutnya adalah bait kelima yang berbunyi 《呼ばれても呼ばれても/振り 向けない…/歩いても歩いても/追い付けない…/悲しいままのこの胸で/共 に宴を》berarti meskipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu dan mengubah sesuatu yang telah terjadi, namun kita masih dapat berbagi dengan sesama. Bait ini merupakan suatu bentuk ketidakpuasan terhadap cerpen yang menceritakan bagaimana Kandata tidak mau berbagi dengan sesamanya. Sedangkan bait terakhir yang berbunyi 《見えそうで見えぬ/蜘蛛の糸/選 ばれし者が見えるの/編み上げながら/大きく育つ/強そうで弱い/蜘蛛の糸 /確な力が欲しいの/感じるままに/生きるように。》menyatakan agar manusia hidup dengan membawa dan mengembangkan sifat tenggang rasa sehingga sifat ini menjadi kuat dan keadaan dunia menjadi lebih baik. Pada bait ini, Mika Nakashima mengambil beberapa bagian dari cerpen Kumo no Ito dan menuliskan kembali sebuah lirik yang meskipun sedih, namun terdapat harapan di dalamnya. Berdasarkan penelitian di atas, saya menyimpulkan bahwa analisis makna lirik lagu Kumo no Ito karya Mika Nakashima dan hubungan intertekstualnya dengan cerpen Kumo no Ito karya Akutagawa Ryūnosuke membuktikan bahwa lirik lagu ini berusaha menekankan pada perasaan tenggang rasa dan berbagi dengan sesama, sesuatu yang tidak terdapat dalam cerpen Kumo no Ito. Selain itu, dari hasil analisis perbandingan dengan cerpen, diketahui transformasi yang dilakukan oleh Mika Nakashima meliputi tema dan ide cerita, latar belakang cerita, penokohan, dan makna Kumo no Ito.
55