Puisi-puisi Afrizal Malna
BERI AKU KEKUASAAN Oleh : Afrizal Malna
Mereka pernah berjalan dalam taman itu, membuat wortel, semangka, juga pepaya. tetapi aku buat juga ikan-ikan plastik, angsa-angsa kayu dari Bali, juga seorang presiden dari boneka di Afrika. Kemana saja kau bawa kolonialisme itu, dan kau beri nama : Jakarta 1945 yang terancam. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk berkuasa. Kau lihat juga tema-tema berlepasan, dari Pulo gadung ke Sukarno Hatta, atau di Gambir : Jakarta 1957 yang risau. Sepatuku goyah di situ. Orang bicara tentang revolusi, konfrontasi Malaysia, Amerika dan Inggris dibenci pula. Sejarahku seperti anak-anak lahir, dari kapal kolonial yang terbakar. Mereka mencari tema-tema pembebasan, tetapi bukan ayam goreng dari Amerika, atau sampah dari Jerman. Begitu saja aku pahami, seperti mendorong malam ke sebuah stasiun, membuka toko, bank dan hotel di situ pula. Kini aku huni kota-kota dengan televisi, penuh obat dan sikat gigi. Siapakah yang bisa membunuh ilmu pengetahuan siang ini, dari orang-orang yang tak tergantikan dengan apapun. Beri aku waktu, beri aku waktu, untuk kekuasaan. tetapi sepatuku goyah, menyimpan dirimu. Mereka pernah masuki tema-tema itu, bendera terbakar, letusan di balik pintu, jerit tangis anak-anak, dan dansa-dansi di malam hari. Lalu : Siapakah yang mengusung tubuhmu , pada setiap kata............ 1991
Arsitektur Hujan, Empat kumpulan sajak Afrizal Malna November 1995
Puisi Afrizal Malna - Pelabuhan Pulau Terasing http://luqmansastra.blogspot.com/2010/10/puisi-afrizal-malna-pelayaran-tuhan.html 17 Okt 2010
Pulau diri Pulau tak terkata seribu tahun kau terkubur dalam tubuhku dalam orang yang telah bertuhan berumah pada daun-daun yang tak berpohon kita telah berlayar untuk berlupa pada darat: pelabuhan yang mendingin dalam diriku
dan tuhan mengalir dalam kesembunyian rahasia menjadi petaka semesta hari
aku berkata dalam laut yang tidur dalam sukma ikan mencari tanah tanah jauh tak berkota waktu yang terkubur seribu tahun: aku mau hidup dalam nama-nama kematian
dan tuhan berenang-renang dalam laut yang hilang dalam diriku tak tahu mau pulang ke mana
dalam kuburmu: semua telah berlabuh
1982.
Puisi Afrizal Malna - Pelayaran Tuhan 16 Okt 2010
Dalam orang tak bertuhan dalam orang tak bertuhan aku berlayar dalam tubuh tubuh sepi terdaging di puncak puncak kediaman hening mengeras dalam hujan hujan panjang
O, tuhan berlaut dalam keheningan nisu pada kapal kapal kaku bisik bisik menjauh kata yang mengeras dalam makna aku mengental dalam tarian sinarmu
mabok lautanmu - samudra diri melaju melaju kaku ke kota kota sepi semua tak bicara dalam sujud abadi:
diri yang terusir darimu jadi laut tak bertepi
BiodataAfrizal Malna Lahir di Jakarta, 7 Juni 1957. Pendidikan akhir Sekolah Tinggi Filsafat Dri-yarkara (tidak selesai). Buku yang pernah terbit: 1. Abad Yang Berlari, 1984 (mendapat penghargaan Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta, 1984) 2. Yang Berdiam Dalam Mikropon, 1990; 3. Arsitektur Hujan, 1995 (mendapat penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan RI, 1996). 4. Biography of Reading, 1995. 5. Kalung dari Teman Karya yang terbit dalam antologi bersama: 1. Perdebatan Sastra Kontekstual (Ariel Heryanto, 1986); 2. Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (Linus Suryadi, 1987); 3. Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (Suratman Markasan, Kuala Lumpur, 1991); 4. Dinamika Budaya dan Politik (Fauzie Ridjal, 1991); 5. Traum der Freiheit Indonesien 50 jahre nach der Unabhangigkeit (Hendra Pasuhuk & Edith Koesoemawiria, Köln, 1995). 6. Ketika Warna Ketika Kata (Taufiq Ismail, et.all, 1995); 7. Pistol Perdamaian 8. Cerpen Pilihan Kompas 1996; 9. dalam Frontiers of World Literature (Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo, 1997) 10. dalam bahasa Jepang; jurnal Cornell University (Indonesia, Ithaca, Oktober, 1996); 11. dan Anjing-anjing Memburu Kuburan, Cerpen Pilihan Kompas 1997. Penghargaan lain yang pernah diperoleh: 1. Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Neder-land Wereldomroep, 1981.
2. Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika harian Republika, 1994. 3. Dan esei majalah Sastra Horison, 1997. Pengalaman : 1. Sejak 1983 hingga 1993 banyak menulis teks pertunjukan Teater Sae. 2. Tahun 1995 membuat pertunjukan seni instalasi (Hormat dan Sampah) bersama Beeri Berhard Batschelet dan Joseph Praba di Solo. 3. Dan tahun 1996 kolaborasi pertunjukan seni instalasi Kesibukan Mengamati Batu-Batu, dengan berbagai seniman dari berbagai disiplin di TIM Jakarta; 4. Ruwatan Bumi – Tolak Bala dalam jaringan seniman dan NGO "Aliansi Indonesia untuk Bumi dan Kehidupan Bersama", 1997; 5. dan Kolaborasi Kesaksian Rakyat "Kompor Mledug", 1997 bersama UPC, NGO dan beberapa seniman Jakarta. 6. Pernah mengunjungi beberapa kota di Swiss dan Hamburg, 7. memberikan diskusi teater dan sastra di beberapa universitas dalam rangka pertunjukan Teater Sae (Mei-Juni 1993) yang mementaskan naskahnya. 8. Baca dan workshop puisi di Den Haag, 1995, dalam forum penyair Indonesia-Belanda. 9. Memberikan diskusi dan baca puisi di beberapa universitas di Köln, Bonn dan Hamburg, 1995. 10. Mengikuti Poetry International Rotterdam, 1996. 11. Mengikuti Persidangan Kesusasteraan Asia Pasifik, Kuala Lumpur, November 1997.