BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Peta bisnis telekomunikasi mengalami perubahan sangat cepat dari sisi teknologi, regulasi, struktur pasar, maupun persaingan. Dari sisi teknologi, diawali dengan munculnya fenomena konvergensi digital yang ditandai dengan bersatunya teknologi pengolahan
data,
teknologi
content
dan
multimedia
digital,
dan
teknologi
telekomunikasi. Konvergensi ini menjadikan batas-batas industri di ketiga sektor itu menjadi kabur dan tumpang tindih. Menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang berubah cepat, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) melakukan berbagai langkah strategis untuk mengamankan posisi sekaligus memperkokoh daya saingnya di lingkungan bisnis yang baru. Langkah strategis pertama adalah merubah dan merumuskan visi-misi korporat yang baru yang akan memberikan petunjuk strategis bagi seluruh karyawan mengenai tujuan akhir transformasi TELKOM. Perubahan visi-misi tersebut berimplikasi pada perubahan strategi TELKOM secara menyeluruh. Untuk mewujudkan visi menjadi pemain Telekomunikasi, Informasi dan Komunikasi (InfoCom) terkemuka menggunakan pendekatan customer-centric sebagai grand strategy-nya. Upaya untuk menjadi customer-centric company akan sulit diwujudkan kalau TELKOM tidak menata terlebih dahulu portofolio bisnisnya. Karena alasan inilah manajemen TELKOM kemudian melakukan langkah sangat fundamental yaitu restrukturisasi portofolio bisnis dari POTS (Plain Old Telephone Service) ke PMM
ix
(Phone, Mobile, Multimedia) dan transformasi
dari single business menjadi multi-
business. Reposisi portofolio bisnis dari POTS ke InfoCom service provider, perubahan regulasi dari monopoli ke kompetisi dan upaya untuk mewujudkan misinya membuat TELKOM menyadari pentingnya teknologi informasi (TI) sebagai business enabler. TI tidak lagi berfungsi sebagai alat pendukung melainkan ikut berperan meningkatkan kapabilitas TELKOM dalam menghadapi persaingan dan kompetisi bisnis InfoCom. Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan sangat bergantung pada ketersediaan data, fakta dan informasi real time yang mutlak didukung oleh kecepatan akses informasi. Untuk mewujudkan hal tersebut pengembangan aplikasi TI menjadi sangat penting dan menentukan. Dalam menentukan strategi aplikasi TELKOM, diperlukan suatu sudut pandang baru. Dalam pandangan customer-centric, sistem-sistem aplikasi bukanlah sekedar perangkat lunak yang digunakan untuk mengotomasikan serangkaian proses bisnis, akan tetapi aplikasi-aplikasi tersebut merupakan sarana yang menghubungkan TELKOM dan pelanggan untuk berinteraksi. Secara umum, pengembangan aplikasi customer-centric yang berhubungan dengan operasi meliputi tiga proses bisnis end-to-end yang mengatur interaksi antara TELKOM dengan pelanggannya, yaitu sistem Billing, sistem Customer Relationship Management (CRM), dan sistem Network Management System (NMS). Pengembangan sistem Billing ditujukan untuk mengakomodasi bisnis InfoCom. Program ini memfokuskan pada pengembangan sistem Billing yang telah ada agar sesuai dengan kebutuhan bisnis yang terus berkembang. Cakupan utama dari sisi fungsi ditujukan pada pemenuhan fungsi-fungsi yang belum tersedia pada sistem Billing saat
ix
ini dan dari sisi pelanggan khususnya untuk corporate customer, prioritas awal data layanan NON POTS disusun melalui System Billing Function-20 (SBF 20). Operasional Billing pelanggan NON POTS untuk corporate customer, saat ini telah dilakukan di Sistem Billing SBF-20. Pada tahap awal, Divisi Enterprise Service (DIVES) telah melakukan migrasi pelanggan NON POTS dari Divisi Multimedia dan Divisi Long Distance. Tahap selanjutnya adalah migrasi pelanggan NON POTS yang berada di masing-masing DIVRE untuk ditagihkan melalui SBF-20. Migrasi ini dilakukan dengan tujuan sebagai persiapan menuju one bill corporate customer. Manfaat implementasi Sistem Billing SBF-20 bagi TELKOM antara lain meminimalkan atau mencegah Billing yang tidak akurat, mempercepat delivery tagihan kepada pelanggan, dan mempercepat proses cash collection. Akan tetapi manfaat sebenarnya yang akan didapat TELKOM belum diketahui secara pasti karena selama ini investasi dalam bidang TI memiliki manfaat yang bersifat intangible. Dari sisi perhitungan finansial, dengan semakin tingginya investasi TI, maka dengan sendirinya TI harus mampu menciptakan value yang tinggi setelah diimplementasi dalam waktu yang singkat, sesuai dengan prinsip ROI. Metode finansial generik/tradisional semacam NPV, ROI, dapat memberikan gambaran manfaat terhadap nilai investasi fisik TI-nya. Pertanyaannya, bagaimana menghitung value yang dihasilkan dari investasi TI itu sendiri? Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode analisis alternatif yang mampu menganalisa dampak penerapan dari TI yang melihat lebih jauh dari hanya segi ekonomis namun juga mencakup kajian nilai-nilai, Risiko dan manfaat dari penerapan TI tersebut. Metode analisis information economics adalah salah satu metode yang memiliki kemampuan dalam menganalisis dampak penerapan TI dari segi
ix
biaya dan manfaat ekonomis serta nilai-nilai dan Risiko-Risiko yang terkandung dalam domain teknologi dan domain bisnis. Berdasarkan penjelasan diatas akan dilakukan analisis terhadap nilai investasi Sistem Billing SBF-20 menggunakan metode analisis information econemics.
1.2. Perumusan Masalah 1.
Manfaat apa yang diperoleh oleh TELKOM dengan diimplementasikan Sistem Billing SBF-20?
2.
Sebandingkah manfaat yang diperoleh oleh TELKOM dengan dana investasi yang dikeluarkan?
1.3. Ruang Lingkup 1.
Penelitian tidak bertujuan untuk merancang dan mengajukan konsep atau aplikasi Sistem Billing SBF-20 yang baik, melainkan hanya sampai seberapa besar manfaat yang diterima TELKOM dengan adanya Sistem Billing SBF-20.
2.
Penelitian hanya dibatasi pada produk Sistem Billing SBF-20.
3.
Metode yang digunakan untuk meneliti adalah Information Economics yang telah direvisi oleh Marilyn M. Parker pada tahun 1996 dan 1998.
1.4. Tujuan dan Manfaat Tujuan: 1.
Untuk mengetahui manfaat yang diperoleh TELKOM dengan adanya Sistem Billing SBF-20.
ix
2.
Untuk mengetahui apakah dana investasi yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Manfaat:
1.
Agar pihak manajemen TELKOM mengetahui efektivitas dan efisiensi atas impelementasi Sistem Billing SBF-20.
2.
Proses dan hasil penelitian bisa sebagai acuan bagi TELKOM dalam menilai investasi teknologi informasi dari sudut pandang yang berbeda dan lebih mendalam.
ix