Bab 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan RI dalam penyelenggaraan ibadah haji selama ini berupaya mempersiapkan calon jemaah haji agar memiliki status kesehatan optimal dan dapat mempertahankannya menuju terwujudnya jemaah haji sehat dan mandiri. Untuk dapat memiliki status kesehatan yang optimal, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jemaah haji yang dilakukan melalui penyempurnaan sistem dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji. Penyempurnaan sistem dan manajemen tersebut dimaksudkan agar jemaah haji lebih siap dan mandiri dalam menunaikan ibadah haji sesuai dengan tuntunan agama, sehingga diperoleh predikat haji mabrur. Upaya tersebut dimulai melalui pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji di Puskesmas sebagai pemeriksa ditingkat dasar dan jika terdapat indikasi tertentu dilanjutkan ke rumah sakit yang kesemuanya dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kab/ kota. Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan kesehatan ini langkah yang ditempuh adalah meningkatkan kemampuan petugas pemeriksa melalui pelatihan petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji secara bertahap dan berkesinambungan. Kurikulum dan modul pelatihan yang digunakan telah mengalami berbagai penyempurnaan yang dilakukan oleh Pusat Diklat Aparatur. Sedangkan penyelenggara pelatihan diserahkan pada beberapa Balai Pelatihan Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Kab/ Kota di daerah pada tahun 2010 yang lalu. Kegiatan evaluasi pasca pelatihan (EPP) ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pelatihan dengan kurikulum dan modul yang terbaru itu dapat diimplementasikan ditempat tugas dalam rangka meningkatkan kualitas pemeriksaan.
1
Sekaitan dengan hal itu Bapelkes Lemahabang melalui DIPA tahun anggaran 2011 ingin melakukan evaluasi pasca pelatihan untuk kemudian hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai upaya perbaikan kegiatan serupa dimasa mendatang.
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |1
B. Tujuan Evaluasi Pasca Pelatihan PKJH Evaluasi Pasca pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang penerapan kemampuan hasil diklat di tempat tugas dan seberapa jauh manfaat pelatihan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas PKJH beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya yang didapat melalui pengumpulan data tentang : • Penerapan hasil diklat di tempat tugas dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja • Manfaat diklat dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa kesehatan jemaah haji dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja • Sarana dan prasarana penunjang dalam penyelenggaraan pelatihan PKJH yang telah diikuti mantan peserta pelatihan • Peningkatan kinerja setelah mengikuti Pelatihan PKJH dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja • Kesan dan saran perbaikan dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja
2
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |2
Bab 2 KURIKULUM PELATIHAN PKJH (2010)
A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan RI dalam penyelenggaraan ibadah haji selama ini berupaya mempersiapkan calon jemaah haji agar memiliki status kesehatan optimal dan dapat mempertahankannya menuju terwujudnya jemaah haji sehat dan mandiri. Kesehatan adalah salah satu modal dalam perjalanan ibadah haji, tanpa kondisi kesehatan yang memadai, niscaya pencapaian ritual peribadatan menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu setiap calon jemaah haji harus memiliki kemampuan fisik yang memadai (isthito’ah dalam aspek kesehatan). Kebijakan penyelenggaraan kesehatan haji dengan
manajemen risiko adalah upaya untuk
dapat mengelola segenap permasalahan kesehatan dari masingmasing
calon
jemaah haji
melalui
tahapan-tahapan
upaya
pemeriksaan dan pembinaan kesehatan yang diselenggarakan sedini mungkin di tanah air sebelum keberangkatan. Pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji berfungsi sebagai alat untuk mengetahui status kesehatan dan upaya pembinaan kesehatan yang harus dilakukan baik ketika masih berada di tanah air, selama di Arab Saudi sampai dengan ketika kembali te tanah air.
Semua
informasi
status
kesehatan
jedmaah
haji
ini
didokumentasikan dalam buku kesehatan jemaah haji (BKJH). Sampai dengan saat ini masih banyak ditemukan BKJH belum terisi dengan baik dan benar, bahkan tidak jarang pengisiannya tidak lengkap cenderung kurang akurat. Hal ini tentu saja sangat tidak 3
menguntungkan
bagi
jemaah
haji
dan
petugas
yang
mendampinginya selama di Arab Saudi karena manakala yang bersangkutan mengalami masalah kesehatan selama menjalankan ritual ibadah haji petugas kesehatan (TKHI) di Arab Saudi tidak lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |3
mengetahui
riwayat
kesehatan
sebelumnya.
Dalam
kondisi
demikian akan sulit untuk mengambil keputusan yang terbaik, bahkan tidak jarang jemaah haji dengan status risti yang seharusnya mendapat pematauan secara khusus ternyata tidak dilakukan. Menurut pengalaman keadaan seperti di atas dapat terjadi dikarenakan beberapa hal diantaranya (1) Prosedur pemeriksaan tidak dilakukan sesuai standar, (2) Kemampuan petugas pemeriksa yang belum memenuhi standar dan (3) Adanya faktor lain termasuk kebijakan finansial di daerah. Mencermati hal tersebut di atas dan didorong oleh adanya kebutuhan akan standarisasi pemeriksaan, maka Pusat Diklat Aparatur telah menyusun kurikulum dan Modul Pelatihan PKJH yang telah distandarisasi. Pelatihan PKJH dengan sumber dana APBN (dekonsentrasi) dan sebagian APBD dilakukan di beberapa daerah yang diawali dengan kegiatan Training of Trainer (TOT) yang dilakukan di Pusat Diklat Aparatur pada tahun 2010 beberapa minggu sebelumnya.
B. Tujuan Pelatihan 1. Tujuan Umum Pelatihan Setelah mengikuti pelatihan ini peserta secara tim mampu melakukan pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 2. Tujuan Khusus Pelatihan Setelah mengikuti proses pelatihan peserta secara tim mampu : a. Meningkatkan wawasan tentang Kebijakan Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan calon jemaah haji b. Melaksanakan standar dan prosedur pemeriksaan kesehatan 4
calon jemaah haji c. Menetapkan status kesehatan calon jemaah haji sesuai dengan katagori yang telah ditentukan
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |4
d. Menuliskan kode diagnosis hasil pemeriksanaan yang dilakukan dengan menggunakan ICD-10. e. Melakukan pencatatan dan pelaporan di buku bantu dan BKJH dengan baik, benar dan lengkap
C. Struktur Program dan Alur Pembelajaran 1. Struktur Program Pembelajaran Pelatihan PKJH tahun 2010 ini diselenggarakan dengan total waktu 30 JPL @ 45 menit dengan struktur proporsi pembagiannya sebagai berikut :
NO
WAKTU [ JPL]
MATERI T
P
PL
JML
2
0
0
2
A
MATERI DASAR
1
Kebijakan Penyelengg. Pemeriksaan Kes CJH
B
MATERI INTI
1
Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kes. CJH
2
2
2
6
2
Penilaian Katagori Status Kesehatan CJH
2
2
2
6
3
Penulisan Kode Diagnosis dengan ICD-X
1
2
2
5
4
Pencatatan & Pelaporan (BKJH & Form. Bantu)
2
3
2
7
C
MATERI PENUNJANG
1
Building Learning Commitment
0
2
0
2
2
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
0
2
0
2
9
13
8
30
JUMLAH
5
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |5
2. Alur Proses Pembelajaran Agar dapat mencapai tujuan pembelaaran seperti yang telah ditetapkan, maka disusun alur proses pembelajarannya sebagai berikut :
Bagan 1. Alur Proses Pembelajaran PKJH
Upacara Pembukaan
Building Learning Commitment
Wawasan :
Pembekalan Kemampuan: (CTJ, Curah Pendapat, Diskusi, Simulasi,)
• Kebijakan Penyelenggaraan Pemeriksaan Kes CJH
• • • •
• Manajemen Risiko Kesehatan Haji
Prosedur & Standar Pemeriksaan Kes CJH Penilaian Katagori Status Kesehatan CJH Penulisan Kode Diagnosis dengan ICD-X Pencatatan-Pelapr. (BKJH & Formulir CM)
Penugasan : Menyusun Instrumen Obs. Lapangan
Observasi Lapangan
Penyajian Hasil OL
Penyusunan Rencana Tindak Lajut (RTL)
Evaluasi
Upacara Penutupan
6
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |6
Peserta Pelatihan Peserta pelatihan maksimal berjumlah 40 orang per kelas berasal dari kabupaten/ kota masing masing 5 orang tergabung dalam satu tim pemeriksa terdiri dari : • 1 orang medik [dr] petugas pemeriksa kesehatan dari RS • 1 orang medik [dr] petugas pemeriksa kesehatan dari Dinas kes. Kab/ kota • 1 orang medik [dr] petugas pemeriksa kesehatan Puskesmas • 1 orang Perawat petugas pemeriksa kesehatan Puskesmas • 1 orang Petugas Laboratorium Puskesmas Kriteria umum Peserta : 1. Dokter Umum atau Spesialis, bekerja di Sarana Kesehatan [Puskesmas, RS], masih melakukan praktik fungsional. 2. Perawat, bekerja di Sarana Kesehatan [ Puskesmas, RS ], masih melakukan praktik fungsional, berpendidikan minimal D III Keperawatan. 3. Analis kesehatan yang bertugas di Laboratorium Kes. Puskesmas/ Dinkes 3. Pengelola Prog. Kes Haji [ Puskesmas, Dinkes], berpendidikan S1 Kes. atau S1-non Kes dengan dasar pendidikan DIII kesehatan 4. Bersedia menjadi petugas pemeriksa kesehatan CJH di instansinya D. Garis Besar Program Pembelajaran Garis – garis besar program pembelajaran pelatihan PKJH ini secara lengkap dapat disimak pada lampiran Kurikulum Pelatihan PKJH
7
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |7
Bab 3 DISAIN EVALUASI PASKA PELATIHAN PKJH A. Kerangka Konsep EPP PKJH Kerangka konsep EPP PKJH ini di rancang dengan menggunakan pedoman kurikuluim pelatihan PKJH tahun 2010 yang disusun oleh Pusat Diklat Aparatur – Badan PPSDM Kesehatan. Secara garis kerangka konsep yang dibangun berusaha untuk menjawab tujuan dari EPP PKJH yang telah ditetapkan, yakni : a. Apakah hasil pelatihan yang terdiri dari 4 (empat) materi inti dapat diterapkan di tempat tugas? Jika tidak dapat , apa saja penyebabnya? b. Apakah pelatihan dapat bermanfaat bagi peningkatan kinerja/ kualitas pemeriksaan kesehatan jemaah haji? c. Apakah sarana dan prasarana pelatihan dirasakan dapat menunjang dalam proses pembelajaran pada pelatihan PKJH? Jika tidak, sarana dan prasarana apa saja yang masih dirasakan lemah Selanjutnya secara lengkap dapat kerangka konsep sebagai berikut :
digambarkan
dalam
8
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
Page |8
A. Kerangka Konsep EPP PKJH SELURUH KEMAMPUAN DIDAPAT DARI PELAT. PKJH SEMUA SUDAH DITERAPKAN SEBAGIAN BESAR DITERAPKAN
KWALITAS PENERAPAN KEMAMPUAN HASIL PELAT. PKJH
PENIGKATAN KINERJA PKJH
MANFAAT PELAT. PKJH SEBAGIAN KECIL DITERAPKAN TIDAK DITERAPKAN SAMA SEKALI
SEBAGIAN BESAR KEMAMPUAN DIDAPAT DARI PELAT. PKJH SEBAGIAN KECIL KEMAMPUAN DIDAPAT DARI PELAT. PKJH SELURUH KEMAMPUAN DIDAPAT DARI PELATIHAN LAIN
KURANG/ TDK MAMPU MENERAPKAN TDK ADA FASILITAS TDK ADA DANA OPERASIONAL
SAAT DIKLAT KESULITAN DALAM MENGIKUTI PROSES PEMBAHASAN
TUPOKSI TDK SESUAI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
KEBIJAKAN ORGANISASI
FASILITATOR KURANG MENGUASAI SUBSTANSI MATERI METODA PEMBELAJARAN KURANG RELEVAN AVA & MEDIA PEMBELAJARAN KURANG RELEVAN BAHAN PEMBELAJARAN KURANG MENDUKUNG WAKTU (JPL) YANG DISEDIAKAN KURANG PADA WAKTU PEMBELAJARAN SAYA KURANG SERIUS TERLIBAT PROSES PEMBAHASAN
TDK SESUAI BID. TUGAS
9
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM PROSES PEMBELAJARAN KURANG
Page |9
B. Populasi dan Sampling Evaluasi Unit Populasi responden evaluasi dilakukan pada mantan peserta pelatihan PKJH beserta atasan/ teman sekerja mantan peserta pelatihan dengan metoda sampling kuota, yakni responden yang akan diukur ditentukan berdasarkan jumlah petugas yang telah mengikuti pelatihan PKJH. Sedangkan propinsi sasaran evaluasi dilakukan pada dinas kesehatan propinsi-propinsi dengan jumlah jemaah haji terbanyak yakni Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Dari propinsi ini ditentukan kabupaten / kota yang terbanyak jumlah jemaah haji yang melakukan pemeriksaan. Secara visual dapat dijelaskan pada skema sebagai berikut : Dinkes Propinsi
Dinkes Kota/ Kab
Rumah Sakit
Dinkes Kota/ Kab
Puskesmas Puskesmas
Rumah Sakit
Puskesmas Puskesmas
GAMBARAN PROVINSI SASARAN EPP PKJH PROVINSI
NO
JML. RESP.
1
Jawa Barat
9
2
Jawa Tengah
9
3
Jawa Timur
9
4
Sulawesi Selatan
9
5
Sumatera Utara
9
C. Instrumen Pengumpulan Data
10
Instrumen Evaluasi disusun berdasarkan kerangka konsep evaluasi dan kurikulum yang digunakan dalam Pelatihan PKJH yang telah diterbitkan oleh Pusat Diklat SDM Kesehatan pada tahun 2010. Jenis instrumen yang dipergunakan meliputi kuesioner dan chek list (daftar tilik). Kedua instrumen ini didesain untuk dapat menilai gambaran tingkat pelaksanaan hasil pelatihan ditempat tugas beserta faktor – faktor yang mempengaruhinya baik di tempat tugas maupun pada saat pelatihan. Jenis instrumen yang dipergunakan dibedakan menjadi 2 (dua) macam sasaran, yakni (1) instrumen untuk responden mantan peserta diklat dan (2) instrumen untuk responden atasan atau teman sekerja mantan peserta diklat. lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 10
Sebelum digunakan secara resmi, instrumen evaluasi ini telah dilakukan uji coba pada 8 orang responden pada tanggal 10-11 Maret 2011, di Puskesmas Pasir Langu, Bandung Selatan. Hasil uji coba instrumen terdapat beberapa hal yang memerlukan penyempurnaan. Secara rinci instrumen evaluasi ini dapat disimak pada lampiran. D. Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan dilakukan cara mendatangi responden yang dijadikan target oleh tim evaluator yang terdiri dari 2 orang evaluator dan 1 orang tenaga administrasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Pengisian kuesioner dan Chek List. 2. Observasi hasil kerja melalui pemeriksaan dokumen pendukung. 3. Wawancara untuk mengeksplorasi hasil isian kuesioner/ Cheklist melalui FGD
11
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 11
Bab 4 PELAKSANAAN EPP PKJH A. Pengumpulan Data Pengumpulan dilakukan dengan cara mendatangi instansi responden mantan peserta diklat ditempat tugas masing–masing dengan sasaran mantan peserta diklat dan atasan/teman sekerja mantan peserta diklat. Jumlah responden 45 orang mantan peserta pelatihan dan 15 atasan/ teman sekerja mantan peserta. Pengumpulan data dilaksanakan antara tanggal 22 Maret sampai dengan 2 April 2011, oleh 5 tim, masing-masing tim terdiri dari Evaluator dan Staf Administrasi dengan tahapan pengisian kuesioner dan chek list yang dilakukan oleh responden mantan peserta diklat dan atasan/teman sekerja, kemudian tahap berikutnya dilakukan wawancara mendalam dan observasi tentang hal–hal yang memerlukan konfirmasi, khususnya pada isian chek list dengan maksud sebagai upaya “re-check” terhadap “kebenaran” isian itu. Dengan demikian dapat saja isian dalam chek list berubah sesuai hasil wawancara mendalam dan observasi yang dilakukan oleh para evaluator yang berkunjung. B. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual yang ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi proporsi dan tabel/ matrik rekapitulasi (secara lengkap dapat disimak pada lampiran) C. Gambaran Hasil Pengumpulan Data Hasil pengolahan data dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Gambaran Hasil Pengumpulan Data dengan Responden Mantan Peserta a. Identitas Responden Mantan Peserta Pelatihan PKJH • Latar belakang jabatan responden mantan peserta diklat terbanyak adalah dokter fungsional (40%), Perawat (20%) dan Analis (8,89%) serta Kepala Puskesmas (13,33%) . Sedangkan Lama Keterlibatan dalam kegiatan PKJH yang terbanyak kurang dari 5 tahun (51,11%), lebih dari 5 tahun (44,45%) dan belum pernah terlibat hanya 4,44%
12
• Latar belakang pendidikan dasar kesehatan responden mantan peserta diklat yang terbanyak adalah dokter (55,56%) dan Perawat (44,44%) sedangkan analis 13,3%. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir responden mantan peserta pelatihan yang terendah setingkat SLTA hanya (8,88%).
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 12
• Gambaran usia responden yang terbanyak lebih dari 35 tahun (57,78%) dan sisanya kurang dari 35 tahun (42,22%) .
b. Gambaran penyelenggaraan Pelatihan PKJH yang pernah diikuti oleh responden mantan peserta pelatihan • Pelatihan PKJH 80% dilaksanakan di Bapelkes, walaupun pihak penyelenggara pelatihan 46,67% dilakukan oleh Dinas Kesehatan, sedangkan 20% lainnya dilaksanakan bukan di Bapelkes. • Lama (durasi penyelenggaraan Pelatihan bervariasi antara 3 – 5 hari dengan terbanyak 5 hari (40%). Demikian juga jumlah jam pelatihannya bervariasi antara 27 – 50 JPL (@45 menit) dan yang terbanyak dilaksanakan 50 JPL (46,67%) c. Gambaran penerapan kemampuan hasil diklat ditempat tugas : 1)
PENERAPAN TPU (A) : MELAKSANAKAN STANDAR DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN KESEHATAN JEMAAH HAJI • 13,33% responden “belum pernah menerapkan sama sekali” dan “baru sebagian kecil menerapkan” sebagai akibat belum mampu menerapkan, ada kebijakan org/ sistem yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan dan tidak tersedia sarana/fasilitas. Bagi “yang belum mampu menerapkan” mengaku disebabkan bahan pembelajaran/modul/buku referensi masih kurang mendukung dan jumlah jam pembelajaran yang disediakan di kelas terasa masih kurang • Tetapi dari 39 orang responden (86,66%) yang telah melaksanakan standar dan prosedur pemeriksaan kesehatan jemaah haji mengaku mendapat kemampuan dari hasil pelatihan PKJH (61,53%) • Dokumen yang ditemukan terkait penerapan standar pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan kesehatan jemaah haji diantaranya buku bantu hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan lab, pemeriksaan rontgent dan surat penugasan tim pemeriksa. Sedangkan peralatan yang digunakan stetoskop, alat-alat lab/ lab sederhana, EKG, alat rontgen, stop watch, timbangan badan, pengukur tinggi badan, tensimeter, fotometer, hematologi analizer, sentrifugasi, humer refleks, senter, masker, spatel dll
2)
13
PENERAPAN TPU (B) : MENILAI STATUS KESEHATAN JEMAAH HAJI DALAM RANGKA PENILAIAN KATAGORI STATUS KESEHATANNYA • 51,11% responden telah menerapkan penilaian status kesehatan jemaah haji dalam rangka penilaian katagori status kesehatannya walaupun belum sesuai ketentuan dan sisanya sudah menerapkannya sesuai ketentuan dan mereka mengaku bahwa kemampuan itu seluruhnya dan sebagian besar (91,11%) didapatkan dari pelatihan PKJH • Dokumen yang ditemukan terkait penerapan penilaian status kesehatan jemaah haji dalam rangka penilaian katagori status kesehatannya antara lain : Buku Bantu Pemeriksaan Kesehatan Haji,BKJH,SK Penugasan, Buku
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 13
Diklat Pelatihan, Hasil pemeriksaan Lab, Hasil Rontgen, ICDX, Dokumen Hasil Pemeriksaan Fisik, Feed Back dari Rumah Sakit, Hasil ECG, Buku Pencatatan, Surat Keterangan Kesehatan untuk Jemaah Haji, Identitas/ KTP, Hasil Anamnese/ Wawancara, Form Rujukan ke RS, Sertifikat Imunisasi, Lembar Status Kesehatan, Laporan PKJH, Status Bartel Index, dan lain-lain 3)
PENERAPAN TPU (C) : MELAKSANAKAN KODIFIKASI HASIL PEMERIKSAAN (DIAGNOSIS) DENGAN MENGGUNAKAN ICD – 10 • 91,11% responden telah menerapkan kodifikasi hasil pemeriksaan (diagnosis) dengan menggunakan ICD – 10 walaupun 26,67% belum sesuai dengan ketentuan. • Responden yang telah menerapkan mengaku mendapatkan kemampuan berasal dari pelatihan PKJH (78,04%) • Sedangkan jenis dokumen yang ditemukan terkait dengan penerapan kodifikasi hasil pemeriksaan (diagnosis) dengan menggunakan ICD – 10 diantaranya : ICD-10, diitulis di status dengan kode tertentu, BKJH, Buku bantu kesehatan haji, Hasil Anamesis.
4)
PENERAPAN TPU (D) : MELAKSANAKAN PENCATATAN DAN PELAPORAN KESEHATAN JEMAAH HAJI DI FORMULIR BANTU DAN BKJH • 91,11% telah menerapkan pencatatan dan pelaporan kesehatan jemaah haji di formulir bantu dan BKJH, sedangka sisanya belum menrapkan atau baru sebagian kecil menerapkan dengan alasan belum tersedia formulirnya • Responden yang telah menerapkan pencatatan dan pelaporan kesehatan jemaah haji di formulir bantu dan BKJH 78,04% mengaku bahwa kemampuan itu didapatkan dari pelatihan PKJH • Dokumen yang ditemukan terkait dengan penerapan pencatatan dan pelaporan kesehatan jemaah haji di formulir bantu dan BKJH diantaranya : Buku Bantu Status, Form 1 Model Kh1-A, Form 2 Model Kh1-B, Laporan BKJH, Laporan Evaluasi Resti, Buku Bantu nama2 Jemaah Haji di Depag dan Form Pendaftaran, Format Rujukan ke RS, Laporan Rekapitulasi Data Calon Jemaah Haji dilayani, Sertifikat Imunisasi, dll
d.
Gambaran penilaian responden mantan peserta pelatihan PKJH terhadap sarana dan prasarana penunjang dalam penyelenggaraan Pelatihan PKJH. 1)
Alat Bantu Pembelajaran (AVA) dan Media Pembelajaran : 53,33% mendukung dan 15,56% sangat mendukung, dengan komentar : • sudah menggunakan multimedia • tersedia OHP
14
Sedangkan sisanya memberi komentar : • perlu buku pedoman dan juknis pemeriksaan • audio visual dan alat peraga • harus lebih diperdalam prakteknya
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 14
• tidak ada/ kurang alat peraga
15
2)
Bahan Pembelajaran : Modul, Hand Out, Panduan Praktik dll : 48,89% mendukung dan 17,78% sangat mendukung, dengan komentar : • modul, handout dan praktek semua diberikan • sebagian besar dapat dilakukan dilapangan Sedangkan sisanya memberi komentar : • beri modul yang terbaru • buku panduan modul • buku panduan sbg dasar • handout ICD- 10 tidak ada (lebih praktis pakai handout) • modulnya masih mengacu sist pemeriksaan 2 tahap
3)
Ruang Kelas : 53,33% mendukung dan 20% sangat mendukung, dengan komentar : • baik dan nyaman • baik, nyaman tersedia AC • nyaman • sudah cukup baik • tenang, sejuk
4)
Ruang Diskusi : 48,89% mendukung dan 20% sangat mendukung, dengan komentar : • Baik • kurang komprehensif • ruang diskusi ditempat belajar • sudah cukup baik
5)
Ruang Makan : 64,44% mendukung dan 15,56% sangat mendukung, dengan komentar : cukup dan nyaman mendukung, memenuhi standart sudah cukup baik sudah memenuhi standart kes cukup dan nyaman
6)
Ruang Penginapan : 46,67% mendukung dan 15,56% sangat mendukung, dengan komentar : • bersih dan nyaman • bersih, nyaman untuk istirahat • sudah cukup baik • tenang dan nyaman Sedangkan sisanya berkomentar : • AC nya tidak bisa distel jadi masuk angin • air bersih kurang/terbatas • bocor, kasur tipis • kasur sudah tipis, eternit bocor • kelengkapan belajar dikamar kurang • ketersediaan air bersih kurang
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 15
e.
7)
Konsumsi : 60% mendukung dan 17,76% sangat mendukung, dengan komentar : • Baik • Cukup memberi energi • Enak banget, bervariasi • Kurang sayur dan buah • Menunya kurang bervariasi
8)
Pelayanan Administrasi : 62,22% mendukung dan 15,56% sangat mendukung, dengan komentar : • Baik • pendaftaran s/d evaluasi tercatat • sudah cukup baik • pendaftaran s/d evaluasi tercatat
9)
Sarana Ibadah : 48,89% mendukung dan 22,22% sangat mendukung, dengan komentar : • sudah cukup baik Sedangkan sisanya berkomentar : • sebaiknya dekat dengan tempat belajar • tidak ada musholla
Gambaran manfaat diklat yang dirasakan (pengakuan) responden mantan peserta diklat dalam pelaksanaan tugas setelah mengikuti Pelatihan PKJH 1) Saya mengikuti posedur dan teknik yang diperoleh pada diklat untuk diterapkan dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa kes haji : 55,56% sangat setuju dan 31,11 setuju 2) Saya mampu mengembangkan cara kerja baru dengan berpedoman pengetahuan dan pengalaman sewaktu mengikuti diklat PKJH : 63,16% sangat dan setuju dan 15,79% setuju 3) Berbagai masalah dapat saya diselesaikan dengan mudah melalui pengembangan pengetahuan & pengalaman yang saya peroleh melalui diklat PKJH :4,44% sangat setuju dan 62,22% setuju 4) Saya menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat itu untuk mengembangkan kompetensi di bidang pemeriksaan kesehatan haji : 40% sangat setuju dan 20% setuju 5) Saya menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat untuk mengembangkan cara penyelesaian tugas – tugas yang berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan haji, sehingga terasa lebih ringan, mudah dan cepat : 40% sangat setuju dan 33,33% setuju
16
6) Setelah menerapkan hasil diklat ini, tingkat kesalahan dalam pekerjaan saya terutama yang berakitan dengan pemeriksaan kesehatan haji semakin berkurang : 31,11% sangat setuju dan 62,22% setuju 7) Setelah mengikuti diklat, saya dapat menunjukan cara kerja yang lebih baik khususnya sebagai petugas pemeriksa kesehatan haji : 35,56% sangat setuju lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 16
dan 28% setuju
f.
Gambaran Indikator peningkatan kinerja responden mantan peserta Pelatihan PKJH
yang
dirasakan
(pengakuan)
Pada EPP kali ini terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai indikator terjadinya peningkatan kinerja yang dirasakan oleh mantan peserta dengan cara membandingkan keadaan sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan. Sesuai dengan hal-hal yang dikemukakan oleh responden dapat disimpulkan pada matrik sebagai berikut : Indikator
Sebelum Pelatihan
Setelah Pelatihan
Ketelitian dalam pemeriksaan kesehatan jemaah haji
• Merasa sudah teliti
Penggunaan peralatan bantu/ fasilitas pemeriksaan untuk mendiagnosis
• Sudah memadai
Pencatatan hasil pemeriksaan di buku bantu
• Sudah menggunakan • Sudah menggunakan buku buku bantu bantu
• Merasa belum teliti
• Merasa sudah semakin teliti dan lebih baik • Sudah memadai
• alat yang digunakan • Sudah lebih lengkap apa adanya • Masih belum mampu menyediakan sesuai standar
• Banyak disingkat
• Pencatatan menjadi lengkap
• Banyak yang belum • Lebih baik, lebih terstruktur dimengerti dan mengurangi kesalahan Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
g.
• Sudah dilaksanakan • Dilaksanakan dengan baik sesuai standar
lebih
• Belum bisa mengisi • Sudah bisa seluruhnya di buku seluruhnya di buku
Kesan dan Saran responden mantan peserta penyelenggaraan diklat serupa di masa mendatang :
diklat
terkait
baik mengisi
dengan
Berdasarkan pada kesan dan saran yang yang dikemukakan oleh responden mantan peserta pelatihan secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut :
17
• Pada saat pelatihan hendaknya lebih banyak praktik dengan menggunakan peralatan yang standar • Waktu (durasi) pelatihan mohon ditambah agar tidak terburu-buru • Fasilitator sudah bagus, namun lebih baik lagi kalau banyak menggunakan contoh nyata dilapangan dan jika terdapat kasus sekaligus cara pemecahannya lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 17
• Para petugas pemeriksa yang sudah bertahun-tahun melakukan pemeriksaan mohon di prioritaskan mengikuti TKHI/PPIH
2. Gambaran Hasil Evaluasi dengan Responden Atasan/Teman Sekerja a. Identitas Responden atasan/teman sekerja mantan Peserta Diklat PKJH. • Latar belakang jabatan responden atasan/teman sekerja mantan peserta diklat sebagai pemangku Jabatan Struktural 60%, sisanya adalah dokter fungsional, pengelola program kesehatan haji dan staf dengan masa kenal 1 tahun (40%) dan lebih dari 5 tahun (40%) • Latar belakang pendidikan terakhir responden atasan/teman sekerja mantan peserta diklat 73,33% berpendidikan S2 dan S1 dengan masa keterlibatan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan haji 60% antara 5 s.d 10 tahun
b. Gambaran perubahan tampilan kerja menurut atasan/teman sekerja : 1) 100% atasan/teman sekerja merasakan telah terjadi perubahan tampilan kerja pada mantan peserta pelatihan setelah mengikuti diklat, Hal ini didukung dengan pernyataan atasan/teman sekerja sebagai berikut : • Jika dikatakan yang bersangkutan berusaha mengikuti posedur dan teknik PKJH yang diperoleh pada diklat untuk diterapkan dalam melaksanakan tugasnya sehari – hari : 20% Sangat Setuju dan 80% Setuju • Jika dikatakan yang bersangkutan mampu mengembangkan cara kerja baru dengan berpedoman pengetahuan dan pengalaman sewaktu mengikuti diklat : 26,67% Sangat Setuju dan 66,67% Setuju • Jika dikatakan yang bersangkutan telah dapat menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan PKJH dengan mudah melalui pengembangan pengetahuan & pengalaman yang diperolehnya selama mengikuti diklat 13,33% Sangat Setuju dan 80% Setuju • Jika dikatakan yang bersangkutan terlihat menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat untuk mengembangkan kompetensi diri dalam PKJH 33,33% Sangat Setuju dan 60% Setuju • Jika dikatakan yang bersangkutan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam diklat untuk mengembangkan cara penyelesaian pekerjaan sehingga terasa lebih ringan, mudah dan cepat : 13,33% Sangat Setuju dan 73,33% Setuju
18
• Jika dikatakan setelah menerapkan hasil diklat, tingkat kesalahan yang bersangkutan dalam menyelesaikan pekerjaannya semakin berkurang dan berusaha menunjukkan cara kerja yang baik : 26,67% Sangat Setuju dan 60% Setuju 2.Empat Indikator yang digunakan atasan/teman sekerja dalam melihat adanya perubahan tampilan kerja setelah yang bersangkutan mengikuti diklat :
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 18
No
Indikator
1
Ketelitian dalam pemeriksaan kesehatan jemaah haji
• Ada yang sudah baik • Kurang teliti • Banyak yang terlewatkan
Menjadi lebih teliti dan lengkap
2
Penggunaan peralatan bantu/ fasilitas pemeriksaan untuk mendiagnosis
• Tidak semua menggunakan alat bantu yang semestinya • Belum menggunakan secara baik
• Menggunakan sesuai standar • Sudah menggunakan secara baik dan benar
3
Pencatatan hasil pemeriksaan di buku bantu
• Sudah menggunakan Buku Bantu • Belum lengkap, banyak singkatan
Wajib menggunakan buku bantu dan diisi dengan lengkap dan jelas Hampir sama, karena waktu yang digunakan untuk mengisi terlalu mepet (datangnya BKJH terlambat)
4
Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH)
Sebelum Pelatihan
Masih didapati BKJH yang tidak terisi dengan lengkap
Setelah Pelatihan
c. Kesan dan saran perbaikan yang ditujukan pada teman pasca mengikuti diklat PKJH • Mengikuti diklat sangat membantu tim pemeriksa kesehatan haji, terbukti pada diklat baru baru ini sangat membantu petugas • Perlu kesadaran bahwa tugas pemeriksa kesehatan haji merupakan amanah dari Tuhan YME yang perlu dilaksanakan dengan segenap hati yang tulus, materi pelatihan harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh secara terinci • Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan CJH dengan banyak membaca artikel/internet untuk meningkatkan kualitas kesehatan CJH sehingga tidak ada mutasi jamaah ke kloter lain karena sakit • Berkomitmen didalam pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan dan kondisi CJH, mengupayakan KIE untuk CJH risti, penulisan diagnosis yang tepat • Agar dokter yang bersangkutan bisa menerapkan hasil diklat pasca PKJH secara baik dan profesional sehingga CJH bisa terdeteksi sedini mungkin thd penyakit yang ada pada CJH • Agar mempertahankan kualitas pemeriksaan haji, dalam hal ini pengisian BKJH agar lebih baik dan lebih teliti agar sesuai dengan keadaan CJH, dan bekerja sesuai prosedur • Petugas lebih aktif dalam pemeriksaan pelayanan kepada calon jemaah haji
19
• Agar ybs dapat menerapkan ilmu hasil pelatihan dengan sebaik-baiknya, sehingga proses pengisian BKJH dapat berlangsung lebih baik lagi dan pada akhirnya dapat mengurangi dan menurunkan angka kematian jamaah haji Indonesia.
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 19
Bab 5 PEMBAHASAN Evaluasi pasca pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh kemampuan hasil pelatihan telah dan dapat diterapkan di tempat tugas sehingga dapat membantu petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan tugasnya. Jika ternyata tidak dapat diterapkan faktor apa saja yang mempengaruhinya, apakah kemampuannya yang belum mencukupi, apakah kondisi setempat yang tidak memungkinkan untuk menerapkan kemampuan itu atau memang terdapat ketidak sesuaian antara kemampuan yang dibutuhkan dengan materi pelatihan. Dengan mengacu pada Kerangka Konsep EPP dan hasil pengolahan data, maka dapat dilakukan pembahasannya dengan pola bahasannya sebagai berikut : a. Kualifikasi mantan peserta latih dilihat dari latar belakang pendidikan dan tugas pokok dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan haji b. Kemampuan mantan peserta latih dalam menerapkan kemampuan hasil pelatihan ditempat tugas, yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran pada saat pelatihan berlangsung serta situasi dan kondisi (sistem kerja) ditempat tugas yang saat diterapkannya kemampuan hasil pelatihan Kedua hal tersebut di atas selanjutnya dilakukan chek silang dengan gambaran tentang hal–hal sebagai berikut : a. Proses pembelajaran beserta sarana dan prasarana penunjang dalam penyelenggaraan pelatihan PKJH yang telah diikuti mantan peserta pelatihan b. Peningkatan kinerja setelah mengikuti Pelatihan PKJH dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja c. Manfaat diklat dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa kesehatan jemaah haji dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja d. Kesan dan saran perbaikan dari perspektif mantan peserta pelatihan dan atasan/ teman sekerja
A. Kualifikasi Mantan Peserta Pelatihan PKJH
20
Mencermati tabel identitas responden mantan peserta pelatihan PKJH terlihat bahwa kualifikasi/ persyaratan umum peserta latih sesuai dengan kualifikasi yang dipersyaratkan dalam Kurikulum Pelatihan PKJH karena didapati lebih dari 90% peserta adalah tenaga teknis diantaranya dokter, perawat, dan analis laboratorium kesehatan yang bekerja di Puskesmas/ Dinas Kesehatan. Selain itu mereka memang selama ini mendapat tugas sebagai pemeriksa kesehatan jemaah haji dengan pengalaman 1 – 10 tahun (95%). Dalam kaitan persyaratan peserta adalah tim, terdapat ketidak-sesuaian karena pada EPP ditemukan bahwa pesertanya bukan berupa tim seperti yang persyaratkan kurikulum. Hal ini terjadi karena agaknya pihak pengirim peserta (dinkes) merasa keberatan jika beberapa tenaga Puskesmas harus meninggalkan tugas secara bersamaan (dokter, perawat daan analis kesehatan). Walaupun demikian ternyata hal ini tidak sampai mengganggu penerapan tugas lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 20
sebagai mpemeriksa kesehatan haji karena mereka sebenarnya selama ini telah menjadi tim pemeriksa. Pada kesempatan ini evaluator juga membandingkan penyataan-pernyataan responden mantan peserta latih dengan penyataan-pernyataan atasan dan teman sekerja sebagai “second opinion”. Adapun data tentang atasan dan teman sekerja dapat digambarkan bahwa latar belakang jabatan responden atasan/teman sekerja mantan peserta diklat sebagai pemangku Jabatan Struktural 60%, sisanya adalah dokter fungsional, pengelola program kesehatan haji dan staf dengan masa kenal antara 1 - 5 tahun (40%) dan sisanya lebih dari 5 tahun (40%). Sedangkan Latar belakang pendidikan terakhir responden atasan/teman sekerja mantan peserta diklat 73,33% berpendidikan S2 dan S1 dengan masa keterlibatan dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan haji 60% antara 5 - 10 tahun. Dengan demikian jika kedua pihak ini dijadikan sebagai pembanding (second opinion) kiranya dapat dikatakan representatif karena kedudukannya maupun kreibilitasnya.
B. Kemampuan Mantan Peserta Pelatihan dalam menerapkannya di tempat tugas Dalam penerapan kemampuan hasil pelatihan tergambar pada beberapa tabel terlihat lebih dari 95% telah menerapkan tiga tujuan pembelajaran umum (TPU), sedangkan satu TPU (Melaksanakan Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji) kurang dari 80%. Untuk satu TPU yang belum diterapkan ini disebabkan : • Adanya kebijakan setempat, yakni yang bersangkutan (4 orang) tidak lagi terlibat dalam kegiatan pemeriksaan kesehatan haji • Belum tersedianya fasilitas pendukung untuk menerapkan kemampuan (2 orang) • Merasa belum mampu menerapkan (1 orang) karena yang bersangkutan merasa pada saat pelatihan bahan pembelajaran/modul/buku referensi masih kurang mendukung dan jumlah jam pembelajaran yang disediakan di kelas terasa masih kurang Tetapi walaupun demikian secara umum (mayoritas) pelatihan PKJH ini telah berhasil meningkatkan kemampuan mantan peserta pelatihan khususnya dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa kesehatan haji dengan data yang mendukung diantaranya sebagai berikut : 1.
Pernyataan mantan peserta pelatihan yang menyatakan bahwa 65% - 90% Kemampuan yang telah dikuasai ini berasal dari hasil pelatihan PKJH yang pernah ia ikuti. Data lain menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mampu menerapkan kemampuan hasil pelatihan terlihat pada waktu pengumpulan data mereka dapat menunjukkan kepada evaluator tetang hasil kerja berupa dokumen dan peralatan kerja yang terkait dengan penyelesaian tugas sebagai pemeriksa kesehatan haji. Kedua hal di atas tidak terlepas dari penyelenggaraan pelatihan yang sudah baik, walaupun masih terdapat beberapa hal yang memerlukan penyempurnaan. Gambaran penyelenggaraan pelatihan dapat dilihat dari pernyataan mantan peserta tentang daya dukung fasilitas dan sarana diantaranya 40% - 65% dirasakan sudah mendukung dan 20% - 40% menyatakan sangat mendukung.
2.
Pernyataan responden mantan peserta pelatihan tentang indikator peningkatan kineja yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan PKJH, diantaranya bekerja lebih teliti, bekerja menggunakan perlatan yang standar,
21
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 21
pencatatan hasil pemeriksaan dilakukan di buku bantu dan pengisian BKJH menjadi lebih jelas, lengkap dan valid. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan atasan dan teman sekerja yang menyatakan telah terjadi peningkatan kinerja (menggunakan indikator yang sama) 3.
Pernyataan sikap responden mantan peserta pelatihan tentang manfaat pelatihan yang dirasakan setelah mengikuti pelatihan PKJH 30% – 60% sangat setuju dan 40% - 62% setuju dengan 7 (tujuh) pernyataan sikap tentang manfaat pelatihan yang disodorkan oleh evaluator. Hal senada juga diungkapkan oleh atasan dan teman sekerja yang merasakan tentang manfaat pelatihan bagi mantan peserta latih.
4.
Kesan dan saran mantan peserta latih diantaranya tentang proporsi penggunaan waktu untuk praktik agar lebih ditambah, Demikian juga tentang contoh-contoh kasus nyata dan bahan pelatihan menekankan perlunya alat bantu dan media pembelajaran perlu diadakan mengingat pelatihan PKJH tegolong pelatihan mayoritas melibatkan aspek psikomotor.
22
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 22
Bab 6 SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasar pada data yang berhasil diolah dan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan PKJH telah dapat diterapkan ditempat tugas mantan peserta latih sesuai dengan tujuan pembelajaran umum yang ingin dicapai. Hal ini didapatkan melalui pernyataan-pernyataan responden mantan peserta latih yang dikuatkan oleh para atasan dan teman sekerjanya Faktor yang masih menghambat dalam penerapan kemampuan hasil pelatihan diantaranya kebijakan organisasi setempat yakni alih tugas mantan peserta pelatihan paska mengikuti pelatihan dan pendanaan serta peralatan/ fasilitas yang belum terstandar. Keberhasilan ini tidak terlepas dari suksesnya penyelenggaraan pelatihan yang mayoritas (80%) dilaksanakan di Balai Pelatihan Kesehatan yang ada di propinsi – propinsi embarkasi. Walaupun demikian masih terdapat ketidak-puasan yang dirasakan oleh peserta pelatihan diantaranya waktu pelatihan yang hanya 3 hari sangat tidak memadai dan hal ini berpengaruh pada kurangnya waktu untuk praktikum. Sedangkan sarana/ fasilitas yang masih dikeluhkan diantaranya buku-buku referensi, modul yang dibagikan masih yang lama dan fasilitas penunjang lainnya diantaranya ruang penginapan, dan ruang diskusi yang belum optimal. B. Rekomendasi Pelatihan ini cukup strategis karena berada di hulu dalam konteks peningkatan kualitas pelayanan kesehatan jemaah haji menuju haji mandiri kesehatan, oleh karena itu berdasarkan hasil EPP ini perlu direkomendasikan hal-hal sebagai berikut : Rekomendasi untuk Pusat Diklat Aparatur : Model kurikulum perlu dikembangkan berdasarkan kompetensi (Competency Based) dengan mengingat ranah yang disentuh lebih dari 90% adalah skill (motorik). Dengan demikian alat bantu dan media pembelajaran serta waktu (JPL) perlu mendapat perhatian untuk ditambahkan. Khusus untuk penyelenggaraan di luar Bapelkes (20%) perlu mendapat perhatian, karena kemungkinan besar alat bantu dan media pembelajarannya perlu disempurnakan. Rekomendasi untuk Pusat kesehatan Haji : Diharapkan menerbitkan pedoman Pemeriksaan Kesehatan Haji yang baku (standar baku) yang mengikat bagi seluruh penyelenggara pemeriksaan kesehatan haji secara nasional. Demikian juga jika terjadi perubahan agar secara cepat dan serentak dilakukan keseluruh pihak yang berkepentingan. 23
Rekomendasi kepada para Penyelenggara pelatihan PKJH : Pelatihan ini hendaknya dijadikan sebagai moment perbaikan kinerja petugas di lapangan dalam meningkatkan kualitas pemeriksaan kesehatan haji menuju jemaah haji yang sehat mandiri. lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 23
Bab 7 PENUTUP Demikian EEP PKJH telah dilakukan semoga hasil EPP ini dapat membawa manfat berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Kepada semua pihak yang telah membantu kegiatan ini Tim EPP PKJH mengucapkan terima klasih, semoga amalannya dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
24
lBapelkes Lemahabang | Laporan EPP PKJH 2010
P a g e | 24