BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Inflamasi ringan atau akut adalah respons awal dan cepat terhadap kerusakan sel yang bertujuan untuk mengeradikasi bahan atau mikroorganisme. Pada umumnya proses ini melibatkan respons lokal dan sistemik. Respons lokal terdiri dari tumor, rubor, kalor, dolor, dan gangguan fungsi. Hal inilah yang mendasari terjadinya ocular surface disorder dimana salah satu jenisnya adalah dry eyerelated ocular surface disorder (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh
Dry Eye Workshop
Subcommitte (DEWS) (2007) dan National Eye Institute (NEI)/Industry Workshop, penyebab dry eye-related ocular surface disorder dibedakan menjadi kekurangan produksi air mata dan peningkatan penguapan air mata. Peningkatan penguapan air mata lebih dikaitkan dengan kerusakan kelopak mata dan paparan terhadap benda asing seperti penggunaan contact lens dan keadaan lingkungan (agen biologi, fisik, dan kimia). Salah satu contoh agen kimia tersebut adalah klorin/kaporit dimana interaksinya dengan proses fisiologi yang terjadi di permukaan mata, dapat menimbulkan inflamasi yang dapat berujung pada timbulnya dry eye-related ocular surface disorder (AOA, 2011). Pada sebuah penelitian yang dilakukan di Yogyakarta mengenai analisis sisa klor pada air kolam renang terhadap keluhan iritasi kulit dan mata didapatkan 1
2
bahwa 28 responden (58,3%) mengeluhkan gejala iritasi kulit dan mata serta dari 6 sampel air kolam renang yang diambil ditemukan 4 diantaranya (66,7%) tidak memenuhi syarat Permenkes RI No : 416/Menkes/Per/IX/1990 dan Permenkes RI No : 061/Menkes/Per/I/1991 mengenai kualitas air yang telah ditetapkan secara fisik, kimia, dan bakteriologis dalam sebuah kolam renang (Permana dan Suryani, 2013). Dry eye merupakan keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva dimana berbagai tipe kelainan dalam klasifikasinya akan mengakibatkan berkurangnya pembasahan permukaan kornea dan tidak seimbangnya komposisi film air mata sehingga gejala dry eye akan timbul (Ilyas, 2009). Pada kasus dry eye yang lebih parah, plak filamen dan mukus dapat terlihat. Filamen menandakan kumpulan helaian sel epitel yang menempel di permukaan kornea diatas inti lapisan mukus. Penipisan di daerah margin atau parasentral dan bahkan perforasi dapat terjadi pada kasus yang lebih parah (Skuta, Cantor, dan Weiss, 2008). Angka kejadian dry eye syndrome yang terus meningkat menimbulkan berbagai permasalahan lain, seperti belum ditemukannya penatalaksanaan dan uji diagnosis pasti yang dapat digunakan di lapangan/masyarakat maupun klinis untuk menentukan secara pasti seseorang menderita dry eye atau tidak (DEWS Epidemiology, 2007). Untuk terapi, walaupun sudah banyak tersedia terapi topikal untuk dry eye seperti air mata buatan, asam hyaluronate, vitamin A, metilselulosa, dan autologus serum tetes mata, namun masih belum terdapat bukti
3
yang dapat menunjukkan terapi mana yang dirasa paling efektif (Ogawa dan Tsubota, 2013). Minat terhadap terapi herbal di kalangan dokter Indonesia sangat meningkat dewasa ini. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang telah bertekad mengembangkan jamu Indonesia dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan tentang pengobatan komplementer dan alternatif di sarana pelayanan kesehatan (Japaries, 2010). WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. Salah satu tanaman yang sudah banyak diteliti efek farmakologisnya adalah jintan hitam (Nigella sativa) (Oktora, 2006). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan potensial aksi dari Nigella sativa, seperti pemberian ekstrak jintan hitam (Nigella sativa) menimbulkan penurunan faktor-faktor inflamasi seperti IL 1, MMP 9, dan PMN
pada
konjungtiva tikus yang telah diovariektomi (Sylvestris, 2012). Disamping itu telah dibuktikan pula bahwa pemberian ekstrak Nigella sativa secara oral dapat menurunkan derajat keluhan dry eye syndrome pada pengguna contact lens (Sylvestris dan Azizi, 2013). Sehingga diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat memberikan informasi sekaligus membuktikan uji efektivitas ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) secara topikal sebagai anti Dry Eye Syndrome (DES) pada kelinci jantan lokal peranakan New Zealand White (NZW) yang diinduksi kaporit (NaOCl) dengan uji Schirmer.
4
1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah efektivitas ekstrak biji jintan hitam (Nigella Sativa) secara topikal sebagai anti Dry Eye Syndrome (DES) pada mata kelinci jantan lokal peranakan New Zealand White (NZW) yang diinduksi kaporit (NaOCl) (uji Schirmer)?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimanakah efektivitas pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) secara topikal sebagai anti Dry Eye Syndrome (DES) pada mata kelinci jantan lokal peranakan New Zealand White (NZW) yang diinduksi kaporit (NaOCl) dengan uji Schirmer. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui dosis maksimal pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) secara topikal terhadap perbaikan hasil uji Schirmer. 2. Untuk mengetahui perbedaan sekresi air mata antara pre-test dan post test dengan uji Schirmer. 3. Untuk mengetahui hubungan antara hasil uji Schirmer dan dosis pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) secara topikal.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Klinis Sebagai sumber informasi tentang pengaruh paparan kaporit (NaOCl) sebagai salah satu pemicu timbulnya Dry Eye Syndrome dan pengaruh ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dalam memperbaiki hasil uji Schirmer. 1.4.2 Akademis 1. Sebagai salah satu pedoman dalam melakukan penelitian lebih lanjut di dunia kedokteran bidang oftalmologi, terutama ilmu tentang mata yang berhubungan dengan Dry Eye Syndrome. 2. Sebagai salah satu pedoman dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai farmakologi herbal, khususnya biji jintan hitam (Nigella sativa) yang memiliki potensial terapi luas. 1.4.3 Masyarakat 1. Sebagai wawasan tentang manfaat ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa) dalam kehidupan sehari-hari. 2. Sebagai wawasan tentang pengaruh paparan kaporit (NaOCl) sebagai salah satu pemicu timbulnya Dry Eye Syndrome.