BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Tujuan dari suatu perusahaan pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain untuk mendapatkan keuntungan, tujuan lain dari suatu perusahaan yaitu untuk mengamankan kekayaan perusahaan, dan kepastian akan terhindar dari kewajiban yang tidak sesuai dengan standar operasional perusahaan, demi tercapainya efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen perusahaan. Seiring dengan semakin kompleksnya operasional dalam perusahaan, maka manajemen memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan berbagai operasi yang ada untuk menilai keefektifan kinerja yang memuaskan, walaupun telah dibangun sistem operasional tertentu. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mengetahui apakah prosedur-prosedur yang telah ditetapkan telah ditaati, apakah para karyawan bekerja dengan efisien, apakah standar operasional perusahaan yang ada masi efektif dilakukan oleh para manajemen dan karyawan pada kondisi ekonomi saat ini. Keterbatasan komunikasi antara manajemen dengan lini operasional perusahaan inilah yang dapat menimbulkan kecurangan seperti pencurian, penggelapan, pemalsuan, dan lain-lain. Auditor internal bertanggung jawab dalam mendeteksi fraud yang mungkin telah terjadi sedini mungkin, sebelum membawa dampak yang lebih buruk pada organisasi. Pendeteksian tersebut dapat dilakukan pada saat menjalankan kegiatan internal auditing. Pada saat melakukan audit, auditor internal dapat memfokuskan diri pada area-area yang memiliki
risiko tinggi terjadinya fraud seperti transaksi kas, rekonsiliasi bank, proses pengadaan, penjualan, dan lain-lain. Jika auditor internal menemukan suatu indikasi terjadinya fraud dalam organisasi, auditor internal harus melaporkannya kepada pihak-pihak terkait dalam organisasi tersebut, seperti audit commitee. Auditor internal dapat memberikan rekomendasi dilakukannya investigasi yang diperlukan untuk menyelidiki fraud tersebut (Fitrawansyah, 2014:16). Fraud (kecurangan) hingga saat ini menjadi suatu hal yang fenomenal baik di negara berkembang maupun negara maju. Fraud ini hampir terjadi di seluruh sektor pemerintahan dan sektor swasta, baik itu perusahaan berskala kecil maupun perusahaan berskala besar. Pada sektor swasta, tentang kasus penggelapan dana yang dilakukan 3 petinggi grup Cipaganti yakni Direktur Utama PT Cipaganti Citra Graha Tbk Andianto Setiabudi, Komisaris Utama Julia Sri Redjeki dan Komisaris Perseroan Yulinda Thendrawati. Hal itu menyebabkan banyaknya kerugian yang besar bukan hanya bagi orang-orang yang bekerja pada perusahaan, akan tetapi pada investor-investor yang menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Sementara itu pada sektor pemerintah, di Indonesia korupsi telah menjadi isu fenomenal dan menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah berkembang dalam masyarakat. Sejak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat menjadi semakin kritis dalam mencermati kebijakan-kebijakan pemerintah yang syarat dengan praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Fraud jenis ini seringkali tidak dapat dideteksi karena para pihak bekerja sama untuk menikmati keuntungan, termasuk didalamnya penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan, penyuapan, penerimaan yang tidak sah dan pemerasan secara ekonomi.
Tuanakotta (2013: 320) menyatakan segitiga kecurangan atau fraud triangle menjelaskan tiga kondisi yang dapat memberi petunjuk mengenai adanya kecurangan, yakni: a. Tekanan (pressure) Ini sering didorong oleh kebutuhan yang (sangat) mendesak, termasuk kebutuhan untuk “sejajar” dengan tetangganya atau rekan sekerja di perusahaan atau kantor. b. Peluang (opportunity) Peluang ini berhubungan dengan budaya korporasi dan pengendalian internal yang tidak mencegah, mendeteksi, dan mengoreksi keadaan. c. Pembenaran (rationalization). Pembenaran adalah cara pelaku “menentramkan diri”, misalnya “semua orang juga korupsi” atau”nanti juga saya kembalikan (jarahan saya)”. Oleh karena itu, dalam hal ini auditor bagi perusahaan cukup penting karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya auditor hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan, kemudian berkembang menjadi pemeriksa laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Fungsi internal auditor dalam perusahaan adalah untuk mengawasi pelaksanaan sistem pengawasan intern dan memberikan saran perbaikan kepada manajemen bila ditemukan kelemahan dan penyimpangan baik yang terdapat pada sistem tersebut maupun dalam pelaksanaannya dalam perusahaan. Untuk keefektifan fungsi internal auditor ini maka ada sasaran-sasaran audit tertentu yang harus ditetapkan dan harus senantiasa dikaji ulang.
Dengan adanya departemen Internal Audit, diharapkan akan dapat membantu anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi timbulnya spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya keahlian dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya. Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bisa memberikan opini yang tepat. Penulis melihat adanya permasalahan yang perlu dikaji, yaitu keterkaitan akan pemeriksaan intern (pihak manajemen), dengan sejumlah temuan yang kemungkinan atau dapat diidentifikasi sebagai temuan kecurangan (fraud) pada perusahaan, dari latar belakang diatas penulis tertarik ingin meneliti mengenai “Persepsi Auditor Internal Terhadap Penanganan Fraud Yang Terjadi Di Perusahaan (Studi Empiris Pada PT. Penerbit Erlangga Mahameru)”.
1.2
Rumusan Masalah Audit Internal memiliki peran yang cukup penting untuk perusahaan dalam meningkatkan efektifitasnya dengan adanya pengungkapan penyelewengan uang perusahaan. Laporan audit yang berkualitas serta peran dari manajemen perusahaan dapat menunjang tata kelola perusahaan yang baik serta tujuan yang diharapkan dapat terlaksana. Uraian latar belakang diatas memunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah
kompetensi
auditor
penyelewengan uang perusahaan?
internal
berpengaruh
terhadap
pengungkapan
2. Apakah persepsi auditor internal terhadap tindak kecurangan yang terjadi di perusahaan? 3. Apakah penyebab terjadinya kecurangan pada perusahaan? 4. Bagaimana cara yang dilakukan internal auditor dalam mengungkap kecurangan yang terjadi di perusahaan?
1.3
Tujuan penelitian Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas dalam bidang audit internal khususnya untuk mengungkapkan kecurangan dalam kegiatan perusahaan sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kompetensi auditor internal berpengaruh terhadap pengungkapan penyelewengan uang perusahaan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis persepsi auditor internal terhadap kecurangan yang terjadi di perusahaan. 3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kecurangan pada perusahaan. 4. Untuk mengetahui dan memahami cara yang dilakukan auditor internal dalam mengungkap kecurangan yang terjadi di perusahaan.
1.4
Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan adalah : 1. Kontribusi Teoritis Guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang ilmu akuntansi, khususnya mengenai audit internal maupun sebagai masukan dan perbandingan untuk
menentukan
penelitian
selanjutnya
dan
dapat
menambah
perbendaharaan
perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya. 2. Kontribusi Praktis Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen Perusahaan PT Penerbit Erlangga dalam mengevaluasi serta meningkatkan kinerja karyawan dalam rangka mewujudkan efektifitas dan efisiensi. 3. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai bagaimana persepsi internal auditor tehadap penanganan fraud yang terjadi pada PT Penerbit Erlangga Mahameru.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian 1. Wawancara dengan kepala Internal Audit perusahaan untuk mengetahui dan memahami terjadinya kecurangan dalam perusahaan. 2. Laporan hasil audit internal perusahaan tahun 2011, untuk menganalisis terjadinya kecurangan dalam sistem dan prosedur perusahaan. 3. Dokumen yang berkaitan dengan terjadinya kecurangan dalam perusahaan.