BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pusat perbelanjaan merupakan istilah yang tidak asing lagi pada saat ini. Dalam
buku Pemasaran Ritel, Ma’ruf menyebutkan pusat perbelanjaan di Indonesia terdiri dari dua macam, diantarannya adalah Mall atau Plaza, dan trade center. Pusat perbelanjaan merupakan suatu bangunan komersial yang dimiliki atau di kelolah oleh satu manajemen, Dengan kombinasi penyewa atau peritel yang seimbang (tidak cenderung pada satu kategori produk), dan memiliki lahan parkir sendri (baik berupa tanah lapang yang ditata atau berupa bangunan parkir).
Pusat perbelanjaan yang terencana
disesuaikan dengan wilayah yang dilayaninya, dengan tujuan menjaga keseimbangan komposisi peritel yang akan diberikan kesempatan menyewa ruang dalam pusat perbelanjaan. Pertimbangannya adalah toko-toko dalam pusat perbelanjaan akan saling melengkapi satu sama lain menurut kwalitas, keragaman produk, dan menurut jenis juga jumlah toko yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat yang dilayaninya, sebagai bahan perbandingan antara pusat perbelanjaan yang besar, sedang, dan yang kecil. (Ma’ruf, 2006 :129) Aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung dalam pusat perbelanjaan sangat beragam, ada yang berbelanja, menonton bioskop, kumpul bersama teman ataupun sekedar berjalan-jalan melepaskan kepenatan dan semuanya dapat dinikmati di pusat perbelanjaan tersebut.
1
2
Pada zaman sekarang pusat perbelanjaan sudah menjadi Life Style bagi setiap kaum urban. Pusat perbelanjaan tidak hanya untuk berbelanja akan tetapi banyak orang pada saat ini melakukan pertemuan penting di pusat perbelanjaan di ibukota. Perkembangan pusat perbelanjaan terus mengalami peningkatan dari tahun-ke tahun sampai tahun 2006 jumlah mall di Jakarta mencapai 60-an, sementara tahun 2008 ini diperkirakan jumlah mall di Jakarta akan menembus angka 80 hingga 90-an mall. Bahkan hasil riset terbaru Procon menyebutkan hingga tahun 2010 telah direncanakan akan
ada
sekitar
13
proyek
(http://umum.kompasiana.com/2009).
pusat
Bahkan
perbelanjaan
baru
berdasarkan Research
lagi Colliers
International Indonesia selama tahun 2012- 2013 di Jakarta akan ada tambahan 21 pusat perbelanjaan baru. Total luas lantainya mencapai 827.376 meter persegi yang 45 persen di antaranya berada di Jakarta. Di antara pasokan mall-mall baru tersebut, separuhnya sudah
melebihi
50
persen
tahap
konstruksi.
(http://www.rakyatmerdekaonline.com/read/2012) Dengan perkembangan pusat perbelanjaan di ibukota, daerah Tangerang Selatan pun tidak ketinggalan. Dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha (http://tangerangselatankota.go.id/main/page/gambaran-umum). Sejak tahun 2006 sudah ada dua mall yang dibangun di daerah Tangerang Selatan, yaitu BSD Junction dan Plaza Serpong. Tahun 2007 bertambah lagi dua mall baru yang di bangun di daerah Tangerang Selatan, yaitu Summarecon Mall Serpong dan Giant Hypermarket Pamulang. Dan sampai tahun 2011 sudah ada sekitar sebelas mall yang dibangun di daerah Tangerang Selatan
3
Dengan semakin pesatnya perkembangan mall di daerah Tangerang Selatan setiap pusat perbelanjaan mempunyai berbagai macam strategi untuk mengembangkan Brand Awareness. Sehingga mall tersebut mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh pusat perbelanjaan lainnya. Begitu pula dengan Teraskota Entertainment Center. Teraskota merupakan salah satu mall yang berada di kawasan BSD City. Teraskota merupakan kawasan hiburan dengan konsep
one stop entertainment yang memadukan gaya hidup, kuliner dan
belanja Mall Teraskota menyadari dengan banyaknya competitor di kawasan BSD City dan Serpong mengakibatkan adanya kompetisi yang kuat dalam bisnis ini. Namun, secara konsisten Teraskota melakukan promosi marketing komunikasi yang terintegrasi melalui acara. (http://www.teraskota.com/content/news.php) Salah
satu
tujuan
berdirinya
Teraskota
Entertainment
Center
adalah
memperhatikan komunitas-komunitas yang dibangun oleh masyarakat di sekitar BSD City. Oleh karena itu, Teraskota Entertainment Center memberikan wadah bagi komunitas-
komunitas
BSD
City,
salah
satunya
Jajan
Jazz.
(http://www.teraskota.com/content/news.php) Berusaha menyajikan konsep yang berbeda dengan mempertimbangkan aspek komunitas, maka Teraskota Entertainment Center maka Teraskota Entertainment Center menyajikan program Jajan Jazz. Jajan Jazz terbentuk pada tanggal 12 maret 2012. Jajan Jazz untuk pertama kalinnya tampil di lokasi taman jajan BSD City, dan acara diselenggarakan setiap awal bulan (http://travel.detik.com/read/2010).
4
Banyaknya minat penonton dengan adanya komunitas jazz, maka Teraskota memberikan wadah di Teraskota Entertainment Center untuk Jajan Jazz tampil di setiap hari jumat malam. (http://www.teraskota.com) Dengan adanya jajan jazz di Teraskota Entertainment Center, memberikan citra baru dalam Pusat perbelanjaan ini. Pusat perbelanjaan yang aktif dalam acara Jazz di BSD City hanya Teraskota yang menyediakan event Jazz setiap minggunya. Ini memberikan suatu nuansa Jazz dalam pusat perbelanjaan tersebut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bagaimana upaya public relations dalam membangun citra perusahaan Teraskota Entertainment Center melalui Jajan Jazz, maka disusun laporan penelitian dengan judul: UPAYA PUBLIC RELATIONS DALAM MEMBENTUK CITRA ENTERTAINMENT CENTER (SUATU STUDI TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM “JAJAN JAZZ” DI TERASKOTA ENTERTAINMENT CENTER)
1.2
Perumusan Masalah Pusat perbelanjaan merupakan suatu bangunan komersial yang dimiliki atau di
kelolah oleh satu manajemen, Dengan kombinasi penyewa atau peritel yang seimbang (tidak cenderung pada satu kategori produk), dan memiliki lahan parkir sendri (baik berupa tanah lapang yang ditata atau berupa bangunan parkir). Aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung dalam pusat perbelanjaan sangat beragam, ada yang berbelanja, menonton bioskop, kumpul bersama teman ataupun
5
sekedar berjalan-jalan melepaskan kepenatan dan semuanya dapat dinikmati di pusat perbelanjaan tersebut. Pada zaman sekarang pusat perbelanjaan sudah menjadi Life Style bagi setiap kaum urban. Pusat perbelanjaan tidak hanya untuk berbelanja akan tetapi banyak orang pada saat ini melakukan pertemuan penting di pusat perbelanjaan di ibukota. Pusat perbelanjaan terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2006 jumlah mall di Jakarta sudah mencapai 60-an, tahun 2008 mall di Jakarta akan menembus 80-90an mall. Pada tahun 2010 sudah ada 13 proyek pusat perbelanjaan baru. Demikian juga dengan wilayah Tangerang Selatan, sampai tahun 2011 sudah ada sekitar 11 mall yang dibangun di daerah Tangerang Selatan. Salah satu mall yang dibangun di wilayah Tangerang Selatan adalah Teraskota Entertainment Center. Teraskota merupakan salah satu mall yang berada di kawasan BSD City. Teraskota merupakan kawasan hiburan dengan konsep one stop entertainment yang memadukan gaya hidup, kuliner dan belanja. Berusaha menyajikan konsep yang berbeda dengan mempertimbangkan aspek komunitas, maka Teraskota Entertainment Center maka Teraskota Entertainment Center menyajikan program Jajan Jazz. Banyaknya minat penonton dengan adanya komunitas jazz, maka Teraskota memberikan wadah di Teraskota Entertainment Center untuk Jajan Jazz tampil di setiap hari jumat malam. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:
6
•
Bagaimana upaya public relations
dalam membentuk citra Teraskota
Entertainment Center melalui program “Jajan Jazz”?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penyusunan mengadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan
informasi, atau suatu gambaran mengenai pengaruh strategi Public Relations terhadap citra Teraskota Entertaiment Center. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai penyusun dari pelaksanaan penelitian ini adalah: •
Untuk mengetahui upaya Public Relations dalam membentuk citra Teraskota Entertainment Center melalui program “Jajan Jazz” ?
1.4
Manfaat Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi-informasi
yang
bermanfaat
tentang
pengaruh
pelaksanaan
Public
Relations
dalam
memperkenalkan Citra Teraskota Entertaiment Center. Adapun kegunaan penelitian ini, penulis bagi menjadi dua yaitu : 1.
Kegunaan Operasional Kegunaan Operasional ini diharapkan dapat berguna bagi : a.
Perusahaan Mampu meningkatkan citra perusahaan kearah yang lebih baik lagi dalam mencapai tujuan perusahaan dimasa yang akan datang
7
b.
Pihak terkait Penelitian mengenai strategi dan peran Public Relation terhadap citra mal diharapkan bisa menjadi bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait.
2.
Kegunaan Pengembangan Ilmu Kegunaan ilmu dapat diharapkan berguna bagi : a.
Bagi Penulis Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembelajaran antara teori yang didapat dari bangku kuliah dengan kenyataan yang dihadapi dilapangan mengen Public Relation dan pengaruhnya dalam memperkenalkan citra Teraskota entertaiment
b.
Bagi Pihak Lain Dengan adannya informasi tentang pelaksanaan Public Relation terhadap memperkenalkan citra Teraskota Entertaiment ini diharapkan dapat menjadi masukan atau bahan referensi bagi peneliti lain.
c.
Bagi Pengembangan Ilmu Komunikasi Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding antara ilmu-ilmu komunikasi (secara teori) dengan keadaan yang terjadi langsung dilapangan (praktek) sehingga dengan adanya perbandingan tersebut dapat lebih memajukan ilmu komunikasi yang sudah ada untuk diterapkan pada dunia usaha secara nyata serta dapat menguntungkan semua pihak.
8
1.5
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif. Menurut
Juliansyah dalam buku metodologi penelitian adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia Juliansyah (2011:33-34). Metode penelitian descriptive adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milih atau mencari faktor-faktor atau variabel tertentu. Zulganet (2008:11). Dan dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah 1.
Metode Observasi Untuk mengetahui peranan seorang seorang Public Relations Officer adalah dengan cara mengobservasi cara kerja Public Relations secara langsung. Metode pengumpulan data atau informasi dengan pihak yang melakukan partisipasi secara aktif.
2.
Wawancara Wawancara Mendalam (in-depth interview) Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
9
3.
Dalam pemahaman yang lebih mendalam, penulis juga menggunakan data sekunder yang terdiri dari studi kepustakaan dan internet. Dan penelusuran dokumen
1.6
Sistematika Penulisan Berdasarkan uraian singkat diatas dan untuk mempermudah pemahaman alur pikir,
maka penyusun membuat sistematika penulisan kedalam beberapa bab dan tiap bab dibagi kedalam sub bab dengan susunan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Berisi uraian kerangka teori, definisi konsep dan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN Berisi uraian desain penelitian, bahan penelitian dan unit analisis. BAB IV HASIL PENELITIAN Berisi uraian subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran.