1
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Dalam sistem ketahanan pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan
Pangan
melaksanakan
sub
secara
umum
memegang
sistem
distribusi
pangan.
peran
dalam
Subsistem
ini
merupakan berbagai proses yang ditujukan untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga pangan antar wilayah dan antar waktu, yang memungkinkan seluruh masyarakat dapat mengakses pangan baik secara fisik maupun ekonomi. Jika proses distribusi pangan berjalan dengan baik, maka akan tercipta kondisi sebagai berikut: (1) meratanya pasokan bahan pangan di semua wilayah, (2) terjadinya harga pangan yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, dan (3) tersedianya pasokan bahan pangan secara terus menerus sepanjang waktu. Sesuai dengan tata nilai dan kaidah dalam pembangunan ekonomi nasional, distribusi pangan dapat dilakukan melalui dua mekanisme utama. Pertama distribusi yang berjalan melalui mekanisme pasar, yaitu distribusi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan tingkat ekonomi relatif sejahtera pada kondisi yang normal. Ke dua, distribusi pangan melalui
mekanisme
khusus,
yaitu
distribusi
pangan
memenuhi kebutuhan pangan kelompok masyarakat
untuk kurang
mampu atau berada pada kondisi yang tidak norma (situasi bencana alam). Kedua mekanisme distribusi tersebut tidak hanya dilakukan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, namun dilakukan oleh banyak instansi
lainnya, seperti kementrian
Perdagangan, Kementrian Sosial, Perum BULOG dan masyarakat. Sesuai
dengan
SK
Menteri
Pertanian
Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 Tahun 2015 Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, 2
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
pengkajian, penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi dan cadangan pangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1047, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; b. pengkajian di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; c. penyiapan perumusan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; d. pelaksanaan kebijakan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; e. pelaksanaan pemantapan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; f. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; g. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan; dan h. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang distribusi pangan, harga pangan dan cadangan pangan. Dari tugas diatas dalam pelaksanaannya dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Pengembangan Distribusi Pangan Distribusi dan pasokan yang merata ke seluruh wilayah sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau oleh daya beli, sangat penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. Pemerataan pasokan pangan nasional sangat dipengaruhi oleh antara lain beragamnya kondisi sumber daya alam, yang menyebabkan perbedaan
dalam
kemampuan
memproduksi
bahan
pangan
wilayah. 2. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM)
3
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Salah satu inisiasi BKP untuk menjaga stabilitas harga GKP ditingkat petani adalah melalui Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan LDPM). Kegiatan Penguatan LDPM tersebut
dilaksanakan
dalam
rangka
perlindungan
dan
pemberdayaan petani/kelompoktani/Gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga pada saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan pada saat paceklik. Badan Ketahanan Pangan menyalurkan dana Bantuan Sosial dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersamasama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi
pangan,
dan
menyediakan
pangan
minimal
bagi
anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik. Selama tahun 2010-2014 kegiatan Penguatan LDPM telah berhasil menumbuhkan Gapoktan sebanyak 836 Gapoktan. Tahun 2010 sebanyak 204 Gapoktan, tahun 2011 sebanyak 235 Gapoktan, tahun 2012 sebanyak 281 Gapoktan, tahun 2013 sebanyak 78 Gapoktan dan tahun 2014 sebanyak 38 Gapoktan. Berdasarkan data harga pembelian komoditas pangan pokok yang dilakukan Gapoktan selama tahun 2010-2014 dapat disimpulkan bahwa dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos P-LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan ditingkat petani.
4
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Tabel 1.1. Perbandingan Harga Rata -rata Pembelian Gapoktan Penguatan-LDPM dengan HPP Tahun 2010-2014 HPP
2010
Rata-Rata Harga Pembelian (Rp/Kg) Jagung GKG Beras GKP GKG Beras GKP Tongkol Pipilan 2.640 3.300 5.060 2.902 3.372 5.544 1.439 2.058
2011
2.640 3.300 5.060 3.291 3.831 6.410 2.125
2.724
2012
3.300 4.150 6.600 3.669 4.215 7.198 1.860
2.611
2013
3.300 4.150 6.600 3.965 4.995 7.571 1.677
2.875
2014
3.300 4.150 6.600 3.993 5.868 7.858 2.328
2.856
Tahun
Sumber: BKP, Kementan
Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa harga GKP ditingkat petani anggota Gapoktan P-LDPM diatas HPP yaitu rata-rata Rp 3.564. Selain menjaga harga ditingkat petani, dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran Gapoktan dalam
pengelolaan
cadangan
pangan,
yang
meningkatkan
kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Dari kegiatan
yang
diinisiasi
Badan
Ketahanan
Pangan
melalui
penguatan LDPM, ternyata tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah memperoleh dampak ikutan, berupa peningkatan mata pencaharian. Semua ini, tentu berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga. Dewasa ini, secara umum petani masih mempunyai posisi tawar yang relatif lemah dibandingkan dengan pelaku lain dalam agribisnis padi dan jagung.
Oleh karena itu, kesinambungan 5
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
pelaksanaan kegiatan Penguatan LDPM sangat diperlukan agar penerima manfaat kegiatan ini juga akan semakin luas yang pada akhirnya diharapkan posisi tawar petani secara umum dapat meningkat serta stabilisasi harga beli untuk komoditas pangan pokok di tingkat petani juga akan terwujud. 3. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Melalui Toko Tani Indonesia (TTI) Upaya lain dalam pemantapan sistem distribusi pangan adalah dengan memberdayakan institusi maupun lembaga masyarakat secara lebih luas untuk berperan dalam perwujudan rantai pasok komoditas pangan yang lebih efisien.
Penguatan kelembagaan
petani diperluas perannya sehingga tidak hanya berperan untuk menjaga stabilisasi harga pangan di tingkat petani namun lebih jauh lagi dapat berperan untuk mewujudkan stabilitas harga di tingkat konsumen. Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat merupakan salah satu upaya Pemerintah yang dilakukan untuk menjaga stabilitas harga baik di tingkat petani/produsen dan di tingkat konsumen. Melalui kegiatan ini, Gapoktan atau Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) dan Toko Tani Indonesia (TTI) diberdayakan untuk dapat menjalankan fungsi sebagai lembaga distribusi dalam suatu rantai distribusi yang lebih efisien sehingga dapat
mengurangi
disparitas
harga
antara
produsen
dan
konsumen. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada Gapoktan/LUPM dalam kegiatan ini digunakan untuk memperkuat permodalan untuk menyerap gabah yang diproduksi petani dengan harga minimal sama dengan HPP sehingga Gapoktan/LUPM dapat berperan untuk menjaga stabilitas harga di tingkat petani terutama pada saat panen
raya.
Bantuan
pemerintah
juga
digunakan
untuk
mendukung pengolahan pasca panen sehingga Gapoktan dapat 6
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
menyediakan beras berkualitas baik dengan harga yang wajar dan lebih terjangkau bagi masyarakat. Pada sisi pemasaran, Gapoktan/LUPM difasilitasi untuk membentuk kemitraan dengan TTI yang merupakan lembaga distribusi yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Mekanisme pemasaran ini akan memperpendek rantai pasok komoditas pangan dan akan menjadi solusi operasi pasar permanen sehingga tercipta margin keuntungan dan tata niaga pangan yang berkeadilan bagi seluruh pihak di dalam rantai pasok dan menjaga kepastian harga dan pasokan bagi produsen dan konsumen. 4. Stabilisasi Harga Pangan 4.1 Perkembangan Harga Pangan Tingkat Konsumen Berdasarkan pemantauan perkembangan harga pada 13 (tiga belas) komoditas pangan pokok dan strategis tingkat konsumen tahun 2010-2014, terlihat bahwa: 1) Selain terigu, seluruh komoditas pangan strategis mengalami peningkatan
harga
berkisar
4,55-23,43
persen,
dengan
peningkatan terkecil adalah komoditas gula, dan terbesar adalah
bawang
merah,
sedangkan
terigu
mengalami
selalu
mengalami
penurunan rata-rata 6,39 persen. 2) Terdapat
5
(lima)
komoditas
yang
peningkatan harga setiap tahun, yaitu: (1) beras umum, ratarata 9,47 persen; (2) beras termurah, rata-rata 9,06 persen; (3) daging sapi, rata-rata 12,34 persen; (4) gula pasir, ratarata 4,55 persen; (5) telur ayam, rata-rata 8,03 persen. Sedangkan 7 (tujuh) komoditas lainya mengalami fluktuasi harga (naik atau turun) setiap tahunnya. 3) Berdasarkan perhitungan coefisien varians (cv) harga masingmasing komoditas, terlihat bahwa sebagian besar komoditas pangan strategis cukup stabil harganya (batasan besaran cv tergantung komoditas), yaitu: (1) beras umum 3,44 persen; 7
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
(2) beras termurah 3,48 persen; (3) daging ayam ras 7,49 persen; (4) daging sapi 3,91 persen; (5) minyak goreng curah 5,29 persen; (6) gula pasir 2,93 persen; (7) terigu 0,72 persen; (8) kedelai 2,58 persen; dan (9) telur ayam 6,14 persen.
Sedangkan
3
(tiga)
komoditas
lainnya
sangat
berfluktuasi bahkan sempat bergejolak di masyarakat, yaitu: (1) cabe rawit 33,1 persen; (2) cabe merah 35,28 persen; dan (3) bawang merah 21,01 persen. Tabel 1.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Tahun 2010 – 2014 (Rp/Kg) Tahun
Umum
Beras
2010
8,011
Daging Minyak Daging Goreng Gula Murah Ayam Sapi Ras Curah 6,430 23,897 62,993 12,029 10,090
2011
9,304
7,385
23,749
66,853
12,996
10,144
2012
10,435
8,289
26,319
76,664
13,983
2013
10,857
8,587
29,841
92,843
2014
11,460
9,065
29,421
9.06
3.44 ≤5%
Pertb/th 9.47
Terigu Kedelai
Telur Ayam
Cabe Bw Merah Merah
7,501
8,702
13,471
23,299
16,852
7,537
8,627
15,023
23,701
19,239
11,343
7,506
8,845
16,204
23,723
14,646
13,233
11,874
7,597
9,604
17,676
33,853
36,318
99,745
14,801
12,012
9,442
11,355
18,320
30,829
20,136
5.54
12.34
5.53
4.55
6.39
7.12
8.03
8.90
23.43
3.48
7.49
3.91
5.29
2.93
0.72
2.58
6.14
35.28
21.01
≤5%
≤10%
≤10%
≤5%
≤5%
≤10% ≤10%
≤10%
≤25%
≤25%
(%) Rata2 CV Target CV
Sumber: BPS Berbeda dengan pemantauan yang dilakukan oleh BPS, pemantauan yang dilakukan panel harga pangan menghasilkan yang berbeda karena dari sisi metodologi dan cakupan wilayah responden juga berbeda. Berdasarkan pemantauan panel harga pangan, perkembangan harga pada 10 (sepuluh) komoditas pangan pokok dan strategis tingkat konsumen tahun 2010-2014, terlihat bahwa: 1) Selain cabe merah dan bawang merah, seluruh komoditas pangan strategis mengalami peningkatan harga berkisar 1,1910,98 persen, dengan peningkatan terkecil adalah komoditas gula pasir lokal, dan terbesar adalah Daging Sapi. 8
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
2) Terdapat
5
(lima)
komoditas
yang
selalu
mengalami
peningkatan harga setiap tahun, yaitu: (1) beras umum, ratarata 7,04 persen; (2) beras termurah, rata-rata 6,43 persen; (3) daging sapi, rata-rata 10,98 persen; (4) gula pasir, ratarata 1,19 persen; (5) telur ayam, rata-rata 5,67 persen. Sedangkan
komoditas
cabai
merah
justru
mengalami
penurunan harga sebesar 23,10 persen dan bawang merah sebesar 39,22 persen. 3) Hampir sama dengan hasil pemantauan BPS, berdasarkan perhitungan coefisien varians (cv) harga masing-masing komoditas, terlihat bahwa sebagian besar komoditas pangan strategis
cukup
stabil
harganya
(batasan
besaran
cv
tergantung komoditas) kecuali bawang merah. Adapun CV dari masing-masing komoditas tersebut adalah: (1) beras umum 4,81 persen; (2) beras termurah 4,41 persen; (3) daging ayam ras 1,69 persen; (4) daging sapi 7,36 persen; (5) gula pasir 0,84 persen; (6) kedelai 5,15 persen; (7) telur ayam 3,90 persen, dan (8) cabai merah 18,47 persen. Sedangkan bawang merah mengalami fluktuatif hingga mencapai 34,50 persen. Tabel 1.3. Perkembangan Harga Pangan Pokok Panel Harga Pangan Tahun 2010 – 2014 (Rp/Kg) Beras Umum
Termurah
Daging Ayam Ras
2013
8,592
7,491
28,501
89,342
12,373
9,787
18,791
32,701
36,718
2014
9,197
7,973
29,191
99,154
12,520
10,527
19,856
25,147
22,316
(%) Pertmbhn/Th
7.04
6.43
2.42
10.98
1.19
7.56
5.67
(23.10)
(39.22)
Rata-rata
8,895
7,732
28,846
94,248
12,447
10,157
19,324
28,924
29,517
CV
4.81
4.41
1.69
7.36
0.84
5.15
3.90
18.47
34.50
Tahun
Target CV
5%
5%
10%
Daging Sapi
Gula Pasir Lokal
Kedelai
Telur Ayam
Cabe Merah
Bawang Merah
10%
Sumber: Panel Harga BKP Kementan Ket: Data 2010-2012 tidak tersedia 9
5%
5%
10%
25%
25%
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
4.2 Perkembangan Harga Gabah Tingkat Petani Perkembangan harga gabah ditingkat petani perlu dimonitor setiap saat mengingat komoditas tersebut sangat strategis bagi bangsa dan negara, karena merupakan komoditas utama sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Selain itu, gabah merupakan komoditas pangan yang paling banyak dibudidayakan oleh
mayoritas
petani
Indonesia.
Terganggunya
kondisi
ketersediaan, pasokan dan harga gabah dapat mempengaruhi berbagai aspek, baik ekonomi, politik, maupun ketahanan nasional. Pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap komoditas gabah, antara lain melalui penentuan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah ditingkat petani. Pemerintah telah
mengeluarkan
Instruksi
Presiden
tentang
Kebijakan
Perberasan yang sudah diterbitkan sebanyak 8 (delapan) kali sejak tahun 2002 sampai 2012. Kebijakan perberasan sangat efektif dalam mengendalikan stabilitas harga di tingkat petani, baik gabah ataupun beras. Berdasarkan pengamatan dan monitoring perkembangan harga gabah di tingkat petani selama tahun 2010-2014, terlihat bahwa: 1) Harga gabah (GKP) di tingkat petani selalu berada di atas HPP, yaitu pada kisaran 18,28-36,17 persen di atas HPP dengan harga
rata-rata
antara
Rp
3.123/kg
dan
Rp 4.246/kg,
sedangkan HPP berkisar Rp 2.640/kg–Rp 3.300/kg. 2) Kenaikan harga HPP selama periode 2010-2014 sebesar 6,25 persen per tahun berdampak positif dalam meningkatkan harga
aktual
GKP
petani,
sehingga
dapat
menambah
keuntungan usahatani tanaman padi. 3) Coefisien varians (cv) harga gabah di tingkat petani sejak tahun 2010-2014 berkisar 5,22-9,59 persen, dengan nilai terbesar pada tahun 2011 dan terendah pada tahun 2013. 10
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Dengan laju pertumbuhan sebesar 8,10 persen, nilai cv tersebut menunjukkan kondisi harga gabah di tingkat petani cukup stabil. Tabel 6. Perkembangan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Tahun 2010 – 2014 Tahun
HPP GKP (Rp/Kg)
2010
2.640
Harga GKP di Harga Petani 2) Vs HPP Petani CV (Rp/Kg) GKP % 3.123 483 18,28 8,04
2011
2.640
3.595
955
36,17
9,59
2012
3.300
3.948
648
19,63
5,24
2013
3.300
4.005
705
21,38
5,22
2014
3.300
4.246
946
28,65
5,92
Pertb/th
6,25
8,10
1)
23,76
(%) Sumber:
1) 2)
Inpres Kebijakan Perberasan BPS
4.3 Perbandingan Harga Beras Dalam Negeri dengan Harga Internasional Dari hasil pemantauan harga beras di dalam negeri (beras termurah) dengan harga beras internasional (Thai 5%) pada tahun 2010-2014 (Tabel 8), terlihat bahwa: 1) Harga beras domestik jauh lebih tinggi dibanding harga beras Thai 5%. Perkembangan harga beras dalam negeri jauh lebih stabil dibanding beras Thai 5%, yang ditunjukkan oleh ratarata nilai cv harga beras dalam negeri 3,48 persen, sedang harga beras Thai sebesar 6,17 persen. Begitu juga apabila dilihat rincian tiap tahun, nilai cv beras dalam negeri berkisar 1,13-6,81 persen, sedang cv beras Thai 5% berkisar 4,8911,77 persen. 2) Harga
beras
Thai
5%
yang
jauh
lebih
rendah
tidak
mempengaruhi harga beras dalam negeri, yang ditunjukkan 11
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
oleh rata-rata pertumbuhan harga beras Thai 5% yang turun 2,98 persen per tahun, sedang harga beras dalam negeri naik 9,06 persen per tahun. Tabel 8. Perkembangan Harga Beras Paritas Internasional Tahun 2010-2014
2010
Paritas Impor (Rp/kg) Thai 5% Thai 15% Viet 5% 5,943 5,684 5,276
Viet 15% 5,099
2011
6,237
6,050
5,892
5,711
2012
6,951
6,788
5,600
5,392
2013
6,699
6,576
5,647
5,449
2014
6,642
6,394
8,492
6,396
Rerata
6,494
6,299
6,181
5,610
Tahun
Pertb/th (%)
2.98
3.19
14.49
6.21
CV (%)
6.17
6.95
21.20
8.75
Sumber: BPS
5. Pengelolaan Cadangan Pangan Nasional Cadangan pangan nasional terdiri atas cadangan pangan pemerintah pusat, cadangan pangan pemerintah daerah, dan cadangan
pangan
mengantisipasi
masyarakat
kekurangan
yang
ketersediaan
dilakukan pangan,
untuk
kelebihan
ketersediaan pangan, gejolak harga pangan, dan keadaan darurat. Cadangan pangan nasional juga dapat dimanfaatkan untuk kerjasama
internasional
dan
bantuan
pangan
luar
negeri.
Cadangan pangan pemerintah daerah terdiri atas cadangan pangan
pemerintah
desa,
cadangan
pangan
pemerintah
kabupaten/kota dan cadangan pangan pemerintah provinsi.
12
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
5.1 Cadangan Pangan Pemerintah Cadangan pangan pemerintah pusat selama ini dikelola oleh Perum BULOG berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2012. Pada Diktum 5 huruf b diinstruksikan Perum BULOG untuk melaksanakan Pemerintah
pengadaan
(CBP)
dan
untuk
penyaluran
menjaga
Cadangan
stabilitas
harga
Beras beras,
menanggulangi keadaan darurat, bencana dan rawan pangan, bantuan dan/atau kerja sama internasional serta keperluan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan laporan s/d Desember 2014, data pemanfaatan CBP tahun 2010-2014, adalah sebagai berikut: Tabel 4. Perkembangan Cadangan Beras Pemerintah (Ton) Tahun 2010-2014 URAIAN Stok Awal
TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 514.649 460.357 378.449 431.277 368.976
Tambahan CBP Pemanfaatan CBP: Bantuan darurat/bencana Pengendalian Harga
- 155.039 266.667
-
-
13.322
13.770
11.378
39.428 221.955 200.518
40.007
75.515
-
30.825
14.864
14.992
Beras (OPM) OPK – CBP Raskin Total Pemanfaatan Stok Akhir
-
-
-
54.292 236.946 213.840
53.777 117.719
460.357 378.449 431.277 377.499 251.257
Sumber: Perum BULOG (2014)
Pada tahun 2011, terjadi penurunan stok akhir sebesar 18 persen dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan pemanfaatan stok CBP untuk mengendalikan gejolak harga yang sangat tinggi sehingga dikeluarkan stok sebesar 221.955 ton lebih tinggi 463 persen dari tahun 2010. Pada tahun 2011, Indonesia melakukan impor sebesar 155.039 ton sehingga stok akhirnya menjadi 378.449 ton. Penyaluran CBP untuk operasi pasar (OP) pada tahun 13
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
2012 sebesar 200.517 ton, sehingga stok akhir CBP sampai bulan November 2013 sebesar 377.499 ton atau mengalami penurunan stok sebesar 12,47 persen dibandingkan stok akhir tahun 2012. Hal ini disebabkan tidak adanya tambahan CBP pada tahun 2013. Pemanfaatan CBP tahun 2013 selain untuk memenuhi kebutuhan
dalam
negeri
juga
untuk
kegiatan
kerjasama
internasional yaitu melalui pemberian bantuan pada korban bencana alam Topan Bopha di Filipina sebesar 1.700 ton. Stok akhir
CBP
pada
tahun
2014
sebesar
251.257
ton
telah
dimanfaatkan untuk operasi pasar khusus (OPK) dan OP hingga Maret 2015. Pada tataran regional, pemerintah Indonesia juga memiliki tanggungjawab untuk mengalokasikan cadangan pangan dalam jumlah
tertentu
sesuai
kesepakatan
yang
tertuang
dalam
perjanjian APTERR (ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve) yang ditujukan untuk penanganan kondisi darurat pangan di Kawasan ASEAN dan 3 (tiga) Negara mitra, Jepang, China dan Korea Selatan. Pengalokasiannya telah dilaksanakan sejak tahun 2013. 5.2 Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota Pengembangan
cadangan
pangan
pemerintah
provinsi
merupakan salah satu upaya dalam pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim sebagaimana dijelaskan dalam Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2011. Dalam Inpres tersebut, khususnya Diktum kedua point (i) dinyatakan bahwa
Kementerian
memperkuat
Pertanian
cadangan
mendapatkan
gabah/beras
mandat
pemerintah,
untuk
pemerintah
daerah dan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
juga
didasarkan
kepada
Peraturan
Menteri
Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan 14
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Minimal
(SPM)
Bidang
Ketahanan
Pangan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota. SPM tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan Pemerintah kabupaten/kota
memiliki
cadangan
pangan
di
tingkat
kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras. Pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi telah dilaksanakan di 24 provinsi atau sekitar 72,79 persen dari jumlah provinsi di Indonesia. Jumlah cadangan pangan pemerintah provinsi di 24 provinsi tersebut sebesar 3.486,37 ton beras dengan total pemanfaatan beras cadangan pangan pemerintah provinsi di 24 provinsi sebanyak 313,18 ton. Sementara
itu
untuk
membangun
Cadangan
Pangan
Pemerintah Kabupaten/Kota, pada tahun 2012 telah dialokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian untuk pembangunan gudang cadangan pangan. Sebanyak 154 kabupaten/kota telah memanfatkan Dana Alokasi Khusus Bidang Pertanian Tahun 2012 tersebut,
dan sebanyak 97 kabupaten/kota diantaranya telah
mengeluarkan Peraturan Bupati tentang Pengelolaan Cadangan Pangan
Pemerintah
Kabupaten.
Selain
itu,
terdapat
30
kabupaten/kota yang mengelola cadangan pangan pemerintah melalui kerja sama dengan pihak ketiga seperti Bulog, Swasta, Gapoktan, dan lain-lain. 5.3 Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat diarahkan untuk mengembangkan lumbung pangan masyarakat yang dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap
pengembangan,
dan
tahap
kemandirian.
Tahap
penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian, 15
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui dana Bansos. Pengembangan
cadangan
pangan
masyarakat
melalui
lumbung pangan masyarakat bertujuan untuk: (a) meningkatkan volume stok cadangan pangan untuk kebutuhan masyarakat karena produksi tidak merata sepanjang tahun; (b) menjamin akses dan kecukupan pangan bagi penduduk miskin dan rawan pangan yang memerlukan perlindungan kecukupan pangan dan (3) sebagai bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat kondisi darurat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Badan Ketahanan Pangan sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 telah melakukan kegiatan pembangunan lumbung pangan masyarakat secara kumulatif sebanyak 3.106 unit, yang difasilitasi melalui dana DAK untuk pembangunan fisik lumbung dan dana APBN dekonsentrasi untuk pengisian lumbung sebagai stimulan
bagi kelompok dalam
pengembangan lumbungnya. Pembangunan lumbung tersebut tersebar pada 32 provinsi. B. Potensi , Tantangan dan Masalah 2.1.
Potensi
a. Besarnya Dukungan Kelembagaan Masyarakat dalam Pengembangan Sistem Distribusi Pangan Potensi masyarakat dalam pengembangan usaha di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan, cukup besar. Usaha di bidang ini sangat bervariasi mulai dari yang bersifat individu berskala kecil, usaha bersama berbentuk koperasi, hingga perusahaan besar dan multinasional. Selain itu, peran pemerintah dalam menyempurnakan sistem standarisasi dan mutu 16
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
komoditas pangan, serta memberlakukan kebijakan yang mampu memberikan insentif dan lingkungan yang kondusif mampu meningkatkan potensi dan peluang pengembangan usaha distribusi pangan masyarakat. Masyarakat dengan kearifan budaya lokalnya serta tuntutan kebutuhan yang sama, baik secara swadaya maupun dengan bimbingan pihak lain berupaya untuk membentuk kelembagaan informal secara berkelompok, sehingga sangat banyak kelembagaan-kelembagan masyarakat yang telah terbentuk seperti kelompok tani, gapoktan, koperasi dan lain-lain. Untuk meningkatkan keberdayaan lembaga kemasyarakatan dalam rangka penguatan distribusi pangan, sejak tahun 2003 Badan Ketahanan Pangan melaksanakan upaya penguatan lembaga distribusi pangan untuk memperluas jaringan pemasaran dan mengamankan harga gabah, beras dan jagung. Peran ini semakin diperluas dengan dilaksanakannya pemberian bantuan sosial (bansos) melalui kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) yang mulai dilaksanakan pada tahun 2009. Setiap Gapoktan diberikan dana bantuan untuk penguatan modal usaha jual beli gabah/beras/jagung, pembangunan gudang dan penguatan cadangan pangan anggota Gapoktan. b. Besarnya Dukungan Pemerintah Pengembangan Cadangan Pangan
Terhadap
Dalam merealisasikan pembangunan cadangan pangan nasional
(pemerintah
memberikan
dan
dukungan
masyarakat),
melalui
berbagai
pemerintah
telah
kebijakan.
Untuk
cadangan pemerintah pusat, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
No.
KEP
46/M.EKON/08/2005
No.34/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005 17
tentang
Pedoman
dan Umum
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Koordinasi
Pengelolaan
Pengembangan
cadangan
Cadangan pangan
Beras
pemerintah
Pemerintah. provinsi
dan
kabupaten/kota telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimum tersebut menyatakan bahwa pemerintah provinsi harus memiliki cadangan pangan minimal sebesar 200 ton setara beras dan pemerintah kabupaten harus memiliki cadangan pangan minimal sebesar 100 ton setara beras. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 11 provinsi yang telah menyelenggarakan cadangan pangan pemerintah provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pengadaan cadangan pangan pemerintah provinsi didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi, sedangkan untuk tingkat kabupaten adalah Kabupaten OKI (Sumatera Selatan), Kabupaten Sragen, Brebes dan Purbalingga (Jawa Tengah), serta Kabupaten Sambas dan Sekadau (Kalimantan Barat). Selain itu pada petunjuk teknis pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tahun 2012 dipersyaratkan untuk pembangunan gudang cadangan pemerintah kabupaten/kota, dan telah terbangun sebamyak 118 gudang cadangan pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan untuk cadangan pangan masyarakat, Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No 30 Tahun 2008 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Desa, yang mengharuskan dibentuknya cadangan masayarakat di tiap-tiap desa dengan ketentuan sebagai berikut:
Cadangan pangan pemerintah desa adalah berupa cadangan pangan pokok seperti beras, pangan lokal yang bersifat pokok
18
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
dan pangan tertentu yang bukan pangan pokok seperti kacang tanah, kacang hijau dan kedelai,
Ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan distribusi konsumsi pangan lokal, aksesibilitas, menanggulangi keadaan darurat dan stabilitas harga pangan,
Pengadaan diperoleh melalui pembelian bahan pangan dari petanisetempat atau desa sekitarnya dengan menyisihkan 13% keuntungan usaha unit desa,
Sasaran pengadaan adalah RTM, lansia dan masyarakat umum yang terkena bencana,
Penyalurannya dilakukan oleh Kepala Desa berkoordinasi dengan bupati selaku ketua Dewan Ketahanan Pangan melalui Camat,
Pengelolaan
cadangan
pangan
pemerintah
desa
dilakukan oleh unit usaha pangan desa. Berbagai kebijakan mengenai cadangan pangan tersebut merupakan potensi dan modal dasar yang besar dalam mengembangkan pembangunan cadangan pangan. Dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut pembangunan cadangan pangan di waktu yang akan datang adalah melanjutkan pembangunan cadangan pangan waktu sebelumnya. 2.2. Tantangan dan Permasalahan a. Fluktuasi Harga Fluktuasi harga pangan yang ditunjukkan oleh Coefficient of Variation (cv) perlu diantisipasi karena nilai cv yang tinggi mencerminkan harga jual pangan sangat fluktuatif sehingga mempengaruhi inflasi. Fluktuasi harga pangan dipengaruhi oleh meningkatnya
permintaan,
persaingan
permintaan
misalnya
melonjaknya harga pangan dunia, sifat produksi yang musiman dan tidak merata antar musim, dan buruknya infrastruktur yang berkonsekuensi terhadap ongkos angkut yang tinggi, serta 19
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
meningkatnya frekuensi bencana alam. Hal ini mengakibatkan aksesibilitas masyarakat secara ekonomi menurun sehingga kondisi ketahanan pangan tergganggu. b. Fluktuasi Pasokan Pangan Stabilitas
pasokan
dipengaruhi
oleh
berbagai
faktor,
diantaranya kemampuan produksi pangan dalam negeri dan pengelolaan stok pangan nasional. Faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap pasokan pangan adalah adanya aksi spekulan baik di daerah produsen yang surplus maupun daerah non sentra. Dalam rangka mewujudkan stabilitas pasokan pangan, tantangan ke depan adalah memperkuat kapasitas produksi pangan dari dalam negeri yang memenuhi standar mutu, kontinuitas pasokan yang terjamin, serta dalam skala kuantitas yang memenuhi permintaan konsumen. Dengan memenuhi syarat pemasaran tersebut, maka daya saing produk pangan akan lebih baik. Namun sebaliknya, bila produk dalam negeri tidak mampu memenuhi syarat kualitas, kontinuitas dan kuantitas yang diminta, maka pasar dalam negeri akan diisi oleh produk sejenis yang berasal dari impor. c. Rendahnya Posisi Tawar Petani Pelaku usaha tani komoditas bahan pangan pada umumnya adalah petani gurem, dan buruh tani, dengan kepemilikan lahan yang sempit. Berdasarkan data BPS tahun 2008, jumlah rumah tangga yang berusaha tani padi sebanyak 14.992.137 rumah tangga. Rata-rata kepemilikan lahan sawah setiap rumah tangga adalah 0,376 Ha. Sebagian besar (75,98 persen) rumah tangga usahatani padi hanya memiliki lahan dengan luas <0,5 ha, dan 68,36 persen menguasai lahan dengan luas <0,5 ha. Dengan volume hasil produksi yang kecil, dan kebutuhan ekonomi yang mendesak, maka petani menjadi tidak berdaya dalam mempertahankan harga penjualan hasil produksinya. Harga jual 20
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
hasil produksi usaha tani lebih banyak ditentukan oleh pembeli/pedagang. Disamping itu, karena terbatasnya modal dan akses terhadap permodalan yang yang dimiliki petani, menyebabkan petani terjebak dalam sistem ijon yang melemahkan posisi tawar mereka. Untuk menangani lemahnya posisi tawar petani tersebut telah banyak pembinaan dan pemberdayaan petani untuk melakukan usaha tani secara berkelompok. Namun demikian, dalam pelaksanaannya pemberdayaan kelompok tersebut belum optimal, bahkan terdapat beberapa kasus dimana pembentukan kelompok tersebut dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan dari beberapa orang pengurusnya saja untuk melanggengkan usaha mereka.
21
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN A. Visi Mengacu kepada tugas pokok, fungsi, dan mandat yang diberikan kepada Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, serta mengacu kepada arah kebijakan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan pada tahun 2015-2019 mempunyai visi: “Menjadi
Institusi
memantapkan
yang
sistem
handal
distribusi,
dan
aspiratif
cadangan
pangan
dalam dan
stabilisasi harga”. B. Misi Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah sebagai berikut: 1. Pemantapan
model
pemberdayaan
masyarakat
dalam
rangka
mewujudkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 2. Peningkatan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Peningkatan kualitas pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 4. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 5. Peningkatan
kemampuan
aparatur
pusat
dan
daerah
dalam
pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
22
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
C. Tujuan Tujuan strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan periode tahun 2015-2019 adalah memantapkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga, dengan: 1. Memperkuat kelembagaan distribusi pangan untuk menjaga stabilitas harga dan penyediaan pangan; 2. Meningkatkan model pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga; 3. Menyediakan data dan informasi hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi untuk bahan perumusan kebijakan distribusi, harga, dan cadangan pangan; dan 4. Meningkatkan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. D. Sasaran Meningkatnya pemantapan distribusi pangan dan stabilitas harga pangan melalui : 1.
Penumbuhan, pengembangan dan kemandirian Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM)/Toko
Tani
Indonesia
(TTI)
dan
Lumbung
Pangan
Masyarakat (LPM) seperti berikut ini : No
Kegiatan
2015
2016
2017
2018
2019
1 2 3
LDPM LUPM/TTI LPM
358 20 1.724
241 1.000 1.628
248 2.000 800
90 3.000 1.492
135 5.000 1.492
2.
Penyediaan instrument pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
3.
Tersedianya data dan informasi sistem distribusi, cadangan pangan dan harga pangan yang akurat dan terkini; dan 23
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
4.
Meningkatnya
kapasitas
aparatur
pusat
dan
daerah
dalam
melakukan pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga. Untuk melihat hubungan antara visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 20152019 VISI
MISI
TUJUAN
Menjadi Institusi yang handal dan aspiratif dalam memantap kan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga
1. Pemantapan model pemberdayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
1.Memperkuat 5. kelembagaan distribusi pangan untuk menjaga stabilitas harga dan penyediaan pangan;
SASARAN
Penumbuhan Lembaga
603 distribusi
pangan
masyarakat
(LDPM), penumbuhan 6.020 Lembaga Usaha Pangan
Masyarakat
(LUPM)/12.000
Toko
Tani Indonesia (TTI), dan
Penumbuhan
Lumbung masyarakat 2165
pangan sebanyak
kelompok
(
lumbung DAK Bidang Kedaulatan
Pangan)
tahun 2015-2017 dan 400 (lumbung
Kelompok APBD)
tahun 2018-2019.
24
di
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
VISI
MISI
TUJUAN
SASARAN
2. Peningkatan model pengkajian, pemantauan dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
2.Meningkatkan 1. Penyediaan model instrument pemantauan, pemantauan, pengkajian, pengkajian, dan dan evaluasi sistem evaluasi sistem distribusi, distribusi, cadangan cadangan pangan dan pangan dan stabilisasi stabilisasi harga harga;
3. Peningkatan kualitas pemantauan, pengkajian, dan evaluasi sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
3.Menyediakan
4. Peningkatan koordinasi dengan instansi terkait dalam merumuskan dan mengimplemen tasikan kebijakan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
4.Meningkatnya 3. Penyediaan efektifitas sistem koordinasi pelaksanaan/i lintas intansi mplementasi dalam perumusan kebijakan sistem dan implementasi distribusi, kebijakan sistem cadangan distribusi, pangan dan stabilitas cadangan pangan harga dan stabilisasi pangan; harga;
data dan informasi hasil pemantauan, pengkajian, dan evaluasi untuk bahan perumusan kebijakan distribusi, harga, dan cadangan pangan
25
2. Tersedianya
data
dan
informasi
sistem
distribusi,
cadangan
pangan
dan harga pangan yang
akurat
dan
terkini;
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
VISI
MISI
5. Peningkatan kemampuan aparatur pusat dan daerah dalam pemantapan sistem distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga;
TUJUAN
SASARAN
5.Meningkatkan 4. Meningkatnya kemampuan kapasitas aparatur aparatur pusat pusat dan daerah dan daerah dalam melakukan dalam pemantapan pemantapan sistem sistem distribusi, cadangan distribusi, pangan dan cadangan pangan dan stabilisasi harga. stabilisasi harga.
26
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Agenda ketujuh pembangunan nasional dalam RPJMN 20152019 yang merupakan penjabaran dari visi dan program aksi (NawaCita) pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla adalah mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektorsektor strategis ekonomi domestik. Salah satu cara untuk mencapai agenda
pembangunan
kedaulatan
pangan.
tersebut Sejalan
adalah
dengan
melalui hal
peningkatan
tersebut,
maka
pembangunan ketahanan pangan dalam 5 (lima) tahun kedepan adalah dengan berlandaskan pada kedaulatan pangan dan kemandirian pangan. Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN 2015-2019
adalah:
pemantapan
ketahanan
pangan
menuju
kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan, terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Searah dengan kebijakan pangan serta memperhatikan kondisi ketahanan pangan masyarakat selama periode 5 (lima) tahun terakhir tersebut, maka arah kebijakan Badan Ketahanan Pangan adalah untuk pemantapan ketahanan pangan, yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan dan pemanfaatan pangan. Arahan kebijakan Pusat Distribusi dan Cadangan
Pangan
memfokuskan
kegiatan
pada
aspek
keterjangkauan pangan, yaitu: (a) stabilisasi pasokan dan harga pangan; serta (b) pengelolaan cadangan pangan.
27
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
B. Strategi Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Sesuai dengan arahan kebijakan Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, maka strategi yang dilakukan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah: 1. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) 2. Lumbung Pangan Masyarakat 3. Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan Pangan HBKN 4. Pemantauan Pasokan, Harga, Distribusi dan Cadangan Pangan 5. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)/Toko Tani Indonesia (TTI) 6. Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan 7. Kajian Distribusi Pangan C. Kegiatan Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan, kegiatan prioritas nasional yang harus dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, dengan sub kegiatan sebagai berikut: 1. Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) Melalui
kegiatan
Penguatan
LDPM,
Gapoktan
diberikan
dukungan penguatan modal dan kelembagaan agar mempunyai kemampuan dan posisi yang lebih kuat dalam melakukan aktifitas pendistribusian serta pengolaan cadangan pangan. 2. Lumbung Pangan Masyarakat Pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan 28
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
pangan, dengan memfasilitasi pembangunan fisik lumbung, pengisian cadangan pangan dan penguatan kelembagaan kelompok.
Melalui
pemberdayaan
tersebut
diharapkan
masyarakat dapat mengelola cadangan pangan yang ada dikelompoknya, dan juga dapat meningkatkan peran dalam menjalankan fungsi ekonomi bagi anggotanya sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan cadangan pangan yang dimiliki. 3. Panel Harga Pangan Nasional dan Pemantauan Harga dan Pasokan Pangan HBKN Lokasi panel yang merupakan sumber data/informasi harga pangan serta variabel-variabel yang mempengaruhinya akan diperluas dengan melakukan kerjasama dengan badan/instansi ketahanan pangan setiap
daerah/biaya APBD. Dengan demikian,
badan/instansi
ketahanan
pangan
daerah
akan
mereplikasikan panel harga seperti yang dilakukan oleh Pusat Distribusi Pangan. Data dan informasi dari hasil replikasi panel, disamping digunakan untuk penyusunan kebijakan distribusi pangan di daerahnya juga akan dimanfaatkan oleh Pusat Distribusi
Pangan.
Disamping
peningkatan
kuantitas
data/informasi, juga akan dilakukan peningkatan kualitas data/informasi panel melalui pengembangan sistem untuk validasi data, sistem berbasis android, sedangkan untuk meningkatkan akurasi data dilakukan dengan penambahan jumlah enumerator dan frekwensi pemantauan yang semakin diintensifkan. Dalam konteks ini, panel harga pangan dibagi 2 (dua), yaitu panel harga pangan mingguan konvensional dan panel
harga
pangan
harian
(enumerator
konsumen
jabodetabek, dan enumerator pasar di 34 ibukota propinsi).
29
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
4. Pemantauan Pasokan, Harga, Distribusi dan Cadangan Pangan Dalam meningkatkan kualitas, kuantitas analisis pemantauan harga dan analisis sistem distribusi pangan akan dilakukan melalui pendekatan optimalisasi dan kemampuan SDM baik di pusat maupun daerah, memperbanyak lokasi panel, analisis data base distribusi pangan dan meningkatkan metode analisis data dan informasi. Optimalisasi SDM dilakukan melalui pelatihan/apresiasi pendekatan produktivitas setiap karyawan Pusat Distribusi Pangan dan daerah. Untuk itu, perlu diberikan tugas dan tanggung jawab terhadap staf/petugas yang terkait dengan produktivitas kerja setiap personil yaitu dengan menerapkan reward dan punishment serta pelatihan/apresiasi petugas yang menangani distribusi pangan di daerah. 5. Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)/Toko Tani Indonesia (TTI) Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) merupakan upaya Pemerintah untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok strategis, rantai distribusi pemasaran yang terintegrasi agar lebih efisien, harga konsumen dapat ditransmisikan dengan baik kepada harga petani (produsen), informasi pasar antar wilayah berjalan dengan baik, mencegah terjadinya Patron-Client (pemasukan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Untuk memotong rantai pasok maka Toko Tani Indonesia (TTI) dirancang untuk menjual komoditas pangan hasil produksi petani sesuai harga yang wajar kepada konsumen yang dipasok oleh Gapoktan/Lembaga Usaha Pangan Masyarakat, dan/atau BULOG.
30
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
6. Kajian Responsif dan Antisipatif Distribusi Pangan Kajian responsif merupakan upaya pemerintah dalam rangka mencari solusi mengatasi berbagai permasalahan distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. Tujuan kajian responsif adalah a) menyajikan data dan informasi kondisi distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. b) Merumuskan rekomendasi kebijakan jangka pendek dalam rangka distribusi, cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan. Bila terjadi gangguan pasokan akan berpengaruh langsung terhadap harga pangan sehingga perlu segera mendapat respon kebijakan dari pemerintah untuk menghindari gejolak distribusi, cadangan stabilisasi harga pangan. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) pasokan dan harga pangan yang tepat (up to date) dan akurat agar dapat segera dilakukan antisipasi dan respon bila goncangan (shock) distribusi, cadangan dan stabilisasi harga pangan. 7. Kajian Distribusi Pangan Pengkajian terhadap sistem distribusi penting dilakukan untuk menghasilkan gambaran distribusi pangan yang berlangsung pada suatu wilayah dan pergerakan pasokan pangan antar wilayah.
Hasil
kajian
merupakan
dasar
penyusunan
rekomendasi kebijakan dalam upaya stabilisasi harga dan pasokan pangan
31
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN A. Target Kinerja Arah
kegiatan
ketahanan
pangan
Tahun
2015-2019
meliputi: 1) pengamanan upaya swasembada beras melalui diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; 2) stabilisasi harga pangan; 3) peningkatan keamanan dan mutu pangan; dan 4) keberlanjutan kegiatan ketahanan pangan. Berdasarkan arah kegiatan Badan Ketahanan Pangan tersebut, fokus utama kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah stabilisasi harga pangan yang juga merupakan bagian dari prioritas program nasional. 1.
Target Kinerja Program Target kinerja “Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan”
tahun 2015-2019, adalah: 1.
Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) diatas atau sama dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP);
2.
Stabilnya harga beras di tingkat konsumen dengan Coefficient of Varians lebih kecil dari 10 persen, cabe merah dengan CV dibawah 29 persen dan bawang merah di bawah 19 persen;
Indikator yang digunakan untuk mengukur ketercapaian target kinerja program setiap tahun dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut
32
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
Tabel 4.1 Indikator Kinerja Program (IKP) Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2015-2019 No 1
Rincian IKP Stabilnya harga
2015
2016
2017
2018
2019
≥ HPP
≥ HPP
≥ HPP
≥ HPP
≥ HPP
CV≤10
CV≤10
CV≤10
CV≤10
CV≤10
CV≤29
CV≤28
CV≤27
CV≤26
CV≤25
CV≤19
CV≤18
CV≤17
CV≤16
CV≤15
pangan (Gabah/Beras) ditingkat produsen 2
Stabilnya harga pangan di tingkat konsumen: Beras Cabe merah Bawang merah
2. Target Kinerja Kegiatan Target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode 2015-2019 yang berupa output. Indikator kinerja kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Target Kinerja Kegiatan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015-2019 No 1814
Rincian IKK
2015
2016
Target 2017 2018
2019
Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Jumlah lembaga distribusi pangan
358
241
248
90
135
1.724
1.628
800
1.492
1.492
35
35
35
35
35
3
3
3
3
3
20
1.000
2.000
3.000
5.000
masyarakat (Gapoktan) Jumlah lumbung pangan masyarakat (Unit) Jumlah lokasi panel harga pangan nasional dan pemantauan harga dan pasokan pangan HBKN (Lokasi) Jumlah hasil pemantauan pasokan, harga, distribusi dan cadangan pangan (Lokasi) Pengembangan Usaha Jumlah Toko
33
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
No
Rincian IKK Tani Indonesia/TTI (Unit)
Target 2017 2018
2015
2016
1
1
1
1
1
27
27
27
27
27
Jumlah kajian responsif dan
2019
antisipatif distribusi pangan (Judul) Jumlah kajian distribusi pangan (Rekomendasi)
4.2 Kerangka Pendanaan Dukungan pendanaan merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan mantapnya sistem distribusi dan pengelolaan cadangan pangan sehingga terwujud stabilisasi pasokan dan harga pangan. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, namun perlu
ditunjang
dari
sumber
pendanaan
lain
diantaranya
Pemerintah Daerah melalui APBD prov/kab/kota, keterlibatan swasta, perbankan (skim kredit dan kredit komersial) serta dari swadaya masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan terhadap pendanaan yang bersumber dari kerjasama dengan internasional. memfasilitasi
Dukungan proses
pendanaan
koordinasi,
dibutuhkan
supervisi,
untuk
pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi program/kegiatan. Salah
satu
arah
kegiatan
ketahanan
pangan
yang
merupakan merupakan kegiatan prioritas yang dibiayai APBN adalah Stabilisasi Harga Pangan.
Kebutuhan anggaran Pusat
Distribusi dan Cadangan Pangan tahun 2015-2019 adalah sebesar Rp 2.616,08 milyar. Rencana pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Pendanaan APBN Kegiatan Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Tahun 2015-2019 No 1814
Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan
ALOKASI (Milyar Rupiah) 2015 2016 2017 2018 2019 107,26 285,41 466,02 675,59 1.081,80
34
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB V DUKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI, CADANGAN DAN STABILITAS HARGA PANGAN Pengembangan system distribusi, cadangan dan stabilitas harga pangan memiliki cakupan yang luas, sehingga tentunya akan banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi. Tidak semuanya
dapat
diselesaikan
dibawah
kewenangan
Pusat
Distribusi dan Cadangan Pangan. Untuk itulah diperlukan sinergi dan dukungan dari instansi terkait. Kebijakan kebijakan stabilisasi harga dan pasokan pangan yang melibatkan instansi lintas sektor perlu diharmonisasikan sehingga tidak terdapat kebijakan yang saling bertentangan atau tumpang tindih. Kebijakan pendukung yang ada juga harus dapat dioperasionalkan, sehingga rancangan mempercepat pemantapan ketahanan pangan nasional. Beberapa bentuk dukungan yang diharapkan dari instansi lain seperti pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1. Kebutuhan Dukungan Kementerian/Lembaga Terkait dalam Pembangunan Ketahanan Pangan No 1
KEMENTERIAN/
DUKUNGAN
LEMBAGA Pemerintah Daerah
Pelaksanaan kegiatan pengembangan system distribusi dan stabilitas harga pangan
3
Kementerian
Fasilitasi pengolahan skala kelompok dalam
Perindustrian
rangka pengembangan agribisnis lembaga pelaksana distribusi dan cadangan pangan Mendorong pengembangan kawasan industri pengolahan pangan berbasis kawasan pertanian
35
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
No 4
KEMENTERIAN/
DUKUNGAN
LEMBAGA Kementerian
Regulasi terkait pasar komoditas pangan
Perdagangan
Dukungan
system
pengembangan
pergudangan
manajemen
resi
melalui gudang
sebagai sarana stok manajemen pangan Penetapan harga referensi pangan 5
Kementerian
Sinergi dan fasilitasi pembangunan data base
Perhubungan
pasokan pangan antar wilayah Dukungan Pengembangan transportasi logistik komoditas pangan baik antar wilayah, terutama antara wilayah sentra produksi dan wilayah konsumen
6
Kementerian Desa,
Sinergi dan fasilitasi pemberdayaan lembaga
Pembangunan Daerah
pelaksana distribusi dan cadangan pangan
Tertinggal dan
masyarakat
Transmigrasi 7 8
Kementerian Koperasi
Pengembangan lembaga distribusi pangan
dan UMKM
masyarakat
Kementerian Keuangan
Pengalokasian bantuan pemerintah untuk mendukung pengembangan system distribusi, cadangan dan stabilitas harga pangan Penyediaan dana untuk tenaga pendamping kegiatan dan tenaga fungsional lainnya
13 14
Kemenko Bidang
Melaksanakan kebijakan yang mendorong
Perekonomian
stabilisasi harga komoditas pangan strategis
Perum Bulog
Pemberdayaan usaha kelompok tani yang mampu bekerjasama langsung dalam pemasaran produk pertanian yang dihasilkannya. Optimalisasi sistem pergudangan untuk komoditas strategis lainnya selain beras dalam rangka menjaga stablitas harga Pembinaan sistem logistik ketahanan pangan di tingkat desa Peningkatan pembinaan dan pendampingan daerah melalui pengabdian masyarakat
36
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
No 15
KEMENTERIAN/
DUKUNGAN
LEMBAGA Perguruan Tinggi
Kerjasama dalam pengembangan model dan metodologi kajian distribusi, cadangan dan harga pangan
16
Kementerian Pertanian : a. Badan Litbang Pertanian b. BPSDMP
Teknologi budidaya tanaman pangan pokok Dukungan teknologi pasca panen Dukungan pelatihan bagi aparat, pendamping dan kelompok Dukungan dan kerjasama penyusunan data base Gapoktan dan Kelompok Tani
37
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
BAB IV PENUTUP Rencana strategis Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan disusun untuk memberikan gambaran tentang ruang lingkup tugas dan fungsi, landasan kebijakan, output pelaksanaan kegiatan dan permasalahan
yang
dihadapi
serta
rencana
kerja
untuk
mewujudkan visi dan misi yang akan dicapai. Renstra ini merupakan acuan dalam melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan yang relevan baik dalam lingkup lembaga pemerintah
pusat,
daerah
maupun
masyarakat.
sehingga
menghasilkan kinerja yang berdampak positif bagi eksistensi Institusi Ketahanan Pangan di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat (petani produsen, konsumen dan pelaku ekonomi pangan). Disamping itu Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan bertujuan untuk memberikan pedoman dan pegangan bagi seluruh karyawan dalam lingkup Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan dalam melaksanakan tugasnya. Semoga Renstra ini dapat diimplementasikan dan menghasilkan
kinerja sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Implementasi Renstra Pusat Distribusi Pangan tahun 2015 – 2019 pada tahapan
perencanaan kegiatan
tahunan, masih
dimungkinkan mengalami perbaikan dan penyempurnaan karena terjadinya perubahan kebijakan, permasalahan, dan hasil evaluasi dalam pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan.
38
Renstra Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 2015 – 2019 Revisi
39