Motion, Volume V, No. 2, September 2014 KONTRIBUSI KOORDINASI MATA-TANGAN DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN TERHADAP KETEPATAN SERVIS PADA MAHASISWA MATA KULIAH TENIS MEJA JURUSAN PENJASKESREK FKIP UNISMA BEKASI Azi Faiz Ridlo Universitas Islam ”45” Bekasi
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kontribusi Koordinasi Koordinasi Mata-Tangan dan Kelentukan Pergelangan Tangan Terhadap Ketepatan Servis Dalam Permainan Tenis meja . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif yaitu dengan mengambil hasil pengukuran tes koordinasi mata-tangan, tes kelentukan pergelangan tangan, dan ketepatan servis dalam permainan tenis meja. Kemudian hasil-hasil pengumpulan data tersebut diolah secara statisitik untuk mengetahui kontribusi ketiga variabel tersebut, dengan jumlah sampel 38 orang yang mewakili populasi diambil secara random sampling. Berdasarkan analisis uji statistik diperoleh hasil-hasil penelitian sebagai berikut: (1) Terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata-tangan terhadap ketepatan servis pada permainan tenis meja mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi dengan hasil koefisien Korelasi sebesar 0.359 dan t-hitungnya 2.305 > ttabel 2.039, (2) Terdapat kontribusi yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan mahasiswa terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0.336 dan t-hitungnya 2.141 > ttabel 2.039, (3) Terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan secara bersama-sama terhadap ketepatan dervis pada permainan tenis meja mahasiswa ketepatan servis pada permainan tenis meja mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi . Hal ini ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi ganda sebesar 0.831. Kemudian setelah dilakukan pengujian tingkat signifikansi kedua varibel bebas tersebut, yaitu koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan terhadap ketepatan servis pada permainan tenis meja didapatkan nilai sebesar 39.11. Nilai tersebut lebih besar dari Ftabel pada α = 0,01 dengan dk 2/35 yaitu sebesar 5.29. Karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu 39.11 > 5.29, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan secara bersama-sama terhadap ketepatan servis pada permainan tenis meja mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi. Kata Kunci: Kordinasi Mata Tangan, Kelentukan Pergelangan Tangan, Ketepatan Servis, Mahasiswa Penjaskesrek FKIP Universitas Islam “45” Bekasi
Kesadaran masyarakat untuk berolahraga tak lepas dari peran serta media massa baik cetak maupun elektronik yang dengan gencar menayangkan atau memberitakan tentang masalah-
281
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 masalah olahraga atau pertandingan-pertandingan olahraga. Dengan adanya penayanganpenayangan tersebut secara tidak langsung merupakan motivasi bagi masyarakat untuk lebih mencintai olahraga, terutama memberikan motivasi kepada generasi muda Indonesia. Yang akhirnya mereka berkeinginan untuk menjadi seorang atlet sesuai dengan apa yang diinginkan. Pendidikan jasmani bertujuan untuk meletakkan landasan yang kuat. Hal itu bukan saja berkenaan dengan aspek kemampuan fisik dan keterampilan gerak dasar, namun juga aspek lainnya seperti perkembangan sosial, penalaran, emosi dan bahkan keputusan moral. Pengalaman nyata dalam olahraga begitu melimpah untuk mengembangkan semua aspek tersebut sehingga anak berkembang secara menyeluruh. Dalam buku
Departemen
Pendidikan dan kebudayaan, (1994:1) bahwa: Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan olahraga usia dini adalah sangat penting, karena tidak ada jalan pintas untuk berprestasi dalam olahraga. Bila pembinaan tersebut dimulai, prestasi puncak tidak mudah dicapai. Maka dari itu pembinaan itu harus dimulai sejak usia sedini mungkin, dalam hal ini usia Sekolah Dasar. Untuk sejumlah cabang olahraga pembinaan sudah dapat dimulai sejak anak-anak di Sekolah Dasar, contohnya cabang tenis meja. Yang dimaksud pembinaan usia dini disini adalah pembinaan yang dilaksanakan sejak usia muda, ditekankan pada bagaimana berjalan, melornpat, menangkap dan melempar. Peristiwa tersebut merupakan suatu landasan cara untuk memperkenalkan gerak tubuh dan alat tubuh secara anatomis yang sesungguhnya bergerak, semua gerak dasar yang disajikan bagi anak usia dini akan mudah diserap dan merupakan persepsi yang dapat disimpan dalam memorinya, untuk memperkaya nuansa gerak Permainan tenis meja sangat baik untuk dikembangkan mulai dari usia sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Untuk mengembangkan permainan tenis meja, maka salah satunya adalah memberi latihan-latihan baik pada saat jam pelajaran di sekolah maupun di luar jam pelajaran sekolah yaitu pada saat kegiatan ekstrakurikuler.
282
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Dalam mengembangkan permainan tenis meja di Perguruan Tinggi, Mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi dibekali kemampuan untuk mengambil mata kuliah pilihan tenis meja supaya olahraga tenis meja bisa dijadikan alternatif olahraga pilihan sehingga prestasi olahraga tenis meja mengalami kemajuan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam upaya mencapai hasil yang maksimal setiap mahasiswa diperlukan penerapan menguasai teknik-teknik untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan bermain tenis meja. Berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan bermain tenis meja maka harus mampu melakukan teknik sesuai dengan tuntutan teknik yang ada dalam tenis meja. Dalam meningkatkan ketepatan servis pada permainan tenis meja unsur fisik yang diperlukan antara lain koordinasi mata-tangan. Koordinasi mata-tangan adalah gerakan yang sangat penting untuk dikuasai oleh seorang pemain dalam bermain tenis meja, karena orang yang memiliki tingkat koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan yang baik, maka mampu melakukan gerakan-gerakan secara efisien, sehingga pada umumnya melakukan aktivitas gerakan fisik yang baik. Gerakan efisien diartikan kemampuan untuk melakukan gerakan dengan mudah, lancar tanpa hambatan. Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis terhadap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tenis meja di Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, didapati hampir 60% belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam melakukan koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan, karena kedua hal tersebut memerlukan latihan yang teratur dan berkelanjutan guna peningkatan kemampuan dalam bermain tenis meja. Koordinasi mata-tangan menurut Broer dan Zernicke (1979) yang dikutip Harsono (1988:221) dikatakan bahwa koordinasi
mata-tangan
adalah kemampuan untuk
mengkombinasikan beberapa gerakan tanpa ketegangan, dengan urutan yang benar, dan melakukan gerakan yang kompleks secara mulus tanpa mengeluarkan energi yang berlebihan. Dalam sebuah kegiatan olahraga khususnya permainan tenis meja, tingkat koordinasi mata-tangan atau baik-tidaknya koordinasi mata-tangan gerak seseorang
283
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 tercermin dalam kemampuannya untuk melakuan suatu gerakan secara mulus, tepat (precise), dan efisien. Seorang atlet dengan koordinasi mata-tangan yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga dengan dan cepat dapat melakukan keterampilan yang baru baginya, dia juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi lebih efisien. Disamping unsur fisik koordinasi mata-tangan, unsur fisik kelentukan pergelangan tanganpun sangat mempengaruhi dalam meningkatkan kemampuan keterampilan tenis meja, dimana dalam melakukan teknik-teknik dasar bermain tenis meja baik Servis, back hand Servis dan lain-lain memerlukan kelentukan pergelangan tangan terutama kelentukan pergelangan tangan. Karena dengan kelentukan pergelangan tangan yang baik maka akan meningkatkan keterampilan dalam bermain tenis meja sesuai yang di ungkapkan oleh Menurut Harsono (1988:163) semakin baik kelentukan pergelangan tangan seseorang maka akan menghemat energi (efisien) dalam melakukan gerakan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata-tangan dan kelentukan pergelangan tangan adalah hal yang tidak dapat diabaikan dalam upaya melatih penguasaan teknik dasar permainan tenis meja. Sudah menjadi tugas guru atau pelatih untuk merencanakan dan membuat program latihan khusus, agar pemain atau siswa mampu menguasai teknik-teknik keterampilan tenis meja terutama dalam melatih koordinasi matatangan dan kelentukan pergelangan tangan yang kontribusinya dengan ketepatan servis bermain tenis meja. Jika siswa atau atlet telah menguasai kedua komponen ini, maka untuk penguasaan teknik dasar permainan tenis meja, dapat dikuasai dengan baik. Menurut penulis koordinasi mata-tangan adalah kemampuan untuk merangkaikan beberapa gerakan dalam satu pola gerakan sehingga tercipta gerakan yang efisien dan efektif. Hakekat Tenis Meja Tenis meja meja merupakan jenis olahraga permainan kecil yang menggunakan bat dan bola sebagai alat permainannya yang dilakukan di atas meja. Untuk dapat bermain tennis meja maka seorang pemain harus mengusai teknik dasar permainan tennis meja,
284
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 yang terdiri dari Grip (pegangan), Stance (posisi tubuh), Stroke (keterampilan dasar) dan Footwork (kerja kaki). Teknik keterampilan dasar dalam permainan tenis meja meja antara lain : push, drive dan block. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Kusmaedi (1992:22) bahwa terdapat chop, servis, topspin, drop shot, chopped Servis, flat hit, looped drive dan flick. Service adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya memantul di meja lawan. Didalam suatu permainan yang diawali dengan melakkan servis terlebih dahulu, maka servis merupakan salah satu teknik yang sangat penting untuk diperhatikan dan dipelajari. Dengan demikian sebelum mengusai suatu permainan, hendaknya sudah mengusai servis terlebih dahulu dengan baik karena servis merupakan kesempatan pertama untuk mengusai permainan dan memegang iniasiatif dari jalannnya permainan tersebut. Menurut Soetomo (1985: 553) Service adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan dengan tiap bagian alat pemukul memulai bagian atas net, setelah bola dilambungkan pada daerah service. Menurut Anne Ahira (2012: 4) Servis yaitu pukulan tanda dimulainya permainan tenis meja. Pukulan ini harus melambung melampaui atas net.Servis bisa juga menjadi serangan awal pemain yang sulit diterima oleh pihak lawan. Menurut Z. Hartawan (2011: 2) Servis adalah pukulan pertama yang dilakukan pemain untuk memulai permainan tenis meja. Servis yang baik merupakan salah satu syarat untuk bermain dengan baik pula. Dalam pertandingan, setiap kesalahan dalam servis berarti akan menjadi tambahan poin bagi lawan, maka dari itu, menguasai teknik servis yang baik merupakan keharusan bagi tiap pemain. Semakin banyak variasi servis juga makin baik, karena dengan servis yang bervariasi, pemain dapat mengatur strategi untuk mulai menyerang. Kelentukan Pergelangan Tangan Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen disekitar persendian (M. Sajoto, 1988:58). Sedangkan menurut Harsono
285
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 (1988:163) mengatakan kelentukan adalah kemampuan untuk melakuka gerakan dalam ruang gerak sendi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan kelentukan akan dapat a) mengurangi cedera pada otot dan sendi, b) membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan, c) menghemat pengeluaran energi (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan, d) membantu mengembangkan prestasi dan e) membantu memperbaiki sikap tubuh. Dalam permainan tenis meja meja, kelentukan digunakan untuk mengefektifkan gerakan saat pemain bermain tenis meja meja, baik saat memukul bola secara forehand maupun backhand. Pergelangan tangan tersusun olah tulang persendian meliputi ulna, radius, carpal (schapoid, lunate, triguteral, pisitorm, tarapezium, trapezoid, capitale dan lamate) metacarpal, phalanges (distale, midlle dan proxima) (Elaine N. Marieb, 2001:227), Sedangkan otot yang menyusunnya terdiri dari 1) penggerak utama untuk fleksi pergelangan tangan adalah : M. fleksor carpi radialis, M. fleksor carpi ulnaris, 2) penggerak utama untuk ekstensi pergelangan tangan adalah : M. ekstensor carpi radialis (longus dan brevis), M. ektensor carpi ulanris, 3) penggerak utama untuk abduksi adalah : M. fleksor carpi radialis,m. ekstensor carpi radialis (longus dan brevis), 4) penggerak utama untuk aduksi adalah : M. fleksor carpi ulnaris, M. ekstensor carpi ulnaris (Soedarminto, 1992:56) Koordinasi Mata dan Tangan Koordinasi pada prinsipnya merupakan pengaturan syaraf-syaraf pusat dan tepi secara harmonis dalam menggabungkan gerakan-gerakan otot synergis dan antagonis secara selaras. Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Karakteristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. Koordinasi bukan merupakan kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi dengan kualitas-kualitas fisik yang lain. Dalam hal ini Harsono (1988: 219) menyatakan “Koordinasi sangat erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas”. Koordinasi pada prinsipnya merupakan kemampuan seseorang untuk merangkaikan beberapa gerakan menjadi satu pola gerakan yang efektif dan efisien. Suharno HP. (1993: 61) menyatakan, “Koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak
286
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 menjadi satu gerak yang utuh dan selaras”. Menurut M. Sajoto (1995: 9) koordinasi adalah, “Kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”. Sedangkan Mulyono Biyakto Atmojo. (2001: 58) berpendapat, “Koordinasi adalah kemampuan untuk secara bersamaan melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan akurat (tepat)”. Berdasarkan pengertian koordinasi yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, koordinasi Koordinasi Mata-Tangan merupakan kemampuan mata untuk mengintegrasikan rangsangan yang diterima dan tangan sebagai fungsi penggerak utama untuk melakukan gerakan sesuai yang diinginkan. Seperti dikemukakan Sadoso Sumosardjuno (1994: 125) bahwa, “Koordinasi Koordinasi Mata-Tangan adalah suatu integrasi antara mata sebagai pemegang fungsi utama, dan tangan sebagai pemegang fungsi yang melakukan suatu gerakan tertentu”. Dalam kaitannya dengan penelitian ini mata sebagai pemegang fungsi utama yaitu melihat bola dan situasi permainan, dan tangan sebagai pemegang fungsi untuk melakukan pukulan bola pada sasaran yang diinginkan. Gerakan-gerakan dalam permainan tenis meja sangat kompleks dan bervariasi. Pemain selalu dituntut untuk mengintegrasikan berbagai macam gerakan ke dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan serasi. Untuk dapat tampil dengan baik dalam suatu permainan atau pertandingan, dibutuhkan koordinasi gerak yang baik. Koordinasi gerak yang baik akan membantu penampilannya dalam suatu permainan atau pertandingan tenis meja. Dengan memiliki koordinasi gerak yang baik, maka akan memudahkan dalam merangkaikan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang ganda (simultan) menjadi lebih baik. Menurut Suharno HP. (1993: 61) kegunaan koordinasi antara lain: (1) Mengkoordinasikan beberapa gerak agar menjadi satu gerak yang utuh dan serasi, (2) Efisien dan efektif dalam penggunaan tenaga, (3) Untuk menghindari terjadinya cidera, (4) Mempercepat berlatih, menguasai teknik, (5) Dapat untuk memperkaya taktik dalam bertanding, dan (6) Kesiapan mental atlet lebih mantap untuk menghadapi pertandingan. Koordinasi sangat penting sekali untuk semua cabang olahraga yang di dalamnya terdapat berbagai gerak yang kompleks, termasuk permainan tenis meja. Untuk menunjang pencapaian prestasi tenis meja yang optimal, seorang pemain harus memiliki koordinasi gerak yang baik. Dangsina Moeloek & Arjatmo Tjokronegoro (1984:11) menyatakan,
287
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 “Pada gerak yang tidak memiliki koordinasi baik akan mengakibatkan kerugian, pengeluaran tenaga yang berlebihan, mengganggu keseimbangan, cepat lelah, kurang tepat sasaran yang diingingkan bahkan mungkin terjadi cidera”. Hal ini menunjukkan bahwa, jika seseorang pemain tenis meja tidak memiliki koordinasi yang baik, maka tenaga yang dikeluarkan tidak efektif dan efisien serta hasil yang dicapai tidak sesuai yang diharapkan bahkan dapat menimbulkan cidera. Koordinasi merupakan kemampuan biomotorik yang di dalamnya terdapat beberapa unsur kondisi fisik yang saling berkaitan. Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 227) menyatakan, “Syarat-syarat kualitas koordinasi adalah kualitas persepsi selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu dan jarak, kualitas pemahaman gerak, kualitas pengorganisasian syaraf dan otot”. Pendapat lain dikemukakan Suharno HP. (1993: 62) bahwa dalam usaha untuk pencapaian prestasi, koordinasi dipengaruhi oleh “1. Pengaturan syaraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan. 2. Tergantung tonus dan elastisitas dari otot yang melakukan gerakan. 3. Baik dan tidaknya keseimbangan, kelincahan, dan kelentukan atlet. 4. Baik dan tidaknya koordinasi kerja syaraf, otot dan indera”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor yang mempengaruhi koordinasi sangat kompleks. Kemampuan koordinasi seseorang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan unsur-unsur kondisi fisik lainnya seperti kelincahan, kelentukan, keseimbangan, kekuatan, daya tahan. Di samping itu juga, kualitas koordinasi dipengaruhi kualitas persepsi selama melakukan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu dan jarak serta pengorganisasian syaraf dan otot sangat menentukan koordinasi. Jika komponen-komponen tersebut dalam kondisi baik, maka kemampuan koordinasi yang dimiliki juga baik. Dengan koordinasi yang baik, maka gerakan-gerakan keterampilan atau gerakan yang ganda dapat dilakukan lebih efektif dan efisien. Tenis meja merupakan olahraga permainan yang membutuhkan kecermatan pandangan dan keakuratan dalam melakukan keterampilan dasar, teknik dasar tenis meja. Dalam hal ini koordinasi Koordinasi Mata-Tangan merupakan unsur kondisi fisik yang sangat dibutuhkan dalam permainan tenis meja. Hal ini karena, seluruh permainan tenis meja dibutuhkan kecermatan pandangan dan keakuratan pukulan.
288
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Koordinasi Mata-Tangan berperan dalam gerakan keterampilan dasar tenis meja terutama pada gerakan kedua tangan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ketepatan seorang pemain tenis meja melakukan keterampilan dasar dalam permainan tenis meja harus didukung gerakan jari-jari tangan dan pergelangan tangan. Dalam melakukan pukulan harus melihat sasaran yang diinginkan. Kecermatan pandangan dan keakuratan dalam melakukan pukulan. Koordinasi Mata-Tangan yang baik akan mampu melakukan pukulan dengan tepat pada sasaran yang diinginkan. Namun sebaliknya, jika koordinasi Koordinasi Mata-Tangannya buruk, maka pukulan akan melenceng dari sasraan yang diingikan.
METODE Melihat dan memperhatikan dari penelitian yang ingin penulis laksanakan, maka untuk menggunakan alat tes Koordinasi Koordinasi Mata-Tangan dan Kelentukan Pergelangan Tangan terhadap Ketepatan Servis Pada Permainan Tenis Meja, dimana tes yang dilakukan adalah dengan tes dan pengukuran yang maksudnya adalah suatu penelitian dimana datanya dikumpulkan dengan cara mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran Koordinasi Mata-Tangan, Kelentukan Pergelangan Tangan, dan tes Ketepatan Servis Pada Permainan Tenis Meja. sehingga penulis menetapkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sumarna (1993:23) yang menyatakan bahwa “Metode Deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk mengungkapkan gejala-gejala masa kini. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis melalui perhitungan yang sesuai. Hasil perhitungan data tersebut akan memberikan deskriptif jawaban atas permasalahan yang sedang diteliti”. Penulis mengambil populasi Mahasiswa Tahun 2015 Jurusan Penjaskesrek FKIP UNISMA yang berjumlah 380 orang. Penulis mengambil sampel sebanyak 10 % dari total populasi yaitu sebanyak 38 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, ini didasarkan pada pendapat Arikunto (1996:127): cara mengambil sampel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Atas dasar pendapat diatas sampel diambil sebanyak 38 mahasiswa dengan kriteria sebagai berikut: (1)
289
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Mahasiswa sudah mengenal permainan tenis meja, dan (2) Mahasiswa yang dijadikan sampel yang sudah benar-benar mengusai teknik-teknik dalam bermain tenis meja.
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun langkah pertama yang diambil dengan mencari rata-rata simpangan baku dari ketiga variabel penelitian dengan hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Penghitungan Rata-rata dan Simpangan Baku Kelompok Data
Rata-rata
Simpangan Baku
Varian
Koordinasi Mata Tangan
49.74
9.93
98.58
Kelentukan Pergelangan Tangan
49.97
10.04
100.84
Ketepatan Servis pada permainan tenis meja
50.03
10.10
101.97
Selanjutnya data Tabel 1 tersebut dilakukan ke dalam Uji Persyaratan, sebab itu untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka penguji melakukan pendekatan dengan uji liliefors. Hasil perhitugan distribusi normal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Lo –Hitung L –Tabel Keterangan
Kelompok Data
Koordinasi Mata Tangan
0.094
0.144
Normal
Kelentukan Pergelangan Tangan
0.101
0.144
Normal
Ketepatan Servis pada permainan tenis meja
0.064
0.144
Normal
Dari hasil pengujian tersebut, ternyata seluruh data berdistribusi normal, maka data hasil pengetesan dan pengukuran yang dilakukan normal. Setelah proses tersebut di atas kemudian dicari uji koefisien korelasi variabel, adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
290
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Tabel 3. Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Uji Signifikan Korelasi Kelompok Data
Koefisien
Signifikansi
korelasi
(t-hitung)
0.359
0.336
t- Tabel
Keterangan
2.305
2.039
Signifikan
2.141
2.039
Signifikan
Koordinasi Mata Tangan Terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja Kelentukan Pergelangan Tangan Terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja Dari tabel diatas didapat hasil koefisien korelasi koordinasi mata tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja sebesar 0.359, setalah didapat hasil koefisien korelasi kemudian diadakan uji signifikan korelasi dan hasilnya didapat 2.305. Hasil ini jika dibandingkan dengan ttabel hasilnya lebih besar, yaitu 2.305 > 2.039. Hal ini membuktikan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja. Selanjutnya adalah menghitung koefisien korelasi kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja. Dari tabel diketahui bahwa nilai koefesien korelasi kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja sebesar 0.336. Setelah diketahui nilai koefesien korelasinya, maka dilakukan pengujian tingkat signifikansi. Dari tabel diketahui bahwa nilai uji signifikansi dari kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja adalah sebesar 2.141. Nilai ini jika dibandingkan dengan nilai ttabel hasilnya lebih besar, yaitu 2.141 > 2.039. Hal ini membuktikan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja. Sebelum diadakan pengujian hipotesis kontribusi antara koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja, maka terlebih dahulu menentukan nilai kontribusinya, maka diperoleh hasil sebagai berikut ini :
291
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Untuk menghitung taraf prosentase koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja digunakan rumus sebagai berikut : TPK = r2 X 100 % Keterangan : TPK
= Tingkat Prosentase Kontribusi
r2
= Koefisien determinasi Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Prosentase Kontribusi
Faktor
Koordinasi Mata Tangan Kelentukan Pergelangan Tangan
Koefisien Korelasi (r)
Prosentase r2
Kontribusi (r2) X 100%
0.359
0.129
12.9 %
0.336
0.113
11.3 %
Berdasarkan tabel 4 diketahui kontribusi koordinasi mata tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja sebesar 12.9%. Sedangkan kelentukan pergelangan tangan memberikan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan koordinasi mata tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja, yaitu sebesar 11.3%.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata tangan memberikan kontribusi yang besar terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja dibandingkan dengan kontribusi kelentukan pergelangan tangan. Setelah dilakukan penghitungan nilai kontribusi dari masing-masing variabel bebas tersebut, yaitu koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja, maka selanjutnya dilakukan penghitungan korelasi ganda untuk mengetahui seberapa kuat kontribusi kedua variabel bebas (X1 dan X2) yaitu koordiansi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan dengan variabel terikat (Y) yaitu Ketepatan Servis pada permainan tenis meja, adapun hasilnya adalah terlihat pada tabel 4.5.
292
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Tabel 5. Hasil Perhitungan uji Korelasi Multipel Koefisien Multipel (R2)
F. Hitung
F. Tabel
Kesimpulan
0.831
39.11
5.29
Signifikan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi multipel koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja diperoleh nilai 39.11. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan harga Fhitung. Dari tabel uji F pada taraf α = 0,01 dengan dk 2/35 diperoleh harga Ftabel sebesar 5.29. Dengan demikian jika dibandingkan dengan nilai Fhitung maka nilainya lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel., atau 39.11 > 5.29. Hal ini membuktikan bahwa kedua variabel bebas, yaitu koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan mempunyai korelasi yang signifikan secara bersama-sama terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penghitungan dan analisis data yang diperoleh dari hasil tes koordinasi mata tangan, kelentukan pergelangan tangan, dan Ketepatan Servis pada permainan tenis meja , penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata tangan terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja mahasiswa
Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi
dengan hasil
koefisien Korelasi sebesar 0.359 dan t-hitungnya 2.305 > ttabel 2.039, (2) Terdapat kontribusi yang signifikan antara kelentukan pergelangan tangan Mahasiswa terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0.336 dan t-hitungnya 2.141 > ttabel 2.039, dan (3) Terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan secara bersama-sama terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja Mahasiswa Ketepatan Servis pada permainan tenis meja Mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi . Hal ini ditunjukkan oleh hasil koefisien korelasi ganda sebesar 0.831. Kemudian setelah dilakukan pengujian tingkat signifikansi kedua varibel bebas tersebut, yaitu koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan
293
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja didapatkan nilai sebesar 39.11. Nilai tersebut lebih besar dari Ftabel pada α = 0,01 dengan dk 2/35 yaitu sebesar 5.29. Karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu 39.11 > 5.29, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara koordinasi mata tangan dan kelentukan pergelangan tangan secara bersama-sama terhadap Ketepatan Servis pada permainan tenis meja Mahasiswa Penjaskesrek FKIP UNISMA Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA Ahira, Anne. 2012. Cara Bermain Tenis Meja. Jakarta : Grafindo Arikunto, Suharsimi. 1998. Procedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Atmojo, Mulyono Biyakto. 2001. Evaluasi Pengajaran Penjaskes. Jakarta : Depdikbud. Damiri, Achmad dan Nurlan Kusmeidi. 1992. Olahraga Pilihan Tenis Meja Jakarta: Depdikbud Dirjen Proyek Pembina Tenaga Kerja Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Depdikbud D. Gunarsa, Singgih. 1986. Pisikologi Olahraga. Jakarta : Gunung Mulia, Fitts and Poostner, dikutip oleh Ruslan Lutan. 1989. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Dep.Dik.Bud Dikti.
Harsono. 1988. Coaching dan aspek-aspek psikologis dalam coaching. Jakarta : CV Tambak Kusunah. ___________. 1999. Perencanaan Program Latihan. Jakarta : KONI PUSAT. Hartawan, Z. 2011. Olahraga Pilihan Tenis Meja. Jakarta : Dikti Depdikbud http://www.newgy.com/TTCommunity/Archive/lesson65.html Hodges, Larry . 1996. Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta : Rajagrafindo.
294
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 HP, Suharno. 1993. Dasar-dasar Permainan Bola Voli. Yoyakarta : IKIP KS, Bambang. 1989. Reskontruksi Tes dan Keterampilan Tenis Meja. Pasca Sarjana.
Jakarta :
Kusmeidi, Nurlan. 1992. Olahraga Pilihan Tenis Meja . Jakarta: Depdikbud Dirjen Proyek Pembina Tenaga Kerja Pendidikan. Masnun, Dadang. 1990. Biomekanik. Jakarta: FPOK IKIP. Moeloek, Dangsina dan Arjatmo Tjokronegoro. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta:IKIP Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk SMA. Jakarta : Erlangga. Nelson, Barry. 1969. Pratical Measurement for Evalution in Psychical Education. London: New Are Record. N. Marieb, Elaine. 2001. Human anatomy and physiology. Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK IKIP PP. PTMSI.2000. Peraturan dan Ketentuan Tenis Meja. Jakarta : 1997-1999. Rahantoknam, BE. 1989. Belajar Motorik dan Aplikasi Dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Fpok IKIP Jakarta. Sajoto, M. 1988.Pembinan dan Peningkatan Kondisi Fisik. Semarang : Dahara Prize. Simpson, Peter.1986. Teknik Bermain Ping Pong. Bandung : Pioner Jaya. Siregar, M.F. 1975. Ilmu Pengetahuan Melatih. Jakarta : Proyek Pembinaan Olahraga Massal. Soetomo. 1985. Tenis Meja. Bndung : Pioner Soedarminto. 1997. Kinesiologi. Jakarta : Depdikbud Dikti. Sudjana. 1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Sudrajat, Nanang. 2007. Pendidikan Jasmani SMA kelas 1. Jakarta : Bumi Aksara. Sujana, Nana 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito
295
Motion, Volume V, No. 2, September 2014 Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta : Dirjen Dikti. Sumarna.1993. Metode Penelitian. Bandung : Tarsito. Sumosardjono, Sadoso. 1994. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olah Raga. Jakarta : Gramedia Surachmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metodik dan Teknik. Bandung: Tarsito Sumarno. 1993. Olahraga Pilihan. Jakarta Dep.Dik.Bud Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta Tudor O. Bompa dan Frank W. Dick dalam Woeryanto. 1991. Teori dan Metodologi Latihan. Jakarta : FPOK IKIP Jakarta. Wahyudi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta : FPOK. Yunus, M. dan Andi R. 1999. Dasar-dasar Kepelatihan Olahraga.Jakarta : Depdikbud.
296