ASUHAN KEBIDANAN KOMPERHENSIF PADA MASA HAMIL, PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS DAN KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO
SITTI KOMARIYAH 1311010085 Subject : Asuhan Kebidanan, Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus, dan Kontrasepsi DESCRIPTION Angka kematian maternal dan angka kematian perinatal di dunia masih cukup tinggi. Secara umum kehamilan berlangsung dengan normal dan aman, namun sebagian besar terdapat ibu yang menderita komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan juga mempengaruhi kesejahteraan bayi yang dilahirkannya. Tujuan studi kasus ini adalah menerapkan asuhan kebidanan yang dilakukan secara continuity of care pada Ny “S” usia 39 tahun GIVP40004 UK 34 minggu dimulai tanggal 8 februari sampai 29 april 2016 dari kunjungan kehamilan trimester III, bersalinan, nifas, neonatus dan KB sesuai dengan standart asuhan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP. Studi kasus dilakukan di BPM Kusmiati Ashari S.ST Dusun Genengan, Desa Banjaragung, Kec. Puri, Kab. Mojokerto, Jl. Rajasanegara gg 3 no.3. Pemberian asuhan kehamilan pada Ny “S” usia kehamilan 34 minggu sampai dengan 36 minggu, bersalin, dan nifas berjalan normal atau fisiologis. Pada kunjungan neonatus menunjukkan hasil pemeriksaan bayi saat lahir mengalami asfiksia ringan dikarenakan terdapat lilitan tali pusat ketat sehingga bayi memerlukan perawatan lanjutan, tetapi pada saat hari kedua dan seterusnya bayi sudah dalam kondisi baik, tidak ikterus dan bayi pun minum ASI dengan baik, serta beratnya bertambah sesuai dengan usianya. Pada hasil konseling KB, dikarenakan ibu memiliki anak sudah lebih dari 2 yaitu empat orang anak maka ibu disarankan untuk MOW dan dikarenakan ibu masih akan berunding dengan suami sehingga untuk mencegah terjadinya kehamilan di anjurkan ibu menggunakan KB minipil yang tidak mengganggu produksi ASI sehingga ibu tetap bisa menyusui. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny “S” selama kehamilan trimester III, bersalin, nifas, neonatus dan KB pun berjalan dengan baik meskipun terdapat kendala saat bayi lahir. Disarankan bagi ibu untuk rutin memeriksakan kehamilanya dan melakukan kunjungan sesuai dengan yang dianjurkan agar dapat mengetahui sejak dini adanya komplikasi selama kehamilan sampai keluarga berencana.
ABSTRACT Maternal mortality and perinatal mortality rate in the world is still quite high. Generally pregnancy lasts normally and safety, but most of these mothers suffer from life-threatening complications that can also affect the well-being of mothers and babies born. The purpose of this case study was to implement midwifery care with continuity of care on Mrs. ”S” age 39 year old GIVP40004 gestational age of 34 weeks starting at 8 february until 29 april 2016 from third trimester of pregnancy, parturition, postparfum, neonatal and family planning with standard care using SOAP documentation, case study conducted in BPM kusmiati asyari S.ST Genengan, Banjaragung, Puri, Mojokerto. Pregnancy care provision in Mrs. ”S” at 34 weeks of gestational age until 36 weeks of gestational age, in parturition and Postpartum run normally or physiological. On neonatal care visit showed result that mild asphyxia caused by nuchal cord, but on the second day and soon the baby was in good condition, no jaundice, and the baby was breastfeeding well, and gain body weight in accordance with age. The results of family planning counselling, the mother already has more than 2 children that are four children, the mother was advised to did MOW but because mother still need to negotiate with the husband so to prevent pregnancy reseacher recommended mothers to use family planning that was mini pills that wiil not interfere milk production so that mothers can breastfeed. Based on the results of midwifery care conducted on the Mrs. “S” during third trimester of pregnancy, parturition, postpartum, neonatal and family planning was going well even thuogh there were obstacles at parturition. Mother was also recomended to do routine checkups and visits according to the recommended in order to early detection on their complication during pregnancy until family planning.
Keywords : midwifery care of pregnancy, parturition, postpartum, neonatal, and family planning
Contributor Date Type Material Identifier Right Summary
: 1. Dian Irawati, M.Kes : 2. Sulis Diana, M.Kes : 27 Juni 2016 : Laporan Penelitian : -/ Reseach of Publication : Open Document/Microsoft 2010 : File of Reseach
LATAR BELAKANG Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko kahamilan dan setiap wanita hamil juga akan menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya (Wahyuningrum, 2012). Komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil antara lain perdarahan antepartum (perdarahan yang terjadi setelah usia kandungan 28 minggu), solusio plasenta (lepasnya sebagian atau semua plasenta dari rahim), plasenta previa (jalan lahir tertutup plasenta), spontaneus abortion (keguguran), dan intra uteri growth retadation (IUGR), atau pertumbuhan bayi yang buruk dalam rahim. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi saat persalinan antara lain dapat meningkatkan terjadinya atonia uteri (perdarahan pasca melahirkan), ruptur uteri (robeknya dinding rahim), serta malpresentation (bayi salah posisi) (Wahyuningrum, 2012). Tenaga kesehatan memiliki peran penting pada kesehatan ibu hamil dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir. Angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) masih cukup tinggi (Boediman, 2009). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 bahwa AKI di indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 32 per 1000 kelahiran hidup (Depkes,2012). Di Jawa Timur, capaian Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir, yaitu berkisar antara 7-11 point dengan data yang bersumber dari Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota. Capaian AKI dapat digambarkan sebagai berikut : pada tahun 2008 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup (kh), tahun 2009 sebesar 90,7 per 100.000 kelahiran hidup (kh), tahun 2010 sebesar 101,4 per 100.000 kelahiran hidup (kh), tahun 2011 sebesar 104,3 per 100.000 kelahiran hidup (kh), dan di tahun 2012 mencapai 97,43 per 100.000 kelahiran hidup (kh). Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur diharapkan mendekati kondisi di lapangan. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB tahun 2007 sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup (kh). Sedangkan menurut data BPS Provinsi Jawa Timur, AKB tahun 2009 sebesar 31,41 per 1.000 kelahiran hidup (kh), tahun 2010 mencapai 29,99 per 1.000 kelahiran hidup (kh), tahun 2011 mencapai 29,24 per 1.000 kelahiran hidup (kh), dan di tahun 2012 estimasi AKB telah mencapai 28,31 per 1.000 kelahiran hidup (kh) dan pada tahun 2015 diharapkan menurun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012). Jumlah kelahiran di Kabupaten Mojokerto selama tahun 2013 dilaporkan sebanyak 16.491 kelahiran. Dari angka tersebut, tercatat 67 kasus lahir mati dan kasus kematian bayi sebesar 129, diantaranya laki-laki sebanyak 77 bayi dan sebanyak 52 bayi perempuan. Jumlah kematian tertinggi ada pada Kecamatan Puri yaitu 15 bayi dan tidak adanya kematian bayi atau nol (0) ada pada Kecamatan Bangsal dan Ngoro. Dibandingkan dengan tahun 2012 kasus kematian bayi sebesar 178 bayi, maka telah terjadinya penurunan angka kematian bayi (Dinkes Kab. Mojokerto, 2014).
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 6 kasus pada Kematian Ibu Hamil, 2 kasus pada Kematian Ibu Bersalin dan 14 kasus pada Kematian ibu Nifas. Secara keseluruhan terdapat peningkatan angka kematian ibu jika dibandingkan dari tahun 2012 yang mana jumlah kasus kematian sebanyak 19 kasus, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, 2014). Angka kematian bayi (AKB) atau Infan Mortality Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab. Mojokerto, 2014). Status kesehatan masyarakat di Indonesia pada khususnya bagian kesehatan ibu dan anak dapat dilihat dari data nasional tahun 2013 bahwa, cakupan K1 pada ibu hamil mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25% pada tahun 2013. Cakupan K4 mencapai 86,85%. Cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (PN) mencapai 90,88%. Cakupan akseptor Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 76,73%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mengalami penurunan dari 87,79% pada tahun 2012 menjadi 87,23% pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). Capaian cakupan K1 di provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 95,07%. Capaian cakupan K4 mencapai 87,36%. Capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 97,53%. Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif mencapai 78,98%. Cakupan kunjungan neonatal (KN) lengkap mencapai 89,08% (Kemenkes, 2014). Cakupan K4 di Kabupaten Mojokerto pada tahun 2013 mencapai 81,44%. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 87,99%. Cakupan Neonatus pertama (KN1) mencapai 95,47%. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap (KN Lengkap) mencapai 94,37% (Profil Kesehatan Dinas Kabupaten Mojokerto, 2014). Penyebab kematian ibu di sarana pelayanan kesehatan, pada umumnya disebabkan karena 3 T (terlambat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan transportasi dan terlambat penanganan di sarana pelayanan kesehatan) dan 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu banyak, terlalu muda, terlalu dekat jarak kehamilannya). Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya. (Kemenkes RI, 2015). Dan penyebab lain terjadinya kematian ibu adalah perdarahan, keracunan kehamilan (Pre eklamsi), infeksi dan penyebab yang lainnya. Perlu dicermati bahwa masyarakat masih belum memahami secara benar penanganan ibu hamil, masyarakat masih menganggap perdarahan yang dialami bumil merupakan suatu hal yang biasa, keadaan ini berdampak pada keterlambatan merujuk ke fasilitas kesehatan terdekat serta persiapan rujukan yang dilakukan oleh keluarga serta penanganan perdarahan di fasilitas kesehatan perlu dilakukan secara adequat sehingga kesiapan peralatan yang memadai serta ketrampilan petugas merupakan sesuatu yang wajib ada di fasilitas pelayanan kesehatan (Dinkes, 2014).
Peningkatan mutu pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi jumlah kematian ibu dan bayi yaitu melakukan pendekatan asuhan kebidanan secara komperhensif (continuty of care) dengan melakukan continuty of care bidan dapat memantau dan melakukan deteksi dini (Sulistyawati, 2009). Membuat 10 program pokok PKK, terutama untuk menurunkan AKI dan AKB. PKK adalah mitra pemerintah yang memiliki komitmen terhadap pelaksanaan program-program pembangunan melalui pendekatan, pemberdayaan, dan sekaligus menjadi pendamping bagi masyarakat. Program Kesehatan yang termasuk dalam 10 program pokok PKK mempunyai peranan penting dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi, karena ada perhatian khusus yang ditujukan pada kesehatan ibu dan bayi (PENAKIB), gerakan bersama amankan kehamilan (GEBRAK) pendampingan ibu hamil resiko tinggi, pasangan usia subur, dan ibu menyusui. Untuk mendekatkan sistem pelayanan kesehatan kepada golongan ini, dibentuk Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), dengan kader Posyandu terlatih. 5 Pelayanan Dasar di Posyandu, yaitu Imunisasi, Gizi, Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ibu hamil secara teratur memeriksakan diri di Posyandu, dan membawa anak balitanya untuk pemeriksaan kesehatan (penimbangan anak dan imunisasi). Penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan keluarga berencana diadakan di Posyandu, bahkan diadakan pula pemberian makanan tambahan serta demonstrasi tentang makanan bergizi. (Kemenkes RI, 2013). METODOLOGI Studi kasus dilakukan di BPM Kusiati Ashari S.ST Dusun Genengan, Desa Banjaragung, Kec. Puri, Kab. Mojokerto, Jl. Rajasanegara gang 3 No.3. Dimulai tanggal 8 Februari sampai 29 April 2016 pada Ny “S” usia 39 tahun. Menurut Kepmenkes RI No.369/tahun 2007 standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB ini menggunakan pendokumentasian SOAP 5 langkah, yaitu dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun rencana asuhan secara menyeluruh, implementasi dan mengevaluasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada tanggal 22 Februari 2016, dilakukan pengkajian pada Ny S GIVP40004 UK 34 mgg, tunggal, hidup, letkep, intra uterin, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, didapatkan keluhan utama, Ibu mengatakan sakit punggung. Keluhan yang dirasakan oleh ibu pada trimester III salah satunya adalah nyeri pinggang, nyeri pinggang dirasakan oleh karena terjadi peningkatan dispense abdomen yang membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian tulang. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan yang menyebabkan rasa nyeri pada punggung ibu. Kram otot dan hipokalsemia
merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah ditandai dengan adanya kram otot dan kram perut (Ardiyanti, 2014). Nyeri punggung yang dirasakan oleh Ny S dapat diatasi dengan menyarankan ibu untuk berolah raga, menganjurkan ibu dengan Posisi/sikap tubuh yang baik selama melakukan aktivitas, menganjurkan ibu untuk menghindari mengangkat barang berat, menganjurkan ibu mengompres dingin pada punggung yang sakit, menganjurkan ibu untuk mengangkat punggung naik turun. Pada pengkajian juga diketahui Ny S merasa mudah capek saat melakukan aktivitas. Kondisi ini masih dalam batas normal karena selama hamil seseorang akan mengalami perubahan secara fisiologis, yaitu penambahan berat badan dan adanya pertambahan beban janin (Muchtar, 2005). Dalam kondisi ini Ny S diharuskan banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas terlalu berat. Serta pada hasil pengkajian selanjutnya juga ditemukan bahwa Ny S sering buang air kecil. Keluhan yang sering dirasakan pada trimester III adalah : Sering buang air kecil dikarenakan pada kehamilan trimester III posisi kepala janin mulai turun kepintu atas panggul sehingga mengakibatkan kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala janin, konstipasi dan perut kembung, biasanya terjadi kostipasi yang dipengaruhi oleh hormone progresteron yang meningkat. (Ardiyanti, 2014). Berdasarkan hasil pengkajian diatas menunjukkan bahwa keluhan yang dialami oleh ibu saat trimester III merupakan keluhan yang umumnya dirasakan oleh ibu hamil, hal ini sesuai dengan teori, sehingga antara teori dengan fakta tidak terdapat kesenjangan. ANC yang dilakukan Ny S di bidan sebanyak 8 kali dengan rincian trimester I: 1 kali, trimester II: 3 kali dan trimester III: 4 kali. Pada Trimseter III ibu memeriksakan kehamilannya minimal 2 kali. Kunjungan yang dilakukan oleh Ny. S selama kehamilan sudah sesuai dengan standar kunjungan ANC untuk setiap ibu hamil yaitu minimal 4 kali, yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali trimester ketiga (Saifuddin, 2009). Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh Ny S sudah baik dan sesuai teori karena lebih dari 4 kali ibu melakukan pemeriksaan kehamilan untuk mengetahui kondisi janinnya baik-baik saja. Kunjungan ANC yang dilakukan Ny S sampai 8 kali dikarenakan pada TM III terjadi bengkak pada kaki sehingga Ny S sering memeriksakannya kebidan. Pemeriksaan kehamilan pada Ny.S mengikuti stándar “10 T” yaitu : Timbang berat badan, Ukur tekanan darah, Ukur tinggi fundus uteri, Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid lengkap, Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan, Test terhadap penyakit infeksi menular seksual, tes laboratorium, Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Hal ini sesuai dengan teori Prawirohardjo,2009. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) yaitu Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. Pemeriksaan tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri), tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamila, test laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan (Depkes, 2009). Kecuali tes terhadap penyakit infeksi menular seksual tidak dilakukan selama kehamilan ini karena keterbatasan fasilitas dan dana. Dalam pemeriksaan umum yang dilakukan pada Ny S diketahui bahwa kesadaran: composmentis, keadaan umum: baik: tinggi badan: 152 cm. Tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan, dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengkategorikan adanya resiko untuk mengalami kesulitan persalinan akibat panggul sempit apabila hasil pengukuran < 145 cm (Saryono, 2010). Dan pada pemeriksaan tinggi badan Ny S sesuai dengan teori karena dalam batas normal tidak < 145 cm sehingga bisa dikatakan ibu tergolong ibu hamil yang tidak memiliki panggul sempit. Berat Badan ibu sebelum hamil: 53 kg, selama hamil: 60 kg. LILA: 23,5 cm, Ukuran lila normal pada ibu hamil adalah ≥23,5 (Depkes, 2009), ukuran lila dilakukan untuk mengetahui status gizi ibu yang berhubungan dengan pertumbuhan janin agar tidak BBLR. Pada lila Ny. S adalah 23,5 cm, angka tersebut masih dalam batas normal berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko melahikan bayi BBLR lebih rendah karena pola makan ibu terartur. Dan kenaikan berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg per minggu atau 6,5 kg sampai 16 kg selama kehamilan. Penambahan berat badan normal pada ibu hamil yaitu 6-16 kg selama masa kehamilan karena ibu hamil berada pada rentang obesitas lebih beresiko mengalami komplikasi kehamilan ibu yang kelebihan atau kekurangan berat badan harus dipantau secara cermat dan diberikan konseling mengenai nutrisi (Myles, 2009). Pertambahan berat badan Ny. S Selama kehamilan mengalami kenaikan 10 kg. Ternyata Ny. S mengalami kenaikan berat badan dalam batas yang normal dengan rekomendasi kenaikan berat badan yang dibutuhkan selama kehamilan 6,5-16,5 kg. Hasil pemeriksaan tanda vital Ny S adalah TD: 120/80 mmhg, N: 84x /menit, S: 36,5 ˚C, RR: 22x /Menit. Tekanan darah ibu hamil harus dalam batas normal (antara 110/70 mmHg sampai 130/90 mmHg), apabila terjadi kenaikan tekanan darah (hipertensi) atau penurunan tekanan darah (hipotensi), hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat berdampak buruk bagi ibu dan janin apabila tidak ditangani secara dini (Prawirohardjo, 2009). Pemeriksaan umum yang meliputi pemeriksaan jantung dan paru-paru, refleks, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan pernapasan. Pemeriksaan umum bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan (Hidayat, 2008). Ny S tidak mengalami pre eklamsia karena Setiap kali periksa kehamilan tekanan darah Ny. S adalah 110/70 mmHg, tekanan darah dalam batas normal. Ny S juga tidak menunjukkan tanda pre eklamsia lainnya yaitu protein urine (+). Pada saat kunjungan ANC didapatkan Tinggi Fundus Uteri pada Ny. “S” adalah 28 cm, sedangkan pada kunjungan kedua saat usia kehamilan 35 minggu terjadi penambahan didapatkan Tinggi Fundus Uteri 30 cm dan saat kunjungan ketiga saat usia kehamilan 36 minggu terjadi penambahan didapatkan Tinggi Fundus Uteri 31 cm. Menurut Mochtar (2000), Pada akhir kehamilan berat uterus menjadi 1000 gram (normal 20 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm,
pada kehamilan 28 minggu fundus uterus terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosesus xipoedeus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uterus terletak 1/2 pusat dengan prosesus xipoedeus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uterus berada kira-kira 1 jari di bawah prosesus xipoedeus. Bila pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm, pada 36 minggu adalah 30 cm. Sedangkan pada Ny. “S” saat kunjungan awal hingga kunjungan akhir TFU dari Ny S tidak menunjukkan ada masalah dikarenakan masih dalam batas normal bila dihitung dengan rumus Neagle, tafsiran berat janin ≥2500 gram. Pada Ny. “S” didapatkan DJJ setiap diperiksa berkisar antara 145 – 150x/menit. Menurut Asuhan Persalinan Normal (2008) DJJ normal berkisar antara 120 - 160x/menit.. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal perlu dilakukan karena akan membantu jalannya persalinan karena setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Hidayat, 2008). Hasil pemeriksaan DJJ pada janin Ny S dikatakan masih dalam batas normal karena DJJ janin antara 120160x/menit jadi kondisi janin saat ini terbilang baik. Pada pemeriksaan urine albumin dan reduksi Ny. “S” hasilnya adalah negative. Pemeriksaan urin yang dilakukan pada saat pemeriksaan umum Glukosa urine dan Protein urine pada ibu hamil jika didapati positif 2 serta ada oedem dan tensi darah tinggi, tanda-tanda tersebut menuju pada preeklamsi pada kehamilan (Prawirohardjo,2009). Pemeriksaan Protein Urine ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2–3% di tujukan pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki odema (Megasari, 2014). Hasil dari pemeriksaan urin tersebut hasilnya normal, tidak ada bahaya yang harus dikhawatirkan. Pada trimester I Ny. “S” sudah mendapatkan tablet zat besi sebanyak ± 60 tablet, pada trimester II dan III Ny. “S” mendapatkan 40 tablet. Tablet penambah darah dapat diberikan sesegera mungkin setelah rasa mual hilang yaitu satu tablet sehari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan Asam Folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2009). Ny. “S” mau meminum tablet zat besi sesuai dengan anjuran yang diberikan, tidak ada kesenjangan dengan teori. Ny “S” meminum obat FE atas anjuran bidan untuk meminum tablet fe secara teratur. Pada anamnesa yang dilakukan Ny. “S” GIVP40004 Uk 36 minggu, aterm, tunggal, intrauterin, keadaan ibu dan janin normal dengan inpartu kala I fase aktif, pada tanggal 25 Maret 2016 didapatkan keluhan yaitu ibu mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng dan ketubannya sudah pecah saat di rumah jam 06.30 dan ibu segera pergi ke rumah sakit. Kala I persalinan pada Ny.”S” berlangsung 3 jam, dihitung dari ibu merasakan mules sampai pembukaan lengkap. Fase laten berlangsung hampir 8 jam dan fase aktif berlangsung selama 7 jam. Faktor pendukung dalam proses persalinan yaitu dengan adanya power, pasenger, passege ketiga faktor utama ini sangat mendukung jalannya persalinan (
Manuaba,2005). Mental dan emosional ibu harus diupayakan dalam keadaan stabil karena kondisi emosional akan berpengaruh terhadap respon endokrin yang berakibat disekresinya yang dapat meningkatkan atau tidak terkoordinasinya aktivitas uterus. Kekuatan merupakan faktor pendukung terjadinya proses persalinan (Uripni. Dkk, 2003). Lama kala I pada Ny “S” berlangsung dalam batas normal dan dilihat dari hasil pemantauan melalui partograf tidak melewati garis waspada. pada kala ini berlangsung cukup cepat karena his Ny “S” adekuat serta dukungan dari keluarga yang berpengaruh terhadap psikologis ibu dalam menghadapi persalinan. Pada Kala II Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan sudah tidak mampu lagi menahan keinginan untuk meneran, pemeriksaan umum diketahui pada Ny “S” Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: Composmentis, TTV: TD:130/80 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,5oC, RR: 22x/menit, DJJ: 145x/menit. Kala II pada Ny. “S” berlangsung 30 menit dari pembukaan lengkap. menurut teori yang ada, Kala II berlangsung selama 1 jam pada primi dan ½ jam pada multi. Terdapat beberapa faktor seperti paritas (multipara), his yang adekuat, faktor janin dan faktor jalan lahir sehingga terjadi proses pengeluaran janin yang lebih cepat (Saifuddin, 2006). Pada fakta diatas ditemukan bahwa pada kala II berlangsung 30 menit, hal ini merupakan kondisi yang normal sedangkan kondisi bayi baru lahir spontan terdapat lilitan tali pusat ketat sehingga bayi mengalami asfiksia yang mengharuskan bayi tidak IMD dan harus mendapatkan O2 . Setelah melahirkan ibu mengatakan perutnya masih mules terlihat pada kala III, setelah bayi lahir ibu disuntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 paha bagian luar dengan hasil pemeriksaan TTV untuk mendeteksi adanya komplikasi dengan hasil TD: 110/80 mmHg, S: 36,5oC, N: 84x/menit, RR: 22x/menit, Plasenta lahir spontan jam 08.35 wib, plasenta lahir 15 menit setelah bayi lahir, plasenta yang lahir lengkap tidak ada sisa plasenta. Menurut Nurasiah dkk 2014, Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan plasenta lahir dalam waktu 5-30 menit (Asuhan Persalinan Normal, 2008). Pada kala III Ny “S” tidak ada tanda adanya penyulit apapun, dan lahirnya placenta sudah sesuai teori sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori. Hasil pemantauan Kala IV pada Ny. “S” dengan hasil plasenta lahir lengkap ditemukan data keluhan utama bahwa ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. Didapatkan hasil pemeriksaan dengan kontraksi uterus ibu baik, Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, pengeluaran lochea rubra, kandung kemih kosong. Pengawasan post partum dilakukan selama 2 jam post partum yaitu untuk memantau perdarahan, TTV, kontraksi, TFU, dan kandung kemih, pada 1 jam pertama pemantauan dilakukan setiap 15 menit sekali, pada 1 jam berikutnya dilakukan setiap 30 menit sekali (Asuhan Persalinan Normal,2008). Dari hasil observasi kala IV tidak terdapat komplikasi dan tidak ada kesenjangan teori dengan praktek. perkiraan pengeluaran darah normal ± 500 cc bila pengeluaran darah ≥ 500 cc yaitu pengeluaran darah abnormal. (Prawirohardjo, 2009). Pengeluaran darah pada kasus Ny. S masih dalam batas normal. Persalinan pada Ny “S” kala I, kala II, kala III,dan kala IV tidak ada komplikasi.
Kunjungan nifas pada Ny. S ” P40004 dilakukan kunjungan 6 jam, 6 hari dan 2 minggu dan kunjungan 6 minggu. Hasil dari kujungan 6 hari sampai 6 minggu postpartum. Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi pada 6-8 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum (Sitti Saleha, 2010). Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan ulang yaitu untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Berikut ini adalah jadwal kunjungan masa nifas yang dianjurkan, Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk: Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil (Ari, 2009). Kunjungan masa nifas pada Ny S dilakukan sesuai dengan kunjungan tahap masa nifas, sehingga antara teori dengan fakta tidak terdapat kesenjangan. Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi pada 6-8 jam postpartum, 6 hari postpartum, 2 minggu postpartum dan 6 minggu postpartum (Sitti Saleha,2010) Kunjungan nifas pada Ny. S dilakukan kunjungan 6 jam, 6 hari dan 2 minggu dan kunjungan 6 minggu. Hasil dari kujungan 6 hari sampai 6 minggu postpartum tidak ditemukan masalah atau komplikasi apapun, tidak ada kesenjangan dengan teori. Kunjungan nifas I pada tanggal 25 maret 2016 dengan 6 jam post partum pada Ny.S didapati hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, konsistensi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea rubra, TTV: TD: 120/80 mmhg, N: 84x /menit, S: 36,5˚C, RR: 22x /Menit. Semua hasil pemantauan tidak ada kelainan ataupun tidak terjadi pendarahan. Menurut teori bahwa tinggi fundus uteri pada 6 jam postpartum adalah 2 jari dibawah pusat dan terjadi pengeluaran lochea rubra selama 2 hari pasca persalinan ( Sitti Saleha,2010). Berdasarkan asuhan masa nifas pada kunjungan I kondisi ibu baik, namun disarankan untuk melakukan aktivitas yang tidak berlebihan karena masih dalam proses pemulihan, Ny “S” tidak terdapat kelainan karena posisi fundus sesuai dengan teori dan tidak terjadi pendarahan yang abnormal sehingga Hal ini sudah tidak ada kesenjangan dengan teori. Kunjungan nifas II pada tanggal 01 april 2016 dengan 6 hari postpartum adalah menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik (Sitti Saleha,2010). Hasil pemeriksaan pada Ny. S adalah Tinggi fundus uteri pertengahan antara pusat dan sympisis, kontraksi uterus baik, konsistensi uterus baik, pengeluaran lochea sanguinolenta yang berwarna merah kuning, bau khas, konsistensi cair, ibu memakan makanan bergizi, tidak ada
pantangan, dan ibu istirahat yang cukup, pengeluaran ASI lancar, ibu menyusui bayinya dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi. TTV: TD: 110/70 mmHg, S: 36,2ºC, N: 86 x/menit, RR: 24 x/menit. Pada kunjungan kedua Ny “S” disarankan untuk tidaka tarak makan dan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, buah-buahan dan banyak minum air putih sebagai upaya untuk meningkatkan produksi ASI sehingga dapat memberikan ASI pada bayinya secara baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada kunjungan ini juga diperlukan untuk melakukan senam nifas karena untuk memulihkan kondisi ibu sebagaimana keadaan sebelum melahirkan sehingga Dari hasil pemantauan tidak ada kesenjangan antara teori. Kunjungan nifas III pada tanggal 14 april 2016 dengan 2 Minggu postpartum adalah menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik ( Sitti Saleha,2010). Hasil pemeriksaan pada Ny. S adalah Tinggi fundus uteri pada 2 minggu postpartum sudah tidak teraba lagi dan pengeluaran lochea serosa, berwarna kekuningan atau kecoklatan, ibu memakan makanan bergizi, tidak ada pantangan selama masa nifas, dan ibu istirahat yang cukup, pengeluaran ASI lancar, ibu menyusui bayinya dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi. TTV: TD: 110/70 mmHg, S: 36,2ºC, N: 86 x/menit, RR: 24 x/menit. Pada hasil penilaian tidak ditemukan tanda bahaya masa nifas, ibu baik dan tinggi fundus sudah tidak teraba lagi. Pada masa ini Ny “S” sudah mulai pulih dan disarankan untuk melakukan aktivitas seperti biasa agar pemulihan masa nifas dapat segera terlaksana. Aktivitas yang dilakukan oleh Ny “S” sebagai upaya untuk pembiasaan aktivitas sehari-hari pasca melahirkan dan dari hasil pemantauan tidak ada kesenjangan dengan teori. Kunjungan nifas IV pada tanggal 27 april 2016 dengan 6 Minggu postpartum adalah Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Sitti Saleha,2010). Hasil pemeriksaan pada Ny. S adalah Tinggi fundus uteri sudah tidak teraba lagi dan pengeluaran lochea Alba yang berwarna keputihan. TTV: TD: 110/70 mmHg, S: 36,2ºC, N: 86 x/menit, RR: 24 x/menit. Hasil pemantauan Tidak ada kesenjangan dengan teori. Selama masa nifas Ny.S tidak adanya penyulit dan komplikasi. Terutama pada kunjungan IV keadaanya ibu sudah sangat membaik fundus uteri sudah tidak teraba, ibu tetap memberikan ASI pada bayinya serta menganjurkan ibu berKB dan ibu ingin KB pil untuk ibu menyusui. Pengkajian I dilakukan pada 27 Maret 2016, Bayi Ny “S” Bayi lahir dengan persalinan normal pada tanggal 25 maret 2016 jam 09.50 dengan berat badan 2700 gram dan panjang badan 48 cm. Usia kehamilan 36 minggu. Bayi baru lahir dengan asfiksia ringan, menangis merintih, warna kulit merah kebiruan, terdapat lilitan tali pusat ketat di leher bayi. Penyesuaian paling kritis yang harus dialami BBL ialah penyesuaian sistem pernapasan. Asfiksi adalah gangguan pada sistem pernapasan yang disebabkan karena terganggunya pengangkutan oksigen ke sel-sel atau jaringan tubuh. Penyebabnya bisa karena alveoli berisi air, pneumonia, keracunan CO dan HCN, atau gangguan sistem sitokrom. Hemoglobin menjadi lebih mengikat karbon monoksida sehingga pengangkutan oksigen dalam darah berkurang (Mansjoer, 2008). Keadaan bayi kemerahan dan
kebiruan karena terdapat lilitan tali pusat ketat saat dilakukan persalinan. Kondisi ini yang membuat bayi menangis merintih dan warna kulit merah kebiruan sehingga bayi asfiksia. Kemudian bayi diberi Vit K di paha sebelah kiri dan memberikan imunisasi HB0 0,5 cc. Imunisasi HB0 Segera 1 jam setelah pemberian Imunisasi Vit K. (Asuhan Persalinan Normal,2008). Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah (Depkes, 2009). Dalam pemberian vitamin K pada bayi sangat diperlukan karena untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah penyebab kematian bayi. Imunisasi yang diberikan sudah sesuai teori karena Vit K diberikan untuk kekebalan pada bayi yang diharuskan untuk diberikan setelah 1 jam bayi lahir. Kunjungan II pada tanggal 01 april 2016, dari hasil pemantauan kunjungan yang kedua tidak ditemukan masalah atau komplikasi dan keadaan bayi sangat sehat. Pemeriksaan mendapatkan hasil yaitu Denyut Jantung: 152x/menit, S: 36,5oC, RR: 45x/menit. Pada saat kunjungan kedua ini talipusat sudah lepas serta menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusi dan Menganjurkan ibu untuk segera membawa bayinya ke bidan jika terjadi tanda bahaya pada bayi seperti demam yang disertai kejang untuk mencegah komplikasi pada bayi. Kunjungan ketiga pada tanggal 14 april 2016 mendapatkan hasil bayi dalam keadaan sehat dan sudah mengalami kenaikan berat badan yaitu mengalami kenaikan berat badan 1,4 kg dan bayi menyusu dengan baik sesuai dengan kebutuhan. Penambahan berat badan pada 1-3 bulan 700 gr/bulan (Saleha, 2009), jadi kenaikan berat badan berat badan bayi Ny S masih dalam batas normal. Pada hasil pengkajian Ny “S” usia 39 tahun KB minipil, diketahui bahwa keluhan ibu saat datang ke BPS karena ingin melakukan KB. Dan ibu berencana setelah melahirkan anak ke empat ini akan memakai KB pil khusus untuk ibu menyusui. Riwayat Menstruasi, Menarche: 14 tahun, Disminorea, Siklus: 28 hari, Flour Albus: - Lama: 6-7 hari, Bau: Khas, Warna: Merah. Pemeriksaan riwayat menstruasi untuk mengetahui siklus ibu terartur atau tidak sehingga menentukan waktu yang sesuai untuk ibu berKB. Pada pemeriksaan umum diketahui bahwa Keadaan Umum ibu: Baik Kesadaran: Composmentis, Berat Badan: 56 Kg, Tinggi Badan: 152 cm, TTV: TD: 120/80 mmHg S: 36,5ºC , N: 84x/menit RR: 22x/menit, menurut Sarwono, 2011 TTV Normalnya ialah (110/70 – 140/90 mmHg) ≥ 140/90 mmHg dan beberapa pemakai kontrasepsi pil dilaporkan cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Ibu tidak dalam keadaan hamil, tidak mengkonsumsi obat untuk penyakit epilepsi dan tidak ada riwat kanker payudara. Penggunaan KB pil laktasi ini sangat efektif pada masa laktasi karena mengandung dosis progestin sehingga tidak menurunkan produksi ASI, mekanisme kerjanya yaitu menciptakan lingkungan lendir serviks yang lembab dan tidak dapat dimasuki oleh sperma. Keadaan ini juga menekan ovulasi dan menyebabkan endometrium menjadi tipis dan atrofi sehingga tidak akan mendukung implantasi sel telur. Aturan untuk minum pil ini yaitu minum satu pil, kurang lebih pada waktu yang sama setiap hari (Varney, 2006).
Pada penggunaan KB ini jangan sampai terlupa satu atau dua tablet atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah dan diare), karena akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan obat-obat mukolitik asetilsisteil bersamaan dengan pil ini perlu dihindari karena mukolitik jenis ini dapat meningkat penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif dari pil ini dapat terganggu. Kondisi yang tidak boleh mengunakan pil ini yaitu hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat), kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Sarwono, 2011). Pengkajian diperlukan karena untuk menyesuaikan kondisi ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi PIL, setelah dilakukan pengkajian Ny “S” bisa menggunakan kontrasepsi PIL. Menurut hasil pengjkajian dari riwayat menstruasi dan pengkajian fisik Ny S bisa menggunakan KB pil. SIMPULAN Asuhan Kebidanan pada Ny S GIVP40004 UK 34 mgg, tunggal, hidup, letkep, intra uterin, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, yang dimulai dari trimeser III yaitu ANC dilakukan di bidan sebanyak 8 kali dengan rincian trimester I: 1 kali, trimester II: 3 kali dan trimester III: 4 kali. Pengkajian didapatkan keluhan utama, Ibu mengatakan sakit punggung, mudah capek dan sering buang air kecil serta mengelukan keputihan berwarna putih susu dan gatal. Kondisi Janin Baik dengan DJJ 145x/menit. Persalinan Ny S GIVP40004 Uk 36 minggu, aterm, tunggal, intrauterin, keadaan ibu dan janin normal dengan inpartu kala I fase aktif, pada saat itu ibu mengatakan sudah merasa kenceng-kenceng dan ketubannya sudah pecah dirumah pada tanggal 25 maret 2016, jam 06.30. Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: Composmentis, TTV: TD: 130/80 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,5ºC, RR: 22x/menit, DJJ: 145x/menit, kala I berlangsung selama 3 jam, kala II pada Ny. “S” berlangsung 30 menit dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, kala IV pada Ny. “S” Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules tidak terdapat robekan dijalan lahir. Pengeluaran darah pada kasus Ny. S masih dalam batas normal. Pengkajian dilakukan pada Ny. “S” P40004 tidak ada komplikasi, TFU baik, konsistensi uterus baik, pengeluaran lochea sanguinolenta yang berwarna merah kuning, bau khas, konsistensi cair, ibu memakan makanan bergizi. Menganjurkan ibu berKB dan ibu ingin KB pil laktasi. Bayi Ny “S” bayi baru lahir normal pada tanggal 25 maret 2016 jam 09.50 dengan berat badan 2700 gram dan panjang badan 48 cm. Usia kehamilan 36 minggu. bayi baru lahir fisiologis usia 2 hari dengan asfiksia ringan. Kunjungan III, 2 minggu berat badan 3000 gram, hasil pemantauan keadaan bayi dalam keadaan normal, tidak ada terjadi ikterus, bayi menyusu ASI sesuai dengan kebutuhan. Ny “S” usia 39 tahun KB minipil. Keadaan Umum ibu: Baik, Kesadaran: Composmentis, Berat Badan : 56 Kg, Tinggi Badan: 152 cm TTV: TD: 120/80 mmHg, S: 36,5ºC, N: 84x/menit, RR: 22x/menit. Pemeriksaan ibu yang akan
berKB ialah memastikan tidak hamil, tidak mempunyai tumor, tidak ada perdarahan pervaginam yang belum diketahui alasannya, siklus menstruasi tidak lancar. Dari hasil pemeriksaan, ibu sedang tidak hamil, tidak mempunyai tumor, siklus mentruasi lancar, Secara keseluruhan tidak ada kelainan maupun komplikasi yang terjadi pada Ny “S” menggunakan alat KB, hal ini dikarenakan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny “S” untuk ibu yang akan berKB dalam keadaan baik sehingga ibu bisa menggunakan KB pil laktasi. REKOMENDASI 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini hendaknya digunakan sebagai tambahan referensi bagi institusi kebidanan Poltekkes majapahit Mojokerto untuk penelitian selanjutnya terutama bidang kebidanan dalam pelayanan secara continuity care serta menambah informasi baru bagi perkembangan ilmu pengetahuan 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan tambahan referensi dalam mengembangkan ilmu kebidanan melalui pembuatan tugas akhir berikutnya, agar dalam pembuatan tugas akhir dapat lebih baik lagi. 3. Bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi tindakan kebidanan terutama dalam memberikan asuhan kebidanan secara komperhensif pada ibu yang meliputi hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB sehingga diharapkan bisa memberikan pelayanan sebagaimana yang dibutuhkan oleh ibu hamil. 4. Bagi responden / masyarakat Sebagai layanan dasar dalam upaya memberikan pelayanan yang berkualitas secara continuity of care agar pasien merasakan kenyamanan dan keamanan pelayanan kebidanan. DAFTAR PUSTAKA Ardiyanti, 2014. https://inakartikaputri.wordpress.com/ketidaknyamanan-padaibu-hamil-tm-iii/ Akses, 12 Mei 2016 Ari, 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia offset. Asuhan Persalinan Normal, 2008. Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta. Dahlan Buku Ajar Konsep Kebidanan, Cetakan Pertama, EGC Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2. Depkes RI. Hidayat, 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Mansjoer, 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius Manuaba,2005. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga. Jakarta. EGC
Muchtar, 2005. Sinopsis Obstetri, Jakarta: EGC Prawirohardjo, 2009. Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC Saleha, 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: TIM. Maryunani, Anik Sarwono, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Uripni. Dkk, 2003. Komunikasi kebidanan, Jakarta Penerbit Buku kedokteran. Hellen, Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No. Hp : 085608794776 Alamat : Jl. Imam bonjol RT 10/RW 02 Kademangan, Bondowoso