Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
ASSESSMENT TECHNOLOGY DI DEPARTEMEN WORKSHOP PADA PT.TRIPANDU JAYA DENGAN METODE TEKNOMETRIK Retno Indriartiningtias, Nachnul Anshori, dan R.Andi Surya Kusuma Teknik Industri Universitas Trunojoyo Madura Email:
[email protected]
ABSTRAK PT. Tripandu Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa maritim, utamanya survey, perawatan, perbaikan dan modifikasi kontainer, serta pengadaan spare-part kontainer dan kapal. Perusahaan ini membutuhkan kontribusi teknologi cukup intensif yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan demikian, keterlibatan dan kontribusi teknologi harus diperhitungkan secara spesifik pada penilaian kinerja yang dilakukan perusahaan. Di sisi lain, penilaian kinerja yang selama ini dilakukan perusahaan hanya melalui pendekatan analisis finansial, yang tidak dapat menunjukkan secara eksplisit kontribusi teknologi dalam perusahaan. Dengan model teknometrik dapat diukur kontribusi tiap komponen teknologi yang berguna sebagai langkah untuk mengatasi kelemahan penilaian kinerja saat ini. Berdasarkan penelitian, tingkat intensitas kontribusi teknologi PT. Tripandu Jayadari nilai tertinggi adalah technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Keempat komponen teknologi memberikan kontribusi yang tidak seimbang karena gap (selisih) antar kontribusi komponennya terlalu jauh. Nilai Technology Contribution Coefficient (TCC) masuk dalam skala antara buruk hingga sedang. Untuk meningkatkan nilai TCC, upaya perbaikan dimulai dari komponen dengan intensitas tertinggi, sehingga komponen technoware perlu mendapat prioritas untuk segera ditingkatkan karena dengan nilai beta paling tinggi akan memberikan kontribusi terhadap nilai TCC yang tinggi. Kata kunci: Manajemen Teknologi, Model Teknometrik, Technology Contribution Coefficient (TCC).
PENDAHULUAN PT. Tripandu Jaya adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa maritim, utamanya jasa survey, perawatan, perbaikan dan modifikasi kontainer, serta pengadaan spare-part kontainer dan kapal. Perusahaan ini didirikan pada pertengahan tahun 2004 oleh para pendirinya yaitu para professional yang telah berpengalaman dalam dunia container and marine engineering pada khususnya dan dalam bisnis transportasi laut secara umum. Diantaranya bahkan telah memiliki sertifikat dari IICL (Institute of International Container Lessors) sejak tahun 1994 dan telah disertifikasi ulang pada tahun 1999 dan tahun 2004. Perusahaan ini juga mempunyai pengalaman yang cukup panjang dalam aplikasi berbagai standart cargoworthy pelayaran maupun standart IICL, untuk pekerjaan on hire, off hire maupun in service dalam survey dan perbaikan kontainer, serta berbagai pekerjaan suplai kebutuhan dunia perkapalan pada umumnya (PT.Tripandu Jaya, 2005 : 1). Mengarah pada latar belakang penelitian, selama ini PT.Tripandu Jaya belum pernah mengukur kinerja teknologi dari perusahaannya. Pada umumnya, perusahaanperusahaan dalam mengukur kinerja hanya melihat dari sisi finansial saja. Padahal
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
dalam analisa finansial tidak mampu menunjukkan kontribusi teknologi pada proses transformasi baik secara eksplisit dan spesifik (tidak menunjukkan penilaian pada proses namun hanya berupa output laba). Pengukuran teknologi diperlukan agar perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan teknologi yang ada pada perusahaannya. Misalnya saja, untuk melayani jasa survey dan perbaikan, PT.Tripandu Jaya (selaku vendor dari depo MTCON) membutuhkan pemanfaatan teknologi dengan intensitas relative tinggi pada proses transformasi yang terjadi. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan peranan teknologi pada penilaian kinerja aktivitas transformasi demi tercapainya tujuan perusahaan serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Pengidentifikasian ini sangat diperlukan karena persaingan dalam industri depo sangatlah kompeten. Timbulnya persaingan dapat muncul dari dalam industri depo itu sendiri (depo-depo yang sudah ada) sebagaimana tabel 1 dan ancaman dari pendatang baru (vendor baru dan depo baru). Tabel 1 Daftar Depo di Surabaya
Daftar Depo di Surabaya (sebagian) 1. 2. 3. 4. 5.
MTCON MERATUS SPILL TANTO IJS
6. 7. 8. 9. 10.
ALKEN WIRATAMA TONGHYA DKM GNS
TEORI MODEL TEKNOMETRIK Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan UNESCAP (United Nation – Economic and Social Commission for Asia and The Pacific) melalui proyek pemetaan teknologi tahap pertama disimpulkan bahwa pola dan karakteristik ekonomi dari transformasi sumber daya dapat digunakan untuk melihat teknologi sebagai kombinasi dari perangkat fisik dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggunakan perangkat fisik tersebut. Berdasarkan sudut pandang ini, maka teknologi dapat dibagi menjadi empat komponen dasar, yaitu (Aga Amiseno, 2006 : 13) : a) Teknologi yang melekat pada obyek (object-Embodied Technology), disebut juga dengan fasilitas fisik. (Technoware) b) Teknologi yang melekat pada manusia (Person-Embodied Technology), disebut juga dengan kemampuan manusia (Humanware) c) Teknologi yang melekat pada dokumen (Document-Embodied Technology), disebut juga dengan fakta-fakta yang didokumentasikan (Infoware) d) Teknologi yang melekat pada kelembagaan (Institution-Embodied Technology), disebut juga dengan kerangka kerja organisasi (Orgaware) Prosedur dan metodologi model teknometrik Istilah teknometrik telah digunakan oleh sejumlah analis dalam kurun waktu terakhir merujuk pada aspek-aspek tertentu dari pengukuran teknologi diantaranya oleh Grupp dan Hohmeyer (1986) dan Sahal (1985). Dalam konteks yang sama, UNESCAP (1989) menggunakan terminologi ini untuk menekankan perhatian/kerangka kerja pada pengukuran teknologi secara eksplisit melalui keempat komponennya seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu. (Aga Amiseno, 2006 : 16) Model teknometrik mengukur kontribusi gabungan dari masing-masing komponen teknologi menuju pada sofistikasi teknologi yang dioperasikan pada fasilitas transformasi. Kontribusi gabungan ini selanjutnya disebut kontribusi teknologi yang
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
dibentuk oleh keempat komponen teknologi pada fasilitas transformasi. (Aga Amiseno, 2006 : 16) Koefisien kontribusi teknologi (Technology Contribution Coefficient, selanjutnya disingkat TCC) pada sebuah fasilitas transformasi yang didefinisikan oleh UNESCAP mengikuti persamaan berikut (Aga Amiseno, 2006 : 16): TCC Tt xH h xI i xOo .......... .......... .......... ..(1)
T, H, I dan O merupakan kontribusi dari masing-masing komponen teknologi. Sedangkan faktor β menunjukkan intensitas kontribusi dari masing-masing komponen teknologi terhadap koefisien kontribusi teknologi (TCC). Fungsi perkalian untuk TCC mempunyai sejumlah pembatas yang diperlukan untuk menjelaskan situasi praktis, yaitu (Aga Amiseno, 2006 : 16): a) Fungsi TCC menunjukkan bahwa T,H,I dan O adalah harga yang tidak nol jika diinginkan TCC tidak nol. Ini sesuai dengan postulat bahwa tidak ada aktivitas transformasi yang dapat dilakukan tanpa kehadiran seluruh komponen teknologi tersebut. b) Hukum hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) akan berlaku jika usaha untuk menaikkan tingkat teknologi dilakukan dengan meningkatkan derajat sofistikasi dari satu komponen dengan menjaga komponen lain konstan. Turunan parsial dari TCC (persamaan 1) terhadap T akan menghasilkan : TCC TCC β .............................................( 2) t T T
Persamaan diatas akan memberikan hasil memuaskan jika : 0<β<1………………………………………(3) Kesimpulan yang sama juga diperoleh dengan melakukan turunan parsial terhadap H, I, dan O. Dengan demikian : TCC dT dH dI dO βt βt βt βt ................( 4) TCC T H I O
Ini menunjukkan proporsi peningkatan TCC akan sebanding dengan jumlah peningkatan proporsi bobot setiap komponennya. Jika seluruh komponen mengalami peningkatan dengan proporsi yang sama dengan menyederhanakan persamaan (4) menjadi : TCC P β t β β β o .........................................(5) h i TCC Kemudian jika : β t β β β o atau atau 1............................(6) h i
Maka fungsi TCC akan memenuhi kondisi kenaikan, tetap atau penurunan pendapatan berkala. Operasionalisasi dari fungsi TCC memerlukan estimasi terhadap harga T, H, I, O, βt, βh, βi, βo. Prosedur estimasi tersebut harus memiliki kemampuan untuk menggolongkan fasilitas transformasi sejenis berdasarkan derajat sofistikasinya. Salah satu prosedur yang mungkin untuk mengevaluasi harga TCC pada tingkat perusahaan adalah prosedur yang dikembangkan oleh UNESCAP, yaitu :
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
1. 2. 3. 4.
Tahap 1 Estimasi Derajat Sofistikasi Tahap 2 Penilaian State of The Art Tahap 3 Penentuan kontribusi masing-masing komponen Tahap 4 penentuan intensitas kontribusi masing-masing komponen
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah atau dianalisis. Berdasarkan jenis datanya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 22, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Jika dillihat dari jenis metode penelitian maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut nazir, 2005 : 54, metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 40, penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Sedangkan pada penelitian deskriptif sendiri memiliki beberapa jenis metode penelitian tetapi pada penelitian ini yang akan dipilih adalah metode penelitian studi kasus. Menurut Nazir, 2005 : 57, Penelitian studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data kuesioner penentuan derajat sofistikasi komponen teknologi 2. Data kuesioner penentuan kriteria penilaian kinerja komponen teknologi 3. Data kuesioner penilaian perbandingan berpasangan komponen teknologi 4. Data kuesioner evaluasi kriteria komponen teknologi HASIL ANALISIS Pembobotan Komponen Teknologi
Gambar 1. Grafik Pembobotan Antar Komponen Teknologi
Dengan melihat output grafik dari software expert choice diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembobotan komponen teknologi tertinggi adalah komponen
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
technoware dengan nilai bobot sebesar 0.353. Penilaian ini dari sudut pandang AHP adalah konsisten dengan nilai CR sebesar 0.0 (<0.1). Analisis SOA Technoware Tabel 2. Kriteria Kritis Komponen Technoware Fasilitas
Repairing
Cleaning
Kriteria Kompleksitas operasi Kepresisian Penanganan bahan Pengendalian proses Kapasitas Penanganan bahan Pengendalian proses Kapasitas
Nilai > SOA > SOA > SOA < SOA < SOA > SOA < SOA < SOA
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa : kriteria pengendalian proses (7,5 < 7,7) dan kapasitas (7 < 7,7) pada fasilitas repairing merupakan kriteria kritis artinya kedua kriteria ini diprioritaskan untuk segera diperbaiki. kriteria pengendalian proses (7 < 7,3) dan kapasitas (7 < 7,3) pada fasilitas cleaning merupakan kriteria kritis artinya kedua kriteria ini diprioritaskan untuk segera diperbaiki. Analisis Kontribusi Komponen Teknologi Dari hasil perhitungan yang dilakukan bagian sebelumnya maka kontribusi komponen teknologi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kontribusi Komponen Teknologi No 1 2 3 4
Komponen Teknologi Technoware Humanware Infoware Orgaware
Kontribusi komponen 0.382 0.691 0.296 0.486
Kontribusi komponen teknologi diatas selanjutnya ditampilkan secara visual dalam bentuk diagram THIO seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram THIO Departemen Workshop PT.TRIPANDU JAYA
Pada komponen technoware, kontribusi yang relative rendah disebabkan karena 4 dari 8 kriteria (50%) merupakan kriteria kritis dimana kriteria kritis disumbangkan oleh fasilitas repairing (sebanyak 2 kriteria kritis) dan fasilitas cleaning (sebanyak 2
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
kriteria kritis). Pada komponen infoware, 2 dari 5 kriteria (40%) merupakan kriteria kritis. Pada komponen technoware dan infoware, nilai kontribusi yang relative rendah dibandingkan dengan kontribusi komponen humanware dan orgaware juga dipengaruhi oleh rendahnya rating State Of The Art (SOA) dan besarnya gap yang terjadi antara batas atas dan batas bawah derajat sofistikasi kedua komponen teknologi tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Model teknometrik yang dikembangkan oleh UNESCAP untuk mengevaluasi pada fasilitas-fasilitas yang ada di departemen workshop dapat dirangkum sebagai berikut: a. Komponen technoware terdiri dari 2 fasilitas yang membentuk infrastruktur departemen workshop yaitu fasilitas repairing dengan batas bawah 1 dan batas atas 4 serta dinilai dengan 5 kriteria penilaian; fasilitas cleaning dengan bawah 1 dan batas atas 5 serta dinilai dengan 3 kriteria penilaian. b. Komponen humanware terdiri dari 3 kategori yang disesuaikan dengan jabatan struktural yang diterapkan pada PT. Tripandu Jaya yaitu kategori manajer dengan batas bawah 6 dan batas atas 7 serta dinilai dengan 7 kriteria penilaian; kategori supervisor dengan bawah 4 dan batas atas 7 serta dinilai dengan 7 kriteria penilaian; kategori pekerja dengan bawah 2 dan batas atas 4 serta dinilai dengan 7 kriteria penilaian c. Komponen infoware memiliki batas bawah 2 dan batas atas 3 serta dinilai dengan 4 kriteria penilaian sedangkan komponen orgaware memiliki batas bawah 3 dan batas atas 5 serta dinilai dengan 6 kriteria penilaian 2. Dalam penelitian ini juga ditentukan terminologi kritis. Kriteria kritis yaitu kriteria penilaian yang nilainya dibawah rating SOA. Kriteria kritis ini merupakan kriteria yang diprioritaskan untuk segera mendapatkan perbaikan/diperbaharui/dipertimbangkan kembali. Kriteria kritis pada setiap komponen teknologi yang diteliti dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Kriteria kritis komponen teknologi KOMPONEN TEKNOLOGI
SUB KOMPONEN Repairing
Technoware Cleaning Manajer
Humanware
SPV
Pekerja Infoware
-
Orgaware
-
KRITERIA KRITIS Pengendalian proses kapasitas Pengendalian proses kapasitas Kreativitas Orientasi prestasi Kemampuan menghadapi resiko Kreativitas Orientasi prestasi Kemampuan menghadapi resiko Orientasi pemanfaatan waktu Kreativitas Kemampuan menghadapi resiko Orientasi pemanfaatan waktu Kemudahan pengulangan informasi Pembaharuan informasi Keterlibatan karyawan Integritas operasi
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-6
NILAI 7.5 7 7 7 7 7 6.5 7 7 7 7 5.3 5 6 6 6 4.5 6.5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
3. Implementasi model teknometrik pada PT.TRIPANDU keseluruhan seperti pada Table 5 dibawah ini :
JAYA
secara
Tabel 5. Perhitungan TCC
Komponen teknologi Kontribusi komponen Intensitas kontribusi Technoware 0.382 0.353 Humanware 0.691 0.276 Infoware 0.296 0.209 Orgaware 0.486 0.163
TCC 0.443
Ukuran-ukuran tersebut menunjukkan ketidakseimbangan kontribusi dari masingmasing komponen teknologi. Untuk menaikkan harga TCC upaya perbaikan sebaiknya dimulai dari komponen dengan intensitas tertinggi karena komponen tersebut paling potensial berkontribusi dalam meningkatkan harga TCC, maka melalui penelitian ini diusulkan agar komponen technoware dan humanware mendapatkan prioritas untuk segera diperbaiki terutama pada komponen kritisnya. Disusul kemudian oleh komponen infoware dan yang terakhir komponen orgaware. DAFTAR PUSTAKA Amiseno, Aga, 2006. Penentuan Tingkat Kontribusi Komponen Teknologi Pada Fasilitas Transformasi Garuda Frequent Flyer, Bandung. Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan, http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-PembekalanPengawas/25%20--%20KODE%20--%2005%20%20B1%20 Pendekatan,%20Jenis,%20Metode%20Penelitian%20Pendidikan.pdf Nazaruddin, 2008.Manajemen Teknologi, Graha ilmu : Yogyakarta. Nazir, Moh, 2005. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia : cetakan ke-6. PT.Tripandu Jaya, 2005.Profil Perusahaan PT.Tripandu Jaya: Surabaya. Umah dan Wiratmadja, Penentuan Strategi Peningkatan Nilai Tambah Berdasarkan Penilaian Kandungan Teknologi Pada Produk IKM Mebel di Propinsi DI, http://lib.bsn.go.id/index.php?/mjlh_artikel/majalah/unduh/55
ISBN : 978-602-97491-1-3 A-25-7