VARIASI PERKECAMBAHAN BENIH MIMBA (Azadirachta indica A.Juss) ASAL NGAWI JAWA TIMUR
Variation on Germination Rate of Azadirachta Indica Seeds Taken from Ngawi East Java
Hamdan Adma Adinugraha dan Mashudi
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582.
ABSTRACT The aim of this experiment was to identify the variation of 19 mother trees of Azadirachta indica A. Juss taken from Ngawi, East Java on seed morphology and the germination ability. The seeds were germinated in sand media at nursery. The result showed that different mother trees caused significantly variation on germination percentage but no significant different on the seed morphology. The average germination percentage was 12-91%. Size and weight of 100 grains of seeds were about 24,4 -36,9 gram. Variation in seeds weight did not show significant effect on the seed germination rate
Keywords: Germination ability, neem (Azadirachta indica), seeds
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfologi dan daya perkecambahan benih mimba hasil koleksi dari Ngawi Jawa Timur. Pengecambahan dilakukan pada media pasir dalam bak kecambah di persemaian. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase berkecambah benih bervariasi secara signifikan antar pohon induk, sedangkan morfologi benih masing-masing pohon induk tidak bervariasi secara nyata. persentase berkecambah rata-rata bervariasi mulai dari 12-91%. Berat ratarata per 100 butir benih berkisar antara 24,4 – 36,9 gram. Variasi berat benih mimba tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap daya berkecambahnya.
Kata kunci: Benih, daya berkecambah, mimba (Azadirachta indica)
I. PENDAHULUAN Mimba (Azadirachta indica A.Juss.) adalah salah satu jenis tanaman yang potensial untuk dikembangkan secara komersial baik sebagai hutan tanaman maupun hutan rakyat. Tanaman ini mempunyai banyak kegunaan antara lain kayunya untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga (Muslich dan Sumarni, 2008), sebagai tanaman hias, pakan ternak atau perindang di tepi jalan dan untuk konservasi tanah, ekstrak daun dan buahnya sangat potensial untuk sabun, bioenergi, obat tradisional/herbal dan pestisida nabati (Anonim, 2001; Rostiwati, 2009). Kandungan senyawa-senyawa aktif seperti gedunin, nimbidin, nimbin, nimbolide, salannin, meliantriol dan azadirachtin dalam esktrak daun/buah mimba diyakini oleh para ahli bersifat nematisidal (Biswas et al., 2002; Rukmana dan Oesman, 2002 dalam Widyani dan Rohandi, 2008). Kandungan senyawa-senyawa tersebut walaupun tidak membunuh serangga secara cepat namun akan mengganggu hama dalam proses 85
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 85 - 94
pertumbuhan, makan, metamorfosa dan reproduksi. Oleh karena itu penggunaan mimba sebagai bahan baku pestisida nabati telah digunakan di banyak negara (Kardiman, 2006). Penanaman mimba sebagai tanaman pekarangan, perindang atau penghasil kayu bakar sudah populer dilakukan oleh masyarakat di Indonesia, namun penanaman secara komersial dalam skala yang luas belum banyak dikembangkan. Tanaman ini secara luas mudah ditemukan antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali dan Nusa Tenggara Barat (Setyaji, 2010). Tanaman ini dapat tumbuh dan beradaptasi pada lahan-lahan marginal yang panas dan kering dengan curah hujan hanya 500 mm/tahun, tanah yang kurang subur, gersang, berpasir dan berbatu (Muslich dan Sumarni, 2008; Subiyakto, 2009). Tajuknya yang selalu hijau dan tidak menggugurkan daun, menjadikan tanaman ini banyak digunakan untuk reboisasi dan pembangunan jalur hijau, tanaman perindang jalan di daerah perkotaan. Pembibitan mimba umumnya dilakukan secara generatif walaupun cara vegetatif juga dapat dilakukan. Secara umum benih mimba dapat berkecambah dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu 55-90% (Ponuswamy et al., 1990). Namun demikian terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi daya berkecambahnya antara lain kondisi benih seperti ukuran benih, zat pengatur tumbuh kinetin (Kumaran et al., 1992), cara dan lamanya penyimpanan benih (Ponuswamy et al., 1990; Sacande et al., 2001). Oleh karena itu pengamatan morfologi benih dan informasi viabilitas benih mimba sangat penting diperlukan untuk menghasilkan bibit mimba yang baik. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan morfologi dan penyemaian benih mimba untuk mengetahui variasi kemampuan berkecambah antar pohon induk yang telah dikoleksi.
II. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan benih mimba yang dikoleksi dari 19 pohon induk yang terdapat di Ngawi, Jawa Timur. Koleksi benih dilakukan dengan cara pemanjatan dan pengambilan benih yang sudah tua/matang. Benih hasil koleksi dimasukkan ke dalam kantong benih yang terbuat dari kain blacu, seperti disajikan pada Gambar 1. Setiap kantong benih diberi label sesuai nomor pohon induknya, tanggal dan lokasi pengunduhan serta pelaksana kegiatan. Data lain yang dikumpulkan yaitu data pohon induk yang meliputi tinggi pohon, diameter setinggi dada (diameter at breast height/dbh), kondisi tajuk dan kondisi lokasi penelitian. Menurut data satistik Kabupaten Ngawi terletak pada 7o21’-7o31’ LS dan
86
Variasi Perkecambahan Benih Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Asal Ngawi Jawa Timur
Hamdan Adma Adinugraha dan Mashudi
110o10’-111o40’ BT, ketinggian tempat sekitar 50-900 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2.176 mm/tahun. Jenis tanah yang ditemukan antara lain grumosol, aluvial, litosol dan mediteran dengan kedalaman solum 20-50 cm serta memiliki kelerengan rata-rata 8-25%. Benih yang telah dikoleksi dikecambahkan (tidak dilakukan penyimpanan) pada media tabur berupa pasir halus dalam bak kecambah. Sebelum digunakan, media pasir terlebih dahulu sudah disterilisasi dengan cara disiram larutan fungisida untuk mematikan mikroorganisme patogen yang terdapat di dalamnya. Penyemaian benih pada media dilakukan dengan kedalaman sekitar 1 cm, sehingga rata dengan permukaan media. Untuk memelihara kelembaban media dilakukan penyiraman menggunakan sprayer satu kali sehari dan bak-bak perkecambahan ditutup plastik transparan sehingga dapat memelihara kelembaban dan dapat mencegah dari berbagai gangguan binatang maupun terpaan air hujan.
Gambar 1. Kegiatan koleksi benih mimba (1-A. Pemilihan pohon induk, 1-B. Tingkat kemasakan buah mimba dan 1-C. Koleksi buah mimba)
B. Rancangan Penelitian
Pengujian daya berkecambah benih mimba dilakukan dengan mengambil sampel dari masing-masing pohon induk sebanyak 100 butir benih. Sebelum disemaikan kondisi morfologi benih diamati dan dilakukan penimbangan berat per 100 butir benih. Setelah itu benih tersebut disemaikan pada media pasir yang sudah disiapkan. Penelitian ini disusun 87
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 85 - 94
dengan menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas perlakukan benih dari 19 pohon induk yang diulang sebanyak 4 replikasi dan masing-masing replikasi terdiri atas 25 butir benih. Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap minggu sampai dengan umur 1 bulan sejak penyemaian dilakukan dengan mencatat jumlah semai yang tumbuh.
C. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis varians untuk melihat variasi daya berkecambahn antar pohon induk, sedangkan untuk melihat hubungan berat benih mimba dan viabilitasnya dilakukan analisis regresi. Pengujian dilanjutkan dengan uji jarak Duncan, apabila diperoleh hasil uji F yang berbeda nyata/signifikan antar pohon induk. Model matematik yang digunakan yaitu Yij = µ + Bi + ܭij (Sastrosupadi, 2000) Keterangan: Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum Bi = Pengaruh perlakuan benih ke-i ܭij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Koleksi benih mimba di Ngawi, Jawa Timur dilakukan pada 19 pohon induk yang tingginya rata-rata 14,5 - 18 m dan memiliki diameter batang rata-rata 30 - 54 cm. Jumlah benih yang diperoleh sangat bervariasi mulai dari hanya 30 butir sampai dengan 610 butir benih. Hal tersebut dikarenakan kondisi pembungaan dan pembuahan yang tidak serempak pada waktu kegiatan pengambilan benih dilakukan. Pada waktu pengamatan diperoleh tingkatan pembungaan/pembuhan pohon induk yang bervariasi yaitu pohon yang masih berbunga, pohon yang sudah menghasilkan buah namun belum tua/matang dan kebanyakan pohon induk yang buahnya sudahnya jatuh ke tanah. Benih-benih hasil koleksi selanjutnya diamati morfologinya dan ditimbang beratnya. Hasil penimbangan berat buah mimba per 100 butir disajikan pada Gambar 2 yang menunjukkan bahwa rata-rata berat per 100 butir benih yaitu 29,6 gram. Adapun hasil uji perkecambahan benih seperti disajikan pada Gambar 3 dan 4, diperoleh bahwa persentase perkecambahan benih rata-rata sampai dengan umur 1 bulan yaitu 60,19%, yang menunjukkan adanya variasi daya berkecambah antar pohon induk yaitu mulai dari 12 - 91%.
88
Variasi Perkecambahan Benih Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Asal Ngawi Jawa Timur
Hamdan Adma Adinugraha dan Mashudi
Gambar 2. Berat per 100 butir benih mimba dari Ngawi, Jawa Timur
Hasil penimbangan berat benih diperoleh bahwa berat per 100 butir benih yang sudah terkupas bervariasi mulai dari 24,4 sampai dengan 36,9 gram, dengan rerata secara keseluruhan sebesar 29,60 gram. Untuk benih dari pohon induk 1 dan 3 tidak diperoleh data berat benih karena jumlah benih yang diperoleh hanya sedikit dan kondisinya belum matang, sedangkan benih dari pohon induk yang lain umumnya telah gugur ke tanah dan terkupas kulitnya. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa variasi berat per 100 butir benih dari 19 pohon induk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persentase perkecambahannya. Sudrajat dan Haryadi (2006) menjelaskan bahwa variasi berat dan ukuran benih dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan kondisi pertumbuhan tanaman. Benih yang diperoleh dari pohon induk atau provenan berbeda bisa berkorelasi atau tidak dengan daya berkecambahnya. Dari Gambar 2 di atas, nampak bahwa benih dari pohon induk nomor 13 memiliki berat per 100 butir benih tertinggi yaitu 36,9 gram namun daya berkecambahnya hanya 16% (Gambar 3). Hal tersebut diduga karena kandungan air yang relatif tinggi dalam buahnya, meskipun tingkat kemasakan buah/benih secara fisiologis umumnya ditandai dengan penurunan kadar air buahnya. Schmidt (2000) dalam Suita (2008) menyebutkan bahwa buah yang dipanen pada saat masak fisiologis akan menghasilkan viabilitas dan vigor benih yang lebih tinggi.
89
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 85 - 94
Gambar 3. Persentase berkecambah benih mimba sampai dengan umur 1 bulan
Gambar 4. Daya perkecambahan benih mimba
Adanya variasi daya berkecambah benih mimba dari 19 pohon induk di atas, disebabkan oleh adanya variasi tingkat kemasakan buahnya. Pada waktu dilakukan koleksi benih diperoleh benih mimba pada berbagai tingkat kemasakan buah sebagaimana disajikan 90
Variasi Perkecambahan Benih Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Asal Ngawi Jawa Timur
Hamdan Adma Adinugraha dan Mashudi
pada Gambar 1. Benih yang dikoleksi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu; 1)benih yang belum matang yaitu buah cukup keras, warnanya hijau muda, 2) benih yang sudah matang dicirikan oleh warnanya yang hijau kekuningan sampai kuning dan 3)benih yang telah jatuh ke tanah dan telah terkupas kulit buahnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa buah yang sudah matang akan jatuh ke tanah, kemudian kulit buah akan terkelupas dengan sendirinya dan bijinya terlempar/tepisah dari kulit buahnya. Dari uji pengecambahan diketahui bahwa benih yang relatif tinggi daya berkecambahnya adalah benih di kelompok 3, benih dari pohon induk 1, 3 dan 6 adalah benih yang termasuk kelompok 1. Owen (1995) dalam Suita et al., (2008) menjelaskan bahwa indikator benih masak secara fisiologis antara lain dicirikan oleh perubahan warnah buah, bau buah, kekerasan kulit buah, buah pecah atau rontok dari pohonnya dan penurunan kadar air buah.
Gambar 5. Perkecambahan benih mimba pada umur 4 minggu Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam persentase berkecambah benih mimba umur 1 bulan Derajat Jumlah Kuadrat Sumber Variasi F hitung Bebas Kuadrat Tengah Pohon induk 18 40707,789 2261,544 29,593** Galat 57 4356,000 76,421 Total 75 45063,789 Keterangan: ** = sangat berbeda nyata pada taraf 0,01
F tabel 1,788
Tabel 1 menunjukkan bahwa perkecambahan benih mimba bervariasi secara signifikan antar pohon induk. Dari Gambar 2 nampak persentase berkecambah tertinggi mencapai 91% sedangkan terendah mencapai 12%. Terdapat 6 pohon induk yang memiliki persentase perkecambahan 80% yaitu nomor 8, 9, 10, 11, 12 dan 19, sedangkan perkecambahan yang kurang dari 50% terdapat 6 pohon induk yaitu nomor 1, 3, 6, 7, 15 dan 16. Menurut Sajad (1980) perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang berpengaruh antara lain tingkat kemasakan buah/benih dan kondisi kulit benihnya, 91
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 85 - 94
sedangkan faktor luar diantaranya adalah media perkecambahan. Secara umum benih dapat berkecambah pada berbagai tingkat kemasakan buah, namun akan terdapat variasi karena dengan kemasakan yang berbeda akan memiliki kandungan cadangan makanan yang berbeda (Sutopo, 1985 dalam Yuniarti, 2003). Menurut Gardner (1991) dalam Nurhasybi dan Tresna (1999) bahwa selama proses pemasakan benih terjadi pembentukan komponen-komponen penting seperti kulit biji, embrio, cadangan makanan/mineral, enzim dan hormon yang diperlukan untuk mencerna makanan dan menyusun jaringan baru selama proses perkecambahan.
Gambar 6. Hubungan antara berat benih mimba dengan persentase berkecambah
Secara umum benih yang berukuran lebih besar memiliki daya berkecambah lebih baik dibandingkan dengan benih yang berukuran lebih kecil dan ringan (Zanzibar, 1995). Namun demikian banyak pula penelitian yang menunjukkan bahwa ukuran benih yang bervariasi pada suatu jenis tanaman tidak berkorelasi dengan kemampuan berkecambahnya (Borner, 1987 dalam Sudrajat dan Haryadi, 2006). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variasi berat benih mimba tidak berkorelasi dengan daya kecambahnya. Hasil analisis regresi diperoleh nilai tingkat keeratan hubungan (r) sebesar 0,0041 yang menunjukkan adanya korelasi yang lemah (Yusuf, 2003). Oleh karena itu dalam kegiatan koleksi benih mimba dari 92
Variasi Perkecambahan Benih Mimba (Azadirachta indica A.Juss) Asal Ngawi Jawa Timur
Hamdan Adma Adinugraha dan Mashudi
pohon induk tidak perlu dilakukan seleksi benih berdasarkan ukuran/beratnya, melainkan semua ukuran yang ditemukan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
IV. KESIMPULAN 1. Koleksi benih mimba dapat dilakukan pada benih yang telah masak secara fisiologis yang ditandai dengan adanya warna kulit buah yang telah menguning dan buah mulai jatuh ke tanah. Kegiatan koleksi benih mimba dapat dilakukan pada berbagai ukuran buah. 2. Berat benih mimba asal Ngawi bervariasi antar pohon induk akan tetapi tidak berkorelasi secara nyata terhadap daya kecambahnya.
V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Saudara Maman Sulaeman yang telah membantu proses pengecambahan benih mimba dan kegiatan pengamatan periodik sampai dengan selesainya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Informasi Singkat Benih Azadirachta Indica A.Juss. No.3, Maret 2001. Indonesia Forest Seed Project. Bandung. Halaman 1-2. Biswas, K., Chattopadhyay, I., Banerjee, R.K. dan Bandyopadhyay, U. 2002. Biological activities and medicinal properties of neem (Azadirachta indica). Review article. Current Science, Vol. 82, No. 11, June 2002, p:1336-1345. Kardiman, A. 2006. Mimba (Azadirachta indica) Bisa Merubah Perilaku Hama. Sinar Tani Edisi 29 Maret – 4 April 2006. Kijkar. S. 1991. Planting Stock of Azadirachta indica at ASEAN – Canada Forest Tree Seed Center Project. Thailand. Kumaran, K., Palani, M., Jerlin, R. dan Surendran., C. 1992. Effect of Growth Regulator on Seed Germination and Seedlings Growth of Azadirachta indica. Jurnal of Tropical Forest Science 6(4): 529-532. Muslich, M. dan Sumarni, G. 2008. Mimba (Azadirachta indica A.Juss.) Sebagai Tanaman Serbaguna. Buletin Hasil Hutan, vol. 14 no. 2, Oktober 2008. Halaman 75-80. Nurhasybi dan Tresna, N.M.B. 1999. Daya Simpan Benih Mimba (Azadirachta indica) Pada Berbagai Tingkat Pengeringan. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 6 No. 1, 1999. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Halaman 64-76. Palanisamy, K., Ansari, SA., Kumar, P. dan Gupta, B.N. 1998. Adventitious rooting in shoot cuttings of Azadirachta indica and Pongamia pinnata. New Forests 16: 81–88, 1998. Ponnuswamy, AS., Vinaya Rai, RS., Surendran, C. dan Karivaratharaju, TV.1990. Studies on Maintaining Seed Longevity and The Effect of Fruit Grades in Neem (Azadirachta indica). Journal of Tropical Forest Science 3(3): 285 – 290 Puri, S. dan Swamy, SL. 1999. Geographical Variation on Rooting Ability of Stem Cuttings of Azadirachta indica and Dalbergia sisso. Genetic Resources and Crop Evolution 46: 29-36, 1999. 93
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 85 - 94
Rostiwati, T. 2009. Mimba (Azadirachta indica A.Juss). Informasi Apforgen. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Sacande, M., Golovina, E.A., van Aelst, A.C., dan Hoekstra, F.A. 2001. Viability Loss of neem (A. indica) Seeds Associated with membrane phase behavior. Journal of Experimental Botany, vol. 52, no. 538, pp. 919-931. Sajad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan Indonesia. Kerjasama Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan dengan Institut Pertanian Bogor. Sastrosupadi. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 276 halaman. Setyaji, T. 2010. Peningkatan Produktivitas Bahan Aktif untuk Biofarmaka/Biopestisida (Azadirachtin) Pada Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Melalui Teknologi Pemuliaan Pohon. Laporan Hasil Penelitian Insentif Ristek tahun 2010. Tidak diterbitkan. Subiyakto. 2009. Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan Strategi Pengembangannya. Perspektif Vol. 8 No. 2 Desember 2009 halaman 108 – 116. Sudrajat, D.J. dan Haryadi, D. 2006. Berat dan Ukuran Benih Sebagai Tolok Ukur dalam Proses Sortasi Benih dan Seleksi Benih Tanaman Hutan. Info Benih Volume 11 Nomor 1, Desember 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Halaman 4551. Suita, E., Nurhasybi dan Yuniarti, N. 2008. Penentuan Kriteria Masak Fisiologis Buah Mindi (Melia azedarach) Berdasarkan Sifat-Sifat Fisik, Fisiologis dan Biokimia. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 5 No. 2, Juli 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Halaman 75-82. Widyani, N. dan Rohandi, A. 2008. Pertumbuhan Bibit Mimba (Azadirachta indica A.Juss.) pada Beberapa Tahap Penyapihan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, vol. 5 Suplemen no. 2, Nopember 2008: 291 – 300. Yuniarti, N., Syamsuwida, D., Sudrajat, D.J. dan Djam’an, D.F. 2003. Pengaruh warna Buah dan Medium Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Pohon Saga. Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 10 No. 1, September 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Halaman 15-21. Yusuf, MN. 2003. Analisis Data Multivariat. Konsep dan Aplikasi Regresi Linier Ganda. naufalmti.files.wordpress.com/2010/07/modul-linear-ganda.pdf. Diunduh tanggal 23 Juli 2013. Zanzibar, M. 1995. Cara Peningkatan Mutu Fisiologis Benih Sengon (Paraserienthes falcataria L.Nielsen) Buletin Penerbitan Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor, 2: 1-14.
94