o Senin o Se/asa 2
17 OJan
3
18
4 5 6 19 20 21
OPeb
o Mar
OApr
GATRA
0 Rabu 7 22
0 Kamis
•
Jumat
o Sabtu
0 Minggu
8 9 10 11 12 13 23 24 25 26 27 28
OMei
OJun
OJul
0 Ags
OSep
.Okt
29
15 30
ONov
31
ODes
RADEN AJOE LASMININGRAT:
Perjuangan Darah Pujangga Memajukan Pendidikan
IUlplng I
Humaa Onpad 2011
- ragam
Tiga tahun sebelum Raden Adjeng Kartini lahir pada 21 April 1879, di Betawi terbit buku kumpulan dongeng yang diterjemahkan dari bahasa Belanda oleh seorang perempuan bangsawan tatar Pasundan. Bukunya ketika itu menjadi bahan pelajaran di sekolah. la juga mendirikan Sakola Kautamaan lstri dan berada di balik perjuangan Dewi Sartika. Mengapa
ketokohannya tenggelam dalam sejarah? Bangunan sekolah istri yang didirikan tahun 1912
"Bila RA Lasminingrat bukan nama khayali, barang tentu ia pribadi tuanita yang di luar zanzannya, mengingat alam pengajaran uianita di Jawa pada uiaktu itu. " (Sang Pemula, Pramoedya Ananta Toer)
ang Pemula adalah buku biografi RM Tirto Adhi Suryo yang ditulis sastrawan kawakan Pramoedya Ananta Toer. Dalam sejarah Indonesia, Tirto merupakan tokoh penting yang hidup dalam kurun wakiu 1880-1918. Selain tokoh kebangkitan nasional, ia dikenal pula sebagai perintis persuratkabaran
S
48
dan kewartawanan nasional Indonesia. Sebagai intelektual dan tokoh pergerakan, ia pernah menyinggung peran Raden Ajoe (RA) Lasminingrat, perempual1 yang pernah menerbitkan buku pelajaran sekolah pada masa itu. Dari tulisannya, tampak jelas Pamoedya meragukan keberadaan Lasminingrat, sehingga ia menduganya sebagai narna khayali. Namun, di tengah keragu-raguannya itu, Pramoedya justru memuji Lasminingrat sebagai wanita yang di luar zamannya. Pujian itu didasarkan pada fakta, sebagaimana ia tulis dalam Sang Pemula, "Pada 1876 di Betawi terbit buku Warnasari, berisikan dongeng-dongeng terjemahan dari bahasa Belanda oleh RA Lasminingrat."
Informasi itu ia diperoleh dari sebuah tulisan yang diterbitkan Poetri Hindia Tahun IV omor 3 & 4, Februari 1911. Benarkah Lasrniningrat adalah nama khayali?
Darah Pujangga Nama RA Lasrniningrat rerpahat dalam sebuah batu nisan pualam di kompleks pemakaman keluarga Raden Haji (RH) Moehamad Moesa, di samping Masjid Agung Garut, J awa Barat. Di sana tertulis, istri Bupati Garut, RAA Wiratanudatar, itu wafat pad a 10 April 1948 dalam usia 105 tahun. Sedangkan tahun kelahirannya tidak dicantumkan.
GATRA
19 OKTOBER2011
dinikahkan," ujar Deddy. Dengan pertimbangan itu, bisa jadi Lasminingrat lahir pada 1853.
Raden Ayu Lasminingrat
Deddy Effendie, penulis buku Raden Ajoe Lasmining;rat: Perempuan Intelektual Pertama di Indonesia, meragukan kebenaran penulisan usia Lasminingrat di atas pusara itu. Budayawan Garut ini membandingkan usia Lasminingrat dengan ayahnya, RH Moehamad Moesa, yang lahir pada 1822. Bekas Kepala Penghulu Limbangan =pada 1913, nama Limbangan berubah menjadi Garut-- itu meninggal pada 10 Agustus 1886 dalam usia 64 tahun. Jika benar Lasminingrat wafat pada usia 105 tahun, berarti ia lahir pada 1843. Berarti pula ayahnya berusia 21 tahun tatkala Lasmi lahir, Sedangkan Lasminingrat lahir dari istri ketiga Moesa, yakni RA Rija. Pertanyaan yang
GATRA
19 OKTOBER 2011
lantas muncul, apakah Moesa menikah setiap tahun? Selain itu, menurut Deddy, terdapat riwayat bahwa Moesa memiliki sahabat Belanda bernama Karel Frederik HoUe (1829-1896). Pada 1857, Moesa tinggal di Garut sebagai kuasa perkebunan teh Cikajang. Riwayat itu mengisahkan bahwa ketika itu Lasminingrat masih kanak-kanak. Namun, jika berpatokan pada angka kelahiran 1843, Lasminingra t sudah berumur 14 tahun. Fakta lainnya menyangkut Henry David Levyssohn Norman, yang bekerja sebagai sekretaris umum gubernur jenderal. Doktor ilmu hukum lulusan Universitas Leiden itu lahir pada 21 JlU1i1836 dan wafat pada 9 Desember 1892 di Den Haag, Belanda. Pada 1860, Norman datang ke Garut dan berkenalan dengan Moesa. Karena tidak memiliki keturunan, ia kemudian menjadikan Lasminingrat --dalam catatan itu disebut gadis kecil-- sebagai anak angkat. Lasminingkat kernudian dibawa Norman ke Sumedang. Di sana, Lasminingrat memperoleh pendidikan Eropa. la mempelajari baca-tulis Latin, bahasa Belanda, dan ilmu pengetahuan lainnya. Jika berpatokan pad a usia dalam pusara, maka umur Lasminingrat ketika dipungut Norman adalah 17 tahun, sedangkan umur Norman 24 tahun. "Tidak mungkin, sebagai pemimpin umat muslim, Raden Moehamad Moesa mengizinkan anaknya dibawa orang "kafir" selama bertahun-tahun tanpa
Riwayat Lasminigrat juga dapat direka ulang dari catatan Volkscdmanak Serie Nomor 375, Taoen Ka 1-1919. Volksalmanak atau Almanak Ra/qat adalah semacam majalah tahunan terbitan Balai Pustaka yang paling populer pada masa itu. P. Swantoro, dalarn buku Dari Buku ke Buku: Sambung-menyambung Menjadi Sa tu, menyebutkan bahwa Vol/:salmanak semacam "buku pintar" atau yang kini lebih dikenal sebagai ensiklopedia. Volksalmanak terbit dalam tiga bahasa: Melayu, Jawa, dan Sunda. Setiap edisinya bertiras 100.000 eksemplar, dengan teba1300 halaman. Sedangkan harganya dibanderol 64 sen. Nah, cerita soal Lasminingrat juga tercatat dalam Almanak Rakyat. Di sana, antara lain, disebutkan bahwa Lasminingrat diangkat anak oleh Norman dan dibawa ke Sumendang atas izin ayahnya. Bisa jadi, Lasminingrat adalah perempuan Sunda pertama yang mendapat pendidikan Barat pada 1860an, ketika Kartini belum Iahir, Pada 1871, menurut Volksalmanak, ia mulai kembali bermukim di Kabupaten Garut. Disebutkan pula bahwa sebagairnana ayahnya, Lasminingrat mengarang beberapa buku Sunda untuk murid-rnurid sekolah. Selain sebagai pemuka agama, RH Moehamad Moesa, ayah Lasminingrat, juga dikenal sebagai pelopor kesusastraaan Sunda abad ke-19. Karyakaryanya selalu menghindari hal-hal yang bersifat takhayul yang mewarnai karya satra Sunda ketika itu. Sebaliknya, ia lebih mengedepankan pemikiran rasionaJ. Dari surat yang dikirim K.F. Holle kepadaJ.P. Veth pad a 16 November 1874 didapat pula inforrnasi bahwa Moesa adalah tokoh pendidikan modern di Kabupaten Limbangan. Ketika itu, atas biaya sendiri, ia dik.ibarkan mendirikan sekolah Eropa (Bijzoncere Europeesche School) yang pertarna dilakukan oleh pribumi, dengan mendatangkan dua guru dari Eropa. Di sekolah itu, ia menerima anakanak Eropa dan pribumi. Laki-laki dan perempuan diperbolehkan belajar bersama dalam satu kelas. Baru pada 1876, sekolah tadi mendapat subsidi dari pemerintah sebesar lOO gulden
49
ragam setiap bulan. Moesa adalah putra Patih Limbangan, Raden Ranggasoeria Adikoesoemah. la dibawa ayahnya menunaikan ibadah haji tatkala masih keeil. Sepulang dari Mekkah, ia dikirim ke pesantren di Purwakarta. Moesa memiliki 17 anak dari enam istri. Lasminingrat adalah anak pertama dari istri ketiga, yakni RA Rija. Tetapi tokoh sastra Sunda pada masa itu menganggap Moesa sebagai penjilat Belanda. Mereka merujuk pad a bagian akhir karya Moesa, Vliawacan Panji Wulzmg, "Aku berharap selalu sejahtera gubernur yang memerintah seluruh tanah Hindia Belanda." Wawacan adalah salah satu bentuk kesusastraan Sunda pada sekitar pertengahan abad ke-17 melalui ulama Islam dan pesantren. Deddy mencatat, ada puluhan wawacan yang ditulis Moesa dan tiga anaknya: Lasminingrat, Kartawinata, dan Lenggang Kencana, yang dijadikan sebagai bahan rujukan bacaan resmi di sekolah. Karya-karya itu diterbitkan sejak 1862 hingga 1912. amun Panji Wztlung menjadi karya Moesa yang
paling terkenal sehingga diabadikan sebagai nama sebuah jalan di Garut.
Proyek Buku Ketika menjadi penghulu di Kabupaten Limbangan, Moesa menjalin persahabatan dengan Karel Frederik Holle (1829-1896), penasihat Pemerintah Kolonial Belanda yang menjabat sebagai kuasa perkebunan teh di Cikajang pad a 1857. Holle fasih berbahasa Sunda serta mengetahui adat istiadat dan budaya Sunda. Tuan Hola, demikian ia biasa dipanggil di Garut, diketahui cukup berjasa memajukan kebudayaan Sunda. Dialah yang mendorong agar bahasa Sunda dipakai lagi dalam bentuk tulisan. la juga mengenalkan budaya buku kepada masyarakat dengan usahanya menerbitkan buku-buku Sunda. Holle pun melakukan penelitian atas prasasti dan naskah-naskah Sunda kuno yang ditulis di atas Iontar. Namun Deddy menyayangkan kesepakatan Holle dengan Moesa untuk menggunakan cacarakan Hanaearaka yang berasal dari aksara
Jawa. Kesepakatan itu sesuai dengan anjuran pemerintah kolonial untuk menyeragamkan aksara bumiputra di PulauJawa. ''Yang patut disesalkan adalah tidak dikembangkannya aksara Sunda asli," kata Deddy. Sebagai anakMoesa, Lasminingrat juga mendapat pengajaran dari Holle. Rasa terima kasih Lasminingrat tertuang dalam pupuh kinanti yang terJapat di halaman terakhir buku Vliamasari Jilid 2. Holle juga memuji Lasminingrat, Meski tidak menyebut nama Lasminingrat, dalam surat yang dikirim kepada Gubernur JenderalJ. Loudon (18721875), Holle menceritakan pcndidikan yang diperoleh Lasrniningrat di Swnedang. "... Salah seorang anak perempuan kepala penghulu yang tinggal bersama keluarga Levyssohn di Sumedang, untuk waktu yang lama sebelwn dia menikah, tidak hanya berbica ra bahasa Belanda dan sudah terbiasa dengan berbagai hal yang bagus seperti disiplin dan kebersihan, tetapi sekarang juga menerjemahkan buku berbahasa Belanda ke dalam bahasa Sunda untuk tujuan pendidikan kaum bumiputra ...."
Identitas Perempuan Garut
l1
PUktangan mengakhiri presentasi Rani Permata Chandra di aula lantai III Universitas Garut, akhir September lalu. Di depan mahasiswa baru fakultas ekonomi, istri aktor Diky Chandra itu baru saja mempresentasikan profil Raden Ajoe Lasminingrat. Ketika itu, isu pengunduran diri Diky sebagai Wakil Bupati Garut sedang panas-panasnya. Tapi Rani bergeming. "Saya tidak akan berhenti menyosialisasikan Raden Ajoe Lasmininqrat/ujarnya kepada GATRA.
Di Garut, nama Rani memang identik dengan Lasminingrat. "Ke mana-mana saya membawa layar tancap untuk sosiallsasi" katanya. Bermodal film dokumenteryang dibuat timnya, ia masuk ke desa-desa hingga tingkat RW demi memperkenalkan Lasminingrat. "Kasihan, orang harus tahu bahwa Raden Ajoe Lasminingrat adalah perempuan intelektual pertama di Indonesia;' ia menambahkan. Rani baru mengenal nama
50
Rani Permata Chandra Lasminingrat pada 2009. Ketika ltu, ia membaca artikel yang ditulis Deddy Effendie, penulis buku Raden Ajoe Lasminingrat: Perempuan Intelektual Pertama di Indonesia. "Saya tergugah dan trenyuh, kenapa sebagai perempuan intelektual pertama tidak diakui oleh pemerintah?"
tuturnya. Tekadnya adalah menjadikan Lasminingrat sebagai pahlawan nasional. "Tapi saya belum tahu mekanismenya/kata Rani. Sekalipun begitu, ia sudah mengambil langkah untuk membentuk tim pencari data dan tim sosialisasi. la terjun sendiri di tim sosialisasi.
GATRA
19 OKTOBER
2011
perj~lanan Putr Penghulu yijRaden l.asrnininqrat adalah ,p~tri dari pernikahan Raden Haji Moehamad Moesa, Kepala Penghul Limbangan (pada 1913, narnanya berubah menjadi Garut) dengan Raden Ajoe Rija. Ayahandanya sangat n\emperhatikan pendidikan anakanaknya! la ingin ke-17 putra-putrinya bersekolah di sekolah Belanda. Karena belum ada sekolah di Garut, Moesa pun mendirikan sekolah sendiri dengan menggaji dua guru dari Eropa. Moesa bahkan mengizinkan Lasminingrat ikut ke Sumedang untuk belajar pada Levyssohn Norman. Di Sumedang, Lasminingrat berjodoh dengan Raden Tamtu, putra Bupati Sumedang, Pangeran Sugih. Namanya kemudian berubah menjadi Raden Ajoe Lasminingrat. Namun Raden Tamtu kemudian rneninqqal dunia. Lasminingrat lalu kembali ke Garut. Di , tanah kelahirannya ini, ia dipersunting Bupati Limbangan, RAA Wiratanudatar VIII. Dari'pernikahan itu, ia dikaruniai dua putri.a
N
Lasminingrat (ketiga dari kiri) bersama keluarga
.>
RITA TRIANA
"Ternyata banyak kalangan yang belum tahu" ungkapnya. Menurut dia, banyak juga guru, camat, dan kepala dinas yang belum tahu. "Saya jadi terus bersernanqat'la menegaskan. I la tambah bersemangat ketika seluruh karya sastra yang ditulis Lasminingrat akhimya bisa didapatkan dari Perpustakaan Nasional Australia berkat bantuan Kedutaan Besar Australia. "Padahal dulu, kata seseorang, perlu ke Belanda" ujarnya. Dengan data yang ia miliki itu, pada tahun lalu Rani mengajukan Lasminingrat untuk diakui sebagai pahlawan nasional. Tapi upayanya gagal. "Alasannya, buku kajian ilmiahnya secara akademis belum ada/tutur mantan artis sinetron itu. Dua tahun sebelumnya, menurut Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah Jawa Barat, Profesor Nina Lubis, Lasminingrat pernah pula diajukan sebagai pahlawan nasional. Pengajuan itu, kata dia, dilakukan karena ditemukan arsip kolonial R~hwa ada p,erempuan yang lebih dulu menqenyarn pendidikan . sebelum Dewi Sartlka dan Kartini. Namun, pada saat itu, data yang diperoleh kur~ng bisa ' rnenqunqkapkan jasa-jasa Lasmininqrat, Sedanqkan kegagalan pada tahun lalu, I
GATRA
19 OKTOBER 2011
menurut Nina, lebih disebabkan terbltnya Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, ' Tanda Jasa,dan Tanda Kehormatan. "PP itu mengatur lebih rinci mengenai pengusulan pahlawan nasional" ujarnya. Salah satunya, yang bersangkutan harus terbukti ' rnelakukan perjuangan bersifat nasional sepanjang hidupnya. Hal itu membuat pengusulan Lasminingrat lebih sulit. Sebab, rnenurut Nina Lubis, tidak mudah menemukan publikasi dan dokumen dari abad ke-19. Itu pun sebagian besar musnah padamasa pendudukanJepang, I Setidaknya, berkat upaya Rani; _ l.asrnininqrat bukan lagi nama asing bagi . warga Garut. Sebuah gedung pertemuan di Garut, Gedung Bale Binanqkit (dulu Gedung Wanita), kini berubah narna me~jadi' , Gequng RA Lasmini~grat: Situs pel'1inggalan l'asmiri'ingrat, sep~rti ~DN Regol; pliln;. ,,' , . ditetap,kan sebaqal cagar budaya .., j:', . .', .' , .~. ,I ·'1 Tarnpaknya Lasminingrat akan segera" ' , me'nj~di [dentitas perernpuan Garut.m· ""
.,
~i'
,
J
o
•
'
,
RITA TRIANA
BUDIARTl
'"
BUDIARTI
Dalam buku Sundanese Print Culture and Modernity in 1!)th Century, Mikihiro Moriyama menceritakan bahwa HoUe juga menulis surat untuk P.]. Veth untuk mengungbpkan kekagumannya pada Lasminingrat. Tapi, sekali lagi, nama Lasminingrat tidak disebut. "... Anak perempuan penghulu yang menikah dengan Bupati Garut, menyadur dengan tepat cerita-cerita dongeng karangan Grimm, ceritacerita dari negeri dongeng (oleh].A.A. Goeverneur), dan cerita-cerita lainnya ke dalam bahasa Sunda. Pcmerintah sudah memberi kuasa untuk mencetak salah satu kumpulan tulisan itu."
Sakola Kautamaan Istri Dari Almanak Rakyat yang terbit pada 1919 juga diperoleh informasi bahwa pada 1911 Lasrniningrat membuka sekolah khusus perempuan yang bertempat di kabupaten. Almanak Rakyat menulis, sekolah itu
51
ragam dibuka karena keinginan yang besar Lasrniningrat memajukan perempuan pribumi. "Ieu sakola anjeunana dingaranan Kaoetamaan Istri, moeridna geus leuwih ti 200. Kelasna aja 5, pangajarananfl
roepa-roepa (Sekolah itu dinamakan Kautamaan Istri, muridnya lebih dari 200. Jurnlah kelasnya ada lirna, pengajarannya berrnacam-rnacam)," demikian Volksalmanak menulis. Menurut guru besar sejarah Universitas Padjadjaran, Bandung, Nina Lubis, pada waktu itu Lasminingrat berpikir bagaimana mendidik anak perempuan agar kelak rnemiliki bekal dalam berumah tangga, bisa mendidik anak-anak dengan baik, menjadi eontoh bagi anak-anaknya, dan memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan dalarn rumah tangga. Cita-cita itu didorong oleh kenyataaan bahwa sarnpai akhir abad ke-19 masih sedikit kaum perempuan yang bersekolah. Bagi Lasminingrat, ternyata menu lis buku pelajaran saja tidak eukup untuk membantu pendidikan kaum perempuan di Garut. Akhirnya, pada 1909, Lasrniningrat mendirikan Sakola Kutarnaan Istri di ruang gamelan pendopo Kabupaten Garut. Sebagai istri Bupati Garut yang disegani, ia cukup mudah mendapat bantuan dari pejabat Hindia Belanda di Garut. Namun, Nina Lubis menuturkan, Lasminingrat justru kesulitan meneari murid. Pada awalnya, ia mengerahkan anak-anak gadis kerabatnya dan pegawai pangreh praja sebagai muridnya.
SambasWirasudirya
Sedangkan gurunya adalah Nyi Raden Surianingrum (keponakan), Nyi Raden Rajakusumah (cucu), dan Murtiah, seorang guru yang didatangkan dari Bandung. Sebagaimana ditulis Volksalnzanak, sekolah itu berkembang pesat hingga merniliki gedung sendiri. Untuk memperkuat status sekolah itu, Lasrniningrat menghadap gubernur jenderal di Istana Bogor. Akhirnya sekolah itu disahkan sebagai lembaga yang disebut Vereeneging Kautamaan Istri Seholen, dengan akta Nomor 1.2,pada 12 Februari 1913. Selain itu, dlbuka pula sekolah di Distrik Tarogong,
Cikajang, dan Bayongbong. Kini tiga wilayah itu menjadi nama kecamatan di Kabupaten Garut. Karena alasan kesehatan, akhirnya pengelolaan sekolahsekolah itu diserahkan kepada keponakan Lasminingrat, yakni RA Poernamaningrat. Sambas Wiradisuria, 76 tahun, putra Poernamaningr.it, membenarkannya, "Ibu dekat dcngan Lasminingrat," kata profesor emeritus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu. Sambas pernah mengalami langsung persentuhan dengan Lasminingrat. "Oma sangat menyayangi saya," kata dia, mengenang. Seingat dia, neneknya selalu mendidik dengan memberi eomoh. Misalnya, ia diajari menabung sejak taman kanak-kanak, Uang satu ketip pemberian 0111a,kata Sambas, baru bisa cliperoleh setelah ia mernijat neneknya. Di tangan Poemamaningrat, Kautamaan Istri bekembang lagi ke Cikajang dan Bayongbong. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Sakola Kautarnaan Istri itu berganti menjadi sekolah rakyat. Sekolah ini juga mulai menerima murid laki-laki. Sejak 1950, sekolah rakyat itu berubah lagi menjadi SDN Ranggalawe I dan IV yang dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk ketiga kalinya, pada 19()0-an, sekolah itu berubah menjadi S DN Regol VII clan X hingga kini. 1ft
Meja dan kursi peninggalan sekolah istri yang masih digunakan hingga kini
52
RITA TRIANA BUDIARTI
GATRA
19 OKTOBER 2011