NO.23
AGUSTUS 2006 PERHIMPUNAN BUDDHIS NICHIREN SHU INDONESIA
SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA MENERANGI DUNIA Artikel Oleh YM.Bhiksu Junichi Nakamura Ilustrasi oleh: Hiroshige Katsu
d
unia ini dipenuhi dengan segala ketidak pastian. Bahkan beberapa orang merasa bahwa kehidupan di dunia ini akan segera berakhir (kiamat). Tetapi kita hendaknya tidak memandang pesimis terhadap kehidupan akan datang. Kemungkinan kita akan mati itu adalah seratus persen. Ketika kita dilahirkan ke dunia ini, tentu saja kita tidak akan bisa menghindarinya tetapi kita tidak dilahirkan ke dunia ini untuk berputus asa. Karena kita hidup dalam dunia sekarang ini, yang mana selalu ditemukan kebuntuan dalam kehidupan, kita lebih membutuh kekuatan pikiran. Kamu tahu tentang sebuah ungkapan Jepang, “Sisa dan Membangun” ? Ini berarti sisa adalah tua dan sesuatu yang sudah tidak berguna dan membangun adalah baru. Tetapi jangan berpikir negatif dulu, “bahwa orang tua sudah tidak produktif lagi atau sesuatu yang tua sudah tidak bisa digunakan lagi.” Ungkapan ini dalam bahasa Jepang adalah “OnkoChishin,” yang mana berarti belajar sesuatu dari masa lalu. Dalam rangka membangun sesuatu yang baru, pengalaman dimasa lalu
sangat dibutuhkan, berguna dan diperlukan. Jalan pelaksanaan ini disebut “Memindahkan” dari masa lalu kesaat sekarang dan pada masa mendatang, hal ini juga merupakan kebijakan dari penyebarluasan Nichiren Shu. Nichiren Shonin mengabdikan seluruh hidupnya untuk membangun sebuah era baru Buddhisme.
1
Menghadapi segala bencana alam dan kebingungan politik, Ia berpikir, “Demi membuat negara ini mencapai kedamaian dan menyelamatkan orang-orang, tidak ada jalan lain kecuali menegakkan Ajaran Sejati.” Kemudian Ia memutuskan untuk memasuki perpustakaan Kuil Jisso-Ji dan mempelajari sutra-sutra Buddhis disana.
No.23 / Agustus 2006
Nichiren Shonin menyatakan, “Pelaksanaan ratusan tahun dalam sekte Tanah Suci tidaklah berharga dibandingkan kebajikan dari menyebut O’daimoku selama satu hari dalam dunia yang kotor ini.” Dua ribu tahun telah berlalu sejak Buddha Sakyamuni memasuki Pari Nirvana dan waktu ini dikenal sebagai jaman Mappo. Ide dan pengetahuan bahwa ini adalah masa Mappo, Masa Akhir Dharma tersebarluas sepanjang masa kehidupan Nichiren Shonin. Hanya sedikit orang yang akan melindungi atau menegakkan ajaran Buddha pada masa Mappo. Masyarakat menjadi sangat korup dan orangorang berpikir tentang akhir dari dunia segera akan datang. Hal ini bagaikan seekor anjing memakan anjing lainnya dimana keharmonisan dalam masyarakat sudah sangat kacau dan tidak terkendali. Banyak orang pada masa Nichiren Shonin berdoa agar memperoleh hidup yang lebih baik setelah kehidupan ini berakhir (setelah meninggalkan Dunia Saha ini, Dunia Penderitaan). Ini adalah kepercayaan dari sekte Tanah Suci yang menyebut Buddha Amida untuk keselamatan. Amida pernah membuat sebuah janji untuk membantu mereka yang menyebut namaNya, yang dapat membuat mereka terlahir kembali di duniaNya, di Tanah Suci sebelah Barat. Dunia ini sangat jauh dari Dunia Saha dimana kita sekarang tinggal pada masa Mappo. Pelaksanaan ini, muncul sepanjang masa, dengan menyatakan, “Tinggalkan Dunia Yang Kotor ini dan mencari Tanah Suci (setelah meninggal).” Nichiren Shonin sendiri menyatakan, “Karena semua orang berdoa seperti itu, Aku juga percaya kepada Buddha Amida dan menyebut namanya pada masa kecilKu.” (Myoho Bikuni Gohenji). Nichiren Shonin memiliki keinginan dalam pikiranNya untuk membangun
s e b u a h era baru Buddhisme di Jepang. Ia menyatakan, “Karena Aku meragukan kepercayaan dalam Buddha Amida dengan beberapa alasan, Aku membuat sebuah harapan.” Harapan itu adalah belajar semua sekte Buddhis. Setelah mengadakan banyak riset dan belajar, Nichiren Shonin menemukan kebenaran sejati Buddha Sakyamuni dalam Saddharma Pundarika Sutra. Sang Buddha menyatakan bahwa masa Mappo bukanlah sebuah periode kesia-siaan sebagaimana yang banyak dipercayai orang-orang. Sang Buddha meramalkan dalam Saddharma Pundarika Sutra bahwa Masa Mappo yang mengerikan akan datang setelah kemoksaanNya. Karena Ia mengetahui bahwa pada masa Mappo adalah masa yang sulit, Ia membabarkan “Jalan” dalam Saddharma Pundarika Sutra untuk mengatur kehidupan pada masa Mappo. Sang Buddha menyatakan dalam Saddharma Pundarika Sutra, “Banyak orang yang membenci sutra ini (Saddharma Pundarika Sutra) dengan penuh rasa iri hati bahkan pada masa kehidupanKu. Terlebih lagi, lebih banyak orang akan melakukan hal itu setelah kemoksaanKu,” tidak hanya Nichiren Shonin tetapi bahkan kita
2
dapat melihat bahwa Sang Buddha berkeinginan memberitahukan kita hal itu dalam pernyataanNya. Mappo adalah sebuah masa yang benar-benar sulit. Nichiren Shonin menangkap pesan Sang Buddha dengan jelas dan menyatakan, “Bab Jangka Waktu Hidup Sang Buddha bersama dengan separuh bab selanjutnya dan sebelumnya menjelasakan secara khusus keadaan orang-orang yang hidup setelah kemoksaan Sang Buddha. Ini dijelaskan secara khusus untuk mereka yang berada pada Masa Akhir Dharma seperti Nichiren Shonin.” (Hokke Shuyosho, Writings of Nichiren Shonin Doctrine 2, P. 212) Masa Mappo sebagai titik awal, Nichiren Shonin merencanakan
No.23 / Agustus 2006
untuk merubah dunia ini. Sebagai hasil dari pembelajaranNya, ia menulis Rissho Ankoku Ron dan dengan hati kepercayaan yang kuat menyatakan, “Kedamaian dunia dan ketentraman sebuah negara adalah kedua hal yang sangat ingin dicapai, dan semua orangorang pasti menginginkan hal itu. Sekarang, kemakmuran sebuah negara tergantung pada Dharma, yang dipuja-puja oleh orang-orang. Ketika sebuah negara hancur dan orang-orang hancur, siapa yang akan memuja Sang Buddha dan siapa yang akan meletakkan hati kepercayaan dalam Dharma?” (Rissho Ankoku-ron, Writings of Nichiren Shonin Doctrine 1, P. 129) Ia menyatakan dalam Rissho Ankoku Ron kepada pemerintah pada waktu itu. Pemerintah Shogun Kamakura sangat marah akan risalah ini dan berusaha untuk menganiayai Nichiren Shonin dengan mengunakan kekuasaan mereka. Menghadapi segala kesulitan dalam menyebarluaskan O’daimoku (Namu Myoho Renge
Kyo), Nichiren Shonin telah yakin bahwa masa Mappo adalah waktunya Saddharma Pundarika Sutra akan menerangi dunia. Nichiren Shonin m e n y a t a k a n , “Pelaksanaan ratusan tahun dalam sekte Tanah Suci tidaklah berharga dibandingkan kebajikan dari menyebut O’daimoku selama satu hari dalam dunia yang kotor ini,” (Hoon-jo, Writings of Nichiren Shonin Doctrine 1, P. 58) dengan harapanNya yang kuat untuk membuat Dunia Saha ini menjadi Tanah S u c i B u d d h a Ya n g Abadi.“ Penyebarluasan O’daimoku dalam dua ribu tahun setelah kemoksaan Sang Buddha tidaklah lebih dibandingkan penyebarluasan O’daimoku bahkan hanya sebuah kalimat saja pada Masa Akhir Dharma,” Ia menyatakan dengan penuh pengarahan, “Jika kita tidak melakukannya sekarang, kapankah kita bisa?” Walaupun kita mengharapkan abad dua satu adalah waktu perdamaian dan keharmonisan, dunia ini masih sangat mengerikan karena adanya kekuasaan-kekuasaan yang merusak dan peperangan. Ini adalah waktu yang tepat untuk kita berpikir tentang makna sesungguhnya dari Mappo dan menyebarluaskan Dharma untuk
menyelamatkan dunia ini. Gassho. Glossary: Mappo: Masa Akhir Dharma. Mappo adalah salah satu waktu dalam pembagian dan penyebarluasan Buddhisme. Pertama, waktu seribu tahun setelah kemoksaan Sang Buddha disebut Shobo, dimana pada masa itu, ajaran Buddha tersebarluas dengan baik. Kemudian seribu tahun selanjutnya disebut Zobo, dimana pada masa itu banyak orang yang belajar ajaran Buddha tetapi tidak ada yang mencapi penerangan. Dan setelah Zobo adalah masa Mappo, dimana tidak ada yang belajar ajaran Buddha secara benar sehingga Buddhisme mengalami kemerosotan. Fenomena Masa Mappo muncul dengan ketakutan dalam masyarakat. Pada tahun 1257 sebuah gempat besar melanda daerah Kanto (sekarang Tokyo). Kemudian kelaparan dan wabah penyakit tersebarluas dan orang-orang sangat menderita. Dalam situasi seperti itu, sekte Tanah Suci menjadi sangat populer karena orang-orang ingin pergi dan mencapai kebahagiaan setelah kehidupan ini. Nichiren Shonin muncul pada masa Mappo adalah waktu dimana dunia ini harus menjadi dunia yang damai dan bahagia dengan hati kepercayaan kepada Saddharma Pundarika Sutra yang dibabarkan oleh Sang Buddha dan menyebut O’daimoku “Namu Myoho Renge Kyo.” Gassho.
“Kedamaian dunia dan ketentraman sebuah negara adalah kedua hal yang sangat ingin dicapai. Sekarang, kemakmuran sebuah negara tergantung pada Dharma, yang dipuja-puja oleh orangorang.
3
No.23 / Agustus 2006
UPACARA
SEGAKI S
egaki secara literatur berarti memberikan makanan kepada seluruh mahluk di dunia roh kelaparan melalui kekuatan dari Sang Buddha dan Dharma. Pada umumnya disebut Upacara Segaki. Berdasarkan upacara Segaki yang sesungguhnya, terdapat beberapa pendapat, seperti cerita tentang iblis dari tanah terbuang dalam Sutra Nirvana, cerita tentang Hariti yang digambarkan dalam
Vinaya (Ajaran Buddha), dan hantu kelaparan dalam Dharani Sutra untuk menyelamatkan mulut hantu kelaparan yang terbakar. Cerita tentang Ananda dan Mulut Hantu Kelaparan Yang Terbakar sangatlah terkenal, sehingga biasanya upacara Segaki dilaksanakan berdasarkan cerita ini.
Oleh: YM.Bhiksu Woo Hee Tae
Menurut Sutra Dharani untuk Menyelamatan Mulut Hantu Kelaparan Yang Terbakar, suatu malam, seorang iblis bernama Mulut Terbakar mengunjungi Ananda, meminta makanan kepadanya. Kemudian Ananda menceritakan hal ini kepada Buddha Sakyamuni, dan
4
kemudian segera menceritakan makna dari Segaki dan menganjurkan muridmuridnya baik para bhiksu maupun umat awam untuk melaksanakan upacara Segaki. Berdasarkan sutra ini, sekarang upacara ini dilaksanakan dengan berdoa bagi para jiwa-jiwa yang terbuang. Kadang-kadang ia dilaksanakan untuk para arwah nenek moyang atau untuk kebahagiaan keluarga. Tanggal yang pasti belum ditetapkan. Sebagai sebuah acara rutin, maka upacara ini sering dilaksanakan bersama dengan Ulambana. Di Korea, pada tanggal 15 bulan tujuh kalender bulan, sebagian besar kuil-kuil Buddhis yang berasal dari berbagai macam sekte melaksanakan upacara yang disebut Baekjung: Hari Semua Roh. Ini adalah upacara kombinasi antara Ulambana dan Segaki dan merupakan peristiwa budaya. Orangorang mengunjungi kuil, tempat suci atau kuburan keluarga untuk memberikan rasa hormat kepada para arwah nenek moyang sepanjang hari itu. Chuseok atau Hankawi: Hari Panen yang juga dilaksanakan sebulan kemudian juga terkenal sebagai tradisi dari pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Gassho.
No.23 / Agustus 2006
SEPULUH DUNIA YANG SALING BERKAITAN K
ekerasan dengan pengunaan senjata api telah menjadi sebuah isu besar di Amerika Serikat. Kemudian kenapa orang-orang ingin memiliki sebuah senjata api? Sangat mengejutkan, ternyata sebagian orang membeli senjata api tidak hanya untuk mempertahankan diri tetapi juga sebagai kelengkapan seperti aksesoris pakaian. Aku harus mengakui bahwa dunia asura dan binatang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Berdasarkan pemahaman dalam teori Sepuluh Dunia yang mencakupi sepuluh dunia, bahwa setiap dunia mempunyai ciri khas dari sembilan dunia lainnya. Meningkatnya tingkat kejahatan diseluruh dunia termasuk di Amerika Serikat juga sangat terpengaruh oleh pikiran kita. Selain itu, kerja sukarela sangat populer di Amerika Serikat. Beberapa sekolah memberikan nilai lebih bagi para siswa yang mau bekerja sebagai sukarelawan. Barubaru, ini beberapa sekolah menghapus aturan kerja sukarelawan ini, karena menganggap bahwa pekerjaan ini bukanlah sebuah kewajiban yang harus dipaksakan. Kata “Sukarelawan” berarti seseorang yang melakukan sesuatu dengan sepenuh hati. Sebagai sebuah metode pendidikan, ini adalah ide yang baik yang dapat membuat para sukarelawan memilih apa yang ingin mereka lakukan dan membimbing para murid agar dapat memilih beberapa objek yang ingin dikerjakan dengan sepenuh hati. Pada suatu hari, aku ingin
YM.Bhiksu Shobo Mitomo pergi berbelanja perlengkapan listrik dan ketika sampai di tempat kasir aku ditanya apakah aku telah melaksanakan kerja sukarelawan beberapa tahun terakhir ini. Aku berkata aku belum, tetapi aku adalah seorang bhiksu Buddhis. Kemudian aku mendapatkan potongan 20%. Toko itu mensponsori hal ini, dan memberikan dukungan kepada para sukarelawan. Jika kita melihat situasi di Jepang, meskipun sangat sulit untuk mendapatkan senjata api, tetapi berbagai peristiwa tragis pun sering terjadi seperti yang sering kita lihat di televisi baru-baru ini. Seorang murid sekolah menengah umum membuat bom rakitan dan meledakkan di sekolah. Masyarakat Jepang terlihat mulai membuang nilai-nilai tradisionalnya seperti wajah tersenyum dan kebaikan, atau hidup dalam kesederhanaan dan kepuasan. Didalam keberadaan diriku yang kecil ini, terdapat pikiran dari sepuluh dunia, pikiran kemarahan dari neraka, pikiran keserakahan
5
seperti iblis kelaparan, pikiran binatang, pikiran asura yang dapat membuat terjadinya perkelahian, dan lain-lain Dalam keluarga ku, adik ku akan segera punya bayi pada bulan oktober nanti, ketika saya melihat bayi lain, saya selalu berpikir tentang kemenakan ku yang akan datang. Ketika aku melihat senyum dari seorang bayi, aku juga menjadi tersenyum tanpa menyadarinya. Bukankah ini senyum seorang Buddha dalam Dunia Buddha? Setelah aku menjadi seorang bhiksu misionaris, aku menjadi sadar bahwa sepuluh dunia itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Sekali kita menyadari tentang mereka, mereka seperti telur Columbus. Gassho.
No.23 / Agustus 2006
Hidup Nichiren dan Hati Kepercayaan di Amerika K
ita sangat berterima kasih atas teladan dari kehidupan Nichiren. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara kita mengaplikasikan contoh teladan itu dalam masa sekarang? Kadang-kadang aku ingin tahu, apakah kita memerlukan abad 21 Nichiren? Negara saya, saat sekarang ini adalah sangat berbeda dengan jaman abad 13 di Jepang. Salah satu dasar masyarakat kami adalah bahwa gereja atau agama dan negara adalah institusi yang terpisah. Pada masa Nichiren, pemerintah menentukan, melarang atau mendukung pelaksanaan sebuah agama. Hari ini, pemisahan itu di Amerika Serika telah mendorong pengembangan kehidupan masyarakat untuk bebas memilih budaya dan agama yang berbeda-beda. Dalam sejarah kami terdapat beberapa peristiwa dimana terjadi penekanan terhadap budaya tertentu, tetapi hari ini situasi toleransi untuk segala macam ide, pelaksanaan dan hati kepercayaan dapat dilakukan secara bebas. Ini mendorong kita untuk menjadi orang-orang yang berkualitas dengan pelaksanaan yang berbedabeda. Terdapat banyak perbedaan masyarakat kami dan jaman Nichiren, kita juga masih dihadapkan pada
YM.Bhiksu Shinkyo Warner beberapa pertanyaan yang sama dengan Nichiren. Apakah peperangan itu dibenarkan? Apa yang dapat kita lakukan tentang penurunan kualitas lingkungan kita? Apa yang harus kita lakukan ketika orang-orang diperlakukan secara tidak adil, dan apa yang harus kita lakukan jika itu terjadi kepada kita? Sebagai seorang pengikut Dharma Sejati, kita tahu bahwa pertanyaan-pertanyaan itu pasti sangat mengakar dalam pikiran
6
kebanyakan orang. Ajaran apa yang sesungguhnya dapat membimbing semua mahluk untuk mencapai KeBuddhaan? Bagaimana kita dapat memunculkan Bibit KeBuddhaan kita? Bagaimana cara kita menyebarkan Bibit Penerangan Buddha itu?. Mungkin mudah bagi kita untuk meniru apa yang dilakukan oleh Nichiren. Seseorang dapat menyediakan sebuah tempat ditengah kota dan membabarkan Saddharma Pundarika Sutra. Seseorang dapat juga memberitahukan kepada orang lain bahwa jika mereka mengikuti ajaran lain akan terjatuh ke Neraka Avici. Mengembangkan hati kepercayaan yang sama seperti apa yang telah dilakukan oleh Nichiren adalah sangat dibutuhkan. Untuk itu kita membutuhkan kematangan hati kepercayaan kita, mengunakan contoh Nichiren sebagai sumber inspirasi. Setelah hati kepercayaan kita mengembang, dan kita akan memperoleh pengertian mendalam yang tumbuh dari bibit kesadaran Buddha kita sendiri, kita akan dapat menwujudkan apa yang sesungguhnya paling dibutuhkan pada masa sekarang dan akan dilindungi oleh para dewadewi yang sebelum telah melindungi Nichiren dan semua dari kita adalah pelaksana Dharma Sejati. Gassho.
No.23 / Agustus 2006
Seri Pelajaran Mahayana Sumber: Berbagai bahan dan buku-buku Mahayana Penerjemah dan rangkuman oleh : Josho S.Ekaputra
DELAPAN PELINDUNG BUDDHIS UNTUK SHIO
LATAR BELAKANG engelompokan delapan pelindung Buddhis ini masih simpang siur. Ia muncul seiring dengan berkembangnya pengelompokan dua belas shio yang didasarkan pada perputaran 12 tahun dalam kalender China. Pengelompokan shio ini juga didasarkan atas dua belas bagian dari surga pada astronomi China kuno atau dibarat lebih dikenal sebagai Zodiak. Asal mula pengelompokan delapan pelindung ini tidak diketahui, tetapi mulai terkenal di Jepang pada masa periode Edo (1603 - 1867). Setiap dari delapan pelindung Buddhis itu dihubungkan dengan ke 12 shio, 8 penjuru, dan 10 tanda dalam penanggalan. Juga kedelapan pelindung ini dihubungkan dengan Lima Elemen, Lima Warna, Lima Pintu, dan lainlain. Cerita rakyat tentang 12 shio ini
P
Ket. (Atas) Pahatan dengan gaya modern untuk Delapan Pelindung Buddhis dan (Bawah) Delapan patung batu disebuah rumah pribadi di Kamakura, Jepang
7
No.23 / Agustus 2006
sangat beragam dan kadang-kadang membingungkan, berkembang dan mempunyai ribuan penafsiran yang berbeda-beda, namun hal ini masih terus bertahan dibanyak negara. Pada masa modern ini, pengelompokan pelindung shio ini tidaklah begitu terkenal, mungkin hanya terbatas pada negara Jepang dan naskah-naskah Buddhis saja. Dalam artikel ini saya juga menyertakan foto delapan pelindung Buddha yang terbuat dari batu dekat dengan rumah ku di Kamakura, Jepang. Dibuat sekitar awal periode Meiji (1868 - 1912), kelompok patung ini diletakkan ditaman sebuah rumah pribadi di Kamakura. Gassho (Sumber: www.onmarkproduction. com)
8
No.23 / Agustus 2006
SHIO
SIMBOL SANSKRIT
Tikus
PELINDUNG
TAHUN
ARAH
Senju Kannon
1924, 1936, 1948, 1960, 1972, 1984, 1996
Utara
Kokuzo Bosatsu
1925, 1937, 1949, 1961, 1973, 1985, 1997 1926, 1938, 1950, 1962, 1974, 1986, 1998 1927, 1939, 1951, 1963, 1975, 1987, 1999
Timur Laut
1928, 1940, 1952, 1964, 1976, 1988, 2000 1929, 1941, 1953, 1965, 1977, 1989, 2001 1930, 1942, 1954, 1966, 1978, 1990, 2002
Tenggara
1931, 1943, 1955, 1967, 1979, 1991, 2003 1932, 1944, 1956, 1968, 1980, 1992, 2004 1933, 1945, 1957, 1969, 1981, 1993, 2005
Barat Daya
1934, 1946, 1958, 1970, 1982, 1994, 2006 1935, 1947, 1959, 1971, 1983, 1995, 2007
Barat Laut
kiriiku Kerbau Taraaku Harimau
Kokuzo Bosatsu
Kelinci
Monju Bosatsu Man
Naga
Fugen Bosatsu Ann
Ular
Fugen Bosatsu
Kuda
Seishi Bosatsu Saku
Kambing
Dainichi Nyorai Ban
Monyet
Dainichi Nyorai
Ayam
Fudo Myo-o Kaan
Anjing
Amida Nyorai Kiriiku
Babi
Amida Nyorai
9
Timur Laut Timur
Tenggara Selatan
Barat Daya Barat
Barat Laut
No.23 / Agustus 2006
N A P TI UN U K OIB G
Nichiren Daishonin (1222-1282)
Buddha Dalam Pikiran Kita
(Mempertahankan Saddharma Pundarika Sutra) Bab XI, Saddharma Pundarika Sutra mengatakan:
“Seseorang yang melindungi Sutra ini, berarti telah memberikan persembahan kepada Prabhutaratna Tathagata (Taho Buddha) dan juga kepadaKu….Seseorang yang melindungi sutra ini juga berarti telah memberikan persembahan kepada seluruh Buddha yang merupakan perwujudan diriKu (Funjin Butsu), yang telah datang kesini dan menghiasi dunia ini dengan cahaya mereka.” Ini berarti bahwa Buddha Sakyamuni, Taho Buddha, dan seluruh Buddha perwujudan ada dalam pikiran kita, dan bahwa kita, yang menegakkan Saddharma Pundarika Sutra, akan mengikuti langkah mereka dan menerima semua kebajikan dari para Buddha tersebut. Kanjin Honzon Sho Risalah Tentang Perenungan Spiritual dan Objek Pemujaan (Latar Belakang: 25 April 1273, di Ichinosawa, Pulau Sado, Showa Teihon, p.711) Catatan Redaksi: Mulai bulan ini, Agustus 2006 sampai seterusnya, Buletin "Lotus" hanya akan menerbitkan kutipan-kutipan dari Goibun (Risalah) Nichiren Daishonin dan tidak memuat secara keseluruhan. Hal ini untuk menekan tentang fokus dalam pembabaran dan penyesuai diri Buletin untuk menjadi Buletin umum.
10
No.23 / Agustus 2006
Buku "Buddha Seed" "Understanding the Odaimoku "Namu Myoho Renge Kyo" Diadaptasi dari: "O'daimoku ga Wakaru Hon" Oleh YM.Bhiksu Taiko Seno Terjemahan Inggris oleh Nichiren Buddhist International Center Terjemahan Indonesia oleh Josho S.Ekaputra
Setiap Aksara Dari Sutra Ini Adalah
Jiwa Buddha Itu Sendiri SUTRA-SUTRA LAIN YANG DIBABARKAN, ADALAH DALAM RANGKA MEMPERSIAPKAN DIRI UNTUKPEMBABARAN SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA
M
eskipun Sang Buddha sangat berkeinginan untuk membagi kegembiraan dari Penerangan Beliau dengan orang lain, Ia sangat mengerti bahwa terdapat perbedaan antara pengertian Beliau dan orang lain, sehingga orang-orang akan sangat sulit mengerti. Ia tahu bahwa Ia harus mengajarkan Dharma sesuai dengan kemampuan orang-orang; jika tidak maka Ia akan terjebak dalam membuat masalah-masalah baru dan menyebabkan lebih banyak penderitaan. Dalam Muryogi Kyo (Sutra Makna Tak Terbatas), Sang Buddha menyajikan sebuah kesimpulan dari 40 tahun pengajaran DharmaNya. Ia menjelaskan bahwa ada dan hanya terdapat satu kebenaran sesungguhnya (Dharma), yang mana telah diuraikan kedalam
jalan yang tak terbatas berdasarkan kepada perbedaan pendapat, sifat alami, keinginan, dan kemampuan dari para pendengar. Sang Buddha sangat memahami secara mendalam semua prilaku orang-orang dalam kehidupan sehari-hari, pikiran mereka, karakter, dan kebajikan mereka dengan kebijaksanaanNya dan kemudian membabarkan ajaran yang paling sesuai dan cara yang paling sesuai untuk mereka. Sebagai hasilnya, sampai sekarang terdapa sejumlah besar sutra-sutra yang merupakan sutra Buddha. Setelah membabarkan berbagai macam ajaran selama puluhan tahun, Sang Buddha memutuskan untuk mewujudkan Kebenaran Hati Penerangan AgungNya. Semua sutra
yang telah dibabarkan adalah sebagai persiapan untuk membabarkan makna sesungguhnya KeSadaran Buddha. “Aku membabarkan ajaran sementara dalam rangka untuk membuat orang-orang memasuki “Jalan” untuk Kebijaksanaan Buddha. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka: “Kalian semua akan dapat mencapai Penerangan Buddha.”Aku tidak pernah berkata tentang hal ini karena waktunya belum tiba. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Aku akan membabarkan Kendaraan Agung yang sejati. Aku membabarkan berbagai macam sutra dari sembilan elemen
Ketika seseorang membaca Saddharma Pundarika Sutra dengan hati kepercayaan yang mendalam, setiap aksara dari Sutra adalah sama dengan diri Buddha itu sendiri karena setiap aksara tersebut adalah Hati Sesungguhnya Sang Buddha.
11
No.23 / Agustus 2006
Melihat setiap aksara dari Saddharma Pundarika Sutra adalah sama seperti melihat Buddha Sakyamuni secara langsung.” (Balasan kepada Shijo Kingo) dan “Setiap aksara dari Sutra ini adalah Jiwa Buddha itu sendiri.” (Kito-sho). berdasarkan kemampuan seluruh mahluk hidup. Aku membabarkan berbagai sutra karena sutra-sutra itu adalah sebagai dasar dari Kendaraan Agung.” (Murano, p. 35-36) Sejak itu, Sang Buddha mulai membabarkan Saddharma Pundarika Sutra dan didalam melakukan hal itu, Ia telah memenuhi niat sesungguhnya dari pencapaian Penerangan AgungNya. “Aku pernah berjanji bahwa Aku akan membuat seluruh mahluk hidup menjadi sama seperti Aku.“ (Murano, p. 37) Semua sutra-sutra yang telah dibabarkan selama 42 tahun sebelum Saddharma Pundarika Sutra dimaksudkan untuk membimbing orang-orang kepada Saddharma Pundarika Sutra. Inilah sebabnya Sang Buddha menyebut ajaran ini sebagai “Upaya Kausalya”. Ini adalah makna kemahiran Beliau untuk membimbing orang-orang untuk mencapai tujuan akhir, KeBuddhaan. SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA ADALAH BUDDHA ABADI
s
addharma Pundarika Sutra yang dibabarkan oleh Sang Buddha adalah berdasarkan keinginan hati Beliau. Dalam sutra ini, Sang Buddha mengungkapkan secara keseluruhan
kehidupanNya, seperti welas asih, kebijaksanaan dan kekuataanNya untuk menyelamatkan orang-orang melalui kebajikan Beliau. Sehingga, Saddharma Pundarika Sutra disebut sebagai hidup dari Sang Buddha itu sendiri. Setelah bertahun-tahun belajar, Nichiren Shonin, pendiri Nichiren Shu Buddhisme, memahami hubungan mendalam antara Saddharma Pundarika Sutra dan Sang Buddha. Kapan saja Ia menerima persembahan dari para pengikutNya, Ia selalu menuliskan surat tanda “Terima Kasih” dan melaporkan kepada Saddharma Pundarika Sutra tentang pemberian tersebut. Dengan cara ini, Ia juga mengajarkan kepada para pengikutnya tentang niat dan Hati Sang Buddha. Ketika seseorang membaca Saddharma Pundarika Sutra dengan hati kepercayaan yang mendalam, setiap aksara dari Sutra adalah sama dengan diri Buddha itu sendiri karena setiap aksara tersebut adalah Hati Sesungguhnya Sang Buddha. Dalam Kaikyoge (Sajak Pembuka Sutra) tercantum kalimat berikut: “Setiap aksara yang tercantum dalam sutra ini adalah wujud dari Buddha itu sendiri.” Nichiren
Shonin
berkata,
12
“Melihat setiap aksara dari Saddharma Pundarika Sutra adalah sama seperti melihat Buddha Sakyamuni secara langsung.” (Balasan kepada Shijo Kingo) dan “Setiap aksara dari Sutra ini adalah Jiwa Buddha itu sendiri.” (Kito-sho). Saddharma Pundarika Sutra adalah Buddha Abadi itu sendiri. ODAIMOKU ADALAH OBAT YANG MANJUR UNTUK MENYELAMATKAN ORANGORANG PADA MASA SEKARANG
D
alam Saddharma Pundarika Sutra, Buddha Sakyamuni fokus pada satu poin yakni bagaimana menyelamat seluruh mahluk hidup pada masa akhir dharma. Masa Akhir Dharma mengacu pada Masa Mappo, Masa Kemerosotan Dharma, adalah periode waktu lebih dari 2,000 tahun sejak kemoksaan Buddha Sakyamuni. Mappo, Masa Akhir Dharma, adalah sebuah periode
No.23 / Agustus 2006
dalam Odaimoku, Namu Myoho Renge Kyo, yang telah diberikan sebagai obat yang manjur untuk seluruh mahluk hidup dalam Masa Mappo. KESELURUHAN SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA DI INTISARIKAN DALAM ODAIMOKU
a
pakah itu Odaimoku? Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Saddharma Pundarika Sutra dibabarkan berdasarkan keinginan dan hati sesungguhnya dari Sang Buddha.
dengan karakteristik dimana pertikaian terus berlanjut dan tidak terdapat Dharma Sejati, dimana sifat-sifat seperti iri hati, dendam dan konflik merajalela. Kemudian, orang-orang pada masa Mappo tidak peduli pada ajaran yang benar dalam pelaksanaan Buddhisme dan tidak mempunyai kebijaksanaan untuk mencapai penerangan. Waktu sekarang ini adalah Masa Mappo. Sang Buddha tidak pernah menyerah membantu umat manusia. Dengan welas asihNya yang agung, Ia membimbing orang-orang secara terus menerus untuk menyelamatkan orang-orang yang tidak bisa membedakan dan tahu tentang bagian dari penerangan. Semakin besar penderitaan, Welas Asih Sang Buddha semakin kuat dan Ia berusaha untuk menemukan cara yang tetap untuk membabarkan Dharma. Sang Buddha mengungkapkan kebenaran dan makna sesungguhnya untuk penerangan dalam Saddharma Pundarika Sutra. Pengungkapan Dharma Sejati ini dikristalisasikan
Dalam Bab.XXI, Saddharma Pundarika Sutra dikatakan: “Seluruh ajaran Sang Tathagata, Seluruh yang tersembunyi dan rahasia, kekuatan supranatural Tathagata, Semua pusaka yang terpendam dari Sang Tathagata, dan Semua jasa kebajikan yang diperoleh Sang Tathagata diungkapkan dan dibabarkan secara mendalam dalam Sutra ini.” (Murano, p.294) Sehingga, Saddharma Pundarika Sutra adalah sama seperti Sang Buddha itu sendiri. Sang Buddha juga termasuk dalam Lima Aksara Myo Ho Ren Ge Kyo, dimana merupakan judul Saddharma Pundarika Sutra (dalam aksara China). Nichiren Shonin berkata, “Sebuah nama merupakan perwujudan kebajikan dari badan itu sendiri.” (jissho-sho, WNS2, p.4). Oleh karena itu, Lima Aksara Odaimoku adalah sama dengan
13
keseluruhan dari Saddharma Pundarika Sutra itu sendiri. LIMA AKSARA ADALAH SANG BUDDHA
J
ika Saddharma Pundarika Sutra adalah sama dengan diri Sang Buddha itu sendiri, dan Lima Aksara Odaimoku adalah sama dengan keseluruhan dari Saddharma Pundarika Sutra, ini kemudian berarti Lima Aksara tersebut adalah sama dengan Sang Buddha. Lima aksara Myo Ho Ren Ge Kyo memiliki seluruh welas asih yang agung dari Sang Buddha, kekuatan untuk menyelamatkan orang-orang, kebijaksanaan dari KeBuddhaan, dan kebajikan dari Sang Bdudha. Nichiren Shonin mengatakan, “Kebajikan dari Odaimoku adalah sama dengan kebajikan dari Buddha Sakyamuni.” (Matsuno-dono Gohenji). Sehingga, Buddha Sakyamuni adalah Buddha Abadi. “Bagi mereka yang tidak mampu memahami makna sesungguhnya dari “3,000 gejala dalam sekejap pikiran,” Yang Agung Buddha Sakyamuni, dengan welas asihNya yang agung, membungkus permata dengan Lima Aksara myo, ho, ren, ge, dan kyo dan mengantungkannya keleher orang-orang pada Maa Akhir Dharma“ (Kanjin Honzonsho, WNS2, p.164). Gassho.
No.23 / Agustus 2006
Legenda Nichiren Shonin Oleh YM.Bhiksu. Gyokai Sekido Sumber: Nichiren Shu News, terbitan Nichiren Shu Headquaters dan Kaigai Fukyo Koenkai Dirangkum dan diterjemahkan oleh Josho S.Ekaputra
LEGENDA (BAG.12)
NICHIREN SHONIN Catatan :Riwayat hidup Nichiren Shonin yang tepat dapat kita baca dari berbagai macam surat dan catatan masa lalu dan penelitian sejarah lainnya. Tetapi disini terdapat berbagai macam cerita legenda sehubungan dengan kehidupan Nichiren Shonin, dan akan Saya tuangkan dalam tulisan ini.
Tatsunokuchi (2)
P
elaksanaan hukuman untuk Nichiren Shonin secara formalnya adalah hukuman pembuangan ke Pulau Sado. Tetapi kenyataannya Nichiren Shonin kemudian dibawa ke Echi (sekarang Kota Atsugi, Daerah Administrasi Kanagawa), perjalanan menuju Pulau Sado. Berdasarkan legenda, terdapat sebuah objek aneh bersinar terang di pantai Enoshima ketika pelaksanaan hukuman mati akan dilaksanakan. Selain itu, terdapat juga cerita lain bahwa pedang dari algojo disambar oleh petir dan pedang itu patah menjadi tiga bagian. Pada kenyataannya, atas desakan dari para penganut dan murid Nichiren terhadap pemerintah telah berhasil dengan baik. Adachi Yasumori (1231-85), yang dikenal sangat dekat dengan Shogun Kamakura, dan berteman dengan Daigaku Saburo, seorang ahli kaligrafi yang juga adalah pengikut terkemuka dari Nichiren Shonin. Inilah sebabnya Yasumori juga sangat menyukai kaligrafi. Adachi Yasumori pernah meminta Nichiren Shoin untuk melaksanakan sebuah upacara Buddhis. Heino Saemon memerintah penangkapan Nichiren Shonin.
Mereka memanfaatkan pengaruh kekuasaan Shogun dan saling berebut pengaruh dikalangan mereka sendiri. Para murid dan pengikut berusaha keras untuk memintah pengampunan dari pemerintah sesegera mungkin agar Nichiren Shonin dibebaskan dari hukuman mati. Kenyataannya bahwa hukuman mati terhadap Nichiren dapat dihindarikan adalah berkat usaha dari beberapa tokoh disekeliling Shogun, yang beberapa diantara
14
mereka berteman baik dengan Nichiren seperti Adachi Yasumori. Berdasarkan legenda setempat. Pada masa lampau, terdapat sebuah danau yang disebut Fukazawa yang terletak dilokasi Tatsunokuchi. Seekor naga iblis tinggal disana. Naga ini sering memangsa anak-anak sebagai makanannya. Kabut dan awan menutupi laut disekitar Enoshima, dan terjadilah gempa bumi sepanjang masa pemerintahan Kaisar Kimmei.
No.23 / Agustus 2006
Tiba-tiba, langit menjadi cerah, hujan bunga pun turun, musik-musik terdengar merdu diangkasa, dan seorang gadis surgawi turun dari langit. Ia adalah Dewi Benzaiten dari Pulau Enoshima. Terkesan oleh kecantikan dari Dewi Benzaiten, naga iblis itu berkeinginan untuk menikahinya. Dia menjawab, “Aku adalah adik dari Putri Naga yang muncul dalam Bab “Devadatta” Saddharma Pundarika Sutra. Aku tidak dapat menikah dengan mu, seekor naga jahat, karena saya kesini adalah untuk melindungi Buddhisme. Aku akan menerima lamaran mu jika kamu merubah pikiran mu dan melindung Buddhisme bersamaku.” Naga iblis itu pun kemudian berjanji untuk melindungi Buddhisme. Dikatakan bahwa Tatsunokuchi menjadi sebuah lapangan hukuman mati karena naga itu akan menghisap habis darah para penjahat dan berjanji untuk melindungi Buddhisme. Banyak murid dan para pengikut awam menyebut O’daimoku sambil menangis. Mereka meilhat bahwa hukuman mati segera akan dilaksanakan. Homma Saburo Za-
emon Naoshige ( ? – 1329) dari Echi sebagai algojo menyabut pedangnya, dan bersiap-siap untuk melaksanakan hukuman mati. Tetapi, ia mulai menangis dan berkata kepada Nichiren Shonin, “Aku tahu bahwa kamu adalah orang yang baik. Kamu bukanlah seorang perampok. Kamu tidak merencanakan penghianatan. Kamu hanya menyebarluaskan Saddharma Pundarika Sutra. Aku telah berusia lima puluh tahun. Aku tidak ingin membunuh seorang bhiksu sekalipun ini adalah perintah dari Shogun. Kamu harus membuang Saddharma Pundarika Sutra, dan percaya kepada Nembutsu. Jika kamu melakukan hal ini, aku akan bertanya kepada Shogun untuk menghentikan hukuman mati ini.” Tetapi, Nichiren Shonin, menolak dan berkata, “ Adalah sangat menyenangkan dapat mempersembahkan hidupKu kepada Saddharma Pundarika Sutra.” Naoshige tidak mempunyai pilihan lain, tetapi memulai pelaksanaan hukuman pancung. Kemudian, awan dan hujan tiba-tiba muncul, dan angin bertiup
15
dengan begitu kencang. Tetesan air hujan yang lebat mulai turun, dan gelombang air laut membesar berderu-deru dilautan. Semua obor yang dipasang pun mati dan bertumbangan. Tiba-tiba sebuah objek berkilauan terang bagaikan rembulan muncul dan terbang melintasi lautan Enoshima dari tenggara ke barat laut. Dengan semua kejadian itu, Naoshige mengangkat pedangnya, tetapi pedangnya patah menjadi tiga bagian. Heino Saemon dan 300 prajuritnya sangat terkejut dan lari menjauh. Nichiren Shonin berteriak, “Segera hukumlah aku.” Tetapi tidak seorang pun berani mendekatiNya karena mereka sangat ketakutan. Segera, angin dan hujan berhenti dan haripun menjadi terang tanda datangnya pagi. Heino Saemon segera memberitahukan kepada Shogun semua kejadian tersebut. Shogun segera mengadakan pertemuan membahas tentang hukuman mati terhadap Nichiren Shonin. Karena sebuah kejadian aneh telah terjadi, ini petanda bahwa Nichiren tidak boleh dihukum mati. Sebuah surat pengampunan pun ditulis segera dan Nanjo Shichiro, seorang samurai pengikut Nichiren, segera pergi ke tempat pemancungan dengan membawa surat tersebut. Nanjo Shichiro bertemu dengan utusan dari shogun yang membawa surat tersebut di sungai Shichirigahama. Sungai ini kemudian diberi julukan Yuki Ai Gawa River (Sungai dimana mereka bertemu).
BERSAMBUNG
No.23 / Agustus 2006
Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra Oleh: YM.Bhiksu Shokai Kanai Sumber Acuan: Buku "The Lotus Sutra" By Senchu Murano Diterjemahkan oleh: Josho S.Ekaputra
BAB XVIII
JASA KEBAJIKAN SESEORANG YANG GEMBIRA MENDENGARKAN SUTRA INI KESIMPULAN
D
alam bab ini, Sang Buddha menjelaskan jasa kebajikan bagi siapapun yang gembira ketika mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra ini adalah tidak terbatas. Dalam bab sebelumnya, kita belajar tentang lima langkah pelaksanaan yang harus dilakukan oleh seorang pelaksana Saddharma Pundarika Sutra. Langkah pertama adalah kegembiraan sebagai sebuah pengalaman dalam memahami sutra ini untuk pertama kalinya. Para murid-murid yang mendengarkan Dharma ini secara langsung dari Sang Buddha mungkin menjadi gembira dengan menari berkeliling. Kegembiraan mereka akan berkembang menjadi kepercayaan yang kuat dalam ajaran Buddha untuk dibabarkan dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang lain. Kebajikan dari orang yang kelima puluh ketika mendengar sutra ini dan penuh kegembiraan menerimanya adalah lebih besar dibandingkan kebajikan dari orang kaya yang memberikan semua kekayaan kepada semua mahluk dan hal-hal lain yang mereka inginkan
16
No.23 / Agustus 2006
seorang buddhis meskipun ia telah membaca dan mengingat ratusan sutra atau ceramah Sang Buddha. Sebagian orang mengkritik orangorang yang mencari kebajikan, tetapi Saddharma Pundarika Sutra menerima semua orang itu. Ini adalah hal yang benar jika seorang buddhis mencari kebajikan dari pelaksanaan Buddhisme. “Aku akan memberitahukanmu jasa kebajikan dari putra-putri ke lima puluh yang gembira ketika mendengarkan sutra ini.” (P.264. L.2.):
selama delapan tahun. Perasaan kegembiraan bersifat menentukan kepercayaan seseorang. Ini mempunyai dampak yang sangat luas pada kegiatan di masa mendatang. Ini adalah poin utama dari bab ini. PENJELASAN “Berapa banyak kebajikan yang akan diperoleh oleh putra putri yang diselimuti kegembiraan ketika mendengarkan sutra ini ?” (P.263, L.7.):
O
rang awam sering bertanya dalam diri mereka sendiri berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan ini atau apa. Boddhisatta Maitreya mengkuatirkan berapa banyak kebajikan yang akan diperoleh bagi mereka yang dapat menerima dan mendengar sutra dengan penuh kegembiraan. Ia adalah seorang yang penuh cinta kasih, jadi ia bertanya kepada Buddha untuk orang lain. Kegembiraan disini berarti mengacukan kepada penghargaan kepada Buddha yang telah mengungkapkan sebuah kebenaran. Tanpa kegembiraan dan penghargaan, ia bukanlah
Didalam militer, seorang pendengar harus mengulangi pesan seorang pejabat secara lisan dalam rangka untuk menghindari adanya kesalahan pengertian. Buddha Dharma dibabarkan secara lisan selama 500 tahun. Ini bisa menjadi sebuah kegembiraan yang besar jika mendengarkan langsung dari mulut Sang Buddha, tetapi pesan Sang Buddha mungkin saja berubah ketika berpindah dari satu orang ke orang lain. Ketika orang yang kelima puluh yang mendengarkan Dharma, ini mungkin telah berbeda dari aslinya, bagaimanapun, Sang Buddha menjelaskan tentang kebajikan yang diperoleh oleh orang yang kelima puluh yang mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra, meskipun itu mungkin telah berubah. “Jasa kebajikan dari orang yang terdahulu (orang kaya) kurang dari seperseratus atau seperseribu dari kebajikan orang kelima puluh yang gembira ketika mendengarkan sutra ini.” (P. 265, L. 5.): Sang Buddha membandingkan kebajikan dari orang kelima puluh yang mendengarkan sutra ini dengan seorang kaya. Ia seorang
17
yang sangat kaya, yang mencari kebajikan dengan memberikan segala sesuatu yang memuaskan seperti emas, perak, lapis lazuli, kulit, batu karang, gajah, kuda, istana dan bangunan yang indah kepada mahluk hidup lainnya sesuai dengan keinginan mereka. Selanjutnya terus memberikan sumbangan itu selama delapan puluh tahun, dermawan itu berpikir, ”Aku akan memenuhi segala hal menurut keinginan mereka. Segera setelah mereka meninggal. Aku akan membimbing mereka dengan ajaran Hinayana.” Ia menyebabkan mereka semua mencapai Penerangan sementara. Kebajikan yang diperoleh olehnya tak terhingga dan tak terbatas. Bagaimanapun, Sang Buddha berkata bahwa jasa kebajikan ia lebih sedikit dibandingkan orang ke lima puluh yang gembira setelah mendengarkan Saddharma Pundarika Sutra. Ini karena harta kekayaan mempunyai keterbatasan sedangkan Dharma tidak. Kamu dapat memberikan ajaran Sang Buddha kepada orang yang tak terhingga jumlahnya dan waktu yang tak terbatas. Penyebarluasan ajaran Buddha dimulai dengan kegembiraan mendengarkan Dharma. “Lagipula seseorang yang perlu ke sebuah kuil untuk mendengarkan sutra dan mendengarkannya hanya sebentar selagi ia sedang duduk atau berdiri, didalam kehidupan selanjutnya ia akan mencapai surga.” (P. 265, L.16.): “Seseorang yang sedang duduk ditempat pembabaran dharma, mengajak orang lain untuk duduk atau berbagi tempat duduknya dengan dia untuk mendengarkan Dharma, ketika ia melihat dia memasuki tempat itu, didalam kehidupan selanjutnya dengan kebajikan ini, ia akan memperoleh
No.23 / Agustus 2006
tempat duduk Raja Sakra, atau Raja Surga Brahman, atau Raja Suci Pemutar Roda Dharma. “ (P.265, L. 20): Bukankah bagus, bahwa kalian semua yang ada dikuil ini akan dapat mencapai surga atau tanah Buddha ? Jika kalian membagi tempat duduk dengan teman kamu atau seseorang dikuil ini dan mendengarkan pembacaan Sutra, kamu akan menjadi seorang raja atau seorang penguasa sebuah negara dalam kehidupan kalian selanjutnya, menurut sutra ini. “Seseorang yang berkata kepada orang lain,” Ayo pergi dan mendengarkan Sutra dan menyebabkan ia mendengarkannya sebentar, dalam kehidupan selanjutnya dengan kebajikan ini, akan memperoleh kehidupan sebagai seorang Bodhisattva yang telah mencapai Dharani. “ (P.265, L.26.): Kegembiraan mendengarkan pembacaan Saddharma Pundarika Sutra bukanlah hal terakhir. Kita akan memperoleh kebajikan yang tak terhingga, sekarang kita harus membuat orang lain mendengarkannya, membimbing orang lain untuk mendapatkan kebajikan yang sama. Jika kamu melakukan hal ini, napasmu tidak akan bau. Kamu tidak akan mendapat penyakit lidah atau mulut. Gigimu tidak akan kotor. Hidungmu tidak akan pesek. Bibir, lidah dan gigimu akan mempunyai bentuk yang indah. Kamu akan memperoleh segala ciriciri orang yang sempurna. Pikiran dan badan menjadi satu. Ketika pikiranmu tenang dan positif, badanmu akan kelihatan bagus dan dihormati oleh orang lain. Semua Buddha mempunyai 32 tanda-tanda utama dan 88 ciri-ciri kebaikan.
“Jasa kebajikan orang yang menyebabkan seseorang pergi dan mendengarkan Dharma sangat melimpah. Ini dapat dikatakan kebajikan dari orang yang mendengarkan sutra ini dengan hatinya, membaca, menerima dan membabarkannya dalam sebuah pesamuan agung, dan melaksanakan sesuai dengan pengajarannya.” (P.266, L.8.): “Pelaksanaan yang menurut ajaran.” Saddharma Pundarika Sutra adalah agama pelaksanaan. Jika kamu melaksanakan sebagaimana yang dibabarkan dalam sutra, akan memperoleh jasa kebajikan yang tak terbatas. Pelaksanaan utama dari sutra ini adalah memberitahukan kepada orang lain meskipun hanya sekata atau sepenggal kalimat darinya. Nichiren Daishonin berkata dalam Shoho Jisso Sho: “Tanpa belajar dan pelaksanaan, tidak ada Buddhisme. Belajar dan pelaksanaan adalah bagian dari hati kepercayaan. Ikuti hal ini dalam dirimu dan buatlah orang lain melakukan hal yang sama. Sekalipun hanya sepenggal kalimat atau sebuah ungkapan, sebarkanlah kepada orang lain.” Jika kamu menyebarkan kepada orang, kamu adalah seorang guru. Kebajikan dari Guru Dharma terdapat dalam bab berikutnya. ~ Namu Myoho Renge Kyo ~
18
Kata-Kata Mutiara Oleh: Josho S.Ekaputra
Ada Dharma dalam darah yang mengalir ditubuh kita, ada Dharma dalam detak jantung, ada Dharma dalam setiap tarikan dan hembusan nafas o-o Hidup dalam ilusi dan terikat dalam ilusi adalah sebabsebab yang membuat kita menderita o-o Sejatinya manusia adalah mahluk yang tercerahkan, namun manusia tidak menyadari hal itu dan terus mengotori dirinya dengan segal keburukan o-o Ketika kita menghirup udara hendaknya menyadari bahwa kita hidup karenanya, ketika kita mengolah padi menjadi sumber makanan, kita hendaknya menyadari bahwa kita hidup dari nya. Hargailah alam sebagaimana kita menghargai kehidupan yang telah ia berikan.
No.23 / Agustus 2006
Buku "Penjelasan Shutei Gohonzon Nichiren Shonin" (Gohonzon ini ditulis Bulan Ketiga Tahun Koan Ketiga, 1280 dan digunakan oleh seluruh umat Nichiren Shu). Penyusun Oleh: Josho S.Ekaputra
"NAMU MONJUSHIRI BOSATSU"
Bodhisattva Manjusri B
Bodhisattva Manjusri ini melambangkan kebijaksanaan Sang Buddha dan khususnya berkaitan dengan Kesempurnaan Saddharma Pundarika Sutra, yang sering ditampilkan dan dibawa olehnya beserta dengan sebilah pedang untuk memotong semua ilusi dan khayalan. Kamus Istilah dan Konsep Buddhis menyertakan informasi berikut tentang dirinya: “Ia dipuja sebagai pemimpin dari para bodhisattva. Bersama-sama dengan Fugen (Samantabhadra), ia digambarkan sebagai salah satu dari kedua bodhisattva yang menyertai Buddha Sakyamuni. Manjushri umumnya ditampilkan di sebelah kiri Sang Buddha, dengan menunggang seekor singa, dan melambangkan segala kebajikan dari kebijaksanaan dan penerangan. Sebagai perbandingannya, di sebelah kanan sang Buddha, Bodhisattva Fugen (Samantabhadra) melambangkan segala kebajikan dari kebenaran dan pelaksanaan. Menurut Sutra Monjusihri Hatsunehan (Sutra Nirvana Monjushiri), Manjushri terlahir di sebuah keluarga Brahmana di Shravasti dan bergabung
19
No.23 / Agustus 2006
dengan para pengikut Buddhis, menyelamatkan luar biasa banyak orang.” Taigen Daniel Leighton berkata tentangnya: “Manjushri adalah Bodhisattva Kebijaksanaan dan Wawasan Pemahaman, mampu menembus ke dalam kekosongan fundamental, kesetaraan universal, dan sifat hakiki dari semua hal. Manjushri, yang namanya berarti “Agung, Yang Lemah Lembut”, melihat ke dalam inti hakekat dari semua kejadian dan fenomena yang ada. Sifat hakiki ini adalah bahwa tidak satupun benda/hal yang keberadaanya tersendiri, tidak memiliki ketergantungan terhadap dunia di sekitarnya. Fungsi kebijaksanaan adalah untuk melihat menembus dikotomi ilusi ‘aku-orang lain’, pengasingan diri kita dari dunia yang timbul dari khayalan kita sendiri. Dengan mempelajari ‘Diri’ dalam cahaya ini, kebijaksanaan Manjushri menyadari dalamnya serta luasnya kualitas dari ‘Diri’, terbebas
dari semua sifatsifat palsu kita yang umumnya tidak pernah kita pertanyakan. Dengan tekad tak kenal lelahnya untuk mengungkapkan kenyataan terunggul, M a n j u s h r i melambangkan Prajna Paramita, Kesempurnaan Kebijaksanaan, baik sebagai pelaksanaan maupun sebagai tubuh sutra. Meski Manjushri secara khusus dihubungkan dengan ajaran kekosongan dan cabang Madhyamika dari ajaran Mahayana, ia tidak terdapat dalam bagian awal dari sutrasutra Prajnaparamita. Akan tetapi, Manjushri adalah salah satu Bodhisattva paling terkenal di dalam semua sutra Mahayana, dan kadang dianggap sebagai tokoh sejarah yang berkaitan dengan Buddha Sakyamuni. Sebagai salah satu bodhisattva yang dikenal orang paling awal, Manjushri populer di India pada abad keempat, atau bahkan lebih awal lagi, dan diikutsertakan dalam kelompok pemujaan para Bodhisattva di abad ke-lima dan ke-enam. Gambarangambaran Manjushri muncul di Jepang pada awal abad kedelapan.” Bodhisattva Manjushri muncul
20
di dalam banyak sutra Mahayana seperti Sutra Vimalakirti dan Sutra Ornamen Bunga. Ia dianggap sebagai yang mendekati kesetaraan dengan Sang Buddha. Bahkan kadangkadang ia dikatakan telah menyadari KeBuddhaan, tetapi masih dengan sukarela bertindak sebagai seorang Bodhisattva. Beberapa sutra bahkan menyebutnya sebagai guru dari semua Buddha, seperti halnya peran yang ia ambil dalam Saddharma Pundarika Sutra, ketika ia menjawab pertanyaan-pertanyaan dari calon Buddha, Maitreya. Di dalam Buddhisme Mahayana: Dasar-dasar Ajaran, Paul Williams merangkum ajaran-ajaran tentang Bodhisattva Manjushri yang muncul dalam sutra-sutra ini. “Manjushri telah mencapai tingkat kesepuluh dari seorang Bodhisattva. Ia ditanyai kenapa ia tidak langsung melanjutkan pencapaian KeBuddhaan sepenuhnya?. Jawabannya adalah bahwa dalam memahami kekosongan secara
No.23 / Agustus 2006
menyeluruh dan bertindak sesuai dengannya tidak ada lagi yang perlu dilakukan. Ia telah meninggalkan gagasan tentang KeBuddhaan penuh. Ia tidak lagi mengejar penerangan; dan memang, dalam cahaya kekosongan ia tidak dapat mencapai penerangan. Dengan mengatakan hal ini, tentu saja, Manjushri mengatakan bahwa ia telah mencapai kesadaran sepenuhnya.” Di dalam Bab.I, ‘Pendahuluan’Saddharma Pundarika Sutra, Bodhisattva Manjushri menjawab pertanyaan-pertanyaan Bodhisattva Maitreya tentang sinar cahaya yang dipancarkan oleh Buddha Sakyamuni. Bodhisattva Manjushri mengungkapkan bahwa dalam kehidupannya yang lampau, ia telah menyaksikan Buddha Candrasuryapradipa, juga memancarkan cahaya sebelum mengajar Saddharma Pundarika Sutra, jadi ia berkesimpulan bahwa Buddha Sakyamuni juga akan mulai mengajar Saddharma Pundarika Sutra. Bodhisattva Manjushri
muncul kembali dalam pertengahan Bab.XII, “Devadatta”, dari istana Raja-Naga Sagara di lautan, di mana ia telah mengajar Saddharma Pundarika Sutra. Ia kemudian memperkenalkan bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya yang telah ia ajar, termasuk putri dari raja naga yang berusia delapan tahun. Sang putri naga kemudian menunjukkan pencapaian kesadaran Buddha secara langsung. Dalam Bab .XIV, “Pelaksanaan-pelaksanaan Penuh Kedamaian”, adalah Bodhisattva Manjushri yg bertanya kepada Sang Buddha bagaimana seharusnya para bodhisattva biasa membabarkan Saddharma Pundarika Sutra di dalam dunia yang buruk setelah kemokshaanNya. Akhirnya, dalam Bab.XXIV, “Bodhisattva Gadgasvara”, juga Bodhisattva Manjushri yang bertanya tentang bunga teratai berhiaskan permata yang melayang turun dari angkasa untuk menyongsong kedatangan Bodhisattva Gadgasvara, dan ia pulalah yang bertanya kepada Sang Buddha tentang Bodhisattva
tersebut dan meminta untuk bertemu dengannya. Berdasarkan sebuah bait dari Sutra ‘Untaian Bunga’ terjemahan bahasa China, Bodhisattva Manjushri dipercaya memiliki tempat tinggal di bumi di Gunung Wu-t’ai, China. Lambang : Seorang pemuda berusia 16 tahun menunggangi seekor singa. Ia memegang sebilah pedang di tangan kanan dan sekuntum bunga teratai biru di tangan kirinya. Ia mengenakan sebuah mahkota berujung lima. Gassho.
REDAKSI BULETIN "LOTUS" Diberitahukan kepada seluruh umat Nichiren Shu Indonesia dan para pembaca Buletin "Lotus" bahwa mulai edisi 24 akan terjadi perubahan total penampilan dan sirkulasi terbit. Sehubungan dengan peningkatan mutu dan penghematan anggaran yang terbatas, maka Buletin "Lotus" pada edisi 24 akan terbit setiap Tri Wulan (tiga bulan sekali) dengan format Majalah. Oleh karena itu, dibuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi para donatur untuk dapat memberikan kontribusi Dana bagi terbitnya Majalah "Lotus" tersebut. Rencana awal diterbitkan sebanyak 500 exp. Majalah "Lotus" adalah bersifat umum dan akan didistribusikan secara meluas keseluruh vihara-vihara yang ada. Bagi yang berminat dapat segera menghubungi kami di bagian redaksi Buletin, untuk iklan dan sumbangan. Anda dapat menghubungi: Sdr. Sidin Ekaputra Telp. 021-68656963, Hp.081311088060
21
No.23 / Agustus 2006
ANEKA PERISTIWA NICHIREN SHU DAN BUDDHISME (Liputan (L iputan Aneka Berita Nichiren Shu Indonesia, Luar Negeri dan berita Buddhis lainnya) Sumber: Nichiren Shu News, The Bridge, Maillist dan Website Perangkum oleh: Josho S.Ekaputra
KEGIATAN BEBERAPA
KUIL NICHIREN SHU DI SELURUH AMERIKA SERIKAT SAN JOSE Bazar Kotak Makanan Teriyaki Acara rutin bazar kotak makanan teriyaki telah dilaksanakan pada tanggal 23 April dengan sangat sukses. Banyak sukarelawan, anggota dan teman datang dan pada tahun ini dibuat 800 bento. Makanan lainnya seperti beras kering, tahu (Mabo Tofu) dengan beras, mie, dan barazushi juga terjual habis. Disamping makanan, sekolah Tachibana membuat tenda menjual bunga, kerajinan, omanju dan dango. Grup Marimokai mempertunjukkan kepandaian mereka dalam pertunjukkan Koto dan Sensei Sakaguchi yang membimbing para murid Tachibana pertunjukkan Koto mereka. Sensei Kika Shibata dan anggota Sekolah Shibata Sogetsu memperlihatkan dan mendemonstrasikan pengaturan bunga-bunga mereka. Terima kasih juga kepada San Jose Kendo Dojo dan Silicon Valley Shorinji Kempo Dojo atas bantuan mereka.. BRASIL Kuil Hokekyoji Sebuah upacara memperingati hari lahir Buddha Sakyamuni telah dilaksanakan pada tanggal 2 April. Altar kuil dihiasi
dengan berbagai macam bunga dan tea manis yang dipersembahkan kepada rupang bayi Buddha. YM.Bhiksu Kenno Fukushima dan Presiden Kaneko berkunjung ke perkampungan Salvador dan Giottaka selama tiga malam. Perjalanan ini sangat panjang dan sulit tetapi sebagai hasilnya mereka mendapatkan lima anggota baru. YM.Bhksu bersama dengan YM.Bhiksu Shoyo Tamura pergi ke Jepang menghadiri pertemuan rutin bhiksu-bhiksuni misionaris dari 21-29 mei. Mereka kembali ke Brasil, bersama dengan YM.Bhiksu Okuda. Mereka melaksanakan pesta penyambutan untuk YM.Bhiksu Okuda setelah kelas belajar pada tanggal 3 juni. Pada tanggal 25 april, kuil Hokekyoji Brasil dipenuhi banyak anggota 24 anggota penuh, 25 anggota keluarga, 4 calon anggota dan 3 anggota pendukung. LOS ANGELES Upacara Peringatan Kematian untuk Orang-orang Yang Terlupakan. Acara rutin ini dilaksanakan pada minggu, tanggal 28 mei jam 10:30 a.m.. Acara ini dilaksanakan dihadapan Monumen untuk Orang-orang Yang Terlupakan. YM.Bhiksu Shokai Kanai akan berdoa untuk semua
22
orang-orang yang berhubungan dengan kuil, yang telah meninggal dunia, dan juga untuk jiwa-jiwa dari mereka meninggal didaerah Boyle Heights; khususnya untuk 108 kuburan orang yang terlupakan yang berusia 123 tahun yang baru saja ditemukan tulang belulangnya ketika pembangunn subway. Penghargaan Wanita Tahun Ini adalah Ny. Yasuko Furuhashi, adalah seorang anggota lama dari Kuil Los Angeles Nichiren Buddhist, memperoleh penghargaan Wanita Tahun 2005 dari American Biographical Institute atas pengabdiannya yang panjang dalam perjuangan untuk membantu pasienpasien kanker dan tugas-tugas sukarelawannya. Yasuko adalah seorang perancang profesional busana dalam wanita dan pemilik Salon Lingerie di Pasadena selama 35 tahun. Reputasinya yang luar biasa memberikan dukungan kepada para pasien kanker baik secara fisik maupun mental, tersebar dari mulut ke mulut dan orang-orang segala usia datang kepadanya untuk mendengarkan saran darinya. “Peduli kepada orang lain dan membuat orang-orang bahagia telah menjadi tujuan hidup saya sekarang ini,” kata dia lagi. Kuil Los Angeles sangat bangga mempunyai anggota yang begitu berdedikasi dan luar biasa.
No.23 / Agustus 2006
Saya Ingin Mempromosikan Kunjungan ke Minobusan Sebuah Wawancara Dengan Kepala Administrasi Yang Baru
P
ada tanggal 20 desember 2005, pada sebuah sesi tidak biasanya di Konggres Nichiren Shu, YM.Bhisku Joshin Komatsu dari Kuil Takei-bo, Daerah Administrasi Yamanashi, terpilih sebagai Kepala Administrasi baru dari Kantor Pusat Nichiren Shu. Ia mengantikan YM.Bhiksu Tansei Iwama, yang pensiun karena masalah kesehatan. Berikut wawancara dengan Kepala Administrasi baru oleh pegawai Nichiren Shu Shimbun staff. Pertanyaan: Apa rencana anda dalam kesempatan ini? Jawab: Saya selalu berpikir untuk memulai sebuah gerakan “Spiritual Baru”. Saya berkeinginan untuk mempromosikan kampanye kunjungan ke Minobusan. Dalam rangka untuk memungkinkan hal itu, semua pengikut dan bhiksu Nichiren Shu harus bersamasama datang dan berdoa memberi penghormatan di Minobusan. Langkah dasar untuk gerakan baru ini untuk pergi dan berdoa dia Minobusan, pondasi dari Nichiren Shu. Pertanyaan: Dimana kamu dilahirkan di Minobu? Jawab: Ya, Saya lahir di Kuil Takei-bo di Minobu, dimana saya
YM.Bhisku Joshin Komatsu bertugas sebagai kepala kuil disana. Bagaimanapun, aku menghabiskan masa kanak-kanak ku dan kuliah di universitas di Tokyo. Pertanyaan: Aku dengar anda adalah ketua dewan mahasiswa ketika anda belajar di Universitas Rissho, betul kan? Jawab: Saya masuk Universitas Rissho pada tahun 1966, dan ketika tahun ke-tiga kuliah, saya menjadi ketua dewan mahasiswa. Pada waktu itu, Jepang berada dalam tengah-tengah gejolah gerakan radikal mahasiswa, memprotes kebijakan pemerintah dan sistem universitas, dan tidak terkecual demikian juga di Universitas Rissho. Mahasiswa radikal memboikot perkuliahan dan melaksanakan gerakan anti penegakkan peraturan kampus. Meskipun, aku adalah
23
seorang ketua dewan mahasiswa, saya juga adalah seorang mahasiswa di Departemen Pembelajaran Buddhisme. Ini membuat saya berada dalam posisi kebijakan kampus. Aku tinggal dalam kampus selama 200 hari dalam setahun di ruang dewan mahasiswa. Pengalaman yang paling mengesankan adalah ketika aku bergabung bersama para demonstran di pangkalan Angkatan Udara Amerika Serikat di Yokosuka. Salah satu teman saya berasal dari Universitas Keio mengajak saya untuk bergabung dalam protes dipintu masuk ke dari pelabuhan kapal perang Amerika Serikat di Yokosuka. Ketika aku tiba di lapangan tersebut, keadaan sangat kacau. Saya terciprat darah dari beberapa demontran yang bentrok dengan polisi dan saya pun melarikan diri ke kuil terdekat. Sejak saat itu, pandangan saya tentang gerakan radikal pun berubah. Terdapat beberapa pemimpin radikal di kampus. Sungguh sulit untuk memberitahukan kepada mereka agar mau mengerti. Saya memberitahukan mereka tentang pandangan mereka yang salah dengan kata-kata yang sederhana bahkan anak-anak dan orang jompo bisa memahaminya. Ini membuat mereka marah pada awalnya, tetapi lambat laun mereka bisa menerima pandanganku. Semua
No.23 / Agustus 2006
kejadian ini mengajarkan saya bahwa seseorang harus mengalami pengalaman dengan dirinya sendiri agar dapat melihat realita dan mengerti lebih baik. Dalam rangka menunjukkan dan membimbing orang-orang, pengalaman itu sangat penting dan efektif. Pertanyaan: Bagaimana anda menjaga kesehatan diri? Jawab: Saya sering bermain rugby ketika di sekolah tinggi junior dan senior. Saya selalu terlihat sehat sejak saat itu. Bahkan ketika saya memanjat naik dan turun Gunung Shichimen di Minobu sebagai kegiatan rutin seharihari, saya juga selalu olahraga untuk kesehatan. Saya sangat berhati-hati terhadap tekanan yang ada setiap hari. Saya tidak pernah membiarkan adanya tekanan emosi atau stress lebih dari satu hari. Saya mencari jalan untuk melepaskan semua tekanan itu. Pertanyaan: Apa pendapat anda tentang perubahan masyarakat Jepang saat ini dan pendidikan untuk generasi muda? Jawab: Sekarang ini, para orangtua terlalu bergantung pada sekolah untuk pendidikan anak-anak mereka. Karena kuil saya adalah sebuah shukubou (penginapan peziarah), saya sering menyediakan akomodasi bagi para bhiksu-bhiksu muda. Pada 15 tahun yang lalu bahkan ketika aku masih seorang anak muda yang nakal, saya tidak seperti saat mereka sekarang ini. Saya berpikir ini karena mereka tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang tua mereka. Para orang tua sangat mengharapkan sistem pendidikan untuk mendisiplinkan anak-anak mereka dan mengajarkan mereka tata krama. Istilah populernya adalah “kireru” (mendapatkan amarah yang tidak terkendali) adalah hal yang biasa saat sekarang ini di Jepang. Saya rasa bahwa kecenderungan ini mulai tumbuh ketika mereka meranjak remaja, dan jika mereka tidak mendapatkan disiplin dan
tata krama yang baik ketika masa kanak-kanak, maka tidak ada jalan dapat mengendalikan mereka ketika mencapai usia dewasa. Inilah kenapa banyak anak-anak tidak dapat mengendalikan perasaan mereka seperti marah, benci dan agresif. Ketika mereka masih anak-anak, orangtua harus dapat mengajari mereka pada saat itu bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah. Jika mereka melakukan sesuatu yang baik atau jika mereka telah mencapai sesuati, orang tua harus memberikan pujian kepada mereka. Jika anak-anak mengalami kesedihan dan duka, adalah hal yang alami jika para orang tua berbagi bersamasama dengan anak-anak. Gembira dan marah berada berdampingan dan harus ditangani secara baik. Orang tua memainkan bagian yang terpenting dalam pendidikan anak. Dengan keluarga yang terpecah dan nenek atau kakek hidup terpisah dari keluarga, maka sifat individu akan tumbuh dengan cepat. Saya rasa agama juga memainkan peranan penting dalam membawa kembali keharmonisan keluarga. Kuil adalah tempat dimana orang tua selalu pergi, ini adalah pandangan umum saat sekarang ini tetapi anak-anak juga harus berkunjung ke kuil dengan keluarga mereka untuk memberikan rasa penghormatan kepada para leluhur. Jika mereka berkunjung ke kuil bersama keluarga mereka sejak usia muda, ini akan menjadi sebuah kebiasaan baik yang dapat diteruskan kegenerasi berikutnya. Jika perasaan terhadap agama sudah terpaku sejak masa kanak-kanak, maka kekuatan keagamaan juga turut terbawa sampai dewasa. Hal yang sangat penting bagi para orang tua adalah melakukan Gassho dan berkata “Itadakimasu” sebelum makan dan “Gochisousama” setelah
24
makan. Juga menyebut O’daimoku didepan altar keluarga setiap hari adalah sangat penting. Kegiatan seperti ini akan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak. Pertanyaan: Terakhir, pesan apa yang ingin kamu sampaikan kepada para pengikut Nichiren Shu diseluruh Jepang dan dunia? Jawab: Marilah kita selalu menyebut O’daimoku tanpa sebuah keterikatan yang kaku dan menjadi kewajiban dari sebuah agama, tetapi marilah kita menyebut O’daimoku bersama-sama dengan sepenuh hati kita yang paling dalam. Gassho. Catatan: Posisi Kepala Administrasi Nichiren Shu (Shumu Socho) adalah sama seperti posisi Perdana Menteri Jepang dalam pemerintahan. Ia bertanggungjawab dalam memimpin administrasi, memberikan laporan dan membuat rencana gerakan untuk kantor pusat. Masa jabatan adalah empat tahun dan lebih tinggi tingkatannya dari Sojo dalam keagamaan. Ia diberikan wewenang oleh Shukai (Konggres Nichiren Shu) dan Kanco (Bhiksu Tertinggi).
No.23 / Agustus 2006
Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu (Menjelajahi Kuil-Kuil Nichiren Shu, Tempat Bersejarah Lainnya di seluruh Jepang dan Dunia) Oleh: Josho S.Ekaputra
Kuil Myogyo Ji,
Greater Boston • Nama Resmi Kuil : Kuil Myogyo Ji, Greater Boston - Newton, New England • Berdiri Tahun: 1999 • Kepala Kuil: Bhiksu Kobun Sasaki dan dibantu oleh Shami Michael “Kojin” Hewitt • Alamat : 1207 Boylston Street Newton, MA 02464 • Telepon: 617-244-7115 • Website: http://www.nichiren-shu. org/boston/ Latar Belakang Sejarah
K
uil Buddhist Myogyo Greater Boston adalah bagian dari Nichiren Shu Buddhisme dan bertujuan untuk melayani masyarakat Buddhis di daerah New Englang. Pendiri dari Nichiren Shu adalah Nichiren Shonin (1222-1282) pada abad 13, seorang bhiksu Jepang. Nichiren Shu fokus pada ajaran Saddharma Pundarika Sutra. Bhiksu Kobun Sasaki, yang ditempatkan oleh Nichiren Shu disini. Komunitas Nichiren Shu di greater Boston berdiri sejak tahun 1993 ketika berkumpulnya sejumlah kecil umat Nichiren Shu di daerah ini dan membentuk sangha. Pada tahun 1999, grup Sangha ini secara
Ket.Kuil Myogyo Ji Greater Boston
resmi memiliki tempat sendiri di Newton yang disumbangkan oleh Kuil Myogyo Ji, Japan. Secara resmi maka grup Sangha kemudian menetapkan nama kuil sebagai Kuil Myogyo Ji Greater Boston, sebagai bentuk penghargaan atas bantuan mereka sehingga terwujudnya kuil ini Menyebarluaskan Pundarika Sutra
25
Saddharma
S
addharma Pundarika Sutra adalah salah satu sutra terpenting dalam Mahayana Buddhisme, Mahayana berarti sekte Buddhis yang menekan keselamatan dan perhatian yang tinggi terhadap sosial. Berdasarkan sutra ini, semua orang dapat mencapai KeBuddhaan; sutra ini juga menekan tentang Buddha Abadi. Dalam website Kuil Myogyo Ji Greater Boston menjelaskan tentang
No.23 / Agustus 2006
Bhiksu Tinggi Nichiren Shu, Nichiei. Kebajikan dari Saddharma Pundarika Sutra
S
addharma Pundarika Sutra adalah ajaran sejati karena Buddha Sakyamuni membabarkan sutra ini dari dasar hati terdalamNya, yang merupakan dasar pencerahanNya. Sedangkan Sutra lain diajarkan berdasarkan tingkat pemahaman dari para pendengar. Sang Buddha mengajarkan tentang kebenaran. Ket. (Atas) Altar Kuil, (Bawah) Gohonzon Nichiren Shonin Membaca sutra ini akan dapat membimbing objek pemujaan sebenarnya adalah kita kepada kebenaran tanpa kita Buddha Sakyamuni Abadi, dan kita sadari. Sebagai contoh, rumput juga mengikut ajaran dari Nichiren menjalar akan tumbuh lurus diantara Shonin. Nichiren dipercaya sebagai pepohonan yang lurus, atau tubuh perwujudan dari Bodhisattva Jogyo, ular akan menjadi lurus jika ia mahluk tercerahkan yang menunda memasuki pipa yang sempit, Nirvana untuk dapat menyelamatkan atau jika seseorang memiliki umat manusia dan yang berjanji teman yang baik, maka untuk menyebarluaskan Saddharma sikapnya pun akan menjadi Pundarika Sutra pada masa akhir lebih baik. Demikian dharma. (www.nichiren-shu.org/ juga, seseorang yang boston/). percaya kepada Saddharma Kuil Minobusan Kuonji Pundarika Sutra akan Temple di Daerah Administrasi mencapai KeBuddhaan.” Yamanashi, Jepang adalah Kuil (Tulisan Nichiren Shonin, Pusat dari Nichiren Shu Buddhisme 1278, pada usia 56 tahun). dan didirikan oleh Nichiren Shonin pada tahun 1274. Kantor Pusat Penjelasan Tentang Kuil Administrasi Nichiren Shu terletak di Tokyo yang mengatur lebih ara anggota kurang 5,300 kuil Nichiren Shu. Pada Kuil Myogyo Ji awalnya Kuil Myogyo Ji Jepang pada awalnya adalah sebuah kuil sekte Zen sampai menghadiri kebaktian di pada tahun 1408, ketika Bhiksu Zen Dorchester. Kuil di Newton Shunyo merubahnya menjadi Kuil ini adalah sebuah rumah kecil Nichiren Shu atas rekomendasi dari yang berlokasi disebuah jalan
P
26
yang sangat sibuk dibagian Route 9 Barat. Bagian depan dari bangunan ini terdapat lambang Teratai didekat pintu masuk, yang menandakan bahwa bangunan ini adalah bangunan keagamaan; simbol bunga teratai adalah lambang kemurnian dari Sang Buddha. Ketika kita melangkah masuk dari pintu depan, kita akan memasuki sebuah ruangan kecil yang difungsikan sebagai ruang kebaktian kuil. Disebelah kanan dekat pintu terdapat tempat sepatu atau sandal, dan sebelah kiri terdapat Altar. Sebuah bendera ungu bergambar teratai memisahkan kedua tempat itu. Ruang altar itu berisi sebuah rupang Nichiren Shonin, sebuah Gohonzon (tulisan dari Nichiren Shonin) dibingkai dan diberi hiasan indah, sebuah rupang Dewi Kishimojin (Hariti), yang diberi persembahan buah apel, lilin dan dupa. Kemudian didalam ruangan ini terdapat enam atau tujuh baris kursi didepan altar dan sebelum kursi itu juga terdapat alas duduk bagi yang ingin duduk dilantai. Berbagai macam buku literatur Nichiren Buddhis dari Nichiren Shu Internasional juga
No.23 / Agustus 2006
tersedia, termasuk brosur penjelasan tentang karma dan juga tersedia Juzu. Terdapat juga lusinan salinan Saddharma Pundarika Sutra dan sebuah foto tentang Kuil Myogyo Ji di Jepang terpasang di dinding. Ruang dapur bersebelahan dengan ruang altar. Kadang-kadang ketika meditasi kita masih bisa mendengar suara mobil dijalanan. Aktivitas Anggota
S
etiap minggu, Kuil Myogyo Ji melaksanakan kebaktian pada jam 4 sore dengan belajar Saddharma Pundarika Sutra dan meditasi Shodaigyo dan kegiatannya kadang-kdang berubah setiap minggunya. Jenis meditasi ini adalah secara terus menerus menyebut O Daimoku: “Namu Myoho Renge Kyo.” Anggota yang hadir sekitar 25-30 orang, beberapa diantara mereka berasal dari Jepang, tetapi mayoritas adalah orang-orang kulit putih. Mereka datang dari Arlington, Chestnut Hill, Boston, Back Bay, dan Maine. Shami Michael “Kojin” Hewitt yang melaksanakan segala kegiatan di kuil ini. Kebanyakan anggota adalah orang-orang dewasa. Hewitt sendiri berasal dari keluarga Methodist di Pennsylvania. Kebanyakan anggota yang berasal dari Jepang, jarang hadir di kebaktian minggu, karena mereka sudah terbiasa untuk meditasi di rumah. Sehingga mereka yang hadir tidaklah terlalu banyak. Shami Hewits, sendiri sedang berusah untuk bisa ke Jepang, untuk mendapatkan pelatihan menjadi Bhiksu sepenuhnya. Gassho. Keterangan Gambar: (Atas) Altar Dewi Hariti (Kishimojin) terletak disebelah kiri rupang Nichiren Shonin, (Tengah) Simbol Teratai Nichiren Shu terletak diatas pintu masuk kuil, (Bawah) Shami Michael "Kojin" Hewitt.
27
No.23 / Agustus 2006
JADUAL DAN BAHAN pelajaran JAKARTA, TANGERANG, BATAM, JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA
BAHAN PELAJARAN ::: MINGGU I, 6 Agustus 2006 Bahan : "Ceramah dan Saddharma Pundarika Sutra" MINGGU II, 13 Agustus 2006 Bahan: "Meditasi Shodaigyo" MINGGU III, 20 Agustus 2006 Bahan: "Diskusi" MINGGU IV, 27 Agustus 2006 Bahan : "Diskusi"
DAFTAR ISI EDISI 23 Topik Utama: ~Saddharma Pundarika Sutra Menerangi Dunia, Hal. 01
Ceramah :
JADUAL PERTEMUAN ::: JAKARTA (MINGGU KE 1 DAN 2): 10:00 - 10:40 Dokyo Shodai (Membaca Paritta dan Odaimoku) 10:40 - 12:00 Pelajaran / Diskusi TANGERANG (MINGGU KE 3 DAN 4) 14:00 - 14:30 Dokyo Shodai 14:30 - 16:00 Pelajaran / Diskusi
~Upacara Segaki, Hal.04 ~Sepuluh Dunia Yang Saling Berkaitan, Hal.05 ~Hidup Nichiren dan Hati Kepercayaan Di Amerika Serikat, Hal.06 Kutipan Goibun: ~Buddha Dalam Pikiran Kita, Hal.10
Serba Serbi:
SEMARANG / JAWA TENGAH (SETIAP RABU) Tempat Kebaktian: Jl.Taman Hasanudin No.A3, Semarang Hp. 08122904734, Up.Bpk.Kwik Eng Hao 19:00 - 21:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi D.I.YOGYAKARTA (SETIAP JUMAT) 20:00 - 22:00 Dokyo Shodai / Pelajaran / Diskusi
PENGUMUMAN Mulai Pebruari 2005, bagi anda yang ingin memberikan Dana Paramita untuk Yayasan Buddhis Nichiren Shu Hokekyo Indonesia, atau Cetya Pundarika, Sunter dapat melakukannya melalui Transfer Bank dengan data sebagai berikut:
Bank Central Asia (BCA) KCP.Muara Karang No.Account : 637-012-8152 A/N: Nichiren Shu Hokekyo Indonesia
~Seri Pelajaran Mahayana, Hal.07 ~Seri Buku Buddha Seed, Hal.11 ~Legenda Nichiren Shonin, Hal.14 ~Seri Penjelasan Saddharma Pundarika Sutra, Hal.16 ~Seri Penjelasan Shutei Gohonzon, Hal.19 ~Seri Pengenalan Kuil-Kuil Nichiren Shu, Hal.25
Aneka Peristiwa: ~Kegiatan Beberapa Kuil Nichiren Shu, Hal.22 ~Saya Ingin Mempromosikan Kunjungan Ke Minobu, Hal.23
Dana Paramita Rp.6.000,-
Alamat Redaksi Buletin "LOTUS" : Apartemen Permata Surya I, Blok.A No.201, Cengkareng - Jakarta Barat. Telp.081311088060, Email:
[email protected] Website: www.nshi.org 28