ARTIKEL ILMIAH
ANALISA RHYTM DAN MELODY INSTRUMEN KULCAPI DALAM UPACARA ERPANGIR KU LAU PADA MASYARAKAT KARO Adenansius N Prodi Seni Musik
ABSTRACT This study aims to determine how the use of kucapi, Rhythm and Melody instruments form kulcapi in my Erpangir Lau Ritual Ceremony at Karo Society.The research method used is a research laboratory is working, writing or record all melody instruments kulcapi in ritual ceremonies Erpangir Ku Lau methodology then analyzed by western and traditional music. The results of this study showed that the Ku Lau ritual Erpangir one of the instruments used is kulcapi, kulcapi a bearer instrument to accompany the melody in my erpangir ritual Lau. Teachers for the Si Baso into trance or trance, there are four types of music played yng include Mari-mari, keudian switch to odak-odak subsequent switch to a plate-plate and the latter peselukken. So the task here is to deliver music Guru Si Baso into trance / trance. Then the teacher will sibaso convey a message to the families who carry Erpangir Ritaual Ku Lau. Keyword : Rhytm, Melody, Kulcapi, Erpangir Ku Lau Ceremony
1
I. PENDAHULUAN Musik adalah salah satu ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Didalam musik terkandung nilai dan norma –norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya,baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas,baik dari sudut struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Demikian
juga
yang
terjadi
pada musik dalam kebudayaan karo. Dalam
kehidupan suku karo, sepertinya musik tidak dapat dipisahkan baik dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam praktek adat dan budaya.Tanah karo yang merupakan daerah dataran tinggi yang subur dan memiliki dua gunung berapi yang masih aktif sehingga sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Dan dalam prakteknya
suku
karo
banyak memasukkan unsur seni musik
sebagai bagian dari kehidupan agraris itu sendiri,misalnya nyanyian dalam memanggil angin ketika “ngangin page” yaitu memisahkan padi dari dari sisa batang ketika panen padi, ketika “ngeria” yaitu proses untuk mendapatkan air manis atau nira dari pehon enau dan asktifitas lainnya. Masyarakat karo sendiri masi banyak yang percaya dengan tahayul dan ilmu – ilmu gaib, hal itu bisa dilihat dari masi banyaknya ritual – ritual tradisi yang berbau mistik masih dilaksanakan sampai saat ini. Hal ini bisa dibuktikan dari masih seringnya
orang
karo
melakukan ritual – ritual kebudayaan
seperti : Ritual Erpangir Ku Lau(mandi ke sungai dengan bantuan dukun), ritual Ndilo Wari Udan(memanggil hujan), ritual Nengget(buat pasasngan suami istri yang tidak memiliki keturunan), ritual Motong Buk(memotong rambut anak yang baru lahir) dan masih banyak lagi. Dalam kegiatan adat sendiri musik juga mengambil peranan yang penting dalam suku karo, seperti misalnya dalam pesta adat pernikahan maupun kematian. Dalam pengamatan sementara penulis, dari keseluruhan ritual – ritual yang
dilakukan oleh orang karo, ritual Erpangir Ku Lausepertinya ritual yang
dianggap paling besar, seperti yang diungkapkan oleh Junaidi Sinuhaji seorang seniman karo, hasil wawancara, 10 April 2013 mengatakan bahwa : ritual Erpangir Ku Lau sudah disebut sebuah pesta karena mengundang seluruh sanak saudara dan memakai jasa seorang Guru Si Baso, sebutan dukun dalam masyarakat karo. selain itu, dalam melaksanakan ritual Erpangir Ku Lau, harus melibatkan ansambel Gendang Telu Sendalanen, hal ini disebabkan karena Guru Si Baso hanya bisa 22
trance ketika diiringi oleh ansambel Gendang telu sendalanen, Guru Si Baso harus mengalami trance terlebih dahulu, sehingga kita bisa meminta apa yang kita inginkan. Ritual Erpangir Ku Lau sampai saat ini masih di yakini masyarakat setempat sebagai sarana meminta kepada nenek moyang berbagai permintaan. Contohnya meminta kesehatan, mengusir roh jahat,
dan
meminta
bantuan
– bantuan lainnya. Erpangir artinya mandi, Ku Lau artinya ke sungai. Erpangir Ku Laumandi ke sungai. Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa begitu pentingnya ansambel Gendang Telu Sendalanen dalam suksesnya sebuah ritual Erpangir Ku lau. Dalam pengamatan penulis,Kulcapi merupakan salah satu tradisional
alat
musik
karo dalam ansambel Telu sendalanen, terutama dalam ritual
Erpangir Ku Lau.Dimana kulcapi berfungsi sebagai pembawa melodi. Sorensen Tarigan seorang Penggual(pemain musik karo) dalam ungkapannya, untuk membuat Guru Sibaso menjadi trance ada empat jenis musik yang dimainkan oleh penggual (yang memainkan musik) yaitu, (1) Mari – mari, (2) Odak – odak, (3) Patam – patam, (4) Peselukken. Keempat jenis musik ini memiliki pola irama, rhythm, melodi, dan tempo yang berbeda – beda.Dalam teknik penggunaan kulcapi,
kulcapi memiliki
teknik
yang
berbeda dengan
alat
musik
lainnya.Begitu juga dengan melodi yang dimainkan, sepertinya melodi yang dihasilkan instrumen kulcapi memiliki
unsur tersendiri sehingga dapat
mempengaruhi guru sibaso menjadi trance Masyarakat Karo adalah semua orang yang hidup dan mengaku orang dibawah
naungan dan lingkungan Merga Silima (Marga yang Lima) dengan
adatnya. Semua orang Karo berada dalam lingkungan salah satu dari merga pokok yang Lima. Ritual adalah teknik (cara, metode )membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama. Ritual bisa pribadi atau kelompok. Wujudnya bisa berupa Doa, tarian, drama, kata – kata seperti “Amin”. Analisis adalah aktifitas yang membuat sebuah kegiatan, seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan di kelompokkan kembali menurut kriteria
tertentu 33
kemudian
dicari kaitannya
dan ditaksir maknanya. Rhithm adalah pengulang gerak yang teratur dan terus – menerus. Dalam bentuk alam bisas kita ambil contoh pengulangan ombak laut, barisan Semut, Gerak dedaunan, dan lain – lain. Dimana prinsip rhithm sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari bentuk – bentuk unsur musik melodi
atau
disebut
juga suara
adalah
suksesi
linear
nada musik yang
dianggap sebagai satu kesatuan. Dalam arti yang paling harfiah, melodi adalah urutan nada dan jangka waktu nada, sementara, dalam arti lain, istilah tersebut memasukkan suksesi unsur musik lain seperti warna nada. Instrumen adalah suatu alat musik yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi dapat disebut instumen/alat musik. Namun istilah ini umumnya diperuntukkan bagi
perangkat
ditujukan
khusus untuk musik. Kulcapi adalah salah satu alat musik tradisional budaya karo. Kulcapi hampir sama dengan gitar akustik biasa, hanya saja bedanya kulcapi hanya mempunyai 2 senar (1 dan 2 ). kulcapi terbuat dari dasar kayu yang diukir sedemikian rupa hingga suaranya harmony.Dimana kulcapi merupakan alat musik tradisional karo yang berfungsi sebagai pembawa melodi dalam sebuah lagu. Erpangir Ku Lau merupakan sebuah pesta yang dilakukan masyarakat karo. Dimana dalam pelaksanaan ritual ini harus memakai jasa seorang Guru Sibaso, sebutan dukun dalam masyarakat karo. Ritual ini juga dianggap ritual yang paling besar dalam masyarakat karo, karena ritual ini harus mengundang Sangkep nggeluh (seluruh sanak saudara). Sesuai
dengan
judul penelitian “Analisa Rhythm dan Melody instumen
Kulcapi dalam ritual Erpangir Ku Lau pada masyarakat karo” maka penulis akan melakukan penelitian di desa Kuta Buluh Kec Tanah Pinem, Kab Dairi Waktu penelitian direncanakan akan berlangsung diantara Januari – Maret 2013. Populasi ialah keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam
wilayah
penelitian, makanya
penelitinya
merupakan peneliti populasi. Dari kutipan diatas jelas bahwa, sample penelitian ini adalah tokoh adat, pemuka agama, pemerintahan serta masyarakat setempat, dan juga penggual (pemain musik ) yang seluruhnya berjumlah 15 orang. 44
Dengan demikian, berdasarkan pendapat tersebut maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 2 tokoh adat yang mengerti mengenai upacara ritual erpaangir kulau, 2 pemuka agama, 1 pemerintahan, 5 masyarakat setempat, dan 5 penggual (pemain musik). Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi yang menggunakan teknik purposive sample atau sampel bertujuan. Untuk melengkapi data – data yang diperlukan, penulis melakukan serangkaian kegiatan wawancara bebas. Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan (1)Observasi, (2) Dokumentasi, (3) Wawancara. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, masyarakat, kepemudaan, olah raga, seni dan budaya, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.
II. HASIL PENELITIAN Sebelum menganalisis bentuk lagu,
penulis
menganalisis bagaimana
penggunaan kulcapi. Kulcapi memiliki dua senar dimana jarak/interval kedua senar adalah berjarak kwint yaitu nada re – la atau sol – re. Dalam memainkan sebuah lagu dengan menggunakan instrumen kulcapi sebelumnya kita harus tau nada yang paling rendah karena kulcapi memiliki jarak nada yang tertentu. Jika nada nada yang paling rendah lebih rendah dari nada sol, kita harus menggunakan stelan re – la pada kulcapi. Sebaliknya jika nada paling rendah lebih tinggi dari sol, maka stelan yang digunakan sol – re. Pada reportoar mari-mari nada paling rendah adalah nada sol sehingga pada kulcapi kita harus menggunakan
setelan
sol
–
re, dengan kata lain senar atas
bernada sol dan senar bawah bernada re. Demikian juga dengan reportoar odak-odak, nada yang paling rendah adalah nada sol sehingga setelan yang kita mainkan tetap sol – re. Dari odak-odak menuju patam-patam terjadi modulasi(perpindahan nada dasar) dari tangga nada netral menjadi 1b(mol), dan nada paling rendah pada reportoar patam-patam adalah nada mi sehingga setelan yang digunakan re-la. Peselukken juga menggunakan setelan re-la karena pada reportoar peselukken nada paling rendah adalah nada re. 55
Umumnya musik-musik
etnik di Indonesia adalah pentatotik(menggunakan
hanya lima nada), dengan tangga nada mayor atau skala mayor (major scale). Beda halnya dengan Karo, menurut Julianus Limbeng dalam artikelnya tangga nada Karo tahun 2004, meskipun juga ditemukan skala mayor namun ciri karo-nya lebih dikenal skala minor(minor scale) ditambah dengan Rengget (melisma) sebagai gaya baik dalam menyanyi maupun instrumen musik. Jika dikaitkan dengan istilah musik barat, bisa dilihat kecenderungan bahwa tangga nada Karo sebenarnya minor, karena dapat kita kaji lewat lagu-lagu 50-an, baik lagu-lagu perkolong- kolong, umumnya menggunakan minor
scale. Disamping itu juga nada-nada yang dihasilkan oleh instrumen karo ada
kecenderungan menggunakan tangga nada minor. Misalnya alat musik
sebagai
pembawa melodi seperti sarunei, balobat, baik alat petik sekalipun, misalnya Kulcapi menghasilkan scala minor. Disamping itu dalam tradisi musik vokal juga, misalnya io-io pagar batu, pemasu-masun, dan bilang-bilang juga dapat diidentifikasi sebagai skala minor. Di Karo sendiri tidak ada penyebutan untuk scala minor tersebut, namun dimasyarakat sunda penyebutannya dikenal dengan istilah madenda dengan gaya melisma yang juga dikenal dengan term cengkok. Bentuk lagu adalah suatu gagasan, ide yang nampak dalam pengolahan, susunan semua unsur musik dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni, dan dinamika). Ide ini mempersatukan nada-nada musik terutama bagian- bagian komposisi yang dimainkan satu
persatu
sebagai
kerangka. Dalam upacara Erpangir Ku Lau ada empat reportoar yang dimainkan diantaranya : Mari-mari, odak-odak, patam-patam, dan peselukken. Dimana keempat reportoar terdiri dari 132 birama diantaranya mari- mari terdiri dari 28 birama, odakodak 27 birama, patam-patam 27 birama, peselukken terdiri dari 50 birama. Dalam menganalisis melodi instrumen kulcapi dalam upacara ritual Erpangir Ku Lau yang dimainkan oleh Serensen Tarigan tersebut, penulis mencari motif melodi, dan bentuk Rhythmnya. Dengan tujuan agar bentuk atau motif dapat diketahui secara menyeluruh. Reportoar karo yang dimainkan oleh Sorensen tarigan dalam ritual Erpangir Ku Lau memakai pola irama yang berbeda yaitu pada reportoar Mari-mari menggunakan pola irama 4/4, odak- odak menggunakan pola irama 4/4, sedangkan patam-patamdan peselukken menggunakan pola irama 2/4. Begitu juga dengan tempo, keempat reportoar tersebut menggunakan tempo yang berbeda. Untuk mengetahui bagaimana bentuk struktur repertoar karo yang dimainkan 66
oleh Sorensen Tarigan diperlukan suatu analisis dalam bentuk motif, harmoni, dinamik, ekspresi. (1). Mari - mari Mari-mari yang dalam bahasa indonesia adalah kemari, merupakan reportoar yang dimainkan sesudah guru sibaso melakukan proses sentabi (permisi) kepada nini penghuni lokasi erpangir dan jinujungnya, temponya sedikit lebih cepat dari simalungun rayat. Reportoar mari-mari fungsinya adalah memanggil jinujung Guru Si Baso agar mau hadir dan masuk kedalam tubuh Guru Si Basoagar proses ritual Erpangir Ku Lau bisa diteruskan. Mari-mari terdapat pada bar 1 sampai bar 28. Bentuk Reportoar Mari-mari merupakan bentuk lagu tiga bagian. Nada-nada pokok melodi tetap dipakai sebagai kerangka, namun dihias dengan rengget atau melisma, dalam birama 23 menggunakan nada oud side yaitu nada fis.Variasi irama dalam reportoar mari-mari hampir semua birama, menggunakan irama 1/16 hingga timbul kesan agak ramai. (2). Odak-odak. Setelah melalui proses pemanggilan jinijung nya, Guru Si Baso akan meminta jinujung nya untuk datang dan bergabung dengan mereka. Dalam hal ini reportoar yang dipakai adalah odak- odak(berjalan). Temponya sedang seperti orang berjalan.odak-odak terdapat pada bar 29 – 55. Bentuk Reportoar odakodak merupakan bentuk lagu dua
bagian. Nada-nada pokok melodi tetap dipakai
sebagai kerangka, namun dihias dengan rengget atau melisma, dalam birama 8 terjadi modulasi(pergantian nada dasar dari netral menjadi 1b(mol). Pada birama 16 nada dasar kembali keawal, yaitu netral. Variasi irama dalam reportoar mari-mari hampir semua birama, menggunakan irama 1/16 hingga timbul kesan agak ramai. (3). Patam – patam. Irama patam-patam
diibaratkan
sebagai tari
disesuaikan dengan harga not 1/4, temponya cepat(Alegro).
berjalan
yang
Patam-patam terdapat
pada birama 56-73. Pada birama ini terjadi modulasi (perpindahan nada dasar dari C =DO menjadi F=DO. Bentuk reportoar patam-patam merupakan bentuk lagu satu bagian bagian. Nada-nada pokok melodi tetap dipakai sebagai kerangka, namun dihias dengan rengget atau melisma, nada-nada dalam reportoar patam-patam merupakan pentatonik mayor, terdapat juga nada-nada oud oudside pada birama 7 – 11 yaitu nada ri. Variasi irama dalam reportoar patam-patam hampir semua birama, menggunakan irama 1/16 hingga timbul kesan agak ramai. (4). Peselukken. Reportoar peselukken ini merupakan tahap dimana Guru Si Baso akan mengalami proses menjadi trance. Setelah melalui proses-proses diatas maka Guru akan benar-benar menjadi trance. 77
Kesan melodinya berulang-ulang akan tetapi temponya semakin lama semakin cepat guna membuat Guru Si Baso menjadi trance. Pada massa inilah kita bisa meminta apa yang kita ingini melalui Guru Si Baso, dan Guru Si Baso akan menyampaikan kepadanya. Bentuk reportoar patam-patam merupakan bentuk lagu satu bagian bagian. Nada-nada pokok melodi tetap dipakai sebagai kerangka, namun dihias dengan rengget atau melisma, nada-nada dalam reportoar patam- patam merupakan pentatonik mayor, terdapat juga nada-nada oud oudside pada birama 31 – 39 yaitu nada ri dan tempo
juga
semakin
naik. Variasi irama dalam reportoar patam-patam hampir
semua birama, menggunakan irama 1/16 hingga timbul kesan agak ramai.
III. PENUTUP Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut (1). Hubungan kekrabatan yang paling mendasar pada Masyarakat Karo dikenal dengan Rakut Si Telu (ikatan yang tiga)
yaitu Sukut,
kalimbubu dan anak beru yang menjadei dasar dalam tutur pada masyarakat Karo. (2). Upacara Ritual Erpangir Ku Lau saat ini masih sering dilaksanakan oleh sebahagian dari
masyarakat Karo yakni penganut kepercayaanpemena karena mereka meyakini
dengan pelaksanaan upacara ritual Erpangir Ku Lau dapat menyelesaikan berbagai macam persoalan yang terjadi. Seperti meminta kesehatan, meminta rejeki,, dan lain sebagainya. (3). Kulcapi mempunyai reportoar yang khusus serta punya peran yang sangat vital dalam mengiringi ritual Erpangir Ku Lau. Adapun reportoar tersebut adalah
:mari-mari,
odak-odak, patam-patam, dan peselukken. Pada reportoar
peselukken lah Guru Si Baso menjadi trance. Pemberian nama khusus untuk pemain musik pada
masyarakat
Karo
adalah
Si Erjabaten. (4). Tradisi Karo juga
mengalami perubahan bersamaan dengan perkembangan dan pengaruh kebudayaan asing
(kebudayaan Barat,
pada beberapa
ritual
ini
pada
terlihat
dari
perannya dalam upacara adat bahkan
masyarakat Karo termasuk ritual
Debdikbud (2005:1163). 88
Erpangir Ku
99
DAFTAR PUSTAKA
Aswita, Effi & Thamrin. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Medan: Diktat Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Jakarta: Rineka Cipta.
Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Bangun, Roberto. 2006, Mengenal Suku Karo. Jakarta: Yayasan Pendidikan Bangun. Barus,Mekawati ”Gendang Lima Sendalanen Pada Upacara Mbuah Page Kerja Tahun di Desa Barus Jahe Kecamatan Barus Jahe Tanah Karo”,2006. Debdikbud (2005:740). Kamus Besar Bahasa indonesia. Jakarta:Balai pustaka Pulungan,Muhammad Rahmat. 2006.”Musik Tradisional Mandailing Pada Upacara Adat Horja Godang Di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung”,. Situmorang,Meliana Suyani ”Peranan Musik Tradisional Batak Toba Pada Pesta Sulang-Sulang Pahompu Di Desa Sabulan Kecamatan Sitio-Tio Samosir Sumatera Utara”, 2008. Sitepu, Putra (2010) “Deskriptif penggabungan alat musik keyboard dengan gendang lima sendalanen dalam pesta ulang tahun Persadan karo mergana ras anak beruna di Cinta Damai Medan Helvetia”. Subagyo, B. Andreas. Yayasan Kalam Hidup.
2001. Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif. Bandung:
Tarigan, Brevin 2011, Ansambel Gendang Lima Sendalanen pada masyarakat Karo: studi kasus pembawa trance pada ritual Erpangir Ku Lau dalam konteks sosio – Budaya di Lau Debuk-debuk Kecamatan Beras Tagi Kabupaten Karo. Tarigan, Sarjani. 2010, Kepercayaan Orang Karo Tempoe Doeloe, Medan: Balai Adat Budaya Karo Indonesia. Tarigan, Perikuten (2004) Pluralitas Musik Etnik Karo, tulisan ini berisi tentang letak Geografis suku Karo dan alat musik tradisional suku Karo. (https://www.google.com/search?q= arti+ritem.html) (http://carapedia.com/pengertian_d efinisi_analisis_info2056.html) (http://www.erapasifik.asia/2012/04/definisi-instrumen.html) (https://www.google.com/search?q=arti+melodi.html) 10 10