APLIKASI PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KUE MALKIST DI PT.X Oleh: Lilla Ayu Dyawara
Pembimbing: 1. Prof.Ir.Suparno,MSIE,PhD
Penguji: 1. Prof.Ir.Moses L.Singgih,Msc,Ph.D 2. Dr.Ir.Bambang Syairudin,MT
1. Pendahuluan 2. Metode Penelitian
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4. Analisis dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Latar Belakang Banyaknya produk cacat (Defect) Menghambat proses lain (waiting in proses)
Lean Six Sigma
Meminimalisir banyaknya pemborosan dan memperbaiki kualitas produk Malkist di PT.X
Perusahaan merugi Bulan Oktober November Desember RATA 2
Defect (Kg) 2120.06 959.95 509.39 1196.47
Bahan Baku 283071 145670 170869 199870
% Defect 0.75% 0.66% 0.30% 0.57%
• Berat Malkist per keping adalah 9 gram, •harga jual perkeping kue Malkist Rp.500 •Rata-rata produk cacat perbulannya 1196,47 Kg, •Kerugian perusahaan =((1196,47 x 1000/9) x Rp.500 = Rp.66.470.600.
Rumusan Masalah Mengidentifikasi pemborosan yang terjadi serta bagaimana cara menurunkan banyaknya produk kue malkist cacat dengan pendekatan Lean Six Sigma dan meningkatkan kualitas kue Malkist.
Tujuan Penelitian Mengidentifikasi pemborosan (waste) yang terjadi di PT.X Food Diperolehnya penurunan defect kue malkist dengan pendekatan Lean Six Sigma
Mengidentifikasi penyebab yang paling dominant menimbulkan banyaknya pemborosan pada kue Malkist. Mengidentifikasi area-area yang mempunyai peluang besar untuk melakukan perbaikan
Manfaat Penelitian Dengan mengetahui pemborosan yang terjadi, maka diharapkan bisa segera melakukan perbaikan untuk mengeliminasi pemborosan tersebut.
Dengan menurunkan defect kue malkist khususnya sesuai dengan standar yang ditetapkan maka diharapkan kerugian setiap produksi bisa dikurangi atau dihindari Dengan mengetahui penyebab yang paling dominant yang menyebabkan defect kue malkist maka diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas produk
Batasan & Asumsi
Penelitian ini mengambil objek produk yang dihasilkan oleh PT. X Food yakni produk Malkist
Identifikasi masalah kualitas yang terjadi hanya pada inti proses produksinya.
Tidak adanya perubahan variasi prosedur yang mendadak selama masa periode penelitian.
1. Pendahuluan 2. Metode Penelitian
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4. Analisis dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Penelitian
WAKTU &TEMPAT • PT. Garuda Food Putra-Putri Jaya • Agustus 2014 sampai selesai Tools yang Digunakan
• Value Stream Mapping • Metodologi Lean Six Sigma
Value Stream Mapping Metode untuk menciptakan suatu gambar dari keseluruhan aktivitas yang terjadi dalam sebuah perusahaan, mulai dari saat pelanggan menempatkan pesanan untuk suatu produk, hingga pelanggan telah menerima produk. Tujuan dari VSM adalah untuk mengidentifikasi,mendemonstra sikan, dan menurunkan pemborosan yang terjadi pada proses.
Lean Six Sigma
Metodologi Penelitian Perumusan Masalah Dan Tujuan Penelitian
Survey Lapangan
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data : ~ Tahap Define : 1. Value Stream Mapping 2. Diagram SIPOC 3. Brainstorming & Penyebaran Kuisioner ~ Tahap Measure 1. CTQ = Jumlah produk cacat pertotal output dalam satuan % 2. Perhitungan dalam kapabilitas proses 3. Kinerja Six Sigma
1. Pendahuluan 2. Metode Penelitian
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4. Analisis dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Profil Perusahaan
Produk
Proses Produksi Coklat Cream
Gula Springkle
Dusting
Minyak Sayur
Ekstrak Malt Yeast
Air
Tepung Terigu 10'’ 0-1
4'’
150'’
15'’
90'’
0-2
0-3 1-1
0-4
0-5 1-2
20'’ 0-6
5'’
0-7
1'’ 0-8
Pemasukan Bahan
Mixing
Fermentasi Sponge
Mixing
Fermentasi Dough
Laminasi
Cutting
Springkle
DEFINE
Data Produk Cacat
VSM – Current State
VSM – Current State Takt Time mencerminkan kecepatan perputaran barang dalam sekali produksi dalam 1 hari Value Added Ratio(VAR) digunakan untuk menganalisis berapa besar nilai tambah yang ada dalam suatu proses.
Diagram SIPOC Diagram SIPOC memberikan gambaran bagaimana langkahlangkah kerja suatu proses dan membantu bahwa proses sebelumnya akan membawa dampak pada proses sesudahnya.
MEASURE Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin karakter proses yang akan diteliti memiliki proses yang stabil atau tidak
Uji Stabilitas Data
I-MR Chart of RASIO KEHILANGAN BAHAN BAKU
Individual Value
0.5
UCL=0.4852
0.4 _ X=0.3090
0.3 0.2
LCL=0.1328
0.1 1
13
25
37
49
61 Observation
73
85
97
109
121
UCL=0.2165
Moving Range
0.20 0.15 0.10
__ MR=0.0663
0.05 0.00
LCL=0 1
13
25
37
49
61 Observation
73
85
97
109
121
Data berada dalam kondisi stabil.
MEASURE Uji normalitas distribusi data digunakan untuk memastikan bahwa data tersebut terdistribusi normal sehingga dapat dikatakan kalau data tersebut dapat mewakili populasi yang ada.
Uji Normalitas Data
Summary for RASIO KEHILANGAN BAHAN BAKU
Probability Plot of RASIO KEHILANGAN BAHAN BAKU
Anderson-Darling Normality Test
Mean StDev Variance Skewness Kurtosis N
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
Minimum 1st Quartile Median 3rd Quartile Maximum
0.45
0.17223 0.25495 0.31084 0.35847 0.45700 0.32002
95% Confidence Interval for Median 0.28934
0.32854
95% Confidence Interval for StDev
95% Confidence Intervals
0.05484
Mean
99.9
0.30896 0.06174 0.00381 0.066986 -0.835766 122
95% Confidence Interval for Mean 0.29789
Normal - 95% CI
0.68 0.074
0.07063
Mean 0.3090 StDev 0.06174 N 122 AD 0.681 P-Value 0.074
99 95 90
Percent
A-Squared P-Value
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
0.1
Median 0.29
0.30
0.31
0.32
0.33
0.2 0.3 0.4 RASIO KEHILANGAN BAHAN BAKU
0.5
MEASURE Kapabilitas Proses
Ukuran statistik dari kemampuan proses untuk menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi.
RASIO KEHILANGAN BAHAN BAKU LSL
Target
USL
Process Data LSL 0.1328 Target 0.22 USL 0.4852 Sample Mean 0.308957 Sample N 122 StDev(Within) 0.0587332 StDev(Overall) 0.0617356
Within Overall Potential (Within) Capability Cp 1.00 CPL 1.00 CPU 1.00 Cpk 1.00 Overall Capability Pp PPL PPU Ppk Cpm
0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 Observed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00
Exp. W ithin Performance PPM < LSL 1353.09 PPM > USL 1346.64 PPM Total 2699.73
Exp. Overall Performance PPM < LSL 2162.62 PPM > USL 2153.21 PPM Total 4315.83
0.95 0.95 0.95 0.95 0.27
Cpm lebih kecil dari 1 (Cpm<1). Hal ini menunjukkan bahwasanya kemampuan yang dimiliki proses untuk beroperasi dalam batas target kualitas masih sangat rendah. Proses masih berpeluang untuk beroperasi diluar target yang telah ditentukan (Aquilano, 1998)
MEASURE Pengukuran Kinerja Sigma
rata-rata proses produksi dilakukan dengan memproduksi 20 ton atau 20.000Kg bahan baku per hari, maka defect yang akan dihasilkan adalah sebesar 0.4852 x 20.000 = 9704Kg akan hilang. Jika hal ini dikalikan kesempatan 2200 operasi makan akan menghasilkan 21.348.800 kg atau perusahaan akan mengalami kerugian sebesar Rp.42.697.600,- (1 bungkus malkist = 10 gr dengan HPP Rp.200.-). Dari perhitungan ini dapat dilihat pentingnya perbaikan proses untuk menghilangkan presentase kehilangan bahan baku yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan.
Pengukuran Kinerja Sigma
MEASURE Waste Workshop bertujuan mendapatkan kerangka beserta bobot pemborosan yang terjadi. Penyebaran kuisioner dilakukan secara person-toperson pada tiap bagian yang berinteraksi langsung dengan sistem pengamatan.
Hasil Identifikasi
Waste Workshop
Responden No
Waste
Rata-
1
2
3
4
5
6
7
rata
Ranking
1
Defect
4
4
5
5
5
5
5
4.71
1
2
Transportion
4
5
4
3
4
5
5
4.28
2
3
Waiting
3
3
3
2
3
3
2
2.71
3
4
Over Production
3
3
2
2
2
3
3
2.57
4
5
Unnecessary Inventories
2
2
3
3
2
2
2
2.28
5
6
Inapropriate Proses
2
2
2
3
2
2
2
2.14
6
7
Unnecessary Motion
2
3
1
2
2
2
2
2.00
7
MEASURE Bobot yang diperoleh dari hasil waste workshop kemudian dikalikan dengan korelasi tools dengan waste sehingga diperoleh skor untuk setiap tools yang ada pada Valsat. Nilai skor terbesar menetukan tools yang akan digunakan dalam penilitian ini.
Pemilihan Tools Valsat
MEASURE Process Activity Mapping
Dari tabel ini akan didapatkan proporsi jumlah aktivitas dan waktu tiap tipe aktivitas. Operasi dan inspeksi adalah aktivitas yang bernilai tambah (VA), sedangkan transportasi dan storage adalah aktivitas yang tidak bernilai tambah namun diperlukan (NNVA). Delay adalah aktivitas tidak bernilai tambah (NVA).
Aktivitas Tipe Aktivitas Operation Transportation Inspection Storege Delay Jumlah
Waktu Jumlah
Jumlah
(%)
17
56.67
293.75
5
16.67
30
5 1 2 30
16.67 3.33 6.67 100
(Minute)
21 0 32 376.75
VA
NNVA
NVA
77.96
293.75
-
-
7.96
-
30
-
5.57
21
-
-
0
-
-
-
8.5
-
-
32
100
314.75
30
32
(%)
MEASURE Supply Chain Response Matrix
Dengan tool ini akan lebih memudahkan untuk mengetahui pada area mana aliran distribusi dapat direduksi lead time--nya dan dikurangi jumlah persediaannya.
Cummulative Inventory 3.08 hari
Total = 13.93 hari
3.08 Gudang Bahan Jadi 2.08 Produksi 1.22 Gudang Bahan Baku
7
7,85
10.85 Cummulative Lead time 10.85 hari
1. Pendahuluan 2. Metode Penelitian
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4. Analisis dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Analyze Setelah diketahui bahwasanya waste yang mengakibatkan pemborosan adalah banyaknya cacat (defect) yang terjadi maka untuk memperjelas dilakukan analisa dengan diagram pareto
Analisis Pareto
Analyze FMEAP
No
1
Proses
Pengovenan kepingan kue
FMEAP digunakan untuk mengidentifikasi seluruh modus kegagalan proses yang potensial dan mengevaluasi pengaruh serta kemungkinan terjadinya. FMEAP ini berguna untuk menganalisis prioritas resiko dan menetukan tindakan yang sesuai. Potential Failure Mode
RPN
Dimensi kue tidak sesuai
560
Warna kue tidak standart
504
Action Plan Perbaikan skill operator, perbaikan dengan menstabilkan suhu oven, perbaikan pembakaran tiap zona (4 zona)
2
Pemasukan bahan sponge pada troly
Kelengkapan bahan
280
Pemberian check list pada proses penuangan bahan , peningkatan skill operator. Pemantauan secara berkala oleh QC
3
Waiting In Proces Kue tersalut
Kue tidak tertutup rapat
270
Belum ada
Root Cause Analysis No 1
Waste Defect
Root Cause Kue gosong diakibatkan oleh suhu oven yang tidak stabil
Proses produksi yang tidak sesuai Kurang responsifnya penanganan masalah yang terjadi 2
Transportion
Jarak antara lini produksi terlalu jauh disebabkan oleh layout yang kurang baik
Penggiriman kue ke lini lain dilakukan secara manual 3
Over Production
Terbatasnya gudang produk jadi mengakibatkan penumpakan produk di area produksi Jumlah bahan melebihi produksi yang sudah direncanakan
5
6
Unnecessary
Terdapat WIP antar proses
Inventories
Penumpukan produk jadi di area produksi
Inapropriate
Metode kerja yang salah dengan melakukan operasi yang beulang-ulang
Proses
Standar proses sebelumnya tidak sesuai sehingga terdapat penambahan pada proses sesudahnya
7
Unnecessary
Tempat kerja kurang ergonomis
Motion
Metode kerja yang tidak standar Peletakan peralatan kerja yang tidak strategis
Cause-Effect Diagram
Pada analisa FMEAP diketahui penyebab utama defect adalah banyaknya WIP antar proses yang mempengaruhi kualitas produk dan ketidak lengkapan bahan baku pada saat pembuatan adonan. Berdasarkan hasil tersebut, ditentukan faktor penyebab terjadinya defect tersebut dengan melakukan brainstorming dengan menggunakan cause-effect diagram
Improve (VSM – Future State)
Improve Tabel Presentase Kebutuhan Waktu Setelah Perbaikan Aktivitas
Tipe
Waktu VA
NNVA
NVA
88.41
293.75
-
-
10.5
3.16
-
10.5
-
16.67
21
6.32
21
-
-
1
3.33
0
0
-
-
-
Delay
2
6.67
7
2.10
-
-
7
Jumlah
30
100%
332.25
100%
314.75
10.5
7
Aktivitas
Jumlah
Jumlah
(%)
Operation
17
56.67
293.75
Transportation
5
16.67
Inspection
5
Storege
(Minute)
(%)
Control Program untuk Seluruh karyawan
Suggestion System
TPM
Pada tahap ini dilakukan pengendalian terhadap proses setelah dilakukan tindakan perbaikan dengan cara membuat mekanisme control sehingga setiap proses dapat dikendalikan dan diharapkan cacat yang terjadi tidak terulang lagi. Untuk memantau control proses dapat dibuat beberapa hal berikut ini :
Small Group Activity Basic Improvement
Control
Program Training & Refreshment
Program ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan memberikan penyegaran mengenai troubleshooting dan instruksi kerja proses. Hal ini sebagai bekal pekerja untuk meningkatkan kualitas produk. Maka dari itu semua karyawan harus mengikuti traning program tersebut meliputi 5R, GMP, HACCP, ISO 9001 dan ISO 20200 sebagai cara meningkatkan kualitas dengan baik. Program ini diikuti oleh Supervisor Produksi, Quality Control Produksi, Grup Team Leader dan Team Leader Produksi, Grup Team Leader dan Team Leader Quality Control, Operator Produksi dan yang terakhir adalah Teknik Operasional.
1. Pendahuluan 2. Metode Penelitian
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 4. Analisis dan Pembahasan
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian, didapatkan jenis pemborosan yang paling sering terjadi adalah Defect (4,71), Transportation (4,28) dan Waiting (2,71). 2. Level sigma kinerja PT.X yang telah dicapai saat ini adalah 4,34 sigma. Walaupun terbilang baik, namun belum cukup bagus untuk mengatasi masalah kualitas. Bagian proses yang menjadi sumber masalah kualitas tersebut adalah pada proses pengovenan kue (RPN = 560) yang menyebabkan kue gosong sehingga menimbulkan tingginya defect serta pemborosan yang terjadi di PT.X 3. Value added ratio (VAR) sebelum perbaikan sebesar 77,67 % dengan total keseluruhan proses sebesar 376,75 menit sedangkan setelah penerapan perbaikan nilai VAR meningkat sebesar 252,73% dengan total keseluruhan proses 332,25 menit. 4. Dari penggunaan Mapping Tools Process Activity Mapping dapat diketahui bahwasanya aktivitas delay (8,5 %) dan transportation (7,96%) memiliki proporsi waktu terbesar kedua dan ketiga setelah aktivitas proses dimana aktivitas ini termasuk aktivitas non added value. Setelah perbaikan dilakukan proporsi waktu aktivitas transportation menjadi 3,16% dan proporsi waktu aktivitas delay menjadi 2,10%.
Saran 1. Melakukan penerapan semua value stream mapping tools terhadap keseluruhan supply chain perusahaan. 2. Sangat penting untuk memperhatikan kelanjutan pengukuran kinerja proses, untuk itu disarankan agar departemen quality control dapat membantu tim produksi. 3. Melakukan analisa terjadinya pemborosan yang lebih luas termasuk kinerja supplier, distributor sampai konsumen. 4. Pengembangan SDM dengan pelatihan kualitas sangat diperlukan, karena masalah yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh ketidak sepahaman operator dan supervisor dalam mengatasi masalah yang ada.
TERIMA KASIH