APLIKASI PEMBERIAN REBUSAN DAGING BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAHPADA Ny X DENGAN HIPERTENSI DIPUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA
DISUSUN OLEH: RENITA YULISA NIM. P.13109
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUSMA HUSADA SURAKARTA 2016
APLIKASI PEMBERIAN REBUSAN DAGING BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAHPADA Ny X DENGAN HIPERTENSI DIPUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH: RENITA YULISA NIM. P.13109
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUSMA HUSADA SURAKARTA 2016
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha kuasa karena berkat,rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis mampu menyelesaaikaan karyatulis ilmiah yang berjudul “pemberiaan rebusan daging mahkota dewa terhadao penurunan tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi di puskesmas gajahan surakarta”. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan termakasih dan penghargaan setinggi-tinggianya kepada yang terhormat: 1. Wahyu agustin, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKES kusuma husada surakkarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di stikes kusuma husada surakarta. 2. Merry oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua program studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di stikes kusuma husada surakarta. 3. Alfiyana nadya rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku sekretaris STIKES prodi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di stikes kusuma husada surakarta. 4. Fakrudin nasrul sani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing serta pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat,
iv
memberikan
masukan-masukan,
ispirasi
perasaan
aman
dalam
membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis ini. 5. Galih setia adi, S. Kep., Ns., M.kep, selaku penguji I yang telah banyak memberi masukan dan saran, serta memberi motivasi pada penulis menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. 6. Semua dosen prodi DIII kepetawatan STIKES kusuma husada surakarta yang telah memberi bimbingan dengan sabar dan wawasan serta ilmu yang bermanfaat 7. Sudarmi, S.Kep., selaku pembimbing lahan di Puskesmas Gajahan Surakarta yang telah banyak memberikan masukan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan asuhan keperawatan selama di Puskesmas 8. Kedua orang tuaku (rosidi dan wiji) yang telah memberikan kasih sayang dan doa serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan DIII keperawatan. 9. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3b proram studi DIII keperawatan STIKES kusuma husada dan berbagai pihak yang tidak mampu penulis sebut satu-persatu, yang memberikan dukungann. Semoga laporan karya tulis ilmiah bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin Surakarta ,
mei 2016
Penulis v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ......................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................1 B. Tujuan Penulisan ....................................................................................4 C. Manfaat Penelitian .................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Teori ......................................................................................7 1. Hipertensi .............................................................................................. 7 2. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi ....................................17 3. Pemberian Rebusan Daging Mahkota Dewa ...............................24 B. Kerangka Teori ..................................................................................26 C. Tekanan Darah ..................................................................................29
vi
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET A. Subjek Aplikasi Riset ...........................................................................31 B. Tempat dan Waktu ...............................................................................31 C. Media dan Alat yang Digunakan..........................................................31 D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ...................................31 E. Alat Untuk Evaluasi dari Aplikasi Riset ..............................................32 BAB IV LAPORAN KASUS A. Pengkajian ............................................................................................33 B. Perumusan Masalah .............................................................................39 C. Intervensi Keperawatan ........................................................................40 D. Implementasi Keperawatan ..................................................................41 E. Evaluasi Keperawatan ..........................................................................44 BAB V PEMBAHASA A. Pengkajian ............................................................................................47 B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................47 C. Intervensi ..............................................................................................54 D. Implementasi ........................................................................................57 E. Evaluasi ................................................................................................61 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..........................................................................................65 B. Saran.....................................................................................................78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Klasifikasi Tekanan Darah .......................................................................9
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka teori ....................................................................................28 Gambar 2.2 Genogram ...........................................................................................35
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1
Usulan Judul
Lampiran :
2
Surat Pernyataan
Lampiran :
3
Observasi
Lampiran :
4
Asuhan Keperawatan
Lampiran :
5
Lembar Konsultasi
Lampiran :
6
Jurnal Utama
Lampiran :
7
Daftar Riwayat Hidup
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Triyanto (2014), hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian atau mortalitas. Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik
90
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung. Penderita hipertensi saat ini cenderung meningkat, menurut WHO (2012), The Internasional Society of Hypertension (ISH) sebagaimana dikuti Depkes(2012), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Penderita hipertensi di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang jantung, stroke, gangguan ginjal dan kebutaan, sedangkan di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat jumlahnya yaitu sebanyak 31,7% tahun 2009 menjadi 39,2% tahun 2011(Riskesdas, 2011). Prevelensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevelensi sebesar 3,30% artinya
1
2
setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4 kabupaten atau kota dengan prevelensi sangat tinggi diatas 10% yaitu kabupaten Brebes sebesar 18,60%, kota tegal 15,41%, kabupaten Karanganyar 13,81%, dan kabupaten Sukoharjo 10,89% (Profil kesehatan Prov. Jawa Tengah, 2008). Penatalaksanaan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara farmakologi dan non farmakologis. Pengobatan secara farmakologi dilakukan dengan pemberian obat diuretic atau vasodilator(brunner & suddarth,2002) .Pengobatan non farmakologi sendiri dilakukan dengan mengontrol hipertensi, seperti pola makan dan gaya hidup (Dalimartha, 2009).Penggunan pengobatan herbal juga semakain banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbuki bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tapan efek samping dibadingkan denga obat-obatan yang berasal dari bahan kimia (Tariga,2003). Menurut penelitian (Aprilita, 2005), pemberian daging buah mahkota dewa sehari sekali selama tujuh hari dapat menurunkan tekanan darah. Mahkota dewa merupakan tumbuhan herbal yang berasal
dari
Papua. Buah mahkota dewa adalah yang paling sering digunakan dalam pengobatan tradisional dengan mencampurkan bahan-bahan yang lain. Kandungan flafonoid pada buah phalera macrocapan dapat digunakan sebagai anti hipertensi. Khasiat buah mahkota dewa adalah untuk mengobati luka, diabetes, liver, flu, alergi, sesak nafas, desentri, peyakit
3
kulit, jatung, ginjal kanker, darah tinggi, asam urat, penambahan stamia, ketergantungan narkoba dan pemicu kontraksi rahim (Rohyami,2008). Hal ini sesuai dengan penelitian vivi (2003), bahwa mahkota dewa mengandung senyawa seperti tanin, terpenoid, flavonoid, alkaloid dan saponin memiliki aktivitas anti kanker dan anti oksida. Hal ini sejalan dengna hasil penelitian Regina (2003), menunjukan kemanjuran mahkota dewa dalam mengobati berbagai macam penyakit akut. Hal ini sering digunakan untuk mengobati hipertensi, diabetes, dan gangguan hati. Berdasarkan permasalahan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan pemberian Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa pada pasien hipertensi yang bertujuan untuk mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mengaplikasikan tindakan pemberian rebusan daging buah mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan hipertensi b. Penulis mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan hipertensi c. Penulis mampu melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan hipertensi
4
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi f. Penulis mampu menganalisa pemberian rebusan daging buah mahkota dewa terhadap tekanan darah tinggi pada pasien dengan hipertensi.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Memperoleh dan memperluas wawasanuntuk mengaplikasikan hasil penelitian dalam asuhan keperawatan dengan pemberian rebusan daging buah mahkota dewapada pasien hipertensi. 2. Bagi Profesi Keperawatan a. Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan tentang pemberian rebusan daging buah mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah tinggi atau hipertensi b. Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus tekanan darah tinggi atau hipertensi 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai
bahan
referensi
untuk
meningkatkan
kualitas
asuhan
keperawatan dengan pemberian rebusan buah daging mahkota dewa
5
pada pasien hipertensi sehingga dapat digunakan bagi praktek mahasiswa kepetawatan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi
adalah suatu keadaan dimana
seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang di tunjukkan oleh angkasystolik (bagian atas) dan angka bawah (diastolik) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupaair raksa (sphygmomanometer) ataualat digital lainnya.Darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang mengakibatkannya (Ratna, 2013). Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah lebih dari
120
mmHg
dan
tekanan
diastolik
lebih
dari
80
mmHg.Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.Pengobatan awal pada hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti
jantung,
ginjal, dan otak.Penyelidikan epidemiologis
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan dengan morbilitas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Arif, 2012).
6
7
2. Klasifikasi hipertensi a. Penyakit darah tinggi atau hipertensi di kelompokkan dalam 2 tipe klasifikasi, yaitu : 1) Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. 2) Hipertensi Secondary adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan system hormone tubuh (Ratna D, 2013). b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi, berdasarkan wadda’ A Tabel 1.1.Klasifikasi Hipertensi menurut Wadda’ A (2015). Derajat
Tekanan sistolik
Tekanan diastolik
(mmHg)
(mmHg)
<120
Dan <80
Pre-hipertensi
120-139
Atau 80-89
Hipertensi derajat 1
140-159
Atau 90-99
Hioertensi derajat II
>- 160
Atau >100
Normal
8
c. Klasifikasi hipertensi menurut European Society Of Cardiology: Tabel 1.2 klasifikasi hipertensi (ESC, 2007 dalam Wijaya Putri, 2013). Kategori
Tekanan
Tekanan
sistolik
diastolik
mmHg
mmHg
Optimal
<120
Dan
<80
Normal
120-129
Dan/
80-84
atau Normal tinggi
130-139
Dan/
85-89
atau Hipertensi derajat I
140-159
Dan/
90-99
atau Hipertensi derajat
160-179
II Hipertensi derajat
terisolasi
100-109
atau >-180
III Hipertensi sistolik
Dan/
Dan/
>-110
atau >-190
Dan
>90
9
d) Klasifikasi Menurut WHO (2015), yaitu : 1) Hipertensi derajat I, yaitu jika tekanan diastoliknya 95109 mmHg 2) Hipertensi derajat II, jika tekanan distoliknya 110-119 mmHg 3) Hipertens derajat III, jika tekanan diastoliknya lebih dari 120 mmHg 3. Penyebab hipertensi Menurut Smeltzer dan Bare (2000), penyebab hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Hipertensi esensial atau primer Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Kurang dari 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Hipertensi
primer
tidak
ditemukan
penyakit
renovaskuler, gagal ginjal dan penyakit lainnya. Faktor yang mempengruhi yaitu: genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
10
b.
Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Berdasarkan
pendapat
menurut
Sudarmoko
(2015),
menyebutkan bahwa penyebab hipertensi adalah: 1) Faktor yang bisa dikontrol yaitu : a) Obesitas b) Konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan rokok c) Kurangnya aktivitas olahraga d) Konsumsi garam berlebih e) Pola makan sembarangan 2) Faktor yang tidak bisa dikontrol a) Faktor keturunan b) Jenis kelamin c) Usia d) Pekerjaan, pendidikan,sosio, dan ekonomi e) Lingkungan
11
4. Tanda dan gejala hipertensi Menurut Sudarmoko(2015), ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan diastol lebih besar dari 140 mmHg, biasanya baru muncul tanda-tanda tertentu yang bisa dilihat dari luar, misalnya sakit kepala atau pusing, muka merah, serasa mau pingsan, tinnitus (terdengar suara mendenging dalam telinga), keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan penglihatan menjadi kabur. Menurut NANDA (2013), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a)
Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesiifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berati hipertensi arteri tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala yang paling sering pada pasien hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala, pusing, lemak, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan kesadaran menurun.
12
5. Patofisiologi Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal ini yang ikut dalam pengaturan tekanan darah dan curah jantung ditentukan oleh diameter anterior. Bila diameternya menurun (vasokontraksi), tahanan perifer meningkat, dan bila diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun (Muttaqin, 2009). Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah. Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tekanan terbesar dialami oleh arteriole sehingga perbedaan desakan besar bila arteriole menyempit akan menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari hipertensi sensil adalah kenaikan tonus dari arteriole (Murwani, 2011). Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
13
tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014). 6. Komplikasi Menurut Triyanto (2014), komplikasi yang terjadi pada hipertensi yaitu : a. Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga
aliran
darah
ke
daerah-daerah
yang
diperdarahinya berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.yang mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau kengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
14
b. Infarkmiokard Terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokradium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan. c. Gagal ginjal Terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. d. Ensefalopati Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan di dalam paruparu menyebabkan sesak nafas, timbunan cairan di tungkai
15
menyebabkan
kaki
bengkak
atau
sering
dikatakan
edema.Ensefalopati dapat terjadi tetutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuronneuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma. Komplikasi menurut Ratna D (2013), orang yang mengidap penyakit tekanan darah tinggi berpotensi penyakit-penyakit antara lain: stroke, serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, payah jantung. 7. Penatalaksanaan Menurut Triyanto (2014), penatalaksanaan dalam hipertensi dibagi dalam dua golongan, yaitu : a.
Pengobatan non farmakologis: 1) Pola makan baik 2) Olahraga teratur 3) Menghentikan rokok 4) Membatasi konsumsi alkohol 5) Mengurangi kelebihan berat badan 6) Pemberian mahkpta dewa untuk menurunkan hipertensi
b.
Pengobatan farmakologis: Terapi farmakologis dilakakukan dengan pemberian obat-obatan, yaitu:
16
1) Golongan diuretik Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan usia, kegemukam, penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun. 2) Penghambat Adrenergik Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri darialfa-blocker,beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol,yang menghambat efek sistem saraf simpatis.Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan
respon
terhadap
stress,
dengan
cara
meningkatkan tekanan darah. Paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang pernah mengalami serangan jantung, penderita dengan denyut jantung yang cepat, angina pectoris(nyeri dada), sakit kepala migren.
17
3) ACE-inhibitor Angiotensin converting enzyme inhibitor(ACE-inhibitor) menyebabkan
penurunan
tekanan
darah
dengan
cara
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada: orang kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, pria yang menderita importensi sebagai efek samping dari obat yang lain 4) Angiotensin-II-bloker Angiotensin-II-bloker
menyebabkan
penurunan
tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACEinhibitor 5) Vasolidator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.Obat golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya. 8. Pemeriksaan penunjang Menurut Dewi (2011), pemeriksaan penunjang pada hipertensi yaitu: 1.
EKG (Elektro Kardio Graf atau rekam jantung)
2.
Pemeriksaan darah kimia (kreatinin, BUN)
18
3.
Radiografi dada
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2013), pada penderita hipertensi yaitu : a.
Riwayat dan pemeriksaan secara menyeluruh
b.
Pemeriksaan retina
c.
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan paru
d.
EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri
e.
Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah glukosa
f.
Pemeriksaan:Renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penetuan kadar urin
g. 9.
Foto thorax dan CT-
Konsep asuhan keperawatan hipertensi Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat dinamis, membutuhkan kreatifitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan.Adapun tahap dalam melakukan keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa
keperawatan,
intervensi
keperawatan,
implementasi
keperawatan, evaluasi (Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2006). 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
19
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Pengkajian pada hipertensi menurut Padila (2013), yaitu: a.
Aktivitasistirahat Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b.
Sirkulasi Gejala:riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakitserebrovaskuler Tanda:kenaikan TD, hipotensi postural, thakhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin
c. Integritas ego Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, faktor stress multiple Tanda:letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara d. Eliminasi Gejala: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu e. Makanan ataucairan Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
20
Tanda: BB normal atau obesitas, adanya edema f. Neurosensori Gejala: keluhan pusingpening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis Tanda: perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic g. Nyeriketidaknyamanan Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen h. Pernapasan Gejala:dyspnea
yang
berkaitan
dengan
aktivitas,
takipnea,
ortopnea, dyspnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok Tanda:
distress
respirasi
atau
penggunaan
otot
aksesoris
pernafasan,Bunyi nafas tambahan, sianosis i. Keamanan Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan Tanda: episodeparestesia unilateral transein, hipotensi postural j. Pembelajaran atau penyuluhan Gejala: faktor resiko keluarga, hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM, penyakit ginjal, faktor resiko etnik, penggunaa pil KB atau hormon.
21
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok teman perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012). a.
Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya peningktan tekanan vaskuler serebral).
b.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umun.
c.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi.
d.
Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.
3. Intervensi Keperawatan a.
Diagnosanyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral). Tujuan :nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang Kriteria hasil: 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
22
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda nyeri). 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang. Intervensi : a) Lakukan pemgkajian nyeri secara komphrehensif termasuk lokasi,
karakteristik,
durasu,
frekuensi,
kualitas
dan
presipitasi. b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. c) Kurangi faktor presipitasi nyeri. d) Ajarkan teknik nonfarmakologi. e) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. b.
Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan: tidak terjadi intoleransi aktifitas Kriteria hasil : 1) Tidak
terjadi
peningkatan
tekanan
darah,
nadi,
pernafasan. 2) Mampu melakukan ADL secara mandiri. 3) TTV dalam batas normal. 4) Mampu berpindah tempat tanpa dengan atau bantuan alat. 5) Sirkulasi status baik. Intervensi :
dan
23
a) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan. b) Berikan dorongan untuk aktifitas atau perawatan diri bertahap jika dapat di toleransi. c) Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan. d) Kaji respon pasien terhadap aktifitas. e) Monitor adanya pusing. f) c.
Observasi TTV tiap 2 jam
Diagnosagangguan pola tidur berhubungan dengan kurang prifasi Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur Kriteria hasil : 1) Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 per jam. 2) Tampak dapat istirahat dengan cukup. 3) TTV dalam batas normal. Intervensi: a) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman. b) Berikan kesempatan klien untuk istirahat atau tidur c) Evaluasi tingkat stress. d) Monitor keluhan nyeri. e) Lengkapi jadwal tidur secara teratur. f)
Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi.
24
d.
Diagnosakurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri. Tujuan: pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi. Kriteria hasil : 1) Pasien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan. 2) Mampu mengidentifikasi efek samping obat komplikasi. 3) Mampu mempertahankan tekanan darah dalam rentan normal. Intervensi: a) Kaji kesehatan pasien dan keluarga untuk mempelajari lebih dalam tentang gangguan yang dialami. b) Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, jelaskan apa itu hipertensi dan efek terhadap jantung, pembuluh darah, serta otak. c) Hindari mengatakan tekanan darah normal. (Ardiansyah, 2012).
B. Pemberian RebusanDaging Buah Mahkota Dewa Mahkota dewa merupakan tumbuhan herbal yang tumbuh didaerah tropis pulau Papua. Khasiat buah mahkota dewa adalah untuk mengobati luka, diabetes, liver, flu, alergi, sesak nafas, disentri, penyakit kulit, jantung, ginjal, kanker, darah tinggi, asam urat, penambah stamina, ketergantungan narkoba dan pemicu kontraksi
25
rahim (Rohyami, 2008). Pemberian buah mahkota dewa sehari sekali dalam tujuh hari dapat menurunkan tekanan
darah pada hipertensi
(Aprilita, 2005) Menurut Albinur (2011), senyawa yang terkandung dalam mahkota dewa adalah senyawa flavonoid. Senyawa ini bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh, mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan kolesterol dan mengurangi penumbuhan lemak pada dinding pembuluh darah serta mengurangi resiko penyakit jantung koroner (Apriyanti, 2012). Kandungan kimia dalam mahkota dewa yang berpengaruh tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan Systemic Vascular Resistance (SVR) karena menyebabkan vasodilatasi. (PerezVizcaino F, 2009 dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015). Flavonoid juga menghambat kerja ACE yang dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015). Renin Angiontensin Aldosterone pathway diketahui bahwa renin mengubah angiotensinnogen menjadi angeotensin
I, dan
Angiotensin Converting Enzim (ACE), mengubah angiotensi I menjadi angiotensin II yang akan mempengaruhi tekanan darah. Bila produksi renin dan ACE menurun maka produksi angiotensi I dan angiotensi II juga akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi arteriol dan tekanan
26
darah akan turun (Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015). Mahkota dewa mempunyai manfaat yang besar, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara non farmakologi yaitu dengan pengobatan herbal dari daging buah mahkota dewa yang dikeringkan kemudian direbus dengan air dan diminum 1 kali sehari dalam 7 hari (Aprilita, 2005).Mengontrol hipertensi dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologis dengan menggunakan obat-obatan sintesis yang belakanagan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli masyarakat yang semakin menurun, sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara non formakalogis dengan obat alternatif berbahan bakudaging buah mahkota dewa yang bisa dijangkau dari segi materil (Wayan I, 2015). 1.
Langkah-langkah pembuatan rebusan buah Mahkota dewa : a.
Ambil beberapa butir buah mahkota dewa yang telah masak di pohon (biasanya berwarna merah)
b.
Kemudian ambil daging buah mahkota dewa dan dikeringkan
c.
Setelah kering ambil 15 gr daging buah mahkota dewa rebus dengan air 150 ml
2.
Cara penggunaan rebusan buah mahkota dewa : -
Minumlah setiap pagi hari setelah bangun tidur sebelum makan apa-apa
27
-
Setelah
minum
tidak
boleh
minum
minuman
yang
mengandung kafein dan melakukan aktifitas berat -
Lakukan berturut-turut selama 1 minggu, lalu hentikan dulu, sebab kalau dilakukan terus-menerus, khawatir tekanan darah penderita turun terlalu rendah dan akan berbahaya kalau berubah jadi tekanan darah rendah(Aprilita, 2005).
C. TEKANAN DARAH a. Definisi Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamika yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamika seseorang saat itu. Hemodinamika adalah suatu keadaan dimana tekananan darah dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau zat di jaringan tubuh (Mutaqin, 2009). Tekanan darah merupakan tekanan yang ditimbulkan oleh dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah (Brunner dan suddarth, 2002). b. Pengaruh Tekanan Darah Pemeriksaaan tekanan darah akan didapatkan dua angka. Yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistole), sedangkan angka yang lebih rendah didapatkan saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah dapat terus meningkat jika tidak
28
mengontrolnya secara rutin. Umumnya peningkatan tekanan darah didalam arteri terjadi karena beberapa sebab yaitu: 1. jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. 2. arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri. Oleh karena itu, setiap jantung berdenyut, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi naik. 3. sirkulasi cairan bertambah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal. Biasanya, kelainan ini terjadi akibatnya tekanan dan volume darah dalam tubuh meningkat (M Adib, 2011).
c. Pengukuran tekanan darah Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. pengukuran metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung sigmomanometer dan stetoskop. Sigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangakan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Manset dibalutkan dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan dipompa.Tekanan dalam manset dinaikan sampai denyutan
29
radikal atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radikal. Manset kemudian di kempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasimaupun palpasi. auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Brunner dan Suddarth, 2002).
30
D. Kerangka teori 2.1
Faktor yang mempengaruhi Hipertensi: -
Genetik
-
Merokok
-
Alkohol
-
stres dan psikologis
-
faktor lingkungan
-
diet
(peningkatan
penggunaan dan
Peningkatan Tekanan darah
garam
berkurangnya
asupan kalium atau kalsium).
Pemberian rebusan buah mahkota dewa
Penurunan tekanan darah
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek aplikasi riset Subjek dari penelitian ini adalah Ny. S
dengan diagnosa hipertensi di
puskesmas Gajahan Surakarta. B. Tempat dan waktu Aplikasi riset ini dilakukan di puskesmas Gajahan Surakarta, selama 1 minggu, tanggal 4 sampai 10 januari 2015 C. Media dan alat yang digunakan a. Sphygmomanometer b. Stetoskop c. Air putih d. Gelas ukur e. Buah mahkota dewa D. Prosedur tindakan Prosedur tindakan yang dilakukan pada aplikasi riset tentang pengaruh rebusan mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah: 1. Langkah-langkah pembuatan rebusan mahkota dewa. a.
Penulis melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dengan duduk
31
32
b.
Penulis memberi pasien minum rebusan daging buah mahkota dewa kering sebanyak 15gr lalu direbus dengan air 300ml sampai tersisa 150 ml , dan diminum sehari satu kali selama tujuh hari.
c.
Penulis mengawasi saat pasien minum rebusan daging buah mahkota dewa kering, sambil menyarankan untuk 1 jam kedepan pasien tidak minum minuman yang mengandung kafein dan melakuakn aktifitas yang berat. Penulis juga menjelaskan kepada pasien bahwa minum minuman yang mengandung kafein dan melakuan aktifitas dapat mempengaruhi hasil.
d.
1 jam kemudian peneliti kembali pada pasien dan menanyakan kondisi yang dirasakan setelah minum rebusan daging mahkota dewa, sambil menunggu keadaan pasien menjadi rileks dan sebelum melakukan pengukuran tekanan darah lembali untuk menanyakan hasil yang valid.
e.
Penulis melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien 1 jam setelah pemberian rebusan daging buah mahkota dewa
f.
Berikan rebusan daging mahkota dewa selama 7 hari.
E. Alat ukur untuk evaluasi dari aplikasi bersadarkan riset Alat ukur yang digunakan adalah hasil pemeriksaan tensi.
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas klien Pasien kontrol ke Puskesmas tanggai 05 januari 2016 pada pukul 11.00 WIB, diperoleh hasil identitas pasien. Pasien benama Ny. S, alaraat Gajahan RT 02/04 Surakarta, umur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir S MA, beragama islam, nomor rekam medik 451XXX. Diagnosa Ny. S menderita hipertensi. Penanggung jawab terhap Ny. S adalah Ny. E, umur 30 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,alamat Gajahan RT 02/04 Gajahan Surakarta. Hubungan Ny. E adalah dengan pasien adalah anak kandung. B. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan metode autoanamesa atau pengkajian yang
dilakukan
dengan
wawancara
langsung
dengan
pasien,
dan
alloanamnesa atau pengkajian dengan melihat berdasarkan data dalam status pada pasien dan dari keluarga. 1.
Riwayat kesehatan pasen Ketika dilakukan pengkajian, keluhan ulama yang dirasakan pasien
adalah kepala pusing. Riwayat kesehatan pasien sekarang, pada saat pasien, datang ke Puskesmas Gajahan Surakarta pada tanggai 05 januari 2016 pada pukul 11.00 WIB
33
34
Data pengkajian nyeri didapatkan basil P (provocate) nyeri kepala dengan riwayat hipertensi, Q (Quality) nyeri seperti tertimpa benda berat, R (Region) nyeri dirasakan pada tengkuk, S (Scale) skala 5 dan T (Time) nyeri hilang timbul. Riwatat dahulu pasien mengatakan ketika masih kanak-kanak belum pernah mengalami penyakit yang serius, belum pernah mengalami kecelakan, pada tahun 2013 pasien penah dirawat dirumah saldt Klaten dengan keluhan pusing dan dan badan lemas, pasien mengatakan belum pernah dioperasi dan tidak mempunyai riwayat alergi obat serta makanan. Kebiasaan yang pasien lakukan setiap pagi adalah meminum teh tawar. Riwayat penyakit keluarga didapatkan ibu pasien yang mempunyai riwayat DM dan Hipertensi, kedua orang tua dan suami pasien sudah meninggal. Saat ini pasien tinggal bersama kelima anaknya.
35
Genogram 2.2
Keterangan : meninggal : laki-laki : perempuan : pasien : garis perkawinan : tinggal satu rumah : garis keturunan Riwayat kesehatan lingkungan pasien mengatakan lingkungan dalam keadaan bersih jauh dari polisi, ventilasi ada, jauh dari tempat-tempat kotor, terdapat bersih, jauh dari pembuangan sampah. Hasil pengkajian menurut pola gordon, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting
36
dan jika pasien sakit ia juga sering berobat kepelayanan kesehatan seperti puskesmas, bidan,dan dokter praktek. Pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit jenis makanan nasi, sayur, lauk, buah, frekuensi 3x sehari, porsi habis, tidak ada keluhan. Jenis minuman air putih, teh tawar, frekuensi 7-8x sehari, porsi 1 gelas belimbing, tidak ada keluhan. Selama sakit makan nasi, sayur, lauk, buah, frekuensi 3x sehari, porsi 1 piring, tidak ada keluhan. Jenis minuman air putih, teh tawar, frekuensi 7-8x sehari, porsi 1 gelas belimbing, tidak ada keluhan. Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari dengan warna kuning jernih dan berbau khas, sedangkan BAB pasien satu kali sehari tiap pagi dengan konsistensi lunak dan berbau khas. Saat BAB dan BAK tidak mengalami keluhan dan gangguan apapun, selama sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan dan gangguan apapun. Pengkajian pola aktivitas dan latihan diperoleh hasil selama sakit pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan latihan seperti makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi pasien mampu melakukan secara mandiri. Selama sakit pasien mengatakan mampu melakukan aktifitas dan latihan secara mandiri. Pengkajian pola tidur diperoleh hasil sebelum sakit pasien mengatakan tidur kurang lebih 8 jam, tidak ada gangguan saat tidur perasaan setelah tidur nyaman dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien
37
mengatakan tidur hanya 4-5 jam saja dan tidur dan tidur sering terbangun,perasan setelah tidur yaitu masih mengantuk. Pengkajian kognitif persepsi diperoleh hasil pengkajian data pengkajian nyeri didapatkan hasil P: nyeri kepala dengan riwayat hipertensi, Q: nyeri seperti tertimpa benda berat, R: nyeri dirasakan pada tengkuk, S: skala 5 dan T: nyeri hilang timbul hasil. Pola persepsi konsep identitas diri, identitas diri pasien adalah seorang wanita dan ia mempunyai 5 orang analc, peran pasien adalah seorang ibu rumah tangga, harga diri paseien mengatakan dirinya sangat dihargai oleh keluarga yang lain, tetangganya, yang ditandai dengan adanya komunikasi yang positif. Ideal diri pasien mengatakan dirinya ingin menjadi yang berguna bagi orang lain. Gambaran diri pasien mengatakan ia tetap bersyukur dengan keadanya sekarang. Pola hubungan peran, sebelum sakit dan selama sakit pasien mengatakan bahwa hubungan dengan keluarga dan tetangganya harmonis dan tidak memiliki permasalahan. Pola seksualitas reproduksi, pasien mengatakan ia seorang wanita berumur 60 tahun sudah mmenikah, dan memiliki 5 orang anak dan semenjak suaminya meninggal pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual. Pola mekanisme koping, pasien mengatakan ketika ada masalah dirinya selalu bercerita kepada keluarga dan mengambil keputusan dilakukan secara musyawarah. Pola nilai dan keyakinan, pasien
38
mengatakan beragama islam selalu menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Selama sakit pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya. 1.
Hasil pemerksaan fisik Pengkajian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, hasilnya keadaan umum pasien baik, GCS : 15 E4V5M6, kesadaran composmentis Pemeriksaan tanda-tanda vital hasilnya tekanan darah 170/ 90 mmHg, nadi 80 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit dan suhu 36°C. Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil kepala mesochepal, kulit kepala bersih, rabut hitam dan beruban. Mata simetris kanan dan kiri, kantung mata sedikit hitam, tidak terdapat odem pada palpebra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak iterik, pupil isokor, reflek terdapat cahaya positif dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pemeriksaan hidung diperoleh hasil tidak ada selcrer, tidak ada polip. Pemeriksaan mulut diperoleh hasil mukosa bibir lembab, lidah bersih,. Pemeriksaan gigi diperoleh hasil tidak ada perdarahan pada gusi, tidak menggukanan gigi palsu, gigi tinggal sedikit. Pemeriksaan telinga diperoleh hasil bentuk simetris, terdapat sedikir serumen, tidak ada benjolan, pendengaran jelas dan tidak menggunakna alat bantu pendengaran. Leher diperoleh hasil tidak ada pembesaran tyroid. Pemeriksaan paru-paru saat inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada luka. Palpasi vokal vremitus kanan dan kiri sama. Perkusi diperoleh hasil ketukan sonor. Auskultasi suara paru
39
vasikuler. Pemeriksaan jantung diperoleh hasil saat inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba. Perkusi batas jantung terkesan jantung tidak melebar dan saat auskultasi suara jantung normal terdengar lup dup. Pemeriksaan abdomen diperoleh hasil saat inspeksi tidak ada benjolan dan luka, auskultasi peristaltik 25x / menit, perkusi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati, palpasi suara ketukan timpani. Pemeriksaan
genetalia
diperoleh
hasil
bersih.
Pada
saat
pemeriksaan rektum diperoleh hasil bersih dan tidak ada benjolan. Pada saat pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah diperoleh hasil yaitu ekstermitas atas kekuatan otot 5 kanan dan kiri tidak ada derotmitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan dan kiri aktif, dan capilary refile kurang dari 2, detik. Ekstermitas bawah diperoleh hasil kekuatan otot kanan dan kiri 5, tidak ada derormitas tulang, akral teraba hangat, ROM kanan da kiri aktif dan capilary refile kurang dari 2 detik. Pasien mendapatkan terapi dari dokter vitamin b-complek 12 jam golongan generik yang memiliki fungsi untuk penambah stamina daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh, amplodipin 10mg/12 jam golongan antihipertensi yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, asam mefenamat 500mg/8jam golongan anti inflamasi non-sterid yang berfungsi mengurangi rasa nyeri. Candesartan cilexetil 16mg/24 jam golongan angiotensi yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah tinggi. C. Rumusan Masalah
40
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh analisa data, diagnosa keperawatan utama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, ditandai dengan data subjektif (p) pasien mengatakan nyeri, (Q) nyeri terasa seperti tertimpa benda berat, (R) nyeri pada tengkuk, (S) 5, (T) bilang timbul dan data objektif, pasien tampak menahan kesakitan, tekanan darah 170/90 mmHg. Diagnosa keperawatan kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, ditandai dengan adanya data subjektif pasien mengatakan pusing,data objektif yaitu tekanan darah 170/90mmHg. Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral, ditandai dengan adanya data subjektif pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas dan tekanan darah. D. Perencanaan Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. S pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil, pasien terlihat rileks, pasien mengatakannyeri berkurang, skala nyri 0-2. Intervensi yang dilakukan kaji karakteristik nyeri P, Q, R, S, T, rasional untuk mengatasi nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, beri posisi yang nyaman rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk
41
mengurangi nyeri. Diagnosa yang kedua adalah resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien dalam batas normal 120/80- 130/90mmHg, tercipta kondisi nayaman dan tenang. Intervensi atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, beri rebusan daging mahkota dewa rasional untuk menurunkan tekanan darah, berikan posisi yang nyaman rasional agar pasien dapat beristirahat dengan tenang, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah pasien, kolaborasi dalampemberian obat rasional menurunkan tekanan darah.
Diagnosa ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien dapat beristirabat dengan tenang, pasien tidak tampak gelisah, tidur 7-8 jam. Intervensi atau rencana lakukan pengkajian pola tidur pasien rasional untuk memantau pola tidur pasien, kaji kebutuhan tidur dengan rasional agar pasien bisa beristirahat, beri lingkungan yang aman dan nyaman rasional agar pasien beristirahat dengan nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesil (asam mefenamat) rasional untuk memblok lintasan nyeri.
42
E. Implementasi Hari Selasa tanggai 05 Januari 2016 jam 11.10 WIB dilakukan tindakan diagnosa pertama memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data obyektif tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36,5°C. Jam 11.15 diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif (P) pasien mengatakan nyeri tengkuk saat berdiri dan bergerak, (Q) pasien mengatakan nyeri tengkuk seperti tertimpa benda berat, (R) pasien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk, (S) skala nyeri 5, (T) nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak memegangi kepala.
Jam 11.20 diagnosa pertama dan dua mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subyektif pasien mengatakan bersedia diajarkan teknik relaksasi nafas dalam, data obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 11.30 diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa data subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan mahkota dewa. Jam 12.00 berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam mefenamat dan vitamin b complek respoti subjektif pasien bersedia meminum obat. Jam 13.15 mengkaji pola tidur, respon subjektif pasien mengatakan tidak bisa tidur, tidur hanya 4-5 jam dan sering terbangun, respon objektif pasien tampak menguap dan kantung mata terlihat hitam. 13.50 diagnosa yang ketiga berkolaborasi dengan keluarga dalam memberikan lingkungan
43
yang nyaman respon subjektif keluarga mengatakan bersedia diberikan penjelasan tentang lingkungan yang nyaman, respon objektif keluarga tampak mengerti apa yang sudah dijelaskan perawat. Hari Rabu 06 Januari 2016 jam 09.00 WIB dilakukan tindakan diagnosa kedua memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien mengatakan bersedia di cek tekanan darahnya, data obyektif tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 81x/menit, 20x/menit, suhu 36,5°C. Jam 09.15 diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif pasien mengatakan pusing mulai berkurang (P) pasien mengatakan nyeri tengkuk pada saat berdiri dan bergerak, (Q) pasien mengatakan nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) pasien mengatakan nyeri di tengkuk, (S) skala nyeri 4, (T) pasien mengatakan nyeri hilang timbul, data obyektif pasien tampak meringis kesakitan. Jam 09.30 diagnosa ketiga memonitor tidur pasien respon subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur siang 2 jam, tidur malam 7 jam dan tidak ada gangguan, data obyektif pasien tampak segar. Jam 09.50 diagnosa pertama memberikan teknik relaksasi nafas dalam respon subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif pasien tampak kooperatif. Jam 10.10 diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan mahkota dewa. Jam 11.45 diagnosa ketiga menciptakan lingkungan yang nyaman respon subyektif pasien merasa nyaman dengan lingkungan yang tenang, data
44
obyektif pasien tampak tenang.Jam 12.10 berkolaborasi dengan dolcter untuk pemberian obat asam mefenamat dan vitamin b complek respon subjektif pasien bersedia meminum obat. Hari Kamis 07 Januari 2016 jam 09.00 WIB dilakukan tindakan diagnosa kedua memantau tanda-tanda vital respon subyektif pasien mengatakan bersedia, data obyektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit, suhu 36,5°C. Jam 09.20 diagnosa pertama mengkaji karakteristik nyeri respon subyektif pasien mengatakan sudah tidak pusing, skala nyeri 2, data obyektif pasien tampak nyaman. Jam 10.10 diagnosa pertama dan kedua memberikan rebusan mahkota dewa, respon subyektif pasien mengatakan bersedia diberikan rebusan mahkota dewa, data obyektif pasien tampak menghabiskan rebusan mahkota dewa. Jam 12.00 berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat asam mefenamat dan vitamin b complek respon subjektif pasien bersedia meminum obat. F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan hasil evaluasi dilakukan pada hari selasa 05 Januari 2016 . jam 13.45 WIB dengan menggunakan metode SOAP (subyetif, obyektif, assessment, plainning). Diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk bergerak dan saat berdiri (Q) seperti tertimpa benda berat (R) nyeri pada tengkuk (S) 5 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lernah, pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Analisa masalah nyeri pada
45
tengkuk kepala belum teratasi (skala nyeri masih 5), plening lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antibipertensi. Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 170/90mmHg, nadi 80x/menit, pemapasan 20x/menit, suhu 36,°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi (tekanan darah masih 170/90 mmHg). Planing lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Diagnosa yang ketiga data subjektifnya pasien mengatakan tidur hanaya 5-6 jam saja dan tidur sering terbangun. Data objektifhya pasien tampak agak lemas. Analisa masalah ganguan pola tidur belum teratasi(jam tidur hanya 4-5jam). Planing lanjutkan intervensi, lcaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya. Hari kedua rabu 06 januari 2016 diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk saa t bergerak dan saat berdiri (Q) seperti tertimpa benda berat (R) nyeri pada tengkuk (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Analisa masalah nyeri pada tengkuk kepala belum teratasi(skala nyeri dari 5 menjadi 4), plening lanjutkan intervensi, lcaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi.
46
Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 160/90m mHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi(TD dari 170/90 mmHg menjadi 160/90 mmHg). Planing lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Diagnosa yang ketiga data subjektifnya pasien mengatakan sudah bisa tidur dengan nyenyak dan tidak ada gangguan. Data objektifnya pasien tampak rileks. Analisa masalah ganguan pola tidur teratasi (jam tidur dari 4-5 manjadi 6-8jam). Planin pertahankan intervensi, kaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya. Hari ketiga kamis 07 januari 2016 diagnosa yang pertama, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk sudah berkurang (Q) nyeri sudah berkurang (R) nyeri sudah tidak terasa (S) 3 (T) -. Objektif pasien tampak lebih rileks. Analisa masalah nyeri pada tengkuk belum teratasi (skala nyeri 5 menjadi 3), plening pertahankan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Diagnosa yang kedua data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 150/100mmHg, nadi 83x/menit, pemapasan 20x/menit, suhu 36,5°C. Analisa masalah tekanan darah belum teratasi (tekanan darah. 170/90mmHg menjadi 150/100mmHg). Planing lanjutkan
47
intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
BAB V PEMBAHASAN
Bab V ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi rebusan daging mahkota dewa pada asuhan keperawatan pada Ny. S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan Surakarta. Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan kasus yang meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi pada Ny. S dengan Hipetensi. A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awai dan dasar dalam proses keperawatan pengkajian merupakan tahap yang awai menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan mendefinisikan masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menetukan
desain
perencanaan
yang
dibuat,
Selanjutnya
tindakan
keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi (Nikmatur dan saiful, 2012). Penulis menggunakan metode (aulloanamesa dan autoanamesa) wawancara kepada pasien dan keluarga, metode observasi, metode studi dokumentasi yang mana penulis mengambil data dari catatan medis dirnana catatan medis tersebut berisi riwayat kesehatan pasien, program
48
49
hasil pengkajian pada tanggai 5 januari 2016 pukul 11.00 WIB, keluhan utama pasien mengatakan kepala pusing. Kondisi pasien tampak sedikit lemas dan memegang tengkuk kepala, dengan pengkajian nyeri provoking (P): pasien mengatakan nyeri pada saat berdiri dan bergerak, Quality (Q): nyeri seperti tertimpa benda berat, Region (R): pasien mengatakan nyeri pada tengkuk, severty (S): skala nyeri 5, time: pasien mengatakan nyeri hilang timbul. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama yaitu: (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien, dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif, dengan menggunakan (P,Q,R,S,T). P: Provoking atau pemicu yaitu faktor yang memicu timbulnya nyeri, Q: Quality atau kuali tas nyeri (misal: tumpul atau tajam), R: Region atau daerah yaitu daerah perjalanan kedaerah lain, S: Sseverty atau keganasan yaitu intensitasnya, T: Time atau waktu yaitu serangan lamanya, kekerapan, dan sebab (Mubarak, 2008). Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah menimbulkan masalah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh, akibatnya darah meningkat melebihi batas normal. Hal ini yang menyebabkan adanya keluhan pusing atau kepala nyeri pada pasien hipertensi (Menkes, 2013). Riwayat kesehatan dahulu pasien mengatan 3 tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah : 170/90 mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 20x/menit, Suhu : 36°C. Terapi yang diterima yaitu vit B complek/12jam, amlodipin
50
5mg/12jam, asam mefenamat 500mg/8jam, candesertan/24 jam. Data yang didapatkan teiah sesuai dengan teori pengkajian bahwa keluhan utama yang muncul pada pasien hipertensi yaitu kepala terasa pusing (Nyeri) dan tengkuk terasa berat, dan tidak bisa tidur. Gejala yang muncul pada nyeri yaitu nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat (Brunner & suddarth,2005). Riwayat kesehatan sekarang biasanya saat dilakulan pengkajian pasien masih mengeluh kepala terasa sakit dan berat, serta tidak bisa tidur. Riwayat dahulu biasanya penyakit hipertensi adalah penyakit yang menahun yang sudah lama dialami oleh pasien, dan biasanya pasien mengkonsumsi obat rutin seperti amlodipin. Riwayat kesehatan keluarga biasanya penyakit ini adalah penyakit keturunan (Brunner & Suddarth, 2005). Pengkajian pola gordon, pola istirahat tidur pasien mengatakan tidak bisa tidur, tdur kira-kira 4-5 jam saja dan sering terbangun saat tidur. Tampak sering menguap dan terlihat ada lingkaran hitam dimata. Data tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan pola tidur dan apabila pusing semakin parah maka akan semakin parah juga tingkat gangguan pola tidurnya (Albertie, 2006). Juga menambahkan bahwa pusing dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya sehingga total jam tidur menjadi berkurang. B. Rumusan Masalah Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah atau respon kehidupan aktual maupun pontensial sebagai dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
51
mencapai hasil ternpat perawat bertanggung jawab (Nikmatur dan Saiful, 2012). Diagnosa yang muncul pada pasien hipertensi yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, nyeri, kelebihan volume cairan, resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak, ketidak efektifan jaringan koping ( Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC, 2003). Rumusan masalah pada Ny. S diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, ganguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 1. Nyeri akut Diagnosa yang pertama yang diangkat penulis pada asuhan keperawatan Ny. S yaitu nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis. Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dengan hasil, analisa data subjektif yaitu pasien mengatakan kepala pusing, hasil pengkajian P: nyeri saat berdiri dan bergerak, Q: nyeri seperti tertimpa benda berat, R: nyeri terasa ditengkuk, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul. Data objektif pasien tampak memegangi kepala tekanan darah 170/90mmHg, Nadi: 80x/menit, respirasi 20x/menit,suhu: 36° C. Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
orang
yang
mengalaminya
yang
dapat
menjelaskan
dan
mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 2000). Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai pengalaman sensori yang tidak
52
menyetiangkan dan memngkat akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual. atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan: sakit yang tiba- tiba atau perlahan dari integritas ringan sampai berat dengan akibat yang dapat diantisipasi atau dapat diramalka dan durasinya kurang dari 6 bulan (Wilkison, 2007). Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis karena telah sesuai dengan batasan karakteristik nyeri yaitu mengungkapakan secara verbal atau melaporakan dengan isyarat, gerakan menghindari nyeri, perubahan autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi atau kaku), respon-respon autonimik misalnya (diaphoresis, tekanan darah, pernafasan atau perubahan nadi, dilatasi pupil), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga dan melindungi, berfokus pada diri sendin, gangguan pola tidur, perilaku ekspresif (misalnya gelisah, merintih, menangis kewaspadaan berlebihan, peka terhadap rangsangan, dan menarik nafas panjang (Wilkinson, 2007). Berdasarkan batas karakteristik maka etiologi yang dapat diambil penulis agen cidera biologis. Agen cidera biologis yang dialami pasien yaitu peningkatan tekanan darah terjadi karena tekanan darah dipembuluh arteri meningkat, peningkatan ini menimbulkan masalah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih kerasa dari biasanya untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh (Menkes, 2013). 2. Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur dapat didefinisikan sebagai gangguan jumlah dan
53
kualitas tidur (penghentian kesadaran alami, periodik) yang dibatasi waktu dalam jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007). Prioritas diagnosa gangguan pola tidur karena sesuai batasan karakteristik (Wilkinson, 2007) yang menyebutkan bahwa batasan karakteristik gangguan pola tidur yaitu tidur lebih awal atau lebih lambat yang diinginkan, ketidak puasan tidur, keluhaii verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan baik. Penuiis mencatrtumkan masalah gangguan pola tidur dengan data subjektif pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas dan tekanan darah 170/ 90 mmHg, nadi: 80x/menit pasien tampak menguap, kantung mata terlihat hitam. Batasan karakteristik lain yang mungkin muncul yaitu lingkaran mata gelap dibawah mata, penurunan rentatig perhatian, efek datar, sering menguap, tidur terganggu, tidak bergairah, dan perubahan mood. Berdasarkan batasan karakteristik maka etiologi yang dapat diambil oleh penulis yaitu peningkatan tekanan vaskuler serebral. Peningkatan tekanan vaskuler serebral terjadi karena peningkatan tekanan darah atau hipertensi yang dipengaruhi oleh curah jantung yang meningkat (Tembayang, 2000).
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah suatu penurunati jumlah oksigen yang mengakibatkan kegagalan untuk memelihara jaringan pada tingkat perifer (Wilkinson, 2007: 523). Penulis mencantmnkan
54
masalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan data subjektif pasien mengat.ak.an pusing, data objektif yaitu tekanan darah 170/90mmHg, nadi 80x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°C, pasien tampak lemah. Batasan karakteristik ketidakefektifan perfusi jaringan serbral yaitu: perubahan tekanan darah, pusing, perubahan status mual, perubahan perilaku, perubahan respon motorik, perubahan respon pupil, kesulitan menelan, kelemahan ekstennitas dan ketidak-normalan dalam berbicara (Wilkinson,2007). Hasil pengkajiati terhadap pasien didapatkan data tekanan darah nailc 170/90mmHg dan keluhan pusing. Pusing adalah keadaan dimana seseorang merasan seperti mau pingsan namun satu hal yang terpenting adalah tidak ada seiisasi berputar. Pusing kepala biasanya disebabkan stres, lcadar gula darah yang rendah, tekanan darah naik/turun, penurunan aliran darah keotak atau yang dikanal sebagai insufisiensi vertebrobasiler dan pendarahan (Lindsay, 2004). C. Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah terjadi di identifikasikan menggambarkan
dalam sejauh
diagnosa tnana
keperawatan. perawat
mampu
Desain
perencanan
menetapkan
cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan etlsien (Nikmatur dan Saiful, 2012)
55
Setelah mengkaji tnendiagnosa dan menetapkan prioritas tentang kebutuhan keperawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan hasil. Tujuan tidak hanya memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Tujuan yang penulis sitsun sesuai dengan teori yang ada pada buku fundamental keperawatan Potter dan Perry (2005), mengacu pada 7 faktor : berpusat pada klien, tingkat pengetahuan klien dan perilaku, faktor yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta tujuan dan hasil yang diharapkan menunjukan kapan respon yang diharapkan harus terjadi, faktor mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan singkat dan realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan dengan menyesuaikan dengan prioritas peraiasalahan penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan nyeri akut, resiko ketidak efektifan perfusi jaringan dan gangguan pola tidur. Berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification) dengan menggunak.au metode SMART (Specific, Meausrable, Achievable, Realistic, Time) (Dermawan, 2012).
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan nyeri akut dapat teratasi. Tujuan yang dilakukan pada Ny. S adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri akut dapat teratasi, batas waktu pencapaian ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat teratasi, batas waktu pencapaian tujuan ini adalah suatu tujuan yang diharapkan dapat
56
tercapai dalam waktu singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Kriteria waktu ini berdasarkan pada unsur etiologi dalam diagnosis keperawatan yang ada (Nursalam,2011). Kriteria hasil skala nyeri 1-3, tanda-tanda vital dalam batas normal tekanan darah 120/90mmHg, nadi 60100x/menit, respirasi 16-24x/menit, suhu 36-37° C, pasien mengatakan nyeri atau ketidak nyamanan hilang atau terkontrol (Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC, 2013).
Intervensi pada diagnosa pertama yaitu lakukan pengkajian nyeri, rasionalnya untuk mengetahui skala nyeri, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, ajarkan teknik non farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri (Sholehati & Kosasih, 2015), berikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri (Pudiastuti, 2013).
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi. Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan hipertensi dapat teratasi dengan kriteria hasil TTV klien dalam batas normal 120/ 80 -130/ 90 mmHg, tercipta kondisi yang nyaman dan tenang, (Asuhan Keperawatan Nanda N1CNOC, 2013). Intervensi atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, berikan rebusan
57
daging mahJkota dewa rasional untuk menurunkan tekanan darah (I Wayan Bagus Sudewa, 2014), berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah. 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Penulis mencantumkan tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil: jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari,pola tidur dan kualitas tidur dalam batas normal, perasaan segar setelah bangun tidur, mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan pola tidur (Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC,2013). Intervensi pada diagnosa ketiga yaitu menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat rasional untuk mengetahui pentingnya tidur yang cukup (Herdman, Heather, 2010), ciptakan lingkungan yang nyaman rasional untuk memberikati kenyamanan, monitor atau catat kebutuhan tidur pasien setiap hari untuk mengetahui pola tidur sehari (Herdman, Heather, 2010), kolaborasi pemberikan obat tidur untuk meningkatkan pola tidur. D. Implementasi keperawatan 1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Tanggal 5 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yang dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan bergerak, (Q): nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa ditengkuk, (S): skala nyeri 5, (T): nyeri hilang timbul. Data objektif (O)
58
pasien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan TD:170/90 mmHg. Tanggal 6 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yang dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan bergerak, (Q) : nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa ditengkuk, (S) : skala nyeri 4,(T) : nyeri hilang timbul. Data objektif (O) paien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan TD:160/90mniHg. Tanggal 7 januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yaiig dirasakan Ny. S pasien mengatakan pusing, (P) : nyeri saat berdiri dan bergerak, (Q) : nyeri seperti tertimpa benda berat, (R) : nyeri terasa ditengkuk, (S) : skala nyeri 3, (T) : nyeri hilang timbul. Data objektif (O) paien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan ID: 150/100mmHg. Penulis menggunakan teknik farmakologi dan non farmakologis untuk menurunkan intensitas nyeri utttuk meiicapai sesuai dengan intervensi yang penulis susun. Teknik fannakologi yang penulis lakukan yaitu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Obat analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri obat analgesik yang berkeija memblokir pelepasan mediator nyri sehingga reseptor nyeri tidak menerioma ransangann yeri (Rachadian, 2009). Teknik non farmakologi ajarkan teknik non farmakologi atau relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri (Sholehati & Kosasih, 2015).
59
2. Diagnosa kedua resiko ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi. Tanggal 5 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36oC. Tanggal 6 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 88x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36oC. Tanggal 7 januari 2016 mengkaji tanda-tanda vital Ny. S pasien mengatakan pusing data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 83x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36oC. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa ini lebih berfokus pada terapi non farmakologi pemberian rebusan daging mahkota dewa yang diberikan sehari 1 x 150 ml selama 3hari. Hasil penelitian jumal (I Wayan, 2014), rebusan daging mahkota dewa bermanfaat dapat menurunkan tekanan darah. Menurut albinur (2011), senyawa yang terkandung dalam buah inakhota dewa adalah senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah keseluruli tubuh, mengurangi kandungan kolestrol dan mengurangi penumbuhan lemak pada dinding
60
pembuluh darah serta mengurangi resiko penyakit jantung koroner (Apriyanti, 2012). Kandungan kimia dalam mahkota dewa yang berpengarah terhadap tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menumnkan Systemic Vascular Resistance (SVR) karena menyebabkan vasodilatasi. (PerezVizcaino F, 2009 dalarn jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015). Flavonoid juga menghambat kerja ACE yang dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu Indra Wirawan, 2015). Renin Angiontensin Aldosterone pathway diketahui bahwa renin mengubah angiotensinnogen menjadi angeotensin I,dan Angiotensin Converting Enzim (ACE), mengubah angiotensi I menjadi angiotensin II yang akan mempengaruhi tekanan darah. Bila produksi renin dan ACE menurun maka produksi angiotensi I dan angiotensi II juga akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi arteriol dan tekanan darah akan menurun (Guerrero L, 2012 dalam jurnal I Gusti Putu India Wirawan, 2015). 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. Tanggal 5 januari 2016 mengkaji pola tidur Ny. S pasien mengatakan sulit tidur, pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas, pasien tampak menguap, kantung mata terlihat hitam dan tekanan darah 170/90mmHg. Tanggal 6 januari 2016 mengkaji pola tidur Ny. S pasien mengatakan
61
bisa tidur nyenyak tidur 6-7 jam saja dan tidur tidak ada gangguan. Data objektifnya
pasien
tamak
rileks,
kantung
mata
tidak
hitam
TD:160/90mmHg. Penulis menggunakan tekhnik farmakologi dan non fannakologi untuk mencapai sesuai dengan intervensi
yang penulis susun. Teknik
farmakologi yang penulis lakukan yaitu kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik (asam mefenamat) berfungsi untuk mengeblokan lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang (Rachadian, 2009). Teknik non farmakologi yang penulis lakukan yaitu, kaji kebutuhan tidur dengan, beri lingkungan yang aman dan nyaman dengan nyaman (Hardhi, 2013). E. Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati). Dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan saifil, 2012). Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilakukan dengan SOAP, subjektive, objective, analisa, planning (Deden, 2012). Evaluasi hari pertama untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, dengan hasil data subjektif (s) pasien mengatakan pusing, (P): nyeri saat berdiri dan bergerak, (Q): nyeri seperti tertimpa benda berat, (R): nyeri terasa ditengkuk, (S): skala nyeri 5,(T): nyeri hilang timbul. Data objektif (O) paien tampak lemah, pasien tampak meringis kesakitan menahan kesakitan. Analisa (A) masalah nyeri kepala belum
62
teratasi. Planing (P)lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Evaluasi hari kedua diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis belum teratasi, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk saat bergerak dan saat berdiri (Q) seperti tertimpa benda berat (R) nyeri pada tengkuk (S) 4 (T) hilang timbul. Objektif pasien terlihat lemah, pasien terlihat meringis kesakitan inenahan nyeri. Analisa (A) masalah
nyeri pada tengkuk kepala belum teratasi (skala. nyeri dari 5 menjadi 4), pianing (P) lanjutkan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafes dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Evaluasi hari ketiga diagnosa nyeri akut b.d agen cidera biologis teratasi, data subyektif (P) pasien mengatakan nyeri pada tengkuk sudah berkurang (Q) nyeri sudah berkurang (R) nyeri sudah tidak terasa (S) 3 (T) ' Objektif pasien tampak lebih rileks. Analisa (A) masalah nyeri pada tengkuk belum teratasi (skala nyeri 5 menjadi 3), planing (P) pertahankan intervensi, kaji karakteristik nyeri P,Q,R,S,T, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik dan antihipertensi. Hasil akhir evaluasi dengan diagnosa nyeri akut setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam terjadi penurunan skala nyeri dari
63
skala 5 menjadi skala 3, hal ini sesuai dengan tujuan kriteria hasil yang diharapkan skala 5 turun menjadi skala 3 sampai skala 0. Evaluasi hari pertama diagnosa Resiko gangguan serebral berhubungan detigan hipertensi data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya, Objektif tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi (tekanan darah masih 170/90 mmHg). Planing (P)lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Evaluasi hari kedua diagnosa resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 160/90mmHg, nadi 88x/menit, pemapasan 20x/menit, suhu 36,°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi(TD dari 170/90 mmHg menjadi 160/90 mmHg). Planing (P) lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Hari ketiga diagnosa resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi ketiga data subjektif pasien mau dicek tekanan darahnya. Objektif tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 83x/menit, pemapasan 20x/menit, suhu 36,5°C. Analisa (A) masalah tekanan darah belum teratasi (tekanan darah 170/90 mmHg menjadi 150/100 mmHg). Planing (P) lanjutkan intervensi, pantau tekanan darah, berikan rebusan daging mahkota dewa, beri posisi yang nyaman,ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
64
Hasil akhir evaluasi diagnosa kedua resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam, terjadi penurunan tekanan darah dari 170/90 mmHg menjadi 150/100 mmHg belum teratasi,hal ini tidak sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan tekanan darah dalam batas normal batas normal 12/80-130/90 mmHg. Evaluasi pertama diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan vasikuler serebral, pasien mengatakan sulit tidur, pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5 jam saja dan sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas, pasien tampak mengiiap, kantung mata terlihat hitam dan tekanan darah 170/90 mmHg. Analisa masalah ganguan pola tidur belum teratasi (jam tidur hanya 4-5 jam). Planing lanjutkan intervensi, kaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya. Evaluasi hari kedua diagnosa gangguan pola tidur b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral pukul data subjektifnya pasien mengatakan bisa tidak nyenyak tidur 6-7 jam saja dan tidur tidak ada gangguan. Data objektifnya pasien tampak rileks. Analisa (A) masalah ganguan pola tidur teratasi (jam tidur hanya 4-5 jam menjadi 6-7 jam). Planing (P) lanjutkan intervensi, kaji kebutuhan tidur pasien, jelaskan tidur yang adekuat, berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan selanjutnya. Hasi akhir evaluasi diagnosa ganguan pola tidur setelah dilakuakan tindakan keperawatan 3x24 jam dapat teratasi sesuai dengan tujuan kriteria
65
hasil yang diharapkan jumlah tidur dalam batas dalam batas normal 6-8 jam/hari.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Bab ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi,evaluasi pada asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan Surakarta selama tiga hari kelolaan dengan menerapkaii aplikasi pemberian rebusan daging maliakota dewa untuk menurunkan tekanan darah maka dapat ditarik kesimpulan : 1.
Pengkajian Keluhan utama yang dirakasan pasien yaitu pasien mengatakan nyeri ditengkuk (p) pasien mengatakan nyeri, (Q) nyeri terasa seperti tertimpa benda berat, (R) nyeri pada tengkuk, (S) 5,(T) hilang timbul dan data objektif, pasien tampak menahan kesakitan, tekanan darah 170/90 mmHg, nadi 80x/ menit, pemapasan 20x/menit, suhu 36° C. Keluhan kedua yang dirasakan pasien yaitu pasien mengatakan susah tidur, tidur hanya 4-5jam saja dan sering terbangun, data objektif pasien tampak lemas dan tekanan darah 170/90mmHg, pasien tampak menguap, kantung mata terlihat hitam. Keluhan yang ketiga pasien mengatakan pusing,data objektif yaitu tekanan darah 170/90mmHg, nadi 80x/menit, pemafasan
66
67
2.
Diagnosa Hasil
perumusan
masalah
sesuai
dengan
pengkajian
keperawatan pada Ny. S ditegakan diagnosa sesuai dengan hirarki kebutuhan maslow yaitu prioritas diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, resiko ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral. 3.
Rencana keperawatan Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. S pada diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, intervensi yang penulis rumuskan yaitu kaji karakteristik nyeri P, Q, R, S, T, rasional untuk mengatasi nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi nyeri, beri posisi yang nyaman rasional untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian obat analgesik rasional untuk mengurangi nyeri. Diagnosa resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, intervensi yang penulis rumuskan atau rencana yang dilakukan: pantau tekanan darah rasional untuk mengetahui tekanan darah pasien, beri rebusan daging mahkota dewa rasional untuk menurunkan tekanan darah, berikan posisi yang nyaman rasional agar pasien dapat beristirahat dengan tenang, pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah pasien,
68
kolaborasi dalam pemberian obat rasional menurunkan tekanan darah. Diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral, intervensi yang penulis rumuskan lakukan pengkajian pola tidur pasien rasional untuk memantau pola tidur pasien, kaji kebutuhan tidur dengan rasional agar pasien bisa beristirahat, beri lingkungan yang aman dan nyaman rasional agar pasien beristirahat dengan nyaman, kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgesik (asam mefenamat) rasional untuk memblok lintasan nyeri. 4.
Implementasi Pengelolaan asuhan keperawatan Ny. S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan Surakarta telah sesuai intervensi penulis rumuskan. Penulis menekankan pemberian rebusan daging mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah pada Ny. S dengan hipertensi memberikan rebusan mahkota dewa satu kali sehari dalam 3 hari kelolaan.
5.
Evaluasi Hasil evaluasi masalah keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis teratasi. Intervensi anjurkan klien untuk menggunakan obat analgesik asam mefenamat 500 mg/ 8 jam. Masalah keperawatan yang kedua resiko ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi belum teratasi.
69
Intervensi anjurkan klien untuk meminum rubusan daging mahkota dewa atau meminum obat antihipertensi anilodipin 10 mg/12 jam. Masalah
keperawatan
yang ketiga
ganguan
pola
tidur
berhubungan peningkatan tekanan intra vaskuler serebral teratasi. Intervensi anjurkan pada klien untuk menciptakan lingkungan aman dan nyaman. 6.
Analisa pemberian tekhnik non farmakologi rebusan daging mahkota dewa. Analisa hasil implementasi aplikasi jumal penelitiaii yang dilakukan oleh I wayan, Amatus, dan Sefti (2014), dengan judul “Pengarah Pemberian Rebusan Daging Mahkota Dewa terhadap penurunan tekanan darah pada Hipertensi di Puskesmas Gajahan Surakata”. Penulis mendapatkan hasil analisa dan implementasi yang dilakukan selama 3 hari kelolaan yaitu terjadi penurunan tekanan darah dari hari pertama 170/ 90 mmHg menjadi 160/ 90 mmHg, hasil hari kedua 160/ 90 mmHg menjadi 150/ 100 mmHg, hasil hari ketiga 150/100 mmHg. Karena keterbatasan waktu penulis tidak melakukaii pemberian rebusan mahkota dewa selama tujuli hari, penulis hanya memberikan rebusan mahkota dewa selama tiga hari telah terjadi penurunan tekanan darah dari 170/ 90 mmHg menjadi 150/100 mmHg (I Wayan Bagus Sudewa, 2014).
70
B.
Saran 1. Bagi institusi dan pelayanan kesehatan Diharapkan puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antar tim kesehatan maupun klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal khususnya pada pasien hipertensi dengan terapi non farmakologi pemberian rebusan daging mahkota dewa dan diharapkan puskesmas menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien. 2. Bagi pasien Dapat membantu menurunkan tekanan darah dan memberikan pilihan dalam penanganan hipertensi dengan menerapkan teknik non farmakologi rebusan daging mahkota dewa dalam kehidupan seharihari. 3. Bagi perawat Diharapkan bisa lebih meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas dan profesionalsehingga dapat tercipta perawat yang terampil, inovatif, dan prefesional yang mampu memberikan asuhan keperawatan. 4. Bagi penulis selanjutnya Diharapkan bisa memberikan tindakan pengolahan selanjutnya pada pasien dengan hipertensi dalam pemberian rebusan daging mahkota dewa terhadap penurunan tekanan darah.
71
5. Bagi pembaca Diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pembaca untuk sarana dan prasarana dalam pengembangan ilmu keperawatan, diharapkan setelah membaca buku ini dapat mengetahui tentang pemberian rebusan daging mahkota dewa pada penyakit hipertensi dan menjadi acuan dalam kasus ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alibinnur, P. S. ,(2011). Isolasi senyawa flavonoida dari buah mahkota dewa. Aprilita, R. Y. (2005). Pengaruh Pemberian Ekstra Air Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Fakultas farmasi UNTAG Jakarta. Apriyanti, M. (2012). 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari. Jakarta: pustaka baru press. Ardiansah, muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Diva press: yogyakarta. Arif, Tekanan Darah Dan Hipertensi. Jakarta: gramedia, 2012. Brunner & suddarth. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah vol.2, ed. 8. Jakarta: EGC. Dalimartha, S. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : penebar plus. Dewi, Ratna P. 2013. Penyakit-Penyakit Mematiakan. Yogyakarta. Nuha Medika. Gotama, I. B. I. dkk. (1999). Invetaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 4. Jakarta : departeman kesehatan. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. GuerreroL, castillo J, Quinones M, Garciavallve S, Arola L, Pujadas G, Munguerza b.inhibition of angiotensin-converting enzyme activity by flavonoids: structureactivity relationship studies. PLOS ONE 2012:7(11): 1-11. Harmanto, N. (2001). Sehat Dengan Ramuan Tradisional Mahkota Dewa. Tanggerang :PT. Agromedia pustaka. Mansjoer. A 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.
73
Murwani, A .2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Gosyen publishing. Yogyakarta. Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguans Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Selemba Medika. Jakarta. NANDA . 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA . Edisi jilid 1. Jakarta. Media action Publicing. Padilla. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta. Profil Kesehatan. Provinsi Jawa Tengah. 2008. Riskedes. 2011. Riset kesehatan Dasar: Jakarta. Riskedes. 2013. Penyakit Tidak Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI: Jakarta. Royami, Y . 2008. Penentuan Kandungan Flvonoid dari Ekstrak Metanol Daging Buah Mahkota Dewa . Setiadi. 2012.Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik. Graha Ilmu. Yogyakarta. Smletzer, S .C & Bare. B. 2002. Buku ajaran keperawatan medikal bedah brunner dan & suddart, Edisi 8 volume. Ter. Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC Sudarmoko, Arief, 2015. Sehat Tanpa Hipertensi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka. Tambayong, J (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Tariga, H. G. (1990). Percikan Budaya Karo. Bandung: yayasan merga salima. Triyanto, Eendang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Secara Terpadu : Graha Ilmu.
74
UPN. 2006. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Ilmu Kesehatan Keperawatan, diakses pada tanggal 16 april 2014. Wadda’ A, Umar. 2015. Sembuh Dengan satu titik 2 Bekam untuk 7 Penyakit Kronis. Solo: thibia. WHO. 2013. Q &As On Hypertensio. Avaible: 28 mei 2015.