Muchammad Atik
Daftar Isi
“Berkarya Bersama Mewujudkan Sungai Bersih” BAPAK dua orang anak ini, biasa dipanggil Atik. Beliau mulai berkiprah di lingkungan kampung lewat gerakan penyelamatan sungai, yang kemudian dibentuk suatu paguyuban. Nama paguyuban itu Gelang Tirta Mandiri, dibentuk sejak November 2008. Gelang merupakan singkatan dari Gerakan Peduli Lingkungan. Tirta berarti air, dan Mandiri mengisyaratkan wilayah dimana paguyuban ini dibentuk, yaitu Gang Mandiri. Gang Mandiri termasuk wilayah RW XV Kelurahan Kalirungkut. Sebelum dibentuk sebuah paguyuban, warga di Gang Mandiri terkenal kompak dan mudah diajak berswadaya, sesuai dengan namanya. “ Pernah kami buat jalan paving ini dengan dana sendiri, juga dikerjakan sendiri. Cuma butuh waktu dua hari untuk menggarap bersama-sama, itupun kami kerjakan hanya Muchammad Atik, Ketua Paguyuban di malam hari setelah pulang kerja” cerita Atik. Gelang Tirta Mandiri. Semangat kebersamaan inilah yang dilihat sebagai potensi, maka gang Mandiri pun dipoles menjadi lebih hijau dengan menanam berbagai tanaman. Harapannya supaya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Akan tetapi setelah melihat lingkungan tempat tinggal lebih hijau, ada satu kegelisahan yang belum terjawab, yaitu kotornya sungai. “Tahun kemarin, kampung kami ikut lomba Green & Clean, tapi juri tidak diajak untuk melihat penghijauan di gang ini karena memang sungainya kotor sekali, takut mengurangi penilaian. Sejak itu, kami menganggap sungai harus dibersihkan.” ujar Atik. Inilah salah satu yang memotivasi pembentukan Gelang Tirta Mandiri. Paguyuban ini menyelamatkan sungai mulai dari aktivitas yang sederhana, yaitu kerja bakti tiap hari Minggu, dimulai pukul 07.00. Aktivitas ini dilakukan secara rutin, terjun ke kali mengambil sampah dan membuangnya ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sudah menjadi kebiasaan. Harapannya bisa menjadi contoh dan mendorong warga lain untuk terlibat mengelola sungai dan peduli pada lingkungannya. Tidak semudah yang dibayangkan, suara-suara sumbang kerap dipanen oleh mereka. Atik mengatakan, “ Bahkan kami dianggap akan mendirikan RT tersendiri di RW XV ini. “ Dan masih banyak warga yang justru bertempat tinggal di pinggiran kali, bersikap masa bodoh terhadap kegiatan tersebut. Mereka enggan untuk terlibat kerja bakti. “Anggota Gelang membuat saya bangga, mereka tidak mengeluh sekalipun diremehkan oleh warga sekitar. Tetap saja mau bekerja bahkan hingga Anggota Gelang Tirta Mandiri bersama Pak Soni tengah malam, demi sungai yang Bangun pada Hari Peduli Sampah 2009. lebih bersih “ ungkap Atik yang kelahiran tahun 1970. Patah arang menjadi pantangan bagi Atik yang dipilih mengampu peran sebagai ketua paguyuban. Justru kini, kerja bakti tersebut menjadi ajang kian memperkuat keguyuban warga. Usai kerja bakti, kerap mereka makan bersama, mengobrol, dan mengungkapkan ide-ide segar. Hasilnya, banyak warga yang masih peduli pun kini bergabung sebagai anggota Gelang Tirta Mandiri. Semula jumlah mereka hanya belasan, kini sudah mencapai Bersambung ke halaman 12 sekitar 26 orang.
H a l 2 : SOSOK Muchammad Atik : Berkarya Bersama Mewujudkan Sungai Bersih H a l 3 : T ERA S Kekuatan Memberi H a l 4 -6 : SOK OGU RU Kali Surabaya, Sumber Kehidupan yang Kian Terancam Wajah Kalimir dan Kali Kulon H a l 8 -1 0 : SOK OGU RU Ragam Teknologi Sanitasi H A L 1 1 -1 2 : OPI N I Aku dan Gelang (Yulianto) H a l 1 3 -1 4 : SOK OGU RU Biofilter, Cara Alami Menjernihkan Air H a l 1 5 -1 8 : K L I K H a l 1 9 -2 0 : GELU T GEL I AT H a l 2 1 -2 2 : REPORTA SE Semangat Para Ibu Desa Klaces Kampung Laut Kesadaran Lingkungan Bagi Keberlangsungan Hidup Masyarakat H a l 2 3 -2 4 , d a n 2 6 : H I J A U Berkenalan dengan Deterjen Sang Pembersih H a l 2 5 : SOSOK Abdul Jamil; Kesungguhan Membawa Berkah H a l 2 7 -2 8 : PU STA K A Kota yang Merajalela, Dirancang Lebih Bersahabat Menyuarakan Ketertindasan Lewat Film H a l 2 9 -3 1 : I N FO
MAJALAH PENDOPO, Edisi Per t am a, Tahun V, Mar et -J uni 2009 Majalah PENDOPO diterbitkan satu kali dalam empat bulan oleh Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota), Universitas Surabaya. Penanggung Jawab: Cahyo Suryanto. Pemimpin Redaksi: Catharina Devi Redaksi: Andhita Nurlaila, Parwito, Dyah Nala, Dwi Sri Novita Sari, Nurlaila. Fotografer: Parwito, Puguh. Ilustrator: Ade Putra. Sirkulasi: Andhita, Parwito, Koko. Alamat Redaksi: Jl Rungkut Lor III/87 Surabaya 60293. Telp: (031)8474325. Fax: (031)8474324. Email:
[email protected]. Situs: http://www.pusdakota.org. Untuk berlangganan, hubungi sekretariat redaksi. Redaksi menerima kontribusi tulisan yang berhubungan dengan topik pemberdayaan komunitas. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah substansi.
2
TERAS
Kekuatan Memberi AAT ini, ada begitu banyak diantara kita yang sibuk untuk mendapat lebih, bagi hidup kita sendiri. Sibuk mendapatkan uang, barang-barang berharga, capaian-capaian kerja yang mendorong pada posisi baru yang menggiurkan, bahkan mendapat seseorang yang kita definisikan mampu menjadi pelengkap. Toleh saja kesibukan menjelang pesta demokrasi Indonesia. Orang-orang yang mengaku politisi, menggunakan segala strategi mendapatkan sebanyakbanyaknya partisan yang memberi suara dukungan. Suara dukungan pun dibayar dengan janji-janji perubahan kesejahteraan di masa depan. D in am ik a semacam itu tak jarang terjadi di keseharian hidup kita, entah disadari atau tidak. K e s ib u k a n kesibukan itu, suatu kali membuat seseorang bertanya pada diri, apa yang sesungguhnya didapat ketika justru telah mendapat banyak hal. Mulailah terjadi perdebatan batin, dan melihat persimpangan. Satu diantaranya menuju pada kegilaan untuk memperoleh lebih banyak materi, kedudukan, dan banyak hal lainnya yang masih bisa dibeli. Jalan yang lain, mulai mencari kebahagiaan apa yang bisa diperoleh dengan cara yang berbeda. Sebagian besar orang yang telah menuai harapan baru pada jalan ini, mengatakan bahwa inilah yang tak akan terbeli oleh besarnya uang seberapapun. Dan yang memberanikan diri untuk mengambil jalan kedua ini, tak hidup untuk diri semata. Ia mulai berpikir
untuk menuangkan talenta yang dimiliki dirinya, untuk memberi secercah pengharapan bagi di sekitar. Kesibukan untuk mendapat, bagi beberapa orang justru berlawanan dengan kekuatan memberi. Ada yang mengatakan, bahwa dengan memberi, maka akan mendapat berlipatlipat ganda. Memang, yang didapat tak lagi sama dengan yang hal yang diberikan. H al yang didapat pun berubah bentuk. Anggota G elang Tirta Mandiri
mendapat gelak tawa dan semangat baru, tatkala malah ada warga yang membuang sampah ke sungai, selagi baru saja selesai dibersihkan. Mereka yang berkenan menyisihkan sebagian waktunya untuk bersih-bersih sungai, menuai lingkungan sekitar rumah yang kian bersih dan hijau. Berbeda lagi dengan Jamil, seorang Kepala Sekolah SDN Betro Mojokerto, ia mendapatkan kebahagian dengan prestasi anak-anak didiknya, tatkala berkorban waktu dan materi untuk mewujudkan berbagai kegiatan kesenian yang dipercayanya mampu
3
mematangkan karakter seorang anak. Begitu pula dengan para bidan dan kader kesehatan di berbagai belahan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka bergembira, tatkala ibu hamil terselamatkan, bayi-bayi di desanya tumbuh kuat dan sehat. Semua itu dilakukan tanpa modal uang yang berlebih, bekal terbesarnya hanyalah ketulusan. Demikian pula dengan adik-adik SMU Ciputra, pengalaman berinteraksi dengan sampah dan komunitas membuat mereka belajar tentang mengh argai lingkungan dan sesama. Pada saatnya, kekuatan memberi akan berbuah kedamaian, kebahagiaan, rasa bangga, kepercayaan diri, dan berbagai jenis rasa yang membuat diri menjadi lebih berarti. Maka, m e n g a p a dikatakan kita mendapat berlipat ganda, karena jenis rasa tersebut membuat segala sesuatu yang ada di diri maupun luar diri kita menjadi cukup dan baik adanya. Apakah perlu, memberi dengan melihat dulu kanan dan kiri, mencari siapa yang mengapresiasi, atau takut ada yang mengolok-olok? Apapun alasannya, kekuatan memberi akan lengkap buah-buah kenikmatannya selagi diri kita memberi dengan ketulusan, dan mendoakan apa yang diberikan, mampu mendorong terjadinya kebaikankebaikan baru pada pribadi yang lain setiap harinya. Dengan demikian, hari-hari yang lebih bermakna pun tercipta. Selamat memberi ! Redaksi
SOKOGURU
Kali Surabaya, Sumber Kehidupan yang Kian Terancam ALI Surabaya adalah bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. K ali Surabaya mengalir mulai dari DAM Mlirip Mojokerto sampai DAM Jagir Surabaya sepanjang 41 kilometer, melewati wilayah Gresik dan Sidoarjo. Kali Surabaya terpecah menjadi dua, yaitu Kali Mas yang mengalir dari Wonokromo ke arah Tanjung Perak dan yang kedua Kali Wonokromo yang mengalir ke arah Rungkut. Menurut catatan sejarah, Kali Mas juga menjadi pintu lalu lintas pelayaran, dari hilir (Surabaya) menuju hulu (Kediri maupun Mojokerto). Pada jaman dahulu (sekitar abad 18), Kali Surabaya menjadi sumber kehidupan baik sebagai bahan baku air untuk persawahan juga sebagai bahan baku air bersih. Kalimas juga menjadi penampung air untuk pematusan dan pembuangan limbah. Sekitar tahun 1800an daerah sekitar Simpang sering terganggu banjir luapan Kalimas di musim hujan. Untuk mengatasi banjir di tengah kota Surabaya, maka Pemerintah Belanda membangun Pintu Air Wonokromo serta kanal-kanal dan bendungan, misalnya tahun 1856 dibangun banjir kanal menuju Selat Madura dan bendungan air di Jagir. Selain itu dalam upaya untuk melestarikan sungai, bangunan air lain yang dibangun di Kalimas agar tetap dapat dilayari sampai Kali Surabaya adalah pembangunan pintu air di Gubeng dan Gunungsari antara tahun 1889 sampai 1899. Uraian tentang sungai yang menjadi kenangan sebagai sumber kehidupan juga diungkap oleh seorang warga yang telah 25 tahun bertempat tinggal di pinggir anak Kali Surabaya wilayah Rungkut Kidul. “D ulunya, sungai di perbatasan Rungkut Lor dan Rungkut Kidul itu lebarnya kira-kira 10 meter, orang-orang kalo cari ikan di sini, terus anak-anak sering main juga mandi disini, warna airnya jernih” ujar Muhamad Maksum. Kali Surabaya saat ini menjadi bahan baku utama bagi PDAM yang mensuplai kebutuhan air bersih bagi 60 % penduduk kota Surabaya. Kebutuhan air bersih yang disuplai oleh PDAM menurut data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2007, sebanyak 8.163 liter per detik pada tahun 2007. Artinya, Kali Surabaya menjadi tulang punggung kebutuhan air bagi pendu-
Wajah kali yang dipenuhi sampah.
Muhammad Suud, sesepuh di Mejoyo.
duknya. Seorang tokoh masyarakat di wilayah Mejoyo kelahiran tahun 1946 mengatakan, “ Ibu-ibu dan bapak-bapak dulu kalo buat air minum, ya bawa timba sendiri-sendiri trus ngambil di sungai. Sungai masih dalam, airnya masih segar” tutur Haji Muhammad Suud. Saat ini, bagaimanakah kondisi Kali Surabaya ? Secara fisik saja, air Kali Surabaya nampak coklat bahkan kehitaman. Banyak sampah mengambang di badan air kali. Di bantarannya, banyak berdiri berbagai macam bangunan, baik yang sementara maupun permanen. Penduduk yang kian bertambah, menyumbang persoalan pada kondisi Kali Surabaya. Penduduk Kota Surabaya telah mencapai 2.829.486 juta jiwa, menempati luasan lahan 32.637,75 Ha yang terdiri dari 31 kecamatan. Aktivitas jutaan manusia sudah pasti menyumbang cemaran pada lingkungan, salah satu faktanya volume sampah per hari manusia di Surabaya telah mencapai 140,71 m3. Mengamati budaya membuang sampah masyarakat kebanyakan, sungai pun menerima dampaknya. Tak hanya penduduk, perindustrian pun menyumbang persoalan bagi kondisi Kali Surabaya. Berdasarkan Laporan Pengawasan dan Pengendalian Kualitas Air Sungai di DAS Brantas tahun 2008 yang disusun oleh Badan
4
Lingkungan H idup Provinsi Jawa Timur, industri yang membuang air limbah di Kali Surabaya terdapat 41,67% belum memenuhi baku mutu. Kualitas air Kali Surabaya sebagai berikut; konsentrasi DO (demand oxygen) masih memenuhi baku mutu untuk kelas II berkisar pada 4,7 mg/ Liter. BOD (biologycal oxygen demand) belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk kelas I & II berkisar pada konsentrasi 5,38 mg/ L, COD (chemical oxygen demand) belum memenuhi baku mutu untuk kelas I dan II dengan konsentrasi pada kisaran 16,9 mg/L dan TSS belum memenuhi baku mutu dengan kadar rerata 124,4 mg/ L. DO atau oksigen terlarut, merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup di dalam air. Di air, paling tidak dibutuhkan 5 ppm oksigen terlarut. COD maupun BOD menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri. TSS menunjukkan jumlah zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam. Kualitas air Kali Surabaya untuk konsentrasi DO, BOD, dan COD dari hulu yaitu ruas jembatan Perning sampai dengan Jembatan Jagir mengalami penurunan. Parameter TSS tidak mengalami perubahan yang signifikan. Jikalau kualitas air Kali Surabaya tidak banyak dipedulikan, lalu pertanyaannya bagaimanakah potret kehidupan masa mendatang? Apakah ia dapat menjadi sumber yang menghidupi atau justru berubah menjadi bencana ? Seperti yang diungkapkan oleh Haji Muhammad Suud, “Sama warisan yang dikasih orangtua itu harus hati-hati, kalo cuma berpikir untuk diri sendiri, pasti jadi habis dan rusak, emang harus dijaga. * devi
SOKOGURU
Wajah Kalimir dan Kali Kulon
Sebuah upaya mengembalikannya jernih berdiri di sepanjang bantaran sungai, sebagian besar rumah menghadap ke badan sungai. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan 71 pipa got sepanjang Kalimir hingga Kalikulon bagian Gang X Rungkut Lor yang buangannya langsung menuju sungai. Sudah menjadi kebiasaan warga, membuang sampah padat atau limbah dari kegiatan mandi, cuci, maupun kakus ke dalam sungai. Tak jarang masih ditemui anak-anak usia TK diajak orangtuanya buang air besar di selokan dan sungai. Tak salah jika ada istilah sungai sama dengan tempat sampah terluas. Sungai dan kualitas airnya terkena imbas buangan aktivitas manusia secara langsung. “ Kalau jaman dulu saya kecil, masih bisa main sama teman-teman di kali itu.” begitu tutur Muchammad Atik, mengenang kondisi kali yang masih bersih. Jumlah dan jenis sampah kian bertambah setara dengan bertambah pula aktivitas penduduk. Ketika musim hujan, mereka tak perlu repot membersihkannya. Air hujan membawa sampah yang mereka buang, hingga ke laut. Sampah pun hilang dari hadapan mata. Selama empat bulan, Gelang Tirta Mandiri melakukan kerja bakti membersihkan sungai. Jenis sampah yang diangkut dari badan sungai bermacam-macam. “Sampah plastik bekas jajan anak-anak yang paling banyak, anak-anak biasanya buang ke selokan, terus ngalir ke kali.” kata Imam Mustain selaku sekretaris Gelang Tirta Mandiri. Paguyuban Gelang Tirta Mandiri bersama dengan Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan telah melakukan penelitian terhadap kualitas air sungai. Sampel air diambil di empat titik, yaitu dekat jembatan Mejoyo (titik pantau A), dekat jembatan gang III Rungkut Lor (titik pantau B), dekat jembatan Gang VII raya Rungkut Lor (titik pantau C), dan dekat jembatan Gang X Rungkut Lor (titik pantau D). Berikut hasil uji laboratoriumnya :
Tak perlu banyak mengurus orang lain, yang penting lakukan dengan konsisten
Kerja bakti tiap hari Minggu yang dilakukan oleh Gelang Tirta Mandiri
NGKAPAN di atas, persembahan Soni Bangun Deputi I Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Beliau bertandang ke Rungkut Lor untuk mengapresiasi dan memberi dukungan pada upaya bersih kali yang dilakukan oleh Paguyuban Gelang Tirta Mandiri. Ungkapan itu memotivasi agar paguyuban tak berhenti, dan ke depannya mampu menginspirasi warga manapun di belahan Surabaya bahkan Indonesia. Memang, wujud kesadaran warga baru terealisasi di tahun 2008 ini. Akan tetapi, kesadaran warga mengatakan pada kita semua bahwa persoalan sungai sebagai sumber daya air bukanlah sesuatu yang dapat ditunda lagi. Wajah sungai yang diakui oleh seluruh warga, kotor, jorok, dan bau justru merupakan buah pola hidup masyarakatnya. Tak semena-mena muncul tanpa kontribusi kita sendiri. Pertumbuhan penduduk perkotaan berdampak secara langsung pada kualitas sanitasi lingkungan. Tak terkecuali terjadi pada Kota Surabaya, dan salah satu sudutnya yang berbatasan dengan wilayah Sidoarjo, yaitu Rungkut. Kini, jumlah penduduk Surabaya berdasar data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2008, sebanyak 2.829.486 jiwa dan jumlah penduduk Rungkut ada 88.337 jiwa. Penduduk dari berbagai wilayah berdatangan untuk bekerja menjadi buruh industri, di pusat perindustrian Rungkut. Secara otomatis, pemukiman kian padat. Berdirinya kamar kontrakan menjadi orientasi bagi para pemilik lahan di wilayah Rungkut. Jumlah pendatang bahkan melebihi jumlah penduduk asli. Sungai yang melintasi wilayah Rungkut Kidul lebih dikenal dengan sebutan Kalimir, sementara sungai yang sama akan tetapi melintasi Rungkut Lor, dikenal dengan nama Kali Kulon. Sepanjang Kalimir, ada penduduk RW 02, 03, 05, dan 06 Kelurahan Rungkut Kidul. Sementara sepanjang Kali Kulon ada penduduk RW 15, 14, dan 06 Kelurahan Kalirungkut. Aliran air berikut sampah-sampahnya mengarah dari Kalimir menuju Kali Kulon. Rumah-rumah permanen
Titik Pantau
A
B
C
D
Parameter (mg/liter) BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS BOD COD TSS
Hasil 69,61 133,6 128 79 143,64 100 75,3 142,38 140 63,44 122,22 100
Standard 6 50 400 6 50 400 6 50 400 6 50 400
Berdasarkan hasil uji laboratorium ini, maka dapat diketahui bahwa kualitas air Kali Kulon memang tidak memenuhi standard. COD merupakan ukuran pencemaran air yang disebabkan oleh zat-zat organik, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Sementara angka BOD adalah jumlah oksigen yang
5
SOKOGURU
Wajah Kali Kulon yang kotor sebelum bakti.
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut. Jika angka BOD dan COD semakin besar, maka kualitas air semakin buruk. Sementara TSS adalah ukuran jumlah zat padat yang berada dalam suspensi, sebagai salah satu penyebab kekeruhan pada air. Semakin besar angka TSS, kualitas air semakin buruk. Menyikapi kualitas air yang buruk, baik secara kasat mata maupun dari hasil penelitian, Gelang Tirta Mandiri tak berdiam diri. Keanggotaan mereka yang hampir seratus persen adalah warga pendatang justru ingin menunjukkan kepedulian atas lingkungan
hidupnya yang baru, rokok, tak sembarangan dibuang di jalan. dimana bumi dipijak Setelah tiba di rumah, barulah dibuang di disitulah langit sebuah kaleng khusus pembuangan dijunjung. puntung rokok. Mereka pun meSelain itu, keanggotaan paguyuban nyepakati tak sekedar dibagi menjadi empat kelompok, kerja bakti untuk menggunakan nama tanaman hias, sungai, tetapi mulai antara lain; Adenium, Euphorbia, Anmengelola sampah thurium, dan Aglonema. Masing-masing yang keluar dari kelompok terdiri dari lima orang. dapur bahkan dirinya Keempat kelompok tersebut secara m a s i n g - m a s i n g , bergantian bertugas mengidentifikasi seperti rokok. Secara jenis dan volume sampah yang diangkut kolektif, sampah or- dari sungai tiap kali usai kerja bakti. ganik diolah di sebuah Upaya mengidentifikasi sampah dilakukan kerja tong putar yang tersebut, kemudian dapat menjadi disebut Rotary A ctive bagian dari pendidikan pada warga RW Microorganism (RAM), berkapasitas XV khususnya agar tidak membuang sekitar 125 kilogram sampah organik. sampah ke sungai. * devi Panen pupuk organik hasil RAM, dilakukan pada tanggal 20 Maret 2009 setelah selama 3 bulan dilakukan pengolahan. Kompos panenan dipergunakan bagi budidaya tanaman sayur dan tanaman hias yang ada di lingkungan mereka. Anggota pun membiasakan diri mengantongi puntung Wajah Kali Kulon setelah dikelola oleh Gelang Tirta Mandiri
Profil Paguyuban Gelang Tirta Mandiri Sifat keorganisasian GELANG terbuka; artinya tidak berpihak atau berafiliasi dengan partai atau wilayah tertentu. GELANG sebesar-besarnya menghormati kesediaan seluruh pihak jika ingin bergabung dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Visi menjadi pelopor masyarakat menciptakan sungai sumber kehidupan, dipilih dengan maksud menjadi tantangan sejauh mana komitmen masyarakat dan anggota GELANG melakukan pengelolaan sungai, jika Sungai Kulon telah bisa menjadi model/ percontohan sungai sehat, barulah GELANG memperluas layanan penanganan sungai-sungai di perkampungan.
VISI : “Pelopor Masyarakat untuk Menciptakan Sungai Sebagai Sumber Kehidupan” MISI : Mengembangkan Sumber Daya Insani yang Berempati Terhadap Lingkungan. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Sungai Rungkut Lor. Meningkatkan kualitas Kesehatan dan Kemandirian Komunitas Melalui Pengolahan Sungai. SEMBOYAN : “Berkarya Dalam Totalitas Demi Peningkatan Kualitas Kehidupan Melalui Penyelamatan Lingkungan” NILAI-NILAI : K3E : Kepedulian, Kerjasama, Kemitraan, & Empati
6
REPORTASE
AIR, KAMI MEN GHARGAI JASA-JASAMU A ir dan sungai… Kami menghargai semua jasa-jasamu Walau kau tercemar, kami senantiasa menjagamu Meski kamu kotor, kami akan membersihkanmu Kami akan melestarikanmu hingga akhir waktu BAIT puisi di atas, merupakan karangan seorang anak bernama Khoirunissa yang ikut berlomba di Rungkut Lor, memperingati Hari Air Sedunia. Kami prihatin menyaksikan rupa sungai yang kian menghitam dan dihiasi berbagai jenis sampah. Padahal, konon sungai Kalimir ataupun Kali Kulon merupakan salah satu jalur transportasi bagi para nelayan yang pergi mencari ikan. Selain itu, difungsikan sebagai saluran irigasi pertanian untuk wilayah Rungkut Lor dan Rungkut Kidul. Ketika itu, masih banyak ikan yang hidup di dalam sungai. Memperingati Hari Air Sedunia, 22 Maret 2009 warga Rungkut Lor, Rungkut Kidul, dan Pusdakota bekerjasama menyadarkan warga tentang pentingnya menjaga sumber daya yang satu ini. Lomba menggambar, mewarnai, dan cipta puisi diselenggarakan sebagai ajang kepedulian terhadap kondisi sungai. Lomba ini diikuti oleh 105 anak dari Rungkut Lor dan Rungkut Kidul. Lewat lomba ini, anak-anak diajak untuk memberitahu pada warga di lingkungan mereka tentang sungai yang mereka impikan. Tentunya gambar, warna, dan kata-kata dalam puisi merekalah yang menjadi media penyampaian. Maka, tema lomba yang diangkat adalah “Sungai di Mata Anak”. Semua partisipan lomba bersemangat, bahkan ada seorang anak berusia empat tahun peserta lomba mewarnai, yang mengekspresikan pilihan
gambar layaknya anak yang lain, sungai berwarna biru. Tapi impian sederhana pun ditorehkan. Ia menggambar dirinya bersama seorang kawan kecil, berusia dua tahun, namanya Dimas. Pada gambarannya, ia dan Dimas berdiri bersebelahan, menghadap sungai. Arin berkatakata lewat gambarnya, “Hai teman-teman, Gambaran Erina Mulyana Putri, juara pertama lomba jangan buang sampah menggambar, pada Hari Air Sedunia di RW XIV. sembarangan ya.” sambil gambarnya. Ia meminta pada panitia, melambaikan tangan. Dimas pun berkata gambar lengkap dengan orang menjaring “Hai namaku Dimas, jangan buang sampah di kali. Sambil terisak, si kecil sampah sembarangan ya?” mengatakan, “Uhuk…..uhuk….gak mau D i sisi tempat mereka berdiri, itu, aku mau gambar Kakung yang lagi adapula bak sampah besar, dan ada njaring sampah,. Eyang Uti, aku gak mau tanam-tanaman di bantaran sungai. itu.” Usut punya usut, ternyata dia terbiasa Harapan Arin, agar teman-temannya melihat kakeknya kerja bakti mem- tidak membuang sampah sembarangan bersihkan sungai. apalagi di sungai, sampai-sampai adik Keramaian anak-anak turut mewar- kecil seusia Dimas juga bisa memahami nai Gang II Rungkut Kidul. Mereka tak pentingnya menjaga kebersihan sungai. kalah antusias, berlari kesana-kemari Hari Air jarang sekali dikenal oleh mencari inspirasi di bantaran kali. Juri warga Surabaya. Maka, pengenalan akan tak membatasi gerak mereka. Lucu peringatan hari air tersebut sekaligus kesannya, melihat karya gambar sungai menjadi media perjumpaan kesadaran mereka dengan air yang biru, lengkap antar warga.”Aku senang sekali Kak, dengan ikan yang berenang-renang. dengan acara ini, aku jadi punya banyak Padahal, sungai di depan mata sung- teman yang kenal sama aku. Aku juga tahu guh kotor. Ibu-ibu pun terlibat, mene- hari internasional yang berhubungan mani anak-anak mereka menggambar dengan air. Nanti adain lagi ya Kak, soalnya dan mewarnai. Tidak hanya orangtua acara seperti ini perlu, supaya orang sadar dari peserta lomba, Rose Lutfi seorang kalau sungai itu penting untuk kehidupan, pemudi Rungkut Kidul menyediakan untuk tempat hidup ikan, untuk mengairi bagian rumahnya untuk tempat diseleng- sawah, wah…macam-macam Kak.” garakannya lomba. Komentar Novita Permatasari salah satu “Kalau ada acara sosialisasi kayak ini peserta lomba cipta puisi. Apakah harapan lagi, pakai saja rumah saya mbak.” ujar anak-anak ini hanya akan menjadi harapan Rose Lutfi yang lebih dikenal dengan semu? Saatnya kesadaran kita mewujudpanggilan Mbak Lutfi. kannya, demi masa depan anak-anak deSeorang anak bernama Arin meng- ngan air yang jernih dan melimpah. *Vita
Sejumlah bocah Rungkut Kidul menggambar di teras rumah yang dekat dengan sungai
Anak-anak menggambar dan membuat puisi di tepi Kali Kulon
7
SOKOGURU
Ragam Teknologi Sanitasi TEKNOLOGI pengelolaan limbah mulai berkembang, dari yang menggunakan teknologi sederhana, hingga yang rumit menggunakan teknologi tinggi. Di Pusdakota ada beberapa teknologi pengelolaan limbah rumah tangga yang diterapkan, antara lain ecological sanitation (ecosan), biotope, sumur resapan, kolam pengelolaan air selokan, dan bakteri cair. Masing-masing teknologi ini mengupayakan agar limbah buangan aktivitas manusia tidak kembali mencemari sungai maupun sumber daya air tanah. Ecological Sanitation (Ecosan) Merupakan teknologi yang pengembangannya banyak dilakukan di Jerman, akan tetapi berbagai negara di Asia pun telah turut menerapkannya. Teknologi ini bertujuan agar limbah urin maupun tinja manusia tidak terbuang sia-sia. Masing-masing limbah tadi dipercaya memiliki potensi sebagai bahan pemupukan yang efektif bagi produksi pertanian. Pupuk berbahan baku tinja maupun urin dinilai memiliki kekayaan nutrien yang mampu membantu pertumbuhan tanaman. Berikut kandungan nutrien yang terdapat pada tinja dan urin : ELEMEN
URIN
Nitrogen (%) 15 – 19 Fosfor (%) 2.5 – 5.0 Bahan organik (%) 65 – 85 Kadar Air (%) 93 – 96
TINJA 5–7 3.0 – 5.4 88 – 97 70 – 85
Ecosan memiliki ciri lubang WC terpisah. Lubang untuk urin terpisah dari lubang tinja, hal ini dikarenakan jika keduanya tercampur, maka kandungan nutriennya cenderung amat rendah. Karena lubangnya terpisah, maka demikian pula dengan wadah penampungannya. Wadah penampungan urin ecosan disebut urine holding tank , berkapasitas 208 liter. Sementara wadah penampungan tinjanya disebut rottabehaelter, dengan daya tampung 200 liter. Proses pemanenan urin relatif lebih cepat bila dibandingkan tinja. Karena jumlah produksi urin per orang tiap harinya, lebih banyak bila dibandingkan produksi tinja. Urin maupun tinja perlu
diendapkan serta diproses terlebih dahulu, sebelum dimanfaatkan pada tanah dan tanaman. Biotope Instalasi Ecosan juga mengelola grey water, yaitu air sisa mandi dan cuci yang terbuang lewat lubang lantai kamar mandi (floor drain). Grey water yang mengandung berbagai zat kimia dari deterjen, diolah dengan melalui beberapa tahap penyaringan secara horisontal. Penyaringan pertama adalah ijuk, kedua zeolit, lalu berikutnya arang batok, kerikil, dan terakhir koral. Kolam Biotope ini juga menampung grey water dari wastafel dapur Pusdakota. Air sisa mencuci piring dan sayur mayur diendapkan terlebih dulu di sebuah bak Tangki penampung urin toilet Ecosan Pusdakota. kontrol berkapasitas kurang lebih 200 liter, setelah itu melalui dua ke kolam Biotope dan bercampur bak penyaringan. Masing-masing bak diisi dengan air hujan. Berikut hasil uji di dengan tiga lapisan bahan penyaring. Bak laboratorium terhadap kualitas air kolam penyaring pertama, terdiri dari lapisan Biotope di Pusdakota : ijuk, arang, dan kerikil. Bak penyaring PARAMETER HASIL STANDARD kedua terdiri dari lapisan ijuk, arang, dan (MG/LITER) pasir. Air yang keluar dari bak BOD 11,5 100 penyaringan tersebut kemudian masuk COD
30,24
-
TSS
40
100
Hasil uji menunjukkan bahwa limbah yang diolah dengan biotope menunjukkan kualitas yang bagus. Angka BOD dari air kolam ini kecil, jauh di bawah baku mutu. Artinya, pencemaran air secara biologis relatif kecil. Begitu juga angka COD yang rendah menunjukkan bahwa pencemaran secara kimiawi juga rendah. Endapan di kolam biotope ini juga rendah, sehingga air di kolam biotope ini relatif lebih bening. Kolam ini juga memiliki fungsi konservasi air, selain itu menjadi media berkembangnya ekosistem air. Jenisjenis hewan dan tanaman menjadi penanda bahwa kehidupan ada di air yang jernih tak tercemar. Kolam biotope di Pusdakota.
8
SOKOGURU
Sumur Resapan Sumur ini merupakan teknologi yang berfungsi untuk konser vasi air. Penerapan sumur ini bisa dibuat di tiap rumah atau dibuat secara komunal untuk beberapa rumah. Sumur resapan yang dibuat di Pusdakota menyerupai sumur gali, lebarnya 100 cm, dan kedalamannya 150 cm. Dasar sumur resapan berupa tanah, karena tanah mempunyai sifat purifikasi, yaitu kemampuan alamiah untuk menjernihkan air. Instalasi sumur resapan di Pusdakota menampung limbah grey water dari kamar mandi kantor, akan tetapi sebelum air yang banyak mengandung deterjen itu masuk ke sumur, terlebih dulu ditampung di bak kontrol dan bak penyaringan. Supaya berbagai zat pencemar dalam air berkurang sebelum kembali diserap dalam tanah. Pada bak kontrol, air dari kamar mandi melalui proses pengendapan. Setelah itu dialirkan ke bak penyaringan. Bak ini memanfaatkan kerikil, arang, dan ijuk.
400.000 m 3 (sama dengan 400 juta liter) dalam sehari. Limbah rumah tangga ini m em p un yai kontribusi dalam pencemaran sungai. Agar tidak semakin mencemari, maka di Pusdakota juga mulai dikembangkan kolam pengelolaan air selokan sebenarnya kolam ini berfungsi seperti bak penampung air selokan yang tidak dimanfaatkan, sehingga maksud dari pengelolaannya adalah agar air selokan memiliki nilai manfaat setelah melalui proses penyaringan sebagai perairan untuk pertanian. Kolam ini dibangun dengan memanfaatkan batu kali, pecahan batu bata,
Kolam Pengelolaan Air Selokan Menurut data statistik lingkungan hidup tahun 2002, limbah rumah tangga yang langsung dibuang ke sungai dan tanah tanpa diolah dulu berjumlah
9
ijuk, dan arang sebagai filter. Kedalaman kolam ini 115 cm dan panjangnya 337 cm. Masing-masing bahan filtrasi tersebut disekat dengan luasan yang berbeda. Posisi selokan lebih tinggi dibandingkan posisi kolam, sehingga air selokan mengalir ke kolam tersebut untuk difiltrasi. Air yang telah terkelola menjadi lebih jernih, setelah melalui arang, sebagai filtrat terakhir. Berikut hasil uji laboratorium l terhadap kualitas air di kolam PARAMETER (MG/LITER)
HASIL
BOD
46,01
100
COD
89,46
-
TSS
120
100
STANDARD
pengelolaan air selokan: Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa limbah yang diolah dengan kolam pengelolaan air selokan kualitasnya sudah cukup baik dan memenuhi baku mutu air limbah, hanya saja endapannya masih tinggi.
SOKOGURU
Bakteri Cair Seperti diketahui, pencemaran air tak hanya dapat diatasi secara fisik, dan kimiawi, namun juga dapat diatasi dengan cara biologis. Bakteri cair adalah salah satu teknologi sederhana dengan memanfaatkan mikroorganisme (jasad renik) untuk menjawab persoalan pencemaran air. Bakteri membantu menguraikan komponen-komponen biotik di dalam limbah. Bakteri yang dirasa paling sesuai untuk pengolahan limbah di sungai adalah bakteri dalam bentuk cair. Bahan yang digunakan untuk membuat bakteri cair tidaklah sulit untuk ditemukan di sekitar kita. Bahan bakunya antara lain; tape, tempe, air tebu, dan yoghurt. Komposisi bahan baku sebagai berikut; 500 gram tape, 250 gram tempe, dua sendok makan
Sumur resapan di Pusdakota.
yoghurt. Yoghurt membantu proses pengembangbiakkan bakteri. Ketiga bahan baku itu dicampur dan diremas-remas seperti membuat adonan. Lalu dicampur dengan air tebu sebanyak 1 hingga 1,5 liter. Setelah itu, dimasukkan ke dalam air satu galon. Bahan yang sudah tercampur di dalam galon dikocok dan didiamkan kemudian galon ditutup dengan plastik yang sudah diikat karet. Indikator bakteri sudah
Bahan-bahan untuk membuat Bakteri Cair, murah dan mudah diperoleh.
10
mulai berkembang adalah tutup dari plastik tersebut menggelembung. Bakteri ini akan bekerja efektif setelah didiamkan selama empat hari. Untuk memperbanyak bakteri, dengan mengambil secukupnya dari hasil di galon dan ditambahkan air. Bakteri cair dapat diterapkan pada lubang kamar mandi, lubang WC, maupun selokan-selokan. Pengalaman komunitas ketika menerapkan bakteri cair di selokan menunjukkan dalam waktu sebulan gumpalan buih di selokan berkurang banyak, sehingga aliran air menjadi lebih lancar. Penggunaan bakteri cair ini relatif aman, karena bahan-bahan baku yang digunakan bersifat alamiah. * N ala
Bakteri cair yang sudah jadi dan bisa digunakan, ditandai dengan menggelembungnya plastik udara.
OPINI
Aku dan Gelang (Yulianto, warga RT 02 RW XV Rungkut Lor) ELANG itu penggalan kata dari sungai dan bantarannya. Aroma wangi bunga sebuah nama paguyuban di pojok semerbak di Gang Mandiri tak akan terwujud timur kota Surabaya, tepatnya di tanpa sentuhan tangan dingin Pakde. Kedua Kelurahan Rungkut Lor Gang 10 Mandiri. adalah Bapak Atik, beliau sosok yang G elang punya nama panjang yaitu demokratis, berwibawa, tegas, dan sangat “GELANG TIRTA MANDIRI”. Gelang menjunjung tinggi nilai kebersamaan. Menurut sendiri kepanjangan dari gerakan peduli saya, beliau ini sangat pas dan cocok jadi ketua lingkungan. Menurut saya, arti dari Gelang di paguyuban. Semoga beliau berdua menjadi Tirta Mandiri adalah Gerakan Penyelamat satu kesatuan yang utuh, saling mengisi dan yang perhatiannya ke air (sungai). Karena, berbagi ide untuk kemajuan paguyuban. dimanapun ada kehidupan, disitu pula Semoga mereka menjadi motivator dan membutuhkan air. Gelang mengajak saya dan contoh bagi anggota gelang khususnya, dan membentuk manusia lainnya yang punya jiwa masyarakat luas umumnya. Mereka pun sadar, sadar dan ngerti (mengerti) akan kehancuran Yulianto, akrab dipanggil Anto. tanpa dukungan dan jerih payah orang bodo lingkungan alam raya saat ini. seperti kami tapi ngerti akan alam ini, tak akan Berdirinya Gelang awalnya hanyalah ide sekelompok bisa membentuk paguyuban tercinta. masyarakat yang bodo, tidak pinter. Tetapi mereka masyarakat Orang yang tidak kalah berjasa bagi paguyuban Gelang yang tahu dan sadar akan pentingnya menyelamatkan sungai adalah para ibu. Merekalah yang menjadi sumber energi, saat ini, terutama di sekitar kita sendiri. Gelang itu berdiri kekuatan dan tenaga baru bagi kami dengan masakan dan berkat mambaurnya penduduk asli Surabaya, dengan para menu ala England (enak gak enak, asal ditelan). Setiap anggota perantau yang berdomisili di Surabaya. Mereka bertemu paguyuban pergi ke sungai untuk kerja bakti, disitu pula seolah-olah punya ikatan batin yang kuat seperti halnya mereka selalu bergelut dengan asap dan api, demi cita-cita sebuah keluarga besar yang untuk alam tercinta ini. sangat menjunjung nilai Saya sendiri, bergabung kebersamaan, kegotongdengan Gelang awalnya beroyongan dan toleransi, gini, sejak kecil saya bercitabahkan satu di antara cita menjadi seorang petuamereka merasa sakit, semua lang, pecinta alam dengan merasakan sakit juga. Satu cara mendaki gunungada yang kesusahan maka gunung. semua akan merasakannya. Tapi ternyata gak keturutan Mereka sangat kompak, karena kebetulan rumah saya sangat padu, kita kesulitan itu ada di desa terpencil jauh menemukan lingkungan dari aspal dan pegunungan, yang seperti ini di kota besar yang ada hanya tanah gersang seperti Surabaya ini. dan udara yang panas. Tapi Gelang punya penggerak karena waktu sedikit, bahkan dan penyemangat, yaitu Anto dan rekan-rekan GTM, kompak selalu. jarang libur (mak lum, buruh Bapak Sunyoto alias Pakde, juga Bapak Atik selaku ketua pabrik), hingga punya satu anak cita-cita itu belum kesampean. paguyuban. Pakde adalah sosok pekerja keras, tak kenal siang Saking pinginnya jadi pecinta alam, anak saya mau diberi tak kenal malam, beliau curahkan jiwa, raga, tenaga, pikiran nama D aki Alamullah yang menurut saya artinya dan lain sebagainya hanya untuk paguyuban di lingkungan penyerapan alam semesta milik Allah. Tapi mertua tak berkenan, ia jelaskan pada saya daki itu artinya bukan penjelajah melainkan bolot (kotoran yang menempel pada tubuh manusia). Sehingga namanya saya ganti menjadi nama lain yaitu Arung Cendekia Anta. Ketika di Gang Mandiri muncul Paguyuban Gelang Tirta Mandiri, saya sadar bahwa untuk mencintai alam tidak harus mendaki gunung yang tinggi, melainkan dari diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita. Karena Gelang memusatkan kegiatannya di Kali Kulon dan bantarannya, maka saya luapkan kecintaan saya ke alam, lewat sungai ini. Dari situlah timbul suatu motto untuk menyemangati diri agar tidak kendor untuk mencintai alam. Motto saya adalah “Cintai, Pelajari, dan Nikmati apa yang bisa Anda Nikmati.” Wajah ceria rekan-rekan GTM walau diguyur hujan, usai kerja bakti. Kalau di diri kita sudah timbul rasa cinta yang tulus, walau
11
OPINI
sungai itu isinya belatung, sampah dapur, kotoran manusia, lumpur dan lain sebagainya, maka kita tidak akan merasa jijik atau malas, yang ada hanyalah semangat yang berkobar. Setelah mencintai, kita harus mempelajari apa yang kurang dan apa yang dibutuhkan, agar dalam aksi, kita bisa mengurangi kesalahan-kesalahan. Setelah kita dapat mempelajari dan mempraktekkannya, maka kita akan dapat menikmatinya. Air yang jernih memantulkan sinar sang surya Seakan mencerahkan dan memberi harapan untuk kehidupan mendatang Deretan rumah k ecil seak an mampu larutkan beku ku Seakan melebur kepenatan setelah aktivitasku Deretan tanaman hijau dan bunga yang bermekaran Bagai ukiran yang indah tiada tara A ngin sepoi-sepoi yang menyejuk k an, perlahan mengusap k ucuran k eringatk u, menghapus lelah dan keteganganku
Anto, tak takut terjun langsung sampah sungai yang menumpuk.
Geliat ikan-ikan kecil dan binatang-binatang air Membuat sungai kami lebih hidup Aku merasa bumi dan alam ini tersenyum lepas tuk melepas angkara Semoga Allah memberkati kesungguhan dan semangat dalam hati kita semua Bagi saya, paguyuban adalah sumber inspirasi dan informasi. Ladang ilmu bagi semua yang ingin belajar, tentang tanaman, maupun berorganisasi. Selain itu, saya dapat menyalurkan bakat yang selama ini masih tenggelam. Harapan saya untuk sungai, akan bertambahnya penyekatan, tidak hanya satu saja. Sehingga jika musim kemarau, air akan sulit untuk surut, dan sampah lebih mudah untuk diangkut dari menghadapi sungai. Dan di bantarannya, saya k epengen tidak hanya ditanami pohon dan bunga saja, melainkan tanaman sayur dan toga. Untukmu negeriku, untukmu bangsaku Jayalah terus hingga akhir hayatku Senyumlah bumi dan alamku Damailah hati, damailah jiwa Karena Gelang, aku akan selalu ada Aku bangga sebagai Warga Negara Indonesia
Redaksi menerima kontribusi tulisan pada rubrik ini. Naskah dapat diserahkan ke alamat redaksi, atau dikirim lewat email. Redaksi berhak mengedit, tanpa mengubah substansi.
Anto jarang absen dari kerja bakti.
Sambungan dari Halaman 2 Impian sungai bersih ini diharapkan oleh Gelang Tirta Mandiri menjadi impian bersama seluruh warga kampung RW XV, bahkan warga Surabaya. Ia akan menggandeng ibuibu kader lingkungan dan kader kesehatan turut bergerak. “ Ibu-ibu memang tidak usah terjun ke kali, tapi membantu melakukan penghijauan di bantaran sungai dan lingkungan sekitar. Kami yang akan turun ke kali.” cerita
Atik tentang pembagian peran ke depannya. Tidak hanya di lingkup kampung sendiri, soal kebersihan sungai ini pun telah menuai perhatian berbagai pihak. Mereka berlomba-lomba untuk terlibat, apapun bentuk kontribusinya. Kampung Rungkut Kidul telah bersedia melakukan kerja bakti pula, pihak Kecamatan bersedia menyumbang ikan-ikan untuk ditebar, Universitas Surabaya pun turut
12
mendanai kebutuhan operasional kerja bakti, bahkan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup bersedia untuk tandang dan memotivasi gerakan ini. Nah, artinya soal sungai dari hulu ke hilir adalah tanggung jawab bersama. Tambah Atik dengan penuh semangat, “Kitalah penghasil sampah, kita jugalah yang menyebabkan kondisi sungai seperti ini, kalau tidak dilakukan sejak sekarang lalu kapan lagi ? “ * devi.
SOKOGURU
BIOFILTER
Cara Alami Menjernihkan Air Limbah merupakan air buangan yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia. Berdasarkan sumbernya, limbah digolongkan menjadi limbah domestik, limbah industri serta limbah pertanian dan peternakan. Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga, misalnya mandi, cuci dan kakus (MCK). Air limbah sebaiknya diolah terlebih dulu sebelum dibuang ke badan air (sungai) untuk menghilangkan zat yang mencemari kualitas air, maupun yang dapat menularkan penyakit. Setelah pengolahan, air limbah dapat dimanfaatkan kembali untuk pengairan lahan pertanian maupun taman. Proses pengolahan air limbah disebut filtrasi. Umumnya, filtrasi dilakukan secara fisik dengan berbagai media, seperti arang, kerikil, ijuk, maupun pasir. Arang contohnya, bahan ini merupakan bahan padat yang berpori, hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon, ter, dan senyawa organik lainnya. Komponen di dalam arang, antara lain; abu, air, nitrogen dan sulfur. Karena berpori, arang mampu untuk menyerap warna dan bau dari limbah, sehingga air menjadi lebih jernih dan tidak berbau. Kerikil dan pasir berfungsi untuk mencegah masuknya partikel – partikel yang terbawa oleh air agar tidak menyumbat (clogging). Tetapi, tahukah Anda bahwa ada tumbuhan yang memiliki kemampuan sebagai filter? Proses filtrasi dengan memanfaatkan tumbuhan disebut biofilter. Para peneliti menemukan beberapa tanaman air dapat menyerap kandungan organik di dalam air. Zat – zat organik tersebut, masuk dan larut ke dalam sistem metabolisme tanaman melalui akar. Tujuan utama pemaanfaatan tanaman untuk filtrasi ini adalah memanfaatkan proses fotosintesis pada tanaman. Dalam proses tersebut
batang tumbuhan. Akar ini juga berfungsi sebagai organ yang menghisap air, mineral dan unsur hara tanah. Daun Cattail seperti pita memanjang dan agak tebal, tumbuh langsung dari akar. Pada permukaan tubuhnya, Cattail mempunyai lapisan endodermal (lapisan yang terdapat di bagian dalam dinding sel) yang tebal untuk melindungi diri dari kehilangan air saat musim kemarau. Tanaman cattail dapat hidup dengan baik pada pH 4 – 10 dan temperatur 10 – 300 C. Bunga dari tanaman ini bisa dimanfaatkan untuk mengusir nyamuk. Caranya, bunga dibakar hingga mengeluarkan aroma yang sangat tajam dan asapnya dapat mengusir nyamuk. Tanaman Reed, nama latinnya Cattail (Typa latifolia) adalah Phragmites australis. Dalam terjadi pertukaran oksigen, dari per- bahasa Yunani, Phragma berarti pagan. mukaan daun dan batang untuk dile- Artinya, tanaman ini tumbuh dan paskan ke akar. Bagian akar dan atau berdiri tegak, tersusun berkelompok batang yang terendam dalam air me- seperti pagan. Reed tumbuh liar dan rupakan tempat yang cocok bagi tum- sering dijumpai di sepanjang aliran buhnya bakteri aerob, yaitu bakteri sungai yang alirannya lambat dan yang membutuhkan oksigen. Sehingga berlumpur, akarnya dapat menahan memungkinkan terjadinya penguraian endapan lumpur. Tumbuhan ini yang salah satunya dilakukan oleh mempunyai batang berongga, tangkai bakteri aerob. daunnya kasar dan keras. Akar berfungsi sebagai pompa Daun reed agak lebar, tajam dan biologis juga berperan melakukan ujung daun meruncing. Bunganya proses absorbsi (penyerapan) dan berkembang pada musim panas, filtrasi (penyaringan) dari padatan. bentuk bunga sederhana seperti Batang dan atau daun di atas permukaan air berfungsi mengurangi masuknya sinar matahari ke badan air, sehingga pertumbuhan alga dapat dicegah. Manfaat lain dari biofilter adalah mengurangi efek angin di dalam air, tanaman bisa bertahan pada tempatnya. Tanaman air yang dapat digunakan untuk menjernihkan air, antara lain cattail, reed, akar wangi dan kelor. Cattail (Typa latifolia) adalah sejenis rerumputan, tinggi dan berdaun tebal tanpa tulang daun. Akar tanaman yang disebut juga ekor kucing ini merupakan akar serabut yang berfungsi seperti Eceng gondok (Eichornia crassipes) akar tunjang untuk memperkuat
13
SOKOGURU
tabung berwarna kuning kecoklatan. Tumbuhan ini dapat hidup pada suhu 6,6 – 26,6 0C dan pH 4,8 – 8,2. Reed memiliki kemampuan untuk menurunkan kandungan bahan organik dalam limbah. Tumbuhan yang disebut juga gelagah ini, daunnya dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Batangnya dapat dijadikan sebagai bahan kerajinan anyaman dan alat musik tiup. Kelor (Moringa oliefera) dapat mencapai ketinggian 7 – 11 meter. Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obatobatan. Batangnya tidak terlalu besar dan kayunya getas (mudah patah), cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daun kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Tanaman yang memiliki nama lain marangghi (dalam bahasa Madura) ini, dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuningkuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya menyerupai kacang panjang berwarna hijau dan keras, serta berukuran 120 cm. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat, disebut blendok (Jawa). Bagian dari tanaman kelor yang dimanfaatkan untuk menjernihkan air adalah bijinya. Buahnya dibiarkan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, misalnya pertanian. Tidak menutup kemungkinan masih ada tumbuhan atau makhluk lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan pencemaran air. Contohnya, eceng gondok (Eichornia crassipes) yang sering kita anggap sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Tumbuhan yang berasal dari Brazil ini bagian akar, batang dan helai daun mengandung rongga udara dan massa jenisnya (massa per volume air) lebih ringan, yaitu kurang dari massa jenis air yang besarnya 1 kg/ m3 sehingga dapat menyerap limbah yang mudah mengapung di permukaan air, misalnya limbah minyak. Namun, kontrol terhadap pertumbuhan tanaman ini harus dilakukan, karena pertumbuhan enceng gondok Kelor (Moringa oliefera) sangat cepat. Nah, jenis-jenis tanaman sampai tua dan berwarna coklat. tersebut layak dicoba diterapkan di pemKemudian, buahnya dikelupas untuk buangan limbah rumah tangga kita, selain diambil bijinya yang berwarna putih. berdaya manfaat mengurangi pencemarBiji ditumbuk sampai halus menjadi an, dan bersifat ramah lingkungan, serbuk. Untuk menjernihkan air, tentunya menambah keasrian. *nala dibutuhkan 2 gram untuk 20 liter. Campurkan serbuk kelor tersebut dengan sedikit air hingga menyerupai pasta. Tambahkan 200 ml air lagi, lalu kocok sampai lima menit. Setelah itu campurkan dalam 20 liter air dan aduk perlahan selama kurang lebih 15 menit. Selama pengadukan, serbuk biji kelor akan menggumpalkan padatan, mikroba dan kuman – kuman dalam air menjadi gumpalan yang lebih besar dan mengendap di dasar. Proses ini disebut dengan koagulasi. Setelah Reed (Phragmites australis) terjadi pengendapan, air di bagian atas
INSPIRASI Ada seorang anak yang tidak terbiasa berkotor-kotor dengan sampah, tidak terbiasa memasuki gang-gang sempit, tidak biasa bergaul dengan masyarakat di perkampungan. Anak ini lebih menjadi bagian dari kemewahan, kemapanan, dan kenyamanan. Satu ketika, ia berkesempatan untuk hadir di situasi yang jarang dijumpainya. Ia akan memasuki sebuah perkampungan dan mengenal masyarakat disana. Pertama-tama, ia menyaksikan sebuah putaran film singkat tentang kontrasnya dua kutub kehidupan. Sayangnya, film itu tak sekedar film, namun sungguh potret kehidupan manusia di muka bumi. Awal, ia lihat musik-musik meriah yang biasa digandrungi kaum muda, lalu tawuran antar pelajar di jalanan, hingga akhirnya ia melihat bayi-bayi yang sangat kurus berbalut kulit dan didekati lalat, juga seorang anak duduk sendiri memakan sisa makanan di sudut jalanan.
Usai menonton film itu, ia terdiam dalam duduknya. Dan ia tuliskan surat bagi dirinya demikian : Saya tidak menyangka bahwa di luar sana ada banyak orang yang seperti itu. Mereka semua terlihat asing bagi saya, karena selama kehidupan saya, tidak pernah melihat orang-orang seperti itu. Setelah melihat ini, saya merasa sangat beruntung dengan apa yang saya dapat. Saya berharap dapat membantu mereka. Ia tersadar bahwa dirinya dapat menjadi bagian dari perubahan nasib para bocah kurus kering tak punya makanan itu, potret itu kini membawanya untuk tidak sekedar menikmati kenyamanan hidup yang disediakan keluarganya, ia mulai berbagi hal-hal sederhana namun diyakini bisa memberi kebahagiaan bagi sesamanya yang membutuhkan. Sesederhana kesadaran itu dihadiakan baginya.
14
REL AK WA L NI KA SI N G
SEMANGAT REK ! Saatnya kerja bakti, tim Kesehatan Sanitasi merombak dan membersihkan kolam biotope.
POLIKULTUR versus MONOKULTUR : Gunawan dan Sugiono, konsentrasi dengan lahannya masing-masing. Sugiono menanam selang seling antara kangkung dan bayam merah, disebut polikultur. Gunawan hanya satu jenis saja, kangkung disebut monokultur.
AKU SENANG ! Ooo…begini ya caranya membuat orang-orangan sawah. Senangnya bisa bekerjasama dengan kawanku yang buta. Adik-adik dari Program Pengembangan Karakter Anak bergabung dengan adik-adik dari YPAB dan YPAC pada kegiatan Game Inklusi.
BELAJAR OLAH SAMPAH : Albert, pendamping kelompok kredit mikro, membekali mengolah sampah rumah tangga dengan keranjang Takakura. “Supaya sehat kondisi lingkungan rumahnya!” nasehat Albert pada ibu-ibu anggotanya.
BAYAR CICILAN : Ibu-ibu warga Rungkut Lor Gang II, peserta kredit mikro siap membayar cicilan pinjamannya. Hebat, ibu-ibu disiplin lho!
MENDALAMI SUNGAI : Seperti apa sih persoalan sungai itu? Rekan-rekan Pusdakota bersama warga dan mahasiswa UNAIR, tak segan-segan nyebur, dan meneliti sedimentasi sungai.
15
GELU TK GEL L I KI AT
MELAYANI MASYARAKAT : Ibu-ibu di wilayah RW VI, XIV, dan XV belajar bersama-sama tentang tekanan darah, dan bagaimana mengukurnya. Pelajaran ini untuk membekali mereka kala melayani masyarakat. Supaya masyarakat menuju hidup sehat.
BELAJAR TENSIMETER : Ibu-ibu kader kesehatan RW VI, XIV, dan XV belajar dari seorang dokter, pengetahuan tentang tekanan darah dan cara tepat penggunaan tensimeter.
PADIKU : Ipung senang sekali bisa bertanam padi, di tanah berlumpur ia meraba. Ia yakini padi yang ditanamnya suatu saat bertumbuh dan berbuah banyak. Hingga mampu memberi makan banyak orang.
KELUARGA BESAR GAME INKLUSI : Ini dia ! Wajah kami penuh kegembiraan. Kami saling belajar, dari Pak Petani juga kawan-kawan, walau dengan keterbatasan, kami tetap semangat.
MENCANGKUL LAYAKNYA PETANI : Siswa SMU St. Carolus masih lengkap dengan seragam sekolahnya, mencangkul lahan pertanian di Pusdakota. Pengalaman baru bagi mereka.
OLAH AIR JADI JERNIH : Air bersih makin langka, supaya bisa semakin menghargai air, Kak Vita mengajak adikadik SD YPPI 2 membuat alat penjernih air yang sederhana.
16
K LIK
BERANI KOTOR: Adik-adik dari TK Kartini Tenggilis, tak khawatir ketika diminta Kak Bangkit pegang kompos hasil mengelola sampah.
BAK SAMPAH : Bilamana anggota Gelang Tirta Mandiri usai membersihkan sungai, seluruh sampah ditampung terlebih dulu di bak ini. Setelah itu, barulah diangkut ke TPS terdekat.
BE LAJAR TRAN SE K : Mahasiswa UK. PE TRA bertandang ke rumah-rumah warga, mengenal dan mewawancarai mereka. Lalu, mereka membuat peta wilayah, lengkap dengan potensi yang sudah diobservasi. Jojo mendampingi proses belajar mereka.
BELAJAR BARENG : Kami kumpul bukan karena ada les, tapi Kak Heri mengajak kami untuk saling bantu. Maka, inilah kelompok belajar anak di Bendul Merisi, kami kerjakan PR bersama dulu, baru deh bermain.
BAKTERI CAIR ALA BOCAH : Siapa bilang membuat bakteri cair itu sulit? Lihat saja semangat adik-adik di Bendul Merisi ini, mereka bersama Kak Heri sedang belajar peduli pada kualitas air.
PANEN KANGKUNG : Albert, Sari, dan Laila mengikat kangkung yang baru dipanen, lalu mereka akan berkeliling kampung dan menjualnya pada warga sambil berteriak Sayur sehat! Sayur organik!
17
K LIK
JOGET BARENG YUK! Salah satu babak pementasan drama Bawang Merah Bawang Putih dimeriahkan dengan tarian para gadis cilik ini. Tak perlu malu-malu lagi.
SAYA MAU KENAL : Bella, siswa SMU Ciputra di salah satu harinya berproses di Pusdakota belajar mengenal masyarakat sekitar. Ia beranikan diri untuk menyapa dan berkenalan dengan ibu-ibu.
MENATA BUKU : Novita senang bisa mengelola teras baca, ia namai Teras Baca Melati. Supaya banyak yang mau membaca, ia ajak kawan dekatnya untuk membantu merapikan jajaran buku.
OLAH VOKAL : Supaya saat pementasan, tiap adegan ditampilkan dengan baik, adik-adik pun dibekali latihan vokal. Perhatikan gaya Kak Puguh saat melatih, semangat ya?!
RASAKAN PAN ASN YA BUMI : Seperti apa sih pemanasan global itu? Adik-adik SDK Cita Hati diajak oleh kakak-kakak di Pusdakota untuk masuk ke sebuah alat peraga mirip rumah kaca. Barulah adik-adik paham bahwa Bumi makin terancam.
WAKTUNYA MAKAN! Sugiono rutin membuat pakan ikan organik. Setiap pagi dan sore hari, ia tebarkan pakan agar ikan-ikannya bertambah gemuk dan sehat.
18
GELU T GEL I AT
Soal membersihkan sungai, bukan perkara mudah. Tapi tidak akan lebih mudah juga bila melulu dianggap susah. Ini kisah-kisah menarik yang diceritakan oleh Dyah Nala selama terlibat dengan rekan-rekan paguyuban Gelang Tirta Mandiri melakukan kerja bakti. PUKUL 07.00 pagi biasanya kami sudah mulai bekerja. Kadang-kadang, bapak-bapak malah sudah mulai lebih pagi. Suatu kali, hujan lebat tapi kami terus bekerja. Seperti biasa, bapakbapak masuk ke badan sungai dan mulai mengambil sampah-sampah. Pertama yang ditemukan, bangkai tikus, setelah itu pembalut, nah yang terakhir ini malah ketemu pakaian dalam laki-laki. Spontan, bukannya marah-marah, tapi kami tertawa bersama. “ Udan-udan rek ! nemu koyo
ngene akeh.” teriak anggota Gelang yang menemukan benda-benda tersebut. Ternyata ungkapan bahwa sungai adalah tempat sampah terluas bukanlah ungkapan yang salah. Macam-macam sampah bisa ditemukan di dalamnya. Lain waktu, kami baru saja selesai membersihkan sungai. Belum satu menit kami naik dari badan air sungai, tiba-tiba kami melihat pemandangan yang membuat kami terpaku sejenak. “ Byorrrr.....!” begitu bunyi suara satu kresek sampah yang terlempar dari sebuah jendela rumah. Usai terpaku, kami sempat saling celinguk an lalu berteriak spontan, “ Wooooiiiiii !!! “ Maksudnya sih ingin mengingatkan, tetapi belum sempat bilang apa-apa wajah si pembuang kresek tadi sudah tidak kelihatan. Dalam hatiku mengatakan “ Wah orang ini tega banget, gak lihat-lihat ada orang bekerja disini.” Tak lama kemudian, salah satu anggota kami menyemangati agar tidak boleh
19
terganggu dengan sikap-sikap demikian. Kami pun bergegas untuk bersih-bersih diri, berkumpul sejenak untuk diskusi, sambil mencicipi hidangan yang sudah disiapkan oleh istri mereka terkasih. Adatnya memang begitu, bukan sekedar soal isi perutnya tetapi semangat kebersamaan. Waktu makan, bisa muncul ide-ide baru untuk mengatasi persoalan di sungai ataupun soal lingkungan. Satu kali celetuk si pemasak demikian, “ Ra sah melu kerja bakti lho nek ra melu mangan. A yo-ayo rek ! “ Ini dia yang ditunggu-tunggu, makan bersama dengan bapak-bapak di markas Gelang, sungguh nikmat. Usai makan, seluruh anggota Gelang pulang ke keluarga masing-masing. Tetapi kerinduan untuk berkumpul kembali selalu ada, di minggu depan, pada jam dan frekuensi yang sama. Tak usah teriak-teriak, tak usah pakai macammacam undangan, bapak-bapak selalu siap bersihkan sungai. * devi
GELU T GEL I AT
EORANG ibu yang sehari-hari pedagang buah di Pasar Soponyono, ternyata juga tertarik dengan tawaran kredit usaha kecil dari Pusdakota. Sebut saja namanya Iyem. Ia dengar kabar soal kredit itu dari tetangganya yang juga usaha kecil-kecilan, tapi keliling. Ia pun ikut mendaftarkan diri, mengisi form sesuai ketentuan. Waktu berselang, sebulan kemudian saatnya diumumkan oleh rekan-rekan Pemberdayaan Komunitas di bidang Ekonomi, tentang siapa-siapa yang layak terima kredit usaha. Tentunya, yang layak adalah yang punya keseriusan dan tanggung jawab. Kelayakan penerima kredit itupun dinilai lewat berbagai cara, mulai dari pengamatan langsung sampai diwawancarai. Di tempat salah seorang ibu calon penerima kredit usaha, diadakanlah pertemuan, untuk mengumumkan penerima kredit tersebut. Tiba-tiba, tanpa permisi dan dengan penampilan rambut serba acak-acakan, serta menggunakan sarung seadanya, ia langsung bertanya, “Kapan pinjeman’e kate dicair no ?”
(kapan pinjamannya akan dicairkan). Laila pun berusaha menjelaskan pada si Iyem, bahwa ia tidak dapat menjadi penerima kredit usaha kecil itu karena belum memenuhi ketentuan. “Begini bu, maaf ibu belum bisa.....” belum selesai Laila menjelaskan, langsung disahut oleh Iyem, “Kate nyeleh duik kog cek angel’e. A ku ngangkut pasir ae wis oleh duik,” (Mau pinjam uang saja kog sulit sekali, aku mengangkut pasir saja sudah bisa dapat uang) begitu kata Iyem dengan nada marah. Sejenak Laila terbengong, ia dan kawan-kawannya serta beberapa ibu yang ada di ruang pertemuan itu saling berpandangan. Ketika mereka tersadar dari kekagetan mereka, Iyem sudah berlalu, entah kemana perginya. Lalu, seisi ruangan tertawa lepas melihat kejadian itu. Apa yang lucu dari kejadian itu, menurut masing-masing orang bisa jadi berbeda-beda, tetapi yang jelas inilah potret masyarakat kita. Tidak mudah untuk belajar pada hal baru, maunya yang mudah-mudah melulu. * devi
20
REPORTASE
Semangat Para Ibu Desa Klaces Kampung Laut Ini sekelumit kisah sederhana yang kuperoleh, buah dari perjalananku ke sebuah daerah di belahan Jawa bagian Tengah. UNGGUH suatu perjalanan yang sangat menyenangkan sekaligus menegangkan ketika saya melakukan pemantauan kegiatan sosialisasi program Lima Imunisasi Dasar Lengkap (L-I-L) bagi kader-kader kesehatan di Kampung Laut Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Tepatnya, kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2008. Perjalanan ini menyenangkan, mengingatkan saya kembali pada perjalanan 19 tahun yang lalu. Dulu, seringkali saya melakukan perjalanan dari Cilacap ke Pangandaran dengan sarana angkutan air yaitu kapal feri. Dengan menggunakan kapal feri, perjalanan dari Cilacap ke Pangandaran ditempuh kurang lebih empat jam. Kala itu, selama dalam perjalanan saya masih bisa menikmati atraksi monyet yang bergelantungan di pohon bakau, juga berbagai jenis burung. Burung-burung yang sering terlihat diantaranya Bangau Putih, Blekok, Cucuk Urang, Elang Laut. Di kanan kiri sepanjang perjalanan, dipenuhi tanaman bakau dan ada pemandangan Pulau Nusakambangan.yang membentang dari ujung timur sampai barat. Tetapi pemandangan kali ini sungguh berbeda, selama kurang lebih dua jam perjalanan, tidak satupun aku jumpai monyet yang bergelantungan di antara rerimbunan pohon bakau dan sangat sedikit burung-burung bertengger. Perjalanan yang kami lakukan kali ini, juga menempuh jalur yang berbeda. Alat transportasi yang kami gunakan bersama rombongan Tim Penggerak PKK Kabupaten Cilacap, Camat, beserta staf Kecamatan Kampung Laut berupa perahu Jukung. Perahu ini hanya memuat 10-12 orang, berbeda dengan kapal feri yang biasa kutumpangi, dapat memuat hingga 50 penumpang. Perahu Jukung sarana utama transportasi (kendaraan dinas) Camat Kampung Laut beserta staf. Sudah beberapa tahun terakhir ini, kapal feri tidak beroperasi lagi melayani jalur penyeberangan dari Cilacap ke Pangandaran.
Bidan dan para kader kesehatan di Kampung Laut berpraktek permainan yang mencairkan suasana.
kegigihan mereka kini membawa Kampung Laut terbebas dari identitas sebagai daerah bersarangnya penyakit demam berdarah. Semangat mereka pun ditunjukkan untuk menyukseskan cakupan imunisasi bagi balita di wilayah mereka. Semua ibu kader datang menggunakan perahu, mereka antusias mengikuti tiap sesi. Bagi mereka, jika metode bermain digunakan untuk menjelaskan pada para ibu balita, akan mudah dipahami. Metode tersebut bisa menyampaikan materi dengan suasana yang lebih menyenangkan. Beberapa ibu kader tidak mudah untuk mengajak ibu hamil memeriksakan kesehatannya di Puskesmas. Tetapi, mereka melakukan pendekatan terus menerus dan tidak pantang menyerah. Lambat laun, banyak ibu hamil datang
Hal ini dikarenakan pendangkalan Segara Anakan oleh aliran Sungai Citandui beserta anak-anak sungai yang bermuara di Segara Anakan Cilacap. Perjalanan menuju Kampung Laut membutuhkan waktu dua jam, kami berangkat pukul 08.30 pagi dari Dermaga Donan Cilacap. Kampung Laut berada di atas delta yang terbentuk akibat sedimentasi atau p en d an gkalan Segara Anakan dari Sungai Citandui beserta anak sungai yang tersebar di berbagai wilayah. Kampung Laut terdiri dari 4 desa, yaitu Klaces, Ujung Gagak, Perahu Jakung, transportasi yang mengantar dan menjemput Ujung Alang, dan para kader kesehatan di Kampung Laut. Penikel. Jumlah penduduknya kurang lebih ke Puskesmas memeriksakan keseha15.278 jiwa dengan jumlah Kepala tannya, demikian pula anak-anak balita Keluarga sebanyak 3.816. untuk mendapatkan imunisasi. Salah satu staf kecamatan mengataPerjuangan yang dilakukan tanpa kan pada saya, bahwa Kampung Laut pamrih, dengan berbekal perahu para termasuk daerah tertinggal atau daerah ibu kader mendatangi warganya. miskin. Sedangkan Desa Klaces yang Mereka mengungkapkan pada saya, apa menjadi lokasi kegiatan orientasi bagi yang dilakukan merupakan panggilan kader tentang program Lima Imunisasi hati. Para kader beranggapan, perjuaD asar Lengkap merupakan pusat ngan yang mereka lakukan sebagai pemerintahan Kampung Laut. Desa bekal untuk mengisi Kartu Menuju Klaces terletak di dataran kawasan yang Surga (KMS). Maka hal inilah yang masih menyatu dengan Pulau Nusakam- selalu menyemangati mereka untuk bangan, sebagian besar penduduknya terus melakukan pekerjaan ini. bertani dan sebagian lainnya nelayan. Salah satu bidan muda yang memSarana utama transportasi di daerah buat saya terinspirasi, Feri Indra Astuti. ini adalah perahu, karena antara satu Walau masih muda, ia memilih mengdesa dengan desa lainnya terhubung abdikan diri bagi peningkatan kesehatan oleh aliran Segara Anakan. Di desa ini masyarakat di desanya sendiri. Padahal, hanya terdapat satu Sekolah Dasar kebanyakan kaum muda seusia beliau (SD ), dan satu Sekolah Lanjutan lebih tertarik bekerja di kota daripada Tingkat Atas (SLTA). Fasilitas umum di desa. Semangat pengabdian menunlainnya adalah Kantor Urusan Agama tunnya berkarya bagi masyarakat. (KUA), Puskesmas dan beberapa Dalam hati, saya berdoa bagi para ibu Taman Pendidikan Al Quran (TPQ). kader disana agar tetap menghidupi jiwa Walaupun sarana dan prasarana yang pelayanan, dan kian banyak generasi tersedia masih minim, saya belajar dari muda yang berkenan membagi tenaga semangat ibu-ibu kader. Semangat dan dan pikirannya bagi sesama. * Parwito
21
REPORTASE
Kesadaran Lingkungan Bagi Keberlangsungan Hidup Masyarakat Lestari alamku... Lestari desaku... Di mana Tuhanku menitipkan aku Damai bocah-bocah di kala purnama Nyanyikan pujaan untuk nusa N TAIAN lagu penyanyi legendaris Gombloh sayup terdengar dari tape mobil yang saya naiki, seakan menegaskan indahnya pemandangan alam sepanjang perjalanan Surabaya - Banyuwangi. Saya terkesima dan hanya mampu mengucap kalimat syukur karena diperbolehkan menikmati lukisan alam nan elok ini. Perjalanan tim Pusdakota kali ini, ke Banyuwangi dalam rangka monitoring kegiatan O rientasi Kader Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL). Monitoring ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Training for Trainers
Salah satu imunisasi LIL.
metode
sosialisasi
kader kesehatan dan bidan dari 97 Puskemas di Jawa Timur yang diadakan di Surabaya tanggal 20-25 Oktober 2008 lalu. Proses monitoring dilakukan tanggal 8 – 14 November 2008 di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember. Dari proses monitoring ini, kami menemukan antusiasme, keceriaan dan ketulusan para kader yang mengikuti kegiatan orientasi LIL. Bagi kami, hal itu merupakan hadiah yang semakin menguatkan semangat terus berbuat sesuatu bagi orang lain dengan ketulusan. Sayangnya kian jarang ditemukan pada generasi muda. Regenerasi kader menjadi sangat sulit. Karena kaum muda kebanyakan memilih hijrah ke kota besar seperti Surabaya, Bandung dan Jakarta sebagai karyawan atau buruh pabrik ketimbang tinggal dan mengabdi di tanah kelahiran mereka.
Pemandangan hijau pedesaan yang menyegarkan mata.
Para kader juga harus bekerja keras menyadarkan masyarakat agar peduli kesehatan. Kesadaran hidup sehat masyarakat di daerah sekitar kaki gunung dan perkebunan belum ada. Contoh kecil saja, warga tidak mau buang air besar di jamban karena merasa tidak nyaman dan terbiasa buang air besar di sungai. Kondisi ini tentu saja mempercepat penyebarluasan penyakit di tengah masyarakat. Beberapa jenis penyakit seperti muntaber, diare, cacat tubuh permanen, lumpuh layu kerap ditemukan oleh para kader. Berbagai upaya penyadaran yang terus dilakukan berupa penyuluhan secara rutin ke wilayah-wilayah terpencil, pendidikan bagi masyarakat buta aksara melalui program Keaksaraan Fungsional (KF), serta pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk. N amun, belum mengubah kondisi lingkungan dan gaya hidup masyarakatnya. Padahal kualitas kesehatan masyarakat mencerminkan pula kualitas lingkungan suatu wilayah. Jika di awal perjalanan saya menemui berbagai pemandangan alam yang indah. Ada sedikit perbedaan ketika memasuki Desa Sukowono Kabupaten Jember yang berada tepat di lereng gunung Kumitir. Kondisi lingkungan masih memprihatinkan, meskipun terletak di kaki gunung, nuansa alam berkurang. Di antara hamparan sawah hijau membentang dan derasnya aliran sungai, kaki gunung tidak lagi rindang. Hutanhutan berubah fungsi menjadi lahan pertanian. Tidak ada lagi pohon tinggi menjulang, tergantikan ladang-ladang tembakau dan palawija. Meski
22
perkembangan sektor industri membawa perubahan positif terhadap kondisi perekonomian masyarakat di wilayah ini, Desa Sukowono dan beberapa desa sekitarnya D esa Arjasa, dan Mojogemi, merupakan desa termiskin. Dari 11.000 jiwa penduduk desa Sukowono, 991 orang adalah penerima BLT (bantuan langsung tunai) dan 50 KK tinggal di rumah yang tidak layak huni. Sukowono memiliki lahan persawahan yang luas, mencapai 2.524 Ha. Namun hasilnya sebagian besar dijual untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Tidak heran jika petani padi membeli beras. Kondisi ini bertolak belakang dengan sejarah desa Sukowono di masa lampau. Pada jaman dahulu, warga bisa langsung menikmati hasil alam untuk kebutuhan pangan sehari-hari. Rangkaian perjalanan ini, bagi kami
Antusiasme para kader mengerjakan tiap tugas.
merupakan rangkaian penjelajahan pencarian makna hidup yang sesungguhnya. Kami tidak hanya disuguhi dengan keindahan dan kemolekan alam. Namun juga dihadapkan pertanyaan besar, apakah kita akan merampas milik anak cucu kita di masa depan dengan merusak kondisi? Pertanyaan ini harus dicari jawabannya sekaligus tindakan apa yang akan dilakukan terhadap situasi kritis tersebut. Jika menginginkan syair lagu diatas mewujud menjadi sebuah kenyataan, maka tugas besar sedang menanti kita. Pekerjaan rumah bagi tiap orang untuk peduli dan melakukan sesuatu terhadap lingkungan demi keberlangsungan hidup umat manusia. Tentunya bersama dengan siapapun yang peduli, seperti para kader di daerah ini. * Laila
H I J AU
Berkenalan dengan Deterjen Sang Pembersih Keberadaan deterjen telah menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat seluruh dunia sebagai pembersih. Mulai dari mencuci pakaian, peralatan masak, lantai rumah hingga kendaraan, semua menggunakan deterjen. Namun, seperti apakah sebenarnya seluk beluk deterjen? ERBAGAI jenis, kegunaan, dan merek deterjen beredar di pasaran. D aftar belanjaan kebutuhan rumah tangga tak lepas dari deterjen. Fungsinya kini tak sekedar sebagai pembersih, juga sebagai pewangi. Sebagian besar masyarakat Indonesia tergantung pada benda yang satu ini. Contohnya seorang ibu, bernama Herni bertempat tinggal di Mejoyo, Surabaya. Paling tidak, dalam sebulan ia membutuhkan 1 kilogram deterjen pencuci pakaian, 6 sabun mandi, 500 gram sabun pencuci piring. Seperti apakah deterjen itu? Berikut ulasan tentang asal usul hingga dampak penggunaannya. Ritual membersihkan badan atau mandi, sudah dikenal sejak jaman prasejarah. Manusia purba yang hidup di tepi sungai, konon membersihkan tangan dengan mengoleskan lumpur. Tahun 2800 SM, pertama kali ditemukan benda mirip sabun dalam bentuk tabung. Sabun tabung dibuat dari lemak yang direbus dengan abu. Ma s ya r a k a t
Mesir Kuno mandi menggunakan Papirus Eber yang berupa campuran minyak hewani dan nabati dengan garam alkali sebagai sabun. Bahan sabun itu juga dipakai untuk menyembuhkan penyakit kulit. Menurut perkembangannya di Eropa, orang Jerman Kuno membuat sabun dari lemak dan abu untuk mewarnai rambut mereka menjadi merah. Sedangkan pada peradaban Romawi yang mulai maju dan mengenal ritual mandi, sabun diperkenalkan selain untuk pembersih, tetapi juga untuk pengobatan oleh seorang dokter Yunani bernama Galen. Pada abad ke 12, sabun mulai memasuki ajang bisnis di Inggris oleh Raja James I. Raja James I mengabulkan monopoli kepada pengusaha sabun dengan kontrak seharga $100.000 setahun. Hingga abad ke 19, sabun menyumbang pajak tertinggi dan menjadi barang mewah di beberapa Negara. Namun setelah pajak dihapuskan, sabun tersedia merata untuk peningkatan kebersihan masyarakat. Pembuatan sabun komersial skala besar terjadi pada tahun 1791, ketika
Kalimir dikotori berbagai limbah rumah tangga, termasuk deterjen.
23
kimiawan Perancis, Nicholas Leblanc, mematenkan proses untuk membuat abu soda, atau sodium karbonat, dari garam biasa. Ilmu pembuatan sabun modern lahir 20 tahun kemudian dengan penjelajahan Michel Eugene Chevreul, juga kimiawan Perancis, ia membuat sabun dari gliserin dan asam lemak. Pertengahan 1800-an kemajuan dari teknologi sabun ditemukan kimiawan Belgia, Ernest Solvay, ia menggunakan garam meja biasa, atau sodium klorida, untuk membuat abu soda. Sabun sintetik pertama berkembang di Jerman yang sekarang kita kenal dengan nama deterjen. Akibat Perang Dunia I, Jerman kekurangan lemak untuk bahan sabun. Sehingga orang Jerman menggunakan bahan sintetik sebagai bahan pembuat sabun. Bahan sintetik ini yang kemudian dikenal dengan nama Surfaktan yang diperkenalkan di Amerika Serikat. Deterjen pertama digunakan terutama untuk mencuci piring dan mencuci baju bahan lembut. Terobosan pembuatan detergen untuk mencuci baju serta manfaat serba guna, muncul pada tahun 1946. Lalu, apa sajakah yang terkandung dalam deterjen? D eterjen yang merupakan pembersih sintetis terbuat dari bahan-bahan kimia turunan minyak bumi. D ibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (tingkat kandungan mineral dalam air). Pada umumnya, deterjen mengandung Surfaktan, Phosphate, Filler dan Additives.
H I J AU
BERIKUT PENJELASAN BAHAN-BAHAN PEMBUAT DETERJEN Nama zat kimia
Pengertian
Kegunaan
Efek
zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak)
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar, dan hilangnya kelembaban alami yang ada. Merusak bahan kimia oraganik.
ion poliatomik yang terdiri dari satu atom fosforus dan empat oksigen.
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP).
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Filler
bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci
menambah kuantitas (banyaknya) deterjen
Additives
bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan seterusnya. Tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Hanya untuk komersialisasi produk.
Surfaktan
Phosphate
Golongan ammonium kuartener
Kini diketahui adanya dua jenis deterjen, yaitu keras dan lunak. Deterjen jenis keras sulit diurai oleh mikroorganisme Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Deterjen jenis lunak, jenis surfaktannya lebih mudah diurai oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai. Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat (LAS). Selain fungsinya sebagai pembersih, deterjen juga berdampak negatif bagi kesehatan manusia serta keberlangsungan kehidupan ekosistem perairan. Deterjen bersifat karsinogenik, bilamana deterjen terlarut dalam air minum kemudian tanpa sengaja masuk dalam tubuh, dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan memicu kanker. Kerugian bagi lingkungan selain terjadinya eutrofikasi adalah terjadinya pendangkalan sungai, serta rusaknya fungsi
pernafasan ikan. Keberadaan busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab oksigen terlarut di badan air berkurang. Dengan demikian, organisme air akan kekurangan oksigen dan menyebabkan kematian. Persoalan pencemaran perairan semakin membutuhkan perhatian. Deterjen salah satu penyebab rusaknya ekosistem perairan, karena penggunaannya begitu meluas di masyarakat. Seperti pemberitaan Koran Kompas, Kamis (27/10 2008), di Surabaya memberitakan pemeriksaan laboratorium limbah salah satu industri penghasil deterjen yang membuang limbahnya di Kali Tengah. Hal ini menyebabkan sawah yang diairi dari Kali tengah mengalami dampak serius. Padi menjadi menguning dan kering. Sehingga petani gagal panen. Lebih parahnya, air Kali Tengah masih dikonsumsi masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Bersambung ke halaman 26
24
SOSOK
Abdul Jamil
“KESUNGGUHAN MEMBAWA BERKAH” ETIKA muda, Abdul Jamil yang biasa dipanggil Jamil amat tidak menyukai seni, cita-citanya menjadi petani. Tuhan berkata lain, Jamil harus mengemban amanah dari temannya Drs. Juwadi Suparjan. Pada tahun 1975, ia mulai bergelut di dunia pendidikan. Pertama kali tugas mengajarnya di Kecamatan Gedeg. Kemudian ia diangkat menjadi kepala sekolah SDN Betro Kemlagi Mojokerto sejak 1995. Ia melihat potensi yang besar pada anak-anak didiknya, maka sekitar tahun 2004 Jamil berkonsentrasi untuk menggeluti seni karawitan. Ia meminta bantuan salah satu penggiat karawitan di Desa Betro untuk mengajar muridmuridnya. Walhasil, tahun 2005 menjadi ajang perlombaan pertama diikuti oleh karawitan anak SDN Betro, yang baru berusia satu tahun itu. Sayangnya, kemenangan belum berpihak pada SDN Betro, dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Namun kekalahan itu tidak membuat Jamil berputus asa, ia semakin mantap membimbing putra-putrinya untuk menggeluti seni karawitan. Tahun 2006 ketika ada perlombaan seni di Surabaya, memperingati hari anak nasional, Jamil dan putraputrinya kembali berlomba dan pulang membawa piala kemenangan. Tekad Jamil semakin bulat untuk mengembangkan seni karawitan di sekolah itu,” Pada dasarnya, Betro itu punya potensi kesenian, seniman juga banyak disini. Itulah yang memotivasi saya mengembangkan kesenian disini.” tuturnya Suasana belajar ekstrakurikuler dengan penuh keyakinan. Tidak dapat dipungkiri memang, Desa Betro memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Penggiat seni di desa tersebut ada dalang, penikmat wayang, penggiat teater, juga pengajar tari remo. Potensi tersebut dirangkul oleh Jamil untuk kian mengembangkan anak didiknya. Jamil menerapkan kedisiplinan sebagai kunci sukses bagi perkembangan anak didiknya. Jamil berharap anak didiknya meniru prinsip hidupnya “ Jika melakukan sesuatu, tidak setengah-setengah, bahkan untuk hal sekecil apapun.” Berkat keseriusan itulah, sekarang SDN Betro telah ditunjuk sebagai salah satu sekolah perwakilan seni di tingkat provinsi. Ini adalah hasil usaha yang tidak tanggung-tanggung, sekarang sekolah telah memiliki dua set gamelan. Kegiatan yang berbau seni makin bertambah misal drum band, tari remo dan teater. Beliau sangat senang dengan makin berkembangnya berbagai kegiatan bagi anak didiknya. Ia berharap mereka lebih kreatif dan percaya diri. Jamil tidak mau anak-
anak didiknya hanya pandai dalam ilmu pengetahuan saja. Aspek keagamaan pun turut diperhatikan. Ada hari khusus dimana anak-anak mengaji setelah pulang sekolah. Pada masa kepemimpinan Jamil sebagai kepala sekolah, SDN Betro mampu menunjukkan perkembangan dirinya, tentunya selain sekedar bangunan sekolah yang Abdul Jamil, Kepala Sekolah SDN Betro, bertambah bagus, “Kepemimpinan Kemlagi Mojokerto. Bapak cukup bagus, beliau memberikan ruang belajar dan kepercayaan bagi semua guru untuk mengelola bidangnya masing-masing.” Kata Nita Agustina, yang dipercaya sebagai guru pembina teater bocah SDN Betro. “Sekolah kita dapat penghargaan dari Paguyuban Pecinta Seni Tradisional, sekaligus bisa masuk anggota tanpa tes lho mbak.” lanjutnya. Nita berharap nantinya teater ini bisa membawa nama sekolah di acara PO RSE N I, karena menurut N ita anakanak semakin luwes, pandai berimprovisasi dan percaya diri. Pria kelahiran 1 Desember 1959 ini, tidak sekedar bercita-cita mendidik anak-anaknya menjadi berguna kelak. Ia juga menanamkan Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Maksud beliau adalah seorang guru itu harus bisa berdiri di SDN Betro. untuk memberi tauladan kepada anak didiknya, jika di tengah ia bersedia menyemangati dan di belakang memberikan dorongan-dorongan serta peluang agar kian berkembang dalam berkarya. Ini terlihat saat ia mengkoordinir kegiatan-kegiatan guru ekstrakulikuler di sekolah, ia tidak membatasi guru-guru tersebut untuk berkreativitas bersama anak didiknya. Bahkan, guru karawitan membuat gendingan ciptaannya sendiri. Jamil amat bangga dengan guru karawitan, Pak Mul begitu biasa ia disebut, karena ia tidak sekedar pandai bernotasi tapi bisa membuat lagu atau gendingan, dengan cara menepukkan tangan pada pahanya mengikuti tempo gendingan itu. Begitulah Jamil, ia sosok yang banyak dikenal oleh warga Desa Betro. Meski hanya tamatan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), ia tidak takut disandingkan dengan orang-orang bergelar sarjana. Menurutnya, tidak ada yang paling menyenangkan selain melihat anak didiknya berprestasi dan sukses di masa depan. * Vita
25
GELU T GEL I AT Sambungan dari Halaman 24 Fakta lain akibat pencemaran deterjen dalam kehidupan sehari-hari dipaparkan pada Koran Kompas Jawa Timur, Jumat (2/ 5 2008). Bendungan Sutami di Malang mengalami krisis air. Dalam dua hari ikan-ikan di bendungan mati hingga 2 ton di kawasan budidaya ikan jaring sekat di Desa Senggreng. Kejadian ini menimpa lima kelompok petani pengelola jaring sekat. Salah satu penyebabnya adalah buangan limbah deterjen dari rumah tangga oleh warga. Kebiasaan ibu rumah tangga yang membuang air sisa cucian menggunakan deterjen di sungai bisa merusak ekosistem (rantai kehidupan) sungai. Zat-zat kimia sintetik beracun yang terkandung dalam deterjen membuat ikan-ikan mati. Bahkan masyarakat pun tidak bisa mendapatkan kualitas air bersih. Padahal manusia butuh air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Lalu, adakah solusi untuk mengatasi masalah deterjen ini ? Mari kita tengok beberapa upaya yang telah dikembangkan, untuk menjawab beberapa persoalan yang disebabkan oleh deterjen. Pertama, pengolahan secara fisis, bertujuan
menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar, penyisihan lumpur dan pasir serta mengurangi zat-zat organik dalam air. Kedua, pengolahan secara kimiawi, dengan penambahan bahan kimia tertentu, seperti khlorin. Ketiga, pengolahan secara biologis, dengan bantuan aktivitas mikroorganisme. Menurut pemberitaan surat kabar harian Pelita, diketahui adanya hasil penelitian tentang manfaat tempe bongkrek bagi perubahan kualitas air yang dicemari oleh deterjen. Menurut Prof. Dr. Bambang Soebardjo dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar Madya Biokimia di Fakultas Pertanian Universitas Soedirman, Purwokerto, Jateng, bakteri dalam tempe bongkrek, yaitu Pseudomonas cocovenenans mengandung enzim proteasa basa yang aktif dan bermanfaat bagi industri deterjen. Enzim bakteri tempe bongkrek ini dapat menciptakan teknologi pencucian yang ramah lingkungan. Pengembangan protease jenis ini diharapkan membantu penciptaan inovasi deterjen ramah lingkungan. Agar lingkungan hidup dan kesehatan manusia tak lagi terancam. * nita
GELU T GEL I AT ATU senja, seorang kawan pemudi PUSDAKOTA yang sedang giat-giatnya menyambangi komunitas, pun nongkrong di basecamp warga RW XV Rungkut Lor. Sore itu, ia menyapa, dan membahas aneka rupa persoalan yang dihadapi oleh komunitas. Mereka pun bercerita, setelah komunitas ini cukup dikenal oleh berbagai pihak, ibarat peribahasa Ada Gula Ada Semut, datang jualah merekamereka yang sekiranya ingin bekerjasama dengan mereka. Salah satunya, para calon legislatif yang sedang beraksi mencari suara-suara pendukung. Suasana kampung jadi riuh dengan berbagai jenis partai, maupun berbagai wajah baru yang berlomba-lomba ingin menduduki kursi hangat di DPR. Mereka, tak jarang dibuat bingung untuk lebih mendukung si A atau si B atau si C, yang masing-masing mengurai janji akan memberi imbalan yang layak untuk tiap suara dukungan. Apalagi yang meminta dukungan tak lain adalah warga kampung itu juga. Walau imbalan itu memang bukan sejumlah kemewahan,
apalagi jaminan kesejahteraan bagi khalayak banyak. Nah, satu kali ini, seorang anak usia kelas 6 SD pun terbawa serunya obrolan soal pesta demokrasi yang lagi ramairamainya. Dia tiba-tiba bilang pada ibunya yang sedang berbincang dengan si pemudi PUSDAKOTA, “ Bu, nek pingin sekolah gratis, pilih ae’ SBY “ (Bu, kalau mau sekolah gratis, pilih SBY saja). Sontak, si ibu dan pemudi serta beberapa bapak yang lagi ngobrol terdiam heran. Sambil terlihat wajah bertanya-tanya, kira-kira apa maksud ucapan si anak. Dan tak lama kemudian, si anak pun melanjutkan kalimatnya, “La iyo, iku lho, jarene SBY, mengko ono sekolah gratis.” (La iya, itu lho kata SBY, nantinya akan ada sekolah gratis). Mendengar ungkapan si anak, bapak-bapak, si ibu, dan pemudi tadi pun tertawa tergelitik, paham bahwa yang dia maksud adalah ungkapan di iklan. Sambil dalam hati, terbersit oleh pemudi, “Wah, ternyata demokrasi dan berpolitik itu dipahami sebatas ungkapan di iklan, tapi harapan seorang anak tadi pastinya layak diperhitungkan.” * devi
INSPIRASI
Ijinkan Masuk Kasih Sayang ! Ada tiga orang kakek, dengan wajah satu sama lain hampir serupa. Rambut dan jenggot mereka telah putih, tetapi masih kuat bepergian menjelajahi berbagai desa. Bilamana mereka kelelahan, akan singgah atau menginap di salah satu rumah penduduk. Di setiap desa yang dilewati, mereka bersikap ramah dan terbuka, sehingga penduduk desa pun bersedia menerima mereka dengan baik. Di sebuah desa yang agak terpencil, ketiga kakek itu hendak beristirahat dan menumpang menginap. Salah seorang diantara mereka mulai memasuki sebuah halaman rumah dan mengetuk pintunya. Dari dalam rumah, menyahut suara seorang perempuan, ia pun bertanya pada si kakek, "Ada yang bisa saya bantu, kek ?" Kakek pun menjawab, "Kami mulai lelah berjalan, apakah kami bisa menumpang semalam di rumah ibu untuk istirahat ?" Si ibu dengan ramah menjawab, " Boleh saja pak, tetapi saya harus ijin dulu pada suami saya, tetapi suami dan anak saya masih di ladang. Sore hari, baru tiba di rumah." Si kakek tak keberatan untuk menunggu, dan si ibu pun berkenalan dengan ketiganya. Ternyata mereka masingmasing bernama kekayaan, kesuksesan, serta kasih sayang. " Nama kakek bertiga ternyata menarik juga ya? " demikian komentar si ibu. Sore mulai menjelang, ketiga kakek masih di serambi rumah, sabar menunggu suami dan anak dari ibu tadi. Kemudian, tibalah sang suami dan anaknya yang masih belia. Mereka nampak
26
kelelahan setelah berladang. Melihat ada tiga orang kakek di serambi rumah, sang suami dan anaknya heran namun tetap bersikap ramah. Si ibu menyambut suami dan anaknya, " Pak, ketiga kakek ini, ingin menumpang beristirahat semalam di rumah kita yang kecil ini, mereka lelah setelah berjalan jauh. " Suaminya menjawab, "Silakan kakek, tidak apa-apa, silakan masuk." Salah satu kakek pun mengajukan pertanyaan kembali, " Siapakah diantara kami bertiga yang dipilih untuk masuk ke dalam rumah bapak dan ibu? " Si bapak heran, " Ya kakek bertiga." Kakek tadi pun menjelaskan bahwa seisi rumah harus menyepakati terlebih dulu, siapa yang harus masuk. Bapak, ibu, dan anak pun masuk terlebih dulu ke dalam rumah, masing-masing punya pendapat yang berbeda. Bapak memilih kakek yang bernama kekayaan, ibu memilih kakek bernama kesuksesan, tapi anak memilih kakek bernama kasih sayang. Namun, pertanyaan si anak menyadarkan bapak dan ibunya, sehingga disepakati untuk memilih kakek kasih sayang. Begini pertanyaannya, " Apakah jika kita memiliki kekayaan dan kesuksesan, pasti kita satu sama lain memiliki rasa kasih sayang ? " Usai menyepakati, si ibu pun menyampaikan pada kakek kasih sayang, bahwa ia yang diperkenankan masuk. Ternyata, setelah kakek kasih sayang masuk, menyusul pula kakek kekayaan dan kasih sayang. *) Kisah ini diceritakan dan direfleksikan pada makan siang di Pusdakota, 11 Mei 2009.
PUSTAKA
Kota yang Merajalela, Dirancang Lebih Bersahabat Era global saat ini banyak mendorong pertumbuhan kota, tak terkecuali kota-kota di Indonesia. Kota menawarkan berbagai hal menggiurkan yang menyedot banyak manusia untuk berdatangan. Akhirnya, ia pun berkembang setara dengan kebutuhan material. Akan tetapi, perkembangan kota pun perlu ditilik ulang sejauh mana telah menjadi kawasan yang memfasilitasi kehidupan yang berkesinambungan bagi makhluk yang tinggal di dalamnya
kedua, lebih mengamati dinamika tata ruang. Teori ketiga, mengamati ruang secara kontekstual, terkait sejarah, budaya, dan sosialisasi yang ada di dalamnya. Ketiga teori tersebut memiliki potensi sebagai strategi perancangan kota secara terpadu. Terpadu yang dimaksud adalah terintegrasinya bentuk kota dan proses alam. Keterbatasan ruang kota harus mempertimbangkan aspek ekologi. Dan ekologi kota melibatkan tiga dinamika pokok antara lain ekonomi, politik, serta budaya. Ekonomi tidak hanya melihat ruang sebagai nilai tukar yang memacu investasi, melainkan ekonomi yang mempertimbangkan keseimbangan terhadap ekologi.
spasial, intervensi perancangan, dan strategi penerapannya. Buku ini belum banyak membahas aplikasi rancangan keterpaduan pada konteks perkotaan di Indonesia. Kampung-kampung yang menjadi bagian dari perkotaan-perkotaan di Indonesia dapat menjadi bahasan khusus yang menarik, sehingga suatu komunitas tak berdiam diri terhadap ekosistem yang kian mendesak dirinya. Hanya disinggung sedikit dalam buku ini, bahwa kampung-kampung di Indonesia terdahulu ada yang unik berdasarkan kultur etnis tertentu, disebut ghetto, akan tetapi kian terdesak oleh budaya-budaya dampingan (subcultures). Agar kampung tak kehilangan Perkembangan kota kian identitas dirinya, saatnya peranmengarah pada ketidakcangan kota tidak memaksakan Judul buku : Perancangan Kota Secara Terpadu terbatasan dan ketiadaan kebutuhan dan pertumbuhan Teori perancangan kota dan penerapannya tempat. Berkembangnya kota Penulis : Markus Zahnd yang tidak kontekstual. Justru Penerbit : Kanisius & Soegijapranata University Press secara horisontal, vertikal, menyikapi dengan berbagai Cetakan : II, 2006 maupun interstisial. Horisonupaya-upaya rekonstruksi tata Tebal : xiv + 294 halaman tal artinya mengarah ke luar, lingkungan hidupnya, dan dan memperluas area kota. menjadikan kampung-kamVertikal artinya perkembangan ditunPolitik yang dimaksud adalah pung di perkotaan berevolusi sebagai jukkan dengan meningginya bangunan. pengelolaan terhadap peran-peran yang ruang kehidupan yang dapat berintegrasi Interstitial artinya lahan yang terbangun terlibat di dalam kehidupan kota. dengan kehidupan di sekitarnya. * devi. kian banyak, maka kawasan kota pun Budaya merangkum ekspresi cara hidup menyempit. Perkembangan kota-kota masyarakatnya. modern banyak dipengaruhi oleh arus Maka, di dalam buku ini direinformasi dan perkembangan teknologi komendasikan yang lintas batas pula. Gagasan-gagasan pembangunan baru membuat kota menjadi makin kota harus didinamis, dan kompleks. rancang deAkan tetapi, di sisi lain kota pun ngan efektif mengalami reduksi dan individualisme. m e m p e r t im Parameter dalam dinamika kian kurang bangkan tiga diperhatikan, selain rancangan kota dimensi, yaitu tidak membentuk satu kesatuan, hardware, software, melainkan infrastruktur berdiri angkuh dan pelaku kota. dengan ciri masing-masing. H a r d w a r e Perancangan kota menjadi bagian berkaitan dengan penting untuk menciptakan suatu ka- rupa serta struktur wasan yang ramah terhadap kehidupan kota yang bersifat di dalamnya. fisik, software berBuku ini membahas tiga kelompok kaitan dengan sistem teori yang menjadi strategi pembentu- dan proses kehidupkan perkotaan secara terpadu. Ketiga an, pelaku berkaitan teori ini dikatakan telah menjadi istilah dengan keberadaan yang awam pada literatur ilmiah, serta kegiatan manusia. terutama arsitektur dan perancangan Kota terpadu di dalam kota. Ketiga teori itu antara lain: figure, perancangannya menglinkage, dan place. Pada teori pertama, gunakan empat tahapan lebih mengamati pola hubungan antara utama, yaitu penelitian, bangunan dan ruang terbuka. Teori analisis lingkup sosio-
27
PUSTAKA
Menyuarakan Ketertindasan Lewat Film Ketika sebuah tulisan atau gambar tak mampu menggugah, maka film menjadi media yang bersuara dengan gamblangnya ISUALISASI nampaknya menjadi kebutuhan di era informasi kini, tak terkecuali bagi para penggerak perubahan sosial. Melihat dan mendengar suatu peristiwa secara utuh, lebih diyakini mampu mendorong berbagai tindakan perubahan. Berbeda dengan tampilan film pada umumnya, yang menawarkan hal-hal imajinatif bertujuan menghibur. Pada buku ini, film yang dikaryakan menawarkan potret-potret kehidupan nyata, dimana ketimpangan, kemiskinan, penindasan, ketidakadilan adalah hal yang terutama ingin disuarakan. Lalu mengapa ketika teknologi tidak sedemikian berkembang seperti saat ini, jenis media lainnya mampu menawarkan kebenaran? Saat ini, film menjadi jenis yang mampu memberi bukti tak terbantahkan. Beberapa keunggulan film dibahas di awal bab buku ini. Selain mampu memberi gambaran visual, ia berpengaruh kuat menghadirkan kisahkisah yang emosional, dan keterjangkauannya amat luas melingkupi berbagai segmen masyarakat. Nilai-nilai kemanusiaan dipahami secara universal, sehingga ketersentuhan film yang sifatnya langsung dan meluas, menjadikannya terpilih sebagai alat pendorong perubahan sosial yang efektif, video for change. Buku ini sendiri merupakan rekam proses sang penulis sebagai pegiat filmfilm dokumenter terhadap berbagai peristiwa ketidakadilan. Menurut uraiannya, film berkali-kali mampu menarik perhatian para pihak yang berkepentingan dan berpengaruh, untuk mengubah berbagai kebijakannya. Menuju situasi yang memanusiakan manusia. Film pertama yang dibuat dan juga menuai cerita perubahan yang signifikan adalah mengenai perdagangan perempuan. Justru karena buku ini adalah sebuah rekam proses, maka penulis dengan eksplisit dapat menjelaskan mengenai
tahapan, serta hal-hal yang dibutuhkan bagi siapapun yang telah maupun ingin menjadi penyuara bagi tiap ketertindasan yang terjadi di masyarakat. Tentunya memproduksi hingga menyampaikan apa yang diharapkan oleh segelintir komunitas yang tak berdaya, sungguh beresiko. Mampu mengundang gesekan dari pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. Maka, buku ini membekali dengan petunjuk persiapan pengambilan gambar di lingkungan yang berbahaya. Penjelasan tahapan pembuatan film juga ada di dalam buku yang peruntukannya tak hanya bagi aktivis ini. Tahapan pembuatan film, yang terdiri dari praproduksi, produksi, dan paskaproduksi, dilengkapi dengan Judul buku : Video for Change lampiran berbagai Panduan Video untuk Advokasi format perencanaan Penulis : Sam Gregory & Gillian Caldwell Penerbit : INSIST Press di masing-masing Cetakan : I, 2008 tahapan. Tebal : xx + 381 halaman Sehingga tahapan pembuatan film dapat lebih mudah dipahami. PraproPemutaran film di komunitas juga duksi terdiri dari pembuatan konsep, dapat menstimulus terjadinya diskusi mengklarifikasi tujuan advokasi, me- tentang kebijakan atau prakteklakukan penelitian, pembuatan naskah praktek dalam keseharian di komucerita, perencanaan syuting, logistik, dan nitas tersebut secara langsung. Video pendanaan. Produksi terdiri dari partisipatoris menjadi lebih efektif bila pengambilan, merangkai, memberi digabungkan dengan acara-acara sosial musik, dan pengeditan. Paskaproduksi di komunitas. terdiri dari strategi distribusi advokasi. Usai menyaksikan film-film yang Beberapa contoh kasus yang pernah menggugah, tugas yang tak boleh difilmkan oleh sang penulis, menjadi diabaikan adalah membangun koalisi uraian yang melengkapi. dengan kelompok-kelompok bervisi Jikalau film tak digunakan sebagai serupa, dan melakukan aktivitas alat juang yang ekstrem, melainkan kongkret yang menggeser kebijakandalam konteks pengembangan kebijakan. masyarakat, disebut sebagai video Pada proses inilah yang belum banyak partisipatoris. Sekalipun porsi contoh diurai. Kemungkinan-kemungkinan kongkret tentang film jenis ini tak terjadinya gesekan dengan pihak-pihak banyak diutarakan. Tetapi, dikatakan tertentu yang menentang, serta bahwa film yang diputar di tengah bagaimana strategi menyiasatinya. komunitas tentang realitas si komunitas Apapun media informasinya, apapun itu sendiri mendorong kemampuan faktor penghambatnya, buku ini mengidentifikasi berbagai solusi untuk memotivasi pembaca untuk tetap menjawab tantangan-tantangan yang bersuara bagi mereka yang suaranya lirih dihadapi. tak berdaya. * devi
28
INFO
Work Experience Week Siswa SMA Ciputra Pada tanggal 23 hingga 27 Februari 2009, lima siswa SMA Ciputra bergabung dengan rekan-rekan di Pusdakota dalam rangka Work Experience Week . Kegiatan ini rutin diselenggarakan oleh pihak sekolah tiap tahunnya. Kelima siswa yang berada di kelas sepuluh ini memilih Pusdakota sebagai tempat tujuan belajar tentang dunia kerja. Pusdakota salah satu alternatif diantara 20 lembaga lainnya di Surabaya, yang dinilai oleh sekolah layak menjadi tujuan belajar anak didik mereka. Kelima siswa tersebut berkegiatan di Pusdakota mulai pukul 08.00 hingga 16.00, di bidang lingkungan. Kegiatan yang mereka lakukan antara lain; membuat bakteri cair, mengambil sampah warga yang telah dipilah, mengelola sampah menjadi kompos dengan open windrow, melakukan kampanye hari peduli sampah, juga berlatih kepemimpinan diri.
Kader dan Bidan Berlatih Fasilitasi Imunisasi LIL PUSDAKOTA bekerjasama dengan Millenium CorporateChallenge Indonesia – Immunization Project (MCCI) memfasilitasi kader kesehatan di dua propinsi, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Para kader kesehatan maupun bidan yang melakukan layanan bagi balita di lingkungan masyarakat, dibekali pengetahuan tentang Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL). Tidak hanya tentang jenis, waktu pemberian, dan usia balita yang diberikan imunisasi, yang menjadi bagian dari pembekalan. Melainkan juga bagaimana cara pemberian pengetahuan dengan metode permainan. Tips-tips memfasilitasi para ibu balita diberikan selama
dua hari pelatihan. Dengan diselenggarakannya pelatihan bagi kader dan bidan, diharapkan meningkatkan angka cakupan balita yang mendapat imunisasi. Pemberian imunisasi merupakan salah satu yang menjamin sehatnya tumbuh kembang seorang anak. Pelatihan di Jawa Tengah dilakukan di Ungaran, Semarang. Sementara pelatihan di Jawa Timur dilakukan di Surabaya. Jumlah partisipan pelatihan LIL di Jawa Tengah diikuti oleh 200 partisipan dari 12 Kabupaten/ Kota. Partisipan di Jawa Timur berjumlah 213 dari 12 Kabupaten/Kota. Pelatihan di masing-masing provinsi, dibagi menjadi tiga gelombang.
29
Bertani di Game Inklusi III PADA hari Minggu,15 Februari 2009 diselenggarakan Game Inklusi di areal persawahan Jl.Medokan Semampir Indah VIII. Kegiatan ini melibatkan siswa dari Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya, siswa SLB-B Purna Yudha Bakti, dan adik-adik yang tergabung dalam aktivitas Pengembangan Karakter Anak (PEKA) - Pusdakota. Ada 23 anak (6 anak tuna rungu, 4 anak tuna netra, dan 14 anak non difable). yang semuanya terjun mencoba menanam benih padi di sawah. Kegiatan ini bertujuan menjadi media interaksi bagi anak difabel (cacat) dengan anak – anak non-difabel (normal), selain itu bertani juga menjadi media pengajaran betapa pentingnya semangat mencintai alam yang telah memberi kehidupan bagi kita semua.
INFO
Peringatan Hari Peduli Sampah di Rungkut Lor KEDATANGAN Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar pada hari Rabu, 25 Februari 2009 digantikan oleh Deputi I Kementerian N egara Lingkungan Hidup, Sony Bangun. Beliau menyaksikan secara langsung wajah Sungai Kulon yang baru, setelah selama empat bulan dirawat serius oleh anggota Paguyuban Gelang Tirta Mandiri. Penebaran benih ikan dilakukan oleh Sony Bangun, bersama Ketua Yayasan dan Rektor Universitas Surabaya, Camat Rungkut, Lurah Kalirungkut dan Ketua Gerakan Penyelamatan Sungai. Penebaran tersebut merupakan simbol dukungan dan kerjasama berbagai pihak untuk menyelamatkan sungai. Acara ini dipusatkan di RT 02, RW
Pementasan Teater Bocah SDN Betro Mojokerto SETELAH berlatih selama tujuh bulan, siswa-siswi kelas tiga hingga kelas lima SD N Betro, melakukan pementasan teater berjudul Bawang Merah Bawang Putih. Pementasan ini melibatkan 25 anak sebagai pemeran. Kisah bawang merah bawang putih yang dibawakan, dimodifikasi dengan kisah-kisah riil kehidupan masayarakat di Desa Betro. Sehingga kemunculan petani, penambang pasir, bahkan para pemancing dan suasana warung kopi turut mewarnai keluarga Bawang Merah dan Bawang Putih. Bawang Putih yang diperankan oleh Etik, siswa kelas lima menjadi sosok yang amat mencintai keasrian lingkungan desanya, ada sawah, Sungai Brantas, ladang dan hutan yang menjadi latar dari cerita ini. Harapannya, lewat peran anak-anak, warga Desa Betro terbuka dan terinspirasi untuk terus merawat lingkungan hidupnya. Pementasan ini berbarengan dengan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga menjadi agenda sekolah. Kegiatan keagamaan yang kemudian dilanjutkan dengan pementasan teater, dibuka oleh Abdul Jamil, selaku Kepala Sekolah, dan disaksikan oleh sekitar 100 orang.
XV, Gang 10 Kalirungkut, Kecamatan Rungkut. Pada kesempatan ini beliau berpesan agar tidak sekedar menjadi upacara kemeriahan belaka, melainkan awal dari keberlangsungan. “Tidak banyak mengurusi orang lain,
jika hal ini dilakukan terus, nantinya akan menjadi urusan Kelurahan, jika Kelurahan merasa ini urusan, maka antar Kecamatan pun akan menilai ini urusan, selanjutnya pun menjadi urusan Walikota. “ demikian ujarnya menyemangati.
Pendidikan Lingkungan Bagi Siswa SDK Cita Hati 116 siswa kelas 5 SDK Cita Hati belajar tentang daur ulang sampah organik & anorganik, pemanasan global, serta hemat energi di Pusdakota dan Kampung Rungkut Lor. Proses belajar dibagi menjadi tiga gelombang, pada tanggal 21 hingga 23 Januari 2009. Mengenal tentang pemanasan global dan hemat energi dilakukan dengan masuk ke sebuah kotak yang seluruh dindingnya berupa plastik. Anak-anak diajak merasakan suasana di dalam kotak tersebut, rasa panas yang dirasakan oleh anak-anak tersebut memudahkan untuk mengetahui pengertian pemanasan global, dan bagaimana menyikapinya dengan bertindak hemat energi. Hemat energi tak hanya hemat terhadap penggunaan listrik, tetapi dikenalkan pula pada siswa-siswi
30
SD K Cita Hati bahwa hemat energi dengan cara menghemat penggunaan air dan penggunaan barang-barang sehari-hari, tidak perlu selalu membeli yang baru. Membeli barang baru secara terus menerus, berdampak pula pada meningkatnya jumlah sampah. Pembelajaran tentang pemanasan global dan hemat energi berlanjut pada pengelolaan sampah organik dan anorganik. Mengelola sampah pun salah satu upaya penghematan energi. Siswa-siswi mengenal mengelola sampah organik menjadi pupuk organik (kompos) di Griya Kompos Pusdakota, sementara mengenal mendaur ulang sampah anorganik dengan melihat berbagai karya kerajinan kertas dan plastik bekas di komunitas RT 03 RW XIV Rungkut Lor.
INFO
26 Delegasi Dua Negara, Belajar Takakura Home Method
Pada tanggal 05 Februari 2009, pukul 09.00 hingga 12.00 diselenggarakan pelatihan pengelolaan sampah
organik menjadi mikroorganisme aktif pengurai sampah. Kegiatan ini melatih 26 delegasi dua negara, yaitu Indonesia
Rapat Perdana Anggota Koperasi Pusdakota Bidang Ekonomi, Departemen Pemberdayaan Komunitas Pusdakota menyelenggarakan pertemuan dengan staf Pusdakota untuk menginisiasi pembentukan koperasi. Pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 13 Desember 2008 ini, juga merupakan rapat anggota koperasi perdana. 11 orang staf menghadiri rapat ini dan menyepakati beberapa
dan Jepang. Kegiatan ini diorganisasikan oleh Japan International Cooperation A gency (JICA) dan Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Selain mengenal tentang pengelolaan sampah organik menjadi mikroorganisme aktif pengurai sampah, diperkenalkan pula pada partisipan metode pengomposan dengan Keranjang Takakura atau Tak ak ura Home Method, yang merupakan hasil penelitian antara Pusdakota, KITA – Jepang, dan Pemerintah Kota Surabaya. Proses pelatihan ini difasilitasi dua orang tokoh masyarakat penggerak terwujudnya perubahan kualitas lingkungan di Rungkut Lor. Beliau berdua adalah Muhdi mewakili RT 04 RW XIV dan Lilik Amini mewakili RT 03 RW XIV.
ToT Plasma-YDSF
hal yang akan menjadi keberlangsungan koperasi. Beberapa hal yang kemudian disepakati antara lain; jenis koperasi, nominal simpanan pokok maupun wajib, serta mekanisme pinjaman. Koperasi diselenggarakan sebagai salah satu model penguatan agenda perekonomian lokal. Sejak saat ditutupnya rapat perdana ini, koperasi diresmikan dengan nama Waras, dan diketuai oleh Akhmad Badik Samsudin.
“Masuki masyarakat dengan ketakutan Anda…”, kata–kata itulah yang disampaikan Gatot, fasilitator utama dari training of trainers (ToT). Maksudnya, pendamping harus bisa mengalahkan ketakutannya untuk bisa masuk dan mengorganisir masyarakat. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Plasma – YDSF Surabaya dan Pusdakota, dilaksanakan selama dua hari, sejak 31 Januari hingga 1 Februari 2009, bertempat di Pusdakota – Ubaya. Pelatihan ini diikuti oleh 11 partisipan, mereka merupakan pendamping di wilayah Rangkah, Kalisari, Barata Jaya dan Putat Jaya. ToT ini diadakan untuk menjawab permasalahan yang terjadi selama pendampingan di masyarakat, dengan mengenal langkah-langkah pengorganisasian yang tepat.
Hari Air Sedunia di Rungkut Lor dan Rungkut Kidul Memperingati Hari Air Sedunia, 22 Maret 2009 lalu, Pusdakota bekerjasama dengan Paguyuban Gelang Tirta Mandiri, serta warga Rungkut Kidul menyelenggarakan lomba untuk anak-anak. Lomba terdiri dari tiga jenis, yaitu lomba mewarnai, menggambar, dan cipta puisi. Lomba-lomba ini diadakan agar warga mulai memperhatikan kondisi sumber daya airnya, kemudian ditindaklanjuti dengan upaya-upaya pemeliharaan. Lomba menggambar dan cipta puisi yang diselenggarakan, bertemakan
31
“Sungai di Mata Anak”. Keterlibatan anak dalam agenda Air Sedunia harapannya dapat mengingatkan kita semua betapa pentingnya masa depan tiap anak yang disokong dengan kondisi lingkungan hidup yang sehat, termasuk kondisi sungai. Lomba mewarnai, menggambar, dan cipta puisi diselenggarakan di dua titik lokasi, yaitu RW II Rungkut Kidul dan RW XV Rungkut Lor, dalam waktu bersamaan. Peserta lomba di wilayah Rungkut Kidul berjumlah 41 anak, dan di wilayah Rungkut Lor berjumlah 64 anak.
Institute of Participatory Learning
Lembaga yang bergerak di bidang pengem bangan sumberdaya manusia, organisasi, dan komunitas Agen pembelajaran partisipatoris (participatory learning agent) untuk memfasilitasi refleksi dan proyeksi (kaca benggala) serta transformasi (kawah candradimuka) bagi individu, organisasi, dan komunitas Gerak Inspire bertujuan untuk membangkitkan energi positif dan mengoptimalkan kompetensi melalui proses pembelajaran partisipatif menuju pencerahan, penyegaran, dan pelipatgandaan spirit individu, organisasi, dan komunitas Programs Spiritual Nurturing Enlighten Leadership Service of Excellence Organization, Community, Regional Assessment & Planning Scenario Building Social Analysis Organisational Human Resources Design Transforming Management Teamwork synergy Recreational Program Reconciliation Training of Trainer Community Development
Plus Value Assessment Based Comprehensive Approach Safety First Eco-friendly Soul Nurture Caring Report Card Based Monitoring Fasilitas Modul pelatihan Sertifikat Standard Equipment (terutama bagi aktivitas outdoor) Fasilitator-fasilitator yang profesional Tim kesehatan Laporan lengkap proses Dokumentasi proses (foto dan vcd)
Informasi Jl. Rungkut Lor III/ 87 Surabaya, 60293 Telp (031) 8474325, 8472678 fax (031) 8474324 email:
[email protected] URL: www.pusdakota.org Contact person: Luciana Eko Puspitorini