Rafid A Shidqi
Satu Hari Bersama Ayah “Tapi aku akan mengatakannya... bahwa aku sangat menyayangimu... Ayah……”
Penerbit Nulis Buku
Satu Hari Bersama Ayah Rafid A Shidqi Copyright © Rafid A Shidqi, 2012 All rights reserved Hak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan Oleh Nulis Buku ILP Center Lt. 3-01 Jl. Raya Pasar Minggu No. 39A Pancoran, Jakarta Selatan 12780 Website: http://www.nulisbuku.com Email:
[email protected]
Desain Sampul: Rafid A Shidqi Penyunting Naskah: Rafid A Shidqi
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Kadang amarah sering kali menelusup diantara hati kita. Perkataan tinggi penuh api sering sekali melintas, seakan tak bisa dikendalikan Namun sesungguhnya aku tahu, disana tersimpan cinta yang begitu dalam, sedalam samudera yang hampir tak mempunyai dasar, Namun sesungguhnya aku sadar, disana tersimpan begitu besar kasih sayang, Yang diam-diam kau selalu tunjukkan saat mata kami tak melihat. Awalnya kau selalu bersikap seolah kau tak peduli. Tapi kenyataannya, kaulah satu-satunya yang memberikan begitu banyak perhatian padaku.
3
Aku sadar, bertubi-tubi keping belati menusuk relung hatimu yang kini telah papa. Namun dengan tegar, kau selalu berusaha untuk tetap mencintaiku dengan tulus. Aku sadar, berjuta-juta materi telah kau korbankan. Hanya demi secuil senyum yang mampir di kedua bibirku. Aku kini sadar, betapa aku sungguh mencintaimu. Aku sadar, bahwa kaulah satu-satunya manusia yang mencintaiku dalam kebisuan. Tak peduli seberapa keras lisan ini menyakiti, kasih sayangmu tak pernah berkurang. Mungkin dirimu marah dan sakit hati, namun tetap saja itu tak pernah merubah perhatian darimu. Betapa bodohnya aku, aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri. 4
Kenapa aku baru sadar sekarang? Kenapa aku baru sadar sekarang? Kenapa aku baru menyadari cinta yang tersembunyi itu? Entahlah... Tapi aku akan mengatakannya... bahwa aku sangat menyayangimu... Ayah…… —Cinta yang Tersembunyi, Rafid A Shidqi
5
1…..2……3…….! Byuuuurrrrrrrrr!!!! Hadi melompat ke dalam kolam renang, tepat ke tengah kolam renang. Sesaat itu juga, paru-parunya serasa berhenti bekerja. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Jemari kaki dan tangannya kram, semuanya tidak bisa digerakkan. Sementara bobot tubuhnya terus memaksanya untuk tenggelam, air terus beriak, “TOLONG…..Bluurrrpppp…!!” Hadi tenggelam. “TOLONG…..Bluuurrrppp…Bluuurrrpppp…!” Kemudian mengapung lagi. Hanya sebagian kepalanya yang terlihat. Hadi masih berusaha untuk tetap berada di atas dan berteriak. Mencoba memaksa tubuhnya tetap melawan gravitasi. Air kolam terus mengalir deras membasahi kerongkongannya “TOLOOONG…..Bluuurrrrpppp….!!!!” Hidungnya memerah. Dia terus-terusan mencoba menghirup udara, tapi sialnya, malah air kolam yang terhirup melalui hidungnya.
6
“TOLOOOONG…..Bluuurrrrppp….!!!!” Hadi masih mencoba berteriak. Sia-sia, Pak Gatot berada cukup jauh dari tepi kolam renang. Dengan energy yang tersisa, Hadi mencoba melihat, dimana Ayahnya? Ayah dimana? Ayah, Hadi takut… Ayah… Tolong Hadi…. Teriak Hadi di dalam hatinya. Tak ada satupun tanda-tanda kehadiran dari Pak Gatot. Suasana kolam memang benar-benar sepi. Hanya mereka pengunjung yang berada di sini. Hadi akhirnya terseret ke dasar kolam renang, tubuhnya tenggelam, semakin dalam. Matanya sudah tidak bisa membuka lagi. Dia sudah kehabisan napas. Kaki dan tangannya kram, keduanya tidak bisa digunakan. Ayah… Hadi gak mau mati disini, Ayah… Paru-paru Hadi mulai panas, tak ada satupun udara yang mengisi paru-parunya. Jantungnya perlahan mulai melambat, tak ada satupun perasaan selain perasaan panas yang terus membakar paru-parunya. Perlahan, tubuh Hadi serasa ringan, apakah dia sudah mati? Pikiran antara kenyataan dan angan-angan kini bercampur. Segala sesuatu yang berada di benaknya 7
bertabrakan satu demi satu. Ia merasa seperti berada di angan-angan, bermimpi, seperti mimpinya semalam. Ya, dia merasa dia sedang melayang, entah kenapa tubuhnya serasa ringan sekali. Sedikit-demi-sedikit, Hadi mulai bisa merasakan panas matahari membakar sebagian kulitnya. Dan sepertinya sebuah sentuhan yang ia kenal berada di tubuhnya. Tubuh Hadi terangkat. Ternyata, Pak Gatot! Dia berhasil menggendong Hadi, mengangkatnya dari dasar kolam. Menyelamatkan Hadi yang hampir tenggelam. “Hadi… Hadi….!!” Seru Pak Gatot sambil menekan-nekan bagian perut Hadi. “Hadi…Sadar, nak…!” Seru Pak Gatot lagi, dia cemas. Tak ada reaksi. Pak Gatot masih berusaha menekan-nekan perut Hadi. Mencoba mengeluarkan air yang terlalu banyak ditelannya. Napas buatan diberikan. Namun Hadi tak kunjung sadar. Sekarang suara Pak Gatot mulai bisa menembus gendang telinga Hadi. Udara perlahan mulai bisa merasuki hidungnya. “Uhukk..Uhukk…!” Hadi terbatuk. Semburan air meluncur dan keluar bak geyser dari mulutnya. 8
“Ayah..?” Hadi bergumam, kemudian matanya mulai membuka, dan didapati wajah Ayahnya yang cemas luar biasa, seketika itu, Pak Gatot langsung memeluk tubuh Hadi erat. “Hadi….!” Seru Pak Gatot, secercah nada lega tampak kental dalam suaranya. “Ayah khawatir, di, kamu jangan berani menceburkan diri seperti itu lagi..!” Ucap Pak Gatot seraya memeluk Hadi. “Hadi…Kaki Hadi kram, yah..” Ucap Hadi setengah berbisik, mencoba mengumpulkan semua kesadarannya yang hilang. Pak Gatot hanya tersenyum lega. “Lain kali, kalau mau berenang, pemanasan dulu..” Jawab Pak Gatot sambil terpejam.
MEREKA berdua akhirnya pulang. Sesampainya dirumah, Ibunda Hadi, Ibu Rena menyambutnya. “Selamat siang..!” Sapanya seketika mereka berdua masuk melalui pintu. “Bagaimana latihan renangnya hari ini..?” Tanya Bu Rena dengan air muka berbinar dan senyum lebar.
9
Hadi berjalan lemas. “Pokoknya Hadi gak mau berenang lagi!” Dia pun berjalan gontai menuju kamarnya.
10