10
Ayah
10
h a y ASiapkan
h a l o k e s a Anak Pr asa
Berpu
40
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
10 Kiat Ayah Siapkan Anak Prasekolah Berpuasa Penulis : Irwan Rinaldi Cetakan Pertama, Juni 2013 40 ; 148 x 105 mm Desain Sampul dan Tata Letak : Mumtaz Mumpuni
AYAH untuk SEMUA (AuS) merupakan lembaga independen dengan ruang lingkup kegiatan yang terfokus pada sosialisasi peran ayah dalam pengasuhan. Kehadiran AUS dilatarbelakangi kesadaran bahwa anak-anak sungguh membutuhkan kehadiran ayah seutuhnya, lahir dan batin. Kondisi ayah masa kini dengan keragaman profesi, budaya, agama, pendidikan dan ekonomi, sepatutnya memiliki peran lebih dari sekedar pencari nafkah. Peran ayah dalam mengasuh putra dan putri bersama bunda memiliki makna dan pengaruh yang mendalam pada tumbuh kembang anak, bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara psikologis. AUS hadir untuk membantu para ayah berbagi inspirasi, menjadi mitra ayah untuk menjadi cerdas bukan hanya secara intelektual, melainkan juga spiritual. jadilah ayah hebat, jadilah ayah untuk semua.
Penerbit Ayah untuk Semua 2013 “Barang siapa ingin dan berkenan menggandakan seluruh atau sebagian isi buku ini, dengan ikhlas kami persilahkan, dalam rangka sosialisasi pentingnya peran ayah.” 39
10
Ayah Irwan RInaldi, menamatkan pendidikannya di Universitas Indonesia serta di salah satu Sekolah Tinggi Filsafat di Jakarta. Pria kelahiran dusun Biaro Bukittinggi ini terus belajar membaktikan dirinya kepada persoalan Pengasuhan (Parenting) khususnya ke-Ayah-an. Alamat email :
[email protected]
Untuk semua Ayah Indonesia
38
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
Bukankah satu kegiatan yang kita cintai akan selalu diusahakan untuk dilakukan, sesibuk apapun. Atau, jika kita mencintai sesuatu, pasti kita bersedia berkorban untuknya. Dengan mencintai Allah SWT, anak akan mencintai dan bersedia berkorban untuk semua yang diperintahkan Allah SWT.
YANG ADA DI DALAM SEKADAR MENGANTAR
5
Mari Mencoba Berpuasa, Mengapa Takut?
7
Kaidah Melatih Anak Puasa
11
Pertama. Persiapkan Hatinya
15
Kedua. Jangan Lupa, Fisiknya
17
Ketiga. Akal Juga
19
Keempat. Sahur Tanpa Trauma
21
Kelima. Berpuasa dengan Nyaman
23
Keenam. Berbukalah dengan Ceria
25
Ketujuh. Siapkan Hadiah
27
Kedelapan. Luangkan Waktu, Kurangi Kegiatan
29
Kesembilan. Mengondisikan Teman
31
Kesepuluh. Bertawakal kepada Allah SWT
33
BOKS: Dampak Psikologis Berpuasa bagi Anak-anak
35
Catatan Tertinggal
36
e. Ingatlah sebuah pepatah dari seorang ulama “Tunas yang bengkok akan mudah diluruskan, tapi batang yang bengkok jika diluruskan akan patah”.
37
10
10
Ayah
ASiaypkaanh
kolah Anak Praseasa
CATATAN TERTINGGAL a. Mengharapkan anak yang salih dan salihah membutuhkan serangkaian rencana, persiapan, dan tingkah laku nyata. Di samping itu, yang terpenting adalah kesungguhan (sikap jihad) dari orangtua atau orang dewasa di sekeliling anak. b. Menganjurkan anak ikut berpuasa ibarat menabur benih di SAWah. Hasilnya tidak dapat dipanen seketika, namun kita harus menunggunya beberapa saat di kemudian hari. Orangtua harus menyuntikkan kesabaran ekstra pada dirinya. Termasuk juga orangtua harus semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari. c. Melatih balita berpuasa bukan untuk gagah-gagahan atau mendapat pujian orang lain. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan anak untuk mencintai dan menyenangi semua bentuk ibadah yang diperintahkan Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW. d. Jadi, yang penting bukan hasil, melainkan lebih kepada rasa cinta atau rasa suka yang hendak kita tumbuhkan. 36
Berpu
SEKEDAR MENGANTAR Insya Allah SWT anak-anak mampu. Ini adalah tulisan saya yang kesekian mengenai persiapan orangtua mengajak anak usia dini berpuasa. Awalnya saya mengira masalah ini akan selesai dalam satu tulisan saja. Kenyataannya, setelah saya berjalan, bertanya, mendata, mewawancarai, dan merasakan bersama, persoalan persiapan puasa buat anak-anak tidak kunjung selesai. Ada saja data baru yang saya temukan di lapangan. Data dan fakta tersebut mendorong saya untuk memperbaiki tulisan-tulisan sebelumnya, termasuk menjadikan ayah sebagai tokoh utama dalam buku ini. Masalah puasa bagi anak usia dini, memang sesuatu yang baru dan berat. Maka, ikut berpuasa bagi mereka bukanlah kewajiban, tapi semacam latihan atau uji coba. Tidak ada target, tidak ada kekerasan, dan tidak ada ancaman. Biarlah anak-anak berbuat dengan sekuatnya, asalkan kita selalu memberi dorongan tanpa henti. 5
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
Saya menemukan fakta menarik di lapangan. Dari sekian anak usia taman kanak-kanak yang ditemui, sebagian besar mereka mampu bertahan lima sampai sepuluh hari. Bahkan, ada di antara mereka ada yang bertahan sampai akhir Ramadhan. Dan hebatnya, mereka tidak sakit sama sekali! Meski telah mengalami beberapa perbaikan, saya tahu bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, saya membuka diri atas masukan yang membangun. Sebelumnya, saya mohon ampun kepada Allah SWT atas kekhilafan disengaja ataupun tidak. Wallahu’alam bishawab.
DAMPAK PSIKOLOGIS BERPUASA BAGI ANAKANAK
MENIMBULKAN KETIDAKSEIMBANGAN FISIK DAN MENTAL BUAT SEMENTARA. MAMPU SEBAGAI SARANA LATIHAN
PENGENDALIAN DIRI YANG DATANG DARI DALAM DIRI ANAK.
MENUMBUHKAN EMPATI DAN
MEMUPUK RASA SANTUN KEPADA ORANG YANG KURANG BERUNTUNG.
PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH (ETIKA MULIA). MENINGKATKAN PENGHAYATAN KEPADA KEHIDUPAN BERAGAMA SEJAK DINI.
6
35
10
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1.
Serahkan secara bulat urusan ini kepada Allah SWT. Yang penting, kita sudah melakukan langkah-langkah persiapan. Sebagai sebuah kaidah amal, rasa-rasanya tugas sebagai seorang hamba Allah sudah dipenuhi.
2.
Jalin terus kekompakan antara suami-istri dan anggota keluarga yang sudah dewasa lainnya. Biasanya, ketika pelatihan puasa berjalan, ada saja anggota keluarga yang tidak tega, tidak setuju, dan sebagainya.
3.
Perbanyaklah doa. Bagaimanapun, doa adalah senjata kita, kaum muslimin. Lewat doa, kita mengatakan keinginan, permohonan, keresahan, kekhawatiran kita pada Allah ‘Azza wa Jalla.
34
10
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
ASiaypkaanh
kolah Anak Praseasa
Berpu
MARI MENCOBA BERPUASA, MENGAPA TAKUT! “Ayah nggak setuju!” terdengar suara Ahmad agak keras. “Nggak setuju! Masak anak sebesar Lita sudah disuruh puasa. Baru empat tahun, ya nggak logis, dong!” Demikianlah cerita kecil dalam sebuah rumah tangga. Suami tidak setuju kalau anak mereka yang berumur empat tahun ikut puasa. Nggak logis dan kasihan, demikian alasan utama sang suami. Sementara Aida, sang istri, sudah mengemukakan beberapa alasan, seperti pembiasaan sejak dini dan menimbulkan sensitivitas. Ia juga merasa, Lita sudah cukup waktu untuk puasa. Apalagi, anaknya sendiri sudah ingin ikut berpuasa. Bagaimananakah sebenarnya penyelesaian masalah ini? ***
7
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
Anak yang salih dan salihah adalah harapan semua orangtua di manapun. Tidak hanya kita, umat Islam secara luas membutuhkan generasi yang berdayaguna, tahan uji, kuat, dan terlatih. Generasi harapan ini sudah barang tentu membutuhkan latihan sejak dini. Fisik, akal, dan jiwanya harus sudah terbiasa dipenuhi kembang keimanan. Anak sejak dini harus dibiasakan dengan akhlakul karimah, makanan yang halal dan baik, serta lingkungan yang baik pula. Allah SWT memang Maha Kaya dan Maha Mengetahui. Maka, untuk kebutuhan tersebut telah disediakan-Nya sebuah bulan latihan, yaitu bulan Ramadhan. Bulan yang baik untuk pengondisian dan pembentukan anak, baik fisik maupun jiwanya. Bulan di mana mereka dapat lebih dekat dengan ajaran-ajaran agama secara lebih khusus. Rasulullah SAW. bersabda, “Ajarilah anak-anakmu shalat pada usia tujuh tahun dan pukullah mereka (pada tempat yang tidak meninggalkan bekas) pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya.” Abdullah Nasih Ulwan, ulama pakar pendidikan anak, mengartikan bahwa perintah mengerjakan shalat dapat disamakan dengan ibadah lainnya, seperti puasa. Ini berarti proses pelatihan sebaiknya dimulai sejak sebelum umur tujuh tahun. Sehingga, ketika anak mencapai usia tujuh tahun sudah mantap ibadah puasanya. Pada zaman Rasulullah SAW, banyak sahabat yang memboyong anak-anak mereka ke masjid dan dihibur 8
KESEPULUH : Bertawakal kepada Allah Pak dan Bu Ilyas kelihatan bingung akhir-akhir ini. Padahal, dua hari lagi bulan Ramadhan datang. Anaknya, Khalid (5.6 tahun), sudah menyatakan keinginannya untuk ikut puasa. Beberapa persiapanpun telah disediakan. Pak dan Bu Ilyas tetap bingung. Benarkah Khalid ikut berpuasa? Mampukah dia menahan tidak makan dan tidak minum? Bagaimanakah kalau tiba-tiba dia sakit? *** Keraguan adalah penyakit yang sering menjegal usaha manusia berbuat baik. Maka, kata Allah, Kebenaran itu datang dari Allah dan janganlah kamu termasuk orang yang raguragu (Q.S. Al Baqarah 2: 147). Namun, sebagai manusia, rasa khawatir pasti tetap ada. Apalagi menyangkut persoalan yang sangat baru dan berat bagi anak.
33
10
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Ajaklah teman-teman anak kita berbicara tentang masalah puasa. Secara pelan-pelan kumpulkan data siapa saja yang berpuasa dan yang tidak. 2. Usahakanlah menghubungi teman-teman yang ikut berpuasa. Rancanglah acara bersama dengan anak kita. Mungkin berbuka atau menginap bersama. 3. Hubungi teman-teman yang belum ikut berpuasa. Berusahalah untuk menjelaskan kondisi anak kita. Atau, yang agak lebih baik, dorong anak kita untuk menjelaskan langsung bahwa ia sedang puasa.
dengan mainan bulu ketika merengek meminta makan pada siang hari puasa. Jadi, tidak ada salahnya kalau sejak dini kita sudah membiasakan anak-anak berpuasa. Sudah barang tentu sesuai dengan kemampuannya. Asy Syahid Sayyid Quthb menegaskan bahwa puasa merupakan persiapan membiasakan jiwa untuk memikul rintangan perjalanan hidup, memantapkan akidah yang kokoh dan teguh, juga sarana mulia untuk menghubungkan manusia dengan Allah SWT, yaitu berupa kepatuhan dan ketaatan. Berikut ini beberapa alasan yang menguatkan bahwa pengenalan berpuasa semenjak dini adalah sebuah usaha mulia dalam pendidikan anak. Pentingnya Dilakukan Pembiasaan Pendidikan Sejak Dini
32
1.
Anak lahir dalam keadaan fitrah, karenanya mudah dibentuk sejak dini. Ingatlah hadits Nabi SAW, Tiada anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanya yang membuatnya Yahudi, Majusi, atau Nasrani (H.R. Bukhari).
2.
Usia 0 – 6 tahun adalah usia sensitif anak untuk belajar. Anak-anak siap menerima nilai-nilai agama hanya dengan mempercayai tanpa argumentasi. Masa ini harus benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin. 9
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
3.
Adanya perubahan kapasitas mental yang besar karena otak anak berkembang dengan cepat sejak lahir. Anak sudah mengembangkan kapasitas intelektualnya sejak usia empat tahun dan pada umur delapan tahun sudah mencapai 80 persen dibandingkan dengan kapasitas orang dewasa. Sampai dengan umur delapan tahun, anak mampu menyerap informasi 100 persen. Lebih dari delapan tahun, kapasitas tersebut turun menjadi 20 persen saja. Jadi, membiasakan anak sejak dini sebenarnya memanfaatkan daya ingat anak yang kuat. “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar setelah dewasa bagai mengukir di atas air.”
4.
Anak balita senang mempelajari sesuatu. Belajar merupakan sebuah kebahagiaan bagi mereka.
5.
Mendidik anak sejak kecil sama dengan membangun fondasi untuk masa depan. Jika fondasi lemah, susah berharap bagaimana bangunannya berdiri kokoh dan kuat.
6.
Mendidik anak bukan hanya sekedar tahu dan mengerti (kognitif), melainkan juga mengerti dan menghayati (psikomotorik). Karenanya, orangtua dituntut untuk memberikan teladan sejak dini.
10
KESEMBILAN : Mengondisikan Teman “Kok, Rama nggak puasa, yah?”, “Boleh nggak, yah, aku ikut Izzudin main sepeda?” Sederetan pertanyaan keluar dari mulut Gampi (5.7 tahun). Ayahnya kewalahan menjawab. Ayah tahu bahwa sebagian besar nama anak-anak yang disebut Gampi tidak ikut puasa bulan ini. Bagaimana jadinya kalau Gampi ikutan mereka? *** Teman adalah sebuah lembaga non resmi yang sangat berarti bagi anak. Teman bahkan bisa jadi lebih hebat dari orangtua. Apa kata teman, kadang menjadi peraturan mengikat dan wajib dipatuhi. Persoalannya, bagaimana kalau kita sedang membiasakan puasa bagi anak prasekolah kita. Tidakkah anak kita akan keletihan mengikuti teman-temannya bermain sepeda, berlari, dan sebagainya. Dan kita juga tahu, sebagian besar teman itu tidak puasa.
31
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Sebulan atau lebih sebelum bulan puasa datang, aturlah jadwal kepulangan Anda dari kantor atau tempat aktivitas lainnya. Usahakanlah pulang sebelum maghrib (terutama para ayah). 2. Bersiaplah sungguh-sungguh menikmati berbuka bersama dengan anak-anak. Hindarilah kamuflase. Maksudnya, pikiran dan jasad benar-benar hadir di depan anak, bukan terbang ke persoalan kerja dan sebagainya. 3. Ajak jugalah kawan kerja berbuka bersama di rumah. Terutama teman kerja yang sudah dikenal anak-anak. Kejadian ini akan berkesan pada anak karena ikut berpuasa. 4. Sediakan juga waktu untuk sekadar menceritakan suasana berpuasa di berbagai tempat. Biasanya sang bapak lebih banyak pengalamannya. Tidak tertutup kemungkinan anggota keluarga yang lain ikut bercerita juga.
30
KAIDAH MELATIH ANAK PUASA “Saya dan suami sepakat untuk melatih anak prasekolah kami berpuasa. Tahun lalu tepatnya. Namun, tahun ini, suami saya kapok. ‘Jangan dulu deh, nanti fatal lho akibatnya,’ alasannya. Saya paham karena tahun lalu secara nggak sadar kami memaksa Rani, anak kami, untuk puasa full alias satu hari penuh. Belum sampai tengah hari, Rani mulai kelihatan pucat. Senyumnya sudah nggak beres. Benar, sebelum pukul setengah dua, Rani tumbang. Ia pingsan. Suami benar-benar kaget. Maka, untuk tahun ini, ia belum siap melibatkan anaknya berpuasa kembali.” *** Banyak kisah serupa terjadi dalam keluarga yang baru mengajarkan anak prasekolahnya berpuasa. Tidak salah memang, tapi kita harus tetap sadar bahwa kemampuan anak tidak sekuat orang dewasa.
11
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan: Dalam mendidik anak prasekolah berpuasa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, khususnya oleh orangtua, utamanya ayah: 1. Anak-anak, khususnya balita, masih dalam proses tumbuh kembang. Perlu diperhatikan, agar pelatihan puasa tidak mengabaikan fakta ini. Kebutuhan anak balita terhadap gizi dan tidur masih tinggi. 2. Harap dipahami bahwa kegiatan berpuasa ini hanya sebuah pelatihan, pengondisian, pembiasaan, dan penyiapan anak agar akrab dengan aktivitas ibadah. Bukan sesuatu yang final sehingga kebijakan yang diterapkan harus fleksibel sesuai dengan kondisi umur, fisik, dan keadaan psikologis anak. 3. Meski ini hanya tingkat pelatihan, tapi hendaknya dilaksanakan sungguh-sungguh. Sehingga anak-anak sejak dini merasa bahwa sebuah pekerjaan sesulit apapun harus dikerjakan secara serius. 4. Temani anak selama masa pelatihan. Prioritaskanlah kegiatan pelatihan ini dibandingkan dengan lainnya, sehingga anak merasa bahwa orangtuanya juga terlibat dan terikat dalam berpuasa.
12
KEDELAPAN : Luangkan Waktu, Kurangi Kegiatan “Ah, aku jadi malas puasa lagi,” begitu keluhan Najib (5.5 tahun) kepada ibunya. Ibunya heran, padahal dua hari pertama dilewati Najib nyaris tanpa persoalan. “Ya, Ibu mengerti. Tapi, apa sebab sebenarnya Najib tiba-tiba malas berpuasa?” Tanya ibunya menyelidik. Tanpa diduga, Nabjib menjawab, “Habis, Bapak pulangnya malam terus. Kita enggak pernah berbuka bersama, deh.” *** Sederhana kelihatannya. Masak gara-gara bapaknya tidak ikut berbuka, anak-anak malas berpuasa. Namun, logika anak-anak menginginkan seperti itu. Mereka ingin merasakan bahwa berpuasa adalah untuk semua orang, tidak terkecuali Bapak, tetangga, dan sebagainya. Nah, salah satu tanda orang berpuasa adalah ikut berbuka.
29
10
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Bermurah hatilah untuk memberi hadiah setiap saat bagi sang anak. Hadiah yang termurah dan cepat adalah dekapan, ciuman, membacakan buku cerita, sampai menyiapkan menu berbuka yang sesuai dengan keinginan anak (walau ini tidak mutlak).
Siapkaenkolah
Anak Prasasa
Berpu
Berikut ini, 10 kiat sederhana yang Insya Allah SWT mampu memudahkan ayah melatih anak prasekolah berpuasa. Ya, Ramadhan akan selalu datang dan datang. Mari mencoba berpuasa. Mengapa takut?
2. Kalau memungkinkan, siapkan juga hadiah per hari, yaitu ketika anak-anak telah menyelesaikan puasanya setiap hari. Hadiah ini bisa dibagikan ketika acara berbuka puasa bersama.
28
13
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah KETUJUH : Siapkan Hadiah
Suatu hari, sepasang suami-istri tidak sepakat mengenai masalah hadiah puasa untuk anak prasekolah mereka. Suami merasa bahwa wajar dan lumrah kalau anaknya ikut puasa. Sedangkan istrinya menyetujui alasan suami, namun alangkah baiknya jika diberikan kompensasi berupa hadiah. Sedangkan Allah saja memberikan hadiah, apalagi bagi anak prasekolah. *** Kita tentu tidak dalam rangka menjawab mana yang salah dan benar dalam kasus ini. Keduanya mempunyai alasan. Namun, baiklah kita mengikuti alasan sang istri karena berpuasa adalah sesuatu yang berat bagi anak.
14
27
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Sediakanlah makanan manis yang disukai anak-anak (seperti kurma yang 3 butirnya sama dengan 2000 kalori). Sudah barang tentu agar pas dengan maunya anak, orangtua telah menanyakan terlebih dahulu. 2. Sepakatilah daftar menu berbuka dengan anak. Tidak ada salahnya orangtua menepati semua keinginan anak (kalau memungkinkan). Kemudian, daftar menu berbuka selama sebulan tersebut dihias dan diletakkan pada tempat strategis. 3. Ajaklah anak berbuka puasa di masjid-masjid atau tempat berbuka puasa yang bernuansa religius. Ini berguna untuk membangun kecerdasan spiritualnya.
PERTAMA : Persiapkan Hatinya Seorang anak yang awalnya siap untuk latihan puasa, tiba-tiba menolak puasa pada hari pertama. Ayahnya heran. Segala bujuk rayu sudah dikeluarkan, namun anak tetap pada prinsipnya. No way! Apakah yang pertama kali harus disiapkan ketika anak-anak sudah ingin puasa? Pertanyaan tersebut sering keluar dari sebagian besar ayah yang sedang melakukan latihan puasa anak usia prasekolah mereka. *** Anak-anak yang akan disertakan dalam pelatihan, hendaknya dipersiapkan hatinya. Tidak makan dan minum pada siang hari dan bangun tengah malam adalah masalah baru bagi mereka. Maka, perhatikanlah apa yang harus dilakukan berikut ini.
26
15
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan : 1. Berusahalah menjelaskan kepada anak, apa itu puasa secara santai dan pelan-pelan. Ceritakanlah kisah-kisah nabi, sahabat, dan teladan lainnya. 2. Ajarkan niat berpuasa. Terangkan kondisi sebenarnya, kapan mulai dan berapa lama puasa itu berlangsung. 3. Sebaiknya tidak mengatakan kepada anak kalimat-kalimat, “Kita tidak boleh makan” atau “Makannya malam hari saja, kalau siang hari tidak boleh” atau sejenisnya. Kalimatkalimat itu terkesan mengerikan dan meninggalkan nuansa ketakutan pada anak. 4. Buat suasana heboh sebelum puasa dimulai. Maksudnya, ayah mulai menanyakan kepada anak, “Ayo siapa yang akan ikut puasa sama Ayah Bunda?”, “Siapa yang mau ikutan sahur?”, “Siapa yang mau tarawihan?” dan sejenisnya.
16
KEENAM : Berbukalah dengan Ceria Keluarga Pak Rahmat adalah salah satu dari sekian keluarga yang berbahagia pada bulan Ramadhan ini. Betapa tidak, Kurnia (5,5 tahun), dengan senang hati ikut berpuasa. Namun, menjelang berbuka hari pertama, semuanya menjadi berantakan. Menu berbuka ternyata tidak menarik bagi Rahmat. *** Tidak dimungkiri, berbuka adalah saat-saat yang ditunggu. Tidak hanya oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Khusus bagi anak-anak peserta latihan berpuasa, orangtua harus memberikan perhatian ekstra. Orangtua memerlukan persiapan dan rekayasa yang memungkinkan anak-anak bertambah semangat.
25
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Beri tahu kepada anggota keluarga yang tidak berpuasa (halangan syar’i karena haid, sakit, usia terlalu kecil atau terlalu tua) untuk berhati-hati makan dan minum di depan anak-anak yang sedang latihan puasa. 2. Jauhkan dan simpanlah makanan dan minuman dari pandangan anak-anak. Ini membuat suasana berpuasa enak dan terjaga. 3. Berusahalah menjelaskan kepada guru-guru bahwa anak kita sedang latihan puasa sehingga gurunya maklum dan memberikan dorongan seperlunya. 4. Siapkan bank cerita dan permainan untuk mengantisipasi keluhan dan rengekan anak yang ingin membatalkan puasanya. 5. Buatlah jadwal imsakiyah yang khusus dan menarik untuk anak. Kalau perlu, jadwal tersebut dihias secara khusus.
24
KEDUA : Jangan Lupa, Fisiknya Besok siang bulan Ramadhan mulai sudah. Sebuah keluarga muda dengan dua anak balitanya sudah siap menyambut bulan suci tersebut. Banyak kebahagiaan yang melingkupi keluarga ini. Salah satunya adalah anak tertua, Galih (4 tahun), menyatakan hendak ikut berpuasa semampunya. Besoknya, cerita suka berganti duka. Pukul sepuluh pagi, Galih merasa pusing dan perutnya melilit. Tidak hanya itu, sang ibu terpaksa membawanya ke dokter karena wajah Galih terlihat pucat. *** Biasanya, anak-anak akan bersemangat kalau menyenangi sesuatu. Demikian juga dengan puasa. Kalau suka dan mau, mereka melupakan yang lainnya. Khusus untuk puasa, ada baiknya pemeriksaan kesehatan anak dilakukan sebelum memasuki bulan puasa.
17
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Yang Harus Dilakukan: 1. Ceklah kesehatan anak. Tanyakan kepada dokter, persoalan badan secara lengkap. Atau, lebih cermatlah membaca gejala yang tidak beres secara lahir pada diri anak. 2. Sediakanlah dana khusus untuk menu buka puasa bagi anak-anak. Menu ini diharapkan mengandung kebutuhan gizi standar. 3. Belilah baju atau hadiah lebaran sebelum puasa dimulai. Hal ini berguna agar anak-anak secara fisik melihat ada kompensasi kalau ia berpuasa. Orangtuanya pun tidak perlu meninggalkan anak balitanya yang sedang berlatih puasa untuk pergi ke pasar membeli baju lebaran.
KELIMA : Berpuasa dengan Nyaman Budi (4.5 tahun) bersemangat ikut puasa bulan Ramadhan. Ini adalah hari pertamanya. Dengan suka cita, Budi bangun sahur dan mampu melalui puasa hari pertama dengan baik. Sementara Rina, kakaknya Budi, karena dapat halangan (masa haid), tidak ikut puasa. Masalah datang pada hari kedua. Rina tanpa sadar makan minum dengan bebasnya di depan Budi. Budi merengek, dan sebelum tengah hari ia memutuskan mengikuti jejak kakaknya. *** Ketika pelaksanaan sahur bagi anak-anak dapat berjalan mulus, usahakanlah membangun suasana puasa yang kondusif. Seperti contoh kasus tadi, pelatihan berpuasa gagal karena tidak ada kontrol dari orangtua terhadap anak yang tidak berpuasa.
18
23
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah Artinya, orangtua dapat membangunkan anak-anaknya pada waktu sahur sedangkan anak-anak tidak merasa trauma. Yang Harus Dilakukan: 1. Sebaiknya jangan membangunkan anak dengan kalimat, “Ayo bangun makan sahur!” dan sejenisnya. 2. Hindarilah suasana bangun sahur sebagai pekerjaan yang terburu-buru. 3. Siapkan makanan dan minuman anak terlebih dahulu. Bangunkan mereka dengan makanan atau minuman kesayangannya atau yang sudah dipesan sebelum tidur malam. “Dinda, bangun yuk, Nak…. Jus melonnya sudah menunggu!” atau “Fardan, tempe gorengnya sudah siap, ayo bangun, nanti keburu dingin….” 4. Ketika anak sudah bangun dan sudah cuci muka serta kumur-kumur, berikan terlebih dahulu makanan atau minuman kesukaannya. 5. Makanan sahur sebaiknya dipotong kecil-kecil atau dalam ukuran yang gampang dan tidak susah untuk disantap. Langsung gigit, kunyah, dan telan. 6. Jangan lupa, siapkan telur rebus dan segelas susu kalau waktu sahur mepet dengan saat adzan shubuh.
22
KETIGA : Akal Juga Ada anak bertanya tidak henti-henti kepada ayahnya: “Buat apa sih puasa?”; “Kalau nggak makan bisa sakit perut, dong?”; “Kalau nggak minum, nanti bisa kering nggak kerongkongannya?” *** Jangan jenuh dengan sederetan pertanyaannya tersebut. Bahkan, kalau anak kita optimal, mungkin rentetan pertanyaan akan bertambah. Ini lumrah. Anak seusia mereka sudah mulai bereaksi secara sebab-akibat. Mengapa dan apa akibatnya kalau kita puasa. Yang Harus Dilakukan: 1. Akrabkan anak dengan hadits Nabi SAW, puasa itu niscaya akan menyehatkan kalian. Sampaikanlah hadits ini dengan baik sehingga anak-anak yakin bahwa orang yang paling kita cintai (Rasulullah SAW) telah menjamin akibat dari puasa. 19
Siapkaenkolah
10
Anak Prasasa
Berpu
Ayah
2. Secara menarik, uraikanlah cara kerja alat pencernaan dalam tubuh manusia. Umpamakan itu sebagai sebuah pabrik penggiling makanan. Pabrik bisa lelah. Pabrik tidak bisa dinyalakan terus menerus. Ia perlu istirahat, perlu diservis, dan sejenisnya. Kalau mampu, lihatkanlah secara visual alat-alat pencernaan tersebut. Bisa dengan contoh alat atau gambar-gambar di buku-buku. 3. Jangan lupa menerangkan keadaan darurat di mana orang boleh berbuka puasa. 4. Boleh juga dicoba (mungkin setelah hari pertama) membawa anak-anak ke kantor. Perlihatkan kepada mereka bahwa tidak ada gelas dan makanan di atas meja.
KEEMPAT : Sahur Tanpa Trauma Retno (4.5 tahun) tiba-tiba mengamuk. Ia marah ketika ayahnya berusaha membangunkannya untuk makan sahur bersama. Ayah, saking sayangnya, membangunkan Retno dengan paksa. Badan diguncang-guncang sampai Retno bangun dengan malas. Namun, bukannya mau, ia malah marah besar. “Ih, Ayah jahat. Aku nggak mau puasa, ah!” *** Bangun dan makan sahur adalah masalah besar. Jangankan anak-anak, sebagian besar orang dewasa masih mempermasalahkan ini. Bayangkan, bangun malam-malam, cuci muka, siapkan makanan (bagi ibu-ibu), dan kemudian makan minum pada saat kita tidak berminat melakukannya. Sesuatu yang sebenarnya kita tidak suka tapi harus dikerjakan dengan senang hati. Khusus bagi anak-anak, tentulah memerlukan cara-cara tertentu. Seperti peribahasa, “Bagaikan menarik rambut dari tepung; rambutnya tidak putus, tepung tidak terserak.”
20
21
