STUDI EPIDEMIOLOGI KADAR MERKURI (Hg) IKAN DAN URINE PEKERJA TAMBANG DI DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RAROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2016
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: ANDI NURUL HIDAYAH J1A212100
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016
i
HALAMAN PENGAJUAN
Skripsi
STUDI EPIDEMIOLOGI KADAR MERKURI (Hg) IKAN DAN URINE PEKERJA TAMBANG DI DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RAROWATU UTARA, KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2016
Disusun dan Diajukan oleh:
ANDI NURUL HIDAYAH J1A2 12 1200
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Farit Rezal, S.KM, M. Kes NIP.19820807 201504 1 002
Andi Faizal Fachlevy, SKM, M. Kes NIP. -
Mengetahui, Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
La Ode Ali Imran A, S.KM., M.Kes NIP.19830308 200812 1 002
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan senantiasa mengharap Rahmat dan Ridha Tuhan Yang Maha Esa, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Andi Nurul Hidayah
Stambuk
: J1A2 12 100
Peminatan
: Epidemiologi
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah asli karya saya sendiri dan bila di kemudian hari ternyata ditemukan skripsi ini plagiat dan bukan hasil karya saya, maka skripsi ini akan dibatalkan.
Kendari, April 2016
Andi Nurul Hidayah
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Studi Epidemiologi Kadar Merkuri (Hg) Ikan dan Urine Pekerja Tambang Di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016”. Sesuai dengan eksistensi penulis, maka apa yang tertuang dalam tulisan ini perwujudan dan upaya optimal yang penulis lakukan. Skripsi ini adalah buah dari proses kerja keras saya selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Halu Oleo. Banyak tahapan proses yang saya lalui sehingga skripsi sederhana ini bias dikatakan sebagai refleksi dari cerminan perjalanan intelektual saya. Terkhusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Drs. La Ode Mustari, M.Si dan Ibunda Dra. Andi Asniwati yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih sayang serta doa restunya kepada penulis. Tak lupa pula seluruh saudara-saudaraku tercinta La Ode Syarif Achmad Ali, S.Ip, dr. Wa Ode Azzahra, Andi Nazirah Syahrani, Wa Ode Nazli Chaerana Mutia yang telah memberikan banyak kasih sayang dan semangat, serta sepupusepupu dan keluarga besar saya yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan selama pembuatan skripsi ini.
v
Tak lupa, rasa terima kasih saya haturkan kepada Bapak Farit Rezal, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing I, Bapak Andi Faisal Fachlevy S.KM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam mengarahkan penulis dalam penyusunan hasil penelitian serta Bapak Drs. H. Junaid, M.Kes yang telah memberikan waktunya untuk mengarahkan penulis dalam setiap tahap proses ujian skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada yang terhormat : 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. Pembantu Dekan I, II dan III Fakultas Kesehatan Masyarakat. 4. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat, Dosen dan Staf yang telah memberikan dukungan, bantuan serta arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan. 5. Pihak PT. Anugerah Alam, PT. SAM dan mitra kerja dalam terselesaikannya penelitian ini. 6. Bapak Lymbran Tina, S.KM., M.Kes, Ibu Jafriati, S.Si, M.Si., Ibu Karma S.KM., M.Kes selaku penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan dan motivasi kepada penulis. 7. Bapak Kepala Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 8. Wa Ode Asliati, S.KM., Aswar Ewink, S.KM., Syahril Syamsuddin, S.KM., Cahyani Biodaeng, S.KM., St. Yuliah Asrum, S.KM., dan Eva Erdanang, S.KM, yang telah banyak memberikan bantuan dan masukkan yang berarti selama pembuatan skripsi ini.
vi
9. Anan Fuadz Al Kadar, S.KM, Annisa Dellastrina Laiya, Widya Astuti, Nikita Emmanuella, Kiki Reski Alfianti, Anjar Permatasari B., Utary Latief atas bantuan, semangat, doa dan kebersamaannya selama ini. 10. Seluruh teman-teman angkatan 2012 dan kelas C angkatan 2014 atas doa dan dukungannya. Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam rangka perbaikan skripsi ini. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Kendari, 18 April 2016
Penullis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN HALAMAN PENGAJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Definisi dan Istilah, Glosarium Organisasi / Sistematika
i ii iii iv v viii x xii xiii xiv xv ..........
10 10 11
1 9 ......... 9 10 11 11 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G.
Tinjauan Tentang Paparan Merkuri Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi Tinjauan Umum Merkuri Dalam Urine Tinjauan Umum Tentang Skrining Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Kerangka Teori Penelitian Kerangka Konsep Penelitian
13 26 33 36 39 39 41
BAB III. METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengolahan Data dan Analisis Data Penyajian Data Jadwal Penelitian
42 42 42 44 48 49 51 52 53
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Hasil Penelitian
viii
54 56
C. Studi Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas D. Pembahasan
64 68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran
82 83
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL No. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Teks
Halaman
Keterangan Perilaku Jadwal Penelitian Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Distribusi Responden menurut Umur di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Kadar Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Penambang Emas Menurut Tingkat Kadar Merkuri (Hg) Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) pada Ikan Menurut Pemeriksaan Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Kadar Merkuri (Hg) Ikan Menurut Pemeriksaan Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Ikan Menurut Tingkat Kadar Merkuri (Hg) Ikan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Penambang Emas Berdasarkan Kelompok Jenis Aktivitas Penambang Dari Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Sumber Ikan Dari Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara
47 53
x
55 55 57
58
59
60
61
62
63
64
64
65
Tabel 16
Tabel 17
Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi Kadar Penggunaan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Distribusi konsumsi ikan pada penambang emas berdasarkan perhitungan intake ikan menurut pemeriksaan sampel urine di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Tahun 2016.
xi
66
67
DAFTAR GAMBAR No. Gambar 1 Gambar 2
Teks Kerangka Teori Kerangka Konsep
Halaman 40 41
xii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Judul
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3 Lampiran 4.
Kusioner Hasil Output SPSS Hasil Perhitungan Intake Ikan Dokumentasi
xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Lambang dan Singkatan Ρ
Arti/ Keterangan Koefisien korelasi populasi Jumlah populasi
N N
:
Jumlah sampel
.
Titik
,
Koma
()
Dalam kurung
:
Titik dua
;
Titik koma
>
:
Lebih besar dari
<
:
Lebih kecil atau sama dengan
≥
:
Lebih besar atau sama dengan
%
:
Persen
≠
:
Tidak sama dengan
=
:
Sama dengan
xiv
STUDI EPIDEMIOLOGI KADAR MERKURI (Hg) IKAN DAN URINE PEKERJA TAMBANG DI DESA WUMBUBANGKA KECAMATAN RORAWATU UTARA KABUPATEN BOMBANA TAHUN 2016 Oleh ANDI NURUL HIDAYAH J1A2 12 100
Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam berat yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) berdasarkan jenis aktivitas penambang, sumber ikan, frekuensi pemakaian merkuri, dan konsumsi ikan pekerja tambang di desa Wumbubangka kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana tahun 2016. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey melakukan skrining pada pekerja tambang emas dengan pemeriksaan kadar merkuri (Hg) melalui pengambilan sampel ikan dan urine pekerja tambang emas setempat.. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar merkuri (Hg) pada sampel urine pekerja tambang emas dengan kadar merkuri (Hg) tertinggi sebesar 4,43-4,92 µ/L (2,7%), 3,93-4,42 (24,3%), 3,43-3,92 (37,8%), 2,93-3,42 (16,2%) dan kadar merkuri dengan proporsi terendah 2,43-2,92 (18,9%). Selanjutnya kadar proporsi merkuri (Hg) menurut variabel orang berdasarkan jenis aktivitas penambang terbanyak yaitu responden dengan jenis aktivitas lainnya sebesar 12 responden (32,43%) dan jenis aktivitas penambang terendah yaitu pembakaran sebesar 1 responden (3,7%). Menurut variabel tempat berdasarkan sumber ikan 14 (37,84%) berisiko tinggi terpapar merkuri dan 23 (62,16%) berisiko rendah terpapar merkuri. Menurut variabel waktu berdasarkan frekuensi pemakaian merkuri terdapat 10 orang (27,03%) berisiko tinggi dan 27 orang (72,93%) berisiko rendah, Menurut variabel perilaku presentase aman 18 orang (48,67%) dan tidak aman yaitu 19 orang (51,35%). Sebaiknya bagi para pekerja penggunaan air raksa (Hg) di kelola dengan baik agar tidak langsung dibuang ke tanah maupun ke sungai dan lebih lebih memperhatikan penggunaan APD (alat pelindung diri) pada saat bekerja. Kata Kunci : Merkuri, Orang, Tempat, Waktu
xv
EPIDEMIOLOGY STUDY OF MERCURY (Hg) DEGREE OF FISH AND MINER’S URINE IN WUMBUBANGKA VILLAGE OF NORTH RORAWATU SUBDISTRICT OF BOMBANA REGENCY 2016 By ANDI NURUL HIDAYAH J1A2 12 100
Mercury (Hg) is one of the heavy metal which mostly found in nature and spread within rocks, mine seeds, soil, water and air as an anorganic and organic compouds. This study aims to find out the degree of mercury (Hg) based on miner’s type of activity, source of fish, the use frequency of mercury (Hg) and fish consumption of the mine workers in Wumbubangka Village North Rarowatu Subdistrict Bombana Regency 2016. This research uses descriptive qualitative as the method of research through the survey approach in performing the screening for the gold mine workers by checking the mercury (Hg) degree by taking the fish sample and the local gold miners. The result shows that the degree of mercury (Hg) in the urine sample of the gold mine workers with mercury (Hg) degree is in 4,434,92 µ/L (2,7%), 3,93-4,42 (24,3%), 3,43-3,92 (37,8%), 2,93-3,42 (16,2%) and the lowest mercury degree is 2,43-2,92 (18,9%). Furthermore the degree of mercury (Hg) according to the variable workers based on the most activity of the workers is the respondents with the other activity in amount 12 respondents (32,43%) and the lowest miner activity is the combustion 1 respondent (3,7%). According to the place variable based on the fish source is 14 (37,84%) in high risk exposed by the mercury and 23 (62,16%) in the low risk exposed by the mercury. According to the time variable based on the frequency of mercury use finds 10 people (27,03%) are in the high risk and 27 people (72,93%) in the low risk. According to the behavioral variable the safe percentage is 18 people (48,67%) and 19 people (51,35%) in unsafe. It would be better for the worker to use the mercury (Hg) in a good management in order not to waste the mercury directly to the soil or the river, and put the attention more on the use of Self Protection Instrument (APD) during the working time. Keywords: mercury, people, place, time
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas lingkungan hidup. Sebagai contoh turunnya kualitas air akibat pencemaran limbah yang dihasilkan oleh manusia baik limbah rumah tangga, industri, maupun pertanian. Salah satu faktor pencemaran air yang paling penting adalah limbah logam berat. Logam berat merupakan istilah yang digunakan untuk unsur-unsur transisi yang mempunyai massa jenis atom lebih besar dari 6 g/cm3. Merkuri (Hg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kadmium (Cd) dan stronsium (Sr) adalah contoh logam berat yang berupa kontaminan yang berasal dari luar tanah dan sangat diperhatikan karena berhubungan
erat
dengan
kesehatan
manusia,
pertanian
dan
ekotoksikologinya (Alloway, 1995) Darmono (1995). Merkuri merupakan golongan logam berat yang membeku pada temperatur -38,9C dan mendidih pada temperatur 357C. Logam merkuri bersifat sangat toksik karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Kontaminasi merkuri terjadi melalui makanan, minuman, pernapasan dan kontak kulit. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan dan sangat
1
2
mudah mengalami transformasi menjadi bentuk-bentuk organik yang lebih toksik (metil merkuri, dimetil merkuri, etil merkuri, dll). Dalam penggunaan merkuri (Hg) semua bentuk merkuri (Hg), baik dalam bentuk unsur, gas maupun dalam bentuk garam merkuri (Hg) organik adalah beracun (Alfian Z, 2006). Pencemaran logam berat di Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Sejak era industrialisasi, merkuri menjadi
bahan
pencemar
penggalian karena
merkuri
dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Salah satu penyebab pencemaran lingkungan oleh merkuri adalah pembuatan tuling pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi (International Agency for research on cancer World Health Organization dalam Lestaria, 2010). Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan, sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas. Setelah proses penggilingan selesai, kemudian dituangi merkuri yang bertujuan untuk memperoleh emas. Selama proses amalgamasi pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. Sehingga uap merkuri terhirup masuk kedalam tubuh. Pada pertengahan tahun 1980 di Amerika Serikat, mengestimasi bahwa Merkuri (Hg) yang dikeluarkan oleh kegiatan tambang emas mencapai 2000 ton pertahun. Pencemaran ini
3
utamanya melalui udara ketika poses pemijaran emas amalgam. Kandungan Hg ditempat pemijaran mencapai 15.4 μg/l. Selanjutnya Hg yang dilepaskan ke udara ini mempengaruhi kadar Hg dalam urine masyarakat wilayah tersebut. Kadar tertinggi pada pekerja toko emas, kadar Hg dalam urine mencapai 1200 μg/l (Olaf Malm, 1998, Hurtado Jasmin et al, 2006). Penelitian kadar merkuri pada penambang emas telah dilakukan sebelumnya oleh Hartini (2007) di desa Rengas. Tujuh kecamatan Titi kabupaten Ketapang Kalimantan Barat yang mendapatkan hasil bahwa sebanyak 44,4% pekerja tambang emas terdapat merkuri dalam urinenya dengan rata-rata kandungan 7,6 μg/l. Keracunan merkuri juga sering terjadi pada pekerja tambang emas. Para penambang emas pada umumnya tercemar melalui kontak langsung dengan kulit, menghirup uap merkuri dan memakan ikan yang telah tercemar merkuri. Masalah kesehatan utama akibat uap air raksa terjadi pada otak, paru-paru, system saraf pusat dan ginjal (Lestarisa, 2010). Peristiwa keracunan logam merkuri (Hg) telah ada sejak tahun 1960an. Telah tercatat beberapa peristiwa keracunan merkuri (Hg) yang terjadi di Dunia diantaranya kasus di Minamata yang menewaskan 111 jiwa, di Irak 35 orang meninggal 321 cidera, dan Guatemala 20 orang meninggal 45 cidera akibat keracunan merkuri (Hg) (Palar, 2008 ). Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut undang-Undang RI No 7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya
4
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Penyakit melalui makanan (food borne disease) dapat berasal dari berbagai sumber yaitu organisme pathogen termasuk bakteri, kapang, parasit dan virus, dari bahan kimia seperti racun alami, logam berat, pestisida, hormon, antibiotik, bahan tambahan berbahaya dan bahan-bahan pertanian lainnya (Fardiaz,1996). Kasus yang terjadi di Indonesia yaitu, dimana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat pembuangan tailing oleh PT. Newmont Minahasa Raya akibatnya masyarakat yang mengkonsumsi ikan di sekitar Teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit (Widowati dkk., 2008). Kasus berikutnya yaitu pada tahun 2013 hasil laboratorium fungsi hati memperlihatkan bahwa sebanyak 68,3% pekerja mengalami gangguan fungsi hati dan terdapat hubungan kadar merkuri dalam darah dengan kadar SGPT pekerja tambang emas tradisional di Desa Jendi,Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Belum ada laporan yang tercatat secara nasional mengenai kasus keracunan merkuri di berbagai wilayah di Indonesia. Tapi, kasus keracunan merkuri (Hg) para pekerja diperoleh berdasarkan hasil penelitian–penelitian sebelumnya. Kasus serupa kini bisa mengancam masyarakat Bombana Sulawesi Tenggara. Ratusan pekerja tambang emas dan ribuan masyarakat yang tinggal
5
di sekitar lokasi pendulangan terancam menerima dampak penambangan emas akibat penggunaan cairan merkuri yang banyak digunakan oleh pendulang tradisional ataupun dari perusahaan untuk memisahkan butiran emas bercampur tanah. Paparan merkuri dalam jangka panjang mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Keracunan merkuri rawan terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar penambangan . Umumnya bersifat kronik kecuali jika terpapar merkuri dalam kadar yang tinggi. Widowati (2008) menyatakan keracunan akut bisa terjadi pada konsentrasi uap merkuri 0,5 - 1,2 mg/m3 dengan gejala mual, Shock, dan faringitis. Apabila paparan berlanjut dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, dan gangguan sistem saraf pusat seperti tremor, gagap, dan limbung (Chamid dkk., 2010). Efek toksik merkuri tergantung pada bentuk, jalan masuk dan lamanya berkembang. Merkuri masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan kulit. Merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi pada bagian tubuh tetentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut yang mengakibatkan keracunan sistem syaraf (Rokhman, 2013). Sampel urine merupakan salah satu indikator untuk melihat kadar merkuri dalam urine, Pemeriksaan kadar merkuri dalam urine dapat dilakukan dengan pemeriksan dengan uji lab. mengingat penggunaan merkuri terjadi secara terus menerus karena penambangan emas secara tradisional di desa luas kecamatan Rarowatu Utara kabupaten Bombana diduga akan berpengaruh pada kerusakan ginjal bagi penambang.
6
Hasil penelitian pada uji laboratorium yang dilakukan FPIK Unhalu pada 26 Oktober sampai 2 Nopember 2009, ditemukan kandungan merkuri (Hg) yang cukup tinggi hingga 0,09 mg/liter, melebihi ambang batas normal yakni 0,003 mg/liter untuk biota dan 0,002 mg/liter untuk keperluan sehari hari seperti air minum, ini sesuai yang ditetapkan bakumutu MKLH. Pengambilan sampel dilakukan pada 18 Oktober 2009 pada empat lokasi yang berbeda yaitu station I sungai Langkowala dengan kadar 0,07 mg/liter, statiun II aliran sungai Langkowala dengan kadar 0,26 mg/liter, station III sungai Wumbubangka dengan kadar 0,41 mg/liter dan station IV bendungan Langkowala dengan kadar 0,9 mg/liter (Media Sultra, 2009). Penambangan emas di Desa Wumbubangka merupakan salah satu wilayah pertambangan emas rakyat yang ada di Kabupaten Bombana dan masih aktif dalam aktivitas kegiatan tambangnya. Kegiatan penambangan dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan menggunakan cara-cara penambangan yang sangat sederhana (tradisional). Tapi sekarang adanya perusahaan – perusahaan
yang masuk dalam lokasi tersebut dan lebih
dominan mereka menggunakan mesin dalam penambangan emas maupun dalam pengolahan emas. Dalam mekanisme praktek kerjanya, pertambangan tidak terlepas dengan penggunaan merkuri (Hg) dalam proses pengolahan emas. Berdasarkan survey lokasi dan wawancara kepada salah satu masyarakat yang tinggal di Desa Wumbubangka dan bekerja di lokasi tambang emas, pekerja menggunakan mekuri (Hg) dalam proses pengolahan
7
emas. Tanpa disadari penggunaan merkuri (Hg) sangat berdampak pada kesehatan, salah satunya adalah masalah penyakit kulit. Karena tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), penggunaaan merkuri akan bekontaminasi langsung pada kulit sehingga akan mengakibatkan infeksi pada kulit. Data sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan dan inap di Puskesmas Desa Wumbubangka tahun 2014 terakhir masing-masing untuk penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat sebanyak 732 kasus, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) 711 kasus, gastritis 691 kasus, diare 572 kasus, Malaria klinis 437 kasus, penyakit kulit infeksi sebanyak 394 kasus, penyakit kulit alergi 316 kasus, hypertensi 297 kasus, kecelakaan 203 kasus dan TB paru klinis (suspect) 163 kasus. Sebelum adanya tambang, ISPA merupakan penyakit yang mendominasi, namun setelah adanya adanya tambang penyakit diare dan alergi mengalami peningkatan. Yang mana sekitar 90% penderita diare adalah para pendulang, begitu pula dengan penderita penyakit kulit yang berupa bintik merah. Sering diabsorpsi melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit. Selain itu, penggunaan merkuri dapat berdampak dalam jangka panjang berupa penyakit kronis yang dikarenakan pemakaian merkuri secara terus menerus dalam kegiatan pertambangan emas. Berdasarkan hasil survey awal di lokasi didapatkan bahwa masyarakat yang bekerja sebagai penambang kerap mengonsumsi ikan dari sumber yang dekat dengan lokasi pertambangan. Masyarakat menganggap bahwa ikan yang mereka konsumsi aman, sehingga diperlukan suatu studi untuk menggambarkan paparan merkuri pada ikan yang dikonsumsi oleh
8
penambang terutama yang bersumber dari lokasi yang dekat dengan pertambangan, dikarenakan paparan merkuri tidak hanya melalui kontak langsung namun juga dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan yang tercemar oleh merkuri. Meskipun belum ada laporan kasus keracunan merkuri (Hg) pada pekerja tambang, tapi para pekerja tambang memiliki risiko dalam terpajan merkuri (Hg). Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang paparan merkuri (Hg) pada penambang emas di Desa Wumbubangka. Belum pernah ada survei terkait studi epidemiologi paparan Merkuri (Hg) pada pekerja tambang untuk mengetahui adanya paparan merkuri (Hg) pada tambang emas yang berada di Desa Wumbubangka sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini dalam mengetahui kadar merkuri (Hg) dalam tubuh melalui pemeriksaan urine, sehingga dapat diketahui segera dan mendapat pelaksanaan yang tepat. Skrining merupakan identifikasi dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tujuan dari skrining adalah mendeteksi adanya penyakit yang timbul dengan melakukan penyaringan dan pengujian diagnose (Noor, 2008). Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan suatu penelitian mengenai studi epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang emas di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016.
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana gambaran studi epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang di desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui studi epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang di desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui besarnya paparan merkuri (Hg) dalam ikan yang dikonsumsi oleh pekerja tambang dan urine pekerja tambang di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016.
b.
Untuk mengetahui besarnya kadar merkuri (Hg) dalam urine pada pekerja tambang di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 menurut perilaku berdasarkan frekuensi konsumsi ikan.
c. Untuk mengetahui gambaran paparan merkuri (Hg) pada pekerja tambang emas di Desa Wumbubangka Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 menurut orang berdasarkan jenis aktivitas penambang.
10
d. Untuk mengetahui gambaran paparan merkuri (Hg) pada pekerja tambang emas di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 menurut tempat berdasarkan sumber ikan. e. Untuk mengetahui gambaran paparan merkuri (Hg) pada pekerja tambang emas di di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 menurut waktu berdasarkan frekuensi pemakaian merkuri. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Sebagai
sumber
informasi
tentang
gambaran
dan
studi
epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang emas di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana tahun 2016 2. Manfaat Ilmiah Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana Berguna dalam perencanaan dan penyusunan program dalam mengatasi masalah kesehatan berbasis lingkungan serta adanya upaya dalam penanggulangan terhadap cemaran yang di timbulkan oleh aktivitas penambang emas. 3. Manfaat Bagi Peneliti Sebagai tambahan pengalaman, wawasan, serta pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian tentang studi epidemiologi kadar
11
merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang di di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana tahun 2016. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian hanya terbatas pada pekerja penambang emas di Desa Wumbubangka kecamatan Rarowatu Utara. Ruang lingkup variabel penelitian terbatas pada studi epidemiologi berdasarkan orang (jenis aktivitas penambang di lokasi tambang), tempat (sumber ikan), waktu (frekuensi pemakaian merkuri), dan perilaku (frekuensi konsumsi ikan). Pemeriksaan kadar merkuri (Hg) dengan pengambilan sampel pada ikan dan urine para pekerja kemudian diuji di Laboratorium F-MIPA Universitas Halu Oleo, hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan ambang batas merkuri (Hg) menurut WHO. F. Definisi dan Istilah, Glosarium Absorbsi
Penyerapan
Alkil
Radikal univalen yang hanya mengandung atom karbon dan hidrogen yang disusun dalam satu rantai.
Ataxia
Kondisi yang ditandai dengan berkurangnya koordinasi gerakan
otot seperti
saat
melakukan berbagai
berjalan,
memegang,
mengambil sesuatu, dll. Biotransformasi
Bagian dari farmakokinetika yang mempelajari perubahan pada agen kimia atau obat dalam
12
persinggahan di sistem biologis. Epidemiologi
Ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi.
Iniksitasi
Keracunan
Merkuri
Biasa disebut air raksa adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80.
Skrining
Biasa
di
sebut
penapisan
merupakan
penggunaan tes atau metode diagnosis lain untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit
atau
kondisi
tertentu
sebelum
menyebabkan gejala apapun. Tremor
Gemetar, gerakan otot ritmis bolak-balik yang tidak disengaja pada satu atau lebih bagian tubuh. Tremor paling banyak terjadi di telapak tangan, meskipun juga dapat mempengaruhi lengan, kepala, wajah, badan, dan kaki.
G. Organisasi/Sistematika Penelitian ini berjudul studi epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pekerja tambang di desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 yang dibimbing oleh pembimbing I, Farit Rezal, SKM., M.Kes,. dan Pembimbing II, Andi Faizal Fachlevy, S.KM.,M.kes
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Paparan Merkuri 1.
Merkuri Merkuri (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam
teknologi di abad modern saat ini. Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu-batuan, bijih tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik (Setiawati, 2012). Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA ; 80) serta mempunyai massa molekul relatif (MR : 200,59). Merkuri diberikan symbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargricum, merkuri atau raksa (Zul Alfian, 2006). Sebagai unsur, merkuri berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi merkuri
lambat
berdegradasi
menjadi
merkuri
anorganik.
Merkuri
mempunyai titik lebur -38,9C dan titik didih 356,6C Widowati et.al. (2008). Merkuri (Hg) adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik logam maupun metal merkuri (CH3Hg+) biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan dan pernafasan. Namun bila dalam
13
14
bentuk logam, biasanya sebagian besar bisa diekskreksikan. Sisanya akan menumpuk diginjal dan system saraf, yang suatu saat akan menganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu merkuri bisa bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organik membentuk metal merkuri yang bersifat toksis. Dalam bentuk metal merkuri, sebagian besar akan berakumulasi di otak. Karena penyerapannya besar, dalam waktu singkat bisa menyebabkan berbagai gangguan (Palar Heryanto, 2008). Logam merkuri dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%. HgS + O2 → Hg + SO Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang dikemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan termasuk bagi penambang emas tradisional. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh badan survey geologi di Amerika Serikat pada tahun 1974, dapat diketahui konsentrasi merkuri dilingkungan dekat penambangan. Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Berwujud cair pada suhu kamar (25C) dengan titik beku paling rendah sekitar -39C.
15
2. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain. 3. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik. 4. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut juga dengan analgon. 5. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua mahluk hidup, baik itu dalam
bentuk
unsur
tunggal
(logam)
ataupun
dalam
bentuk
persenyawaan (Palar Heryanto, 2008). Secara umum ada 3 bentuk merkuri (Hammond dan Beliles, 1980) yaitu : 1. Merkuri Metal (Hg) Merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap dan membentuk uap merkuri yang tidak berwarna dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Merkuri metal banyak digunakan untuk pemurnian emas dan digunakan pada thermometer. 2. Merkuri anorganik Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin, sulfur oksigen. Senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri, garam-garam merkuri anorganik termasuk
16
amoniak merkuri klorida dan merkuri iodide digunakan untuk cream pemutih kulit. 3. Merkuri organik Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan karbon atau organometri. Yang paling popular adalah metal merkuri (dikenal monometil mercuri) CH3 – Hg-COOH. Merkuri organik sebagai contoh metal merkuri yang secara komersial digunakan sebagai fungsida, desinfektan, dan sebagai pengawet cat. Terpaparnya merkuri pada tubuh dalam waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan hingga kematian pada manusia. Salah satu pengaruh merkuri terhadap fisiologi manusia yaitu ; pada sistem saluran pencernaan dan ginjal, terutama akibat merkuri yang terakumulasi, juga berpengaruh terhadap system syaraf, karena senyawa kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen serta berpengaruh terhadap pertumbuhan (Wurdiyanto, 2007). Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri didalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak membran sel, keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk gugus yang mengandung belerang yang terdapat dalam protein, enzim atau membrane sel. Keracunan yang bersumber dari senyawa merkuri biasanya melalui saluran pernapasan, disebabkan karena senyawasenyawa alkil-merkuri mempunyai rantai pendek yang mudah menguap,
17
yang masuk besama jalur pernapasan akan mengisi ruang-ruang dan organ pernapasan dan berkaitan dengan darah (Palar, 2008). 2.
Mekanisme Kerja Merkuri dalam Tubuh Merkuri membentuk berbagai senyawa anorganik (seperti oksida,
klorida, dan nitrat) dan organik (alkil dan aril). Logam merkuri dan uap merkuri termasuk kedalam merkuri anorganik (Palar, 2004). Adapun mekanisme kerja merkuri dalam tubuh adalah sebagai berikut : 1.
Absorbsi Merkuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru - paru
dalam bentuk uap atau debu. Sekitar 80 % uap merkuri yang terinhalasi akan diabsorbsi. Absorbsi merkuri logam yang tertelan dari saluran cerna hanya dalam jumlah kecil yang dapat diabaikan, sedangkan senyawa merkuri larut air mudah diabsorbsi. Beberapa senyawa merkuri organik dan anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit. 2.
Biotransformasi Unsur merkuri yang diabsorbsi dengan cepat dioksidadi
menjadi ion Hg2+, yang memiliki afmitas berikatan dengan substratsubstrat yang kaya gugus tersebut. Merkuri ditemukan dalam ginjal (terikat pada metalotionen) dan hati. Merkuri dapat melewati darah, otak dan plasenta. Metil merkuri mempunyai afmitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Metabolisme senyawa alkil merkuri serupa dengan metabolisme
18
merkuri logam atau senyawa anorganiknya. Senyawa fenil dan metoksietil merkuri dimetabolisme dangan lambat. 3.
Ekskresi Sementara
unsur
merkuri
dan
senyawa
anorganiknya
dieliminasi lebih banyak melalui kemih daripada feses, senyawa merkuri anorganik terutama diekskresi melalui feses sampai 90%. Waktu paruh biologis merkuri anorganik mendekati 6 minggu. 3.
Kadar Batas Aman Merkuri Menurut WHO dan UNEP (2008), kadar untuk urine konsentrasi
merkuri maksimum adalah 50 mg/g kreatinin. Kadar merkuri pada orang yang pekerjaannya tidak terpapar merkuri jarang melebihi 5μ/g kreatinin. Konsentrasi untuk merkuri metalik atau uapnya di udara yaitu 0,1mg/m3 dan untuk persenyawaan-persenyawaan organik 0,01mg/m3 di tempat kerja dimana pekerjanya bekerja selama 8 jam per hari. (Suma'mur, 1998). Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri yang ada dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm. (International Agency for Reserach on Cancer WHO, 1993). Batas aman dari segi konsumsi makananan atau minuman yang mengandung merkuri telah ditetapkan oleh The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JEFCA). JEFCA menetapkan konsumsi mingguan yang ditoleransi untuk total merkuri adalah sebesar 5mg/kg berat badan, sedangkan untuk metilmerkuri sebesar 1,6 mg/kg berat. Sedangkan,
19
menurut US EPA dosis metilmerkuri per-hari adalah 0,1 mg/kg berat badan dan dosis merkuri klorida per-hari adalah 0.3 mg/kg berat badan (WHO dan UNEP, 2008). Menurut EPA (2007), dosisletal akut merkuri inorganic untuk orang dewasa adalah 1-4 gram atau 14-57 mg/kg berat badan untuk seseorang yang memiliki berat badan sebesar 70 kg. Sedangkan dosis letal minimum metilmerkuri untuk seseorang yang memiliki berat badan sebesar 70 kg adalah berkisar antara 20-60 mg/kg berat badan. 4.
Cara Masuk Merkuri ke dalam Tubuh Cara masuk merkuri ke dalam tubuh turut mempengaruhi bentuk
gangguan yang ditimbulkan, penderita yang terpapar dari uap merkuri dapat mengalami gangguan pada saluran pernafasan atau paru-paru dan gangguan berupa kemunduran pada fungsi otak. Kemunduran tersebut disebabkan terjadinya gangguan pada korteks. Garam-garam merkuri yang masuk dalam tubuh, baik karena terhisap ataupun tertelan, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan, hati dan ginjal. Dan kontak langsung dengan merkuri melalui kulit akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi dapat pula meluas secara umum bila terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak karena kontak yang berulang - ulang (Kalyanamedia, 2006 dalam Sugeng 2010).
20
5.
Toksisitas Merkuri Merkuri secara kimia terbagi menjadi tiga jenis yaitu merkuri
elemental, merkuri anorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental berbentuk cair dan menghasilkan uap merkuri pada suhu kamar. Uap merkuri ini dapat masuk ke dalam paru-paru jika terhirup dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Merkuri elemental ini juga dapat menembus kulit dan akan masuk ke aliran darah. Namun jika tertelan merkuri ini tidak akan terserap oleh lambung dan akan keluar tubuh tanpa mengakibatkan bahaya. Merkuri inorganik dapat masuk dan terserap oleh paru-paru serta dapat menembus kulit dan juga dapat terserap oleh lambung apabila tertelan. Banyak penyakit yang disebabkan oleh merkuri anorganik ini bagi manusia diantaranya mengiritasi kulit, mata dan membran mucus. Merkuri organik dapat masuk ketubuh melalui paru-paru, kulit dan juga lambung. Merkuri apapun jenisnya sangatlah berbahaya pada manusia karena merkuri akan terakumulasi pada tubuh dan bersifat neurotoxin. Merkuri yang digunakan pada produk-produk kosmetik dapat menyebabkan perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, iritasi kulit, hingga alergi, serta pemakaian dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak secara permanen, ginjal, dan gangguan perkembangan janin, bahkan pemakaian dalam jangka pendek dalam kadar tinggi bisa menimbulkan muntah-muntah, diare, kerusakan paru-paru, dan merupakan zat karsinogenik yang menyebabkan kanker (Gatot, 2007 dalam Lestarisa 2010)
21
6.
Pengaruh Merkuri terhadap Kesehatan Beberapa hal terpenting yang dapat dijadikan patokan terhadap efek
yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh, adalah sebagai berikut: 1.
Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh
2.
Senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun, penyebaran, akumulasi dan waktu retensi yang dimilikinya di dalam tubuh.
3.
Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri, disebabkan oleh perubahan bentuk atas senyawa - senyawa merkuri dari satu tipe ke tipe lainnya.
4.
Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel. Keadaan
itu
disebabkan
karena
kemampuan
merkuri
dalam
membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang, yang terdapat dalam enzim atau dinding sel. 5.
Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Dalam bidang kesehatan kerja dikenal istilah keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam jangka waktu singkat atau sangat singkat. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi apabila individu secara tidak sengaja menghirup atau menelan bahan beracun dalam dosis atau jumlah besar. Adapun
22
keracunan kronis didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah tetapi dalam jangka waktu yang panjang. Keracunan kronis lebih sering diderita oleh para pekerja di penambangan emas. Penggunaan merkuri dalam waktu lama menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia dalam jumlah yang cukup besar. Meskipun kasus kematian sebagai akibat pencemaran merkuri belum terdata di Indonesia hingga kini namun diyakini persoalan merkuri di Indonesia perlu penanganan tersendiri. Tentu saja hal ini sebagai akibat dari pengelolaan dan kesehatan manusia dapat diuraikan sebagai berikut : 1.
Pengaruh terhadap fisiologis Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada SSP (Sistem Saluran
Pencernaan) dan ginjal akibat merkuri terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta bentuk merkuri sangat berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi. Organ utama yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan organomerkuri adalah SSP (Sistem Saluran Pencernaan). Sedangkan garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap sistem pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP, efek terhadap sistem kardiovaskuler merupakan efek sekunder.
2.
Pengaruh terhadap Sistem Syaraf Merkuri yang berpengaruh terhadap sistem syaraf merupakan akibat
pemajanan uap elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawa ini mampu
23
menembus blood brain barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen. Metilmerkuri yang masuk ke dalam pencernaan akan memperlambat SSP (Sistem saraf pusat) yang mungkin tidak dirasakan pada pemajanan setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama sering tidak spesifik seperti malas, pandangan kabur atau pendengaran hilang (ketulian). 3.
Pengaruh terhadap Ginjal Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya
garam inorganik atau phenylmercury melalui SSP akan menyebabkan naiknya permeabilitas epitel tubulus sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal). Pajanan melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran pernafasan juga mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi proteinuria atau nephrotic syndrom dan tubular necrosis akut. 4.
Pengaruh terhadap Pertumbuhan. Terutama terhadap bayi dan ibu yang terpajan oleh metilmerkuri dari
hasil studi membuktikan ada kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan gandum yang diberi fungisida, maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang, buta dan gangguan menelan. Metode terbaik penilaian paparan terhadap uap merkuri, senyawa alkil dan merkuri anorganik adalah penetapan kuantitatif merkuri dalam kemih dengan spektrometri. Pada paparan senyawa organik (metil merkuri), hendaknya diukur kadar senyawa-senyawa tersebut alam eritrosit dan plasma.
24
Pekerja yang bekerja dengan merkuri akan memiliki kemungkinan risiko terpapar merkuri yaitu keracunan akut dan kronis. 1.
Keracunan akut Keracunan akut adalah keracunan yang terjadi dalam waktu singkat
atau seketika, dapat terjadi karena keracunan dalam dosis tinggi dan atau akibat daya tahan yang rendah. Keracunan akut yang disebabkan oleh logam merkuri umumnya terjadi pada pekerja-pekerja industri pertambangan dan pertanian yang menggunakan merkuri sebagai bahan baku, katalis dan atau pembentuk amalgam atau pestisida. Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala - gejala berupa : peradangan pada tekak (pharyngitis), dyspaghia, rasa sakit pada bagian perut, mual - mual dan muntah, disertai dengan darah dan shock. Bila gejala - gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis), dan radang pada hati (hepatitis). Senyawa atau garam-garam merkuri yang mengakibatkan keracunan akut, dalam tubuh akan mengalami proses ionisasi. 2.
Keracunan kronis Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan
berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pengobatan akan menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Keracunan
25
kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan tetapi pada peristiwa keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sekali sehingga tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri ini berlangsung secara terus menerus sehingga lama kelamaan jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat. Peristiwa keracunan kronis tidak hanya menyerang orang-orang yang bekerja secara langsung dengan merkuri, melainkan juga dapat diderita oleh mereka yang tinggal di sekitar kawasan industri yang banyak menggunakan merkuri. Hanya saja masa keracunan yang terjadi berjalan dalam selang waktu yang berbeda. Untuk mereka yang bekerja langsung dengan menggunakan merkuri, proses keracunan kronis mungkin sudah memperlihatkan gejala dalam selang waktu beberapa minggu. Sedangkan pada mereka yang tidak terkena langsung, proses keracunan kronis merkuri ini baru dapat diketahui setelah waktu bertahun - tahun. Akibat yang ditimbulkan tentu saja berbeda, dimana mereka yang mengalami proses keracunan kronis setelah kemasukan merkuri dalam waktu tahunan akan lebih sulit untuk diobati, bila dibandingkan dengan mereka yang mengalami keracunan kronis dalam selang waktu beberapa minggu. Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan
26
dan sistem syaraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi pada akhirnya akan merusak jaringan penahan gigi, sehingga gigi mudah lepas. Gangguan terhadap sistem syaraf dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus. Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor ringan (gemetar), dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar. Biasanya, satu dari kedua gejala ini akan mendominasi gejala keracunan kronis dan ada kemungkinan terjadinya komplikasi dengan psikologis. Hal ini diperlihatkan dengan terjadinya gangguan emosional, seperti cepat marah di luar kewajaran dan mental hiperaktif yang berat. Gejala tremor biasanya dimulai dari ujung jari tangan atau ujung jari kaki. Gejala pada ujung jari tangan akan terus menjalar sampai pada otot wajah, lidah, dan pangkal tenggorokan (larynx). Tremor tersebut biasanya akan berhenti bila penderita tidur, namun demikian seringkali terjadi gangguan kram secara tiba-tiba dan kontraksi-kontraksi lainnya. Tanda-tanda seorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat pada organ mata. Biasanya pada lensa mata penderita terlihat warna abu-abu sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang semua itu dapat dilihat dengan mikroskop mata. Disamping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya adalah terjadinya anemia ringan pada darah.
27
B. Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan–determinan frekuensi penyakit dan kesehatan pada populasi manusia. Berdasarkan definisi di atas, riset epidemiologi secara “tradisional” di bagi menjadi dua kategori yaitu studi deskriptif dan studi analitik (Murti, 1997). Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk serta mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannnya. Dalam hal ini, sifat dasar epidemiologi lebih mengarahkan diri pada kelompok penduduk atau masyarakat tertentu dalam menilai peristiwa dalam masyarakat secara kuantitatif (Noor, 2008). Studi
deskriptif
adalah
riset
epidemiologi
yang
bertujuan
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut, populasi, letak geografik dan waktu. Studi deskriptif memberikan beberapa manfaat. Pertama, memeberikan masukan tentang pengalokasian sumberdaya dalam rangka perencanaan yang efisien, kepada para perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan memberi pelayanan kesehatan. Kedua, memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit (Murti, 1997).
28
1.
Distribusi Paparan Merkuri Menurut Variabel Orang Variabel orang dapat dideskripsikan pada siapa yang menderita
penyakit dan menghadapi masalah kesehatan, bagaimana dengan identitas orangnya seperti umur, jenis kelamin, kelas sosial, status pekerjaan, pendidikan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas (Noor, 2008). Jenis Aktivitas Penambang di Lokasi Tambang Emas Proses penambangan dilakukan dengan cara menyedot sedimen dasar sungai yang terdiri dari lumpur, pasir, batuan kerikil, dan batuan kecil atau campurannya menggunakan alat penghisap/pompa yang disebut “kato” yang digerakkan oleh mesin penggerak diesel. Pompa kato tersebut mempunyai diameter input (water intake) maupun output 4 sampai 6 inci (Lestarisa, 2010). Pada proses berikutnya akumulasi air, pasir, batu dan lumpur yang tersedot dialirkan melalui pipa paralon (PVC) ke cash box pertama yang letaknya lebih tinggi (dibagian atas rakit), untuk kemudian diteruskan mengalir dan melewati cash box kedua di bagian bawah. Cash box terbuat dari kayu yang di dalamnya dilapisi dengan karpet beledru atau sejenisnya yang berfungsi sebagai penangkap endapan yang diyakini mengandung bijih/butiran emas yang disebut “puya”, sedangkan komponen pasir, batu, dan lumpur akan mengalir terbawa oleh air ke badan sungai (Lestarisa, 2010). Hal tersebut disebabkan butiran emas dan komponen logam lain (puya) yang mempunyai berat jenis yang lebih besar namun mempunyai luas
29
permukaan kecil sehingga lebih dapat bertahan dibandingkan lumpur, pasir maupun batuan kecil, yang mempunyai sifat sebaliknya. Kumpulan puya tersebut selanjutnya didulang secara manual untuk
memisahkan dari
komponen lain sampai sekitar 70 – 80 % mendapat bijih/butiran emas mentah (Lestarisa, 2010). Bijih/butiran masih bercampur dengan komponen logam lain sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut yaitu proses pemurnian. Proses pemurnian yaitu dengan memisahkan bijih/butiran emas yang masih tercampur dengan komponen lain (mentah) dengan menggunakan bahan kimia yaitu raksa/merkuri (Hg). Dalam prosesnya bijih/butiran emas mentah tersebut harus dicampur dengan Hg agar emas terpisah dari logam lain. Secara ilmiah hal tersebut bukanlah proses pemisahan tetapi emas tidak bereaksi dengan Hg, namun komponen lain tersebut yang bereaksi dengan Hg sehingga menjadi larut yang akhirnya tersisa adalah murni emas. Limbah Hg dan komponen lain tadi kemudian dibuang ke lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan akibat selanjutnya. Butiran emas murni akan dibentuk menjadi batangan emas. Proses pengolahan/pemurnian emas ini dapat dilakukan di darat ataupun langsung rakit tempat penambangan. Karena rata-rata rakit tempat alat penyedot sedimen tersebut diatasnya sekaligus dibuat pondok sebagai tempat tinggal para penambang. Rata-rata hasil produksi butiran emas murni untuk setiap unit rakit/alat tambang adalah antara 2-4 gram.
30
Jadi, dalam jenis aktivitas tambang ada dua kategori yakni : Pencampur merkuri dan pembakar amalgram (jenis pekerjaan yang mengalami kontak langsung dengan merkuri). Pengambil lumpur (jenis pekerjaan yang tidak mengalami kontak langsung dengan merkuri) (Lestarisa, 2010). 2.
Distribusi Paparan Merkuri Menurut Variabel Tempat Sumber Ikan Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu
“daerah tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke seluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali individu spesies tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya, dikarenakan dalam tujuan ruaya/migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier atau individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru) dan jika spesies tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda. Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya
31
penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh makanan, reproduksi dan hal-hal lainnya. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa 70% dari permukaan bumi ini tertutupi oleh air, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, serta habitat pada ikan. Ikan-ikan ditemukan di berbagai tempat dan habitat yang berbeda. Mereka ditemukan di danau tertinggi dunia dari permukaan laut yaitu danau Titicaca, Amerika Selatan (3812 meter), dan pada daerah kedalaman 7000 m di bawah permukaan laut. Beberapa jenis ditemukan pada air tawar dengan salinitas 0.01 ‰ (umumnya danau, 0.05 s/d 1‰) hingga pada salinitas yang sangat tinggi, 100‰ (umumnya 35‰ pada laut terbuka). Mereka juga dapat ditemui pada gua yang sangat gelap seperti ditemukan di Tibet, China, dan India hingga pada daerah yang berarus kuat. Di Afrika ditemukan jenis ikan Tilapia yang hidup di sungai dengan temperature 44°C, sedangkan di Antartika ditemukan hidup pada suhu –2°C. Banyak jenis yang ditemukan memiliki organ pernapasan udara tambahan dan hidup di rawarawa pada daerah tropic. Penyebaran secara vertical pun dapat melampaui kemampuan jenis vertebata lainnya (sekitar 5 km diatas permukaan laut sampai 11 km dibawahnya). Hal serupa terjadi di wilayah pertambangan Desa Wumbubangka di mana terdapat ikan-ikan yang hidup di kubangan air tempat pendulangan emas yang berasal dari sungai yang telah kering akibat adanya pertambangan.
32
Kubangan-kubangan tersebut menjadi habitat berbagai jenis ikan yang dikonsumsi oleh penambang yang tinggal di sekitar lokasi penambangan. 3.
Distribusi Paparan Merkuri Menurut Variabel Waktu Frekuensi Pemakaian Merkuri Frekuensi pemakaian merkuri adalah intensitas pekerja kontak dengan
merkuri dalam satu minggu yang dinyatakan dalam satuan hr/mg. Setiap satu kali pembakaran emas, pekerja tambang menggunakan merkuri (Hg) sebanyak 600.000 mg/L atau setara dengan 600 ml botol air mineral. Namun pemakaian merkuri yang digunakan disesuaikan dengan emas yang diperoleh tiap harinya. 4.
Distribusi Paparan Merkuri Menurut Variabel Perilaku Konsumsi Ikan Konsumsi ikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya keracunan merkuri pada manusia. Hal tersebut karena merkuri merupakan logam berat yang tidak dapat didegradasi sehingga dapat menimbulkan bioakumulasi pada makhhluk hidup yang salah satunya adalah ikan. Menurut Arsentina (2008) dan Agustina (2010), definisi dari bioakumulasi yakni peningkatan zat kimia yang terjadi pada tubuh makhluk hidup dalam waktu yang cukup lama dibandingkan dengan konsentrasi zat kimia yang berada di alam. Dalam perairan dan sedimen, merkuri dapat berubah menjadi bentuk organik, yaitu metilmerkuri (CH3Hg) karena adanya aktivitas bakteri. Bentuk senyawa metilmerkuri (CH3Hg) dapat dengan mudah berdifusi dan berikatan
33
dengan protein biota akuatik. Hal tersebut termasuk pada protein jaringan otot ikan (Bureau of Nutritional Sciences, Food Directorate, Health Product and Food Branch Canada, 2007; Athena dan Inswiasri, 2009). Diketahui pula ion metil merkuri yang telah termakan akan larut dalam lipida dan ditimbun dalam jaringan lemak pada ikan sampai kadar 3000 kali dari kadar yang ada di air, namun ikan tersebut tidak menunjukkangangguan merkuri atau menderita sakit (Polii dan Sonya, 2002). Sehingga apabila manusia mengonsumsi ikan yang terkontaminasi oleh merkuri maka dapat terjadi peningkatan risiko untuk terjadinya keracunan merkuri. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi kadar merkuri yang terkandung dalam ikan, salah satunya adalah umur ikan tersebut . Kandungan merkuri akan mengikat sesuai dengan umur ikan. Hal tersebut berarti, ikanikan yang berukuran besar sebagai ujung dari rantai makanan yang memiliki konsentrasi merkuri yang paling tinggi (Athena dan Inswiasri, 2009). C. Tinjauan Umum Merkuri Dalam Urine Sampel urine merupakan indikator terbaik terhadap kandungan merkuri dalam tubuh pada paparan merkuri anorganik jangka panjang karena paparan uap logam merkuri. Hal ini dikarenakan merkuri dalam urine mencapai puncaknya +2 -3 minggu setelah pemaparan dan berkurang dengan sangat lambat dengan waktu paruh 40-60 hari untuk pemaparan jangka pendek dan 90 hari untuk pemaparan jangka panjang. Pemaparan pada masyarakat umum kadar merkuri dalam urine jarang melebihi 10μg/l,
34
sedangkan pada pekerja berbanding lurus antara konsentrasi merkuri di udara dan urine. Pada hasil beberapa studi menunjukkan bahwa tanda awal pengaruh kurang baik yang berkenaan dengan sistem syaraf pusat atau ginjal dapat dilihat pada konsentrasi kadar merkuri dalam urin antara 10 - 20 μg/l. Dan apabila konsentrasi merkuri dalam urine melebihi 20 μg/l secara pasti mempunyai risiko efek kurang baik pada kesehatan, terutama pada sistem syaraf pusat, tremor, rasa cemas, erethism dan kerusakan ginjal dengan proteinuria dapat diamati (WHO Geneva, 1994). 1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri dalam Urine a.
Kadar Merkuri Jumlah merkuri yang digunakan pekerja sebagai bahan
pecampur pada saat proses amalgamasi dan penggarangan dengan satuan lt/hr. b.
Lama Kontak Merkuri Adalah lama seseorang bekerja setiap harinya (dalam satuan
jam) dan berapa hari dalam seminggu (dalam satuan hari), sehingga semakin lama jam kerja orang tersebut dalam sehari maka akan semakin banyak jumlah paparan merkuri yang diterima oleh tubuhnya, dan terakumulasi dalam berapa hari kerja selama seminggu. c.
Penggunaan Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk
meminimalisasi tingkat paparan bahan berbahaya atau beracun serta
35
menghindari kecelakaan akibat kerja di tempat kerja. APD (Alat Pelindung Diri) ada untuk semua jenis bahaya dan keadaan. Jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan pada pertambangan emas, meliputi : sarung tangan karet, kaca mata, sepatu boot, dan pakaian panjang
(pada
proses
amalgamasi),
sedangkan
pada
proses
penggarangan dibutuhkan masker sebagai alat pelindungnya. Pada dasarnya APD tersebut dapat berfungsi untuk mencegah masuknya merkuri ke dalam tubuh pekerja, baik melalui inhalasi maupun melalui pori - pori kulit. Dengan pekerja memakai APD, diharapkan akan mengurangi risiko yang diakibatkan oleh paparan merkuri. 2.
Pemeriksaan pada Urine Merkuri yang masuk ke dalam hati akan terbagi dua; sebagian akan
terakumulasi pada hati, sedangkan sebagian lainnya akan dikirim ke empedu. Dalam kantong empedu, akan dirombak menjadi senyawa merkuri anorganik yang kemudian akan dikirim lewat darah ke ginjal, dimana sebagian akan terakumulasi pada ginjal dan sebagian lagi dibuang bersama urin (Connel 2001). Metode yang digunakan dalam pemeriksaan total kadar merkuri adalah Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) baik untuk pemeriksaan kadar merkuri dalam makanan, darah, urine, rambut dan dalam jaringan (Rianto, 2010). Kegunaan alat Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) adalah untuk menentukan kandungan logam/metal total dalam suatu senyawa dalam sampel logam apapun dalam kisaran kosentrasi rendah (ppm sampai pbb).
36
Kandungan logam dalam sampel padat, cair maupun gas (setelah dipreparasi menjadi larutan) dapat dianalisis mengunakan alat ini (Hartono, 2003). D. Tinjauan Umum Tentang Skrining 1.
Pengertian Skrining Skrining atau uji tapis adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan
penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betulsehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita (Noor, 2008). Tes skrining biasanya tidak menegakkan diagnosis, melainkan ada atau tidak
adanya
faktor
risiko
yang
diidentifikasi,
sehingga
individu
membutuhkan tindak lanjut dan pengobatan. Sebagai penerima skrining biasanya orang-orang yang tidak memiliki penyakit adalah penting bahwa tes skrining itu sendiri sangat mungkin untuk menyebabkan kerusakan. Inisiatif untuk skrining biasanya berasal dari penyidik atau orang atau badan kesehatan dan bukan dari keluhan pasien. Skrining biasanya berkaitan dengan penyakit kronis dan bertujuan untuk mendeteksi penyakit yang belum umum dalam pelayanan medis. Skrining dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko, kecenderungan genetik, dan pencetus atau bukti awal penyakit. Ada berbagai jenis tes kesehatan, masing-masing dengan tujuan sendiri : massa, beberapa atau multiphase dan preskriptif .
37
Skrining dilakukan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit sebelum dilakukan diagnosis klinis lebih lanjut. Skrining merupakan metode test sederhana yang digunakan secara luas pada populasi asimptomatik (tampak sehat) untuk mendeteksi adanya penyakit dengan membagi populasi subjek skrining menjadi dua kelompok kemungkinan yaitu orang-orang yang lebih cenderung memiliki penyakit tersebut dan orang-orang yang cenderung untuk tidak memilikinya. Mereka yang mungkin memiliki penyakit (mereka yang hasilnya positif) dapat menjalani pemeriksaan diagnostik lebih lanjut dan pengobatan jika diperlukan. Seperti yang kita ketahui Skrining bukanlah diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis dilakukan kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan hasil yang positif (Noor, 2008). 2.
Tujuan dan Manfaat Skrining Skrining mempunyai tujuan diantaranya : menemukan orang yang
terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan, mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat, mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin, mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifatpenyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini mendapat keterangan epidemiologis yang berguna bagi dan peneliti (Rajab, 2009).
38
Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Skrining juga dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009 ). 3.
Proses Pelaksanaan Skrining Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan
(tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negative dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring. Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak untuk lebih dari satupenyakit (Noor, 2008).
39
Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni, 2003). E. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliatian yang dilakukan oleh (Andry DH dkk., 2011) berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana hasil penlitian menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama tinggal (p=0,003), jarak tempat tinggal (p=0,002), jenis pekerjaan (p=0,004), sumber air bersih (p=0,004), kebiasaan mandi (p=0,015) dan konsumsi ikan hasil setempat (p=0,007) dengan kadar merkuri pada rambut. Variabel konsumsi sayuran setempat dan status gizi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar merkuri pada rambut masing-masing dengan (p=0,330) dan (p=0,500). Variabel yang berisiko terjadinya kadar merkuri pada rambut melebihi ambang batas adalah lama tinggal ≥15 tahun (OR=7,07; 95%CI=2,12–23,57) dan konsumsi ikan hasil setempat >3 kali per minggu (OR=6,14; 95% CI=1,86-20,30), dengan nilai probabilitas sebesar 89,3%.
40
F.
Kerangka Teori Penelitian Wilayah tambang emas rakyat diidentifikasi atau diukur kadar Hg dalam lingkungan yang meliputi kadar Hg dalam ikan untuk menghitung intake Hg yang berpengaruh terhadap kadar Hg dalam tubuh manusia (Hg dalam urin). Selain itu perlu dipertimbangkan sebagai variabel yang berpengaruh adalah karakter individu meliputi jenis aktivitas penambang dan pola aktivitas yang digunakan untuk menghitung intake Hg ke dalam tubuh manusia (Inswiasri dan Hartono, 2011). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka teori pada gambar di bawah ini :
Sumber Lain
Sumber Pajanan (Hg)
Hg di lingkungan (dalam ikan) Karakteristik individu: Jenis aktivitas penambang Pola aktivitas: frekuensi pemakaian merkuri (Hg) Intake Hg pada
manusia Pharmako kinetik efek tubuh terhadap Hg Hg dalam tubuh manusia ( dalam urine) Pharmako dinamik reaksi Hg terhadap tubuh Efek kesehatan : kronis
Gambar 1: Kerangka Teori Sumber : Inswiasri, dan Haryoto Kusnoputranto (2011)
41
G. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Orang jenis aktivitas penambang.
Karakteristik Tempat Sumber ikan Studi Epidemiologi Karakteristik Waktu frekuensi pemakaian merkuri
Karakteristik Perilaku Frekuensi konsumsi ikan
: Variabel Independen : Variabel Dependen
Gambar 2: Kerangka Konsep
Status paparan merkuri (Hg) dalam ikan yang dikonsumsi dan urin pekerja tambang
42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan melakukan survei pada penambang emas dengan metode skrining yakni pemeriksaan kadar merkuri (Hg) melalui pengambilan sampel ikan dan urine pekerja tambang emas setempat. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai selesai, dan dilaksanakan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara
Kabupaten
Bombana.
Pemeriksaan
Sampel
dilaksanakan
di
Laboratorium Forensik FMIPA Universitas Halu Oleo. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja tambang emas yang tinggal di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten
42
43
Bombana sebanyak 60 pekerja tambang emas di tiga kelompok yaitu PT.Anugrah Alam, PT. SAM , dan Mitra Kerja dari kedua PT tersebut. 2.
Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti, dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo,2002). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik propotional random sampling, karena populasi terbagi atas bebrapa kelompok, sehingga
setiap kelompok sampel harus diwakili sampel
(Arikunto,2006) Besar sampel ditentukan melalui rumus Slovin (Notoadmojo,2010). Besar sampel < 10000, maka:
Keterangan : n : Jumlah sampel N: Jumlah populasi d : tingkat kesalahan = 0.1 Hasil perhitungan diperoleh: Karena N = 60, d = 0.1, maka sampelnya (n) adalah: n
60 1 60(0,12 )
n
60 1,6
n 37 (pembulatan)
44
Berdasarkan dari hasil perhitungan rumus tersebut, maka diperoleh total sample sebesar 37 sampel dari populasi sebesar 60 pekerja tambang. Agar setiap perusahaan terwakili maka sampel harus diambil secara proporsional berdasarkan rumus berikut:
Sehingga:
PT. Anugerah Alam
PT. SAM
MITRA KERJA
Adapun kriteri inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pekerja mengonsumsi ikan di sekitar tambang 2. Bekerja sebagai penambang emas (dengan masa kerja minimal 5 tahun). 3. Masih aktif bekerja di lokasi tambang emas. 4. Responden berada di tempat pada saat pengambilan sampel. 5. Pekerja bersentuhan langsung pada proses pemisahan kandungan emas.
45
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 1.
Kadar Merkuri (Hg) Definisi Operasional Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan
satu-satunya logam yang pada suhu kamar
berwujud cair. Pemeriksaan merkuri dapat dilakukan dalam ikan dan urine dibandingkan dengan standar kriteria WHO. Kriteria Objektif : Ikan Normal
: jika kandungan merkuri dalam ikan ≤0,5 ppm
Tidak Normal
: jika kandungan merkuri dalam ikan >0,5 ppm
Urine Normal Tidak Normal
: jika paparan merkuri dalam urine 4µg/L : jika paparan merkuri dalam urine (melebihi ambang batas normal) ≥ 4µg/L
2.
Orang Aktivitas Penambang Definisi Operasional Aktifitas penambang merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh penambang pada saat kegiatan penambangan (Lestarisa, 2010). Kriteria objektif :
46
i.
Jenis pekerjaan yang mengalami kontak langsung dengan merkuri (Pembakar , Pencampur).
ii.
Jenis pekerjaan yang tidak mengalami kotak langsung dengan merkuri (Pengambil lumpur / Mendulang).
iii.
Gabungan (Jika jenis aktivitas penambang yang dilakukan semuanya yaitu pengambil lumpur/mendulang, pembakar dan pencampur).
3.
Tempat Sumber Ikan Sumber ikan adalah sumber hayati perairan yang menghasilkan berbagai jenis ikan yang diperuntukkan sebagai makanan bagi konsumsi manusia. Kategori Objektif : Resiko tinggi : >0,003 mg/l Resiko rendah : ≤0,003 mg/l (Angriyani, dkk. 2014).
4.
Waktu Frekuensi Pemakaian Merkuri Frekuensi pemakaian merkuri adalah intensitas pekerja kontak dengan merkuri dalam satu minggu yang dinyatakan dalam satuan hr/mg. Setiap satu kali pembakaran emas, pekerja tambang menggunakan merkuri (Hg) sebanyak 600.000 mg/L atau setara dengan 600 ml botol air mineral.
47
Kriteria Objektif : Resiko tinggi : 7 hr/35mg Resiko rendah : <7 hr/35mg Dengan asumsi setiap proses pemijaran merkuri yang menguap dan bersatu dengan udara sekitar 10% dari jumlah total merkuri yang diproses sebagai berikut : 600.000 x 10/100 5.
Perilaku Frekuensi Konsumsi Frekuensi konsumsi adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Dimana dalam menentukan tingkat risiko digunakan rumus dari Ditjen PP dan PL dengan menentukan Intake paparan melalui ingesti dengan rumus :
=
Keterangan
: :
Jumlah konsentrasi agen risiko (mg) yang masuk ke dalam tubuh manusia dengan berat badan tertentu (kg) setiap harinya. Dengan satuan (mg/kg x hari)
48
C (Concentration)
:
Konsentrasi
agen
risiko
pada
air
bersih/minum ataupada makanan R (rate)
:
Laju konsumsi atau banyaknya volume air atau jumlah berat makanan yang masuk setiap jamnya (54 gram /hari)
fE
:
Lamanya atau jumlah hari terjadinya pajanan setiap tahunnya ( Pajanan pada pemukiman : 350 hari/tahun)
Dt (duration time)
:
Lamanya
atau
jumlah
tahun
terjadinya
pajanan ((Residensial (pemukiman) / pajanan seumur Wb (weight of body)
:
hidup
: 8 tahun)
Berat badan manusia / populasi / kelompok Populasi (Dewasa asia / Indonesia : 55 Kg dan pada anak – anak : 15 Kg)
tavg(nk)
(time
:
average)
Periode waktu rata–rata untuk efek non karsinogen ( 8 tahun x 365hari/tahun = 2.920)
Kriteria Objektif : Aman
:
jika nilai intakenya ≤ 0,5 ppm
Tidak aman
:
jika nilai intakenya >0,5 ppm
49
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1.
Pengambilan data responden Survei awal dilakukan untuk melakukan koordinasi dengan pihak Desa
Wumbubangka untuk mendapatkan izin penelitian dan data demografi desa serta mendapat dukungan dari semua pihak. Pengambilan data responden yakni dengan mengunjungi setiap rumah di Desa Wumbubangka. Sebelum melakukan survey terlebih dahulu meminta persetujuan responden. Setelah itu meminta persetuaan untuk siap diwawancarai dan besedia mengambil sampel ikan dan urine. Setelah disetujui siap untuk melakukan wawancara langsung
kepada responden dengan menanyakan
beberapa pertanyaan berdasarkankan kuisioner yang ada dengan beberapa pertanyaan dari peneliti. Adapun Instrumen penelitian ini, sebagai berikut : a.
Alat tulis berupa polpen dan kertas.
b.
Kuisioner berupa berisi sejumlah pertanyaan.
c.
Multivitamin, yakni diberikan setelah dilakukan wawancara dan pengambilan sampel urin dengan maksud sebagai tanda terima kasih dari peneliti telah bersedia menjadi responden.
d.
Kamera sebagai dokumentasi peneliti.
50
F.
Metode Pengumpulan data 1.
Data Primer Data Primer adalah sumber informasi yang langsung berasal dari yang
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap data tersebut. Data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk daftar pertanyaan yang disediakan sebelumnya dengan maksud
untuk mengumpulkan data dan informasi langsung dari
responden yang bersangkutan serta dengan melakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur. Tahapan pengumpulan data primer yaitu : Pengambilan sampel ikan dan urine dilakukan secara langsung di 3 lokasi yang telah ditentukan. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran kandungan Hg dalam ikan dan urine yang dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium. a. Mengambil data pekerja tambang dengan metode wawancara berdasarkan alat bantu berupa kuisioner yang dilakukan pada responden di Desa Wumbubangka Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016. b. Sampel ikan, sampel ikan diambil di tiga tempat untuk diamati kandungan merkurinya (Hg), wadah yang terbuat dari styrofoam untuk menyimpan sampel ikan sebelum dilakukan uji laboratorium, kertas label untuk memberi tanda terhadap sampel ikan, es untuk menjaga ikan sampel agar tidak busuk, spektrofotometer penyerap atom (atomic
51
absorption spectrophotometer, AAS) untuk analisis kandungan logam berat dalam tubuh ikan, larutan HNO3, SnCl2, HgSO4, dan HCI04. c. Sampel urine, mengambil sampel urine pekerja tambang pada tiga wilayah yang telah ditentukan kemudian dilakukan pemeriksaan total kadar merkuri menggunakan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). d. Membuat daftar sampel penelitian dengan pemberian nomor.
2.
Data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang ada dalam
penelitianya itu : PT.Anugrah Alam, PT. SAM dan Mitra kerja dari kedua perusahaan tersebut di desa Wuwubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. G. Pengolahan Data dan Analisis Data 1.
Pengolahan Data a.
Kode yaitu pemberian kode-kode tertentu untuk memudahkan dalam tahap pengolahan data yaitu dengan cara memberikan kode angka.
b.
Edit yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang hasil pengukuran pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada ikan dan urine penambang.
52
c.
Tabulasi data yaitu mengelompokan data kedalam tabel yang dibuat sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
d.
Entry data yaitu memasukkan data yang telah di edit dan di kode, selanjutnya data-data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan fasilitas komputer.
2.
Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan karakteristik setiap
variabel penelitian yaitu studi epidemiologi berdasarkan orang, tempat dan waktu dimana variabel orang meliputi : jenis aktivitas penambang, variabel tempat sumber ikan, variabel waktu meliputi frekuensi pemakaian merkuri dan variabel perilaku meliputi konsumsi ikan. Dengan melihat kadar merkuri (Hg) pada ikan dan urine penambang berdasarkan hasil uji laboratorium, kemudian dibandingkan dengan ambang batas terhadap kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine berdasarkan ketetapan dari WHO. H. Penyajian Data Data yang telah diolah dan di analisis, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan interpretasi dalam bentuk narasi.
53
I.
Jadwal Penelitian Bulan
No
Kegiatan I
1
Studi kepustakaan
2
Penyusunan Proposal
3
Konsultasi Proposal
4
Seminar Proposal
5
Perbaikan Proposal
7
Pelaksanaan Penelitian Analisis Data
8
Konsultasi Hasil
9
Seminar Hasil
10
Perbaikan Hasil
11
Ujian Skripsi
12
Perbaikan Skripsi
6
Ket : : Proposal :Hasil : Skiripsi
Januari
Februari
II III IV I
II III IV
Maret I
II
III IV
April I
II
III IV
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Luas Wilayah dan Topografi Desa Wumbubangka merupakan bagian wilayah administrasi dari Kecamatan Rarowatu Utara yang berada di wilayah Perbukitan. Jarak desa dengan kecamatan yaitu sekitar 11 km. Luas Desa Wumbubangka yaitu seluas ± 700 ha dengan luas pemukiman ± 20 ha, dan luas prasarana umum lainnya adalah ± 7 ha. 2. Letak Geografis Secara geografis, Desa Wumbubangka berada di wilayah Pemerintah Kecamatan Rarowatu Utara yang merupakan bagian dari Kabupaten Bombana dengan batas batas Desa sebagai berikut : a. Sebelah Utara
: Desa Aneka Marga, Kec. Rarowatu Utara
b. Sebelah Selatan
: Punggung Gunung, Kec. Rarowatu
c. Sebelah Timur
: Desa Tembe, Kec. Rarowatu Utara
d. Sebelah Barat
: Desa Totole, Kec. Mata Uliu
3. Kependudukan a.
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah keseluruhan penduduk Desa Wumbubangka yaitu 1.347
jiwa. Keadaan penduduk Desa Wumbubangka berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1. 54
55
Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Lokasi
Jumlah KK
Jumlah Penduduk
Jumlah Jiwa LakiPerempuan Laki
Desa 285 1.113 566 Wumbubangka Persentase (%) 50,85 Sumber : Profil Desa Wumbubangka Tahun 2014
547 49,15
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa keadaan penduduk menurut jenis kelamin dalam jumlah terbanyak yaitu berjenis kelamin perempuan sebesar 547 jiwa (49,15%) dan yang terendah yaitu berjenis kelamin laki - laki sebanyak 566 jiwa (50,85%). b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Keadaan penduduk Desa Wumbubangka berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. 1 2 3 4 5
Pendidikan
Jumlah (Orang)
Tidak tamat SD 153 Tamat SD 131 Tamat SLTP 346 Tamat SLTA 121 Diploma/ Sarjana 61 Total 812 Sumber : Laporan KKN Reguler 1 (2014)
Persentase (%) 18,84 16,13 42,61 14,90 7,52 100%
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi terdapat pada pendidikan yang tamat SLTP sebanyak 346 orang (42,61%) sedangkan yang terendah berada pada pendidikan Diploma/Sarjana sebanyak 61 orang (7,52%).
56
c.
Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Secara umum tingkat perekenomian di Desa Wumbubangka dipengaruhi oleh potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Keadaan penduduk Desa Wumbubangka berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Jumlah Pekerja (n) 1 Pendulang 468 2 Tukang kayu 21 3 Tukang batu 17 4 Pedagang 67 5 Petani 88 6 Pensiunan PNS 50 7 Wiraswasta 39 8 PNS 62 Total 812 Sumber : Laporan KKN Reguler 1 (2014) No
Pekerjaan
Persentase (%) 57,63 2,59 2,09 8,25 10,85 6,17 4,81 10,1 100 %
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa keadan penduduk menurut mata pencaharian tertinggi terdapat pada pekejaan sebagai pendulang atau biasa disebut sebagai penambang emas sebanyak 468 orang (57,63%) sedangkan yang terendah berada pada pekerjaan sebagai tukang batu sebanyak 17 orang (2,09%). B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana dengan jumlah sampel sebanyak 37 responden yang bekerja sebagai penambang emas. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka disajikan hasil penelitian sebagai berikut:
57
1. Karakteristik Responden a. Umur Responden Umur adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. Pengelompokkan umur dilakukan untuk mengklasifikasilkan kelompok umur mana yang lebih banyak menjadi responden penelitian. Selain itu untuk mengetahui kelompok umur yang lebih beresiko rentan terpapar. Tabel 6. Distribusi Responden menurut Umur di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Jumlah No.
Kelompok Umur (Tahun) 1. <25 tahun 2. 26-30 tahun 3. 31-35 tahun 4. 36-40 tahun 5. 41-45 tahun 6. 46-50 tahun 7. 51-55 tahun 8. >56 Jumlah Sumber: Data Primer, 2016
(n)
(%)
3 5 9 5 11 1 1 2 37
8,1 13,5 24,3 13,5 29,7 2,7 2,7 5,4 100
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur responden tertinggi yaitu 41-45 tahun yang berjumlah 11 orang (29,7%) kemudian kelompok umur 31-35 tahun yang berjumlah 9 orang (24,3%) dan jumlah responden berdasarkan umur yang terendah adalah 46-50 tahun dan 51-55 tahun yang berjumlah 1 orang (2,7%)
58
b. Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan,keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi responden dalam berfikir dan bertindak. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang menerima sesuatu yang bersifat baru dan akan lebih terampil serta lebih dinamis terhadap setiap perubahan yang dihadapi khususnya yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah dijalani atau dilalui oleh responden. Distribusi responden menurut pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 7. Distribusi Responden menurut Pendidikan Terakhir di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Jumlah No.
Pendidikan Terakhir Responden 1. SD 2. SMP 3. SMA Jumlah Sumber: Data Primer, 2016
(n)
(%)
12 11 14 37
32,4 29,7 37,8 100
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak terdapat pada lulusan SMA yaitu 14 orang (37,8%) kemudian jumlah responden berdasarkan lulusan
59
SD yaitu 12 orang (32,4%) sedangkan jumlah responden berdasarkan lulusan SMP adalah yang terendah yaitu 11 orang (29,%). 2. Analisisi Univariat a. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) pada Sampel Urine Penambang Emas Distribusi kadar merkuri (Hg) penambang emas menurut hasil pemeriksaan pada sampel urine dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 8. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Hasil Pemeriksaan Jumlah No. Merkuri (Hg) Pada (n) (%) Sampel Urine 1. Hasil Positif 37 100.0 2. Hasil Negatif 0 0 Total 37 100 Sumber: Laporan Hasil Analisa Laboratorium, 2016 Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penambang emas berdas arkan hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada sampel urine menunjukkan hasil positif sebanyak 37 orang (100%) dan hasil negatif sebanyak 0 orang (0%). Hal ini menunjukkan bahwa dari 37 pekerja tambang yang menjadi responden positif terpapar merkuri (Hg).
b. Distribusi Kadar Merkuri (Hg) pada Urine Penambang Emas Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair.
60
Pemeriksaan merkuri dapat di lakukan dalam urine. Urine merupakan salah satu cairan dalam tubuh manusia yang dapat mengakumulasi merkuri. Kadar merkuri dapat dilihat dengan menggunakan analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) destruksi basah (Lestarisa, 2011). Distribusi hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada pekerja tambang dari hasil sampel urine dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 9.Distribusi Kadar Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Kadar Merkuri (Hg) Jumlah No. Pada Sampel Urine (n) (µ/L) 1. 2,43-2,92 7 2. 2,93-3,42 6 3. 3,43-3,92 14 4. 3,93-4,42 9 5. 4,43-4,92 1 37 Total Sumber: Laporan Hasil Analisa Laboratorium, 2016
(%) 18,9 16,2 37,8 24,3 2,7 100
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) pada sampel urine pekerja tambang emas dengan kadar merkuri (Hg) tertinggi yaitu 4,43-4,92 µ/L sebanyak 1 orang (2,7%) dan kadar merkuri terendah yaitu sebesar 2,43-2,92 µ/L yaitu 7 orang (18,9%). Jumlah penambang emas berdasarkan kadar merkuri (Hg) pada sampel urine yang paling banyak adalah 3,43– 3,92 µ/L yaitu 14 orang (37,8%). Data di atas menujukkan bahwa kadar merkuri (Hg) pada sampel urine pekerja
61
tambang emas masih berada di bawah ambang batas yaitu 4µ/L berdasarkan kriteria WHO. Berdasarkan data deskriptif pada tabel 7 mengenai ditribusi kadar merkuri (Hg) pada penambang, berikut merupakan tingkat kadar merkuri (Hg) urine berdasarkan tingkatan untuk melihat besar pengaruh dari variabel yang diteliti. Tabel 10. Distribusi Penambang Emas Menurut Tingkat Kadar Merkuri (Hg) Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. No.
Tingkat kadar merkuri (Hg) pada urine
Rendah ( ≤ 4µ/L) Tinggi ( >4µ/L) Total Sumber: Data Primer, 2016 1. 2.
Jumlah (n)
(%)
27 10 37
72,97 27,03 100
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa tingkat kadar merkuri (Hg) pada sampel urine pekerja tambang emas tertinggi terdapat pada tingkatan rendah (≤4µ/L) yaitu sebanyak 27 orang (72,97%) dan yang terendah terdapat pada tingkatan tinggi (>4µ/L) yaitu sebanyak 10 orang (27,03%). Hal ini mengartikan sebagian besar penambang masih berada dalam kategori rendah terhadap kadar merkuri (Hg) pada urinenya.
62
c. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) pada Sampel Ikan Distribusi kadar merkuri (Hg) dalam ikan menurut hasil pemeriksaan pada sampel ikan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 11. Distribusi Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) pada Ikan Menurut Pemeriksaan Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Jumlah Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Sampel Ikan (n) (%) 1. Hasil Positif 37 100.0 2. Hasil Negatif 0 0 Total 37 100 Sumber: Laporan Hasil Analisa Laboratorium, 2016 No.
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada sampel ikan menunjukkan hasil positif sebanyak 37 sampel ikan (100%) dan hasil negatif sebanyak 0 sampel ikan (0%). Hal ini menunjukkan bahwa dari 37 ikan yang menjadi sampel positif terpapar merkuri (Hg). d. Distribusi Kadar Merkuri (Hg) Pada Ikan Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Secara umum perairan tempat kehidupan ikan terdiri dari laut, air tawar dan payau. Ikan diperhitungkan sebagai sumber zat gizi yang sangat tinggi. Kandungan Omega 3 pada ikan mampu mencegah penyakit jantung dan penyakit degeneratif. Namun apabila merkuri (Hg) terakumulasi di dalam tubuh ikan dan dikonsumsi oleh manusia maka akan sangat berbahaya bagi kesehatan. Kadar merkuri pada ikan dapat pula dilihat dengan
63
menggunakan analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer) destruksi basah (Lestarisa, 2011). Distribusi hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada ikan dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 12. Distribusi Kadar Merkuri (Hg) Ikan Menurut Pemeriksaan Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Kadar Merkuri (Hg) Jumlah No. Pada Sampel Ikan (ppm) (n) 1. 0,8-1,4 1 2. 1,5-2,1 6 3. 2,2-2,8 5 4. 2,9-3,5 16 5. 3,6-4,2 9 6. 4,3-4,9 0 37 Total Sumber: Laporan Hasil Analisa Laboratorium, 2016
(%) 2,7 16,22 13,51 43,24 24,32 0 100
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) pada sampel ikan dengan kadar merkuri (Hg) tertinggi yaitu 4,3-4,9 ppm sebanyak 0 ikan (0%) dan kadar merkuri terendah sebesar 0,8-1,4 ppm yaitu 1 ikan (2,7%). Jumlah ikan berdasarkan kadar merkuri (Hg) pada sampel ikan yang paling banyak adalah 2,9– 3,5 ppm yaitu 16 ikan (43,24%). Data di atas menujukkan bahwa kadar merkuri (Hg) pada sampel ikan telah berada di atas ambang batas yaitu 0,5 ppm berdasarkan kriteria WHO.
64
Berdasarkan data deskriptif pada tabel 10 mengenai ditribusi kadar merkuri (Hg) pada ikan, berikut merupakan tingkat kadar merkuri (Hg) ikan berdasarkan tingkatan untuk melihat besar pengaruh dari variabel yang diteliti. Tabel 13. Distribusi Ikan Menurut Tingkat Kadar Merkuri (Hg) Ikan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. Tingkat kadar merkuri (Hg) pada urine 1. Rendah ( ≤ 0,5 ppm) 2. Tinggi ( >0,5 ppm) Total Sumber: Data Primer, 2016 No.
Jumlah (n)
(%)
0 37 37
0 100 100
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dilihat bahwa tingkat kadar merkuri (Hg) pada sampel ikan berada dalam kategori tinggi terhadap kadar merkuri dalam ikan sehingga ikan tidak aman untuk dikonsumsi. C. Studi Epidemiolgi Paparan Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas 1. Variabel Orang Jenis Aktivitas Penambang Distribusi penambang emas menurut orang berdasarkan jenis aktivitas dari hasil pemeriksaan Merkuri (Hg) pada sampel urine dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 14. Distribusi Penambang Emas Berdasarkan Kelompok Jenis Aktivitas Penambang Dari Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016.
No .
Jenis Aktivitas
Hasil Pemeriksaan merkuri(Hg) pada Sampel Urine Normal Tidak Normal
Total
65
1. 2.
Mendulang Pembakaran/Pencam puran 3. Keduanya 4. Lainnya Total Sumber: Data Primer, 2016
(n) 9 1
(%) 33,33 3,7
(n) 3 0
(%) 30 0
(n) 12 1
(%) 32,43 2,7
5 12 27
18,52 44,44 100
1 6 10
10 60 100
6 18 37
16,22 48,65 100
Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penambang emas dengan tingkat kadar merkuri (Hg) pada urine yang menunjukkan tingkat terendah menurut kelompok jenis aktivitas adalah kelompok pembakaran yaitu 1 orang (3,7%), dan tingkat tertinggi menurut kelompok jenis aktivitas yang adalah kelompok lainnya yaitu 12 orang (44,44%). 2. Variabel Tempat Sumber Ikan Distribusi hasil pemeriksaan merkuri menurut tempat berdasarkan sumber ikan dari hasil pemeriksaan Merkuri (Hg) pada sampel ikan dari hasil pemeriksaan ikan dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 15. Distribusi Sumber Ikan Dari Hasil Pemeriksaan Merkuri (Hg) Pada Sampel Ikan Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016.
No.
Sumber Ikan
1. 2.
Risiko Tinggi Risiko Rendah Total
Sumber: Data Primer, 2016
Hasil Pemeriksaan (Hg) pada Sampel Ikan Tidak Normal (n) (%) 14 37,84 23 62,16 37 100
Total 14 23 37
66
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa seluruh ikan yang diperoleh atau dikonsumsi dari sumber ikan seperti sungai maupun kubangan memenuhi kriteria tidak normal atau telah positif mengandung merkuri (Hg), dimana risiko tinggi berjumlah 14 ikan (37,84%) dan risiko rendah sebanyak 23 ikan (62,16%). 3. Variabel Waktu Frekuensi Penggunaan Merkuri Distribusi hasil pemeriksaan merkuri (Hg) menurut waktu berdasarkan frekuensi pengggunaan merkuri pada pekerja tambang dari hasil pemeriksaan urine dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 16. Distribusi Kadar Penggunaan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Menurut Pemeriksaan Sampel Urine Di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana Tahun 2016. No
1. 2.
Frekuensi Penggunaan Merkuri
Risiko Tinggi Risiko Rendah Total Sumber: Data Primer, 2016
Hasil Pemeriksaan (Hg) pada Sampel Urine Normal Tidak normal (n) (%) (n) (%) 8 29,63 2 20 19 70,37 8 80 27 100 10 100
Total
(n) 10 27 37
(%) 27,03 72,93 100
Berdasarkan tabel 14 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi penggunaan merkuri (Hg) berdasarkan hasil pemeriksaan sampel urine terdapat 10 orang (27,03%) berisiko tinggi dan 27 orang (72,93%) berisiko rendah.
67
4. Variabel Perilaku Konsumsi Ikan Distribusi
hasil
pemeriksaan
merkuri
(Hg)
menurut
perilaku
berdasarkan intake ikan pada pekerja tambang dari hasil pemeriksaan urine dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 17.Distribusi konsumsi ikan pada penambang emas berdasarkan perhitungan intake ikan menurut pemeriksaan sampel urine di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Tahun 2016. Hasil Pemeriksaan (Hg) pada Sampel Urine No. Intake Ikan Normal Tidak Normal (n) (%) (n) (%) 1. Aman 14 51,85 4 40 2. Tidak Aman 13 48,15 6 60 27 100 10 100 Total Sumber: Data Primer, 2016
Total
(n) 18 19 37
(%) 48,67 51,35 100
Pada tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa konsumsi ikan yang diperoleh dari intake ikan berdasarkan hasil pemeriksaan urine memperoleh presentase aman yaitu 18 orang (48,67%) dan tidak aman yaitu 19 orang (51,35%). Tabel di atas menunjukkan bahwa konsumsi ikan pada area sekitar pertambangan adalah tidak aman dikarenakan kadar merkuri dalam ikan yang mencapai kategori tidak aman. D. Pembahasan 1. Gambaran Paparan Merkuri (Hg) Pada Pekerja Tambang Emas Di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016
68
Merkuri (Hg) merupakan salah satu dari bahan pencemaran logam berat yang sangat
penting untuk diperhatikan. Selain dapat masuk secara
langsung ke dalam perairan alami dari buangan limbah industri juga dapat masuk melalui air hujan dan pencucian tanah (Achmad, 2004). Merkuri merupakan salah satu logam berat yang memiliki tingkat toksisitas paling tinggi dibanding dengan logam berat lainnya. Selain itu, merkuri mempunyai sifat tidak mudah terurai (non degradable) sehingga dapat tersebar jauh dari sumber pencemaran namun mudah terabsorbsi. Merkuri yang terabsorbsi oleh manusia baik melalui inhalasi, kontak kulit, maupun asupan makanan akan terakumulasi dalam organ tertentu yang dapat menimbulkan keracunan merkuri (Rokhman, 2013). Pertambangan emas di Desa Wumbubangka merupakan salah satu wilayah pertambangan emas rakyat yang ada di Kabupaten Bombana dan masih aktif dalam kegiatan tambangnya hingga saat ini. Kegiatan penambangan dilakukan oleh sekelompok masyarakat dengan menggunakan cara-cara penambangan yang sangat sederhana (tradisional). Namun semenjak adanya perusahaan–perusahaan
yang masuk ke dalam lokasi
tersebut para pekerja lebih dominan menggunakan mesin dalam proses penambangan emas maupun dalam pengolahan emas pada mekanisme praktek kerjanya. Pertambangan tidak terlepas dengan penggunaan merkuri (Hg) dalam proses pengolahan emas. Masyarakat melakukan pengolahan bijih emas ini dengan menggunakan merkuri atau air raksa. Limbah cair dari pengolahan bijih emas tersebut
69
dibuang langsung ke aliran sungai di dekat pertambangan (Balihristi, 2013). Adanya kegiatan pertambangan yang membuang limbahnya ke sungai tentunya akan berdampak terhadap kondisi perairan dan organisme di dalamnya. Sementara para penambang di Desa Wumbubangka kadangkadang memanfaatkan organisme perairan sekitar lokasi tambang untuk dikonsumsi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 37 responden yang diteliti, jumlah penambang emas berdasarkan hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada sampel urine yang menunjukkan hasil positif sebanyak 37 orang (100%) dan hasil negatif sebanyak 0 orang (0%). Kadar merkuri (Hg) pada sampel urine pekerja tambang emas dengan kadar merkuri (Hg) tertinggi yaitu 4,43-4,92 µ/L sebanyak 1 orang (2,7%) dan kadar merkuri terendah yaitu sebesar 2,43-2,92 µ/L yaitu 7 orang (18,9%). Jumlah penambang emas berdasarkan kadar merkuri (Hg) pada sampel urine yang paling banyak adalah 3,43– 3,92 µ/L yaitu 14 orang (37,8%) (dapat di lihat pada lampiran). Data deskriptif terhadap kadar merkuri (Hg) dari hasil pemeriksaan merkuri (Hg) pada sampel urine menujukkan bahwa 37 pekerja tambang emas yang menjadi responden masih berada di bawah Ambang Batas Normal dari kadar merkuri (Hg) pada sampel urine yang telah diuji berdasarkan kriteria World Health Organization (WHO) yang menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam urine berkisar antara 4 µ/L. Akan tetapi
70
paparan yang terus menerus akan mengakibatkan akumulasi merkuri di dalam tubuh, walaupun konsentrasinya di bawah nilai ambang batas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yulandari Nusi (2015) berdasarkan data deskriptif menunjukkan bahwa kandungan merkuri pada urine pekerja tambang emas di Desa Hulawa berada pada kisaran 0,03 ppm sampai dengan 0,48 ppm dengan rata-rata kadar merkuri adalah 0.298 ppm atau 298μg/L. Hasil pemeriksaan terhadap 20 orang responden, terdapat responden dengan kadar merkuri tertinggi yaitu 0,48 ppm dan terendah yaitu 0,03 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar merkuri dalam urine penambang emas di Desa Hulawa melebihi batas kadar normal yang telah ditetapkan oleh World Health Organization yaitu rata-rata 4μg/L dan telah melebihi ambang batas maksimal Biological Exposure Index (BEI) merkuri dalam urine yaitu 50μg/L (Murray. 2013). Namun kadar merkuri dalam tubuh responden belum termasuk dalam kategori berbahaya, kadar yang berbahaya dalam urine melebihi 500 μg/L dan akan menunjukkan intoksikasi merkuri (Depkes dalam Rianto, 2010) Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Wardiatun (2009) dari data deskriptif sebanyak 44,4 % (8 orang) pekerja tambang emas di desa Rengas Tujuh pada penelitian ini terdapat merkuri di dalam urinenya, dengan kisaran kadar merkuri antara 2,32–45,29g/l dan rata - rata kadar merkuri 7,6g/l. Terdapat 3 orang penambang emas yang kandungan kadar merkuri dalam urinenya sudah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
71
Efek toksik merkuri tergantung pada bentuk, jalan masuk, dan lama berkembang merkuri di dalam tubuh. Merkuri masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan kulit. Merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi pada bagian tubuh tetentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut yang mengakibatkan keracunan sistem syaraf (Rokhman, 2013). 2. Gambaran Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) pada Pekerja Tambang Emas Di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 Berdasarkan Orang (Jenis Aktivitas Penambang) Jenis aktivitas pada penambang emas adalah penambang dengan tugas sebagai pendulang, penambang sebagai pencampur merkuri, dan penambang sebagai pembakar merkuri. Dalam penelitian ini jenis aktivitas dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan kontak dengan merkuri yaitu kelompok penambang pendulang (kontak tidak langsung dengan merkuri) dengan persentase sebesar 32,43% atau 12 orang dari jumlah penambang, sedangkan kelompok pencampur dan pembakar merkuri (kontak langsung dengan merkuri) mempunyai persentase 2,7% atau 1 orang dari jumlah penambang, dengan kandungan merkuri dalam urine sebesar 3,94 µ/L. Jenis aktivitas pendulang pada umumnya membutuhkan banyak penambang hal ini disebabkan pekerjaan mendulang merupakan pekerjaan berat. sedangkan untuk pembakar dan pencampur merkuri harus memiliki keahlian sendiri agar kadar emas yang diperoleh tidak berkurang akibat dari proses
72
pencampuran dan pemabakaran dengan merkuri sehingga tidak merugikan penambang. Dari hasil ini dapat dikatakan sebagian besar atau lebih dari 50% penambang terkena keracunan merkuri bukan melalui aktivitas menambang seperti mendulang, hal ini dikarenakan aktivitas pencampuran merkuri dan pembakaran amalgram merupakan aktivitas yang dikerjakan oleh 1 orang saja walaupun diketahui proses pembakaran merupakan aktivitas yang mempunyai presentase tertinggi terkena keracunan merkuri. Hal ini disebabkan karena penambang yang mempunyai aktivitas mencampur dan membakar melakukan kontak langsung dengan merkuri, selain itu karena uap hasil pembakaran amalgram tersebut terhirup langsung oleh penambang sehingga masuk kedalam saluran pernafasan dan uap merkuri yang masuk ke dalam paru-paru berikatan dengan darah. Merkuri yang masuk kedalam tubuh akan ditransportasi dalam sel darah merah untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim hidrogen peroksida katalese sehingga berubah menjadi ion Hg2+. Ion merkuri ini selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Logam ini juga terserap dan akan menumpuk pada ginjal dan hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih dapat dikeluarkan bersama urine dan sebagian akan menumpuk pada empedu. (Palar, 2008 dalam bukunya Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat Hal 106-107).
73
Di samping itu, merkuri yang berpengaruh terhadap system syaraf merupakan akibat pemajanan uap elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawanya ini mampu menembus blood brain barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen. Sedangkan metil merkuri yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan memperlambat sistem saluran pencernaan (SSP) yang mungkin tidak dirasakan pada saat pemajanan, setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama yang sering tidak spesifik seperti malas, pandangan kabur atau pendengaran hilang (ketulian). Meskipun jenis aktivitas penambang dalam penelitian ini tidak ada hubungan dengan kejadian keracunan merkuri namun harus tetap diwaspadai karena jenis aktivitas pencampur, pembakar amalgram dan pengambil lumpur akan berbeda kejadian keracunannya. Pencampur dan pembakar merkuri lebih rentan terkena keracunan karena melakukan kontak langsung dengan merkuri dan menghirup uap merkuri hasil pembakaran. Adapun penelitian Trilianty Lestarisa yang mengemukakan bahwa responden dengan aktivitas penambangan yaitu pengambil lumpur memiliki frekuensi tertinggi (43.9 %) dibandingkan dengan aktivitas lainnya yaitu pembakar amalgram (18 %), dan pencampur merkuri (17.1%). Jenis aktivitas pengambil lumpur pada umumnya membutuhkan banyak penambang hal ini disebabkan pekerjaan mengambil lumpur merupakan pekerjaan berat. Sedangkan untuk pembakar dan pencampur merkuri harus memiliki keahlian sendiri agar kadar emas yang diperoleh tidak berkurang
74
akibat dari proses pencampuran dan pembakaran dengan merkuri sehingga tidak merugikan penambang. Cara masuk merkuri ke dalam tubuh turut mempengaruhi bentuk gangguan yang ditimbulkan, penderita yang terpapar dari uap merkuri dapat mengalami gangguan pada saluran pernafasan atau paru-paru dan gangguan berupa kemunduran pada fungsi otak. Kemunduran tersebut disebabkan terjadinya gangguan pada cortex cerebri. Garam – garam merkuri yang masuk dalam tubuh, baik karena terhisap ataupun tertelan, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran pencernaan, hati dan ginjal. Kontak langsung dengan merkuri melalui kulit akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi dapat pula meluas secara umum bila terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak karena kontak yang berulang – ulang (Lestarisa, 2010). 3. Gambaran Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) pada Pekerja Tambang Emas di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 Berdasarkan Tempat (Sumber Ikan) Sumber ikan adalah tempat para penambang beberapa kali meluangkan waktu istirahatnya untuk memancing dan mengonsumsi ikan di sekitar area penambangan seperti sungai dan kubangan. Sumber ikan ini sangat dekat dengan tempat penambangan sehingga sangat berisiko terjadi pencemaran pada air dan biota di dalamnya. Merkuri dan turunannya telah lama diketahui sangat beracun sehingga kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada
75
manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh organisme air. Selain itu pencemaran merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan kemudahannya diserap dan terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme air, baik melalui proses bioakumulasi maupun biomagni fikasi yaitu melalui rantai makanan. Pencemaran merkuri ke lingkungan pada saat amalgamisasi dan pemijaran emas amalgam dalam proses penambangan emas, akan mengontaminasi sumber air dan ikan (Inswiasri dan Martono, 2007). Pembuangan tailing yang berasal dari proses amalgamasi bijih emas, memungkinkan limbah merkuri tersebar di wilayah penambangan dan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan oleh merkuri organik atau anorganik. Hal ini terjadi terutama di wilayah-wilayah tropis karena tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia yang akan menunjang percapatan mobilisasi unsur-unsur berpitensi racun (Herman, 2006). Dalam penelitian ini seluruh sumber ikan di area sekitar pertambangan masuk ke dalam kategori tidak normal dilihat pada hasil pemeriksaan merkuri dalam ikan. Berdasarkan presentase yang diperoleh risiko tinggi pada sumber ikan yaitu sebesar 37,84% atau 14 ikan dan risiko rendah 62,16% atau 23 ikan. Pada penelitian Mahmud Mokoginta, dkk (2014) diperolah analisis data pengukuran kualitas air oleh Badan Lingkungan Hidup diketahui beberapa
76
sungai mengalami penurunan kualitas air, dan salah satu sungai yang dimaksud adalah Sungai Ongkag Dumoga dengan penurunan kualitas air hingga kelas 3. Penurunan kualitas air di beberapa sungai disebabkan oleh tingginya kadar logam berat seperti merkuri, yaitu sebesar 0,005 mg/l sehingga masuk pada kelas 3. Tingginya kadar merkuri pada sungai mengindikasikan adanya kegiatan penambangan emas di hulu Sungai Ongkag Dumoga. Umumnya merkuri dihasilkan oleh Penambangan Emas pada saat proses amalgamasi atau saat pemurnian bijih emas yang menggunakan logam merkuri untuk mengikat emas dari biji mentah. Kandungan merkuri pada air sungai Ongkag Dumoga sudah melebihi NAB untuk penggunaan air, karena sudah melewati 0,002 mg/l. Namun, bila ditinjau lebih lanjut maka dapat dikatakan mengalami pencemaran berat karena kandungan merkuri dalam air sungai sudah menunjukan kandungai merkuri sebesar 0,02064 mg/l. Adapun penelitian lainnya (Miswan, dkk. 2012) mengenai pengukuran terhadap jenis gastropoda pada masing-masing stasiun dari hulu kearah hilir memperlihatkan perbedaan kandungan merkuri dimana bagian hulu tinggi dan bagian hilir muara rendah. Hal ini, tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti lain di sungai Poboya yang dilakukan oleh Elvince et al., (2011) yang meneliti masalah polusi merkuri di Palu, Sulawesi Tengah. Hasil pengukuran merkuri dilakukan terhadap sedimen adalah dari arah hulu sebesar 0,56 mg/kg lalu turun sampai kearah hilir atau muara sebesar 0,04 mg/kg.
77
4. Gambaran Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) Pada Pekerja Tambang Emas Di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 Berdasarkan Waktu (Frekuensi Penggunaan Merkuri) Intensitas pekerja kontak dengan merkuri dalam satu minggu dinyatakan dalam satuan hr/mg. Penggunaan Merkuri dalam intensitas yang tinggi dapat menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia dalam jumlah yang cukup besar. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa frekuensi penggunaan merkuri (Hg) berdasarkan hasil pemeriksaan sampel urine diperoleh presentase 10 orang (27,03%) berisiko tinggi dan 27 orang (72,93%) berisiko rendah. Pada dasarnya jumlah pemakaian merkuri per hari yang digunakan oleh penambang emas tergantung dari emas yang diperoleh. Dalam kegiatan penambangan sehari-hari para penambang menggunakan merkuri sebagai bahan baku pengikat emas. Merkuri yang digunakan tergantung dari material yang diolah dan kandungan emasnya. Tingginya presentase responden yang keracunan dan menggunakan kadar merkuri di bawah nilai ambang batas atau sesuai standar dikarenakan para penambang tersebut yang keseluruhannya sebagai pemijar dengan masa kerja >5 tahun dan berisiko terpapar langsung dengan merkuri melalui udara yang dihirup. Hal ini juga disebabkan karena penggunaan APD yang tidak lengkap. Para pemijar kebanyakan hanya menggunakan sepatu boot saja. Sedangkan untuk penggunaan masker, baju lengan panjang dan kacamata
78
jarang digunakan. Sehingga walaupun jumlah merkuri yang digunakan sedikit tetapi langsung terhirup pada saat pemijaran maka akan berisiko tinggi untuk keracunan dibandingkan dengan para pengolah yang menggunakan merkuri lebih banyak tetapi menggunakan APD. Para pengolah bersentuhan langsung dengan merkuri hanya pada saat menuangkan merkuri pada material ditromel dan pada saat pemerasan, sehingga risiko untuk terkontaminasi lebih kecil dari pada para pemijar yang langsung menghirup uap merkuri di udara. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Trilianti pada penggunaan sampel rambut yang menyatakan tidak adanya hubungan antara jumlah pemakaian merkuri dengan kejadian keracunan merkuri. Namun walaupun jumlah pemakaian merkuri tidak memberikan kaitan yang signifikan terhadap keracunan merkuri, penggunaan merkuri pada penelitian ini relatif tinggi yaitu antara 0,5 kg s/d 1 kg per hari. penggunaan merkuri yang sedikitpun jika terkena kontak dengan kulit maka akan terabsorbsi melalui pori, demikian pula bila merkuri tersebut menguap maka akan dapat terinhalasi masuk ke dalam paru-paru. Merkuri masuk ke dalam tubuh tidak hanya melalui pori kulit ataupun saluran nafas namun dapat juga melalui kontak cairan, misalnya lewat mata (Sugeng, 2010).
79
5. Gambaran Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) Pada Pekerja Tambang Emas Di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2016 Berdasarkan Perilaku (Konsumsi Ikan) Kebiasaan konsumsi ikan setempat terbukti sebagai faktor risiko terjadinya kadar merkuri pada urine yang telah melebihi ambang batas artinya bahwa kebiasaan mengkonsumsi ikan yang berasal dari sungai setempat >3 kali/minggu memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya kadar merkuri pada urine melebihi ambang batas jika dibandingkan yang mengkonsumsi ikan hasil setempat ≤ 3 kali/minggu. Penelitian pada beberapa wilayah di Malaysia juga membuktikan bahwa ada hubungan antara jumlah gram/bulan ikan yang dikonsumsi dengan kadar merkuri pada urine. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang membuktikan bahwa mengkonsumsi ikan >3 kali/minggu berisiko meningkatkan kadar merkuri pada urine melebihi ambang batas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi ikan berdasarkan hasil pemeriksaan urine memperoleh presentase aman sebanyak 18 orang (48,67%) dan tidak aman
yaitu 19 orang (51,35%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa konsumsi ikan pada area sekitar pertambangan dapar berisiko tinggi dikarenakan kadar merkuri dalam ikan yang mencapai kategori tidak aman. Konsentrasi merkuri yang ada pada ikan, nilai tertinggi sebesar 1,66 ppm (Purnama et al., 2015). Dengan mengacu pada Keputusan Direktur
80
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 3725/B/VII/89 tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan yang diperoleh pada ikan adalah sebesar 0,5 ppm. Hal ini berarti rata-rata konsentrasi merkuri pada ikan telah melebihi kadar yanng diperbolehkan. Peneliti berpendapat bahwa ikan tidak aman dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian Aditya Rahman, dkk (2013) mendapatkan hasil analisis laboratorium pengukuran kandungan merkuri pada stasiun pengambilan sampel ikan nila. Hasil analisis kandungan merkuri pada sampel daging ikan Nila budidaya keramba pada ketiga stasiun dan 1 sampel ikan Nila terdapat tangkapan yang berasal dari perairan bebas dari tiap-tiap stasiun menunjukkan bahwa hampir semua sampel daging ikan Nila yang diuji tidak terdeteksi atau berada dibawah limit deteksi alat. Hanya ada satu sampel yang terdeteksi yaitu kode sampel ikan A1 yang terdeteksi adanya kandungan logam berat merkuri sebesar 0,0062 mg/kg. Kandungan tersebut masih berada di bawah ambang batas berdasarkan Keputusan Kepala BPOM No.HK.00.06.1.52.4011 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan khususnya pada ikan yaitu sebesar 0,5 mg/kg. Adapun penelitian Hardi (2013) yang meneliti kandungan logam berat merkuri dalam daging ikan sapu-sapu yang ditangkap pada bulan September yang dianalisis dengan metode AAS menunjukkan hasil <0.001 ppb. Hasil analisis pada bulan Oktober dan November dengan metode APHA ed. 21th 3111B (2005) menunjukkan hasil <0.001 ppm. Apabila dibandingkan dengan standar baku mutu yang ditetapkan yaitu 0.5 mg/k (SNI 2009); 0.3
81
mg/kg (BPOM RI 2007); 0.5 mg/kg (European Communities2006); 0.5 mg/kg (Codex 1995); 0.5 mg/kg (Gazette Food Standards 2011) maka hasil penelitian ini masih berada di bawah batas baku mutu. Meskipun kadar logam berat merkuri yang diperoleh dari penelitian masih berada di bawah baku mutu namun tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan sapu-sapu yang ditangkap di Sungai Ciliwung. Hal ini didukung hasil penelitian Alfisyahrin yang melakukan penelitian tahun 2012 di lokasi yang sama ditemukan adanya kandungan logam berat timbal (Pb) yang telah melebihi batas baku mutu. Selain itu, mengkonsumsi ikan yang mengandung logam berat merkuri yang konsentrasinya sangat kecil sekalipun masih berbahaya bagi kesehatan. Hal ini dikarenakan logam merkuri yang masuk ke dalam tubuh organisme akan terakumulasi dan tetap tinggal dalam tubuh organisme tersebut.
82
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara Kabupaten Bombana mengenai studi epidemiologi kadar merkuri (Hg) dalam ikan dan urine pada pekerja tambang emas Tahun 2016. Maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1.
Berdasarkan variabel konsumsi ikan dari hasil pemeriksaan urine dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi ikan pada area sekitar pertambangan adalah tidak aman dikarenakan kadar merkuri dalam ikan yang mencapai kategori tidak normal dan telah melebihi nilai ambang batas.
2.
Seluruh responden pada penelitian ini yaitu 37 orang terbukti terpapar merkuri (Hg) berdasarkan pemeriksaan sampel urine oleh Laboratorium menggunakan analisis AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer). 27 responden berisiko tinggi da 10 responden berisiko rendah.
3.
Jenis aktivitas penambang dalam penelitian ini yaitu pencampur dan pembakar amalgram hanya terdapat 1 orang dengan kadar merkuri dalam urine sebesar 3,94 µ/L, sehingga jenis aktivitas penambang tidak terlalu berperan dalam kejadian keracunan merkuri (Hg).
4.
Dalam penelitian ini, paparan merkuri (Hg) pada penambang emas berdasarkan sumber ikan menujukkan seluruh ikan yang diperoleh atau
82
83
dikonsumsi dari sumber ikan seperti sungai maupun kubangan memenuhi kriteria tidak normal atau telah positif mengandung merkuri (Hg). 5.
Paparan merkuri (Hg) pada penambang emas menurut waktu berdasarkan frekuensi pemakaian merkuri memperoleh presentase yang rendah dikarenakan penggunaan merkuri yang disesuaikan oleh emas yang diperoleh setiap harinya. Semakin sedikit emas yang diperoleh maka semakin sedikit pula merkuri yang digunakan.
B. Saran 1.
Bagi Pekerja Tambang Emas a.
Diharapkan kesadaran pekerja dalam meminimalisir penggunaan merkuri mengingat bahaya dampak merkuri terhadap kesehatan selain itu juga diharapkan pekerja menggunkan APD (Alat Pelindung Diri) pada saat beraktivitas di lokasi tambang emas, mengingat resiko terpaparnya merkuri. Melihat penelitian menujukkan bahwa para pekerja tersebut sudah tepapar merkuri. Jika terus memerus terpapar merkuri akan beresiko menyebabkan keracunan merkuri.
b.
Mengingat kadar merkuri dalam ikan di area sekitar tambang telah melebihi nilai ambang batas, maka diharapkan kepada seluruh pekerja tambang agar tidak mengonsumsi ikan di sekitar area pertambangan lagi.
2.
Dinas atau Instansi-Instansi Terkait
84
a.
Perlu adanya pendidikan kesehatan kerja terpadu secara terus menerus dengan materi bahaya merkuri bagi kesehatan. Selain itu juga penyuluhan dengan mebagikan brosur atau leaflet pada masyarakat ataupun penambang yang berada di lokasi tambang emas. Dan perlu adanya penyuluhan khusus penambang emas terhadap pentingnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Hali ini bertujuan untuk menghindari atau mengurangi paparan merkuri sehingga diharapkan dapat mencegah penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh keracunan merkuri.
b. Perlu adanya kebijakan dari pemerintah, selain itu kerja sama dengan perusahaan yang terkait dalam penambang emas dalam membuat suatu kebijakan untuk mencari solusi alokasi tempat peoses pembuangan
hasil
olahan
limbah
penambang
emas
dengan
menyediakan tempat penampungan limbah merkuri yang sudah digunakan agar limbah tersebut tidak langsung dibuang kesungai. Karena hal ini bisa mengakibatkan cemaran merkuri (hg) pada air sungai. 3.
Bagi Peneliti Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis, perlu dilakukan studi
lanjutan
yang
berkaitan
dengan
faktor–factor
lain
yang
mempengaruhi paparan merkuri (Hg) pada pekerja tambang emas ataupun pada masyarakat yang berada di kawasan tambang emas dengan uji sampel pada urine, darah, maupun rambut.
DAFTAR PUSTAKA Agustina, titin, 2008. Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya Pada kesehatan. Tjp, fakultas teknik, unnes. Alfian, Z., (2006), Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan ,Universitas Sumatera Utara ,Medan. Alloway, B.J and D.C Ayres. 1995. Chemical Principle of Environmental Pollution, 2nd Edition, Blackie Academic and Professional, Chapman & Hall, London. Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ariana, N., 2015, Studi Epidemiologi Paparan Merkuri (Hg) pada Pekerja Tambang Emas di Desa Wumbubangka Kecamata Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana Tahun 2015, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Halu Oleo. Athena dan Inswasari. 2009. Analisis Risiko Kesehatan Masarakat Akibat Konsumsi Hasiln Laut yang Mengandung Merkuri (Hg) di Kabupaten Kepualauan Seribu, Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 8 No. 1, Maret 2009; h. 849-859 Budiarto, E., Anggraeni, D., 2003. Pengantar Epidemiologi. Edisi II. Jakarta: EGC. Darmono, 1995. Logam Berat dalam Sistem Biologi. UI Press. Jakarta DH, Andri; Anies dan Suharyo H. 2011. Kadar merkuri pada rambut masyarakat di sekitar penambang emas tanpa ijin. Jurnal Media Medika Indonesia, Vol.45, No. 3, Tahuin 201. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegorodan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah.
Fardiaz,1996. Analis Bahaya dan Pengendalian titik Kritis (HACCP) Makalah disampaikan pada pada Pelatihan pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan bagi Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Hartini, E., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri Dalam Urine pada Pekerja Tambang Emas Di Desa Rengas Tujuh Kecamatan Tumbang Titi Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Hartono, wahyu. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut pada Pekerja Laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan Bandar Lampung tahun 2003. Depok : tesis FKM UI Lestarisa T, 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan Merkuri (Hg) pada penambang emas tanpa ijin (PETI) di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Semarang: Thesis Universitas Diponegoro Lestarisa,Tilianty. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) Pada Penambang Emas Tanpa Ijin ( PETI) di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Universitas Diponegoro, 2010. Murti, B, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,1997. Noor NN, 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Palar, Heryando. 2004. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta : Jakarta. Palar, Heryando. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. 1994.
Polii, Bobby J, dan Desmi N. Sunya. 2002. Pendugaan Kandungan Merkuri dan Sianida di Daerah Aliran Sungai (DAS) Buyat Minahasa. Ekoton Vol 2, No.1:31-37, April 2002. Rajab,wahyudin.20009.Buku ajar Epidemiologi . Jakarta: EGC Riyanto, Sugeng . Analisis Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri Pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Semarang : Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro, 2010. Rochmana, Suharsono Kamal dan Suhandi. 2006. Pendataan Penyebaran Unsure Merkuri Pada Wilayah Pertambangan Emas Daerah Gunung Gede, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Proceding Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan Lapangan Dan Non Lapangan. Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2006. Suma’mur, PK. Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. UNEP (United Nations Environment Programme) and WHO (World Health Organization). 2008. Guidance for Identifying Populations at Risk from Mercury
Exposure.
UNEP
DTIE
Chemicals
Branch
Geneva,
Switzerland. Wardana, W. 1995. DampakPencemaranLingkungan. Andi. Jakarta. World Health Organization. Enviromental Health Criteria 118: Inorganic Mercury; IPCS. Geneva. 1994. Widowati dkk.2008 Efek toksik logam “Pencegahan dan penanggulangan pencemaran”.Penerbit Andi, Yogyakarta Yudhastuti, Ririh, Lilis Sulistyorini, Windhu Purnomo, 1998. Pengaruh Logam Berat Hg, Cd dan Pb pada Ikan Konsumsi Terhadap Kesehatan Masyarakat di Kotamadya Surabaya. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian Unair. Surabaya
LAMPIRAN
Lampiran 1
KUESIONER STUDI EPIDEMIOLOGI KADAR MERKURI (Hg) PADA IKAN DAN URINE PEKERJA TAMBANG DI DESA WUMBUBANGKA KEC. RAROWATU UTARA KAB. BOMBANA TAHUN 2016
A. Identitas Responden No. Responden
:
Tgl wawancara
:
Nama
:
Umur
:
Pendidikan
: 1. Tidak tamat SD
(Thn)
2. SD 3. SMP / Madrasah 4. SMA / Kejuruan 5. Sarjana B. Jenis Pekerjaan : 1. Mendulang 2. Pembakaran /pencampuran 3. Keduanya 4. Lainnya ……..( sebutkan ) C. Tempat Tinggal 1. Dari mana sumber ikan yang anda konsumsi? …………………………………………………………… (kubangan/sungai) 2. Berapa banyak ikan yang anda konsumsi per hari ……………………………………………………………. 3. Berapa banyak merkuri yang anda gunakan tiap hari? …………………………………………………………….
Lampiran 2 Hasil Output SPSS Karakteristik Responden
Umur Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
< 25 Tahun
3
8.1
8.1
8.1
26-30 Tahun
5
13.5
13.5
21.6
31-35 Tahun
9
24.3
24.3
45.9
36-40 Tahun
5
13.5
13.5
59.5
41-45 Tahun
11
29.7
29.7
89.2
46-50 Tahun
1
2.7
2.7
91.9
51-55 Tahun
1
2.7
2.7
94.6
> 56
2
5.4
5.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SD
12
32.4
32.4
32.4
SMP
11
29.7
29.7
62.2
SMA
14
37.8
37.8
100.0
Total
37
100.0
100.0
ANALISIS UNIVARIAT Frequency Table
Statistics urine N
Valid Missing
37 0
Urine Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2.43-2.92
7
18.9
18.9
18.9
2.93-3.42
6
16.2
16.2
35.1
3.43-3.92
14
37.8
37.8
73.0
3.93-4.42
9
24.3
24.3
97.3
4.43-4.92
1
2.7
2.7
100.0
37
100.0
100.0
Total
kategori intake ikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Aman
18
48.6
48.6
48.6
Tidak Aman
19
51.4
51.4
100.0
Total
37
100.0
100.0
Case Processing Summary Cases Valid N Jenis Aktivitas * kadar_merkuri_urin
Missing Percent
37
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 37
100.0%
JenisPekerjaan * kadar_merkuri_urin Crosstabulation
kadar_merkuri_urin normal JenisPekerjaan
tidak normal
Total
Mendulang
9
3
12
Pembakaran/Pencampuran
1
0
1
Keduanya
5
1
6
12
6
18
27
10
37
Lainnya Total
Case Processing Summary Cases Valid N SumberIkan *
Missing Percent
37
kadar_merkuri_urin
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 37
100.0%
SumberIkan * kadar_merkuri_urin Crosstabulation Count kadar_merkuri_urin normal SumberIkan
tidak normal
Total
Risiko Tinggi
12
2
14
Risiko Rendah
15
8
23
27
10
37
Total
Case Processing Summary Cases Valid N PemakaianMerkuri * kadar_merkuri_urin
Missing Percent
37
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 37
100.0%
PemakaianMerkuri * kadar_merkuri_urin Crosstabulation Count kadar_merkuri_urin normal PemakaianMerkuri
Total
tidak normal
Total
Risiko Tinggi
8
2
10
Risiko Rendah
19
8
27
27
10
37
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Intake Ikan c
R 3,28 3,91 3,42 2,62 3,84 1,73 1,87 2,06 1,83 2,64 2,16 2,56 4,12 3,01 2,99 2,67 3,52 3,09 3,4 3,21 3,13 3,62 3,55 3,38 3,76 0,82 2,11 3,02 2,98 2,63 3,09 3,52 3,88 4,01 3,81 3,54 4,21
Fe 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Dt 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350 350
wb 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360 360
54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54
tavg Intake 2920 5,242009132 2920 6,248858447 2920 5,465753425 2920 4,187214612 2920 6,136986301 2920 2,764840183 2920 2,988584475 2920 3,292237443 2920 2,924657534 2920 4,219178082 2920 3,452054795 2920 4,091324201 2920 6,584474886 2920 4,810502283 2920 4,778538813 2920 4,267123288 2920 5,625570776 2920 4,938356164 2920 5,433789954 2920 5,130136986 2920 5,002283105 2920 5,785388128 2920 5,673515982 2920 5,401826484 2920 6,00913242 2920 1,310502283 2920 3,372146119 2920 4,826484018 2920 4,762557078 2920 4,203196347 2920 4,938356164 2920 5,625570776 2920 6,200913242 2920 6,408675799 2920 6,089041096 2920 5,657534247 2920 6,728310502
Lampiran 4
Pengambilan Sampel Ikan
Pengambilan Sampel Urine
Penyimpanan Sampel Uri