PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BERPANGKAT TIGA DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOLIKUR-13 DI KELAS VI SDN 010 MALINAU KOTA
Sutrisno Nurul Hidayah Malinau Kalimantan Utara
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga dengan menggunakan media MOLIKUR-13 (monopoli kurikulum 2013). Media MOLIKUR-13 digunakan sebagai suatu permainan untuk melatih keterampilan siswa dalam suatu materi pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 010 Malinau Kota, sebanyak 20 siswa dengan rincian laki-laki 12 dan perempuan 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 45% dan pada siklus mencapai II 100%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media Molikur-13 dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 010 Malinau Kota dengan materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga. Kata Kunci : Hasil belajar, Bilangan Berpangkat Tiga, Molikur-13.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pranowo 1996 mengatakan (Pawestri, 2007 : 8) bahwa belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Jadi pendapat ini menekankan pada intelektual. Siswa diberikan bermacam-macam pengetahuan dengan jalan menghapal. Selanjutnya Imron, 1996 mengatakan (Pawestri, 2007 : 8) merumuskan perbuatan belajar lebih luas dibanding pendapat tradisional yang hanya menekankan pada sejumlah pengetahuan. Dikatakan oleh kelompok modern tentang belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkah laku misalnya tidak tahu menjadi tahu, timbullah pengertian baru
dan berkembangnya sifat-sifat sosial, susila, emosional. Dari dua pendapat di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah pengumpulan sejumlah ilmu pengetahuan yang disertai pertumbuhan atau perubahan sikap. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses pengajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono, dalam Munawar (2009) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat kemampuan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut
226
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 227
Hamalik dalam Munawar (2009), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Syaiful dan Aswan dalam Munawar (2009) hasil belajar adalah hasil dalam penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa dari serangkaian tes yang dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Dari serangkaian pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sebuah proses perubahan pengetahuan, berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Salah satu cara meningkatkan kualitas pembelajaran diantaranya adalah penggunaan media pembelajaran. Hal ini dapat membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Setiap guru perlu menggunakan alat peraga yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran agar siswa dapat belajar dengan baik. Namun demikian, kiranya dapat dimengerti bahwa untuk mendesain kegiatan belajar mengajar yang dapat memacu pencapaian hasil belajar yang lebih efektif dan efisien untuk setiap materi pelajaran, maka guru memerlukan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (dalam Mayasa, 2012) adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran yang banyak verbalisme tentu akan cepat membosankan, sebaliknya pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran lebih menarik dan memberikan suasana gembira karena siswa tertarik dan mudah memahami materi pembelajaran. Sedangkan menurut Hamalik dalam Munawar (2009) media
pengajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pengajaran disekolah. Penggunaan media pembelajaran di SD dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran salah satunya dalam mata pelajaran Matematika. Dalam pengajaran Matematika di SD kebanyakan guru mengeluhkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal-soal Matematika pada saat ulangan harian, ulangan tengah semester, atau ulangan kenaikan kelas. Hal tersebut juga penulis alami selama mengajar di Sekolah Dasar Negeri 010 Malinau Kota. Penulis masih mengalami kendala dalam meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya pada materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga. Masalah rendahnya hasil belajar siswa terhadap pelajaran hal tersebut disebabkan karena siswa merasa jenuh dengan metode pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah yakni metode ceramah dan pada umumnya siswa hanya belajar menghafal konsep serta melakukan pemberian tugas pada anak secara rutin. Guru masih menggunakan buku sebagai sumber utama pembelajaran tanpa penggunaan media pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, sering terjadinya kesalahan konsep atau misconception pada pembelajaran matematika salah satunya pada materi pengerjaan operasi hitung bilangan berpangkat tiga. Misalnya: 23 + 33 = …. Masih ada sebagian siswa yang menyelesaikan soal tersebut dengan cara (2 x 3) + (3 x 3) = 6 + 9 = 15. Dengan adanya kondisi demikian yang terjadi di lapangan, maka kondisi siswa di dalam kelas cenderung kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru sehingga timbul rasa kejenuhan yang pada akhirnya hasil pembelajaran di
228, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
kelas tidak maksimal. Untuk itu, diperlukan sebuah media pembelajaran yang mampu memberdayakan siswa yang tidak mengharuskan siswa menghafal tetapi yang mendorong siswa untuk tidak jenuh belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan nilai dasar sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hanya 6 orang yang dianggap melampaui nilai KKM yaitu 65 atau sekitar 30% dari jumlah siswa, dengan nilai rata-rata 56,50. Oleh karena itu, penulis bermaksud menggunakan alat peraga Molikur-13 (Monopoli Kurikulum 2013) dalam pembelajaran Matematika di dalam kelas. Pembelajaran Matematika merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi, mendorong, dan mendukung siswa dalam belajar Matematika. Banyak orang yang tidak menyukai Matematika, termasuk siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mereka menganggap Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini membuat mereka merasa malas untuk belajar Matematika. Menurut Pitadjeng (2006: 1) belajar akan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, sedangkan orang yang belajar akan merasa senang jika memahami apa yang dipelajari. Pendapat keduanya juga berlaku bagi siswa Sekolah Dasar yang sedang belajar Matematika Oleh karena itu, di dalam belajar anak diberi kesempatan untuk merencanakan dan menggunakan cara belajar yang mereka senangi. Selain itu, guru dalam mengajarkan Matematika harus mengupayakan agar siswa dapat memahami dengan baik materi yang sedang dipelajari. Untuk menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan, guru harus pandai dalam memilih metode yang akan digunakan dalam mengajar. Penggunaan media yang tepat dapat
membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, di dalam belajar anak diberi kesempatan untuk merencanakan dan menggunakan cara belajar yang mereka senangi., salah satunya dengan penggunakan media Molikur-13. Monopoli menurut Suwanda, (2008) adalah salah satu permainan papan bertujuan untuk menguasai semua petak diatas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam system ekonomi yang disederhanakan. Pada umumnya permainan monopoli digunakan sebagai hiburan saja dan sangat disukai anak-anak. Seiring dengan pembelajaran yang ada di sekolah dimana para siswa banyak yang tidak menyukai pelajaran matematika, karena dianggap terlalu sulit. Maka penulis berusaha merubah cara pandang tersebut, sehingga siswa lebih menyenangi matematika dan bukan lagi sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Media monopoli matematika adalah sebuah alternatif media pembelajaran yang ditujukan untuk melatih keterampilan siswa dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah dalam menerapkan operasi hitung bilangan berpangkat tiga. Media monopoli matematika yang telah penulis kembangkan, kini penulis namakan MOLIKUR-13 (Monopoli Kurikulum 2013), dengan harapan permainan monopoli ini bukan hanya dapat di gunakan dalam pembelajaran matematika saja, tetapi juga dapat digunakan dalam pembelajaran lainnya sesuai kurikulum 2013 yaitu pembelajaran tematik. Penulis berharap dengan alat peraga yang berbentuk sebuah permainan yang sudah dikenal oleh siswa, maka diharapkan siswa akan senang belajar matematika, sehingga merekapun akan lebih memahami materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga secara tidak langsung dengan cara yang
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 229
menyenangkan. Dengan harapan siswa lebih terampil dalam menerapkan konsep dasar bilangan pangkat tiga pada operasi hitungnya. Sehingga siswa lebih bersemangat belajar matematika dan tidak lagi terjadi kesalahan konsep atau miskonsepsi Media Molikur-13 terbuat dari bahan-bahan dan alat sederhana yang ada dilingkungan siswa yaitu berupa kertas karton, batu, koin, spidol, penggaris, dan gunting. Kelengkapan media Molikur-13 sebagai berikut: a. Papan permainan MOLIKUR-13 b. 100 buah Bintang-bintang kertas dua warna sebagai pengganti uang-uangan c. 20 Kartu pertanyaan sebagai pengganti kartu hak milik d. Sebuah koin sebagai pengganti dadu e. 2 Buah batu warna-warni sebagai wakil dari pemain Cara kerja Molikur-13 adalah: 1. Permainan di mulai dengan “Suit” terlebih dahulu, untuk menentukan kelompok mana yang lebih dahulu mendapat giliran bermain 2. Permainan dilakukan oleh masingmasing kelompok secara bergantian dengan cara melempar koin sebagai dadu. Dan melangkah pada petak monopoli sesuai dengan hasil lemparan koin. Apabila jatuhnya sisi koin yang dilempar bertuliskan angka 1 (berarti satu kali melangkah), dan apabila sisi koin yang dilempar dan jatuhnya angka 2 (berarti dua kali melangkah) 3. Permainan dimulai dari petak “Mulai” 4. Kelompok yang main akan melangkah sebanyak hasil lemparan koinnya, batu sebagai pengganti bidak diletakkan di petak terakhir pemain melangkah, dan mendapat pertanyaan dari kelompok lawan sesuai dengan nomor yang ada pada petak monopoli. (Apabila batu berada di petak nomor 2 maka pemain
5.
6.
7.
8.
9.
menjawab soal yang ada pada kartu soal nomor 2 dari pihak lawan, bila berada di petak nomor 7 maka pemain mendapat pertanyaan yang ada pada kartu soal nomor 7 dari pihak lawan, dan begitu seterusnya sampai permainan berakhir pada petak 10 yang menandakan permainan sudah selesai). Kelompok yang mendapat pertanyaan diberikan waktu menjawab selama 3 menit. Memecahkan permasalahan secara bersama-sama, tetapi menjawab secara bergantian masing-masing kelompok. Apabila kelompok yang mendapat giliran main dapat menjawab dengan benar pertanyaan dari kelompok lawan, maka kelompok tersebut berhak memperoleh bintang dari kelompok lawan sebanyak nomor soal berapa yang berhasil dijawab. (Misal: apabila soal nomor satu maka ia berhak mendapatkan 1 bintang, jika soal nomor 2 maka ia berhak mendapatkan 2 bintang dari lawan, pemain benar menjawab soal nomor 3 maka pemain juga berhak mendapat 3 bintang dari pihak lawan, dan seterusnya). Namun apabila kelompok yang mendapat giliran menjawab soal (pemain) tersebut tidak dapat menjawab dengan benar, maka pihak lawan akan memperoleh bintang dari dari pihak yang mendapat giliran main sejumlah nomor soal yang diberikan tadi. Permainan dilakukan secara bergantian untuk sebagai pemain (si penjawab soal) dan sebagai lawan (si pemberi soal). Permainan dianggap berakhir apabila salah satu kelompok telah mencapai petak “Selesai” dan menjawab soal nomor 10.
230, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
10. Kelompok yang dianggap sebagai pemenang bukanlah kelompok yang berhasil mencapai petak “Selesai” terlebih dahulu, tetapi kelompok yang memperoleh “Bintang” terbanyak dari pihak lawan. Manfaat penggunaan media Molikur-13 (monopoli kurikulum 2013) dalam pembelajaran menurut penulis adalah: a. Mengembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok (kooperatif) untuk mempersiapkan soal yang diperlukan dalam permainan ”Molikur13” sesuai materi atau tema pembelajaran yang sedang berlangsung. b. Melatih siswa untuk kreatif dalam pengajuan masalah (problem possing) c. Menumbuhkan jiwa kompetitif atau persaingan untuk menjadi yang terbaik dan saling mengajarkan pada siswa yang kurang mengerti. d. Melatih sifat jujur siswa dalam memberikan bintang pada pihak lawan yang dapat menjawab soal dengan benar. e. Melatih disiplin dan sikap sportif siswa untuk mentaati peraturan yang telah
f.
ditetapkan dalam permainan Molikur13. Melatih siswa untuk berjiwa besar atau mau menerima kekalahan dan tidak sombong sebagai kelompok pemenang.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian tindakan kelas dengan model sepiral Kemmis dan Taggart yang merupakan penelitian tindakan kelas jenis partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 010 Malinau Kota Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Utara. Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 20, dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian mengacu pada rancangan penelitian yang dilakukan oleh Kemmis dan Teggart yang model spiral (dalam Sukajati, 2008: 16) yang sebagai berikut: :
Studi pendahuluan
Pembelajaran Matematika di SDN 010 Malinau Kota
Analisis dan refleksi temuan Hasil Belajar siswa dalam Operasi Hitung Bilangan Berpangkat tiga rendah Perencanaan Tindakan Membuat rancangan tindakan Membuat panduan Membuat instrumen penelitian
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I
Analisis dan Refleksi Siklus I
Perencanaan Tindakan II Membuat perencanaan perbaikan siklus II
Analisis dan Refleksi Siklus II
Pelaksanaan Tindakan & Observasi Siklus II
Simpulan
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 231
1. Perencanaan Pada tahap perencanaan tindakan peneliti meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian, menyiapkan indikator yang akan diteliti dan tolak ukur keberhasilan penelitian yang akan di laksanakan. Kemudian mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi, yang paham tentang mata pelajaran yang akan menjadi sumber Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu peneliti menyiapkan RPP yang akan digunakan.
b.
c.
Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Media MOLIKUR-13 a. Guru mempersiapkan sebuah “Papan Molikur-13” dan 20 kartu
soal untuk sepasang kelompok, serta bintang-bintangan yang telah dibuat oleh siswa. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas membuat 10 buah soal bilangan berpangkat tiga dan operasi hitungnya yang disertai dengan kunci jawaban. Guru membimbing siswa dalam kelompoknya secara bergantian saat membuat soal beserta kunci jawabannya. Siswa memindahkan soal yang dibuat pada kartu soal monopoli yang telah disiapkan oleh guru, dan menuliskan kunci jawaban pada kertas yang telah disediakan.
Gambar kegiatan siswa membuat soal dengan bimbingan guru
d.
Setelah semua siap, guru memilih kelompok yang akan bermain Molikur-13 secara berpasangan (sebuah papan monopoli dimainkan oleh 2
e.
kelompok) Guru memberitahukan kembali kepada siswa aturan dalam permainan Molikur-13
232, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Gambar guru memberikan petunjuk dalam aturan bermain Molikur-13
f. g.
Siswa bermain Molikur-13 sesuai aturan yang telah diberikan Guru memberikan apresiasi pada
kelompok yang bintang terbanyak.
memperoleh
Gambar Suasana kelas saat siswa bermain Molikur-13
2. Pelaksanaan Tindakan Adapun kegiatan yang penulis lakukan dalam tahap ini adalah: (1)Memeriksa kehadiran siswa, (2)Memberikan apersepsi, (3)Melaksanakan kegiatan inti pembelajaran matematika dengan media Molikur-13 (Monopoli kurikulum 2013), (4) Melakukan tes individu. 3. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan pada waktu pelaksanaan tindakan. Teman
sejawat sebagai observer yang akan mengobservasi tentang kinerja peneliti selama penerapan media pembelajaran Molikur-13. Pada tahap ini penulis (guru) dan teman sejawat akan melakukan observasi atas tindakan yang sedang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan pada: (1) Guru, dengan fokus pada kemampuan guru dalam materi pembelajaran, (2) Siswa,
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 233
dengan aspek: Pengetahuan (kemampuan siswa saat membuat soal yang ditulis di kartu soal), Praktek (kerjasama siswa sebelum dan pada saat bermain molikur-13), dan Produk sikap (saat siswa menjawab soal). 4. Refleksi Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat merefleksi, melakukan analisis, dan mengevaluasi atau mendiskusikan data yang harus diperoleh, penyusunan rencana tindakan selanjutnya, hasil datanya diperoleh melalui kegiatan observasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Dari hasil pratindakan, tindakan, dan observasi penelitian tindakan kelas (PTK) pada pembelajaran matematika materi Operasi Hitung Bilangan Berpangkat Tiga dengan menggunakan media Molikur-13 (Monopoli Kurikulum 2013) siswa kelas VI SDN 010 Malinau Kota Kabupaten Malinau Propinsi Kalimantan Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 didapatkan data pada tabel berikut ini.
Tabel 1: Daftar Hasil Belajar Dalam Penggunaan Media Molikur-13
No
Nama Siswa
1 Andhika 2 Anggi Satrio Laing 3 Aria 4 Debby Fitriyani 5 Dendi Ansel Rusli 6 Dian Gunawan 7 Dimas Febrian Saputra 8 Elsa Ramadani 9 Gavin Hensan Oktorino 10 Jansen Laway 11 Kelvin Laway 12 Kristia Natalia Mamahit 13 Lia Anggraeni Wijaya 14 Maymunah 15 Naufal Nurcahyo 16 Nur Anisya 17 Ridho Akbar Kurniawan 18 Samsul Ramdani 19 Siti Nur Rofiah 20 Susy Astika Jumlah Rata-Rata
Nilai Siswa Pra Tindakan 50 40 30 80 60 60 60 80 80 50 50 40 70 20 70 60 50 50 70 60 1.130 56,50
Siklus I
Siklus II
60 70 40 80 60 70 70 100 100 40 60 40 70 80 70 60 60 60 60 40 1.290 64,50
100 90 80 100 80 80 80 100 100 70 70 70 100 100 100 100 80 100 90 70 1.760 88,00
234, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Tabel 2: Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I
No 1
Nama siswa
Andhika Anggi Satrio 2 Laing 3 Aria Debby 4 Fitriyani Dendi Ansel 5 Rusli 6 Dian Gunawan Dimas Febrian 7 Saputra 8 Elsa Ramadani Gavin Hensan 9 Oktorino 10 Jansen Laway 11 Kelvin Laway Kristia Natalia 12 Mamahit Lia Anggraeni 13 Wijaya 14 Maymunah Naufal 15 Nurcahyo 16 Nur Anisya Ridho Akbar 17 Kurniawan Samsul 18 Ramdani Siti Nur 19 Rofiah 20 Susy Astika JUMLAH RATA-RATA
Jumlah Nilai Dalam Kerja Kelompok Pengeta- Kerja Jumlah sikap Nilai huan Sama skor 2 2 3 7 58
Keterangan Kurang
3
3
3
9
75
Baik
2
3
3
8
67
Cukup
3
3
3
9
75
Baik
2
3
2
7
58
3
3
2
8
67
2
3
3
8
67
3
3
3
9
75
Baik
3
3
3
9
75
Baik
2 2
3 3
2 2
7 7
58 58
2
3
2
7
58
Kurang Kurang Kurang
2
3
3
8
67
2
3
3
8
67
2
3
2
7
58
3
3
3
9
75
2
3
3
8
67
2
3
3
8
67
2
3
3
8
67
2
3
2
7
58 Kurang 1.282 64,05 Cukup
Kurang Cukup Baik
Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Cukup
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 235
Tabel 3: Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II
Jumlah Nilai dalam Kerja Kelompok Jumlah Pengeta- Kerja Sikap Nilai huan Sama Skor 1 Andhika 3 3 4 10 83 2 Anggi Satrio Laing 4 4 4 12 100 3 Aria 3 4 4 11 92 4 Debby Fitriyani 3 4 4 11 92 5 Dendi Ansel Rusli 3 3 4 10 83 6 Dian Gunawan 3 3 4 10 83 Dimas Febrian 3 4 10 7 3 83 Saputra 8 Elsa Ramadani 3 4 4 11 92 Gavin Hensan 4 4 11 9 3 92 Oktorino 10 Jansen Laway 3 3 4 10 83 11 Kelvin Laway 4 4 4 12 100 Kristia Natalia 3 4 10 12 3 83 Mamahit Lia Anggraeni 3 4 10 13 3 83 Wijaya 14 Maymunah 3 3 4 10 83 15 Naufal Nurcahyo 3 3 4 10 83 16 Nur Anisya 4 4 4 12 100 RidhoAkbar 4 4 11 17 3 92 Kurniawan 18 Samsul Ramdani 4 4 4 12 100 19 Siti Nur Rofiah 4 4 3 11 92 20 Susy Astika 3 3 4 10 83 1.782 JUMLAH 89,10 RATA-RATA No .
Nama siswa
keterangan Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat baik
Tabel 4 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Perbaikan Pembelajaran Matematika Dengan Media Pembelajaran MOLIKUR-13 Siswa Kelas VI SDN 010 Malinau Kota
Nilai
1
Pratindakan
-
1
1
2
5
5
3
3
RataRata 90 100 Nilai 56,50 -
2
Siklus I
-
-
-
4
-
7
5
2
-
2
64,50
3
Siklus II
-
-
-
-
-
-
4
5
2
9
88,00
No
Tindakan 10
20 30
40
50
60
70
80
236, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Tabel 5 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Perbaikan Pembelajaran Matematika Dengan Media Pembelajaran MOLIKUR-13 Siswa Kelas VI SDN 010 Malinau Kota
Kategori No
Tindakan Kurang
1
Siklus I
8
6
6
Sangat Baik -
2
Siklus II
-
-
-
20
B. Pembahasan Sesuai dengan Prosedur atau langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu tahap perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengenali proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflection). Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dari data yang diperoleh, hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dalam pembelajaran Matematika pada materi Operasi Hitung Bilangan Berpangkat Tiga di SDN 010 Malinau Kota sudah mengalami peningkatan. Pada siklus I setelah diberikan soal secara individu maka dari data yang terlihat pada tabel menunjukkan 9 orang siswa sudah menguasai materi atau 45% dengan nilai rata-rata 64,50 jika dibandingkan dengan sebelum penulis melakukan penelitian tindakan, telah mengalami peningkatan. Pada saat sebelum dilakukan tindakan menunjukkan hanya 6 orang yang dianggap melampaui KKM atau 30% dari jumlah siswa dengan nilai ratarata 56,50. Pada siklus I siswa yang aktif dalam pemanfaatan MOLIKUR13 (Monopoli Kurikulum 2013) 12 orang atau 60%, siswa yang kurang memanfaatkan media ini sebanyak 8 siswa atau 40%.
Cukup
Baik
Keberhasilan ini terjadi karena guru dalam pembelajaran menggunakan Monopoli Kurikulum 2013 (Molikur-13). Namun, perbaikan yang penulis lakukan pada siklus I masih belum maksimal. Hal ini disebabkan masih adanya siswa yang tidak fokus dalam mengikuti pelajaran sehingga ada siswa lebih banyak bermain seperti halnya permainan monopoli biasa. Dalam menjawab soal masih didominasi oleh siswa yang pandai, anak yang kurang pandai lebih senang menjawab soal yang berkaitan dengan konsep dasar bilangan berpangkat tiga seperti berikut: 23 artinya adalah... dengan mudah menjawabnya ” 23 artinya 2x2x2 ” atau soal 33 = ... inipun dengan mudah dijawab yaitu ” 27 ” karena mereka menghafal hasil dari bilangan dasar pangkat tiga. Siswa lebih senang untuk melempar koin, menjalankan bidak (batu) maupun menghitung ”Bintang” saja. Begitu juga dalam pembuatan soal, hampir semua soal di dominasi oleh siswa yang pandai, dengan alasan biar cepat selesai. Guru juga terkesan buru-buru dalam memberikan penjelasan baik dalam membuat soal maupun aturan permainan MOLIKUR-13, guru masih kaku dalam menggunakan media MOLIKUR-13. Sehingga diawal permainan siswa bingung siapa yang harusnya memberi pertanyaan dan juga menjawab pertanyaan, begitu juga cara dalam memberikan ”Bintang”. Namun
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 237
akhirnya siswa lancar dalam bermain MOLIKUR-13. Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan yang optimal perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II guru berusaha untuk memotivasi siswa agar siswa lebih berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Dimulai dengan membuat soal yang lebih beragam bentuknya, dan menganjurkan pada siswa untuk berstrategi dalam membuat soal. Yaitu dimulai dari soal pertama yang mudah terlebih dahulu hingga akhirnya soal terakhir adalah soal yang susah, agar kelompok lawan susah menjawab dan berharap soalpun tidak terjawab sehingga kelompok yang memberi soal akan mendapatkan bintang lebih banyak sesuai dengan nomor soal dari kelompok yang dapat giliran main. Karena apabila nomor soal yang tinggi bentuknya mudah, maka kelompok lawan akan mudah menjawab dan mendapatkan ”Bintang” lebih banyak. Karena dalam tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, maka guru menganjurkan tiap siswa harus membuat 2 soal. Disini terlihat siswa aktif untuk bekerja sama, siswa yang pandai membimbing temannya yang kurang pandai dalam membuat soal dan kunci jawabannya. Dan juga memilah-milah soal mana yang akan ditulis di kartu soal nomor 1, 2, 3, dan seterusnya. Salah satu contoh soal yang telah dibuat oleh salah satu kelompok adalah sebagai berikut: 1. 43 artinya adalah 4 x 4 x 4 2. Bilangan perpangkatan dari 1 x 1 x 1 adalah 13 3. 3.33 + 43 = ( 3 x 3 x 3 ) + (4 x 4 x 4) = 27 + 64 = 91 4. 63 – 23 = (6 x 6 x 6 ) – (2 x 2 x 2 ) = 216 – 8 = 208
5. 23 x 33 = (2 x 2 x 2 ) x (3 x 3 x 3 ) = 8 x 27 = 216 Dalam tahap ini guru hanya mengoreksi kunci jawaban siswa, sedangkan bentuk soal sepenuhnya dipercayakan kepada siswa untuk membuatnya, untuk melatih kemampuan berfikir siswa dalam berstrategi dan berkomunikasi dalam kelompok. Permainan MOLIKUR-13 pada tahap siklus II ini, juga dapat aturan yang baru yaitu: yang bertugas melempar koin, menjawab soal, dan memberikan ”Bintang” dilakukan secara bergantian pada kelompok tersebut, dengan harapan siswa yang kurang pandai akan berusaha untuk mau menjawab soal dari kelompok lawan, walau dengan bantuan dari siswa lain dalam kelompoknya. Siswa pada siklus II ini terlihat lancar dalam bermain menggunakan Media Molikur-13, terlihat kerja sama siswa untuk memperjuangkan kelompoknya untuk dapat menjawab soal sehingga mendapat bintang lebih banyak, siswa yang kurang pandai terbantu oleh siswa yang lebih pandai, karena ada giliran dalam menjawab soal yang diberikan oleh pihak lawan. Permainan ini lebih mengasyikan bila disertai penjelasan yang rileks dan santai, sehingga siswa merasa senang karena bermain sekaligus dapat pengalaman baru dalam membuat soal sendiri, siswa juga akhirnya dapat menerapkan konsep dasar bilangan berpangkat tiga pada materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga, tanpa ada kesalahan konsep lagi. Ini terlihat dari hasil belajar siswa pada tes individu. 20 siswa sudah tercapai dan terlampaui tuntas dalam pembelajaran Matematika atau 100% dengan nilai rata-rata 88,00 seperti yang terdapat dalam tabel di atas. Pada siklus ini 100% siswa sudah
238, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
aktif memanfaatkan Molikur-13. Dengan demikian perbaikan pembelajaran pada siklus II dianggap berhasil dan tidak perlu dilakukan perbaikan pembelajaran siklus III. Menurut Mulyasa dalam Rosyda Safrida Ariyani, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dikatakan berhasil jika 85% siswa mencapai KKM. Berdasarkan standar tersebut dengan memperhatikan hasil evaluasi perbaikan pembelajaran pada siklus I yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai siswa belum tuntas. Walaupun sudah ada sedikit peningkatan, dibandingkan dengan sebelum dilakukan perbaikan. Seperti yang terlihat pada tabel. Oleh sebab itu, penulis melakukan perbaikan pada siklus II. Dengan memperhatikan tahapantahapan dan langkah-langkah rencana perbaikan pembelajaran seperti pada tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Penulis memperoleh hasil yang memuaskan pada siklus II. Pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik. Penulis menyampaikan materi dengan sistematis dan menyenangkan dengan media Monopoli Molikur-13 yang penulis gunakan telah berjalan dengan baik. Dengan demikian siswa dapat memahami pembelajaran yang disampaikan yaitu materi Operasi Hitung Bilangan Berpangkat Tiga. Siswa tampak antusias, bergairah, dan gembira. Hal ini tentunya akan membuat siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan kondisi demikian, penulis semakin kreatif dan penuh inisiatif untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan dalam kegiatan pembelajaran. Pengalaman yang penulis alami selama ini di sekolah ada guru yang
marah-marah kalau siswanya tidak bisa mengerjakan tugas Matematika yang diberikan apalagi siswa di kelas ribut dan akhirnya mendapatkan nilai yang rendah. Jika kondisi demikian terjadi, kegiatan belajar mengajar di dalam kelas akan semakin tidak kondusif. Sebaliknya seorang guru seharusnya bisa berperan sebagai pembimbing, motivator, informatory, komunikator, dan evaluator dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian seorang guru bisa membuat suasana kelas lebih baik dan pembelajaran akan berhasil dengan baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan metode mengajar; 2. Pemilihan media atau alat peraga; 3. Penggunaan bahasa yang mudah dimengerti; 4. Membantu atau membimbing siswa untuk dapat bertanya maupun menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa lain. Sehingga tercipta keberanian dan rasa percaya diri pada siswa. 5. Menciptakan suasana belajar yang produktif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hal tersebut penulis lakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas Matematika pada materi Operasi Hitung Bilangan Berpangkat Tiga di kelas VI SD Negeri 010 Malinau Kota dan mengalami perubahan dari sebelum dilakukan tindakan hingga pelaksanaan siklus II. KESIMPULAN Dari hasil keseluruhan kegiatan PTK di kelas VI SDN 010 Malinau Kota dapat disimpulkan bahwa dengan penggu-
Sutrisno & Hidayah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Media Molikur-13, 239
naan media Molikur-13 dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika tentang materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga. Pada siklus I diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 64,50, nilai terendah 40, nilai tertinggi 100, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 45% sedangkan pada siklus II nilai rata-rata 88,00, nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 100 % SARAN Berdasarkan pengalaman selama peneliti melaksanakan PTK di kelas VI SDN 010 Malinau Kota dapat diajukan saran bahwa untuk meningkatkan hasil
DAFTAR RUJUKAN Ariyani, Rosyda Safrida, 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Melalui Model Pembelajaran dengan Pendekatan IBL pada kelas XI SMA 12 Semarang. Skripsi sarjana, tidak diterbitkan Universitas Semarang. Munawar, Indra, 2009. Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi). Http:// indramunawar.blogspot.com. Diunduh Sabtu, 28 April 2012. Pukul 06.00wita Prawesti, Diniati, 2007. Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VII SMP 2 Muara Badak Tahun 2006/2007. Skripsi sarjana,
belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga, guru dapat menggunakan media Molikur-13 sebagai alternatif media pembelajaran. Penggunaan media ini juga dapat meningkatkan ketrampilan dan keaktifan siswa, karena siswa merasa tertarik dengan hal yang baru dan menyenangkan. Penelitian ini merupakan suatu upaya awal dalam meningkatkan ketrampilan siswa dalam pembelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan berpangkat tiga, diharapkan peneliti lain dapat memperluas permasalahan, misalnya dengan menerapkan pada materi yang lain. Bahkan dapat diterapkan pada pembelajaran tematik terintegrasi yang sesuai dengan kurikulum 2013.
tidak diterbitkan, FKIP Universitas Mulawarman. Pitadjeng, 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Nasional. Oemar Hamalik, 1994. Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra aditya bakti. Sukajati, 2008. Penelitian Tindakan kelas. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Suwanda, 2008 Model Pembelajaran Monopoly Pakem. http:/ dossuwanda.wordpress.com/2008/03/10/ model-pembelajaran-monopolypakem/. Diunduh Minggu, 21 April 2013, pukul 02.28