ANALISIS USAHA TERNAK AYAM BROILER DI UNIT PELAKSANA TEKNIK DINAS ANEKA USAHA TERNAK DESA DAWUNG KECAMATAN SAMBIREJO, KABUPATEN SRAGEN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Agribisnis Peternakan Program D III Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan / Program Studi Agribisnis Peternakan
Oleh : HENDRO FAJAR JATMIKO H 3407015
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging yang terus meningkat dari tahun ke tahun membuat usaha perunggasan khususnya ayam pedaging mempunyai nilai lebih di bandingkan dengan usaha peternakan di sektor lain seperti peternakan sapi, peternakan domba dll. Kebutuhan daging ayam meningkat disebabkan pertumbuhan penduduk indonesia semakin bertambah. Jumlah penduduk tahun 2008; 237.512.352 jiwa, tahun 2009; 240.271.522 jiwa, dan tahun 2010; 240.271.522 jiwa. Harga daging ayam yang murah membuat daging ayam menjadi pilihan utama dalam pemenuhan gizi di masyarakat. Siklus produksi yang relatif pendek yaitu antara 35-40 hari dengan masa istirahat kandang 14 sampai 20 hari membuat usaha peternakan ayam menjadi komoditi yang di perhitungkan bagi petani peternak. Ayam pedaging telah mengalami beberapa perbaikan genetik hingga tercipta sebuah tipe ayam pedaging yang mampu mencapai bobot >1,6 kg pada saat panen umur 35 hari, dengan tingkat efisiensi <1,7. Pola pertumbuhan yang sangat cepat membuat ayam jenis ini lebih peka terhadap setiap perubahan dan lebih mudah stres serta pertumbuhan bulu yang lambat sehingga ayam jenis ini menuntut formulasi pakan yang baik, dengan memperhatikan manajemen produksi yang baik. Manajemen produksi yang baik akan menghindarkan gangguan pertumbuhan, pembengkakan konsumsi pakan, pertumbuhan organ tubuh yang tidak seimbang dengan pertumbuhan berat badan, dan ayam kerdil. Pola pengembangan usaha peternakan ayam yang berkembang saat ini adalah sistem kemitraan dan pola mandiri. Sistem kemitraan peternak hanya menyediakan kandang dan peralatannya, sedangkan sarana produksi lain seperti bibit, pakan, obat-obatan di sediakan oleh perusahaan. Berbeda dengan sistem kemitraan pada pola mandiri segala kebutuhan baik kandang dan peralatan serta sarana produksi lainnya di usahakan sendiri. Pola mandiri,
peternak bisa mengendalikan harga baik sarana maupun ayam. Modal yang di butuhkan relatif lebih banyak dari kemitraan. Ayam broiler telah banyak dipelihara oleh para peternak di daerah perkotaan dan pedesaan baik sebagai usaha pokok atau usaha sambilan terutama di jawa. Penyebaran ayam broiler cukup luas karena produksi dagingnya dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan harga yang relatif murah bila dibandingkan dengan daging merah atau daging sapi. Disamping itu, pemeliharaanya tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan pemeliharaan sapi. Jika tidak memiliki modal yang cukup, para peminat ternak unggas bisa bekerja sama dengan perusahaan besar melalui pola kemitraan. Disamping faktor pendorong tersebut, ada hambatanhambatan dalam pemeliharaan ayam broiler diantaranya resiko kematian yang tinggi, penggunaan ransum yang kurang efisien, dan kualitas karkas yang dihasilkan rendah. Setiap perusahaan yang bergerak dibidang barang atau jasa tentu mempunyai visi, misi serta tujuan yang akan dicapai, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu usaha untuk memperoleh pendapatan atau laba maksimal yang nantinya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan dan karyawan. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah kelangsungan hidup suatu perusahaan dan tetap bisa menjaga keberadaannya. Tujuan jangka panjang tersebut harus didukung dengan upaya yang maksimal dalam hal operasional, produksi maupun sumber daya yang dimiliki. Manajemen perusahaan meliputi pengelolaan sumber daya serta strategi pemasaran harus dikuasai dan pola pemeliharaan harus memenuhi standart minimal yang telah ditetapkan. Usaha yang dijalankan dengan manajemen yang terkontrol akan mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi serta terhindar dari kerugian ( Swastha dan Soekotjo, 2002 ). Dibidang operarasional, setiap perusahaan harus mempunyai pangsa pasar atau rencana usaha, agar dalam berproduksi didapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan sebelum mengarah pada peningkatan
efisiensi perlu didasari pengetahuan teknis atau Sumber Daya Manusia yang memadai. Keberhasilan usaha pemeliharaan ayam dapat diketahui setelah ayam dijual. Pendapatan yang diperoleh berasal dari penjualan ayam dikurangi biaya pemeliharaan atau operasional DOC. Untuk mengetahui keuntungan yang didapat, dapat diketahui dengan melihat laporan laba rugi dari usaha tersebut. Laporan analisis/finansial usaha memberikan keadaan finansial suatu perusahaan dan mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode. Dengan demikian dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan. Sehingga mudah mengatasi jika terdapat masalah dalam perusahaan. B. Tujuan Kegiatan Magang 1. Tujuan umum dari kegiatan magang adalah untuk : a. Memperoleh
keterampilan
kerja
dan
pengalaman
kerja
serta
memecahkan permasalahan yang ada dalam peternakan b. Memperoleh pengalaman yang memadai dengan cara mengenali kegiatan-kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan. c. Menambah pengetahuan mengenai hubungan antara teori dan penerapannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat menjadikan bekal untuk terjun langsung ke masyarakat nantinya. d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi. 2. Tujuan Khusus antara lain : a. Memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja dalam bidang peternakan khususnya ayam broiler yang dilakukan di UPTD AUT, Sambirejo, Sragen. b. Mengetahui situasi orang-orang di lapangan, sehingga nantinya kalau terjun langsung dalam masyarakat sudah terbiasa. c. Memperoleh pengalaman dan keterampilan secara langsung dalam bidang manajemen peternakan ayam broiler.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ayam adalah vertebrata berdarah panas dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Temperatur tubuh ayam relatif tinggi. Anak ayam umur sehari (day old chick, DOC) memiliki temperatur tubuh 1020F (390C). Secara bertahap, temperatur anak ayam meningkat setelah hari ke-4 sampai hari ke-10 dicapai temperatur normal maksimal. Temperatur tubuh ayam dewasa rata-rata sekitar 105-1070F (40,6 - 40,70C). temperatur tubuh ayam meningkat sampai sore, kemudian menurun sampai tengah malam. Temperatur induk ayam yang sedang mengeram lebih rendah dibandingkan dengan induk yang tidak mengeram karena tingkat metabolismenya yang rendah. Ayam pemeliharaan yang dewasa ini (galus domesticus) merupakan keturunan ayam hutan. Manusia telah memelihara ayam sejak 5.000 tahun yang lalu. Ayam dipelihara oleh bangsa mesir 3.000 tahun sebelum masehi dan bangsa cina pada 1.500 tahun sebelum masehi. Jadi, proses penjinakannya berlangsung lama. Oleh karena itu, saat ini jenis-jenis ayam banyak mengalami perubahan fisik dan genetis (Atmomarsono et all, 2005). Sebenarnya ayam broiler ini baru dikenal menjelang periode 1980-an, sekalipun galur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai memeliharanya. Akan tetapi, ayam broiler komersial seperti sekarang ini `memang baru popular 1980. Sebelumnya ayam yang untuk dipotong adalah ayam petelur yang warna bulunya putih dan berjengger merah (galur white leghorn). Peternak ayam broiler yang baru membuka ayam usahanya menjadi prihatin dan terpuruk kerugian. Pada akhir periode 1980 itulah pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan atau membantu konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaanya. Kondisi pun membalik, kini banyak peternakan ayam broiler bangkit dan peternak musiman muncul dari sinilah ayam broiler komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 1994). Berdasarkan
keterlibatan
manusia
dalam
pengelolaannya,
sistem
pemeliharaan ternak unggas digolongkan menjadi tiga sistem yaitu sistem ekstensif, semiintensif dan sistem intensif (Atmomarsono et all, 2005).
Kekaguman orang dan minat pemodal mulai muncul setelah mengetahui bahwa ayam broiler dapat dijual umur 35-40 hari dan pada umur itu bobot badan hampir sama dengan bobot badan ayam kampung berumur satu tahun. Masyarakat juga mengenal ayam broiler sebagai ayam pedaging saingan ayam kampung karena mempunyai rasa yang khas, empuk, dan dagingnya banyak. Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila manajemen pemeliharaan yang diterapkan benar. Ayam broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1,3 sampai 1,6 kg per ekor dan di lakukan pemanenan pada umur 35-40 hari karena ayam broiler yang terlalu berat sulit dijual. Dalam beternak ayam broiler, dikenal dua masa pemeliharaan yaitu : 1. Masa pemeliharaan awal atau starter. Ini merupakan masa sampai saat anak ayam broiler itu sudah kuat untuk hidup layak, yaitu sejak anak ayam umur 1 hari sampai 4 minggu. 2. Masa pemeliharaan akhir atau finisher. Ini merupakan saat terakhir kehidupan ayam broiler. Pada akhir periode inilah ayam broiler siap dijual atau siap dipotong. Masa akhir ini bila anak ayam berumur lebih dari 4 minggu. Secara fisik perbedaan kedua ayam itu memang hanya tampak dari besar tubuh ayam saja atau dari perkembangannya. Perbedaan yang jelas nanti terlihat pada kualitas ransum dan pertumbuhan pada kedua masa pemeliharaan tersebut (Rasyaf, 1994). A. Perkandangan 1. Kandang dalam pemeliharaan ternak unggas secara intensif dibedakan menjadi dua fungsi, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder. a. Fungsi Primer Secara makro, kandang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi unggas agar terlindung dari pengaruh-pengaruh buruk iklim (hujan, panas, dan angin) serta gangguan lainnya (hewan liar dan pencurian). Secara mikro, kandang berfungsi menyediakan lingkungan yang nyaman agar ternak terhindar dari stress.
b. Fungsi Sekunder Kandang
berfungsi
sebagai
tempat
bekerja
peternak
untuk
mengendalikan kebutuhan ternak sesuai dengan tujuan pemeliharaan (sebagai pembesaran, pedaging, petelur, atau pembibit) 2. Berdasarkan fungsi tersebut, pembangunan kandang harus memperhatikan tiga faktor penting, yaitu : faktor biologis ternak yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan respon ternak terhadap lingkungan, faktor teknis yang berkaitan dengan konstruksi bangunan, bahan dan tata letak bangunan dan yang terakhir faktor ekonomis yang berkaitan dengan aspek biaya dan efisiensi penggunaan bangunan. B. Pembibitan Pada saat ini yang di hadapi oleh peternak adalah DOC atau anak ayam broiler umur sehari. Ada beberapa pedoman yang perlu diperhatikan pada saat memilih DOC, antara lain : 1. Anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan. Apabila baru tiga hari anak ayam sudah banyak yang mati, sedangkan manajemen pemeliharaannya sudah baik maka penyebabnya adalah dari induk yang tidak memenuhi syarat. 2. Mempunyai ukuran yang seragam, agar pada waktu pemanenan bisa serentak. 3. Anak ayam memperlihatkan mata yang cerah dan bercahaya, aktif serta tampak tegar. 4. Anak ayam tidak memperlihatkan cacat fisik, kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat. Tidak ada kelekatan tinja di bagian duburnya. Selain itu anak ayam harus sudah di vaksin ND dan gumboro, agar daya tahan tubuh anak ayam bertambah dan kuat dalam perjalanan ke kandang (saat pengiriman). Tetapi dalam praktik sehari-hari anak ayam yang di beli sudah di kemas dalam boks yang diikat kuat sehingga sulit dipilih. C. Pakan
Apabila diperhatikan, ada tiga macam bentuk fisik ransum, yaitu bentuk tepung komplit, bentuk butiran, dan bentuk butiran-butiran pecah. 1. Bentuk tepung komplit Bentuk ini merupakan bentuk ransum yang umum terlihat. Bahan yang dipilih menjadi ransum digiling menjadi halus kemudian dicampur menjadi satu. Ransum bentuk ini menyebabkan anak ayam tidak bisa memilih bahan pakan yang disenangi. Hal ini berdasarkan sifat dan cara makan ayam yang lebih gemar memakan pakan yang berbentuk butiran dan berwarna. Bentuk pakan yang halus ini mempunyai keuntungan lainnya itu mudah diserap usus ayam. Hal ini merupakan suatu keuntungan yang menyebabkan efisiensi lebih baik. 2. Bentuk butiran atau pellet Bentuk ini merupakan perkembangan dari bentuk komplit. Salah satu kelemahan ransum yang berbentuk butiran komplit ini adalah semakin besar kemungkinan terjadinya kanibalisme atau saling patuka antar ayam. Dan kelemahan dari pakan bentuk butiran ini adalah kurang cocok untuk pakan anak ayam broiler dikarenakan anak ayam (DOC) belum bisa mencerna pakan yang berbentuk butiran. 3. Bentuk butiran pecah atau crumble Bentuk ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari bentuk pellet. Bentuk ini banyak digunakan untuk ayam broiler dan untuk semua umur. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa pellet, biji-bijian pecah, setengah biji bijian, dan setengah pelet menghasilkan ayam dengan berat badan lebih besar dari pada bentuk tepung komplit karena setiap partikel butiran itu sudah mengandung semua unsur nutrien yang dibutuhkan oleh ayam. Tabel 1. Pengaruh Ransum Terhadap Pertumbuhan Ayam Broiler Serta Konservasi Ransum __________________________________________________________________ ___ Perlakuan
Berat badan ayam umur 8 minggu
Konversi ransum umur 8 minggu
Pellet
1,90 - 4,92
2,16 - 2,15
Biji-bijian pecah
1,90
2,20
Setengah biji-bijian
1,90
2,20
Setengah pellet
-
Tepung komplit
1,84
2,19
Sumber : Rasyaf 1994
Tabel 1 menunjukan bahwa ransum berbentuk pellet menghasilkan ayam dengan berat badan tertinggi dibandingkan ransum tepung komplit. Namun, ransum berbentuk campuran antara butiran dengan crumble (butiran pecah) mempunyai konversi pakan terbaik. Ransum berbentuk pellet ini hanya digunakan untuk ayam broiler masa akhir, yaitu pellet dengan diameter 3,2 mm (Rasyaf, 1994). D. Penyakit Pencegahan penyakit pada pemeliharaan ternak ayam lebih utama dibandingkan dengan pengobatan sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Sebenarnya bibit-bibit penyakit sudah berada disekitar ayam, bahkan ada yang sudah terdapat di dalam tubuh ayam. Semuanya memang sebagai makhluk hidup yang saling memberi manfaat terhadap kehidupan secara keseluruhan. Namun, bibit penyakit itu baru akan membuat masalah bagi ayam bila terjadi beberapa kondisi berikut ini : Perubahan kelembapan dan temperatur lingkungan, perubahan musim, kebersihan kandang dan peralatan, keadaan ayam, dan kualitas ransum. Beberapa jenis penyakit yang populer di peternakan ayam broiler di Indonesia, yaitu: a). Cronic Respiratory Disease ( CRD ) Penyakit ini menyerang ayam broiler pada masa pertumbuhannya (antara umur 3-5 minggu). Sebenarnya tidak menyebabkan kematian, tetapi
dapat menyebabkan morbiditas atau cacat yang disebabkan oleh Mycoplasma galisepticum dan bakteri Escherichia coli. Gejala : Ayam terlihat tidak aktif dan diam, bagaikan mati. Penyakit ini menyerang saluran pernapasan ayam dan dikenal pula dengan nama MG (Mycoplasma Gallisepticum) atau PPLO (Pleuropneumonia-like Organism). Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan CRD Penyebab : Penyebab penyakit ini adalah makhluk kecil intermediate antara virus dengan bakteri. Penyakit ini pertama-tama dapat ditularkan dari induknya. Ayam parent stock yang dipelihara oleh pembibit telah terkena penyakit CRD dan terbawa dalam telur tetasnya. Pengendaliannya : Apabila ternak sudah terkena CRD, obat yang dapat digunakan adalah bacitracin, erythromycin, tylosin, spectinomycin, dan lincomycin. Beberapa usaha pencegahan penyakit ini sebagai berikut : 1. Bibit ayam sebaiknya dari pembibit yang benar-benar telah terjamin bahwa anak ayam yang dijualnya benar-benar telah bebas dari CRD. 2. Alat-alat baru dan tamu yang berkunjung ke peternakan dijaga kebersihannya. b). Newcastle Disease (ND atau tetelo) Penyakit ini disebabkan oleh virus dan belum ditemukan obatnya namun untuk pencegahanya sudah ada vaksin yaitu menggunakan lasota dan vaksin ND aktif atau vaksin ND strain F yang diteteskan ke mata. Gejala : Ayam pedaging yang terkena penyakit ND ini terlihat tanda-tanda umum ayam sakit (tidak aktif, sayap terkulai dan mata ngantuk). Ada tanda yang lebih spesifik yaitu terlihat gejala tortikolis. Tortikolis ini adalah kepala yang mengarah kekanan, ke kiri, dan ke bawah dengan tidak menentu. Penyebab :
Penyakit ini disebabkan virus Myxo virus Multivormis yang hingga kini belum ada obatnya. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui tamu yang berkunjung, sepatu tamu tersebut, alat-alat peternakan yang baru masuk ke kandang tanpa dicuci dengan desinfektan, dan burung-burung liar. Penularan penyakit ini antara ayam yang satu dengan ayam yang lain sangat cepat, apalagi bila kebersihan kandang tidak dijaga dan lingkungan kandang yang kotor. Pengendalian : Satu-satunya cara untuk mencegah adalah dengan vaksinasi. Namun vaksinasi harus dilakukan dengan benar. Dalam pelaksanaan vaksinasi sebaiknya
diperiksa
dahulu,
terutama
mengenai
jenis
dan
waktu
kadaluwarsanya. c). Gumboro Penyakit ini termasuk penyakit yang baru yang dalam bahasa asingnya dikenal dengan infectious bursal disease (IBD). Penyakit ini pertama dilaporkan oleh Cosgrove dalam tahun 1962 di Gumboro, Amerika Serikat. Karena itulah dinamakan “Gumboro”. Gejala : Tanda-tanda umum penyakit ini akan segera terlihat pada ayam yang terserang yaitu ayam yang biasanya rakus dan sering minum kini mendadak kini tidak mau makan dan minum, bulu terlihat lusuh dan kotor, dan kematian yang terjadi dapat segera meningkat. Penyebab : Penyakit ini disebabkan oleh virus dan belum banyak diketahui selukbeluknya.
Penyakit
gumboro
sering
menyerang
ayam
dalam
masa
pertumbuhan. Kemungkinan serangan terbesar terjadi pada anak ayam umur 20-60 hari kecuali untuk ayam broiler pada umur 20-40 hari. Pengendalian : Virus gumboro ini sulit dideteksi. Virus ini mampu hidup di luar tubuh ayam selama berbulan-bulan. Kandang, tempat pakan serta alat-alat peternakan yang kotor merupakan sumber utamanya. Pengobatan penyakit ini memang tidak ada, tetapi penyakit-penyakit yang mengikutinya perlu diobati. Penyakit
pengikut dapat diobati dengan antibiotika, sulfonamides, dan nitrofurans. Menjaga kebersihan kandang, sekitar kandang, alat-alat peternakan, dan pekerja merupakan hal penting yang perlu dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit gumboro. Untuk ayam broiler, vaksinasi gumboro dilakukan pada saat anak ayam berumur 7-9 hari melalui air minum (Rasyaf, 1994).
Table 2. Program Pencegahan Penyakit Dalam Pemeliharaan Ayam Broiler. Umur (hari) 1-2 1-6
Nama vaksin/obat Hidrostress Vaksin ND
Teknik pelaksanaan 5 g/10 ltr air minum Tetes mata
3-5
Sindoflox
1 ml/2 ltr air minum
6-8 9-11
Vitastress Theraphy
1 g/1 ltr air minum 1 g/2 ltr air minum
12 12-15 16-17
Medivac Gumboro A Hidrostress Theraphy
Melalui air minum 5g/10 ltr air minum 1 g/2 ltr air minum
18-19 22-23
Hidrostress Theraphy
5g/10 ltr air minum 1 g/2 ltr air minum
Tujuan
Mengurangi stress Mencegah penyakit ND Mencegah CRD dan E.Coli Mengurangi stress Mencegah Coccidiocis Mencegah Gumboro Mengurangi stress Mencegah Coccidiocis Mengurangi stress Mencegah
24-27 28-32
Hidrostress Dinabro
5g/10 ltr air minum 5g/10 ltr air minum
Coccidiocis Mengurangi stress Merangsang Pertumbuhan
Sumber: Atmomarsono, Kartasudjana, dan Suprijadna, 2005
E. Pemasaran Pemasaran adalah proses merencanakan dan melaksanakan konsep memberi harga, melaksanakan promosi, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan organisasi secara efisiensi (Mc Daniel and Gates, 2001). Menurut Priyanto (1995) system pembelian ayam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pembelian biasa dan kontrak. Pada pembelian biasa, perhitungan jumlah ayam dan harga ayam dilaksanakan pada saat pembelian ayam atau pengambilan ayam. Pada sistem pembelian kontrak, jumlah dan harga ayam yang akan diambil dinegosiasikan terlebih dahulu antara pihak pembeli (pemotongan ayam) dengan pihak pemasok (peternak). Sistem pembelian luco yaitu pembeli mengambil sendiri ayam ke peternakan atau pemasok kendaraan, keranjang, ayam dan awak kendaraan disediakan oleh pihak pembeli atau pemotong ayam. Resiko kematian dan penyusutan bobot ayam ditanggung pihak pembeli
III.
TATALAKSANA KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat Kegiatan Magang Kegiatan magang Analisis Usaha Ternak Ayam Broiler dilaksanakan pada 15 Februari sampai 15 Maret 2010. Pemeliharaan ayam broiler berlokasi di UPTD AUT Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. B. Metode Pelaksanaan 1. Pengamatan ( Observasi ) Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung di lapangan mengenai pengelolaan yang ada di peternakan yang meliputi : a) Luas perusahaan Mengamati luas area peternakan, mengetahui tata letak kandang dan fasilitas perusahaan. b) Bangunan kandang Mengetahui kontruksi kandang, megukur luas kandang, mengetahui berbagai jenis kandang dan tipe kandang yang digunakan, serta mengetahui bahan kandang yang digunakan. c) Pakan Mengetahui jenis pakan yang digunakan, mengetahui waktu dan cara pemberian pakan, mengetahui banyaknya pakan yang diberikan, dan efisiensi pakan d) Pengendalian penyakit Mengetahui cara pengendalian penyakit pada ternak, mengetahui berbagai jenis penyakit yang pernah menjangkit di peternakan, mengetahui jenis obat yang diberikan, seperti antibiotik, vitamin dan obat cacing, serta mengetahui kapan pemberian antibiotik dan cara pemberiannya. e) Penanganan limbah Mengetahui penanganan limbah ternak ( unggas )
f) Pemasaran Mengetahui cara penjualan ternak 2. Praktek Lapangan Mahasiswa melakukan
serangkaian
kegiatan
yang
ada
di
peternakan tersebut sesuai dengan judul magang, sehingga mahasiswa mengetahui secara langsung dari kegiatan pemeliharaan yang di laksanakan dalam peternakan tersebut seperti : a) Bangunan kandang Mengukur luas kandang yang digunakan untuk pemeliharaan, dan mengetahui bahan bangunan kandang yang digunakan b) Pakan Melaksanakan cara pemberian pakan, dan menghitung pemberian pakan per hari. c) Penanganan limbah Melaksanakan
pembersihan
kotoran
ternak,
melaksanakan
pengolahan kotoran ternak, dan mengetahui penjualan limbah ternak d) Pengendalian penyakit Melaksanakan
pengendalian
penyakit
dengan
cara
sanitasi
lingkungan kandang, mengetahui berbagai jenis penyakit yang terjadi, mengetahui jenis obat yang di berikan, seperti antibiotik, vitamin dan obat cacing, dan mengetahui kapan pemberian antibiotik dan cara pemberiannya. e) Pemasaran Mengetahui cara penjualan ternak f) Program pengembangan usaha 3. Wawancara Mahasiswa menanyakan secara langsung kepada pengelola, pihakpihak yang terkait dengan peternakan UPTD Aneka Usaha Jasa Ternak dan karyawan yang ada di lapangan selama kegiatan berlangsung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan seperti : a) Urutan kegiatan ternak ayam broiler dari DOC sampai afkir.
b) Cara pemberian, frekuensi pakan dan waktu pemberian pakan. c) Penanganan kesehatan Mengetahui berbagai jenis obat yang diberikan dan mengetahui frekuensi pemberian obat. d) Cara/teknik pemasaran
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Aneka Usaha Ternak (AUT) Sambirejo ini merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Semula berlokasi di Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Sragen Jl. Anggrek No. 32 Sragen, dan sejak tahun 2004 pindah ke Dukuh Kliro, Desa Dawung Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. UPTD-AUT mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan salah satu tugas operasional dari Dinas Peternakan dan Perikanan dalam hal pengelolaan Aneka Usaha Ternak di bidang Peternakan. Disamping itu diharapkan mampu berperan dalam membantu dan melayani masyarakat di bidang usaha peternakan dan memberi kontribusi kepada daerah dalam hal Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari beberapa usaha bidang peternakan. Jenis usaha di UPTD-AUT meliputi devisi sapi, devisi pakan ternak, devisi domba, devisi cacing, devisi pupuk dan devisi ayam. Pemilihan
lokasi
perusahaan
merupakan
salah
satu
kunci
keberhasilan dalam proses produksi dan kelangsungan hidup perusahaan. Ada dua aspek penting yang mendukung kegiatan produksi antara lain: a. Aspek Teknis UPTD-AUT ini berada di daerah Sragen bagian timur, di Desa Dawung, Kecamatan Sambirejo. Desa ini sangat berpotensi besar untuk usaha di bidang peternakan. Selain suhu yang sangat mendukung sekitar 29oC-32oC daerah ini juga mempunyai topografi wilayah yang datar, sehingga mempermudah dalam hal pengelolaan selain itu sirkulasi udara juga lancar dan tingkat kelembaban udara dan kebersihan tetap terjaga.
b. Aspek Sosial dan Ekonomi
Peternakan ini menggunakan tenaga kerja dari penduduk sekitar peternakan, sehingga dengan adanya peternakan ini sangat bermanfaat bagi penduduk sekitar. Peternakan ini juga memberi dana pada desa setiap periode dan memberi sumbangan untuk acara tahunan seperti HUT-RI, Idul Fitri dan Idul Adha. Secara ekonomi lokasi peternakan ini dekat dengan pusat pemasaran, sehingga meningkatkan keuntungan dan mengurangi susutnya bobot badan dan tingkat kematian khususnya ayam. 2. Luas Area Peternakan Peternakan UPTD AUT menempati lahan seluas kurang lebih 5,7 hektar dengan didukung bangunan yang meliputi kantor 1 unit, kandang sapi 3 unit, kandang domba 2 unit, gudang jerami 2 unit, pabrik pakan dan gudang pakan 1 unit, gudang pupuk 1 unit, mess 1 unit, kandang jepit 1 unit, kandang ayam 1 unit, pos jaga 2 unit, kandang kuda 1 unit, dan garasi 1 unit. Peralatan yang ada di peternakan UPTD AUT yaitu mobil pick up L300, mixer pengolah pakan, chopper (mesin pencacah rumput), mesin pengangkut pakan dari gudang pakan ke kandang, mesin penghancur pupuk dan timbangan ternak. Sedangkan luas lahan yang di tanami rumput untuk kebutuhan pakan ternak sekitar 3 hektar. Jenis rumput yang di tanam ada rumput gajah, rumput Thailand, cetaria. 3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Untuk mendorong kemajuan perusahaan, setiap perusahaan pasti mempunyai visi dan misi. Visi dan misi UPTD-AUT yaitu a. Visi Terwujudnya masyarakat yang sejahtera, khususnya petani peternak melalui pembangunan sistim agrobisnis dan agropolitan yang berdaya saing dan berkelanjutan, berbasis pada sumber daya alam yang lestari sesuai dengan fungsinya.
b. Misi
1. Terwujudnya produksi, produktifitas dan populasi ternak melalui dukungan saran produksi atau modal, teknologi dan kelembagaan yang kokoh sebagai upaya mewujudkan sistim agrobisnis dan agropolitan yang berdaya saing berkeadilan dan berkelanjutan. 2. Mengembangkan sarana dan prasarana petani atau peternak dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam sesuai fungsinya. 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan agribisnis agar mampu berperan dalam mengelola potensi
sumber
daya
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan
pembangunan daerah. c. Tujuan 1. Mewujudkan peningkatan produksi, produktifitas hasil, pendapatan petani ternak dengan dukungan sarana produksi atau permodalan dan penyuluhan serta penerapan teknologi tepat guna. 2. Mewujudkan peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana peternakan. 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petani, peternak dan petugas kelembagaan agribisnis juga pendapatan petani. 4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 4. Sruktur Organisasi Agar suatu perusahaan dapat berjalan dengan lancar, maka harus di bentuk struktur organisasi. Ini bertujuan untuk menentukan tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sehingga setiap tenaga kerja mengetahui tugas, hak dan kewajibannya. Struktur organisasi UPTDAUT sbagai berikut ini :
Struktur Organisasi UPTD Aneka Usaha Ternak Kabupaten Sragen
KEPALA DINAS Ir. Sri Hardiarti
KABID PETERNAKAN Ir. Agus Purwanto
KABAG TU Drs. Tjipto Wahyudi
KEPALA UPTD-AUT Drh. Shintawati Widjaja
Sub Bag TU Sri Iswahyuni, S.Pt
DIVISI SAPI Suprabowo
DIVISI PAKAN TERNAK
DIVISI DOMB A
Yunanto, S.Pt
Yoyok wardoyo
Keterangan :
DIVISI CACING Nur hidayanto, s.sos
DIVISI PUPUK Sukardi
DIVISI AYAM Sri Sulistyorini, S.Pt
: Garis Komando/ Perintah : garis koordinasi
B. Uraian Kegiatan Kegiatan magang di UPTD-AUT dilaksanakan selama 1 bulan. Aktivitas dimulai dari pukul 07.00 sampai selesai. Dalam kegiatan magang berbagai aktivitas yang dilakukan antara lain : membersihkan tempat pakan dan minum serta memberi pakan dan minum, menyemprot desinfektan dalam dan luar kandang, memberi vitamin, pelebaran dan penambahan tempat pakan, mengatur ketinggian gasolec, mengontrol temperatur dan ventilasi dalam kandang, memisahkan ayam yang terlalu kecil, sakit atau cacat, vaksin tetes mata dan suntik, membersihkan kotoran yang tercampur dengan sekam,
mematikan dan menghidupkan lampu kandang, menurunkan sekam dari liter, menimbang bobot ayam untuk melihat pertambahan bobot badan harian, membersihkan kotoran dibawah kandang dan memanen. Manajemen pemeliharaan ayam broiler sebagai berikut : 1. Minggu I a. Sekam harus kering, bila ada yang basah harus segera diganti. Sekam dibalik setiap hari. b. Pemberian pakan setiap 2 jam (minimal sehari 12 kali), mulai jam 06.00, 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, 16.00, 18.00, 20.00, 22.00, 00.00, 02.00, 04.00 WIB, sedikit-sedikit tetapi sering. Setiap pemberian pakan, baki (chick feeder tray) harus dibersihkan dari kotoran. c. 4 jam setelah ayam masuk, kontrol jumlah ayam yang makan dengan cara memeriksa tembolok (standart : 8 dari 10 ekor ayam sudah makan kenyang pada 4 jam pertama). d. Pada hari 1 sampai 5 posisi tempat minum digantung serendah mungkin agar anak ayam mudah minum. Tinggi air dalam tempat minum 3/4 bagian. e. Tempat minum dengan kapasitas 5 liter di cuci 3 kali sehari. f. Pelebaran dilakukan setiap 2 hari sekali dimulai hari ke-3 dan pelebaran penuh semua kandang pada hari ke-12. g. Pada hari ke-3, 5, 7 dan 9 ditambahkan tempat pakan masing-masing sebanyak 6-8 buah. Tambahkan ketinggian gasolec sekitar 10 cm setiap kali pelebaran. Kontrol temperatur dan ventilasi dalam kandang agar tetap segar 32 0C. h. Pakan yang dimakan ayam diusahakan minimal mencapai standart (150 gram/ekor/minggu). i. Segera pisahkan pada tempat tersendiri ayam yang kecil (seleksi) dan matikan (afkir) ayam yang terlalu kecil, sakit atau cacat karena kalau tidak segera di pisahkan atau di afkir ayam yang sehat bisa tertular penyakit selain itu juga dapat memperbanyak pengeluaran pakan.
j. Timbang ayam pada akhir minggu (umur 7 hari) untuk mengetahui pertambahan bobot badan. k. Lakukan aktivitas pagi hari jam 03.00 dan 05.00 WIB, kontrol temperatur minimal 320C serta pemberian pakan. 2. Minggu II a. Sekam dibalik setiap hari, pada umur 7 hari sekam mulai diganti (lihat kualitas sekam dan kondisi cuaca) b. Pemberian pakan setiap 3 jam (sehari 6 kali), mulai jam 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00 dan 22.00 WIB. c. Pada umur 10 hari tirai dalam atas dilepas (pagi hari). d. Pada hari ke-12 sampai ke-14 tabung tempat pakan gantung mulai dipasang dan digantung. e. Tempat minum dengan kpasitas 5 liter dicuci 3 kali sehari. f. Kontrol temperatur dan ventilasi dalam kandang dengan cara buka tutup tirai samping. g. Pakan yang dimakan ayam diusahakan minimal mencapai standart (350 gram/ekor/minggu) h. Pisahkan selalu ayam yang lebih kecil dari normal dan afkir yang terlalu kecil, sakit atau cacat (umur 14 hari harus sudah selesai memisah-misahkan ayam yang terlalu kecil). i. Timbang setiap akhir minggu (umur 14 hari) j. Lakukan aktifitas pagi hari jam 03.00 dan 05.00 WIB, kontrol temperatur minimal 300C serta pemberian pakan. 3. Minggu III a. Setelah sekam diturunkan, lantai bawah dibersihkan setiap 2 hari sekali dan ditabur sekam baru atau kapur setiap 2 atau 3 hari sekali. b. Pemberian pakan setiap 4 jam (sehari 5 kali), mulai jam 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 22,00 WIB. c. Tempat minum dicuci 3 kali sehari dan posisi diatur setinggi punggung ayam. d. Posisi tempat makan diatur setinggi sayap bawah.
e. Pakan yang dimakan ayam diusahakan minimal mencapai standart (650 gram/ekor/minggu). f. Kontrol temperatur dan ventilasi dalam kandang dengan cara buka tutup tirai samping. g. Mulai umur 19 hari, lampu dinyalakan jam 19.00 WIB h. Timbang ayam pada akhir minggu untuk mengetahui pertambahan bobot badan. 4. Minggu IV a. Pembersihan (sapu) dan tabur sekam atau kapur lantai bawah dilakukan setiap 2 hari sekali. b. Pemberian pakan 3 kali sehari, pada jam 07.00, 16.00 dan 21.00 WIB. c. Pakan yang dimakan ayam diusahakan minimal mencapai standart (800 gram/ekor/minggu). d. Tempat minum dengan kapsitas 5 liter dicuci 3 kali sehari e. Mulai umur 22 hari, lampu dinyalakan jam 22.00 WIB. f. Timbang ayam pada akhir minggu (umur 28 hari) untuk mengetahui pertambahan bobot badan. 5. Minggu V a. Pembersihan (sapu) dan tabur sekam atau kapur lantai bawah dilakukan setiap 2 hari sekali. b. Pemberian pakan 3 kali sehari, pada jam 07.00, 16.00 dan 21.00 WIB. c. Pakan yang dimakan ayam diusahakan mencapai standart (1050 gram/ekor/minggu). d. Tempat minum dengan kapasitas 5 liter dicuci 3 kali sehari. e. Tempat minum selalu dikontrol jangan sampai terlambat atau habis. f. Pada umur 29 hari semua tirai dalam digulung dan dicuci. g. Timbang ayam terakhir 1 hari sebelum panen dan cek stock ayam. C. Pembahasan Kegiatan Magang 1. Perkandangan a. Jenis Bangunan
Jenis bangunan meliputi kandang ayam, kandang isolasi, gudang pakan, gudang alat, dan mess untuk karyawan. Lokasi kandang cukup strategis karena dekat dengan jalan, sehingga memudahkan alat transportasi pengangkut pakan dan ternak masuk. Kandang ayam terletak paling ujung dan jauh dari kandangkandang lain. Ini ditujukan untuk mencegah penularan penyakit ke ayam, karena ayam sangat rentan dengan penyakit dan daya tahan tubuh yang lemah di banding dengan sapi dan ternak-ternak lain. Luas kandang ayam 600m2 dengan panjang 60 m dan lebar 10 m untuk kapasitas 6000 ekor. Sistim kandang menggunakan sistim panggung. Agar sirkulasi udara lancar, gas amoniak cepat terbawa angin dan mempermudah saat membersihkan kotoran. Untuk mengatur sirkulasi udara dan sinar matahari yang masuk dalam
kandang
menggunakan tirai atas dan samping yang bersifat buka tutup. Kontruksi dinding dan lantai atau liter kandang terbuat dari bambu sedangkan tiang penyangga terbuat dari beton. Ketinggian atau jarak antara lantai kandang atau liter dengan tanah minimal 2 m (lebih 2 m semakin bagus) ini ditujukan agar amoniak yang ada di bawah kandang cepat hilang dan memudahkan pekerja saat membersihkan kotoran. Untuk tempat minum sudah otomatis, sehingga apabila air minum habis maka akan mengisi dengan sendirinya dengan syarat tempat penampung air masih penuh. Satu tempat pakan bisa muat sekitar 25 ekor ayam. b. Syarat dan konstruksi kandang yaitu: 1. Bahan untuk konstruksi panggung perlu dipilih sehingga kuat dan tidak mudah roboh. Bahan bisa dari bambu atau kayu. 2. Terbuka, dinding jarang (kawat atau bilah bambu) 3. Membujur dari timur ke barat 4. Atap berbentuk huruf A. (Monitor, semi monitor) 5. Pondasi lebih tinggi dari sekitar 6. Ukuran-ukuran yang di anjurkan:
a. Tinggi tengah minimum 3 meter b. Tinggi samping minimum 2 meter c. Lebar maksimum 6 meter d. Tempias tepi atap 1 meter 7 8
Jarak antar kandang minimum 1x lebar kandang dihitung dari tepi atap Model kandang tipe liter (kandang bawah) atau tipe batrei (kandang panggung)
9
Kebutuhan luasan kandang yaitu 8-10 ekor/m2
2. Pembibitan
a) Jenis-jenis bibit anak ayam pedaging umur sehari (d. o. c.) menurut strain (galur yang telah beredar di indonesia yaitu : Arbor Acres, Cobb, Goto, Hubbard, Hybro, Lohmann, ISA Vedette, Indian River, Jabro, Ross, Shaver Starbro, Tatum, Tegel, dsb. b) Bibit DOC Pedaging yang baik harus memenuhi syarat-syarat : 1. Sehat dan lincah 2. Mata bundar dan riang 3. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya . 4. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya. 5. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik. 6. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram dan seragam. 7. Tidak ada tinja yang memnempel di bagian dubur. 3. Pakan Pakan memegang 30% faktor penentu keberhasilan usaha peternakan ayam pedaging. Fase pemeliharaan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu : a. Fase I (umur 1-7 hari). Fase ini akan menentukan keberhasilan ayam pada saat dewasa karena pada fase ini terjadi proses perbayakan sel, perkembangan sel, proses ADG yang cepat, Brooder yang baik bisa menekan RSS (Rating&Stunting Syndrom). Pada minggu I, BB ayam harus 150 g,
dengan konsumsi pakan 155 gram/ekor/minggu. Dilakukan vaksinasi ND pada umur 6 hari. b. Fase II Pada fase ini pakan diusahakan standar yaitu 300 gram/ekor/minggu. Vaksinasi IBD pada umur 14 hari. c. Fase III Pada fase ini pakan diusahakan standar yaitu 550 gram/ekor/minggu. Vaksinasi ND 2 pada umur 19 hari. d. Fase IV Pada fase ini pakan diusahakan standar yaitu <700 gram/ekor/minggu. Tabel 3. Kandungan Gizi Pakan Ayam Broiler Ransum
Nutrien
Awal (0-4 minggu)
Protein (min) (%) Lemak (%)
21-24
Akhir (4-8 minggu) 18-21
2.5
2.5
Serat kasar (max) (%)
4
4.5
Ca (%)
1
1
P (%)
0.70-0.90
0.70-0.90
EM (Kcal/kg)
2800-3500
2900-3400
Sumber : Tempat Magang Air sangat penting bagi ayam karena hampir 75% dari tubuh ayam terdiri atas air. Berikut adalah cara penanganan DOC pada minggu pertama antara lain : a.
DOC datang di kasih minum air gula secepatnya, selanjutnya baru diberikan vaksin ND 1.
b.
Diberikan pakan sedikit demi sedikit tetapi sesering mungkin
c.
Usahakan dalam pemberian pakan tidak tumpah di litter.
d.
Pada awal minggu pakan yang tercampur dengan sekam/kotoran ditempatkan dari satu tempat dan diayak
e.
Bekas ayakan tidak dibuang ke litter, karena akan membahayakan ayam.
f.
Konsumsi Pakan awal minggu
g.
Konsumsi pakan pada awal minggu pertama sangat menentukan pertumbuhan BB di minggu berikutnya.
h.
Usahakan konsumsi pakan di minggu pertama mencapai standar 155 gr/ekor/minggu
4. Pengendalian Penyakit Pencegahan penyakit pada pemeliharaan ternak ayam lebih utama dibandingkan dengan pengobatannya sebab biaya untuk pencegahan relatif lebih murah dibandingkan dengan pengobatan. Selain itu, umumnya prestasi produksi ayam yang sembuh setelah terserang penyakit relatif rendah dibandingkan dengan ayam yang tidak pernah terserang penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai penyakit dan program pencegahan penyakit perlu diketahui sebelum pemeliharaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjangkitnya penyakit dan timbulnya kerugian karena lalai dalam melakukan pencegahan. a. Ayam Sehat Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting agar bisa membedakan mana ayam yang sehat dan mana ayam yang sakit. Berikut adalah ciri-ciri ayam yang sehat. 1. Konsumsi pakan dan air minum normal. 2. Kotoran normal,tidak encer. 3. Giat melakukan aktivitas atau lincah. 4. Bersuara normal. 5. Produksi daging normal untuk ayam broiler. 6. Temperatur tubuh normal, rata-rata 1060F 7. Denyut jantung normal, sekitar 275 kali per menit. 8. Bernafas normal, berkisar 15 sampai 36 kali per menit. Ayam yang menunjukan ciri-ciri diluar ayam normal termasuk ayam sakit. Hal ini dimanifestasikan sebagai tanda yang disebut simptom atau gejala. Beberapa gejala umum yang sering dijumpai pada beberapa penyakit, seperti bulu terkulai dan kusam, diare, nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan produksi menurun.
b. Program pencegahan penyakit Secara umum pencegahan penyakit dilakukan dengan enam cara, yaitu: 1. Sanitasi 2. Pemberian pakan yang cukup sesuai dengan standart kebutuhan. 3. Menyediakan lingkungan yang nyaman. 4. Kontrol manajemen (tata laksana) 5. Program vaksinasi, dan 6. Kontrol penyakit. Sanitasi dilakukan setelah panen sampai DOC masuk (15-20 hari). Santasi dilakukan dengan mengeluarkan semua kotoran di kandang, menyapu, dan mencuci kadang dan peralatan dengan detergent bertekanan secara merata dari bawah hingga seluruh kandang. Tower air dan saluran air di rendam dengan klorine / desinfektan untuk membunuh kuman dan bakteri yang terdapat di air, setelah selesai mencuci kandang, dilakukan penyemprotan seluruh kandang dengan formalin (1 ltr formalin/400 liter air), 1 ltr larutan untuk luasan 3m2. Kemudian seluruh lantai kandang di kapur, sekam ditabur, tirai dalam dan atas dipasang, lingkaran untuk brooder dibuat (diameter 3,5 m untuk 750 ekor) , tempat pakan (18 buah) dan minum (8 buah) disiapkan, selang gas dan gasolec dicek, kemudian disemprot desinfektan (1:2 liter air) didiamkan 1 hari dan ayam sudah siap masuk. Desinfeksi dilakukan saat ayam masuk sampai panen meliputi penyemprotan dengan desinfektan setiap pagi hari (jam 10) dan sore hari (jam 3) di dalam maupun di lingkungan kandang. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal, ternak membutuhkan kecukupan pakan, baik kandungan nutrien maupun jumlahnya. Pakan yang tidak memadai sesuai kebutuhan mengakibatkan pertumbuhan terhambat dan produksi menurun. Selanjutnya kondisi tubuh lemah sehingga ayam mudah terinfeksi penyakit. Pemberian pakan harus selalu memenuhi kebutuhan sesuai standart kebutuhan.
Ayam tumbuh dan berproduksi secara maksimal sesuai dengan potensi genetiknya bila lingkungan tempat ayam dipelihara mampu manyediakan kondisi yang nyaman. Ayam stres karena lingkungan yang buruk. Lingkungan harus dijaga dari kebisingan (ribut), terlalu panas atau terlalu dingin, dan terlalu banyak lalu-lalang manusia atau binatang liar dan hindari keramaian yang dapat memicu ayam stres. Pada prinsipnya, tidak ada suatu program pencegahan penyakit yang dapat menjamin sepenuhnya suatu peternakan terbebas dari penyakit. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ternak. Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah manajemen pemeliharaan. Pencegahan penyakit melalui kontrol manajemen adalah upaya pencegahan ternak dari stres yang dapat mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan ternak sehingga mempermudah bibit penyakit menyerang ternak. Vaksinasi dilakukan pada saat ayam umur 5 hari dengan vaksin ND 1 melalui tetes mata untuk mencegah penyakit tetelo, dan pada umur 13 hari dengan vaksin IBD ( Infection Bursal Disease ) melalui minum untuk mencegah penyakit Gumboro. Apabila tejadi wabah seperti AI, dilakukan vaksinasi ND-AI bersamaan dengan ND 1 sehingga tidak perlu dilakukan vaksin ND Clone (ND2) pada umur 19 hari. Pemantauan kesehatan dilakukan setiap hari dengan penyemprotan desinfektan bagian dalam kandang dan luar kandang serta membatasi orang yang keluar masuk kandang serta pengawasan terhadap ayam yang sakit, sehingga kesehatan ayam terkontrol. 5. Pemanenan Pada saat akan melakukan pemanenan ayam broiler, tempat pakan dan tempat minum sebaiknya dibenahi dulu agar tidak mengganggu waktu menangkap ayam. 4 sampai 10 jam sebelum dilakukan pemanenan jangan diberi makan untuk mengosongkan tembolok. Untuk mempermudah penangkapan, gunakan sekat yang mudah digeser agar ruang gerak ayam dalam kandang menjadi terbatas.
Sebelum memulai penangkapan, petugas harus melihat kondisi tubuh dan kesehatan ayam. Bila ayam dalam keadaan sakit, akan menyebabkan kematian dan penyusutan bobot badan yang tinggi sebagai akibat stress saat perjalanan. Sehubungan dengan itu, bila ayam yang akan diangkut ketempat yang jauh ayam harus dalam keadaan yang sehat. Penangkapan ayam tidak boleh dilakukan secara kasar karena akan menyebabkan kerusakan yang bisa dilihat maupun yang tidak bisa dilihat. Kerusakan yang terjadi misalnya tulang sayap patah, badan memar, dan kerusakan pada kulit. Adanya kerusakan-kerusakan tersebut dapat menurunkan kualitas karkas. Untuk memperoleh kualitas karkas yang baik, sebaiknya ayam ditangkap pada kedua kakinya dan setelah tertangkap biasanya dalam jumlah tertentu kaki ayam diikat secara hati-hati dan ditimbang. Setelah ditimbang, ikatan dibuka dan dimasukan kedalam keramba (crates) sebagai alat pengemas ayam hidup, yang biasa dibuat dari bambu atau plastik. Ayam tidak boleh terlalu lama berada didalam crates. Populasi ayam didalam crates juga tidak boleh terlalu padat karena akan mempercepat penurunan bobot badannya. Pemanenan ayam sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari, agar ayam mudah ditangkap dan penurunan bobot tidak terlalu ba nyak begitu pula pada waktu pengiriman DOC ke peternak juga dilakukan pagi hari atau sore hari agar tidak terlalu panas.
6. Pemasaran Pemasaran merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu perusahaan bila usahanya ingin berhasil. Mengingat pemasaran merupakan kegiatan produksi yang sangat penting dan menjadi fungsi pokok bagi perusahaan. Jalur pemasaran yang dilakukan peternakan ini antara lain : Struktur Tata Niaga Pemasaran di UPTD Aneka Usaha Ternak, Kabupaten Sragen
Plasma/ pemilik ptrnakan
PT. Super Unggas Jaya Pengepul Pengecer Konsume n
Jalur pemasaran ayam broiler yang dilaksanakan oleh plasma atau pemilik peternakan yang bermitra dengan PT. Super Unggas Jaya seperti pada gambar 2, tidak langsung sampai konsumen tetapi melalui pengepul dan pengecer terlebih dahulu. Pengepul berasal dari Sragen, Solo, Karanganyar bahkan ada juga yang berasal dari Wonogiri. Mereka juga dapat memilih ayam berdasarkan bobot badan. Ayam dari pengepul, kemudian disalurkan ke pengecer hingga akhirnya sampai ke konsumen. Semakin panjang jalur pemasaran atau jumlah perantaranya semakin mahal harga ayam. Wilayah pemasaran ayam di lingkup Karisidenan Sragen, Solo, Karanganyar, Wonogiri. Wilayah Solo kebutuhan daging ayam sangat besar mengingat jumlah penduduk yang sangat banyak. Dikarenakan sistem kemitraan, jadi yang mencari pembeli adalah pihak kemitraan (PT). Pihak peternak tidak mengeluarkan biaya apapun dalam proses pemasaran, peternak hanya melayani pembeli yang datang dengan membawa cek atau kwitansi pembayaran, yang sebelumnya sudah membayar di bagian kemitraan. Ayam di panen pada umur 35-40 hari pada bobot 1,6 – 2,2 kg. Apabila sistem kemitraan peternak hanya melayani pedagang yang telah melewati kesepakatan dengan pihak perusahaan. Harga ayam sudah
tertuang dalam kontrak kesepakatan saat DOC masuk. Apabila sistem pemeliharaannya pola mandiri peternak sendiri yang mengusahakan pedagang dan harga berdasarkan harga yang berlaku saat itu.
Tabel 4. Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Broiler
No. 1. 2.
Keterangan Biaya pembuatan kandang penyusutan peralatan : a. b. c. d. e. f.
Sprayer Ember Gembor Sepatu bot Bak tandon Wadah pakan g. Tempat minum h. Tabung gas
kebutuhan
satuan
1
banguna n
1 4 2 3 1 200 96 8
Buah Buah Buah Pasang Buah Buah Buah Tabung
Umur ekonomi s (bulan) 120
60 24 24 36 60 12 12 60
Harga satuan (Rp)
Total kebutuhan (Rp)
175.000.0 00
175.000.0 00
Total biaya (1 bulan) (Rp) 1.458.33 3
175.000 7.500 30.000 50.000 450.000 15.000 15.000 80.000
175.000 30.000 60.000 150.000 450.000 3.000.000 1.440.000 640.000
2.917 1.250 2.500 4.167 7.500 250.000 120.000 10.667 1.857.33 4
Jumlah biaya tetap
Tabel 5. Biaya Variabel Usaha Ternak Ayam Broiler No.
Keterangan
1.
DOC
2.
Pakan a. Bro PS b. Bro KL c. Bro KL 1 Vaksin a. ND Clone (0,3 ml/ekor) b. ND Kill (0,2 cc/ekor) c. Gumboro (1 cc/1 ekor) Desinfektan a. Bromo b. Biocid
3.
Kebutuhan 5.000
Satuan Ekor
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
3.900
19.500.000
50 80 162
Karung Karung Karung
193.773 193.773 193.773
9.688.650 15.501.840 31.391.226
1 1 1
Bungkus Bungkus Bungkus
101.638 409.200 63.360
101.638 409.200 63.360
1 1
Bungkus Bungkus
19.148 67.896
19.148 67.896
4.
Gaji pegawai
2
Orang
500.000/bln
1.000.000
5.
Gaji Supervisor
1
Orang
800.000/bln
800.000
Jumlah biaya variabel
78.542.958
Untuk analisis 1 periode, dengan kapasitas ayam 5.000 ekor. Diasumsikan mortalitas 2.26% karena ayam mati karena penyakit. Berat ayam rata-rata per ekor 1,86 kg dengan harga Rp 11.833 per kg. Ayam dapat di panen pada umur 35-40 hari. Populasi ayam produktif
: 100%-2,26% x 5.000 = 4887 ekor
Rata-rata produksi ayam
: 4887 x 1,86
= 9.089 kg
Biaya variabel per-kg
: 78.542.958 : 9.089
= Rp 8.641
Biaya total
= Biaya tetap + Biaya variabel = Rp 1.857.334 + Rp 78.542.958 = Rp 80.400.292
a. Penerimaan
= Harga x jumlah produksi = Rp 11.833 x 9.089 = Rp 107.656.634
b. Keuntungan
= Penerimaan – Biaya total = Rp 107.656.634- Rp 80.400.292 = Rp 27.256.342
1. Analisis titik impas pulang modal BEP (Rp)
=
=
=
=
᷀8ǁo9
o ᷀/ǁo o
℀.(4( 㕈(P.(Rp) 筸pP ꈠ ㍀ (P ( ()筸pP ꈠ
㍀
筸 筸
ú ú
㍀ ,
ú
,⻨
= Rp 6.879.015
BEP (Kg)
=
=
᷀8ǁo9
o5io ao9 /5 i㍀ ú
=
ú
㍀
2. R/C Ratio
=
=
᷀8ǁo9 衈/t/5
᷀8ǁo9
o oo5 oK/9 /5 i
Ė
⻨
= 581,9 Kg
o ᷀/ǁo o
oot
o 衈58 o a
ĖúĖ Ė
⻨ ⻨
= 1,33 (R/C Ratio>1 = layak dijalankan)
3. B/C Ratio
=
=
᷀8ǁo9
/atǁatiot
⻨ ⻨úĖ
o 衈58 o a
⻨
⻨ ⻨
= 0,33 (B/C Ratio<1 = Rugi)
Dari analisis usaha ternak ayam broiler di UPTD AUT ini diperoleh biaya tetap sebesar Rp 1.857.334, dan biaya variabel sebesar Rp 78.542.958 yang dihitung berdasarkan penambahan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa yang diperlukan. Lahan yang di gunakan untuk kandang ayam seluas 600m2 dengan panjang 60m dan lebar 10m untuk kapasitas ayam 6000 ekor. Rata-rata bobot ayam yang dipanen 1,86 karena ayam yang terlalu besar sulit untuk dipasarkan. Sedangkan harga daging ayam dipasaran sekitar Rp 11.833 per Kg. Dalam usaha ini di asumsikan mortalitas 2,26% sehingga didapat populasi ternak yang produkti atau masih hidup sebanyak 4887 ekor. Biaya total yang dibutuhkan untuk budidaya ayam broiler ini sebesar Rp 80.400.292, biaya ini didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya
variabel. Keuntungan yang didapat dari hasil pemanenan ayam broiler ini sebesar Rp 27.256.342, hasil ini diperoleh dari biaya penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan pada masa pemeliharaan ayam broiler. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. Dalam usaha ini angka R/C Ratio menunjukan 1,33 itu berarti usaha tersebut masih layak untuk dijalankan karena nilai R/C Ratio lebih dari 1. Sedangkan B/C (Benifet Cost Ratio) menunjukan 0,33 itu berarti terjadi kerugian. B/C Ratio merupakan ukuran perbandingan antara keuntungan dengan total biaya operasional. 7. Program Peningkatan Usaha Untuk kemajuan perusahan perlu adanya rencana peningkatan usaha. Program peningkatan usaha yang dilakukan UPTD-AUT khususnya pada divisi unggas dalam waktu dekat ingin menambah kandang unggas. Tetapi ada kendala yang menghambat yaitu lahan. Dikarenakan lahan yang ingin di bangun kandang jaraknya terlalu dekat dengan kandang yang sekarang selain itu kontruksi lahan juga miring. Sedangkan jarak yang ideal antara kandang satu dengan kandang yang lain 1 kali lebar kandang dan pada ketinggian yang sama. Apabila ketinggian kandang yang satu dengan yang lain tidak berada pada ketinggian yang sama dan berada pada jarak yang berdekatan maka kandang yang berada lebih bawah produksinya tidak maksimal dibandingkan dengan kandang yang berada lebih atas, selain itu juga mempercepat penularan penyakit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang di lakukan di UPTD-AUT dapat di ambil kesimpulan antara lain : 1. Penerapan teori dengan praktik tidak cocok, misalnya penggantian sekam tidak dilakukan karena dapat memperbanyak pengeluaran. 2. Pada minggu ke3 (hari ke-16) turun sekam. Pemberian pakan setiap 4 jam (sehari 5 kali), mulai jam 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 22,00 WIB dan mulai umur 19 hari, lampu dinyalakan jam 19.00 WIB (lihat temperatur) 3. Bobot ayam rata-rata ± 1,86 kg per ekor, sedangkan harga daging ayam per kg Rp 11.833 4. Biaya total yang diperlukan untuk pemeliharaan ayam broiler Rp 80.400.292, biaya ini diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. 5. Keuntungan yang didapat dari hasil panen sebesar Rp 27.256.342 6. Pada usaha ternak ayam broiler R/C (Revenue Cost Ratio) Ratio menunjukan angka 1,33 sedangkan B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) menunjukan angka 0,33. Berarti usaha ini menunjukan kerugian tetapi layak untuk dijalankan.
B. SARAN 1. Perlu
penambahan
jumlah
kandang,
pemeliharaan yang dilakukan sudah baik.
karena
melihat
manajemen
2. Alangkah baiknya kalau lokasi peternakan lebih strategis sedikit untuk memudahkan saat penjualan dan DOC in. 3. Dikarenakan ayam broiler sangat rentan dengan penyakit maka saat proses pemeliharaan lebih intensif lagi.
DAFTAR PUSTAKA Atmomarsono, Kartasudjana, dan Suprijadna, 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Mc Daniel and Gates, 2001. Riset Pemasaran. Kontemporer. Salamba cetakan ke4. Jakarta. Priyanto, A.M., 1995. Usaha Ayam Pedaging Komersil. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyaf, 1994. Beternak ayam Pedaging. Cetakan ke-X. Penebar Swadaya. Jakarta. Swastha dan Soekotjo, 2002. Pengantar Ilmu Unggas. Cetakan ke-3 Liberti. Yogyakarta.