ANALISIS TUGAS PRODUCTION ASSISTANT PERIODE 2011-2012 DALAM PROSES PRODUKSI PROGRAM TALKSHOW “BUKAN EMPAT MATA”DI TRANS7, JAKARTA Lia Apriani Laperissa Jl. Kap. Piere Tendean Kav 12-14A , Mampang Selatan, Jakarta Barat 12790 Telp. (62-21) 7917000
[email protected]
ABSTRAK Tujuan Penelitian, ialah untuk mengetahui bagaimana tugas seorang PA (Production Assistant) pada saat produksi program talk show “Bukan Empat Mata” di TRANS7. Dalam sebuah produksi setiap tim pasti memiliki job desknya masing - masing. Begitupun dengan assisten produksi yang mempunyai peran penting pada saat pra, produksi, hingga paska produksi. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan teknik Wawancara mendalam (in-depth interview). “Wawancara mendalam adalah suatu penelitian yang dilakukan secara wawancara bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali, melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Hasil yang Dicapai adalah peneliti dapat memahami tugas yang dijalankan assisten produksi Program “Bukan Empat Mata” dari proses pembookingan alat hingga proses editing, dengan melakukan observasi dan wawancara oleh informan sebagai assisten produksi. Simpulan, tugas assisten produksi dilakukan setiap hari , dengan melakukan pembookingan alat untuk merealisasikan konten acara yang ada, kemudian melakukan proses shooting 2x dalam sehari, dan pasca produksi melakukan editting.
The research objective, to determine how task production assistant in production process of talk show programme “Bukan Empat Mata” in TRANS. All crew in production process have a job desk. Although production assistant has important role in process production, pra production, production, until pasca production. The research method, observation with a qualitative approach, as for the source of the data obtained from internal company seeking, directly observed during production and in-depth interviews (in depth interviews) with sources which describe the dutie. Interview executed not just once but more interiews. Achieved result, the study of the analysis task production assistant , process pra production make booked properties, studio, crew, Prodcution shooting, and Pasca production just editting. Conclusio, task production assistant working everyday, with make in form booked properties to support the content, then shooting twice in one day, and pasca production doing editting.
Kata Kunci Analisis, Tugas, Production, Assistant, Talk Show, Bukan, Empat, Mata, TRANS7
PENDAHULUAN Latar Belakang Tahun 2012 program talk show yang dibuat secara in - house sudah banyak di stasiun tv mana pun dan bertahan cukup lama dengan teknik produksi siaran yang mengutamakan format hiburan di samping tetap menjalankan materi pesan melalui dialog, seperti salah satu acara talk show dan sekian banyak talk show secara in – house yaitu program talk show “Bukan Empat Mata” di TRANS 7 yang hingga saat ini telah bertahan selama 6 tahun yang tayang setiap hari senin – jumat dengan tema yang berbeda – beda dan menghadirkan bintang tamu yang sesuai tren di maasyarakat. Tidak hanya itu pembawa acara program Bukan Empat Mata memiliki karakter kuat dan khas yaitu Tukul Arwana. Bagi sebagian besar stasiun penyiaran televisi, program talkshow menjadi suatu pilihan yang menarik selain sebagai sumber informasi juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi yang efektif. Karena dengan program talkshow dapat menjawab keraguan – keraguan yang selama ini belum terealisasi dengan format yang agak santai. Contohnya di METROTV dengan acara talkshow Kick Andy dengan pembawa acara Andy F Noya, di Indosiar ada Buaya Show dengan pembawa acara Uya Kuya. Selain itu juga ada “Bukan Empat Mata” yang tetap dipertahankan oleh Trans 7 hingga saat ini, dapat dilihat dari durasi program yang disiarkan hingga memasuki tahun ketujuh pada tahun 2012 ini. Pada program talk show “Bukan Empat Mata” yang berdurasi 90 menit , berisi tentang kehidupan para artis dengan tema yang berbeda setiap harinya. Seperti tema ceria, keluarga, kesehatan, imajinasi, karir, dan lain – lain. Dengan adanya program talk show “Bukan Empat Mata” masyarakat semakin dekat dengan kehidupan para selebritis mengenai kebiasaan sehari – hari yang dilakukan oleh selebritis dimana masyarakat tidak mengetahuinya. Kedekatan masyarakat terhadap selebritis inilah yang disebut dengan proximity. Apabila suatu tayangan telah memiliki nilai tersendiri bagi pemirsanya dan berjalan hingga memasuki tahun kedua maka opini pemirsa dapat menjadi suatu tolak ukur berhasil atau tidaknya tayangan tersebut. Mengingat segmen dari tayangan ini adalah bebas. Dimana setiap bintang tamu yang diundang sebagai narasumber, disesuaikan dengan tema yang akan diangkat, sebagai contoh tema perayaan hari – hari besar, dimana bintang tamu yang diundang memiliki kesan atau pengalaman tertentu terhadap tema tersebut. Ini berarti program talks how “Bukan Empat Mata” tersebut telah berfungsi sebagai ujung tombak stasiun televisi dalam menembus pasar yang semakin ketat, hal ini terbukti bahwa tayangan tersebut masih mengudara sampai sekarang. Acara yang di buat secara khusus untuk menghibur penonton, semua berawal dari ide tim kreatif lalu dikemas oleh PA (Production Assistant) saat syuting dimulai. “Bukan Empat Mata merupakan acara yang dibuat oleh stasiun TRANS7 sendiri. Pada saat syuting dimana acara di buat semeriah mungkin dalam tata lampu yang menarik, sound , dan gambar yang bagus. Dengan begitu acara akan terlihat sempurna pada pencahayaan lampu di panggung, audio , serta pengambilan gambar yang sempurna itu adalah tugas Production Assistant pada saat produksi dimulai. Itulah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tugas Production Assistant (PA) periode 2011-2012 dalam proses produksi program talk show “Bukan Empat Mata” di TRANS 7. Karena tidak hanya tim kreatif yang meningkatkan rating dan share pada konten selain itu, peran PA pun sangat berpengaruh dalam mengemas program “Bukan Empat Mata” pada penataan lampu yang menarik, audio yang bagus, dan pengambilan gambar yang sempurna.
Kajian Pustaka
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis menarik beberapa masalah yaitu : 1. Bagaimanakah tugas Production Assistant pada tahap pra produksi, produksi, hingga pasca produksi ? 2. Apa saja kendala dalam menjalankan tugas sebagai Production Assistant program “Bukan Empat Mata” ?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tugas apa saja yang dilakukan Production Assistant sebelum dan sesudah produksi berlangsung.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. (Moleong, 2004:3). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang bertujuan untuk memaparkan suatu keadaan atau fenomena apa adanya tanpa adanya manipulasi data. Sesuai dengan penjelasan di atas, dalam penelitian studi kasus ini, peneliti berusaha memaparkan hasil data tentang keadaan kegiatan atau fenomena yang terjadi dari subjek yang diteliti apa adanya tanpa adanya manipulasi data yang diperoleh, sehingga peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penelitian kualitatif lebih menggunakan perspektif enemik. Pengumpulan data berupa cerita rinci dari para informan dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa, pandangan informan. Penelitian ini berangkat dari penggalian data berupa pandangan informan dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka (Hamidi, 2004: 14). Peneliti kualitatif tidak menggunakan model-model matematik, statistik, atau komputer.Secara fundamental, penelitian kualitatif bertujuan menganalisa suatu bentuk situasi, konten dan aksi social dibandingkan membuatnya menjadi subjek yang matematis atau bentuk formal lainnya (Moleong, 2004:18). Penelaah sebagai sumber data ini membutuhkan berbagai instrument pengumpulan data, karena itu peneliti dapat menggunakan metode wawancara mendalam, observasi mendalam, dokumentasi-dokumentasi, rekaman bukti-bukti fisik lainnya (Kriyantono, 2006:66) dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada para narasumber (Informan) yang akan diwawancarai yaitu Producer, Associate Producer, dan Production Assistant (PA) dari program talk show “Bukan Empat Mata” di TRANS7 serta berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah in-depth interview (wawancara mendalam). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu dan dari hasil jawaban narasumber tersebut merupakan data yang diperlukan untuk si peneliti, berupa nilai-nilai, opini, motivasi, ataupun pengalamannya (Moleong, 2004:186). Peneliti menggunakan jenis wawancara terbuak, yaitu wawancara yang para subjeknya tahu sedang diwawancarai dan mengetahui apa maksud wawancara tersebut. Selain menggunakan wawancara terbuka, peneliti juga menggunakan wawancara berstruktur, yaitu situasi dimana pertanyaan-pertanyaan standar telah ditetapkan sebelumnya disusun untuk kemudian ditanyakan kepada karyawan sehingga pada saat dilaksanakannya wawancara, peneliti tidak salah tentang apa saja yang akan ditanyakan. Wawancara merupakan salah satu sumber informasi yang menjadi bagian sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2004) penelitian deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Analisa deskriptif adalah analisa dimana penulis mencatat secara teliti dan sistematis semua gejala dan fenomena yang dilihat, didengar, serta dibaca melalui catatan yang dilakukan di lapangan langsungm observasi, dan wawancara yang dilakukan langsung dengan tim Bukan Empat Mata.
Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran untuk penyajian data tersebut berasal dari wawancara, catatan laporan, hasil rekaman dialog.
Teknik Pengumpulan Data Menurut Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya hanya merupakan data tambahan seperti sumber data tertulis, statistik maupun foto. a. Data Primer Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data ini berupa trasnkip hasil observasi di lapangan. Untuk itu peneliti melakukan tanya jawab secara langsung dengan Producer, Production Assistant, dan Associate Producer Bukan Empat Mata. Lalu dijadikan sebuah kesimpulan. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan (literature) membaca buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, catatan, atau laporan yang telah tersusun. Dan beberapa data dari tim Bukan Empat Mata secara langsung.
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2005: 247). Dalam penelitian ini, peneliti menyalin wawancara, merekam, menulis catatan lapangan, dan meyimpan data visual, peneliti telah melakukan analisis awal. Seluruh data yang diperoleh akan dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (Moleong, 2005:190) : 1. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari wawancara, pengamatan dari pencatatan yang ada dilapangan, dokumen-dokumen perusahaan atau data perusahaan dibaca, dipelajari dan ditelaah keterkaitannya satu sama lain. 2. Reduksi data Satu upaya untuk membuat abstraksi. Abstraksi adalah usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan tetap sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah dilakukan reduksi datadata tersebut disusun dalam satu-satuan. Peneliti membuat abtraksi sehingga proses selanjutnya tidak melenceng / fokus dengan tujuan penelitian. 3. Kategorisasi Langkah lanjutan dengan memberikan coding pada hasil-hasil dari seluruh proses penelitian. Kategori disusun atas dasar pemikiran, instituisi, pendapat atau kriteria tertentu. 4. Pemeriksaan keabsahan data Dalam sebuah penelitian kualitatif untuk memastikan bahwa penelitiannya benar-benar alamiah perlu diupayakan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data / keabsahan data. Keabsahan data merupakan konsep seperti halnya validitas dan realibilitas dalam penelitian kualitatif. 5. Penafsiran data Untuk menjawab rumusan masalah dilakukan dengan deskripsi analitik, yaitu rancangan dikembangkan dari kategori-kategori yang telah ditemukan dan mencari hubungan yang disarankan/yang muncul dari data. Data-data yang ada, dianalisis dan ditafsirkan sesuai dengan konsep dan teori. Teknik Analisis Data ini untuk mengukur sejauh mana data yang didapatkan, benar-benar dilakukan untuk penelitian dan mendapatkan jawaban dari penelitian ini.
Keabsahan Penelitian Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena berapa hal yaitu, subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol dan sumber data kualitatif yang kurang terpercaya akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu (Sugiyono, 2007:125) :
Teknik lainnya yaitu dengan Triangulasi, adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam penelitian kualitatif, yakni dengan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara (Meleong, 2004). Trianggulasi memiliki empat tipe antara lain (Sugiyono, 2007:127) : 1. Trianggulasi Sumber Upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. 2. Trianggulasi Metode Upaya peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu, dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lainnya (misalnya transkip dari wawancara mendalam) mengenai suatu persoalan dan dari sumber yang sama. 3. Trianggulasi Teori Teknik ini menunjuk pada penggunaan perspektif teori yang bervariasi dalam menginterpretasi data yang sama. 4. Trianggulasi Peneliti Teknik ini dapat dilakukan ketika dua atau lebih peneliti bekerja dalam suatu tim yang meneliti persoalan yang sama. Pada penelitian ini, menggunakan teknik trianggulasi untuk menguji keabsahan data yang sudah dikumpulkan. Trianggulasi merupakan teknik yang membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara, dan ada 3 tahap yaitu Open Coding, Axial Coding, kemudian Selective Coding.
HASIL DAN BAHASAN Penyajian Hasil Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data dengan cara in-depth interview (wawancara mendalam), penulis melakukan wawancara langsung dengan tiga (3) informan, yaitu Anto Prakoso selaku Producer, Septi Liana selaku Associate Producer, dan Anisya Mistya Prabawani selaku Production Assistant Bukan Empat Mata. Tidak hanya wawancara, peneliti juga melakukan observasi partisipasi dengan melakukan kerja praktek menjadi tim kreatif Bukan Empat Mata, dengan demikian dapat mengamati langsung keseharian informan untuk melihat tugas nya sehari-hari pada proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Selain itu peneliti juga melakukan pengumpulan data dengan mendapatkan dokumen dari pihak TRANS7, seperti rundown dan form pembookingan alat, yang akan di sajikan dengan lampiran yang dapat mendukung hasil penelitian. Dalam teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan model trianggulasi. Teknik trianggulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Trianggulasi dapat dilakukan dengan menguji proses dan hasil seluruh wawancara sudah berjalan dengan baik, kemudian membuat coding, terdiri dari 3 tahap, open coding, axial coding, dan selective coding.
Proses Pra Produksi Untuk menjadi media yang selalu ada dihati pemirsanya, industri televisi berlomba-lomba untuk menghasilkan karya-karya yang diproduksi sendiri dan dibuat semenarik mungkin untuk memberikan informasi dan menghibur pemirsa. Dengan begitu industri pretelevisian kini semakin pesat membuat program acara yang dibuat sendiri oleh stasiun televisinya sendiri. Program acara televisi lahir dari sebuah ide, kreativitas menjadi tuntutan yang paling utama dalam menghasilkan program yang menarik guna mempertahankan acaranya di hati penonton. Begitu pula dengan Bukan Empat Mata TRANS7, 6 tahun acara talk show ini masih setia sebagai acara pilihan pemirsa. Tidak mudah mempertahankan acara yang sudah bertahun-tahun, tentunya di dukung oleh tim yang sangat bekerja keras untuk menghasilkan programnya sampat saat ini. Program “Bukan Empat Mata” merupakan program stripping yang setiap harinya mempunyai tema yang berbeda-beda. Dalam menentukan tema setiap harinya membutuhkan ide yang sangat kreatif, karena proses shooting dilakukan dua kali dalam sehari. Sebuah tema akan ditentukan pada saat rapat seminggu sekali sebelum tema tersebut dilakukan proses shooting Dalam mengambil keputusan untuk konsep tayangan di “Bukan Empat Mata” perlunya kesepakatan bersama, yang merupakan tim inti. Dalam produksi bukanlah kerja individu, tapi semua tim inti ikut bekerja
guna membantu jalannya shooting. Perlunya masukan dari semua anggota tim, untuk membuat acara tersebut bisa menjadi lebih bagus. Pada saat meeting, banyak pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan, seperti yang diungkapkan produser “Bukan Empat Mata” Saat ini acara talk show sudah menjamur di industri pertelvisian, namun “Bukan Empat Mata” merupakan talk show pertama di televisi dengan penyajian yang berbeda. Yang membedakan dari acara program ini dari program yang sejenis adalah pengemasannya yang lebih menarik dan Host yang membawakan acara ini lain dari yang lain. Tim produksi merupakan satu kesatuan khusus untuk menjalankan konsep yang sudah ditentukan sebelumnya, untuk pembagian isi konten di kerjakan oleh tim kreatif, namun PA juga merupakan salah satu bagian khusus dalam melakukan proses shooting. Peran PA sangat membantu tim kreatif untuk menyiapkan segala macam teknis yang akan digunakan pada saat produksi Pembookingan alat itu dilakukan setiap harinya untuk persiapan proses shooting. PA mempunyai tugas itu pada pra produksi, sebelum produksi dimulai, semua masalah teknis, alat, studio, kru, adalah tugas PA.
Analisis Proses Produksi Persiapan dalam melakukan produksi, pasti memiliki perhitungan tersendiri dalam waktu yang digunakan, apalagi acara live yang pada dasarnya show must go on dan tidak ada pengulangan. Ini merupakan elemen yang paling penting, dimana semua konten yang ada dalam rundown di realisasikan dengan proses shooting. Kondisi studio harus sudah diperiksa, mulai dari check sound, lighting, lampu, tata panggung dan juga materi-materi pengisi acara. Semua harus dipastikan dalam keadaan yang baik, agar tidak terjadi kesalahan secara teknis dan melakukan reharsal. Di “Bukan Empat Mata” sebelum pertanyaan diajukan oleh host, semua pengisi acara yang di undang , akan diberikan arahan terlebih dahulu. Acara talk show ini sangat berpengaruh besar kepada masyarakat, untuk itu proses brifing dilakukan oleh tim kreatif, agar semua pengisi acara tahu bagaimana susunan acara di hari itu. Pertnyaan yang berkembang ini juga merupakan hasil riset secara langsung dari pengisi acara. Dalam produksi bukan hanya kreatifitas yang tinggi untuk membuat suatu konten, namun penataan cahaya lampu, suara musik yang mengiringi, dan pengambilan gambar juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas produksi. Penulis terjun langsung melihat penataan lampu yang dilakukan mengikuti jalannya acara, kemudian musik yang mengiringi bintang tamu, pengambilan gambar yang tepat, dan audio yang pas, tahap-tahap ini semua dilakukan pada saat produksi. Pada saat proses produksi, jika mengalami suatu kendala, koordinasilah yang sangat penting antara tim kreatif dan PA. PA juga mempunyai tugas untuk menjaga agar proses setiap segmen tidak over dari waktu yang sudah ditentukan. Persiapan matang pada saat sebelum live itu sudah menjadi bagian penting untuk melakukan shooting yang lebih baik, saya sebagai tim kreatif melihat adanya kesalahan teknis pada saat shooting Live berlangsung, dimana tim kreatif langsung memberi tahu PA melalui HT. Kondisi seperti ini sering terjadi pada proses shooting live. Tidak hanya masalah teknis, penulis juga melihat dari observasi langsung, yaitu susunan rundown berubah pada saat proses produksi dimulai. Konten yang berubah pada saat itu sering terjadi, terlebih lagi dikarenakan dari pengisi acara yang yang membuat semua susunan rundown tidak sama. Namun ini bukan menjadi halangan untuk tidak melanjutkan proses produksi.
Analisis Proses Pasca Produksi Tahapan pasca produksi pada program “Bukan Empat Mata” hanya dilakukan pada saat shooting tapping yaitu melakukan editting. Shooting live tidak memiliki proses pasca produksi. Pasca produksi dilakukan untuk memotong atau menambahkan konten saja, seperti file pendukung, gambar , atau template. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, pada proses shooting tapping tim kreatif sudah melihat bahwa ada beberapa bagian yang harus dipotong , bagian mana saja yang akan ditambahkan file pendukung. Hal ini untuk menjaga isi konten yang tidak menyimpang dari isi konten. Proses editting sendiri dilakukan oleh tim PA, setelah mendapatkan catatan dari tim kreatif bagian mana saja yang haarus dipotong dan penambahan file. Untuk melakukan proses editting, menurut produser “Bukan Empat Mata” agar tidak terlalu banyak yang di edit, pada saat shooting tapping, harus seperti shooting asli jadi tidak terlalu memberatkan proses editting tersebut. Dapat disimpulkan bahwa proses pasca produksi program “Bukan Empat Mata” hanya melakukan editting, jika shooting tapping selesai dan akan ditayangkan episode selanjutnya, setelah sudah di preview ulang oleh produser.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada bab ini peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah di lakukan. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian mengenai Analisis Tugas Production Assistant Periode 2011-2012 Dalam Proses Produksi Program Talk Show “BUKAN EMPAT MATA” di TRANS7. Penelitian yang dilakukan terhadap program “Bukan Empat Mata” yang tayang di TRANS7,maka dapat disimpulkan 1. Production Assistant mengikuti meeting harian dan mingguan untuk membooking alat yang akan digunakan pada saat produksi, membooking studio, dan kru yang akan membantu proses produksi, membooking kaset. Pada tahap pra tim PA melakukan pembookingan alat, 7 hari sebelum hari H. Pembookingannya sendiri dilkakukan 2x karena shooting dalam 1 hari dilakukan 2x proses shooting. Tahap yang paling penting adalah proses produksi berlangsung/shooting dilakukan secara live dan tapping, shooting tapping dilakukan setiap hari senin sampai dengan kamis, pada pukul 18.00-21.00 WIB, dan live setiap hari senin- jumat, pada pukul 21.45-23.30 WIB. Proses shooting yang dilakukan 2 kali , ini dikarenakan program “Bukan Empat Mata” merupakan program stripping yang ditayangkan setiap hari, dengan begitu, shooting tapping untuk cadangan episode selanjutnya. 3. Proses pasca produksi PA yaitu melakukan proses editting jika proses tapping sudah selesai, dan jika shooting live, tim PA membereskan alat-alat, seperti HT, klip on, dan evaluasi. Saran 1. PA harus lebih meningkatkan kualitas kerjsama tim yang baik. 2. PA harus sering berkoordinasi dengan tim lain untuk memastikan pengisi acara sudah datang 1 jam sebelum acara dimulai. 3. Pada saat produksi, semua PA yang sedang bertugas harusnya tetap saling membantu jika ada kesalahan atau masalah teknis. 4. Adanya penambahan personel PA lagi untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
REFERENSI Ardianto, E. (2004). Suatu Pengantar Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Ardianto, E. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosada Karya. Ardianto, E. (2009). Public Relations Praktis. Bandung: Widjaya Padjajaran. Cangara, H. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Effendy, O.U. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Universitas Muhammdiyah Malang. Jefkins, Frank. (2003). Periklanan. Jakarta: Erlangga. Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Littlejhon, Stephen W. (2005). Teori Komunikasi. Edisi ke enam. Jakarta: Salemba Humanika. Mabruri, Anton. (2010). Manajemen Produksi. Depok: Mind 8 Publishing House. Muhammad, Arni. (2005). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Erlangga. Moleong, Lexy. J. (2004). Metode Teknik Penelitian Kebudayaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Morissan. (2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana. McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Edisi ke enam. Jakarta: Salemba Humanika. Naratama. (2006). Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Grasindo. Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Rakhmat, Jalaluddin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2007). “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta. Soyomukti, N. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Warren, K. A. Phillip H Ault & Edwin Emery. (2003). Introduction Mass Communication. Wibowo, Fred. (2007). Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Werner, J Severin and James W. Tankard,. (2005). Teori Komunikasi-Sejarah, Metode dan Terapan di Media Massa. Jakarta: Prenada Media. Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
RIWAYAT PENULIS Lia Apriani Laperissa lahir di kota Banddar Lampung pada 12 April 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Broadcasting pada tahun 2012