1
Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Industri Perlengkapan Keselamatan Kapal Aris Kurniawan dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T., M.T. Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia belum mendapatkan perhatian khusus karena tidak adanya industri yang menghasilkan perlengkapan tersebut di Indonesia. Karena besarnya peluang dan pasar industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia, maka dilakukan penelitan tugas akhir tentang analisis teknis dan ekonomis pembangunan industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia. Pada tugas akhir ini peneliti melakukan analisis mengenai pembuatan industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia. Perlengkapan keselamatan yang dimaksud adalah Inflatable Liferaft, Life jacket, dan Lifebuoys. Dengan cara melakukan analisis teknis meliputi proses produksi, peralatan dan mesin yang digunakan dalam pembuatannya. Hingga pembuatan layout dari pabrik. Untuk analisis ekonomis dilakukan penjualan produk selama 15 tahun, analisis investasi dimana hasil dari analisis investasi ini menetukan apakah industri ini layak dibangun di Indonesia atau tidak. Kata Kunci: Keselamatan, Lifebuoys, Life jacket, Liferaft
I. PENDAHULUAN Industri perkapalan merupakan industri yang potensial di Indonesia seiring dengan dukungan pemerintah melalui Inpres nomor 5 tahun 2005 tentang “Asas Cabotage” yang mengharuskan industri pelayaran di Indonesia menggunakan kapal-kapal produk Indonesia. Hal ini mengakibatkan tingginya permintaan pembangunan kapal baru di galangan kapal nasional. Akan tetapi industri galangan kapal di Indonesia mempunyai permasalahan yaitu tingginya bea masuk impor dan suku bunga kredit bagi industri perkapalan. Tingginya bea masuk impor sangat berpengaruh terhadap industri perkapalan di Indonesia karena sebagian besar bahan baku pembuatan kapal masih diimpor. Sekitar delapan puluh persen pasokan peralatan dan komponen berasal dari luar negeri. Ketergantungan terhadap impor membuat industri perkapalan industri perkapalan kurang berkembang. Padahal industri kapal di luar negeri mampu menyokong 90 persen bahan baku dari produk lokal mereka (Kompas, 2008) [1]. Hal ini disebabkan karena kemampuan industri penunjang dan pendukung nasional yang masih rendah. Sebagian besar negara yang menguasai industri galangan dunia adalah negara yang mempunyai ketersediaan terhadap industri penunjang dan pendukung. Salah satu industri penunjang dan pendukung adalah industri perlengkapan keselamatan kapal. Perlengkapan keselamatan
kapal di Indonesia belum mendapatkan perhatian khusus karena tidak adanya industri yang menghasilkan perlengkapan tersebut di Indonesia. Industri galangan masih mengimpor perlengkapan keselamatan kapal sebagai salah satu komponen kapal. Industri ini sangat potensial di Indonesia karena tingkat permintaan yang tinggi dan persaingan industri yang masih rendah. Dengan adanya industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia, diharapkan bisa mendukung industri galangan nasional untuk mengurangi biaya pembangunan kapal sehingga meningkatkan daya saing terhadap industri galangan luar negeri. Karena besarnya peluang dan pasar industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia, maka dilakukan penelitan tugas akhir tentang analisis teknis dan ekonomis pembangunan industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia. Dengan adanya industri manufaktur perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia sehingga dapat dapat mendukung industri galangan kapal nasional dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Live Saving Appliances Life saving appliances pada semua kapal harus dilengkapi dengan material retro-reflektif yang akan membantu dalam deteksi dan sesuai dengan rekomendasi dari Organization in A.658(16). Kecuali yang ditentukan dalam pendapat administrasi, semua LSA yang telah diatur dalam bagian ini harus: Dibangun dengan proses pengerjaan dan bahan yang tepat. Tidak rusak selama dalam penyimpanan pada rentang suhu udara -30 °C sampai +65 °C. Tahan korosi tidak terpengaruh air laut, oli dan jamur. Tahan terhadap kerusakan jika terkena panas matahari. Warna yang mudah dilihat pada smua bagian agar memudahkan dalam pencarian. Dilengkapi dengan material retro-reflektif yang akan membantu dalam deteksi dan sesuai dengan rekomendasi dari Organization in A.658(16).Jika digunakan di laut tidak mencemari lingkungan [2]. Lifebuoys : - Memiliki diameter luar tidak lebih dari 800 mm dan diameter bagian dalam tidak kurang dari 400 mm. - Dibuat dari bahan yang ringan ( gabus / semacam plastik ) - Harus mampu mengapung dalam air selama 24 jam
2 dengan beban sekurang-kurangnya 14,5 kg besi. - Tahan pada pengaruh minyak, berwarna menyolok dan diberi tali pegangan, keliling pelampung dilengkapi dengan lampu yang menyala secara otomatis serta ditempatkan pada dinding atau pagar yang mudah terlihat dan dijangkau. - Berat tidak kurang dari 2,5 kg. - Tahan terhadap api selama 2 detik. Life jackets : - Tahan terhadap api selama 2 detik. - Setelah demonstrasi cara pemakaian, semua orang dapat memakai dalam 1 menit tanpa bantuan. - Mampu mengapung selama 24 jam dengan beban 7,5 kg besi. - Jumlah sesuai banyaknya ABK, berwarna menyolok dan tahan minyak serta dilengkapi dengan peluit - Dilengkapi Self-activating smoke signals, Self-activating smoke signals, Life-jacket light. Liferaft : - Mampu menhan panas dan bertahan 30 hari di segala kondisi laut. - Ketika dijatuhkan dari ketinggian 18 meter dapat beroperasi dengan baik. - Memungkinkan mencapai kecepatan 3 knot saat ditarik pada air tenang dengan muatan penuh. - Jumlah minimal kapasitas liferaft yaitu 6 orang. - Dilengkapi painter line yang panjangnya tidak kurang dari 10 meter atau 15 meter ditambah jarak ke permukaan air. B. Metode Penilaian Investasi Seperti disebutkan di depan bahwa kriteria investasi terbagi menjadi criteria intern dan ekstern dimana yang internal menggunakan metode pay back period, internal rate of return sedangkan yang eksternal adalah metode Benefit Cost Ratio. Berikut ini adalah metode–metode yang sering digunakan dalam masyarakat untuk mengajukan usulan investasi : 1. Metode Pay Back Period (PBP) [3] Keuntungan dari metode Pay Back Period ini adalah : - Mudah dimengerti. - Lebih mengutamakan investasi yang menghasilkan aliran kas yang lebih cepat. - Beranggapan bahwa semakin lama waktu pengembalian, semakin tinggi resikonya. - Cukup akurat untuk mengukur nilai investasi yang dibandingkan untuk beberapa kasus dan bagi pembuat keputusan. Kelemahan metode Pay Back Period ini adalah : - Mengabaikan nilai waktu dari pada uang (time value of money). - Mengabaikan penerimaan-penerimaan investasi atau proses setelah Pay Back Period tercapai. 2. Metode Net Present Value (NPV) [4] Keuntungan dari metode Net Present Value ini : - Memperhatikan nilai waktu dari pada uang (time value of money). - Mengutamakan aliran kas yang lebih awal.
- Tidak mengabaikan aliran kas selama periode proyek atau investasi. Kelemahan dari metode Net Present Value adalah : - Lebih sulit penerapannya dari pada Pay Back Period. - Memerlukan perhitungan Cost Of Capital sebagai Discount Rate. 3. Metode Internal Rate Of Return (IRR) [5] Kelebihan metode Internal Rate Of Return: - Tidak mengakibatkan aliran kas selama periode proyek. - Memperhitungkan nilai waktu dari pada uang. - Mengutamakan aliran kas awal dari pada aliran kas belakangan. Kelemahan metode Internal Rate Of Return: - Memerlukan perhitungan COC (Cost Of Capital)sebagai batasminimal dari nilai yang mungkin dicapai. - Lebih sulit dalam melakukan perhitungan. C. Forecasting Pada umumnya terdapat dua metode dalam pengukuran kuantitatif, yaitu metode serial waktu (deret berkala, time series) dan metode kausal. Metode serial waktu adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi waktu, sedangkan metode kausal (causal I / explanatorv model) mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas (indepencley), misalnya permintaan akan reparasi kapal berhubungan dengan jumlah kapal yang beroperasi. Dalam menentukan metode peramalan tertentu, tidak bisa. dengan langsung memakai salah satu dari sekian banyak metode yang ada. Melainkan harus melalui pertimbangan pertimbangan yang sesuai untuk dapat menghasilkan prakiraan yang mendekati kebenaran. Berikut adalah klasifikasi metode yang dapat diterapkan, yaitu [6] : 1. Metode kualitatif Metode ini digunakan bila hanya terdapat sedikit data historis. Pada umumnya digunakan dalam meramal perkenalan produk dan jasa baru. Caranya adalah dengan menganalisis situasi di pasar atau dengan pendekatan sistematik. 2. Metode kuantitatif – Time Series (Metode Extapolative) Metode ini dilakukan dengan cara membuat analisa yang selanjutnya akan diproyeksikan kedalam peramalan permintaan atau demand untuk waktu yang akan datang. 3. Metode Kuantitatif Kausal atau Metode Explanatory Metode ini dapat digunakan bila terdapat data historis dan data yang berkaitan dengan faktor ekonomi dengan pola kecenderungan musiman dan fluktuasi. Sehingga dapat dibuat ramalan demand untuk masa mendatang.
3 III.
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. Peramalan Permintaan Perlengkapan Keselamatan Kapal Untuk mengetahui permintaan perlengkapan keselamatan kapal pada bangunan baru maka dilakukan peramalan permintaan perlengkapan keselamatan kapal diperoleh dari jumlah kapal yang diproduksi. Data kapal diperoleh dari website World Shipping Register (www.e-ship.net). Asumsi yang digunakan untuk menemukan data kapal yang digunakan untuk peramalan adalah semua tipe kapal yang merupakan bangunan baru dengan kelas Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang diawasi dan diregister oleh BKI (dibangun oleh galangan di Indonesia) yang dibangun (year of build) pada tahun 20072011, dengan semua bendera. Dilakukan peramalan perhitungan nilai MSE Kapal dengan menggunakan metode moving average dan exponential smoothing untuk tiap jenis kapal mulai tahun 2007-2011. Dari kedua metode tersebut kemudian dicari nilai Mean Square Error (MSE) untuk masing - masing pemisalan dari perhitungan tersebut. Dan yang akan digunakan sebagai hasil perhitungan peramalan untuk tahun - tahun berikutnya adalah yang mempunyai nilai MSE terkecil. Sehingga hasil peramalan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1sebagai berikut: Tabel 1.Hasil peramalan tahun 2012-2016 Tahun (unit) Ship Type 2012 2013 2014 2015
Tabel 2. Hasil peramalan tahun 2012-2016 Type
Capasity (person)
Lf B-10
Container
Liferaft
Width (mm)
Height (mm)
Width (mm)
Height (mm)
10
1160
560
513
2600
1400
≤ 100
Lf B-15
15
1275
610
590
3150
1600
≤ 110
Lf B-20
20
1275
610
590
3600
1800
≤ 130
Lf B-25
25
1275
680
615
4000
2000
≤ 150
Merupakan katalog produk inflatable liferaft yang dihasilkan dari penelitian ini. Terdapat empat jenis inflatable liferaft yang dibedakan berdasarkan kapasitas orang yang mampu ditampung.
Life jacket Life jacket yang diproduksi dalam penelitian ini adalah life jacket busa steriofoam tipe I, karena tipe ini cocok untuk pasar indonesia dan penggunaannya lepas pantai. Berikut katalog dari produk life jacket penelitiaan ini : Tabel 3. Hasil peramalan tahun 2012-2016
Weight (kg)
Size (cm)
Lj-S
15-40
60-80
2016
Lj-M
40-70
80-100
Lj-L
70-100
110-130
8
9
9
10
9
Container Ship
2
2
2
2
2
Tanker
11
12
12
12
12
Passenger/Ferry/Ro-Ro
22
22
22
22
22
Other ship (tug boat, kapal ikan, dll)
159
153
157
157
155
202
198
202
203
200
Merupakan hasil peramalan pembangunan kapal dari tahun 2012-2016 pada masing-masing jenis kapal.
B. Perencanaan Produk Perencanaan produk dari perlengkapan keselamatan kapal yang akan diproduksi antara lain menentukan jenis, tipe, dan kapasitas dari liferaft, life jacket dan lifebuoys. Hal tersebut harus direncanakan untuk menentukan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan perlengkapan keselamatan yang akan dihasilkan dan teknologi yang akan digunakan dalam perakitan produk. Inflatable Liferaft Jadi liferaft yang akan diproduksi adalah liferaft tipe Solas B pack. Tipe tersebut cocok untuk kapal perairan Indonesia yang melakukan pelayaran rute pendek. Dari jenis liferaft dipilih jenis Trow Over Board (TOB). Karena dilihat dari data penjualan PT.Surya Segara untuk jenis TOB tingkat penjualannya tinggi menunjukkan bahwa kapal banyak menggunakan liferaft jenis ini. Liferaft mempunyai bermacam-macam ukuran dan kapasitas, dalam penelitian ini dipilih liferaft dengan ukuran dan kapasitas
Weight
Length (mm)
Code
Cargo Ship
Jumlah kapal =
yang menyesuaikan dengan pasar di Indonesia. Perencanaan produk meliputi ukuran dan kapasitas serta container (pengemas liferaft) dapat dilihat pada katalog, sebagai berikut pada tabel 2:
Katalog produk lifejacket pada tabel 3 menunjukkan bahwa variasi produk ada tiga macam.
Lifebuoys Dalam penelitian ini dipilih lifebuoys dengan bahan plastik sintetis yang dilengkapi dengan tali. Berikut detail ukuran dari produk lifebuoys : - Ukuran : Diameter luar = 720 mm Diameter dalam = 420 mm Tebal = 100 mm - Panjang tali : 30 m IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Teknis Dalam analisis teknis dilakukan beberapa analisis mengenai pembuatan produk, peralatan dan mesin, perencanaan layout pabrik. Untuk proses pembuatan produk meliputi menentukan metode yang digunakan, pemilihan bahan-bahan yang diperlukan. Diperlukan informasi mengenai detail komponen dari produk liferaft, life jacket dan lifebuoys untuk mempermudah dalam pembuatanya. Kemudian dapat ditentukan peralatan dan mesin yang dibutuhkan dalam proses pembuatan. Layout pabrik dapat dibuat jika diketahui proses pembuatan produk dan peralatan mesin yang digunakan, hal tersebut untuk menentukan tata letak dan bentuk dari layout. Proses Pembuatan Produk Secara sederhana proses produksi dibagi menjadi 3 proses yaitu: proses persiapan, proses pengerjaan, dan proses
4 pengawasan kualitas. Proses awal dalam pembuatannya adalah meliputi proses persiapan meliputi desain produk, dilanjutkan dengan persiapan bahan yang dibutuhkan. Desain dibuat berdasarkan bentuk, ukuran dari produk yang sudah ditentukan sesuai dengan katalog. Proses pengerjaan merupakan dimulainya proses pembuatan dari produk perlengkapan keselamatan kapal. Pembuatan dari komponen yang merupakan bagian utama dari liferaft, life jacket, dan lifebuoys. Pembuatan produk dilakukan dengan peralatan dan mesin yang modern, dikarenakan untuk memenuhi standar dari kualitas produk. Untuk proses terakhir adalah pengawasan kualitas produk yang dihasilkan, pengecekan dilakukan agar produk dapat berfungsi dengan baik saat dipakai oleh konsumen dan sesuai dengan standar LSA code. Liferaft Untuk proses pembuatannya liferaft dibuat dengan beberapa tahapan pada masing-masing proses. Setiap prosesnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Persiapan Desain Pemilihan bahan 2. Proses pengerjaan Marking dan cutting Sewing High frequency welding Fitting 3. Proses pengawasan kualitas produk 4. Proses finishing Pemasangan dan melengkapi interior dari liferaft. Life jacket Proses pembuatan dilakukan secara semi otomatis. Berikut beberapa tahapan dalam proses pembutan life jacket: 1. Proses persiapan Desain Pemilihan bahan 2. Proses pengerjaan Marking dan cutting Assembling pattern pieces 3. Proses pengawasan kualitas produk Sesuai dengan regulasi LSA code 4. Proses finishing Dilakukan pemasangan back handle, peluit dan light. Lifebuoys 1. Proses persiapan Desain Pemilihan bahan 2. Proses pengerjaan Pembuatan cetakan, pencetakan lifebuoys Setelah mengering diamplas 3. Proses pengawasan kualitas produk Berat tidak kurang dari 2,5 kg. Dilakukan uji untuk mampu menahan beban seberat 14,5 kg selama 24 jam
4. Proses Finishing Memasang reflective tape dan tali pada lifebuoys. Lifebuoys dikemas dengan palstik. Peralatan dan mesin untuk proses pengerjaan Tabel 4. Peralatan dan mesin No.
Nama Peralatan dan Mesin
Unit
Model
1
Sofware design
1
-
2
Software AutoCAD
1
AutoCAD Design Suite Standard 2013
3
Notebook
4
-
Manufacturer SW Corp.
Autodesk, Inc. Kory Automation Technology Co., Ltd. Hangzhou Wanli Machinery & Equipment Manufacturer Co.,ltd Zhejiang Jukai Sewing Si-Tech Co., Ltd. Sullair Industrial Air Compressor Distributor
4
Automatic Cutting Machine
4
EDO-2A-08 Series Cutting Plotter
5
High Frequency Welding Machine
2
HR-15KW-4AC
6
Sewing Machine
5
MEB-3200J KEYHOLE
7
Air Compressor
1
260 DUQ Utility Air Compressor
8
Cutting Foam Machine
2
Vertical Foam Cutting Machines
A.S. ENTERPRISES
9
Fork car transportation
1
CPCD40FR Diesel Powered Forklift Truck
Jinan QINONG Machinery
10
Overhead Traveling Crane
1
OTC single hoist
PT. Indotara Persada
11
Other
-
-
-
Layout Pabrik Perencanaan layout pabrik dengan luas bangunan 300 m2 (20 m x 15 m) dan luas tanah 460 m2 (25 m x 23 m). Tinggi bangunan 8 meter dengan konstruksi atap dan kolom baja, dan dinding bata diplester. Dengan area parkir dan akses masuk utama. Selain itu juga terdapat area parkir untuk forklift. Akses keluar masuk ke pabrik terbagi menjadi dua, yaitu untuk untuk akses menuju ke stograge/receiving area untuk menyimpan bahan baku. Sedangkan untuk bagian samping sebagai akses untuk pengiriman produk yang telah selesai diproduksi kemudian disimpan dan distribusikan pada storage/shipping area. Gambar 1 merupakan luas tanah secara keseluruhan. Pada gambar 2 merupakan detail layout dari pabrik yang akan dibangun.:
5 B. Analisis Ekonomis Pada bab analisis ekonomis dilakukan analisis mengenai kondisi pasar, analisis investasi yang membahas tentang biaya investasi pembangunan industri perlengkapan keselamatan kapal di Indonesia. Analisis investasi Biaya investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik industri penunjang perlengkapan kapal pada saat pengadaan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan untuk membuat produk perlengkapan keselamatan kapal. Tabel 5. Investasi pembangunan Jenis Investasi
No. Tanah
Rp. 966.000.000,00
2
Bangunan
Rp. 510.000.000,00
3
Peralatan dan mesin
Rp. 2.007.694.399,00 Jumlah =
0.41666666666667M. Rise: 5M. Run 1' Rise: 11' 12" Run
Storage / Receiving Area
Biaya Operasional Biaya operasional merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang akan datang. Biaya disini adalah biaya variabel, tenaga kerja langsung dan biaya perawatan. Pada tabel 6 dibawah ini merupakan rincian dari biaya yang dikeluarkan perusahaan per tahun:
Pos Satpam
No. Assembly Area Office
Design Office
Tabel 6. Biaya operasional Jenis Biaya ( Per tahun)
0.41666666666667M. Rise: 5M. Run
Inspection Area 1' Rise: 11' 12" Run
Finishing Area
Storage / Shipping Area
Pos Satpam
Gambar 2. Layout bangunan pabrik.
Dari perencanaan layout ini bisa ditentukan nilai investasi untuk tanah dan bangunan. Luas tanah 460 m2 dengan asumsi harga tanah di Surabaya barat Rp 2.100.000 /m2 sehingga nilai investasi untuk tanah adalah Rp 966.000.000. Sedangkan luas bangunan 300 m2 dengan biaya pembangunan antaraRp 1.200.000-1.700.000 /m2 dipengaruhi oleh spesifikasi bahan yang akan digunakan. Sehingga dengan diambil harga tertinggi biaya pembangunan gedung sebesar Rp.1.700.000 /m2 diperoleh nilai investasi bangunan sebesar Rp 510.000.000.
Harga
1
Gaji Karyawan
Rp. 960.000.000,00
2
Biaya variabel
Rp. 353.492.640,00
3
Perawatan dan perbaikan Jumlah =
Kolam
Rp. 3.483.694.399,00
Biaya investasi pada awal pembangunan sebesar Rp. 3.483.694.399,00 yang dibebankan sepenuhnya pada perusahaan.
Gambar 1. Layout Luas tanah
Marking dan Cutting Area
Harga
1
Rp. 58.915.440,00 Rp. 1.372.408.080,00
Gaji karyawan didapatkan dari asumsi pekerja 40 orang dengan gaji rata-rata Rp. 2.000.000,00 per bulan dan dilakukan kenaikan gaji 5% setiap 2 tahun sekali. Untuk biaya variabel didapatkan dari 40% pemasukan pada setiap tahunnya, terjadi kenaikan 5% biaya disetiap 2 tahun dimulai pada tahun kedua. Biaya perawatan dan perbaikan diasumsikan 5% dari pemasukan disetiap tahunnya yang kemudian mengalami kenaikan sebesar 5% dari biaya perawatan dan perbaikan untuk setiap 2 tahun sekali. Analisis Break Event Point Perhitungan break even point dilakukan berdasarkan biaya investasi, biaya operasisonal, tax dan pendapatan. Dengan biaya investasi awal sebesar sebesar Rp. 3.483.694.399,00 yang dibebankan sepenuhnya pada perusahaan, biaya operasional sebesar Rp. 1.372.408.080,00 ditahun pertama, dan dengan pendapatan pertahun dapat dilihat pada tabel 5.19. Berdasarkan biaya-biaya tersebut maka dapat dilakuakan
6 perhitungan analisa break event point. Berikut dibawah ini tabel 7 rincian perhitungan analisa break even point, NPV dan IRR. Tabel 7. Break Event Point, NPV, dan IRR Tahun ke 1 Kenaikan biaya Investasi awal (dana 3,483,694,399 perusahaan) Gaji karyawan 960,000,000 Perawatan dan Perbaikan 58,915,440 Biaya variabel 235,661,760 Total biaya 4,753,000,459 Pendapatan 1,178,308,800 Taxable Income 117,830,880 Tax (12.5% Taxable 14,728,860 Income) ROI (Return On -66% Investment) Total pendapatan (Total (3,574,691,659) Net profit) Accumulated Net Profit (7,058,386,058) Break Event Point Investment Criteria
[4] 1.225.230.300 211.385.011 845.540.043 2.335.001.606 4.227.700.213 422.770.021 52.846.253 21% 1.892.698.607 790.989.018 BEP
Criteria
Min
Rp
942.574.896
Ok
0
IRR
%
8,1%
Ok
7%
IRR Index ( IRRI = IRR/MARR )
kali
1.02
Ok
0
BEP from year -
Tahun Ke-
11
Ok
1
790.989.018
Ok
0
Accum Cash on BEP
Rp
[1]
[2] [3]
11
Value
NPV (Net Present Value)
DAFTAR PUSTAKA
V. KESIMPULAN/RINGKASAN Biaya investasi yang diperlukan dalam pembangunan industri perlengkapan keselamatan kapal sebesar Rp. 3.483.694.399,00 dan Break Even Point terjadi pada tahun ke 11 dimana perusahaan sudah mulai mendapatkan keuntungan. Untuk perhitungan NPV ditahun ke-15 memperoleh hasil sebesar RP. 942.574.896,00 bernilai positif. Nilai IRR yang dihsilkan = 8,1 % lebih besar daripada bunga deposito = 7%. Sehingga investasi pembangunan industri perlengkapan keselamatan kapal ini layak dibangun di Indonesia. UCAPAN TERIMA KASIH Tuliskan ucapan terima kasih dengan bahasa baku, misalnya, “Penulis Aris Kurniawan mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing ibu Sri Rejeki Wahyu Pribadi, S.T.dan dosen wali, perusahaan yang telah memberikan data dan izin atas dilakukannya survey.
[5] [6]
Bayu aji, Anggun. 2010. Tugas Akhir. Analisa kebutuhan Industri Komponen Kelistrikan Kapal Secara Nasional. Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Life Saving Appliances Code. Riyanto, Bambang. 1998. Dasar-dasar pembelajaran perusahaan, edisi empat. BPFE UGM. Yogyakarta. Husnan, Suad dan Suwarsono. 1994. Study kelayakan proyek. Edisi revisi. Yogyakarta. Sudarmo, Gito Indriyo, dan basri. 1998, Manajemen keuangan edisi ketiga, BPFE, Yogyakarta. Faizal riza, Mokhammad. 2012. Tugas Akhir. Analisis teknis dan ekonomis pembangunan industry manufaktur baling-baling kapal. Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.