TUGAS AKHIR – MN141581
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT UNTUK KAPAL IKAN 60 GT
DIMAS DWI HADIANSYAH NRP. 4112 100 093 Dosen Pembimbing Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
TUGAS AKHIR – MN141581
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT UNTUK KAPAL IKAN 60 GT
DIMAS DWI HADIANSYAH NRP. 4112 100 093 Dosen Pembimbing Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017
FINAL PROJECT – MN141581
TECHNICAL AND ECONOMIC ANALYSIS OF DESIGN AND PRODUCTION PONTOON LIFT FOR FISHING VESSEL 60 GT
DIMAS DWI HADIANSYAH NRP. 4112 100 093 Supervisor Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc. DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE & SHIPBUILDING ENGINEERING Faculty of Marine Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2017
Dipersembahkan untuk keluarga atas dukungan dan doa, almamater dan bangsa
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Ridha-Nya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Analisa Teknis dan Ekonomis Perancangan dan Produksi Pontoon Lift untuk Kapal Ikan 60 GT dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak yang turut membantu dan memberikan ilmu sehingga penyusunan Tugas Akhir dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis dengan senang hati menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat: 1.
Bapak Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing serta Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dan ilmu, serta senantiasa memberikan arahan dan masukan selama proses pengerjaan Tugas Akhir dan masa perkuliahan di Departemen Teknik Perkapalan ITS, 2. Bapak Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Departemen Teknik Perkapalan ITS, 3. Bapak Dr. Ir. Heri Supomo, M.Sc., Bapak M. Solikhan Arif, ST., MT., Bapak Sufian Imam Wahidi, ST., M.Sc., Bapak Imam Baihaqi, ST., MT., dan Ibu Sri Rejeki Wahyu P., ST., MT., selaku dosen program studi industri perkapalan yang telah memberikan saran dan arahan selama proses pengerjaan Tugas Akhir, 4. Keluarga Penulis, Bapak Ir. Muhamad Nur Kuswandana, M.Eng.Sc., Ibu Yuyum Herdiwaty, Robby Arifandri, ST., yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan doa untuk Penulis, 5. Bapak Masnun Ardiansyah, wakil nahkoda kapal ikan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan wawasan dan izin pengukuran kapal ikan 60 GT, 6. Keluarga besar HIMATEKPAL, yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan, 7. Saudara-saudari P-51 (CENTERLINE) dan P-52 (FORECASTLE), teman seperjuangan Teknik Perkapalan angkatan 2011 dan 2012, 8. Keluarga besar PENTOL, yang selalu membantu dan menemani selama masa perkuliahan di Surabaya, 9. Teman-teman Alumni SMA Negeri 2 Bandung dan saudara-saudari sepupu yang telah membagi ilmu dan wawasan dalam berbagai bidang, 10. Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini, yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini Penulis telah berusaha yang terbaik, Penulis menyadari apabila terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu Penulis sangat menerima kritik dan saran dari seluruh pihak demi pengembangan pengetahuan selanjutnya. Demikian Laporan Tugas Akhir ini disusun, dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Surabaya, Januari 2017 Dimas Dwi Hadiansyah
vi
ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT UNTUK KAPAL IKAN 60 GT
Nama Mahasiswa
: Dimas Dwi Hadiansyah
NRP
: 4112 100 093
Departemen / Fakultas : Teknik Perkapalan / Teknologi Kelautan Dosen Pembimbing
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
ABSTRAK
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian terhadap Pontoon yang digunakan sebagai fasilitas utama (docking facility) untuk proses pengedokan maupun peluncuran (ship launching) kapal ikan berukuran 60 GT. Fungsi dari Pontoon sebagai sarana angkat kapal (lift) yang memanfaatkan gaya angkat dari volume zat cair yang dipindahkan dalam ruang Pontoon sehingga dapat disebut Pontoon Lift. Pertama, penelitian diawali dengan melakukan survei ukuran kapal ikan 60 GT daerah Rembang, Tuban, Probolinggo, dan Benoa. Kedua, mendapatkan panjang (L), lebar (B), tinggi ponton (h), dan TLC Pontoon Lift. Ketiga, perhitungan beban kerja untuk penentuan fasilitas produksi. Terakhir, perhitungan estimasi harga produk dan analisa kelayakan investasi industri. Berdasarkan hasil analisa teknis, didapatkan ukuran utama Pontoon Lift adalah L = 30 m, B = 13,2 m, D = 5,219 m, T = 0,6 m, Tmax = 4,219 m, Ttransfer = 1,7 m, dan H = 3,219 m dengan estimasi biaya produksi sebesar Rp 6.345.858.814,29. Untuk fasilitas produksi Pontoon Lift dibutuhkan lahan industri seluas 7875 m2 dengan harga investasi industri total sebesar Rp 25.632.496.307,31 yang berlokasi di Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Pelabuhan Benoa, Bali. Dengan menggunakan metode analisa kelayakan Net Present Value dan Internal Rate of Return didapatkan hasil Payback Period terjadi pada tahun ke-6 bulan ke-5 setelah terjual sebanyak 15 unit, NPV = Rp 9.907.573.412,72 dan IRR = 15,23% untuk interest rate (faktor bunga) = 10,25%. Kata kunci: perancangan, produksi, pontoon lift, sarana pokok galangan, kapal ikan 60 GT
vii
TECHNICAL AND ECONOMIC ANALYSIS OF DESIGN AND PRODUCTION PONTOON LIFT FOR FISHING VESSEL 60 GT
Author
: Dimas Dwi Hadiansyah
ID No.
: 4112 100 093
Dept. / Faculty : Naval Architecture & Shipbuilding Engineering / Marine Technology Supervisor
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
ABSTRACT
This final project research conducted on Pontoon to be used as main facility for ship docking and launching process specially 60 GT fishing vessel. Pontoon will be performed as a lift which utilizes buoyancy or lifting force from the volume of liquid displaced in ballast tanks so as to be named Pontoon Lift. Firstly, the study commenced by survey on 60 GT fishing vessel principal dimension all over Rembang, Tuban, Probolinggo, and Benoa. Second, obtaining Pontoon Lift length (L), breadth (B), pontoon height (h), and TLC. Thirdly, workload calculation intended for determining production facility. Finally, estimating production cost and analyzing feasibility of industrial investment. Based on technical analysis, the acquired Pontoon Lift principal dimensions as follow; L = 30 m, B = 13.2 m, D = 5.219 m, T = 0.6 m, Tmax = 4.219 m, Ttransfer =1.7 m, and H = 3.219 m with expected production cost of Rp 6,345,858,814.29. Industrial land area needed for production facilities approximately 7,875 m2 with appraised cost of total industrial investment Rp 25,632,496,307.31 located on Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Benoa Harbour, Bali. By using feasibility analysis method of Net Present Value and Internal Rate of Return, the obtained Payback Period occurred in 5th month of the 6th year after selling 15 units, NPV = Rp 9,907,573,412.72, and IRR = 15.23% at interest rate (IR) = 10.25%. Keywords: design, production, pontoon lift, dry docking system, shipyard, fishing vessel 60 GT
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................................iii LEMBAR REVISI ..................................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................................... vi ABSTRAK................................................................................................................................ vii ABSTRACT ............................................................................................................................viii DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 I.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1 I.2. Perumusan Masalah...................................................................................................... 2 I.3. Batasan Masalah ........................................................................................................... 2 I.4. Tujuan........................................................................................................................... 2 I.5. Manfaat......................................................................................................................... 3 I.6. Hipotesis ....................................................................................................................... 3 I.7. Sistematika Penulisan ................................................................................................... 3 BAB II STUDI LITERATUR .................................................................................................... 5 II.1. Kapal Ikan di Perairan Indonesia ................................................................................. 5 II.2. Industri Galangan Kapal Kayu ..................................................................................... 5 II.3. Sarana Pokok Galangan Kapal ..................................................................................... 6 II.3.1. Slipway ................................................................................................................. 7 II.3.2. Graving Dock ........................................................................................................ 8 II.3.3. Lifting Dock .......................................................................................................... 9 II.3.4. Airbag ................................................................................................................. 10 II.3.5. Floating Dock ..................................................................................................... 11 II.4. Peralatan Bantu Pontoon Lift ..................................................................................... 14 II.4.1. Keel Block .......................................................................................................... 14 II.4.2. Side Block ........................................................................................................... 14 II.4.3. Lori (Cradle) ....................................................................................................... 16 II.4.4. Rel (Track) .......................................................................................................... 16 II.4.5. Self-Propelled Modular Transfer (SPMT) Trailer .............................................. 16 II.5. Pengertian dan Cara Kerja Pontoon Lift .................................................................... 17 II.5.1. Tinjauan Perhitungan Teknis Perancangan Pontoon Lift ................................... 19 II.5.2. Perhitungan Ukuran Utama Pontoon Lift ........................................................... 19 II.5.3. Berat dan Titik Berat Pontoon Lift ..................................................................... 21 II.5.4. Stabilitas.............................................................................................................. 21 II.5.5. Produksi .............................................................................................................. 22 II.6. Tinjauan Perhitungan Ekonomis Pontoon Lift ........................................................... 24 II.6.1. Biaya Produksi dan Klarifikasi Biaya ................................................................. 25 II.6.2. Metode Pay Back Period..................................................................................... 29 II.6.3. Metode Net Present Value .................................................................................. 29 II.6.4. Metode Internal Rate of Return .......................................................................... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 33 III.1. Diagram Alir Pengerjaan ............................................................................................ 33 ix
III.2. Metode Penelitian ....................................................................................................... 34 III.2.1. Data Berdasarkan Sumber .................................................................................. 34 III.2.2. Data Berdasarkan Jenis ....................................................................................... 34 III.3. Tahapan Pengerjaan ................................................................................................... 34 III.3.1. Tahap Pengumpulan Data ................................................................................... 35 III.3.2. Analisis dan Pengolahan Data ............................................................................ 35 III.3.3. Penentuan Ton Lifting Capacity (TLC) dan Ukuran Utama Pontoon Lift ......... 36 III.3.4. Pembuatan Model dan Konsep Pontoon Lift ...................................................... 36 III.3.5. Desain Rencana Garis ......................................................................................... 37 III.3.6. Desain Rencana Umum ...................................................................................... 37 III.3.7. Perhitungan Konstruksi dan Kekuatan ............................................................... 37 III.3.8. Analisis Kasus Pembebanan (loadcase) .............................................................. 38 III.3.9. Rencana Produksi ............................................................................................... 38 III.3.10. Perhitungan Biaya Produksi ............................................................................ 38 III.3.11. Kesimpulan dan Saran .................................................................................... 38 BAB IV PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT ......................................... 39 IV.1. Skenario Pengoperasian Pontoon Lift ........................................................................ 39 IV.2. Analisis dan Perhitungan Teknis Kapal Ikan 60 GT .................................................. 39 IV.2.1. Perhitungan Berat Kapal Ikan ............................................................................. 42 IV.2.2. Distribusi Berat Kapal Kosong KM. Putra Leo Agung ...................................... 44 IV.3. Perancangan dan Perhitungan Teknis Pontoon Lift ................................................... 48 IV.3.1. Perhitungan TLC dan Ukuran Utama Pontoon Lift ............................................ 49 IV.3.2. Rencana Garis (Linesplan) .................................................................................. 52 IV.3.3. Rencana Umum (General Arrangement) ............................................................ 53 IV.3.4. Perhitungan Konstruksi dan Kekuatan ............................................................... 54 IV.3.5. Rencana Konstruksi (Construction Profile) ........................................................ 59 IV.3.6. Berat Pontoon Lift .............................................................................................. 59 IV.3.7. Distribusi Berat dan Momen pada Pontoon Lift ................................................. 62 IV.3.8. Perhitungan Kekuatan Memanjang Pontoon Lift ............................................... 71 IV.4. Analisis Stabilitas Pontoon Lift .................................................................................. 79 IV.5. Perencanaan Teknis Produksi Pontoon Lift ............................................................... 84 IV.5.1. Rencana Produksi Pontoon Lift .......................................................................... 85 IV.5.2. Pemilihan Lokasi Industri Pontoon Lift .............................................................. 89 IV.5.3. Peralatan dan Mesin ............................................................................................ 98 IV.5.4. Rencana Layout Industri Pontoon Lift .............................................................. 112 IV.6. Sarana Pendukung Pontoon Lift ............................................................................... 117 IV.6.1. Lori (Cradle) ..................................................................................................... 117 IV.6.2. Perhitungan Sling (Wire Rope) ......................................................................... 118 IV.6.3. Perhitungan Daya Winch .................................................................................. 119 IV.6.4. Perhitungan Ukuran Girder dan Pillar Penyangga di Dermaga ........................ 120 IV.7. Perhitungan Estimasi Harga Pontoon Lift dan Nilai Investasi Industri ................... 121 IV.7.1. Estimasi Harga Pontoon Lift ............................................................................. 122 IV.7.2. Perhitungan Pendapatan Industri Pontoon Lift ................................................. 125 IV.7.3. Analisis Kelayakan Investasi Produksi Pontoon Lift ....................................... 126 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 131 V.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 131 V.2. Saran ......................................................................................................................... 132 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 133 LAMPIRAN ........................................................................................................................... 137 LAMPIRAN A PERHITUNGAN TEKNIS – PERANCANGAN PONTOON LIFT x
LAMPIRAN B PERHITUNGAN TEKNIS – PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN C PERHITUNGAN TEKNIS – SARANA PENDUKUNG PONTOON LIFT LAMPIRAN D PERHITUNGAN EKONOMIS – ESTIMASI HARGA DAN BIAYA PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN E PERHITUNGAN EKONOMIS – INVESTASI INDUSTRI PONTOON LIFT LAMPIRAN F GAMBAR RENCANA GARIS, RENCANA UMUM, DAN RENCANA KONSTRUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN G GAMBAR RENCANA PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN H TABEL PASANG SURUT PELABUHAN BENOA BALI BIODATA PENULIS
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1, Bagan Pembagian Sistem Pengedokan Kapal Berdasarkan Prinsip dan Jenis ...... 6 Gambar II.2, Slipway, Graving Dock, Floating Dock, dan Lifting Dock .................................. 7 Gambar II.3, Slipway Peluncuran Memanjang dan Melintang .................................................. 8 Gambar II.4, Graving Dock dengan Dinding Beton dan Sistem Drainase ................................. 9 Gambar II.5, Mekanisme Lifting Dock dengan Menggunakan Syncrolift ................................. 9 Gambar II.6, Tampak Atas Lift Dock dengan Sistem Syncrolift ............................................. 10 Gambar II.7, Proses Pengedokan Kapal dengan Airbag System .............................................. 11 Gambar II.8, Komponen Utama Floating Dry Dock ................................................................ 12 Gambar II.9, 3 Jenis Floating Dock dan Perbedaannya ........................................................... 13 Gambar II.10, Penempatan Posisi Side Block Diatas Ponton .................................................. 15 Gambar II.11, Pembebanan pada Side Block ........................................................................... 15 Gambar II.12, Rangkaian Self-Propelled Modular Transfer (SPMT) Sarens .......................... 16 Gambar II.13, Skema Proses Transfer dengan Pontoon Lift .................................................... 17 Gambar II.14, 5 Fase Tahap Pengangkatan Pontoon Lift (Lifting Phase) ............................... 18 Gambar II.15, 3 Kondisi pada Proses Pemindahan Kapal ........................................................ 19 Gambar II.16, Tampak Melintang dan Jarak Bebas Floating Dock dengan Kapal .................. 20 Gambar II.17, Titik Stabilitas pada Pontoon Lift ..................................................................... 21 Gambar II.18, Perbedaan Metode Produksi Berdasarkan Rangkaian Proses ........................... 23 Gambar III.1, Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir .............................................................. 33 Gambar IV.1, Konsep Pengoperasian Pontoon Lift ................................................................. 39 Gambar IV.2, Lokasi Survei Kapal Pesisir Rembang Sampai Probolinggo dan Pelabuhan Benoa Bali............................................................................................................................................ 40 Gambar IV.3, Grafik Data Jumlah Kapal Penangkap Ikan 30-200 GT .................................... 41 Gambar IV.4, Hasil Pemodelan Kapal Ikan KM. Putra Leo Agung ........................................ 44 Gambar IV.5, Distribusi Berat Lambung pada Kapal .............................................................. 46 Gambar IV.6, Grafik Distribusi Berat w(x) LWT Kapal Ikan 60 GT ...................................... 47 Gambar IV.7, Ukuran Utama Pontoon Lift untuk Kapal Ikan 60 GT ...................................... 50 Gambar IV.8, Proses Pembuatan Linesplan pada Maxsurf Modeler ....................................... 52 Gambar IV.9, Tampak Sisi Pontoon Lift untuk Penempatan Ruang Kontrol dan Pompa ....... 54 Gambar IV.10, Rencana Konstruksi Pontoon Lift ................................................................... 59 Gambar IV.11, Pembagian Blok untuk Perhitungan Berat Pos per Pos ................................... 60 Gambar IV.12, Distribusi Gaya Tekan w(x) Konstruksi dalam Bentuk Grafik ....................... 64 Gambar IV.13, Distribusi Gaya Apung b(x) dalam Bentuk Grafik.......................................... 66 Gambar IV.14, Distribusi Gaya Tekan w(x) Air Balas dalam Bentuk Grafik ......................... 67 Gambar IV.15, Grafik Distribusi Beban f(x) Q(x) dan M(x) Gabungan .................................. 70 Gambar IV.16, Tampak Samping Pontoon Lift untuk Perhitungan Momen Transfer ............. 72 Gambar IV.17, Bentuk Sederhana Reaksi Tumpuan Pontoon Lift Kondisi Transfer .............. 73 Gambar IV.18, Reaksi Gaya dan Momen pada Potongan II .................................................... 74 Gambar IV.19, Momen Kapal Ikan diatas Pontoon Lift dalam Grafik .................................... 75 Gambar IV.20, Penampang Melintang Pontoon Lift Fr. 22 dan Fr. 16 .................................... 76 Gambar IV.21, Tata Letak Tangki Pandangan Atas pada Maxsurf Stabiliy ............................ 80 Gambar IV.22, Daftar Massa Jenis Default pada Maxsurf Stability ........................................ 81 Gambar IV.23, Data Pembebanan (loadcase) Kondisi 1 Sarat Maksimum.............................. 82 Gambar IV.24, Hasil Analisa Stabilitas pada Sarat Normal dan Sudut Oleng 30o dengan Maxsurf Modeler ...................................................................................................................... 83 xii
Gambar IV.25, Pilihan Kriteria pada Maxsurf Stability ........................................................... 84 Gambar IV.26, Bagan Work Breakdown Structure Pontoon Lift ............................................ 87 Gambar IV.27, Model 3 Dimensi Ponton Bottom Panel pada AutoCAD 3D .......................... 88 Gambar IV.28, Kotak Perintah AutoCAD dengan Input “MASSPROP” ................................ 89 Gambar IV.29, Kondisi dan Akses Menuju Lokasi Pertama ................................................... 90 Gambar IV.30, Kondisi dan Akses Menuju Lokasi Kedua ...................................................... 90 Gambar IV.31, Bagan Hierarki Pembobotan Lokasi Industri .................................................. 96 Gambar IV.32, Mesin Roll pada Galangan Kapal .................................................................. 102 Gambar IV.33, Mesin Blasting pada Galangan Kapal ........................................................... 103 Gambar IV.34, Mesin CNC (Plasma) Pemotong Pelat .......................................................... 104 Gambar IV.35, Mesin Bending pada Galangan Kapal ........................................................... 105 Gambar IV.36, Mesin Abrasive Cutting Wheel pada Bengkel Fabrikasi .............................. 106 Gambar IV.37, Mesin Kompresor 190 HP pada Galangan Kapal .......................................... 107 Gambar IV.38, Overhead Traveling Crane dengan Kapastias 10 Ton ................................... 108 Gambar IV.39, Mesin Gerinda Tangan .................................................................................. 109 Gambar IV.40, Mesin Las SMAW pada Galangan Kapal ..................................................... 110 Gambar IV.41, Forklift 5 Ton ................................................................................................ 111 Gambar IV.42, Rencana Layout Industri Pontoon Lift .......................................................... 113 Gambar IV.43, Rencana Layout Kantor Industri Pontoon Lift .............................................. 114 Gambar IV.44, Marine Dock Winch pada Galangan Kapal ................................................... 119 Gambar IV.45, Tampak Depan Pillar dan Girder Penyangga Pontoon Lift ........................... 120 Gambar IV.46, Perencanaan Ukuran untuk Pillar Penyangga ................................................ 121 Gambar IV.47, Perencanaan Ukuran untuk Girder Penyangga .............................................. 121 Gambar IV.48, Indeks Harga Baja per Satuan Ton ................................................................ 122
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1, Bobot (%) Komponen Biaya Produksi Kapal Estimate Class 5 ............................. 27 Tabel II.2, Tiga Kondisi Nilai Net Present Value .................................................................... 30 Tabel IV.1, Jumlah Kapal Penangkap Ikan Berdasarkan Lokasi dan Provinsi ........................ 40 Tabel IV.2, Persentase Kenaikan Rata-Rata Kapal Ikan 30-200 GT ....................................... 41 Tabel IV.3, Data Ukuran Utama Kapal Ikan 30-90 GT (±50% 60 GT) ................................... 42 Tabel IV.4, Rekapitulasi Hasil Perhitungan Berat Kapal Ikan 60 GT ..................................... 45 Tabel IV.5, Distribusi Berat (w(x)) LWT Kapal Ikan 60 GT................................................... 47 Tabel IV.6, Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pembebanan ........................................................ 55 Tabel IV.7, Rekapitulasi Ukuran Konstruksi Hasil Perhitungan.............................................. 57 Tabel IV.8, Berat Konstruksi per Blok ..................................................................................... 60 Tabel IV.9, Perhitungan Titik Berat Pontoon Lift Kosong (Kondisi Tanpa Air Balas) ........... 62 Tabel IV.10, Distribusi Gaya Tekan w(x) Konstruksi Pontoon Lift ........................................ 63 Tabel IV.11, Distribusi Gaya Apung b(x) Pontoon Lift pada T = 1,7 m ................................. 65 Tabel IV.12, Distribusi Gaya Tekan w(x) Air Balas Pontoon Lift ........................................... 66 Tabel IV.13, Distribusi Gaya Tekan w(x) Kapal Ikan Diatas Pontoon Lift ............................. 68 Tabel IV.14, Rekapitulasi Distribusi Gaya Tekan w(x) pada Pontoon Lift ............................. 69 Tabel IV.15, Rekapitulasi Nilai Momen Kapal Ikan pada Pontoon Lift .................................. 75 Tabel IV.16, Format Penabelan Perhitungan Momen Inersia .................................................. 76 Tabel IV.17, Pengecekan Status Kekuatan Memanjang Pontoon Lift ..................................... 78 Tabel IV.18, Hasil Kalibrasi Tangki pada Kapasitas 100% dan Titik Berat Muatan Tangki .. 81 Tabel IV.19, Hasil Analisa Stabilitas Pontoon Lift pada 5 Kondisi ......................................... 84 Tabel IV.20, Alokasi Waktu Pengerjaan Pontoon Lift ............................................................. 85 Tabel IV.21, Work Breakdown Structure Produksi Pontoon Lift ............................................ 85 Tabel IV.22, Material List Pontoon Lift Komponen Bottom Panel (Ponton) .......................... 88 Tabel IV.23, Klasifikasi Nilai Kemampuan Lahan .................................................................. 91 Tabel IV.24, Klasifikasi Kawasan Penggunaan Lahan ............................................................ 91 Tabel IV.25, Klasifikasi Ketersediaan Tenaga Kerja ............................................................... 92 Tabel IV.26, Klasifikasi Ketersediaan Bahan Baku ................................................................. 92 Tabel IV.27, Klasifikasi Pemasaran Industri ............................................................................ 93 Tabel IV.28, Klasifikasi Pemilihan Lokasi Terkait Rencana Tata Ruang ................................ 93 Tabel IV.29, Klasifikasi Kecukupan Infrastruktur Wilayah..................................................... 94 Tabel IV.30, Klasifikasi Modal Harga Tanah pada Rencana Lokasi ....................................... 95 Tabel IV.31, Rekapitulasi Bobot Hasil Perhitungan Matriks dan Normalisasi ........................ 96 Tabel IV.32, Penilaian Skor Lokasi Industri Pontoon Lift ....................................................... 97 Tabel IV.33, Rekapitulasi Rencana dan Jumlah Mesin pada Industri Pontoon Lift ................ 98 Tabel IV.34, Spesifikasi Personal Computer.......................................................................... 100 Tabel IV.35, Spesifikasi Software AutoCAD 2016 ............................................................... 100 Tabel IV.36, Spesifikasi Software Microsoft Office 2016 ..................................................... 101 Tabel IV.37, Spesifikasi Teknis Mesin Roll........................................................................... 102 Tabel IV.38, Spesifikasi Teknis Mesin Blasting .................................................................... 103 Tabel IV.39, Spesifikasi Teknis Mesin Cutting CNC (Plasma) ............................................. 104 Tabel IV.40, Spesifikasi Mesin Bending ................................................................................ 105 Tabel IV.41, Spesifikasi Mesin Abrasive Cutting Wheel ...................................................... 106 Tabel IV.42, Spesifikasi Kompresor ...................................................................................... 107 xiv
Tabel IV.43, Spesifikasi Overhead Traveling Crane .............................................................. 108 Tabel IV.44, Spesifikasi Mesin Gerinda Tangan ................................................................... 109 Tabel IV.45, Spesifikasi Mesin Las SMAW .......................................................................... 110 Tabel IV.46, Spesifikasi Forklift Kapasitas 5 Ton ................................................................. 111 Tabel IV.47, Ukuran dan Luasan Fasilitas Industri Pontoon Lift .......................................... 115 Tabel IV.48, Rekapitulasi Biaya Produksi Pontoon Lift ........................................................ 123 Tabel IV.49, Rekapitulasi Biaya Investasi Industri Pontoon Lift........................................... 126 Tabel IV.50, Perhitungan Pengembalian Pinjaman Modal 70% Biaya Investasi .................. 127 Tabel IV.51, Harga, Estimasi Laba, Waktu Kerja, dan Target Pembangunan Pontoon Lift .. 127 Tabel IV.52, Perhitungan Cash Flow Industri Pontoon Lift 30% Modal Sendiri 70% Modal Bank Masa Pinjaman 10 Tahun .............................................................................................. 128 Tabel IV.53, Rekapitulasi Analisis Kelayakan Investasi Pontoon Lift .................................. 129
xv
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Industri perkapalan merupakan suatu industri yang menghasilkan suatu keluaran
(output) berupa kapal, bangunan lepas pantai atau alat apung lainnya, dan sifat dari industri perkapalan merupakan industri yang berbasis terhadap proyek. Walaupun industri perkapalan memiliki basis terhadap proyek (project based oriented industry), bukan hal yang tidak mungkin bagi suatu galangan untuk dapat mengerjakan proyek reparasi ataupun bangunan baru kapal dalam waktu yang bersamaan. Fasilitas galangan untuk pengedokan maupun peluncuran kapal yang digunakan oleh industri perkapalan sangat tergantung oleh waktu, biaya, dan lahan. Sebagai contoh suatu galangan memiliki sarana slipway untuk peluncuran kapal. Dalam proses pembangunan kapal mulai dari keel laying hingga launching dilakukan pada building berth membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyebabkan fasilitas slipway galangan tidak dapat beroperasi dan digunakan untuk proyek lainnya. Hal ini menyebabkan potensi lahan dan waktu yang tersedia dari slipway terbuang sia-sia. Selain potensi dari lahan dan waktu yang tersedia, fungsi dari sarana pokok galangan kapal juga menjadi permasalahan. Dengan menggunakan fasilitas seperti slipway, graving dock, dan floating dock fungsi dari sarana pokok tidak dapat digunakan apabila terdapat pekerjaan reparasi atau bangunan baru diatasnya. Kemampuan sarana pokok yang lebih terfokus untuk pengedokan maupun peluncuran kapal dapat meningkatkan kapasitas produksi galangan kapal. Batasan yang muncul oleh sarana pokok galangan dapat dianalisa dengan suatu metode pendekatan sehingga mendapatkan nilai produktivitas galangan kapal yang lebih efisien. Saat ini galangan kapal kayu di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah pada umumnya memanfaatkan pasang surut dan pasang naik untuk melakukan proses pekerjaan reparasi, pengedokan, maupun peluncuran. Ketergantungan proses pengerjaan kapal terhadap cuaca maupun iklim tentu menjadi kendala galangan kapal dalam hal produktivitas dan efisiensi jam orang industri perkapalan. Sebagian galangan kapal ikan lain menggunakan slipway sebagai sarana pokok galangan kapal. Banyaknya kapal ikan yang berukuran < 60GT menyebabkan kapasitas galangan kapal ikan untuk memenuhi kebutuhan reparasi tidak tercukupi. Hal ini disebabkan oleh sarana pokok galangan kapal ikan untuk pengedokan kapal seringkali 1
bersamaan dengan pekerjaan pembangunan kapal baru. Sehingga proses reparasi kapal ikan harus dilakukan pada dermaga kapal atau pesisir pantai dan sungai saat pasang surut. I.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam Tugas Akhir
ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa ukuran utama dan Ton Lifting Capacity (TLC) yang dibutuhkan pontoon lift untuk mengangkat kapal ikan 60GT? 2. Bagaimana analisa teknis sarana ponton lift meliputi rencana garis, rencana umum (general arrangement), rencana konstruksi dan kekuatan, stabilitas dan produksi? 3. Bagaimana sarana pendukung yang dibutuhkan untuk fasilitas pontoon lift? 4. Bagaimana analisa ekonomis meliputi biaya pembangunan pontoon lift, nilai break even point, pay back period, net present value, dan internal rate of return industri pontoon lift? I.3.
Batasan Masalah Batasan-batasan masalah yang ada dalam Tugas Akhir ini adalah: 1. Kapasitas angkat atau Ton Lifting Capacity (TLC) pontoon lift berdasarkan berat kapal ikan 60 GT. 2. Galangan kapal ikan yang dilakukan survei lapangan meliputi daerah Rembang, Utara Jawa Timur, dan Bali 3. Ukuran utama pontoon lift berdasarkan data ukuran utama Kapal Ikan 60 GT. 4. Analisa teknis pada Tugas Akhir ini meliputi perhitungan ukuran utama ponton, rencana garis, rencana umum, rencana konstruksi, perhitungan kapasitas angkat (TLC), analisa stabilitas ponton, perhitungan kasus pembebanan (load case) dan rencana produksi tanpa perencanaan sistem perpompaan dan perpipaan. 5. Analisa ekonomis pada Tugas Akhir ini meliputi biaya produksi pontoon lift, nilai investasi, BEP, PBP, NPV, dan IRR industri pontoon lift.
I.4.
Tujuan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan nilai ukuran utama dan Ton Lifting Capacity (TLC) yang dibutuhkan pontoon lift untuk mengangkat kapal ikan 60 GT. 2. Mendapatkan hasil analisa teknis dari pembangunan pontoon lift.
2
3. Mendapatkan konsep dan ukuran yang dibutuhkan dalam tahap awal sarana pendukung pontoon lift. 4. Mendapatkan hasil analisa ekonomis dari pembangunan pontoon lift. I.5.
Manfaat Dari Tugas Akhir ini, diharapkan dapat diambil manfaat bagi akademisi dengan rincian
sebagai berikut: 1. Memperoleh hasil analisa desain, konstruksi, dan produksi pontoon lift. 2. Sebagai langkah awal apabila akan dilakukan penelitian mengenai floating lift dock dengan kapasitas yang lebih besar atau dengan bahan baku yang berbeda. 3. Sebagai dasar penelitian lanjutan apabila dilengkapi dengan automatic ballast water management system. Sedangkan untuk manfaat bagi praktisi yaitu: 1. Memberikan alternatif sarana pokok galangan kapal di Indonesia. 2. Memperoleh estimasi biaya pembangunan pontoon lift dan nilai investasi industri pontoon lift. I.6.
Hipotesis Sarana pokok galangan kapal untuk docking dan launching dengan menggunakan
pontoon lift memperoleh hasil layak pada analisa teknis seperti ukuran utama, TLC, konstruksi dan stabilitas serta dapat meningkatkan kapasitas produksi dan nilai efisiensi penggunaan lahan building berth pada industri perkapalan Nasional. I.7.
Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, hipotesis, dan sistematika penulisan. BAB II STUDI LITERATUR Bab ini meliputi dasar teori dan studi literatur mengenai desain ponton, serta tinjauan perhitungan teknis dan ekonomis perancangan produksi ponton. Selain itu Bab ini juga membahas mengenai kondisi galangan kapal ikan dan kapal ikan ≤ 60GT daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. 3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini meliputi diagram alir pengerjaan dan tahapan pengerjaan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini secara berurutan dan terstruktur dari tahap pengumpulan data, analisa dan pengolahan data, perhitungan analisis teknis dan ekonomis hingga penarikan kesimpulan guna menjawab permasalahan penelitian yang ada serta saran yang diperlukan untuk memperbaiki penelitian ini kedepannya. BAB IV ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT Bab ini menjelaskan analisis teknis meliputi proses optimisasi untuk mendapatkan ukuran utama hingga didapatkannya kesimpulan perhitungan teknis yang dilakukan dan analisis ekonomis dari pontoon lift. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini meliputi kesimpulan yang didapatkan dari proses penelitian yang dilakukan guna menjawab permasalahan yang ada, serta memberikan saran perbaikan untuk penelitian ke depannya agar lebih baik.
4
BAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR
II.1.
Kapal Ikan di Perairan Indonesia Kapal perikanan pada umumnya dapat menggunakan beberapa jenis material seperti
baja, kayu, fiber-reinforced plastic (FRP), aluminium, dan ferrocement. Namun, di Indonesia kapal perikanan banyak menggunakan bahan baku kayu. Hal ini dikarenakan oleh karakteristik dari kayu yang mampu bertahan hingga 20 tahun tanpa perlu penggantian lambung (replating) kecuali apabila terdapat kerusakan akibat kecelakaan atau benturan. Kayu masih digunakan sampai saat ini karena banyak ditemukan di Indonesia serta sifat beberapa jenis kayu yang jika terkena air laut maka kayu akan semakin tahan terhadap cuaca. Selain itu dari segi harga apabila dibandingkan dengan material lain, material kayu masih relatif terjangkau. Terdapat beberapa jenis kayu yang dapat digunakan dalam pembuatan kapal ikan pada umumnya. Kayu terlebih dahulu diuji kekuatan serta umur pakai (lifetime) pada laboratorium yang telah terdata pada Lembaga Kehutanan. Kayu Meranti, kayu Kulim, kayu Malas, kayu Ulin, kayu Jati, dan kayu Besi merupakan contoh dari beberapa jenis kayu yang sering digunakan sebagai material kapal kayu. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kapal ikan 60 GT (gross tonnage) di daerah Jawa Timur hampir seluruhnya menggunakan material kayu dan memiliki umur antara 10-30 tahun. Kapal-kapal tersebut dibangun tidak hanya di Jawa tetapi menyebar di seluruh Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah kapal ikan dibawah 60 GT yang beroperasi di Jawa Timur pada tahun 2008-2014 sebanyak lebih dari 600 kapal. Sehingga dengan jumlah dan kondisi tersebut, potensi galangan kapal kayu untuk melakukan pekerjaan reparasi maupun bangunan baru sangat mungkin terjadi. II.2.
Industri Galangan Kapal Kayu Industri galangan yang menghasilkan kapal kayu masih banyak dijumpai di Indonesia.
Tersebar pada pesisir pantai Jawa Tengah dan Jawa Timur saat ini lebih dari 50 kelompok perajin kapal rakyat yang aktif untuk memproduksi kapal kayu dengan panjang hingga 30 meter atau lebih. Selain di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, industri galangan kapal kayu dengan jenis pinisi seringkali terdapat di daerah Kalimantan dan Sulawesi. Kapal kayu sangat identik dengan kapal-kapal yang tradisional yaitu kapal rakyat. Industri galangan kapal kayu pada 5
umumnya hanya menerima pekerjaan reparasi serta bangunan baru kapal dengan bahan baku kayu. Proses produksi kapal dilakukan apabila terdapat pesanan dari nelayan dan tanpa melalui proses perencanaan pembangunan berdasarkan perhitungan teknis. Tidak seperti industri galangan kapal modern, galangan kapal kayu bersifat personal, tidak memiliki struktur organisasi, serta memiliki karakter yang hampir sama seperti:
Pembuatan kapal dilakukan tanpa melalui perencanaan terlebih dahulu, akan tetapi merupakan kebiasaan dan keahlian yang dipelajari secara turun temurun.
Penggunaan peralatan sangat sederhana, kurang memanfaatkan teknologi modern.
Perusahaan merupakan usaha individu.
Lokasi galangan dekat pantai yang berpasir dan landai.
Peluncuran dilakukan dengan cara ditarik oleh banyak orang, tanpa adanya sarana pokok galangan untuk fasilitas peluncuran. (Munawaroh, 2014)
Setelah kapal kayu selesai melalui tahap pembangunan dan siap untuk diluncurkan, metode peluncuran kapal pada galangan kapal kayu umumnya menggunakan slipway. II.3.
Sarana Pokok Galangan Kapal DRY DOCKING SYSTEMS VERTICAL TRANSFER OF DOCKED SHIP
VERTICAL AND HORIZONTAL TRANSFER OF DOCKED SHIP
LIFTING PONTOON & HORIZONTAL TRANSFER SYSTEM
MARINE RAILWAY OR SLIPWAY
HORIZONTAL TRANSFER AFTER INHAULING
MECHANICAL LIFT DOCK & HORIZONTAL TRANSFER SYSTEM
NO TRANSFER OF DOCKED SHIP
DOCKING PRINCIPLE
FLOATING DOCK WITH GATES
DOCK TYPE
NO TR ANSFER AFTER INHAULING
GRAVING DOCK
OPEN ENDED FLOATING DOCK
CAISSON OR MONOLITHIC TYPE
PONTOON OR RENNE TYPE
SECTIONAL TYPE
Gambar II.1, Bagan Pembagian Sistem Pengedokan Kapal Berdasarkan Prinsip dan Jenis (Dry Docking of Loaded or Partially Loaded Ships, 1984) Sarana pokok galangan merupakan fasilitas yang digunakan untuk memindahkan kapal untuk proses peluncuran maupun pengedokan. Pada dasarnya galangan kapal dibagi menjadi tiga jenis, yaitu building dock shipyard, repair dock shipyard, dan building and repair shipyard.
6
Ketiga jenis galangan tersebut membutuhkan sarana pokok untuk memindahkan kapal dari perairan ke atas dok atau dari atas dok menuju perairan. Secara umum, sarana pokok galangan dibagi menjadi 4 jenis, yaitu slipway, graving dock, floating dock, dan lifting dock.
Gambar II.2, Slipway, Graving Dock, Floating Dock, dan Lifting Dock (TTS Group, 2016) II.3.1.
Slipway Slipway merupakan sarana pokok galangan yang digunakan untuk menaikkan atau
meluncurkan kapal dengan menggunakan rel. Slipway terdapat dua jenis, yaitu slipway melintang untuk peluncuran side launching dan slipway memanjang untuk peluncuran end launching. Slipway memiliki sudut kemiringan tertentu yaitu 1/12 hingga 1/24 tergantung kondisi kontur tanah pesisir galangan yang didapat dari survei topografi dan batimetri. Semakin kecil kapalnya maka suduk kemiringan semakin besar. Landasan luncur (slipway) juga dapat dibuat lingkaran dengan jari-jari antara 5000 sampai 15000 meter. (Teori Bangunan Kapal 2, 2014) Dari Gambar II.1 terdapat dua jenis slipway yang dapat digunakan oleh galangan, yaitu: 1. Horizontal transfer after inhauling Slipway jenis ini melakukan pemindahan kapal secara horizontal setelah diangkat dan sangat jarang ditemukan pada galangan kapal di Indonesia. Selain biaya pembangunan yang mahal, konstruksi dan sistem transfer dari slipway ini cukup rumit. 2. No transfer after inhauling
7
Slipway jenis ini tidak melakukan pemindahan kapal setelah diangkat, sangat sering ditemukan pada galangan kapal di Indonesia. Slipway tipe ini hanya membutuhkan 1 railway untuk kapal tanpa adanya platform.
Gambar II.3, Slipway Peluncuran Memanjang dan Melintang (Teori Bangunan Kapal 2, 2014) Pada Gambar II.3 terlihat bahwa peluncuran memanjang dilakukan bagian buritan yang terlebih dahulu menyentuh garis air (waterfront). Berbeda dengan peluncuran melintang, peluncuran memanjang lebih sering ditemukan pada galangan-galangan di Indonesia terutama galangan kapal kayu. Hal ini disebabkan oleh risiko serta perhitungan peluncuran melintang lebih rumit dibandingkan peluncuran memanjang. Adapun perlengkapan untuk sarana slipway adalah lori (cradle) atau sepatu luncur, winch, dan landasan peluncuran. II.3.2.
Graving Dock Graving dock atau dok kolam adalah fasilitas pengedokan kapal berbentuk kolam yang
telah dikeruk dan dilapisi konstruksi beton dilengkapi dengan pintu kedap air. Ukuran kedalaman, panjang dan lebar dok kolam ditentukan sesuai dengan kapasitas pengedokan. Dok kolam cukup umum digunakan untuk industri perkapalan dengan kapasitas yang besar. Karena untuk galangan kapal kecil dengan biaya investasi pembangunan dok kolam yang mahal, maka sulit bagi galangan dalam pengembalian modal yang telah digunakan untuk biaya
8
pembangunan dok kolam. Sehingga penggunaan graving dock sebagai sarana pokok galangan kapal kecil kurang layak. Seiring dengan perkembangan zaman, kapal-kapal yang memiliki panjang, lebar, dan sarat yang bervariasi dan terus bertambah besar menyebabkan graving dock jarang digunakan sebagai sarana pokok galangan. Dapat dilihat pada Gambar II.4 struktur beton sebagai dinding membuat kapasitas dari graving dock menjadi terbatas.
Gambar II.4, Graving Dock dengan Dinding Beton dan Sistem Drainase (Heger, 2005) II.3.3.
Lifting Dock Lifting dock merupakan suatu fasilitas pengedokan kapal dengan landasan atau platform
yang dapat diangkat (naik-turun) secara vertikal dengan mesin pengangkat (hoist). Jika dalam sistem penarikan menggunakan kabel baja maka sistem ini dinamakan syncrolift, sedangkan jika menggunakan rantai maka disebut chain lift (Pinajeng, 2007).
Gambar II.5, Mekanisme Lifting Dock dengan Menggunakan Syncrolift (Srinivasan, 2015) Syncrolift dan chain lift kedua sistem ini menggunakan motor listrik dan prinsip katrol untuk menggerakkan kabel atau rantai kemudian platform akan terangkat. Rel dan lori 9
terpasang pada bagian lunas kapal sehingga kapal dapat dipindah dari platform menuju lahan building berth dengan cara ditarik oleh winch atau traktor. Penggunaan Lifting Dock ini memiliki beberapa keuntungan seperti:
Kapasitas jumlah kapal untuk pekerjaan reparasi maupun bangunan baru lebih banyak.
Sangat cocok untuk galangan yang mempunyai tanah keras dan pesisir curam.
Tidak membutuhkan bantuan tug boat untuk pintu atau pemindahan floating dock.
Proses peluncuran maupun pengedokan kapal lebih cepat.
Gambar II.6, Tampak Atas Lift Dock dengan Sistem Syncrolift (RPG Australia, Rolls Royce and TTS Handling System, 2010) Sarana pokok jenis ini sangat jarang digunakan di Indonesia karena biaya perawatan serta pembuatan relatif mahal. Pembuatan platform, rel, winch, kolom-kolom serta struktur sarana seperti pada gambar Gambar II.5 dan Gambar II.6 dibutuhkan suatu perencanaan yang matang. II.3.4.
Airbag Teknologi peluncuran menggunakan airbag termasuk teknologi baru. Pada umumnya
metode peluncuran airbag digunakan oleh galangan kapal baja menengah kebawah dikarenakan oleh sarana pokok galangan kapal yang masih belum dapat digunakan. Airbag system merupakan metode yang dapat digunakan untuk peluncuran atau pengedokan kapal yaitu dengan menggunakan balon karet yang berisi udara. Tekanan udara pada balon karet akan disesuaikan terhadap bentuk lambung, semakin V bentuk lambungnya maka tekanan udara semakin berkurang. Dapat dilihat Gambar II.7 dimana bagian haluan kapal berbentuk V sehingga tekanan udara balon paling depan dikurangi.
10
Pada Gambar II.7 terlihat bahwa airbag dapat digunakan untuk proses pengedokan kapal dengan bentuk lambung apapun dan umumnya diatas kondisi tanah berpasir. Komponen fasilitas yang digunakan airbag system meliputi: 1. Excavator atau alat berat
Gambar II.7, Proses Pengedokan Kapal dengan Airbag System 2. Compressor 3. Winch 4. Wire rope 5. Airbag (Haryani, 2013) II.3.5.
Floating Dock Merupakan suatu fasilitas docking yang terbuat dari baja dalam bentuk ponton apung.
Cara mengoperasikan fasilitas ini adalah dengan memompa keluar masuk air dari/ke dalam ponton tersebut. Sehingga pada saat kapal naik dok, maka air akan dipompa keluar, sedang pada saat turun dok, air akan dipompa masuk kedalam ponton. Penentuan kapasitas floating dock ini akan sangat bergantung pada besar kapal yang dilayani. (Widjaja, 1996) Floating dry dock adalah struktur dengan dimensi, kekuatan, displacement, dan stabilitas yang cukup untuk mengangkat kapal dari air dengan menggunakan gaya apung (buoyancy). Tipe dok apung sendiri dapat terdiri dari struktur menerus atau gabungan beberapa segmen ponton. Kapasitas angkat atau TLC (Ton Lifting Capacity) dari floating dock berkisar dari ratusan ton hingga lebih dari 100.000 ton. Pada umumnya kapasitas angkat yang paling ekonomis adalah berkisar antara 1.000 hingga 100.000 ton. Dari Gambar II.8 dapat dilihat bahwa floating dock memiliki dua komponen utama yaitu pontoon dan wing walls. Ponton berfungsi sebagai bagian paling utama yang harus menopang
11
berat kapal dan dok apung itu sendiri untuk mengangkat kapal menggunakan gaya apung. Ponton harus dapat mendistribusikan berat dari kapal sejajar dengan garis tengah (centerline) dok apung sehingga mendapatkan gaya apung yang cukup tersebar secara merata pada kekuatan melintang dok apung. Sedangkan wing walls berfungsi untuk menjaga stabilitas saat ponton ditenggelamkan serta beban tidak merata akibat kapal dapat terdistribusi dengan kekuatan memanjang dok apung.
Gambar II.8, Komponen Utama Floating Dry Dock (Heger, 2005) Adapun keuntungan dari floating dry dock adalah:
Mempunyai nilai jual yang cukup tinggi apabila sudah tidak diperlukan, sehingga dapat mempermudah urusan finansial bank.
Kapal dapat dipindahkan dari dan ke darat relatif mudah.
Memanfaatkan perairan sekitar galangan yang tidak digunakan.
Kemiringan dan trim dok dapat disesuaikan dengan kondisi kemiringan atau trim kapal sehingga dapat mengurangi beban blok dan menjaga stabilitas kapal pada saat docking.
Kapal yang lebih panjang dari dok apung tetap dapat dilakukan pengedokan dengan meletakkan bow/stern kapal melebihi panjang dok apung.
12
Panjang dok apung dapat ditambah relatif mudah.
Dok apung dapat dipindahkan menuju perairan yang lebih dalam untuk proses docking dan undocking kapal, hal ini dapat mengurangi kebutuhan dredging untuk menjaga kedalaman.
Sedangkan kerugian dari floating dry dock adalah:
Biaya perawatan untuk sistem perpompaan, katup-katup (valves) dan konstruksi dok apung lebih mahal.
Membutuhkan perairan yang tenang sehingga dapat memperumit sistem tambat.
Memiliki jangka umur pemakaian yang lebih pendek jika dibandingkan dengan slipway, graving dock, atau lifting dock.
Pergerakan pekerja dan material terbatas oleh ruang yang tersedia diatas dok apung.
Gambar II.9, 3 Jenis Floating Dock dan Perbedaannya (Heger, 2005) Terdapat 3 jenis floating dock yang digunakan yaitu: 1. Caisson, Box atau One-Piece Dock Floating dock tipe caisson, box atau one-piece merupakan tipe yang paling umum dengan struktur utuh wing walls dan ponton menerus menjadi satu bagian. Tipe dok ini memiliki kekuatan memanjang yang paling kuat diantara ketiga jenis floating dock, dapat ditarik dengan tug boat namun tidak dapat dilakukan selfdocked. 2. Pontoon atau “Rennie” Floating dock tipe ponton atau “Rennie” memiliki konstruksi wing walls menerus dengan ponton yang terbagi menjadi beberapa seksi. Kekuatan memanjang 13
untuk dok apung tipe ini lebih lemah dibandingkan dengan caisson, karena hanya bagian wing walls yang berperan sebagai penguat konstruksi memanjang dok, tidak dianjurkan penarikan oleh tug boat karena memiliki kekuatan memanjang yang lebih lemah, dapat dilakukan self-docking. 3. Sectional Dock Floating dock sectional dock terdiri dari seksi-seksi ponton yang tidak memiliki konstruksi menerus sepanjang dok. Beberapa sectional dock dihubungkan oleh rangkaian pengunci yang meluruskan seksi-seksi ponton tetapi tidak dapat difungsikan untuk menerima beban besar atau engsel, terutama gaya momen. Sedangkan sectional dock yang lain dihubungkan oleh pelat atau baut pada bagian atas dan bawah sisi dok apung sehingga berfungsi seperti dok apung tipe “Rennie”. Pengaturan ballast water pada sectional dock sangat kritis sebab beban tekuk dan defleksi dapat menyebabkan pengunci dok apung mengalami kerusakan. II.4.
Peralatan Bantu Pontoon Lift Dalam proses pengedokan kapal menggunakan sarana pokok pontoon lift, maka
dibutuhkan beberapa peralatan yang harus disiapkan sebelum proses pengedokan dilaksanakan. Peralatan tersebut meliputi balok lunas (keel block), balok bilga/sisi (side block), rel (track), dan lori (cradle), tali tambat digunakan untuk menjaga posisi ponton agar pada kondisi yang tetap, selain itu terdapat opsi lain dari rel adalah menggunakan self-propelled modular transfer (SPMT) trailer. II.4.1.
Keel Block Balok lunas (keel block) berfungsi untuk menahan beban kapal yang diletakkan pada
lunas kapal atau garis centerline kapal sejajar dengan garis centerline dok. Pada umumnya balok lunas dapat terbuat dari beton, kayu keras, baja maupun komposit. Tinggi untuk balok lunas adalah 106cm atau 42” pada bagian haluan dan buritan kapal, dan 91cm atau 36” pada bagian midship kapal. Diatas balok lunas harus diletakkan kayu lunak untuk mengurangi resiko kerusakan baik lunas kapal maupun balok lunas. Jarak maksimum titik tengah antar balok lunas adalah 182cm dengan jarak bebas antar balok sebesar 75cm (Heger, 2005). II.4.2.
Side Block Balok sisi/bilga (side block) berfungsi untuk menjaga stabilitas kapal diatas dok
sehingga kapal tidak akan terguling. Balok sisi diletakkan tepat pada gading besar kapal dan
14
struktur penumpu dok, biasanya balok besar geladak (deck transverse) ponton seperti pada Gambar II.10. Tinggi dari balok sisi disesuaikan dengan bentuk lambung kapal pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan balok lunas. Jumlah dari balok sisi harus cukup untuk menjaga stabilitas kapal jika angin badai dan gempa terjadi.
Gambar II.10, Penempatan Posisi Side Block Diatas Ponton (Heger, 2005) Dari Gambar II.11 dapat dilihat bahwa arah gaya yang diterima oleh balok sisi tidak searah dengan gaya gravitasi sehingga penempatan balok sisi harus memiliki kemiringan diantara 15 sampai 20 derajat. Hal ini dikarenakan oleh koefisien gesekan antara kayu dengan baja berkisar antara 0.35 sampai 0.40 maka kemungkinan balok dapat bergeser saat gaya horizontal terjadi 35-40% dari gaya vertikal. Selain posisi balok sisi memiliki kemringan, cara lain untuk mencegah bergesernya balok sisi adalah dengan membentuk segitiga siku-siku.
Gambar II.11, Pembebanan pada Side Block (Heger, 2005) 15
II.4.3.
Lori (Cradle) Lori atau cradle merupakan komponen paling utama dalam proses horizontal transfer
system sarana pokok galangan seperti slipway, floating dock transfer system, dan pontoon lifting transfer system. Dimensi dari lori sangat tergantung oleh panjang, lebar, dan sarat maksimum kapal yang akan dinaikkan keatas dok. II.4.4.
Rel (Track) Rel sering digunakan oleh slipway atay floating dock transfer system karena dengan
penambahan rel maka kapal dapat dipindahkan dari floating dock menuju building berth di daratan. Tidak dibutuhkan kemiringan dalam perancangan rel pada pontoon lift. Panjang rel dapat berbeda, tergantung dari sistem lori yang digunakan, sistem roller atau wheel. Panjang minimal dari kedua sistem tersebut dapat ditentukan sebagai berikut (Marine Railway Handbook, 1982): a. Sistem Wheel, untuk cradle yang menggunakan sistem wheel panjang minimal dari rel adalah hasil penjumlahan dari kedua dimensi: a. Panjang total landasan b. Panjang rangkaian lori b. Sistem Roller, untuk cradle yang menggunakan sistem roller panjang minimal dari rel adalah hasil panjang minimal sistem wheel ditambahkan dengan 2 bagian roller. II.4.5.
Self-Propelled Modular Transfer (SPMT) Trailer Self-Propelled Modular Transfer (SPMT) Trailer adalah alternatif dari penggunaan
cradle sebagai sarana pendukung pontoon lift. Teknologi SPMT mulai ditemukan pada tahun 1970 dan saat ini kapasitas angkat dari satu rangkaian SPMT dapat mencapai 200 ton. SPMT terbagi dua jenis yaitu 4-axle SPMT dan 6-axle SPMT yang keduanya terpasang power pack sebagai sumber tenaga. Fitur SPMT yang sangat baik seperti suspensi otomatis, sistem angkat (lifting), dan dapat bergerak secara diagonal, melintang, atau bahkan rotasi 360 o.
Gambar II.12, Rangkaian Self-Propelled Modular Transfer (SPMT) Sarens (www.sarens.com, 2016)
16
Selain menggunakan SPMT, dapat digunakan sistem hydraulic yang lebih sederhana dan ekonomis dengan kapasitas angkat yang telah disesuaikan. Gambar II.12 menggunakan SPMT jenis 6-axle dengan kapasitas angkat maksimal 250 ton. II.5.
Pengertian dan Cara Kerja Pontoon Lift Secara prinsip bentuk dan fungsi pontoon lift hampir sama dengan floating dock, sesuai
dengan Gambar II.1 pontoon lift berfungsi untuk memindahkan kapal secara horizontal dan vertikal dari dan ke daratan. Perbedaan antara pontoon lift dengan floating dock terletak pada ukuran, bentuk ponton, dan fasilitas transfer seperti rel (track) atau lori. Ponton dilengkapi dengan sistem perpipaan dan pompa yang digerakkan oleh motor listrik. Pompa diletakkan pada pump room yang berada diatas safety deck dan berfungsi untuk ballasting/deballasting mengatur stabilitas ponton pada saat kapal diangkat dan melakukan proses transfer.
Gambar II.13, Skema Proses Transfer dengan Pontoon Lift Pontoon lift menggunakan konstruksi baja untuk mempermudah proses docking karena massa jenis baja yang lebih berat dibandingkan dengan air. Diatas ponton terdapat lori dan rel yang telah dilengkapi dengan balok lunas dan balok sisi untuk proses transfer kapal. Landasan pada galangan diberi rel dengan posisi lurus dengan rel pada ponton sehingga kapal dapat dipindah keatas building berth. Berth pada galangan dapat dibangun lebih dari 1 untuk menambah jumlah kapal yang dapat dikerjakan seperti pada Gambar II.12. Draught Mark terpasang pada setiap ujung side wall untuk memastikan kondisi ponton berada pada even keel dan tidak mengalami oleng. Diatas geladak side wall terdapat panel kontrol untuk mengatur valve dan perpompaan. 17
Cara kerja dari pontoon lift dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: 1. Tahap Pengangkatan (Lifting) Untuk tahap pengangkatan dibagi menjadi 5 fase seperti pada Gambar II.14, yaitu: a. Fase 1
: Ponton berada dalam perendaman penuh tanpa adanya kapal.
b. Fase 2
: Pengangkatan kapal sebagian, kapal telah terangkat kurang
lebih ½ dari sarat kapal. c. Fase 3
: Garis sarat tepat diatas balok lunas (keel block).
d. Fase 4
: Garis sarat berada tepat sejajar dengan geladak ponton.
e. Fase 5
: Ponton berada pada kondisi sarat normal.
Gambar II.14, 5 Fase Tahap Pengangkatan Pontoon Lift (Lifting Phase) 2. Tahap Pemindahan (Transfer) Sedangkan tahap pemindahan dibagi menjadi 3 kondisi yang dapat dilihat pada Gambar II.15: a. Kondisi 1 : Kapal telah siap untuk dipindahkan, air balas pada ponton dalam proses pengeluaran. b. Kondisi 2 : Geladak ponton dari pontoon lift sejajar dengan ketinggian building berth, tangki ponton terisi air balas sebagian sesuai dengan posisi tangki agar pontoon lift even keel. Kecepatan transfer kapal harus sesuai dengan kecepatan maksimal pompa-pompa mengeluarkan air balas. 18
c. Kondisi 3 : Kapal telah berada diatas geladak ponton, tangki air balas ponton dikosongkan sehingga siap untuk diluncurkan.
Gambar II.15, 3 Kondisi pada Proses Pemindahan Kapal II.5.1.
Tinjauan Perhitungan Teknis Perancangan Pontoon Lift Perhitungan teknis dan perancangan pontoon lift menggunakan acuan floating dock
sebagai referensi dalam tahap desain. Menurut (Amirikian, 1957) dimensi dari floating dock memiliki karakteristik yang berbeda dengan kapal, penentuan ukuran utama sangat dipertimbangkan pada dua poin utama, yaitu: a. Kebutuhan yang muncul akibat karakter target kapal. b. Persyaratan untuk dok apung itu sendiri. Poin pertama yaitu syarat dari kondisi kebebasan dan kapasitas angkat ditentukan oleh lebar maksimum, sarat, panjang keseluruhan dan juga penempatan balok atau panjang yang disangga, berat kapal dan KG. Poin kedua meliputi syarat dari kekuatan, keselamatan, dan stabilitas dari dok apung itu sendiri. II.5.2.
Perhitungan Ukuran Utama Pontoon Lift Berikut adalah karakteristik dari dimensi pontoon lift yang harus dipenuhi dalam tahap
perancangan: 19
𝐵 = 𝐵1 + 2𝑏
(II-1)
𝐵1 = 𝐵𝑆 + 2𝑐
(II-2)
𝐷 =𝐻+ℎ
(II-3)
𝐻 = 𝑑𝑆 + 𝑎 + 𝑐1 + 𝐹
(II-4)
Dimana: B
= Lebar keseluruhan ponton
(m)
h
= Jarak dari dasar ponton ke geladak ponton
(m)
b
= Lebar wing wall
(m)
H
= Jarak dari geladak ponton ke geladak wing wall
(m)
B1
= Lebar geladak pengedokan
(m)
D
= Tinggi keseluruhan pontoon lift
(m)
Bs
= Lebar kapal diatas dok
(m)
ds
= Sarat kapal diatas dok
(m)
a
= Tinggi balok pengedokan
(m)
; 1200 s/d 1800 mm
c
= Jarak bebas sisi kapal dengan wing wall
(m)
; c ≥ 1500 mm
c1
= Jarak bebas alas kapal dengan balok pengedokan (m)
; c1 ≥ 600 mm
F
= Freeboard dok pada kondisi perendaman maks.
; F ≥ 1000 mm
(m)
; b ≥ 3000 mm [1]
Gambar II.16, Tampak Melintang dan Jarak Bebas Floating Dock dengan Kapal (Amirikian, 1957)
1
Lebar wing wall minimum ditentukan berasarkan kebutuhan gaya angkat cadangan (reserve buoyancy) pada saat
dok apung beroperasi dan lebar minimum wing wall tersebut untuk dok apung dengan panjang hingga 100 meter.
20
Penentuan nilai h ditentukan berdasarkan perhitungan kebutuhan daya angkat (lifting). Pada kondisi ini sangat dianjurkan untuk menggunakan kapal terberat sebagai acuan kebutuhan daya angkat ditambah dengan berat dari dok apung itu sendiri. II.5.3.
Berat dan Titik Berat Pontoon Lift Pada umumnya kapal dibagi menjadi 2 kelompok berat utama yaitu Lightweight (LWT)
dan Deadweight (DWT). LWT terdiri dari berat baja badan kapal, peralatan dan perlengkapan, serta permesinan. Pada pontoon lift komponen DWT dapat dikategorikan menjadi berat kapal ikan diatas ponton, benda konsumsi dan kru ponton, atau dapat dihitung dari total berat volume displacement ponton dikurangi dengan LWT. Setelah memperoleh berat pontoon lift maka langkah berikutnya adalah menentukan letak LCG, TCG, dan VCG. Selain itu perlu dilakukan perhitungan terhadap TLC atau ton lifting capacity pontoon lift. TLC adalah displacement (satuan ton) dari kapal terberat yang dapat diangkat oleh ponton dalam keadaan normal service. Titik berat pontoon lift dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. LCG, Longitudinal Center of Gravity yaitu titik berat kapal pada sumbu X. b. TCG, Transversal Center of Gravity yaitu titik berat kapal pada sumbu Y. c. VCG, Vertical Center of Gravity yaitu titik berat kapal pada sumbu Z. II.5.4.
Stabilitas Syarat stabilitas dari pontoon lift menggunakan peraturan berdasarkan BKI Vol. II Rules
for Floating Dock tahun 2002.
Gambar II.17, Titik Stabilitas pada Pontoon Lift (Heger, 2005) 21
Stabilitas yang disyaratkan oleh BKI adalah jarak antara titik G dan titik M (GM) tidak kurang dari 1 meter pada kondisi pembebanan apapun, seperti: 1. Dok berada pada kondisi perendamam dengan jarak freeboard dan geladak wing wall paling minimum. 2. Kondisi ponton direndam saat garis air berada diatas balok lunas, dengan beban kapal yang paling buruk dan kombinasi luasan water-plane dari dok/kapal hanya tersedia oleh wing walls dok apung. Atau pada tahap pengangkatan fase 3. 3. Kondisi akhir dok dimana ponton berada pada sarat kerja dan kapal berada diatas balok, termasuk beban kapal yang paling buruk. Atau pada tahap pengangkatan fase 5. II.5.5.
Produksi Perencanaan produksi dilakukan untuk memperoleh efisiensi produksi sesuai dengan
kapasitas galangan seperti crane, building berth, jumlah pekerja dalam waktu yang ditentukan. Dalam proses produksi suatu kapal terdapat beberapa metode pembangunan kapal yang dapat diaplikasikan pada perencanaan produksi pontoon lift. Berdasarkan rangkaian proses yang digunakan, metode produksi dibagi menjadi: 1. System Oriented 2. Product Oriented Proses produksi dengan menggunakan system oriented atau produksi bertahap adalah metode produksi yang sangat mengacu pada langkah-langkah sistematis suatu pembangunan. Sedangkan untuk proses produksi dengan menggunakan product oriented atau produksi paralel adalah metode produksi yang melibatkan kelompok pekerja untuk menyelesaikan rangkaian produk secara paralel (bersamaan) sehingga pada akhirnya rangkaian produk tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebagai contoh pembangunan sebuah rumah memiliki rangkaian proses; penggalian pondasi, pembuatan dinding, dan pemasangan atap. Apabila metode pembangunan menggunakan system oriented maka kelompok pekerja A, B, dan C akan mengerjakan pembangunan secara bertahap, mulai dari penggalian pondasi, kemudian pembuatan dinding, dan setelah itu pemasangan atap. Namun apabila metode pembangunan menggunakan product oriented maka kelompok pekerja A akan mengerjakan bagian atap, kelompok pekerja B membuat dinding, dan kelompok pekerja C menggali pondasi. Kelompok pekerja tersebut akan menyelesaikan rangkaian rumah secara paralel sehingga setelah masing-masing rangkaian selesai, langkah selanjutnya adalah 22
menyatukan rangkaian tersebut menjadi rumah utuh. Untuk ilustrasi penjelasan tersebut dapat dilihat pada Gambar II.18. System Oriented
Product Oriented
Pekerja Kelompok A, B, dan C
Kelompok B Pekerja
Atap
Kelompok C
Kelompok A
Dinding
Atap
Pondasi
Dinding
Pondasi
Disatukan
Gambar II.18, Perbedaan Metode Produksi Berdasarkan Rangkaian Proses Sedangkan berdasarkan teknologi yang digunakan dalam pembangunan kapal, metode produksi dibagi menjadi: 1. Conventional a. Skeleton Framing System b. Island Plating System c. Pyramid Plating System 2. Modern (Product Work Breakdown Structure) a. Hull Block Contstruction Method (HBCM) b. Zone Outfitting Method (ZOFM) c. Zone Outfitting and Painting Method (ZOPT) d. Pipe Piece Family Manufacturing (PPFM) 3. Advanced a. Full Outfitting Block System (FOBS) b. Integrated Hull Outfitting and Painting (IHOP) Pada umumnya proses produksi kapal dengan menggunakan metode conventional identik dengan teknologi yang digunakan galangan masih tradisional. Metode konvensional sangat sering dijumpai pada proses produksi kapal-kapal kecil, kapal baja maupun kapal kayu.
23
Karena galangan tidak memiliki kapasitas crane yang besar maka akan sangat sulit bagi galangan apabila menggunakan metode modern atau bahkan advanced. Metode produksi modern adalah yang paling umum digunakan galangan-galangan kapal di Indonesia terutama galangan menengah keatas. Metode ini merupakan gabungan sedikit metode konvensional dengan advanced. Dengan kapasitas crane yang terbatas, mampu mengangkat panel/seksi dan blok-blok kecil namun tidak dapat mengangkat blok besar dengan FOBS, galangan dapat meningkatkan efisiensi waktu pembangunan suatu kapal. Metode produksi modern memafaatkan pembagian pekerjaan berdasarkan tahap (work breakdown structure) dan leveling WBS sehingga mendapatkan beban kerja pada proses preparation, fabrication, assembly, dan erection secara rinci. Untuk metode produksi advanced pada umumnya digunakan untuk proses produksi kapal-kapal berukuran sangat besar. Metode produksi ini sangat membutuhkan kapastias crane > 200 ton seperti gantry crane atau gorilla crane dan lahan produksi yang luas untuk penempatan grand block kapal. Sedangkan proses produksi untuk outfitting dibagi menjadi 3 metode yaitu: 1. On Block Outfitting Pemasangan outfitting pada metode on block bersamaan dengan proses assembly. Sehingga pada saat block/grand block akan memasuki tahap erection seluruh outfitting telah terpasang. 2. On Board Outfitting Pemasangan outfitting pada metode on board dilakukan setelah melewati tahap erection. Pada metode ini harus dipastikan akses-akses pada kapal cukup untuk memasang outfitting. 3. On Unit Outfitting Pemasangan outfitting pada metode on unit dilakukan pada bengkel terlebih dahulu, setelah itu dipasang pada kapal. Umumnya metode ini digunakan untuk mesin induk agar menghindari kerusakan outfitting akibat proses pemindahan block/grand block dan menyediakan ruang kerja yang cukup selama proses pembuatan block/grand block kapal. II.6.
Tinjauan Perhitungan Ekonomis Pontoon Lift Perhitungan ekonomis dilakukan untuk mendapatkan harga estimasi yang digunakan
dalam pembangunan pontoon lift. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Investasi 24
dibagi menjadi dua, yaitu: investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi, waran, atau opsi. Sedangkan untuk investasi pada real assets berupa pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, pembangunan sarana pokok galangan, dan lain-lain. (Manajemen Produksi Kapal, 2014) Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang bisa dipasarkan dan kapan dilakukan. Untuk itu diperlukan 5 tahapan sebagai berikut (Manajemen Produksi Kapal, 2014): 1. Menentukan tujuan investasi. Terdiri dari tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat resiko (rate of risk) dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. 2. Melakukan analisis atau melakukan pendekatan fundamental dan pendekatan teknis. 3. Melakukan pembentukan portofolio. Dilakukan identifikasi terhadap tingkat resiko akibat investasi yang dilakukan, kemudian dilakukan penurunan tingkat resiko. 4. Melakukan evaluasi kinerja portofolio. Terdiri dari measurement yaitu penilaian atas dasar aset dengan menggunakan rate of return dan comparison yaitu penilaian atas dasar perbandingan antara dua set portofolio yang memiliki resiko serupa. 5. Melakukan revisi kinerja portofolio. Tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio, dari tahap inilah selanjutnya dilakukan revisi terhadap resiko yang terjadi untuk mendapatkan nilai investasi yang lebih menguntungkan. Dalam perhitungan ekonomis pontoon lift terdapat 4 parameter yang terdiri dari: a. Break Even Point (BEP). b. Pay Back Period (PBP). c. Net Present Value (NPV). d. Internal Rate of Return (IRR). II.6.1.
Biaya Produksi dan Klarifikasi Biaya Dalam suatu biaya sebenarnya terdapat 2 istilah atau terminologi biaya yang perlu
mendapatkan perhatian, yaitu (Yamit, 2003): 1. Biaya (cost) yaitu semua pengorbanan yang dibutuhkan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diukur dengan nilai uang. 25
2. Pengeluaran (expense) yaitu sejumlah uang yang dikeluarkan atau dibayarkan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Sedangkan pada Tugas Akhir mengenai pontoon lift digunakan klarifikasi biaya berdasarkan sifat penggunaannya, karena pontoon lift merupakan real assets dari suatu investasi. Biaya berdasarkan kelompok sifat penggunaannya meliputi (Yamit, 2003): 1. Biaya investasi (investment cost), yaitu biaya yang ditanamkan dalam rangka mempersiapkan kebutuhan usaha untuk siap beroperasi dengan baik. Biaya ini dikeluarkan pada awal kegiatan usaha dengan jumlah relatif besar dan berdampak jangka panjang. Biaya investasi sering disebut juga sebagai modal usaha. 2. Biaya operasional (operational cost), yaitu biaya yang dikeluarkan saat menjalankan aktivitas usaha. Biaya operasional bersifat periodik dan dikeluarkan secara rutin selama usaha itu berjalan. 3. Biaya perawatan (maintenance cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk merawat, menjaga, menjamin performa kerja suatu fasilitas dan peralatan agar selalu dalam kondisi baik dan siap digunakan. Berdasarkan (PERTAMINA, 2007) biaya pembangunan dikelompokkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung merupakan jenis biaya yang secara dikeluarkan langsung dalam bentuk fisik untuk pembangunan kapal antara lain adalah biaya untuk pembelian material pelat dan profil, sistem permesinan dan perpipaan, biaya pekerja, biaya launching dan testing, serta biaya inspeksi dan sertifikasi. Sedangkan untuk biaya tidak langsung adalah biaya yang melibatkan proses atau jasa untuk kapal secara tidak langsung seperti biaya desain, biaya asuransi, biaya pengiriman barang, biaya persewaan, tender, dan lain sebagainya. Dalam perhitungan estimasi biaya pembangunan terdapat 5 tahap yang dibagi berdasarkan tingkat akurasi dan kelengkapan data dari setiap komponen yang digunakan. Tingkat akurasi dari estimasi biaya pembangunan dipengaruhi oleh tahapan desain dari suatu kapal dan tingkat penyelesaian pekerjaan. 5 Tahapan tersebut meliputi: 1. Conceptual or screening estimate (estimate class 5) Estimasi yang dibuat berdasarkan data proyek yang telah dibuat di waktu lalu atau dengan parametric model, judgement, dan analogy. Digunakan pada tingkat penyelesaian proyek 0% s/d 2% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -20% s/d -50% dan batas atas +30% s/d +100%. 2. Study feasibility estimate (estimate class 4) 26
Estimasi yang dibuat berdasarkan equipment factored atau menggunakan parametric model. Digunakan pada tingkat penyelesaian proyek 1% s/d 15% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -15% s/d -30% dan batas atas +20% s/d +50%. 3. Budgetary or control estimate (estimate class 3) Estimasi yang dibuat menggunakan metode semi-detailed unit cost dimana estimasi yang dibuat berdasarkan data-data komponen dan barang yang lebih rinci. Digunakan pada tingkat penyelesaian proyek 10% s/d 40% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -10% s/d -20% dan batas atas +10% s/d +30%. 4. Control or bid/tender estimate (estimate class 2) Estimasi yang dibuat menggunakan metode detailed unit cost yaitu estimasi yang dibuat berdasarkan data-data komponen dan barang yang lengkap/detail. Digunakan pada tingkat penyelesaian proyek 30% s/d 70% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -5% s/d -15% dan batas atas +5% s/d +20%. 5. Check estimate (estimate class 1) Estimasi yang dibuat menggunakan metode detailed unit cost dilengkapi dengan detail material take-off, yaitu estimasi yang dibuat berdasarkan data-data komponen dan barang beserta jumlah yang akurat. Digunakan pada tingkat penyelesaian proyek 50% s/d 100% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -3% s/d -10% dan batas atas +3% s/d +15%. Tabel II.1, Bobot (%) Komponen Biaya Produksi Kapal Estimate Class 5 Cost
Komponen
%
1. Hull Part Hull Construction
21
Hull Outfitting, deck machinery, accomodation Piping, valves, fittings Paint and Fiber Coating Direct Cost
Coating (Tanks)
7 2,5 2 1,5
Fire fighting, life saving, safety equipment Hull spare part, tool, inventory Subtotal (1)
1 0,3 35,3
2. Machinery Part Propulsion system and accessories
12
Auxiliary diesel engine and accessories
3,5
27
Cost
Komponen Boiler, Heater or Freezer
% 1
Other machinery
3,5
Piping, valves, fittings
2,5
Machinery spare part and tool
0,5
Subtotal (2)
23 3. Electric Part
Power source and accessories
3
Lighting equipment
1,5
Radio and navigation equipment
2,5
Cable and equipment
1
Electrical spare part and tool
0,2
Subtotal (3)
8,2 4. Construction Cost
Consumable material, rents, labor
20
Subtotal (4)
20 5. Others
Launching and testing
1
Inspection, survei, delivery
1
Subtotal (5)
2
Total I (Sub 1+2+3+4+5) Indirect Cost Margin
7. Insurance Cost
88,5 1
8. Freight Cost, import, Q/A, Meeting, Material Handling Fee
2,5
Total II (sub 6+7+8)
6,5
Total III
5 Grand Total (Total I+II+III)
100
Data pembobotan yang tertera pada Tabel II.1 adalah untuk tahap coneptual and screening estimate (estimate class 5) dengan tingkat akurasi yang relatif kecil, sehingga dapat digunakan untuk perkiraan biaya pembangunan kapal dalam penelitian ini pontoon lift. Bobot yang tertera pada Tabel II.1 bernilai tetap tergantung pada komponen biaya yang digunakan, sehingga dalam kasus pontoon lift terdapat beberapa komponen biaya yang tidak digunakan. Sehingga pembobotan untuk komponen biaya hull construction dapat dilakukan pembobotan yang lebih besar. 28
Metode Pay Back Period
II.6.2.
Pay back period (periode pengembalian) adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut. Dengan demikian PBP mengukur kecepatan pengembalian dana investasi bukan mengukur profitability (Manajemen Produksi Kapal, 2014). Adapun rumus untuk pay back period adalah sebagai berikut: 𝑃𝐵𝑃 = 𝑛 +
𝑎−𝑏 . 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑐−𝑏
(II-5)
Dimana: n
= tahun terakhir dimana jumlah cash flow masih belum dapat menutupi biaya investasi.
a
= jumlah original investment.
b
= jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke-n.
c
= jumlah kumulatif cash flow pada tahun ke-n+1. Metode Net Present Value
II.6.3.
Metode ini menggunakan pertimbangan bahwa nilai uang saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang pada waktu mendatang dikarenakan adanya faktor bunga. Metode NPV digunakan untuk menilai usulan proyek investasi dengan mempertimbangkan nilai uang berdasarkan waktu. Sehingga cash flow yang digunakan adalah cash flow atas dasar cost of capital perusahaan. Pada metode ini perhitungan selisih antara cash flow yang mendapatkan discount rate pada tingkat bunga minimum (tingkat bunga relevan). Sedangkan rumus NPV tertulis sebagai berikut (Wikipedia, 2016): 𝑁
𝑁𝑃𝑉 (𝑖, 𝑁) = ∑ 𝑡=0
𝑅𝑡 (1 + 𝑖)𝑡
(II-6)
Dimana: NPV
= Net Present Value
i
= Discount Rate
N
= Total periode
Rt
= Jumlah pemasukan bersih dimana R0 pada umumnya bernilai negatif
t
= Waktu tahun/bulan/hari ke-t
(rupiah) (tahun/bulan/hari)
Nilai NPV sering digunakan untuk pengambilan keputusan pelaksanaan suatu proyek. NPV juga mengindikasikan seberapa besar nilai investasi atau proyek dari suatu perusahaan.
29
Dari nilai NPV tersebut perusahaan dapat melakukan perdiksi kelayakan dari suatu investasi atau proyek. Berikut adalah kaidah NPV untuk kelayakan suatu proyek: Tabel II.2, Tiga Kondisi Nilai Net Present Value Apabila
Keterangan
Maka
NPV > 0
Nilai investasi/proyek dapat dipertimbangkan perusahaan
Investasi/proyek dapat diterima
NPV < 0
Nilai investasi/proyek dapat merugikan perusahaan
Investasi/proyek ditolak
Nilai investasi/proyek berada pada posisi netral (dapat merugikan dan dapat menguntungkan)
Keputusan investasi/proyek untuk diterima ataupun ditolak menjadi pertimbangan perusahaan, sangat tergantung terhadap kondisi perusahaan, faktor strategis dan eksplisit perhitungan
NPV = 0
II.6.4.
Metode Internal Rate of Return Internal Rate of Return atau IRR adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi.
IRR dapat disebut tingkat bunga yang dapat menjadikan nilai NPV sama dengan nol, karena present value dari cash flow pada tingkat bunga tersebut sama dengan internal investasinya. Penilaian dari metode Internal Rate of Return ini adalah jika IRR yang diperoleh lebih kecil dari biaya interest rate yang dipergunakan, maka proyek tersebut ditolak. Sebaliknya jika nilai IRR yang diperoleh lebih besar maka proyek tersebut diterima. Proses perhitungan nilai IRR hanya dapat dilakukan melalui kalkulator finansial atau melalui Microsoft Excel. Dengan pengaturan formula maka nilai IRR dapat dihitung dalam bentuk persentase. Contoh dari perhitungan nilai IRR adalah sebagai berikut: 𝑁
𝑁𝑃𝑉 (𝑖, 𝑁) = ∑ 𝑡=0
Diketahui : R0
= $ 350
i
= 10%
t
= 4 tahun
R1
= $ 100
R2
= $ 200
R3
= $ 150
R4
= $ 75
30
𝑅𝑡 =0 (1 + 𝑖 )𝑡
(II-7)
Dalam bentuk persamaan dapat ditulis: 𝑁𝑃𝑉 = −350 +
100 200 150 75 + + + =0 (1 + 𝑖 )1 (1 + 𝑖 )2 (1 + 𝑖 )3 (1 + 𝑖 )4
Apabila dilakukan perhitungan dalam Excel maka didapat nilai i = IRR = 19,2561% Karena nilai IRR > discount rate atau bunga bank (19%>10%) maka dalam contoh kasus ini proyek atau investasi dapat diterima.
31
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Diagram Alir Pengerjaan Adapun proses pengerjaan tugas akhir ini dalam bentuk diagram sebagai berikut: MULAI
Identifikasi Lapangan dan Perumusan Masalah Data Teknis Meliputi Ukuran Utama Kapal Ikan 60GT, Jumlah Kapal, dan Galangan Kapal Kayu
Pengumpulan Data Untuk Perancangan dan Produksi Pontoon Lift
Tidak
Data yang dibutuhkan Lengkap ?
Ya
Studi Literatur Mengenai Rumusan Masalah Untuk Melakukan Desain
Wawancara Buku Internet Studi Lapangan
Menentukan TLC dan Ukuran Utama Pontoon Lift
Desain Rencana Garis Desain Rencana Umum Desain Rencana Konstruksi Stabilitas dan Loadcase Rencana Produksi
Analisa Teknis Pontoon Lift
Analisa Ekonomis Pontoon Lift
Kesimpulan dan Saran
Biaya Produksi Nilai Investasi Payback Period Break Even Point Net Present Value Internal Rate of Return
SELESAI
Gambar III.1, Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir 33
III.2. Metode Penelitian Metode penelitian pada Tugas Akhir ini digunakan metode deskriptif kualitatif yaitu metode yang bersifat deskriptif dengan perolehan data melalui hasil wawancara, observasi, dan studi pustaka. Tujuan dari penelitian deskriptif kualitatif ini adalah memberikan deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan hubungan antar penelitian yang dilakukan. Selain itu perolehan data dibagi menjadi dua jenis yaitu data berdasarkan sumber dan data berdasarkan jenis. Proses perancangan pontoon lift dilakukan dengan menggunakan metode Trial and Error. Trial and Error adalah metode untuk menentukan ukuran utama sebuah kapal dengan menggunakan persamaan-persamaan perhitungan maupun pendekatan. Ukuran utama pontoon lift akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas dan kekuatan ponton. Sehingga ukuran ponton dapat selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan teknis sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. Selain itu dibutuhkan juga data-data mengenai ukuran dan proses perancangan floating dock, ataupun L-Shape Floating Dock sebagai gambaran umum cara kerja pontoon lift yang akan dirancang. III.2.1. Data Berdasarkan Sumber Perolehan data berdasarkan sumber yaitu: 1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber data seperti wawancara, observasi lapangan, dan pengukuran oleh pengumpul data. 2. Data sekunder, yaitu data yang didapatkan melalui studi pustaka, internet, atau hasil observasi suatu lembaga terkait. III.2.2. Data Berdasarkan Jenis Klasifikasi data berdasarkan jenis yaitu: 1. Data kualitatif, yaitu data yang bersifat keterangan dari pakar berpengalaman terkait jenis penelitian yang dilakukan, dalam hal ini didapatkan gambaran mengenai pontoon lift dari seorang dockmaster atau foreman floating dock. 2. Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau bilangan sesuai dengan kebutuhan pengamatan. III.3. Tahapan Pengerjaan Dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan beberapa 10 tahapan utama, yaitu: 1. Tahap pengumpulan data 34
2. Analisis dan pengolahan data 3. Penentuan TLC dan ukuran utama pontoon lift 4. Pembuatan model dan ukuran utama awal 5. Proses desain rencana garis 6. Proses desain rencana umum 7. Proses desain rencana konstruksi 8. Perhitungan konstruksi dan kekuatan 9. Rencana Produksi 10. Analisa kasus pembebanan pada tahap pengangkatan 11. Perhitungan biaya produksi dan kelayakan investasi 12. Kesimpulan dan saran III.3.1. Tahap Pengumpulan Data Setiap proses pengerjaan Tugas Akhir akan dilakukan tahap awal yaitu pengumpulan data. Tahap ini memiliki tujuan untuk mendapatkan data primer dan/atau data sekunder yang berkaitan dengan masalah atau kondisi pada penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari pengukuran ukuran utama kapal ikan 60 GT meliputi LOA, LPP, B, H, dan T sehingga didapatkan nilai displasmen kapal ikan pada saat kondisi terapung pada dermaga dengan muatan kapal kosong dimana pada kondisi tersebut merupakan berat total dari lightweight dan deadweight tanpa muatan. Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur pustaka, galangan kapal kayu, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan galangan kapal yang memiliki floating dock. Hal ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kapal ikan dan pontoon lift yang menjadi objek utama penelitian. Sedangkan data pendukung dari penelitian ini dapat bersumber dari buku, jurnal, maupun penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki kemiripan dalam hal topik utama dan prinsip kerja objek penelitian. III.3.2. Analisis dan Pengolahan Data Setelah data-data tersebut terkumpul, data kemudian dianalisa dengan proses pembelajaran pada literatur-literatur yang berkaitan, kemudian dilakukan analisis dan pengolahan data dalam bentuk bahasa engineering yang semestinya sehingga menghasilkan output berupa design statement. Design statement yaitu TLC, ukuran utama Pontoon Lift, dan batasan-batasan desain. 35
III.3.3. Penentuan Ton Lifting Capacity (TLC) dan Ukuran Utama Pontoon Lift Berbeda dengan floating dock, pontoon lift cukup jarang dijumpai pada galangangalangan kapal di dunia. Khusus di Indonesia dimana kapal ikan berukuran 50-100 GT memiliki jumlah populasi yang cukup banyak menyebabkan investasi untuk pembangunan floating dock menjadi begitu besar, sehingga dilakukan penelitian skala kecil yaitu pontoon lift sebagai alternatif lain dari sarana pokok galangan kapal. Namun karena tidak ada data pontoon lift yang telah digunakan sebagai sarana pokok galangan kapal terutama yang memproduksi kapal ikan, menyebabkan kesulitan dalam menentukan besaran Ton Lifting Capacity (TLC) dan ukuran utama dari pontoon lift. Sehingga digunakan pendekatan perhitungan berat kapal ikan dengan menggunakan rumus dari displacement kapal yang telah beroperasi daerah Tanjung Benoa Bali. Selain itu untuk ukuran utama pontoon lift dilakukan pengukuran langsung (L, B, H, T) pada kapal ikan 60 GT. III.3.4. Pembuatan Model dan Konsep Pontoon Lift Pembuatan model awal pontoon lift dapat digunakan 2 perangkat lunak yaitu AutoCAD dan Maxsurf Modeler. Pada tahap ini dilakukan pemodelan dalam bentuk 2D dan 3D sehingga mendapatkan gambaran bentuk dan konsep cara kerja dari pontoon lift. Setelah mendapatkan ukuran utama pontoon lift terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti: 1. Fungsi Tujuan (Objective Function) 2. Variabel Perubah (Changing Variable) 3. Batasan (Constraint) 4. Konstanta (Constants) 5. Parameter Fungsi tujuan merupakan kesesuaian suatu nilai atau harga yang akan dihasilkan dengan tujuan utama dari penelitian tersebut. Dalam hal ini fungsi tujuan dapat disimpulkan yaitu nilai minimum biaya produksi pontoon lift untuk kapal ikan 60 GT terberat dan terbesar. Variabel perubah merupakan nilai yang dicari berdasarkan fungsi tujuan. Pada fungsi tujuan terdapat ukuran utama kapal ikan 60 GT yang digunakan tidak selalu sama, hal ini akan dibatasi oleh batasan (constraint) agar topik tidak meluas. Contoh dari variabel perubah adalah, panjang, lebar, tinggi, sarat, dan koefisien blok kapal ikan. Batasan merupakan nilai yang digunakan sebagai margin dari proses perhitungan teknis pontoon lift. Dalam hal ini batasan yang digunakan adalah besaran kapal ikan yaitu 60 GT.
36
Konstanta adalah nilai yang digunakan untuk perhitungan tidak dapat diubah dan sudah pasti besarannya berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu. Contoh dari konstanta adalah nilai gravitasi, massa jenis air laut dan air tawar, massa jenis muatan, coefficient block dari kapal ikan, dan sebagainya. III.3.5. Desain Rencana Garis Dalam proses desain rencana garis (linesplan) digunakan software Maxsurf Modeler. Pembuatan rencana garis dibuat dari awal pembentukan model atau surface pada maxsurf modeler hingga mendapatkan bentuk yang sesuai dengan keinginan. Dari software maxsurf tersebut dapat dibuat desain yang sesuai dari sifat hidrostatis kapal dengan perhitungan teknis yang dilakukan. Kesesuaian antara karakteristik model dengan hasil perhitungan meliputi ukuran utama, displacement, titik apung, dan beberapa koefisien ponton. Setelah itu dapat dikerjakan desain rencana garis meliputi Body Plan, Sheer Plan, dan Half-Breadth Plan yang didapatkan dari software Maxsurf dan CAD. III.3.6. Desain Rencana Umum Setelah mendapatkan gambar Rencana Garis yang sesuai, proses pengerjaan selanjutnya adalah desain Rencana Umum (General Arrangement). Pada tahap desain rencana umum digambarkan layout dari denah dan tata letak ruangan, sekat, permesinan, peralatan dan perlengkapan ponton. Pembuatan gambar Rencana Umum tidak lain merupakan desain bentuk terluar dari ponton yang didapatkan dari gambar Rencana Garis. Pembuatan desain Rencana Umum menggunakan software CAD dalam bentuk 2D meliputi gambar front elevation, side elevation, dan pontoon deck view. III.3.7. Perhitungan Konstruksi dan Kekuatan Perhitungan konstruksi dan kekuatan pontoon lift dilakukan berdasarkan metode yang didapatkan dari mata kuliah Tugas Desain Kapal II. Konstruksi pontoon lift dibagi menjadi dua hal yaitu perhitungan dan penggambaran. Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan beban, perhitungan konstruksi, perhitungan berat ponton, perhitungan gaya angkat dan perhitungan kekuatan memanjang ponton. Sedangkan untuk gambar konstruksi dibagi menjadi dua yaitu gambar konstruksi melintang (midship dan pump room) dan gambar profil konstruksi (construction profile).
37
Perhitungan konstruksi dan kekuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan software spreadsheet Excel berdasarkan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia. Sedangkan untuk pembuatan gambar konstruksi digunakan software AutoCAD dalam bentuk 2 dimensi. III.3.8. Analisis Kasus Pembebanan (loadcase) Kasus pembebanan dilakukan untuk mengetahui berapa banyak volume air balas pada tangki-tangki yang harus digunakan untuk menghasilkan titik keseimbangan. Sebelum dilakukan analisa kasus pembebanan (loadcase) harus terlebih dahulu dihitung stabilitas ponton tanpa adanya kapal yang docking. Setelah itu dapat dilakukan analisa kasus pembebanan dengan kondisi-kondisi yang mungkin terjadi pada saat proses pengangkatan maupun transfer. Analisa stabilitas dan kasus pembebanan dilakukan menggunakan software Maxsurf Stability. III.3.9. Rencana Produksi Rencana produksi adalah perencanaan proses produksi pontoon lift dengan membagi pekerjaan menjadi beberapa bagian WBS (Work Breakdown Structure). Pada tahap ini dilakukan penggambaran Blok Ponton (Block Division), Fabrikasi, Sub-Assembly, dan Erection. Gambar Block Division, Fabrikasi, Sub-Assembly, dan Erection dikerjakan dengan menggunakan bantuan software AutoCAD 3D dan dengan bantuan software 3D lainnya seperti SketchUp. III.3.10. Perhitungan Biaya Produksi Perhitungan biaya produksi hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan gambar Rencana Umum sehingga dapat dilakukan perhitungan biaya melalui rumus pendekatan. Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan biaya produksi, operasi, perawatan, dan analisa investasi berupa BEP, PBP, NPV, dan IRR pontoon lift. III.3.11. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari hasil analisa, perhitungan, dan penilaian baik dalam hal teknis maupun ekonomis, selain itu pada tahap ini dituliskan saransaran yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut mengenai topik atau Tugas Akhir.
38
BAB IV PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT
BAB IV PERANCANGAN DAN PRODUKSI PONTOON LIFT
IV.1. Skenario Pengoperasian Pontoon Lift Pengoperasian pontoon lift Gambar IV.1 dibagi menjadi 5 tahapan berikut ini: 1. Pontoon lift ditarik oleh kapal menuju perairan yang lebih dalam dengan kondisi tangki air balas kosong, keel block dan side block diatur sesuai dengan docking plan. 2. Pada perairan yang telah ditentukan tangki-tangki air balas pontoon lift diisi sampai dengan kondisi sarat maksimum untuk memulai proses pengangkatan kapal yang akan docking. 3. Kapal yang telah berada pada posisi pengangkatan (lifting position) ditambatkan pada sidewall pontoon lift kemudian air balas dikeluarkan dan memasuki tahap pengangkatan fase 1 sampai 5. 4. Setelah berada pada kondisi tahap pengangkatan fase 5, pontoon lift kemudian ditarik menuju dermaga galangan untuk memulai tahap pemindahan kapal (transfer). 5. Tangki-tangki air balas diisi kembali untuk menempatkan pontoon lift diatas balok penahan dalam kondisi railway ponton lurus dengan railway pada dermaga, kemudian proses pemindahan kapal dilakukan.
Gambar IV.1, Konsep Pengoperasian Pontoon Lift IV.2. Analisis dan Perhitungan Teknis Kapal Ikan 60 GT Berdasarkan hasil survei dan pengamatan lapangan, jumlah kapal ikan daerah Jawa Timur dengan ukuran 30-100 GT tidak sebanyak di daerah Bali. Sehingga dilakukan survei 39
lapangan untuk melakukan pengukuran kapal ikan dan pengamatan lokasi galangan kapal kayu terutama pada daerah pantai utara Jawa dari Probolinggo hingga Rembang, dan Pelabuhan Benoa Bali. Posisi Lokasi Probolinggo, Rembang dan Pelabuhan Benoa Bali dapat dilihat pada Gambar IV.2.
Rembang
Probolinggo
Benoa Gambar IV.2, Lokasi Survei Kapal Pesisir Rembang Sampai Probolinggo dan Pelabuhan Benoa Bali (maps.google.co.id, 2016) Dalam periode tahun 2004-2014 jumlah kapal penangkap ikan bertambah dengan ratarata 1,16% per tahun yaitu dari 549.100 buah pada tahun 2004 meningkat menjadi 815.544 buah pada tahun 2014. Peningkatan rata-rata jumlah kapal penangkap ikan terbesar terjadi pada kapal motor (inboard motor) sebesar 6,11% (KKP, 2015). Berikut data jumlah kapal ikan berdasarkan wilayah provinsi penangkap ikan: Tabel IV.1, Jumlah Kapal Penangkap Ikan Berdasarkan Lokasi dan Provinsi (KKP, 2015) Provinsi DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Bali
40
Ukuran Kapal Motor 30-50 GT 50-100 GT 100-200 GT 227 563 433 90 401 114 57 21 8 47 176 139
Kapal penangkap ikan di laut dalam periode yang sama, jumlahnya meningkat rata-rata 1,36% per tahun, yaitu dari 549.100 buah tahun 2004 menjadi 625.633 buah tahun 2014. Tentang perkembangan data kapal penangkap ikan di laut, selama 2004-2007, data kapal masih didominasi oleh perahu tanpa motor dan mulai tahun 2008, jumlah perahu motor tempel mendominasi. Sejak tahun 2010 jumlah kapal motor tempel dan kapal motor melebihi jumlah perahu tanpa motor. Hal ini menandakan terjadinya modernisasi kapal penangkap ikan di perairan laut Indonesia (KKP, 2015). Dari Tabel IV.1 didapatkan lokasi dengan jumlah kapal ikan terbanyak untuk ukuran 30-200 GT adalah DKI Jakarta yaitu sebanyak 1.223 kapal. Namun, kemungkinan lokasi kapal ikan berukuran 60 GT terbanyak yang paling dekat dengan Surabaya adalah Bali.
Data Jumlah Kapal Penangkap Ikan Berdasarkan Ukuran GT 2500 2000 1500 1000 500 0 2004
2005
2006
2007
30-50 GT
2008
2009
50-100 GT
2010
2011
2012
2013
2014
100-200 GT
Gambar IV.3, Grafik Data Jumlah Kapal Penangkap Ikan 30-200 GT (KKP, 2015) Pada Gambar IV.3 dapat diketahui bahwa jumlah kapal ikan mulai dari 30-100 GT merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan kapal 100-200 GT. Jumlah kapal penangkap ikan 50-100 GT pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dan jumlah kapal penangkap ikan 30-50 GT mengalami penurunan pada tahun 2014. Tabel IV.2, Persentase Kenaikan Rata-Rata Kapal Ikan 30-200 GT (KKP, 2015) Ukuran Kapal Motor 30-50 GT
Kenaikan Rata-Rata (%) 2004-2014 2013-2014 3.83 -4.19 41
Kenaikan Rata-Rata (%) 2004-2014 2013-2014 0.75 2.26 -4.10 -25.47
Ukuran Kapal Motor 50-100 GT 100-200 GT
Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2013-2014 kapal ikan berukuran 50-100 GT mengalami peningkatan yang paling signifikan sehingga dengan demikian penelitian pontoon lift untuk kapal ikan 60 GT dapat dilakukan. IV.2.1. Perhitungan Berat Kapal Ikan Berat kapal ikan yang akan di repair maupun diluncurkan menggunakan pontoon lift merupakan berat kapal ikan tanpa muatan. Dalam hal ini berat kapal ikan tersebut adalah lightweight ditambah dengan deadweight kapal muatan kosong dengan asumsi tangki bahan bakar, minyak pelumas dan air tawar tidak terisi. Dengan demikian berat kapal ikan tidak lain adalah displacement kapal pada kondisi muatan kosong. Adapun rumus dari displacement kapal sebagai berikut: (IV-1)
∆ = L . B . T . 𝐶𝑏 . ⍴ Dimana: ∆
= Displacement kapal
(ton)
L
= Panjang kapal
(m)
B
= Lebar kapal
(m)
T
= Sarat kapal
(m)
Cb
= Koefisien blok kapal
⍴
= Massa jenis air laut
(1,025 ton/m3)
Dalam hal ini berdasarkan Practical Ship Design Vol. 1 nilai Cb kapal ikan adalah sebesar 0,6 sampai 0,7 (Watson, 1998). Nilai displacement kapal sangat dipengaruhi oleh massa jenis zat cair. Apabila nilai displacement (∇ satuan m3) maka nilai tersebut belum dikalikan oleh massa jenis zat cair yang artinya volume displacement. Oleh karena itu nilai
displacement (∆ satuan ton) akan berubah setelah dikalikan oleh massa jenis zat cair yang berarti berat displacement, dalam hal ini kapal sangat umum berada pada zat cair air tawar atau air laut. Untuk mendapatkan nilai displacement dan Cb kapal ikan maka dilakukan pengukuran terhadap kapal ikan yang terdapat di lapangan. Tabel IV.3, Data Ukuran Utama Kapal Ikan 30-90 GT (±50% 60 GT) No 1. 42
Nama Kapal KM. Setia Sentosa Makmur
L (m) 12
B (m) 5
H (m) 3
T (m) 1,4
GT 29
No 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Kapal KM. Berkat Rahmat KM. Putra Mahera KM. Primus Jaya 8 KM. Perintis Jaya 19 KM. Alamprima KM. Bandar Nelayan KM. Bintangmas Diamond KM. Primus Jaya KM. Putra Leo Agung
L (m) 20,1 14,2 24,2 24,1 23,4 24,3 24,5 26,3 26,1
B (m) 5,24 6,6 5,8 5 5,2 5,2 5,3 6 5,9
H (m) 4,05 4,5 2,7 2,1 2,2 2,2 2,3 3,1 2,9
T (m) 1,5 1,3 1,7 1,5 1,6 1,6 1,7 1,8 1,8
GT 39 39 58 58 60 60 63 86 88
Dari Tabel IV.3 diketahui bahwa KM. Putra Leo Agung merupakan kapal terbesar dalam ukuran GT, maka dapat dihitung displacement dan berat kapal kosong sebagai berikut: Diketahui: g
= 9,8 m/s2
1 knot
= 0,5144
m/s
Vs
= 10
1 meter
= 3,28
feet
knots
Maka: Fn
= Vs/√(g x L) = (10 x 0,5144) / √(9,8 x 26,1) = 0,3216
Karena Fn > 0,32 maka: Cb
= 1,18 – 0,69 Vs (knots)/ √ L (feet)
(Parametric Design Chapter 11)
= 1,18 – 0,69 x 10 / √(26,1 x 3,28) = 0,43425 Didapat: ∆
= L x B x T x Cb x ⍴ = 26,1 x 5,9 x 1,8 x 0,43425 x 1,025 = 123,3761 ton Dari berbagai jenis kapal yang telah dibangun didapatkan nilai perbandingan antara
deadweight dan displacement adalah berkisar antara 0,6 sampai 0,75. Maka dengan memasukan harga deadweight sebesar 0,6 displacement kapal nilai lightweight dapat diperoleh sebagai berikut: ∆
= DWT + LWT
LWT = 123,376 – (0,6 x 123,375) = 49,35 ton 43
≈ 50 ton ∆kosong = LWT + ±5% ∆ = 50 + ±5% 123,376 = 56,1688 ton Hasil perhitungan menunjukan bahwa displacement kapal kosong untuk kapal ikan KM. Putra Leo Agung adalah sebesar 56,2 ton IV.2.2. Distribusi Berat Kapal Kosong KM. Putra Leo Agung Distribusi berat kapal kosong KM. Putra Leo Agung dilakukan dengan cara perhitungan pendekatan meliputi: berat permesinan dan sistem propulsi, berat outfitting, dan berat lambung dan bangunan atas. Seluruh perhitungan menggunakan rumus yang tertera pada buku referensi serta software perhitungan hambatan dan pemodelan dalam hal ini Maxsurf. Sebelum dilakukan perhitungan distribusi beban kapal kosong KM. Putra Leo Agung, dilakukan pemodelan kapal ikan pada AutoCAD dan Maxsurf Modeller Advanced dengan kriteria L, displacement, sarat, dan Cb pada model memiliki margin yang sesuai dengan hasil perhitungan. Setelah itu kapal ikan dibagi menjadi 10 Station sama panjang antara AP hingga FP, ditambahkan dengan penempatan posisi bangunan atas, sekat-sekat, dan mesin yang sesuai dengan pengamatan kapal ikan di lapangan. Hasil pemodelan kapal ikan dapat dilihat pada Gambar IV.4.
Gambar IV.4, Hasil Pemodelan Kapal Ikan KM. Putra Leo Agung Setelah seluruh data didapatkan maka perhitungan distribusi berat kosong kapal ikan 60 GT dapat dilakukan sebagai berikut: L
= 26,1 m
LWT = 56,2
ton
B
= 5,9 m
DWT = 74,03
ton
T
= 1,8 m
BKT
ton
H
= 2,9 m
= 130,19
komponen lightweight kapal ikan dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Berat permesinan dan sistem propulsi
44
Berat permesinan dan sistem propulsi dibagi kembali menjadi 3 yaitu: Main Engine Weight (WD), Diesel Electric Installation Weight (Wmt), dan Shafting and propeller, exhaust, auxilliaries (Wt). 2. Berat outfitting (Wo) Berat outfitting untuk kapal ikan 60 GT pada umumnya sudah dilengkapi dengan sistem pendingin / refrigeration sehingga nilai yang didapatkan cukup besar. 3. Berat lambung dan bangunan atas Berat lambung (Whull) dihitung dengan menggunakan pendekatan luasan lengkung CSA dan Trapesium, sedangkan berat bangunan atas dilakukan dengan menggunakan perbandingan volume bangunan atas dengan volume (displacement) kapal ikan pada sarat kapal T = 2,9 m dengan mengabaikan sheer kapal ikan untuk perhitungan pendekatan. Tabel IV.4, Rekapitulasi Hasil Perhitungan Berat Kapal Ikan 60 GT Komponen Berat Kapal Total DWT A. Ruang Muat B. Tangki LWT A. Bangunan Atas B. Permesinan dan Peralatan 1. Main Engine Weight 2. Diesel Electric Installation Weight 3. Shafting, propeller, exhaust, auxilliaries 4. Outfitting C. Hull Weight 1. Lengkung CSA (2/3 Whull) 2. Trapesium (1/3 Whull)
Nama BKT
BA ME WD Wmt
Nilai 130,19 74,03 67,04 6,99 56,17 9,325 21,91 1,39 2,16
ton ton ton ton ton ton ton ton ton
Wt
2,65
ton
Wo Whull WHL WHE
15,71 24,93 16,62 8,31
ton ton ton ton
Distribusi berat dari hull weight dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu lengkung CSA dan trapesium seperti pada Gambar IV.5. Perhitungan hull weight sesuai dengan pendekatan Ship Structural Design oleh Owen Hughes, dimana berat lengkung CSA dibawah garis air tidak lain adalah berat lengkung CSA dibagi dengan berat kapal total kemudian dikalikan dengan q (ton/m) gaya angkat kapal.
45
Gambar IV.5, Distribusi Berat Lambung pada Kapal Sedangkan berat trapesium terletak diatas garis air dengan kondisi titik berat trapesium sama dengan titik gaya apung (LCB) kapal. Perhitungan distribusi berat hull weight trapesium didapatkan melalui persamaan berikut: 𝑥̅ =
𝐿 𝑚𝑓 − 𝑚𝑎 [ ] 6 𝑚𝑓 + 𝑚𝑎
(IV-2)
dan 𝑀𝑜 =
𝐿 (𝑚𝑓 + 𝑚𝑎 ) 2
(IV-3)
sehingga didapatkan persamaan: 𝑀𝑜 6 . 𝑥 . 𝑀𝑜 + 𝐿 𝐿2 𝑀𝑜 6 . 𝑥 . 𝑀𝑜 𝑚𝑎 = − 𝐿 𝐿2
𝑚𝑓 =
(IV-4) (IV-5)
dimana, 𝑥̅
= titik berat trapesium
(m)
Mo
= berat trapesium
(ton)
mf
= distribusi beban fore
(ton/m)
ma
= distribusi beban after
(ton/m)
Dari Tabel IV.4 kemudian dihitung titik berat masing-masing komponen sesuai dengan letaknya setelah itu dapat dihitung distribusi berat (w(x)) LWT Kapal Ikan 60 GT secara keseluruhan dalam bentuk tabel. Distribusi berat lambung (hull) didapatkan dari hasil perhitungan lengkung CSA dan trapesium sedangkan untuk bangunan atas (BA), Machinery and Equipment (ME) didapatkan dari hasil perhitungan dan pemodelan kapal ikan. LCG LWT
= Jarak titik berat LWT terhadap midship kapal ikan = ∑2 / ∑1 = -0,0807 m (dari midship)
hs
= jarak station = 2,61 meter
Berat
= ∑1 . hs
46
= 56,162 ton Tabel IV.5, Distribusi Berat (w(x)) LWT Kapal Ikan 60 GT Distribusi LWT w(x) (ton/m) [2]
Station
Lengan (m) [1]
Rata-Rata
Momen [1] * [2]
Hull
0
-13,0500
0,2864
1
-10,4400
0,7859
0,9816
0,6246
2,3920
1,3392
-13,9810
2
-7,8300
0,9951
0,9816
0,8758
2,8525
2,6223
-20,5322
3
-5,2200
1,0950
0,9816
1,2846
3,3612
3,1069
-16,2178
4
-2,6100
1,1657
0,9816
1,0594
3,2067
3,2840
-8,5711
5
0,0000
1,1704
1,0477
2,2181
2,7124
0,0000
6
2,6100
1,1410
0,9919
2,1329
2,1755
5,6780
7
5,2200
1,0996
0,9209
2,0205
2,0767
10,8404
8
7,8300
0,9999
0,7748
1,7746
1,8976
14,8580
9
10,4400
0,7534
0,4399
1,1933
1,4840
15,4927
10
13,0500
0,4460
0,4460
0,8197
10,6967
21,5181
-1,7364
∑1
∑2
BA
ME
Total 0,2864
Dari Tabel IV.5 kemudian diambil nilai w(x) total untuk diproyeksikan kedalam bentuk grafik distribusi beban terhadap station kapal seperti pada Gambar IV.6. Koreksi berat hasil perhitungan terhadap data: Koreksi
= (56,17 – 56,162) / 56,162 . 100% = 0,014% (< 0,03%)
Gambar IV.6, Grafik Distribusi Berat w(x) LWT Kapal Ikan 60 GT 47
Untuk uraian lebih lanjut mengenai perhitungan berat dan titik berat kapal ikan 60 GT terdapat pada Lampiran A. IV.3. Perancangan dan Perhitungan Teknis Pontoon Lift Dalam proses perancangan dibutuhkan beberapa pembanding sebagai acuan dasar dan perkiraan keadaan dari bangunan yang akan dibuat. Sehingga dalam hal ini fungsi dari pembanding adalah hanya sebagai pedoman dalam hal bentuk, dimensi, maupun cara kerja. Dalam perencanaan ukuran utama diambil beberapa sampel ukuran floating dock yang telah dibangun dan digunakan di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya dengan data sebagai berikut: Jenis : Floating Dock 700 TLC (Caisson Type) L
= 60,80
m
Tmax
= 6,95 m
B
= 17,40
m
Tkapal max
= 3,05 m
B1
= 11,70
m
Tnormal
= 2,00 m
b
= 2,85
m
Tkosong
= 0,85 m
D
= 7,95
m
H
= 5,65
m
h
= 2,30
m
Submerging freeboard max. = 1,00 m Tinggi balok lunas
= 1,20 m
Berat dok kosong
= 833 ton
Berat dok + air balas
= 1055 ton
Jenis : Floating Dock 2500 TLC (Rennie Type) L
= 94,97
m
Tmax
= 8,80 m
B
= 22,40
m
Tkapal max
= 4,30 m
B1
= 16,40
m
Tnormal
= 2,60 m
b
= 3,00
m
Tkosong
= 0,98 m
D
= 9,90
m
H
= 7,00
m
h
= 2,90
m
Submerging freeboard max. = 1,10 m Tinggi balok lunas
= 1,20 m
Berat dok kosong
= 1842 ton
Berat dok + air balas
= 2195 ton
48
Jenis : Floating Dock 1200 TLC L
= 73,71
m
Tmax
= 7,80 m
B
= 18,80
m
Tkapal max
= 4,00 m
B1
= 14,20
m
Tnormal
= 1,90 m
b
= 2,90
m
Tkosong
= 0,75 m
D
= 8,80
m
H
= 5,40
m
h
= 2,20
m
Submerging freeboard max. = 1,00 m Tinggi balok lunas
= 1,20 m
Berat dok kosong
= 846 ton
Berat dok + air balas
= 1005 ton
IV.3.1. Perhitungan TLC dan Ukuran Utama Pontoon Lift TLC atau ton lifting capacity adalah displacement (satuan ton) dari kapal terberat yang dapat diangkat oleh dok dalam keadaan normal service (Rules and Regulations for the Construction and Classification of Floating Docks, Lloyd's Register of Shipping, 2016). Dalam kata lain TLC adalah hasil dari perhitungan displacement pontoon lift (ton) pada kondisi normal service atau sarat pontoon lift sebesar 1,0 meter dikurang dengan berat kosong pontoon lift. Sehingga displacement kapal ikan pada saat kondisi pengangkatan dapat dihitung sebagai berikut: ∆kosong = LWT + ±5% ∆ = 50 + 6,16875 = 56,2 ton Didapat nilai sarat kosong kapal: ∆kosong = L x B x Tkosong x Cb x ⍴ 56,2
= 26,1 x 5,9 x Tkosong x 0,43425 x 1,025
Tkosong = 0,819 m Didapatkan dari hasil perhitungan berat kosong dari pontoon lift adalah 200,44 ton dengan displacement 405,9 ton jadi didapatkan nilai TLC kurang lebih sebesar 205 ton. Selain itu ukuran utama pontoon lift ditentukan dari nilai-nilai data kapal pada Tabel IV.3, didapatkan sebagai berikut: L terbesar
= 26,3 m 49
B terbesar
= 6,6 m
H terbesar
= 4,5 m
T terbesar
= 1,8 m (T kosong = 0,819 m)
Sehingga apabila dikorelasikan dengan peraturan ukuran minimum clearance pada Bab II.5.2 didapatkan ukuran utama pontoon lift sebagai berikut: L
= 30
m
(panjang keseluruhan pontoon lift)
h
=2
m
(jarak dari bottom sampai geladak ponton)
b
= 1,8 m
H
= T kapal kosong + tinggi keel block + clearance + freeboard pada sarat maks. ≥ 1 m
(lebar sidewalls)
= 0,819 + 0,8 + 0,6 + 1 = 3,219 m B1
(jarak dari geladak ponton ke geladak sidewalls)
= Lebar kapal + clearance = 6,6 + 2 x 1,5 = 9,6 m
D
(lebar geladak untuk pengedokan)
=h+H = 2 + 3,219 = 5,219 m
B
(tinggi keseluruhan pontoon lift)
= 2 x b + B1 = 2 x 1,8 + 9,6 = 13,2 m
(lebar keseluruhan pontoon lift)
Lengkung geladak ponton direncanakan sebesar 0,1 meter.
Gambar IV.7, Ukuran Utama Pontoon Lift untuk Kapal Ikan 60 GT 50
Penentuan panjang ponton didasari oleh panjang (LPP) dari kapal ikan mengingat dibutuhkan ruang gerak bagi pekerja untuk melakukan inspeksi ataupun persiapan terhadap lambung kapal ikan sebelum proses transfer maka ditambahkan margin yang sesuai. Sedangkan penentuan jarak bottom sampai geladak ponton (h) ditentukan oleh nilai rata-rata pasang naik dan pasang surut lokasi pontoon lift berada. Dalam hal ini lokasi diambil Pelabuhan Benoa Bali sesuai dengan lokasi survei kapal ikan 60 GT yang memiliki selisih pasang surut dan pasang naik sebesar 2,5 meter. Pontoon lift dengan sarat minimum 0,7 meter akan tetap dapat beroperasi untuk transfer selama tinggi pasang tidak kurang dari 1,5 meter. Untuk nilai lebar sidewalls (b) didapatkan dari lebar minimal tangga dan ruang gerak pada safety deck, ditambah dengan lebar konstruksi pada sidewall. Sehingga didapatkan ukuran utama: L
= 30,0 m
Tmax
= 4,22 m
B
= 13,2 m
Tkosong = 0,6 m
h
= 2,0 m
Ttransfer = 1,7 m
b
= 1,8 m
Tnormal = 1,0 m
H
= 3,22 m
D
= 5,22 m Tinggi keel block sebesar 0,8 m berfungsi untuk memberikan ruang kepada pekerja
untuk menyusun posisi lori dan melakukan proses transfer kapal. Dapat dilihat pada Gambar IV.7, terdapat 4 kondisi sarat yang harus diperhatikan, yaitu: sarat maksimum, sarat transfer, sarat normal, dan sarat kosong. 1. Sarat maksimum adalah sarat yang digunakan untuk memulai pengangkatan kapal dengan nilai minimum freeboard sebesar 1 meter (Rules and Regulations for the Construction and Classification of Floating Docks, Lloyd's Register of Shipping, 2016). 2. Sarat transfer adalah sarat pada saat ponton berada diatas pillar sebesar 1,70 meter dengan posisi geladak ponton sejajar dengan dermaga galangan pada kondisi ini kapal siap untuk melakukan transfer. 3. Sarat normal adalah sarat yang digunakan pada saat memindahkan ponton ke atau dari atas girder menuju kolam pengangkatan dalam hal ini sebesar 1,00 meter. 4. Sarat kosong adalah sarat pada kondisi pontoon lift dengan tangki-tangki balas kosong dan tanpa muatan kapal diatas geladak ponton. Ukuran utama pontoon lift digunakan untuk memulai perhitungan berat ponton kosong (LWT) untuk mendapatkan nilai displacement ponton. Ukuran utama pontoon lift tersebut harus 51
dikoreksi sesuai dengan perhitungan kekuatan memanjang kapal, clearance girder di dermaga, dan tinggi dermaga galangan. IV.3.2. Rencana Garis (Linesplan) Desain rencana garis dilakukan dengan menggunakan bantuan software desain Maxsurf Modeler, sehingga dapat dilakukan analisa selanjutnya yaitu analisa stabilitas ponton dengan menggunakan Maxsurf Stability. Pada proses perancangan ponton menggunakan Maxsurf, nilai-nilai yang perlu dicari sebelum membuat rencana garis adalah ukuran utama awal pontoon lift meliputi panjang (L), lebar (B), sarat (T), dan tinggi keseluruhan (D). Karena bentuk dari ponton yang sederhana maka tidak perlu dilakukan perhitungan C b awal ponton ataupun Froude Number (Fn).
Gambar IV.8, Proses Pembuatan Linesplan pada Maxsurf Modeler Rencana garis pada dasarnya membagi gambaran umum bentuk kapal menjadi 3 bidang proyeksi yaitu: 1. Potongan Melintang (Body Plan) 2. Potongan Membujur (Sheer Plan) 3. Potongan Garis Air (Half-Breadth Plan) Setelah dilakukan pembuatan model pontoon lift menggunakan software seperti pada Gambar IV.8 langkah selanjutnya adalah membuat linesplan dalam bentuk 2 dimensi pada AutoCAD. Untuk gambar linesplan pontoon lift secara rinci dapat dilihat pada Lampiran F.
52
IV.3.3. Rencana Umum (General Arrangement) Rencana umum atau General Arrangement adalah gambar perencanaan dan pembagian tata ruang untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan perlengkapan kapal selama beroperasi. Rencana umum dibuat berdasarkan desain rencana garis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Seluruh tata letak ruang dan perlengkapan ponton disesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan untuk dioperasikan sebagai pontoon lift. Karakteristik rencana umum dapat dibagi sebagai berikut: 1. Penentuan lokasi ruang utama 2. Penentuan batas-batas ruang/tangki 3. Penentuan dan pemilihan perlengkapan 4. Penentuan akses atau jalan pada gangway dan tangga yang cukup. Proses pembuatan rencana umum pontoon lift dilakukan dengan bantuan software AutoCAD dalam gambar 2 dimensi meliputi gambar front elevation, side elevation, dan pontoon deck view. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan rencana umum, yaitu: 1. Perencanaan Sistem Konstruksi Ponton Sistem konstruksi ponton yang digunakan harus disesuaikan dengan gambar pada rencana umum. Sistem konstruksi tersebut meliput: a. Sistem konstruksi yang digunakan adalah konstruksi memanjang pada bagian bottom dan pontoon deck, sedangkan pada sisi digunakan konstruksi melintang. Hal ini dikarenakan oleh struktur ponton yang harus dapat menahan momen bending pada saat kapal melakukan transfer dari atau ke atas pontoon lift. b. Jumlah gading yang digunakan adalah sebanyak 50 gading terbagi menjadi gading 0 pada AP, gading 25 pada Midship, dan gading 50 pada FP. c. Jarak gading yang digunakan untuk anggota konstruksi melintang dan memanjang adalah 600 mm. d. Jumlah sekat melintang sebanyak 4 sekat pada gading 10, gading 20, gading 30, dan gading 40, sedangkan sekat memanjang sebanyak 3 sekat. 2. Perencanaan Letak Ruang Kontrol dan Pompa Letak ruang kontrol dan pompa direncanakan berada pada sidewall pontoon lift bagian depan starboard side (Forward Starboard Side). Letak ruang kontrol dan pompa juga berfungsi sebagai titik acuan bagian depan dan arah pontoon lift. Selain 53
itu terdapat 2 akses menuju ruang kontrol dan pompa dari geladak ponton dengan menggunakan tangga (stairway) dan jenjang (ladder). Pada sisi port side dan starboard side pontoon lift terdapat jembatan untuk menghubungkan sidewall depan dan belakang.
Gambar IV.9, Tampak Sisi Pontoon Lift untuk Penempatan Ruang Kontrol dan Pompa 3. Perencanaan Letak Tangki Dalam merencanakan tata letak tangki pada pontoon lift dipertimbangkan beberapa hal berikut: c. Kemampuan pontoon lift untuk menjaga stabilitas akibat kapal diatas geladak ponton. d. Terdapat 5 tangki air balas (Water Ballast Tank) dan Wing Tank yang terletak pada starboard side dan port side dinamakan dengan WBT No. 1 (P) untuk port side dan WBT No. 1 (S) untuk starboard side. Sehingga total adalah sebanyak 10 tangki untuk air balas dan 10 tangki untuk wing tank yang juga dapat difungsikan sebagai tangki air balas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka gambar rencana umum Pontoon Lift dirancang sesuai dengan ketentuan yang telah tertera dan dapat dilihat pada Lampiran F. IV.3.4. Perhitungan Konstruksi dan Kekuatan Setelah didapatkan gambar Rencana Umum maka dapat dilakukan perhitungan konstruksi dan kekuatan pontoon lift. Perhitungan konstruksi menggunakan peraturan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI 2009) Volume II Rules for Hull dan (BKI 2002) Rules for Floating Docks meliputi tebal pelat, modulus dan ukuran profil. Sedangkan untuk perhitungan kekuatan ponton meliputi kekuatan memanjang ponton, modulus dan momen inersia penampang melintang ponton, dan pengecekan tegangan izin terhadap tegangan pada kondisi air tenang, hogging/sagging, dan transfer kapal. Jarak gading yang direncanakan untuk pontoon lift adalah sebesar 600 mm baik untuk kelompok penguat memanjang maupun melintang. 54
Sistem konstruksi yang digunakan ponton adalah sistem konstruksi campuran dimana konstruksi melintang digunakan pada sisi, dan konstruksi memanjang digunakan pada geladak dan alas. Konstruksi campuran digunakan pada pontoon lift atas pertimbangan momen bending pada saat posisi transfer kapal ikan menuju dermaga galangan. Selain itu dengan menggunakan sistem konstruksi campuran maka berat keseluruhan untuk struktur pontoon lift dapat lebih ringan jika dibandingkan dengan sistem konstruksi melintang. Hal ini dikarenakan penempatan wrang pelat (plate floor) pada konstruksi memanjang tidak harus dipasang pada setiap jarak gading. Berdasarkan peraturan BKI kapal dibawah 65 meter tidak perlu dilakukan pengecekan kekuatan memanjang, namun pada kasus ini dilakukan pengecekan kekuatan memanjang pontoon lift untuk memastikan hasil perhitungan konstruksi ponton mampu menahan momen bending. Pengecekan kekuatan memanjang dilakukan pada sarat ponton 1,7 meter dimana kapal ikan berada diatas ponton dan tangki air balas terisi sebagian dalam 3 kondisi kemungkinan, yaitu: air tenang, hogging/sagging, dan transfer mengingat pada kondisi-kondisi tersebut momen bending berada dalam titik kritikal. Berikut adalah rekapitulasi hasil dari perhitungan konstruksi dan kekuatan pontoon lift, untuk yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran A. Tabel IV.6, Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pembebanan
REKAPITULASI BEBAN Daerah
Nilai Beban Beban Geladak Ponton
Pelat
PD =
16,000 kN/m2
Penegar
PD =
12,000 kN/m2
Penumpu
PD =
9,600 kN/m2
Beban Top Deck Pelat
PD =
16,000 kN/m2
Penegar
PD =
12,000 kN/m2
Penumpu
PD =
9,600 kN/m2
Beban Sisi Pelat Pelat
Ps = Ps =
50,128 kN/m2 37,457 kN/m2
55
REKAPITULASI BEBAN Pelat
Ps =
21,895 kN/m2
Penegar
(Ponton)
Ps =
45,682 kN/m2
Penegar
(Ponton)
Ps =
35,554 kN/m2
Penegar
(Sidewall)
Ps =
24,285 kN/m2
Penegar
(Sidewall)
Ps =
12,063 kN/m2
Penumpu
(Ponton)
Ps =
40,379 kN/m2
Penumpu
(Ponton)
Ps =
28,464 kN/m2
Penumpu
(Sidewall)
Ps =
16,278 kN/m2
Penumpu
(Sidewall)
Ps =
4,286 kN/m2
Beban Alas Pelat
PB =
48,602 kN/m2
Penegar
PB =
46,999 kN/m2
Penumpu
PB =
46,037 kN/m2
Beban Alas Dalam (Geladak Ponton) Beban Alas Dalam
PL =
35,892 kN/m2
Beban Tangki
P1 =
31,161 kN/m2
P2 =
24,525 kN/m2
P=
32,335 kN/m2
Beban Hydrostatic
Beban Geladak Safety Deck Beban Geladak
PL =
17,500 kN/m2
Beban Sekat Melintang Pelat
P=
29,430 kN/m2
Penegar/Penumpu
P=
24,525 kN/m2
Beban Sekat Memanjang Pelat
P=
29,430 kN/m2
Penegar/Penumpu
P=
24,525 kN/m2
Setelah mendapatkan nilai beban yang bekerja pada ponton maka dapat dilanjutkan perhitungan berikutnya yaitu ketebalan pelat, modulus dan ukuran profil. Berikut adalah 56
rekapitulasi ukuran konstruksi dari hasil perhitungan terbagi atas kelompok pelat, penumpu, dan penegar. Tabel IV.7, Rekapitulasi Ukuran Konstruksi Hasil Perhitungan No 1
Item Pelat Lunas
Perhitungan
Diambil
tebal
11,00
mm
11,00 mm
lebar
945,5
mm
1500
mm
2
Pelat Alas
tebal
8,91
mm
9,00
mm
3
Pelat Geladak Ponton
tebal
7,24
mm
8,00
mm
4
Pelat Sisi Ponton
tebal
9,57
mm
10,00 mm
Pelat Sisi Sidewall (Teratas)
tebal
6,83
mm
7,00
mm
Pelat Geladak (Safety Deck)
tebal
5,96
mm
6,00
mm
Pelat Geladak (Top Deck)
tebal
5,96
mm
6,00
mm
Pelat Sekat Melintang
tebal
6,08
mm
6,00
mm
Pelat Sekat Memanjang
tebal
6,08
mm
6,00
mm
Pelat Stem & Stern
tebal
8,33
mm
8,50
mm
lebar
945,5
mm
1500
mm
Wrang Pelat
tebal
9,8
mm
10
mm
(Plate Floor)
tinggi
681,0
mm
tebal
7,5
mm
10
mm
tinggi
180,0
mm
820
mm
5 6 7 10 11
Penumpu Tengah (Center Girder)
T 820 x 400 x 10
T 820 x 400 x 10 12
tebal
6,2
mm
10
mm
tinggi
180,0
mm
820
mm
Pembujur Alas
modulus
207,2
(Bottom Longitudinal)
dimensi
Pembujur Geladak Ponton (Pontoon Deck Longitudinal)
modulus
Gading Biasa Ponton
modulus
(Pontoon Frame)
dimensi
Gading Biasa Sidewall
modulus
(Sidewall Frame)
dimensi
Gading Besar Ponton
modulus
(Pontoon Web Frame)
dimensi
Gading Besar Sidewall
modulus
(Sidewall Web Frame)
dimensi
Pembujur Geladak Atas
modulus
Penumpu Samping (Side Girder)
T 820 x 400 x 10 13 14
15 16 17 18 19
cm
3
210
cm3
158,2
cm
3
160
cm
3
201,4
cm
3
210
cm
3
107,0
cm
3
115
cm
3
266,5
cm3
367
cm
3
Flat 180 x 18
dimensi
Flat 160 x 17 Flat 180 x 18 Flat 160 x 13 T 300 x 80 x 8 107,4
cm3
207
cm3 T 260 x 80 x 6
52,9
cm3
60
cm3
57
No
Item
20
(Top Deck Longitudinal) Pembujur Geladak Keselamatan
modulus
(Safety Deck Longitudinal)
dimensi
Pelintang Geladak Pontoon
modulus
(Pontoon Deck Transverse)
dimensi
Pelintang Geladak Sidewall
modulus
(Sidewall Deck Transverse)
dimensi
Penumpu Tengah Geladak
modulus
(Deck Center Girder)
dimensi
Penumpu Samping Geladak
modulus
(Deck Side Girder)
dimensi
Pembujur Struktur Tangki
modulus
21 22 23 24 25
Perhitungan
Diambil Flat 120 x 12
dimensi 52,0
cm3
60
cm3
465,2
cm3
581
cm
Flat 120 x 12 3
T 300 x 170 x 8 107,4
cm3
207
cm3 T 260 x 80 x 6
465,2
cm3
545
cm3 T 300 x 170 x 8
465,2
cm3
545
cm3 T 300 x 170 x 8
13,5
cm3
15
cm3 Flat 80 x 7
dimensi 26
Bracket Side Girder Web Frame
27
Bracket Bot. Long. Pontoon Frame
28
Bracket Web Frame Pontoon Deck Transv.
29
Bracket Web Frame Wrang Pelat
30
Bracket Pontoon Frame
tebal
10,1
mm
11
mm
panjang kaki
330,8
mm
350
mm
8,6
mm
9
mm
249,9
mm
250
mm
9,2
mm
10
mm
panjang kaki
297,3
mm
300
mm
tebal
10,8
mm
11
mm
panjang kaki
358,0
mm
350
mm
8,5
mm
9
mm
270,8
mm
280
mm
7,2
mm
8
mm
219,4
mm
220
mm
6,0
mm
6
mm
172,4
mm
180
mm
6,0
mm
7
mm
173,4
mm
180
mm
tebal
3,7
mm
4
mm
panjang kaki
86,1
mm
180
mm
tebal
3,7
mm
4
mm
panjang kaki
86,1
mm
180
mm
tebal panjang kaki tebal
tebal panjang kaki
31
Bracket Sidewall Frame
tebal panjang kaki
32
Bracket Pontoon Frame Safety Deck
33
Bracket Sidewall Frame Top Deck
34
Bracket Tank Frame Deck Long.
35
Bracket Tank Frame Bottom Long.
tebal panjang kaki tebal panjang kaki
Dari Tabel IV.7 dapat diketahui ukuran profil dan ketebalan pelat yang diambil berukuran lebih besar dibandingkan hasil perhitungan, ukuran tersebut diambil berdasarkan mudah atau tidaknya didapatkan pada supplier semakin banyak ukuran yang sama maka akan 58
semakin mudah untuk didapatkan. Sedangkan modulus dan ukuran profil didapatkan dari Aneks BKI 2006 A-1. Setelah didapatkan ukuran konstruksi maka selanjutnya dapat dilanjutkan pembuatan gambar rencana konstruksi sesuai dengan ukuran perhitungan yang tebagi menjadi penampang memanjang dan melintang pontoon lift. IV.3.5. Rencana Konstruksi (Construction Profile) Rencana konstruksi atau Construction Profile adalah gambar penampang melintang dan memanjang dari suatu kapal yang memperlihatkan penempatan posisi penumpu, penegar maupun pelat sesuai dengan lokasi potongan penampang. Rencana desain konstruksi umumnya terbagi menjadi 3 bagian yaitu gambar Midship Section (Penampang Melintang), Construction Profile (Penampang Memanjang), dan Detail dengan ukuran skala yang sesuai. Pada Tugas Akhir ini rencana konstruksi dibuat dengan menggunakan software AutoCAD tanpa gambar detail. Gambar-gambar tersebut terbagi menjadi Midship Section Frame No. 6, 10, 22, dan 15, Side Section, Centerline Section, dan Tank Top Profiles.
Gambar IV.10, Rencana Konstruksi Pontoon Lift Gambar IV.10 memperlihatkan sistem konstruksi sisi dan sekat pada potongan tampak samping dan depan. Untuk gambar konstruksi lengkap dengan potongan tampak atas (Tank Top Profiles) dapat dilihat pada Lampiran F. IV.3.6. Berat Pontoon Lift Dalam memperhitungkan berat terdapat beberapa pendekatan yaitu dengan menggunakan rumus pada literatur atau dengan menggunakan perhitungan berat pos per pos. Karena ukuran dan bentuk dari pontoon lift yang tidak cukup besar, maka perhitungan berat pos per pos dapat menghasilkan pendekatan yang cukup akurat. Berat lightweight (LWT) pontoon lift dibagi menjadi 3 komponen yaitu: 59
1. Berat konstruksi lambung 2. Berat perlengkapan dan peralatan (Outfitting) 3. Berat permesinan (Machinery) Sehingga setelah didapatkan berat lightweight maka dapat diperoleh berat kosong dari pontoon lift yang tidak lain adalah hasil penjumlahan dari lightweight dengan rest water. Compensating Water Ballast (CWB) adalah air balas yang digunakan untuk mengatur atau memperkecil nilai defleksi akibat pengaruh momen bending pada kekuatan memanjang setiap tangki. Rest Water (RW) adalah air balas sisa yang tidak dapat dikeluarkan oleh pompa karena terdapat jarak antara pipa hisap dengan alas ponton. Compensating water ballast dan rest water sangat umum digunakan pada floating dock bentuk apapun dan harus diperhitungkan dalam berat kosong. Lightweight dan berat kosong pontoon lift dapat dihitung sebagai berikut:
Gambar IV.11, Pembagian Blok untuk Perhitungan Berat Pos per Pos Untuk perhitungan berat secara rinci dapat dilihat pada Lampiran A, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan berat blok: Tabel IV.8, Berat Konstruksi per Blok No. 1 2 3 4 5
Nomor Gading 0 s/d 10 10 s/d 20 20 s/d 30 30 s/d 40 40 s/d 50 Total
Panjang Blok (mm) 6300 5400 6600 5400 6300
dimana nilai massa jenis baja adalah sebesar 7,85 ton/m 3
Volume (m3) 5,4420 3,0018 4,1789 3,0018 5,4420 21,0665
Berat (ton) 42,720 23,564 32,804 23,564 42,720 165,372
Setelah itu dapat dilakukan perhitungan berat: 1. Berat perlengkapan dan peralatan (Outfitting) = 20% berat konstruksi, termasuk sidewall platform, perpipaan, keel dan side blocks, dan peralatan. 2. Berat permesinan (Machinery) = 2 Ton, berat genset 3 kW dan 4 pompa. 3. Berat Compensating Water dan Rest Water. 60
WHull
= 165,372
WEO
= 20% . WHull
ton
= 20% . 165,372 = 33,074
ton
WMachinery
= 2,00
ton
WCWB
= 20% ~ 25% . ∆kosong = 25% . 60 = 15,00
ton
Tinggi pipa dan alas ± 10 cm WRW
= Luas perm. Cairan x hpipa x ⍴ air laut x faktor konstruksi [Ton] = 30 . 13,2 . 0,1 . 1,025 . 95% = 38,561
ton
maka didapat, = Berat Kosong Pontoon Lift
WTotal
= WHull + WEO + WM + WRW = 239,007
ton
≈ 239
ton
dari hasil WTotal didapatkan nilai sarat kosong adalah, Tkosong
= ∆kosong / (L . B . CB . ⍴) = 239 / (30 . 13,2 . 1 . 1,025) = 0,589
m
≈ 0,600
m
sehingga perhitungan titik berat ponton dapat ditentukan, Volume Ponton
= 792,00
m3 atau 85,064% Volume Total
Volume 4 Sidewall
= 139,06
m3 atau 14,936% Volume Total
Volume Total
= 931,06
m3
maka, Berat pontoon lift tanpa rest water = 200,440 ton Berat ponton
= 170,502
ton
Berat 4 Sidewall
= 29,937
ton
Berat 1 Sidewall
= 7,484
ton
Berikut adalah perhitungan titik berat pontoon lift kosong (kondisi tanpa air balas) dalam bentuk tabel. 61
Tabel IV.9, Perhitungan Titik Berat Pontoon Lift Kosong (Kondisi Tanpa Air Balas) Bagian
W (ton)
Ponton Sidewall 1 Sidewall 2 Sidewall 3 Sidewall 4
170,502 7,484 7,484 7,484 7,484 200,440 ∑1
dimana,
LCG (m)
KG (m)
TCG (m)
W.LCG (ton.m)
W.KG (ton.m)
W.TCG (ton.m)
15 3 3 27 27
1 1,6095 1,6095 1,6095 1,6095
0 5,7 -5,7 5,7 -5,7
2557,5357 22,4528 22,4528 202,0755 202,0755 3006,5925 ∑2
170,5024 12,0459 12,0459 12,0459 12,0459 218,6862 ∑3
0 42,6604 -42,6604 42,6604 -42,6604 0 ∑4
LCG
= Longitudinal Center of Gravity dihitung dari AP
KG
= Keel to Gravity dihitung dari baseline
TCG = Transversal Center of Gravity dihitung dari centerline maka, LCGTotal
= ∑2 / ∑1 = 15 m
KGTotal
= ∑3 / ∑1 = 1,0910 m
TCGTotal
= ∑4 / ∑1 =0m
IV.3.7. Distribusi Berat dan Momen pada Pontoon Lift Fungsi dari perhitungan distribusi berat dan penyebaran beban pada pontoon lift adalah untuk mendapatkan hasil kekuatan memanjang ponton apakah memenuhi terhadap bebanbeban atau momen yang bekerja atau tidak. Dalam proses perhitungan distribusi berat dan momen harus diketahui terlebih dahulu beban-beban yang bekerja pada pontoon lift itu sendiri. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan pendekatan dengan Hukum Newton I dan Mekanika Teknik. Distribusi berat dan momen pada pontoon lift dibagi menjadi 4 komponen sebagai berikut: 1. Distribusi gaya tekan w(x) konstruksi 2. Distribusi gaya apung b(x) pontoon lift 3. Distribusi gaya tekan w(x) air balas 4. Distribusi gaya tekan w(x) kapal ikan diatas pontoon lift
62
Sehingga setelah mendapatkan hasil perhitungan komponen-komponen diatas, dapat dilakukan perhitungan distribusi beban gabungan kemudian gaya lintang dan momen air tenang. Perhitungan distribusi berat dilakukan dengan menggunakan Excel spreadsheet dalam bentuk tabel sehingga dapat lebih mudah untuk dilakukan perhitungan. Tabel IV.10, Distribusi Gaya Tekan w(x) Konstruksi Pontoon Lift Ponton
Sidewall
w(x) total (ton/m)
AP-1
5,683
2,495
8,178
24,5345
1-2
5,683
2,495
8,178
24,5345
2-3
5,683
5,683
17,0502
3-4
5,683
5,683
17,0502
4-5
5,683
5,683
17,0502
5-6
5,683
5,683
17,0502
6-7
5,683
5,683
17,0502
7-8
5,683
5,683
17,0502
8-9
5,683
2,495
8,178
24,5345
9-FP
5,683
2,495
8,178
24,5345
Total
56,834
9,979
66,813
200,44
Station
w(x) (ton/m)
Berat (ton)
Tabel IV.10 adalah salah satu contoh perhitungan distribusi gaya tekan konstruksi pontoon lift dalam bentuk tabel. Dalam perhitungan distribusi beban perlu pembagian station seperti yang terlihat pada Tabel IV.10 umumnya berbeda dengan pembagian station pada linesplan. Sedangkan nilai w(x) dari ponton dan sidewall dapat dilihat dari perhitungan sebagai berikut: V Total
= 931,06
m3
W Total
= 200,44
ton
V Ponton
= L.B.h = 30 x 13,2 x 2
V Sidewall
= 792,00
m3
= 139,06
m3
karena terdapat 2 sidewall pada AP dan FP maka, V Sidewall
= 69,5304
m3
; untuk Sidewall pada AP atau FP
sehingga, W Ponton
= V Ponton / V Total . W Total = 170,502
q = w(x)
=W/ℓ
ton ; dimana ℓ = L = 30 m 63
= 170,502 / 30 = 5,6834 W Sidewall
= V Sidewall / V Total . W Total = 14,969
q = w(x)
ton/m ; w(x) untuk konstruksi ponton ton
=W/ℓ
; dimana ℓ = panjang Sidewall = 6 m
= 14,969 / 6 = 2,4948
ton/m ; w(x) untuk konstruksi sidewall
Sedangkan perhitungan berat tiap station dapat dilihat sebagai berikut: h
= jarak antar station =3
m
maka, WAP-1
= w(x) total . h = 8,178 . 3 = 24,5345
ton
Gambar IV.12, Distribusi Gaya Tekan w(x) Konstruksi dalam Bentuk Grafik Pada station AP-1, 1-2, 8-9, dan 9-FP dapat dilihat pada Gambar IV.12 mendapatkan gaya tekan konstruksi yang lebih besar dibandingkan dengan pada station lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya konstruksi sidewall pada station tersebut. Dari hasil perhitungan didapatkan berat dari sidewall sebesar 2,4948 ton/m kemudian ditambahkan dengan berat ponton sebesar 5,6834 ton/m sehingga hasil penjumlahan adalah 8,178 ton/m.
64
Kemudian perhitungan berikutnya adalah distribusi gaya apung pontoon lift. Berbeda dengan perhitungan gaya tekan konstruksi, untuk dapat menghitung distribusi gaya apung harus terlebih dahulu ditentukan sarat pontoon lift sebagai kondisi yang dinilai sebagai kondisi paling ekstrim, dalam hal ini adalah sarat transfer yaitu sebesar 1,7 m. Pada kondisi transfer sangat mungkin terjadi momen bending terbesar mengingat pada sarat tersebut pontoon lift ditopang oleh dua penyangga dan berada pada kondisi yang paling berat dimana beban kapal ikan dan air balas pada tangki bekerja pada pontoon lift. Tabel IV.11, Distribusi Gaya Apung b(x) Pontoon Lift pada T = 1,7 m Station
b(x) (ton/m) Ponton
Sidewall
b(x) total (ton/m)
Lengan (m)
Momen (ton.m)
AP-1
23,001
23,001
1,5000
34,5015
1-2
23,001
23,001
4,5000
103,5045
2-3
23,001
23,001
7,5000
172,5075
3-4
23,001
23,001
10,5000
241,5105
4-5
23,001
23,001
13,5000
310,5135
5-6
23,001
23,001
16,5000
379,5165
6-7
23,001
23,001
19,5000
448,5195
7-8
23,001
23,001
22,5000
517,5225
8-9
23,001
23,001
25,5000
586,5255
9-FP
23,001
23,001
28,5000
655,5285
Total
230,010
0,000
230,010
3450,150
Dapat dilihat pada Tabel IV.11 nilai gaya apung pontoon lift pada sarat 1,7 meter pada station AP hingga FP adalah sama besar. Hal ini dikarenakan C B pontoon lift sebesar 1 menandakan bentuk lambung ponton sama dengan balok tanpa ada perubahan luasan pada setiap station ponton. Perhitungan besar b(x) dapat dilihat sebagai berikut: A
= Luasan Station pada T = 1,7 m =B.T = 13,2 . 1,70 = 22,44
W = b(x)
m2
= A . ⍴ air laut = 22,44 . 1,025 = 23,001
ton/m
dengan jarak station sebesar 3 meter.
65
Gambar IV.13, Distribusi Gaya Apung b(x) dalam Bentuk Grafik Dapat dilihat pada Gambar IV.13 nilai gaya apung pada station AP hingga FP tidak berubah, sesuai dengan yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Kemudian perhitungan gaya tekan air balas w(x) dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.12, Distribusi Gaya Tekan w(x) Air Balas Pontoon Lift Station
Tangki 1
w(x) (ton/m) Tangki Tangki Tangki 2 3 4
Tangki 5
w(x) total (ton/m)
Berat (ton)
AP-1
14,031
14,031
42,093
1-2
14,031
14,031
42,093
2-3
14,836
14,836
44,509
3-4
14,836
14,836
44,509
4-5
14,812
14,812
44,437
5-6
14,812
14,812
44,437
6-7
14,502
14,502
43,506
7-8
14,502
14,502
43,506
8-9
13,721
13,721
41,162
9-FP
13,721
13,721
41,162
143,804
431,413
Total
Perhitungan distribusi gaya tekan w(x) untuk air balas akan sangat berbeda dengan distribusi gaya tekan konstruksi maupun gaya apung pontoon lift. Distribusi gaya tekan harus disesuaikan dengan posisi LCG total (pontoon lift dan kapal ikan) agar mendapatkan nilai even keel atau letak LCG = LCB. Syarat untuk dapat menghitung momen bending adalah perbedaan 66
berat total pada perhitungan tabel spreadsheet excel dengan displacement harus dibawah 0,03%, demikian pula dengan LCG dan LCB. Sehingga untuk mendapatkan nilai tersebut tangki air balas pada ponton harus dikondisikan sehingga mendapatkan koreksi yang sesuai. Demikian pula dengan berat dan LCG kapal ikan, apabila pada saat docking tidak even keel maka harus diberi pemberat agar even keel hal ini untuk menghindari beban berlebih pada salah satu keel block sehingga terjadi deformasi. Distribusi gaya tekan air balas seperti pada Gambar IV.14 nilai w(x) pada station AP sampai dengan FP berbeda-beda. Nilai w(x) akan tergantung dengan panjang tangki dan tinggi air balas pada ponton. Untuk perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran A.
Gambar IV.14, Distribusi Gaya Tekan w(x) Air Balas dalam Bentuk Grafik Karena kondisi kapal ikan pada saat docking tidak berada dalam even keel maka kapal ikan harus diberi pemberat, perhitungan pemberat dan distribusi berat kapal ikan diatas pontoon lift dapat dilihat sebagai berikut: LWT Awal
= 56,169
ton
LWT Perhitungan
= 56,162
ton
LCG
= -0,0807
m dibelakang midship
dibawah ini adalah data-data yang didapatkan dari pemodelan kapal ikan pada software Maxsurf: Docking ∆
= 56,169
ton
MTC
= 1,355
ton.m
LCB
= -0,053
m dibelakang midship 67
LCF
= -0,793
m dibelakang midship
maka dapat dihitung lengan trim dan momen trim sebagai berikut: LCGt
= LCG – LCB = -0,0277
Mt
m dibelakang midship
= LCGt . Docking ∆ = -1,55549
ton.m
momen yang dibutuhkan agar kapal even keel adalah sebesar 1,555 ton.m Mt
= W . LCG pengimbang terhadap mindsuip
1,555
= W . 10,44 (st 9 kapal ikan diberi pengimbang)
W
= 0,1490
ton
= 148,994
kg
selain itu, perhitungan tinggi sarat pada ponton yang dibutuhkan untuk mengangkat kapal ikan dapat dihitung sebagai berikut dimana berat kapal ikan sudah ditambah dengan berat pengimbang: ∆
= L . B . T . Cb . ⍴ air laut
56,32
= 30 . 13,2 . T . 1 . 1,025
T
= 0,138748 m = 138,748
mm
sehingga penyebaran gaya tekan w(x) kapal ikan diatas ponton setelah ditambahkan dengan berat pengimbang adalah sebagai berikut: jarak station = 3 LCG LWT
m
= Jarak titik berat kapal ikan terhadap midship ponton = 1,2347
m
Tabel IV.13, Distribusi Gaya Tekan w(x) Kapal Ikan Diatas Pontoon Lift
68
Station
Lengan (m) [1]
Distribusi w(x) (ton/m) [2] RataKapal Pemberat Total rata
0
-13,500
0,1479
0,1479
1
-10,500
0,7095
0,7095
0,4287
-4,5013
1,2861
2
-7,500
2,4291
2,4291
1,5693
-11,7700
4,7080
3
-4,500
2,9313
2,9313
2,6802
-12,0610
8,0407
4
-1,500
3,3177
3,3177
3,1245
-4,6868
9,3736
5
1,500
3,7862
3,7862
3,5520
5,3280
10,6559
6
4,500
2,6773
2,6773
3,2318
14,5429
9,6953
7
7,500
2,4412
2,4412
2,5592
19,1940
7,6776
Momen [1] * [2]
Berat (ton) 0
Station
Lengan (m) [1]
Distribusi w(x) (ton/m) [2] RataKapal Pemberat Total rata
Momen [1] * [2]
Berat (ton)
8
10,500
0,3280
0,3280
1,3846
14,5382
4,1538
9
13,500
0,0494
0,0494
0,1887
2,5475
0,5661
18,7190 ∑1
23,1315 ∑2
56,1570
Setelah mendapatkan nilai-nilai distribusi gaya tekan diatas, maka kemudian dapat dibuat rekapitulasi distribusi gaya tekan pontoon lift dan perhitungan gaya lintang dan momen pada air tenang. Berat Total
= ∑2 = 688,3054
∆ (T = 1,7m) = 690,03 LCG
ton ton
= ∑3 / ∑1
LCB
= 14,9253
m dari AP ponton
= 15,000
m dari AP ponton
Koreksi Berat = 0,0025%
; ≤ 0,03% Memenuhi
Koreksi LCG = 0,0050%
; ≤ 0,03% Memenuhi
Tabel IV.14, Rekapitulasi Distribusi Gaya Tekan w(x) pada Pontoon Lift w(x) (ton/m) Station
Pontoon Lift
Air Balas
Kapal Ikan
w(x) total (ton/m)
Berat (ton)
Lengan (m)
Momen (ton.m) 100,606
AP-1
8,1782
14,0309
0,1479
22,3569
67,0706
1,5
1-2
8,1782
14,0309
0,7095
22,9186
68,7557
4,5 309,4005
2-3
5,6834
14,8362
2,4291
22,9487
68,8462
7,5 516,3467
3-4
5,6834
14,8362
2,9313
23,4509
70,3528
10,5 738,7045
4-5
5,6834
14,8123
3,3177
23,8135
71,4404
13,5 964,4456
5-6
5,6834
14,8123
3,7862
24,2820
72,8460
16,5 1201,959
6-7
5,6834
14,5021
2,6773
22,8628
68,5884
19,5 1337,474
7-8
5,6834
14,5021
2,4412
22,6267
67,8801
22,5 1527,302
8-9
8,1782
13,7207
0,3280
22,2269
66,6806
25,5 1700,354
9-FP
8,1782
13,7207
0,0494
21,9482
65,8446
28,5 1876,571
22,9435 688,3054 ∑1 ∑2
10273,16 ∑3
Karena koreksi berat dan LCG pontoon lift maka dapat dilanjutkan untuk perhitungan gaya lintang dan momen pada kondisi air tenang. Pada perhitungan gaya lintang dan momen 69
kondisi air tenang terdapat 3 koreksi yang harus terpenuhi agar perhitungan dapat diterima. Koreksi tersebut adalah nilai gaya lintang pada FP (Q(FP)), selisih w(FP) dan b(FP) (∑f(FP), dan nilai momen pada FP (M(FP)). Sesuai dengan perhitungan pada spreadsheet Excel maka nilai koreksi didapatkan adalah sebagai berikut: koreksi gaya lintang, L
= 30,00
m
∑f(x) max
= 1,37342
ton/m
∑f(FP)
= -0,0165
ton/m
Q(x) max
= 4,1203
ton force
Q(FP)
= 0,0496
ton force
Koreksi 3% ∑f(x) max
= 0,0412
ton/m ; ∑f(FP) ≤ 3% ∑f(x) max, Memenuhi
Koreksi 3% Q(x) max
= 0,1236
ton force ; Q(FP) ≤ 3% Q(x) max, Memenuhi
karena kedua koreksi memenuhi, maka pada perhitungan ini dapat disimpulkan koreksi linear.
Gambar IV.15, Grafik Distribusi Beban f(x) Q(x) dan M(x) Gabungan Koreksi momen, M(x) max
= 7,49042
ton/m
M(FP)
= 0,1715
ton/m
M(x) max
= M(x) max . h2 / 2 = 33,70689
70
ton.m
= M(FP) . h2 / 2
M(FP)
= 0,771832 Koreksi 6% M(x) max
ton.m = 2,022413
ton.m ; M(FP) ≤ 6% M(x) max, Memenuhi
karena koreksi momen memenuhi, maka pada perhitungan ini dapat disimpulkan koreksi linear. Untuk perhitungan spreadsheet ∑f(x), Q(x) dan M(x) dapat dilihat pada Lampiran A. IV.3.8. Perhitungan Kekuatan Memanjang Pontoon Lift Berikut ukuran utama pontoon lift: Jenis : Pontoon Lift 205 TLC L
= 30,00
m
Tmax
= 4,22 m
B
= 13,20
m
Tkapal max
= 0,9 m
B1
= 9,60
m
Tnormal
= 1,00 m
b
= 1,80
m
Tkosong
= 0,60 m
D
= 5,22
m
Ttransfer
= 1,70 m
H
= 3,22
m
h
= 2,00
m
Submerging freeboard max. = 1,00 m Tinggi balok lunas
= 0,80 m
Perhitungan kekuatan memanjang pontoon lift dibutuhkan karena konstruksi konstruksi yang digunakan adalah konstruksi campuran dan pengoperasioan pontoon lift yang sangat memungkinkan untuk mengalami tegangan akbiat bending. Terdapat 4 kondisi momen bending pada kekuatan memanjang yang harus terpenuhi oleh pontoon lift, kondisi tersebut adalah: 1. Tegangan pada geladak dan alas kondisi Hogging 2. Tegangan pada geladak dan alas kondisi Sagging 3. Tegangan pada geladak dan alas kondisi Air Tenang 4. Tegangan pada geladak dan alas kondisi Transfer Selain 4 kondisi momen bending diatas berdasarkan BKI Rules for Hull Vol. II Sec. 7, A.4 dimana kapal ≤ 65 m harus dilakukan pengecekan Modulus dan Momen Inersia pada midship section yang sesuai dengan nilai persyaratan pada Section 5, C.2. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai momen maksimum sebagai berikut: MT hogging max
= 446,552
ton.m
= 44655245,7 kg.cm
71
MT sagging max
= -440,028
ton.m
= -44002774,9 kg.cm M(x) air tenang max = 33,707
ton.m
= 3370688,7 kg.cm M(x) transfer max
= 206,8111
ton.m
= 20681107,8 kg.cm Untuk kondisi transfer perhitungan momen maksimum dilakukan dengan menggunakan pendekatan Mekanika Teknik, dimana pontoon lift diasumsikan sebagai sebuah balok sederhana yang ditumpu pada kedua ujung (AP dan FP) oleh tumpuan roll seperti pada Gambar IV.16.
Gambar IV.16, Tampak Samping Pontoon Lift untuk Perhitungan Momen Transfer Pada Gambar IV.16 bagian atas terlihat bahwa bangunan atas dan kamar mesin kapal ikan berada pada bagian depan pontoon lift yang berarti AP kapal ikan berada pada FP pontoon lift hal ini menyebabkan trim haluan pada pontoon lift seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV.3.7. Dengan demikian apabila lebih disederhanakan sesuai dengan ilmu Mekanika Teknik bentuk pembebanan menjadi seperti yang terlihat pada Gambar IV.17 dimana pada terjadi reaksi tumpuan roll pada kedua posisi penyangga pontoon lift. Terdapat 9 potongan untuk mendapatkan nilai momen maksimum yang bekerja pada kondisi transfer seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.17. Karena terdapat gaya tekan yang
72
berbeda-beda pada setiap titik maka diasumsikan gaya tekan tersebut adalah gaya tekan 8 titik dengan 9 potongan diantara titik gaya tekan.
Gambar IV.17, Bentuk Sederhana Reaksi Tumpuan Pontoon Lift Kondisi Transfer Sebagai contoh perhitungan, momen pada potongan II dapat dihitung sebagai berikut: dari distribusi gaya tekan kapal ikan didapatkan data: F1
= 1,2861
ton force
F2
= 4,7080
ton force
F3
= 8,0407
ton force
F4
= 9,3736
ton force
F5
= 10,6559
ton force
F6
= 9,6953
ton force
F7
= 7,6776
ton force
F8
= 4,7199
ton force
LA-F1 = LF8-H = 1,5
m
LF1-F2 = LF2-F3 = LF3-F4 = LF4-F5 = LF5-F6 = LF6-F7 = LF7-F8 = 3 m reaksi tumpuan: ∑Fy
=0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
0
= FAY + FHY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 - F8 = FAY + FHY
- 1,286 - 4,708 - 8,041 - 9,374 - 10,656 - 9,695 - 7,678 - 4,720
= FAY + FHY
- 56,157
56,157 = FAY + FHY ∑MA = 0 0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam bernilai (-)
=∑F. L
73
= F1 . LF1 + F2 . LF2 + F3 . LF3 + F4 . LF4 + F5 . LF5 + F6 . LF6 + F7 . LF7 + F8 . LF8 - FHY . LH = 741,5803026 - FHY . 24 FHY . 24
= 741,5803026
ton.m
FHY
= 30,8992
ton force
maka, FAY
= 56,1570 - FHY = 25,2578
ton force
Potongan II
Gambar IV.18, Reaksi Gaya dan Momen pada Potongan II ∑Fy
=0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - V(x) V(x)
= FAY - F1 = 23,9718
∑M
=0
ton force
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
= F1. LF1 + V . (1,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 23,972 . (1,5+x) - M M
= 37,887 + 23,972 . x
maka, x=
0
; M = 37,88674585 ton.m
jadi nilai momen pada jarak 1,5 m dari titik A adalah sebesar 37,89 ton.m
74
Setelah mendapatkan hasil perhitungan momen pada setiap potongan, langkah berikutnya adalah membuat tabel rekapitulasi nilai momen kapal ikan diatas pontoon lift pada spreadsheet Excel seperti yang dapat dilihat pada Tabel IV.15. Tabel IV.15, Rekapitulasi Nilai Momen Kapal Ikan pada Pontoon Lift V(x) (ton force)
Potongan
x (m)
M (ton.m)
A
0
I
0
25,2578
0
II
1,5
23,9718
37,88675
III
4,5
19,2638
109,802
IV
7,5
11,2231
167,5933
V
10,5
1,8495
201,2626
VI
13,5
-8,8064
206,8111
VII
16,5
-18,5017
180,3918
VIII
19,5
-26,1793
124,8867
IX
22,5
-30,8992
46,34877
H
24
0
0
didapatkan nilai M(x) max pada kondisi transfer adalah sebesar 206,8111 ton.m
Gambar IV.19, Momen Kapal Ikan diatas Pontoon Lift dalam Grafik Momen yang kapal ikan terbagi secara merata sepanjang ponton. Dapat dilihat pada Gambar IV.19 momen pada 0 meter dari titik A dan 24 meter dari titik A bernilai nol dan memiliki nilai puncak pada 13,5 meter dari titik A sebesar 206,81 ton.m. Setelah mendapatkan
75
nilai M(x) max pada seluruh kondisi, selanjutnya adalah perhitungan modulus dan momen inersia penampang melintang pontoon lift.
Gambar IV.20, Penampang Melintang Pontoon Lift Fr. 22 dan Fr. 16 Sama seperti perhitungan modulus dan momen inersia pada penampang sebuah balok, diperlukan juga perhitungan modulus dan momen inersia keseluruhan konstruksi pada penampang melintang pontoon lift. Sebelum memulai perhitungan harus terlebih dahulu ditentukan pelat dan profil yang merupakan penguat kekuatan memanjang. Penguat kekuatan memanjang tidak lain adalah konstruksi pelat ataupun profil memanjang (terpasang sepanjang ponton). Kemudian setelah penguat kekuatan memanjang ditentukan langkah selanjutnya adalah menentukan netral absis dari pontoon lift, dalam hal ini netral absis ditentukan adalah bagian bawah alas pontoon lift dapat dilihat pada Gambar IV.20. Untuk menentukan nilai modulus dan momen inersia ponton dibuat tabel terhadap jumlah, lebar, tinggi, sudut, luas total ,titik berat, momen luas, momen inersia keseluruhan, dan momen inersia individu. Sebagai contoh perhitungan momen untuk Bottom Center Girder dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.16, Format Penabelan Perhitungan Momen Inersia Nama Bagian
Center Girder
Lebar Tinggi Sudut thd. Jumlah Bid. (cm) (cm) Horizontal (n) [b] [h] (o) [α]
Luas Total (cm2) [AT]
Titk berat thd. Base (cm) [Z]
M. Inersia (cm4) [AT*Z2]
1
Web
1
1
82
0
82
41
3362,0 137842,0
Face
1
40
1
0
40
82,5
3300,0 272250,0
untuk web, Ix cos2 α [Ix = 1/12 . b . h3]
= Momen Inersia Individu sumbu x = (1/12 . 1 . 823) . cos2 0 = 45947,3
Iy sin2 α [Iy = 1/12 . b . h3] 76
Momen Luas (cm3) [AT*Z]
cm4
= Momen Inersia Individu sumbu y
= (1/12 . 1 . 823) . sin2 0 cm4
=0 Io
= Momen Inersia Individu = Ix cos2 α + Iy sin2 α = 45947,3 + 0 = 45947,3
cm4
untuk face, Ix cos2 α [Ix = 1/12 . b . h3]
= Momen Inersia Individu sumbu x = (1/12 . 40 . 13) . cos2 0 = 3,3 cm4
Iy sin2 α [Iy = 1/12 . b . h3]
= Momen Inersia Individu sumbu y = (1/12 . 40 . 13) . sin2 0 =0
Io
cm4
= Momen Inersia Individu = Ix cos2 α + Iy sin2 α = 3,3 + 0 = 3,3 cm4
sehingga momen inersia keseluruhan untuk center girder adalah, Ixx
= Iweb + Iface + Ioweb + Ioface = 137842,0 + 272250,0 + 45947,3 + 3,3 = 456042,7
cm4
untuk perhitungan modulus dan momen inersia secara keseluruhan terdapat pada Lampiran A. Pengecekan kekuatan memanjang ponton dapat dilakukan setelah mendapatkan nilai momen pada 4 kondisi momen bending seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan mendapatkan nilai modulus dan momen inersia. Pengecekan kekuatan memanjang ponton dapat dilihat sebagai berikut: Data hasil perhitungan L
= 30
m
YNA
= 93,72310312
cm
B
= 13,2 m
INA
= 30193314,20
cm4
Ttransfer = 1,70 m
W
= 150966,5708
cm3
h
=2
Wbot
= 322154,4439
cm3
CB
=1
Wdeck = 284100,4495
cm3
m
77
Momen-momen maximum M(x) max Kondisi air tenang
= 33,70688687
ton.m = 3370688,7 kg.cm
Kondisi Hogging
= 446,552457
ton.m = 44655245,7 kg.cm
Kondisi Sagging
= -440,0277493
ton.m = -44002774,9 kg.cm
Kondisi Transfer
= 206,8110784
ton.m = 20681107,8 kg.cm
Perhitungan Tegangan 1. Kondisi Hogging σbot
= M(x) max / Wbot
σdeck
= 44655245,70 / 322154,444
= 44655245,70 / 284100,449
kg/cm2
= 138,6144
= M(x) max / Wdeck kg/cm2
= 157,1812
2. Kondisi Sagging σbot
= M(x) max / Wbot
σdeck
= -44002774,93 / 322154,444
= -44002774,93 / 284100,449
kg/cm2
= -136,5891
= M(x) max / Wdeck kg/cm2
= -154,8846
dimana hasil perhitungan untuk tegangan izin dan tegangan kritis adalah, = Permissible Stress BKI
σp
= 101,3286731
N/mm2
= 1032,912061
kg/cm2
= Critical Stress
σcr
kg/cm2
= 57.989,910
Tabel IV.17, Pengecekan Status Kekuatan Memanjang Pontoon Lift No.
Kriteria
1.
σdeck
2.
σbottom
Batasan 1032,91 atau 57.989,91 1032,91 atau 57.989,91
5.
Modulus Total (Wtotal) Wdeck
6.
Wbottom
7.
Momen Inersia
4.
Sagging
Air Transfer Tenang
Satuan
Hogging
kg/cm2
157,1812 154,8846 11,8644
72,7951
kg/cm2
138,6144 136,5891 10,4630
64,1963
47.840,285
cm3
150.966,5708
47.840,285
cm3
284.100,4495
47.840,285
cm3
322.154,4439
4.305.625,60
cm4
30.193.314,20
Status
Pass
Pada Tabel IV.17 dapat dilihat perbedaan kriteria antara tegangan, modulus, dan momen inersia. Beradasarkan teori tegangan yang diizinkan harus lebih kecil daripada tegangan yang 78
diizinkan (permissible stress) atau tegangan kritis (critical stress), sedangkan untuk modulus dan momen inersia harus lebih besar dibandingkan dengan batasan perhitungan. Batasan untuk modulus dan momen inersia dapat dilihat pada (BKI, 2009) Rules for Hull Vol. II Section 7 Hal. 7-3 dan Section 5 C 2.1. Sehingga hasil dari perhitungan kekuatan memanjang pontoon lift dapat disimpulkan memenuhi persyaratan yang dibutuhkan BKI pada seluruh kondisi pengecekan. IV.4. Analisis Stabilitas Pontoon Lift Stabilitas benda terapung khususnya pontoon lift adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan perhitungan, stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk kembali pada posisi keseimbangan dalam kondisi air tenang apabila kapal mendapatkan gaya reaksi dalam suatu kondisi. Pemeriksaan kondisi keseimbangan dilakukan untuk mengetahui karakteristik kapal pada beberapa kondisi, antara lain pada saat kondisi rolling (oleng) atau trim akibat adanya perbedaan kondisi muatan (loadcase) dan adanya pengaruh faktor dari luar seperti angin, gelombang, cuaca, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, analisis stabilitas yang dilakukan hanya mencakup pada persyaratan stabilitas floating dock yang tertera pada BKI atau literatur dockmaster training manual dan stabilitas kapal secara umum. Perbedaan kondisi yang dapat terjadi pada saat pontoon lift beroperasi akan mengakibatkan karakteristik tersendiri untuk keseimbangan, sehingga diperlukan perhitungan dan analisa terhadap stabilitas pontoon lift. Kondisi dan kriteria yang diambil sesuai dengan wilayah operasi pontoon lift yaitu pada perairan terlindungi (sheltered water) dimana pada perairan tersebut kondisi gelombang dan angin dapat lebih tenang dibandingkan dengan pada perairan terbuka. Selain itu kondisi pengecekan stabilitas pontoon lift dilakukan ketika kapal ikan berada diatas ponton, karena tinggi KG akan bertambah ketika kapal ikan docking diatas pontoon lift. Kriteria stabilitas yang diambil mengacu pada (Intact Stability Code, 1974) dan Biro Klasifikasi Indonesia (Rules for Floating Docks Vol. II, 2002). Untuk kondisi pengecekan stabilitas dapat dilihat sebagai berikut: 1. Kondisi 1 : Pontoon lift berada pada sarat penuh (full submergence) 2. Kondisi 2 : Pontoon lift mengangkat sebagian kapal kurang lebih ½ sarat docking 3. Kondisi 3 : Garis waterline berada tepat diatas keel block 4. Kondisi 4 : Garis waterline berada pada geladak ponton 5. Kondisi 5 : Pontoon lift berada pada Sarat Normal
79
Ilustrasi kelima kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar II.14. Kriteria pengecekan stabilitas harus terpenuhi pada seluruh kondisi tersebut dengan daftar kriteria sebagai berikut: 1. Minimum GM tidak boleh kurang dari 1,0 m 2. Area 0 – 30 atau GZ maks. Tidak boleh kurang dari hasil analisis 3. Angle of vanishing stability L ≤ 100 m harus lebih dari 20o. Pengecekan stabilitas pontoon lift dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Maxsurf Stability setelah dibuat model sebelumnya pada Maxsurf Modeler. Model dari pontoon lift dapat dilihat pada Gambar IV.8. Langkah-langkah pengecekan kondisi stabilitas kapal dapat dilihat sebagai berikut: 1. Membuka file rencana garis desain Pontoon Lift Rencana garis yang telah dibuat dengan Maxsurf Modeler dibuka dengan menggunakan Maxsurf Stability. Klik menu file – open design. 2. Perencanaan letak tangki-tangki Setelah model terlihat maka langkah selanjutnya adalah menempatkan posisi tangki sesuai dengan rencana umum pada Maxsurf Stability. Perencanaan letak tangki dilakukan dengan cara klik menu window – input dan pilih room definition. Hasil perencanaan letak tangki-tangki dapat dilihat pada Gambar IV.21.
Gambar IV.21, Tata Letak Tangki Pandangan Atas pada Maxsurf Stabiliy 3. Penentuan massa jenis benda pada tangki Langkah berikutnya adalah menentukan massa jenis muatan yang terdapat pada tangki. Pada Maxsurf Stability terdapat nilai massa jenis (density) default dapat
80
dibuka dengan cara klik menu density kemudian akan muncul daftar massa jenis yang dapat dilihat pada Gambar IV.22. Selain terdapat massa jenis air laut, air tawar, diesel, bahan bakar dan sebagainya, massa jenis pada daftar tersebut dapat dimasukkan nilai massa jenis custom sesuai dengan muatan yang akan dimuat ke dalam tangki.
Gambar IV.22, Daftar Massa Jenis Default pada Maxsurf Stability 4. Kalibrasi Tangki Setelah penentuan massa jenis pada tangki selesai maka langkah selanutnya adalah analisis kapasitas dan titik berat tangki dengan fitur yang ada pada software yaitu kalibrasi tangki (tank calibration). Fitur ini dapat digunakan dengan cara klik menu analysis – set analysis type, kemudian pilih tank calibration. Dapat dilihat pada Tabel IV.18, Hasil Kalibrasi Tangki pada Kapasitas 100% dan Titik Berat Muatan Tangki No.
Nama Bagian
Kapasitas (ton)
LCG (m)
VCG (m)
TCG (m)
1.
WBT. 1 (P)
57,264
3,00
1,00
-2,40
2.
WBT. 1 (S)
57,264
3,00
1,00
2,40
3.
WBT. 2 (P)
57,269
9,00
1,00
-2,40
4.
WBT. 2 (S)
57,269
9,00
1,00
2,40
5.
WBT. 3 (P)
57,269
15,00
1,00
-2,40
6.
WBT. 3 (S)
57,269
15,00
1,00
2,40
7.
WBT. 4 (P)
57,269
21,00
1,00
-2,40
81
No.
Nama Bagian
Kapasitas (ton)
LCG (m)
VCG (m)
TCG (m)
8.
WBT. 4 (S)
57,269
21,00
1,00
2,40
9.
WBT. 5 (P)
57,264
27,00
1,00
-2,40
10.
WBT. 5 (S)
57,264
27,00
1,00
2,40
11.
Wing Tank No. 1 (P)
29,194
3,00
1,36
-5,70
12.
Wing Tank No. 1 (S)
29,194
3,00
1,36
5,70
13.
Wing Tank No. 2 (P)
21,476
9,00
1,00
-5,70
14.
Wing Tank No. 2 (S)
21,476
9,00
1,00
5,70
15.
Wing Tank No. 3 (P)
21,476
15,00
1,00
-5,70
16.
Wing Tank No. 3 (S)
21,476
15,00
1,00
5,70
17.
Wing Tank No. 4 (P)
21,476
21,00
1,00
-5,70
18.
Wing Tank No. 4 (S)
21,476
21,00
1,00
5,70
19.
Wing Tank No. 5 (P)
29,194
27,00
1,36
-5,70
20.
Wing Tank No. 5 (S)
29,194
27,00
1,36
5,70
5. Perencanaan kondisi pembebanan (loadcase) Kondisi pembebanan atau (loadcase) dapat dibuat dengan cara klik pada menu window – loadcase. Jumlah kondisi pembebanan ini disesuaikan dengan yang telah ditentukan sebelumnya.
Gambar IV.23, Data Pembebanan (loadcase) Kondisi 1 Sarat Maksimum Karena kalibrasi tangki telah dilakukan maka data tangki-tangki pada loadcase akan dengan sendirinya terisi. Selain itu dibutuhkan data berat pontoon lift (lightship), nilai berat dan titik berat harus ditambahkan sesuai dengan hasil perhitungan 82
manual. Pada adalah data kondisi pembebanan pada kondisi 1 dimana pontoon lift berada pada sarat penuh (full submergence). Perlu diketahui bahwa suatu tangki pada kapal tidak akan mungkin terisi 100% penuh. Hal ini dikarenakan oleh adanya konstruksi, pipa atau benda lain di dalam tangki dan free surface area pada tangki sehingga kapasitas tangki bersih maksimum pada umumnya diasumsikan sebesar 97% volume total. 6. Pemeriksaan kondisi stabilitas Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan kondisi stabilitas pada pontoon lift sesuai dengan kondisi dan kriteria yang telah ditentukan. Berbeda dengan kapal pada umumnya, kriteria pada pontoon lift memiliki batasan yang lebih banyak mengingat pontoon lift tidak digunakan untuk sarana transportasi antar pulau. Pengecekan stabilitas pada Maxsurf Stability dapat dilakukan dengan cara klik analysis – set analysis type dan pilih large angle stability setelah itu dapat dipilih start analysis pada menu utama.
Gambar IV.24, Hasil Analisa Stabilitas pada Sarat Normal dan Sudut Oleng 30 o dengan Maxsurf Modeler Dapat dilihat pada Gambar IV.24 analisa kondisi stabilitas ponton dengan Maxsurf Modeler dilakukan pada sudut oleng (heel angle) 0o sampai dengan 180o. Hasil analisa tersebut kemudian ditulis dalam bentuk tabel dan grafik. Kriteria yang digunakan dalam proses analisa stabilitas dapat dipilih melalui pilihan criteria pada menu utama seperti pada Gambar IV.25.
83
Gambar IV.25, Pilihan Kriteria pada Maxsurf Stability Berikut adalah ringkasan hasil analisa stabilitas yang dilakukan pada setiap kondisi dalam bentuk Tabel IV.19. Nilai KG akan berubah seiring dengan berkurangnya volume air balas pada tangki pontoon lift. Tabel IV.19, Hasil Analisa Stabilitas Pontoon Lift pada 5 Kondisi No.
Kriteria
Batasan
Satuan
Kondisi 1
Kondisi 2
Kondisi 3
Kondisi 4
Kondisi 5
1
T
-
m
4,220
3,807
2,798
2,000
1,000
2
KG
-
m
1,633
1,791
1,803
1,822
2,754
3
GM
1
m
1,149
1,068
1,742
1,903
12,265
4
GZ Max
3,1513
m.deg
3,7764
4,0196
8,4027
12,8694
60,491
5
Angle
20
deg
36,2
34,6
50,3
58,8
72,4
Status
Pass
Pass
Pass
Pass
Pass
Untuk perhitungan dan hasil analisa stabilitas pontoon lift secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A. IV.5. Perencanaan Teknis Produksi Pontoon Lift Produksi pontoon lift direncanakan untuk dibangun pada galangan khusus pontoon lift sehingga dapat diproduksi secara massal. Pada penelitian ini dilakukan pertimbangan dan perhitungan terhadap lokasi galangan, kebutuhan peralatan dan mesin, serta rencana tata ruang (layout) galangan. Dari pertimbangan dan perhitungan tersebut kemudian dilakukan perhitungan terhadap analisa ekonomis produksi pontoon lift. 84
IV.5.1. Rencana Produksi Pontoon Lift Rencana produksi untuk pontoon lift ditentukan berdasarkan kapasitas angkat crane pada galangan, alokasi waktu pengerjaan, dan jumlah pekerja yang tersedia. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II.5.5 untuk rencana produksi pontoon lift menggunakan teknologi modern mengingat ukuran pontoon lift yang tidak begitu besar. Metode produksi yang digunakan adalah product oriented hull block construction method (HBCM) dengan pembagian work breakdown structure menjadi 2 bagian, yaitu Ponton dan Sidewall. Tabel IV.20, Alokasi Waktu Pengerjaan Pontoon Lift Alokasi Waktu Pengerjaan
Berat (ton)
Nama
Bulan
Minggu
Jam
170,502
4
16
560
Sidewall 1
7,484
1
4
140
Sidewall 2
7,484
1
4
140
Sidewall 3
7,484
1
4
140
Sidewall 4
7,484
1
4
140
Ponton
Total
200,4395
Alokasi waktu produksi pontoon lift direncanakan sebanyak 100 hari dimana 80 hari untuk pekerjaan bagian Ponton dan 20 hari untuk 4 Sidewall. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel IV.20 jumlah total pekerja direncanakan sebanyak 62 pekerja dengan pembagian 9 orang pada proses preparation, 30 orang pada proses fabrikasi, dan 23 orang pada proses assembly – erection. Tabel IV.21, Work Breakdown Structure Produksi Pontoon Lift Level
Breakdown Structure
Duration (days)
Work
Berat (ton)
%
Beban (kg/hari)
0
Pontoon Lift
100
Erection
200,4395
100,00 2004,395
1
Pontoon
80
Assembly
170,502
85,06
2131,280
1.1
Bottom Panel
32
Fabrication
67,655
33,75
2114,214
1.2
Side Panel (P)
4
Fabrication
7,039
3,51
1759,717
1.3
Side Panel (S)
4
Fabrication
7,039
3,51
1759,717
1.4
Deck Panel
20
Fabrication
42,132
21,02
2106,596
1.5
Fore Panel
2
Fabrication
3,484
1,74
1741,778
1.6
After Panel
2
Fabrication
3,484
1,74
1741,778
1.7
Bulkhead Panel
6
Fabrication
12,521
6,25
2086,795
1.8
Eq. & Outiftting
13
Fabrication
27,150
13,55
2088,461
20
Assembly
29,937
14,94
1496,856
2
Total Sidewall
85
Level
Breakdown Structure
Duration (days)
Work
Berat (ton)
%
Beban (kg/hari)
2
Sidewall 1
20
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 2
20
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 3
20
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 4
20
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
20
Assembly
7,484
3,73
374,214
2
Sidewall 1 - 4
2.1
Side Panel (P)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
2.2
Side Panel (S)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
2.3
Deck Panel
3
Fabrication
0,8041
0,40
268,046
2.4
Fore Panel
2
Fabrication
0,4863
0,24
243,157
2.5
After Panel
2
Fabrication
0,3762
0,19
188,087
Sesuai dengan Tabel IV.21 durasi pekerjaan setiap panel pada perhitungan merupakan angka koma namun pada kenyataannya tidak mungkin dikerjakan secara akurat. Terdapat faktor keterlambatan atau faktor error yang diberi nama dengan margin, dalam hal ini besaran margin adalah 7 hari. Sehingga total jam orang didapatkan dari hasil perhitungan adalah tidak lain total jumlah pekerja dikalikan dengan waktu pengerjaan dengan hasil sebesar 6200 jam orang selama 100 hari atau kurang lebih 4 bulan. Setelah mendapatkan data pada Tabel IV.20 langkah selanjutnya adalah menentukan bagan work breakdown structure untuk proses pembangunan pontoon lift. Bagan tersebut memberikan ilustrasi terhadap tahap/proses pengerjaan dan level produksi dari pontoon lift. Untuk bagan work breakdown structure sesuai dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada Gambar IV.26. Dapat dilihat pada Gambar IV.26 WBS pontoon lift terbagi menjadi 4 level yaitu: 1. Level 3 adalah proses preparation dimana material dari gudang menuju bengkel persiapan dilakukan identifikasi, penandaan, dan blasting. 2. Level 3 ke level 2 yang merupakan proses fabrikasi dimana material yang telah melewati proses persiapan dilakukan pemotongan, penandaan dan bending. 3. Level 2 ke level 1 dengan proses assembly dimana material yang telah melewati tahap fabrikasi kemudian dirakit pada bengkel assembly. 4. Level 1 ke level 0 dengan proses erection dimana pada proses ini dilakukan penggabungan panel-panel yang telah melewati proses perakitan pada building berth galangan.
86
Pada level 2 dan level 3 terdapat kemiripan proses sehingga sering kali terdapat perbaikan untuk menghindari misalignment pada saat erection maupun kesalahan ukuran material.
Sidewall 1, 2, 3, 4 (Paralel) Erection
Pontoon Lift
Deck Panel
Raw Material Deck
Side Panel (P/S)
Raw Material Side
Fore and After Panel
Raw Material Fore & After
Equipment and Outfitting
Raw Material E&O
Assembly
Erection Ponton
Level 3 Level 2 Level 1 Level 0
Fabrication
Preparation
Bulkhead Panel
Raw Material Bulkhead
Side Panel (P/S)
Raw Material Side
Fore and After Panel
Raw Material Fore & After
Bottom Panel
Raw Material Bottom
Deck Panel
Raw Material Deck
Equipment and Outfitting
Raw Material E&O
Gambar IV.26, Bagan Work Breakdown Structure Pontoon Lift Untuk mencari berat setiap komponen digunakan perhitungan pendekatan volume yang didapatkan dari model 3 Dimensi pada AutoCAD pada setiap panel kemudian dikalikan dengan
87
massa jenis baja. Berikut adalah perhitungan untuk daftar material ponton untuk bagian Bottom Panel: Tabel IV.22, Material List Pontoon Lift Komponen Bottom Panel (Ponton) Material Part Pontoon
Jumlah
Ukuran
1
30 x 13,3 meter
Keel Plate
1
1500 x 11 mm
Bottom Plate
4
1800 x 9 mm
Bottom Plate
2
1500 x 9 mm
Bottom Plate
2
800 x 9 mm
Center Girder
1
T 820 x 400 x 10
Side Girder
2
T 820 x 400 x 10
Plate Floor
9
T 820 x 400 x 10
Bottom Longitudinal
18
Flat 180 x 18
Bracket
312
varies
Plate Floor Stiff.
144
Flat 160 x 17
PB. Panel
Volume (m2)
Berat (ton)
8,6185
67,6549
Gambar IV.27, Model 3 Dimensi Ponton Bottom Panel pada AutoCAD 3D Untuk dapat memperoleh nilai volume seperti pada Tabel IV.22, dilakukan pemodelan bentuk 3D dan objek solid pada AutoCAD, sehingga kemudian menginput command “MASSPROP” untuk mendapatkan analisa perhitungan berdasarkan objek solid yang dipilih. Model 3D dapat dilihat Gambar IV.27, setelah mendapatkan model yang sesuai maka apabila dilakukan langkah selanjutnya untuk menginput command “MASSPROP” pada objek Ponton Botom Panel maka akan akan muncul analisa volume, berat, titik berat, dan momen inersia pada kotak perintah (command box) seperti pada Gambar IV.28.
88
Gambar IV.28, Kotak Perintah AutoCAD dengan Input “MASSPROP” Volume yang tertera pada Gambar IV.28 bernilai 8.618.452,6125 karena satuan yang digunakan pada AutoCAD adalah dalam sentimeter. Sehingga nilai 8.618.452,6125 cm 3 apabila dikonversikan kedalam m3 dikali dengan 10-6 maka didapatkan volume sebesar 8,6185 m3. Volume
= 8,6185
m3
⍴ baja
= 7,85
ton/m3
maka, W
= Volume . ⍴ baja = 8,6185 . 7,85 = 67,6549
ton
jadi didapatkan nilai berat untuk Ponton Bottom Panel adalah sebesar 67,6549 ton. Perhitungan volume dan berat dilakukan pada seluruh komponen panel baik pada blok ponton maupun blok sidewall. Setelah itu dapat direncanakan gambar produksi pada tahap assembly maupun erection. Untuk gambar rencana produksi pada tahap assembly dapat dilihat pada Lampiran G. IV.5.2. Pemilihan Lokasi Industri Pontoon Lift Lokasi yang dipilih untuk industri pontoon lift harus melewati beberapa penilaian, yaitu: kondisi lahan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, pemasaran, rencana atau tata ruang terkait penentuan lokasi, modal, dan kecukupan infrastruktur. Lokasi yang ditentukan untuk dinilai adalah Jl. Raya Campurejo, Kec. Ujung Pangkah, Kab. Gresik, Jawa Timur 89
dan Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Pelabuhan Benoa, Bali. Penjabaran dari masing-masing lokasi dapat dilihat sebagai berikut: 1. Lokasi pertama Penilaian lokasi pertama yaitu Jl. Raya Campurejo, Kec. Ujung Pangkah, Kab. Gresik, Jawa Timur berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan.
Gambar IV.29, Kondisi dan Akses Menuju Lokasi Pertama Terlihat pada Gambar IV.29 lokasi pertama memiliki akses jalan yang cukup dengan lebar sebesar 5 meter, dimana kategori jalan selebar 4-5 meter termasuk jalan untuk akses kabupaten. 2. Lokasi kedua Penilaian lokasi kedua yaitu Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Pelabuhan Benoa, Bali berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan.
Gambar IV.30, Kondisi dan Akses Menuju Lokasi Kedua Dari hasil survey seperti pada Gambar IV.30 lokasi kedua memiliki akses jalan yang sangat cukup dengan lebar sebesar 6 meter, dimana kategori jalan sebesar 6 meter termasuk jalan untuk akses nasional. Adapun kriteria dari penilaian lokasi yang didapatkan hasil survei sebagai berikut: a. Kondisi lahan
90
Survei yang dilakukan terhadap kondisi lahan terbagi menjadi dua jenis yaitu kemampuan lahan dan penggunaan lahan. Kemampuan lahan diperoleh berdasarkan data kemiringan yang kemudian dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Tabel IV.23, Klasifikasi Nilai Kemampuan Lahan Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Rendah (Kelas 1)
1
Kemampuan lahan berdasarkan kondisi topografi yang curam dan berbahaya terhadap bencana
Menengah (Kelas 2)
2
Daya dukung lahan cukup baik, walaupun merupakan daerah rawa-rawa
Tinggi (Kelas 3)
3
Daya dukung lahan sangat baik berdasarkan kondisi topografi yang landai, jenis tanah dengan tekstur sedang dan tidak rawan terhadap bencana
Berdasarkan Tabel IV.23 klasifikasi kemampuan lahan terbagi menjadi tiga yaitu klasifikasi rendah (kelas 1) dengan kemiringan >15%, menengah (kelas 2) dengan kemiringan 5%-15%, dan tinggi (kelas 3) dengan kemiringan 0%-5%. Lokasi pertama ditinjau dari topografi yang cukup landai, memiliki tekstur sedang dan tidak rawan terhadap bencana namun merupakan tanah karang. Selain itu lokasi kedua juga memiliki kondisi yang serupa ditambah dengan perairan terlindungi dan berpasir. Sehingga kemampuan lahan lokasi pertama mendapatkan nilai 2 dan nilai 3 untuk lokasi kedua. Sedangkan untuk penggunaan lahan memberikan pengaruh terhadap kawasan lokasi. Tabel IV.24, Klasifikasi Kawasan Penggunaan Lahan Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Kawasan perumahan
1
Daerah yang tidak sesuai untuk penempatan galangan atau industri
Kawasan industri
2
Daerah yang cukup sesuai untuk penempatan galangan atau industri
Kawasan pelabuhan
3
Daerah yang sangat sesuai untuk penempatan galangan atau industri
Sesuai dengan Tabel IV.24 klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi tiga yaitu kawasan perumahan, kawasan industri, dan kawasan pelabuhan. Kawasan pelabuhan menjadi lokasi yang sangat cocok untuk penempatan galangan atau industri khususnya pontoon lift. Ditinjau dari lokasi pertama pada survei didapatkan nilai lokasi tersebut sebesar 2. Sedangkan untuk lokasi kedua bernilai 3 karena berada pada daerah pelabuhan dan juga industri. 91
b. Ketersediaan tenaga kerja Suatu industri sangat mengutamakan ketersediaan tenaga kerja terutama industri perkapalan. Tenaga kerja akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas galangan dengan kualitas, tingkat pendidikan, kemampuan, serta keterampilan. Tabel IV.25, Klasifikasi Ketersediaan Tenaga Kerja Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Tenaga kerja tidak tersedia
1
Pada daerah pedesaan atau tidak terjangkau tingkat kualitas tenaga kerja tidak mencukupi
Tenaga kerja terbatas
2
Lebih dekat terhadap perkotaan dengan tingkat kualitas tenaga kerja cukup
Tenaga kerja sangat tercukupi
3
Berada pada daerah perkotaan dengan tingkat kualitas tenaga kerja sangat baik
Tertera pada Tabel IV.25 pada lokasi pertama nilai ketersediaan tenaga kerja terbatas sehingga bernilai sebesar 2. Lokasi pertama yang berada 59,7 kilometer dari kota Surabaya menyebabkan ketersediaan tenaga kerja yang tersedia pada lokasi tersebut terbatas. Sedangkan untuk lokasi kedua, nilai ketersediaan tenaga kerja sangat tercukupi dengan akses tol untuk menuju kota Denpasar. Sehingga lokasi kedua mendapatkan nilai 3. c. Ketersediaan bahan baku Bahan baku untuk industri pontoon lift yaitu berupa pelat, profil, elektroda las, bahan baku cat kapal, dan lain sebagainya. Ketersediaan bahan baku dinilai dari kuantitas, kontinuitas, dan jarak bahan baku. Bahan baku menjadi salah satu hal pokok dalam industri perkapalan. Tabel IV.26, Klasifikasi Ketersediaan Bahan Baku Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Bahan baku tidak tersedia
1
Pada daerah pedesaan atau tidak terjangkau bahan baku tidak mencukupi
Bahan baku terbatas
2
Lebih dekat terhadap perkotaan bahan baku cukup
Bahan baku sangat tercukupi
3
Berada pada daerah perkotaan bahan baku sangat banyak
Didapatkan dari Tabel IV.26 untuk lokasi pertama ketersediaan bahan baku yang harus disimpan pada gudang galangan sehingga mendapatkan nilai 2. Begitu pula dengan lokasi kedua, karena lokasi tersebut berpotensi turis yang sangat besar sehingga bahan baku terbatas atau bernilai 2. 92
d. Pemasaran Pemasaran dalam hal ini merupakan besaran permintaan pasar yaitu galangan kapal ikan dan kapal ikan untuk menggunakan fasilitas pontoon lift pada lokasi terpilih. Faktor pemasaran yang berpengaruh selain permintaan pasar adalah pesaing industri pontoon lift. Tabel IV.27, Klasifikasi Pemasaran Industri Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Tidak ada galangan kapal ikan dan tidak ada pesaing
1
Tidak ada galangan kapal ikan di sekitar lokasi sehingga permintaan pasar untuk industri pontoon lift sangat minim
Terdapat beberapa galangan kapal ikan dan ada pesaing
2
Terdapat beberapa galangan kapal ikan di sekitar lokasi namun terdapat galangan kapal yang dapat memproduksi pontoon lift
3
Terdapat beberapa galangan kapal ikan di sekitar lokasi dan tidak ada galangan kapal yang dapat memproduksi pontoon lift
Terdapat beberapa galangan kapal ikan dan tidak ada pesaing
Berdasarkan Tabel IV.27 tidak terdapat galangan kapal ikan untuk ukuran 60 GT di sekitar lokasi pertama sehingga mendapatkan nilai 1. Selain itu pada lokasi kedua terdapat 3 galangan kapal ikan dan tidak ada galangan kapal yang dapat memproduksi pontoon lift sehingga nilai untuk lokasi kedua adalah sebesar 3. e. Rencana tata ruang terkait penentuan lokasi Kemudian faktor yang cukup menentukan untuk pemilihan lokasi industri pontoon lift adalah menyesuaikan dengan tata ruang perkotaan atau rencana tata ruang. Pengembangan tata ruang perkotaan yang telah direncanakan oleh pemerintah setempat harus disesuaikan dengan pemilihan lokasi. Tabel IV.28, Klasifikasi Pemilihan Lokasi Terkait Rencana Tata Ruang Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) 1 untuk wilayah pertanian
1
Pengembangan tata ruang tidak sesuai untuk industri pontoon lift
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) 2 untuk wilayah peternakan
1
Pengembangan tata ruang tidak sesuai untuk industri pontoon lift
93
Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) 3 untuk wilayah industri
2
Pengembangan tata ruang cukup sesuai untuk industri pontoon lift
SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) 4 untuk wilayah pelabuhan
3
Pengembangan tata ruang sangat sesuai untuk industri pontoon lift
Zona pengembangan tata ruang dari suatu wilayah yang telah ditentukan pemerintah setempat atau SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan) pada Tabel IV.28 akan menentukan nilai setiap lokasi. Baik pada lokasi pertama maupun kedua, dari hasil pengamatan lapangan kedua lokasi tersebut merupakan klasifikasi SSWP 1, sehingga bernilai 3. f. Kecukupan infrastruktur Dalam hal ini, kecukupan infrastruktur mencakup listrik, air bersih, telepon, dan jaringan jalan. Dengan adanya infrastruktur yang tercukupi maka industri pontoon lift dapat beroperasi tanpa kendala. Beberapa galangan membutuhkan cadangan listrik dari genset agar dapat tetap beroperasi pada saat kebutuhan listrik pusat tidak terpenuhi. Tabel IV.29, Klasifikasi Kecukupan Infrastruktur Wilayah Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Listrik, air bersih, telepon, dan jalan tidak terpenuhi
1
Pada pulau atau daerah tersebut tidak tersedia salah satu jenis infrastruktur
Listrik, air bersih, telepon, dan jalan terpenuhi dengan pengecualian
2
Infrastruktur tersedia dengan melewati proses administrasi dan instalasi tertentu
3
Terdapat beberapa galangan kapal ikan di sekitar lokasi dan tidak ada galangan kapal yang dapat memproduksi pontoon lift
Listrik, air bersih, telepon, dan jalan terpenuhi
Diperoleh nilai untuk lokasi pertama dan kedua dari Tabel IV.29, karena pada lokasi pertama berada cukup jauh dari pusat perkotaan maka dibutuhkan beberapa pengadaan infrastruktur dengan proses tertentu sehingga bernilai 2. Sedangkan untuk lokasi kedua seluruh infrastruktur terpenuhi dengan nilai 3.
94
g. Modal Pada pemilihan lokasi industri pontoon lift yang dimaksud dengan modal adalah harga tanah per meter. Perbedaan lokasi strategis sangat mempengaruhi modal awal untuk pembebasan/pembelian lahan yang digunakan sebagai lokasi. Tabel IV.30, Klasifikasi Modal Harga Tanah pada Rencana Lokasi Klasifikasi
Nilai
Faktor Pertimbangan
Harga > Rp 2.000.000
1
Harga tanah pada rencana lokasi melibihi dua juta rupiah
Harga berkisar Rp 1.000.000 – 2.000.000
2
Harga pada rencana lokasi berkisar satu juta rupiah sampai dengan dua juta rupiah
Harga < Rp 1.000.000
3
Harga tanah pada rencana lokasi kurang dari satu juta rupiah
Dari hasil survei lapangan yang dilakukan, klasifikasi modal berdasarkan Tabel IV.30 didapatkan untuk lokasi pertama memiliki harga < Rp 1.000.000 sehingga bernilai 3. Sedangkan untuk lokasi kedua, karena lokasi tersebut cukup padat dan sangat strategis untuk potensi industri lain mendapatkan harga > Rp 2.000.000 sehingga mendapatkan nilai 1. Dengan demikian setelah mendapatkan nilai dari setiap kriteria perhitungan selanjutnya adalah pembobotan. Pembobotan dilakukan untuk mendapatkan pilihan lokasi yang memiliki skor total kriteria terbesar. Perhitungan pembobotan dilakukan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dimana bobot ditentukan oleh 7 kriteria yang telah dijelaskan meliputi kondisi lahan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, pemasaran, rencana tata ruang, modal, dan kecukupan infrastruktur. AHP adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai bobot lokasi terhadap kriteria dan susunan matriks yang rasional. Sehingga dari penilaian bobot tersebut dapat ditentukan lokasi industri yang sesuai dengan kebutuhan. Langkah dari proses pembobotan dengan AHP adalah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan, kriteria, dan pilihan keputusan 2. Membuat bagan hirarki (hierarchy tree) untuk kriteria dan pilihan keputusan 3. Membuat matriks pairwise comparison kriteria 4. Normalisasi matriks pairwise comparison dilanjutkan dengan perhitungan priority vector yang tidak lain adalah bobot masing-masing kriteria 5. Menentukan nilai lambda (𝜆), consisteny index (CI), dan random consistency (RI) 6. Perhitungan rasio konsistensi atau consistency ratio (CR) atau melakukan pengujian inkonsistensi dimana hasil inkonsistensi yang dapat diterima CR ≤ 0,1. 95
Lokasi Industri Pontoon Lift
Kondisi Lahan
Ketersediaan tenaga kerja
Ketersediaan tenaga kerja
Pemasaran
Lokasi 1 Ujung Pangkah, Gresik
Rencana Tata Ruang
Modal
Kecukupan Infrastruktur
Lokasi 2 Benoa, Bali
Gambar IV.31, Bagan Hierarki Pembobotan Lokasi Industri Berdasarkan Gambar IV.31 seluruh kriteria harus dihubungkan dengan pilihan keputusan dalam hal ini adalah lokasi 1 dan lokasi 2. Baik untuk lokasi 1 maupun lokasi 2 dilakukan penilaian berdasarkan hasil survei lapangan secara subyektif namun rasional. Seluruh kriteria dihitung dengan menggunakan matriks untuk mendapatkan bobot. Pada matriks pairwise comparison digunakan skala 1 sampai 9 dengan rincian sebagai berikut:
Skala penilaian 1
: jika kedua kriteria sama penting
Skala penilaian 5
: jika kriteria pada baris lebih penting dibandingkan kriteria pada
kolom
Skala penilaian 9
: jika kriteria pada baris pasti lebih penting dibandingkan kriteria
pada kolom
Skala penilaian 2, 4, 6, 8 : nilai tengah antara 2 skala penilaian
Skala penilaian 1/3
: jika kriteria pada kolom sedikit lebih penting dibandingkan
pada baris, dan seterusnya. Tabel IV.31, Rekapitulasi Bobot Hasil Perhitungan Matriks dan Normalisasi Jumlah Normalisasi
Priority vector [1]
Hasil kali [2]
[2] / [1]
1,22
0,175
1,33
7,60
0,47
0,068
0,50
7,42
Bahan baku
0,76
0,109
0,79
7,26
Pemasaran
0,87
0,124
0,92
7,43
Tata ruang
0,27
0,039
0,28
7,37
Modal
1,71
0,245
1,90
7,76
Infrastruktur
1,68
0,241
1,98
8,23
Jumlah
7,00
1,00
Kriteria Kondisi lahan Tenaga kerja
96
Setelah mendapatkan hasil normalisasi matriks pairwise comparison yang dapat dilihat pada Tabel IV.31 langkah selanjutnya adalah perhitungan 𝜆, CI, RI, dan CR berdasarkan teori yang tertera pada buku (Operations Research an Introduction - 8th ed., 2007, p. 490). Untuk tabel matriks pairwise comparison dan normalisasi dapat dilihat pada Lampiran B. Perhitungan 𝜆, CI, RI dan CR dapat dilihat sebagai berikut: 𝜆
= Lambda ; nilai rata-rata dari priority vector = 7,58
CI
= Consistency Index =
𝜆−𝑛 𝑛−1
= 0,0970 RI
= Random Consistency =
1,98(𝑛−2) 𝑛
= 1,4143 CR
= Consistency Ratio ≤ 0,1 =
𝐶𝐼 𝑅𝐼
= 0,0686 ; CR ≤ 0,1 inkonsistensi diterima Dari hasil perhitungan matriks didapatkan hasil rasio konsistensi kurang dari 0,1 atau sebesar 0,0686. Sehingga bobot (priority vector) hasil perhitungan dapat digunakan untuk penentuan lokasi industri pontoon lift dengan penilaian kriteria berdasarkan metode AHP. Tabel IV.32, Penilaian Skor Lokasi Industri Pontoon Lift Pertimbangan
Bobot
Sub Pertimbangan Kemampuan lahan Penggunaan lahan Jumlah dan kualitas pendidikan Kuantitas, kontinuitas, jarak bahan baku Industri pesaing dan pasar
Bobot
Skor Lokasi Pertama
Skor Lokasi Kedua
0,08743
2
3
0,034972
0,052458
0,08743
2
3
0,034972
0,052458
0,06786
2
3
0,027143
0,040714
0,10909
2
2
0,054543
0,054543
0,12417
1
3
0,031042
0,093127
Penilaian Penilaian Lokasi 1 Lokasi 2
Kondisi lahan
0,175
Ketersediaan tenaga kerja
0,068
Ketersediaan bahan baku
0,109
Pemasaran
0,124
Rencana tata ruang
0,039
Pengembangan wilayah
0,03856
3
3
0,019279
0,019279
Modal
0,245
Harga Tanah
0,24479
3
1
0,183591
0,061197
97
Pertimbangan
Kecukupan infrastruktur Total
Bobot
Sub Pertimbangan
0,241
Kecukupan listrik, air bersih, telepon, dan jaringan jalan
Bobot
Skor Lokasi Pertama
Skor Lokasi Kedua
0,24068
2
3
0,096273
0,144409
1
17
21
0,48181
0,51819
1
Penilaian Penilaian Lokasi 1 Lokasi 2
Dari perhitungan yang terdapat pada Tabel IV.32, didapatkan hasil skor terbesar adalah pada lokasi kedua. Sehingga lokasi yang dipilih untuk pengembangan industri pontoon lift adalah lokasi kedua dengan skor 0,51819 di Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Pelabuhan Benoa, Bali. IV.5.3. Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin yang digunakan dalam proses produksi pontoon lift dimulai dari perencanaan desain gambar sampai dengan production drawing. Seluruh proses tersebut melibatkan komputer, peralatan, dan mesin. Selain itu fungsi dari komputer adalah sebagai pembuat alur pada proses fabrikasi untuk mesin CNC, keperluan administrasi, dan pengembangan desain pontoon lift selanjutnya. Berikut adalah peralatan yang digunakan untuk industri pontoon lift: Tabel IV.33, Rekapitulasi Rencana dan Jumlah Mesin pada Industri Pontoon Lift Tahap Produksi Tahap Preparation
Mesin
Pekerja
4
Plate Straightening Roller
1
Shot Blasting Machine
1
Overhead Crane 25 Ton
1
Overhead Crane 5 Ton
1
Tahap Fabrication
98
Jumlah
9
16
CNC Cutting Plasma
1
Cutting Wheel Machine
1
Hydraulic Press Machine
1
Bending Machine
1
Hand Grinding Machine
12
Tahap Assembly - Erection
11
Welding SMAW / FCAW
9
30
23
Jumlah
Tahap Produksi
Mesin
Compressor
1
Forklift
1
Pekerja
Rencana dan jumlah mesin yang tertera pada Tabel IV.33 didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan berat pontoon lift dan beban yang didapatkan oleh mesin per hari pada setiap tahap proses produksi. Sebagai contoh, perhitungan untuk rencana dan jumlah mesin yang digunakan pada tahap preparation dapat dilihat sebagai berikut: Tahap Preparation Plate Straightening Roller, Shot Blasting Machine, Overhead Crane 25 Ton dan 5 Ton Lama pengerjaan
= 10
hari
Waktu pekerja
=7
jam/hari
Kecepatan mesin
= 30
menit/lembar
= 0,5 jam/lembar Ukuran pelat
= 1500 x 11 mm
; diasumsikan pemakaian pelat kapal
terbesar hasil perhitungan = 6,00 m = 0,77715
ton/lembar
Kebutuhan pelat
= 309 lembar
Panjang total pelat
= 1857 m
Beban mesin (T)
=7
jam/hari
maka, dalam 1 hari: Pelat selesai
= 186 m = 31
Kebutuhan mesin dimana,
=𝑀=
lembar 𝑊 𝑇𝑥𝑡
𝑥𝑣
M=
Kebutuhan mesin
W=
Jumlah lembar pelat selesai dalam 1 hari
T=
Beban mesin
t=
Waktu pekerja per hari
v=
Kecepatan mesin jam/lembar
Kebutuhan mesin
= 0,31582 ≈1
mesin
mesin
99
Sehingga sesuai dengan hasil perhitungan didapatkan jumlah kebutuhan masing-masing mesin untuk plate straightening roller, shot blasting machine, overhead crane 10 ton dan 5 ton dari hasil pembulatan adalah sebanyak 1 mesin. Perhitungan jumlah mesin untuk tahap fabrikasi dan erection terdapat perbedaan pada lama pengerjaan. Lama pengerjaan pada kedua tahap tersebut disesuaikan dengan perhitungan rencana produksi pontoon lift pada Bab IV.5.1. 1. Personal Computer (PC) Komputer yang digunakan untuk pengembangan desain pontoon lift dan keperluan administrasi memiliki spesifikasi yang berbeda. Sehingga pada industri pontoon lift digunakan 2 komputer untuk keperluan desain dan 3 komputer untuk keperluan administrasi dengan spesifikasi teknis komputer yang disesuaikan. Tabel IV.34, Spesifikasi Personal Computer (www.asus.com, 2016) Equipment
Personal Computer (PC)
Publisher
ASUS
Model
ASUS VivoPC M32CD-USO12T
Total Price
11.099.000 IDR
Specification
Windows 10, DOS Intel Core i5 6400 2,7 GHz up to 3,3 GHz Max. 12 GB RAM DDR4, 1TB Hard Disk Drive NVIDIA® GeForce GT720 2GB 24.1” PA248Q Asus Monitor
Dari Tabel IV.34 dibutuhkan 5 jenis komputer untuk keperluan desain, pengembangan, dan administrasi industri. 2. Software AutoCAD AutoCAD merupakan software desain yang sering digunakan untuk membuat model dan gambar dalam bentuk 2D maupun 3D. Penggunaan AutoCAD dipilih karena software ini mudah untuk dioperasikan untuk pembuatan gambar. Gambar pengembangan maupun produksi dapat dibuat menggunakan software AutoCAD dengan aturan dasar menggambar teknik. Tabel IV.35, Spesifikasi Software AutoCAD 2016 (www.ebay.com, 2016)
100
Equipment
Software AutoCAD
Publisher
Autodesk, Inc.
Model
AutoCAD 2016 Design Suite
Total Price
1.400 USD
Specification
Network license 2D and 3D Design 64 Bit AutoCAD 2016 version
Berdasarkan Tabel IV.35 spesifikasi software AutoCAD yang digunakan adalah versi 2016, untuk kebutuhan desain secara umum tidak dibutuhkan software versi 2017 yang memiliki harga lebih mahal. Sehingga biaya pengeluaran untuk investasi industri dapat berkurang karena lisensi AutoCAD yang dapat digunakan pada jaringan komputer kantor (network). 3. Software Microsoft Office Keperluan industri dalam membuat laporan, perhitungan, maupun presentasi untuk produk yang sedang dibangun dibutuhkan software Microsoft Office. Microsoft Office digunakan karena fitur software yang sangat berguna dan mudah digunakan bagi seluruh pekerja baik Project Manager maupun Direktur. Tabel IV.36, Spesifikasi Software Microsoft Office 2016 (www.bestbuy.com, 2016) Equipment
Microsoft Office
Publisher
Microsoft Corp.
Model
Microsoft Office 365 Home version
Total Price
500 USD
Specification
5 PCs license 5 Year License Product Key Series 2016 Office Word, Excel, PowerPoint, Access, and more.
Didapatkan dari Tabel IV.36 harga untuk software Microsoft Office yang akan digunakan industri pontoon lift adalah US $500,00 selama 5 tahun dan untuk 5 komputer. Sehingga dapat digunakan untuk keperluan laporan, kemajuan proyek, maupun perhitungan dalam hal teknis dan keuangan industri. Untuk software yang tidak termasuk dalam paket office seperti Microsoft Project harus menggunakan lisensi lain. 4. Mesin Roll Mesin roll berfungsi untuk meluruskan pelat yang mengalami deformasi ketika disimpan didalam gudang atau tertumpuk dengan pelat lain. Untuk mendapatkan hasil pelat yang lurus dibutuhkan mesin roll sesuai dengan kapasitas perhitungan.
101
Gambar IV.32, Mesin Roll pada Galangan Kapal Mesin roll yang terdapat pada Gambar IV.32 memiliki spesifikasi ketebalan maksimum pelat sebesar 20 mm dengan lebar maksimum 2500 mm. Adapun mesin roll yang digunakan untuk industri pontoon lift memiliki spesifikasi serupa. Berdasarkan hasil perhitungan, tebal pelat paling besar adalah 11 mm dengan lebar terbesar 1800 mm. Tabel IV.37, Spesifikasi Teknis Mesin Roll (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Roll Machine
Total Price
8.000 USD
Specification
Max. Bending Thickness 20 mm Max. Bending Width 2500 mm Max. Bending Radius 850 mm
Beradasarkan data yang tertera pada Tabel IV.37 mesin roll dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan industri pontoon lift memiliki harga US $8.000. Selain berfungsi untuk meluruskan pelat yang mengalami deformasi, mesin roll juga dapat digunakan untuk bending dengan jari-jari tertentu. 5. Mesin Blasting Mesin blasting digunakan untuk membersihkan pelat dari karat atau kotoran yang terdapat pada permukaan pelat selama disimpan. Setelah pelat dibersihkan mesin blasting kemudian menyemprotkan cat primer untuk lapisan pelindung pelat dari karat. Pelat yang telah dilapiskan oleh cat primer kemudian dapat disimpan kembali atau diproses menuju tahap berikutnya pada tahap fabrikasi untuk dipotong atau ditekuk sesuai dengan rencana desain.
102
Gambar IV.33, Mesin Blasting pada Galangan Kapal Setiap mesin blasting Gambar IV.33 memiliki dimensi maksimum dari pelat (workpiece) untuk lebar, tebal, dan panjang. Pada umumnya mesin blasting dapat digunakan untuk pelat, profil, pipa, atau balok untuk konstruksi kapal. Tabel IV.38, Spesifikasi Teknis Mesin Blasting (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Shot Blasting Machine
Total Price
13.000 USD
Specification
Item Type RV6925 Width of workpiece ≤ 2500 mm Height of workpiece ≤ 600 mm Cleaning rate 0,5 – 4 m/min Automatic loading and unloading, automatic blasting, dust collection, abbrasive media reclaim system, recoating system
Dengan spesifikasi mesin blasting yang tertera pada Tabel IV.38 lebar dari pelat tidak boleh lebih dari 2500 mm dengan tinggi maksimum workpiece adalah 600 mm. Mesin blasting sangat berguna untuk mencegah korosi selama proses produksi dari pelat yang akan digunakan untuk assembly part pontoon lift. 6. Mesin Cutting CNC (Plasma) Mesin cutting CNC (Plasma) digunakan untuk membuat bentuk pelat atau profil yang membutuhkan tingkat akurasi tinggi. Prinsip dasar mesin cutting CNC adalah menggunakan listrik untuk memanaskan udara dengan sangat tinggi hingga titik suhu plasma (ribuan derajat celcius).
103
Gambar IV.34, Mesin CNC (Plasma) Pemotong Pelat Cutting rate atau kecepatan potong mesin cutting CNC Gambar IV.34 tergantung dari ketebalan pelat dan bentuk yang akan dipotong. Semakin tebal dan rumit bentuk potongan maka akan membutuhkan waktu yang semakin lama. Selain itu mesin cutting CNC membutuhkan tenaga listrik yang besar untuk dapat menghasilkan suhu plasma dalam proses pemotongan. Tabel IV.39, Spesifikasi Teknis Mesin Cutting CNC (Plasma) (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Cutting CNC (Plasma) Machine
Total Price
11.700 USD
Specification
Rail span 4000 mm Rail length 14000 mm Effective cutting width 3200 mm Effective cutting length 12000 mm CNC Cutting Torch 2 Set Cutting speed 100 to 750 mm/min
Dapat dilihat pada Tabel IV.39 mesin cutting CNC (Plasma) memiliki lebar dan panjang efektif untuk pelat. Mesin cutting CNC (Plasma) sangat sering digunakan oleh industri perkapalan. 7. Mesin Bending Mesin bending digunakan oleh industri perkapalan untuk membuat lekukan sampai dengan 90º. Dengan menggunakan hydraulic pressure mesin bending dapat membuat lekukan yang sempurna sepanjang pelat sehingga memudahkan proses produksi.
104
Gambar IV.35, Mesin Bending pada Galangan Kapal Mesin bending yang dapat dilihat pada Gambar IV.35 dapat melekukkan pelat dengan lebar maksimum 2500 mm sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri pontoon lift. Tabel IV.40, Spesifikasi Mesin Bending (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Bending Machine
Total Price
9.163 USD
Specification
Nominal Force 1000 kN Worktable Length 2500 mm Poles Distance 2000 mm Ram Strokes 120 mm Max. Open 380 mm Power 7,5 kW Dimension L x W x H ; 2700 x 1500 x 2420 mm
Dari Tabel IV.40 didapatkan kapasitas maksimum bending force mesin adalah sebesar 1000 kN atau setara sekitar 100 ton. Dengan kapasitas tersebut mesin bending mampu melekukkan pelat sampai dengan 20 mm. 8. Cutting Wheel Abrasive Cut-Off Machine atau sering disebut dengan cutting wheel machine adalah mesin untuk memotong profil atau pipa dengan ketebalan atau diameter sampai dengan 120 mm. Mesin cutting wheel memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan cutting torch dan sangat berguna untuk memotong profil atau pipa yang tidak dapat dipotong oleh mesin CNC.
105
Gambar IV.36, Mesin Abrasive Cutting Wheel pada Bengkel Fabrikasi Dengan menggunakan mesin cutting wheel seperti pada Gambar IV.36 pekerja dapat memotong profil dan pipa yang akan dipasang pada pontoon lift. Adapun spesifikasi dari mesin cutting wheel dapat dilihat pada Tabel IV.41. Pada umumnya mesin cutting wheel terdapat pada bengkel fabrikasi untuk memotong profil kemudian dirakit pada bengkel assembly. Tabel IV.41, Spesifikasi Mesin Abrasive Cutting Wheel (www.amazon.com, 2016) Equipment
BOSCH Cutting Wheel
Total Price
184,99 USD
Specification
Bosch 3614 14-Inch Abrasive Cut-Off Machine 15 Amps, No-load speed 3.900 rpm Wheel diameter 360 mm Depth to cut 150 mm Max capacity pipe O.D. 120 mm Max. Capacity square stock 200 mm Adjustable fence – for bevel cuts 0-45º
Spesifikasi mesin pada Tabel IV.41 digunakan untuk memotong profil terbesar yaitu flat 180x18 mm dan round bar Ø 60 mm. Selain untuk memotong profil atau pipa, mesin cutting wheel juga dapat membuat bevel dengan kemiringan 0-45º. 9. Kompresor Kompresor digunakan oleh galangan untuk keperluan sand blasting, pengecatan, dan pengetesan kekedapan (leak test) pada tanki kapal atau pipa. Terdapat banyak jenis kompresor yang dapat digunakan tergantung dari kapasitas atau horse power HP yang dibutuhkan.
106
Gambar IV.37, Mesin Kompresor 190 HP pada Galangan Kapal Kompresor seperti pada Gambar IV.37 dilengkapi oleh filter udara untuk mendapatkan tekanan dan udara yang bersih selama berlangsungnya proses sand blasting atau pengecatan. Spesifikasi mesin kompresor yang tertera pada Tabel IV.42 dengan power sebesar 64 HP cukup untuk melakukan pengetesan kekedapan (leak test) pada tangki pontoon lift. Karena terdapat mesin shot blasting sehingga mesin sand blasting dengan menggunakan kompresor dapat diperkecil. Selain itu untuk proses pengecatan tekanan yang dibutuhkan adalah 0,3-0,5 MPa. Tabel IV.42, Spesifikasi Kompresor (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Diesel Screw Air Compressor
Total Price
6.262 USD
Specification
Free air delivery 6,1 m3/min Vibration isolators are fitted between engine, compressor and base frame to reduce vibration Discharge pressure 0,7 MPa ≈ 7 bar ≈ 102 psi Power 48 kW ≈ 64 HP Dimension 2800 x 1860 x 1750 mm Weight 1100 kg
10. Overhead Traveling Crane Overhead traveling crane berfungsi untuk memindahkan panel atau seksi pada tahap fabrikasi dan assembly. Selain itu pada proses cutting dengan menggunakan mesin CNC juga dibutuhkan overhead traveling crane untuk memindahkan pelat dengan kapasitas crane sebesar 5 Ton.
107
Gambar IV.38, Overhead Traveling Crane dengan Kapastias 10 Ton Cara kerja dari overhead traveling crane adalah dengan tumpuan dan motor penggerak pada kedua ujung girder sehingga dapat bergerak sepanjang bengkel serta hoist/trolley untuk memindahkan panel sesuai bentangan girder. Overhead traveling crane sangat berguna untuk memindahkan material di dalam bengkel baik indoor maupun outdoor. Adapun spesfikasi dari overhead traveling crane yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel IV.43, Spesifikasi Overhead Traveling Crane (www.alibaba.com, 2016) Equipment
Overhead Traveling Crane 5 Ton Overhead Traveling Crane 25 Ton
Total Price
2.200 USD 3.350 USD
Specification
Normal workshop duty class A3 LDA Single Girder Overhead Crane Indoor Electric powered motor 220V, 60 Hz, 3-phase AC Wireless controller, emergency stop system, limit switch lifting or traveling, overload protection device.
Spesifikasi yang terdapat pada Tabel IV.43 crane 25 ton dibutuhkan untuk memindahkan panel dan seksi pada tahap assembly dan erection. Sedangkan untuk crane 5 ton dibutuhkan untuk memindahkan pelat dari/ke atas mesin cutting CNC (Plasma). 11. Mesin Gerinda Tangan Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk menghaluskan permukaan benda kerja dengan hasil gesekan rotasi mata gerinda dengan benda. Pada awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda kerja berupa logam yang 108
kersa seperti baja dan stainless steel. Pada galangan kapal gerinda berfungsi untuk menghaluskan permukaan hasil potongan, las-lasan, membersihkan kotoran atau karat ada permukaan logam.
Gambar IV.39, Mesin Gerinda Tangan (www.amazon.com, 2016) Mesin gerinda tangan seperti pada Gambar IV.39 memiliki kecepatan rotasi mata gerinda yang dapat diatur sesuai dengan keinginan. Untuk spesifikasi lebih jelas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel IV.44, Spesifikasi Mesin Gerinda Tangan (www.amazon.com, 2016) Equipment
BOSCH AG50-11VSPD 5 Inch
Total Price
127,99 USD
Specification
Dimension 15,4 x 5,1 x 6,1 inches Power source : electric powered Robust 11 Amp 11.500 RPM motor, power and performance demanded by professional
Spesfikasi mesin gerinda yang tertera pada Tabel IV.44 didapatkan untuk memenuhi kebutuhan pada industri pontoon lift. Jumlah dari gerinda didapatkan dari perhitungan jumlah total mesin las yang digunakan ditambah dengan jumlah total bengkel. Bengkel tersebut meliputi bengkel outfitting, bengkel fabrikasi, dan bengkel assembly dengan asumsi dibutuhkan 1 gerinda pada setiap bengkel. Sehingga total gerinda yang dibutuhkan untuk industri pontoon lift adalah sebanyak 12 mesin gerinda. 12. Mesin Las SMAW Mesin las adalah alat yang digunakan untuk menyambung 2 logam terpisah dengan mencairkan logam yang terdapat pada elektroda las dari aliran listrik DC. Teknik pengelasan yang benar dibutuhkan untuk menghasilkan sambungan sempurna. 109
Defleksi las atau cacat las dapat menimbulkan hasil las seperti angular distortion atau misalignment yang dapat menghambat proses produksi karena harus dilakukan pengerjaan ulang (rework).
Gambar IV.40, Mesin Las SMAW pada Galangan Kapal Terdapat beberapa jenis mesin las seperti pada Gambar IV.40 yang dapat digunakan dalam industri perkapalan, sebagai contoh adalah Shielded Metal Arc Welding – SMAW, Flux-Cored Arc Welding – FCAW, atau Gas Metal Arc Welding – GMAW, dan sebagainya. Tabel IV.45, Spesifikasi Mesin Las SMAW (www.alibaba.com, 2016) Equipment
XIONGGU DC Welding Machine SMAW
Total Price
460 USD
Specification
Input Power 3 Phase 380 V ± 10% 50-60 Hz Rated input power/current 18kVA/27A Rated output current/voltage 400A/36V Rated output duty cycle 60% Output current 40-400A Weight 28 kg, Dimension 288 x 478 x 460 mm
Dari hasil perhitungan, mesin las dengan spesifikasi pada Tabel IV.45 dibutuhkan sebanyak 9 mesin. Mesin las SMAW dipilih karena harga yang dibutuhkan tidak mahal dan mudah untuk digunakan oleh pekerja. 13. Forklift Forklif digunakan untuk material handling dari pelat, profil, pipa, atau material lain dari gudang menuju area preparation dan fabarication. Penentuan kapasitas forklift ditentukan oleh berat material yang akan diangkat dalam proses material handling.
110
Gambar IV.41, Forklift 5 Ton (www.alibaba.com, 2016) Forklift yang digunakan untuk fasilitas produksi pada industri pontoon lift akan berfungsi untuk memindahkan material dari bengkel fabrikasi menuju bengkel perakitan. Selain itu forklift juga dapat berguna untuk memindahkan consumable material dari gudang seperti tabung gas dan O2. Adapun spesifikasi forklift yang dipilih adalah sebagai berikut: Tabel IV.46, Spesifikasi Forklift Kapasitas 5 Ton (www.alibaba.com, 2016) Equipment
LONKING 5 Ton Forklift Diesel
Total Price
9.900 USD
Specification
Model number LG50DT Rated loading 5000 kg Fork length 1220 mm, CE/ISO certification Weight 6150 kg Max lifting height 3000 mm, fork width 150 mm Dimension 4660 x 2000 x 2500 mm Turning radius 3370 mm
Dengan spesifikasi yang tertera pada Tabel IV.46 didapatkan kapasitas angkat forklift adalah sebesar 5000 kg atau setara dengan 5 ton. 14. Peralatan Pendukung (handtools) Dalam proses produksi pontoon lift dibutuhkan peralatan pendukung baik pada tahap preparation, fabrication, assembly, dan erection. Peralatan pendukung tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan akurasi, ketepatan ukuran, atas dasar 3 hal yaitu: a. Sebagai alat penanda (marking tool), contoh: steel marker, kapur, dll. 111
b. Sebagai alat ukur (measuring tool), contoh: mistar, meteran, mistar sudut, dll. c. Sebagai alat pendukung (supporting tool), contoh: palu, obeng, tang, bor tangan, dll. Beberapa peralatan yang digunakan sebagai peralatan pendukung dapat dijumpai secara luas pada toko material. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan peralatan pendukung dengan kualitas terbaik dan awet. IV.5.4. Rencana Layout Industri Pontoon Lift Rencana tata letak bangunan untuk industri pontoon lift akan mempengaruhi efisiensi pada proses perpindahan material atau pekerja. Tata letak bangunan harus dapat menunjang kebutuhan ruang gerak mesin dan material pada tahap persiapan (preparation), fabrikasi (fabrication), perakitan (assembly), dan penggabungan (erection). Dalam menentukan layout industri pontoon lift dibutuhkan beberapa pertimbangan yaitu: a. Proses produksi, meliputi pekerjaan konstruksi lambung dan perlengkapan pontoon lift. Kedua jenis pekerjaan tersebut harus disusun secara sistematis dari mulai material datang sampai selesai tanpa ada interferensi pekerjaan lain. b. Arah arus material (material flow), titik awal dan titik akhir dari proses produksi tergantung pada metode pengiriman bahan baku yang digunakan apakah menggunakan transportasi laut atau darat. c. Luas area fasilitas, luas area setiap fasilitas yang direncanakan ditentukan oleh kapasitas produksi sesuai perhitungan atau kesepakatan. d. Lokasi fasilitas utama, tata letak lokasi fasilitas utama seperti kantor, lahan parkir, gudang, area preparation, fabrication, assembly, dan building berth perlu direncanakan sesuai dengan arah arus material dan proses produksi. e. Lokasi fasilitas penunjang, tata letak lokasi fasilitas penunjang seperti lebar jalan di dalam area industri, pos keamanan, muster point, musala, dan alat pemadam kebakaran direncanakan sesuai dengan faktor keselamatan kerja, keamanan, kenyamanan, dan efisiensi lahan. Sesuai dengan kelima pertimbangan tersebut maka untuk perencanaan tata letak fasilitas utama dibutuhkan ukuran utama pontoon lift untuk menentukan luas dari building berth dan area assembly, sedangkan untuk kantor dibutuhkan luas dari masing-masing ruangan tenaga kerja tidak langsung, ruang rapat, toilet, dan sebagainya.
112
Gambar IV.42, Rencana Layout Industri Pontoon Lift Keterangan: 1. Kantor 2. Musala
9. Gudang Cat, Consumable, Peralatan Uji 10. Preparation Workshop 113
3. Pos Keamanan
11. Fabrication Workshop
4. Parkir Tamu / Muster Station
12. Assembly Area
5. Parkir Mobil
13. Erection Site / Building Berth
6. Parkir Motor 7. Gudang Pelat dan Profil
14. Junk Yard 15. Suplai Listrik PLN dan Ruang Genset
8. Gudang Outfitting dan Machinery Dapat dilihat pada Gambar IV.42, tipe tata letak bangunan dan arus material yang digunakan adalah tipe Z. Tipe Z digunakan untuk memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan rencana perluasan atau penambahan kapasitas industri. Lebar jalan tersempit yang digunakan adalah 5 meter pada proses perpindahan material dari tahap fabrikasi menuju tahap perakitan. Junk yard digunakan untuk tempat penyimpanan sementara material-material sisa yang tidak dapat digunakan kembali sehingga dapat diangkut ke tempat lain untuk di daur ulang (recycle). Sedangkan untuk rencana tata letak ruangan kantor pada industri pontoon lift adalah sebagai berikut:
Gambar IV.43, Rencana Layout Kantor Industri Pontoon Lift Tata ruang pada perkantoran seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.43 membutuhkan pertimbangan terhadap cahaya dan arus masuk atau keluar baik pekerja maupun tamu. Dengan memanfaatkan sekat kaca sebagai pemisah antar ruang, cahaya dapat lebih 114
menyebar pada seluruh ruangan sehingga menghasilkan intensitas yang cukup. Dengan demikian penggunaan listrik akan berkurang. Dalam menentukan ukuran lahan yang dibutuhkan pada industri harus terlebih dahulu menentukan luas dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Urutan menentukan lahan yang dibutuhkan pada industri dapat dilihat sebagai berikut: 1. Menghitung jumlah peralatan dan pekerja yang dibutuhkan untuk industri. 2. Menentukan standar luas ruangan pada kantor, standar ukuran tempat parkir dan jalan, ukuran mesin, ukuran material yang akan di proses, dan ruang kerja yang cukup pada bengkel. 3. Membuat sketsa layout dari letak fasilitas utama dan fasilitas penunjang. 4. Membuat layout industri/galangan berdasarkan ukuran-ukuran yang telah didapatkan dari hasil perhitungan maupun data. Tabel IV.47, Ukuran dan Luasan Fasilitas Industri Pontoon Lift No.
Nama Fasilitas
Panjang (m)
Lebar (m)
Luas (m2)
1
Luas Lahan Keseluruhan
105,00
75,00
7875,00
2
Kantor
23,00
11,50
264,50
2.1
Ruang Direktur Utama
6,80
4,00
30,50
2.2
Ruang Manager SDM dan GA
5,00
4,00
20,00
2.3
Ruang Manager Keuangan
5,00
4,00
20,00
2.4
Manager Desain dan Pengembangan
2,58
2,50
6,44
2.5
Manager Produksi
2,58
2,50
6,44
2.6
Manager K3
2,58
2,50
6,44
2.7
QC / QA 1 dan 2
2,58
2,50
6,44
2.8
Sekertaris Umum
2,50
2,23
5,56
2.9
Ruang Rapat
7,95
4,35
34,58
2.10
Ruang Tamu
5,30
5,00
26,50
2.11
Ruang Makan
7,20
4,70
33,84
2.12
Lobby
6,50
5,65
36,73
2.13
Dapur
3,90
3,40
13,26
2.14
Toilet
2,00
1,80
3,60
Gudang
30,00
22,00
660,00
3 3.1
Gudang Pelat dan Profil
22,00
18,00
396,00
3.2
Gudang Machinery dan Outfitting Gudang Painting, Consumable, dan Alat Tes
14,00
12,00
168,00
12,00
8,00
96,00
3.3
115
No.
Nama Fasilitas
Panjang (m)
Lebar (m)
Luas (m2)
4
Preparation Workshop
24,00
16,50
396,00
5
Fabrication Workshop
24,00
16,50
396,00
6
Assembly Area
30,00
20,00
600,00
7
Erection Site / Building Berth
60,00
30,00
1800,00
8
Junk Yard
23,50
9,80
230,30
9
Parkiran
37,20
16,20
602,64
9.1
Mobil
16,20
14,60
236,52
9.2
Motor
18,60
16,20
301,32
10
Ruang Genset dan sistem distribusi listrik
9,80
5,00
49,00
11
Musala
6,00
6,00
36,00
12
Pos Keamanan dan Ruang Absensi Pegawai
5,00
3,00
15,00
13
Muster Station
26,80
26,40
707,52
Dapat dilihat Tabel IV.47 dibutuhkan lahan seluas 7875 m2 untuk membangun industri pontoon lift, luas tersebut terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Sedangkan untuk arah arus material (material flow) dijelaskan sebagai berikut: 1. Gudang Gudang terdiri dari 3 kategori yaitu: gudang pelat dan profil, gudang permesinan dan perlengkapan, dan gudang cat, consumable, dan peralatan pengetesan. 2. Preparation Workshop Lokasi persiapan material sebelum memasuki tahap fabrikasi, dimana material yang disimpan dilakukan proses identifikasi, penandaan, dan pelurusan dengan menggunakan mesin shot blasting dan mesin roll. 3. Fabrication Workshop Bengkel fabrikasi adalah tempat dimana pekerjaan pemotongan, penandaan, dan pembentukan material sesuai dengan ukuran desain dengan menggunakan mesin cutting plasma CNC, bending, dan cutting wheel untuk profil. 4. Assembly Area Lokasi perakitan material dalam bentuk pelat dan profil menjadi suatu panel dimana pekerjaan pengelasan, pemotongan, dan penempatan posisi profil pada sudut atau titik yang tepat. 5. Erection Site (Building Berth) Tempat untuk menggabungkan panel-panel yang telah melewati proses perakitan dimana pekerjaan pengelasan pada blok ponton dan sidewall dilakukan, sangat 116
rentan terhadap misalignment atau distorsi yang dapat mengurangi kekuatan struktur pontoon lift. IV.6. Sarana Pendukung Pontoon Lift Perencanaan sarana pendukung pontoon lift pada penelitian ini dilakukan hanya sebatas preliminary design dimana dilakukan perhitungan untuk ukuran dan gambar sketsa. Secara keseluruhan terdapat 4 macam sarana pendukung untuk pengoperasian pontoon lift, diantaranya: 1. Lori (Cradle) 2. Wire Rope atau Sling 3. Winch 4. Girder dan Pillar penyangga ponton pada dermaga Terdapat sarana pendukung lain yang harus digunakan ketika docking kapal ikan yaitu keel block dan side block. Bahan yang digunakan untuk keel block dan side block adalah kayu pasang (oakwood). Kayu pasang dipilih karena memiliki karakteristik yang kuat terhadap beban tekan maupun tarik, aman untuk lambung kapal ikan maupun pontoon lift, relatif lebih murah, dan mudah didapatkan di Indonesia. Berdasarkan standar kelas kayu yang tertera pada Standar Nasional Indonesia – Perencanaan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) kayu pasang termasuk kedalam kategori kelas kuat I-II (kuat tekan 425-650 kg/cm2) dan kelas awet II-IV (umur maks. s/d 15 tahun). Sehingga kayu pasang sangat cocok untuk digunakan pada dunia perkapalan khususnya untuk balok lunas maupun bilga. IV.6.1. Lori (Cradle) Untuk memindahkan kapal ikan dari atau menuju pontoon lift dibutuhkan sarana lain yaitu lori (cradle). Perencanaan cradle dilakukan dengan menghitung beban yang bekerja pada cradle sehingga didapatkan ukuran profil yang harus digunakan. Lori direncanakan terbuat dari baja dengan 8 roda pada setiap sisi port side dan starboard side kapal. Sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan ukuran profil untuk cradle adalah profil I 80x10 + 170x10, ukuran face dan base plate 80x10 mm dan ukuran web plate 170x10 mm. Dengan perhitungan berat cradle sebagai berikut: Wcradle
=
Wkonst + Wroda
dimana, roda
=8
buah
117
Wroda = 0,4 ton
; asumsi berat 1 roda = 50 kg
Wkonst = A . Lcradle . ⍴ baja = 3300,0 . (24,0 . 1000) . (7,85 /10^9) = 0,62172
ton
maka, Wcradle = 0,62 + 0,40 = 1,02172 Wcradle total
ton
= 2,04344
ton
; karena dipasang 2 cradle pada sisi port side dan
starboard side. Perhitungan ukuran profil cradle dapat dilihat pada Lampiran C. IV.6.2. Perhitungan Sling (Wire Rope) Sling (wire rope) digunakan untuk menarik kapal ikan dari pontoon lift menuju building berth galangan. Sling yang digunakan berbahan baja dengan perhitungan ukuran sebagai berikut: Diameter SWL
=1
cm
= 0,3937
inch
= Diameter x 6 (Safe work load) = 2,362205
P
ton
= Berat Kapal dan Cradle = 58,20044984
ton
Dengan prinsip hukum Newton I dapat dihitung: ∑F
=0
0
= Ps - P.sinα - Fgesek
; α = 0 karena bidang datar,
Ps
= P.sinα + Fgesek
Fgesek = koef. Gesek x Gaya Normal = 10% . F
= 5,8200
ton
; gaya yang harus diterima oleh sling
n Lilitan
=4
Ps total
= Gaya total yang dapat diterima sling = SWL . n = 9,448819
ton
Load = Tegangan yang diterima sling = Ps / Ps total . SWL = 1,455011 118
ton
; SWL = 2,362205 ton
Memenuhi, Load < SWL sehingga berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan digunakan sling dengan diameter 10 mm 4 lilitan untuk menarik kapal ikan 60GT. IV.6.3. Perhitungan Daya Winch Winch terdiri dari motor listrik dan penggulung sling sehingga setelah mendapatkan ukuran sling maka dapat dilakukan perhitungan terhadap daya motor winch yang harus digunakan. Winch yang digunakan untuk industri perkapalan harus sesuai dengan spesifikasi kapal terbesar yang akan ditarik, selain itu dibutuhkan perhitungan tambahan apabila building berth pada galangan kapal memiliki sudut kemiringan. Untuk galangan kapal yang menggunakan sarana pokok pontoon lift dapat menggunakan winch atau menggunakan traktor sebagai alat penarik kapal ikan. Karena building berth tidak memiliki kemiringan maka perhitungan daya winch dapat disederhanakan.
Gambar IV.44, Marine Dock Winch pada Galangan Kapal Seperti pada Gambar IV.44 untuk mengoperasikan winch dibutuhkan motor listrik. Didapatkan dari hasil perhitungan besar daya (power) yang harus terpenuhi adalah sebesar 5,871855 ton atau 57,6029 kN. Sehingga motor power yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut: 1 feet = 3,28084 v
= Kecepatan Tarik ; 4 s/d 10 feet/menit – diambil 8 feet/menit = 0,04064
1 HP = 735,4988 MP
m
m/s watts
= P . v ; Motor Power [kW]
dimana, 119
P
= Power = 57,6029
kN
maka, MP
= 2,3410
kW
= 2340,9817 watts = 3,1828
HP
dari hasil pembulatan pada perhitungan didapatkan besar daya motor winch yang digunakan adalah sebesar 4,0 HP (Horse Power). IV.6.4. Perhitungan Ukuran Girder dan Pillar Penyangga di Dermaga Seperti yang dapat dilihat pada Gambar IV.16 terdapat penyangga yang digunakan untuk proses transfer kapal dari atau menuju pontoon lift. Penyangga tersebut direncanakan menggunakan beton bertulang dengan kuat tekan sebesar 250 kg/cm 2. Sehingga untuk mendapatkan ukuran pada tahap desain awal seperti Gambar IV.45 dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Gambar IV.45, Tampak Depan Pillar dan Girder Penyangga Pontoon Lift Ukuran pillar dan girder yang direncanakan pada tahap desain awal berdasarkan kondisi terekstrim ketika pasang surut terendah dimana nilai berat total sebesar 270,00 ton force. Hal pertama yang harus didapatkan dari perhitungan ukuran adalah luas minimum penampang pillar (Areq) yang merupakan hasil bagi berat dengan kuat tekan beton bertulang. Luas minimum penampang pillar harus ditambahkan dengan safety factor (Sf) sebesar 50% Areq. Sf dalam penelitian ini harus memepertimbangkan faktor pasang surut, kekuatan beton saat bencana gempa, benturan, dan sebagainya. Berikut adalah ukuran pillar dan girder yang dibutuhkan untuk tahap preliminary design: Areq
= 1620.0
untuk pillar,
120
cm2
Gambar IV.46, Perencanaan Ukuran untuk Pillar Penyangga a
= 45
cm
b
= 45
cm
A
= 2025 cm2
; Memenuhi, A > A requirement
untuk girder,
Gambar IV.47, Perencanaan Ukuran untuk Girder Penyangga h girder
= 1/8 . L
; dimana L = Jarak Antar Pillar
= 0,25 m = 25 L girder
cm
= 1/2 h atau b diambil yang lebih besar = 12,5 cm
diambil
= 45
atau
45
cm
cm
sehingga dari hasil perhitungan didapatkan ukuran pillar adalah 45x45 cm dan ukuran girder sebesar 25x45 cm. IV.7. Perhitungan Estimasi Harga Pontoon Lift dan Nilai Investasi Industri Dalam proses mendesain kapal terdapat dua aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu aspek teknis dan aspek ekonomis. Kedua aspek ini saling berkaitan satu sama lain, dimana hasil dari analisis teknis dapat mempengaruhi perhitungan ekonomis dan begitu juga sebaliknya. Aspek ekonomis yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah dari jenis biaya terutama biaya pembangunan. Biaya pembangunan merupakan kebutuhan biaya untuk membangun pontoon lift dari tahap awal hingga kapal selesai dibangun. Mengingat tahapan desain yang digunakan pada penelitian ini baru sebatas conceptual design, maka estimasi biaya pembangunan pontoon lift yang digunakan adalah tahap conceptual or screening estimate (estimate class 5). 121
Setelah mendapatkan estimasi biaya pembangunan, langkah selanjutnya dalam perhitungan ekonomis adalah menilai kelayakan investasi untuk industri pontoon lift. Untuk dapat menilai kelayakan investasi, dibutuhkan perhitungan terhadap harga pokok produksi berdasarkan estimasi biaya pembangunan estimate class 5 untuk pontoon lift sehingga didapatkan harga sewa yang tidak lain adalah pendapatan bersih industri pontoon lift. Setelah mendapatkan nilai harga sewa, dilakukan perhitungan pendapatan dengan asumsi target penjualan pontoon lift setiap tahun adalah sebanyak 3 pontoon lift. Perhitungan biaya investasi industri pontoon lift dilakukan dengan menghitung total harga tanah dan bangunan, pembelian interior kantor, permesinan, dan peralatan, perhitungan biaya operasional industri per tahun, perawatan permesinan dan peralatan industri per tahun dan margin biaya investasi industri. IV.7.1. Estimasi Harga Pontoon Lift Conceptual or screening estimate (estimate class 5) adalah tingkatan paling awal dalam tahap penentuan biaya pembangunan sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab IV.7. Estimasi yang dibuat pada tingkatan ini berdasarkan data proyek yang telah dibuat pada waktu lalu atau menggunakan parametric model, judgement, dan analogy.
Gambar IV.48, Indeks Harga Baja per Satuan Ton
122
Estimasi ini dibuat dengan tingkat penyelesaian lingkup pekerjaan 0% s/d 2% dan memiliki tingkat akurasi batas bawah -20% s/d -50% dan batas atas +30% s/d +100%. Perhitungan estimasi harga dan perawatan untuk pontoon lift diawali dengan menentukan komponen biaya yang menjadi acuan dalam perhitungan estimasi, dalam hal ini adalah biaya dari komponen baja pontoon lift. Nilai biaya komponen baja pontoon lift didapatkan dari hasil kali antara berat komponen baja dengan harga baja per satuan ton Gambar IV.48. Diketahui berat komponen baja pontoon lift adalah sebesar 200,44 ton sedangkan untuk harga baja per satuan ton didapatkan dari Gambar IV.48 (SteelBenchmarker, November 14, 2016). Perhitungan kebutuhan biaya komponen baja dapat menggunakan persamaan berikut ini: Price Steel Plate
= Wsteel x UPsteel
[$]
= $ 125.275,00 dimana, Wsteel = Berat komponen baja kapal UPsteel = Harga baja per satuan ton (Unit Price of Steel) Dari hasil perhitungan didapatkan biaya komponen baja pontoon lift adalah sebesar 125.275 USD. Komponen baja pontoon lift dalam hal ini meliputi pelat dan profil yang digunakan sebagai konstruksi pontoon lift. Seluruh nilai bobot yang digunakan seperti pada Tabel IV.48 mengacu pada Tabel II.1 yang dapat dilihat pada Bab II.6. Biaya komponen baja memiliki bobot sebesar 21% dengan komponen yang tidak digunakan pada pontoon lift adalah sebagai berikut: 1. Propulsion system and accessories (12%) 2. Auxiliary diesel engine and accessories (3,5%) 3. Boiler and heater (1%) 4. Power Source and accessories (3%) 5. Radio and navigation equipment (2,5%) Tabel IV.48, Rekapitulasi Biaya Produksi Pontoon Lift Cost
Komponen
%
Harga ($)
1. Hull Part Steel Plate and Profile
Direct Cost
Hull Outfitting, keel blocks, sidewall bridge Piping, valves, fittings Paint and Cathodic Protection Coating (Tanks)
21
$
125.275,00
7
$
41.758,33
2,5
$
14.913,69
2
$
11.930,95
1,5
$
8.948,21
123
Cost
Komponen
%
Fire fighting and mooring equipment
Harga ($) 1
$
5.965,48
0,3
$
1.789,64
35,3
$
210.581,31
Other machinery
3,5
$
20.879,17
Piping, valves, fittings
2,5
$
14.913,69
Machinery spare part and tool
0,5
$
2.982,74
Subtotal (2)
6,5
$
38.775,60
1,5
$
8.948,21
1
$
5.965,48
Electrical spare part and tool
0,2
$
1.193,10
Subtotal (3)
2,7
$
16.106,79
Consumable material, rents, labor
20
$
119.309,52
Subtotal (4)
20
$
119.309,52
Launching and testing
1
$
5.965,48
Inspection, survey, delivery
1
$
5.965,48
Subtotal (5)
2
$
11.930,95
66,5
$
396.704,17
6. Design Cost
3
$
17.896,43
7. Insurance Cost
1
$
5.965,48
2,5
$
14.913,69
6,5
$
38.775,60
5
$
29.827,38
78
$
465.307,14
Hull spare part, tool, inventory Subtotal (1) 2. Machinery Part
3. Electric Part Lighting equipment Cable and equipment
4. Construction Cost
5. Others
Total I (Sub 1+2+3+4+5)
Indirect 8. Freight Cost, import, Q/A, Meeting, Material Handling Fee Cost Total II (sub 6+7+8) Margin
Total III Grand Total (Total I+II+III)
Perhitungan harga berdasarkan bobot yang tertera untuk komponen lain dapat menggunakan persamaan berikut: 124
% Komponen
Harga Komponen = (
% Acuan
) × $ Acuan
[$]
dimana, % Acuan
= % Steel plate and profile = 21,00 %
$ Acuan
= $ 125.275,00
% Komponen = Persentase komponen yang akan dicari harganya $ Komponen = Harga komponen yang akan dicari maka, sebagai didapatkan harga komponen untuk desain sebesar $ 8.740,12 yang dapat dilihat pada Tabel IV.48. Sehingga biaya produksi yang dibutuhkan untuk pontoon lift secara keseluruhan adalah sebesar 465.307,14 USD atau setara dengan 6.345.858.814,29 IDR[2]. Biaya produksi tersebut tidak lain adalah harga jual pontoon lift yang akan digunakan oleh industri. IV.7.2. Perhitungan Pendapatan Industri Pontoon Lift Berdasarkan perhitungan estimasi harga pontoon lift yang tertera pada Tabel IV.48, terdapat dua komponen utama yang dapat dijadikan acuan pendapatan industri. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II.6 dimana perhitungan harga estimate class 5 memiliki tingkat akurasi batas bawah sebesar -20% s/d -50% dan batas atas +30% s/d +100%. Sehingga dari tingkat akurasi tersebut dapat dilakukan perhitungan profit per tahun yang tidak lain adalah nilai pendapatan industri pontoon lift. Komponen utama tersebut meliputi: 1. Harga utuh pontoon lift Meliputi harga dari hull part, machinery part, dan electric part. Harga utuh dari pontoon lift meliputi bahan pokok dan material yang digunakan selama proses produksi berlangsung. 2. Nilai estimasi laba Meliputi harga dari proses konstruksi, inspeksi, indirect cost, dan margin. Nilai estimasi laba dapat digunakan sebagai perhitungan pendapatan dari industri pontoon lift untuk perhitungan kelayakan investasi.
2
Nilai tukar (jual) IDR terhadap USD pada tanggal 25 November 2016 Bank Indonesia adalah sebesar 1 USD =
13.638,00 IDR.
125
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel IV.48, didapatkan nilai harga pontoon lift utuh adalah sebesar 265.463,69 USD atau setara dengan 3.620.393.810,71 IDR dengan nilai estimasi laba sebesar 199.843,45 USD atau setara dengan 2.725.465.003,57 IDR. IV.7.3. Analisis Kelayakan Investasi Produksi Pontoon Lift Dalam menguji kelayakan investasi suatu proyek dibutuhkan beberapa perhitungan seperti nilai break even point, net present value, dan internal rate of return. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II.6, perhitungan kelayakan investasi termasuk kedalam proses analisa ekonomis. Setelah menentukan luas lahan dan ukuran bangunan seperti pada Bab IV.5.4 maka langkah selanjutnya adalah perhitungan biaya investasi industri pontoon lift. Biaya investasi industri pontoon lift dibagi menjadi 5 kategori yang dapat dilihat pada Tabel IV.49 Tabel IV.49, Rekapitulasi Biaya Investasi Industri Pontoon Lift No.
Biaya Investasi
Harga (Rp)
1
Total harga bangunan dan tanah
23.217.031.750,00
2
Total harga interior kantor, pembelian permesinan dan peralatan kebutuhan industri
1.194.869.495,06
3
Biaya operasional industri per tahun
3.132.000.000,00
4
Perawatan permesinan dan peralatan per tahun (10% harga permesinan dan peralatan)
5
Margin biaya investasi total industri (5%)
1.220.595.062,25
Total Biaya Investasi
25.632.496.307,31
Modal Sendiri
7.689.748.892,19
Pinjaman (70%)
17.942.747.415,12
Bunga Pinjaman (BNI)
10,25%
Masa Pinjaman (Tahun)
10
Pembayaran per Tahun
2.951.533.571,49
Asumsi Umur Ekonomis Industri (Tahun)
25
Nilai Akhir Industri
2.563.249.630,73
Depresiasi per Tahun
922.769.867,06
119.486.949,51
Pada penelitian kali ini pengujian kelayakan investasi dibatasi oleh bunga bank sebesar 10,25%, asumsi pendapatan didapatkan tanpa kendala keuangan galangan dengan umur ekonomis industri selama 25 tahun. Target penjualan pontoon lift per tahun adalah sebanyak 3 pontoon lift yang disesuaikan dengan lama proses produksi selama 100 hari kerja untuk satu pontoon lift. Dalam perhitungan kelayakan investasi industri pontoon lift, kasus modal yang dilakukan analisa adalah 30% modal sendiri dan 70% modal bank. Depresiasi dalam hal ini merupakan nilai penyusutan dari seluruh fasilitas selama 25 tahun. 126
Tabel IV.50, Perhitungan Pengembalian Pinjaman Modal 70% Biaya Investasi Tahun
Tahun ke-
Bunga Pinjaman (Rp)
Angsuran (Rp)
Pembayaran (Rp)
Sisa Pinjaman (Rp)
2017
0
2018
1
1.839.131.610
1.112.401.961
2.951.533.571
16.830.345.453
2019
2
1.725.110.409
1.226.423.162
2.951.533.571
15.603.922.291
2020
3
1.599.402.034
1.352.131.536
2.951.533.571
14.251.790.754
2021
4
1.460.808.552
1.490.725.019
2.951.533.571
12.761.065.735
2022
5
1.308.009.237
1.643.524.333
2.951.533.571
11.117.541.401
2023
6
1.139.547.993
1.811.985.577
2.951.533.571
9.305.555.823
2024
7
953.819.471
1.997.714.099
2.951.533.571
7.307.841.724
2025
8
749.053.776
2.202.479.794
2.951.533.571
5.105.361.929
2026
9
523.299.597
2.428.233.973
2.951.533.571
2.677.127.956
2027
10
274.405.615
2.677.127.956
2.951.533.571
0,00
2028
11
0,00
Jumlah
17.942.747.415
11.572.588.299,79 17.942.747.415,12 29.515.335.714,91
Dapat dilihat pada Tabel IV.50 nilai bunga pinjaman bank akan berkurang setiap tahun yang berkebalikan dengan nilai angsuran. Kedua nilai bunga pinjaman bank dan angsuran harus dilunasi yang terdapat pada nilai pembayaran selama investasi dan kesepakatan pinjaman modal kepada bank berlangsung. Setelah mendapatkan biaya pengembalian pinjaman bank maka langkah berikutnya adalah perhitungan cash flow dari industri pontoon lift untuk mendapatkan hasil analisa kelayakan investasi. Sebelum memulai perhitungan cash flow terlebih dahulu dilakukan perhitungan estimasi laba yang akan diperoleh pada setiap tahun yang dapat dilihat pada Tabel IV.51. Tabel IV.51, Harga, Estimasi Laba, Waktu Kerja, dan Target Pembangunan Pontoon Lift Jenis Biaya
Harga (Rp)
Harga material langsung
3.620.393.810,71
Estimasi laba
2.725.465.003,57
Harga jual produk
6.345.858.814,29
Waktu kerja pontoon lift (hari) Target pembangunan (pontoon lift per tahun)
100 3
Kemudian setelah ditentukan harga, estimasi laba, waktu kerja, dan target pembangunan pontoon lift maka dapat dilakukan perhitungan selanjutnya yaitu cash flow, PBP, BEP, NPV, dan IRR. Berdasarkan Bank Indonesia didapatkan nilai inflasi pada bulan Desember 2016 adalah sebesar 3,02% dengan pajak untuk industri sebesar 12,50%. 127
128 Tabel IV.52, Perhitungan Cash Flow Industri Pontoon Lift 30% Modal Sendiri 70% Modal Bank Masa Pinjaman 10 Tahun Deskripsi
2017 0
2018 1
2019 2
2020 3
2021 4
Tahun (Juta Rupiah) 2022 2023 5 6
2024 7
2025 8
2026 9
2027 10
2028 11
Dana Awal Modal Sendiri
7.689,75
Pinjaman
17.942,75
Investasi Investasi Bangunan Investasi Peralatan dan Permesinan
25.632,50
Total
26.827,37
1.194,87
Uang Masuk 6.282,40
6.596,52
13.085,00
13.409,43
19.708,05
20.693,45
21.728,12
22.814,53
23.955,26
25.153,02
26.410,67
Material Langsung
(1.194,73)
(1.304,07)
(1.343,45)
(1.384,02)
(1.425,82)
(1.468,88)
(1.513,24)
(1.558,94)
(1.606,02)
(1.654,52)
(1.704,49)
Biaya Operasional
(3.132,00)
(3.226,59)
(3.324,03)
(3.424,41)
(3.527,83)
(3.634,37)
(3.744,13)
(3.857,20)
(3.973,69)
(4.093,70)
(4.217,33)
Biaya Perawatan Berdasarkan Aktivitas Investasi
(119,49)
(123,10)
(126,81)
(130,64)
(134,59)
(138,65)
(142,84)
(147,15)
(151,60)
(156,18)
(160,89)
Investasi Ulang Berdasarkan Aktivitas Keuangan Pembayaran Angsuran Pinjaman Pembayaran Bunga Pinjaman
(803,28)
(950,64)
(1.106,16)
(1.270,21)
(1.443,16)
(1.625,39)
(1.817,32)
(2.019,36)
(2.231,94)
(2.455,52)
(2.690,57)
(1.112,40)
(1.226,42)
(1.352,13)
(1.490,73)
(1.643,52)
(1.811,99)
(1.997,71)
(2.202,48)
(2.428,23)
(2.677,13)
-
(1.839,13)
(1.725,11)
(1.599,40)
(1.460,81)
(1.308,01)
(1.139,55)
(953,82)
(749,05)
(523,30)
(274,41)
(0,00)
Total Pengeluaran Pendapatan Sebelum Pajak
(8.201,03)
(8.555,92)
(8.851,98)
(9.160,82)
(9.482,93)
(9.818,83)
(10.169,06)
(10.534,19)
(10.914,78)
(11.311,45)
(8.773,27)
(1.918,63)
(1.959,40)
4.233,02
4.248,61
10.225,12
10.874,62
11.559,06
12.280,34
13.040,48
13.841,57
17.637,40
Pajak 12,5% Pendapatan Setelah Pajak Akumulasi Pendapatan
239,83
244,92
(529,13)
(531,08)
(1.278,14)
(1.359,33)
(1.444,88)
(1.535,04)
(1.630,06)
(1.730,20)
(2.204,67)
(1.678,80)
(1.714,47)
3.703,89
3.717,53
8.946,98
9.515,29
10.114,18
10.745,30
11.410,42
12.111,38
15.432,72
(1.678,80)
(3.393,28)
310,61
4.028,14
12.975,12
22.490,41
32.604,59
43.349,89
54.760,31
66.871,69
82.304,41
Pendapatan Uang Keluar
(26.827,37)
Perhitungan cash flow dilakukan untuk mendapatkan nilai pendapatan industri setelah dipotong dengan nilai pajak. Kemudian dilakukan perhitungan IRR Excel yang didapatkan dari fitur formula NPV dan IRR. Dengan menulis formula “=NPV(rate;[values])” maka dapat diperoleh nilai NPV berdasarkan perhitungan Excel. Sementara dengan menulis formula “=IRR([values];guess)” maka akan diperoleh nilai NPV dan IRR seperti yang tertera pada Tabel IV.53 berdasarkan persamaan yang tertera pada Bab II.6.4. Untuk rekapitulasi hasil perhitungan kelayakan investasi dapat dilihat pada
dimana perhitungan lengkap untuk
kelayakan investasi industri pontoon lift dapat dilihat pada Lampiran E. Tabel IV.53, Rekapitulasi Analisis Kelayakan Investasi Pontoon Lift No.
Parameter
Value
Modal Awal: 30% Modal Sendiri, 70% Modal Bank 1.
Break Even Point
2.
Payback Period
3.
Net Present Value
4.
Internal Rate of Return
15 Unit Tahun ke-6 Bulan ke-5 Rp 9.907.573.412,72 15,23% (10,25%)
Dapat dilihat pada Tabel IV.53 dengan menggunakan 70% pinjaman bank didapatkan nilai break even point terjadi pada tahun ke-6 pada bulan ke-5 setelah terjual pontoon lift sebanyak 15 unit. Dengan demikian pada penelitian ini dengan umur investasi selama 25 tahun (umur ekonomis industri) selama mendapatkan target penjualan yang sesuai, maka industri pontoon lift dapat dikatakan layak. Nilai break even point, payback period, net present value, dan internal rate of return sesuai dengan ketentuan yang dijelaskan pada Bab II.6, dimana untuk mendapatkan kelayakan nilai NPV > 0 dan IRR > bunga bank (interest rate).
129
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
130
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1.
Kesimpulan Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis secara teknis dan ekonomis dalam hal
perancangan dan produksi pontoon lift untuk kapal ikan 60 GT. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: 1. Berdasarkan ukuran utama kapal ikan 60 GT, pertimbangan pasang surut/ naik, dan clearance didapatkan ukuran utama dan TLC pontoon lift sebagai berikut:
Jenis : Pontoon Lift 205 TLC
L = 30,00
m
Tmax
= 4,22 m
B = 13,20
m
Tkapal max
= 0,9 m
B1 = 9,60
m
Tnormal
= 1,00 m
b
= 1,80
m
Tkosong
= 0,60 m
D = 5,22
m
Ttransfer
= 1,70 m
H = 3,22
m
h
m
Submerging freeboard max.
= 1,00 m
Tinggi balok lunas
= 0,80 m
= 2,00
2. Untuk dapat mengoperasikan pontoon lift dibutuhkan kedalaman laut minimum sebesar 0,74 m pada pasang surut terendah. Posisi geladak ponton dan dermaga harus sejajar tanpa ada jarak dan posisi penyangga (girder) ponton tepat pada wrang pelat pontoon lift. Kekuatan memanjang dengan batas sebesar 101,2941 MPa terpenuhi dengan nilai tegangan terbesar σdeck = 157,1812 kg/cm2 atau 15,4142 MPa. Stabilitas pontoon lift untuk kriteria GM ≥ 1,0 m terpenuhi dimana GM terkecil terjadi ketika kondisi lifting phase 2 dengan GM = 1,068 m. 3. Sarana pendukung yang dibutuhkan galangan pengguna pontoon lift yaitu keel block, side block, lori (cradle), sling (wire rope), winch, dan balok (girder) penyangga pontoon lift dengan ukuran sebagai berikut:
Keel Block/Side Block
= digunakan Kayu Pasang.
131
Lori (cradle)
= profil I 80x10 + 170x10, ukuran face dan base
plate 80x10 mm dan ukuran web plate 170x10 mm dengan roda sebanyak 8 roda.
Sling (wire rope)
= diameter 10 mm sebanyak 4 lilitan.
Balok penyangga
= beton bertulang, pillar 45x45 cm dan girder
sebesar 25x45 cm. 4. Harga estimasi pontoon lift (harga jual) didapatkan bernilai Rp 6.345.858.814,29. Sedangkan untuk industri atau fasilitas produksi, biaya investasi yang dibutuhkan adalah Rp 25.632.496.307,31 dan dibutuhkan tanah seluas 7875 m2. Dengan umur ekonomis industri selama 25 tahun, bobot modal awal yang dibutuhkan untuk mendapatkan kelayakan investasi adalah 30% modal sendiri dan 70% modal bank. Dimana payback period terjadi pada tahun ke-6 bulan ke-5, dengan nilai BEP = 15 unit, NPV = Rp 9.907.573.412,72 dan IRR = 15,23% untuk interest rate (IR) = 10,25% dengan kesimpulan IRR > interest rate, investasi layak/dapat dipertimbangkan. V.2.
Saran Dari hasil penelitian yang telah didapatkan terdapat saran meliputi: 1. Docking Plan dapat dipersiapkan untuk menempatkan kapal ikan pada posisi yang sesuai. 2. Untuk menunjang permintaan pontoon lift pada lokasi galangan yang jauh dari industri maka dapat dilakukan pengiriman material hasil fabrikasi untuk dirakit pada lokasi tujuan. 3. Alternatif lain sarana pendukung pontoon lift seperti girder penyangga dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi tanah dan perairan galangan kapal ikan.
132
DAFTAR PUSTAKA
Amirikian, A. (1957). Analysis and Design of Floating Drydocks. SNAME. Arsyad, M. R. (2016). Desain Dreger Berbasis Jalur Sungai Pada Program "Tol Sungai Cikarang Bekasi Laut (CBL) - Tanjung Priok". Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Badan Informasi Geospasial. (2016, Oktober). Diambil kembali dari Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika: http://tides.big.go.id Bank
Sentral
Republik
Indonesia.
(2017,
Januari).
Diambil
kembali
dari
http://http://www.bi.go.id/ BKI. (2002). Rules for Floating Docks Vol. II. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. BKI. (2009). Rules for Hull Vol.II. Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia. Haryani, A. O. (2013). Analisis Teknis dan Ekonomis Airbag System untuk Meningkatkan Produktivitas Reparasi Kapal (Studi Kasus: PT. Adiluhung). Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Heger, R. (2005). Dockmaster Training Manual. Heger Dry Dock. Inc. Hughes, O. (2010). Ship Structural Design. SNAME. IMO. (1974). Intact Stability Code. IMO. Indonesia Investments. (2017, Januari). Diambil kembali dari Sistem Pajak Indonesia: http://www.indonesia-investments.com/ KKP. (2015). Statistik Perikanan Tangkap 2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Lewis, E. V. (1988). Principles of Naval Architecture Volume II. Jersey City: The Society of Naval Architectures and Marine Engineers. Manajemen Produksi Kapal. (2014). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. maps.google.co.id. (2016, Januari 5). Maps Google. Dipetik Januari 5, 2016, dari Google: www.google.co.id/maps Marine Railway Handbook. (1982). Department of Defense USA. Munawaroh, S. (2014). Studi Modernisasi Industri Kapal Rakyat di Jawa Timur. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Parsons, M. G. (2001). Parametric Design, Chapter 11. Michigan: University of Michigan. 133
PERTAMINA. (2007). Estimasi Harga Pembangunan Kapal Baru. Jakarta: PERTAMINA. Pinajeng, I. N. (2007). Studi Kelayakan Penggunaan L-Shape Floating Lift Dock Pada Galangan Kapal (Studi Kasus di PT. Ben Santosa Madura). Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Prasetyo, A. (2016). Analisa Teknis dan Ekonomis Pengembangan Industri Pendukung Konsol Kapal (Ship Console) di Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Rapo, B. (1984). Dry Docking of Loaded or Partially Loaded Ships. Lloyd's Register of Shipping. RPG Australia, Rolls Royce and TTS Handling System. (2010, September). Techport Shiplift. Diambil kembali dari Australian Steel Institute: http://www.steel.org.au Rules and Regulations for the Construction and Classification of Floating Docks, Lloyd's Register of Shipping. (2016). London: Lloyd's Register Group. Santosa, B. (1977). Floating Dock Dengan Sistim Campuran. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Schneekluth, H., & Betram, V. (1998). Ship Design for Efficiency and Economy (second edition). Oxford: Plant A Tree. Srinivasan, J. (2015). Design and Construction of a Large Shiplift Facility in India. 6th International Conference on Structural Engineering and Construction Management 2015 (p. 83). Sri Lanka: CESM. SteelBenchmarker.
(November
14,
2016).
Price
History,
Tables
and
Charts.
www.steelbenchmarker.com. Subramanyam, K. R., & Wild, J. J. (2009). Financial Statement Analysis - 10th ed. New York: McGraw-Hill/Irwin. Taha, H. A. (2007). Operations Research an Introduction - 8th ed. New Jersey, USA: Pearson Education. Teori Bangunan Kapal 2. (2014). Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. TTS Group. (2016, September 5). Fast Docking Systems. Norway. Watson, D. G. (1998). Practical Ship Design Volume I. Oxford, Uk: Elsevier Science Ltd. Widjaja, S. (1996). Manajemen Produksi untuk Industri Perkapalan. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Wikipedia.
(2016,
September
27).
Diambil
kembali
dari
Wikipedia
Website:
https://en.wikipedia.org www.alibaba.com. (2016, Desember). Diambil kembali dari https://www.alibaba.com 134
www.amazon.com. (2016, Desember). Diambil kembali dari https://www.amazon.com www.asus.com. (2016, Desember). Diambil kembali dari https://www.asus.com www.bestbuy.com. (2016, Desember). Diambil kembali dari http://www.bestbuy.com www.ebay.com. (2016, Desember). Diambil kembali dari http://www.ebay.com www.sarens.com. (2016, September 15). Catalog: SPMT Kamag. Diambil kembali dari Sarens Website: www.sarens.com Yamit, Z. (2003). Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII.
135
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
136
LAMPIRAN
Daftar Lampiran ini terdiri dari: LAMPIRAN A PERHITUNGAN TEKNIS – PERANCANGAN PONTOON LIFT LAMPIRAN B PERHITUNGAN TEKNIS – PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN C PERHITUNGAN TEKNIS – SARANA PENDUKUNG PONTOON LIFT LAMPIRAN D PERHITUNGAN EKONOMIS – ESTIMASI HARGA DAN BIAYA PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN E PERHITUNGAN EKONOMIS – INVESTASI INDUSTRI PONTOON LIFT LAMPIRAN F GAMBAR RENCANA GARIS, RENCANA UMUM, DAN RENCANA KONSTRUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN G GAMBAR RENCANA PRODUKSI PONTOON LIFT LAMPIRAN H TABEL PASANG SURUT PELABUHAN BENOA BALI
137
LAMPIRAN A PERHITUNGAN TEKNIS – PERANCANGAN PONTOON LIFT
Perhitungan TLC dan Ukuran Utama Pontoon Lift
TLC dan Ukuran Utama Pontoon Lift Kapal Terbesar: Ukuran Utama:
KM. Putra Leo Agung L= 26,1 m B= 5,9 m H= 2,9 m T= 1,8 m ∆ = 123,3761 ton Cb = 0,434
DWT = 0,6 x ∆ kapal = 74,03 ton LWT = =
49,35 ton 50,00 ton
(pembulatan)
∆ kosong = LWT + ±5% ∆ = 56,1688 ton TLC = pembulatan displacement kapal kosong = 60 ton ∆ kosong = L x B x T kosong x Cb x ⍴ 56,2 = 26,10 x 5,90 x T kosong x 0,43 x 1,025 T kosong = 0,819477 m Didapatkan nilai sarat kapal kosong = Ukuran terbesar kapal ikan 60 GT: L Terbesar = 26,3 m B Terbesar = 6,6 m H Terbesar = 4,5 m T Terbesar = 1,8 m
0,8194 meter
Sehingga Ukuran Utama Pontoon Lift menjadi: L= 30 m (panjang keseluruhan ponton) h= 2m (jarak dari bottom sampai geladak ponton) b= 1,8 m (lebar sidewalls) H = T kapal kosong + tinggi keel block + clearance + freeboard pada sarat maks. ≥ 1 m = 0,82 + 0,8 + 0,6 + 1 = 3,219 m (jarak dari geladak ponton ke geladak sidewalls) B1 = Lebar kapal terbesar + clearance = 6,60 + 2 x 1,5 = 9,6 m (lebar geladak untuk pengedokan) D= h+H = 2,00 + 3,22 = 5,219 m (tinggi keseluruhan pontoon lift) B = 2 x b + B1 = 2 x 1,80 + 9,60 = 13,2 m (lebar keseluruhan pontoon lift) Jadi didapat Ukuran Utama Awal Pontoon Lift adalah: L= 30 m T max = B= 13,2 m T Transfer = D= 5,219 m T Normal = T Kosong =
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
4,219 1,7 1 0,6
m m m m
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m Hasil
Perhitungan konstruksi dan kekuatan memanjang ponton menggunakan panduan buku BKI Rules for Hull 2009 Volume II dengan ukuran utama sebagai berikut: L=
30,00 m
Tmax =
4,22 m
Lpp =
30,00 m
Tkmax =
1,00 m
Lwl =
30,00 m
Tnorm =
1,20 m
B=
3,219 m
Tkosong =
1,00 m
h=
2,00 m
Ttrans =
1,60 m
H=
3,219 m
D=
5,219 m
TLC =
60 Ton
Keel Block Height =
Designed 0,80 m
Peraturan yang digunakan: Biro Klasifikasi Indonesia Rules for Hull Volume II Tahun 2009 Biro Klasifikasi Indonesia Rules for Floating Docks Tahun 2002 Sistem Konstruksi : Campuran Konstruksi memanjang pada geladak dan alas ponton Konstruksi melintang pada kedua sisi ponton I
H 2.1 Panjang L Panjang L adalah jarak pada garis air muat dari linggi haluan ke belakang kemudi atau garis sumbu tongkat kemudi jika tidak ada linggi kemudi. Dimana tidak boleh kurang dari 96% Lwl dan tidak perlu lebih besar dari 97% Lwl. Diketahui : Lwl =
30,00 m
Lpp =
30,00 m
Maka Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586 L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
IX
Main Dimension
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
L=
29,1 m
a=
0,6 m
b=
1500 mm
b=
1200 mm
96% Lwl =
28,8 m
97% Lwl =
29,1 m
L=
29,1 m
A 1.1 Jarak Gading Jarak gading dibelakang sekat buritan dan haluan tidak boleh lebih dari 600 mm a=
0,6 m
jarak pembujur = jarak gading a= VI
0,6 m
B 4.1 Pelat Lunas Alas dan Lajur Bilga Lebar pelat lunas tidak boleh kurang dari: b = 800 + 5L =
945,5 mm
Pelat lunas diambil = VI
1500 mm
C 3.1 Pelat Lajur Sisi Atas Lebar pelat sisi lajur atas tidak boleh kurang dari: b = 800 + 5L =
945,5 mm
Pelat sisi lajur atas diambil =
1200 mm
VIII B 3.1 Side Girder Penentuan banyaknya side girder ditentukan oleh lebar kapal B=
13,2 m
1/2B =
6,6 m
4,5m < 1/2B < 8 m
karena 4,5 m < 1/2B < 8 m maka jumlah minimal side girder sebanyak
1
side girder
dimana 4,5 m adalah jarak maksimal antara center girder ponton dengan sisi ponton XI
A 1.2 Watertight Subdivision
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
Penentuan banyaknya sekat kedap melintang ponton didasarkan atas panjang dan kebutuhan tangki balas ponton. L=
29,1 m
dimana
L < 65 m
dengan letak kamar mesin selain di belakang maka jumlah sekat yang dibutuhkan adalah sebanyak: min = IX
4 sekat
A 6.1.3 Jarak Maksimal Senta (Side Stringer) Jarak maksimal dari senta sisi di kamar mesin dan di bagian ceruk adalah tidak kurang dari 2.6 m dan setidak-tidaknya terdapat satu senta yang dipasang jika kapal tersebut memiliki tinggi sampai geladak terendah kurang dari 4 m.
IV
A 2.2 Basic External Dynamic Load P0 = 2,1(CB + 0,7) C0 . CL . f P01 = 2,6.(CB + 0,7). Co . CL dimana: C0 = [L/25 + 4,1]CRW = CL = CRW =
[kN/m2] [kN/m2]
; L < 90 m
3,158 0,569 L < 90 m 0,600 Pelayaran perairan terlindungi
f =
1,000 Untuk Pelat
f =
0,750 Untuk Gading biasa, penegar, pembujur
f =
0,600 Untuk Gading besar, penumpu, senta
maka : Perhitungan beban pada pelat P0 = 2,1*(1+0,7)*3,16*0,57*1,00 =
6,4115 kN/m2
P0 =
6,41 kN/m2
Perhitungan beban pada penegar, pembujur P0 = 2,1*(1+0,7)*3,16*0,57*0,75 Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat =
Perhitungan Beban
Tnorm =
Perhitungan / Uraian
Tmax = 4,219 m P0 = 4,81 kN/m2
4,8086 kN/m
2
1,00 m
Perhitungan beban pada penumpu, senta P0 = 2,1*(1+0,7)*3,16*0,57*0,60 =
3,8469 kN/m2
P0 =
3,85 kN/m2
P01 =
7,94 kN/m2
P01 = 2,6*(1+0,7)*3,16*0,57 = IV
7,9381 kN/m2
B 1.1 Load on Weather Decks (P D) [kN/m2]
PD = (Po*20 *T *CD) / ((10 + Z - T)*H) dimana: P0 = P0 = P0 =
6,4115 kN/m2 4,8086 kN/m2 3,8469 kN/m
2
Pelat Penegar, Pembujur Penumpu, Senta
Harga CD didapatkan dari tabel dibawah ini: Tabel 1 Factor CD
Range 0 < x/L < 0,2 A M F
x/L =
0,103 0,2 < x/L < 0,7
x/L = x/L =
0,515 0,7 < x/L < 1 0,928
1,2 - x/L CD =
Factor CF 1,0 + 5/Cb [0,2 - x/L]
1,097
CF = 1,485
1,000 CD = 1,000
1,000 CF = 1,000
1,0 + c/3 [x/L - 0,7]
1+ 20/Cb [x/L - 0,7]
c = 0,15. L - 10 Lmin = 100 m Lmax = 250 m CD = 1,380
2
CF = 2,038
Didalam daerah A rasio x/L tidak perlu diambil kurang dari 0,1, didalam daerah F rasio x/L tidak perlu diambil lebih besar dari 0,93 dimana: Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension 30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Beban BAB Ps Ayat
L=
Perhitungan / Uraian Z = jarak vertikal dari pusat beban terhadap baseline untuk
Tnorm =
1,00 m
Tmax =
4,219 m
beban pada pelat diukur dari paling bawah untuk sistem konstruksi melintang
Z = Jarak vertikal pusat beban profil diantara senta terhadap baseline untuk beban penegar diukur dari tengah-tengah profil/penegar Z=
5,219 m
Tmax =
4,219 m
sarat maksimum
Tnorm =
1,200 m
sarat normal
D=
5,219 m
h=
2,000 m
Besar PD tidak boleh lebih kecil dari 2 nilai : (untuk Pelat) PD min = 16.f
dan PD min = 0,7 . P0
= 16 * 1,000 = 16
= 0,7 * 6,412 kN/m
2
=
4,4881 kN/m2
Besar PD tidak boleh lebih kecil dari 2 nilai : (untuk Penegar/Pembujur) PD min = 16.f
dan PD min = 0,7 . P0
= 16 * 0,750 = 12
= 0,7 * 4,809 kN/m
2
=
3,3660 kN/m2
Besar PD tidak boleh lebih kecil dari 2 nilai : (untuk Penumpu/Senta) PD min = 16.f
dan PD min = 0,7 . P0
= 16 * 0,600 = 9,6
= 0,7 * 3,847 kN/m
2
=
2,6928 kN/m2
Untuk Pontoon Lift tidak terdapat pembagian daerah A M ataupun F, sehingga seluruh perhitungan berdasarkan daerah M Pada Pontoon Deck Perhitungan Beban Pelat PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (6,412 *20* 1,200 * 1,000)/[(10 + 2,000 - 1,200) *2,000] Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat =
Perhitungan Beban
Tnorm =
Perhitungan / Uraian
Tmax = 4,219 m PD = 16 kN/m2
7,1239 kN/m
2
1,00 m
Perhitungan Beban Penegar, Pembujur PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (4,809 *20* 1,200 * 1,000)/[(10 + 2,000 - 1,200) *2,000] = 5,3429 kN/m2
PD =
12 kN/m2
PD =
9,6 kN/m2
PD =
16 kN/m2
PD =
12 kN/m2
PD =
9,6 kN/m2
Perhitungan Beban Senta dan Penumpu PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (3,847 *20* 1,200 * 1,000)/[(10 + 2,000 - 1,200) *2,000] = 4,2743 kN/m2 Pada Top Deck Perhitungan Beban Pelat PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (6,412 *20* 4,219 * 1,000)/[(10 + 5,219 - 4,219) *5,219] = 9,4237 kN/m2 Perhitungan Beban Penegar, Pembujur PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (4,809 *20* 4,219 * 1,000)/[(10 + 5,219 - 4,219) *5,219] = 7,0678 kN/m2 Perhitungan Beban Senta dan Penumpu PD = (P0*20*T*CD) / ((10 + Z - T)*H) = (3,847 *20* 4,219 * 1,000)/[(10 + 5,219 - 4,219) *5,219] = 5,6542 kN/m2 IV
B 2.1 Load on Ship's Side (P S) Perhitungan Beban Pelat Diketahui: Sistem Konstruksi Melintang P0 = 6,41 kN/m2 Pelat P01 =
7,94 kN/m2
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
Posisi dibawah garis air Pelat paling atas tepat pada sarat air maksimum Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B Z1 =
0,000 m
y=
6,6 m
Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) = 10 (4,22 - 0,00) + 6,41 * 1,00 * (1 + 0,00 / 4,22) =
48,6015 kN/m2
Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B = 10 (4,22 - 0,00) + 7,94(1 + 0,00/4,22*(2-0,00/4,22))*2*6,60/13,20 =
50,1281 kN/m2 Ps (kN/m2)
y (m)
Ps1 (kN/m2)
No
Z (m)
1
0
48,6015
6,6
50,1281
Ps =
2
1,8
33,3369
6,6
37,4566
Ps =
50,1 kN/m2 37,5 kN/m2
3
3,6
18,0723
6,6
21,8953
Ps =
21,9 kN/m2
Perhitungan Beban Penegar (Gading Biasa/Frame) Diketahui: Sistem Konstruksi Melintang P0 = 4,81 kN/m2 Penegar Posisi dibawah garis air Penegar paling atas tepat pada sarat air maksimum Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B Z1 =
0,680 m
y=
6,6 m
Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) = 10 (4,22 - 0,68) + 4,81 * 1,00 * (1 + 0,68 / 4,22) =
40,9754 kN/m2
Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B = 10 (4,22 - 0,68) + 7,94(1 + 0,68/4,22*(2-0,68/4,22))*2*6,60/13,20 Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat =
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
45,6821 kN/m
2
No
Z (m)
Ps (kN/m2)
1
0,680
40,9754
6,6
45,6821
Ps =
2
2,0393
31,3076
6,6
35,5543
Ps =
3
3,344
20,2433
6,6
24,2847
Ps =
4
4,594
9,6429
6,6
12,0634
Ps =
y (m)
Ps1 (kN/m2)
45,7 kN/m2 35,6 kN/m2 24,3 kN/m2 12,1 kN/m2
Perhitungan Beban Penumpu (Gading Besar/Web Frame dan Senta/Stringer) Diketahui: Sistem Konstruksi Melintang P0 = 3,85 kN/m2 Penumpu Posisi dibawah garis air Penumpu paling atas tepat pada sarat air maksimum Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B Z1 =
0,680 m
y=
6,6 m
Ps = 10 (T - Z) + P0*CF*(1 + Z / T) = 10 (4,22 - 0,68) + 3,85 * 1,00 * (1 + 0,68 / 4,22) =
39,8588 kN/m2
Ps1 = 10 (T - Z) + P01(1+Z/T*(2-Z/T))*2*y/B = 10 (4,22 - 0,68) + 3,85(1 + 0,68/4,22*(2-0,68/4,22))*2*6,60/13,20 =
IV
B
3
40,3787 kN/m2
No
Z (m)
Ps (kN/m2)
1
0,680
39,8588
6,6
40,3787
Ps =
2
2,0393
27,5034
6,6
28,4640
Ps =
3
3,344
15,6460
6,6
16,2784
Ps =
4
4,594
4,2857
6,6
3,9134
Ps =
y (m)
Ps1 (kN/m2)
40,4 kN/m2 28,5 kN/m2 16,3 kN/m2 4,3 kN/m2
Load on Ship's Bottom (P B) PB = 10 . T + P0 . CF PB1 = 10*T + P01*2*(y)/B
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
kN/m2 kN/m2 Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat dimana: CF = P0 = P0 = P0 = P01 =
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
1,000 Tidak ada pembagian A M F Pontoon Lift 6,412 kN/m2 Pelat 2 4,809 kN/m Penegar 3,847 kN/m2 7,938 kN/m2
Penumpu
Perhitungan Beban Pelat Alas PB = 10*4,219+6,412*1,000 =
48,6015 kN/m2
PB =
Perhitungan Beban Penegar, Pembujur Alas PB = 10*4,219+4,809*1,000 =
46,9986 kN/m
2
46,0369 kN/m
2
48,6 kN/m2
Penegar PB =
Perhitungan Beban Penumpu Alas PB = 10*4,219+6,412*1,000 =
Pelat
47 kN/m2
Penumpu PB = 46,04 kN/m2
y= 6,6 PB1 = 10*4,219 + 7,938*2*6,600/13,200 = 50,12806 kN/m2 IV
C
1
Load on Cargo Decks Perhitungan untuk beban Geladak Ponton dilakukan dengan 2 jenis yaitu dengan menggunakan perhitungan PL atau P1 P2 karena beban geladak ponton tidak lain adalah beban akibat air laut ketika kondisi submerging dan beban akibat berat lori dan kapal dimana nilai yang digunakan adalah yang terbesar. PL = Pc (1 + av)
[kN/m2]
Pc = static cargo load
[kN/m2]
av =
0,11
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
Beban Akibat Kapal Ikan Pc = m . G/V . h [kN/m2] dimana, m = berat kapal ikan, lori dan keel block G = Percepatan gravitasi
[ton]
V = Volume kapal ikan
[m3] [m]
h = Tinggi dari ponton deck keatas kapal ikan
[m/s2]
maka, Pc = 65*9,81/125*(0,8+2,9) kN/m2
= 18,87
Beban Akibat Hydrostatic Pressure Pc = ρ x g x h [kN/m2] or = 32,33
kN/m
kPa
2
sehingga: PL = 32,33*(1+0,11) kN/m2 = 35,89 IV
2 PL = 35,89 kN/m
D 1.1 Load on Tank Structures (Water Ballast Tank, P 1) Besarnya beban pada tangki yang terisi dapat dihitung dengan rumus: kN/m2 P1 = 9,81 x h1 x ρ x (1+av) + 100 x pv dimana : pv = tekanan katup relief = 0,20
bar
h1 = jarak dari pusat beban ke tank top (atap tangki) =
1,00 m
ρ = 1,025 av = 0,11
untuk air laut
P1 = 9,81 * 1,00 * 1,03(1 + 0,11) + 100 * 0,20 2 = 31,16133 kN/m Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
2 P1 = 31,16 kN/m
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586 L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat IV
Main Dimension
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
D 1.2 Maximum Static Design Pressure (Water Ballast Tank, P 2) P2 = 9.81 x h2 kN/m2 dimana : h2 = jarak pusat beban ke titik overflow diatas geladak =
2,5 m
P2 = 9,81 * 2,50
2 24,525 kN/m
=
IV
C 1.1 Load on Safety Deck 2 PL = Pc (1+av) kN/m Pc = 7.h h= Pc = av =
2,5
m
17,5 0,00
kN/m2
2 P2 = 24,53 kN/m
Pc min =
15
kN/m2
PL = 17,50(1+0,00) = XI
17,50
kN/m2
PL = 17,50 kN/m2
B 1.3 Load on Transverse Bulkhead Beban pada sekat melintang ditentukan dengan rumus: p = 9,81 . h
kN/m2
dimana: h = jarak pusat beban terhadap 1 meter di atas geladak [main deck] untuk sekat tubrukan 1 meter di atas geladak paling atas. Beban sekat water ballast tank Beban Pelat Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension 30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian p h=
Tmax =
4,219 m
No
h
1
3,000
29,430
2
2,200
21,582
Beban Penegar/Penumpu No h
p = 9,81 * 3,00
p
1
2,500
24,525
2
1,500
14,715
3m 2 p = 29,430 kN/m
=
2 p = 21,582 kN/m
2 29,43 kN/m
h=
2,5 m 2 p = 24,525 kN/m
p = 9,81 * 2,50 =
XI
L=
2 p = 14,715 kN/m
2 24,525 kN/m
B 1.3 Load on Longitudinal Bulkhead Beban pada sekat melintang ditentukan dengan rumus: p = 9,81 . h
kN/m2
dimana: h = jarak pusat beban terhadap 1 meter di atas geladak [main deck] untuk sekat tubrukan 1 meter di atas geladak paling atas. Beban sekat water ballast tank Beban Pelat No
h
p
1
3,000
29,430
2
2,200
21,582
h=
2 p = 29,430 kN/m
p = 9,81 * 3,00 =
Beban Penegar/Penumpu No h
p
1
2,500
24,525
2
1,500
14,715
3m
h=
2 p = 21,582 kN/m
2 29,43 kN/m
2,5 m 2 p = 24,525 kN/m
p = 9,81 * 2,50 =
2 p = 14,715 kN/m
2 24,525 kN/m
Hydrostatic Pressure on Pontoon Deck Beban dikarenakan tekanan air laut dapat dihitung dengan rumus: P= ρxgxh
kN/m2
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
or kPa Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Beban
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
dimana, ρ=
3 1,025 ton/m
g=
2 9,8 m/s
h=
3,219 m/s2
maka, P = 1,025 x 9,80 x 3,22 =
2 32,335 kN/m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
or kPa
2 P = 32,335 kN/m
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban
REKAPITULASI BEBAN Daerah
Nilai Beban Beban Geladak Ponton 2 16,000 kN/m
Pelat
PD =
Penegar
PD =
Penumpu
PD =
2 12,000 kN/m 2 9,600 kN/m
Pelat
PD =
Beban Top Deck 2 16,000 kN/m
Penegar
PD =
Penumpu
PD =
2 12,000 kN/m 2 9,600 kN/m
Pelat
Ps =
Beban Sisi 2 50,128 kN/m
Pelat
Ps =
Pelat
Ps =
Penegar (Ponton)
Ps =
Penegar (Ponton)
Ps =
Penegar (Sidewall)
Ps =
Penegar (Sidewall)
Ps =
Penumpu (Ponton)
Ps =
Penumpu (Ponton)
Ps =
Penumpu (Sidewall)
Ps =
Penumpu (Sidewall)
Ps =
2 16,278 kN/m 2 4,286 kN/m
Pelat
PB =
Beban Alas 2 48,602 kN/m
Penegar
PB =
Penumpu
PB =
2 37,457 kN/m 2 21,895 kN/m 2 45,682 kN/m 2 35,554 kN/m 2 24,285 kN/m 2 12,063 kN/m 2 40,379 kN/m 2 28,464 kN/m
2 46,999 kN/m 2 46,037 kN/m
Beban Alas Dalam
Beban Alas Dalam (Geladak Ponton) 2 PL = 35,892 kN/m
Beban Tangki
P1 =
Beban Hydrostatic
P2 =
2 31,161 kN/m 2 24,525 kN/m
P=
2 32,335 kN/m
Beban Geladak Safety Deck Beban Geladak
PL =
2 17,500 kN/m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Beban
REKAPITULASI BEBAN Beban Sekat Melintang Pelat
P=
2 29,430 kN/m
Penegar/Penumpu
P=
2 24,525 kN/m
Beban Sekat Memanjang Pelat
P=
2 29,430 kN/m
Penegar/Penumpu
P=
2 24,525 kN/m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
A
2
L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat VI
Main Dimension
Perencanaan Tebal Pelat
Hasil
Keterangan : L=
29,1
m
k = Faktor material berdasarkan section 2.B.2 k= 1 PB = Beban alas PS = Beban sisi nf = 1
Untuk Konstruksi melintang
nf = 0,83 Untuk Konstruksi memanjang 2 σPerm = (0,8 + L/450) 230/k (N/m ), untuk L < 90 m sLB = Bending stress max pada hull girder sLB = 120/k (N/m2) untuk pendekatan awal a = jarak gading = 0,6
m
tk = 1,5 tk = 0,1.t' + 0,5
untuk t’< 10 mm untuk t > 10 mm (max 3 mm)
k0,5 VI
B 1.2 Perencanaan Tebal Pelat Tebal pelat alas ponton dengan panjang < 90 m dihitung dengan rumus: tB1 = 1,9 . nf a √( PB . k ) + tk [mm] tB2 = 1,21 a (PB k)0,5 + tK [mm]
VIII B 1.11 Penambahan tebal pelat alas 10% karena alas kapal diatas balok dermaga Diketahui: PB = VI
B
3
2 48,602 kN/m
Pelat
Tebal Pelat Alas Minimum: tmin= (1,5 - 0,01.L) √(L.k)
untuk L < 50 m
= (1,5 - 0,01*29,10) * (29,10 * 1)^1/2 =
7,174 mm
tmax=
16,0 mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
maka, tB1 = 1,9 . nf a √( PB . k ) + tk [mm] =
6,60 + tk tk =
=
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
8,91 mm
tB2 = 1,21 a (PB k)0,5 + tK [mm] =
5,57 + tk tk =
= maka,
B
5
untuk t' < 10 mm
7,07 mm tB = ≈
VI
1,5 mm
8,91 mm (diambil yang terbesar) 9,00 mm
tB =
9,00 mm
Keel Plating (Pelat Lunas) Tebal pelat lunas tidak kurang dari: tFK = t + 2,0 [mm] t = tebal plat bottom yang berdekatan
VI
= tFK =
9,00 mm 11,00 mm
≈
11,00 mm
C 1.2 Shell Plating (Pelat Sisi) Tebal pelat sisi untuk kapal < 90 m diambil nilai terbesar dari perhitungan berikut: tS1 = 1,9 . nf a √( PS . k ) + tk [mm] tS2 = 1,21 a (PS . k)0,5 + tK [mm]
Tebal Pelat Sisi Minimum: tmin= (1,5 - 0,01.L) √(L.k)
untuk L < 50 m
= (1,5 - 0,01*29,10) * (29,10 * 1)^1/2 =
6,522 mm
tmax=
16,0 mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat maka dapat dihitung: No
PS
tS1
tS2
tK
t
1
50,128
8,07
5,14
1,5
9,57
t1 = 10,00 mm
2
37,457
6,98
4,44
1,5
8,48
t2 =
9,00 mm
3
21,895
5,33
3,40
1,5
6,83
t3 =
7,00 mm
dibulatkan
t = 10,00 mm VII A 5.2 Tebal Pelat Geladak Kekuatan Untuk kapal yang membutuhkan kekuatan memanjang maka direkomendasikan untuk menghitung ketebalan pelat kritikal. t = c . 2,32 . a . σ LB^0.5 + tk untuk σ LB ≤ 0,6 ReH t
= c . 1,57 . a .ReH^0.5/1,474-( σ LB/ReH) + tk untuk σ LB > 0,6 ReH
Dimana : c = 0,50 (untuk longitudinal framing) σ LB = (12,6 * √L) /k = 67,97 ReH =
235,00
, 0,6 ReH =
141,00
N/mm2 N/mm2
( σ LB ≤ 0,6 ReH ) maka : t crit =
5,74
+ tk
tk = t crit =
7,24 mm
≈
8,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
didapat nilai ketebalan pelat bottom dan geladak tidak boleh kurang dari 8,00 mm VII A
7
Deck Plate (Pelat Geladak) Tebal pelat geladak kekuatan tidak boleh kurang dari: tE1 = 1,21.a. (PD k)^0,5 + tK tE2 = 1,1 .a. (PL k)^0,5 + tK tEmin = (5,5 + 0,02L)*k^0,5
untuk daerah 0,1L
tmin = (4,5 + 0,05L)*k^0,5
untuk daerah 0,4L
dimana: Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
a = jarak penegar = 0,60 m PD = Nilai perhitungan beban top deck 2 = 16 kN/m PL = Nilai perhitungan beban safety deck
= k=
2 17,50 kN/m
1,00
maka, Tebal Pelat Top Deck tE1 = 1,21.a. (PD k)^0,5 + tK =
2,904 + tK tk =
=
4,40 mm
tEmin =
6,08 mm
tmin =
5,96 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
karena seluruh daerah pontoon lift adalah M (0,4L) maka, t=
5,96 mm
≈
6,00 mm
t=
6,00 mm
t=
6,00 mm
Tebal Pelat Safety Deck tE2 = 1,1 .a. (PL k)^0,5 + tK =
2,761 + tK tk =
=
4,26 mm
tEmin =
6,08 mm
tmin =
5,96 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
karena seluruh daerah pontoon lift adalah M (0,4L) maka, t=
5,96 mm
≈
6,00 mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
Tebal Pelat Pontoon Deck P = diambil harga terbesar dari P1, P2, P3, Pi, dan P hydrostatic 2 = 35,892 kN/m = 1,21.a. (P k)^0,5 + tK
tE1
= 4,349442 + tK tk =
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
=
5,85 mm
tEmin =
6,08 mm
tmin =
5,96 mm
tcrit =
8,00 mm (karena anggota kekuatan memanjang)
diambil nilai terbesar,
XI
B
2
t=
8,00 mm
≈
8,00 mm
t=
8,00 mm
Tebal Pelat Sekat Tebal pelat sekat dihitung dengan rumus: t = Cp. a .P^0,5 + tk [ mm ] dimana: Cp = 1,1. f^0,5 untuk ceruk haluan Cp = 0,9. f^0,5 selain ceruk haluan 0,60 a= m tebal pelat minimum tmin = 6,0. f^0,5
XII A 7.1
tmin2 = 5,5 + 0,02Luntuk konstruksi tangki dimana : f = 235/ReH = 235/235 = 1,00 tmin = 6,00
mm
tmin2 = 6,08
mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
Sekat Melintang dan Sekat Memanjang Cp = 0,9. f^0,5 selain sekat ceruk =
0,90 2 29,43 kN/m
P=
diambil nilai terbesar
t = 0,90*0,60*29,43^0,5 = 2,929 + tK tk = =
1,5 mm
4,43 mm
maka diambil XIII B
2
untuk t' < 10 mm
t=
6 mm
t=
6,00 mm
t=
8,50 mm
Tebal Pelat Stem Tebal Pelat stem tidak boleh kurang dari t = (0,6+0,4.aB).(0,08 L + 6) . k1/2 1/2 tmax = 25 k ; dimana : L = L konstruksi = 29,10 m aB = spacing of fore hooks = 1 k=
1
sehingga t = (0,08*29,10+6)*1,00^0,5 mm = 8,33 1/5 tmax = 25 x 1
II
=
25,00
mm
diambil =
8,50
mm
C 2.1 Rules for Floating Dock Vol II, 2002 Tebal minimum dari sekat diantara tangki balas tidak kurang dari: t = 3,8 . a . √(h . k) +1,5
[mm]
untuk penegar, 2 W= 7.a.ℓ .h.k
[cm3]
dimana, Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Tebal Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Tebal Pelat
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat k=
1
a=
0,6 mm
ℓ=
1m
h=
3,219 m
maka, t = 3,8*0,6*(3,22*1) = 4,091 + tK tk = =
5,59 mm
t diambil =
6,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
(t > treq)
W = 7*0,6*1^2*3,22*1 = W diambil
3 13,520 cm 3 13,520 cm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
(W ≥ Wreq)
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
VIII A 1.2 Wrang Pelat (Floor Plate)
Hasil
Modulus dan tinggi dari pelat wrang dapat dihitung dengan rumus: VIII B 6.2.2
2 W = c . T . e . ℓ [cm3] Aw = ε . T . ℓ . e (1-(2y/ℓ))k [cm2] h = 55 . B - 45 [mm] ( h >180 mm)
dimana, e = jarak antara wrang pelat =
6m
T=
4,219 m
ℓ=
6,60 m
c=
4,5
ε=
0,3
y=
2,64 m
maka, W = 4,5*4,219*6*6,6^2 =
4962,050 cm3
h = 55 . B - 45 681 mm 820 mm
= ≈
tebal pelat bilah (web) tidak boleh kurang dari: t = h/100 + 3 9,81 mm 10 mm
= ≈
Aw = ε . T . ℓ . e (1-(2y/ℓ))k = 0,3*4,219*6,6*6*(1-(2*2,64/6,6))*1 =
10,024 cm2
g pelat untukVIII konstruksi A 1.1.1 single bottom Pemilihan Profil: Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) ℓ/e = em1 =
1,10 0,39
em1 x e =
2,328
(interpolasi) m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
(lebar efektif) Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
(dimensi dalam milimeter) Face
400
X
10
Web
820
X
10
Pengikut
2328
X
8,5
fs =
820 x 10 =
8200
f=
400 x 10 =
4000
F=
2328 x 8,5 =
19788
f/F =
0,20
fs/F = w=
0,41 0,31
W=
w.F.h
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
3 = 5030,1096 cm
Aweb =
82
cm2
; W > Wreq Memenuhi ; Aweb > Aw, Memenuhi
Pemilihan profil: 3 Modulus : 5030,11 cm
Profile : T 820 x 400 x 10
T 820 x 400 x 10 W=
3 5030 cm
VIII A 2.2 Center Girder (Penumpu Tengah) Tebal pelat bilah (web) dari penumpu tengah dan luas penampang pelat hadap (face) dapat dihitung: hmin = 180 mm ≈ 820 mm tw = 0,07 L + 5,5 [mm] = 0,07*29,10+5,5 = 7,537 mm Af = 0,7 L + 12 [cm2] = 0,7*29,1+12 = 32,37
cm2
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat Pemilihan profil:
Profile : T 820 x 400 x 10
T 820 x 400 x 10
VIII A 2.2 Side Girder (Penumpu Samping) Tebal pelat bilah (web) dari penumpu tengah dan luas penampang pelat hadap (face) dapat dihitung: hmin = 180 mm ≈ 820 mm tw = 0,04 L + 5 [mm] = 0,04*29,10+5 = 6,164 mm Af = 0,2 L + 6 [cm2] = 0,2*29,1+6 cm2
= 11,82 Pemilihan profil:
Profile : T 820 x 400 x 10 IX
T 820 x 400 x 10
B 3.1 Modulus Pembujur Alas Modulus pembujur alas ditentukan rumus: Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P [ cm3] Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ^2*p*k dimana, σpr = σperm-|σL|
2 150 N/mm
σL =
σperm = (0,8+L/450)*230/k = (0,8+29,10/450)*230/1 =
2 198,873 N/mm σpermmax= 230/k
=
2 230 N/mm
σpr = 230-150 = σprmax = 150/k
2 80 N/mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
150 N/mm
= a=
0,6 m
ℓ=
3m
2
(jarak pembujur alas)
a/ℓ= 0,20 2 m = (mk -ma2) ; m >(mk2/2)
dimana, mk = 1-[(ℓKI+ℓKJ)/(103.ℓ)] mk =
0,90 2 0,204.(a/ℓ)[4-(a/ℓ) ] ;dimana a/l ≤ 1 ma = mk2/2 m=
= =
0,162 0,405
0,784
P = beban pada alas =
2 46,999 kN/m
sehingga modulus pembujur alas dapat dihitung sebagai berikut: [cm3] (tidak ada strut c = 1) Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P = (83,3/80,000) x 0,784 x 0,60 x 3,00^2 x 47,00 3 = 207,15 cm Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k
[cm2]
= (1-0,817*0,162)*0,05*0,6*3^2*47,00*1 =
2 11,015 cm
pemilihan profil: Modulus :
3 210 cm
Profile : Flat 180 x 18 IX
Flat 180 x 18 W=
3 210 cm
B 3.1 Modulus Pembujur Alas Dalam (Pontoon Deck) Modulus Pembujur Alas Dalam (Pontoon Deck) ditentukan rumus: [cm3] Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P [cm2] Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k dimana, σpr =
2 80 N/mm
a=
0,6 m
ℓ= ma =
3m 0,162
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat m= P=
0,784 2 35,892 kN/m
sehingga modulus pembujur alas dapat dihitung sebagai berikut: [cm3] (tidak ada strut c = 1) Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P = (83,3/80,000) x 0,784 x 0,60 x 3,00^2 x 35,89 3 = 158,20 cm Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k
[cm2]
= (1-0,817*0,162)*0,05*0,6*3^2*35,89*1 =
2 8,412 cm
pemilihan profil: Modulus :
3 160 cm
Flat 160 x 17
Profile : Flat 160 x 17 IX
W=
3 160 cm
B 3.1 Modulus Gading Biasa (Penegar Sisi) Modulus Gading Biasa ditentukan dengan rumus: [cm3] Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P [cm2] Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k Gading biasa ponton P=
2 45,682 kN/m
sehingga modulus pembujur alas dapat dihitung sebagai berikut: [cm3] (tidak ada strut c = 1) Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P = (83,3/80,000) x 0,784 x 0,60 x 3,00^2 x 45,68 3 = 201,35 cm Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k
[cm2]
= (1-0,817*0,162)*0,05*0,6*3^2*45,68*1 =
2 10,706 cm
pemilihan profil: Modulus :
3 210 cm
Profile : Flat 180 x 18
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Flat 180 x 18 W=
3 210 cm
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat Gading biasa Sidewall P=
2 24,285 kN/m
sehingga modulus pembujur alas dapat dihitung sebagai berikut: [cm3] (tidak ada strut c = 1) Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P = (83,3/80,000) x 0,784 x 0,60 x 3,00^2 x 24,28 3 = 107,04 cm Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k
[cm2]
= (1-0,817*0,162)*0,05*0,6*3^2*24,28*1 =
2 5,691 cm
pemilihan profil: Modulus :
3 115 cm
Flat 160 x 13
Profile : Flat 160 x 13
W=
3 115 cm
XII B 3.1.1 Modulus Pembujur Geladak Atas (Top Deck) Modulus pembujur geladak ditentukan dengan rumus: [cm3] Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P [cm2] Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k dimana, σpr =
2 80 N/mm
a=
0,6 m
ℓ= ma =
3m 0,162
m= P=
0,784 2 12,000 kN/m
sehingga modulus pembujur alas dapat dihitung sebagai berikut: [cm3] (tidak ada strut c = 1) Wℓ = (83,3/σpr).m.a.ℓ2.P = (83,3/80,000) x 0,784 x 0,60 x 3,00^2 x 12,00 3 = 52,89 cm Aℓ = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ2*p*k
[cm2]
= (1-0,817*0,162)*0,05*0,6*3^2*12,00*1 =
2 2,812 cm
pemilihan profil: Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
60 cm
3
Profile : Flat 120 x 12 1
30,00 m
: Pontoon Lift
Modulus :
B
L= Tipe Kapal
BAB Ps Ayat
X
Main Dimension
Flat 120 x 12 W=
3 60 cm
Modulus Pembujur Geladak Keselamatan (Safety Deck) Modulus pembujur geladak ditentukan dengan rumus: 2 3 Wd = c.a. ℓ .P.k [cm ] [cm2] Ad = (1-0,817*ma)*0,05*a*ℓ*p*k Dimana : c=
0,55
a=
0,6
m
ℓ=
3
m
k=
1
kN/m2 P= 17,50 2 ma = 0,204.(a/ℓ)[4-(a/ℓ) ] :a/ℓ ≤ 1 =
0,162
Wd = 0,55 x 0,60 x 3,00^2 x 17,50 x 1,00 3 = 51,975 cm Ad = (1-0,817 x 0,16) x 0,05 x 0,60 x 3,00 x 17,50 x 1
=
1,367
cm2
pemilihan profil: 3 60 cm
Modulus :
Profile : Flat 120 x 12
Flat 120 x 12 W=
3 60 cm
XII B 3.1.1 Modulus Pembujur pada Struktur Tangki Modulus pembujur pada struktur tangki ditentukan dengan rumus: [cm3] W1 = 0,55 . a . ℓ2. P1.k [cm2] Aw1 = 0,05 . a . ℓ . P1.k W2 = 0,44 . a . ℓ2. P2.k
Aw2 = 0,04 . a . ℓ . P2.k
[cm3] [cm2]
dimana, a=
0,6
m
ℓ=
1
m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus BAB Ps Ayat P1 = P2 =
Perhitungan / Uraian 2 kN/m 31,161 2 24,525 kN/m
Tnorm =
1,00 m
Tmax =
4,219 m
maka, W1 = 0,55 . a . ℓ2. P1.k = 0,55 x 0,60 x 1,0^2 x 31,16 x 1 3 = 8,093 cm Aw1 = 0,05 . a . ℓ . P1.k
= 0,05 x 0,6 x 1^2 x 31,16 x 1 2 = 0,7358 cm W1 = 0,44 . a . ℓ2. P2.k
= 0,44 x 0,60 x 1,0^2 x 24,53 x 1 3 = 6,475 cm Aw1 = 0,04 . a . ℓ . P2.k
= 0,04 x 0,6 x 1^2 x 24,53 x 1 =
2 0,5886 cm
diambil modulus terbesar, yaitu: 3 W= 13,520 cm Aw =
Wreq =
2 0,7358 cm
3 13,520 cm
pemilihan profil: 3 15 cm
Modulus :
Profile : Flat 80 x 7 IX
Flat 80 x 7 W=
3 15 cm
A 5.3.1 Modulus Gading Besar (Web Frame) W = 0,55.e .ℓ2.ps.k .n [cm3] Aw = 0,05.e .ℓ.ps.k
[cm2]
dimana, e=
3
m
ℓ=
2
m
k=
1
n=
1
tanpa cross ties
2 Ps = 40,378725 kN/m
Ps = 16,278351 kN/m
2
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Gading Besar Ponton Gading Besar Sidewall Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
Sehingga Gading Besar untuk Ponton W = 0,55.e .ℓ2.ps.k .n [cm3] = 0,55 x 3,0 x 2,00^2 x 40,38 x 1 x 1,0 3 = 266,500 cm Aw = 0,05.e .ℓ.ps.k [cm2]
= 0,05 x 3 x 2 x 40,38 x 1 2 4,038 cm
= Pemilihan Profil:
Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) ℓ/e = em1 =
0,67 0,24
em1 x e =
0,720
(interpolasi) m
(lebar efektif) (dimensi dalam milimeter) Face
80
X
8
Web
300
X
8
Pengikut
720
X
8,5
fs =
300 x 8,0 =
2400
f=
80 x 8,0 =
640
F=
720 x 8,5 =
6120
f/F =
0,10
fs/F = w=
0,39 0,2
W=
w.F.h
=
367,2
cm3
; W > Wreq Memenuhi
24
cm2
; Aweb > Aw, Memenuhi
Aweb =
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
Pemilihan profil: Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat Modulus :
367,2
cm
3
T 300 x 80 x 8 3 W = 367,2 cm
Profile : T 300 x 80 x 8 Sehingga Gading Besar untuk Sidewall W = 0,55.e .ℓ2.ps.k .n [cm3] = 0,55 x 3,0 x 2,00^2 x 16,28 x 1 x 1,0 3 = 107,437 cm Aw = 0,05.e .ℓ.ps.k [cm2]
= 0,05 x 3 x 2 x 16,28 x 1 2 1,628 cm
= Pemilihan Profil:
Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) ℓ/e = em1 =
0,67 0,24
em1 x e =
0,720
(interpolasi) m
(lebar efektif) (dimensi dalam milimeter) Face
80
X
6
Web
260
X
6
Pengikut
720
X
8,5
fs =
260 x 6,0 =
1560
f=
80 x 6,0 =
480
F=
720 x 8,5 =
6120
f/F =
0,08
fs/F = w=
0,25 0,13
W=
w.F.h
= Aweb =
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
206,856
cm3
; W > Wreq Memenuhi
15,6
cm2
; Aweb > Aw, Memenuhi
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
Pemilihan profil: 3 Modulus : 206,856 cm
T 260 x 80 x 6 3 W = 206,9 cm
Profile : T 260 x 80 x 6 X
A
4
Pelintang Geladak (Deck Transverse) Modulus Pelintang geladak tidak boleh kurang dari : 2 W= c.e.ℓ .P.k AW = 0,05 . e . ℓ . P . k
[cm3] [cm2]
dimana : c= e=
0,75 3
m
ℓ=
2,4
m
k=
1
P=
2 35,892 kN/m
sehingga nilai modulus pelintang geladak W = 0,75*3*2,4^2*35,89*1 3 = 465,156 cm AW = 0,05*3*2,4*35,89*1
=
2 12,921 cm
Pemilihan Profil: Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) ℓ/e = em1 =
0,80 0,29
em1 x e =
0,864
(interpolasi) m
(lebar efektif) (dimensi dalam milimeter) Face
170
X
8
Web
300
X
8
Pengikut
864
X
8
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
fs =
300 x 8,0 =
2400
f=
170 x 8,0 =
1360
F=
864 x 8,0 =
6912
f/F =
0,20
fs/F = w=
0,35 0,28
W=
w.F.h
= Aweb =
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
580,608
cm3
; W > Wreq Memenuhi
24
cm2
; Aweb > Aw, Memenuhi
Pemilihan profil: 3 Modulus : 580,608 cm
Profile : T 300 x 170 x 8 X
A
4
T 300 x 170 x 8 3 W = 580,6 cm
Penumpu Tengah Geladak (Deck Center Girder) Modulus penumpu tengah geladak tidak boleh kurang dari : 2 W= c.e.ℓ .P.k AW = 0,05 . e . ℓ . P . k
[cm3] [cm2]
dimana : c= e=
0,75 2,4
m
ℓ=
3
m
k=
1
P=
2 35,892 kN/m
sehingga nilai modulus penumpu tengah geladak W = 0,75*3*2,4^2*35,89*1 3 = 465,156 cm AW = 0,05*3*2,4*35,89*1
=
2 12,921 cm
Pemilihan Profil: Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat ℓ/e = em1 =
1,25 0,43
em1 x e =
1,032
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
(interpolasi) m
(lebar efektif) (dimensi dalam milimeter) Face
170
X
8
Web
300
X
8
Pengikut
1032
X
8
fs =
300 x 8,0 =
2400
f=
170 x 8,0 =
1360
F=
1032 x 8,0 =
8256
f/F =
0,16
fs/F = w=
0,29 0,22
W=
w.F.h
= Aweb =
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
544,896
cm3
; W > Wreq Memenuhi
24
cm2
; Aweb > Aw, Memenuhi
Pemilihan profil: 3 Modulus : 544,896 cm
Profile : T 300 x 170 x 8 X
A
4
T 300 x 170 x 8 3 W = 544,9 cm
Penumpu Samping Geladak (Deck Side Girder) Modulus penumpu samping geladak tidak boleh kurang dari : 2 W= c.e.ℓ .P.k AW = 0,05 . e . ℓ . P . k
[cm3] [cm2]
dimana : c= e=
0,75 2,4
m
ℓ=
3
m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
BAB Ps Ayat
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
k=
1
P=
2 35,892 kN/m
sehingga nilai modulus penumpu samping geladak W = 0,75*3*2,4^2*35,89*1 3 = 465,156 cm AW = 0,05*3*2,4*35,89*1
=
2 12,921 cm
Pemilihan Profil: Perancangan profil (BKI 2009 BAB 3) ℓ/e = em1 =
1,25 0,43
em1 x e =
1,032
(interpolasi) m
(lebar efektif) (dimensi dalam milimeter) Face
170
X
8
Web
300
X
8
Pengikut
1032
X
8
fs =
300 x 8,0 =
2400
f=
170 x 8,0 =
1360
F=
1032 x 8,0 =
8256
f/F =
0,16
fs/F = w=
0,29 0,22
W=
w.F.h
= Aweb =
(dari grafik modulus section BKI 2009 Annex A12)
544,896
cm3
; W > Wreq Memenuhi
24
cm2
; Aweb > Aw, Memenuhi
Pemilihan profil: Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension 30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
Modulus : 544,896 cm
3
T 300 x 170 x 8 3 W = 544,9 cm
Profile : T 300 x 170 x 8 III
L=
D 2.2 Perhitungan Modulus dan Ukuran Bracket Tebal bracket tidak boleh kurang dari: t = c . 3√ W/k1 + tk [mm] c=
1,2
(tanpa flange)
c=
0,95
(dengan flange)
W = modulus terkecil k1 = 1 k2 =
1
tmin =
5+tk
mm
Panjang kaki bracket tidak boleh kurang dari ℓ = 46,2. 3√(W/k1). √k2. ct [mm] ct = √(t/ta) di mana ta ≥ t ct = ℓmin =
1 100
mm
Bracket Side Girder dan Web Frame W= tebal bracket, t=
3 367,200 cm
8,593 + tK tk =
=
10,09 mm
≈
11,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm t = 11,00 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((367,200/1)^(1/3))*1*1 =
330,834 mm
≈
350 mm
ℓ=
350 mm
Bracket Bottom Longitudinal dan Frame W=
3 207,154 cm
tebal bracket, Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus BAB Ps Ayat t=
Perhitungan / Uraian 7,100 + tK tk =
=
8,60 mm
≈
9,00 mm
1,5 mm
Tnorm =
1,00 m
Tmax =
4,219 m
untuk t' < 10 mm t=
9,00 mm
ℓ=
280 mm
t=
8,00 mm
ℓ=
250 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((207,154/1)^(1/3))*1*1 =
273,363 mm
≈
280 mm
Bracket Deck Longitudinal dan Frame W= tebal bracket, t=
3 158,198 cm
6,490 + tK tk =
=
7,99 mm
≈
8,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((158,198/1)^(1/3))*1*1 =
249,867 mm
≈
250 mm
Bracket Web Frame dan Pelintang Geladak W= tebal bracket, t=
3 266,500 cm
7,722 + tK tk =
=
9,22 mm
≈
10,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm t = 10,00 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((266,500/1)^(1/3))*1*1 Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat =
297,309 mm
≈
300 mm
ℓ=
300 mm
Bracket Web Frame dan Wrang Pelat W= tebal bracket, t=
3 465,156 cm
9,298 + tK tk =
=
10,80 mm
≈
11,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm t = 11,00 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((465,156/1)^(1/3))*1*1 =
357,966 mm
≈
350 mm
ℓ=
350 mm
t=
9,00 mm
ℓ=
280 mm
Bracket Frame Ponton (Gading Biasa Sisi) W= tebal bracket, t=
3 201,351 cm
7,033 + tK tk =
=
8,53 mm
≈
9,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((201,351/1)^(1/3))*1*1 =
270,786 mm
≈
280 mm
Bracket Frame Sidewall (Gading Biasa Sisi) W= tebal bracket, t=
3 107,038 cm
5,698 + tK tk =
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
1,5 mm
untuk t' < 10 mm Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat =
7,20 mm
≈
8,00 mm
t=
8,00 mm
ℓ=
220 mm
t=
6,00 mm
ℓ=
180 mm
t=
7,00 mm
ℓ=
180 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((107,038/1)^(1/3))*1*1 =
219,359 mm
≈
220 mm
Bracket Frame Ponton dengan Safety Deck W= tebal bracket, t=
3 51,975 cm
4,478 + tK tk =
=
5,98 mm
≈
6,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((51,975/1)^(1/3))*1*1 =
172,414 mm
≈
180 mm
Bracket Frame Sidewall dengan Top Deck W= tebal bracket, t=
3 52,892 cm
4,504 + tK tk =
=
6,00 mm
≈
7,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((52,892/1)^(1/3))*1*1 =
173,422 mm
≈
180 mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Modulus Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Perhitungan Modulus
Tnorm =
1,00 m
Perhitungan / Uraian
Tmax =
4,219 m
BAB Ps Ayat
Bracket Frame Struktur Tangki dengan Deck Longitudinal W= tebal bracket, t=
3 6,475 cm
2,237 + tK tk =
=
3,74 mm
≈
4,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm t=
4,00 mm
ℓ=
180 mm
t=
4,00 mm
ℓ=
180 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((6,475/1)^(1/3))*1*1 =
86,109 mm
≈
180 mm
Bracket Frame Struktur Tangki dengan Bottom Longitudinal W= tebal bracket, t=
3 6,475 cm
2,237 + tK tk =
=
3,74 mm
≈
4,00 mm
1,5 mm
untuk t' < 10 mm
panjang kaki bracket, ℓ = 46,2*((6,475/1)^(1/3))*1*1 =
86,109 mm
≈
180 mm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Rekapitulasi Ukuran Profil dan Pelat Tugas Akhir - MN 141586 L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Rekapitulasi Dimensi Konstruksi Hasil Perhitungan
Tnorm =
1,00 m
-
Tmax =
4,219 m
No 1
Main Dimension
Item
Diambil
Perhitungan tebal
11,00
mm
11,00 mm
lebar
945,5
mm
1500 mm
Pelat Lunas
2
Pelat Alas
tebal
8,91
mm
9,00 mm
3
Pelat Geladak Ponton
tebal
7,24
mm
8,00 mm
4
Pelat Sisi Ponton
tebal
9,57
mm
10,00 mm
Pelat Sisi Sidewall (Teratas)
tebal
6,83
mm
7,00 mm
Pelat Geladak (Safety Deck)
tebal
5,96
mm
6,00 mm
Pelat Geladak (Top Deck)
tebal
5,96
mm
6,00 mm
Pelat Sekat Melintang
tebal
6,08
mm
6,00 mm
Pelat Sekat Memanjang
tebal
6,08
mm
6,00 mm
Pelat Stem & Stern
tebal
8,33
mm
8,50 mm
lebar
945,5
mm
1500 mm
tebal
9,8
mm
(Plate Floor)
tinggi
681,0
mm
11 Penumpu Tengah
tebal
7,5
mm
10
tinggi
180,0
mm
820 mm
5 6 7
10 Wrang Pelat
(Center Girder)
10
mm
T 820 x 400 x 10 mm
T 820 x 400 x 10 12 Penumpu Samping
tebal
6,2
mm
10
(Side Girder)
tinggi
180,0
mm
820 mm
207,2
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
13 Pembujur Alas (Bottom Longitudinal) 14 Pembujur Geladak Ponton (Pontoon Deck Longitudinal)
modulus dimensi modulus dimensi
15 Gading Biasa Ponton
modulus
(Pontoon Frame)
dimensi
16 Gading Biasa Sidewall
modulus
(Sidewall Frame)
dimensi
17 Gading Besar Ponton (Pontoon Web Frame)
modulus
201,4 107,0 266,5
dimensi
18 Gading Besar Sidewall
modulus
(Sidewall Web Frame)
dimensi
19 Pembujur Geladak Atas
158,2
modulus
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
107,4 52,9
mm
T 820 x 400 x 10 3 210 cm Flat 180 x 18 3 160 cm Flat 160 x 17 3 210 cm Flat 180 x 18 3 115 cm Flat 160 x 13 3 367 cm T 300 x 80 x 8 3 207 cm T 260 x 80 x 6 3 60 cm Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Konstruksi - Rekapitulasi Ukuran Profil dan Pelat Tugas Akhir - MN 141586
Main Dimension L=
30,00 m
Tipe Kapal
: Pontoon Lift
B=
13,20 m
Sistem Konstruksi
: Campuran
h=
2,00 m
Referensi
: Biro Klasifikasi Indonesia
H=
3,219 m
D=
5,219 m
Rekapitulasi Dimensi Konstruksi Hasil Perhitungan
Tnorm =
1,00 m
-
Tmax =
4,219 m
No
Item (Top Deck Longitudinal)
dimensi
20 Pembujur Geladak Keselamatan
modulus
(Safety Deck Longitudinal)
dimensi
21 Pelintang Geladak Pontoon
modulus
(Pontoon Deck Transverse)
dimensi
22 Pelintang Geladak Sidewall
modulus
(Sidewall Deck Transverse)
dimensi
23 Penumpu Tengah Geladak
modulus
(Deck Center Girder)
dimensi
24 Penumpu Samping Geladak (Deck Side Girder) 25 Pembujur Struktur Tangki
Diambil
Perhitungan
modulus
52,0 465,2 107,4 465,2 465,2
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
cm
3
dimensi modulus
13,5
panjang kaki
330,8
mm
350 mm
8,6
mm
249,9
mm
250 mm
9,2
mm
10
panjang kaki
297,3
mm
300 mm
tebal
10,8
mm
11
panjang kaki
358,0
mm
350 mm
8,5
mm
270,8
mm
7,2
mm
219,4
mm
6,0
mm
172,4
mm
6,0
mm
173,4
mm
tebal
3,7
mm
panjang kaki
86,1
mm
tebal
3,7
mm
panjang kaki
86,1
mm
tebal panjang kaki tebal
30 Bracket Pontoon Frame
tebal panjang kaki
31 Bracket Sidewall Frame
tebal panjang kaki
32 Bracket Pontoon Frame -
tebal panjang kaki
33 Bracket Sidewall Frame Top Deck
tebal panjang kaki
34 Bracket Tank Frame Deck Long. 35 Bracket Tank Frame Bottom Long.
T 300 x 170 x 8 3 15 cm 11
29 Bracket Web Frame -
Safety Deck
T 300 x 170 x 8 3 545 cm
mm
28 Bracket Web Frame -
Wrang Pelat
T 260 x 80 x 6 3 545 cm
10,1
27 Bracket Bot. Long. -
Pontoon Deck Transv.
T 300 x 170 x 8 3 207 cm
tebal
26 Bracket Side Girder -
Pontoon Frame
Flat 120 x 12 3 581 cm
Flat 80 x 7
dimensi Web Frame
Flat 120 x 12 3 60 cm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
9
9
mm mm mm mm mm
280 mm 8
mm
220 mm 6
mm
180 mm 7
mm
180 mm 4
mm
180 mm 4
mm
180 mm Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Berat Pontoon Lift
Perhitungan Berat Konstruksi Pontoon Lift 60 TLC
Frame No. 0 s/d 10 = 40 s/d 50 Item
Jumlah
Pelat Lunas Pelat Alas Center Girder Side Girder Plate Floor Bottom Longitudinal Bracket (Frame Sisi) Bracket (Frame AP FP) Bracket (Girder Stiffeners) Bracket Penumpu Plate Floor Stiffeners
1 2 1 2 4 18 32 16 24 12 32
Pelat Sisi Ponton 10 mm Pelat Sisi Sidewall 10 mm Pelat Sisi Sidewall 7 mm Pelat Sisi Ponton (AP FP) Pelat Sisi Sidewall (AP FP) Pelat Sisi Sidewall (AP FP) Web Frame (Sisi) Web Frame (Sisi) Web Frame (AP FP) Web Frame Sidewall Frame Ponton Frame Ponton AP FP Frame Ponton AP FP Frame Ponton diatas Girder Frame Sidewall Frame Sidewall AP FP Bracket Ponton Bracket Sidewall Bracket Sidewall Bracket (Frame AP FP) Bracket Web Frame AP FP
2 4 4 1 4 4 2 2 3 4 16 4 14 4 32 8 32 8 8 16 3
Ukuran (mm) Tebal Web t Face Alas 11,0 1500,0 9,0 5900,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 180,0 18,0 0,9 0,9 1,0 1,0 160,0 17,0 Total Alas Sisi 10,0 2064,5 10,0 1540,0 7,0 1680,0 10,0 2000,0 10,0 1800,0 7,0 1480,0 300,0 8,0 80,0 300,0 8,0 80,0 300,0 8,0 80,0 260,0 6,0 80,0 180,0 18,0 180,0 18,0 180,0 18,0 180,0 18,0 160,0 13,0 160,0 13,0 0,8 0,8 1,2 0,9 10,0
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
t
10,0 10,0 10,0
8,0 8,0 8,0 6,0
Panjang (mm) / Luas (mm2)
Volume (m3)
6300 6300 6300 6300 6600 6300 450 180 820 300 490
0,1040 0,6691 0,0769 0,1537 0,3221 0,3674 0,0058 0,0005 0,0161 0,0011 0,0426 1,7593
6300 6100 6100 13300 1800 1800 2000 2719 880 880 2619 2619 1660 807 2400 2280 200 200 150 180 300
0,2601 0,3758 0,2869 0,2660 0,1296 0,0746 0,0122 0,0165 0,0080 0,0072 0,1358 0,0339 0,0753 0,0105 0,1597 0,0379 0,0010 0,0003 0,0002 0,0005 0,0003
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Berat Pontoon Lift Bracket Web Frame Sidewall Round Bar AP FP 13,3 m Round Bar AP FP 9,6 m
4 1 1
Pelat Geladak Ponton Pelat Geladak Ponton Pelat Geladak Top Deck Pelat Geladak Safety Deck Center Girder Side Girder Deck Transverse Deck Transverse Sidewall Deck Longitudinal Deck Longitudinal Deck Longitudinal Top Deck Longitudinal Safety Bracket Ponton (Safety Deck) Bracket Ponton (Safety Deck) Bracket Sidewall (Top Deck) Bracket Deck Transverse (SD) Bracket Deck Transferse (TD)
1 1 2 2 1 2 4 2 14 4 4 4 16 16 32 12 4
Pelat Sekat Memanjang CL Pelat Sekat Memanjang 10 mm Pelat Sekat Memanjang 6 mm Pelat Sekat Melintang Web Frame Web Frame Penegar S. Memanjang CL Penegar S. Memanjang 10 mm Penegar S. Melintang
1 2 2 2 2 2 9 16 16
10,0 30,0 30,0 Total Sisi Geladak 8,0 9600,0 8,0 13200,0 6,0 1800,0 6,0 1800,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 260,0 6,0 170,0 160,0 17,0 160,0 17,0 120,0 12,0 120,0 12,0 6,0 9,0 8,0 8,0 8,0 Total Sisi Sekat 6,0 862,0 10,0 1660,0 6,0 1660,0 6,0 862,0 300,0 8,0 80,0 300,0 8,0 80,0 80,0 7,0 150,0 9,0 80,0 7,0 Total Sekat
8,0 8,0 8,0 6,0
8,0 8,0
110,0 13300 9600
0,0001 0,0376 0,0272 1,9572
6000 300 6000 6000 6300 6300 6600 1800 6300 300 6000 6000 444 412 434 300 180
0,4608 0,0317 0,1296 0,1296 0,0237 0,0474 0,0993 0,0093 0,2399 0,0033 0,0346 0,0346 0,0189 0,0244 0,0482 0,0086 0,0010 1,3448
6300 6000 300 6600 1581 862 802 2619 802
0,0326 0,1992 0,0060 0,0683 0,0096 0,0052 0,0040 0,0566 0,0072 0,3887
Perhitungan AutoCAD 3D (m3) Koreksi (Lightening Hole, Doubling Plate, Bkt. Chamfer) Weld Joints (2% Volume Total) Total Frame 0 s/d 10 = 40 s/d 50 (m 3) Frame No. 10 s/d 20 = 30 s/d 40 Item Pelat Lunas Pelat Alas Center Girder Side Girder Plate Floor Bottom Longitudinal Bracket (Frame Sisi)
Jumlah 1 2 1 2 2 18 32
Ukuran (mm) Tebal Web t Face Alas 11,0 1500,0 9,0 5900,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 180,0 18,0 9,0
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
t
10,0 10,0 10,0
5,3330 0,1170 0,1090 5,4420
Panjang (mm) / Luas (mm2) 5400 5400 5400 5400 6600 5400 450
Volume (m3) 0,0891 0,5735 0,0659 0,1318 0,1610 0,3149 0,0583
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Berat Pontoon Lift Bracket (Girder Stiffeners) Bracket Penumpu Plate Floor Stiffeners
24 6 16
Pelat Sisi Ponton 10 mm Web Frame (Sisi) Frame Ponton Bracket Ponton
2 2 16 32
Pelat Geladak Ponton Center Girder Side Girder Deck Transverse Deck Longitudinal Bracket Deck Longitudinal Bracket Deck Transverse
1 1 2 2 18 32 6
Pelat Sekat Memanjang CL Pelat Sekat Memanjang Web Frame Penegar S. Memanjang CL Penegar S. Memanjang
1 2 2 9 16
10,0 10,0
160,0 17,0 Total Alas Sisi 10,0 2064,5 300,0 8,0 80,0 180,0 18,0 8,0 Total Sisi Geladak 8,0 13200,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 160,0 17,0 9,0 8,0 Total Sisi Sekat 6,0 862,0 6,0 1660,0 300,0 8,0 80,0 80,0 7,0 150,0 9,0 Total Sekat
8,0
8,0 8,0 8,0
8,0
820 400 490
0,1614 0,0096 0,0213 1,5868
5400 2000 1900 400
0,2230 0,0122 0,0985 0,0410 0,3746
5400 5400 5400 6600 5400 400 400
0,5702 0,0203 0,0406 0,0496 0,2644 0,0461 0,0077 0,9989
5400 5400 862 802 1900
0,0279 0,1076 0,0052 0,0040 0,0410 0,1858
Perhitungan AutoCAD 3D (m3) Koreksi (Lightening Hole, Doubling Plate, Bkt. Chamfer) Weld Joints (2% Volume Total) Total Frame No. 10 s/d 20 = 30 s/d 40 (m 3) Frame No. 20 s/d 30 Item
Jumlah
Pelat Lunas Pelat Alas Center Girder Side Girder Plate Floor Bottom Longitudinal Bracket (Frame Sisi) Bracket (Girder Stiffeners) Bracket Plate Floor Plate Floor Stiffeners
1 2 1 2 6 18 32 24 18 48
Pelat Sisi Ponton 10 mm Web Frame (Sisi) Frame Ponton
2 6 16
Ukuran (mm) Tebal Web t Face Alas 1500,0 11,0 9,0 5900,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 820,0 10,0 400,0 180,0 18,0 9,0 10,0 10,0 160,0 17,0 Total Alas Sisi 2064,5 10,0 300,0 8,0 80,0 180,0 18,0
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
t
10,0 10,0 10,0
8,0
2,9389 0,2072 0,0629 3,0018
Panjang (mm) / Luas (mm2)
Volume (m3)
6600 6600 6600 6600 6600 6600 450 820 400 490
0,1089 0,7009 0,0805 0,1610 0,4831 0,3849 0,0583 0,1614 0,0288 0,0640 2,2319
6600 2000 1900
0,2725 0,0365 0,0985
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Berat Pontoon Lift Bracket Ponton
32
Pelat Geladak Ponton Center Girder Side Girder Deck Transverse Deck Longitudinal Bracket Deck Longitudinal Bracket Deck Transverse
1 1 2 6 18 32 18
Pelat Sekat Memanjang CL Pelat Sekat Memanjang Pelat Sekat Melintang Web Frame Penegar S. Memanjang CL Penegar S. Memanjang Penegar S. Melintang
1 2 4 6 9 16 32
8,0 Total Sisi Geladak 8,0 13200,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 300,0 8,0 170,0 160,0 17,0 9,0 8,0 Total Sisi Sekat 6,0 862,0 6,0 1660,0 6,0 862,0 300,0 8,0 80,0 80,0 7,0 150,0 9,0 80,0 7,0 Total Sekat
8,0 8,0 8,0
8,0
Perhitungan AutoCAD 3D (m3) Koreksi (Lightening Hole, Doubling Plate, Bkt. Chamfer) Weld Joints (2% Volume Total) Total Frame 20 s/d 30 (m3)
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
400
0,0410 0,4485
6600 6600 6600 6600 6600 400 400
0,6970 0,0248 0,0496 0,1489 0,3231 0,0461 0,0230 1,3126
6600 6600 6600 862 802 1900 802
0,0341 0,1315 0,1365 0,0157 0,0040 0,0410 0,0144 0,3773 4,0915 0,2787 0,0874 4,1789
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Berat Pontoon Lift
Rekapitulasi Berat Pontoon Lift Massa Jenis Baja = No. 1 2 3 4 5
7,85
ton/m3
3 Nomor Gading Panjang Blok (mm) Volume (m ) Berat (ton) 0 s/d 10 5,4420 42,720 6300 10 s/d 20 5400 3,0018 23,564 20 s/d 30 6600 4,1789 32,804 30 s/d 40 5400 3,0018 23,564 40 s/d 50 6300 5,4420 42,720 Total 21,0665 165,372
Setelah didapatkan Nilai dari berat konstruksi maka dilakukan perhitungan: 1. Berat Perlengkapan dan Peralatan (Outfitting) = 20% Berat Konstruksi 2. Berat Permesinan (Machinery) = 2 Ton 3. Berat Compensating Water Ballast dan Rest Water WHull = 165,372 WEO = 20% * WHull = 20%*165,37 = 33,074 WM =
2
Ton
Ton Ton
WCWB = Air balas yang digunakan untuk mengatur atau memperkecil nilai defleksi akibat pengaruh momen bending pada kekuatan memanjang pada setiap tangki = 20% ~ 25% x TLC = 25%*60 = 15 Ton WRW = Air balas sisa yang tidak dapat dikeluarkan oleh pompa karena terdapat jarak antara pipa hisap dengan alas ponton. tinggi pipa = ± 10 cm WRW = Luas perm. Cairan x tinggi x ⍴ air laut - faktor konstruksi [Ton] = 30 x 13,2 x 0,1 x 1,025 x 95% = 38,561 Ton maka didapat, WTotal = Berat Kosong Pontoon Lift = WHull + WEO + WM +WRW = 239,007 Ton ≈ 239 Ton Dari Nilai WTotal didapatkan nilai sarat kosong untuk Pontoon Lift adalah: Tkosong = ∆kosong / (L . B . Cb . ⍴) = 0,589 m ≈ 0,600 m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Titik Berat Pontoon Lift
Titik Berat Pontoon Lift
Ukuran Utama Pontoon Lift: L= 30 m B= 13,2 m D= 5,219 m H= 3,219 m h= 2m b= 1,8 m WTotal = 239 Ton WRW = 38,561 Ton Volume Ponton = Volume 4 Sidewall = Volume Total = maka, Berat Tanpa WRW = Berat Ponton = Berat 4 Sidewall = Berat 1 Sidewall =
Tkosong = Tmax = Ttransfer = Tnormal = c=
0,600 4,219 1,700 1,000 1,5
m m m m m
792,00
m3
atau
85,064
% Volume Total
139,06
3
atau
14,936
% Volume Total
m
3
931,06
m
200,440 170,502 29,937 7,484
Ton Ton Ton Ton
Perhitungan Titik Berat Pontoon Lift Kosong (Kondisi Tanpa Air Balas) W.LCG Bagian W (ton) LCG (m) KG (m) TCG (m) W.KG (ton.m) (ton.m) Ponton 170,502 15 1 0 2557,5357 170,5024 Sidewall 1 7,484 3 1,6095 5,7 22,4528 12,0459 Sidewall 2 7,484 3 1,6095 -5,7 22,4528 12,0459 Sidewall 3 7,484 27 1,6095 5,7 202,0755 12,0459 Sidewall 4 7,484 27 1,6095 -5,7 202,0755 12,0459 200,440 3006,5925 218,6862 ∑1 ∑2 ∑3
W.TCG (ton.m) 0 42,6604 -42,6604 42,6604 -42,6604 0 ∑4
dimana, LCG = Longitudinal Center of Gravity dihitung dari AP KG = Keel to Gravity dihitung dari baseline TCG = Transversal Center of Gravity dihitung dari Centerline LCGtotal = ∑2 / ∑1 = 15 m KGtotal = ∑3 / ∑1 = 1,0910 m TCGtotal = ∑4 / ∑1 = 0m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Pontoon Lift
Distribusi Gaya Tekan (w(x)) Konstruksi Pontoon Lift
Ukuran Utama Pontoon Lift: L= 30 m B= 13,2 m D = 5,219477 m H= 3,219 m h= 2m b= 1,8 m
Tkosong = Tmax = Ttransfer = Tnormal = c=
0,600 4,219 1,700 1,000 1,500
m m m m m
Distribusi Berat Konstruksi Ponton V Total = W Total = V=
3 931,06 m
200,44 Ton 3
792,00 m
ℓ=
30 m
maka, W = Vponton / V Total * W Total =
q= W/ℓ
170,502 Ton
=
(ton/m)
5,6834 ton/m
Distribusi Berat Konstruksi Sidewall V=
3 69,5304 m
ℓ=
6m
maka, W = Vsidewall /V Total * W Total =
q= W/ℓ
14,969 Ton
=
(ton/m)
2,4948 ton/m
Tabel Distribusi Gaya Tekan (w(x)) Konstruksi Pontoon Lift h= Station
3 m w(x) (ton/m) Ponton
(jarak antar Station)
w(x) total Berat (ton) Sidewall (ton/m)
AP-1
5,683
2,495
8,178
24,5345
1-2
5,683
2,495
8,178
24,5345
2-3
5,683
5,683
17,0502
3-4
5,683
5,683
17,0502
4-5
5,683
5,683
17,0502
5-6
5,683
5,683
17,0502
6-7
5,683
5,683
17,0502
7-8
5,683
5,683
17,0502
8-9
5,683
2,495
8,178
24,5345
9-FP
5,683
2,495
8,178
24,5345
Total
56,834
9,979
66,813
200,4395
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Pontoon Lift
Grafik Distribusi Berat Konstruksi Pontoon Lift 9,000
8,178
8,178
8,178
8,178
8-9
9-FP
8,000 7,000
w(x) ton/m
6,000
5,683
5,683
5,683
5,683
5,683
5,683
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 AP-1
1-2
Distribusi Gaya Apung Bouyancy (b(x)) Pontoon Lift T= 1,700 m A= B*T
W = A * ⍴air laut
= 13,20 * 1,70 =
= 22,44 * 1,025 2
22,44 m
=
23,00 ton/m
Tabel Distribusi Gaya Tekan (b(x)) Pontoon Lift saat sarat transfer (1,7 m) h= Station
3 m b(x) (ton/m) Ponton
Sidewall
(jarak antar Station) b(x) total (ton/m)
Lengan (m)
Momen (ton.m)
AP-1
23,001
23,001
1,5000
34,5015
1-2
23,001
23,001
4,5000
103,5045
2-3
23,001
23,001
7,5000
172,5075
3-4
23,001
23,001
10,5000
241,5105
4-5
23,001
23,001
13,5000
310,5135
5-6
23,001
23,001
16,5000
379,5165
6-7
23,001
23,001
19,5000
448,5195
7-8
23,001
23,001
22,5000
517,5225
8-9
23,001
23,001
25,5000
586,5255
9-FP
23,001
23,001
28,5000
655,5285
Total
230,010
LCB =
15 m
0,000
230,010
3450,150
Dari AP
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Pontoon Lift
Grafik Distribusi Gaya Apung Pontoon Lift (T = 1,70 m) 30,000 25,000
23,001 23,001 23,001 23,001 23,001 23,001 23,001 23,001 23,001 23,001
b(x) ton/m
20,000 15,000 10,000 5,000 0,000 AP-1
1-2
2-3
3-4
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
9-FP
Distribusi Gaya Tekan Air Balas (w(x)) Pontoon Lift evenkeel (T=1,7m + Kapal Ikan 60 GT) T= 1,700 m 2 A = Btank * hbw (m )
W = A * ⍴air laut (ton/m)
dimana, Btank = lebar tangki =
4,8 m
Water Ballast Tank
=
1,8 m
Wing Tank
hbw = tinggi air balas didalam tangki (didapatkan dari sounding pipe) Tabel Gaya Tekan Air Balas pada Tangki Pontoon Lift Area (m2) hbw (m) Tangki (P) (S) (P) (S)
W (ton/m) (P)
(S)
Total W (ton/m)
WBT 1
1,095
1,095
5,098
5,098
5,226
5,226
10,452
WBT 2
1,125
1,125
5,238
5,238
5,369
5,369
10,738
WBT 3
1,130
1,130
5,261
5,261
5,393
5,393
10,786
WBT 4
1,120
1,120
5,215
5,215
5,345
5,345
10,690
WBT 5
1,100
1,100
5,122
5,122
5,250
5,250
10,499
WT 1
1,000
1,000
1,746
1,746
1,790
1,790
3,579
WT 2
1,145
1,145
1,999
1,999
2,049
2,049
4,098
WT 3
1,125
1,125
1,964
1,964
2,013
2,013
4,027
WT 4
1,065
1,065
1,859
1,859
1,906
1,906
3,812
WT 5
0,900
0,900
1,571
1,571
1,611
1,611
3,221
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Pontoon Lift
Tabel Distribusi Gaya Tekan Air Balas (w(x)) Pontoon Lift saat sarat transfer (1,7 m) h= Station
3
m
Tangki 1
(jarak antar Station) w(x) (ton/m)
Tangki 2
Tangki 3
Tangki 4
w(x) total Berat (ton) Tangki 5 (ton/m)
AP-1
14,031
14,031
42,093
1-2
14,031
14,031
42,093
2-3
14,836
14,836
44,509
3-4
14,836
14,836
44,509
4-5
14,812
14,812
44,437
5-6
14,812
14,812
44,437
6-7
14,502
14,502
43,506
7-8
14,502
14,502
43,506
8-9
13,721
13,721
41,162
9-FP
13,721
13,721
41,162
143,804
431,413
Total
Grafik Distribusi Berat Air Balas (T = 1,70 m) 16,000 14,031 14,031
14,836 14,836 14,812 14,812 14,502 14,502
14,000
13,721 13,721
w(x) ton/m
12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000 AP-1
1-2
2-3
3-4
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
4-5
5-6
6-7
7-8
8-9
9-FP
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan
Distribusi Gaya Tekan (w(x)) Kapal Ikan 60 GT Ukuran Utama Kapal Ikan Nama Kapal = KM. Putra Leo Agung L=
26,1 m
B=
5,9 m
T=
1,8 m
LWT =
56,1688 ton
H= 2,9 m 3 ⍴kayu mahoni = 0,53 - 0,72 ton/m 3 0,7 ton/m
diambil =
Komponen Lightweight Kapal Ikan dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Berat Permesinan dan Sistem Propulsi 2. Berat Outfiting 3. Berat Lambung dan Bangunan Atas 1. Berat Permesinan dan Sistem Propulsi 0,84 WD = 12 (MCR/RPM) 0,78 Wmt = 0,72 (MCR Generator) 0,70 Wt = K . MCR
- Practical Ship Design Vol. 1 D.G.M. Watson hal. 111 - Main Engine Weight - Diesel Electric Installation Weight - Shafting and Propeller, exhaust, auxilliaries
dimana untuk menghitung MCR (Maximum Continous Rating) dibutuhkan perhitungan hambatan kapal dan Brake Horse Power (BHP) Resistance =
20,3 kN
Total Resistance = 115% * Resistance =
- Maxsurf Resistance Calculation Holtrop - Speed at 10 Knots
23,345 kN
Effective Power (EHP) - Parametric Design Ch. 11 M. G. Parson hal. 11-27 RT = z= Fn = Vs = EHP =
23345 Newton 4 Menggunakan 4 Daun Propeller 0,322 - Maxsurf Resistance Calculation Holtrop 5,144 m/s PE = RT * V / 1000 =
(kW)
120,0867 kW
Thrust Power (THP) - Parametric Design Ch. 11 M. G. Parson hal. 11-27 to 11-31 w= k= t= VA =
0,23 - PNA Vol II Page 158 table 4 0,975 Rudder Type ; 0,9 - 1,05 0,22425 = w * k 3,96088 = Vs * (1-w)
T = 30093,46 = RT / (1-t) THP = PT = T * VA / 1000 =
(kW)
119,1966 kW
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan μr =
0,98 - PNA Vol II Page 163
PE / PT
μo =
0,55 Propeller Series ; 0,5 - 0,6
= 1,007468
μs .μb=
μh = hull efficiency =
0,98 Machinery at Aft
Delivered Power (DHP) - Parametric Design Ch. 11 M. G. Parson hal. 11-29 μp = DHP =
0,539 = μr / μo PD = PT / μp =
(kW)
221,1439 kW
Shaft Power (SHP) - PNA Vol II ; hal. 191 SHP =
PS = PD / 0,98 =
(kW)
- for ships with engines aft
225,6571 kW
Brake Power (BHP) - Parametric Design Ch. 11 M. G. Parson hal. 11-29 μt = Efficiency of electrical generation, gearbox, electric motor, etc. μt = BHP =
0,915 ; 0,88 - 0,95 PB = PS / μt =
246,6197 kW
=
335,3095 HP
(kW) (NCR)
1 HP = 735,4988 Watt
Margin = 3% * BHP - Parametric Design Ch. 11 M. G. Parson hal. 11-29 = 7,398592 kW MCR = 115% BHP + Margin = 291,0113 kW = 395,6653 HP didapatkan nilai MCR adalah sebesar =
291,0113 kW atau
395,6653 HP
maka, RPM = 0,013 * MCR = 3783,147 0,84 WD = 12 (MCR/RPM) =
0,7200 ton 2,160 ton
K= 0,05 0,70 K . MCR Wt = =
Medium Speed Engine
1,391 ton
0,78 Wmt = 0,72 (MCR Generator)
= Wmt Tot =
- Practical Ship Design Vol. 1 D.G.M. Watson hal. 110
MCR Generator =
1 kW
karena terdapat 3 generator for fishing vessel
2,653 ton
W Total = WD + Wmt + Wt Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan =
6,2043 ton
didapatkan total berat dari Permesinan dan Sistem Propulsi adalah = 2. Berat Outfitting
6,2043 Ton
- Practical Ship Design Vol. 1 D.G.M. Watson hal. 100
Kapal Ikan 60 GT pada umumnya sudah dilengkapi dengan sistem pendingin / refrigeration Sehingga berdasarkan Grafik 4.12 Practical Ship Design hal. 100 berat outfitting dapat dilakukan sbb: Untuk L = Wo/(L*B) =
100 m 0,39
Untuk L = Wo/(L*B) =
26,1 m 0,10179
maka,
Wo = 0,102 * L * B =
15,707 ton
didapatkan total berat dari outfitting adalah =
15,707 Ton
3. Berat Lambung dan Bangunan Atas Berat Lambung dan Bangunan Atas dapat dihitung sebagai berikut: W = LWT - (Woutfitting + Wmachinery) = 56,17 - (15,707 + 6,204) =
34,2576 Ton
Berat Lambung dan Bangunan Atas dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Berat Bangunan Atas 2. Berat Lengkung CSA 3. Berat Trapesium catatan : Untuk perhitungan pendekatan maka sheer kapal ikan diabaikan 1. Berat Bangunan Atas L=
9,5 m
B=
3,5 m
h=
2,1 m
maka, Volume =
3 69,825 m
Displacement Kapal Ikan pada T 2,9 m =
3 256,521 m
Berat Bangunan Atas = Volume BA / Displacement T 2,9m * Berat Lambung dan Bangunan Atas =
9,325 ton
Whull = W - WBA =
24,9327 ton
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan 2. Berat Lengkung CSA Berat Lengkung CSA adalah sebesar 2/3 Whull W=
16,6218 ton
3. Berat Trapesium Berat Trapesium adalah sebesar 1/3 Whull W=
8,3109 ton
Rekapitulasi Berat Kapal Ikan 60 GT Berat kapal Total
BKT
130,19 ton
DWT
74,03 ton
LWT
56,169 ton
A. Bangunan Atas
BA
9,325 ton
B. Permesinan dan Peralatan
ME
21,911 ton
1. Lengkung CSA
WHL
16,622 ton
2. Trapesium
WHT
8,311 ton
C. Hull Weight :
Distribusi Gaya Tekan (w(x)) Kapal Ikan 60 GT Kapal Ikan dibagi menjadi 10 Station sama panjang, penyebaran berat kapal kosong dapat dihitung sbb: q(x) = W(x) / hs ton/m dimana, q(x) = Distribusi beban
(ton/m)
W(x) = Berat Kapal Kosong hs = jarak station =
(ton) m
2,61 m
Bangunan Atas q=
0,982 ton/m
LCG = Jarak titik berat bangunan atas terhadap midship (2*hs+L/2) =
-7,36 m
KG = Jarak titik berat bangunan atas terhadap baseline =
3,8752 m
Permesinan dan Peralatan Nama Bagian
Panjang Berat (ton) (m)
q = W/hs LCG (m) W . LCG (ton/m) (ton.m)
KG (m)
W . KG (ton.m)
Main Engine
1,391
2,1
0,6626
-5,8049
-8,077
0,8
1,113
Diesel Electric
2,160
4,83
0,4472
-5,8049
-12,539
0,8
1,728
Shafting and Propeller
2,653
3,3
0,8039
-9,9188
-26,313
0,4953
1,314
15,707
15,66
1,0030
4,417
69,380
1,35
21,204
Outfitting
21,911
22,451
25,360
∑1
∑2
∑3
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan LCG Total = Jarak titik berat permesinan dan peralatan terhadap midship = =
∑2/∑1 1,0247 m
KG Total = Jarak titik berat permesinan dan peralatan terhadap baseline = =
∑3/∑1 1,1574 m
Hull Weight Sebelum dilakukan perhitungan berat dan titik berat dari hull weight, harus terlebih dahulu dihitung berat dan titik berat DWT untuk mendapatkan letak titik berat trapesium dari kapal ikan. Panjang ruang muat = ⍴ es =
15,6821 m
Volume Efektif =
0,756 ton/m
⍴ ikan tuna =
3 0,65 ton/m
⍴ rata-rata =
3
h=
0,703 ton/m
60%
3
-aqua-calc.com
2,61 m
q = Area * ⍴ Station
Momen Area (m2) q (ton/m) q rata-rata q x h (ton) [3] [4] [1] * [4] [2]
Lengan (m) [1]
3
-5,220
0
0
0
0
0
4
-2,610
7,154
5,030
2,515
13,127
-6,564
5
0,000
6,980
4,907
4,968
12,808
0
6
2,610
6,788
4,772
4,839
12,454
12,631
7
5,220
6,500
4,569
4,670
11,926
24,380
8
7,830
5,523
3,883
4,226
10,135
33,091
9
10,440
3,591
2,524
3,204
6,588
33,446
10
13,050
0
0
1,262
0
16,470
25,685
67,0377
113,454
Total
∑1 LCG Ruang Muat = = Berat Tangki = LCG Tangki = q Tangki =
∑2
∑3
∑3/∑1 4,417 m 6,99 Ton -3,272 m
DWT - Ruang Muat Posisi Tangki
2,677 ton/m
LCG DWT = (Berat Total RM * LCG RM + Berat Tangki * LCG Tangki) / DWT =
3,691 m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
didepan midship
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan Berat dan Titik Berat Hull Weight Berat CSA =
16,622 ton
WHL
Berat Trapesium =
8,311 ton
WHT
LCG BKT = (DWT * LCG DWT) + (LWT * LCG LWT) BKT LCG LWT = (BA * LCG BA)+(ME * LCG ME)+(WHL * LCG WHL)+(WHT * LCG WHT) LWT LCG WHL = Titik berat lengkung CSA LCG WHT = (BKT * LCG BKT) - [(DWT * LCG DWT)+(BA * LCG BA)+(ME * LCG ME) +(WHL * LCG WHL)] WHT Perhitungan Gaya Angkat T= ⍴ air laut = h=
1,8 m 3 1,025 ton/m
2,61 m
q = Area * ⍴ Station
Momen Area (m2) q (ton/m) q rata-rata q x h (ton) [3] [4] [1] * [4] [2]
Lengan (m) [1]
AP
-13,050
0
0,000
0
0
0
1
-10,440
3,711
3,804
1,902
4,964
-19,856
2
-7,830
5,204
5,334
4,569
11,925
-35,775
3
-5,220
5,861
6,008
5,671
14,801
-29,603
4
-2,610
6,295
6,452
6,230
16,261
-16,261
MS
0,000
6,225
6,381
6,417
16,747
0
6
2,610
5,894
6,041
6,211
16,211
16,211
7
5,220
5,472
5,609
5,825
15,203
30,407
8
7,830
4,604
4,719
5,164
13,477
40,432
9
10,440
2,614
2,679
3,699
9,655
38,618
FP
13,050
0
0,000
1,340
3,497
17,483
47,0274
105,853
97,288
Total
∑1
∑2
∑3
LCB = Jarak titik gaya apung diukur dari Midship = =
∑3/∑1 2,069 m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan Rekapitulasi Berat dan Titik Berat Kapal Ikan 60 GT Berat kapal Total
BKT
130,194 ton
DWT
74,026 ton
LWT
56,169 ton
A. Bangunan Atas
BA
9,325 ton
B. Permesinan dan Peralatan
ME
21,911 ton
1. Lengkung CSA
WHL
16,622 ton
2. Trapesium
WHT
8,311 ton
Titik Berat Kapal Total
LCG BKT
2,069 m
Titik Berat DWT
LCG DWT
3,691 m
Titik Berat Bangunan Atas
LCG BA
-7,360 m
Titik Berat Mesin & Peralatan
LCG ME
1,025 m
Titik Berat CSA
LCG WHL
2,069 m
Titik Berat Trapesium
LCG WHT
0,948 m
C. Hull Weight :
Koreksi Titik Berat =
2,069 m
Koreksi Titik Berat = Titik Berat Kapal Total = LCB ; Kapal Even Keel Distribusi Hull Weight Kosong Kapal Ikan 60 GT h= ma =
2,61 m 0,2490 ton/m
mf =
0,3878 ton/m
Station
Lengan (m) [1]
jarak antar station
Distribusi Hull Weight w(x) (ton/m) [2] CSA
Trapesium
Total
Momen Rata - rata [1] * [2]
0
-13,0500
0,0000
0,2864
0,2864
1
-10,4400
0,4856
0,3002
0,7859
0,5361
-5,5971
2
-7,8300
0,6810
0,3141
0,9951
0,8905
-6,9726
3
-5,2200
0,7670
0,3280
1,0950
1,0451
-5,4553
4
-2,6100
0,8238
0,3419
1,1657
1,1304
-2,9502
5
0,0000
0,8146
0,3558
1,1704
1,1680
0,0000
6
2,6100
0,7713
0,3697
1,1410
1,1557
3,0163
7
5,2200
0,7161
0,3835
1,0996
1,1203
5,8479
8
7,8300
0,6024
0,3974
0,9999
1,0497
8,2194
9
10,4400
0,3421
0,4113
0,7534
0,8766
9,1519
10
13,0500
0,0000
0,4460
0,4460
0,5997
7,8261
9,572
13,0863
∑1 LCG Hull Weight = = Berat =
∑2
∑2 / ∑1 1,367 m 24,983 ton
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan titik berat trapesium (x) dapat dihitung dengan rumus: 𝐿 𝑚𝑓 − 𝑚𝑎 𝑥ҧ = 6 𝑚𝑓 + 𝑚𝑎 Berat (Mo) trapesium disamping dihitung dengan rumus: 𝑀𝑜 =
𝐿 (𝑚𝑓 + 𝑚𝑎 ) 2
Sehingga didapatkan Persamaan: Persamaan 1: 𝑚𝑓 + 𝑚𝑎 =
𝑀𝑜 . 2 𝐿
Persamaan 2: 𝑚𝑓 − 𝑚𝑎 =
𝑥 .6 𝑚𝑓 + 𝑚𝑎 𝐿
𝑚𝑓 − 𝑚𝑎 =
12 . 𝑥 . 𝑀𝑜 𝐿2
Dari Hasil Penjumlahan Persamaan 1 dan Persamaan 2 Didapatkan: 𝑚𝑓 =
𝑀𝑜 6 . 𝑥 . 𝑀𝑜 + 𝐿 𝐿2
𝑚𝑎 =
𝑀𝑜 6 . 𝑥 . 𝑀𝑜 − 𝐿 𝐿2
Distribusi LWT Kapal Ikan 60 GT Station
Lengan (m) [1]
Distribusi LWT w(x) (ton/m) [2] Hull
BA
ME
Total
Rata-Rata
Momen [1] * [2]
0
-13,0500
0,2864
1
-10,4400
0,7859
0,9816
0,6246
2,3920
1,3392
-13,9810
2
-7,8300
0,9951
0,9816
0,8758
2,8525
2,6223
-20,5322
3
-5,2200
1,0950
0,9816
1,2846
3,3612
3,1069
-16,2178
4
-2,6100
1,1657
0,9816
1,0594
3,2067
3,2840
-8,5711
5
0,0000
1,1704
1,0477
2,2181
2,7124
0,0000
6
2,6100
1,1410
0,9919
2,1329
2,1755
5,6780
7
5,2200
1,0996
0,9209
2,0205
2,0767
10,8404
8
7,8300
0,9999
0,7748
1,7746
1,8976
14,8580
9
10,4400
0,7534
0,4399
1,1933
1,4840
15,4927
10
13,0500
0,4460
0,4460
0,8197
10,6967
21,5181
-1,7364
0,2864
∑1
∑2
LCG LWT = Jarak Titik Berat LWT terhadap Midship Kapal Ikan Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan =
∑2 / ∑1
=
-0,0807 m
Berat =
∑1 * hs
=
56,162 ton
Grafik Distribusi Berat LWT Kapal Ikan 60 GT 4,5000 4,0000
3,3612
3,5000 3,0000
w(x) ton/m
3,2067
2,8525 2,3920
2,5000
2,2181 2,1329 2,0205 1,7746
2,0000 1,5000
1,1933
1,0000 0,5000
0,4460
0,2864
0,0000 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Perhitungan KG LWT Kapal Ikan KM. Putra Leo Agung Nama Bagian
W (ton)
Hull Bangunan Atas Machinery and Eq.
KG (m)
W . KG (ton.m)
24,9832
1,9333
48,3009
9,3249
3,8752
36,1359
21,9112
1,1574
25,3595
56,2194 ∑1
109,7963 ∑2
KG Total = Jarak titik berat Kapal Kosong (LWT) terhadap baseline = =
∑2 / ∑1 1,9530 m
KG Docking = Jarak titik berat kapal kosong terhadap baseline pontoon lift = hponton + tinggi keel block + KG Total =
4,7530 m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan Berat Pengimbang yang Dibutuhkan Saat Docking Sebelum dilakukan perhitungan berat pengimbang dibutuhkan koreksi terhadap hasil perhitungan berat kapal ikan awal dengan hasil perhitungan berat dari distribusi beban sebagai berikut: LWT Awal =
56,169 ton
LWT Perhitungan =
56,162 ton
Koreksi = (LWT Awal - LWT Perhitungan)/LWT Awal *100% =
0,012 %
LCG =
-0,0807 m
≤ 0,5% Memenuhi dibelakang midship
Dibawah ini adalah data-data yang didapatkan dari pemodelan kapal ikan pada software Maxsurf: Docking ∆ = 56,169 MTC =
ton
1,355 ton.m
LCB =
-0,053 m
dibelakang midship
LCF =
-0,793 m
dibelakang midship
maka dapat dihitung lengan trim dan momen trim, LCGt = LCG - LCB = -0,081 - (-0,053) =
-0,0277 m
dibelakang midship
Mt = LCGt * Docking ∆ = -0,028 * 56,17 =
-1,55549 ton.m
momen yang dibutuhkan agar kapal even keel adalah sebesar = 1,555
ton.m
didapatkan berat pengimbang yang dibutuhkan kapal ikan agar even keel adalah, Mt = W * LCG pengimbang terhadap midship 1,555 = W * 10,44 (st 9) W=
0,1490 ton
=
148,994 kg
selain itu dibutuhkan perhitungan tinggi sarat yang dibutuhkan untuk mengangkat kapal ikan sebagai berikut: ∆ = L . B . T . Cb . ⍴air laut 56,32 = 30*13,20* T *1*1,025 T = 0,138748 m =
138,748 mm
jadi, berat pengimbang yang dibutuhkan agar kapal ikan KM. Putra Leo Agung even keel pada saat docking adalah sebesar 148,994 kg dan tinggi sarat yang dibutuhkan untuk dapat mengangkat kapal ikan adalah sebesar 138,75 mm Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Distribusi Berat Kapal Ikan Distribusi LWT Kapal Ikan 60 GT dengan Penambahan Pengimbang Lengan (m) [1]
Station
Distribusi beban w(x) (ton/m) [2] Kapal
Pemberat
Total
Rata-Rata
Momen Berat (ton) [1] * [2]
0
-13,0500
0,2864
0,2864
1
-10,4400
2,3920
2,3920
1,3392
-13,9810
3,4953
2
-7,8300
2,8525
2,8525
2,6223
-20,5322
6,8441
3
-5,2200
3,3612
3,3612
3,1069
-16,2178
8,1089
4
-2,6100
3,2067
3,2067
3,2840
-8,5711
8,5711
5
0,0000
2,2181
2,2181
2,7124
0,0000
7,0793
6
2,6100
2,1329
2,1329
2,1755
5,6780
5,6780
7
5,2200
2,0205
2,0205
2,0767
10,8404
5,4202
8
7,8300
1,7746
1,7746
1,8976
14,8580
4,9527
9
10,4400
1,1933
1,3423
1,5585
16,2705
4,0676
10
13,0500
0,4460
0,4460
0,8942
11,6689
2,3338
21,6670
0,0136
56,551
0,1490
0
∑1
∑2
LCG LWT = Jarak Titik Berat LWT terhadap Midship Kapal Ikan =
∑2 / ∑1
=
0,0006 m
Tabel Distribusi Berat Kapal Ikan 60 GT pada Ponton h= Station
3m Lengan (m) [1]
jarak antar station Distribusi w(x) (ton/m) [2] Kapal
Pemberat Total
Rata-rata
Momen Berat (ton) [1] * [2]
0
-13,500
0,1479
0,1479
1
-10,500
0,7095
0,7095
0,4287
-4,5013
1,2861
2
-7,500
2,4291
2,4291
1,5693
-11,7700
4,7080
3
-4,500
2,9313
2,9313
2,6802
-12,0610
8,0407
4
-1,500
3,3177
3,3177
3,1245
-4,6868
9,3736
5
1,500
3,7862
3,7862
3,5520
5,3280
10,6559
6
4,500
2,6773
2,6773
3,2318
14,5429
9,6953
7
7,500
2,4412
2,4412
2,5592
19,1940
7,6776
8
10,500
0,3280
0,3280
1,3846
14,5382
4,1538
9
13,500
0,0494
0,0494
0,1887
2,5475
0,5661
18,7190
23,1315
56,1570
0
∑1
∑2
LCG LWT = Jarak Titik Berat terhadap midship ponton = = Berat = =
∑2 / ∑1 1,2357 m ∑1 * hs 56,157 ton
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Gaya Lintang dan Momen
Rekapitulasi Distribusi Berat Pontoon Lift dan Kapal Ikan dan Perhitungan Gaya Lintang dan Momen Air Tenang Tabel Distribusi Berat Pontoon Lift + Kapal Ikan h= Station
3
m (jarak antar Station) w(x) (ton/m) w(x) total Berat (ton) Pontoon Kapal (ton/m) Air Balas Lift Ikan
Lengan (m)
Momen (ton.m)
AP-1
8,1782
14,0309
0,1479
22,3569
67,0706
1,5
1-2
8,1782
14,0309
0,7095
22,9186
68,7557
4,5 309,4005
2-3
5,6834
14,8362
2,4291
22,9487
68,8462
7,5 516,3467
3-4
5,6834
14,8362
2,9313
23,4509
70,3528
10,5 738,7045
4-5
5,6834
14,8123
3,3177
23,8135
71,4404
13,5 964,4456
5-6
5,6834
14,8123
3,7862
24,2820
72,8460
16,5 1201,959
6-7
5,6834
14,5021
2,6773
22,8628
68,5884
19,5 1337,474
7-8
5,6834
14,5021
2,4412
22,6267
67,8801
22,5 1527,302
8-9
8,1782
13,7207
0,3280
22,2269
66,6806
25,5 1700,354
9-FP
8,1782
13,7207
0,0494
21,9482
65,8446
28,5 1876,571
22,9435 688,3054
10273,16
∑1 Berat Total =
∑2
∑3
∑2
= 688,3054 ton LCG =
100,606
∆=
690,00 ton
Koreksi =
0,0025 %
LCB =
15,00 m
Koreksi =
0,0050 %
∑3/∑1 14,9253 m
Dari AP,
Tabel Distribusi Gaya Lintang dan Momen pada Pontoon Lift Station [1]
w(x) (ton/m)
w(x) avg (ton/m) [2]
b(x) (ton/m)
b(x) avg f(x) (ton/m) (ton/m) [4] = [3] - ∑f(x) [5] [2] [3]
∑∑f(x) [6]
AP-1
22,3569
11,1784
23,0010
11,5005
0,6441
0,6441
0,6441
1-2
22,9186
22,6377
23,0010
23,0010
0,3633
1,0074
2,2956
2-3
22,9487
22,9337
23,0010
23,0010
0,0673
1,0747
4,3778
3-4
23,4509
23,1998
23,0010
23,0010
-0,1988
0,8759
6,3285
4-5
23,8135
23,6322
23,0010
23,0010
-0,6312
0,2447
7,4491
5-6
24,2820
24,0477
23,0010
23,0010
-1,0467
-0,8020
6,8917
6-7
22,8628
23,5724
23,0010
23,0010
-0,5714
-1,3734
4,7163
7-8
22,6267
22,7447
23,0010
23,0010
0,2563
-1,1172
2,2257
8-9
22,2269
22,4268
23,0010
23,0010
0,5742
-0,5429
0,5656
9-FP
21,9482
10,9741
23,0010
11,5005
0,5264
-0,0165
0,0061
Dalam perhitungan pembebanan kapal diasumsikan sebagai balok bebas maka ∑f(x) dan ∑∑f(x) harus bernilai 0. Karena pada hasil perhitungan tidak bernilai 0 maka dilakukan koreksi pada tabel.
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Gaya Lintang dan Momen Koreksi gaya lintang L=
30 m
∑f(x) max =
1,37342 ton/m
∑f(FP) =
-0,0165 ton/m
3% ∑f(x) max =
0,0412 ton/m
maka, Q(x) max = ∑f(x) max * h = 1,37*3 =
4,1203 ton force
Q(FP) = ∑f(FP) * h = 0,0165*3 =
0,0496 ton force
3% Q(x) max =
0,1236 ton force
Hasil Koreksi Q(FP) dan ∑f(FP) : ∑f(FP) dan Q(FP) < 3% max ; Koreksi Linear Tabel Distribusi Gaya Lintang dan Momen Setelah Koreksi Station [1]
ΔΣf(x)= ∑f(x) ∑f '(x) x (ton/m) - /b.Σf(FP) (ton/m) [5] [7] (ton/m) [6]
ΔΣΣf '(x) ∑∑f '(x) x ∑∑f ''(x) - /b.ΣΣf '(FP) [8] [10] [9]
Q(x) = [7]*h (tonforce) [11]
M(x) = [10]*h2/2 (ton.m) [12]
AP-1
0,6441
0,0017
0,6458
0,6458
-0,0172
0,6286
1,9373
2,8288
1-2
1,0074
0,0033
1,0107
2,3023
-0,0343
2,2680
3,0321
10,2058
2-3
1,0747
0,0050
1,0797
4,3927
-0,0515
4,3412
3,2391
19,5355
3-4
0,8759
0,0066
0,8825
6,3549
-0,0686
6,2863
2,6476
28,2884
4-5
0,2447
0,0083
0,2530
7,4904
-0,0858
7,4047
0,7589
33,3210
5-6
-0,8020
0,0099
-0,7921
6,9513
-0,1029
6,8484
-2,3763
30,8177
6-7
-1,3734
0,0116
-1,3618
4,7973
-0,1201
4,6773
-4,0855
21,0478
7-8
-1,1172
0,0132
-1,1039
2,3316
-0,1372
2,1944
-3,3118
9,8746
8-9
-0,5429
0,0149
-0,5281
0,6996
-0,1544
0,5452
-1,5842
2,4534
9-FP
-0,0165
0,0165
0,0000
0,1715
-0,1715
0,0000
0,0000
0,0000
Koreksi momen M(x) max = 7,490419 ton/m M(FP) =
0,1715 ton/m
2 M(x) max = M(x) max * h /2
= 7,49 * (3,00^2)/2 = 33,70689 ton.m 2 M(FP) = M(FP) * h /2
= 0,17 * (3,00^2)/2 = 0,771832 ton.m
6% M(x) max = 2,022413 ton.m
Hasil Koreksi M(FP): M(FP) < 6% max ; Koreksi Linear Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Gaya Lintang dan Momen
Grafik Distribusi Beban f(x) Gabungan
f(x) ton/m
f(x)
Q(x)
M(x)
2,0000
40,0000
1,5000
30,0000
1,0000
20,0000
0,5000
10,0000
0,0000
0,0000
-0,5000
-10,0000
-1,0000
-20,0000
-1,5000
-30,0000 AP-1
1-2
2-3
3-4
4-5
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
5-6
6-7
7-8
8-9
9-FP
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Hogging Sagging
Perhitungan Momen pada Kondisi Hogging Sagging Referensi : BKI Rules for Hull Volume II 2009; Sec. V B.5. s/d E.1. Karena digunakan konstruksi campuran maka diperlukan perhitungan kondisi Hogging dan Sagging meskipun pontoon lift berada pada perairan terlindungi (Sheltered Water) ataupun L < 65 m untuk memastikan. Total Bending Moment MT = MSW + MWV
[kNm]
MSW = Vertical still water bending moment (+) for hogging, (-) for sagging [kNm] MWV = Vertical wave bending moment (+) for hogging MWVHOG, (-) for sagging MWVSAG [kNm] = L2 . B . c0 . c1 . cL . cM
dimana, c0 = (L/25+4,1) CRW
[kNm] ; L < 90 m
= 3,1584 c1 = c1H for hogging, c1S for sagging factor c1H = 0,19 . CB = 0,19 c1S = - 0,11 . (CB + 0,7) = -0,187 cM = distribution factor cMH for hogging, cMS for sagging karena 0,4 ≤ x/L ≤ 0,65 cMH = 1,00 cMS =
3
cv
cv = √(Vo/1,4√L)
≥ 1.0
= 1,00 cL = √(L/90)
L < 90 m
=
0,5686
Ukuran Utama Pontoon Lift: L= 30 m
Tkosong =
0,600 m
13,2 m
Tmax =
4,219 m
D = 5,219477 m
Ttransfer =
1,700 m
H=
3,219 m
Tnormal =
1,000 m
h=
2m
c=
1,5 m
b= CB =
1,8 m 1
1 kg =
9,81 N
B=
maka, Perhitungan momen pada kondisi Hogging didapatkan dari Tabel: MSW max = 33,321 ton.m MWV max =
413,231 ton.m
MT max =
446,552 ton.m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Hogging Sagging Tabel perhitungan momen kondisi Hogging cMH
MSW (ton.m)
MWV (ton.m)
MT (ton.m)
Station
x/L
0
0
1,00
0 413,2315
413,231
1
0,1
1,00
2,829 413,2315
416,060
2
0,2
1,00
10,206 413,2315
423,437
3
0,3
1,00
19,536 413,2315
432,767
4
0,4
1,00
28,288 413,2315
441,520
5
0,5
1,00
33,321 413,2315
446,552
6
0,6
1,00
30,818 413,2315
444,049
7
0,7
1,00
21,048 413,2315
434,279
8
0,8
1,00
9,875 413,2315
423,106
9
0,9
1,00
2,453 413,2315
415,685
10
1
1,00
0 413,2315
413,231
Perhitungan momen pada kondisi Sagging didapatkan dari Tabel: MSW max = -33,321 ton.m MWV max =
-406,707 ton.m
MT max =
-440,028 ton.m
Tabel perhitungan momen kondisi Sagging cMS
MSW (ton.m)
MWV (ton.m)
MT (ton.m)
Station
x/L
0
0
1,00
0 -406,7068
-406,707
1
0,1
1,00
-2,829 -406,7068
-409,536
2
0,2
1,00
-10,206 -406,7068
-416,913
3
0,3
1,00
-19,536 -406,7068
-426,242
4
0,4
1,00
-28,288 -406,7068
-434,995
5
0,5
1,00
-33,321 -406,7068
-440,028
6
0,6
1,00
-30,818 -406,7068
-437,525
7
0,7
1,00
-21,048 -406,7068
-427,755
8
0,8
1,00
-9,875 -406,7068
-416,581
9
0,9
1,00
-2,453 -406,7068
-409,160
10
1
1,00
0 -406,7068
-406,707
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer
Perhitungan Momen pada Kondisi Transfer Momen yang bekerja pada saat kondisi transfer karena ditopang oleh girder dan pillar pada perairan galangan maka pontoon lift diasumsikan sebagai balok sederhana yang ditumpu pada kedua ujung pontoon lift (AP dan FP) oleh tumpuan Roll seperti pada gambar berikut:
Sehingga apabila diaplikasikan pada ilmu Mekanika Teknik, maka bentuk pembebanan dapat disederhanakan menjadi gambar seperti dibawah ini:
Diketahui dari hasil perhitungan: F1 = 1,2861 ton force F2 =
4,7080 ton force
F3 =
8,0407 ton force
F4 =
9,3736 ton force
F5 =
10,6559 ton force
F6 =
9,6953 ton force
F7 =
7,6776 ton force
F8 =
4,7199 ton force
LA-F1 = LF8-H =
1,5 m
LF1-F2 = LF2-F3 = LF3-F4 = LF5-F6 = LF6-F7 = LF7-F8
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
=
3m
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer Reaksi Tumpuan: ∑Fy = 0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
0 = FAY + FHY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 - F8 = FAY + FHY - 1,286 - 4,708 - 8,041 - 9,374 - 10,656 - 9,695 - 7,678 - 4,720 = FAY + FHY - 56,157 56,157 = FAY + FHY ∑MA =
0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
0= ∑F.L = F1 . LF1 + F2 . LF2 + F3 . LF3 + F4 . LF4 + F5 . LF5 + F6 . LF6 + F7 . LF7 + F8 . LF8 - FHY . LH = 741,5803 - FHY . 24 FHY . 24 = 741,5803 ton.m FHY = maka, FAY = =
30,8992 ton force 56,1570 - FHY 25,2578 ton force
Potongan I
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - V(x) V(x) = FAY = ∑M =
25,2578 ton force 0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
= V.x-M = 25,258 . x - M M = 25,258 . x maka, x=
0 ;M=
0 ton.m
x=
1,5 ; M =
37,88675 ton.m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer Potongan II
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - V(x) V(x) = FAY - F1 =
23,9718 ton force
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + V . (1,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 23,972 . (1,5+x) - M M = 37,887 + 23,972 . x maka, x=
0 ;M=
37,88675 ton.m
Potongan III
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 =
19,2638 ton force
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + V . (4,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 19,264 . (4,5+x) - M Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer M = 109,802 + 19,264 . x maka, x=
0 ;M=
109,802 ton.m
Potongan IV
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 =
11,2231 ton force
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + V . (7,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 11,223 . (7,5+x) - M M = 167,593 + 11,223 . x maka, x=
0 ;M=
167,5933 ton.m
Potongan V
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 - F4 =
1,8495 ton force
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + F4. LF4 + V . (10,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 9,374 . 10,5 + 1,850 . (10,5+x) - M M = 201,263 + 1,850 . x maka, x=
0 ;M=
201,2626 ton.m
Potongan VI
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 =
-8,8064 ton force
((-) artinya arah V(x) seharusnya keatas)
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + F4. LF4 + F5. LF5 + V . (13,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 9,374 . 10,5 + 10,656 . 13,5 + (-8,806) . (13,5+x) -M M = 206,811 + (-8,806) . x maka, x=
0 ;M=
206,8111 ton.m
Potongan VII
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer ∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 =
-18,5017 ton force
((-) artinya arah V(x) seharusnya keatas)
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + F4. LF4 + F5. LF5 + F6. LF6 + V . (16,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 9,374 . 10,5 + 10,656 . 13,5 + 9,695 . 16,5 + (-18,502) . (16,5+x) - M M = 180,392 + (-18,502) . x maka, x=
0 ;M=
180,3918 ton.m
Potongan VIII
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 =
-26,1793 ton force
((-) artinya arah V(x) seharusnya keatas)
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + F4. LF4 + F5. LF5 + F6. LF6 + F7. LF7 + V . (19,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 9,374 . 10,5 + 8,041 . 13,5 + 9,695 . 16,5 + 7,678 . 19,5 + (-26,179) . (19,5+x) - M M = 124,887 + (-26,179) . x maka, x=
0 ;M=
124,8867 ton.m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer Potongan IX a
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 - F8 - V(x) V(x) = FAY - F1 - F2 - F3 - F4 - F5 - F6 - F7 - F8 =
-30,8992 ton force
((-) artinya arah V(x) seharusnya keatas)
∑M = 0 ; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-) = F1. LF1 + F2. LF2 + F3. LF3 + F4. LF4 + F5. LF5 + F6. LF6 + F7. LF7 + F8. LF8 + V . (22,5+x) - M = 1,286 . 1,5 + 4,708 . 4,5 + 8,041 . 7,5 + 9,374 . 10,5 + 8,041 . 13,5 + 9,695 . 16,5 + 7,678 . 19,5 + 4,720 . 22,5 + (-30,899) . (22,5+x) - M M = 46,349 + (-30,899) . x maka, x=
0 ;M=
46,34877 ton.m
Potongan IX b
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FHY - V(x) V(x) = FHY = ∑M =
30,8992 ton force 0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
= -V . x + M = 30,899 . x + M M = 30,899 . x maka, x=
0 ;M=
0 ton.m
x=
1,5 ; M =
46,34877 ton.m
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Momen Transfer Tabel Rekapitulasi Momen Potongan
V(x) (ton M (ton.m) force)
x (m)
A
0
0
I
0
II
1,5
23,9718 37,88675
III
4,5
19,2638
IV
7,5
11,2231 167,5933
V
10,5
1,8495 201,2626
VI
13,5
-8,8064 206,8111
VII
16,5
-18,5017 180,3918
VIII
19,5
-26,1793 124,8867
IX
22,5
-30,8992 46,34877
H
24
0
25,2578
0 109,802
didapatkan nilai M(x) max adalah sebesar: M(x) max = 206,8111 ton.m
Grafik Momen Kapal Ikan Diatas Pontoon Lift 250 201,26 206,81
Momen (ton.m)
200
180,39
167,59
150
124,89
109,80
100 46,35
37,89
50 0,00
0,00
0
0
0,00
0 1,5
4,5
7,5
10,5
13,5
16,5
19,5
22,5
24
Posisi Momen pada Sumbu X
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Modulus dan Momen Inersia Penampang
Modulus dan Momen Inersia Penampang Pada perhitungan kekuatan memanjang digunakan kondisi dimana pontoon lift menerima beban yang paling ekstrim yaitu pada proses transfer. Beban-beban yang bekerja adalah sebagai berikut: 1. Beban Lightweight Ponton 2. Beban Kapal Ikan 3. Beban Water Ballast Beban-beban tersebut dihitung untuk memastikan kekuatan ponton dalam kondisi yang tetap tercukupi. Perhitungan Modulus dan Momen Inersia Penampang Melintang Pontoon Lift Sudut thd.
Nama Bagian
Luas Total Bid. Lebar (cm) Tinggi (cm) Jumlah (n) o Horizontal ( ) (cm2) [AT] [b] [h] [α]
1. Pelat Lunas
1
2. Pelat Alas
8
Titk berat Momen Luas M. Inersia (cm4) thd. Base (cm3) 2 [AT*Z] [AT*Z ] (cm) [Z]
Momen Inersia Individu Ix cos2α [Ix= 3
1/12*b*h ]
Iy sin2α [Iy = 3
1/12*b*h ]
Io (Ix cos2α+Iy sin2α)
150
1,1
0
165
0,55
90,8
49,9
16,6
0,0
16,6
Pelat 800 mm
2
80
0,9
0
144
0,45
64,8
29,2
4,9
0,0
4,9
Pelat 1500 mm
2
150
0,9
0
270
0,45
121,5
54,7
9,1
0,0
9,1
Pelat 1800 mm
4
180
0,9
0
648
0,45
291,6
131,2
10,9
0,0
10,9
3. Pelat Sisi
4
Pelat 260 mm
2
1
26
0
52
193
10036,0
1936948,0
1464,7
0,0
1464,7
Pelat 1800 mm
2
1
180
0
360
90
32400,0
2916000,0
486000,0
0,0
486000,0
4. Pelat Geladak
9
Pelat 800 mm
2
80
0,8
0
128
200,4
25651,2
5140500,5
3,4
0,0
3,4
Pelat 1500 mm
3
150
0,8
0
360
200,4
72144,0 14457657,6
6,4
0,0
6,4
Pelat 1800 mm
4
180
0,8
0
576
200,4
115430,4 23132252,2
7,7
0,0
7,7
1
82
0
82
41
45947,3
0,0
45947,3
5. Penumpu Alas Center Girder Web
1 1
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
3362,0
137842,0
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Modulus dan Momen Inersia Penampang Face
1
Side Girder
40
1
0
40
82,5
3300,0
272250,0
3,3
0,0
3,3
2
Web
2
1
82
0
164
41
6724,0
275684,0
45947,3
0,0
45947,3
Face
2
40
1
0
80
82,5
6600,0
544500,0
3,3
0,0
3,3
6. Penumpu Geladak Center Girder
1
Web
1
0,8
30
0
24
185
4440,0
821400,0
1800,0
0,0
1800,0
Face
1
17
0,8
0
13,6
169,6
2306,6
391192,6
0,7
0,0
0,7
Side Girder
2
Web
2
0,8
30
0
48
185
8880,0
1642800,0
1800,0
0,0
1800,0
Face
2
17
0,8
0
27,2
169,6
4613,1
782385,2
0,7
0,0
0,7
7. Pembujur Alas
9
1,8
18
0
291,6
9
2624,4
23619,6
874,8
0,0
874,8
8. Pembujur Geladak
9
1,7
16
0
244,8
192
47001,6
9024307,2
580,3
0,0
580,3
Pelat 862 mm
1
0,6
86,2
0
51,72
126,1
6521,9
822410,6
32025,2
0,0
32025,2
Pelat 1660 mm
1
0,6
166
0
99,6
101
10059,6
1016019,6
228714,8
0,0
228714,8
362663,42
63338034
9. Sekat Memanjang
3869,52 ∑1 Z1 = Titik berat total terhadap bottom
= H - Z1
= 362663,42 / 3869,52
= 200,00 - 93,72
= 93,7231031 cm
=
= 64183255,5 cm
4
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
∑4
106,2769 cm
INA = Ixx - (Z1)2 . ∑1
= 63338033,92 + 845221,55
∑3
Z2 = Titik berat total terhadap deck
= ∑2 / ∑1
Ixx = ∑3 + ∑4
∑2
845221,55
(Inersia Netral Absis)
= 64183255,5 - (93,7)^2 . 3869,5 =
4 30193314 cm
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Perhitungan Modulus dan Momen Inersia Penampang W = Modulus penampang keseluruhan = INA / h = 30193314,17 / (2,00*100) = 150966,571 cm
3
σ = Tegangan penampang keseluruhan = M(x) max / W = 33,71*100 / 150966,57 2 = 0,0223274 ton/cm
atau
2 22,327385 kg/cm
Wbot = Modulus penampang terhadap bottom = INA / Z1 = 30193314,17 / 93,72 3 = 322154,444 cm
Wdeck = Modulus penampang terhadap deck = INA / Z2 = 30193314,17 / 106,28 3 = 284100,449 cm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Cek Kekuatan Memanjang
Pengecekan Kekuatan Memanjang Ponton Data hasil perhitungan L=
30 m
B=
13,2 m
Ttransfer =
1,700 m
h=
2m
CB =
YNA = 93,7231031 cm 4 INA = 30193314,2 cm
W = 150966,571 cm3 3 Wbot = 322154,444 cm
3 Wdeck = 284100,449 cm
1
Momen-momen maximum M(x) max Kondisi air tenang = 33,7068869 ton.m
=
3370688,7 kg.cm
Kondisi Hogging = 446,552457 ton.m
=
44655245,7 kg.cm
Kondisi Sagging =
-440,02775 ton.m
=
-44002774,9 kg.cm
Kondisi Transfer = 206,811078 ton.m
=
20681107,8 kg.cm
Perhitungan Tegangan 1. Kondisi Hogging σbot = M(x) max / Wbot
σdeck = M(x) max / Wdeck
= 44655245,70 / 322154,444 =
138,6144 kg/cm
= 44655245,70 / 284100,449
2
=
2. Kondisi Sagging σbot = M(x) max / Wbot
σdeck = M(x) max / Wdeck
= -44002774,93 / 322154,444 =
-136,5891 kg/cm
2 157,1812 kg/cm
= -44002774,93 / 284100,449
2
=
2 -154,8846 kg/cm
Perhitungan Modulus dan Inersia Midship Section Minimum BKI 2009 Vol. II; Section 5.C.2 1. Modulus Wmin = k . c0 . L2 . B .(CB + 0,7). 10-6
[m3]
apabila T (Shallow Water Service) minimum modulus dapat dikurangi sebesar 25% dimana, k= c0 =
1 3,1584
maka, Wmin = 1,00 . 3,158 . 30,0^2 . 13,2 .(1,00 + 0,7) . 10^-6 . 75% 3 = 0,04784028 m 3 = 47840,2848 cm
2. Momen Inersia -2 Iy = 3 . 10 . W . L / k
[m4]
= 3 . 10^-2 . 0,04784 . 30,0 / 1,0 Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Cek Kekuatan Memanjang 4 = 0,04305626 m 4 = 4305625,63 cm
Perhitungan Tegangan Izin BKI 2009 Vol. II; Section 5.C.1 σp = cs . σp0 dimana, σp0 = 18,5 . √L/k
; untuk L < 90 m
= 101,328673 cs = 1 ; untuk 0,3 ≤ x/L ≤ 0,7 maka,
2 σp = 101,328673 N/mm 2 = 1032,91206 kg/cm
Perhitungan Tegangan Kritis σcr = π2 . E / (Le / r)2 dimana, π = 22/7 = 3,14285714 E = Modulus elastisitas/ modulus young, Steel ASTM A-36 9 = 200 . 10
N/m2 or GPa 2
= 20,387 . 10^5 kg/cm Le = Panjang yang disangga =
24 m
=
2400 cm
r = Radius Girasi = √(I/A) ; I = Inersia, A = Luas Penampang (AT) = 128,790053 Le/r = 18,6349795 maka, σcr = 3,14^2 . 20,387 . 10^5 / (18,635)^2 =
2 57989,910 kg/cm
2 = 57,9899097 ton/cm
Hasil Kesimpulan dan Pengecekan Tegangan 1. Modulus Midship Section Wmin = Modulus Midship Section Minimum =
3 47840,285 cm
Hasil Perhitungan: 3 Wtotal = 150966,571 cm 3 Wdeck = 284100,449 cm 3 Wbot = 322154,444 cm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Cek Kekuatan Memanjang Wtotal, W Bottom, W Deck > W minimum, Memenuhi 2. Momen Inersia Midship Section Iy = Momen Inersia Midship Section Minimum 4 4305625,6 cm
=
Hasil Perhitungan: 4 INA = 30193314,2 cm Inersia Midship Section Perhitungan > Inersia Minimum, Memenuhi Jadi nilai Modulus dan Inersia Midship Section hasil perhitungan telah memenuhi persyaratan BKI karena lebih besar dari nilai yang disyaratkan. 3. Tegangan σp = Permissible Stress = 1032,91206 kg/cm σcr = Critical Stress =
2
2 57989,910 kg/cm
Hasil Perhitungan: A. Hogging σdeck = σbot = B. Sagging σdeck = σbot = C. Air Tenang σdeck = σbot = D. Transfer σdeck = σbot =
2 157,1812 kg/cm 2 138,6144 kg/cm 2 154,8846 kg/cm 2 136,5891 kg/cm 2 11,8644 kg/cm 2 10,4630 kg/cm 2 72,7951 kg/cm 2 64,1963 kg/cm
Tegangan Perhitungan < Tegangan Maksimum dan Tegangan Critical, Memenuhi
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Stabilitas Pontoon Lift
Perhitungan Stabilitas Pontoon Lift Referensi : IMO 2008 - International Code on Intact Stability BKI Vol. II 2002, Rules for Floating Dock Dockmaster Training Manual, Heger 2002 Sesuai dengan yang tertera pada dockmaster training manual handbook , terdapat 5 kondisi pengecekan untuk sebuah proses docking/undocking , 5 kondisi pengecekan tersebut yaitu: 1. Pontoon lift berada pada sarat penuh (full submergence ) 2. Pontoon lift mengangkat sebagian kapal kurang lebih 1/2 sarat docking 3. Garis waterline berada tepat diatas keel block 4. Garis waterline berada pada geladak ponton 5. Pontoon lift berada pada Sarat Normal Sedangkan untuk kriteria stabilitas pada seluruh kondisi pengecekan yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut: 1. Minimum GM tidak boleh kurang dari 1,0 m 2. Area 0 - 30 atau GZ max tidak boleh kurang dari hasil analisis 3. Angle of vanishing stability <= 100m harus lebih dari 20 derajat Tabel pengecekan kondisi stabilitas pontoon lift No.
Kriteria
Batasan
Satuan
Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4 Kondisi 5
1
T
-
m
4,220
3,807
2,798
2,000
1,000
2
KG
-
m
1,633
1,791
1,803
1,822
2,754
3
GM
1
m
1,149
1,068
1,742
1,903
12,265
4
GZ Max
3,1513
m.deg
3,7764
4,0196
8,4027
12,8694
60,491
5
Angle
20
deg
36,2
34,6
50,3
58,8
72,4
Status
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Pass
Pass
Pass
Pass
Pass
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Data Hidrostatik
Data Hidrostatik Pontoon Lift Tabel data hidrostatik pontoon lift pada 5 kondisi Data
Satuan
Kondisi 1 Kondisi 2 Kondisi 3 Kondisi 4 Kondisi 5
Design Draft
m
4,2190
3,8095
2,8000
2,0000
1,0000
Displacement
ton
908,6
890,6
846,6
811,9
405,9
Heel
deg
0
0
0
0
0
Draft (Midship)
m
4,22
3,807
2,798
2,002
1
Trim (+ve by stern)
m
0
-0,014
0
0
-0,004
Cb
-
0,53
0,575
0,745
0,999
0,998
LCB (dari AP)
m
15
15,003
15
15
15,011
KB
m
1,225
1,168
1,058
1
0,5
KG
m
1,663
1,791
1,803
1,822
2,748
BM
m
1,557
1,599
1,709
1,805
14,521
GM
m
1,149
0,977
0,963
0,983
12,273
KM
m
2,782
2,767
2,767
2,805
15,021
Immersion (TPc)
ton/cm
0,432
0,435
0,442
0,447
4,059
MTc
ton.m
2,016
1,963
1,956
1,959
9,643
Trim angle
deg
0
-0,026
0
0
-0,0082
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Kurva Hidrostatik Pontoon Lift T = 0,6 s/d 1,7 m
Kurva Hidrostatik Pontoon Lift T = 1,7 s/d 4,219 m
LAMPIRAN B PERHITUNGAN TEKNIS – PRODUKSI PONTOON LIFT
Rencana Produksi
Rencana Produksi Pontoon Lift Metode Pembangunan : Pontoon - Layering Sidewall - Block Tabel pembagian alokasi waktu pengerjaan 1 hari =
7
jam
1 minggu =
5
hari
Nama
Berat (ton)
Alokasi Waktu Pengerjaan Bulan
Minggu
Jam
170,502
4
16
560
Sidewall 1
7,484
1
4
140
Sidewall 2
7,484
1
4
140
Sidewall 3
7,484
1
4
140
Sidewall 4
7,484
1
4
140
Ponton
Total
200,4395
Tabel pembagian jumlah pekerja berdasarkan tahap pembangunan Tahapan
Jumlah Pekerja Operator
Welder
Fitter
Helper
Tahap Preparation Proses Straightening
1
2
Proses Sand Blasting
2
4
Marking
4
4
Cutting Torch
4
4
Cutting Machine (CNC)
2
2
Bending Machine
1
1
Roll Machine
1
1
Lathe Machine
1
1
Tahap Fabrikasi
Tahap Assembly - Erection Welding SMAW
5
5
2
Welding FCAW
4
4
2
Crane Operator
2
Forklift Operator
1
Total
60
maka, tabel perhitungan untuk beban pekerja per hari adalah sebagai berikut: Pekerjaan Berat (ton)
Durasi (hari)
Beban (kg/hari)
n Pekerja
Jam orang Produktivit (n.JO) as (kg/JO)
Pontoon
170,502
80
2131,280
50
350
304,46854
Sidewall 1
7,484
20
374,214
10
70
53,45914
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Rencana Produksi Sidewall 2
7,484
20
374,214
10
70
53,45914
Sidewall 3
7,484
20
374,214
10
70
53,45914
Sidewall 4
7,484
20
374,214
10
70
53,45914
Berat (ton)
%
Beban (kg/hari)
Total JO =
6000 Jam Orang dalam 4 bulan
Waktu Pengerjaan =
100 hari
=
4 bulan
Tabel Work Breakdown Structure Level
Breakdown Structure
Duration (days)
Work
0
Pontoon Lift
100
Erection
200,4395
100,00
2004,395
1
Pontoon
80
Assembly
170,502
85,06
2131,280
1.1
Bottom Panel
32
Fabrication
67,655
33,75
2114,214
1.2
Side Panel (P)
4
Fabrication
7,039
3,51
1759,717
1.3
Side Panel (S)
4
Fabrication
7,039
3,51
1759,717
1.4
Deck Panel
20
Fabrication
42,132
21,02
2106,596
1.5
Fore Panel
2
Fabrication
3,484
1,74
1741,778
1.6
After Panel
2
Fabrication
3,484
1,74
1741,778
1.7
Bulkhead Panel
6
Fabrication
12,521
6,25
2086,795
1.8
Eq. & Outiftting
13
Fabrication
27,150
13,55
2088,461
20
Assembly
29,937
14,94
1496,8559
2
Total Sidewall
2
Sidewall 1
5
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 2
5
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 3
5
Fabrication
7,4843
3,73
1496,856
2
Sidewall 4
5
7,4843
3,73
1496,856
20
Fabrication Assembly
7,484
3,73
374,214
2
Sidewall 1
2.1
Side Panel (P)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
2.2
Side Panel (S)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
2.3
Deck Panel
3
Fabrication
0,8041
0,40
268,046
2.4
Fore Panel
2
Fabrication
0,4863
0,24
243,157
2.5
After Panel
2
Fabrication
0,3762
0,19
188,087
2.6
Eq. & Outiftting
7
2,300
1,15
328,568
20
Fabrication Assembly
7,484
3,73
374,214
3
Sidewall 2
3.1
Side Panel (P)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
3.2
Side Panel (S)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
3.3
Deck Panel
3
Fabrication
0,8041
0,40
268,046
3.4
Fore Panel
2
Fabrication
0,4863
0,24
243,157
3.5
After Panel
2
Fabrication
0,3762
0,19
188,087
7
2,300
1,15
328,568
7,484
3,73
374,214
1,7588
0,88
351,768
3.6 4
Eq. & Outiftting Sidewall 3
20
Fabrication Assembly
4.1
Side Panel (P)
5
Fabrication
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Rencana Produksi 4.2
Side Panel (S)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
4.3
Deck Panel
3
Fabrication
0,8041
0,40
268,046
4.4
Fore Panel
2
Fabrication
0,4863
0,24
243,157
4.5
After Panel
2
Fabrication
0,3762
0,19
188,087
4.6
Eq. & Outiftting
7
2,300
1,15
328,568
20
Fabrication Assembly
7,484
3,73
374,214
5
Sidewall 4
5.1
Side Panel (P)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
5.2
Side Panel (S)
5
Fabrication
1,7588
0,88
351,768
5.3
Deck Panel
3
Fabrication
0,8041
0,40
268,046
5.4
Fore Panel
2
Fabrication
0,4863
0,24
243,157
5.5
After Panel
2
Fabrication
0,3762
0,19
188,087
5.6
Eq. & Outiftting
7
Fabrication
2,300
1,15
328,568
Volume (m2)
Berat (ton)
8,6185
67,6549
0,8967
7,0389
0,8967
7,0389
5,3671
42,1319
Margin Duration = ±
7
hari
Tabel Material List Pontoon Material Part Pontoon
Jumlah
Ukuran
1
30 x 13,3 meter
Keel Plate
1
1500 x 11 mm
Bottom Plate
4
1800 x 9 mm
Bottom Plate
2
1500 x 9 mm
Bottom Plate
2
800 x 9 mm
Center Girder
1
T 820 x 400 x 10
Side Girder
2
T 820 x 400 x 10
Plate Floor
9
T 820 x 400 x 10
Bottom Longitudinal
18
Flat 180 x 18
Bracket
312
varies
Plate Floor Stiff.
144
Flat 160 x 17
PS. Panel (P)
1
30 x 1,8 meter
Side Plate
1
1800 x 10 mm
Web Frame
9
T 300 x 80 x 8
Frame
40
Flat 180 x 18
PS. Panel (S)
1
30 x 1,8 meter
Side Plate
1
1800 x 10 mm
Web Frame
9
T 300 x 80 x 8
Frame
40
Flat 180 x 18
PD. Panel
1
30 x 13,3 meter
Pontoon Deck Plate
4
1800 x 8 mm
Pontoon Deck Plate
2
1500 x 8 mm
Pontoon Deck Plate
2
800 x 8 mm
Safety Deck Plate
2
1800 x 6 mm
Center Girder
1
T 300 x 170 x 8
PB. Panel
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Rencana Produksi Side Girder
2
T 300 x 170 x 8
Deck Transverse
9
T 300 x 170 x 8
Deck Longitudinal
18
Flat 160 x 17
Safety Deck Long.
4
Flat 120 x 12
Bracket
192
varies
PF. Panel
1
13,2 x 2 meter
Fore Side Plate
1
1800 x 10 mm
Fore Side Plate
1
200 x 10 mm
Web Frame
3
T 300 x 80 x 8
Frame
8
Flat 180 x 18
Round Bar
2
d 60 mm
1
13,2 x 2 meter
After Side Plate
1
1800 x 10 mm
After Side Plate
1
200 x 10 mm
Web Frame
3
T 300 x 80 x 8
Frame
8
Flat 180 x 18
Round Bar
2
d 60 mm
PBhd. Panel
1
varies
L. Bulkhead Plate
1
880 x 6 mm
T. Bulkhead Plate
1
880 x 6 mm
Web Frame
9
T 300 x 80 x 8
Frame
40
Flat 80 x 7
PA. Panel
5,3671
42,1319
0,4438
3,4836
0,4438
3,4836
1,5950
12,5208
Volume (m2)
Berat (ton)
0,2241
1,7588
0,2241
1,7588
0,1024
0,8041
0,0620
0,4863
Tabel Material List Sidewall 1, 2, 3, 4 Material Part Sidewall
Jumlah
Ukuran
SS. Panel (P)
1
6 x 3,48 meter
Side Plate
1
1800 x 10 mm
Side Plate
1
1680 x 7 mm
Web Frame
1
T 260 x 80 x 6
Frame
8
Flat 160 x 13
SS. Panel (S)
1
6 x 3,48 meter
Side Plate
1
1800 x 10 mm
Side Plate
1
1680 x 7 mm
Web Frame
1
T 260 x 80 x 6
Frame
8
Flat 160 x 13
SD. Panel
1
6 x 1,8 meter
Deck Plate
1
1800 x 6 mm
Deck Transverse
1
T 260 x 80 x 6
Deck Longitudinal
2
Flat 120 x 12
Bracket
24
varies
SF. Panel
1
3,280 x 1,8 meter
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Rencana Produksi Fore Side Plate
2
1800 x 10 mm
Fore Side Plate
1
1480 x 7 mm
Frame
2
Flat 160 x 13
SA. Panel
1
3,561 x 1,8 meter
After Side Plate
2
1142 x 10 mm
After Side Plate
1
1419 x 7 mm
Frame
2
Flat 160 x 13
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
0,0620
0,4863
0,0479
0,3762
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Kuisioner JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Sukolilo - Surabaya 60111, Telp. 031 599 4251 -54, 594 7264
Dimas Dwi Hadiansyah - 4112100093 Bapak/Ibu yang terhormat, Saya mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan FTK - ITS Surabaya ingin mengucapkan terimakasih atas kesediaan waktu dan kerjasama Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner pemilihan lokasi industri/galangan. Kuisioner ini bertujuan untuk melengkapi data penelitian Tugas Akhir yang sedang dikerjakan dengan judul "Analisa Teknis dan Ekonomis Perancangan dan Produksi Pontoon Lift untuk Kapal Ikan 60 GT". Hasil dari kuisioner tidak akan dipublikasikan dan hanya untuk kepentingan penelitian semata.
Kuisioner Pemilihan Lokasi Industri/Galangan Nama
: Muhamad Nur K.
Umur *
: 56
Th
a. Laki-laki
b. Perempuan
Pendidikan terakhir * : a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. Diploma / Sarjana f. Magister / Doktor / Sederajat Petunjuk pengisian kuisioner * : Lingkari jawaban yang terpilih Berilah tanda centang (√) pada kolom skala kriteria yang menurut Anda memiliki tingkat prioritas lebih tinggi. Skala : 1 jika kedua prioritas kriteria sama penting 3 jika salah satu kriteria memiliki prioritas sedikit lebih penting 5 jika salah satu kriteria memiliki prioritas lebih penting 7 jika salah satu kriteria memiliki prioritas sangat lebih penting 9 jika salah satu kriteria memiliki prioritas pasti lebih penting
Kriteria
Skala 9
7
5
3
1
3
5
7
9
Kriteria
Kondisi Lahan
√
Tenaga Kerja
Kondisi Lahan
√
Bahan Baku
Kondisi Lahan
√
Pemasaran
Kondisi Lahan
√
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Tata Ruang Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Kuisioner
Kriteria
Skala 9
7
5
3
1
Kondisi Lahan
3
5
√
Kondisi Lahan
7
9
Kriteria Modal
√
Infrastruktur
Tenaga Kerja
√
Bahan Baku
Tenaga Kerja
√
Pemasaran
Tenaga Kerja
√
Tata Ruang
Tenaga Kerja
√
Modal
Tenaga Kerja
√
Infrastruktur
Bahan Baku
√
Pemasaran
Bahan Baku
√
Tata Ruang
Bahan Baku
√
Modal
Bahan Baku
√
Infrastruktur
Pemasaran
√
Tata Ruang
Pemasaran
√
Modal
Pemasaran
√
Infrastruktur
Tata Ruang
√
Modal
Tata Ruang
√
Infrastruktur
Modal
√
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Infrastruktur
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Bobot Lokasi
Pembobotan Lokasi Industri Pontoon Lift Metode pembobotan AHP (Analytical Hierarchy Process) Reference : Operations Research an Introduction - 8th ed. (2007), Hamdy A. Taha pp. 490 Goal : Mendapatkan lokasi industri pontoon lift Kriteria : 1. Kondisi lahan 2. Ketersediaan tenaga kerja 3. Ketersediaan bahan baku 4. Pemasaran 5. Rencana tata ruang 6. Modal 7. Kecukupan infrastruktur Alternatif : Lokasi 1 Jl. Raya Campurejo, Kec. Ujung Pangkah, Kab. Gresik, Jawa Timur Lokasi 2 Jl. Ikan Tuna IV, Kec. Denpasar Selatan, Kel. Pedungan, Pelabuhan Benoa, Bali Hierarki : Lokasi Industri Pontoon Lift
Ketersediaan tenaga kerja
Kondisi Lahan
Ketersediaan tenaga kerja
Pemasaran
Lokasi 1 Ujung Pangkah, Gresik
Rencana Tata Ruang
Kecukupan Infrastruktur
Modal
Lokasi 2 Benoa, Bali
Skala Penilaian 1 jika kedua kriteria sama penting 3 jika kriteria pada baris sedikit lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 5 jika kriteria pada baris lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 7 jika kriteria pada baris sangat lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 9 jika kriteria pada baris pasti lebih penting dibandingkan kriteria pada kolom 2 nilai tengah antara 2 penilaian 1 dan 3 4 nilai tengah antara 2 penilaian 3 dan 5 6 nilai tengah antara 2 penilaian 5 dan 7 8 nilai tengah antara 2 penilaian 7dan 9 1/3 jika kriteria pada kolom sedikit lebih penting dibandingkan kriteria pada baris dan seterusnya.
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Bobot Lokasi Tabel Penilaian Lokasi Industri Pontoon Lift Pertimbangan
Bobot Sub Pertimbangan Bobot
Kondisi lahan
0,175
Ketersediaan tenaga kerja
0,068
Ketersediaan bahan baku
Kuantitas, 0,109 kontinuitas, jarak bahan baku
Pemasaran
Skor Lokasi Pertama
Skor Lokasi Kedua
Penilaian Penilaian Lokasi 1 Lokasi 2
Kemampuan lahan
0,08743
2
3
0,034972 0,052458
Penggunaan lahan
0,08743
2
3
0,034972 0,052458
Jumlah dan kualitas pendidikan
0,06786
2
3
0,027143 0,040714
0,10909
2
2
0,054543 0,054543
0,124
Industri pesaing dan 0,12417 pasar
1
3
0,031042 0,093127
Rencana tata ruang
0,039
Pengembangan wilayah
0,03856
3
3
0,019279 0,019279
Modal
0,245 Harga Tanah
0,24479
3
1
0,183591 0,061197
Kecukupan infrastruktur
Kecukupan listrik, 0,241 air bersih, telepon, dan jaringan jalan
0,24068
2
3
0,096273 0,144409
1
17
21
0,481815 0,518185
Total
1
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Bobot Lokasi Tabel perhitungan matriks pairwise comparison Kriteria
Kondisi lahan
Tenaga kerja
Bahan baku Pemasaran
Tata ruang
Modal
Infrastruktur
Kondisi lahan
1,00
3,00
3,00
2,00
5,00
0,50
0,25
Tenaga kerja
0,33
1,00
0,33
0,50
2,00
0,33
0,50
Bahan baku
0,33
3,00
1,00
0,50
3,00
0,50
0,50
Pemasaran
0,50
2,00
2,00
1,00
4,00
0,50
0,33
Tata ruang
0,20
0,50
0,33
0,25
1,00
0,25
0,20
Modal
2,00
3,00
2,00
2,00
4,00
1,00
2,00
Infrastruktur
4,00
2,00
2,00
3,00
5,00
0,50
1,00
8,37
14,50
10,67
9,25
24,00
3,58
4,78
Jumlah
Tabel Perhitungan Normalisasi Kriteria
Kondisi lahan
Tenaga kerja
Bahan baku Pemasaran
Tata ruang
Modal
Infrastruktur
Kondisi lahan
0,12
0,21
0,28
0,22
0,21
0,14
0,05
Tenaga kerja
0,04
0,07
0,03
0,05
0,08
0,09
0,10
Bahan baku
0,04
0,21
0,09
0,05
0,13
0,14
0,10
Pemasaran
0,06
0,14
0,19
0,11
0,17
0,14
0,07
Tata ruang
0,02
0,03
0,03
0,03
0,04
0,07
0,04
Modal
0,24
0,21
0,19
0,22
0,17
0,28
0,42
Infrastruktur
0,48
0,14
0,19
0,32
0,21
0,14
0,21
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
Jumlah Kriteria
Jumlah Normalisasi
Priority vector [1]
Hasil kali [2]
[2] / [1]
Kondisi lahan
1,22
0,175
1,33
7,60
Tenaga kerja
0,47
0,068
0,50
7,42
Bahan baku
0,76
0,109
0,79
7,26
Pemasaran
0,87
0,124
0,92
7,43
Tata ruang
0,27
0,039
0,28
7,37
Modal
1,71
0,245
1,90
7,76
Infrastruktur
1,68
0,241
1,98
8,23
Jumlah
7,00
1,00
lambda
7,58
dimana,
lambda = nilai rata-rata dari hasil kali / priority vector
CI
0,0970
CI = Consistency Index
RI
1,4143
RI = Random Consistency
CR
0,0686
CR = Consistency Ratio ; CR ≤ 0,1 inkonsisten diterima n = jumlah kriteria 𝐶𝐼 =
𝜆 −𝑛 𝑛 −1
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
𝑅𝐼 =
1,98(𝑛 − 2) 𝑛
𝐶𝑅 =
𝐶𝐼 𝑅𝐼
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Peralatan dan Mesin
Perhitungan Kapasitas Produksi Untuk proses produksi dibutuhkan peralatan dan mesin berdasarkan tahap yaitu tahap preparation, fabrication, assembly, dan erection. Perhitungan berdasarkan standard PT.PAL Tahap Preparation Plate Straightening Roller, Shot Blasting Machine, Overhead Crane 25 Ton dan 5 Ton Lama pengerjaan =
10
hari
Waktu pekerja =
7
jam/hari
Kecepatan mesin =
30
menit/lembar
=
0,5
jam/lembar
Ukuran pelat = 1500 x 11 mm =
6,00
m
; diasumsikan pemakaian pelat kapal terbesar hasil perhitungan
= 0,77715 ton/lembar Kebutuhan pelat =
309
lembar
Panjang total pelat =
1857
m
Beban mesin (T) =
7
jam/hari
maka, dalam 1 hari: Pelat selesai =
186
m
=
31
lembar
Kebutuhan mesin = dimana,
M=
𝑊 𝑇𝑥𝑡
𝑥𝑣
M = Kebutuhan mesin W = Jumlah lembar pelat selesai dalam 1 hari T = Beban mesin t = Waktu pekerja per hari v = Kecepatan mesin jam/lembar
Kebutuhan mesin = ≈
0,31582 mesin 1
mesin
Tahap Fabrication CNC Cutting (Plasma), Cutting Wheel Machine, Hydraulic Press Machine, Bending Machine, Compressor Lama pengerjaan =
38
hari
Waktu pekerja =
7
jam/hari
Kecepatan mesin = =
180 3
menit/lembar jam/lembar
Ukuran pelat = 1500 x 11 mm =
6,00
m
; diasumsikan pemakaian pelat kapal terbesar hasil perhitungan
= 0,77715 ton/lembar Kebutuhan pelat =
309
lembar
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Peralatan dan Mesin Panjang total pelat = Beban mesin (T) =
1857
m
7
jam/hari
Pelat selesai =
49
m
=
8
lembar
maka, dalam 1 hari:
Kebutuhan mesin = dimana,
M=
𝑊 𝑇𝑥𝑡
𝑥𝑣
M = Kebutuhan mesin W = Jumlah lembar pelat selesai dalam 1 hari T = Beban mesin t = Waktu pekerja per hari v = Kecepatan mesin jam/lembar
Kebutuhan mesin = ≈
0,49866 mesin 1
mesin
Tahap Assembly - Erection Welding Machine SMAW - FCAW Berat baja total = 200,4395 ton
Produktivitas Bengkel =
25 kg/JO
Berat per lembar = 0,77715 ton/lembar Lama pengerjaan =
32
hari
%
maka, dalam 1 hari:
60
0,6
ton/hari
70
0,7
= 6263,734 kg/hari
80
0,8
90
0,9
100
1
Dihasilkan berat =
6,2637
Jam orang =
7
Duty cycle =
60
Jumlah mesin =
jam/hari 4,2 jam
8,5221
mesin
≈
9
mesin
Lama pengerjaan =
32
hari
Waktu pekerja =
7
jam/hari
Forklift
Kecepatan mesin = =
180 3
menit/lembar jam/lembar
Ukuran pelat = 1500 x 11 mm =
6,00
m
; diasumsikan pemakaian pelat kapal terbesar hasil perhitungan
= 0,77715 ton/lembar Kebutuhan pelat =
309
lembar
Panjang total pelat =
1857
m
Beban mesin (T) =
7
jam/hari
58
m
maka, dalam 1 hari: Pelat selesai =
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Peralatan dan Mesin = Kebutuhan mesin = dimana,
10 M=
lembar 𝑊 𝑇𝑥𝑡
𝑥𝑣
M = Kebutuhan mesin W = Jumlah lembar pelat selesai dalam 1 hari T = Beban mesin t = Waktu pekerja per hari v = Kecepatan mesin jam/lembar
Kebutuhan Mesin =
0,59215 mesin
≈
1
mesin
Tabel Rekapitulasi Jumlah Mesin dan Pekerja Tahap Produksi Tahap Preparation
Jumlah Mesin 4
Plate Straightening Roller
1
Shot Blasting Machine
1
Overhead Crane 25 Ton
1
Overhead Crane 5 Ton
1
Tahap Fabrication
Pekerja
9
5
CNC Cutting Plasma
1
Cutting Machine
1
Hydraulic Press Machine
1
Bending Machine
1
Hand Grinding Machine
12
Tahap Assembly - Erection
11
Welding SMAW / FCAW
9
Compressor
1
Forklift
1
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
26
25
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
LAMPIRAN C PERHITUNGAN TEKNIS – SARANA PENDUKUNG PONTOON LIFT
Sarana Pendukung
Sarana Pendukung Pontoon Lift Terdapat 4 macam sarana pendukung untuk pontoon lift, diantaranya: 1. Cradle (Lori) 2. Wire Rope / Sling 3. Winch 4. Girder dan Pillar Penyangga Perencanaan Cradle / Lori Berikut adalah gambaran dari rencana cradle/lori yang akan digunakan:
maka, dengan perhitungan mekanika teknik dapat dilakukan perhitungan: Fterbesar = 10,655949 ton force Lcradle = L=
24 m 3m
karena dipasang 2 cradle sehingga beban terbagi 2 merata F = (Fterbesar+10%Fterbesar)/2 =
5,860771993 ton force
Reaksi Tumpuan: ∑Fy = 0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
0 = FAY + FHY - F = FAY + FHY = FAY + FHY 5,861 = FAY + FHY ∑MA =
0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
0= ∑F.L = F . LF - FBY . L =
8,79115799 - FBY . 3
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung FBY . 3 =
8,79115799 ton.m
FBY =
2,9304 ton force
maka, FAY =
5,8608 - FBY
=
2,9304 ton force
Potongan I
∑Fy =
0
; arah gaya sumbu y positif bernilai (+), sumbu y negatif bernilai (-)
= FAY - V(x) V(x) = FAY = ∑M =
2,9304 ton force 0
; arah momen searah jarum jam bernilai (+), berlawanan jarum jam (-)
= V.x-M = 2,930 . x - M M = 2,930 . x maka, x=
0 ;M=
0 ton.m
x=
1,5 ; M =
4,395579 ton.m
didapatkan M(x) max atau momen maksimum adalah sebesar 4,395579 ton.m Hasil perhitungan Potongan II akan sama dengan Potongan I, karena nilai L/2 sama dan FAY = FBY Ukuran (dalam milimeter)
sb. x
Bagian [Plate] Face
Tinggi (h) Lebar [b] (mm) (mm) 80
10
Face Plate
80
x
10
Web Plate
10
x
170
Base Plate
80
x
10
Luas [A] (mm2) 800
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Momen M. Inersia Titik Berat Luas [A.Z] [A.Z2] [Z] (mm) (mm3) (mm4) 185
148000
M. Inersia Individu [1/12bh3] (mm4)
27380000 6666,6667 Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung Web
10
170
1700
95
161500
15342500 4094166,7
Base
80
10
800
5
4000
20000
6666,6667
3300
313500
4,27E+07
4107500
∑1
∑2
∑3
∑4
Z = Titik berat total terhadap sumbu x = ∑2 / ∑1 = 313500,00 / 3300,00 =
9,50E+01 mm
Ixx = ∑3 + ∑4 = 42742500,00 + 4107500,00 =
4 46850000,0 mm
INA = Ixx - (Z)2 . ∑1
(Inersia Netral Absis)
= 46850000,0 - (95,0)^2 . 3300,0 4 17067500 mm
=
W = Modulus penampang keseluruhan = INA / Z = 17067500,00 / 95,00 3 1,80E+05 mm
=
σ = Tegangan penampang keseluruhan = M(x) max / W = 4,40*1000 / 179657,89 2 2,45E-02 ton/mm
=
atau
2 24,466384 kg/mm
Perhitungan Tegangan Kritis σcr = π2 . E / (Le / r)2 dimana, π = 22/7 =
3,142857143
E = Modulus elastisitas/ modulus young, Steel ASTM A-36 9 = 200 . 10
N/m2 or GPa
2 = 20,387 . 10^3 kg/mm Le = Panjang yang disangga
=
3m
=
3000 mm
r = Radius Girasi = √(I/A) = Le/r =
; I = Inersia Individu, A = Luas Penampang (A)
35,28026317 85,03337929
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung maka, σcr = 3,14^2 . 20,387 . 10^3 / (85,033)^2 2 27,850 kg/mm
=
Memenuhi, σ < σ critical
Berat cradle dapat dihitung sebagai berikut: Wcradle = Wkonst + Wroda dimana, roda = Wroda =
8 buah 0,4 ton
; asumsi berat 1 roda = 50 kg
Wkonst = A . Lcradle . ⍴ Baja = 3300,0 . (24,0 . 1000) . (7,85 /10^9) =
0,62172 ton
maka, Wcradle = 0,62 + 0,40 = Wcradle total =
1,02172 ton 2,04344 ton
; karena dipasang 2 cradle pada sisi portside dan starboard side
Perencanaan Wire Rope / Sling Perhitungan kuat taring wire rope / sling adalah sebagai berikut: Diameter =
1 cm
=
0,3937 inch
SWL = Diameter x 6 (Safe work load) =
2,362205 ton
P = Berat Kapal dan Cradle = 56,16 + 2,04 =
58,20044984 ton
Dengan prinsip hukum Newton I dapat dihitung: ∑F = 0 0 = Ps - P.sinα - Fgesek Ps = P.sinα + Fgesek
; α = 0 karena bidang datar, Fgesek = koef. Gesek x Gaya Normal = 10% . F
= 0 + 5,82 =
5,8200 ton
; gaya yang harus diterima oleh sling
n Lilitan = 4 Ps total = Gaya total yang dapat diterima sling = SWL . n =
9,448819 ton
Load = Tegangan yang diterima sling = Ps / Ps total . SWL =
1,455011 ton
Memenuhi, Load < SWL
jadi digunakan sling dengan diameter 10 mm 4 lilitan untuk menarik kapal ikan 60GT Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung Perencanaan Winch Dalam perencanaan winch digunakan pendekatan dengan rumus yang tertera pada Dock and Harbour Engineering Vol. I yaitu: P = (W1 + W2 + W3)tanα + f1 + f2
[ton]
dimana, P = Daya motor winch W1 = Berat Kapal = 56,15701 ton W2 = Berat Cradle = 2,04344 ton W2 = Berat Sling =
0,5181 ton
α = sudut kemiringan = 0 f1 + f2 = Gaya Gesek = 10% Berat Total =
5,871855 ton
P=
5,871855 ton
maka, atau
57,602897 kN
didapatkan nilai daya motor yang dibutuhkan untuk menarik kapal ikan 60 GT adalah sebagai berikut: 1 feet =
3,28084 m
v = Kecepatan Tarik ; 4 s/d 10 feet/menit = = 1 HP =
8 feet/menit 0,04064 m/s 735,4988 watts
MP = P . v ; Motor Power [kW] = = =
2,3410 kW 2340,9817 watts 3,1828 HP
jadi daya motor winch yang digunakan adalah sebesar 4,0 HP Perencanaan Girder dan Pillar Penyangga Perencanaan girder dan pillar penyangga digunakan rumus pendekatan dalam tahap preliminary design untuk teknik sipil yaitu:
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung
dimana, telah didapatkan nilai beban yang diterima pada titik FAY dan FHY pada perhitungan Momen dan Kondisi Transfer kapal sehingga: h=
1,9 m
; tinggi pillar
L= FAY =
2m 25,25783 ton force
FHY =
30,89918 ton force
; jarak antar pillar
maka nilai F yang diambil yaitu: W=
239 ton force
F = F terbesar + W =
; berat pontoon lift ; kondisi berat paling ekstrim, ketika pasang surut terendah
270,00 ton force
direncanakan girder dan pillar yang digunakan adalah beton bertulang Kuat Tekan =
2 250 kg/cm
2 = 0,25 ton/cm Areq = Luas minimum penampang pillar
= F / Kuat Tekan + Sf
;Sf = Safety factor + Margin = 50% Areq
= 270,00 / 0,25 + 50% *1080,00 =
2 1620 cm
perencanaan pillar: a=
45 cm
b=
45 cm 2 2025 cm
A=
Memenuhi, A > A requirement perencanaan girder: h girder = 1/8 L = 1/8 * 2,0 = =
0,25 m 25 cm
L girder = 1/2 h atau b diambil yang lebih besar = 1/2 * 25,0 =
12,5 cm
diambil =
45 cm
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Sarana Pendukung
Gambar sketsa penampang melintang pillar dan girder penyangga pontoon lift
Lampiran Perhitungan Teknis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
LAMPIRAN D PERHITUNGAN EKONOMIS – ESTIMASI HARGA DAN BIAYA PRODUKSI PONTOON LIFT
Estimasi Harga Pontoon Lift
Estimasi Harga Pontoon Lift Data Ukuran Pontoon Lift L= 30 m
Tkosong =
0,600 m
B=
13,2 m
Tmax =
4,219 m
D=
5,219 m
Ttransfer =
1,700 m
H=
3,219 m
Tnormal =
1,000 m
h= b=
2m 1,8 m
c= c1 =
1,5 m 0,6 m
h keel block =
0,8 m
Wconst =
200,44 Ton
WRW =
38,56 Ton
WTotal =
239,1 Ton
Referensi : Pedoman Pembuatan Perkiraan Biaya (Cost Estimate), Direktorat Pengolahan, PERTAMINA SteelBenchmarker (14 November 2016)
Pada perhitungan estimasi harga pontoon lift diperlukan tahap-tahap berikut: 1. Menentukan harga acuan 2. Perhitungan harga per komponen 3. Perhitungan harga total pontoon lift
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Estimasi Harga Pontoon Lift Harga Acuan Dalam hal ini yang menjadi harga acuan adalah harga untuk baja pelat dan profil $steel = Wconst . UPsteel dimana, UPsteel = Unit Price of Steel = $
625,00 /ton
maka, $steel = 200,44 x $625,00
%steel = Persentase biaya steel dari biaya total
= $ 125.275,00
=
21
%
Perhitungan Harga Per Komponen Sebagai contoh perhitungan harga perkomponen dilakukan perhitungan dengan melakukan perbandingan antara persentase harga komponen dengan harga acuan, dalam hal ini yang menjadi harga acuan adalah harga untuk baja dan profil. $komponen = (%komponen / %acuan) . $acuan contoh perhitungan harga komponen dari biaya desain ($ design) $design = (%design / %steel) . $steel dimana, %steel =
21
%
%design =
3
%
maka, $design = (3 / 21) . 125275,00 = $ 17.896,43 Perhitungan Harga Total Pontoon Lift Tabel Perhitungan Harga Pontoon Lift Cost
Komponen
%
Harga ($)
1. Hull Part 21 $
125.275,00
7 $
41.758,33
2,5 $
14.913,69
2 $
11.930,95
1,5 $
8.948,21
1 $
5.965,48
0,3 $
1.789,64
35,3 $
210.581,31
Other machinery
3,5 $
20.879,17
Piping, valves, fittings
2,5 $
14.913,69
Machinery spare part and tool
0,5 $
2.982,74
Subtotal (2)
6,5 $
38.775,60
Steel Plate and Profile Hull Outfitting, keel blocks, sidewall bridge Piping, valves, fittings Paint and Cathodic Protection Coating (Tanks) Fire fighting and mooring equipment Hull spare part, tool, inventory Subtotal (1) 2. Machinery Part
Direct
Lampiran Cost Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Estimasi Harga Pontoon Lift
Direct Cost
3. Electric Part Lighting equipment
1,5 $
8.948,21
1 $
5.965,48
Electrical spare part and tool
0,2 $
1.193,10
Subtotal (3)
2,7 $
16.106,79
Consumable material, rents, labor
20 $
119.309,52
Subtotal (4)
20 $
119.309,52
Launching and testing
1 $
5.965,48
Inspection, survey, delivery
1 $
5.965,48
Subtotal (5)
2 $
11.930,95
66,5 $
396.704,17
6. Design Cost
3 $
17.896,43
7. Insurance Cost
1 $
5.965,48
2,5 $
14.913,69
6,5 $
38.775,60
5 $
29.827,38
78 $
465.307,14
Cable and equipment
4. Construction Cost
5. Others
Total I (Sub 1+2+3+4+5)
Indirect 8. Freight Cost, import, Q/A, Meeting, Material Handling Fee Cost Total II (sub 6+7+8) Margin Total III Grand Total (Total I+II+III)
Didapatkan harga total pontoon lift adalah $ 465.307,14 atau apabila dalam kurs IDR dapat dihitung: Nilai Tukar (Jual) IDR to USD 25 November 2016 - Bank Indonesia: 1 USD =
13.638,00 IDR
Price Pontoon Lift = $
265.463,69
Material Langsung Pontoon Lift = Rp 3.620.393.810,71 Estimasi Laba = $
199.843,45
Estimasi Laba = Rp 2.725.465.003,57 Rp Total = Rp 6.345.858.814,29
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
LAMPIRAN E PERHITUNGAN EKONOMIS – INVESTASI INDUSTRI PONTOON LIFT
Biaya Investasi Industri
Perhitungan Biaya Investasi Industri Pontoon Lift Nilai tukar rupiah 1 USD =
13.638,00
IDR
Tabel perhitungan harga investasi fasilitas pra sarana industri No.
Luas (m2)
Nama Fasilitas
Harga Satuan (Rp/m2)
Total Harga (Rp)
1
Luas Lahan Keseluruhan
7875,00
2.100.000,00
16.537.500.000,00
2
Kantor
264,50
1.300.000,00
343.850.000,00
3
Ruang Direktur Utama
30,50
750.000,00
22.875.000,00
4
Ruang Manager SDM dan GA
20,00
600.000,00
12.000.000,00
5
Ruang Manager Keuangan
20,00
600.000,00
12.000.000,00
6
Manager Desain dan Pengembangan
6,44
400.000,00
2.575.000,00
7
Manager Produksi
6,44
400.000,00
2.575.000,00
8
Manager K3
6,44
400.000,00
2.575.000,00
9
QC / QA 1 dan 2
6,44
400.000,00
2.575.000,00
10
Sekertaris Umum
5,56
400.000,00
2.225.000,00
11
Ruang Rapat
34,58
500.000,00
17.291.250,00
12
Ruang Tamu
26,50
500.000,00
13.250.000,00
13
Ruang Makan
33,84
500.000,00
16.920.000,00
14
Lobby
36,73
500.000,00
18.362.500,00
15
Dapur
13,26
800.000,00
10.608.000,00
16
Toilet
3,60
1.400.000,00
5.040.000,00
17
Gudang
660,00
1.100.000,00
726.000.000,00
18
Gudang Pelat dan Profil
396,00
950.000,00
376.200.000,00
19
Gudang Machinery dan Outfitting
168,00
950.000,00
159.600.000,00
20
Gudang Painting, Consumable, dan Alat Tes
96,00
950.000,00
91.200.000,00
21
Preparation Workshop
396,00
1.100.000,00
435.600.000,00
22
Fabrication Workshop
396,00
1.100.000,00
435.600.000,00
23
Assembly Area
600,00
1.100.000,00
660.000.000,00
24
Erection Site / Building Berth
1800,00
1.450.000,00
2.610.000.000,00
25
Junk Yard
230,30
100.000,00
23.030.000,00
26
Parkiran dan Jalan
602,64
875.000,00
527.310.000,00
27
Mobil
236,52
100.000,00
23.652.000,00
28
Motor
301,32
50.000,00
15.066.000,00
29
Ruang Genset dan sistem distribusi listrik
49,00
300.000,00
14.700.000,00
30
Musala
36,00
600.000,00
21.600.000,00
31
Pos Keamanan dan Ruang Absensi Pegawai
15,00
300.000,00
4.500.000,00
32
Muster Station
707,52
100.000,00
70.752.000,00
Total
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
23.217.031.750,00
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Biaya Investasi Industri Tabel perhitungan harga interior peralatan, mesin dan software No.
Nama Fasilitas
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
0,5
343.850.000,00
171.925.000,00
1
Interior Kantor
2
Komputer Kantor Desain
2
11.099.000,00
22.198.000,00
3
Komputer Kantor Administrasi
3
7.769.300,00
23.307.900,00
4
Software AutoCAD 2016
1
19.093.200,00
19.093.200,00
5
Software Ms. Office
1
6.819.000,00
6.819.000,00
6
Plate Straightening Roller
1
109.104.000,00
109.104.000,00
7
Shot Blasting Machine
1
177.294.000,00
177.294.000,00
8
Overhead Crane 5 Ton
1
30.003.600,00
30.003.600,00
9
Overhead Crane 25 Ton
1
45.687.300,00
45.687.300,00
10
CNC Cutting Plasma
1
159.564.600,00
159.564.600,00
11
Cutting Machine
1
2.522.893,62
2.522.893,62
12
Bending Machine
1
124.964.994,00
124.964.994,00
13
Welding SMAW
9
6.273.480,00
56.461.320,00
14
Grinding Machine
12
1.745.527,62
20.946.331,44
15
Compressor
1
85.401.156,00
85.401.156,00
16
Forklift
1
135.016.200,00
135.016.200,00
17
Hand Tools & Safety Eq.
0,05
91.200.000,00
4.560.000,00
Total
1.194.869.495,06
Tabel perhitungan biaya operasional industri pontoon lift No.
Pekerjaan / Kebutuhan
Jumlah
Harga Satuan (Rp)
Total Harga (Rp)
1
Direktur Utama
1
15.000.000,00
15.000.000,00
2
Manager SDM dan GA
1
11.000.000,00
11.000.000,00
3
Manager Keuangan
1
11.000.000,00
11.000.000,00
4
Manager Desain dan Pengembangan
1
8.000.000,00
8.000.000,00
5
Manager Produksi
1
8.000.000,00
8.000.000,00
6
Manager K3
1
8.000.000,00
8.000.000,00
7
QC / QA 1
1
6.000.000,00
6.000.000,00
8
QC / QA 2
1
6.000.000,00
6.000.000,00
9
Sekertaris Umum
1
5.000.000,00
5.000.000,00
10
Pegawai Ahli
2
4.000.000,00
8.000.000,00
11
Pekerja Organik
20
3.500.000,00
70.000.000,00
12
Pekerja Non Organik
42
2.500.000,00
105.000.000,00
13
Listrik 22000 V A/kWh
23040
1.071,49
24.687.129,60
14
Air Bersih PDAM
600
11.250,00
6.750.000,00
15
Telepon dan Internet
4.000.000,00
4.000.000,00
1 Total per Bulan
261.000.000,00
Total per Tahun
3.132.000.000,00
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Biaya Investasi Industri Tabel rekapitulasi biaya investasi industri pontoon lift Biaya Investasi No.
Harga (Rp)
1
Total harga bangunan dan tanah
2
Total harga interior kantor, pembelian permesinan dan peralatan kebutuhan industri
1.194.869.495,06
3
Biaya operasional industri per tahun
3.132.000.000,00
4
Perawatan permesinan dan peralatan per tahun (10% harga permesinan dan peralatan)
5
Margin biaya investasi total industri (5%)
23.217.031.750,00
1.220.595.062,25
Total Biaya Investasi
25.632.496.307,31 Modal Sendiri (30%)
7.689.748.892,19
Pinjaman (70%)
17.942.747.415,12
Bunga Pinjaman (BNI)
10,25%
Masa Pinjaman (Tahun)
10
Pembayaran per Tahun Asumsi Umur Ekonomis Industri (Tahun)
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
119.486.949,51
2.951.533.571,49 25
Nilai Akhir Industri
2.563.249.630,73
Depresiasi per Tahun
922.769.867,06
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Estimasi Pengembalian dan Pendapatan
Pengembalian Pinjaman Modal Bunga Bank :
10,25%
Tabel perhitungan bunga, angsuran, pembayaran, dan sisa pinjaman bank Tahun
Tahun ke-
Bunga Pinjaman (Rp)
Angsuran (Rp)
Pembayaran (Rp) Sisa Pinjaman (Rp)
2017
0
17.942.747.415,12
2018
1
1.839.131.610,05
1.112.401.961,44
2.951.533.571,49
16.830.345.453,68
2019
2
1.725.110.409,00
1.226.423.162,49
2.951.533.571,49
15.603.922.291,19
2020
3
1.599.402.034,85
1.352.131.536,64
2.951.533.571,49
14.251.790.754,54
2021
4
1.460.808.552,34
1.490.725.019,15
2.951.533.571,49
12.761.065.735,39
2022
5
1.308.009.237,88
1.643.524.333,61
2.951.533.571,49
11.117.541.401,78
2023
6
1.139.547.993,68
1.811.985.577,81
2.951.533.571,49
9.305.555.823,97
2024
7
953.819.471,96
1.997.714.099,53
2.951.533.571,49
7.307.841.724,44
2025
8
749.053.776,75
2.202.479.794,74
2.951.533.571,49
5.105.361.929,70
2026
9
523.299.597,79
2.428.233.973,70
2.951.533.571,49
2.677.127.956,00
2027
10
274.405.615,49
2.677.127.956,00
2.951.533.571,49
0,00
2028
11
0,00 17.942.747.415,12
29.515.335.714,91
Jumlah
11.572.588.299,79
Tabel perhitungan estimasi pendapatan Jenis Biaya
Harga (Rp)
Harga Material Langsung
3.620.393.810,71
Estimasi Laba
2.725.465.003,57
Harga Jual Produk
6.345.858.814,29
Waktu Kerja Pontoon Lift (Hari)
100
Target Pembangunan (per tahun)
3
Kenaikan Pendapatan
5%
Tahun
2018
2019
2020
2021
Penjualan
33%
33%
67%
67%
Pendapatan
6.282.400.226,14
6.596.520.237,45
13.085.002.228,59
13.409.426.328,14
Total
6.282.400.226,14
6.596.520.237,45
13.085.002.228,59
13.409.426.328,14
Tahun
2022
2023
2024
2025
Penjualan
100%
100%
100%
100%
Pendapatan
19.708.047.759,26
20.693.450.147,23
21.728.122.654,59
22.814.528.787,32
Total
19.708.047.759,26
20.693.450.147,23
21.728.122.654,59
22.814.528.787,32
Tahun
2026
2027
2028
2029
Penjualan
100%
100%
100%
100%
Pendapatan
23.955.255.226,68
25.153.017.988,02
26.410.668.887,42
27.731.202.331,79
Total
23.955.255.226,68
25.153.017.988,02
26.410.668.887,42
27.731.202.331,79
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Estimasi Pengembalian dan Pendapatan Tahun
2030
2031
2032
2033
Penjualan
100%
100%
100%
100%
Pendapatan
29.117.762.448,38
30.573.650.570,80
32.102.333.099,34
33.707.449.754,31
Total
29.117.762.448,38
30.573.650.570,80
32.102.333.099,34
33.707.449.754,31
Tahun
2034
2035
Penjualan
100%
100%
Pendapatan
35.392.822.242,02
37.162.463.354,12
Total
35.392.822.242,02
37.162.463.354,12
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
Cashflow Industri
Perhitungan Cashflow Bunga Bank :
10,25% BNI
Nilai Inflasi :
3,02% - Bank Indonesia Inflasi Desember 2016
Pajak :
12,50% - Indonesia Investments Desember 2016
http://www.bi.go.id/en/moneter/inflasi/data/Default.aspx http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/sistem-pajak/item277 Tabel Perhitungan cash in - cash out Investasi Tahun (Rupiah) Deskripsi
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Dana Awal Modal Sendiri
7.689.748.892,19
Pinjaman
17.942.747.415,12
Investasi Investasi Bangunan
25.632.496.307,31
Investasi Peralatan dan Permesinan Total
1.194.869.495,06 26.827.365.802,37
Uang Masuk Pendapatan
6.282.400.226,14
6.596.520.237,45
13.085.002.228,59
13.409.426.328,14
19.708.047.759,26
20.693.450.147,23
21.728.122.654,59
22.814.528.787,32
23.955.255.226,68
25.153.017.988,02
26.410.668.887,42
Material Langsung
(1.194.729.957,54)
(1.304.065.850,62)
(1.343.448.639,31)
(1.384.020.788,22)
(1.425.818.216,02)
(1.468.877.926,14)
(1.513.238.039,51)
(1.558.937.828,31)
(1.606.017.750,72)
(1.654.519.486,79)
(1.704.485.975,29)
Biaya Operasional
(3.132.000.000,00)
(3.226.586.400,00)
(3.324.029.309,28)
(3.424.414.994,42)
(3.527.832.327,25)
(3.634.372.863,53)
(3.744.130.924,01)
(3.857.203.677,92)
(3.973.691.228,99)
(4.093.696.704,11)
(4.217.326.344,57)
(119.486.949,51)
(123.095.455,38)
(126.812.938,13)
(130.642.688,87)
(134.588.098,07)
(138.652.658,63)
(142.839.968,92)
(147.153.735,98)
(151.597.778,81)
(156.176.031,73)
(160.892.547,89)
(803.282.917,56)
(950.637.517,05)
(1.106.159.708,20)
(1.270.208.420,25)
(1.443.156.812,61)
(1.625.392.806,98)
(1.817.319.638,67)
(2.019.356.427,74)
(2.231.938.770,67)
(2.455.519.353,28)
(2.690.568.585,63)
Pembayaran Angsuran Pinjaman
(1.112.401.961,44)
(1.226.423.162,49)
(1.352.131.536,64)
(1.490.725.019,15)
(1.643.524.333,61)
(1.811.985.577,81)
(1.997.714.099,53)
(2.202.479.794,74)
(2.428.233.973,70)
(2.677.127.956,00)
Pembayaran Bunga Pinjaman
(1.839.131.610,05)
(1.725.110.409,00)
(1.599.402.034,85)
(1.460.808.552,34)
(1.308.009.237,88)
(1.139.547.993,68)
(953.819.471,96)
(749.053.776,75)
(523.299.597,79)
(274.405.615,49)
(0,00)
Total Pengeluaran
(8.201.033.396,09)
(8.555.918.794,54)
(8.851.984.166,41)
(9.160.820.463,24)
(9.482.929.025,44)
(9.818.829.826,78)
(10.169.062.142,61)
(10.534.185.241,44)
(10.914.779.100,69)
(11.311.445.147,40)
(8.773.273.453,38)
Pendapatan Sebelum Pajak
(1.918.633.169,95)
(1.959.398.557,09)
4.233.018.062,18
4.248.605.864,90
10.225.118.733,82
10.874.620.320,45
11.559.060.511,98
12.280.343.545,88
13.040.476.126,00
13.841.572.840,62
17.637.395.434,03
Uang Keluar
Biaya Perawatan Berdasarkan Aktivitas Investasi Investasi Ulang Berdasarkan Aktivitas Keuangan
Pajak 12,5%
239.829.146,24
Pendapatan Setelah Pajak (Proceed)
(26.827.365.802,37)
Akumulasi Pendapatan NPV Formula Kumulatif PV:
(1.278.139.841,73)
(1.359.327.540,06)
(1.444.882.564,00)
(1.535.042.943,23)
(1.630.059.515,75)
(1.730.196.605,08)
(2.204.674.429,25)
(1.678.804.023,70)
(1.714.473.737,45)
3.703.890.804,40
3.717.530.131,79
8.946.978.892,09
9.515.292.780,39
10.114.177.947,98
10.745.300.602,64
11.410.416.610,25
12.111.376.235,54
15.432.721.004,78
(1.678.804.023,70)
(3.393.277.761,16)
310.613.043,25
4.028.143.175,04
12.975.122.067,13
22.490.414.847,52
32.604.592.795,50
43.349.893.398,14
54.760.310.008,39
66.871.686.243,93
82.304.407.248,72
9.907.573.412,72 IDR
IRR :
15,23% 6,43 Tahun
Payback Period : BEP :
Lampiran Perhitungan Ekonomis - Pontoon Lift Tugas Akhir
244.924.819,64
(529.127.257,77)
(531.075.733,11)
-
Tabel perhitungan Present Value Cashflow DF 10% & 11% didapatkan dari tabel discount factor Financial Statement Analysis Tahun ke
Cashflow (Rp)
DF 10%
DF 11%
DF 10,25%
Present Value (Rp)
6 Tahun
1
(1.678.804.023,70)
0,909
0,901
0,873
(1.466.347.177,494)
5 Bulan
2
(1.714.473.737,45)
0,826
0,812
0,790
(1.353.635.593,573)
3
3.703.890.804,40
0,751
0,731
0,734
2.717.178.703,505
15 Unit
4
3.717.530.131,79
0,683
0,659
0,665
2.471.774.277,986
5
8.946.978.892,09
0,621
0,593
0,603
5.392.596.610,884
6
9.515.292.780,39
0,564
0,535
0,546
5.199.825.444,019
7
10.114.177.947,98
0,513
0,482
0,496
5.012.251.859,891
8
10.745.300.602,64
0,467
0,434
0,450
4.830.017.737,697
9
11.410.416.610,25
0,424
0,391
0,398
4.539.443.477,089
10
12.111.376.235,54
0,386
0,352
0,360
4.361.361.314,306
11
15.432.721.004,78
0,350
0,317
0,326
5.030.472.560,780
Total PV Cash Flow
36.734.939.215,09
PV of Investment
26.827.365.802,37
NPV
9.907.573.412,72
Dimas Dwi Hadiansyah 41 12 100 093
sub79433_interest.qxd
I2
4/11/08
12:03 PM
Page I2
Financial Statement Analysis
Table 2: Present Value of 1, p
1 (1 i )n
Periods
2%
21⁄2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
.98039 .96177 .94232 .92385 .90573 .88797 .87056 .85349 .83676 .82035 .80426 .78849 .77303 .75788 .74301 .72845 .71416 .70016 .68643 .67297 .65978 .64684 .63416 .62172 .60953
.97561 .95181 .92860 .90595 .88385 .86230 .84127 .82075 .80073 .78120 .76214 .74356 .72542 .70773 .69047 .67362 .65720 .64117 .62553 .61027 .59539 .58086 .56670 .55288 .53939
.97087 .94260 .91514 .88849 .86261 .83748 .81309 .78941 .76642 .74409 .72242 .70138 .68095 .66112 .64186 .62317 .60502 .58739 .57029 .55368 .53755 .52189 .50669 .49193 .47761
.96154 .92456 .88900 .85480 .82193 .79031 .75992 .73069 .70259 .67556 .64958 .62460 .60057 .57748 .55526 .53391 .51337 .49363 .47464 .45639 .43883 .42196 .40573 .39012 .37512
.95238 .90703 .86384 .82270 .78353 .74622 .71068 .67684 .64461 .61391 .58468 .55684 .53032 .50507 .48102 .45811 .43630 .41552 .39573 .37689 .35894 .34185 .32557 .31007 .29530
.94340 .89000 .83962 .79209 .74726 .70496 .66506 .62741 .59190 .55839 .52679 .49697 .46884 .44230 .41727 .39365 .37136 .35034 .33051 .31180 .29416 .27751 .26180 .24698 .23300
.93458 .87344 .81630 .76290 .71299 .66634 .62275 .58201 .54393 .50835 .47509 .44401 .41496 .38782 .36245 .33873 .31657 .29586 .27651 .25842 .24151 .22571 .21095 .19715 .18425
.92593 .85734 .79383 .73503 .68058 .63017 .58349 .54027 .50025 .46319 .42888 .39711 .36770 .34046 .31524 .29189 .27027 .25025 .23171 .21455 .19866 .18394 .17032 .15770 .14602
.91743 .84168 .77218 .70843 .64993 .59627 .54703 .50187 .46043 .42241 .38753 .35553 .32618 .29925 .27454 .25187 .23107 .21199 .19449 .17843 .16370 .15018 .13778 .12640 .11597
.90909 .82645 .75131 .68301 .62092 .56447 .51316 .46651 .42410 .38554 .35049 .31863 .28966 .26333 .23939 .21763 .19784 .17986 .16351 .14864 .13513 .12285 .11168 .10153 .09230
Periods
11%
12%
14%
15%
16%
18%
20%
22%
24%
25%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
.90090 .81162 .73119 .65873 .59345 .53464 .48166 .43393 .39092 .35218 .31728 .28584 .25751 .23199 .20900 .18829 .16963 .15282 .13768 .12403 .11174 .10067 .09069 .08170 .07361
.89286 .79719 .71178 .63552 .56743 .50663 .45235 .40388 .36061 .32197 .28748 .25668 .22917 .20462 .18270 .16312 .14564 .13004 .11611 .10367 .09256 .08264 .07379 .06588 .05882
.87719 .76947 .67497 .59208 .51937 .45559 .39964 .35056 .30751 .26974 .23662 .20756 .18207 .15971 .14010 .12289 .10780 .09456 .08295 .07276 .06383 .05599 .04911 .04308 .03779
.86957 .75614 .65752 .57175 .49718 .43233 .37594 .32690 .28426 .24718 .21494 .18691 .16253 .14133 .12289 .10686 .09293 .08081 .07027 .06110 .05313 .04620 .04017 .03493 .03038
.86207 .74316 .64066 .55229 .47611 .41044 .35383 .30503 .26295 .22668 .19542 .16846 .14523 .12520 .10793 .09304 .08021 .06914 .05961 .05139 .04430 .03819 .03292 .02838 .02447
.84746 .71818 .60863 .51579 .43711 .37043 .31393 .26604 .22546 .19106 .16192 .13722 .11629 .09855 .08352 .07078 .05998 .05083 .04308 .03651 .03094 .02622 .02222 .01883 .01596
.83333 .69444 .57870 .48225 .40188 .33490 .27908 .23257 .19381 .16151 .13459 .11216 .09346 .07789 .06491 .05409 .04507 .03756 .03130 .02608 .02174 .01811 .01509 .01258 .01048
.81967 .67186 .55071 .45140 .37000 .30328 .24859 .20376 .16702 .13690 .11221 .09198 .07539 .06180 .05065 .04152 .03403 .02789 .02286 .01874 .01536 .01259 .01032 .00846 .00693
.80645 .65036 .52449 .42297 .34111 .27509 .22184 .17891 .14428 .11635 .09383 .07567 .06103 .04921 .03969 .03201 .02581 .02082 .01679 .01354 .01092 .00880 .00710 .00573 .00462
.80000 .64000 .51200 .40960 .32768 .26214 .20972 .16777 .13422 .10737 .08590 .06872 .05498 .04398 .03518 .02815 .02252 .01801 .01441 .01153 .00922 .00738 .00590 .00472 .00378
LAMPIRAN F GAMBAR RENCANA GARIS, RENCANA UMUM DAN KONSTRUKSI PONTOON LIFT
Tampak Samping Pontoon Lift Muatan Kosong
RESERVE BUOYANCY
WING TANK No. 1
PUMP ROOM
WING TANK No. 2
WING TANK No. 3
WING TANK No. 4
WING TANK No. 5
60
Pasang Naik Tertinggi
250
Pasang Surut Terendah
520
Satuan : cm
Tampak Samping Pontoon Lift Memasuki Tahap Lifting Sarat Maksimum 4,22 meter
100 81,9
KM. PUTRA LEO AGUNG 56,2 TON LWT
RESERVE BUOYANCY
PUMP ROOM
Pasang Naik Tertinggi / Sarat Maksimum Pontoon Lift 4,22 m
250
WING TANK No. 1
WING TANK No. 2
WING TANK No. 3
WING TANK No. 4
WING TANK No. 5
Pasang Surut Terendah
520
Satuan : cm
Tampak Samping Pontoon Lift dan Kapal Ikan Saat Dirapatkan Menuju Dermaga
KM. PUTRA LEO AGUNG 56,2 TON LWT RESERVE BUOYANCY
PUMP ROOM
60
WING TANK No. 1
WING TANK No. 2
Dermaga
WING TANK No. 3
WING TANK No. 5
WING TANK No. 4
Pasang Naik Tertinggi Sarat Minimum 0,74 m
250 294 220
Pasang Surut Terendah
110
Satuan : cm
Tampak Samping Pontoon Lift Saat Memasuki Tahap Transfer Kapal Ikan Menuju Dermaga
KM. PUTRA LEO AGUNG 56,2 TON LWT RESERVE BUOYANCY
PUMP ROOM
30
WING TANK No. 1
Dermaga
WING TANK No. 2
WING TANK No. 3
WING TANK No. 4
Pasang Naik Tertinggi
WING TANK No. 5
Sarat Minimum 0,74 m
190
264
250
Pasang Surut Terendah
110
Satuan : cm
BODY PLAN
Max. DWL
Max. DWL
WL 3
WL 3
CHAMBER
WL 2 Normal DWL
WL 2 Normal DWL
NE 2
T LI SEN
WL 1
LINE 1 SENT
WL 1
Baseline
Baseline
BL 2
CL
BL 1
BL 1
BL 2
SHEER PLAN Max. DWL
Max. DWL
WL 3
PONTOON DECK CENTERLINE
WL 3
PONTOON DECK CENTERLINE
PONTOON DECK SIDELINE
PONTOON DECK SIDELINE
WL 2 Normal DWL
WL 2 Normal DWL
WL 1 Baseline
WL 1
AP
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 6
ST 7
ST 8
ST 9
FP
Baseline
HALF-BREADTH PLAN BL 2
BL 2
BL 1
BL 1
PRINCIPAL DIMENSIONS
CENTERLINE
AP
ST 1
ST 2
ST 3
ST 4
ST 6
ST 7
ST 8
ST 9
FP
TYPE OF SHIP LENGTH OF OVERALL (LOA) LENGTH OF WATERLINE (LWL) LENGTH OF PERPENDICULARS (LPP) BREADTH (B) HEIGHT (D) MAX. DRAUGHT (Tmax) DESIGN LIFTING CAPACITY (TLC)
CENTERLINE
: PONTOON LIFT : 30,00 m : 30,00 m : 30,00 m : 13,20 m : 5,219 m : 4,22 m : 60 Ton
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
SENT LINE 1 AND 2
LINESPLAN SCALE
: 1 : 200
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SIDE ELEVATION
FRONT ELEVATION TOP DECK
Max. DWL
RESERVE BUOYANCY
VERTICAL LADDER
PUMP ROOM
Max. DWL
CONTROL PANEL
PUMP ROOM
Max. DWL
RESERVE BUOYANCY
SAFETY DECK PONTOON DECK WING TANK No. 1
Normal DWL
WING TANK No. 2
WING TANK No. 3
WING TANK No. 5
WING TANK No. 4
Normal DWL
WING TANK (S)
WATER BALLAST TANK (S)
5
WING TANK (P)
Normal DWL
CL
Frame Spacing : 600 mm
0
WATER BALLAST TANK (P)
10
15
20
25
30
35
40
45
50
40
45
50
VERTICAL LADDER
Down
TOP ELEVATION UP
Centerline
Centerline
10
15
20
25
30
35
UP VERTICAL LADDER
5
Down
0
PRINCIPAL DIMENSIONS TYPE OF SHIP LENGTH OF OVERALL (LOA ) LENGTH OF WATERLINE (LWL) LENGTH OF PERPENDICULARS (LPP) BREADTH (B) HEIGHT (D) MAX. DRAUGHT (Tmax) DESIGN LIFTING CAPACITY (TLC)
PONTOON DECK WING TANK No. 1 (P)
WING TANK No. 2 (P)
WING TANK No. 3 (P)
WING TANK No. 4 (P)
WING TANK No. 5 (P)
WATER BALLAST TANK No. 1 (P)
WATER BALLAST TANK No. 2 (P)
WATER BALLAST TANK No. 3 (P)
WATER BALLAST TANK No. 4 (P)
WATER BALLAST TANK No. 5 (P)
: PONTOON LIFT : 30,00 m : 30,00 m : 30,00 m : 13,20 m : 5,219 m : 4,22 m : 60 Ton
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Centerline
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
Centerline
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
GENERAL ARRANGEMENT WATER BALLAST TANK No. 1 (S)
WATER BALLAST TANK No. 2 (S)
WATER BALLAST TANK No. 3 (S)
WATER BALLAST TANK No. 4 (S)
WATER BALLAST TANK No. 5 (S)
SCALE
: 1 : 200
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
MIDSHIP SECTION
SIDE SECTION
frame 6, 9, 41, 44 typical
6,6 m from Centerline
frame 10, 40 typical
TOP DECK TOP DECK B
Max. DWL
B
B
B
B
1800 x 6 B
B
7
B
B
7
B
B
B
B
B
B
7
1800 x 6
B
B
Max. DWL
7
1680 x 7
SAFETY DECK B B
B B
B B
B B
B B
B B
B B
10
B B
B B
10 B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B B
B B
B B
10
B
B
B
B
B B
B
B
WING TANK No. 2
10
B
B
B
B
B
B
B
B
B
WING TANK No. 3
10
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
WING TANK No. 4
10
B
B
B
B
B
B
B
B
B
1800 x 10 1800 x 8
Normal DWL
10
B
1800 x 8
1500 x 8
B
B
10
B
B
B
B
B
B
1800 x 10
Normal DWL
B 800 x 9
5
1800 x 10
1800 x 8
1800 x 10
1500 x 9
1800 x 9
1800 x 9
1500 x 11
1800 x 9
1800 x 9
1500 x 9
800 x 9
CL
Frame Spacing : 600 mm
0
1800 x 8
Max. DWL
B
10
B
1800 x 6 B B B B
1800 x 6
B B
WING TANK No. 5
10
B
B B
10
WING TANK No. 1
Normal DWL
B B
10
PONTOON DECK
B
1680 x 7
10
15
20
25
30
35
40
45
50
MIDSHIP SECTION CENTERLINE SECTION
frame 22, 23, 32, 33 typical
frame 15, 25, 35 typical
left 0,6 m from Centerline ; right 0 m from Centerline 800 x 8
WATER BALLAST TANK No. 1
WATER BALLAST TANK No. 2
6
WATER BALLAST TANK No. 4
6
6
WATER BALLAST TANK No. 5
1500 x 8
1800 x 8
1800 x 8
1500 x 8
1800 x 8
1800 x 8
1500 x 8
800 x 8
1800 x 10
1800 x 10
800 x 9
1500 x 9
1800 x 9
Frame Spacing : 600 mm
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
T. BHD
DT
PONTOON DECK
6
1800 x 9
1500 x 11
1800 x 9
1800 x 9
1500 x 9
Normal DWL
800 x 9
CL
50
TANK TOP ; BOTTOM SECTION 2 m above Baseline ; 0,82 m above Baseline DT
T. BHD
DT
T. BHD
DT
T. BHD
DT
DL / BL
DL / BL
DL / BL
DL / BL
L. BHD
L. BHD
DL
DL
DL
DL
DL
DL
SG
SG
DL
DL
DL
DL
PRINCIPAL DIMENSIONS
DL
DL
Centerline
CG
CG
Centerline
Centerline
CG
50 CG
Centerline
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
BL
B
B
BL
BL
B
B
BL
BL
B
B
SG
TYPE OF SHIP LENGTH OF OVERALL (LOA ) LENGTH OF WATERLINE (LWL) LENGTH OF PERPENDICULARS (LPP) BREADTH (B) HEIGHT (D) MAX. DRAUGHT (Tmax) DESIGN LIFTING CAPACITY (TLC)
BL DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
SG
BL
B
B
BL
BL
B
B
BL
BL
B
B
L. BHD
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BL
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
L. BHD
BL
B
B
BL
BL
B
B
BL
PF
T. BHD
PF
T. BHD
PF
T. BHD
PF
T. BHD
PF
: PONTOON LIFT : 30,00 m : 30,00 m : 30,00 m : 13,20 m : 5,219 m : 4,22 m : 60 Ton
CONSTRUCTION PROFILE - SECTIONS SCALE
: 1 : 200
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio Wuruk Pribadi, M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
LAMPIRAN G GAMBAR RENCANA PRODUKSI PONTOON LIFT
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
3D PRODUCTION PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION LIST NO.
SECTION NAME
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Quantity
1
Pontoon Block
1 Block
2
Sidewall Block
4 Blocks
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
ERECTION BLOCK SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST PART NAME
NO.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Dimension
1
Keel Plate
1500 x 11 mm
2
Bottom Plate
1800 x 9 mm
3
Center / Side Girder
T 820 x 400 x 10
4
Plate Floor
T 820 x 400 x 10
5
Bottom Longitudinal
Flat 180 x 18
6
Plate Floor Stiffener
Flat 160 x 17
7
Bracket
varies
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
PONTOON BOTTOM PANEL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST PART NAME
NO.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Dimension
1
Deck Plate
1800 x 8 mm
2
Safety Deck Plate
1800 x 6 mm
3
Center / Side Girder
T 300 x 170 x 8
4
Deck Transverse
T 300 x 170 x 8
5
Deck Longitudinal
Flat 160 x 17
6
Safety Deck Longitudinal
Flat 120 x 12
7
Bracket
varies
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
PONTOON DECK PANEL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
PART NAME
NO.
Dimension
1
Side Plate
1800 x 10 mm
2
Side Plate
1680 x 7 mm
3
Deck Plate
1800 x 6 mm
4
Web Frame
T 260 x 80 x 6
5
Deck Transverse
T 260 x 80 x 6
6
Frame
Flat 160 x 13
7
Deck Longitudinal
Flat 120 x 12
8
Bracket
varies
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
SIDEWALL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST PART NAME
NO.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Dimension
1
Long. Bulkhead Plate
880 x 6 mm
2
Transv. Bulkhead Plate
880 x 6 mm
3
Web Frame
T 300 x 80 x 8
4
Frame
Flat 80 x 7
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
PONTOON BULKHEAD PANEL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST PART NAME
NO.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Dimension
1
Fore/After Plate
1800 x 10 mm
2
Fore/After Plate
200 x 10 mm
3
Web Frame
T 300 x 80 x 8
4
Frame
Flat 180 x 18
5
Round Bar
Ø 60 mm
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
PONTOON FORE / AFTER PANEL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
SECTION PART LIST PART NAME
NO.
DEPARTMENT OF NAVAL ARCHITECTURE AND SHIPBUILDING ENGINEERING
Dimension
1
Side Plate (P / S)
1800 x 10 mm
2
Web Frame
T 300 x 80 x 8
3
Frame
Flat 180 x 18
FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PONTOON LIFT 60 DESIGNED TLC
PONTOON SIDE PANEL ASSEMBLY PLAN SCALE
:
DRAWN
: Dimas Dwi Hadiansyah (4112100093)
CHECKED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
APPROVED
: Ir. Triwilaswandio W. P., M.Sc.
SIGNATURE
DATE
REMARK
A4
LAMPIRAN H TABEL PASANG SURUT PELABUHAN BENOA BALI
56
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 January
Januari
February
Februari
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
57
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 March
Maret
April
April
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
58
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 May
Mei
June
Juni
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
59
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 July
Juli
August
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Agustus
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
60
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 September
September
October
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Oktober
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
61
BENOA Time Zone : GMT Lat : 08.75 S Long : 115.22 E 2016 November
November
December
Desember
: : : :
Full Moon New Moon First Quarter Last Quarter
Copyright BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, 2016 Disclaimer: These tide prediction are supplied in good faith and believed to be correct No warranty is given in respect to errors, omissions, or suitability for any purpose
BIODATA PENULIS
Penulis, Dimas Dwi Hadiansyah dilahirkan di Bandung pada tanggal 27 September 1994, merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara dalam keluarga. Penulis sempat dibesarkan di Kota Palu sebelum memulai pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar di Bandung. [Foto penulis]
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 5 Bandung dan SMAN 2 Bandung. Pada tahun 2012 Penulis diterima di perguruan tinggi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tingkat S1 Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan melalui jalur mandiri. Semasa SMA, Penulis aktif mengikuti
kegiatan organisasi baik dalam bidang akademik dan non akademik. Dimulai dari kegiatan Paskibra, Penulis terpilih menjadi ketua pengurus Satuan SMAN 2 Bandung. Selain itu dalam bidang seni Penulis sempat menjadi koordinator kelas XI IPA 3 “triact production” Pekan Seni Pelajar ke-16 dan meraih prestasi kerja sama tim produksi terbaik. Sebelum lulus SMA, Penulis mendapatkan juara pertama dalam lomba jembatan Stik Es Krim “ANVIL 2” yang diselenggarakan oleh Universitas Maranatha Bandung pada tahun 2011. Di Departemen Teknik Perkapalan Penulis mengambil Bidang Keahlian Industri Perkapalan. Aktif dalam kegiatan SAMPAN 7 ITS sebagai panitia sub acara Tender pada tahun 2013, kemudian
melanjutkan
aktivitas
non
akademik
pada
organisasi
kemahasiswaan
HIMATEKPAL FTK ITS sebagai Ketua Departemen Kemahasiswaan periode 2014/2015. Penulis sangat menyukai Fotografi dan menjadi panitia dokumentasi dalam acara The 9th International Conference on Marine Technology MARTEC 2014. Penulis juga tercatat pernah menjadi panitia acara pada International Conference on Ship and Offshore Technology ICSOT 2015. Selain itu, Penulis aktif mengikuti pelatihan baik untuk pembentukan soft skill seperti LKMM Pra-TD maupun pelatihan penunjang kebutuhan akademik seperti AutoCAD, Maxsurf, Marine Coating System, dan Basic Training of Project Management. Email :
[email protected] Telp. : +62 852 9538 3222