perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE VERSI SERIAL TV BBC
TESIS Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Oleh: Prima Purbasari S130809011
Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Prima Purbasari NIM : S130809011 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 12 Desember 2011 Yang membuat pernyataan,
Prima Purbasari
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Mama dan Ayah, Adek-Adekku, Sahabat-Sahabat, Terima kasih untuk doa, supports, dan bantuannya…
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tak pernah terlambat untuk bermimpi
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada: 1.
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2.
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu, kemudahan, serta bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini,
3.
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan tesis ini,
4.
Semua dosen Program Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Linguistik Minat Utama Penerjemahan,
5.
Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini,
6.
Kedua orang tua (Drs. Dwi Priyo Basuki, M.Si dan Khuzaemah, S.Pd., M.M.) yang tak pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan dukungan;
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
adik-adik (Priza dan Prizqi) yang juga ikut mendoakan dan menyemangati; serta segenap keluarga besar yang turut mendoakan. 7.
Agustin Widiani dan Mas Bayu Budiharjo yang bersedia terlibat dan memberikan bantuan untuk penulisan tesis ini.
8.
Rohmita Khoirun Nisaa‟ yang juga memberikan bantuan dan dukungan selama ini.
9.
Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Mbak Ria, Mbak Beta, Bu Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Mas Bayu, dan Mas Rahmat yang telah memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga bantuan selama masa kuliah dan proses penulisan tesis, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dan selalu memberikan bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis. Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain ucapan terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah SWT senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam studi penerjemahan.
Surakarta, Desember 2011
Prima Purbasari
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Prima Purbasari. S130809011. 2011. Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. Film dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi media edukasi bagi masyarakat di dunia, terutama bila dilengkapi dengan subtitle yang dapat menyalurkan pesan dari film tersebut. Namun, bahasa lisan perlu dibuat lebih ringkas ketika digunakan sebagai bahasa tertulis dalam subtitle sehingga timbul batasanbatasan tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC, serta mendiskripsikan dampak penggunaannya terhadap kualitas subtitle dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readability). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis sumber data. Sumber data pertama adalah dokumen yang berupa transkrip film Jane Eyre beserta teks terjemahannya (subtitle) dalam Bahasa Indonesia. Sumber data kedua berupa informasi yang didapat dari responden/rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik, metode, dan ideologi dengan pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 12 jenis teknik penerjemahan dari 685 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan film Jane Eyre yang berupa teks audio dan visual. Berdasarkan frekuensi penggunaannya, secara berurutan teknikteknik tersebut adalah: penerjemahan literal 156 (22, 77%), transposisi 137 (20%), kompresi linguistik 110 (16, 05%), padanan lazim 98 (14, 30%), amplifikasi linguistik 41 (5, 98%), amplifikasi 36 (5, 25%), reduksi 35 (5, 10%), modulasi 35 (5, 10%), partikularisasi 19 (2, 77%), peminjaman murni 9 (1, 31%), kalke 8 (1, 16%), dan generalisasi 1 (0, 14%). Berdasarkan teknik yang dominan muncul, penerjemah cenderung menggunakan metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi domestikasi. Dampak dari penggunaan teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang dipilih terhadap kualitas terjemahan ialah didapatkannya nilai overall quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88 dan
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keterbacaan 2, 98. Hal ini mengindikasikan bahwa subtitle film ini memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik yang paling banyak memberikan kontribusi positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Teknik penerjemahan yang paling banyak mengurangi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik reduksi. Sebagai salah satu jenis penerjemahan film yang berbeda dengan jenis penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan tertentu, faktor-faktor legibility perlu diperhatikan dalam subtitling. Pilihan kata yang tepat serta bentuk yang sepadan dalam bahasa sasaran juga penting untuk diperhatikan karena makna dan kesan yang diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis asli. Kata Kunci: subtitle, subtitling, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Prima Purbasari. S130809011. 2011. Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC. Thesis. Postgraduate Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies. Sebelas Maret University. Surakarta. Thesis Advisor: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. Beside becoming a world-wide attraction, film can also be a means of education especially if subtitle is provided. However, spoken language is needed to be summarized when it is used as a written language in subtitling. Therefore, certain rules occur and it may affect the translator‟s decision. The aims of this research are to identify and describe the translation techniques, method and ideology used in the subtitle of the BBC television series, Jane Eyre and also to describe the subtitle‟s quality as the impact of techniques, method and ideology applied, in terms of accuracy, acceptability, and readability. This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single case. It involves two kinds of data sources. The first data source is the film transcript of Jane Eyre and its subtitle in Indonesian. The second data source is the information collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview. Purposive sampling is applied in this research. During the data collection process, the analysis is also conducted. The model of analysis is ethnographic analysis. The research findings show that there are 12 kinds of translation techniques from 685 techniques applied in translating the audio and visual text of Jane Eyre. Based on the frequencies, the techniques are literal translation 156 (22, 77%), transposition 137 (20%), linguistic compression 110 (16, 05%), established equivalent 98 (14, 30%), linguistic amplification 41 (5, 98%), amplification 36 (5, 25%), reduction 35 (5, 10%), modulation 35 (5, 10%), particularization 19 (2, 77%), pure borrowing 9 (1, 31%), calque 8 (1, 16%), and generalization 1 (0, 14%). Based on the dominant techniques that occur, the translator tends to use communicative translation method and domestication as the ideology. Then, the impact of the application of those translation techniques, method, and ideology toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the most positive contribution for the translation quality are particularization, pure borrowing, calque, and generalization. The technique which gives the most negative contribution is reduction.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
In subtitling, legibility factors are important to be noticed and taken into consideration. The appropriate choice of words and equivalent forms in target language are also important to be concerned because the meaning and impression received by the audience may be different with the writer‟s intention. Keywords: subtitle, subtitling, translation technique, translation method, translation ideology, translation quality, accuracy, acceptability and readabilit
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing............................................................................................ ii Pengesahan Tesis ....................................................................................................... iii Pernyataan .................................................................................................................. iv Persembahan .............................................................................................................. v Motto .......................................................................................................................... vi Kata Pengantar ........................................................................................................... vii Abstrak ....................................................................................................................... ix Abstract ...................................................................................................................... xi Daftar Isi..................................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................................xviii Daftar Tabel ............................................................................................................... xix Daftar Lampiran ......................................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ B. Pembatasan Masalah .................................................................................... C. Rumusan Masalah ........................................................................................ D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... E. Manfaat Penelitian........................................................................................
1 6 7 7 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Penerjemahan .......................................................................................... 9 1.1. Pengertian Penerjemahan ............................................................... 9 1.2. Proses Penerjemahan ..................................................................... 10 1.3. Teknik Penerjemahan .................................................................... 12 1.4. Metode Penerjemahan ................................................................... 18 1.5. Ideologi Penerjemahan .................................................................. 22
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.6. Kualitas Terjemahan ...................................................................... 23 2. Film........... .............................................................................................. 26 3. Subtitling ................................................................................................ 27 3.1. Subtitling Sebagai Penerjemahan Audiovisual .............................. 27 3.2. Jenis-Jenis Subtitling ..................................................................... 30 3.3 Standardisasi Subtitling ................................................................. 33 3.4. Kendala dan Keterbatasan Subtitling ............................................. 36 4. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 37 B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 41 B. Data dan Sumber Data ................................................................................. 42 C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 44 D. Teknik Cuplikan .......................................................................................... 48 E. Validitas Data .............................................................................................. 50 F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 51 G. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 53 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian 1. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan ............................................... 55 1.1. Teknik Penerjemahan............................................................................ 55 1. Penerjemahan Literal .......................................................................... 56 2. Transposisi .......................................................................................... 57 3. Kompresi Linguistik ........................................................................... 59 4. Padanan Lazim ................................................................................... 60 5. Amplifikasi Linguistik........................................................................ 62 6. Amplifikasi ......................................................................................... 64 7. Reduksi ............................................................................................... 65 8. Modulasi ............................................................................................ 67 9. Partikularisasi .................................................................................... 68 10. Peminjaman Murni ........................................................................... 70
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Kalke ................................................................................................ 71 12. Generalisasi ...................................................................................... 72 1.2. Metode Penerjemahan........................................................................... 73 1.3. Ideologi Penerjemahan ......................................................................... 76 2. Kualitas Subtitle Film Jane Eyre ................................................................. 76 1. Keakuratan Subtitle Film Jane Eyre ..................................................... 77 1.1. Terjemahan akurat ....................................................................... 77 1.2. Terjemahan kurang akurat ........................................................... 79 1.3 Terjemahan tidak akurat .............................................................. 84 2. Keberterimaan Subtitle Film Jane Eyre ................................................ 86 2.1. Terjemahan berterima.................................................................. 86 2.2. Terjemahan kurang berterima ..................................................... 89 2.3 Terjemahan tidak berterima......................................................... 91 3. Keterbacaan Subtitle Film Jane Eyre.................................................... 92 3.1. Terjemahan yang mudah dipahami ............................................. 95 3.2. Terjemahan yang agak sulit dipahami ......................................... 97 B. Pembahasan 1. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Subtitle Film Jane Eyre ................................................................................ 98 a. Dampak Teknik Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan ...............100 1. Penerjemahan Literal ..........................................................................102 2. Transposisi ..........................................................................................103 3. Kompresi Linguistik ...........................................................................104 4. Padanan Lazim ...................................................................................105 5. Amplifikasi Linguistik........................................................................106 6. Amplifikasi .........................................................................................107 7. Reduksi ...............................................................................................108 8. Modulasi ............................................................................................109 9. Partikularisasi ....................................................................................110 10. Peminjaman Murni ...........................................................................110 11. Kalke ................................................................................................111 12. Generalisasi ......................................................................................111 b. Dampak Metode Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan .............112 c. Dampak Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan ............118 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................................123 B. Saran ..........................................................................................................125 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................127
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram V Newmark ............................................................................... 19 Gambar 2. Diagram Kerangka Pikir........................................................................... 40 Gambar 3. Skema Trianggulasi Data ......................................................................... 50 Gambar 4. Skema Trianggulasi Metode..................................................................... 51
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21. Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27.
Skala Penilaian Keakuratan ...................................................................... 46 Skala Penilaian Keberterimaan ................................................................. 47 Skala Penilaian Keterbacaan ..................................................................... 47 Contoh Identifikasi Teknik Penerjemahan ................................................ 52 Contoh Analisis Komponen ...................................................................... 53 Teknik-Teknik Penerjemahan dalam Subtitle film Jane Eyre .................. 56 Contoh Penggunaan Teknik Penerjemahan Literal ................................... 57 Contoh Penggunaan Teknik Transposisi................................................... 58 Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik .................................... 59 Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim ............................................ 60 Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik ................................ 63 Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi .................................................. 64 Contoh Penggunaan Teknik Reduksi ........................................................ 65 Contoh Penggunaan Teknik Modulasi ...................................................... 67 Contoh Penggunaan Teknik Partikularisasi .............................................. 69 Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman Murni ...................................... 70 Contoh Penggunaan Teknik Kalke ........................................................... 71 Contoh Penggunaan Teknik Generalisasi ................................................. 72 Contoh Terjemahan Akurat ....................................................................... 77 Contoh Terjemahan Kurang Akurat .......................................................... 79 Contoh Terjemahan Tidak Akurat ............................................................ 84 Contoh Terjemahan Berterima .................................................................. 87 Contoh Terjemahan Kurang Berterima ..................................................... 89 Contoh Terjemahan Tidak Berterima ....................................................... 91 Contoh Terjemahan yang Mudah Dipahami ............................................. 95 Contoh Terjemahan yang Agak Sulit Dipahami ....................................... 98 Teknik Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Kualitas Terjemahan Subtitle film Jane Eyre .............................................................................. 99 Tabel 28. Komponensial Teknik, Metode, Ideologi, dan Kualitas Subtitle Film Jane Eyre ...................................................................................................130 Tabel 29. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle Film Jane Eyre ...................................................................................................159 commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Komponensial Teknik, Metode, Ideologi, dan Kualitas Subtitle Film Jane Eyre.. .................................................................................... 130 Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle Film Jane Eyre. . ........................................................................................... 159
commit to user xviii
Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC Prima Purbasari1 Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRACT 2011. Thesis. Postgraduate Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies. Sebelas Maret University. Surakarta. Thesis Advisor: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. Beside becoming a world-wide attraction, film can also be a means of education especially if subtitle is provided. However, spoken language is needed to be summarized when it is used as a written language in subtitling. Therefore, certain rules occur and it may affect the translator’s decision. The aims of this research are to identify and describe the translation techniques, method and ideology used in the subtitle of the BBC television series, Jane Eyre and also to describe the subtitle’s quality as the impact of techniques, method and ideology applied, in terms of accuracy, acceptability, and readability. This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single case. It involves two kinds of data sources. The first data source is the film transcript of Jane Eyre and its subtitle in Indonesian. The second data source is the information collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview. Purposive sampling is applied in this research. During the data collection process, the analysis is also conducted. The model of analysis is ethnographic analysis.
1
Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809011 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II 2
The research findings show that there are 12 kinds of translation techniques from 685 techniques applied in translating the audio and visual text of Jane Eyre. Based on the frequencies, the techniques are literal translation 156 (22, 77%), transposition 137 (20%), linguistic compression 110 (16, 05%), established equivalent 98 (14, 30%), linguistic amplification 41 (5, 98%), amplification 36 (5, 25%), reduction 35 (5, 10%), modulation 35 (5, 10%), particularization 19 (2, 77%), pure borrowing 9 (1, 31%), calque 8 (1, 16%), and generalization 1 (0, 14%). Based on the dominant techniques that occur, the translator tends to use communicative translation method and domestication as the ideology. Then, the impact of the application of those translation techniques, method, and ideology toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the most positive contribution for the translation quality are particularization, pure borrowing, calque, and generalization. The technique which gives the most negative contribution is reduction. In subtitling, legibility factors are important to be noticed and taken into consideration. The appropriate choice of words and equivalent forms in target language are also important to be concerned because the meaning and impression received by the audience may be different with the writer’s intention. Keywords: subtitle, subtitling, translation technique, translation method, translation ideology, translation quality, accuracy, acceptability and readability.
ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE VERSI SERIAL TV BBC Prima Purbasari1 Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRAK 2011. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D. Film dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi media edukasi bagi masyarakat di dunia, terutama bila dilengkapi dengan subtitle yang dapat menyalurkan pesan dari film tersebut. Namun, bahasa lisan perlu dibuat lebih ringkas ketika digunakan sebagai bahasa tertulis dalam subtitle sehingga timbul batasan-batasan tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC, serta mendiskripsikan dampak penggunaannya terhadap kualitas subtitle dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readability). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif terpancang untuk kasus tunggal. Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis sumber data. Sumber data pertama adalah dokumen yang berupa transkrip film Jane Eyre beserta teks terjemahannya (subtitle) dalam Bahasa Indonesia. Sumber data kedua berupa informasi yang didapat dari responden/rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik, metode, dan ideologi dengan pengkajian dokumen, 1
Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809011 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II 2
penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 12 jenis teknik penerjemahan dari 685 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan film Jane Eyre yang berupa teks audio dan visual. Berdasarkan frekuensi penggunaannya, secara berurutan teknik-teknik tersebut adalah: penerjemahan literal 156 (22, 77%), transposisi 137 (20%), kompresi linguistik 110 (16, 05%), padanan lazim 98 (14, 30%), amplifikasi linguistik 41 (5, 98%), amplifikasi 36 (5, 25%), reduksi 35 (5, 10%), modulasi 35 (5, 10%), partikularisasi 19 (2, 77%), peminjaman murni 9 (1, 31%), kalke 8 (1, 16%), dan generalisasi 1 (0, 14%). Berdasarkan teknik yang dominan muncul, penerjemah cenderung menggunakan metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi domestikasi. Dampak dari penggunaan teknik, metode dan ideologi penerjemahan yang dipilih terhadap kualitas terjemahan ialah didapatkannya nilai overall quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88 dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengindikasikan bahwa subtitle film ini memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik yang paling banyak memberikan kontribusi positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Teknik penerjemahan yang paling banyak mengurangi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik reduksi. Sebagai salah satu jenis penerjemahan film yang berbeda dengan jenis penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan tertentu, faktor-faktor legibility perlu diperhatikan dalam subtitling. Pilihan kata yang tepat serta bentuk yang sepadan dalam bahasa sasaran juga penting untuk diperhatikan karena makna dan kesan yang diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis asli. Kata Kunci: subtitle, subtitling, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Film telah menjadi alternatif yang menarik bagi sebagian besar masyarakat baik sebagai sarana hiburan maupun edukasi. Istilah film berasal dari photographic film (juga disebut dengan filmstock) yang dahulu digunakan sebagai alat untuk merekam dan menampilkan gambar-gambar yang bergerak. Film banyak dipertimbangkan sebagai salah satu bentuk seni yang penting karena selain menghibur dan mendidik, film juga dapat memberikan pencerahan serta inspirasi bagi para penontonnya. Film diciptakan oleh atau berdasarkan budaya tertentu sehingga apa yang dihasilkan pun merupakan refleksi dari budaya tersebut. Film apapun dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi media edukasi bagi masyarakat di seluruh dunia, terutama bila dilengkapi dengan dubbing (sulih suara) atau subtitle yang dapat menyediakan terjemahan dialog dalam film serta mampu menyalurkan pesan dari film tersebut. Melalui film, masyarakat dapat mengetahui dan memahami budaya-budaya negara lain. Hingga saat ini, budaya tetap menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan. Dengan melihat budaya lain melalui film, masyarakat dapat memperkaya pengetahuan mereka akan budaya serta diharapkan mampu melihat perspektif lain dari hal yang sama, pun dengan pandangan yang berbeda dan hal ini dapat terwujud melalui bantuan dubbing atau subtitle, salah satu jenis penerjemahan. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Terdapat dua pendekatan dasar ketika melakukan transfer dialog lisan suatu program dari satu bahasa ke bahasa yang lain, baik hasil akhirnya berupa lisan seperti produksi aslinya ataupun ditransformasikan menjadi teks tulis. Jika pendekatan pertama yang dikehendaki, maka prosesnya disebut sebagai dubbing dan disebut dengan subtitling jika pilihan kedua yang digunakan (Cintas, 2009). Karena faktor ekonomis, memerlukan lebih sedikit biaya dibandingkan dubbing, subtitling menjadi pilihan yang bijak bagi pihak-pihak yang bekerja dalam bisnis film. Subtitling pun lebih sering digunakan daripada dubbing, namun hal ini bukan berarti bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan subtitling lebih sedikit. Umumnya, sesuai pernyataan O’Connell (2007), orang dapat berbicara lebih cepat dibandingkan saat membaca, yang mengakibatkan perlunya bahasa lisan dibuat lebih ringkas ketika akan digunakan sebagai bahasa tertulis dalam subtitle. Hal ini menyebabkan timbulnya space dan time constraint atau batasan tempat dan waktu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah. Batasan tempat timbul seiring terbatasnya jumlah tempat yang disediakan untuk subtitle. Faktor ini memiliki pengaruh terhadap pemilihan kata, lebih luas lagi; berpengaruh terhadap kualitas hasil terjemahan subtitle. Selain itu, sebagai suatu kesatuan, unsur-unsur lain yang terdapat dalam film semisal intonasi, gerak tubuh, maupun unsur non verbal lainnya harus tetap diperhatikan dan dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan ketika menerjemahkan. Faktor perbedaan budaya juga menjadi kendala tersendiri bagi seorang penerjemah film. Adanya suatu anggapan bahwa negara yang kaya cenderung memakai dubbing dalam menerjemahkan film atau program televisi sedangkan negaracommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
negara miskin lebih memilih untuk menggunakan subtitling tidaklah tepat untuk dikatakan saat ini karena terdapat beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi pilihan maupun tingkat intensitas penggunaan dubbing atau subtitling. Faktorfaktor yang juga merupakan tren baru tersebut adalah biaya dan waktu yang tersedia, jenis atau genre program, status bahasa sumber dan bahasa target (sebagai bahasa internasional, bahasa utama atau bahasa minoritas misalnya), serta hubungan yang ada di antara faktor-faktor tersebut (O’Connell, 2007). Di Indonesia, sebagai contoh, tingginya minat terhadap film-film berbahasa asing dapat dilihat dari ramainya pengunjung bioskop-bioskop yang seringkali menampilkan film-film berbahasa Inggris terbaru dan maraknya tempat persewaan film yang menyediakan berbagai film berbahasa asing lainnya baik dalam bentuk VCD ataupun DVD. Hal ini meningkatkan minat terhadap subtitling. Banyaknya film-film maupun program-program televisi (yang bahasa sumbernya mayoritas adalah Bahasa Inggris) yang didistribusikan ke Indonesia dalam selang waktu yang relatif cepat antara film yang satu dengan lainnya membuat subtitling menjadi pilihan yang tepat untuk penerjemahan film meskipun dubbing juga tetap digunakan untuk genre-genre acara televisi tertentu, serial televisi untuk anak-anak misalnya. Uraian mengenai film sebagai media massa serta perannya dalam dunia sosial ini menarik minat penulis untuk menjadikan film sebagai obyek penelitian. Dalam penelitian ini, film yang dipilih sebagai obyek adalah Jane Eyre versi serial televisi yang ditayangkan oleh BBC pada tahun 2006. Film dipilih dalam bentuk VCD karena VCD lebih mudah dijangkau masyarakat karena lebih mudah commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijumpai di berbagai rental film. Serial ini dibuat berdasarkan sebuh novel karya Charlotte Bronte yang diterbitkan pada tahun 1847. Novel dengan judul yang sama ini telah diadaptasi ke dalam berbagai film bisu, film televisi, layar lebar, drama musikal, pertunjukan radio, dan berbagai karya literatur. Menurut Wikipedia; terdapat 7 film bisu antara tahun 1910-1926, 11 film layar lebar sekitar tahun 1934-2011, 9 pertunjukan musikal dari 1994 hingga 2009, sebuah pertunjukan radio pada tahun 1943, 9 serial atau film televisi di tahun 1952-2006, sebuah graphic novel di tahun 2003 berjudul Jane Eyre: The Graphic Novel, dan 20 karya literatur yang diterbitkan dari tahun 1938 sampai 2010. Di Indonesia sendiri, novel Jane Eyre dicetak kembali pada tahun 2011. Ini menunjukkan besarnya minat para penikmat novel maupun film karya Bronte sehingga mendorong para pembuat film, produser-produser maupun kelompok atau individu-individu lainnya untuk memproduksi berbagai bentuk hiburan yang terinspirasi oleh novel Jane Eyre ini. Dinilai sebagai sebuah bentuk adaptasi yang berhasil, miniseri berjudul sama yang ditayangkan BBC One di Inggris pada tahun 2006 yang menjadi obyek bahasan dalam penelitian ini telah meraih critical acclaim serta nominasi-nominasi bergengsi dari berbagai acara penghargaan. Penayangan serial televisi Jane Eyre produksi BBC di luar Inggris sendiri yaitu Amerika, Spanyol dan Portugal, menurut situs Wikipedia telah menarik minat banyak penonton. Di Spanyol contohnya, serial ini memiliki sekitar 17,7% pemirsa dari total pemirsa televisi Spanyol. Hal inilah yang juga menarik minat penulis untuk menjadikan salah satu film televisi hasil adaptasi novel Jane Eyre sebagai obyek penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Beberapa penelitian mengenai subtitle atau teks terjemahan film telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian dengan judul “Kajian Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American Beauty” oleh Adventina Putrianti pada tahun 2007. Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Asrofin Nur Kholilah dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Teknik dan Kualitas Subtitle Film My Mom’s New Boyfriend” pada tahun 2010. Sama-sama mengacu pada subtitling, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya. Obyek penelitian ini berupa serial televisi, sedangkan obyek penelitian kedua penelitian di atas berupa film layar lebar atau film bioskop. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis teknik penerjemahan, metode dan ideologi yang diterapkan dalam subtitle Jane Eyre serta dampak penggunaan teknik-teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut terhadap kualitas terjemahannya. Permasalahan ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Putrianti (2007), yaitu kajian terjemahan tindak ilokusi ekspresif. Tindak ilokusi merupakan salah satu kategori Tindak Tutur atau Speech Act, selain tindak lokusi dan perlokusi, yang pertama kali diungkapkan oleh Austin (1962) dalam bukunya How to Do Things with Words. Tindak Tutur merupakan salah satu teori dalam kajian Pragmatik sedangkan penelitian ini murni mengkaji subtitling atau penerjemahan film. Dalam penelitiannya, dikaji pula tingkat kesepadanan makna dan bentuk tindak ilokusi ekspresif dalam bahasa sumber (Bahasa Inggris) kedalam bahasa sasaran (Bahasa Indonesia) namun tidak mengkaji serta teknik penerjemahan yang digunakan. Meskipun sama-sama mengkaji teknik penerjemahan serta dampak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
penerapannya terhadap kualitas subtitle, merujuk pada penelitian kedua yang dilakukan oleh Kholifah (2010), penelitian ini dapat disebut berbeda karena mengkaji metode serta ideologi yang digunakan oleh penerjemah. Secara ringkas, gap yang ada antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
jenis-jenis teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam subtitle film.
2.
dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut terhadap kualitas subtitle yang dihasilkan.
B. Pembatasan Masalah Dengan tujuan untuk membuat tesis ini lebih terarah dan fokus, perlu diketahui bahwa penulis hanya mengkaji subtitle yang terdapat dalam film Jane Eyre versi serial televisi yang diproduksi oleh stasiun televisi Inggris BBC One tahun 2006 versi VCD, bukan dalam bentuk film bioskop maupun DVD. Mini seri ini terdiri dari empat episode yang masing-masing episodenya memiliki durasi tayang rata-rata 50 menit. Dalam hal ini, hanya episode pertama yang dipilih sebagai data karena selain panjang durasi yang sama antar tiap episode, episode awal adalah episode penting yang memberikan gambaran mengenai latar belakang Jane Eyre, tokoh utama serial ini. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan lingual yang terdiri atas kata, frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung teknik penerjemahan, maupun unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian dari serial televisi tersebut. Karena penelitian ini berfokus pada subtitling atau commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerjemahan film dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog dalam bahasa lain, dalam hal ini dialog dalam Bahasa Prancis, tidak diikutsertakan dalam proses analisis. C. Rumusan Masalah Masalah yang akan dikaji dalam proposal tesis ini dapat dipaparkan sebagai berikut: 1.
Teknik, metode, dan ideologi penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC?
2.
Bagaimana dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut terhadap kualitas hasil terjemahan atau subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan-rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan proposal tesis ini adalah: 1.
Mendeskripsikan teknik-teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam membuat subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC.
2.
Mendeskripsikan dampak penggunaan teknik, metode dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Manfaat Penelitian Secara teoritis, tesis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan terperinci kepada pembaca mengenai penerjemahan film atau subtitling, terutama penerjemahan film yang didistribusikan dalam bentuk VCD. Diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai mengenai teknik-teknik yang biasa digunakan dalam penerjemahan film serta informasi mengenai jenis metode dan ideologi yang kemungkinan besar cenderung sering digunakan dalam penerjemahan film. Secara praktis, tesis ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pertimbangan bagi penulis-penulis lain, terutama yang berkecimpung di bidang terjemahan yang berniat membuat karya tulis mengenai kualitas karya terjemahan film atau subtitle maupun jenis penerjemahan audiovisual lainnya.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori 1. Penerjemahan 1.1. Pengertian Penerjemahan Pada dasarnya, semua definisi yang ada mengenai istilah penerjemahan mengarah pada hal yang sama, yaitu bahwa yang disebut dengan penerjemahan adalah suatu upaya untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Catford (1974: 20) memberikan gagasan mengenai penerjemahan sebagai penggantian suatu teks tertulis dalam suatu bahasa (BSu) dengan teks dalam bahasa lain (BSa) yang sepadan. Definisi yang diberikan oleh Catford ini masih sederhana, belum mencakup makna, pesan, maupun bentuk di dalam penerjemahan. Namun, Nida dan Taber (1969:12) menyatakan bahwa penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran padanan alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya. House (2001) mengemukakan bahwa makna yang terkandung dalam suatu bentuk yang diterjemahkan (suatu unit linguistik) harus diberikan secara sepadan/ekuivalen dalam setiap terjemahannya dalam bahasa apapun. Dalam hal ini, Larson (1984) menjelaskan bahwa menerjemahkan pada dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. „Bentuk‟ yang dimaksud disini adalah bahasa, baik verbal maupun non-verbal. commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Terkait hal ini, Munday (2001: 1) memberikan pengertian tersendiri tentang penerjemahan, yakni: an act of communication which attempts to relay, across cultural linguistic boundaries, another act of communication which may have been intended for different purposes and different readers. Melalui definisi ini, Munday menggolongkan penerjemahan sebagai tindak komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan yang melintasi batasan linguistik dan budaya. Lebih jauh, tujuan dari penerjemahan itu sendiri bisa berbeda-beda sebagaimana beragamnya pembaca. Terkait hal ini, bahasa merupakan unsur utama dalam bidang penerjemahan, dan karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan maka penerjemahan tidak saja bisa dipahami sebagai pengalihan bentuk dan makna tetapi juga budaya (Hoed, 1992:80). 1.2. Proses Penerjemahan Dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tentulah akan melalui sebuah proses. Begitupun dalam melakukan aktifitas penerjemahan akan terjadi proses penerjemahan. Proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam memproses pengalihan informasi yang ada dalam bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa). Menurut Nida dan Taber (1969:33) penerjemahan merupakan proses yang kompleks karenanya penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap yakni: A. Tahap analisis (analysis) Dalam menganalisa sebuah teks, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menganalisa teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk commit to user mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Dalam tahap ini, penerjemah menganalisis teks BSu dalam hal hubungan gramatikal dan makna serta rangkaian kata-kata untuk memahami makna atau isi secara keseluruhan. Hal-hal yang dianalisis berupa aspek linguistik dan aspek ekstralinguistik. Unsur-unsur kebahasaan seperti unsur-unsur kata, struktur tata bahasa, dan konteks komunikasi termasuk dalam unsur linguistik. Unsur ekstralinguistik terkait dengan sosio budaya teks BSu yang merupakan bagian tak terpisahkan dari bahasa itu.
B. Pengalihan (transfer) Setelah penerjemah benar-benar memahami makna yang terkandung dalam bahasa sumber dan juga struktur bahasa sumber, langkah berikutnya dalam proses penerjemahan adalah pengalihan makna. Pada tahapan ini penerjemah mulai menerjemahkan dalam pikiran dan dituliskan ke dalam BSa, mencari padanan kata yang tepat dari BSu ke dalam BSa. Pada tahap ini juga seorang penerjemah memutuskan ideologi mana yang akan digunakan (foreignization atau domestication), metode apa yang akan dipakai dan teknik apa yang akan diaplikasikan dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu keakuratan (accuracy), kewajaran (naturalness), dan keterbacaan (readability).
C. Penyelarasan (restructuring) Restrukturisasi atau penyelarasan isi pesan pada BSa adalah tahap akhir dalam
proses
penerjemahan.
Tahap ini merupakan commit to user
penyesuaian
hasil
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerjemahan dengan kaidah dan pemikiran pembaca BSa dalam bentuk bahasa yang sewajar mungkin. Dalam tahapan ini seorang penerjemah membuat hasil terjemahannya yang luwes dan mudah dipahami agar pembaca tidak merasa seperti merasa membaca teks terjemahan.
Beberapa penerjemah menyatakan
bahwa tujuan dari restructuring adalah; mengecek penggunaan istilah-istilah teknis secara konsisten, meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata Bahasa Indonesia, dan mempertimbangkan apakah kalimat-kalimat kompleks seharusnya ditulis kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah dimengerti. 1.3. Teknik Penerjemahan Ketika menerjemahkan, seorang penerjemah pasti mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah pada tataran unit bahasa yang kecil seperti kata, frasa atau kalimat. Istilah strategi penerjemahan sering digunakan, padahal strategi ini terwujud dalam teknik penerjemahan yang terlihat pada produk atau hasil terjemahan. Untuk lebih memahami kedua istilah tersebut, Molina dan Albir (2002:508) memberikan definisi sebagai berikut: strategies open the way to finding a suitable solution for translation unit. The solution will be materialized by using a particular technique. Therefore, strategies and techniques occupy different places in problem solving: strategies are part of the process, techniques affect the result. Molina dan Albir (2002: 509) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir (2002: 509-511): a. Transposisi (Transposition) Merupakan teknik penggantian kategori tata bahasa (gramatikal) BSu kedalam BSa yang dianggap lebih sesuai. BSu : how hungry you are BSa : kau lapar sekali. b. Modulasi (Modulation) Dengan teknik ini, penerjemah mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan BSu. BSu : she does the laundry BSa : ia tukang cuci kami. c. Adaptasi (Adaptation) Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mengubah unsur budaya pada BSu ke dalam budaya BSa. BSu : how’s Jefry? BSa : bagaimana kabar Jupri? d. Amplifikasi (Amplification) Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrasekan suatu informasi yang implisit dari BSu ke dalam BSa. Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan (interpreting) dan dubbing. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
BSu : you must change BSa : kau harus ganti pakaian. e. Peminjaman (Borrowing) Borrowing merupakan teknik penerjemahan yang memungkinkan penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari BSu, peminjamannya bisa berupa peminjaman murni (pure borrowing) maupun peminjaman yang telah dinaturalisasikan (naturalized borrowing) baik dalam bentuk morfologi ataupun pengucapan yang disesuaikan dalam BSa. 1) Pure Borrowing BSu : hotel BSa : hotel 2) Naturalized Borrowing BSu : calculator BSa : kalkulator. f. Kalke (Calque) Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata maupun frasa dari BSu ke dalam BSa yang dapat berwujud leksikal atau struktural. BSu : a smile BSa : sebuah senyuman. g. Kompensasi (Compensation) Teknik memperkenalkan unsur-unsur pesan, informasi, atau pengaruh commit stilistika teks BSu ke dalam teks BSa. to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSu : enter, stranger, but take heed of what awaits the sin of greed BSa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah. h. Penerjemahan Literal (Literal Translation) Penerjemahan kata atau ekspresi dari BSu ke BSa secara kata per kata tetapi strukturnya sudah mengikuti aturan BSa. BSu : look at his wings BSa : lihat sayapnya. i. Kreasi Diskursif (Discursive Creation) Teknik ini digunakan untuk menentukan padanan sementara untuk istilah yang maknanya tidak terduga dan keluar konteks. Teknik ini biasanya diterapkam untuk menerjemahkan judul buku atau film. Contoh: BSu : Shopaholic and Sister BSa : Si Gila Belanja Punya Kakak. j. Padanan Lazim (Established Equivalent) Teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim digunakan atau diakui baik dalam kamus atau penggunaan bahasa sehari-hari dalam BSa. BSu : afternoon, miss BSa : selamat siang, Nona. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
k. Generalisasi (Generalization) Dalam teknik ini penerjemah mengubah istilah asing yang bersifat khusus menjadi lebih dikenal dan umum dalam BSa. BSu : flat BSa : apartemen l. Partikularisasi (Particularization) Teknik ini merupakan kebalikan dari generalisasi. Penjelasan yang lebih konkrit dan jelas lebih diutamakan oleh penerjemah dalam BSa, sementara itu dalam BSu hanya diberikan istilah umum saja. BSu : it is upholstered with velvets and furs BSa : perabotannya berlapis beludru dan bulu binatang. m. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) Teknik penambahan elemen-elemen linguistik dalam teks BSa agar lebih sesuai dan mudah dimengerti. Teknik ini biasa digunakan dalam consecutive interpreting dan dubbing (sulih suara). BSu : but never here BSa : tapi tak pernah kulihat di sini. n. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression) Penerapan teknik ini dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks BSa. Teknik ini biasa digunakan dalam simultaneous interpreting dan subtitling. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BSu : there’s still plenty of rooms BSa : masih banyak tempat o. Reduksi (Reduction) Teknik ini menekankan pada pemadatan teks dari BSu ke dalam BSa, merupakan kebalikan dari amplifikasi. BSu : keep fighting spirit! BSa : bersemangatlah! p. Substitusi (Substitution) Teknik ini umumnya digunakan dalam pengalihbahasaan dengan cara mengubah unsur-unsur linguistik ke dalam paralinguistik (berhubungan dengan intonasi dan gerakan tubuh) atau sebaliknya. BSu : he shakes his head (paralinguistik) BSa : dia tidak setuju q. Variasi (Variation) Dengan teknik ini penerjemah mengubah unsur-unsur linguistik dan paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik, perubahan tona, gaya bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Teknik ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan naskah drama dan cerita anak-anak. BSu : hello, babe BSa : halo, cewek
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r. Deskripsi (Description) Penggantian istilah atau ungkapan dalam BSu baik dengan deskripsi bentuk atau fungsinya maupun keduanya. Bsu: Panettone (I) BSa: The traditional Italian cake eaten on New Year’s eve (E)
1.4. Metode Penerjemahan Metode penerjemahan merupakan cara sebuah proses penerjemahan dilakukan sesuai tujuan penerjemah, yaitu opsi global yang berdampak pada teks bahasa sasaran secara keseluruhan atau konteks makro yang memberi pengertian bahwa metode tersebut telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya (Molina dan Albir, 2002). Sebelum melakukan kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah harus memperhatikan karakteristik pembaca targetnya dan untuk keperluan apa hasil terjemahannya nanti, sehingga penerjemah bisa memutuskan metode apa yang akan digunakan dalam menerjemahkan suatu teks. Venuti (1995:20-21) menyimpulkan bahwa dalam konteks makro ada dua kecenderungan yang muncul mengenai bagaimana bentuk dan cara penerjemahan yang diinginkan masyarakat. Namun, dua kecenderungan ini menunjukkan perbedaan yang kuat, satu sisi meyakini bahwa terjemahan yang baik adalah yang dekat dengan budaya dan bahasa sumber (foreignizing atau foreignisasi), sementara yang lain meyakini bahwa terjemahan yang baik harus dekat dengan budaya dan bahasa sasaran (domestication atau domestikasi). commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sehubungan
dengan
ini,
Newmark
(1988:45)
membagi
metode
penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan pertimbangan „untuk siapa‟ penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan metode berorientasi pada BSu, dan empat yang lainnya berorientasi pada BSa. Kedelapan metode itu digambarkan dalam diagram yang disebut diagram V. Berikut adalah diagram yang dimaksud: SL emphasis
TL emphasis
word-for-word translation
adaptation
literal translation
free translation
faithful translation
idiomatic translation
semantic translation communicative translation Gambar 1: Diagram V Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode tersebut. Metode no 1 - 4 adalah metode yang berorientasi pada bahasa sumber, sedangkan metode no 5 - 8 merupakan metode-metode yang berorientasi pada bahasa sasaran. 1.
Penerjemahan Kata demi Kata (Word for Word Translation) Penerjemahan ini masih terikat pada struktur BSu tanpa sedikitpun
penyesuaian terhadap struktur BSa. Nababan (2003) menyatakan bahwa penerjemah hanya mencari padanan kata BSu dalam BSa tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya. Susunan kata dalam BSa sama persis dengan susunan kata dalam kalimat BSu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
20 digilib.uns.ac.id
Penerjemahan Harfiah (Literal Translation) Metode ini dilakukan dengan melakukan perubahan struktur kalimat pada
BSa. Pada awalnya penerjemah menerjemahkan teks dalam BSu secara kata demi kata kemudian disesuaikan dengan susunan kata dalam BSa namun kata-kata maupun gaya bahasa dalam BSu masih dipertahankan. 3.
Penerjemahan Setia (Faithful Translation) Penerjemahan ini dilakukan untuk memproduksi makna kontekstual teks
asli namun tetap mempertahankan aspek bentuk atau struktur gramatikal BSu sehingga pembaca masih dapat melihat kesetiaan pada segi bentuknya. Karena berpegang teguh pada makna dan tujuan teks BSu, maka hasil terjemahannya seringkali terasa kaku. Hoed (2006: 57) mengungkapkan bahwa metode ini dipergunakan untuk memperkenalkan metafora asing, ungkapan, dan istilah baru untuk mengisi kekosongan ungkapan dan istilah dalam BSa. 4.
Penerjemahan Semantik (Semantic Translation) Dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan ini lebih luwes
dan memperhatikan kaidah-kaidah BSa. Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh Newmark (1988: 46), penerjemahan semantik dilakukan dengan tetap mempertimbangkan unsur estetika dalam BSu dengan tetap memperhatikan makna. 5.
Adaptasi (Adaptation) Metode ini merupakan metode yang paling bebas dalam hal keterikatan
dengan budaya dan bahasa sumber. Sebagai contoh; latar belakang budaya, commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konteks sosial, nama tokoh, tema, dan alur dari sebuah karya sastra dapat diubah sesuai dengan budaya BSa. 6.
Penerjemahan Bebas (Free Translation) Metode ini mengutamakan kesepadanan pesan teks BSu dengan pesan teks
BSa namun seringkali tidak mempertimbangkan bentuk teks. Terjemahan yang dihasilkan bisa lebih panjang atau lebih pendek dari teks BSu karena penerjemahan bebas biasanya dilakukan dengan cara parafrase. 7.
Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation) Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mereproduksi pesan dalam
BSu namun nuansa maknanya cenderung sedikit menyimpang jika dibandingkan dengan teks asli. Biasanya hal ini dilakukan melalui penggunaan kolokasi dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam BSu. 8.
Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation) Metode ini menekankan pada efek yang ditimbulkan kepada pembacanya
dengan menitikberatkan pada reproduksi makna kontekstual sehingga aspek kebahasaan maupun isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Newmark (1988: 47) mengatakan bahwa communicative translation attempts to render the exact contextual meaning of the original in such a way that both content and language are readily acceptable and comprehensible to the readership. Penerjemahan komunikatif ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.5. Ideologi Penerjemahan Ideologi penerjemahan mendasari seorang penerjemah dalam melakukan kegiatan penerjemahan, termasuk pengambilan keputusan untuk teknik dan metode penerjemahan yang akan digunakan. Ideologi penerjemahan merupakan suatu kecenderungan terhadap salah satu dari dua kutub yang berlawanan, yaitu foreignisasi atau ideologi yang berorientasi pada bahasa sumber dan domestikasi, ideologi yang berorientasi pada bahasa sasaran (Venuti dalam Hoed, 2006). Shuttleworth dan Cowie dalam Yang (2010) memberikan pengertian bahwa: domestication designates the type of translation in which a transparent, fluent style is adopted to minimize the strangeness of the foreign text for target language readers, while foreignization means a target text is produced which deliberately breaks target conventions by retaining something of the foreignness of the original. Dalam penerjemahan domestikasi atau domesticating translation, nilai-nilai budaya yang dominan yang terdapat dalam masyarakat BSa dapat terbawa pada saat proses penerjemahan serta menciptakan ilusi transparasi domestikasi perbedaan linguistik dan budaya antara BSu dan BSa. Nida dan Taber dalam Hoed (2004) mengatakan bahwa penerjemahan yang berorientasi pada keberterimaan dalam bahasa pembacanya merupakan penerjemahan yang baik. Venuti (1995) menyarankan
penggunaan
ideologi
foreignisasi
sebagai
solusi
terhadap
perselisihan penerjemahan istilah-istilah budaya demi mencegah terjadinya permasalahan dalam hal budaya. Namun menurut Munday (2001), pembaca bahasa sasaran akan merasakan keberadaan si penerjemah jika ideologi foreignisasi ini diterapkan dalam suatu terjemahan dan pembaca akan merasa to user bahwa mereka sedang membacacommit teks terjemahan. Pilihan untuk menggunakan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ideologi domestikasi atau foreignisasi sepenuhnya merupakan hak penerjemah. Seperti yang dikemukakan oleh Hoed (2004) bahwa ideologi penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang „benar atau salah‟ dalam penerjemahan. Hal ini tentu saja bersifat sangat relatif dan berkaitan dengan faktor-faktor di luar proses penerjemahan. Pembaca sasaran dan tujuan suatu penerjemahan itu dilakukan menentukan „benar atau salahnya‟ suatu terjemahan. Demikian, dapat dikatakan bahwa seorang penerjemah yang menganut ideologi domestikasi cenderung mengusahakan keberterimaan dalam budaya dan bahasa sasaran dan cenderung menggunakan metode yang berorientasi pada bahasa sasaran. Sedangkan penerjemah dengan ideologi foreignisasi cenderung mempertahankan gaya penulis asli, sehingga lebih cenderung menggunakan metode penerjemahan yang menekankan pada budaya dan bahasa sumber.
1.6. Kualitas Terjemahan Beberapa kriteria, pendekatan dan cara lain diusulkan dalam menilai kualitas hasil terjemahan, misalnya, teknik cloze test, meminta respon pembaca dengan alternatif jawaban/terjemahan, teknik penjelasan ke rekan, membaca teks dengan suara keras, dan mempublikasikan draf hasil terjemahan (Nida & Taber, 1969:169-173); terjemahan balik, uji pengetahuan, uji perfomansi (Brislin, 1976); dan pendekatan berdasar fungsionalistik (functionalistic, “skopos”-related approach (Reis dan Vermeer, 1971 dalam House, 2001:245) namun teknik dan pendekatan tersebut masih memiliki kekurangan. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan tingkat keterbacaan. a.
Keakuratan atau ketepatan (accuracy) Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering
digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya (Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence) antara teks BSu dan BSa. Demikian, yang lebih dipentingkan adalah penyampaian pesan secara sepadan (Hoed, 2006). Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik. b.
Keberterimaan (acceptability) Keberterimaan
mengarah
pada
kelaziman
dan
kealamiahan
teks
terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan commit to user untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
bahasa sasaran (Toury dalam Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima (acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran (dalam Munday, 2001). c.
Keterbacaan (readibility) Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62),
merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks. Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian, keterbacaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu legibility dan readability. Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb (dalam Spanakaki, 2007) bahwa subtitle dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar commit to user posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks. Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat, penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada perubahanperubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan dengan penampilan (appearance) teks pada layar. 2. Film Film sama seperti bangunan, buku, dan simfoni; artefak yang dibuat oleh manusia untuk kepentingan-kepentingan manusia itu sendiri (human purposes). Melalui sebuah film, kita disuguhi gambar-gambar yang bergerak, rangkaian gambar yang ditampilkan dengan cepat dan berurutan. Ada berbagai jenis film yang dapat dijumpai, seperti; dokumenter, fiksi, live-action, atau animasi. Para pembuat film dan penonton juga memberikan kategori untuk film berdasarkan genre, suatu hal yang lebih mudah dikenali daripada didefinisikan. Seperti yang disebutkan oleh Bordwell dan Thompson (1997: 51), beberapa genre tersebut adalah western (film barat), musikal, aksi, horor, komedi, romansa, dan sebagainya. Karena film fiksi popular di kalangan masyarakat, maka genre fiksi lebih mudah dipikirkan daripada genre lainnya. Namun film dokumenter pun mempunyai
genrenya
sendiri
seperti
film
propaganda
atau
film
instruksional/instructional sedangkan genre yang terkenal dari film eksperimental commit to user banyak kasus, kategori-kategori adalah “found-footage”. Meski begitu, dalam
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
genre tidak selalu berada pada jenis-jenis film tertentu. Para ahli setuju bahwa tidak ada patokan yang pasti untuk menentukan genre dari sebuah film. Lebih jauh, konten atau isi sebuah film tidaklah muncul begitu saja, namun ada sebagai hasil dari proses produksi film; audiensi tidak membuat pilihan terhadap film secara sembarangan, tapi dengan keinginan untuk dihibur atau untuk mendapat inspirasi atau pencerahan melalui cara-cara tertentu; produser tidak sembarangan membuat film tetapi berdasar pada masukanmasukan yang diberikan audiensi. Bisa dikatakan, terdapat hubungan yang kompleks dan tak pasti antara film-film di era tertentu dan “masyarakat” yang ada di tempat film-film tersebut dibuat dan dikonsumsi. Film memang document cultural, namun apa yang didokumentasikan adalah hubungan kompleks antara pembaca, teks fiksi, penulis, dan budaya (Allen dan Gomery, 1985: 166). 3. Subtitling 3.1. Subtitling Sebagai Penerjemahan Audiovisual Terdapat dua pendekatan dasar ketika melakukan transfer dialog lisan suatu program dari satu bahasa ke bahasa yang lain, baik hasil akhirnya berupa lisan seperti produksi aslinya ataupun ditransformasikan menjadi teks tulis. Jika pilihan pertama yang dikehendaki, maka bahasa asli digantikan oleh bahasa lain, bahasa target. Proses ini umumnya dikenal sebagai „revoicing‟. Penggantian bahasa lisan ini bisa jadi perubahan total, hal ini terjadi ketika pemirsa target tidak bisa lagi mendengar bahasa sumber (dikenal dengan dubbing atau lip sync), atau perubahan sebagian, yaitu ketika dialog lisan bahasa sumber masih dapat commit to user terdengar samar-samar seperti dalam kasus voiceover. Meskipun benar halnya
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
bahwa kebiasaan, kecondongan budaya, serta pertimbangan finansial telah menjadikan dubbing, subtitling, dan voiceover sebagai tiga jenis penerjemahan (audiovisual translation modes) yang paling sering atau lazim digunakan, namun bukan berarti bahwa ketiga jenis penerjemahan audiovisual tersebut adalah satusatunya pilihan dalam industri ini. Penulis-penulis seperti Luyken et al. (1991) dan Díaz Cintas (1999) memberikan 10 jenis multilingual transfer yang berbeda dalam bidang komunikasi audiovisual. Namun, dikarenakan ketiga jenis penerjemahan audiovisual yang telah disebut sebelumnya merupakan jenis penerjemahan yang paling umum, maka hanya tiga audiovisual translation modes ini yang akan diberikan definisinya. Suatu penerjemahan audiovisual dapat disebut dengan dubbing atau sulih suara ketika original soundtrack yang terdiri atas dialog para aktor dan aktris suatu film atau tayangan televisi digantikan dengan rekaman suara bahasa sasaran yang me-reproduksi pesan aslinya. Tentu saja harus dipastikan bahwa suara bahasa sasaran sudah sinkron dengan gerakan bibir para aktor dan aktris yang terlihat di layar hingga bisa membuat para pemirsanya percaya bahwa pemainpemain film tersebut memang berbicara bahasa mereka, bahasa sasaran. Yang disebut dengan subtitling adalah penyajian teks tertulis yang biasanya terletak di bagian bawah layar yang bertujuan untuk menyampaikan dialog yang terdengar dari suatu program televisi atau film kedalam bahasa sasaran. Bukan hanya ucapan-ucapan yang terdengar saja, namun elemen-elemen linguistik lainnya, yaitu gambar-gambar visual seperti; selipan-selipan, huruf, graffiti, spanduk atau sejenisnya; maupun soundtrack (lagu-lagu, voices off) juga turut diterjemahkan. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan yang dimaksud dengan voiceover adalah pengurangan tingkat volume suara yang terdengar dalam bahasa asli/bahasa sumber seminimal mungkin. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa terjemahan dialog lisan, yang sengaja dibuat terdengar lebih dominan dari suara dialog asli, dapat terdengar dengan baik oleh penonton dalam bahasa sasaran. Umumnya penonton diberi kesempatan untuk mendengar dialog dalam bahasa sumber selama beberapa detik pertama sebelum volume suara dikurangi dan dialog terjemahan terdengar lebih dominan. Rekaman dialog terjemahan berakhir beberapa detik sebelum dialog asli selesai diucapkan sehingga memungkinkan penonton untuk mendengar suara asli para aktor atau aktris dalam volume normal sekali lagi (Cintas, 2009: 4). Seperti yang diungkapkan oleh Cintas (2009: 4), Romero Fresco (2006) berkata bahwa sifat independen audiovisual translation sebagai disiplin ilmu yang bebas dan sifat ketergantungannya pada disiplin ilmu yang terkait lainnya merupakan dua gagasan dasar yang untuk beberapa hal dianggap sebagai studi yang paling bermanfaat mengenai penerjemahan audiovisual. Meskipun terdengar saling bertentangan namun Romero Fresco (2006) berargumen bahwa kedua cara untuk memahami penerjemahan audiovisual ini sesungguhnya melengkapi satu sama lain. Sebagai bidang studi independen dalam domain yang lebih luas dari studi penerjemahan, penerjemahan audiovisual lebih merupakan sebuah bagian utuh dari tempatnya sendiri daripada menjadi bagian dari sebuah cabang ilmu; penerjemahan
literatur
misalnya.
Pakar-pakar
berpengaruh
dalam
ilmu
penerjemahan seperti Bassnett (2002) dan Snell-Hornby (1995), dalam Cintas (2009), menempatkan dubbing dan subtitling pada area yang lebih besar dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
penerjemahan literatur, menyamakannya dengan „penerjemahan film bioskop‟ dan „penerjemahan film‟ meskipun rasanya kurang tepat untuk menyamakan penerjemahan audiovisual dengan penerjemahan film karena film hanyalah bagian kecil dari berbagai jenis program-program audiovisual yang seringkali diterjemahkan: seperti dokumenter, serial televisi, reality show, atau video game. Film atau sinema merupakan sebuah refleksi suatu realitas, kehidupan nyata, namun film juga bisa merubah realitas tersebut dengan membentuk gambaran-gambaran maupun hal-hal klise tertentu dan membentuk persepsi para pemirsanya tentang dunia. Dengan wewenang yang diberikan sebagai bentuk tekanan dari media, maka tidaklah berlebihan untuk menyatakan bahwa audiovisual translation ialah media yang tidak hanya menyaring informasi tapi juga asumsi-asumsi serta nilai-nilai masyarakat tertentu yang kemudian ditransfer ke dalam budaya-budaya lain. Film dan produksi-produksi audiovisual lainnya merupakan satu dari piranti-piranti pokok yang menyampaikan kejadian seharihari, stereotip, dan isu-isu tentang kategori-kategori sosial. Dubbing, voiceover serta subtitling memungkinkan pandangan-pandangan tersebut untuk dapat diakses oleh audiensi. 3.2. Jenis-Jenis Subtitling Subtitling tidak selalu melibatkan dua bahasa, bisa interlingual atau intralingual. Intralingual subtitling, yang melibatkan satu bahasa, umumnya dapat diasosikan dengan jenis subtitle yang ditujukan untuk orang yang tidak bisa mendengar atau mengalami masalah pendengaran. Real time subtitle yang dibuat commit to user dan disiarkan sesaat setelah tuturan-tuturan asli diucapkan secara live di layar
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah contoh intralingual subtitling. Selain dipergunakan untuk membantu orang-orang yang mempunyai kesulitan dalam mendengar, subtitling jenis ini dapat pula bermanfaat bagi kelompok masyarakat minoritas lainnya; seperti para imigran, pengungsi, atau siswa asing yang dapat memanfaatkan jenis subtitle ini untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka karena selain audio, program televisi tertentu juga menampilkan teks tertulisnya (Vanderplank dalam O‟connell dalam Kuhiwczak dan Littau, 2007). Subtitling memungkinkan trek suara asli bahasa sumber tetap muncul sehingga Danan (dalam Vanderplank dalam Kuhiwczak dan Littau, 2007) menyatakan bahwa secara tak langsung, interlingual subtitling turut andil dalam menciptakan serta meningkatkan ketertarikan terhadap penggunaan bahasa asing dan sekaligus minat terhadap budayanya. Subtitling acapkali menjadi pilihan bagi pemirsa dengan tingkat pendidikan yang bagus, terlebih bila mereka memiliki cukup pengetahuan tentang budaya dan bahasa sumber. Sehubungan dengan hal ini, Gottlieb (1998) memberikan definisi mengenai kedua jenis subtitling dari sudut pandang linguistik sebagai berikut: a.
Intralinguistik Merupakan bentuk subtitle yang sesuai dengan bahasa asli. Subtitling ini bisa dikatakan bersifat vertikal karena hanya menuangkan informasi lisan ke dalam bentuk teks tertulis, hanya berubah dalam hal mode bukan bahasa.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Interlinguistik Subtitling ini melibatkan dua bahasa, bahasa asli yang dituangkan ke dalam teks bahasa sasaran. Subtitling ini bersifat diagonal sebab penerjemah harus mentransfer informasi lisan dalam bahasa sumber dan kemudian dialihkan ke dalam bahasa sasaran sekaligus dalam bentuk teks sehingga terjadi perubahan mode dan bahasa. Sedangkan secara teknis, (O‟Connell 2007) mengajukan dua jenis
subtitling, yaitu: a.
Closed Subtitling Jenis subtitling ini ditampilkan dalam bentuk teletext yang sifatnya optional, yang berarti bahwa teks bisa ditampilkan atau dihilangkan sesuai dengan keinginan penonton atau pemirsanya. Subtitling ini umumnya digunakan
untuk
memfasilitasi
penyandang
tunga
rungu
dalam
mendapatkan informasi. Pembuatan subtitle jenis ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan khusus penyandang tuna rungu dan memasukkan beberapa informasi tambahan sehingga subtitle ini cenderung berupa ringkasan dengan beberapa penjelasan. b.
Open Subtitling Bertentangan dengan sifat closed subtitling, open subtitling yang biasa dijumpai dalam film bioskop atau program televisi tertentu ini tidak dapat dihilangkan oleh pemirsanya. Subtitle ditampilkan sebagai satu kesatuan dengan film. Subtitle jenis inilah yang digunakan untuk menerjemahkan commit to usersoundtrack) berupa bahasa asing film yang trek suara aslinya (original
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh karena itu subtitling ini identik dengan interlingual translation, melibatkan dua bahasa. 3.3. Standardisasi Subtitling Subtitling maupun dubbing dapat dianggap sebagai jenis penerjemahan film yang kompleks. Menurut Caillé (dalam Zatlin, 2005: 128), dubbing menempatkan penegasan khusus pada fonetik sedangkan penekanan khusus pada segi semantik dapat ditemui dalam subtitling. Sejumlah konvensi telah tercipta untuk memudahkan pemirsa dalam membaca subtitle. Umumnya, ketika dialog antara dua pembicara ditampilkan pada layar, tiap tuturan tertulisnya dapat dikenali dari garis pemisah dan tiap barisnya tertulis secara justified, bukan centered. Bay (dalam Zatlin, 2005: 133), menemukan sebuah keuntungan dalam memakai huruf miring atau italic untuk tuturan dari pembicara kedua. Dengan begini, pemirsanya lebih aware atau lebih mudah mengenali pergantian suara dalam dialog. Contoh yang diberikan adalah sebagai berikut: “ - Why are you crying? -
Because I want to!
”
Sesuai aturan dalam grammar Bahasa Inggris, huruf miring juga dapat digunakan pada kata atau istilah asing dan dapat pula digunakan pada tuturan yang tertulis sebagai voice over atau ucapan seorang narator dalam film atau program televisi. Sedangkan untuk lirik lagu yang diterjemahkan, Karamitroglou (dalam Zatlin, 2005) menganjurkan penggunaan huruf miring yang disertai tanda petik. Selain itu, baik bold-face ataupun garis bawah diperbolehkan dalam subtitling. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Untuk lebih jelasnya, Karamitroglou (1998) memaparkan aturan-aturan dalam standarisasi subtitling yang mengacu pada panduan subtitling untuk produksi program televisi di Eropa berikut ini: 1.
Posisi pada layar: Teks ditempatkan pada bagian bawah layar sehingga tidak menutupi gambar. Baris terendah setidaknya seperdua belas dari total tinggi layar. Posisi teks berada di tengah bagian bawah.
2.
Untuk segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya proporsional antara baris atas dan bawah serta diusahakan agar memiliki panjang yang sama karena pemirsa terbiasa dengan teks berbentuk segi empat daripada berbentuk segitiga.
3.
Jumlah baris: jumlah yang diperbolehkan maksimal dua baris teks per tayang dan menempati paling tidak dua per dua belas dari total tinggi layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah.
4.
Jumlah karakter per baris: masing-masing baris berjumlah tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalkan reduksi pesan. Baris yang sampai melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena kemungkinan besar ukuran font harus diperkecil.
5.
Durasi: penonton atau pemirsa berusia 14-65 dari kalangan sosial menengah dan berpendidikan baik memiliki kemampuan membaca dengan kecepatan rata-rata 150-180 kata per menit yang berarti sekitar dua atau tiga kata per detik. Dengan demikian, teks dua baris terdiri dari 14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5, 5 detik. Sementara commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teks satu baris rata-rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan sekitar 3,5 detik per tayang. 6.
Tanda baca: tanda titik dipergunakan di setiap akhir ujaran karakter atau aktor yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk menunjukkan pertanyaan dan perintah, seruan yang dikatakan oleh aktor. Sementara garis pemisah (-) diletakkan sebelum ujaran masing-masing aktor. Penanda ini umumnya digunakan untuk teks yang berbentuk dialog dan melibatkan lebih dari satu karakter atau aktor. Tanda garis miring (/) pun dapat digunakan untuk tujuan yang sama.
7.
Bahasa lisan: idealnya, bahasa lisan diterjemahkan dengan gaya bahasa yang sama untuk mendapatkan efek yang sama, namun penggabungan kalimat atau ujaran perlu dihindari karena dapat mengganggu penonton atau pemirsa selama image reading.
8.
Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan: a. padding expression, yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan alur ujaran yang wajar. Contoh ekspresi ini antara lain; well, you know, as I say, dan sebagainya. b. Tautological cumulative adjectives/adverbs seperti; great big, super extra, teeny weeny yang mana kata pertama memiliki peran dalam penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan menjadi huge, extremely, dan tiny. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
c. responsive expression seperti yes, no, ok, please, thanks, thank you, atau sorry bisa dihilangkan dengan asumsi bahwa ungkapan-ungkapan tersebut telah dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat dunia. 3.4. Kendala dan Keterbatasan Subtitling Banyak terdapat batasan-batasan dalam subtitling yang berikut ini secara ringkas dapat terangkum ke dalam empat batasan-batasan utama yang menjadi sebab atas timbulnya kesulitan-kesulitan tertentu, dalam hal sinkronisasi, bagi penerjemah subtitle (Hatim dan Mason, 1997): 1.
Pergeseran mode dari bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Ini mengakibatkan ciri-ciri tutur tertentu; seperti dialek tidak baku, intonasi, alih kode, dan turn-taking; secara otomatis tidak dapat ditunjukkan dalam bentuk tertulis bahasa sasaran.
2.
Terikat oleh beberapa faktor yang telah ditentukan terkait dengan media atau saluran tempat pengalihan pesan tersebut berlangsung. Faktor-faktor ini adalah batasan jumlah spasi (umumnya maksimal 33 atau 40 spasi per baris dalam kasus tertentu, tak lebih dari dua baris setiap muncul pada layar) dan judul ditampilkan selama minimal dua detik dan maksimal tujuh detik.
3.
Faktor-faktor pada poin kedua menyebabkan terjadinya reduksi pada teks bahasa sumber sehingga penerjemah harus menetapkan strategi-strategi koherensi untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas pengalihan pesan dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang bentuknya lebih commitlangsung, to user penambahan jumlah tuturan ringkas. Dalam komunikasi
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melebihi normal dapat memberikan kesempatan lebih banyak atau waktu yang lebih lama bagi lawan bicara untuk menangkap maksud pembicara yang sesungguhnya. Sedangkan dalam subtitling, jumlah tuturan yang berlebihan ini justru dikurangi sehingga kesempatan untuk dapat lebih mudah memahami makna suatu tuturan pun menjadi berkurang. Tidak seperti
bentuk
komunikasi
tertulis
lainnya,
subtitling
tidak
memungkinkan pembacanya untuk menelesuri kembali atau membaca ulang teks dalam memahami makna. 4.
Keharusan untuk menyesuaikan dengan gambar visual. Audio dan gambar visual merupakan dua elemen yang tak terpisahkan dalam film sehingga koherensi antara subtitle dengan gambar-gambar bergerak pun harus tetap ada. Penyesuaian subtitle dengan gambar yang terdapat di layar ini menjadi suatu batasan yang menimbulkan permasalahan lain lagi.
4. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian mengenai subtitle atau teks terjemahan film telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian dengan judul “Kajian Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American Beauty” oleh Adventina Putrianti pada tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerjemahan tindak ilokusi ekspresif, kesepadanan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif dan keberterimaan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif dalam film American Beauty. Melalui commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian ini, diketahui bahwa sejumlah 70% dari keseluruhan data dinilai berterima dan sebanyak 30% dari data yang mengandung tindak ilokusi ekspresif tidak berterima. Penelitian lainnya, yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan oleh Asrofin Nur Kholilah dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Teknik dan Kualitas Subtitle Film My Mom’s New Boyfriend” pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan
untuk
mengetahui
teknik-teknik
yang
diaplikasikan
dalam
menerjemahkan subtitle film My Mom’s New Boyfriend serta mengetahui tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan subtitle film tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, terdapat sebelas teknik penerjemahan yang muncul, yaitu: padanan
tetap,
modulasi,
kompresi
linguistik,
amplifikasi,
transposisi
pengurangan/penghilangan, generalisasi, peminjaman/naturalisasi, partikularisasi, penerjemahan literal, dan adaptasi. Dari 326 data, sebanyak 281 data (86%) diterjemahkan dengan akurat; 39 data (12%) diterjemahkan dengan kurang akurat; dan 6 data (2%) diterjemahkan dengan tidak akurat. Dari segi keberterimaan, 301 data (92%) dinilai sebagai terjemahan yang berterima; 20 data (6%) dinilai oleh para rater sebagai terjemahan yang kurang berterima; dan 5 data (2%) sebagai terjemahan yang tidak berterima. Sebagai kesimpulan akhir dari penelitian tersebut, subtitle ini cukup mudah dipahami meskipun terdapat beberapa istilah asing. Karena prosentasenya kecil, maka tidak mengganggu proses pembacaan gambar sehingga pemirsa tetap terbantu dengan teks tersebut. Dari rincian analisis, maka disimpulkan bahwa subtitle film My Mom’s New Boyfriend commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki kualitas terjemahan yang baik karena akurat, berterima dan mudah dipahami.
B. Kerangka Pikir Sebagai landasan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam tesis ini, diperlukan adanya kerangka pikir untuk memberikan gambaran tentang alur pemikiran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Untuk lebih jelasnya, alur pikir ini dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut:
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teks bahasa sasaran (subtitle film Jane Eyre)
Teks bahasa sumber (dialog dalam film Jane Eyre) Teknik
Metode
Ideologi
Kualitas Subtitle
Keakuratan
Keberterimaan
Pembaca Ahli/Rater
commit to user
Keterbacaan
Responden/Pemirsa
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang menggunakan pendekatan kualitatif karena satuan terjemahan (translation unit) yang dikaji berada pada tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat. Penelitian ini disebut pula dengan penelitian kualitatif deskriptif karena data yang disajikan lebih bermakna dan dapat memberikan pemahaman yang nyata dibandingkan data berupa angka atau frekuensi. Jenis penelitian bersifat holistik serta lentur dan terbuka. Disebut holistik karena beragam permasalahan selalu dipandang tanpa melepas kondisi lain yang berada dalam konteksnya. Variabel sebab dan variabel akibat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Desainnya bersifat lentur dan terbuka sebab penelitian dapat berkembang terus selama pengumpulan data di lapangan (Sutopo, 2006: 38). Sesuai dengan gagasan Yin (dalam Sutopo, 2006), penelitian ini disebut sebagai penelitian terpancang atau embedded research karena fokus penelitian, dalam hal ini berupa subtitling, telah ditentukan sebelumnya (Sutopo, 2006). Bentuk rancangan penelitian ini adalah suatu studi kasus (case research) karena berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau suatu peristiwa tertentu secara mendalam. Dikatakan sebagai studi kasus tunggal, merujuk pada Sutopo (2006: 136), karena tidak ada usaha maupun pemikiran untuk melakukan generalisasi dan hasil penelitian selalu terikat pada kekhususan karakteristik konteks yang dipilih commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
serta hanya terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Orientasi penelitian ini adalah produk atau karya terjemahan, yakni subtitle film. Penelitian ini juga dapat dilihat sebagai penelitian etnografi, salah satu jenis penelitian kualitatif. Spradley (1997: 16) mengemukakan bahwa berbagai perbedaan budaya dan cara berinteraksi orang-orang yang memiliki perspektif berbeda dapat diketahui melalui etnografi. Memahami rumpun manusia, memahami masyarakat yang kompleks, merupakan salah satu tujuan penelitian etnografi. Film sebagai salah satu produk seni tidak terlepas dari isu budaya, terlebih lagi bila distribusi film tersebut bersifat internasional seperti hampir seluruh film berbahasa Inggris. Ketika film dipertontonkan di luar negara tempat produksinya, yang juga berbeda budaya, subtitle yang dibuat pun dapat mempengaruhi penyampaian makna budaya asli. Untuk alasan inilah model analisis etnografi dirasa cocok untuk diterapkan dalam penelitian ini. B. Data dan Sumber Data Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung teknik penerjemahan dalam film Jane Eyre versi serial televisi BBC tahun 2006 yang tersaji dalam bentuk subtitle. Sedangkan sumber data penelitian ini berupa: 1.
Dokumen, yaitu transkrip film serial televisi berbahasa Inggris Jane Eyre
episode pertama produksi stasiun televisi BBC One tahun 2006 beserta teks terjemahan Bahasa Indonesia yang terdapat dalam mini seri tersebut dalam bentuk subtitle. Data yang diambil berupa satuan lingual pada tataran kata, frasa, klausa, commit user maupun kalimat yang mengandung tekniktopenerjemahan.
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jane Eyre merupakan serial televisi bergenre drama karya sutradara Susanna White dengan Sandy Welch sebagai penulis screenplaynya. Serial ini bercerita tentang gadis bernama Jane Eyre yang diasuh tanpa kasih sayang oleh bibinya. Ia kemudian dikirim ke Lowood Institution. Tumbuh sebagai guru di sekolah tersebut, Jane kemudian dipekerjakan sebagai guru pribadi Adele. Ia jatuh cinta pada Ayah angkat Adele sekaligus pemilik Thornfield Hall, Edward Rochester, seorang bangsawan yang mempunyai rahasia besar. Jane Eyre adalah seorang gadis yang berusaha untuk mempertahankan jiwa bebasnya di tengahtengah berbagai masalah yang muncul sebagai bagian dari konspirasi masyarakat dan keadaan saat itu. Menurut situs http://www.filmeducation.org/, film ini mengangkat banyak isu yang sama dengan keadaan pada zaman penulisnya, Charlotte Brontë. Selain di Inggris, serial yang ditayangkan oleh stasiun tv BBC One ini juga ditayangkan di Amerika, Spanyol, dan Portugal. Mini seri ini telah mendapat critical acclaim serta nominasi-nominasi bergengsi dari berbagai acara penghargaan. Masuk dalam berbagai nominasi, Jane Eyre memenangkan beberapa penghargaan seperti Outstanding Art Direction for a Miniseries or Movie, Outstanding Costumes for a Miniseries, dan Outstanding Hairstyling for a Miniseries dalam Primetime Emmy Awards, serta meraih Best Make-Up and Hair Design dalam BAFTA TV Awards. 2.
Informan, yang terdiri atas rater dan responden (pemirsa) yang membantu
penilaian kualitas terjemahan. Rater yang terlibat dalam penilaian keakuratan, sejumlah tiga orang, dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan, yaitu: commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan,
b.
menguasai tata Bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya terutama terkait dengan subtitling,
c.
memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d.
bersedia terlibat dalam penelitian ini. Sedangkan rater untuk menilai tingkat keberterimaan dipilih sesuai kriteria
berikut ini: a.
memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian dalam bidang penerjemahan,
b.
menguasai tata Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya,
c.
memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d.
bersedia terlibat dalam penelitian ini. Responden (pemirsa) yang dilibatkan dalam penilaian keterbacaan subtitle,
sejumlah tiga orang, akan dipilih sesuai kriteria berikut: a.
menguasai Bahasa Indonesia dengan baik,
b.
berusia 18 tahun keatas,
c.
menggemari film, dan belum pernah menonton film Jane Eyre.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkaji dokumen dan arsip (content analysis), kuesioner, dan wawancara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
1. Analisis dokumen Dalam bukunya, Ary (2002: 442) menekankan bahwa tujuan dari analisis konten atau analisis dokumen adalah mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang telah ditetapkan dalam obyek tertulis maupun visual. Buku, koran, program televisi, film, iklan, serta komposisi musikal adalah beberapa jenis material yang dapat dikaji dengan pendekatan ini, content atau document analysis. Karena sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle serial televisi Jane Eyre yang tersaji dalam bentuk tertulis, maka salah satu teknik pengumpulan data berupa analisis dokumen. Dokumen tertulis dan arsip seringkali menjadi sumber data atau sumber informasi yang penting dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu perlu dilakukan teknik mencatat dokumen ini untuk memperoleh beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peneliti (Yin dalam Sutopo, 2006:81). Dalam melakukan analisis dokumen, langkah-langkah yang ditempuh ialah: a.
Mengamati VCD serial televisi Jane Eyre dan membaca subtitle yang terdapat di bagian bawah layar.
b.
Mencatat unsur-unsur dalam film, baik yang berbentuk audio maupun visual, yang tersaji sebagai subtitle dalam bahasa sasaran (Bahasa Indonesia) untuk kemudian dibandingkan dengan transkrip film dalam bahasa sumber (Bahasa Inggris).
c.
Mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan.
d.
Mengidentifikasi metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan.
e.
Melakukan analisis ketepatan, keberterimaan, dan keterbacaan data.
f.
commit to user Melakukan penilaian terhadap data yang telah dianalisis.
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan untuk pengumpulan data dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, namun bentuk tertulis lebih sering digunakan (Sutopo, 2006). Dalam penelitian ini kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data awal dalam memperoleh informasi mengenai
kualitas
terjemahan
dari
segi
keakuratan,
keterbacaan,
dan
keberterimaan terjemahan. Selanjutnya dijadikan acuan dalam wawancara untuk memperoleh informasi lebih mendalam. Seperti yang ditegaskan oleh Sutopo (2006: 82), kuesioner terbuka (open-ended questionnaire) memungkinkan peneliti untuk memberi kesempatan pada informan agar dapat memaparkan alasan atau penjelasan, argumen, dan pernyataan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berikut adalah tabel skala penilaian kualitas terjemahan yang digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan, keberterimaan serta keterbacaan dalam subtitle film Jane Eyre dari Nababan (2010): Tabel 1. Skala Penilaian Keakuratan Skala
Kategori
Indikator
3
Akurat
Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, tidak terjadi distori makna.
2
Kurang Akurat
Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, namun terjadi distorsi makna, terjemahan makna ganda atau penghilangan makna.
1
Tidak Akurat
Pesan tidak tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Skala Penilaian Keberterimaan Skala
Kategori
Indikator
3
Berterima
Terjemahan terasa alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
2
Kurang Berterima
Terjemahan terasa kurang alamiah, terdapat sedikit bagian yang kurang sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
1
Tidak Berterima
Terjemahan tidak alamiah, tidak sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
Tabel 3. Skala Penilaian Keterbacaan Skala
Kategori
3
Tingkat
Indikator Terjemahan mudah dipahami oleh pemirsa.
Keterbacaan Tinggi 2
Tingkat
Terjemahan dapat dipahami, namun ada bagian
Keterbacaan Sedang tertentu yang kurang dapat dipahami oleh pemirsa. 1
Tingkat
Terjemahan sulit dipahami oleh pemirsa.
Keterbacaan Rendah
3. Wawancara Sutopo (2006: 67) menyatakan bahwa manusia dalam posisinya sebagai narasumber atau informan berperan sebagai sumber data yang sangat penting untuk penelitian kualitatif. Maka dari itu, wawancara adalah salah satu teknik yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini. Untuk penelitian ini, wawancara hanya dilakukan jika sekiranya ditemukan kesulitan dalam proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
analisis data maupun jika diperlukan konfirmasi atau informasi lebih lanjut mengenai data yang diperoleh dari kuesioner. Wawancara akan dilakukan dengan informan yang telah dipilih secara selektif (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang telah disebutkan sebelumnya pada penjelasan mengenai data dan sumber data. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan metode mendalam (indepth interviewing). Sesuai dengan penjelasan dari Moleong (2000: 148), wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud tertentu. D. Teknik Cuplikan Sutopo (2006: 63) memberikan pemahaman bahwa teknik cuplikan adalah bentuk khusus atau merupakan proses bagi pemusatan sumber data yang mengarah pada seleksi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang teknik cuplikannya cenderung berupa teknik acak (random sampling), teknik cuplikan dalam penelitian kualitatif lebih bersifat selektif karena cuplikan diambil bukan untuk mewakili populasi, namun informasinya. Teknik cuplikan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau criterion based sampling yang digunakan untuk menentukan sumber data maupun informan yang dipilih berdasarkan posisi dengan akses tertentu dalam kaitannya dengan informasi yang dibutuhkan dan dipastikan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle film commit to berbagai user Jane Eyre yang dipilih karena banyaknya media hiburan yang tercipta
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai hasil adaptasi atau terinspirasi film ini sejak tahun 1910 hingga saat ini. Hal ini menunjukkan besarnya animo masyarakat akan film maupun novel aslinya. Karena dinilai sebagai suatu bentuk adaptasi yang berhasil dan „jujur‟, besarnya jumlah pemirsa yang didapat, serta terdaftar dalam berbagai nominasi acara penghargaan dan memenangkan berbagai penghargaan; Jane Eyre versi serial televisi tahun 2006 ini yang diambil sebagai obyek penelitian. Karena VCD lebih mudah dijangkau oleh masyarakat dan tetap diminati seiring maraknya DVD maka film dipilih dalam versi VCD. Mini seri ini terdiri dari empat episode yang masing-masing episodenya memiliki durasi tayang rata-rata 50 menit. Dalam hal ini, hanya episode pertama yang akan dipilih sebagai data karena selain panjang durasi yang sama antar tiap episode, episode awal adalah episode penting yang memberikan gambaran mengenai latar belakang Jane Eyre, tokoh utama serial ini. Dalam episode ini dapat pula dijumpai lebih banyak dialog yang direduksi bahkan tidak diterjemahkan. Episode pertama ini juga menunjukkan lebih banyak dialog dalam Bahasa Prancis yang menggambarkan pertemuan dua budaya, Inggris dan Prancis. Secara otomatis pula, dialog-dialog berbahasa Prancis maupun terjemahannya dalam Bahasa Inggris (yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia) yang ditampilkan dalam bentuk tertulis sebagai bagian dari subtitle tidak termasuk sebagai data. Hal ini dikarenakan fokus penelitian adalah penerjemahan film berbahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Validitas Data Dalam penelitian ini dikembangkan dua teknik triangulasi dari empat teknik yang dianjurkan Patton dalam Sutopo (2006: 92) yaitu: 1)
Trianggulasi Data (data triangulation). Trianggulasi sumber data diarahkan untuk memperoleh informasi
mengenai kualitas terjemahan dari sumber data yang berbeda agar data dapat lebih teruji kebenarannya setelah dibandingkan dengan data yang sama namun diperoleh dari sumber data yang berbeda . Sumber data yang dimaksud adalah dokumen (subtitle) dan informan yang terdiri dari rater dan responden. Berikut adalah skema trianggulasi data dengan modifikasi. Analisis dokumen
Data
Dokumen/arsip
Rater
Kuesioner
Responden
Gambar 3. Skema Trianggulasi Data (Sutopo, 2006 :96)
2)
Trianggulasi Metode (methodological triangulation). Trianggulasi metode juga digunakan untuk lebih memastikan kemantapan
informasi terkait kualitas terjemahan namun dilakukan pada sumber yang sama dengan penekanan pada teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda seperti yang tampak berikut ini (skema dibuat dengan modifikasi): commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuesioner Informan (rater dan responden) Data
Wawancara
Analisis dokumen
Dokumen/arsip
Gambar 4. Skema Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006 :96) F. Teknik Analisis Data Content analysis diterapkan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini dengan pendekatan penerjemahan (teknik, metode, ideologi dan kualitas). Tahapan-tahapan dalam menganalisis data untuk penelitian ini, sesuai dengan yang dianjurkan oleh Spradley (1997) untuk penelitian etnografi, meliputi analisis domain; analisis taksonomi; analisis komponen; dan analisis tema yang berikutnya akan digambarkan melalui tabel-tabel dibawah ini. 1. Analisis Domain Pemilahan terhadap data yang dikumpulkan mulai dilakukan pada tahap ini untuk mengetahui apakah data tersebut seluruhnya memang data yang diperlukan atau ada yang tidak termasuk data. Contoh data
: Bsu: where is the rat? BSa: dimana tikus itu?
Contoh bukan data : BSu: merci, merci. BSa: thank you. Kata merci berasal dari Bahasa Prancis, maka kata ini tidak termasuk sebagai data commit to userdata adalah Bahasa Inggris. karena bahasa sumber yang diperlukan sebagai
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Analisis Taksonomi Data kemudian diidentifikasi jenis-jenis teknik penerjemahannya. Teknikteknik penerjemahan yang menjadi acuan disini merupakan usulan Molina dan Albir (2002). Tabel 4. Contoh Identifikasi Teknik Penerjemahan No data 001
BSu Where is the rat?
BSa Dimana tikus itu?
Teknik Penerjemahan Penerjemahan literal, transposisi
015
We haven’t got all Kita tak punya waktu Amplifikasi day.
seharian
Meskipun definisi, teknik penerjemahan literal mirip dengan teknik Kalke (Calque), namun teknik yang digunakan dalam menerjemahkan data nomor 001 adalah teknik penerjemahan literal karena satu kata tidak harus diterjemahkan dengan satu kata dalam bahasa sasaran. Sedangkan data nomor 015 diterjemahkan dengan teknik amplifikasi karena kata benda all day yang secara harfiah dapat diterjemahkan “seharian” diganti dengan penggunaan istilah yang lebih jelas dalam bahasa sasaran, yaitu “waktu seharian.” 3. Analisis Komponen Hubungan antar data dengan kualitas terjemahannya (keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan) dapat diketahui melalui tahapan analisis ini.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Contoh Analisis Komponen No BSu BSa Teknik Metode Ideologi
Kualitas Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
42
Kalke
Akurat:
Berterima:
Terbaca:
Kurang
Kurang
Kurang
Akurat:
Berterima:
Terbaca:
Tidak
Tidak
Tidak
Akurat:
Berterima:
Terbaca:
Dalam analisis komponen ini, data yang telah diketahui jenis teknik, metode, dan ideologi penerjemahannya akan dinilai tingkat keakuratan, keberterimaan, serta keterbacaannya. 4. Tema Budaya (Cultural Value) Tema budaya atau cultural value dalam penelitian ini berupa penilaian akhir mengenai kualitas terjemahan yang dapat diketahui setelah pelaksanaan ketiga tahapan analisis di atas. G. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Mengamati VCD serial televisi Jane Eyre dan membaca subtitle yang terdapat di bagian bawah layar.
2.
Memilih data dengan menerapkan teknik analisis domain dan kemudian dipilah sebelum akhirnya diberi nomor urut sesuai dengan waktu kemunculan kata, frasa, atau kalimat yang muncul pada layar. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa sasaran, dan nomor urut, sebagai contoh: Kode
: BSu/001
Keterangan
: Bsu : bahasa sumber 001 : nomor urut data
Kode
: BSa/001
Keterangan
: BSa : bahasa sasaran 001 : nomor urut data
4.
Dengan menggunakan teknik analisis taksonomi, data kemudian dicatat dan diidentifikasi jenis teknik penerjemahannya serta metode dan ideologi penerjemahannya.
5.
Pada tahap ini, data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan kepada para informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai mengenai kualitas terjemahan yang dihasilkan.
6.
Untuk mengetahui dampak penggunaan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas hasil terjemahan, teknik analisis komponen dilakukan. Data yang telah diidentifikasi teknik, metode serta ideologi penerjemahannya kemudian dibandingkan dengan informasi penilaian kualitas terjemahan yang didapat dari informan dan dilakukan wawancara.
7.
Analisis data dilaksanakan untuk mencari tema budaya.
8.
Berdasarkan semua tahapan analisis yang telah dilakukan, dibuat suatu kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian mengenai teknik, metode, ideologi, dan kualitas subtitle film serial televisi Jane Eyre produksi stasiun televisi Inggris BBC One berikut pembahasan tentang dampak penggunaan teknik-teknik tersebut terhadap kualitas subtitle film secara keseluruhan. Temuan penelitian dan pembahasan pada bab ini akan disajikan dalam tiga bagian: hasil identifikasi teknik-teknik penerjemahan, metode, serta ideologi penerjemahan; kualitas subtitle film Jane Eyre; dan pemaparan mengenai dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas subtitle. A. Temuan Penelitian 1. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan 1.1. Teknik Penerjemahan Setelah melalui beberapa tahapan analisis, dengan menerapkan teknik analisis taksonomi yang disarankan oleh Spradley (1997) dalam metode etnografi, didapatkan 12 jenis teknik penerjemahan sejumlah 685 teknik. Setelah melalui proses identifikasi, diketahui bahwa lebih dari satu teknik diterapkan pada beberapa ujaran. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jenis-jenis teknik penerjemahan dan frekuensi penggunaannya.
commit to user
55
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Teknik-Teknik Penerjemahan dalam Subtitle film Jane Eyre No
Teknik
Jumlah
Persentase
1.
Penerjemahan literal
156
22, 77 %
2.
Transposisi
137
20 %
3.
Kompresi Linguistik
110
16, 05 %
4.
Padanan Lazim
98
14, 30 %
5.
Amplifikasi Linguistik
41
5, 98 %
6.
Amplifikasi
36
5, 25 %
7.
Reduksi
35
5, 10 %
8.
Modulasi
35
5, 10 %
9.
Partikularisasi
19
2, 77 %
10.
Peminjaman Murni
9
1, 31 %
11.
Kalke
8
1, 16 %
12.
Generalisasi
1
0, 14 %
685
100 %
Jumlah
Teknik-teknik ini diterapkan dalam 407 data yang diperoleh sebagai hasil dari analisis domain saat awal pemilihan data. Dalam mengidentifikasi jenis-jenis teknik penerjemahan ini, acuan yang digunakan adalah kedelapan belas teknik penerjemahan yang disarankan oleh Molina dan Albir (2002). Selanjutnya adalah penjabaran lebih lanjut mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam subtitle Jane Eyre versi BBC tahun 2006 dengan beberapa contohnya. 1. Penerjemahan Literal Literal translation, yang juga dikenal dengan penerjemahan harfiah, merupakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan suatu commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kata atau ungkapan secara kata demi kata. Baik bentuk atau struktur kalimat, frasa maupun kata dalam BSa seharusnya sesuai dengan fungsi dan makna BSu. Dari keseluruhan
teknik
yang
teridentifikasi,
mayoritas
merupakan
teknik
penerjemahan literal, yaitu sejumlah 156 teknik (22, 77 %). Dari total 685 teknik, beberapa contoh penerapannya dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 7. Contoh Penggunaan Teknik Penerjemahan Literal No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
I won’t shoot you.
Aku tak akan menembakmu.
2.
What is your name, child?
Siapa namamu, Nak?
3.
I think when we grow up, we have Kurasa jika kita dewasa, kita harus
4.
to be teachers.
menjadi guru.
God has already taken her, Jane.
Tuhan sudah mengambilnya, Jane.
Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa struktur BSa sama dengan BSu tetapi beberapa diantaranya tidak hanya diterjemahkan dengan teknik ini, tetapi juga menggunakan teknik lain seperti yang dapat terlihat dari ujaran no 2, yaitu teknik padanan lazim sehingga kata child menjadi “nak” dalam BSa. Dalam Bahasa Indonesia, kata panggilan “nak” sudah lazim dipakai untuk ditujukan pada anak kecil. 2. Transposisi Teknik kedua setelah penerjemahan literal, yang paling banyak digunakan adalah transposisi. Perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dapat diatasi salah satunya dengan menerapkan teknik transposisi, yaitu mengganti kategori gramatikal BSu. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa teknik commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut cukup sering digunakan, yakni sejumlah 137 teknik (20%). Hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur kalimat yang signifikan antara BSu dan BSa. Tabel 8. Contoh Penggunaan Teknik Transposisi No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
I hope you slept well.
Kuharap tidurmu nyenyak.
2.
Where do you live?
Di mana rumahmu?
3.
The thought of presents makes her Memikirkan hadiah membuatnya live and breathe.
4.
hidup dan bernafas.
But he has ... He has had Tapi ia pernah dikecewakan. disappointments in his life. Pengaruh teknik transposisi dapat dilihat pada perubahan kelas kata pada
ujaran no 1. Kata slept yang merupakan kata kerja berubah menjadi kata benda dalam BSa, yaitu “tidur.” Pada ujaran yang sama, teknik modulasi juga terlibat di dalamnya. Dengan tetap mempertahankan struktur BSu, kalimat dalam BSu dapat diterjemahkan menjadi “kuharap kau tidur dengan nyenyak”, namun teknik modulasi yang digunakan disini menyebabkan terjadinya perubahan fokus dalam kalimat BSa. Pada BSu penekanan terdapat pada kata you yang dalam hal ini ditujukan untuk Jane, sedangkan pada BSa penekanan diletakkan pada kata “tidur.” Perubahan fokus ini tidak berpengaruh pada makna maupun pesan dalam BSu. Untuk ujaran no 2, perubahan kelas kata terjadi pada kata live dalam BSu yang berupa kata kerja menjadi “rumah” yang merupakan kata benda. Teknik modulasi juga mempengaruhi perubahan sudut pandang pada BSu dan BSa. Tuturan dalam BSu yang berarti “dimana kau tinggal?” diterjemahkan menjadi commit to user “dimana rumahmu?.” Lebih lanjut, kata benda dengan cetak tebal pada ujaran no
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1, 3, dan no 4 berubah menjadi kata kerja dalam BSa. Pada ujaran no 4, terlihat bahwa teknik kompresi linguistik membuat beberapa kata menjadi lebih singkat namun tetap jelas, yakni but he has… he has had diterjemahkan menjadi “tapi ia pernah” dan disappointments in his life diringkas menjadi “dikecewakan.” Hal ini tentu saja efektif dalam subtitling karena menghemat beberapa karakter dan pemirsa pun memerlukan lebih sedikit waktu untuk membaca serta memahami maksud ujaran dalam BSa tersebut. 3. Kompresi Linguistik Teknik yang dipakai untuk mensintesa unsur-unsur linguistik dalam BSa ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Jumlah frekuensi penggunaan teknik kompresi linguistik ini adalah 110 (16, 05%). Tabel 9. Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
You must have been travelling all Pasti perjalananmu lama. day.
2.
Ah! I don’t think Miss Adèle can Sepertinya Nn. Adele sudah tak wait any longer.
3.
What are you doing standing over Kenapa kau berdiri di tempat yang there where I can’t see you?
4.
sabar lagi.
tak bisa kulihat?
Oh! I can see there is another Sepertinya ada masalah lain. problem. Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa ujaran dalam BSa yang
tidak didapat murni dari penerapan teknik kompresi linguistik tetapi juga hasil dari penerapan teknik lain. Ujaran no 1 dan no 2 adalah contoh dari hal ini. Ujaran commit to user no 1 dapat diterjemahkan menjadi “kau pasti telah bepergian selama seharian”
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun alternatif lain muncul dalam BSa, yaitu seperti yang tertera dalam tabel. Selain beberapa kata dalam BSu dihilangkan, lebih tepatnya disintesa menjadi lebih ringkas, ujaran ini juga merupakan hasil dari teknik modulasi. Seperti yang tertulis pada ujaran no 1, cara lain untuk menerjemahkan ujaran ini dari sudut pandang yang berbeda adalah “pasti perjalananmu lama.” Sedangkan pada ujaran no 2, jelas terlihat bahwa kata panggilan “nona” adalah padanan lazim bagi miss, begitu juga dengan singkatan yang umum digunakan dalam BSu, yaitu “Nn.” Kata-kata I don’t think yang diterjemahkan menjadi “sepertinya” memperlihatkan adanya penerapan teknik kompresi linguistik dalam ujaran ini. 4. Padanan Lazim Menduduki tingkat presentase terbesar ketiga, teknik ini digunakan sebanyak 98 kali (14, 30%). Teknik padanan lazim atau established equivalent adalah teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim dikenal dan digunakan dalam BSa. Tabel 10. Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
My goodness, Miss Eyre.
2.
Oh, thank goodness, you will be Syukurlah, kau bisa mengerti kata-
Astaga, Nn. Eyre.
able to understand her.
katanya.
3.
Damn it! Christ!
Sial!
4.
Excuse me, sir?
Maaf, Tuan?
Kata goodness, merujuk pada Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), dideskripsikan dengan: used in exclamation instead of God; expressing commit to user Dalam kasus ini, kata goodness relief; expressing protest; expressing surprise.
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
yang digunakan untuk mengekspresikan rasa terkejut pada ujaran no 1 dan no 2 memiliki makna yang berbeda karena diujarkan pada konteks situasi yang berbeda. Pada ujaran no 1, ungkapan my goodness menunjukkan rasa terkejut atau kaget. Ungkapan ini diujarkan oleh Ny.Fairfax, kepala pelayan di Thornfield Hall, saat melihat betapa lahap Jane memakan hidangan yang disediakan Ny. Fairfax untuknya. Malam itu ia baru tiba di Thornfield Hall dan terlihat sangat lapar setelah perjalanan jauh dari Institut Lowood. Lain halnya dengan kata goodness yang terdapat dalam ungkapan thank goodness yang juga diucapkan oleh Ny.Fairfax. Pada ujaran no 2, ungkapan ini digunakan untuk mengekspresikan rasa terkejut bahwa ternyata Jane bisa memahami lirik lagu yang dinyanyikan oleh Adele dan juga merupakan wujud rasa syukur atau perasaan lega karena Jane memiliki kemampuan berbahasa Prancis. Ibu Adele, anak asuh pemilik Thornfield Hall, adalah perempuan berkewarganegaraan Prancis. Oleh karena itu, meskipun pada pada dasarnya Adele juga memahami Bahasa Inggris, Ny.Fairfax merasa lega menyadari hal ini dan berharap komunikasi antara Adele dan Jane sebagai guru privatnya dapat berjalan baik. Selain padanan lazim, teknik amplifikasi linguistik juga diterapkan pada ujaran no 2, tuturan …you will be able to understand her sebenarnya dapat diterjemahkan menjadi “… kau bisa memahaminya” tetapi pada BSa ditambahkan unsur linguistik yang telah ditandai dengan garis bawah berikut ini: “kau bisa mengerti kata-katanya.” Selanjutnya, ungkapan damn it pada ujaran no 3 memiliki padanan kata yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia, “sial”, sedangkan ungkapan Christ! dalam BSa dihilangkan dengan penggunaan teknik reduksi karena dalam commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bahasa Indonesia tidak dapat dijumpai padanan yang tepat dan penggunaan kata “sial” sudah dapat mengungkapkan keseluruhan pesan dalam BSu. Kata ini sudah mewakili perasaan kesal penuturnya, Edward Rochester, yang merasa kesal dan marah karena kudanya tiba-tiba berhenti berlari karena terkejut dengan keberadaan Jane sehingga menyebabkan ia terjatuh dari punggung kuda. Selain itu, akan terasa aneh jika kata ini diterjemahkan menjadi “Tuhan” atau “Tuhanku.” Ungkapan ini tidak biasa diucapkan oleh penutur Bahasa Indonesia saat dalam keadaan marah. Teknik padanan lazim ini juga tepat untuk diterapkan pada ujaran no 4. Ungkapan excuse me, sir? dalam konteks ini tidak bermakna “permisi” namun berarti ucapan minta maaf yang diucapkan jika seseorang tidak memahami atau mungkin tidak mendengar tuturan lawan bicaranya. Ungkapan ini adalah alternatif lain dari ungkapan pardon me. Ini adalah ungkapan yang dituturkan Jane sebagai reaksi atas pertanyaan tiba-tiba dan terdengar kurang bersahabat dari seseorang yang baru saja dikenalnya, Tn.Rochester. Majikan barunya tersebut bertanya apa Jane mengharapkan hadiah darinya, yang baru saja pulang dari perjalanan jauh. Pertanyaan semacam ini tentu saja mengejutkan dan terdengar tidak sopan karena tidak berupa sebuah salam yang biasa diucapkan oleh orang-orang yang baru saling mengenal. 5.
Amplifikasi Linguistik Teknik yang digunakan untuk menambahkan unsur-unsur linguistik dalam
terjemahan agar lebih sesuai dengan kaidah BSa ini mempunyai fungsi yang commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlawanan dengan teknik kompresi linguistik. Diketahui ada 41 teknik semacam ini (5, 98%). Tabel 11. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik No 1.
Bahasa Sumber Oh, I thought I saw someone at Tapi the window.
2.
Bahasa Sasaran sepertinya
aku
melihat
seseorang di balik jendelanya.
Now you can tell me what she is Sekarang kau bisa beritahu aku lagu singing?
apa yang ia nyanyikan?
3.
You must change.
Kau harus ganti pakaian.
4.
Miss Eyre, can we proceed?
Nn.
Eyre,
kita
bisa
teruskan
pembicaraan? Teknik amplifikasi linguistik diterapkan disini untuk memperjelas maksud ujaran tokoh dalam mini seri ini dengan menambahkan beberapa kata sesuai konteks. Ujaran no 1 misalnya, bagian ujaran … at the window dalam BSa berubah menjadi “… di balik jendelanya” karena yang dimaksud Jane, tokoh yang mengucapkan ujaran ini, ia tidak benar-benar melihat seseorang di jendela, dengan jendela terbuka. Ia hanya melihat siluet seseorang di balik jendela. Tanpa perlu menambahkan unsur-unsur linguistik atau informasi tambahan, ujaran no 2 dan 4 sebenarnya tetap dapat diterjemahkan dengan baik. Ujaran no 2 sebagai contoh, tanpa mengikutsertakan kata “lagu” dalam BSa, pemirsa sebenarnya tetap dapat mengetahui bahwa yang sedang Adele nyanyikan adalah sebuah lagu. Didukung pula dengan adanya faktor visualisasi dan trek suara yang menunjukkan Adele sedang menari dan bernyanyi. Begitu pula dengan BSa pada ujaran no 4 yang sebenarnya cukup bisa diatasi dengan ujaran “Nn.Eyre, bisa kita lanjutkan?” commit to user misalnya. Tanpa adanya kata “pembicaraan” dalam BSa, pemirsa masih dapat
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memahami bahwa apa yang dimaksud penutur, dalam cerita ini adalah Tn.Rochester, adalah melanjutkan pembicaraan karena sejak tadi Jane dan Tn.Rochester memang sedang berbicara. 6.
Amplifikasi Intensitas pemakaian teknik ini lebih banyak jika dibandingkan dengan
teknik reduksi, yakni 36 teknik (5, 25%). Berlawanan dengan teknik reduksi, teknik amplifikasi digunakan jika diperlukan tambahan informasi yang tidak terdapat dalam BSu untuk mempermudah penyampaian pesan. Tabel 12. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
We haven’t got all day.
Kita tak punya waktu seharian.
2.
I was fully occupied.
Melukis menyita pikiranku.
3.
He is very changeable.
Suasana hatinya mudah berubah.
4.
So, on our whirlwind tour, we Jadi alight in Paris.
dalam
perjalanan
kami
berkeliling dunia kami tiba di Paris.
Teknik ini sangat bermanfaat untuk menerjemahkan ujaran no 2, sebagai contoh, karena dalam BSu tidak tersurat informasi bahwa yang menyita pikiran Jane sebagai penutur dalam dialog ini adalah melukis. Perlu diketahui bahwa ujaran ini disampaikan Jane sebagai jawaban atas pertanyaan Tn.Rochester yang bertanya apakah Jane merasa bahagia saat melukis. Ujaran tersebut kemudian dilanjutkan Jane dengan perkataan I was not unhappy. BSa yang muncul dalam subtitle tentu dapat mempermudah pemirsa dalam memahami maksud ujaran Jane dalam dialog ini. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik amplifikasi juga sangat berguna untuk mengungkap maksud penutur dalam BSu pada ujaran no 4. Berdasarkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary, “perjalanan berkeliling dunia” merupakan terjemahan yang bagus untuk istilah whirlwind yang berarti a column of air that turns round and round very rapidly (1995). Pemirsa tentu sangat terbantu dengan terjemahan yang ada dalam BSa untuk istilah whirlwind tour meskipun tidak terdapat informasi yang jelas apakah yang dimaksud dengan perjalanan berkeliling ini memang perjalananan mengelilingi dunia atau hanya mengunjungi berbagai negara. 7.
Reduksi Tidak selisih banyak dengan jumlah teknik amplifikasi yang digunakan
dalam subtitle Jane Eyre, 35 (5, 10%) teknik yang diidentifikasi merupakan teknik reduksi. Teknik yang menekankan pada pemampatan informasi BSu ke dalam BSa ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi. Tabel 13. Contoh Penggunaan Teknik Reduksi No 1.
2.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
VOYAGES AND TRAVELS
PETUALANGAN DAN
ILLUSTRATED
PERJALANAN
Mrs. Fairfax …I don’t think I can
–
wait any longer. 3.
I was just thinking, sir, it’s ... Not Aku sedang berpikir, tak banyak many employers would ask the majikan yang meminta pendapat opinion of someone they pay £30 a seseorang year to.
4.
yang
mereka. –
An exotic bird. commit to user
bekerja
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Tabel 13 menunjukkan beberapa kata atau ujaran maupun informasi tertentu tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Ujaran no 1 bukanlah sebuah ujaran sebagai bagian dari dialog dalam Jane Eyre tetapi judul buku milik Jane yang selalu dibawanya kemanapun ia pergi hingga dewasa dan tinggal di Thornfield Hall, tempatnya bekerja sebagai guru pribadi. Judul buku ini muncul di awal cerita dan menjadi ujaran pertama dalam analisis ini. Dalam mini seri ini, pemirsa dapat melihat bahwa buku tersebut adalah buku bergambar karena di dalamnya terdapat berbagai gambar tempat-tempat yang disukai Jane, dipertegas dengan tulisan ILLUSTRATED pada sampul buku. Meskipun dalam BSa tidak ditemui terjemahan dari kata ini, pemirsa cukup dibantu dengan adanya visualisasi yang tersedia. Ujaran no 2 yang merupakan ujaran yang disampaikan Adele dari kejauhan ini, trek suaranya pun terdengar samar-samar, sama sekali tidak dijumpai dalam subtitle Jane Eyre. Hal yang terjadi karena penerapan teknik reduksi ini juga tidak mengganggu penyampaian pesan, bahkan memberikan jeda waktu lebih bagi pemirsa, dari kegiatan membaca subtitle, sehingga pemirsa pun dapat dengan nyaman menikmati visualisasi yang ada. Hal ini dikarenakan Ny.Fairfax yang saat itu akan memperkenalkan Jane pada Adele mengulangi perkataan Adele tersebut dengan berkata pada Jane: I don’t think Miss Adele can wait any longer dan terjemahannya muncul dalam subtitle. Ujaran Adele yang disampaikan pada Jane tersebut tersampaikan pula pada pemirsa. Sama halnya dengan ujaran no 4, keseluruhan ujaran tidak dijumpai dalam subtitle. Dengan melakukan penyesuaian, ujaran ini bisa saja diterjemahkan menjadi “perempuan commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang eksotis” misalnya, karena burung biasanya identik dengan kecantikan atau keindahan. Namun gambaran mengenai Celine Varens, orang yang dimaksud lewat ujaran ini, masih dapat ditangkap oleh pemirsa karena sebelumnya Rochester telah mendeskripsikannya sebagai seorang wanita yang sangat cantik lewat ujaran she is very beautiful. Terlebih, dengan adanya faktor visualisasi, pemirsa dapat melihat bahwa perempuan tersebut memang seorang gadis yang cantik. Ujaran an exotic bird ditambahkan untuk menambah kesan betapa menariknya gadis cantik tersebut Pengaruh teknik reduksi juga mempengaruhi ujaran no 3. Informasi bahwa besar gaji Jane per tahunnya adalah 30 pounds tidak disampaikan dalam BSa. Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh pada jalan cerita karena besar gaji Jane tersebut tidak pernah diungkit lagi pada adegan-adegan selanjutnya dan tidak menjadi persoalan tertentu. 8.
Modulasi Ketika terdapat perubahan sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif
dalam BSa; maka hampir dapat dipastikan bahwa teknik modulasi terlibat di dalamnya. Setelah melalui tahap analisis taksonomi, didapatkan 35 teknik modulasi (5, 10%). Jumlah ini sama dengan frekuensi penggunaan teknik reduksi. Tabel 14. Contoh Penggunaan Teknik Modulasi No 1.
Bahasa Sumber
That child has the devil in her, Sudah kubilang dia memang anak I’ve always said!
2. 3.
Bahasa Sasaran
iblis.
That will amuse even him. Dia pasti tertawa. commit to user No, you don’t belong here. Kau tak boleh kemari.
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
She is a dancer.
Ia pandai berdansa.
Maksud ujaran yang dicetak tebal pada ujaran no 1 dalam BSu kurang lebih adalah “ada iblis dalam dirinya” yang kemudian pada akhirnya menjadi “anak iblis” dalam BSa. Perubahan sudut pandang ini memang tidak merubah pesan asli dalam BSu, rasa tidak suka penuturnya pada orang yang dimaksud, yaitu Jane, juga dapat dirasakan lewat ujaran sejenis ini. Akan tetapi sebutan atau istilah “anak iblis” terasa lebih kuat dan memiliki lebih banyak nilai negatif di dalamnya jika dibandingkan dengan ungkapan dalam BSu, has the devil in her, yang lebih mengacu pada sifat buruk yang ada pada Jane. Perubahan sudut pandang karena pengaruh teknik modulasi juga dapat dirasakan melalui ujaran no 4. Kata benda a dancer kemudian diterjemahkan menjadi “pandai berdansa” dalam BSa dengan asumsi bahwa seorang penari tentu pandai berdansa. Lebih jauh, tidak ada kepastian apakah yang dimaksud dengan penutur ujaran ini, Tn.Rochester, adalah Celine Varens memang berprofesi sebagai penari atau hanya sebuah ungkapan untuk memberikan kesan bahwa dia memang pintar berdansa seperti yang muncul dalam BSa, pun tidak ada faktor visualisasi yang mendukung hal ini. Meskipun begitu, hal ini tidak menghalangi pemirsa dalam menangkap pesan yang ada dalam ujaran tersebut, keseluruhan dialog maupun jalan cerita karena hal ini tidak menjadi fokus cerita. 9.
Partikularisasi Teknik partikularisasi ini diperlukan untuk menyediakan istilah yang lebih
khusus dalam BSa. Dalam hal ini, terdapat 19 kata atau istilah (2, 77%) yang lebih commit to user tepat diterjemahkan dengan teknik ini.
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 15. Contoh Penggunaan Teknik Partikularisasi No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
You’re so small.
Kau sangat kurus.
2.
And he does find beauty.
Dan ia menemukan gadis cantik itu.
3.
I’ve seen one like this in the West Aku pernah lihat capung seperti ini Indies.
4.
di Hindia Barat.
It is upholstered with velvets and Perabotannya berlapis beludru dan furs.
bulu binatang.
Untuk beberapa kasus seperti yang terdapat dalam tabel di atas, teknik partikularisasi memang efektif untuk dipergunakan, khususnya untuk ujaran no 2 dan no 4. Kata benda beauty dalam ujaran no 2 berarti kecantikan atau keindahan dan bisa berarti seorang perempuan cantik. Dengan memakai istilah yang lebih khusus dan menyesuaikan dengan konteks serta visualisasi yang ada, kata ini diterjemahkan dengan baik menjadi “gadis cantik.” Penggunaan istilah yang lebih khusus dalam BSa untuk kata furs juga dirasa tepat. Yang dimaksud dengan “bulu” disini bisa saja bukan bulu binatang tetapi bulu buatan seperti yang terdapat pada baju atau sarung bantal biasa. Namun, menyesuaikan dengan konteks situasi maupun mendasarkan penilaian pada ujaran-ujaran yang diucapkan Tn.Rochester sebelum maupun sesudahnya, yakni: imagine a suite of rooms in a particularly gorgeous Parisian hotel dan everything is sensuous to the touch, the best that this youngish man’s money can buy, maka terjemahan “bulu binatang” dalam BSa terdengar tepat dan masuk akal. Mengacu pada ujaran-ujaran tersebut, hotel di Paris ini digambarkan sebagai hotel yang mewah, indah dan tentu dilengkapi dengan segala perabotan mahal, seperti commit to user bulu binatang tentunya.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Peminjaman Murni Teknik peminjaman murni atau pure borrowing termasuk dalam tiga teknik terakhir yang paling sedikit diterapkan dalam subtitle mini seri ini, hanya diterapkan dalam 9 ujaran (1, 31%). Teknik ini diterapkan jika tidak terdapat padanan istilah atau ungkapan dalam BSa. Tabel 16. Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman Murni No
Bahasa Sumber
1. ward
of
Mr.
Thornfield Hall. 2. Musk and amber.
Rochester
Bahasa Sasaran of …anak asuh dari Tn. Rochester pemilik Thornfield Hall. Musk dan amber.
Seperti yang terlihat, Thornfield Hall (pada ujaran no 1) adalah nama tempat Jane bekerja, tempat kastil milik Edward Rochester terletak. Nama tempat asing, seperti nama negara atau kota, yang telah dikenal secara umum dalam BSa biasanya memiliki padanan kata dan dapat disampaikan pada BSa dengan teknik padanan lazim. Dalam Bahasa Indonesia sebagai contoh, England lebih dikenal dengan Inggris dan padanan nama kota Canada adalah Kanada. Namun Thornfield Hall tidak dikenal dengan baik dalam BSa dan tidak ada padanan kata yang lazim digunakan maka tetap ditulis seperti ini dalam BSa. Sedangkan musk dan amber (pada ujaran no 2) adalah jenis wewangian yang berasal dari tumbuhan yang tidak terdapat di Indonesia. Dari Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995) didapatkan suatu definisi, yaitu a substance with a strong smell produced by a certain type of male deer, it is used in making perfume. Dalam kamus ini juga tersedia pengertian musk yang merupakan nama bunga, yaitu musk-roses yang to user seperti musk. Amber merupakan merupakan sejenis bunga mawarcommit yang berbau
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejenis zat organik berwarna coklat kekuning-kuningan yang didapatkan dari pohon pinus melalui proses tertentu (fossilization). Jenis zat bernama musk dan amber ini tidak dikenal luas dalam lingkungan BSa dan tidak memiliki padanan istilah yang tepat dalam BSa sehingga teknik peminjaman murni perlu diterapkan pada ujaran no 2. 11. Kalke Teknik yang dipakai untuk menerjemahkan sebuah kata atau frasa secara literal ini hampir sama dengan teknik penerjemahan literal, namun terjemahan yang dihasilkan teknik kalke dapat memiliki kesamaan secara leksikal ataupun struktural dengan BSu sedangkan teknik penerjemahan literal lebih mementingkan kesamaan dalam struktur kalimat. Jauh lebih sedikit dari penerjemahan literal, teknik kalke hanya diterapkan dalam 8 kata atau frasa (1, 16%). Tabel 17. Contoh Penggunaan Teknik Kalke No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
VOYAGES AND TRAVELS
PETUALANGAN DAN
ILLUSTRATED
PERJALANAN
2. Liar
Pembohong.
3.
Quiet!
Tenanglah!
4.
Sit!
Duduk.
Selain adanya penerapan teknik reduksi pada ujaran no 1 seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, semua ujaran pada tabel 17 diterjemahkan secara literal dengan teknik kalke. Sebagai informasi, ujaran no 1 dan no 2 bukan ujaran-ujaran audible yang terdapat dalam dialog Jane Eyre tetapi tulisan yang terdapat pada commit user tulisan pada papan kayu yang sampul buku milik Jane (ujaran no 1)to dan
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tergantung di leher Jane saat ia sedang dihukum untuk berdiri dengan mengenakan papan (ujaran no 2). 12. Generalisasi Merupakan kebalikan dari teknik partikularisasi, dalam penelitian ini hanya hanya dijumpai 1 teknik generalisasi (0, 14%). Teknik generalisasi dapat diidentifikasi dari pemakaian istilah yang lebih umum atau netral dalam BSa. Tabel 18. Contoh Penggunaan Teknik Generalisasi No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
And what happens to disobedient Dan apa yang terjadi pada anak deceitful girls when they die?
pembangkang dan pembohong..jika mereka meninggal?
Dengan menggunakan teknik generalisasi, kata girls yang sebenarnya memiliki arti “anak-anak perempuan” diganti dengan istilah yang lebih umum dalam BSa, yakni kata “anak.” Sebagai salah satu jenis penerjemahan audiovisual, bukan hanya dialog berupa trek suara atau audio dalam mini seri ini yang diterjemahkan ke dalam bentuk subtitle, namun unsur-unsur visual lain yang tidak audible yang terdapat di dalamnya juga. Dalam episode pertama Jane Eyre yang menjadi kajian dalam penelitian ini, hanya terdapat dua bentuk subtitle yang merupakan terjemahan dari wujud visual dalam mini seri ini, yaitu judul sebuah buku yang kebetulan muncul pertama kali pada awal cerita dan sebuah kata yang tertulis pada papan yang tergantung pada leher Jane, sang tokoh utama. Secara berurutan, kedua kata-kata tersebut adalah voyages and travels commitillustrated to user dan liar yang diterjemahkan
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
menjadi “petualangan dan perjalanan” dengan menggunakan teknik kalke dan reduksi serta kata “pembohong” yang diterjemahkan dengan teknik kalke.
1.2. Metode Penerjemahan Dari hasil pembahasan sebelumnya mengenai teknik-teknik penerjemahan, diketahui bahwa dari seluruh jenis teknik yang digunakan pada subtitle film Jane Eyre yaitu sebanyak 12 teknik, 3 teknik diantaranya meupakan teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber, yakni: 1) penerjemahan literal; 2) peminjaman murni; dan 3) kalke. Kemudian, 9 teknik lainnya yakni: 1) padanan lazim; 2) transposisi; 3) amplifikasi; 4) amplifikasi linguistik; 5) reduksi; 6) modulasi; 7) kompresi linguistik; 8) partikularisasi; dan 9) generalisasi, termasuk teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran. Teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber memiliki jumlah total frekuensi pemggunaan 173 kali atau sebanyak 25, 24% dan sejumlah 512 lainnya merupakan frekuensi penggunaan teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran dengan jumlah prosentase 74, 76%. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa teknik-teknik yang digunakan lebih banyak berorientasi pada bahasa sasaran sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa metode yang dipergunakan juga cenderung berorientasi pada bahasa sasaran. Sesuai dengan jenis-jenis metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark (1988), dari empat metode yang berorientasi pada bahasa sasaran; yaitu adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif; metode yang cenderung digunakan penerjemah dalam penerjemahan subtitle film Jane Eyre commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah penerjemahan komunikatif. Metode ini digunakan dengan mengalihkan makna kontekstual teks asli secara tepat sehingga aspek kebahasaan maupun isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca tanpa menimbulkan kesulitan bagi pembacanya. Penerjemahan komunikatif menekankan pada efek yang ditimbulkan kepada pembacanya dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam BSu dan BSa, seperti unsur-unsur budaya. Ciri-ciri metode penerjemahan ini dapat ditemui dalam subtitle film Jane Eyre. Pemakaian istilah-istilah yang lazim atau dikenal dalam bahasa sasaran merupakan salah satunya, contohnya adalah kata benda pada ujaran no 275, Ah! Mercenary girl!, yang diterjemahkan ke dalam BSa dengan teknik padanan lazim menjadi “gadis mata duitan!.” Istilah ini telah dikenal masyarakat dalam BSa secara luas dan menimbulkan kesan tersendiri bagi pemirsa film ini karena istilah ini berkaitan dengan budaya dalam BSa. Menilik definisi kata sifat mercenary dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), yaitu mainly concerned with making money or gaining some personal advantage, maka padanan kata benda yang digunakan dalam BSa dirasa sudah tepat. Penggunaan istilah semacam ini juga dapat ditemui dalam ujaran no 283, all young people wish to travel. Katakata bergaris bawah pada ujaran tersebut diterjemahkan ke dalam BSa menjadi “muda-mudi.” Kesan atau efek yang ditimbulkan kepada pemirsa film tentu akan berbeda jika kata-kata all young people ini diterjemahkan dengan menggunakan istilah yang berbeda, “orang-orang muda” atau “semua anak muda” misalnya. Meskipun istilah “anak muda” merupakan istilah yang lazim dalam BSa, istilah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
“muda-mudi” lebih dekat dengan pemirsa dalam BSa karena “kekhasan” gaya Bahasa Indonesia lebih terasa. Ciri lain dari penerjemahan komunikatif, yaitu pengalihan makna kontekstual untuk memudahkan pemahaman pemirsa, dapat pula ditemui dalam subtitle film ini. Contoh yang tepat untuk hal ini adalah ujaran even if they find kindness and food and a fire. Kata-kata bergaris bawah pada ujaran BSu tersebut diterjemahkan menjadi “meski mereka hidup berkecukupan”. Ujaran ini memang tergolong terjemahan yang kurang akurat, namun sangat berterima di dalam BSa. Terjemahan ini disebut sebagai terjemahan dengan tingkat keberterimaan tinggi karena dalam BSa, hubungan antara makanan dan api atau perapian dengan kehidupan yang nyaman atau berkecukupan tidak dapat dipahami dengan baik atau dengan kata lain, tidak ada relasi antara keduanya. Hal ini dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan dan cuaca antara kedua negara. Negara tempat pemirsa BSu berada memiliki empat musim berbeda yang salah satunya adalah musim dingin. Saat musim ini tiba, persediaan makanan (dan kayu bakar) yang cukup, dan perapian menjadi pusat perhatian atau hal yang sangat penting bagi para penduduknya, terutama penduduk Inggris pada tahun 1848, setting waktu yang diceritakan pada film. Karena udara yang dingin, para penduduk memerlukan perapian untuk menghangatkan badan. Pada masa sekarang ini, fungsi api perapian dapat digantikan dengan alat pemanas ruangan. Sedangkan Indonesia, tempat para pemirsa BSa berada, hanya memiliki dua musim tidak termasuk musim dingin atau salju. Sehingga konsep makanan dan perapian serta hubungannya dengan tingkat kehidupan yang nyaman tidak ada dalam budaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
BSa. Oleh karena itu, dengan penggunaan teknik kompresi linguistik maupun reduksi, penerjemah memutuskan untuk memakai istilah “hidup berkecukupan” untuk memberikan gambaran yang jelas dan mudah dipahami oleh pemirsa BSa.
1.3. Ideologi Penerjemahan Melalui hasil yang didapatkan dari analisis dan pembahasan mengenai teknik dan metode penerjemahan yang diterapkan dalam penerjemahan film Jane Eyre, dapat disimpulkan bahwa ideologi penerjemahan yang cenderung digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan ujaran-ujaran berupa dialog dalam film ini adalah ideologi domestikasi. Sebelumnya, didapatkan hasil bahwa teknikteknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan setiap ujaran dalam film cenderung dekat pada BSa sehingga metode yang digunakan pun berorientasi pada BSa. Dalam penerjemahan domestikasi atau domesticating translation, nilainilai budaya yang dominan yang terdapat dalam masyarakat BSa dapat terbawa pada saat proses penerjemahan berlangsung. Hal ini terlihat jelas dalam subtitle film Jane Eyre.
2. Kualitas Subtitle Film Jane Eyre Penilaian kualitas subtitle dari segi keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan merupakan salah satu rumusan masalah dalam penelitian ini. Menggunakan skala 1-3 sebagai instrumen untuk analisis, dengan masing-masing kriteria yang telah dijelaskan pada bab 3, dilibatkan tiga orang rater untuk menentukan nilai masing-masing data. Ketiga skor yang diberikan oleh para rater commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut kemudian akan diambil nilai rata-ratanya. Skor dengan rata-rata ini berfungsi sebagai instrumen yang dipergunakan untuk membantu pendeskripsian data. Berikut adalah pemaparan mengenai kualitas subtitle film Jane Eyre. 1. Keakuratan Subtitle Film Jane Eyre Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Menggunakan skala penilaian tingkat keakuratan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, hasil yang didapat adalah terjemahan yang akurat sebanyak 319 (78, 37%), terjemahan yang kurang akurat sebanyak 79 (19, 41%), dan terjemahan yang tidak akurat sebanyak 9 (2, 21%). 1.1. Terjemahan akurat Terjemahan yang termasuk dalam kategori ini adalah ujaran yang pesannya tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran dan tidak terjadi distori makna. Dengan nilai rata-rata keakuratan 2, 66 – 3, berikut ini merupakan contoh subtitle yang diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Tabel 19. Contoh Terjemahan Akurat No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
I am not a liar.
Aku bukan pembohong
2.
Your aunt tells me that you are a Bibimu bilang kau pembohong. deceitful child.
3.
She’s not part of the family.
Ia bukan anggota keluarga kami.
4.
Didn’t they feed you?
Mereka memberimu makan?
Ujaran no 1 - 3 mendapatkan nilai masing-masing 3 dari para rater karena pesan tersampaikan dengan baik tanpa ada perubahan makna pada BSa. Teknik commit toujaran user no 1, sedangkan ujaran no 2 literal digunakan untuk menerjemahkan
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diterjemahkan dengan menggunakan teknik kompresi linguistik. Meskipun dilakukan sintesa unsur-unsur linguistik dalam BSu, namun tidak terjadi perubahan
pesan
pada
BSa.
Karena
teknik
literal
merupakan
teknik
menerjemahkan secara kata per kata, maka terjemahan yang dihasilkan memiliki pesan yang sepadan dengan BSu. Teknik amplifikasi dan amplifikasi linguistik yang digunakan untuk menerjemahkan kata-kata dalam BSu pada ujaran no 3 berpengaruh terhadap tingkat keakuratan terjemahan yang dihasilkan. Dalam kasus ini, kedua teknik tersebut memberikan pengaruh yang positif untuk nilai keakuratannya, yaitu nilai 3. Kata benda the family diterjemahkan dengan menggunakan teknik amplifikasi menjadi “anggota keluarga kami” pada ujaran no 3. Penambahan kata atau informasi dalam BSa membuat pesan yang terkandung dalam ujaran-ujaran BSu tersebut menjadi jelas dan menghasilkan terjemahan yang akurat. Berbeda dengan ujaran-ujaran sebelumnya, ujaran no 4 memiliki nilai ratarata keakuratan 2, 66 karena terjemahan yang dihasilkan dari penerapan teknik kompresi linguistik dan transposisi ini dirasa memiliki pesan yang sedikit berbeda dengan BSu. Walaupun pemirsa masih dapat menangkap pesan dalam BSa, namun tetap terdapat perbedaan makna. Menurut rater pertama, terjemahan seharusnya menjadi “tidakkah mereka memberimu makan?” Terdapat penekanan dalam ujaran ini yang menandakan rasa penasaran atau sedikit tidak percaya. Dalam adegan saat salah satu tokoh film Jane Eyre yaitu Tn. Rochester mengucapkan ujaran ini, dia dan Jane Eyre yang merupakan guru pribadi anak angkatnya sedang bercakap-cakap. Ini merupakan percakapan pertama mereka commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai majikan dan salah satu orang yang ia pekerjakan. Tn. Rochester mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan pribadi kepada Jane. Ia sedang menyampaikan rasa kagumnya karena Jane bisa bertahan di Institut Lowood selama delapan tahun dan berkata bahwa Jane terlihat sangat kurus sebelum akhirnya ia bertanya: didn’t they feed you? Ketika diterjemahkan menjadi “mereka memberimu makan?,” ujaran ini terdengar sebagai pertanyaan umum saja, yang diajukan oleh seseorang tanpa asumsi apapun tentang pertanyaan yang diajukannya. Sedangkan ujaran dalam BSu diajukan dengan asumsi bahwa Jane tidak diberi cukup makan saat ia berada di Institut Lowood, tempatnya tinggal dulu, karena Jane terlihat sangat kurus sehingga Tn.Rochester bertanya untuk memastikan dugaannya dengan penekanan pada kata didn’t atau yang berarti “tidakkah” dalam BSa. Namun, secara umum pesan telah tersampaikan dengan baik pada BSa sehingga terjemahan ini termasuk terjemahan yang akurat. 1.2. Terjemahan kurang akurat Karena pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, namun terjadi distorsi makna, terjemahan makna ganda atau penghilangan makna maka 79 terjemahan dalam penelitian ini tergolong terjemahan yang kurang akurat seperti yang dapat dilihat pada tabel 20. Tabel 20. Contoh Terjemahan Kurang Akurat No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
She is a dancer.
Ia pandai berdansa.
2.
Please help me! Let me out! Let
keluarkan aku!
me out! Let me out! 3.
I have tried so very hard. commit to user Aku sudah berusaha keras.
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Oh, thank goodness, you will be Syukurlah, kau bisa mengerti kataable to understand her.
katanya.
Terjemahan-terjemahan ini memiliki nilai rata-rata keakuratan 2 - 2, 33. Nilai 2 diperoleh untuk dua ujaran pertama dan dua ujaran selanjutnya memperoleh nilai yang lebih tinggi, 2, 33, namun tetap tergolong terjemahan yang kurang akurat karena informasi tidak tersampaikan dalam BSa atau terdapat beberapa kata yang tidak diterjemahkan dengan padanan kata yang tepat sehingga sebagian pesan tidak tersampaikan ke dalam BSa. Adjective “pandai berdansa” dalam ujaran pertama BSa pada tabel 20 yang diterjemahkan dengan teknik modulasi dan transposisi, sebagai contoh, bukan terjemahan yang tepat untuk istilah dancer. Perubahan sudut pandang; dari “ia seorang penari” (BSu) menjadi “ia pandai berdansa” (BSa) seharusnya tidak merubah pesan asli ujaran ini, dan memang pemirsa masih dapat memahami maksud ujaran Tn.Rochester, tokoh dalam film ini, bahwa Celine pandai berdansa. Namun, perubahan kelas kata dari kata benda menjadi kata sifat membuat kalimat BSa kurang akurat. Seseorang yang berprofesi sebagai penari tentu pandai menari atau berdansa tetapi tidak dapat dipastikan bahwa orang yang pandai berdansa adalah seorang penari. Untuk ujaran selanjutnya, teknik reduksi rupanya cukup berdampak terhadap pesan dalam ujaran BSa. Terlihat dalam tabel, kalimat please help me tidak diterjemahkan. Sedangkan teknik kompresi linguistik yang juga diterapkan pada ujaran no 2 menghasilkan terjemahan yang efektif. Mengingat sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle atau terjemahan teks film maka banyak hal yang perlu diperhatikan karena adanya beberapa batasan-batasan tertentu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
membedakannya dengan jenis terjemahan lainnya, seperti batasan tempat dan waktu. Karena terbatasnya tempat pada layar dan keharusan untuk menyesuaikan waktu kemunculan teks pada layar dengan ujaran para tokoh dalam film atau faktor visual lainnya, maka terjemahan pun diharapkan tidak terlalu panjang karena dikhawatirkan akan mengganggu pandangan, konsentrasi pada gambar di layar maupun jalan cerita, atau pemahaman pemirsa film terhadap terjemahan itu sendiri. Beberapa teknik yang diharapkan dapat mengatasi masalah ini adalah teknik reduksi dan kompresi linguistik, mengingat kedua teknik ini diterapkan dengan melakukan pemadatan teks dan penghilangan beberapa unsur linguistik dalam teks BSa. Kedua teknik ini juga cukup sering digunakan dalam penerjemahan film. Tampak pada tabel, ujaran let me out! yang diujarkan sebanyak tiga kali oleh Jane terjemahannya hanya tertulis satu kali saja, yaitu “keluarkan aku!”. Dalam subtitling, ujaran-ujaran semacam ini memang hendaknya diringkas dengan cara menulis terjemahannya satu kali saja namun terpampang pada layar dengan waktu kemunculan yang cukup lama sesuai dengan ujaran sang tokoh pada film, waktu kemunculan teks berakhir hingga ia selesai mengucapkan ujaran tersebut. Contoh lain untuk terjemahan teks subtitle semacam ini pada film Jane Eyre adalah kata “Helen.” Dalam adegan tersebut, Jane menyebut nama temannya yang saat itu baru meninggal dunia karena sakit sebanyak empat kali. Namun pada layar yang tampak hanya 1 kata dan muncul selama 2, 7 detik, durasi waktu yang cukup panjang untuk sebuah kata dengan enam karakter huruf, disesuaikan dengan lamanya Jane mengucapkan kata tersebut pada film. Karena kata atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
kalimatnya sama, maka ujaran semacam ini tidak perlu diulang atau diterjemahkan sebanyak kata atau kalimat pada BSu sebab pemirsa sudah dipastikan dapat memahami teks tersebut. Salah satu rater memberikan nilai keakuratan 3 untuk dua ujaran terakhir pada tabel, tetapi dua rater lainnya menilai bahwa kedua ujaran ini tergolong kurang akurat sebab terdapat kata-kata yang cukup crucial namun tidak diterjemahkan. Ujaran no 3 misalnya, kata-kata yang bergaris bawah pada ujaran I have tried so very hard tidak diterjemahkan. Frasa so very hard hanya diterjemahkan menjadi “berusaha keras” padahal Ny. Reed, Bibi Jane yang mengucapkan ujaran ini, memberi penekanan pada kata-katanya. Kata very yang berarti “sangat” diucapkan dengan tambahan kata so yang jika diartikan dalam BSa adalah “aku sudah berusaha sangat sangat keras” atau “aku sudah berusaha sangat keras sekali”. Pemakaian dua kata bermakna sama yang sebenarnya mubazir ini diutarakan oleh Ny. Reed dengan maksud memberi pemahaman pada lawan bicaranya, Tn. Brocklehurst yang kemudian menjadi kepala sekolah tempat Jane disekolahkan, bahwa ia tidak sekedar sangat berusaha keras tetapi berusaha sekuat tenaganya untuk mengasuh Jane dan berusaha menjadikannya anak yang baik. Sedikit menilik pada cerita film ini, sebenarnya Bibi Jane berbohong pada Tn. Brocklehurst dengan berujar seperti ini. Ia sama sekali tidak berusaha mengasuh maupun mendidik Jane dengan baik karena ia membenci Jane. Semasa hidupnya, suami Ny. Reed sangat menyayangi adik perempuan dan anaknya, yaitu Jane, melebihi kasih sayangnya pada istrinya sendiri. Karena inilah Ny. Reed membenci Jane dan berniat mengirimnya ke asrama sekolah milik Tn. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Brocklehurst yang dikenal sebagai sekolah dengan tingkat kematian para siswanya yang tinggi. Institud Lowood, nama sekolah ini, memiliki kondisi lingkungan yang tidak sehat dan para gurunya tidak memperhatikan asupan makanan siswasiswanya sehingga banyak siswa yang tidak dapat bertahan hidup karena terserang berbagai penyakit. Ujaran no 3 ia pergunakan sebagai alasan agar tampak wajar; memberi kesan bahwa Jane adalah seorang gadis kecil yang benar-benar nakal dan susah diatur, dan mencegah pertanyaan atau kecurigaan tertentu, misalnya seperti; mengapa orang kaya sepertinya mengirim keponakannya ke sekolah seperti itu dan tidak menyekolahkannya di sekolah bergengsi atau sekolah khusus bangsawan. Teknik reduksi yang digunakan disini tidak memberikan kontribusi yang positif untuk hasil terjemahannya, terutama keakuratan terjemahannya. Sama halnya dengan permasalahan pada ujaran sebelumnya, kata-kata dengan cetak tebal pada ujaran terakhir tidak tersampaikan dengan baik ke dalam BSa, lebih tepatnya tidak diterjemahkan. Teknik kompresi linguistik kurang tepat untuk menerjemahkan ujaran ini. Dinilai kurang akurat dengan nilai rata-rata keakuratan 2, 33, ujaran ini seharusnya diterjemahkan menjadi “syukurlah, kau akan dapat memahami kata-katanya.” Ujaran ini disampaikan Ny. Fairfax, sang kepala pelayan, sebagai ungkapan rasa syukur atau senang karena Jane dapat memahami Bahasa Prancis, bahasa yang sering digunakan Adele sebagai gadis keturunan Prancis, sehingga diharapkan dan dapat dipastikan bahwa Jane akan mengerti semua perkataaan Adele dalam Bahasa Prancis nantinya. Pesan pada BSa disini menjadi sedikit berbeda. Ucapan syukur ini bukan hanya dimaksudkan untuk saat itu saja, karena Jane bisa memahami ucapan Adele ketika itu, tetapi commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga disampaikan sebagai perasaan senang karena Jane bisa berbahasa Prancis sehingga komunikasi Jane dengan Adele sebagai anak didiknya nanti akan berjalan dengan baik. 1.2. Terjemahan tidak akurat Kategori ketiga adalah subtitle yang diterjemahkan secara tidak akurat karena pesan sama sekali tidak tersampaikan ke dalam BSa. Dalam penelitian ini ditemukan 15 ujaran yang tergolong tidak akurat dengan nilai rata-rata keakuratan antara 1 sampai 1, 33. Tabel 21. Contoh Terjemahan Tidak Akurat No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
An exotic bird.
-
2.
Mrs. Fairfax …I don’t think I can
-
wait any longer 3.
And it’s very overrated.
Dan mereka salah besar.
4.
I do not think there is anything in
Kurasa itu tak ada hubungannya
science that will allow that, sir.
dengan kepandaian, Tuan.
Nilai keakuratan 1 diberikan oleh para rater untuk ujaran no 1-3. Terlihat dengan jelas bahwa ujaran no 1 dan 2 memang tidak akurat karena ujaran dalam BSu sama sekali tidak diterjemahkan dan tidak dimunculkan pada layar sebagai bagian dari subtitle film Jane Eyre. Pemadatan teks berusaha dilakukan pada kedua ujaran ini, tetapi penghilangan teks pada hal ini bisa berakibat pada hilangnya informasi untuk para pemirsa film Jane Eyre. Sama halnya dengan penjelasan yang diberikan sebelumnya pada kategori subtitle yang kurang akurat, teknik reduksi yang diterapkan disini tidak terjemahan yang efektif commit to menghasilkan user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
karena adanya penghilangan informasi. Ujaran no 1 sebenarnya merupakan suatu perumpamaan yang digunakan Tn. Rochester untuk mendeskripsikan Celine, wanita cantik berkebangsaan Prancis yang merupakan mantan kekasihnya. Karena tidak diterjemahkan, tentu saja pemirsa kehilangan sedikit informasi tentang Celine. Ujaran no 2 sebenarnya dikatakan oleh Adele yang saat itu berada di dalam sebuah gedung untuk menyambut kedatangan Jane sebagai guru pribadi barunya. Ia merasa tidak sabar untuk segera bertemu dengan Jane hingga ia memanggil Ny. Fairfax. Suara Adele memang samar-samar, namun pemirsa tentu masih dapat mendengarnya. Tidak tampaknya terjemahan dari ucapan Adele tersebut pada layar tentu mengundang rasa penasaran para pemirsa film karena pemirsa dapat mendengar suara Adele tapi kemungkinan tidak dapat memahami apa yang sudah dikatakannya. Selanjutnya pada ujaran no 3, kata overrated tidak diterjemahkan dengan benar. “Salah besar” bukanlah arti sesungguhnya untuk kata tersebut, seharusnya kata ini diterjemahkan manjadi “melebih-lebihkan” atau “berlebihan.” Teknik amplifikasi yang seharusnya bisa memberikan penjelasan lebih dalam hal penyampaian pesan tidak menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Dalam salah satu adegan, Jane memberikan jawaban pada Tn. Rochester yang bertanya apakah ia tampan dengan ujaran no, sir. Jawaban ini membuatnya mengajukan pertanyaan lain, yakni apakah sekarang Jane akan menganggapnya tampan jika ia berkata bahwa kekayaannya sejumlah 20 ribu pound. Jawaban yang diberikan Jane adalah ujaran ini: I do not think there is anything in science that will allow that, sir. Ujaran “...itu tak ada hubungannya dengan kepandaian” sama commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekali berbeda dengan makna ujaran dalam BSu. Maksud Jane yang sebenarnya adalah tidak ada suatu prinsip atau hukum tertentu yang mengatakan bahwa seorang pria tentu terlihat tampan jika ia kaya. Dengan nilai rata-rata keakuratan 1, 33 ujaran yang dihasilkan lewat penerapan teknik padanan lazim dan transposisi ini tergolong terjemahan yang tidak akurat Nilai rata-rata keakuratan yang didapatkan untuk seluruh ujaran adalah 2, 74. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subtitle film Jane Eyre memiliki tingkat keakuratan yang tinggi karena pesan yang terdapat pada BSu dapat tersampaikan dengan baik ke dalam BSa. 2. Keberterimaan Subtitle Film Jane Eyre Aspek penting yang menduduki urutan kedua dalam penilaian kualitas suatu terjemahan adalah keberterimaan atau acceptability. Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks terjemahan. Suatu terjemahan harus disesuaikan dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa, dalam penelitian ini adalah pemirsa film Jane Eyre. Sesuai dengan skala yang telah ditentukan, telah didapatkan sejumlah terjemahan yang berterima sebanyak 379 (93, 12%), terjemahan yang kurang berterima sebanyak 25 (6, 14%), dan 3 terjemahan yang tidak berterima (0, 73%). 2.1. Terjemahan berterima Terjemahan yang terasa alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran merupakan indikasi terjemahan yang berterima atau memiliki commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat keberterimaan yang tinggi. Beberapa contoh ujaran tertulis pada tabel 22 berikut dengan nilai keberterimaan rata-rata 2, 66 - 3. Tabel 22. Contoh Terjemahan Berterima No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
If you take advantage of the Kalau kau ambil manfaatnya, tidak education here, if you are not too membangkang dan sabar maka kau rebellious, and if you are patient, akan keluar dari sini. then you’ll find your way out.
2.
3.
There’s always a light burning in Lampu
selalu
the tower.
menara.
All young people wish to travel.
Muda-mudi
dinyalakan
biasanya
di
senang
bepergian. 4.
Hello … Shouldn’t you be in the Halo. Bukankah kau seharusnya portrait?
ikut berfoto keluarga?
Ujaran no 1 sampai no 3 ditetapkan sebagai terjemahan yang berterima dengan nilai rata-rata keberterimaan 3. Sama dengan ujaran-ujaran yang tergolong akurat pada kategori terjemahan yang akurat, meskipun beberapa unsur linguistik tidak muncul pada ujaran BSa, namun teknik kompresi linguistik yang diterapkan pada ujaran no 1 tidak menjadikan terjemahan ini tidak berterima atau memiliki tingkat keberterimaan yang rendah karena kalimatnya tetap terdengar alamiah. Selain ujaran no 1, nilai rata-rata keberterimaan 3 juga didapat untuk ujaran no 2 yang diterjemahkan dengan teknik modulasi. Teknik yang dilakukan dengan merubah sudut pandang, fokus, maupun kategori kognitif dalam hubungannya dengan teks BSu ini pun diterapkan pada ujaran no 1. Teknik ini memberikan pengaruh positif terhadap tingkat keberterimaan terjemahan yang dihasilkan. commit to user Perubahan sudut pandang dan fokus dalam BSa sudah dilakukan dengan tepat
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
tanpa membuat terjemahan terasa kaku, tetap sesuai dengan kaidah dan norma BSa. Pemakaian istilah-istilah yang lebih mudah dipahami dan dikenal oleh masyarakat BSa dapat membantu pemirsa agar lebih nyaman dalam membaca subtitle sehingga tidak dibutuhkan banyak waktu untuk membaca subtitle dan pemirsa tetap dapat menikmati unsur visual yang disajikan dalam film. Hal ini dapat dimungkinkan dengan menggunakan teknik padanan lazim seperti yang dilakukan dalam menerjemahkan istilah young people pada ujaran no 3. Seperti tampak pada tabel, istilah “muda-mudi” sudah dikenal luas dan terdengar akrab bagi pemirsa Indonesia dan tentu saja berterima. Frasa “berfoto keluarga” pada ujaran terakhir, dinilai terdengar janggal oleh salah satu rater. Akan terdengar lebih baik jika ujaran ini diganti dengan frasa “foto keluarga” atau “berfoto bersama.” Dalam Bsu memang tidak disebutkan bahwa sang fotografer, orang yang mengucapkan ujaran ini, bertanya mengapa Jane tidak ikut berfoto bersama dengan anggota keluarga lainnya. Namun teknik amplifikasi diterapkan dengan maksud memberikan tambahan informasi pada pemirsa, yang sebenarnya tidak diperlukan mengingat faktor-faktor visual pada layar yang dapat membantu pemahaman pemirsa terhadap keseluruhan subtitle sehingga potrait diterjemahkan menjadi “berfoto keluarga.” Pada kategori keakuratan, ujaran ini memiliki nilai rata-rata keakuratan 2, 33 yang berarti tergolong terjemahan kurang akurat karena pada layar tampak bahwa sang fotografer sedang melukis Ny. Reed dan keluarganya bukan memotret mereka dengan kamera. Hal inilah yang menyebabkan terjemahan ini kurang akurat. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tetapi, ujaran ini tergolong terjemahan yang berterima karena masih sesuai dengan kaidah dan budaya BSa. 2.2. Terjemahan kurang berterima 25 terjemahan dalam penelitian ini merupakan terjemahan yang terasa kurang alamiah dan kurang sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Terjemahan-terjemahan yang dinilai kurang berterima ini memiliki nilai rata-rata keberterimaan yang berkisar dari angka 2 hingga 2, 33. Tabel 23. Contoh Terjemahan Kurang Berterima No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
Are you injured, sir?
Kau terluka, Tuan?
2.
It is a summer evening and there is
Malam itu di sebuah musim panas,
perfume in the air.
harum parfum memenuhi ruangan.
I have little experience of them.
Pengalamanku pada hadiah sangat
3.
sedikit. 4.
The ideas all yours?
Semua dari idemu sendiri?
Ujaran no 1 memiliki nilai rata-rata keberterimaan 2, 33 sebagai hasil dari penerapan teknik literal. Selain teknik tersebut, teknik padanan lazim berperan dalam menerjemahkan beberapa kata dalam ujaran BSu yakni kata sapaan sir yang diterjemahkan menjadi “tuan.” Kata sapaan dalam BSa ini merupakan diksi atau pilihan kata yang tepat untuk istilah sir karena kata ini telah dikenal luas di kalangan masyarakat pengguna BSa. Namun kata you yang menyertai penggunaan kata sir tidak diterjemahkan dengan baik sesuai konteks dalam scene disini. Kata yang bergaris bawah pada ujaran “kau terluka, Tuan?” semestinya diganti dengan kata sapaan “anda” sebab ujaran ini ditujukan Jane kepada Tn. Rochester, seorang commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih tua darinya; terlihat sebagai seseorang yang kaya berdasarkan penampilannya; serta sebagai seseorang yang baru, maka Jane berusaha bersikap hormat dengan menyebut Tn. Rochester dengan sapaan “tuan.” Dalam BSa, penggunaan kata sapaan ini lumrah disertai dengan kata “anda.” Pada ujaran-ujaran selanjutnya yang masing-masing memiliki nilai ratarata keberterimaan 2, beberapa kata terdengar janggal seperti yang dapat diperhatikan pada kata-kata bergaris bawah pada ujaran no 2 berikut “malam itu di sebuah musim panas, harum parfum memenuhi ruangan.” Kata preposisi “sebuah” tidak tepat untuk disandingkan dengan frasa “musim panas.” Seharusnya kata preposisi yang tepat adalah “suatu” sehingga terjemahannya “malam itu di suatu musim panas...” terdengar alamiah dan berterima. Begitu pula pada ujaran no 3, yakni I have little experience of them, terdapat kata yang tidak diterjemahkan dengan pilihan kata yang sepadan. Selain ujaran “pengalamanku pada hadiah sangat sedikit” terdengar janggal dan tidak alamiah maupun sesuai dengan kaidah BSa, kata experience tidak diterjemahkan dengan memperhatikan konteks yang ada. Teknik amplifikasi yang dipergunakan dengan melakukan pengeksplisitan kata them menjadi “hadiah” maupun teknik transposisi tidak memberikan dampak yang baik pada hasil terjemahan. Ujaran ini disampaikan Jane sebagai jawaban ketika Tn. Rochester bertanya apa ia menyukai hadiah. Jane berkata bahwa ia tak tahu karena ia tidak pernah mendapatkan hadiah sehingga pengetahuannya tentang hadiah juga sedikit seperti yang diungkapkannya pada ujaran I believe they are generally though pleasant things, sir. Inilah maksud commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebenarnya dari ujaran Jane. Jadi experience sebaiknya diterjemahkan menjadi “pengetahuan.” 2.1. Terjemahan tidak berterima Hanya terdapat 3 (0, 73%) terjemahan dalam penelitian ini yang tidak dapat disebut sebagai terjemahan yang tidak alamiah serta tidak sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Terjemahan-terjemahan tersebut memiliki nilai rata-rata keberterimaan 1. Tabel 24. Contoh Terjemahan Tidak Berterima No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
Uncle Reed, please don’t come
-
back. 2.
Mrs. Fairfax …I don’t think I can
-
wait any longer 3.
An exotic bird.
-
Pada tabel 24 tampak dengan jelas bahwa tidak terdapat ujaran dalam BSa pada kolom Bahasa Sasaran. Dengan menerapkan teknik reduksi, ketiga ujaran ini sama sekali tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Berdasarkan pada penghitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai ratarata keberterimaan 2, 88 untuk subtitle film Jane Eyre. Ini berarti bahwa subtitle film ini dapat disebut sebagai subtitle dengan tingkat keberterimaan tinggi, sudah alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
3. Keterbacaan Subtitle Film Jane Eyre Menghasilkan suatu teks terjemahan yang mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca merupakan salah satu tujuan utama dari kegiatan penerjemahan. Untuk mengukur serta mengetahui tingkat keterbacaan subtitle film Jane Eyre, sebuah kuesioner telah dibagikan kepada responden dengan kriteria yang telah disampaikan pada bab 3. Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan dengan bobot tertentu. Tiga pertanyaan diantaranya menyangkut readability dan lima pertanyaan lainnya merupakan pertanyaan – pertanyaan seputar legibility subtitle film Jane Eyre. Readability lebih mengacu pada perubahan-perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility mengacu pada penampilan (appearance) teks pada layar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bab 2, tingkat keterbacaan pada subtitle tidak dapat terlepas dari kedua aspek tersebut. Seluruh teknik dengan frekuensi penggunaan sebanyak 685 teknik berikut metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestikasi dalam subtitle film Jane Eyre ini juga berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan subtitle. Sebagai respon atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut lebility dalam subtitle, seluruh pemirsa film Jane Eyre tersebut mengungkapkan bahwa subtitle atau teks terjemahan film Jane Eyre tidak terlalu panjang per tayangnya yang berarti bahwa jumlah kata per baris dan jumlah baris per tayang telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam subtitling. Kesimpulan ini juga didasarkan pada penghitungan jumlah karakter huruf per baris, pada subtitle film Jane Eyre, yang telah dilakukan sebelumnya. Dari sebanyak 221 teks subtitle commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
yang terdiri dari dua baris dan 74 teks subtitle yang hanya terdiri dari satu baris, didapatkan hanya sebanyak 10 teks subtitle yang terdiri lebih dari 35 karakter namun tidak lebih dari 40 karakter huruf dan tanda baca. Pada subtitle film Jane Eyre, tidak terdapat teks yang terdiri lebih dari dua baris per tayang. Merujuk pada standardisasi subtitling yang dinyatakan oleh Karamitloglou (1998), teks pada layar sebaiknya berjumlah maksimal dua baris per tayang dengan masing-masing baris yang tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca karena baris yang terdiri lebih dari 40 karakter akan berpengaruh pada ukuran huruf yang kemungkinan akan diperkecil karena keterbatasan tempat pada layar. Sehubungan dengan hal tersebut, ukuran huruf pada subtitle film Jane Eyre, sebagian responden menyatakan bahwa huruf pada subtitle film ini berukuran sedang dan lainnya menyatakan huruf berukuran cukup besar dan jelas. Berkaitan dengan penempatan atau posisi subtitle pada layar, posisi subtitle film Jane Eyre sama sekali tidak mengganggu pandangan responden saat memperhatikan gambar pada layar. Ini merupakan jawaban yang diberikan oleh seluruh responden. Meskipun satu orang responden mengatakan ada sejumlah gambar yang tertutupi teks dalam beberapa adegan, responden tersebut menyatakan tidak bermasalah dengan penempatan subtitle secara keseluruhan. Batasan tempat dan waktu yang berlaku dalam subtitling tidak hanya memberikan dampak pada jumlah karakter maupun penempatan teks, tetapi juga berdampak pada waktu tayang atau durasi setiap teks. Pada penerjemahan film, sinkronisasi juga harus diperhatikan karena audio dan gambar visual merupakan dua elemen yang tak terpisahkan dalam film sehingga koherensi antara subtitle commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan gambar-gambar bergerak pun harus tetap ada agar tidak mengganggu pemirsa dalam menikmati sebuah film. Untuk itu, sebuah pertanyaan tentang sinkronisasi kemunculan teks dengan dialog tokoh pada film pun diberikan pada kuesioner ini. Beberapa responden menyatakan subtitle muncul bersamaan dengan ujaran tokoh pada film dan satu responden menyatakan subtitle muncul segera setelah ujaran tokoh pada film terdengar. Untuk pertanyaan seputar readability, didapatkan hasil bahwa tidak ada responden yang merasa bahwa teks terjemahan film ini sulit untuk dipahami dengan alasan bahwa teks terjemahan film ini cukup mudah dipahami karena tata bahasa yang digunakan sederhana dan tidak ada ejaan yang membingungkan. Alasan lainnya adalah karena subtitling Jane Eyre memiliki kosakata yang baik; bahasa yang digunakan sederhana dan runtut; bahasanya sangat familiar jadi mudah untuk dipahami dan diikuti. Selanjutnya, seluruh responden menjawab bahwa tidak ada istilah-istilah dalam subtitle film Jane Eyre yang mengganggu atau sulit untuk dipahami. Sebagai jawaban atas pertanyaan terakhir, diketahui bahwa para responden merasa terbantu dengan subtitle yang disediakan untuk film Jane Eyre. Untuk mengetahui tingkat keterbacaan subtitle Jane Eyre secara keseluruhan melalui penilaian untuk tiap terjemahannya, kuesioner diberikan kepada tiga orang rater dengan skala penilaian keterbacaan yang terdapat pada bab 3 sebagai acuan pemberian nilai.
commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.1. Terjemahan mudah dipahami Hasil yang didapatkan melalui kuesioner tersebut, tidak ada terjemahan
.
yang dapat dikategorikan sebagai terjemahan yang tidak terbaca atau sulit dipahami oleh pemirsa film. Sebanyak 406 (99, 75%) terjemahan tergolong sebagai terjemahan yang mudah dipahami pemirsa atau memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Contoh terjemahan dengan nilai rata-rata keterbacaan 2, 66 - 3 selanjutnya dapat dilihat pada tabel. Tabel 25. Contoh Terjemahan yang Mudah Dipahami No
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
1.
Did I do the right thing?
Apakah tindakanku benar?
2.
I did not bewitch your horse, sir.
Aku tak menyihir kudamu, Tuan.
3.
Now get off back to Thornfield Pulanglah ke Thornfield Hall jika Hall, if that is indeed where you di sana kau tinggal. live.
4.
Take her up to the Red Room Bawa dia ke kamar merah, cepat. immediately! Seperti disebutkan sebelumnya, diketahui bahwa keseluruhan ujaran
mudah dipahami dengan baik oleh pemirsa, tidak ada pemakaian kata atau istilah yang membingungkan. Merujuk pada tabel, ujaran no 1 - 3 mendapat nilai ratarata keterbacaan 3 dari para rater. Teknik kompresi linguistik dan transposisi yang diterapkan pada ujaran no 1 menghasilkan terjemahan yang baik dan mudah dipahami pemirsa film Jane Eyre. Beberapa unsur linguistik yang dihilangkan pada ujaran-ujaran BSu dengan penggunaan teknik kompresi linguistik tidak membuat terjemahan menjadi membingungkan atau susah dipahami. Begitu pula commit to user dengan pemakaian teknik transposisi. Teknik ini dibutuhkan untuk menghasilkan
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terjemahan dengan struktur kalimat BSa yang tepat karena perbedaan struktur bahasa yang ada antara BSu dan BSa. Pemilihan istilah yang tepat dan umum dalam BSa merupakan salah satu aspek yang memberikan kemudahan tersendiri bagi pemirsa film untuk memahami subtitle. Istilah pada ujaran no 2 yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik padanan lazim sebagai contohnya; kata “Tuan” merupakan istilah yang cocok untuk mengganti kata sir dalam BSa. Tidak berbeda dengan teknik
sebelumnya,
pemakaian
teknik
peminjaman
murni
disini
tidak
menimbulkan kesulitan bagi pemirsa dalam membaca subtitle. Nama tempat “Thornfield Hall” yang tetap diterjemahkan apa adanya ke dalam BSa pada ujaran no 3 tidak mengganggu pemahaman pemirsa. Melalui dialog dan bantuan gambar visual dalam film, secara otomatis tentu pemirsa dapat memahami bahwa “Thornfield Hall” adalah nama sebuah lokasi, tempat kastil milik Tn.Rochester berada. Jika nama tempat ini tidak diterjemahkan dengan memakai teknik peminjaman murni namun memakai teknik naturalisasi atau adaptasi misalnya, kemungkinan besar terjemahan yang dihasilkan terasa aneh dan tidak sesuai konteks cerita dalam film. Kata benda “kamar merah” lah yang menjadi pokok permasalahan penilaian keterbacaan untuk ujaran no 4. Terjemahan yang muncul sebagai hasil penerapan teknik literal, transposisi, dan terutama teknik reduksi ini dianggap cukup membingungkan. Untuk seseorang yang belum melihat film Jane Eyre dipastikan memang akan menemui kesulitan dalam memahami maksud kata benda ini. Tentu akan timbul pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan kamar commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merah ini dan kemungkinan muncul gambaran tentang sebuah kamar yang seluruh tembok atau mungkin seluruh perabotannya bercat merah. Namun bagi pemirsa yang telah memperhatikan film ini, istilah “kamar merah” dapat dipahami dengan baik. Perlu diperhatikan kembali bahwa subtitle maupun trek suara dalam film dan gambar visual yang ada merupakan suatu kesatuan. Ketika ujaran ini diujarkan oleh Ny. Reed, gambar visual pada layar menunjukkan adegan saat Jane dibawa dengan paksa menuju kamar merah yang dimaksud, yang terletak di lantai atas. Sesampainya di kamar tersebut, terlihat bahwa pencahayaan yang ada membuat ruangan itu terlihat berwarna merah. Selanjutnya Jane berteriak minta tolong agar ia segera dikeluarkan dari kamar itu karena seketika itu juga seorang laki-laki dengan rambut yang berantakan dan mengenakan baju tidur berwarna putih, bangun dari tempat tidurnya. Permainan cahaya dan suara musik yang menjadi bagian dari adegan dalam film itu menciptakan suasana atau atmosfir yang cukup seram dan mendebarkan. Lewat adegan ini dan adegan-adegan selanjutnya, pemirsa tentu dapat memahami bahwa kamar merah yang dimaksud adalah kamar tidur suami Ny. Reed, paman Jane, yang telah meninggal. Mempertimbangkan hal tersebut, terjemahan ini masih tergolong terjemahan yang mudah dipahami. 3.2. Terjemahan kurang dapat dipahami Dari seluruh ujaran yang diteliti, hanya terdapat 1 (0, 24%) terjemahan yang agak sulit dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre. Terjemahan ini mendapatkan nilai rata-rata keterbacaan 2, 33 dari para rater yang terlibat dalam penelitian ini. Terjemahan yang masuk kategori ini dapat dilihat pada tabel 26. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 26. Contoh Terjemahan yang Kurang Dapat Dipahami No 1.
Bahasa Sumber
Bahasa Sasaran
Girls, look how the sun casts Anak-anak, lihat bayangan yang shadows on the flowers.
dibuat matahari di atas bunga-bunga.
Nilai rata-rata keterbacaan 2, 33 ditetapkan untuk terjemahan ini karena terjemahan yang dihasilkan melalui penggunaan teknik padanan lazim dan modulasi ini kurang dapat dipahami dengan baik. Demikian, dengan nilai rata-rata keterbacaan 2, 98, subtitle film Jane Eyre dapat dinilai sebagai subtitle dengan tingkat keterbacaan yang tinggi karena seluruh pemirsa film sebagai responden penelitian ini tidak menemui masalah yang berarti dalam memahami keseluruhan subtitle. B. Pembahasan 1. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Subtitle Film Jane Eyre Dalam
karya
terjemahan,
teknik-teknik,
metode
serta
ideologi
penerjemahan yang dipilih dan digunakan oleh penerjemah akan berpengaruh terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan; yang terdiri dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Berikut adalah kajian mengenai dampak 12 teknik
penerjemahan,
metode
penerjemahan
komunikatif,
dan
ideologi
domestikasi yang digunakan dalam menerjemahkan subtitle film Jane Eyre terhadap kualitas subtitle film tersebut.
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 27. Teknik Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Kualitas Terjemahan Subtitle film Jane Eyre. No
Teknik
Metode
Ideologi
Penerjemahan Domestikasi Komunikatif
Jumlah 156
A 98,07%
Keakuratan KA 1, 92%
TA -
Keberterimaan B KB 98,07% 1, 92%
TB -
Keterbacaan MD KD TD 100% -
1.
Literal
2.
Transposisi
137
96,35%
2, 91%
0,72%
97,81%
2,18%
-
100%
-
-
3.
Kompresi
110
75,45%
21,81%
2,72%
93,63%
6,36%
-
100%
-
-
98
97,95%
2,04%
-
97,95%
2,04%
-
100%
-
-
41
68,29%
24,39%
7,31%
95,12%
4,87%
-
100%
-
-
-
100%
-
-
8,57% 100%
-
-
Linguistik 4.
Padanan Lazim
5.
Amplifikasi Linguistik
6.
Amplifikasi
36
72,22%
25%
2,77%
94,44%
5,55%
7.
Reduksi
35
48,57%
37,14% 14,28%
88,57%
2,85%
8.
Modulasi
35
57,14%
37,14%
85,71%
14,28%
5,71%
-
97,14 2,85%
-
% 9.
Partikularisa
19
100%
-
-
100%
-
-
100%
-
-
9
100%
-
-
100%
-
-
100%
-
-
si 10.
Peminjaman Murni
11.
Kalke
8
100%
-
-
100%
-
-
100%
-
-
12.
Generalisasi
1
100%
-
-
100%
-
-
100%
-
-
A
: Akurat
B
: Berterima
MD : Mudah Dipahami
KA : Kurang Akurat
KB : Kurang Berterima
KD : Kurang Dapat Dipahami
TA : Tidak Akurat
TB : Tidak Berterima
TD : Tidak Dapat Dipahami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
a. Dampak Teknik Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Melalui tabel 27 di atas, terlihat bahwa teknik penerjemahan literal mempunyai frekuensi penggunaan yang paling banyak diantara teknik-teknik penerjemahan lainnya dan menghasilkan terjemahan yang mayoritas akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre. Meskipun teknik yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan dialog serta kata atau kalimat berwujud visual dalam film Jane Eyre ini merupakan salah satu teknik yang berorientasi pada bahasa sumber, tidak berarti bahwa metode dan ideologi penerjemahan dalam subtitle film ini cenderung berorientasi pada bahasa sumber. Hal ini disebabkan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu, termasuk teknik penerjemahan literal, memiliki jumlah frekuensi penggunaan 173 kali atau sebanyak 25, 24% dan frekuensi penggunaan sejumlah 512 lainnya merupakan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa dengan jumlah presentase 74, 76%. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa teknik-teknik yang digunakan lebih banyak berorientasi pada bahasa sasaran sehingga ditarik kesimpulan bahwa metode yang dipergunakan cenderung berorientasi pada bahasa sasaran. Dapat diketahui pula bahwa teknik penerjemahan yang paling banyak memberikan kontribusi positif sehingga seluruh terjemahan yang dihasilkan termasuk kategori terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami adalah teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Selanjutnya, teknik padanan lazim digunakan sebanyak 98 kali dan menghasilkan 98, 63% terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film. Di lain sisi, teknik yang kurang memberikan pengaruh yang positif terhadap kualitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
terjemahan secara keseluruhan adalah teknik modulasi. Teknik ini merupakan satu-satunya teknik yang menyebabkan 1 terjemahan kurang dapat dipahami oleh pemirsa film. 18 terjemahan atau 37, 14% terjemahan yang dihasilkan kurang akurat, 5 terjemahan (14, 28%) kurang berterima, dan 1 terjemahan (2, 85%) agak sulit dipahami oleh pemirsa. Dalam urutan selanjutnya adalah teknik reduksi, dan urutan ketiga adalah teknik amplifikasi. Penggunaan teknik reduksi ini juga ternyata mempunyai dampak yang paling negatif terhadap kualitas terjemahan dalam subtitle film Jane Eyre. Dari frekuensi penggunaan sebanyak 35; 14, 28% diantaranya adalah terjemahan dengan kategori tidak akurat dan 8, 57% terjemahan yang dihasilkan tidak berterima. Urutan setelahnya ialah teknik amplifikasi linguistik dengan jumlah terjemahan yang tidak akurat sebanyak 7, 31% dan teknik kompresi linguistik dengan tingkat keakuratan 7, 31%. Untuk aspek keakuratan, teknik yang memberikan dampak paling positif adalah teknik literal (98, 07%). Teknik yang menghasilkan terjemahan kurang akurat dengan jumlah terjemahan paling dominan adalah teknik reduksi dan modulasi (37, 14%). Teknik reduksi juga merupakan teknik yang menyebabkan terjemahannya tidak akurat dengan jumlah paling besar (14, 28%). Dalam
aspek
keberterimaan, teknik literal juga memberikan dampak paling positif (98, 07%). Teknik modulasi menghasilkan terjemahan yang mayoritas kurang berterima diantara semuanya (14, 28%) dan satu-satunya terjemahan yang tidak berterima dihasilkan oleh teknik reduksi (8, 57%). Teknik modulasi pun merupakan satusatunya teknik yang membuat hasil terjemahannya tidak seluruhnya mudah dipahami, hanya 97, 14 % dan 2, 85% kurang dapat dipahami. Teknik commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi yang berhasil menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami pemirsa tidak termasuk sebagai bahan pertimbangan disini.
1. Penerjemahan Literal Dari keseluruhan teknik yang teridentifikasi, penerjemahan literal mempunyai frekuensi penggunaan 156 kali (22, 77 % dari keseluruhan teknik). Teknik ini menghasilkan terjemahan yang akurat dan berterima sebanyak 98, 07%, dan seluruhnya mudah dipahami oleh permirsa film. Sedangkan hasil terjemahannya yang kurang akurat dan kurang berterima berjumlah 1, 92%, serta tidak ada terjemahan yang tidak akurat dan tidak berterima. Karena teknik literal merupakan teknik menerjemahkan secara kata per kata maka, dalam penelitian ini, terjemahan yang dihasilkan mayoritas memiliki pesan yang sepadan dengan BSu. Berikut adalah contoh terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima: BSu: does Miss Eyre require a present? BSa: apakah Nn. Eyre perlu hadiah? Terjemahan ini kurang akurat karena pilihan kata atau diksi yang dipergunakan dalam BSa kurang tepat. Kata require memang dapat diartikan kedalam BSa dengan kata “perlu”, namun kata ini kurang sesuai untuk dipergunakan dalam konteks ini. Adele, anak yang dirawat Tn. Rochester, bertanya padanya apakah ia membawa hadiah untuk Jane sepulangnya dari bepergian. Kemudian Tn. Rochester mengucapkan kalimat tersebut, does Miss commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Eyre require a present?, sehingga pilihan kata yang tepat untuk konteks ini adalah “ingin” atau “menginginkan”: “apakah Nn. Eyre menginginkan hadiah?” BSu: they go to heaven. BSa: mereka pergi ke surga. Kalimat “mereka pergi ke surga” terdengar kurang alamiah untuk kalangan masyarakat BSa. Teknik literal rupanya tidak cukup efektif untuk digunakan dalam menerjemahkan ujaran ini agar dapat menghasilkan terjemahan yang berterima. Ujaran dalam BSu ini seharusnya diterjemahkan menjadi “mereka masuk surga”. Ujaran semacam ini tentu lebih berterima bagi pemirsa BSa. 2. Transposisi Teknik transposisi digunakan sebanyak 137 kali (20%). Teknik ini menghasilkan 96, 35% terjemahan yang akurat, 97, 81% terjemahan yang berterima, dan seluruhnya mudah dipahami dengan baik oleh pemirsa film Jane Eyre. Terjemahan yang kurang akurat berjumlah 2, 91%, terdapat 0, 72% terjemahan yang tidak akurat, dan 2, 18% terjemahan yang dihasilkan kurang berterima. Salah satu contohnya adalah ujaran no 267. BSu: a very small one BSa: senyum yang sangat kecil Selain teknik literal, teknik transposisi juga memberikan dampak yang kurang positif untuk kualitas terjemahan ujaran ini sehingga terjemahannya menjadi kurang berterima. Akan lebih baik jika adjektif “kecil” disini diterjemahkan menjadi “sekilas.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
BSu: how long is it since you have sat beside the fire and eaten a hearty meal BSa: kapan terakhir kau duduk di dekat perapian dan makan makanan sehat? Menilik Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), arti kata hearty adalah large; contohnya eat a hearty breakfast; have a hearty appetite. Kemungkinan besar penerjemah salah mengartikan hearty sebagai healthy sehingga a hearty meal diterjemahkan menjadi “makanan sehat’ dan menjadikan terjemahan dalam BSa kurang akurat. 3. Kompresi Linguistik Sebagai hasil dari proses identifikasi yang telah dilakukan, terdapat 110 (16, 05%) teknik kompresi linguistik yang digunakan penerjemah dalam penerjemahan film ini. Mayoritas terjemahan yang dihasilkan akurat, berterima, dan mudah dipahami pemirsa film, secara berurutan prosentasenya adalah 75, 45%; 93, 63%; dan 100%. Terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima prosentasenya 21, 81% dan 6, 36%, serta terdapat 2, 72% terjemahan yang tidak akurat. Sebagian contohnya adalah sebagai berikut: BSu: I think you may have a little of the witch about you. BSa: kurasa kau juga punya sifat buruk. “Sifat buruk”, terjemahan frasa a little of the witch, tidak bisa disebut sebagai terjemahan yang tepat, menjadikan terjemahan ini tergolong tidak akurat karena pesan dalam BSa sama sekali berbeda dengan pesan asli dalam BSu. Teknik kompresi linguistik yang digunakan untuk menerjemahkan frasa ini tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil terjemahannya. Yang dimaksud commit user tetapi arti sebenarnya dari kata Tn. Rochester, sang penutur, bukan “sifattoburuk”
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
witch yaitu “sihir” karena ujaran Tn. Rochester selanjutnya adalah you bewitched my horse yang diterjemahkan dengan baik menjadi “kau sudah menyihir kudaku.” Pada pertemuan pertama mereka, ia juga mengatakan hal yang sama, bahwa Jane telah menyihir kudanya. Dalam subtitling, teknik kompresi linguistik memang bisa membantu penerjemah dalam memenuhi salah satu persyaratan subtitle yang baik, yaitu terjemahan harus ringkas namun tetap jelas. Namun dalam beberapa kasus, demi mencapai tujuan ini, penerjemah film Jane Eyre kurang memperhatikan pesan yang semestinya tetap tersampaikan dengan baik dalam BSa. 4. Padanan Lazim Sebagai teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar untuk kualitas subtitle film Jane Eyre di antara teknik-teknik yang berorientasi pada BSa. Dengan jumlah 98 teknik, teknik ini menghasilkan terjemahan yang 97, 95% akurat, 97, 95% berterima, dan seluruhnya mudah dipahami, serta hanya 2, 04% terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima. Dalam subtiling, teknik ini memang membantu menyediakan akses bagi pemirsa film agar subtitle dapat berterima dan mudah dipahami sehingga tidak mengurangi kenyamanan pemirsa dalam menikmati film, namun dalam penelitian ini ditemukan dua terjemahan yang kurang berterima, contohnya yaitu: BSu: I did not bewitch your horse, sir. BSa: Aku tak menyihir kudamu, Tuan. Kata sapaan dalam BSa ini merupakan diksi atau pilihan kata yang tepat commit user luas di kalangan masyarakat untuk istilah sir karena kata ini telah todikenal
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
pengguna BSa. Namun kata your yang menyertai penggunaan kata sir tidak diterjemahkan dengan baik sesuai konteks dalam scene disini. Kata sapaan dalam BSa semestinya diganti dengan kata sapaan “anda” sehingga terjemahannya menjadi “kuda anda” sebab ujaran ini ditujukan Jane kepada Tn. Rochester, seorang yang lebih tua darinya dan juga sebagai seseorang yang baru dikenalnya. Dalam BSa, penggunaan kata sapaan ini lumrah disertai dengan kata “anda.” 5. Amplifikasi Linguistik Untuk membantu pemirsa film, pemberian tambahan penjelasan atau informasi perlu dilakukan agar terjemahan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Sejumlah 41 teknik amplifikasi linguistik yang digunakan penerjemah film ini membuat 68, 29% terjemahannya akurat, 95, 12% berterima, dan semuanya mudah dipahami. Sebagian kecil, yakni 24, 39% dan 4, 87% terjemahannya kurang akurat dan kurang berterima. Salah satu terjemahan yang kurang akurat ialah: BSu: someone else can look at his unpleasant face BSa: biar orang lain saja yang melihat muka buruknya itu “Buruk” bukanlah terjemahan yang tepat untuk kata sifat unpleasant. Dalam ujaran BSu, yang dimaksud dengan unpleasant face adalah “wajah yang tidak menyenangkan.” Tidak selalu berarti bahwa seseorang dengan wajah tidak menyenangkan berwajah buruk. Menurut Oxford Advanded Learner’s Dictionary (1995), arti kata pleasant adalah giving pleasure to the mind, feelings or senses; enjoyable dan polite and friendly, sehingga seseorang yang wajahnya tidak terlihat to user ramah dapat pula disebut sebagaicommit seseorang dengan wajah tidak menyenangkan.
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara keseluruhan pun terjemahan dalam BSa kurang akurat karena pesan yang tersampaikan berbeda. Pada dialog sebelumnya, seorang prajurit Amerika bertanya pada Celine dimana kekasihnya saat itu dan ia menjawab bahwa Edward sedang pergi berjudi. Kemudian prajurit tersebut berkata someone else can look at his unpleasant face yang akan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “orang lain bisa melihat wajahnya yang tidak menyenangkan itu.” Akan timbul kesan bahwa si penutur tidak ingin bertemu dengan Edward, orang yang dimaksud disini, jika terjemahannya menjadi “biar orang lain saja yang melihat muka buruknya itu.” 6. Amplifikasi Penerjemah dapat pula mengeksplisitkan atau memparafrasekan informasi tertentu yang terdapat dalam film jika dirasa pemirsa akan kesulitan memahami maksud terjemahan jika diterjemahkan apa adanya atau tanpa tambahan informasi. Dalam subtitle, kemungkinan seperti ini dapat terjadi karena perbedaan budaya antara BSu dan BSa. Melalui penerapan teknik amplifikasi, 72, 22% terjemahan yang dihasilkan akurat, 94, 44% terjemahan berterima, dan seluruhnya mudah dipahami pemirsa. Diketahui hanya 25% terjemahan yang kurang akurat, 2, 77% diantaranya tidak akurat, dan 5, 55% kurang berterima, contoh terjemahannya yaitu: BSu: I’d more likely find Pilot poring over the flora and fauna of the South American flatlands. BSa: mungkin aku lebih sering melihat Pilot membuka buku flora-fauna di Amerika Selatan. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik amplifikasi dapat memberikan kemudahan bagi para pemirsa dalam memahami terjemahan, namun dapat pula menghasilkan terjemahan yang ambigu atau memiliki makna taksa sehingga terjemahannya kurang akurat. Katakata bergaris bawah pada BSa berikut dinilai ambigu, “mungkin aku lebih sering melihat Pilot membuka buku flora-fauna di Amerika Selatan”. Frasa ini memiliki dua makna; bahwa anjing peliharaan Tn. Rochester, Pilot, membuka buku tentang flora-fauna saat ia sedang berada di Amerika Selatan dan makna kedua adalah Pilot sedang membuka buku yang berisi atau membahas flora-fauna yang ada di Amerika Selatan. Berdasarkan ujaran pada BSu, makna kedua lah yang dimaksudkan disini. Akan lebih baik jika frasa bergaris bawah tersebut diubah menjadi “membuka buku tentang flora-fauna Amerika Selatan” misalnya. 7. Reduksi Untuk mencapai tujuan efisiensi yang diperlukan dalam membuat subtitle, teknik reduksi digunakan dalam memadatkan informasi dalam BSu. Dalam menjaga keakuratan pesan, tentu hal ini cukup beresiko. Dalam subtitle film Jane Eyre, teknik ini menghasilkan terjemahan kurang akurat, tidak akurat, dan tidak berterima yang paling banyak, yakni sejumlah 37, 14%, 14, 28%, dan 8, 57% dari seluruh terjemahan sedangkan terjemahan yang kurang berterima berjumlah 2, 85%. Meskipun begitu, teknik ini cukup efektif untuk digunakan dalam menerjemahkan film Jane Eyre karena mayoritas terjemahannya akurat (48, 57%), berterima (88, 57%), dan sepenuhnya mudah dipahami pemirsa, salah satu contohnya: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
BSu: take her up to the Red Room immediately! BSa: bawa dia ke kamar merah, cepat. Dengan memakai teknik reduksi, kata up dalam BSu tidak diterjemahkan sehingga informasi tambahan bahwa “kamar merah” yang dimaksud terletak di lantai atas tidak tersampaikan sehingga terjemahannya kurang akurat. 8. Modulasi Memiliki jumlah frekuensi pemakaian yang sama dengan teknik reduksi, yaitu sebanyak 35 kali, teknik modulasi juga menyebabkan terjemahan yang dihasilkan 37, 14% kurang akurat. Namun sebagian besar terjemahannya sudah akurat, berterima, dan mudah dipahami yang secara berurutan prosentasenya adalah 57, 14%, 85, 71% dan 97, 14%. Sebagian kecil terjemahan yang kurang akurat ada sebanyak 37, 14%, 5, 71% tidak akurat, 14, 28% kurang berterima, dan 2, 85% terjemahannya kurang dapat dipahami pemirsa film. Teknik ini merupakan satu-satunya teknik yang menyebabkan satu terjemahan kurang dapat dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre, yaitu: BSu: girls, look how the sun casts shadows on the flowers. BSa: anak-anak, lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga. Penerapan teknik modulasi yang menyebabkan perubahan fokus pada BSa menimbulkan kesulitan bagi pemirsa dalam memahami maksud beberapa kata dalam BSa “…lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga.” Terjemahan ini tentu akan lebih mudah dipahami jika diganti dengan kata-kata yang lebih umum dan luwes, misalnya “… lihat bayangan di atas bunga-bunga commit to user itu”. Tanpa menambahkan kata-kata “yang dibuat matahari”, tentu pemirsa telah
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memiliki pemahaman umum bahwa bayangan timbul karena adanya matahari atau sinar dari sumber cahaya lain. Gambar visual pada layar yang menunjukkan bahwa adegan dalam film tersebut terjadi di siang hari pun mendukung hal ini. 9. Partikularisasi Dalam subtitle film Jane Eyre, penggunaan teknik partikularisasi ditemukan sebanyak 19 kali dan menghasilkan terjemahan-terjemahan yang sepenuhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami pemirsa film karena pemakaian istilah yang lebih khusus membuat pemirsa lebih mudah memahami maksud terjemahan, contohnya: BSu: or rather, beauty finds him BSa: atau gadis cantik itulah yang menemukannya. 10. Peminjaman Murni Teknik
peminjaman
murni
merupakan
satu
dari
empat
teknik
penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar bagi tingkat kualitas terjemahan. Karena meminjam istilah dalam BSu untuk dipakai dalam BSa, dapat dipastikan bahwa terjemahannya tentu akurat. Satu dari 9 terjemahannya adalah: BSu: ah, there’s Thornfield Hall now, miss. BSa: itu Thornfield Hall, Nona. Thornfield Hall adalah nama tempat Jane bekerja, tempat kastil milik Edward Rochester terletak. Karena terikat konteks tempat dan situasi, nama tempat seperti ini biasanya tetap digunakan atau ditulis seperti ini dalam subtitle film berbahasa asing. commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11. Kalke Karena diterjemahkan secara literal, maka 8 terjemahan kata atau frasa dalam subtitle film Jane Eyre ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, bahkan seluruhnya berterima dan mudah dipahami oleh pemirsa film, sebagai contohnya: BSu: a smile BSa: sebuah senyuman. 12. Generalisasi Pemakaian istilah yang baik lebih khusus, dengan menggunakan teknik partikularisasi, maupun lebih umum dapat membantu memudahkan pemahaman pemirsa film Jane Eyre dalam membaca subtitle. Teknik generalisasi hanya dipergunakan satu kali untuk menerjemahkan kalimat tanya berikut ini: BSu: and what happens to disobedient deceitful girls when they die? BSa: dan apa yang terjadi pada anak pembangkang dan pembohong jika mereka meninggal? Kata girls yang sebenarnya memiliki arti “anak-anak perempuan” diganti dengan istilah yang lebih umum dalam BSa, yakni kata “anak.” Tuturan ini memang ditujukan Tn.Brocklehurst pada Jane yang saat itu adalah seorang gadis yang masih kecil, namun dengan menggunakan girls, bukan berarti ucapan Tn.Brocklehurst saat itu hanya dimaksudkan untuk anak-anak perempuan. Kata yang ditandai dengan cetak tebal ini juga efektif digunakan agar hasil terjemahan tetap ringkas.
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Dampak Metode Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Menurut Newmark (1988), hanya metode penerjemahan semantik dan penerjemahan komunikatif yang dapat mencapai dua tujuan utama kegiatan penerjemahan, yaitu keakuratan dan faktor ekonomi. Ia mengungkapkan bahwa metode penerjemahan komunikatif, yang cenderung digunakan oleh penerjemah film Jane Eyre, dipergunakan dengan memerhatikan dan mengutamakan kemampuan
atau
pengetahuan
linguistik
pembacanya.
Teknik-teknik
penerjemahan, yang tentu saja berorientasi pada BSa, yang mendukung hal ini adalah teknik padanan lazim, transposisi, amplifikasi, amplifikasi linguistik, partikularisasi, dan generalisasi. Penambahan informasi maupun unsur-unsur linguistik seperti yang biasa dilakukan dengan menerapkan teknik amplifikasi dan amplifikasi linguistik dalam kegiatan penerjemahan jelas menunjukkan bahwa teknik-teknik ini berpihak pada pembaca, mempertimbangkan pengetahuan yang dimiliki pembaca sasarannya. Kedua teknik ini memberikan akses yang lebih baik bagi para pembaca sasaran, pemirsa film dalam hal ini, untuk bisa memahami maksud atau pesan ujaran-ujaran dalam subtitle dengan mudah. Pemakaian teknik padanan lazim, transposisi, amplifikasi, dan amplifikasi linguistik menghasilkan terjemahan yang seluruhnya mudah dipahami. Mencakup seluruh aspek kualitas terjemahan, teknik partikularisasi dan generalisasi menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami. Sedangkan teknik transposisi tentu dibutuhkan untuk mengatasi perbedaan struktur kalimat atau bahasa antara BSu dan BSa. Namun dari segi keterbacaan, 12 teknik penerjemahan ini seluruhnya menghasilkan terjemahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Hanya terdapat satu terjemahan yang kurang dapat dipahami yang dihasilkan oleh teknik modulasi yang dapat digambarkan dengan prosentase 2, 85%. Terjemahan ini adalah data no 64 yakni “anak-anak, lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga.” Perubahan fokus yang terjadi karena penerapan teknik modulasi ini kurang dapat memberikan dampak yang positif untuk tingkat keterbacaan terjemahan sehingga menimbulkan kesulitan bagi pemirsa film Jane Eyre dalam memahami maksud terjemahan. Terjemahan ini tentu akan lebih mudah dipahami jika diganti dengan kata-kata yang lebih umum dan luwes, misalnya “… lihat bayangan di atas bungabunga itu”. Tanpa menambahkan kata-kata “yang dibuat matahari”, tentu pemirsa telah memiliki pemahaman umum bahwa bayangan timbul karena adanya matahari atau sinar dari sumber cahaya lain. Gambar visual pada layar yang menunjukkan bahwa adegan dalam film tersebut terjadi di siang hari pun mendukung hal ini. Karena metode penerjemahan komunikatif ini memang dipergunakan untuk menghasilkan teks yang dapat diterima pembaca sasarannya dengan baik, tentu saja terjemahan yang dihasilkan, yakni subtitle film Jane Eyre, hampir 100% terbaca atau mudah dipahami pemirsa film ini. Selanjutnya, dikatakan pula bahwa dengan menggunakan metode penerjemahan komunikatif, komponen-komponen budaya yang terdapat dalam BSu dialihkan dan dijelaskan secara kultural menggunakan istilah-istilah BSa yang baik sepadan maupun netral. Dari 12 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan teks audio maupun visual dalam film Jane Eyre, teknik padanan lazim memfasilitasi hal ini. Meskipun frekuensi pemakaian teknik ini jauh lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
sedikit dibandingkan teknik literal, namun teknik padanan lazim memberikan sumbangan yang paling besar dan positif untuk kualitas subtitle Jane Eyre. 97, 59% terjemahan yang dihasilkan akurat dan berterima serta seluruhnya memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Selain itu, menurut Newmark (1988) metode penerjemahan komunikatif bersifat sosial, berkonsentrasi pada pesan yang terdapat dalam teks BSu, cenderung sederhana, jelas dan singkat, dan menghasilkan teks terjemahan yang natural. Terjemahan yang natural tentu tidak bisa lepas dari aspek keberterimaan karena suatu terjemahan harus alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran agar dapat disebut sebagai terjemahan yang natural. Terlihat bahwa ke 12 teknik penerjemahan yang digunakan disini menghasilkan terjemahan-terjemahan yang rata-rata berterima, bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh terjemahan memiliki tingkat keberterimaan yang tinggi karena terjemahan yang termasuk dalam kategori terjemahan yang kurang berterima dan tidak berterima hanya minoritas. Teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi menghasilkan terjemahan yang seluruhnya berterima. Hanya teknik reduksi yang memberikan dampak tidak positif bagi tingkat keberterimaan terjemahan sejumlah tiga data atau 8, 57% dari 35 terjemahan yang dihasilkan melalui penerapan teknik ini. Data yang dimaksud tersebut adalah data no 10, 107, dan no 359. Ujaran-ujaran BSu ini tidak hanya tidak berterima, namun juga tergolong tidak akurat, dan tidak terbaca karena sama sekali tidak diterjemahkan ke dalam BSa padahal memiliki kontribusi cukup penting bagi kelancaran alur cerita pada film dan maksud ujaran yang dikandung sebenarnya dapat membantu commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman pemirsa film jika ujaran-ujaran tersebut diterjemahkan. Secara berurutan, ujaran tersebut adalah uncle Reed, please don’t come back; Mrs. Fairfax …I don’t think I can wait any longer; dan an exotic bird. Terkait dengan terjemahan yang cenderung sederhana, jelas, dan singkat; teknik reduksi dan kompresi linguistik adalah teknik-teknik penerjemahan dari 12 teknik yang dapat membantu terciptanya terjemahan semacam ini. Terjemahan yang ringkas namun jelas merupakan salah satu tujuan utama subtitling karena penerjemahan ini memiliki batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan saat menerjemahkan teks BSu yang tidak dimiliki oleh jenis penerjemahan lain. Batasan atau kendala yang dimaksud sehubungan dengan hal ini adalah waktu tayang dan tempat yang tersedia pada layar televisi maupun bioskop. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2, subtitle film harus memenuhi standarisasi yang ada. Dalam hal ini, diantaranya adalah jumlah baris maksimal dua, jumlah karakter yang terdiri dari huruf dan tanda baca tidak boleh lebih dari 35 karakter, dan beberapa faktor legibility teks lainnya. Mempertimbangkan hal ini, pemadatan maupun pengurangan informasi dapat dilakukan dengan penerapan teknik reduksi dan kompresi linguistik. Kedua teknik ini tepat untuk dipergunakan untuk beberapa kasus tertentu karena teks BSu yang terlalu singkat dapat pula diterjemahkan dengan memberikan tambahan informasi melalui penerapan teknik amplifikasi dan amplifikasi linguistik misalnya. Teknik reduksi dan kompresi linguistik menghasilkan terjemahan yang seluruhnya mudah dipahami atau tingkat keterbacaannya tinggi. Meskipun terdapat beberapa terjemahan yang kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
akurat, tidak akurat dan kurang berterima namun hanya minoritas, jumlahnya lebih sedikit dibandingkan hasil terjemahan yang akurat dan berterima. Tidak seperti teknik reduksi yang menghasilkan 8, 57% terjemahan yang tidak berterima, terjemahan yang didapatkan sebagai hasil penerapan teknik kompresi linguistik tidak ada yang termasuk golongan ini. Dalam hal keakuratan dan keberterimaan, teknik kompresi linguistik memang menghasilkan terjemahan yang lebih baik dibandingkan teknik reduksi karena teknik ini hanya menghilangkan beberapa unsur linguistik dengan tetap memperhatikan informasi yang terkandung dalam ujaran BSu tanpa menghilangkannya. Sedangkan teknik reduksi disini seringkali dipergunakan dengan menghilangkan beberapa informasi yang cukup penting sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik pada BSa dan pada beberapa kasus tidak terkesan alamiah. Teknik ini memang memberikan kontribusi yang paling sedikit untuk kualitas subtitle Jane Eyre. Pengurangan atau penghilangan informasi untuk memadatkan terjemahan dalam memenuhi syarat efisiensi maupun penambahan informasi untuk memberikan akses atau kemudahan bagi pemirsa film dalam membaca dan memahami maksud ujaranujaran dalam film Jane Eyre tidak selalu dapat menghasilkan atau menjadikan subtitle tersebut efektif. Pengurangan atau penambahan informasi yang tidak tepat dan berlebihan dapat menuntun pada suatu kemungkinan bahwa terjemahan yang dihasilkan mempunyai kualitas terjemahan yang kurang ataupun tidak baik. Telah disebutkan sebelumnya, metode penerjemahan komunikatif mengutamakan penyampaian pesan pada BSu yang berarti bahwa metode ini sangat concern dengan aspek keakuratan. Tampak pada tabel 27, seluruh teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
yang digunakan dalam penerjemahan film Jane Eyre ini menghasilkan terjemahan yang mayoritas akurat. Nilai rata-rata keakuratan subtitle film Jane Eyre yang didapatkan adalah 2, 74 sehingga dapat ditetapkan sebagai terjemahan dengan tingkat keakuratan yang tinggi. Newmark (1988) juga menuturkan bahwa tujuan lain dari penerjemahan seharusnya untuk mencapai “efek ekuivalen”; yakni untuk menghasilkan efek yang sama pada pembaca, atau mendekati, seperti efek yang diterima atau dirasakan oleh pembaca BSu. Respon pembaca bahkan dapat diperhitungkan sebagai salah satu tingkat keberhasilan penerjemahan. Hal ini juga berkaitan dengan aspek keberterimaan pada hasil terjemahan. Metode penerjemahan komunikatif, yang menempatkan kemampuan berbahasa dan pengetahuan yang dimiliki pembaca sasaran sebagai pertimbangan utama, diharapkan dapat menghasilkan terjemahan yang membawa efek yang sepadan bagi pembaca sasaran. Hal ini terbukti benar adanya karena seluruh pemirsa film Jane Eyre berpendapat bahwa tidak ada istilah-istilah yang membingungkan, kosakata yang digunakan penerjemah cukup baik, dan hanya sebagian kecil terjemahan yang dirasa tidak berterima atau menciptakan efek yang sepadan seperti yang diharapkan. Sebelumnya telah dipaparkan bahwa ke 12 teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan film ini memberikan sumbangan yang positif untuk aspek keberterimaan subtitle Jane Eyre. Lebih lanjut, pada temuan penelitian dijabarkan bahwa terdapat sebanyak 379 terjemahan (93, 12%) yang berterima, 25 (6, 14%) terjemahan yang kurang berterima, dan hanya 3 (0, 73%) terjemahan yang tidak berterima dan nilai rata-rata keberterimaan yang didapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
adalah 2, 88. Ini menandakan bahwa terjemahan subtitle film Jane Eyre ini termasuk terjemahan dengan tingkat keberterimaan yang tinggi karena terasa alamiah dan tidak melanggar kaidah dan budaya bahasa sasaran.
c.
Dampak Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan Ideologi penerjemahan merupakan suatu kecenderungan terhadap salah
satu dari dua kutub yang berlawanan, yaitu foreignisasi atau ideologi yang berorientasi pada bahasa sumber dan domestikasi, ideologi yang berorientasi pada bahasa sasaran (Venuti dalam Hoed, 2006). Karena merupakan suatu kecenderungan, maka terdapat kemungkinan bahwa dalam analisis suatu teks terjemahan ditemukan dua ideologi penerjemahan di dalamnya. Ini berarti, baik disadari oleh penerjemah ataupun tidak, metode dan teknik penerjemahan yang dipilih dan dipergunakan berorientasi pada BSu dan juga berorientasi pada BSa. Hal ini juga ditemukan dalam subtitle film Jane Eyre, terdapat dua ideologi yaitu foreignisasi dan domestikasi. Sehubungan dengan ideologi foreignisasi, tampak pada tabel 27 bahwa dari 4 teknik yang menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat; berterima; dan mudah dipahami, dua diantaranya adalah teknik peminjaman murni dan kalke yang berorientasi pada BSu dan teknik-teknik lainnya berorientasi pada BSa, yaitu partikularisasi dan generalisasi. Meskipun jumlahnya minoritas, kedua teknik yang berorientasi pada BSu ini ikut memberikan sumbangan yang positif untuk kualitas subtitle Jane Eyre. Teknik terakhir yang berorientasi pada BSu adalah teknik literal. Teknik ini memiliki jumlah frekuensi penggunaan yang paling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
banyak diantara kedua belas teknik lainnya dan menduduki urutan kedua setelah keempat teknik yang telah dibahas sebelumnya dalam hal memberikan dampak yang positif bagi kualitas terjemahan. Dari ketiga teknik tersebut (literal, peminjaman murni, dan kalke), dapat diketahui bahwa metode yang digunakan ialah salah satu metode yang berorientasi pada BSu, yaitu metode penerjemahan harfiah karena teknik literal paling menonjol diantara ketiganya. Dengan metode ini, pada awalnya penerjemah menerjemahkan teks dalam BSu secara kata demi kata kemudian disesuaikan dengan susunan kata dalam BSa namun kata-kata maupun gaya bahasa dalam BSu masih dipertahankan. Meskipun begitu, metode penerjemahan yang cenderung dominan dalam subtitle Jane Eyre adalah metode yang berorientasi pada BSa dan ideologi penerjemahan yang lebih cenderung digunakan oleh penerjemah adalah ideologi domestikasi. Ini terlihat dari jumlah frekuensi penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa lebih banyak (512 kali) dibandingkan dengan teknik-teknik yang berorientasi pada BSu (173 kali). Dalam subtitle Jane Eyre, metode penerjemahan komunikatif lah yang cenderung dipergunakan oleh penerjemah. Karena metode penerjemahan komunikatif merupakan salah satu dari empat metode penerjemahan yang menekankan atau berorientasi pada bahasa sasaran, mengacu pada diagram V Newmark (1988), maka dapat diketahui bahwa ideologi penerjemahan yang cenderung digunakan penerjemah dalam menerjemahkan teks audio maupun visual dalam film Jane Eyre adalah ideologi domestikasi. Ideologi ini digunakan untuk menerjemahkan teks BSu yang pembaca sasarannya luas atau ditujukan commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk pembaca dalam jumlah besar. Film Jane Eyre ini memang ditujukan dan dapat ditonton oleh pemirsa dari berbagai kalangan, khususnya bagi pemirsa remaja dan dewasa. Diungkapkan oleh Shuttleworth dan Cowie dalam Yang (2010) bahwa domestication designates the type of translation in which a transparent, fluent style is adopted to minimize the strangeness of the foreign text for target language readers. Ini menegaskan bahwa ideologi domestikasi mementingkan aspek keberterimaan dalam menerjemahkan suatu teks. Telah dijabarkan sebelumnya, metode penerjemahan komunikatif digunakan dengan tujuan menghasilkan terjemahan yang natural, dengan kata lain metode ini juga menaruh perhatian pada aspek keberterimaan sehingga kesimpulan bahwa kecenderungan ideologi sang penerjemah film Jane Eyre ini ialah ideologi domestikasi adalah tepat adanya. Seperti yang diketahui, subtitle film Jane Eyre dinilai sebagai terjemahan dengan tingkat
keberterimaan
yang
tinggi.
Teknik-teknik
penerjemahan
yang
menyumbangkan kontribusi paling positif untuk aspek keberterimaan ini adalah teknik partikularisasi dan generalisasi. Kedua teknik ini adalah teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran, dua dari beberapa teknik yang dapat membantu maksud penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang alamiah. Mengacu pada definisi Shuttleworth dan Cowie dalam Yang (2010), ideologi domestikasi yang dipilih penerjemah dapat membantu meminimalisasi “keanehan” dalam teks BSu agar dapat berterima bagi pembaca sasaran. Sebagai hasil dari analisis terhadap subtitle film Jane Eyre yang telah commit to user dapat ditarik suatu kesimpulan dilakukan secara menyeluruh dan mendalam,
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa 12 jenis teknik, metode penerjemahan komunikatif, serta ideologi domestikasi yang cenderung digunakan penerjemah dalam menerjemahkan ujaran-ujaran dalam film baik yang berupa dialog (audio) dan visual, memberikan dampak yang positif terhadap keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan subtitle. Mengacu pada analisis tentang dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan, tampak bahwa teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran maupun yang berorientasi pada bahasa sumber dapat menghasilkan terjemahan yang mayoritas atau hampir seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami pemirsa film. Namun, teknik-teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran lebih banyak memberikan kontribusi yang positif untuk kualitas subtitle dengan jumlah total frekuensi penggunaan yang lebih besar. Sebagai contoh, penggunaan teknik transposisi yang merupakan salah satu teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran, menghasilkan terjemahan yang mayoritas akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dalam hal ini, dari 137 teknik transposisi yang dididentifikasi, hanya terdapat 4 teknik yang menghasilkan terjemahan kurang akurat, 1 teknik berdampak pada terjemahan yang tidak akurat, 3 teknik menghasilkan terjemahan yang kurang berterima, dan terjemahan yang kurang terbaca merupakan dampak dari penerapan teknik transposisi dengan frekuensi penggunaan 2 kali. Karena diterapkan dengan cara merubah kategori tata bahasa (gramatikal) BSu ke dalam BSa yang dianggap lebih sesuai, teknik ini seringkali memberikan dampak positif terhadap kualitas terjemahan.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber menghasilkan beberapa terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima, dan cukup sulit dipahami oleh pemirsa. Sebagai contohnya adalah penggunaan teknik penerjemahan literal yang paling sering digunakan, yaitu sebanyak 156 data (22, 77 %). Diantara ketiga teknik yang berorientasi pada bahasa sumber, teknik ini paling banyak menghasilkan beberapa terjemahan yang akurat, namun kurang berterima meskipun masih dapat dipahami oleh pemirsa film. Teknik ini diterapkan dengan cara menerjemahkan kata atau suatu ungkapan secara kata per kata tanpa menjadikan faktor-faktor lain, seperti budaya BSa misalnya, sebagai bahan pertimbangan dalam menerjemahkan. Hal ini berbeda dengan teknik padanan lazim, contohnya, sebagai salah satu teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran karena teknik ini menggunakan istilah yang sudah lazim digunakan dan diakui dalam kamus BSa maupun dalam komunikasi sehari-hari. Setelah dilakukan pembobotan untuk penilaian kualitas terjemahan secara keseluruhan seperti yang disarankan oleh Nababan (2010), nilai overall quality yang didapatkan adalah 2, 82. Nilai rata-rata keakuratan subtitle film Jane Eyre adalah 2, 74, sedangkan nilai rata-rata keberterimaan subtitle adalah 2, 88, dan nilai rata-rata keterbacaannya adalah 2, 98. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesan dalam subtitle film Jane Eyre telah tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, tidak terjadi distorsi makna. Terjemahan-terjemahannya alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Terjemahan teks audio dan visual film Jane Eyre ini juga dapat dengan mudah dipahami oleh pemirsa.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi dua sub bab, yaitu kesimpulan atas hasil penelitian dan pembahasan mengenai teknik, metode, dan ideologi penerjemahan serta kualitas subtitle film Jane Eyre dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan mengenai teknik, metode, dan ideologi penerjemahan beserta kualitas subtitle film Jane Eyre, dapat ditarik kesimpulan mengenai beberapa hal sebagai berikut: 1. Terdapat 12 jenis teknik penerjemahan
yang diterapkan dalam
menerjemahkan unsur-unsur dalam film Jane Eyre berupa audio atau trek suara yang tersaji dalam bentuk dialog dan unsur-unsur yang berwujud visual. 3 teknik diantaranya; yaitu penerjemahan literal, peminjaman murni, dan kalke, berorientasi pada bahasa sumber. 9 teknik lainnya berorientasi pada bahasa sasaran, yakni transposisi, kompresi linguistik, padanan lazim, amplifikasi linguistik, amplifikasi, reduksi, modulasi, partikularisasi, generalisasi, dan adaptasi. 2. Teknik-teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar untuk kualitas subtitle film Jane Eyre adalah teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Disesuaikan dengan situasi tertentu, pemakaian istilah yang baik lebih khusus atau lebih umum, commit to user maupun peminjaman istilah dari bahasa sumber, dapat membantu
123
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memudahkan
pemahaman
pemirsa
karena
kemungkinan
pesan
tersampaikan dengan baik lebih besar. Teknik yang kurang memberikan pengaruh positif terhadap kualitas terjemahan secara keseluruhan adalah teknik modulasi karena satu terjemahan yang dihasilkan tidak berterima. Ini adalah satu-satunya terjemahan yang tidak berterima dalam subtitle film ini. Sedangkan teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi paling sedikit dan memberikan dampak negatif bagi tingkat keakuratan dan keberterimaan subtitle film ini adalah teknik reduksi karena seringkali menyebabkan kurang lengkapnya informasi tertentu dalam terjemahan yang dihasilkan. 3. Metode dan ideologi penerjemahan yang cenderung digunakan penerjemah adalah metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestikasi karena teknik-teknik yang diterapkan cenderung lebih dekat kepada bahasa sasaran. Ideologi domestikasi mementingkan aspek keberterimaan dan metode penerjemahan komunikatif digunakan dengan tujuan menghasilkan terjemahan yang natural. Dengan kata lain, metode ini juga menaruh perhatian lebih pada aspek keberterimaan. 4. Nilai overall quality untuk subtitle film Jane Eyre yang didapatkan adalah 2, 82 sehingga subtitle dapat dinilai sebagai terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa karena pesan dalam subtitle film Jane Eyre telah tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran dan tidak terjadi distorsi makna. Terjemahan-terjemahannya alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Selain itu, terjemahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
teks audio dan visual film Jane Eyre ini juga dapat dengan mudah dipahami oleh pemirsa. B. Saran 1. Subtitling memang merupakan salah satu jenis penerjemahan film yang berbeda dengan jenis penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan, salah satu batasan yang paling terlihat jelas adalah batasan tempat dan waktu. Hal ini menuntut penerjemah untuk lebih hati-hati dan memperhatikan faktor-faktor legibility lainnya. Beberapa teknik yang diharapkan dapat mendukung keefektifan subtitle adalah teknik reduksi dan kompresi linguistik. Namun dalam menerjemahkan ujaran-ujaran dalam film Jane Eyre penerjemah diharapkan lebih berhati-hati dan cermat dalam menggunakan teknik kompresi linguistik. Dibandingkan dengan teknik-teknik lainnya, teknik ini seringkali menghasilkan terjemahan yang kurang akurat. Beberapa informasi yang cukup penting seringkali tidak diterjemahkan atau dihilangkan. 2. Pilihan kata atau diksi maupun padanan kata yang tepat juga penting untuk diperhatikan dalam penerjemahan film ini karena makna dan kesan yang diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis dialog film tersebut. Untuk menimbulkan kesan yang sama seperti ujaran aslinya, seharusnya ungkapan dalam bahasa sumber diterjemahkan ke dalam bentuk ungkapan yang sepadan dalam bahasa sasaran, seperti idiom misalnya. 3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga penelitian lebih lanjut to user dan mendalam mengenai commit subtitling perlu dilakukan. Terutama penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
pada jenis penerjemahan audiovisual lain, baik dengan pendekatan yang sama atau berbeda, misalnya dengan pendekatan pragmatik atau semantik. 4. Penerjemah film Jane Eyre tidak terlibat menjadi informan dalam penelitian ini sehingga informasi yang didapatkan kurang terperinci dan mendalam. Contohnya, berkaitan dengan saran sebelumnya, ialah hal pemakaian teknik reduksi yang berdampak pada hilangnya beberapa informasi penting dalam film. Tidak dapat diketahui dengan pasti apakah hal ini sengaja dilakukan oleh penerjemah demi keefektifan subtitle atau dikarenakan penerjemah tidak memahami istilah tertentu sehingga direduksi begitu saja. Oleh karena itu, diharapkan penerjemah dapat ikut terlibat dalam penelitian selanjutnya agar analisis data dapat menjadi lebih lengkap dan mendetail. 5. Teknik partikularisasi dan generalisasi, dua teknik penerjemahan yang saling bertolak belakang, menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre. Alasan dibalik pemakaian istilah yang lebih khusus maupun lebih umum dalam bahasa sasaran ini perlu diketahui dan dikaji lebih lanjut agar pembahasan penelitian semakin mendalam dan lebih menarik. Misalnya, penerjemah memutuskan untuk menggunakan kedua teknik ini untuk mempermudah pemahaman pemirsa film Jane Eyre karena beberapa istilah berkaitan dengan budaya atau adakah sebab dan alasan lain. Berkaitan dengan saran sebelumnya, keterlibatan penerjemah sangat dibutuhkan untuk mengungkap hal-hal seperti ini. commit to user