Linguistika Akademia Vol.1, No.3, 2012, pp. 275~290 ISSN: 2089-3884
KERAGAMAN SAPAAN DALAM FILM JANE EYRE Yuni Murliati e-mail:
[email protected] ABSTRACT Address terms are morphemes, words, or phrases used to refer one another in a conversational situation in which they differ in the relationship among the participants. Although everyone only has one proper name, the address terms used by others to address her/him may vary. This paper aims to describe the address terms used in Jane Eyre movie to address Jane Eyre, and to find out the influencing reasons of the use. The method used in analyzing data is descriptive analysis method which describes the facts and analyzes the data found. The result of the analysis shows that the use of certain address term to address someone may vary because of the influences of the context of the situation. For example, Jane Eyre is addressed as Jane only by someone who is intimate and equal with her. In contrast, Jane is also used by someone who has higher position than hers, as in the relation between employer and employee.
ABSTRAK Sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang dipergunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara. Walaupun setiap orang hanya memiliki satu nama diri, istilah yang digunakan orang akan sangat beragam dalam memanggil atau menyebutnya. Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan istilah-istilah sapaan yang ada dalam film Jane Eyre untuk menyebut tokoh Jane Eyre serta mencari alasan penggunaaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemilihan suatu istilah tertentu untuk memanggil atau menyebut orang lain yang beragam dipengaruhi oleh aspek-aspek di luar bahasa itu sendiri, yaitu konteks situasi. Misalnya, orang memanggil Jane Eyre dengan sebutan Jane saja karena mereka mempunyai hubungan yang akrab dan status sosial yang setara pula. Akan tetapi, pada konteks situasi yang berbeda, Jane dipakai pula oleh penutur yang berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah majikan Jane. Kata kunci: ujaran, sapaan, hubungan, situasi, penutur.
276
A. PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karenanya, hubungan saling berinteraksi akan terjalin melalui komunikasi dengan menggunakan bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan seperangkat sistem yang sistematis dan sistemis (Chaer, 2007:35) Salah satu sistem bahasa yang sangat sering muncul dalam komunikasi kita sehari-hari yang interaktif adalah sistem sapaan, yaitu sistem yang mengikat unsurunsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa (Kridalaksana, 2008:224). Maka, kita akan menyapa, memanggil, atau menyebut lawan bicara kita dengan istilah-istilah tertentu dengan mempertimbangkan aspekaspek tertentu pula. Pada dasarnya, kita hanya mempunyai satu nama diri yang secara sah diberikan oleh orang tua kita sejak kecil. Sehingga, lazimnya orang lain akan memanggil atau menyebut kita dengan nama yang kita miliki itu. Akan tetapi, fakta yang terdapat dalam masyarakat kita adalah bahwa satu orang akan mempunyai bentuk sapaan yang bermacam-macam. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, seorang pemuda bernama Andika akan dipanggil dengan sebutan yang selain nama dirinya sendiri: nak oleh orang tuanya, kak oleh adiknya, sayangku oleh kekasihnya, ndut atau bro oleh temannya, Pak Guru oleh anak didiknya dan masih banyak lagi bentuk sapaan yang mungkin diberikan kepadanya. Tentu saja, istilah-istilah tersebut digunakan pada situasi tertentu dan orang tertentu pula. Normalnya, tidak mungkin istilah nak digunakan oleh adiknya. Maka disini jelas bahwa hubungan antar pembicara mungkin sangat mempengaruhi dalam penggunaan sapaan. Hal serupa juga terjadi dalam bahasa Inggris. Meski sistem penamaan diri berbeda, namun sapaan terhadap satu orang bisa bermacam-macam. Nama mereka setidaknya terdiri dari dua unsur, dengan unsur yang terakhir sebagai nama keluarga. Dari satu nama diri yang sebenarnya, sebagai proper name, akan muncul istilahistilah lainnya yang digunakan oleh orang lain sebagai sapaan untuknya. Kita dapat mengamati penggunaan sapaan-sapaan yang berbeda-beda itu dengan mengamati kehidupan satu masyarakat tertentu mereka yang berbahasa Inggris secara nyata, ataupun pada masyarakat yang tercerminkan pada suatu karya sastra ataupun film Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
277
tertentu. Film yang berjudul Jane Eyre, misalnya, dapat menjadi obyek yang menarik dalam melihat keragaman suatu sapaan. Film yang berjudul Jane Eyre ini dirilis pada tahun 2011. Film ini merupakan sebuah adaptasi dari sebuah novel klasik karya Charlotte Brontë dengan judul yang sama. Jane Eyre menceritakan kehidupan seorang gadis yatim piatu yang bernama Jane Eyre. Awalnya, ia tinggal bersama bibinya yang sangat membencinya. Lalu ia dikirim ke Sekolah Lowood dan ditelantarkan disana. Setelah beberapa tahun disana, Jane menutuskan untuk meninggalkan Lowood dan bekerja sebagai seorang governess, yaitu pengajar pribadi anak-anak di rumah dan tinggal bersama keluarga tersebut, di Thornfield Hall. Jane dan tuannya, Edward Rochester, saling jatuh cinta. Edward pun melamarnya. Akan tetapi, pernikahan mereka gagal karena sebuah fakta bahwa Edward sebenarnya telah mempunyai istri yang menderita gangguan jiwa. Jane kecewa dan akhirnya pergi meninggalkan Edward. Lalu, Jane bertemu dengan St. John yang menolongnya. Tidak disangka, Jane memperoleh harta warisan dari pamannya. Setelah menolak lamaran dari St. John sebagai istri seorang misionaris, Jane akhirnya kembali kepada Edward yang ditemuinya dalam keadaan buta akibat kebakaran yang melanda rumahnya karena ulah istrinya yang akhirnya meninggal karena bunuh diri. Dari cerita inilah kita dapat mengetahui bahwa disini ada beberapa peran yang menempati kedudukan sosial yang berbeda-beda. Masyarakat yang terlihat dalam film ini masih menjunjung sistem kelas sosial. Hal tersebut inilah nantinya akan mempengaruhi pula dalam penyebutan nama dalam sapaan. Sehubungan dengan hal tersebut, keragaman sapaan dalam film Jane Eyre akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Akan tetapi, penelitian akan dibatasi pada istilah sapaan yang muncul dalam menyebut tokoh utama saja, yaitu Jane Eyre. Hal ini dikarenakan Jane telah mengalami hidup dalam beberapa situasi yang berbeda. Ia telah tinggal di beberapa tempat yang berbeda dan bertemu pula dengan orang-orang yang berbeda. Ia juga menempati posisi yang berbeda dalam masyarakat. Maka, dari sekian ragam situasi yang ia hadapi, kita dapat mengamati bagaiman orang-orang dari situasi-situasi yang beragam itu memberikan istilah sapaannya kepada Jane. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada dua pokok pertanyaan, di antaranya adalah: (1) Apa sajakah istilah Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
278
sapaan yang digunakan dalam penyebutan Jane Eyre? (2) Mengapa istilah-istilah sapaan itu digunakan oleh si pembicara dalam menyebut Jane? Karena sumber data penelitian ini berupa film, maka teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik simak dan catat. Teknik simak dan catat dilakukan dengan mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Subroto, 1992:41). Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis deskriptif, yakni menggambarkan fenomena yang diteliti secara detail berdasarkan data-data yang ditemukan, dilanjutkan dengan analisa terhadap data-data yang ada guna mendapatkan simpulan (Ratna, 2004:53). Dalam menganalisa data, dibutuhkan proses mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan (Wray dan Bloomer, 1998:7-13). Dalam penilitian ini, setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengklasifikasian data. Data dalam penelitian ini, yaitu istilah-istilah yang muncul sebagai sapaan kepada Jane Eyre, akan diklasifikasikan berdasarkan kesamaan bentuk istilahnya. Selanjutnya masing-masing akan diinterpretasi dan dideskripsikan berdasarkan teori yang bersangkutan. B. LANDASAN TEORI Penulis menerapkan teori komponen sosiologis bahasa Firth dalam menganalisa data bahasa tersebut di atas. Teori ini dicetuskan oleh John Ruppert Firth, seorang linguis yang sangat berperan dalam aliran linguistik London yang juga banyak dipengaruhi oleh Bronislaw Malinowski yang merupakan pencetus istilah context of situation dalam penempatan kata-kata. Firth juga berpendapat bahwa telaah bahasa harus memperhatikan komponen sosiologis. Tiap tutur harus dikaji dalam konteks situasinya (Chaer, 2007:356). Oleh Firth, komponen sosiologis disebut pula dengan istilah context of situation tersebut atau juga context of environment, yaitu arena hubungan-hubungan (field of relations), yang menyangkut: 1. hubungan antara orang-orang yang memainkan peran dalam masyarakat, Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
2. 3.
ISSN: 2089-3884
279
kata-kata yang mereka ujarkan, kejadian-kejadian dan objek yang mengikuti peristiwa tutur.
Lebih jauh mengenai peran konteks sosial dalam suatu ujaran, Firth menambahkan bahwa para linguis seharusnya mempertimbangkan tentang bagaimana cara bahasa itu dipakai dalam interaksi sosial, dan bagaimana bahasa itu bervariasi sesuai dengan fungsi sosialnya. Firth juga mengemukakan pentingnya melihat bahasa sebagai fenomena sosial sebagai berikut. Dalam menjalani hidup ini kita harus mempelajari bentuk-bentuk ragam bahasa kita dalam tahapan-tahapannya sebagai syarat pelibatan kita dalam perkumpulan-perkumpulan sosial. Kita tidak mencampuradukkan peran kita dan bermacam bentuk bahasa yang ditentukan untuknya dalam satu jenis campur aduk. Tindakan yang efektif dan sikap yang baik menghendaki kecocokan bahasa dan konteks situasional.
Maka, peran pembicara dalam masyarakat sangat mempengaruhi bentuk-bentuk ragam bahasa tersebut (Alwasilah, 1993:65-67). Firth juga berpendapat bahwa tuturan itu mempunyai fungsi sosial sebagai alat komunikasi dan mengidentifikasikan kelompokkelompok sosial. Oleh karena itu, studi tentang tuturan tanpa mempertimbangkan mayarakat penuturnya akan kehilangan kemungkinan-kemungkinan untuk menjelaskan struktur bahasa yang dipakai (Herniti, 2010). Berkenaan dengan teori yang dikemukakan oleh Firth ini, Kridalaksana juga memberikan definisinya mengenai konteks situasi, yaitu lingkungan nonlinguistis ujaran yang merupakan alat untuk memperinci ciri-ciri situasi yang diperlukan untuk memahami makna ujaran. Dalam teori ini makna merupakan hubungan yang kompleks antara ciri linguistik dari ujaran dan ciri situasi sosial (2008:135). Dari keterangan tersebut, jelas bahwa lingkungan sosial memiliki hubungan yang erat dengan ujaran yang dihasilkan oleh si pembicara. Ketika suatu bahasa dihubungkan dengan situasi sosial yaitu masyarakat pengguna bahasa itu, maka kajian ini masuk dalam ranah sosiolinguistik karena sosiolinguistik merupakan studi bahasa dalam hubungannya dengan masyrakat (Hudson via Wardhaugh, 2006:13). Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
280
Adapun mengenai sapaan, Kridalaksana menyebutkan bahwa sapaan merupakan morfem, kata, atau frase yang dipergunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbedabeda menurut sifat hubungan antara pembicara (2008:214). Maka, sapaan yang diujarkan oleh setiap orang akan berbeda jika hubungan antara pembicaranya juga berbeda. Hal ini sesuai dengan teori Firth yang telah disebutkan di atas bahwa hubungan antar pembicara menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam sebuah ujaran. Dalam bahasa Inggris, sapaan dikenal dengan istilah address terms. Terdapat beberapa jenis istilah yang digunakan. Menurut studi kasus yang dilakukan oleh Brown dan Ford setidaknya ada beberapa peristilahan sapaan, diantaranya: gelar diikuti nama belakang (TLN/title last name), nama depan (FN/first name), gelar saja (T/title), nama belakang saja (LN/last name), FN dengan diminutif, dan sebutan sayang (pet name). Selain itu, ada pula penggunaan istilah kekeluargaan (kinship terms) (Wardhaugh, 2006:268-269). Kaitannya dengan penelitian ini, sapaan yang dimaksudkan adalah sapaan untuk menyebut tokoh utama yang ada dalam film Jane Eyre, yaitu Jane Eyre. Kita dapat menemukan beragam istilah sapaan untuk merujuk pada satu orang saja. Istilah sapaan yang sama pun kemungkinan memiliki makna yang berbeda jika kita memahami konteks situasi sosialnya. C. ANALISIS Berdasar pada teori yang digunakan, maka deskripsi pada analisis data penelitian ini mangacu pada tiga hal sebagai komponen konteks situasi yang mempengaruhi penggunaan istilah tertentu dalam menyebut seseorang, dalam hal ini adalah Jane Eyre. Tiga komponen itu diantaranya: (1) hubungan antara orang-orang yang memainkan peran dalam masyarakat, (2) kata-kata yang mereka ujarkan, dan (3) kejadian-kejadian dan objek yang mengikuti peristiwa tutur. Maka, dalam analisisnya akan berdasarkan ketiga aspek tersebut. Klasifikasi data didasarkan pada jenis istilah yang sama. Maka, beragam istilah sapaan yang muncul untuk menyebut, memanggil, ataupun menyapa Jane Eyre akan dideskripsikan seperti berikut ini beserta analisisnya.
Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
281
1. Penggunaan FNLN (Nama Lengkap) “Jane Eyre” Penggunaan istilah sapaan dengan menyebut nama lengkap terjadi pada ujaran berikut ini. BROCKLEHURST: Do you know, Jane Eyre, where the wicked go after death? (Apakah kamu tau, Jane Eyre, dimana orang jahat masuk setelah mati?) JANE: They go to hell. (Mereka masuk ke neraka.) Dilihat dari segi hubungan antar penutur, Jane dan Brocklehurst sama sekali tidak memiliki hubungan yang dekat. Mereka bahkan tidak saling mengenal. Brocklehurst adalah seorang pengawas di Sekolah Lowood yang kejam. Pada saat itu, Jane masih berusia sepuluh tahun dan belum bersekolah di Lowood sehingga ia tidak mengenal Brocklehurst. Dari kata-kata yang diujarkan oleh Brocklehurst, kita dapat mengetahui bahwa ujaran ini berbicara mengenai kematian orang yang jahat. Jane menanggapinya dengan memberinya jawaban yang memang tepat. Sedangkan kejadian yang menyertai percakapan antar keduanya berhubungan dengan keributan yang diperbuat Jane dengan menyerang sepupunya. Hal tersebut dijadikan alasan oleh bibinya untuk memasukkan Jane ke Sekolah Lowood yang diperuntukkan untuk anak yatim piatu seperti Jane. Maka datanglah Brocklehurst untuk menjemput Jane. Orang akan cepat tanggap bahwa orang yang memanggil namanya dengan lengkap ada maksud khusus. Dalam hal ini, dari ujaran Brocklehurst terdapat kesan memperingatkan dan mengancam. Penggunaan istilah Jane Eyre yang disebutkan lengkap dalam merujuk Jane dilakukan untuk memberikan tekanan dalam memanggil Jane dan mempertegas bahwa Jane yang dia maksud adalah benar-benar Jane Eyre yang berada didepannya, bukan Jane yang lainnya. Selain itu, ada maksud menggertak dalam sapaan itu. Hal ini sesuai dengan situasinya yaitu ketika Jane baru saja membuat kekacauan, Brocklehurst mengingatkannya tentang hukuman yang didapat orang jahat kelak setelah meninggal. Peringatan yang juga ancaman itu dikhususkan untuk Jane. Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
282
Sehingga, disini penggunaan nama lengkap dibutuhkan untuk memberikan efek mengkhususkan dan memarahi. Maka, dari ketiga faktor, kejadian atau situasi yang mengikuti peristiwa itulah yang sangat berperan dalam melatarbelakangi penggunaan sapaan tersebut. 2. Penggunaan TLN (Gelar Diikuti dengan Nama Belakang) “Miss Eyre” Ada beberapa situasi yang ujarannya mengandung bentuk sapaan kepada Jane Eyre dengan panggilan Miss Eyre. Akan tetapi, pada dasarnya situasi yang menyertai hampir serupa sehingga pada analisisnya hanya akan dideskripsikan satu kasus ujaran saja. JANE:
Mr. St. John - What on earth brings you from your hearth on a night like this? There’s no bad news I hope? (Tuan St John – Kenapa Anda malam-malam begini datang kesini? Saya harap tidak ada kabar buruk.) ST. JOHN: How easily alarmed you are, Miss Eyre. (Anda ini mudah khawatir ya, Nona Eyre.) JANE: Won’t you sit down? (Silahkan duduk.) ST. JOHN: Thank you, Miss Eyre. (Terima kasih, Nona Eyre.) Percakapan di atas terjadi antara Jane ketika sudah dewasa dengan St. John Rivers. St. John adalah seorang pendeta yang telah menyelamatkan hidup Jane dan juga memberikan pekerjaan untuknya. Awalnya, mereka tidak saling mengenal. Hubungan keduanya masih sebagai orang asing yang belum lama kenal. Tidak banyak informasi tentang Jane yang diketahui oleh St. John. Intinya adalah bahwa hubungan mereka tidak dekat. Selanjutnya mengenai kata-kata yang diucapkan oleh para penuturnya menunjukkan bahwa St. John sedang berkunjung ke rumah Jane Eyre pada malam hari. Pada saat itu, St. John sengaja datang malam-malam untuk memberitahu Jane bahwa seseorang telah mencari Jane untuk memberikan warisan yang ditinggalkan oleh pamannya. Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
283
Penggunaan sapaan Miss Eyre meliputi dua unsur. Yang pertama title atau gelar formal dalam bahasa Inggris Miss. Penggunaan istilah ini digunakan untuk menyebut seorang wanita yang belum menikah, tentu saja ini sesuai dengan keadaan Jane yang memang belum menikah. Yang kedua yaitu unsur nama belakang, yaitu nama keluarga Eyre. St. John tidak menggunakan nama depan sehingga terbentuk Miss Jane. Hal tersebut dikarenakan oleh hubungan keduanya yang tidak dekat, sehingga penyebutan dengan gelar yang diikuti nama belakang akan terasa lebih sopan dan menghormati. Hal serupa terjadi pula pada istilah sapaan oleh Edward Rochester yang ketika itu juga baru saja mengenal Jane. Meski posisi Rochester adalah sebagai atasannya Jane, tapi ketika mereka baru saja bertemu dalam perkenalan, penggunaannya lebih sopan dengan Miss Eyre seperti dalam ujaran berikut ini. ROCHESTER: Do you never laugh, Miss Eyre? (Kamu tidak pernah tertawa, Nona Eyre?) 3. Penggunaan Governess”
TT
(Gelar
Diikuti
Gelar
Profesi)
“Miss
TT terdiri dari gelar formal Miss dan gelar karena pekerjaan Governess (guru privat yang mengajar anak-anak di rumah dan tinggal bersama keluarga tempat ia bekerja). Hanya terdapat satu situasi dimana si penutur menggunakan istilah ini. ROCHESTER: I must beg of you to please come here, Miss Governess. (Saya harus memohon kepada Anda untuk datang kesini, Nona Governess.) Pada saat ujaran ini terjadi, waktu itu adalah pertama kalinya mereka bertemu. Mereka belum saling mengenal. Akan tetapi, Jane hanya memberitahu Rochester bahwa ia adalah seorang governess di Thornfield Hall. Mengenai kata-kata yang diucapkan oleh Rochester, tampak jelas bahwa ia meminta Jane untuk datang ke arahnya. Kejadian yang melatarbelakangi terjadinya ujaran ini adalah pertemuan mereka di tengah hutan dan Rochester terjatuh Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
284
dari kudanya. Karena Jane tidak dapat menuntun kudanya ke arahnya, Rochester meminta Jane untuk memapahnya menuju kudanya. Penggunaan Miss Governess dalam menyebut Jane rupanya banyak dipengaruhi oleh hubungan antar keduanya yang tidak saling mengenal. Pemilihan istilah Miss didasarkan pada perkiraan Rochester terhadap Jane yang masih sangat muda, sehingga ia berfikir bahwa Jane mungkin saja belum menikah dan tepat bila ia memanggilnya dengan sebutan Miss. Pemilihan gelar pekerjaan Governess sebagai sapaan dilakukan karena konteks situasi pada saat itu Rochester tidak mengetahui nama Jane, sehingga penyebutannya dilakukan semata-mata karena ketidaktahuan Rochester. 4. Penggunaan FN (Nama Depan) “Jane” Istilah sapaan yang paling sering muncul dalam film ini adalah penggunaan nama depan (First Name). Dari situ peneliti menemukan dua situasi yang yang berbeda dalam penggunaan sapaan Jane. Situasi yang pertama terjadi antara Jane dengan temannya, sedangkan situasi yang kedua terjadi antara Jane dengan atasannya/tuannya. JANE: Helen. HELEN: Jane, you’re freezing. Your feet are bare. Come into bed and cover yourself. (Jane, kamu kedinginan. Tanpa alas kaki. Naiklah ke ranjang dan selimuti dirimu.) Situasi yang pertama terjadi antara Jane dan Helen Burns ketika mereka masih kecil. Helen adalah teman dekat Jane di sekolah Lowood. Mereka sangat akrab. Kata-kata yang diujarkan oleh Helen mengindikasikan bahwa Helen meminta Jane untuk menghangatkan dirinya dengan naik ke ranjang dan berselimut. Situasi pada saat itu menunjukkan bahwa Helen sedang sakit. Lalu Jane mendatangi Helen untuk menemaninya. Penggunaan sapaan Jane sebagai nama pertama jelas dipakai keduanya dalam menyebut satu sama lain. Melihat dari ketiga komponen tersebut, hal tersebut dikarenakan karena keakraban mereka dan juga kesetaraan dalam status sosial yang mereka miliki. Mereka sebaya dan samaLinguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
285
sama menjadi murid di kelas yang sama pula. Maka penggunaan nama depan sebagai sapaan untuk Jane Eyre dalam situasi yang pertama ini dikarenakan keakraban dan kesetaraan status sosialnya. Hal serupa juga terjadi ketika Mary memanggil Jane dengan Jane juga. Mary adalah adik St. John yang berteman dengan Jane. Situasi yang kedua lebih banyak muncul dalam film ini. Bentuk sapaan Jane sering digunakan oleh Rochester, pemilik Thornfield Hall tempat Jane bekerja sebagai seorang governess. Selang beberapa waktu, Rochester dan Jane semakin sering bercakapcakap. Rochester tidak lagi menyebut Jane dengan sebutan Miss Governess maupun Miss Eyre seperti yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Ia kini beralih dengan menyebut Jane saja. Akan tetapi, kasus pada situasinya tidak seperti pada analisis sebelumnya yang kedua penuturnya menggunakan nama pertama dalam menyebut satu sama lain. Dalam situasi yang sekarang, Jane tidak menyebut Rochester dengan FN. JANE: Mr. Rochester, I’ve had no wages. I need funds for my journey. (Tuan Rochester, Saya belum digaji. Saya butuh uang untuk perjalanan saya.) ROCHESTER: Take your wages, Jane. (Ambil gajimu, Jane.) Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hubungan mereka adalah hubungan antara majikan dan pekerjanya. Meski mereka telah sering terlibat percakapan, itu belum berarti hubungan mereka menjadi sangat akrab sehingga menghilangkan jarak antara majikan dengan pekerjanya. Berdasarkan kata-kata yang ada dalam ujaran itu, dapat dilihat bahwa Jane meminta gajinya untuk membiayai perjalanannya. Jane diminta bibinya untuk pulang ke rumahnya yang dulu. Karena Jane tidak mempunyai uang, ia meminta gajinya. Berkenaan dengan istilah sapaan, meskipun Rochester memanggil Jane dengan sebutan Jane saja, sehingga terkesan lebih akrab, Jane tetap harus menghormati tuannya dengan tetap menyebutnya dengan sopan Mr. Rochester. Sehingga jelas disini bahwa pemakaian first name dalam menyebut Jane disini terjadi karena posisi status sosial Rochester yang lebih tinggi sehingga ia merasa Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
286
lebih berkuasa dan bebas baginya untuk memanggil Jane dengan sebutan itu. Berbeda dengan konteks yang sebelumnya, konteks yang kedua tidak dikarenakan keakraban dan kesetaraan, tetapi dikarenakan oleh kekuasaan yang dimiliki si penutur. 5. Penggunaan Pet Name (Sebutan Sayang) “My love” Penggunaan istilah sapaan dengan sebutan sayang ini masih ada hubungannya dengan pembahasan yang sebelumnya. Istilah my love muncul dari Rochester untuk menyebut Jane. ROCHESTER: Good night. Good night, my love. (Selamat malam. Selamat malam, cintaku.) JANE: Good night. Nampaknya hubungan tuan-pekerjanya telah terhapus dengan adanya cinta di antara mereka. Hubungan Jane dan Rochester semakin dekat. Mereka saling jatuh cinta. Tidak tanggung-tanggung, Rochester pun melamar Jane dan diterima oleh Jane. Perbedaaan status sosial terabaikan. Hal inilah yang sangat mempengaruhi penggunaan pet name dalam penyebutan pada Jane. Hal tersebut menjadikan jarak keduanya semakin dekat. Maka, kita dapat melihat bahwa penggunaan pet name atau sebutan sayang ini dilakukan dalam situasi yang menunjukkan rasa kasih sayang. Dalam hal ini, Rochester merasa mencintai Jane, dan karena ia pun mengetahui bahwa Jane juga mencintainya sehingga istilah ini muncul. 6. Penggunaan Kinship Term (Istilah Kekeluargaan) “Child” Istilah kekeluargaan yang muncul untuk merujuk pada Jane adalah child seperti pada ujaran di bawah ini. MRS. FAIRFAX: I don’t want to grieve you, child, but let me put you on your guard. (Aku tak ingin membuatmu sedih, nak, tapi izinkan aku mengingatkanmu.) Mrs. Fairfax merupakan rekan kerja Jane di Thornfield Hall. Ia sebagai pengurus urusan rumah tangga. Ia sudah tua. Ia juga Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
287
sangat baik terhadap Jane. Jane sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Melihat ujaran tersebut, jelas bahwa Mrs. Fairfax sedang mengingatkan akan sesuatu hal kepada Jane. Konteks situasi saat itu adalah bahwa Mrs. Fairfax mengingatkan dan menasehati Jane untuk tidak menikahi Rochester karena perbedaan usia mereka yang terpaut cukup banyak dan perbedaan kelas sosial mereka. Penggunaan kata child sengaja dipakai untuk menunjukkan peran seorang ibu yang ingin diperlihatkan oleh Mrs. Fairfax kepada Jane. Sehingga kesan yang didapatkan lebih tenang dan lebih halus. Meski Mrs. Fairfax bukanlah ibunya Jane, penggunaan kata child dimaksudkan untuk menggambarkan peran seorang ibu dalam menasehati anaknya karena selama ini Mrs. Fairfax memang selalu memperlakukan Jane seperti anaknya sendiri. 7. Penggunaan Animal Name (Nama Binatang) “Rat” Penggunaan istilah nama binatang rat yang berarti ‘tikus besar’ dijumpai pada ujaran berikut ini. JOHN REED: Where are you, rat? (Dimana kamu, rat?) JOHN REED: That belongs to me, rat. (Buku ini punyaku, rat.) Kedua ujaran tersebut terjadi pada situasi yang sama dengan penutur yang sama pula. John Reed adalah sepupu Jane Eyre. Peristiwa ujaran ini terjadi ketika Jane Eyre masih usia remaja. Begitu pula John Reed. Hubungan keduanya terbilang tidak akrab meski keduanya tinggal serumah. Dari kata-kata yang ada dalam ujaran tersebut, John Reed sedang mencari Jane. Lalu. John Reed menemukan Jane dan mengklaim bahwa buku yang dibawa Jane adalah miliknya. Dalam konteks ini, John Reed mencari Jane dengan mambawa sebuah pedang di tangannya. Ia melangkah pelan seperti layaknya seseorang yang tengah mencari seekor tikus untuk dibunuh. Penggunaan nama binatang tertentu dalam menyebut seseorang sudah biasa ditemui, bahkan terkadang dipakai sebagai nama panggilan yang sudah akrab. Merujuk pada konteks situasi tersebut, maka jelas bahwa penggunaan rat (tikus besar) disini Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
288
digunakan untuk mengejek dengan maksud mengolok-olok Jane. John menyamakan Jane dengan seekor tikus yang besar yang siap dibasmi ketika sudah ditemukan. Dalam hal ini Jane dianggap seperti tikus yang mencuri keju lalu bersembunyi, Jane mengambil buku yang dianggapnya milik pamannya lalu bersembunyi membacanya meski pada akhirnya John menemukannya dan merampas bukunya itu. D. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, peneliti dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa keragaman istilah sapaan dalam menyebut Jane Eyre meliputi Jane Eyre, Jane, Miss Eyre, Miss Governess, my love, child, dan rat. Penggunaan yang beragam itu dipengaruhi oleh konteks situasi yang berbeda pula. Sifat hubungan pembicara dengan Jane sendiri juga mempengaruhi jenis sapaan yang diujarkan. Sapaan Jane Eyre digunakan karena si penutur ingin memberikan penekanan dan gertakan pada nama Jane sehingga akan lebih mengundang perhatian Jane terhadap apa yang disampaikan oleh si penutur. Sapaan Miss Eyre digunakan ketika si penutur merasa baru saja mengenal Jane dan ia belum mengenal banyak tentang Jane. Sapaan Jane terjadi karena dua penyebab, yang pertama karena si penutur merasa sudah sangat akrab dengan Jane dan merasa memiliki status sosial yang sama pula, yang kedua karena si penutur merasa lebih berkuasa daripada Jane sehingga ia lebih leluasa untuk memanggil Jane dengan sebutan Jane saja. Sapaan Miss Governess digunakan karena si penutur hanya melihat faktor usia dan informasi terbatas tentang Jane, serta belum mengetahui namanya Jane sebenarnya sehingga penyebutan profesi merupakan pilihan yang tepat bagi si penutur. Sapaan my love digunakan karena si penutur mencintai Jane dan sapaan itu sebagai wujud kasih sayangnya. Selanjutnya sapaan child digunakan karena si penutur ingin memposisikan dirinya layaknya seorang ibu dalam satu keluarga. Yang terakhir adalah sapaan rat yang digunakan ketika si penutur ingin mengejek Jane dengan menyamakan diri Jane dengan rat atau tikus yang besar. Jadi, jelas bahwa pemilihan suatu istilah tertentu untuk memanggil atau menyebut orang lain dipengaruhi oleh aspek-aspek di luar bahasa itu
Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
289
sendiri, yaitu konteks situasinya, khususnya hubungan antar kedua penutur. E. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Herniti, Ening. 2010. “Sociolinguistik”. Dalam http://eningherniti.blogspot.com/p/sosiolinguistik.html Diunduh pada hari Senin, 18 Juni 2012, pukul 10.30. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Lingistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Peneliitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Subroto, D. Edi. 1992. Pengantar Metode Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Ubaidillah. 2012. “Teori Linguistik Struktural Aliran London”. Dalam http://www.scribd.com/doc/86059372/Teori-Linguistik-StrukturalLondon-Compatibility-Mode Diunduh pada hari Sabtu, 24 Maret 2012, pukul 16.50. th Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. 5 Ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. Wray, Alison dan Alieen Bloomer. 1998. Project in Linguistics: A Practical Guide to Researching Language. Dalam Google Search Book.
Keragaman Sapaan dalam Film Jane Eyre (Yuni Murliati)
290
Linguistika Akademia, Vol. 1, No. 3, 2012 : 275 – 290