UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI, IDEOLOGI, METODE, DAN TEKNIK PENERJEMAHAN UNGKAPAN SAPAAN BERBAHASA INGGRIS-AMERIKA KE DALAM BAHASA INDONESIA
DISERTASI
ARIE ANDRASYAH ISA 0806401922
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI LINGUISTIK DEPOK JULI 2015 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI, IDEOLOGI, METODE, DAN TEKNIK PENERJEMAHAN UNGKAPAN SAPAAN BERBAHASA INGGRIS-AMERIKA KE DALAM BAHASA INDONESIA
DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
ARIE ANDRASYAH ISA 0806401922
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI LINGUISTIK DEPOK JULI 2015 i Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
ii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
iii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur alhamdulillah ke hadirat Allah subhanallah wa ta’ala atas rahmat dan ridha serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus atas dukungan, bimbingan, bantuan, dan semangat yang diberikan kepada saya dari berbagai pihak selama saya mengikuti pendidikan dan menyelesaikan disertasi ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada Prof. Benny Hoedoro Hoed selaku promotor yang dengan sabar membuka cakrawala ilmu penerjemahan dan membimbing saya dalam penulisan, perbaikan, hingga penyelesaian disertasi ini. Terima kasih atas segala perhatian, pemikiran, dan pandangan-pandangan yang Bapak hibahkan kepada saya. Saya juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo selaku kopromotor yang membuka wawasan saya mengenai kajian penerjemahan dan telah membimbing saya dengan sabar dan teliti dalam penyelesaian disertasi ini. Demikian pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Dr. Grace Wiradisastra, M.Ed. yang bersedia meluangkan waktu dan membimbing saya dengan sabar dan teliti untuk membagi ilmu tentang budaya kebahasaan masyarakat Amerika dan untuk memberikan saran, masukan, dan kritik kepada saya di sela-sela kesibukan beliau. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. F.X. Rahyono, yang bersedia menjadi penguji saya di sela-sela kesibukan Bapak sebagai Ketua Program Studi Linguistik. Terima kasih atas dorongan dan motivasi yang Bapak berikan kepada saya dalam penyelesaian disertasi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Emi Emilia, M.Ed., Ph.D. yang jauh-jauh datang dari Bandung untuk menguji saya. Saya mengucapkan terima kasih atas masukan, saran, dan kritik yang berharga dari sidang prapromosi hingga sidang promosi. Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Susilastuti Sunarya atas masukan, saran, dan kritik yang Ibu berikan. Masukan, saran, dan kritik tersebut sangat membantu saya dalam penyelesaian disertasi ini. Terakhir, ucapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan kepada Dr. Untung Yuwono, selaku penguji disertasi saya iv Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
yang telah memberikan masukan, saran, dan pandangan serta kritik atas perbaikan dan penyelesaian disertasi saya. Ucapan terima kasih juga tidak luput saya sampaikan kepada Almarhum Prof. Anton M. Moeliono atas dukungan dan bimbingan yang beliau berikan sebelum beliau beristirahat dengan tenang dan damai. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada staf Sekretariat Departemen Mbak Nur dan Mbak Rita yang banyak membantu dalam pelayanan administrasi akademik. Saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Mahsun, M.S., Dra. Yeyen Maryani, M.Hum., Drs. Mustakim, M.Hum., dan Dra. Dad Murniah, M.Hum., yang telah mengizinkan, mendukung, dan mendorong saya untuk melanjutkan pendidikan hingga ke program studi S-3. Demikian pula halnya kepada para kolega saya, antara lain Drs. Sry Satriya Wisnu Sasangka, M.Pd., Dra. Ebah Suhaebah, M.Hum., Dra. Mumun Siti Murdinah, Dra. Dwi Pratiwi, M.Pd., Dira Hildayani, S.S., dan Muhammad Ibrahim Kasman, S.S., yang telah memberi masukan yang berharga atas disertasi dan dukungan kepada saya selama mengikuti program doktoral. Terima kasih saya ucapkan juga kepada para penerjemah, Ibu Desak Nyoman Pusparini yang jauh di Denpasar, Bali, Ibu Inggrid Dwijani Nimpoeno, Ibu Dina Begum, dan narasumber Troy Kitch yang berada nun jauh di California, Amerika Serikat, Pak Dody (Pendeta), Pak Triyogo (Kasubnit Krimsus, Polrestro Jaksel), dan Pak Saifudin (Komandan Regu pada PMPP) yang terlibat di dalam penyelesaian disertasi ini. Terima kasih yang tulus atas masukan dan pandanganpandangan yang Bapak dan Ibu sekalian berikan. Istri tercinta, Irsanti Widuri Asih, M.Si., terima kasih atas segala doa, kesabaran, dukungan, dan pengertian selama saya menempuh jenjang S-3. Kedua Malaikat Kecilku, Huzaiva Ramzee Isa (Bangbuy) dan Danish Anaqi Isa (Debuy) atas kesabaran dan doa yang kalian berikan ke Papa sehingga Papa dapat menyelesaikan disertasi ini. Mohon maaf atas segala keluhan yang Papa rasakan juga kalian rasakan selama Papa mengikuti Program S-3. Malaikat Kecilku yang lain Syabil Abiyyu Isa yang sudah mendahului kami ke surga dan menanti kami di surga sebagai ahli surga bagi kami yang ditinggalkan, “Would you know my name if I saw you in heaven…” v Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
(Eric Clapton, Tears in Heaven). Semoga engkau mendapat tempat yang mulia di sisiNya, Nak. I love you all, folks. Kepada Ayahanda Drs. H.D. Syahrial Isa, S.U., dan Ibunda Hj. Roslina, aku ucapkan terima kasih yang takterhingga atas segala doa dan dukungan yang diberikan kepadaku sejak saya lahir hingga kini. Juga saya ucapkan terima kasih kepada abang, kakak, dan adik-adik, Surya Dharma, S.Sos. dan Eka Kesumawardani, S.Sos., M.Si.; Nova Ramadhana Isa, S.Sos., dan Rahma Hanim Lubis, A.Md.; Eva Amanda Syah Isa, S,Pt., M.Si., dan Didi Kurniawan, S.P.; Ella Afiatnita Isa, Am.Keb. dan Suhendra, S.T.; Nur Idul Adha, S.Hut. dan Kurniawan Effendi, S.Hut., M.Si. atas dukungan, harapan, dan doa kalian selama aku menempuh studi S-3. Kepada Mbak Ita dan Mas Bambang serta Mbak Yanti dan Mas Madi juga saya ucapkan terima kasih atas bantuan immaterial dan doa kalian. Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada teman seperjuangan, yakni Ibu Elvi Citraresmana dan Bapak Supriyoko atas dukungan serta motivasi yang diberikan kepada saya selama saya menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, khususnya di Program Studi Linguistik.
Pamulang, 27 Juli 2015
vi Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
vii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
ABSTRAK
Nama : Arie Andrasyah Isa Program Studi : Linguistik Judul : Strategi, Ideologi, Metode, dan Teknik Penerjemahan Ungkapan Sapaan Berbahasa Inggris-Amerika ke dalam Bahasa Indonesia
Disertasi ini menyingkap strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika dan ungkapan sapaan bahasa Indonesia serta budaya kebahasaan yang terlibat di dalam penerjemahan. Penelitian kualitatif ini menggunakan tiga novel Amerika beserta terjemahan bahasa Indonesianya dan wawancara dengan penerjemah serta narasumber lain. Didukung oleh teori penerjemahan, ungkapan sapaan, dan budaya kebahasaan, penelitian ini menemukan dua ideologi penerjemahan yang berhulu pada strategi penerjemahan pemancaan (foreignization) dan pelokalan (domestication). Di samping itu, juga ditemukan tujuh metode penerjemahan dan dua puluh empat teknik penerjemahan serta budaya kebahasaan yang menyangkut kuasa (power) dan solidaritas (solidarity). Kata kunci: strategi penerjemahan, ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, teknik penerjemahan, ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika, ungkapan sapaan bahasa Indonesia, budaya kebahasaan
viii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
ABSTRACT
Nama : Arie Andrasyah Isa Program Studi : Linguistics Judul : Translation Strategies, Ideologies, Methods, and Techniques of American-English Forms of Address into Indonesian
This dissertation reveals the translation strategies, ideologies of translation, translation methods, and translation techniques of American-English forms of address into their Indonesian translations within linguistic culture involved in the translation. This qualitative research employs three American novels with their translation versions and interviews with their translators and other resource persons. Through the theories of translation, forms of address theories, and linguistic culture, the research findings indicate that two ideologies of translation: foreignization and domestication. Besides, it is also found that there are seven methods of translation with twenty four techniques of translation and linguistic culture relating to power and solidarity. Key words: translation strategies, ideologies of translation, translation methods, translation techniques, American forms of address, Indonesian forms of address, linguistic culture
ix Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
DAFTAR ISI ...i HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i ..ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………….....ii .iii LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................…iii .iv UCAPAN TERIMA KASIH……..…………………………………………................. …iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….……......................vii ABSTRAK.…………………………………………………………….…………….......viii ABSTRACT………………………………………………………………………….....…ix DAFTAR ISI…………………………………………………………….………...............xi GLOSARIUM…………………………………………………………………….............xii DAFTAR BAGAN…………………………………………………….………..............xvii DAFTAR LAMBANG....................................................................................................xviii DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………...........xix BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..…........................….1 1.1 Latar Belakang …………...……………………………...........................................….1 1.2 Masalah Penelitian..……………………………………………………………..…3 1.3 Tujuan Penelitian.………………………………...………………………..…...….3 1.4 Kemaknawian Penelitian.……......…………………………………………......….3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA..…………………………………………….............….5 2.1 Kajian tentang Penerjemahan..............................................................................….5 2.1.1 Strategi Penerjemahan................................................................................….5 2.1.2 Ideologi Penerjemahan.....................................................................................8 2.1.3 Metode Penerjemahan....................................................................................10 2.1.4 Teknik Penerjemahan.....................................................................................15 2.2 Kajian tentang Ungkapan Sapaan...........................................................................19 2.2.1 Kajian tentang Ungkapan Sapaan dalam BIA...............................................20 2.2.2 Kajian tentang Ungkapan Sapaan dalam BI..................................................26 2.3 Kajian tentang Budaya Kebahasaan dalam Penggunaan Ungkapan Sapaan..........31 2.3.1 Kajian tentang Budaya Kebahasaan dalam Masyarakat Amerika Serikat.....31 2.3.2 Kajian tentang Budaya Kebahasaan dalam Masyarakat Indonesia................34 BAB III LANDASAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENELITIAN.................38 3.1 Landasan Teoretis .............................................................................................38 3.1.1 Teori tentang Penerjemahan....................................................................38 3.1.1.1 Strategi Penerjemahan.................................................................38 3.1.1.2 Ideologi Penerjemahan.................................................................39 3.1.1.3 Metode Penerjemahan..................................................................40 3.1.1.4 Teknik Penerjemahan...................................................................40 3.1.2 Teori tentang Ungkapan Sapaan BIA dan BI..........................................40 3.1.3 Teori Budaya Kebahasaan dalam Penggunaan Ungkapan Sapaan BIA dan BI..................................41 3.2 Metodologi Penelitian.......................................................................................42 3.2.1 Ancangan Penelitian................................................................................42 3.2.2 Corak Penelitian.......................................................................................42 3.2.3 Penentuan Sumber Data...........................................................................43 3.2.4 Korpus Data.............................................................................................44 3.2.5 Pemilihan Data.........................................................................................44 3.2.6 Wawancara...............................................................................................46 x Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
3.2.7 Penggunaan Alat Penerjemahan........................................................... ....47 3.2.8 Analisis Data......................................................................................... …47 3.2.9 Model Konseptual................................................................................. …48 BAB IV ANALISIS DATA PENERJEMAHAN UNGKAPAN SAPAAN............... …50 4.1 Strategi Penerjemahan................................................................................ …50 4.2 Ideologi Penerjemahan................................................................................ …50 4.2.1 Ideologi Pemancaan........................................................................... …50 4.2.1.1 Metode Harfiah………………………..……………...……. …51 4.2.1.2 Metode Setia……………………………………….………. ....55 4.2.1.3 Metode Semantis………………...…...…………………….. ....87 4.2.2 Ideologi Pelokalan............................................................................. ....96 4.2.2.1 Metode Adaptasi……………………………….…………... ....96 4.2.2.2 Metode Bebas……………………………………….……… ....98 4.2.2.3 Metode Idiomatis…………………………………………... ..100 4.2.2.4 Metode Komunikatif……………………...………………... ..107 BAB V SIMPULAN DAN MASALAH YANG MASIH PERLU DITELITI…… ..127 5.1 Simpulan………………………………………………..…………………. ..127 5.2 Masalah yang Masih Perlu Diteliti…………............................................... ..129 PUSTAKA ACUAN....................................................................................................... ..130 LAMPIRAN
xi Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
GLOSARIUM
adaptasi (adaptation) teknik penerjemahan yang dipilih dengan cara mengganti kata bahasa sumber dengan kata yang berbeda dari padanannya. adopsi (adoption) teknik penerjemahan yang dipilih karena konteks penggunaan kata bahasa sasaran diambil dari konteks penggunaan kata bahasa sumber. alterasi (alteration) pemilihan kata atau padanan yang lain selain kata yang ada berdasarkan stilistika, konteks sosial, dan/atau konteks percakapan. apokope (apocope) penghilangan huruf, fonem, atau bunyi yang terdapat di akhir kata untuk menyesuaikan pelafalan dalam bahasa penerima (Isa 2012). amplifikasi (amplification) atau difusi (difussion) penambahan unsur atau kata pada padanan sebagai alasan gramatikal (Fawcett 1997), stilistika, dan konteks, yang bertujuan untuk memberi efek yang sama dengan bahasa sumber. catatan kaki (footnote) terjemahan yang disajikan dalam bentuk catatan kaki. divergensi (divergence) teknik penerjemahan yang mengharuskan satu ungkapan bahasa sumber memiliki dua atau lebih pilihan padanan dalam bahasa ssasaran (Fawcett 1997) eksotisme (exotism) bentuk BSu sebaiknya tetap dipertahankan ke dalam TSa. Dalam teknik ini tidak terjadi perubahan budaya antara BSu dan BSa, tetapi fitur budaya dan tata bahasa BSu terbawa ke dalam TSa dan disampaikan secara (tak)langsung kepada pembaca BSa. eksplisitasi (explicitation) teknik penerjemahan yang menggunakan ungkapan yang lebih eksplisit dalam bahasa sasaran daripada ungkapan dalam bahasa sumber (Vinay dan Darbelnet 1958/1995). ekuasi (equation) teknik penerjemahan yang membolehkan pemindahan ungkapan asing ke dalam teks sasaran yang sebenarnya dalam bahasa sasaran ungkapan asing tersebut memiliki padanan (Malone 1998). eufemisme (euphemism) teknik yang menggunakan ungkapan yang lebih halus di dalam bahasa sasaran agar efek yang ditimbulkan oleh TSa tidak mengagetkan atau mengurangi nuansa negatif bagi pembaca bahasa sasaran dan memberi nilai rasa kenyamanan pembaca bahasa sasaran. Misalnya, stupid cunt ≈ perempuan tolol, alihalih stupid cunt ≈ silit tolol. gelar dan nama belakang (title and last name) kata atau singkatan yang digunakan dengan nama seseorang untuk menunjukkan pangkat, profesi, atau status perkawinan seseorang (Perrault 2008: 1730) gelar hormat (honorable title) sebutan kehormatan yang biasanya ditambahkan pada nama orang (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 429) gelar profesi (professional title) kata yang diletakkan sebelum nama seseorang untuk memperlihatkan profesi seseorang (Sinclair 2006: 1525). generalisasi (generalization) teknik penerjemahan yang memperlihatkan penggunaan ungkapan yang lebih umum dalam teks bahasa sasaran, misalnya girls ≈ anak-anak (periksa Hervey dan Higgins 1992). xii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
harfiah (literal translation) teknik atau metode penerjemahan yang menitikberatkan teks bahasa sasaran diterjemahkan dengan mengikuti struktur dan tata bahasa bahasa sumber (Catford 1965; Newmark 1988) hubungan sosial (social relationship) dimensi yang berbeda menurut jauh-dekatnya hubungan di antara partisipan yang ditandai oleh akrab-takakrab, kenal-takkenal (cf. Holmes 2001: 374) idiomatis (idiomatic translation) metode penerjemahan yang memanfaatkan sewajar mungkin keterbacaan ungkapan bahasa sasaran bagi pembaca bahasa sasaran (lih. Beekman dan Callow 1974; Larson 1984) implisitasi (implicitation) teknik penerjemahan yang membolehkan ungkapan atau teks bahasa sasaran dihasilkan dengan cara lebihb implisit daripada ungkapan atau teks bahasa sumber. interferensi (interference) atau false friend atau faux amis teknik penerjemahan yang memperlihatkan ungkapan atau teks dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran yang memiliki bentuk yang mirip atau sama, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda, misalnya counsel ≈ pengacara (lih. jarak sosial (social distance) dimensi yang berbeda menurut jauh-dekatnya hubungan sosial yang ditandai oleh perbedaan usia, jabatan, pangkat, dan sebagainya (Holmes 2001: 374). julukan (nickname) nama yang takformal bagi seseorang (Sinclair 2006: 964); nama yang diberikan sehubungan dengan keistimewaannya, nama sindiran, nama ejekan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:591); nama yang berbeda dari nama asli seseorang yang dipanggil oleh keluarganya atau temannya ketika berbicara dengannya atau tentangnya (Perrault 2008: 1090). kata serapan (borrowing) teknik pemindahan secara utuh dan secara langsung unsur BSu ke dalam TSa dengan tidak mengubah bentuk BSu. Alasannya adalah menunjukkan penghargaan terhadap kata-kata tersebut dan belum ditemukannya padanan di dalam BSa. kalke (calque) kata atau frasa BSu diterjemahkan secara literal dan pemilihan teknik ini dapat menyebabkan transferensi. keformalan (formality) dimensi penggunaan ungkapan sapaan yang berbeda menurut situasi (waktu dan tempat) serta tipe interaksi (Holmes 2001: 374); dimensi tempat dan waktu serta situasi yang berhubungan dengan variasi bahasa yang digunakan di dalam komunikasi (Swann et al. 2004: 114). kejelasan (clarity) terjemahan dapat dikatakan jelas jika terjemahan itu langsung dimengerti oleh pembacanya (Larson 1984: 487). kesantunan (politeness) hal yang secara sosial menerapkan perilaku yang lazim bagi orang lain (Sinclair 2006: 1105) kesepadanan (equivalence) penggantian teks dari satu bahasa (bahasa sumber) dengan teks yang sepadan ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran) (lih. Catford 1965). ketepatan (accuracy) terjemahan yang tepat adalah terjemahan yang memiliki bentuk yang sepadan dengan bentuk yang disampaikan oleh teks sumbernya (Larson 1984: 486). xiii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
kewajaran (naturalness) terjemahan dapat dikatakan wajar jika terasa lazim di dalam bahasa sasaran. Hasil terjemahan tidak seperti terjemahan (Larson 1984: 487). konsentrasi (concentration) pengurangan unsur leksikal di dalam TSa karena makna dari ungkapan TSa disajikan dengan satuan yang lebih sedikit untuk menghindari keberlewahan ungkapan dalam TSa padahal bentuk BSa sudah mewakili makna ungkapan BSu, konteks situasional (situational context) teknik penerjemahan yang memanfaatkan apa yang diketahui oleh penutur atau partisipan mengenai apa yang mereka lihat di sekeliling mereka (Cutting 2008). konteks sosial (social context) latar yang merujuk kepada waktu dan tempat peristiwa tutur atau secara umum konteks merupakan keadaan fisik yang mengelilingi peristiwa tutur (Hymes 1974; Mey 1993). konvergensi (convergence) teknik yang digunakan oleh penerjemah ketika penerjemah harus memilih padanan dari ungkapan bahasa sumber yang sesuai dengan konteks penggunaan (Malone 1998). kreasi diskursif (discursive creation) teknik yang dimaksudkan untuk memperlihatkan kesepadanan yang tidak takterduga atau keluar dari konteks BSu. Biasanya diterapkan pada penerjemahan judul novel atau judul fim. kuasa (power) dimensi asimetris yang menggambarkan adanya perbedaan tingkah laku di antara dua orang yang ditandai oleh perbedaan kekuatan fisik, kesejahteraan, usia, peran, jabatan (Brown dan Gilman 1960: 254). metafora (metaphor) teknik penerjemahan yang mengambil konsep metafora untuk memadankan teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran. modulasi (modulation) pergeseran sudut pandang yang terjadi pada kognisi (lih. Vinay dan Darbelnet 1958/1995). nama belakang (last name) nama yang ditaruh di belakang nama depan dan/atau nama tengah seseorang (Perrault 2008: 917) nama depan (first name) nama yang diberikan kepada seseorang ketika dia lahir (Sinclair 2006: 543); nama yang berada di depan nama lengkap seseorang (Perrault 2008: 623) nama diminutif (diminutive) nama yang biasa digunakan kepada penyandang nama sewaktu kecil sampai dia beranjak dewasa, misalnya Thomas menjadi Tommy, Catherine menjadi Cathy. nama keluarga (surname; familiy name) nama yang dimiliki seseorang yang dibagikan kepada anggota keluarga yang baru (Perrault 2008: 1655) nama timangan (affectionate nickname) nama atau panggilan yang diberikan sebagai ungkapan sayang (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 950) naturalisasi (naturalization) teknik penerjemahan yang membolehkan pengambilan kata atau ungkapan bahasa sumber dengan mengadaptasi unsur atau aturan fonetis dan morfologis bahasa sasaran (Newmark 1988b) netralisasi (neutralization) teknik penerjemahan yang membolehkan ungkapan dalam teks bahasa sasaran dibuat senetral mungkin untuk menghindari bias dan efek dari pembaca bahasa sasaran. xiv Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
padanan fungsional (functional equivalent) teknik yang digunakan oleh penerjemah untuk memadankan bentuk BSu yang memiliki fungsi yang sama dengan bentuk BSa. padanan keliru (false-friend) ungkapan BSu dan ungkapan BSa yang (hamper) memiliki bentuk yang sama, tetapi makna kedua ungkapan tersebut berbeda atau keliru. padanan lazim (established equivalent) teknik yang menerapkan ungkapan yang sudah lazim berdasarkan kamus atau dalam penggunaan sehari-hari. padanan situasional (situational equivalent) teknik penerjemahan yang mermanfaatkan situasi bahasa sumber untuk diterapkan ke dalam situasi bahasa sasaran. parafrasa (paraphrase) teknik penerjemahan yang membolehkan penambahan ungkapan atau unsur teks ke dalam bahasa sasaran. partikularisasi (particularization) teknik penerjemahan yang membolehkan ungkapan yang lebih persis atau konkrit atau spesifik (lawan generalisasi) (Molina dan Albir 2002) penambahan (addition) teknik yang membolehkan penambahan unsur teks atau ungkapan ke dalam bahasa sasaran. pelesapan (omission) teknik yang membolehkan penghilangan unsur pada teks bahasa sasaran yang bersifat berlewah untuk menghindari pengulangan yang tidak diperlukan. penghilangan (deletion) penghilangan informasi BSu secara keseluruhan di dalam TSa untuk menghindari pengulangan. penyerapan taklangsung (partial borrowing) ungkapan asing atau bahasa sumber yang diserap bukan dari bahasa yang diterjemahkan. penyerapan utuh (full borrowing) teknik yang membolehkan unsur atau ungkapan bahasa sumber dipindahkan secara langsung tanpa terjadi perubahan fonetis dan morfologis pada unsur atau ungkapan bahasa sasaran. penyulih budaya (cultural substition) penggantian ungkapan kebiasaan dalam bahasa sumber dengan ungkapan kebiasaan dalam bahasa sasaran. penyulih kontekstual (contextual switch) padanan dihasilkan dari pengalihan konteks yang sama antara BSu dan BSa agar padanan yang disajikan berterima dan wajar bagi pembaca BSa. personifikasi (personification) teknik penerjemahan yang memperlihatkan bahwa teks dalam bahasa sumber diungkapkan dengan perilaku atau sifat insani dalam bahasa sasaran. pinjaman budaya (cultural borrowing) ungkapan BSu ditransfer apa adanya ke dalam TSa sehingga fitur-fitur budaya yang melingkupi ungkapan BSu tersebut hadir di dalam TSa dan disampaikan kepada pembaca BSa. pronomina (pronouns) kata yang digunakan jika kita mengganti nama diri seseorang dengan persona pertama, kedua, dan ketiga (*Moeliono 1969/1984: 41). reduksi (reduction) teknik penerjemahan yang mengizinkan pengurangan unsur dalam bahasa sasaran karena keterbatasan konsep dalam bahasa sumber (Molina dan albir 2002). salin-terjemah (copy-translation) satu atau sebagian unsur dari ungkapan BSu dipertahankan dan bagian unsur yang lain diterjemahkan. sinkope (syncope) penghilangan unsur, huruf, atau bunyi yang terdapat di tengah kata sebagai teknik sebagai proses penyerapan bahasa asing (Isa 2012). xv Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
sinonim dekat (near-synonymy) teknik yang membolehkan padanan dalam bahasa sasaran diungkapkan sedekat mungkin maknanya dengan teks bahasa sumber. status sosial (social status) dimensi asimetris yang berdasarkan tinggi-rendahnya atau samanya status sosial, misalnya atasan-bawahan, guru-murid, pekerja-pekerja (Holmes 2001: 374). strategi global (global strategy) strategi penerjemahan yang didasarkan prinsip-prinsip umum dan cara yang diinginkan oleh penerjemah (Jääskeläinen 1993: 116) strategi lokal (local strategy) strategi penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah dalam memecahkan masalah dalam penerjemahan dan menentukan pilihan padanan (Jääskeläinen 1993: 116) strategi penerjemahan (translation strategy) prosedur atau serangkaian kegiatan penerjemahan (Lȍrscher 1991); rencana potensial yang sengaja atau disadari oleh penerjemah untuk memecahkan permasalahan dalam penerjemahan teks (Krings 1986: 268) substraksi (substraction) teknik penerjemahan yang mewajibkan pengurangan unsur teks dalam bahasa sasaran untuk memberikan fungsi pragmatis (Nida 1964). transferensi utuh (full transference) teknik penerjemahan yang membolehkan teks bahasa sumber secara uth dan langsung dipindahkan ke dalam teks bahasa sasaran. transplantasi budaya (cultural transplantation) bentuk BSu lain disajikan untuk menggantikan bentuk asli di dalam TSa, tetapi bentuk BSu tersebut memiliki konotasi budaya yang sama dengan ungkapan asli dalam BSu transposisi (transposition) teknik penerjemahan yang mau tak mau harus mengharuskan pergeseran struktur kalimat, susunan kata atau frasa, atau pergeseran kategori gramatikal (Vinay dan Darbelnet 1958/1995). transposisi lompat (crossed transposition) posisi ungkapan dalam TSu bergeser ke posisi yang berbeda di dalam TSa. tutur akrab (familiazer) kata yang ditujukan kepada orang yang sudah akrab atau belum dikenal dengan tujuan untuk mengakrabkan diri, misalnya Hey, man!, Hi, buddy! (Biber et al. 1999: 1110). tutur kerabat (kinship term) tutur untuk menyebut atau menyapa orang yang terikat kepada diri sendiri karena hubungan keturunan, darah, atau perkawinan (Koentjaraningrat et al. 1984: 72) ungkapan sapaan (forms of address) pronomina, nomina, kata deiktis, dan vokatif yang ditujukan ketika berbicara kepada orang kedua (cf. Winick 1958: 5). tutur sayang (term of endearment) tutur yang menandakan kedekatan dan kasih sayang di antara anggota keluarga yang terdekat, pasangan seksual, dan orang-orang yang dicintai atau disukai (Biber et al. 1999: 1110); kata atau frasa yang memperlihatkan rasa cinta dan kasih sayang; kata atau nama khusus yang digunakan oleh teman atau pacar ketika saling berbicara (Perrault 2008: 548)
xvi Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1.3.1 Metode Penerjemahan oleh Larson (1984)……………………………. ....11 Bagan 2.1.3.2 Diagram V oleh Newmark (1988a) yang dimodifikasi oleh Budiman (2008)………………..………………………………… …12 Bagan 2.2.1 Penggunaan Ungkapan Sapaan dalam Masyarakat Amerika Serikat (Ervin-Tripp 1972)………………………….…. …25 Bagan 2.2.2a Penggunaan Ungkapan Sapaan yang Disesuaikan dalam Masyarakat Indonesia (Dimodifikasi dari Ervin-Tripp (1972)).................................... ....29 Bagan 2.2.2b Penggunaan Alternatif Ungkapan Sapaan dalam Masyarakat Indonesia (Kridalaksana 1974 dalam Suhardi 2009)....................... ....30 Bagan 3.2.8 Model Konseptual Penerjemahan Ungkapan Sapaan …49 dari BIA ke dalam BI……………………………………………………………….. Bagan 5.1 Strategi, Ideologi, Metode, dan Teknik Penerjemahan ..128 Ungkapan Sapaan dari BIA ke dalam BI..……………….…………………….………
xvii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
DAFTAR LAMBANG ::
= pemadanan
1A(1)
= ideologi pemancaan (1), metode harfiah (A), nomor data (1)
1B(1)
= ideologi pemancaan (1), metode setia (B), nomor data (1)
1C(1)
= ideologi pemancaan (1), metode semantis (C), nomor data (1)
2D(1)
= ideologi pelokalan (2), metode adaptasi (D), nomor data (1)
2E(1)
= ideologi pelokalan (2), metode harfiah (E), nomor data (1)
2F(1)
= ideologi pelokalan (1), metode idiomatis (A), nomor data (1)
2G(1)
= ideologi pelokalan (1), metode komunikatif (A), nomor data (1)
*
= kekerapan kemunculan teknik penerjemahan
xviii Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
DAFTAR SINGKATAN
A
= akrab
BI
= bahasa Indonesia
BIA
= bahasa Inggris-Amerika
BSa
= bahasa sasaran
BSu
= bahasa sumber
F
= situasi formal
js
= jenis
K
= kuasa
ks
= kategorisasi
ksl
= konteks sosial
ksi
= konteks situasional
NB
= nama belakang
ND
= nama diri
NDpn
= nama depan
pn
= padanan
TSa
= teks sasaran
TSu
= teks sumber
U
= usia
xix Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Studi Faktor budaya memiliki peran yang penting di dalam penerjemahan apalagi penerjemahan yang bersinggungan dengan ungkapan sapaan. Ungkapan sapaan merupakan gejala interaksional yang melibatkan faktor budaya dan sosial (O’Grady dan Dobrovolsky 1998; Alwi et al. 2000) dan bagian dari praktik berbahasa1. Ungkapan sapaan didefinisikan sebagai (frasa) nomina yang digunakan untuk menyapa orang yang sedang diajak berbicara (Alwi et al. 2000; Algeo 2010). Penerjemahan ungkapan sapaan dari bahasa Inggris-Amerika (selanjutnya BIA) ke dalam bahasa Indonesia (selanjutnya BI) yang merupakan objek penelitian ini mengisyaratkan peran faktor budaya yang mencakupi antara lain, lingkungan sosial, perilaku, kebiasaan atau adat istiadat, norma, dan nilai-nilai lebih dominan. Melalui faktor-faktor budaya tersebut, ungkapan vokatif tampak lebih nyata diwujudkan di dalam penggunaan bahasa (Nanda dan Warms 2011). Oleh Nida (1969), hal itu ditampilkan dengan budaya kebahasaan (linguistic culture). Senyampang yang dikemukakan oleh Nida (1969), Koentjaraningrat (2000) dan Basnett (2002) tidak menyisakan jurang antara bahasa dan kebudayaan karena bahasa adalah bagian dari kebudayaan dan “language, then, is the heart within the body of cultures’. Hal itu ditegaskan pula oleh Nanda dan Warms (2011), bahwa di dalam praktik budaya jika seseorang ingin memahami aspek budaya bahasa asing, mau tak mau setidaknya dia harus mengetahui aspek budaya yang lebih spesifik, yakni ungkapan sapaan. Dalam penerjemahan ungkapan sapaan dari BIA ke BI tentu terdapat jurang yang dalam apabila faktor-faktor budaya tidak diperhitungkan secara matang oleh penerjemah. Hal tersebut ditegaskan oleh Hatim dan Mason (1997), bahwa dalam kegiatan penerjemahan sebagai tindak komunikasi, pengetahuan akan perbedaan norma, sistem, dan cara sangat diperlukan oleh penerjemah untuk memberikan padanan yang berterima bagi pembaca bahasa sasaran (selanjutnya BSa). Samovar, Porter, dan McDonald (2009) juga menegaskan bahwa ketidaktahuan akan perbedaan tersebut dapat mengganggu komunikasi antara kelompok budaya yang berbeda bahasa tersebut. Dalam penerjemahan yang melibatkan dua bahasa yang rumpunnya 1
Komunikasi pribadi dengan Prof. Dr. Benny H. Hoed, 3 Oktober 2014. 1 Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Universitas Indonesia
002
jauh berbeda, faktor budaya yang terlibat sangat kental terlihat di dalam penerjemahan. Dalam pada itu, Clifford (2001) menegaskan bahwa penerjemah tidak hanya menerjemahkan ungkapan atau ide, tetapi juga harus menerjemahkan aspek atau gejala budaya dari bahasa sumber (selanjutnya BSu) ke dalam BSa. Sebagai ilustrasi dalam penelitian ini, dalam masyarakat BIA orang yang memiliki lingkungan sosial yang akrab—meskipun usia dan/atau status sosialnya lebih tinggi—kerap disapa dengan nama depan (selanjutnya NDp).2 Akan tetapi, dalam kebiasaan masyarakat BI ungkapan sapaan NDp tidak dapat digunakan selama faktor-faktor sosial seperti dalam BIA berlaku, alih-alih NDp diberi pemarkah kesantunan atau keakraban Pak atau Bu (Suhardi 2009). Dalam penerjemahan NDp yang ditulis dengan Eugene sebagai ungkapan sapaan dapat digunakan tanpa pemarkah lain karena NDp mengisyaratkan keakraban dalam BIA, tetapi dalam BI pemarkah lain, seperti kesantunan dan keakraban, harus tampak pada NDp tersebut, yakni Pak Eugene karena faktor-faktor sosial tersebutlah yang mewujudkan ungkapan sapaan tersebut. Jika hal itu tetap dibiarkan oleh penerjemah, penerjemah sengaja menghadirkan suasana lokal BIA atau BSu ke tengah-tengah pembaca BSa. Oleh karena itu, mazhab yang berlaku pada pembiaraan ungkapan asing dalam karya terjemahan semacam itu merupakan mazhab pemancaan (foreignization), tetapi apabila gejala pemadanan mengikuti budaya kebahasaan masyarakat BSa, mazhab yang dipilih oleh penerjemah mengindikasikan mazhab pelokalan (domestication) (Venuti 1995). Mazhab pelokalan dimaksudkan untuk memperlihatkan budaya kebahasaan yang ingin ditonjolkan oleh penerjemah, alih-alih mengurangi kehadiran unsur asing di dalam karya terjemahannya. Dari kedua mazhab tersebut terlihat metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam memadankan ungkapan sapaan tersebut. Metode penerjemahan tersebut kemudian menentukan teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah untuk memadankan ungkapan sapaan tersebut, serta memperlihatkan budaya kebahasaan yang berlaku pada di antara kedua bahasa. Dari uraian ilustrasi seperti di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan penerjemahan, penerjemah tidak terlepas dari faktor-faktor budaya kebahasaan yang berlaku pada kedua bahasa dan faktor-faktor tersebut merupakan alat yang penting
2
Komunikasi pribadi dengan Troy Kitch, penutur sejati BIA, 21 Juni 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
003
dalam mengupas mazhab atau ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, dan teknik penerjemahan.
1.2 Masalah Penelitian Masalah penelitian ini adalah bagaimana menyingkapkan strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan yang digunakan di dalam penerjemahan dengan melibatkan faktor budaya. Dari masalah pokok tersebut dirumuskan dua pertanyaan penelitian seperti berikut. 1. Berdasarkan data yang diteliti, strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan apa yang telah dipilih atau diterapkan oleh penerjemah dalam penerjemahan ungkapan sapaan tersebut? 2. Faktor-faktor budaya apa yang melatari penerjemahan ungkapan sapaan dari BIA ke dalam BI?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menemukan strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan dan juga mengembangkan teori penerjemahan dengan melibatkan kehadiran faktor-faktor budaya. Faktor-faktor budaya yang terlibat di dalam penerjemahan ungkapan sapaan tersebut mencakupi norma sosial, situasi sosial, konteks sosial, ranah sosial, peran sosial, status sosial, hubungan sosial, dan usia sehingga faktor-faktor budaya tersebut dapat mengatasi kesenjangan budaya dan mengisi kerumpangan budaya di antara kedua bahasa.
1.4 Kemaknawian Penelitian Dalam aspek teoretis, hasil penelitian ini memberi sumbangan khazanah tentang teori penerjemahan. Dalam hal ini, sejumlah strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan dengan melibatkan faktor budaya merupakan alat pemerkaya studi dalam penerjemahan ungkapan sapaan, baik dari BIA ke dalam BI maupun dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Dalam aspek praktis, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai panduan dan bahan pengajaran serta materi pelajaran penerjemahan ungkapan vokatif BIA ke dalam BI. Dalam hal ini, sebagai panduan dan bahan pengajaran penerjemahan,
penerjemah, dosen, atau pihak-pihak yang
berminat di dalam bidang penerjemahan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
004
dalam melakukan pekerjaan mereka. Kedua manfaat tersebut akhirnya memenuhi prasyarat yang diusulkan oleh Malone (1998: 2), bahwa strategi, metode, dan teknik penerjemahan yang diperoleh dari hasil pengkajian penerjemahan dapat dimanfaatkan sebagai alat pemerkaya studi penerjemahan (analytic mode) dan alat bantu dalam kegiatan penerjemahan (operative mode).
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian tentang Penerjemahan Di dalam penerjemahan terdapat dua bidang yang berkaitan dengan arah penelitian penerjemahan, yaitu (1) sebagai proses dan (2) sebagai produk (Jääskeläinen 2005). Penelitian ini membahas proses penerjemahan, yakni strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan apa yang dipilih oleh penerjemah dalam memadankan tiap satuan tekstual terkecil, misalnya kata atau frasa (Molina dan Albir 2002). Dalam penelitian ini juga dibicarakan produk penerjemahan sebagai hasil penerjemahan dalam memperoleh strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan. Penerjemahan sebagai proses dan produk bersinggungan dengan dua jenis kajian, yaitu (1) kajian yang bertujuan mengembangkan teori penerjemahan sebagai landasan kajian hubungan antarbahasa dan antarbudaya dan (2) kajian yang bertujuan membantu penerjemah dalam melaksanakan pekerjaannya (Hoed 2003). Untuk sampai pada tujuan tersebut, berikut dibahas strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan serta aspek-aspek budaya (kebahasaan).
2.1.1 Strategi Penerjemahan Dalam mengalihbahasakan kata atau frasa, penerjemah memiliki strategi agar terjemahannya memenuhi kesesuaian dengan harapan sidang pembaca bahasa sasaran dan tujuan penerjemahan. Hal itu senada dengan pandangan Molina dan Albir (2002) yang menyatakan bahwa strategi penerjemahan memainkan peranan yang penting di dalam
proses
penerjemahan,
khususnya
untuk
memecahkan
permasalahan
penerjemahan dan merupakan bagian yang penting dalam kompetensi penerjemahan. Krings (1986) menyatakan bahwa strategi penerjemahan adalah rencana sadar yang berpotensi untuk memecahkan permasalahan dalam melakukan kegiatan penerjemahan. Senada dengan pandangan Albir (1996, 1999 dalam Molina dan Albir 2002), strategi penerjemahan merupakan prosedur yang diadopsi untuk memecahkan masalah penerjemahan dan prosedur yang dipilih akan mempengaruhi hasil penerjemahannya. Strategi penerjemahan yang diusulkan oleh Löescher (1991) adalah prosedur kesadaran yang potensial untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam 5 Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Universitas Indonesia
006
menerjemahkan teks atau segmen teks. Löescher (1991) menambahkan pandangan mengenai strategi penerjemahan, yakni prosedur atau langkah-langkah atau serangkaian kegiatan dalam penerjemahan. Löescher (1991) menyajikan sejumlah ciri strategi penerjemahan, yang mencakupi antara lain, berorientasi pada tujuan penerjemahan; berfokus pada masalah penerjemahan; memerlukan pengambilan keputusan atas padanan yang dipilih; bertindak secara sadar; memanipulasi teks. Dalam strategi penerjemahan seperti yang diusulkan oleh Löescher (1991), tidak disinggung keterlibatan pihak luar selain penerjemaha dan pembaca BSa. Dia hanya mengurusi proses-proses yang harus dilakukan oleh penerjemah dalam penerjemahan. Jadi, semua hal-hal yang dilakukan mulai dari melakukan prosedur awal kegiatan penerjemahan hingga langkah akhir kegiatan penerjemahan hanya dilakukan oleh penerjemah dengan bantuan pembaca BSa. Ditengarai tidak disinggung tentang keterlibatan pihak di luar penerjemah dan pembaca padahal pihak luar ini dapat menentukan baik-buruknya suatu karya terjemahan. Chesterman (1997) membagi strategi penerjemahan menjadi dua, yakni strategi komprehensi (comprehension strategy) yang dipilih untuk memahami dan mengkaji teks bahasa sumber dan strategi produksi (production strategy) yang dipilih untuk menghasilkan teks sasaran. Dari perspektif kebahasaan, Chesterman (1997) membagi strategi lokal menjadi strategi sintaktis, strategi semantis, dan strategi pragmatis. Strategi sintaktis mencakupi perubahan sintaktis, memanipulasi bentuk atau struktur, yang menghasilkan teknik kalk, transposisi, dan perubahan struktur kalimat. Strategi semantis lebih bersinggungan dengan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan nosi semantis dan memanipulasi makna sehingga strategi ini menghasilkan teknik kesinoniman, kehiponiman, dan parafrasa. Strategi pragmatis berhubungan dengan penyeleksian informasi di dalam teks bahasa sumber dan sering melibatkan perubahan sintaktis dan semantis sehingga strategi ini menghasilkan teknik penyaringan budaya, perubahan keeksplisitan, perubahan informasi, dan penyulih budaya. Dalam hal strategi produksi, Chesterman (1997) mengutamakan sisi produksi yang dituangkannya ke dalam teknik penerjemahan sehingga dari strategi komprehensi tersebut tercapai hasil penerjemahan yang baik dan memenuhi standar hasil penerjemahan. Jadi, strategi yang dikemukakan oleh Chesterman (1997) tersebut menentukan teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
007
Pembagian strategi penerjemahan oleh Jääskeläinen (1993) mencakupi strategi global (global strategy) dan strategi lokal (local strategy). Strategi global merupakan prinsip umum yang dipergunakan oleh penerjemah dan cara yang disukai oleh penerjemah, sedangkan strategi lokal meliputi kegiatan tertentu yang berhubungan dengan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Strategi global biasanya diterapkan berdasarkan keinginan atau permintaan penerbit, klien (pemesan terjemahan), penyunting, sedangkan strategi lokal biasanya berdasarkan kebebasan penerjemah. Strategi lokal dirancang untuk menangani masalah yang spesifik dan harus konsisten dengan strategi global yang dipilih. Strategi global yang dipilih akan mempengaruhi proses penerjemahan. Strategi lokal yang mempengaruhi hasil penerjemahan dan satuan terkecil dari teks secara spesifik dan langsung pada dasarnya merupakan teknik penerjemahan. Dengan demikian, strategi ini masih berkutat di sekitar teknik penerjemahan, tetapi tidak pada aspek yang lebih luas di dalam kegiatan penerjemahan. Venuti (1995) mengusulkan strategi penerjemahan
yang bermazhab
pemancaan (foreignization) dan pelokalan (domestication). Strategi penerjemahan yang diusulkan oleh Venuti (1995) menentukan arah penerjemahan yang akan dibawa oleh penerjemah. Arah penerjemahan itu akan menentukan metode bagaimana yang diterapkan dan teknik penerjemahan apa yang dipilih oleh penerjemah. Apabila penerjemah menentukan strategi penerjemahan yang bermazhab pemancaan, metode penerjemahan setialah yang digunakan oleh penerjemah. Tentu saja, teknik penerjemahan kata pinjaman yang dipilih oleh penerjemah. Sebaliknya, apabila penerjemah menentukan arah penerjemahannya dengan mengikuti mazhab pelokalan, salah satu metode penerjemahan yang digunakan adalah metode adaptasi karena pesan yang harus disampaikan harus disesuaikan atau diadaptasi dengan budaya BSa. Teknik penerjemahan yang dipilih meliputi teknik penerjemahan penyulih budaya. Tampaknya, strategi penerjemahan yang diusulkan oleh Venuti (1995) lebih berisi dalam kegiatan penerjemahan karena strategi penerjemahan tidak disampaikan hanya sebatas teknik penerjemahan saja. Molina dan Albir (2002) mengusulkan dua macam strategi di dalam penerjemahan, yakni strategi global yang mempengaruhi proses penerjemahan dan strategi
lokal
yang
mempengaruhi
hasil
penerjemahan.
Strategi
global
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
008
menitikberatkan proses penerjemahan yang mementingkan penerjemah dan pembaca. Pihak di luar pembaca menduduki posisi luar. Strategi lokal memperlihatkan perbandingan antara teks BSu dan teks BSa. Menurut Molina dan Albir (2002), strategi lokal ini pada dasarnya merupakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penerjemahan. Pembagian permasalahan dalam penerjemahan akan menyesuaikan kategorisasi strategi penerjemahan sehingga permasalahan dalam penerjemahan dapat dibagi menjadi dua macam sesuai dengan strategi penerjemahan. Strategi global dan strategi lokal oleh Jääskeläinen (1993) berbeda dari strategi globalisasi dan strategi lokal oleh Molina dan Albir (2002). Perbedaannya terletak pada strategi globalnya saja, bagi Jääskeläinen (1993) strategi global tersebut ditempati oleh keinginan penyunting, penerbit, atau klien, sedangkan bagi Molina dan Albir (2002), penerjemah dan pembaca hanya menduduki posisi strategi global. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa klasifikasi strategi penerjemahan oleh Lörscher (1991) berdasarkan ancangan kognitif, sedangkan oleh Chesterman (1997) dibedakan berdasarkan pada ancangan tekstual. Sementara itu, klasifikasi strategi penerjemahan oleh Venuti (1995) tidak membedakan baik atau buruknya hasil penerjemahan karena baik atau buruknya hasil penerjemahan dipengaruhi oleh siapa pembaca BSa (audience) dan disesuaikan dengan pembaca BSa. Klasifikasi strategi penerjemahan yang diusulkan oleh Molina dan Albir (2002) memperlihatkan ancangan pemadanan fungsional.
2.1.2 Ideologi Penerjemahan Berdasarkan pandangan Venuti (1995) tentang strategi penerjemahan, dalam kegiatan penerjemahan, baik sadar maupun tidak, penerjemah dimotivasi oleh tiga faktor, yakni calon (1) pembaca bahasa sasaran, (2) tujuan penerjemahan, dan (3) ideologi penerjemahan. Tujuan penerjemahan dapat dipengaruhi oleh penerjemah (pihak yang menerjemahkan), penyunting (pihak yang memberikan baik atau buruknya kualitas terjemahan),
institusi/penerbit
(pihak
yang
meminta
penerjemah
untuk
menerjemahkan), dan/atau klien (pihak yang memesan terjemahan). Calon pembaca bahasa sasaran merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kegiatan penerjemahan karena strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan menentukan calon pembacanya. Misalnya, apabila terjemahan ditujukan kepada Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
009
kanak-kanak, mungkin ideologi penerjemahannya dapat bertumpu pada teks bahasa sumber atau teks bahasa sasaran, bergantung pada tujuan penerjemahannya. Jika tujuan penerjemahannya ingin memperkenalkan budaya asing kepada pembaca bahasa sasaran, tentu ideologi pemancaan yang diterapkan. Sebaliknya, jika tujuan penerjemahannya ingin menekankan budaya lokal, ideologi pelokalanlah yang diusung. Tujuan, oleh Vermeer dalam Venuti (2004: 227), diistilahkan dengan skopos. Tujuan inilah yang akan menjadi dasar bagi penerjemah untuk menerapkan ideologi, metode, dan teknik dalam menerjemahkan kata, frasa, klausa, kalimat, atau paragraf. Vermeer dalam Venuti (2004) menguraikan bahwa skopos merupakan tujuan tertentu yang kompleks di dalam penerjemahan karena teks terjemahan dapat berbeda dari teks sumber dengan tujuan untuk memenuhi kesesuaian harapan sidang pembaca bahasa sasaran. Faktor yang ketiga adalah ideologi penerjemahan, yang dapat mempengaruhi terjemahan. Menurut Hoed (2003), ideologi merupakan prinsip atau penuntun dalam membedakan benar-salah dalam penerjemahan. Bagi Nida dan Taber (1974), benar atau salah penerjemahan ditentukan oleh siapa pembaca bahasa sasaran. Lalu, Venuti (1995) mengembangkan teori yang diadopsi dari Nida dan Taber (1974) tersebut, yaitu teori pemancaan (foreignization) dan pelokalan (domestication). Pemancaan dan pelokalan, menurut Venuti (1995), merupakan ideologi penerjemahan. Ideologi pemancaan berorientasi pada upaya yang dilakukan oleh penerjemah, penyunting, penerbit, atau klien untuk menyajikan/menginginkan hal yang bernuansa atau yang serba asing. Tujuan ideologi pemancaan adalah untuk memperkenalkan budaya asing kepada pembaca bahasa sasaran, menawarkan nilainilai budaya bahasa sumber, memperlihatkan fenomena sosial atau budaya asing kepada masyaraktat BSa, memperkaya pengetahuan tentang hal/budaya asing kepada pembaca bahasa sasaran, dan memberikan wawasan yang berasal dari bahasa sumber. Sementara itu, ideologi pelokalan bertumpu pada upaya yang dilakukan oleh penerjemah dalam kegiatan penerjemahan untuk mengutamakan unsur lokal bahasa sasaran di dalam karya terjemahan, agar teks terjemahannya menjadi transparan, lancar, dan dapat mudah dipahami. Sebaliknya, tujuan penerjemahan yang berorientasi pada ideologi pelokalan adalah menunjukkan kepada sidang pembaca bahwa terjemahan harus transparan (transparent) dan lancar (fluent) agar dapat diterima pada sidang pembaca bahasa sasaran. Dalam pemancaan atau pelokalan
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
010
sering kali klien, penerbit, atau penyunting3 memainkan peranan penting di dalam praktik penerjemahan dalam menentukan hal-hal yang harus dilakukan oleh penerjemah karena karya terjemahan hanya dapat dipublikasikan oleh yang memesan terjemahan atau yang membayar penerjemah sehingga mereka sering mendikte ideologi, strategi, metode, dan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah (Venuti, ibid), mengontrol teknik penerjemahan, memanipulasi teks terjemahan, mengendalikan teks terjemahan4. Ideologi pemancaan yang disajikan kepada pembaca bahasa sasaran tidak akan berpengaruh pada pemahaman pembaca bahasa sasaran. Pembaca bahasa sasaran tidak akan menghadapi kendala dalam menerima keadaan unsur-unsur asing dalam teks sasaran karena tanpa diterjemahkan, kata-kata asing yang disajikan bagi pembaca bahasa sasaran sudah familiar dengan pembaca bahasa sasaran sehingga jika kata-kata asing tersebut tidak diterjemahkan, pembaca bahasa sasaran tidak akan mengalami kesulitan memahami isi novelnya5.
2.1.3 Metode Penerjemahan Metode adalah cara melakukan sesuatu terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu. Di dalam penerjemahan, metode mengacu ke proses penerjemahan dengan cara tertentu yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan penerjemahan. Beberapa metode dapat dipilih, bergantung pada tujuan penerjemahan (Molina dan Albir 2002). Metode penerjemahan dapat mempengaruhi keseluruhan teks, sedangkan teknik penerjemahan dapat mempengaruhi satuan terkecil dari teks, yakni kata atau frasa. Metode dan teknik sebaiknya berfungsi secara harmonis di dalam teks. Jika tujuan metode penerjemahan adalah untuk menyajikan nuansa asing, menghadirkan budaya asing, atau memperkenalkan budaya asing di dalam TSa, teknik kata serapanlah yang lebih sering digunakan sebagai teknik penerjemahan. Rencana kegiatan penerjeahan diwujudkan ke dalam tiga tahap, yakni analisis TSu, pengalihan pesan, dan restrukturisasi (Nida 1969). Ketiga tahap tersebut dilaksanakan dengan menggunakan cara tertentu dan cara inilah yang disebut metode penerjemahan. Berbicara mengenai metode penerjemahan berikut dibahas metode penerjemahan. 3
4
5
Lefevere (1992) mengategorikan pihak seperti penerbit, klien, dan penyunting ke dalam the power of patronage. Komunikasi pribadi dengan Harris Setiajid, penerjemah lepas (free-lance translator) pada penerbit Gramedia, 22 November 2014. Komunikasi pribadi dengan Harris Setiajid, penerjemah lepas (free-lance translator) pada penerbit Gramedia, 17 Desember 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
011
Metode penerjemahan yang diusulkan oleh Larson (1984) diklasifikasikan menjadi menjadi dua, yakni metode yang berdasar bentuk (form-based translation) dan metode yang berdasar makna (meaning-based translation). Form-based translation Very literal
Literal
Modified
Meaning-based translation Inconsistent
Near idiomatic
Idiomatic
Unduly free
Translator’s goal
Bagan 2.1.3.1 Metode Penerjemahan oleh Larson (1984) Metode penerjemahan yang berdasar bentuk mencakupi metode very literal, literal, modified literal, sedangkan metode yang berdasar makna meliputi metode near idiomatic, idiomatic, dan unduly free. Sementara itu, satu metode lain, yakni metode inconsistent mixture bertumpu di antara metode berdasar bentuk dan makna. Metode literal translation sangat berguna untuk mengkaji BSu dengan tujuan mengenali struktur dan kaidah BSu, tetapi metode ini tidak banyak membantu bagi pembaca BSa yang ingin memahami TSu. Penerjemah yang cenderung menerjemahkan TSu secara literal biasanya kerap menggunakan modified literal. Metode modified literal tersebut dilakukan dengan memodifikasi struktur gramatikal dalam penyusunan kalimat dengan struktur BSa yang benar. Hasil penerjemahan semacam ini masih terasa tidak lazim di dalam BSa. Metode idiomatic translation menyesuaikan hasil penerjemahan dengan bentuk yang lazim dalam BSa, baik konstruksi gramatikal maupun padanannya. Terjemahan idiomatis yang baik tidak terasa seperti hasil penerjemahan. Seorang penerjemah dapat mengombinasikan metode literal dan metode idiomatis karena kadang-kadang TSu tidak mudah diterjemahkan secara idiomatis. Metode yang digunakan oleh Larson (1984) disebut metode inconsistent mixture. Hasil penerjemahan yang menggunakan metode unduly free tidak dapat dianggap sebagai terjemahan karena penerjemah menambahkan banyak informasi yang tidak hadir di dalam TSu. Penerjemahan dengan metode ini dilakukan dengan tujuan humor dan bertujuan memperoleh tanggapan khusus dari pembaca BSa. Dikotomi metode penerjemahan lain juga tampak pada pembagian metode penerjemahan seperti yang diusulkan oleh Newmark (1988a) yang secara garis besar Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
012
membagi menjadi dua yang diilustrasikan dalam bentuk Diagram V. Dalam diagram tersebut diperlihatkan metode penerjemahan yang memberi penekanan terhadap BSu (source language emphasis) dan metode penerjemahan yang memberi penekanan pada BSa (target language emphasis). Newmark (1988a) tampaknya melengkapi metode Larson (1984) yang menekankan teks dengan peran pembaca BSa. Selain itu, Newmark (1988a) menganggap hanya metode penerjemahan semantis dan komunikatif yang sebenarnya dinamakan penerjemahan karena metode itu dapat menghasilkan pesan yang sangat dekat dengan pesan yang termuat di dalam TSu (Hoed 2006). Sementara itu, di dalam dikotomi Larson (1984) yang dianggap penerjemahan hanya bertumpu pada metode penerjemahan idiomatis (idiomatic translation). Jadi, tampaklah bahwa metode penerjemahan oleh Larson (1984) memiliki kerumpangan jika digunakan di dalam kegiatan penerjemahan dan tidak dapat mewakili metode penerjemahan yang berhulu pada dua mazhab dalam penerjemahan. penerjemahan kata per kata
penerjemahan harfiah penerjemahan setia penerjemahan semantis
penerjemahan adaptasi
penerjemahan bebas penerjemahan idiomatis penerjemahan komunikatif
Bagan 2.1.3.2 Diagram V oleh Newmark (1988a) Metode penerjemahan yang pertama oleh Newmark (1988a) adalah metode penerjemahan kata-demi-kata (word-for-word translation). Metode ini hanya dapat diterapkan pada bahasa yang serumpun dan metode ini juga dapat menghasilkan terjemahan yang aneh dan tidak memiliki maksud apa pun jika dipakai dalam menerjemahkan bahasa yang tidak serumpun. Akan tetapi, dalam bahasa yang tidak serumpun, misalnya dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia juga dapat diterapkan pada kalimat I eat rice, daddy dapat dipadankan dengan metode kata demi kata Saya makan nasi, Ayah. Metode penerjemahan harfiah (literal translation) memperlihatkan struktur gramatikal BSu dipadankan sedekat mungkin dengan struktur gramatikal BSa karena metode itu dimanfaatkan pada tahap awal penerjemahan untuk memahami Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
013
satuan-satuan kata secara harfiah dan penggunaan metode ini menghasilkan terjemahan yang kaku, takwajar, dan cenderung terjemahannya berkesan sebagai hasil penerjemahan, misalnya Special Agent :: Agen Khusus, little girl :: gadis kecil. Metode penerjemahan setia (faithful translation) menghasilkan terjemahan yang struktur BSa-nya setia pada pola BSu. Tidak jarang makna kontekstual TSu tampak pada TSa. Metode penerjemahan ini menghasilkan kalimat yang kaku dan aneh karena bentuk BSu kerap dipakai di dalam BSa. Dalam penerjemahan karya fiksi, terjemahan dengan metode ini dianggap tidak indah atau cantik mengingat dalam penerjemahan karya fiksi, keindahan kalimat serta bentuk sangat dipentingkan (lih. Budiman 2008). Biasanya, terjemahannya juga tidak memperlihatkan unsur estetis dan keindahan. Hal itu bertentangan dengan pandangan Sumardjo dan Saini (1991) yang mengusulkan bahwa keindahan dalam karya fiksi sangat penting dilihat dari nilai seni, sifat khayali, dan pemakaian bahasa yang khas. Metode penerjemahan semantis (semantic translation) mempertahankan dan lebih diperhatikan nilai keindahan dan kewajaran dan makna yang termuat di dalam BSu. Makna yang terdapat di dalam TSu dipertahankan, tetapi disampaikan dengan logika yang mudah dipahami oleh masyarakat BSa (Budiman 2008). Metode penerjemahan adaptasi (adaptation) biasanya mempertahankan tema, tokoh, dan cerita, tetapi kata budaya dalam BSu diganti dengan kata BSa (Hoed 2006). Metode yang kerap menghilangkan nilai kebudayaan asli dari BSu ini cenderung menghasilkan produk baru yang kemudian dianggap budaya asli masyarakat BSa (Hoed 2006). Misalnya, seseorang yang bernama Robert Langdon oleh orang Amerika dipanggil atau disapa dengan Mr. Langdon dan Mr. Langdon dapat diterjemahkan dengan Pak Robert, alih-alih Pak Langdon, karena orang Indonesia lazim dan biasa menyapa dengan Pak + NDp. Metode penerjemahan bebas (free translation) mengacu kepada pengutamaan isi, tetapi bentuknya dikorbankan. Metode ini berorientasi pada pembaca bahasa sasaran sehingga penerjemah rela melakukan dan mementingkan apa saja agar pembaca bahasa sasaran dapat dengan mudah memahami isi dan makna inti TSa. Bentuk, gaya penulisan, dan isi TSu diubah dengan alasan jika bentuk kalimat TSu sulit dipertahankan dalam TSa. Metode penerjemahan idiomatis (idiomatic translation) biasanya diterapkan di dalam penerjemahan karya fiksi karena padanan idiom, pepatah, peribahasa, nasihat, atau kiasan sangat penting untuk memperlihatkan nuansa keindahan, pesona, dan menarik yang merupakan ciri karya sastra (Sumardjo Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
014
dan Saini 1991). Dengan kata lain, pesan dalam BSu tampak dalam idiom BSa, tetapi idiom BSa tidak terlihat dalam BSu. Dalam metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) makna kontekstual TSu diterjemahkan sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan dipahami oleh pembaca bahasa sasaran. Penerjemah menanggalkan struktur dan budaya BSu ketika dia menerjemahkan. Dalam hal ini, yang ditonjolkan oleh penerjemah agar teks terjemahannya dapat diterima, dicerna, dan dipahami dengan mudah oleh pembaca BSa adalah konteks, laras bahasa, dan ragam bahasa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan metode tersebut tentu berafiliasi pada pembaca sasaran dan tujuan penerjemahan mengingat keduanya tidak dapat diabaikan. Metode penerjemahan menghasilkan TSa yang berbeda dengan TSu karena metode tersebut bertujuan untuk memenuhi kesesuaian pembaca sasaran. Berbeda halnya dengan kedua pendapat sebelumnya, Molina dan Albir (2002) melontarkan pandangan mengenai metode penerjemahan yang dibagi menjadi empat macam. Metode penerjemahan harfiah menekankan pada satuan-satuan bahasa yang masih berorientasi pada bentuk (form) atau transkodifikasi kebahasaan. Metode penerjemahan
interpretatif-komunikatif
mengisyaratkan
penerjemahan
yang
menekankan gagasan atau amanat. Metode penerjemahan bebas sebagai metode yang ketiga mengurusi modifikasi kategori-kategori semiotika yang berorientasi pada pembaca BSa. Metode penerjemahan keempat yang dianggap sebagai metode yang berorientasi pada penerjemahan yang sebenarnya meliputi metode penerjemahan filologis yang berlaku pada penerjemahan akademis atau kritis. Keempat metode tersebut tampaknya tidak memiliki kepentingan yang mengacu kepada strategi penerjemahan dan ideologi penerjemahan karena keempat metode tersebut merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan yang sesuai dengan tujuan penerjemahan, bukan kepada calon pembaca BSa. Pada dasarnya metode penerjemahan akan ditetapkan terlebih dahulu oleh penerjemah sebelum penerjemah melakukan kegiatan penerjemahan. Metode penerjemahan diperoleh dari berbagai kajian masalah yang sering terjadi dalam penerjemahan, sehingga menghasilkan prosedur dan teknik pemecahan masalah.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
015
2.1.4 Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan adalah hasil pemilihan padanan yang ditentukan oleh penerjemah, benar atau tidaknya padanan yang dipilihnya bergantung pada permasalahan yang berkaitan dengan konteks, arah penerjemahan, dan harapan sidang pembaca bahasa sasaran (Molina dan Albir 2002). Molina dan Albir (2002) mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai tata cara dalam melakukan penguraian, penafsiran, dan perincian serta pengklasifikasian masalah penerjemahan sehingga terjemahan dapat dihasilkan dengan baik. Vinay dan Darbelnet (1958/2004) menyajikan teknik penerjemahan yang berhulu dari dua kategori utama, yakni penerjemahan harfiah (literal translation) dan penerjemahan taklangsung (oblique translation). Penerjemahan harfiah terbagi menjadi tiga: (1) kata serapan (borrowing), yaitu kata dari BSu diserap secara langsung dan secara utuh ke dalam teks BSa, misalnya sir :: sir, mom :: mom; (2) kalke (calque), yakni kata atau frasa asing yang diterjemahkan atau dipadankan berdasarkan kata asingnya Special Agent :: Agen Khusus, (3) terjemahan harfiah (literal translation), yaitu kata atau frasa yang diterjemahkan secara harfiah little girl :: gadis kecil. Penerjemahan tidak langsung dibagi menjadi empat: (1) transposisi (transposition), yaitu terjadi perubahan atau pergeseran struktur, gramatikal, atau kelas kata yang disebabkan oleh aturan atau kaidah kebahasaan; (2) modulasi (modulation), yaitu perubahan atau pergeseran sudut pandang (cognitive category) dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, yakni kids :: anak-anak; (3) pemadanan (equivalent), pemadanan situasi yang sama antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan kata atau frasa yang berbeda; (4) adaptasi (adaptation), yaitu pergeseran konseptual
yang
terjadi
karena
perbedaan
lingkungan
budaya,
misalnya
mengungkapkan pesan dalam bahasa sasaran dengan menggunakan situasi yang berbeda girls :: teman-teman, everyone :: semuanya. Vinay dan Darbelnet (1958/2004) melengkapi ketujuh teknik tersebut dengan teknik lain: (1) kompensasi (compensation), yaitu informasi, rasa bahasa, atau efek stilistika dalam BSu yang tidak direproduksi di dalam tempat yang sama dalam BSa; (2) konsentrasi (concentration), yaitu ungkapan BSu disajikan lebih sedikit di dalam BSa, kiddo :: nak; (3) disolusi (dissolution), yaitu ungkapan BSu yang dipresentasikan lebih banyak di dalam BSa; (4) amplifikasi (amplification), yaitu penambahan informasi di dalam TSa untuk menutupi kerumpangan sintaktis atau leksikal; (5) ekonomi (economy), Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
016
yaitu pengurangan informasi di dalam TSa untuk menutupi kerumpangan leksikal atau sintaktis, you dumb ass :: bodoh; (6) eksplisitasi (explicitation), yaitu informasi yang implisit dari bahasa sumber dieksplisitkan di dalam bahasa sasaran Ø :: Fitz, Ø :: sheriff, Ø :: bos; (7) implisitasi (implicitation), yaitu informasi yang eksplisit dalam bahasa sumber diimplisitkan di dalam bahasa sasaran dispatch :: Ø, sir :: Ø; (8) generalisasi (generalization), yaitu informasi yang memiliki makna khusus dalam TSu diterjemahkan dengan informasi yang bermakna umum ke dalam TSa son :: nak; girl :: nak; (9) partikularisasi (particularization), yaitu informasi yang memiliki makna umum dalam TSu diterjemahkan dengan informasi yang memiliki makna khusus lady :: nona; (10) inversi (inversion), yaitu pemindahan kata atau frasa di tempat yang berbeda di dalam kalimat/ujaran bahasa sasaran sehingga terjemahannya terbaca secara alamiah dan sedap didengar (euphony) bagi pembaca bahasa sasaran, misalnya kata sugar :: sayang pada “Sugar, you here about that sweet young doctor that went missing?” :: “Apa kau di sini untuk urusan dokter muda dan manis yang hilang itu, Sayang?” Saya menganggap inversi semacam ini dikategorikan sebagai strategi penerjemahan karena penerjemah memiliki kiat untuk menghasilkan teks terjemahan yang lancar dan alamiah bagi pembaca bahasa sasaran. Nida (1964) mengemukakan tiga jenis teknik penerjemahan. Teknik penambahan (addition) adalah pemasukan informasi lain yang tidak terdapat di dalam TSu ke dalam TSa. Tujuannya adalah untuk mengklarifikasi ungkapan eliptis, menghindari ketaksaan dalam TSa, mengubah kategori gramatikal. Teknik substraksi (subtraction) adalah pengurangan unsur yang terdapat di dalam bahasa sasaran. Nida (1964) memberi empat alasan atas pemilihan teknik semacam ini: (1) pengulangan yang tidak diperlukan, (2) pengacuan khusus yang tidak dibutuhkan, (3) konjungsi yang mubazir, dan (4) adverbia yang berlebihan. Teknik alterasi (alteration) adalah perubahan yang wajib dilakukan karena kerumpangan makna yang terjadi di antara kedua bahasa. Teknik alterasi dapat dilakukan dengan cara mentransliterasi, mentransfer; mengubah struktur, melakukan pengurutan kata, melakukan kategorisasi gramatikal; melakukan pergeseran makna yang disebabkan oleh ketaksesuaian makna seperti dalam penerjemahan idiom, peribahasa, pepatah, nasihat, kiasan. Ketiganya digunakan untuk menyeimbangkan bentuk pesan dengan karakteristik struktur bahasa sasaran, menghasilkan struktur makna yang sepadan, menghasilkan padanan stilistika yang tepat, dan menghasilkan efek komunikatif yang sepadan. Nida (1964) Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
017
memasukkan catatan kaki (footnotes) sebagai teknik penerjemahan cara :: sayang (bahasa Italia)6. Dia juga menguraikan bahwa teknik semacam itu memiliki dua fungsi: (1) mengoreksi perbedaan bahasa dan budaya, misalnya menjelaskan kebiasaan yang kontras, mengindentifikasi unsur geografis dan fisik yang takdikenal, memberikan padanan satuan berat dan satuan ukuran serta satuan jarak, menjelaskan permainan kata, membubuhi informasi mengenai nama diri, (2) menambahkan informasi mengenai konteks sejarah dan budaya. Molina dan Albir (2002) mengusulkan sejumlah teknik penerjemahan. Teknik adaptasi (adaptation) dilakukan dengan cara mengganti unsur budaya BSu dengan unsur budaya BSa yang akrab dan dikenal luas oleh masyarakat BSa, misalnya senator :: anggota DPD. Umumnya orang Indonesia tidak mengenal senator karena senator hanya dikenal di negara yang memiliki negara bagian, misalnya di Amerika Serikat, sehingga perbedaan sistem pemerintahan antara Amerika Serikat dan Indonesia mengakibatkan kata senator diadaptasi atau disesuaikan dengan kata budaya Indonesia, yakni anggota DPD. Teknik amplikasi (amplification) adalah memperkenalkan hal-hal detil yang diinformasikan di dalam teks bahasa sasaran. Teknik penambahan (addition) adalah penambahan informasi dalam TSa yang sebenarnya tidak hadir dalam TSu sehingga ungkapan tersebut dapat lebih dipahami dan diinginkan bagi pembaca BSa, misalnya Cap :: Kapten, hon :: Sayang. Teknik reduksi (reduction) adalah pengurangan ungkapan/makna pada BSa. Teknik kata serapan (borrowing) adalah pengambilan kata/ungkapan dari BSu untuk disajikan di dalam BSa, misalnya sir :: sir, ma’am :: ma’am, mom :: mom. Teknik semacam ini dikenal dengan teknik transferensi oleh Newmark (1988b). Teknik kata serapan dipilih karena (a) kata bahasa sasaran tidak memiliki padanan yang umum digunakan, (b) kata bahasa sumber terdengar lebih spesifik, berfasyen, eksotis, atau hanya lebih berterima meskipun kata bahasa sumber itu dapat diterjemahkan, (c) kata bahasa sumber memiliki rasa yang sama seperti dalam bahasa sumber (Fawcett 1997). Teknik naturalisasi (naturalization) adalah pengambilan kata/ungkapan BSu yang dimodifikasi sesuai dengan sistem morfologis dan fonetis, misalnya dalam BI, karena sistem fonetis BI tidak melazimkan unsur kluster (gugus konsonan) di akhir kata sehingga pelafalan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah atau sistem fonetis BI. 6
Diambil dari novel All the Pretty Girls (hlm. 238) dan terjemahannya Pencekik dari Selatan (hlm. 258) Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
018
Teknik kalke (calque) adalah penerjemahan konsep kata asing secara harfiah, misalnya Special Agent :: Agen Khusus. Teknik kompensasi (compensation) adalah pemberian informasi atau efek stilistika BSa ke dalam TSa karena unsur tersebut tidak dapat merefleksikan tempat yang sama seperti dalam BSu. Contohnya dapat diperlihatkan pada pronomina you yang dapat dipadankan dengan kamu, Anda, kalian, ente, elu yang sesuai dengan konteks sosial dan konteks situasional. Teknik deskripsi (description) adalah penggantian ungkapan BSu menjadi deskripsi dari bentuk dan fungsinya. Teknik kreasi diskursif (discursive creation) adalah pembuatan padanan yang secara total tidak diprediksikan di luar dari konteks, misalnya judul novel Temptation Ridge :: Mencari Cinta, All the Pretty Girls :: Pencekik dari Selatan, Sweet Tea at Sunrise :: Jalinan Hati. Jika ungkapan BSu diterjemahkan secara harfiah, tidak ada hubungan antara judul dan isi cerita. Teknik padanan buatan (established equivalent) adalah penggunaan ungkapan yang dikenal dalam kamus atau pemakaian bahasa sebagai padanan dalam bahasa sasaran, misalnya agent :: agen, boss :: bos. Teknik generalisasi (generalization) adalah penggunaan ungkapan yang lebih umum atau generik atau netral dalam bahasa sasaran. Teknik partikularisasi (particularization) adalah penggunaan ungkapan yang lebih spesifik. Teknik amplifikasi kebahasaan (linguistic amplification) adalah penambahan unsur kebahasaan di dalam teks terjemahan. Teknik kompresi kebahasaan (linguistic compression) adalah penyintesisan jumlah unsur bahasa di dalam bahasa sasaran. Saya cenderung menamakan teknik kompresi kebahasaan dengan ekonomi bahasa. Teknik terjemahan harfiah (literal translation) adalah penerjemahan kata atau ungkapan asing dengan cara kata per kata. Teknik padanan formal (formal equivalent) ketika bentuk bersinggungan dengan fungsi dan makna (Nida 1964), misalnya little girl :: gadis kecil. Teknik modulasi (modulation) adalah pengubahan sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif, baik secara leksikal maupun secara struktural, akseptasi (acceptation). Teknik substitusi (substitution) adalah pengubahan unsur bahasa menjadi unsur di luar bahasa (paralinguistik); teknik transposisi (transposition) adalah pengubahan kategori gramatikal, misalnya adverbia menjadi adjektiva. Teknik variasi (variation) adalah pengubahan unsur kebahasaan yang mempengaruhi aspek variasi bahasa, seperti dialek sosial, dialek geografi. Dari teknik-teknik penerjemahan yang diusulkan oleh pakar penerjemahan tersebut, teknik penerjemahan oleh Molina dan Albir (2002) lebih mutakhir dan lebih Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
019
kaya daripada teknik penerjemahan yang diusulkan oleh Vinay dan Darbelnet (1958/2004) dan Nida (1964). Meskipun demikian, teknik penerjemahan yang pernah diusulkan oleh Vinay dan Darbelnet (1958/2004) dimodifikasi oleh Molina dan Albir (2002) melalui istilah dan fungsi teks yang berbeda. Kelebihan teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002) terletak pada pemberian lima ciri dasar atas teknik penerjemahan. Pertama, teknik
penerjemahan
mempengaruhi
hasil
penerjemahan.
Kedua,
teknik
penerjemahan diklasifikasikan dengan menggunakan perbandingan dari teks asli. Ketiga, teknik penerjemahan mempengaruhi satuan terkecil daripada teks. Keempat, teknik penerjemahan pada dasarnya bersifat diskursif dan kontekstual. Kelima, teknik penerjemahan bersifat fungsional. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan bukanlah satu-satunya nosi yang digunakan untuk menganalisis teks terjemahan, tetapi koherensi, kohesi, progresi tematik, dan dimensi kontekstual juga dapat terlibat di dalam analisis tersebut. Kriteria teknik penerjemahan, menurut Molina dan Albir (2002), mencakupi (1) memisahkan konsep teknik dari strategi penerjemahan dan metode penerjemahan; (2) memasukkan tata cara yang merupakan karakteristik dari penerjemahan teks dan tidak memasukkan tata cara yang dihubungkan dengan perbandingan bahasa; (3) mempertahankan teknik-teknik yang bersifat fungsional; (4) mempertahankan istilah yang lebih lazim sehubungan dengan terminologi; (5) memformulasikan teknik penerjemahan yang baru untuk menjelaskan cara menerjemahkan yang belum dideskripsikan.
2.2 Kajian tentang Ungkapan Sapaan Ungkapan sapaan yang diambil dari konsep ungkapan sapaan dalam tata bahasa kasus (case grammar) bahasa Latin merupakan satuan bahasa yang digunakan untuk menyapa persona kedua (Algeo 2010). Dalam khazanah bahasa Indonesia ungkapan sapaan diambil dari konsep nomina penyapa seperti yang diusulkan oleh Alwi et al. (2000). Jadi, ungkapan sapaan didefinisikan sebagai (frasa) nomina yang digunakan atau difungsikan untuk menyapa orang yang sedang diajak berbicara. Berikut ini dibahas ungkapan sapaan dalam bahasa Inggris-Amerika dan bahasa Indonesia.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
020
2.2.1 Kajian tentang Ungkapan Sapaan dalam BIA Kajian tentang ungkapan sapaan (forms of address) dalam masyarakat Amerika Serikat oleh Brown dan Gilman (1960) sebenarnya mengilhami penyelidikan tentang ungkapan sapaan oleh Brown dan Ford (1961), Ervin-Tripp (1972), Quirk (1985), Biber et al. (1999), dan Isa (2010). Sebagai peneroka atas pembahasan ungkapan sapaan, saya mengawalinya dengan pandangan Brown dan Gilman (1960) yang berbicara tentang penggunaan pronomina tu (T) dan vous (V) oleh mahasiswa multinasional (Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol) di Amerika Serikat. Perbedaan pemakaian pronomina itu dipengaruhi oleh faktor kuasa (power) dan faktor kesolideran (solidarity). Faktor kuasa yang mencakupi kekuatan fisik, kesejahteraan sosial, gender, peran sosial, kedudukan di gereja, militer, dan keluarga merupakan parameter dalam penggunaan pronomina V. Sebaliknya, faktor kesolideran meliputi parameter dimensi hubungan sosial dalam penggunaan T. Mereka mencatat bahwa ketika berinteraksi, pronomina formal V diperoleh berdasarkan status sosial tersapa dan pronomina takformal T digunakan berdasarkan hubungan sosial di antara partisipan. Sebelum memperoleh hasil penyelidikan mereka, Brown dan Gilman (1960) meramalkan bahwa pemakaian pronomina formal dan takformal dapat diperoleh dari status sosial dan hubungan sosial di antara partisipan. Hasil yang diperoleh Brown dan Gilman (1960) sangat menarik, tetapi metode yang mereka lakukan sangat lemah. Sampel pada tiap penutur asing tersebut tidak representatif sehingga hasil penelitian mereka masih dipertanyakan. Kekurangan lain adalah kuesioner yang mereka sebarkan tidak mencerminkan penelitian yang akurat karena tidak adanya keterlibatan peneliti dalam wawancara langsung dan pengamatan langsung dalam pengumpulan data mereka. Kajian klasik Brown dan Gilman (1960) tersebut merupakan titik tolak dan pembuka wawasan bagi Brown dan Ford (1961) untuk menyelidiki variasi ungkapan sapaan di antara masyarakat Amerika Serikat. Penyelidikan Brown dan Ford (1961) merujuk kepada pemakaian nama diri dan ungkapan sapaan dalam BIA. Mereka memperoleh hasil penyelidikan melalui analisis drama modern, kegiatan bisnis, penggunaan laporan bisnis oleh para eksekutif, dan percakapan di antara anak-anak. Penyapa yang status sosialnya lebih tinggi menggunakan nama depan untuk mengungkapkan keakraban. Penyapa yang status sosialnya lebih rendah menunggu tanda keakraban untuk menyapa orang yang berstatus sosial lebih tinggi dengan NDp. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
021
Sayang sekali, penyelidikan yang dilakukan oleh Brown dan Ford (1961) tidak memperhatikan adanya situasi sosial padahal perbedaan situasi sosial tentu saja kerap berlaku di dalam drama modern, kegiatan bisnis, dan laporan bisnis yang dapat membedakan penggunaan ungkapan sapaan. Dengan dimensi yang berbeda dari Brown dan Gilman (1960) dan Brown dan Ford (1961), Ervin-Tripp (1972) membicarakan pemakaian ungkapan sapaan (forms of address) dalam masyarakat Amerika Serikat berdasarkan empat dimensi sosial. Dimensi situasi bermarkah status (status-marked situation) dapat dipengaruhi oleh ranah sosial, seperti di ruang pengadilan, rapat kongres, rapat fakultas yang memakai, antara lain, Your Honor, Mr. Chairman atau Mr. Watkins. Dimensi pangkat (rank) terjadi dalam ranah kemiliteran atau kepolisian. Penyapaan dapat diungkapkan dengan chief, officer, atau lieutenant. Dimensi identitas (identity) berlaku pada ranah profesi dan ranah akademis yang menghasilkan ungkapan sapaan Judge untuk hakim, Doctor untuk dokter, Father atau Reverend untuk pendeta, dan Professor untuk dosen, yang mewakili profesi mereka. Dimensi generasi menaik (ascending generation) kerap terjadi di dalam ranah keluarga, misalnya aunt, daddy, atau son. Ervin-Tripp (1972) hanya membatasi kategori tutur sapa pada peran dan status sosial. Saya mengusulkan agar pemakaian ungkapan sapaan tersebut tentu harus dipengaruhi oleh ranah sosial (domain), tetapi kolaborasi antara ungkapan sapaan dan ranah sosial tidak dibicarakan oleh Ervin-Tripp (1972). Tilikan lain tentang ungkapan sapaan yang tidak kalah penting disajikan oleh Quirk et al. (1985: 773—775). Quirk et al. (1985) menguraikan bentuk dan fungsinya secara teperinci. Quirk et al. (1985) membagi delapan kategori ungkapan sapaan dengan contoh-contoh ilustrasi seperti yang saya berikan berikut ini. 1) Nama diri, misalnya nama timangan Bob, nama depan Robert, nama belakang Langdon, nama lengkap Robert Langdon; 2) Panggilan tanpa modifikasi, misalnya tutur kerabat mom, dad, son, aunt; gelar hormat ma’am, sir, Hour Honor; pemarkah status Mr. President; 3) Tutur profesi, misalnya profesi waiter, officer, professor; 4) Julukan, misalnya (a) orang yang disenangi disapa dengan pronomina posesif my, seperti my love, my friend dan (b) orang yang takdisukai yang biasanya didahului dengan pronomina you, seperti you coward, you bastard;
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
022
5) Nomina umum, misalnya tutur akrab buddy, brother, girl, guys, lady, man, mate, son; 6) Pronomina persona, misalnya you, seperti pada You, why haven’t you finished yet?; 7) Klausa nominal, misalnya pada Whoever you are, what’s your name?; dan 8) Gabungan kategori (1), (4), (5), atau (6) dan pewatas lain, misalnya young David, you silly bastard, old man, you over there. Quirk (1985) menganggap mother merupakan tutur kerabat yang unik karena mother tidak dapat dikombinasikan dengan nama diri untuk menyapa yang bukan kerabat. Akan tetapi, saya menganggap bahwa mother yang bukan tutur kerabat ternyata dapat dikombinasi dengan NDp, seperti Mother Theresa atau Mother Mary7 (bandingkan Quirk et al. 1985: 774). Yang menarik dari ulasan Quirk et al. (1985) adalah vokatif son dapat digunakan oleh orangtua yang bukan kerabat atau atasan. Demikian pula, ungkapan father dapat digunakan sebagai tutur kerabat atau pemarkah status (lih. Levinson 1997: 70—1). Ungkapan santun melalui penyapaan dilakukan dengan NB yang didahului oleh Mr., Ms. Miss, dan gelar profesi atau gelar akademis. Kekurangan dari ulasan tentang ungkapan sapaan oleh Quirk et al. (1985) diperlihatkan melalui ketiadaan dimensi sosial dalam penggunaannya pada masyarakat berbahasa Inggris. Mereka tidak mengulas persoalan bagaimana ungkapan sapaan digunakan berdasarkan budaya kebahasaan masyarakat Amerika Serikat. Kelebihannya adalah karya Quirk et al. (1985) lebih lengkap daripada kategori dan jenis ungkapan sapaan oleh Ervin-Trip (1972). Uraian tentang ungkapan sapaan yang lebih mutakhir daripada Ervin-Tripp (1972) dan Quirk et al. (1985) disampaikan oleh Biber et al. (1999) yang mengulas (1) kategori, (2) penggunaan, (3) fungsi, dan (4) posisi ungkapan sapaan. Biber et al. (1999) membagi delapan kategori ungkapan sapaan berdasarkan urutan dari hubungan yang akrab ke hubungan yang berjarak dengan ilustrasi contoh yang saya sediakan. 1) Tutur sayang (term of endearment) memarkahi kedekatan dan kasih sayang di antara anggota keluarga, pasangan seksual, orang yang disukai (lih. Wolfson 1993: 67), misalnya sweetheart, baby, darling;
7
Frasa ini terdapat dalam lirik lagu Let It Be oleh The Beatles, seperti pada ...Mother Mary comes to me, speaking words of wisdom, let it be. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
023
2) Tutur kerabat (family term) untuk memarkahi hubungan yang dekat di dalam keluarga dan lebih kerap digunakan untuk menyapa generasi yang lebih senior, seperti orangtua, kakek/nenek, misalnya daddy, granddad; 3) Tutur akrab (familiarizer) untuk menyapa orang asing sebagai ungkapan yang akrab, misalnya buddy, pal; 4) Nama timangan (pet name) untuk menyapa orang yang memiliki nama timangan dengan tujuan mengakrabkan diri, misalnya Tommy; 5) Nama depan utuh (first name in full) untuk menyapa di antara teman, kolega, kenalan biasa, misalnya Sabrina; 6) Gelar dan nama belakang (title and surname) untuk memarkahi hubungan lebih berjarak, misalnya Chief Anderson; 7) Tutur hormat (honorifics) untuk menunjukkan rasa hormat kepada tersapa, misalnya sir, ma’am; dan 8) Kategori lain untuk memarkahi hubungan yang lebih umum, seperti julukan blondie dan nomina everybody. Kekurangan dari kategorisasi dan jenis ungkapan sapaan oleh Biber at al. (1999) adalah ketidakhadiran ungkapan Aunt + NDp, Uncle + NDp di dalam kategori tutur kerabat. Penggunaan Aunt + NDp, Uncle + NDp lazim dan kerap digunakan di dalam masyarakat Amerika Serikat, seperti halnya dad, mom, father, mother. Kelebihan dari kategorisasi dan jenis ungkapan sapaan oleh Biber et al. (1999) adalah dimensi sosial yang merupakan salah satu aspek budaya dalam masyarakat Amerika Serikat setidaknya tampak lebih jelas dalam penggunaan ungkapan sapaan BIA. Pada kesempatan yang lain, Isa (2010) menyelidiki ungkapan sapaan dalam novel Amerika. Dia menemukan 23 kategori ungkapan sapaan dalam bahasa InggrisAmerika berdasarkan jenisnya. Pembahasan Isa (2010) hanya dibatasi pada pemerian kategori tutur sapa, tetapi tidak pada posisi, fungsi, dan penggunaannya. Keduapuluh tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut. 1) Tutur sayang sweetheart, darling, baby, 2) Tutur kerabat son, daddy, mom; 3) Julukan beautiful; 4) Tutur akrab amigo; 5) Nama akrab Charlie; 6) Nama pendek Stan(ley); Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
024
7) Nama depan Philip, Dana; 8) Gelar + nama belakang Mrs. Chambers, Mr. Riley; 9) Gelar umum miss; 10) Jabatan + nama belakang Professor Ashley, Minister Negulesco; 11) Jabatan Professor, Minister; 12) Gelar jabatan Mr. President, Mrs. Ambassador; 13) Profesi + nama belakang Detective Reese; 14) Profesi Doctor, Operator; 15) Pangkat + nama belakang Colonel Istrase; 16) Pangkat Corporal; 17) Tutur hormat Your Excellency, madam, sir; 18) Sapaan lain friend, ladies and gentlemen, you two, everybody, lady; 19) Pronomina you; 20) Pelesapan promina (Will you) excuse me, good morning; 21) Posesif + nomina my love; 22) Kalimat tanya May I help you?; dan 23) Tutur penghinaan son of a bitch, ugly moron. Kekurangan dari tilikan yang disajikan oleh Isa (2010) adalah ungkapan sapaan tersebut tidak memerikan penggunaannya berdasarkan dimensi sosial. Kelebihannya adalah sejumlah besar kategori dan jenis ungkapan sapaan diperoleh untuk mewakili ungkapan sapaan yang setidaknya digunakan di antara masyarakat Amerika Serikat.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
025
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
026
2.2.2 Kajian tentang Ungkapan Sapaan dalam BI Pembahasan mengenai ungkapan sapaan dalam BI bermula dari tilikan tentang tutur sapa yang diulas oleh Moeliono (1969/1984). Moeliono (1969/1984: 40) mengulas pemakaian tutur kerabat sebagai bentuk kesantunan yang berlaku di dalam pergaulan masyarakat Indonesia berdasarkan adat istiadat. Tutur kerabat, seperti bapak atau ibu yang kerap disingkat menjadi pak atau bu yang diikuti ND, jabatan, pangkat, atau profesi berfungsi sebagai ungkapan sapaan. Parameter penggunaan tutur sapa dapat berupa usia, hubungan sosial, dan status sosial. Penggunaan ND juga berfungsi sebagai bentuk santun kepada pihak yang belum akrab dan lebih muda (Sneddon 1996: 163). Pemakaian ND, julukan, (Moeliono 1969/1984), bentuk pangkas (Moeliono 2001b), atau penggalan (Isa 2006a: 120), NB, pangkat, profesi, gelar keturunan, gelar akademis, tutur kerabat lain (bandingkan Moeliono 1969/1984: 40) dapat juga berfungsi sebagai ungkapan sapaan. Kridalaksana (1969/1985) memberikan gambaran tentang ungkapan sapaan yang berbeda dengan Moeliono (1969/1984). Gambaran tentang kategori ungkapan sapaan oleh Kridalaksana tampak meragukan. Di dalam kategorinya, Kridalaksana (1969/1985: 14—5) menguraikan sembilan kategori seperti berikut. 1) Pronomina aku, engkau, kamu, ia, kami, kita, beliau; 2) ND Ahmad; 3) Panggilan kekerabatan/tutur kerabat, misalnya bapak, ibu, saudara, paman, adik; 4) Gelar, misalnya dokter, suster, guru, jenderal; 5) Nomina agentif, misalnya pembaca, pendengar, penumpang; 6) Nomina + ku, misalnya Tuhanku, bangsaku, negaraku; 7) Deiksis, misalnya ini, itu, sini, situ; 8) Nomina lain, misalnya tuan, nyonya, nona, Yang Mulia; 9) Kategori nol, misalnya Ø mau kemana?. Dari uraian oleh Kridaklaksana (1969/1985), terdapat kekeliruan: pronomina aku, kami, dan ia, beliau tidak berfungsi sebagai ungkapan sapaan, tetapi sebagai bentuk acuan persona pertama dan ketiga (term of reference). Kekeliruan lain yang tampak dari contoh Kridalaksana (1969/1985) adalah kata deiktis ini, itu, sini yang bukan berupa ungkapan sapaan. Tidak pernah seseorang menyapa orang lain dengan aku, kami, kita, ia, beliau, ini, itu, atau sini. Jadi, pronomina persona itu dianggap bentuk acuan persona karena digunakan untuk mengacu orang pertama atau orang ketiga Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
027
dalam dialog (Moeliono 1969/1984: 40; Moeliono 1972/1989: 60). Orang Indonesia tidak pernah menyapa dengan guru, seperti Apa kabar, Guru? karena ungkapan itu dianggap tidak santun jika tidak didahului dengan tutur kerabat Pak atau Bu sebagai pemarkah kesantunan (bandingkan Kridalaksana 1969/1985: 14; Suhardi 2009: 75). Sebagai tambahan, tutur kerabat juga kerap digunakan di dalam percakapan seharihari dalam wacana bahasa Indonesia di antara orang berkerabat atau tidak, yakni dari bahasa Melayu kakek, nenek, abang, bahasa asing saudara, oom, tante, bahasa daerah mas, jeng, mang, kang (Kridalaksana 1982: 193). Kridalaksana (1969/1985) juga tidak menampilkan pronomina Anda sebagai bentuk tutur sapa. Di dalam karangannya yang lain, Kridalaksana (1974) mengulas penggunaan Anda dapat dipakai untuk menyapa orang yang akrab dan dihormati. Apakah Anda dapat digunakan kepada orang yang dihormati, misalnya atasan atau orangtua kita? (bandingkan Kridalaksana 1972: 194—5; Alwi et al. 2000: 253). Kridalaksana (1974: 151; 1982: 193) mengemukakan bahwa parameter yang berlaku dalam penggunaan tutur sapa dan tutur kerabat adalah (1) kontak: sebentar/lama dan serius/tidak; (2) hubungan sosial: jauh, sedang, dekat; (3) sekelompok: sekelas, seusia, seasal, seorganisasi; (4) identitas tersapa: gender, jabatan, profesi. Samsuri (1987) memberikan sudut pandang lain mengenai batasan tutur sapa. Samsuri (1987: 238) juga mencampuradukkan kata-ganti-nama, sebagai istilah yang diberikan oleh Samsuri (1987) untuk pronomina persona. Gatra benda adalah istilah yang diusulkan oleh Samsuri (1987) untuk ungkapan sapaan. Samsuri (1987: 238) membuat penggolongan yang keliru karena dia mencampuradukkan pronomina engkau, Anda dengan saudara, bung, tuan, nyonya, nona dan pronomina kalian dengan saudara-saudara, tuan-tuan, serta memperlakukan pronomina kamu menjadi bentuk jamak, alih-alih kamu-kamu, kalian (periksa Sneddon 2006: 67). Dia menambahkan lu, jang, neng sebagai bentuk yang bersifat substandar dan abang, adik, dinda, kanda, sebagai penunjuk afektif. Di samping itu, Samsuri (1987: 239) menganggap bapak, ibu digunakan untuk menunjukkan sifat feodalisme dan nama jabatan digunakan untuk menyapa orang kedua, seperti Bapak Presiden, Bapak Menteri, Bapak Gubernur, Bapak Bupati. Bentuk bapak atau ibu bukanlah ungkapan sapaan yang menunjukkan sifat feodalisme. Ungkapan tuan atau nyonya8 8
Berdasarkan Ketetapan MPRS No. XXXI/MPRS/1966 tentang Penggantian Sebutan Paduka Yang Mulia (P.Y.M.), Yang Mulia (Y.M.), Paduka Tuan (P.T.) dengan sebutan Bapak/Ibu atau Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
028
mengindikasikan nuansa feodalisme sebagai akibat perubahan sikap politis dari zaman Belanda (bandingkan Samsuri 1987: 239). ND juga kerap dipakai untuk menyapa orang kedua di dalam dialog antara pejabat dan bawahan atau antara majikan dan pelayan (Samsuri 1987: 238). Sneddon (1996) memperlihatkan batasan mengenai ungkapan sapaan sebagai sumbangsihnya dalam memperkaya kaidah praktis berbahasa Indonesia. Ulasannya yang singkat mengenai ungkapan sapaan diperlihatkan dengan (a) kategori ungkapan sapaan, seperti nama diri, tutur kerabat, gelar, pemarkah profesi atau pangkat; (b) fungsi ungkapan sapaan sebagai pemarkah kesantunan atau keakraban, penarik perhatian; dan (c) posisi ungkapan sapaan yang dapat berada di awal, tengah, akhir, atau di dalam klausa minor (Sneddon 1996: 364—365). Batasan mengenai ungkapan sapaan yang berasal dari bahasa asing tidak luput dari pembicaraan Sneddon (1996: 163), seperti bro, man. Tutur kerabat atau akrab oom dan tante juga digunakan sebagai ungkapan sapaan umum kepada adik ayah dan adik ibu penyapa, kepada pihak yang (hampir) sebaya dengan (adik) ayah atau (adik) ibu penyapa atau lelaki dewasa yang lebih muda (bandingkan Sneddon 1996: 163). Ungkapan opa dan oma dianggap tidak hanya ditujukan kepada kerabat langsung yang dua generasi lebih tua daripada penyapa. Ungkapan itu juga ditujukan kepada pihak yang secara fisik tampak lebih tua dua generasi daripada penyapa meskipun sama sekali tidak terdpat hubungan kerabat di antara partisipan (bandingkan Sneddon 1996: 163).
Saudara/Saudari. (Sidang Umum Keempat MPRS di Istora Senayan Jakarta 21 Juni—5 Juli 1966 ketetapan ke-23). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
029
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
030
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
031
2.3 Kajian tentang Budaya Kebahasaan dalam Penggunaan Ungkapan Sapaan Di dalam tiap budaya penggunaan ungkapan sapaan merupakan bagian dari tilikan budaya perilaku yang meliputi kebiasaan dan adat istiadat. Hermans (1999) memasukkan sistem nilai, norma, dan aturan ke dalam budaya karena anggota masyarakat dalam sebuah sistem sosial adalah bagian dari kebudayaan sebagai sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial dan budaya yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dalam berbahasa inilah, salah satu praktik penggunaan bahasa (parole) melibatkan penggunaan ungkapan sapaan. Tidak sedikit unsur budaya yang berperan penting di dalam penggunaan vokatif. Oleh karena itu, wujud kebudayaan sebagai suatu aktivitas yang kompleks serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat (Honigman dalam Koentjaraningrat 2000) diaplikasikan ke dalam penggunaan ungkapan sapaan. Berikut ini akan disajikan sejumlah pendapat, pandangan, dan uraian serta ulasan mengenai penggunaan ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika dan bahasa Indonesia secara sosial dan budaya.
2.3.1 Kajian Budaya Kebahasaan dalam Masyarakat Amerika Serikat Kebiasaan orang Amerika Serikat dalam menggunakan ungkapan sapaan ditentukan oleh (1) situasi bermarkah status (status-marked situation) berlaku di dalam ranah sosial, misalnya pemakaian Your Honor (ruang sidang), Mr. Chairman, Director (rapat); (2) pangkat (rank) di dalam kemiliteran dan kepolisian, misalnya general, lieutenant, sergeant, chief, officer; (3) identitas (identity), misalnya judge (hakim), father atau reverend (pendeta), professor (dosen); generasi (generation), misalnya daddy, mom, mommy (Ervin-Tripp 1972). Zwicky (1974) mengusulkan lima fungsi pragmatik (budaya) dalam menggunakan ungkapan sapaan, yakni (1) pengungkap sikap, misalnya asshole, bitch, stupid (fungsi penghinaan); (2) pemarkah kesantunan, misalnya sir, ma’am, miss; (3) pemarkah status, misalnya judge, counselor, professor, reverend; (4) pewatas keakraban, misalnya buddy, pal, man, dude (fungsi keakraban); dan (5) pemarkah hubungan peran, misalnya daddy, son (fungsi peran dalam keluarga).
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
032
Quirk et al. (1985) juga mengemukakan terdapat budaya kesantunan dalam penggunaan ungkapan sapaan, misalnya penggunaan Mr./Mrs./Miss/Ms. + nama belakang (selanjutnya NB), gelar profesi, dan gelar akademis. Quirk et al. (1985) juga menyajikan sejumlah fungsi pragmatik (budaya) yang lebih kaya daripada Zwicky (1974). Fungsi-fungsi tersebut mencakupi (1) panggilan, (2) penarik perhatian tersapa, (3) pengidentifikasi tersapa, (4) penjalin percakapan, (5) pemertahanan percakapan, (6) pengelola interaksi, dan (7) pengerat hubungan sosial di antara para partisipan. Tampaknya, fungsi vokatif yang diperikan oleh Quirk et al. (1985) dilengkapi oleh Brinton (1996) dengan (1) pembuka percakapan, (2) penutup pembicaraan, (3) penyapaan secara langsung, (4) penarik perhatian, dan (5) pemelihara percakapan. Biber et al. (1999) menyatakan fungsi vokatif berupa, antara lain, (a) meminta perhatian, (b) mengidentifikasi tersapa, dan (b) menjalin dan mempertahankan hubungan percakapan. Biber at al. (1999) mengemukakan tiga posisi vokatif, yakni (a) di awal tuturan, (b) di tengah tuturan, dan (c) di akhir tuturan (bandingkan Leech 1999; Carter dan McCarthy 2010: 235). Perbedaan posisi dapat mengakibatkan perbedaan fungsi tuturan atau kalimat. Pandangan yang berbeda mengenai fungsi vokatif itu dikemukakan oleh Ostermann (2000) yang mengusulkan bahwa ungkapan sapaan dapat berfungsi untuk (i) memulai percakapan, (ii) mengisyaratkan konstekstualisasi pergantian topik percakapan, dan (iii) memperbaiki sikap atas tindakan ancaman muka. Scollon dan Scollon (2001) menguraikan penggunaan ungkapan sapaan berdasarkan kesantunan dan strategi muka. Strategi muka terfokus pada kuasa dan jarak. Akan tetapi, penerapan kuasa (+K) dapat ditaklukkan oleh jarak atau hubungan sosial, misalnya antara atasan dan bawahan yang sudah akrab dapat digunakan nama diri. Hal ini tampaknya sejalan dengan pandangan Johnstone (2002) yang mengemukakan bahwa kerap sekali nama diri (selanjutnya ND) atau gelar + NB sama-sama digunakan dalam hubungan sosial resiprokal, sedangkan dalam hubungan sosial takresiprokal kerap digunakan gelar + NB kepada/oleh tersapa. Jarak dapat dilihat lebih jelas di dalam hubungan sederajat (egalitarian relationship) (–K). Chambers (2003) menguraikan penggunaan vokatif yang berbeda berdasarkan dimensi sosial yang berbeda, yakni (1) usia, (2) jarak sosial, dan (3) status sosial. Chambers (2003) menambahkan bahwa di dalam kebiasaan atau budaya orang Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
033
Amerika Serikat kepada orang yang lebih tua lazim disapa dengan nama diri meskipun usia di antara para partisipan jauh berbeda (Wardaugh 2000). Bonvillain (2003) mengupas penggunaan nama diri yang memiliki makna social, yakni keakraban jika digunakan di antara teman akrab dan sikap merendah jika digunakan oleh atasan kepada bawahan. Dia menambahkan fungsi penggunaan ungkapan sapaan merambah pada (a) pengakuan kekuatan sosial dan politis, (b) rasa hormat, (c) jarak sosial, dan (d) kesolideran sosial. Faktor lain yang membedakan penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Amerika Serikat mencakupi (1) usia, (2) gender, dan (3) hubungan personal. Wareing (2004) juga menguraikan penggunaan ungkapan sapaan dari segi budaya orang Amerika Serikat. Di dalam ranah keagamaan, misalnya father, brother, tercakup ke dalam ranah religius dan doctor, operator, detective, officer tidak hanya dipakai di dalam keprofesian penyandang gelar, tetapi pihak di luar profesi mereka dapat menggunakannya. Dalam tilikan ketaksantunan, tercakup pemakaian bahasa yang tabu yang meliputi X-femisme (X-phemism): eufemisme (euphemism), yakni berbicara secara halus, disfemisme (dysphemism), yakni berbicara secara kasar, dan ortofemisme (orthophemism), yakni berbicara secara normal (Allan dan Burridge 2007). Eufemisme merujuk kepada kesantunan, disfemisme mengacu kepada ketaksantunan yang mencakupi ungkapan kutukan dan tutur penghinaan yang digunakan untuk menghina dan melukai perasaan orang lain serta merupakan ungkapan yang berkonotasi jengkel kepada orang yang disapa (Allan dan Burridge 2007). Young (2008) mengemukakan bahwa sejumlah skala sosial dapat diterapkan dalam penggunaan tutur sapa sebagai ungkapan hormat, yakni usia, rasa hormat, hubungan sosial, dan kuasa. Cara mengungkapkan rasa hormat dapat menggunakan status sosial seseorang, misalnya profesi seseorang, seperti doctor, coach, officer, father, alih-alih menyapanya dengan Mr., Mrs., Miss, sir, ma’am. Sayang sekali, Young (2008) tidak membicarakan penggunaan tutur sapa di dalam situasi keformalan karena situasi keformalan identik dengan rasa hormat. Skala sosial yang diusulkan oleh Young (2008) juga dapat dilibatkan di dalam penggunaan ungkapan sapaan. Penggunaan ungkapan sapaan di dalam masyarakat Amerika Serikat berlaku menurut usia dan hierarki akademis, misalnya posisi atau jabatan (Dickey 1997), Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
034
status sosial, dimensi usia, jarak sosial, konteks sosial, dan formalitas (Braun 1998; Holmes 2008). Di dalam penggunaan ungkapan sapaan, Braun (1998) juga mengemukakan tiga fungsi ungkapan sapaan, yakni (1) fungsi manipulatif, misalnya Good morning, darling (membujuk seseorang dengan tutur saying); (2) fungsi ekspresif, misalnya rasa jengkel bitch, you pigs, pigs, stupid cunt, rasa takjub Oh, my God; rasa sayang honey, sweetie, sweetheart, sugar, sunshine; dan (3) fungsi eksistensi, misalnya Special Agent, officer. Saya lebih jauh menambahkan sejumlah fungsi lain, antara lain, (a) fungsi keakraban pal, buddy, man, dude; (b) fungsi kelakar Mr. F Bee Eye; (c) fungsi penghinaan you little monster, you stupid ass; (d) fungsi kebanggaan etnis Sigñora, cara (bahasa Italia). Dari sejumlah uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan dan nilainilai (values) serta norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Amerika Serikat mencakupi status sosial, hubungan sosial, peran sosial, rasa hormat, kesantunan, dimensi usia, jenis profesi, kedudukan sosial, ranah sosial, situasi sosial, konteks sosial, gender, generasi, pangkat, dan identitas. Karena unsur-unsur yang membentuk kebudayaan berupa, antara lain, nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan, kepercayaan, organisasi sosial, dan bahasa (Samovar, Porter, dan McDaniel 2009), semua dimensi sosial tersebut turut berperan di dalam penggunaan ungkapan sapaan tersebut.
2.3.2 Kajian tentang Budaya Kebahasaan dalam Masyarakat Indonesia Tilikan budaya yang terlibat di dalam penggunaan ungkapan sapaan tercakup di dalam pandangan dan pendapat para pakar berikut. Moeliono (1969/1984) menganggap kesantunan yang berlaku di dalam pergaulan masyarakat Indonesia merupakan salah satu faktor budaya. Penggunaan jabatan, pangkat, dan profesi merupakan dimensi alat kesantunan. Ketika seseorang menggunakan penyapaan dengan jabatan, pangkat, dan/atau profesi seseorang, dia secara taklangsung turut menerapkan kesantunan. Biasanya, wujud kesantunan tersebut dapat diungkapkan dengan tutur kerabat Pak, Bu, atau tutur kerabat + jabatan Pak Menteri, Bu Menteri; tutur kerabat + pangkat Pak Kapten; tutur kerabat + profesi Pak Hakim, Pak Dokter, Pak Polisi, Pak Guru; yang berasal dari profesi menjadi gelar, lalu gelar digunakan sebagai penyapaan untuk menunjukkan kesantunan dan rasa hormat Dokter, Suster, Profesor. Selain jabatan, pangkat, dan/atau profesi,
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
035
dimensi jarak sosial, usia, status sosial juga merupakan parameter kesantunan dalam masyarakat Indonesia. Budaya feodalisme yang berlaku di budaya masyarakat Indonesia masih dianggap sebagai kesantunan dan rasa hormat oleh Samsuri (1987). Dia menyajikan contoh-contoh yang termasuk ke dalam budaya feodalisme tersebut, antara lain Bapak Presiden, Bapak Menteri, Bapak Gubernur, Bapak Bupati. Dalam hal budaya feodalisme tersebut, penyapa lazim menggunakan Bapak/Ibu yang disandingkan dengan nama jabatan atau profesi. Jadi, uraian mengenai budaya feodalisme yang dikemukakan oleh Samsuri dapat disimpulkan bahwa rasa hormat dan kesantunan ditentukan oleh jabatan atau profesi yang diisyaratkan melalui status sosial. Sneddon (1996) mengupayakan sumbangsihnya pada penggunaan praktis berbahasa melalui ungkapan sapaan dengan faktor-faktor budaya yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Dia menemukan bahwa kesantunan dan keakraban dalam masyarakat Indonesia yang merupakan faktor budaya atau kebiasaan dapat diwujudkan dengan nama diri, tutur kerabat, gelar, profesi, atau pangkat. Dia juga menambahkan bahwa usia dan status perkawinan juga merupakan bagian dari faktor budaya dalam menggunakan ungkapan sapaan. Selain itu, untuk mewujudkan kesantunan, penyapa menghindari ketersinggungan tersapa dengan melesapkan tutur kerabat, pronomina persona kedua, atau melekatkan konstruksi posesif –nya karena tidak semua orang selalu senang atau nyaman disapa dengan tutur kerabat atau pronomina persona kedua (Sneddon 1996, 2006). Jadi, kelaziman dan kepatutan budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan pada masyarakat Indonesia dapat diperlihatkan dengan hubungan kekerabatan, profesi, pangkat, usia, dan status perkawinan. Alwi et al. (2000) memasukkan sejumlah faktor budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan, antara lain hubungan kekerabatan, usia, status sosial, jarak sosial, profesi, dan rasa hormat. Hubungan kekerabatan, usia, status sosial, jarak sosial, profesi, dan rasa hormat turut menentukan bagaimana ungkapan sapaan dioperasionalkan. Penggunaan ungkapan sapaan dapat membedakan faktor budaya dan faktor budaya dapat membedakan penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya, bentuk hormat dan kesantunan bapak atau ibu dapat digunakan untuk menyapa orang yang masih termasuk ke dalam hubungan kekerabatan (ayah biologis atau ibu kandung) dan orang yang bukan di dalam Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
036
hubungan kekerabatan, baik berdasarkan usia (orang yang seusia ayah atau ibu kita) maupun jarak sosial (orang yang baru dikenal). Faktor ranah sosial juga dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan praktik budaya ketika para partisipan berinteraksi (Rahardi 2009). Rahardi (2009) mengemukakan delapan ranah untuk membuat kelaziman dan kewajaran penggunaan ungkapan sapaan menurut aturan pergaulan dan budaya bangsa Indonesia. Rahardi (2009) mengajukan (1) ranah keluarga, (2) ranah masyarakat, (3) ranah keagamaan, (4) ranah transaksi bisnis, (5) ranah akademis (pendidikan), (6) ranah perkantoran, (7) ranah pemerintahan, dan (8) ranah media. Kedelapan ranah tersebut kemudian saya lengkapi dengan menambahkan empat ranah lain, yakni (i) ranah militer, (ii) ranah hukum, (iii) ranah politik, dan (iv) ranah medis. Dalam ranah sosial tersebut, terdapat aturan-aturan main dan kebiasaan bagaimana ungkapan sapaan digunakan sebagaimana mestinya. Contoh-contoh penggunaan ungkapan sapaan berdasarkan ranah tersebut turut saya sajikan untuk mewujudkan hubungan antara faktor budaya dan penggunaan ungkapan sapaan tersebut. Di dalam ranah keluarga, seorang ayah lazim atau wajar disapa dengan ayah, bapak, papa, abah; kepada saudara yang lebih tua disapa kakak atau abang9. Di dalam ranah keagamaan, guru mengaji sering kita sapa dengan Pak Uztadz. Seorang pedagang kerap memanggil atau menyapa pelanggannya dengan Pak atau Bu padahal hubungan keluarga di antara partisipan tidak ada. Jika kita memasuki ranah akademis (pendidikan), seorang guru besar lazim atau biasa disapa dengan Profesor atau Pak atau Bu berdasarkan budaya akademis. Dalam ranah pemerintahan, Pak Presiden juga lazim digunakan untuk menyapa seorang penyelenggara pemerintah. Ranah media juga melibatkan kata bung yang digunakan untuk menyapa para komentator pertandingan sepak bola. Sebagai tambahan ranah yang telah saya kemukakan, saya menyajikan
contoh-contohnya
sebagai
berikut.
Ranah
militer
melazimkan
penggunaan ungkapan sapaan danru (komandan regu), Kas (kepala staf), Kasi (kepala seksi), dan jabatan lain untuk menyapa para pejabat militer meskipun mereka memiliki pangkat—pangkat mereka tidak digunakan sebagai ungkapan sapaan ketika
9
Bagi budaya Barat, saudara yang lebih tua daripada ego lazim atau wajar disapa dengan NDp atau nama timangan (nickname) (Komunikasi pribadi dengan Troy Kitch, penutur sejati BIA, 21 Juni 2015). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
037
mereka disapa oleh bawahannya10. Di ranah hukum, banyak sekali ungkapan sapaan digunakan, misalnya Saudara Penasehat Hukum (pengacara), Saudara Jaksa Penuntut Umum (jaksa penuntut umum), Pak Hakim atau Yang Mulia (hakim) (Isa dan Asih 2011). Ranah medis biasa atau lazim menggunakan dokter sebagai ungkapan sapaannya. Dari uraian tentang faktor budaya yang dilibatkan di dalam penggunaan ungkapan sapaan bagi masyarakat Indonesia dapat saya simpulkan bahwa faktorfaktor budaya tersebut meliputi (1) status sosial (jabatan, pangkat, profesi), (2) hubungan sosial, (3) peran sosial, (4) ranah sosial, (5) situasi sosial, (6) kelompok sosial, (7) identitas, (8) gender, (9) usia, (10) hubungan kekerabatan, (11) latar sosiokultural, (12) status perkawinan.
10
Di luar (negeri) atau di negara lain, anggota militer lazim dan wajar disapa dengan pangkat (komunikasi pribadi dengan Sersan Kepala Saifuddin, komandan regu pada Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Sentul, Jawa Barat, 4 Februari 2015). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
BAB III LANDASAN TEORETIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Landasan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan hasil-hasil penelitian, ulasan-ulasan, atau temuantemuan tentang penerjemahan, ungkapan sapaan, nosi budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan. Ada delapan landasan teoretis yang digunakan di dalam penelitian ini: (1) strategi penerjemahan, (2) ideologi penerjemahan, (3) metode penerjemahan, (4) teknik penerjemahan, (5) teori mengenai ungkapan sapaan BIA, (6) teori tentang ungkapan sapaan BI, (7) teori tentang budaya kebahasaan penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Amerika, dan (8) teori tentang budaya kebahasaan penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Indonesia.
3.1.1 Teori tentang Penerjemahan Landasan teoretis tentang penerjemahan yang dijadikan pijakan dalam menganalisis data adalah pandangan, pendapat, ulasan yang tentang strategi penerjemahan oleh Venuti (1995), ideologi penerjemahan juga oleh Venuti (1995); metode penerjemahan oleh Newmark (1988a); dan teknik-teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002).
3.1.1.1 Strategi Penerjemahan Strategi penerjemahan yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pandangan Venuti (1995). Berdasarkan pemilihan strategi penerjemahan yang diusulkan oleh Venuti (1995), dia menegaskan bahwa strategi penerjemahan akan mempengaruhi ideologi penerjemahan. Pada dasarnya, sebelum melakukan kegiatan penerjemahan, penerjemah menentukan arah penerjemahan atau ideologi penerjemahan. Ideologi penerjemahan
tersebut
nantinya
akan
mempengaruhi
metode
dan
teknik
penerjemahan yang diterapkan dan dipilih oleh penerjemah. Apabila arah penerjemahannya berorientasi pada mazhab atau ideologi pemancaan, tentu metode penerjemahannya berorientasi pada teks BSu (metode penerjemahan kata-demi-kata, metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan setia, dan metode penerjemahan 38 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
039
semantis). Oleh karena itu, sebagai landasan teoretis atau kerangka berpikir pada teks yang diteliti, saya menggunakan pandangan Venuti (1995).
3.1.1.2 Ideologi Penerjemahan Di dalam penerjemahan, secara sadar atau tidak, penerjemah didorong oleh dua faktor, yakni ideologi penerjemahan. Ideologi atau tujuan penerjemahan dapat mempengaruhi metode dan teknik penerjemahan. Ideologi penerjemahan berasal dari penerjemah sendiri atau penyunting dan penerbit yang meminta menerjemahkan. Ideologi tersebut kemudian berfungsi sebagai dasar bagi penerjemah untuk menentukan metode dan teknik penerjemahan yang akan diterapkan pada tiap kata, frasa, klausa, atau kalimat. Tujuan tersebut berfungsi untuk memenuhi kesesuaian pembaca bahasa sasaran. Jika tujuan penerjemahan untuk menghadirkan atau memperkenalkan budaya asing kepada pembaca bahasa sasaran, metode setia yang diterapkan dan teknik borrowing (kata serapan) yang dipilih oleh penerjemah. Ideologi penerjemahan dapat terlihat pada pilihan kata di dalam teks terjemahan sehingga ideologi penerjemahan turut mempengaruhi teks terjemahan dan oleh Hoed (2006) ideologi tersebut merupakan prinsip atau keyakinan tentang benar/salah di dalam penerjemahan. Pendapat mengenai benar/salah teks penerjemahan senada dengan pandangan Nida dan Taber (1974) yang mengemukakan bahwa benar atau salah ditentukan oleh siapa pembaca bahasa sasaran. Untuk itulah agar keyakinan atau prinsip benar tersebut dapat diterima oleh pembaca bahasa sasaran, Venuti (1995) menawarkan dua macam ideologi penerjemahan, yakni ideologi pemancaan (foreignization) dan ideologi pelokalan (domestication). Perbedaan antara kedua ideologi tersebut terletak pada teks yang berorientasi pada bahasa sumber dan bahasa sasaran. Ideologi pemancaan adalah ideologi yang secara sengaja menghadirkan dan memperkenalkan mempertahankan unsur asing di dalam teks bahasa sasaran. Ideologi domestikasi adalah ideologi yang menghilangkan pengaruh asing di dalam teks bahasa sasaran sehingga warna lokal bahasa sasaran menjadi dominan dalam teks bahasa sasaran. Jadi, jika metode penerjemahan berorientasi pada bahasa sumber, ideologi yang dipilih merepresentasikan ideologi pemancaan, sedangkan jika metode penerjemahan yang berorientasi pada teks bahasa sasaran, ideologi yang dipilih merepresentasikan ideologi pelokalan. Oleh karena itu, tiada satu pilihan yang lebih baik dari pilihan lain karena ideologi yang dipilih berdasarkan penerjemah atau Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
040
pemesan penerjemahan (penerbit, klien, penyunting) yang menyesuaikan pembaca bahasa sasaran.
3.1.1.3 Metode Penerjemahan Metode penerjemahan yang dimanfaatkan di dalam penelitian ini diambil dari pandangan Newmark (1988a) karena metode penerjemahan yang dikemukakannya lebih komprehensif dan dapat menunjukkan secara terang pada ideologi yang digunakan oleh penerjemah. Akan tetapi, dari delapan metode penerjemahan yang diusulkan oleh Newmark (1988a), tidak semua metode yang dipergunakan karena pemilihan metode penerjemahan berdasarkan data yang ditemukan dan hasil wawancara dengan para penerjemah.
3.1.1.4 Teknik Penerjemahan Ulasan dan temuan mengenai teknik penerjemahan telah disajikan oleh Vinay dan Darbelnet (1958/2006) dan Molina dan Albir (2002). Vinay dan Darbelnet (1958/2006) mengklasifikasi cukup banyak teknik penerjemahan yang baik digunakan untuk memecahkan permasalahan penerjemahan. Dalam ulasan mereka teknik penerjemahan lebih menekankan pada konsep linguistis dan kognitif. Penggunaan teknik penerjemahan oleh Vinay dan Darbelnet (1958/2006) terbatas pada klasifikasi sistem bahasa. Kontribusi mereka pada teknik penerjemahan dapat dipakai untuk mendukung penelitian ini. Teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002) juga dapat dimanfaatkan sebagai pijakan dan pendukung dalam menganalisis data karena teknik penerjemahan yang mereka usulkan lebih komprehensif.
3.1.2 Teori tentang Ungkapan Sapaan BIA dan BI Landasan teoretis tentang ungkapan sapaan BIA yang diambil dari pandangan Isa (2010) dimanfaatkan sebagai pijakan dan kerangka berpikir dalam menganalisis data. Pandangan Kridalaksana (1969/1985) mengenai ungkapan sapaan dimanfaatkan sebagai pijakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari TSa atau BI. Kategorisasi dan jenis ungkapan sapaan yang diusulkan oleh Isa (2010) lebih lengkap daripada kategorisasi dan jenis ungkapan sapaan seperti yang diusulkan oleh Quirk et al. (1985) dan Biber et al. (1999). Hal itu juga digunakan sebagai bahan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
041
pembicaraan tentang ungkapan sapaan di dalam novel berbahasa Inggris-Amerika dan masyarakat Amerika Serikat. Kategorisasi dan jenis tersebut juga merepresentasikan jenis-jenis ungkapan sapaan yang ditemukan di dalam novel Amerika sebagai bahan kajian saya. Ulasan Kridalaksana (1969/1985) yang merepresentasikan kategori dan jenis ungkapan sapaan dalam BI atau padanannya dimanfaatkan sebagai pijakan atau kerangka berpikir dalam menganalisis data. Ulasan tentang ungkapan sapaan oleh Kridalaksana (1969/1985) memuat kategorisasi dan jenis yang lebih lengkap dalam khazanah ungkapan sapaan dalam masyarakat Indonesia. Kategori dan jenis tersebut juga digunakan sebagai bahan pembanding ungkapan sapaan dalam masyarakat Indonesia.
3.1.3 Teori tentang Budaya Kebahasaan dalam Ungkapan Sapaan BIA dan BI Landasan teoretis tentang tilikan budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan oleh masyarakat yang berbahasa Inggris-Amerika diperoleh dari Brown dan Gilman (1960) dan Chambers (2003). Tilikan budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan bagi masyarakat Amerika Serikat berdasarkan norma yang berlaku di Amerika Serikat melalui perilaku yang meliputi kebiasaan dan nilai sosial budaya. Jadi, setiap penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Amerika Serikat tentu harus berdasarkan norma dan kebiasaan yang berlaku. Norma atau kebiasaan tersebut berorientasi pada hubungan sosial, jarak sosial, peran sosial, status sosial, profesi, usia, pendidikan, dan rasa hormat sebagai salah satu dari subsistem budaya, yakni subsistem sosial yang diimplementasikan melalui penggunaan ungkapan sapaan (parole sebagai bagian dari penggunaan bahasa) karena penggunaan bahasa pada dasarnya adalah bagian dari aktivitas budaya. Sementara itu, landasan teoretis mengenai nosi budaya dalam penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat Indonesia adalah Sneddon (1996) dan Suhardi (2009). Dalam pandangan Sneddon (1996) terhampar praktik kesantunan, usia, status perkawinan, hubungan kekerabatan, profesi, pangkat, dan usia. Jadi, kelaziman dan kepatutan budaya dalam masyarakat Indonesia mencakupi praktik kesantunan, perbedaan usia, status perkawinan, hubungan kekerabatan, profesi, pangkat, dan perbedaan usia. Selain itu, pandangan Suhardi (2009) yang dijadikan landasan teoretis atau kerangka berpikir dalam analisis data bahasa sasaran juga mengarah ke ranah Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
042
sosial. Ranah sosial itulah yang mengatur penggunaan ungkapan sapaan di dalam masyarakat Indonesia.
3.2 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi (1) ancangan penelitian, (2) corak penelitian, (3) penentuan sumber data, (4) korpus data, (5) pemilihan data, (6) wawancara, (7) penggunaan alat penerjemahan, (8) analisis data, dan (9) model konseptual.
3.2.1 Ancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif. Dengan mengikuti pandangan Mackey dan Gass (2005), penelitian yang menggunakan ancangan kualitatif mengacu kepada penelitian yang didasarkan pada data deskriptif yang tidak menggunakan prosedur statistis. Williams dan Chesterman (2002) menambahkan ancangan kualitatif bersifat lebih subjektif yang menekankan empati (emphaty) dan imajinasi (imagination). Di samping itu, Williams dan Chesterman (2002) mengemukakan bahwa:
Roughly speaking, the goal of qualitative research is to describe the quality of something in some enlightening way. More strictly, qualitative research can lead to conclusions about what is possible, what can happen, or what can happen at least sometimes; it does not allow conclusions about what is probable, general, or universal.
3.2.2 Corak Penelitian Corak penelitian ini adalah kajian teks karena data yang digunakan tidak diperoleh dari kerja lapangan (Dörney 2007), tetapi data berasal dari ragam tulis novel. Dörnyei (2007) menguraikan sejumlah ciri utama penelitian kualitatif yang diterapkan dalam penelitian ini, yakni (1) sifat data yang berupa teks; (2) jenis data yang digunakan dalam bentuk tekstual, bukan dalam bentuk angka; (3) analisis bersifat interpretatif, yang pada dasarnya analisis interpretatif menjelaskan hasil penelitian merupakan konsekuensi interpretasi subjektif peneliti atas data (lihat juga Croker 2009; Ivankova dan Creswell 2009).
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
043
3.2.3 Penentuan Sumber Data Tidak semua terbitan novel Amerika dan terjemahannya diambil sebagai sumber data, mengingat tiga novel yang diambil sebagai sumber data merupakan perwakilan dari jutaan novel Amerika dan terjemahannya, dengan kriteria seperti berikut. (1) Novel Amerika dipublikasikan dari tahun 2008 sampai tahun 2010 dan tiga novel terjemahannya yang diterbitkan tidak terlalu jauh dari terbitan novel aslinya (dari tahun 2010 sampai dengan 2011) karena pada masa itu bentuk bahasa yang digunakan masih bersifat statis11. (2) Novel Amerika diterjemahkan oleh para penerjemah profesional. Penerjemah profesional di sini dianggap penerjemah yang menghasilkan terjemahan demi uang (Robinson 1997: 33). Karena diterjemahkan oleh penerjemah profesional, hasil terjemahannya dapat menghasilkan ideologi, metode, dan teknik penerjemahan yang dapat dijadikan bahan pengembangan teori tentang penerjemahan. (3) Novel yang dipilih adalah novel yang terakhir digarap oleh para penerjemah. Hal itu dilakukan dengan alasan bahwa dengan novel yang terakhir mereka garap, keprofesionalan mereka semakin baik (4) Novel Amerika diambil sebagai sumber data karena ketiga novel tersebut memiliki motif cerita yang berbeda-beda, yakni tentang keluarga, percintaan, keagamaan, akademik, perkantoran, dan keprofesian sehingga motif-motif tersebut bersinggungan dengan budaya kebahasaan yang sangat produktif terjadi di antara kedua bahasa. Motif merupakan latar cerita yang terdapat di dalam novel dan biasanya setiap novel memiliki ciri-ciri motif yang dominan (Thompson 1955).
Ketiga novel tersebut adalah sebagai berikut. (1) All the Pretty Girls (ATPG) (2008) karya J.T. Ellison (JTE), terbitan Harlequin, New York, dan terjemahannya Pencekik dari Selatan (PDS) (2011) oleh Desak Nyoman P. (DNP), terbitan Violetbooks, Gramedia, Jakarta. (2) The Lost Symbol (TLS) (2009) karya Dan Brown (DB), terbitan Doubleday, New York, dan terjemahannya The Lost Symbol (TLS) (2010) oleh Inggrid D. Nimpoeno (IDN), terbitan Bentang, Yogyakarta. 11
Komunikasi pribadi dengan Anton M. Moeliono, 16 April 2011. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
044
(3) Sweet Tea at Sunrise (STAS) (2010) karya Sherryl Woods (SW), terbitan Harlequin, New York, dan terjemahannya Jalinan Hati (JH) (2011) oleh Dina Begum (DB), terbitan Violetbooks, Gramedia, Jakarta.
3.2.4 Korpus Data Sejalan dengan pandangan Olohan (2004), korpus data adalah sekumpulan teks yang diseleksi dan dikompilasi berdasarkan kriteria khusus. Korpus data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah korpus pararel, yakni data yang dipararelkan antara data BSu dan data BSa. Korpus pararel tersebut diambil dari novel yang berbahasa Inggris-Amerika beserta terjemahan bahasa Indonesianya. Kata atau frasa nomina (token)—yang berupa ungkapan sapaan di dalam dialog—digunakan sebagai data (lih. Kennedy 1999; Olohan 2004; Lazaraton 2009).
3.2.5 Pemilihan Data Dari data (token) yang berhasil dikumpulkan di dalam senarai, data yang berupa ungkapan sapaan kemudian dipilih untuk dianalisis. Pemilihan data tersebut dilakukan dengan karakteristik seperti berikut. (a) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi (ks), jenis (js), dan padanan (pn) yang berbeda (≠), diambil sebagai data, misalnya darling :: sayang yang berkategorisasi tutur sayang (term of endearment). Formulanya adalah [≠ks + ≠js + ≠pn + ≠hs]; (b) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi dan jenis yang berbeda (≠), tetapi memiliki padanan yang sama (), ditetapkan sebagai data, misalnya son memiliki kategorisasi tutur kerabat (kinship term) dan kiddo memiliki kategorisasi tutur akrab, tetapi memiliki padanan yang sama (=), yakni nak. Formulanya adalah [≠ks + ≠js + ≠ss pn]; (c) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi yang berbeda, tetapi memiliki jenis dan padanan yang sama, dianggap sebagai data, misalnya son :: nak memiliki kategorisasi tutur kerabat (kinship term) dan son :: nak memiliki kategorisasi tutur akrab (familiarizer). Formulanya adalah [≠ks js + pn]; (d) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi dan jenis serta padanan yang sama (=), tetapi dengan konteks sosial yang berbeda, diambil Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
045
sebagai data, misalnya honey dan honey memiliki kategorisasi dan jenis yang sama serta padanan yang sama, tetapi memiliki perbedaan konteks penggunaan, yakni oleh suami kepada istri dan oleh paman kepada keponakan. Formulanya adalah [ks + js + pn ≠ksl]; (e) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi yang sama, tetapi jenis dan padanan yang berbeda, dipergunakan sebagai data, misalnya jenis yang berbeda, yakni sugar dan honey dan padanan yang berbeda, yakni manis dan sayang, tetapi memiliki kategorisasi yang sama, yakni tutur sayang. Formulanya adalah [=ks ≠js + ≠pn]; (f) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi dan jenis yang sama, tetapi padanan yang berbeda, diperlakukan sebagai data, misalnya mom dan mom yang keduanya berkategori tutur kerabat dan berjenis yang sama, tetapi memiliki padanan yang berbeda, yakni bu dan mom. Formulanya adalah [=ks + =js ≠pn]; (g) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi dan padanan yang sama, tetapi jenis yang berbeda, dianggap sebagai data, misalnya buddy ≈ bung dan pal ≈ bung yang keduanya berkategorisasi yang sama, yakni tutur akrab, tetapi memiliki jenis yang berbeda, yakni buddy dan pal. Formulanya adalah [=ks + =pn ≠js]; (h) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang memiliki kategorisasi dan padanan yang berbeda, tetapi jenis yang sama, ditetapkan sebagai data, misalnya sunshine sebagai tutur sayang dan tutur akrab serta masing-masing memiliki padanan yang berbeda, yakni sayang dan sunshine, tetapi memiliki jenis yang sama, yakni sunshine. Formulanya adalah [≠ks + ≠pn =js]; (i) Ungkapan sapaan bahasa Inggris-Amerika yang berjenis yang sama, tetapi memiliki konteks sosial (ksl) dan konteks situasi (ksi) yang berbeda, baik secara sosiolinguistis maupun secara pragmatis, diambil sebagai data, misalnya sir dapat digunakan oleh bawahan kepada atasan pria dan juga oleh pelayan kepada pelanggan pria yang secara sosiolinguistis dan pragmatis menunjukkan status sosial, rasa hormat, dan kesantunan. Formulanya adalah [ks + js ≠pn ≠ksl ≠ksi];
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
046
(j) Pemilihan data dengan cara (a)—(i) juga dilakukan dengan melibatkan faktorfaktor budaya, misalnya usia, status sosial, hubungan sosial, peran sosial, gender serta dimensi sosial lain. Ungkapan sapaan darling yang dapat digunakan secara berbeda berdasarkan hubungan sosial akrab dan takakrab diambil sebagai data yang berbeda; (k) Token data BSu dan BSa disalin ke dalam senarai berdasarkan novel asli dan terjemahannya; (l) Pengidentifikasian data dilakukan dengan cara mencatat token data berdasarkan kategori, jenis, padanan, dan konteks penggunaan, baik dalam bahasa InggrisAmerika maupun dalam bahasa Indonesia; (m) Pembubuhan kode pada kartu data disesuaikan dengan kategori, jenis, padanan, dan konteks penggunaan, baik dalam bahasa Inggris-Amerika maupun dalam bahasa Indonesia; (n) Reduksi data dengan cara membuang data yang berkasus sama: berkategorisasi, berjenis, berpadanan, dan/atau berdimensi sosial yang sama. Transkripsi data dilakukan dengan pengetikan penggalan-penggalan dialog (ko-teks) yang memuat ungkapan sapaan dan padanannya (teks) berdasarkan kategori, jenis, padanan, dan konteks ungkapan sapaan ke dalam fail-fail terpisah.
3.2.6 Wawancara Wawancara dilakukan dengan narasumber, seperti penerjemah, penutur sejati bahasa Inggris-Amerika, dan profesional. 1. Penerjemah All the Pretty Girls adalah Desak Nyoman Pusparini, berdomisili di Denpasar, Bali, berafiliasi pada Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) sejak 2012, dan profesinya sebagai penerjemah novel dan penyunting lepas. 2. Penerjemah The Lost Symbol adalah Ingrid Dwijani Nimpoeno, berdomisili di Jakarta, berpendidikan magister peminatan penerjemahan pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, dan berprofesi sebagai penerjemah novel. 3. Penerjemah Sweet Tea at Sunrise adalah Dina Begum, berdomisili di Jakarta, berafiliasi pada Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) sejak 2010, dan berprofesi sebagai penerjemah novel dan penyunting.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
047
4. Penutur sejati bahasa Inggris-Amerika, Troy Kitch, bertugas dan berprofesi sebagai Principle Product Marketing Director dan Security Software pada Oracle dan berdomisili di California, Amerika Serikat. 5. Profesional Inspektur Satu Triyogo Handoyo, bertugas sebagai Kepala Subunit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan berdomisili di Jakarta. 6. Profesional Sersan Kepala Saifuddin, Komandan Regu, bertugas pada Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian, Sentul, Jawa Barat. 7. Rohaniwan Yohanes Bernardus Dody Mulyadi, S.Th., M.Div., bertugas sebagai Pendeta di Rhema Evangelism Ministry sejak 2009, berdomisili di Jakarta.
3.2.7 Penggunaan Alat Penerjemahan Dalam penelitian ini dimanfaatkan sejumlah alat penerjemahan yang dapat membantu menyingkap padanan yang dipilih oleh penerjemah dan menganalisis TSu dan TSa. Alat-alat penerjemahan tersebut mencakupi kamus penggunaan ungkapan sapaan dalam BIA (Dunkling 1990; Peters 2004), kamus ekabahasa Inggris (Rundell 2007; Walter 2008; Perrault 2008; Mayor 2009; Turnbull 2010; dan Lea 2011), dan kamus ekabahasa bahasa Indonesia (Sugono 2008).
3.2.8 Analisis Data Analisis data dimulai dengan metode penerjemahan yang diikuti dengan membahas teknik penerjemahan atas jenis ungkapan sapaan dalam BIA beserta terjemahannya. Hal itu merupakan tahap pengodean (coding). Lalu, langkah berikutnya adalah membandingkan kedua ungkapan tersebut berdasarkan dimensi budaya kebahasaan melalui kajian sosiolinguistik dan pragmatik. Pembandingan tersebut didasarkan pada model konseptual komparatif (::) seperti yang diusulkan oleh William dan Chesterman (2002), yakni mengapa terjemahannya seperti itu dan faktor budaya apa yang melatari persamaan dan perbedaannya. Pembahasan data disajikan dalam bentuk penomoran yang ditulis berdasarkan pengelompokan atas: ideologi penerjemahan yang dimarkahi dengan angka, misalnya 1 dan 2; metode penerjemahan dengan huruf, misalnya A, B, C, dst.; dan data dengan angka dalam kurung, misalnya (1). Dengan demikian, penomoran disajikan seperti 1A(1). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
048
Setelah itu, dalam menganalisis data, saya menginterpretasikan dan menjelaskan bagaimana faktor budaya kedua bahasa berperan dalam penggunaan ungkapan sapaan tersebut. Dari hasil penjelasan tersebut dapat diambil strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan yang digunakan oleh para penerjemah. Saya menyimpulkan hasil analisis data dengan tujuan untuk menjawab masalah penelitian ini.
3.2.9 Model Konseptual Berangkat dari masalah penelitian tentang penerjemahan tiga novel Amerika dan tiga novel terjemahan Indonesianya, karya ini menggunakan model konseptual komparatif (Williams dan Chesterman (2002). Model konseptual komparatif digunakan untuk membandingkan penerjemahan ungkapan sapaan BIA (BSu) dan ungkapan sapaan BI (BSa) yang bertujuan menemukan strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah pada teks yang diteliti. Ungkapan sapaan BSu dan BSa tersebut dikaji dengan teori penerjemahan dengan menggunakan dan membandingkan faktor budaya BSu dengan faktor budaya BSa. Dari hasil analisis data, diperoleh simpulan yang menghasilkan strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan
yang
dipilih
dan
diterapkan
oleh
para
penerjemah
dalam
mengalihbahasakan ungkapan sapaan dari bahasa Inggris-Amerika ke dalam bahasa Indonesia pada teks yang diteliti. Penjelasan model konseptual tersebut dapat dilukiskan dalam bagan berikut ini.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
049
Bagan 3.2.9 Model Konseptual Penerjemahan Ungkapan Sapaan dari BIA ke BI
Masalah Penelitian
Model Komparatif (Williams dan Chesterman (2002)
Data Ungkapan Sapaan BIA
Data Ungkapan Sapaan BI
Kajian Penerjemahan
Faktor-Faktor Budaya Kebahasaan BSu
Faktor-Faktor Budaya Kebahasaan BSa
Strategi Penerjemahan
Ideologi Pemancaan
Ideologi Pelokalan
Metode Harfiah Metode Setia Metode Semantis
Metode Adaptasi Metode Bebas Metode Idiomatis Metode Komunikatif
teknik kalke teknik harfiah teknik eksotisme teknik salin-terjemah teknik transplantasi budaya teknik pinjam budaya teknik kata serapan teknik catatan kaki teknik eksplisitasi teknik pelesapan teknik generalisasi teknik konsentrasi teknik padanan lazim
teknik adaptasi teknik penyulih budaya teknik metafora teknik eufemisme teknik konvergensi teknik pengalihan kontekstual teknik modulasi teknik partikularisasi teknik pelesapan teknik divergensi teknik padanan lazim teknik transposisi lompat teknik penambahan teknik eksplisitasi
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
BAB IV ANALISIS DATA PENERJEMAHAN UNGKAPAN SAPAAN BIA KE BI
4.1 Strategi Penerjemahan Strategi penerjemahan berkaitan dengan mekanisme yang digunakan oleh penerjemah untuk mencari solusi pada masalah penerjemahan dalam proses penerjemahan. Strategi penerjemahan akan menentukan ideologi penerjemahan yang menjadi arah penerjemahan yang berorientasi pada BSu (foreignization) atau berorientasi pada pembaca BSa (domestication).
4.2 Ideologi Penerjemahan Ideologi pemancaan dan ideologi pelokalan merujuk ke metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah ketika menerjemahkan TSu dengan TSa sehingga ideologi tersebut memainkan peranan yang penting pada keputusan yang diambil seorang penerjemah (Mazi-Leskovar 2003: 254). Bagaimana seorang penerjemah mengemas pesan BSu ke dalam TSa tentu dipengaruhi oleh ideologi penerjemahan yang mereka anut. Ideologi dalam penerjemahan selalu tampak dalam proses dan produk penerjemahan karena proses dan produk penerjemahan berkaitan sangat erat. Sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah harus mengetahui untuk siapa (audience design) dan untuk tujuan apa (needs analysis) dia menerjemahkan. Proses ini merupakan salah satu proses yang tidak dapat diabaikan dalam penerjemahan karena merupakan proses awal dalam menentukan metode penerjemahan yang akan dan harus digunakan. Metode penerjemahan yang dipilih juga merupakan pedoman dalam menggunakan teknik penerjemahan sehingga terdapat hubungan antara metode penerjemahan dan teknik penerjemahan yang pada akhirnya keduanya menghasilkan terjemahan yang memadai bagi pembaca BSa.
4.2.1 Ideologi Pemancaan Untuk memperlihatkan ideologi pemancaan, penerjemahan tentu harus menggunakan metode dan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu karena ideologi penerjemahan, metode penerjemahan, dan teknik penerjemahan sebaiknya berfungsi secara harmonis di dalam teks terjemahan (Molina dan Albir 2002). Dalam ideologi pemancaan biasanya digunakan metode penerjemahan yang berorientasi pada BSu, 50 Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Universitas Indonesia
051
yakni (1) metode kata-demi-kata (word-for-word translation), (2) metode harfiah (literal translation), (3) metode setia (faithful translation), dan (4) metode semantic (semantic translation). Akan tetapi, di dalam karya ini metode kata-demi-kata tidak ditemukan karena metode kata-demi-kata hanya diterapkan pada tahap awal penerjemahan yang tidak dilakukan oleh penerjemah profesional. Tiga metode penerjemahan yang lain, yakni (1) metode harfiah, (2) metode setia, dan (3) metode semantis, yang ditemukan di dalam kajian ini merupakan metode yang diterapkan oleh penerjemah.
4.2.1.1 Metode Harfiah Metode harfiah—disebut juga metode penerjemahan struktural—adalah metode penerjemahan yang membolehkan konstruksi gramatikal BSu dikonversikan ke dalam padanan BSa, tetapi satuan leksikalnya dipadankan secara tersendiri di luar konteks (Newmark 1988a). Dalam metode harfiah ini ditemukan tiga teknik penerjemahan, yakni (1) teknik kalke (calque), (2) teknik padanan lazim (established equivalent), dan (3) teknik harfiah (literal).
Analisis Data 1A(1) Metode harfiah merupakan pedoman dalam menggunakan teknik kalke, seperti pada ungkapan sapaan special agent :: agen khusus.
Teks Bahasa Sumber “Well, Special Agent, since she’s missing both hands, I’d say we should find another right around this area, shouldn’t we?” (JTE/ATPG/16)
Teks Bahasa Sasaran “Well, Agen Khusus, karena dia kehilangan kedua tangannya, sepertinya kita harus mencari tangan satunya lagi di sekitar sini, bukan?” (DNP//PDS/22)
Pada contoh di atas tampak special agent dipadankan dengan agen khusus dengan metode harfiah karena penerjemahan harfiah dilakukan seperti penerjemahan katademi-kata, tetapi penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam frasa atau kalimat BSa. Metode harfiah ini diterapkan apabila struktur frasa atau kalimat BSu berbeda dari struktur frasa atau kalimat BSa. Frasa special agent yang berkomposisi adjektiva special dan nomina agent diubah menjadi agen khusus yang berkomposisi nomina agen dan adjektiva khusus. Metode ini merupakan pedoman bagi penerjemah untuk memadankan special agent menjadi agen khusus dengan menggunakan teknik
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
052
kalke. Teknik kalk dipilih untuk menerjemahkan frasa BSu secara harfiah. Konsep special agent yang dipinjam dari BSu diterjemahkan dengan agen khusus karena konsep special agent tidak dimiliki oleh BSa. Konsep special agent ‘agen khusus’ sebenarnya tidak ada di dalam konsep ranah kepolisian Indonesia12 sehingga dapat dikatakan bahwa penerjemahan special agent :: agen khusus dianggap sebagai penerjemahan harfiah atas konsep istilah asing. Molina dan Albir (2002) menegaskan bahwa teknik kalke adalah teknik yang mengharuskan penerjemah memadankan frasa BSu secara harfiah ke dalam TSa. Sebagai akibatnya, padanannya masih memberi kesan asing karena padanannya masih meminjam konsep asing. Teknik penerjemahan kalke dipilih oleh penerjemah agar pembaca BSa terlibat ke dalam cerita yang berlatar pembunuhan di Amerika. Ungkapan sapaan Special Agent hanya digunakan di lingkungan kasus pembunuhan di Amerika13.
Analisis Data 1A(2) Metode harfiah juga merupakan pedoman dalam menggunakan teknik kalke yang berlaku pada agent :: agen.
Teks Bahasa Sumber
Teks Bahasa Sasaran
Giving Marni Fischer one last lingering look, he started to walk to Grimes, but a voice rang out behind him. “Can we move her now, Agent?” The voice was tinged with sarcasm. Baldwin looked toward the source, a beefy young sergeant with red hair, freckles and large hands that were balled into fists. (JTE/ATPG/166)
Setelah memperhatikan Marni Fischer untuk terakhir kalinya, ia bergerak menghampiri Grimes, tapi sebuah suara menggelegar di belakangnya. “Apa kita bisa memindahkannya sekarang, Agen?” suara itu mengandung sarkasme. Baldwin menoleh ke arah sumber suara, seorang sersan muda bertubuh gempal dan rambut merah, wajahnya bintik-bintik, kedua tangannya yang besar terkepal. (DNP/PDS/183)
Kata agent yang diterjemahkan secara harfiah dengan agen mengisyaratkan penerjemah ingin menghadirkan suasana cerita yang berlatar pembunuhan di Amerika. Kata agent merujuk kepada agen FBI yang bertugas menyelidiki kasus pembunuhan di Amerika Serikat14. Akan tetapi, pemadanan harfiah tersebut dapat memberikan pemahaman yang keliru bagi pembaca BSa. Di dalam budaya Amerika, seorang agen—yang biasanya berprofesi sebagai agen FBI—merujuk kepada 12
13 14
Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 2 Mei 2015. Komunikasi pribadi dengan Troy Kitch, penutur sejati BIA, 15 Mei 2015. Komunikasi pribadi dengan Troy Kitch, penutur sejati BIA, 14 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
053
penyidik kasus kriminal (Lea 2011). Penerjemah memilih padanan agen yang mengacu ke seorang agen FBI sebagai penyidik kasus pembunuhan. Kata agen sebenarnya tidak dikenal di dalam ranah kepolisian masyarakat BSa,15 alih-alih agen di dalam perusahaan niaga dan jasa. Jadi, kata yang masih berkonsep asing tersebut diperkenalkan kepada pembaca BSa agar pembaca BSa terasa dekat dengan budaya kebahasaan BSu. Newmark (1988a) menegaskan bahwa penerjemah yang menggunakan metode harfiah bermaksud untuk memperkenalkan budaya BSu kepada pembaca serta memberikan rasa kedekatan antara TSu dan pembaca BSa. Dari metode harfiah tersebut dapat digunakan teknik kalke karena bentuk BSu dipadankan dengan bentuk BSa, tetapi makna kedua ungkapan tersebut sebenarnya berbeda. Sebagai akibatnya, TSa dapat menghasilkan padanan yang keliru bagi pembaca BSa, alih-alih padanannya terasa aneh atau tidak wajar. Fenomena yang dihasilkan oleh teknik ini dapat menimbulkan interferensi.
Analisis Data 1A(3) Pada pemadanan Agent Baldwin :: Agen Baldwin juga digunakan metode harfiah dan teknik padanan lazim.
Teks Bahasa Sumber It seemed as though he had been on hold for an hour, but it was probably more like five minutes when a voice came back on the line. “I’m Louis Sherwood. Is there something I can help you with, Agent Baldwin?” “Yes, sir. I’d like to get some information about your traveling executives. I’m in the middle of an investigation and your company’s name has come up in relation to the case. Would you be willing to give me some information?” (ATPG/247)
Teks Bahasa Sasaran Rasanya dia telah menunggu selama satu jam, tapi mungkin lebih seperti lima menit ketika sebuah suara kembali terdengar di telepon. “Saya Louis Sherwood. Ada yang bisa saya bantu, Agen Baldwin?” “Ya, Sir. Saya ingin meminta informasi tentang para eksekutif Anda yang sering bepergian. Saya sedang melakukan penyelidikan dan nama perusahaan Anda muncul terkait dengan kasus tersebut. Anda bersedia memberikan informasi?” (PDS/269)
Kata agent yang dipadankan dengan agen mengisyaratkan penerjemah memilih teknik padanan lazim. Kata agen sebenarnya sudah menjadi warga bahasa Indonesia sebagai kata serapan dari bahasa Belanda (Jones 2008). Teknik padanan lazim mengacu ke kata asing yang diserap dari bahasa lain (Molina dan Albir 2002). Kata agent yang diikuti dengan NB juga memperlihatkan budaya asing masih
15
Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 2 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
054
dipertahankan oleh penerjemah. Di dalam masyarakat Amerika Serikat penggunaan gelar profesi yang diikuti dengan NB tidak biasa diungkapkan kepada orang Indonesia. Orang Indonesia biasanya disapa dengan NDp apabila didahului dengan gelar profesi atau gelar hormat. Jadi, cara penyapaan yang disajikan oleh penerjemah di dalam karya terjemahannya masih mengikuti kesetiaan dengan cara penggunaan menyapa dalam TSu. Oleh karena itu, metode penerjemahan setia yang diterapkan oleh penerjemah.
Analisis Data 1A(4) Ungkapan temanku yang dipadankan dari my friend menggunakan metode harfiah dan teknik harfiah.
Teks Bahasa Sumber “Then go shopping in my closet,” Raylene suggested. “What’s the point? You’re skinny.” “So, my friend, are you. Stop whining.” (SW/STAS/257)
Teks Bahasa Sasaran “Kalau begitu pergilah ke lemariku,” Raylene menyarankan. “Apa gunanya? Kau kurus.” “Nah, temanku, begitu juga kau. Berhentilah merengek.” (DB/JH/294)
Metode harfiah digunakan apabila penerjemah memadankan tiap bentuk leksikal secara harfiah, kemudian penerjemah mengubah struktur BSu menjadi struktur BSa, tetapi gaya bahasa dalam TSu masih dipertahankan. Penerjemah dengan metode harfiah juga dianggap menerjemahkan kata-per-kata my ‘ku-’ dan friend ‘teman’, tetapi penerjemah menyusun susunan kata dalam frasa padanannya yang sesuai dengan susunan atau kaidah frasa BSa. Metode ini biasanya diterapkan apabila struktur gramatikal BSu berbeda dari struktur gramatikal BSa. Penerjemah yang memilih metode harfiah menggunakan teknik harfiah (Molina dan Albir 2002) karena sesuai dengan cara penerjemah melakukan penerjemahan, yakni menerjemahkan kata-demi-kata yang disesuaikan susunan kata-katanya dengan susuna BSa yang baik. Teknik harfiah ini mirip dengan teknik padanan formal (Nida dan Taber 1969).
Analisis Data 1A(5) Pemilihan metode harfiah dan teknik harfiah berlaku pada pemadanan dispatch :: petugas.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
055 Teks Bahasa Sumber The house was bigger than she had imagined, and by the time she reached the backyard, she was shivering from the cold. Obviously there was nobody home. “Dispatch?” she called in on her radio. “I’m on the Kalorama Heights call? Owners aren’t home. No signs of trouble. Finished the perimeter check. No indication of an intruder. False alarm.” “Roger that,” the dispatcher replied. “Have a good night.”(DB/TLS/313—4)
Teks Bahasa Sasaran Rumah itu lebih besar daripada yang dibayangkannya, dan ketika mencapai pekarangan belakang, dia menggigil kedinginan. Jelas tidak ada orang di dalam rumah. “Petugas?” panggilnya di radio. “Aku menangani telepon mengenai Kalorama Heights. Pemiliknya tidak di rumah. Tidak ada tandatanda masalah. Aku sudah menyelesaikan pengecekan perimeter. Tidak ada indikasi pengganggu. Peringatan palsu.” “Diterima,” jawab petugas penerima. “Selamat malam.” (IDN/TLS/337—8)
Penerjemah menggunakan metode harfiah pada dispatch :: petugas karena kata dispatch dipadankan dengan bentuk yang terdekat dengan bentuk BSa petugas yang tidak memperlihatkan fungsi yang sama dengan dispatch. Pemadanannya masih dilakukan secara terpisah dari konteks. Dalam BSu dispacth mengacu kepada operator yang bertugas menerima berita atau informasi untuk mengirim petugas atau kendaraan darurat ke tempat yang diperlukan (Lea 2011). Dalam masyarakat BSa penyapaan dengan menggunakan petugas tidaklah lazim dilakukan. Padanan yang masih di luar konteks BSa tersebut mengisyaratkan penerjemah memilih teknik harfiah. Di dalam masyarakat BSa, penyapaan dengan profesi yang ditujukan kepada orang yang belum dikenal harus didahului dengan pemarkah pak sebagai ungkapan rasa hormat (Suhardi 2009). Jadi, kata petugas dipilih berdasarkan teknik harfiah karena dalam teknik harfiah, hanya bentuk dan makna saja yang ditampilkan, tetapi fungsinya tidak tampak dalam BSa. Dapat disimpulkan bahwa dalam metode harfiah pemilihan teknik kalke, teknik padanan lazim, dan teknik harfiah memperlihatkan terjemahannya masih mengikuti unsur TSu. Ungkapan asing masih kentara digunakan dalam TSu. Di dalam budaya kebahasaan masyarakat Indonesia, ungkapan sapaan, Agen Khusus, Agen, Agen Baldwin, dan petugas tidak dikenal secara umum. Hal itu juga tidak lazim digunakan di dalam masyarakat BI sehingga dapat disimpulkan bahwa penerjemah mengusung ideologi pemancaan di dalam karya terjemahannya.
4.2.1.2 Metode Setia Metode setia berupaya menghasilkan kembali makna kontekstual yang masih dibatasi dengan struktur atau leksikal BSu dan berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu sehingga padanannya terasa kaku dan asing. Metode setia memperlihatkan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
056
padanannya juga tidak berkompromi dengan kaidah atau diksi TSa sehingga penyimpangan dari segi tata bahasa dan diksi masih tetap dibiarkan, khususnya dalam penerjemahan kata-kata budaya (Newmark 1988a). Dalam metode setia diperoleh tujuh teknik penerjemahan, yakni (1) teknik eksotisme (exotism), (2) teknik salinterjemah (translation-copy), (3) transplantasi budaya (cultural transplantation), (4) teknik pinjaman budaya (cultural borrowing), (5) teknik kata serapan (borrowing), (6) teknik catatan kaki (footnote), dan (7) teknik eksplisitasi (explicitation).
Analisis Data 1B(1) Metode setia dengan teknik eksotisme juga dapat digunakan pada dad :: dad.
Teks Bahasa Sumber He opened his cell phone and punched in a number he knew by heart. A man answered the phone. “It’s me,” Grimes said. “Hey, Dad, what’s up? Have something new for me?” (JTE/ATPG/275)
Teks Bahasa Sasaran Ia membuka ponselnya dan menekan sebuah nomor yang sudah dihafalnya. Seorang pria menjawab telepon. “Ini aku,” kata Grimes. “Hei, Dad, ada apa? Ada yang baru untukku?” (DNP/PDS/298)
Penerjemahan dad :: dad menggunakan metode setia karena kesetiaan bentuk BSa dengan BSu jelas terlihat. Dalam metode setia padanan dad pada TSa agak kaku dan terasa asing sehingga penyimpangan dari segi diksi masih dibiarkan oleh penerjemah. Penerjemah mencoba mereproduksi makna kontekstual yang masih dibatasi dengan pilihan leksikal. Metode setia ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan penerjemah, yakni penerjemah ingin memperlihatkan kesan asing pada TSa dan memperkenalkan budaya kebahasaan BSu kepada penerjemah. Kata dad sengaja dipertahankan atas permintaan penerbit16. Penerbit percaya bahwa kata dad tidak akan mengganggu pemahaman pembaca BSa karena pembaca BSa sudah familiar dengan kata dad17. Dari maksud dan tujuan metode setia tersebut, penerjemah memilih teknik eksotisme karena bentuk atau ungkapan BSu masih terlihat di dalam TSa. Hervey dan Higgins (2006) menegaskan teknik eksotisme digunakan apabila penerjemah bertujuan memperkenalkan budaya asing kepada pembaca BSa. Dalam
16
Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman Pusparini., penerjemah All the Pretty Girls, 12 November 2014. 17 Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman Pusparini., penerjemah All the Pretty Girls, 12 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
057
norma budaya kebahasaan BSu seseorang lazim menyapa ayah biologisnya dengan dad.
Analisis Data 1B(2) Pengalihan kata mom dalam TSu ke dalam TSa secara utuh menggunakan metode setia dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber Mary Vaughn squeezed his hand meaningfully. He glanced down at her, then said more calmly, “I didn’t say I didn’t like it or that it isn’t flattering, hon. I just don’t think it’s appropriate for a business meeting, okay?” Rory Sue turned to her mother. “Mom?” “Your father’s right. You don’t want to give Travis the wrong impression about the kind of woman you are, do you?” (SW/STAS/305)
Teks Bahasa Sasaran Mary Vaughn meremas tangan Sonny dengan penuh arti. Ia melirik ke arahnya, kemudian berkata dengan lebih kalem, “Aku berkata tidak menyukainya atau mengatakan bahwa gaun itu tidak bagus, Sayang. Hanya saja menurutku tidak pantas untuk sebuah pertemuan bisnis, mengerti?” Rory Sue berpaling ke ibunya. “Mom?” “Ayahmu benar. Ku tak ingin Travis mendapat kesan keliru tentang jenis wanita apa kau ini, bukan begitu?” (DB/JH/347)
Terlihat dengan jelas bahwa pada pengalihan bentuk mom ke dalam TSa membuat TSa terasa asing. Kesetiaan bentuk BSa dengan bentuk BSu terlihat jelas padahal bentuk mom memiliki padanan yang wajar dalam BSa, yakni mama atau ma. Penerjemah mencoba mereproduksi makna kontekstual BSu ke dalam TSa, tetapi padanannya masih dibatasi dengan bentuk BSu. Padanannya tidak berkompromi dengan kaidah leksikal BSa. Metode ini memegang teguh maksud dan tujuan penerjemah, yakni penerjemah ingin memberi kesan asing kepada pembaca BSa karena latar cerita terjadi di sebuah kota kecil di selatan Amerika. Dalam budaya kebahasaan masyarakat Amerika Serikat, kepada ibu kandung dapat digunakan mom (Chambers 2003; Lea 2011). Bagi orang Indonesia, ungkapan sapaan yang ditujukan kepada ibu kandung dapat disampaikan dengan ma sebagai penggalan dari mama (Sugono 2008). Dalam metode setia tidak terjadi perubahan budaya kebahasaan dari BSu ke BSa, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, yakni pentransferan budaya kebahasaan dari masyarakat BSu ke dalam masyarakat BSa. Kata mom yang merupakan milik budaya kebahasaan masyarakat BSu ditransfer ke dalam budaya masyarakat BSa. Jadi, ciri-ciri budaya dari BSu dibawa oleh penerjemah ke dalam BS (Hervey dan Higgins 2006). Di sini penerjemah juga berupaya mengalihkan makna kontekstual yang masih dibatasi dengan leksikon asing. Karena tujuan penerjemah ingin memberi kesan asing pada TSa, penerjemah menggunakan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
058
teknik eksotisme. Teknik eksotisme digunakan apabila bentuk BSa tidak diubah menjadi padanan yang wajar dalam BSa karena penerjemah ingin menghadirkan atau memberi kesan asing pada TSa (Hervey dan Higgins 1992).
Analisis Data 1B(3) Pada pemadanan mom and dad :: mom dan dad juga digunakan metode setia dan teknik salin-terjemah.
Teks Bahasa Sumber “You do know me well,” she said, turning back to the technician. “Tell us.” “Congratulations, Mom and Dad! It’s a boy.” Mary Vaughn saw the delight in Sonny’s eyes and nearly cried. “You’ll have your son. I know how much you wanted this. And your dad…” She shook her head. “He’s going to be over the moon when we tell him.” “Rory Sue told me she wouldn’t mind having a baby brother, too.” (SW/STAS/371)
Teks Bahasa Sasaran “Kau terlalu baik mengenalku,” kata istrinya, lalu kembali menoleh kepada teknisinya. “Katakan saja.” “Selamat, Mom dan Dad! Bayinya lakilaki.” Mary Vaughn melihat kegembiraan di mata Sonny dan nyaris menangis. “Kau akan punya putra. Aku tahu betapa kau sangat menginginkannya. Dan, ayahmu…..” Ia mengeleng. “Ia pasti akan senang bukan main saat kita memberitahunya.” “Kata Rory Sue ia juga tidak keberatan punya adik bayi lelaki.” (DB/JH/422)
Unsur mom dan dad seperti pada ungkapan mom and dad tidak mengalami perubahan bentuk dalam TSa, tetapi kata penghubung and dipadankan dengan bentuk yang berterima bagi pembaca BSa, yakni dan. Tentu saja, penerjemah sengaja mempertahankan mom dan dad pada TSa atas “permintaan” penerbit18. Faktor pembaca BSa dan tujuan penerjemahan yang menjadi alasan penerjemah mengapa mom dan dad dipertahankan di dalam TSa19. Kedua bentuk tutur kerabat BSu tersebut dengan setia disajikan ke dalam TSa. Kesetiaan bentuk tutur kerabat tersebut mengisyaratkan penerjemah memilih metode setia yang masih berorientasi pada BSu. Dalam budaya kebahasaan masyarakat Amerika Serikat, kedua orangtua lazim dan adab disapa dengan mom dan dad (Perrault 2008). Ungkapan yang digunakan di dalam budaya kebahasaan masyarakat Indonesia adalah mama dan papa. Penerjemah tampaknya tidak ingin kehilangan konteks dan situasi budaya kebahasaan BSu ke dalam TSa sehingga dia hanya memadankan kata penghubung dan saja. Apabila dia memadankan mom dan dad dengan mama dan papa, penerjemah gagal memperkenalkan atau menghadirkan budaya
18 19
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
059
kebahasaan dan norma yang berlaku di Amerika Serikat kepada pembaca BSa. Agar nuansa atau cita rasa Amerikanya tidak hilang, penerjemah mewujudkan padanan dengan metode setia tersebut dengan cara memilih ungkapan BSu mom dan dad dengan memadankan dan sebagai teknik salin-terjemah. Teknik tersebut diterapkan apabila sebagian bentuk BSu dialihkan ke dalam TSa dan sebagian lagi diterjemahkan.
Analisis Data 1B(4) Pengalihan mommy :: mommy juga berlaku pada metode harfiah dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber As they strolled back toward the field, Tommy spotted another boy from their block. “Mommy, can I go? I wanna play with Jimmy.” Since they were only a few feet away, she let him go, even though it left her alone with Travis. (SW/STAS/237—8)
Teks Bahasa Sasaran Saat mereka berjalan kembali menuju lapangan, Tommy melihat salah satu anak yang tinggal satu blok dengannya. “Mommy, aku boleh pergi dulu, ya? Aku mau bermain dengan Jimmy.” Karena mereka hanya beberapa meter jaraknya maka Sarah membiarkannya pergi, walaupun itu artinya ia hanya tinggal berdua saja dengan Travis. (DB/JH/272)
Unsur BSu juga masih diselipkan dalam TSa meskipun semua unsur-unsur dalam ujaran yang dituturkan oleh tokoh Tommy dipadankan dengan bentuk yang berterima bagi pembaca BSa. Penerjemah tidak hanya melakukan pentransferan mommy, tetapi juga memindahkan budaya kebahasaan BSu ke dalam TSa. Hal itu ditegaskan oleh penerjemah bahwa kalimat yang disajikan ke dalam BSa disesuaikan dengan konteks budaya kebahasaan BSu20. Di sini penerjemah masih mempertahankan aspek budaya kebahasaan BSu. Penerjemah menegaskan bahwa pentransferan mommy ke TSa dilakukan semata-mata untuk mempertahankan rasa bahasa karena novel yang diterjemahkan berlatar di sebuah kota kecil di Amerika Serikat dan sasaran pembacanya adalah orang dewasa yang dianggap sudah mengerti makna mommy21. Penggunaan mommy merupakan kekhasan dari budaya kebahasaan BSu sehingga cita rasa budaya dalam BSu tersampaikan ke tengah-tengah pembaca BSa. Penerjemah mempertimbangkan budaya dan norma yang berlaku di negara tempat kisahnya berlangsung22. Dengan mempertimbangkan pembaca BSa dan tujuan penerjemahan tersebut, penerjemah memilih metode setia karena bentuk dan konteks percakapan 20
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. 22 Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. 21
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
060
yang disajikan oleh penulis TSu dengan setia disampaikan oleh penerjemah kepada pembaca BSa. Kesetiaan penerjemahan tersebut merupakan pedoman bagi penerjemah menggunakan teknik eksotisme karena teknik eksotisme membolehkan ungkapan BSu disajikan secara utuh dan langsung ke dalam TSa. Di sini, pergeseran budaya tidak terjadi, tetapi pemindahan budaya dari BSu ke dalam BSa berlaku dan fitur-fitur budaya kebahasaan BSu diperkenalkan kepada pembaca BSa melalui ungkapan asing.
Analisis Data 1B(5) Pengalihan bentuk daddy dari TSu ke dalam TSa juga menggunakan metode setia dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber Aware that both Sarah and Ronnie were watching him intently, Walter reluctantly bent down and picked up Libby. “Daddy,” she said, smiling happily and patting his cheek. (SW/STAS/285)
Teks Bahasa Sasaran Sadar bahwa Sarah dan Ronnie mengamatinya dengan lekat-lekat, dengan enggan Walter membungkuk dan mengangkat Libby. “Daddy,” kata gadis kecil itu, sambil tersenyum gembira dan menepuk-nepuk pipi ayahnya. (DB/JH/324)
Dalam budaya kebahasaan masyarakat Amerika Serikat, ayah biologis disapa atau dipanggil dengan daddy oleh anak kecil (Lea 2011). Dalam budaya kebahasan masyarakat Indonesia, ayah biologis dapat disapa dengan ayah, bapak, papa, papi, abah, atau abi (Sugono 2008). Penerjemah dengan setia tetap mempertahankan daddy pada TSa. Hal itu dilakukannya sebagai upaya menegaskan faktor-faktor yang menentukan benar-salah suatu terjemahan, yakni faktor di luar penerjemahan tersebut (ideologi penerjemahan). Faktor yang menentukan benar-salah terjemahan berupa faktor-faktor untuk siapa dan untuk tujuan apa penerjemahan dilakukan (Hoed 2003). Kedua faktor tersebut ternyata telah dipikirkan oleh penerjemah sebelum penerjemah melakukan kegiatan penerjemahan karena dia sudah mengetahui siapa calon pembaca BSa dan untuk tujuan apa penerjemahan dilakukan23. Dari kedua faktor tersebut penerjemah menyesuaikan faktor-faktor tersebut dengan metode penerjemahan yang akan dipilihnya agar terjemahannya memenuhi harapan pembaca BSa. Penerjemah dalam mengalihkan daddy :: daddy memilih metode setia karena penerjemah 23
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
061
berupaya mereproduksi makna kontekstual TSa yang masih dibatasi dengan pilihan padanannya sehingga penyimpangan dari segi leksikal masih dibiarkan dan padanannya terasa kaku dan asing (Newmark 1988a). Melalui metode tersebut penerjemahan bertujuan menghadirkan nilai-nilai budaya kebahasaan BSu ke tengah pembaca BSa dan memberikan pengetahuan kepada pembaca BSa yang diperkaya dengan fitur-fitur budaya BSu. Pemilihan metode setia tersebut tentu merupakan pedoman bagi penerjemah untuk menggunakan teknik eksotisme. Teknik eksotisme tersebut dilakukan apabila nilai-nilai budaya BSu disodorkan ke dalam TSa melalui ungkapan asing.
Analisis Data 1B(6) Metode setia dan teknik transplantasi budaya terjadi pada pemadanan mother :: mom.
Teks Bahasa Sumber On Thursday afternoon when he saw his parents’ number on caller ID on his cell phone, he sucked in a deep breath and reluctantly answered. “Hello, Mother.” “Well, it’s about time you took one of my calls,” she said with a sniff. “I’ve been busy at the mill and spending time with my children.” (SW/STAS/134)
Teks Bahasa Sasaran Pada hari Kamis sore ketika ia melihat identitas nomor telepon orang tuanya di ponsel, ia menarik nafas dalam dan dengan enggan menjawabnya. “Halo, Mom.” “Well, sudah waktunya kau menerima teleponku,” kata ibunya dengan dengusan. “Aku sibuk di penggilingan dan menghabiskan waktu dengan anak-anakku. (DB/JH/155)
Penerjemah tidak memindahkan ungkapan BSu ke dalam TSa dan juga tidak mengubah ungkapan BSu dengan padanan yang wajar dalam BSa. Penerjemah sengaja menghadirkan nuansa Amerika kepada pembaca BSa karena secara kontekstual ungkapan mother diganti dengan ungkapan mom. Penerjemah diminta oleh penerbit untuk tidak menerjemahkan tutur kerabat dengan bentuk BSa24. Ungkapan mom merupakan ungkapan budaya kebahasaan masyarakat Amerika untuk menyapa ibu kandung—berbeda di Britania yang diungkapkan dengan mum (Perrault 2008). Jelas sekali bahwa penerjemah menyuguhkan fitur budaya kebahasaan Amerika Serikat kepada pembaca BSa dengan ungkapan mom padahal padanan dari mother dapat dipersembahkan dengan ibu, mama, mami, bunda, atau umi. Kesetiaan 24
Karena novel Sweet Tea at Sunrise memiliki sebelas seri, penerjemah harus menyesuaikan terjemahan novel tersebut dengan novel sebelumnya. Apabila kata ibu, mama, bunda disajikan ke dalam novel Sweet Tea at Sunrise, terjemahannya menjadi tidak konsisten (Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 19 Mei 2015). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
062
penerjemah pada budaya kebahasaan BSu tersebut dilakukan dengan secara otomatis memaksa penerjemah menggunakan mom. Fenomena kesetiaan tersebut merupakan perwujudan dari pemilihan metode setia. Artinya, metode ini masih sangat setia pada fitur
budaya
kebahasaan
BSu
sehingga
tujuan
dari
metode
ini
adalah
memperkenalkan budaya kebahasaan Amerika Serikat dalam penyapaan ibu kandung. Tujuan metode penerjemahan turut mempengaruhi teknik penerjemahan (Molina dan Albir 2002). Apabila tujuan metode penerjemahan ingin menghadirkan atau memperkenalkan budaya (kebahasaan) asing, penerjemah mau tidak mau harus menggunakan teknik transplantasi budaya. Teknik transplantasi budaya membolehkan ungkapan asing diketengahkan kepada pembaca BSa meskipun ungkapan asing tersebut berbeda dari bentuk aslinya.
Analisis Data 1B(7) Metode penerjemahan setia dengan teknik transplantasi budaya juga terjadi pada pemadanan you :: mom.
Teks Bahasa Sumber Annie feigned a scowl. “It’s easier for you. You don’t have to bare your soul in front of your own mother.” Dana Sue sat up a bit straighter. “Do you have secrets, young lady?” Annie chuckled at her mother’s exaggerated indignation. “You bet I do, and they will never come out in front of this crowd.” (SW/STAS/330)
Teks Bahasa Sasaran Annie berpura-pura mencibir. “Bagimu lebih mudah. Kau tidak perlu menggunduli jiwamu di depan ibumu sendiri.” Dana Sue duduk sedikit agak tegak. “Apa kau punya rahasia, Nona?” Annie terkekeh mendengar kejengkelan ibunya yang dibuat-buat itu. “Mom boleh bertaruh aku punya, dan tidak pernah bocor di hadapan kerumunan ini.” (DB/JH/376)
Penerjemah hanya mengganti pronomina persona you yang dalam bahasa InggrisAmerika dengan tutur kerabat mom. Penerjemah tidak memadankannya dengan bu, ibu, mama, atau bunda karena dari seri awal novel terjemahan tidak menggunakan tutur kerabat tersebut25. Dalam budaya BS you dapat ditujukan kepada siapapun: orang yang berstatus sosial apapun, orang yang berusia berapapun, orang yang berperan sebagai apapun, dan situasi apapun serta kepada orang yang akrab/takakrab. Konteks percakapan seperti yang terjadi pada cuplikan cerita di atas menggambarkan anak perempuan Annie bertanya kepada ibu kandungnya. Pronomina you dapat dipadankan dengan pronomina elu, engkau, situ, dikau, kamu, ente, Anda, dan tutur 25
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 22 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
063
kerabat mama, ibu, bunda, ungkapan hormat Bapak, Ibu, Saudara, bergantung pada status sosial, usia, peran, hubungan sosial seseorang dan situasi sosial dalam norma dan budaya masyarakat Indonesia. Sebenarnya, pronomina you dapat dipadankan dengan mama karena konteks budaya BSa: status sosial, peran sosial, dan usia, hampir mendekati konteks budaya kebahasaan BSu26. Penyuguhan kata mom bertujuan menghadirkan budaya kebahasaan BSu kepada pembaca BSa dengan mom27. Pengganti you dengan mama sebagai padanan yang wajar dalam BSa akan membuat penerjemah gagal menghadirkan cita rasa Amerika kepada pembaca BSa sehingga penerjemah menghadirkan cita rasa Amerika dengan mom. Pilihan padanan yang disajikan kepada pembaca BSa membuat penerjemah menggunakan teknik transplantasi budaya karena penerjemah menanam konsep budaya asing ke tengahtengah pembaca BSa.
Analisis Data 1B(8) Metode setia dengan teknik pinjaman budaya juga berlaku pada pemadanan nama diri Price :: Price.
Teks Bahasa Sumber She reached her truck, climbed in, and drove off before she opened her cell phone. She speed dialed Mitchell Price’s number. He answered on the first ring. “Price, it’s Taylor. We have a problem. Channel Five has the Garrison rape.” (JTE/ATPG/138)
Teks Bahasa Sasaran Ia sampai di mobil pikapnya, naik, dan pergi sebelum membuka ponselnya. Ia menekan tombol Mitchell Price yang tersimpan dalam speed dial. Price mengangkat pada deringan pertama. “Price, ini Taylor. Ada masalah. Channel Five tahu tentang pemerkosaan Garrison.” (JTE/PDS/153)
Penerjemah tidak memadankan nama diri Price dengan bentuk yang sesuai dengan budaya masyarakat BSa karena dia berpendapat bahwa nama tidak perlu diubah menurut konteks budaya dan sosial masyarakat BSa28. Metode setia yang digunakan oleh penerjemah berupaya mempertahankan konteks budaya kebahasaan BSu ke 26
27
28
Penggunaan kata-kata bu, ibu, mama, atau bunda tersebut tidak konsisten dengan seri terjemahan sebelumnya sehingga terjemahannya merusak kenikmatan membaca (Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 22 Mei 2015). Karena novel ini berseri, penerjemah harus menyesuaikan terjemahan novel Sweet Tea at Sunrise dengan novel terjemahan sebelumnya, dalam hal tutur kerabat mom, mother, mommy yang tidak diterjemahkan atas permintaan penerbit untuk memberikan kesan asing pada TSa dan pembaca BSa (Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 22 Mei 2015). Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah All the Pretty Girls, 12 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
064
dalam TSa. Dalam konteks budaya kebahasaan masyarakat BSu penyapaan atau panggilan dengan nama diri lazim dilakukan kepada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi (Chambers 2003). Cuplikan cerita di atas memperlihatkan Mitchell Price adalah atasan Taylor Jackson, Taylor menyapa atasannya dengan nama diri Price29. Sementara itu, di dalam masyarakat BSa penyapaan dengan nama diri kepada orang yang berstatus sosial lebih tinggi tidak lazim atau tidak biasa terjadi karena hal itu melanggar norma-norma kesantunan dan adab pergaulan (Moeliono 1969/1984; Sneddon 1996). Di sini penerjemah dengan setia mengikuti dengan setia bentuk dan fungsi BSu. Cara orang Amerika menyapa kepada orang yang berstatus sosial lebih tinggi dengan setia diikuti oleh penerjemah dengan menyajikan Price, alih-alih Pak Mitchell. Hal tersebut memperlihatkan penerjemah menggunakan metode setia. Dalam metode setia ini penerjemah masih membiarkan penyimpangan pilihan kata sehingga padanannya masih terasa kaku dan seringkali asing. Metode setia merupakan pedoman dalam menggunakan teknik pinjaman budaya. Teknik pinjaman budaya memperlihatkan pemindahan kata asing dari TSu ke dalam TSa secara utuh dan langsung (Newmark 1988b) berikut dengan fitur-fitur budaya yang melingkupinya.
Analisis Data 1B(9) Pada Eugene :: Eugene juga digunakan metode setia dan teknik pinjaman budaya.
Teks Bahasa Sumber She slapped down two cups, filled them with strong black coffee and gave the men a look. “Good morning,” Baldwin said. “We’d like— ” “Let me guess, sugar. The works.” She yelled back over her shoulder to a rheumy-eyed black man with grizzled hair who could be seen in the kitchen. “Eugene, two full plates.” She turned back to them. (ATPG/97—8)
29
Teks Bahasa Sasaran Lurene langsung menaruh dua cangkir di hadapan mereka, mengisinya dengan kopi hitam, dan menatap tajam keduanya. “Selamat pagi,” kata Baldwin. “Kami ingin—“ “Biar kutebak, Sayang. Yang biasanya.” Dia berteriak ke belakang, pada seorang pria berkulit hitam dengan mata berair dan rambut beruban yang terlihat di dapur. “Eugene, dua piring penuh.” Dia berpaling kembali pada Grimes dan Baldwin. (PDS/111)
Dalam masyarakat Indonesia kepada atasan, kita lazim memanggil atau menyapanya dengan Pak + nama diri jika dia berjenis kelamin laki-laki. Jadi, terjemahannya menjadi Pak Price. Nama diri yang diubah menjadi Pak Price menggunakan teknik modifikasi (modification), seperti yang diusulkan oleh Vermes (2003). Vermes (2003) menegaskan bahwa teknik modifikasi dilakukan dengan mengubah nama diri BSu dengan ungkapan yang berlaku secara konvensional dan logis dalam masyarakat BSa, biasanya tidak ada hubungan antara ungkapan BSu dan BSa. Hal ini termasuk ke dalam ideologi pelokalan dengan metode penerjemahan komunikatif karena penerjemahan komunikatif mampu menghadirkan keberterimaan teks kepada pembaca BSa. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
065
Metode setia juga digunakan pada nama diri Eugene :: Eugene karena penerjemah tetap setia memilih nama diri Eugene sebagai padanannya. Kesetiaan ungkapan terlihat secara leksikal dan kontekstual. Secara leksikal bentuk BSu tidak diubah dengan bentuk BSa dan secara kontekstual padanannya mengikuti konteks budaya kebahasaan BSu. Konsep memanggil dalam BSa mengikuti konsep memanggil seperti dalam budaya BSu. Bagi masyarakat BSu, kepada orang yang lebih tua lazim dan wajar disapa dengan nama diri (ND) (Chambers 2003). Dalam cuplikan cerita seperti di atas, seorang pelayan Lurene menyapa koki yang bernama Eugene, pria berkulit hitam dengan rambut beruban dengan nama diri30. Konteks percakapan tersebut memperlihatkan Eugene lebih tua daripada Lurene. Bagi masyarakat Indonesia cara memanggil seperti yang dilakukan oleh masyarakat Amerika dianggap bukan bagian dari budaya kebahasaan masyarakat Indonesia karena hal tersebut dapat melanggar norma pergaulan atau kesantunan (Sneddon 1996). Kesetiaan pada bentuk TSa
mengindikasikan
penerjemah
menggunakan
metode
setia
pada
teks
terjemahannya. Metode setia ini memperlihatkan penyimpangan dari segi leksikal atau pilihan kata tetap dibiarkan sehingga hasil terjemahannya kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing. Metode setia merupakan dasar bagi penerjemah untuk memilih teknik pinjaman budaya. Teknik transplantasi budaya diterapkan apabila bentuk dan fungsi kata BSu diadopsi secara langsung ke dalam TSa. Konsep budaya kebahasaan BSu dibawa ke tengah pembaca BSa. Alasannya, penerjemah beranggapan bahwa konteks cerita yang terjadi di Amerika Serikat harus hadir di dalam TSa31. Teknik ini sebenarnya digunakan untuk menciptakan kembali suasana asing di dalam TSa.
Analisis Data 1B(10) Metode setia dan teknik pinjaman budaya juga berlaku pada pemadanan Quinn :: Quinn. Teks Bahasa Sumber She was filled with pride for a brief moment then shook it off. “Sweetheart, I tried to reach you for days, but I could never get through.” “I’m sorry, Quinn. I told you we’d be out of 30
31
Teks Bahasa Sasaran Sesaat Quinn merasa sangat bangga terhadap adiknya, tetapi kemudian ia menyingkirkannya. “Sayang, aku berusaha menghubungimu selama berhari-hari, tapi tidak pernah berhasil.” “Maaf, Quinn. Sudah kubilang kami akan
Dalam masyarakat Indonesia kepada orang yang lebih tua, misalnya yang bernama Eugene, lazim disapa dengan Pak + nama diri jika dia berjenis kelamin laki-laki menjadi Pak Eugene. Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah All the Pretty Girls, 22 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
066
touch. It was amazing. Really amazing. I learned so much.” (ATPG/332—333)
dihubungi. Sungguh menakjubkan. Benar-benar menakjubkan. Aku belajar banyak.” (PDS/359)
Kesetiaan bentuk dan fungsi atau penggunaan masih terlihat pada pemadanan nama diri Quinn :: Quinn karena metode penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah adalah metode setia. Bentuk dan fungsi Quinn tetap dipertahankan di dalam TSa. Pada metode setia terjadi penyimpangan dari segi pilihan kata dalam TSa karena pilihan kata dalam TSa masih memiliki fitur-fitur budaya BSu. Tidak jarang TSa terasa takwajar, kaku, dan seringkali berbau asing. Penyapaan kepada saudara yang lebih tua oleh masyarakat Amerika dapat dilakukan dengan menggunakan nama diri tersapa (Chamber 2003). Penyapaan dengan nama diri tidak berlaku bagi masyarakat BSa karena hal seperti itu seyogyanya jarang terjadi dan dapat melanggar kesantunan di antara anggota keluarga (Sneddon 1996). Dalam konteks percakapan seperti di atas tokoh Reese berperan sebagai adik laki-laki dari Quinn. Penerjemah mencoba mereproduksi konsep penyapaan BSu ke dalam TSa. Upaya semacam ini dilakukan penerjemah untuk memperkenalkan budaya asing kepada pembaca BSa. Kesetiaan pada bentuk dan fungsi BSu merupakan pedoman bagi penerjemah untuk menggunakan teknik pinjaman budaya. Teknik pinjaman budaya digunakan apabila ungkapan BSu ditransfer apa adanya ke dalam TSa sehingga fitur-fitur budaya yang melingkupi ungkapan BSu tersebut hadir di dalam TSa dan disampaikan kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(11) Metode setia dengan teknik pinjaman budaya tampak digunakan pada Mrs. Buckley :: Mrs. Buckley.
Teks Bahasa Sumber Quinn’s voice caught and she turned to the Frenchbdoors. Taylor gave her a moment to compose herself, then asked a question. “Mrs. Buckley, were you and your sister close? Did you talk every day, once a week?” (JTE/ATPG/197)
Teks Bahasa Sasaran Suara Quinn tercekat dan ia berbalik menghadap ke French door. Taylor memberinya kesempatan untuk menenangkan diri, kemudian mengajukan pertanyaan. “Mrs. Buckley, apakah kau dan Whitney cukup dekat? Apa kalian mengobrol setiap hari, seminggu sekali?” (DNP/PDS/216)
Ungkapan sapaan Mrs. Buckley dalam BSu yang diadopsi ke dalam TSa masih memperlihatkan kesetiaan pada bentuk dan fungsi BSu. Kata yang bermuatan budaya
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
067
sengaja
dibiarkan
untuk
tidak
diterjemahkan
oleh
penerjemah
sehingga
penyimpangan dari segi pilihan kata terlihat jelas. Hal itu membuat TSa terasa aneh, kaku, dan kadang-kadang asing. Sebagai akibatnya, terlihat kesetiaan bentuk dan fungsi antara BSu dan BSa. Kesetiaan bentuk dan fungsi tersebut membuat penerjemah memilih metode setia. Ungkapan Mrs. Buckley32 memiliki padanan yang wajar di dalam masyarakat BSa, yakni Bu Quinn, karena Mrs. Buckley memiliki nama depan Quinn33. Bagi orang Indonesia penyapaan dengan Bu + NB jarang dilakukan, kecuali yang disapa memiliki marga atau nama keluarga. Penerbit ingin penerjemah tetap setia menggunakan Mrs. Buckley di dalam TSa34 karena penerbit ingin menciptakan suasana asing pada teks terjemahan (Hervey dan Higgins 1992). Kesetiaan bentuk dan fungsi BSu yang hadir di dalam TSa memperlihatkan konsep budaya kesantunan dalam BSu diadopsi ke dalam TSa dan kepada pembaca BSa dengan Mrs. Buckley. Ungkapan Mrs. Buckley merupakan ungkapan santun dan hormat untuk menyapa wanita yang sudah menikah (Quirk et al. 1985). Penerjemahan setia ini merupakan pedoman bagi penerjemah untuk menggunakan teknik penerjemahan pinjaman budaya. Hervey dan Higgins (2006) menegaskan bahwa teknik pinjaman budaya ini terjadi pada pemadanan nama orang dan teknik ini juga digunakan untuk memperlihatkan budaya asing kepada pembaca BSa serta untuk mendekatkan teks dengan pembaca BSa.
Analisis Data 1B(12) Kesetiaan bentuk dan pinjaman budaya juga berlaku pada Mr. Jones :: Mr. Jones seperti berikut.
Teks Bahasa Sumber Baldwin watched the fan for a moment, biting his lip. If he were as old and wizened, he’d be bad-tempered, too. “Anything else you can remember, Mr. Jones? Did you see what time the car left?” (ATPG/208— 209)
32
33
34
Teks Bahasa Sasaran Sesaat Baldwin hanya memandang kipas angin, menggigit bibirnya. Jika ia setua dan sekeriput itu, dia pasti juga cepat naik pitam. “Ada lagi yang kau ingat, Mr. Jones? Apa kau melihat jam berapa mobilnya pergi?” (PDS/227)
Wanita Amerika yang sudah menikah lazim memakai nama belakang suaminya dengan gelar Mrs. sehingga mereka lazim disapa dengan, misalnya Mrs.Buckley. Wanita-wanita Indonesia yang sudah menikah biasanya disapa dengan Bu + nama depan mereka sendiri, bukan dengan Bu + nama belakang suaminya. Di sinilah letak perbedaan budaya antara penyapaan orang Amerika dan orang Indonesia. Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, pada 17 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
068
Penyajian unsur asing ke dalam TSa mengisyaratkan penerjemah melakukan penyimpangan dari segi bentuk karena Mr. Jones sebenarnya dapat dipadankan dengan ungkapan yang wajar di dalam TSa, yakni Pak Ishmael, karena nama depan Mr. Jones adalah Ishmael. Dalam budaya atau kebiasaan orang Amerika Serikat, penyapaan dengan Mr. diikuti dengan nama belakang sebagai bentuk hormat kepada orang yang jauh lebih tua (Chambers 2003). Dalam budaya atau kebiasaan orang Indonesia, penyapaan dilakukan dengan penggunaan nama depan yang didahului dengan Pak sebagai wujud rasa hormat kepada orang yang jauh lebih tua (Suhardi 2009). Di sini terlihat bahwa penerjemah masih setia dengan bentuk dan fungsi ungkapan BSu tersebut. Kesetiaan ditunjukkan dengan peminjaman konsep budaya kebahasaan Amerika untuk disajikan sekaligus diperkenalkan kepada pembaca BSa. Fitur-fitur budaya lain seperti pronomina persona you yang dengan setia dipadankan oleh penerjemah dengan kau. Penerjemah tidak menyajikan fitur budaya BI lain yang sesuai dengan konteks percakapan BI, yakni penyulih pronomina Bapak di dalam cuplikan cerita TSa. Penyulih pronomina Bapak adalah ungkapan yang ditujukan kepada orang yang lebih tua dan belum dikenal baik (Sneddon 1996; Alwi 2000). Upaya tersebut merupakan pemilihan metode setia karena Mr. Jones tetap disajikan di dalam TSa dan pronomina dipadankan apa adanya tanpa mengikuti konteks budaya kebahasaan dalam masyarakat BI. Penyajian kata asing kepada pembaca BSa merupakan representasi dari teknik pinjaman budaya karena penerjemah secara tidak langsung meminjam konsep budaya asing ke dalam TSa.
Analisis Data 1B(13) Metode setia dan teknik pinjaman budaya juga berlaku pada Mr. Clark :: Mr. Clark.
Teks Bahasa Sumber “I can hear you fine.” The man’s voice was booming, commanding, and the anchor smiled. It would be a strong interview. “Mr. Clark,” the anchor continued, “we understand that you believe your daughter has been taken by the Southern Strangler. (ATPG/327)
Teks Bahasa Sasaran “Saya bisa mendengar Anda dengan jelas.” Suaranya terdengar tegas, berwibawa, dan pembawa acara tersenyum. Ini akan menjadi wawancara yang hebat. “Mr. Clark,” si pembawa acara melanjutkan, “kami mendengar Anda percaya anak Anda telah diculik oleh si Pencekik dari Selatan. (PDS/353)
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
069
Penerjemah masih menawarkan budaya asing kepada pembaca BSa dengan menyajikan bentuk BSu ke dalam TSa. Dalam budaya atau kebiasaan orang Amerika, orang yang baru dikenal dalam situasi serius lazim disapa dengan Mr. + NB (Chambers 2003). Konteks dan situasi sosial semacam itu juga dapat berlaku di dalam masyarakat Indonesia dengan menggunakan Pak + NDp. Cuplikan cerita seperti di atas menampilkan hubungan sosial yang takakrab di antara partisipan dan situasi sosial yang serius, yakni wawancara antara pembawa acara dan Mr. Clark mengenai penculikan putri Clark. Penerjemah tidak menyajikan konsep Pak + NDp ke dalam TSa, tetapi dengan setia tetap menggunakan Mr. Clark. Hal tersebut membuat penerjemah memilih metode setia karena dalam metode setia penerjemah berupaya memproduksi konteks BSu yang masih dibatasi dengan pilihan kata BSu ke dalam TSa. Caranya adalah bentuk BSu dipindahkan secara utuh dan langsung ke dalam TSa. Metode setia itu tidak hanya memindahkan bentuk BSu, tetapi juga memberikan pinjaman budaya kepada TSa dan pembaca BSa. Pinjaman budaya tersebut merepresentasikan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Dalam hal ini penerjemah meminjam konteks dan situasi sosial masyarakat Amerika untuk diperkenalkan kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(14) Pada Mr. Sherwood :: Mr. Sherwood digunakan metode setia dan teknik pinjaman budaya.
Teks Bahasa Sumber “Mr. Sherwood, you don’t seem to understand. You’re in an interesting position. Several of the killer’s victims worked for your companies. The media hasn’t seized upon the connection, but rest assured, they will.” Sherwood’s eyes narrowed, and Baldwin could see the wheels spinning. (ATPG/281—282)
Teks Bahasa Sasaran “Mr. Sherwood, tampaknya Anda tidak mengerti. Posisi anda menarik. Beberapa korban si pembunuh bekerja untuk perusahaan Anda. Media belum melihat kesamaan ini, tapi yakinlah, mereka akan melihatnya. Mata Sherwood menyipit dan Baldwin tahu dia sedang berpikir. (DNP/PDS/305)
Status sosial yang berlaku di dalam masyarakat Amerika Serikat dapat mengoperasikan penggunaan Mr. + NB yang ditujukan kepada orang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada penyapa. Pada cuplikan cerita seperti di atas Mr. Sherwood jelas dipindahkan begitu saja oleh penerjemah tanpa melihat fenomena budaya yang berlaku dalam BSa. Hal tersebut masih memperlihatkan kesetiaan
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
070
bentuk BSa dalam TSa. Tentu saja, metode setia masih berlaku pada Mr. Sherwood :: Mr. Sherwood. Konteks percakapan seperti di atas menampilkan dialog antara Baldwin dan Louis Sherwood. Louis Sherwood adalah pemilik perusahaan besar yang beroperasi di Amerika Serikat sehingga dalam masyarakat kebahasaannya dia lazim dan wajar disapa dengan Mr. Sherwood. Seyogyanya, penerjemah mengganti Mr. Sherwood yang sesuai dengan konteks budaya masyarakat BSa, yakni Pak Louis karena orang Indonesia lazim menyapa orang yang berstatus sosial lebih tinggi dengan Pak + NDp. Hal itu tidak dilakukan oleh penerjemah karena penerjemah ingin memperlihatkan konteks budaya kebahasaan BSu kepada pembaca BSa35. Penerjemah ingin menyampaikan kepada pembaca BSa bahwa penyapaan dengan Mr. Sherwood mengindikasikan kesantunan dan rasa hormat dalam masyarakat Amerika Serikat. Upaya tersebut membuat penerjemah memilih teknik pinjaman budaya karena konsep penyapaan dalam BSu yang sarat dengan budaya kesantunan dan rasa hormat dipinjam oleh penerjemah untuk diperkenalkan kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(15) Metode setia dengan teknik pinjaman budaya juga terlihat pada pengalihan Ms. Johnson :: Ms. Johnson.
Lucy Johnson screwed up her face as if she was about to burst into tears. Lincoln looked at Marcus, beseeching him to come rescue him. Marcus left the dog and came to the door. “Ms. Johnson, we just need—” “Miss.” “Excuse me?” “It’s Miss Johnson.” The threat of tears past, she smiled winningly at Marcus. He glanced at Lincoln out of the corner of his eye. (JTE/ATPG/176)
Wajah Lucy Johnson berkerut seolah-olah hendak menangis. Lincoln menatap Marcus, memohon agar mitranya itu menyelamatkan dirinya dari situasi ini Marcus meninggalkan anjing itu dan berjalan mendekat ke pintu. “Ms. Johnson, kami hanya perlu—“ “Miss.” “Maaf?” “Miss Johnson.” Aincaman air mata sudah lewat, wanita itu tersenyum penuh kemenangan pada Marcus. Marcus sendiri melirik Lincoln. (DNP/PDS/193—194)
Dalam masyarakat Amerika Serikat ungkapan Ms. + NB ditujukan kepada wanita yang belum menikah dan berusia lebih tua (Peters 2004; Lea 2011). Dalam masyarakat Indonesia kepada wanita yang berstatus belum menikah dan berusia lebih tua lazim disapa dengan Bu + NDpn (Sneddon 2006), misalnya Bu Lucy. Lucy
35
Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, pada 20 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
071
Johnson yang akan diinterogasi oleh dua agen FBI perihal kasus pemukulan temannya disapa dengan Ms. Johnson. Penerjemah tidak melakukan penyesuaian dengan bentuk dan fungsi BSa berdasarkan budaya kebahasaan BSa. Ungkapan Ms. Johnson yang secara utuh dan setia digunakan di dalam TSa mengisyaratkan metode penerjemahan
yang
dipilih
oleh
penerjemah
adalah
metode
setia.
Hasil
penerjemahannya menjadi terasa kaku, takwajar, dan asing. Hal itu dilakukan sebagai upaya penerjemah untuk menyajikan budaya Amerika kepada pembaca BSa. Upaya penerjemah tersebut secara taklangsung menjadikan teknik pinjaman budaya digunakan dalam pengalihan Ms. Johnson :: Ms. Johnson karena bentuk dan fungsi Ms. Johnson dipinjam oleh penerjemah untuk diperkenalkan kepada pembaca BSa. Jadi, kehadiran fitur-fitur budaya kebahasaan, seperti bentuk dan fungsi dalam BSu disajikan oleh penerjemah kepada pembaca BSa melalui Ms. Johnson.
Analisis Data 1B(16) Pada pengalihan Miss Simone :: Miss Simone juga diterapkan metode setia dan teknik pinjaman budaya. Teks Bahasa Sumber The anchor wasn’t about to lose the shot of the grieving father, but he had gotten to dead air and needed to keep the interview rolling. “Miss Simone, is that right?” “Yes, I’m Serene Simone.” She had a slight accent that Baldwin wanted to say was French but he could not be absolutely sure. “I am Ivy’s best friend. She is dear to me and I want to echo Mr. Clark’s sentiment. We just want Ivy back home safe and sound.” “Can you tell us a little more about Ivy, please, Miss Simone?” As she began to speak, the montage started again. (JTE/ATPG/328—329)
Teks Bahasa Sasaran Pembawa acara tidak ingin kehilangan pemandangan ayah yang sedang berduka itu, tapi ia terpaksa berhenti disorot kamera karena ia harus melanjutkan wawancara. “Miss Simone, benar?” “Ya, saya Simone Serene.” Gadis ini memiliki sedikit aksen, menurut Baldwin aksen Prancis, tetapi ia tidak benar-benar yakin. “Saya sahabat Ivy. Saya sangat sayang padanya dan saya juga merasakan kesedihan yang sama seperti Mr. Clark. Kami hanya ingin Ivy pulang dalam keadaan sehat tak kurang suatu apa pun. ” “Bisa Anda ceritakan sedikit tentang Ivy, Miss Simone?” Ketika dia mulai berbicara, montase dimulai lagi. (DNP/PDS/354)
Metode setia yang digunakan pada Miss Simone :: Miss Simone memperlihatkan kesetiaan pada bentuk dan fungsi BSu. Dalam masyarakat BSu kepada gadis muda lazim disapa dengan Miss + NB (Chambers 2003). Ungkapan BSu tidak dipadankan dengan bentuk dan fungsi yang wajar di dalam TSa sehingga terlihat jelas penerjemah membiarkan penyimpangan pada pilihan kata yang membuat teks terjemahan menjadi takwajar, asing, dan terasa kaku. Hal tersebut merupakan sarat dari pemilihan metode
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
072
setia karena ada bentuk dan fungsi kata dalam TSa yang masih setia dengan bentuk BSu. Penerjemah bertujuan memperkenalkan konsep menyapa kepada perempuan muda yang belum dikenal baik di dalam budaya kebahasaan masyarakatAmerika, yakni dengan Miss + NB. Penyajian bentuk dan fungsi BSu tidak akan mengganggu pemahaman pembaca. Tujuan tersebut membuat penerjemah menggunakan teknik pinjaman budaya karena penerjemah mengadopsi bentuk dan fungsi kata BSu yang memuat fitur-fitur budaya BSu untuk disajikan kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(17) Pada pengalihan ma’am :: ma’am juga diberlakukan metode setia dan teknik pinjaman budaya.
Teks Bahasa Sumber “Do you have any Polaroids that show exactly how you found it?” “Yes, ma’am. We tried to take the samples without disturbing the scene too much.” “You’ve put things back in order then? Matches the Polaroids?” (JTE/ATPG/29)
Teks Bahasa Sasaran “Apa kau punya foto Polaroid yang menunjukkan keadaan kamar ini ketika kau masuk?” “Ya, Ma’am. Kami berusaha mengambil sampel tanpa terlalu mengubah kondisi tempat kejadian.” “Kalau begitu kau sudah menata kembali semuanya? Sesuai foto?” (DNP/PDS/36—37).
Penerjemah sengaja menyajikan ma’am secara utuh ke dalam TSu tanpa perubahan fungsi, tetapi penerjemahan menyesuaikan bentuk BSu dengan kaidah ortografis penyapaan dalam masyarakat BSa36. Hal itu memperlihatkan bahwa metode yang dipilih adalah metode setia karena terdapat kesamaan bentuk dalam TSu dan TSa. Sebenarnya, ma’am memiliki padanan yang sesuai dengan konteks budaya BSu, yakni Bu. Akan tetapi, penerbit melalui penerjemah ingin memperkenalkan budaya asing dalam menyapa wanita yang berstatus sosial lebih tinggi di dalam budaya BSu. Dalam cuplikan cerita seperti di atas, Letnan Taylor Jackson disapa dengan ma’am oleh seorang petugas patroli yang berpangkat sersan. Hal itu memperlihatkan status sosial Taylor lebih tinggi daripada petugas patroli tersebut. Di sini penerjemah berusaha menyamakan konteks percakapan TSu ke dalam TSa dengan menggunakan bentuk aslinya. 36
Penerjemah sengaja mengubah huruf kapital pada awal bentuk BSu untuk menyesuaikan konsep penggunaan ungkapan sapaan yang berlaku dalam masyarakat BSa. Penerjemah berpegang pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) dalam mengganti huruf kapital tersebut (Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman Pusparini, penerjemah All the Pretty Girls, 20 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
073
Analisis Data 1B(18) Metode setia dan teknik pinjaman budaya juga berlaku pada Father Galloway :: Bapa Galloway contoh berikut.
Teks Bahasa Sumber After all, they had traveled here for answers, and they had found instead a blind man who claimed he could transform objects with a touch of his hands. Even so, the old man’s overt passion for mystical forces reminded Katherine of her brother. “Father Galloway,” Katherine said, “Peter is in trouble. The CIA is chasing us. And Warren Bellamy sent us to you for help. I don’t know what this pyramid says or where it points, but if deciphering it means that we can help Peter, we need to do that.” (TLS/419)
Teks Bahasa Sasaran Bagaimana pun, mereka datang kemari untuk memperoleh jawaban, tapi malah menemukan seseorang lelaki buta yang menyatakan bisa mengubah benda-benda dengan sentuhan tangan. Walaupun demikian, gairah berlebihan lelaki tua itu terhadap kekuatan-kekuatan mistis mengingatkan Katherine kepada kakaknya. “Bapa Galloway,” ujar Katherine, ”Peter dalam masalah. CIA mengejar kami. Dan Warren Bellamy Mmengirim kami kepada anda untuk mendapatkan bantuan. Saya tidak tahu apa yang dikatakan piramida itu menunjuk, tapi jika memecahkan kodenya berarti kita bisa menolong Peter, kita harus melakukannya. (TLS/437)
Teknik pinjaman budaya masih terlihat pada penggunaan nama belakang Galloway yang didahului dengan gelar rohaniwan Bapa. Kesetiaan pada TSu masih kentara karena ungkapan sapaan dalam BSa masih mengikuti cara penyapaan dalam BSu. Dalam budaya BSu, seseorang yang bergelar rohaniwan lazim dan wajar disapa dengan nama belakang yang didahului Father. Bagi orang Indonesia, penyapaan yang berlaku dengan nama depan yang didahului dengan pemarkah rohaniwan Bapa37. Kata Bapa merupakan ungkapan sapaan yang lazim bagi lingkungan gerejani di Indonesia yang ditujukan kepada gembala jemaat38. Penerjemah memanfaatkan kata tersebut sebagai padanan yang lazim dan sesuai dengan budaya kebahasaan dalam menyapa gembala jemaat tersebut39. Teknik eksotisme digunakan pada ma’am :: Ma’am karena penerjemah hanya mengganti huruf awal ma’am dengan huruf kapital seolah-olah dalam BSa kata Ma’am lazim digunakan dalam BSa sebagai kata sapaan40. Dia beranggapan bahwa 37
38
39
40
Komunikasi pribadi dengan Yohanes Bernardus Dody Mulyadi, S.Th., M.Div., Rohaniwan pada Rhema Evangelism Ministry, Jakarta, 7 Maret 2015. Komunikasi pribadi dengan Yohanes Bernardus Dody Mulyadi, S.Th., M.Div., Rohaniwan pada Rhema Evangelism Ministry, Jakarta, 7 Maret 2015. Komunikasi pribadi dengan Ingrid Dwijani Nimpoeno, penerjemah The Lost Symbol, 15 Februari 2015. Semua huruf awal pada kata sapaan dalam bahasa Indonesia harus dikapitalkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
074
penyajian kata asing tersebut tidak mengganggu pemahaman pembaca BSa. Kata Bu memuat konteks budaya yang hampir sama dengan kata ma’am, yakni keduanya dapat digunakan untuk menyapa orang yang dihormati karena status sosial mereka yang lebih tinggi daripada penyapa, tetapi penerjemah tetap memilih ma’am.
Analisis Data 1B(19) Metode setia dan teknik eksotisme juga digunakan pada pengalihan ma’am ke dalam TSa.
Teks Bahasa Sumber
Teks Bahasa Sasaran
“Sugar, you here about that sweet young doctor that went missing?” “Yes, ma’am, we are.” Grimes looked at Baldwin, excitement and hope brightening his eyes. (JTE/ATPG/98—99)
“Apa kalian di sini untuk urusan dokter muda dan manis yang hilang itu, Sayang?” “Ya, Ma’am, benar sekali.” Grimes memandang Baldwin, antusiasme dan harapan terpancar di matanya. (DB/PDS/112)
Kata ma’am dalam TSa masih mengikuti kesetiaan bentuk dengan ma’am dalam TSu padahal ma’am memiliki padanan yang wajar dalam BSa, yakni Bu. Kesetiaan pada bentuk BSu mengisyaratkan terjadi penyimpangan pada pilihan kata sehingga teks terjemahan terasa kaku, asing, dan takwajar. Penggunaan kata ma’am dan Bu sebenarnya memiliki konteks yang sama mengingat keduanya dapat digunakan untuk menyapa wanita yang baru dikenal sebagai pemarkah kesantunan. Kehadiran kata asing di dalam TSa mengisyaratkan bahwa penerbit melalui penerjemah ingin memperkenalkan budaya asing kepada pembaca BSa. Menurut budaya Amerika, wanita yang belum dikenal dengan baik lazim disapa dengan ma’am sebagai isyarat kesantunan (Chambers 2003). Grimes dan Baldwin adalah dua agen FBI yang baru mengenal Lurene sehingga Grimes menyapa wanita tersebut dengan ma’am. Teknik penerjemahan eksotisme masih tetap digunakan oleh penerjemah kalau kata asing dialihkan secara utuh dan langsung ke dalam TSa dengan catatan bentuk asingnya
menanggalkan
konteks
budaya
asing.
Yang
terjadi
pada
TSa
memperlihatkan bentuk asing masih dipertahankan, tetapi penggunaannya dilakukan menurut kebiasaan penyapaan orang Indonesia, yakni dengan mengganti huruf awal ma’am menjadi Ma’am yang seolah-olah Ma’am termasuk ke dalam cara penyapaan bagi orang Indonesia.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
075
Analisis Data 1B(20) Pada ma’am :: ma’am juga diterapkan metode setia dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber “Why’s that?” “She just had that look about her, you know? Like she was better than everybody else. Where’s she, anyway?” “Detective Garrison was in a car accident, ma’am. We’re picking up the slack while she recovers.” Lucy shielded her eyes from the sun and looked away quickly. “She hurt bad?” “She’ll be fine, ma’am. I’ll tell her you asked after her. Now, we were hoping to get a little more information from you about your case. Detective Garrison mentioned you may be able to identify your attacker.” (ATPG/177)
Teks Bahasa Sasaran “Mengapa begitu?” “Tampangnya mengesankan seperti itu, kau tahu? Seperti dia lebih baik dari semua orang. Omong-omong, di mana dia?” “Detektif Garrison mengalami kecelakaan mobil, Ma’am. Kami mengambil alih tugasnya sementara ia masih dalam pemulihan.” Lucy melindungi matanya dari sinar matahari dan segera berpaling. “Dia terluka parah?” “Dia akan baik-baik saja, Ma’am. Saya akan sampaikan padanya kalau Anda menanyakannya. Nah, kami berharap bisa mendapatkan tambahan informasi dari Anda tentang kasus Anda menurut detektif Garrison, mungkin Anda bisa mengidentifikasi penyerang Anda.” (PDS/195)
Ungkapan ma’am yang disajikan di dalam TSa yang secara otomatis memiliki muatan budaya asing yang ingin disajikan oleh penerjemah kepada pembaca BSa. Bagi orang Amerika, ma’am dapat ditujukan kepada wanita yang berusia jauh lebih tua daripada penyapa (Chambers 2003). Dalam budaya Indonesia ungkapan yang sepadan dengan ma’am dapat digunakan Bu. Suhardi (2009) menegaskan bahwa ungkapan sapaan Ibu atau Bu dapat digunakan untuk menyapa wanita yang berusia jauh lebih tua. Dalam konteks percakapan di atas, tokoh Grimes dan Marcus yang berperan sebagai agen FBI menginterogasi Lucy Johnson perihal kasus penganiayaan teman Lucy. Penerjemah tidak mengikuti konteks budaya BSa untuk memadankan ma’am, alihalih dia mengikuti konteks budaya BSu dengan tetap mempertahankan kata asingnya ke dalam TSa. Penerjemah memiliki maksud lain untuk tetap mempertahankan ma’am di dalam TSa, yaitu dia ingin menghadirkan suasana asing ke tengah-tengah pembaca BSa. Upaya menghadirkan suasana BSu tersebut tentu didasarkan pada latar cerita yang bertempat di Amerika Serikat. Kehadiran suasana asing tersebut diperoleh dari teknik eksotisme tanpa memadankan ma’am karena penerjemah ingin member kesan asing pada TSa (Hervey dan Higgins 1992).
Analisis Data 1B(21) Pada sir :: sir juga diterapkan metode setia dan teknik eksotisme. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
076
Teks Bahasa Sumber “And have you found any tire tracks to support that theory?” Baldwin gazed at the young man expectantly. “There weren’t any that we could see when we pulled up, no, sir.” Baldwin noted the “sir” and decided to stop hassling the kid. (ATPG/168)
Teks Bahasa Sasaran “Dan, apa kau sudah menemukan jejak ban mobil yang mendukung teori itu?” Baldwin menatap sersan muda itu penuh harap. “Tidak, kami tidak melihat apapun ketika menepi, Sir.” Baldwin memperhatikan kata “sir” itu dan memutuskan untuk berhenti mengganggu anak itu. (PDS/184)
Kata Sir yang dimodifikasi dengan pengubahan huruf kapital dalam TSa memiliki kesan bahwa penerjemah sengaja menyajikan kata asing kepada pembaca BSa. Kesan pertama yang saya rasakan adalah penerjemah memang tidak berniat memadankan sir menjadi padanan yang sesuai dengan konteks budaya BSa karena dia mengikuti sistem penyapaan di antara orang Indonesia, yakni kata sapaan dalam BSa memakai huruf kapital di awal kata tersebut. Kesan kedua adalah dengan penyajian kata asing yang dimodifikasi dengan huruf kapital, penerjemah ingin menghadirkan suasana Amerika di tengah-tengah pembaca BSa dan ingin menyajikan kebiasaan menyapa orang Amerika kepada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dalam cuplikan cerita seperti di atas, Baldwin disapa dengan sir oleh petugas patroli, yang berpangkat lebih rendah daripada Baldwin. Hal tersebut menandakan bahwa dalam masyarakat Amerika Serikat sir ditujukan kepada pria yang berstatus sosial lebih tinggi dan berusia lebih tua daripada penyapa sebagai pemarkah kesantunan dan rasa hormat (Chambers 2003). Dalam masyarakat Indonesia pria yang berstatus sosial dan yang berusia lebih tua lazim dan biasa disapa dengan Pak sebagai pemarkah kesantunan dan rasa hormat (Suhardi 2009). Akan tetapi, penerjemah tidak mengindahkan padanannya padahal dalam masyarakat Indonesia Pak memiliki muatan budaya yang sama dengan sir. Pilihan penerjemah atas Sir tentu “didikte” oleh penerbit yang ingin menghadirkan suasana asing ke tengah-tengah pembaca BSa serta mendekatkan pembaca dengan budaya BSu41. Sebagai akibatnya, pilihan penerjemah tersebut diperoleh dari teknik eksotisme karena penerjemah sebenarnya memiliki padanan yang sesuai dengan budaya BSa, tetapi dia “didikte” untuk memperkenalkan budaya asing melalui penyajian unsur leksikal asing di dalam TSa
41
Komunikasi dengan Desak Nyoman Pusparini, penerjemah All the Pretty Girls, 20 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
077
yang dimodifikasi sesuai dengan fungsi penggunaan ungkapan sapaan dalam masyarakat BSa42.
Analisis Data 1B(22) Metode setia dan teknik eksotisme juga diterapkan pada sir :: Sir.
Teks Bahasa Sumber It seemed as though he had been on hold for an hour, but it was probably more like five minutes when a voice came back on the line. “I’m Louis Sherwood. Is there something I can help you with, Agent Baldwin?” “Yes, sir. I’d like to get some information about your traveling executives. I’m in the middle of an investigation and your company’s name has come up in relation to the case. Would you be willing to give me some information?” (JTE/ATPG/247)
Teks Bahasa Sasaran Rasanya dia telah menunggu selama satu jam, tapi mungkin lebih seperti lima menit ketika sebuah suara kembali terdengar di telepon. “Saya Louis Sherwood. Ada yang bisa saya bantu, Agen Baldwin?” “Ya, Sir. Saya ingin meminta informasi tentang para eksekutif Anda yang sering bepergian. Saya sedang melakukan penyelidikan dan nama perusahaan Anda muncul terkait dengan kasus tersebut. Anda bersedia memberikan informasi?” (DNP/PDS/269)
Ciri-ciri metode setia tidak tampak pada bentuk kata yang disajikan ke dalam TSa karena unsur kata BSu dimodifikasi sesuai dengan fungsi penggunaannya seperti dalam BSa. Konteks budaya tidak dialihkan oleh penerjemah ke dalam TSa. Bentuk sir dialihkan begitu saja secara utuh dengan perubahan huruf kapital di awal kata tersebut. Hal itu mengisyaratkan bahwa penerjemah ingin menghadirkan kata asing tanpa fungsi yang berlaku pada budaya kebahasaan BSu. itu dianggap sebagai bagian dari perkenalan budaya asing kepada pembaca BSa. Bentuk tidak diubah memuat kesan budaya asing tidak hadir di tengah-tengah pembaca BSa. Bagi orang Amerika yang memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada penyapa lazim dan biasa digunakan sir (Chambers 2003). Status sosial yang lebih tinggi daripada penyapa dalam masyarakat Indonesia lazim dan wajar digunakan Pak (Suhardi 2009). Sebenarnya, penerjemah dapat memadankan sir dengan Pak, tetapi atas pesan penerbit, dia tetap setia mempertahankan sir dengan sedikit modifikasi penggunaan kata sapaan yang sesuai dengan kaidah atau sistem penulisan BSa. Upaya penerjemah tersebut seolah-olah ingin menyodorkan kepada pembaca BSa budaya BSu. Sebagai akibatnya, teknik eksotisme cocok untuk pemadanan sir :: Sir karena unsur leksikal
42
Ungkapan sapaan dalam BI wajib menggunakan huruf kapital di awal kata atau frasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
078
dipertahankan. Teknik eksotisme ini sebenarnya bertujuan memberi kesan asing ke dalam TSa dan kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(23) Demikian pula halnya dengan sir :: Sir yang juga masih menggunakan metode setia dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber He pulled into the lot of the hotel and parked. Taking the picture of Noelle with him, he went to the front desk. The information should be in from the Louisville office. Maybe Perfect Boy Baldwin had sent some of his profiling guidance too. “Do you have a fax for me? Grimes, FBI?” The man behind the desk gave him a nasty look. “I do, sir, and I have to ask that you refrain from having this kind of material sent over our fax lines. It’s just outrageous. I won’t stand for it, and neither will my manager—” (ATPG/276)
Teks Bahasa Sasaran Mobilnya memasuki areal hotel dan parkir. Sambil membawa foto Noelle, dia pergi ke front desk. Informasi dari kantor Louisville pasti sudah masuk. Mungkin Baldwin si Anak Sempurna juga telah mengirim beberapa panduan profiling-nya. “Apa ada faks untukku? Grimes, FBI?” Petugas di belakang meja menatapnya jijik. “Ada, Sir, dan saya harus menyampaikan pada Anda untuk tidak meminta hal-hal seperti ini dikirim melalui jalur faks kami. Ini keterlaluan. Saya tidak akan bisa menerimanya, begitu juga manajer saya—“ (PDS/299)
Cuplikan cerita di atas menampilkan petugas hotel menyapa tamu hotel dengan sir, tetapi penerjemah tidak memadankan sir dengan padanan yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat BSa, yakni Pak. Dalam masyarakat Amerika Serikat, kepada orang yang menggunakan jasa pelayanan lazim digunakan sir sebagai bentuk kesantunan dan rasa hormat (Chambers 2003). Hal yang sama juga berlaku di dalam konteks sosial orang Indonesia: pendagang atau pemberi jasa dalam bertransaksi lazim menggunakan Pak kepada pelanggan. Grimes adalah tamu hotel yang mampir ke sebuah hotel untuk meminta salinan faksimile kepada petugas hotel dan petugas tersebut menyapanya dengan sir. Penerjemah tidak menggunakan Pak sebagai padanan yang wajar dalam TSa, alih-alih dia tetap mempertahankan sir dengan sedikit memodifikasi unsur asingnya. Hal itu sengaja dilakukan oleh penerjemah untuk member kesan asing tanpa memasukkan konteks budaya kebahasaan BSu pada TSa. Metode penerjemahan setia yang diperlihatkan oleh sir :: Sir menghasilkan teknik eksotisme mengingat ungkapan Sir dalam TSa masih memuat budaya lokal yang sengaja disajikan penerjemah dengan kata asing.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 079
Analisis Data 1B(24) Metode setia dan teknik kata serapan juga dapat diterapkan pada sunshine :: sunshine.
Teks Bahasa Sumber Taylor had gotten a good drunk on one or two times in the past, and she knew Sam could read the signs that she was headed that way like they were plastered in neon on her forehead. Good friend that she was, she just smiled. “What’s the emergency, sunshine? Hi, Kat.” She grinned at the bartender, a dusky-skinned halfKorean woman who looked almost Hawaiian. (JTE/ATPG/141)
Teks Bahasa Sasaran Dulu Taylor pernah satu-dua kali mabuk berat, dan ia tahu Sam bisa membaca tandatanda bahwa ia akan mabuk lagi. Tapi Sam memang teman yang baik, ia hanya tersenyum. “Ada situasi darurat apa, Sunshine? Hai, Kat.” Dia tersenyum lebar pada bartender, seorang wanita Korea berkulit agak gelap yang nyaris terkesan seperti orang Hawaii. (DNP/PDS/157)
Penerjemah mengalami kesulitan dalam memadankan sunshine karena konteks dan situasi budaya tidak mendukung pemadanan dalam BSa43. Penerjemah tetap setia dengan mempertahankan sunshine di dalam TSa. Kesetiaan terlihat bukan hanya pada satuan leksikal, tetapi juga pada makna kontekstual. Secara kontekstual, Sam adalah sahabat Taylor sehingga Sam menyapa Taylor dengan sunshine. Kesetiaan kontekstual tetap dipertahankan oleh penerjemah karena penerjemah tidak memiliki padanan yang tepat dan sesuai dengan konteks percakapan dalam BSa. Oleh karena itu, teknik kata serapan dapat digunakan dengan metode setia tersebut. Teknik serapan digunakan untuk mengatasi kesenjangan budaya, baik secara leksikal maupun secara kontekstual. Penerbit berkeyakinan bahwa meskipun sunshine tidak dipadankan, ungkapan tersebut tidak akan mengganggu pemahaman pembaca bahasa sasaran44. Upaya yang diyakini oleh penerbit melalui penerjemah merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan kata baru dan menghadirkan nuansa asing di dalam TSa.
Analisis Data 1B(25) Metode setia dan kata serapan juga berlaku pada pengalihan sheriff :: sheriff seperti berikut.
Teks Bahasa Sumber
“Dr. Baldwin, this is Sheriff Pascoe. I’ve gotten 43
44
Teks Bahasa Sasaran
“Dr. Baldwin, ini Sheriff Pascoe. Aku sudah
Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah All the Pretty Girls, 12 November 2014. Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah All the Pretty Girls, 12 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 080
the report back from the lab on the note found in Marni Fischer’s car. There weren’t any discernible prints, just a couple of smudges. Could be from the victim, but I can’t guarantee that. There just wasn’t enough to go on.” “Well, it was a long shot. He’s not making a lot of mistakes, there’s no reason for him to start now. Particular and precise, that’s our boy. Thank you, Sheriff. I appreciate you working so quickly on that.” (ATPG/151)
menerima laporan dari laboratorium mengenai puisi yang ditemukan di dalam mobil Marni Fishcher. Tidak ada sidik jari yang terbaca jelas, hanya beberapa noda. Bisa jadi dari korban, tapi aku tidak bisa menjamin. Tidak cukup banyak untukditindaklanjuti.” “Yah, memang kemungkinannya tipis. Orang ini tidak melakukan banyak kesalahan, tidak ada alasan baginya untuk berubah sekarang. Teliti dan tepat, itulah tersangka kita. Terima kasih, Sheriff. Aku sangat menghargai kau begitu cepat menanganinya.” (PDS/166— 167)
Kata sheriff sebenarnya tidak dikenal di dalam konteks budaya BSa sehingga kata itu tetap dipertahankan dengan setia oleh penerjemah sesuai dengan bentuk aslinya. Dalam hal ini, metode setia dipilih untuk sheriff :: sheriff. Artinya, selain unsur leksikal yang disajikan ke tengah pembaca BSa, penerjemah juga menyajikan konteks budaya BSu. Di Amerika Serikat, kepada orang yang berprofesi sebagai sheriff dapat digunakan nama profesi untuk menyapa atau memanggil orang tersebut. Dalam masyarakat BSu, sheriff adalah perwira polisi yang bertanggung jawab atas penegakan hokum dan peraturan di sebuah kota kecil (Lea 2011). Penerjemah masih tetap menggunakan metode penerjemahan setia pada sheriff :: sheriff. Dalam masyarakat Indonesia, kata sheriff tidak memiliki bentuk dan fungsi yang sama dalam BSa. Oleh karena itu, kata sheriff termasuk kategori kata budaya BSu. Karena tidak memiliki padanan penerjemah menggunakan teknik kata serapan. Konteks budaya BSu yang disajikan oleh penerjemah ke dalam TSa sekaligus menghadirkan cita rasa Amerika ke tengah pembaca BSa melalui unsur leksikal BSu yang tidak memiliki padanan dalam BSa. Dengan kata lain, tugas penerjemah di sini bukan hanya mengalihkan kata asing, tetapi juga sekaligus menyajikan konteks budaya BSu dan menghadirkan suasana yang berlatar Amerika kepada pembaca BSa.
Analisis Data 1B(26) Metode setia dengan teknik eksotisme diterapkan pada chief :: chief oleh penerjemah.
Teks Bahasa Sumber Capitol police chief Trent Anderson had overseen security in the U.S. Capitol Complex for over a decade. The game had just kicked off when his intercom buzzed.
Teks Bahasa Sasaran Kepala polisi Capitol, Trent Anderson, sudah mengepalai keamanan di Kompleks U.S. Capitol selama lebih dari satu dekade. Pertandingan baru saja dimulai ketika interkom berdengung. Universitas Indonesia
Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
081
“Chief?” Anderson groaned and kept his eyes on the television as he pressed the button. “Yeah.” “We’ve got some kind of disturbance in the Rotunda. I’ve got officers arriving now, but I think you’ll want to have a look.” (DB/TLS/60)
“Chief?” Anderson mengerang dan tetap mengarahkan mata pada televisi ketika menekan tombol. “Ya.” “Ada gangguan di Rotunda. Saya sudah mendatangkan beberapa petugas, tapi saya rasa Anda ingin melihatnya.” (IDN/TLS/82)
Kesetiaan bentuk terlihat pada ungkapan chief yang tidak dipadankan dengan ungkapan yang wajar dalam BSa. Dalam penerjemahan, penerjemah mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual dengan bentuk BSu chief, tetapi penyimpangan dari segi leksikal tetap dibiarkan (Newmark 1988a). Dalam konteks kepolisian Indonesia, kepala polisi lazim disapa dengan dan sebagai penggalan dari komandan. Selain kata chief disajikan untuk memelihara konteks percakapan yang berlatar di U.S. Capitol, Amerika Serikat, penerjemah juga tidak mengetahui padanannya dalam BSa sehingga dia tetap mempertahankannya dengan chief. Pilihan chief mengisyaratkan teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah adalah teknik kata serapan karena penerjemah menyerap secara langsung kata asing ke dalam TSa. Teknik kata serapan merupakan salah satu teknik yang baik dipilih oleh penerjemah apabila penerjemah menemukan kesulitan mencari bentuk BSa yang kirakira makna kontekstualnya sama dengan BSu.
Analisis Data 1B(27) Metode setia dengan teknik pinjaman budaya dapat diterapkan pada Professor Langdon :: Profesor Langdon. Teks Bahasa Sumber “Good morning, Professor Langdon, I’m terribly sorry for this early-morning call.” The polite voice was noticeably hesitant, with a hint of a southern accent. “My name is Anthony Jelbart, and I’m Peter Solomon’s executive assistant.” (DB/TLS/14)
Teks Bahasa Sasaran “Selamat pagi, Profesor Langdon, maaf sekali menelepon sepagi ini.” Suara sopan itu jelas terdengar bimbang, dengan sedikit aksen Selatan. “Nama saya Anthony Jelbart, dan saya asisten eksekutif Peter Solomon.” (IDN/TLS/36)
Frasa Professor Langdon memang lazim digunakan di dalam penyapaan kepada orang yang berstatus guru besar di Amerika Serikat (Walter 2008). Padanannya Profesor Langdon terlihat mengikuti pola seperti frasa BSu. Penerjemah di sini masih setia menggunakan bentuk dan fungsi BSu Profesor Langdon, alih-alih tanpa bentuk yang wajar dan berterima bagi pembaca BSa, yakni Profesor Robert. Orang Indonesia
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
082
di dalam ranah akademis lazim menyapa guru besar dengan Profesor + nama depan, bukan nama belakang, seperti Profesor Langdon. Jadi, kesetiaan penerjemah terletak pada penggunaannya atau fungsinya masih memakai nama belakang. Gelar profesi diganti dengan bentuk yang wajar dalam BSa, sedangkan nama belakang tidak diubah sehingga ungkapan tersebut lazim digunakan dalam budaya kebahasaan masyarakat BSa. Akan tetapi, penerjemah ingin menampilkan nuansa Amerika di dalam terjemahannya45. Berdasarkan uraian tersebut, penerjemah menerapkan teknik pinjaman budaya karena fungsi Profesor Langdon tidak sesuai dengan penggunaan (fungsi) bentuk BSa, tetapi cenderung kepada fungsi BSu.
Analisis Data 1B(28) Pemadanan Director Sato :: Direktur Sato menerapkan metode penerjemahan setia dan teknik pinjaman budaya.
Teks Bahasa Sumber Anderson took the phone and brought it to his lips. “Director Sato,” he said in as friendly a voice as possible. “This is Chief Anderson. How may I—” (DB/TLS/64)
Teks Bahasa Sasaran Anderson mengambil telepon itu dan mendekatkannya ke bibir. “Direktur Sato,” katanya dengan suara seramah mungkin. “Ini Chief Anderson. Apa yang bisa—“ (IDN/TLS/103)
Ungkapan Director Sato tidak memiliki kesamaan fungsi dengan Direktur Sato yang berlaku dalam BSa meskipun Direktur Sato dipadankan dengan bentuk BSa dan penggunaan (fungsi) nama belakang Sato tetap mempertahankan dalam TSa. Kesetiaan fungsi BSu pada TSa terlihat Sato. Dalam budaya kebahasaan masyarakat BSu, nama belakang kerap dan lazim disandingkan dengan gelar (Wareing 2004). Tidak demikian halnya dengan budaya kebahasaan BSa yang menerapkan nama depan setelah gelar (Suhardi 2009). Perbedaan budaya kebahasaan itu tidak membuat penerjemah untuk memadankan Director Sato dengan Direktur Inoue karena dengan Direktor Sato penerjemah ingin menghadirkan budaya kebahasaan BSu di dalam TSa dan berupaya memberi suasana Amerika kepada pembaca BSa. Dengan kata lain, penerjemah dengan setia mengikuti kelaziman penyapaan dalam masyarakat BSu. Atas dasar itulah, penerjemah menerapkan teknik pinjaman budaya karena teknik ini bertujuan membawa fitur budaya BSu ke dalam TSa. 45
Komunikasi pribadi dengan Ingrid Dwijani Nimpoeno., penerjemah novel The Lost Symbol, pada 14 Februari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
083
Analisis Data 1B(29) Pemadanan Architect Bellamy :: Arsitek Bellamy menerapkan metode setia dan teknik pinjaman budaya.
Teks Bahasa Sumber Bellamy averted his eyes. “Sorry, I can’t help you.” “Architect Bellamy,” Sato said, “tonight just after seven P.M., you were having dinner in a restaurant outside the city when you received a phone call from a man who told you he had kidnapped Peter Solomon.” (DB/TLS/297)
Teks Bahasa Sasaran Bellamy mengalihkan pandangan. “Maaf, aku tidak bisa membantumu.” “Arsitek Bellamy,” ujar Sato, “malam tadi, persis setelah pukul tujuh, kau sedang menyantap makan malam di sebuah restoran di luar kota ketika menerima telepon dari seorang lelaki yang menyatakan telah menculik Peter Solomon.” (IDN/TLS/421)
Ungkapan Arsitek Bellamy dalam BSa juga masih memperlihatkan kesetiaan fungsi dengan bentuk BSu. Nama belakang Bellamy yang didahului dengan gelar lazim digunakan untuk menyapa seseorang dalam masyarakat kebudayaan Bsu (Wareing 2004). Dalam masyarakat kebudayaan BSa, lazim digunakan adalah Pak + gelar profesi, misalnya Pak Arsitek, karena biasanya masyarakat BSa memanggil seseorang dengan Pak + gelar profesi (Suhardi 2009). Perbedaan budaya kebahasaan di antara kedua bahasa tampaknya ditinggalkan oleh penerjemah karena penerjemah sangat memperhitungkan hubungan sosial di dalam masyarakat BSu46 sehingga dia tetap mempertahankan fungsi BSu. Meskipun bentuknya berbeda, fungsi penggunaan bentuk BSu sama dengan fungsi penggunaan bentuk BSa. Jadi, teknik penerjemahan yang dapat diterapkan pada Architect Bellamy :: Arsitek Bellamy adalah teknik pinjaman budaya.
Analisis Data 1B(30) Metode penerjemahan setia dengan metode eksotisme pada Chief Anderson :: Chief Anderson.
Teks Bahasa Sumber Sato grunted and raised her eyebrows, giving Langdon an odd look. “Chief Anderson?” she said, turning to him. “A word in private, if I may?” The director 46
Teks Bahasa Sasaran Sato menggeram dan mengangkat sepasang alisnya, memandang Langdon dengan aneh. “Chief Anderson?” panggilnya, seraya berbalik kepada lelaki itu. “Bisa bicara secara
Komunikasi pribadi dengan Ingrid Dwijani Nimpoeno, penerjemah The Lost Symbol, 14 Februari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
084
motioned for Anderson to join her, and they disappeared into the pitch-black hallway, leaving Langdon alone in the flickering candlelight of Peter’s Chamber of Reflection. (DB/TLS/165)
pribadi?” Direktur itu mengisyaratkan Anderson untuk bergabung bersamanya, dan mereka menghilang ke dalam lorong gelap gulita, meninggalkan Langdon sendirian dalam cahaya lilin berpendar di Bilik Perenungan Peter (IDN/TLS/242)
Frasa Chief Anderson kentara sekali dialihkan ke dalam TSa tanpa ada perubahan pada bentuk BSa. Hal tersebut menunjukkan bahwa ungkapan sapaan BSa tersebut masih setia dengan bentuk BSu. Kata chief tidak dipadankan dengan komandan dan kata Anderson (nama belakang) tidak disesuaikan dengan kelaziman orang Indonesia yang menyapa dengan nama depan Trent. Penerjemah ingin member kesan asing kepada pembaca BSa sehingga ungkapan budaya kebahasaan BSu tersebut tetap dia pertahankan47. Dalam budaya kebahasaan masyarakat BSu, chief digunakan kepada orang yang memiliki pangkat yang paling tinggi di dalam sebuah organisasi kepolisian atau kemiliteran (Lea 2011). Dalam ranah kepolisian masyarakat BSa, makna dan fungsi yang sama dengan chief adalah komandan48. Jadi, baik chief maupun Anderson adalah milik ungkapan BSu yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama dengan Chief Anderson dalam TSa. Kesetiaan pada ungkapan BSu tersebut merupakan pedoman bagi penerjemah dalam memilih teknik eksotisme karena tujuan penerjemah adalah ingin menghadirkan suasana cerita yang berlatar di Gedung Capitol, Amerika Serikat.
Analisis Data 1B(31) Pengalihan bentuk dan fungsi BSu ke dalam TSa juga terjadi pada Officer Nuñez :: Officer Nuñez juga menerapkan metode setia dan teknik eksotisme.
Teks Bahasa Sumber Langdon recognized the young Hispanic officer from the X-ray machine earlier tonight. “Officer Nuñez,” the African American man said. “Not a word. Follow me.” The guard looked uneasy but obeyed without question. (DB/TLS/169)
47
48
Teks Bahasa Sasaran Langdon mengenali petugas Hispanik muda dari pos pemeriksaan sinar-X tadi malam itu. “Officer Nuñez,” sapa lelaki AfrikaAmerika itu. “Jangan ucapkan sepatah kata pun. Ikuti aku.” Petugas itu tampak tidak nyaman, tapi mematuhi tanpa bertanya-tanya. (IDN/TLS/429)
Komunikasi pribadi dengan Ingrid Dwijani Nimpoeno, penerjemah The Lost Symbol, 14 Februari 2015. Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Krimsus, Kepolisian Resor Jaksel, 4 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
085
Penerjemah yang ingin menyajikan nuansa BSu kepada pembaca BSa sengaja tidak memadankan Officer Nuñez dengan bentuk yang sepadan dalam BSa. Dalam budaya kebahasaan BSu seseorang yang diketahui identitasnya dan berprofesi sebagai petugas keamanan sebuah gedung lazim disapa dengan Officer + NB (Chambers 2003). Di sini penerjemah ingin mereproduksi makna kontekstual BSu yang kental dan yang masih dibatasi pada leksikon BSu sehingga terlihat kesetiaan bentuk BSa dengan bentuk BSu pada TSa. Metode setia yang dipilih oleh penerjemah menunjukkan penyimpangan pilihan kata yang masih dibiarkan sehingga hasil penerjemahan masih terlihat kaku dan asing (Newmark 1988a). Kesetiaan pada bentuk dan fungsi BSu diperlihatkan oleh penerjemah dengan membiarkan frasa asing disajikan ke dalam TSa. Pembiaran frasa asing dalam TSa merupakan pilihan penerjemah untuk menghadirkan nuansa asing kepada pembaca BSa. Hal itulah yang mengundang penerjemah memilih teknik eksotisme. Teknik eksotisme dipilih untuk membawa kesan asing kepada pembaca BSa tanpa terjadi pergeseran budaya dalam TSa (Hervey dan Higgins 2006).
Analisis Data 1B(32) Metode penerjemahan setia dengan teknik catatan kaki terjadi pada pemadanan cara :: Cara4.
Teks Bahasa Sumber She could hear her father now, in his heavy Italian accent, “Noelle, you knowa you shouldn’t be riding that crazy bike up and down those hills when you sick. You’re smarter than that, cara.” (JTE/ATPG/238)
Teks Bahasa Sasaran Ia seperti bisa mendengar ayahnya berkata dengan aksen Italia yang kental, “Noelle, kau tahu kau seharusnya tidak boleh bersepeda naikturun bukit seperti itu kalau sedang sakit. Kau tidak sebodoh itum Cara4. (DNP/PDS/258) 4
(Italia) : Sayang)
Penerjemah sengaja tidak menerjemahkan kata cara yang berasal dari Italia karena dia tidak ingin menghilangkan nuansa Italia-nya meskipun kata itu bukan berasal dari bahasa Inggris-Amerika. Penerjemah ingin memperkenalkan budaya kebahasaan Italia kepada pembaca BSa dan cara mengungkapkan perasaan afektif kepada anak perempuan dengan gaya Italia. Di sini penerjemah tentu saja masih setia kepada bentuk dan fungsi BSu yang sebenarnya dia bisa memadankan cara secara langsung Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
086
ke dalam TSa dengan Sayang. Kesetiaan penerjemah pada TSu merujuk ke metode penerjemahan setia. Di sini penerjemah berupaya memproduksi makna kontekstual BSu dengan membatasi bentuknya meskipun dia sudah memberi padanan melalui catatan kaki. Newmark (1988a) menegaskan bahwa metode penerjemahan setia masih berpegang teguh pada maksud dan tujuan penulis BSu sehingga terjemahannya kadang-kadang terasa asing.
Analisis Data 1B(33) Metode setia dengan teknik eksplisitasi berlaku pada pemadanan Ø :: sheriff.
Teks Bahasa Sumber “You’ll keep me up-to-date on what happens, right?” “Absolutely. You have my number, feel free to call anytime. I have to run, I’m at the airport now. You take care Ø.” (DNP/ATPG/151)
Teks Bahasa Sasaran “Kau akan memberitahukan perkembangan terbaru padaku, ‘kan?” “Tentu saja. Kau menyimpan nomorku, silakan menghubungi kapan saja. Aku harus jalan sekarang, aku sedang di bandara. Sampai jumpa, Sheriff.” (DNP/PDS/167)
Kesetiaan akan bentuk asing masih terlihat pada TSa meskipun dalam TSu bentuk sheriff tidak terlihat. Penerjemah menghadirkan sheriff agar TSa terlihat memiliki nuansa BSu. Kesetiaan pada bentuk BSu membawa penerjemah menggunakan metode penerjemahan setia karena di dalam metode setia penerjemah mencoba mereproduksi konteks BSu dengan menjejalkan leksikon asing sehingga dari segi kaidah bahasa dan pembaca BSa penyimpangan pada TSa masih tampak jelas. Metode penerjemahan ini kadang-kadang terasa kaku dan asing. Karena penerjemah menghadirkan ungkapan BSu yang sebenarnya tidak ada TSu, teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik eksplisitasi bentuk asing. Dapat
disimpulkan
secara
umum
bahwa
metode
setia
cenderung
menggunakan teknik eksotisme, teknik salin-terjemah, teknik transplantasi budaya, teknik pinjaman budaya, teknik kata serapan, teknik catatan kaki, dan teknik eksplisitasi. Sesuai dengan metodenya, teknik yang dipilih oleh penerjemah masih berorientasi pada TSu. Hal tersebut tentu diusung di dalam ideologi pemancaan. Ungkapan sapaan asing yang dihasilkan oleh teknik penerjemahan tersebut tidak lazim di dalam budaya kebahasaan masyarakat Indonesia. Hal itu berbenturan dengan konsep kewajaran dalam terjemahan. Budaya kebahasaan masyarakat BI yang menyangkut kuasa (power) tidak dapat diterapkan kalau penyapaan dengan ND tidak Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
087
dapat dilakukan kepada orang yang lebih tua, berstatus lebih tinggi, dan memiliki hubungan sosial berjarak. Sebagai akibatnya, timbul ketaksantunan di dalam budaya kebahasaan pembaca bahasa sasaran.
4.2.1.3 Metode Semantis Di dalam metode penerjemahan semantis, penerjemah berusaha menghasilkan kembali setepat mungkin makna kontekstual dari pengarang TSu dalam batas-batas sintaktis dan semantis TSa dan tetap mengutamakan unsur estetika BSu (Newmark 1988a). Dalam metode ini, kata budaya yang diterjemahkan jadi lebih mudah dipahami oleh pembaca BSa (Newmark 1988a). Pada metode penerjemahan semantis ini diperoleh lima teknik penerjemahan, yaitu (1) teknik eksplisitasi (explicitation), (2) teknik pelesapan (omission), (3) teknik generalisasi (generalization), (4) teknik konsentrasi (concentration), dan (5) teknik padanan lazim (established equivalent).
Analisis Data 1C(1) Metode semantis dengan teknik eksplisitasi juga berlaku pada contoh berikut.
Teks Bahasa Sumber “Gotcha, boss. I’ll call ahead and have a photo array put together. I’m sure we can find five mug shots similar to this hosebag.” Marcus took her by the arm, turning her toward him so he could get a better view. “You’re gonna have one helluva shiner in a couple of hours Ø.” (ATPG/314)
Teks Bahasa Sasaran “Siap, Bos. Aku akan menelepon agar fotofoto disiapkan. Aku yakin kita bisa menemukan lima foto yang mirip dengan bajingan itu.” Marcus meraih lengan Taylor, memutar tubuh atasannya itu ke arahnya sehingga ia bisa melihat wajah Taylor dengan jelas. “Wah, beberapa jam lagi matamu pasti biru lebam, Bos.” (PDS/339)
Bentuk bos sebagai padanan dari boss yang sebenarnya tidak hadir di dalam TSu sengaja disajikan oleh penerjemah untuk membuat TSa lebih dipahami oleh pembaca BSa. Sebagai akibatnya TSa menjadi lebih lancar dengan kehadiran bos. Konteks dan situasi berseloroh dalam BSu membuat TSa harus memiliki kesan yang sama dengan TSu. Ungkapan bos yang disampaikan oleh Marcus di dalam TSa memiliki pesan dan konteks yang sama di dalam TSu, yakni konteks berseloroh. Melalui metode penerjemahan semantis, makna kontekstual yang dihasilkan dari TSu harus tampak di dalam TSa. Penerjemah yang memilih metode penerjemahan semantis ini menggunakan teknik eksplisitasi karena teknik eksplisitasi mengacu ke informasi
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
088
yang implisit dalam TSu diungkapkan secara eksplisit di dalam TSa (Molina dan Albir 2002).
Analisis Data 1C(2) Metode semantis yang masih berorientasi pada TSu juga menggunakan teknik pelesapan, seperti pada girl :: Ø.
Teks Bahasa Sumber As she fought back a snapping reply, she saw Sam motioning to Kat. A pack of fresh Camel Lights appeared at her elbow. Sam broke open the pack, pulled out a cigarette, held it out to Taylor and lit a match. “Here, why don’t you have a smoke while you’re at it. Get it all out of your system now, girl, because tomorrow things have to change. For now, just…shit.” The match had burnt down far enough to burn Sam’s finger. She tossed the pack of matches on the bar and stuck her finger in her mouth. (ATPG/143—144)
Teks Bahasa Sasaran Selagi ia berusaha menahan untuk balas menggertak, Taylor melihat Sam memberikan isyarat pada Kat. Sebungkus Camel Light diletakkan di dekat sikunya. Sam membukanya dan mengeluarkan sebatang rokok, mengulurkannya pada Taylor dan menyalakan korek api. “Ini, sekalian saja kau merokok. Lampiaskan semuanya sekarang, Ø, karena besok semuanya harus berubah. Untuk saat ini... ah, sialan.” Barang korek itu terbakar cukup jauh sampai ke bawah dan membakar jari Sam. Dilemparnya kotak korek api itu ke meja bar dan memasukkan jarinya ke mulut. (PDS/159)
Kata girl tidak disajikan dengan bentuk asli atau padanannya di dalam TSa. Ketakhadiran padanannya di dalam BSa tidak akan mengganggu pemahaman pembaca BSa49 dan juga tidak mengganggu alur ceritanya. Apabila kata girl diterjemahkan dengan gadis, sayang, atau kawan tentu teks terjemahannya menjadi kaku dan tidak wajar mengingat penerjemah ingin memberikan efek dan pesan yang sama antara konteks BSu dan BSa50 agar padanannya tidak membingungkan pembaca BSa. Teknik penerjemahan pelesapan merujuk ke informasi yang hadir di dalam BSu tidak diungkapkan di dalam BSa (Molina dan Albir 2002).
Analisis Data 1C(3) Metode semantis merupakan pedoman dalam menggunakan teknik generalisasi atau netralisasi, seperti pada pemadanan folks :: semuanya.
Teks Bahasa Sumber 49
50
Teks Bahasa Sasaran
Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, pada 25 November 2014. Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, pada 25 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
089 Sonny was on his feet at once. “Folks, I’m afraid you’ll have to excuse us. Mary Vaughn’s not feeling well. I need to get her to the hospital.” “I’m pregnant,” she explained. “I’m so sorry to spoil the dinner. Liz, thank you for including us.” The polite words were barely out of her mouth when she gasped again as what felt like a powerful contraction hit her. (SW/STAS/231)
Sonny langsung bangkit berdiri, “Semuanya, kukira kami harus permisi dulu. Mary Vaughn merasa tidak sehat. Aku harus membawanya ke rumah sakit.” “Aku hamil,” urai Mary Vaughn. “Aku minta maaf telah merusak acara makan malam ini. Liz, terima kasih telah mengundang kami.” Kalimat santun itu nyaris tertelan saat ia tekersiap lagi oleh semacam kontraksi hebat yang melandanya. (DB/JH/265)
Makna kontekstual dalam BSu mengisyaratkan bahwa folks memuat sekelompok orang yang hadir di dalam sebuah acara. Makna kontekstual yang sebenarnya di dalam TSa harus disajikan agar pesan yang terdapat di dalam BSu terlihat kembali di dalam konteks percakapan BSa. Konteks percakapan yang melibatkan sekelompok orang di sebuah acara makan malam bersama melazimkan penggunaan folks di dalam masyarakat Amerika karena ungkapan sapaan tersebut digunakan secara takformal dan secara akrab kepada sekelompok orang atau pihak yang disapa lebih dari satu orang (Lea 2011). Akan tetapi, tidak demikian halnya dalam bahasa sasaran yang menggunakan semua orang di dalam sebuah acara dengan semuanya karena bahasa Indonesia tampaknya tidak memiliki konsep penyapaan kepada sekelompok orang. Penerjemah menggunakan semuanya karena makna kontekstual yang tercakup di dalam kata ini sudah mewakili makna kontekstual penyapaan kepada sekelompok orang di ruang lingkup tertentu. Lalu, penerjemah membawa konteks percakapan BSu itu ke dalam BSa untuk memperoleh padanan yang wajar dan berterima. Dengan demikian, teknik generalisasi sesuai dengan metode penerjemahan semantis karena kata asing yang memiliki makna khusus dipadankan dengan kata yang lebih umum.
Analisis Data 1C(4) Teknik penerjemahan generalisasi yang juga digunakan di dalam metode penerjemahan semantis berlaku pada penerjemahan son :: nak berikut.
Teks Bahasa Sumber There was an oddly worrisome expression on her face as she watched the couple cross the dining room, but Travis didn’t have time to question her about it. “Hello, son,” his father said jovially. “Sorry to interrupt your evening, but we wanted you to be the first to know our news.” (SW/STAS/263—4)
Teks Bahasa Sasaran Anehnya ada ekspresi khawatir di wajah Sarah saat ia melihat pasangan yang duduk di seberang ruangan itu, tapi Travis tidak punya waktu untuk mempertanyakan kepada Sarah. “Halo, Nak,” kata ayahnya dengan riang. “Maaf sudah merusak malammu, tapi kami ingin kau menjadi yang pertama yang mendengar berita kami .” (DB/JH/301) Universitas Indonesia
Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
090
Metode penerjemahan semantis juga dapat dipilih untuk menerjemahkan ungkapan sapaan son :: nak karena secara kontekstual makna son harus terlihat kembali pada nak. Kata son yang hanya memiliki satu suku kata pada BSu dipadankan dengan nak yang juga berupa satu suku kata dalam BSa. Hal itu mengisyaratkan bahwa penerjemah ingin menampilkan rima yang sama di antara BSu dan BSa. Newmark (1988a) menegaskan bahwa unsur estetika dalam metode penerjemahan semantis tetap diutamakan di dalam TSa. Dari segi teknik penerjemahannya son yang memiliki makna ‘anak laki-laki’ dipadankan menjadi nak—sebagai singkatan dari anak—yang bermakna umum ‘anak’ karena BIA memiliki kata yang bermakna khusus untuk child ‘anak’, yakni son dan daughter. Jadi, teknik penerjemahan tersebut diilustrasikan dengan teknik generalisasi karena kata yang khusus di dalam TSu diterjemahkan menjadi kata yang umum di dalam BSa. Kata son hanya ditujukan kepada anak laki-laki, baik yang masih kecil maupun yang sudah dewasa oleh orang tua biologis mereka (Dunkling 1990). Konteks semacam itu diadopsi oleh penerjemah untuk memadankan TSu sehingga di dalam konteks BSa, kata nak digunakan sebagai padanan dari son.
Analisis Data 1C(5) Metode penerjemahan semantis yang menggunakan teknik generalisasi juga berlaku pada penerjemahan girl :: nak.
Teks Bahasa Sumber They met her in the hall, all four men grinning. “Nice performance, Lieutenant.” Price congratulated her. “You scared him so shitless he forgot to ask for a lawyer until the very end. Well done, girl.” “Thank you, thank you. But we have to get him to say something other than ‘No, I didn’t do it.’ Baldwin?” (JTE/ATPG/351—352)
Teks Bahasa Sasaran Mereka bertemu di koridor, keempatnya menyeringai. ”Petunjuk yang bagus, Letnan.” Price mengucapkan selamat kepada Taylor. ”Kau telah membuatnya ketakutan setengah mati sampai dia lupa meminta pengacara di ujung interogasi. Bagus, Nak.” “Terima kasih, terima kasih. Tapi kita harus membuatnya mengatakan sesuatu selain “Tidak, aku tidak melakukannya, ”Baldwin?” (DNP/PDS/380)
Dalam masyarakat Amerika Serikat, kata girl memang dapat digunakan kepada wanita yang lebih muda untuk memperlihatkan keakraban (Lea 2011). Dalam masyarakat Indonesia makna kontekstual dari nak sepertinya tidak dapat digunakan untuk menyapa wanita dewasa yang lebih muda. Sebagai akibatnya, TSa-nya terkesan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
091
kaku dan aneh karena sifat padanannya masih terkait dengan BSu. Konteks percakapan menceritakan Mitchell yang berpangkat kapten dan berusia 50 tahun menyapa Taylor yang berpangkat letnan dan berusia 30 tahun. Kata nak idealnya digunakan kepada anak perempuan yang belum dewasa dalam masyarakat Indonesia. Dari metode semantis tersebut makna kontekstual yang khusus dalam ungkapan sapaan girl diganti menjadi makna kontekstual yang umum di dalam BSa, yakni nak (penggalan dari bentuk anak). Dengan demikian, teknik penerjemahan yang dihasilkan girl :: nak adalah teknik generalisasi karena kata girl yang bermakna lebih khusus disajikan dengan bentuk BSa yang bermakna kontekstual lebih umum.
Analisis Data 1C(6) Metode penerjemahan semantis yang menggunakan teknik penerjemahan generalisasi juga terjadi pada penerjemahan boy :: nak.
Teks Bahasa Sumber The veins in his father’s forehead pulsed, and his complexion turned an interesting shade of purple. “Don’t you dare talk to me like that, boy! My whole life’s been about you and making sure you had a legacy to be proud of. I’d think twice before mouthing off to me and throwing it all away.” (SW/STAS/50)
Teks Bahasa Sasaran Pembuluh darah di kening ayahnya berdenyut dan wajahnya berubah menjadi warna ungu yang menarik. “Jangan berani-berani bicara seperti itu kepadaku, Nak! Seluruh hidupku adalah tentang kau dan memastikan agar kau memiliki warisan yang bisa dibanggakan. Kalau aku jadi kau, Aku akan berpikir dua kali sebelum bicara lancang kepadaku dan menyia-nyiakan semua itu.” (DB/JH/61)
Kata nak—sebagai penggalan dari kata anak—dipadankan secara semantis karena keterikatan ujaran tampak lazim dalam BSa. Dalam BSu terlihat boy dalam ujaran “Don’t you dare talk to me like that, boy! mengandung nada kekesalan dari seorang ayah. Dalam bahasa Inggris-Amerika, kata boy digunakan ketika seseorang merasa kesal (Lea 2011). Penerjemah masih terikat maksud dari pengarang karena dia menyajikan padanan yang memiliki maksud yang sama dengan maksud
pengarang.
Oleh karena itu, ungkapan nak disajikan sebagai ungkapan kekesalan kepada anaknya yang sudah dewasa. Penerjemahan tersebut menjadi dapat lebih mudah diterima karena unsur estetika di dalam BSa menjadi tampak wajar dalam konteks percakapan yang serius tersebut. Penerjemah yang memilih metode penerjemahan semantis menggunakan teknik generalisasi karena bentuk BSu yang bermakna makna khusus disajikan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
092
dengan bentuk BSa yang bermakna lebih umum. Kata boy bermakna lebih spesifik daripada bentuk nak dalam BSa karena dalam BSu dikenal istilah gender untuk menyapa anak laki-laki dan anak perempuan, sedangkan di dalam BSa tidak dikenal istilah gender untuk menyapa anak laki-laki atau anak perempuan.
Analisis Data 1C(7) Metode penerjemahan semantis juga menggunakan teknik penerjemahan konsentrasi seperti yang terlihat pada penerjemahan you dumb ass :: bodoh.
Teks Bahasa Sumber Taylor got eye level with him. Stared into his eyes, searching. Realized that they’d taken him down for good. She wrinkled her nose. He smelled like dirty oil. “Shut up, Norville. Your fly’s open, you dumb ass.” He lunged and before she could jerk away, he spat at her. “Stupid cunt. What the fuck’re you doing? I didn’t do nothin’.” (ATPG/312—313)
Teks Bahasa Sasaran Taylor berdiri tegak di hadapannya. Menatap langsung matanya, mencari. Menyadari bahwa mereka telah meringkus orang ini sampai selama-amanya. Hidung Taylor berkedut. Lakilaki ini baunya seperti bau oli kotor. “Diam, Norville. Kau sudah tertangkap basah, Bodoh.” Turner menerjang dan sebelum Taylor sempat mundur, ia meludah padanya. “Perempuan tolol! Apa-apaan kau ini? Aku tidak berbuat apa-apa!” (PDS/337—338)
Metode penerjemahan semantis juga dipilih dalam penerjemahan you dumb ass :: bodoh karena makna kontekstual dalam BSu diungkapkan kembali ke dalam BSa. Untuk memberikan efek kontekstual yang sama di dalam TSa, penerjemah sengaja menyajikan kata bodoh yang memuat konteks percakapan yang serius dan penuh dengan rasa jengkel. Dalam situasi dan konteks percakapan tersebut, penerjemah memindahkan situasi dan konteks percakapan BSu ke dalam BSa dengan memilih kata yang cocok di dalam situasi dan konteks budaya masyarakat BSa. Penerjemah berupaya tidak memadankan semua unsur leksikal you dumb ass karena padanannya akan memunculkan keberlewahan dan pengulangan kata yang sebenarnya sudah terkandung di dalam kata bodoh, tetapi penerjemah menyajikan bentuk yang lebih hemat atau lebih sederhana di dalam TSa. Frasa you dumb ass yang dipadankan dengan satu kata bahasa sumber bodoh mengisyaratkan teknik konsentrasi karena ungkapan atau informasi dalam bahasa sumber dipadankan menjadi bentuk yang lebih sederhana bodoh. Ungkapan bodoh sudah memuat informasi tentang perilaku bodoh karena baik dumb maupun ass (bahasa pelesetan dari arse ‘keledai’ sebagai hewan yang bodoh) sudah memuat makna ‘bodoh’, jadi penerjemah hanya menghemat kata. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 093
Analisis Data 1C(8) Metode penerjemahan semantis dengan teknik penerjemahan padanan lazim dapat diterapkan pada director :: direktur.
Teks Bahasa Sumber Senior OS analyst Nola Kaye sat alone and studied the image that had been e-mailed to her ten minutes ago by her boss, Director Inoue Sato…. “Yes, Director,” Nola now said, cradling the phone on her shoulder as she talked to Sato. “The engraving is indeed the Masonic cipher. However, the cleartext is meaningless. It appears to be a grid of random letters.” She gazed down at her decryption. (DB/TLS/267)
Teks Bahasa Sasaran Analis OS senior Nola Kaye duduk sendirian dan mempelajari gambar yang dikirim lewat email kepadanya sepuluh menit lalu oleh atasannya, Direktur Inoue Sato…. “Ya, Direktur,” ujar Nola kini, seraya menjepit telepon di bahu ketika dia berbicara dengan Sato. “Ukirannya memang cipher Mason. Akan tetapi, teksnya tidak ada artinya. Tampaknya berupa kisi yang terdiri dari hurufhuruf acak.” Dia menunduk memandangi pemecahan-kodenya. (IDN/TLS/289)
Kalimat-kalimat BSa terlihat luwes dan mempertimbangkan unsur estetika karena kata direktur masih mengikuti batas kewajaran dalam TSa. Kata tersebut terlihat masih fleksibel dalam penggunaan BSa-nya. Akan tetapi, kata direktur masih terlihat kaku di dalam fungsinya karena penggunaan direktur bagi orang Indonesia sebaiknya didahului dengan Bu apabila yang disapa adalah wanita. Penerjemah tetap menggunakan direktur karena penerjemah mengikuti hubungan sosial di Amerika Serikat karena latar cerita terjadi di sana meskipun kata direktur adalah kata yang digunakan berdasarkan kamus51. Atas dasar alasan tersebut, teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemahan mencakupi teknik padanan lazim. Kata direktur merupakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim dalam BSa yang dapat ditemukan di dalam kamus BSa sebagai jabatan dan digunakan sehari-hari. Di sini oleh penerjemah kata direktur dipilih sebagai ungkapan sapaan dalam BSa, alih-alih sebagai jabatan, seperti yang diuraikan dalam kamus BSa.
Analisis Data 1C(9) Metode semantis dengan teknik padanan lazim juga berlaku pada pemadanan lieutenant :: letnan.
Teks Bahasa Sumber “You have something there, Officer?” Taylor 51
Teks Bahasa Sasaran “Kau menemukan sesuatu?” Taylor tidak
Komunikasi pribadi dengan Inggrid Dwijani Nimpoeno, penerjemah The Lost Symbol, 14 Februari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
094
didn’t recognize him, he must have been fresh out of the academy. “Yes, Lieutenant,” he answered, Adam’s apple bobbing. Taylor reached him and followed his pointing finger. In the grass, lying quietly, was a hand. (JTE/ATPG/16)
mengenali polisi itu. Pasti baru lulus dari akademi. “Ya, Letnan,” jawabnya, jakun di lehernya naik-turun. Taylor tiba di dekatnya dan mengikuti ke arah jarinya menunjuk. Di atas rumput, tergeletak begitu saja, sebuah tangan. (DNP/PDS/22)
Pemadanan lieutenant menjadi letnan memberi gambaran bahwa TSa dipadankan dengan mempertimbangkan unsur estetika BSu. Kata letnan sebenarnya belum memiliki fungsi yang baik dalam BSa karena kata letnan tidak digunakan di dalam ranah kepolisian Indonesia52. Atas pandangan tersebut, penerjemah belum menyentuh batas kewajaran padanan, tetapi dia masih mengkompromikan makna bentuk BSa tersebut. Newmark (1988a) menegaskan bahwa metode semantis digunakan lebih luwes
dengan
mempertimbangkan
estetika
BSu.
Metode
semantis
juga
memperlihatkan padanan yang fleksibel dalam TSa. Penerjemah memilih teknik penerjemahan padanan lazim pada lieutenant :: letnan. Teknik padanan lazim dipilih untuk memenuhi bentuk BSa yang sebenarnya dapat ditemukan di dalam kamus BSa dan bahasa sehari-hari, tetapi tidak digunakan untuk menyapa orang yang berpangkat letnan. Kata letnan sebenarnya diadopsi dari bahasa Belanda dan sekarang sudah menjadi warga BSa (Jones 2008).
Analisis Data 1C(10) Metode semantis dengan teknik padanan lazim juga berlaku pada pemadanan captain :: kapten.
Teks Bahasa Sumber Price was like that. Half-misogynistic oldschool cop, half-caring, sensitive police. She played along. “You’re making assumptions, Captain.” “I just figured you might be trying to have a life, Lieutenant. Now get over there and do me proud.” He hung up the phone, leaving Taylor with an odd sense of satisfaction. (JTE/ATPG/46)
52
Teks Bahasa Sasaran Price memang seperti itu. Polisi kolot yang merasa laki-laki lebih superior dari perempuan, tapi juga agak perhatian dan sensitif. Taylor pun ikut bercanda. “Anda membuat asumsi, Kapten.” “Aku hanya mengira mungkin kau berusaha menikmati hidup, Letnan. Sekarang pergi ke sana dan bikin aku bangga.“ Price menutup telepon, meninggalkan Taylor dengan rasa puas yang aneh. (DNP/PDS/54—55 ).
Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 6 April 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
095
Pemadanan captain menjadi kapten juga menggunakan metode penerjemahan semantis karena dalam metode semantic penerjemah memadankan bentuk BSu tanpa memperhitungkan fungsinya dalam TSa. Ranah kepolisian Indonesia tidak menggunakan pangkat yang lebih tinggi daripada letnan tersebut untuk menyapa atasan yang berpangkat kapten53. Jadi, bentuk dan makna kapten masih berkompromi dengan kaidah bentuk BSa dan masih mempertimbangkan estetika BSu karena dalam BSu
kata
tersebut
memiliki
kesan
militer.
Karena
penerjemah
masih
mengkompromikan bentuk dan makna BSu dengan kaidah bentuk BSa, teknik padanan lazim yang dipilih untuk memadankan captain menjadi kapten. Kata kapten sebenarnya juga diadopsi dari bahasa Belanda (Jones 2008) dan hanya ditemukan di kamus BSa, tetapi kata kapten tidak digunakan sehari-hari sebagai ungkapan sapaan.
Analisis Data 1C(11) Metode penerjemahan semantis dengan teknik padanan lazim juga berlaku pada pemadanan sergeant :: sersan.
Teks Bahasa Sumber “I asked you if we could move her.” It wasn’t a statement but a challenge. “Tell me something, Sergeant,” Baldwin said quietly. The man glared at him as if Baldwin had murdered the girl at their feet. “Was she posed, or was she dropped here?” (JTE/ATPG/167)
Teks Bahasa Sasaran “Aku tanya padamu apa kami bisa memindahkannya.” Itu bukan pernyataan, tapi tantangan. “Coba katakan padaku, Sersan,” kata Baldwin tenang. Laki-laki itu melotot memandangnya, seakan Baldwin telah membunuh gadis yang tergolek di dekat kaki mereka. “Dia dibunuh di sini, atau dibuang di sini?” (DNP/PDS/184)
Pemadanan sergeant :: sersan masih menggunakan metode semantis karena penerjemahan semantis lebih fleksibel dengan BSa dengan mempertimbangkan unsur estetika TSu. Makna BSa masih dikompromikan selama dalam batas kewajaran BSa. Kata sersan dalam ranah kepolisian Indonesia diyakini tidak dapat digunakan di antara para personal kepolisian Indonesia54. Dengan kata lain, penerjemah mengkompromikan
makna
bentuk
sersan
saja
ke
dalam
BSa
dengan
mempertimbangkan estetika BSu. Dalam ranah kepolisian BSu, pangkat lazim 53
54
Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 6 April 2015. Komunikasi pribadi dengan Iptu Triyogo Handoyo, Kasubnit Kriminal Khusus pada Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 6 April 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
096
digunakan untuk menyapa seseorang. Penerjemah di sini ingin memberikan kesan estetis yang diperoleh dari penggunaan ungkapan dalam masyarakat BSu tersebut. Kompromi makna masih dalam batas kewajaran karena sersan memiliki makna yang sama dengan sergeant, tetapi fungsi BSu tidak sama seperti dalam fungsi BSa. Karena masih mengkompromikan makna dan memberi kesan estetika BSu, penerjemah memilih padanan yang dia anggap setara dalam hal makna (semantis). Pemadanan sergeant :: sersan tersebut menerapkan teknik padanan lazim karena teknik padanan lazim hanya ditemukan di dalam kamus BSa dan digunakan seharihari, tetapi tidak dalam penggunaan ungkapan sapaan. Padanan lazim seperti ini dipilih oleh penerjemah karena penerjemah tidak memiliki cadangan pilihan lain yang setara makna dan fungsinya dengan bentuk sergeant. Dalam metode semantis teknik penerjemahan masih terlihat mngikuti garis ideologi pemancaan karena penerjemah masih tetap setia dengan TSu. Padanan dihasilkan dengan memperlihatkan makna TSu sehingga secara kontekstual dan fungsional padanannya tidak memperlihatkan padanan yang sesuai dengan budaya kebahasaan masyarakat BI.
4.2.2 Ideologi Pelokalan Ideologi pelokalan adalah ideologi penerjemahan yang berorientasi pada BSa. Penerjemah yang menganut ideologi pelokalan mau tak mau wajib menggunakan metode dan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa. Dalam ideologi pelokalan metode penerjemahan yang dipilih biasanya dimulai berupa (1) metode adaptasi (adaptation), (2) metode bebas (free translation), (3) metode idiomatis (idiomatic translation), dan (4) metode komunikatif (communicative translation).
4.2.2.1 Metode Adaptasi Metode ini adalah metode yang paling bebas dalam penerjemahan. Maksudnya, keterikatan bahasa dan budaya terhadap BSu sangatlah tipis, bahkan hampir tidak ada, keterikatan justru lebih dekat pada BSa. Unsur-unsur budaya yang terdapat pada BSu diganti dengan unsur budaya yang lebih dekat dan akrab pada pembaca sasaran. Metode ini sering dipakai pada penerjemahan karya sastra, yakni novel, drama, dan puisi. Metode penerjemahan adaptasi ini menggunakan teknik penerjemahan adaptasi (adaptation). Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
097
Analisis Data 2D(1) Metode adaptasi dengan teknik adaptasi digunakan pada pemadanan girls :: temanteman.
Teks Bahasa Sumber “To be honest, I’d like to forget about it,” Sarah told her, then gestured around the table. “That doesn’t seem likely, at least tonight. And if Jeanette’s right that everyone is talking about this, I may never be able to show my face in town again.” “Oh, hogwash!” Dana Sue said. “Sweet Magnolias don’t worry about a little talk. We thrive on it. Right, girls?” “To be honest, I wasn’t so thrilled when Cal and I were at the center of all the gossip,” Maddie contradicted. “And Bill and I before that.” (SW/STAS/152)
Teks Bahasa Sasaran “Rasanya tidak mudah, terutama untuk malam ini. Tapi jika kata Jeanette benar bahwa semua orang membicarakan kejadian ini, mungkin aku tak akan pernah sanggup menampakkan wajahku di kota.” “Oh, omong kosong!” timpal Dana Sue. “Sweet Magnolia tak menggubris kasak-kusuk. Kita justru makin dewasa makin dewasa karenanya, Betul, ‘kan, teman-teman?” “Jujur saja aku malah tak menikmati ketika Cal dan aku menjadi pusat gosip,” Maddie membantah. Lalu Bill dan aku sebelum itu.” (DB/JH/176)
Ungkapan girls tentu tidak dapat dipadankan secara harfiah dengan gadis-gadis, tetapi dipadankan dengan teman-teman berdasarkan konteks percakapan. Konteks percakapan tersebut melibatkan para partisipan (Maddie, Helen, Sarah, Jeanette) yang memiliki hubungan sosial yang dekat (pertemanan) dengan Dana Sue dan usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Atas dasar itulah, kata girls—yang bermakna harfiah gadis-gadis—tidak dapat disajikan oleh penerjemah ke dalam TSa karena bentuk BSa harus disesuaikan dengan konteks budaya masyarakat BSa. Hal itu dimanfaatkan oleh penerjemah untuk memadankan girls dengan teman-teman karena hubungan antara Maddie, Helen, Sarah, Jeanette, dan Dana Sue adalah hubungan persahabatan sehingga wajarlah Dana Sue menyapa teman-temannya dengan ungkapan sapaan teman-teman. Penerjemah mencari padanan yang sesuai dengan kebiasaan menyapa di antara orang Indonesia. Di dalam masyarakat Indonesia, di antara hubungan pertemanan lazim digunakan teman-temen ketika kita menyapa para sahabat kita sebagai tanda keakraban. Karena padanannya mengikuti budaya bahasa sasaran, teknik penerjemahan yang dipilih adalah teknik adaptasi karena penerjemah memadankan kata asingnya sesuai dengan konteks percakapan dan kebiasaan bahasa sasaran.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
098
Analisis Data 2D(2) Metode adaptasi dan teknik adaptasi juga dapat diterapkan pada pemadanan everyone :: semuanya.
Teks Bahasa Sumber “None,” Sarah said emphatically, then had another thought. “And don’t send your husbands after him, either.” She waited for the nods of agreement that were awfully slow in coming. “Okay, then. Good night, everyone.” She hoped her departure would put an end to the discussion of the kiss, if not to the entire gathering. Judging from the low murmur of voices she could hear long after she’d checked on Tommy and Libby, taken a shower and climbed into bed, the rest of them still had plenty to say. (SW/STAS/154)
Teks Bahasa Sasaran “Tidak boleh,” kata Sarah lembut, lalu menambahi. “Dan jangan suruh suamimu mengerjakan juga.” Sarah menunggu anggukan setuju dari Annie. Lama sekali akhirnya Annie mengangguk. “Baiklah, kalau begitu. Selamat malam, semuanya.” Sarah berharap kepergiannya menyudahi pembahasan ciuman itu, walaupun kumpulkumpul itu belum selesai. Namun sampai ia selesai memeriksa Tommy dan Libby, mandi lalu berangkat tidur, ia masih mendengar bisikbisik. Rupanya mereka masih belum selesai juga. (DB/JH/178)
Ungkapan semuanya tampak terbaca lancar bagi pembaca BSa dalam hal penyapaan sejumlah orang yang berada di dalam sebuah acara takformal. Padanannya memenuhi unsur kebiasaan orang Indonesia yang menyapa teman-teman dengan semuanya karena orang Indonesia yang tidak bisa menyapa satu demi satu nama tersapa karena para partisipan yang hadir di dalam acara tersebut lebih dari satu orang. Penerjemah mengadaptasi situasi BSu ke dalam TSa dan juga tidak lupa mengganti unsur-unsur budaya BSu dengan unsur-unsur budaya atau kebiasaan yang lebih dekat dan lebih akrab dengan pembaca BSa. Konteks percakapan seperti cuplikan percakapan di atas melibatkan para partisipan (Helen, Annie, dan Sarah) yang memiliki hubungan yang akrab. Penerjemah memilih kata yang memiliki keterikatan budaya dan kebiasaan yang lebih dekat dan lebih akrab dengan BSa. Apabila everyone diterjemah dengan tiap orang, teks terjemahannya menjadi tidak lancer serta terasa kaku dan aneh karena padanannya harus sesuai dengan budaya atau kebiasaan orang Indonesia ketika mereka menyapa orang yang hadir di dalam peristiwa bahasa tersebut.
4.2.2.2 Metode Bebas Metode penerjemahan bebas lebih mengutamakan isi (content) BSu daripada bentuk dan strukturnya. Kebebasan dalam metode ini masih sebatas bebas mengungkapkan makna pada BSa, sehingga masih dibatasi maksud atau isi BSu walaupun bentuk teks BSu sudah tidak dimunculkan kembali. Lebih lanjut, pencarian padanan pun Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
199
cenderung berada pada tataran teks, bukan kata, frasa, klausa atau kalimat, sehingga akan tampak seperti memparafrasa BSu. Metode penerjemahan bebas menggunakan teknik penerjemahan penyulih budaya (cultural substitute). Teknik penyulih budaya diterapkan untuk memecahkan masalah atas kata yang tidak diterjemahkan oleh penerjemah novel.
Analisis Data 2E(1) Metode bebas berjalan selaras dengan teknik penyulih budaya, seperti pada contoh Grace :: Grace berikut.
Teks Bahasa Sumber “Grace, you need to take that burger and fries to table nine,” she told the owner of the old-fashioned soda fountain. The down-home cooking continued to bring in business…. (SW/STAS/3)
Teks Bahasa Sasaran “Grace, kau harus mengantar burger dan kentang goring itu ke meja sembilan,” ujar Sarah kepada pemilik soda fountain antik itu. (DB/JH/46)
Pada teks terjemahan tampak Grace dialihkan begitu saja tanpa diberi unsur apa pun. Dalam metode bebas pemadanan dapat dilakukan dengan Bu Grace agar teks BSa dekat dengan pembaca BSa dan penerjemah lebih mengutamakan isi daripada bentuknya. Pesan yang disampaikan oleh penerjemah lebih bebas diungkapan ke dalam BSa. Hal tersebut dilakukan karena kebiasaan dan budaya orang Indonesia ketika memanggil atau menyapa wanita yang berstatus sosial lebih tinggi (sebagai pemilik restoran) wajar digunakan Bu + ND. Sebagai akibatnya, teks terjemahan menjadi terasa bagian dari budaya BSa. Atas dasar itulah, teknik penerjemahan yang perlu diusulkan adalah teknik penerjemahan penyulih budaya karena konteks percakapan berlatar dalam budaya Amerika disulih dengan konteks percakapan berlatar Indonesia. Dalam budaya kebahasaan orang Amerika kepada wanita yang berstatus lebih tinggi lazim dan biasa disapa dengan nama diri saja (Chambers 2003), tetapi di dalam budaya kebahasaan orang Indonesia lazim dan biasa kepada wanita yang berstatus lebih tinggi digunakan Bu + ND (Suhardi 2009), seperti Bu Grace.
Analisis Data 2E(2) Metode bebas juga tampak pada contoh Liz :: Liz, tetapi bagi penganut ideologi pelokalan padanan Liz diganti menjadi Bu Liz dengan menggunakan teknik penyulih budaya. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
100
Teks Bahasa Sumber She directed his gaze across the room to a woman with snow-white hair that curled softly around her lined face. …. “Perhaps, if you’re finished with your card game, we could have lunch at Sullivan’s and discuss the topics the two of you might cover,” Travis suggested. “Do you have the time, Liz? (SW/STAS/212—3)
Teks Bahasa Sasaran Sarah mengarahkan pandangan Travis melintasi ruangan ke seorang wanita dengan rambut seputih salju yang ikal lembut mengelilingi wajahnya yang penuh keriput. …. “Mungkin, kalau kau sudah selesai dengan permainan kartunya, kita bisa makan siang di Sullivan dan mendiskusikan topik-topik yang akan kalian bahas.” Travis mengusulkan. “Apakah kau punya waktu, Liz?” (JH/242—6)
Kata Liz yang dipertahankan di dalam TSa memiliki padanan yang dapat berterima bagi pembaca BSa, yakni Bu Liz. Pemadanan semacam itu lebih menekankan pembaca BSa dan lebih mementingkan isi. Di samping itu, unsur-unsur lain di dalam padanan ujaran tersebut disesuaikan dengan budaya kebahasaan BSa, seperti pronomina you diubah menjadi penyulih budaya Ibu, seperti Apakah Ibu punya waktu? Hal tersebut dilakukan untuk memberi kesan bahwa pesan BSa disampaikan dengan wajar sesuai dengan budaya kebahasaan BSa. Jadi, metode bebas ini tidak terikat pada budaya BSu. Dalam metode penerjemahan bebas ini teknik penerjemahan penyulih budaya dapat digunakan karena unsur-unsur budaya kebahasaan BSa secara bebas dimasukkan ke dalam TSa dan disesuaikan dengan pembaca BSa. Cuplikan percakapan seperti di atas mengisyaratkan seorang pemuda yang berusia 29 tahun menyapa seorang wanita yang berusia 60 tahun. Di samping itu, hubungan antara penyapa dan yang disapa tidak akrab karena Travis baru mengenal Liz Johnson. Dalam budaya kebahasaan BSa, kepada wanita yang sudah berusia tua dan belum akrab lazim dan wajar disapa dengan Bu + ND (Suhardi 2009), seperti Bu Liz. Akan tetapi, tidak demikian halnya dalam budaya kebahasaan BSu, kepada wanita yang lebih tua dan belum akrab lazim disapa dengan nama diri (Chambers 2003). Dalam metode bebas pembaca BSa tidak akan menemukan terjemahan bukan seperti hasil penerjemahan. Teknik yang digunakan dalam pemadanan Liz :: Bu Liz adalah teknik penyulih budaya.
4.2.2.3 Metode Idiomatis Metode penerjemahan idiomatis mereproduksi pesan dari BSu, tetapi cenderung terjadi distorsi nuansa makna di dalam TSa. Ungkapan idiomatis yang ada pada BSu
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
101
diterjemahkan sedapat mungkin dengan ungkapan idiomatis pula. Metode penerjemahan idiomatis ini cenderung menggunakan teknik penerjemahan metafora (metaphor). Menurut Newmark (1988: 104), sebagai salah satu bentuk idiom, ungkapan metafora merupakan teks yang membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dalam penerjemahan. Larson berpendapat bahwa “sometimes it will be necessary to translate idiom with a non-figurative expression, but sometimes a good receptor language idiom may be used” (1984: 116).
Analisis Data 2F(1) Metode penerjemahan idiomatis dengan teknik metafora terjadi pada penerjemahan you crazy motherfucker :: kau bangsat.
Teks Bahasa Sumber “Did we get the son of a bitch?” The man was practically being strip-searched, with affirmative answers coming from all involved. “Got a ski mask here.” “Got the knife.” “He’s got rope in this pocket. Shut up, you crazy motherfucker. We’ve got your ass.” (JTE/ATPG/312)
Teks Bahasa Sasaran “Apa kita berhasil menangkap bajingan itu?” Laki-laki itu praktis digeledah, diiringi jawaban penegasan dari semua orang yang terlibat. “Ini ada topeng ski.” “Ada pisau.” “Ada tali di sakunya. Diam, kau bangsat. Kau tertangkap basah.” (DNP/PDS/ 336)
Ungkapan you crazy motherfucker diterjemahkan dengan metode penerjemahan idiomatis karena ungkapan you crazy motherfucker merupakan idiom yang digunakan untuk menyapa orang yang berperilaku tidak menyenangkan. Dalam TSa padanannya disajikan dengan ungkapan idiomatis dengan pesan yang disampaikan sama dengan pesan TSu dan penerjemah lebih mementingkan keberterimaan bagi pembaca BSa. Dalam metode idiomatis ini, penerjemah berusaha menyampaikan makna kontekstual dari BSu sewajarnya ke dalam TSa. Ungkapan kau bangsat merupakan ungkapan idiomatis yang digunakan kepada orang yang berperilaku menjengkelkan atau yang tidak menyenangkan. Dalam budaya kebahasaan BSa, ungkapan ini terasa wajar bila digunakan oleh orang yang sedang jengkel dan kesal. Penerjemah sengaja tidak memadankan ungkapan you crazy motherfucker secara harfiah karena dia lebih mempertimbangkan pembaca BSa. Dari metode penerjemahan idiomatis tersebut penerjemah dapat menggunakan teknik metafora karena metode penerjemahan idiomatis lebih cocok dengan metode metafora yang bersinggungan dengan ungkapan idiomatis. Newmark (1988b) Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
102
mengusulkan bahwa penerjemah sedapat mungkin memadankan ungkapan metafora TSu dengan ungkapan metafora TSa. Apabila metafora you crazy motherfucker dipadankan secara harfiah dengan mereproduksi citra yang sama dengan BSu, yakni kau pemesum ibu, padanannya tidak berterima bagi pembaca BSa karena berkesan tidak adab dan tidak sesuai dengan konteks percakapan BSu. Jadi, citra dalam BSu diganti dengan citra yang berterima atau standar dalam BSa.
Analisis Data 2F(2) Metode penerjemahan idiomatis dengan teknik penerjemahan metafora terjadi pada penerjemahan pigs :: bangsat.
Teks Bahasa Sumber “Smart move, Norville. Folks, I’d like you to meet Norville Turner. Norville, meet the people who are responsible for making your life a living hell from here on out.” He looked at Taylor, shaking his head in the gloom. “Brings his wallet along. Brilliant.” “I didn’t do nothin’. You got nothin’ on me, pigs.” Turner started struggling again and was quickly subdued. (ATPG/312)
Teks Bahasa Sasaran “Pintar sekali, Norville. Kawan-kawan, perkenalkan, Noville Turner. Norville, perkenalkan, ini orang-orang yang akan membuat hidupmu seperti di neraka sejak malam ini.” Lincoln memandang Taylor, menggelengkan kepalanya dalam kegelapan. “Dia bawa dompet. Sungguh brilian.” “Aku tidak melakukan apa-apa. Kau tidak punya alasan menangkapku, Bangsat!” Turner mulai memberontak lagi, tapi tak lama kemudian segera diam. (PDS/337)
Metode idiomatis yang berupaya menghilangkan unsur budaya kebahasaan BSu ke dalam TSa. Kata pigs dalam budaya kebahasaan Amerika ditujukan kepada anggota polisi55 yang membuat tersangka Norville Turner jengkel. Ungkapan BSu itu diganti dengan bangsat sebagai ungkapan idiomatis di dalam budaya kebahasaan BSa untuk memaki
atau
menista
orang
yang
menjengkelkan.
Penerjemah
berupaya
menyampaikan pesan dalam TSa sewajar dan berterima kepada pembaca BSa. Tujuannya adalah untuk memberikan kesan yang adab kepada pembaca BSa. Pemadanan pigs :: bangsat memberikan kesan yang lebih adab kepada pembaca BSa karena konotasi kata pigs tidak sekasar ungkapan BSa. Penerjemah memadankan pigs dengan bangsat karena dia ingin mempertahankan rasa bahasa yang disajikan kepada pembaca BSa agar konotasi BSa terdengar tidak sekasar konotasi BSu56.
55 56
Komunikasi pribadi dengan Claire Martin, penutur sejati BIA, 16 April 2015. Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, 25 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
103
Penerjemah menggunakan teknik penerjemahan metafora untuk memadankan pigs karena teknik metafora selaras dengan metode penerjemahan idiomatis. Dalam teknik penerjemahan metafora, penerjemah berusaha mengganti citra dalam BSu dengan citra yang lain dalam BSa, selama padanannya tidak mengganggu keberterimaan dan kewajaran bagi pembaca BSa. Larson (1984) menegaskan bahwa tiap bahasa memiliki bentuk tersendiri dalam mengungkapkan suatu makna sehingga makna dari suatu bahasa dapat direpresentasi dengan bentuk yang sangat berbeda pada bahasa lain. Penggantian tersebut dilakukan untuk menghindari ungkapan babi sebagai padanan harfiah dari pigs yang berkonotasi dengan takadab konsep religi pembaca BSa yang mayoritas beragama Islam karena dalam Islam babi diharamkan atau tabu diungkapkan.
Analisis Data 2F(3) Metode idiomatis dengan teknik metafora juga terjadi pada penerjemahan sugar :: manis.
Teks Bahasa Sumber But when he rose and started toward the door, she knew it with every fiber of her being. And when he stopped just behind her and drawled, “See you tomorrow, sugar,” she juggled the tray she was carrying and nearly upended two tuna-melt specials onto the blackand-white tiled floor. Bright color once again flooded her cheeks. (SW/STAS/6)
Teks Bahasa Sasaran Tetapi ketika laki-laki itu bangkit dan mulai menuju pintu, Sarah dapat merasakan dengan segenap jiwa dan raganya. Dan ketika laki-laki itu berhenti tepat di belakangnya dan berbicara lambat-lambat, “Sampai besok, Manis,” Sarah kehilangan keseimbangan pada nampan yang sedang dibawanya dan hampir menjatuhkan dua tuna-melt special ke atas lantai keramik hitam putih. Rona merah sekali lagi membanjiri pipinya. (DB/JH/11)
Pemadanan sugar :: manis juga dilakukan dengan mementingkan konteks budaya kebahasaan BSa. Dalam budaya kebahasaan BSu ungkapan sugar dapat digunakan untuk menggoda wanita dewasa (Lea 2011). Ungkapan manis dapat digunakan untuk menyapa wanita dengan tujuan menggoda di dalam budaya kebahasaan BSa (Sugono 2008). Penerjemah sengaja menghadirkan ungkapan idiomatis dalam TSa untuk memberikan pesan yang sama dengan TSu. Dia tidak menerjemahkan ungkapan idiomatis BSu dengan mereproduksi bentuknya karena pada hakikatnya metode idiomatis mereproduksi pesan dari BSu, tetapi bentuknya diubah dengan bentuk yang berbeda dari BSu. Artinya, ungkapan sugar tidak dipadankan dengan gula, tetapi dengan ungkapan idiomatis manis sebagai citra yang berbeda dari sugar. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
104
Metode idiomatis ini sejalan dengan teknik metafora yang digunakan oleh penerjemah. Ungkapan metafora dalam BSu tidak dapat diterjemahkan dengan ungkapan non-figuratif dalam BSa (Larson 1984: 116) karena padanannya dapat mengganggu pemahaman pembaca BSa dan kelancaran TSa serta terasa aneh. Sebagai solusinya penerjemah harus menggantinya dengan ungkapan metafora yang bercitra berbeda dari ungkapan metafora BSu, yakni dari metafora bercitra konkrit sugar dalam BSu menjadi metafora bercitra abstrak manis dalam BSa agar padanannya berterima, terbaca lancar, dan tidak aneh serta tidak kaku. Newmark (1988b) menegaskan kembali dalam penerjemahan ungkapan idiomatis yang perlu dilakukan adalah mengganti citra dalam TSu menjadi citra yang lain dalam TSa.
Analisis Data 2F(4) Metode idiomatis dengan teknik metafora berlaku pada penerjemahan puppy :: sayang.
Teks Bahasa Sumber Lincoln’s eyes grew wide. “The rapist? Did he kill someone?” “No, he didn’t. But he raped Betsy Garrison last night.” She waited for that news to sink in. Lincoln opened his mouth, then closed it with a brief shake of his head. Marcus spoke first. “I assume you want this kept quiet?” “Got it in one, puppy. We need to keep Betsy’s name out of it at all costs. She doesn’t want the people in her unit to know she’s been raped. She got beat up pretty badly, too, and Brian Post’s been informing people she had a car accident. (ATPG/113—114)
Teks Bahasa Sasaran Mata Lincoln terbelalak, “Pemerkosa itu? Apa dia membunuh seseorang?” “Tidak. Tapi, dia memerkosa Betsy Garrison tadi malam.” Taylor menunggu berita itu masuk ke pikiran mereka. Lincoln membuka mulut, lalu mengatupkannya diiringi gelengan singkat. Marcus akhirnya membuka mulut. “Kurasa kau ingin kasus ini tetap dirahasiakan?” “Tepat sekali, Sayang. Pokoknya nama Betsy jangan sampai muncul dalam kasus ini. Betsy tidak ingin orang-orang di unitnya tahu ia telah diperkosa. Dia juga dihajar sampai babakbelur, dan Brian Post memberi tahu yang lain kalau Betsy mengalami kecelakaan mobil. (PDS/128)
Penerjemahan puppy :: sayang juga memperlihatkan penerjemahan ungkapan idiomatis karena ungkapan puppy dikenal sebagai ungkapan idiomatis yang ditujukan kepada seseorang, tetapi secara denotatif ungkapan puppy merujuk ke ‘anak anjing’ yang terdapat di dalam BSu. Konteks percakapan yang bersifat takformal dan akrab dalam BSu menghasilkan ungkapan idiomatis direproduksi ke dalam BSa dengan syarat ungkapan BSa lebih berterima dan wajar bagi pembaca BSa. Apabila ungkapan idiomatis BSu diterjemahkan apa adanya, misalnya seperti anak anjing. Sebagai Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
105
akibatnya padanannya akan mengganggu pemahaman pembaca dan maksud penerjemah. Distorsi makna juga tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, penerjemah berusaha menerjemahkan puppy dengan ungkapan idiomatis melalui pesan yang sama dengan pesan BSu. Ungkapan puppy tentu tidak dapat dipadankan dengan anak anjing karena yang disapa adalah manusia57. Sebagai akibatnya, metode penerjemahan idiomatis tersebut akan berdampak pada teknik penerjemahan metafora mengingat ungkapan metafora merupakan bagian dari ungkapan idiomatis sehingga ungkapan metafora dalam BSu wajib diganti dengan ungkapan metafora dalam BSa. Artinya, penerjemah mengganti citra dalam TSu dengan citra yang berbeda dalam TSa. Nida dan Taber (1969: 106) mengusulkan dalam penerjemahan idiomatis, bentuk idiom dalam BSu diganti menjadi bentuk idiom lain dalam BSa
Analisis Data 2F(5) Penerjemahan young man :: anak muda juga menggunakan metode idiomatis dan teknik metafora.
Teks Bahasa Sumber “I may be old, young man, but I still have excellent hearing,” Liz called out to him. “And just so you know, I don’t go all the way back to the days of the slaves, and that’s when this town was founded.” She beckoned to him. “Come over here.” Travis grinned at having been caught talking about her. “Yes, ma’am.” (SW/STAS/213)
Teks Bahasa Sasaran “Aku mungkin sudah tua, anak muda, tapi masih punya pendengaran sempurna,” kata Liz kepadanya. “Dan asal tahu saja, aku tidak hidup pada zaman perbudakan,dan saat itulah kota ini dibangun.” Ia memberi isyarat padanya, “Kemarilah.” Travis menyeringai karena tertangkap basah sedang membicarakannya. “Ya, Ma’am.” (DB/JH/244)
Ungkapan anak muda sebagai padanan dari young man merupakan padanan yang berterima bagi pembaca BSa, alih-alih orang muda. Ungkapan orang muda tampaknya sudah tidak terdengar lagi dan digantikan dengan makna dan fungsi yang sama dengan anak muda. Ungkapan orang muda dalam bahasa Indonesia sebelum masa kemerdekaan digunakan kepada orang dewasa yang lebih muda oleh orang yang lebih tua dan yang tidak akrab58. Dalam masyarakat Amerika Serikat, young man digunakan untuk menunjukkan rasa kesal atau jengkel dan ditujukan kepada pria 57 58
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah novel Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Van Wijk (1985: 159) menegaskan bahwa “… jika seseorang sama sekali tidak dikenal dan tidak terdapat keakraban sama sekali, digunakanlah panggilan orang moeda.” Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
106
muda dewasa (Lea 2011). Ungkapan anak muda juga merupakan ungkapan yang dapat memuat rasa kesal atau jengkel kepada orang yang lebih muda. Cuplikan cerita seperti di atas memperlihatkan bahwa Liz yang sudah tua merasa kesal dan jengkel karena dirinya digunjing oleh pria muda dewasa Travis sehingga dia menyapa Travis dengan young man. Ungkapan anak muda merupakan ungkapan idiomatis karena citra anak pada anak muda merupakan citra yang berbeda dengan man ‘pria dewasa’ seperti pada young man. Penerjemah mengganti citra dalam BSu dengan citra yang lain dalam TSa. Nida dan Taber (1969: 119) kembali menegaskan bahwa dalam penerjemahan idiomatis, bentuk non-idiom dalam BSu diganti menjadi bentuk idiom dalam BSa. Metode penerjemahan idiomatislah yang dipilih oleh penerjemah agar pesan yang dikandungi dapat lebih mengena bagi pembaca BSa. Teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam memadankan young man menjadi anak muda adalah teknik metafora karena penerjemah mengganti citra yang bukan metafora man menjadi citra yang berupa metafora anak, alih-alih orang sebagai padanan harfiah dari man.
Analisis Data 2F(6) Pemadanan worrywart :: Tukang Cemas juga menggunakan metode penerjemahan idiomatis dan teknik penerjemahan metafora.
Teks Bahasa Sumber Rory Sue nodded. “I checked everything against your list twice.” “And the attorney for Liz and the bank knows to come here?” “I told his secretary,” Rory Sue confirmed. “It’s all good, Mom.” Sonny leaned down and kissed Mary Vaughn. “Satisfied, worrywart?” (SW/STAS/306)
Teks Bahasa Sasaran Rory Sue mengangguk. “Aku memeriksa semuanya berdasarkan daftar Mom dua kali.” “Dan, pengacara untuk Liz dan bank tahu cara datang kemari?” “Aku sudah memberi tahu sekretarisnya,” Rory Sue mengormasikan.“Semuanya beres, Mom.” Sonny membungkuk dan mengecup Mary Vaughn. “Sudah puas, Tukang Cemas?” (DB/JH/349)
Secara harfiah, kata worry yang berarti ‘cemas’ dan wart ‘gumpalan, benjolan di kulit’ dapat diterjemahkan dengan benjolan di kulit yang mencemaskan. Mengingat makna worrywart tidak dapat diprediksi dari kata-kata yang menyusunnya (Lea 2011), ungkapan majemuk BSu tersebut merupakan ungkapan idiomatis. Lea (2011: 1720) mendefinisikan worrywart sebagai “a person who worries abaut unimportant things”. Penerjemah memadankan ungkapan idiomatis BSu tersebut dengan ungkapan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
107
idiomatis BSa tukang cemas karena makna tukang cemas disusun berdasarkan konteks percakapan yang sama dengan BSu. Tokoh Mary Vaughn merasa cemas akan urusannya yang belum selesai dengan pihak bank. Rory Sue anak Mary sudah mengatur semuanya sehingga ibunya tidak perlu cemas. Berdasarkan konteks percakapan tersebut, oleh suaminya, Sonny Lewis, Mary disapa dengan worrywart karena kebiasaan Mary yang selalu mencemaskan atau mengkhawatirkan hal-hal yang tidak penting. Kebiasaan orang Indonesia yang mengalami konteks percakapan seperti masyarakat BSu juga akan mengungkapkan tukang cemas. Kata tukang memiliki makna idiomatis orang yang biasa suka melakukan sesuatu yang kurang baik (Sugono 2008). Jadi, penerjemah di sini mengalihkan pesan dalam BSu yang sepadan dengan pesan yang terima oleh pembaca BSa. Pada penerjemahan worrywart :: tukang cemas, penerjemah mengganti citra non-insani wart dalam BSu dengan citra insani dalam BSa tukang. Karena yang diterjemahkan adalah ungkapan idiom, metode yang dipilih oleh penerjemah adalah metode penerjemahan idiomatis. Penerjemah yang memilih metode penerjemahan idiomatis mau tidak mau menggunakan teknik metafora. Metafora dalam BSu diganti menjadi metafora BSa, misalnya citra non-insani menjadi citra insani.
4.2.2.4 Metode Komunikatif Penerjemahan komunikatif merupakan penerjemahan yang paling ideal daripada semua metode penerjemahan. Hasil penerjemahan dengan metode ini tampak seperti bukan hasil penerjemahan. Dalam metode komunikatif ditemukan sebelas teknik penerjemahan. Kesepuluh teknik tersebut adalah (1) teknik eufemisme (euphemism), (2) teknik konvergensi (convergence), (3) teknik divergensi (divergence), (4) teknik pengalihan kontekstual (contextual switch), (5) teknik modulasi (modulation), (6) teknik partikularisasi (particularization), (7) teknik pelesapan (omission), (8) teknik padanan lazim (established equivalent), (9) teknik transposisi lompat (crossed transposition), (10) teknik penambahan (addition), dan (11) teknik eksplisitasi (explicitation).
Analisis Data 2G(1) Metode komunikatif dengan teknik eufemisme terjadi pada penerjemahan stupid cunt :: perempuan tolol. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 108
Teks Bahasa Sumber “Shut up, Norville. Your fly’s open, you dumb ass.” He lunged and before she could jerk away, he spat at her. “Stupid cunt. What the fuck’re you doing? I didn’t do nothin’.” Taylor wiped at her face, furious. His captors started in on him again, but she stood her ground, waiting. (JTE/ATPG/312—313)
Teks Bahasa Sasaran “Diam, Norville. Kau sudah tertangkap basah, Bodoh.” Turner menerjang dan sebelum Taylor sempat mundur, ia meludah padanya. “Perempuan tolol! Apa-apaan kau ini? Aku tidak berbuat apa-apa!” Taylor mengusap wajahnya, marah. Para polisi yang meringkusnya mulai meneriakinya lagi, tapi Taylor hanya berdiri tegak di tempatnya berpijak, menunggu. (DNP/PDS/337—338)
Frasa stupid cunt berkonotasi lebih kasar daripada perempuan tolol karena stupid cunt tidak adab jika dipadankan secara harfiah dengan memek tolol. Penerjemah memilih perempuan tolol untuk memberikan konotasi yang tidak sevulgar ungkapan dalam bahasa Inggrisnya59 dan untuk memberi kesan budaya kebahasaan yang beradab kepada pembaca BSa. Dalam pemadanan tersebut digunakan metode komunikatif yang lebih mementingkan aspek pembaca dan tujuan penerjemahan. Konotasi stupid cunt terkesan lebih kasar dan dipakai sebagai ungkapan memaki wanita (Dunkling 1990). Teknik eufemisme yang dipilih untuk memadankan stupid cunt dengan perempuan tolol bertujuan menghindari efek negatif kepada pembaca BSa sehingga penerjemah menghaluskan ungkapan BSu tersebut. Penerjemah meyesuaikan padanannya dengan budaya pembaca BSa. Ungkapan perempuan tolol disajikan untuk menghindari ketakadaban, ketakberterimaan, dan kevulgaran bagi pembaca BSa.
Analisis Data 2G(2) Metode komunikatif dengan teknik konvergensi terjadi pada penerjemahan honey :: sayang, babe :: sayang, dan sweetheart :: sayang.
Teks Bahasa Sumber “Marni Fischer’s body has been found in Roanoke. I’m on my way over to the jet so I can catch a ride up there. I don’t think I’ll be home tonight after all, honey. I’m sorry.” He was genuinely distressed, he hated spending too much time away from her. “Uhhh, that’s okay. Just give me a call when you 59
Teks Bahasa Sasaran “Mayat Marni Fischer telah ditemukan di Roanoke. Aku sedang dalam perjalanan menuju jet carteran sehingga aku bisa pergi ke sana. Kurasa aku tidak bisa pulang malam ini, Sayang. Maaf.” Baldwin benar-benar sedih, ia benci menghabiskan terlalu banyak waktu jauh dari Taylor.
Komunikasi pribadi dengan Desak Nyoman P., penerjemah novel All the Pretty Girls, 25 November 2014. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
109
get some free time. I’m sorry, babe, I know you didn’t want it to end up like this.” “No, but I was expecting it. Time frame was right. You were about to ask me something earlier.” “Oh, that’s okay, it can wait. I have to go anyway, I’m meeting Sam. Just call me later, okay?” “I will, sweetheart. Love you,” he said almost absently. Once he’d determined Taylor was fine and needed nothing from him, his head had gone immediately back to the case. He hung up and shoved the phone back into its holster. (ATPG/149—150)
“Uhhh, tidak apa-apa. Pokoknya telepon saja aku kalau kau ada waktu luang. Maaf, Sayang, aku tahu kau tidak ingin jadi seperti ini.” “Memang tidak, tapi aku sudah memperkirakannya. Rentang waktunya tepat, tadi kau hendak menanyakan sesuatu.” “Oh, tidak apa-apa, bisa menunggu. Lagi pula aku haus pergi, aku mau bertemu Sam. Telepon saja aku nanti, oke” “Pasti, Sayang. Love you,” katanya hampir sambil lalu. Begitu ia sudah memastikan Taylor baik-baik saja dan tidak membutuhkan sesuatu darinya, pikirannya seketika kembali ke kasus ini. Ia menutup telepon dan memasukkanya kembali ke dalam sarungnya. (PDS/165)
Ungkapan sayang sebagai padanan dari ungkapan honey, babe, dan sweetheart tampak lebih berterima bagi pembaca BSa. Penerjemah berupaya menciptakan efek BSa sedekat mungkin dengan efek BSu. Artinya, efek yang sama harus diterapkan kepada pembaca kedua bahasa. Pesan ekspresif dalam BSu dialihkan ke dalam TSa sehingga pesan dalam BSu lebih diutamakan oleh penerjemah, bukan bentuk. Dalam kebiasaan atau budaya kebahasaan orang Amerika, kepada sepasang kekasih lazim dan wajar digunakan ungkapan honey, babe, dan sweetheart (Lea 2011). Sementara itu, di dalam masyarakat BSa, orang Indonesia biasa dan lazim serta wajar menggunakan sayang kepada pasangan asmaranya (Suhardi 2009). Jadi, dalam penerjemahan tutur sayang tersebut penerjemah memperlihatkan kebiasaan dan kelaziman antara kedua budaya kebahasaan untuk memilih padanan yang wajar bagi pembaca BSa. Dengan metode penerjemahan komunikatif tersebut penerjemah menggunakan teknik konvergensi. Teknik konvergensi merujuk kepada teknik yang digunakan apabila bentuk BSa tidak memiliki alternatif padanan yang dapat mewakili tiap padanan dalam BSu. Di sini penerjemah tidak memiliki padanan alternatif untuk memberikan pesan BSa yang sama dengan BSu. Apabila penerjemah memaksakan padanannya mengikuti pengalihan bentuk, hasil penerjemahannya menjadi tidak wajar dan tidak berterima bagi pembaca BSa. Misalnya, apabila honey diterjemahkan dengan madu, babe dengan bayi, dan sweetheart dengan hati manis, padanannya menjadi aneh dan keluar dari konteks.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
110
Analisis Data 2G(3) Metode penerjemahan komunikatif dengan teknik konvergensi juga terjadi pada penerjemahan sugar :: sayang.
Teks Bahasa Sumber “Yeah, that’s what I figured. Just pursue the witness/jury angle with Page, see if you can turn anything up. Keep your ear to the ground, work a couple of sources, see what shakes loose.” “You got it, sugar. Rather be dealing with a criminal I can understand anyway. Drug dealers, pimps, the regular Nashville nasties. I hate this serial killer shit.” (JTE/ATPG/187—188)
Teks Bahasa Sasaran “Yah, sudah kuduga. Pokoknya selidiki saja juri/saksi dengan Page, lihat apakah kau dapat menemukan sesuatu. Pasang telinga, manfaatkan sumbermu, lihat apa yang akan muncul.” “Beres, Sayang. Lagi pula aku lebih memilih berhadapan dengan kriminal yang bisa kumengerti. Pengedar narkoba, germo, penjahatpenjahat Nashville biasa. Aku benci berurusan dengan pembunuh berantai ini.” (DNP/PDS/206)
Penerjemah berusaha menghasilkan efek bagi pembaca BSa yang sedekat mungkin dengan efek yang diterima oleh pembaca Bsu. Dalam budaya kebahasaan orang Amerika sepasang kekasih yang terlibat hubungan asmara wajar dan lazim menggunakan sugar sebagai ungkapan takformal yang menandakan kedekatan atau keintiman (Lea 2011). Dalam budaya kebahasaan masyarakat BSa, hal yang sama dalam BSu diungkapkan dengan sayang. Di sini tampak bahwa fungsi ungkapan dalam kedua bahasa sama, yakni digunakan kepada orang yang dicintai atau disukai. Sebagai akibatnya, pesan yang hadir di dalam TSu direproduksi kembali ke dalam TSa oleh penerjemah. Langgam yang ditimbulkan dalam TSu juga sama dengan langgam yang terdapat dalam TSa, yakni langgam intim. Karena novel aslinya diperuntukkan kepada orang dewasa, penggunaan kata juga luwes bagi pembaca BSa dewasa. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa penerjemahan sugar :: sayang menggunakan metode penerjemahan komunikatif. Dalam penerjemahan sugar :: sayang digunakan teknik konvergensi. Dalam teknik konvergensi padanan BSa sering kali tidak memiliki alternatif untuk mengungkapkan sejumlah bentuk BSu sehingga penerjemah hanya memiliki satu padanan yang dapat memenuhi pesan yang sama dengan pesan BSu.
Analisis Data 2G(4) Metode komunikatif dengan teknik konvergensi terjadi pada penerjemahan sweetie :: sayang.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
111
Teks Bahasa Sumber Taylor started laughing. “You’re brilliant, you know that? I better go check and see if there’s anything on it, I bet you a million no one thought to check. Let me get to work on that, and I’ll call you back.” “You should probably go to bed, sweetie, it’s nearly midnight. I’m sure the phone can wait until tomorrow. You need to keep your strength up. Go to bed.” He was amazed when Taylor didn’t argue with him, just told him that sounded like a good idea and she’d talk to him in the morning. (ATPG/234)
Teks Bahasa Sasaran Taylor mulai tertawa. “Kau memang brilian, kau tahu? Sebaiknya aku mengecek apakah ada sesuatu di dalamnya. Aku berani taruhan sejuta dolar kalau tidak ada yang terpikir untuk mengeceknya. Akan kukerjakan, nanti kutelepon lagi.” “Mungkin sebaiknya kau tidur, Sayang, sudah hampir tengah malam. Aku yakin telepon itu bisa menunggu sampai besok. Kau perlu menjaga kesehatan. Tidurlah.” Baldwin takjub ketika Taylor tidak berdebat dengannya, hanya mengatakan kalau sepertinya itu ide yang bagus dan dia akan meneleponnya lagi besok pagi. (PDS/254)
Padanan sayang memiliki fungsi yang sama dengan kata aslinya, yakni sama-sama dapat digunakan untuk menyapa atau memanggil seseorang dengan rasa kasih sayang. Sebenarnya, keluwesan ujaran pada bentuk BSa tersebut diperoleh dari makna kontekstual BSu yang disampaikan sedemikian rupa ke dalam TSa sehingga isi dan padanannya berterima dan wajar bagi pembaca BSa. Lea (2011) menegaskan bahwa sweetie digunakan sebagai ungkapan sapaan yang ditujukan kepada seseorang untuk menunjukkan kasih sayang dalam budaya kebahasaan masyarakat BSu. Dalam budaya kebahasaan masyarakat BSa, biasanya ungkapan sayang digunakan untuk menunjukkan kasih sayang kepada seseorang. Konteks percakapan seperti contoh di atas memperlihatkan Baldwin memiliki hubungan asmara dengan Taylor. Baldwin menunjukkan kasih sayangnya kepada Taylor dengan penuh perhatian agar Taylor segera tidur untuk menjaga kesehatannya. Penerjemah memilih sayang sebagai ungkapan yang menunjukkan rasa kasih sayang dan penuh perhatian. Jadi, makna kontekstual yang berlaku pada penggunaan sweetie disampaikan kembali oleh penerjemah ke dalam TSa. Sehubungan dengan pemilihan metode komunikatif pada sweetie :: sayang, penerjemah tidak memiliki ungkapan alternatif lain sebagai padanan dari sweetie sehingga dia terpaksa menyajikan hanya bentuk sayang yang benar-benar sesuai dengan harapan pembaca BSa. Terjemahan bukan seperti hasil penerjemahan. Oleh karena itu, teknik konvergensilah yang digunakan pada metode komunikatif karena penerjemah hanya memiliki satu padanan yang dapat mewakili makna kontekstual dalam BSu. Dalam budaya kebahasaan BSu tutur sayang dapat diungkapkan dengan sejumlah bentuk, misalnya babe, honey, sugar, sweetheart, sweetie, sedangkan dalam budaya kebahasaan orang Indonesia tutur sayang hanya dapat diungkapkan dengan Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
112
sayang. Hal itu menunjukkan bahwa budaya kebahasaan orang Indonesia yang bersifat terbatas karena masyarakat BSa tidak mudah “mengobral” rasa sayang mereka dengan banyak ungkapan/bentuk. Hal yang berbeda dalam budaya kebahasaan masyarakat Amerika Serikat memperlihatkan ungkapan rasa sayang “diobral” dengan mudah sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa kekayaan budaya terletak pada banyaknya ungkapan yang digunakan (lih. Basnett 2002).
Analisis Data 2G(5) Metode komunikatif dan teknik divergensi terjadi pada pemadanan father :: bapa seperti berikut. Teks Bahasa Sumber His hands had found the stone pyramid, which was still sitting in Langdon’s open leather bag on the table in front of him. The old man was running his hands over the stone’s warm surface. Langdon said, “Father, are you coming to see Peter?” “I’d just slow you down.” Galloway removed his hands from the bag and zipped it up around the pyramid. “I’ll stay right here and pray for Peter’s recovery. We can all speak later….” (TLS/469)
Teks Bahasa Sasaran Kedua tangannya sudah menemukan piramida batu itu, yang masih tegak di dalam tas kulit terbuka Langdon di atas meja di hadapannya. Lelaki tua itu menelusurkan kedua tangannya di atas permukaan hangat batu. “Bapa, kau ikut menjumpai Peter?” tanya Langdon. “Aku hanya akan memperlambat kalian.” Galloway melepaskan tangan dari tas dan menutup ritsleting di sekitar piramida itu. “Aku akan tetap berada di sini dan mendoakan kesembuhan Peter. Kita semua bisa bicara nanti. (TLS/487—488)
Dalam budaya kebahasaan Amerika, khususnya di lingkungan religius, ungkapan father lazim ditujukan kepada pendeta atau pemimpin jemaat, selain kepada ayah biologis (Ervin-Tripp 1972). Kata father di dalam TSa diganti dengan Bapa sebagai padanan yang sesuai dengan konteks percakapan dalam BSu. Kata bapa lazim digunakan di dalam masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan jemaat gereja60. Penerjemah sengaja memilih bapa, bukan pendeta, romo, atau pastor, karena bapa merupakan pilihan alternatif yang sesuai dengan konteks peristiwa bahasa seperti pada TSu61. Metode penerjemahan yang dipilih dalam father :: bapa adalah metode komunikatif karena penerjemah berupaya menyampaikan pesan yang lebih diterima secara wajar kepada pembaca BSa. Terjemahan tampak seperti bukan terjemahan. Penerjemah berupaya membuat padanannya terasa seperti orang Indonesia 60
61
Komunikasi pribadi dengan Yohanes Bernardus Dody Mulyadi, S.Th., M.Div., Rohaniwan pada Rhema Evangelism Ministry, Jakarta, 7 Maret 2015. Komunikasi pribadi dengan Ingrid Dwijani Nimpoeno, penerjemah The Lost Symbols, 15 Februari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
113
berkomunikasi dalam bahasa mereka. Teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah mengisyaratkan teknik divergensi karena bapa sebagai padanan alternatif dari romo dipilih sesuai dengan konteks peristiwa bahasa yang terjadi ranah religi.
Analisis Data 2G(6) Metode komunikatif dan teknik padanan kontekstual dipilih oleh penerjemah untuk memadankan pal :: bung.
Teks Bahasa Sumber Tom looked flustered by the question. “No. I figured physical education, maybe. Wasn’t that the plan when you left for college?” “Sorry, pal. It was always broadcast journalism. I thought if my name got big enough, I could wind up calling games on TV once I retired. I even did a couple of nights on the air with the team’s local radio guys in Boston when I was out with a sprained wrist last season.” (SW/STAS/173—4)
Teks Bahasa Sasaran Tom tampak bingung mendengar pertanyaan itu. “Tidak kupikir pendidikan olahraga, barangkali. Bukankah itu rencanamu saat meninggalkan kolose?” “Maaf, Bung, Gelarku di bidang jurnalisme penyiaran. Kupikir kalau namaku sudah cukup besar, akhirnya aku bisa menyiarkan pertandingan di TV begitu aku pensiun. Aku bahkan melakukan beberapa siaran dengan orang-orang dari radio setempat di Boston ketika aku sedang cuti karena pergelangan tanganku terkilir musim yang lalu.” (DB/JH/199)
Metode penerjemahan komunikatif seperti yang dipilih oleh penerjemah untuk memadankan ungkapan pal :: bung yang diperoleh dari kesamaan efek antara TSu dan TSa. Di dalam masyarakat Amerika Serikat ungkapan pal digunakan untuk menyapa dengan cara takramah kepada pria (Lea 2011). Kata bung dapat juga digunakan untuk menyapa orang yang dianggap berperilaku tidak menyenangkan, selain digunakan untuk memperlihatkan keakraban. Jadi, efek kontekstual yang terdapat dalam BSu dialihkan ke dalam TSa untuk menghasilkan efek yang sama di antara kedua bahasa. Metode penerjemahan komunikatif mengupayakan reproduksi efek dalam BSu ke dalam TSa sehingga baik aspek kebahasaan dan aspek isi (content) dapat dipahami oleh pembaca. Metode penerjemahan ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, seperti khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Dengan kata lain, metode komunikatif lebih mempertimbangkan tingkat kebahasaan pembaca BSa. Metode penerjemahan komunikatif cenderung menggunakan teknik pengalihan kontekstual karena makna kontekstuallah yang dialihkan ke dalam TSa.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
114
Analisis Data 2G(7) Metode penerjemahan komunikatif dan teknik penerjemahan padanan kontekstual juga dapat dipilih untuk memadankan you idiot :: dasar idiot.
Teks Bahasa Sumber “She has to know what a mistake that would be.” “No worse than you walking away without a fight,” Bill said. “Has she said anything to you?” Travis asked. “Do you know for a fact that her feelings for Walter are changing?” Bill rolled his eyes. “Forget Walter, you idiot. Sarah’s yours unless you decide your pride is more important than getting her back.” “My pride’s not the issue. She told me flat out she doesn’t want a future with me.” (SW/STAS/374)
Teks Bahasa Sasaran “Ia harus tahu betapa kelirunya itu.” “Tidak lebih buruk daripada kau menjauh tanpa berjuang,” kata Bill. “Apa ia sudah bicara kepadamu?” tanya Travis. “Apakah kau tahu pasti bahwa perasaannya terhadap Walter sudah berubah?” Bill memutar matanya. “Lupakan Walter, dasar idiot. Sarah itu milikmu kecuali jika kau memutuskan bahwa keangkuhanmu lebih penting daripada mendapatkannya kembali.” “Bukan keangkuhanku yang jadi masalah. Ia sendiri yang bilang tidak mau punya masa depan denganku.” “Yang kudengar, katanya ia takut mengambil resiko punya masa depan denganmu.” (DB/JH/425)
Metode komunikatif digunakan untuk pemadanan you idiot :: dasar idiot, alih-alih kau idiot. Penerjemah menginginkan rasa bahasa yang dihasilkan di dalam TSu tergambar jelas di dalam TSa. Untuk pemadanan you idiot :: dasar idiot, penerjemah mau tak mau harus melakukan pengadopsian makna kontekstual ke dalam TSa dari TSu. Sebagai akibatnya, aspek kebahasaan dan aspek isi dapat langsung diterima dan dimengerti oleh pembaca BSa (lih. Newmark 1988a). Ungkapan-ungkapan yang digunakan di dalam TSa biasanya memuat ungkapan-ungkapan yang akrab dan wajar bagi pembaca BSa. Konteks percakapan dalam cuplikan cerita seperti di atas menunjukkan perdebatan yang serius antara Bill dan Travis. Travis yang hubungan asmaranya dengan Sarah didukung oleh Bill tidak menerima saran Bill. Travis merasa pesimis atas hubungan asmaranya dengan Sarah karena Walter, mantan suami Sarah, masih ingin rujuk kembali dengan Sarah. Kesabaran Bill sudah habis sehingga dia menyelipkan ungkapan you idiot di dalam kemarahannya itu. Ungkapan you idiot merupakan ungkapan yang ditujukan kepada orang yang berperilaku bodoh atau berpikir tidak normal (Lea 2011). Dalam masyarakat BSa hal yang sama juga dapat diungkapkan dengan dasar bodoh kepada seseorang yang berperilaku bodoh dan berpikir tidak normal. Jadi, konteks percakapan dalam BSu dialihkan oleh penerjemah untuk memberikan efek dan pesan yang sama antara TSu dan TSa.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
115
Karena ingin memberikan efek dan pesan yang sama, penerjemah memadankan you idiot dengan dasar bodoh agar suasana perdebatan tampak di dalam TSa dan menjadi bumbu cerita yang khas disajikan kepada pembaca BSa. Teknik yang digunakan dalam penerjemahan you idiot :: dasar idiot adalah teknik pengalihan kontekstual karena teknik pengalihan kontekstual digunakan apabila konteks percakapan dalam BSu diadopsi ke dalam TSa.
Analisis Data 2G(8) Metode penerjemahan komunikatif dan teknik padanan kontekstual dipilih untuk memadankan tutur sayang darlin’ menjadi sayang.
Teks Bahasa Sumber When Sonny walked in, she tensed, even though the sight of him made her stomach all fluttery. Sometimes it hit her just how handsome he was, and just how lucky she was that he’d taken her back. He stopped several times en route to the table to speak to people, which gave her more time to study him, more time to panic. “Hey, darlin’,” he said, dropping a discreet kiss on her cheek, then sliding into the booth next to her and giving her knee a much more intimate squeeze. “You look fabulous. What’s the occasion? I thought we were just grabbing a bite to eat.” (SW/STAS/201—2)
Teks Bahasa Sasaran Ketika Sonny melangkah masuk, ia menegang, walaupun melihat suaminya itu membuat perutnya jumpalitan. Terkadang ia terkesima betapa tampannya suaminya itu, dan betapa beruntungnya ia karena Sonny bersedia menerimanya kembali. Sonny berhenti beberapa kali dalam perjalanannya menuju mejanya untuk menyapa orang-orang, yang menberi Mary Vaughn lebih banyak waktu untuk mengamatinya, lebih banyak waktu untuk merasa panik. “Hai, Sayang,“ katanya, sambil mendaratkan kecupan di pipi Mary Vaughn, kemudian menggeserkan diri ke dalam bilik di sampingnya dan meremas lututnya dengan lebih intim. “Kau kelihatan cantik sekali. Ada acara apa? Ku kira kita hanya acara makan saja.” (JH/230)
Kata sayang digunakan kepada orang yang disayang atau disukai, khususnya kepada pasangan kekasih atau di antara pasutri dan dalam budaya kebahasaan masyarakat Indonesia masih digunakan. Dalam budaya kebahasaan BSu, darlin’ merupakan ungkapan yang lazim dan wajar digunakan kepada orang yang dikasihi, disayangi, dicintai, atau disukai, khususnya kepada pasangan kekasih dan di antara pasutri. Dapat dikatakan makna kontekstual yang terdapat pada ungkapan darlin’ direproduksi oleh penerjemah ke dalam TSa melalui ungkapan sayang. Pesan yang terdapat dalam TSu muncul kembali di dalam TSa sehingga TSa-nya benar-benar berterima dan seperti bukan terjemahan serta tampa ideal. Hoed (1993) menganggap terjemahan yang menggunakan metode komunikatif merupakan terjemahan yang
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
116
ideal. Metode penerjemahan ini mempersyaratkan TSa harus memiliki bentuk, makna, dan fungsi yang sama dengan TSu karena kemungkinan padanannya sudah benar secara formal, tetapi maknanya tidak logis, atau fungsinya tidak tepat. Kemungkinan lain adalah bentuk dan maknanya sudah benar, tetapi penggunaannya tidak tepat atau tidak wajar. Pemadanan darlin’ :: sayang sudah memenuhi persyaratan dari metode penerjemahan komunikatif. Keidealan terjemahan tersebut hendaknya diperoleh dari teknik pengalihan kontekstual mengingat teknik pengalihan kontekstual menggunakan konteks BSu yang dialihkanke dalam TSa agar padanannya dapat berterima dan terbaca bukan sebagai hasil penerjemahan.
Analisis Data 2G(9) Metode semantis penerjemah juga dengan teknik pengalihan kontekstual juga diterapkan pada pemadanan folks :: para pendengar.
Teks Bahasa Sumber Thankfully, it was just seconds away from noon. Bill was already waiting in the control booth to take over. “Okay, folks, that’s all for Carolina Daybreak on this Monday morning. I hope you’ll join me here again tomorrow when my guest will be Coach Maddox, who’s going to talk about the summer baseball program here in town. There’s still time to get your little ones involved, and there’s plenty you can do to support the program.” (SW/STAS/275)
Teks Bahasa Sasaran Syukurlah hanya tinggal beberapa detik saja sampai tengah hari. Bill sudah menunggu di bilik kendati untuk mengambil alih. “Baiklah, para pendengar, sekian dari Carolina Daybreak hari senin ini. Kuharap kalian akan bergabung denganku lagi besok dengan bintang tamu pelatih Maddox, yang akan berbicara tentang program bisbol musim panas di kota ini. Masih ada waktu untuk mengikutsertakan putra-putri kalian, dan banyak yang bisa kalian lakukan untuk mendukung program tersebut.” (DB/JH/314)
Dalam metode komunikatif penerjemahan folks :: para pendengar berkonsentrasi pada pesan yang natural. Penerjemah memilih padanan para pendengar yang disesuaikan dengan konteks peristiwa tutur dalam TSa62. Bill yang sedang melakukan penyiaran di sebuah stasiun radio di kota Serenity, kota kecil di selatan Amerika Serikat, berbicara kepada pemirsanya sehingga penerjemah memilih para pendengar63. Konteks peristiwa bahasa seperti pada cuplikan cerita di atas tidak melibatkan penyiar dan pemirsa bersemuka sehingga pemirsa hanya mendengar suara penyiar radio. Oleh karena itu, penerjemah menggunakan para pendengar untuk memenuhi persyaratan metode penerjemahan komunikatif tersebut, yakni bentuk, 62 63
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
117
makna, dan fungsi padanan. Bentuk yang disajikan oleh penerjemah merupakan bentuk BSa yang dapat diterima oleh pembaca BSa, makna yang dimuati oleh para pendengar dapat dipahami oleh pembaca BSa, dan fungsi padanannya sudah tepat digunakan di dalam konteks peristiwa masyarakat BSa, yakni pemirsa, bukan hadirin atau bapak dan ibu karena hadirin dan bapak dan ibu hanya digunakan di dalam konteks peristiwa yang bersemuka. Ungkapan para pendengar yang merupakan pilihan penerjemah menghasilkan teknik pengalihan kontekstual karena penerjemah memanfaatkan konteks peristiwa bahasa dari BSu untuk direproduksi di dalam TSa.
Analisis Data 2G(10) Metode komunikatif dengan teknik padanan kontekstual juga berlaku pada ladies and gentlemen :: pendengar semua.
Teks Bahasa Sumber After spending the afternoon first with his mother and then with Walter, Travis could have used a drink…or ten, but instead he had his show to do. Since thinking about Sarah had gotten him through the awful confrontation with his mother and the reasonably civil, if awkward, meeting with Walter, he decided to keep her front and center while he was on the air. “Ladies and gentlemen, I’m going to dedicate this pretty little ballad by Mr. George Strait to my morning cohost. Sarah, this is just about how far I’ll go to prove my love to you.” No sooner had the song begun than his private line lit up. He knew even before glancing at the caller ID who it was. (SW/STAS/335)
Teks Bahasa Sasaran Setelah menghabiskan sore pertama-tama dengan ibunya dan kemudian dengan Walter, Travis ingin segelas minuman…..atau sepuluh gelas tapi ia harus siaran. Karena memikirkan Sarah telah membantunya melewati konfrontasi dengan ibunya dan pertemuan yang lumayan sopan, meskipun kikuk, dengan Walter, ia memutuskan untuk mengedepankan Sarah selama siaran. “Pendengar semua, aku akan mempersembahkan balada kecil yang cantik dari Mr. George Strait ini untuk tekan siaran pagiku. Sarah, ini sebagai tanda sampai sejauh apa aku akan membuktikan cintaku padamu.” Tak lama setelah lagu itu di mulai telepon pribadinya menyala . Ia tahu siapa itu bahkan sebelum meliriki dentitas peneleponnya. (DB/JH/381)
Dalam penerjemahan metode komunikatif uang lebih diperhatikan adalah pembaca BSa yang tidak mengharapkan kesulitan dalam memahami TSa sehingga kekakuan dan ketakwajaran pada TSa tidak terjadi. Keefektifan yang terjadi pada padanan pendengar semua diperlihatkan oleh penerjemah karena penerjemah melakukan pemadanan dengan menyesuaikan efek dan konteks peristiwa BSu ke dalam TSa. Konteks percakapan yang melibatkan dialog antara penyiar radio dan pemirsa tidak dilakukan dengan cara bersemuka, tetapi dengan cara mendengar. Penerjemah memanfaatkan konteks peristiwa BSu tersebut untuk dialihkan ke dalam TSa guna
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
119 118
memperoleh padanan yang sesuai dengan konteks peristiwa bahasa di dalam masyarakat BSa. Konteks peristiwa bahasa tersebut menghasilkan pendengar semua karena dia menganggap padanannya terkesan lancar dan tidak memberi efek kaku bagi pembaca BSa64. Atas pilihan padanan pendengar semua tersebut, alih-alih bapak-bapak dan ibu-ibu, penerjemah menggunakan teknik pengalihan kontekstual mengingat ungkapan bapak-bapak dan ibu-ibu sangat tidak sesuai dengan konteks peristiwa bahasa dalam masyarakat BSa apabila peristiwa tutur terjadi di dalam stasiun radio.
Analisis Data 2G(11) Metode komunikatif dengan teknik modulasi dapat digunakan pada penerjemahan kids :: anak-anak.
Teks Bahasa Sumber Batting was, quite literally, a hit-or-miss thing. Running the bases was a challenge, since some of the boys tended to be distracted by the sight of mom or dad on the sidelines. Even so, at the end of the hour, Travis was enthusiastic with his praise. “Okay, kids, how about pizza, just like we do after the older boys play?” he asked. A chorus of cheers greeted the question. Many of these same kids had tagged along with Mom or Dad after their older brothers played ball and already loved the tradition. (SW/STAS/243)
Teks Bahasa Sasaran Menepuk bola merupakan, secara cukup harfiah, sebuah kena atau melesat. Berlari dari base ke base merupakan tantangan, karena beberapa anak cenderung teralihkan perhatiannya karena melihat ibu atau ayah mereka di pinggir lapangan. Meskipun demikian, pada akhir jam penilaian, dengan antusias Travis meluncurkan pujian-pujian. “Baiklah, anak-anak, bagaimana kalau kita makan pizza, seperti yang di lakukan oleh anakanak besar sehabis bermain?” tanyanya. Paduan suara sorak-sorai menyambut pertanyaan tersebut. Banyak di antara anak-anak ikut ibu atau ayahnya setelah kakak mereka bermain bola dan menyukai tradisi itu. (DB/JH/277)
Prinsip komunikasi dalam penerjemahan kids :: anak-anak terlihat dengan jelas karena penerjemah memadankan ungkapan BSu dengan ungkapan yang berterima dan lazim ditujukan kepada anak-anak. Penerjemah memunculkan keefektifan ujaran pada TSa mengingat kepada sekelompok anak, orang Indonesia lazim dan wajar menyapa mereka dengan anak-anak sehingga pembaca BSa tidak terganggu dengan bentuk, makna, dan fungsi padanannya. Ketiga persyaratan yang harus dipenuhi di dalam metode komunikatif, yakni bentuk, makna, dan fungsi, sudah tercapai pada penerjemahan kids :: anak-anak. Bentuk sudah diubah menjadi bentuk BSa, 64
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
119
maknanya sudah terlihat, dan fungsi sudah jelas, yakni digunakan kepada sekelompok anak. Ketiganya tentu berpulang kepada makna kontekstual BSu yang dialihkan ke dalam TSa. Melalui pengalihan konteks peristiwa bahasa tersebut penerjemah memilih padanan yang cocok dengan konteks dalam BSa. Pemilihan padanan yang cocok dengan fungsinya dilakukan dengan menggunakan teknik modulasi. Teknik modulasi dipilih apabila konsep jamak dalam BSa tidak dapat diungkapkan dengan fitur gramatikal yang sama dengan konsep jamak dalam BSu. Dalam bahasa Inggris, konsep jamak diungkapkan dengan infleksi, sedangkan dalam bahasa Indonesia, konsep infleksi tidak dikenal sehingga konsep jamak BSa diungkapkan dengan pengulangan nomina anak-anak yang bermakna jamak dan berfungsi untuk menyapa sekelompok anak.
Analisis Data 2G(12) Metode komunikatif dengan teknik padanan fungsional dapat diterapkan pada ladies :: nona-nona.
Teks Bahasa Sumber “That is the downside of a small town,” Annie agreed. “I know how I’d feel if Dee-Dee lived here and Ty was bumping into her every time I turned around. It’s hard enough when she’s here visiting Trevor.” Travis regarded her with feigned annoyance. “Focus, ladies. I’m the one with the immediate problem. Her mother’s my real estate agent, I can’t offend Rory Sue.” Sarah chuckled. “Sure you can. It won’t stop her, though. She’ll just take it as a challenge.” (SW/STAS/294)
Teks Bahasa Sasaran “Itulah sisi buruk kota kecil,” kata Annie. “ Aku tahu bagaimana perasaanku kalau Dee-Dee tinggal di sini dan Ty bertemu dengannya setiap kali aku menoleh. Saat ia mengunjungi Trevor saja sudah cukup sulit.” Travis memandangnya dengan kejengkelan yang dibuat-buat. “Fokus, Nona-nona. Akulah yang punya masalah sekarang. Ibunya adalah agen real estate-ku, aku tidak bisa membuat Rory Sue tersinggung.” Sarah terkekeh. “Tentu saja kau bisa. Tapi, itu tidak akan menghentikannya. Ia hanya akan menganggapnya sebagai tantangan.” (DB/JH/334)
Pemadanan ladies :: nona-nona diperoleh berdasarkan konteks percakapan yang melibatkan sejumlah wanita dan seorang pria sebagai penyapa. Dalam cuplikan cerita seperti di atas terlihat Travis menggunakan ladies kepada Annie dan Sarah. Dalam masyarakat Amerika Serikat, ungkapan sapaan ladies merupakan ungkapan yang ditujukan kepada sejumlah wanita (Lea 2011). Dalam masyarakat BSa ungkapan yang bermakna dan berfungsi yang sama dengan bentuk BSu adalah nona-nona karena ungkapan BSa dapat ditujukan kepada sejumlah wania. Di sini peran penerjemah dalam memadankan ladies menjadi nona-nona adalah dengan memberi Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
120
efek yang sama di antara antara kedua bahasa. Artinya, penerjemah memanfaatkan kebiasaan orang Indonesia dalam menggunakan nona-nona65. Dengan demikian, teknik penerjemahan yang dipilih oleh penerjemah mengacu ke teknik penerjemahan padanan fungsional. Fungsi bentuk BSu disesuaikan dengan fungsi bentuk BSa sehingga bentuk kedua bahasa tersebut memiliki fungsi yang sama.
Analisis Data 2G(13) Metode komunikatif dengan teknik pelesapan juga dapat diterapkan pada contoh penerjemahan berikut.
Teks Bahasa Sumber “Actually I’m going to be the one talking about that,” Travis interrupted. “The coach’s schedule got jammed.” He winked at Sarah. “So come on back here first thing tomorrow, folks. Sarah and I will be fussing at each other again, I’m sure.” Sarah punched the button to take them off the air, then glowered at Travis. “That was totally unprofessional.” (SW/STAS/275)
Teks Bahasa Sasaran “Sebenarnya akulah yang akan berbicara hal itu,” Travis memotong. “Jadwal pelatih padat.” Ia mengedipkan sebelah mata kepada Sarah. “Jadi kembalilah besok pagi-pagi Ø. Aku yakin Sarah dan aku akan cekcok lagi.” Sarah menekan tombol untuk menhentikan siaran mereka, kemudian memelototi Travis. “Itu benar-benar tidak profosional.” (JH/314)
Dalam TSa tidak terlihat padanan dari folks karena penerjemah sengaja menghilangkan padanannya. Dia beranggapan apabila padanannya dimunculkan, akan timbul pengulangan kata yang tidak diperlukan. Jika dipadankan dengan bapak dan ibu sekalian, konteks peristiwa bahasa yang tidak bersemuka dapat membuat TSa menjadi aneh dan tidak lancar karena peristiwa bahasa terjadi di dalam stasiun radio. Jika dipadankan dengan para pendengar, penerjemah sudah menyajikan ungkapan para pendengar atau pendengar semua di dalam TSa yang lain. Alasannya adalah menghilangkan pengulangan. Tanpa dipadankan, TSa juga tetap dapat dipahami dan terbaca oleh pembaca BSa. Teknik perjemahan yang digunakan untuk menghilangkan padanan adalah teknik pelesapan.
Analisis Data 2G(14) Metode komunikatif dengan metode padanan lazim dapat diterapkan pada professor :: profesor.
65
Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 13 Januari 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
121
Teks Bahasa Sumber “You’re Mr. Solomon’s first choice, Professor, and you’re being much too modest. The institution’s guests would be thrilled to hear from you, and Mr. Solomon thought you could give the same lecture you gave on Bookspan TV a few years back?” (DB/TLS/19)
Teks Bahasa Sasaran “Anda pilihan pertama Mr. Solomon, Profesor, dan Anda terlalu merendah. Tamutamu institut akan bergembira mendengar ceramah Anda, dan menurut Mr. Solomon, Anda bisa menyampaikan ceramah yang sama yang Anda berikan untuk TV Bookspan beberapa tahun lalu?.” (IDN/TLS/40)
Penerjemah mengganti ungkapan sapaan professor dengan profesor sebagai bentuk yang sepadan di dalam BSa dengan menggunakan metode komunikatif. Penerjemah berusaha mengalihkan konteks TSu secara akurat ke dalam TSa agar terjemahan dapat berterima dan mudah dipahami. Metode penerjemahan komunikatif seperti yang dipilih oleh penerjemah sangat peduli pada efek yang hadir di tengah-tengah pembaca BSa (Newmark 1988a). Pembaca BSa tidak mengalami kesulitan dan dapat dengan mudah memahami TSa karena kata profesor memiliki bentuk, makna, dan fungsi yang sama dengan BSu. Walter (2008) dan Perrault (2008) menegaskan bahwa professor digunakan kepada orang yang memiliki jabatan tertinggi di universitas. Meskipun diserap dari bahasa Belanda (Jones 2008: 252), kata profesor sudah menjadi “warga” bahasa Indonesia dan kata itu lazim digunakan di dalam ranah akademis masyarakat BSa. Hal itu membuat penerjemah memilih teknik penerjemahan padanan lazim karena profesor merupakan ungkapan yang sudah lazim berdasarkan kamus atau peristilahan atau dalam penggunaan sehari-hari (Molina dan Albir 2002).
Analisis Data 2G(15) Metode komunikatif juga menggunakan teknik padanan lazim seperti pada boss :: bos.
Teks Bahasa Sumber “I was. Sam and I were having coffee around the corner, so I tagged along. Why, is something wrong?” “No, nothing’s wrong exactly. But I need you to head over to Quinn Buckley’s home. She’s Whitney Connolly’s sister.” “I know who she is, boss. I went to school with them for a couple of years. They transferred in after their ‘incident.’ Besides, I don’t think there’s a person in Nashville who doesn’t know who Quinn and Whitney are.” (ATPG/188)
Teks Bahasa Sasaran “Benar. Sam dan aku minum kopi di dekat sana, jadi aku mengikutinya. Kenapa, ada yang tidak beres?” “Tidak, tidak ada yang tidak beres. Tapi, aku ingin kau pergi ke rumah Quinn Buckley. Dia saudara Whitney Connolly.” “Aku kenal siapa dia, Bos. Aku beberapa tahun satu sekolah dengan mereka. Mereka pindah ke sana setelah ‘insiden’ yang mereka alami. Lagi pula, kurasa tidak ada orang Nashville yang tidak tahu siapa Quinn dan Whitney.” (PDS/207) Universitas Indonesia
Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
122
Metode komunikatif juga masih kentara terlihat dalam pemadanan boss :: bos karena konteks percakapan BSa meniru konteks percakapan BSu. Dalam masyarakat BSa secara takformal kepada atasan lazim disapa dengan boss (Lea 2011). Dalam budaya kebahasaan masyarakat BSa, atasan juga dapat disapa dengan bos secara takformal atau dalam suasana berseloroh. Newmark (1988a) menegaskan bahwa metode penerjemahan komunikatif mengalihkan makna kontekstual BSu secara akurat ke dalam TSa agar terjemahannya dapat berterima dan terdengar wajar bagi pembaca BSa. Metode ini sangat peka pada efek yang ditimbulkan bagi pembaca BSa karena pembaca BSa tidak mengalami kesulitan memahami TSa. Penerjemahan boss :: bos juga memenuhi persyaratan yang terdapat di dalam metode komunikatif, yakni bentuk, makna, dan fungsi. Bentuknya sudah diubah menjadi warga BSa, maknanya sudah sesuai dengan makna BSa, dan fungsi BSa sudah sesuai dengan fungsi BSu. Ketiga persyaratan tersebut membuat penerjemah menerapkan teknik padanan lazim karena teknik padanan lazim menerapkan ungkapan BSa yang sudah lazim digunakan dalam penggunaan sehari-hari.
Analisis Data 2G(16) Metode komunikatif dengan teknik pengalihan kontekstual pada sir :: pak.
Teks Bahasa Sumber “Welcome to Washington, sir!” Langdon smiled. “Thank you.” “My name is Pam, from passenger services.” The woman spoke with an exuberance that was almost unsettling. “If you’ll come with me, sir, your car is waiting.” (DB/TLS/7)
Teks Bahasa Sasaran “Selamat datang di Washington, Pak!” Langdon tersenyum. “Terima kasih.” “Nama saya Pam, dari bagian layanan penumpang.” Perempuan itu bicara dengan luapan kegembiraan yang nyaris menjengkelkan. “Ikuti saya, Pak, mobil Anda sudah menunggu.” (IDN/TLS/27)
Secara kontekstual, bentuk BSu diterjemahkan dengan bentuk yang wajar dan berterima bagi pembaca BSa. Penerjemahan bentuk tersebut menggunakan metode komunikatif karena bentuk dan fungsi padanannya memenuhi persyaratan penerjemahan komunikatif. Kesulitan keterbacaan dan ketakjelasan TSa tidak diharapkan oleh pembaca BSa. Dalam metode penerjemahan komunikatif penerjemah berusaha mengalihkan konteks TSu secara akurat ke dalam TSa agar terjemahan dapat berterima dan mudah dipahami oleh pembaca BSa (Newmark 1988a). Dalam
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
123
konteks budaya kebahasaan BSu sir digunakan oleh orang yang menyediakan pelayanan jasa kepada pria (Walter 2011) dalam transaksi bisnis66. Dalam konteks budaya kebahasaan masyarakat BSa, kata Pak dapat digunakan kepada pelanggan dalam konteks transaksi bisnis (Suhardi 2009). Bentuk BSu dipadankan dengan bentuk BSa dan fungsi bentuk BSa menyesuaikan dengan fungsi BSu. Konteks BSu dialihkan oleh penerjemah ke dalam konteks BSa sehingga teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah mengisyaratkan teknik pengalihan konteks. Pengalihan konteks merujuk ke padanan yang dihasilkan dari pengalihan konteks yang sama antara BSu dan BSa sehingga padanan yang disajikan berterima dan wajar bagi pembaca BSa.
Analisis Data 2G(17) Metode komunikatif dipilih penerjemah untuk memadankan sugar :: sayang dengan posisi ungkapan berpindah di dalam BSa melalui teknik transposisi lompat.
Teks Bahasa Sumber
Teks Bahasa Sasaran
“Sugar, you here about that sweet young doctor that went missing?” “Yes, ma’am, we are.” Grimes looked at Baldwin, excitement and hope brightening his eyes. (JTE/ATPG/98—99)
“Apa kalian di sini untuk urusan dokter muda dan manis yang hilang itu, Sayang?” “Ya, Ma’am, benar sekali.” Grimes memandang Baldwin, antusiasme dan harapan terpancar di matanya. (DB/PDS/112)
Pada TSa ungkapan sugar yang sudah dengan tepat, jelas, dan wajar dipadankan dengan bentuk yang sesuai dengan budaya kebahasaan BSa tidak mengikuti posisi dari TSu. Ungkapan sugar melompat ke posisi yang paling belakang pada TSa. Penerjemah
ingin
menampilkan
kewajaran
ungkapan
dalam
BSa
dengan
memposisikan sayang ke tempat yang lebih diinginkan oleh pembaca BSa dan berkesan alami serta enak dibaca67 sehingga dia tidak mengikuti aturan atau kaidah sintaktis dalam BSu. Karena mementingkan kewajaran dalam BSa, penerjemah menggunakan metode komunikatif untuk memberikan efek yang sama dengan maksud penulis, yakni merayu. Karena ingin memberikan efek yang sama dengan penulis BSu, penerjemah meletakkan ungkapan sapaan sugar di tempat yang berbeda. Penempatan ungkapan ke tempat lain di dalam sebuah ujaran mau tak mau membuat pembuat penerjemah menggunakan teknik transposisi lompat pada sugar :: sayang. 66 67
Komunikasi pribadi dengan Troy Kitch, penutur sejati BIA, 15 Mei 2015. Komunikasi pribadi dengan Dina Begum, penerjemah Sweet Tea at Sunrise, 22 Mei 2015. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 124
Analisis Data 2G(18) Metode komunikatif dengan teknik penambahan terjadi seperti pada cap :: kapten.
Teks Bahasa Sumber “Good morning, Cap. What can I do for you?” “We’ve got a situation that needs to be handled.” It wasn’t like him to be so gruff. She could only imagine what could be wrong to have him snapping at her. She glanced out the window and saw that it was raining softly. (JTE/ATPG/45)
Teks Bahasa Sasaran
“Selamat pagi, Kapten. Ada yang bisa saya bantu?” “Ada masalah yang harus ditangani.” Tidak seperti biasanya, kali ini Kapten Price terdengar kasar. Entah ada masalah apa sampai Price membentaknya. Ia memandang gerimis. (DNP/PDS/53)
Kata kapten yang disajikan secara utuh di dalam TSa membuat ujaran BSa menjadi lebih jelas, wajar, dan terbaca lancar. Karena TSa terbaca jelas, lancar, dan wajar, metode yang digunakan oleh penerjemah mengacu ke metode komunikatif. Dalam metode penerjemahan komunikatif diperlihatkan bahwa terjemahan tidak terasa seperti hasil penerjemahan. Metode penerjemahan semacam ini juga lebih mementingkan keefektifan bahasa dan menepis kesulitan keterbacaan atau ketakjelasan dalam TSa. Sesuai dengan nama metode penerjemahannya, metode ini lebih menekankan pada prinsip komunikasi. Larson menegaskan “The translator’s goal should be to reproduce in the receptor language a text which communicates the same message as the source language but using the natural grammatical and lexical choices of the receptor language” (1984: 17). Untuk membuat terjemahan menjadi lancar dan luwes, penerjemah memilih ungkapan yang tidak sama bentuknya dengan bentuk BSa, misalnya Kap. Hal itu dikhawatirkan bahwa bentuk Kap tidak dapat dipahami oleh pembaca dan tidak jelas maksudnya sehingga dia memilih kata yang utuh kapten sebagai padanan dari cap. Untuk mencari solusi atas padanan yang dipilihnya tersebut, penerjemah memilih teknik penambahan. Fernandes (2006) menegaskan bahwa penerjemah memilih teknik penambahan untuk memperjelas konsep yang disampaikan oleh penulis BSu dan menampilkan keterbacaan bagi pembaca BSa sehingga ungkapan tersebut dapat lebih dipahami oleh pembaca BSa.
Analisis Data 2G(19) Metode komunikatif dengan teknik penambahan berlaku pada hon :: sayang. Teks Bahasa Sumber “What made you say that?”
Teks Bahasa Sasaran “Apa yang membuatmu berkata begitu?” Universitas Indonesia
Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
000 125
“Well, I’m sorry, hon, I was just joking around. They’ve been on my mind since I saw them at Whitney Connolly’s house. She had a boyfriend or admirer that was sending her love poems in her e-mails, and I read a couple while I was going through her stuff. It’s no big deal.” (JTE/ATPG/244)
“Yah, maafkan aku, Sayang. Aku hanya bercanda. Sejak aku membaca puisi-puisi cinta di rumah Whitney Connolly, aku selalu memikirkan hal itu. Dia punya pacar atau pengagum yang mengiriminya puisi cinta lewatt e-mail dan aku membaca beberapa di antaranya saat sedang memeriksa barang-barangnya. Tidak penting.” (DNP/PDS/266)
Sebenarnya kata hon dapat diterjemahkan dengan say sebagai ungkapan yang sepadan berdasarkan bentuk, makna, dan fungsi. Namun, penerjemah memiliki maksud lain dalam memadankan hon menjadi sayang. Penerjemah sengaja memadankannya menjadi sayang agar teks terjemahannya terbaca lancar dan berterima bagi pembaca BSa. Penerjemah mencoba menghilangkan kesulitan atau ketidakjelasan pada setiap unsur atau kata dalam TSa sehingga dia membuat TSa tidak seperti hasil penerjemahan. Atas dasar upaya penerjemah tersebut, penerjemah menggunakan metode komunikatif karena metode penerjemahan komunikatif menekanan pada keefektifan TSa serta bertujuan untuk mereproduksi makna kontekstual BSu sehingga aspek kebahasaan dan aspek isi dapat dimengerti secara langsung oleh pembaca BSa. Agar TSa dapat terbaca dan berterima bagi pembaca BSa, penerjemah memilih menambah informasi pada TSa yang tidak ada pada TSu. Tujuan penerjemah adalah memperlihatkan ketaksaan ungkapan BSa, misalnya Say mengacu ke nama diri atau penggalan dari sayang, dan memperjelas informasi yang disampaikan oleh penulis BSu kepada pembaca BSa (Fernandes 2006). Hal tersebut menghasilkan teknik penambahan karena teknik penerjemahan penambahan merupakan solusi pemadanan sayang dengan pertimbangan pembaca BSa tidak diberikan kesulitan keterbacaan dan kelancaran komunikasi antara penerjemah dan pembaca BSa. Salah satu dari konsep penerjemahan komunikatif ini adalah prinsip komunikasi serta tujuan penerjemahan.
Analisis Data 2G(20) Metode komunikatif dengan teknik eksplisitasi terjadi pada contoh berikut.
Teks Bahasa Sumber They’ve been talking regularly for the entire duration of the case.” “My, you’ve been busy.” “Yeah, and for what? A dead agent? Grimes wasn’t going to be part of the FBI anymore regardless. So this one is on me, Baldwin. There’s more than just this, in case you’re wondering. His whole life
Teks Bahasa Sasaran “Mereka rutin berkomunikasi selama penanganan kasus ini.” “Waw, ternyata kau sibuk sekali.” “Yeah, dan untuk apa? Seorang agen yang meninggal? Bagaimanapun juga, Grimes tidak akan menjadi bagian dari FBI lagi. Jadi ini karena aku, Baldwin. Dan kalau-kalau kau Universitas Indonesia
Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
126
was falling apart. With Grimes’s death, there are several open issues that don’t have to be addressed. That’s all you need to know about that. Just keep moving forward Ø. Don’t look back.” (ATPG/291)
bertanya-tanya, masih ada yang lain. Kehidupannya berantakan. Dengan kematian Grimes, ada beberapa hal terbuka yang tidak perlu dibahas. Hanya itu yang perlu kau ketahui. Maju terus, Baldwin. Jangan menengok ke belakang.” (PDS/315)
Penerjemah sengaja menghadirkan informasi yang tidak ada di dalam TSu karena dia ingin menghilangkan ketaksaan di dalam TSa. Masalah ketaksaan di dalam metode penerjemahan komunikatif merupakan masalah ketakefektifan BSa sehingga pembaca BSa mengalami kesulitan dalam membaca TSa, TSa tidak mudah dipahami, dan keterbacaan tidak lancar terbaca serta dapat menimbulkan kebingungan bagi pembaca BSa. Syarat yang wajib dipenuhi di dalam metode penerjemahan komunikatif mencakupi bentuk, makna, dan fungsi. Ungkapan Baldwin dalam TSa memiliki bentuk serta fungsi yang dimaksudkan untuk memperlihatkan kehadiran tokoh Baldwin yang sebelumnya terlibat di dalam cuplikan cerita seperti di atas. Agar TSa dapat dipahami dan dapat menghilangkan ketaksaan dan ketakjelasan, penerjemah menghadirkan nama diri sebagai pelengkap ujaran. Kehadiran nama diri tersebut merupakan pilihan penerjemah yang direalisasikan sebagai teknik eksplisitasi. Teknik eksplisitasi merujuk ke teknik yang diimplisitkan dalam TSu, tetapi dieksplisitkan ke dalam TSa.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
BAB V SIMPULAN DAN MASALAH YANG MASIH PERLU DITELITI
5.1 Simpulan Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa di dalam penerjemahan ungkapan sapaan dari BIA ke dalam BI ditemukan dua kutub ideologi penerjemahan. Kedua kutub tersebut adalah ideologi pemancaan dan ideologi pelokalan. Kedua ideologi tersebut masing-masing menghasilkan metode penerjemahan yang merupakan pedoman penerjemah untuk melakukan kegiatan penerjemahan. Dalam ideologi pemancaan yang merupakan ideologi yang berorientasi pada BSu ditemukan tiga metode penerjemahan, yakni (1) metode harfiah, (2) metode setia, dan (3) metode semantis. Dalam metode pelokalan diperoleh empat metode yang berorientasi pada pembaca Bsa, yakni (1) metode adaptasi, (2) metode bebas, (3) metode idiomatis, dan (4) metode komunikatif. Dengan demikian, seluruh metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah berjumlah tujuh metode. Dari ketujuh metode penerjemahan yang merupakan pedoman bagi para penerjemah dalam memperoleh teknik penerjemahan, diperoleh dua puluh empat teknik penerjemahan. Kedua puluh empat teknik penerjemahan tersebut mencakupi (1) teknik kalke, (2) teknik padanan lazim, (3) teknik harfiah, (4) teknik eksotisme, (5) teknik salin-terjemah, (6) teknik transplantasi budaya, (7) teknik pinjaman budaya, (8) teknik kata serapan, (9) teknik catatan kaki, (10) teknik eksplisitasi, (11) teknik pelesapan, (12) teknik generalisasi, (13) teknik konsentrasi, (14) teknik adaptasi, (15) teknik penyulih budaya, (16) teknik metafora, (17) teknik eufemisme, (18) teknik konvergensi, (19) teknik divergensi, (20) teknik pengalihan kontekstual, (21) teknik modulasi, (22) teknik partikularisasi, (23) teknik transposisi lompat, dan (24) teknik penambahan. Dalam metode penerjemahan yang merupakan pedoman dalam menggunakan teknik penerjemahan, terdapat dua atau tiga teknik yang sama di dalam satu metode penerjemahan. Kesamaan metode tersebut diperoleh dari data yang berbeda. Misalnya, eksplisitasi pada metode setia terjadi karena ketiadaan (Ø) ungkapan sapaan pada TSu dieksplisitkan di dalam TSa dengan ungkapan asing, misalnya Ø :: sheriff, dan teknik eksplisitasi Ø :: bos yang terdapat pada metode semantis juga terdapat metode komunikatif Ø :: Baldwin. Dengan kata lain, satu teknik dapat 127 Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Universitas Indonesia
128
mewakili dua metode. Teknik pelesapan pada metode semantis juga terjadi pada metode komunikatif. Demikian pula halnya dengan teknik padanan lazim yang terdapat pada metode semantis director :: direktur juga berlaku pada metode komunikatif professor :: profesor. Perbedaan metode dan kesamaan teknik didasarkan pada situasi, konteks, dan budaya kebahasaan yang berlaku di antara kedua bahasa dan budaya. Strategi, ideologi, metode, dan teknik penerjemahan yang digunakan dalam penerjemahan ungkapan sapaan dari BIA ke dalam BI dapat disarikan seperti berikut. metode harfiah
S T R A T E G I P E N E R J E M A H A N
metode setia ideologi pemancaan
metode semantis metode adaptasi metode bebas metode idiomatis
ideologi pelokalan metode komunikatif
teknik kalke teknik padanan lazim* teknik harfiah teknik eksotisme teknik salin-terjemah teknik transplantasi budaya teknik pinjaman budaya teknik kata serapan teknik catatan kaki teknik eksplisitasi** teknik eksplisitasi** teknik pelesapan*** teknik generalisasi teknik konsentrasi teknik padanan lazim* teknik adaptasi teknik penyulih budaya teknik metafora teknik eufemisme teknik konvergensi teknik divergensi teknik pengalihan kontekstual teknik modulasi teknik partikularisasi teknik pelesapan*** teknik padanan lazim* teknik transposisi lompat teknik penambahan teknik eksplisitasi**
Tabel 5.1 Strategi, Ideologi, Metode, dan Teknik Penerjemahan Ungkapan Sapaan dari BIA ke dalam BI Strategi, ideologi, metode, dan teknik yang digunakan oleh penerjemah tidak terlepas dari faktor budaya yang menjadi patokan penerjemah dalam melakukan kegiatan penerjemahan. Ungkapan sapaan yang sarat akan aspek budaya kebahasaan mau tak mau mengharuskan penerjemah memanfaatkan dimensi sosial yang berlaku
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
129
di dalam BIA dan BI. Faktor-faktor budaya kebahasaan yang harus dipenuhi dalam penerjemahan ungkapan sapaan BIA ke dalam BI mencakupi status sosial, hubungan sosial, peran sosial, ranah sosial, situasi sosial, konteks sosial, usia, kesantunan, rasa hormat. Status sosial, misalnya, selalu hadir di dalam kedua bahasa tersebut apabila ungkapan sapaan sir digunakan. ND yang tidak dipadankan dalam TSa mengisyaratkan ketakwajaran dalam TSa. Ketakwajaran tersebut terlihat pada penggunaan ND yang ditujukan kepada yang berstatus sosial lebih tinggi dalam budaya kebahasaan BSa. Sebaliknya, ND lazim digunakan kepada orang yang berstatus lebih tinggi dalam budaya kebahasaan BSu. Meskipun bagi masyarakat BSu ungkapan sapaan ND dapat digunakan untuk memperlihatkan keakraban (hubungan sosial), tidak demikian halnya dengan budaya kebahasaan BSa yang tidak dapat menggunakan ND sebagai dimensi keakraban, alih-alih Pak + NDp yang dapat digunakan sebagai ungkapan sapaan yang memperlihatkan keakraban (Suhardi 2009).
5.2 Masalah yang Masih Perlu Diteliti Dalam subbab ini saya ingin menyampaikan bahwa penelitian tentang penerjemahan ungkapan sapaan ini masih dapat dilakukan dengan menggunakan korpus data yang beragam dan memanfaatkan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Karena ungkapan sapaan menggunakan aspek budaya kebahasaan, banyak teknik penerjemahan yang dapat digali dalam kajian penerjemahan ungkapan sapaan tersebut, di samping mengetahui ideologi dan metode penerjemahan yang dilipih oleh para penerjemah.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
PUSTAKA ACUAN Algeo, John dan Thomas Pyles. 2005. The Origins and Development of the English Language. Fifth Edition. Boston: Thomson Wadsworth. Allan, Keith dan Kate Burridge. 2007. Forbidden Words. Cambridge: Cambridge University Press. Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Cetakan Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Apte, Mahadev L. 2001. “Taboo Words”. Dalam Rajend Mesthrie (ed.). 2001. Concise Encyclopedia of Sociolinguistics. Oxford: Elsevier Science, hlm. 283—287. Basnett, Susan. 2002. Translation Studies. Second Edition. London: Routledge. Biber, Douglas, Stig Johansson, Geoffrey Leech, Susan Conrad, dan Edward Finegan. 1999. Longman Grammar of Spoken and Written English. Harlow: Pearson Education. Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication: The Meaning of Messages. Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Braun, Friederike. 1998. Terms of Address. Dalam Jev Verschueren, Jan-Ola Östman, Jan Blommaert, dan Chris Bulcaen. Editor. 1998. Handbook of Pragmatics. Amsterdam: John Benjamins, hlm. 1—18. Brinton, Laurel J. 1996. Pragmatic Markers in English: Grammaticalization and Discourse Functions. Berlin: Mouton de Gruyter. Brown, Roger W. dan Albert Gilman. 1960. The Pronouns of Power and Solidarity. Dalam Thomas A. Sebeok. Editor. 1960. Style in Language. New York: Wiley, hlm. 253—276. Brown, Roger W. dan Marguerite Ford. 1961. Address in American English. Dalam Dell H. Hymes. Editor. 1964. Journal of Abnormal and Social Psychology. Volume 62, hlm. 375—85. Budiman, Rahmat. 2008. Terjemahan Beranotasi Novel Rebecca of Sunnybrook Farm yang ditulis Ulang oleh Deanna McFadden (2007) ke Bahasa Indonesia. Tesis Magister Humaniora, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Depok. Carter, Ronald dan Michael McCarthy. 2010. Cambridge Grammar of English: A Comprehensive Guide Spoken and Written English Grammar and Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Chambers, John K. 2003. Sociolinguistic Theory: Language Variation and its Social Significance. Second Edition. London: Blackwell. Chesterman, Andrew. 1997. Memes of Translation: The Spread of Ideas in Translation Theory. Amsterdam & Philadelphia: John Benjamins. 130 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
131
Croker, Robert A. 2009. An Introduction to Qualitative Research. In Juanita Heigham and Robert A. Croker. Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction. Palgrave-Macmillan, Pp. 3—24. Crowley, Terry 1997. An Introduction To Historical Linguistics. 3rd Edition. Auckland: Oxford University Press. Cutting, Joan. 2008. Pragmatics And Discourse. London: Routledge. Dickey, Eleanor. 1997. Forms of Address And Terms of Reference. Dalam Journal Of Linguistics. Vol. 33, No. 2. Cambridge: Cambridge University Press, Hlm. 255—274. Dörnyei, Zoltán. 2007. Research Methods in Applied Linguistics: Quantitative, Qualitative, and Mixed Methodologies. Oxford: Oxford University Press. Dunkling, Leslie Alan. 1990. A Dictionary of Epithets and Terms of Address. London: Routledge Ervin-Tripp, Susan M. 1972. On Sociolinguistic Rules: Alternation and Cooccurrence. Dalam John J. Gumperz dan Dell H. Hymes. Editor. 1972. Directions in Sociolinguistics: The Ethnography of Communication. New York: Holt, Rinehart and Winston, hlm. 213—250. Fawcett, Peter. 1997. Translation and Language. Manchester: St. Jerome. Fernandes, Lincoln. 2006. Translation of names in children s fantasy literature: Bringing young reader into play. [On-line]. Diunduh dari http://www.iatis.org/newvoices/issues/2006/fernandes-paper-2006.pdf. Hatim, Basil dan Ian Mason. 1997. The Translator as Communicator. Routledge: London. Hatim, Basil dan Jeremy Munday. 2006. Translation: An Advanced Resource Book. New York: Routledge. Hermans, Theo. 1999. Translation in Systems, Descriptive and System-Oriented Approaches. Explained. Manchester: St. Jerome Publishing Hervey, Sándor dan Ian Higgins. 1992. Thinking Translation. London dan New York: Routledge. Heylen, Romy. 1993. Translation, Poetics, and the Stage: Six French Hamlets. London: Routledge. Hoed, Benny H. 2003. Penelitian di Bidang Penerjemahan. Makalah pada Lokakarya Penelitian PPM STBA LIA, Cipanas, Jawa Barat. __________. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Holmes, Janet. 2008. An Introduction to Sociolinguistics. Third Edition. Harlow: Pearson Education. House, Juliane. 1997. Translation Quality Assessment: A Model Revisited. Tübingen: Gunter Narr. __________. 2000. Quality of Translation. Dalam Mona Baker dan Kirsten Malmkjæm. Editor. 2000. Routledge Encyclopedia of Translation Studies. London: Routledge, hlm. 197—200. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
132
Isa, Arie Andrasyah. 2006a. Abreviasi dalam Bahasa Inggris. Dalam Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, hlm. 113—124. __________. 2006b. Ungkapan Vernakular, Ekspletif, dan Vokatif dalam Dialog Tiga Novel Amerika beserta Terjemahannya. Tesis Magister pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. __________. 2010. Tutur Sapa Bahasa Inggris-Amerika dalam Aspek Sosiolinguistis, Pragmatis, dan Psikologis. Dalam Edi Setyanto. Editor. 2010. Widyaparwa: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta. Volume 38, Nomor 1, Juni 2010, hlm. 45—57. __________. 2012. Nosi Fonologis dalam Penyerapan Kata Asing. Dalam Ahmad Effendi Kadarisman. Editor. Medan Bahasa: Jurnal Ilmiah Kebahasaan. Vol. 6, No. 1, Juni 2012, hlm. 21—36. Isa, Arie Andrasyah dan Irsanti W. Asih. 2011. Categories, Positions, and Communicative Functions on Vocatives Employed in Courtrooms: Pragmatic and Sociolinguistic Study. Dalam Dendy Sugono. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa. Vol. 9, No. 2, Desember 2011, hlm. 115—126. Ivankova, Nataliya V. and John W. Creswell. 2009. Mixed Methods. In Juanita Heigham and Robert A. Croker. Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction. Palgrave-Macmillan, pp. 135—161.Jaszczolt, Kasia M. 2002. Semantics and Pragmatics. London: Longman. Jääskeläinen, Ritta. 1993. Investigating translation strategies. Dalam S. TirkkonenCondit dan J. Laffling (eds.). Recent trends in empirical translation research. Joensuu: University of Joensuu, hlm. 99—120. Johnstone, Barbara. 2002. Discourse Analysis. Maiden: Blackwell. Jones, Russell. (ed.). 2008. Loan-Words in Indonesian and Malay. Leiden: KITLV. Kennedy, Graeme. 1999. An Introduction to Corpus Linguistics. London: Longman. Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Kridalaksana, Harimurti. 1969/1985. Struktur Sosial dan Variasi Bahasa. Dalam Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa: Edisi Kedua. Ende: Nusa Indah, hlm. 12— 21. __________. 1974. Second Participant in Indonesian Address. Dalam Language Sciences, Agustus 1974, hlm. 143—156. __________. 1982. Dinamika Tutur Sapa dalam Bahasa Indonesia. Dalam Harimurti Kridalaksana dan Anton M. Moeliono. Editor. 1982. Pelangi Bahasa. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, hlm. 193—195). Krings, Hans Peter. 1986. Translation problems and translation strategies of advanced German learners of French (L2). dalam Juliane House dan Soshana BlumKulka (eds.). Interlingual and intercultural communication. Tübingen: Gunter Narr Verlag, hlm. 263—276.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
133
Landers, Clifford E. 2001. Literary Translation: A Practical Guide. Clevedon: Multilingual Matters. Larson, Mildred L. 1984. Meaning Based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence. Lanham, MD: University Press of America. Lazaraton, Anne. 2009. Discourse Analysis. Dalam Juanita Heigham and Robert A. Croker. Qualitative Research in Applied Linguistics: A Practical Introduction. Palgrave-Macmillan, pp. 242—259. Lea, Diana. 2011. Oxford Advanced American Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Leech, Geoffrey N. 1999. The Distribution and Function of Vocatives in American and British English Conversation. Dalam Hilde Hasselgård dan Signe Oksefjell. Editor. 1999. Out of Corpora: Studies in Honour of Stig Johansson. Amsterdam: Rodopi, hlm. 107—118. Lefevere, André. 1992. Translation, History, and Culture. New York: Routledge. Levinson, Stephen C. 1997. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Löescher, Wolgang. 1991. Translation Performance, Translation Process and Translation Strategies. Tubingen: Guten Narr. Mackey, Alison dan Susan M. Gass. 2005. Second Language Reserach. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum. Malone, Joseph L. 1998. The Science of Linguistics in the Art of Translation. Albany: State University of New York Press. Matthews, Peter H. 1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistics. Oxford: Oxford University Press. Mayor, Michael (ed.). 2009. Longman Dictionary of Contemporary English. Fifth Edition. London: Pearson. Mazi-Leskovar, Darja. 2003. Domestication and Foreignization in Translating American Prose for Slovenian Children. Dalam Meta: Translator’s Journal. Vol. 48, No. 1—2, hlm. 250—256. Moeliono, Anton M. 1969/1984. Sikap Dwimuka dalam Tutur Sapa dan Kata Ganti. Dalam Santun Bahasa. 1984. Jakarta: Gramedia, hlm. 40—44. __________. 1972/1989. Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan ke Bahasa Indonesia. Dalam Caesarius Ruddyanto. Editor. 1989. Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar. Jakarta:Gramedia, hlm. 54—63. __________. 1982/1989. “Diksi atau Pilihan Kata”. Dalam Caesarius Ruddyanto. 1989. hlm. 173—179. Moeliono, Anton M. (ed.). 2001b. Tata Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Molina, Lucía dan Amparo Hutardo Albir. 2002. Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach. Meta. XLVII, 4, 2002, hlm. 498—512. Montagu, Ashley. 1967/1973. The Anatomy of Swearing. London: Collier Macmillan.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
134
Nanda, Serena dan Richard L. Warms. 2011. Culture Counts: A Concise Introduction to Cultural Anthropology. New York: Wadsworth Newmark, Peter. 1988a. A Textbook of Translation. Hertfordshire: Prentice Hall. __________. 1988b. Approaches to Translation. Hertfordshire: Prentice Hall. Nida, Eugene A. 1964. Toward a Science of Translating with Special Reference to Principles and Procedures Involved in Bible Translating. Leiden: E.J. Brill. Nida, Eugene A. dan Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Nord, Christiane. 1991. Text Analysis in Translation.Amsterdam: Rodopi. O’Grady, William dan Michael Dobrovolsky. (ed.). 1997. Contemporary Linguistics: An Introduction (Third Edition). New York: St. Martin’s Press. Olohan, Maeve. 2004. Introducing Corpora in Translation Studies. Oxfordshire: Routledge. Payne, John dan Geoffrey K. Pullum. 2002. The Cambridge Grammar of the English Language. Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 323—523. Perrault, Stephen J. (ed.). 2008. Merriam-Webster’s Advanced Learner’s English Dictionary. Springfield: Merriam-Webster. Peters, Pam. 2004. The Cambridge Guide to English Usage. Cambridge: Cambridge University Press. Quirk, Randolph, Sidney Greenbaum, Geoffrey Leech, dan John Svartvik. 1985. A Comprehensive Grammar of the English Language. London: Longman. Rahardi, R. Kunjana. 2009. Sosiopragmatik: Kajian Imperatif dalam Wadah Konteks Sosiokultural dan Konteks Situasional. Jakarta: Erlangga. Robinson, David. 1997. Becoming a Translator: An Accelerated Course. New York: Routledge. Rundell, Michael (ed.). 2007. Macmillan English Dictionary for Advanced Learners. New Edition. Oxford: Macmillan Publishers. Sadtono, Eugenius. 1976. Javanese Diglossia and Its Pedagogical Implications. The University of Texas: PhD Thesis. Samovar, Larry A., Richard E. Porter, dan Edwin R. McDaniel. 2009. Communication between Cultures. New York: Wadsworth. Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sanjun Sun. 2012. Strategis of Translation. Tanpa penerbit dan kota penerbit. Seguinot, Charles. 1989. The Translation Process. Toronto: H.G. Publications. Scollon, Ronald dan Suzanne Wong Scollon. 2001. Intercultural Communication. Second Edition. Malden, Massachusetts: Blackwell. Shuttleworth, Mark dan Moira Cowie. 1999. Dictionary of Translation Studies. St. Jerome: Manchester, UK. Sinclair, John (ed.). 2005. Collins Cobuild Advanced Learner’s English Dictionary. Glasgow: Harpercollins. Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
135
Sneddon, James Neil. 1996. Indonesian: A Comprehensive Grammar. London: Routledge. __________. 2006. Colloquial Jakartan Indonesian. Canberra: Pacific Linguistics. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Thompson Stith. 1955. Motif-index of Folk-literature: A classification of Narrative Elements in Folktales, Ballads, myths, Fables, mediaeval Romances, Exempla, Fabliaux, Jest-books, and Local Legends. Bloomington: Indiana University Press. Turnbull, Joanna (ed.). 2010. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Eighth Edition. Oxford: Oxford University Press. Van Wijk, D. Gerth. 1985. Tata Bahasa Melayu. Terjemahan T.W. Kamil. Spraakleer der Maleische Taal. 1909. Jambatan: Jakarta. Venuti, Lawrence. 1995. The Translator’s Invisibility: A History of Translation. London: Routledge. __________. 1998. Strategies of translation. Dalam M. Baker. (Editor). Encyclopedia of Translation Studies. New York: Routledge, hlm. 240—4. Venuti, Lawrence (ed.) 2004. The Translation Studies Reader. Second Edition. New York: Routledge. Vermeer, Hans J. 2004. Skopos and Commission in Translational Action. Lawrence Venuti. Editor. 2004. The Translation Studies Reader. Second Edition. New York: Routledge, hlm. 227—238. Vinay, Jean-Paul dan Jean Darbelnet. 1958/2004. A Methodology for Translation. J. Sager dan M-J. Hamel. Terjemahan. Dalam Lawrence Venuti. Editor. 2004. The Translation Studies Reader. Second Edition. New York: Routledge, hlm. 128—137. __________. 1958/2006. Comparative Stylistics of French and English. J. Sager dan M-J. Hamel. Terjemahan. Dalam Basil Hatim dan Jeremy Munday. Editor. 2006. Translation: An Advanced Resource Book. London: Routledge, hlm. 148—151. Walter, Elizabeth (ed.). 2008. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary. Third Edition. Cambridge: Cambridge University. Wardhaugh, Ronald. 2000. An Introduction to Sociolinguistics: Third Edition. Oxford: Basil Blackwell. Wareing, Shân. 2004. Language and Gender. Dalam Linda Thomas, Shân Wareing, Ishtla Singh, Jean Stilwell Peccei, Joanna Thornborrow, dan Jason Jonse. Editor. 2004. An Introduction to Language, Society, and Power: Second Edition. London: Routledge, hlm. 1—16.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
136
Williams, Jenny dan Andrew Chesterman. 2002. The Map: A Beginner’s Guide to Doing Research in Translation Studies. Manchester: St. Jerome. Wolfson, Nessa. 1993. Rules of Speaking. Dalam Jack C. Richards dan Richard W. Schmidt. Editor. 1993. Language and Communication. London: Longman, hlm. 61—87. Young, Richard F. 2008. Language and Interaction: An Advanced Resource Book. Oxon: Routledge. Zwicky, Arnold. 1974. Hey, Whatsyourname! Dalam Michael La Galy, Robert Fox, and Arnold Bruck. Editor. 1974. The 10th Regional Meeting of the Chicago Linguistic Society, hlm. 787–801.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 1 All the Pretty Girls :: Pencekik dari Selatan
DATA TOKEN TSU : J.T. Ellison. (2008). All The Pretty Girls. Harlequin. TSA : Desak Nyoman P. (2011). Pencekik dari Selatan. Violetbooks, Gramedia Bab 3 8 man (Det. Pete Fitzgerald) ← Det. Marcus Wade Man 13 [mengapa tidak dipadankan dengan bung atau kawan] 14 you guys (Baldwin & para detektif) ← Taylor kalian 20 [mengapa tidak Anda sekalian] 16 Officer (petugas patroli muda) ← Taylor Kau menemukan sesuatu Ø 22 [mengapa tidak dipadankan dengan petugas atau opsir] 16 Lieutenant (Taylor) ← petugas patroli muda Letnan 22 [mengapa digunakan letnan dl BI pangkat di kepolisian bukan letnan] 16 Special Agent (Baldwin) ← Taylor Agen Khusus 22 [mengapa dipadankan dengan agen khusus apakah engikuti latar erita BSu] Bab 4 22 sweetie (Taylor) ← Baldwin Sayang 28 [apakah tidak ada kata lain selain sayang] 29 ma’am (Taylor) ← petugas TKP Ma’am 36 [mengapa tidak dipadankan dengan bu atau ibu agar memberi konteks yang sama dengan TSu] Bab 6 40 Doc (dr. Sam Loughley) ← Tim (asisten dr. Sam) Dok 48 [mengapa tidak dokter] Bab 7 45 Cap (Kapten Mitchell Price, atasan Taylor) ← Letnan Taylor Jackson Kapten 53 [mengapa tidak Kap sebagai singkatan dari Cap] 46 Are you kidding me, Ø ← Taylor Anda bercanda, Kapten 54 [mengapa dihadirkan Kapten padahal di dalam TSu tidak ada?] 46 Captain (Kapten Mitchell Price) ← Letnan Taylor Jackson Kapten 55 [mengapa digunakan kapten, dl BI pangkat di kepolisian bukan kapten] 47 babe (Baldwin) ← Taylor Jackson Sayang 55 [apakah tidak ada kata lain selain sayang] Bab 9 56 man (Jerry Grimes) ← Baldwin Kawan 66 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, sobat, rekan?] 61 man (Jerry) ← Baldwin Man 71 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, sobat, rekan, atau yang lain?] Bab 10 64 By the way, Officer, I’ve been communicating (polisi) ← Whitney Connolly Omong-omong, Ø selama ini aku 74 [mengapa tidak dipadankan?] Bab 11 71—72 Dr. Allen (dokter yang melakukan otopsi atas Shauna Lyn Davidson) ← Baldwin Dr. Allen 82 [mengapa tidak dipadankan dengan dr Allen sebagai bentuk yang sepadan dengan kaidah penulisan dokter?] Bab 12 81 Special Agent (Baldwin) ← Taylor Agen Khusus 93 [mengapa tidak dipadankan Agen FBI?] Bab 13 91 Jesus ← Betsy Ya Tuhan 103 [[mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Bab 14 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
92 Sheriff (Terrence Pascoe, petugas kepolisian yang menangani kasus pembunuhan) ← Baldwin Sherrif 105 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] 98 sugar (Baldwin) ← Lurene (pelayan restoran Jo’s Diner) Sayang 111[mengapa tidak dipadankan dengan manis?] 98 Eugene (koki Jo’s Diner) ← Lurene (pelayan restoran Jo’s Diner) Eugene 111 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Eugene agar terjermahan tidak tapak seperti hasil penerjemahan?] 99 Sugar (Baldwin) ← Lurene Sayang 112 [mengapa posisi Sugar di depan, posisi Sayang di belakang kaliamat? Apakah penerjemah memiliki maksud dan tujuan?] 99 ma’am (Lurene) ← Grimes Ma’am 112 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] 100 Honey (Baldwin) ← Lurene Sayang 113 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk lain manis?] 100 Didn’t linger like you men (Baldwin & Grimes) ← Lurene kau 114 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda berdua? Karena mempertimbakan hubungan sosial di antara partisipan] 103 God ← Grimes astaga 117 [mengapa tidak dipadankan dengan Ya Tuhan] 103 Jesus ← Grimes Aduh 117 [mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Bab 16 112 LT (Taylor) ← Lincoln Ross (detektif berbakat di bidang komputer) LT 126[mengapa tidak dipadankan dengan Taylor atau yng lain?] 112 Loot [singk. Lieutenant] (Taylor) ← Lincoln LT 127 [mengapa tidak dipadankan dengan Loot juga?] 114 puppy (Marcus Wade) ← Taylor Sayang 128 [mengapa tidak dipadankan dengan begitu? Apakah puppy berarti sayang] 115 boss (Taylor) ← Lincoln Ross bos 130 [mengapa tidak dipadankan begitu?] 116 my favorite cop? ← dr. Gregory polisi favoritku? 131 [mengapa tidak dipadankan begitu?] 117 honey (Taylor) ← dr. Gregory Sayang 131 [mengapa tidak dipadankan begitu padahal hubungan dokter dengan pasien bukan hubungan asmara?] Bab 18 131 Page (asisten jaksa wilayah yang mewakili Davidson County) ← Taylor Page 145 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa seperti Bu Page?] 138 Price ← Taylor Price 153 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Price karena budaya BI melazimkan pemanggilan kepada atasan dengan Pak, karena Price adalah atasan Taylor?] Bab 19 141 sunshine (Taylor) ← Sam Sunshine 157 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] 142 honey (Taylor) ← Sam Sayang 158 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain padahal Sam dan Taylor sahabat bukan sepasang kekasih?] 143 Get it all out of your system now, girl, because Lampiaskan semuanya sekarang, Ø, karena 159 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] 144 Sweetie (Taylor) ← Sam Sayang 159 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa yang wajar? Karena hubungan Sam dan Taylor adalah sahabat?] Bab 21 150 honey (Taylor) ← Baldwin Sayang 165 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 150 babe (Baldwin) ← Taylor Sayang 165[mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 150 sweetheart (Taylor) ← Baldwin Sayang 165 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 151 Garrett ← Baldwin Garrett 166 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Garret karena Garret adalah bos perusahaan?] 151 You take care, Ø ← Baldwin Sampai jumpa, Sherriff 167 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Bab 22
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
154 girl (Taylor) ← Sam Sayang 170 [mengapa dipadankan dengan Sayang padahal hubungan keduanya hubungan sahabat?] 157 honey (Sam) ← Taylor Sayang 172 [mengapa dipadankan dengan Sayang padahal hubungan keduanya hubungan sahabat?] 164 You’ve got some blood on you Ø (Sam) ← Taylor Sam 180 [mengapa Sam dimunculkan di dalam BSa?] 164 T (Taylor) ← Sam T 180 Bab 23 166 Agent (Baldwin) ← sersan muda gempal berambut merah pada pembunuhan Marni Fischer Agen 183 167 Sergeant (sersan muda gempal berambut merah) ← Baldwin Sersan 184 167 Mr. F BEE EYE agent (Baldwin) ← sersan muda Mr. Agen F BEE EYE 184 167 Sergeant ← Baldwin Sersan 184 168 sir (Baldwin) ← sersan muda Sir 184 168 son (sersan muda) ← Baldwin Nak 185 Bab 24 176 Ms. Johnson ← Marcus Wade (black man) Ms. Johnson 194 177 ma’am ← Marcus Wade Ma’am 195 Bab 25 181 darlin’ (pria penculik) ← Christina Dale (korban penculikan) Sayang 199 Bab 26 185 C’mon, guys, spit it out (Lincoln & Marcus) ← Taylor Ayo, Ø, katakan semuanya. 203 186 And boys, I’m sure I don’t need to remind... Dan Boys, aku yakin aku tidak perlu mengingatkan.... 204 187 Uninsulate him for me Ø ← Taylor Bongkar perlindungannya buatku, Fitz 205 188 sugar Sayang 206 [mengapa diterjemahkan dengan sayang padahal Fitz bukan kekasih Taylor] 188 boss (Mitchell) ← Taylor Bos 207 [mengapa dipadankan dengan bos] 194 Mrs. Buckley (Quinn) ← Taylor Mrs. Buckley 213 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Buckley] 198 Sigñora Quinn ← Gabrielle (pelayan rumah tangga Quinn asal Italia) Sigñora Quinn 216 [mengapa dipadankan dengan Bu Quinn] Bab 27 208 Mr. Jones (Ishmael Jones, resepsionis hotel murahan) ← Baldwin Mr. Jones 226 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Jones] 209 I don’t know, sir (Mr. Jones) ← Baldwin Aku tidak tahu Ø 227 [mengapa sir tidak dipadankan?] Bab 30 234 sweetie (Taylor) ← Baldwin Sayang 254 [mengapa tidak dipadankan dengan ungkapan lain, misalnya manis, cinta, dll] Bab 31 238 cara (Noelle Pazia) ← Giovanni (ayah Noelle) Sayang 258 [mengapa dipadankan dengan catatan kaki, tetapi tidak diganti langsung di dalam tubuh teks?] Bab 32 244 honey (Baldwin) ← Taylor Sayang 265 [mengapa dipadankan dengan sayang] 244 hon (Baldwin) ← Taylor Sayang 266 [mengapa dipadankan dengan ungkapan yang lebih panjang Sayang, bukan dengan Say saja?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
245 Jesus, Baldwin ← Taylor Tuhan, Baldwin 266 [mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] 247 Sir (Baldwin) ← operator telepon Sir 268 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] 247 ma’am (operator telepon) ← Baldwin Ma’am 268 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu?] 248 Agent Baldwin ← Louis Sherwood (CEO Health Partners) Agen Baldwin 269 [mengapa tidak dipadankan dengan Agen FBI Baldwin, yang dikhawatirkan Baldwin adalah agen perusahaan?]
Bab 35 260 guys (Lincoln & Marcus) ← Taylor kawan 282 [mengapa tidak dipadankan dengan temanteman, bapak-bapak?] 260 lady (Taylor) ← Lincoln Manis 282 [mengapa tidak dipadankan dengan nona atau nyonya atau Bu?] 266 I know, man, I’m grasping at straws. ← Grimes Ø 289 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, kawan, sobat?] Bab 36 268 sir (Grimes) ← Suster Brooks (pusat kesehatan mahasiswa Universitas North Carlina) Sir 290 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] 268 Are you done, lady? (Suster Brooks) ← Grimes Apa kau sudah selesai, Ø 291 [mengapa tidak dipadankan?] 269 Lady, tell me who it was or... (Suster Brooks) ← Grimes Ø, tolong katakan siapa atau... 291 [mengapa tidak dipadankan?] 270 dear (operator kampus North Carolina) ← Suster Brooks Sayang 292 [mengapa dipadankan dengan Sayang, padahal antara Suster Brooks dan operator bukan sepasang kekaksih?] 275 Dad (Grimes) ← anak laki-laki Grimes Dad 298 [mengapa tidak dipadankan dengan Yah atau Ayah atau Papa?] 276 sir (Grimes) ← petugas hotel Sir 299 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] Bab 37 281 son (Baldwin) ← Sherwood Nak 304 [mengapa tidak dipadankan dengan Nak padahal Baldwin bukan anak Sherwood?] 282 Mr. Sherwood ← Baldwin Mr. Sherwood 305 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Sherwood?] 283 you FBI boys (Grimes, Baldwin, & orang-orang FBI) orang-orang FBI 306 [mengapa tidak dipadankan dengan kalian orang FBI?] 286 man (Det. Mike Moss) ← Baldwin Bung 309 [mengapa tidak dipadankan dengan Bung, bukan dengan sobat, teman, kawan?] 290 keep moving forward Ø (Baldwin) ← Garret Woods Baldwin 315 [mengapa dihadirkan nama Baldwin di dalam BSa?] Bab 38 294 you guys (Lincoln & Marcus) ← Taylor kalian 318 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] Bab 39 298 Christ, would you quit dilly-dallying.... ← Taylor Astaga, jangan buang-buang waktu lagi, .... 322 [mengapa tidak dipadankan dengan Kristus?] 299 Baby (Taylor) ← Baldwin Sayang 323 [mengapa tidak dipadankan dengan ungkapan seperti sayang, manis, cinta?] Bab 40 304 boys (anak kembar identik kerdil dalam infokomersial: mimpi) ← Taylor anak-anak 328 [mengapa tidak dipadankan dengan anak laki-laki?] 305 Then go away, Dispatch Kalau begitu ya sudah Ø 329 [mengapa tidak dipadankan?] 305 Where’s the scene, Dispatch? ← Taylor Di mana kejadiannya Ø? 329 [mengapa tidak dipadankan?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
305 Got it, Dispatch ← Taylor Baik Ø. 329 [mengapa tidak dipadankan?] 311 Get off me, you pigs! (petugas kepolisian + Marcus, Lincoln, Taylor) ← tersangka Lepaskan aku, Bangsat! 336 [mengapa tidak dipadankan dengan babi kalian?] 312 Shut up, you crazy motherfucker (petugas kepolisian) ← Norville Turner (tersangka) Diam, kau bangsat 336 [mengapa tidak dipadankan dengan pemesum ibu, penyetubuh ibu, atau diterjemahkan secara harfiah?] 313 Folks (petugas polisi + Marcus + Taylor) ← Lincoln Kawan-kawan 337 [mengapa tidak dipadankan dengan Bapak-bapak?] 313 You got nothin’ on me, pigs! (Lincoln) ← Norville Turner Kau tidak punya alasan menangkapku, Bangsat! 337 [mengapa tidak dipadankan dengan babi?] 313 you dumb ass (Norville) ← Taylor Bodoh 337 [mengapa tidak dipadankan dengan pantat kalian bodoh?] 313 Stupid cunt (Taylor) ← Norville Turner Perempuan tolol 337 [mengapa tidak dipadankan dengan silit bodoh atau vagina bodoh atau memek bodoh? Maaf, Mbak, karena digunakan buat penelitian, terpaksa saya menanyakan dgn sangat vulgar] 314 Gotcha, boss (Capt. Mitchell Price) ← Taylor Siap, Bos. 339 [mengapa dipadankan dengan bos?] 314 You’re gonna have one helluva shiner in a couple of hours, Ø (Capt. Mitchell Price) ← Taylor Wah, beberapa jam lagi matamu pasti biru lebam, Bos 339 [mengapa bos dihadirkan di dalam BSa padahal di dalam BSu kata boss tidak ada?]
Bab 42 326 sir (Baldwin) ← Taylor Pak 351 [mengapa tidak tetap dipertahankan dengan sir: tidak konsisten?] 326 sweetie (Baldwin) ← Taylor Sayang 352 [mengapa tidak dipadankan dengan manis, cinta?] 327 Mr. Clark ← pembawa acara Mr. Clark 353 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Clark?] 328 Miss Simone (Serene, sahabat Ivy) ← pembawa acara Miss Simone 354 [mengapa tidak dipadankan dengan Nona Simone?] Bab 44 333 Sweetheart (Reese) ← Quinn Sayang 359 [mengapa tidak dipadankan dengan cinta atau adik?] 333 Quinn ← Reese Quinn 359 [mengapa tidak dipadankan dengan Kak Quinn?] 334 honey (Reese) ← Quinn Sayang 360 [mengapa tidak dipadankan dengan cinta atau adik?] 336Mr. Baldwin ← Quinn Mr. Baldwin 363 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Baldwin?] 336 Mrs. Buckley ← Baldwin Mrs. Buckley 363 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Buckley?] 341 Jesus ← Quinn Astaga 368 [[mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Bab 45 344 you guys (Fitz, Lincoln, Marcus, Capt. Price) ← Taylor kalian 371 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] 347 sir (Jake Buckley) ← Taylor Sir 374 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] 348 little lady (Taylor) ← Jake Buckley Nona 375 [mengapa tidak dipadankan dengan Nona Kecil?] 348 you people (kepolisian metro/departemen) ← Jake Buckley Kalian 375 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] 349 Detective (Taylor) ← Jake Buckley Detektif 377 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Detektif?] 351 girl (Taylor) ← Price Nak 379 [mengapa dipadankan dengan Nak? Padahal hubungan Taylor dan Price bukan anak-ayah, hanya hubungan kerja] 352 Mr. Fed (julukan agen federal bagi Baldwin) ← Fitz Mr. Fed 380 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Federal?] Bab 46 358 hon (Taylor) ← Baldwin Sayang 386 [mengapa Sayang tidak dipendekkan seperti Hon, misalnya Say?] 359 Lord, Baldwin ← Taylor Astaga, Baldwin 388 [mengapa tidak dipadankan dengan Tuhan?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 48 368 ma’am (Isabella, saksi) ← Baldwin Ma’am 397 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu?] 369 Isabella ← Baldwin Isabella 397 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Isabella karena hubungan social Baldwin dan Isabella belum akrab dan usia Isabella lebih tua drpd Baldwin?] Bab 49 372 Jesus, lady ← Jake Buckley Astaga Nona 400 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu kepada Taylor?] Bab 52 388 you little shit (anak Quinn) ← Reese bocah kecil brengsek 418—9 [mengapa tidak dipadankan dengan bocah tai kecil?] Saya rasa cukup segitu dulu pertanyaan saya. Saya mohon dengan sangat agar Ibu semaksimal mungkin memberikan alasan atas padanan yang Ibu berikan pada novel terjemahan. Saya hanya ingin mengetahui teknik dan metode penerjemahan dalam penerjemahan novel All the Pretty Girls guna kelengkapan disertasi saya. Saya ucapkan mohon maaf apabila saya mengganggu waktu Ibu dan saya haturkan terima kasih banyak atas bantuan Ibu.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 2 The Lost Symbol :: The Lost Symbol
DATA TOKEN TSU TSA
: Dan Brown. 2009. The Lost Symbol. Doubleday. : Ingrid D. Nimpoeno. 2010. The Lost Symbol. Bentang.
Prolog 3 Brother [mal’akh anggota] Saudaraku 22 Bab 1 5 son [ayah anak] Nak 25 5 Dad Dad 25 5 Dad [anak ayah] Dad 26 6 Mr. Langdon [suara interkom Langdon] Mr. Langdon 26 Pak Robert/Pak Langdon 7 Professor Langdon [Pam, layanan penumpang Langdon] Profesor Langdon 27 7 sir Pak 27 7 sir Pak 27 7 Professor Profesor 27 8 Mr. Langdon [Charles sopir Beltway Limousine Langdon] Mr. Langdon 29 9 sir [sopir Beltway Limousine Peter Solomon] Pak 29 9 sir Pak 29 9 sir Pak 29 Bab 3 15 Professor Langdon [Anthony Jelbart Langdon] Profesor Langdon 36 17 Professor Langdon [Anthony Jelbart Langdon] Profesor Langdon 38 18 Robert [Katherine Langdon] Robert 39 18 Professor Profesor 39 19 Professor [Anthony Jelbart Langdon] Profesor 40 19 sir Pak 40 20 sir [Anthony Jelbart Langdon] Pak 41 Bab 4 21 sir [Nunez Mal’akh] Pak 42 Bab 5 25 Ms. Solomon [penjaga pos Katherine] Miss. Solomon 46 Bab 6 28 sir [sopir Langdon] Pak 50 32 everybody [Langdon mahasiswa] Semuanya 54 34 My friends [Langdon mahasiswa] Sobat-sobat 56 36 My friends [Langdon mahasiswa] Sobat-Sobat 58 38 Professor Langdon [anggota pusat studi perempuan universitas Langdon] Profesor Langdon 60 39 Professor Langdon [mahasiswa rabut keriting Langdon] Profesor Langdon 61 39 my friends [Langdon mahasiswa] Sobat-Sobat 62 Bab 7 42 Ms. Solomon [penjaga Katherine] Miss. Solomon 64 42 Ms. Solomon Miss. Solomon 64 42 Kyle [Katherine Kyle, penjaga pos] Kyle 64 44 sir [Pemandu Langdon] Pak 66 45 Anthony [Langdon Anthony] Anthony 67 45 sir Pak 67 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
45 Professor Profesor 67 45 Mr. Langdon 67 Bab 9 46 Professor[Mal’akh Langdon] Profesor 68 47 Professor [Mal’akh Langdon] Profesor 69 48 Mr. Langdon [Mal’akh Langdon] Mr. Langdon 70 49 Professor Profesor 70 49 Professor Profesor 71 Bab 11 54 Peter Peter 77 55 Katherine [Peter Katherine] Katherine 77 55 Peter Peter 77 55 Peter Peter 77 Bab 12 60 Chief [operator Anderson] Chief 82 ... Mommy [anak kecil seorang ibu] Mommy 83 62 sir [Chief Trent Anderson, Capitol Police Chief, turis] Pak 84 62 All points [Anderson anggota] Semuanya 84 Bab 13 64 Everyone [petugas orang yang lalu lalang] Semuanya 86 65 Sir [penjaga Langdon] Pak 87 66 Sir [penjaga Langdon] Pak 88 Bab 15 73 Kate [Peter Kate] Kate 95 73 Peter Peter 95 76 Katherine [Peter Katherine] Katherine 98 Bab 16 79 Chief [Penjaga Anderson] Chief 101 80 Chief [Penjaga Anderson] Chief 102 81 Director Sato [Anderson Sato] Direktur Sato 103 81 Folks [Anderson anggotanya] Semuanya 103 82 Mr. Langdon [Anderson Langdon] Mr. Langdon 104 82 sir [Anderson Langdon] Pak 104 82 Robert Langdon [Sato Langdon] Robert Langdon 104 83 Mr. Langdon [Sato Langdon] Mr. Langdon 104 83 Professor [Sato Langdon] Profesor 105 83 Director [Langdon Sato] Direktur 105 83 sir [Langdon Anderson] Pak 105 84 sir [Langdon Sato] Pak 106 84 Professor [Sato Langdon] Profesor 106 84 Ma’am [Langdon Sato] Ma’am 106 84 Professor [Sato Langdon] Profesor 106 Bab 17 85 ma’am [Langdon Sato] Ma’am 107 86 Professor [Sato Langdon] Profesor 108 86 Chief Anderson [Sato Anderson] Chief Anderson 108 86 ma’am [Anderson Sato] ma’am 108 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
86 Ma’am [Anderson Sato] ma’am 108 87 ma’am [Anderson Sato] ma’am 108 87 Chief [Sato Anderson] Chief 109 87 ma’am [Anderson Sato] ma’am 110 88 ma’am [Langdon Sato] ma’am 110 88 Professor [Sato Langdon] Profesor 110 Bab 18 90 Oh my God Astaga 112 90 Katherine [Trish Dunne, 26 thn, analis metasistem Katherine] Katherine 112 93 Trish [Katherine Trish] Trish 115 93 Trish Dunne [Katherine Trish] Trish Dunne 115 94 ma’am ma’am 116 96 Trish [Katherine Trish] Trish 119 Bab 19 99 Professor [Sato Langdon] Profesor 121 99 Professor [Sato Langdon] Profesor 122 100 Director Sato [Langdon Sato] Direktur Sato 122 100 Professor [Sato Langdon] Profesor 122 100 Professor [Sato Langdon] Profesor 122 101 ma’am [Langdon Sato] ma’am 123 101 Chief [operator Anderson] Chief 123 101 Sir [operator Anderson] Pak 124 101 sir [operator Anderson] Pak 124 102 Professor [Sato Langdon] Profesor 125 105 Professor [Sato Langdon] Profesor 127 105 ma’am [Langdon Sato] ma’am 127 Bab 20 106 Professor Profesor 128 106 ma’am ma’am 128 106 ma’am ma’am 128 109 Professor Profesor 131 109 ma’am Profesor 131 109 Ma’am ma’am 131 Bab 21 112 Professor Profesor 134 112 ma’am ma’am 134 112 Chief Chief 134 112 Professor Profesor 134 115 Ma’am Ma’am 136 115 Professor Profesor 136 115 Professor Profesor 137 116 Ma’am Ma’am 138 116 Professor Profesor 138 Bab 22 117 Ms. Solomon Miss. Solomon 138 117 Dr. Christopher Abaddon Dr. Christopher Abaddon 138 117 Ms. Solomon [Abaddon Katherine] Miss. Solomon 138 118 Ms. Solomon Miss. Solomon 140
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
118 Ms. Solomon [Abaddon Katherine] Miss. Solomon 140 119 Dr. Christopher Abaddon [Katherine Chris] Dr. Christopher Abaddon 141 119 Ms. Solomon Miss. Solomon 141 120 Ms. Solomon Miss. Solomon 142 121 Ms. Solomon Miss. Solomon 143 123 Ms. Solomon [Chris Katherine] Miss. Solomon 145 124 Dr. Abaddon [Katherine Chris] Dr. Abaddon 145 124 Ms. Solomon Miss. Solomon 124 Ms. Solomon Miss. Solomon 125 Ms. Solomon Miss. Solomon 126 Dr. Abaddon Dr. Abaddon 126 Ms. Solomon Miss. Solomon 126 Katherine Katherine Bab23 ... Ma’am [Langdon Sato] Ma’am 151 130 Mr. Langdon [Sato Langdon] Mr. Langdon 152 131 Peter [Katherine Peter] Peter 153 Bab 24 133 Peter [Robert Langdon Peter Solomon] Peter 155 133 Robert [Peter Solomon Robert Langdon] Robert 155 133 Peter Peter 134 Robert Robert 134 Robert Robert 135 Peter Peter 135 Robert Robert 136 Robert Robert 158 136 Peter Peter 158 136 Robert [Peter Solomon Robert Langdon] Robert 158 137 Peter Peter 158 137 Professor [asisten Peter Solomon Langdon] Profesor 159 Bab 25 139 Katherine [Trish Katherine] Katherine 161 144 Katherine Katherine Bab 26 150 Professor Langdon [Sato Langdon] Profesor Langdon 171 152 Chief [Sato Anderson] Chief 173 153 Chief [Sato Anderson] Chief 174 153 Ma’am Ma’am 174 153 Chief Chief 174 153 Chief Chief 175 153 ma’am [Anderson Sato] ma’am 175 154 Professor [Sato Langdon] Profesor 176 Bab27 156 Trish Trish 157 Trish [Mark Zoubianis spesialis keamanan sistem Trish] Trish 178 158 Mark [Trish Mark Zoubianis] Mark 179 Bab 28
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
160 Chief Anderson [Sato Anderson] Chief Anderson 181 161 Chief Chief Bab 29 164 Dr. Abaddon [Peter Mal’akh] Dr. Abaddon 185 165 Mr. Solomon Mr. Solomon 185/6 Bab 30 170 Professor Profesor 172 Professor Profesor 172 Director [Langdon Sato] Direktur 193 173 Director Director 177 Professor Profesor 177 Professor [Sato Langdon] Profesor 198 177 Ma’am Ma’am Bab 31 180 Katherine [Trish Katherine] Katherine 201 Bab 32 183 Chief [penjaga Anderson] Chief 204 183 sir [penjaga Anderson] Pak 204 183 Bob Bob 204 183 sir Pak 205 184 sir Pak 205 184 sir [penjaga Anderson] Pak 205 184 sir Pak 205 184 Sir Pak 185 Professor [Anderson Langdon] Profesor 206 Bab 33 188 sir [Nunez Warren Bellamy, Arsitek Capitol, penyeliaUS Capitol] Pak 209 188 sir Pak 188 sir Pak 189 sir Pak 189 sir Pak 189 Sir Pak Bab 34 190 Dr. Abaddon [Trish Abaddon] Dr. Abaddon 211 190 Trish [Abaddon Trish] Trish 211 Bab 35 197 Ma’am [Anderson Sato] Ma’am 218 197 Ma’am [Anderson Sato] Ma’am 218 198 Professor [Sato Langdon] Profesor 219 198 Chief Chief 199 My God Bab 36 201 ma’am Ma’am 201 Son [Bellamy Nuñez] Nak 222 Pak [konteksnya Nunez petugas penjaga] Bab 37 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
205 Trish [Abaddon Trish] Trish 226 Ibu Trish/Bu Trish Bab 38 210 Professor Profesor 232 211 Ma’am Ma’am 232 Bab39 214 Director Direktur 235 Bu Direktur 215 Ma’am Ma’am 236 215 Professor [Sato Langdon] Profesor 237 Bab 40 217 Trish [Katherine Trish] Trish 239 Bu Trish 217 ma’am [penjaga lobi Katherine] ma’am 239 Bu/Nyonya 217 ma’am Ma’am Bab 41 219 Professor [Sato Langdon] Profesor 241 219 Professor 220 Ma’am 220 Chief Anderson [Sato Anderson] Chief Anderson 242 Komandan Anderson/Komandan Trent 222 Professor Profesor 224 Professor [Sato Langdon] Profesor 245 224 Chief Chief Bab 42 227 Officer Nuñez [lelaki Afro-Amerika Officer Nunez] Officer Nunez 249 Opsir Nunez 227 Sir [Nunez Afro-Amerika] Pak 249 227 Officer Nuñez 249 227 Sir Pak 249 227 Professor Langdon [Warren Bellamy Langdon] Profesor Langdon 250 Profesor Robert Bab 43 230 Professor [Bellamy Langdon] Profesor 252 231 Mr. Langdon Mr. Langdon 252/3 231 Mr. Langdon Mr. Langdon 252/3 231 Mr. Langdon [Mal’akh Langdon] Mr. Langdon 253 Pak Robert/Pak Langdon 232 Professor Profesor 254 232 Professor Profesor 254 232 Professor Profesor 254 232 Professor Profesor 255 Bab 44 234 Jonas [Langdon Jonas Faukman, Editor New York] Jonas 256 23...Robert [Jonas Langdon] Robert 256 23...Jonas Jonas 256 23...Jonas Jonas 257 235 Robert Robert 257 .... Jonas Jonas 257 .... Robert [Jonas Langdon] Robert 257 Pak Robert
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 45 237 Katherine Katherine 258 237 Robert [Katherine Langdon] Robert 258 Pak Robert 237 Katherine Katherine 258 238 Kyle [Katherine Kyle, penjaga lobi] Kyle 260 238 Ma’am Ma’am 239 Ms. Solomon [penjaga lobi Katherine] Miss. Solomon 261 Bu Solomon, Bu Katherine 239 Ma’am Ma’am 261 239 Ma’am Ma’am 261 Bab 46 246 Professor [Bellamy Langdon] Profesor 267 247 Robert [Bellamy Robert] Robert 268 Pak Robert Bab 48 257 Chief [Nunez Chief Anderson] Chief 278 Pak, Komandan 257 Chief [Nunez Chief Anderson] Chief 278 257 sir [Nunez Chief Anderson] Pak 280 259 Trent [Sato Anderson] Trent 280 Pak Trent Bab 49 260 Mr. Bellamy Mr. Bellamy 260 Professor Profesor 260 Mr. Bellamy [Langdon Bellamy] Mr. Bellamy 282 Pak Belammy 261 Professor 264 Robert [Bellamy Langdon] Robert 284 Pak Robert 267 Professor [Bellamy Langdon] Profesor 288 Bab 50 267 Director [Nola Kaye, analis OS senior Sato] Direktur 289 Bu Direktur 268 ma’am [Nola Kaye, analis OS senior Sato] ma’am 290 Bu 268 Nola Nola 290 269 ma’am ma’am 291 Bu 269 Gentlemen [Sato empat spesialis op-lap] Rekan-rekan 291 Tuan-Tuan, BapakBapak [-bentuk & +fungsi Bab 51 275 Solomons [Mal’akh keluarga Solomon] keluarga Solomon 296 277 Katherine [Ibu Katherine Katherine] Katherine 297 277 Mom [Katherine Ibu Katherine] Mom 298 Bu, Mam, Bunda 277 Mom Mom 298 277 Katherine Katherine 298 Bab 52 Bab 53 284 Robert Robert 305 Bab 54 Bab 55 290 Robert Robert 310 291 Warren Warren 311 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
291 Robert Robert 311 292 Robert Robert 312 292 Robert Robert 312 292 Warren Warren 312 293 Robert Robert 313 293 Robert Robert 313 Bab 56 Bab 57 298 Mr. Solomon [administrator → Peter] Mr. Solomon 319 303 Solomons [Andros → Keluarga Solomon] keluarga Solomon 324 Bab 58 310 Mr. Bellamy [Agent Turner Simkins (CIA Operation leader) → Warren Bellamy] Mr. Bellamy 332 311 Mr. Bellamy [Agent Simkins → Warren Bellamy] Mr. Bellamy 333 Bab 59 314 Robert [Warren → Robert] Robert 336 Bab 60 316 Dispatch [Officer Paige Montgomery dari Preferred Security, female security guard → petugas operator 911] Petugas 338 Bab 61 319 Zachary [Bellamy → Zachary, anak Peter] Zachary341 319 Zach [Peter → Zachary] Zach 341 320 Zach [Peter → Zachary] Zach 341 320 Son → Nak 342 320 Zachary [Peter → Zachary] Zachary 342 321 Son [Peter → Zachary] Nak 343 321 Zachary [Peter → Zachary] Zachary 343 321 Zach [Peter → Zachary] Zach 343 322 Zachary [Peter → Zachary] Zachary 344 322 Mr. Bellamy [Zachary → Warren] Mr. Bellamy 344 323 Zach [Peter → Zachary] Zach 344 323 Zach [Peter → Zachary] Zach 344 323 Dad [Zachary → Peter] Dad 345 323 Jesus [Zachary → Tuhan] Ya Tuhan 345 323 Dad [Zachary → Peter] Dad 345 324 Zachary [Peter → Zachary] Zachary 345 324 Peter [Bellamy → Peter] Peter 346 324 Warren [Peter → Warren] Warren 346 324 Peter [Bellamy → Peter] Peter 346 Bab 62 327 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 348 327 Robert [Katherine → Robert] Robert 348 328 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 349 329 Robert [Katherine → Robert] Robert 350 329 Robert [Katherine → Robert] Robert 350 330 Robert [Katherine → Robert] Robert 351 330 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 351 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
331 Robert [Katherine → Robert] Robert 352 331 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 352 331 Robert [Katherine → Robert] Robert 352 Bab 63 Bab 64 335 Nola [Sato → Nola Kaye] Nola 357 337 ma’am [agen rahasia → Sato] Ma’am 358 337 ma’am [agen rahasia → Sato] Ma’am 358 339 Robert [Katherine → Robert] Robert 359 Bab 65 -Bab 66 341 Robert [Katherine → Robert] Robert 362 342 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 364 343 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 364 Bab 67 344 Sir [Warren → a blind old man] Pak 365 Bab 68 346 Robert [Katherine → Robert] Robert 368 346 Robert [Katherine → Robert] Robert 368 350 Robert [Katherine → Robert] Robert 371 350 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 371 351 Ms. Solomon [Robert → Katherine] Miss Solomon 371 Bab 69 353 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 374 Bab 70 357 Robert [Katherine → Robert] Robert 377 357 Robert [Katherine → Robert] Robert 377 358 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 378 360 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 379 361 My friend [an old man → Robert] Sobat 380 Bab 71 Bab 72 365 All points [agen lapangan (field agent) → semua agen] Semuanya 385 365 For Christ’s sake [pemimpin tim agen lapangan→ semua agen] Demi Tuhan 385 365 All points [agen lapangan (field agent) → semua agen] Semuanya 385 Bab 73 367 Robert [Katherine → Robert] Robert 386 369 Dispatch [Omar, sopir taksi Arab muda → operator 911] Petugas 388 370 sir [Omar, sopir taksi → CIA field ops Agent Simkins] Pak 389 370 Omar [CIA field ops Agent Simkins → Omar, sopir taksi] Omar 389 370 sir [Omar, sopir taksi → CIA field ops Agent Simkins] Pak 389 371 sir [Omar, sopir taksi → CIA field ops Agent Simkins] Pak 389 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 74 373 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 391 374 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 392 Bab 75 375 Robert [Katherine → Robert] Robert 75 376 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 394 376 Robert [Katherine → Robert] Robert 394 377 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 395 378 Ma’am [Omar → Katherine] Ma’am 396 Bab 76 379 Sir [Omar → Simkins] Pak 397 379 Omar [Simkins → Omar] Omar 397 380 Sir [Omar → Simkins] Pak 398 381 Omar [Simkins → Omar] Omar 399 382 Omar [Simkins → Omar] Omar 399 Bab 77 Bab 78 395 Robert [Katherine → Robert] Robert 414 Bab 80 402 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 421 403 Architect Bellamy [Sato → Warren] Architect Bellamy 421 405 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 423 405 You Masons [Sato → Warren] Kalian, kaum Mason 423 406 Agent Hartmann [Sato → Hartmann] Agen Hartmann 424 Bab 82 413 Professor Langdon [Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean (Kepala)) → Robert] Profesor Langdon 431 414 sir [Robert → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean, priest)] Pak 433 415 sir [Robert → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean, priest)] Pak 434 416 sir [Katherine → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean)] Pak 434 416 Professor [Colin → Robert] Profesor 434 416 Dean Galloway Dean Galloway 434 Dekan Galloway 434 416 sir [Robert → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean)] Pak 434 416 Professor [Colin → Robert] Profesor 435 417 sir [Robert → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean)] Pak 435 417 Professor [Colin → Robert] Profesor435 418 Professor [Colin → Robert] Profesor 436 419 Father Galloway [Katherine → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean)] Bapa Galloway 437 419 Ms. Solomon [Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean) → Katherine] Miss Solomon 437 419 sir [Robert → Reverend Dr. Colin Galloway (Cathedral Dean)] Pak 437 419 Professor [Colin → Robert] Profesor 437 Bab 83 421 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 439
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 84 422 Professor [Sato → Robert] Profesor 440 425 My friends [Colin Galloway old dean → Katherine & Robert] Sobat-sobatku 443 425 Father [Langdon → Colin Galloway] Bapa 443 426 Profesor Langdon [Colin Galloway → Robert] Profesor Langdon 444 428 Profesor [Colin Galloway → Robert] Profesor 446 428 Sir [Langdon → Colin Galloway] Pak 446 428 Profesor [Colin Galloway → Robert] Profesor 446 Bab 85 432 Profesor [Colin Galloway → Robert] Profesor 449 434 Profesor [Colin Galloway → Robert] Profesor 452 437 Dean Galloway [Katherine → Colin Galloway] Dean Galloway 454 437 My friends [Colin Galloway old dean → Katherine & Robert] Sobat-sobatku 454 437 Robert [Warren Bellamy → Robert] Robert 455 Bab 88 444 Nola [Rick Parrish, system security → Nola Kaye, security analist] Nola 462 444 Rick [Nola Kaye, security analist → Rick Parrish, system security] Rick 462 Bab 89 448 Robert [Katherine → Robert] Robert 466 450 Robert [Katherine → Robert] Robert 468 451 Robert [Katherine → Robert] Robert 468 451 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 469 452 Simkins [Robert → Turner Simkins] Simkins 470 453 Robert [Katherine → Robert] Robert 470 453 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 471 Bab 90 457 ma’am [Paige Montgomery, female dispatch → Katherine] ma’am 475 Bab 91 459 Profesor [Sato → Robert] Profesor 478 459 Profesor [Sato → Robert] Profesor 478 459 ma’am [Katherine → Sato] ma’am 478 459 Ms. Solomon [Sato → Katherine] Miss Solomon 478 460 ma’am [Robert → Sato] ma’am 479 460 ma’am [Robert → Sato] ma’am 479 461 Profesor [Sato → Robert] Profesor 480 461 Ms. Solomon [Sato → Katherine] Miss Solomon 480 462 Warren [Robert → Warren] Warren 481 462 You boys [Sato → Warren, Robert, Colin] Kalian 481 462 Robert [Warren → Robert] Robert 481 462 ma’am [Robert → Sato] ma’am 481 Bab 92 466 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 485 466 Mr. Bellamy [Sato → Warren] Mr. Bellamy 485 468 Ms. Solomon [Sato → Katherine] Miss Solomon 487 468 Ms. Solomon [Sato → Katherine] Miss Solomon 487 468 Hartmann [Sato → Agent Hartmann] 487 468 ma’am [Agent Hartmann → Sato] 487 468 Profesor [Sato → Robert] Profesor 487 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
469 Father [Robert → Colin] Bapa 488 Bab 93 470 ma’am [Agen Simkins →Sato] ma’am 490 Bab 94 474 Officer [Katherine → petugas patroli perempuan] Petugas 493 475 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 493 Bab 95 475 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 494 477 Robert [Warren → Robert] Robert 496 Bab 97 487 Ma’am [Nola Kaye, Directorate of Science and Technology → Sato] ma’am 506 487 Nola [Sato → Nola] Nola 506 487 Ma’am [Nola Kaye → Sato] ma’am 506 Bab 99 494 Ma’am [Simkins → Sato] ma’am 513 494 Ma’am [Simkins → Sato] ma’am 513 494 Ma’am [Simkins → Sato] ma’am 513 Bab 100 497 My God [Katherine] Astaga 516 497 Robert [Katherine → Robert] Robert 516 Bab 101 501 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 520 503 Professor [a man → Robert] Profesor 522 504 Professor [a man → Robert] Profesor 523 Bab 102 511 Professor [Mal’akh → Robert] Profesor 529 Bab 107 528 Katherine [Peter → Katherine] Katherine 546 530 Katherine [Peter → Katherine] Katherine 548 531 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 549 532 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 550 532 Katherine [Mal’akh → Katherine] Katherine 550 532 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 550 533 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 550 533 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 551 Bab 109 539 ma’am [Simkins → Sato] ma’am 556 Bab 110 542 ma’am [teknisi satelit → Sato] ma’am 558 Bab 111 547 Mr. Solomon [a male student →Peter] Mr. Solomon 563 547 My friends [Peter → students] My friends Sobat 563 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
548 sir [a female student →Peter] Pak 564 550 Mr. Solomon [a male student →Peter] Mr. Solomon 565 550 sir [a male student →Peter] Pak 566 552 Miss [Peter → a contentius blond girl] Miss 568 Bab 112 554 Ms. Solomon [a man → Katherine] Miss Solomon 570 554 Ms. Solomon [a man → Katherine] Miss Solomon 570 554 Director [an agent → Sato] Director 571 509 Professor Langdon [someone → Robert] Profesor Langdon 575 Bab 113 561 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 577 561 Robert [Katherine → Robert] Robert 578 562 Robert [Katherine → Robert] Robert 578 562 Professor [Sato → Robert] Profesor 578 Bab 114 566 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 583 566 Peter [Mal’akh →Peter] Peter 583 Bab 115 572 Robert [Katherine → Robert] Robert 588 573 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 589 573 Director Sato [an agent → Sato] Direktur Sato 589 574 ma’am [an agent → Sato] ma’am 590 575 Professor [Sato → Robert] Profesor 590 Bab 116 576 Katherine [Mal’akh → Peter] Katherine 592 577 Peter [Mal’akh → Peter] Peter 593 581 Peter [Mal’akh → Peter] Peter 596 Bab 117 583 Robert [Katherine → Robert Langdon] Robert 599 583 Professor [Sato → Robert Langdon] Profesor 600 584 Professor [Sato → Robert Langdon] Profesor 600 585 Brethren [Peter → Robert Langdon] Saudara-saudaraku 602 591 brother [Peter → Robert Langdon] Saudara 607 Bab 118 593 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 609 593 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 609 594 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 610 596 ma’am [Nola → Sato] ma’am 612 598 Ms. Kaye [CIA agent → Nola Kaye] Miss Kaye 614 599 Warren [Katherine → Warren Bellamy] Warren 614 Bab 119 603 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 619 603 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 619 604 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 620 605 Father [Mal’akh → Peter Solomon] Ayah 621 606 Zachary [Peter → Zachary Solomon, Peter’s son] Zachary 622 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
608 Oh my God [Katherine → God] Ya, tuhanku 624 Bab 120 610 Director [Agent Turner Simkins → Sato] Direktur 626 Bab 121 611 Son [Peter Solomon → Zachary Solomon] Nak 627 612 Father [a man → Peter Solomon] Ayah 628 Bab 122 619 Peter [Mal’akh → Peter Solomon] Peter 635 Bab 123 -----Bab 124 624 Peter [Katherine → Peter Solomon] Peter 640 624 Peter [Katherine → Peter Solomon] Peter 640 625 Peter [Katherine → Peter Solomon] Peter 641 625 ma’am [Nola Kaye → Sato] Ma’am 642 626 ma’am [Nola Kaye → Sato] Ma’am 642 626 ma’am [Nola Kaye → Sato] Ma’am 642 Bab 125 628 Robert [Peter → Langdon] Robert 645 Bab 126 629 Robert [Peter → Langdon] Robert 646 630 Peter [Robert Langdon → Peter] Peter 647 630 my friend [Peter → Robert] Sobat 647 631 Peter [Robert → Peter] Peter 648 633 Peter [Robert → Peter] Peter 650 633 Professor [Peter → Robert] Profesor 650 633 Robert [Peter → Robert] Robert 634 Robert [Peter → Robert] Robert 650 635 Peter [Robert → Peter] Peter 652 635 Robert [Peter → Robert] Robert 652 635 Robert [Peter → Robert] Robert 652 636 Peter [Robert → Peter] Peter 652 636 Robert [Peter → Robert] Robert 653 636 Mr. Solomon [Sato → Peter] Mr. Solomon 653 637 Professor [Sato → Robert] Profesor 653 637 you gentlemen [Simkins → Robert, Peter] Kalian sudah siap 654 637 Robert [Peter → Robert] Robert 654 Bab 127 639 Nola [Rick Parrish, sys-sec CIA → Nola Kaye] Nola 656 643 Rick [Nola Kaye → Rick Parrish, sys-sec CIA] Rick 660 Bab 128 646 sir [penjaga militer → Simkins] Pak 663 646 Peter [Robert → Peter] Peter 663 646 Robert [Peter → Robert] Robert 664 647 Professor [Simkins → Robert] Profesor 664 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
647 Mr. Solomon [Simkins → Peter] Mr. Solomon 664 647 Robert [Peter → Robert] Robert 664 648 Peter [Robert → Peter] Peter 665 649 Peter [Robert → Peter] Peter 666 649 Peter [Robert → Peter] Peter 666 650 Robert [Peter → Robert] Robert 667 651 Robert [Peter → Robert] Robert 668 Bab 129 654 Robert [Peter → Robert] Robert 671 654 Robert [Peter → Robert] Robert 671 657 Peter [Robert → Peter] Peter 673 657 Robert [Peter → Robert] Robert 673 Bab 131 660 Robert [Peter → Robert] Robert 677 660 Robert [Peter → Robert] Robert 677 661 Robert [Peter → Robert] Robert 678 662 Robert [Peter → Robert] Robert 679 663 Peter [Robert → Peter] Peter 680 663 Peter [Robert → Peter] Peter 680 663 Robert [Peter → Robert] Robert 680 663 Robert [Peter → Robert] Robert 680 663 Peter [Robert → Peter] Peter 680 663 Robert [Peter → Robert] Robert 688 664 Peter [Robert → Peter] Peter 681 664 Robert [Peter → Robert] Robert 681 665 Peter [Robert → Peter] Peter 682 666 Professor [Peter → Robert: jokingly] Profesor 683 667 Peter [Robert → Peter] Peter 683 667 Robert [Peter → Robert] Robert 684 667 Peter [Robert → Peter] Peter 684 Bab 132 669 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 685 669 Robert [Katherine → Robert] Robert 685 670 Robert [Katherine → Robert] Robert 686 670 Robert [Katherine → Robert] Robert 686 Bab 133 673 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 689 674 Robert [Katherine → Robert] Robert 690 675 Robert [Katherine → Robert] Robert 690 676 Robert [Katherine → Robert] Robert 691 676 Robert [Katherine → Robert] Robert 691 676 Robert [Katherine → Robert] Robert 692 676 Robert [Katherine → Robert] Robert 692 680 Robert [Katherine → Robert] Robert 696 680 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 696 680 Robert [Katherine → Robert] Robert 696 680 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 969 682 Robert [Katherine → Robert] Robert 698
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Penutup 685 Katherine [Robert → Katherine] Katherine 701 687 Robert [Katherine → Robert] Robert 703 688 Robert [Katherine → Robert] Robert 704
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 3 Sweet Tea at Sunrise :: Jalinan Hati
DATA TOKEN BSU BSA
: Sherryl Woods. 2010. Sweet Tea at Sunrise. Harlequin. : Dina Begum. 2011. Jalinan Hati. Violetbooks, Gramedia.
Bab 1 1 sugar (Sarah) ← Travis McDonald Manis 6 3 Grace (Wharton) ← Sarah Grace 7 5 Grace ← Sarah Grace 10 6 sugar (Sarah) ← Travis McDonald Manis 11 7 ladies (Annie, Raylene-sahabat terbaik Sarah) ← Sarah teman-teman 13 13 Travis ← Jeanette (istri Tom) Travis 20 15 you two (Travis, Tom-sepupu Travis) ← Jeanette (istri Tom) kalian berdua 21 Bab 2 17 Mommy ← Tommy (anak Sarah) Mommy 23 17 Tommy (4 thn) ← Walter (ayah Tommy & Libby) Tommy 24 18 Libby (-2 thn) ← Sarah (ibu Tommy & Libby) Libby 24 18 Honey (Sarah) ← Grace Sayang 25 19 Walter (mantan suami Sarah) ← Sarah Walter 26 21 Daddy (Walter) ← Tommy Daddy 27 22 sugar (Sarah) ← Travis Manis 29 23 Sir Galahad (Travis McDonald) ← Sarah Sir Galahad 31 24 Sarah ← Travis Sarah 31 24 sugar (Sarah) ←Travis Manis 32 26 Travis McDonald ← Sarah Travis McDonald 33 26 Sarah ← Travis Sarah 33 Bab 3 37 Grace ← Grace Grace 46 37 sugar (Sarah) ← Travis Manis 46 42 sugar (Sarah) ← Travis Manis 51 44 Sarah ← Raylene Sarah 54 44 Sarah ← Raylene Sarah 54 44 Raylene ← Sarah Raylene 54 45 Raylene ← Sarah Raylene 55 Bab 4 48 Dad (Marshall Price-pemilik penggilimhan kapas) ← Walter Price Dad 59 48 the two of you (ayah & ibu Walter) ← Walter kalian berdua 59 50 boy (Walter) ← Marshall Price Nak 61 51 Dad (Marshall Price) ← Walter Dad 62 54 Ronnie (Sullivan) ← Travis Hei, Ronnie 65 [pragmatic] 55 Sarah ← Ronnie Sarah 66 55 young man (Travis) ← Grace anak muda 66 57 Grace ← Travis Grace 68 60 ya’ll (hadirin) ← Bill Roberts (MC kawakan Top of the Morning) kalian semua 72 61 y’all (hadirin) ← Travis (pemilik baru stasiun radio kota Serenity) kalian semua 73 62 You all (hadirin, warga kota Serenity) ← Travis Kalian semua 73 62 Y’all (hadirin, warga kota Serenity) ← Travis Kalian semua 74 63 Sarah Price ← Travis Sarah Price 75
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 5 64 Sarah ← Travis Sarah 77 67 Sarah ← Travis Sarah 79 69 you two (Sarah & Walter) ← Raylene Kalian berdua 83 71 Walter ← Sarah Walter 84 71 Sarah ← Walter Sarah 84 75 Sarah ← Jeanette Sarah 88 77 sweetie (Sarah) ← Dana Sue Sayang 90 79 Mr. Lewis (Sonny Lewis, suami Mary Vaughn) ← Mary Vaughn Mr. Lewis 93 79 Sonny Lewis (suami Mary Vaughn) ← Mary Vaughn Sonny Lewis 94 Bab 6 81 sugar (Sarah) ← Travis Manis 96 82 God ← Sarah Oh, Tuhan 96 83 sugar (Sarah) ← Travis Manis 97 85 the two of you (Bill & Travis) ← Sarah kalian berdua 99 90 you two (Sarah & Travis) ← Jeanette kalian berdua 106 91 both of you (Sarah & Travis) ← Jeanette kalian berdua 106 91 sweetie (Sarah) ← Jeanette Sayang 106 Bab 7 100 Sweetie (Sarah) ← Dana Sue Sullivan (ibu Annie Sullivan, sahabat Sarah, pemilik restoran) Sayang 117 101 Sarah ← Dana Sullivan Sarah 117 102 Sarah ← Bill Roberts Sarah 119 102 Sarah ← Dana Sue Sarah 119 103 Dana Sue ← Sarah Dana Sue 119 103 Sarah ← Travis Sarah 120 104 You two (Travis & Sarah) ← Bill Roberts kalian berdua 120 104 sugar (Sarah) ← Travis Manis 121 108 Hi, Walter ← Sarah Hai, Walter 125 [pragmatic] 110 Sarah ← Walter Sarah 128 112 Sarah ← Walter Sarah 129 Bab 8 116 man (Travis) ← Rick si Roket (karyawan radio Travis) Tapi kau sudah mendengar rekamanku, kan Ø 135 117 man (Travis) ← Rick si Roket Hubungan kami sudah tidak baik Ø 135 121 sweetie (Sarah) ← Raylene Sayang 140 122 Raylene ← Sarah Raylene 141 122 Sarah ← Raylene Sarah 141 125 Travis ← Sarah Travis 144 125 sugar (Sarah) ← Travis Manis 144 126 Travis ← Sarah Travis 145 127 Mommy (Sarah) ← Tommy & Libby Mommy 146 128 Daddy (Walter) ← Tommy Daddy 148 129 sugar (Mariah Litchfield-ibu Annabelle, paruh baya) ← Travis Manis 149 130 sugar (Sarah) ← Travis Manis 150 130 Travis ← Sarah Travis 150 131 sugar (Sarah) ← Travis Manis, aku suka menggoda... 151 132 sugar (Sarah) ← Travis Kau yakin ingin mengejekku, Manis 152 133 sugar (Sarah) ← Travis ini akan terjadi lagi, Manis 153 133 sugar (Sarah) ← Travis seperti itu, Manis 154 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 9 134 Mother (ibu Walter, via ponsel) ← Walter Halo, Mom 155 134 Oh my God ← ibu Walter Oh, Tuhanku 155 134 Mother ← Walter Mom sudah menang 155 135 The two of you (Walter & Patricia Warren, tunangan Walter) ← ibu Walter kalian berdua 156 135 Mother ← Walter Mom 157 136 Mother ← Walter Mom 157 136 Walter Price ← ibu Walter Walter Price 157 136 Mother ← Walter Mom 158 138 Sarah ← Walter Sarah 160 139 the two of you (Walter & anak perempuannya, Libby) ← Sarah kalian 161 140 Walter ← Sarah Walter 162 141 The two of you (Travis & Sarah) ← Grace kalian 163 145 sugar (Sarah) ← Travis Kau yakin begitu, Manis 168 Bab 10 149 the two of you (Travis & Sarah) ← Annie kalian berdua 172 152 God ← Sarah Ya, Tuhan 175 152 girls (Maddie, Helen, Sarah, Jeanette) ← Dana Sue Sullivan Betul, ‘kan, teman-teman 176 152 Annie, sweetie (Annie Sullivan) ← Dana Sue (ibu Annie) Annie sayang 176 152 Gee, Mom (Dana Sue) ← Annie Yah, Mom 176 153 Sarah ← Helen Decatur-Whitney Sarah 177 154 everyone (Annie, Helen) ← Sarah Selamat malam, semuanya 178 156 Travis ← Sarah Travis 180 156 sugar (Sarah) ← Travis Manis 180 157 Mom (Mary Vaughn, ibunda Rory Sue) ← Rory Sue Mom, kau tahu aku tak suka... 181 159 Mom (Mary Vaughn) ← Rory Sue Mom, apakah kau baik-baik saja? 183 161 Mom (Mary Vaughn) ← Rory Sue Semuanya akan baik-baik saja, Mom 186 Bab 11 164 sugar (Sarah) ← Travis Ayolah, Manis 188 166 sugar (Sarah) ← Travis Manis, aku tak pernah menyingkirkan apa-apa 191 167 Sarah ← Travis Ayo, Sarah 192 169 Raylene ← Sarah Raylene 194 174 pal (Tom, sepupu Travis) ← Travis Maaf, Bung 199 Bab 12 179 Travis McDonald ← Sarah Travis McDonald 204 183 Mother ← Travis Mom 210 184 Mom ← Travis Mom 210 185 My God ← Travis Ya Tuhanku 211 185 Mother ← Travis Mom 211 186 Mom ← Travis Mom 211 186 hogwash omong kosong 212 187 Mom ← Travis Mom 213 187 Travis ← ibu Travis Travis 213 187 the two of you (Travis & Sarah) ← ibu Travis kalian berdua 214 188 Mother ← Travis Mom 214 189 Dad ← Travis Dad 216 190 Travis ← Trina Travis 216 190 Travis ← Trina Travis 216 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
190 Dad ← Travis Dad 217 190 Trina ← Travis Trina 217 190 Trina ← Travis Trina 217 190 you two (Greg McDonald & Trina) ← Travis kalian 217 191 Dad ← Travis Dad 217 192 Dad ← Travis Dad, aku akan bicara denganmu besok. 218 192 son (Travis McDonald) ← Greg McDonald Tentu, Nak. 219 Bab 13 195 Jeanette ← Annie Jeanette 222 195 Sarah ← Annie Sarah 223 196 Travis ← Sarah Travis 224 199 Travis ← Sarah Travis 227 202 Hey, darlin’ (Mary Vaughn, istri Sonny Lewis) ← Sonny Lewis Hai, Sayang 230 202 Sonny ← Mary Vaughn Sonny 231 204 Sonny Lewis ← Mary Vaughn (istri Sonny Lewis) Sonny Lewis 233 204 Darlin’ (Sonny Lewis) ← Mary Vaughn (istri Sonny Lewis) Sayang, yang penting itu sekarang 233 Bab 14 210 Travis ← Mary Vaughn Travis 241 212 Liz (Elizabeth Johnson, penghuni lansia) ← Beverly Liz 243 212 Beverly ← Liz Beverly 243 213 young man (Travis) ← Liz Aku mungkin sudah tua, anak muda 244 213 ma’am (Elizabeth Johnson) ← Travis Ma’am 244 213 Sarah ← Liz Johnson Sarah 244 214 Liz ← Beverly Liz 244 214 You ← Liz Kau 244 214 Sarah ← Liz Sarah 244 214 the two of you (Liz & Beverly) ← Travis kalian 245 214 Liz ← Travis Liz 245 214 the rest of you (Liz & Beverly) ← Travis kalian semua 245 215 young man (Travis) ← Liz Baiklah, anak muda 246 216 young man (Travis) ← Liz Anak muda, kurasa mungkin kau orang 247 219 sweetie (Sarah) ← Annie Sarah, Sayang 251 220 You two (Annie & Trevor) ← Sarah Kalian berdua 251 222 Raylene ← Annie Raylene 254 223 You two (Travis & Sarah) ← Raylene Kalian berdua 254 223 Sarah ← Raylene Sarah 254 Bab 15 225 the two of you (Travis & Sarah) ← Liz Kalian berdua 258 230 Travis ← Sarah Travis 263 231 Sonny ← Mary Vaughn Sonny 264 231 Folks (Liz, tuan rumah, Travis, Sarah) Semuanya, kukira kami harus 264 231 Liz ← Mary Vaughn Liz 264 232 sweetheart (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Tetaplah tenang, Sayang 265 234 sweetheart (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Kita bisa melakukannya, Sayang 267 236 Sarah ← Travis Sarah 269 237 sugar (Sarah) ← Travis seperti biasa, Manis 271 237 Mommy (Sarah) ← Tommy Boleh ‘kan, Mom 271 238 Mommy (Sarah) ← Tommy Mommy, aku boleh pergi dulu, ya? 272
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 16 243 kids (pemain bola) ← Travis Baiklah, Anak-anak, 277 243 Mommy (Sarah) ← Tommy Ya, please, Mommy 278 244 Annie ← Travis Annie 278 245 Sarah ← Travis Sarah 280 246 Travis ← Sarah Travis 281 247 Sarah ← Travis Sarah 282 248 you two (Travis & Sarah) kalian berdua 283 249 Travis ← Sarah Travis 284 250 Travis ← Tom Travis 285 251 Tom ← Travis Tom 286 251 the two of you (Tom & Travis) ← Annie kalian berdua 287 254 Darlin’ (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Sayang, aku tak tahu 289 254 darlin’ (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Aku tahu itu, Sayang 290 255 darlin’ (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Ayolah, Sayang 290 255 Sonny Lewis ← Mary Vaughn Sonny Lewis 291 Bab 17 257 my friend (Sarah) ← Raylene Nah, temanku 294 260 Sarah ← Raylene Sarah 297 261 Sweetie (Sarah) ← Dana Sue Sayang, kau kelihatan benar-benar cantik 298 261 Raylene ← Sarah Raylene 298 262 Sarah Price ← Travis Sarah Price 299 264 son (Travis) ← Greg McDonalds Halo, Nak 301 264 Sarah ← Greg McDonalds Sarah 301 265 Sarah ← Travis Sarah 303 266 Travis ← Sarah Travis 304 267 Sarah ← Travis Sarah 305 268 Mom (Mary Vaughn) ← Rory Sue Mom, dengan senang hati aku akan 306 269 Rory Sue ← Mary Vaughn Rory Sue 307 Bab 18 273 sugar (Sarah) ← Travis Hei, Manis 311 273 sweet thing (Sarah) ← Travis Oh, Manisku 312 274 the two of you (Travis & Sarah) ← penelepon wanita Mariah Litchfield kalian berdua 312 274 you all (Travis & Sarah) ← Mariah Litchfield Apakah kalian semua bertengkar? 313 274 Hon (Mariah Litchfield) ← Sarah Sayang, Travis dan aku 313 275 Sarah ← Sarah, bagiku kedengarannya 313 275 you two (Sarah & Travis) ← penelepon lain Mungkin kalian berdua 313 275 Sarah ← Travis Bagaimana menurutmu, Sarah 313 275 folks (pemirsa radio) ← Bill Roberts Baiklah, para pendengar 314 275 folks (pemirsa radio) ← Travis Jadi kembalilah besok pagi, Ø 314 276 sugar (Sarah) ← Travis Karena akuilah, Manis 315 278 Travis ← Sarah Travis 317 278 Sarah ← Travis Sarah 317 278 you two (Sarah & Travis) ← Rory Sue kalian berdua 317 280 Walter ← Raylene Walter 319 281 Walter Price ← Raylene [marah] Walter Price 320 284 the two of you (Sarah & Travis) ← Walter kalian berdua 323 284 Walter Price ← Sarah [marah] Walter Price 323 285 Daddy (Walter) ← Libby Daddy, kata gadis kecil itu 324 286 Walter ← Sarah Walter 325
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 19 292 Sarah Price ← Annie Sarah Price 332 293 ladies (Sarah, Annie, Rory Sue) Fokus, Nona-nona 334 297 Sugar (Sarah) ← Travis Manis, aku selalu 338 297 McDonald ← Sarah McDonald 338 298 McDonald ← Sarah McDonald 340 302 sugar (Sarah) ← Travis selama ini membicarakan aku, Manis 344 Bab 20 304 you all (Rory Sue) ← Dana Sue kau 346 304 Dad (Sonny Lewis) ← Rory Sue Aku sudah bukan enambelas tahun lagi 347 305 hon (Rory Sue) ← Mary Vaughn gaun ini tidak bagus, Sayang 347 305 Mom (Mary Vaughn) ← Rory Sue Mom 347 305 Dad (Sonny Lewis) ← Rory Sue Dad 347 306 sweetie (Rory Sue) ← Mary Sue Oh, Sayang 348 306 Mom (Mary Vaughn) ← Rory Sue Semuanya beres, Mom 349 306 worrywart (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Sudah puas, Tukang Cemas 349 307 both of you (Liz & Mary Vaughn) ← Rory Sue untuk kalian berdua 350 308 Rory Sue ← Liz Rory Sue 350 308 Rory Sue ← Travis Rory Sue 350 309 young man (Travis) ← Liz Baiklah, Anak Muda 352 310 the two of you (Sarah & Travis) ....bagaimana kalian berdua 353 310 you two (Sarah & Travis) apa yang terjadi di antara kalian 353 310 young man (Travis) ← Liz asramamu, Anak Muda. 353 310 Liz ← Travis Liz 353 311 You two (Annie & Travis) ← Raylene Kalian berdua rupanya 354 313 sugar (Sarah) ← Travis Oh, Manis 356 316 Walter ← Raylene Walter 359 317 Walter ← Raylene Walter 361 318 Raylene ← Walter Raylene 362 Bab 21 320 sugar (Sarah) ← Travis Ayolah Manis 365 320 sugar (Sarah) ← Travis sebelum sekarang, Manis 366 324 You two (Travis & Walter) ← Sarah Kalian sudah pernah bertemu 369 325 Sarah ← Travis Sarah 370 325 Walter ← Sarah Walter 370 325 the two of you (Travis & Walter) ← Sarah sekarang silakan kalian makan siang 370 330 young lady (Annie Sue) ← Dana Sue Apa kau punya rahasia, Nona 376 330 the two of you (Ty & Annie) ← Maddie apa saja yang kalian simpan 376 330 Oh my gosh ← Sarah Oh, ya ampun 376 331 Mom (Dana Sue) ← Annie Mom 377 332 Raylene ← Sarah Raylene 378 333 Raylene ← Sarah Raylene 378 333 sweetie (Raylene) ← Sarah Oh, Sayang 379 Bab 22 335 Ladies and gentlemen (pemirsa radio) ← Travis Pendengar semua 381 335 Sarah ← Travis Sarah 381 336 sugar (Sarah) ← Travis Malam, Manis 382 337 Dad (Greg McDonalds) ← Travis Trina mengejar uangmu, Dad 383 337 son (Travis) ← Greg McDonalds Kau tahu, Nak 383 339 Son (Travis) ← Greg McDonalds Nak, aku sudah putus hubungan 386 Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
344 the two of you (Travis & Sarah) ← Raylene Dan begitu kalian berdua 391 344 Sweetie (Sarah) ← Raylene Sayang 391 346 the two of you (Travis & Sarah) ← Liz kalian berdua saling memercayai 393 Bab 23 350 Sarah Price ← Travis Sarah Price 399 351 Walter ← Travis Walter 400 351 the two of you (Sarah & Walter) ← Travis bahwa kalian berdua bisa bekerja sama 400 352 Travis ← Walter Travis 401 354 you two (Travis & Walter) ← Sarah Apa kalian berdua akan 403 355 Sarah ← Travis Sarah 404 357 Walter ← Sarah Walter 406 357 you two (Sarah & Travis) ← Walter Apakah kalian serius 407 358 Walter ← Sarah Walter 408 360 Annie ← Sarah Annie 410 361 Trina ← Travis Trina 410 361 Travis ← Trina Travis 410 Bab 24 366 Travis ← Sarah Travis 416 366 Sarah ← Travis Sarah 417 366 Travis ← Sarah Travis 417 367 Sarah ← Travis Sarah 418 368 my gosh ← Raylene Oh, ya ampun 419 369 sweet heaven ← Raylene Oh, demi surga 420 370 sweetie (Sarah) ← Raylene kehidupan, tapi, Sayang, kau sudah 421 370 Sweetie (Sarah) ← Raylene Sayang, tentunya 421 370 Sarah Price ← Raylene Sarah Price 421 371 Mom and Dad (Sonny & Mary) ← Rory Sue Selamat, Mom dan Dad 422 372 Mom (Mary) ← Rory Sue Pilih saja yang mana yang Mom suka 423 [dom] 374 you idiot (Travis) ← Bill Roberts Lupakan Walter, dasar idiot 425 376 Sarah Price ←Travis Sarah Price 428 377 Sarah Price ← Travis Sarah Price 429 378 Sarah ← Travis Sarah 430
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Desak Nyoman Pusparini
HASIL WAWANCARA BSU BSA
: J.T. Ellison. (2008). All The Pretty Girls. Harlequin. : Desak Nyoman P. (2011). Pencekik dari Selatan. Violetbooks, Gramedia
Bab 3 8 man (Det. Pete Fitzgerald) ← Det. Marcus Wade Man 13 [mengapa tidak dipadankan dengan bung atau kawan] Jawab: untuk memberikan kesan gaul. Karena di antara anak-anak muda zaman sekarang yang sudah akrab, istilah “man” sering digunakan. 14 you guys (Baldwin & para detektif) ← Taylor kalian 20 [mengapa tidak Anda sekalian] Jawab: karena ‘Anda sekalian’ kesannya terlalu resmi. 16 Officer (petugas patroli muda) ← Taylor Kau menemukan sesuatu Ø 22 [mengapa tidak dipadankan dengan petugas atau opsir] Jawab: Karena di 16 Lieutenant (Taylor) ← petugas patroli muda Letnan 22 [mengapa digunakan letnan dl BI pangkat di kepolisian bukan letnan] Jawab: demi dialog yang mengalir, saya ikuti istilah aslinya. 16 Special Agent (Baldwin) ← Taylor Agen Khusus 22 [mengapa dipadankan dengan agen khusus apakah mengikuti latar cerita BSu] Jawab: Iya Bab 4 22 sweetie (Taylor) ← Baldwin Sayang 28 [apakah tidak ada kata lain selain sayang] Jawab: demi rasa bahasa 29 ma’am (Taylor) ← petugas TKP Ma’am 36 [mengapa tidak dipadankan dengan bu atau ibu agar memberi konteks yang sama dengan TSu] Jawab: saya mengikuti gaya selingkung penerbit. Sebelum mulai menerjemah ini, saya sempat survei beberapa novel terbitan Gramedia untuk mencocokkan gaya selingkungnya. (M: setia; T: eksotisme) Bab 6 40 Doc (dr. Sam Loughley) ← Tim (asisten dr. Sam) Dok 48 [mengapa tidak dokter] Jawab: sapaan (lisan) untuk dokter memang umumnya adalah: dok. Bab 7 45 Cap (Kapten Mitchell Price, atasan Taylor) ← Letnan Taylor Jackson Kapten 53 [mengapa tidak Kap sebagai singkatan dari Cap] Jawab: karena ‘kapten’ tidak umum/lazim disingkat dengan ‘kap’ beda dengan ‘dok’ yang memang sudah umum. 46 Are you kidding me, Ø ← Taylor Anda bercanda, Kapten 54 [mengapa dihadirkan Kapten padahal di dalam TSu tidak ada? Jawab: Memang di TSu tidak ada, tapi konteksnya jelas yang diajak bicara adalah seorang kapten. Saya sengaja tambahkan objek supaya kalimatnya lebih enak. Lagi-lagi masalah ‘rasa bahasa’. (M: komunikatif; T: eksplisitasi) 46 Captain (Kapten Mitchell Price) ← Letnan Taylor Jackson Kapten 55 [mengapa digunakan kapten, dl BI pangkat di kepolisian bukan kapten]
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Jawab: demi dialog yang mengalir, saya ikuti istilah aslinya (M: komunikatif; T: padanan lazim). 47 babe (Baldwin) ← Taylor Jackson Sayang 55 [apakah tidak ada kata lain selain sayang] Jawab: lebih umum dan sudah familiar. (M: komunikatif; T: konvergensi) Bab 9 56 man (Jerry Grimes) ← Baldwin Kawan 66 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, sobat, rekan?] Jawab: hanya masalah selera (M: idiomatis; T: konvergensi) 61 man (Jerry) ← Baldwin Man 71 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, sobat, rekan, atau yang lain?] Jawab: biar lebih gaul. (M: eksotis ; T: konvergensi) Bab 10 64 By the way, Officer, I’ve been communicating (polisi) ← Whitney Connolly Omong-omong, Ø selama ini aku 74 [mengapa tidak dipadankan?] Jawab: saya mengambil maknanya kemudian membuat kalimat sendiri demi rasa bahasa yang mengalir. (M: komunikatif; T: implisitasi) Bab 11 71—72 Dr. Allen (dokter yang melakukan otopsi atas Shauna Lyn Davidson) ← Baldwin Dr. Allen 82 [mengapa tidak dipadankan dengan dr Allen sebagai bentuk yang sepadan dengan kaidah penulisan dokter? Jawab: saya pakai kapital karena ada di awal kalimat. (M: komunikatif; T: padanan lazim) Bab 12 81 Special Agent (Baldwin) ← Taylor Agen Khusus 93 [mengapa tidak dipadankan Agen FBI?] Jawab: mengikuti istilah aslinya. (M: harfiah; T: kalke) Bab 13 91 Jesus ← Betsy Ya Tuhan 103 [[mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Jawab: agar tidak terlalu spesifik. (M: adaptasi/komunkatif; T: generalisasi) Bab 14 92 Sheriff (Terrence Pascoe, petugas kepolisian yang menangani kasus pembunuhan) ← Baldwin Sherrif 105 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Jawab: saya mengikuti gaya yang biasa dipakai oleh penerbit. (M: setia; T: eksotisme) 98 sugar (Baldwin) ← Lurene (pelayan restoran Jo’s Diner) Sayang 111[mengapa tidak dipadankan dengan manis?] 98 Eugene (koki Jo’s Diner) ← Lurene (pelayan restoran Jo’s Diner) Eugene 111 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Eugene agar terjemahan tidak tampak seperti hasil penerjemahan?] Jawab: Berusaha mengikuti aslinya (bukan Mr. Eugene), karena mereka tampaknya sudah sangat akrab sehingga tak ada jarak di antara mereka. (M: setia; T: pinjaman budaya) 99 Sugar (Baldwin) ← Lurene Sayang 112 [mengapa posisi Sugar di depan, posisi Sayang di belakang kaliamat? Apakah penerjemah memiliki maksud dan tujuan?] Jawab: Hanya untuk variasi, yang penting maknanya tak bergeser. (M: komunikatif; T: transposisi lompat) 99 ma’am (Lurene) ← Grimes Ma’am 112 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Jawab: Mengikuti panduan yang diberikan oleh penerbit (M: setia; T: eksotisme)
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
100 Honey (Baldwin) ← Lurene Sayang 113 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk lain manis?] 100 Didn’t linger like you men (Baldwin & Grimes) ← Lurene kau 114 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda berdua? Karena mempertimbangkan hubungan sosial di antara partisipan] Jawab: Karena mereka sudah temenan sangat akrab dan menjadi pelanggan tetap di sana (M: semantis; T: pinjaman budaya). 103 God ← Grimes astaga 117 [mengapa tidak dipadankan dengan Ya Tuhan] 103 Jesus ← Grimes Aduh 117 [mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Bab 16 112 LT (Taylor) ← Lincoln Ross (detektif berbakat di bidang komputer) LT 126[mengapa tidak dipadankan dengan Taylor atau yng lain?] Jawab: selama masih memungkinkan saya berusaha mengikuti aslinya dengan pertimbangan pembaca masih bisa mengerti. (M: setia; T: eksotisme) 112 Loot [singk. Lieutenant] (Taylor) ← Lincoln LT 127 [mengapa tidak dipadankan dengan Loot juga?] Jawab: Karena saya merasa ‘Loot’ kurang berterima di Indonesia dan khawatir bikin bingung pembaca. (M: setia; T: substitusi) 114 puppy (Marcus Wade) ← Taylor Sayang 128 [mengapa tidak dipadankan dengan begitu? Apakah puppy berarti sayang] Jawab: “Sayang” di sini untuk menekankan kedekatan/keakraban mereka. (M: idiomatic; T: metafora) 115 boss (Taylor) ← Lincoln Ross bos 130 [mengapa tidak dipadankan begitu?] 116 my favorite cop? ← dr. Gregory polisi favoritku? 131 [mengapa tidak dipadankan begitu?] Jawab: Ada unsur canda dalam sapaan ini (M: komunikatif; T: padanan kontekstual) 117 honey (Taylor) ← dr. Gregory Sayang 131 [mengapa tidak dipadankan begitu padahal hubungan dokter dengan pasien bukan hubungan asmara?] Jawab: Sapaan ‘Sayang’ tak mesti karena ada hubungan asmara. Bisa juga untuk menunjukkan kedekatan hubungan seperti halnya di antara keluarga. (M: komunikatif; T: padanan kontekstual) Bab 18 131 Page (asisten jaksa wilayah yang mewakili Davidson County) ← Taylor Page 145 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa seperti Bu Page?] Jawab: Sesuai panduan. (M: setia; T: pinjaman budaya) 138 Price ← Taylor Price 153 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Price karena budaya BI melazimkan pemanggilan kepada atasan dengan Pak, karena Price adalah atasan Taylor?] Jawab: Idem dengan di atas. (M: setia; T: pinjaman budaya) Bab 19 141 sunshine (Taylor) ← Sam Sunshine 157 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Jawab: Julukan tidak diterjemahkan sesuai panduan yang diberikan. (M: setia; T: pinjaman budaya) 142 honey (Taylor) ← Sam Sayang 158 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain padahal Sam dan Taylor sahabat bukan sepasang kekasih?] 143 Get it all out of your system now, girl, because Lampiaskan semuanya sekarang, Ø, karena 159 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Jawab: Saya mengambil makna dari idiom tersebut. (M: idiomatis; T: pelesapan) 144 Sweetie (Taylor) ← Sam Sayang 159 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa yang wajar? Karena hubungan Sam dan Taylor adalah sahabat?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Jawab: Sapaan ‘Sayang’ tak mesti karena ada hubungan asmara. Bisa juga untuk menunjukkan kedekatan hubungan seperti halnya di antara keluarga. (M: komunikatif; T: padanan kontekstual) Bab 21 150 honey (Taylor) ← Baldwin Sayang 165 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 150 babe (Baldwin) ← Taylor Sayang 165[mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 150 sweetheart (Taylor) ← Baldwin Sayang 165 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa lain?] 151 Garrett ← Baldwin Garrett 166 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Garret karena Garret adalah bos perusahaan?] Jawab: Sesuai panduan. (M: setia; T: pinjaman budaya) 151 You take care, Ø ← Baldwin Sampai jumpa, Sherriff 167 [mengapa tidak dipadankan dengan bentuk BSa?] Jawab: Saya tak selalu menerjemah kata per kata, tapi lebih sering melihat makna dan konteksnya. (M: setia; T: eksplisitasi) Bab 22 154 girl (Taylor) ← Sam Sayang 170 [mengapa dipadankan dengan Sayang padahal hubungan keduanya hubungan sahabat?] Jawab: Karena mereka bersahabat sangat sangat dekat dan saling peduli. 157 honey (Sam) ← Taylor Sayang 172 [mengapa dipadankan dengan Sayang padahal hubungan keduanya hubungan sahabat?] Jawab: idem dengan di atas, makanya di teks asli digunakan “honey”. 164 You’ve got some blood on you Ø (Sam) ← Taylor Sam 180 [mengapa Sam dimunculkan di dalam BSa?] Jawab: Saya berusaha memberi informasi sejelas mungkin pada pembaca bahwa darah itu ada pada Sam. 164 T (Taylor) ← Sam T 180 Bab 23 166 Agent (Baldwin) ← sersan muda gempal berambut merah pada pembunuhan Marni Fischer Agen 183 167 Sergeant (sersan muda gempal berambut merah) ← Baldwin Sersan 184 167 Mr. F BEE EYE agent (Baldwin) ← sersan muda Mr. Agen F BEE EYE 184 167 Sergeant ← Baldwin Sersan 184 168 sir (Baldwin) ← sersan muda Sir 184 168 son (sersan muda) ← Baldwin Nak 185 Bab 24 176 Ms. Johnson ← Marcus Wade (black man) Ms. Johnson 194 177 ma’am ← Marcus Wade Ma’am 195 Jawab: Sesuai panduan yang diberikan. Bab 25 181 darlin’ (pria penculik) ← Christina Dale (korban penculikan) Sayang 199 Jawab: Karena Christina menikmati apa yang dialaminya dan menyukai si penculik sehingga dia memanggilnya “Sayang.” Bab 26 185 C’mon, guys, spit it out (Lincoln & Marcus) ← Taylor Ayo, Ø, katakan semuanya. 203 Jawab: Mengambil makna dari idiom tersebut.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
186 And boys, I’m sure I don’t need to remind... Dan Boys, aku yakin aku tidak perlu mengingatkan.... 204 Jawab: Agar terdengar akrab dan gaul. 187 Uninsulate him for me Ø ← Taylor Bongkar perlindungannya buatku, Fitz 205 188 sugar Sayang 206 [mengapa diterjemahkan dengan sayang padahal Fitz bukan kekasih Taylor] 188 boss (Mitchell) ← Taylor Bos 207 [mengapa dipadankan dengan bos] 194 Mrs. Buckley (Quinn) ← Taylor Mrs. Buckley 213 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Buckley] Jawab: Sesuai panduan dari penerbit. 198 Sigñora Quinn ← Gabrielle (pelayan rumah tangga Quinn asal Italia) Sigñora Quinn 216 [mengapa dipadankan dengan Bu Quinn] Jawab: Sesuai panduan yang diberikan yaitu sapaan dalam bahasa asing tidak diterjemahkan.
Bab 27 208 Mr. Jones (Ishmael Jones, resepsionis hotel murahan) ← Baldwin Mr. Jones 226 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Jones] 209 I don’t know, sir (Mr. Jones) ← Baldwin Aku tidak tahu Ø 227 [mengapa sir tidak dipadankan?] Bab 30 234 sweetie (Taylor) ← Baldwin Sayang 254 [mengapa tidak dipadankan dengan ungkapan lain, misalnya manis, cinta, dll] Bab 31 238 cara (Noelle Pazia) ← Giovanni (ayah Noelle) Sayang 258 [mengapa dipadankan dengan catatan kaki, tetapi tidak diganti langsung di dalam tubuh teks?] Jawab: Sesuai panduan, kalau ada istilah yang unik (non-English) dan tidak umum, agar dibiarkan sesuai aslinya tapi beri catatan kaki. Bab 32 244 honey (Baldwin) ← Taylor Sayang 265 [mengapa dipadankan dengan sayang] 244 hon (Baldwin) ← Taylor Sayang 266 [mengapa dipadankan dengan ungkapan yang lebih panjang Sayang, bukan dengan Say saja?] 245 Jesus, Baldwin ← Taylor Tuhan, Baldwin 266 [mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Jawab: Agar tak terlalu spesifik. 247 Sir (Baldwin) ← operator telepon Sir 268 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] 247 ma’am (operator telepon) ← Baldwin Ma’am 268 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu?] 248 Agent Baldwin ← Louis Sherwood (CEO Health Partners) Agen Baldwin 269 [mengapa tidak dipadankan dengan Agen FBI Baldwin, yang dikhawatirkan Baldwin adalah agen perusahaan?]
Bab 35 260 guys (Lincoln & Marcus) ← Taylor kawan 282 [mengapa tidak dipadankan dengan temanteman, bapak-bapak?] 260 lady (Taylor) ← Lincoln Manis 282 [mengapa tidak dipadankan dengan nona atau nyonya atau Bu?] 266 I know, man, I’m grasping at straws. ← Grimes Ø 289 [mengapa tidak dipadankan dengan bung, kawan, sobat?] Bab 36 268 sir (Grimes) ← Suster Brooks (pusat kesehatan mahasiswa Universitas North Carlina) Sir 290 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
268 Are you done, lady? (Suster Brooks) ← Grimes Apa kau sudah selesai, Ø 291 [mengapa tidak dipadankan?] Jawab: Dalam panduan yang diberikan oleh penerbit, semua sapaan jangan diterjemahkan. Saya agak bingung ‘Lady’ mau diterjemahkan jadi apa? Akhirnya, tidak saya terjemahkan, yg penting pembaca masih mengerti maksudnya. Jadi, saya biarkan editor yang mengambil keputusan. 269 Lady, tell me who it was or... (Suster Brooks) ← Grimes Ø, tolong katakan siapa atau... 291 [mengapa tidak dipadankan?] 270 dear (operator kampus North Carolina) ← Suster Brooks Sayang 292 [mengapa dipadankan dengan Sayang, padahal antara Suster Brooks dan operator bukan sepasang kekaksih?] Jawab: Seperti yg saya bilang di beberapa jawaban di atas, “Sayang” tak selalu berarti ada hubungan kekasih. 275 Dad (Grimes) ← anak laki-laki Grimes Dad 298 [mengapa tidak dipadankan dengan Yah atau Ayah atau Papa?] Jawab: Sesuai panduan 276 sir (Grimes) ← petugas hotel Sir 299 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] Jawab: Idem Bab 37 281 son (Baldwin) ← Sherwood Nak 304 [mengapa tidak dipadankan dengan Nak padahal Baldwin bukan anak Sherwood?] Jawab: Karena Sherwood jauh lebih tua dari Baldwin dan dia seolah-olah bicara dengan seorang anak untuk menekankan perbedaan level umur mereka. 282 Mr. Sherwood ← Baldwin Mr. Sherwood 305 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Sherwood?] 283 you FBI boys (Grimes, Baldwin, & orang-orang FBI) orang-orang FBI 306 [mengapa tidak dipadankan dengan kalian orang FBI?] Jawab: Saya merasa lebih cocok menggunakan “orang-orang FBI” karena yang dimaksud adalah orangorang FBI pada umumnya. 286 man (Det. Mike Moss) ← Baldwin Bung 309 [mengapa tidak dipadankan dengan Bung, bukan dengan sobat, teman, kawan?] Jawab: Hanya variasi 290 keep moving forward Ø (Baldwin) ← Garret Woods Baldwin 315 [mengapa dihadirkan nama Baldwin di dalam BSa?] Jawab: Hanya untuk memperjelas kalimat itu. Bab 38 294 you guys (Lincoln & Marcus) ← Taylor kalian 318 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] Jawab: Karena kalau menggunakan “Anda sekalian” akan terkesan terlalu formal. Bab 39 298 Christ, would you quit dilly-dallying.... ← Taylor Astaga, jangan buang-buang waktu lagi, .... 322 [mengapa tidak dipadankan dengan Kristus?] Jawab: Terdengar lebih cocok dan nyaman dibaca. 299 Baby (Taylor) ← Baldwin Sayang 323 [mengapa tidak dipadankan dengan ungkapan seperti sayang, manis, cinta?]
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Bab 40 304 boys (anak kembar identik kerdil dalam infokomersial: mimpi) ← Taylor anak-anak 328 [mengapa tidak dipadankan dengan anak laki-laki?] Jawab: Dalam ranah lisan, penyebutan ‘anak laki-laki’ terasa janggal dalam kalimat ini. 305 Then go away, Dispatch Kalau begitu ya sudah Ø 329 [mengapa tidak dipadankan?] 305 Where’s the scene, Dispatch? ← Taylor Di mana kejadiannya Ø? 329 [mengapa tidak dipadankan?] 305 Got it, Dispatch ← Taylor Baik Ø. 329 [mengapa tidak dipadankan?] 311 Get off me, you pigs! (petugas kepolisian + Marcus, Lincoln, Taylor) ← tersangka Lepaskan aku, Bangsat! 336 [mengapa tidak dipadankan dengan babi kalian?] Jawab: Yang ini saya sungguh lupa, apakah saya memang menggunakan kata “Bangsat” atau telah diubah. Rasanya saya menyebut “Babi” (maaf, novel ini sudah cukup lama dan ada beberapa bagian yang saya tak ingat persis). 312 Shut up, you crazy motherfucker (petugas kepolisian) ← Norville Turner (tersangka) Diam, kau bangsat 336 [mengapa tidak dipadankan dengan pemesum ibu, penyetubuh ibu, atau diterjemahkan secara harfiah?] Jawab: Saya menghindari penerjemahan secara harfiah kalau terdengar kurang natural atau aneh. 313 Folks (petugas polisi + Marcus + Taylor) ← Lincoln Kawan-kawan 337 [mengapa tidak dipadankan dengan Bapak-bapak?] 313 You got nothin’ on me, pigs! (Lincoln) ← Norville Turner Kau tidak punya alasan menangkapku, Bangsat! 337 [mengapa tidak dipadankan dengan babi?] (Ini senada dengan salah satu pertanyaan di atas yang sudah saya jawab) 313 you dumb ass (Norville) ← Taylor Bodoh 337 [mengapa tidak dipadankan dengan pantat kalian bodoh?] Jawab: Karena akan terdengar aneh dan tak masuk dalam rasa bahasa saya. 313 Stupid cunt (Taylor) ← Norville Turner Perempuan tolol 337 [mengapa tidak dipadankan dengan silit bodoh atau vagina bodoh atau memek bodoh? Maaf, Mbak, karena digunakan buat penelitian, terpaksa saya menanyakan dgn sangat vulgar] Jawab: Sekali lagi karena saya menggunakan “rasa bahasa” yang nyaman di dengar tanpa kehilangan makna yang dimaksud. 314 Gotcha, boss (Capt. Mitchell Price) ← Taylor Siap, Bos. 339 [mengapa dipadankan dengan bos?] Jawab: Ada unsur canda di sini agar tak terlalu tegang. 314 You’re gonna have one helluva shiner in a couple of hours, Ø (Capt. Mitchell Price) ← Taylor Wah, beberapa jam lagi matamu pasti biru lebam, Bos 339 [mengapa bos dihadirkan di dalam BSa padahal di dalam BSu kata boss tidak ada?] Jawab: Hanya untuk lebih memperjelas
Bab 42 326 sir (Baldwin) ← Taylor Pak 351 [mengapa tidak tetap dipertahankan dengan sir: tidak konsisten?] Jawab: Wah, iya, saya tidak konsiten di sini. Tampaknya ada yang terlewat dari editing yang saya lakukan. Harusnya tetap pakai “Sir” :D 326 sweetie (Baldwin) ← Taylor Sayang 352 [mengapa tidak dipadankan dengan manis, cinta?] 327 Mr. Clark ← pembawa acara Mr. Clark 353 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Clark?] 328 Miss Simone (Serene, sahabat Ivy) ← pembawa acara Miss Simone 354 [mengapa tidak dipadankan dengan Nona Simone?] Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Jawabannya sudah ada di pertanyaan2 sebelumnya. Bab 44 333 Sweetheart (Reese) ← Quinn Sayang 359 [mengapa tidak dipadankan dengan cinta atau adik?] 333 Quinn ← Reese Quinn 359 [mengapa tidak dipadankan dengan Kak Quinn?] 334 honey (Reese) ← Quinn Sayang 360 [mengapa tidak dipadankan dengan cinta atau adik?] 336 Mr. Baldwin ← Quinn Mr. Baldwin 363 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Baldwin?] 336 Mrs. Buckley ← Baldwin Mrs. Buckley 363 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Buckley?] 341 Jesus ← Quinn Astaga 368 [[mengapa tidak dipadankan dengan Yesus?] Jawab: Keenam pertanyaan ini sudah terjawab di beberapa pertanyaan di atas. Bab 45 344 you guys (Fitz, Lincoln, Marcus, Capt. Price) ← Taylor kalian 371 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] 347 sir (Jake Buckley) ← Taylor Sir 374 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak?] 348 little lady (Taylor) ← Jake Buckley Nona 375 [mengapa tidak dipadankan dengan Nona Kecil?] 348 you people (kepolisian metro/departemen) ← Jake Buckley Kalian 375 [mengapa tidak dipadankan dengan Anda sekalian?] 349 Detective (Taylor) ← Jake Buckley Detektif 377 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Detektif?] 351 girl (Taylor) ← Price Nak 379 [mengapa dipadankan dengan Nak? Padahal hubungan Taylor dan Price bukan anak-ayah, hanya hubungan kerja] Jawab: Price menempatkan diri sebagai orangtua dan memang mereka berdua cukup akrab. 352 Mr. Fed (julukan agen federal bagi Baldwin) ← Fitz Mr. Fed 380 [mengapa tidak dipadankan dengan Pak Federal?] Jawab: Di sini saya juga mempertimbangkan ‘rasa bahasa’ karena Pak Federal terdengar sangat aneh. Bab 46 358 hon (Taylor) ← Baldwin Sayang 386 [mengapa Sayang tidak dipendekkan seperti Hon, misalnya Say?] 359 Lord, Baldwin ← Taylor Astaga, Baldwin 388 [mengapa tidak dipadankan dengan Tuhan?] Jawab: Dalam konteks ini, lebih cocok pakai ‘Astaga’ karena penyebutan ‘Lord’ di sini menunjukkan kekagetan. Bab 48 368 ma’am (Isabella, saksi) ← Baldwin Ma’am 397 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu?] 369 Isabella ← Baldwin Isabella 397 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu Isabella karena hubungan social Baldwin dan Isabella belum akrab dan usia Isabella lebih tua drpd Baldwin?] Jawab: Berusaha sedekat mungkin dengan aslinya, karena aslinya tanpa sapaan. Bab 49 372 Jesus, lady ← Jake Buckley Astaga Nona 400 [mengapa tidak dipadankan dengan Bu kepada Taylor?] Jawab: Supaya terkesan lebih ‘nyastra’, kalau “Bu” terkesan kaku. Bab 52 388 you little shit (anak Quinn) ← Reese bocah kecil brengsek 418—9 [mengapa tidak dipadankan dengan bocah tai kecil?] Jawab: Saya berusaha tak memakai kata yang terkesan jorok dengan tetap mencari makna yang hampir sama atau mendekati sama.[M: kounikatif; T: penghalusan]
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Ingrid D. Nimpoeno
HASIL WAWANCARA BSU BSA
: Dan Brown. 2009. The Lost Symbol. Doubleday. : Ingrid D. Nimpoeno. 2010. The Lost Symbol. Bentang.
Arie, Saya akan coba memberi komentar berdasarkan pengalaman saya bekerja sama dengan beberapa penerbit hingga sekarang. 1. Seperti yang saya kemukakan lewat WA, kebijakan setiap penerbit memang berbeda-beda mengenai apakah Mr. & Mrs. dibiarkan saja atau diterjemahkan menjadi Pak & Bu atau Bapak dan Ibu. 2. Kata sapaan dalam percakapan langsung, seperti misalnya son, sir, mam/ma'am biasanya saya terjemahkan menjadi nak, pak, bu supaya percakapannya kedengaran luwes dan mengalir. 3. Panggilan Mom & Dad, Ma & Pa, Mommy & Daddy biasanya saya pertahankan supaya keakrabannya lebih terasa. Namun, panggilan resmi mother & father biasanya saya terjemahkan menjadi Ibu & ayah, yang sama resminya. 4. Sama seperti Mr. & Mrs., kebijakan setiap penerbit juga berbeda-beda mengenai apakah Ms./Miss. dibiarkan saja atau diterjemahkan menjadi Nona. Dalam Lost Symbol, karena Mr. & Mrs. tidak diterjemahkan, saya juga tidak menerjemahkan Ms. Namun, karena menurut saya sebutan Ms. bisa membingungkan pembaca, saya ganti dengan sebutan Miss yang lebih umum. 5. Sebutan my friends saya terjemahkan menjadi sobat-sobat supaya percakapannya kedengaran lwes dan mengalir. Kalau diterjemahkan menjadi teman-teman kesannya kaku. 6. Panggilan yang menunjukkan jabatan, seperti misalnya chief dan sherrif, biasanya saya pertahankan karena memang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Kalau diterjemahkan menjadi pak/bu kesannya tidak menunjukkan jabatan mereka. 7. Folks saya padankan dengan 'semuanya', karena panggilan itu ditujukan kepada semua orang secara umum. Kalau konteksnya lain, misalnya ditujukan kepada teman-teman si pembicara, mungkin bisa saya padankan dengan sobat-sobat.
Semoga jawaban di atas membantu.
Salam, Ingrid
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Dina Begum
HASIL WAWANCARA BSU BSA
: Sherryl Woods. 2010. Sweet Tea at Sunrise. Harlequin. : Dina Begum. 2011. Jalinan Hati. Violetbooks, Gramedia.
Selasa, 13 Januari 2015, pukul 14.52. Pak Arie yang baik, Novel Sweet Tea at Sunrise merupakan buku ke-6 dari seri The Sweet Magnolias yang terdiri dari 11 buku karya Sherryl Woods. Penerbitnya tidak memakai satu penerjemah untuk menerjemahkan ke-11 buku tersebut. Oleh karena itu, mereka memberikan panduan penerjemahan (terlampir). Namun, berikut jawaban saya pribadi 1. Mengapa Ibu tetap mempertahankan kata-kata asing (terlampir), seperti dad, mom, mommy, daddy, dan kata asing lain di dalam teks-teks terjemahan? Ini dilakukan semata-mata untuk mempertahankan rasa bahasa karena kisah ini mengambil tempat di sebuah kota kecil di Amerika. Karena sasaran pembacanya orang dewasa, mereka dianggap sudah mengerti makna kata-kata asing tersebut tanpa perlu mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Indonesia. 2. Apa alasan Ibu memilih terjemahan (terlampir) yang seperti itu? 3. Apakah Ibu ada alasan lain di luar bahasa untuk terjemahan seperti data yang terlampir? Kembali ke alasan saya untuk poin 1: mempertahankan rasa bahasa. Dalam menerjemahkan, terutama kisah untuk orang dewasa, saya mempertimbangkan budaya dan norma yang berlaku di negara tempat kisah ini berlangsung. Di barat, orang biasa menyapa orang lain selain orantuanya dengan menyebutkan nama walaupun usia mereka terpaut jauh. Misalnya tokoh Sarah yang menyapa Grace Wharton dengan Grace (hal. 7), tokoh Jeanette (istri Tom) menyapa Travis McDonald dengan Travis (hal 20) dan seterusnya. Dalam menerjemahkan panggilan akrab seperti “sweetie,” “honey” menjadi “Sayang” dan “sugar” menjadi “Manis” saya menyesuaikannya dengan kebiasaan kita. Kita tidak memanggil pasangan kita dengan “madu” atau “gula” bukan? Alasan saya menerjemahkan “sweetie” menjadi “Sayang” adalah karena “Manis” sudah saya pakai sebagai padanan “sugar.” Begitu pula dengan saat menerjemahkan “girls,” “pal,” “son,” “darlin’,” “young man” saya menyesuaikannya dengan adab di Indonesia (bahasa sasaran). “y’all” adalah kependekan dari “you all” sehingga saya menerjemahkannya menjadi “kalian semua” sesuai dengan konteks. Referensi: http://www.urbandictionary.com/define.php?term=y%27all 274 Hon (Mariah Litchfield) ← Sarah Sayang 313. “Hon” adalah kependekan dari “honey.” 63. Sarah Price ← Travis Sarah Price (hal 75). 79 Sonny Lewis (suami Mary Vaughn) ← Mary Vaughn Sonny Lewis 94 79 Sonny Lewis (suami Mary Vaughn) ← Mary Vaughn Sonny Lewis 94 Sayangnya saya sudah tidak punya lagi buku aslinya. Apa Bapak punya? Saya yakin ini mengikuti teks sumber. 69. you two (Sarah & Walter) ← Raylene Kalian berdua 83. 85 the two of you (Bill & Travis) ← Sarah kalian berdua 99 91 both of you (Sarah & Travis) ← Jeanette kalian berdua 106 104 You two (Travis & Sarah) ← Bill Roberts kalian berdua 120 Saya kurang mengerti mengapa ini dipertanyakan. “You two” dan “both of you” artinya “kalian berdua.” 275 folks (pemirsa radio) ← Bill Roberts Baiklah, para pendengar 314 Diterjemahkan sesuai konteks, karena Bill sedang siaran dan berbicara kepada pendengarnya sehingga “folks” diterjemahkan menjadi “para pendengar.” 306 worrywart (Mary Vaughn) ← Sonny Lewis Sudah puas, Tukang Cemas 349 Saya menerjemahkan ini berdasarkan rujukan berikut: http://www.urbandictionary.com/define.php?term=Worry+Wart
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.
330 Oh my gosh ← Sarah Oh, ya ampun 376 “Oh my gosh” di sini merupakan pelesetan dari “Oh my God,” mengisyaratkan pembicaranya kaget. Dalam keadaan seperti itu, kita cukup mengucapkan “ya ampun” bukannya “ya Tuhan.” 335 Ladies and gentlemen (pemirsa radio) ← Travis Pendengar semua 381 Padanan “Ibu-ibu dan bapak-bapak” dalam hal ini terasa kaku, sehingga saya menerjemahkannya sebagai “Pendengar semua.”
Saya sudah tidak punya naskah aslinya jadi tidak bisa memeriksa bagaimana kalimat aslinya maupun konteksnya sehingga tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan, di antaranya: 116 man (Travis) ← Rick si Roket (karyawan radio Travis) Tapi kau sudah mendengar rekamanku, kan Ø 135 117 man (Travis) ← Rick si Roket Hubungan kami sudah tidak baik Ø 135 135 Mother ← Walter Mom 157
22 Mei 2015 1. Mother (hl 134 novel e-book) dipadankan dengan mom (hlm. 155 novel terjemahan). mengapa tidak dengan Ibu, mama, atau bunda? - Mohon diingat, ini buku berseri, saya harus menyesuaikan terjemahan buku-buku sebelumnya. Ibu, mama, atau bunda tidak konsisten dengan terjemahan sebelumnya.
2. You (hlm 330 novel e-book) dipadankan dengan mom (hlm 376 novel terjemahan). Mengapa tidak dengan Bu, Ibu, mama, atau bunda? - Sejak awal, novel ini tidak menggunakan istilah Bu, Ibu, mama, atau bunda sehingga penggunaan kata-kata tersebut tidak akan konsisten dan merusak kenikmatan membaca. 3. Sugar (hlm 98/99 novel e-book) dipadankan dengan Sayang (hlm 112) tetapi posisinya terbalik, yang Sugar di depan kalimat, sedangkan Sayang di belakang kalimat.Mengapa tidak berada di posisi yang sama dengan Teks Sumber? - Menurut saya itu lebih enak dibaca.
Universitas Indonesia Strategi, ideologi..., Arie Andra Syah Isa, FIB UI, 2015.