ANALISIS STRUKTUR PERMODALAN USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) DAN KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Cynthia Putri Prameswari NIM H14100121
ABSTRAK CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI. Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI. Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia, namun sudah banyak upaya pemerintah dalam meningkatkan aksesibilitas UMK terhadap lembaga keuangan. Dengan demikian, tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan modal luar oleh pengusaha UMK dan pengaruhnya terhadap perkembangan usaha. Metode aregresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan modal luar dan metode Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk menganalisis dampak modal luar terhadap perkembangan usaha. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik struktur usaha pengusaha kecil dan pengusaha mikro dimana keragaman usaha kecil lebih baik daripada usaha mikro baik dari sisi tingkat pendidikan, aset, omset maupun kelayakan usaha. Dari sisi struktur permodalan, hanya sebagian kecil pengusaha mikro yang memanfaatkan modal luar, sebaliknya dengan pengusaha kecil. Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang memengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar adalah usia responden, pendapatan, aset dan omset. Berdasarkan hasil olahan menggunakan OLS variabel yang signifikan terhadap perkembangan keuntungan usaha adalah usia responden, dummy jenis usaha, omset dan modal luar. Kata kunci: Ordinary Least Square (OLS), regresi logistik, struktur permodalan, UMK
ABTRACK CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI. An alaysis of the capital structure of Micro and Small Enterprise (MSEs) and its relation business development in Bogor. Supervised by YETI LIS PURNAMADEWI Micro and small enterprises (MSEs) have a very important role for Indonesian economy. However, many effort from government to increase the accessibility of MSEs to financial institutions. Thus, this study was analyzing of factors affecting the demand for external capital MSEs and the impact of external capital to business development. Factors affecting the demand for external MSEs were determined by logistic regression model. Ordinary Least Square (OLS) method is used to analyze the impact of external capital to business development. The study shows that there are differences in the characteristics of the structure of the business on MSEs. The diversity of small enterprises is better than micro enterprises in terms of education level, assets, omzet and business feasibility. In terms of capital structure, only a small proportion of micro enterprises that uses external the capital, in contrast with the small enterprises. Logistic regression results indicated that factors affecting MSEs access to external capital are age, income, asset and omzet. Based on the result from OLS indicate significant
variables on profits are age of the respondents, dummy type of business, omzet and external capital. Keywords: capital structure, logistic regression method, MSEs, Ordinary Least Square (OLS)
ANALISIS STRUKTUR PERMODALAN USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) DAN KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR
CYNTHIA PUTRI PRAMESWARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Struktur Permodalan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dan Kaitannya dengan Perkembangan Usaha di Kabupaten Bogor”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, Msc. Agr selaku dosen pembimbing, Dr. Ir Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr selaku dosen penguji komisi pendidikan. Penelitian ini merupakan bagian dari hibah desentralisasi dengan judul Strategi Penguatan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam upaya pengentasan kemiskinan oleh tim peneliti Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB (Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, Msc. Agr dan tim). Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, teman-teman satu bimbingan serta sahabat, terutama Muhammad Reza Rasyid yang selalu mendukung penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2014 Cynthia Putri Prameswari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Usaha Mikro dan Kecil (UMK)
7
Karakteristik dan Permasalahan UMK
9
Struktur Permodalan
7
Teori Permintaan Modal
11
Teori Produksi
12
Penelitian Terdahulu
14
Kerangka Pemikiran
17
METODE PENELITIAN
18
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data
18
Metode Penentuan Sampel
18
Metode Analisis dan Pengolahan Data
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Analisis Struktur Usaha dan Permodalan UMK
23
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Modal Luar oleh UMK
28
Dampak Keterkaitan Modal Luar Dengan Perkembangan Usaha UMK
30
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
35
RIWAYAT HIDUP
46
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan data Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia tahun 2009 hingga 2012 2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2013 3 Jumlah responden pelaku UMK 4 Klasifikasi usia UMK 5 Klasifikasi tingkat pendidikan UMK 6 Klasifikasi jumlah anggota keluarga UMK 7 Jenis usaha responden 8 Statistik deskriptif usaha responden 9 Kelayakan usaha responden 10 Sumber modal responden 11 Hasil pendugaan parameter logit 12 Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku UMK 13 Faktor-faktor yang memengaruhi nilai perkembangan usaha
1 2 19 23 24 24 24 25 26 26 28 29 30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Jumlah UMK di Kabupaten Bogor Permintaan dana terhadap modal Fungsi produksi dimana TK tetap, M variabel Kerangka pemikiran operasional Alasan tidak menggunakan modal luar Alasan menggunakan modal luar
5 11 13 17 27 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuisioner Penelitian 2 Hasil Olahan Data Regresi Logistik 3 Hasil Olahan Data Metode Logistik
35 43 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang paling padat penduduknya setelah China, India dan Amerika. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012) jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 sejumlah 241 juta jiwa dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan yaitu sejumlah 244.2 juta jiwa. Sebagian besar jumlah kepadatan penduduk Indonesia merupakan penduduk miskin. Kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun tidak diiringi dengan penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan kemiskinan di Indonesia oleh karena itu pemerataan sosial sangat diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan penduduk di Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemerataan sosial, salah satunya melalui kegiatan Usaha Mikro dan Kecil. UMK sangat padat karya, sehingga mempunyai potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar. Pertumbuhan UMK dapat dimasukan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin. Tabel 1 Perkembangan data Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia tahun 2009 hingga 2012 Indikator Unit Usaha UMK (A+B) A. Usaha Mikro B. Usaha Kecil Tenaga Kerja UMK (A+B) A. Usaha Mikro B. Usaha Kecil PDB (A+B) A. Usaha Mikro B. Usaha Kecil
Tahun 2009 52 723 414 (100) 52 176 771 (98.96) 546 643 (1.03) 93 481 192 (100) 89 960 695 (96.23) 3 520 497 (3.77) 1799 258 (100) 1747 339 (97.11) 517 919 (28.78)
Ketetrangan: () persentase Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM 2012
2010 54 072 813 (100) 53 504 416 (98.35) 568 397 (1.04) 95 498 269 (100) 91 729 384 (96.25) 3 768 885 (3.75) 2 608 428 (100) 2 011 544 (77.12) 596 884 (22.88)
2011 55 162 164 (100) 54 559 969 (98.9) 602 195 (1.09) 98 877 789 (100) 94 957 797 (96) 3 919 992 (3.96) 3 301 350 (100) 2 579 338 (77.7) 722 012 (21.7)
2012 56 485 594 (100) 55 856 176 (98.89) 629 418 (1.11) 104 395 487 (100) 99 859 517 (95.66) 4 535 970 (4.35) 3 749 242 (100) 2 951 120 (78.71) 798 122 (21.29)
2
Pada Tabel 1 menunjukan perkembangan jumlah UMK di Indonesia terus meningkat. Pertumbuhan jumlah UMK pada tahun 2009 sampai tahun 2012. Jumlah unit UMK setiap tahunnya meningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 2009 jumlah unit usaha mikro sebesar 52 176 771 unit dan pada tahun 2012 sebesar 55 856 176 unit sedangakan usaha kecil pada tahun 2009 sebesar 546 643 unit dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 629 418 unit. Hal ini menunjukkan usaha mikro ikut berperan penting dalam mewujudkan kesejahteraan sebagai salah satu sumber mata pencaharian untuk memperoleh sumber pendapatan. Usaha mikro merupakan unit usaha yang memiliki potensi dalam mengentaskan kemiskinan salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Tabel 1 diketahui pada tahun 2009 jumlah tenaga kerja yang diserap oleh usaha mikro sebesar 89 960 695 jiwa dan pada tahun 2012 meningkat dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebesar 99 859 517 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh usaha kecil pada tahun 2009 sebesar 3 520 497 jiwa dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 4 535 970. Posisi tersebut menunjukan bahwa UMK berpotensi untuk membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian. Selain memiliki penyerapan usaha paling besar, UMK juga memiliki kontribusi dalam Produk Domestik Bruto. Berdasarkan Tabel 1 menujukan bahwa PDB yang menyerap dari sektor UMK meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009 UMK memberikan kontribusi kepada PDB sebesar 1799 258 miliar dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu sebesar 3 749 242 miliar. Pertumbuhan kinerja usaha kecil dan menengah terlihat pada sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukan bahwa pentingnya untuk mengembangkan sektor UMK mengingat kontribusi yang besar yang di berikan oleh UMK kepada Produk Domestik Bruto. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki jumlah UMK tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2013 jumlah UMK di Provinsi Jawa Barat sebesar 489 760 unit yang merupakan terbesar ketiga setelah Provinsi Jawa Timur dengan jumlah UMK sebesar 629 106 unit dan Jawa Tengah sebesar 810 263 unit. Hal ini menunjukan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu pusat kegiatan UMK tertinggi di Indonesia. Tabel 2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2013 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Sumber: BPS 2013 (diolah)
Jumlah UMK (unit) 78 568 82 888 65 994 17 049 25 100 71 347 11 706 101 619 11 415
3 Tabel 2 Jumlah Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Provinsi Indonesia pada tahun 2013 (Lanjutan) Provinsi Kep. Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua
Jumlah UMK (unit) 16 221 39 910 489 760 810 263 80 760 629 106 79 160 105 482 101 178 104 606 37 677 18 741 68 390 24 383 39 685 33 190 102 486 65 044 22 436 27 120 35 872 8 433 2 822 9 955
Sumber: BPS 2013 (diolah)
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor memiliki jumlah UMK terbesar kedua setelah Sukabumi di Provinsi Jawa Barat. Jumlah UMK di Kabupaten Bogor mencapai 1157 unit atau sebesar 7.71% dari jumlah total UMK di provinsi Jawa Barat. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh UMK di Kabupaten Bogor sebesar 21 172 orang atau sebesar 6.25% dari total tenaga kerja yang diserap UMK di Provinsi Jawa Barat (BPS Provinsi Jawa Barat 2013). Masalah yang hingga kini masih menjadi kendala dalam pengembangan usaha UMK antara lain adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya UMKM mengakses sumber permodalan (Maulida 2012). Berdasarkan data Kementrian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (2012) di balik besarnya peran dari UMK bagi perekonomian nasional, sektor ini masih dihadapkan dengan beberapa kendala dan kendala terbesar merupakan kendala permodalan sebesar 40.48% selain itu kesulitan sumber bahan baku sebesar 23.75%, belum meluasnya pemasaran sebesar 16.96%, teknik produksi sebesar 3.07% dan adanya persaingan dengan usaha sejenis sebesar 15.74%.
4 Dalam mengatasi hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan programprogram pembiayaan untuk usaha mikro dari Lembaga Keuangan Bank maupun non Bank. Keberadaan lembaga keuangan tersebut diharapkan pelaku usaha mikro dapat membangun atau mengembangkan usaha mikro lebih baik lagi sehingga usaha yang dilakukan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. (Tejasari 2008). Krisis finansial global telah berdampak besar pada sektor riil yang sebagian besar digeluti UMK oleh karena itu pada tahun 2013 Gubernur Bank Indonesia menaikkan plafon program Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha mikro agar mempermudah usaha mikro dalam meminjam dan menjalankan usahanya. (Kemenkop 2013). Dengan adanya kebijakan tersebut dimana kontribusi modal luar terhadap permodalan usaha mengalami peningkatan dengan demikian diharapkan struktur permodalan dan usaha UMK mengalami perubahan pada penggunaan modal luar terhadap kredit akan meningkat dan mengalami perkembangan dalam usahanya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dipelajari mengenai struktur permodalan dan pengaruhnya terhadap perkembangan UMK di Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan, masalah permodalan merupakan masalah utama yang dialami oleh pelaku UMK. Hal ini didukung oleh penelitian Afifah (2012) dan Septiana (2012) menjelaskan salah satu hambatan dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan dana yang dimiliki serta sulitnya mendapatkan sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi modal dalam mendukung produksi usaha dan terbatasnya akses terhadap lembaga keuangan. Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa pemerintah telah menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat mempermudah UMK dalam mendapatkan modal yaitu KUR dan LKM. Dalam penyalurannya, KUR memiliki bank pelaksana yang cukup banyak diantaranya adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin. Begitu juga dengan LKM yang jenisnya pun cukup beragam di Indonesia diantaranya untuk LKM formal terdapat Bank Perkreditan Rakyat, BRI Unit Desa, Danamon Simpan Pinjam dll, untuk LKM semi formal terdapat Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa dll dan untuk LKM non formal terdapat arisan yang bentuknya pinjaman perorangan yang bersifat komersial maupun non-komersial. Perkembangan jumlah UMK di Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah UMK di Kabupaten Bogor sebesar 1138 dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 1239. Jumlah UMK menurun sebesar 6.48% menjadi 1157 unit pada tahun 2012 dan mengalami kenaikan pada tahun 2013 yaitu sebesar 1621. Perkembangan jumlah UMK di Kabupaten Bogor disajikan dalam Gambar 1.
5
Jumlah UMK (Unit) 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1627
1138
1239
1157 Jumlah UMK (Unit)
20101
2 2011
3 2012
4
2013
Gambar 1 Jumlah UMK di Kabupaten Bogor Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2013
Meskipun pemerintah sudah memberikan kemudahan permodalan seperti KUR dan LKM yang bertujuan untuk mempermudah akses permodalan untuk UMK. Namun hasilnya tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Sesuai aturan pemerintah dan Kementerian Koperasi dan UMKM, warga yang membutuhkan dana untuk usaha boleh meminjam dana KUR tanpa agunan atau jaminan. Tapi tetap diberikan syarat setiap pengusaha yang ingin meminjam dana KUR harus memiliki agunan atau aset dan dana pinjaman murah yang dijamin pemerintah ini baru diserap sekitar sembilan juta pelaku UMK, dari sekitar 56,5 juta unit UKM. (Kemenkop 2013). Meskipun pemerintah telah memberikan kemudahan untuk UMK dalam mengembangkan usahanya tetapi faktanya hanya sedikit pelaku UMK yang menggunakan KUR. Dari keseluruhan jumlah UMK hanya sebagian kecil yang menggunakan permodalan kredit kepada lembaga keuangan. Berdasarkan data dari BI atas laporan perkembangan pada triwulan pertama 2013, sebagian besar kredit disalurkan kepada usaha menengah yang persentasenya mencapai 42,9%. Adapun sisanya sebesar 23,9% disalurkan kepada pelaku usaha kecil. Jumlah nominal paling kecil justru disalurkan kepada pelaku usaha mikro yakni 20,9%. (Kemenkop 2013) Penelitian ini menjadi penting, mengingat beberapa permasalahan yang diuraikan diatas yaitu: 1. Bagaimana struktur usaha dan permodalan UMK di wilayah Kabupaten Bogor? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku UMK? 3. Bagaimana dampak modal luar terhadap perkembangan UMK di wilayah Kabupaten Bogor? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: 1. Mengkaji struktur usaha dan permodalan Usaha Mikro dan Kecil di wilayah Kabupaten Bogor.
6 2. Mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pelaku UMK? 3. Menganalisis dampak modal luar terhadap perkembangan Usaha Mikro dan Kecil di wilayah Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi setiap instansi, yaitu: 1. Para mahasiswa/i memperoleh informasi mengenai struktur permodalan Usaha Mikro dan Kecil dan dapat mengetahui Lembaga Keuangan yang dimanfaatkan oleh pengusaha usaha mikro di Kabupaten Bogor. 2. Pemerintah memperoleh informasi mengenai struktur permodalan Usaha Mikro dan Kecil dan memberikan informasi mengenai permasalahan yang selama ini dihadapi oleh usaha mikro, khususnya di Kabupaten Bogor. 3. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai Usaha Mikro dan Kecil terutama di wilayah Kabupaten Bogor.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di Kabupaten Bogor Barat dan Bogor Timur yang merupakan salah satu daerah yang memiliki aktivitas ekonomi cukup tinggi. Responden yang diamati adalah UMK yang usahanya bergerak di sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Dari analisis ini diharapkan dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh pembiayaan menggunakan modal luar terhadap perkembangan UMK dengan indikator keuntungan usaha dan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap modal luar. Metode analisis yang digunakan adalah dengan analisis OLS (Ordinary Least Square) dan analisis regresi logistik.
TINJAUAN PUSTAKA Usaha Mikro dan Kecil Pengertian UMK Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008, Pasal 1).
7 Usaha mikro dan kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan peningkatan keadaan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan sosial dan peningkatan pendapatan masyarakat serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun kriteria usaha mikro dan kecil menurut beberapa instansi yaitu: 1. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 2. Menurut BPS perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1 - 4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5 - 19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20 - 99 orang sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. BPS memberikan definisi usaha mikro berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar. BPS juga menjelaskan karekteristik usaha mikro lainnya, yaitu usaha mikro lebih banyak tidak memiliki badan hukum sehingga sulit untuk mengakses lembaga keuangan perkreditan formal; dan usaha mikro tersebar di setiap kelompok usia (Tambunan 2009). 3. Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Usaha Mikro dan Usaha Kecil adalah suatu badan usaha milik WNI baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya Rp 200 juta dan atau mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyakbanyaknya Rp1 milyar dan usaha tersebut berdiri sendiri.
Karakteristik dan Permasalahan UMK Karakteristik UMK dapat dilihat sehari-hari di negara sedang berkembang termasuk Indonesia menurut beberapa aspek yaitu (Tambunan 2009): 1. Aspek formalitas yaitu usaha mikro beroperasi di sektor informal, usaha tidak terdaftar dan tidak/jarang membayar pajak sedangkan usaha kecil beroperasi di sektor formal, beberapa tidak terdaftar dan sedikit yang membayar pajak. 2. Aspek organisasi dan manajemen yaitu usaha mikro dijalankan oleh pemilik, tidak menerapkan pembagian tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal dan memiliki sistem pembukuan formal sedangkan usaha kecil dijalankan oleh pemilik, tidak menerapkan pembagian tenaa kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal dan memiliki sistem pembukuan formal.
8 3. Aspek sifat dari kesempatan kerja yaitu usaha mikro lebih banyak menggunakan tenaga kerja anggota-anggota keluarga tidak dibayar sedangkan usaha kecil memakai tenaga kerja yang digaji. 4. Aspek pola atau sifat dari proses produksi yaitu usaha mikro derajat mekanisasi sangat rendah atau umumnya manual dan tingkat teknologi sangat rendah sedangkan usaha kecil beberapa memakai mesin-mesin terbaru. 5. Aspek orientasi pasar yaitu usaha mikro umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah sedangkan usaha kecil banyak menjual ke pasar dometik dan ekspor dan melayani kelas menengah ke atas. 6. Aspek profil ekonomi dan sosial dari pemilik usaha yaitu usaha mikro berpendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin dan motivasi utama survival sedangkan usaha kecil banyak berpendidikan baik dan dari rumah tangga nonmiskin, banyak yang bermotivasi bisnis atau mencari profit. 7. Aspek sumber-sumber dari bahan baku dan modal yaitu usaha mikro sebagian besar memakai bahan baku lokal dan uang sendiri sedangkan usaha kecil beberapa memakai bahan baku impor dan punya akses ke kredit formal. 8. Aspek hubungan-hubungan eksternal yaitu usaha mikro sebagian besar tidak mempunyai akses ke program-program pemerintah dan tidak mempunyai hubungan bisnis dengan usaha besar sedangkan usaha kecil banyak yang memiliki akses ke program-program pemerintah dan punya hubungan bisnis dengan usaha besar termasuk penanam modal asing. 9. Aspek wanita pengusaha yaitu rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat tinggi pada usaha mikro sedangkan rasio wanita terhadap pria sebagai pengusaha cukup tinggi pada usaha kecil. Permasalahan usaha mikro dapat dilihat dua aspek, yaitu persoalan internal yang berasal dari internal UMK maupun persoalan eksternal yang berasal dari luar UMK diantaranya: Faktor internal berasal dari internal UMK yaitu: (1) Kurangnya permodalan usaha yaitu pada umumnya usaha mikro dan kecil merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan pada modal usaha dari pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal usaha dari pihak lain (bank atau lembaga keuangan lainnya) sulit untuk diperoleh, karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank sulit untuk dipenuhi UMK, (2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas yaitu baik keterbatasan dari pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan yang sangat berpengaruh pada kemampuan UMK untuk mengembangkan usahanya, (3) Lemahnya jaringan dan kemampuan penetrasi pasar lemah karena sebagian besar UMK merupakan unit usaha keluarga sehingga jaringan usaha sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar rendah oleh karena itu kualitas kurang kompetitif. Beberapa faktor eksternal dari luar UMK diantaranya yaitu: (1) Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif, hal ini bisa dilihat adanya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar, (2) Keterbatasan sarana dan prasarana membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat, (3) Dampak otonomi daerah akan banyak mempengaruhi para pelaku bisnis kecil dan menengah, jika kebijakan ini tidak dibuat maka akan menurunkan daya saing UMKM, (4) Terbatasnya akses pasar, UMK menghadapi tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk serupa buatan industri
9 besar dan impor, maupun di pasar ekspor. (5) Keterbatasan SDM merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di Indonesia yang akan menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional, (6) Keterbatasan finansial mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu berbelit-belit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur. (Sakur 2011)
Struktur Permodalan Sumber permodalan UMK dapat diperoleh melalui modal sendiri dan modal luar. Modal sendiri dapat berasal dari tabungan pribadi atau pendapatan yang diperoleh oleh pelaku usaha. Sumber permodalan yang berasal dari modal luar dapat diperoleh dari kerabat, keluarga dan lembaga keuangan. Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, secara langsung atau tidak langsung, menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat, terutama membiayai investasi perusahaanperusahaan (Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep/38/MKIV/I/72). Lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan non bank sedangkan Lembaga Keuanagan Mikro (LKM) adalah lembaga yang menyadiakan beragam pelayanan keuangan, seperti tabungan, pinjaman atau kredit yang melayani masyarakat ekonomi lemah dan pengusaha mikro yang terpinggirkan oleh system keuangan formal. LKM berfungsi memberikan dukungan modal bagi pengusaha mikro dan masyarakat kecil (Suyatno 1997). LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yaitu LKM yang berwujud bank adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit desa, BPR, BKD (Badan Kredit Desa) dan non bank adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP), Baitul Mal Wattanwil (BMT), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), arisan, pola pembiyaan Grameen, Kelompok Swadaya Mayarakat (KSM), dan credit union (Azriani 2008). Lembaga Keuangan Bank (LKB) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara umum, bank dapat dibagi menjadi: 1. Bank sentral adalah bank yang mempunyai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran system devisa serta mengatur dan mengawasi bank. 2. Bank umum disebut bank komersial yang terdiri dari bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank swasta asing. Bank umum adalah bank yang didalam usahanya mengumpulkan dana terutama menerima simpanan kredit jangka pendek. Bank komersial atau bank umum memupuk dana-dana pihak ketiga yang terdiri dari tabungan atau deposito berjangka, kemudian memberikan
10 kredit/pinjaman jangka pendek kepada para nasabahnya. Jenis kredit yang dikhususkan untuk pengusaha kecil yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah kredit/pembiayaan kepada UMKM-K yang merupakan usaha produktif yang feasible, namun belum bankable. dalam pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan usaha produktif. Program KUR ini dilaksanakan oleh beberapa Bank BUMN yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN dan Bank swasta yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Bukopin. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang hanya menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lainnya yang sama bentuknya. 4. Bank bagi hasil adalah bank yang dalam kegiatan pengerahan dan penyaluran dana didasarkan pada prinsip bagi hasil atau jual beli. 5. Bank syariah merupakan bank yang melayani masyarakat dengan tidak menggunakan sistem perbankan pada umumnya, namun dengan menggunakan system syariah. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif. Usaha yang dilakukan LKBB antara lain menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan kertas berharga, sebagai perantara untuk mendapatkan kompanyon (dukungan dalam bentuk dana) dalam usaha patungan, dan perantara untuk mendapatkan tenaga ahli. LKBB juga memiliki peran, antara lain membantu dunia usaha dalam meningkatkan produktivitas barang atau jasa, memperlancar distribusi barang, dan mendorong terbukanya lapangan pekerjaan. Adapun jenis-jenis lembaga keuangan lainnya yang ada di indonesia saat ini antara lain yaitu: 1. Pasar modal merupakan pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana dengan para penanam modal, dengan instrumen utama saham dan obligasi. 2. Pasar uang yaitu pasar tempat memperoleh dana dan investasi dana. 3. Koperasi simpan pinjam yaitu menghimpun dana dari anggotanya kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggota koperasi dan masyarakat umum. 4. Perusahaan pengadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. 5. Perusahaan sewa guna usaha lebih di tekankan kepada pembiayaan barangbarang modal yang di inginkan oleh nasabahnya. 6. Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha pertanggungan dengan seuatu perjanjian tentang seorang penanggung yang mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak paasti. 7. Perusahaan anjak piutang, merupakan yang usahanya adalah mengambil alih pembayaran kredit suatu perusahaan dengan cara mengambil kredit bermasalah.
11 8. Perusahaan modal ventura merupakan pembiayaan oleh perusahaanperusahaan yang usahanya mengandung resiko tinggi. 9. Dana pensiun merupakan perusahaan yang kegiatannya mengelola dana pensiun suatu perusahaan pemberi kerja. Teori Permintaan Modal Dalam malakukan proses produksi produsen membutuhkan faktor produksi untuk menghasilkan output. Permintaan input yang timbul dikarenakan produsen ingin melakukan suatu proses produksi. Permintaan input ini timbul karena adanya permintaan terhadap output. Oleh karena itu, permintaan input disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) sedangkan permintaan output dianggap sebagai permintaan asli karena timbul dari adanya kebutuhan manusia (Boediono 2002) Permintaan input dalam suatu usaha memiliki hubungan dengan jumlah output yang akan diproduksi. Semakin tinggi tingkat kapasitas produksi usaha tersebut akan semakin tinggi pula tingkat permintaan input. Modal merupakan salah satu faktor produksi. Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung pada produktivitas dana modal tersebut. Dengan demikian faktor yang menentukan permintaan atas dana modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (setelah dikurangi dengan penyusutan modal yang digunakan). Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat pengembalian modal atau rate of return. (Sukirno 2009) Pelaku usaha memerlukan modal untuk menjalankan dan memperbesar usahanya. Pembayaran atas modal yang dipinjam dari pihak lain adalah bunga, atau dengan kata lain bunga adalah harga dari modal. Biasanya, bunga dinyatakan dalam presentase dari modal yang dinamakan suku bunga. Sehingga selain tergantung pada produktivitasnya, faktor yang menentukan permintaan modal adalah tingkat bunga.
Gambar 2 Permintaan dana terhadap modal
12 Pada Gambar 2 menunjukan bahwa apabila tingkat bunga yang diterapkan oleh lembaga keuangan semakin tinggi akan menurunkan permintaan modal kredit atau pinjaman sedangkan sebaliknya apabila tingkat bunga lebih rendah atau diturunkan justru akan meningkatkan permintaan UMK terhadap kredit atau pinjaman modal ke lembaga keuangan. Hal tersebut juga terkait dengan pendapatan pelaku UMK yang rata rata berpedapatan menengah ke bawah. Apabila tingkat bunga yang diterapkan oleh lembaga keuagan rendah maka akan mempermudah pelaku UMK untuk mendapatkan modal yang dibutuhkanya.
Teori Produksi Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Dalam memproduksi dibutuhkan faktor-faktor produksi yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi adalah manusia (tenaga kerja=TK), modal (seperti alat mesin=M), sumberdaya alam (tanah=T), dan skill (teknologi=T). Faktor produksi disedehanakan menjadi dua bagian yaitu modal dan tenaga kerja karena keduanya berbeda dan dapat segera dikontraskan (Sudarsono 1998). Fungsi produksi (Production Function) adalah fungsi matematis konseptual yang mencatat hubungan antara masukan perusahaan dan keluarannya. Jika keluaran adalah fungsi dari modal dan tenaga kerja saja (Nicholson 1999). Maka secara umum fungsinya yaitu: q= f(K,L) Keterangan: Q = Keluaran(hasil) atau output (hasil produksi) K = Capital atau modal (faktor produksi) L = Labor atau tenaga kerja (faktor Produksi) Persamaan tersebut memperlihatkan jumlah output maksimum yang bisa dihasilkan dengan menggunakan berbagai altenatif kombinasi dari modal (K) dan tenaga kerja (L). Kombinasi faktor produksi tenaga kerja dan modal dapat menghasilkan satu satuan produk secara teknik efisien. Fungsi produksi dapat bersifat sebanding dan tidak sebanding. Fungsi produksi bersifat sebanding (fixed proportion) artinya produsen dapat menghasilkan produksi 10 kali lipat satuan produksi asalkan kuantitas tenaga kerja dan modal juga dikalikan dengan kelipatan yang sama, sehingga perbandingan antara kuantitas tenaga kerja dan modal juga tetap (Sudarsono 1998). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Mankiw, 2003 dalam Nuryani, 2010): zY = zq = f(zK , zL) Meskipun jumlah ini dapat ditambah dengan bebas tetapi tetap belum mencukupi karena data memilih satu macam proses akan berlaku pola kombinasi faktor produksi yang sebanding. Pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (variable proportions) biasanya digunakan isoquant (iso quan-tities) yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan modal) yang menghasilkan produksi yang sama. Untuk menggunakan produksi dibutuhkan minimal dua buah isokuan. Bila salah satu faktor produksi dibuat tetap, sedang faktor produksi lain variabel maka hubungan antara faktor produksi variabel dan kuantitas produksi mempunyai perilaku tertentu, tidak
13 masalah faktor mana yang tetap dan mana variabel karena keduanya akan mengahasilkan pola hubungan yang sama. Pada waktu faktor variabel nol, kuantitas produksi juga nol. Makin banyak kuantitas faktor variabel yang digunakan, makin besar besar kuantitas produksi. Penambahan kuantitas produksi berjalan terus sampai suatu ketika penambahan kuantitas faktor variabel ini sudah terlalu banyak sehingga bila dikombinasikan dengan faktor lain yang tetap justru akan menurunkan kuantitas produksi. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3 dimana antara 0 sampai M c lereng kurva positif dan terus naik. Pada kurva Md lereng kurva sama dengan nol. Penggunaan faktor variabel lebih besar dari Md menghasilkan lereng yang negatif. Titik C dan D disebut titik inflection point yaitu titik dimana lereng kurvanya berubah arah (Sudarsono 1998).
TKa
TKb
TK tetap, M variabel
D C
ΔM 0
Fase ekonomis Mc
Md
Gambar 3 Fungsi Produksi dimana TK tetap, M variabel Teori produksi meperlihatkan hubungan antara output dengan input faktorfaktor produksi. Dalam penelitian ini, output mengindikasikann perkembangan usaha (keuntungan) maka peningkatan output diharapkan meningkatkan keuntungan dengan asumsi harga konstan. Secara teori, keadaan usaha mikro serupa dengan kondisi pada saat modal variabel tetapi tenaga kerja tetap yang ditunjukkan pada Gambar 3. Hubungan gambar tersebut dengan penelitian ini adalah pada waktu pengusaha mikro tidak memperoleh modal, maka kuantitas produksi yang diperoleh juga nol sehingga tidak ada keuntungan yang diterima. Artinya semakin besar modal usaha yang digunakan, maka semakin besar produksi yang dihasilkan dan berpengaruh terhadap semakin besar keuntungan usaha yang diterima. Hal ini menunjukkan apabila pelaku UMK memperbesar modal usaha dengan menggunakan bantuan modal luar seperti pinjaman dana melalui lembaga formal maupun dana semi/non formal maka pengusaha akan dapat menambahkan komoditi yang diproduksinya sehingga keuntungan yang akan diterima bisa lebih besar. Dengan demikian, dari teori produksi tersebut ada kolerasi positif secara
14 tidak langsung antara penambahan modal melalui kredit dengan peningkatan kuantitas produksi.
Penelitian Terdahulu Maulida (2012) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dan peluang penggunaan dana eksternal usaha mikro kecil dan menengah di Kota Semarang. Penelitian tersebut menggunakan metode Analisis Regresi Logistik (Logistic Regression) dan Analisis Regresi Linier Berganda. Variabel dependennya struktur modal dan variabel independennya adalah ROE (Return On Equity), jumlah tenaga kerja, belanja modal (capital expenditure), Aset berwujud (tangibility asset), pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan (firm size), umur perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa untuk analisis regresi logistik selama periode penelitian secara parsial untuk ROE (return on equity), jumlah tenaga kerja, pertumbuhan penjualan (growth sales), ukuran perusahaan (size), dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap peluang penggunaan dana external UMKM di Kota Semarang, sedangkan belanja modal (capital expenditure), struktur aktiva (tangibility asset) berpengaruh positif signifikan terhadap peluang penggunaan dana external UMKM di Kota Semarang yaitu sebesar 0,489 atau 48,9%. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian untuk analisis regresi berganda hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah tenaga kerja, pertumbuhan penjualan (growth sales), ukuran perusahaan (size) berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal UMKM di Kota Semarang, sedangkan ROE (return on equity, belanja modal (capital expenditure), struktur aktiva (tangibility asset), dan umur perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal UMKM di Kota Semarang Peneliatian oleh Boa et al (2010) mengenai dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan usaha tambak udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan penelitiannya yaitu mengidentifikasi kondisi permodalan dan sumber modal usaha tambak udang di Muara Badak, mengevaluasi dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan tambak udang di Muara Badak, dan menganalisis persepsi petambak terhadap mekanisme penyaluran dana berbagai sumber modal usaha tambak udang di Muara Badak. Metode analisis digunakan adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis keuntungan untuk tujuan penelitian kedua dengan metode ordinary least squares (OLS) dan dibahas berdasarkan kriteria ekonometrika, Analysis Imfortance- Performance (IPA) untuk tujuan penelitian ketiga, dimaksudkan untuk menggambarkan persepsi petambak terhadap mekanisme penyaluran pinjaman dana berbagai sumber modal. Dalam menganalisis keuntungan variabel dependennya adalah keuntungan yang telah dinormalisasikan dengan harga output per unit, variabel independennya adalah upah untuk penyediaan tenaga kerja yang telah dinormalisasikan (Rp/jam), harga benur yang telah dinormalisasikan (Rp/ekor), harga pakan yang telah dinormalisasikan (Rp/kg), harga pupuk yang telah dinormalisasikan (Rp/kg), harga pestisida yang telah dinormalisasikan (Rp/liter), harga solar atau bensin yang telah dinormalisasikan (Rp/liter), variabel dummy untuk kelompok sumber
15 modal sendiri/KSM I (m1), variabel dummy untuk kelompok sumber modal ponggawa/KSM II (m2), variabel dummy untuk kombinasi kelompok sumber modal bank dan modal sendiri/ KSM III (m3). Hasil penelitian menunjukkan sumber modal pinjaman ponggawa lebih banyak digunakan petambak jika dibandingkan dengan sumber modal lainnya. Pinjaman ponggawa, kredit bank, dan modal bergulir digunakan petambak untuk modal kerja pembiayaan penggunaan input, sedangkan modal investasi dipenuhi petambak secara pribadi dan bertahap (3-6 tahun). Penelitian oleh Pratiwi dan Sudirman (2014) dengan mengenai variabelvariabel yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja UMKM di Bali periode 2002.I-2003. Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh non performing loan (NPL), PDRB, ketidakpastian makroekonomi, dan krisis global, terhadap penyaluran kredit modal kerja (KMK) UMKM oleh bank umum di Bali periode 2002.I-2013.I dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa NPL, PDRB, ketidakpastian makroekonomi, dan krisis global secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali. Hasil uji parsial diperoleh bahwa NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali, dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali, sedangkan ketidakpastian makroekonomi dan krisis global tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran KMK UMKM di Bali periode 2002.I-2013.I. Penelitian oleh Widodo dan Murdayanti (2011) mengenai struktur modal pengusaha kecil berdasarkan jenis usaha dan hubungannya dengan tingkat keuntungan pengusaha kecil di Jakarta Selatan. Tujuan pertama dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh rasio hutang dengan aset, rasio penjualan dengan aset dan lama berhutang dan lama usaha yang diakses UKM dan yang kedua yaitu mengetahui pengaruh jenis industri UKM dan lembaga keuangan yang diakses oleh UKM, rasio hutang dengan aset, penjualan dengan asser, lama berhutang dan lama usaha terhadap profit margin usaha. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan General Linear Square. Model pertama variabel dependen yang digunakan adalah profit dan variabel independennya sales to total asset, lama usaha dan waktu mulai berhutang. Model kedua dengan variabel dependennya yaitu profit dan variabel independennya yaitu sales to total asset, lama usaha dan waktu mulai berhutang, jenis usaha, jenis sales to total asset, lembaga keuangan dan debt to total asset ratio. Hasil dari model pertama yaitu ternyata hanya debt to total asset ratio yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profit. Hasil penelitian dari model yang kedua menunjukan bahwa jenis usaha dan lembaga keuangan yang diakses UMK tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat profit. Penelitian oleh Anwar (2013) mengenai pengaruh aset, keuntungan, lama usaha, persepsi tingkat bunga, jenis kelamin, pendidikan, dan usia terhadap keputusan UMKM mengambil kredit perbankan di Kabupaten Kudus. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari 100 orang responden sebagai sampel dengan teknik simple random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah aset, keuntungan, lama usaha, persepsi tingkat bunga, jenis kelamin, pendidikan, dan usia terhadap probabilitas UMKM mengambil kredit dari
16 perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah aset, keuntungan, jenis kelamin, dan pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas UMKM mengambil kredit dari perbankan, sedangkan untuk variabel persepsi tingkat bunga berpengaruh negatif signifikan, dan untuk variabel lama usaha serta usia tidak berpengaruh signifikan. Penelitian oleh Septiana (2013) dengan judul Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor. Studi ini menganalisis akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dan dampaknya terhadap perkembangan usaha. Akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah BMT dilakukan dengan metode regresi logistik dengan variabel independennya umur responden, dummy jenis kelamin, lama pendidikan, jumlah anggota keluarga (orang), 2 dummy jenis usaha ,lama usaha (tahun), dummy akses pinjaman pada bank konvensional dan OLS digunakan untuk menganalisis dampak kredit dari BMT pada perkembangan usaha dengan variabel dependen yaitu keuntungan dan variabel independen yaitu umur (tahun), lama pendidikan (tahun), dummy jenis usaha, frekuensi pembiayaan mikro syariah BMT, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT (Rp), lama usaha (tahun), perubahan omset usaha (Rp), total aset (Rp). Hasil regresi logistik menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan mikro syariah dari BMT adalah dummy akses pinjaman perbankan konvensional, dummy jenis kelamin, dan dummy jenis usaha 1 (perdagangan). Banyaknya jumlah pembiayaan mikro syariah BMT berpengaruh positif terhadap perkembangan keuntungan usaha UMKM. Keuntungan usaha meningkat sebesar 28 persen per tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keuntungan usaha adalah lama pendidikan, jumlah pembiayaan mikro syariah BMT, perubahan omset dan total aset. Elsha Surya Respita (2010) melakukan penelitian tentang Analisis Dampak Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Perkembangan UMKM dan Penyebab Kendala UMKM Dalam Mengakses KUR (Studi Kasus BRI UnitMargonda Depok). Penelitian tersebut bertujuan menganalisis dampak KUR terhadap perkembangan UMKM dan menganalisis penyebab kendala UMKM dalam mengakses KUR. Model persamaan simultan digunakan untuk menganalisis Dampak Penyaluran Kredit Terhadap Perkembangan UMKM dengan menggunakan 60 responden. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit berdampak positif terhadap perkembangan UMKM, khususnya signifikan terhadap peningkatan omset usaha, namun tidak berdampak signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Selain itu, model logit digunakan untuk menganalisis penyebab kendala UMKM dalam mengakses KUR. Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjangkau atau tidaknya UMKM dalam mengakses KUR adalah tahun usaha berdiri, omset usaha, keuntungan usaha, jarak tempat usaha ke BRI. Sedangkan agunan tidak berdampak signifikan karena KUR merupakan kredit tanpa agunan. Selain itu, kendala UMKM lainnya karena adanya informasi tidak sempurna yang dibuktikan dari 60 responden yang tidak akses KUR ternyata 71,67 persen tidak mengetahui tentang adanya program KUR. Perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai struktur permodalan UMK dan dampak modal eksternal terhadap keuntungan usaha yaitu penelitian saya membagi dua kriteria usaha yaitu usaha mikro dan usaha kecil dalam mengkaji statistik deskriftif. Variabel independen yang digunakan pada model regresi logistik yaitu usia responden, jumlah anggota keluarga, dummy
17 jenis usaha, pendapatan, aset, omset dan dummy kriteria usaha. Variabel independen yang digunakan pada model OLS yaitu usia, jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset dan modal awal Kerangka Pemikiran Pembangunan sektor perekonomian di Indonesia melalui pengembangan UMK merupakan hal utama yang perlu diprioritaskan agar membuat UMK menjadi sektor yang unggul dan menjadi tumpuan bagi pembangunan. Kondisi UMK di Indonesia mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi jumlah unit usaha, menyerap tenaga kerja dan kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UMK mempunyai ketahanan yang tinggi. Berdasarkan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja yang begitu besar membuktikan bahwa UMK adalah sektor yang potensial apabila dikembangkan. Namun UMK tidak luput dari berbagai permasalahan, salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pengusaha usaha mikro adalah masalah permodalan. Masalah tersebut dapat berpengaruh akibat adanya kebutuhan konsumtif sehingga modal yang digunakan untuk melakukan usaha terbatas. Permasalahan modal ini menjadi perhatian bagi pemerintah untuk melakukan bantuan pembiayaan, salah satunya dengan memberikan kemudahan akses pinjaman atau kredit bagi para UMK. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan UKM. Upaya tersebut salah satunya yaitu dari aspek finansial yang dilakukan pemerintah dengan bantuan permodalan dalam bentuk kredit. Pengembangan UKM dari sisi kredit diharapkan dapat memacu pertumbuhan dengan adanya pertambahan skala usaha sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan dapat membantu pengusaha kecil mengembangkan usahanya.
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional
18
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Bogor Barat dan Bogor Timur yang merupakan salah satu wilayah pusat kegiatan ekonomi, khususnya di sektor perdagangan dan di sektor industri pengolahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juli sampai dengan tanggal 17 Agustus 2013. Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, jenis data utama yang digunakan adalah data primer dan data sekuder sebagai pendukung. Data primer mencakup karakteristik responden karakeristik usaha, karakteristik permodalan dan kendala-kendala yang dihadapi UMK. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data primer dalam penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi perkembangan UMK di Indonesia dan perkembangan UMK di Kabupaten bogor. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden UMK emnggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik Bogor dan beberapa studi pustaka dan beberapa penelitian terdahulu. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini dilakukan dengan metode survey melalui wawancara kepada UMK sehingga ditentukan sampel UMK untuk menjadi responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non probabilitas (non acak) dengan pengambilan datanya dilakukan dengan purposive sampling, yaitu prosedur memilih sampel berdasarkan pertimbangan karakteristik yang cocok yang diperlukan untuk menjawab penelitian (Juanda, 2009). Berdasarkan data sekunder usaha mikro lebih banyak dibandingkan usaha kecil. Dari 100 sampel yang diambil, untuk kategori usaha mikro diambil sebanyak 78 responden dan untuk kategori usaha kecil diambil 22 responden. Dari sisi sektor, sampel hanya diambil sektor perdagangan dan sektor pengolahan karena dalam penelitian ini lebih di fokuskan kepada non-pertanian. Responden dari sektor pengolahan di ambil lebih banyak secara sengaja karena berdasarkan data sekunder UMK sektor pengolahan lebih banyak dari sektor perdagangan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang terdiri dari 30 responden yang menggunakan modal luar dalam menjalankan usahanya dan 70 responden yang tidak menggunakan modal luar yaitu menggunakan modal sendiri yang berasal dari tabungan pribadi.
19
Tabel 3 Jumlah Responden Pelaku UMK Jenis usaha
Usaha Kecil 14 8 22
Pengolahan Perdagangan Total
Kriteria Usaha Usaha Mikro 45 33 78
Total 80 20 100
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yang dilakukan menggunakan dua bentuk pendekatan yaitu pendekatan dengan analisis kuantitatif dan pendekatan dengan analisis kualitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menampilkan data yang diperoleh dalam bentuk tabel. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data maupun fakta-fakta yang terjadi di lapangan dari hasil wawancara dengan pelaku UMK. Penelitian ini menggunakan metode regresi logistik dengan jumlah 100 responden untuk menjawab tujuan penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar. Untuk menganalisis dampak penggunaan modal luar terhadap perkembangan UMK yang dilihat berdasarkan indikator keuntungan dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jumlah 30 responden. Metode Regresi Logistik Model regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar. Model logit diturunkan berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda, 2009). Pi = F(Zi) = F(α + βXi) =
1 1+e –(α+βXi)
Keterangan: Pi = Peluang pelaku UMK untuk mengakses pembiayaan modal luar P1 = Pelaku UMK menggunakan modal luar P0 = Pelaku UMK tidak menggunakan modal luar α = Intersep βi = Parameter peubah Xi X1 = Usia Responden (Tahun) X2 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang) D1 = Dummy Jenis Usaha (1= Pengolahan dan 0 = Perdagangan) X3 = Pendapatan Total (Juta/Tahun) X4 = Aset (Juta/Tahun) X5 = Omset (Juta/Tahun) X6 = Dummy Kriteria Usaha (1 = Usaha mikro dan 0 = Usaha kecil)
20 Pi adalah odds ratio yaitu rasio peluang terjadinya pilihan 1 (menggunakan modal luar) terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (tidak menggunakan modal luar). Semakin besar nilai odds, maka semakin besar peluang untuk mengakses pembiayaan modal luar. Nilai odds merupakan suatu indikator kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan 1 (menggunakan pembiayaan modal luar). Metode Ordinary Least Square (OLS) Metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) digunakan dalam menganalisis dampak keterkaitan modal luar terhadap perkembangan UMK. Metode regresi linier berganda, yaitu suatu teknik membahas hubungan antar variable terikat dan variable bebas. Regresi linier berganda merupakan regresi dimana variable bebas yaitu variable KU dalam hal ini adalah keuntungan usaha responden yang dihubungkan dengan lebih dari satu variable terikat. Persamaan dibawah merupakan model OLS yang digunakan untuk menganalisis dampak keterkaitan sumber modal terhadap perkembangan UMK yaitu: lnKU = bo + b1 ln X1+ b2 ln X2 + b3 ln D1+ + b4 ln X3 +b5 ln X4 + b6 ln X5 + U2 Keterangan: KU = Keuntungan (Juta/Tahun) X1 = Usia Responden (Tahun) X2 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang) D1 = Jenis Usaha (1 = Pengolahan dan 0 = Perdagangan) X3 = Pendapatan (Juta/tahun) X4 = Omset (Juta/tahun) X5 = Modal Luar (Juta) bo = Intersep bi = Koefisisen regresi (i=1,2,3,4,…) u2 = Error Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi (R2) dapat mengukur ukuran kesesuaian (goodness of fit) secara keseluruhan dari suatu model, yang menunjukkan seberapa cocok garis regresi yang ditaksir terhadap nilai Y sebenarnya. Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantungnya. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka semakin tinggi variabel bebsa dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya. Nilai R2 berkisar dari nol sampai satu (0 ≤ R2≤1). Semakin mendekati nilai satu maka model akan semakin baik. (Suliyanto 2011) Uji F-statistik Uji ini digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama– sama. Jika model yang digunakan signifikan maka model tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman variabel terikat Hipotesis pengujian ini yaitu: H0 = β1= β2= ... = βk (tidak ada pengaruh)
21 H1 = minimal ada satu βj yang ≠ 0 (ada pengaruh) Dikatakan tolak H0 jika Fhit > Fα (k,n-k-1) yang artinya paling tidak terdapat satu variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh terhadap variabel tak bebas secara statistik. Dikatakan terima H0 jika Fhit < Fα (k,n-k-1) yang artinya tidak ada sama sekali variabel bebas yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Uji t-statistik Uji-t digunakan untuk melihat faktor–faktor yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian ini yaitu: H0 = βi = 0 H1 = βi ≠ 0 Jika nilai t-statistik > t α/2 (n – k -1) maka dikatakan tolak H0 yang artinya dengan tingkat keyakinan 1-α dapat disimpulkan bahwa variabel bebas ke-i secara parsial mempengaruhi variabel terikat. Uji Pelanggaran Asumsi Uji Multikoliniearitas Multikolinearitas adalah tidak adanya hubungan linier sempurna antara peubah bebas. Multikolinearitas muncul jika ada dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) babas berkolerasi tinggi antara peubah yang satu dengan yang lainnya. Multikoliniearitas terdiri atas dua jenis. Pertama, multikolinearitas tidak sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi tidak sempurna (|r|<1) yang mengakibatkan intrepretasi dari koefisien dugaan regresi (β i) menjadi sulit, nilai varian dari koefisien regresi menjadi lebih besar, dan koefisien dugaan regresi menjadi lebih sensitif jika terjadi perubahan nilai Xi. Kedua, multikolinearitas sempurna terjadi jika korelasi antar variabel Xi sempurna (|r|=±1) sehingga mengakibatkan koefisien regresi tidak dapat diduga. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dari regresi linear adalah ragam sisaan sama atau homogeny. Jika ragam sisaan tidak sama atau (var(𝜀𝑖)=E(𝜀𝑖2)=𝜎𝑖2) untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Masalah ini sering terjadi dalam data crosssection. Salah satu cara mengidentifikasi heteroskedastisitas adalah dengan Uji White. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan. Namun alternatif tersebut sangat tergantung kepada ketersediaan informasi tentang varian dan residual. Uji Normalitas Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dengan bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng
22 (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tak hingga. Salah satu cara untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan histogram dan melihat nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) pada One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test serta nilai probabilitasnya. Kriteria untuk melihat normalitas, yaitu jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari p-value 5% maka data berdistribusi normal.
Definisi Operasional Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Usia responden adalah merupakan perhitungan usia responden yang dimulai dari saat kelahiran dan dihitung menggunakan tahun. 2. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya ditanggung oleh kepala rumah tangga. 3. Sektor perdagangan adalah sektor usaha yang menjalankan usahanya dalam bidang perdagangan seperti rumah makan, penjualan aksesoris, penjualan buah dan lain-lain. 4. Sektor pengolahan adalah sektor usaha yang menjalankan usahanya dalam bidang industri pengolahan seperti industri pengolahan kulit, pengolahan makanan dan lain-lain. 5. Pendapatan total adalah jumlah uang (dalam rupiah) yang didapatkan rumah tangga selama satu tahun yang dinyatakan dalam juta. 6. Modal luar adalah jumlah keseluruhan besar penerimaan pinjaman kredit UMK yang diperoleh dari lembaga keuangan maupun lembaga nonkeuangan. 7. Usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah). 8. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500 000 000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 000 000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2 500 000 000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 9. Omset usaha merupakan hasil keseluruhan penjualan usaha dari komoditi yang diusahakan sebelum dikurangi dengan beban biaya lain dan dinyatakan dalam rupiah per tahun. 10. Total aset adalah seluruh aset atau kekayaan yang dimiliki oleh pengusaha yang dimana aset tersebut memiliki kaitan terhadap usaha dan dinyatakan dalam juta rupiah. 11. Keuntungan usaha adalah besarnya laba yang diperoleh dari total penjualan usaha bersih yang dinyatakan dalam rupiah per tahun. 12. Lama pendidikan formal tertinggi adalah lama pendidikan formal tertinggi yang dijalankan oleh pelaku usaha yang dinyatakan dalam tahun.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Usaha dan Permodalan UMK Karakteristik Responden Karakteristik responden dilihat berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga. Jumlah usaha mikro dalam penelitian ini terdapat 78 responden dan usaha kecil terdapat 22 responden. Berdasarkan BPS (2012) di dalam analisis demografi, struktur umur penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok umur muda yang berada dibawah 15 tahun, kelompok umur produktif, usia 15 – 50 tahun dan kelompok umur tua diusia 65 tahun ke atas. Tabel 4 Klasifikasi Usia UMK
Kategori Usaha
Usaha Kecil
Usaha Mikro
Kategori Usia
Total
<15 tahun
15-50 tahun
>51 tahun
0
22
0
22
(0)
(100)
(0)
(100)
0
66
12
78
(85)
(15)
(100)
(0) Keterangan: () persentase
Pada Tabel 4 menggambarkan bahwa usia produktif usaha kecil sebesar 100% dari jumlah keseluruhan usaha kecil atau sebanyak 22 responden, sedangkan usia produktif pada usaha mikro sebesar 85% atau sebanyak 66 responden. Pada kategori usia diatas 51 tahun untuk kategori usaha mikro sebesar 15% responden dari jumlah keseluruhan. Pada kategori usaha kecil tidak terdapat responden untuk usia diatas 51 tahun. Dapat dilihat bahwa kategori usia yang lebih mendominasi usaha kecil maupun usaha mikro adalah kategori usia produktif yaitu usia dari 15 tahun hingga 50 tahun. Berdasarkan pada Tabel 5 menggambarkan bahwa pada kategori usaha kecil tidak terdapat pelaku usaha dengan tingkat pendidikan dibawah 6 tahun begitu pula dengan tingkat pendidikan diantara 7 hingga 9. Pada pelaku usaha kecil sebesar 100% tingkat pendidikan diatas 10 tahun, sedangkan untuk usaha mikro tingkat pendidikan dibawah 6 tahun sebesar 13% dan tingkat pendidikan antara 7 hingga 9 tahun sebesar 5%. Pada kategori usaha mikro dengan tingkat pendidikan lebih dari 13 tahun responden sebesar 6%. Lamanya tingkat pendidikan yang mendominasi usaha kecil dan usaha mikro adalah antara 10 sampai 12 tahun.
24
Kategori Usaha
Tabel 5 Klasifikasi Tingkat Pendidikan UMK Kategori Tingkat Pendidikan <6 tahun
7-9 tahun
10-12 tahun
> 13 tahun
0
0
22
0
(0)
(0)
(100)
(0)
10
4
59
5
(5)
(76)
(6)
Usaha Kecil Usaha Mikro
(13) Keterangan: () persentase
Total 22 (100) 78 (100)
Tabel 6 menggambarkan bahwa jumlah anggota keluarga usaha kecil yang dibawah 4 orang sebesar 68% atau sebanyak 15 orang dan usaha mikro sebesar 58% atau sebanyak 45 orang. Berdasarkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) satu keluarga sebaiknya memiliki dua anak dan jumlah anggota keluarga yang baik adalah 4 orang. Pada usaha kecil dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang sebesar 14% sedangkan usaha mikro sebesar 22%. Tabel 6 Kalsifikasi Jumlah Anggota Keluarga UMK Kategori Jumlah Anggota Keluarga Kategori Usaha <4 orang 4 orang >4 orang 15 3 4 Usaha Kecil (68) (14) (18) 45 17 16 Usaha Mikro (58) (22) (20) Keterangan: () persentase
Total 22 (100) 78 (100)
Struktur Usaha Responden Jenis Usaha Responden Karakteristik usaha responden dilihat berdasarkan jenis usaha, struktur permodalan, kinerja usaha dan kendala permodalan. Jenis usaha yang dijalani oleh responden kategori usaha mikro dan kecil meliputi perdagangan dan industri pengolahan. Jumlah masing-masing jenis usaha dapat dilihat pada Tabel 7.
Jenis Usaha Usaha Kecil Usaha Mikro Keterangan: () persentase
Tabel 7 Jenis usaha responden Perdagangan Pengolahan 8 14 (36) (64) 33 45 (42) (58)
Total 22 (100) 78 (100)
25
Pada Tabel 7 menggambarkan bahwa pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 42% atau sebesar 33 responden usahanya bergerak di sektor perdagangan sedangkan 58% atau sebesar 45 responden bergerak di sektor pengolahan. Pada kategori usaha kecil sebesar 36% usahanya bergerak disektor perdagangan dan sebesar 64% usahanya bergerak disektor industri pengolahan. Sektor yang mendominasi pada responden UMK yaitu sektor pengolahan. Hal ini sesuai dengan fakta UMK Kabupaten Bogor yang mendominasi industri pengolahan dalam menjalankan usahanya. Karakteristik Usaha Karakteristik usaha dilihat berdasarkan aset, omset, modal awal. Pada Tabel 8 rata-rata aset pada responden usaha kecil sebesar 251.25 juta rupiah jauh lebih besar dibandingkan rata-rata pendapatan usaha mikro yaitu sebesar 105.5 juta rupiah. Nilai rata-rata omset dan modal awal usaha kecil pun jauh lebih besar dibandingkan usaha mikro yaitu 512.57 dan 51.73 sedangkan usaha mikro 105.27 dan 29.58 juta rupiah. Tabel 8 Statistik deskriptif usaha responden Kriteria Usaha
Variabel (juta) Aset
Usaha Kecil
Omset Modal Awal Aset
Usaha Mikro
Omset Modal Awal
Nilai Minimum
Nilai Maksimum
Ratarata
36
872
251.25
304
2352
512.57
3
200
51.73
3.6
1080
105.55
10.08
275.6
105.27
0.02
300
29.58
Kinerja Usaha Metode R/C ratio yaitu analisis R/C Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan proses produksi mengalami kerugian, impas, untung. Analisis R/C Rasio merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama dengan satu maka usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurangdari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian. Adapun rumus R/C Rasio yaitu total biaya penerimaan dibagi dengan total biaya.
26 Tabel 9 Kelayakan usaha responden
Kelayakan Usaha R/C<1 1 (5) 11 (14)
Kategori Usaha Usaha Kecil Usaha Mikro
R/C>1 21 (95) 67 (86)
Total 22 (100) 78 (100)
Keterangan () persentase
Tabel 9 menunjukan bahwa usaha yang sudah layak dan efisien sebesar 86% atau sebanyak 67 pelaku usaha dari responden dengan kriteria usaha mikro dan sebesar 14% atau sebanyak 11 pelaku usaha yang usahanya tidak layak. Pada usaha kecil sebesar 95% atau sebanyak 21 pelaku usaha yang sudah layak dan efisien dalam menjalankan usahanya dari jumlah 22 responden dan hanya satu pelaku usaha yang tidak layak. Struktur Permodalan Pada Tabel 10 menggambarkan bahwa sebesar 23% atau sebanyak 5 responden dengan kategori usaha kecil menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya dan sebesar 77% atau sebanyak 17 responden yang menggunakan modal luar. Pada responden dengan kategori usaha mikro sebesar 83% atau sebanyak 65 responden menggunakan modal sendiri dan hanya 17% atau sebanyak 13 responden menggunakan modal luar. Hal ini dikarenakan untuk memulai suatu usaha diperlukan dana yang cukup besar, tak sedikit pelaku usaha tidak dapat meminjam dana ke lembaga formal maupun semi formal terkait beberapa kendala dalam memenuhi persyaratan pinjaman, sehingga untuk kategori usaha mikro yang diantaranya berpendapatan rendah lebih memilih menggunakan modal sendiri untuk mengembangkan usahanya. Tabel 10 Sumber modal responden Sumber Modal Usaha Kecil Usaha Mikro UMK
Modal Luar 17 (77) 13 (17) 30
Modal Sendiri 5 (23) 65 (83) 70
Total 22 (100) 78 (100) 100
Keterangan: () persentase Kendala Permodalan Dalam pemilihan penggunaan modal yang berasal dari dana sendiri terdapat alasan-alasan yang di dapat berdasarkan hasil wawancara yaitu sebanyak 35% dikarenakan modal yang terbatas, modal yang terbatas karena pendapatan yang dimiliki oleh pelaku UMK rendah oleh karena itu untuk mengurangi resiko dalam usaha pelaku UMK lebih memilih modal sendiri dibandingkan dana yang berasal modal luar dan sebanyak 29% sulit mengakses pinjaman ke bank karena
27 prosedur peminjaman yang tidak memungkinkan untuk dapat meminjam di bank. Sebesar 12% tidak memiliki informasi pinjaman modal karena usaha yang dijalankan jauh dari pusat kota dan pelaku UMK tidak berusaha mencari informasi. Sebanyak 2% responden tidak ingin dan tidak perlu untuk menggunakan dana pinjaman dari luar karena beberapa diantara pelaku UMK memiliki dana yang cukup besar untuk memulai usaha dan tidak ingin menggunakan modal luar untuk mengurangi resiko peminjaman kredit. Alasan penggunaan permodalan modal sendiri ditunjukan pada Gambar 5. Alasan tidak menggunakan modal luar Modal terbatas 22% 35% 2%
29%
12%
Tidak memiliki informasi pinjaman modal Sulit mengakses pinjaman ke Bank Bunga pinjaman tinggi Tidak Perlu/Tidak Ingin
Gambar 5 Alasan tidak menggunakan modal luar Alasan penggunaan pinjaman dana modal luar sebesar 37% tidak ada suku bunga dan sebesar 37% tidak dikejar oleh deadline pembayaran dikarenakan pinjaman yang dilakukan ke kerabat maupun keluarga dan sebesar 13% suku bunga yang rendah untuk responden yang meminjam ke lembaga formal bank dan 13% akses pinjaman yang mudah. Alasan penggunaan permodalan modal luar ditunjukan pada Gambar 6. Alasan menggunakan modal luar Akses Pinjaman Mudah 13% 37%
13%
Suku Bunga Rendah Tidak ada Suku Bunga (Pinjaman Kerabat)
37%
Tidak Dikerjar Oleh Deadline Waktu Pembayaran
Gambar 6 Alasan penggunaan modal luar
28 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK Hasil Uji Model Dalam menjalankan usaha, pelaku UMK membutuhkan dana yang cukup besar dalam upaya meningkatkan pendapatan dan memperoleh return yang positif. Maka pemilik dan pelaku UMK tersebut menggunakan modal luar sebagai pembiayaan modal awal dalam usahanya. Modal luar meliputi dana yang berasal dari lembaga formal seperti bank maupun akses non formal seperti dana yang berasal dari kerabat maupun bank keliling. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar dilakukan dengan model logit dengan menggunakan aplikasi SPSS 6. Tabel 11 menyajikan hasil pendugaan parameter dari model logit tersebut. Tabel 11 Hasil pendugaan parameter logit Observasi
Prediksi
Percentage Correct
Tidak Menggunakan Modal Luar
70
91.4
Menggunakan Modal Luar
30
73.3
Overall Percentage
86.0
Hasil pendugaan parameter menyatakan bahwa model dapat mengklasifikasikan responden yang tidak mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 91.4% dan sebesar 73.3% yang mengakses pembiayaan menggunakan modal luar. Secara keseluruhan model mampu mengklasifikasikan responden dengan menggunakan maupun tidak menggunakan pembiayaan modal luar sebesar 86%. Hasil uji Chi-Square Hosmer dan Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi- Square sebesar 8.224 dengan p-value 0.412 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model logit secara keseluruhan dapat menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi akses UMK terhadap pembiayaan modal luar. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Modal Luar oleh Pelaku UMK Hasil pendugaan model logit untuk faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar menunjukkan terdapat empat variabel yang signifikan dalam taraf 10% yaitu usia responden, pendapatan, aset dan omset. Variabel usia responden mempunyai nilai odds ratio sebesar 0.895 dengan nilai parameter negatif yaitu -0.111 yang artinya semakin rendah usia pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayaan menggunaan modal luar sebesar 0.895 kali lebih besar dibandingkan pelaku UMK dengan usia yang lebih tinggi. Idealnya usia pendidikan seseorang mempengaruhi kelancaran pelaku UMK dalam menggunakan modal luar, akan tetapi dalam penelitian ini pengaruh usia berbanding terbalik terhadap penggunaan modal luar. Hal ini dikarenakan usia pengusaha sering dikaitkan dengan modal manusia dan aset. Bertambahnya usia pemilik prusahaan akan mengakibatkan mereka memiliki kebebasan lebih tinggi dalam hal keuangan. Secara individu, mereka lebih cenderung kurang
29 peduli dalam memperoleh kekayaan dan lebih peduli dengan kemandirian finansial. Sedangkan pengusaha muda lebih berani berspekulasi dalam mengambil pinjaman perbankan walaupun harus dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi. Dengan demikian, semakin bertambahnya usia pelaku UMK akan menurukan tingkat kebutuhan terhadap perbankan. Variabel aset mempunyai nilai odds ratio sebesar 0.996 dengan nilai parameter negatif yaitu -0.004 yang artinya semakin rendah aset pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayaan menggunakan modal luar sebesar 0.996 kali lebih besar dibandingkan dengan pelaku UMK dengan aset yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelaku UMK dengan aset yang rendah cenderung memilih menggunakan modal luar yang berasal dari kerabat yang tidak memiliki persyaratan memiliki aset untuk melakukan pinjaman. Tabel 12 Faktor-faktor yang memengaruhi pelaku UMK terhadap permintaan modal luar
Variabel
Metode Logit Koefisien
P-Value
Odds Ratio
1.317
0.379
3.733
Usia Responden
-0.111
0.015*
0.895
Jumlah Anggota Keluarga
-0.212
0.397
0.809
0.864
0.206
2.374
-0.004
0.079*
0.996
Pendapatan
0.020
0.061*
1.020
Omset
0.011
0.000*
1.011
Dummy Kriteria Usaha -1.201 Keterangan: *sigifikan pada taraf nyata 10%
0.144
0.301
Konstanta
Dummy Jenis Usaha Aset
Variabel pendapatan mempunyai nilai odds ratio sebesar 1.020 dengan nilai parameter postif yaitu 0.020 yang artinya semakin tinggi pendapatan yang di miliki oleh pelaku UMK maka peluang untuk mengakses pembiayan menggunakan modal luar sebesar 1.020 kali dibandingkan pelaku UMK yang memiliki pendapatan yang rendah. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan seseorang maka akses terhadap penggunaan modal luar akan semakin mudah terkait dengan persyaratan pinjaman modal. Variabel omset mempunyai nilai odds ratio sebesar 1.011 dengan nilai parameter positif yaitu 0.011 yang artinya pelaku UMK dengan omset yang lebih besar memiliki peluang untuk mengakses pembiayaan modal luar sebesar 1.011 kali dibandingkan pelaku UMK yang memiliki jumlah omset yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan omset dan aset merupakan salah satu syarat untuk melakukan pinjaman ke lembaga keuangan, pelaku UMK yang tidak memiliki aset maupun omset yang sangat rendah kemungkinan besar tidak dapat melakukan pinjaman ke lembaga keuangan.
30
Dampak Modal Luar terhadap Perkembangan UMK Hasil Uji Model Sumber modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengawali berdirinya suatu usaha. Berbagai jenis sumber modal seperti lembaga formal dan non formal maupun modal pribadi diharapkan memberi dampak positif terhadap perkembangan usaha pelaku UMK. Analisis dampak keterkaitan sumber modal terhadap perkembangan UMK menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan aplikasi SPSS 6. Hasil pengolahan data dengan metode OLS menunjukkan bahwa nilai RSquared dari persamaan adalah sebesar 98.5 artinya 98.5% keragaman nilai perkembangan keuntungan dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel penjelas dalam model, sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Hasil olahan dengan model OLS tidak ada pelaggaran mutikolinearitas karena nilai VIF (Varian Inflated Factor) yang dibawah 10, tidak terdapat autokorelasi yang di dapat dari uji Durbin Watson 2.178 dan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perkembangan Keuntungan Usaha Pada Tabel 13 memperllihatkan bahwa terdapat empat vairabel yang signifikan terhadap keuntungan usaha yaitu usia, jumlah dummy jenis usaha, omset dan modal luar. Variabel usia responden memiliki pengaruh negatif terhadap besarnya keuntungan usaha yang diperolah UMK. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi usia responden maka semakin rendah perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh. Nilai koefisien parameter omset adalah -0.412 dan signifikan pada taraf nyata 5%. Hal ini berarti apabila usia meningkat 1% maka akan menurunkan keuntungan sebesar 0.412% pertahun. Hal ini dikarenakan semakin tinggi usia seseorang akan mengurangi tingkat produktivitasnya dalam bekerja. Tabel 13 Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Perkembangan Keuntungan Usaha Variabel Konstanta Usia Jumlah Anggota Keluarga Dummy Jenis Usaha Pendapatan Omset Modal Luar Keterangan: * signifikan pada taraf nyata 1% ** signifikan pada taraf nyata 5% ***signifikan pada taraf nyata 10%
Model OLS Parameter P-Value -16.169 0.000 -0.412 0.028** 0.209 0.156 0.351 0.006* 0.059 0.213 1.023 0.000* 0.088 0.065***
31
Variabel dummy jenis usaha memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan usaha yang diperoleh UMK dengan koefisien parameter 0.351 dan signifikan pada taraf nyata 1%. Ini berarti jenis usaha sektor pengolahan memiliki keuntungan lebih besar 0.351% kali dibandingkan sektor perdagangan. Variabel omset memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan dengan koefisien parameter sebesar 1.023 dan signifikan pada taraf nyata 10%. Hasil menunjukkan bahwa semakin besar perubahan omset maka semakin besar perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa apabila omset meningkat 1% maka akan meningkatkan keuntungakn sebesar 1.023% pertahun, cateris paribus.Hal ini sesuai dengan penelitian Septiana (2013) Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin besar perubahan omset maka semakin besar perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh. Variabel modal luar memiliki pengaruh positif terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh UMK dengan koefisien parameter sebesar 0.088 dan signifikan pada taraf nyata 10 %. Hal ini berarti apabila besarnya modal luar meningkat 1% maka akan meningkatkan keuntungan sebesar 0.088% pertahun, cateris paribus.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan karakterisitik antara usaha kecil dan usaha mikro baik ditinjau dari struktur usaha maupun struktur permodalan. Dari sisi struktur usaha yakni tingkat pendidikan, aset, omset dan kelayakan usaha, secara umum keragaman usaha mikro lebih rendah daripada keragaman usaha kecil. Semua pengusaha kecil tingkat pendidikannya lebih dari sepuluh tahun, sedangkan sebagian pengusaha mikro masih ada yang berpendidikan kurang dari 10 tahun. Aset dan omset pengusaha kecil jauh lebih besar daripada pengusaha mikro, aset pengusaha kecil mencapai dua kali lipat lebih dari pengusaha mikro dan omsetnya mencapai hampir lima kali lipat pengusaha mikro. Hampir semua pengusaha kecil (95%) usahanya layak atau menguntungkan, sedangkan di usaha mikro, hanya (86%) pengusaha yang usahanya layak. Dari sisi struktur permodalan, pengusaha kecil yang memanfaatkan modal luar jaul lebih besar (77%) dibandingkan dengan pengusaha mikro yang hanya mencapai 17%. Hal ini mengidikasikan bahwa pengusaha mikro sangat rendah aksesibilitasnya terhadap lembaga pembiayaan. Alasan tidak menggunakan modal luar diurut dari yang tertinggi adalah modal terbatas, sulit mengakses pinjaman ke bank, tidak memerlukan/tidak ingin, tidak memiliki informasi pinjaman modal dan bunga pinjaman tinggi. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan modal luar oleh pengusaha UMK secara signifikan adalah usia, pendapatan, aset dan omset usaha. Keempat variabel tersebut berpengaruh secara positif kecuali aset dan usia berpengaruh negatif.
32 3. Pemanfaatan modal luar oleh pengusaha UMK berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha (keuntungan). Faktor lain yang berpengaruh signifikan terhadap perkembangan usaha adalah usia, dummy jenis usaha, omset dan modal luar. Keempat variabel tersebut berpengaruh positif kecuali usia. Dummy jenis usaha menunjukkan bahwa perkembangan usaha pada industri pengolahn lebih baik daripada di usaha perdagangan. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan maka terdapat beberapa saran atau implikasi kebijakan sebagai berikut: 1. Mengingat pemanfaatan modal luar oleh pengusaha mikro masih sangat kecil maka pemerintah seyogyanya memprioritaskan peningkatan akses terhadap permodalan luar kepada usaha mikro dalam upaya pengembangan usaha dan kesejahteraannya dimana hasil studi menunjukkan bahwa pemanfaatan modal luar dapat meningkatkan perkembangan usaha atau keuntungan. 2. Disamping itu untuk meningkatkan aksesibilitas pengusaha mikro terhadap permodalan luar maka pemerintah harus mendorong atau memfasilitasi perkembangan kinerja usahanya atau mendorong peningkatan aset dan omset usaha melalui berbagai alternatif pembinaan dan pelatihan. Selain peningkatan akses terhadap permodalan luar dapat dilakukan dengan mempermudah akses terhadap pembiayaan perbankan, memperluas informasi keberadaan lembaga keuangan mikro dan atau program kredit murah oleh pemerintah. 3. Mediasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan berbagai kemudahan pada UMK hendaknya lebih difokuskan pada kemudahan akses sumber permodalan, kemudahan perizinan, ketersediaan sentra/lokasi usaha, dan informasi pasar.
DAFTAR PUSTAKA Anwar H. 2013. Analisis Pengaruh Aset, Keuntungan, Lama Usaha, Persepsi Tingkat Bunga, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Usia terhadap Keputusan UMKM Mengambil Kredit Perbankan di Kabupaten Kudus. [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Azriani Z. 2008. Peranan Bank Perkreditan Rakyat Binaan Bank Nagari Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Sumatera Barat. [Tesis]. Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor. Azrin, M. 2004. Dampak Ekonomi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Perdagangan Terhadap Perekonomian Kota Bogor [Tesis]. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 1991-2013. Perkembangan Beberapa Indikator SosialEkonomi Indonesia. BPS. Jakarta. [BI] Bank Indonesia. 2012. Sumber Pembiayaan UMKM. [internet]. [diunduh 2014 Januari 21]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id.
33 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia Tahun 1984-2013. Jakarta (ID): BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Provinsi Jawa Barat Hasil Susenas 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Bandung. Boa H, Syaukat Y, dan Fahmi Idqan. Analisis Dampak Sumber Modal Terhadap Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Vol. 33 No. 3 Juli 2010: 191-202. Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Bogor. 2012. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Bogor. [internet]. [diunduh 2014 Maret 20]. Tersedia pada: http://www.bogorkab.go.id. Gujarati DN. 2003. Dasar-Dasar Ekonometrika Ed Ke-6. Julius A Mulyadi [Penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. Gujarati DN. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Ed Ke-3. Julius A Mulyadi [Penerjemah], Jakarta (ID): Erlangga. Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. [KEMENKOP] Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan DataUsaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB)Tahun 2008-2009. [internet]. [diunduh 2014 Februari 23]. Tersedia pada:http://www.depkop.go.id. [KEMENKOP] Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB) Tahun 2009-2010. [internet]. [diunduh 2014 Februari 23]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id. [KEMENKOP] Kementerian Koperasi dan UKM. 2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan Usaha Besar (UB)Tahun 2010-2012. [internet]. [diunduh 2014 Februari 23]. Tersedia pada:http://www.depkop.go.id. Kuncoro, Mudrajad dan PT Asana Wirasta Setia. 1997. Pengembangan Pola Pembinan Usaha Kecil dan Masyarakat di Sekitar Obyek dan Kawasan Pariwisata, PT Asana Wirasta Setia dan Deparpostel, Yogyakarta. Lincolin, Arsyad. 1999. Ekonomi pembangunan. Yogyakarta: STIE YK. Maulida R. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Struktur Modal dan Peluang Penggunaan Dana Eksternal Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Noer Sutrisno. 2004. Ekonomi Rakya Usaha Mikro dan UKM. Jakarta: STEKPI. Sakur. 2011. Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah: Studi Kasus di Kota Surakarta. Ilmu Administrasi, FISIP Universitas Sebelas Maret. Septiana RM. 2013. Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah terhadap Perkembangan UMKM di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor. Pratiwi IA, Sudirman IW. Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja UMKM di Bali Periode 2002.I-2003.I. EJurnal EP Unud. 3(3):96 –105. Respita ES. 2010. Analisis Dampak Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Terhadap Perkembangan UMKM dan Penyebab Kendala UMKM Dalam
34 Mengakses KUR (Studi Kasus BRI Unit-Margonda Depok). [Skripsi]. Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor. Tambunan,T.H. Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Widodo P, Murdayanti Y. 2011. Struktur Modal Pengusaha Kecil Berdasarkan Jenis Usaha dan Hubungannya dengan Tingkat Keuntungan Pengusaha Kecil di Jakarta Selatan. Media Riset Bisnis dan Manajemen. Vol.11(3):204-217 Yulianto A. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Konvensional dengan Perbankan Syariah Sebelum dan Saat Krisis Finansial Global Tahun 2006-2009. [Skripsi]. Semarang (ID):Universitas Negeri Semarang
35 Lampiran 1 Kuisioner Penelitian No Kuesioner: ANALISIS STRUKTUR PERMODALAN USAHA MIKRO DAN KECIL (UMK) DAN KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN USAHA DI KABUPATEN BOGOR Nama Responden
:
Alamat Tempat Tinggal
:
Kategori Usaha
:
1.
2.
Tanda Tangan dan Cap
Pengolahan: a.
Makanan-Minuman
b.
Bahan Dasar Logam/Kayu/Bambu
c.
Bahan Dasar kulit
d.
Konveksi
Perdagangan: a.
Warung/Rumah Makan
b.
Sembako/Kelontong
c.
PKL
:
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 BAGIAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama responden
: ……………………………
2. Usia
: <25, 25-40, 41-55, >55
3. Asal daerah
: ……………………………
4. Jenis kelamin 5. Status pernikahan
: Laki-laki / Perempuan : Menikah / Belum menikah
6. Status dalam keluarga : …………………………….. (dibuat diagram, kalo bs dipisah brdsrkan jenis usaha)
No
1
BAGIAN II. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA 1. Apakah Bapak/Ibu merupakan pencari nafkah utama bagi keluarga? (Jawaban: 1=Ya, 2=Tidak) Bila Tidak, siapa yang menjadi pencari nafkah utama? 2. Ada berapa orang yang hidup bersama dalam rumah tangga Bapak/Ibu? 3. Coba Bapak/Ibu jelaskan nama, kedudukan, jenis kelamin, umur, pendidikan, status pekerjaan dari masing-masing anggota rumah tangga Bapak/Ibu dengan mengisi tabel berikut ini: Pekerjaan4) Status dalam Jenis Umur Tingkat Nama Rumah tangga1) Kelamin 2) (Th) Pendidikan 3) Utama Sampingan
36 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1) Status dalam Rumahtangga : 1=KK, 2=Isteri, 3=Anak, 4 = Lainnya, sebutkan ……….. 2) Jenis Kelamin : 1=Laki-laki, 2=Perempuan 3) Tingkat Pendidikan Terakhir: 1=belum sekolah, 2=sekolah (isikan lama pendidikan formal (tahun) 4) Pekerjaan: Isikan 1=Petani, 2=Buruh tani, 3=Pedagang, 4=Pengrajin, 5=Peternak, 6= Satpam, 7= Peg. Negeri, 8=Buruh bangunan, 9=Pertukangan, 10= Ojek; 11= Sopir; 12 = Tukang becak; 13 = Buruh kasar; 11= Tukang parkir; 12 = Pemulung; 13= Lainnya (sebutkan) ....... 4. Berapa jumlah anggota keluarga usia sekolah (6-25 tahun) yang putus sekolah? 5. Coba Bapak/Ibu jelaskan jenis aset apa saja yang dimiliki rumah tangga Bapak/Ibu dengan mengisi tabel berikut ini: Aset digunakan untuk usaha No
Jenis Aset
Satuan
Aset Tetap 1 2
Rumah/Tempat tinggal a. Permanen b. Semi permanen c. Tidak permanen Lahan Tempat tinggal
Lahan sawah 3 Lahan kebun 4 Kolam 5 Aset Bergerak Mobil 6 Motor 7 Sepeda 8 Aset Usaha Warung/kios 7 8
m2 m2 m2 m2 m2 Unit Unit Unit m2
Jumlah
Status kepemilikan aset1)
Ya
Jika ya berapa besar proporsinya (%)?
Tidak
37 9 10 6. Coba Bapak/Ibu jelaskan jenis dan jumlah penerimaan dari masing-masing anggota rumah tangga Bapak/Ibu dengan mengisi tabel berikut ini: Rata-rata Penerimaan No Jenis Penerimaan (Rp/Bulan) (Rp/Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Penerimaan 7. Coba Bapak/Ibu jelaskan jenis dan jumlah pengeluaran rumah tangga Bapak/Ibu dengan mengisi tabel berikut ini: Rata-rata Pengeluaran No Jenis Pengeluaran (Rp/Hari) (Rp/Bulan) (Rp/Tahun) 1 Makanan/minuman 2 Pakaian dan sandang lainnya 3 Kesehatan 4 Pendidikan 5 Rekreasi 6 Transportasi Biaya Pembelian Barang Sekunder 7 (hp, TV, dll) 8 Sosial 9 Listrik, air, telpon/komunikasi
Total Pengeluaran BAGIAN III. KARAKTERISTIK USAHA YANG DIJALANKAN 1. Apa nama usaha yang dijalankan oleh Bapak/Ibu? ………………….. 2.
Sejak kapan Bapak/Ibu memulai usaha ini? ………………………
3.
Apa produk utama yang Bapak/Ibu hasilkan/diperdagangkan?
4.
Termasuk ke dalam kelompok usaha apa usaha yang dilakukan oleh Bapak/Ibu?
5.
a. Usaha Pengolahan
c. Usaha Jasa
b. Usaha Perdagangan
d. Lainnya, sebutkan………………….
Apakah usaha yang dijalankan Bapak/Ibu memiliki izin usaha? a. Ya, sebutkan ……………………. b. Tidak
6.
Apakah usaha yang dijalankan bermitra dengan pihak lain? a. Ya b. Tidak
38 7. Jika Ya, dengan siapa bermitranya, dalam bentuk apa, dan sejak kapan? …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………… 8.
Bagaimana lokasi usaha yang dijalankan? a. Strategis
c. Tidak strategis
b. Kurang Strategis
9.
Usaha yang dijalankan berlokasi dimana? a. Perumahan
c. Pusat perdagangan
b. Pasar
d. Berdagang keliling
e. Lainnya, sebutkan……………..
10. Apakah ada program pemerintah yang terkait dengan usaha yang dijalankan? a. Ya b. Tidak 11. Jika ya, dalam bentuk apa program tersebut, dan sejak kapan? ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………… 12. Modal Usaha: No 1. 2.
3. 4
Indikator Jumlah modal awal Sumber moda awal: a. Modal pribadi
Jumlah
Satuan Rp %
b. Pinjaman bank
%
c. Lainnya, sebutkan ……………….
%
Jumlah modal saat ini Sumber moda saat ini: a. Modal pribadi
Rp
b.
Pinjaman bank
%
c.
Lainnya, sebutkan ……………….
%
%
13. Tenaga Kerja: Indikator
Sumber Tenaga Kerja: a. Keluarga b. Luar keluarga
Jumlah (orang)
Jam kerja/ orang/hari
39
14. Output, Omset, dan Keuntungan Usaha: No
Jenis Produk
Satuan
Jumlah produk yang dihasilkan Per Per Per Per hari minggu bulan tahun
Harga jual per satuan
Per hari
Nilai omset Per Per minggu bulan
Per tahun
Per hari
Keuntungan Per Per minggu bulan
Per tahun
1 2 3
15. Kecenderungan output, omset dan keuntungan dalam tiga tahun terakhir Variabel Kecenderungan (beri tanda √) Meningkat Menurun 1. Output 2. Omset 3. Keuntungan 16. Sebutkan investasi apa saja yang Bapak/Ibu gunakan dalam menjalankan usaha:
No
1 2 3 4 5 6 7
Jenis investasi
Satuan
Jumlah
Status Kepemilikan1)
Harga Beli/unit
Fluktuasi
Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Penyusutan
1) Status kepemilikan aset: 1=milik pribadi/milik rumah tangga; 2=pinjaman; 3= sewa/kontrak; 4=lainnya, sebutkan….
40 17. Biaya Keuntungan Usaha Per Bulan No. I.
II.
Item Biaya variabel (usaha pengolahan): 1. Sarana produksi a. Bahan baku utama b. Bahan penunjang/ tambahan c. Plastik/Kemasan d. Bahan bakar e. ....... f. ........ g. ........ 2. Tenaga kerja tidak tetap 3. Biaya angkutan 4. ....... 5. ....... 6. ....... Total Biaya variabel (usaha perdagangan): 1. Sarana produksi a. Barang dagangan b. Plastik/kemasan c. ………………… d. ………………… 2. Tenaga kerja tidak tetap 3. Biaya angkutan 4. ....... 5. ....... 6. ....... Total Biaya tetap : 1. Listrik 2. Air 3. Telepon 4. Tenaga kerja tetap 5. PBB 6. Bunga modal 7. ........
Total
Satuan
Jumlah
Harga/ satuan (Rp)
Per Tahun Nilai Total (Rp)
Jumlah
Harga/s atuan (Rp)
Nilai Total (Rp)
41 18. Kemana saja tujuan pemasaran dari produk yang dihasilkan/diperdagangkan Bapak/Ibu? ……………………………………………………………………………………………….... ………………………………………………………………………………………....……… ………………………………………………………………………… 19. Gambarkan saluran pemasaran:
20. Kendala terkait permodalan (beri tanda √ pada pilihan yang sesuai)
No Kendala Permodalan Ya Tidak 1 Modal terbatas 2 Tidak memiliki informasi pinjaman modal 3 Sulit mengakses pinjaman ke Bank 4 Bunga pinjaman tinggi 5 ………..………………………….. 6 ………..………………………….. 7 ……………………………………. 8 …………………………………. 21. Kendala terkait produksi, usaha pengolahan (beri tanda √ pada pilihan yang sesuai) No Kendala Produksi Ya Tidak 1 Bahan baku/penolong terbatas/sulit diperoleh 2 Pasokan bahan baku/penolong tidak kontinu 3 Harga bahan baku yang meningkat 4 Alat/mesin produksi kurang memadai 5 Alat/mesin produksi rusak/using 6 Permasalahan terkait tenaga kerja 7 ………..………………………….. 8 ……………………………………. 9 ………………………………….
Penjelasan
Penjelasan
22. Kendala terkait barang dagangan, usaha perdagangan (beri tanda √ pada pilihan yang sesuai) No
Uraian
1
Barang dagangan terbatas/sulit diperoleh
2 3
Pasokan barang dagangan tidak kontinu Kualitas barang dagangan yang rendah
Ya
Tidak
Penjelasan
42 4
Harga barang dagangan yang meningkat
5
Keamanan dan kehalalan barang dagangan
6
Permasalahan terkait tenaga kerja
7 8
………..………………………….. …………………………………….
9
………………………………….
10
…………………………………..
23. Kendala terkait pemasaran (beri tanda √ pada pilihan yang sesuai) No Kendala Pemasaran Ya Tidak 1 Penundaan pembayaran oleh pembeli 2 Pemutusan hubungan dengan pelanggan 3 Selera pelanggan berubah 4 Sarana dan prasarana transportasi kurang memadai 5 6 7 8 9 10
Harga jual berflutuasi Permintaan produk menurun Persaingan dengan pelaku usaha/produk lainnya ………..………………………….. ……………………………………. ………………………………….
Penjelasan
43 Lampiran 2 Hasil Olahan Data Regresi Logistik Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
51.614
7
.000
Block
51.614
7
.000
Model
51.614
7
.000
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
Sig.
8.224
8
.412
Classification Table
a
Predicted Y Observed Step 1
Y
0
Percentage 1
Correct
0
64
6
91.4
1
8
22
73.3
Overall Percentage
86.0
a. The cut value is .500 Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Usia
-.111
.045
5.948
1
.015
.895
JAK
-.212
.250
.717
1
.397
.809
.864
.684
1.597
1
.206
2.374
-.004
.002
3.093
1
.079
.996
pendapatan
.020
.011
3.514
1
.061
1.020
omset
.011
.003
14.841
1
.000
1.011
-1.201
.823
2.132
1
.144
.301
1.317
1.498
.773
1
.379
3.733
JU aset
KU Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, JAK, JU, aset, pendapatan, omset, KU.
44 Lampiran 3 Hasil Olahan Data OLS b,c
Model Summary
Model
R
1
.993
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.985
.976
Durbin-Watson
.30921
2.178
a. Predictors: (Constant), Usia, Jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset, modal luar b. Dependent Variable: Keuntungan b,c
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
63.144
6
10.524
.956
10
.096
64.100
16
Residual Total
df
F
Sig.
110.074
.000
a
a. Predictors: (Constant), Usia, Jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset, modal luar b. Dependent Variable: Keuntungan
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a,b
Std. Error
-16.169
.959
Usia
-.412
.160
Jak
.209
Ju
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-16.858
.000
-.174
-2.565
.028
.325
3.074
.136
.080
1.535
.156
.550
1.817
.351
.100
.158
3.497
.006
.727
1.375
Pndptn
.059
.044
.086
1.329
.213
.355
2.814
Omset
1.023
.053
.930
19.338
.000
.645
1.549
.088
.042
.146
2.070
.065
.299
3.341
Modal Luar
a. Dependent Variable: Keuntungan
45 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
17
Normal Parameters
a
Mean
.0562403
Std. Deviation Most Extreme Differences
.14596377
Absolute
.143
Positive
.143
Negative
-.095
Kolmogorov-Smirnov Z
.588
Asymp. Sig. (2-tailed)
.880
a. Test distribution is Normal.
b
Model Summary
Model
R
1
.488
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.238
-.219
Durbin-Watson
.11062
2.140
a. Predictors: (Constant), Usia, Jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset, modal luar b. Dependent Variable: absresid b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.038
6
.006
Residual
.122
10
.012
Total
.161
16
a. Predictors: (Constant), Usia, Jumlah anggota keluarga, dummy jenis usaha, pendapatan, omset, modal luar b. Dependent Variable: absresid
F
Sig. .521
.781
a
46
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, 15 Oktober 1992 dari ayah Indra Putra dan ibu Sri Mulijani. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Rizky di Bogor dan TK Gaira di Bandung dan melanjutkan pendidikan di SDN Mohammad Toha 4 Bandung. Pada tahun 2005 penulis duduk di bangku SMP yaitu di SMPN 4 Bogor. Kemudian pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan, penulis aktif pada beberapa kepanitiaan yang diadakan oleh Departemen Ilmu Ekonomi maupun Fakultas Ekonomi dan Manajemen, yaitu HIPOTEX-R sebagai staff sponsorship dan OMI sebagai staff sponsorship. Penulis juga mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian dengan judul “Student Café Sky Dining in Bara sebagai Sarana Hiburan Berwawasan Edukasi untuk Mahasiswa ” pada tahun 2013.