ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JASA BOGA KESEHATAN PADA PRIMA DIET CATERING, JAKARTA
SKRIPSI
RACHMAT H34052861
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RACHMAT. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jasa Boga Kesehatan pada Prima Diet Catering, Jakarta. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K.S DARYANTO). Penyelenggaraan jasa boga merupakan usaha di bidang industri pengolahan makanan dan minuman jadi yang sangat berkembang di masyarakat. Perkembangan usaha jasa boga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang serba praktis terhadap pemenuhan kebutuhan pangan pribadi maupun kelompok. Namun, seiring dengan berkembangnya informasi-informasi tentang isu keamanan pangan terkait dengan kualitas kesehatan hidup, sebagian konsumen mulai menyadari pentingnya pemenuhan kebutuhan makanan harian yang sehat. Mereka dituntut tidak lagi hanya mengkonsumsi makanan dari segi kuantitas dan kepraktisannya, tetapi juga memperhatikan kualitas pangan yang dikonsumsinya. Penyelenggaraan jasa boga kesehatan merupakan salah satu inovasi dalam bisnis industri jasa boga yang menyediakan pemenuhan kebutuhan makanan sehat harian. Karakteristik produk yang ditawarkan dalam usaha jasa boga kesehatan berbeda dengan produk jasa boga pada umumnya. Hal ini dikarenakan produk jasa boga kesehatan disajikan berdasarkan karakteristik kepentingan individu dengan mempertimbangkan keseimbangan gizi, tingkat alergi, dan kegemaran. Prima Diet Catering merupakan salah satu perusahaan dalam penyelenggaraan jasa boga dengan konsep healthy diet catering. Prima Diet Catering memberikan pelayanan katering dengan segmentasi yang berbeda dari katering lainnya yaitu menyediakan makanan khusus (diet) untuk kebutuhan individu masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya. Peluang pasar yang besar namun diiringi dengan kendala baik internal maupun eksternal menyebabkan Prima Diet Catering harus memiliki strategi yang tepat sehingga mampu bertahan di lingkungan usaha yang senantiasa berubah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha Prima Diet Catering, (2) menganalisis faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Prima Diet Catering dalam mencapai tujuannya, dan (3) menganalisis dan menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Prima Diet Catering. Penelitian dilaksanakan di perusahaan jasa boga Prima Diet Catering yang terletak di Jl. Bukit Duri Selatan, No. 72, Bukit Duri, Casablanca, Tebet, Jakarta Selatan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2009. Jumlah responden pada penelitian terdiri dari dua orang pihak internal yang merupakan pemilik dari perusahaan Prima Diet Catering. Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal dan internal diperoleh bahwa Prima Diet Catering memiliki delapan peluang kunci, dua ancaman kunci, tujuh kekuatan kunci, dan tiga kelemahan kunci. Total skor pengolahan matriks EFE adalah 3,357 yang menunjukkan bahwa Prima Diet Catering merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Berdasarkan hasil pengolahan matriks IFE, total skor yang dihasilkan adalah
sebesar 3,060. Nilai ini menunjukkan bahwa Prima Diet Catering memiliki kondisi internal yang kuat. Berdasarkan nilai skor total EFE dan IFE diperoleh bahwa: (1) peluang utama Prima Diet Catering adalah peningkatan kualitas hidup sehat terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup, (2) ancaman utama Prima Diet Catering adalah kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat, (3) kekuatan utama Prima Diet Catering adalah pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu, dan (4) kelemahan utama Prima Diet Catering adalah kurangnya sumber daya manusia perusahaan yaitu tenaga ahli gizi. Berdasarkan pemetaan matriks IE, Prima Diet Catering berada pada kuadran I dengan strategi yang sesuai adalah strategi intensif atau integratif yang selanjutnya dijabarkan dalam matriks SWOT sehingga diperoleh enam alternatif strategi. Kemudian strategi-strategi tersebut dianalisis menggunakan matriks QSP untuk mengetahui urutan prioritasnya. Adapun urutan prioritas strategi tersebut diantaranya adalah: (1) memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain (STAS = 6,874), (2) peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru (STAS = 6,853), dan (3) meningkatkan upaya marketing services secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa) (STAS = 6,748).
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JASA BOGA KESEHATAN PADA PRIMA DIET CATERING, JAKARTA
RACHMAT H34052861
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jasa Boga Kesehatan pada Prima Diet Catering, Jakarta
Nama
: Rachmat
NIM
: H34052861
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Heny K.S Daryanto, M.Ec NIP. 19610916 198601 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jasa Boga Kesehatan pada Prima Diet Catering, Jakarta” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, September 2009
Rachmat H34052861
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 September 1987. Penulis merupakan anak terakhir dari lima bersaudara, putra pasangan keluarga Bapak H.Oting dan Ibu Etih. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 05 Pagi Manggarai, Jakarta Selatan dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999. Penulis juga menempuh pendidikan agama di MI Assafiiyyah 05, Al-Barkah, Jakarta Selatan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 3 Jakarta pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 37 Jakarta dan lulus pada tahun 2005 dengan predikat terbaik. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa TPB (Tingkat Persiapan Bersama) di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan Mayor Agribisnis dan Minor Keuangan dan Aktuaria. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) diantaranya Paduan Suara IPB Agriaswara dalam periode tahun 20052006 dan Tim Sigap IPB dalam periode tahun 2008. Penulis juga berkesempatan untuk dapat mewakili IPB bersama dengan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dalam program beasiswa Indonesia English Language Study Program (IELSP) yang diselenggarakan oleh Indonesian International Education Foundation (IIEF) dari tanggal 14 Maret sampai dengan 16 Mei 2009 dalam kegiatan peningkatan kemampuan Bahasa Inggris dan pertukaran budaya di salah satu universitas terbaik di Amerika Serikat, yaitu University of Arizona, Tucson, Arizona. Program beasiswa ini memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat memperkaya wawasan dan pemahaman tentang keragaman budaya antar negara.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi oleh Perusahan Prima Diet Catering, Jakarta, serta merumuskan alternatif formulasi strategi pengembangan usaha yang terbaik sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, penulis berharap dengan hadirnya skripsi ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan sumber pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, September 2009 Rachmat
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Heny K.S Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan bantuan yang telah diberikan selama proses penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji utama yang berkenan memberikan saran, dan kritikan yang membangun bagi skripsi penulis. 3. Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribus selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan yang berkenan memberikan saran, dan kritikan yang membangun bagi skripsi penulis. 4. Orang tua tercinta, kakak-kakakku (Mariana dan Aa Asep, Nurdiana dan Mas Rizkan, Rohimah dan Aa Rahmat, M. Salahuddin), dan keponakankeponakanku (M. Rifqi Sulthan Baghasanah, Khoirunnisa Azzahra, M. Rafi Akbar Putra Hasanah, M. Fahmi, Talitha Putri, Maulana Akmal Rachmat) atas doa, dukungan, dan rasa kasih sayang yang telah diberikan. 5. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, motivasi, dan segala dukungan yang telah diberikan. 6. dr. Peni, M. Hartanto, MKM dan dr. Mungki, M. Hartanto selaku pemilik perusahaan Prima Diet Catering yang memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian, Bapak Wanto, Mba Mayang, Mba Riska, Mba Mintha, dan seluruh staf Prima Diet Catering yang telah berkenan memberikan bantuan selama berlangsungnya kegiatan penelitian. 7. Dosen pengajar, pengelola, dan para staf Departemen Agribisnis (Ibu Ida, Bapak Yusuf, dll) atas semua pengalaman, ilmu, bantuan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis. 8. Devi Zulfi Fauziah selaku pembahas dalam seminar penulis.
9. Teman-teman Gladikarya Desa Girijaya, Kecamatan Cikajang, Garut (Yanuary, Ratna S.S, Dian Lestari, dan Desy Dameria) 10. Seluruh teman-teman Agribisnis 42 (Wiyanto, Doni, Linda, Novi, Septi, Riana, Abel, Shinta, Allesando, Ratna Mega Sari, Ratna P, Rina Yoanita, Hepi, Ferdiansyah, Desi Nurmasari, Indri, Mala, Manda, Syarah, Irfan, Suci, Dian, dan semuanya yang belum disebutkan mulai dari NRP H3405010 Sampai dengan NRP H34054422. 11. Yayasan IIEF dan teman-teman penerima beasiswa IELSP batch 5 Arizona, Amerika Serikat. 12. Teman-teman seperjuangan (Poppy, Purwanto, Dewi, Hakim) yang telah memberikan bantuan dan dukungannya bagi penulis. 13. Teman-temanku di Amerika Serikat (Takahide Konishi, Saver Zheng, Roy, Danny, Arshy, Sujung) dan segenap teman-teman beserta pengajar di Center for English as Second Language (CESL). 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas doa, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan.
Bogor, September 2009 Rachmat
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
vii
I
II
III
IV
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
1 6 10 10 11
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Produk ................................................................... 2.1.1 Definisi Produk .......................................................... 2.1.2 Tingkatan Produk ....................................................... 2.2 Tinjauan Jasa ........................................................................ 2.2.1 Definisi dan Karakteristik Jasa .................................. 2.2.2 Pengelolaan Kualitas Jasa .......................................... 2.3 Penyelenggaraan Institusi Makanan ..................................... 2.3.1 Perkembangan Institusi Makanan .............................. 2.3.2 Penggolongan Institusi Makanan ............................... 2.4 Katering (Jasa Boga) ............................................................ 2.4.1 Definisi Katering ........................................................ 2.4.2 Jenis-Jenis Katering ................................................... 2.5 Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan ................................ 2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................
12 12 12 13 13 14 14 14 15 16 16 17 20 22
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 3.1.1 Konsep Manajemen ..................................................... 3.1.2 Konsep Strategi ........................................................... 3.1.3 Manajemen Strategis ................................................... 3.1.4 Model Manajemen Strategis ....................................... 3.1.5 Proses Formulasi Strategi ............................................ 3.1.6 Pemilihan Alternatif Strategi ....................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
31 31 32 33 35 35 43 45
METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2 Metode Penentuan Sampel ..................................................... 4.3 Data dan Instrumentasi ........................................................... 4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................... 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 4.6 Tahapan Analisis Input ......................................................... 4.6.1 Analisis Faktor Eksternal ............................................ 4.6.2 Analisis Faktor Internal ...............................................
48 48 48 49 50 50 50 52
4.7 Tahapan Analisis Pencocokan ............................................... 4.7.1 Matriks IE ................................................................... 4.7.2 Matriks SWOT ............................................................ 4.8 Tahapan Analisis Keputusan .................................................
54 54 56 58
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Prima Diet Catering ................... 5.2 Lokasi Prima Diet Catering .................................................... 5.3 Visi, Misi, dan Tujuan Prima Diet Catering .......................... 5.4 Struktur Organisasi Prima Diet Catering ............................... 5.5 Kegiatan Operasional Prima Diet Catering ............................
61 62 62 63 64
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN 6.1 Analisis Lingkungan Eksternal .............................................. 6.1.1 Lingkungan Makro ....................................................... 6.1.1.1 Faktor Ekonomi ............................................... 6.1.1.2 Faktor Sosial ................................................... 6.1.1.3 Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah ....... 6.1.1.4 Faktor Teknologi ............................................. 6.1.2 Lingkungan Industri ..................................................... 6.1.2.1 Ancaman Pendatang Baru ............................... 6.1.2.2 Daya Tawar-Menawar Pemasok ..................... 6.1.2.3 Daya Tawar-Menawar Pembeli ....................... 6.1.2.4 Ancaman Produk Subtitusi .............................. 6.1.2.5 Persaingan Antara Anggota Industri ............... 6.2 Analisis Lingkungan Internal ................................................. 6.2.1 Manajemen dan SDM .................................................. 6.2.2 Pemasaran .................................................................... 6.2.2.1 Bauran Produk ................................................. 6.2.2.2 Bauran Harga .................................................. 6.2.2.3 Bauran Promosi ............................................... 6.2.2.4 Bauran Distribusi ............................................ 6.2.3 Keuangan ...................................................................... 6.2.4 Produksi ....................................................................... 6.2.4.1 Perencanaan Menu .......................................... 6.2.4.2 Pengadaan Bahan Baku Makanan ................... 6.2.4.3 Persiapan dan Pengolahan Bahan Makanan .... 6.2.4.4 Pengemasan ..................................................... 6.3 Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Eksternal dan Internal ...
71 71 71 78 86 87 88 89 91 93 94 95 95 96 97 97 99 101 103 104 105 105 107 108 110 111
VII FORMULASI ALTERNATIF STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE ............................................... 7.1.1 Analisis Matriks EFE ................................................... 7.1.2 Analisis Matriks IFE .................................................... 7.2 Analisis Matriks IE ................................................................ 7.3 Analisis Matriks SWOT ......................................................... 7.4 Penentuan Urutan Prioritas Strategi Menggunakan QSPM ...
114 114 116 117 119 127
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ............................................................................
129
V
VI
8.2 Saran .......................................................................................
130
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
132
LAMPIRAN ...........................................................................................
135
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Distribusi Persentase PDB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 ................................................
2
Jumlah Usaha Jasa Boga Berdasarkan Tahun Mulai Beroperasi Di Wilayah DKI Jakarta .............................................................
4
3.
Jumlah Rata-Rata Konsumen Prima Diet Catering Perhari .......
7
4.
Kegiatan Prima Diet Catering Dalam Penyelenggaraan Katering Kesehatan Periode Tahun 2000-2008 .........................
8
5.
Ringkasan Penelitian Terdahulu ................................................
27
6.
Matriks External Factor Evaluation (EFE) ...............................
52
7.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) .................................
54
8.
Matriks SWOT ...........................................................................
58
9.
Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) .......................
60
10.
Nilai PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 ..............................
72
11.
Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 ...................................................................
73
Nilai Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 ........................................................
73
Peranan Struktur Ekonomi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku (%) ................................................................................
74
Nilai Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Triliun) ..............................................
75
15.
Perkembangan Laju Inflasi DKI Jakarta ....................................
76
16.
Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Komoditi DKI Jakarta .......
77
17.
Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg) ............
78
18.
Jumlah Penduduk Indonesia pada Tahun 2005-2008 ................
79
19.
Jumlah Penduduk DKI Jakarta pada Tahun 2005-2008 .............
79
20.
Estimasi Umur Harapan Hidup Provinsi DKI Jakarta Dalam Kurun Waktu Lima Tahunan .....................................................
81
21.
Pendapatan Perkapita Provinsi DKI Jakarta ..............................
83
22.
Distribusi Pendapatan DKI Jakarta ............................................
84
23.
Jumlah Pekerja DKI Jakarta Menurut Pendapatan Bersih pada Periode Tahun 2006-2008 ..........................................................
84
Perkembangan Harga BBM pada Tahun 2008-2009 .................
87
2.
12. 13. 14.
24.
25.
Daftar Pemasok Bahan Baku Makanan Prima Diet Catering ....
92
26.
Jumlah Pasar Yang Dikelola PD. Pasar Jaya Menurut Kota Administrasi dan Ruang Lingkup ..............................................
93
27.
Daftar Perusahaan Penyelenggaraan Katering Kesehatan .........
95
28.
Daftar Program Katering Kesehatan Prima Diet Catering .........
98
29.
Daftar Program Harga Katering Kesehatan Prima Diet Catering
101
30.
Liputan Media Kegiatan Penyelenggaraan Prima Diet Catering
103
31.
Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Prima Diet Catering ........
112
32.
Faktor-Faktor Lingkungan Internal Prima Diet Catering ...........
113
33.
Matriks EFE (External Factor Evaluation) Prima Diet Catering
115
34.
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Prima Diet Catering
116
35.
Matriks SWOT Prima Diet Catering ..........................................
120
36.
Prioritas Alternatif Strategi QSPM pada Prima Diet Catering ...
127
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model Komprehensif Manajemen Strategis ............................
35
2.
Bagan Analisis Industri ............................................................
41
3.
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
47
4.
Matriks Internal Eksternal (IE) ................................................
56
5.
Sruktur Organisasi Prima Diet Catering ...................................
64
6.
Matriks IE Prima Diet Catering ................................................
118
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Dokumentasi ...........................................................................
136
2.
Kuisioner Penelitian Penentuan Bobot dan Peringkat Faktor Strategis Eksternal dan Internal ...............................................
137
Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Strategis Eksternal dan Internal Prima Diet Catering ............................
143
Hasil Pengisian Kuesioner Peringkat Faktor Strategis Eksternal dan Internal PDC .....................................................
149
Hasil Pengisian Kuesioner QSPM ..........................................
154
3. 4. 5.
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kondisi perekonomian Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2008c) menunjukkan adanya peningkatan nilai produk domestik bruto (PDB) nasional dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Adapun nilai PDB untuk masing-masing periode adalah sebesar Rp 1.656,5 triliun pada tahun 2004, Rp 1.750,8 triliun pada tahun 2005, Rp 1.847,3 triliun pada tahun 2006, dan Rp 1.964,0 triliun pada tahun 2007. Peningkatan nilai PDB nasional tersebut juga ditandai dengan adanya laju pertumbuhan ekonomi yang positif selama periode tahun 2004 hingga 2007. Laju pertumbuhan perekonomian nasional pada tahun 2005 sebesar 5,7 persen yang sempat turun menjadi 5,5 persen pada tahun 2006, kemudian meningkat menjadi 6,3 persen pada tahun 2007. Perkembangan sektor-sektor ekonomi merupakan faktor pendorong terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. Semua sektor ekonomi yang membentuk PDB mengalami peningkatan yang ditandai dengan laju pertumbuhan pada masing-masing sektor. Adapun laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 13,8 persen (Badan Pusat Statistik 2008c). Meskipun sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi, kontribusi sektor ekonomi terbesar bagi perekonomian nasional disumbangkan oleh sektor industri pengolahan dengan memberikan kontribusinya sebesar 27,9 persen. Pertumbuhan sektor industri pengolahan tidak dapat dipisahkan dari peranan subsektor industri pengolahan. Subsektor industri pengolahan terdiri dari subsektor migas dan bukan migas. Subsektor bukan migas memberikan kontribusi yang utama bagi pertumbuhan sektor industri pengolahan yaitu sebesar 25,2 persen, sedangkan sumbangan dari subsektor industri migas hanya sebesar 2,7 persen. Sumbangan masing-masing subsektor industri pengolahan terhadap perekonomian nasional dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Persentase PDB Sektor Industri Pengolahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Sektor INDUSTRI PENGOLAHAN Industri Migas Industri Bukan Migas a. Industri Makanan dan minuman b. Industri Tekstil c. Industri Kayu d. Industri Kertas e. Industri Pupuk f. Industri Semen g. Industri Logam dasar h. Industri Alat Angkutan, Mesin, Peralatan i. Industri pengolahan lainnya BUKAN INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
Sumber Keterangan
2004 28.4 3.1 25.3 7.1 3.2 1.2 1.4 3.3 0.9 0.5
2005 28.1 2.8 25.3 6.9 3.1 1.2 1.4 3.4 0.9 0.4
2006* 27.8 2.6 25.2 7.0 3.0 1.1 1.3 3.3 0.8 0.4
2007** 27.4 2.4 25.0 7.0 2.7 1.0 1.3 3.3 0.8 0.4
Rata-Rata 27.9 2.7 25.2 7.0 3.0 1.1 1.4 3.3 0.9 0.4
7.4 0.2 71.6 100.0
7.8 0.2 71.9 100.0
8.0 0.2 72.2 100.0
8.2 0.2 72.6 100.0
7.8 0.2 72.1 100.0
: Badan Pusat Statistik (2008c) : *) Angka sementara ** ) Angka sangat sementara
Berdasarkan Tabel 1, salah satu sumbangan subsektor industri bukan migas adalah pertumbuhan industri makanan dan minuman yang menduduki peringkat kedua terbesar setelah industri alat angkutan, mesin dan peralatan. Industri makanan dan minuman menyumbang sebesar 7,0 persen terhadap PDB Indonesia, sedangkan sumbangan dari industri-industri bukan migas lainnya hanya kurang dari 3,0 persen terhadap PDB Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan industri makanan dan minuman memberikan dampak positif dan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan perekonomian nasional. Pertumbuhan industri makanan dan minuman memiliki peran yang cukup besar dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Peran industri makanan dan minuman dalam penyediaan lapangan pekerjaan akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut berpengaruh terhadap pengurangan jumlah pengangguran yang pada akhirnya akan berkontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik (2006a) menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja penyediaan makanan dan minuman di seluruh Indonesia
sebanyak 4.889.719 orang dengan penyerapan jumlah tenaga kerja per perusahaan sebesar 1,63 yang artinya perusahaan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1-2 orang. Kontribusi industri makanan dan minuman bagi perekonomian terkait dengan peluang bisnis yang dimilikinya. Hal ini berdasarkan karakteristik dari usaha penyediaan makanan dan minuman tersebut. Usaha makanan dikenal sebagai usaha sepanjang masa dikarenakan makanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk mempertahankan hidupnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2007b), diketahui bahwa persentase pengeluaran rata-rata penduduk Indonesia perkapita/bulan untuk makanan adalah 49,24 persen, sedangkan sisanya sebesar 50,76 persen untuk bukan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia menghabiskan hampir setengah pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jadi, kebutuhan pangan tersebut telah memberikan peluang bisnis bagi industri makanan dan minuman untuk dapat terus berkembang. Perkembangan industri makanan dan minuman yang pesat dapat dilihat dari banyaknya pemanfaatan industri tersebut dalam penyediaan makanan dan minuman jadi. Salah satu usaha penyediaan makanan dan minuman jadi adalah usaha jasa boga atau yang lebih dikenal dengan istilah katering. Jasa boga mencakup usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk berbagai kebutuhan pelanggan, misalnya perayaan, pesta, seminar, rapat, dan lainnya dimana biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat tujuan. Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa usaha jasa boga terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah perusahaan/usaha jasa boga menurut tahun mulai beroperasi (Tabel 2).
Tabel 2.
Jumlah Usaha Jasa Boga Berdasarkan Tahun Mulai Beroperasi di Wilayah DKI Jakarta Tahun
Jumlah Usaha Jasa Boga
<1975 1975-1980
7 41
1981-1990 1991-1997
124 198
>=1998 Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik (2006a)
917 1 287
Perkembangan usaha jasa boga dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang serba praktis terhadap pemenuhan kebutuhan pangan pribadi maupun kelompok. Menurut Zainal (1996), perubahan gaya hidup terkait dengan transformasi masyarakat dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri yang menyebabkan terjadinya pola pergeseran hubungan keluarga menjadi jauh, baik yang disebabkan oleh jarak tempat tinggal yang berjauhan maupun akibat tingkat kesibukan. Mereka mulai berfikir untuk memanfaatkan jasa penyajian makanan siap santap. Hal ini dimanfaatkan oleh para pengusaha jasa boga guna memenuhi kebutuhan makanan dan minuman jadi khususnya bagi mereka yang sibuk dalam mengolah dan menyiapkan makanan sendiri. Namun, seiring dengan berkembangnya informasi-informasi mengenai isu keamanan
pangan,
sebagian
konsumen
mulai
menyadari
pentingnya
menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan makanan jadi yang sehat. Mereka dituntut tidak lagi hanya mengkonsumsi makanan dari segi kuantitas dan kepraktisannya, tetapi juga memperhatikan kualitas pangan yang dikonsumsinya. Kualitas pangan dimaksudkan bahwa kebutuhan seseorang terhadap pangan tidak hanya dilihat berdasarkan pada kecukupan kebutuhan dari segi jumlah ketersediaannya dan kelezatannya, tetapi juga dari kandungan gizi yang terkandung di dalamnya, keamanan dari kandungan zat racun, mikroba, atau zat lain yang membahayakan tubuh, serta manfaat dari pangan yang dikonsumsinya. Perubahan pola konsumsi sebagian konsumen terhadap tingkat kebutuhan pangan yang sehat menjadi tantangan bagi penyelenggaraan usaha jasa boga yang berkembang di masyarakat. Penyelenggaraan usaha jasa boga yang ada saat ini
belum mampu sepenuhnya merespon kebutuhan konsumen tersebut khususnya konsumen perseorangan maupun kelompok terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan yang sehat berdasarkan tingkat kegemaran dan kebutuhan gizi konsumennya. Pada umumnya, penyelenggaraan jasa boga yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan pangan secara berkelompok dengan keseragaman pangan yang disajikan tanpa memperhatikan nilai kandungan gizi pada setiap makanannya. Penyelenggaraan jasa boga dengan konsep kesehatan memiliki peluang usaha yang prospektif berdasarkan kebutuhan masyarakat modern terhadap pola pangan sehat. Pada saat ini, jumlah pengelola jasa boga dengan konsep kesehatan masih terbatas. Hal ini dikarenakan dalam memulai dan menjalankan usaha, pengelola jasa boga dituntut tidak hanya mampu dalam mengelola bidang kuliner saja. Pengelola juga harus memahami dan mengerti konsep kesehatan dan gizi pangan terkait dengan penyusunan komposisi gizi yang seimbang berdasarkan tingkat kebutuhan konsumen. Akibatnya, tingkatan harga yang ditawarkan pun jauh lebih tinggi dibandingkan jasa boga pada umumnya. Potensi pasar lainnya bagi penyelenggaraan jasa boga kesehatan adalah keberadaan konsumen-konsumen tertentu yang menginginkan menu-menu kebutuhan khusus terkait dengan program kesehatan yang dijalaninya. Adapun program kesehatan tersebut diantaranya adalah program diet bagi penderita penyakit tertentu, ibu hamil dan menyusui, program penurunan berat badan, dan program alternatif kesehatan lainnya seperti vegetarian. Kehadiran jasa boga kesehatan membantu para konsumen tersebut dalam menghadirkan kombinasi menu yang sehat berdasarkan manfaat yang diperolehnya. DKI Jakarta sebagai ibukota Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi pengelola jasa boga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan boganya. Hal ini terkait dengan segmentasi kebutuhan pangan khusus masyarakat modern DKI Jakarta terhadap pola pangan yang sehat. Tumbuhnya masyarakat kelas menengah ke atas di DKI Jakarta menjadi salah satu faktor pendorong yang membuat potensi pasar katering jasa kesehatan meningkat. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik
(2006a),
seseorang
akan
meningkatkan
pola
konsumsi
makananannya tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas seiring
dengan meningkatnya pendapatan. Peningkatan pendapatan berpengaruh positif terhadap peningkatan potensi penyelenggaraan jasa boga kesehatan. Pertumbuhan masyarakat kelas menengah ke atas di DKI Jakarta dapat dilihat melalui indikator peningkatan golongan pendapatan bersih pekerja selama sebulan. Jumlah pekerja dengan pendapatan bersih lebih besar dari Rp 2.000.000/bulan meningkat secara signifikan hampir dua kalinya dari 385.442 pekerja pada tahun 2007 menjadi 611.509 pekerja pada tahun 2008 (Badan Pusat Statistik 2008b). Indikator pertumbuhan kelas menengah ke atas merupakan salah satu pasar yang efektif bagi peluang usaha jasa boga khususnya penyelenggaraan jasa boga kesehatan. Oleh karena itu, pengelola jasa boga kesehatan diharapkan mampu mengembangkan usahanya tidak terbatas pada kebutuhan konsumen khusus tetapi menarik konsumen-konsumen baru dalam pasar yang sudah ada.
1.2
Perumusan Masalah Prima Diet Catering (PDC) merupakan salah satu perusahaan pelopor
dalam penyelenggaraan usaha jasa boga dengan konsep healthy catering. Hal ini dikarenakan sejak awal berdirinya pada tanggal 25 Oktober 1999, PDC telah mencanangkan pelayanan katering dengan segmentasi yang berbeda dari katering pada umumnya yaitu menyediakan makanan khusus (diet) untuk kebutuhan individu masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan penyelenggaraan usaha katering kesehatan bagi konsumen individu yang dilakukan oleh Prima Diet Catering selama masa awal pendirian hingga periode tahun 2008 dapat berjalan baik. Hal ini dikarenakan Prima Diet Catering mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan memenuhi jumlah permintaan konsumen terhadap penyediaan jasa kebutuhan katering kesehatan harian. Jumlah rata-rata konsumen harian individu Prima Diet Catering mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah konsumen harian individu Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Rata-Rata Konsumen Individu Prima Diet Catering Per hari Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Jumlah Konsumen 50 60 70 75 80 90 100 110
Jumlah Porsi 70 100 115 115 130 145 155 165
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa jumlah konsumen harian Prima Diet Catering mengalami peningkatan rata-rata sebesar 12 persen setiap tahunnya yang disertai juga dengan peningkatan rata-rata jumlah porsi harian sebesar 13 persen setiap tahunnya. Keberhasilan Prima Diet Catering dalam menyelenggarakan pelayanan katering harian individu memberikan kesempatan bagi Prima Diet Catering untuk dapat terus berkembang yaitu dengan adanya sejumlah permintaan baik dari rumah sakit maupun perusahaan-perusahaan untuk dapat menyediakan pelayanan katering kesehatan. Saat ini, Prima Diet Catering bekerja sama dengan rumah sakit PMC (Port Medical Centre) dan perusahaan BUMN di wilayah DKI Jakarta dalam menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan katering harian. Tingkat penyelenggaraan katering kesehatan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering juga tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan katering harian, tetapi juga berupaya memenuhi kebutuhan katering bagi kegiatan-kegiatan tertentu. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penyelenggaraan yang telah dilakukan oleh Prima Diet Catering terhadap pemenuhan kebutuhan katering bagi kegiatan perusahaan dan rumah sakit (Tabel 4).
Tabel 4. Kegiatan Prima Diet Catering Dalam Penyelenggaraan Katering Kesehatan Periode Tahun 2000-2008 No.
1 2
3
4
5
6
Kegiatan Penyelenggaraan
Pelaksana dan penyaji hidangan pada acara demo masak yang disponsori oleh PT. Roche IND Penyaji hidangan healthy food dalam acara bugar berpuasa di My Body Gym Fitness Penyaji hidangan untuk executive di PT. CNI IND, PT. RNI IND, PT. Medco IND, PT. Samzen IND, Klinik Bimantara, Penyaji hidangan healthy food dalam acara bugar berpuasa di My Body Gym Fitness dan liputan Nuansa Pagi RCTI, Officially Catering Service pada acara L Men Of The Year 2004 PT. Nutrifood selama 6 hari di karantina peserta, Penyaji hidangan praktis untuk anak di acara anak Trans TV, Penyaji hidangan untuk Majalah Noor tentang Diet Makrobiotik Penyaji hidangan Susan Wayne soft opening, catering service RS Mata Aini, catering service pada Mahkamah Konstitusi RI Penyaji hidangan PT. Coundour Petroleum, PT. Nestle Indonesia, PT. Novartis, PERPASTI, PT. CNI, PT. Nu Skin, PT. Novartis, Bank BCA, RS Royal Taruma Daan Mogot, Klinik Diabetes Nusantara, Paramitha Lab, RS Puri Cinere, dan Oficially Catering Service “Be Our Cover 2007” Majalah Mens Health. Penyaji hidangan Bank BCA, PT. Nestle Indonesia, Indocement, dan penyaji hidangan dalam seminar sehari “Kiat Menuju Jantung Sehat” di SEKNEG RI
Periode
2000-2002 2003
2004
2005-2006
2007
2008
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa Prima Diet Catering selama periode sembilan tahun tidak hanya menyelenggarakan katering harian individu tetapi juga menyelenggarakan kebutuhan katering bagi berbagai acara yang cukup besar seperti kegiatan-kegiatan instansi. Namun, tingkat penyelenggaraan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan katering bagi penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tertentu dalam kapasitas yang besar secara bersamaan. Prima Diet Catering hanya mampu menyelenggarakan penyediaan katering dalam skala kecil di luar dari penyelenggaraan kebutuhan harian individu, misalnya untuk kebutuhan harian karyawan dengan jumlah pesanan yang tidak besar. Adanya keterbatasan pemenuhan kebutuhan dalam jumlah besar bagi penyelenggaraan katering kesehatan dikarenakan ruangan produksi yang kurang memadai untuk dapat memproduksi katering dengan tingkat kebutuhan yang berbeda dan jumlah yang besar secara bersamaan. Selama ini, kegiatan produksi
bagi penyelenggaraan katering dengan skala yang lebih besar dilakukan di rumah pemilik Prima Diet Catering. Kegiatan pengembangan usaha juga sangat ditunjang oleh ketersediaan sumber daya manusia profesional yang memadai dalam mendukung proses kegiatan manajemen perusahaan. Salah satu sumber daya manusia professional dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan adalah tenaga ahli gizi. Tenaga ahli gizi merupakan sumber daya manusia profesional yang sangat penting dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan katering kesehatan mulai dari proses pemesanan, proses perencanaan menu, proses produksi, hingga proses pengemasan. Peran tenaga ahli gizi tidak hanya sebatas pada kegiatan harian manajemen penyelenggaraan katering kesehatan, tetapi juga berperan dalam meningkatkan upaya pemasaran melalui jasa konsultasi bagi para konsumennya. Saat ini, Prima Diet Catering dirasakan belum memiliki tenaga ahli gizi yang cukup memadai. Adapun jumlah tenaga ahli gizi yang dimiliki saat ini hanya satu orang. Keterbatasan jumlah tenaga ahli gizi tersebut turut mempengaruhi pelaksanaan kegiatan harian manajemen yang belum maksimal terkait dengan tugas tenaga ahli gizi yang cukup berat dan hanya dilakukan oleh satu orang. Seiring dengan kegiatan pengembangan usahanya, Prima Diet Catering perlu meningkatkan jumlah tenaga ahli gizi untuk menunjang kelancaran kegiatan usaha saat ini dan kedepannya Kebutuhan sumber pembiayaan menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dalam menunjang kegiatan pengembangan usaha selanjutnya. Prima Diet Catering saat ini memiliki kendala terkait dengan sumber pembiayaan bagi kegiatan pengembangan usaha. Hal ini dikarenakan pemilik harus menganggarkan sumber pembiayaan perusahaan untuk kebutuhan pembayaran cicilan hutang sehingga anggaran bagi pengalokasian pemenuhan kebutuhan pengembangan belum dapat dilakukan secara maksimal. Berdasarkan pada kondisi tersebut, Prima Diet Catering memerlukan tahapan perumusan strategi agar kegiatan pengembangan usaha yang akan dijalankan dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini, analisis mengenai faktor lingkungan eksternal dan internal perlu dilakukan. Analisis eksternal meliputi lingkungan makro (faktor ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan
teknologi) dan lingkungan industri (ancaman pendatang baru, daya tawarmenawar pemasok, daya tawar-menawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan antara anggota industri); sedangkan analisis lingkungan internal meliputi faktor manajemen dan SDM, pemasaran, keuangan, dan produksi. Secara umum berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha Prima Diet Catering ? 2. Faktor-faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Prima Diet Catering dalam mencapai tujuannya ? 3. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Prima Diet Catering agar dapat berhasil?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan
penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha Prima Diet Catering.
2.
Menganalisis faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari Prima Diet Catering dalam mencapai tujuannya.
3.
Menganalisis dan menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Prima Diet Catering.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
berguna bagi pihak perusahaan Prima Diet Catering khususnya informasi terkait dengan alternatif strategi pengembangan usaha yang sedang dilakukannya. Adapun hasilnya adalah berupa rekomendasi, pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya pada perusahaan. Bagi penulis, kegiatan penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dalam pengembangan usaha jasa boga yang merupakan cita-cita penulis kedepannya. Bagi pembaca, diharapkan dapat berguna bagi rujukan informasi terkait penyusunan karya ilmiah selanjutnya.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi hanya pada tahap pertama proses manajemen
strategi dengan menggunakan metode tahap pemasukan (input stage), tahap pemaduan (matching stage), dan tahap analisis keputusan. Hasil dan formulasi strategi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen dalam melakukan perencanaan, sedangkan tahap implementasi dan tahap evaluasi strategi di perusahaan merupakan wewenang penuh manajemen perusahaan.
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Produk
2.1.1
Definisi Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat atau mampu ditawarkan produsen
untuk diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginannya (Budiarto 1993). Produk-produk yang dapat dipasarkan meliputi barang fisik (misalnya mobil, pakaian, buku), jasa (misalnya konsultan gizi), orang (misalnya Michael Jordan), tempat (misalnya Bukit Tinggi, Bali), organisasi (misalnya yayasan kanker), dan ide (misalnya keluarga berencana). 2.1.2
Tingkatan Produk Pemasar dalam merencanakan penawaran pasar atau produk maka harus
memikirkan lima tingkatan produk (Zainal 1996). Masing-masing tingkatan produk pada hakekatnya mencerminkan tingkatan kebutuhan konsumen. Adapun tingkatan-tingkatan produk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tingkatan pertama : produk utama Yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pembeli dari setiap produk. Misalnya, dalam hal katering pelanggan membeli makanan. 2. Tingkatan kedua : produk generik Yaitu merubah manfaat utama menjadi produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Misalnya, katering tidak hanya terdiri dari makanan yang disajikan tetapi juga ada dekorasi yang menyertainya. 3. Tingkatan ketiga : produk harapan Yaitu satu set atribut dan persyaratan yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli produk tertentu. Misalnya, dalam katering pelanggan mengharapkan makanan yang enak dan cukup, dan dekorasi yang indah. 4. Tingkatan keempat : produk pelengkap Yaitu meliputi tambahan manfaat yang akan membedakannya dari produk yang dihasilkan oleh pesaing. Misalnya, katering menawarkan pelayanan yang
baik, memberikan bonus gubuk, dekorasi dengan bunga-bunga yang segar dan meriah. Pada saat sekarang ini, persaingan terjadi pada tingkat produk pelengkap (tambahan). Menurut Levitt diacu dalam Zainal (1996), persaingan sekarang bukanlah antara apa yang diproduksi perusahaan dalam pabrikpabriknya, tetapi antara apa yang mereka tambahkan pada hasil pabrik tersebut dalam bentuk pengemasan, iklan, konsultan bagi pelanggan, pendanaan, pengiriman, pergudangan, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting. 5. Tingkatan kelima : produk potensial Yaitu kondisi produk yang mempunyai peluang dan dipersiapkan untuk dikembangkan di masa depan.
2.2
Tinjauan Jasa
2.2.1
Definisi dan Karakteristik Jasa Kotler diacu dalam Lupiyoadi (2008) menjelaskan bahwa jasa sebagai
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh salah satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk barang (fisik). Griffin diacu dalam Lupiyoadi (2008) menyebutkan bahwa jasa memiliki tiga karakteristik, yaitu: 1. Tidak berwujud (intangibility) Adalah sifat jasa yang tidak bersifat fisik (meskipun dapat berkaitan dengan produk fisik), sehingga tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tak berwujud yang dialami oleh konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan, atau kenyamanan. 2. Tidak dapat disimpan (unstrorability) Adalah sifat jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga inseparability (tidak dapat dipisahkan), mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
3. Kustomisasi (customization) Adalah sifat jasa yang sering kali didesain khusus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Hal ini dimaksudkan bahwa jasa mempunyai berbagai variasi bentuk, kualitas, dan jenisnya yang tergantung dari siapa, kapan, dan dimana produk tersebut dihasilkan. 2.2.2
Pengelolaan Kualitas Jasa Salah satu cara utama membedakan sebuah perusahaan jasa adalah
memberikan jasa dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaing secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi ekspektasi kualitas jasa pelanggan sasaran. Ekspektasi pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut ke mulut, dan promosi yang dilakukan oleh perusahaan jasa. Pelanggan memilih penyedia jasa berdasarkan hal tersebut, dan setelah menerima jasa, mereka membandingkan jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan. Jika jasa yang dialami terletak di bawah jasa yang diharapkan, pelanggan tidak akan berminat lagi pada penyedia. Jika jasa yang dialami memenuhi atau melebihi harapan, mereka akan menggunakan kembali penyedia jasa tersebut.
2.3
Penyelenggaraan Institusi Makanan
2.3.1
Perkembangan Institusi Makanan Makanan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap
makhluk hidup, khususnya manusia. Menurut hirarki kebutuhan Maslow, makanan merupakan salah satu kebutuhan paling dasar yang harus dicukupi terlebih dahulu sebagai kebutuhan biologis sebelum memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih tinggi. Namun, seiring perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup terjadi pergeseran nilai suatu produk dari pemuas kebutuhan fisik menjadi pemuas kebutuhan psikologis. Berdasarkan hal itu, makanan tidak hanya berperan dalam pemenuhan kebutuhan biologis tetapi juga mempunyai peranan sosiokultur. Menurut Almatsier diacu dalam Asra (2005), peranan sosiokultur makanan adalah, pertama makanan mempunyai fungsi kenikmatan, secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera yaitu rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur. Kedua untuk menyatakan jati diri, misalnya sebagian besar
orang sumatera menganggap daging sebagai makanan prestise. Ketiga mempunyai peranan religi contohnya penggunaan nasi tumpeng dan nasi kuning dalam acara selamatan. Keempat adalah sebagai fungsi komunikasi seperti dalam perjamuan bisnis. Kelima peran status ekonomi digunakan dalam menunjukkan prestise dan status ekonomi seseorang. Terakhir mempunyai peranan sebagai simbol kekuasaan. Perubahan
gaya
hidup
masyarakat
yang
semakin
praktis
juga
mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan terhadap makanan tersebut. Salah satu faktornya adalah pola hubungan keluarga yang jauh, baik yang disebabkan oleh jarak tempat tinggal yang berjauhan maupun akibat tingkat kesibukan. Hal ini menyebabkan pemenuhan kebutuhan terhadap makanan baik sebagai kebutuhan biologis maupun kebutuhan sosiokultur tidak dapat dipenuhi secara pribadi terkait dengan efektivitas dan efisiensi waktu. Sehingga, sebagian besar konsumen membutuhkan penyelenggaraan institusi makanan dalam memenuhi tingkat kebutuhan makanannya. Kini, penyelenggaraan institusi makanan sudah menjadi bagian kehidupan masyarakat modern. Perkembangan institusi makanan juga semakin cepat dan menyebar luas. Ruang lingkup penyelenggaraannya pun tidak hanya mencakup perencanaan, persiapan, hingga pengolahan, tetapi juga memperhatikan aspek penghidangan makanan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik. 2.3.2
Penggolongan Institusi Makanan Penyelenggaraan institusi makanan dapat dibedakan menjadi tiga golongan
menurut tujuan dan sifatnya. Adapun penggolongan tersebut adalah : 1. Institusi Sosial Institusi ini bertujuan untuk memberi kesejahteraan, terutama pada: a. Karyawan institusi, sebagai tambahan makanan b. Asrama yatim piatu dan orang jompo, agar terpelihara kesehatan dan kelangsungan hidupnya c. Anak sekolah, untuk meningkatkan gizi Institusi golongan ini bersifat memberi dan membantu, anggota tidak dipungut biaya, dan dana didapat dari institusi lain atau para donatur.
2. Institusi Semi Sosial Institusi ini memiliki tujuan sama dengan institusi sosial, tetapi karena sedapat mungkin harus berdikari, maka para konsumen harus membayar. Sifat membantu dan mengambil sedikit keuntungan dengan 10-25 persen ditujukan untuk mengembalikan modal, perbaikan atau penggantian alat-alat, dan terkait dengan penambahan tenaga kerja. 3. Institusi Komersial Institusi ini memiliki tujuan usaha untuk menghidangkan makanan sebaik mungkin sehingga dapat menyenangkan para konsumen. Sifat dari institusi ini adalah mencari keuntungan sebesar mungkin, dikarenakan perlu untuk menghidupi semua bagian personalia dan biaya perkembangan institusi. Adapun contoh dari penyelenggaraan institusi makanan yang bersifat komersial antara lain, restoran, rumah makan, hotel, dan jasa boga (katering). Kegiatan utama yang dilakukan bagi penyelenggaraan institusi makanan tersebut adalah mencakup usaha penjualan makanan jadi dan minuman berikut jasa menyajikan dan menghidangkannya bagi umum di tempat penjualannya.
2.4
Katering (Jasa Boga)
2.4.1
Definisi Katering Istilah katering berasal dari bahasa Inggris yaitu catering. Kata cater
mengandung pengertian menyajikan makanan, sedangkan orang yang menyajikan makanan disebut caterer. Istilah katering merupakan istilah khusus yang digunakan untuk bisnis yang menawarkan jasa dan penyedia makanan dan minuman dalam jumlah banyak. Jasa katering biasanya banyak diperuntukkan dalam berbagai acara besar, antara lain perkawinan, pesta, atau sekadar arisan keluarga. Definisi tentang katering juga dijelaskan pada beberapa literatur, yaitu: 1. Menurut peraturan Menkes No. 712/1986 Katering (jasa boga) adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan dengan tetap memperhatikan tingkat penyehatan makanan. Kegiatan pengelolaan makanan yang dilakukan meliputi: penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk (misalnya dari padat
menjadi cair), pengemasan dan pewadahan. Sedangkan tingkat penyehatan makanan yang dimaksud adalah upaya untuk mengendalikan faktor masakan, orang serta semua perlengkapan yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit atau mengganggu kesehatan. 2. Menurut Badan Pusat Statistik (2006) Katering (jasa boga) adalah kegiatan usaha yang mencakup penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk kantor, perayaan, pesta, seminar, rapat, dan sejenisnya. Biasanya makanan jadi yang dipesan diantar ke tempat kerja, pesta, seminar, dan sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu tersebut. Dalam hal ini, kelompok jasa boga yang melayani pesawat angkutan udara, tempat pengeboran minyak, dan lokasi penggergajian kayu termasuk di dalamnya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, secara umum dapat dijelaskan bahwa katering hadir dengan tujuan untuk menjawab tuntutan masyarakat akan kepraktisan. Mereka yang tidak mau direpotkan dalam urusan makanan, penataan hidangan, hingga setting lokasi acara akan langsung meminta bantuan dari jasa katering. Katering skala kecil memang hanya menyediakan makanan, tetapi katering skala menengah atau besar sudah pasti menambahkan pelayanan lain dari paket kateringnya. Katering pun hadir dalam berbagai format yaitu katering yang khusus menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk pesta pernikahan, acara kantor, arisan, bahkan sekadar permintaan individu. 2.4.2
Jenis-Jenis Katering
a. Penggolongan katering Secara Umum Bisnis katering tidak selamanya identik dengan penyediaan makanan untuk acara pesta saja. Kini, tidak sedikit katering yang merambah format lain, misalnya hanya khusus menyediakan hidangan untuk pesanan sekolah, kantor, atau bahkan kesehatan. Umumnya, jenis katering terbagi dalam kategori berikut ini (Fitria 2009). 1. Katering rantangan Katering jenis ini layaknya seperti warung makan yang melayani permintaan secara individual. Konsumen bisa dengan bebas memilih menu yang disajikan. Setiap paket katering rantangan, biasanya terdiri atas tiga sampai empat
macam menu rumahan yang dikemas dalam bentuk rantang atau boks. Katering rantangan ini biasanya banyak dipesan saat makan siang oleh karyawan, mahasiswa, atau rumah tangga. 2. Katering sekolah Katering ini tidak jauh berbeda dengan katering rantangan, katering sekolah pun memang ditujukan juga untuk memenuhi kebutuhan individual. Namun, bedanya jumlah yang dilayani dalam sekali pengiriman lebih banyak daripada katering rantangan. Katering ini memenuhi kebutuhan makan staf dan murid sekolah. 3. Katering karyawan Katering ini juga tidak berbeda dengan katering-katering sebelumnya (katering rantangan dan katering sekolah), katering karyawan juga khusus melayani pesanan bagi karyawan perusahaan setiap hari. Umumnya, katering ini akan menyediakan paket makan siang karyawan. Makanan yang disediakan bisa menggunakan kemasan dalam bentuk rantang, boks, atau prasmanan. Selain menyediakan makan siang bagi karyawan, katering jenis ini juga bisa melayani acara-acara khusus, seperti kenaikan dan pelepasan jabatan, ulang tahun perusahaan, dan rapat perusahaan. 4. Katering pernikahan Katering pernikahan merupakan katering yang umum hadir di masyarakat untuk melayani acara-acara besar pernikahan. Konsumen yang menggunakan jasa katering ini akan dimudahkan dari berbagai kerepotan dalam menyelenggarakan hajatan. Pihak katering tidak sekadar menjual makanan, tetapi juga memberikan pelayanan penyusunan hidangan, dekorasi acara, dan pelayanan “stand” makanan. Jenis makanan yang disajikan umumnya berupa prasmanan (buffet) dengan menu yang beragam mulai dari hidangan pembuka, inti, penutup, hingga sajian camilan. Tingkatan harga yang ditawarkan beragam, tergantung pada paket yang diambil oleh konsumen. 5. Katering kesehatan Katering kesehatan tidak jauh berbeda dengan katering sekolah atau kantoran. Satu hal yang membedakan adalah konsumen yang dituju merupakan pasien dari rumah sakit atau mereka yang fokus terhadap kesehatan. Katering
kesehatan identik pula dengan sebutan katering diet. Diet disini tidak selamanya ditujukan untuk mereka yang ingin kurus saja. Namun, mereka yang terkena penyakit tertentu atau sekadar ingin melakukan pola makan yang sehat pun bisa memesan makanan dari katering diet ini. Sesuai dengan namanya, makanan yang ditawarkan oleh katering kesehatan tidak sembarangan. Biasanya, dalam proses memasak diperlukan kehadiran seorang ahli gizi. Ia lah yang akan menghitung asupan gizi yang diperlukan dari setiap konsumen. Dengan demikian, yang disajikan akan ideal mulai dari karbohidrat, protein, hingga vitamin. Tingkatan harga yang ditawarkan sedikit lebih mahal. Hal ini disebabkan proses memasak yang dilakukan satu per satu, sesuai kebutuhan tiap konsumen serta ditambah dengan kemasan yang harus sesuai standar kesehatan. Dari berbagai jenis katering tersebut, pada umumnya pemilik katering pada saat ini tidak terlalu terpaku kepada salah satu segmen. Namun, pemilik katering tetap memiliki kecenderungan untuk melakukan spesialisasi pelayanan kateringnya dalam melayani pelanggan.
b. Penggolongan Katering Berdasarkan Peraturan Menkes No. 712/1986 Peraturan Menkes No. 712/1986 tentang persyaratan kesehatan katering (jasa boga) menjelaskan bahwa penyelenggaraan katering harus memenuhi persyaratan kesehatan terlepas dari format katering secara umum. Adapun persyaratan kesehatan katering, yaitu : 1. Penyelenggaraan katering harus memperhatikan pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan secara optimal. 2. Penyelenggaraan katering harus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Penyelenggaraan
katering
perlu
memperhatikan
perlindungan
dari
kemungkinan gangguan kesehatan akibat pengelolaan katering yang tidak memenuhi syarat. Atas dasar persyaratan kesehatan tersebut, maka jasa katering dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Jasa boga golongan A adalah : jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum. Golongan ini terdiri dari A1, A2, dan A3. a. Golongan A1 Adalah jasa boga yang pengolahannya menggunakan dapur rumah tangga dan dikelola oleh keluarga. b. Golongan A2 Adalah jasa boga yang pengolahannya menggunakan dapur rumah tangga tetapi memperkerjakan tenaga kerja dari luar. c. Golongan A3 Adalah jasa boga yang menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja dari luar. 2. Jasa boga golongan B adalah : jasa boga yang melayani kebutuhan khusus, seperti untuk asrama, pelayanan makanan untuk pengeboran minyak di lepas pantai, untuk perusahaan, untuk angkutan umum dalam negeri. Teknik pengelolaannya sama dengan katering golongan A3 yaitu harus menggunakan dapur khusus dan memperkerjakan tenaga kerja dari luar. 3. Jasa boga golongan C : jasa boga yang melayani kebutuhan khusus pada angkutan internasional.
2.5
Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan Katering (jasa boga) kesehatan merupakan salah satu contoh format
katering yang berkembang dalam bisnis katering secara umum. Perubahan gaya hidup yang alami dan menyehatkan bagi sebagian orang merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha jasa boga kesehatan. Meskipun jumlah pelanggan dalam katering kesehatan tidak sebesar jumlah pelanggan dalam katering lainnya, katering kesehatan tetap memiliki prospek yang baik dengan mengambil segmentasi masyarakat kelas menengah ke atas dan golongan masyarakat yang fokus pada pola makan yang sehat. Sehingga tingkatan harga yang ditawarkan pun tidak menjadi masalah bagi pelanggan tersebut dikarenakan kualitas dan manfaat yang sesuai dengan yang diharapkan. Kedepannya, katering kesehatan juga berprospek tidak hanya dalam memenuhi kebutuhan konsumen individu tetapi
juga pada penyelenggaraan katering kesehatan dalam jumlah besar seperti kegiatan perusahaan, seminar, dan lainnya. Berdasarkan pada tingkat kebutuhan individu pelanggannya, katering kesehatan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, antara lain: 1. Katering kesehatan bagi orang sakit Katering kesehatan yang menyelenggarakan program diet khusus bagi penderita penyakit seperti: diabetes melitus, jantung, gagal ginjal akut, hati, kandung empedu, saluran cerna, asam urat, dan sebagainya. Program diet tersebut dirancang berdasarkan tingkat kebutuhan gizi pelanggan (penderita) yang disesuaikan dengan keadaan penyakitnya. 2. Profesional Balance Calory Katering kesehatan yang menyelenggarakan program khusus bagi para profesional yang membutuhkan makanan dengan gizi seimbang namun tetap terukur kalorinya (600-800 kalori) sesuai dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas harian. 3. Program penurunan berat badan Katering kesehatan yang menyelenggarakan program khusus yang dirancang untuk pengaturan pola makan yang sehat dan sekaligus untuk menurunkan berat badan. Ada beberapa pilihan program penurunan berat badan, yaitu: a. Weight Management Program Adalah program penurunan berat badan dengan pola pengaturan makan rendah kalori rendah lemak. Program ini akan memperhitungkan kebutuhan kalori tiap orang berdasarkan perhitungan indeks masa tubuh yaitu perbandingan berat badan dengan tinggi badan dalam meter persegi. b. Food combining Adalah program penurunan berat badan dengan prinsip pola makan yang dibuat dengan tidak mempertemukan karbohidrat dan protein hewani pada saat bersamaan. Bentuk makanan dibuat rendah lemak dan rendah minyak, serta kaya serat. Oleh karena itu pada program ini terdapat banyak kandungan buah dan sayuran.
c. South Beach Diet (SBD) Adalah program diet yang dirancang untuk penurunan berat badan yang optimal. Prinsip pola makan dalam program SBD yaitu diet rendah karbohidrat, cukup protein, dan cukup lemak. 4. Vegetarian Katering kesehatan yang menyelenggarakan program diet dengan rancangan khusus bagi mereka yang tidak mengkonsumsi makanan hewani. Namun pada vegetarian ada juga yang masih bisa mengkonsumsi ikan, telur, susu, dan hasil olahan susu seperti keju. 5. Okinawa Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan diet yang dirancang khusus sebagai program “diet” anti oksidan. Program ini mempunyai tujuan untuk mengurangi radikal bebas dan berbagai macam polusi, racun, zat karsinogenik, dan sebagainya. 6. Makrobiotik Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan diet khusus untuk pencegahan penyakit kanker dan sebagai penunjang terapi kanker. Secara garis besar, tujuan diet ini adalah untuk mendapatkan berat badan yang lebih ideal, memicu pembakaran tumpukan lemak, tubuh yang lebih sehat, ketahanan fungsi tubuh yang lebih baik dan menghindari diri dari risiko penyakit kanker serta penyakit jantung. 7. Katering kesehatan lainnya Katering kesehatan yang menyelenggarakan kebutuhan akan pola pangan sehat lainnya, misalnya program bagi ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, dan program lainnya yang menginginkan kebutuhan makanan sehat baik untuk keperluan individu maupun kelompok.
2.6
Hasil Penelitian Terdahulu Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
penelitian Analisis Strategi Pengembangan Usaha Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan Pada Prima Diet Catering, Jakarta. Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu diantaranya adalah terkait dengan penelitian usaha jasa boga dan
strategi pengembangan usaha dalam penyelenggaraan institusi makanan. Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jasa boga adalah sebagai berikut: 1. Rahmawaty (2004) dengan judul “Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Katering Penerbangan PT. Aerowisata Catering Service, Tangerang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengkaji penerapan sistem manajemen mutu terpadu PT. ACS serta merumuskan dan merekomendasikan alternatif perbaikan atas dasar permasalahan manajemen mutu yang dihadapi oleh perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah proses hirarki analitik (AHP), yang diolah dengan menggunakan software expert choice version 2000. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sosialisasi visi dan misi perusahaan terhadap karyawan cukup baik, sedangkan unsur manajemen mutu yang masih kurang penerapannya adalah unsur pendidikan dan pelatihan. 2. Asra (2005) dengan judul “Analisis Sikap Dan Kepuasan Konsumen Pada Usaha Jasa Boga Studi Di Kantin Asrama Putra Dan Putri TPB IPB”. Penelitian bertujuan untuk menganalisis sikap dan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kantin asrama putra dan putri TPB IPB. Penelitian ini dirancang sebagai cross-sectional survey terhadap mahasiswa TPB IPB sebagai konsumen kantin asrama. Penelitian dilakukan melalui pengamatan langsung dan pemberian kuesioner. Analisis yang dilakukan bersifat deskriptif dalam bentuk diagram kartesius dan analisis kuantitatif melalui uji Chi-Square dan uji Pearson. Berdasarkan diagram kartesius atribut didapatkan hasil bahwa dari 11 atribut yang diteliti diperoleh tingkat kepuasan tertinggi ke rendah yaitu: lokasi kantin, porsi makanan, suasana kantin, keragaman makanan, penampilan makanan, kebersihan kantin, kemudian tingkat kepuasan terendah adalah harga makanan. Hasil dari Uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, kepercayaan, asal daerah, suku, dan kepribadian dengan kepuasaan konsumen. Sedangkan hasil dari uji Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan atau uang saku terhadap tingkat kepuasan.
3. Novinka (2006) dengan judul “Kajian Manajemen Persediaan Perusahaan Jasa Boga
Maskapai
Penerbangan
(Inflight
Catering
Services)
Kasus
PT. Aerowisata Catering Service Jakarta, Indonesia”. Penelitian tersebut bertujuan untuk: membandingkan sistem manajemen yang diterapkan oleh PT. Aerowisata Catering Service dengan teori-teori manajemen persediaan, mengkaji bentuk kegiatan proses pembelanjaan bahan baku yang dijalankan PT. ACS, mengidentifikasi faktor-faktor pembelanjaan bahan baku, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang harus diterapkan dalam mempertahankan mutu produk. Analisis yang digunakan bersifat kualitatif yang disajikan dalam bentuk deskriptif melalui tabel dan gambar sesuai dengan konsep yang dibahas dalam teori-teori manajemen persediaan. Hasil dari penelitian tersebut diperoleh informasi bahwa: (1) PT. ACS menyusun rencana pengadaan bahan bakunya dengan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan merencanakan produksi produk jadi, (2) penetapan kuantitas dan frekuensi persediaan di PT. ACS mengikuti pola order point system dan order cycle system dimana kedua sistem ini dikombinasikan secara bersamaan, dan (3) dalam proses produksi, PT. ACS telah menetapkan just-in-time yang memungkinkan adanya efisiensi produksi dan produktivitas yang tinggi. 4. Riyadini (2006) dengan judul “Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Boga Katering Pada PT. Kiki Puspa Dewi, Jakarta”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan dengan mengenali kondisi internal dan eksternal perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan EFE. Selanjutnya, matriks IFE dan EFE dipadukan dalam matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan yang diintegrasikan pada matriks SWOT. Kemudian dilakukan analisis proses hirarki analitik untuk mengetahui urutan prioritas strategi pemasaran yang sesuai bagi perusahaan. Berdasarkan hasil pengolahan AHP, strategi yang menjadi prioritas utama adalah peningkatan kualitas pelayanan dan citra perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama dan meraih pelanggan baru serta strategi penetapan harga yang tepat pada prioritas utama.
Penelitian-penelitian yang berhubungan dengan strategi pengembangan usaha dalam penyelenggaraan institusi makanan diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Annisa (2008) dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Cibaru, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah; menganalisis faktor eksternal dan internal Restoran Cibaru serta menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan Restoran Cibaru. Alat analisis yang digunakan adalah matriks EFE, IFE, IE, SWOT, dan matriks QSPM. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal dan matriks EFE, peluang utama adalah pertumbuhan jumlah penduduk sedangkan ancaman utama adalah tingginya tingkat persaingan. Total skor dari nilai EFE adalah 2,153 di bawah rata-rata (2,5) yang menunjukkan belum memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman dengan baik. Hasil analisis matriks IFE diperoleh skor 2,355 berada di bawah rata-rata (2,5) yang menggambarkan lemah secara internal. Berdasarkan hasil dari kedua matriks yaitu matriks IE, Restoran Cibaru berada dalam kuadran V yang menunjukkan bahwa posisi restoran adalah tetap dipertahankan dan pelihara. Strategi prioritas yang dihasilkan berdasarkan integrasi matriks SWOT dan QSPM adalah dilakukan strategi menjalin kerja sama dengan biro perjalanan. 2. Fransiska (2008) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, dan merumuskan alternatif strategi bagi restoran tersebut. Metode yang dilakukan dalam pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan matriks IFE, EFE, dan IE; analisis strategi dengan matriks SWOT; dan pemilihan alternatif strategi terbaik dengan matriks QSPM. Berdasarkan hasil analisis matriks IE diperoleh informasi bahwa posisi restoran berada dalam kuadran V yaitu “jaga dan pertahankan”, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Adapun prioritas utama yang direkomendasikan kepada perusahaan berdasarkan analisis SWOT dan QSPM adalah melakukan promosi melalui media cetak dan elektronik.
3. Siahaan (2008) dengan judul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl Di Botani Square, Bogor”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengkaji strategi usaha yang telah dilakukan oleh Restoran Rice Bowl Botani Square, menganalisis faktor eksternal dan internal, dan mengkaji alternatif strategi yang paling sesuai dengan restoran dalam mengembangkan usahanya. Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan adalah analisis deskriptif berupa analisis lingkungan umum dan industri perusahaan. Selain itu, dilakukan analisis formulasi strategi yaitu IFE, EFE, IE, dan analisis SWOT, serta tahap keputusan melalui analisis QSPM. Berdasarkan hasil analisis matriks IE diperoleh informasi bahwa posisi restoran berada dalam kuadran V yaitu “jaga dan pertahankan”, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Adapun prioritas utama yang direkomendasikan kepada perusahaan berdasarkan analisis SWOT dan QSPM adalah menjaga kualitas produk makanan dan layanan konsumen. Secara umum berdasarkan pada hasil-hasil penelitian tentang strategi pengembangan usaha, alat analisis yang digunakan adalah menggunakan metode IFE dalam menentukan kekuatan dan kelemahan utama, EFE dalam menentukan peluang dan ancaman utama, IE dalam menentukan posisi perusahaan, SWOT dalam menentukan alternatif strategi, dan QSPM dalam menentukan prioritas alternatif strategi. Selanjutnya kondisi perusahaan yang diteliti pada umumnya berada pada kondisi jaga dan pertahankan dengan strategi yang dijalankan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu dalam penyelenggaraan jasa boga adalah topik-topik penelitian tentang jasa boga (katering) yang ada belum membahas tentang
strategi pengembangan usaha.
Namun, ada beberapa persamaan diantaranya dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyadini (2008) dalam hal alat analisis yang menggunakan matriks EFE, IFE, IE, dan SWOT, sedangkan dalam tahap akhir rekomendasi alat analisis yang digunakan berbeda yakni pada penelitian Riyadini (2008) menggunakan AHP sedangkan pada penelitian ini menggunakan QSPM. Dalam hal ini, lokasi penelitian merupakan perbedaan mendasar dengan penelitian terdahulu.
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama Rahmawaty
Asra
Tahun 2004
2005
Judul
Tujuan
Analisis Manajemen Mutu Terpadu Pada Perusahaan Katering Penerbangan PT. Aerowisata Catering Service, Tangerang
• Mengkaji penerapan sistem
Analisis Sikap Dan Kepuasan Konsumen Pada Usaha Jasa Boga Studi Di Kantin Asrama Putra Dan Putri TPB IPB
• Menganalisis sikap dan
manajemen mutu terpadu
• Merumuskan dan
merekomendasikan alternatif perbaikan atas dasar permasalahan manajemen mutu yang dihadapi oleh perusahaan
tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kantin asrama putra dan putri TPB IPB
Alat Analisis • Proses hirarki analitik (PHA) dengan menggunakan software expert choice version 2000
• Uji Chi-Square • Uji Pearson
Hasil • Sosialisasi visi dan misi perusahaan terhadap karyawan cukup baik • Unsur manajemen mutu yang masih kurang penerapannya adalah unsur pendidikan dan pelatihan • Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, kepercayaan, asal daerah, suku, dan kepribadian dengan kepuasaan konsumen • Tidak terdapat hubungan yang nyata antara tingkat pendapatan atau uang saku terhadap tingkat kepuasan
Novinka
2006
Kajian Manajemen Persediaan Perusahaan Jasa Boga Maskapai Penerbangan (Inflight Catering Services) Kasus PT Aerowisata Catering Service Jakarta, Indonesia
• Membandingkan sistem manajemen yang diterapkan oleh PT. Aerowisata Catering Service dengan teori-teori manajemen persediaan • Mengkaji bentuk kegiatan proses pembelanjaan bahan baku yang dijalankan PT. ACS • Mengidentifikasi faktorfaktor pembelanjaan bahan baku • Mengidentifikasi faktorfaktor yang harus diterapkan dalam mempertahankan mutu produk
• Analisis yang digunakan bersifat kualitatif yang disajikan dalam bentuk deskriftif melalui tabel dan gambar sesuai dengan konsep yang dibahas dalam teori-teori manajemen persediaan
• PT. ACS menyusun rencana pengadaan bahan bakunya dengan sistem penjadwalan mundur yang dimulai dengan merencanakan produksi produk jadi • Penetapan kuantitas dan frekuensi persediaan di PT. ACS mengikuti pola order point system dan order cycle system dimana kedua sistem ini dikombinasikan secara bersamaan • PT ACS telah menetapkan just-intime yang memungkinkan adanya efisiensi produksi dan produktivitas yang tinggi
Riyadini
Annisa
2006
2008
Analisis Strategi Pemasaran Usaha Jasa Boga Katering Pada PT Kiki Puspa Dewi, Jakarta
• Mengidentifikasi strategi
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Cibaru, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
• Menganalisis faktor
pemasaran yang tepat bagi perusahaan dengan mengenali kondisi internal dan eksternal perusahaan
eksternal dan internal Restoran Cibaru • Menyusun strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan Restoran Cibaru
• • • •
• • • •
Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT AHP
Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT QSPM
• Strategi yang menjadi prioritas utama adalah peningkatan kualitas pelayanan dan citra perusahaan untuk mempertahankan pelanggan lama dan meraih pelanggan baru serta strategi penetapan harga yang tepat pada prioritas utama • Restoran Cibaru berada dalam kuadran V yang menunjukkan bahwa posisi restoran adalah tetap dipertahankan dan pelihara • Strategi prioritas yang dihasilkan berdasarkan integrasi matriks SWOT dan QSPM adalah dilakukan strategi menjalin kerja sama dengan biro perjalanan
Fransiska
2008
Strategi Pengembangan Usaha Restoran Mie Ayam Bangka Bintaro Cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang
• Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, • Merumuskan alternatif strategi bagi restoran tersebut
• • • •
Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT QSPM
Siahaan
2008
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Restoran Rice Bowl Di Botani Square, Bogor
• Mengkaji strategi usaha
• • • •
Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT QSPM
yang telah dilakukan oleh Restoran Rice Bowl Botani Square • Menganalisis faktor eksternal dan internal • Mengkaji alternatif strategi yang paling sesuai dengan restoran dalam mengembangkan usahanya
• Posisi restoran berada dalam kuadran V yaitu “jaga dan pertahankan • Prioritas utama yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah melakukan promosi melalui media cetak dan elektronik • Posisi restoran berada dalam kuadran V yaitu “jaga dan pertahankan • Prioritas utama yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah menjaga kualitas produk dan layanan konsumen
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Konsep Manajemen Manajemen menurut Lee diacu dalam Widyatmini (1996) adalah ilmu dan
seni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat yang tersedia semaksimal mungkin. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam mencapai tujuan, perusahaan memperhatikan secara optimal terhadap kepentingan-kepentingan yang menyangkut kepentingan konsumen, penanam modal, anggota perusahaan, pemerintah, masyarakat, dan supplier. Peranan dan jenjang manajemen dalam organisasi pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu manajemen puncak, manajemen madya, dan manajemen lini. Manajemen puncak meliputi kegiatan manajerial yang diduduki oleh dewan direksi atau chief executive officer (CEO) dengan tugas menyusun rencana perusahaan maupun pengelolaan harta kekayaan perusahaan. Manajemen madya atau yang disebut juga manajemen administrasi terkait dengan divisi manajerial yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana operasional yang telah disusun oleh manajemen puncak. Terakhir adalah manajemen lini yang terkait dengan pengawasan dalam pelaksanaan kegiatan operasional yang telah dilakukan oleh karyawan sehari-hari. Kegiatan manajemen organisasi tidak terlepas dari fungsi manajemen yang dilakukan oleh seorang manajer dalam mengelola perusahaan. Secara garis besar fungsi manajemen dibagi menjadi 5 bagian (Widyatmini 1996), yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), koordinasi (coordinating), dan pengawasan (controlling). 1. Perencanaan adalah suatu fungsi pemilihan alternatif melalui suatu proses rasional untuk mengambil keputusan terhadap tujuan perusahaan, kebijakan, program, maupun prosedur untuk memperbaikinya.
2. Pengorganisasian adalah kegiatan dalam menentukan macam kegiatan beserta jumlah kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. 3. Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan bawahan sehingga seorang pimpinan secara manusiawi bisa mengikat bawahan untuk bekerja sama secara sukarela menyumbangkan tenaganya seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan. 4. Koordinasi merupakan fungsi manajemen terkait dengan komunikasi atau kesesuaian yang harus dilakukan oleh manajer terhadap berbagai kepentingan dan perbedaan kegiatan sehingga bisa tercapai tujuan perusahaan. 5. Pengawasan merupakan fungsi terakhir yang dilakukan manajemen guna melengkapi fungsi yang sudah dilakukan lebih dahulu.
3.1.2
Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya,
konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya definisi-definisi tentang strategi seperti yang dinyatakan dalam beberapa literatur yang berkaitan dengan manajemen strategis. Adapun definisi-definisi mengenai strategi adalah sebagai berikut: 1. Pearce dan Robinson (1997) Strategi merupakan rencana manajerial yang dilakukan oleh para manajer dalam skala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Dalam hal ini, strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan, dan dimana harus bersaing; melawan siapa; dan untuk maksud apa. 2. Chandler diacu dalam Rangkuti (2005) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. 3. David (2005) Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang melalui tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber
daya perusahaan dalam jumlah besar. Dalam hal ini, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang, khususnya lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi oleh perusahaan. 4. Jauck dan Gleuck diacu dalam Wisandhini (2008) Strategi didefinisikan sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh serta terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Maksud dari rencana yang disatukan adalah mengikat semua bagian perusahaan menjadi satu, sedangkan maksud dari strategi yang bersifat menyeluruh adalah meliputi semua aspek penting perusahaan. Adapun maksud dari strategis sifat terpadu yaitu semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Strategi yang diterapkan juga terkait dengan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Rangkuti (2005) menjelaskan bahwa ada dua macam tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan strateginya. Pertama, distinctive competence yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Hal ini dimasudkan bahwa perusahaan memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh pesaing-pesaingnya. Kedua, competitive advantage yaitu kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan pesaingnya melalui pilihan-pilihan strategi dalam merebut peluang pasar yang ada.
3.1.3
Manajemen Strategis Manajemen strategis didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan
tindakan
yang
menghasilkan
perumusan
(formulasi)
dan
pelaksanaan
(implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). Menurut David (2005) manajemen strategis
didefinisikan
sebagai
seni
dan
ilmu
untuk
memformulasi,
mengimplementasi,
dan
mengevaluasi
keputusan
lintas
fungsi
yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan definisi tersebut, manajemen strategis berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi dalam kaitannya untuk mencapai keberhasilan organisasi. Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa manajemen strategis juga menjelaskan kaitan yang erat antara keputusan-keputusan yang bersifat strategis yang dihadapi suatu perusahaan terhadap isu-isu strategis yang berkembang. Adapun dimensi-dimensi keputusan tersebut terhadap isu strategis adalah sebagai berikut: 1. Isu strategis membutuhkan keputusan dari manajemen puncak Hal ini dikarenakan keputusan-keputusan strategis mencakup beberapa bidang operasi suatu perusahaan, sehingga sangat dibutuhkan keterlibatan manajemen puncak. 2. Isu strategis membutuhkan sumber daya perusahaan dalam jumlah besar Hal ini dikarenakan keputusan-keputusan strategis menuntut alokasi SDM, asset fisik, atau dana besar yang harus diperoleh dari sumber-sumber intern ataupun dari sumber-sumber di luar perusahaan. 3. Isu strategis seringkali mempengaruhi kesejahteraan jangka panjang Hal ini dikarenakan keputusan strategis jelas mengikat perusahaan untuk waktu yang lama, biasanya lima tahun; tetapi, dampak dari keputusan semacam ini seringkali bertahan jauh lebih lama. Ketika suatu perusahaan mengikatkan dirinya pada suatu strategi tertentu, citra dan keunggulan bersaingnya dikaitkan dengan strategi tersebut. 4. Isu strategis berorientasi ke masa depan Hal ini dikarenakan keputusan-keputusan strategis didasarkan pada apa yang diramalkan oleh manajer, bukan pada apa yang mereka ketahui. 5. Isu strategis biasanya mempunyai konsekuensi multifungsional Hal ini dikarenakan keputusan-keputusan strategis mempunyai implikasi yang kompleks bagi sebagian besar bidang kegiatan perusahaan.
6. Isu strategis mengharuskan mempertimbangkan lingkungan eksternal Hal ini dikarenakan semua perusahaan beroperasi dalam system terbuka. Perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan luar yang sebagian besar berada di luar kendali mereka.
3.1.4
Model Manajemen Strategis Menurut David (2005), cara belajar dan mengaplikasikan proses
manajemen strategis adalah dengan menggunakan suatu model. Model tersebut digunakan untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi. Adapun model komprehensif dari proses manajemen strategis dapat dilihat pada Gambar 1.
Menjalankan Audit Eksternal
Mengembang kan Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi
Implementasi Strategi - isu Manejemen
Implementa si strategiisu-isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian dan pengemban gan, sistem informasi
Mengukur dan Mengevalu asi Kinerja
Menjalankan Audit Internal
Formulasi Strategi Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2005)
3.1.5
Proses Formulasi Strategi Proses formulasi strategi adalah proses merumuskan strategi yang
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu menganalisis visi dan misi perusahaan, menganalisis peluang dan ancaman eksternal perusahaan, dan menganalisis
kekuatan dan kelemahan internal perusahaan (David, 2005). Uraian mengenai tahapan-tahapan formulasi strategi adalah sebagai berikut: A.
Visi dan Misi Visi menggambarkan apa yang ingin dicapai terkait dengan pilihan
mendasar kemana arah organisasi di masa yang akan datang (David, 2005). Oleh karenanya, pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama dalam perencanaan strategis, bahkan mendahului pembuatan pernyataan misi. Hal ini dikarenakan dengan adanya pernyataan visi yang jelas berdampak dalam perumusan misi yang komprehensif. Suatu pernyataan visi yang jelas membantu organisasi dalam tiga hal, yaitu visi memberi arah untuk fokus perhatian dalam masa depan, visi memberikan arahan pada keputusan, dan terakhir visi memotivasi anggota organisasi untuk bertindak. Misi merupakan hal yang mendasar dan filosofis bagi sebuah perusahaan, baik bagi perusahaan yang mengembangkan bisnis baru ataupun sedang merumuskan kembali arah bagi bisnisnya yang sudah berjalan. Misi menyatakan tujuan unik organisasi yang membedakannya dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasinya (Pearce dan Robinson 1997). Menurut King dan Cleland diacu dalam Pearce dan Robinson (1997), tujuan yang ingin dicapai dalam perumusan misi adalah sebagai berikut: 1. Memastikan kesamaan tujuan dalam organisasi 2. Menjadi landasan untuk memotivasi pemanfaatan sumber daya organisasi 3. Mengembangkan landasan atau standar untuk pengalokasian sumber daya organisasi 4. Menetapkan warna umum iklim organisasi, misalnya mengisyaratkan operasi yang bersifat bisnis 5. Berfungsi sebagai titik fokus bagi mereka yang sepakat dengan arah dan tujuan organisasi, dan menghalangi mereka yang tidak sepakat agar tidak melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan organisasi 6. Memudahkan penerjemahan sasaran dan tujuan ke dalam suatu struktur kerja yang mencakup penetapan tugas kepada elemen-elemen yang bertanggung jawab dalam organisasi
7. Menegaskan tujuan umum organisasi dan perwujudan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih khusus hingga parameter biaya, waktu, dan kinerja dapat ditetapkan dan dikendalikan Pernyataan misi pada umumnya menjadi bagian yang paling kelihatan dan dilihat publik dalam proses manajemen strategis. Hal ini menyebabkan seorang manajer atau pemilik sangat diharapkan memasukkan komponen-komponen penting dalam pernyataan misinya terkait dengan bisnis yang dijalaninya. Pearce dan Robinson (1997) menjelaskan bahwa ada 6 komponen penting yang harus diperhatikan dalam penyataan misi, yaitu: 1. Produk atau jasa yang disediakan oleh perusahaan dapat memberikan manfaat yang setidak-tidaknya sama dengan harganya. 2. Produk atau jasa yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan di segmen pasar tertentu yang pada saat ini belum dipenuhi secara memadai. 3. Teknologi yang digunakan dalam produksi akan menghasilkan produk atau jasa yang biaya dan kualitasnya bersaing. 4. Dengan kerja keras dan dukungan pihak-pihak lain, bisnis tidak saja dapat bertahan melainkan juga tumbuh dan memberikan keuntungan. 5. Filosopi manajemen dari bisnis akan menghasilkan citra yang baik di mata publik dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi mereka yang bersedia menginvestasikan tenaga dan dana dalam membantu bisnis untuk berhasil. 6. Konsep diri wirausaha dari bisnis tersebut dapat dikomunikasikan kepada, dan diterapkan oleh para karyawan dan pemegang saham. B.
Analisis Eksternal Analisis eksternal yaitu analisis lingkungan luar perusahaan yang
mencakup peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Analisis eksternal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis lingkungan makro (umum) dan analisis lingkungan industri (David, 2005). 1.
Analisis Lingkungan Makro Menurut Kotler dan Armstrong diacu dalam Wisandhini (2008),
lingkungan makro perusahaan terdiri dari kekuatan masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi seluruh lingkungan industri. Analisis lingkungan makro
perusahaan mencakup faktor ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi. Adapun uraian dari aspek-aspek makro tersebut adalah: a. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Karena pola konsumsi dipengaruhi oleh kesejahteraan relatif berbagai segmen pasar, dalam perencanaan strategisnya setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmensegmen yang mempengaruhi industrinya. Misalnya, perusahaan harus mempertimbangkan ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang dapat dibelanjakan, serta kecenderungan belanja masyarakat. Tingkat suku bunga, laju inflasi, serta kecenderungan pertumbuhan PDB juga merupakan faktor-faktor ekonomi lain yang harus pula dipertimbangkan. b. Faktor Sosial Faktor sosial yang mempengaruhi perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik. Kekuatan sosial bersifat dinamik, dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan. c. Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenalkan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, undang-undang ”antitrust”, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administratif, dan tindakan yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena undangundang dan peraturan demikian biasanya bersifat membatasi, mereka cenderung mengurangi potensi laba perusahaan. Tetapi, beberapa tindakan politik dirancang untuk melindungi dan memberi manfaat bagi perusahaan.
Jadi, faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perkembangan suatu perusahaan. d. Faktor Teknologi Faktor keempat dalam lingkungan makro adalah perubahan teknologi. Dalam hal ini, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran. Terobosan teknologi dapat mempunyai dampak segera dan dramatik atas lingkungan perusahaan. Terobosan ini dapat membuka pasar dan produk baru yang canggih atau dapat juga mempersingkat usia fasilitas produksi. Jadi, semua perusahaan, dan utamanya mereka yang berada dalam industri yang belum stabil, harus berusaha keras untuk memahami baik kemajuan teknologi yang ada maupun teknologi masa depan yang mungkin mempengaruhi produk dan jasa mereka. 2.
Analisis Lingkungan Industri Industri
merupakan
kumpulan
atau
gabungan
organisasi
yang
menghasilkan produk atau jasa yang sejenis seperti industri perhotelan, perbankan, dan lainnya. Sifat usaha yang sejenis mengakibatkan adanya tingkat persaingan diantara anggota-anggota di dalam industri tersebut dalam merebut pangsa pasar. Porter diacu dalam David (2005), mengemukakan penentu keberhasilan suatu perusahaan terdiri dari daya tarik industri (potensi laba dan intensitas persaingan) dan posisi persaingan (daya saing perusahaan). Ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam industri yaitu: a. Ancaman pendatang baru Pendatang baru ke suatu industri membawa masuk kapasitas baru, keinginan untuk merebut bagian pasar (market share), dan seringkali sumber daya yang cukup besar. Besarnya ancaman masuk bergantung pada hambatan masuk yang ada dan pada reaksi dari peserta persaingan yang sudah ada menurut perkiraan calon pendatang baru. Sumber-sumber utama hambatan masuk, yaitu:
•
Skala ekonomis terkait dengan kebutuhan modal yang menghalangi masuknya pendatang baru karena memaksa pendatang baru ini untuk masuk dengan skala besar atau harus memikul biaya tinggi.
•
Diferensiasi produk terkait dengan identifikasi merek yang menimbulkan hambatan karena memaksa pendatang baru untuk mengeluarkan biaya besar guna merebut kesetiaan pelanggan.
•
Biaya beralih pemasok
•
Akses ke saluran distribusi, dan
•
Hambatan biaya bukan karena skala dimaksudkan bahwa perusahaanperusahaan yang sudah ada mungkin tidak memiliki keunggulan biaya yang dimiliki oleh calon pendatang baru. Akan tetapi, keunggulan yang dimiliki oleh mereka bersumber dari tingkat pengalaman, teknologi rahasia, akses ke sumber bahan baku, atau lokasi yang menguntungkan.
b. Kekuatan daya tawar pemasok Pemasok dapat memanfaatkan kekuatan tawar menawarnya atas para anggota industri dengan menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang
dijualnya.
Pemasok
yang
kuat,
karenanya
dapat
menekan
kemampulabaan suatu industri yang tidak dapat mengimbangi kenaikan biaya dengan menaikkan harganya sendiri. c. Kekuatan daya tawar pembeli Hal ini dimaksudkan bahwa pembeli atau pelanggan dapat juga menekan harga, menuntut kualitas lebih tinggi atau layanan lebih banyak. d. Ancaman produk substitusi Adanya penetapan batas harga tertinggi, produk atau jasa substitusi membatasi potensi suatu industri. Jika industri tidak mampu meningkatkan kualitas produk atau mendiferensiasikannya, laba dan pertumbuhan industri dapat terancam. e. Persaingan diantara para anggota industri Persaingan di kalangan anggota industri terjadi karena mereka berebut posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk, dan perang iklan. Dimensi persaingan dalam analisis industri secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
PENDATANG BARU
Persaingan di kalangan anggota industri PEMASOK
PEMBELI
Persaingan diantara perusahaan yang sudah ada
PRODUK SUBTITUSI Gambar 2. Bagan Analisis Industri Sumber: Porter diacu dalam Pearce dan Robinson (1997)
C.
Analisis Internal Analisis internal merupakan proses para perencana strategi mengkaji
faktor internal perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berarti sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman di dalam lingkungan. Menurut David (2005), faktor-faktor internal yang dianalisis mencakup: 1.
Faktor manajemen dan sumberdaya manusia Analisis faktor manajemen yaitu menganalisis kemampuan manajemen
suatu perusahaan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan adalah aktivitas yang merupakan persiapan masa depan. Pengorganisasian adalah seluruh aktivitas yang menghasilkan struktur
pekerjaan dan hubungan otoritas. Pemberian motivasi terkait dengan pembentukan perilaku sumberdaya manusia, sedangkan aktivitas pengendalian diarahkan agar seluruh aktivitas berjalan sesuai dengan rencana dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Faktor sumberdaya manusia merupakan sumberdaya yang penting dalam perusahaan. Kualitas sumberdaya manusia dalam organisasi akan menentukan keberhasilan dalam organisasi tersebut. 2.
Faktor pemasaran Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses tersebut, individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain (Kotler diacu dalam Wisandhini 2008). Menurut David (2005), pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Analisis pemasaran yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan. Kegiatan tersebut dapat dianalisis dari fungsi dasar pemasaran yaitu: (1) analisis produk/jasa; (2) penetapan harga; (3) promosi; dan (4) distribusi. 3.
Faktor keuangan Analisis faktor keuangan yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari
sistem keuangan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan. Informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dari aspek keuangan suatu organisasi merupakan hal yang penting guna merumuskan strategi secara efektif. Menurut Home diacu dalam David (2005), fungsi dari keuangan terdiri atas tiga keputusan, meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan (pembiayaan), dan keputusan dividen. Adapun faktor-faktor keunggulan strategis keuangan dalam organisasi yaitu; total sumber dana dan kekuatannya, biaya modal yang rendah, struktur modal yang efektif, hubungan baik pemilik dan pemegang saham, kondisi pajak yang menguntungkan, perencanaan keuangan dan modal kerja yang efektif, dan kebijakan penilaian persediaan.
4.
Faktor produksi atau operasi Analisis faktor produksi yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari
kegiatan produksi atau operasi. Fungsi produksi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Sedangkan manajemen produksi berhubungan dengan input, transformasi, dan output yang bervariasi antar industri dan pasar. Menurut Roger Schroeder diacu dalam David (2005) manajemen produksi atau operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas.
3.1.6
Pemilihan Alternatif Strategi Alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam External Factor
Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) dipilih menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan analisis Strengths-Weaknesses-OppurtunitiesThreats (SWOT). Alternatif yang didapat dari proses matching stage atau pencocokan, kemudian diurutkan dengan Quantitative Strategic Planing Matrix (QSPM) menurut angka prioritas yang paling besar. Menurut David (2005) alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh organisasi atau perusahaan dapat dikategorikan menjadi 4 jenis dengan 13 tindakan. Alternatif-alternatif strategi tersebut adalah: 1.
Strategi integrasi Strategi integrasi memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan
kontrol atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Adapun tipe-tipe strategi integrasi terdiri dari: a. Forward integration (integrasi ke depan) yaitu tipe strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. b. Backward integration (integrasi ke belakang) yaitu tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. c. Horizontal integration (integrasi horizontal) yaitu tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan.
2.
Strategi intensif Strategi intensif adalah suatu strategi yang dilakukan oleh perusahaan
secara intensif guna memperbaiki posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini. Tipe strategi intensif meliputi: a. Market penetration (penetrasi pasar) yaitu tipe strategi yang digunakan untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. b. Market development (pengembangan pasar) yaitu tipe strategi untuk memperkenalkan produk/jasa yang sudah ada ke daerah pemasaran yang baru (pangsa pasar bertambah). c. Product development (pengembangan produk) yaitu tipe strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini. 3.
Strategi diversifikasi Strategi ini dilakukan dengan mendiversifikasi aktifitas bisnis dengan
tujuan agar bisnis yang dijalankan tidak tergantung pada satu industri. Tipe strategi diversifikasi dibagi atas: a. Concentric diversification (diversifikasi konsentrik) yaitu tipe strategi untuk menambah produk baru yang saling berhubungan untuk pasar yang sama. b. Horizontal diversification (diversifikasi horizontal) yaitu tipe strategi untuk menambah produk baru tetapi tidak berhubungan yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan yang sama. c. Conglomerate diversification (diversifikasi konglomerat) yaitu tipe strategi untuk menambah produk-produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. 4.
Strategi Defensif Strategi defensif dilakukan untuk bertahan. Adapun tipe-tipe dari strategi
defensif adalah: a. Joint venture (usaha patungan) yaitu dua atau lebih perusahaan bekerjasama membentuk suatu perusahaan baru yang terpisah dari kedua induknya.
b. Retrenchment
(pengurangan)
yaitu
penghematan
biaya
dengan
cara
mengurangi sebagian dari asset perusahaan untuk menanggulangi turunnya penjualan atau keuntungan. c. Divestiture (divestasi) yaitu menjual sebuah unit bisnis atau sebagian dari perusahaan kepada pihak lain. d. Liquidation (likuidasi) yaitu menjual seluruh asset perusahaan atau dengan kata lain menutup sebuah perusahaan.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kegiatan pengembangan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan Prima Diet Catering. Kegiatan pengembangan dilakukan terkait dengan perluasan jangkauan pemenuhan katering yang tidak terbatas pada kebutuhan individu rumah tangga, tetapi pada tingkat yang lebih besar lagi yaitu pemenuhan kebutuhan katering bagi kelompok karyawan perusahaan, rumah sakit, dan kegiatan lainnya dengan konsep kesehatan dan tetap mempertahankan karakteristik kebutuhan individu. Adanya keinginan dalam pengembangan usaha tersebut perlu diimbangi dengan visi dan misi perusahaan yang dimiliki saat ini dalam meraih sasaran yang diharapkan. Adanya kendala internal yang dimiliki oleh Prima Diet Catering dalam kegiatan operasionalnya saat ini dapat menjadi permasalahan yang dapat menghambat keberlangsungan pengembangan usaha ke depannya. Adapun kendala internal tersebut terkait dengan aspek manajemen perusahaan seperti sumber daya tenaga manajemen profesional (tenaga ahli gizi) yang kurang memadai, ruangan produksi yang kurang memadai, dan adanya keterbatasan modal untuk pengalokasian kegiatan pengembangan usaha terkait kebutuhan pembayaran cicilan hutang. Kondisi faktor internal tersebut turut mempengaruhi keberlangsungan pengembangan bisnis kedepannya. Selain faktor internal perusahaan, faktor eksternal perusahaan juga turut mempengaruhi dalam menunjang aktivitas pengembangan bisnis. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis terkait strategi yang tepat bagi pengembangan usaha yang dilakukan oleh Prima Diet Catering.
Analisis lingkungan eksternal dan internal dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering. Analisis lingkungan eksternal mencakup lingkungan makro dan lingkungan industri. Analisis lingkungan makro meliputi faktor ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi. Sedangkan analisis industri menggunakan konsep lima kekuatan porter yaitu ancaman pendatang baru, daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan diantara para anggota industri. Selain itu dilakukan pula identifikasi kekuatan dan kelemahan melalui analisis lingkungan internal yang mencakup aspek manajemen dan sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan produksi. Hasil identifikasi peluang dan ancaman tersebut dianalisis dengan menggunakan matriks EFE, sedangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan dianalisis dengan menggunakan matriks IFE. Hasil matriks EFE dan IFE kemudian diplotkan pada matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan. Selanjutnya formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dengan input dari analisis lingkungan eksternal dan internal, visi dan misi perusahaan yang diintegrasikan sesuai dengan posisi perusahaan yang didapat dari hasil analisis matriks IE. Terakhir, strategi-strategi yang telah dirumuskan diurutkan berdasarkan prioritas pelaksanaannya dengan menggunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan alur pemikiran operasional dalam Gambar 3.
Keinginan Prima Diet Catering untuk mengembangkan usaha penyelenggaraan jasa boga kesehatan
Identifikasi visi dan misi sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai
Adanya kendala internal dalam hal: - Tenaga manajemen profesional (gizi) yang kurang memadai - Ruangan produksi yang kurang memadai, dan - keterbatasan modal dalam pengalokasian pengembangan terkait pembayaran hutang
Perlu dianalisis dan dirumuskan strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi Prima Diet Catering dengan memperhatikan aspek internal dan eksternal
Analisis Eksternal Analisis Internal (Fungsi Bisnis) - Manajemen dan SDM - Pemasaran - Keuangan, dan - Produksi
Analisis Makro - Ekonomi - Sosial - Politik dan Kebijakan Pemerintah - Teknologi
Analisis Industri - Ancaman pendatang baru - Daya tawar pemasok - Daya tawar pembeli - Ancaman produk subtitusi - Persaingan antar anggota industri
Kekuatan / Kelemahan Peluang / Ancaman
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Pemilihan Strategi (QSPM)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
IV METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan jasa boga Prima Diet Catering yang
terletak di Jl. Bukit Duri Selatan No.72, Bukit Duri, Casablanca, Tebet, Jakarta. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan penelitian yang dilakukan didasarkan pada kegiatan pengembangan usaha yang sedang dilakukan oleh Prima Diet Catering dalam memperluas jangkauan pemenuhan katering dengan tidak terbatas pada tingkat kebutuhan individu rumah tangga tetapi pada tingkat yang lebih besar yaitu pemenuhan kebutuhan katering bagi perusahaan, rumah sakit, dan kegiatan lainnya melalui konsep kesehatan dengan tetap memperhatikan karakteristik individu. Kegiatan penelitian dilakukan melalui dua tahapan yaitu: (1) proses penyusunan proposal sebagai tahap awal penelitian pendahuluan pada bulan Januari hingga Februari 2009, dan (2) proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data sebagai hasil penelitian pada bulan Juni hingga Juli 2009. 4.2
Metode Penentuan Sampel Metode penentuan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling yaitu dengan menggunakan metode purposive sampling. Dalam hal ini pemilihan responden dipilih secara sengaja. Responden yang digunakan dalam penelitian berjumlah dua orang yang merupakan pihak internal dari Prima Diet Catering. Pihak internal merupakan pengambil keputusan (decision maker) dalam kegiatan usaha yang bertanggung jawab terhadap rencana perusahaan dan pengelolaan harta kekayaan perusahaan, yaitu direktur utama dan direktur keuangan Prima Diet Catering dimana keduanya memiliki kedudukan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, nilai pembobotan sampel untuk masing-masing responden memiliki kesetaraan, yaitu masing-masing lima puluh persen dalam penentuan nilai rata-rata sampel. 4.3
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi di lokasi
usaha. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen Prima Diet Catering. Data primer sebagian besar diperoleh dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan. Data primer berupa faktor-faktor strategis eksternal dan internal diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diberikan kepada responden terpilih. Data hasil pengisian kuesioner diolah dengan menggunakan alat bantu software komputer Microsoft Excel 2003. Data sekunder diperoleh dari sumber informasi berupa publikasi data yang diterbitkan oleh Prima Diet Catering. Selain itu data sekunder diperoleh melalui studi literatur buku-buku yang relevan, hasil penelitian, artikel yang terkait dengan topik penelitian yang berasal dari publikasi elektronik, data dari Badan Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan RI. 4.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2009. Metode
yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode observasi, wawancara dan diskusi, kuesioner, dan browsing internet. Data yang dikumpulkan adalah berupa data primer maupun data sekunder. Berikut adalah penjelasan metode pengumpulan data primer yang dilakukan: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan usaha yang dilakukan dan hal-hal lainnya yang mendukung penelitian. 2. Wawancara, yaitu melakukan proses tanya jawab dengan beberapa objek penelitian. 3. Diskusi, yaitu melakukan wawancara mendalam dan bertukar pikiran mengenai permasalahan dan kondisi yang ada dengan pihak Prima Diet Catering. 4. Kuesioner, yaitu memberikan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada dua responden terpilih. Kuesioner terdiri dari kuesioner identifikasi eksternal dan internal, pembobotan dan peringkat, serta kuesioner untuk penentuan prioritas strategi. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, yakni penelaahan terhadap publikasi data dari Prima Diet Catering, Badan Pusat Statistik, Departemen Kesehatan RI, hasil penelitian dan buku-buku pustaka lainnya yang relevan
dengan penelitian. Selain itu data sekunder diperoleh melalui browsing internet guna mencari artikel dan data lainnya yang mendukung penelitian.
4.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah analisis
deskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengetahui lingkungan perusahaan terkait dengan peluang, ancaman, kekuatan, kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan serta perumusan strategi dengan menggunakan matriks SWOT, sedangkan analisis kuantitatif menggunakan matriks EFE, IFE, IE, dan QSP. Menurut David (2005), penyusunan suatu strategi dilakukan melalui tiga tahap kerja yaitu tahap input, tahap pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap pertama dalam penelitian ini menggunakan matriks EFE dan IFE. Tahap pencocokkan berfokus pada pembuatan alternatif strategi yang tepat dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal. Alat analisis yang digunakan pada tahap pencocokkan adalah matriks IE dan SWOT. Tahap terakhir analisis yaitu menggunakan matriks QSP untuk menentukan keputusan strategi.
4.6
Tahapan Analisis Input
4.6.1
Analisis Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal dibagi dua kelompok yaitu analisis makro dan
analisis industri. Analisis makro meliputi faktor-faktor eksternal
yang
mempengaruhi industri seperti aspek ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi. Analisis industi menggunakan konsep five-forces dari Porter yaitu terkait dengan ancaman pendatang baru, kekuatan daya tawar pemasok, kekuatan daya tawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan diantara para anggota industri. Faktor kunci dari hasil analisis eksternal dimasukkan ke dalam matriks external factor evaluation (EFE). Matriks ini digunakan untuk mengukur peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Penyusunan matriks EFE tersebut dapat dibuat dengan lima tahapan, yaitu:
1. Identifikasi faktor-faktor eksternal perusahaan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor eksternal, yaitu mendaftar semua peluang dan ancaman yang dianalisis. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman bagi perusahaan yang dianalisis. 2. Penentuan bobot variabel Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Peluang pada umumnya menerima bobot yang lebih besar dari ancaman, akan tetapi ancaman dapat pula menerima bobot yang lebih besar bila perusahaan berada dalam keadaan sulit atau terancam. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan kepada semua faktor harus sama dengan 1,0. Penentuan bobot akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis eksternal tersebut kepada stakeholder dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear 1992). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu eksternal yang dianalisis. 3. Penentuan rating (peringkat) Penentuan rating oleh stakeholder dilakukan untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (respon perusahaan superior), 3 (respon perusahaan di atas rata-rata), 2 (respon perusahaan rata-rata), dan 1 (respon perusahaan buruk) berdasarkan pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Peringkat didasari pada efektivitas
strategi
perusahaan,
sehingga
peringkat
didasarkan
pada
kepentingan perusahaan. 4. Penghitungan nilai tertimbang (weighted score) Nilai tertimbang (weighted score) dari masing-masing faktor eksternal diperoleh dengan mengalikan bobot dengan rating pada masing-masing faktor eksternalnya. 5. Penghitungan total nilai tertimbang (total weighted score) Total nilai tertimbang (total weighted score) untuk keseluruhan faktor eksternal perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan nilai tertimbang (weighted score) pada masing-masing faktor eksternal. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor kunci eksternalnya. Matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Bobot x Rating Bobot
Rating
(weighted score)
PELUANG ANCAMAN Total Weighted Total
1,00
Score
Sumber: David (2005)
Total nilai tertimbang pada matriks EFE berkisar antara 4,0 (tertinggi) dan 1,0 (terendah). Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa perusahaan merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dalam kata lain, strategi perusahaan secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.
4.6.2
Analisis Faktor Internal Analisis faktor internal meliputi fungsi-fungsi bisnis perusahaan yaitu
aspek manajemen dan sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan produksi. Faktor kunci sukses internal tersebut dimasukkan ke dalam matriks internal factor evaluation (IFE). Matriks ini digunakan untuk mengukur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Matriks IFE dapat dibuat dalam lima tahapan, yaitu: 1. Identifikasi faktor-faktor internal perusahaan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Penentuan bobot variabel Pemberian bobot setiap faktor mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot tersebut mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor internal terhadap keberhasilan perusahaan. Penjumlahan dari seluruh bobot faktor internal harus sama dengan 1,0. Penentuan bobot akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal tersebut kepada stakeholder dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear 1992). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal yang dianalisis. 3. Penentuan rating (peringkat) Penentuan rating oleh stakeholder dilakukan terhadap masing-masing faktor internal dengan memberikan skala mulai dari 1 sampai 4 berdasarkan pengaruh
faktor-faktor
tersebut
terhadap
kondisi
perusahaan
yang
bersangkutan. Pengertian rating untuk matriks IFE adalah kisaran nilai yang menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan (1) kelemahan utama, (2) kelemahan kecil, (3) kekuatan kecil, dan (4) kekuatan besar. 4. Penghitungan nilai tertimbang (weighted score) Nilai tertimbang (weighted score) dari masing-masing faktor internal diperoleh dengan mengalikan bobot dengan rating pada masing-masing faktor internalnya. 5. Penghitungan total nilai tertimbang (total weighted score) Total nilai tertimbang (total weighted score) untuk keseluruhan faktor internal perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan nilai tertimbang (weighted score) pada masing-masing faktor internal. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor kunci internalnya. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor-Faktor
Bobot x Rating
Strategi Internal
Bobot
Rating
(weighted score)
KEKUATAN KELEMAHAN Total Weighted Total
1,00
Score
Sumber: David (2005) Total nilai tertimbang pada matriks IFE berkisar antara 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dan skor rata-rata 2,5. Total nilai lebih tinggi dari 2,5 menunjukkan bahwa perusahaan dalam posisi yang cukup baik, sedangkan total nilai lebih rendah dari 2,5 berarti perusahaan dalam keadaan lemah. Jika total skor 1 (satu) menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menutupi kelemahan yang ada dengan kekuatan yang dimiliki.
4.7
Tahapan Analisis Pencocokan Tahap pencocokan diperlukan untuk mencocokkan antara sumberdaya dan
keterampilan internalnya dengan peluang dan ancaman yang diciptakan oleh faktor eksternal. Pada tahap pencocokan dalam penelitian ini digunakan matriks internal-external (IE) serta matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman atau lebih
dikenal
dengan
matriks
strengths-weaknesses-opportunities-threats
(SWOT). 4.7.1
Matriks IE Matriks IE atau matriks internal-external digunakan untuk memposisikan
berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE disebut juga matriks portofolio karena menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis. Matriks IE didasari oleh dua dimensi kunci yaitu: total nilai tertimbang EFE pada sumbu vertikal (sumbu y) dan total nilai tertimbang IFE pada sumbu horizontal (sumbu x). Pada sumbu vertikal, nilai antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan
pengaruh eksternal yang rendah, nilai 2,00 sampai 2,99 menunjukkan pengaruh eksternal rata-rata, dan nilai 3,00 sampai 4,00 menunjukkan pengaruh eksternal yang kuat. Sedangkan untuk sumbu horizontal, nilai antara 1,00 sampai 1,99 menunjukkan pengaruh internal yang lemah, nilai 2,00 sampai 2,99 menunjukkan pengaruh internal rata-rata, dan nilai 3,00 sampai 4,00 menunjukkan pengaruh internal yang kuat. Matriks tersebut dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Daerah pertama terdiri dari sel I, II, dan IV digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang paling cocok atau sesuai dengan divisi tersebut adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Daerah kedua divisi yang masuk ke dalam sel III, V, dan VII dapat dikelola melalui cara yang terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan, strategi yang paling sesuai pada divisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan daerah ketiga yang masuk ke dalam sel VI, VIII, dan IX adalah tuai atau divestasi, strategi yang paling sering digunakan adalah strategi divestasi, likuidasi, atau diversifikasi konglomerat. Perusahaan atau organisasi dapat dikatakan berhasil jika berada di posisi dalam atau sekitar sel I di dalam matriks IE. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
Kuat 3,0 - 4,0
Rata-rata 2,0 – 2,99
4,0
Tinggi 3,0 - 4,0
Lemah 1,0 – 1,99
II
I
1,0
2,0
3,0
III
3,0 Menengah 2,0 – 2,99
V IV Gambar 7. Matriks Internal Eksternal (IE)
VI
Sumber : David (2006) 2,0 Rendah 1,0 – 1,99
VII
VII
IX
1,0 Gambar 4. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber : David (2005)
4.7.2
Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mencocokkan
antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang dan ancaman yang diciptakan oleh faktor eksternal. Untuk membuat matriks SWOT, ada delapan langkah yang perlu dilakukan yaitu : 1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan 2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan 3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan 4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan 5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan 7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan 8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan Menurut Rangkuti (2005) matriks SWOT dapat diaplikasikan baik oleh perusahaan bisnis tunggal maupun multibisnis serta unit bisnis. Matriks ini menggunakan informasi yang didapatkan dari tahap input dan merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat kemungkinan alternatif strategi yaitu : a. Strategi S-O (kekuatan-peluang) Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada. b. Strategi W-O (kelemahan-peluang) Strategi WO merupakan strategi untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang. c. Strategi S-T (kekuatan-ancaman) Strategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman. d. Strategi W-T (kelemahan-ancaman) Strategi WT merupakan strategi kelemahan-ancaman berupa taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan dan ancaman. Perumusan alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks SWOT Faktor-Faktor
Strengths
Weaknesses
Strategis
(S)
(W)
Strategi SO
Strategi WO
Opportunities
Gunakan kekuatan untuk
Atasi kelemahan dengan
(O)
memanfaatkan peluang
memanfaatkan peluang
Strategi ST
Strategi WT
Threats
Gunakan kekuatan untuk menghindari
Minimalkan kelemahan dan
(T)
ancaman
atasi ancaman
Sumber : Rangkuti (2005)
Hasil yang didapat dari tahap pencocokan atau matching stage berupa alternatif-alternatif strategi yang nantinya akan diolah lebih lanjut pada tahap keputusan untuk menentukan strategi utama atau strategi yang tepat untuk direkomendasikan kepada perusahaan.
4.8
Tahapan Analisis Keputusan Tahapan analisis keputusan menggunakan matriks perencanaan strategi
kuantitatif (QSPM). Matriks ini merupakan alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif dan penilaian intuitif yang baik, berdasarkan faktor kunci eksternal dan internal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David 2005). QSPM menentukan daya tarik relatif dari beberapa strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal dimanfaatkan atau diperbaiki, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa QSPM merupakan dasar untuk memilih strategi spesifik atau strategi alternatif terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis data yang dihasilkan dari tahap pencocokan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Format dasar dari QSPM yaitu pada bagian kolom kiri bagan terdiri dari faktor eksternal dan internal berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari matriks EFE dan IFE. Baris atas QSPM terdiri atas alternatif strategi yang diturunkan dari integrasi matriks IE dan matriks SWOT. Menurut David (2005), Ada enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM yaitu:
1. Mendaftar peluang atau ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimal sepuluh faktor internal dan sepuluh faktor sukses eksternal dimasukkan dalam QSPM. 2. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kunci eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan IFE. Bobot dituliskan dalam kolom di sebelah kanan faktor sukses kunci eksternal dan internal. 3. Mengevaluasi matriks pencocokan (SWOT dan IE) serta mengidentifikasi alternatif
strategi
yang
harus
dipertimbangkan
perusahaan
untuk
diimplementasikan. Semua strategi dicatat di baris teratas QSPM. Strategi dikelompokkan ke dalam set yang independen jika memungkinkan. 4. Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores atau AS). Hal ini didefinisikan sebagai angka yang mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing set alternatif tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor eksternal dan internal satu per satu dan mengajukan pertanyaan “Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawabanya ya, maka strategi harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut. Secara spesifik nilai daya tarik diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. Jika jawaban dari pertanyaan tersebut adalah tidak maka faktor sukses kunci tersebut tidak mempunyai pengaruh sehingga tidak perlu memberikan nilai daya tarik. 5. Menghitung total nilai daya tarik. Total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores atau TAS) didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot dengan nilai daya tarik. Semakin tinggi total daya tarik semakin menarik alternatif strategi itu. 6. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Jumlahkan total nilai daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif.
Semakin
tinggi
nilai
menunjukkan
strategi
semakin
menarik,
mempertimbangkan semua faktor eksternal dan internal yang relevan yang dapat
mempengaruhi
keputusan
strategis.
Tingkat
perbedaan
antara
penjumlahan total nilai daya tarik dari set alternatif strategi tertentu mengindikasikan tingkat kesuksesan relatif dari satu strategi di atas yang lainnya. Tabel QSPM dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) Faktor-Faktor Kunci
Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1 AS
Faktor-Faktor Kunci Eksternal Faktor-Faktor Kunci Internal Jumlah Total Daya Tarik Sumber : David (2005) Keterangan : Nilai Daya Tarik (AS) Total Nilai Daya Tarik (TAS)
TAS
Strategi 2 AS
TAS
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1
Sejarah dan Perkembangan Prima Diet Catering Prima Diet Catering yang berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999
merupakan pelopor katering kesehatan yang memfokuskan penyelenggaraan makanan kesehatan pada tingkat kebutuhan individu konsumennya. Pada awalnya usaha jasa penyelenggaraan makanan kesehatan yang dijalankan oleh dr. Peni M. Hartanto merupakan usaha rumahan dengan konsep yang sederhana. Dalam hal ini, semua kegiatan usaha dalam penyediaan makanan kesehatan dilakukan sendiri oleh dr. Peni mulai dari kegiatan berbelanja, memasak, bahkan mengantarkan makanan ke rumah kliennya. Usaha ini secara bertahap terus berkembang dari mulut ke mulut yang mengakibatkan adanya penambahan pesanan. Berdasarkan pada hal tersebut maka dr. Peni yang dibantu oleh suaminnya, dr. Mungki, mulai serius menggarap usahanya menjadi usaha katering diet yang lebih besar atas nama Prima Diet Catering. Sejak awal berdirinya Prima Diet Catering terus berupaya untuk dapat berkembang menjadi perusahaan penyelenggaraan jasa katering kesehatan yang besar. Salah satu usaha yang telah dilakukan oleh Prima Diet Catering adalah melakukan kegiatan legalitas usaha dalam memperkuat posisi perusahaan. Kegiatan-kegiatan legalitas usaha yang dimiliki oleh Prima Diet Catering diantaranya adalah mendapatkan surat izin usaha pendirian (SIUP) dengan No. 1118/09-04/PK/VI/2002, izin usaha dari dinas kesehatan Jakarta Selatan, dan hak paten atas merk Prima Diet Catering dari Departemen Kehakiman RI. Kegiatan legalitas usaha tersebut memberikan kesempatan bagi Prima Diet Catering untuk dapat dikenal secara luas terhadap kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan yang dijalaninya. Pelanggan Prima Diet Catering sudah mampu tersebar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dengan tingkat pelanggan yang sangat beragam mulai dari kalangan karyawan, hakim, artis, pengusaha sampai pada tingkat pejabat tinggi seperti menteri dan duta besar. Tingkat pendapatan usaha yang diterima oleh Prima Diet Catering pun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, yaitu mampu mencapai omzet hingga Rp 80.000.000 – Rp 100.000.000 per bulan. Keberhasilan usaha yang dijalani oleh Prima Diet Catering tidak sebatas
itu, Prima Diet Catering mampu mendapatkan penghargaan Indonesian Small and Medium Business Entrepreneur Award (ISMBEA) pada tahun 2006 dari majalah wirausaha yang disponsori oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia. Prima Diet Catering dalam menjalani usahanya tidak hanya berhenti pada kegiatan penyelenggaraan jasa katering kesehatan bagi pemenuhan kebutuhan individu pada tingkat rumah tangga. Kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan Prima Diet Catering pun telah berkembang secara baik. Hal ini dapat dilihat dari jangkauan pemenuhan kebutuhan katering kesehatan yang berkembang luas pada kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan bagi kegiatan instansi, misalnya kegiatan-kegiatan perusahaan dan rumah sakit dengan tetap memfokuskan pada karakteristik kebutuhan diet individu. Selama periode delapan tahun (2000-2008), Prima Diet Catering mendapatkan kepercayaan untuk menyelenggarakan kebutuhan katering kesehatan bagi perusahaan dan rumah sakit tertentu. Kegiatankegiatan penyelenggaraan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 4. 5.2
Lokasi Prima Diet Catering Prima Diet Catering terletak di Jalan Bukit Duri Selatan No. 72,
Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Lokasi ini merupakan lokasi usaha bagi Prima Diet Catering untuk melaksanakan berbagai aktivitas usaha mulai dari manajemen perusahaan hingga tempat produksi bagi penyelenggaraan katering kesehatan. Lokasi usaha Prima Diet Catering berada pada wilayah yang strategis dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan usaha, baik terhadap keterjangkauan akan bahan baku maupun terhadap kegiatan pemasaran usaha seperti akses jalan raya dan sarana transportasi. 5.3
Visi, Misi, dan Tujuan Prima Diet Catering Pada dasarnya, Prima Diet Catering sebagai perusahaan yang sudah
beroperasi dalam waktu yang cukup lama akan berusaha untuk mampu memproyeksikan posisi usaha kedepannya. Hal ini terkait bagaimana Prima Diet Catering mampu menerapkan langkah-langkah apa yang akan dilakukan atau dikerjakan untuk mencapai tujuan dari kegiatan usaha tersebut. Dalam hal ini,
pernyataan tertulis mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan menjadi pedoman dalam membantu Prima Diet Catering untuk dapat mencapai tujuan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, Prima Diet Catering memiliki visi, misi, dan tujuan perusahaan agar proyeksi keberhasilan usaha pada akhirnya dapat tercapai sesuai dengan harapan perusahaan. Visi Prima Diet Catering adalah menjadi perusahaan besar dalam pelayanan jasa dan penyelenggaraan produk katering khusus yang menyediakan makanan khusus (diet) dengan karakteristik dan sentuhan personal. Pencapaian visi ini tertuang dalam misi Prima Diet Catering, yaitu: a. Pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang bersih, sehat, cukup kalori sebagai sumber ketersediaan energi penunjang aktivitas sehari-hari b. Pemenuhan kebutuhan terhadap makanan khusus sebagai penunjang keberhasilan terapi dan mencegah timbulnya komplikasi c. Pemenuhan kebutuhan terhadap makanan khusus disesuaikan dengan selera individu dan gaya hidupnya Berdasarkan visi dan misi Prima Diet Catering tersebut, maka tujuan perusahaan adalah mengkontribusikan pelayanan bagi pencapaian kebutuhan makanan yang sehat melalui keterjangkauan usaha. Pencapaian tujuan tersebut diantaranya dengan rencana membuka sistem waralaba (franchise), pendirian wellness center, dan pengembangan frozen diet food yaitu makanan sehat beku yang siap santap. 5.4
Struktur Organisasi Prima Diet Catering Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan
tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu, struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktivitas tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. Prima Diet Catering dalam menjalankan kegiatan usahanya juga memiliki pembagian tugas dalam suatu struktur organisasi. Gambaran umum mengenai struktur organisasi Prima Diet Catering dalam kegiatan usahanya dapat dilihat pada Gambar 5.
Direktur Utama, Pendiri, dan Konsultan Diet (dr. Peni M. Hartanto, MKM)
Bagian Administrasi
Bagian Produksi dan Operasi
Direktur Keuangan dan Pengembangan Bisnis (dr. Mungki M. Hartanto)
Bagian Marketing
Gambar 5. Struktur Organisasi Prima Diet Catering
Berdasarkan Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa Prima Diet Catering memiliki dua orang yang bertanggung jawab terhadap manajemen puncak Prima Diet Catering. Namun, secara keseluruhan kegiatan operasional penyelenggaraan Prima Diet Catering berada di bawah wewenang direktur utama Prima Diet Catering. Direktur keuangan dan pengembangan bisnis memiliki wewenang terhadap sumber-sumber pembiayaan dan juga berupaya melakukan kegiatan pengembangan usaha bagi Prima Diet Catering. Kegiatan operasional Prima Diet Catering secara umum terbagi dalam tiga bagian manajemen, yaitu: (1) bagian administrasi kantor, (2) bagian produksi dan operasi, dan (3) bagian marketing. Bagian administrasi kantor terdiri atas satu orang bendahara, satu orang sekretaris, dan satu orang customer care. Bagian produksi dan operasi terdiri atas satu orang tenaga ahli gizi, empat orang tenaga persiapan produksi, empat orang tenaga pengolahan, dua orang tenaga packaging, dan tiga orang office boy (OB). Bagian marketing dimaksudkan pada tenaga distribusi dengan jumlah lima orang.
5.5
Kegiatan Operasional Prima Diet Catering Kegiatan operasional perusahaan terkait dengan kegiatan penyelenggaraan
katering kesehatan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering secara umum dari input, proses penyelenggaraan makanan, dan output.
1) Input a) Fasilitas produksi Fasilitas produksi yang dimiliki oleh Prima Diet Catering dalam penyelenggaraan jasa katering meliputi bangunan dan peralatan. Gedung yang digunakan sebagai tempat produksi dan penyelenggaraan makanan diantaranya terdiri dari ruang persiapan nabati dan hewani, ruang pencucian alat masak, dapur pengolahan dan ruang packaging yang berdekatan, dan ruang kantor (administrasi). Perlengkapan dan peralatan produksi yang dimiliki oleh Prima Diet Catering dalam penyelenggaraan makanan terdiri dari 8 buah kompor gas, oven, lemari pendingin (kulkas), lemari es (freezer), blender, panci, wajan, panci penanak nasi, dan lain-lain. Kondisi perlengkapan produksi seperti kompor gas, oven, kulkas, freezer, dan blender dalam keadaan baik. Peralatan masak seperti panci, wajan, panci penanak nasi, dan lainnya juga berada dalam kondisi yang baik. Kebersihan akan peralatan masak diperhatikan dengan baik, dalam hal ini kebersihan peralatan masak khususnya peralatan masak untuk pengolahan dilakukan oleh tenaga OB. Pemeriksaan terhadap kelayakan peralatan dan perlengkapan masak juga dilakukan setiap bulannya oleh bagian produksi untuk mengetahui apakah ada peralatan yang harus diganti karena sudah tidak layak pakai. Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena dapat mendukung kelancaran proses penyelenggaraan katering terhadap kelayakan dan ketersediaan peralatan dan perlengkapan produksi.
2) Proses penyelenggaraan makanan a) Perencanaan menu Perencanaan menu dibuat untuk siklus 15 hari dan akan digunakan selama kira-kira 2,5 bulan. Menu yang sudah ada atau dibuat tetap berjalan selama 15 hari meskipun terpotong hari libur, misalnya libur pada hari ke 14, maka menu 14 ditiadakan, hari ke 15 menggunakan menu ke 15. Menu dibuat oleh direktur utama dengan menggunakan bahan makanan protein hewani dan nabati sebagai menu utama dengan modifikasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, informasi mengenai menu-menu dibuat berdasarkan pada tabel-tabel yang berisikan bahan makanan hewani dan nabati sebagai menu utama dan dibuat tabel menu makan
siang dan makan malam yang berisikan panduan menu yang akan dibuat. Bahan makanan hewani dan nabati yang akan digunakan disusun secara bergantian agar dalam satu hari tidak ada bahan makanan yang sama sehingga menghindari kebosanan terhadap jenis makanan tertentu. Porsi untuk kebutuhan makanan hewani dan nabati dibuat menjadi porsi kecil dan besar yang akan disesuaikan dengan kebutuhan konsumen (50 gr dan 100 gr). Menu utama didasarkan pada karakteristik individu, yaitu penyakit konsumen, diet alternatif, dan alergi tertentu. Penyesuaian menu menurut karakteristik diet alternatif konsumen yaitu dengan menyesuaikan kebutuhan kalori konsumen dengan tipe diet yang dipilih, misalnya untuk program food combining maka dibutuhkan sumber hewani sebesar 100 gram, nabati sebesar 100 gram, sayuran 200 gram. Dalam hal ini, menu-menu alternatif dipersiapkan sebagai pengganti atau penukar jika menu yang dibuat tidak sesuai dengan selera atau menyebabkan konsumen alergi. Pemesanan Kegiatan pemesanan diawali oleh adanya pemesanan dari calon konsumen melalui telepon, fax, email, atau konsumen datang langsung ke Prima Diet Catering. Calon konsumen akan diberikan penjelasan terlebih dahulu oleh ahli gizi Prima Diet Catering mengenai program yang ada. Ketika calon konsumen sudah berminat untuk berlangganan katering, calon konsumen harus mengisi form pasien yang berisi tentang data pasien, lembar persetujuan antara kedua belah pihak yaitu konsumen dan pihak Prima Diet Catering, serta informasi mengenai karakteristik makanan yang tidak disukai. Kemudian ahli gizi akan membuatkan menu untuk konsumen tersebut berdasarkan siklus menu harian sesuai dengan diet yang dipilih, dan karakteristik konsumen sebagai rekapan menu. Rekapan tersebut dinamakan form order. Form order dibuat untuk setiap kali makan. Setiap hari ada 2 form order, yaitu form order untuk makan siang, dan makan malam. Labelling Pengetikan label dilakukan setelah form order selesai dibuat. Pengetikan label dikerjakan oleh ahli gizi dengan melihat form order, kemudian memindahkannya ke dalam bentuk label. Penulisan menu ke dalam label juga harus dilakukan dengan teliti karena label tersebut akan ditempel di kardus
makanan dan akan digunakan sebagai petunjuk dalam kegiatan packaging dalam memasukkan makanan ke dalam box.
b) Pengadaan bahan baku Perencanaan bahan makanan Perencanaan bahan makanan secara keseluruhan dalam penyelenggaraan katering Prima Diet Catering didasarkan pada penghitungan kebutuhan bahan makanan dari form order dan selanjutnya direkapitulasi dengan cara dikelompokkan sesuai siklus menu sehingga dalam form kebutuhan makanan harus terdapat beberapa bahan baku, yaitu : - Jenis bahan makanan primer atau bahan utama masakan - Jenis bahan makanan pelengkap, yaitu bahan yang digunakan bersama bahan primer dalam masakan, tetapi bukan berfungsi sebagai bumbu - Jenis bumbu dasar yang diperlukan, yaitu bumbu-bumbu yang umumnya digunakan dalam sebagian besar masakan - Jenis bumbu pelengkap yang diperlukan, yaitu bumbu yang memberikan rasa dan aroma khas untuk masakan - Jenis bahan pembantu yang diperlukan untuk memasak makanan seperti minyak goreng, dan lainnya. Pengadaan bahan makanan dan bahan penunjang Bahan makanan yang akan dibutuhkan dalam proses pemasakan diperoleh dari pemasok tetap dan pembelian langsung melalui pasar maupun supermarket. Bahan makanan yang dibutuhkan terbagi atas dua, yaitu bahan makanan basah dan bahan makanan kering. Bahan makanan basah misalnya daging, ayam, dan ikan. Bahan makanan kering misalnya bahan-bahan bumbu masakan. Selain bahan makanan utama, Prima Diet Catering juga membutuhkan bahan-bahan penunjang lainnya misalnya, plastik, plastik mika, kardus makanan, isi staples, tisu, dan sarung tangan ”disposable”. Beberapa pembelian barang tersebut dapat dilakukan dengan pemesanan melalui telepon, namun ada pula yang membeli langsung di pasar atau supermarket.
Penerimaan bahan makanan Proses penerimaan bahan makanan dari supplier dilakukan oleh tenaga persiapan bahan makanan. Bahan makanan yang telah dipesan dari supplier biasanya akan diantarkan pada waktu malam hari. Bahan makanan tersebut diperiksa terlebih dahulu dengan menimbangnya sesuai pemesanan yang diajukan oleh pihak Prima Diet Catering. Penyimpanan bahan makanan Proses penyimpanan bahan makanan dibedakan berdasarkan pada karakteristik bahan makanannya, yaitu bahan makanan kering dan basah. Penyimpanan bahan makanan kering diantaranya untuk kebutuhan beras dan bahan makanan kering lainnya. Beras disimpan pada tempat penyimpanan beras tersendiri, sedangkan bahan makanan kering lainnya seperti gula, garam, dan lainlain disimpan pada lemari atau rak penyimpanan kering. Penyimpanan bahan makanan basah secara umum juga dibagi dua, yaitu penyimpanan bahan makanan hewani untuk daging, ayam dan ikan serta penyimpanan bahan makanan nabati dan sayuran. Bahan makanan hewani disimpan dalam freezer, sedangkan bahan makanan nabati dan sayuran disimpan dalam lemari pendingin (kulkas).
c) Persiapan dan Pengolahan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan Proses persiapan bahan makanan adalah proses yang cukup penting sebelum pemasakan karena jika proses ini terhambat maka proses pemasakan juga akan mengalami hambatan. Alur kerja proses persiapan bahan makanan dapat dibedakan berdasarkan persiapan bahan makanan nabati dan sayuran, persiapan bahan makanan hewani, dan persiapan bumbu dapur. 1. Alur kerja proses persiapan bahan makanan nabati dan sayuran -
Rekapan bahan makanan nabati dan sayuran
-
Bahan makanan nabati dan sayuran diambil dari lemari pendingin
-
Bahan makanan dikupas dan dipotong
-
Bahan makanan ditimbang
-
Bahan makanan dicuci
-
Bahan makanan diserahkan kepada bagian pemasakan
2. Alur kerja proses persiapan bahan makanan hewani -
Rekapan bahan makanan hewani
-
Bahan makanan hewani diambil dari lemari es (freezer)
-
Bahan makanan dibersihkan dan ditimbang
-
Bahan makanan dipotong
-
Bahan makanan dicuci
-
Bahan makanan diserahkan kepada bagian pemasakan
3. Alur kerja proses persiapan bumbu dapur -
Rekapan bumbu dapur yang digunakan
-
Bumbu dapur diambil dari tempat penyimpanan
-
Bumbu dikupas dan dipotong
-
Bumbu dicuci bersih
-
Bumbu diblender sampai halus
-
Bumbu dimasak dan siap digunakan
Pengolahan bahan makanan Proses pengolahan bahan makanan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering pada dasarnya sama dengan penyelenggaraan makanan lainnya. Perbedaan yang mendasar dalam proses pengolahan bahan makanan di Prima Diet Catering adalah menu yang dimasak adalah menu standar kesehatan. Dalam hal ini, tenaga pengolahan akan mengikuti rekapan menu yang berisi informasi menumenu yang akan dimasak dan informasi mengenai karakteristik masakan yang diolah. Misalnya, menu yang disajikan sama yaitu sayur sop namun dengan karakteristik yang berbeda antara konsumen yang satu dengan yang lain diantaranya sayur sop tanpa lada, sayur sop rendah garam, dan lainnya. Rekapan menu tersebut sangat penting sebagai petunjuk pengolahan yang harus dijalankan dengan tujuan agar makanan yang disajikan dapat sesuai dengan pesanan.
3) Output Makanan-makanan yang sudah matang selanjutnya siap untuk dilakukan pengemasan
oleh
tenaga
packaging.
Makanan-makanan
tersebut
dibagi
berdasarkan macam diet dengan memberikan label pada kemasan misalnya normal, rendah garam, garam diet, gula diet, plain, dan juga berdasarkan
karakteristik konsumen, misalnya tidak pedas, dan tidak manis. Kemasan yang digunakan antara lain kantong plastik untuk mengemas sop, sayur, tumis, atau makanan berkuah lainnya, plastik mika untuk mengemas nasi, salad, snack, goreng-gorengan, gelas plastik untuk jus, dan kemasan lainnya seperti alumunium foil dan wrapped plastic. Setelah makanan selesai dikemas, ahli gizi akan memasukan makanan tersebut ke kardus makanan yang sudah diberi label menu dan data konsumen. Ahli gizi juga akan mengecek kembali apakah menu atau makanan tersebut cocok dengan menu konsumen yang ada pada form order. Setelah kardus makanan tersebut selesai diisi dengan lengkap, ahli gizi akan menutup kardus tersebut dan menandatangani suatu form control yang ditempel setiap kardus. Kegiatan tersebut diberi istilah dengan ”tutup box” dan selanjutnya box tersebut siap diantarkan oleh petugas pengiriman.
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal. 6.1
Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan.
Pengidentifikasian
lingkungan
eksternal
perusahaan
digunakan untuk mengetahui peluang serta ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh Prima Diet Catering dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan. Analisis lingkungan eksternal ini dibagi menjadi lingkungan makro dan lingkungan industri. 6.1.1
Lingkungan Makro Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan
biasanya tidak berhubungan langsung dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan makro yaitu faktor ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan makro, yaitu : 6.1.1.1 Faktor Ekonomi Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu.
Jika
kondisi
ekonomi
cenderung
stabil
bahkan
menunjukkan
pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok
usaha
tertentu.
Adapun
faktor-faktor
ekonomi
mempengaruhi perkembangan usaha Prima Diet Catering adalah :
yang
turut
a. Pertumbuhan sektor ekonomi Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara menyeluruh dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada periode tahun 2004 hingga 2007 seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
Nilai PDB (Rp Milyar)
2004
1.656.516,8
2005
1.750.815,2
2006*
1.847.729,9
2007**
Sumber Keterangan
1.963.974,3 c
: Badan Pusat Statistik (2008 ) : *) Angka perbaikan ** ) Angka sementara
Peningkatan perekonomian nasional tersebut tidak terlepas dari kontribusi perekonomian masing-masing daerah di Indonesia. Pertumbuhan perekonomian daerah sebagai penunjang bagi perekonomian nasional juga secara tidak langsung berperan dalam mendukung iklim usaha yang kondusif bagi para pelaku usaha yang beroperasi di daerah tersebut untuk dapat terus berkembang. Berdasarkan hal tersebut, Prima Diet Catering sebagai salah satu pelaku kegiatan usaha yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya akan dipengaruhi secara khusus oleh kondisi perekonomian DKI Jakarta. Kondisi perekonomian DKI Jakarta secara menyeluruh menunjukkan adanya kecenderungan perbaikan dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi ratarata DKI Jakarta setiap tahunnya meningkat sebesar 5,87 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada periode tahun 2007 yaitu sebesar 6,44 persen bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dalam kurun waktu lima tahun (periode 2003-2007). Pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan indikator produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Produk domestik regional bruto atas harga konstan menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini merupakan pertumbuhan sektor ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2003 sampai pada tahun 2007 (Tabel 11). Tabel 11.
Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun
Pertumbuhan Sektor Ekonomi DKI Jakarta (%)
2003
5,31
2004
5,65
2005
6,01
2006*
5,95
2007**
6,44
Sumber Keterangan
: Badan Pusat Statistik (2008a) : *) Angka perbaikan ** ) Angka sementara
Kondisi pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang semakin membaik diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan usaha bagi Prima Diet Catering dalam menunjang kegiatan operasionalnya. Laju pertumbuhan yang semakin membaik juga ditandai dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang semakin meningkat. Nilai PDRB atas harga konstan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12.
Nilai Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003
Nilai PDRB (Juta Rp) 263.624.242
2004
278.524.822
2005
295.270.544
2006*
312.826.713
2007**
332.971.263
Sumber Keterangan
: Badan Pusat Statistik (2008a) : *) Angka perbaikan ** ) Angka sementara
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh DKI Jakarta mengalami peningkatan dari tahuntahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan nilai PDRB yang dihasilkan, dimana laju pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2007 semakin baik yang diiringi dengan peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan. Pertumbuhan sektor ekonomi daerah didukung secara keseluruhan oleh penciptaan nilai tambah yang dihasilkan dari masing-masing sektor terhadap perekonomian daerah. Penciptaan nilai tambah sektor ekonomi tersebut dapat ditunjukkan melalui gambaran kondisi struktur ekonomi. Dalam hal ini, produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku dapat memperlihatkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah, dimana nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar pula. Berikut ini merupakan struktur ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2003-2007 (Tabel 13). Tabel 13.
Peranan Struktur Ekonomi DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku (%)
Lapangan Usaha
2003
2004
2005
2006*
2007**
Pertanian
0,11
0,11
0,10
0,10
0,10
Pertambangan dan Penggalian
0,32
0,36
0,45
0,48
0,47
16,29
15,95
15,97
15,94
15,97
Listrik, Gas, dan Air Minum
0,99
1,13
1,11
1,06
1,06
Bangunan
9,82
10,15
10,50
11,17
11,20
20,08
20,07
20,21
20,04
20,36
7,24
7,54
8,18
8,81
9,32
32,45
31,84
30,71
29,81
28,65
12,70
12,86
12,77
12,59
12,87
Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Sumber Keterangan
: Badan Pusat Statistik (2008a) : *) Angka perbaikan ** ) Angka sementara
Berdasarkan Tabel 13, secara keseluruhan dalam lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, dimana masing-masing sektor masih dalam posisi yang sama. Pada tahun 2007, sektor industri pengolahan
masih merupakan salah satu andalan bagi penciptaan nilai tambah terhadap perekonomian DKI Jakarta sebesar 15,97 persen dengan menempati urutan ketiga terbesar setelah sektor perdagangan, hotel, restoran, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Adapun nilai sumbangan sektor industri pengolahan yang diberikan terhadap total PDRB DKI Jakarta atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp 90,44 triliun. Nilai PDRB DKI Jakarta atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Produk Domestik Regional Bruto DKI Jakarta Atas Dasar Harga Berlaku (Rp Triliun) Lapangan Usaha
2003
2004
2005
2006*
2007**
Pertanian
0,36
0,40
0,43
0,49
0,57
Pertambangan dan Penggalian
1,07
1,36
1,95
2,41
2,63
54,46
59,90
69,29
79,99
90,44
Makanan, Minuman, Tembakau
5,30
5,64
6,11
6,63
7,37
Listrik, Gas, dan Air Minum
3,30
4,23
4,80
5,30
6,02
32,82
38,10
45,57
56,07
63,44
67,13
75,36
87,66
100,54
115,31
24,19
28,32
35,48
44,18
52,79
108,50
119,57
133,22
149,56
162,29
42,46
48,27
55,42
63,19
72,92
Industri Pengolahan
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Sumber Keterangan
: Badan Pusat Statistik (2008a) : *) Angka perbaikan ** ) Angka sementara
Berdasarkan Tabel 14, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat penting bagi kontribusi total PDRB DKI Jakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta, pembentukan PDRB sektor industri pengolahan salah satunya didominasi oleh subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Struktur ekonomi DKI Jakarta yang semakin membaik khususnya sektor industri pengolahan merupakan stimulus bagi kelompok usahausaha tertentu yang akan mengembangkan usahanya.
b. Laju inflasi Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Tinggi rendahnya inflasi yang terjadi mencerminkan adanya gejolak ekonomi dari para pelaku ekonomi dalam menanggapi perilaku para konsumen untuk memperoleh kepuasan atas barang atau jasa tertentu yang diinginkan. Berikut ini merupakan data tentang perkembangan laju inflasi selama periode tahun 2004-2008 (Tabel 15).
Tabel 15. Perkembangan Laju Inflasi DKI Jakarta Tahun
Tingkat Inflasi (%)
2004
5,87
2005
16,06
2006
6,03
2007
6,04
2008
8,78
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008a) Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa perkembangan laju inflasi DKI Jakarta selama periode lima tahun mengalami fluktuasi. Tingginya inflasi yang terjadi pada tahun 2005 disebabkan karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi, yaitu rata-rata mengalami kenaikan sebesar 100 persen. Pada tahun 2006 tingkat inflasi mengalami penurunan dari tahun 2005 dan bertahan cukup stabil pada tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 tingkat inflasi mengalami kenaikan kembali yang relatif cukup besar karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak. Dampak dari kenaikan tersebut mendorong kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran diantaranya kenaikan harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Besarnya persentase tingkat pengeluaran pada kelompok ini pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya seluruh pengeluaran rumah tangga. Hal ini yang nantinya akan dijadikan patokan dalam penentuan besarnya sumbangan kelompok pengeluaran terhadap laju inflasi. Tingkat inflasi menurut kelompok pengeluaran dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Komoditi DKI Jakarta Kelompok Komoditi
2004
2005
2006
2007
2008
Bahan Makanan
4,86
11,09
15,35
11,40
10,07
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
4,69
13,64
4,43
5,36
8,44
7,95
14,30
4,34
4,81
11,20
4,05
6,90
7,60
8,15
6,19
3,34
6,17
5,65
3,99
5,58
7,70
6,31
5,01
9,09
4,49
4,79
40,13
0,70
1,14
8,97
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi, Rekreasi, dan Olahraga
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008a)
Berdasarkan Tabel 16 dapat dijelaskan bahwa selama periode lima tahun (2004-2008), kelompok bahan makanan menjadi salah satu kontributor yang cukup besar bagi pembentukan tingkat inflasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa kelompok pengeluaran ini mudah terpengaruh terhadap perubahan politik maupun ekonomi nasional. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi ancaman khususnya bagi kelompok usaha yang bergerak dalam penyelenggaraan makanan yang membutuhkan bahan makanan sebagai bahan baku. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi usaha yang mempengaruhi kenaikan harga rata-rata barang atau jasa. Kondisi tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pengurangan tingkat marjin keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. c. Perkembangan harga bahan bakar gas Bahan bakar gas memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan Prima Diet Catering dalam menunjang proses pengolahan makanan sehingga keberadaan dan keterjangkauan harga dari bahan bakar gas turut mempengaruhi proses penyelenggaraan jasa katering ini. Adapun perkembangan harga bahan bakar gas elpiji dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Perkembangan Harga Gas Elpiji Per Kemasan (Rp/Kg)
Periode
Harga Gas Elpiji 3 Kg
6 Kg
12 Kg
50 Kg
Tahun
2005
-
25.500
51.000
212.500
Tahun
2006
-
25.500
51.000
212.500
Tahun
2007
12.750
25.500
51.000
312.950
Januari 2008
12.750
25.500
51.000
396.600
April
2008
12.750
25.500
51.000
340.150
Juli
2008
12.750
31.500
63.000
343.900
Agustus 2008
12.750
-
69.000
362.750
Sumber : PT. Pertamina diacu dalam Nusawanti (2009) Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami kenaikan khususnya pada jenis tabung ukuran sedang dan besar, yaitu tabung 6 Kg, tabung 12 Kg, dan tabung 50 Kg, sedangkan pada jenis tabung ukuran kecil yaitu tabung 3 Kg menunjukkan harga yang stabil. Kecenderungan kenaikan harga pada jenis tabung ukuran sedang dan besar mempengaruhi para pelaku usaha yang pada umumnya menggunakan tabung ukuran sedang maupun besar, tidak terkecuali bagi Prima Diet Catering yang juga menggunakan tabung ukuran sedang dalam menjalankan kegiatan proses pengolahan makanan. Dalam hal ini, Prima Diet Catering mampu menghabiskan dua sampai tiga tabung gas ukuran 12 Kg setiap harinya dalam kegiatan proses pengolahan makanan. Oleh karena itu, adanya kecenderungan kenaikan harga gas elpiji khususnya pada jenis tabung sedang ukuran 12 Kg dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan biaya operasional usaha Prima Diet Catering.
6.1.1.2 Faktor Sosial a. Peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat di dunia. Jumlah penduduk yang besar menjadi salah satu potensi terhadap
perkembangan pasar sasaran dalam memasarkan suatu produk dan jasa. Perkembangan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Penduduk Indonesia pada Tahun 2005-2008 Tahun
Jumlah Penduduk (ribu jiwa)
Pertumbuhan (%)
2005
219.852,0
-
2006
222.550,7
1,21
2007
225.642,0
1,37
228.523,3
1,26
2008
*
Rata-Rata
Sumber Keterangan
1,28 d
: Badan Pusat Statistik (2008 ) : *) Angka Sementara
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2008 sebesar 1,28 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu wilayah terpadat di Indonesia adalah DKI Jakarta. Peningkatan jumlah penduduk DKI Jakarta selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah Penduduk DKI Jakarta pada Tahun 2005-2008 Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
2005
8 864 519
2006
8 961 680
2007
9 057 993
2008
9 146 200 a
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008 )
Perkembangan jumlah penduduk DKI Jakarta cenderung terus mengalami peningkatan se tiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang terus meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan akan pangan. Hal ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha dalam menyediakan kebutuhan pangan melalui penyelenggaraan jasa katering. Perkembangan jasa katering khususnya di Jakarta dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat Jakarta dengan berbagai aktivitasnya yang menuntut sikap hidup yang serba praktis. Seiring dengan perkembangan informasi, tingkat pemenuhan kebutuhan pangan tidak terbatas pada kuantitas dan waktu penyajian, namun konsumen mulai berfikir untuk memenuhi kebutuhan pangan yang aman dan sehat berdasarkan
kebutuhan
dan
karakteristik
pribadi.
Oleh
karena
itu,
penyelenggaraan jasa katering tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan pangan tetapi juga pemenuhan kebutuhan kesehatan. Salah satu pelaku usaha yang menyelenggarakan jasa katering kesehatan adalah Prima Diet Catering. Prima Diet Catering dirasakan telah mampu membuka terobosan baru dalam menyediakan kebutuhan pangan dengan penyelenggaraan yang aman dan sehat sehingga kedepannya prospek dari penyelenggaraan katering kesehatan akan terus berkembang seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
b. Peningkatan kualitas hidup sehat terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Sehat merupakan suatu kondisi yang diharapkan oleh setiap orang guna menunjang pencapaian kinerja yang baik dalam aktivitas sehari-hari. Pencapaian kualitas akan hidup sehat ditunjang oleh pola hidup yang sehat pula, diantaranya terkait dengan pola pangan harian yang dikonsumsi sesuai dengan logo dari perusahaan Prima Diet Catering yaitu healthy start from what you eat. Hal ini dikarenakan pangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang proses metabolisme tubuh yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Dalam hal ini, pangan yang dikonsumsi harus benarbenar seimbang sesuai dengan karakteristik individu, khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan gizi makanan, baik dalam hal vitamin, protein, mineral, karbohidarat, dan lainnya serta dalam hal keamanan komposisi bahan baku makanan. Berdasarkan hal tersebut, pemenuhan kebutuhan pangan harian yang sehat dapat meningkatkan status kesehatan seseorang.
Pencapaian status kesehatan dapat ditunjukkan dengan adanya tingkat harapan hidup. Peningkatan angka harapan hidup mengindikasikan bahwa pencapaian kualitas hidup seseorang terhadap status kesehatan juga akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang akan berupaya untuk mencapai kondisi yang optimal terhadap peningkatan harapan hidupnya dengan cara meningkatkan kualitas hidup sehat. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Prima Diet Catering dalam menghadirkan kebutuhan pangan sehat dalam mengupayakan peningkatan kualitas hidup sehat. Salah satunya adalah melalui penyediaan kebutuhan katering dengan konsep anti-aging guna menjaga dan meningkatkan produktivitas konsumen seiring dengan pertambahan usia. Departemen Kesehatan RI menjelaskan bahwa estimasi angka harapan hidup di DKI Jakarta setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 angka harapan hidup (AHH) penduduk di DKI Jakarta mencapai usia 65 tahun, angka ini meningkat menjadi sekitar 72 tahun pada tahun 2000, dan meningkat lagi menjadi usia 74 tahun pada tahun 2005 serta 76 tahun pada tahun 2010. Adapun gambaran mengenai tingkat harapan hidup masyarakat DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Estimasi Umur Harapan Hidup Provinsi DKI Jakarta Dalam Kurun Waktu Lima Tahunan No. 1 2 3 5 6
Tahun 1990 1995 2000 2005 2010
Umur Harapan Hidup 65,60 69,66 71,90 74,42 75,84
Sumber : Departemen Kesehatan RI (2008b)
c. Perkembangan kasus penyakit degeneratif Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes melitus, stroke, kardiovaskular, obesitas, dan sebagainya. Beberapa hasil penelitian modern menjelaskan bahwa munculnya penyakit
degeneratif tersebut memiliki korelasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia seseorang.1 Adapun gambaran mengenai beberapa penyakit degeneratif tersebut adalah: Penyakit Diabetes Melitus (DM) Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif non infeksi yang bersifat menahun akibat tingginya kadar glukosa dalam darah. Penyakit diabetes sangat berbahaya karena dapat menyebabkan munculnya penyakitpenyakit lain yang lebih berbahaya seperti jantung, ginjal, dan kebutaan.1 Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI (2008a), tingkat penderita DM dari tahun ke tahun cenderung meningkat, yaitu pada tahun 1995 sebesar 1,2% meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2001 dan 14,7% pada tahun 2003. Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang berhubungan dengan kelainan pembuluh darah dan jantung. Penyakit kardiovaskular disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol, LDL, dan trigliserida serta penurunan kadar HDL dalam darah. Kecenderungan penderita penyakit ini terus meningkat dan merupakan salah satu penyebab kematian urutan pertama untuk orang dengan usia di atas 40 tahun.1 Perkembangan kasus penyakit degeneratif di Indonesia banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Salah satu penyebab utamanya adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi. Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food di hampir seluruh sudut kota. Berdasarkan penuturan Kasubdinas Sosial dan Info Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta drg. Tini Suryani1, junk food merupakan makanan yang tidak sehat karena memiliki nilai nutrisi rendah, dan mengandung lemak jenuh (saturated fat), garam dan gula, serta bermacam-macam zat additive seperti monosodium glutamate dan tartrazine dengan kadar yang tinggi. Selain itu, junk food hampir tidak mengandung protein, vitamin, dan serat yang sangat dibutuhkan tubuh. Berdasarkan pada permasalahan tersebut, Prima Diet Catering sebagai salah satu penyelenggara katering kesehatan memiliki potensi dalam meningkatkan 1
pemasaran
produk
dan
jasanya
terkait
dengan
adanya
http://jurnalis-ntt.blogspot.com/2009/04/gaya-hidup-berubah-penyakit-degeneratif.html [ 13 Juli 2009 ]
perkembangan kasus penyakit degeneratif khususnya di wilayah perkotaan, termasuk DKI Jakarta sebagai daerah pemasaran bagi perusahaan. d. Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas di DKI Jakarta Peningkatan pendapatan merupakan salah satu tolak ukur bagi peningkatan suatu taraf hidup masyarakat terhadap tingkat kesejahteraan. Pendapatan perkapita penduduk
DKI
Jakarta
terus
mengalami
peningkatan
selama
periode
tahun 2001-2005. Pendapatan perkapita penduduk Jakarta pada tahun 2001 sebesar 31,12 juta meningkat menjadi 35,17 juta pada tahun 2002 dan 38,90 juta pada tahun 2003, yang kemudian naik kembali menjadi 43,33 juta pada tahun 2004 dan 49,92 juta pada tahun 2005. Berikut ini merupakan data lima tahun terakhir pendapatan perkapita penduduk DKI Jakarta (Tabel 21).
Tabel 21. Pendapatan Perkapita Provinsi DKI Jakarta Indikator
Pendapatan Perkapita (juta)
2001
31,12
2002
35,17
2003
38,90
2004*
43,33
2005**
49,92
Sumber Keterangan
: Departemen Kesehatan RI (2008b) : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Pendistribusian pendapatan perkapita tersebut dibagi menurut golongan penduduk (menurut Bank Dunia), yaitu 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan sedang, dan 20% penduduk berpendapatan tinggi. Adapun distribusi pendapatan berdasarkan golongan pendapatannya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Distribusi Pendapatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 40% Pendapatan Rendah 21,89 20,18 18,42
2001 2004 2005
Kelompok Penduduk 40% Pendapatan Sedang 37,03 34,81 32,25
20% Pendapatan Tinggi 41,08 45,81 49,33
Sumber : Departemen Kesehatan RI (2008b)
Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa pendistribusian pendapatan secara umum masih didominasi oleh golongan pendapatan tinggi meskipun dengan persentase jumlah golongan pendapatan yang sedikit bila dibandingkan dengan persentase jumlah golongan pada pendapatan rendah dan sedang. Namun, secara umum peningkatan pendapatan terjadi pada semua golongan pendapatan yang ditandai dengan indikator peningkatan pendapatan bersih pekerja. Adapun data mengenai peningkatan jumlah pekerja terhadap pendapatan bersihnya dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Pekerja DKI Jakarta Menurut Pendapatan Bersih pada Periode Tahun 2006-2008 No.
Tahun
Pendapatan Bersih (Rp)
<200.000
200.000 999.999
1.000.000 1.999.999
2.000.000 +
1
2006
14 538
1 277 661
747 204
271 782
2
2007
30 997
1 090 560
775 369
385 442
3
2008
74 068
1 178 210
893 887
611 509
Sumber : Badan Pusat Statistik (2006 b, 2007 a, 2008b)
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa jumlah pekerja pada setiap tingkat pendapatan mengalami peningkatan. Salah satu peningkatan jumlah pekerja yang cukup pesat adalah pada tingkat pendapatan >2.000.000 yang mencapai peningkatan pekerja hampir dua kalinya dari tahun 2007 hingga 2008. Tingkat pendapatan ini merupakan salah satu indikator bagi golongan pendapatan
menengah ke atas sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan pekerja pada golongan pendapatan menengah ke atas. Peningkatan jumlah golongan pendapatan menengah ke atas merupakan potensi bagi Prima Diet Catering dalam menunjang pemasaran kepada pasar potensial, yaitu pasar dengan golongan pendapatan menengah ke atas terkait dengan karakteristik harga yang ditawarkan dalam penyelenggaraan katering kesehatan yang terbilang tinggi. e. Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di DKI Jakarta Pusat-pusat kebugaran dan spa merupakan bisnis penyelenggaraan kesehatan yang sedang berkembang dengan pesat. Menurut Koeswardhini, pemilik academy fitness and spa (AFAS) pertama di Indonesia pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di Indonesia dapat mencapai 30% per tahun (data pertumbuhan 2003 dan 2004) dan diperkirakan saat ini pertumbuhannya dapat meningkat menjadi 60% dikarenakan banyak gedung perkantoran dan mall-mall baru yang menyediakan pusat kebugaran dan spa sesuai kebutuhan pasar tersebut. DKI Jakarta merupakan daerah perkotaan yang memberikan kontribusi yang terbesar bagi pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa, yaitu sebanyak 70% pusat-pusat kebugaran dan spa berkembang di Jakarta sedangkan sisanya berada di kota-kota besar lainnya.2 Konsumen-konsumen pusat kebugaran dan spa pada umumnya merupakan konsumen golongan menengah keatas yang memiliki prestige terhadap gaya hidup modern. Namun, segmentasi konsumen tersebut pada umumnya juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap kebugaran dan kesehatan, bahkan menurut Yasin (Health Club Manager Pakuwon Golf and Family Club) di sebagian besar kalangan kebugaran sudah menjadi kebutuhan yang tak sekadar prestige sehingga menjadikannya sebagai kebutuhan primer dalam gaya hidup mereka3. Adanya pertumbuhan usaha di bidang kebugaran dan kesehatan tersebut dapat menjadi salah satu peluang bagi Prima Diet Catering dalam meningkatkan kegiatan pemasaran karena pencapaian target konsumen yang dituju sesuai dengan
2 3
http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/CyberJob/detail [ 13 Juli 2009 ] http://www.surya.co.id/2009/03/19/sehatnya-bisnis-tempat-kebugaran-omzet-bisa-tembus-rp-1-miliar.html
segmentasi konsumen dari Prima Diet Catering, yaitu konsumen golongan menengah keatas yang peduli akan gaya hidup sehat. 6.1.1.3 Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang stabil akan memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena pelaku usaha merasa nyaman terhadap usaha yang dijalaninya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Hal ini dikarenakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah sangat berperan dalam menciptakan kestabilan politik khususnya dalam mendukung situasi berbisnis. Berikut ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang sangat dominan dalam mempengaruhi semua kegiatan sektor usaha, khususnya dalam menunjang kegiatan pengembangan suatu bisnis. Adapun kebijakan pemerintah tersebut adalah : a. Kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak Penetapan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam peraturan Menteri ESDM No. 16 Tahun 2008 tentang penurunan harga bahan bakar minyak untuk bahan bakar premium dan solar yang berlaku sejak 15 Januari 2009 memberikan dorongan bagi para pelaku usaha untuk dapat terus berkembang. Hal ini dikarenakan BBM merupakan salah satu faktor pendukung usaha yang sangat penting sehingga dengan adanya kebijakan penurunan tersebut berpengaruh terhadap penurunan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kebijakan penurunan harga BBM tersebut juga berpengaruh terhadap peningkatan tingkat pendapatan riil konsumen yang turut mempengaruhi tingkat daya beli konsumen terhadap barang dan jasa. Berdasarkan hal tersebut, kebijakan penurunan harga BBM memberikan dampak positif tidak hanya bagi para pelaku usaha tetapi juga bagi masyarakat sebagai konsumen kegiatan usaha tersebut. Perkembangan penurunan harga BBM tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Perkembangan Harga BBM pada Tahun 2008-2009
Harga BBM (Rp/liter) No.
Terhitung Mulai Tanggal
Premium
Minyak Solar
1
01/11/2008
6.000
5.500
2
15/11/2008
6.000
5.500
3
01/12/2008
5.500
5.500
4
15/12/2008
5.000
4.800
5
01/01/2009
5.000
4.800
6
15/01/2009
4.500
4.500
7
01/02/2009
4.500
4.500
8
15/02/2009
4.500
4.500
Sumber : PT. Pertamina diacu dalam Nusawanti (2009)
Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa perkembangan harga bahan bakar minyak cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini dirasakan baik oleh perusahaan bagi keberlangsungan usaha kedepannya karena perusahaan dapat menekan biaya operasional usaha, baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan pemasaran. Dukungan penurunan harga bahan bakar solar dan premium tersebut terhadap kegiatan pemasaran perusahaan adalah terkait dengan ketersediaan layanan delivery services yang disediakan oleh perusahaan dalam mengirimkan pesanan-pesanan katering kepada konsumen-konsumennya. 6.1.1.4 Faktor Teknologi Laju perkembangan teknologi terus mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan teknologi baru bagi perkembangan produk dan peningkatan pasar baru. Perkembangan suatu produk terkait dengan bagaimana perusahaan mampu menerapkan teknologi
khususnya dalam kegiatan proses produksi, misalnya tidak hanya memperbaiki cara-cara dalam memproduksi tetapi juga material yang diperlukan untuk proses produksi yang efektif dan efisien. Teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kegiatan proses produksi diantaranya adalah teknologi peralatan masak-memasak seperti peralatan potong untuk proses persiapan bahan baku, dan peralatan pengolahan makanan lainnya dalam pembuatan makanan dan minuman yang semakin praktis dan berfungsi secara baik dalam mempermudah pekerjaan, baik dalam pengalokasian waktu maupun tenaga. Perkembangan
teknologi
lainnya
yang
dapat
dimanfaatkan
oleh
perusahaan adalah adanya peningkatan sistem teknologi informasi dan komunikasi melalui sumber-sumber media elektronik sebagai sarana promosi dalam peningkatan pasar baru. Media elektronik yang saat ini sedang berkembang adalah media internet sebagai salah satu sarana promosi. Pemanfaatan media internet yang dilakukan oleh perusahaan Prima Diet Catering belum dilakukan secara maksimal meskipun perusahaan sudah memiliki media website dalam memperkenalkan kegiatan usahanya. Prima Diet Catering seharusnya dapat memanfaatkan media website untuk mendekatkan pada calon konsumen maupun konsumennya dengan cara membuka layanan tanya jawab secara aktif sebagai pemanfaatan yang efektif terhadap media website tersebut. Hal ini dapat menjadi suatu peningkatan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sehingga turut mempengaruhi proses pembelian konsumen selanjutnya. Selain itu, Prima Diet Catering juga harus selalu memperbaharui tampilan-tampilan informasi terkait dengan kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan sehingga calon konsumen maupun konsumen dapat mengetahui perkembangan informasi terbaru dengan cepat. 6.1.2
Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang berada di sekitar usaha
yang memiliki pengaruh langsung terhadap kegiatan operasional usaha. Faktorfaktor yang dianalisis dalam lingkungan industri yaitu faktor ancaman pendatang baru, daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan antara anggota industri. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan industri, yaitu :
6.1.2.1 Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri tertentu tidak akan terlepas dari ancaman masuknya pendatang baru. Hal ini dapat berimplikasi terhadap perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi bagi perusahaan-perusahaan yang telah ada. Akan tetapi, besar kecilnya ancaman masuk pendatang baru terhadap suatu industri tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru dalam merespon hambatan masuk yang ada. Menurut Porter diacu dalam David (2005), dijelaskan bahwa terdapat beberapa faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis dan kebutuhan modal, diferensiasi produk, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala usaha. a. Skala ekonomis dan kebutuhan modal Tingkat penyelenggaraan jasa boga kesehatan pada tahap awal pendirian bagi pendatang baru tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini dikarenakan secara umum kebutuhan perlengkapan dan peralatan yang digunakan dapat diusahakan dari ketersediaan peralatan dan perlengkapan rumah tangga, seperti: panci, wajan, blender, oven, dan lainnya. Meskipun tingkat skala usaha penyelenggaraan katering kesehatan dapat dilakukan dalam lingkup yang tidak besar, kegiatan usaha tersebut harus didukung oleh keahlian pendatang baru dalam bidang gizi dan kesehatan. Hal ini terkait dengan pengaturan dan pengelolaan makanan yang terukur dan seimbang terhadap tingkat kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan tingkat alergi dan program kesehatan yang dijalankan. Oleh karena itu, pendatang baru yang tidak memiliki keahlian dalam bidang gizi dan kesehatan membutuhkan modal yang lebih besar guna merekrut tenaga ahli gizi yang berpengalaman. Secara umum tingkat kebutuhan modal usaha juga diperlukan untuk sewa tempat, perizinan tempat usaha, perizinan akan keamanan dan kesehatan pangan dari dinas kesehatan, serta anggaran untuk tenaga kerja. Kedepannya, peningkatan kebutuhan modal bagi perusahaan akan berjalan seiring dengan upaya peningkatan kapasitas produksi sesuai dengan tingkat permintaan konsumen.
b. Diferensiasi produk Produk katering yang dihasilkan oleh perusahaan penyelenggaraan katering kesehatan pada umumnya hampir sama secara fisik dengan jenis produk katering lainnya, yaitu menu hewani, nabati, sayuran, dan buah-buahan. Perbedaan yang mendasar antara penyelenggaraan katering kesehatan dengan penyelenggaraan jenis katering lainnya adalah komposisi menu yang dibuat berdasarkan pada karakteristik dan kebutuhan diet pribadi namun tetap menyajikan kualitas rasa. Selain itu, tingkat kebutuhan gizi yang terukur dan seimbang sangat diperhatikan oleh tenaga ahli gizi dalam penyusunan menu sehingga produk katering yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan permintaan dan kebutuhan individu. Pemberian labelisasi produk katering kesehatan juga menjadi ciri khas yang berbeda dimana labelisasi produk menunjukkan karakteristik menu konsumen yang berbeda antara konsumen satu dengan yang lain. c. Biaya beralih pemasok Secara umum dalam penyelengaraan jasa boga, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru relatif sedang. Hal ini dikarenakan perusahaan dapat mengusahakan pemenuhan bahan baku dan penunjang dengan relatif mudah melalui ketersediaan pasar-pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan pasar-pasar tradisional maupun modern yang mudah dijangkau bagi perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan industri jasa boga, misalnya terhadap pemenuhan kebutuhan hewani, nabati, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Akan tetapi, keberadaan pemasok tetap dalam menyediakan kebutuhan bahan baku tertentu menjadi salah satu hal yang juga penting dilakukan dalam menunjang proses penyelenggaraan katering kesehatan. Hal ini dikarenakan penyelenggaraan katering kesehatan dituntut untuk benar-benar memperhatikan tingkat penyajian menu makanan yang sehat dan bergizi diantaranya melalui pemilihan kualitas bahan baku makanan yang baik. Pada akhirnya, kondisi ini mempengaruhi hubungan kepercayaan antara pemasok dengan perusahaan dalam menyediakan bahan baku yang berkualitas tersebut.
d. Akses ke saluran distribusi Salah satu hambatan masuk bagi pendatang baru apabila memasuki industri jasa boga dalam penyelenggaraan katering kesehatan adalah akses ke saluran distribusi. Hal ini dikarenakan saluran distribusi yang dituju dalam penyelenggaraan katering kesehatan adalah konsumen dengan karakteristik individu pada tingkat kalangan tertentu yang telah mempercayakan jasa katering kesehatan sebagai makanan sehat harian. Mereka akan berusaha untuk tetap menggunakan jasa penyelenggaraan katering kesehatan yang sudah ada jika penyelenggaraan yang diberikan sesuai dengan harapan dan bahkan menyarankan kepada orang-orang terdekat mereka untuk menggunakan penyelenggaraan jasa katering kesehatan tersebut. Oleh karena itu, perusahaan pendatang baru harus mampu menciptakan saluran distribusi yang baru atau mempengaruhi saluran distribusi yang ada agar menerima produknya dengan cara kegiatan promosi yang intensif dan pemberian pelayanan yang jauh lebih baik mengingat konsumen yang dituju adalah konsumen yang memiliki kepentingan akan kualitas bukan kuantitas. e. Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala usaha Perusahaan penyelenggaraan katering yang sudah ada mungkin tidak memiliki keunggulan biaya seperti yang dimiliki oleh calon pendatang baru. Akan tetapi, perusahaan penyelenggaraan katering kesehatan yang ada mungkin memiliki keunggulan yang lebih baik sehingga sulit untuk dapat ditiru, misalnya dalam hal pengalaman terhadap penyelenggaraan katering kesehatan, sistem pelayanan yang unik, ”brand” dari penyelenggaraan katering kesehatan, penguasaan terhadap ilmu pengetahuan akan kesehatan dan gizi, teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Keunggulan-keunggulan ini dapat menjadi hambatan masuk bagi para pendatang baru untuk dapat bersaing dalam merebut pangsa pasar. 6.1.2.2 Daya Tawar-Menawar Pemasok Pemasok mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan terkait dengan pengadaan bahan baku. Dalam hal ini, Prima Diet Catering sudah memiliki hubungan kerja sama dengan beberapa pemasok tetap dalam memasok beberapa kebutuhan bahan baku makanan yang dibutuhkan oleh Prima Diet Catering. Bahan baku makanan yang dipasok meliputi
bahan makanan hewani seperti daging, ayam, dan ikan, bahan baku nabati dan sayur-sayuran, dan beras. Harga bahan baku makanan yang dipasok tidak ditentukan oleh pemasok sepenuhnya. Pemasok akan menawarkan harga kepada perusahaan dan selanjutnya perusahaan akan melakukan penawaran sesuai dengan informasi harga di pasaran. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan terhadap pemasok tidak dilakukan di awal tetapi dilakukan dalam periode tertentu. Adapun daftar pemasok bagi Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Daftar Pemasok Bahan Baku Makanan Prima Diet Catering
Pemasok
Tahun mulai
Jenis Pasokan
Pemasok 1 Pemasok 2 Pemasok 3 Pemasok 4 Pemasok 5
2006 2006 2006 2006 2007
Daging, Ikan Ayam, Daging, Ikan Ayam, Daging, Ikan Beras Sayur dan Buah
Prima Diet Catering dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tidak sepenuhnya tergantung pada keberadaan pemasok tetap tersebut. Perusahaan dapat mengusahakan berbagai alternatif pilihan pemasok terkait dengan ketersediaan pasar tradisional maupun pasar modern terhadap sumber bahan baku. Bahan baku tersebut dapat diperoleh oleh Prima Diet Catering dengan harga terjangkau. Hal ini dikarenakan lokasi usaha Prima Diet Catering sangat dekat dengan lokasi pasar tradisional maupun modern di lingkungan perusahaan beroperasi. Selain itu, ketersediaan jumlah pasar yang cukup banyak di wilayah DKI Jakarta juga memberikan kemudahan bagi Prima Diet Catering dalam menentukan alternatif pilihan. Adapun data mengenai jumlah pasar yang terdapat di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26.
Jumlah Pasar Yang Dikelola PD. Pasar Jaya Menurut Kota Administrasi dan Ruang Lingkup
Kota Administrasi A. B. C. D. E.
Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Total
Induk
Reguler
1
1 1 1
1
3
Kota
Wilayah
Lingkungan
Total
8 2 5 6 1 22
7 8 11 5 7 38
14 21 22 15 15 87
29 33 39 27 23 151
Sumber : Badan Pusat Statistik (2008a)
Berdasarkan Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa ketersediaan jumlah pasar yang cukup banyak dan beragam dapat menjadi peluang bagi perusahaan dalam memanfaatkan alternatif-alternatif pilihan terhadap pasokan bahan baku. Berdasarkan pada informasi tersebut, kekuatan tawar menawar pemasok dapat dikatakan relatif rendah dikarenakan perusahaan memiliki berbagai alternatif pilihan kedepannya. Meskipun daya tawar menawar pemasok tetap terhadap perusahaan relatif rendah, perusahaan tetap berupaya menjalin hubungan yang baik antara keduanya. 6.1.2.3 Daya Tawar-Menawar Pembeli Pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang suatu sistem perniagaan. Pembeli merupakan saluran terakhir dari jalur distribusi produk yang menentukan permintaan di pasar. Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat jika pembeli terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Kekuatan tawar-menawar pembeli Prima Diet Catering dapat dikatakan relatif cukup kecil. Hal ini dikarenakan produk katering yang ditawarkan merupakan produk katering yang terdiferensiasi dari produk katering pada umumnya dengan tingkat penyelenggaraan katering kesehatan yang masih sangat sedikit. Produk katering kesehatan yang ditawarkan oleh Prima Diet Catering memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan pada tingkat kegemaran, tingkat alergi dan program kesehatan yang dijalankan dengan tetap memperhitungkan kebutuhan gizi yang terukur dan seimbang. Selain itu, ketersediaan jasa tenaga
ahli gizi dalam pelayanan produk katering kesehatan merupakan salah satu hal mendasar yang membedakan dengan pelayanan produk katering lainnya. Berdasarkan hal itu, atribut harga yang ditawarkan pun tergolong relatif tinggi. Namun, tingkat harga tersebut tidak menjadi faktor kendala utama bagi konsumen. Hal ini dikarenakan segmentasi konsumen dari Prima Diet Catering adalah konsumen menengah ke atas dan memiliki kepedulian akan kesehatan sebagai gaya hidup mereka. Keberadaan jasa boga kesehatan bagi konsumen tersebut dirasakan sangat bermanfaat karena mereka dapat tetap menikmati menu masakan yang lezat tanpa mengganggu program kesehatan yang dijalaninya. Jasa penyelenggaraan katering kesehatan yang ada saat ini masih sangat sedikit sehingga konsumen akan tetap berupaya menggunakan jasa katering kesehatan yang ada. Namun, Prima Diet Catering sebagai salah satu penyelenggara jasa katering kesehatan harus tetap memperhatikan pelayanan terhadap konsumennya. Hal ini dikarenakan jika konsumen memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan perusahaan, maka konsumen akan melakukan pertimbangan secara matang dengan tingkat biaya peralihan yang cukup besar jika harus berpindah kepada penyelenggaraan katering kesehatan lainnya. 6.1.2.4 Ancaman Produk Substitusi Produk subtitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang berbeda tetapi sifatnya dapat menggantikan apa yang dibuat dan dipasarkan oleh anggota industri serta dapat memenuhi kebutuhan yang sama. Keberadaan produk substitusi dapat membuat para konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan dalam memenuhi kebutuhannya. Produk substitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu produk utama jika keberadaan produk substitusi tersebut mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan permintaan dari produk utama. Berdasarkan hal tersebut, ancaman produk substitusi bagi katering diet dirasakan belum ada. Meskipun saat ini perkembangan produk obat-obatan dan berbagai produk kesehatan lainnya beredar secara luas di masyarakat, keberadaan produkproduk
tersebut
bukan
merupakan
ancaman
produk
substitusi
bagi
penyelenggaraan katering diet. Hal ini dikarenakan katering diet merupakan katering untuk pemenuhan kebutuhan makanan pokok harian yang disajikan dalam pencapaian tujuan kesehatan bagi para konsumennya, sedangkan
pemenuhan kebutuhan akan obat-obatan maupun produk kesehatan lainnya bersifat sebagai kebutuhan kesehatan penunjang yang tetap dikonsumsi tanpa harus mengurangi pemenuhan kebutuhan makanan pokok harian tersebut. 6.1.2.5 Persaingan Antara Anggota Industri Komponen lingkungan pesaing meliputi keseluruhan barang dan jasa maupun
perusahaan-perusahaan
yang
menghasilkan
produk
untuk
memperebutkan pasar yang sama. Tingkat persaingan yang dihadapi oleh Prima Diet Catering dalam ruang lingkup kegiatan penyelenggaraan jasa katering kesehatan masih relatif kecil. Hal ini juga diungkapkan oleh Gulardi (ahli nutrisi dan salah satu investor HealthFreaks) bahwa tingkat persaingan di bisnis ini tidak terlalu tinggi karena pasar yang diperebutkan terlalu luas untuk penyelenggaraan katering kesehatan dengan jumlah perusahaan yang sedikit di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, yaitu sebesar 4 perusahaan4. Meskipun tingkat persaingan yang dihadapi oleh Prima Diet Catering dalam penyelenggaraan katering kesehatan tidak sebesar persaingan pada penyelenggaraan jenis katering biasa, Prima Diet Catering juga harus tetap meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen-konsumennya dalam mempertahankan loyalitas sehingga diharapkan dapat menekan persaingan yang terjadi kedepannya. Adapun daftar perusahaan penyelenggaraan katering kesehatan dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Daftar Perusahaan Penyelenggaraan Katering Kesehatan No.
Nama Perusahaan
Tahun Berdiri
Lokasi Perusahaan
1
Prima Diet Catering
1999
DKI Jakarta
2
HealthFreaks
2006
DKI Jakarta
3
Mymeal Catering
2006
Tanggerang
4
White Lotus
2006
DKI Jakarta
Sumber : Internet
6.2
4
Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam
perusahaan serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan. 4
http://www.swa.co.id/swamajalah/artikellain/details.php [ 13 Juli 2009 ]
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering. Faktor-faktor internal yang dianalisis meliputi aspek manajemen dan SDM, pemasaran, keuangan, dan produksi. 6.2.1
Manajemen dan SDM Manajemen puncak Prima Diet Catering dilaksanakan oleh dua orang
pemilik perusahaan, yaitu dr. Peni M. Hartanto, MKM sebagai direktur utama operasional, dan dr. Mungki M. Hartanto sebagai direktur keuangan dan pengembangan bisnis. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemilik perusahaan terhadap kegiatan operasional penyelenggaraan katering turut melibatkan karyawan perusahaan pada masing-masing bagian, yaitu tenaga kerja di bidang manajemen (sekretaris dan manajer administrasi), tenaga kerja di bidang marketing (customer care), tenaga kerja di bidang produksi (tenaga kerja di bidang persiapan bahan baku, pengolahan, dan packaging), dan tenaga ahli gizi. Berdasarkan hal tersebut, pemilik perusahaan berupaya untuk dapat menciptakan iklim kerja yang bersifat akuntabilitas dalam kegiatan manajemen perusahaan. Akuntabilitas dimaksudkan pada hubungan kerja yang bersifat kekeluargaan dan kepercayaan antara manajemen puncak, manajemen madya, dan manajemen lini. Dalam hal ini, iklim kerja yang bersifat kekeluargaan terlihat pada hubungan yang terjalin baik diantara semua kalangan, sedangkan hubungan kerja yang bersifat kepercayaan dimaksudkan pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Kekuatan Prima Diet Catering dalam kegiatan manajemen perusahaan terdapat
pada
kecakapan
pemilik
dalam
menjalankan
kegiatan
usaha
penyelenggaraan katering kesehatan. Hal ini dikarenakan, pemilik perusahaan memiliki keahlian dalam bidang kesehatan dan gizi sehingga sangat mendukung dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan. Selain itu, keahlian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan juga ditunjang dengan pengalamannya yang cukup lama dalam mengelola Prima Diet Catering selama sembilan tahun. Penerapan standar operational procedure (SOP) yang dilakukan oleh Prima Diet Catering dalam kegiatan manajemen penyelenggaraan katering kesehatan juga merupakan suatu kekuatan bagi perusahaan. Penerapan SOP tersebut terlihat dari
adanya pemaparan job description yang tertulis dalam kegiatan operasional penyelenggaraan katering. Salah satu kelemahan dalam bidang manajemen yang dihadapi oleh Prima Diet Catering adalah kurangnya tenaga ahli gizi yang memiliki peran penting dalam menunjang kegiatan penyelenggaraan manajemen katering kesehatan. Tenaga ahli gizi yang dimiliki oleh Prima Diet Catering saat ini hanya berjumlah satu orang. Hal ini dirasakan kurang memadai terkait dengan tugas dan tanggung jawab tenaga gizi yang cukup berat sehingga dikhawatirkan dapat mempengaruhi pelaksanaan job description kedepannya. Oleh karena itu, Prima Diet Catering diharapkan dapat meningkatkan jumlah tenaga ahli gizinya sehingga dapat memudahkan pelaksanaan job description yang dibuat. 6.2.2
Pemasaran Aspek pemasaran perusahaan merupakan salah satu faktor yang penting
untuk dapat dianalisis. Analisis faktor pemasaran terkait dengan strategi bauran pemasaran, yaitu bauran produk, harga, promosi, dan distribusi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada Prima Diet Catering : 6.2.2.1 Bauran Produk Jenis dan karakteristik dari produk katering kesehatan Prima Diet Catering berpedoman pada konsep penyediaan makanan yang sehat, komposisi gizi yang seimbang, dan kalori yang terukur secara individu. Tingkat keamanan kesehatan terhadap suatu produk makanan juga menjadi hal yang sangat penting bagi Prima Diet Catering sehingga produk yang ditawarkan sudah benar-benar mendapatkan izin dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Konsumen Prima Diet Catering disebut pasien. Hal ini didasarkan pada kebutuhan setiap konsumen yang berbeda baik dari segi energi, nutrisi, kalori, faktor alergi, serta karakteristik akan selera dan bentuk penyajian yang berbeda pula. Berdasarkan pada karakteristik dan kebutuhan individu tersebut, Prima Diet Catering mengklasifikasikan produkproduk kateringnya sesuai dengan jenis program kesehatan yang ditawarkan kepada konsumen. Program katering kesehatan dari Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Daftar Program Katering Kesehatan Prima Diet Catering No.
Jenis Katering
1
Diet orang sakit
2
Profesional balance calory
3
Penurunan berat badan a. Weight management program b. Food combining c. South beach diet
4
Ibu hamil
5
Ibu menyusui
6
Anak 1-5 tahun
7
Anak 6-15 tahun
8
Vegetarian
9
Okinawa
10
Makrobiotik
Karakteristik Program yang dirancang berdasarkan pada kebutuhan gizi pasien (penderita) yang disesuaikan dengan keadaaan penyakitnya, dan data laboratorium pasien terakhir Program khusus bagi professional yang membutuhkan makanan dengan gizi seimbang namun tetap terukur kalorinya (600-800 kalori) sesuai dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas harian Program bagi pengaturan pola makan yang sehat dan berfungsi untuk menurunkan berat badan Program diet rendah kalori dan rendah lemak Program diet dengan tidak mempertemukan karbohidrat dan protein hewani pada saat bersamaan Program yang dirancang untuk penurunan berat badan yang optimal Program yang dirancang bagi ibu hamil baik keadaan sehat ataupun sakit Program bagi ibu menyusui agar memperoleh ASI dengan jumlah cukup dan berkualitas untuk bayinya tanpa disertai penambahan berat badan pada ibunya Program yang dirancang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak Program yang dirancang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak Program khusus bagi yang tidak mengkonsumsi hewani Program diet "anti oksidan" untuk mengurangi radikal bebas Program pencegahan penyakit kanker dan penunjang terapi kanker
Berdasarkan Tabel 28 dapat terlihat bahwa program-program kesehatan yang ditawarkan oleh Prima Diet Catering sangat beragam. Hal ini memberikan berbagai alternatif pilihan bagi konsumen-konsumen Prima Diet Catering untuk dapat memilih berdasarkan program kesehatan yang diinginkan. Prima Diet Catering juga merancang program-program dalam produk katering kesehatannya tidak terbatas pada golongan umur tertentu, akan tetapi Prima Diet Catering merancang program-program tersebut untuk dapat diikuti oleh seluruh anggota
keluarga. Hal ini dapat dilihat dari program kesehatan yang disediakan bagi anakanak dan berbagai program kesehatan lainnya yang dapat diikuti oleh anggota keluarga lain dalam pemenuhan kebutuhan makanan yang sehat. Produk-produk katering kesehatan dari Prima Diet Catering juga tidak terbatas pada kesepuluh program kesehatan yang ditawarkan. Prima Diet Catering juga menawarkan produk katering kesehatan dalam berbagai penyelenggaraan kegiatan melalui konsep healthy buffet. Hidangan healthy buffet dihidangkan berbeda dengan hidangan buffet pada umumnya. Penyajian produk makanan dihidangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan per porsi masakan terhadap kebutuhan nutrisi, jumlah energi (kalori), kandungan protein, karbohidrat, dan lemak. Di samping itu, Prima Diet Catering menempatkan pendampingan ahli gizi madya selama acara berlangsung. Produk Prima Diet Catering lainnya yang ditawarkan adalah healthy lunch box. Makanan ini disajikan dengan menggunakan box dengan memberikan label yang berisikan informasi porsi, kalori, dan kandungan gizi tiap menu makanan. Diet Corner Catering juga merupakan salah satu konsep produk yang ditawarkan oleh Prima Diet Catering dalam penyelenggaraan pesta pernikahan. Dalam hal ini, Prima Diet Catering melakukan hubungan mitra dengan beberapa perusahaan katering besar di DKI Jakarta untuk menyediakan gerai khusus makanan sehat. Program lain yang ditawarkan oleh Prima Diet Catering adalah Corporate Healthy Eating Program. Program ini didesain untuk kebutuhan suatu perusahaan terhadap kepentingan kesehatan karyawannya (pemberian kegiatan seminar kesehatan, pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan penyediaan makanan yang sehat dan berimbang).
6.2.2.2 Bauran Harga Harga merupakan unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan dan harga juga menunjukkan posisi dalam suatu persaingan. Penetapan harga yang ditetapkan oleh Prima Diet Catering terhadap berbagai produk kesehatan Prima Diet Catering khususnya dalam kesepuluh program kesehatan yang ditawarkan sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan atas dasar penggunaan konsep perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan
jumlah pendapatan yang diharapkan. Harga yang ditetapkan terbilang tinggi bagi kebutuhan suatu makanan harian. Tingginya harga produk katering kesehatan dikarenakan dalam penyelengaraannya dibutuhkan jasa tenaga ahli dalam memformulasikan menu hidangan yang dibuat dengan berbagai tingkat kebutuhan yang berbeda dalam hal nutrisi, kalori, karbohidrat, dan karakteristik akan kegemaran konsumen. Harga yang ditetapkan oleh Prima Diet Catering terhadap kebutuhan penyelenggaraan katering kesehatan tidak menjadi kendala utama bagi konsumen Prima Diet Catering. Hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan sesuai dengan pemenuhan kualitas dari suatu produk katering yang telah memiliki hak paten merk ”Prima Diet Catering” dibawah pengelolaan seorang dokter dan ahli gizi. Selain itu, segmentasi konsumen dari Prima Diet Catering adalah konsumen dengan pendapatan menengah keatas serta memiliki kepedulian terhadap kesehatan sebagai gaya hidup mereka. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka anggaran yang akan dikeluarkan terhadap peningkatan kualitas suatu kebutuhan barang dan jasa juga semakin tinggi. Adapun daftar harga dari program katering kesehatan yang ditawarkan oleh Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Daftar Harga Program Katering Kesehatan Prima Diet Catering No.
Program
1
Diet orang sakit
2
Profesional balance calory
3
Penurunan berat badan
Harga Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 500.000 Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 570.000
a. Weight management program
Harga paket per 20 hari a.1xmakan Rp 1.100.000
b. Food combining
Harga paket per 20 hari a.1xmakan Rp 1.100.000
c. South beach diet
Harga paket per 14 hari a.1xmakan Rp 770.000
4
Ibu hamil
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 570.000
5
Ibu menyusui
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 570.000
6
Anak 1-5 tahun
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 250.000
7
Anak 6-15 tahun
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 325.000
8
Vegetarian
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 500.000
9
Okinawa
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 650.000
10
Makrobiotik
Harga paket per 10 hari a.1xmakan Rp 650.000
6.2.2.3 Bauran Promosi Kegiatan promosi merupakan usaha komunikasi yang diterapkan untuk dapat memperkenalkan suatu produk khususnya kepada calon-calon konsumen baru dan juga mempengaruhi konsumen lama agar tetap menggunakan produknya. Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana yang
mendukung pencapaian target keberhasilan suatu perusahaan. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Prima Diet Catering dalam memperkenalkan kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan diantaranya melalui website perusahaan dan brosur-brosur pada beberapa kegiatan penyelenggaraan pameran dan seminar kesehatan. Secara keseluruhan pengenalan produk katering Prima Diet Catering lebih banyak dipengaruhi oleh promosi dari mulut ke mulut antar sesama dokter dan para konsumennya. Kegiatan promosi penyelenggaraan katering kesehatan Prima Diet Catering sangat ditunjang oleh berbagai peliputan media, baik media elektronik maupun media cetak yang turut memberikan pengaruh yang besar terhadap pengenalan penyelenggaraan katering kesehatan Prima Diet Catering. Semua peliputan tersebut merupakan tawaran sendiri dari media yang bersangkutan sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya dalam kegiatan promosi tersebut. Namun, Prima Diet Catering juga harus tetap berupaya untuk melakukan promosi secara intensif dengan tidak hanya tergantung pada tawaran peliputan media. Adapun daftar peliputan media yang dilakukan kepada Prima Diet Catering pada periode Tahun 2006-2008 dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Liputan Media Kegiatan Penyelenggaraan Prima Diet Catering No. 1
Tahun 2006
2
2007
3
2008
Kegiatan Liputan Media • Majalah Anggun Edisi April 2006 judul Cemilan bebas cholesterol • Koran suara pembaruan Edisi 3 Agustus 2006 tentang katering diet tak hanya untuk si sakit • Majalah Warta Ekonomi edisi September 2006 tentang ada cinta dalam sekotak makanan • Majalah Pesona edisi september 2006 tentang sukses dengan katering diet • Majalah Paras tentang ketika dokter berbisnis dengan katering diet • Tabloid kecantikan tentang usaha katering diet • RCTI acara nuansa siang tentang profil Prima Diet Catering • Koran Media Indonesia tentang katering diet • Tabloid Nova tentang katering khusus ibu hamil • Tabloid Cantiq tentang katering penyedia makanan sehat • Majalah Tempo tentang makanan sehat penyakit lewat • Majalah Nirmala tentang program special Prima Diet Catering • Majalah Parenting tentang diet sehat setelah melahirkan • Koran Warta Kota tentang makananmu harimaumu • Koran Media Indonesia tentang menu sehat di hari yang fitri • Global TV tentang pentingnya katering diet • Trans TV acara jelang siang tentang caering khusus bagi penderita sakit • Indosiar acara evion tentang menu untuk penurunan berat badan • Radio Delta FM Jakarta dalam acara healthy life style • TV One dengan tema berbagi cerita Prima Diet Catering • Trans TV dalam acara sisi lain
6.2.2.4 Bauran Distribusi Distribusi adalah kegiatan yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam
menyalurkan,
mengirimkan,
serta
menyampaikan
barang
yang
dipasarkannya kepada konsumen. Sistem distribusi katering di PDC dilakukan melalui sistem pendistribusian langsung kepada konsumen. Prima Diet Catering dalam menunjang kegiatan pemasarannya menyediakan jasa delivery services. Ketersediaan jasa ini menjadi sangat penting karena hampir sebagian besar konsumen menginginkan pengiriman dilakukan melalui delivery services. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai penyedia jasa katering sehat harian dengan tidak hanya sebatas pada pelayanan jasa penyediaan makanan tetapi juga pada pelayanan pengiriman. Adapun biaya delivery services ditetapkan berdasarkan wilayah pengirimannya.
Proses pendistribusian yang dilakukan oleh Prima Diet Catering secara umum sudah berjalan baik. Hal ini dikarenakan adanya pembagian tugas yang jelas setiap harinya yang dipimpin oleh koordinator tenaga delivery services. Koordinator bertanggung jawab dalam pembagian tugas kepada tenaga delivery services, yang berjumlah lima orang tenaga kerja tetap, berdasarkan wilayah pengiriman bagi konsumen. Perusahaan juga memiliki tenaga pengiriman lepas yang sewaktu-waktu dibutuhkan. Proses pendistribusian makanan dilakukan dengan menggunakan motor yang dilengkapi dengan box besi Prima Diet Catering yang dapat menampung 24 box makanan. Setiap harinya tenaga delivery services mendapatkan pergantian wilayah pengiriman yang sengaja dilakukan oleh koordinator delivery services. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar setiap tenaga delivery services mampu mengetahui semua rute wilayah pengiriman Prima Diet Catering. Hambatan yang sering terjadi dalam proses pendistribusian adalah terkait dengan jalanan yang macet dengan kondisi padat lalu-lintas di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya sehingga terkadang pesanan katering terlambat sampai kepada konsumen. Berdasarkan kondisi tersebut, Prima Diet Catering berupaya untuk meminimalisasi hambatan tersebut dengan memulai waktu pengiriman oleh tenaga delivery services dalam rentang waktu dua jam sebelum waktu makan. Pengiriman katering untuk makan siang dilakukan oleh tenaga delivery services pada pukul 10.00 WIB, sedangkan pengiriman makan malam dilakukan pada pukul 15.30 WIB. 6.2.3
Keuangan Perencanaan kebutuhan anggaran bagi suatu usaha tidak terlepas dari
tingkat permodalan yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat permodalan terkait dengan sumber permodalan perusahaan. Pada tahap awal pendiriannya, sumber permodalan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering merupakan modal sendiri pemilik perusahaan. Seiring dengan perjalanan usahanya, pemenuhan kebutuhan akan modal usaha yang lebih besar dirasakan penting oleh perusahaan sehingga pemilik pernah melakukan peminjaman modal kepada lembaga perbankan. Kegiatan pembayaran cicilan hutang tersebut sampai saat ini masih terus dilakukan. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi pemilik perusahaan dalam
kegiatan pengembangan usaha selanjutnya terkait dengan keterbatasan dalam pengalokasian modal. Namun, kegiatan proses penyelenggaraan katering kesehatan dapat tetap berjalan dengan baik karena adanya sistem pembayaran yang dilakukan di awal program oleh konsumen. Hal ini dapat menjadi kekuatan bagi Prima Diet Catering karena dapat menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan usaha katering kesehatan dengan tetap berupaya untuk meningkatkan permodalan baik dalam hal pembayaran hutang maupun kegiatan pengembangan bisnis selanjutnya. 6.2.4
Produksi Analisis kegiatan produksi atau operasi perusahaan Prima Diet Catering
terkait dengan serangkaian proses penyelenggaraan makanan. Adapun kegiatankegiatan yang akan dianalisis dalam proses penyelenggaraan makanan Prima Diet Catering adalah sebagai berikut: 6.2.4.1 Perencanaan Menu Menu-menu yang dibuat dalam penyelenggaraan katering Prima Diet Catering telah ditetapkan berdasarkan standar menu oleh direktur utama operasional, yaitu dr. Peni. M. Hartanto, MKM. Menu-menu yang ada disusun berdasarkan siklus menu 15 hari. Hal ini dilakukan oleh direktur utama dengan tujuan untuk menghindari kebosanan bagi konsumen, agar dalam satu bulan konsumen setidaknya hanya mengalami pengulangan menu sebanyak dua kali. Kegiatan penyelenggaraan katering juga tidak terlepas dari resep masakan yang digunakan. Resep masakan yang digunakan di Prima Diet Catering sudah menggunakan resep baku makanan, yaitu suatu formula yang menerangkan secara rinci mengenai jenis bahan, jenis bumbu, tata cara mengolah dan memasak suatu masakan sehingga diperoleh cita rasa yang diinginkan. Adanya standar baku terhadap menu makanan dan resep masakan tersebut merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering. Hal ini dikarenakan dengan adanya standar baku tersebut, perusahaan dapat mempertahankan cita rasa sebagai kunci utama dalam suatu penyelenggaraan makanan. Prima Diet Catering dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan akan sangat berbeda dengan jenis katering biasa. Salah satu hal yang membedakan
adalah menu makanan konsumen di Prima Diet Catering akan sangat diperhitungkan dengan jumlah porsi makanan yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi, serta karakteristik konsumen individu. Proses perencanaan menu tersebut sangat tergantung dari kegiatan pemesanan menu dan labelling (proses pembuatan label menu konsumen). a. Kegiatan pemesanan menu Kegiatan pemesanan adalah kegiatan awal dari rangkaian alur kerja yang ada dalam proses produksi dan operasi Prima Diet Catering. Setelah calon konsumen dijelaskan oleh bagian customer care tentang program-program yang ada di Prima Diet Catering dan mengisi form konsumen, bagian selanjutnya diserahkan kepada tenaga gizi yang akan menangani kebutuhan menu konsumen. Dalam hal ini, tenaga gizi harus sangat berhati-hati dalam menentukan menu makanan berdasarkan karakteristik dan penyakit konsumen. Pertama-tama, tenaga gizi harus menghitung dahulu kalori yang dibutuhkan konsumen tersebut. Misalnya, untuk konsumen yang menderita diabetes mellitus dan hipertensi, tenaga gizi harus menghitung kebutuhan energi total konsumen tersebut berdasarkan data yang ada di form konsumen, antara lain tinggi badan, berat badan, dan umur. Setelah diketahui kebutuhan energi totalnya, tenaga gizi juga harus melihat karakteristik konsumen, misalnya konsumen tidak suka ikan atau brokoli. Kemudian, tenaga gizi menentukan menu untuk konsumen berdasarkan siklus menu 15 hari yang sudah ada. Jika dalam siklus menu tersebut terdapat menu protein hewani ikan, maka tenaga gizi harus mencari menu pengganti atau alternatif karena konsumen tersebut tidak suka ikan. Selain itu, jika konsumen tersebut menderita hipertensi, maka tenaga gizi jangan sampai lupa untuk menuliskan istilah ”RG” (rendah garam) pada menu konsumen tersebut di form order. Tenaga gizi setiap hari juga harus membuat form order sebanyak dua buah, yaitu untuk makan siang, dan makan malam. Form order harus selesai dibuat maksimal pukul 15.00 untuk pemesanan keesokan harinya. Setelah selesai membuat form order, kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh tenaga gizi adalah melakukan pengetikan label. Pengetikan label juga harus dilakukan dengan teliti karena label tersebut akan ditempel di kardus makanan dan akan digunakan sebagai petunjuk dalam kegiatan packaging.
Berdasarkan rincian tugas bagian pemesanan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa pemesanan merupakan hal terpenting dalam rangkaian kegiatan selanjutnya. Jumlah tenaga gizi yang dimiliki oleh perusahaan saat ini hanya satu orang dan dirasakan kurang mencukupi. Hal ini dikarenakan jika terdapat kendala keterlambatan dalam kegiatan pemesanan menu dan labelling akan mempengaruhi kegiatan selanjutnya. 6.2.4.2 Pengadaan Bahan Baku Makanan Analisis kegiatan pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan perencanaan dan pembelian bahan baku makanan, penerimaan dan penyimpanan bahan baku makanan. Adapun rangkaian proses pengadaan bahan baku makanan adalah : a. Perencanaan bahan baku makanan Perencanaan bahan baku makanan adalah langkah yang harus dilakukan Prima Diet Catering setelah perencanaan menu. Penghitungan kebutuhan bahan baku makanan didasarkan pada resep baku masing-masing jenis masakan, dan porsi baku makanan untuk setiap konsumen. Penghitungan bahan makanan akan disesuaikan dengan rekapan menu konsumen dan siklus menu sehingga memudahkan dalam memperkirakan jumlah standar bahan baku yang dibutuhkan. Namun, setiap harinya penghitungan bahan baku tetap dilakukan terkait dengan adanya penambahan konsumen. Tenaga yang melakukan penghitungan kebutuhan bahan makanan adalah kepala masak Prima Diet Catering yang merupakan koordinator bagian produksi. b. Pembelian bahan baku Sistem pembelanjaan bahan baku makanan dilakukan sebagian besar melalui pemasok tetap dan pembelian langsung dari supermarket atau pasar tertentu terhadap kebutuhan bahan baku organik. Bahan baku yang disediakan oleh pemasok antara lain bahan baku makanan hewani seperti daging, ayam, dan ikan, bahan baku sayur-sayuran dan buah-buahan, dan pasokan beras. Pemesanan bahan baku makanan ke pemasok dilakukan melalui via telepon. Pemesanan bahan baku makanan pada umumnya dipesan setiap hari, khususnya bagi kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan segar. Kebutuhan bahan makanan hewani juga dipesan setiap hari, namun dengan tetap melihat persediaan bahan
baku hewani yang ada. Pasokan beras dilakukan setiap dua minggu sekali oleh Prima Diet Catering kepada pemasok dengan jumlah rata-rata pesanan sebesar 20 karung beras. Pengiriman bahan baku makanan diantar oleh pihak pemasok ke Prima Diet Catering. Sistem pembelanjaan yang dilakukan ini memberikan kemudahan
dalam
ketersediaan
bahan
baku
makanan
sehingga
proses
penyelenggaraan katering Prima Diet Catering dapat berjalan baik. c. Penerimaan bahan makanan Prosedur yang dilakukan Prima Diet Catering dalam proses penerimaan bahan baku makanan dilakukan dengan baik. Pada saat pemasok datang, bahan makanan yang dipesan dari pemasok akan dilihat apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Selanjutnya bahan baku makanan tersebut ditimbang untuk melihat apakah jumlahnya sesuai dengan pemesanan. Setelah proses penimbangan, jika terdapat kekurangan maka perusahaan akan melaporkannya pada pemasok, sehingga pemasok dapat mengirimkan kekurangannya. d. Penyimpanan bahan makanan Prosedur yang dilakukan Prima Diet Catering dalam proses penyimpanan bahan baku makanan dilakukan dengan baik dan sistematis. Penyimpanan bahan baku makanan sudah dibedakan berdasarkan bahan makanan kering dan bahan makanan basah. Bahan makanan kering yang baru diterima kemudian dimasukan ke dalam lemari penyimpanan. Bahan makanan basah seperti sayuran dan bahan makanan hewani langsung dimasukan ke dalam lemari pendingin (kulkas) dan lemari es (freezer). Sayuran disimpan di lemari pendingin (kulkas) dan bahan hewani disimpan di lemari es (freezer). Berdasarkan kondisi tersebut dapat terlihat bahwa bahan makanan sudah dipisahkan menurut jenisnya, dan bahan makanan yang sudah lama diletakan di sebelah atas atau bagian depan sehingga tidak ada stok bahan yang rusak karena terlalu lama disimpan. 6.2.4.3 Persiapan dan Pengolahan Bahan Makanan a. Persiapan bahan makanan Tahap awal persiapan bahan makanan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering merupakan salah satu tahap yang sangat penting karena menu makanan konsumen bermacam-macam sehingga bagian persiapan berperan penting untuk memperlancar tahap pengolahan atau pemasakan. Prima Diet Catering memiliki
ruangan khusus dalam persiapan bahan makanan, baik bahan makanan hewani maupun bahan makanan nabati. Tenaga kerja persiapan bahan makanan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering berjumlah empat orang dengan dua kali sistem pembagian kerja. Setiap dua orang yang bekerja mempunyai tugas masing-masing yaitu dalam persiapan bahan makanan nabati dan persiapan bahan makanan hewani. Tenaga persiapan yang bekerja malam hari melakukan persiapan bahan baku makanan untuk proses produksi pagi hari, sebaliknya tenaga persiapan pagi hari melakukan persiapan bahan baku makanan untu proses produksi siang hari. Berdasarkan kondisi tersebut, Prima Diet Catering telah menerapkan prosedur yang jelas dalam bagian persiapan sehingga sangat membantu dalam proses pengolahan bahan makanan selanjutnya. b. Pengolahan bahan makanan Pengolahan bahan makanan di Prima Diet Catering dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengolahan bagi kebutuhan katering kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari proses pengolahan yang dilakukan oleh tenaga pengolahan makanan. Makanan yang akan dimasak disesuaikan terlebih dahulu dengan rekapan menu. Bahan makanan yang sudah dipersiapkan selanjutnya dimasak berdasarkan karakteristik yang tercantum dalam rekapan menu tersebut. Pengolahan bahan makanan dilakukan dalam dua proses kerja, yaitu pengolahan untuk makan siang dan pengolahan untuk makan malam. Proses pengolahan bahan makanan diet pada dasarnya sama, hanya saja terdapat perbedaan pada bahan-bahan dasar makanan yang digunakan. Misalnya, garam dan gula yang digunakan adalah garam dan gula diet, tidak menggunakan santan tetapi diganti dengan susu low fat high calcium (susu cair), dan tidak diperbolehkan menggunakan MSG. Selain itu, teknik pengolahan yang dilakukan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan konsumen, misalnya untuk memasak nasi terdapat dua cara yaitu dengan cara menanak dan mengetim. Bahan-bahan makanan lainnya seperti sayuran, lauk pauk hewani, dan nabati diolah sesuai dengan cara pembuatannya yaitu dikukus, direbus, dipanggang, digoreng, ditumis, dan disetup. Tenaga pengolahan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering saat ini berjumlah tiga orang di bidang pengolahan bahan makanan, dan satu orang khusus memasak nasi.
6.2.4.4 Pengemasan Penyajian makanan untuk konsumen di Prima Diet Catering menggunakan cara pengemasan dalam box makanan (kardus) terkait dengan kepraktisan dalam pendistribusian makanan yang dikirim melalui sistem delivery services. Ruangan pengemasan tergabung dalam ruangan pengolahan dengan tujuan untuk memudahkan dalam kegiatan pengemasan langsung terhadap masakan yang matang. Hal ini dapat dilihat setelah masakan satu per satu selesai dimasak, tenaga pengolah dapat dengan segera meletakkan masakan di meja panjang yang ada di ruang pemasakan sehingga dapat langsung dikerjakan oleh tenaga kerja pengemasan. Jumlah tenaga kerja pengemasan yang dimiliki oleh Prima Diet Catering sebanyak dua orang. Koordinasi antara tenaga pengemasan dan tenaga pengolahan sangat penting untuk dilaksanakan dalam kegiatan pengemasan. Hal ini terkait dengan informasi masakan yang dimasak oleh tenaga pengolah terhadap tenaga pengemasan. Tenaga pengolah akan memberitahu kepada tenaga pengemasan terkait dengan karakteristik makanan yang telah dimasak, misalnya untuk diet normal, rendah garam, atau karakteristik lainnya. Koordinasi yang telah terjalin antara tenaga pengolahan dan tenaga pengemasan sudah baik sehingga tidak ada kesalahan dalam pengemasan makanan. Makanan yang masak tersebut dibungkus berdasarkan porsi makanan dengan kemasan plastik atau mika (disesuaikan dengan karakteristik masakan) yang sudah diberikan label. Makanan yang telah selesai dibungkus per porsi siap dimasukkan ke dalam kardus. Tugas ini selanjtnya dilakukan oleh tenaga gizi. Tenaga gizi akan memasukan makanan ke dalam kardus yang disesuaikan dengan menu yang ada di label kardus dan form order yang dipegang oleh tenaga gizi. Tenaga gizi akan memastikan bahwa makanan yang disajikan sesuai dengan pemesanan konsumen. Selanjutnya tenaga gizi akan menandatangani form control yang terdapat di atas kardus kemasan yang menandakan bahwa pemerikasaan oleh tenaga gizi telah dilakukan dan siap untuk dikirim. Jumlah tenaga gizi yang berjumlah satu orang dengan alokasi tugas yang cukup berat menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan mengingat peran dan tugas tenaga gizi yang sangat penting bagi kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan. Oleh karena itu, Prima
Diet Catering diharapkan dapat meningkatkan jumlah tenaga gizinya dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan secara optimal. Kelemahan lainnya yang dirasakan oleh pemilik perusahaan dalam bidang produksi adalah ruangan yang masih kurang memadai. Hal ini dikarenakan pesanan yang diterima oleh Prima Diet Catering tidak sebatas pada konsumen harian rumah tangga, tetapi perusahaan juga mendapatkan tambahan pesanan dari instansi rumah sakit dan juga perusahaan. Saat ini Prima Diet Catering bekerja sama dengan Rumah Sakt PMC dalam menyediakan kebutuhan pasiennya, dengan jumlah rata-rata perhari 30 orang. Prima Diet Catering juga menerima pesanan dari salah satu perusahaan BUMN untuk kebutuhan karyawannya pada hari senin dan kamis dengan jumlah 20 orang. Kegiatan proses produksi tersebut masih dapat dilaksanakan di lokasi usaha Prima Diet Catering. Akan tetapi pesanan yang diterima tidak hanya untuk kebutuhan harian saja, Prima Diet Catering juga sering mendapatkan pesanan untuk berbagai kegiatan dalam jumlah yang cukup besar. Dalam hal ini, pemilik perusahaan harus menggunakan rumah pribadinya guna melakukan proses produksi. 6.3
Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Eksternal dan Internal Faktor-faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan
ancaman serta kekuatan dan kelemahan perusahaan berasal dari identifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Identifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan akan digunakan untuk tahap formulasi strategi berikutnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal perusahaan, maka dapat diperoleh peluang dan ancaman (Tabel 31) serta kekuatan dan kelemahan perusahaan (Tabel 32).
Tabel 31. Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Prima Diet Catering Faktor Eksternal
Peluang •
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang
Lingkungan Makro
semakin membaik •
Peningkatan kualitas hidup sehat terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup
•
Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
•
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
•
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
•
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
•
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif
Lingkungan Industri
tinggi •
Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
Ancaman • Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat • Tingkat Inflasi Yang Fluktuatif
Tabel 32. Faktor-Faktor Lingkungan Internal Prima Diet Catering Faktor Internal Manajemen
Kekuatan • Keahlian utama dan pengalaman
Kelemahan • Kurangnya sumber
pemilik dalam kegiatan
daya manajemen
penyelenggaraan katering kesehatan
profesional (tenaga ahli gizi)
Pemasaran
• Program-program katering kesehatan
yang ditawarkan beragam • Pelayanan yang baik dalam
penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu • Prima Diet Catering dikenal dengan
baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak • Hak paten merk atas produk “Prima
Diet Catering” Keuangan dan Akuntansi
Produksi dan Operasi
• Sistem pembayaran konsumen
• Keterbatasan modal
dilakukan di awal program sehingga
dalam pengembangan
menunjang kelancaran kegiatan
usaha terkait dengan
penyelenggaraan katering kesehatan
pembayaran hutang
• Penerapan prosedur operasional secara
jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
• Ruangan produksi
yang kurang memadai
VII FORMULASI ALTERNATIF STRATEGI
7.1
Analisis Matriks EFE dan IFE Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kejadian dan perubahan lingkungan yang berada di luar perusahaan tetapi berdampak terhadap perkembangan perusahaan, sedangkan analisis lingkungan internal dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dalam area fungsional bisnis. Hasil identifikasi faktor eksternal dan internal yang telah didapat pada bab 6, dianalisis menggunakan matriks EFE dan IFE. Setelah faktor-faktor tersebut diidentifikasi kemudian dilakukan pemberian bobot dan peringkat (rating) untuk masing-masing faktor kunci, baik eksternal maupun internal. Bobot setiap faktor didapatkan dengan menggunakan metode paired comparison (matriks banding berpasangan) berdasarkan pengisian kuesioner oleh dua orang pemilik perusahaan yang mengetahui secara jelas kondisi eksternal dan internal perusahaan. Pemberian peringkat (rating) dilakukan setelah pemberian bobot pada masing-masing faktor.
7.1.1
Analisis Matriks EFE Identifikasi faktor-faktor eksternal mencakup peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis terhadap identifikasi faktor-faktor eksternal Prima Diet Catering, maka didapat 8 peluang dan 2 ancaman yang berasal dari lingkungan makro maupun lingkungan industri perusahaan. Setelah faktor-faktor peluang dan ancaman diidentifikasi, kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat guna mengetahui hasil akhir terhadap analisis matriks EFE. Adapun Hasil pembobotan dan pemberian peringkat terhadap matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Matriks EFE (External Factor Evaluation) Prima Diet Catering
Weight
Rating
Weighted Score
A. Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
0.122
2.5
0.306
B. Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup
0.122
3.5
0.428
C. Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
0.108
3.5
0.379
D. Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
0.125
3.0
0.375
E. Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
0.086
3.0
0.258
F. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
0.078
3.5
0.272
G. Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
0.089
4.0
0.356
H. Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
0.097
4.0
0.389
Key External Factors Peluang :
2.763
Ancaman : A. Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
0.078
4.0
0.311
B. Tingkat inflasi yang fluktuatif
0.094
3.0
0.283
Total
0.594 3.357
Berdasarkan hasil akhir analisis matriks EFE pada Tabel 33, dapat dijelaskan bahwa faktor peluang utama bagi Prima Diet Catering adalah faktor peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup dengan nilai tertimbang sebesar 0,428; sedangkan faktor ancaman utama bagi Prima Diet Catering adalah adanya kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat dengan nilai tertimbang sebesar 0,311. Hasil akhir analisis keseluruhan terhadap kedua faktor eksternal, peluang dan ancaman, maka didapatkan hasil total nilai bobot skor sebesar 3,357. Hasil ini menunjukkan bahwa Prima Diet Catering saat ini dapat merespon peluang dan ancaman dengan baik, dimana total nilai bobot skor peluang lebih besar yaitu 2,763 dibandingkan total nilai bobot skor untuk ancaman sebesar 0,594 sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan pengembangan usaha Prima Diet Catering dapat memanfaatkan peluang sebaik mungkin.
7.1.2
Analisis Matriks IFE Identifikasi faktor-faktor internal mencakup kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) yang mempengaruhi perkembangan perusahaan. Berdasarkan hasil analisis terhadap identifikasi faktor-faktor internal Prima Diet Catering, maka didapat 7 kekuatan dan 3 kelemahan yang berasal dari faktor manajemen dan SDM, pemasaran, keuangan, dan produksi. Setelah faktor-faktor kekuatan dan kelemahan diidentifikasi, kemudian dilakukan pembobotan dan pemberian peringkat guna mengetahui hasil akhir terhadap analisis matriks IFE. Adapun hasil pembobotan dan pemberian peringkat terhadap matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Prima Diet Catering
Weight
Rating
Weighted Score
A. Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
0.106
3.5
0.369
B. Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
0.072
4.0
0.289
C. Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu
0.128
4.0
0.511
D. Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak
0.100
3.5
0.350
E. Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
0.097
4.0
0.389
F. Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
0.106
4.0
0.422
G. Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
0.117
3.5
0.408
Key Internal Factors Kekuatan :
2.739
Kelemahan : a. Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
0.092
1.5
0.138
b. Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang
0.106
1.0
0.106
c. Ruangan produksi yang kurang memadai
0.078
1.0
0.078 0.321
Total
3.060
Berdasarkan hasil akhir analisis matriks IFE pada Tabel 34, dapat dijelaskan bahwa faktor kekuatan utama bagi Prima Diet Catering adalah faktor pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan dengan karakteristik kepentingan individu dengan nilai tertimbang sebesar 0,511; sedangkan faktor kelemahan utama bagi Prima Diet Catering adalah faktor kurangnya sumbar daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi) dengan nilai tertimbang sebesar 0,138. Hasil akhir analisis keseluruhan terhadap kedua faktor internal, kekuatan dan kelemahan, maka didapatkan hasil total nilai bobot skor adalah sebesar 3,060. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi internal Prima Diet Catering dapat dikatakan berada di atas rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhan. Adapun nilai bobot skor untuk faktor kekuatan lebih besar yaitu sebesar 2,739 dibandingkan nilai bobot skor faktor kelemahan sebesar 0,321 maka dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan pengembangan usahanya, Prima Diet Catering dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki guna mengatasi kelemahan yang ada.
7.2
Analisis Matriks IE Matriks IE menggunakan hasil analisis dari matriks EFE (External Factor
Evaluation) dan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Hasil analisis matriks EFE terhadap faktor kunci eksternal menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 3,357. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman dengan baik. Hasil analisis matriks IFE terhadap faktor kunci internal menghasilkan total nilai tertimbang sebesar 3,060. Total nilai tertimbang tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan berada pada level di atas rata-rata. Hasil total nilai tertimbang yang didapatkan melalui kedua matriks, yaitu matriks EFE dan matriks IFE kemudian dipetakan pada matriks IE (Internal-Eksternal) untuk mengetahui posisi perusahaan saat ini. Adapun posisi perusahaan berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 6.
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
Kuat 3,0 - 4,0 4,0
Rata-Rata 2,0 – 2,99 2,0
3,0
I
Tinggi 3,0 - 4,0
Lemah 1,0 – 1,99 1,0
II
III
EFE = 3,357 IFE = 3,060
3,0 Menengah 2,0 – 2,99
V IV Gambar 7. Matriks Internal Eksternal (IE)
VI
Sumber : David (2006) 2,0 Rendah 1,0 – 1,99
VII
VIII
IX
1,0 Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE) Prima Diet Catering
Berdasarkan hasil analisis matriks IE dapat diketahui bahwa Prima Diet Catering berada pada kuadran I. Kuadaran I menunjukkan posisi Prima Diet Catering yang bersifat tumbuh dan kembangkan. Berdasarkan posisi perusahaan tersebut, alternatif strategi yang tepat untuk digunakan adalah strategi intensif atau strategi integratif. Strategi intensif mencakup penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk, sedangkan strategi integratif mencakup integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Strategi penetrasi pasar merupakan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar yang ada untuk barang dan jasa yang ada saat ini melalui peningkatan usaha pemasaran.
Strategi
pengembangan
pasar
merupakan
strategi
untuk
memperkenalkan produk-produk yang sudah ada ke daerah pemasaran yang baru, sedangkan
strategi
pengembangan
produk
merupakan
strategi
untuk
meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau
jasa yang sudah ada. Strategi integrasi ke belakang merupakan strategi untuk mendapatkan kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer. Strategi integrasi ke depan merupakan tipe strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok (supplier), sedangkan strategi integrasi horizontal adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing.
7.3
Analisis Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk mencocokkan
antara sumber daya dan keterampilan internalnya dengan peluang dan ancaman yang diciptakan oleh faktor eksternal. Analisis matriks SWOT menggunakan hasil analisis yang didapatkan dari matriks EFE dan matriks IFE. Matriks EFE mengidentifikasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang mencakup peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE mengidentifikasi faktor-faktor internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan. Hasil analisis matriks SWOT pada Prima Diet Catering dapat dilihat pada Tabel 35.
Tabel 35. Matriks SWOT Prima Diet Catering 1.
2. 3.
4.
5. 6.
7.
1.
2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
1. 2.
Peluang (O) Kondisi pertumbuhan 1. perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degenarif di wilayah perkotaan 2. Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah Ancaman (T) Kecenderungan harga gas 1 elpiji yang semakin meningkat Tingkat inflasi yang fluktuatif
Kekuatan (S) Kelemahan (W) Keahlian utama dan pengalaman 1. Kurangnya sumber daya pemilik dalam penyelenggaraan manajemen profesional katering kesehatan (tenaga ahli gizi) Program-program katering kesehatan 2. Keterbatasan modal yang ditawarkan beragam dalam pengembangan Pelayanan yang baik dalam usaha terkait dengan penyediaan katering kesehatan pembayaran hutang berdasarkan karakteristik kepentingan 3. Ruangan produksi yang individu kurang memadai Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering” Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran program penyelenggaraan katering kesehatan Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi Pembukaan cabang baru untuk 1. Peningkatan sumber menjangkau target konsumen yang daya manusia lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan perusahaan di sekitanya bidang gizi guna ( S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, O1, O2, menunjang kegiatan O3, O4, O5, O6, O7, O8 ) operasional dan pengembangan usaha Meningkatkan upaya marketing terkait dengan upaya service secara intensif dengan fokus peningkatan konsumen pada market-market tertentu (fitnes baru dan spa) ( W1, O2, O3, O5 ) ( S2, S3, S4, S5, O2, O4, O5, O8 ) 2. Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha ( W2, W3, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8 )
Melakukan penyesuaian harga yang 1. Memperkuat kerja sama tepat dengan diiringi oleh peningkatan yang telah ada dan pelayanan guna memperkuat loyalitas memperluas kerja sama konsumen baru dengan pihak rumah ( SI, S2, S3, S4, S5, S6, S7, TI, T2 ) sakit dan perusahaan lain ( W2, T1, T2 )
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh beberapa alternatif strategi, yaitu strategi S-O (Strenghts-Opportunities), strategi W-O (WeaknessesOpprtinities), strategi S-T (Strengths-Threats), dan strategi W-T (WeaknessesThreats). Alternatif-alternatif strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1)
STRATEGI S-O Strategi SO adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan-kekuatan
perusahaan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan analisis mariks SWOT pada Prima Diet Catering dihasilkan dua alternatif strategi SO, yaitu: a. Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya Keterjangkauan akses lokasi usaha dalam menjangkau konsumenkonsumennya merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi Prima Diet Catering dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan. Hal ini terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan pokok sehat harian sehingga diperlukan pola pendistribusian yang tepat sesuai dengan kebutuhan waktu makan konsumen. Namun, kegiatan pendistribusian terkadang memiliki hambatan terkait dengan kondisi lalu lintas yang padat di wilayah DKI Jakarta sehingga memungkinkan adanya keterlambatan waktu pengiriman. Saat ini, wilayah pemasaran yang dimiliki oleh Prima Diet Catering dapat dikatakan luas khususnya dalam memenuhi kebutuhan konsumen harian di DKI Jakarta. Wilayah pemasaran bagi Prima Diet Catering tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan katering bagi konsumen yang tinggal di wilayah DKI Jakarta saja, tetapi juga berupaya dalam memenuhi kebutuhan katering bagi konsumen di wilayah sekitar DKI Jakarta seperti Tanggerang dan Bekasi. Namun, permintaan terhadap konsumen di luar wilayah DKI Jakarta tersebut belum dapat sepenuhnya terpenuhi terkait dengan pengalokasian waktu pendistribusian. Salah satu alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Prima Diet Catering adalah pembukaan cabang baru. Pembukaan cabang baru
bertujuan dalam menjangkau target-target konsumen baru dan konsumen lama, baik yang berada di dalam kawasan DKI Jakarta maupun di wilayah sekitar DKI Jakarta. Hal ini memungkinkan kegiatan pendistribusian dapat dilakukan dengan fokus terhadap target sasaran bagi Prima Diet Catering. Pembukaan cabang baru tersebut juga tidak hanya berfungsi dalam mengatasi permasalahan pengalokasian waktu pendistribusian, tetapi juga bermanfaat bagi Prima Diet Catering dalam mendekatkan kepada konsumennya melalui peningkatan pelayanan sebagai saranan dalam menunjang kegiatan pemasaran (outlet channel). Adapun kegiatan pelayanan tersebut diantaranya adalah pelayanan konsultasi terhadap kebutuhan katering diet sehingga keberadaan cabang tersebut benar-benar dirasakan manfaatnya bagi untuk Prima Diet Catering maupun konsumen. b. Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa) Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta merupakan salah satu potensi besar yang perlu diperhatikan oleh Prima Diet Catering dalam meningkatkan upaya marketing service terhadap pencapaian target konsumen yang lebih besar lagi. Dalam hal ini, Prima Diet Catering dapat memfokuskan diri terhadap market-market yang secara jelas memiliki kepedulian terhadap kebutuhan akan kebugaran dan kesehatan diri. Secara umum, segmentasi konsumen dari pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta adalah konsumen golongan menengah ke atas yang memanfaatkan sarana pusat-pusat kebugaran dan spa tidak sekadar pada prestige semata tetapi menjadikannya sebagai sarana dalam menunjang kebutuhan akan gaya hidup sehat mereka. Adanya kesesuaian terhadap pencapaian target konsumen tersebut dapat dimanfaatkan oleh Prima Diet Catering untuk dapat berupaya secara intensif dalam meningkatkan upaya promosi secara tepat. Kegiatan promosi dapat dilakukan diantaranya melalui hubungan kerja sama yang dapat dijalin oleh Prima Diet Catering dengan pengelola pusat-pusat kebugaran dan spa di DKI Jakarta.
2)
STRATEGI W-O Strategi WO adalah strategi yang berusaha untuk memperbaiki kelemahan
internal dengan mencoba memanfaatkan peluang eksternal sebaik mungkin. Berdasarkan hasil analisis SWOT terdapat dua alternatif strategi WO, yaitu: a. Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru Peningkatan jumlah tenaga ahli gizi sebagai sumber tenaga profesional sangat penting dalam menunjang kegiatan proses produksi dan operasi penyelenggaraan katering kesehatan. Jumlah tenaga ahli gizi yang dimiliki oleh Prima Diet Catering saat ini hanya satu orang. Hal ini dirasakan masih kurang memadai terkait dengan pengalokasian tugas yang dilakukan oleh tenaga ahli gizi yang cukup berat. Seiring dengan adanya kecenderungan peningkatan konsumen maka peningkatan jumlah tenaga ahli gizi juga sangat diperlukan khususnya dalam menunjang kegiatan pengembangan usaha Prima Diet Catering ke depannya. Dalam hal ini, peran tenaga ahli gizi tidak hanya terbatas dalam mendukung kegiatan operasional saja, tetapi juga sangat berperan terhadap kegiatan pemasaran perusahaan. b. Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha Pengalokasian sebagian anggaran yang dimiliki oleh Prima Diet Catering
terhadap
kewajiban
pembayaran
hutang
mengakibatkan
perusahaan memiliki sumber permodalan yang terbatas dalam menunjang kegiatan pengembangan usaha ke depannya secara cepat. Akan tetapi, berdasarkan pada potensi-potensi yang dimiliki oleh perusahaan terhadap berbagai
peluang-peluang
usaha
dalam
kegiatan
pengembangan
penyelenggaraan katering kesehatan menjadikan usaha ini sebagai usaha yang prospektif di masa depan. Adanya potensi pengembangan usaha yang prospektif tersebut dapat menjadi nilai daya tarik bagi para investor bisnis tertentu dalam membangun bisnis jasa boga. Salah satu langkah strategi yang perlu dilakukan oleh Prima Diet Catering adalah menawarkan suatu
business plan sebagai rancangan pengembangan usaha dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan. Perancangan bisnis menjadi suatu kekuatan bagi suatu perusahaan dalam menarik investor. Hal ini dikarenakan melalui perancangan bisnis tersebut, investor dapat secara jelas mengetahui ide bisnis secara tertulis serta gambaran keuntungan yang prospektif terhadap kegiatan bisnis yang ditawarkan sehingga dapat meyakinkan investor untuk dapat menginvestasikan modalnya bagi perusahaan. Dalam hal ini, Prima Diet Catering dapat memanfaatkan penawaran ide bisnis kepada investor terhadap kegiatan pengembangan usaha, diantaranya meliputi perluasan tempat usaha serta pengalokasian anggaran permodalan usaha yang lebih besar dalam mendukung kegiatankegiatan promosi bagi perusahaan maupun kegiatan pengembangan suatu produk. Prima Diet Catering dapat menawarkan kerja sama sepenuhnya kepada investor untuk dapat terlibat dalam kegiatan pengembangan usaha atau hanya sebatas pada kegiatan investasi modal usaha.
3)
STRATEGI S-T Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dihasilkan satu alternatif strategi ST, yaitu : a. Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat serta tingkat inflasi yang fluktuatif dapat menjadi suatu ancaman bagi perusahaan kedepannya. Hal ini dikarenakan salah satu dampak dari tingkat inflasi yang berfluktuasi turut mempengaruhi perkembangan akan harga-harga pada berbagai kelompok pengeluaran yang juga cenderung berfluktuasi diantaranya adalah kelompok pengeluaran untuk bahan baku makanan yang merupakan salah satu sumber kebutuhan input bagi kegiatan penyelenggaraan katering. Kondisi ini dapat mempengaruhi margin keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, Prima Diet Catering perlu melakukan strategi penyesuaian harga
terhadap faktor ancaman yang dihadapinya. Tingkat harga baru tersebut harus benar-benar memberikan margin keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, Prima Diet Catering harus mampu melakukan perhitungan secara tepat terhadap berbagai kebutuhan biaya operasional sebagai penetapan harga baru tersebut. Penetapan harga baru tersebut juga sebaiknya sudah mempertimbangkan tingkat sensitivitas perubahan harga yang terjadi selanjutnya, sehingga ketika sewaktu-waktu terdapat faktor ancaman yang sama maka Prima Diet Catering sudah mampu mengantisipasinya dengan harga baru tersebut. Adanya penetapan harga baru sebagai langkah strategi penyesuaian harga harus tetap diiringi dengan peningkatan pelayanan yang diberikan kepada konsumen Prima Diet Catering sebagai ciri khas bagi suatu perusahaan jasa. Pelayanan ini dimaksudkan guna memperkuat loyalitas konsumen agar tetap setia dalam melakukan pemesanan kepada perusahaan. Salah satu pelayanan yang dapat ditingkatkan diantaranya terkait dengan produk pelengkap dari tingkatan produk katering kesehatan yang ditawarkan. Hal ini dimaksudkan pada peningkatan manfaat yang diberikan sebagai pembeda dari produk utama yang dihasilkan oleh pesaing. Adapun tambahan manfaat tersebut adalah pemberian buletin kesehatan “Prima Diet Catering”. Buletin tersebut dapat berisikan rubrikrubrik kesehatan terkini yang terkait dengan penyelenggaraan katering kesehatan. Selain itu, buletin tersebut dapat berisikan informasi-informasi terbaru perusahaan, misalnya informasi mengenai waktu penawaran diskon, dan lain-lain. Media buletin tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh Prima Diet Catering guna memberikan kesempatan bagi konsumennya secara aktif untuk terlibat dalam kegiatan evaluasi perusahaan, misalnya dengan memberikan space kosong dalam buletin agar konsumen dapat mengutarakan pesan, kesan, kritikan, atau pertanyaan. Penambahan manfaat lainnya sebagai produk pelengkap bagi peningkatan pelayanan perusahaan adalah pengiriman kartu ucapan pada saat hari-hari raya, dan kegiatan besar lainnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang lebih emosional antara perusahaan dengan konsumen.
4)
STRATEGI W-T Strategi WT adalah strategi yang berusaha untuk mengurangi kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh satu alternatif strategi WT, yaitu : a. Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain Kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan yang dilakukan oleh Prima Diet Catering tidak sebatas pada pemenuhan kebutuhan bagi konsumen
perseorangan,
tetapi
juga
turut
menawarkan
program
penyediaaan katering kesehatan bagi institusi seperti rumah sakit maupun perusahaan. Saat ini, Prima Diet Catering telah melakukan kerja sama dengan salah satu pihak rumah sakit di DKI Jakarta, yaitu RS PMC serta salah satu perusahaan BUMN. Dalam hal ini, Prima Diet Catering perlu memperkuat hubungan kerja sama yang telah terjalin. Hal ini dikarenakan adanya hubungan kerja sama tersebut memberikan kepastian akan kontinuitas jumlah pesanan dalam waktu periode tertentu. Selain adanya penguatan kerja sama yang telah terjalin, Prima Diet Catering juga perlu melakukan perluasan kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain. Salah satu langkah strategi yang dapat diterapkan dalam hubungan kerja sama baru tersebut adalah adanya sistem kontrak kerja sama secara jelas diantaranya terkait dengan periode kerja sama, penetapan harga, dan sistem pembayaran. Penetapan harga dalam sistem kontrak kerja sama menjadi perhatian yang sangat penting. Prima Diet Catering
harus
mampu
menawarkan
harga
yang
tepat
dengan
mempertimbangkan faktor ancaman yang terjadi, misalnya terhadap kecenderungan harga gas yang meningkat dan tingkat inflasi yang berfluktuatif. Dalam hal ini, Prima Diet Catering juga dapat mengajukan penyesuaian harga yang berlaku pada saat kerja sama telah dijalankan yang didasarkan pada perjanjian kedua belah pihak. Sistem pembayaran dalam sistem kontrak kerja sama juga menjadi pertimbangan yang perlu diperhatikan. Dalam hal ini, Prima Diet Catering dapat mengajukan sistem
pembayaran di awal yang berguna terhadap kebutuhan modal kerja serta peningkatan modal bagi kegiatan pengembangan.
7.4
Penentuan Urutan Prioritas Strategi Menggunakan QSPM Alternatif-alternatif strategi yang telah didapatkan pada tahap pencocokan
yaitu matriks IE (Internal-Eksternal) dan matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) kemudian akan diprioritaskan menggunakan analisis QSPM. Analisis QSPM atau matriks perencanaan strategis kuantitatif digunakan untuk menentukan nilai daya tarik antara faktor-faktor yang terdapat pada kondisi eksternal dan internal terhadap alternatif-alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT. Pemilihan strategi dengan QSPM dilakukan oleh pemilik perusahaan Prima Diet Catering sebagai pengambil kebijakan perusahaan. Alternatif-alternatif strategi yang telah dihasilkan diperingkatkan sesuai dengan jumlah total nilai daya tarik atau sum total attractiveness score (STAS). Semakin tinggi STAS, menunjukkan
bahwa
strategi
tersebut
semakin
menarik
dengan
mempertimbangkan semua faktor sukses kunci eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategi. Adapun urutan prioritas yang dihasilkan oleh QSPM dapat dilihat pada Tabel 36.
Tabel 36. Prioritas Alternatif Strategi QSPM pada Prima Diet Catering Alternatif Strategi
Nilai STAS
Prioritas Strategi
Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitanya
6.676
IV
Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa)
6.748
III
Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru
6.853
II
Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha
6.653
V
6.622
VI
6.874
I
Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain
Berdasarkan hasil analisis dari QSPM, maka dapat diketahui prioritas dari alternatif-alternatif strategi. Adapun urutan prioritas dari alternatif-alternatif strategi tersebut adalah: (1) Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain, dengan nilai STAS sebesar 6,874; (2) Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru, dengan nilai STAS sebesar 6,853; (3) Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa), dengan nilai STAS sebesar 6,748; (4) Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitanya, dengan nilai STAS 6,676; (5) Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha, dengan nilai STAS sebesar 6,653; dan (6) Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen, dengan nilai STAS sebesar 6,622.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis
yang
telah
dilakukan
pada
usaha
penyelenggaraan katering kesehatan Prima Diet Catering, maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1)
Hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan menjelaskan bahwa Prima Diet Catering memiliki peluang dan ancaman terkait dengan kegiatan pengembangan usaha penyelenggaraan katering kesehatan. Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang bagi Prima Diet Catering adalah: (1) Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup, (2) Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah, (3) Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan, (4) Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta, (5) Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi, (6) Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik, dan (7) Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil. Faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman bagi Prima Diet Catering
adalah: (1) Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin
meningkat, dan (2) Tingkat inflasi yang fluktuatif. 2)
Hasil analisis lingkungan internal perusahaan menjelaskan bahwa Prima Diet Catering memiliki kekuatan dan kelemahan terkait dengan kegiatan pengembangan usaha penyelenggaraan katering kesehatan. Faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi Prima Diet Catering adalah: (1) Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu, (2) Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan, (3) Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi, (4) Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”, (5) Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan, (6) Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan
media elektronik dan media cetak, dan (7) Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam. Faktor-faktor strategis internal yang menjadi kelemahan bagi Prima Diet Catering adalah: (1) Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi), (2) Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang, dan (3) Ruangan produksi yang kurang memadai. 3)
Hasil analisis terhadap matriks IE, SWOT, dan QSPM menunjukkan bahwa alternatif-alternatif strategi pengembangan usaha bagi Prima Diet Catering adalah: (1) Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain, (2) Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru (3) Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa), (4) Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitanya, (5) Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha, dan (6) Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen.
8.2
Saran Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini bagi pihak
Prima Diet Catering dalam kegiatan pengembangan usahanya adalah : 1.
Prima Diet Catering diharapkan dapat melakukan perekrutan tenaga ahli gizi dalam mendukung peningkatan sumber tenaga profesional guna menunjang kegiatan operasional penyelenggaraan katering kesehatan.
2.
Prima Diet Catering diharapkan dapat menyusun rencana penjadwalan pembayaran hutang secara jelas dan terperinci agar permasalahan hutang tersebut dapat diselesaikan dengan segera. Dalam menunjang pencapaian target pembayaran hutang, Prima Diet Catering juga harus dapat
mengalokasikan anggaran yang dimiliki dengan mempertimbangkan pada tingkat prioritas kebutuhan pengeluaran perusahaan. 3.
Prima Diet Catering disarankan dapat meningkatkan hubungan kerja sama dengan sesama dokter sebagai salah satu calon investor bagi kegiatan pengembangan usaha Prima Diet Catering.
4.
Prima Diet Catering diharapkan dapat secara bertahap melakukan perluasan terhadap ruangan produksi bagi kegiatan pengolahan dan pengemasan guna mendukung peningkatan jumlah permintaan terhadap penyelenggaraan katering kesehatan.
5.
Bagi kegiatan penelitian selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian terkait dengan evaluasi kinerja organisasi terhadap implementasi strategi, serta penelitian terkait analisis sikap dan kepuasan konsumen individu yang dapat mempengaruhi proses pembelian ulang.
DAFTAR PUSTAKA Annisa L. 2008. Analisis strategi pengembangan usaha restoran Cibaru, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Asra EF. 2005. Analisis sikap dan kepuasan konsumen pada usaha jasa boga (studi kantin asrama putra dan putri TPB IPB) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006a. Hasil Pendaftaran Perusahaan (Perdagangan Besar dan Eceran, Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, Transportasi, Perdagangan, Komunikasi, Jasa Pariwisata). Sensus Ekonomi Indonesia 2006. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006b. Keadaan Pekerja di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007a. Keadaan Pekerja di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007b. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008a. DKI Jakarta dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008b. Keadaan Pekerja di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008c. Pendapatan Nasional Indonesia 2004-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008d. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Budiarto T. 1993. Dasar Pemasaran. Depok: Gunadarma.
David FR. 2005. Manajemen Strategis. Budi IS, penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2008a. Profil Kesehatan Republik Indonesia 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2008b. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan. Fitria H, Rani AK. 2009. Buku Pintar Berbisnis Katering. Jakarta: Transmedia. Fransiska L. 2008. Strategi pengembangan usaha restoran mie ayam Bangka Bintaro cabang Bintaro V, Kabupaten Tangerang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kinnear TC, Taylor JR. 1992. Riset Pemasaran. Ed ke-10. Jakarta: Erlangga. Lupiyoadi R, Hamdani A. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat. Novinka. 2006. Kajian manajemen persediaan perusahaan jasa boga maskapai penerbangan (inflight catering services) kasus PT Aerowisata Catering Service Jakarta, Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.IPB. Nusawanti TA. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti Pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.IPB. Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik. Maulana Agus, penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Strategic Management. Rahmawaty. 2004. Analisis manajemen mutu terpadu pada perusahaan katering penerbangan PT. Aerowisata Catering Service, Tangerang [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Riyadini W. 2006. Analisis strategi pemasaran usaha jasa boga katering pada PT. Kiki Puspa Dewi, Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siahaan PE. 2008. Analisis strategi pengembangan usaha restoran Rice Bowl [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wirakusumah ES et al. 1989. Manajemen Gizi Institusi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wisandhini Y. 2008. Strategi pengembangan usaha jamur tiram (Pleurotus Sp.) pada perusahaan jamur tegalwaru, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Widyatmini. 1996. Pengantar Bisnis. Depok: Gunadarma. Yuliati LN. 1996. Penyelenggaraan Makanan. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Zainal H. 1996. Perencanaan strategis katering perkawinan studi kasus katering PT X [tesis]. Depok: Program Pasca Sarjana Manajemen, Universitas Indonesia.
Lampiran 1 DOKUMENTASI
Proses Pengolahan Bahan Makanan
Proses Pengemasan Makanan
Proses Pengiriman Makanan
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN PENENTUAN BOBOT DAN PERINGKAT FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL DAN INTERNAL
Dalam rangka penelitian untuk penyusunan skripsi dengan judul
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Penyelenggaraan Jasa Boga Kesehatan Pada Prima Diet Catering, Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Jabatan
:
Dengan hormat saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara objektif. Saya berharap melalui kuesioner ini, dapat diperoleh data yang sangat berguna bagi kelancaran penelitian saya. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.
Peneliti: Rachmat H34052861
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
A. Kuesioner Pemberian Nilai Bobot terhadap Faktor Strategis Eksternal dan Internal Prima Diet Catering 1. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal (Peluang dan Ancaman) Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3 Nilai 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris pertama terhadap kolom pertama Faktor Strategis Eksternal
A
B C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
A B C D E F G H I J K L M N O P Total
Keterangan : Peluang A. B. C. D. E. F. G. H.
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
Ancaman I. Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat J. Tingkat inflasi yang fluktuatif
Total
2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3 Nilai 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Catatan : Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris pertama terhadap kolom pertama Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q Total
A
B C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
Total
Keterangan : Kekuatan A. Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam penyelenggaraan katering kesehatan B. Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam C. Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan konsumen D. Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak E. Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering” F. Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran program penyelenggaraan katering kesehatan G. Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
Kelemahan H. Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi) I. Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang J. Ruangan produksi yang kurang memadai
B. Kuesioner Pemberian Nilai Peringkat (Rating) terhadap Faktor Strategis Eksternal dan Internal Prima Diet Catering 1. Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal merupakan peluang atau ancaman yang berasal dari lingkungan luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor strategis eksternal tersebut terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh terdiri dari faktor ekonomi, sosial, politik dan kebijakan pemerintah, dan teknologi, sedangkan lingkungan industri terdiri dari ancaman masuknya pendatang baru, daya tawar pemasok, daya tawar pembeli, ancaman produk subtitusi, dan persaingan diantara perusahaan katering sejenis. Faktorfaktor tersebut dapat berupa peluang yang harus diambil perusahaan maupun ancaman yang harus dihindari.
Petunjuk Pengisian •
Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor eksternal tersebut dengan memberikan tanda X (silang) pada kolom yang tersedia
•
Penentuan nilai rating berdasarkan pada keterangan berikut: 1 = sangat rendah, jika respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, jika respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, jika respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = sangat tinggi, jika respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
Pemberian Rating terhadap Faktor Strategis Eksternal Perusahaan No
Faktor Strategis Eksternal
1
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
2 3 4
8
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
9
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
10
Tingkat inflasi yang fluktuatif
5 6 7
4
3
2
1
2. Pemberian Nilai Peringkat / Rating terhadap Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor internal mencakup aspek manajemen dan SDM, pemasaran, keuangan, dan produksi. Petunjuk Pengisian •
Tentukan nilai peringkat (rating) terhadap faktor-faktor internal tersebut dengan memberikan tanda X (silang) pada kolom yang tersedia
•
Penetuan nilai rating berdasarkan pada keterangan berikut di bawah ini: Nilai 4, jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan Nilai 3, jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil perusahaan Nilai 2, jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil perusahaan Nilai 1, jika faktor tersebut merupakan kelemahan utama perusahaan
Pemberian Rating terhadap Faktor Strategis Internal (Kekuatan) No
Faktor Strategis Internal
1
Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam penyelenggaraan katering kesehatan
2
Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
3
Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan konsumen Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
4 5 6
7
4
3
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran program penyelenggaraan katering kesehatan Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
Pemberian Rating terhadap Faktor Strategis Internal (Kelemahan) No
Faktor Strategis Internal
1
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
2
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang Ruangan produksi yang kurang memadai
3
1
2
LAMPIRAN 3 Hasil Pengisian Kuesioner Pembobotan Faktor Strategis Eksternal dan Internal Prima Diet Catering
1) Penghitungan Pembobotan Faktor Strategis Eksternal Prima Diet Catering a. Hasil penghitungan bobot eksternal pada masing-masing responden -
Responden I (dr. Peni M. Hartanto, MKM)
A
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
B
Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup
C
Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
D
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
E
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
F
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
G
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
H
Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
I
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif TOTAL
A
B
C D
E
F
G
H
I
J
Total
Rata-Rata
X
2
3
2
3
3
3
3
3
3
25
0.139
2
X
3
2
3
3
3
3
3
3
25
0.139
1
1
X 1
1
2
2
2
3
3
16
0.089
2
2
3
X
3
3
3
3
3
3
25
0.139
1
1
3
1
X
3
3
3
3
3
21
0.117
1
1
2
1
1
X
3
2
3
3
17
0.094
1
1
2
1
1
1
X
2
3
3
15
0.083
1
1
2
1
1
2
2
X
3
3
16
0.089
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
X 1
3 X
11 9 180
0.061 0.050 1.000
- Responden II (dr. Mungki M. Hartanto)
A
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
B
Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup
C
Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
D
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
E
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
F
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
G
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
H
Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
I
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif TOTAL
A
B
C D
E
F
G
H
I
J
Total
Rata-Rata
X
2
2
1
3
3
2
2
2
2
19
0.106
2
X
1
2
3
3
2
2
3
1
19
0.106
2
3
X 2
3
3
3
2
3
2
23
0.128
3
2
2
X
3
3
2
2
2
1
20
0.111
1
1
1
1
X
2
1
1
1
1
10
0.056
1
1
1
1
2
X
1
1
2
1
11
0.061
2
2
1
2
3
3
X
2
1
1
17
0.094
2
2
2
2
3
3
2
X
2
1
19
0.106
2 2
1 3
1 2
2 3
3 3
2 3
3 3
2 3
X 3
1 X
17 25 180
0.094 0.139 1.000
b. Hasil penghitungan bobot eksternal rata-rata
No
Faktor Strategis Eksternal
1
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
2
Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup
3
Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
4
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
5
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
6
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
7
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
8
Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
9
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
10
Tingkat inflasi yang fluktuatif TOTAL
Keterangan : Bobot 1 = Hasil bobot faktor strategis eksternal oleh dr. Peni M. Hartanto, MKM Bobot 2 = Hasil bobot faktor strategis eksternal oleh dr. Mungki M. Hartanto
Bobot 1
Bobot 2
Bobot Rata-Rata
0.139
0.106
0.122
0.139
0.106
0.122
0.089
0.128
0.108
0.139
0.111
0.125
0.117
0.056
0.086
0.094
0.061
0.078
0.083
0.094
0.089
0.089
0.106
0.097
0.061
0.094
0.078
0.050 1.000
0.139 1.000
0.094 1.000
2) Penghitungan Pembobotan Faktor Strategis Internal Prima Diet Catering a. Hasil penghitungan bobot internal pada masing-masing responden -
A B
Responden I (dr. Peni M. Hartanto, MKM) Faktor-Faktor Strategis Internal Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
X
3
2
2
3
3
1
3
2
3
1
X
1
1
1
1
1
1
1
1
2
3
X
2
3
3
1
3
2
3
2
3
2
X
3
3
1
3
2
3
D
Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak
E
Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
1
3
1
1
X
3
1
2
1
2
F
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
1
3
1
1
1
X
1
1
1
1
G
Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
3
3
3
3
3
3
X
3
3
3
H
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
1
3
1
1
2
3
1
X
1
2
I
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang
2
3
2
2
3
3
1
3
X
3
J
Ruangan produksi yang kurang memadai
1
3
1
1
2
3
1
2
1
X
C
TOTAL
Total
Rata-Rata
22
0.122
9
0.050
22
0.122
22
0.122
15
0.083
11
0.061
27
0.150
15
0.083
22
0.122
15
0.083
180
1.000
-
Responden II (dr. Mungki M. Hartanto)
Faktor-Faktor Strategis Internal Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan A penyelenggaraan katering kesehatan B Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan C karakteristik kepentingan individu Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media D elektronik dan media cetak E Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
J
Total
Rata-Rata
3
2
16
0.089
1
2
2
17
0.094
3
3
2
3
24
0.133
1
3
1
1
3
14
0.078
A
B
C
D
E
F
G
H
X
2
1
2
3
1
1
1
2
X
1
3
2
1
3
3
3
X
3
3
1
2
1
1
X
1
I
1
2
1
3
X
1
3
3
3
3
20
0.111
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga F menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
3
3
3
3
3
X
3
3
3
3
27
0.150
Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan G proses produksi dan operasi
3
1
1
1
1
1
X
1
3
3
15
0.083
3
3
1
3
1
1
3
X
1
2
18
0.100
1
2
2
3
1
1
1
3
X
2
16
0.089
2
2
1
1
1
1
1
2
2
X
13
0.072
180
1.000
H Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi) Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan I pembayaran hutang J Ruangan produksi yang kurang memadai TOTAL
b. Hasil penghitungan bobot internal rata-rata
No
Faktor Strategis Internal
1
Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
2
Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
3
Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan individu
4
Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak
5
Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
6
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan
7
Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
8
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
9
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang
10
Ruangan produksi yang kurang memadai TOTAL
Keterangan : Bobot 1 = Hasil bobot faktor strategis internal oleh dr. Peni M. Hartanto, MKM Bobot 2 = Hasil bobot faktor strategis internal oleh dr. Mungki M. Hartanto
Bobot 1
Bobot 2
Bobot Rata-Rata
0.122
0.089
0.106
0.050
0.094
0.072
0.122
0.133
0.128
0.122
0.078
0.100
0.083
0.111
0.097
0.061
0.150
0.106
0.150
0.083
0.117
0.083
0.100
0.092
0.122
0.089
0.106
0.083 1.000
0.072 1.000
0.078 1.000
LAMPIRAN 4 Hasil Pengisian Kuesioner Peringkat Faktor Strategis Eksternal dan Internal PDC
3) Hasil Penghitungan Peringkat Faktor Strategis Eksternal Prima Diet Catering a. Hasil penghitungan peringkat eksternal pada masing-masing responden - Responden I (dr. Peni M. Hartanto, MKM)
No
Faktor Strategis Eksternal
4
3
1
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
2 3
Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
4
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
v
5
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
v
6
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
v
7
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
v
8
Daya tawar-menawar pembeli relative rendah
v
9
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
v
10
Tingkat inflasi yang fluktuatif
v
2
1
v v v
- Responden II (dr. Mungki M. Hartanto)
No
Faktor Strategis Eksternal
4
3
1
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik
2
v
3
Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan
4
Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta
v
5
Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta
v
6
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil
v
7
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
v
8
Daya tawar-menawar pembeli relative rendah
v
9
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
v
10
Tingkat inflasi yang fluktuatif
2 v
v
v
1
b. Hasil penghitungan peringkat eksternal rata-rata
No
1 2 3 4 5 6
Faktor Strategis Eksternal
Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan
Rating
Rating
Rating
1
2
Rata-Rata
3,0
2,0
2,5
4,0
3,0
3,5
4,0
3,0
3,5
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
3,0
4,0
3,5
4,0
4,0
4,0
relatif kecil 7
Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi
8
Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
4,0
4,0
4,0
9
Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat
4,0
4,0
4,0
10
Tingkat inflasi yang fluktuatif
4,0
2,0
3,0
Keterangan : Rating 1 = Hasil rating faktor strategis eksternal oleh dr. Peni M. Hartanto, MKM Rating 2 = Hasil rating faktor strategis eksternal oleh dr. Mungki M. Hartanto
4) Penghitungan Peringkat Faktor Strategis Internal Prima Diet Catering a. Hasil penghitungan peringkat internal pada masing-masing responden - Responden I (dr. Peni M. Hartanto, MKM)
No 1
Faktor Strategis Internal Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan
4
3
2
1
v
katering kesehatan 2
Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
v
3
Pelayanan yang baik dalam penyediaaan katering kesehatan berdasarkan
v
karakteristik kepentingan individu 4
Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik
v
dan media cetak 5
Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
v
6
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang
v
kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan 7
Pelaksanaan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan
v
proses produksi dan operasi 8
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
9
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran
v v
hutang 10
Ruangan produksi yang kurang memadai
v
- Responden II (dr. Mungki M. Hartanto)
No 1
Faktor Strategis Internal
4
Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan penyelenggaraan
3
2
1
v
katering kesehatan 2
Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
v
3
Pelayanan yang baik dalam penyediaaan katering kesehatan berdasarkan
v
karakteristik kepentingan individu 4
Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik
v
dan media cetak 5
Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
v
6
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang
v
kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan 7
Pelaksanaan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan
v
proses produksi dan operasi 8
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
v
9
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran
v
hutang 10
Ruangan produksi yang kurang memadai
v
b. Hasil penghitungan peringkat internal rata-rata
No
Faktor Strategis Internal
Rating
Rating
Rating
1
2
Rata-Rata
4,0
3,0
3,5
1
Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam kegiatan
2
Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam
4,0
4,0
4,0
3
Pelayanan
4,0
4,0
4,0
4,0
3,0
3,5
penyelenggaraan katering kesehatan
yang
baik
dalam
penyediaaan
katering
kesehatan
berdasarkan karakteristik kepentingan individu 4
Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak
5
Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering”
4,0
4,0
4,0
6
Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga
4,0
4,0
4,0
4,0
3,0
3,5
menunjang kelancaran kegiatan penyelenggaraan katering kesehatan 7
Pelaksanaan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
8
Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi)
2,0
1,0
1,5
9
Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
pembayaran hutang 10
Ruangan produksi yang kurang memadai
Keterangan : Rating 1 = Hasil rating faktor strategis internal oleh dr. Peni M. Hartanto, MKM Rating 2 = Hasil rating faktor strategis internal oleh dr. Mungki M. Hartanto
LAMPIRAN 5 Hasil Pengisian Kuesioner QSPM FAKTOR KUNCI PELUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 ANCAMAN 1 2 KEKUATAN 1 2 3 4 5 6 7 KELEMAHAN 1 2 3
Responden I
BOBOT
STRATEGI 1 AS TAS
STRATEGI 2 AS TAS
STRATEGI 4 AS TAS
STRATEGI 5 AS TAS
STRATEGI 6 AS TAS
STRATEGI 7 AS TAS
0.122 0.122 0.108 0.125 0.086 0.078 0.089 0.097
4 4 4 3 4 3 3 3
0.488 0.488 0.432 0.375 0.344 0.234 0.267 0.291
4 4 2 4 4 1 4 3
0.488 0.488 0.216 0.500 0.344 0.078 0.356 0.291
3 4 4 3 4 3 4 3
0.366 0.488 0.432 0.375 0.344 0.234 0.356 0.291
4 4 4 3 3 3 4 3
0.488 0.488 0.432 0.375 0.258 0.234 0.356 0.291
3 4 4 3 4 2 4 4
0.366 0.488 0.432 0.375 0.344 0.156 0.356 0.388
3 4 4 3 3 2 4 4
0.366 0.488 0.432 0.375 0.258 0.156 0.356 0.388
0.078 0.094
2 2
0.156 0.188
2 4
0.156 0.376
3 3
0.234 0.282
2 4
0.156 0.376
3 3
0.234 0.282
2 3
0.156 0.282
0.106 0.072 0.128 0.100 0.097 0.106 0.117
4 3 4 4 4 4 4
0.424 0.216 0.512 0.400 0.388 0.424 0.468
3 4 4 4 4 4 2
0.318 0.288 0.512 0.400 0.388 0.424 0.234
4 4 4 3 3 4 4
0.424 0.288 0.512 0.300 0.291 0.424 0.468
3 4 3 4 3 4 3
0.318 0.288 0.384 0.400 0.291 0.424 0.351
3 4 4 4 3 3 3
0.318 0.288 0.512 0.400 0.291 0.318 0.351
4 4 4 4 3 4 4
0.424 0.288 0.512 0.400 0.291 0.424 0.468
0.092 0.106 0.078
3 3 4
0.276 0.318 0.312 7.001
4 4 2
0.368 0.424 0.156 6.805
4 3 3
0.368 0.318 0.234 7.029
3 4 4
0.276 0.424 0.312 6.922
2 4 2
0.184 0.424 0.156 6.663
3 4 2
0.276 0.424 0.156 6.920
FAKTOR KUNCI PELUANG 1 2 3 4 5 6 7 8 ANCAMAN 1 2 KEKUATAN 1 2 3 4 5 6 7 KELEMAHAN 1 2 3 STAS
Responden 2
BOBOT
STRATEGI 1 AS TAS
STRATEGI 2 AS TAS
STRATEGI 4 AS TAS
STRATEGI 5 AS TAS
STRATEGI 6 AS TAS
STRATEGI 7 AS TAS
0.122 0.122 0.108 0.125 0.086 0.078 0.089 0.097
3 4 4 3 3 2 2 3
0.366 0.488 0.432 0.375 0.258 0.156 0.178 0.291
4 4 3 3 4 1 4 3
0.488 0.488 0.324 0.375 0.344 0.078 0.356 0.291
3 4 4 3 3 3 3 3
0.366 0.488 0.432 0.375 0.258 0.234 0.267 0.291
4 3 2 4 2 2 3 3
0.488 0.366 0.216 0.500 0.172 0.156 0.267 0.291
3 4 4 3 4 2 4 3
0.366 0.488 0.432 0.375 0.344 0.156 0.356 0.291
4 4 4 3 3 2 4 3
0.488 0.488 0.432 0.375 0.258 0.156 0.356 0.291
0.078 0.094
2 2
0.156 0.188
2 4
0.156 0.376
3 3
0.234 0.282
2 4
0.156 0.376
2 3
0.156 0.282
2 3
0.156 0.282
0.106 0.072 0.128 0.100 0.097 0.106 0.117
3 3 4 3 3 4 4
0.318 0.216 0.512 0.300 0.291 0.424 0.468
3 4 4 4 3 4 2
0.318 0.288 0.512 0.400 0.291 0.424 0.234
4 3 4 3 3 3 4
0.424 0.216 0.512 0.300 0.291 0.318 0.468
3 3 3 4 3 4 3
0.318 0.216 0.384 0.400 0.291 0.424 0.351
3 4 4 4 3 3 3
0.318 0.288 0.512 0.400 0.291 0.318 0.351
4 4 4 4 3 4 3
0.424 0.288 0.512 0.400 0.291 0.424 0.351
0.092 0.106 0.078
3 4 3
0.276 0.424 0.234
4 4 2
0.368 0.424 0.156
4 3 3
0.368 0.318 0.234
3 4 4
0.276 0.424 0.312
3 4 2
0.276 0.424 0.156
3 4 2
0.276 0.424 0.156 6.351
6.351
6.691
6.676
6.384
6.58
6.828
Prioritas Alternatif Strategi QSPM Alternatif Strategi Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitanya Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa) Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain
Responden 1
Responden 2
STAS Rata-Rata
7.001
6.351
6.676
Prioritas Strategi IV
6.805
6.691
6.748
III
7.029
6.676
6.853
II
6.922
6.384
6.653
V
6.663
6.58
6.622
VI
6.920
6.828
6.874
I
Keterangan : Weight AS TAS STAS
= Bobot (didapat dari hasil analisis EFE dan IFE) = Attractiveness Score (Nilai Daya Tarik) = Total Attractiveness Score (Total Nilai Daya Tarik) = Sum Total Attractiveness Score (Jumlah Total Nilai Daya Tarik)
Faktor Kunci :
PELUANG
KEKUATAN
K. Kondisi pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta yang semakin membaik L. Peningkatan kualitas hidup terkait dengan peningkatan tingkat harapan hidup M. Perkembangan kasus penyakit degeneratif di wilayah perkotaan N. Peningkatan golongan pendapatan menengah ke atas DKI Jakarta O. Pertumbuhan pusat-pusat kebugaran dan spa di wilayah DKI Jakarta P. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan relatif kecil Q. Hambatan masuk pendatang baru pada perusahaan sejenis relatif tinggi R. Daya tawar-menawar pembeli relatif rendah
1. Keahlian utama dan pengalaman pemilik dalam penyelenggaraan katering kesehatan 2. Program-program katering kesehatan yang ditawarkan beragam 3. Pelayanan yang baik dalam penyediaan katering kesehatan berdasarkan karakteristik kepentingan konsumen 4. Prima Diet Catering dikenal dengan baik melalui peliputan media elektronik dan media cetak 5. Hak paten merk atas produk “Prima Diet Catering” 6. Sistem pembayaran konsumen dilakukan di awal program sehingga menunjang kelancaran program penyelenggaraan katering kesehatan 7. Penerapan prosedur operasional secara jelas dalam pelaksanaan kegiatan proses produksi dan operasi
ANCAMAN
KELEMAHAN
1. Kecenderungan harga gas elpiji yang semakin meningkat 2. Tingkat inflasi yang fluktuatif
1. Kurangnya sumber daya manajemen profesional (tenaga ahli gizi) 2. Keterbatasan modal dalam pengembangan usaha terkait dengan pembayaran hutang 3. Ruangan produksi yang kurang memadai
ALTERNATIF STRATEGI
1. Pembukaan cabang baru untuk menjangkau target konsumen yang lebih luas di wilayah DKI Jakarta dan sekitanya 2. Meningkatkan upaya marketing service secara intensif dengan fokus pada market-market tertentu (fitnes dan spa) 3. Peningkatan sumber daya manusia perusahaan di bidang gizi guna menunjang kegiatan operasional dan pengembangan usaha terkait dengan upaya peningkatan konsumen baru 4. Menawarkan kerja sama kepada investor dalam meningkatkan sumber permodalan bagi kegiatan pengembangan usaha 5. Melakukan penyesuaian harga yang tepat dengan diiringi oleh peningkatan pelayanan guna memperkuat loyalitas konsumen 6. Memperkuat kerja sama yang telah ada dan memperluas kerja sama baru dengan pihak rumah sakit dan perusahaan lain