Analisis Sektor Kunci
M. Rusmin Nuryadin, Lahir di ciamis 18 Mei 1970, lulus sarjana ekonomi pada tahun 1995 dari Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun 1999 melanjutkan studi magister di pascasarjana Universitas Hasanuddin Makasar pada jurusan Ekonomi Sumberdaya. Aktivitas sehari-hari selain merupakan dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat yang hingga saat ini masih menjabat sebagai ketua program studi Ekonomi Pembangunan sejak tahun 2009, aktif juga di berbagai kegiatan ilmiah kampus diantaranya di lembaga penelitian Unlam, Pusat Penelitian Kependudukan Unlam, dan inkubator bisnis Fakultas Ekonomi Unlam, sedangkan aktivitas ilmiah di luar kampus diantaranya peneliti Jawa Post Institute of Pro Outonomy (JPIP) Area Kalimantan Selatan, Koalisi Indonesia Untuk Kependudukan dan Pembangunan Kalimantan Selatan, Ikatan Ahli ekonomi Islam (IAEI) komisariat Unlam serta Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kalimantan Selatan.
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Syahrituah Siregar, lahir di Banjarmasin 3 Maret 1971, lulus sarjana ekonomi pada tahun 1996 dari Fakultas Ekonomi Univesrsitas Lambung Mangkurat Banjarmasin pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun 2000 melanjutkan studi Master of Economics di College of Business and Technology, Western Illinois University, USA. Sebagai dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat ia aktif mengajar terkait dengan bidang Makro dan Wilayah serta Perencanaan Ekonomi di berbagai program sarjana maupun pasca sarjana di lingkungan Unlam, hal ini juga tergambar dari berbagai riset yang dihasilkan yang telah dipublikasikan baik pada tingkat nasional maupun internasional, aktif juga di berbagai kegiatan asosiasi profesi seperti Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) komisariat Unlam, Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (Fordebi), serta berbagai forum lainnya.
Analisis Sektor Kunci
M. Handry Imansyah, lahir di Pekalongan 1 April 1960, lulus sarjana ekonomi pada tahun 1985 dari Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Tahun 1992 menamatkan studi Master in Agribisnis di Department of Agricultural Economics, Mississippi State University, USA, kemudian mengambil program doktor di Australia dan meraih gelar Ph.D in Economics di Department of Economics, The University of Queensland pada 3 Desember 2002. Selain aktif mengajar sebagai dosen tetap program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat ia juga telah mendedikasikan diri dalam pengembangan dunia ilmiah baik sebagai peneliti, konsultan dan aktivis asosiasi profesional keilmuan di tingkat nasional maupun internasional, minat penelitiannya terkait dengan permodelan ekonomi, ekonomi makro, keuangan, regional dan lingkungan, berbagai riset telah dihasilkan dan telah dipublikasikan baik secara oral maupun tulisan, saat ini sebagai anggota Forum Ekonom Daerah untuk Kementerian Keuangan sejak 2012 sampai saat ini.
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Analisis Sektor Kunci
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
IO – TOTAL OUTPUT MULTIPLIER
Analisis Sektor Kunci
IO – OUTPUT DISTRIBUTION : TAPIN DOMESTIC
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
IO – KEYSECTOR DIRECT
Analisis Sektor Kunci
IO EXPORT – NET TRADE
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
LAMPIRAN – LAMPIRAN IO – CHART PRIMARY INPUT
IO – DIRECT COEFFICIENT
Analisis Sektor Kunci DAFTAR PUSTAKA Chenery, B. Hollis, Clark, Paul G. Interindustry Economics, John Wiley & Sons, Inc., 1959. Jakarta (Studi Analisis Tabel Input Output Indonesia 1990), Makalah PPN Angkatan XXI, Jakarta, 1992. Monographis & Course No. 36, 1975. Parenta, Tadjuddin. Analisa Input-Output, Fakultas Ekonomi Unhas, 1992. R. O’connor and E.W. Henry. Input Output Analysis and Aplications, Griffis’s Statistical Saptastri, Edbiningtyas K. Dampak Beberapa Sektor Penting dalam Pembangunan Ekonomi DKI Sugeng. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Teori, Model Perencanaan dan Penerapannya, PAU-Ekonomi Universitas Indonesia, 1989. Supranto, J. Linear Programming, PP-FEUI, Jakarta, 1983. Thirwall, A.P. Grouwth And Development: With Special Reference to Developing Economies, Published by Macmilan Education Ltd., 1989. Thomas, V. Bulmer, Input Output Analysis In Developing Coutries, Sources, Methods and Application, John Wiley & Sons Ltd., 1982. Todaro, P. Michael. Development Planning: Models And Methods, Oxford University Press, 1971. Val A. Bendavid. Regional And Local Economies Analysis For Practioners, Praeger, New York, New And Expanded Edition, 1983. Vincent, Gasper. Analisa Kuantitatif Untuk Perencanaan, Penerbit Tarsito, Bandung, 1987.
viii
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
60
Analisis Sektor Kunci
Sektor IndustriAgro, Kimia, dll merupakan sektor yang paling unggul diantara sektor-sektor kunci lainnya. Lapangan-lapangan usaha yang termasuk dalam sektor ini beragam diantarnya adalah pengolahan komoditas-komoditas berbasis pertanian secara luas. Keberadaan perkebunan sawit dan industrinya, yang menjadi bagian dari industri agro, yang baru berdiri harus dikawal keberadaanya agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian lokal melalui keterkaitan input dan output di hulu dan hilir produksi. Hal ini dilakukan sembari terus mengembangkan jenis-jenis usaha usaha lainnya yang termasuk kategori sektor ini.
57
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
(1) Industri Agro, Kimia, dll; (2) Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; (3) Perdagangan; (4) Pertanian Padi; (5) Bangunan; dan (6) Perkebunan Karet. 5.2. Saran 1. Dalam mengembangkan perekonomian maka hendaknya pemerintah menempatkan sektor-sektor unggulan sebagai prioritas. 2. Sektor-sektor unggulan harus terus dikawal keberadaanya agar memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian lokal. Hal ini dkarenapan potensinya dalam membawa kemajuan ekonomi melalui keterkaitan input dan output di hulu dan hilir produksi. Hal ini dilakukan sembari terus mengembangkan jenis-jenis usaha usaha lainnya yang termasuk kategori sektor ini. 3. Untuk menjaga kestabilan pertumbuhan, pemerintah juga perlu menjaga perkembangan sektor-sektor dominan yang memiliki share tinggi dalam distribusi total output, seperti Pertambangan barubara dan Pertanian padi. Meskipun demikian sektorsektor unggulan yang disebut sebelumnya tetap menjadi prioritas untuk dapat mengimbangi dominasi sektor-sektor tradisional dan primer ini dalam menjamin keberlanjutan pembangunan Tapin sampai ke masa yang akan datang. 5.3. Implikasi Kebijakan Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai implikasi kebijakan, antara lain yaitu: Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor-sektor kunci dalam menggerakkan perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan, baik ditinjau dari sisi output, PDRB, pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja maka pengembangan sektor-sektor ini untuk masa mendatang perlu mendapat prioritas. Pemerintah Kabupaten Tapin diharapkan dapat mendorong kegiatan investasi dan mengatasi kendala yang disebabkan oleh minimnya fasilitas dan infrastruktur untuk pengembangan usaha ini. 56
Analisis Sektor Kunci
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan struktur distribusi input maupun ouput dalam perekonomian Kabupaten Tapin, jelas terlihat masih didominasi sektor tradisional dan primer yakni Pertanian Padi dan Pertambangan Batubara. Hal ini terimplikasi pada pentingnya peran kedua sektor ini dalam menciptakan nilai tambah produksi dam pertumbuhan yang ditandai dengan tingginya nilai elatisitas input-output. 2. Berdasarkan penciptaan input antara dan output antara, Industri Agro, Kimia, dll memiliki peran yang paling dominan. Hal ini terimplikasi pada pentingnya sektor ini dalam menentukan bergeraknya sektor-sektor perekonomian secara keseluruhan yang ditandai dengan tingginya nilai sektor ini dalam keterkaitan dan angka pengganda atau multiplier. 3. Kabupaten Tapin mengalami surplus dalam hal perdagangan. Berdasarkan struktur distribusi perdagangan, penciptaan surplus cenderung didominasi Pertambangan Batubara yang diikuti sektor Industri Agro, Kimia, dll serta beberapa sektor lainnya yang berada jauh dibawahnya adalah. Sektor-sektor ini berperan dalam menngembangkan perekonomian melalui perluasan pasar di luar wilayah perekonomian Tapin sendiri. 4. Sektor Industri Agro, Kimia, dll secara konsisten memiliki nilai tertinggi dalam keterkaitan output. Sektor unggulan berdasarkan indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan terdiri dari sektor:
55
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
54
Analisis Sektor Kunci
Dari hasil analisis sektor kunci perekonomian Tapin berdasarkan Tabel Input – Output dengan data tahun 2010 diatas maka dapat diketahui enam sektor kunci perekonomian, yaitu: (1) Industri Agro, Kimia, dll, (2) Restoran/Rumah Makan, (3) Pertanian Padi, (4) Bangunan, (5) Pertambangan Batubara, dan (6) Perkebunan Karet. Hal ini dapat memberi petunjuka agar keenam sektor tersebut menjadi prioritas pemerintah untuk dikembangkan karena setiap sektor tersebut secara simultan mempunyai keterkaitan, pengganda, dan respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir. Terkait dengan prinsip keberlanjutan pembangunan atau sustainability of develpment yang memperhatikan kelestarian dan keseimbangan lingkungan maka sektor Pertambangan Batubara dapat diabaikan. Oleh karena itu, sebagai dasar rujukan kebijakan pengembangan ekonomi maka pemerintah dapat menetapkan 5 (lima) sektor diatas sebagai sektor kunci pertumbuhan ekonomi Tapin, yakni : (1) Industri Agro, Kimia, dll, (2) Restoran/Rumah Makan, (3) Pertanian Padi, (4) Bangunan, dan (5) Perkebunan Karet.
53
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.9. Sektor Kunci Berdasarkan Rerata Peringkat Sektorsektor Perekonomian di Kabupaten Tapin 2010
52
Analisis Sektor Kunci
yang kurang dari satu, sektor-sektor tersebut dapat disebut kurang responsif dalam menyerap tenaga kerja dari adanya perubahan permintaan akhir. 4.6. Penetapan Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Berdagai kategori analisis input-output seperti analisis keterkaitan, dampak penyebaran, dan elastisitas input-output telah dibahas. Dalam menentukan sektor kunci dalam perekonomian dapat didasarkan pada salah satu alat analisis saja ataupun lebih dari satu.. Pemanfaatan lebih dari satu alat analisis ini dapat memudahkan pengambil kebijakan untuk menentukan pilihan yang lebih tepat sesuai dengan tujuan prioritas pembangunannnya. Dengan memahami karakteristik basis analisis setiap kategori tersebut akan dapat ditentukan sektor kunci atau unggulan yang paling sesuai sebagai rujukan. Dalam penelitian ini penentuan sektor kunci dilakukan dengan memperhitungkan semua jenis analisis. Dari semua teknik analisis yang digunakan telah ditunjukkan berbagai susunan peringkat sektor-sektor perekomian yang memiliki sedikit perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu secara teknis penulis menghitung rata-rata peringkat yang dimiliki setiap sektor sehingga menghasilkan susunan seperti dalam tabel 4.9.
51
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.8. Elastisitas dan Pengganda Tenaga Kerja Kabupaten Tapin2010 Rank Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Perdagangan, Hotel, Resto Pertambanan dan Penggalian Jasa lainnya Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Pengangkutan & Komunikasi Konstruksi Keuangan, Real Est, Jasa Psh
Elasticity
Type I
Type II
0.7935 0.5784 0.4136 0.2071 0.1483 0.1055 0.0916 0.0736 0.0442
1.12819 1.21816 1.50715 1.00975 3.14800 1.30994 1.11770 1.40200 2.68787
1.30083 1.40683 2.40441 1.93831 3.82888 1.79059 1.30450 1.71583 6.59452
Sumber : Olah data
Dalam tabel 4.8 ditampilkan angka elastisitas beserta pengganda lapangan kerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Tapin. Kondisi angka elastisitas lapangan kerja sektor-sektor ekonomi di Kabupten Tapin tahun 2010 berkisar dari yang tertinggi sebesar 0,7935 pada sektor Pertanian sampai dengan yang terendah 0,0442 pada sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Sektor Pertanian memiliki angka elastisitas tenaga kerja terbesar dibandingkan sektor-sektor lainnya dengan angka sebesar 0,7935. Sektor Pertanian merupakan agregasi dari 7 (tujuh) sektor yang terdiri dari Pertanian Padi, Pertanian Lainnya, Perkebunan Karet, Tanaman Perkebunan Lainnya, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan. Setiap terjadi tambahan final demand di sektor Pertanian sebesar satu persen akan menambah jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 0,7935 persen. Nilai elastisitas tenaga kerja tertinggi kedua ditempati sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang merupakan aregasi dari 3 (tiga) sektor yang terdiri dari Perdagangan, Jasa Akomodasi, dan Restoran/ Rumah Makan. Sementara itu sektor Pertambangan yang didalamnya terdiri dari Pertambangan Batubara dan Pertambangan Lainnya menempati posisi ketiga. Industri Pengolahan yang terdiri dari sektor Industri Agro, Kimia, dll serta Industri Logam dan Elektronika hanya menempati urutan keempat. Dengan nilai elastisitas 50
Analisis Sektor Kunci 19 Angkutan Sungai
0.50438
0.7454
1.24982
11
0.03354
0.0513
0.08483
23
0.01409
0.0156
0.02972
25
0.22840
0.2090
0.43737
20
4.05331
2.7244
6.77767
3
0.23055
0.3983
0.62883
15
0.36681
0.5268
0.89366
14
20 Jasa Penunjang A dan P 21 Komunikasi 22 Lemb. keuangan, Sewa, dst 23 Jasa Pemerintahan dan Pert 24 Jasa Hiburan dan Rekreasi 25 Jasa Kemasy dan Perorangan Sumber : Olah data
Hasil penjumlahan kedua indeks penormalan dari angka elastitas tersebut menghasilkan peringkat sektor-sektor dalam perekonomian. Peringkat unggulan ditempati oleh sektor Pertambangan Batubara sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Pertambangan Batubara; 2. Pertanian Padi; 3. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 4. Industri Agro, Kimia, dll; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7. Perkebunan Karet; 8. Listrik; 9. Peternakan; dan 10. Perdagangan. 4.5.3. Elastisitas Tenaga Kerja Elastisitas tenaga kerja menunjukkan besarnya persentase perubahan jumlah tenaga kerja dalam perekonomian sebagai akibat adanya persentase perubahan pada permintaan akhir di suatu sektor. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka untuk mengukur elastisitas tenaga kerja digunakan model agregasi dengan klasifikasi berjumlah 9 sektor ekonomi.
49
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.7. Nilai Hasil Penormalan Angka Multiplier Sektorsektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010 N0 Sektor
Indeks Normal Elastisitas Output
Indeks Normal Elastisitas Pendapatan Total
Ranking
1
Pertanian Padi
4.62036
4.1494
8.76973
2
2
Pertanian Lainnya
0.07415
0.0820
0.15614
21
3
Perkebunan Karet
0.87094
0.7981
1.66904
7
4
Tanaman Perkebunan Lainnya
0.01444
0.0189
0.03331
24
5
Peternakan
0.70788
0.6952
1.40311
9
6
Kehutanan
0.25093
0.2467
0.49764
17
7
Perikanan
0.53542
0.5023
1.03777
13
8
Pertambangan 4.78432
4.2882
9.07253
1
0.05052
0.0624
0.11294
22
2.26128
3.1158
5.37708
4
0.20377
0.2543
0.45812
19
12 Listrik
0.53101
0.8882
1.41923
8
13 Air minum
0.25752
0.3570
0.61447
16
14 Bangunan
1.48207
1.6242
3.10628
6
15 Perdagangan
0.69721
0.6196
1.31683
10
16 Jasa Akomodasi
0.17962
0.2837
0.46330
18
1.56857
1.7168
3.28533
5
0.47891
0.6263
1.10526
12
Batubara 9
Pertambangan Lainnya
10 Industri Agro, Kimia, dll 11 Industri Logam, elektronika
17 Restoran/Rumah Makan 18 Angkutan Jalan
48
Analisis Sektor Kunci
Sebagaimana dalam hal pemeringkatan sektor-sektor dalam angka pengganda maka agar dapat membandingkan kekuatan antar kedua angka elastisitas tersebut diatas kedalam berbagai sektor ekonomi maka diadakan penormalan. Dalam hal ini yang dilakukan adalah membagi masing-masing angka elastisitas baik pada elastisitas output maupun pendapatan dengan angka rata-ratanya. Hasil yang didapatkan adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.7.
47
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
4.5.2. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan menunjukkan besarnya persentase perubahan dalam pendapatan sebagai akibat adanya persentase perubahan pada permintaan akhir dari suatu sektor. Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tersebar dari yang tertinggi sebesar 0,02649 pada sektor Pertambangan Batubara sampai dengan yang terendah sebesar 0,0010 pada sektor komunikasi. Adapun 10 (sepuluh) sektor yang memiliki angka elastisitas terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Pertambangan Batubara; 2. Pertanian Padi; 3. Industri Agro, Kimia, dll; 4. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7. Listrik; 8. Perkebunan Karet; 9. Angkutan Sungai; dan 10. Peternakan. Elastisitas pendapatan tertinggi ditempati oleh sektor Pertambangan Batubara dengan nilai elastisitas sebesar 0,02649. Dengan nilai elastisitas sebesar ini berarti setiap terjadi kenaikan permintaan akhir di sektor Pertambangan Batubara sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan berupa gaji dan upah diberbagai sektor dalam perekonomian sebesar 0,02649 persen. Nilai elastisitas pendapatan ini dapat dikatakan tidak terlalu tinggi. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa sektor ini relatif memiliki kepekaan pengaruh yang lebih besar bagi perubahan pendapatan dalam perekonomian setiap terjadi perubahan dalam permintaan akhir sektor tersebut. Pada sisi yang lain IndustriAgro, Kimia, dll memiliki elastisitas pendapatan sebesar 0,1925 dan berada pada urutan ketiga terbesar. Angka elastisitas sebesar 0,1925 ini berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor Industri Agro, Kimia, dll sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan dalam perekonomian sebesar 0,1925 persen. Dari semua sektor yang berjumlah 25 tersebut kesemuanya memiliki angka elastisitas yang kurang dari satu baik elastisitas output maupun pendapatan. Oleh karena itu, secara umum seluruh sektor yang ada tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya dimana bersifat kurang responsif dalam mempenagaruhi tingkat pendapatan. 46
Analisis Sektor Kunci Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan Ranking Sumber : Olah data
4.5.1.
Elastisitas Output Elastisitas output menunjukkkan besarnya persentase perubahan dalam total output sebagai akibat adanya persentase perubahan pada permintaan akhir dari suatu sektor. Seperti nampak pada tabel 4.6 besaran angka elastisitas output dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 0.3075 pada sektor Pertambangan Batubara sampai dengan yang terendah sebesar 0,0009 pada sektor Komunikasi. Berdasarkan tabel 4.6 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki angka elastisitas terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Pertambangan Batubara; 2. Pertanian Padi; 3. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 4. Industri Agro, Kimia, dll; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7. Perkebunan Karet; 8. Peternakan; 9. Perdagangan; dan 10. Perikanan. Pada perekonomian Tapin, elastisitas output tertinggi ditempati oleh sektor Pertambangan Batubara dengan nilai elastisitas sebesar 0,3075. Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor Pertambangan Batubara sebesar satu persen akan meningkatkan output perekonomian sebesar 0,3075 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa perekonomian mempunyai kepekaan yang besar terhadap perubahan permintaan akhir di sektor Pertambangan Batubara atau lebih sensitif pengaruhnya terhadap perubahan output perekonomian. Hal ini dapat difahami karena Pertambangan Batubara serta Pertanian Padi dan Jasa Pemerintahan memiliki share yang besar dalam penciptaan output produksi. Industri Industri Agro, Kimia, dll, menempati kedudukan pada ranking ke 4 dengan elastisitas output sebesar 0,1453.Dengan demikian meskipun sektor IndustriAgro, Kimia, dll memiliki koefisien keterkaian dan pengganda tertinggi namun memiliki kepekaan yang lebih rendah atau relatif kurang responsif dibanding sektor-sektor Pertambangan Batubara, Pertanian Padi, dan Jasa Pemerintahan dan Pertahanan dikarenakan sharenya relatif lebih rendah..
45
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.6. Elastisitas Output dan Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010 No
Sektor
ELASTISITAS OUTPUT
(2) 0.2970
(2) 0.2564
Pertanian Lainnya
0.0048
0.0051
3
Perkebunan Karet
(7) 0.0560
(8) 0.0493
4
Tanaman Perkebunan Lainnya
0.0009
0.0012
5
Peternakan
(8) 0.0455
(10) 0.0430
6
Kehutanan
0.0161
0.0152
7
Perikanan
(10) 0.0344
0.0310
8
Pertambangan Batubara
(1) 0.3075
(1) 0.2649
9
Pertambangan Lainnya
0.0032
0.0039
(4) 0.1453
(3) 0.1925
11 Industri Logam, elektronika
0.0131
0.0157
12 Listrik
0.0341
(7) 0.0549
13 Air minum
0.0166
0.0221
14 Bangunan
(6) 0.0953
(6) 0.1003
15 Perdagangan
(9) 0.0448
0.0383
0.0115
0.0175
(5) 0.1008
(5) 0.1061
18 Angkutan Jalan
0.0308
0.0387
19 Angkutan Sungai
0.0324
(9) 0.0461
20 Jasa Penunjang A dan P
0.0022
0.0032
21 Komunikasi
0.0009
0.0010
22 Lemb. keuangan, Sewa, dst
0.0147
0.0129
23 Jasa Pemerintahan dan Pert
(3) 0.2605
(4) 0.1683
24 Jasa Hiburan dan Rekreasi
0.0148
0.0246
25 Jasa Kemasy dan Perorangan
0.0236
0.0325
1
Pertanian Padi
2
10 Industri Agro, Kimia, dll
16 Jasa Akomodasi 17 Restoran/Rumah Makan
44
PENDAPATAN
Analisis Sektor Kunci
keterkaitan langsung dan tidak langsung serta ditambah induced effect berupa peranan sektor rumah tangga. 4.5. Analisis Elastisitas Elastisitas input-output merupakan pendekatan lainnya untuk menentukan sektor kunci dalam perekonomian selain metode keterkaitan dan multiplier. Dengan metode ini dapat diperhitungkan peranan share suatu sektor dalam output ekonomi. Pendekatan elastisitas input-output dibagi kedalam tiga kategori yaitu elastisitas output, pendapatan dan tenaga kerja.
43
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Besaran angka pengganda tenaga kerja tipe I dari ke 9 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 3,1480 pada sektor Industri Pengolahan sampai dengan yang terendah sebear 1,0097 oleh sektor Jasa Lainnya. Berdasarkan tabel 5.6, secara berurutan mulai dari sektor yang memiliki koefisien terbesar adalah 1. Industri Pengolahan; 2. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan; 3. Pertambangan dan Penggalian; 4. Konstruksi; 5. Listrik, Gas, dan Air; 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 7. Pertanian; 8. Pengangkutan dan Komunikasi; dan 9. Jasa Lainnya. Sektor yang memiliki angka pengganda tenaga kerja tipe I terbesar adalah Industri Pengolahan, yakni sebesar 3,1480. Ini berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Industri Pengolahan ke dalam permintaan akhir dengan jumlah sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan lapangan kerja sebanyak 3,15 orang yang terjadi dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung yang meliputi seluruh sektor yang diakibatkan hubungan transaksi antar sektor. Berbeda dengan tipe I, dalam hal besaran angka pengganda tenaga kerja tipe II urutan ranking tertinggi sebesar 6,5945 pada sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan. Ranking terendah sebesar 1,3008 pada sektor Pertanian. Berdasarkan tabel 5.7, 10 secara berurutan dari sektor yang memiliki koefisien terbesar adalah 1. Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan; 2. Industri Pengolahan; 3. Pertambangan dan Penggalian; 4. Jasa Lainnya; 5. Listrik, Gas, dan Air; 6. Konstruksi; 7. Perdagangan, Hotel, dan Restoran; 8. Pengangkutan dan Komunikasi; dan 9. Pertanian. Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan memiliki angka pengganda pendapatan tipe II terbesar, yakni 6,5945 yang berarti jika terjadi pertambahan permintaan output akhir di sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan dengan jumlah sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan pekerja sebesar 6,60 orang yang terjadi dalam kegiatan sektor-sektor ekonomi baik dalam
42
Analisis Sektor Kunci
Hasil penjumlahan kedua indeks penormalan dari angka multiplier tersebut menghasilkan peringkat sektor-sektor dalam perekonomian. Peringkat unggulan kembali ditempati oleh sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan; 3. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 4. Bangunan; 5. Perkebunan Karet; 6. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 7. Perdagangan; 8. Pertambangan Batubara; 9. Listrik; dan 10. Pertanian Padi. 4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja Pengganda tenaga kerja menunjukkan besarnya perubahan jumlah tenaga kerja dalam perekonomian sebagai akibat adanya perubahan pada permintaan akhir di suatu sektor. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka untuk mengukur elastisitas tenaga kerja digunakan model agregasi dengan klasifikasi berjumlah 9 sektor ekonomi. Tabel 4.5. Elastisitas dan Pengganda Tenaga Kerja Kabupaten Tapin2010 Rank Sektor
Elasticity
Type I
Type II
1 2
Pertanian Perdagangan, Hotel, Resto
0.7935 0.5784
1.12819 1.21816
1.30083 1.40683
3
Pertambanan dan Penggalian
0.4136
1.50715
2.40441
4
Jasa lainnya
0.2071
1.00975
1.93831
5
Industri Pengolahan Listrik,
0.1483
3.14800
3.82888
6
0.1055
1.30994
1.79059
7
Gas, dan Air Pengangkutan & Komunikasi Konstruksi
0.0916
1.11770
1.30450
8
Keuangan, Real Est, Jasa Psh
0.0736
1.40200
1.71583
0.0442
2.68787
6.59452
9 Sumber : Olah data
Pengganda tenaga kerja, dengan kata lain menunjukkan jumlah lapangan kerja yang dapat tercipta sebagai akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir di suatu sektor. Pada tabel 4.5 selain angka pengganda pendapatan tipe I dan tipe II juga ditampilkan elastisitasnya di Kabupaten Tapin tahun 2010. 41
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.4. Nilai Hasil Penormalan Angka Multiplier Sektorsektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010 N0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sektor
Pertanian Padi Pertanian Lainnya Perkebunan Karet Tanaman Perkebunan Lainnya Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Batubara Pertambangan Lainnya Industri Agro, Kimia, dll Industri Logam, elektronika Listrik Air minum Bangunan Perdagangan Jasa Akomodasi Restoran/Rumah Makan Angkutan Jalan Angkutan Sungai Jasa Penunjang A dan P Komunikasi Lemb. keuangan, Sewa, dst Jasa Pemerintahan dan Pert Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Kemasy dan Perorangan Sumber : Olah data
40
Indeks Normal Multipler Output
Indeks Normal Multipler Pendapatan Total
1.08320 0.79248 1.24905
0.9633 0.8685 0.9244
2.04653 1.66096 2.17342
10 23 5
0.79260 1.10831 0.91782 0.96867
0.9457 0.9201 0.8628 0.9035
1.73833 2.02839 1.78058 1.87220
19 11 16 12
1.13539
1.0026
2.13796
8
0.74418
0.8730
1.61713
25
1.57233
1.8262
3.39858
1
0.82156 0.76687 0.80383 1.22763 1.19489 0.73586
0.9559 1.3001 0.9141 1.0909 0.9589 1.0701
1.77747 2.06702 1.71794 2.31853 2.15381 1.80592
17 9 20 4 7 14
1.36538 0.86487 0.74770
1.2196 0.9464 0.9004
2.58499 1.81130 1.64812
2 13 24
0.73608 0.84953
0.9408 0.9212
1.67687 1.77072
22 18
1.15280
1.0122
2.16495
6
1.74729
0.8127
2.55995
3
0.75433
0.9512
1.70553
21
0.86736
0.9155
1.78281
15
Ranking
Analisis Sektor Kunci
memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Listrik; 3. Restoran/Rumah Makan; 4. Bangunan; 5. Jasa Akomodasi; 6. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 7. Pertambangan Batubara; 8. Pertanian Padi; 9. Perdagangan; dan 10. Industri Logam dan Elektronika. Sektor Industri Agro, Kimia, dll juga memiliki angka pengganda pendapatan tipe II terbesar, yakni 2,6114 yang berarti jika terjadi pertambahan permintaan output akhir di sektor Industri Agro, Kimia, dll dengan jumlah sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 2,6114,- yang terjadi dalam kegiatan sektor-sektor ekonomi baik dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung serta ditambah induced effect berupa peranan sektor rumah tangga. Agar dapat membandingkan kekuatan kedua angka multiplier tersebut diatas kedalam berbagai sektor ekonomi maka diadakan penormalan sebagaimana yang diterapkan dalam analisis dampak penyebaran. Dalam hal ini yang dilakukan adalah membagi masingmasing angka multiplier tipe II baik pada multiplier output maupun pendapatan dengan angka rata-ratanya. Hasil yang didapatkan adalah sebagaimana tersaji dalam tabel 4.4.
39
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
4.4.2. Pengganda Pendapatan Pengganda pendapatan atau income multiplier mengukur dampak meningkatnya permintaan akhir sesuatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga berupa upah dan gaji secara keseluruhan yan bergerak disemua sektor ekonomi. Dengan kata lain ia menunjukkan tingkat pendapatan rumah tangga total (termasuk sebagian pendapatan yang dibelanjakan kembali ke dalam perekonomian) yang dapat tercipta sebagai akibat adanya tambahan satu unit uang permintaan akhir di suatu sektor. Pada Tabel … juga ditampilkan angka pengganda pendapatan tipe I dan tipe II di Kabupaten Tapin tahun 2010. Besaran angka pengganda pendapatan tipe I dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 2,2472 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Listrik; 3. Restoran/Rumah Makan; 4. Bangunan; 5. Jasa Akomodasi; 6. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 7. Pertambangan Batubara; 8. Pertanian Padi; 9. Perdagangan; dan 10. Industri Logam dan Elektronika. Sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan tipe I terbesar adalah Industri Agro, Kimia, dll (sektor ke 10), yakni sebesar 2,2472. Ini berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Industri Agro, Kimia, dll ke dalam permintaan akhir dengan jumlah sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp. 2,2472 juta yang terjadi dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung yang meliputi gaji dan upah disektor tersebut dan seluruh sektor yang diakibatkan hubungan transaksi antar sektor. Tidak berbeda dengan tipe I, dalam hal besaran angka pengganda pendapatan tipe II urutan ranking semua sektor hampir sama. Besaran angka pengganda ini tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 2,6114 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 1,620 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang 38
Analisis Sektor Kunci
4.4.1. Pengganda Output Angka pengganda output tipe I terbesar dimiliki oleh sektor Industri Agro, Kimia, dll, yakni sebesar 1,8627. Angka pengganda output yang tinggi ini menunjukkan pentingnya sektor ini bagi perekonomian Tapin. Angka pengganda output Tipe I sebesar 1,8627 berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Industri Agro, Kimia, dll dengan nilai sebesar 1 (satu) rupiah maka akan meningkatkan output sebesar Rp.1,8627 pada seluruh sektor yang ada baik yang terjadi dalam keterkaitan langsung maupun tidak langsung. Permintaan akan output tersebut meliputi permintaan pada sektor tersebut dan pada sektor-sektor lainya dalam hubungan transaksi antar sektor. Disisi lain, besaran angka pengganda output tipe II dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 2,3854 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sampai dengan yang terendah sebear 1,0046 oleh sektor Jasa Akomodasi. Berdasarkan tabel 4.3 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan; 2. Industri agro, kimia, dll; 3. Restoran/ Rumah Makan; 4. Perkebunan Karet; 5. Bangunan; 6. Perdagangan; 7. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 8. Pertambangan Batubara; 9. Peternakan; dan 10. Pertanian Padi. Dengan mamasukan transaksi konsumsi rumah tangga dalam model maka sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan secara mengejutkan memiliki angka pengganda output Tipe II terbesar, yakni 2,3854 yang berarti jika terjadi pertambahan output di sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan dengan jumlah sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan output sebesar Rp. 2,3854,- yang terjadi dalam keterkaitan langsung dan tidak langsung serta ditambah dengan induced effect dari sektor rumah tangga dalam bentuk komponen permintaan konsumsi dan upah/gaji. Ini berarti pengeluaran rumah tangga yang bekerja di sektor ini berperan besar dalam meningkatkan pererkonomian. 37
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 6. Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8. Peternakan; 9. Perkebunan Karet; dan 10. Perikanan. Tabel 4.3. Multiplier Output dan Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan Ranking Sumber : Olah data
36
Analisis Sektor Kunci
Perdagangan (15); Pertanian Padi (1); Bangunan (14); dan Perkebunan Karet (3). Dengan demiian sektor-sektor tersebutlh yang dapat dijadikan unggulan di Kabupaten Tapin. Meskipun demikian sektor-sektor lain yang berada di kuadran II (17, 8, 5) serta di kuadran IV (18, 4) adalah sektor-sektor yang juga memiliki prospek cerah. Sektor-sektor tersebut boleh jadi akan berkembang menjadi sektor yang penting karena memiliki ketergantungan tinggi maupun daya dukung yang kuat dalam keterkaitan proses produksi antar sektor perekonomian. 4.4. Analisis Pengganda Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya analisis pengganda atau multiplier ini dilakukan untuk melihat dampak perubahan tiap satu satuan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan yang terjadi di keseluruhan sektor yang ada. Ada dua tipe pengganda yang digunakan untuk analisis, yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II. Keduanya masing-masing untuk analisis pengganda output dan pendapatan. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut dari matrik kebalikan Leontief model terbuka. Dengan kata lain merupakan penjumlahan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satuan efek awal. Disisi lain, pengganda tipe II diperoleh dari matrik kebalikan Leontief model tertutup dengan memperlakukan rumah tangga sebagai variabel endogenous di dalam model transaksi. Dengan kata lain merupakan penjumlahan efek awal, efek putaran pertama, efek dukungan industri, dan efek induksi konsumsi untuk setiap satuan efek awal. Angka pengganda output atau output multiplier baik tipe I maupun tipe II mengukur dampak atas total output seluruh sektor yang disebabkan adanya peningkatan permintaan akhir tiap satu satuan output sesuatu sektor. Besaran angka pengganda output tipe I dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai dari yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.3, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan; 3. Bangunan; 35
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
depan dan ke belakang. Untuk selanjutnya, dapat ditentukan sektor unggulan dalam perekonomian yang disajikan dalam wadah kuadran grafik keseimbangan. Sektor unggulan adalah sektor-sektor yang memiliki indeks keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang besar/tinggi yaitu >1. Indeks keterkaitan ke belakang (Indeks Backward Linkage / IBL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai koefisien penyebaran. Begitu pula Indeks keterkaitan ke depan (Indeks Forward Linkage / IFL) sebenarnya telah terwakili oleh nilai kepekaan penyebaran. Oleh karenanya, dengan menggunakan hasil perhitungan dampak penyebaran diatas dapat ditampilkan posisi keunggulan sektoral berdasarkan keterkaitan produksi dalam perekonomian seperti grafik 4.1. Grafik 4.1. Indeks Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor-sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Sumber : Olah data
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa sektor-sektor yang konsisten memiliki indeks keterkaitan ke depan dan indeks keterkaitan ke belakang lebih besar dari 1 adalah sektor Industri Agro, Kimia, dll (10); Lembaga Keuangan, Persewaan, dst (22); 34
Analisis Sektor Kunci
4.2.2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Berdasarkan tabel 4.2 nilai kepekaan penyebaran sektorsektor ekonomi di Tapin berada dalam kisaran 1,5230 dari sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi sampai dengan 0,8432 dari Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sebagai yang terendah. Terdapat 8 (delapan) sektor yang meiliki koefisien penyebaran tinggi karena nilainya > 1. Secara berturut-turut kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan; 4. Pertanian Padi; 5. Angkutan Jalan; 6. Tanaman Perkebunan lainnya; 7. Perkebunan Karet; dan 8. Bangunan. Sektor-sektor yang memiliki kepekaan penyebaran tinggi ini mempunyai output produk maupun jasa yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor-sektor ekonomi Kabupaten Tapin. Sektor Industri Agro, Kimia, dll memiliki kemampuan terbesar dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya yang menggunakan berbagai output sektor ini. Nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran masingmasing telah dihasilkan dengan melali rata-rata tertimbang. Dengan demikian kedua nilai tersebut telah setara untuk dijumlahkan meskipun berasal dari vector yang berbeda dalam tabel transaksi input-output. Hasil penjumlahan kedua hal tersebut yang menjadi rujukan penentuan peringkat sektor-sektor unggulan kembali menunjukkan sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi. Sepuluh sektor dengan peringkat tertinggi secara berurutan adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst; 3. Perdagangan; 4. Pertanian Padi; 5. Restoran/Rumah Makan; 6. Bangunan; 7. Perkebunan Karet; 8. Angkutan Jalan; 9. Pertambangan Batubara; dan 10. Tanaman Perkebunan lainnya. 4.3. Analisis Indeks Keterkaitan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan tentang koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran telah diketahui mengenai kekuatan masing-masing sektor dalam keterkaitan ke 33
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
6. Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8. Peternakan; dan 9. Perkebunan Karet. Sektor-sektor yang memiliki koefisien penyebaran tinggi ini mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk meningkatkan pertumbuhan produksi. Sektor Industri Agro, Kimia, dll memiliki kemampuan terbesar dalam meningkatkan pertumbuhan produksi melalui besarnya permintaan akan input disektor hulunya yang berada dalam perekonomian lokal. Tabel 4.2. Nilai Koefisien dan Kepekaan Penyebaran Sektorsektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Sumber : Olah data
32
Analisis Sektor Kunci
Sedangkan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang, Industri Agro, Kimia, dll kembali menduduki posisi tertinggi dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8627. Besarnya nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sebesar 1,8627 ini memberikan arti bahwa setiap peningkatan satu rupiah output sektor ini dalam permintaan akhir, maka sektor ini akan memerlukan input dari sektor lain dan sektor sendiri sebesar 1,9132 rupiah. Besarnya nilai keterkaitan langsung ke belakang pada sektor ini menunjukkan tingginya keterkaitan sektor ini dalam menyerap industri hulu yang diperlukan untuk proses produksi karena output Industri Agro, Kimia, dll memerlukan banyak input dari sektor lain atau sektor sendiri untuk menghasilnya 4.2. Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran menoba untuk membandingkan rata-rata dampak selurh sektor sehingga keteraitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke belakang dapat dilihat perbandingannya antar sektor. Dampak penyebaran dapat dianalisis dari nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai koefisien penyebaran merupakan keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Sedangkan nilai kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang diboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. 4.2.1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion) Berdasarkan tabel 4.2 nilai koefisien penyebaran sektorsektor ekonomi di Tapin berada dalam kisaran 1,6000 dari sektor IndustriAgro, Kimia, dll sebagai yang tertinggi sampai dengan 0,8590 dari Jasa Pemerintahan dan Pertahanan sebagai yang terendah. Terdapat 9 (sembilan) sektor yang meiliki koefisien penyebaran tinggi karena nilainya > 1. Secara berturut-turut kesembilan sektor tersebut adalah: 1. Industri Agro, Kimia, dll; 2. Restoran/ Rumah Makan; 3. Bangunan; 4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan, Persewaan, dst;
31
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
sektor Industri Agro, Kimia, dll akan mengalokasikan output yang dihasilkannya sebesar 1,8065 rupiah kepada sektor-sektor perekonomian lainnya dan sektor Industri Agro, Kimia, dll sendiri untuk dijadikan sebagai input dalam proses produksi. Hal ini menunjukkan pentingnya peranan sektor Industri Agro, Kimia, dll dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor lain maupun kepada sektor Industri Agro, Kimia, dll itu sendiri. 4.1.2. Keterkaitan ke Belakang Besaran koefisien keterkaitan langsung ke belakang dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar 0,6460 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 0,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makan, dst; 3. Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan; 4. Bangunan; 5. Air Minum; 6. Jasa Hiburan dan Rekreasi; 7. Listrik; 8. Jasa Akomodasi; 9. Angkutan Sungai; dan 10. Industri Logam dan Elektronika. Sektor IndustriAgro, Kimia, dll juga memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang pada peringkat pertama dengan nilai 0,6460. Angka ini berarti untuk meningkatkan output Sektor Industri Agro, Kimia, dll sebesar satu rupiah maka sektor ini memerlukan input dari sektor ini sendiri sebesar 0,6624 rupiah. Dalam hal keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar 1,8627 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Restoran/Rumah Makant; 3. Bangunan; 4. Perdagangan; 5. Lembaga Keuangan, Persewaan , dst; 6. Pertambangan Batubara; 7. Pertanian Padi; 8. Peternakan; 9. Perkebunan Karet; dan 10. Perikanan.
30
Analisis Sektor Kunci
4.1.1. Keterkaitan ke Depan Besaran koefisien keterkaitan langsung ke depan dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar 0,0554 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 0,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, persewaan, dst; 3. Pertanian padi; 4. Perdagangan; 5. Tanaman perkebunan lainnya; 6. Angkutan Jalan; 7. Bangunan; 8. Perkebunan karet; 9. Pertambangan Batubara; dan 10. Pertambangan lainnya. Industri Agro, Kimia, dll menempati ranking pertama dlam keterkaitan ke depan langsung karena memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan paling besar dengan nilai 0,0554. Dengan nilai ini berarti bahwa setiap kenaikan output sektor Industri Agro, Kimia, dll sebesar satu rupiah ke dalam permintaan akhir, maka sektor ini akan meningkatkan 0,0554 rupiah dari outputnya untuk dijual atau dialokasikan secara langsung sebagai input bagi sektor-sektor produksi lainnya. Dalam hal keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dari ke 25 sektor aktivitas ekonomi di Tapin tersebar mulai yang tertinggi sebesar 1,8062 oleh sektor Industri agro, kimia, dll sampai dengan yang terendah sebear 1,0000 oleh sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Berdasarkan tabel 4.1 diatas, 10 (sepuluh) sektor yang memiliki koefisien terbesar dibanding yang lainnya adalah 1. Industri agro, kimia, dll; 2. Lembaga Keuangan, persewaan, dst; 3. Perdagangan; 4. Pertanian padi; 5. Angkutan Jalan; 6. Tanaman perkebunan lainnya; 7. Perkebunan karet; 8. Bangunan; 9. Jasa Kemasyarakatan dan Perorangan; dan 10. Pertambangan lainnya. Sektor ke 10 (kesepuluh) yaitu Industri Agro, Kimia, dll juga mempunyai nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 1,8065. Angka 1,8065 memberikan pengertian bahwa apabila ada peningkatan output sebesar satu rupiah ke permintaan akhir maka 29
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 4.1. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Tapin Tahun 2010
Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan Ranking Sumber : Olah data
28
Analisis Sektor Kunci
BAB IV SEKTOR KUNCI BAGI LEVERAGE PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATENTAPIN 4.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan dalam penelitian ini terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Nilai keterkaitan langsung dapat diperoleh dari matriks koefisien teknis, sedangkan untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka.
27
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
26
Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.13. Perkembangan Status Perusahaan PMDN di Kabupaten Tapin Per - 2012 No
Bidang
1
Industri Batu Permata Perkebunan & Pengolahan Sagu Industri Concrete Jasa Pertambangan dan Ekspor Pertambangan Kaolin
2
3 4
5
Nilai (Rp Milyar)
Tahun Ijin
Status
3.65
1990
Macet
3.58
1992
Macet
8.29
1995
Aktif
5.5
2009
Belum Lapor
0.7472
1983
Macet
Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)
Tabel 3.14. Perkembangan Status Perusahaan PMDN di Kabupaten Tapin Per - 2012 No Bidang 1 2 3 4
5 6 7
Jasa Prtmbngn dan Ekspor Perkebunan Sawit dan Industri Jasa Prtmangn Jasa Prtmbngn, Ekspor, & Konsultan Jasa Prtmbngn Perkebunan & Kehutanan Perkebunan Kelapa dan Holtikultura
Nilai
Rp.15 M
Tahun Ijin
Status
2010
Belum Lapor
Rp. 690.555 M
2010
Belum Lapor
$12.500.000
2009
Belum Lapor
$600.000
2008
Aktif
$37.000.000
2008
Aktif
$119.760
2004
Aktif
$435.241.400
1994
Macet
25
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
3.2 Perkembangan Penanaman Modal Berdasarkan Ijin Usaha Tabel 3.12. Nilai Investasi (Milyar Rupiah) Perusahaan Terdaftar Berdasarkan Sektor Ekonomi di Kabupaten Tapin 2009 - 2011
Sumber : Bagian Penanaman Modal Pemerintah Kabupaten Tapin, 2012 (diolah)
24
Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.11. Perbandingan Tingkat Pertumbuhan PDRB, PMDN dan PMA di Kabupaten Tapin 2005 - 2011
Sumber : Olah Data BPS, 2005-2011, dan BKPMD & Kapet Kalsel, 2005 s/d 2011
Hubungan antara pertumbuhan PDRB 2006-2011 dengan apa yang terjadi pada kegiatan penanaman modal PMDN dan PMA tidak dapat diidentifikasikan secara langsung berdasarkan tabel diatas. Secara umum variabel PDRB secara konsisten tumbuh positif. Akan tetapi, disisi lain angka investasi baik PMA maupun PMDN tidak berlansung secara berkesinambungan sepanjang tahun. Oleh karenanya kontribusi kegiatan investasi terhadap trend pertumbuhan PDRB tidak berlangsung secara signifikan. Hal ini juga karena rendahnya tingkat perkembangan investasi tersebut baik dalam bentuk PMDN maupun PMA. Diduga laju pertumbuhan ekonomi Tapin selama ini lebih dipengaruhi kegiatan investasi swasta yang tidak menggunakan fasilitas PMA/PMDN baik itu berasal dari badan-badan usaha formal maupun informal. Oleh karenanya pendekatan yang tepat untuk melihat kontribusi investasi terhadap laju pertumbuhan ekonomi sesai denan keterbatasan data lapangan adalah melalui konstruksi tabel Input – Output (I-O).
23
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.10. Pertumbuhan (%) PDRB Kabupaten Tapin A atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor Tahun 2006 – 2010
Sumber : PDRB Kabupaten / Kota di Kalimantan Selatan, BPS, 2011 (diolah)
Sepanjang 2006 sampai dengan 2011 perekonomian Tapin dilihat dari PDRB tumbuh dengan rata-rata 4,94% pertahun yang lebih rendah dari Kalimantan Selatan yang tumbuh sebesar 5,66% pertahun. Jika dilihat perkembangan pertahun telah nampak kecenderungan tingkat pertumbuhan yang terus meningkat. Jika pada 2006 hanya tumbuh dengan 4,81% maka pada 2010 telah mencapai 5,44%. Secara sektoral, listrik-gas-air, bangunan, dan industri pengolahan mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi, yakni masing-masing 7,71%, 7,65% dan 7,64% pertahun. Sebaliknya, jasa-jasa mengalami tingkat pertumbuhan rata-rata terendah hanya 3,38% pertahun meskipun pada 2010 sudah mencapai 5,44%. 22
Analisis Sektor Kunci
3.2. Kinerja Penanaman Modal Dalam Mendorong Pertumbuhan Berdadarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penaman Modal, tujuan pokok penyelenggaraan penanaman modal di Indonesia antara lain untuk: meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; menciptakan lapangan kerja; meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional; mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tujuan pokok diatas maka kegiatan investasi jelas akan berhubungan dengan pencapaian kinerja ekonomi dan pembangunan tersebut. Untuk menyederhanakan pembahasan maka investasi akan dilihat dari kinerja pencapaiannya atas target persetujuan investasi dan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam mengembangkan investasi khususnya dengan fasilitas PMDN dan PMA ini adalah untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang positif diperlukan karena berarti telah menggerakkan roda perekonomian lebih cepat. Pergerakan itu membawa peningkatan produksi atau nilai tambah dan produktifitas diberbagai rantai ekonomi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu cukup penting kiranya untuk mengukur peranan kegiatan investasi terhadap peningkatan pertumbuhan. Dalam analisis ini hanya akan dilihat hubungan sederhana antara kedua hal tersebut melalui perbandingan tingkat pertumbuhannya masingmasing beserta nilai korelasinya.
21
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.9. Rencana Alokasi Invetasi Sektoral PMDN (Rp.Jt) dan PMA ($ Rb) di Kalsel 2008-2011
Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD Kalsel, 2005 s/d 2011 (diolah)
Realisasi investasi berdasarkan sektor atau lapangan usaha sampai dengan tahun 2011 terlihat sangat rendah. Investasi di sektor pertambangan, industri dan jasa belum terealisir, baik itu berasal dari proyek PMDN maupun PMA. Hanya sektor perkebunan yang mendapat kucuran investasi seebesar US$ 21,06 Juta atau 42,96% dari besarnya rencana investasi di sektor perkebunan. Gambar 3.1 Capaian Investasi PMDN dan PMA di Tapin Periode 2005 - 2011
100% C a p ai an
80% 42.96%
60% 40%
0.00%
0.00% 0.00% 0.00%
20%
0.00% 0.00%
0.00%
0% Kebun
Tambang
Rencana
Industri
Capaian PMDN PMA
Jasa
Capaian
Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD 2005 – 2011 (diolah)
20
Analisis Sektor Kunci
Hal yang sedikit lebih baik terjadi pada realisasi investasi PMA. Hingga tahun 2011 realisasi PMA dalam Dollar Amerika mencapai 7,02% dari rencana sebesar US $ 8,66 Juta. Meskipun hingga 2008 realisasi investasi PMA belum terjadi akan tetapi sejak 2009 realisasi atas komitmen investasi tersebut telah terjadi. Dengan demikian capaian investasi baik PMDN maupun PMA sampai dengan saat ini jelas masih jauh dari rencana atau target. Secara lebih rinci hal diatas dapat dilihat dari tebel berikut ini. Tabel 3.8. Nilai Investasi dan Capaian Realisasinya di Tapin Periode 2005 – 2011
PMDN(Rp.Juta)
PMA(US$ Ribu)
Tahun 2005 2006 2007 2008
Renc 0.00 0.00 0.00 0.00
Real 0.00 0.00 0.00 0.00
Capaian #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2009 2010 2011
0.00 0.00 12,500.00
0.00 0.00 0.00
#DIV/0! #DIV/0! 0.00%
Renc 0.00 37,000.00 0.00 600.00
Real 0.00 0.00 0.00 0.00
Capaian #DIV/0! 0.00% #DIV/0! 0.00%
33,000.00 32,016.69 123,300.00
12,400.00 0.00 8,659.48
37.58% 0.00% 7.02%
Sumber : Laporan Tahunan Badan, BKPMD Kalsel 2005 s/d 2011 (diolah)
Jika dilihat realisai alokasi investasi berdasarkan sektor atau lapangan usaha sampai dengan tahun 2011 maka besarnya adalah US$ 21,06 Juta yang keseluruhannya masuk ke sektor perkebunan. Nilai ini keseluruhannya berasal dari proyek investasi PMA. Hal ini tentunya menjadi faktor yang mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tapin. Dengan lambatnya perkembangan penanaman modal ini dapat diprediksi bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi juga relatif rendah. Secara detail dapat dilihat pada table berikut ini.
19
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.7. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA di Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011
Sumber
: Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan TahunanBadan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
A. Tingkat Pencapaian Target Penanaman Modal Dalam posedur penanaman modal didahului dengan adanya komitmen investor kepada pemerintah pusat maupun daerah tentang rencana investasinya pada setiap bidang usaha yang terbuka. Komitmen investor yang diantaranya meliputi rencana besarnya investasi dan jumlah tenaga yang direkrut baik TKI dan TKA inilah yang diharapkan oleh daerah dapat berperan dalam membangun perekonomian. Dengan adanya komitmen ini maka investor PMDN maupun PMA berhak untuk mendapatkan fasilitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini diberikan pemerintah sebagai kebijakan yang diharapkan dapat menjadi stimulus agar investasi terealisasi sesuai yang diharapkan bahkan terus berkembang. Salah satu indikator kinerja investasi yang dapat dilihat disini adalah pencapaian nilai realisasi investasi terhadap perencanaan. Secara kumulatif sampai dengan tahun 2011 realisasi investasi PMDN dalam rupiah masih nihil dari rencana Rp.12,5 M. 18
Analisis Sektor Kunci
A. Perkembangan PMA Berdasarkan Sektor Usaha Proyek investasi PMA telah masuk disemua sektor ekonomi di Tapin. Berdasarkan komitmen investasi yang direncanakan, nilai investasi terbesar adalah pada sektor industri lalu diikuti jasa, perkebunan, dan paling kecil pertambangan Keseluruhan nilai rencana investasi proyek PMA di Tapin adalah sebesar US $ 225,92 juta. Tabel 3.6. Nilai Realisasi Investasi PMA di Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011 (Dalam $.Ribu)
Sumber
: Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
Pertumbuhan investasi PMA ternyata tidak berlangsung kontinyu sepanjang tahun. Oleh karena itu tingkat perumbuhannya berlangsung fluktuatif dari tahun ke tahun. Pertumbuhan tertinggi secara total terjadi pada 2009 dan 2011. Sedangkan secara sektoral nampak sektor jasa dan perdagangan mengalami pertumbunan yang relatif lebih tinggi dibanding sektor yang lain. Sebagian besar bidang usaha pada sektor ini adalah berupa jasa pertambangan.
17
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.4. Nilai Rencana Investasi PMDN di Tapin Periode 2005 - 2011 (Dalam Rp.Juta) Thn Perkebunan Prtmbngan Industri & Jasa & Konstruks Perdagangan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Total
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12.500.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 12.500.00
Total 12.500.00
0.00
0.00
0.00
12.500.00
Sumber
:
Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan Tahunan Badan BKPMD
Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
Perkembangan investasi PMDN dapat lebih jelas terlihat dengan mengacu pada tingkat pertumbuhannya. Selama 2005-2011 tidak terlihat arah perkembangan investasi di sektor pertambangan, industri maupun jasa. Satu-satunya sektor yang mengalami perkembangan dalam jenis investasi PMDN hanya di sektor perkebunan. Tabel 3.5. Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN di Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011
Sumber :
Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
16
Analisis Sektor Kunci
Dari tabel diatas, jika dibandingkan, ternyata pertumbuhan nilai realisasi investasi PMA lebih tinggi dari pada PMDN. Meski demikian pada tahun-tahun terakhir, khususnya 2011 PMDN cenderung meningkat baik dalam nilai investasi maupun unit usaha.. A.
Perkembangan Proyek PMDN di Tapin Berdasarkan Sektor Usaha Untuk melihat lebih dalam tentang perkembangan PMDN, dapat ditinjau berdasarkan alokasi investasi per sektor ekonomi. Berbagai jenis lapangan usaha yang dimasuki perusahaan PMDN dapat dibagi kedalam 4 (empat) kelompok sektor /subsektor ekonomi, yakni Perkebunan, Pertambangan, Industri, dan Jasa. Berdasarkan tabel dibawah ini secara sektoral PMDN di Tapin hanya mengalami perkembangan pada sektor perkebunan. Rencana komitmen investasi dibidang perkebunan ini pun baru terjadi pada tahun 2011. Hingga tahun 2011 jumlah investasi yang akan ditanamkan sesuai komitmen rencana investor di bidang perkebunan adalah Rp.12,50 M. Sementara itu investasi di sektor lainnya masih nihil.
15
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.3. Nilai Investasi PMA di Kalimantan Selatan Berdasarkan Kabupaten / Kota Periode 2005 - 2011
Sumber :
Rekapitulasi Penanaman Modal 2000 - 2007 Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
14
Analisis Sektor Kunci
Tabel 3.2. Nilai Investasi PMDN di Kalimantan Selatan Berdasarkan Kabupaten / Kota Periode 2005 – 2011
Sumber :
Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
Dilain pihak, perkembangan investasi proyek PMA di Tapin relatif berjalan lebih cepat dibanding PMDN. Share/ peranan Tapin dalam nilai rencana investasi proyek PMA di Kalsel sepanjang periode 2005 – 2011 adalah sebesar 6,00% atau menempati urutan ke 6 (enam) terbesar di Kalsel. Meski demikian dari sisi realisasi investasi perkembangannya perlu didorong lebih cepat lagi. Share Kabupaten Tapin dalam nilai realisasi investasi PMA di Kalsel masih 3,26%. Secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
13
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
Tabel 3.1. Pertumbuhan Nilai Investasi PMDN dan PMA di Kalimantan Selatan Periode 2005 - 2011
Jenis Investasi PMDN PMA Sumber :
Jumlah Proyek
Investasi Rencana
Realisasi
165.23%
280.60%
77.88%
43.76%
94.81%
371.84%
Rekapitulasi Penanaman Modal 2005 - 2011 Laporan Tahunan Badan BKPMD Kalsel, 2005 - 2011 (diolah kembali)
Ditengah perkembangan kegiatan investasi tersebut ternyata perkembangan investasi di Tapin relatif berjalan lambat. Share/ peranan Tapin dalam nilai rencana investasi proyek PMDN di Kalsel sepanjang periode 2005 – 2011 hanya sebesar 0,05%. Lebih jauh lagi, disisi realisasi investasi besaran share Kabupaten Tapin masih 0%. Secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.
12
Analisis Sektor Kunci
BAB III KEGIATAN INVESTASI DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TAPIN 3.1. Perkembangan Kegiatan Penanaman Modal Di Kalimantan Selatan dan Tapin Penanaman modal yang dilakukan oleh swasta yang direalisasikan dibawah koordinasi BKPMD berbentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).Aktifitas investasi ini sudah mulai dilaksanakan untuk pertama kalinya sejak tahun 1968 di Kalimantan Selatan. Perkembangan kegiatan penanaman modal di Tapin sebagai bagian dari wilayah Kalimantan selatan relatif masih sangat terbelakang. Berikut akan dibahas nilai investasi berdasarkan jenisnya dengan menggunakan data akumulasi pada keadaan tahun 2005 sampai dengan 2011. A. Perkembangan Proyek PMDN dan PMA Berdasarkan Unit dan Nilai Jumlah proyek PMDN dan PMAdi Kalimantan Selatan baik dari segi unit usaha maupun nilai investasinya cenderung semakin meningkat. Selama rentang 2005 – 2011 unit usaha PMDN tumbuh rata-rata sebesar 165,23% pertahun sementara jumlah proyek PMA tumbuh rata-rata 43,76% pertahun . Hal yang sama terjadi pada nilai investasi yang tumbuh signifikan, baik nilai rencana maupun nilai realisasi investasinya. Nilai rencana investasi PMDN tumbuh 280,60% pertahun disertai dengan tumbuhnya realisasi investasi sebesar 77.88% pertahun selama periode 2005 – 2011. Pada periode yang sama, nilai rencana investasi PMA tumbuh sebesar 94.81% pertahun disertai dengan realisasinya yang tumbuh dengan 371,84% pertahun. 11
Analisis Sektor Kunci Tim Fakultas Ekonomi Unlam
pada permintaan akhir dari suatu sektor. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana: ET xyj jh ijh/x
10
= = =
Elastisitas tenaga kerja Jumlah tenaga kerja Koefisien tenaga kerja