ANALISIS RISIKO OPERASIONAL BERDASARKAN PENDEKATAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (ERM) PADA PERUSAHAAN PEMBUATAN KARDUS DI CV MITRA DUNIA PALLETINDO Normaria Mustiana Sirait, Aries Susanty*)
[email protected]
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko – risiko yang mungkin dalam perusahaan kemudian membuat matriks risiko untuk mengetahui risiko yang terparah untuk dijadikan prioritas dalam pengendalian. Penelitian ini dilakukan pada CV Mitra Dunia Palletindo dengan menggunakan pendekatan Enterprise Management Risk. (ERM) dengan memfokuskan pada risiko operasional perusahaan. Dari identifikasi risiko yang dilakukan, temuan dari penelitian menunjukan bahwa terdapat 32 risiko operasional yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Risiko tersebut berasal dari adanya risiko sumber daya manusia, produktivitas, pengadaan bahan baku, pergudangan, risiko sistem, delivery, lingkungan, reputasi dan risiko penanganan limbah. Perhitungan penilaian setiap risiko didasarkan pada tingkat keparahannya dan tingkat peluang terjadinya. Dari perhitungan yang dilakukan dalam penelitian, dapat diketahui bahwa risiko yang perlu diprioritaskan untuk dikendalikan adalah mengenai penumpukkan buffer stock yang ada di gudang, ketidaksesuaian jumlah barang datang dan barang pesanan dari supplier dan penanganan kapasitas gudang. Kata kunci: risiko operasional ;manajemen risiko ; Enterprise Risk Management (ERM); matriks risiko
Abstract [Title: Operational Risk Analysis Approach Based on Enterprise Risk Management (ERM) At the Company Manufacturing Cartons CV Mitra Dunia Palletindo] The objective of this study is to identify possible risks that may happen in a company, then creates a risk matrix so that we are able to determine the most severe risk to be the priority in managing the risk. This study was conducted at CV Mitra Dunia Palletindo, which uses the ERM (Enterprise Risk Management) approach, focusing on operational risk. From the risk identification, there are 32 findings referring to the operational matters, that could potentially harm the company. These risks are found in the scope of human resource, productivity, procurement, warehousing, system, delivery, environment, reputation, and waste handling. Calculation of any risk assessment is based on the severity and the level of chance occurrence. From calculations carried out in the research, it is known the risks that has to be prioritized and to be controlled later are buffer stock storage system inside the warehouse, mismatch between ordered amount and delivered amount from supplier, and warehouse capacity handling. Keywords: risk ; risk management; Enterprise Risk Management (ERM) ; risk matrix perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Menurut Sutanto (2012), risiko merupakan suatu ketidakpastian yang tidak dapat dihindari dalam operasi suatu bisnis dan juga dapat dikatakan sebagai suatu bagian dari aktivitas perusahaan dimana risiko tidak hanya mengandung dampak negatif namun juga terdapat
1. Pendahuluan Ketidakpastian merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dalam dunia bisnis serta akan memberikan dampak yang dapat merugikan bagi perusahaan atau perorangan. Ketidakpastian dapat juga dikatakan sebagai risiko yang harus ditanggung oleh *) Penulis Korespondensi email :
[email protected]
1
risiko yang berdampak positif. Resiko yang muncul dalam perusahaan akan terjadi pada lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Selain itu, resiko yang muncul dalam perusahaan tidak hanya satu atau dua resiko, namun amat beragam, contohnya adalah risiko finansial, sumber daya manusia, produksi, kompetisi, kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan beragamnya risiko yang mungkin terjadi dalam suatu perusahaan, oleh karena itu perlunya dilakukan pengelolaan dan pengendalian risiko agar perusahaan dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya terutama di masa yang memiliki potensi kompetisi yang sangat ketat seperti sekarang ini. Salah satu cara untuk mengelola dan memperkecil dampak dari risiko yakni dengan menerapkan manajemen risiko. Menurut Hermawan (2010) dalam Sepang dkk (2013) manajemen risiko merupakan suatu upaya penerapan kebijakan peraturan dan upaya – upaya praktis manajemen secara sistematis dalam menganalisa pemakaian dan pengontrolan risiko untuk melindungi pekerja, masyarakat dan lingkungan. Salah satu bagian dari risk management adalah dengan menerapkan Enterprise Risk Management (ERM). Penerapan Enterprise Risk Management (ERM) merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki oleh perusahaan saat ini karena segala risiko akan dapat dikelola dan diminimalkan demi pencapaian tujuan perusahaan. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Economic Intelligence Unit (2007) didukung ACE, IBM, dan KPMG terlihat bahwa tujuan perusahaan yang paling besar dalam mengelola risiko adalah untuk tetap menjaga dan melindungi reputasi perusahaan (sebanyak 50% responden), meyakinkan alokasi modal dan sumber daya yang efisien (sebanyak 40% responden), serta memaksimalkan profitabilitas dari bisnis unit yang ada dalam perusahaan. Dari penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa semakin banyak perusahaan yang menyadari perlunya dilakukan manajemen risiko dalam perusahaan. Hal tersebut juga dibuktikan dari hasil survey Deloitte Touche pada tahun 2009 yang berjudul Global Risk Management Surveys : Sixth Editions Risk Management In th Spotlight dalam Mellisa dan Andono (2013) yang menyebutkan bahwa dari 111 perusahaan yang disurvei, sebesar 59% perusahaan telah mengimplementasikan Enterprise Risk Management dan 23% perusahaan berencana untuk mengimplementasikan Enterprise Risk Management. Kedua penelitian tersebut, memberikan kesimpulan bahwa semakin banyak perusahaan yang telah memahami pentingnya melakukan manajemen risiko dan Enterprise Risk Management. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada perusahaan yang belum memahami pentingnya penerapan manajemen risiko dan Enterprise Risk Management.
CV Mitra Dunia Palletindo merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi pembuatan kardus atau carton box, dan sebagai supplier carton box bagi beberapa perusahaan elektronik, minimarket, perusahaan makanan dan minuman dan beberapa perusahaan furniture. Perusahaan memiliki permintaan produk 10.000 pallet / bulan. Dengan banyaknya permintaan dari pelanggan, perusahaan melakukan sistem produksi yang cepat dan tepat agar dapat memenuhi kepuasan dari customer. Hal ini didukung untuk mencapai tujuan perusahaan yakni untuk menjadi perusahaan yang baik dan terpercaya di bidangnya dengan memberikan kualitas yang terbaik, ketepatan waktu pengiriman dan memberikan harga yang kompetitif. Saat ini, perusahaan belum melakukan identifikasi risiko dan manajemen risiko untuk mengatasi risiko – risiko yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Hal tersebut disadari pihak perusahaan dikarenakan telah terjadi beberapa kejadian yang berhubungan dengan operasional perusahaan yang tidak diduga sebelumnya dan merugikan pihak perusahaan. Pada tahun 2014, perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar dikarenakan bahan baku yang disimpan digudang berjamur dan lembab sehingga tidak dapat diolah. Selain itu, perusahaan pernah mengalami beberapa kejadian yang memberikan kerugian bagi perusahaan yakni pengembalian produk dari customer dalam jumlah yang besar karena barang yang tidak sesuai, terjadinya manipulasi jumlah barang retur oleh supir, jumlah bahan baku yang berada di gudang dua kali lipat melebihi kapasitas gudang, keterlambatan pengiriman bahan baku dari supplier, ketidaksesuian laporan jumlah barang bahan baku di gudang yang aktual dengan yang tertulis, kelalaian pekerja sehingga meyebabkan kecelakaan kerja dikarenakan kondisi lingkungan kerja yang memiliki banyak potongan kardus yang berujung tajam, pengembalian bahan baku / retur kepada supplier sebanyak 1 truk karena bahan baku yang tidak sesuai pada tahun 2013, jumlah buffer stock yang berlebihan sehingga hingga bulan Oktober 2015 terdapat stok bahan baku yang menganggur di gudang selama 2 bulan dan masalah lainnya yang dapat mengganggu operasional perusahaan. Beberapa permasalahan diatas merupakan suatu indikasi adanya pengendalian internal dalam operasional perusahaan yang belum baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan manajer terkait, hal tersebut juga terjadi karena perusahaan belum mengidentifikasi dan menganalisis hal – hal yang tidak pasti yang dapat terjadi dari lingkungan internal maupun eksternal. Melihat dari tujuan perusahaan dan jumlah unit produksi yang dilakukan perusahaan, CV Mitra Dunia Palletindo perlu melakukan identifikasi dan analisis risiko yang mungkin terjadi dari perusahaan untuk 2
meminimalisir kerugian – kerugian yang mungkin terjadi dengen pendekatan ERM. Identifikasi dan analisis risiko yang akan diteliti dari perusahaan berfokus pada bidang operasional perusahaan dikarenakan risiko – risiko yang dihadapi perusahaan dapat terlihat pada bagian operasional perusahaan. Dalam identifikasi dan analisis resiko dengan pendekatan ERM dalam perusahaan hanya berfokus pada tahap identifikasi risiko hingga tahap perlakuan risiko. Sedangkan untuk tahap monitoring dan review serta tahap dokumentasi sistem manajemen risiko tidak dilaksanakan karena membutuhkan waktu yang lama dalam pengawasan implementasi. Tujuan dari peelitian ini adalah untuk mengidentifikasi risiko – risiko yang mungkin yang terjadi dari operasional CV Mitra Dunia Palletindo ; melakukan penilaian terhadap setiap risiko yang mungkin terjadi berdasarkan tingkat keparahan / dampak dari risiko (severity) dan tingkat kemungkinan terjadinya (occurance) ; mengidentifikasi penanganan risiko yang dapat dilakukan serta memberikan rekomendasi atau saran perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk menangani risiko yang mungkin terjadi.
sebagai akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko Eksternalitas, yaitu potensi penyimpangan hasil pada eksposur korporat dan strategis dan bisa berdampak pada potensi penutupan usaha, karena pengaruh dari faktor eksternal. Manajemen Risiko Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari setiap proses bisnis perusahaan, sehingga perlu dilakukan manajemen risiko untuk mengatasi permasalahan dari perusahaan. Menurut Hanggraeni (2010) dalam Suhendra dkk (2013), manajemen risiko merupakan suatu rangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memonitor dan mengontrol risiko yang timbul dari bisnis operasional perusahaan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi). Tujuan dilaksanakan manajemen risiko oleh suatu perusahaan adalah agar dapat terhindar dari kegagalan, menambah keuntungan, menekan biaya produksi, dan sebagainya. Adapun sasaran yang mungkin dicapai jika suatu perusahaan menerapkan manajemen risiko yang dikemukakan oleh Wiryono (2008) : Memperkecil biaya (least cost) Menstabilisir pendapatan perusahaan Memperkecil gangguan dalam berproduksi Mengembangkan pertumbuhan perusahaan Mempunyai tanggung jawab social terhadap perusahaan
2. Studi Literatur Risiko Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Risiko pada hakikatnya merupakan kejadian yang mempunyai dampak negatif terhadap sasaran dan strategi perusahaan. Kemungkinan terjadinya risiko dan akibatnya terhadap bisnis merupakan hal mendasar untuk diidentifikasi dan diukur. Menurut Sutanto (2012), risiko merupakan kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan, lokasi, pengguna, kuantitas serta kerentanan unsur yang terlibat. Menurut Djohanputro (2006) risiko pada perusahaan dapat dikategorikan menjadi empat jenis yaitu: Risiko Keuangan, yaitu fluktuasi target keuangan atau ukuran moneter perusahaan karena gejolak variabel makro. Risiko Operasional, yaitu potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, Teknologi, atau faktor lainnya. Resiko operasional merupakan risiko yang dapat berasal dari internal maupun ekstenal perusahaan dimana segala risiko yang terkait dengan fluktuasi hasil usaha perusahaan akibat pengaruh dari hal-hal yang terkait dengan kegagalan sistem atau pengawasan dan peristiwa yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Risiko Strategis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi korporat dan eksposur strategis
Enterprise Risk Management Enterprise Risk Management (ERM) memiliki beberapa kerangka konseptual yang dikemukakan oleh COSO (2004) dalam Jalal dkk (2011) yang telah dikembangkan menjadi leader sejak tahun 2004 hingga saat ini. ERM versi COSO terdiri dari delapan macam komponen yang saling terkait. Kedelapan komponen ini diturunkan dari bagaimana manajemen menjalankan perusahaan dan diintegrasikan dengan proses manajemen. Kedelapan komponen ini diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan, baik tujuan 3
strategis, operasional, pelaporan keuangan, maupun kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Komponen-komponen tersebut adalah (Moeller, 2009) : 1. Lingkungan Internal (Internal Environment), sangat menentukan warna dari sebuah organisasi dan memberi dasar bagi cara pandang terhadap risiko dari setiap orang dalam organisasi tersebut. Lingkungan internal ini termasuk filosofi manajemen risiko dan risk appetite, nilai-nilai etika dan integritas, dan lingkungan di mana kesemuanya tersebut berjalan. 2. Penentuan Tujuan (Objective Setting), manajemen harus menetapkan objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi, mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi strategic objective dan activity objective. Strategic objective di perusahaan berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja instansi dalam jangka menengah dan panjang, dan merupakan implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. 3. Identifikasi Kejadian (Event Identification), dimana komponen ini mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi 4. Penilaian Risiko (Risk Assessment), dimana komponen ini menilai sejauh mana dampak dari kejadian dapat mengganggu pencapaian dari tujuan. Risiko dianalisis dengan memperhitungkan kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampaknya (impact), sebagai dasar bagi penentuan bagaimana seharusnya risiko tersebut dikelola. Tabel 1 merupakan tabel parameter penilaian perhitungan occurance atau kemungkinan terjadinya suatu risiko yang digolongkan menjadi lima bagian yakni kejadian yang sangat jarang, jarang, moderat, sering dan sangat sering terjadi. Sedangkan tabel perhitungan severity juga dibagi menjadi lima golongan yakni dampak yang sangat kecil, kecil, sedang, besar dan sangat besar seperti yang dapat dilihat dari Tabel 2. Setelah dilakukan pengukuran occurance dan tingkat keparahan dari setiap resiko, maka langkah selanjutnya adalah penilaian risiko. Menurut Godfrey (1996), nilai risiko merupakan perkalian dari probabilitas (occurance) dan dampak (severity). Setelah dilakukan penilaian risiko, selanjutnya memasukkan setiap resiko dalam matriks resiko untuk mengetahui level tiap risiko yang selanjutnya dapat diprioritaskan untuk dikendalikan. 5. Respons Risiko ( Risk Response) Sebuah organisasi harus dapat menentukan sikap atas hasil penilaian risiko. Manajemen memilih respons risiko, menghindar (avoiding), menerima
risiko yang berdampak kecil dan jarang terjadi (accepting), mengurangi (reducting), atau mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko dengan pihak lain (sharing risk) dan mengembangkan satu set kegiatan agar risiko tersebut sesuai dengan toleransi (risk tolerance). Jenis respon risiko juga dapat dilakukan berdasarkan hasil risk scoring dengan batasan yang dapat dilihat pada Tabel 4. Penilaian 1 hingga 3 risiko dapat diterima dengan pengendalian yang cukup, score 4 hingga 6 risiko perlu dipantaudengan pengendalian yang cukup, score 6 hingga 9 risiko perlu dilakukan pengendalian yang cukup dari manajemen, score 10 hingga 14 risiko dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent), dan score 15 hingga 25 risiko tidak dapat diterima dan sebaiknya dihindari. Selain itu, respon risiko juga dapat dilihat menurut levelnya yakni extreme, high, moderate, low dan very low. Untuk level extreme sebaiknya risiko dihindari, level high sebaiknya risiko dikendalikan dengan cara share risiko kepada pihak lain, level moderate sebaiknya risiko dikendalikan dengan cara direduksi dan ditransfer dengan pihak lain dan untuk level low dan very low risiko dapat diterima dengan pemantauan rutin. Penjelasan respon risiko dapat dilihat pada Tabel 4. 6. Kegiatan Pengendalian (Control Activities) Kebijakan dan prosedur ditetapkan dan diimplementasikan untuk membantu memastikan respons risiko berjalan dengan efektif. 7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi yang relevan diidentifikasi, ditangkap, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang memungkinkan setiap orang menjalankan tanggung jawabnya. Arah komunikasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Alat komunikasi diantaranya berupa manual, memo, bulletin, dan pesan-pesan melalui media elektronik. 8. Pengawasan (Monitoring) Keseluruhan proses ERM dimonitor dan modifikasi dilakukan apabila perlu.. Pada proses monitoring perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies, yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan. Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan. 4
Tabel 1. Pengukuran Occurance Level 5 4 3 2 1
Deskriptor Hampir pasti
Contoh Deskripsi Rinci kejadiannya diharapkan muncul pada kebanyakan situasi
Frekuensi > 1 kali dalam setahun
Sering Moderat Jarang Sangat Jarang
kejadiannya mungkin muncul pada kebanyakan situasi kejadiaannya seharusnya muncul pada saat yang sama Kejadiannya dapat muncul pada saat yang sama Kejadian muncul hanya dalam keadaan tertentu
≥ 1 kali dalam setahun ≥ 1 kali dalam 5 tahun ≥ 1 kali dalam 10 tahun < 1 kali dalam 10 tahun
Sumber : BPKP, 2011
Tabel 2. Pengukuran Dampak Risiko (Severity) Level 5
Rating Dampak Sangat tinggi/ katastropik
Keterangan Mengancam program dan organisasi serta stakeholders. Kerugian sangat besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis Mengancam fungsi program yang efektif dan organisasi. Kerugian cukup besar bagi organisasi dari segi keuangan maupun politis Mengganggu administrasi program. Kerugian keuangan dan politis cukup besar
4
Besar
3
Menengah/medium
2
Kecil
Mengancam efisiensi dan efektivitas beberapa aspek program. Kerugian kurang material dan sedikit mempengaruhi stakeholders
1
Sangat rendah/ tidak signifikan
Dampaknya dapat ditangani pada tahap kegiatan rutin. Kerugian kurang material dan tidak mempengaruhi stakeholders
Sumber: BPKP, 2011
Tabel 3. Matriks Risiko (Risk Matrix)
Likelihood
Significance 5 4 3 2 1
1 Insignificant Impact Almost Certain Low Likely Low Moderate Very Low Unlikely Very Low Rare Very Low
2 Minor Impac Moderate Moderate Low Very Low Very Low
Dampak / Severity 3 Moderate-Mino High Moderate Moderate Low Low
4 Major Impact Extreme High High Moderate Moderate
5 Major Impac to Large Extreme Extreme High High Moderate
Sumber : Cagno dkk, 2007 dan Berg (2010)
Tabel 4. Respon Risiko Level Risiko 1–3 4–6 6–9 10–14 15–25
Kriteria untuk Manajemen Risiko Pengendalian yang cukup Pengendalian yang cukup Pengendalian yang cukup Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent) Dapat diterima hanya dengan pengendalian yang sangat baik (excellent)
Dapat diterima Dipantau PengendalianManajemen Harus menjadi perhatian manajemen (urgen) Tak dapat diterima (unacceptable)
Sumber : Moeller, 2009
dilakukan dengan berpedomana pada komponen dari COSO Standard of Enterprise Risk Management yaitu melihat dari sisi lingkungan internal perusahaan, penetapan sasaran dan dilakukan pada identifikasi risiko yang mungkin terjadi serta perhitungan yang dilakukan. Internal Environment Pada lingkungan internal perusahaan, CV Mitra Dunia Palletindo sudah berdiri 11 tahun sejak tahun 2004 dan didukung oleh perusahaan induk yang berada di daerah Ungaran. Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang terbaik dan terpercaya di bidangnya. Keterlibatan perusahaan induk tidak terlalu besar dalam pengelolaan perusahaan. Secara keseluruhan, perusahaan berdiri sendiri baik dalam menetapkan SOP, menjalankan aktivitas usahanya, mencari pelanggan dengan strategi pemasaran yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan.
Penerapan komponen-komponen tersebut dapat dilakukan pada entity-level, divisional, unit bisnis, atau subsidiary. Kerangka Enterprise Risk Management (ERM) penting karena masing-masing yang menggambarkan pendekatan untuk mengidentifikasi, menganalisis, menanggapi dan pemantauan risiko dan peluang, dalam lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi perusahaaan. 3. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah dengan Enterprise Risk Management dimana data yang didapat berasal dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, observasi yang dilakukan secara langsung. 4. Hasil Dan Pembahasan Tahap pertama pelaksanaan penelitian ini adalah dengan melihat tujuan dari CV Mitra Dunia Palletindo. Penerapan Enterprise Risk Management (ERM) 5
karena tidak dapat dikendalikan dari internal perusahaan. Operasional yang berasal dari lingkungan internal berasal dari sistem kerja dan kinerja dari pegawai secara keseluruhan. Beberapa bagian yang dapat menghambat operasional perusahaan adalah pada bagian produksi dan sistem pergudangan dikarenakan lantai produksi dan gudang bahan baku maupun bahan jadi perusahaan digabung menjadi satu sehingga apabila terjadi masalah pada sistem pergudangan bahan baku, hal ini mengakibatkan masalah juga pada penyimpanan bahan jadi dan area produksi. Identifikasi risiko dilakukan dengan melihat penyebab risiko yang terjadi seperti pada Tabel 5. b. Penilaian Resiko (Risk Assesment) Penilaian risiko dilakukan setelah diidentifikasi risiko – risiko yang mungkin terjadi dari perusahaan. Diketahui bahwa terdapat 32 risiko yang dapat terjadi di perusahaan. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan tingkat kemungkian terjadi dan tingkat keparahan dari risiko. Untuk tingkat probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko (occurance) dibagi menjadi lima golongan yakni sangat jarang, jarang, moderat, sering dan sangat sering yang dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk tingkat keparahan / dampak (severity) dibagi juga menjadi lima golongan yakni dampak yang sangat kecil, kecil, menengah, besar dan sangat besar dapat dilihat pada Tabel 2. Penilaian risiko dilakukan untuk mendapatkan risk scoring, dimana perhitungan risk scoring merupakan perkalian antara occurance dan severity dari tiap resiko. Hasil penilaian risiko dijelaskan pada Tabel 6. c. Matriks Risiko (Risk Matrix) Setelah dilakukan penilaian risiko, maka untuk memudahkan dalam mengetahui risiko yang paling prioritas untuk ditangani adalah dengan memasukkan setiap nilai occurance dan severity dari tiap risiko dimana sumbu x merupakan tingkat keparahan dari suatu risiko (severity) dan sumbu y merupakan tingkat probabilitas atau kemungkinan terjadinya suatu risiko (occurance). Hasil risk matrix dari risiko – risiko yang mungkin terjadi di CV Mitra Dunia Palletindo dapat dilihat pada Tabel 7.
Objective Setting Pada penetapan tujuan atau objective setting dari perusahaan CV Mitra Dunia Palletindo memperhatikan pada empat sisi tujuan yakni (a) Strategic Objective yakni dimana perusahaan sedang mengembangkan jenis produk yang mampu diproduksi untuk menguasai pasar secara keseluruhan agar dapat mengemas seluruh jenis produk ; (b) operating objective dalam penerapannya perusahaan telah melakukan pembuatan SOP perusahaan dan perbaikan beberapa aspek manajerial perusahaan ; (c) reporting system yakni penyediaan laporan yang transparan dan akurat namun saat ini perusahaan sedang mengalami kejanggalan dalam penerapan pembukuan keuangan dan laporan ketersediaan bahan baku yang tidak sesuai antara aktual dengan yang tertulis ; (d) compliance objectives yakni pematuhan peraturan pemerintah a. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko yang dapat terjadi di CV Mitra Dunia Palletindo didasarkan dari proses bisnis yang berjalan di perusahaan. Pada penelitian ini difokuskan pada risiko - risiko operasional dikarenakan beberapa permasalahan yang pernah terjadi berasal dari operasional perusahaan, dimana risiko yang terjadi di perusahaan terdiri dari risiko sumber daya manusia, risiko produktivitas, risiko pengadaan bahan baku, risiko pengawasan gudang dan risiko sistem. Identifikasi risiko awalnya dilakukan dengan melihat lapangan secara langsung, melakukan wawancara dengan bagian manajer perusahaan sesuai bidangnya masing – masing. Kemudian membuat daftar indikator risiko – risiko yang mungkin terjadi dari beberapa jurnal yang ada, lalu melakukan seleksi indikator dengan mengurangi atau menambahi indikator risiko yang mungkin terjadi di dalam perusahaan. Setelah melakukan seleksi indikator kemudian membuat kuisioner untuk mengetahui penilaian risiko. Risiko operasional di dalam perusahaan dapat berasal dari eksternal dan internal perusahaan. Pihak eksternal yang sangat berpengaruh dalam operasional perusahaan adalah customer dan supplier dimana kejadian – kejadian dari lingkungan eksternal dapat menjadi suatu yang tidak dapat diduga perusahaan
Tabel 5. Identifikasi Risiko Jenis Risiko
Risiko sumber daya manusia
No A1
terjadinya pencurian bahan baku oleh karyawan
A2 A3 A4
B1
Kecelakaan kerja pada saat kerja Strategi pengembangan karyawan kurang efektif Performa pekerja menurun Kepuasan karyawan (reward and punishment) kurang seimbang Pelaksanaan kerja tidak sesuai SOP
B2
Performansi lantai produksi menurun
A5 Risiko Produktivitas
Resiko
Penyebab / Sumber Risiko Sistem keluar masuk yang bebas dan pendataan bahan baku yang tidak berkala Ketidaksesuaian operator dengan SOP, kelalaian pekerja Kurangnya pelatihan atau training karyawan secara berkala Tidak evaluasi kinerja pegawai secara berkala Sistem reward dan punishment yang tidak di publish kepada karyawan untuk meningkatkan motivasi karyawan Tidak ada evaluasi SOP secara berkala Tidak ada evaluasi kinerja mesin dan jumlah produksi massal / performa produksi
6
Lanjutan Tabel 5. Identifikasi Risiko Jenis Risiko
No
Resiko Kesalahan pendataan failure product dan pelaporan berkala
Barang failure tidak langsung dipisahkan dengan finish product, tidak ada pendataan barang rework
B4
terjadi kerusakan mesin pada saat produksi
Kurang maintenance mesin secara berkala oleh ahli teknisi
D1
Bahan baku tidak sesuai spesifikasi yakni basah, robek dan keropos Tidak adanya surat jalan, kurangnya komunikasi surat jalan pada pihak perusahaan, supir supplier yang mengganti jumlah retur produk Supplier yang terbatas dan uji coba pada supplier baru Kelalaian pekerja dalam memasukkan jumlah pesanan Kurang tegasnya perusahaan dalam mengadakan penjadwalan permintaan pengiriman barang
B3
Risiko Sistem
F1
Risiko Delivery
G1 G2 G3
Pengembalian bahan baku kepada supplier Terjadinya kecurangan dari pihak sumber daya supplier pada pengembalian produk retur Kesalahan pemilihan supplier Kesalahan pemesanan bahan baku Keterlambatan kedatangan bahan baku dari jadwal Ketidaksesuaian jumlah barang datang dengan jumlah pesanan dari supplier Kapasitas gudang kurang pada saat bahan baku datang Kesalahan pengambilan bahan baku maupun bahan jadi Penumpukan buffer stock melebihi kapasitas gudang kesalahan pencatatan antara barang aktual dan dokumentasi Tidak ada space untuk barang jadi Operator tertimpa barang yang jatuh dari ketinggian Terjadinya gangguan pada komputer perusahaan yang menyebabkan data perusahaan hilang Risiko barang rusak saat pengiriman Risiko barang hilang Kesalahan inspeksi sebelum pengiriman
G4
Infrastruktur tidak memadai
G5
Kesalahan pengiriman barang tanpa approval Bahan baku dan barang jadi terkena banjir karna hujan Bahan baku dan barang jadi berjamur karna suhu lembab Mesin mati / tidak bekerja karna mati lampu Terjadinya komplain dan pengembalian barang dari pelanggan kepada perusahaan Penumpukan sisa potongan kardus karena pengepul yang tidak mengambil
D2 Risiko Pengadaan Bahan Baku
D3 D4 D5 D6 E1
Risiko Pengawasan Gudang Bahan Baku dan Bahan Jadi
E2 E3 E4 E5 E6
H1 Risiko Lingkungan
H2 H3
Resiko Reputasi
I1
Risiko PenangananLimbah
J1
Penyebab / Sumber Risiko
Kelalaian dari pihak supplier Kurangnya penataan gudang secara berkala Tidak adanya papan nama bahan baku dan barang jadi yang terupdate Perhitungan buffer stock yang berlebih, sistem pemesanan dan kedatangan bahan baku yang kurang terjadwal Tidak adanya papan nama bahan baku dan karton jadi, penumpukan bahan baku yang melebihi kapasitas Tidak adanya penataan gudang secara berkala, terlalu banyak buffer stock Tumpukan karton dan bahan baku yang jauh melebihi tinggi operator dan dekat dekat alur jalan pekerja Tidak adanya penyimpanan pada flashdisk, pencurian data oleh pihak luar Pengepakan barang yang kurang baik, sistem penataan barang kurang baik Pemberian surat jalan kepada supir perusahaan tidak disertai jumlah barang Pengecekan jumlah produk yang kurang teliti, pengepakan produk yang salah Penjadwalan pengiriman yang kurang terjadwal dengan baik, kurangnya jumlah infrastruktur Kelalaian pekerja dalam pemberian approval pengiriman Ketinggian tanah lantai produksi yang belum mencukupi batas maksimal banjir, area pintu masuk dan keluar yang sangat terbuka Tidak adanya penyesuaian suhu / kelembaban ruangan, tidak adanya fan pada ruangan untuk menjaga kelembaban ruangan Kejadian tidak terduga, kemampuan genset yang kurang memadai Ketidaksesuaian spesifikasi barang yang dijanjikan dengan barang yang dikirim, adanya barang yang rusak pada saat pengiriman Penjadwalan pengambilan sisa kardus tidak berkala
Tabel 6. Penilaian Risiko Jenis Risiko
Risiko sumber daya manusia
Risiko Produktivitas
Risiko Pengadaan Bahan Baku
Risiko Pengawasan Gudang Bahan Baku dan Bahan Jadi
No A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 D1 D2 D3 D4 D5 D6 E1 E2 E3
Resiko terjadinya pencurian bahan baku oleh karyawan Kecelakaan kerja pada saat kerja Performa pekerja menurun dan kelalaian pekerja meningkat Strategi pengembangan karyawan kurang efektif Kepuasan karyawan (reward and punishment) kurang seimbang Pelaksanaan kerja tidak sesuai SOP Performansi lantai produksi menurun Kesalahan pendataan failure product dan pelaporan berkala terjadi kerusakan mesin pada saat produksi Pengembalian bahan baku kepada supplier Terjadinya kecurangan dari pihak supplier pada pengembalian produk retur Kesalahan pemilihan supplier Kesalahan pemesanan bahan baku Keterlambatan kedatangan bahan baku dari jadwal Ketidaksesuaian jumlah barang datang dengan jumlah pesanan dari supplier Kapasitas gudang kurang pada saat bahan baku datang Kesalahan pengambilan bahan baku maupun bahan jadi Penumpukan buffer stock melebihi kapasitas gudang
7
Severity
Occurance
3 3 3 2 1 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 2 4
1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 3 3 4 3 4
Risk Scoring 3 3 6 2 2 6 6 4 4 8 4 4 3 9 12 12 6 16
Lanjutan Tabel 6. Penilaian Risiko Jenis Risiko
Risiko Sistem
Risiko Delivery
Risiko Lingkungan Resiko Reputasi Risiko Penanganan Limbah
E4 E5 E6 F1 G1 G2 G3 G4 G5 H1 H2 H3 I1
kesalahan pencatatan antara barang aktual dan dokumentasi Tidak ada space untuk barang jadi Operator tertimpa barang yang jatuh dari ketinggian Terjadi gangguan pada komputer perusahaan sehingga data perusahaan hilang Risiko barang rusak saat pengiriman Risiko barang hilang Kesalahan inspeksi finish good sebelum pengiriman Infrastruktur tidak memadai Kesalahan pengiriman barang tanpa approval Bahan baku dan barang jadi terkena banjir karna hujan Bahan baku dan barang jadi berjamur karna suhu lembab Mesin mati / tidak bekerja karna mati lampu Terjadinya komplain dan pengembalian barang dari pelanggan
2 3 5 4 5 5 4 3 3 5 5 5 5
3 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
Risk Scoring 6 12 5 4 5 5 8 3 3 5 5 5 5
J1
Penumpukan sisa potongan kardus karena pengepul yang tidak mengambil
2
3
6
No
Resiko
Severity
Occurance
dan dapat direduksi dengan cara penataan gudang secara berkala dan dengan pemantauan rutin. Level Low Pada level low terdapat 10 risiko dengan risiko tertinggi adalah E2 Kesalahan pengambilan bahan baku maupun bahan jadi, E4 kesalahan pencatatan antara barang aktual dan dokumentasi, J1 Penumpukan sisa potongan kardus karena pengepul yang tidak mengambil, A3 Performa pekerja menurun dan kelalaian pekerja meningkat, B1 Pelaksanaan kerja tidak sesuai SOP dan B2 Performansi lantai produksi menurun. Respon risiko pada level ini adalah dengan melakukan reduksi risiko dengan perlunya prosedur rutin yang cukup untuk menanggung dampak yang akan dihasilkan dari risiko tersebut. Perluya pengendalian intern yang efektif dan adanya strategi yang berfokus pada pemantauan setiap kejadian risiko yang mungkin terjadi. Reduksi risiko pada level ini juga dapat dilakukan dengan melakukan training pada karyawan dan pembaharuan SOP. Level Very Low Pada level low terdapat dau risiko didalamnya yakni A4 Strategi pengembangan karyawan kurang efektif dan A5 Kepuasan karyawan (reward and punishment) kurang seimbang. Kedua risiko ini dapat direspon dengan penerimaan risiko dengan pemantauan yang rutin dan tetap diperhatikan.
d. Respon Resiko (Risk Response) Dari matriks resiko diketahui bahwa perusahaan dari 32 resiko yang ada. Setelah diketahui risiko menurut levelnya, maka langkah selanjutnya adalah merespon risiko tersebut apakah risiko dapat diterima, dihindari, dikurangi atau ditransfer dengan pihak ketiga. Penjelasan respon risiko dari tiap level yakni : Level High Pada level ini secara keseluruhan berisi risiko – risiko produktivitas yang harus dihindari. Cara merespon risiko pada level ini adalah dengan menghindari risiko dengan pengelolaan yang aktif dan review rutin dimana harus melaksanakan suatu strategi agar dapat menghindari risiko yang mungkin terjadi. Selain itu, perlu dilakukan pemeliharaan yang terkendali dengan baik. Pada level ini, risk scoring tertinggi adalah risiko E3 yaitu adanya penumpukan buffer stock melebihi kapasitas gudang yang ada dan D6 yakni ketidaksesuaian jumlah barang yang datang dari supplier dengan jumlah pesanan. Kedua risiko tersebut sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan kerugian pada pihak perusahaan. Apabila bahan baku datang tidak sesuai jadwal yang seharusnya, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja produksi dan sangat perlu dihindari apabila bahan baku untuk produksi yang urgent. Buffer stock yang berlebihan ini menyebabkan kapasitas gudang yang berkurang, dan dapat merugikan perusahaan apabilan stok bahan baku tidak digunakan. Level Moderate Pada level high terdapat 18 risiko didalamnya. Cara penanganan untuk merespon risiko – risiko di level ini adalah dengan menghindari dan mereduksi risiko tersebut. Risk scoring yang tertinggi pada level ini adalah E1 yakni kapasitas gudang yang kurang pada saat bahan baku datang dan tidak ada space untuk barang jadi. Kedua risiko ini sebaiknya dihindari
e. Kegiatan Pengendalian (Risk Control) Pengendalian risiko merupakan langkah – langkah yang disarankan untuk dapat menghindari risiko, mengurangi risiko, mentransfer risiko dan bahkan menerima risiko dengan pengendalian yang disesuaikan pada tiap risiko. Pengendalian risiko pada penelitian ini hanya difokuskan pada level high dan level moderate yang lebih diprioritaskan untuk dihindari dan direduksi. Cara pengendalian risiko ini merupakan hasil wawancara dengan bagian perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 8. 8
Tabel 7. Hasil Risk Matrix
Likelihood
Significance 5 4 3 2 1
1 Sangat Kecil
Sangat sering Sering Moderat Jarang Sangat Jarang
Dampak / Severity 3 Menengah
2 Kecil
E1, E5 D5 A3, B1, B2 A1, A2, D4, G5
E2, E4, J1 A5 A4
4 Besar
5 Sangat Tinggi
D6, E3 D1, G3 B3, B4, D2, D3, F1, G4
E6, G1, G2, H1, H2, H3, I1
Tabel 8. Pengendalian Risiko Level
Kode D6
Level High
Level Moderat e
Nama Risiko Ketidaksesuaian jumlah barang datang dengan jumlah pesanan dari supplier
E3
Penumpukan buffer stock melebihi kapasitas gudang
E1
Kapasitas gudang kurang pada saat bahan baku datang
E5
Tidak ada space untuk barang jadi
Pengendalian Risiko Melakukan evaluasi kinerja supplier Mengkomunikasikan kesepakatan jumlah pesanan barang Mengevaluasi ketersediaan dan kecukupan buffer stock Menyesuaikan buffer stock dengan kapasitas gudang Mengurangi jumlah buffer stock Melakukan evaluasi kapasitas gudang Menjaga keseimbangan pemesanan bahan baku dengan pengirimana barang jadi Mengurangi pemesanan buffer stock Memisahkan space bahan baku dan barang jadi Melakukan estimasi pengiriman barang jadi yang sesuai dengan jadwal produksi sehingga tidak menjadikan penumpukkan barang jadi Mengurangi penumpukan bahan baku di gudang Mengkomunikasi jadwal pengiriman barang dari supplier Membuat kesepakatan punishment apabila ada keterlambatan Mengestimasikan waktu pengiriman barang ke customer Melakukan lobbying apabiila keterlambatan karna faktor lingkungan Melakukan peng\ecekan barang pada saat kesepakatan pemesanan Membuat kesepakatan syarat dan sistem pengembalian barang Pengecekan barang pada saat pengepakan bahan jadi dan sebelum masuk truk pengiriman Pengecekan dan pencatatan untuk memastikan barang yang dikirim sesuai dengan permintaan konsumen Pendataan secara langsung pada setiap stasiun kerja apabila ada produk yang tidak sesuai dengan kualifikasi keinginan konsumen Melakukan maintenance berkala untuk menghindari kerusakan tiba – tiba Melakukan produksi sesuai kapasitas mesin
D5
Keterlambatan kedatangan bahan baku dari jadwal
D1
Pengembalian bahan baku kepada supplier
G3
Kesalahan inspeksi sebelum pengiriman
G5
Kesalahan pengiriman barang tanpa approval
B3
Kesalahan pendataan failure product dan pelaporan berkala
B4
terjadi kerusakan mesin pada saat produksi
D2
Terjadinya kecurangan dari pihak sumber daya supplier pada pengembalian produk retur
Memberikan surat jalan dengan memberi keterangan jumlah retur Memastikan kembali kepada supplier penerimaan surat jalan dan jumlah retur
D3
Kesalahan pemilihan supplier
F1
Terjadinya gangguan pada komputer perusahaan yang menyebabkan data perusahaan hilang
G4
Infrastruktur tidak memadai
E6
Operator tertimpa barang yang jatuh dari ketinggian
G1
Risiko barang rusak saat pengiriman
G2
Risiko barang hilang
H1 H2 H3 I1
Bahan baku dan barang jadi terkena banjir karna hujan Bahan baku dan barang jadi berjamur karna suhu lembab Mesin tidak bekerja karna mati lampu Terjadinya komplain dan pengembalian barang dari pelanggan kepada perusahaan
Melihat bahan baku dari setiap supplier terlebih dahulu Mencatat kelebihan dan kerugian dari setiap supplier Penyimpanan data perusahaan pada flash disk atau hard disk yang hanya di pegang oleh pimpinan perusahaan dan manager terkait untuk menjaga kerahasiaan data perusahaan Membuat sistem backup data Menyusun jadwal pengriman barang sesuai lebih tepat waktu dan menyesuaikan jumlah infrastrukrur Menambah space peletakan barang jadi dan bahan baku Membuat batas maksimum ketinggian barang dan meletakkan barang yang memiliki tumpukkan pada sudut ruangan Melakukan perjanjian pada pihak distribusi Memberikan packaging menggunakan plastik agar tidak mudah basah dan rusak Pengontrolan dan dokumentasi secara tertulis barang masuk dan barang yang keluar dari perusahaan Membuat peninggian area gudang dan lantai produksi Membuat rak untuk menjadi alas peletakkan bahan baku dan barang jadi Menjaga kelembaban suhu pada lantai produksi\ Menambah fan pada sudut ruangan untuk menjaga kelembaban saat suhu panas Penyediaan genset utnuk mengganti daya aliran listrik pada mesin Penyampaian spesifikasi produk meliputi ketebalan, warna dan dimensi cartoon box sebelum melakukan persetujuan dengan konsumen Memberikan sampel produk sebelum persetujuan
9
5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil hasil penelitian di CV Mitra Dunia Palletindo, terdapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil yakni sebagai berikut : 1. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan bagian manajer dan kuisioner yang diberikan, dalam analisis risiko dengan Entreprise Risk Management (ERM) berfokus pada operasional perusahaan dan diketahui terdapat 32 risiko yang mungkin terjadi di perusahaan. Resiko operasional perusahaan meliputi dari risiko sumber daya manusia, produktivitas, pengadaan bahan baku, pergudangaan bahan baku dan bahan jadi, sistem dan lain – lain. 2. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan pada tingkat keparahan / dampak (severity) yang dibedakan menjadi lima golongan dan tingkat kemungkinan terjadi (occurance) yang dibedakan menjadi lima golongan. Risk scoring didapatkan dengan melakukan perkalian antara occurance dan severity. Dari perhitungan risk scoring didapatkan risiko tertinggi adalah risiko E3 yaitu adanya penumpukan buffer stock melebihi kapasitas gudang yang ada dan D6 yakni ketidaksesuaian jumlah barang yang datang dari supplier dengan jumlah pesanan. Pada risk matrix, setiap risiko dibedakan menjadi lima golongan level yakni level high, moderate, dan low dan very low. 3. Risiko yang telah dibedakan menjadi level risiko yang berbeda ditangani dengan merespon risiko terlebih dahulu. Terdapat beberapa cara respon risiko yakni menghindari risiko, mereduksi risiko, mentransfer risiko dan menerima risiko. Pada level high dan moderate risiko difokuskan untuk dihindari dan direduksi. Pada level low, resiko difokuskan untuk direduksi dan ditransfer apabila memungkinkan. Sedangkan pada level very low respon risiko adalah menerima risiko dengan pemantauan secara rutin. Penanganan dari setiap risiko tentunya berbeda – beda, dimana saran penanganan telah dijabarkan dalam Tabel 8.
DAFTAR PUSTAKA Berg, H. P. (2010). Risk management: procedures, methods and experiences. Risk Manage, 1, 79-95. Cagno, E., Caron, F., & Mancini, M. (2007). A multidimensional analysis of major risks in complex projects. Risk Management, 9(1), 1-18. Deloitte. (2009). Global Risk Management Survey : Sixth Edition Risk Management In The Spotlight. Djohanputro, B. (2006). Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta : PPM Jalal, A., AlBayati, F. S., & AlBuainain, N. R. (2011). Evaluating enterprise risk management (ERM); Bahrain financial Sectors as a case study.International Business Research, 4(3), 83. Mellisa., & Andono, F. A. (2013). Penerapan Enterprise Risk Management Dalam Rangka Meningkatkan Efektivitas Kegiatan Operasional CV Anugerah Berkat Calondijaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 5 – 12. Moeller, R. (2009). Brink’s Modern Internal Auditing, a Common Body of Knowledge. Canada : Wiley Sepang, B. A. W., Tjakra, J., Langi, J. E. C., & Walangitan, D. R. O. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 1(4). Sutanto, S. (2013). Desain Enterprise Risk Management Berbasis ISO 31000 Bagi Duta Minimarket Di Situbondo.Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 1(1).. Suhendra, E. S., Oswari, T., & Setiawan, S. (2013). Peran Business Continuity Plan dan Contingency Plan Dalam Meminimalisir Risiko Teknologi Informasi pada Industri Asuransi. Jurnal Asuransi dan Manajemen Risiko,1(1). Wiryono, S.K., & Suharto. (2008). Analisis Risiko Operasional di PT TELKOM Dengan Pendekatan Metode ERM. Jurnal Manajemen Teknologi, 7(1), 4 – 11. www.bpkp.go.id Peraturan Keputusan Kepala BPKP diakses pada tanggal 29 Desember 2015
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis resiko yang dilakukan dalam perusahaan, sangat disarankan CV Mitra Dunia Palletindo dapat menerapkan Enterprise Risk Management (ERM) karena dengan analisis risiko ERM dapat membantu perusahaan untuk menilai dan mengelola risiko terimasuk risiko yang besar dan kecil dengan baik sehingga dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan profitabilitas dan tidak merugikan perusahaan. Selain itu, penerapan ERM dapat membantu perusahaan megidentifikasi seluruh risiko perusahaan baik dari internal maupun eksternal khususnya risiko operasional perusahaan.
10