Analisis Enterprise Risk Management (ERM) Pada Organisasi Masjid Kampus Universitas Padjadjaran Asep Kurniawan, SE Pendahuluan Sebagai terminal akhir dari jenjang sistem pendidikan nasional, maka perguruan tinggi berperan besar dalam mempersiapkan tenaga profesional yang pada akhirnya akan turut serta dalam menentukan masa depan bangsa. Kegagalan sistem pendidikan tinggi dalam menghasilkan outcomes yang diinginkan, yaitu sosok manusia yang tidak saja mempunyai kemampuan yang dapat diandalkan pada bidang profesinya namun juga dengan integritas moral serta akhlaq mulia, dapat dipastikan akan berimplikasi pada runtuhnya harapan masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini. Oleh karena itu, sudah seharusnyalah keberhasilan sistem pendidikan tinggi nasional menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa. Terlalu penting dan berat risikonya jika masalah ini hanya dibebankan dipundak pengelola formal pendidikan tinggi. Memang banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan sistem pendidikan dalam menghasilkan sosok manusia insan kamil seperti yang diharapkan oleh bangsa ini. Mulai dari tingkat pendidikan yang masih rendah, sarana prasarana, sumber daya manusia, pemerintah, masyarakat pengguna dan hal lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena untuk kasus Indonesia memang amat banyak faktor-faktor itu. Dengan melihat kenyataan yang ada disekitar kita maka sulit untuk dikatakan bahwa harapan telah lahirnya insan-insan kamil dalam jumlah yang mencukupi sebagai salah satu faktor pengerak menuju terwujudnya kesejahteraan masyarakat telah terpenuhi. Sulit Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
untuk tidak berasumsi bahwa mereka yang terlibat dalam korupsi dan kolusi pada umumnya adalah alumni lembaga pendidikan tinggi, baik dalam posisinya sebagai birokrat atau wiraswastawan. Artinya, ada sesuatu yang perlu mendapat perhatian lebih serius dalam proses pendidikan dijenjang pendidikan lebih tinggi yaitu mengenai pembentukan karakter, integritas, dan atau akhlak. Masjid kampus mempunyai potensi yang tidak kecil untuk dapat mempunyai peran yang cukup berarti dalam turut serta mempersiapkan karakter para alumni perguruan tinggi terkait. Khutbah jum’at, misalnya, berpotensi untuk bertindak sebagai sebuah forum studium generale yang bermuatan pesan-pesan mengenai akhlak mulia dalam konteks pembangunan karakter bangsa. Disamping peran lokal, seperti khutbah jum’at tersebut, namun dalam jangka panjang akan mempunyai implikasi nasional, masjid kampus juga berpotensi mempunyai peran dengan implikasi nasional terhadap kasus-kasus kekinian. Sudah seharusnya potesipotensi tersebut ditindaklanjuti agar ia berdaya guna seperti yang diharapkan (Hermawan, Merumuskan Peran Masjid Kampus dalam Membangun Masa Depan Bangsa, disampaikan pada Kongres Nasional Masjid Kampus Indonesia, 2004). Istilah masjid kampus mulai populer kira-kira awal 1980-an, bersamaan dengan semakin maraknya kegiatan mahasiswa dan remaja pada umumnya di masjid-masjid yang sengaja dibangun di linkungan kampus perguruan tinggi. Di beberapa perguruan tinggi bahkan terlihat masjid menjadi alternatif pilihan untuk mengisi waktu di luar kegiatan perkuliahan formal. Kenyataan ini terus berkembang, sehingga masjid kampus berfungsi bukan saja untuk kepentingan kegiatan keagamaan (ritual), tapi juga jenis-jenis
169 170 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
kegiatan lainnya, seperti kelompok belajar, kegiatan seni budaya, latihan kepemimpinan, dan lain sebagainya. Pelebaran fungsi seperti itu secara konsepsional sebetulnya bukan sesuatu yang baru, bahkan merupakan proses idealisasi sesuai dengan fungsi yang sesunggguhnya seperti juga terjadi pada zaman Nabi. Kenyatan di masyarakat kita memang masih memperlihatkan fungsinya yang sangat sempit. Masjid, secara umum, seringkali diidentikan dengan tempat shalat bagi mereka yang memilih Islam sebagai agama anutannya. Di luar itu, masjid seolah-olah tidak memiliki fungsi sosial apapun. Lebih-lebih untuk kegiatankegiatan yang bernuansa bisnis. Akibatnya, peningkatan jumlah masjid di tengah-tengah kehidupan masyarakat dewasa ini nyaris tidak berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan ataupun tensi konflik sosial yang dihadapinya (Miftah, “Eksistensi dan Fungsi Masjid Kampus”, disampaikan pada Kongres Nasional Masjid Kampus Indonesia, 2004). Hingga saat ini, masjid-masjid yang jumlahnya mencapai puluhan ribu dan diperkirakan masih akan terus bertambah, tampaknya belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terutama karena disebabkan oleh masih minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang masjid, selain itu, perhatian kita masih terfokus pada usaha pengadaan sarana fisik. Padahal, pemenuhan kebutuhan nonfisik untuk memakmurkan masjid seperti diperintahkan Allah dalam al-Quran, hingga saat ini masih relatif terabaikan. Optimalisasi fungsi masjid ini pada gilirannya dapat juga bermanfaat bagi pembinaan jamaah dan masyarakat pada umumnya, bukan saja dalam aspek kegiatan ibadah ritual tapi juga bagi pembinaan aspek wawasan sosial, politik Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
dan ekonomi, serta wawasan-wawasan lainnya sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman khususnya seperti yang kita saksikan sekarang ini. Optimalisasi fungsi seperti inilah yang justru terjadi di masjid-masjid kampus yang dari sisi kualitas sumber daya kejamaahannya relatif lebih maju. Mereka adalah lapisan komunitas terdidik, sekurangkurangnya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Gambaran seperti ini memperlihatkan sebuah miniatur fungsi sesuai yang diharapakan, sehingga masjid kampus dapat menjadi semacam laboratorium pembinaan umat, untuk kemudian dikembangkan di masjid-masjid pada umumnya. Dalam situasi apapun, idealnya, masjid dapat dijadikan pusat kegiatan masyarakat untuk berusaha mewujudkan tatanan sosial yang lebih baik. Jika selama ini pusat pembinaan masyarakat masih terpusat ke lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan madrasah, maka bagi masyarakat sekarang harus juga dikembangkan lembaga kemasjidan sebagai salah satu alternatif pembinaan umat dan bahkan bangsa secara keseluruhan. (Miftah, “Eksistensi dan Fungsi Masjid Kampus”, disampaikan pada Kongres Nasional Masjid Kampus Indonesia, 2004). Namun, sebagai sebuah entitas yang juga mengalami dinamika keorganisasian, tentunya masjid kampus banyak menghadapi risiko berupa permasalahan manajerial dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Banyak pihak, baik internal kampus maupun eksternal kampus, yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholders) masjid kampus. Hal ini memaksa organisasi masjid kampus untuk dapat menjembatani kepentingan para stakeholders dan mengontrol risiko-risiko yang muncul karenanya. Selain itu, tanggung jawab moril yang melekat pada organisasi masjid kampus
171 172 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional juga harus senantiasa dijaga konsistensinya. Pengendalian secara menyeluruh atas risiko yang muncul dari setiap aktivitas yang dijalankan suatu entitas atau organisasi, akhir-akhir ini mulai sering diperbincangkan. Hal ini dipicu oleh munculnya risiko-risiko yang disebabkan oleh ketidaksinkronan atau penyalahgunaan wewenang yang sedikit banyaknya akan memberi pengaruh negatif bagi entitas tersebut. Lebih parah lagi akan mengantarkan entitas atau organisasi pada kegagalan dalam mencapai tujuannya. Dalam upaya mencapai tujuan, manajemen harus menetapkan suatu strategi untuk mengoptimalkan keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan risikorisiko bawaan yang ada. Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan konsep Enterprise Risk Management (ERM). ERM memberikan kemampuan kepada perusahaan untuk menangani ketidakpastian secara efektif sehingga diharapkan dapat meningkatkan suatu entitas atau organisasi dalam membangun nilai bagi para stakeholders. Organisasi Publik Menurut perspektif kelembagaan, organisasi dapat didefinisisikan sebagai suatu entitas sosial yang dikoordinasikan secara sadar, diikuti pembatasan-pembatasan yang secara relatif berkesinambungan dengan pengidentifikasian rambu-rambunya secara jelas serta senantiasa berupaya meraih pencapaian tujuan atau sekumpulan tujuannya secara bersama-sama (Robbins,1990 yang dikutip oleh Heene, 2010). Berangkat dari definisi tersebut, Daft (1989) yang dikutip oleh Heene (2010) menjelaskan empat prinsip utamanya, yaitu: (1) Organisasi Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
173
merupakan entitas-entitas sosial yang terdiri atas manusia dan kelompok manusia; (2) Organisasi akan senantiasa terarah pada tujuan tertentu; (3) Organisasi mengandung sistem yang dikoordinasikan secara rasional agar mampu meraih tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya; (4) Organisasi memiliki rambu-rambu pembatas yang relatif teridentifikasi secara jelas; yang menentukan unsur mana saja yang termasuk bagian atau bukan dari organisasi itu. Menurut Heene (2010), dengan terus mengembangkan pendekatan organisasi sebagai sistem terbuka, maka dapatlah memaknai organisasi sebagai sistem bagi para pelakunya yang saling ketergantungan serta memiliki tujuan-tujuan bersama yang terkait pada penciptaan dan pendistribusian nilai-nilai yang berlaku di lingkungan tersebut dan melalui interaksi keduanya. Hal ini mengimplikasikan bahwa organisasi memiliki tanggung jawab untuk : (1) Menciptakan nilai; dan (2) Mendistribusikan nilai yang tercipta. Heene (2010) mengelompokkan organisasi menjadi 4 jenis: (1) Organisasi Publik/Sosial murni; (2) Organisasi Sosial – ekonomi; (3) Organisasi Ekonomi – sosial; (4) Organisasi Swasta (Perusahaan). Gambar 1. Ruang Lingkup Organisasi Publik dan Bisnis
Sumber : Buku Manajemen Stratejik Keorganisasian Publik (Heene, 2010)
Dengan melihat gambar di atas, dapat kita katakan bahwa masjid kampus termasuk pada organisasi publik/ sosial murni, karena masjid kampus saat ini perkembangannya masih berupaya meraih tujuan sosial. Menurut Ratminto (2009), berdasarkan pada organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan umum/publik dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: pelayanan publik atau umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik (pemerintah) dan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat (swasta). Pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat dapat dibedakan lagi menjadi pelayanan yang bersifat primer dan pelayanan yang bersifat sekunder. Dalam pelayanan publik yang diselenggarakan oleh swasta adapatabilitas pelayanan sangat tinggi. Penyelenggara pelayanan selalu beruasaha untuk merespon keinginan pengguna karena posisi tawar pengguna lebih tinggi dibandingkan dengan penyelenggara pelayanan. Apabila keinginan pengguna tidak direspon, maka pengguna akan beralih kepada penyelenggara pelayanan yang lain. Sistem Pengendalian Manajemen Pengendalian manajemen adalah proses untuk memotivasi dan memberi semangat anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan proses mendeteksi dan memperbaiki kesalahan yang tidak disengaja maupun penyimpangan yang disengaja berupa pencurian atau penyalahgunaan sumber daya yang ada. Pengendalian manajemen yang berorientasi pada manusia dan implementasi rencana memerlukan Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
174 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
175
pertimbangan psikologi yang kuat. Aktivitas seperti komunikasi, menasihati, memberi semangat, dan kritik adalah bagian yang penting dalam proses ini sehingga terbentuklah pengendalian tugas (task control). Pengendalian tugas mencakup proses pencegahan penyimpangan yang mungkin terjadi. Aktivitas pengendalian manajemen juga memerlukan koordinasi yang bertujuan untuk menjangkau seluruh lapisan organisasi dan kemudian mengomunikasikannya dalam jangka waktu tertentu untuk dapat mengevaluasi dan mengamati strategi apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Anthony & Vijay (2004) “Management control is the process by which managers influence members of the organization to implement the strategies effectively and efficiently”. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa pengendalian manajemen merupakan proses yang digunakan manajemen untuk menjamin bahwa organisasi telah melakukan strategi yang efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen dalam pengendalian manajemen terdiri dari struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab, dan informasi untuk pelaksanaan pengendalian yang memastikan bahwa organisasi yang sedang berjalan telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan dengan manajemn yang efektif, organisasi harus memiliki manajer dalam pengawasan dan pengevaluasian atas masukan dan keluaran secara optimal. Dengan demikian, manajemen memerlukan suatu sistem untuk menangani proses yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi dan pengelolaannya dapat berjalan sesuai dengan strategi yang efektif dan efisien. Menurut Mulyadi (2004), proses pengendalian manajemen terdiri dari enam tahapan: (1) Perumusan strategi;
176 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
(2) Perencanaan stratejik; (3) Penyusunan program; (4) Penyusunan anggaran; (5) Implementasi strategi; (6) Pemantauan.
and manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance regarding the achievement of entity objectives.”
Enterprise Risk Management (ERM)
Manajemen risiko dapat memberikan keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan pelaporan (reporting) dan ketaatan (compliance). Karena masih berada dalam pengendalian perusahaan dan bergantung dengan bagaimana pelaksanaan aktivitas yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Sementara, untuk tujuan stratejik (strategic) dan operasional (operational) manajemen risiko tidak dapat mencegah adanya keputusan yang buruk dari manajemen atau direksi, serta pengaruh eksternal yang menghambat pencapaian tujuan. Namun, manajemen risiko dapat memberikan petunjuk dan tuntunan pada manajemen ataupun direksi untuk dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik. Enterprise Risk Mangement memungkinkan manajemen untuk secara efektif mengatasi ketidakpastian beserta risiko dan kesempatan yang mengikutinya, sehingga meningkatkan kapasitas untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Gambar 2. Model Enterprise Risk Management
Menurut COSO, enterprise risk management memiliki delapan komponen yang saling berhubungan. Komponen ini berasal dari cara manajemen menjalankan bisnisnya dan terintegrasi dengan proses manajemen. Berikut komponen enterprise risk management dari COSO:
Sumber : COSO ERM-Integrated Framework. The Committee of Sponsoring organizations of the Treadway Commission (2004) mendefinisikan Enterprise Risk Management secara lebih lengkap sebagai berikut: “Enterprise risk management is a process, effected by an entity’ board of directors, management and other personnel, applied in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Internal Environment – manajemen menentukan filosofi risiko dan menentukan risk appetite. Lingkungan internal menentukan dasar bagaimana perspektif orang-orang diperusahaan mengenai risiko dan pengendalian. Pusat dari kegiatan bisnis adalah orang-orang didalamnya – attribute individu seperti integritas, nilai moral (ethical values), dan kompetensi – dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi.
177 178 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Objective Setting – tujuan harus ada sebelum perusahaan dapat mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi pencapaian.Enterprise Risk Management (ERM) memastikan bahwa manajemen memiliki proses penetapan tujuan dan tujuan yang terpilih sesuai dengan misi perusahaan dan konsisten dengan risk appetite. Event Identification – kejadian potensial yang dapat memberikan pengaruh kepada perusahaan harus dapat diidentifikasi.Identifikasi kejadian melibatkan identifikasi kejadian potensial dari sumber internal maupun eksternal.Termasuk membedakan antara kejadian yang menimbulkan risiko dan yang menimbulkan kesempatan dan yang mungkin menimbulkan keduanya. Risk Assessment – risiko yang telah diidentifikasi dianalisa untuk menentukan dasar perlakuan terhadap risiko.Risiko dinilai baik untuk risiko inherent dan risiko residual, dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadi dan dampaknya. Risk Respons –mengidentifikasi dan melakuan evaluasi untuk respon yang sesuai terhadap risiko. Manajemen menentukan sejumlah tindakan untuk menyesuaikan risiko dengan risk tolerances dan risk appetite perusahaan. Control Activities – penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan risk response yang dipilih manajemen dilaksanakan dengan efektif. Information and Communication – mengidentifikasi, menangkap, dan mengkomunikasikan informasi yang relevan dalam bentuk form dan dalam waktu yang tepat agar Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
179
Gambar 3. Komponen ERM dan key elemennya
memungkinkan orang-orang untuk melaksanakan kewajibannya. Informasi dibutuhkan dalam semua tingkatan perusahaan untuk mengidentifikasi, menilai dan merespon risiko.Role dan responsibilities tiap-tiap personil dikomunikasikan dengan baik. Monitoring – keseluruhan enterprise risk management diawasi dan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Dengan demikian ERM dapat bereaksi secara dinamis dan dapat berubah sesuai tuntutan kondisi.Monitoring dilaksanakan melalui kegiatan manajemen yang berjalan, evaluasi terpisah atas ERM, atau kombinasi dari keduanya. Metode Penelitian
Sumber : COSO ERM – integrated framework.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metodepenelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan content analysisdan eksperimentasi/ simulasi.Penelitian kualitatif deskriptif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh) .Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.( Bodgan dan Taylor, 1975 dikutip oleh Moleong, 2007). Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya” ( Kirk dan Miller, 1986 dikutip Moleong, 2007). Sedangkan ahli lain mendefenisikan penelitian kualitatif merupakan penelitian menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
180 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
181
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.” (Denzin dan Lincoln, 1987 dikutip Moleong, 2007).Dari segi pengertian ini penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif dengan berbagai macam metode penelitian. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. (Moleong, 2007).Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).
Dalam konteks risk management philosophy, jajaran manajemen Masjid Kampus Universitas Padjadjaran menyadari betul bahwasanya dalam menjalankan amanahnya yaitu mengorganisasikan kegiatan keislaman di Universitas Padjadjaran yang berbasis masjid dibutuhkan sebuah sistem dengan perangkat yang kuat, baik berupa kebijakan, sumber daya manusia, maupun mekanisme kerja organisasi. Dari sanalah muncul kesadaran untuk menghadirkan sistem yang dapat mengantarkan organisasi untuk mencapai tujuan utamanya dalam mengelola Masjid Kampus dan melakukan
pembinaan keislaman ditengah-tengah masyarakat kampus. Dalam menjalankan upaya tersebut, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran mengalami dinamika organisasi yang sangat beragam. Banyak risiko yang dihadapi, banyak solusi yang dijalankan, banyak solusi yang berhasil, namun tidak jarang juga mengalami kegagalan. Dalam menangani risiko organisasinya, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran sering mengadopsi teori-teori manajerial dan keorganisasian yang diajarkan di kampus. Karena salah satu potensi besar yang dimiliki oleh perguruan tinggi adalah banyaknya sumber daya manusia dengan gagasan brilian yang dapat dilibatkan dan mampu memberi solusi atas setiap permasalahan atau risiko yang dihadapi. Namun, apapun bentuk solusi yang ditawarkan baik yang bersifat strategis, taktis, maupun teknis/ operasional, semuanya dikembalikan pada aspek fundamental yaitu aturan Allah swt. Sebab, semangat yang mendasari setiap aktivitas di masjid adalah keimanan kepada Allah swt. Allah swt berfirman, “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjidmasjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orangorang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (TQS. At Taubah : 17-18). Allah juga berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk” (TQS. An Nahl : 125)
182 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Hasil dan Pembahasan Internal Environment merupakan keadaan yang mencerminkan tingkat perhatian dan dukungan manajemen terhadap manajemen risiko organisasi. Lingkungan internal merupakan landasan bagi pelaksana komponen manajemen risiko perusahaan lainnya.
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
183
Ketentuan diataslah yang akan senantiasa dijadikan guidance dalam mengidentifikasi, memilih, dan mengelola risiko yang telah diterima oleh manajemen, serta memilih alternatif solusi yang akan ditetapkan sebagai treatment untuk mengatasi risiko yang akan muncul selama berlangsungnya mekanisme organisasi. Sementara terkait halrisk appetite, satu hal yang penulis temukan adalah tingkat pengetahuan dan selera risiko (risk appetite) dalam organisasi ini berbeda-beda ditiap levelnya. Hal ini disebabkan oleh kapasitas individu dan wewenang yang dimiliki berbeda-beda. Perlu ada sosialisasi yang lebih intens lagi dalam menyamakan persepsi berkaitan dengan risk appetite di semua level organisasi. Orang-orang yang menempati jajaran board of directors di Masjid Kampus Universitas Padjadjaran adalah para ketua divisi (top level management) serta para alumni dan dosen yang terlembagakan dalam struktur Pembina Masjid. Top level management dalam hal ini merupakan orang-orang yang memiliki tanggung jawab penuh berkaitan dengan kinerja organisasi, sedangkan Pembina Masjid memiliki peranan menjembatani hubungan dengan pihak birokrat kampus dan memberikan masukan demi keberlangsungan dan perkembangan organisasi.
menjadi pengurus Padjadjaran.
baru
Masjid
Kampus
Universitas
Proses penanaman kode etik yang menyeluruh sehingga melahirkan generasi yang memiliki integritas yang kuat membutuhkan waktu yang relatif lama. Terlebih lagi hal ini mendapat tantangan dari siklus masa studi mahasiswa yang saat ini relatif lebih singkat. Kondisi ini membuat organisasi harus berpikir keras untuk mampu menyeimbangkan kondisi diatas dengan cara mengajari, mewajibkan, dan membiasakan perilaku berintegritas serta memberi teladan atau contoh agar penanaman integritas dapat berlangsung tidak terlalu lama. Hal ini tercermin dalam beberapa program kerja yang bersifat pembekalan, pelibatan, dan pemberdayaan. Masjid Kampus Universitas Padjadjaran mendapatkan tantangan dan tuntutan yang sangat besar untuk menanamkan commitment to competence yang harus dimiliki oleh aktivis dakwah dan pengurus masjid. Untuk tetap mengacu pada standar kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh pengurus masjid, manajemen melakukan upaya-upaya berupa seleksi, pembekalan, dan pembinaan baik rutin maupun berkala. Hal ini dinilai cukup baik dalam menjaga kompetensi pengurus.
Integrity and Ethical Values atau kode etik yang telah ditetapkan oleh Masjid Kampus Universitas Padjadjaran sudah baku dan bersifat mengikat. Hanya saja berkaitan dengan integritas yang dimiliki oleh pengurus masih belum merata, walaupun hanya sebagian kecil saja. Hal ini disebabkan oleh beragamnya latar belakang keislaman dan kemanajerialan yang dimiliki oleh para mahasiswa yang
Objective Setting merupakan kegiatan menyelaraskan visi dan misi dengan tujuan organisasi, sehingga risiko-risiko yang dapat menggangu pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dikelola dengan baik. Adapun yang dilakukan adalah, pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia dengan sistem berjenjang melalui suatu pola pembinaan yang khas, seleksi program unggulan dengan fokus pada pencitraan Masjid Kampus
184 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
185
Universitas Padjadjaran sebagai Masjid Intelektual (Masjid Universitas Padjadjaran, Masjid Intelektual) dan mengedepankan kekhasan ide dan pemikiran Islam sebagai pemecah persoalan kehidupan manusia (Islam Punya Solusi), kemandirian, dan eksistensi dalam melakukan kerjasama dan dalam kompetisi di lingkungan kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Event Identification merupakan kegiatan identifikasi kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan organisasi, baik yang dapat menimbulkan dampak negatif (risiko) maupun dampak positif (peluang) dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Dalam menentukan dan mencanangkan tujuan yang hendak dicapainya, Masjid kampus Universitas Padjadjaran sebagaimana organisasi lain pada umumnya pasti menghadapi kejadian-kejadian potensial yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Namun, hal yang harus kita pahami adalah bagaimana cara organisasi dalam memilah antara kejadian yang memiliki potensi risiko dan kejadian yang memiliki potensi peluang. Hal ini penting karena berkaitan dengan tingkat penerimaan organisasi terhadap risiko yang melekat dalam setiap kejadian maupun nanti setelah dilakukan pengendalian atas risiko tersebut. Ada dua faktor yang harus diperhatikan dalam mengidentifikasi kejadian-kejadian yang akan dihadapi oleh organisasi, yaitu:
ditilik dari sisi kelayakan fisik bangunan masjid memang masih belum memadai untuk menjadi representasi masjid kampus. Daya tampung masjid pun masih kurang. Sehingga sangat diperlukan upaya untuk memperbaiki aspek infrastruktur ini. Kondisi infrastruktur yang seperti ini akan mengakibatkan munculnya risiko dan sulitnya menangkap peluang. Sumber daya manusia; secara kualitas sumber daya manusia yang ada di Masjid Kampus Universitas Padjadjaran sudah masuk dalam kualifikasi yang cukup baik. Namun, apabila dilihat dari sisi kuantitasnya memang masih dibutuhkan banyak sumber daya manusia lagi untuk bisa menjalankan roda kepengurusan dengan ideal dan progresif. Hal ini bisa membuat peluang yang ada tidak dapat dioptimalkan. Proses; secara umum apa yang telah diterapkan di Masjid Kampus Universitas Padjadjaran sudah memiliki standar yang jelas. Kapasitas cakupan dan desain aturan yang telah dibuat sudah mampu menggerakkan organisasi. Hanya saja dalam tataran eksekusi masih terjadi beberapa kesalahan yang terjadi yang disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan manusia. Teknologi; Masjid Kampus Universitas Padjadjaran masih belum menggunakan teknologi secara serius yang disebabkan oleh kemampuan maintenance yang kurang baik.
1. Faktor Internal Infrastruktur; dengan adanya dua bangunan fisik masjid yang melambangkan dua sektor, Kampus Dipati Ukur dan Kampus Jatinangor, menurut penilaian penulis sudah cukup baik. Hanya saja,
2. Faktor Eksternal Situasi politik; kebijakan institusi kampus menjadi satu hal yang sangat memengaruhi mekanisme organisasi. Perubahan apapun yang berkaitan dengan
186 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
187
masjid yang dikeluarkan oleh pihak institusi mau tidak mau harus diikuti dan disesuaikan. Situasi ekonomi; faktor ini berpengaruh cukup besar pada aktivitas penganggaran (budgeting), baik dalam kepengurusan maupun kepanitiaan. Manajemen mau tidak mau dipaksa untuk melakukan penyesuaianpenyesuaian yang bisa jadi akan memengaruhi pencapaian tujuan organisasi Situasi sosial; faktor ini penting mengingat Masjid Kampus Universitas Padjadjaran bergerak dalam rangka melakukan pembinaan ditengah-tengah masyarakat. Situasi sosial menjadi salah satu pertimbangan utama dalam menentukan strategistrategi jangka pendek dan menegah. Lingkungan alam; sejauh ini belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Banyak cara yang dilakukan oleh manajemen dalam mengidentifikasi kejadian-kejadian yang biasa muncul/ terjadi. Diantaranya dengan membaca secara langsung faktorfaktor yang memengaruhi organisasi, sebagaimana yang tercantum diatas. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mempelajari laporan pertanggungjawaban kepengurusan atau diskusi langsung dengan pengurus periode sebelumnya. Survey kecil-kecilan dan berdiskusi dengan pembina juga bisa ditempuh untuk menguatkan informasi yang telah kita dapatkan. Setiap kejadian yang dihadapi organisasi terkadang ada yang memang hanya berdiri sendiri, namun ada pula yang bersifat saling memengaruhi. Kejadian yang saling memengaruhi inilah yang harus diberi perhatian khusus oleh
manajemen. Karena apabila salah dalam menanganinya maka akan menjalar ke aspek strategis lainnya. Kategorisasi kejadian memang sangat penting dilakukan. Hal ini akan mempermudah manajemen dalam menentukan siapa yang akan bertanggung jawab ketika kedepannya suatu kejadian akan memberikan pengaruh besar kepada upaya pencapaian tujuan organisasi. Manajemen harus bisa memilah kejadian yang berpotensi risiko dan berpotensi peluang. Hal ini sangat tergantung pada risk appetite orang-orang yang menduduki posisi top management. Control Activities merupakan kegiatan mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diperlukan untuk memastikan bahwa respon terhadap risiko telah dijalankan dengan baik dan benar. Setelah menetapkan respon atas risiko yang terdapat dalam kejadian-kejadian yang akan dihadapi organisasi, manajemen menurunkannya menjadi kebijakan yang akan menjadi pegangan dalam mengantisipasi risiko tersebut. setelah itu diturunkan lagi kedalam aspek yang lebih rinci lagi yaitu berupa prosedur yang akan dilaksanakan dalam mengelola risiko tersebut. Aktivitas pengendalian dapat dikategorikan menjadi dua jenis, diantaranya ada yang bersifat preventif, detektif, manual, komputerisasi, dan pengendalian manajemen. Teknik pengendalian yang bisa dilakukan antara lain: top-level reviews, direct functional or activity management, information processing, physical controls, performance indicators, segregation of duty.
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
188 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
189
Teknik diatas digunakan tergantung pada risiko apa yang akan dilakukan penanganan terhadapnya. Dalam Masjid Kampus Universitas Padjadjaran memang ada beberapa teknik yang bisa dan ada pula yang belum bisa diterapkan. Hal ini disebabkan oleh prasyarat penunjangnya yang memang belum dimiliki oleh Masjid Kampus Universitas Padjadjaran. Kebijakan (policy) adalah hal-hal yang berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh manajemen untuk melakukan penanganan terhadap risiko yang sudah diterimanya. Sedangkan prosedur adalah hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana langkah-langkah yang harus ditempuh manajemen untuk mengelola atau menangani risiko-risiko tersebut. Masjid Kampus Universitas Padjadjaran telah memiliki kebijakan dan prosedur yang cukup untuk mengelola aktivitasnya. Namun, apa yang telah dimiliki masih harus ditambah dan ditingkatkan untuk dapat menjawab tantangan organisasi yang lebih profesional ke depannya. Masjid Kampus Universitas Padjadjaran masih menjalankan kontrol secara manual. Karena sejauh ini pengendalian manajemen dinilai masih dapat ditangani secara manual. Selain itu juga secara infrastruktur masih belum menunjang. Information and communication merupakan kegiatan identifikasi, pencatatan, penyebaran, dan penggunaan informasi yang relevan secara tepat waktu dalam rangka menunjang terlaksananya tugas dan tanggung jawab manajemen dan pengurus lainnya.
Mekanisme filter informasi: ♦ Content appropriate. Apakah sudah cukup lengkap dan rinci? ♦ Information is timely. Apakah ada ketika dibutuhkan? ♦ Information is current. Apakah informasi atau data itu yang paling baru (up date)? ♦ Information is accurate. Apakah data tersebut benar/ valid? ♦ Information is accessible. Apakah data tersebut dapat diperoleh oleh siapapun yang membutuhkan? Pertanyaan-pertanyaan diatas ditanyakan untuk memastikan agar informasi yang dibutuhkan dan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan benar-benar cukup, valid, dan relevan. Sebab, ketika informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tidak sesuai dengan standar diatas maka akan berakibat pada kesalahan mengambil keputusan, kesalahan solusi yang diterapkan, dan akan membahayakan organisasi. Oleh karena itu, penting bagi Masjid Kampus Universitas Padjadjaran untuk melakukan pembacaan yang serius baik mengenai kondisi internal maupun eksternal organisasi. Pola komunikasi dibuat dengan tujuan untuk memperjelas alur informasi organisasi, sehingga tercipta kerjasama yang efektif dan efesien. Komunikasi secara formal dilakukan dengan rapatrapat. Adapun rapat-rapat yang diselengarakan oleh Masjid Kampus Universitas Padjadjaran adalah: 1. Rapat Koordinasi Khusus (RAKORSUS), yaitu rapat yang WAJIB dihadiri oleh seluruh Ketua Divisi, 2 minggu 1 kali. Agenda utama RAKORSUS adalah Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
190 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
191
2.
3.
4.
5.
seputar koordinasi, POAC, pemecahan masalah-masalah penting dan pengambilan keputusan organisasi. Rapat Koordinasi Umum (RAKORMUM), yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh seluruh Ketua Divisi dan Ketua Departemen (setingkat dibawah ketua divisi). Agenda utama RAKORMUM adalah koordinasi, evaluasi dan konsolidasi pengurus. RAKORMUM diselenggarakan 3 bulan 1 kali. Rapat Umum (RAPUM), yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh seluruh jenjang kepengurusan (top, midle dan low level). Agenda utama RAPUM adalah evaluasi (pengumuman reward and punishment) umum dan konsolidasi. RAPUM diselenggarakan 6 bulan 1 kali. Rapat Divisi, yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh ketua divisi dan staffnya, waktunya tentatif minmal 1 minggu 1 kali. Agenda utama Rapat Divisi adalah konsolidasi, sosialisasi informasi dan evaluasi. Rapat Kepanitiaan, yaitu rapat yang wajib dihadiri oleh kepanitiaan tersebut yang dapat didampingi oleh pengurus yang ditunjuk sebagai Steering Committee (SC).
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan atas efektifitas pelaksanaan kebijakan organisasi, baik berupa kegiatan supervisi secara langsung maupun evaluasi berkala. Ongoing Monitoring Activities Sepanjang perjalanannya baru mekanisme inilah yang dilakukan oleh Masjid Kampus Universitas Padjadjaran dalam memantau aktivitas-aktivitasnya. Setiap periode kepengurusan, baik di pertengahan maupun di akhir periode, pemantauan ini selalu dilakukan melalui mekanisme rapat. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga keberlangsungan roda organisasi aga tetap berada di jalur yang telah ditetapkan. Setiap pengurus memiliki tanggung jawab untuk mengawasi, memberi
masukan, dan mengevaluasi aktivitas yang telah dilakukan organisasi baik dari aspek input, proses, maupun output. Separate Evaluations - Evaluasi terpisah dalam bentuk formal memang belum dilakukan. Yang dilakukan hanya meminta pandangan dari beberapa stakeholders saja berkaitan dengan masalah keorganisasian. Itupun hasilnya tidak mempengaruhi organisasi secara langsung. Sifatnya hanya pandangan dan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk kepengurusan selanjutnya. Simpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam upaya mewujudkan tujuan utama organisasi, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran banyak menghadapi tantangan khususnya yang berkaitan dengan aktivitas operasional. Karena, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran adalah organisasi yang bergerak di bidang pelayanan publik khususnya di bidang keagamaan. Dalam menjalankan proses internalnya, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran banyak mengadopsi konsepkonsep kemanajerialan yang berkembang di kampus. 2. Dalam sebagian kecil aspek, Masjid Kampus Universitas Padjadjaran telah menerapkan konsep-konsep yang sama seperti yang terdapat dalam konsep Enterprise Risk Management (ERM). Hanya saja pelaksanaannya masih belum terintegrasi. Mekanisme pengidentifikasian risiko organisasi masih sangat sederhana yaitu hanya dengan mempelajari kebiasaan kepengurusan sebelumnya. Risiko yang biasa dihadapi oleh organisasi Masjid Kampus
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
192 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
193
Universitas Padjadjaran lebih bersifat teknis operasional harian. 3. Budaya risiko belum dijadikan bagian dari budaya inti organisasi, dan budaya risiko di organisasi masih belum berkembang, masih adapengurus yang belum mendapatkan pelatihan mengenai risiko dengan baik. Masjid Kampus Universitas Padjadjaran masih menggunakan kebiasaan intuitif saja dalam merespon risikonya. Masih belum terstruktur dengan baik. Hal ini disebabkan karena Masjid Kampus Universitas Padjadjaran tidak memiliki organ struktural khusus yang memegang peranan sebagai Risk Officer. Untuk menghadapi tantangan yang ada, penulis merekomendasikan agar Masjid Kampus Universitas Padjadjaran membentuk struktus khusus yang menangani masalah ini. Agar tidak asing, maka penulis merekomendasikan munculnya Laboratorium Dakwah (Labda), yang pada beberapa periode kepengurusan sebelumnya pernah ada, untuk mengambil peranan ini. Rekomendasi Tugas-tugas Pokok dalam Menjalankan Manajemen Risiko Tugas Pokok Top Level Sebagai Pimpinan Organisasi Sebagai pimpinan organisasi, top level bertanggung jawab untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan manajemen risiko organisasi dan memastikan proses manajemen risiko organisasi diimplementasikan pada seluruh proses manajemen organisasi. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, top level melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijakan manajemen risiko organisasi, serta kebijakan lain yang terkait 2. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang dapat menyebabkan terhentinya kegiatan organisasi 3. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang diakibatkan oleh keamanan dan keselamatan 4. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang diakibatkan oleh kecurangan dan kelalaian 5. Menetapkan kebijakan yang terkait dengan keuangan (sumber, penggunaan, pencatatan, dan pelaporan) serta mengkoordinir pelaksanaannya 6. Menetapkan risk appetite 7. Menetapkan rencana penanganan risiko dan alokasi sumber daya untuk pelaksanaan rencana penanganan risiko-risiko yang masuk dalam risk register organisasi 8. Melakukan komunikasi kebijakan manajemen risiko perusahaan kepada seluruh jajaran manajemen dan pengurus lainnya 9. Melakukan aktivitas pengendalian dan pemantauan terhadap seluruh proses manajemen risiko organisasi Sebagai Komite Risiko Sebagai komite risiko, top level bertanggung jawab dalam memutuskan risiko-risiko yang masuk dalam risk register organisasi, risk appetite, serta perencanaan terhadap penanganan risiko yang masuk dalam risk register organisasi. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, top level melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
194 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
195
1. Menelaah usulan risiko-risiko yang masuk dalam risk register organisasi 2. Menelaah risk profile organisasi dan perkembangannya tiap tahun 3. Menelaah usulan risk appetite organisasi 4. Menelaah usulan rencana penanganan risiko yang masuk dalam risk register organisasi
5.
6.
Tugas Pokok Laboratorium Dakwah (Labda) Sebagai Risk Officer Tugas pokok labda dalam rangka menjalankan fungsi risk management diantaranya dengan mengkoordinasikan dan mensupervisi penerapan kebijakan manajemen risiko organisasi dan penanganan risiko yang terkait dengan keberlangsungan aktivitas organisasi, keamanan dan keselamatan, kecurangan dan kelalaian, keuangan, serta memastikan tingkat risiko telah memenuhi apa yang diharapkan perusahaan. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, labda melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
7.
8. 9.
10. 1. 2.
3.
4.
Menyusun kebijakan manajemen risiko organisasi dak kebijakan lain yang telah ditetapkan oleh top level Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang dapat mengakibatkan terhentinya aktivitas organisasi serta mengkoordinir pelaksanaannya di setiap level manajemen. Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang diakibatkan oleh keamanan dan keselamatan serta mengkoordinir pelaksanaannya di setiap level manajemen. Menyusun kebijakan yang terkait dengan penanganan risiko-risiko yang diakibatkan oleh kecurangan dan
11. 12. 13. 14.
kelalaian serta mengkoordinir pelaksanaannya di setiap level manajemen. Menyusun kebijakan yang terkait dengan keuangan (sumber, penggunaan, pencatatan, dan pelaporan) serta mengkoordinir pelaksanaannya Melakukan review dan menilai efektivitas implementasi kebijakan-kebijakan yang terkait dengan manajemen risiko organisasi untuk memastikan bahwa organisasi memiliki kebijakan yang diimplementasikan secara efektif Melakukan koordinasi proses pencapaian tujuan, identifikasi kejadian, dan penilaian risiko di setiap level manajemen Melakukan koordinasi perencanaan terhadap penanganan risiko bekerja saman dengan unit-unit terkait Membuat usulan risk register organisasi, risk appetite dan tingkat risiko yang diharapkan organisasi, serta perencanaan terhadap penanganan risiko untuk risikorisiko yang termasuk dalam risk register organisasi untuk diajukan kepada top level (komite risiko) Melakukan aktivitas pengendalian terhadap implementasi rencana penanganan risiko yang dilakukan oleh masing-masing risk owner Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan manajemen risiko organisasi di setiap level manajemen Memelihara risk register dan perubahannya Menyiapkan risk profile orgaisasi setiap tahun untuk dilaporkan kepada top level (komite risiko) Membuat laporan berkala yang berisi perkembangan manajemen risiko organisasi
Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
196 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
197
Sebagai Internal Auditor Tugas pokok labda dalam rangka menjalankan fungsi internal audit diantaranya memberikan opini yang independen kepada top level berkaitan dengan efektivitas penanganan risiko serta mendukung perkembangan implementasi dan evaluasi tugas pokok tersebut. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, Labda melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Memastikan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan telah melalui proses manajemen risiko organisasi 2. Melakukan penetapan tujuan, identifikasi kejadian dan penilaian risiko, serta perencanaan penanganannya 3. Memelihara risk register yang menjadi tanggung jawab masing-masing unit, serta mengelola perubahannya 4. Melakukan aktivitas pengendalian dan pemantauan terhadap pelaksanaan penanganan risiko yang menjadi tanggung jawab masing-masing unit 5. Mengomunikasikan kebijakan manajemen risiko perusahaan kepada seluruh jajaran manajemen dan pengurus lainnya sehingga tujuan dari implementasi manajemen risiko bisa tercapai 6. Membuat laporan berkala yang berisi perkembangan manajemen risiko
1. Mempelajari dan memahami manajemen risiko organisasi dalam melakukan aktivitas 2. Memberikan masukan untuk perbaikan kebijakan dan implementasi manajemen risiko perusahaan 3. Menginformasikan risiko-risiko yang terkait dengan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada atasannya.
Daftar Pustaka Arti Anandita. 2010. Pengaruh Implementasi Enterprise Risk Management Terhadap Kinerja Manajerial. FE UNPAD. skripsi yang tidak dipublikasikan. Anthony, Robert; Vijay Govindarajan. 2006. Management Control System. Mc Graw Hill Higher Education Bungin, B. 2009. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Kencana. Cooper, Donald R. 1996. Metode Penelitian Bisnis Jilid I Edisi Kelima. Jakarta. Erlangga.
Tugas Pokok Seluruh Pengurus
Heene, Aime. 2010. Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung. Refika Aditama.
Melaksanakan kebijakan manajemen risiko organisasi secara efektif dan efisien sesuai dengan peran dan kedudukannya. Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, seluruh pengurus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Lam, J. 2003. Enterprise Risk Management : From Incentives To Controls. Hoboken, New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.
198 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200
Masjid Kampus Universitas Padjadjaran
Laporan pertanggungjawaban kepengurusan Dewan Keluarga Masjid Universitas Padjadjaran Periode 2006 – 2009. Analisis Enterprise Risk Mangement (ERM)Pada Organisasi
199
Intan Megafany. 2009. Pengaruh Penerapan Enterprise Risk Management Terhadap Perwujudan Good Corporate Governance. FE UNPAD. skripsi yang tidak dipublikasikan Makalah Kongres Nasional Masjid Kampus Indonesia. 2004. Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif : Edisi Revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Ratminto. 2009. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Risalah Dewan Keluarga Masjid Universitas Padjadjaran The Committee Of Sponsoring Organizations Of The Treadway Commission. 1992. Internal Control – Integrated Framework. _______. 2004a. Enterprise Risk Management – Integrated Framework : Executive Summary Framework. _______. 2004b. Enterprise Risk Management – Integrated Framework : Application Techniques. Wheelen, Tom; David Hunger. 2005. Strategic Management And Business Policy. Prentice Hall
200 Dimensia Volume 10 Nomor 1 Januari 2013 : 169-200