PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE DAN KONSENTRASI KEPEMILIKAN PADA PENGUNGKAPAN ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (ERM) Citrawati Jatiningrum 1) Fauzi 2) ABSTRACT Enterprise risk management is a popular strategy to evaluate and manage all of the risks in a firm. The research aims to prove the influence of corporate governance and concentration ownership on disclosure of Enterprise risk management empirically. The ERM practice is measured based on ERM index, which considers the eight dimensions of ERM by COSO framework. The population consisted of banking companies listed on the Indonesian Stock Exchange in 2009 to 2011. Samples were collected by purposive sampling and resulted in 10 companies as the final sample. Data collected from annual reports and company websites, and analyzed by multiple regression analysis. The results indicated that existence of board of commissioner size, auditor reputation, and concentration ownership have significant effect on enterprise risk management, but other variables which are independent commissioners and risk management committee does not have a significant effect on enterprise risk management Keywords : Independent Commissioners, Board of Commissioner, Enterprise Risk Management committee, and auditor reputation
I.
PENDAHULUAN
Isu Corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer (Hastuti, 2005). Namun pada kenyataannya, penerapan Good Corporate Governance (GCG) belum mampu menyelesaikan permasalahan keagenan yang ada. Kehadiran Good Corporate Governance (GCG) hanya digunakan untuk menaikkan citra sebagaian perusahaan dengan melakukan segala cara tanpa memikirkan kelangsungan hidup perusahaan. Kegagalan dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) telah dibahas dalam Sarbanes Oxley Act yang selanjutnya menekankan pentingnya penerapan manajemen risiko dalam perusahaan untuk mencegah terjadinya kecurangan peloporan keuangan. Manajemen risiko perusahaan atau Enterprise Risk Manajement (ERM) menurut COSO adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen, board of director, dan persnonel lain dari suatu organisasi, diterapkan dalam setting strategi, dan mencakup organisasi secara keseluruhan, didesain untuk mengidentifikasi kejadian potesial yang mempengaruhi suatu organisasi, mengelola risiko dalam toleransi suatu organisasi, untuk memberikan jaminan yang cukup pantas berkaitan dengan pencapain tujuan organisasi (Hanafi, 2009). Manajemen risiko organisasi atau perusahaan bertujuan menciptakan sistem atau mekanisme dalam organisasi sehingga risiko yang bisa merugikan organisasi atau perusahaan bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan meningkatkan penilaian perusahaan. 1 2
Dosen Akuntansi Informatics and Business Institute (IBI) Darmajaya – Lampung Dosen STMIK Pringsewu- Lampung
Penelitian mengenai ERM sebelumnya telah dilakukan namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Desender (2007) menunjukkan bahwa keberdaan Chief Risk Officcer(CRO), komisaris independen, tipe auditor, dan ukuran perusahaan berpengaruh pada tingkat pengungkapan ERM. Namun demikian, hasil penelitian Andarini dan Indira (2010) menunjukkan bahwa komisaris independen, ukuran dewan komisaris, reputasi auditor, kompleksitas, risiko pelaporan keuangan, leverage tidak berpengaruh terhadap keberadaan risk management committee. Di Indonesia, penelitian yang membahas mengenai ERM belum banyak dilakukan meskipun perkembangan ERM sudah mulai meningkat. Oleh karena itu, penelitian mengenai ERM sangat menarik untuk dilakukan mengingat ERM merupakan isu yang masih baru. Meizaroh (2011) melakukan penelitian pengaruh corporate governance dan konsentrasi kepemilikan pada pengungkapan ERM. Populasi yang dijadikan objek penilitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sampai tahun 2009. Berdasarkan hasil pengujian statistik menggunakan regresi linear berganda menunjukkan bahwa, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh pada pengungkapan ERM. Akan tetapi, keberadaan RMC, reputasi auditor, dan konsentrasi kepemilikan berpengaruh pada pengungkapan ERM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Meizaroh (2011), maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh corporate governance dan konsentrasi kepemilikan pada pengungkapan enterprise risk manajemen. Penelitian yang dilakukan merupakan replikasi dan pengujian kembali dari penelitian yang di teliti oleh Meizaroh (2011). Alasan peneliti, melakukan pengujian kembali atau replikasi penelitian Meizaroh yang pertama, dikarenakan penilitian yang mengenai pengungkapan Enterprise Risk Management ini masih jarang dilakukan. Perbedaannya, yaitu penelitian yang dijadikan objek penelitian merupakan perusahaan perbankan dimana pada penelitian sebelumnya yaitu Meizaroh (2011) yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur. Alasan peneliti melakukan penelitian pada sektor perbankan, pertama sektor perbankan dalam negara yang berkembang seperti di Indonesia merupakan fundamental perekonomian suatu negara. Choi (2010) bahwa sumber pendanaan untuk negara berkembang lebih berbasis kredit, dimana bank merupakan sumber pendanaan utama, akuntansi memiliki fokus pada perlindungan kreditor melalui deviden dan menjaga pendanaan yang mencukupi dalam rangka perlindungan bagi para peminjam. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan bukti secara empiris pengaruh Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Reputasi Auditor dan Konsentrasi Kepemilikan pada pengungkapan Enterprise Risk Mangement.
II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Hubungan Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan Pada Pengungkapan Enterprise Risk Manajemen (ERM) a. Hubungan Komisaris Independen Pada Pengungkapan ERM Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan sebagai indikator independensi dewan. Kehadiran komisaris independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan keputusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect theory (Fama dan Jensen, 1983). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian Dionne dan Thouraya (2005) menunjukkan bahwa kehadiran komisaris independen tidak berpengaruh pada tingkat adopsi ERM. Demikian juga Penelitian Meizaroh (2011) menunjukkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh pada pengungakapan ERM pada perusahaan manufaktur yang terlisting di Indonesia. Menurut Meizaroh, hal ini dikarenakan independensi dalam suatu perusahaan hanya sekedar mengikuti regulasi saja, bukan untuk menerapkan good corpoarate governance. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa perbedaan mungkin terjadi dikarenakan adanya objek penelitian yang berbeda. Perbedaan budaya dan sampel yang menjadi objek penelitain memungkinkan adanya perbedaan penerapan yang berbeda juga.
b. Hubungan Ukuran Dewan Komisaris Pada Pengungkapan ERM Dewan komisaris berperan untuk mengawasi penerapan manajemen risiko dan memastikan perusahaan memiliki program manajemen risiko yang efektif. Ukuran dewan yang besar dapat mengurangi pengaruh manajer sehingga dewan dapat melakukan fungsi pengawasan secara efektif (Zahra dan Pearce, 1989 dalam penelitian Meizaroh, 2011). Jumlah anggota dewan yang besar menambah peluang untuk saling bertukar informasi dan keahlian sehingga meningkatkan kualitas ERM (Desender, 2007). Meskipun manajemen risiko merupakan tanggung jawab manajemen, dewan komisaris harus menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerapan manajemen risiko. Namun demikian, ukuran dewan yang terlalu besar yaitu memiliki lebih dari tujuh atau delapan anggota dianggap kurang efektif karena mengurangi kinerja dewan (Hermalin dan Weisbach, 2003 dalam penelitian Meizaroh, 2011). Hal ini berarti dewan yang memiliki ukuran lebih kecil akan berpengaruh positif pada kinerja dewan, namun dapat berpengaruh negatif apabila ukuran dewan tersebut menjadi terlalu besar. Penelitian Namoga (2010) dalam penelitain Meizaroh (2011) menunjukkan bahwa ukuran dewan yang besar cenderung kurang efektif dibandingkan ukuran dewan yang kecil. Semakin besar ukuran dewan maka semakin besar peluang terjadinya konflik internal anggota dewan. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat komunikasi dan koordinasi anggota sehingga mengurangi kemampuan anggota dalam menjalankan tugas. Jumlah anggota dewan yang besar dapat memperlambat proses pengambilan keputusan karena harus menyatukan berbagai pandangan dan pendapat. c. Hubungan Keberadaan Risk Management Committee (RMC) Terhadap Pengungkapan ERM Risk Management Committee (RMC) merupakan salah satu unsur penting dalam pengelolaan manajemen risiko perusahaan. Tugas dan wewenang RMC adalah mempertimbangkan strategi, mengevaluasi manajemen risiko, dan memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku (Subramaniam, et al., 2009 dalam penelitian Meizaroh, 2011). Pembentukan RMC itu sendiri belum banyak dilakukan perusahaan. Saat ini pemerintah melalui peraturan BI No.8/4/PBI/2006 tentang Good Corporate Governance bagi Bank Umum hanya mewajibkan perbankan untuk membentuk RMC sebagai komite pengawas risiko. Berbeda dari industri perbankan yang diregulasi secara ketat, pembentukan RMC pada sektor industri lain di Indonesia masih bersifat sukarela. Meskipun demikian, mengingat pengelolaan manajemen risiko membutuhkan pemahaman yang cukup atas struktur dan operasi perusahaan maka banyak perusahaan selain perbankan tetap membentuk komite pengawas manajemen risiko. Dalam pembentukannya, RMC dapat tergabung dengan komite audit atau menjadi komite terpisah dan berdiri sendiri yang khusus berfokus pada masalah risiko. Perusahaan yang memiliki RMC dapat lebih banyak mencurahkan waktu, tenaga, dan kemampuan untuk mengevaluasi pengendalian internal dan menyelesaikan berbagai risiko yang mungkin dihadapi perusahaan (Andarini dan Indira, 2010). Keberadaan RMC dapat meningkatkan kualitas penilaian dan pengawasan risiko, serta mendorong perusahaan untuk megungkapkan risiko yag dihadapi (Meizaroh, 2011). RMC juga lebih memungkinkan dewan komisaris untuk memahami profil risiko perusahaan dengan lebih mendalam (Bates dan Leclerc, 2009). d. Hubungan Reputasi Auditor Terhadap Pengungkapan ERM Penelitian ini menggunakan Big Four sebagai proksi dari reputasi auditor karena Big Four dipandang memiliki reputasi dan keahlian yang baik untuk mengidentifikasi risiko perusahaan yang mungkin terjadi. Big Four dapat memberikan panduan mengenai praktek good corporate governance, membantu internal auditor dalam mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko sehingga meningkatkan kualitas penilaian dan pengawasan risiko perusahaan Desender (2007) menemukan adanya pengaruh antara keberadaan Big Four dengan tingkat adopsi ERM. Terdapat tekanan yang lebih besar pada perusahaan yang diaudit Big Four untuk menerapkan dan mengungkapkan ERM (Chen et al., 2009 dalam Meizaroh, 2010). Penelitian Meizaroh medukung penelitain Desender dan Chen yang menemukan adanya pengaruh Big Four sebagi eksternal auditor dengan tingkat adopsi ERM (Meizaroh, 2011).
e. Hubungan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Pengungkapan ERM Hasil penelitian Demsetz dan Lehn (1985) dalam penelitian Meizaroh (2011) menemukan adanya pengaruh antara risiko bisnis dan konsentrasi kepemilikan. Semakin besar tingkat konsentrasi kepemilikan maka semakin kuat tuntutan untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin dihadapi seperti risiko keuangan, operasional, reputasi, peraturan, dan informasi. Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko adalah memastikan adanya minimal satu pemegang saham besar dalam perusahaan. Penelitian Desender (2007) menemukan bahwa pada perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi, pemegang saham mayoritas memiliki preferensi yang kuat untuk mengendalikan manajemen, mengurangi biaya agensi, dan meningkatkan peran pengawasan pada perusahaan tempat mereka berinvestasi. Penelitain ini juga sejalan dengan yang dilakuakan oleh Meizaroh (2011). Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel independen (Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Keberadaan RMC, Reputasi Audior, Konsentrasi Kepemilikan Saham). Sedangkan untuk varibel dependennya adalah Enterprise Risk Manajemen. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah : Ha1: Komisaris independen berpengaruh pada pengungkapan enterprise risk management. Ha2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh pada pengungkapan enterprise risk management. Ha3: Keberadaan Risk Management Committee (RMC) berpengaruh pada pengungkapan enterprise risk management. Ha4: Reputasi auditor berpengaruh pada pengungkapan enterprise risk management. Ha5: Konsentrasi kepemilikan berpengaruh pada pengungkapan enterprise risk management. III. METODE PENELITIAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan (annual report) seluruh perusahaan perbankan yang memiliki kepemilikan saham mayoritas lebih dari 50% dimana kepemilikannya tidak dimiliki oleh BUMN atau campur tangan dari pemerintah, periode 2008 – 2010.Sumber data berasal dari : 1. Indonesian Capital Market Directory (ICMD), yaitu berupa summarry of financial statment perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Website Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui http://www.idx.co.id, yaitu laporan tahunan (annual report) yang diterbitkan oleh perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan situs perusahaan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perbankan yang memilki saham mayoritas lebih dari 50% dimana kepemilikannya tidak dimiliki oleh BUMN dan terdafatr di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa didapatkan jumlah sampel akhir perusahaan yang masuk kriteria dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan dimana perusahaan melakukan pengamatan secara times series dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sehingga diperoleh jumlah observasi dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 33. Variabel Penelitian a. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen penelitian ini adalah pengungkapan enterprise risk management (ERM). Berdasarkan ERM Framework yang dikeluarkan COSO, terdapat 108 item pengungkapan ERM yang mencakup delapan dimensi yaitu lingkungan internal, penetapan tujuan, identifikasi kejadian, penilaian risiko, respon atas risiko, kegiatan pengawasan, informasi dan komunikasi, dan pemantauan (Desender, 2007 dalam Meizaroh, 2011). Perhitungan item-item menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item ERM yang diungkapkan diberi nilai 1, dan nilai 0 apabila tidak diungkapkan (terlampir) variabel ini dinyatakan dengan notasi Y. Setiap item akan dijumlahkan untuk memperoleh
keseluruhan indeks ERM masing-masing perusahaan. Informasi mengenai pengungkapan ERM diperoleh dari laporan tahunan (annual report) dan situs perusahaan. Perhitungan Indeks Pengungkapan Enterprise Risk Manjemen (ERM) dirumuskan sebagai berikut : ERM = Jumlah item yang diungkapkan 108 b. Variabel Independen Variabel independen penelitian ini adalah mekanisme Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan yang dinyatakan dengan notasi X, terdiri dari : 1. Komisaris Independen (COM_IND) Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga untuk menjaga “fairness”serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan kepentingan para stakeholders lainnya (PBI No. 8/4/PBI/2006). Proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakan sebagai indikator independesi dewan. Kehadiran komisaris independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan kepetusan. Teori ini sering disebut dengan the monitoring effect theory (Fama dan Jensen, 1983). Mekanisme ini dinyatakan dengan notasi X1. Dalam penelitian ini independensi dewan komisaris dinyatakan sebagai berikut: Jumlah anggota komisaris independen pada dewan Jumlah total anggota dewan komisaris 2. Ukuran Dewan Komisaris (COM_SIZE) Dewan komisaris berperan untuk mengawasi penerapan manajemen risiko dana memastikan perusahaan memiliki program manajemen risiko yang efektif (Meizaroh, 2011). Jumlah dewan komisaris yang besar menambah peluang untuk saling bertukar informasi dan keahlian sehingga meningkatkan kualitas ERM (Desender, 2007). Ukuran dewan komisaris diukur dari jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Mekanisme ini dinyatakan dengan notasi X2. 3. Keberadaan RMC (FIRM_RMC) Saat ini pemerintah melalui peraturan BI No. 8/4/PBI/2006 tentang good corporate governance bagi Bank Umum hanya mewajibkan perbankan untuk membentuk RMC sebagai komite pengawas risiko. Bebeda dari industri perbankan yang diregulasi secara ketat, pembentukan RMC pada sektor industri lain di Indonesia masih bersifat sukarela. Keberadaan RMC diukur menggunakan variabel dummy yaitu apabila perusahaan memiliki RMC terpisah dari pemantau risiko diberi nilai 1 dan sebaliknya diberi nilai 0 bila RMC tergabung dengan komite pemantau risiko. Mekanisne ini dinyatakan dengan notasi X3. 4. Reputasi Auditor (AUD_REP) Reputasi auditor ditunjukkan dengan apakah suatu perusahaan menggunakan Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai auditor eksternalnya yang tergabung dalam KAP Big Four yang merupakan suatu kelompok KAP internasional. Reputasi Auditor diukur menggunakan variabel dummy yaitu apabila perusahaan menggunakan KAP Big Four diberi nilai 1 dan sebaliknya diberikan nilai 0. Mekanisme ini dinyatakan dengan notasi X4. 5. Konsentrasi Kepemilikan (CON_OWN), yaitu pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan saham lebih dari 50% dimana kepemilikan saham ini tidak termasuk perusahaan yang kepemilikan mayoritasnya dimiliki oleh BUMN. Mekanisme ini dinyatakan dengan notasi X5.
Metode Analisis a. Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik adalah beberapa asumsi yang mendasari validitas analisa regresi berganda. Asumsi klasik terdiri dari beberapa hal meliputi asumsi normalitas, asumsi tidak ada gejala multikoloniaritas dan autokorelasi, dan asumsi homokedastesitas. Jika regresi linear berganda memenuhi beberapa asumsi tersebut maka merupakan regresi yang baik. b. Uji Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah untuk menguji pengaruh dua variabel atau lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen (Ghozali, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate governance dan konsentrasi kepemilikan, sedangkan varibel dependennya adalah pengungkapan enterprise risk manajemen. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ERM = α + β1 COM_IND + β2 COM_SIZE + β3 FIRM_RMC + β4 AUD_REP + β5 CON_OWN + e ... ...... ..... ... ... ... ... ... ... .... (1) Keterangan: ERM = Enterprise Risk Management α = Konstanta β1-β5 = Koefisien Regresi COM_IND = Komisaris Independen COM_SIZE = Ukuran Dewan Komisaris FIRM_RMC = Keberadaan Risk Management Committee AUD_REP = Reputasi Auditor CON_OWN = Konsentrasi Kepemilikan e = Error term, yaitu tingkat kesalahan dalam penelitian Regresi linear berganda pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α = 5%). Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen diuji secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi linear berganda secara simultan dilakukan uji t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisis (α) = 5%.
Gambar 1.1 Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Manajemen
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Asumsi Klasik Hasil uji normalitas dengan menggunakan kolmogorov smirnov menunjukkan bahwa hasil uji kolmogorov smirnov Z sebesar 0,700 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,711, tingkat signifikansi menunjukkan 0,711 lebih besar 0,05, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Penelitian ini menggunakan cara dengan melihat grafik plot untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan uji multikolonearitas menunjukkan bahwa Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris, Keberadaan RMC, Reputasi Auditor, dan Konsentrasi Kepemilikan variabel bebas memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 (10%) yang berarti bahwa kolerasi antar variabel bebas tersebut nilainya kurang dari 95% dan hasil dari perhitungan varian inflanation factor (VIF) menunjukkan bahwa memiliki VIF kurang dari 10 , jika nilai tolerance lebih dari 0,10 atau 10% dan nilai VIF kurang dari 10, maka dalam pengujian data tersebut tidak terdapat korelasi antar variabel bebas atau tidak terjadi multikolonearitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas atau pengujian data tersebut menyebar, titik-titik penyebaran berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil uji penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian autokorelasi menggunakan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,988, hal ini jika dilihat dengan menghitung nilai Durbin Watson di Statistik berdasarkan kriteria Durbin Watson berada diantara nilai 1,833 – 2,167 dimana kriteria ini berada pada dU < d < 4 -dL yang berarti bahwa nilai Durbin Watson tidak ada autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Oleh karena nilai Durbin Watson sebesar 1,988, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi atau tidak terjadi autokorelasi. Hasil Uji Hipotesa Pengaruh Corporate Governanace dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Manajemen Pengujian ini mengajukan hipotesis satu bahwa Komisaris Independen berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hiipotesis ini diuji dengan t sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.9. Tabel diatas menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,175 lebih kecil dari t tabel 1.708 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,251 > 0.05. Oleh karena itu, hasil ini menyatakan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang bermakna bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Pengujian ini mengajukan hipotesis dua bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Manajemen. Hipotesis ini diuji dengan t sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.9. Tabel diatas menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,536 lebih besar dari t tabel 1,701 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018 < 0.05. Oleh karena itu, hasil ini menyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang bermakna bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Pengujian ini mengajukan hipotesis tiga bahwa Keberadaan RMC berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hipotesis ini diuji dengan t sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.9. tabel diatas menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,178 lebih kecil dari t tabel 1.708 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,860 > 0,05. Oleh karena itu, hasil ini menyatakan bahwa H 0 diterima dan Ha ditolak yang bermakna bahwa Keberadaan RMC tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Pengujian ini mengajukan hipotesis empat bahwa Reputasi Auditor berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hipotesis ini diuji dengan t sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.9. Tabel diatas menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,020 lebih besar dari t tabel 1,708 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,055 > 0.05. Oleh karena itu, hasil ini menyatakan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima yang bermakna bahwa Reputasi Auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Pengujian ini mengajukan hipotesis lima bahwa Reputasi Auditor berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hipotesis ini diuji dengan t sebagaimana dipaparkan pada tabel 4.9. Tabel diatas menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,323 lebih besar dari t tabel 1,708 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,020 < 0.05. Oleh karena itu, hasil ini menyatakan bahwa H 0
ditolak dan Ha diterima yang bermakna bahwa Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Hasil Penelitian Berikut ini adalah hasil penelitian Pengaruh Corporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan terhadap Pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM ) : Hasil Penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5.
Hipotesis Penelitian Ha1 = COM_IDN terhadap ERM Ha2 = COM_SIZE terhadap ERM Ha3 = FIRM_RMC terhadap ERM Ha4 = AUD_REP terhadap ERM Ha5 = CON_OWN terhadap ERM
Hasil Pengujian Ha ditolak dan H0 diterima Ha diterima dan H0 diterima Ha ditolak dan H0 diterima Ha diterima dan H0 ditolak Ha diterima dan H0 ditolak
Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meizaroh (2011) dimana Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Pengujian hipotesis pertama tidak berpengaruh disebabkan karena kualitas fungsi pengawasan bukan ditentukan oleh tingkat independensi tapi lebih ditentukan oleh kualitas dan latar belakang pendidikan anggota dewan. Pengangkatan komisaris independen dilakukan untuk memenuhi regulasi saja tidak untuk good corporate governance (Meizaroh, 2011). Hasil penelitian ini mendukung penelitian Dionne dan Thouraya (2005) yang menunjukkan kehadiran dewan komisaris independen tidak berpengaruh pada tingkat adopsi ERM. Akan tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan Fama dan Jensen (1983), yang menunjukkan bahwa proporsi anggota independen dalam dewan komisaris dikatakann sebagai indikator indepensi dewan. Dimana kehadiran komisaris independen dapat meningkatkan kualitas pengawasan karena tidak terafiliasi dengan perusahaan sehingga bebas dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini, peneliti sependapat dengan hasil penelitian Meizaroh yang meyatakan bahwa independensi hanya sebuah regulator saja, ini bisa dilihat dari lemahnya fungsi pengawasan dari pihak komisaris independen. Dimana, masih banyak kasus-kasus kegagalan dalam pengelolaan pengendalian internal seperti yang terlihat pada kasus dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Selain itu juga, dapat kita lihat bahwa ada beberapa perusahaan yang tidak memisahakan antara orang yang berkedudukan di dewan komsiaris dengan yang berkedudukan di dewan direksi. Sehingga, komisaris tidak dapat menjalankan fungsinya secara efektif, termasuk kebijakan atau pengambilan keputusan untuk melakukan evaluasi dan memecat dewan direksi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini tidak menerima hipotesis pertama. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meizaroh (2011) dimana Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Akan tetapi, penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Desender (2007) menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan yang besar menambah peluang untuk saling bertukar informasi dan keahlian sehingga meningkatkan kualitas ERM. Dapat disimpulkan hasil penelitian ini menerima hipotesis kedua. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Keberadaan RMC tidak berpengaruh pada pengungkapan Enterprise Risk Management. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meizaroh (2011) dimana keberadaan RMC berpengaruh pada pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Selain itu juga penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarini dan Indira (2010) yang menunujukkan bahwa perusahaan yang memiliki RMC dapat lebih banyak mencurahkan waktu,
tenaga, dan kemampuan untuk mengevaluasi pengendalian internal dan menyelesaikan berbagai risiko yang mungkin di hadapi perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya disebabkan, dalam penelitain ini peneliti menggunakan proksi keberdaan RMC yang terpisah dengan pemantau risiko dan keberadaan RMC tergabung dengan pemantau yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan Meizaroh (2011). Peneliti, menggunakan proksi dimana keberadaan RMC diukur dengan RMC yang terpisah dari Pemantau Risiko dan keberadaan RMC tergabung dari Pemantau Risiko dikaitkan dengan adanya kebijakan atau regulasi dari Pemerintah Indonesia bahwa untuk perusahaan perbankan diwajibkan untuk pembentukan RMC. Sehingga, peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah RMC yang terpisah dari Pemantau Risiko dan yang tergabung apakah memiliki pengaruh pada pengungkapan ERM. Hasil penelitian ini menjawab bahwa keberadaan RMC baik yang terpisah tidak berpengaruh pada pengungkapan ERM. Hal ini bisa terjadi, disebabkan fungsi pemisahaan antara Risk management committe dan Risk monitoring committe belum berjalan secara efektif, selain itu juga permisahan ini hanya sebatas mengikuti regulasi yang ada, dan dapat dilihat pada hasil pengungkapan ERM belum dilakukan secara maksimal, kebanyakan dari perusahaan hanya sekedar mengungkapkan risiko yang ditetapkan oleh pemerintah. Artinya, kesadaraan persuhaan akan pentingnya pengelolaan risiko masih rendah, mereka hanya sekedar mengikuti peraturan. Wajar saja bila sampai saat ini fungsi pengendalian internal khususnya untuk sektor perbankan masih dinilai rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menolak hipotesis ketiga. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Reputasi Auditor berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management secara signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meizaroh dimana Reputasi Auditor berpengaruh signifikan pada pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM). Selain itu juga penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Desender (2007) menemukan adanya pengaruh signifikan antara keberadaan Big Four dengan tingkat adopsi ERM. Alasan yang mungkin mendasari adalah Big Four biasanya membantu internal auditor dalam mengevaluasi dan menilai keefektifan manajemen risiko. Hal ini karena Big Four dianggap memiliki keahlian untuk mengidentifikasi risiko sehingga meningkatkan kualitas penilaian dan pengawasan risiko perusahaan. Selain itu terdapat tekanan yang lebih besar pada perusahaan yang diaudit Big Four untuk menerapkan dan mengungkapkan ERM. Penelitian dapat disimpulkan bahwa keberadaan Big Four berperan penting dalam pengelolaan kegiatan manajemen risiko perushaan. Dengan demikian penelitian ini menerima hipotesis keempat. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Management. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meizaroh (2011) dimana Konsentrasi Kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan Enterprise Risk Manajemen (ERM). Selain itu juga, penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Desender (2007) menemukan bahwa pada perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi, pemegang saham mayoritas memiliki preferensi yang kuat untuk mengendalikan manajemen, mengurangi biaya agensi, dan meningkatkan peran pengawasan pada perusahaan tempat mereka berinvesatsi. Penelitian ini juga konsisten dengan Sheifer dan Vishy (1986) yang menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kualitas manajemen risiko adalah memastikan adanya atau setidaknya satu pemegang saham besar dalam perusahaan. Bukti ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan saham yang terkonsentrasi memiliki tingkat pengungkapan manajemen risiko yang lebih tinggi. Semakin besar tingkat konsentrasi kepemilikan dalam perusahaan maka semakin kuat tuntutan untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin dihadapi seperti risiko keuangan, operasional, reputasi, peraturan, dan risiko informasi. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan, artinya ketika suatu badan, organisasi maupun perorangan menanamkan modalnya lebih besar dalam suatu perusahaan ia akan memiliki harapan bahwa modal yang ia tanamkan dalam perusahaan tersebut akan memiliki return sesuai dengan harapannya. Selain itu, adanya tingkat pengawasan yang ketat yang datang dari tuntutan pemegang saham adalah rasa kekhawatiran yang dimiliki oleh pemegang saham akan dana yang telah ia tanamkan pada perusahaan tersebut. Mereka melakukan hal ini untuk melihat apakah dana yang mereka tanamkan benar-benar digunakan, dan di tata kelola secara baik atau tidak. Hal ini karena, pihak manajemer lebih banyak mengenai informasi perusahaan dibandingkan dengan pihak
pemegang saham. Sehingga, perusahaan perlu melakukan pengungkapan yang lebih banyak untuk memeberikan kepercayaan kepada para investor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menerima hipotesis kelima.
V. SIMPULAN DAN SARAN Hasil pengujian menunjukkan bahwa Komisaris Independen tidak berpengaruh pada pengungkapan ERM. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Meizaroh (2011), Dionne dan Thouraya (2005). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh pada pengungkapan ERM. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Meizaroh (2011) dan Namago (2010) dalam penelitian Meizaroh (2011), akan tetapi penelitian ini konsisten dengan penelitian Desender (2007). Hasil pengujian menunjukkan bahwa Keberadaan RMC tidak berpengaruh pada pengungkapan ERM. Penelitian ini tidak konsisten dengan penlitian sebelumnya yaitu Meizaroh (2011). Penelitian berbeda hasil disebabkan adanya perbedaan proksi dalam penelitian ini, serta kurangnya kesadaran perusahaan dalam mengelola manajemen risiko perusahaan. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa Reputasi Auditor berpengaruh signifikan pada pengungkapan ERM. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Meizaroh (2011) dan Desender (2007). Alasan yang mendasari bahwa keberadaan Big Four mamiliki keahlian dalam mengidentifikasi risiko sehingga mampu manaikkan penilaian perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh pada pengungkapan ERM. Penelitian ini konsisten dengan sebelumnya Meizaroh (2011) dan Shleifer dan Vishy (1986).
DAFTAR PUSTAKA Andarini, Putri, dan Indira Januarti. 2010. Hubungan Karakteristik Dewan Komisaris dan Perusahaan terhadap Pengungkapan Risk Management Committee (RMC) pada Perusahaan Go Public Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. 14-16 Oktober 2010. Anthony, N. Robert dan Govindarajan. 2005. Management Control System. Jakarta : Salemba Empat. Bank Indonesia. 2006. Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/206 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Jakarta. Bates, E. William., dan Robert J. Leclerc. 2009. Boards of Directors and Risk Committees. The Corporate Governance Advisor, Vol. 17, No.6. Claessens, S., S. Djankov, J.P.H Fan, L.H.P. Lang. 2000. Expropriation of minority Shareholdes: Evidence from East Asia. Working Paper. Desender, Kurt. 2007. on The Determinants of Enterprise Risk Management Implementation. Information Resources Management Association Annual Meeting Pape. Darmawai, Herman. 2010. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara. Dionne, Georges., dan Thouraya Triki. 2005. on Risk Management Determinants: What Really Matters?. Working Paper. Canada Research Chair in Risk Management. HEC Montréal Fama, E. F. dan Jensen, M. C. 1983. Agency Problems and Residual Claims. Journal of Law and Economics 26(2): 327-349. Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika Teori Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang. Hanafi, Mahmud. 2009. Risiko Manajemen Edisi kedua. Yogyakarta : STIM YKPN. Haryono, Slamet. 2005. Stuktur Kepemilikan dalam Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol(5); 63-71.
Hastuti, D. Theresia. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governanace dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi XII. Solo. 15-16 September 2006. Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm : Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”. http://google.com. Khomsyah. High Quality Corporate Reporting. Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia. KNKG. 2011. Draf Penerapana Manajemen Risiko Berbasis Governance. Manab, Kassim, dan Rasid Husin. Enterprise-Wide Risk Management EWRM) Practices: Between Corporate Governance Compliance and Value Creation. Meulbroek, Lisa. K. 2002. Integrated Risk Management for The Firm: A Senior Manager’s Guide. www.ssrn.com.id301331. Meizaroh. 2011. Pengaruh Coroporate Governance dan Konsentrasi Kepemilikan Pada Pengungkapan Enterprise Risk Manajemen. Simposiom Nasional Akuntasnsi XIV. Banda Aceh. 21-22 Juli 2011. Nurlaelah, dan Rasul, Abdul. 2010. Praktikum Stastitika Ekonomi dan Bisnis. Jakarta : Mitra Wacana Media. Shleifer. A., dan Vishny, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control, Journal of Political Economy. June, 461-488. Sugyono. 2007. Metode Peneltian Bisnis. Bandung : Alfabeta. SWA. 2010. Indonesia Most Trusted Companies. Jakarta : Sembada Swakarya. Watts, R. L., dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood Cliffs, NJ:PrenticeHall. Yudiati. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris dan Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Risk Management Committee (studi empiris pada perusahaan non finansial yang terdaftar di bei tahun 2008-2009). Universitas Diponegoro. Zhuang, Juzhong, David Edwards, David Webb, Ma. Virginita A. Capulong. 2000. Corporate Governance and Finance in East Asia – a Study of Indonesia, republic of Korea, Malaysia, Philippines, and Thailand, Asia Development Bank, Manila. Tabel 1.1 Prosedur Pemilihan Sampel Perusahaan Jumlah keseluruhan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2010
33
(2) (5)
Perusahaan perbankan yang sedang delisting selama periode 2008 – 2009 Perusahaan perbankan yang termasuk atau tergolong dalam pemerintahan (BUMN) Perusahaan perbankan yang secara tidak lengkap mempublikasikan laporan keuangan periode 2008 – 2010 Perusahaan perbankan yang secara tidak lengkap mempublikasikan laporan tahunan (annual report) periode 2008 – 2010 Perusahaan perbankan yang kepemilikan saham mayoritasnya kurang dari 50% periode 2008 – 2010
Jumlah perusahaan sampel akhir Jumlah observasi
(6) (1) (9) 10 30
Tabel 1.2 Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R
R Adjusted Square R Square
.868a
.754
Change Statistics
Std. Error of the Estimate
.703
R Square Change
.05541
F Change
df1
.754 14.724
Sig. F Change
df2 5
24
.000
a. Predictors: (Constant), Konsentrasi Kepemilikan, Keberadaan RMC, Komisaris Independen , Reputasi Auditor , Ukuran Dewan Komisaris *Sumber data diolah dengan Versi 16
Tabel 1.2 Hasil uji Hipotesis Coefficientsa Model 1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
.168
.868
B
Std. Error
(Constant)
.023
.136
Komisaris Independen
.186
.159
.157
1.175
.251
Ukuran Dewan Komisaris
.028
.011
.495
2.536
.018
Keberadaan RMC
.007
.039
.024
.178
.860
Reputasi Auditor
.065
.032
.297
2.020
.055
Konsentrasi Kepemilikan
.278
.124
.310
2.232
.035
a. Dependent Variable: Enterprise Risk Manajemen *Sumber data diolah dengan SPSS Versi 16
Beta