Dari Redaksi Menjelang akhir tahun, KSEI mengembangkan Enterprise Risk Management (ERM), suatu sistem manajemen risiko yang efektif dan berkesinambungan dengan tujuan mempermudah pencapaian sasaran perusahaan. Fokuss kali ini juga membahas laporan pertemuan rutin tahunan The 12th General Meeting of Asia Pacific CSD Group, kegiatan tahunan Shareholders Seminar 2008, serta pendirian PT Penilai Harga Efek Indonesia dimana KSEI merupakan salah satu pemegang sahamnya. Sebagai komitmen KSEI atas tanggung jawab dan kepekaan terhadap lingkungan sosial, KSEI juga menjalankan program Corporate Social Responsibility berbasis Community Development, dimana difokuskan pada pengembangan anak usia dini. Melalui artikel-artikel pilihan Redaksi Fokuss, tak bosan-bosannya kami mengajak para pembaca yang juga pelaku pasar modal untuk bersikap optimis terhadap kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Hidup Pasar Modal Indonesia! Selamat membaca!
Redaksi
������������� ��������������
daftar 1 3 5 6 7 8
��������������� ����������������� ������������������ isi
‘Enterprise Risk Management’ di KSEI The 12th ACG General Meeting
Membuka Akses Global PHEI, Referensi Harga Obligasi KSEI Shareholders Seminar KSEI Peduli aktivitas & Statistik
‘Enterprise Risk Management’ di KSEI
Sebagai salah satu bentuk dari corporate governance, KSEI me ngembangkan sistem pengelolaan risiko yang berguna untuk pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. Sistem bernama Enterprise Risk Management ini diharapkan dapat meminimalisir besarnya risiko perusahaan secara sistematis dan efektif.
R
isiko diyakini tidak dapat dihindari, tetapi dapat diminimalisir melalui manajemen risiko yang efektif. Risiko didefinisikan sebagai “the chance of something happening that will have an impact upon objectives (AS/NZS 4360).” Bahwa risiko selalu melekat pada setiap kegiatan perusahaan,
besar kecilnya risiko yang terjadi akan mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Secara umum, KSEI membagi tingkat risiko menjadi 4 (empat) jenis, yaitu: strategic risk, compliance risk, financial risk, dan operating risk. KSEI memadukan keempat jenis risiko tersebut dengan komponen risiko
06 Edisi
Tahun 2008
������������� ����������
Edisi 06, 2008 Fokuss
yang terdapat pada Public Central Securities Depository Rating dari Thomas Murray, yang meliputi asset commitment risk, asset servicing risk, counterparty risk, dan liquidity risk, ke dalam suatu sistem pengelolaan risiko yang komprehensif, dikenal dengan istilah Enterprise Risk Management (ERM). ERM didefinisikan sebagai ‘a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, applied in strategy setting and across the enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, and manage risks to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance regarding the achievement of entity objectives (COSO).’ ERM merupakan sebuah pendekat an yang komprehensif untuk mengelola risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan perusaha an untuk mengelola ketidakpastian, meminimalisir ancaman, dan memaksimalkan peluang. ERM juga merupakan proses pengelolaan yang mengidentifikasi, mengukur, dan memonitor risiko secara sistematis, serta didukung oleh kerangka kerja manajemen risiko yang memungkin kan adanya proses perbaikan yang berke sinambungan atas kegiatan manajemen itu sendiri.
Hasil-hasil yang diperoleh dari pengembangan ERM, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi internal audit dalam menetapkan skala prioritas audit berdasarkan tingkat risiko sehingga audit dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Monitor
Risk Management Process merupakan siklus kegiatan ERM yang dilaksanakan secara periodik untuk mencapai tujuan perusahaan, yang digambarkan sebagai berikut:
4
1
Identify
Business objectives
2
3 Treatment
!
Assess
Dibandingkan dengan manajemen risiko tradisional, ERM lebih mampu mengelola risiko dengan terintegrasi, proaktif, berkesinambungan, value added dan process driven. ‘Risk Management Process’ Pendekatan ERM yang akan diterapkan KSEI ini diharapkan dapat memba ngun kompetensi manajemen risiko yang berkelanjutan serta dapat menjadi bagian dari proses-proses bisnis yang ada sehingga secara konsisten dapat menerapkan Risk Management Process yang mencakup kegiatan mengidentifikasi (identify), meng ukur (assess), mengendalikan (treatment), dan memantau (monitor) aktivitas manajemen risiko secara lebih praktis dan efektif.
[1] Risk Identification. Proses awal dari siklus manajemen risiko yang dilakukan KSEI adalah pengidentifikasian risiko. Proses peng identifikasian risiko untuk menjawab pertanyaan sebab-akibat dan pemilik risiko. Hasilnya adalah risk profile. [2] Risk Assessment and Measurement. Pada proses pengukuran risiko terlebih dahulu ditentukan risk criteria yang disusun berdasarkan kriteria dampak (impact) dan kemungkinan kejadian (likelihood). Tahap ini bertujuan untuk menentukan seberapa besar dan sering risiko terjadi, menyusun if-scenarios, dan mengukur tingkat risiko. Berdasarkan hasil penentuan kriteria risiko tersebut, dikembangkan sebuah model pemetaan risiko (risk mapping) yang akan digunakan sebagai pedoman action plan manajemen risiko. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran risiko-risiko yang dianggap signifikan dengan mengguna kan kriteria-kriteria risiko yang telah ditetapkan.
Gambar Sinergi ERM dan RBIA
RISK-BASED INTERNAL AUDIT
Risk Assessment
Monitor
4
1
Identify
Business objectives
3 Treatment
2
Audit Planning Audit Fieldwork
HR Management
Audit Reporting
!
Assess
Penerbit: PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) • Penasihat: Direksi KSEI • Dewan Redaksi: Zylvia Thirda, Dharma Setyadi, Susiyanti, Novian Harry Wibowo, Rachmat Irfan, Regina Natalia, Annisa Indri Hapsari • Penanggung Jawab: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI • Alamat Redaksi: Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower I Lt. 5, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190, Telp. 52991099, Fax. 52991199 • Sirkulasi: Bagian Komunikasi Perusahaan KSEI
Critical Success Factors Untuk mencapai keberhasilan dalam implementasi ERM, diperlukan faktor-faktor utama pencapaian keberhasilan yang mencakup: a. Keahlian, pengetahuan, dan komitmen para stakeholder yang berdampak pada manfaat internal dan eksternal perusahaan. b. Proses pengidentifikasian dan penentuan yang tepat atas risiko-risiko signifikan yang sedang dihadapi perusahaan. c. Praktik manajemen risiko yang terinte grasi dalam setiap proses bisnis dan aktivitas di perusahaan. d. Komunikasi yang berjalan efektif antar tiap Divisi/Bagian, serta pengawasan yang dilakukan secara terus-menerus. e. Pemeriksaan berkala yang dilakukan oleh internal audit. f. Lingkungan kerja dan kemampuan individu para pegawai sejalan dengan tujuan strategis perusahaan. Rencana Pengembangan ERM Selanjutnya Rencana KSEI untuk mengembangkan sistem manajemen risiko yang komprehensif dan terintegrasi, akan dilanjutkan dengan mensinergikan ERM dengan Risk Based Internal Audit (RBIA). Hasil-hasil yang diperoleh dari pengembangan ERM, diharapkan dapat menjadi pedoman bagi internal audit dalam menetapkan skala prioritas audit berdasarkan tingkat risiko sehingga audit dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. l (Indra Gunawan)
Membuka Akses Global Krisis ekonomi global saat ini bisa diatasi dengan keterbukaan pasar modal dan kemudahan investor untuk berdagang di beragam pasar. Inilah yang menjadi pembahasan utama para pimpinan Central Securities Depository tahun ini.
P
ertemuan rutin pimpinan Central Securities Depository (CSD) di kawasan Asia Pacific kembali digelar. Forum The 12th General Meeting of Asia-Pacific CSD Group (ACG) ini diadakan di Singa pura pada 10 - 11 November 2008. Ada 25 institusi dari 18 negara serta perwakilan Central Securities Depository Association di kawasan Eropa, Amerika dan Eurasian yang menghadirinya. Acara kali ini bertema “Growth Through Service Innovation”. Dibuka dengan sambutan tuan rumah, Mr. Muthukrishnan Ramaswami, Chief Operation Officer Singapore Exchange Limited, yang dilanjutkan keynote speech dari Mr. Ong Chong Tee, Deputy Managing Director, Monetary Authority of Singapore yang menyoroti peranan CSD dalam global financial crisis. Menurutnya, kondisi ekonomi global yang dipicu krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) saat ini berada dalam periode ketidakpastian yang perlu segera ditangani oleh seluruh institusi keuangan terkait. Krisis saat ini memperlihatkan kondisi pasar keuangan global yang saling terintegrasi dan pada waktu yang bersamaan kondisi tersebut juga saling terpisah. Arus sentimen pasar saat ini sangat terintegrasi. Keterpurukan yang terjadi pada penutup an pasar saham di AS, berdampak langsung pada keterpurukan pasar saham Asia keesokan harinya. Kegagalan institusi keuangan di AS membawa akibat pembekuan inter-bank lending di kawasan Eropa dan Asia. Akan tetapi terintegrasinya sentimen pasar saat ini tidak didukung oleh fasilitas perpindahan arus dana dan saham antar negara yang memadai. Institusi yang memiliki asset di
salah satu pasar atau mata uang tertentu saat ini tidak dapat menggunakannya de ngan mudah untuk mendanai liability-nya atau untuk memenuhi kebutuhan margin di pasar yang lain. Perbedaan pada struktur pasar, waktu, mata uang, serta peraturan yang berlaku di setiap negara serta faktorfaktor lainnya tidak dapat memperlancar arus dana dan asset. Apa yang telah terjadi pada krisis saat ini memperlihatkan peningkatan permin taan pada arsitektur keuangan global dan platform yang lebih terintegrasi. Menurut Mr. Ong Chong Tee, CSD memiliki peranan penting dalam merealisasikannya. Saat ini struktur pasar pasca perdagangan (post trade service) mengalami transformasi di berbagai kawasan dengan adanya kebijak an umum dan inovasi teknologi. Biaya cross border clearing and settlement saat ini 10 hingga 15 kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya transaksi domestik sebagai akibat market fragmentation dengan 23 CSD dan 8 Central Counterpart (CCP) di kawasan Asia-Pacific. Di sisi lain di kawasan Asia, proses clearing and settlement saat ini telah berkembang dengan baik di setiap negara. Oleh karena itu akan lebih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk membangun suatu keterhubungan (linkages) yang dapat meningkatkan pengelolaan cross border transaction and settlement serta mengurangi biaya transaksi. Seiring dengan perkembangan pasar obligasi regional, negara-negara ASEAN beserta China, Korea dan Jepang (ASEAN plus three) membentuk Group of Expert di kawasan ASEAN yang sebagian anggota nya adalah tenaga ahli di CSD. Salah satu
Edisi 06, 2008
[4] Risk Monitoring and Reporting. Terakhir, pemantauan dan pelaporan risiko yang dilakukan secara periodik untuk memberikan early warnings, me laporkan implementasi manajemen risiko, dan memberikan rekomendasi kepada manajemen menuju perbaik an yang berkesinambungan (continuous improvement).
The 12th ACG General Meeting
Fokuss
[3] Risk Treatment. Pada proses pengelolaan risiko dilakukan upaya untuk memitigasi besarnya risiko yang timbul agar setiap risiko dapat diterima oleh risk owners. Untuk mengantisipasi terjadinya risiko, seorang risk owners harus memiliki action plan yang merupakan improvisasi dari strategi, pengendalian, dan proses bisnis.
Edisi 06, 2008 Fokuss
proposal awal yang ditawarkan adalah pembentukan Regional Settlement Intermediary (RSI) dan Asian Payment Bank untuk mengurangi risiko settlement dalam transaksi mata uang asing. Dalam hal ini peranan CSD sangat diperlukan untuk mengembangkan industri pasar modal dengan memberikan solusi yang dapat menunjang akses global investor pada produk-produk yang didominasi mata uang Asia. Mr. Ong Chong Tee juga menambah kan pentingnya keselamatan dan efisiensi dalam infrastruktur keuangan, terutama dalam mengatasi risiko settlement. Konso lidasi global diantara institusi keuangan dan kebutuhan atas pengelolaan biaya merupakan momentum yang kuat untuk mengimplementasikan market platform yang lebih baik dan lebih efisien, memiliki standar dan market practice di pasar ke uangan serta infrastruktur keuangan yang saling terintegrasi. Dengan meminimalisasi risiko tanpa peningkatan biaya, CSD perlu memanfa atkan kemajuan teknologi sebagai key enabler. Bursa, clearing house dan CSD yang secara proaktif saling bekerjasama dan mendukung bisnis prosesnya dalam jang-
“Dengan meminimalisasi risiko tanpa peningkatan biaya, CSD perlu memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai key enabler.”
ka waktu yang panjang akan mewujudkan sistem keuangan yang saling terintegrasi. Acara di hari pertama dilanjutkan dengan diskusi panel yang mengusung topik Expanding CSD Services Through Cooperation or Competition with Custodians yang menampilkan panelis antara lain: Mr. Gagan Rai, Managing Director and CEO National Securities Depository Limited (NSDL), Mumbai India; Mr. William Hodash, Managing Director Depository Trust and Clearing Corporation; Mr. Roberth Urtheil, partner; Oliver Wyman; Mr. David Gilmour, Global Product Head, Securities Services Operation, Standard Chartered Bank dan Mr. Jhon van Verre, Chief Executive Officer, Institutional Trust Services, HSBC dengan dipandu oleh moderator Mr. Gan Seow Ann, SEVP & Head of Markets, Singapore Exchange Limited. Diskusi tersebut memunculkan gagas an untuk pembentukan market linkages di kawasan Asia. Dalam diskusi panel ini disepakati agar selalu dibina hubungan baik antara domestic CSD sebagai pihak penyedia layanan jasa proses settlement de ngan Bank Kustodian sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan nasabah. Sangat disayangkan, diskusi ini belum me nyimpulkan sikap dari pelaku perlu tidak nya penerapan market linkages di kawasan Asia. Hari kedua, untuk diskusi kelompok, para peserta dibagi menjadi 4 (empat) kelompok task force, dimana masing-masing task force akan memberikan presentasi atas kegiatan yang telah dilakukan selama setahun. Exchange of Information Task Force yang diketuai oleh Japan Securities Depository Center, Inc (JASDEC) berencana mengeluarkan ACG Disclosure Framework dan ACG member profile yang bertujuan untuk memberikan gambaran operasional masing-masing anggota ACG dalam website resmi ACG.
Diketuai oleh Korean Securities Depository (KSD), New Business Initiative Task Force tahun ini membahas mengenai CSD Linkages. Beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mengimplementasikan CSD linkages, antara lain adanya perbedaan peraturan dan regulasi serta perpajakan. Keuntungan yang dapat dicatat dengan adanya CSD linkages antara lain cost-effect ive, time saving (arbitrage opportunities), and less burden to comply with the laws and regulation of multiple countries. Settlement Risk Management Task Force yang diketuai Thailand Securities Depository Co.Ltd (TSD) membahas tindakan-tindakan pencegahan, korektif dan inisiatif yang saat ini telah dilaksanakan oleh anggota ACG. Pada saat yang bersamaan, di ruangan terpisah dilaksanakan Senior Management Meeting yang dihadiri oleh CEO anggota ACG serta perwakilan Central Securities Depository Association di kawasan Eropa, Amerika dan Eurasian yang membahas pelaksanaan CSD interim meetings yang berguna untuk pertukaran informasi dan ide diantara regional CSD association, pertemuan CSD group serta pembuatan Disclosure Framework untuk anggota ACG. Sebelum acara ditutup, perwakilan dari Securities Depository and Clearing Corporation Ltd (SD&C) menyarankan pembentukan legal task force yang akan diketuai SD&C dan mengundang anggota ACG lainnya untuk secara aktif ikut serta dalam task force yang baru tersebut. Terakhir, disepakati tuan rumah Singa pore Exchange Limited menjadi Secretariat ACG tahun 2008 - 2009 dan menunjuk Vietnam Securities Depository sebagai tuan rumah penyelenggaraan The 13th ACG General Meeting. Sampai jumpa pada kegiatan General Meeting of ACG ke-13 di Vietnam. l (Dian Kurniasarie)
PHEI, Referensi Harga Obligasi
tengahan tahun depan. Untuk tahap awal, akan dimulai dengan referensi harga SUN, baru kemudian secara bertahap, memberikan informasi harga Obligasi Korporasi dan Efek lainnya, termasuk produk-produk derivatif dari Obligasi seperti Repurchase Agreement (REPO). Selain menjadi penilai Efek yang menerbitkan harga Sukuk atau Obligasi Syariah, PHEI akan mengumpulkan data harga su-
rat utang dari PLTO (sistem pelaporan trans aksi Obligasi yang ada di Bapepam-LK), dari primary dealer dan pelaku-pelaku pasar seperti Himdasun (Himpunan Pedagang Surat Utang). Selanjutnya data tersebut akan diolah untuk menentukan haga yang valid dan wajar atas seluruh Obligasi yang dicatatkan. “Informasi harga Obligasi dan infomasi lain yang terkait dengan transaksi Obligasi akan kami publikasi sehingga bisa diakses para pemodal,” kata Ignatius. Namun, menurutnya, untuk publikasi kita harus minta izin dulu dari BapepamLK. Dan, apa yang akan disampaikan se bagai referensi, menurut Ignatius, akan kita sosialisasikan dan mintakan pendapat dari pelaku pasar. ”Secara internal sebenarnya informasi harga SUN sudah kita buat. Dan tengah dalam proses uji model ke akademisi, baru setelah itu ke pelaku, dan akan kita presentasikan ke Bapepam. Nanti dengan
berjalannya waktu kita mulai mempubli kasikan,” lanjut Ignatius. Jadi ada tiga karakteristik dari produk yang akan dikeluarkan lembaga ini. Perta ma, ada valuation price, yaitu harga yang digunakan untuk melakukan valuasi por tofolio. Untuk valuasi butuh acuan, setiap institusi ada ketentuannya. Yang kedua, harga sebagai reference price, jadi investor mau menjual atau membeli punya referensi harga. Yang lainnya untuk informasi saja, mungkin untuk lembaga-lembaga riset yang mau melakukan analisa, atau mungkin dari Pemerintah juga perlu. Ini yang menjadikan sifat produk PHEI seba gai information price. PHEI juga akan mempublikasi indeks Obligasi yang bisa digunakan sebagai informasi untuk mengetahui pergerakan harga Obligasi dari hari ke hari secara ke seluruhan. Sesuai visi dan misinya, kata Ignatius, PHEI akan menjadi lembaga yang memberikan referensi nilai Efek yang memasukkan harga pasar wajar surat utang, Sukuk, dan sebagainya secara independen, transparan, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. l
“Informasi harga Obligasi dan infomasi lain yang terkait dengan transaksi Obligasi akan kami publikasi sehingga bisa diakses para pemodal.”
Fokuss
P
asar modal akhirnya punya lembaga baru untuk mendukung perdagangan pasar surat utang. PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau Indonesia Bond Pricing Agency hadir untuk menyediakan referensi harga Surat Utang Negara (SUN) dan Obligasi Korporasi serta Efek lainnya dalam jangka panjang. Lembaga yang dilahirkan pada 28 Desember 2007 dan disahkan pada 9 April 2008 ini sahamnya dimiliki Self Regulatory Organization (SRO) yang terdiri dari PT Bursa Efek Indonesia, PT Kliring Penjamin an Efek Indonesia dan KSEI adalah melakukan penilaian dan penetapan harga pasar wajar (fair valuations) atas instrumen Efek bersifat utang. PHEI akan menerbitkan harga pasar wajar secara berkala (daily closing fair valuations) dengan mengguna kan metodologi penilaian yang konsisten dan transparan untuk setiap jenis instrumen Obligasi. Tujuannya, untuk memberikan solusi atas sulitnya mencari referensi harga Obligasi. Selama ini, menurut Ignatius Girendroheru, Presiden Direktur PHEI, hanya sekitar 5% dari total Obligasi yang tercatat di BEI yang aktif ditransaksikan sehari-hari di bursa. Sebanyak 95% masih ditransaksikan secara over the conter (OTC). Di negara-negara lain juga berdiri lembaga sejenis, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu lembaga penyedia referensi harga Efek. PHEI pun menggandeng sejumlah lembaga sejenis yang sudah lebih dahulu beroperasi untuk saling bekerjasama dalam pengembangan bond pricing agency di Indonesia, salah satunya dengan Bond Pricing Agency Malaysia melalui penandatanganan Memorandum of Understanding pada tanggal 11 November 2008. Saat ini PHEI masih menunggu izin operasional dari Bapepam-LK. Diharapkan Ignatius, lembaga ini dapat mulai menyajikan referensi harga surat utang mulai per-
Edisi 06, 2008
Indonesia Bond Pricing Agency akan menyediakan referensi harga Obligasi mulai tahun depan. Membuat perdagangan Obligasi lebih transparan.
KSEI Shareholders Seminar
Edisi 06, 2008
S Fokuss
ebagai program rutin tahunan sejak tahun 2006, pada tanggal 22 - 25 Oktober 2008 KSEI kembali menyelenggarakan kegiatan Shareholders Seminar di Yogyakarta sebagai salah satu bentuk partisipasi KSEI dalam mengembangkan pasar modal Indonesia melalui Capacity Building sumber daya manusia di dalamnya. Berbeda dengan tema-tema Shareholders Seminar lalu yang membahas produk dan layanan jasa dalam pasar modal, kali ini KSEI mengangkat tema Continuity Plan and Information Technolo gy Awareness, dengan nara sumber pakarpakar IT dan Telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung yang tergabung da lam tim Sharing VisionTM, yaitu Dr. Ir. Dimitri Mahayana, Ir. Budi Rahardjo, MSc., PhD. dan Dr. Arry Akhmad Arman.
Saat ini telah berkembang berbagai jenis ancaman baru, sedangkan dalam merancang suatu DRC/DRP banyak perusahaan yang masih berfokus untuk identifikasi ancaman klasik yaitu bencana alam.
Saat membuka seminar yang dihadiri oleh perwakilan pemegang saham, SRO, Bapepam-LK dan juga perwakilan dari beberapa Asosiasi ini, Direktur Utama KSEI Ananta Wiyogo menyampaikan bahwa perkembangan industri pasar modal Indonesia ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi sebagai komponen utama dalam menjalankan proses di industri ini. Hal ini juga dikemukakan oleh Bapak Djoko Hendratto, Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK dalam sambutannya. Dalam seminar Dimitri Mahayana mengungkapkan bahwa ada beberapa poin penilaian mengenai kelayakan penerapan Business Continuity Plan (BCP) atau Disaster Recovery Center (DRC), yaitu: keberadaan DRC itu sendiri, kelengkapan, lalu pengujiannya. Setelah tiga hal tersebut, perusahaan baru dapat memperoleh keyakinan DRC-nya dapat beroperasi secara baik saat bencana datang. Survey yang dilakukan Business Continuity Institute 2005, menyebutkan bahwa lebih dari 90% perusahaan yang tidak memiliki BCP mengalami kehilangan data yang signifikan sehingga tidak dapat mempertahan kan bisnisnya dua tahun kemudian. Arry Akhmad Arman menambahkan bahwa DRC/DRP adalah salah satu satu hot issue dalam dunia IT dan bisnis saat ini. DRP adalah Disaster Recovery Plan merupakan rencana yang disiapkan untuk melakukan tindakan preventif, melakukan penanggulangan dan pemulihan
pasca bencana. Dalam konteks IT, DRP biasanya didukung oleh suatu DRC, suatu lokasi alternatif yang menduplikasi sebagian sumber daya IT terpenting dalam satu perusahaan yang biasanya terletak di Data Center, sehingga fungsi bisnis/organisasi yang tergantung pada IT akan tetap berjalan jika bencana terjadi. Arry juga menambahkan bahwa saat ini telah berkembang berbagai jenis ancaman baru, sedangkan banyak perusahaan yang masih berfokus untuk identifikasi ancaman klasik (bencana alam) dalam merancang suatu DRC/DRP. Beliau menyarankan agar pelaku bisnis lebih terbuka untuk memikirkan ancam an-ancaman lain non bencana alam yang berdampak kerugian yang tidak kalah hebatnya, walaupun tidak mengancam keselamatan manusia. Pembicara Sharing VisionTM lainnya, Budi Rahardjo, mengatakan bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia sudah memiliki DRC/DRP. Namun berdasarkan pengalaman di lapangan, DRP biasanya hanya diidentikkan sebagai pelaksana backup, masalah lain yaitu pemilihan lokasi DRC yang kurang memenuhi syarat, strategi penyediaan DRC yang kurang matang, prosedur kurang lengkap, belum diuji dan kurangnya sosialisasi. Menurutnya, masalah ini terjadi karena peng adaan teknologi informasi yang belum kondusif, sulitnya justifikasi dan estimasi harga pengadaan BCP, DRP, dan DRC serta kurangnya dukungan dari manajemen.
“Situs-situs finansial seperti Pay Pal, eBay, Bank of America, Yolksbank, Chase Bank, dan sebagainya mendominasi phising! Tingkat kesuksesan serangan phishing di situs web jaring an sosial seperti dan mencapai 70 persen. Target dari serangan phishing biasanya adalah nasabah bank dan layanan pembayaran online. Menurut penelitian Gartner seperti dikutip Paul L. Kerstein di CSO Online, antara Mei 2004 hingga Mei 2005, hampir 1,2 juta pengguna komputer AS terkena phishing dengan kerugiannya mencapai US$ 929 juta.” (Sumber: The Gadget, 1 November 2006, www.avira.com, 12 Februari 2007).
l “Studi tentang password yang diadakan
di University of Maryland, pada saat ini masih dirasa sangat lemah. Setiap 39 detik hacker melakukan serangan terhadap target, dan tercatat sebanyak 2.244 hacking setiap hari. Berdasarkan hasil survey Cyota, terdapat 44% pemegang account menggunakan password yang sama untuk semua online bank yang dimilikinya, 37% password mereka digunakan pada situs yang kurang aman.” (Sumber: www.netscape.com, Security Brief dan www.finextra.com). l “Tersangka
utama (72%) dari pencuri an, sabotase, fraud, dan kecelakaan adalah karyawan perusahaan!”. (Sumber: FBI Statistics, 2007)
l “80% responden perusahaan di Indone
sia mengatakan bahwa setiap bulan mereka mengalami insiden yang me ngancam keamanan informasi per usahaan satu hingga sepuluh kali”. (Sumber: Sharing VisionTM, Desember 2006) Di akhir acara, para peserta juga berkesempatan untuk bersantai bersama dalam acara makan malam di Omah Dhuwur dalam suasana yang akrab diiringi musik akustik. Acara ditutup oleh Bapak Risbadi Purbowo. KSEI berharap seminar ini dapat menjadi masukan berharga bagi pemegang saham KSEI khususnya dan industri pasar modal Indonesia pada umumnya. l (Syafruddin)
Didasari atas kesadaran pentingnya peranan generasi muda yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi Indonesia, KSEI menetapkan program Pendidikan Anak Usia Dini dan kampanye ASI sebagai bentuk implementasi program Corporate Social Responsibility tahun 2008.
K
SEI sebagai Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian di pasar modal Indonesia senantiasa menyelaraskan kegiatan utamanya dengan turut menjalankan program Corporate Social Responsibilty (CSR) sebagai penerapan prinsip Good Corporate Governance serta komitmen KSEI atas tanggung jawab dan kepekaan terhadap lingkungan sosial. Memasuki akhir tahun 2008, KSEI menyelenggarakan program CSR berbasis Community Development yang mampu meningkatkan kapasitas dan pemberdaya an masyarakat, dimana kegiatan akan difokuskan pada pengembangan anak pada usia dini. Pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting bagi pembangunan sumber daya manusia berkualitas. Program yang dijalani KSEI tersebut sejalan dengan salah satu nilai inti KSEI, yaitu “Continual Development” dimana diharapkan terwujudnya pengembangan yang berkesinambungan melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. Kegiatan mulai dilaksanakan pada awal November lalu melalui program di bidang pendidikan, bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Bhakti Wanita Islam (YPBWI) sebagai yayasan yang memprioritaskan pada pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui kegiatan pra sekolah. Program kegiatan ini menitikberatkan pada pemberian pendidikan kepada para guru anak usia dini, yang dilaksanakan di Gedung Bakti Bunda, Padang - Sumatera Barat, serta diikuti sekitar 400 orang Kepala dan Guru Taman Kanak-kanak wilayah
Padang dan sekitarnya. Kegiatan serupa dilaksanakan pada kurun bulan November - Desember 2008 dengan berpartisipasi mendukung tujuan Indonesia Sehat 2010, yaitu breastfeeding campaign, bekerja sama dengan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS). Program bernama Pendidikan ASI Eks klusif Berbasis Komunitas ini terdiri dari 2 (dua) rangkaian kegiatan, yaitu reproduksi dan distribusi materi edukasi terkait pemberian ASI eksklusif serta pemberian pelatihan penggunaan materi edukasi di wilayah cakupan 10 (sepuluh) Puskesmas Kelurahan di Jakarta Barat, antara lain Rawa Buaya-Cengkareng, dan KapukCengkareng. Secara garis besar kegiatan ini bertujuan untuk mendidik dan membekali kader-kader yang terdiri dari para ibu tentang pengetahuan ASI eksklusif. Dukungan KSEI pada kegiatan-ke giatan tersebut diatas merupakan bentuk CSR yang hasilnya tidak dapat terlihat secara cepat atau jangka pendek. Namun demikian program tersebut membutuhkan waktu dan proses secara bertahap sehingga nantinya anak Indonesia dapat menjadi anak sehat dan berkualitas serta berpendidikan demi kemajuan Negara Indonesia. l
Edisi 06, 2008
l
KSEI Peduli
Fokuss
Khusus menyoroti isu mengenai IT security, Budi Rahardjo juga menyampaikan berbagai hasil survey dari berbagai sumber untuk menggambarkan betapa seriusnya isu ini, antara lain:
aktivitas DRC Live Test ke-11 Krisis ekonomi global tidak menjadi alasan KSEI sebagai Lembaga Pe nyimpanan dan Penyelesaian untuk memberikan layanan terbaik kepada pemakai jasa. Pada tanggal 17-18 No vember 2008 lalu KSEI melaksanakan uji coba sistem Disaster Recovery Center (DRC) secara live (DRC Live Test) yang ke-11 kalinya sejak beroperasi pada tahun 2001. DRC Live Test ini secara umum berjalan dengan baik dan lancar sesuai skenario yang diharapkan. Sebagai bagian dari pengelolaan risiko operasional, KSEI akan terus melakukan pengetesan kesiapan sistem DRC secara berkala dengan melakukan persiapan dan koordinasi yang baik dengan pemakai jasa KSEI, Bank Pembayaran dan pihak terkait lainnya selaku penyedia jaringan. l
Investor Summit dan Capital Market Expo 2008 Bekerjasama dengan Bapepam-LK, BEI dan KPEI, KSEI mengadakan Investor Summit dan Capital Market Expo 2008 di One Pacific Place, Jakarta pada tanggal 25-26 November 2008. Dibuka oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, penyelenggaraan acara selama 2 (dua) hari ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasar modal bagi investor dan masyarakat pada umumnya, juga sebagai wadah agar investor dapat menyeleksi emiten yang akan dipilihnya dalam berinvestasi, baik dari segi risk management atau yang lainnya. Selain mendapatkan informasi dari booth-booth emiten, pengunjung pameran dapat mengikuti berbagai presentasi. Diharapkan, program edukasi dan promosi pasar modal ini semakin meningkatkan rasa optimisme masyarakat untuk mulai berinvestasi di pasar modal Indonesia. l
statistik
Edisi 06, 2008
Total Distribusi “Corporate Action” Periode Januari - November 2008
�������
�������
�������
�������
�������
�������
Jan - Nov 2008
Dana
����������������������������������������������� ��������������������������������� �������
�������
�������
�������
�������
Rp (triliun)
Equity (Dividen dan Exercise)
33,44
58,66
Debt (Bunga dan Pokok)
62,69
17,61
Total Dana
96,13
76,27
Fokuss
Efek
(Jumlah/Unit Efek)
Saham
117.144.221.428
Waran
2.364.399.377
HMETD ������� ���
���
���
���
���
���
���
���
���
���
113.661.607.594
���
���������������������������������� ����������������������������������
����������������������������������������� ���������������������������������
�����������������������
���
������
���
������
���
�������
���
������
���
������
���
�������
���
������
���
������
���
������ �������
���
������
���
�������
�������� �������� ��������
��������
��������
��������
��������
��������
��������
������
���
�������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
������
���
USD (juta)
�������