ANALISIS RESPON TIME DISTRIBUSI REKAM MEDIS DI INSTALASI REKAM MEDIS DAN PUSAT DATA INFORMASI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2014 Maya Rasita1, Puput Oktamianti2 1. Peminatan Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakutas Kesehatan Masyarakat Abstrak Pelayanan rekam medis di Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi RSUP Fatmawati yang berkaitan dengan Respon Time Distribusi rekam medis terdiri dari Proses di Bagian Registrasi dan bagian penyimpan dan mendapat pengaruh dari proses di bagian pengolahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambararan Respon Time distribusi rekam medis di Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi yang dilihat dari input, proses dan output. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif. Seluruh data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Respon Time Distribusi rekam medis di Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi RSUP Fatmawati belum mencapai target pelayanan, baik target rumah sakit maupun target Standar Pelayanan Minimal penyiapan berkas rawat jalan. Kesimpulan dari penelitian ini, penyebab belum tercapainya target Respon Time Distribusi rekam medis ini dipengaruhi oleh belum cukupnya SDM dibagian penyimpanan, minimnya pelatihan tentang penyimpanan belum optimalnya lemari penyimpanan rekam medis yang ada dibagian penyimpanan, serta jarak ruang penyimpanan dengan Instalasi Rawat Jalan. Kata Kunci : Respon Time Distribusi, Rekam Medis Abstract Medical Record services in Medical Record and Center Data Information Installation RSUP Fatmawati relating to the Response Time Distribution of medical record consists of a process in the Registration section and storage section and under the influence of the process on the medical record processing.. The aims of this study is to get the description of distribution Response Time medical records in Medical Record and Center Data Information Installation from input, process and output. The research method has been used is a qualitative study. All of the data in this study were obtained from in-depth interviews and document review. The results showed that the medical record Response Time Distribution in Medical Record and Center Data Information Installation RSUP Fatmawati has not reached the target, either the hospital’s target or the target Standards Minimum Serviceses of outpatient setup file. The conclusion of this study, the cause of not achieving the target of Response Time Distribution of medical records is not influenced by the storage section of inadequate human resources, lack of training on storage cabinets storage, storage cabinets not optimal existing medical record storage section, and the distance between the storage space Outpatient Installation. Key Word : Respon Time Distribution, Medical Record 78
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Pendahuluan Pada saat ini kita telah memasuki era globalisasi persaingan pasar bebas diperlukan peningkatan mutu dari segala bidang yang salah satu nya adalah peningkatan layanan bermutu di rumah sakit menuju pada kualitas pada layanan global yang diakui secara internasional, yang harus di dukung dengan peningkatan mutu pelayanan rekam medik melalui sistem pengelolaan manajemen informasi kesehatan yang baik dan benar di rumah sakit (Kemenkes RI, 2011). Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat dan andal serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien. Mengacu pada UU Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit yaitu pasal 52 Ayat 1 yang berbunyi : “ Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan peloparan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit”. Tujuan pengelolaan rekam medis adalah untuk menunjang tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam medis yang cepat, tepat, bernilai dan dapat dipertanggung jawabkan. (Kemenkes RI, 2011) Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2008, waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan rekam medis rawat jalan adalah ≤10 menit Tabel 1.1. Hasil Monev Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data periode Januari – Desember 2013 Indikator Respon Time Distribusi Rekam Medis Rawat Jalan Ketepatan Waktu Kembali Rekam Medis Ketepatan Waktu Penyelasaian Surat Keterangan Dokter
Target (%)
Realisasi Capaian (%) (%)
75
59
78.7
100
92.5
92.5
100
9 9.4
99.4
Sumber : Monev Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data periode tahun 2013
Dari tabel diatas masih terdapat beberapa masalah seperti yang tergambar di Respon Time Distribusi rekam medis yang menggambarkan pencapaian ketepatan waktu pengiriman
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
rekam medis rawat jalan di dapatkan hasil masih dibawah target yang ditetapkan sebesar 75% selama tahun 2013. Pencapaian ResponTime Distribusi rekam medis didapatkan dari prmbagian antara persentase realisasi dengan persenatse target yang telah ditetapkan. Dari hasil monev tahun 2013 didapatkan beberapa akar masalah seperti jumlah SDM Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi masih belum sesuai kebutuhan, tidak ada petugas distribusi khusus, dan jauhnya ruang penyimpanan rekam medis dari Instalasi Rawat Jalan (IRJ).
Tinjauan Teoritis Rekam Medis Berdasarkan Pasal I ayat (1) Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008, Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tujuan Rekam Medis Menurut (Hatta, 2011), tujuan rekam medis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1.
Tujuan utama (primer), terbagi dalam lima kepentingan yaitu untuk: 1. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya. 2. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis, dan tenaga lainyang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Manajemen pelayanan, rekam kesehatan yang lengkap memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehinga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan. 4. Menunjang pelayanan, rekam kesehatan yang rinci akan mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi pelayanan
di
rumah
sakit,
menganalisis
kecenderungan
mengkomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
yang
terjadi
dan
5. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi. 2.
Tujuan Sekunder Tujuan sekunder rekam kesehatan ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan
lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebijakan. Pendistribusian Rekam Medis Berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesi, dokumen rekam medis rawat jalan adalah dokumen rekam medis pasien baru atau pasien lama yang digunakan pada pelayanan rawat jalan. Waktu penyediaan dokumen rekam medik mulai dari pasien mendaftar sampai rekam medis disediakan/ditemukan oleh petugas. Dengan standar waktu rerata yang ditetapkan adalah 10 menit. Penyimpanan Dokumen Rekam Medis Proses penyimpanan yang dilakukan pada pengelolaan instalasi rekam medis memiliki tujuan, 1. Menjaga kerahasiaan dokumen rekam medis. 2. Mempunyai arti penting sehubungan dengan riwayat penyakit seseorang guna menjaga kesinambungan. 3. Mempermudah pengambilan kembali dokumen rekam medis (retrieve) Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Cara penyimpanan dokumen rekam medis terbagi menjadi 2 yaitu, penyimpanan sentralisasi dan desentralisasi. Penyimpanan Sentralisasi Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara sentralisasi yaitu sistem penyimpanan dokumen rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan catatan kunjungan poliklinik maupun catatan-catatan selama seorang pasien dirawat. 1.
Kelebihan Sentralisasi : a.
Mengurangi terjadinya duplikasi pemeliharaan dan penyimpanan
b.
Mengurangi jumlah biaya untuk peralatan dan ruangan
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
2.
3.
c.
Tata kerja dan peraturan kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasi
d.
Memungkinkan peningkatan efesiensi kerja petugas penyimpanan
e.
Mudah menerapkan sistem unit record
Kekurangan Sentralisasi : a.
Petugas lebih sibuk karena harus menangani unit rawat jalan dan unit rawat inap
b.
Petugas filing dokumen rekam medis harus jaga 24 jam
c.
Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam
Penyimpanan Desentralisasi Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara desentralisasi yaitu sistem
penyimpanan dengan cara memisahkan dokumen rekam medis antara rawat jalan, rawat inap, gawat darurat terpisah dengan tempat, folder, rak penyimpanan. 1.
2.
Kelebihan Desentralisasi : a.
Efesiensi waktu sehingga pelayanan pasien lebih cepat
b.
Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan
Kekurangan Desentralisasi : a.
Terjadinya duplikasi dalam pembuatan rekam medis
b.
Biaya yang diperlukan untuk pengadaan peralatan dan ruangan lebih banyak
c. Secara teori cara sentralisasi lebih baik dari pada desentralisasi, tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing rumah sakit Pengambilan Rekam Medis Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis penjajaran adalah suatu sistem penataan rekam medis dalam suatu sekuens yang khusus agar rujukan dan pengambilan kembali (retrieve) menjadi mudah dan cepat. Terdapat 3 cara dalam sistem penjajaran rekam medis, yaitu : 1.
Alphabetical
2.
Alphanumerical
3.
Numerical (penomoran)
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Diantara 3 diatas yang peling sering digunakan adalah sistem penjajaran secara numerical yang terbagi menjadi 3, yaitu: 4.
Sistem Penjajaran Berdasarkan Nomor Langsung (Straight Numerical Filing) Sistem penjajaran nomor langsung yaitu suatu sistem penyimpanan dokumen rekam
medis dengan mensejajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan langsung nomor rekam medisnya pada rak penyimpanan. Dengan Kelebihan : a.
Mudah dalam mengambil dokumen rekam medis sekaligus secara berurutan
b.
Mudah dalam melatih petugas yang melaksanakan penjajaran
Kekurangan : 1.
Petugas harus memperhatikan seluruh angka nomor rekam medis sehingga mudah terjadi kekeliruan dalam mengambil, apabila dokumen dengan nomor urutan tengah.
2.
Petugas sulit ditentukan seksi yang menjadi tanggung jawabnya.
3.
Pekerjaan tidak tersebar merata diantara petugas
4.
Kesulitan dalam penerapan standarisasi atau mengontrolnya.
5.
Makin besar angka yang diperhatikan, makin besar kemungkinan membuat kesalahan
6.
Terjadinya konsentrasi petugas pada rak penyimpanan untuk nomor terbesar
7.
Petugas saling berhimpitan apabila mengambil dokumen pada sub rak yang sama
2. Sistem Penjajaran Berdasarkan 2 Angka Kelompok Akhir (Terminal Digit Filing) Sistem penjajaran dengan sistem angka akhir yaitu suatu sistem penyimpanan dokumen rekam medis dengan mensejajarkan folder/dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2 angka kelompok akhir. Kelebihan : a.
Petambahan jumlah dokumen rekam medis tersebar di 100 section
b.
Pekerjaan akan terbagi secara merata untuk setiap petugas
c.
Mudah dilakukan standarisasi
d.
Petugas dapat diserahi tanggung jawab untuk sejumlah section
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
e.
Dokumen rekam medis yang inaktif dapat diambil dari rak penyimpanan dari setiap section oleh petugas
f.
Jumlah dokumen rekam medis untuk setiap section dapat terkontrol dan terhindar dari timbulnya rak-rak kosong
g.
Kesalahan dalam penjajaran (misfiled) dapat dihindari
Kekurangan : a.
Lebih lama dalam melatih petugas yang melaksanakan penjajaran
b.
Membutuhkan biaya awal lebih besar harus menyiapkan rak penyimpanan terlebih dahulu
3.
Sistem Penjajaran Berdasarkan 2 Angka Kelompok Tengah (Middle Digit Filing) Sistem penjajaran dengan sistem angka tengah yaitu suatu sistem penyimpanan
dokumen rekam medis dengan mensejajarkan folder/dokumen rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2 angka kelompok tengah. Kelebihan : a.
Konvensi dari sistem penjajaran straight numerical lebih mudah, berkas dapat ditransfer dengan blok terdiri dari 100 charts
b.
Sistem angka tengah penyebaran nomor-nomor lebih merata pada rak penyimpanan
c.
Kejadian misfiled dapat dihindari
d.
Petugas dapat diberi tanggung jawab untuk masing-masing section
Kekurangan : a.
Lebih lama dalam melatih petugas yang melaksanakan penjajaran
b.
Membutuhkan biaya awal lebih besar harus menyiapkan rak penyimpanan terlebih dahulu
Tracer Tracer atau kartu petunjuk yaitu kartu yang digunakan untuk pengganti dokumen rekam medis yang diambil dari rak penyimpanan untuk digunakan berbagai keperluan. Isi atau data pada Tracer : 1.
Nomor rekam medis
2.
Tanggal peminjaman
3.
Tanggal pengembalian
4.
Unit atau orang yang menggunakan
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
5.
Keperluan
Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) dapat dilihat melalui dua aspek, yakni kuantitas dan kualitas. Dari aspek kuantitas diketahui bahwa jumlah sumber daya manusia yang kurang penting dalam pembangunan dibandingkan dengan aspek kualitas sumber daya. Bahkan kuantitas sumberdaya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban. Kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut yang menyangkut kemampuan fisik maupun kemampuan non-fisik (kecerdasan dan mental) kualitas sumber daya ini menyangkut dua aspek juga, yakni aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan-keterampilan lain (Notoatmodjo, 2009). Berdasarkan KepMenKes RI No. 377 tahun 2007, peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan perkembangan dibidang Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Perekam medis wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada. Kebijakan Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Definisi ini dibuat dengan menggabungkan beberapa definisi lain antara David Easton, Laswell dan Kaplan, serta Carl Friedrich. Easton menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai kekuasaan, mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan. Ini mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Sementara Laswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan bekenaan
dengan tujuan, menyebutkan kebijakan sebagi prgram yang
diproyeksikanbekenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals, values and practices). Carl Friedrich juga mengatakan bahwa yang paling poko bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran(objective) atau kehendak (purpose) (Abidin, 2004)
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Pasien Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit mengatkan pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. 1.
Jumlah Pasien Kebutuhan (demand) atau permintaan akan sumber daya manusia oleh suatu organisasi
merupakan ramalan kebutuhan organisasi itu untuk waktu yang mendaatang. Ramalan akan kebutuhan sumber daya ini bukan sekedar kuantitas atau jumlah saja tetapi juga menyangkut kualitas. Dalam meramalkan kebutuhan sumber daya manusia yang akan datang perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi itu, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal itu sendiri misalnya persediaan tenaga, rencana pengembangan organisasi, dan sebagainya. Sedangkan faktor ekternal berasal dari lingkungan diluar organisasi itu (Notoadmodjo, 2009). 2.
Kriteria Pasien Pasien di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai Pasien Rawat Jalan (pasien poliklinik
dan pasien gawat darurat) dan pasien Rawat Inap. Berdasarkan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah Sakit tahun 2006 kriteria pasien dibagi menjadi dua bagian, dilihat dari segi pelayanannya dan dari jenis kedatangannya. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit pasien datang kerumah sakit dapat dibedakan menjadi: 1.
2.
Pasien yang dapat menunggu a.
Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
b.
Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi : 1.
Pasien Baru
Adalah pasien yang baru pertama kali datang kerumah sakit untuk keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan. 2.
Pasien Lama
Adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Metode Desain penelitian ini adalah studi kualitatif menggunakan pendekatan sistem tentang analisis Respon Time Distribusi Rekam Medis di Istalasi Rekam Medis dan Pusat Data (IRMPDI)
RSUP Fatmawati tahun 2014 dikembangkan dari teori Azrul Azwar (2010).
Pendekatan sistem ini dipengaruhi oleh Input (SDM, Kebijakan, Pasien dan Sarana Prasarana), Proses (Proses di bagian Pendaftaran, Penyimpanan, dan Pengolahan), dan Output (Respon Time Distribusi rekam maedis). Data yang digunakan adalah data primer teknik wawancara mendalam dan observasi menggunakan instrumen wawancara mendalam, dan data sekunder dengan teknik telaah dokumen menggunakan daftar tilik dokumen. Analisa data dengan pengumpulan semua instrumen penelitian lalu dilakukan pengolahan data dengan tahapan deskripsi informan, meringkas data, kemudian dimasukkan ke dalam matrik wawancara hasil sehingga terlihat dan dianalisis secara tersusun, dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang tersusun secara sistematis .
Hasil Penelitian dan Pembahasan Input 1.
Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil penelitian didapatkan informasi bahwa jumlah SDM di bagian
penyimpanan masih belum mencukupi. Pada bagian penyimpanan, jumlah petugas dibagian penyimpanan terdapat 14 orang, termasuk koordinator dan penanggung jawab. Dengan keterbatasan jumlah SDM yang ada, maka dirasakan masih terdapat hambatan dalam proses pendistribusian rekam medis. (Ilyas, 2011) mengatakan salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi, profesional sesuai dengan fungsi dan tugas setiap personil. Menurut Giddings (2005) dan Hanafi (2005) yang dikutip dari Gayatri (2010), masalah jumlah SDM yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat mempengaruhi lama waktu tunggu. Latar belakang pendidikan petugas yang ada di bagian penyimpanan rekam medis adalah SMA, D3 RM dan S1 Kesmas atau sekitar 64,3 % pegawainya berpendidikan D3 keatas. Dengan latar belakang seperti itu, menurut peneliti sudah sesuai stardar walaupun masih tedapat yang SMA dilihat dari pengalaman yang mereka miliki selama bekerja di sana. Hal itu juga sesuai dengan (Ilyas, 2011) dimasa yang akan datang, untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas rumah sakit, proporsi tenaga profesional sebaiknya lebih besar dari
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
tenaga non-profesional dengan komposisi perbandingan berkisar 65% : 35%. Kinerja organisasi akan dipengaruhi dengan proporsi profesional, makin tinggi proporsi kelompok pegawai profesional, akan makin tinggi kinerja dari organisasi. Yang dimaksud profesional adalah personal dengan tingkat pendidikan minimal Diploma 3. Selain pengaruh latar belakang pendidikan keterampilan dari SDM pun perlu diperhatikan, keterampilan dari seorang pegawai dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang berkesinambungan. Namun berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, pelatihan terhadap petugas yang ada memang masih minim terkhusus yang berkaitan tentang penyimpanan rekam medis. Pelatihan yang dilakukan pihak rumah sakit terkait rekam medis biasanya tentang pengolahan rekam medis seperti koding dan perakitan ataupun terkait pelaporan yang ada di rekam medis. 2.
Kebijakan Dari hasil penelitian, peneliti mendapati adanya kebijakan tertulis berupa buku pedoman
pelaksanaan rekam medis, surat keputusan direktur dan alur rekam medis yang tertuang dalam SOP. SOP adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Standar tersebut dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat digunakan untuk mengukur mutu pelayanan serta melindungi masyrakat/klien dari pelayanan yang tidak bermutu (Kepmenkes 836/2005). Selain itu, peneliti menemukan adanya kebijakan yang terkait dengan Respon Time Distribusi rekam medis berupa SOP diruangan penyimpanan rekam medis berupa SOP penyimpanan dan SOP pengembalian rekam medis yang tertuang dalam Keputusan Direktur HK.03.05/II.1/2719/2012 (031/RMK). Hal itupun sesuai dengan hasil wawancara kepada para informan mengenai keberadaan SOP tersebut. Menurut Notoadmodjo (2009), petugas dalam melakukan pekerjaannya dengan efisien tidak hanya bergantung kepada kemampuan atau keterampilannya dalam pekerjaan tersebut, tetapihal tersebut akan dipenaruhi oleh beberapa hal, dimana satu diantaranya adalah prosedur kerja yang berisikan uraian tugas yang jelas. Melihat hal tersebut , maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa adanya kebijakan dalam suatu lingkungan kerja akan sangat berpengaruh
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
bagi kelangsungan kerja. Hal tersebut menjadi sangat penting, dikarenakan kebijakan merupakan suatu petunjuk baku bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan adanya kebijakan, maka kedepannya pegawai akan terhindar dari penyimpangan dalam pelaksanaan tugas sehingga menciptakan kualitas kerja yang optimal. 3.
Pasien Dilihat dari jumlah dan karakteristik pasien yang mendaftar ternyata yang berpengaruh
adalah jumlah pasien. Dengan keahlian yang dimiliki petugas TPP karakteristik pasien lama maupun baru tidak mempengaruhi waktu pengiriman berkas rekam medis. Jumlah pasien yang mendaftar di rawat jalan setiap harinya sangat mempengaruhi kinerja dari petugas penyimpanan. Kinerja menurut Indra Bastian dalam Fahmi (2011) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/kebijaksanaan/praogram dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Jumlah pasien berkaitan dengan beban kerja petugas sehingga ada kaitan antara jumlah pasien yang ada dengan jumlah SDM yang tersedia. Sehingga jika jumlah pasien banyak, dan jumlah SDM terbatas, maka akan menghambat proses pelayanan rekam medis dalam hal ini terkait dengan pendistribusian rekam medis karena beban kerja meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mutiah (2009) dalam Pahlevi (2009) bahwa untuk rumah sakit dengan keterbatasan jumlah petugasnya, maka pekerjaanya menjadi beban kerja. Menurut (Ilyas, 2011) kualitas pelayanan tidak hanya bergantung pada kemampuan dan mutu SDM, Tetapi juga tergantung pada beban kerja yang harus dipikul oleh SDM, Karena dengan beban kerja yang tinggi, SDM menjadi letih secara fisik dan mental. 4.
Sarana dan Prasarana Ketersedian sarana prasarana yang berada di bagian penyimban sudah cukup baik. Hal
ini sesuai dengan standar fasilitas yang tertuang dalam buku pedoman pelaksanaan rekam medis RSUP Fatmawati tentang ketersedian di ruang kerja penyimpanan rekam medis. Namun peneliti melihat adanya masalah lemari penyimpanan rekam medis yang sudah penuh. Hal tersebut telah sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis tahun 2006 terkait dengan pengadaan fasilitas fisik ruang penyimpanan, harus tersedia alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu, dan pemeliharaan ruangan.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Keberadaan sarana seperti lemari/ rak penyimpanan yang masih kurang jumlahnya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi langsung oleh peneliti yang melihat berkas rekam medis yang sudah sangat menumpuk dan tumpang tindih bahkan untuk mengambil atau mengembalikannya sangat kesulitan. Tentu hal ini diakui oleh para informan yang merasa kesulitan untuk mencari rekam medis diantara tumpukan tersebut. Hal ini sesuai dengan (Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Standar
Penyimpanan
Fisik
Arsip)
yang
mengatakan
Penyimpanan
arsip
harus
memperhatikan kemudahan akses arsip yang diinginkan yaitu harus mudah diidentifikasi, mudah diketahui lokasinya dan mudah ditemukan kembali. (Sedarmayanti, 2009) mengatakan tata ruang yang baik yang baik akan membuat pelaksanaan pekerjaan rdapat diatur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi kerja pegawai akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta akhirnya dapat mencapai efisiensi kerja Jarak atau lokasi adalah letak wilayah yang berhubungan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Dengan jarak yang jauh dari lokasi penyimpanan rekam medis dengan IRJ mempengaruhi Respon Time Distribusi rekam medis. Menurut (Razak, 2000) apabila lokasi tempat pelayanan jauh tentu akan menambah waktu untu menjangkau tempat tersebut, dengan bertambahnya waktu akan membuat waktu tunggu semakin lama dan otomatis akan mempepengaruhi kepuasan pelanggan dan mutu pelayanan dalam hal ini adalah Respon Time Distribusi rekam medis Proses Berdasarkan hasil pengamatan, proses yang ada meliputi alur dari pelayanan rekam medis itu sendiri melalui 2 tahapan proses di pendaftaran, proses di penyimpanan, dan mendapatkan pengaruh dari proses dibagian pengolahan. 1.
Proses Di Bagian Pendaftaran (TPP) Rekam Medis Bagian pendaftaran merupakan awal mula proses dimulai. Dimana pada proses dimulai
dari mendaftarnya pasien hinggan dikeluarkannya formulir pendaftaran yang diterima oleh pasie sedangkan pada bagian penyimpanan disertai oleh terbitnya formulir Tracer. Setiap pasien yang datang di RSUP Fatmawati untuk keperluan berobat baik rawat jalan, gawat darurat maupun rawat inap harus melalui Tempat Penerimaan Pasien (TPP) sesuai yang sudah
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dalam Surat Keputusan nomor.HK.03.05/II.1/471/2012. Hal ini pun juga sesuai dengan tujuan pendaftaran rekam medis yakni Dibuatnya Nomor Rekam Medik dan Nomor Registrasi untuk pasien baru dan Nomor Registrasi untuk pasien lama. Dicetaknya bukti layanan pasien sebagai jaminan pelayanan di RS. Tercatatnya data pasien yang berobat jalan di RSUP Fatmawati. Tersedianya pedoman bagi petugas terkait dalam melaksanakan kegiatan penerimaaan pasien di Instalasi Rawat Jalan Dari proses diatas masalah yang ditemui bila terjadi error pada komputer namun hal tersebut dapat ditangani dengan baik dikarenakan respon cepat petugas yang menghubungi bagian Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit dan ketanggapan petugas yang dengan segera menanganinya. Dengan kerja sama yang baik akan memperlancar proses pendaftaran. Pendaftaran yang dilkukan dengan baik akan menbuat Respon Time Distribusi rekam medis berjalan sesuai dengan target. 2.
Proses Penyimpanan Rekam Medis Sistem penyimpanan sentralisasi yang dilakukan RSUP Fatmawati ini memiliki
kelebihan untuk menghindari adanya duplikasi rekam medis, sehingga memudahkan petugas mengecek rekam medis yang masuk, melihat masih ada pasien yang datang tidak membawa kartu berobatnya selain itu sistem ini lebih efisien dalam hal biaya karena tidak perlu tambahan ruang dan lemari untuk memisahkan rekam medis rawat jalan dan rawat inap mengingat lokasi gedung rekam medis yang berada di tengah-tengah rumah sakit yang akan sulit bila harus dilakukan pelebaran. Namun hal ini juga berdampak pada petugas, dimana petugas akan menjadi lebih sibuk karena harus menangani rawat jalan dan rawat inap. Hal tersebut sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis tentang kelebihan dan kekurang sistem sentralisasi. Dari hasil penelitian proses di Penyimpan Rekam Medis dibagi menjadi 2 yakni penyimpanan dan pengambilan rekam medis. Setiap RM harus disimpan sebaik mungkin, sehingga apabila diperlukan dapat ditemukan dengan cepat dan tepat. Untuk itu RM harus segera dikirim ke Intalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi segera setelah selesai pelyanan kepada pasien dan sistem filling atau penjajaran RM yang dipakai di RSUP Fatmawati adalah berdasarkan Terminal Digit Filing Sistem (sistem angka akhir) sesuai kebijakan
yang
sudah
Surat
Keputusan
Direktur
Utama
RSUP
Fatmawati
No.HK.03.05/II.1/471/2012 tentang penyelenggarana Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
di RSUP Fatmawati dan Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Revisi ke VI, Nomor HK.03.05/II.1/1587/2012. Terlaksananya tujuan penyimpanan rekam medis berupa tersusunnya rekam medis dalam
rak penyimpanan sesuai dengan nomor rekam medisnya, terciptanya kemudahan
dalam pengambilan rekam medis apabila sewaktu-waktu dibutuhkan untuk pelayanan pasien dan keperluan lain, tersedianya acuan/ pedoman bagi petugas terkait dengan penyimpanan dan pengambilan rekam medis di RSUP Fatmawati dapat meningkatkan Respon Time Distribusi rekam medis. Hal ini lah yang dijadikan acuan dalam menjalani proses penyimpanan rekam medis. Hal diatas diyakini oleh para informan yang menjadi dasar dalam keberhasilan Respon Time Distribusi rekam medis. Masalah yang terjadi saat proses pengambilan berkaitan dengan proses pengembalian. Bila semua berkas kembali sesuai dengan tempatnya akan memudahkan pengambilan rekam medis. Hal ini pun diakui oleh para informan yang terkadang masih kesulitan mencari apabila terjadi misfile atau salah peletakan kembali rekam medis yang ada sehingga nomor rekam medis menjadi tidak urut. Hal ini tentu akan memerlambat Respon Time Distribusi rekam medis. Hasil pencapaain Respon Time Distribusi mempengaruhi hasil dari monev bagian penyimpanan yang secara otomatis akan mempengaruhi monev dari Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi. 3.
Proses Pengolahan Rekam Medis Tugas IRMIK adalah mengelola Rekam Medis dan Informasi Kesehatan yang
berkualitas sehingga dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan memprioritaskan keselamatan pasien (Surat Keputusan Direktur Utama tentang Pemberlakuan Pedoman
Pengorganisasian
Instalasi
Rekam
Medis
dan
Informasi
Kesehatan
No.HK.03.05/II.1/2499/2012). Dengan mengacu pada hal itu petugas bagian pengolahan mempunyai tujuan menyediakan rekam medis pasien yang tersusun rapi dan mudah digunakan. Dengan berlangsungnya proses pengolahan rekam medis yang sesuai dengan waktunya dan segera memulangkan kebagian
penyimpanan akan membantu proses
pendistribusian rekam medis saat rekam medis tersebut dibutuhkan apabila pasien tersebut melakukan kunjungan ulang di rawat jalan.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Output Respon Time Distribusi Rekam Medis Respon Time Distribusi rekam medis dalam hal ini adalah ketepatan waktu dalam distribusi rekam medis dari ruang penyimpanan rekam medis hingga ke poli yang dituju. Target waktu yang ditetapkan oleh Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi adalh 35 menit, hal ini tidak sesuai dengan waktu penyiapan rekam medis rawat jalan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yaitu ≤ 10 menit. Selain itu target waktu yang dijadikan target lama dari hasil penelitian sebelumnya oleh O'om Komariah (2000) Analisis waktu pelayanan rekam medis di instalasi rawat jalan rumah sakit Fatmawati, rata – rata waktu yang diperlukan untuk pelayanan rekam medis di Instalasi Rawat Jalan mulai dari pendaftaran sampai dengan berkas rekam medis diterima di poliklinik adalah 24,82 menit. Faktor - faktor yang berhubungan dengan kelancaran waktu pelayanan rekam medis antara lain persiapan berkas rekam medis, pencatatan pada buku register, penyeleksian berkas rekam medis per poliklinik pencatatan pada buku ekspedisi, kepadatan rak penyimpanan, keberadaan berkas rekam medis di ruang rawat, keberadaan berkas rekam medis di SMF, keberadaan berkas rekam medis di poliklinik jarak sub bagian rekam medic dengan ruang rawat, jarak sub bagian rekam medis dengan ruang penyimpanan berkas rekam medis in aktif jumlah pasien rawat pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani peminjaman apabila diperlukan untuk kepentingan pasien dan keperluan lainnya. Dari data yang didapat terjadi penurunan pencapaian target dari hasil tahun lalu. Hal ini dirasakan oleh para informan sangat dipengaruhi oleh ketersedian jumlah tenaga mereka dan jumlah pasien yang banyak serta ketersedian lemari penyimpan yang sudah sangat sesak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khusnul Khatimah Soebarto (2011), yang dilakukan di RSUD Datu mengenai waktu tunggu pelayanan rekam medis didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi waktu tunggu pelayanan rekam medis di pendaftaran rawat jalan RSUD Datu Sanggul Rantau pada kegiatan rekam medis yaitu di penyimpanan. Pada Sumber Daya Manusia yaitu pendidikan dan pada Sumber Daya Material yaitu bahan dan fasilitas. Kesimpulan Masih kurangnya jumlah SDM dan minimnya pelatihan di bagian penyimpanan mempengaruhi respon time distribusi rekam medis ke gedung instalasi rawat jalan.Jumlah pasien yang banyak mempengaruhi Respon Time Distribusi rekam medis. Keadaan lemari
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
penyimpanan rekam medis yang penuh menyulitkan dalam Respon Time Distribusi rekam medis. Respon Time Distribusi rekam medis akan semakin meningkat bila dipengaruhi oleh proses pendaftaran yang lebih cepat lagi, penyimpanan dan pengambilan rekam medis yang baik akan mempercepat serta mendapat pengaruh dari proses pengolahan yang bila tepat dan cepat akan mempengaruhi pencarian rekam medis dan akan meningkatkan Respon Time Distribusi rekam medis. Belum tercapainya Respon Time Distribusi rekam medis. Rata-rata pencapaian Respon Time Distribusi rekam medis di bagian penyimpanan ke gedung Instalasi Rawat Jalan pada bulan Mei 2014 adalah 53,03 % dari target 75 %. Rata-rata pencapaian Respon Time Distribusi rekam medis didapatkan dari rata-rata hasil pembagian realisasi Respon Time Distribusi dengan Target.Untuk target waktu yang ditetapkan sebagai target adalah 35 menit, selama bulan Mei 2014didapatkan waktu tercepat adalah 2 menit dan yang terlama adalah 111 menit Saran Disarankan agar meningkatkan kembali ketersedian sarana prasarana yang diharapkan dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pendistribusian rekam medis. Meningkatkan kembali kualitas tenaga kerja yang ada dengan memberikan seminar yang dibutuhkan terkait penyimpanan rekam medis. Melakukan pengurangan berkas yang tidak aktif dengan memindahkan bentuk penyimpanan berupa soft file yang suatu saat dapat di akses kembali bila dibutuhkan serta mengoptimalkan retensi atau pemusnahan rekam medis yang sudah tidak aktif. Melakukan perencanaan penggunaan Rekam Medis Elektronik agar dapat mengurangi penggunaan ruang penyimpanan rekam medis serta menghemat waktu dalam mengakses rekam medis pasien oleh pihak terkait. Meningkat penggunaan sarana prasarana yang ada seperti alat barcode yang sudah tidak dipakai dengan memperbaharui sistemnya agar sistem pengambilan dan pengembalian rekam medis menjadi lebih cepat. Kepustakaan 1. Abidin, S. Z. (2004). Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. 2. Aditama, T. Y. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI-Press. 3. Ahaddyah, R. M. (2012). Analisis Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Di RSUD Depok Tahun 2012. Depok: Skripsi. FKM -UI. 4. Azwar, A. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta: Binarupa Aksara.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
5. Departemen Kesehatan, R. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. 6. Hatta, G. R. (2011). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Depok: Universitas Indonesia. 7. Ilyas, Y. (2011). Perencanaan SDM Rumah Sakit. Depok: FKM-UI. 8. Kemenkes RI, D. B. (2011). Pengembangan Pelayanan Rekam Medis Di Rumah Sakit. Dipetik Mei 14, 2014, dari https://www.buk.depkes.go.id. 9. Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Standar Penyimpanan Fisik Arsip. 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. 11. Komariah, O. (2000). Analisis Waktu Pelayanan Rekam Medis di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Fatmawati. Skripsi, Program Sarjana: FKM-UI. 12. Notoadmodjo, S. (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. 13. Pahlevi, W. (2009). Analisis Pelayanan Pasien Rawat Inap Di Unit Admisi RSUD Budhi Asih Jakarta Timur 2009. Skripsi, Program Sarjana: FKM-UI. 14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. 15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis. 16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. 17. Razak. (2000). Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Makasar: Kalam Media Pustaka. 18. Sedarmayanti. (2009). Tata Kerja dan Produktifitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. 19. Sudarti Kresno, e. a. (2000). Aplikasi Mode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: The British Council. 20. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014
Analisa respon…, Maya Rasita, FKM UI, 2014