ANALISIS MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA Anggun Pri Ardila* dan Sulistyawati Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. INTISARI Rekam medis merupakan salah satu bagian penting dalam membantu pelayanan kepada pasien di rumah sakit.Catatan medis adalah file yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis digunakan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara.Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014.Subjek pada penelitian ini adalah petugas rekam medis Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kegiatan pengelolaan rekam medis meliputi assembling, coding, indexing dan filling sudah dijalankan Rumah Sakit Jiwa Ghrasia Yogyakarta dengan baik. Pelaksanaan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan SOP internal Rumah Sakit. Manajemen pengelolaan rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta sudah berjalan dengan baik.Namun demikian kekurangan sumber daya manusia di bagian rekam medis membuat tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Kata Kunci: Analisis, Rekam Medis, Manajemen.
ABSTRACT A medical record is one of important documents in hospital services. Medical records is a file that contains records and document of the patient, check-up, medication, medical action and other services that already been given to the patient. A medical record isused to achieve good administration in order develop health service. This research was descriptive qualitative research. Data collected from observation and interview. This research was conducted in September 2014. The subject of this research was the medical record officer in the psychiatric hospital of Grhasia Yogyakarta. The aim of thisresearch is to describe the management of medical records in q psychiatric hospital of Grhasia Yogyakarta. The research showed that medical records activity management i.e: assembling, coding, indexing and filling in good implementation. The implementation of medical record management was consistent with internal standartd operating procedure. From this research, we conclude that medical records management in the psychiatric hospital of Grhasia Yogyakarta already running well. However, there was a weakness in human resources that is the lack of the number.The implication of the lack human resources there was overlapping job desk. Key words: Analysis,Medical Record, Management maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
PENDAHULUAN
darurat[1].Pengelolaan
Rekam medis adalah keterangan baik yang
rekam
medis
tertulis maupun yang terekam tentang identitas,
dariassembling,filling,coding
atau
anamnase
analizing
[2].Pada
(pemeriksaan),
penentuan
fisik
atau
reporting
indexing, bagian
laboratorium, diagnosa dan segala pelayanan
iniassemblingbertanggung
tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan
penelitian kelengkapan isi dokumen rekam medis
pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan
dan pengendalian nomor rekam medis serta
22
jawab
terdiri
terhadap
mengendalikan formulir rekam medis. Pada rekam
suatu program dalam mencapai yang ditetapkan
medis bagian filling bertanggung jawab terhadap
atau suatu proses yang teratur dan sistematis[3].
penyimpanan, retensi dan pemusnahan dokumen
METODE
rekam medis. Coding dan indexing, padabagian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
rekam medis ini bertanggung jawab terhadap
kualitatif, dilaksanakan pada bulan September
penelitian dan penulisan kode dan indeks penyakit,
2014.Subjek dalam penelitian ini terdiri dari lima
indeks operasi, indeks kematian dan indeks dokter.
petugas yang ada di instalasi rekam medis Rumah
Analizing
bagianini
Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta yang meliputisatu
bertanggung jawab terhadap analisa data dan
kepala bagian rekam medis dan empat orang
informasi rekam medis yang sudah terkumpul
petugas yang bekerja di masing-masing bagian
untuk diolah menjadi laporan atau informasi yang
rekam
dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit[2].
Yogyakarta. Triangulasi sumber dilakukan untuk
dan
reportingpada
medis
Rumah
Sakit
Jiwa
Grhasia
Manajemen didefinisikan sebagai rangkaian
validasi
hasil
kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk
dengan
observasi
mencapai
dilakukan dengan transkrip, perangkuman dan
tujuan
yang
wawancara.Data dan
wawancara.Analisis
diinginkan.Kegiatanmanajemen meliputi planning
penyimpulan.
organizing, actuating, controlling dan evaluating
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
(POACE)[3].Planning atau perencanaan adalah sebuah proses dimulai dengan merumuskan tujuan.
Grhasia
kejelasan kegiatan yang dilakukan di rumah sakit, fungsi
perencanaan
tersebut
Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta
akan
berdiri sejak 1938 sebagai Koloni Orang Sakit
ditetapkan tugas-tugas pokok petugas. Organizing
Jiwa (KSOJ) lali jiwadibawah pengawasan
adalah serangkaian kegiatan manajemen untuk
Rumah Sakit Jiwa Pusat Kramat Magelang
menghimpun semua sumber daya yang dimiliki
dengan
dan memanfaatkan secara efisien untuk mencapai
Pakem,
mampu bekerja secara optimal menjalankan tugasdengan
kemampuan
kepemilikan
Kesultanan
Grhasia terletak di jalan Kaliurang KM 17
kepada sumber daya manusia supaya mereka
sesuai
status
Ngayogyakarta Hadiningrat. Rumah Sakit Jiwa
tujuan.Actuating adalah proses pembimbingan
tugasnya
DAN
A. Gambaran Umum profil Rumah Sakit Jiwa
Fungsi perencanaan kegiatan dilaksanakan untuk
melalui
dikumpulkan
Yogyakarta.
Rumah
Sakit
ini
ditetapkan sebagai rumah sakit jiwa kelas A
dan
non
keterampilan yang dimiliki. Controlling adalah
pendidikan,
Menteri
proses untuk mengamati secara terus menerus
Kesehatan
berdasarkan
keputusan
Republik
Indonesia
No.HK.03.05/I/7875/2010 pada tanggal 18
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di rumah
Oktober 2010. Melalui peraturan Gubernur
sakit sesuai rencana yang yang sudah disusun dan
DIY No.7 tahun 2012 tentang pergantian nama
mengadakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.
dan logo rumah sakit ditetapkan bahwa Rumah
Evaluating adalah suatu proses untuk menentukan
Sakit
nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan
Jiwa
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
dengan nama rumah Sakit Jiwa Grhasia
23
berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No
dari
hasil
wawancara
dengan
responden
340 / Menkes / PER / III/ 2010 tentang
sebagai berikut:
klasifikasi rumah sakit pasal 30.
“Kalo untuk assembling itu karena kita
Pelayanan-pelayanan yang terdapat di
sekarang berdasarkan kegiatan yang ada itu
Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta yaitu
karna tidak bisa kita porsikan satu orang untuk
pada Instalasi Gawat Darurat (24 jam) terdiri
kita assembling untuk datang pagi terus itu
dari Psikiatri dan Umum. Pada Instalansi
tidak ada, jadi disini uraian kerja kita adalah
penanganan korban NAPZA yang terdiri dari
uraian kerja dari mulai yang kerja pagi sore
klinik NAPZA, VCT (konsultasi dan tes HIV),
dan malem, tetapi ada penanggung jawab
CST (pendampingan dan pengobatan khusus
bagian assembling, itu ada satu orang, yaa
HIV), rumatan Metadon, Rawat Inap NAPZA
kalo kendalanya sebenarnya harusnya Instalasi
(Ruang Kresna) yang kesemuanya berasa
Rekam
padakelas VIP, I dan II. Instalasi Rawat Inap
mengerjakan pekerjaannya tuh pada pagi satu-
terdiri dari Unit perawatan psikiatri intensif,
satu, seperti di assembling 1 bagian koding
Unit perawatan psikiatri: bangsal tenang kelas
bisa 2 orang kemudian bagian pelaporan 1
VIP, I, II dan III, Rawat inap spesialis lain serta
orang, jadi kan dihitung beban kerja seperti itu,
untuk Instalasi Rawat Jalan terdiri dari Klinik
yaa bisa sekitar 16 org minimal D3 rekam
psikiatri, psikologi, umum, gigi dan mulut,
medis” (P3)
akupuntur, penyakit dalam, saraf, anak dan
Medis
ada
petugas-petugas
yang
Pemberian kode atau coding adalah
tumbuh kembang, kulit dan kelamin.
pemberian penetapan kode dengan menggunakan
B. Hasil penelitian
huruf dan angka atau kombinasi antara huruf dan
Assembling
adalah
merakit
angka yang mewakili komponen data, meliputi
berkas rekam medis di fasilitas pelayanan
pengkodean diagnosis penyakit pengkodean
kesehatan
kelengkapan
diagnosis tindakan. Kesulitan yang dihadapi
pengisian berkas rekam medis dan form yang
dalam proses codingyaitu tulisan dokter yang
harus ada pada berkas rekam medis.Proses
tidak terbaca atau dokter memberikan singkatan
assembling di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
yang tidak sesuai dengan ketetapan Hospital
Yogyakarta
Standar
Information System (HIS). Hal ini terungkap dari
Oprasional Prosedur internal yang ditetapkan,
hasil wawancara dengan responden, diantaranya
hanya
sebagai berikut:
serta
sudah
saja
mengecek
memenuhi
pengisian
medisnterkadang pengecekan
kegiatan
masih
kelengkapan
berkas
rekam
memerlukan oleh
petugas.
Kesulitan yang dihadapi pada proses ini yaitu terjadinya penumpukan berkas rekam medis yang semakin meningkat namun petugasnya cenderung tetap jumlahnya. Hal ini terungkap
24
Pemberian indeks atau indexing adalah mengelompokan
penyakit
dan
“Koding itu bisa saja jumlah yang di layani itu
pembuatan
berkasnya engg rawat jalan pada rawat jalan
tabulasi sesuai dengan kode yang telah dibuat ke
yang non jiwa itu yang sudah dikembalikan itu
dalam kartu indeks. Keterbatasan dalam proses
bisa saja tidak ada tulisan diagnosenya itu
iniyaitu tulisan dokter yang tidak terbaca dan apabila
terjadi
pemadaman
listrik
kendalanya tidak bisa terkoding, ada salah satu
secara
klinik yang sulit untuk melihat melaksanakan
mendadak proses ini tidak bisa terlaksana
pengkodean itu berdasarkan diagnose dokter
dikarenakan sistem pekerjaannya menggunakan komputer.
Hal
ini
terungkap
dari
tidak tertulis”(P3)
hasil
Yogyakarta sudah berjalan sesuai dengan alur
wawancara dengan responden sebagai berikut:
yang telah ditetapkan di Rumah Sakit Jiwa
“Proses indexing yaa setelah kita kode tadi kan
Grhasia Yogyakarta. Petugas di masing-masing
langsung kita index, kalo misalnya kodenya
bagian sudah mengerti tentang alur dimasing-
tidak terbaca sama dokternya kita kan juga tidak
bisa
mengindek,
jadi
masing
mungkin
mulai
dari
bagian assemblinguntuk dianalisis. Tujuannya untuk melihat kelengkapan dan ketetapan waktu
Filling atau penyimpanan berkas rekam
dokumen rekam medis, apabila ditemukan
medis adalah pengelolaan penyimpanan berkas untuk
mempermudah
dokumen rekam medis yang belum lengkap
dan
maka
mempercepat ditemukan kembali berkas rekam
mengisi,
koding untuk diberi kode sesuai dengan kode
medis dari bahaya pencurian, kerusakan fisik,
penyakit, operasi, tindakan sesuai buku ICD-10.
kimiawi dan biologi. Keterbatasan dalam proses sempit
yang
lengkap, dokumen tersebut diserahkan kebagian
pengembaliannya, melindungi berkas rekam
yang
kepada
dibagian poliklinik untuk dilengkapi dan setelah
pengambilan dari tempat penyimpanan, mudah
ruangan
dikembalikan
semisal dokter. Dokumen tersebut diletakkan
medis dalam rak penyimpanan, mudah dalam
iniyaitu
medis
kali dokumen masuk ke unit rekam medis di
tersebut”(P4)
medis
rekam
assembling, coding, indexing dan filling.Pertama
hambatannya dari keterbacaan tulisan dokter
rekam
bagian
Jika proses koding selesaimaka dimasukkan ke
sehingga
dalam komputer dikelompokkan berdasarkan
berdampak pada jarak dan spasi yang tidak ideal.
abjad. Dokumen rekam medis masuk ke bagian
Hal ini terungkap dari hasil wawancara dengan
filling untuk disimpan dengan menyesuaikan
responden, diantaranya sebagai berikut:
nomor akhir.
“Proses filling mungkin hambatannya karena
Analisis ketersediaan tenaga kerja dapat
tempatnya sempit yaa jadi harus berdesak-
diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber internal
desakan dengan Roll O’pack” (P4)
dan sumber eksternal.Sumber internal adalah pegawai yang ada dalam perusahaan yang dapat
C. Pembahasan
dipromosikan, ditransfer untuk mengisi jabatan
Hasil penelitian pada bagian alur
yang kosong. Sumber eksternal adalah supply
rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
dari luar perusahaan yang dapat direkrut.
25
Analisis diperlukan untuk menentukan apakah
banyaknya dokumen rekam medis yang belum
perlu dilakukan rekrutmen sumber daya manusia
lengkap masuk kebagian unit rekam medis
atau dinyatakan sudah cukup[4].
bagian
Berdasarkan penelitian ini untuk proses
assembling,setelah
kuantitatif
dan
dianalisis
secara
hampir
seluruh
kualitatif
pengelolaan rekam medis di mulai dari bagian
dokumen tidak lengkap dan tidak tepat waktu
assembling.
dalam
Proses
pengelolaan
assembling
pengembaliannya.Penelitian
didukung
Grhasia Yogyakarta No.SPO-RM-08/RSG untuk
[8]yang menyatakan bahwa sikap responden
rawat jalan dan NO.SPO-RM-09/RSG untuk
yang menganggap pelayanan di Unit Rawat Inap
rawat inap. Assembling adalah bagian di unit
lebih penting daripada mengembalikan dokumen
rekam medis yang berfungsi sebagai meneliti
rekam medis ke Assembling sebanyak 75 %
kelengkapan isi dan perakit dokumen rekam
setuju dengan anggapan tersebut. Proses
penelitian
juga
berjalan mengikuti SOP rumah sakit jiwa
medis pasien sebelum disimpan dan setelah
dari
ini
selanjutnya
Rachmani(2010)
yaitucoding
&
mendapat pelayanan kesehatan (SOP Rumah
indexing, proses pengelolaan coding sudah sesuai
Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, 2012).Hasil
dengan
penelitian ini menunjukan bahwa semua kegiatan
Yogyakarta No. SPO-RM-20/RSG dan No.SPO-
yang ada di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
RM-17/RSG untuk proses indexing. Coding
Yogyakarta berjalan sesuai dengan Standar
adalah pemberian kode penyakit sesuai dengan
Operasional Prosedur (SOP) yang ada di rumah
diagnosa pasien berdasarkan buku ICD-10,
sakit.Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hatta
sedangkan indexing adalah mengelompokkan
(2009)[5] untuk menganalisis dokumen ada
penyakit dan membuat tabulasi sesuai kode yang
standar waktu yang ditetapkan oleh organisasi
sudah dibuat ke dalam indexs-indexs (SOP
profesi
sendiri.
Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, 2012).
Penelitian ini juga didukung dengan penelitian
Hasil penelitian dalam proses ini masih ada
yang lainbahwa Rumah Sakit Muhammadiyah
kegiatan yang belum berjalan sesuai dengan
Lamongan telah memiliki SOP pengisian rekam
Standar Operasional Prosedur Rumah Sakit Jiwa
medis yang sangat baik, SOP tersebut juga telah
Grhasia
disesuaikan dengan pedoman penyelenggaraan
menyerahkan data yang sudah di kode kebagian
rekam medis[6].
indexing masih dengan petugas yang sama. Hasil
ataupun
Pada
rumah
saat
assemblingjuga
sakit
itu
penelitian
dibagian
SOP
rumah
Yogyakarta
sakit
yakni
jiwa
petugas
Grhasia
yang
penelitian ini menunjukkan bahwa kurangnya
ditemukan hambatan yaitu
sumber daya
manusia
membuat terjadinya
masih banyak dokumen rekam medis yang belum
tumpang tindih pekerjaan petugas rekam medis
lengkap dan kurangnya tenaga kerja yang ada di
di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.Hasil
bagian rekam medis sehingga menyebabkan
penelitianini sejalan dengan penelitianGiyana
penumpukan
shift
(2012)[7]yang menyatakan bahwa kurangnya
berikutnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
petugas dikarenakan jumlah pasien yang semakin
Giyana(2012)[7]yang
meningkat dan pekerjaan menumpuk. Oleh
pekerjaan
pada
petugas
menunjukkan
bahwa
26
karena itu, analisis ketersediaan tenaga kerja
bagian assembling mengatakan belum pernah
diperlukan baik dari sumber internal dan sumber
mengikuti pelatihan khusus assembling serta
eksternal.Proses pelaksanaan di bagiancoding
petugas rekam medis dibagian filling juga belum
dan indexingmemiliki hambatan yaitu sulitnya
pernah mengikuti pelatihan filling.Hambatan
membaca tulisan dokter dan singkatan yang tidak
dalam proses fillingadalah masih ada terjadinya
sesuai aturan, sehingga menyulitkan petugas
miss file artinya salah meletakkan dokumen
dalam
rekam
melaksanakan
proses
coding
dan
medis
dan
dokumen
yang
belum
indexing.Hasil ini sejalan dengan penelitian lain
ditempatkan di roll o’pack. Rumah Sakit Jiwa
yang
koding
Grhasia Yogyakarta mengatasi hambatan ini
kesulitan serta belum terbiasa dalam membaca
dengan cara penyisiran dokumen, cara ini sejalan
tulisan dokter dan tidak teliti dalam menganalisa
dengan jurnal kesehatan masyarakat Giyana[7]
formulir–formulir penunjang[9].
(2012). Namun cara ini sedikit berbeda dengan
menjelaskan
Prosesterakhir
bahwa
petugas
adalah
filling,
proses
hasil penelitian tentang tinjauan pelaksanaan
pengelolaan filling mengacu pada SOP Rumah
system
Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta No.SPO-RM-
bahwakelebihan sistem dengan menggunakan
10/RSG. Kegiatan filling bertanggung jawab
metode terminal dight filling salah satunya
terhadap penyimpanan dan pengembalian seluruh
adalah kekeliruan penyimpanan (miss file) dapat
data informasi yang telah berhasil diperoleh
dicegah, karena petugas penyimpanan hanya
untuk
memperhatikan
keperluan
dimasa
mendatang.Hasil
penjajaran
dokumen
dua
angka
rekam
saja
medis
dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pada
memasukkan rekam medis ke dalam rak,
bagian filling masih belum berjalan sesuai
sehingga jarang terjadi kekeliruan membaca
dengan SOP yang ada dirumah sakit jiwa
angka[10].
Grhasia Yogyakarta, hal ini terlihat dari petugas
Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang menulis permintaan berkas rekam medis
petugas rekam medis di Rumah Sakit Jiwa
pada
Grhasia Yogyakarta menyatakan bahwa tentang
tracer,
padahal
proses
ini
sudah
menggunakan mesin sehingga petugas tidak
ketersediaan
perlu menulis pada tracer lagi. Hasil penelitian
manusia, dapat disimpulkan bahwa jumlah
ini didukung oleh penelitian Giyana yang
sumber daya manusia yang ada di bagian rekam
menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kerja
medis dirasakan kurang jika dibandingkan
petugas maka mengikutkan petugas rekam medis
dengan jumlah pasien yang semakin meningkat.
dalam pelatihan[7]. Sehingga pelatihan rekam
Di instalasi rekam medis Rumah Sakit Jiwa
medis penting dilakukan untuk meningkatkan
Grhasia Yogyakarta jumlah tenaga yang tersedia
kinerja petugas rekam medis. Berdasarkan
saat ini adalah sebanyak 8 orang lulusan D3
penelitan
rekam
Giyana[7]yang
dilakukan
dengan
dan
medis
kecukupan
dan
dibantu
sumber
oleh
daya
tenaga
menggunakan metode wawancara mengatakan
administrasi sebanyak 3 orang untuk pelayanan
bahwa pada petugas rekam medis hampir
di pendaftaran pasien rawat jalan dan IGD.
seluruhnya mengikuti pelatihan namun pada
27
minimal D3 rekam medis, dengan
1. KESIMPULAN DAN SARAN
didahului dengan analisis beban kerja.
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan
b. Melakukan koordinasi petugas rekam
mengenai analisis manajemen pengelolaan
medis dengan dokter terkait dalam
rekam medis di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
pengisian
Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan
rekam medis sesuai dengan SOP yang
bahwa:
ditetapkan di RSJ Grhasia Yogyakarta.
kelengkapan
dokumen
2. Untuk peneliti berikutnya :
1. Pelaksanaan kegiatan pekerjaan rekam medis sudah sesuai dengan Standar
Disarankan
bagi
peneliti
selanjutnya
Operasional Prosedur (SOP), hanya saja
supaya bisa meneliti tentang beban kerja
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM)
di rumah sakit untuk melihat kebutuhan
pada instalasi rekam medis membuat
SDM yang ideal.
penumpukan pekerjaan sehingga petugas harus lebih tanggap dan cepat untuk
DAFTAR PUSTAKA
menyelesaikan berkas yang masuk
[1]
2. Pengelolaan kegiatan proses assembling
E. Rustiyanto, Etika Profesi Perekam Medis
sudah terlaksana dengan baik
dan
Informasi
Kesehatan.
Yogyakarta: Graham Ilmu, 2012.
3. Pengelolaaan kegiatan proses coding dan
[2]
Tominanto,
“Card
Elektrik
(Barcode)
indexing sudah terlaksana dengan baik,
Sebagai Sistem Komputerisasi Rekam
hanya saja tulisan dokter yang sulit dibaca
Medis di Rumah Sakit Medika Mulya
membuat
dalam
Wonogiri,” Jurnal Ilmu Rekam Medis dan
pengkodean dan mengelompokkan suatu
Informatika Kesehatan., vol. 1, no. 1, pp.
penyakit
1–16, 2010.
petugas
kesulitan
4. Pengelolaan kegiatan proses filling sudah terlaksana
dengan
baik,
hanya
[3]
saja
Alamsyah,
Manajemen
2011.
petugas kesulitan mencari berkas yang
[4]
ada di Roll O’pack
M.
Hariandja
Manajemen
and
Sumber
Y.
Hardiwati,
Daya
Manusia:
pengadaan,
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka saran
Sakit
Jiwa
Grhasia
peningkatan
2007. [5]
R.
Hatta,
Pedoman
Manajemen
Informasi Kesehatan Di Sarana Pelayanan
melakukan penambahan sumber daya
Kesehatan Edisi Revisi, Revisi. Jakarta:
manusia khususnya dibagian unit kerja
Universitas Indonesia, 2009.
medis
rumah
G.
sakit
rekam
pihak
dan
produktivitas pegawai. Jakarta: Grasindo,
Yogyakarta : a. Sebaiknya
pengembangan,
pengkompensasian,
yang dapat diberikan adalah : Rumah
Pelayanan
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika,
ruangan yang kurang luas membuat
1. Untuk
D.
dengan
pendidikan
28
[6]
D.
Mawarni
“Identifikasi
and
R.
Wulandari,
Ketidaklengkapan
Rekam
Medis Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah
Lamongan,”
Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia., vol. 1, no. 2, pp. 192–199, 2013. [7]
F. Giyana, “Analisis System Pengelolaan Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang,” Jurnal Kesehatan Masyarakat., vol. 1, no. 2, pp. 48–61, 2012.
[8]
E. Rachmani, “Analisa Keterlambatan Penyerahan
Dokumen
Rekam
Medis
Rawat Inap Di Rumah Sakit Polri dan TNI Semarang,” Jurnal Visikes, vol. 9, no. 2, pp. 107–117, 2010. [9]
H.
Rahayu,
D.
Ernawati,
and
L.
Kresnowati, “Akurasi Kode Diagnosis Utama Pada RM 1 Dokumen Rekam Medis Ruang Karmel Dan Karakteristik Petugas Koding Rawat Inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus Periode Desember 2009,” Jurnal Visikes, vol. 10, no. 1, pp. 1–5, 2011. [10]
D. A. Cahyo, T. Lestari, and Harjanti, “Tinjauan Pelaksanaan Sistem Penjajaran Dokumen Rekam Medis Pada Bagian Filing
Di
Rumah
Sakit
Ken
Saras
Ungaran,” Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia., vol. 3, no. 1, pp. 103–108, 2015.
29