ANALISIS RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA SKRIPSI
OLEH ; EVIANA NIM . 28133011
FAKULTAS EKONOMI U N I V E R S I T A S W I J A YA P U T R A SURABAYA 2012
ANALISIS RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO AKTIVITAS SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA
NAMA
: EVIANA
FAKULTAS
: EKONOMI
JURUSAN
: AKUNTANSI
NPM
: 28133011
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH : DOSEN PEMBIMBING,
RODHIYAH, SE, MM.
ii
Halaman Pengesahan Skripsi Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta dinyatakan LULUS. Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sajana Ekonomi pada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA
Tim Penguji Skripsi ; 1. Ketua
: Dr. Hj. Soenarmi, SE, MM
(
)
(
)
(
)
(
)
(Dekan Fakultas Ekonomi) 2. Sekretaris : Aminatuzzuhro, SE, M.Si (Ketua Program Studi Akuntansi) 3. Anggota
: 1. Heru Tjahjono (Dosen Penguji I) 2. Agus Riyadi (Dosen Penguji II)
iii
ABSTRAKSI Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan pada PT Skyline Jaya melalui analisis rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Model penelitian yang dilakukan adalah melalui penelitian lapangan (fieldresearch), yaitu penelitian secara langsung di perusahaan dengan mengadakan wawancara langsung dengan pimpinan dan karyawan perusahaan, menganalisis laporan keuangan serta penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan literatur dan tulisan – tulisan yang erat hubungannya dengan objek penulisan yang dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio aktivitas mengalami peningkatan, pada tahun 2010, sedangkan rasio profitabilitas mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011. Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan PT. Skyline Jaya selama kurun waktu tiga tahun jika dilihat dari rasio profitabilitas dan rasio aktivitasnya adalah kurang efisien, hal ini terbukti bahwa perusahaan gagal dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk peningkatan keuntungan perusahaan. Perusahaan tidak mampu mengevaluasi atau mempertahankan keberhasilan dalam kinerja keuangan pada masa lalu. Hal ini dapat berakibat pada penurunan jumlah pelanggan di masa depan.
Kata kunci : Rasio Profitabilitas, Rasio Aktivitas dan Kinerja Keuangan Perusahaan
iv
KATA PENGANTAR
Sebagai awal kata, kiranya tiada sepatah kata pun yang pantas penulis ucapkan kecuali memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
DAN
RASIO
AKTIVITAS
SEBAGAI
DASAR
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA”. Mempunyai maksud dan tujuan untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peneliti selama perkuliahan berlangsung. Selain itu merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi akuntansi Universitas Wijaya Putra Surabaya Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Bapak Dr. H. Budi Endarto, SH, M.Hum selaku rektor universitas wijaya putra surabaya. 2. Ibu Dr. Hj. Soenarmi, SE, MM selaku dekan fakultas ekonomi universitas wijaya putra Surabaya. 3. Ibu Aminatuzzuhro, SE, M.Si selaku kepala program studi akuntansi fakultas ekonomi universitas wijaya putra Surabaya. 4. Ibu Rodhiyah, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. 5. Seluruh dosen fakultas ekonomi universitas wijaya putra yang telah memberikan ilmu dan wawasan pengetahuan selama penulis menuntut ilmu.
v
6. Pimpinan dan segenap staf karyawan PT. Skyline Jaya yang dengan senang hati mau memberikan banyak informasi serta data yang penulis butuhkan. 7. Kedua orang tuaku Bapak Malik dan Ibunda Karyati, serta adik dan keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat dan do’a selama penulis menuntut ilmu. 8. Teman-teman mahasiswa khususnya kelas akuntansi keuangan yang selalu kompak dan penuh kekeluargaan, selalu menjadi penyemangat ketika menuntut ilmu. Semoga ilmu kita bermanfaat nantinya. 9. Serta berbagai pihak yang telah membantu selama penulis menuntut ilmu maupun selama penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian penulis berharap kekurangan yang ada tidak mengurangi arti penelitian ini. Kritik dan saran membangun dari pembaca tetap penulis harapkan. Dan penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 24 Juli 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………….............. i LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………. ii LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... iii ABSTRAKSI ……………………………………………………………….. iv KATA PENGANTAR ……………………………………………………... v DAFTAR ISI ………………………………………………………………... vii DAFTAR TABEL ……………………………………………...................... x DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xi DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah …………………………………………...... 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ................................................................................... 7 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ……………………...………... 7 2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan …………………………….……... 8 2.1.3. Karakeristik kualitatif laporan Keuangan ………………….…. 9 2.1.4. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan …………………………... 11 2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan ……………................................. 16 2.1.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan ……………….…. 17 2.1.7. Analisis Laporan Keuangan ……………………………..….... 18 2.1.8. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ………………………….. 19 2.1.9. Prosedur Analisis Laporan Keuangan ....................................... 20 2.1.10. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan ……….......... 21 2.1.11. Jenis-jenis Rasio Keuangan ………………………………..… 22 2.1.12. Profitabilitas……..………………………………………..…... 23
vii
2.1.13. Aktivitas …………………………………………………..…. 26 2.1.14. Kinerja ………………………….…………………………… 28 2.1.15. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan ………… 29 2.1.16. Hubungan Analisis Keuangan dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ………………………………………………….... 30 2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 31 2.3. Kerangka Konseptual …………………….………………………… 32 2.4. Hipotesis ……………………………………………………………. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian …….………............................................................... 34 3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel ......................................... 34 3.2.1. Populasi ……............................................................................... 34 3.2.2. Penentuan Sampel ....................................................................... 35 3.3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ....................................... 35 3.4. Teknik Pengumpulan Data ………………...…………..………….... 37 3.5. Teknik Analisis Data ……………………...……………….………. 37 3.5.1. Rasio Profitabilitas ……….......................................................... 37 3.5.2. Rasio Aktivitas ............................................................................ 39 3.5.3. Metode Tolak Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan ..………… 40 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data ………………………................................................ 43 4.1.1. Deskripsi Perusahaan ……………………………...................... 43 4.1.2. Lokasi Perusahaan …………………........................................... 44 4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan ……………............................... 45 4.1.4. Tujuan Perusahaan …………....................................................... 51 4.1.5. Laporan Keuangan PT. Skyline Jaya Tahun 2008-2009 ...……. 52 4.2. Analisis Data ....................................................................................... 55 4.2.1. Perhitungan Rasio Profitabilitas …………………...................... 55 4.2.2. Perhitungan Rasio Aktivitas ………………................................ 60 4.2.3. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan ……………...………. 65 4.3. Interpretasi …………………………………………...……...……… 69
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 70 5.2. Saran …………………………………………….…….……………. 71 DAFTAR PUSTAKA
ix
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.1. Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan PT. Skyline Jaya Tahun 2008-2011 ……….............................................................................. 4 4.1. Neraca PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011.................................................... 53 4.2. Laporan Laba Rugi PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011 ….………………. 54 4.3. Laporan Perubahan Saldo Laba PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011 ….….. 54 4.4. Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas PT. Skyline Jaya tahun 2009-2011 ………………………………………………………..… 66
x
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
2.1. Kerangka Konseptual ……………................................................................ 32 4.1. Struktur Organisasi PT. Skyline Jaya ............................................................ 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2008 & 2009
Lampiran 2
Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2010 & 2011
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan semakin diperlukannya keahlian dalam menganalisis laporan keuangan. Untuk itu manajer dituntut memilih informasi dalam jaringan yang luas untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini maupun perkiraan kondisi dimasa yang akan datang. Dengan menganalisis laporan keuangan akan membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam memilih dan mengevaluasi informasi, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan daya saingnya masing-masing. Namun pada hakikatnya, hampir semua perusahaan mengalami masalah yang sama yaitu bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba maksimal untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Laporan keuangan merupakan sumber informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Data keuangan tersebut dianalisis lebih lanjut sehingga akan diperoleh informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat. Laporan keuangan ini harus menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah ditetapkan prosedurnya sehingga laporan keuangan dapat diperbandingkan agar tingkat akurasi analisis dapat di pertanggungjawabkan. Analisis dan interprestasi keuangan mengkategorikan beberapa teknik dan alat analisis yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan informasi yang berguna
1
2
bagi pihak intern dan ekstern yang terkait dengan perusahaan. Bagi manajemen, informasi yang diperoleh itu berfungsi sebagai salah satu bahan pertimbangan dasar dalam proses pengambilan keputusan, pengkoordinasian dan pengendalian perusahaan. Pada kenyataannya, alat-alat analisis tersebut belum dimanfaatkan oleh perusahaan. Pengambilan keputusan strategis pada perusahaan sering kali dilakukan oleh pendiri usaha dan keputusan yang diambil bersifat personal, berani serta beresiko tinggi. Dalam jangka pendek pengambilan keputusan dengan cara ini cukup berhasil tetapi untuk jangka panjang dan seiring dengan pertumbuhan perusahaan cara tersebut kurang memadai. Ini berarti pendayagunaan laporan keuangan sebagai sumber informasi bagi manajer dalam pengambilan keputusan perencanaan dan pengendalian belum dilaksanakan secara optimal padahal pengambilan keputusan berdasarkan kinerja keuangan merupakan keharusan bagi setiap perusahaan. Efektivitas dan efesiensi suatu perusahaan dalam menjalankan operasinya ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh profitabilitas dan aktivitas dalam perusahaan. Dengan demikian penggunaan analisis rasio keuangan dapat menggambarkan kinerja keuangan yang telah dicapai. Untuk mendukung kelangsungan dan peningkatan usaha, maka perusahaan perlu menganalisis laporan keuangan agar dapat memperoleh informasi tentang posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Informasi yang tersaji harus dianalisis dan di interprestasikan lebih jauh lagi agar mempunyai nilai guna bagi manajemen perusahaan. Ada beberapa cara untuk menilai kondisi kesehatan perusahaan dengan menggunakan analisis kinerja
3
keuangan, namun dalam hal ini penulis hanya menggunakan analisis rasio profitabilitas dan rasio aktivitas perusahaan. Penulis menganggap hasil dari kedua rasio tersebut penting bagi perusahaan, karena menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Penilaian prestasi perusahaan bagi pihak manajemen, khususnya untuk mengukur profitabilitas perusahaan merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan. Tingginya profitabilitas perusahaan lebih penting dibanding laba maksimal yang dicapai perusahaan pada setiap periode akuntansi, karena dengan profitabilitas sebagai alat ukur, kita dapat mengetahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang maksimal dibandingkan dengan modal yang digunakan oleh perusahaan. Untuk itu, setiap pemimpin perusahaan dituntut agar mampu mengelola manajemen perusahaan dengan baik agar dapat mencapai tingkat efisiensi yang optimal dari penggunaan modalnya. Seperti halnya dalam pengelolaan perputaran aktiva, dimana perputaran aktiva ini sangat penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola manajemen khusus dalam bidang keuangan. Pengelolaan aktiva sangat penting
dalam
peningkatan
perolehan
pendapatan
perusahaan
melalui
penjualannya. Setiap komponen aktiva atau modal kerja harus mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Manajemen mempunyai kepentingan ganda dalam analisis kerja keuangan, yaitu menilai perputaran aktiva dan profitabilitas operasi, serta menimbang seberapa efektif penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian atas efisiensi
4
operasi sebagian besar dilakukan berdasarkan analisa atas laporan laba rugi, sedangkan efektivitas penggunaan sumber daya biasanya diukur dengan mengkaji ulang neraca maupun laporan laba rugi. Untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai dan mengetahui sejauh mana efektifitas operasi perusahaan dalam mencapai tujuan maka secara periodik dilakukan pengukuran kinerja perusahaan. Berikut merupakan tabel yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan PT. Skyline Jaya selama empat tahun : TABEL 1.1 TOTAL AKTIVA, LABA BERSIH, DAN PENJUALAN PT. SKYLINE JAYA TAHUN 2008-2011
TAHUN
TOTAL AKTIVA
LABA/RUGI BERSIH
PENJUALAN
2008
50,059,053,403
935,490,678
85,823,247,449
2009
34,812,334,713
679,415,166
65,924,186,389
2010
42,208,212,840
1,382,129,196
88,476,364,130
2011 69,608,241,472 Sumber : Data diolah oleh penulis
936,933,252
80,149,219,310
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari pada tahun 2009, total aktiva, laba maupun penjualan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, total aktiva, laba bersih maupun penjualan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011, total aktiva mengalami peningkatan, tetapi penjualan dan laba bersih mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa, kinerja keuangan perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun.
5
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengangkat judul penelitian yaitu: “ANALISIS
RASIO
PROFITABILITAS
DAN
RASIO
AKTIVITAS
SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. SKYLINE JAYA”.
1.2.Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang akan menjadi pokok pemasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kinerja keuangan PT. Skyline Jaya dalam tiga tahun terakhir?”.
1.3.Tujuan Penelitian Mengacu pada masalah yang telah di rumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui kinerja keuangan pada PT. Skyline Jaya yaitu dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pengetahuan dalam menganalilis rasio profitabilitas dan rasio aktivitas sebagai alat ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan serta sebagai bahan referensi kepustakaan dan literature bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang akan
6
menyusun karya ilimiah dengan topik yang sejenis, sehingga dapat menambah pengetahuan dan bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktisi -
Bagi penulis Hasil dari penelitian ini untuk menambah wawasan penelitian sebagai sarana mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam praktek yang sesungguhnya dan untuk melengkapi tugas sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana strata (S1) Ekonomi.
-
Bagi perusahaan/ masyarakat/ pemerintah Hasil dari penelitian ini dapat memberikan nilai dan manfaat kepada berbagai pihak yang membutuhkan seperti pertimbangan dan bahan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban keuangan pimpinan atas perusahaan yang telah dipercayakan kepada pimpinan tersebut mengenai kondisi keuangan dan hasil-hasil operasi perusahaan. Pada hakekatnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan yang menggambarkan performa atau kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut IAI (2004:2) adalah : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Harahap (2004:105) bahwa laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
7
8
Selanjutnya menurut Munawir (2004:2), "laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan tata atau aktivitas perusahaan tersebut”. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihakpihak yang berkepentingan dengan posisi keuangan, kinerja perusahaan, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha.
2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan diantaranya adalah laporan keuangan, laporan keuangan ini merupakan pencerminan dari prestasi manajemen perusahaan pada suatu periode tertentu. Selain sebagai suatu alat pertanggungjawaban,
laporan
keuangan
diperlukan
sebagai
dasar
pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan laporan keuangan menurut standar akuntansi keuangan yang dikutip oleh Sawir (2005:2) adalah : a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
9
b. Memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. c. Menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. d. Memberikan informasi tentang jenis, jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini. e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. f. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan netto dari kekayaan sebagai hasil dari aktivitas usaha.
2.1.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi pemakai. Menurut standar akuntansi keuangan ada empat karakteristik kualitatif yang dikutip oleh Munawir (2007:21), yaitu : a. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketentuan yang wajar.
10
b. Relevan Untuk memperoleh manfaat yang baik, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan dengan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi dimasa lalu. c. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan. Agar dapat diandalkan, informasi haruslah menggambarkan atau menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan secara wajar. d. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Hasil analisis dan interprestasi akan memberikan gambaran internal tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dengan mengetahui hal tersebut, pemimpin perusahaan dapat menetapkan keputusan yang tepat,
11
efektif dan efisien dalam memanfaatkan peluang dan menanggulangi ancaman yang dihadapi perusahaan dalam lingkungan usahanya.
2.1.4. Bentuk-bentuk Laporan keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut IAI (2004:13) terdiri dari : 1. Neraca (Balance Sheet) Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Menurut Darsono (2005:18) komponen neraca terdiri atas : 1. Aktiva Pada sisi aktiva, neraca dikelompokkan sesuai urutan yang paling lancar. Pengertian paling lancar disini adalah kemampuan aktiva tersebut untuk dikompersi menjadi kas. Dengan demikian, maka penggolongan aktiva dalam neraca adalah : a. Aktiva lancar Dalam aktiva lancar, aktiva dikelompokkan berdasarkan urutan yang paling lancar. Aktiva lancar disini adalah yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas. b. Aktiva tetap Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan, kendaraan dan peralatan yang lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva
12
tetap disusun berdasarkan urutan yang paling tidak likuid (lancar). c. Aktiva lain-lain Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain-lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak dikelompokkan dalam aktiva tetap dan aktiva lancar. 2. Kewajiban dan Ekuitas Darsono (2005:19) berpendapat bahwa kewajiban adalah hak dari pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan perusahaan, sedangkan ekuitas adalah hak pemilik atas kekayaan perusahaan. Pos-pos dalam sisi ini dikelompokkan sesuai dengan besar kecilnya kemungkinan hak tersebut akan dibayar. Semakin besar kemungkinan hak atas perusahaan dibayar, semakin atas urutannya dalam neraca. Pembagian dalam sisi kewajiban dan ekuitas dalam neraca adalah : a. Kewajiban jangka pendek Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban kepada kreditor yang akan dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun kedepan. Komponennya antara lain adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank yang jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang-hutang lain.
13
b. Kewajiban jangka panjang Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun. Komponennya adalah hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel dan hutang surat-surat berharga lainnya. c. Ekuitas Ekuitas adalah hak pemilik atas perusahaan. Hak pemilik akan dibayarkan hanya melalui dividen kas atau dividen likuiditas akhir. Komponen dari ekuitas meliputi modal saham baik biasa maupun preferen, cadangan, laba ditahan, dan laba tahun berjalan. 2. Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya-biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Untuk melihat periode waktu tertentu yang dilaporkan, maka pembaca laporan laba rugi perlu memperhatikan kepala pada laporan tersebut. Komponen laba rugi menurut Darsono (2005:21) adalah : a. Pendapatan/Penjualan b. Harga Pokok Penjualan c. Biaya Pemasaran d. Biaya Administrasi dan Umum e. Pendapatan Luar Usaha f. Biaya Luar Usaha
14
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi merupakan suatu daftar perusahaan dimana didalamnya didasarkan atas semua pendapatan dan biaya-biaya sedemikian rupa yang terjadi pada periode tertentu yang disusun secara sistematis sehingga dengan mudah dapat diketahui apakah suatu perusahaan itu memperoleh laba atau rugi. 3. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow) Laporan arus kas adalah salah satu komponen neraca, yaitu kas dari satu periode berikutnya. merupakan laporan keuangan dasar yang berisi mengenai aliran kas masuk dan keluar perusahaan. Laporan ini menyediakan informasi yang berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga menghasilkan masukan berupa kas pula. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian : 1) Arus kas dari aktivasi operasi. 2) Arus kas dari aktivasi investasi. 3) Arus kas dari aktivitas pendanaan. 4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity) Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu periode tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan : 1. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.
15
2. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. 3. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. 4. Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta perubahannya. 5. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahannya. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statement) Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : 1) Informasi tentang dasar penyusutan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. 2) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. 3) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
16
2.1.5. Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan akan memberikan berbagai manfaat kepada berbagai pihak. Munawir (2007:7) menjelaskan masing-masing pihak mempunyai kepentingan tersendiri terhadap laporan keuangan tersebut. Adapun pihakpihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, yaitu : a. Manajemen Membutuhkan informasi akuntansi keuangan, selain sebagai dasar perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan keuangan, operasi dan investasi, juga diperlukan dalam rangka untuk penentuan insentif atau bonus, penilaian kinerja atau menentukan profitabilitas perusahaan dan distribusi laba. b. Investor, Kreditur dan Pemegang saham Pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, potensi deviden, karena dengan informasi tersebut pemegang saham dapat memutuskan untuk mempertahankan sahamnya, menjual atau bahkan menambahnya. c. Supplier dan Lender Pemasok dan pemberi pinjaman dalam pengambilan keputusan dalam memberi kredit atau tidak, mereka akan mempertimbangkan profitabilitas dan aktivitasnya. Mereka tidak hanya membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui informasi-informasi tersebut tetapi juga berkeinginan untuk memonitor metode akuntansi yang digunakan.
17
d. Pemerintah Pemerintah memerlukan informasi akuntansi keuangan dalam rangka untuk : - Mengetahui peningkatan pendapatan, misalnya dari pajak penghasilan, pajak penjualan, pajak pertambahan nilai, dan pajak kekayaan. - Untuk memonitor pelaksanaan kontrak-kontrak pemerintah, misalnya penentuan penggantian dalam kontrak cost-plus, atau untuk memonitor keuntungan pelaksanaan bisnis pemerintah. - Penentuan tarif, misalnya tarif listrik dan tarif telepon. e. Karyawan Karyawan secara jelas mempunyai kepentingan untuk memonitor variabelvariabel yang berbasis laporan keuangan antara lain tentang penjualan dan laba perusahaan.
2.1.6. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004:16) menjelaskan bahwa SAK (Standar Akuntansi Keuangan) menggambarkan sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
18
2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja misalnya untuk Pajak atau Bank. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/ transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode dan akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi
yang
bersifat
kualitatif
dan
fakta
yang
tidak
dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.1.7. Analisis Laporan Keuangan Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:190) adalah Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
19
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Selanjutnya, analisis laporan keuangan menurut Astuti (2004:29) adalah “segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi.
2.1.8. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Menurut Harahap (2004:195) tujuan analisis laporan keuangan yaitu : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan. 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
20
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, atau peningkatan. 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.
2.1.9. Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan Julianty (2005:58) adalah sebagai berikut : 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan 3. Mempelajari dan mereview laporan keuangan 4. Menganalisis laporan keuangan
21
2.1.10. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik ini merupakan cara bagaimana melakukan analisis. Secara umum menurut Prastowo dan Julianty (2005:59) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua klasifikasi, yaitu : 1. Metode analisis horizontal (dinamis) Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun
(periode),
sehingga
dapat
diketahui
perkembangan
dan
kecenderungannya. Dikatakan metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda. Selanjutnya dikatakan metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun (periode). Teknik-teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknis analisis perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana dan analisis perubahan laba kotor. 2. Metode analisis vertikal (statis). Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu dan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun yang sama. Dikatakan metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama. Teknik-teknik analisis yang termasuk
22
pada klasifikasi metode ini antara lain teknik-teknik analisis prosentase per komponen (Common-size), analisis rasio, dan analisis impas.
2.1.11. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena penggunaannya yang relatif mudah. Menurut Warsono (2003:34) jenis rasio keuangan dikelompokkan menjadi : 1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratios) Rasio-rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio leverage (Leverage Ratios) Rasio leverage/ utang atau solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. 3. Rasio aktivitas (Activity Ratios) Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya.
23
4. Rasio profitabilitas (Profitability Ratios) Rasio profitabilitas memperlihatkan pengaruh kombinasi likuiditas, aktivitas, dan leverage terhadap hasil operasi. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 5. Rasio nilai pasar (Market Value Ratios) Berdasarkan indonesian Capital Market Directory, rasio nilai pasar bagi perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dikelompokkan menjadi dua macam ukuran, yaitu data per lembar saham (per share data) dan rasio-rasio keuangan. Dari beberapa penjelasan jenis-jenis rasio diatas, yang menjadi indikator dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan pada PT. Skyline Jaya, penulis menggunakan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
2.1.12. Profitabilitas Profitabilitas menurut Riyanto (2001) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Sedangkan Sartono (2001) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya, dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya
24
secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi. Sebaliknya, sebuah perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik, sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan (Djarwanto, 2001). Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan hubungan penjualan maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan adalah : a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Laba kotor Gross Profit Margin =
x 100% Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan
25
operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. b. Net Profit Margin Merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Laba Bersih Net Profit Margin =
x 100% Penjualan
Net Profit Margin mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai presentase dari penjualan serta mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Rasio ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan laba. Meskipun rasio ini diharapkan tinggi, akan tetapi karena adanya kekuatan persaingan industri, kondisi ekonomi, pendanaan utang dan karakteristik operasi, maka rasio ini biasanya berbeda diantara perusahaan. c. Return On Investment Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio
26
ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh laba. Laba bersih Return On Investment =
x 100% Total Aktiva
2.1.13. Aktivitas Aktivitas adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, aktivitas adalah suatu kegiatan, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan ketangkasan. UU RI No.15 tahun 2006 juga menyimpulkan bahwa aktivitas adalah sekumpulan tindakan pergerakan sumber daya baik yang berupa personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang atau jasa. Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh penjualan. dengan rumus sebagai berikut :
27
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan cara membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Penjualan Receivable Turnover = Rata – rata piutang Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan piutang. b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan. Harga pokok penjualan Inventory Turnover = Rata – rata persediaan Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat. c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva
28
(Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan dengan total assetnya. Penjualan Total Asset Turnover = Rata – rata aktiva Rasio
ini
menunjukkan
efektivitas
penggunaan
seluruh
harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan
dalam
bentuk
harta
perusahaan.
Kalau
perputarannya lambat, hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
2.1.14. Kinerja Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan bahwa laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur kinerja perusahaan. Terdapat beberapa definisi mengenai kinerja, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:503). “Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.” 2. Menurut Bastian (2001:329) dalam bukunya “Akuntansi Sektor Publik”. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
29
planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Dari kedua definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu selama kurun waktu tertentu.
2.1.15. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut
Warsono
(2003:30),
untuk
menentukan
apakah
suatu
perusahaan sehat atau tidak dari sisi keuangan dapat dilakukan dengan dua macam metode tolak ukur, yaitu : 1. Metode lintas waktu (time series) Metode ini merupakan metode tolak ukur analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan suatu rasio keuangan perusahaan dari suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya. 2. Metode lintas seksi/industri (cross section) Yaitu metode tolak ukur yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya posisi keuangan perusahaan yang dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu dengan rasio keuangan rata-rata industrinya pada periode yang bersangkutan. Metode ini paling cocok digunakan untuk perusahaan yang sudah go public, atau yang sahamnya sudah tercatat di pasar modal.
30
Di Indonesia tolak ukur untuk menentukan tingkat kesehatan perusahaan, biasanya bergantung pada bentuknya. Untuk perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih tepat menggunakan metode lintas waktu (time series), karena sulitnya data industri yang sepadan. Untuk perusahaan besar yang berbentuk perseroan terbatas (PT), ada dua kemungkinan tolak ukur yang dapat digunakan, yaitu dapat menggunakan metode time series atau menggunakan metode cross section. Hasil analisis laporan keuangan untuk perusahaanperusahaan yang tercatat di Pasar Modal Indonesia dapat dilihat dalam Indonesian Capital Market Directory yang dipublikasikan setiap tahunnya. Menurut Warsono (2003:33), jika suatu perusahaan menggunakan tolak ukur cross section, dapat dilakukan dengan mengacu pada tolak ukur industri yang sesuai, dengan catatan ukuran perusahaan tersebut tidak berbeda terlalu jauh. Bagi perusahaan yang tercatat di pasar modal, penentuan tolak ukur kinerja tidak menjadi masalah, untuk perusahaan yang belum go public, sebaiknya memang menggunakan metode lintas waktu, tetapi jika akan menggunakan metode cross section, ukuran perusahaan yang akan diukur tersebut harus sebanding dengan ukuran perusahaan-perusahaan yang tercatat di pasar modal, khusus dalam satu industri.
2.1.16. Hubungan
Analisis
Laporan
Keuangan
dengan
Kinerja
Keuangan Perusahaan Tingkat kesehatan merupakan alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur kinerja keuangan suatu
31
perusahaan. Performa suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu. Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sehingga pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan, dapat menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Interpretasi atau analisis laporan keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting bagi pihakpihak yang berkepentingan dan masing-masing berbeda.
2.2. Penelitian Terdahulu Harfita Sulistyarini Sejati (2005) dengan judul “ Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan perkebunan (studi kasus pada PT. Perkebunan Nusantara IX pabrik gula Mojo). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pabrik gula Mojo dapat dikatakan likuid jika dilihat dari aktiva lancar yang dimilikinya. Tetapi jika dilihat dari kas dan aktiva perusahaan selain persediaan, pabrik gula Mojo dikatakan dalam keadaan illikuid. H. Abd. Azis Sangkala (2011), meneliti analisis kinerja keuangan berdasarkan ratio profitabilitas pada perusahaan pabrik roti Tony Bakery Parepare. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan Tony Bakery berdasarkan analisis profitabilitasanya adalah belum efisien.
32
2.3. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel terikat. Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio keuangan. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan adalah rasio profitabilitas dan rasio aktivitas seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis. RASIO PROFITABILITAS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN RASIO AKTIVITAS Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang perlu diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan tinjauan teoritis dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka hipotesis penelitian ini adalah apakah perusahaan mampu
33
menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva-aktiva yang dimiliki
perusahaan
mampu
memberikan
kontribusi
menghasilkan tingkat pendapatan yang direncanakan.
maksimal
untuk
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan masalah dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau mengungkap fakta secara lebih mendalam mengenai pengaruh perputaran piutang dan kas terhadap likuiditas perusahaan. Penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan angka atau kuantitas. Hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian–bagian yang fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model–model matematis, teori -teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
3.2. Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi Menurut Sugiyono (2005 : 55), pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
34
35
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian. Objek yang dilakukan dalam penelitian ini adalah PT. Skyline Jaya.
3.2.2. Penentuan Sampel Menurut Sugiyono (2005:56 ), pengertian sampel adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin memepelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Untuk itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili. Pengertian sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah ini laporan keuangan PT. Skyline Jaya tahun 2008-2011.
3.3. Variabel dan Definisi Operational Variabel Definisi variable secara konsep adalah definisi yang telah menjadi teori. Sedangkan definisi operasional adalah definisi yang telah menjadi teori secara operasional, secara praktik, secara riil, nyata dalam lingkup obyek penelitian/ obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas dan rasio aktivitas.
36
Variabel-variabel penelitian didefinisikan secara spesifik dan diukur berdasarkan
konsep
akuntansi
keuangan
yang
bersifat
baku
dengan
operasionalisasi sebagai berikut : 1) Variabel Bebas - Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan hubungan penjualan, asset maupun laba rugi modal sendiri. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rasio Gross Profit Margin, Net Profit Margin dan Return on Investment. - Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh penjualan dengan analisis Receivable Turnover, Inventory Turnover dan Total Asset Turnover. 2). Variabel Terikat Dalam penelitian ini, variable terikatnya adalah kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan adalah ukuran hasil kebijakan perusahaan dan operasi dalam hal moneter. Hasil ini tercermin dalam pengembalian investasi perusahaan, laba atas aktiva, nilai tambah dan lain sebagainya. Kinerja keuangan adalah ukuran sujektif dari seberapa baik performa perusahaan dalam menggunakan asset perusahaan untuk kegiatan bisnis dan menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan juga merupakan faktor penting untuk menilai keseluruhan kinerja perusahaan itu sendiri dan merupakan gambaran baik buruknya perusahaan itu sendiri.
37
3.4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini mengumpulkan data dari perusahaan secara langsung baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pada pihak perusahaan khususnya manajer keuangan mengenai kinerja keuangan PT. Skyline Jaya periode 2009-2011. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan periode 2008-2011, studi literatur, dan laporan penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis. Ratio analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio aktivitas. Rasio profitabilitas terdiri dari Groos profit Margin, Net Profit Margin dan Return on Investment, sedangkan rasio aktivitas terdiri dari Receivable Turnover, Inventory Turnover dan Total Asset Turnover.
3.5.1. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dengan hubungan penjualan Asset maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan adalah : a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih.
38
Laba kotor Gross Profit Margin =
x 100% Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. b. Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Laba Bersih Net Profit Margin =
x 100% Penjualan
Rasio ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan laba. c. Return On Investment Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan
39
aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh laba. Laba bersih Return On Investment =
x 100% Total Aktiva
3.5.2. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas yaitu untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh penjualan dengan rumus sebagai berikut : a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan cara membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Penjualan Receivable Turnover = Rata – Rata Piutang Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan cepat. b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan. Harga pokok penjualan Inventory Turnover = Rata – rata persediaan
40
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat. c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan dengan total assetnya. Penjualan Total Asset Turnover = Rata – rata aktiva Rasio ini menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan
dalam
rangka
menghasilkan
penjualan
atau
menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual.
3.5.3. Metode Tolok Ukur Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Skyline Jaya merupakan perusahaan yang belum go public, maka metode yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan menggunakan metode lintas waktu (time series).
41
a. Rasio Profitabilitas 1. Jika GPMt > GPMt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan baik. 2. Jika NPMt > NPMt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan baik. 3. Jika ROIt > ROIt-1
,
maka kinerja keuangan perusahaan dapat
dinyatakan baik. b. Rasio Aktivitas 1. Jika RTt > RTt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan baik. 2. Jika ITt > ITt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan baik. 3. Jika TATt > TATt-1, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dinyatakan baik. Keterangan : GPMt
= Gross Profit Margin pada periode tahun ke-t
GPMt-1 = Groos Profit Margin pada periode tahun ke-t-1 NPMt
= Net Profit Margin pada periode tahun ke-t
NPMt-1 = Net Profit Margin pada periode tahun ke-t-1 ROIt
= Return on Investment pada periode tahun ke-t
ROIt-1
= Return on Investment pada periode tahun ke-t-1
RT t
= Receivable Turnover pada periode tahun ke-t
RTt-1
= Receivable Turnover pada periode tahun ke-t-1
42
ITt
= Inventory Turnover pada periode ke-t
ITt-1
= Inventory Turnover pada periode ke-t-1
TATt
= Total Asset Turnover pada periode ke-t
TATt-1 = Total Asset Turnover pada periode ke-t-1
43
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
4.1. Penyajian Data 4.1.1. Deskripsi Perusahaan PT. Skyline Jaya merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industri furniture yang mengolah bahan baku yang berupa kayu menjadi barang jadi yang meliputi kursi, meja, lemari, tempat tidur dan lainlain. Produk furniture perusahaan diekspor ke luar negeri dengan beberapa negara tujuan yang diantaranya adalah China, Spanyol, Belanda, Perancis, Jerman, Rusia, Italia, Kanada, Thailand, Arab, Amerika Serikat dan lain-lain. Sedangkan produk sisanya dijual lokal dengan membuka showroom di Pakuwon Trade Center Surabaya. Perusahaan ini didirikan oleh Tuan Goritman yang berasal dari Bandung pada Hari Jum’at tanggal 28 Agustus 1987 dihadapan Notaris Maimunah Zubaidah yang beralamat di Jalan Indrapura No. 22 Surabaya, berdasarkan Akta Notaris Nomor 251, dan mendapat pengesahan dari Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Direktur Perdata Sub Direktorat Badan Hukum Departemen Kehakiman Nomor C2-HT.01.01-14808 dengan nama PT. Bali Rotan Mas. Tetapi pada tanggal 20 Juni 1990 dengan nomor akte 251 PT. Bali Rotan Mas dijual oleh Tuan Goritman kepada Tuan Loekman Haryono. Penjualan perusahaan tersebut dilakukan kedua belah pihak dihadapan Notaris Maimunah Zubaidah.
43
44
Dengan perpindahan kepemilikan, maka Tuan Loekman Haryono juga memberhentikan seluruh anggota Direksi dan Komisaris yang lama dan menggantinya dengan anggota Direksi yang baru. Atas permintaan Direksi yang baru dari PT. Bali Rotan Mas pada tanggal 20 Juni 1990, PT. Bali Rotan Mas diubah namanya menjadi PT. Ekspormin Jaya Laksana dengan Struktur sebagai berikut: Direktur Utama : Tuan Loekman Haryono. Direktur
: Tuan Ronald Andriyanto Loekman.
Komisaris
: Tuan David Samantha.
Pada tanggal 7 Juni 2007 PT. Ekspormin Jaya Laksana, mengalami pergantian
nama menjadi PT. Skyline Jaya. Pergantian nama perusahaan
tersebut dikarenakan perubahan kepemilikan saham, karena Tuan Loekman Haryono menghibahkan saham dengan nominal Rp. 120.000.000,00 kepada Tuan Andrew
Loekman. Perubahan nama perusahaan dan hibah saham
sebesar Rp. 120.000.000,00 dilakukan dihadapan Notaris Noor Irawati, S.H.
4.1.2. Lokasi Perusahaan Lokasi perusahaan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Karena lokasi perusahaan dapat mempengaruhi dan menentukan persaingan usaha. Selain itu lokasi perusahaan yang strategis dapat menghemat biaya, misalnya biaya angkut dari lokasi bahan baku serta dari pasar konsumen. Untuk perusahaan yang bahan bakunya berasal dari luar daerah yang dikirim lewat pelayaran maka lokasi
45
yang dekat dengan pelabuhan lebih strategis. Oleh karena itu perusahaan ini menentukan lokasi perusahaan sebagai berikut : a. Lokasi Pusat di Magomulyo Indah No. 8 – 10 b. Lokasi Pabrik Furniture di Desa Popoh Kecamatan Wonoayu Sidoarjo Lokasi pabrik ini memiliki luas yang lebih besar dari Lokasi Pusat.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan Secara umum yang dimaksud dengan organisasi adalah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi PT. Skyline Jaya adalah sebagai berikut : Dewan Komisaris Direktur Utama Internal Audit General Manager
Manager Umum & Personalia
Manager Pembelian
Manager PPIC
Manager Produksi
Manager Marketing
staff Bahan Baku
Ekspor Impor
Manager Akuntansi & Keuangan
lokal
Hardware R&D
Keuangan
Akuntansi Gudang
Gudang
Karyawan produksi
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Skyline Jaya
Pajak
46
Uraian tugas pokok masing-masing jabatan tersebut dibawah ini yaitu: Dewan Komisaris a. Mengawasi pekerjaan Direktur Utama b. Memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Direktur Utama dalam mencapai tujuan perusahaan. Direktur Utama a. Bertanggung jawab untuk menentukan strategi, sasaran dan kebijakan, serta menjamin tercapainya visi dan misi perusahaan. b. Bertanggung jawab untuk mengatur, mengawasi agar perusahaan selalu dalam posisi yang menguntungkan. c. Memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan. Internal Audit a. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait dengan perusahaan. b. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas implementasi Sistem Manajemen Perusahaan. c.. Pengawasan dan pemeriksaan internal atas operasional sistem dan prosedur di perusahaan. General Manager a. Secara aktif mengawasi setiap kegiatan departemen yang dipimpinnya dan melakukan pertemuan secara berkala diantara mereka dan untuk membahas setiap keputusan-keputusan tertentu.
47
b. Menentukan setiap keputusan yang diambil departemen dibawahnya dalam usaha memajukan perusahaan. Manager Personalia dan Umum a. Mengatur urusan kepegawaian dan melaporkan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian dan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. b. Meminta pertanggung jawaban kepada para stafnya mengenai urusan kepegawaian dan administrasi umum perusahaan. Manager Pembelian a. Melaksanakan kegiatan pembelian bahan baku dan hardware sesuai permintaan dari PPIC. b. Mencari atau memilih pemasok yang dapat memenuhi kualitas yang baik dengan harga tertentu, yang dapat menjamin kelangsungan produksi. c. Meminta pertanggung jawaban stafnya, baik kelancaran pembelian maupun mengenai keakuratan data dan informasi
mengenai
pengadaan bahan baku yang dibuat dan diperoleh. a. Staff Gudang a. Menerima dan memeriksa barang yang masuk, harus sesuai dengan pesanan bagian pembelian b. Bertanggungjawab terhadap stok bahan baku dan hardware. c. Menyiapkan barang yang dibutuhkan oleh produksi sesuai permintaan yang telah disetujui PPIC.
48
b. Manager PPIC a. Membuat rencana produksi dengan berpedoman rencana Sales Marketing, dan rencana pengadaan dengan menghitung kebutuhan material produksi menurut standard stock yang ideal (ada batasan minimal dan maksimal yang harus tersedia). b. Memantau semua inventory baik untuk proses produksi, stock yang ada di gudang maupun yang didatangkan. c. Membuat evaluasi hasil produksi, hasil penjualan maupun kondisi inventory. d. Menghitung standard kerja karyawan tiap tahun berdasarkan masukan dari bagian produksi atas pengamatan langsung. Manager Produksi a. Mengkoordinasi pelaksanaan dan pengambilan keputusan pada Departemen produksi, mulai dari pembahanan, proses, assembling, sanding part, final sanding, finishing sampai packing. b. Mengendalikan proses produksi, yang dimulai dari bahan baku sampai dengan barang jadi dan packaging. c. Meminta keterangan dari staff gudang tentang kualitas bahan baku apakah telah memenuhi standart atau tidak. Serta memberikan informasi mengenai kuantitas bahan baku dan bahan pembantu yang diperlukan.
49
R & D ( Research and Development ) a. Mengembangkan kualitas produk jangka panjang dan mengumpulkan secara berkala seluruh informasi mengenai prestasi produk, masalahmasalah atau keluhan konsumen terhadap produk perusahaan. b. Meminta pertanggung jawaban kepada beberapa departemen untuk hal-hal yang berhubungan dengan konsep kerja bagian R & D. Manager Marketing 1) Bagian Ekspor Impor a. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan yang berkaitan dengan
operasi
penjualan
dalam
pencapaian
target
yang
dianggarkan. b. Mencari dan memilih calon customer yang berpotensi menyalurkan produk furniture di pasaran luar negeri terutama untuk jangka panjang. c. Menganalisa dan memperbaiki kelemahan – kelemahan yang ada agar distribusi penjualan tetap berjalan lancar dan meningkat. 2) Penjualan Lokal a. Berkoordinasi dengan bagian gudang, tentang stok barang jadi yang ada untuk dijual. b. Mengatur penjualan di showroom. Manager Akuntansi dan Keuangan 1. Bagian Akuntansi a. Menentukan kebijakan dasar dalam bidang akuntansi
50
b. Merencanakan,
mengkoordinasikan,
mengarahkan
dan
mengevaluasi kegiatan di bidang akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan pengelolaan asset perusahaan. c. Membuat laporan keuangan berdasarkan bukti-bukti transaksi dari semua departemen serta mengarsip semua bukti transaksi dengan baik dan rapi. d. Menyampaikan laporan keuangan yang telah dibuat serta menginformasikan kondisi keuangan kepada Manager dan Direksi. 2. Bagian Keuangan a. Merencanakan,
mengkoordinasikan,
mengarahkan,
dan
mengevaluasi serta mengatur jalannya keuangan perusahaan. b. Mengatur dan mengawasi pengeluaran dan pendapatan perusahaan agar seimbang. Jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan akan berdampak buruk pada kondisi keuangan perusahaan serta pengelolaan hutang-piutang. c. Mengajukan pinjaman-pinjaman pada Bank atau pihak lain serta mengatur pembayaran pokok pinjaman dan bunga pinjaman. d. Memeriksa laporan keuangan yang dibuat oleh bagian akuntansi serta memeriksa dan mengawasi bagian pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
51
3. Bagian Pajak a. Mengadministrasikan bukti PPN Masukan, memungut PPN keluaran serta menghitung, membayar lewat Bank Persepsi dan melaporkan kepada KPP terdaftar. b. Menghitung,
memperhitungkan,
menyetor
serta
melaporkan
kewajiban perpajakan PPh Pasal 21, Pasal 23, Pasal 25 dan Pasal 29.
4.1.4. Tujuan Perusahaan Visi dari PT. Skyline Jaya adalah sebagai berikut : a. Menjadi perusahaan furniture yang unggul dan senantiasa berkembang. b. Menjadi salah satu perusahaan furniture yang mengutamakan kualitas tinggi dalam menghasilkan produknya. c. Menjadi perusahaan furniture yang mampu menjangkau pasar global yang luas dengan persaingan yang sehat. Misi dari Perusahaan adalah sebagai berikut : a. Menjadikan produk furniture yang dihasilkan mampu mempunyai kualitas ekspor, harga dan trend model furniture yang berdaya saing tinggi untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. b. Senantiasa meningkatkan kualitas produk dan mengembangkan trend model furniture terbaik untuk mengembangkan pasar global dan memenuhi kebutuhan konsumen luar negeri.
52
c. Memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pegawai melalui pemberian kesejahteraan yang memadai, penyediaan lingkungan kerja yang bersih dan aman, serta menciptakan suatu kesempatan untuk kemajuan karier karyawan perusahaan. d. Menempatkan para pesaing, pemasok, dan penyalur sebagai mitra kerja yang saling menguntungkan.
4.1.5. Laporan Keuangan PT. Skyline Jaya Tahun 2008-2011 Laporan
keuangan
merupakan
sekumpulan
informasi
keuangan
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu, maka diperlihatkan laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi yang dimaksud untuk mengetahui perubahan modal dan kekayaan perusahaan pada periode tertentu. Data – data yang digunakan dalam menganalisis rasio profitabilitas dan rasio aktivitas untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam penulisan ini diperoleh dari laporan keuangan PT. Skyline Jaya tahun 2008 – 2011. Laporan keuangan PT. Skyline Jaya tahun 2008 – 2011 adalah sebagai berikut :
53
Tabel 4.1 PT. SKYLINE JAYA NERACA per 31 DESEMBER 2008 AKTIVA AKTIVA LANCAR : Kas & Bank Piutang Usaha Piutang Lain-lain Persediaan Uang muka pembelian Biaya yang Dibayar Dimuka Pajak yang Dibayar Dimuka Nilai buku Aktiva Lancar AKTIVA TETAP : Harga Perolehan Akumulasi Penyusutan Nilai buku Aktiva Tetap AKTIVA LAIN-LAIN : Bangunan Dalam Penyelesaian Konstruksi Dalam Pelaksanaan Jumlah Aktiva Lain-Lain
2009
2010
2011
524,658,985
821,720,856
421,859,075
22,851,049
31,300,029,146
13,110,015,372
22,057,254,379
26,155,185,998
3,537,939,416
3,845,408,586
2,447,263,337
1,330,999,514
5,697,515,026
7,247,413,237
7,735,839,520
18,436,708,783
1,731,324,319
1,371,826,987
2,013,317,163
19,280,250
209,747,333
50,413,501
192,841,581
3,803,722,204 44,883,145,026
2,188,193,589 29,153,823,292
1,906,183,966 35,990,640,765
5,834,163,846 53,986,067,934
9,212,451,726
9,959,675,868
11,984,397,294
13,468,161,840
(4,036,543,350) 5,175,908,376
(4,963,575,256) 4,996,100,611
(5,815,260,469) 6,169,136,825
(6,851,169,609) 6,616,992,231
0
662,410,811
48,435,250
59,600,000
0 0
0 662,410,811
0 48,435,250
17,850,000 77,450,000
Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN LANCAR : Hutang Usaha Hutang Lain-lain Hutang Bank Uang Muka Penjualan Pajak yang Masih Harus Dibayar Biaya yang Masih Harus Dibayar Jumlah Kewajiban lancer EKUITAS : Modal Saham Modal Yang belum ditempatkan Modal yang telah disetor Saldo laba ditahan Jumlah Ekuitas
50,059,053,403
34,812,334,714
42,208,212,840
60,680,510,165
843,689,996
16,643,141,332
16,494,834,670
28,466,643,827
25,671,044,607
6,803,950,195
8,735,825,020
8,958,206,952
18,054,434,215
62,991,836
4,527,900,000
8,179,661,112
542,867,736
5,778,214,202
4,783,098,354
6,715,516,326
129,260,283
50,885,882
148,047,381
113,117,808
588,600
-3,431,865
659,795,087
348,171,311
45,241,885,437
29,335,751,582
35,349,500,512
52,781,317,336
4,000,000,000
4,000,000,000
4,000,000,000
4,000,000,000
(2,980,000,000)
(3,000,000,000)
(3,000,000,000)
(3,000,000,000)
1,020,000,000 3,797,167,966 4,817,167,966
1,000,000,000 4,476,583,132 5,476,583,132
1,000,000,000 5,858,712,328 6,858,712,328
1,000,000,000 6,899,192,829 7,899,192,829
Jumlah Kewajiban & Ekuitas
50,059,053,403
34,812,334,714
42,208,212,840
60,680,510,165
Sumber : data diolah penulis
0
54
Tabel 4.2 PT. SKYLINE JAYA LAPORAN LABA RUGI per 31 DESEMBER 2008
2009
2010
2011
85,823,247,449
65,924,186,389
88,476,364,130
80,149,219,310
(71,549,174,676)
(52,643,159,362)
(73,166,311,962)
(65,252,059,475)
14,274,072,773
13,281,027,027
15,310,052,168
14,897,159,835
(9,411,239,303)
(11,360,433,981)
(11,883,923,896)
(12,789,264,578)
4,862,833,470
1,920,593,047
3,426,128,272
2,107,895,257
(3,530,312,091)
(860,568,000)
(1,571,774,826)
(710,163,256)
1,332,521,378
1,060,025,046
1,854,353,446
1,397,732,001
Negatif
(36,092,994)
(19,722, 079)
(6,804,659)
(24,427,212)
Positif
65,341,486
319,018,099
41,348,690
55,701,954
Laba Kena Pajak
1,361,769,870
1,359,321,066
1,888,897,477
1,429,006,743
Beban Pajak
(397,030,700)
(380,609,880)
(472,224,250)
(357,251,500)
935,490,678
679,415,166
1,382,129,196
1,040,480,501
PENDAPATAN - Penjualan, net BEBAN POKOK PENJUALAN - Beban Pokok Penjualan Laba Kotor BEBAN USAHA - Beban Usaha Laba Usaha PENDAPATAN & BEBAN LAINLAIN - Pendapatan & Beban Lain-Lain Laba sebelum Pajak Koreksi Fiskal :
Laba Bersih Setelah Pajak Sumber : data diolah penulis
Tabel 4.3 PT. SKYLINE JAYA LAPORAN PERUBAHAN SALDO LABA per 31 DESEMBER 2008 2009 Saldo Laba Awal Tahun Saldo Laba Tahun Berjalan setelah pajak Saldo Laba Ditahan Akhir Tahun Sumber : data diolah penulis
2010
2011
2,861,677,288
3,797,167,966
4,476,583,132
5,858,712,328
935,490,678
679,415,166
1,382,129,196
1,040,480,501
3,797,167,966
4,476,583,132
5,858,712,328
6,899,192,829
55
4.2. Analisis Data 4.2.1. Perhitungan Rasio Profitabilitas Tingkat profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu. Untuk menganalisis tingkat profitabilitas pada PT Skyline Jaya, maka penulis menggunakan laporan keuangan selama empat periode yaitu dari tahun 2008-2011. a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan bersih. Laba kotor Gross Profit Margin =
x 100 % Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost of good sold lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. 13.281.027.027 Gross Profit Margin tahun 2009 =
x 100% = 20,1% 65.924.186.389 15.310.052.168
Gross Profit Margin tahun 2010 =
x 100% = 17,3% 88.476.364.130
56
14.897.159.835 Gross Profit Margin tahun 2011 =
x100% = 18,6% 80.149.219.310
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa gross profit margin pada tahun 2009 sebesar 20,1%, artinya setiap 1 rupiah penjualan menghasilkan laba sebesar Rp. 0,201, sedangkan pada tahun 2010 gross profit margin sebesar 17,3% yang artinya setiap 1 rupiah penjualan menghasilkan laba sebesar Rp. 0,173 dan pada tahun 2011 gross profit margin sebesar 18,6% yang artinya setiap 1 rupiah penjualan menghasilkan laba sebesar Rp. 0,186. Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan gross profit margin pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,8% yang disebabkan oleh peningkatan laba kotor dan diikuti dengan peningkatan penjualan. Pada tahun 2011 gross profit margin mengalami peningkatan kembali sebesar 1,3%, hal ini disebabkan oleh penurunan laba kotor yang diikuti oleh penurunan penjualan. Dari perhitungan diatas dapat terlihat bahwa kinerja operasional perusahaan dilihat dari gross profit margin berfluktuasi, dimana pada tahun 2010 nilai gross profit margin menurun dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 nilainya mengalami kenaikan dari tahun 2010. Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kinerja operasional perusahaan ini kurang baik karena nilai gross profit marginnya pada tahun 2010 dan 2011 lebih rendah dari pada tahun dasarnya yaitu tahun 2009. Hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga, baik harga jual maupun harga pokok, ini berarti bahwa apabila terjadi
57
perubahan pada harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. b. Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan rasio antara laba (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Laba Bersih Net Profit Margin
=
x 100% Penjualan
Rasio ini menunjukkan beberapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan, karena memiliki kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan laba. 679.415.166 Net Profit Margin tahun 2009 =
x 100% = 1,03% 65.924.186.389 1.382.129.196
Net Profit Margin tahun 2010 =
x 100% = 1,56% 88.476.364.130 1.040.480.501
Net Profit Margin tahun 2011 =
x 100% = 1,30% 80.149.219.310
Berdasarkan hasil perhitungan diatas net profit margin pada tahun 2009 sebesar 1,03% yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0103. Pada tahun 2010 net profit margin sebesar 1,56% yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0156, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 1,30% yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan menghasilkan keuntungan sebesar
58
Rp. 0,0130. Berdasarkan dari perhitungan diatas menunjukkan bahwa net profit margin tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 0,53% hal ini disebabkan adanya peningkatan laba bersih sebesar Rp. 1.382.129.196,00 dan diikuti oleh peningkatan penjualan sebesar Rp 88.476.363.130,00. Sedangkan pada tahun 2011 net profit margin mengalami penurunan sebesar 0,26% dari tahun sebelumnya, hal ini disebabkan karena adanya penurunan laba bersih dan diikuti dengan penurunan penjualan. Dalam meningkatkan kemampuan operasional perusahaan melalui ukuran net profit margin, maka faktor penting yang harus diperhatikan yaitu biaya usaha. Meningkatkan penjualan dengan menekan biaya atau memperkecil
operasi
expenses,
dapat
meningkatkan
profitabilitas
perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi gross profit margin dan net profit margin maka semakin tinggi pula profitabilitas dengan ketentuan bahwa peningkatan penjualan dalam perusahaan harus disertai dengan pengontrolan operasi expenses. c. Return On Investment Return On Investment merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan menjumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaan suatu perusahaan karena keseluruhan aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi untuk memperoleh laba.
59
Laba bersih Return On Investment
=
x 100% Total Aktiva 679.415.166
Return On Investment tahun 2009 =
x 100% = 1,95% 34.812.334.714 1.382.129.196
Return On Investment tahun 2010 =
x 100% = 3,27% 42.208.212.840 1.040.480.501
Return On Investment tahun 2011 =
x 100% = 1,71% 69.608.241.472
Berdasarkan hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa return on investment pada tahun 2009 sebesar 1,95%, artinya setiap Rp. 1,00 modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp.0,0195, return on investment pada tahun 2010 sebesar 3,27% yang dapat diartikan bahwa setiap Rp. 1,00 modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0327, sedangkan pada tahun 2011 return on investment sebesar 1,71% artinya setiap Rp. 1,00 modal yang diinvestasikan dalam keseluruan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,0171. Dari hasil perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2010 return on investment menunjukkan peningkatan sebesar 1,32 % hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1.382.129.196,00 dan diikuti oleh peningkatan total aktiva sebesar Rp 42.208.212.840,00. Sedangkan pada tahun 2011 return on investment mengalami penurunan sebesar 1,56% hal tersebut disebabkan oleh adanya
60
penurunan laba bersih sebesar Rp 1.040.480.501,00 dan diikuti oleh peningkatan total aktiva sebesar Rp 69.608.241.472,00. Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ROI tertinggi berada pada tahun 2010. Tingginya ROI ditahun 2010 disebabkan karena laba bersih yang didapatkan cukup tinggi dimana aktiva yang digunakan sedikit. Perusahaan kurang efektif dalam mengelola finansialnya, ini tampak pada rendahnya laba yang dihasilkan dengan penggunaan total aktiva dan penjualan yang tinggi.
4.2.2. Perhitungan Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya pada tingkat kegiatan tertentu. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki perusahaan, apakah sudah sesuai dan beralasan, sangat tinggi atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini di proyeksikan. Untuk menganalisis tingkat aktivitas pada PT. Skyline Jaya, maka penulis menggunakan laporan keuangan selama tiga periode yaitu dari tahun 2008-2011. a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Tingkat perputaran piutang (Receivable Turnover) dapat dicari dengan cara membagi total penjualan dengan piutang rata-rata. Penjualan Receivable Turnover
= Rata – rata piutang
61
Rasio ini menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan cepat. Berikut ini perhitungan Receivable Turnover PT.Skyline Jaya periode 2009-2011 : 65.924.186.389 Tahun 2009 =
= 2,97 kali (31.300.029.146 + 13.110.015.372)/2 88.476.364.130
Tahun 2010 =
= 5,03 kali (13.110.015.372 + 22.057.254.379)/2 80.149.219.310
Tahun 2011 =
= 3,32 kali (22.057.254.379 + 26.155.185.998)/2
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 receivable turnover sebesar 2,97 kali, itu artinya rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 2,97 kali selama satu tahun, pada tahun 2010 receivable turnover sebesar 5,03 kali yang artinya rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 5,03 kali selama satu tahun. Pada tahun 2011 receivable turnover sebesar 3,32 kali, artinya rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 3,32 kali selama satu tahun. Peningkatan receivable turnover pada tahun 2010 sebesar 2,06 kali, hal ini disebabkan oleh peningkatan hasil penjualan sebesar Rp 88.476.364.130,00 diikuti penurunan rata-rata piutang sebesar Rp 17.583.634.875,5. Penurunan receivable turnover pada tahun 2011 sebesar 1,71 kali, hal ini disebabkan oleh penurunan hasil
62
penjualan sebesar Rp 80.149.219.310,00 dan diikuti peningkatan ratarata piutang sebesar Rp 24.106.220.188,5. Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa receivable
turnover
berfluktuasi
meskipun
pada
tahun
2011
menunjukkan perputaran piutang yang kurang baik akibat penurunan penjualan. Namun dapat kita lihat pada tahun 2010 receivable turnover perusahaan mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena perusahaan mengembalikan piutang lebih cepat dengan menambah penjualan kredit bersih. Dilihat dari perputaran piutang pada tahun 2009 sampai dengan 2011, perputaran piutang sangat lama, hal ini dikarenakan customer membayar tagihan tidak tepat waktu dan sangat lama sehingga piutang juga tidak bisa secepatnya dijadikan uang. b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran Persediaan dihitung dengan cara membagi harga pokok penjualan (cost of good sold) dengan rata-rata persediaan. Harga pokok penjualan Inventory Turnover = Rata – rata persediaan Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persedian dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat. Berikut ini perhitungan Inventory Turnover PT.Skyline Jaya tahun 2009-2011 :
63
52.643.159.362 Tahun 2009 =
= 8,13 kali (5.697.515.026 + 7.247.413.237)/2 73.166.311.962
Tahun 2010 =
= 9,77 kali (7.247.413.237 + 7.735.839.520)/2 65.252.059.475
Tahun 2011 =
= 4,99 kali (7.735.839.520 + 18.436.708.783)/2
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 inventory receivable sebesar 8,13 kali, artinya dana yang tertanam dalam persediaan rata-rata 8,13 kali dalam setahun. Pada tahun 2010 receivable turnover sebesar 9,77 kali, artinya dana yang tertanam dalam persediaan sebesar 9,77 kali dalam setahun. Pada tahun 2011 receivable turnover sebesar 4,99 kali, ini artinya dana yang tertanam dalam rata-rata persediaan sebesar 4,99 kali dalam setahun. Peningkatan inventory turnover pada tahun 2010 sebesar 1,64 kali, hal ini disebabkan oleh peningkatan harga pokok penjualan diikuti oleh peningkatan rata-rata persediaan. Penurunan inventory turnover pada tahun 2011 sebesar 4,78 kali disebabkan oleh penurunan harga pokok penjualan sebesar Rp 65.252.059.475,00 diikuti oleh peningkatan ratarata persediaan sebesar Rp 13.086.274.151,50. Berdasarkan hasil perhitungan diatas rasio ini menunjukkan perputaran yang tidak baik. Pada tahun 2010 rasio ini meningkat dan beresiko terjadinya kekurangan persediaan dan pada tahun 2011
64
persediaan di gudang menumpuk dan menyebabkan persediaan untuk proses produksi berputar dengan lambat. c. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki perusahaan. Perputaran total aktiva (Total Asset Turnover) dapat dicari dengan cara membagi penjualan dengan total assetnya. Penjualan Total Asset Turnover = Rata – rata aktiva Rasio
ini
menunjukkan
efektivitas
penggunaan
seluruh
harta
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan
dalam
bentuk
harta
perusahaan.
Kalau
perputarannya lambat ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Berikut perhitungan Total asset turnover PT. Skyline Jaya periode 2009-2011 : 65.924.186.389 Tahun 2009 =
= 1,55 kali (50.059.053.403 + 34.812.334.714)/2 88.476.364.130
Tahun 2010 =
= 2,30 kali (34.812.334.713 + 42.208.212.840)/2 80.149.219.310
Tahun 2011 =
= 1,56 kali (42.208.212.840 + 60.680.510.165)/2
65
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 total asset turnover sebesar 1,55 kali, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,55 kali. Pada tahun 2010 total asset turnover sebesar 2,30 kali, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 2,30 kali. Pada tahun 2011 total asset turnover sebesar 1,56 kali, artinya dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun berputar 1,56 kali. Peningkatan total asset turnover pada tahun 2010 sebesar 0,74 kali disebabkan oleh peningkatan penjualan sebesar Rp 88.476.364.130,00 diikuti oleh penurunan rata – rata aktiva sebesar Rp 38.510.273.776,50. Penurunan total asset turnover pada tahun 2011 sebesar 0,74 kali, hal ini disebabkan oleh penurunan penjualan sebesar Rp 80.149.219.310,00 diikuti oleh peningkatan rata – rata total aktiva sebesar Rp 51.444.361.502,50. Dari hasil perhitungan diatas, dapat dikatakan bahwa total asset turnover perusahaan kurang baik, hal ini dapat diketahui dengan melihat adanya penurunan perputaran total aktiva pada tahun 2011.
4.2.3. Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Berdasarkan tabel 4.4 dibawah ini dapat diketahui kinerja keuangan PT. Skyline Jaya periode tahun 2009-2011 dengan membandingkan hasil perhitungan rasio-rasio keuangan secara time series.
66
Tabel 4.4 Analisis Rasio Profitabilitas dan Rasio Aktivitas PT. Skyline Jaya periode 2009-2011 TAHUN
2009
2010
2011
Gross Profit Margin
20.10%
17.30%
18.60%
Net Profit Margin
1.03%
1.56%
1.30%
Return On Investment
1.95%
3.27%
1.71%
Rata-rata Rasio Profitabilitas
7.69%
7.38%
7.20%
Receivable Turnover
2.97 kali
5.03 kali
3.32 kali
Inventory Turnover
8.13 kali
9.77 kali
4. 99 kali
Total Asset Turnover
1.55 kali
2.30 kali
1.56 kali
4.22 kali
5.70 kali
3.29 kali
Rasio Profitabilitas
Rasio Aktivitas
Rata-rata Rasio Aktivitas Sumber : data diolah penulis 1.Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margin
20,10% (2009) > 17,30% (2010) < 18,60% (2011) Gross Profit Margin pada tahun 2009 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik. b. Net Profit Margin 1,03% (2009) < 1,56% (2010) > 1,30% (2011) Net Profit Margin pada tahun 2009 dan 2011 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik sedangkan pada tahun 2010 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik. c. Return On Investment 1,95% (2009) < 3,27% (2010) > 1,71% (2011)
67
Return On Investment pada tahun 2009 dan 2011 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik sedangkan pada tahun 2010 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang baik. Jika dilihat dari perhitungan tiap-tiap rasio profitabilitas pada tabel 4.4, kinerja keuangan perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi jika dilihat dari rata-rata rasio profitabilitas, kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2009 adalah baik tetapi pada tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan,
sehingga
dapat
dikatakan
kinerja
keuangan
perusahaan
berdasarkan rasio profitabilitas adalah kurang baik. Dapat diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba pada tahun 2010 dan 2011 adalah tidak efektif. 2. Rasio Aktivitas a. Receivable Turnover 2,97 kali (2009) < 5,03 kali (2010) > 3,32 kali (2011) Receivable Turnover pada tahun 2009 dan 2011 mengalami perputaran yang sangat lambat dalam setahun, hal ini menunjukkan bahwa perputaran piutang sangat lama, hal ini dikarenakan customer membayar tagihan tidak tepat waktu dan sangat lama sehingga piutang juga tidak bisa secepatnya dijadikan uang. Tetapi pada tahun 2010 mengalami perputaran piutang yang sangat baik yaitu 5,03 kali dalam setahun, hal ini terjadi karena perusahaan mengembalikan piutang lebih cepat dengan menambah penjualan kredit bersih.
68
b. Inventory Turnover 8,13 kali (2009) < 9,77 kali (2010) > 4,99 kali (2011) Inventory Turnover pada tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami perputaran yang kurang baik dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2010 adalah baik karena perputaran persediaan untuk proses produksi berputar sangat cepat dan dapat beresiko adanya kekurangan persediaan di gudang. c. Total Asset Turnover 1,55 kali (2009) < 2,29 kali (2010) > 1,56 kali (2011) Total Asset Turnover pada tahun 2009 lebih kecil dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Kalau perputarannya lambat, hal ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Kinerja keuangan perusahaan yang paling baik adalah tahun 2010. Jika dilihat dari perhitungan tiap-tiap rasio aktivitas maupun dari rata-rata rasio, kinerja keuangan perusahaan paling baik adalah pada tahun 2010 hal ini disebabkan oleh tingginya nilai penjualan pada tahun tersebut, kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2009 masih dibawah tahun 2010 tetapi lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. Tahun 2011 mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan penjualan dan diikuti oleh kenaikan rata-rata persediaan dan rata-rata total aktiva, sehingga dapat dikatakan kinerja
69
keuangan perusahaan adalah kurang baik. Dengan kata lain perusahaan tidak efektif mengelola aktiva-aktivanya pada tahun 2011.
4.3. Interprestasi Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan secara umum yaitu rasio aktivitas dan profitabilitas, kedua rasio tersebut setelah dianalisis mengalami peningkatan dan penurunan. Rasio aktivitas pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan penjualan bersih dan penurunan total aktiva. Pada tahun 2010 sampai 2011 net profit margin mengalami peningkatan dan pada tahun 2009 mengalami penurunan yang disebabkan penurunan laba bersih dan peningkatan penjualan bersih. Pada tahun 2011, rasio aktivitas mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berarti kinerja keuangan PT. Skyline Jaya pada tahun terakhir kurang efisien jika dilihat dari rasio profitabilitas dan rasio aktivitas yang menunjukkan angka yang sangat kecil jika dibandingkan tahun 2009 dan 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan a. Kinerja keuangan PT. Skyline Jaya selama kurun waktu tiga tahun selalu mengalami perubahan tiap tahunnya, tetapi pada tahun 2010 menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang cukup efisien jika dilihat dari rasio aktivitasnya, pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 dan 2011, hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan bersih dan penurunan total aktiva, Pada perhitungan rasio profitabilitas yang meliputi gross profit margin, net profit margin dan return on investment pada tahun 2009 sampai 2011 jika di rata-rata menunjukkan rasio profitabilitas yang hampir sama setiap tahun, tetapi pada tahun 2009 lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 dan 2011. Hal ini disebabkan oleh peningkatan penjualan yang diikuti oleh peningkatan laba serta peningkatan total aktiva. b. Pada tahun 2011 kinerja keuangan perusahaan jika dilihat dari rasio profitabilitas maupun rasio aktivitasnya adalah kurang efektif, dengan kata lain perusahaan gagal dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi untuk peningkatan
keuntungan
perusahaan.
Perusahaan
tidak
mampu
mengevaluasi atau mempertahankan keberhasilan dalam kinerja keuangan pada tahun 2010. Hal ini dapat berakibat pada penurunan jumlah pelanggan di masa depan.
70
71
c. Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas saling berpengaruh satu sama lain, tingkat profitabilitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Laba digunakan untuk membiayai segala aktivitas perusahaan dan sebaliknya rasio aktivitas juga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan sehubungan dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh penjualan. Jika penjualan berjalan dengan cepat, maka laba perusahaan yang diperoleh juga akan semakin banyak.
5.2. Saran a. Perusahaan harus selalu memperhatikan perkembangan antara rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dengan kata lain, perusahaan harus selalu memperhatikan kedua rasio tersebut agar berjalan dengan seimbang. Apabila profitabilitas suatu perusahaan terus meningkat sedangkan aktivitasnya menurun, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dalam menghasilkan keuntungan cukup baik dan bisa memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi setiap tahunnya, tetapi perusahaan dalam menggunakan aktivanya dalam menciptakan penjualan sangat kurang. b. Perusahaan harus mampu meningkatkan volume penjualan dengan skala besar dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah pendapatan yang akan berimbas pada peningkatan laba perusahaan.
72
c. Manajemen hendaknya memperhatikan perspektif keuangan, karena prosentase yang dihasilkan semakin menurun dari tahun sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim, Sarwoko. 2008. Manajemen keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan). Cetakan Ketiga, Yogyakarta BPF-YOGYAKARTA. Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Cetakan Pertama. Jakarta:Ghalia Indonesia. Brigham, et. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, PT. Gelora Aksara Pratama. Darsono, 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Edisi pertama. Andi : Yogyakarta. Harapan, Sofyan Safri. 2002. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harmono,2009. Manajemen Keuangan. Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Yogyakarta. Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Keown, Martin, Petty, Scott. 2004. Manajemen Keuangan. Prinsip-prinsip dan Aplikasinya. Edisi kesembilan, jilid 1, PT INDEKS kelompok GRAMEDIA. Martono, Agus Harjito, 2005. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Kelima, EKONISIA, Yogyakarta. Munawir, 2004. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kelima, Liberty,Yogyakarta. Munawir, 2007. Analisis Laporan Keuangan. Konsep dan Aplikasi, Penerbit Yogyakarta. Muslich, Muhammad. 2003. Manajemen Keuangan Modern. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Prihadi, Toto. 2008. Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan. Cetakan 1. Jakarta : PPM. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogjakarta. Sangkala, Abdul Azis, H. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Roti Tony Backery Pare-Pare. Santosa, P.B. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Sarwoko, Halim. Perusahaan.
2009.
Manajemen
Keuangan.
Dasar-dasar
Pembelanjaan
Sawir, Agnes. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Edisi Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara. Yogyakarta. Sutrisno, 2000.Manajemen KeuanganModern. Bumi Aksara, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan, Edisi Baru, Cetakan Ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syarifuddin, Alwi. 2000. Alat-alat Analisis Pembelanjaan. Edisi Revisi Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Warsono, M. M. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid Satu, Edisi Tiga, Cetakan Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Weston, J. Fred & Thomas E Capeland. 1999. Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Jaka Wasana, Erlangga Jakarta.
lampiran 1
PT. EKSPORMIM JAYA LAKSANA Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2008 BEBAN PAJAK KINI
Perhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2008 terinci sebagai berikut : Laba (Rugi) komersial sebelum pajak Koreksi Fiskal Negatif : Pendapatan jasa giro bank Koreksi Fiskal Positif : Biaya sumbangan Biaya pengobatan Biaya Penjualan Lainnya Biaya pajak Biaya umum Lainnnya By pajak jasa giro Jumlah Laba Kena Pajak Dibulatkan Perhitungan : 10 % X 50,000,000 15 % X 50,000,000 30 % X 1,281,769,000 Jumlah pajak terhutang
Rp
1,352,521,378
Rp Rp
(36,092,994) (36,092,994)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,311,150 55,812,814 7,217,522 65,341,486
Rp Rp
1,381,769,870 1,381,769,000
Rp Rp Rp Rp
5,000,000 7,500,000 384,530,700 397,030,700
PT SKYLINE JAYA Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2009 BEBAN PAJAK KINI
Perhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2009 terinci sebagai berikut: Laba (Rugi) komersial sebelum pajak Koreksi Fiskal Negatif: Pendapatan jasa giro bank Koreksi Fiskal Positif: Biaya pengobatan Biaya pajak Biaya pajak jasa giro Biaya listrik Biaya umum lainnya Jumlah Laba Kena Pajak Dibulatkan Perhitungan: 28% x Rp. 1.359.321.000 Jumlah Pajak terhutang
Rp 1,060,025,046.49 Rp Rp
(19,722,079.05) (19,722,079.05)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2,052,350.00 269,156,131.00 3,681,046.41 31,354,685.00 12,773,887.00 319,018,099.41
Rp 1,359,321,066.85 Rp 1,359,321,000.00 Rp 380,609,880.00 Rp 380,609,880.00
lampiran 2
PT SKYLINE JAYA Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2010 BEBAN PAJAK KINI Perhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2010 terinci sebagai berikut : Laba (Rugi) komersial sebelum pajak Koreksi Fiskal Negatif: Pendapatan jasa giro bank Koreksi Fiskal Positif: Biaya pengobatan Biaya Sumbangan Biaya pajak jasa giro Biaya Jamuan Tamu Biaya umum lainnya Jumlah Laba Kena Pajak Dibulatkan Perhitungan: 25% x Rp. 1.888.897.000 Jumlah Pajak terhutang
Rp 1,854,353,446 Rp Rp
(6,804,659) (6,804,659)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3,202,627 12,694,700 1,151,676 9,110,477 15,189,210 41,348,690
Rp 1,888,897,477 Rp 1,888,897,000 Rp Rp
472,224,250 472,224,250
PT SKYLINE JAYA Rekonsiliasi Fiskal Laporan Laba Rugi Tahun 2011 BEBAN PAJAK KINI Perhitungan pajak penghasilan badan untuk tahun fiskal 2011 terinci sebagai berikut : Laba (Rugi) komersial sebelum pajak Koreksi Fiskal Negatif: Pendapatan jasa giro bank Koreksi Fiskal Positif: Biaya pengobatan Biaya Sumbangan Biaya pajak jasa giro Biaya Jamuan Tamu Biaya umum lainnya Jumlah Laba Kena Pajak Dibulatkan Perhitungan: 25% x Rp. 1.429.006.000 Jumlah Pajak terhutang
Rp 1,397,732,001 Rp Rp
(24,427,212) (24,427,212)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,762,765 12,742,480 1,342,656 14,675,048 16,179,005 55,701,954
Rp 1,429,006,743 Rp 1,429,006,000 Rp Rp
357,251,500 357,251,500