ANALISIS PROSES PRODUKSI PROGRAM “JALAN – JALAN ASYIK” DI METROTV DALAM TEMPAT WISATA DI INDONESIA (PERIODE APRIL – MEI 2012) EDDY SUTANTO UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA BARAT 08561920207
[email protected] DRS. RADEN DAMIANUS COSMAS BAMBANG MULYONO, Dipl. Broad. Jour (D 3145)
ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN adalah untuk mengetahui bagaimana proses produksi program “Jalan – Jalan Asyik” serta mengetahui kekuatan dan kelemahan dari program acara ini. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui bagaimana program “Jalan – Jalan Asyik” ini menentukan lokasi yang dapat membantu promosi sebuah tempat wisata. METODE PENELITIAN yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penulis melakukan wawancara dengan 3 narasumber, yakni : Executive Producer, Producer dan Scriptwriter. Penulis juga melakukan observasi langsung dengan melakukan kerja praktek di MetroTV pada program “Jalan – Jalan Asyik”. HASIL YANG DICAPAI adalah mengetahui proses produksi program televisi yang dimulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Serta mengetahui kekuatan serta kelemahan dari program “Jalan – Jalan Asyik”. SIMPULAN, proses produksi program “Jalan – Jalan Asyik” ini sesuai dengan teori yang digunakan dimana dimulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi. Kata Kunci : Strategi, Produksi, Program, Jalan – Jalan Asyik, Wisata.
ABSTRACT Research purposes is to figure out how to program process production of “Jalan – Jalan Asyik” road and knowing the strength and the weakness of the program this event. This research also aims to figure out how to program “Jalan – Jalan Asyik” this determining the location of that help to the promotion of a tourist attractions. A method of research used in this research is a method of research qualitative. A writer of conduct an interview with 3 speakers, people--the executive producer, producer and scriptwriter. Writer also the doing of direct observation by doing work practices in metro tv on program “Jalan – Jalan Asyik” The results are well aware of the process the production of television program that started from preprosperous production, the production and after the production. And knowing the strength and the weakness of the “Jalan – Jalan Asyik”. Drawing conclusions, the production process program”Jalan – Jalan Asyik” this is in accordance with the theory that is used where it begins production, from pra production, the production and after the production.
Keywords : Process, Production, Program “Jalan – Jalan Asyik”, tourism.
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi tempat wisata yang sangat beragam dan menarik, namun tidak semua tempat wisata tersebut terekspos dengan baik. kurangnya promosi yang dilakukan menjadi latar belakang kurang dikenalnya tempat wisata di Indonesia. Media televisi sekarang ini telah menjadi media massa nomor satu yang dipilih oleh banyak masyarakat. Media televisi juga dapat berfungsi sebagai to sell goods for us seperti yang dikatakan oleh wilburn schramm, yang mana artinya media televisi dapat menjadi media promosi. Dengan keunggulan audiovisual, media televisi dapat menarik khalayak dengan cepat dan banyak. Karena itu media televisi dianggap sebagai media yang paling efektif dalam membantu promosi wisata. Sekarang ini, banyak dari program – program acara di media televisi yang berisikan tentang perjalan atau traveling ke tempat wisata – wisata yang ada di Indonesia. MetroTV membuat atau menyajikan program “Jalan – Jalan Asyik”. Program “Jalan – Jalan Asyik” ini merupakan sebuah program jalan – jalan atau traveling yang menyajikan berbagai informasi – informasi mengenai suatu tempat wisata. Program ini juga menfokuskan pada wisata yang ada di Indonesia sebagai bentuk ingin memperkenalkan wisata yang ada di Indonesia kepada masyarakat. Program ini juga tidak hanya pergi ke lokasi wisata, namun juga ke tempat – tempat yang unik dan dapat memberikan inspirasi kepada penontonnya.
1.2 Rumusan masalah Penulis menjadi tertarik untuk mengetahui beberapa hal mengenai program acara “jalan-jalan asik” di MetroTV. Penelitian akan dilakukan secara internal khusus membahas pada bagian produksi, yakni: • Apa sebenarnya program “jalan-jalan asik” itu • Bagaimana proses produksi yang digunakan dalam acara ini, mulai dari pra-produksi, produksi sampai ke pasca produksi • Bagaimana dalam menentukan lokasi yang akan diliput
1.3 Tujuan penelitian Tujuan dari penulis mengadakan penelitian adalah : • Untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan dalam memproduksi program acara “jalan – jalan asyik”. • Untuk mengetahui bagaimana acara ini juga dapat membantu mempromosikan suatu tempat wisata yang dikunjungi. • Untuk mengetahui bagaimana strategi program acara ini dalam menentukan lokasi atau tempat wisata.
1.5
Metodologi penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kualitatif. Metodologi kualitatif adalah sebuah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam metode ini. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata - kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang - orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5). Digunakannya metodologi kualitatif dikarenakan pembahasan peneliti yang tidak luas atau secara internal, yakni mengenai bagaimana suatu produksi program suatu acara. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data, jadi ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif. Penelitian deskriptif banyak membantu terutama dalam penelitian yang bersifat longitudinal, genetik dan klinis. Penelitian survai biasanya termasuk dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat dari populasi. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan atas pernyataan atau statement yang berasal dari informan. Dalam pengumpulan data, peneliti akan menggunakan dua metode, yaitu: 1. Metode wawancara mendalam
2.
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangn untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Metode observasi Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Observasi yang dipakai ialah observasi partisipasi yang merupakan pengumpulan data melalui observasi terhadap obyek pengamatan dengan langsung, merasakan serta berada dalam aktivitas atau kegiatan dari obyek yang diamati tersebut.
Jenis data yang didapat dalam penelitian ini adalah: Data Primer Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini harus dicari melalui narasumber atau orang yang kita jadikan sebagai objek penelitian ataupun objek yang mana sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. (Sarwono, 2006 : 129-131). Data primer diperoleh melalui 2 cara yakni : • Metode Observasi (pengamatan) Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan secara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala – gejala yang diselidiki. Di dalam penelitian ini saya menggunakan metode observasi partisipan, dikarenakan saya terjun / terlibat secara langsung atau mengikuti kegiatan produksi dari “jalan – jalan asyik”. Observasi partisipan (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Bungin 2007:115). Apabila observasi partisipan tetapi jika unsur partisipan sama sekali ada pada observes dalam kegiatannya makan disebut observasi non partisipan. • Metode Wawancara Wawancara adalah proses tanya – jawab dalam penelitian yang langsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi – informasi atau keterangan – keterangan. Dewasa ini teknik wawancara banyak digunakan sebab merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survai. Informasi akan diperoleh dengan bertanya langsung kepada responden. Tujuan dari sebuah wawancara ialah untik mengumpulkan informasi dan bukannya untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden. Dari beberapa jenis wawancara yang ada, jenis wawancara yang dipilih oleh peneliti adalah wawancara bebas terpimpin dan wawancara perorangan. Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokok – pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang. Pedoman wawancara ini berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan arah. Wawancara perorangan merupakan apabila proses tanya – jawab tatap muka itu berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. Cara ini akan mendapatkan data yang lebih intensif. Data Sekunder Data sekunder berupa data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini biasanya dapat berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip dan berhubungan demgam permasalahan yang digunakan untuk melengkapi data – data yang sudah ada. Untuk metode wawancara, penulis menggunakan alat bantu berupa perekam suara (tape recorder). Selain itu data sekunder yang digunakan oleh peneliti adalah, data – data di tempat penelitian yang didapat dari MetroTV saat penulis melakukan observasi langsung. Memilih dan Memanfaatkan Informan Informan adalah orang dalam pada latar penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. (Moleong 2009:132). Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat terutaman bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnografi (Lincoln dan Guba (1985:258)). Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjaring, jadi sebagai sampling internal, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari
subjek lainnya (Bogdan dan Biklen, 1981:65). Dalam penelitian ini, penulis memilih informan berdasarkan jabatan dan berperan penting dalam program “Jalan – Jalan Asyik”. Jumlah informan yang diambil peneliti adalah 3 orang yang berkaitan langsung dengan program, yaitu : 1. Executive Producer 2. Producer 3. Scriptwriter
Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensisntesikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen, 1982). Menurut Moleong, proses analisis data melalui tahap berikut : (Moleong, 2009:247). • Menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan dan dokumen • Reduksi data dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan – pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. • Menyusunnya dalam satuan – satuan yang kemudian dikategorisasikan • Mengadakan pemeriksaan keabsahan data •
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik yang digunakan penulis dalam pemeriksaan keabsahan data adalah trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau ssebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2009 :330). Denzin (1978) membedakan 4 macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. •
Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton 1987:331). Hal itu bisa dicapai dengan jalan : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang - orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
•
Trianggulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat 2 strategi : 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Trianggulasi penyidik dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Trianggulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan menurut Patton (1987:327) berpendapat bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelas banding (rival exlplanation).
• •
Jadi trianggulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan – perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan trianggulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan :
1. 2. 3.
Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan Mengeceknya dengan berbagai sumber data Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan
Hasil dan Bahasan Analisis Proses Pra Produksi Program “Jalan – Jalan Asyik” Proses pra produksi merupakan tahap awal proses produksi. Tahap pra produksi sangat penting dan akan menentukan lancar atau tidaknya proses produksi nanti. Tahap pra produksi ini meliputi 3 bagian, yakni : tahap penemuan ide, perancanaan dan persiapan.
Penemuan Ide Program “Jalan – Jalan Asyik” merupakan sebuah program baru ada pada akhir tahun 2011 kemarin. Banyaknya program traveling atau sejenisnya di beberapa TV nasional mebuat MetroTV juga ingin menyuguhkan sebuah tayangan traveling tanpa melupakan unsur budaya dan warisan yang ada di Indonesia. Program ini dibuat bertujuan untuk kembali membuat anak muda di Indonesia, yang sudah kurang aware terhadap kebudayaan dan warisan Indonesia, yang sudah seharusnya kita jaga. “Program JJA itu sebuah program yang e.. mengajak masyarakat masyarakat untuk lebih mengetahui lebih mengetahui tempat – tempat wisata, tempat – tempat bersejarah, tempat – tempat unik, kuliner dan sebagainya. Sehingga e.. masyarakat Indonesia itu bisa tau bahwa di Indonesia itu ada tempat yang kaya gini lho. Di Indonesia itu ternyata sejarahnya sebenarnya ada seperti ini lho. Di Indonesia itu juga ternyata sebenarnya kulinernya banyak lho.” (P)
Munculnya program ini juga tidak lepas dari kurangnya promosi tempat wisata yang ada di Indonesia. Sekarang ini, banyak masyarakat Indonesia yang hanya mengenal beberapa tempat wisata yang sudah lama terkenal, semisal Bali, Yogyakarta ataupun Lombok. Padahal Indonesia kaya akan keindahan alam dan keragaman budaya. Hal ini diamini oleh Executive Producer (EP) dan Scriptwriter (SW) dari program “Jalan – Jalan Asyik”. “Menurut saya sih promosi wisata indonesia masih butuh ditingkatkan lagi gitu. Kenapa? Saya pikir daerah kita tuh indah sekali, banyak objek wisata ya. Beberapa tempat yang sudah saya datangi baik di pulau jawa, Kalimantan atau di Sulawesi segala macem itu luar biasa bagus sekali hanya saja belum cukup tergarap dengan bagus. Tergarap secara fasilitas maupun secara promosi…” (EP). Pemilihan judul “Jalan – Jalan Asyik” ini bermula karena tadinya program ini tidaklah harus berjalan – jalan ketempat wisata, namun bisa juga tempat yang bisa memberikan inspiratif. Kata “Asyik” pada judul program ini ingin dimaknai secara mendalam. Seperti yang dikatakan oleh Executive Producer program ini : “Konten yang diinginkan sebenarnya adalah kalimat asyik di judul program jalan – jlan asyik itu ingin kita maknai sebagai program dimana jalan – jalan itu tidak melulu pada objek - objek yang sudah biasa diliput gitu…” (EP). Jadi berdasarkan kutipan tersebut, penulis mendefinisikan program “Jalan – Jalan Asyik” merupakan sebuah program jalan – jalan yang akan mengajak penonton untuk merasakan bagaimana “asyik” – nya sebuah tempat atau objek wisata. Program ini juga secara tidak langsung turut membantu mempromosikan tempat – tempat wisata yang ada di Indonesia secara luas melalui media televisi.
Perencanaan Untuk tahap perencanaan ini, tim produksi biasanya melakukan persiapan seminggu sebelum shooting program ini dilangsungkan. Dalam proses perencanaan ini tim produksi dari “Jalan – Jalan Asyik” akan melakukan beberapa hal, yakni : • Penentuan lokasi Terdapat dua cara dalam penentuan sebuah lokasi untuk dijadikan lokasi shooting ini, yaitu :
1. Ide atau informasi dari produser 2. Ada sponsor atau vendor yang menawarkan Hal tersebut diungkapkan oleh EP dan P yang telah diwawancari oleh penulis. Berikut kutipan dari wawancara tersebut : “Yang pertama ada dua kriteria venue atau kriteria lokasi yang kita pilih. Pertama adalah berdasarkan dari si produser memberikan ide atau gagasan…… Yang kedua biasanya dari klien. Kan jalan – jalan asyik iyu ada sponsor juga yaa” (EP). Hal yang serupa diungkapkan oleh Produser “….berdasarkan informasi atau berdasarkan undangan – undangan dari beberapa vendor, tapi biasanya sih berdasarkan informasi saja gitu…” (P). Namun terkadang, ide lokasi ini bisa datang dari tim produksi lain ataupun dari rekan – rekan yang ada. Setiap anggota tim dapat memberi masukan mengenai tujuan lokasi. “Tim itu ada dari production assistant, kreatif. Dari mereka tuh kasih masukan itu. Jadi saat merencanakan program yang dimulai adalah tempat mana atau tema mana yang paling baik bisa diangkat itu. Jadi bisa.”(EP). Selama penulis melakukan kerja praktek, dalam menentukan lokasi, tim produksi lebih banyak menentukan sendiri. Ini dikarenakan belum banyaknya sponsor atau vendor yang menawarkan tempatnya untuk diliput. Sponsor yang didapat lebih condong untuk mempromosikan sebuah produk daripada lokasi. Walaupun ada, sponsor atau vendor yang menawarkan semuanya dari luar negeri. Setelah menentukan lokasi, hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari informasi dan menghubungi narasumber. Selama melakukan kerja praktek sebagai production assistant, penulis membantu mencari informasi mengenai lokasi. Informasi mengenai lokasi harus digali secara mendalam, entah itu dari segi sejarah atau cerita yang ada dari penduduk sekitar. Informasi mengenai tempat – tempat yang menarik dan juga hal – hal yang dapat dilakukan juga turut digali. Tidak lupa, penulis juga harus mencari kuliner yang khas dari daerah tersebut. Informasi – informasi tersebut diperoleh melalui pencarian internet dan juga berdasarkan infromasi dari rekan – rekan MetroTV yang mengetahui lokasi tersebut. Informasi yang didapat haruslah sebanyak mungkin dan juga seakurat mungkin, kemudian informasi tersebut dituliskan untuk menjadi ide dasar atau pedoman pada saat melakukan shooting. Ini dilakukan karena tidak adanya skrip awal. Setelah informasi – informasi tersebut lengkap, langkah selanjutnya adalah pemilihan host. Selama ini, program “Jalan – Jalan Asyik” telah dipandu oleh beberapa host. Hal ini dikarenakan belum adanya host tetap untuk program ini. Terdapat perbedaan pendapat antara EP dengan P. Pada dasarnya EP menginginkan host tetap akan tetapi, EP melihat peran host tidak terlalu vital untuk program “Jalan – Jalan Asyik” ini. “..pada akhirnya, belakangan ini melihat peran host itu sebenarnya tidak juga terlalu vital gitu” (EP)
EP lebih menginginkan komik dari “Stand Up Comedy” untuk menjadi host program “Jalan – Jalan Asyik”. Ini dikarenakan EP melihat dari rating program “Stand Up Comedy” sedang naik. EP ingin mengkolaborasikan antara konsep program “Jalan – Jalan Asyik” dengan “Stand Up Comedy”. “…komik ini cukup terkenal. Saat ini cukup terkenal, nah oleh karena itu kita kombinasikan konsepnya dari komik – komiknya yang cukup terkenal.” (EP).
Dengan konsep tersebut, EP seolah kembali menegaskan bahwa ia menginginkan konsep dari “Asyik” pada program “Jalan – Jalan Asyik” ini tetap ada. EP ingin tiap komik dari “Stand Up Comedy” tersebut secara bergantian merasakan “Asyik” –nya berjalan – jalan dalam program “Jalan – Jalan Asyik” tersebut dan juga ini menjadi perbedaan dengan program jalan – jalan yang lain. “Nah kalau, soalnya kalau pasang host tetap, terus ikut jalan – jalan, dia merasakan sendiri, uh nikmat segala macem, belum tentu kita ajak orang lain, orang lain menikmati hal yang sama. Kita pengennya berganti – ganti. Itu sebenarnya adalah dijadikan sebuah konsep. Jadi orang liatnya objek wisatanya atau tempatnya atau perasaan yang diajak itu supaya tertarik untuk melihat keasyikkan jalan tuh. Jadi itu perbedaannya” (EP). Berbeda dengan EP, produser lebih menginginkan host tetap. Namun sang produser mempunyai beberapa kriteria tersendiri tentang host yang diinginkannya. Sesuai dengan konsep program ini yang lebih santai dan fun, host yang diingnkan oleh produser haruslah aktif dan mempunyai spontanitas. “Kriteria host untuk program ini tuh e.. bisa ngocol, smart dan pinter tapi dia juga punya nyali. Mau takut apapun tpi dia punya nyali dan punya keiinginan mencoba sesuatu yang baru menurut dia” (P). Penulis melihat tidak adanya host tetap ini sedikit menyulitkan walaupun memang membuat perbedaan dengan program – program lain yang serupa. Ini dikarenakan setiap pada saat proses perencanaan, produser harus terus mencari host yang berbeda. Dan juga, cara pembawaan host yang berbeda – beda mempunyai potensi mengurangi kualitas dari program tersebut.
Persiapan Pada tahap terakhir dari pra produksi ini, tim produksi menyelesaikan perijinan dan melakukan kontak dengan narasumber. Penulis yang melakukan kerja praktek sebagai production assistant, akan menghubungi narasumber untuk mengurusi perijinan. Penulis harus memastikan bahwa perijinan untuk shooting di lokasi telah didapat. Perijinan ini diperlukan karena agar pihak dari lokasi dapat melakukan persiapan di lokasi. Kemudian penulis yang menjabat sebagai production assistant sewaktu melakukan kerja praktek, juga harus melakukan persiapan dengan melakukan pembookingan kamera dan transportasi. Transportasi diperlukan karena shooting program “Jalan – Jalan Asyik” dilakukan diluar studio. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Persiapan ini biasanya dilakukan selama 7 hari sebelum shooting.
Analisis Proses Produksi Program “Jalan – Jalan Asyik” Setelah tahap pra produksi selesai dipersiapkan secara baik, barulah tahap produksi dimulai. Produser akan bekerja sama dengan tim produksi dalam mengeksekusi produksi. Proses produksi program “Jalan – Jalan Asyik” akan dilakukan secara outdoor atau tidak dalam studio. Lamanya proses produksi tidak menentu. Semua tergantung lokasi atau daerah mana yang akan dijadikan tempat shooting. Selama kerja praktek, biasanya proses shooting di sekitar Jakarta akan memakan waktu satu hari, dan apabila keluar kota seperti bandung, biasanya dapat memakan waktu tiga sampai empat hari. Namun, dalam program “Jalan – Jalan Asyik” ini tidak ada skrip awal. Ini dikarenakan produser akan bertindak sebagai kreatif sekaligus. Jadi sebelum proses produksi ini berjalan, produser sudah harus tahu apa yang akan dieksekusi. Informasi yang tadi telah didapat oleh production assistant akan menjadi pedoman proses produksi. Produser mempunyai alasan kenapa ia tidak menggunakan skrip awal ; “Kenapa ga pake skrip karena, memakai skrip itu membatasi kreatifitas dari program ini. Orang pake skrip, sekarang belum tentu kreatifitas yang didapat belum tentu sesuai” (P).
Narasumber pertama, EP, berpendapat bahwa, tidak adanya skrip ini dikarenakan bahwa dalam proses produksi itu nantinya akan banyak hal – hal yang tidak menentu. “produser sudah mengkonsepkan jalan ke Bandung misalnya, lokasinya ini kita ambil apanya, tapi pada saat dilokasi itu ternyata ada hal yang lebih menarik. Itu tidak menutup kemungkinan untuk bisa berubah itu.”(EP). EP menganggap skrip tersebut hanyalah sebagai guide atau pedoman. Karena EP menganggap host adalah orang yang diajak jalan – jalan. Apabila sang host atau orang yang diajak jalan – jalan tersebut dikasih skrip, nanti host tersebut akan bingung. EP menginginkan host dapat merasakan dan mengeluarkan pendapatnya sendiri setelah melakukan perjalanan. “Dikasih skrip dia akan bingung, dia kan belum merasakan jalan – jalannya. Bagaimana Setiawan merasakan? Ayo Setiawan kita kesana, terus dia merasakan terus pendapatnya seperti apa, itu tanpa skrip kan?” (EP). Sedangkan pendapat dari narasumber ketiga, SW menilai dengan tidak adanya skrip ini lebih menghidupkan acara. Host disebutnya dapat lebih interaktif dengan tidak adanya skrip ini. “alasan gada skrip karena untuk menghidupkan lebih menghidupkan acara gitu…….. lebih menghidupkan aja sih, biar inter interaktif lah gitu istilahnya” (SW). Selama melakukan observasi dengan melakukan kerja praktek, penulis melihat tidak adanya skrip ini menjadi hal yang positif. Karena acara tersebut dapat menjadi lebih kreatif atau hidup. Tidak adanya skrip awal bisa digantikan oleh naskah guide yang berisikan informasi – informasi yang telah dicari pada saat tahap pra produksi. Produser yang mempimpin proses produksi akan menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan. Produser akan bekerja sama dengan host, production assistant, kameraman dan makeup artist. Untuk mendapatkan konten yang sesuai dengan konsep dari program “Jalan – Jalan Asyik” itu produser akan menambahkan pengembangan dari informasi yang telah didapat. “Biasanya berjalan dengan seiring waktu, jadi kita uda punya garis dasar bahwa, e.. pada saat saya ke lokasi saya akan mengambil A, tapi pengembangannya biasanya baru akan ada di lapangan”(P). Narasumber ketiga berpendapat dengan tidak adanya skrip ini, pembawa acara atau host dituntut untuk lebih spontanitas dan lebin interaktif. “Pembawa acara, jadi pembawa acara itu dituntut untuk lebih spontanitas. Me… apa yah? Supaya lebih interaktif sama sekelilingnya, sekeliling yang ada, sekelilingnya si pembawa acara gitu namanya juga jalan – jalan asyik kan yaa kita balik lagi ke temanya jalan – jalan asyik yaa diusahakan harus seasyik mungkin” (SW). Selama mengikuti kegiatan shooting, produser akan menyuruh host untuk melakukan apa yang ia pikirkan, seperti menceritakan atau memberikan informasi mengenai lokasi, mencoba permainan atau hal yang menarik, mencoba kuliner setempat dan melakukan interaksi dengan masyarakat. Bahkan terkadang produser akan mengerjai host untuk diambil gambarnya. Pengalaman produser dalam memegang program kreatif menjadikan kegiatan shooting ini menjadi menarik. Selain itu juga, produser menginginkan lebih banyak gimmick dalam pengambilan gambar. Gimmick merupakan sesuatu atau adegan atau perkataan yang diluar konten. Gimmick berguna untuk menarik perhatian audiens. Pengambilan gimmick juga tergantung dari lokasi, seperti yang dikatakan oleh produser dalam wawancara ; “Gimmick yamg diinginkan itu tergantung lokasi. ..contoh kita bermain flying fox. Saat flying fox itu paling tinggi kita bisa saja saat itu ngerjain hostnya jadi, si flying fox itu tidak, tidak nyampe ke tempat ke point B. jadi bisa saja kita taruh berhenti di tengah – tengah. Nah, akhirnya si host punya ketakutan sendiri gitu, dan gimana caranya harus mencapai ke point B tersebut.” (P).
Selama proses produksi, penulis akan membuat catatan urutan pengambilan gambar yang nantinya akan diserahkan kepada scriptwriter untuk dijadikan naskah editing. Naskah editing ini nantinya akan berguna dalam proses editing. Pada akhir proses editing, produser akan mengecek apakah gambar yang diambil sudah cukup. Apabila terjadi kekurangan atau kekurangan dalam pengambilan gambar, produser dapat mengulangi pengambilan gambar dan mengambil stock shoot untuk sebagai pendukung.
Analisis Pasca Produksi Program “Jalan – Jalan Asyik” Proses awal pada tahap pasca produksi ini adalah dengan mengopy data rekaman gambar dari p2 – card kedalam hardisk yang dilakukan oleh penulis selama melakukan kerja praktek. Kemudian scriptwriter akan membuat script editing berdasarkan catatan yang telah diberikan oleh penulis. Teknik editing yang digunakan adalah dengan menggunakan editing digital. Editing digital adalah editing yang menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing. Proses editing ini akan menggunakan program final cut. Editing akan melalui dua tahap, yakni editing offline dan editing online. Editing offline dilakukan dengan menyusun gambar – gambar video hasil dari shooting. Editing offline juga bisa disebut sebagai editing kasar. Penulis yang melakukan kerja praktek sebagai production assistant akan menyertai produser dan editor dalam penyusunan gambar tersebut. Produser akan memilah gambar atau video yang akan ditayangkan. Produser harus memilih gambar yang menarik untuk nantinya ditayangkan. Pengemasan yang menarik tentu akan membuat rating program tersebut menjadi naik. Produser sendiri memiliki pemikiran sendiri mengenai gambar yang menarik ; “Dalam proses editing yang saya kira menarik penonton yaitu saat si host itu dikerjain atau saat si host cukup menderita itu yang, itu yang pasti akan di masukkan ke dalam program ini,” (P). Sedangkan menurut hasil wawancara dengan executive producer, ia berpendapat bahwa tolak ukur dari acara menarik adalah rating. Jadi ia menganggap hal tersebut adalah relatif. Ia juga menilai bahwa dengan gimmick – gimmick bisa membuat acara tersebut lebih menarik, seperti dikutip dari hasil wawancara berikut ; “Menarik sebenarnya ini relative, kalau menariknya karena ukurannya kalau di TV menarik itu ada rating sebenarnya, ada rating. Tapi kita buat semenarik mungkin, menarkinya bisa dibumbui dengan gimmick – gimmick tuh misalnya hal – hal kreatif yang e.. dilapangan on the spotlah.” (EP). Setelah tahap editing offline atau kasar tersebut selesai disusun dan disambung menjadi satu, akan dimulai proses editing online. Tahap editing online merupakan tahap penyempurnaan, dimana editor akan melakukan mixing dengan sound effect. Keseimbangan antara sound effect dengan suara host ataupun narasumber sangat penting agar suara tersebut tidak saling mengganggu. Penambahan akan juga ditambahkan dengan logo ataupun dengan VT. Setelah semua selesai, hasil dari editing akan direkam kedalam kaset yang nantinya akan diberikan kepada QC (Quality Control). Pada QC, hasil dari editing tersebut akan dipreview apakah program “Jalan – Jalan Asyik” tersebut siap tayang atau tidak. Sesuai denga standar operasional dari MetroTV Apabila tidak ada masalah maka program “Jalan – Jalan Asyik” akan tayang pada hari Minggu pukul 7 pagi. Analisis SWOT Ditengah ketatnya persaingan program televisi, tentunya akan membuat masyarakat cepat bosan apabila program acara tersebut sama dengan yang lain. Tentunya ini akan memicu tim produksi untuk bersikap lebih kreatif dan atraktif agar suatu program acara tersebut tidak membosankan. Dalam setiap produksi program televisi, tentunya banyak pengaruh dari dalam maupun dari luar yang bisa mendukung ataupun tidak mendukung. Maka dari itu penulis menggunakan analisis SWOT yang terdiri dari Strengths (kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (ancaman) untuk menganalisi strategi produksi program “Jalan – Jalan Asyik”. Kekuatan utama dari program ini adalah dengan konsep “Asyik”, menjadikan program ini memiliki perbedaan dengan program – program yang lain. Dimana dengan konsep tersebut dan didukung oleh
produser yang kreatif, akan membuat penonton mengetahui bagaimana suatu tempat atau objek wisata tersebut menarik untuk dikunjungi. Berbeda dengan program lain yang mana lebih formal. Lokasi yang dijadikan tujuan juga tidaklah tempat – tempat yang sudah biasa atau diketahui oleh banyak masyarakat. Ini menjadi kekuatan dimana nantinya informasi – informasi mengenai tempat atau objek wisata yang baru akan terekspos dan secara tidak langsung membantu promosi tempat tersebut. Serta lokasi yang tidak biasapun dapat dikunjungi oleh tim dari “Jalan – Jalan Asyik”. Hal ini menjadi ciri khas yang belum dimiliki oleh program lain. “Asyik itu bisa macam – macam. Jadi pemirsa itu melihat asyik juga yaa jalan – jalan kesitu yaa, artinya hal – hal atau tempat – tempat yang tidak terpikirkan sama sekali oleh penonton. Saya ambil contoh juga, e.. apa, udah pernah, oh yaa maen e.. ini, ee gantole misalnya, maen gantole artinya itu bukan objek atau bukan tempat tapi si penonton diajak oleh host untuk merasakan kenikmatan bermain gantole” (EP). Tidak adanya skrip awal tidak membuat hal tersebut menjadi sebuah kekurangan. Hal tersebut dapat menjadi nilai plus karena program tersebut tidak akan kaku dan bersifat non formal. Serta dapat membuat program ini menjadi lebih alami karena dibuat secara spontanitas sehingga akan banyaknya gimmick yang akan menarik perhatian penonton. “Ya! Kreatifitas sangat diandalkan dalam proses eh dalam program ini. Karena e.. namanya suatu program akan cukup menarik apabila banyak gimmick.” (P). Selain kekuatan, program “Jalan – Jalan Asyik” juga memiliki kelemahan. Dimana program ini tidak memiliki host yang tetap. Produser menilai selama ini belum ada host yang sesuai dengan program “Jalan – Jalan Asyik” ini. Tiap host atau pembawa acara memiliki gaya yang berbeda yang akan berpengaruh kepada konten program. “Kelemahannya itu dari sisi host yang masi belum dapet, belum dapet jiwa atau soulnya.” (P). Selain dari host, kelemahan dari program ini adalah jam tayang yang kurang ideal. Dimana jam tayang dari program “Jalan – Jalan Asyik” adalah setiap hari minggu pada pukul 7 pagi. Hari minggu merupakan hari libur dimana masyarakat banyak yang pergi berlibur dan beristirahat. “Jam tayang mungkin lebih dari e,, dibikin lebih siang. Jadi, dibikin pas jadi pentonton tida, tidak ketinggalan saat acara ini dimulai” (P). Opportunities atau peluang dari program “Jalan – Jalan Asyik” adalah akan adanya pihak vendor yang akan menawarkan diri untuk meliput suatu objek wisata ataupun lokasi menarik lainnya sebagai bentuk promosi. Televisi sebagai media yang sekarang menjadi pilihan nomor satu bagi masyarakat, merupakan sebuah media yang sangat efektif dalam melakukan promosi. Sedangkan untuk ancaman dari program ini adalah banyaknya program – program lain yang serupa. Dengan adanya program – program lain tersebut maka beberapa lokasi pasti sudah pernah diliput. Kemudian apabila informasi yang didapat mengenai lokasi tersebut kurang. “Hanya saja, lokasi – lokasi asyik laiinya yang membutuhkan riset. Makanya itu kelemahannya kalau kita tidak riset. Kita tidak riset, kita tidak punya link untuk tempat – tempat yang cukup bagus itu bisa jadi kita sama dengan jalan – jalan yang ada di TV – TV lain itu kelemahannya.” (EP).
Scriptwriter dari “Jalan – Jalan Asyik” berpendapat sama dengan EP menyoal ancaman untuk program ini. “Kelemahannya adalah ketika e.. kita mengunjungi satu tempat tapi tempat itu yang udah udah pernah digali sama TV lain misalnya. Nah itu disituh juga kita juga jadi PR buat kita gimana biar kita tuh produksi acara yang beda dari TV lain.”(SW)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, simpulan yang didapat adalah : • “Jalan – Jalan Asyik” merupakan sebuah program traveling atau jalan – jalan. Program ini akan mengupas berbagai informasi – informasi mengenai tempat – tempat yang menarik serta unik. • Tidak hanya memberikan sekadar informasi – informasi, program “Jalan – Jalan Asyik” ini juga turut membantu promosi wisata yang ada di Indonesia. • Program ini tidak melulu meliput mengenai tempat – tempat wisata, namun tempat – tempat yang unik dan variatif serta inspiratif dapat ditayangkan dalam program ini. • Dalam produksinya, program “Jalan – Jalan Asyik” telah mengikuti ketentuan proses produksi yang ada di setiap stasiun televisi, yakni yang mana dimulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi • Pada proses pra produksi program “Jalan – Jalan Asyik”, tim produksi melakukan tahap proses pra produksi yang mana dimulai dengan melakukan riset terhadap lokasi yang akan diliput dan mencari informasi – informasi mengenai lokasi tersebut. Setelah itu, tim akan mengatur jadwal shooting dan mempersiapkan segala keperluan shooting, seperti kamera, mencari host dan mempersiapkan transportasi. Tahapan pra produksi ini merupakan tahapan yang vital yang akan berpengaruh ke proses atau tahap berikutnya. • Pada tahapan produksi, konsep “Asyik” akan diterapkan karena sesuai dengan judul program “Jalan – Jalan Asyik”. Dengan konsep “Asyik” produser yang juga bertindak sebagai kreatif, menuntut host atau pembawa acara untuk spontanitas dan lebih interaktif dengan masyarakat sekitar. • Pada tahapan pasca produksi, pengemasan yang diinginkan adalah banyaknya gimmick – gimmick yang dilakukan oleh host.
Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, penulis akan memberikan beberapa masukan, diantaranya : • Mencari informasi wisata atau tempat yang menarik sebanyak – banyaknya dan juga yang belum pernah diekspos oleh program TV lain. • Memperkaya kreatif ataupun interaksi yang terjadi dalam program ini. • Mencari host atau pembawa acara yang tetap yang sesuai dengan kriteria dan konsep program “Jalan – Jalan Asyik” • Merubah jam tayang yang terlalu pagi
Referensi Bungin, H.M.B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Cangara, Hafied. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers. Changara,H. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta :Kencana Prenada Media Group. Effendi, O.U. (2003). Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Elvinaro, Ardianto. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi,. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Moleong, Lexy. J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta : Kencana. Mulyana, D. (2006). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Narbuko, Cholid & Drs. H. Abu Achmadi. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Askara. Nurudin. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi Massa. Jakarta : Rajawali Pers. Rahmawati, I & Dodoy Rusnadi. (2011). Berkarier di Dunia Broadcast. Jakarta : Laskar Askara. Soenarto, RM. (2007). Program Televisi : Dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran. Jakarta : FFTV – IKJ PRESS. Wibowo, Fred. (2007). Teknik Produksi Program Televisi. Jakarta : Pinus Book Publisher. Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Grasindo, Internet Website MetroTV. www.MetroTVnews.com Eddy Sutanto, Lahir di Jakarta pada 20 febuary 1990. Penulis menyelesaikan studi S1 di Binus University dalam bidang marketing komunikasi pada tahun 2012.