ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh Qurnia Nirmala Sari NIM: 106051001863
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1432H
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh: Qurnia Nirmala Sari NIM: 106051001863
Pembimbing
Drs. H. Sunandar, M.A NIP. 19620626 199403 1 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1432H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Desember 2010
Qurnia Nirmala Sari
ABSTRAK
Qurnia Nirmala Sari Analisis Produksi Program Sinetron Islam KTP Televisi sebagai media yang mampu menyebarkan informasi melalui audio (suara) dan visual (gambar) sekaligus, memiliki nilai lebih dibandingkan media massa lainnya. Sebagai media yang memiliki fungsi pendidikan, televisi dapat dijadikan sebagai sarana dakwah yakni dengan menampilkan sajian yang berisi ajakan berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran. Dengan berbagai macam format, televisi mampu menampilkan berbagai sajian pendidikan, Salah satunya dengan format sinetron religi yang berisi ajaran keagamaan, seperti Islam KTP. Namun, bagaimanakah proses sampai akhirnya sebuah sinetron dapat ditonton khalayak melalui media televisi? Siapa saja orang yang terlibat dalam sebuah produksi sinetron tersebut? Dan darimanakah munculnya materi yang disampaikan melalui sinetron tersebut? Adakah kendala selama proses tersebut? Segala bentuk tontonan yang disaksikan melalui media televisi pada dasarnya melalui berbagai tahapan yang terlebih dahulu harus dilalui. Termasuk dalam bentuk sinetron, sebelum ditayangkan oleh pihak stasiun televisi, sinetron terlebih dahulu melalui proses produksi yang dimulai dengan tahap perencanaan, tahap produksi dan tahap pasca produksi atau editing. Sebagai sebuah sinetron yang diproduksi oleh rumah produksi Multivision Plus, Islam KTP ditangani oleh orang-orang professional dalam bidangnya serta materi yang terus dikembangkan untuk tetap menarik perhatian penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sebagai penelitian lapangan, penelitian ini menggunakan teknik berupa wawancara mendalam yang dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat langsung dengan penelitian yang dimaksud. Selain itu, penulis juga melakukan observasi secara langsung untuk mendapatkan data yang akurat seputar produksi sinetron Islam KTP ini, serta dokumentasi yang terkait. Dari Penelitian ini ditemukan bahwa sinetron kejar tayang yang disiarkan setiap hari melalui stasiun televisi SCTV ini, terlebih dahulu melewati proses yang merupakan hal yang pokok pada setiap program siaran televisi, yakni perencanaan, produksi dan pasca produksi. Pengembangan ide cerita mendapat perhatian khusus demi keberlangsungan tayangan program tersebut. Selain itu berbagai faktor penghambat juga sering kali ditemukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan beribu nikmat dan kemudahan dalam segala kehidupan. Yang dengan ke-Maha Rahiman-Nya, menuntun penulis bertemu dengan orangorang Shaleh dan memberikan petunjuk ke jalan yang benar melalui tangantangan mereka. Shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk baginda nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga serta para sahabat. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan skripsi berjudul “ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP” yang dalam bentuk maupun isinya penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Namun, dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis meyakini bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Maka, penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak. H. Abdul Harris W dan Ibu Dra. Hj. Salimah, terima kasih atas segala do’a, penerimaan, kesabaran, serta kasih sayang yang sangat sempurna untuk penulis. Semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT. 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM), bapak Dr. Arief Subhan, M.A, serta Pembantu Dekan Bidang Akademik, bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pembantu Dekan Bidang Admnistrasi Umum, ii
bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A, dan Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan, bapak Drs. Study Rizal LK, M.A. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Sekretaris Jurusan KPI Ibu Hj. Umi Musyarofah, M.A. 4. Bapak Drs. H. Sunandar, M.A, selaku dosen pembimbing, yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Dosen dan staf pengajar FIDKOM yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan kesabaran dalam mendidik selama penulis menjalani studi. 6. Bagian administrasi dan tata usaha yang telah banyak membantu memberi kemudahan dalam penyelesaian administrasi. Serta segenap pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FIDKOM, atas kemudahan penulis dalam mengakses buku-buku penunjang dalam penelitian ini. 7. Seluruh kerabat kerja produksi dan pemain sinetron Islam KTP, mas Andre, pak Arie, pak Sigit, mbak Putri, pak Bayu, mas Asep, dan lain-lain. Mas Warid dan bang Ipul terima kasih banyak untuk nasehat-nasehat berharga yang tak ternilai harganya, Baarakallahu fii ‘umrik, Aamien. 8. Adik-adikku, Nisriinaa Kaamiliaa Harris dan Syaddam Haidar Adzkar yang selalu menjadi penghibur serta membuat suasana rumah menjadi begitu menyenangkan, serta kakakku, Jaka Hadi Permana, terima kasih untuk pinjaman barangnya dan kesetiaanmu mengantarku kemanapun aku mau. iii
9. Putri Helmalena, si wanita tangguh, dan Bobi Rahman, yang selalu siap membantu setiap saat, terima kasih telah menjadi kawan terbaik dalam melalui panas, hujan, susah, senang. 10. Teman-teman KPI A, B, C, dan D angkatan 2006. Terima kasih telah menjadi motivator hebat, sehingga penulis dengan segera menyelesaikan tulisan ini. 11. Yusuf Abdul Latif, pelatih kesabaranku, terima kasih atas motivasi dan do’a-do’a terbaik. Lucky me, hope you’ll always turn your hand around me! 12. Semua pihak, yang tidak disebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis. 13. Serta Anda yang sedang membaca tulisan saya ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya kepada setiap pembacanya. Dan penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2010 Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................... 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................. 9 D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 10 E. Metodologi Penelitian .................................................................. 11 F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II
TINJAUAN TEORI A. Perencanaan Program Televisi 1.
Pra Produksi .......................................................................... 16
2.
Produksi ................................................................................ 21
3.
Pasca Produksi ...................................................................... 23
B. Pengertian Program ........................................................................ 25 C. Pengertian Sinetron ........................................................................ 29 BAB III
PT. MULTIVISION PLUS DAN SINETRON ISLAM KTP A. Sekilas tentang PT. Multivision Plus ........................................... 38 B. Sekilas tentang Islam KTP ........................................................... 41
v
BAB IV
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP A. Proses Perencanaan Produksi Sinetron Islam KTP 1.
Penemuan Ide ........................................................................ 48
2.
Materi Produksi ..................................................................... 49
3.
Kerabat Kerja Produksi ......................................................... 49
4.
Biaya Produksi ...................................................................... 56
5.
Lokasi Pengambilan Gambar ................................................ 57
B. Proses Produksi Sinetron Islam KTP 1.
Proses Pengambilan Gambar ............................................... 59
2.
Sarana dan Prasarana Produksi Sinetron Islam KTP ............ 61
D. Proses Pasca Produksi Sinetron Islam KTP ................................. 62 E.
Analisis Produksi Sinetron Islam KTP Episode 35 dan 150 1.
Episode 35
a. Proses Pra Produksi 1) Penemuan dan Pengembangan Gagasan ........................ 66 2) Materi Produksi .............................................................. 66 3) Persiapan ........................................................................ 68 b. Proses Produksi Episode 35 ................................................ 69 c. Proses Pasca Produksi Episode 35...................................... 73 2.
Episode 150
a.
Proses Pra Produksi 1) Penemuan dan Pengembangan Gagasan ........................ 75 2) Materi Produksi .............................................................. 76
b.
Proses Produksi Episode 150 ................................................ 77
vi
c.
Proses Pasca Produksi Episode 150 ...................................... 79
F. Faktor Penghambat dalam Proses Produksi Sinetron Islam KTP .. 80 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 87 B. Saran ............................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91 LAMPIRAN EPILOG
vii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Televisi sebagai media penyampai informasi yang mampu menyajikan
segala bentuk pesan melalui audio (suara) sekaligus visual (gambar) dianggap menjadi media yang efektif dalam menyampaikan berbagai pesan. Sebagai salah satu saluran penyampaian pesan yang bersifat massa, televisi mampu menyebarkan informasi secara luas, serempak, serta pada khalayak yang bersifat heterogen. Televisi dengan segala kelebihannya mampu menjaring khalayak dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat yang menyaksikannya. Sebagai salah satu media komunikasi yang bersifat massa, berkomunikasi menggunakan media massa ini memiliki kelebihan atau keuntungan sekaligus kekurangan. Keuntungan berkomunikasi dengan menggunakan media massa sebagai alat atau saluran, baik berbentuk media cetak maupun media elektronik, (seperti saluran stasiun televisi atau radio, dan surat kabar harian, majalah berita atau hiburan lainnya yakni melalui pemberitaan atau pesan-pesan dan informasi
1
2
yang disampaikan itu) dapat menimbulkan pengaruh “efek keserempakkan” dan “efek wah” yang luar biasa bagi masyarakat.1 Televisi menampilkan berbagai macam tayangan yang di dalamnya terdapat pengalaman-pengalaman yang sengaja dibuat oleh komunikator di balik siaran televisi yang mampu memberikan ide, masukan, dan pengetahuan terhadap khalayak
yang menyaksikannya.
Dengan
karakteristiknya
yang
mampu
membangkitkan perasaan intim (dekat) karena mampu menyentuh langsung rangsang penglihatan dan pendengaran manusia menjadikannya layaknya hal wajib yang tidak bisa ditinggalkan oleh penontonnya. Tidak dapat dipungkiri, tak sedikit aksi kejahatan yang diakui oleh pelakunya dilakukan karena pengaruh setelah menonton televisi. Seperti, aksi kenakalan anak dan remaja yang diakibatkan si anak menyaksikan tayangan kekerasan di televisi atau pemerkosaan akibat tayangan yang mengandung pornografi maupun pornoaksi. Maraknya media komunikasi baik cetak maupun elektronik telah melahirkan berbagai problema sosial, kekerasan, kriminalitas, perilaku seks bebas sering dihubung-hubungkan dengan media sebagai pemberi stimulus atas perubahan sikap dan perilaku tersebut. Dari hasil penelitiannya tentang Erotika Media Massa dan Peer Group Terhadap Sikap Seks di Kalangan Remaja Perkotaan, Burhan Bungin menyimpulkan bahwa media massa merupakan
1
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan Media Penyiaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 202
3
variabel utama yang mempengaruhi kehidupan seksual remaja terutama remaja di perkotaan.2 Namun, jika dilihat dampaknya, akan ditemukan sisi negatif dan positifnya sekaligus. Akan tetapi, bukan tidak mungkin televisi bisa dipercaya sebagai sumber referensi utama untuk mendapatkan hiburan serta pendidikan sekaligus jika ada orang yang mau dan mampu menggunakan media tersebut sebagai media dakwah. Setiap muslim diwajibkan untuk mengemban dakwah atau menyampaikan pesan-pesan ilahiyyah berupa ajaran-ajaran Islam kepada yang lain. Melaksanakan tugas dan kewajiban dakwah Islam pada dasarnya merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari perwujudan dan pembinaan keutuhan hidup seluruh umat beragama.3 Menurut Islam, komunikasi hendaknya dalam rangka mewujudkan keadilan, kejujuran, kesederhanaan, keberanian, kedamaian, etos kerja, amanah, kritis(prinsiptawâshau bilhaq dan tawâshau bi assabr), amar ma’ruf dan nahi mungkar; maka media masaIslam harus bisa mewujudkan transfer of knowledge untuk terciptanya level wisdom tertentudengan memanfaatkan berbagai media yang ada serta dibingkai oleh kerangka wisdom juga.4
2
Burhan Bungin, Porno Media Kontruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, (Bogor: Kencana, ,2003) Cet-1, h. 239-240. 3
Asymuni Syukur, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1998), cet.
1, h. 168
4
M. Tata Taufik, Konsep Islam Tentang Komunikasi; Kritik Terhadap Teori Komunikasi Barat, (Sekolah Pasca Sarjana (S3): Disertasi, 2007) h. 5
4
Sebagai
proses
komunikasi,
dakwah
dapat
menggunakan
media
komunikasi modern, seperti surat kabar, radio dan televisi, atau yang lebih dikenal dengan media massa. Menurut M. Bahri Ghazali, dakwah dengan menggunakan media komunikasi lebih efektif dan efisien, atau dengan bahasa lain dakwah yang demikian merupakan dakwah yang komunikatif.5 Program religi atau keagamaan melalui media televisi dapat disajikan melalui berbagai macam bentuk, ada yang disajikan dalam bentuk features, seperti Teropong Iman di Trans Tv, ada pula dalam bentuk dialog, seperti Mamah dan Aa di Indosiar, maupun dalam bentuk ceramah, seperti Indonesia Menghapal di TPI serta Damai Indonesiaku di Tv One. Selain itu, dakwah melalui program keagamaan di televisi, tidak sedikit juga disajikan dalam bentuk sinetron seperti Islam KTP yang ditayangkan stasiun tv SCTV yang merupakan hasil garapan dari rumah produksi Multivision Plus. Bukan sebuah kebetulan jika saat ini, dakwah mulai merambah dunia televisi. Kemajuan zaman dan teknologi mengharuskan kegiatan dakwah bukan lagi hanya dilakukan melalui media mimbar. Akan tetapi, melalui media yang mampu diakses oleh banyak pihak dalam waktu serempak serta media yang memang dekat dengan masyarakat. Maka, sudah selayaknya televisi menghadirkan program-program yang menarik dari segi hiburan dan mempunyai nilai edukasi bagi perkembangan masyarakat. Jenis pendidikan/edukasi bagi perkembangan masyarakat ini sangat 5
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet ke-1
5
beragam, mulai dari sosial, politik, keagamaan, dan lain-lain. Pemilihan format acaranyapun harus disesuaikan dengan tema dan sasaran. Salah satunya dengan format sinetron. Sebagai sebuah program hiburan, sinetron banyak diminati masyarakat. Sinetron hadir dalam bentuk audiovisual, melalui audiovisual inilah sinetron dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada penontonnya, pengalaman itu meyampaikan berbagai nuansa perasaan (afektif), dan pemikiran (kognitif) kepada penontonnya. Akan tetapi, efek yang paling signifikan adalah efek terhadap kognitifnya dibandingkan afektifnya. Maka dari sinilah sinetron dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali menginjakkan kakinya di jalan Allah SWT.6 Sajian hiburan berupa sinetron yang dibarengi pendidikan keagamaan memang bukan yang pertama kali. Beberapa rumah produksi telah melahirkan judul-judul bertemakan keagamaan, baik yang sengaja dibuat sebagai identitas dari rumah produksi tersebut, maupun karena alasan menyesuaikan dengan keinginan masyarakat, salah satunya Multivision Plus. Multivision Plus sebagai salah satu Production House (rumah produksi) yang terkemuka di Indonesia, telah melahirkan beberapa judul sinetron yang bertemakan keagamaan, seperti Do‟a Membawa Berkah, Mata Air Surga, dan yang hingga kini masih dalam proses produksi, yakni sinetron Islam KTP.
6
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Bandung: Benang Merah Press, 2004) h. 94
6
Produser pelaksana sendiri dengan tegas mengatakan bahwa pihaknya ingin memberikan tontonan yang bernilai hiburan sekaligus yang bernilai pendidikan. Islam KTP diawali kisah perjalanan sebuah keluarga yang mengaku beragama Islam, namun tidak mengerti dan tidak menjalani hidup sesuai dengan ajaran agama yang diakuinya. Sang ayah selalu disibukkan dengan urusan dunia, memimpin sebuah perusahaan besar sehingga tidak ada sedikitpun waktu luang untuk belajar agama dan mengamalkannya. Namun, keadaan berubah setelah salah seorang putra dalam keluarga itu, Jami, berkenalan dengan Sabrina, seorang gadis berjilbab yang berasal dari keluarga yang paham agama. Ayah Sabrina adalah orang yang sangat agamis, dihormati, namun lebih suka dipanggil dengan sebutan „abang‟ dari pada panggilan lain untuk penghormatan ilmunya. Jami merasa tertarik pada Sabrina. Gadis cantik itupulalah yang mulai mengenalkan Jami pada ajaran agama Islam. Bermula dari keinginan Jami untuk melamar Sabrina, namun bang Ali, ayah Sabrina mewajibkan Jami untuk menghapal surat Yasin sebagai syarat diterima lamarannya. Jami, yang membaca al-Qur‟an saja merasa tidak mampu, semakin dilema ketika diharuskan menghapal surat Yasin. Demi mendapatkan Sabrina, sedikit demi sedikit Jami belajar tentang Islam dan mengaji, dibantu oleh Sabrina.7 Namun, disamping cerita mengenai Jami dan keluarganya yang belajar Islam, cerita dari tokoh yang lainpun tidak kalah menariknya. Seperti tokoh 7
Wawancara Pribadi dengan Lionil Hendrik (pemeran Jami‟), di Taman Wiladatika Cibubur, Jum‟at, 20 Agustus 2010, pkl. 16:00 WIB
7
Mamad dan Karyo, anak muda yang bersahabat tetapi dengan liku hidup yang berbeda. Sebagai anak muda yang masih mencari jati diri, Mamad seringkali terperosok dalam jebakan kenikmatan dunia, di sinilah Karyo sebagai sahabat dan Bang Ali yang paham agama mengajaknya kembali ke jalan lurus. Selain itu, ada pula Ma‟dit Musyawarah, tokoh yang selalu menyebut dirinya orang terlanjur kaya, ahli sedekah, ahli ibadah, yang low profile, dan matinya masuk surga, yang terkenal dengan hobinya yang aneh. Yakni, menuliskan segala bentuk kebaikan yang dilakukannya ke dalam sebuah buku panjang mirip buku catatan hutang yang selalu dibawanya kemanapun ia pergi. Pertengkarannya dengan warga lain dan istrinya, Jamilah, merupakan candaan yang menghibur sekaligus mendidik karena di dalamnya terdapat pelajaranpelajaran berharga tentang hidup. Ia salah satu cerminan dari orang yang tahu agama, namun tidak mengamalkannya.8 Islam dalam sinetron ini, dituturkan dengan bahasa sederhana yang mudah dicerna oleh orang awam sekalipun. Pembawaan atau karakter yang dibuat dalam sinetron ini, digambarkan sedekat mungkin dengan kenyataan. Alur cerita yang diambil dari pengalaman-pengalaman yang terjadi di sekitar masyarakat serta pengembangan cerita menjadi nilai plus tersendiri, yang menjadikan sinetron ini sayang untuk dilewatkan. Seiring berjalannya waktu, jam tayang hingga durasi tayangnya pun beubah. Dari yang awalnya tayang dari Senin-Jum‟at, lalu
8
Wawancara Pribadi dengan Warid AS (Penulis Skenario Islam KTP) di Graha Valencia, Kamis, 9 Desember 2010, pkl. 21:30 WIB
8
bertambah menjadi Senin-Minggu. Begitupun durasinya, dari yang awalnya hanya 60 menit, kemudian bertambah menjadi 90 menit. Hal tersebut merupakan akibat dari animo atau minat masyarakat yang sangat besar terhadap sinetron Islam KTP ini. Sehingga, pihak stasiun televisi yang menayangkan program sinetron tersebut, memperpanjang kontrak kerjasama mereka. Tayangan yang bukan sekedar menjadi hiburan, melainkan juga memberikan pendidikan moral dan keagamaan, merupakan tayangan yang baik untuk masyarakat. Maka, dari latar belakang di atas, penulis hendak melakukan penelitian berjudul “ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP”. B.
Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini dibatasi pada proses produksi program sinetron Islam KTP yang diproduksi oleh PT. Multivision Plus pada bulan AgustusDesember 2010. Agar mendapat hasil penelitian yang lebih terarah dan lebih jelas, maka penulis akan memaparkan dua episode dari sinetron tersebut sebagai contoh yakni episode 35 dan 150. Karena pada kedua episode tersebut dapat mewakili gambaran keseluruhan perbedaan dalam proses pra atau perencanaan produksi dan proses pasca produksi, yakni dalam proses editing.
9
Sedangkan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pra-produksi, produksi, serta pasca produksi sinetron Islam KTP? 2. Apa saja kendala yang dialami selama proses produksi sinetron Islam KTP? C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui proses perencanaan produksi program sinetron Islam KTP, proses produksi sinetron tersebut, dan proses editing pada tahapan pascaproduksinya, serta kendala yang terjadi selama proses tersebut berlangsung. Sedangkan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain: 1. Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang produksi siaran televisi. 2.
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan khususnya untuk penulis dan umumnya bagi para pembaca. Serta memberikan
10
informasi kepada pihak-pihak terkait yang memiliki perhatian terhadap produksi siaran televisi.
D.
Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan langsung di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syahid Jakarta, penulis belum menemukan Analisis Produksi Serial atau Sinetron, akan tetapi penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas tentang analisis produksi program selain sinetron yang diproduksi oleh pihak stasiun televisi bukan melalui Production House (rumah produksi), diantaranya: 1. Anne Chrisnasari Syahman, mahasiswi KPI angkatan 2006 berjudul, Analisis Produksi Program Forum Kerukunan Umat Beragama di TVRI. Yang pembatasan masalahnya adalah bagaimana format pada program
Kerukunan
Umat
beragama
dan
bagaimana
proses
produksinya. 2. Arry Susanti, mahasiswi KPI angkatan 2005 berjudul Analisis Deskriptif Program Assalamu‟alaikum Ustadz di RCTI. Yang pembatasan
masalahnya
adalah
bagaimana
desain
program
Assalamu‟alaikum Ustadz dan bagaimana proses produksinya. Keduanya adalah skripsi yang membahas tentang analisis produksi program In House yang di produksi langsung oleh stasiun televisi tersebut dengan format dialog interaktif dan produksi seluruhnya dilakukan dalam studio.
11
E.
Metodologi Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sebagai penelitian lapangan, penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan teknik berupa wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan pihak yang terlibat langsung dengan penelitian yang dimaksud serta observasi langsung di lapangan. Menurut lofland, sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan yang lainnya.9 2.
Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah Sinetron Islam KTP, sedangkan
objeknya adalah proses produksi sinetron Islam KTP yang merupakan sinetron hasil garapan dari Multivision Plus Jakarta. 3.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor rumah produksi Multivision Plus
yang terletak di Komplek Perkantoran Roxy Mas jalan K.H. Hasyim Ashari Kav 125 B, Blok C2 No. 30-34, Jakarta Pusat, jalan IPTN, Cibubur, Komplek Tirta Gede, Cibubur, Taman Wiladatika Cibubur dan Graha Valencia, Bintaro. Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama bulanAgustus-Desember2010. 9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, ed. Revisi, 2007), h.4
12
4.
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, adalah sebagai berikut: a. Observasi, peneliti menggunakan observasi di lokasi produksi sinetron Islam KTP di Taman Wiladatika Cibubur dan Komplek Perumahan Tirta Gede, Cibubur dengan cara pengamatan langsung dan mencatat fenomena yang terjadi selama proses produksi berlangsung pada hari Jum‟at tanggal 20 Agustus 2010, Minggu tanggal 29 Agustus 2010 serta Senin tanggal 30 Agustus 2010 dan ruangan editing serta mastering sinetron Islam KTP pada tanggal 23 Agustus 2010 bertempat di kantor Multivision Plus, Jakarta Pusat. b. Wawancara, dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti dengan Pimpinan Produksidan Editor pada hari Senin tanggal 23 Agustus 2010 bertempat di Kantor Multivision Plus, Penulis Skenario, Sutradara, co-Sutradara, Lightingman, Soundman, Kameraman, serta beberapa pemeran tokoh sentral, yakni Lionil Hendrik pemeran Jami, Idrus Madani pemeran Bang Ali dan pemain pendukung,Dian Ristiani pemeran Ibunda Jami dalam sinetron Islam KTP pada tanggal 20 dan 29 Agustus 2010 bertempat lokasi pengambilan gambar (shooting) di Cibubur demi mendapatkan data-data yang akurat seputar
13
produksi sinetron tersebut.Serta wawancara dengan Warid, penulis skenario Islam KTP di Graha Valencia, Bintaro. c. Tinjauan dokumen, yakni dengan cara mempelajari arsip-arsip, laporan-laporan ataupun catatan-catatan yang berkaitan dengan sinetron Islam KTP, seperti, script/skenario, daftar pemain dan kru, dll. 5.
Teknik Olah Data Teknik olah data yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui wawancara, tinjauan lokasi, serta dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian
kemudian
peneliti
menjabarkan,
menerangkan,
menginterpretasikan data-data secara apa adanya, kemudian memberi kesimpulan. Sedangkan teknik dan metode penulisan laporan penelitian ini, penulis mengacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta.
F.
Sistematika Penulisan Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sistematis, maka penulis akan membagi pokok-pokok permasalahan ke dalam lima bab, yaitu sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah. Tujuan
14
dan
Kegunaan
Penelitian,
Tinjauan
Pustaka,
Metodologi Penelitian yang berisi: Jenis Penelitian; Subjek dan Objek Penelitian; Lokasi dan Waktu Penelitan; Teknik Pengumpulan Data; dan Teknik Analisis Data, serta Sistematika Penulisan. BAB II
TINJAUAN TEORI berisi tentang teori yang digunakan
dalam
menganalisis
data,
yakni:
Perencanaan Produksi Program, yang berisi: Pra Produksi, Produksi dan Pasca Produksi; Pengertian Program; dan Pengertian Sinetron. BAB III
PT
MULTIVISION
PLUSDAN
SINETRON
ISLAM KTP berisi tentang Sekilas tentang PT. Multivision Plusdan Sekilas tentang Sinetron Islam KTP. BAB IV
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTPPerencanaan Produksi Sinetron Islam KTP, yang berisi: Penemuan ide, Materi Produksi, Kerabat Kerja Produksi, Biaya Produksi, dan Lokasi Pengambilan Gambar; Proses Produksi Sinetron Islam KTP, yang berisi: Proses Pengambilan Gambar, dan Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam Proses Produksi;Proses Pasca Produksi;
15
Analisis Sinetron Islam KTP Episode 35 dan 150; dan Kendala dalam Proses Produksi Islam KTP. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN berisi kesimpulan dari data yang telah diolah dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN EPILOG
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Perencanaan Produksi Program Televisi 1. Pra-Produksi Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.1 Dalam sebuah proses produksi program televisi,keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Labib mengutip John Fiske dan John Hartley yang mengatakan bahwa “televisi dikonstruksi dan merupakan hasil dari pilihan manusia, keputusan-keputusan budaya dan tekanan-tekanan sosial….[Mereka] melihat televisi dari dua sudut pandang dari sudut isi dan cara penyajiannya. Dari sudut isi, keduanya setuju dengan pernyataan Marshal Macluhan, bahwa televisi adalah “review mirrorism”, artinya televisi merupakan media baru yang mampu mengekspioitasi potensi-potensinya 1
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h.23
16
17
dalam arti media ini melakukan proses penggantian terhadap realitas, dalam istilah Jalaluddin Rachmat disebut “realitas tangan kedua”.2 Maka, pada tahapan perencanaan ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar proses selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan lancer. Bermula dari timbulnya ide atau gagasan dan berpijak dari ide atau gagasan ini, produser mulai mengerjakan berbagai kegiatan untuk menghubungkan
berbagai
data
yang
diperlukan,
untuk
bahan
pengembangan ide atau gagasan tersebut. Akhirnya produser yang bersangkutan bekerja sama dengan pengarah acara atau sutradara serta penulis naskah. Bahan-bahan yang terkumpul kemudian dirangkai oleh penulis naskah menjadi suatu naskah, sesuai dengan format program yang telah ditentukan.3 Pra-produksi merupakan tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi. Pra-produksi, merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan memudahkan nantinya dalam produksi. Jika tahap ini telah terlewati, maka sebenarnya sudah tujuh puluh lima persen tahapan keseluruhan produksi. Pada perencanaan program melibatkan berbagai keputusan yang tidak hanya mengenai program itu sendiri namun juga
2
Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta: PT Mandar Utama Tiga Books Divission, 2002), cet. ke-1, h. 14 3 Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 175
18
aspek yang terlibat seperti nama program, format acara yang akan disajikan, sasaran program, dan juga tujuan program. Menurut J.B Wahyudi, praproduksi (perencanaan) adalah semua kegiatan sampai dengan pelaksanaan liputan (shooting). Yang termasuk kegiatan praproduksi antara lain, penuangan ide (gagasan) ke dalam outline, pembuatan format/skenario/treatment; script, storyboard, program meeting, hunting (peninjauan lokasi liputan), production meeting, technical meeting, pembuatan dekor, dll.4 Beberapa aspek tersebut harus dapat dipahami sebelum produksi dilaksanakan oleh kru-kru yang terlibat. Secara sederhana, tahap praproduksi dapat dibagi menjadi, sebagai berikut: a. Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah dalam mengembangkan gagasan menjadi sebuah naskah atau skenario. Naskah yang telah rampung inilah yang akan menjadi materi produksi yang akan dibuat visualnya. b. Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (Time Schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan 4
J.B. wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 97
19
crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya, dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. Sudah menjadi keharusan bahwa suatu kegiatan diwali dengan langkah perencanaan. Perencanaan yang baik akan memperlancar proses kegiatan dan akan menuntun setiap langkah yang diambil menuju ke arah tujuan yang hendak dicapai. Awalnya ide atau gagasan. Bila kita sudah yakin bahwa suatu ide atau gagasan adalah baik dan pantas untuk diangkat menjadi informasi audiovisual garak, langkah selanjutnya adalah menentukan terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan dari kegiatan yang akan dilakukan. Bila tujuan telah diketahui dengan pasti, rencana terhadap ide/gagasan tadi dapat segera dituangkan di atas kertas. Perencanaan di atas kertas ini merupakan imajinasi yang dituangkan di atas kertas yang nantinya akan diproduksi di lapangan. Apa yang direncanakan di atas kertas itulah yang akan dibuatkan audiovisualnya, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.5 c. Persiapan Tahap
ini
meliputi
pemberesan
semua
kontrak,
perizinan, dan surat menyurat. Latihan para artis dan
5
JB. Wahyudi, (Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak,) h.93
20
pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang dibutuhkan. Perencanaan yang dibuat di atas kertas, berupa outline, skenario/treatment, script, story board, perencanaan lokasi, dekorasi, lighting, biaya, peralatan pendukung, transportasi, jadwal kegiatan, pemain/artis pendukung, dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca produksi. Dalam perencanaan tersebut sangat diperlukan dibuat daftar:6 1) Daftar utama yang memuat segala sesuatu yang diperlukan untuk shooting dan untuk keperluan sebelum produksi. 2) Outline, yang berisi tanggal, topik, tujuan, pemeran, jalan cerita; (1) inti cerita, (2) sub inti cerita, (3) klimaks, (4) sub klimaks, (5) penutup, (6) credit title, (7) situasi pembuka, (8) model, (9) musik, (10) efek suara, (11) unsur khusus, (12) lokasi (13) durasi. 3) Jadwal waktu/kegiatan, yang memuat jadwal praproduksi, produksi,
hingga
pascaproduksi
yang
dibuat
dengan
perencanaan yang matang. Agar tidak menyimpang dari waktu yang ditentukan. 4) Rencana pembiayaan. 5) Daftar peralatan, yang berisi alat-alat produksi yang digunakan selama proses produksi dilakukan. 6
JB. Wahyudi, (Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak,) h.94
21
6) Daftar kerabat kerja, berisi tentang orang-orang yang terlibat langsung dalam sebuah produksi produksi, misalnya sutradara, penulis skenario, kamerawan, soundman, dll. 7) Daftar artis. 8) Daftar lokasi. 9) Daftar
properties.
Daftar
ini
memuat
semua
sarana
penunjangatau pendukung yang digunakan oleh artis, artis pendukung, dan tamu. 2. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerjasama dengan para artis, kru mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah beberapa posisi kamera, yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup.7 a. Long Shot atau LS, yang menunjukkan keseluruhan tubuh dari kepala sampai kaki. b. Very Long Shot atau VLS, yang menunjukkan orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Dalam ukuran in lingkungan
7
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2008) cet.ke-1, h. 98
22
di sekitar orang itu terlihat lebih dominan. VLS akan menampilkan panorama yang memenuhi layar. c. Wide Angle atau sudut lebar adalah ukuran pengambilan gambar yang memasukkan keadaan sekeliling, jadi sudut lebar akan memberikan pandangan atas keseluruhan keadaan. d. Medium Long Shot atau MLS, yang menunjukkan mulai dari bagian kepala sampai tepat di bawah lutut. e. Mid Shot atau MS, yang menunjukkan mulai bagian kepala sampai pinggul. Ukuran MS berfungsi untuk menunjukkan siapa sedang melakukan aksi itu. f. Close Up atau CU, memperlihakan bagian kepala. Dalam merekam suatu gambar subjek yang tengah melakukan aksi, maka CU berfungsi untuk memfokuskan sebuah aksi yang tengah dilakukan. Gambar CU merupakan elemen utama gambar televisi. g. Big Close Up atau BCU, menunjukkan gambar wajah yang memenuhi layar televisi. Istilah-istilah ukutan gambar di atas adalah istilah yang pada umumnya berlaku di stasiun televisi. Setiap gambar memiliki ukurannya masing-masing. Suatu stasiun televisi bisa saja membagi ukuran pengambilan gambar secara lebih rinci lagi, misalnya Very Big Close UP dan seterusnya, sementara stasiun televisi lainnya tidak menggunakan ukuran yang terlalu detail semacam itu. Apapun istilah yang digunakan
23
tetapi intinya ukuran pengambilan gambar itu diperlukan untuk merujuk kepada jarak subjek atau objek dari kamera dan seberapa dominan subjek atau objek itu memenuhi layar. Dalam sebuah proses produksi memerlukan berbagai sarana penunjang produksi yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara dan unit peralatan pencahayaan.Diantaranya, sebagai berikut: kamera, tripod, VTR, lighting, stereofoam (untuk shooting outdoor), mic boom, audio mixer, genset (untuk shooting outdoor), sarana transportasi (untuk shooting outdoor), property shooting, dll. 3. Pasca-Produksi Pasca-produksi memiliki tiga langkah utama, yakni editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier, kedua, editing dengan teknik digital atau non-linier dengan komputer.8 a. Editing Offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline sesuai dengan gagasan yang ada dalam sinopsis dan treatment. Sesudah hasil editing offline ini dirasa pas dan
8
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 42
24
memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editingini formatnya sama dengan skenario. b. Editing Online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli ditemukan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. c. Mixing Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang terdapat dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound-effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. d. Editing Offline dengan teknik digital atau non-linier Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, dan fasilitasnya, misalnya: Pinacle, Matrox, Canupus, dll.
25
e. Editing Online dengan teknik digital Editing online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe effect) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standar. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi. Kelima langkah utama pasca produksi tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah, dan sutradara. Karena, hal tersebut dapat menghasilkan sebuah tayangan yang menarik dan enak ditonton.9 B. Pengertian Program Secara etimologi, Kata “program” berasal dari bahasa Inggris yaitu Programme (penulisan gaya bahasa Inggris) atau Program (penulisan gaya Amerika), yang berarti acara atau rencana.10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, program adalah acara (seperti sebuah siaran, pagelaran, dsb).11 Secara terminologis, Undang-
9
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h. 44 Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008) cet. ke-1, h. 97 10
26
undang Penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara,
tetapi
menggunakan
“siaran”
yang
didefinisikan
sebagai
pesan/rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu pada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya.12 Secara teknis penyiaran televisi, program televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari, dari jam ke jam setiap harinya. Dalam program siaran dikenal berbagai istilah yang sering digunakan, diantaranya, sebagai berikut: 1. Siaran, yakni mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan-pesan dalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar yang dapat di dengar dan atau dilihat oleh khalayak dengan menggunakan pesawat penerima siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu. 2. Penyiaran, yakni seluruh kegiatan yang memungkinkan terselengaranya siaran radio dan atau siaran televisi yang meliputi segi idiil, perangkat lunak dan perangkat keras melalui sarana pemancar atau sarana transmisi di darat atau di
11
antariksa
dengan
menggunakan
gelombang
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998) cet. ke-1, h.
702 12
Morissan, M.A, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Televisi, (Tangerang: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 62
27
elektromagnetik atau transmisi kabel, serat optik, atau media lainnya, dipancarluaskan untuk dapat diterima oleh khalayak dengan pesawat penerimaan radio dan atau pesawat penerima siaran televisi dengan alat bantu. 3. Pola acara, yakni susunan mata acara yang memuat penggolongan jenis, hari, waktu dan lamanya serta frekuansi siaran setiap mata acara dalam satu periode tertentu sebagai panduan dalam penyelenggaraan siaran. 4. Acara Siaran, yakni program siaran, jadwal, rencana siaran dari hari ke hari dan dari jam ke jam. 5. Format Acara, presentasi suatu program siaran. Misalnya, talkshow, variety show, features, format reportase, sinetron drama, musik, dll. 6. Kelompok
Acara,
yakni
pengelompokkan
acara
di
Indonesia berpedoman pada klasifikasi Unesco, yang pengelompokkannya didasari oleh maksud dan tujuan acara-acara siaran. Pembagian itu meliputi: pemberitaan dan penerangan, pendidikan, kebudayaan, dan hiburan. 7. Judul Acara. Nama (title) dari suatu mata acara; misalnya: Liputan 6, Lenong Rumpi, Rumah Masa Depan, Mega Sinetron, Lintasan Berita, dan lain-lain. 8. Judul Cerita, yakni judul dari nama-nama cerita tiap episode.
28
9. Jenis Acara Siaran, yakni jenis-jenis acara yang terdapat dalam kelompok acara; seperti: pemberitaan (Liputan 6), pendidikan (Pembinaan Bahasa Indonesia), penerangan (Siaran
Pedesaan),
hiburan
(variety
music),
dan
kebudayaan (Jejak Rasul, dll).13 Di atas merupakan istilah-istilah yang paling sering digunakan dalam sebuah programa siaran baik pada stasiun radio yang menampilkan siaran berbentuk suara, maupun pada stasiun televisi yang menampilkan siaran berbetuk suara dan gambar. Pada umumnya isi program siaran di televisi maupun radio meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan tentunya penggunaan berbagai nama berbeda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masingmasing. Yakni, News Reporting (Laporan Berita), Talk Show, Call-in Show, Documentair, Magazine/Tabloid, Rural Program, Advertising, Education/Instructional, Operas/Sinetron/Drama,
Art&Culture, TV
Movies,
Music, Game
Soap Show/Show,
Comedy/Situation Comedy, dan lain-lain.14 Berbagai jenis program siaran tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak harus ada semuanya. Acara-acara tersebut sangat bergantung dari kepentingan masing-masing stasiun penyiaran televisi yang bersangkutan.
13
RM. Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007), cet. ke-1, h. 3-5 14 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi; Menjadi Reporter Profesional,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) h. 9
29
Pada umumnya memang sebagian besar dari contoh jenis program di atas tersebut adalah acara-acara disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi. C. Pengertian Sinetron Istilah sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronika. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau televisual yang merupakan medium elektronik selain radio. Sinema elektronik atau yang lebih popular dalam akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam bahasa Spanyol disebut telenovela.15Istilah sinetron lazimnya digunakan oleh masyarakat luas. Bahkan istilah itu telah menjadi istilah baku
dalam
perfilman
Indonesia.
Sinetron
bersifat
pendagogik
(pendidikan) dan propagandis bagi masyarakat. Adapun pengertian sinetron sendiri menurut Undang-undang Perfilman ayat 1 pasal 1 adalah: Pengertian sinetron sama dengan pengertian film, yaitu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada seluloid, pita video, piringan video, dan bahkan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui kimiawi, proses elektronik atau
15
http://id.wikipedia.org/wiki/Sinetron, diakses tanggal 30 Agustus 2010, pukul 11:45
WIB
30
proses lainnya dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau yang lainnya.16 Drama/sinetron memiliki berbagai jenis cerita, setiap jenis tentunya memiliki cirinya masing-masing. Beberapa jenis itu antara lain: 1. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. 2. Drama Komedi Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu semua konflik untuk menimbulkan kesan lucu. Jenis drama ini dapat digolongkan menjadi beberapa jenis lagi: a. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemainnya, melainkan karena situasinya. Antara lain, Kecil-kecil jadi manten. b. Komedi Slapstik, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya, atau dengan gerakan vulgar dan kasar. Antara lain, Jinny Oh Jinny.
16
Draft Naskah Akademis Rancangan Revisi UU Perfilman. Dept. Kebudayaan Pariwisata. Dirjen Nilai Budaya Seni dan Film. Direktorat Perfilman. 2006. H.7
31
c. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Antara lain, Wong Cilik. d. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan-kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu.17 3. Drama Horor Jenis ini menampilkan cerita dan pengadeganan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan. Misalnya sinetron Di sini Ada Setan dan Sunder Bolong. 4. Laga Cerita laga berisi tentang kisah yang menampilkan banyak adegan perkelahian atau pertempuran. Sinetron dengan cerita laga, misalnya Misteri Gunung Merapi. 5. Melodrama Jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Tokoh protagonis dibuat semenderita mungkin. Sinetron jenis ini antara lain, Bidadari. 6. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. 17
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004), h.35
32
Selain jenis yang telah disebutkan di atas, sinetron di Indonesia memiliki tema-tema yang bisa dikatakan hampir semuanya sama. Tema itu sendiri adalah pokok pikiran dalam sebuah karangan. Atau dalam sinetron, tema juga dapat dikatakan sebagai dasar cerita yang ingin disampaikan oleh pemilik ide atau penulis skenario. Tema yang cukup laris dalam sinetron-sinetron Indonesia saat ini, antara lain sebagai berikut:18 1) Percintaan Tema seperti ini banyak menghiasi sinetron atau film di Indonesia. Tema ini ditandai dengan pembubuhan kata „cinta‟ itu sendiri pada judul sebuah sinetron. Seperti: Cinta Fitri, Cinta Indah, Siapa Takut Jatuh Cinta. 2) Rumah Tangga Tema ini biasanya bercerita tentang problema rumah tangga atau keluarga. Seperti: Keluarga Cemara, Noktah Merah Perkawinan. 3) Perselingkuhan Tema ini bercerita tentang seorang suami atau istri yang tertarik pada laki-laki atau wanita lain. Yang biasanya berkisar pada masalah tentang sepasang suami yang mengalami konflik dalam rumah tangganya lalu salah satu
18
Elizabeth Lutters, Kunci Sukses Menulis Skenario, h.38
33
atau keduanya berhubungan dengan wanita atau laki-laki lain. 4) Persahabatan Tema ini biasanya bercerita tentang kehidupan anak atau remaja yang bersekolah dalam sekolah yang sama lalu membentuk geng. Ceritayang selalu ditonjolkan seputar kehidupan tokoh utama dengan teman-teman satu gengnya. Seperti, Kepompong, Arti Sahabat, Get Merried The Series. 5) Kepahlawanan Tema ini biasanya digunakan dalam sinetro yang ditujukan untuk anak-anak. Tokoh utama digambarkan sebagai seseorang
yang
hebat
serta
memiliki
kelebihan
dibandingkan tokoh yang lainnya. Seperti, Panji Manusia Milenium, Anak Ajaib. 6) Religius Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja. Konflik-konflik dan plot banyak disisipi pemikiranpemikiran keagamaan, demikian pula dengan tokohtokohnya. Seperti, Do’a Membawa Berkah, Para Pencari Tuhan.
34
Selain jenis sinetron yang dominan ada di Indonesia, berikut akan dituturkan unsur-unsur yang selalu ada dalam sebuah produksi, sebagai berikut: a) Produser Produser adalah orang bertanggung jawab atas pembuatan sinetron baik bersifat hidup atau rekaman video. Ia juga bertanggung jawab atas pembiayaan produksi sebuah sinetron. b) Sutradara Sutradara adalah orang yang memimpin pertunjukkan atau pementasan
di
bidang
artistik.
Ia
merencanakan,
memutuskan, mengarahkan, mewujudkan, dan bertanggung jawab secara artistik dari sinetron yang telah dibuat. c) Naskah/Script Naskah merupakan ide/gagasan suatu cerita. Naskah memuat penjelasan serta perkembangan sebuah ide atau konsep yang secara operasional dapat dibuat visualnya. Oleh karena itu, penulis naskah dituntut untuk dapat berimajinasi secara kreatif, dengan didukung oleh fakta berupa visual yang operasional, artinya dapat dijabarkan dalam bahasa gambar yang jelas.
35
d) Artis/Aktor Artis atau aktor adalah orang yang memerankan peran atau tokoh dalam cerita. Mereka memainkan peran sesuai dengan naskah yang telah dibuat. e) Engineering Mereka adalah orang yang harus menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan alat-alat produksi, seperti kamera, mik dan listrik. f) Kostum Walaupun kostum bukan sesuatu hal yang paling penting dalam sebuah produksi pembuatan sinetron, kostum juga harus diperhatikan. Orang yang bekerja di bagian kostum, menentukan kostum para pemain agar sesuai dengan cerita sinetron tersebut. g) Make-up/Tata rias Hal ini juga harus diperhatikan. Mereka merias para pemain atau artis sesuai dengan karakter yang harus dimainkan. Di atas merupakan unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah proses produksi, baik yang formatnya sinetron drama, talk show, maupun yang lainnya. Memproduksi sebuah sinetron, tata laksana kerjanya hampir sama dengan memproduksi film. Diperlukan perencanaan dan persiapan yang matang sebelum produksi berlangsung. Produksi program sinetron
36
biasanya lahir dari sebuah gagasan. Lewat suatu riset, gagasan diolah menjadi suatu skenario. Ketika skenario sudah siap, maka produser –orang yang bertanggung jawab pada sebuah program- kemudian mengumpulkan staff untuk memilh sutradara, menentukan jadwal kerja, dan menetapkan estimasi biaya produksi.19 Program sinetron dalam televisi memliki berbagai corak. Sinetron lepas adalah sinetron yang satu kali tayang selesai, sementara itu terdapat sinetron serial. Sinetron serial memiliki format yang berbeda-beda pula. Yang disebut telenovela adalah bentuk sinetron yang corak sajiannya bagaimana novel. Sinetron bercorak telenovela episode-episodenya berjumlah banyak, tetapi bisa juga berjumlah sedikit atau sering disebut miniseri, biasanya jumlahnya tidak lebih dari 6 episode. Telenovela sebagaimana sebuah novel adalah sinetron dengan cerita bersambung. Jadi apabila penontonnya tidak mengikuti 2 atau 3 episode meskipun tokoh utamanya sama, mereka akan kehilangan alur cerita. Berbeda dengan sinetron serial, penonton dapat mengikuti episode secara meloncat-loncat tanpa kehilangan alur cerita. Sinetron
serial
biasanya
memliki
benang
merah
untuk
menghubungkan episode yang satu dengan episode yang lain. Benang merah ini dapat menggunakan tiga kemungkinan. Pertama, tempat
19
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, (Jakarta: Grasindo, ) h. 154-155
37
kejadian. Kedua, tokoh yang menjadi sentral figure atau tokoh utama. Ketiga, kejadian khusus yang selalu menjadi pokok permasalahan.20
20
Fred Wbowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi, h. 159-160
BAB III PT. MULTIVISION PLUS DAN SINETRON ISLAM KTP
A. Sekilas Tentang PT. Multivision Plus Sinetron Islam KTP merupakan sinetron produksi oleh PT. Multivision Plus Jakarta, maka terlebih dahulu akan dipaparkan sedikit tentang Multivision Plus. PT. Tripar Multivision Plus atau Multivision Plus adalah sebuah perusahaan produksi film Indonesia yang didirikan tahun 1990 di Jakarta setelah munculnya TVRI Jawa Barat dengan modal Rp. 250 Juta. Multivision Plus didirikan oleh Raam Jethmal Punjabi yang lebih dikenal dengan nama Raam Punjabi. Dia adalah seorang anak keturunan India yang lahir di Surabaya, 6 Oktober 1943. Anak ketiga dari tujuh bersaudara ini memang sudah tertarik pada dunia perfilman sejak kecil. Ia dan saudara-saudaranya sering keluar masuk bioskop. Ia bahkan sampai hapal nama-nama artis dan jalan cerita dari semua film yang ditayangkan pada waktu itu.
38
39
Dalam kurun waktu tujuh belas tahun karirnya sebagai produser, Raam telah memproduksi lebih dari seratus film termasuk lewat PT. Parkit Film yang ia dirikan pada tahun 1981.1 PT. Parkit Film telah banyak berkontribusi pada perfilman negeri ini sejak awal produksi blockbuster. Ratusan judul-judul klasik tersedia untuk disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada saat ini juga, PT. Parkit Film telah secara signifikan terlibat dalam pembelian dan pendistribusian film Hollywood, Bollywood, Asia dan film-film asing lainnya. Film luar negeri mereka telah didistribusikan bukan hanya di Indonesia tetapi juga ke India, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan dalam waktu dekat diramalkan akan beredar pula di tempat lain. PT. Tripar Multivision Plus (yang lebih dikenal dengan Multivision Plus) telah mempelopori produksi tayangan televisi di negeri ini. Ribuan jam rating tinggi telah menjadi kebanggaan perusahaan. Kini, Multivision Plus memiliki perusahaan program televisi terbesar yang terdiri dari berbagai genre. Sementara itu, MVP Pictures sejak tahun 2004 telah menjadi pembuat film merek Multivision Plus.2 Visi Multivision Plus adalah menjadi rumah produksi pesanan di Indonesia yang unggul dan dihormati perkembangan industri perfilman dan pertelevisian Indonesia. 1
WIB
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Raam_Punjabi. diakses tanggal 30 Agustus 2010, pkl. 11:35
http:// www.multivisionplus.co.id, dialih bahasakan oleh penulis. Diakses tanggal 30 Agustus 2010, pkl. 11:30 WIB
40
Misi Multivision Plus adalah: 1. Membangun Multivision sebagai perusahaan rumah produksi dan telekomunikasi pertama di Indonesia dengan menciptakan karangan program acara televisi atau serial televisi atau film yang relatif, inovatif, dan berkualitas. 2. Memberikan kesempatan kepada tenaga kreatif baru untuk menyalurkan kemampuan seninya
dan
merealisasikan
keahliannya
secara
maksimal.
3.
Melaksanakan metode pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). 4. Menjadi kebanggaan bagi seluruh karyawan dan pihak lain yang terlibat di kegiatan perusahaan dan produksi. 5. Memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam karya industry perfilman dunia. Kantor Multivision Plus terletak di Komplek Perkantoran Roxy Mas jalan K.H. Hasyim Ashari Kav 125 B, Blok C2 No. 30-34, Jakarta Pusat. Dalam pemilihan ide cerita dan tema untuk setiap sinetron yang diproduksi oleh Multivision Plus berasal dari berbagai macam sumber, antara lain: 1. Saduran novel/roman dari Indonesia 2. Adaptasi naskah film-film dari Hongkong 3. Adaptasi naskah film-film dari India 4. Adaptasi naskah film/cerita dari Amerika (Hollywood)
41
Beberapa judul sinetron yang pernah diproduksi oleh Multivision Plus, antara lain: Do‟a Membawa Berkah, Mutiara Cinta, Dewi Fortuna, Jinny Oh Jinny, ABG, Mengintip Surga, Mata air Surga, dll. Sedangkan judul film yang pernah diproduksi oleh Multivision Plus, antara lain: Kuntilnak, Pulau Hantu 1 dan 2, Buruan Cium Gue, Susahnya Jaga Keperawanan, dll. B. Sekilas Tentang Sinetron Islam KTP 1. Karakteristik Tokoh dalam Islam KTP Sinetron Islam KTP merupakan sinetron dengan tema religious (keagamaan) yang hadir setiap harinya mulai pukul 18:00-19:30 WIB di stasiun televisi SCTV. Namun, dalam perjalanannya, jam tayang beubahubah. Yang awalnya tayang pukul 18:00-19:00 WIB, kemudian di bulan ramadhan dipindah tayangkan menjadi pukul 16:30-17:30 WIB dan kemudian pada pukul 18:00-20:00 WIB setelah hari raya „Idul Fitri. Sinetron ini diproduksi oleh rumah produksi Multivision Plus dan mulai ditayangkan sejak awal bulan Juli 2010, tepatnya tanggal 12 Juli 2010 dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Sinetron Islam KTP hadir dengan cerita yang banyak mengandung sindiran-sindiran tajam mengenai kehidupan diantara tokoh-tokoh yang ada di dalamnya yang disajikan dalam kemasan komedi dengan maksud agar dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat. Keadaan masyarakat Indonesia yang lebih mudah menerima sajian yang ringan menjadi alasan sinetron Islam KTP dikemas dalam bentuk
42
komedi. Sinetron dengan tema keagamaan yang dikemas dalam bentuk drama komedi satire ini dimaksudkan untuk memberikan hiburan sekaligus memberikan pendidikan keagamaan, khususnya agama Islam.3 Islam KTP berkisah tentang seseorang yang beragama Islam, namun tidak berkelakuan secara Islam. Akan tetapi, di dalamnya terdapat tokoh sentral yakni bang Ali, yang selalu meluruskan tindakan-tindakan yang tidak sesuai agama Islam yang dilakukan orang-orang disekitarnya. Sosok bang Ali, dikisahkan merupakan seorang yang memiliki sifat atau kelebihan layaknya nabiyullah. Ia digambarkan sebagai seorang biasa yang tidak biasa, karena dapat mengetahui apa yang dilakukan atau dirasakan seseorang meskipun pada saat sesuatu terjadi sosoknya tak ada. Dalam sinetron ini, sosok bang Ali selalu hadir menjadi pelurus masalah yang dihadapi tokoh lainnya dengan cara yang bijaksana dan menunjukkan ke jalan Allah. Gaya tertawanya yang khas, menjadikan tokoh tersebut tidak kaku, tokoh seperti ini dibuat sengaja agar sinetron ini tidak dipandang terlalu menggurui. Kisah lainnya berasal dari Sabrina, putri dari bang Ali yang jatuh cinta pada teman kuliahnya, Jami. Pada tokoh Sabrina, peran bang Ali cukup banyak terutama dalam mengatur hubungan Sabrina dan Jami. Jami, pemuda playboy yang tampan jatuh cinta pada Sabrina, ia yang biasanya dengan mudah mendapatkan wanita, berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan Sabrina, meski harus berusaha keras menghapal 3
Wawancara Pribadi dengan Sigit (Pimpinan Produksi Islam KTP) di kantor Multivision Plus, Jakarta. Senin, 23 Agustus 2010, pkl. 13:00 WIB
43
surat Yasin demi memenuhi tuntunan ayah Sabrina. Jami, yang berasal dari keluarga yang kurang paham agama, banyak belajar tentang Islam dari bang Ali melalui Sabrina. Adapula tokoh Karyo dan Mamad, dua pemuda yang awalnya pengangguran, tetapi kemudian bekerja menjadi penjaga warung bang Ali. Dalam perjalanannya, bang Ali juga memiliki andil yang sangat dalam pada kehidupan Karyo dan Mamad, khususnya untuk membawa mereka ke jalan kebenaran. Tokoh yang tidak kalah mencolok adalah Ma‟dit. Seorang hartawan dengan gelimangan harta, namun hidupnya sangat kikir. Ia bahkan menulis segala bentuk pemberiannya pada orang lain dalam sebuah buku besar mirip buku catatan hutang. Penulis skenario mengaku bahwa ia ingin sekali menampilkan cerita seperti apa adanya kehidupan manusia. Karena pada dasarnya manusia memiliki dua macam kepribadian, yakni sisi baik dan sisi buruk. Penulis menggambarkan sisi baik manusia melalui peran bang Ali dan sisi buruk manusia pada peran Ma‟dit Musyawarah ini. Demi mendapatkan penonton sebanyak-banyaknya, Islam KTP juga menyajikan tokoh anak-anak. Tebe, anak berusia lima tahun, yang digambarkan sebagai sosok anak kecil yang cerdas, baik hati, suka mengingatkan orang untuk berbuat kebaikan, berbakti kepada orang tua, dengan kepolosannya dibuat menjadi tokoh yang identik dengan “kata bapak tebe” ini, menjadi sesuatu yang mampu menarik minat bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak untuk ikut menyaksikan Islam KTP.
44
2. Daftar Pemain Yang Terlibat dalam Sinetron Islam KTP Pemain yang terlibat dalam produksi sinetron Islam KTP ini, dapat dilihat dalam kolom berikut: Nama Tokoh dalam Cerita
Diperankan Oleh
Bang Ali Nurdin
Idrus Madani
Madit Musyawarah
Qubil A.J
Sabrina
Nilam Puspita Putri
Mamad
Reza Aditya
Karyo
Aiman Ricky
Jami
Lionil Hendrik
Caroline/Ibunda Jami
Dian Ristiani
Ayah Jami
Teguh Widodo, SE
Adik Jami
Yovana
Jamilah
Savira Crith
Ibunda Sabrina
Desi Ridhoi
Bang Qadir
Alhajj Hariri Abdul Aziz
Istri bang Qadir
Amy
Amsani/Ibunda Mamad
Tati Cuek
Tebe
Tubagus Indra
Dulmatin
Taufik Lala
Enting Sukaesi
Lolita
45
Pemain di atas merupakan pemain yang selalu hadir setiap harinya dan mendapatkan scene pada setiap episode, selain nama-nama di atas ada pula pemain-pemain yang tampil sebagai bintang tamu dan hanya ada pada episode-episode tertentu. Antara lain: Ryana Dea, Ramzi, Kartika Putri, Yanda „bang Tigor‟ Djaitov, Indah Wardani, Mujenah, Yulianto, Loren, Tiffani, Arinza, Dewi Afandi, Marissa, A. Zam zam, Aty Fatiyah, Neng Rifa, Nurbuat, Nargis, serta pemain dari beberapa agency yang telah menyepakati kontrak kerja sama dalam produksi sinetron Islam KTP. 3. Kerabat Kerja Produksi Sinetron Islam KTP Setiap produksi, selain para artis, yang paling penting adalah kerabat kerja produksi. Orang-orang yang terlibat dalam kerabat kerja produksi dapat dilihat dalam kolom berikut ini: Job Description Produser Eksekutif Produser Produser Pelaksana Pimpinan Kreatif Kreatif Sutradara Co. Sutradara Penulis Skenario Pimpinan Produksi Supervisi Produksi Editor Supervisi Editor Penata Kamera Penata Artistik Penata Musik Opening Design Koordinator Pemain Koordinator Musik
Penanggung Jawab : Raam Punjabi : Gobind Punjabi : Anjasmasra : Rakkhee Punjabi : Martias Syamas : Syaiful Drajat AS : Putri Rindung Bulan : Warid AS dan team : Sigit : Arie Aziz : Asep Zaetu dan Robby Utama : Bayu Pamungkas : Khadafi Kamal : Ibnu CH Afief : Laurensius Steven dan Shusant : Andre Talan : Okkie Arisman “yayang” Iskandar : Dirgajaya Wirasakti
46
Koordinator Editor Editor Mixing Editor Offline Asisten Editor Technical Support Promo On air Unit Manager Asisten Sutradara Pencatat Adegan Asisten Penata Artistik Penata Suara/VTR Asisten Penata Suara Asisten Kameramen Penata Cahaya
Teknisi Lighting Penata Rias Asisten Penata Rias Penata Busana Accessories Warehouse Koordinasi Kendaraan Assisten Penata Busana Asisten Unit Pembantu Umum Pengemudi Operator Diesel Pengawas Alat
: Shinta dan Setiawan : Santo : Sophian, Amal, dan Nugraha : Yanuar, Saefudin, dan Tedy : Irman, Sugeng, Badai, dan Moel : Agoes, Anom, dan Huda : Hendra Pero : Yul Syamas, Puryanto, dan Gufran : Ali Tegal dan George Hutabarat : Bambang, Jimmy, Yusuf, Surai, Wahyu, Ali Tange, Herman, Iksan, Achan, Bayu. : Dillah : Opay dan Pendi : Rudi Takur, Arief Ajeh, dan Nur : Mul Lampung, Otoy, Mali, Toing, Agus 2001, Jaman, Black, Kardi, dan Nying2 : Guntur : Guswani : Ayang dan Afi : Tohir Danasasmita : Belman : Herman : Puji Arif : Niken dan Alisa : Solly, Jaloe dan Kris : Wahyu, Kacung, dan Fajar : Ujang, Rismanto, Yanto, Tedy, Nana, dan Jaka : Tuin dan Asep : Teguh
BAB IV ANALISIS PRODUKSI PROGRAM SINETRON ISLAM KTP
Layaknya produksi lainnya, sinetron Islam KTP terlebih dahulu melalui beberapa tahapan sebelum akhirnya dapat ditonton oleh masyarakat melalui media televisi. Tahapan tersebut dimulai dari tahapan perencanaan, tahapan produksi, dan pascaproduksi. A. PERENCANAAN PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP Dalam sebuah proses produksi program televisi, keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu, pada tahap ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dalam tahap produksinya pun berjalan dengan baik dan lancar.1 Pra-produksi merupakan tahap paling penting dalam sebuah produksi televisi. Pra-produksi, merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Makin baik sebuah perencanaan produksi, maka akan memudahkan nantinya dalam produksi. Jika tahap ini telah terlewati, maka sebenarnya sudah tujuh puluh lima persen tahapan keseluruhan produksi. Pada perencanaan program melibatkan berbagai 1
Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), cet. ke-1, h.174
47
48
keputusan yang tidak hanya mengenai program itu sendiri namun juga aspek yang terlibat seperti nama program, format acara yang akan disajikan, sasaran program, dan juga tujuan program. Pada tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh produksi program siaran, termasuk program siaran pendidikan, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production atau pre production planning. Bermula dari timbulnya ide atau gagasan dan berpijak dari ide atau gagasan ini, produser mulai mengerjakan berbagai kegiatan untuk menghubungkan
berbagai
data
yang
diperlukan,
untuk
bahan
pengembangan ide atau gagasan tersebut. Akhirnya produser yang bersangkutan bekerja sama dengan pengarah acara atau sutradara serta penulis naskah. Bahan-bahan yang terkumpul kemudian dirangkai oleh penulis naskah menjadi suatu naskah, sesuai dengan format program yang telah ditentukan.2 1. Penemuan Ide Dalam sinetron Islam KTP, tahap perencanaan produksi dilakukan dalam waktu dua minggu, dimulai dari penemuan ide atau gagasan. Dalam sinetron ini ataupun sinetron lain yang diproduksi Multivision Plus, ide atau gagasan dapat muncul dari mana saja dan dari siapa saja, namun dalam sinetron Islam KTP ide atau gagasan muncul dari tim kreatif. Tim kreatif kemudian mengajukan suatu judul kepada produser. Setelah disetujui oleh produser, lalu tim kreatif 2
Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikanh.175
49
menunjuk produser pelaksana. Kemudian tim kreatif dan produser pelaksana melakukan meeting untuk menemukan penulis skenario dan sutradara. 2. Materi Produksi Materi produksi merupakan bahan yang nantinya akan diproduksi. Materi produksi dalam sinetron ini disebut juga isi cerita yang dikembangkan dari ide yang ditemukan di awal. Materi produksi ditentukan oleh penulis skenario. penulis skenario mendapatkan masukan dari berbagai pihak, misalnya kreatif dari Multivision Plus, sutradara Islam KTP, ulama, buku-buku hadits, serta al-Qur‟an. Dari bahan-bahan tersebut, lalu dikembangkanlah ide menjadi sebuah cerita yang tertulis dalam sebuah naskah yang jelas, padat, dan secara
operasional
dapat
dibuat
visualnya.
Penulis
skenario
mengusahakan agar setiap scene terdapat pelajaran agama (Islam), minimalnya pada setiap episode. 3. Kerabat Kerja Produksi Proses produksi memerlukan waktu yang lama dan berlikuliku. Untuk mengantisipasi masalah ini diperlukan pengorganisasian yang tepat. Dalam sebuah proses produksi, setidaknya diperlukan kerabat kerja dengan tugas sebagai berikut: a) Produser Produser adalah orang yang memegang pimpinan dalam sebuah produksi program siaran televisi, tugasnya melaporkan
50
kepada produser eksekutif, yang bertanggung jawab pada pelaksanaan produksi. Sementara produser eksekutif itu sendiri adalah pimpinan tertinggi yang mempunyai kewenangan mengelola suatu produksi, sering disebut sebagai orang yang selalu mengusahakan uang, ia bertanggung jawab atas jalannya pelaksanaan produksi. Selain produser dan produser eksekutif, dalam sebuah produksi sinetron ada pula produser pelaksana, yang bertugas mengatur pelaksanaan produksi di lapangan, mengatur jalannya keuangan dan bertanggung jawab dalam keseluruhan produksi. b) Sutradara Sutradara adalah orang yang bertanggung jawab pada produser dan bertugas menerjemahkan naskah menjadi gambar dan suara yang hidup, dan mengarahkan artis serta kerabat kerja dalam sebuah
kegiatan,
dari
sejak
pemahaman
naskah
hingga
pascaproduksi. Sutradara dalam sinetron Islam KTP ini, dipilih berdasarkan
kredibilitasnya
serta
kepadatan
jadwal
yang
dimilikinya. Dalam sebuah wawancara, pimpinan produksi Islam KTP mengatakan: “Biasanya sih kita lihat sutradara di sini siapa yang kosong. Kalau dia ada kerjaan kan enggak mungkin kita pakai. Misalkan kita ada satu nama, kayak kemarin ini kan pak Syaiful, coba kita ajak meeting.
51
Karena kan memang sebelum-sebelumnya, sebelum Islam KTP, pernah juga bikin sinetron kayak gini. Akhirnya dipilih dia”.3 Dalam pemilihan sutradara dalam produksi yang dilakukan Multivision Plus adalah sutradara yang berpengalaman atau dengan kata
lain
telah
cukup
lama
berkecimpung
dalam
dunia
penyutradaraan dan telah menghasilkan karya yang cemerlang. Syaiful, sutradara yang dipercaya memimpin Islam KTP, sebelumnya telah berkerja sama dengan pihak Multivision Plus dalam sinetron Mengintip Surga. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi brainstorming berkali-kali antara produser dengan sutradara, karena telah memilik saling pengertian dalam persepsi. c) Penulis naskah/skenario Penulis skenario adalah orang yang bertanggung jawab menuliskan runtutan isi cerita. Isi cerita yang dibuat merupakan pengembangan dari ide atau gagasan yang telah dibuat oleh tim kreatif. Layaknya penentuan sutradara, demikian pula dalam penentuan pemilihan penulis skenario, penulis yang dipilih merupakan orang yang dinilai berdasarkan kredibilitas dan hasil produksi sebelumnya. Penulisan skenario pada sinetron ini, dilakukan dalam tim berjumlah enam orang yang diketuai oleh Warid AS. Kelima 3
Wawancara dengan Sigit, pimprod Sinetron Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010, di kantor Multivision Plus
52
penulis lainnya yakni, Har, Sapo, Ai, Pri, dan Abi. Keenamnya bekerja dengan pembagian tokoh/karakter dalam cerita. Setelah ditentukan siapa yang menjadi penulis skenario dan sutradara, kemudian meeting dilanjutkan untuk pematangan konsep agar ide atau gagasan siap untuk segera diproduksi.4 Setelah skenario berhasil dirampungkan, proses selanjutnya adalah pencarian pemain (artis/aktor) karena penentuan pemain baru dapat dilakukan setelah ditentukan karakter tokoh yang dibutuhkan. d) Artis/aktor Dalam
meeting
yang
melibatkan
sutradara,
penulis
skenario, produser, produser pelaksana, dan kreatif, dilakukanlah pematangan konsep dengan membahas mulai dari apa yang akan diproduksi, stasiun televisi mana yang dijadikan target untuk menayangkan program tersebut, bagaimana format cerita yang akan disajikan, serta jadwal dimulai produksi. Perencanaan ini menjadi sangat diperlukan dalam tahapan perencanaan produksi, untuk menjelaskan siapa artis yang akan memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, kemana cerita akan dibawa, serta kapan akan mulai produksi. Hal ini menjadi penting, mengingat setiap stasiun televisi memiliki segmen (target audien) yang berbeda-beda, sehingga nantinya para pemain serta 4
Wawancara dengan Warid AS, penulis skenario Sinetron Islam KTP, Kamis, 9 Desember 2010, di Graha Valencia Bintaro
53
alur cerita disesuaikan dengan segmen dari stasiun televisi yang menjadi target dari perencanaan pihak rumah produksi. Produser, sutradara, kreatif, dan tim casting, masingmasing mendapatkan skenario yang telah dirampungkan oleh penulis skenario sebelumnya. Dari skenario yang telah dibuat tersebut, didapatkan karakter yang dibutuhkan dari para pemain. Tim casting melakukan casting kepada setiap peserta yang mengikuti casting. Tentu saja para calon pemain ini diminta untuk berakting memerankan salah satu tokoh seperti yang dibutuhkan oleh skenario. Nama-nama calon terbaik menurut tim casting beserta video ketika mereka mengikuti casting, kemudian diserahkan kepada produser, sutradara, penulis skenario, dan kreatif untuk dipilih satu nama yang paling sesuai untuk memerankan satu tokoh. Dalam sebuah meeting, produser, sutradara, dan penulis skenario duduk bersama kemudian memilih satu dari beberapa nama yang diberikan tim casting. Pemain utama (sentral figure) serta beberapa pemain pendukung dipilih langsung oleh sutradara yang akan memimpin produksi. Tiga pemeran utama yang akan memerankan tokoh Jami, yakni Lionil Hendrik, tokoh Karyo, yakni Aiman Ricky, dan tokoh Mamad, yakni Reza Aditya, diminta shalat oleh sang sutradara
54
untuk menentukan apakah mereka lolos casting atau tidak.5 Menurut sutradara, pemilihan pemain didasarkan atas dasar feeling karena nama-nama yang diterima dari tim casting sudah dipastikan nama-nama orang pilihan yang mampu berakting. Namun, memang tidak semua pemain merupakan pilihan sutradara, pemain pendukung yang tidak terlalu banyak mendapat peran dalam adegan biasanya hasil dari pilihan tim casting semata. Seperti Dian, yang berperan sebagai ibu dari salah satu tokoh utama, yakni Jami, mengatakan bahwa ia tidak melalui tahapan casting terlebih dahulu untuk mendapatkan perannya itu, ia hanya dihubungi oleh salah satu tim casting dan diminta memerankan tokoh sebagai ibunda dari Jami. “Kalau aku sih, enggak ikutan casting, aku dihubungin sama tim nya dari sini. Mungkin karena kan memang aku sudah lama, jadi udah kenal, ngerasa aku yang cocok gitu untuk peran ini”.6 Menentukan pemain yang sesuai dengan karakter tokoh dalam skenario terkadang bukan hal yang mudah. Selain harus menemukan tokoh yang sesuai bentuk tubuh, pembawaan, serta kemampuan akting dalam memerankan karakter yang ditentukan, pemain yang dicari adalah yang mampu memerankan karakter di luar karakter awal. Dalam mencari pemain, dibuat perkiraan juga 5
http://www.okezone.com/islamktp, diakses tanggal 30 Agustus 2010 pkl. 13:15 Wawancara pribadi dengan Dian Ristiani, Pemeran tokoh ibunda Jami, Jum‟at, 20 Agustus 2010, di Taman Wiladatika Cibubur, pkl. 16:30 WIB 6
55
apakah karakter yang ada bisa diubah, karena bisa saja satu tokoh beubah karakter, supaya tidak monoton, cerita dapat terus mengalir, dan penonton tidak bosan.7 e) Kru Produksi/Kerabat Kerja Produksi Setelah ditemukan artis yang sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita, tahapan dilanjutkan dengan penentuan kru produksi. Tidak berbeda dengan penentuan pemain, penentuan kru produksipun dilakukan sepenuhnya oleh sutradara. Terutama pemilihan cameraperson (kameramen) dan soundman (penata suara). “Untuk tim juga, tim produksi semua yang ada di sini saya yang pilih. Karena kan ini team work jadi harus ada perasaan nyaman. Jadi sama kantor saya minta, saya mau cameramen yang ini, soundman yang itu, dan kantor
pasti
mengizinkan
karena
yang
akan
mengerjakan ini saya, jadi harus dibuat senyaman mungkin”.8 Sebagai pimpinan dalam kegiatan shooting (pengambilan gambar), segala sesuatu yang terjadi di lokasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab sutradara. Konsep sepenuhnya ada dan dalam kekuasaan sutradara. Semua kru dan pemain mengikuti apa yang
7
Wawancara pribadi dengan pimpinan produksi Islam KTP, Sigit, Senin, 23 Agustus 2010 di kantor Multivision Plus, pkl. 13:00 WIB. 8 Wawancara pribadi dengan sutradara Islam KTP, Syaiful Drajat AS, Minggu, 29 Agustus 2010 pukul 16:15 WIB di lokasi Shooting Islam KTP Jl. IPTN, Cibubur
56
diinginkan sutradara. Sutradara mengarahkan para kru dan pemain untuk memvisualisasikan cerita yang masih berupa kata menjadi gambar bergerak yang bisa dilihat dan didengar. Atas dasar itulah, sutradara harus merasa senyaman mungkin dengan orang-orang yang bekerja sama dengannya. Proses pengambilan gambar adalah kerja tim yang membutuhkan kekompakkan dan kenyamanan dari masing-masing orang yang terlibat. Maka, sutradara berhak menentukan siapa saja orangorang yang dirasa nyaman sebagai rekan kerja untuk menghasilkan tontonan yang bagus. Dalam perencanaan ini, kru yang terlibat dalam produksi terdiri dari; (a) asisten penyutradaraan, terdiri dari; asisten sutradara, klaper, pencatat time code; (b) soundman; (c) lightingman; (d) camera person; (e) penata artistik; (d) pengarah lapangan, dsb. 4. Biaya Produksi Dalam perencanaan sebuah produksi, yang menjadi perhatian khusus adalah pembiayaan produksi. Anggaran besaran biaya produksi telah ditentukan dari awal sebelum produksi dimulai. Pihak manajemen yang mempoduksi sinetron Islam KTP, dalam hal ini PT. Multivision Plus, telah menentukan budget khusus untuk produksi sinetron tersebut yang besarannya berbeda dengan budget yang dikeluarkan untuk produksi film layar lebar.
57
Mengenai besaran biaya produksi tidak dapat diketahui dengan pasti, karena biaya produksi biasanya diungkapkan sesuai kepentingan pada saat besarannya harus diucapkan. Meski tidak menyebutkan berapa besar anggaran dana untuk sinetron ini, pimpinan produksi menjelaskan bahwa keuangan seluruhnya diatur oleh produser pelaksana dan pimpinan produksi. Dalam sebuah produksi, pimpinan produksi memiliki tanggung jawab keseluruhan proses produksi. Pimpinan produksi mengatur dan memantau
mulai
dari
tahapan
perencanaan
produksi,
proses
pengambilan gambar, hingga proses akhir sebelum hasil shooting dikirimkan ke pihak stasiun televisi. Produser pelaksana sendiri, bertugas membantu produser dalam menjalankan sebuah perencanaan produksi.9 Produser pelaksana mengetahui berapa harga jual dari sebuah hasil produksi, karena alasan itulah biaya diatur seluruhnya oleh pimpinan produksi dan produser pelaksana agar pengeluaran tidak melebihi budget yang telah ditentukan perusahaan.10 5. Lokasi Pengambilan Gambar Pencarian lokasi, ditentukan oleh sutradara dan beberapa kru. Dengan pertimbangan, lokasi yang menjadi pilihannya dipastikan mampu menyelesaikan seluruh scene yang tertulis dalam skenario.
9
Drs. Darwanto, S.S, Televisi sebagai Media Pendidikan, h.177
10
12:30 WIB
Wawancara pribadi dengan Gustav, pimprod Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010, pkl.
58
Lokasi dipilih sedemikian rupa dengan catatan nyaman agar produksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam produksi Islam KTP ini, lokasi pengambilan gambar bertempat di Taman Wiladatika Cibubur, Jalan IPTN, Cibubur, serta komplek Tirta Gede, Cibubur. Lokasi tersebut oleh sutradara dirasa nyaman, asri, dan sangat mendukung proses pengambilan gambar karena lokasinya yang berdekatan. Sehingga, memudahkan pemain dan kru untuk perpindahan set, mengingat sinetron Islam KTP ini merupakan sinetron kejar tayang yang proses produksinya setiap hari. Setelah tahapan perencanaan yang disebutkan di atas telah dilalui, kemudian barulah proses pengambilan gambar dilakukan. Bersama kru dan artis pilihan, proses pengambilan gambar dimulai di tempat yang telah disetujui dalam tahap perencanaan ini.
6. Deskripsi Sinetron Islam KTP Istilah
Deskripsi
Judul Acara
: Islam KTP
Format
: Sinetron Drama
Jenis Cerita
: Drama Komedi Satire
Tema Cerita
: Religious
Program
: Nasional
Tempat Tayang
: Stasiun Televisi SCTV
Waktu Tayang
: Senin-Minggu, pukul 18:00-19:30
59
WIB Durasi
: 90 menit
Sasaran
: Umum/Semua Umur
Kelompok Acara
: Hiburan
Tujuan
: Memberikan hiburan sekaligus pendidikan agama Islam.
Jenis Produksi
: Taping; Indoor dan Outdoor
A.1 Kolom Deskripsi Sinetron Islam KTP B. PROSES PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP 1. Proses Pengambilan Gambar/Shooting Setelah perencanaan selesai, langkah berikutnya adalah produksi atau proses pengambilan gambar. Namun, sebelum dimulai proses pengambilan gambar, terlebih dahulu dilakukan tahapan persiapan. Proses pengambilan gambar dibagi menjadi dua tim. Tim satu diketuai oleh sutradara sendiri, yakni Syaiful Drajat AS, yang akrab disapa bang Ipul dan tim dua diketuai oleh co. sutradara, yakni Putri Rindung Bulan atau yang akrab disapa mbak Putri. Persiapan seluruh peralatan dimulai sebelum produksi. Orangorang yang bertanggung jawab atas peralatan mengatur semua keperluan shooting dan menuliskannya dalam sebuah daftar peralatan. Selain daftar peralatan juga dibuat daftar properties yang berisi dengan barang-barang atau alat-alat yang dibutuhkan sebagai sarana penunjang yang dibutuhkan selama proses pengambilan gambar.
60
Sebelum proses shooting dilakukan, para kru menyiapkan set yang sesuai dengan skenario. Sutradara mengarahkan para kru untuk menata set serta mengetes kualitas suara mic. Para kru menyiapkan alat sesuai dengan yang menjadi tanggung jawabnya. Yang menarik dalam proses produksi atau pengambilan gambar adalah satu rumah atau lokasi yang bisa digunakan untuk lokasi pengambilan gambar lebih dari satu tokoh dan ditata sedemikian rupa agar menyerupai tuntutan skenario. Selain itu, lokasi yang dalam kenyataannya merupakan suatu ruang tertentu bisa disulap menyerupai ruang lainnya sesuai kebutuhan skenario. Di sinilah kreatif tim artistik dibutuhkan. Setelah setting tempat selesai ditata, tahap selanjutnya adalah latihan pemain. Latihan dilakukan pemain dibawah kontrol sutradara, pemain dan sutradara berusaha menggambarkan adegan sesuai skenario. Setelah latihan dirasa cukup, peralatan dianggap siap, lalu pengambilan gambar dilakukan. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan dua (2) buah kamera
sekaligus.
Dalam
satu
scene,
biasanya
dilakukan
take
(pengambilan gambar) minimal dua kali untuk scene yang melibatkan dua (2) pemain yang berdialog. Selain itu, penggunaan angle kamera seperti, Mid Shot atau Medium Shot sesuai kebutuhan. Hal ini dilakukan, untuk memperoleh gambar yang bervariasi.11
11
Cibubur.
Wawancara pribadi dengan kameramen sinetron Islam KTP, 29 Agustus 2010 di
61
Untuk penentuan pengambilan setting indoor atau outdoor pada tiap episode dominan pada pengambilan setting outdoor atau luar ruangan dengan pertimbangan berbagai hal. Sebagai sebuah rumah produksi terbesar di Indonesia, pihak Multivision Plus memiliki kebijakan tersendiri dalam hal pengambilan gambar. Bahkan, dalam satu scene dapat dilakukan take berulang-ulang hingga 6 kali, jika sutradara masih kurang puas dengan akting pemainnya atau alasan lainnya.12 2. Sarana dan Prasarana dalam Proses Shooting Sarana dan prasarana merupakan peralatan yang memadai, tentu saja yang diperlukan kualitas alat sesuai standar broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan itu
mendorong
kelancaran
seluruh
proses
produksi.
Dimana
pengembangan dan jumlahnya tergantung pada program yang akan diproduksi. Dalam sebuah proses produksi memerlukan berbagai sarana penunjang produksi yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara dan unit peralatan pencahayaan. Diantaranya, sebagai berikut: 1) Kamera; 2) Tripod; 3) VTR; 12
12:30 WIB
Wawancara pribadi dengan Sigit, pimprod Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010, pkl.
62
4) Lighting; 5) Stereofoam dan kain tipis (untuk shooting outdoor); 6) Mic boom; 7) Audio mixer; 8) Genset (untuk shooting outdoor); 9) Sarana transportasi (untuk shooting outdoor); 10) Tiang dan kabel untuk keperluan tertentu. Dan prasarana yang digunakan dalam proses produksi ini adalah: 1. Ruang meeting; 2. Ruang editing; 3. Ruang mastering; 4. Property shooting. C. PROSES PASCAPRODUKSI SINETRON ISLAM KTP Setelah proses produksi di lapangan selesai, langkah selanjutnya adalah proses editing. Editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkaikan (menyambung) potongan-potongan
gambar sehingga
menjadi film yang dimengerti. Proses editing dikenal dalam dua langkah, yakni editing offline dan editing online.13 Proses editing pada sinetron Islam KTP ini, dimulai dengan proses fading atau yang biasa disebut memasukkan input timecode ke dalam
13
Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006)
63
komputer oleh asisten editor berupa klip-klip. Selanjutnya, proses dilanjutkan pada offline digitizing atau yang disebut dengan proses mentransfer gambar dan suara dari tape ke harddisk komputer. Setelah itu, masih dalam proses editing offline, editor offline menyambung dialog sesuai dengan skenario, mengecek kelengkapan sewaktu pengambilan gambar, pembuangan adegan yang tidak penting, ataupun pemadatan dialog dilakukan sesuai dengan yang tertulis di skenario dan berdasarkan apa yang ada di lapangan. Setelah selesai proses editing offline, tahapan selanjutnya adalah editing online. Online digitizing layaknya offline digitizing yang membedakannya adalah pada offline digitizing semua klip yang telah direkam ditransfer seluruhnya ke dalam komputer. Namun, dalam online digitizing, yang ditransfer adalah klip yang dipakai. Editor melakukan pemangkasan adegan atau pemadatan bahkan pemangkasan dialog. Editor bekerja keras untuk menampilkan cerita yang menarik. Tahapan yang selanjutnya adalah mixing. Mixing merupakan tahapan dimana editor melakukan penyatuan suara dialog dengan ilustrasi musik agar balance (seimbang antara keduanya) sehingga suara yang dihasilkan tidak saling bertabrakan.14 Setelah melewati tahapan mixing, kemudian lanjut pada proses mastering, yaitu proses mentransfer data yang telah selesai diedit, yang 14
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h.43
64
memerlukan waktu sesuai dengan durasi hasil editan. Biasanya, proses mastering dibarengi dengan proses QC atau Quality Control.
65
Ide utama muncul dari tim i kreatif.
Produser/pemilik rumah produksi
Produser Pelaksana
crew
Sutradara
Penulis Skenario
Pemain
PRODUKSI
PASCA PRODUKSI/EDITING
SENSOR
Skema 1 Alur Produksi Sinetron Islam KTP
66
D. ANALISIS PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP 1. Episode 35 a. Proses Pra Produksi Episode 35 1)
Penemuan dan Pengembangan Gagasan
Ide atau gagasan awal yang muncul pada tahapan perencanaan pertama sebelum proses produksi dalam sinetron Islam KTP ini merupakan sebuah ide yang muncul dari tim kreatif pada PT. Multivision Plus. Selanjutnya ide atau gagasan tersebut dikembangkan menjadi sebuah skenario yang utuh oleh penulis skenario yakni Warid AS. Pada prosesnya, penulis skenario terus berhubungan dengan tim kreatif untuk pengembangan ide cerita pada setiap episodenya, selain tim kreatif penulis scenario juga menampung semua ide yang disampaikan oleh sutradara. Ketika
muncul
ide
tentang
poligami,
penulis
skenario
mendiskusikan ide tersebut kepada pimpinan tim kreatif, dalam hal ini adalah Martias Syamas. Setelah tim kreatif menyetujui, barulah penulis skenario memulai pembuatan skenario episode ini. Dalam episode ini, pembuatan skenario dilakukan dalam tim yang berjumlah enam orang yang pekerjaannya sesuai dengan jumlah karakter yang ada dalam episode tersebut. 2)
Materi Produksi
Episode ini bercerita tentang Caroline dan Mutia yang mencari Jami, yang pergi meninggalkan rumah karena pertengkarannya dengan
67
sang ayah. Jami memutuskan untuk tinggal di musholla. Sedangkan cerita lain tentang Jamilah yang mengikhlaskan suaminya, Ma‟dit Musyawarah, yang sedang mendekati Gina untuk dijadikan istri kedua. Berbagai cara dilakukan oleh Ma‟dit untuk bisa mendapatkan cinta Gina, termasuk menyogok Amsani kakak dari Gina yang tak lain adalah ibunda Mamad. Amsani yang merasa orang paling dekat dengan Gina memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari Ma‟dit, sejak saat itulah hingga seterusnya Ma‟dit menyebut Amsani sebagai orang yang pengeretan (suka meminta uang dari orang lain). Pada tokoh lain, ada Mamad yang bertengkar dengan Karyo karena tidak setuju Karyo mendekati Gina, encing Mamad. Sebagaimana harapan penulis dan tim kreatif untuk dapat menampilkan pelajaran-pelajaran Islam pada tiap episodenya. Pada episode ini yang paling mencolok adalah masalah poligami dalam Islam. Bahwasanya suami yang telah mendapatkan izin dan ridho dari istri pertama boleh melakukan poligami. Karena dalam agama Islam sendiri, seorang laki-laki boleh menikahi maksimal empat orang istri. Namun, dengan syarat benar-benar mampu berlaku adil. Bukan berpoligami dengan alasan mengikuti hawa nafsu semata. Dan sebagai wanita, hendaknya kita berpikir matang sebelum menerima tawaran poligami, seperti yang dialami Gina, seorang wanita cantik yang ingin dijadikan istri kedua oleh Ma‟dit Musyawarah.
68
3)
Persiapan
Pada episode 35 ini, membutuhkan pemain tambahan selain pemain-pemain yang telah ikut serta pada episode-episode sebelumnya. Pemain tersebut semuanya dipilihkan oleh pihak perusahaan, dalam hal ini koordinator pemain dalam sinetron Islam KTP termasuk pemain figuran/cameo seluruhnya menjadi tanggung jawab perusahaan yang telah memiliki kerjasama dengan beberapa agency. Para tokoh yang terlibat dalam proses produksi episode ini adalah: Idrus Madani, sebagai Ali Nurdin; Martina Aisyah, sebagai Sabrina; Lionil Hendrik, sebagai Jami; Aiman Ricky, sebagai Karyo; Reza Aditya, sebagai Mamad; Qubil AJ, sebagai Ma‟dit; Tiffani, sebagai Gina; Yovana, sebagai Mutia; Dian, sebagai Caroline; Yulianto, sebagai pak RW; Yanda Djaitov, sebagi pak RT; Tubagus Indra, sebagai TB; Taufik Lala, sebagai Dulmatin; Lolita, sebagai Enting Sukaesih; serta enam orang pemain dari sebuah agency yang berperan sebagai ABG yang menggoda Jami‟. Dalam produksi Islam KTP ini, lokasi pengambilan gambar bertempat di Taman Wiladatika Cibubur, Jalan IPTN, Cibubur, serta komplek Tirta Gede, Cibubur. Sehingga, memudahkan pemain dan kru untuk perpindahan set, mengingat sinetron Islam KTP ini merupakan sinetron kejar tayang yang proses produksinya setiap hari. Untuk perizinan lokasi di Taman Wiladatika, persiapan dilakukan oleh koordinator lapangan pada hari pelakasanaan produksi, sebelum produksi tersebut dimulai. Setelah perizinan didapat, kru langsung
69
menyiapkan segala sarana yang dibutuhkan dalam proses pengambilan gambar. Namun, pada set yang berlokasi di rumah, perizinan telah dilakukan sejak jauh hari, dengan mengontrak rumah tersebut untuk jangka waktu tertentu. Pada tahapan sebelum proses shooting dilakukan, para kru menyiapkan set yang sesuai dengan skenario, make up dan latihan para pemain, sebelum akting mereka direkam kamera sekaligus latihan untuk penentuan angle kamera. Latihan dilakukan langsung oleh para pemain yang terlibat dalam satu adegan dalam satu set yang telah tertata rapi. Sutradara memberikan arahan kepada para pemain apa dan bagaimana suatu adegan harus dimainkan. Bersamaan
dengan
latihan
para
artis,
sutradara
juga
menginstruksikan kameramen untuk latihan menentukan angle serta latihan pergerakan kamera mengikuti pergerakan pemain. Setelah dirasa cukup, proses perekaman gambar baru dilakukan. b. Pelaksanaan Produksi Episode 35 Dalam proses pengambilan gambar dalam sinetron Islam KTP ini, kru dibagi menjadi dua bagian. Pembagian ini berdasarkan pertimbangan waktu. Sinetron Islam KTP adalah sinetron kejar tayang yang harus tayang setiap harinya. Demi menyelesaikan seluruh scene dalam skenario, maka pengambilan gambar dilakukan oleh dua tim sekaligus dengan pembagian kerja secara adil.
70
Adil, maksudnya adalah membagi rata scene yang tertulis dalam skenario. Jika dalam satu episode tertulis 30 scene, maka tim satu harus menyelesaikan 15 scene dan sisanya, yakni 15 scene yang lainnya diselesaikan oleh tim dua. Alat perekam menggunakan kaset Betacam. Pada saat pelaksanaan produksi tersebut, co.sutradara yang mengetuai tim dua selalu berkoordinasi dengan sutradara yang mengetuai tim satu. Jarak untuk pengambilan gambar antara dua tim tersebut menjadi pertimbangan khusus untuk memudahkan koordinasi dan perpindahan pemain. Meski tim dipecah menjadi dua, namun segala keputusan tetap ada di satu tangan, yakni sutradara, karena sutradara dalam sebuah produksi atau pengambilan gambar layaknya seorang nahkoda yang memiliki wewenang tertinggi dan semua kru dan pemain yang terlibat harus tunduk padanya. Misalnya saja, saat ditemui di Taman Wiladatika, Cibubur. Saat itu skenario tertulis mushalla, namun di dekat lokasi tidak ada mushalla, maka Putri menemui Syaiful dan meminta persetujuan untuk menggunakan ruang lain untuk mengambil latar mushalla. Selain itu di tempat yang sama, skenario tertulis rumah minimalis, karena di taman tersebut tidak nampak rumah minimalis, maka Putri meminta penyelesaiannya pada Syaiful. Karena pada hari tersebut syuting kedua tim sedikit berjauhan, maka koordinasi antara sutradara tim 1 yang bertempat di komplek Tirta
71
Gede dengan sutradara tim 2 yang bertempat di Taman Wiladatika dilakukan melalui telepon. Pengambilan gambar pada episode ini seluruhnya dilakukan di daerah Cibubur. Di jalan IPTN, komplek Tirta Gede, dan Taman Wiladatika Cibubur. Dalam satu scene dibutuhkan beberapa kali take agar memenuhi standar perusahaan PT. Multivision Plus. Shooting seharusnya dimulai pada pukul 14:00 WIB, namun karena keterlambatan property yang dibutuhkan dalam shooting tersebut, maka shooting baru dimulai sekitar pukul 16:00 WIB. Dan berakhir pada pukul 23:00 WIB. Karena masih terdapat stock adegan pada divisi editing, maka shooting episode ini memakan waktu hingga 2 hari. Pada scene 15, yang bercerita tentang Ma‟dit yang memarahi pak RW karena idenya untuk memberikan Gina hadiah demi mendapatkan cinta Gina ternyata tidak berhasil. Adegan yang harus dilakukan adalah Ma‟dit memukul wajah RW yang sedang tertidur pulas dengan sebuah buku. Adegan tersebut diambil hingga enam kali take. Take pertama diambil dengan sudut lebar (wide angle) yang menggambarkan keadaan keseluruhan tempat terjadinya dialog. Take kedua diambil untuk elemen utama pengambilan gambar televisi yaitu close up masing-masing pemain yang sedang berdialog. Namun, harus diulang hingga enam kali karena sutradara menganggap akting mereka kurang bagus.
72
Menariknya, tempat yang menjadi latar dalam cerita tersebut adalah sebuah ruang tamu. Namun dalam proses pengambilan gambarnya, ruangan yang digunakan sebenarnya adalah ruangan garasi tempat parkir mobil. Dengan kejelian sutradara dan kreatif tim artistik dalam menata ruangan tersebut, ruang garasi bisa beralih fungsi menjadi ruang tamu yang meyakinkan. Tim artistik menata ruang sesuai dengan continuitas cerita dari awal. Misalnya, ruang tamu biasa dilengkapi dengan hiasan dinding berupa lukisan air terjun, maka lukisan air terjun akan selalu dihadirkan apabila di skenario tertulis ruang tamu. Hal ini menjadi penting untuk menjaga continuitas latar cerita. Yang tidak dapat dianggap sepele adalah pencatatan time code saat berlangsungnya produksi. Catatan ini yang nanti digunakan untuk memudahkan dalam pelaksanaan proses editing dalam pasca-produksi. Yang
bertugas
mencatat
time
code
ini
adalah
bagian
asisten
penyutradaraan, termasuk juga petugas klapper yang mencatat scene yang sedang direkam.15 Catatan time code ini yang nantinya dibawa bersama video hasil shooting dan diberikan kepada divisi editor untuk diedit sedemikian rupa sehingga menjadi runtutan cerita yang bisa dinikmati oleh penonton di televisi. Sarana yang digunakan pada proses produksi sinetron ini adalah: 15
Wawancara dengan Asep Zaetu, Editor Sinetron Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010 di Kantor Multivision Plus.
73
1) 2 buah Kamera; 2) 2 buah Tripod dan Dolly; 3) 2 buah kaset Betacam; 4) 1 unit VTR; 5) Lighting; 1 buah lampu berkekuatan 1000watt, dan 3 buah lampu berkekuatan 500watt. 6) 3 buah Stereofoam dan satu buah kain tipis (untuk shooting outdoor); 7) 1 buah Mic boom; 8) 1 unit Audio mixer; 9) 1 buah Klapp; 10) 1 unit Genset (untuk shooting outdoor); 11) Sarana transportasi (untuk shooting outdoor); 12) Tiang dan kabel untuk keperluan tertentu.16 Sedangkan prasarana yang digunakan meliputi ruang meeting, ruang editing, ruang mastering, serta segala perlengkapan properties yang dibutuhkan demi kelancaran shooting. Seperti, lukisan, sofa dan kursi, karpet, hiasan dinding, telepon seluler, foto, dan lain-lain. c. Pelaksanaan Pasca Produksi Episode 35 Pelaksanaan pasca produksi merupakan proses editing dari gambar yang telah diambil di lokasi. Proses editing dalam satu episode
16
Keduabelas sarana tersebut adalah sarana yang digunakan dalam satu tim produksi. Maka, dalam dua tim produksi Islam KTP ini membutuhkan dua kali lipat sarana yang disebutkan di atas.
74
menghabiskan waktu hingga satu hari karena banyaknya jumlah scene serta kesulitan-kesulitan untuk memenuhi standar perusahaan. Awalnya, proses ini dilakukan oleh editor offline yakni melakukan fading atau membuat laporan berupa klip ke dalam komputer, lalu memasukkan atau input gambar dan suara ke dalam komputer melalui kaset betacam dari lokasi ke dalam harddisk komputer. Setelah selesai oleh editor offline, proses dilanjutkan oleh editor, yakni Asep Zaetu, dia yang menyambung adegan satu dengan adegan yang lain, membuang adegan-adegan yang tidak memiliki nilai pada episode selanjutnya, serta melakukan pemadatan-pemadatan dialog yang dianggap tidak penting. Pada proses inilah editor berusaha menampilkan cerita yang runtut dan menarik dengan memasangkan shot-shot terbaik.17 Setelah editor selesai mengedit, selanjutnya adalah proses mixing, yakni menyambung gambar, suara dengan musik. Editor melakukan penyeimbangan
gambar dan suara dari lokasi shooting dengan
menambahkan ilustrasi musik pada adegan-adegan tertentu. Setelah proses ini selesai, ruangan berpindah pada ruang mastering, di ruang inilah, pimpinan produksi, Sigit Gustav, melakukan QC atau Quality Control, yakni memeriksa kembali hasil editing, didampingi oleh supervisi produksi, Arie Aziz, serta Susan.
17
Wawancara dengan Asep Zaetu, Editor Islam KTP, Senin, 23 Agustus 2010 pkl.13:15 WIB Kantor Multivision Plus
75
Setelah itu, lalu dilakukanlah mastering, yakni transfer dari hardisk komputer untuk selanjutnya dikirimkan pada stasiun televisi untuk ditayangkan. Alur (flow chart) editing ini dapat dilihat pada lampiran. Durasi dalam satu kali tayang adalah 60 menit, namun pihak stasiun televisi memberikan waktu sekitar 42 menit untuk cerita, sehingga editor membagi ke dalam lima segmen untuk jeda iklan dengan durasi rata-rata per satu segmen pada episode ini, adalah sebagai berikut:
Segmen pertama
: -+ 10 menit
Segmen kedua
: -+ 8 menit
Segmen ketiga
: -+ 8 menit
Segmen keempat
: -+ 10 menit
Segmen kelima
: -+ 6 menit18
2. Episode 150 a. Proses Pra Produksi Episode 150 1)
Penemuan dan Pengembangan Gagasan
Setelah mencapai hingga episode 100, tim kreatif beserta penulis skenario melakukan terobosan terbaru agar sinetron Islam KTP ini tetap diminati masyarakat. Salah satunya dengan cara pengembangan ide cerita, yang secara otomatis mengisi sinetron tersebut dengan pemain-pemain baru secara silih berganti.
18
Durasi cerita episode ini adalah 42 menit dengan pembagian waktu persegmen seperti diungkapkan di atas dari durasi tayang program keseluruhan selama 60 menit. Karena 18 menit yang lain digunakan oleh stasiun televisi untuk commercial break atau iklan.
76
Berbeda dengan cerita di awal penayangannya, kali ini cerita dibuat memiliki judul masing-masing pada tiap episodenya. Sebagai sebuah drama komedi satire yang memang berisi sindiran tajam, judul cerita diambil dari kejadian yang memang terjadi dalam masyarakat, misalnya nabi palsu, pengobatan alternatif/dukun, dana BOS, kisah menelantarkan orang tua, makelar tanah, dll. 2)
Materi Produksi
Episode 150 ini, berkisah tentang keutamaan bulan Muharram. Bertepatan dengan datangnya bulan Muharram, penulis skenario secara aktif langsung menuangkannya dalam salah satu episode. Ide cerita memang muncul dari penulis skenario, namun dalam penyelesaiannya, penulis skenario mendapatkan materi dari hadits, buku-buku keislaman, serta diskusinya dengan guru spiritualnya yang biasa dipanggil habib. Episode kali ini becerita tentang anjuran untuk mengusap kepala anak yatim (memberi santunan pada anak yatim) pada bulan Muharram. Tokoh Ma‟dit, yang memang haus pujian dari orang-orang sekitar, memerintahkan hansip untuk mencari anak-anak yatim untuk disantuni. Seperti wataknya pada episode terdahulu, Ma‟dit memang hanya ingin memberi santunan untuk mendapatkan pujian. Tidak lupa diberi sentuhan komedi dengan para yatim yang berupa orang-orang tua. Kisah lain ada pada Dulmatin, mantan seorang copet yang kini mulai taubat. Kisah taubatnya meresahkan istri dan bapak mertuanya,
77
karena oleh masyarakat sekitar, taubatnya Dulmatin sebagai salah satu tanda ia akan meninggal dunia. Tebe, anak Dulmatin bersama teman-temannya merayakan malam tahun baru Islam dengan berjalan berkeliling kampung dengan membawa lampion dan lantunan sholawat. Tebe, yang akrab dengan “kata bapak Tebe” mengajak teman-temannya yang yatim mendatangi tetanggatetangganya untuk menerima santunan. Bulan Muharram yang identik dengan hijrah, menjadi bahan diskusi Mamad dan Karyo bersama bang Ali. Keingintahuan yang besar dari kedua pemuda kampung itu membawa mereka untuk menemui bang Ali demi mengetahui arti hijrah yang sesungguhnya. Bahwasanya hijrah bukan hanya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, akan tetapi perpindahan hati dari yang tadinya buruk menjadi lebih baik. b. Proses Produksi Episode 150 Pada episode ini, pengambilan gambar diambil sepenuhnya di komplek Tirta Gede dan jalan IPTN, Cibubur. Prosesnya berlangsung setelah zuhur, sekitar pukul 14:30 WIB-05:00 WIB. Pada episode ini, shooting dilakukan dalam waktu satu hari. Naskah atau skenario diterima pemain dan kru paa saat kru dan pemain tiba di lokasi. Penulisan skenario sendiri menghabiskan waktu sekitar lima jam. Dimulai pada pukul 05:00 WIB hingga pukul 10:00 WIB. Tahap persiapan dimulai sejak persiapan seluruh peralatan yang diperlukan dalam proses produksi, perizinan lokasi, hingga setting
78
(penataan lokasi pengambilan gambar sesuai skenario) dan latihan para artis dan kru. Persiapan seluruh peralatan dimulai sebelum produksi. Orangorang yang bertanggung jawab atas peralatan mengatur semua keperluan shooting dan menuliskannya dalam sebuah daftar peralatan. Selain daftar peralatan juga dibuat daftar properties yang berisi dengan barang-barang atau alat-alat yang dibutuhkan sebagai sarana penunjang yang dibutuhkan selama proses pengambilan gambar. Sebelum proses shooting dilakukan, para kru menyiapkan set yang sesuai dengan skenario. Sutradara mengarahkan para kru untuk menata set, dimana letak kamera, dimana letak lighting, dimana letak VTR, dimana letak mic, bagaimana menata ruang pengambilan gambar, serta mengetes kualitas suara mic. Para kru menyiapkan alat sesuai dengan yang menjadi tanggung jawabnya. Lokasi pengambilan gambar selalu terdiri dari outdoor (luar ruangan) dan indoor (dalam ruangan). Tahapan persiapannya pun berbeda namun tidak terlalu mencolok. Dalam proses outdoor, para penata cahaya mengatur kualitas cahaya dengan cara menyalakan beberapa lampu yang menyorot pemain dari arah depan dan ditambahkan dengan mengelilingi pemain dengan stereofoam dan tirai tipis di atasnya agar tidak terlalu tersorot matahari. Namun, dalam proses indoor biasanya penata cahaya hanya mengatur kualitas cahaya dengan menyalakan beberapa lampu yang
79
dibutuhkan, biasanya cahaya lampu disorot di depan, samping kiri, dan belakang pemain, itupun sesuai kebutuhan. Jika dirasa sudah cukup, kemungkinan tidak terlalu banyak lampu yang menyorot ke arah pemain. Selain perbedaan lighting, perbedaan dalam penataan suara juga terasa pada saat pengambilan gambar indoor, dalam proses ini dilengkapi dengan speaker atau pengeras suara. Namun, pada proses outdoor hanya dilengkapi mic boom saja, tanpa speaker. Suara hanya dikontrol oleh soundman yang duduk di samping sutradara. Pada proses produksi episode ini, tidak lagi dibutuhkan pencatatan time code, karena alat perekamnya tak lagi menggunakan kaset Betacam, melainkan menggunakan memory card (kartu memori).19 c. Proses Pasca Produksi Episode 150 Berbeda dengan episode sebelumnya, pada episode ini proses editing sedikit berbeda karena alat perekam yang digunakanpun berbeda. Jika pada episode sebelumnya, menggunakan kaset Betacam, maka pada episode ini menggunakan memory card atau kartu memori. Menurut supervisi editor, Bayu Pamungkas, perbedaan ini diakibatkan penyesuaian perusahaan dengan kemajuan teknologi yang ada. Kini pada proses editing tidak lagi membutuhkan proses fading atau membuat klip, karena kartu memori telah merekam adegan berupa klipklip tersendiri. Divisi editing hanya membutuhkan tambahan card reader untuk input data dari kartu memori ke dalam komputer. 19
Wawancara pribadi dengan Bayu Pamungkas, supervisi editing Islam KTP, Kamis, 9 Desember 2010, pkl. 13:00 WIB
80
Namun, proses selanjutnya tetap sama, yakni menyambung dialog, memangkas adegan yang dianggap tidak mempengaruhi cerita selanjutnya, melakukan pemadatan-pemadatan adegan agar sesuai dengan durasi yang dibutuhkan. Mixing dengan ilustrasi musik, lalu QC oleh pimpinan produksi, dan terakhir mastering. Pada episode ini, durasi menjadi lebih panjang dari episode yang lainnya, yakni menjadi 90menit, dengan rincian durasi persegmen sebagai berikut:
Segmen pertama
: -+ 10 menit
Segmen kedua
: -+ 11 menit
Segmen ketiga
: -+ 12 menit
Segmen keempat
: -+ 10 menit
Segmen kelima
: -+ 11 menit
Segmen keenam
: -+ 12 menit20
E. FAKTOR PENGHAMBAT PRODUKSI SINETRON ISLAM KTP Setiap kegiatan yang dilakukan, biasanya memiliki kendala yang bisa mempengaruhi proses yang tengah dijalani. Berikut ini akan dipaparkan kendala yang dialami kerabat kerja hingga pemain selama proses produksi sinetron Islam KTP, meskipun merupakan hasil
20
Durasi cerita episode ini adalah 66 menit dengan pembagian waktu persegmen seperti diungkapkan di atas dari durasi tayang program keseluruhan selama 90 menit. Karena 24 menit yang lain digunakan oleh stasiun televisi untuk commercial break atau iklan.
81
wawancara dari segelintir orang saja, namun cukup menjelaskan kendala yang biasanya dialami dalam proses produksi ini, sebagai berikut: 1. Pimpinan Produksi Secara keseluruhan, pimpinan produksi mengaku tidak ada kendala yang terlalu berarti, termasuk juga hubungan dengan pihak stasiun televisi yang bekerja sama dalam menyangkan sinetron Islam KTP, semua berjalan lancar. Kendala yang terjadi sebatas hanya pada kendala
alam,
misalnya
hujan
yang
terus
menerus
hingga
mengakibatkan jadwal shooting menjadi molor (tertunda). Selebihnya hanya pada perubahan-perubahan skenario. Meskipun, pimpinan produksi ini mengatakan bahwa sempat terjadi sedikit kesulitan dalam menentukan artis yang cocok untuk memerankan tokoh Mamad. 2. Sutradara Sutradara, sebagai pimpinan yang paling bertanggung jawab dalam proses pengambilan gambar, mengaku sama sekali tidak mendapatkan kendala selama proses shooting Islam KTP ini berlangsung. Ketika ditanya soal kendala yang dihadapi, sang sutradara menjawab santai: “Untuk kendala besar atau kecil? Kalau saya sendiri ini tipe orang yang suka membuat masalah besar menjadi kecil dan masalah yang kecil menjadi tidak ada. Untuk sampai saat ini saya rasa kendala yang terlalu besar tidak ada. Semuanya lancar-lancar saja”.
82
3. Co. Sutradara Secara keseluruhan, co. sutradara yang mengetuai tim dua juga mengaku tidak mendapatkan kendala yang berarti. Menurutnya, kendala yang mungkin terjadi hanya persoalan alam, misalnya hujan. Selain itu, keterlambatan properties sebagai sarana penunjang untuk shooting yang terkadang menyebabkan sedikit kesal karena harus menunggu. 4. Camera Person (kameramen) Camera persons mengatakan kendala yang dialami biasanya lebih banyak berupa kendala alam atau cuaca, meskipun bukan berarti tidak ada kendala yang lainnya. Kendala alam yang sering dialami yaitu, hujan. Jika turun hujan, secara langsung set (tempat shooting yang telah siap untuk digunakan), harus dibereskan kembali dan shooting diundur hingga hujan berhenti untuk menjaga keamanan kamera yang merupakan alat elektronik, dari terpaan air hujan dan kenyamanan kru serta pemain. Yang merupakan kendala alam juga berupa day for night atau usaha menampilkan malam seperti siang, dikarenakan berbagai hal. Salah satunya karena banyak pemain yang memiliki kesibukan lain, sehingga harus disesuaikan jadwal pemain, atau pembagian tim produksi menjadi dua juga menyebabkan tim yang satu dengan tim yang lain saling menunggu giliran artisnya, sehingga menjadi banyak waktu terbuang, bahkan jadwal yang molor (tertunda) sehingga tidak
83
sesuai scene yang sudah ditargetkan. Namun di pihak lain, scene harus dituntaskan. Selain itu, kendala alat juga terkadang terjadi. Meskipun dengan frekuensi yang sangat jarang. Seperti, kerusakan kamera atau VTR. 5. Lightingman (penata cahaya) Tidak terlalu berbeda dengan camera persons, kendala yang dialami bagian lighting (penata cahaya) tidak lepas dari kendala alam. Hujan membuat suasana shooting menjadi tidak nyaman. Untuk waktu-waktu tertentu terkadang shooting tetap dilakukan meski diguyur air hujan. Keharusan day for night juga menjadi kendala yang cukup sulit bagi bagian penata cahaya, karena harus membuat suasana gelap malam menjadi terang benderang seperti siang hari untuk memenuhi tuntutan skenario. Terlalu banyak set juga menjadi salah satu kesulitan yang lumayan berarti, karena harus berkali-kali menata kembali set yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya. 6. Soundman (penata suara) Menurut penata suara, kendala biasanya berasal dari crowded (kebisingan) lapangan. Seperti bunyi-bunyian „tototetot‟, suara hujan, suara azan, atau suara-suara lainnya yang dapat mengaburkan suara pemain. Sebagai penata suara, ia harus bermain di mixer untuk menciptakan hasil vocal pemain yang jelas meski mendapat gangguan dari sekitar.
84
7. Artis/pemain a. Idrus Madani sebagai Bang Ali Nurdin Sebagai artis yang memerankan tokoh yang nyentrik, paham agama, dan seseorang yang memiliki indra ke-enam, Idrus mengaku bahwa sebagai manusia biasa ia mengalami kesulitan. Tetapi kesulitan tersebut menjadi tidak terlalu berarti karena ia berusaha selalu mendiskusikan perannya bersama sutradara, berkonsentrasi dalam setiap adegan, dan terus belajar untuk mendalami tokoh yang diperankannya. b. Lionil Hendrik sebagai Jami Onil, begitu ia kerap disapa, mengaku tidak mengalami kesulitan sedikitpun. Seperti pemain yang lainnya, Onil membiasakan
diri
berdiskusi
dengan
sutradara
dan
mendengarkan semua yang dikatakan oleh sutradara. Ia hanya membaca skenario yang diberikan, lalu menggunakan feeling ketika memerankannya di depan kamera. Selain itu, kendala yang mungkin terjadi adalah keterlambatan perpindahan dari satu set ke set yang lain. Sehingga terkadang mendapat teguran dari sutradara. c. Dian Ristiani sebagai Ibunda Jami Dian adalah salah satu pemain pendukung dalam sinetron ini, ia mengaku tak ada kesulitan dalam memerankan tokoh sebagai
85
ibu di sinetron ini. Semua ia jalani dengan mudah, cukup dengan membaca skenario dan memahaminya. 8. Editor Editor mengaku banyak ditemukan kesulitan dalam editing, biasanya yang sering terjadi adalah penulisan time code yang tidak sesuai dengan hasil rekaman di video. Selain itu, meskipun jarang, kendala juga muncul dari kesalahan kostum yang dipakai pemain. Selain kendala yang berasal dari kesalahan manusiawi, terkadang kendala juga berasal dari alat, misalnya dari mesin atau dari VTR. 9. Penulis Skenario Penulis skenario dalam sinetron ini merupakan penulis dalam tim yang berjumlah enam orang. Ketua atau pimpinan penulis skenario sinetron ini mengatakan, bahwasanya tak ada hambatan dalam penulisan skenario. Yang ada hanya kebutuhan akan kesabaran yang lebih. Karena setiap dari mereka memiliki watak dan keinginan yang berbeda, sehingga terdapat sedikit kesulitan dalam menyatukan keinginan tersebut. Selebihnya, hanya kendala manusiawi yang bisa dirasakan oleh siapa
saja,
yakni
bosan.
Kebosanan
terkadang
mengganggu
konsentrasi dalam menulis skenario, namun mas Warid memiliki kiat khusus, yakni menyelesaikan skenario pada pagi hari saat fikiran dan semangat masih fresh, namun pada saat bosan itu sangat mengganggu, disiasati dengan sholat. Dan yang terpenting adalah selalu menjaga
86
wudhu selama proses penyelesaiannya, agar tidak terganggu konsentrasinya.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dijabarkan dalam bab ini, merupakan kesimpulan yang didapat dengan merujuk kepada perumusan dan tujuan yang telah penulis uraikan pada bab awal, sebagai berikut: 1. Layaknya sebuah program yang lainnya, sinetron Islam KTP terlebih dahulu melalui tahap pra produksi atau perencanaan. Dalam proses perencanaan ini, ide awal muncul dari tim kreatif. Ide tersebut kemudian diajukan kepada produser, setelah disetujui, baru dilaksanakan pengembangan dari ide atau gagasan tersebut. Dalam perjalanannya tim kreatif terus memantau isi cerita untuk melakukan pengembangan-pengembangan ide. Namun, materi sepenuhnya muncul dari gagasan penulis skenario, yang berasal dari ulama, buku-buku Islam, serta al-Qur’an. Perencanaan dalam program sinetron Islam KTP ini, meliputi: penemuan ide, menetapkan organisasi pelaksana produksi, rancangan biaya produksi, pencarian artis, serta pencarian lokasi produksi.
87
88
Pada tahapan pelaksanaan produksi, tim produksi dibagi menjadi dua bagian, sebelum shooting dilakukan, terlebih dahulu dibuat rancangan set sesuai dengan yang tertulis dalam skenario, serta dilakukan latihan sebelum direkam dalam kamera. Latihan tersebut dimaksudkan untuk menentukan posisi kamera serta kefasihan artis atau pemain dalam menghapal dialog. Pada tahapan pasca produksi, editing dilakukan oleh editor. Terkait dengan proses ini, tim editor dibagi menjadi dua yakni editor offline dan editor online. Tugas editor offline adalah mentransfer gambar dan suara dari hasil rekaman di lokasi. Selanjutnya tugas editor adalah menyambung dan membuang video serta menentukan adegan-adegan yang layak untuk ditampilkan. Editing mencakup pula mixing, Quality Control, serta mastering. 2. Selama proses produksi, baik kru maupun pemain mengalami kendala. Namun, kendala tersebut masih dianggap wajar dan mampu diselesaikan dengan baik, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada produksi yang dihasilkan. Beberapa kendala yang sering dialami oleh kru adalah koordinasi para pemain yang memiliki beragam watak, kesibukan selain syuting sinetron tersebut, dan pembagian dua tim syuting yang menyebabkan jadwal
89
molor karena saling tunggu. Adanya keterlambatan baik dari pihak kru, pemain ataupun properti yang digunakan untuk
keperluan
syuting,
serta
faktor
cuaca
yang
menyebabkan jadwal syuting mundur. B. SARAN Dari uraian tentang produksi sinetron Islam KTP, penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Sebaiknya program tersebut ditayangkan tidak pada jam sholat maghrib. Agar tidak mengganggu waktu ibadah penonton serta tujuan dari sinetron ini yakni lebih memahami dan melaksanakan perintah agama dengan baik, benar-benar dapat dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran program tersebut. 2. Hendaknya tokoh yang ada dalam cerita tidak dibuat terlalu berlebihan
dalam
melakukan
kezoliman
agar
tidak
menimbulkan keresahan dalam masyarakat yang menonton. 3. Hendaknya penonton menanggapi sinetron tersebut secara bijak, dengan cara menjalankan pelajaran baik yang bisa diambil hikmahnya dan meninggalkan contoh yang buruk. 4. Hendaknya iklan yang ditayangkan saat commercial break, selaras dengan visi dan misi program ini. Artinya selektif dari tayangan-tayangan pornografi dan pornoaksi yang terlalu vulgar.
90
5. Hendaknya diteruskan ada ulama atau muballigh atau salah satu pemain sendiri yang memberikan ulasan atau penjelasan terhadap isi cerita atau perilaku para pemain untuk meluruskan atau menggiring pemirsa memahami benar dan salah menurut ajaran Islam (al-Qur’an dan Hadits) seperti yang pernah ditayangkan pada beberapa episode sebelumnya. 6. Hendaknya para agency yang dimiliki umat Islam mendukung sinetron religi ini dengan memasang iklan (kliennya) pada saat sinetron ini ditayangkan. 7. Hendaknya para kru dan pemain yang terlibat dalam sinetron ini melaksanakan kewajiban ibadah semestinya orang Islam. Agar sinetron religi yang sarat dengan muatan dakwah ini menjadi tontonan sekaligus tuntunan yang positif dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006)
Bungin, Burhan. Porno Media Kontruksi Sosial Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di Media Massa, (Bogor: Kencana, ,2003) Cet ke-1
Darwanto, S.S. Televisi sebagai Media Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998)
_________. Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. ke-1.
Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997)
Labib, Muh. Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta, PT Mandar Utama Tiga Books Divission, 2002), cet. ke-1,
Lutters, Elizabeth. Kunci Sukses Menulis Skenario, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2004)
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, ed. Revisi, 2007)
Morissan, M.A. Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008)
91
92
____________. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Televisi, (Tangerang: Pustaka Sinar Harapan, 1996)
____________. Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana, 2008)
Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah, (Bandung: Benang Merah Press, 2004)
Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)
Omar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1998. Cet. Ke-3)
Rafiudin, S.Ag. Drs. Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relation dan Media Penyiaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)
Soenarto, RM. Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007) Suprapto, Tommy. Berkarier di bidang Broadcasting, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006)
Sutisno. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1993)
Syukur, Asymuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1998)
93
Wahyudi, JB. Teknologi Informatika dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992) Wibowo, Fred. Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997)
____________. Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007)
Karya Ilmiah: Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI, Tesis, (Yogyakarta: 1998)
Taufik, M. Tata, Konsep Islam Tentang Komunikasi; Kritik Terhadap Teori Komunikas Barat, (Sekolah Pasca Sarjana (S3): Disertasi, 2007) h. 5
Wawancara: Sigit, Pimpinan Produksi Islam KTP Syaiful Drajat AS, Sutradara Islam KTP Idrus Madani, Pemain Sinetron Islam KTP Lionil Hendrik, Pemain Sinetron Islam KTP Asep, Editor Islam KTP Warid AS, Penulis Skenario Islam KTP Lainnya: http://id.wikipedia.org/wiki/Sinetron http://www.okezone.com/islamktp Skenario Islam KTP Tayangan Sinetron Islam KTP di SCTV
Epilog
Sebagaimana saya mengucapkan Basmallah pada awal pengerjaan skripsi ini, maka saya mengucap Hamdallah setelah terselesaikannya.
Semoga Allah SWT memberikan ampunan atas segala kesalahan Semoga syafa’at Nabi Muhammad memberi kemudahan kehidupan Semoga ilmu yang bermanfaat mampu menunjukkan jalan kebenaran Semoga seluruh niat baik dapat terwujud dan selalu dalam keridhoan
Aamienn…
Interviewee
: Idrus Madani (Pemeran Bang Ali)
Interviewer
: Qurnia Nirmala Sari
Hari/waktu
: Minggu, 29 Agustus 2010/ pkl. 17:30 WIB
Lokasi
: Lokasi Shooting Islam KTP, jl. IPTN komplek Tirta Gede, Cibubur
1. Tanya : Adakah kesulitan dalam memerankan tokoh Bang Ali ini? Jawab : kesulitan pasti ada saja, ini kan tokoh fiktif, di luar diri saya, jadi saya harus banyak belajar, konsentrasi, diskusi bareng sutradara. Tokoh ini kan karakternya nyentrik, suka memberi tausiyah, dan tokoh yang seperti punya indra ke-enam. 2. Tanya : Apa strategi khusus yang dilakukan untuk memperdalam karakter ini? Jawab : yang pasti mengasah segi keagamaan dalam diri saya sendiri, memperdalam rohani agar tidak terlalu sulit dalam memainkan tokoh ini. Pokoknya saya banyak belajar dari tokoh ini. 3. Tanya : Apakah sudah merasa puas dengan akting yang dilakukan? Jawab : Kalau puas, tidak akan ada kata puas, jika kita ingin menambah tidak ada kata puas. Karena jika sudah merasa puas akan ada rasa ketakutan untuk terus berkembang. Pasti celah selalu ada, karena kan tidak ada yang sempurna, lagipula zaman kan berkembang, segala macam kan semuanya berkembang. 4. Tanya : Apa tanggapan tentang tokoh yang diperankan saat ini? Jawab : Bang Ali ini kan tokoh yang disegani, tempat orang yang bertanya tetapi ngeselin, ditanya orang tapi bukannya jawab malah nanya lagi. Walaupun sebenarnya maksudnya dari itu pengen bikin orang jadi pintar.
5. Tanya : Apa tanggapan tentang sinetron ini? Jawab : Dari sinetron ini banyak hikmah yang bisa diambil, banyak hal-hal yang baru. Sinetron sekarang kan bawa-bawa religi, tetapi banyakan sinetron yang isisnya mistis, kalau sinetron Islam KTP ini kan lebih mendidik, mendekati kehidupan nyata. Memberi pelajaran-pelajaran buat kehidupan kita. 6. Tanya : Apa harapan dari sinetron Islam KTP ini? Jawab : yah, supaya sinetron ini bisa menjadi teguran buat kita semua. Ya buat penonton, ya buat pemainnya, buat kita semualah. Mudah-mudahan mereka memahami tentang Islam itu seperti apa, paling tidak ya ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Interviewee
: Syaiful Darajat AS (Sutradara Islam KTP)
Interviewer
: Qurnia Nirmala Sari
Hari/waktu
: Minggu, 29 Agustus 2010/ pkl. 16:15 WIB
Lokasi
: Lokasi Shooting Islam KTP, jl. IPTN komplek Tirta Gede, Cibubur
1. Tanya : Apa saja kendala saat produksi? Jawab : Untuk kendala besar atau kecil? Kalau saya sendiri ini tipe orang yang suka membuat masalah besar menjadi kecil dan masalah yang kecil menjadi tidak ada. Untuk sampai saat ini saya rasa kendala yang terlalu besar tidak ada. Semuanya lancar-lancar saja. 2. Tanya : Bagaimana proses sampai akhirnya menyutradarai sinetron ini? Jawab : Jujur saja, saya menerima pekerjaan ini ya karena saya memang butuh pekerjaan bukan karena hal yang lain, saya merasa ini dunia saya, ya saya terima tawaran ini. 3. Tanya : Mengapa tim produksi di bagi menjadi dua? Jawab : Karena dengan dua tim kerjanya lebih efisien. Sinetron ini kan kejar tayang, supaya bisa memenuhi target yah harus dibagi dua, kalau cuma satu bisa enggak kekejar semua. 4. Tanya : Untuk pembagian kerja antara tim 1 dan tim 2 bagaimana? Jawab : Semuanya kan ada schedule, jadi berdasarkan schedule kerjanya. Kan satu episode ada 30 scene misalnya, yah dibagi 2, tim satunya 15 scene , tim duanya juga 15 scene.
5. Tanya : Mengapa menggunakan multi kamera? Jawab : Supaya hasilnya baik. Ini permintaan kita sebagai tim produksi tapi diizinkan oleh pihak kantor. Walaupun kita mau, tapi jika kantor gak ngizinin ya gak bisa pakai. Tapi kan pihak kantor juga mengerti, ada tinjauan ke lokasi, jadi kita minta dua, dibolehkan. Sebenarnya enggak hanya dua sih, tiga, empat, juga bisa tapi karena kita kan butuh dua, jadi pakai dua aja. 6. Tanya : Bagaimana keterlibatan seorang sutradara dalam sebuah produksi ini? Jawab : Sutradara itu terlibat dari awal sampai akhir. Dari awal kita duduk bersama untuk nentuin konsep, saya, produser, produser pelaksana, kreatif, penulis naskah, kita duduk bareng membicarakan tentang ini. Ide muncul dalam sebuah produksi sebenarnya bisa dari siapa saja. Jadi kita bicara mulai dari mau buat apa?, untuk stasiun mana?, format ceritanya bagaimana?, kapan akan dibuatnya?, nah setelah jelas dan selesai skenario, kita langsung cari pemain, hunting lokasi, setelah itu kita produksi. Nah, sutradara enggak cuma sampai situ aja, selesai produksi masih ikut ke pascaproduksi, yaitu editing. 7. Tanya : Oh, sutradara juga ikut editing? Jawab : Yaiyalah, harusnya begitu. Sutradara dan editor duduk barengan untuk ngedit. Karena kan sutradara yang tau shoot by shoot mana aja yang dipakai. Editor mana tau mana yang bisa dipakai mana yang tidak, semuanya sutradara yang buat di lokasi. Tapi karena ini kejar tayang aja, saya jadi enggak ada waktu untuk ikut ngedit. Tapi kalau film gitu, yah pasti sutradara ikut. Kan dikontrak juga tertulis, honor 100% bisa diterima setelah proses editing selesai. Saat praproduksi 30%, produksi 30%, dan pascaproduksi (editing) 40%.
8. Tanya : Tadi mas bilang kalau di awal sudah ditentukan stasiun mana yang akan menayangkan? Jawab : Oh iya, setiap stasiun televisi kan punya ciri masing-masing. Juga punya target audiens yang berbeda. Kalau TPI misalnya, targetnya untuk masyarakat kelas C, D, E, kalau RCTI punya target untuk kalangan A, B, C, otomatis kita mengikuti itu. Anggaplah kita ke RCTI di awal perencanaan, kita harus menyesuaikan artis mana yang dipilih, bagaimana proses produksinya, supaya cocok dengan televisi yang menyiarkan. Beda dong setiap stasiun televisi, coba aja kamu lihat, bedakan sinetron-sinetron di TPI dengan di RCTI. TPI kebanyakan sinetron-sinetron legenda, RCTI kan isinya tentang percintaan, harta, tahta, wanita. Iya kan? Tapi yang namanya perencanaan itu kan tidak harus sama pada akhirnya. Jadi, ada saja yang dibuat untuk RCTI malah tayang di TPI, ada yang untuk TPI malah tayang di RCTI. Masalah nanti tayang dimana itu sih masalah nasib, yang pasti kita ada perencanaan juga akan tayang dimana. 9. Tanya : Untuk pemilihan artis dan tim produksi, apa mas ikut? Jawab : Oh iyalah, pemain terutama pemain utama dan pendukung saya pilih langsung. Bukan hanya saya sih, tapi juga produser. Tapi, biasanya siapa yang sudah saya pilih pasti diterima untuk main. Dasarnya cuma feeling aja, kan awalnya si pemain ikut casting dulu jadi pasti bisa akting, sampai akhirnya ada beberapa nama dikasih ke saya, lalu meeting dengan penulis skenario, produser, lalu dipilih satu. Kalau untuk pemain yang hanya selintas-selintas saja sih saya
serahin ke kantor aja, kan munculnya cuma sebentar-sebentar aja. Untuk tim juga, tim produksi semua yang ada di sini saya yang pilih. Karena kan ini team work jadi harus ada perasaan nyaman. Jadi sama kantor saya minta, saya mau cameramen yang ini, audioman yang itu, dan kantor pasti mengizinkan karena yang akan mengerjakan ini saya, jadi harus dibuat senyaman mungkin. Kalau ada yang saya rasa tidak nyambung dengan saya, pasti saya minta ganti. Karena kan dalam produksi ini sutradara sebagai nahkoda, jadi semua keputusan ada di tangan sutradara, sutradara yang punya konsep, jadi semua ikut apa kata sutradara. Tapi sejauh ini, untuk tim saya yang ada di sini enggak pernah ada masalah tuh. 10. Tanya : Terakhir nih mas, untuk pemilihan lokasi mas kan turun langsung, apa alasannya pilih lokasi di sini? Jawab : Asri di sini, di Jakarta mana ada tempat yang asri kayak gini. Alasan lain juga karena tim dibagi dua, jadi dipilih tempat yang berdekatan supaya pergantian setnya cepat.
Interviewer
Interviewee
Qurnia Nirmala Sari
Syaiful Darajat AS
Daftar Wawancara
Interviewee
: Asep (Editor Islam KTP)
Interviewer
: Qurnia Nirmala Sari
Waktu
: Senin, 23 Agustus 2010 pkl. 13:15-13:45 WIB
Lokasi
: Kantor Multivision Plus lt.3, Komplek Perkantoran Roxy Mas
1). Q : Proses ini yang paling awal dalam editing? S : Oh enggak, ini pertengahan. Ini kaset dari materi dari lokasi, script/pencatat adegan tulis timecode yang ada disini. Nanti ada editor offline, atau asisten editor, mereka buat fading. A : editor offline membuat fading, fading itu membuat laporan berbentuk visionclip dalam bentuk laporan yang di pencatat adegan, timecode-nya sama dengan clip ini. Cuma dialog aja Per-take, engga per episode, dalamnya ada satu scene, satu scene itu ada satu adegan, dalam satu episode itu ada beberapa scene dan ada beberapa adegan. Udah proses itu masih media offline, dari lokasi enggak ada gambarnya ke VTR masuk ke hardisk, komputer dalam, timbullah ada gambar itu sama editor offline diedit, nyambung dialog sesuai skenario, perdialog-dialog-dialog kan ada scene-scenenya, baru dari situ proses finalized. Finalized itu masalah di offline, buat entah ada pembuangan adegan yang enggak penting, entah padetin dialog-dialog yang enggak penting, pokoknya itu finalized
di dalam offline. Entar finalized terakhir mastering itu diruangan online itu mixing, nyambung sama musik, habis mixing baru mastering. 2). Q : Untuk kesulitan dalam proses editing? S : Untuk kesulitan pasti ada misalnya laporan dari script, timecode-nya ngaco. A : Itu kalau kesulitan dalam editing, banyak. Entah dari lokasi timecode-nya ngaco. Entah pengadegannya salah kostum, enggak continuity dalam satu episode kostumnya salah, itu manusiawilah, tapi itu jarang-jarang kayak gitu. S : Tapi kalau kayak gitu reshoot lagi. Kan gak mungkin misalnya satu adegan, misalkan shooting dua hari. Engga mungkin dalam satu adegan dia masuk rumah pakai baju biru, lalu keluar pakai baju hijau. 3). Q : Tapi kalau alat enggak ada masalah yah? A : Oh kadang-kadang ada juga dari alat, tapi dari mesin entah dari VTR, tapi kan disini ada IT kan, jadi mereka yang beresin mesin yang ngontrol mesin. Tapi kalau editor cuma ngejalanin proses yah ini seperti ini aja finalized kan di divisi editing ada asisten editor, ada editor offline yang ngedit nyambungin dialog sesuai skenario, setelah itu baru saya finalized setelah full offline sesuai skenario juga sih, tapi kalau offline engga berani buang-buang scene, buang-buang dialog, buang-buang shoot. Nah, disitu saya yang rapiin cerita, kan mungkin ada scene 25, adegan enggak penting, saya pangkas, dalam satu scene ini apa sih isinya, ada
enggak untuk kedepannya. Kan semua film ada pertanyaan ada jawaban, pasti ada penyelesaiannya. Nah kalau cerita itukan ada satu kali tamat kaya film, kalau sinetron kan nyambung. Nah isi film ini, dalam film ini isi adalah satu cerita. Ada track-tracknya, kaya percintaan, pokoknya tiap track itu harus ada artinya. Nah dalam satu scene itu harus berarti, kadang-kadang ya kelalaian dari penulis, kelalaian sutradara, terima skenario main ambil aja, tapi itu semua enggak ada yang sempurna. Kalau sudah jadi, dibagi segmen untuk jeda iklan. Kalau Islam KTP ini kan produser pelaksananya pak Anjas yah, ada juga Pak Martias yah itu kreatif nanti kalau sudah oke ya sudah. Kadang dari prosuser pelaksana, ini enggak penting, dipadetin deh dialognya, gitu. Kan sama-sama punya ide antara editor dan produser pelaksana. Q : Oh pak Raam ikut juga? A : oh iya, tapi mungkin sekarang-sekarang enggak. Karena kan kesibukan dia banyak. Kan disisi lain ada produser pelaksana yang jalanin juga. Kadang kan produser pelaksana juga baca skenario, kadang ko saya baca skenario ada adegan ini, di sini enggak ada. Di situ saya debat, adegan ini enggak ada untuk kedepannya. Setelah treeming baru saya mixing sama musik, digabung antara musik dengan dialog jangan beradu, kan ada musik ada dialog, setelah itu mastering, ntar di-QC, kan biasanya dimesin online ada boom bocor, stereofoam bocor, nah disitu penyelesaiannya.
Cat: Q
: Qurnia (Penulis)
S
: Sigit Gustav (Pimpinan Produksi)
A
: Asep Zaetu (Editor)
Daftar Wawancara
Interviewee
: Sigit Gustav (Pimpinan Produksi Sinetron Islam KTP)
Interviewer
: Qurnia Nirmala Sari
Waktu
: Senin, 23 Agustus 2010 pkl. 12:30-13:10 WIB
Lokasi
: Kantor Multivision Plus lt.3, Komplek Perkantoran Roxy Mas
1. Kita mulai dari awalnya ya pak, sebenarnya ide/gagasan awal untuk produksi sinetron ini dari mana sih pak? Kalau kita di sini kan ada tim kreatif. Jadi, tim kreatif biasanya mengajukan satu judul ke produser pelaksana, kalau sudah oke lalu diadakan meeting setelah matang semuanya lalu barulah dicari penulis skenario kemudian meeting untuk membicarakan ide kreatif, kemudian barulah sampai berkembang pada proses pembuatan skenario. Setelah selesai skenario barulah dipilih tim. Setelah dapat tim barulah dicari lokasi-lokasi yang cocok. 2. Kalo pertimbangan pemilihan tim produksi bagaimana pak, kan tadi bapak bilang ide awal dari tim kreatif kemudian sampai jatuh ke pilihan tim produksi ini bagaimana? Biasanya sih kita lihat sutradara di sini siapa yang kosong. Kalau dia ada kerjaan kan enggak mungkin kita pakai. Misalkan kita ada satu nama, kayak kemarin ini kan pak Syaiful, coba kita ajak meeting. Karena kan memang
sebelum-sebelumnya, sebelum Islam KTP, pernah juga bikin sinetron kayak gini. Akhirnya dipilih dia. 3. Saya sempat mengutip dari infotaiment bahwasanya produser pelaksana mengatakan ingin memberikan tontonan yang berisi hiburan sekaligus pendidikan, nah sebenarnya apa motivasi dari produksi sinetron ini? Motivasinya yah apa yah, salah satunya dalam menyambut bulan ramadhan. Motivasinya yah kita berbagi ilmu lah, kan banyak orang yang belum tahu, Islam itu bagaimana, Islam itu seperti apa, jadi dipilih lewat sinetron tapi yang enggak serius banget, yang komedi. Karena manusianya sekarang kan memang agak sulit kalau menerima yang agak berat, makanya kita buat dalam bentuk komedi. 4. Untuk target audiensnya siapa saja pak? Target audiensnya semua kalangan. 5. Kalau balik lagi ke pemilihan lokasi, pertimbangan pemilihan lokasi alasannya apa? Apakah memang Multivision Plus (MVP) selalu di tempat itu? Oh, enggak. Kita juga kan memproduksi Mata Air Surga, itu tempatnya di Kampung Artis, enggak di Cibubur. Pertimbangan kenapa di Cibubur, karena kita kan sesuai dengan kejar tayang, jadi sengaja di pilih lokasi yang berdekatan. Supaya kalau perpindahan scene-nya enggak lama. Lokasi taman sama Tirta Gede kan depan-belakang tuh jadi paling untuk pindah dari lokasi satu ke lokasi lain cuma 15 menit.
6. Kalau menyinggung soal biaya boleh enggak pak? Masalah anggaran biaya itu siapa yang mengatur pak? Saya (pimpinan produksi) dengan produser pelaksana. Karena produser pelaksana kan tahu berapa harga jual. Dan dari kantor kan ada budget, supaya enggak melebihi budget yang ada. 7. Kalau proses perencanaan itu berapa lama pak, sampai dimulainya awal produksi? Kalau proses persiapannya yah ini sekitar dua sampai empat minggu. Karena dari proses meeting, meeting, meeting, kan tahap ini juga termasuk pemilihan pemain yah, jadi agak lama kebetulan tokoh yang agak sulit itu bang Ali, Karyo, sama Mamat. Awalnya kita sempat ingin pakai ustad yang asli gitu yah, sebagai pemeran bang Ali, tapi setelah kita diskusi kalau pakai ustad beneran kan kesannya jadi bagaimana gitu karena orang sudah tahu dia itu ustad, jadi akhirnya kita pilihlah pak Idrus Madani yang sekarang memerankan bang Ali jadi tokohnya seperti kiayi tapi orang biasa yang memerankannya. Untuk tokoh Mamat juga agak sulit dan padahal waktu awal casting kita sempat enggak yakin dengan pemain yang sekarang bawain peran Mamad, karena kayaknya ini belum dapat, tapi karena mungkin memang sudah rezekinya dia, jadi akhirnya dia yang terpilih. Untuk Karyo memang sudah dari awal dia sih. Iya, karena logat jawanya sudah kental.
8. Oh, jadi untuk pemain semua melalui casting atau hanya sentral figure nya saja? Semua, sampai pemain pendukungnyapun dicasting. Kan tim casting mengajukan beberapa nama gitu, lalu kita pilih yang kira-kira cocok. Kan tim casting juga baca skenario, jadi dia juga bisa pilihlah. 9. Kalo untuk kriteria pemain apakah hanya terpaku pada skenario saja atau ada pertimbangan lain? Enggak juga sih. Jadi kita lihat pemain, kan misalnya ada pemain baru yang belum pernah main, kita lihat videonya, kita pilih kira-kira apakah ia bisa berubah gak karakternya, oke dia karakternya seperti, tapi bisa diubah enggak. Karena sewaktu-waktu satu tokoh itu bisa berubah karakter, misalnya yang tidak bisa ngelawak jadi bisa ngelawak, jadi karakternya dibuat tidak monoton, ceritapun bisa mengalir terus, enggak begitu-begitu terus supaya penonton tidak bosan. 10. Kalau untuk penentuan lagu tema apakah sejak awal perencanaan atau kapan pak? Kita cari-cari sambil berjalan. Sempat kepingin pakai lagu Haddad Alwi yang terbaru tuh tapi anak-anak, namun akhirnya jatuh ke Wali. Sebelumnya sih kita emang pingin pakai lagu itu untuk produksi yang lain. Tapi, Karena pihak SCTV pun setelah kita tawarkan akhirnya lebih setuju pakai lagu Wali ini.
11. Kalau untuk kerjasama dengan pihak broadcast yang menyiarkan sinetron ini bagaimana pak? Sejauh ini semuanya lancar-lancar saja. Jadi kalau biasanya ada pihak stasiun televisi yang minta revisi ulang, dengan SCTV ini Alhamdulillah tidak. Jadi lancar-lancar saja. 12. Kalau untuk kendala sejauh produksi yang telah berlangsung ada tidak pak? Untuk kendala besar, Alhamdulillah tidak ada. Paling cuma perubahanperubahan skenario aja. Paling waktu shooting hari sabtu kemarin kan hujan tuh lumyan tuh dari pagi sampai sore, jadi enggak shooting-shooting. Yah ujung-ujungnya shooting sampai pagi. Kendala alam lah. Selebihnya semua lancar. 13. Kalau editing satu episosenya berapa lama pak? Satu hari. Karena kan banyak karakter dan gak mudah. Bisa dilihatlah dari cara pengambilan gambarnya. Biasanya kalau ditempat lain kan diambil close-closenya aja yah, engga ada masteringnya. Kalau di sini kan ada.
Interviewee : Warid (Penulis Skenario) Interviewer : Qurnia Nirmala Sari Hari/waktu : Kamis, 9 desember 2010/ pkl. 21:00 WIB-23:30 WIB. Lokasi
: Graha Valencia, Bintaro.
W
: Silahkan diminum, mbak!
Q
: Ok. Terima kasih mas. Langsung aja yah mas. udah berapa lama aktif menulis di Multivision?
W
: Untuk multivision plus aja? Menulis yah? Enggak yang lain kan? Saya aktif menulis di Multivision itu… mengintip surga, tahun… 2009, yah.
Q
: Untuk penulisan skenario Islam KTP ini, apakah juga melalui tahapan, seperti sinopsis, treatment, story board, lalu script yang utuh gitu?
W
: Enggak, mmh.. kalau awal itu kita pasti bikin konsep, kita bikin sinopsis global, kita bikin karakteristik, sinopsis lah yah. Tapi ketika ini sudah kejar tayang, apalagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala kasih kita dua jam, format itu bukan tidak kita pakai, dikesampingkan dulu. Kebetulan Alhamdulillah saya ada beberapa tim nih. Mmh, ada 1234, ada empat orang. Ada mas Pri, ada mas Har, ada mas Abi, ada Ai, ada satu lagi ada mas Sapo, nah kita berlima sama saya berenam. Dua jam ini kita olah. Kita komunikasi siapa yang ngerjain track Tebe, sapa yang ngerjain track bang Ali, siapa yang ngerjain tracknya bang Ma’dit, siapa yang ngerjan track-track yang lainnya. Nah, proses bagaimana cepetnya itu, manusia punya keterbatasan, semuanya Allah yang nyelesein. Intinya itu. Kalau kita… kadar manusia itu pikir ada batasannya. Ada suntuknya, ada betenya, ada mmh… iya intinya betelah yah, kalau anak sekarang bilang boring yah boring. Yaaah, kadang gimana yah, kalau lagi datang suntuknya ya kita shalat.
Q
: Kalau konsep awalnya dulu bikin Islam KTP, idenya darimana?
W
: Idenya dari Allah. (tersenyum)
Q
: Hah, trus turun ke siapa? (tertawa)
1
W
: Enggak gini idenya semuanya dari Allah. Sabab musababnya ni namanya mata rantai (tertawa) kasian kamu… ini idenya dari guru saya sendiri. Saya punya bapak, punya guru. Nah dia ini sepupunya habib gila.
Q
: Wah siapa tuh mas?
W
: Habib gila.
Q
: Habib gila?
W
: Iyah habib gila, kalau orang bilang itu majdum, magrum. Nah kenapa dibilang… sebenarnya judul konsep awalnya ini ma’rifatullah. Bahwasanya, kita ini cuma mempelajari syare’at. Syare’at ini adalah kulit. Nah, kalau ma’rifat itu adalah isi dari kulit. Istilah apel, kulitnya di dalamnya ada isinya kan. Nah kita ini selalu memperbincangkan masalah kulit. Seperti kita pakai baju, wah ni orang pake gamis habis sholat nih, padahal enggak juga orang pakai gamis bis sholat. Emangnya orang Yahudi nggak pake gamis? Pake gamis ga? Nutupin aurat ga? Kayak muslim ga? Pendeta?
Q
: Iya…
W
: Jadi jangan lihat luar. Kalau nutupin aurat, itu yang saya bilang kulit. Orang Yahudi aja pake gamis putih, orang arab, orang Afrika lihat. Pakai gamis putih ga?
Q
: Iya.
W
: Karena itu memang kebudayaan dia, seperti kita pakai batik. Kebudayaan kita bukan?
Q
: Iya.
W
: Apa kalau orang pakai batik dibilang orang Jawa?
Q
: Iya.
W
: Iyakan kita pake batik dikira orang Jawa. Identik kan? Nah kalo kita di sini pake gamis dibilang abis shalat. Nah kalau disana belum tentu di Arab. Siapa tahu orang Arab Badui. Arab Jahiliyyah, itu kulit kan? Karena kita ini selalu menilai orang dar kulit, tidak melihat dari hati. Bagaimana kita memahaminya? Memperdalam syare’at, tidak meninggalkan syare’at. Sebab kata Rasulullah Shalallahu Alahi Wasalam. Oh maaf, imam Basyri bilang kalau bisa syare’at dan ma’rifat itu disatukan, maka akan kusatukan. Sebab syare’at dan ma’rifat itu tidak dapat disatukan. Syare’at itu adalah sunnah Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasalam. Sunah itu kan ada dibagi tiga. Perilaku Rasulullah, Perkataan Rasulullah, dan yang tidak dilakuin Rasulullah tetapi
2
dilakuin para sahabat namun Rasulullah tidak melarang. Nah ini yang namanya Syare’at. Kita makan pake adab. Pake tangan kanan, baca do’a, kita bicara syare’at kan, kulit bukan? Tapi kalau kita percaya Allah, bismillahirrahmanirrahim kita makan…klek, perlu baca doa? Q
: Perlu…
W
: Itu bicara syare’at.
Q
: Iya, iya,iya.
W
: Kamu percaya kalau para nabi bisa ada di atas langit?
Q
: Percaya.
W
: Percaya.. perlu pakai pesawat?
Q
: Enggak.
W
: Jadi tidak dapat ditembus pakai fikir kan? Iman itu tidak bisa ditembus dengan logika, tetapi iman itu bisa dengan logika atau tidak dengan logika. Bicara Isra Mi’raj, bisa dengan logika?
Q
: Enggak.
W
: Enggak, jadi kalau dibilang semuanya pake logika, enggak juga. Perjalanan Rasulullah dalam Isra Mi’raj enggak masuk logika. Tapi kalau Rasulullah hijrah itu logika, dia jalan dari sini ke sono, itu namanya iman dengan logika, yang tidak dengan logika itu Isra mi’raj. Bentar ya.. (berhenti sejenak). Kenapa kamu shalat?
Q
: Diajarin. Perintah agama yang saya yakini.
W
: (tertawa)
Q
: Ah, tuh kan saya jawab diketawain, jangan nanya ah. (senyum)
W
: Enggak, saya tanya dulu, kenapa kamu pakai kerudung?
Q
: Keyakinan yang saya pegang, mengharuskan setiap muslimah untuk menutup aurat, pakai kerudung.
W
: Itu hanya bab dasar. Allah Subhanahu Wata’ala bilang kalau orang yang menutupi auratnya, tadi saya bilang banyak orang yang menutupi auratnya, rancu kan pertanyaan tadi saya bilang. Allah subhanahu wata’ala bilang, seorang wanita yang menutup aurat itu akan kujaga akhlaknya, perbuatannya. Siapa yang jamin? Allah kan. Jadi kalau ada perempuan pakai kerudung,
3
banyak orang bilang, ah itu mah bulsyit, abis ini juga jajan. Karena ia tidak riil memakai jilbab, makanya Allah enggak jaga. Tapi kalau kamu lillahi ta’ala, Allah akan jaga akhlak kamu, aib kamu, semua kamu dijaga sama Allah. Tapi kadang ada yang pakai kerudung cuma asal, besok buka. Allah enggak jaga. Coba kalau saya pakai celana pendek segini (sambil menunjukkan di atas dengkul), Allah enggak akan jaga saya punya kelakuan. Urat malu saya udah putus, karena paha saya kelihatan. Meskipun saya lakilaki yah. Banyak lho, laki-laki sekarang yang pake celana pendek. Q
: Banyak banget mas.
W
: Dulu saya pake itu. Cuman saya rasa urat malu tuh terasa putus. Kalau pake kerudung gini, ada malu nggak? Karena Allah yang jaga akhlak kamu. Kasian juga yah, kayak temen kamu, waktu ketemu sama saya. Maksud saya gini, belajar karena kamu Islam. Makanya kenapa basicnya Islam KTP, kita cuma seperti agama keturunan. Ayah kamu Islam kan? Kamunya Islam, tapi tidak mau menggali lebih dalam lagi tentang Islam. Kamu punya handphone? Sekarang saya tanya aktivitas kamu setelah bangun tidur apa? Ngelihat hp bukan?
Q
: Seringnya sih begitu, tapi tidak setiap bangun tidur lho mas.
W
: Iya, itu bangun tidur, langsung lihat hp, ngecek ada BBMan gak, sms, iya kan? Ini salah satu kejahiliyyahan orang Yahudi sama kita. Orang dulu kalo bangun tidur, minum air putih baca al-Qur’an. Dia nangis, Rasa syukur dia, terima kasih ya Allah, sebab engkau membangunkan saya dari mati pada saat tertidur. Orang sekarang, lihat hp. Realita. Saya bangun tidur lihat hp, tapi saya suka langsung astagfirullahaladzim, saya bersholawat pada rasulullah. Kayak tv sebenarnya itu adalah media dakwah yang efektif, tapi ya begitulah tergantung kita menyikapi. Oh, ini kita perang sayang… iman kita ini sudah digoyang-goyang. Dulu orang Islam di Indonesia, 99% sekarang tinggal 80%. Sekarang gini, anggaplah, kamu jalan di Pondok Indah pakai jilbab, malu enggak? Sekarang kebanyakan orang-orang di Pondok Indah itu pakai apa?
Q
: Pakai hot pants.
W
: Mereka lebih PD mana? Lebih banyak pakai jilbab atau hot pants? Lebih banyak yang malu kan perempuan pakai jilbab.
Q
: Jadi tujuan dari cerita ini apa?
W
: Seenggaknya begini, kita tidak bisa mengubah dunia, tapi kita pernah berbuat sesuatu untuk dunia. Tidak bisa mengubah umat, tapi bisa berbuat untuk umat. Alhamdulillah, banyak yang tobat. Mungkin kamu enggak percaya, atau saya dibilang munafik, tapi benar. Tiba-tiba ada yang datang 4
pada saya trus bilang mas yang nulis Islam KTP ya? Saya bilang insyaAllah iya. Alhamdulillah mas, anak dan istri saya jadi pada shalat karena nonton Islam KTP. Q
: Wah, jadi feedbacknya langsung yah?
W
: Langsung. Kenapa Islam KTP ini bertahan? Ada bintang gak?
Q
: Enggak.
W
: Tapi kenapa bisa bertahan? Ini karena sifat rahmannya Allah. Bukan karena sutradaranya bagus, penulis skenarionya cerdas, pemainnya bagus, ini semua hanya mata rantai. Semua ini karena kasih sayangnya Allah sama kita. Melalui kita, setidaknya dari pada nonton tayangan yang tidak manfaat, yang khayalan. Mending nonton yang realita, yang manfaat. Walaupun ada yang munafik. Lihat si ma’dit.
Q
: Iya tuh mas, kenapa sih itu dia jadi orang Zolim banget? Ke orang lain, ke istrinya sendiri aja zolim, apalagi ke Tebe tuh musuh bebuyutan banget.
W
: Orang itu punya dua sisi. Yang baik dan buruk. Yang baik bang Ali yang buruk Ma’dit. Ngerti agama gak Ma’dit? Gayanya ngerti kan tapi munafik. Tapi banyak orang yang ngerti agama tapi sesat.
Q
: Untuk pengembangan cerita, apakah dilakukan riset sebelumnya, karena saya lihat sekarang perkembangannya bagus banget dibanding awal-awal cerita yang masih monoton tetapi sekarang kan seperti sudah ada judul cerita tentang Dana BOS, Nabi Palsu, ada riset dulukah?
W
: Bicara riset, bicara logika. Sumbernya ilmu itu al-Qur’an. Kamu pernah dengar ada air tawar di bawah laut. Sebenarnya udah ada itu di al-Qur’an, kita aja yang enggak percaya. Adab, kenapa rasulullah suruh minum sambil duduk? Kamu pernah minum sambil berdiri?
Q
: Sering (tertawa).
W
: Wah, kasihan banget yah kamu (tertawa). Apa bedanya kamu sama Yahudi? Gini rasulullah melarang kita minum berdiri karena bisa menimbulkan penyakit. Penelitian mengatakan bahwa orang yang minum sambil berdiri air itu tidak tersaring sama ginjal. Makanya sekarang ada orang sakit ginjal.
Q
: Ada tidak mas hambatan selama menulis skenario?
W
: Hambatan? Semua di dunia ini kalau di bilang hambatan ya jadi hambatan. Enggak ada buat saya. Allah kasih mudah. Kayak kamu dilahirin ibu kamu ada hambatan gak? Allah itu kan berbuat seperti apa yang kita sangkakan dan
5
rasakan iyakan, kalau kita bilang hambatan, nanti Allah kasih hambatan, tapi kalau saya tidak mau bilang hambatan. Kan kalau kita bilang lancar, maka lancar semua. Q
: Kalau menulis dalam tim bagaimana rasanya?
W
: Kesabaran. Bukan hambatan. Jadi gini, Manusia punya watak menyatukan wataknya masing-masing itu sulit. Dalam tim saya ada orang tua, ada yang muda, ada yang bapak-bapak, ada anak-anak. Sulit itu, harus sabar saya. Wasta’inu bishobri washolat. Tuh.
Q
: Untuk pembagian kerja gimana?
W
: Ada yang ngerjain tracknya Ma’dit, tracknya Tebe, tracknya bang Ali.
Q
: Itu bang Ma’dit kenapa sezolim itu, kenapa dia ga sadar-sadar?
W
: Kenapa kita harus menzolimi diri sendiri? Kamu zolim nggak?
Q
: Ya kadang-kadang. Maksud saya, kenapa zolimnya ditampakkin banget gitu lho?
W
: sebenarnya itu contoh. Kita ini punya sikap seperti Ma’dit. Sombong, angkuh, pelit, keras hati. Tuh, kita punya kan. Coba hayya ala sholah. Siapa yang manggil?
Q
: Allah.
W
: Siapa yang minda dideketin? Siapa yang deketin?
Q
: Allah yang minta dideketin. Kita yang ngedeketin.
W
: Jadi kalau ada orang telat sholat, yang duluan banyak, ngapain dengerin lu yang telat. Logika kan?
Q
: Iya. (tertawa)
W
: Saya dengan guru saya, hari Jum’at. Tiba-tiba ada temen saya datang bilang bib, ko bisa sampai duluan? Tadi kan saya ajak bareng?! Nah, dari tadi itu habib ngobrol sama saya. Masuk logika gak?
Q
: Enggak. Berarti yang tadi ngobrol siapa?
W
: (tertawa) ayo tanya apa lagi?
Q
: Wah, terus mas untuk satu episode berapa lama buat skenarionya?
6
W
: Hitungan jam. Jadi gini yang buat besok shooting belum ada skenarionya. Sekarang saya tidur dulu besok pagi setelah subuh saya buat skenarionya sampai jam sepuluh. Fresh kan? Tapi jangan lupa ngerjainnya jangan lepas wudhu, kalau lepas wudhu nanti pikirannya kemana-kemana.
Q
: Yang terlibat dalam pengembangan ide siapa saja? Dari kantor kah? Stasiun televisi kah?
W
: (menggeleng) kalau dari kantor ada, namanya bang Martias, bang haji dia kreatif. Dia suka Rid bikinin track ini dong. Nah, kita kan sebagai penulis kan kita wadah, jadi kita tampung. Kalau bicara hadits kita ada ulama, ulama Jawa Timur. Saya minta sama ustadz-ustadz saya, dan jangan lupa buka hadits. Minimal kalau iman kita lagi lemah kita baca al-Qur’an. Kamu udah pernah liat hati belom?
Q
: Belom.
W
: Gaib kan? Tapi ada gak?
Q
: Ada. Terus mas untuk evaluasi naskah gimana mas?…
W
: Kita kan lihat yang kurang menarik dimana. Nah kalau bisa setiap scene itu ada edukasi. Kamu ngerasa enggak ada edukasi itu?
Q
: Iya mas. Saya ngerasain itu mas. Kalau feedback dari msyarakat bentuknya apa saja mas?
W
: Masyarakat ada yang taubat, ada yang suka. Gini-gini yang namanya setiap hari kan tidak semuanya baik. Seperti cerita keledai? pernah dengar cerita tentang keledai kan?
Q
: Yang anak sama bapaknya kan mas? Pernah.
W
: Iya. Ada yang bener gak tuh manusia. Intinya lakukan apa yang menurut kamu benar. Kalau kamu mikir omongan masyarakat, omongan yang lain enggak akan pernah selesai.
Q
: Mas kalau Tebe itu saya lihat jadi banyak scene nya?
W
: Saya lihat banyak fans banyak penggemarnya. Selain kita menulis kita juga mesti peka sama sekitar.
Keterangan: Q
: Qurnia (Peneliti)
W
: Warid (Penulis Skenario) 7