ANALISIS PRODUKSI PROGRAM VOICE OF ISLAM DI RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh: Rahmat Akbar NIM: 106051001865
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM VOICE OF ISLAM DI RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Disusun oleh:
Rahmat Akbar NIM : 106051001865
Pembimbing:
Dra. Armawati Arbi, M. Si NIP: 19650207 199103 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “ANALISIS PRODUKSI PROGRAM VOICE OF ISLAM DI RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 februari 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 24 Februari 2011
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap anggota
Sekretaris merangkap anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA
Umi Musyarofah, MA
NIP: 19700903 199603 1 001
NIP: 19710816 199703 2 002
Anggota, Penguji I
Penguji II
Drs. Wahidin Saputra, MA
Umi Musyarofah, MA
NIP: 19700903 199603 1 001
NIP: 19710816 199703 2 002
Pembimbing
Dra. Armawati Arbi, M.Si NIP: 19650207 199103 2 002
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratam untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Februari 2011
Rahmat Akbar
ABSTRAK Nama : Rahmat Akbar NIM : 106051001865 “ Analisis Produksi Program Voice of Islam di Radio KISI 93. 4 FM “ Program radio harus dapat dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan audien yang menjadi target stasiun radio. Hal ini pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih. Untuk itu para awak produksi dituntut untuk mengembangkan kreativitas dan inovatif dalam menyajikan programnya. Dengan begitu, bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh para pelaku produksi dilakukan yang ditinjau dari pra, produksi, hingga pasca produksi atau evaluasinya? Bagaimana radio mengemas sebuah program siraman rohani namun tetap digandrungi oleh pendengarnya sesuai dengan segmentasinya? Setiap stasiun radio, khususnya di bagian produksi siaran, sangat membutuhkan para kreator atau orang-orang yang kreatif sekaligus inovatif dalam mengemas produksi program yang hendak disiarkannya. Dengan teori konstruksi sosial media massa yang ada pada radio, semakin menjadikan radio sebagai media elektronik mempunyai peranan sangat kuat dalam menarik perhatian audien atau masyarakat secar luas. Dengan peranan yang sangat besar tersebut, maka banyak radio yang berlomba untuk menyajikan program-program menarik demi merebut perhatian pendengarnya. Penyajian program radio siaran menuntut perlu adanya sesuatu yang isinya baru/aktual, orisinal, unik, dinamis, menghibur, informatif, edukatif, trendi, serta komunikatif. Kekuatan radio sangat besar, oleh karenanya alangkah bijaknya jika radio tidak hanya dijadikan sebagai alat perauk keuntungan semata, namun juga sebagai instrumen dakwah. KISI FM sebagai salah satu stasiun radio yang bersegmentasi pada anak muda, berusaha menyajikan program-program yang menghibur namun juga tetap memberikan nilai-nilai edukatif, khususnya yang sesuai dengan ajaran Islam, agar mereka tetap terarah tanpa berkesan menggurui. Dan itu semua diwujudkan, salah satunya adalah dengan produksi program Voice of Islam. Dengan pengemasan program yang baik, mulai dari pemilihan narasumber sampai pada bentuk penyajian programnya, sehingga acara ini tetap disenangi oleh pendengar KISI FM itu sendiri. Pada dasarnya program yang dibuat setiap media massa, memang dituntut akan kebutuhan profit yang dihasilkan. Namun tidak berarti bahwa program yang dihasilkan oleh media massa elektronik khususnya radio mengabaikan nilai-nilai kebaikan, khususnya ajaran Islam. i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, Dialah Allah yang maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, dan Ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Junjungan kita, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat bantuan, doa, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bpk. DR. Arif Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Pembantu Dekan I Bpk.
ii
DR. Wahidin Saputra, M.Ag, Pembantu Dekan II Bpk. Mahmud Jalal M. Ag, serta Pembantu Dekan III Bpk. Study Rizal, LK, M. Ag. 2. Bpk. Drs. Jumroni, M. Si selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Program Reguler, Ibu Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunkasi dan Penyiaran Islam Program Reguler. 3. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Armawati Arbi, M.Si yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi ini dengan baik. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 5. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memudahkan
penulis
untuk
mendapatkan
berbagai
referensi
dalam
penyelesaian skripsi ini. 6. Kepada orang tua tercinta, Abeh Djaelani dan Umi Halimah. Khususnya Umi tersayang yang tanpa lelah selalu memberikan dorongan motivasi, doa, dan kasih sayangnya demi keberhasilan penulis. Semoga kebahagiaan akan selallu menyertai papa dan mama 7. Kakak-kakakku, yang telah memberikan semangat serta doanya. 8. Special thanks to Eva Nofita (Vita) yang telah memberikan motivasi, semangat, dan doanya.
iii
9. Pihak-pihak KISI FM. Khususnya, Bpk Royke Krisdiansyah, Mas Ferry Gunawan, Mas Reza, dan para narasumber, terima kasih banyak atas kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis. 10. Teman-teman KPI angkatan 2006. Khususnya, Mukhtar Fauzi, Irsan Taqdirullah, dan Miftah Hushahih, yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. 11. Kepada sahabat seperjuangan Dian Saputra Junaidi, terima kasih atas segala bantuannya. Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bantunan dan motivasi yang diberikan epada penulis mendapatkan balasan dan ridho Allah SWT. Amin…………
Jakarta, 18 Januari 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masa …………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………
6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………..
6
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………….
7
F. Kerangka Konsep ……………………………………………………
9
G. Metodologi Penelitian ……………………………………………….
10
1. Pendekatan yang digunakan ……………………………………
10
2. Subjek dan Objek Penelitian ……………………………………
11
3. Tahapan Penelitian ……………………………………………….
11
a. Pengumpulan Data ………………………………………….
11
a.1 Wawancara………………………………………………..
11
a.2 Telaah Teks Rekaman Program…………………………..
12
a.3 Observasi …………………………..…………………….
12
v
a.4 Dokumentasi ……………………………………………..
14
b. Pengolahan Data …………………………………………….
14
c. Analisis data …………………………………………………
14
H. Sistematika Penulisan ………………………………………………
15
BAB II KAJIAN TEORI ………………………………………………………..
17
A. Teori Konstruksi Sosial Media Massa ………...….………………….
17
B. Analisis Produksi ……………………………………………………..
25
1. Pengertian Analisis ……………………………………………….
25
2. Pengertian Produksi ……………………………………………...
25
3. Pengertian Analisis Produksi …………………………………….
26
C. Proses Produksi Program Radio ..……………………………………
27
1. Pra Produksi ………………………………………………………
27
2. Produksi …………………………………………………………..
29
3. Pasca Produksi/Evaluasi ………………………………………….
35
D. Format Program Radio ………..…………………………………….
37
BAB III Profil Stasiun Radio KISI 93. 4 FM Bogor ……………………………
42
1. Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan Radio ……………………..
42
1.1 Pengertian Radio ……………………………………………….
42
1.2 Sejarah dan Perkembangan Radio ……………………………..
44
2. Gambaran Umum, Sejarah, dan Perkembangan Radio KISI FM …..
47
3. Visi dan Misi, dan Struktur Organisasi di Radio KISI FM ………….
51
3.1 Visi dan Misi Radio KISI FM ………………………………….
51
vi
3.2 Tugas Pokok dan Struktur organisasi ………………………….
52
4. Gambaran Umum Program-Program KISI FM ……………………..
55
4.1 Program On Air ………………………………………………………
55
4.1.1 Regular Program ……………… ………………………………
56
4.1.2 Spesial Program … …………………………………………….
58
Program Off Air …..………………………………………………….
60
BAB IV Analisis Hasil Penelitian ………………………………………………
61
A. Proses Produksi dan Penyiaran Program Voice of Islam ……………
61
1. Tahap Penerapan Unsur Komunikasi Dakwah ……………………
61
2. Tahap Pembentukan dan Pengemasan Realitas Simbolik ………...
78
3. Tahap Penetapan Realitas Objektif ………………………………..
88
BAB V Penutup ………………………………………………………………….
92
A. Kesimpulan ………………………………………………………….
92
B. Saran …………………………………………………………………
96
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
98
4.2
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini telah memungkinkan orang di seluruh dunia untuk dapat saling berkomunikasi. Hal ini dimungkinkan karena adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Media penyiaran, yaitu radio dan televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang efisien dalam mencapai audiennya dalam jumlah yang sangat banyak. Karenanya media penyiaran memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu komunikasi pada umumnya dan khususnya ilmu komunikasi massa.1 Berbicara mengenai media massa elektronik, salah satunya adalah radio. Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaan radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras seperti dengan bioskop, dan televisi. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Kelebihan dari media massa elektronik radio siaran ini adalah berada dimana saja. Kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan yang lain sekalipun atau bahkan sedang
1
Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet .1, h. 13.
1
2
menikmati media massa lainnya. Radio melibatkan dan merangsang imajinasi, dimensi waktu dan ruang bisa dikembangkan. Secara potensial radio memungkinkan untuk menjangkau seluruh penduduk, bahkan penduduk miskin sekalipun, dan dengan biaya sedikit.2 Tidak ada yang lebih penting lagi dari acara atau program sebagai faktor yang lebih penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan finansial suatu stasiun penyiaran radio. Adalah program yang membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Jika suatu stasiun memperoleh jumlah audien yang besar dan jika audien itu memiliki karakteristik yag dicari oleh pemasang iklan, maka stasiun bersangkutan akan sangat menarik bagi pemasang iklan. Dengan demikian, pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya. Kecanggihan teknologi radio, juga turut serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya kegiatan dakwah. Dengan mengetahui kelebihan radio, maka alat tersebut dapat digunakan sebagai media dakwah, sebab sangat diharapkan bahwa dakwah yang dilakukan melalui siaran-siaran di radio dapat berjalan dengan efektif dan efisien sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.3 Ciri utama yang paling jelas yang dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi audien dipandang
2
Howard Goug, Perencanaan Penyajian Produksi program Radio, (Jakarta: Pengurus Pusat HPPI Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia, 1999), h. 272. 3 M. Bhakti. Ghazali, Dakwah Komunikatif membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikatif Dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33.
3
sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sifat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver), adalah tidak saling mengenal.4 Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sudah selayaknya jika para penyampai dakwah Islam sekarang ini memanfaatkan media massa sebagai alat atau kendaraan dalam berdakwah. Meskipun pada dasarnya program yang dibuat setiap media massa, dituntut akan kebutuhan profit yang dihasilkan. Namun tidak berarti bahwa program yang dihasilkan oleh media massa elektronik khususnya radio mengabaikan nilai-nilai kebaikan. Pada perkembangan radio sekarang ini, telah banyak isi program siarannya yang memuat materi-materi dakwah. Dengan berbagai konsep yang menarik, sehingga tidak kalah menariknya dengan program-program hiburan. Bahkan saat ini ada beberapa radio yang khusus sebagai radio religi atau radio dakwah. Program acara merupakan faktor terpenting dalam keberhasilan sebuah stasiun radio. Maka dalam perusahaan radio terdapat beragam program acara yang disiarkan. Beragam program acara disajikan dengan format semenarik dan seunik mungkin untuk mendapat perhatian dari pendengar. Sebaiknya perlu disadari oleh bagian produksi bahwa segala produksi program yang disirkan adalah hasil kerja tim atau kelompok. Semua orang yang terlibat di dalam proses maupun hasil produksi program harus menyadari, bahwa sebuah program yang bagus dan menarik juga merupakan hasil kerjasama tim. Setiap orang yang berada di dalam bagian produksi siaran mempunyai perannya masing-masing. 4
Morrissan M. A, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia,) Cet. 1. h. 9.
4
Ada Manajer Produksi atau Manajer Siaran, Program Director/Penata Program, Music Director/Penata Musik, Produser, Script Writer/Penulis Naskah, DJ/Penyiar, Reporter, dan Operator Siar/Rekam. Orang-orang inilah yang menjadi kunci atau berperan penting di balik kesuksesan sebuah program radio. Baik program musik maupun berita.5 Radio KISI 93.4 FM merupakan radio yang memposisikan diri sebagai radio anak muda yang senantiasa memberikan informasi terkini bagi pendengarnya, meliputi informasi, musik, dn film sekaligus gosip-gosip terbaru,berita seputar gaya hidup dan pengetahuan ilmiah popular yang terkait dengan kehidupan anak muda masa kini. Sebagian besar program-program acara yang disajikan di radio KISI FM adalah program News dan Lifestyle (musik & entertainment). Kemudian KISI FM yang notabene merupakan radio News dan Lifestyle, membuat acara Voice of Islam. Acara ini berupa acara siraman rohani yang berdurasi selama satu jam, mulai dari jam 05-06 pagi setiap harinya. Pada program Voice of Islam, narasumbernya berasal dari satu paguyuban yang berada di Bogor yang secara bergantian datang sebagai narasumber di radio KISI FM. Cara penyampaian dan materinya yang dekat sekali dengan pergaulan anak muda masa kini tanpa terkesan menggurui menjadi daya tarik tersendiri dari program ini. Belum lagi musik-musik religi yang disajikan pada program ini betul-betul memahami selera anak muda masa kini. Atas dasar alasan itu sekiranya penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai program Voice of Islam tersebut. 5
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 77.
5
Karena kebanyakan acara dakwah biasanya berasal dari stasiun radio religi (dakwah) atau hadir pada saat-saat tertentu (misalnya bulan ramadhan). Namun acara ini hadir setiap hari dan bukan berasal dari radio religi. Berdasarkan latar belakang dan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan diberi judul: “Analisis Produksi Program Voice of Islam di Radio KISI 93. 4 FM, Bogor ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, pembatasan masalah diambil agar penelitian yang penulis lakukan lebih terarah dan terperinci. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dibatasi pada program acara Voice of Islam yang meliputi kriteria unsur-unsur komunikasi yang terlibat di dalamnya, seperti narasumber, materi siaran, segmentasi, dan tujuan yang diharapkan dari program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM Bogor, kemudian bagaimana dalam memproduksi program Voice of Islam ditinjau dari pra, produksi, dan pasca produksi selama bulan Oktober sampai Desember 2010. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan
pembatasan
masalah
diatas,
maka
penulis
merumuskan
permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses produksi pada program Voice of Islam di radio KISI FM ditinjau dari :
6
a) Kriteria penetapan perencanaan unsur-unsur komunikasi pada pra produksi yang meliputi narasumber, materi, penyiar, dan corak format pada program Voice of Islam ? b) Kriteria penerapan unsur-unsur komunikasi pada proses produksi ? c) Bagaimana evaluasi pasca produksi ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Mengungkapkan proses produksi pada program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM yang ditinjau dari a) pra produksi b) produksi c) pasca produksi. b. Mengetahui format acara pada program Voice of Islam di radio KISI FM 93. 4 FM.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Menambah khazanah dan referensi bagi pengembangan ilmu komunikasi di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, melalui kajian proses produksi program acara radio serta mendalami corak format acara pada program radio, dalam hal ini adalah radio KISI 93. 4 FM, Bogor. b. Manfaat Praktis 1. Corak format dan proses produksi program radio ini diperlukan bagi radio lain, khususnya radio-radio komersil sebagai bahan perbandingan demi kemajuan dunia penyiaran radio kedepannya.
7
2. Corak format dan produksi program ini juga bermanfaat bagi para pelaku produksi radio komersil lainnya seperti Manajer Produksi, Program Director, Music Director, Produser, Scriptwriter, dan Penyiar, untuk lebih meningkatkan kualitas dan kreatifitas yang lebih baik dan variatif.
E. TINJAUAN PUSTAKA Yofy Andres, “Analisis Produksi Program Drama Komedi Situasi (SITKOM) “OB”Office Boy di RCTI”. Persamaan pada dari skripsi ini dengan penulis adalah dalam membahas mengenai analisis produksi program yang ditinjau dari para, produksi, hingga pasca produksi. Perbedaannya terletak pada media massa yang diteliti, pada skripsi ini adalah televisi, sedangkan penulis pada radio.6 Ade Indra Wijaya, “Analisis Isi Program Siaran Lentera Hati di 93. 6 FM Radio El-Mizan Cakrawala Cemerlang (EMC), Tangerang”. Persamaannya dalam membahas program radio. Perbedaannya skripsi ini lebih kepada isi program (produksi), dan mendalam kepada isi pesan yang lebih dominan dalam program siaran Lentera Hati tersebut.7 Novita Roliana, “Analisis Produksi Program Dakwah “Assalamualaikum” di M2 Radio 88. 2 FM, Bekasi”. Persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai proses produksi yang ditinjau dari pra, produksi, hingga evaluasinya. Hampir tidak
6
Yofy Andres, Analisis Produksi Program Drama Komedi Situasi (SITKOM) “OB” di RCTI, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 7 Ade Indra Wijaya, Analisis Isi Program Siaran Lentera Hati di 93. 6 FM Radio El-Mizan Cakrawala Cemerlang (EMC) Tangerang, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
8
ada perbedaan signifikan dengan skripsi ini, namun pada setiap program yang berbeda di setiap radio, tentunya akan memiliki perbedaan dari mulai narasumber, materi siarannya, hingga bentuk format yang disajikan.8 Anne Chrisnasari Syahman, “Analisis produksi Program “Forum Kerukunan Umat Beragama” di TVRI”. Persamaannya terletak pada penelitian produksi program siaran yang ditinjau dari pra, produksi, hingga pasca produksi. Sedangkan perbedaannya selain media massa yang diteliti, juga pada skripsi ini lebih fokus kepada format penyajian programnya.9
8
Novita Roliana, Analisis Produksi Program Dakwah “Assalamualaikum” di Radio 88. 2FM Bekasi, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. 9 Anne Chrisnasari Syahman, Analisis Produksi Program “Forum Kerukunan Umat Beragama” di TVRI, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
9
F. Kerangka Konsep KONSTRUKSI SOSIAL MEDIA MASSA
Enam Proses Konstruksi Sosial Media Massa: 1. Tahap Penerapan Unsur-unsur Komunikasi Dakwah 2.
2. Tahap Pembingkaian Prolog/Skrip Kasus 3. Tahap Pengungkapan Diri 4. Tahap Pembentukan Realitas Subjektif 5. Tahap Pengemasan Realitas Simbolik 6. Tahap Penetapan Realitas Objektif
1. Konstruksi sosial media massa, terciptanya konstruksi sosial itu melalui tiga momen dialektis, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. 2. Enam proses konstruksi sosial media massa: a) Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah adalah pada persiapan pra produksi seperti pendakwah atau narasumber, penyiar, pesan prolog, dan dan format yang akan disajikan. b) tahap pembingkaian prolog/skrip kasus adalah proses dimana seorang pendakwah atau narasumber menyiapkan prolog dan penyiar menyiapkan skrip kasus bagi radio. c) tahap pengungkapan diri adalah adalah dimana penyiar dan narasumber membingkai fakta pendengar berdasarkan pengungkapan diri yang dikakukan oleh pendengar tersebut. d) tahap pembentukan realitas subjektif adalah proses
10
seleksi pendengar yang dilakukan oleh penyiar. e) tahap pengemasan realitas simbolik adalah strategi yang dilakukan dalam upaya menarik perhatian pendengar. f) tahap penetapan realitas subjektif adalah proses evaluasi yang dilakukan radio untuk melihat hasil dari program. 3. Proses produksi ditinjau dari pra, produksi, dan pasca atau evaluasi. Kriteria penetapan unsur-unsur komunikasi seperti narasumber, materi, penyiar, dan corak format yang disajikan dimulai pada pra, hingga pasca produksinya.
G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang digunakan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa, dimana pada hakikatnya metode deskriptif adalah mengumpulkan data-data.10 Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
10
h. 25.
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
11
maupun dalam peristilahannya.11 Dengan menggunakan metode deskriptif ini, maka data yang diperoleh dari hasil penelitian dipaparkan atau digambarkan dalam sebuah tulisan ilmiah. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber-sumber tempat memperoleh keterangan.12Yang menjadi subjek penelitian adalah radio KISI 93. 4 FM, Bogor. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah program Voice of Islam. Sumber data didapat dari radio KISI FM sebagai stasiun radio yang menyiarkan program Voice of Islam serta mereka yang memberikan informasi mengenai objek penelitian. 3. Tahapan Penelitian Prosedur dalam melakukan penelitian ini adalah: a. Pengumpulan Data 1. Wawancara mendalam Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian.13
11
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, ed. Revisi, 2007), h. 4. 12 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1968), h. 92. 13 Wardi Bhatiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. 1, h. 72.
12
Keunggulan utama wawancara mendalam ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerja sama yang baik antara pewawancara dan yang di wawancarai sangat diperlukan. 14 Wawancara mendalam dilakukan kepada Station Manager dan Program Director, karena Program Director merupakan orang yang berperan penting dalam memproduksi program ini. Selain itu, Program Director juga mengetahui banyak hal mengenai alasan pemilihan tema, pengisi acara, dan lain sebagainya. Wawancara juga dilakukan kepada para pengisi acara, yaitu: presenter, narasumber, dan pendukung pengisi acara. Dengan alasan untuk meminta pendapat mereka mengenai program Voice of Islam itu sendiri. 2. Telaah Teks Rekaman Program Selain wawancara, penulis mencoba menggali informasi/data secara lebih mendalam lagi, yaitu melalui telaah teks rekaman program. Data wawancara yang diperoleh ketika program siaran Voice of Islam on air yang berada di alat rekam (type recorder), begitu juga dengan data-data lainnya seperti data wawancara, penulis mencoba tuangkan ke dalam bentuk teks, kemudian penulis analisis dan mengambil kesimpulan.
14
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), Cet. 1, h. 225.
13
3. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti yang terjadi dalam kenyataan, dengan observasi akan diperoleh sebuah gambaran yang jelas tentang kenyataan.15Observasi ini dilakukan selama bulan Oktober sampai Desember 2010. Karena untuk mengetahui proses produksinya maka dilakukan waktu yang cukup lama. Dalam teknik observasinya, peneliti gunakan observasi yang bersifat langsung dan tidak langsung. Langsung yakni dengan melakukan kunjungan serta mengikuti pelaksanaan produksi Voice of Islam di radio KISI FM Bogor, dan tidak langsung dengan mendengarkan serta mengamati pada program Voice of Islam di radio KISI 93. 4 FM. Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. 16Teknik yang peneliti gunakan dalam observasi ini sifatnya pengamatan. Menurut M. Q. Patton (1980: 123-126), peneliti yang melakukan pengamatan akan mendapatkan manfaat seperti (a) pandangan yang holistik dan menyeluruh, (b) membuka kemungkinan melakukan penemuan atau
discovery, (c) dapat
melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, (d) dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden, (e) dapat memperoleh
15
Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 106. 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 10, h. 240.
14
gambaran yang komprehensif mengenai objek yang diteliti, (f) mendapatkan kesan-kesan pribadi.17 Observasi dilakukan langsung oleh peneliti untuk mendapatkan data mengenai Program Voice of Islam. Dan untuk itu, penulis mengadakan kunjungan langsung ke radio KISI 93. 4 FM di Bogor tepatnya: JL. Puter No. 1 Tanah Sareal. Bogor. 4. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan menginvestasi dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang diteliti. Yaitu mempelajari dan menganalisa bahan-bahan berupa tulisan atau gambar yang diambil dari foto-foto, rundown, arsip berupa diktat, dan lain sebagainya untuk penguat atas kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dan interview. Dalam hal ini yaitu datadata, foto-foto, arsip-arsip yang berhubungan dengan program Voice of Islam, seperti rundown, foto wawancara dan studio siar, yang dapat memperkuat data penelitian, data ini dapat diperoleh langsung dari dokumen yang ada di radio KISI FM. b. Pengolahan Data
17
Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), Cet.1, h. 31.
15
Dalam melakukan pengolahan data, penulis mencoba menyederhanakan dan mengolah data, maka data yang ada dimasukkan ke dalam bentuk tabel, bagan, roda jam siar, dan foto-foto. c. Analisis Data Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis analisis dan dari hasil analisis yang dirasa kurang tepat, peneliti kritisi lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yang melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran, dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya, kemudian disimpulkan. H. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam penelitian ini, yaitu penulis menyusun dengan membagi menjadi lima bab: BAB I PENDAHULUAN: Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, perumusan dan pembatasan masalah dalam penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, tinjauan pustaka, metodologi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORITIS: Dalam bab ini membahas teori konstruksi sosial media massa, definisi analisis produksi, proses produksi dan penyiaran yang ditinjau dari pra, produksi, hingga pasca/evaluasi, dan format produksi program siaran radio.
16
BAB III PROFIL STASIUN RADIO KISI FM: Membahas pengertian, sejarah, dan perkembangan radio, gambaran umum radio KISI FM, sejarah dan perkembangan radio KISI FM, visi dam misi radio KISI FM, struktur organisasi di radio KISI FM, serta gambaran umum program-program KISI FM. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN: Dalam bab ini membahas proses produksi dan peyiaran program acara Voice of Islam ditinjau dari pra, produksi, dan pasca atau evaluasi, kemudian juga format siaran program Voice of Islam. BAB V PENUTUP: Berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, sebagai kesimpulan jawaban masalah yang telah dirumuskan secara singkat, kemudian ditambah dengan saran-saran yang berkaitan dengan hasil temuan dalam penelitian.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konstruksi Sosial Media Massa Berger dan Luckmann (1990:1) mulai menjelaskan realitas sosial dengan memisahkan pemahaman „kenyataan‟ dan „pengetahuan‟. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui sebagai memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Pendek kata, Berger daan Luckmann (1966: 61) mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Melalui proses dialektika ini, maka realitas sosial, (iklan televisi) pertama dapat dilihat dari ketiga tahap tersebut. Sebagai bagian dari tahap eksternalisasi, dimulai dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan televisi. Eksternalisasi adalah bagian penting dalam kehidupan individu dan menjadi bagian dari dunia sosio-kulturalnya. Dengan kata lain, eksternalisasi terjadi pada tahap yang sangat mendasar, dalam suatu pola perilaku interaksi antara individu dengan produkproduk sosial masyarakatnya. Dengan demikian, tahap eksternalisasi ini berlangsung
17
18
ketika
produk
sosial
tercipta
didalam
masyarakat,
kemudian
individu
mengeksternalisasikan (penyesuaiaan diri) ke dalam dunia sosio-kulturalnya sebagai bagian dari produk manusia. Tahap obyektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubyektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses institusionalisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckmann (1990: 49) mengatakan, memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Internalisasi dalam arti umum merupakan dasar; pertama, bagi pemahaman mengenai „sesama saya‟, yaitu pemahaman individu dan orang lain; kedua, bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial. Kesimpulannya teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial, yaitu eksternalisasi, obyektivasi, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi diantara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Ketika masyarakat semakin modern, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann ini memiliki kemandulan dan ketajaman atau dengan kata lain tak mampu menjawab perubahan zaman, karena masyarakat transisimodern di Amerika telah habis dan berubah enjadi masyarakat modern dan postmodern, dengan demikian hubungan-hubungan sosial antara individu dengan
19
kelompoknya, pimpinan dengan kelompoknya, orang tua dengan anggota keluarganya menjadi sekunder-rasional. Hubungan-hubungan sosial primer dan semisekunder hampir tak ada lagi dalam kehidupan masyarakat modern dan postmodern. Dengan demikian, teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann menjadi tak bermakna lagi. Posisi “konstruksi sosial media massa” adalah mengoreksi substansi kelemahan dan melengkapi “konstruksi sosial atas realitas”, dengan menempatkan seluruh kelebihan media massa dan efek media pada keunggulan “konstruksi sosial media massa” atas “konstruksi sosial atas realitas”. PROSES SOSIOLOGIS SIMULTAN
M E D I A
EKSTERNALISASI
OBJEKTIVASI M A S S A
INTERNALISASI
SOURCE
MESSAGE
Objektif Subjektif intersubjekti f
CHANNEL
RECEIVER
Realitas terkonstruksi: lebih cepat lebih luas sebaran merata membentuk opini massa massa cenderung terkonstruksi opini massa cenderung apriori opini massa cenderung sinis
EFFECTS
Gambar 1. Proses Konstruksi Sosial Media Massa Namun proses simultan yang digambarkan diatas tidak bekerja secara tiba-tiba, namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap penting. Dari konten
20
konstruksi sosial media massa, dan proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut: (a) tahap menyiapkan materi konstruksi; (b) tahap sebaran konstruksi; (c) tahap pembentukan konstruksi realitas; dan (d) tahap konfirmasi.1 Jika Peter L. Berger dan Luckmann mengangkat mengenai bagaimana individu mengkonstruksi realitas melalui media massa, maka penulis mengangkat mengenai analisis terhadap produksi program di radio, dalam hal ini adalah radio KISI 93. 4 FM. sebagai salah satu bagian dari radio komersil yang brsegmentasi anak muda, tentunya radio KISI FM harus memiliki posisi pasar yang jelas untuk meraih perhatian pendengar. Bagi stasiun radio komersial, iklan merupakan jantung kehidupannya. Tanpa iklan, dipastikan radio tersebut lambat-laun tak bakal beroperasi lagi. Iklan radio memiliki karakteristiknya sendiri. Hanya mengandalkan suara (kata-kata/musik/efek) dengan durasi singkat, diharapkan seseorang memahami pesan-pesannya. Meski begitu, memasang iklan di radio, tidak bisa sekali putar. Tetapi memang harus diputar berulang-ulang agar pendengar sedapatnya teringat di dalam benaknya. Secara teoritis, Bettinghaus dalam Persuasive Communication: An Introduction (1973: 41), menyatakan, as the number of rewarded repetition of response increase, the probability that the response will be made increase. Untuk memahami iklan-iklan
1
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta : Kencana, 2008), Cet. 1. h. 195.
21
yang ada di radio, berikut terdapat tiga jenis yang dikenal yaitu Ad Lib, Spot, dan Sponsor Program.2 Tanpa disadari pula setiap tayangan iklan selalu didekonstruksi oleh pemirsa iklan televisi itu sendiri. Proses dekonstruksi terjadi melaui pemilihan metode penafsiran, baik terhadap teks visual iklan maupun wacana iklan itu sendiri sebagai bagian dari pengetahuan. Proses dekonstruksi terhadap konstruksi sosial iklan televisi ini kemudian menjadi realitas sosial baru dalam kesadaran umum masyarakat pemirsa, kemudian kesadaran ini membentuk realitas social melalui tahap eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi yang berlangsung dalam proses konstruksi sosial iklan televisi. Dalam realitas sosial iklan televisi, penciptaan realitas dilakukan bersama-sama antara pencipta iklan dan media massa televisi. Dengan kata lain, individu tidak sendiri menciptakan realitas, namun penciptaan itu dibantu oleh kekuatan media, bahkan tanpa media televisi realitas itu tidak ada. Dengan demikian, maka realitas iklan televisi hanya ada dalam media televisi, baru kemudian terjadi proses decoding dan rekoding oleh pemirsa saat dan setelah ia menonton televisi. Inilah yang dimaksud dengan „realitas sosial media‟ atau „realitas media‟ dan „kesadaran semu‟. Bahwa realitas sosial media adalah bagian kesadaran semu individu terhadap realitas itu, yang sebenarnya tidak terjadi dalam realitas sosial nyata, namun dirasakan oleh
2
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 173.
22
pemirsa sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi, atau mungkin akan terjadi kemudian dalam hidupnya.3 Dalam penelitian disertasi, Dra. Armawati Arbi, M.Si mengemukakan bahwa konstruksi radio atas realitas berlangsung dalam tiga tahap proses dialektika: pertama, tahap eksternalisasi pendengar dan tim radio membentuk realitas subjektif. Kedua, tahap objektivasi tim produksi dan pendengar mengemas realitas simbolik. Ketiga, tahap internalisasi tim radio dan pendengar menetapkan realitas objektif. Institusionalisasi, legitimasi, dan sosialisasi dilakukan melalui enam tahap proses konstruksi tersebut: a) tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah, b) tahap pembingkaian prolog/monolog skrip kasus, c) tahap pengungkapan diri, d) tahap pembentukan realitas subjektif, e) tahap pengemasan realitas simbolik, dan f) tahap penetapan realitas objektif. Penelitian ini mengkritik pandangan Burhan Bungin tentang proses konstruksi media massa atas realitas sosial secara simultan. Namun perbedaannya, Burhan Bungin berfokus pada iklan televisi sebagai produksi tapping (rekaman), bukan produksi siaran langsung (live). Sedangkan peneltian disertasi Dra. Armawati Arbi, M.Si memproduksi program dakwah dan program konsultasi keluarga siaran langsung. 1). Penelitian ini, tim radio (struktur) menyiapkan unsur-unsur komunikasi dakwah, yaitu pendakwah, narasumber atau penyiar, pesan prolog, format dan pengungkapan
diri
(self-disclosure).
Tim
manajemen
mengadakan
MOU/kontrak kerja pendakwah, narasumber atau penyiar. Tim produksi 3
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta : Kencana, 2008), Cet. 1. h. 43.
23
bersama mitranya direktur program menyiapkan tugasnya masing-masing (menyiapkan insert al-Hadist/al-Quran, jingle acara, lagu, dan promosi acara). Hasil tahap pertama penelitian ini adalah roda jam siar permenit selama satu jam. Sedangkan Burhan Bungin pada tahap pertama hanya menyiapkan materi iklan saja. Hasilnya adalah tahap penyiapan materi konstruksi iklan adalah gambar naskah iklan (karikatur). 2). Tahap kedua adalah pembingkaian prolog atao monolog skrip kasus. Tugas pendakwah/narasumber menyiapkan prolog. Pembawa acara menyiapkan skrip kasus bagi radio KISI FM. Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan Bungin menyiapkan materi dan khalayakya pada tahap pertama dan kedua. 3). Tahap ketiga adalah pengungkapan diri. Narasumber dan penyiar membingkai fakta pendengar. Hasil pengungkapan diri adalah bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. Pada penelitian Bungin, realitas sosial iklan televisi tidak diambil dari data dan pengalaman pemirsanya. 4). Tahap empat adalah pembentukan realitas subjektif. Tim produksi melakukan penyeleksian, pengabaian, penonjolan dan pendalaman atas realitas problem
24
pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus atau intisari pertanyaan dari fakta pendengar dan pertanyaan pendengar. 5). Tahap lima adalah pengemasan realitas simbolik. Menciptakan dan meningkatkan pengetahuan pendengar, kesadaran pendengar, pemberdayaan pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra. 6). Tahap penetapan realitas objektif. Tahap ini mengevaluasi unsur-unsur komunikasi dakwah, unsur tersebut dipertahankan atau direvisi. Semua pelaku konstruksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses ini merefleksi diri dan menginternalisasi objektif melalui pengalaman realitas subjektif dan realitas simboliknya. Jika narasumber, pendakwah atau penyiar, pesan, format dipetahankan, apa alasannya. Penelitian Burhan Bungin menonjolkan kekuatan televisi. Sedangkan penelitian Dra. Armawati Arbi, M.Si menonjolkan pada kekuatan radio. Carole Fleming dalam The Radio Handbook (2010, 59) menggambarkan bahwa kekuatan radio komersil masih relevan jika radio mengikuti perubahan teknologi, minat komunitas radio (penggunaan
podcast)
untik
menjaring
pendengar.
Carole
Fleming
juga
mengungkapkan hasil survey dari The Radio Advertizing Bureau Cosmissioned, bahwa ada hubungan antara radio dan penggunaan MP3 sebagai teknologi pendatang baru, sekarang mereka bekerja sama. MP3 digunakan ketika traveling dan shopping
25
sedangkan radio disimak untuk mencari informasi cuaca, berita dan kondisi perjalanan serta tempat kuliner.4
B. Analisis Produksi 1. Pengertian Analisis Analisis sepadan dengan kata analisys, yaitu membuat atau menganalisa perancangan alur, sehingga menjadi mudah dan gamblang untuk dibuat maupun dibaca, dapat berarti juga analisa, pemisahan, pemeriksaan yang teliti.5 Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah penelitian guna meneliti struktur kegiatan tersebut secara mendalam. Kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di lapangan untuk memeriksa beberapa pengaruh kegiatan itu dilakukan. 2. Pengertian Produksi Menurut Masduki, produksi siaran merupakan keterampilan memadukan wawasan, kreatifitas, dan kemampuan mengoperasikan peralatan produksi.6 Sedangkan menurut Gilang, sebagaimana yang diungkapkan Munthe menyatakan bahwa produksi siaran radio adalah hasil produk dari suatu stasiun radio yang merupakan hasil kerja tim, yang perlu dukungan dan kekompakan bersama.7 4
Armawati Arbi, Konstruksi Radio Dangdut Jakarta Atas Realitas Problem Keluarga, Disertasi. John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1990), h. 28. 6 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta : LKIS, 2004), Cet. 1, h. 45. 5
26
Produksi (peliputan) adalah semua kegiatan liputan (shooting) baik di studio, di lapangan, atau di studio maupun di lapangan. Proses liputan (shooting) juga disebut taping.8 3. Pengertian Analisis Produksi Produksi radio merupakan proses pembuatan actra untuk disiarkan di radio. Proses produksi ini merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai keahlian dan berbagai peralatan serta dukungan biaya. Dalam pengertian analisis produksi disini adalah dimana dalam setiap produksi itu memiliki beberapa tahapan, yang harus kita ketahui. Menganalisa berarti kita menyelidiki proses itu terjadi sehingga kita mengetahui dengan pasti akan kebenarannya. Tahap pelaksanaan produksi suatu produksi program radio yang melibatkan banyak peralatan, orang yang dengan sendirinya membutuhkan biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapih, juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahap produksi terdiri dari tiga bagian di radio yang lazim disebut Standar Operation Procedure (SOP), seperti berikut: 1. Pra-Produksi (ide, rencana, dan persiapan), 2. Produksi (pelaksanaan), 3. Pasca Produksi (penyelesaian dan penayangan).
7
Munthe, Muryanto Ginting, Media Komunikasi Radio, ( Kumpulan Karangan, Jakarta Pusat Sinar Harapan, 1996), Cet. 1, h. 12. 8 J. B. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), Cet. 1, h. 75.
27
C. Proses Produksi dan Penyiaran Program Radio 1. Pra Produksi Pada tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan produksi program siaran, karena itu tahapan ini merupakan tahapan planning production. Bermula dari timbulnya ide atau gagasan, dan berpijak dari ide atau gagasan ini produser mulai melakukan berbagai kegiatan untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan untuk bahan pengembangan ide atau gagasan tersebut. Tahap pra produksi itu sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik sebagai pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap-tahap dalam pra produksi ini adalah sebagai berikut: a. Penemuan ide Semua acara penemuan siaran radio dan televisi baik dari bentuk yang paling sederhana, pasti didahului oleh timbulnya sebuah ide. Ide tersebut merupakan buah pikiran setelah mendapatkan rangsangan dari masyarakat dan timbulnya dapat dari seorang produser, atau orang lain. Sesuai dengan teori komunikasi, ide merupakan rencana pesan yang akan disampaikan kepada para komunikan, melalui medium radio atau televisi dengan tujuan tertentu. Karena itu, sewaktu menuangkan idenya dalam bentuk naskah program siaran, produser harus memperhatikan faktor pendengar atau audiens, agar apa yang akan disajikan dapat memenuhi harapan mereka.
28
b. Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan artis atau narasumber, lokasi, dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat dan secara hati-hati dan teliti. Dalam perencanaan ini sudah terjadi proses interaksi antara kreativitas manusia dan peralatan pendukung yang dimilikinya. Proses interaksi ini akan lebih nyata lagi pada waktu produksi di lapangan dan pasca produksi. c. Persiapan Tahap ini merupakan pemberesan semua kontak, perizinan dan surat menyurat. Latihan para narasumber dan pembuatan setting, meliputi dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua ini paling baik dilaksanakan menurut jangka waktu kerja (time schedule) yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi televisi dan radio sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal-hal yang sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi televisi atau radio, hal itu dapat berupa kegagalan.9 Setiap stasiun radio, khususnya di bagian produksi siaran, sangat membutuhkan para kreator atau orang-orang yang kreatif sekaligus inovatif dalam mengemas produksi program yang hendak disiarkannya. Hal ini disebabkan dari sifat atau
9
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta : PT. Gramedia widiasarana Indonesia, 1997), Cet. 1, h. 20.
29
perilaku pendengar radio yang kerap berubah sesuai selera di dalam perkembangan setiap zamannya. Sehingga hal demikian, mau tidak mau, penyajian program radio siaran menuntut perlu adanya sesuatu yang isinya baru/aktual, orisinal, unik, dinamis, menghibur, informatif, edukatif, trendi, serta komunikatif. Seperti dikutip Maricar, Raymond L. Carroll dan Donald M. Davis dalam Electronic Media Programming, Strategies and Decision Making, menyarankan, untuk membuat program agar sesuai dengan kebutuhan pendengar, maka yang sebaiknya perlu dilakukan adalah pertama memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan periode waktu siaran. Kedua melakukan penjadwalan acara, dan yang ketiga berkaitan dengan konsiderasi penataan acara. Ide atau gagasan yang berasal dari para orang atau insan kreatif produksi program yang menghasilkan beragam format atau jenis program. Ada program talkshow, news, musik, wawancara, komedi, kuis, variety show, drama, dokumenter, feature, dan sebagainya. Semua program tersebut, setidaknya, harus unik, khas, orisinal, inovatif, dan jug menghibur. Untuk itu para awak produksi dituntut untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam menyajikan programnya.10 2. Produksi Tahap produksi merupakan tahap pembuatan dan penyiaran live. Tahap ini adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar baik di studio maupun diluar studio. Ketika tahap perencanaan dan persiapan sudah selesai, barulah pelaksanaan produksi
10
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 75.
30
dimulai. Sutradara bekerjasama sama dengan para artis atau narasumber dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi susunan gambar yang bercerita. Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil di dalam adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan suatu daftar shoot (shoot list) dari setiap adegan. Semua shoot yang dibuat, dicatat oleh bagian pencatat kode waktu dengan nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam diakhir shooting hari itu apakah hasil pengambilan gambar itu baik atau tidak. Apabila tidak, maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Semua adegan di dalam naskah selesai diambil, maka hasil gambar asli (original material/row footage) dibuat catatannya (loading) untuk kemudian masuk dalam post production, yaitu editing. Pada umumnya stasiun radio memproduksi sendiri program siarannya. Hal ini menyebabkan stasiun radio hampir-hampir tidak pernah melibatkan pihak-pihak luar dalam proses produksinya. Memproduksi program radio memerlukan kemampuan dan keterampilan sehingga menghasilkan produksi program yang menarik didengar. Program radio sebenarnya tidak terlalu banyak jenisnya. Secara umum program radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan
31
audien dalam hal musik dan informasi. Program yang dibahas pada bagian ini adalah: 1) produksi berita radio; 2) perbincangan (talk show); 3) info hiburan; dan 4) jingle. a. Berita Radio Berita radio merupakan laporan atas suatu peristiwa atau pendapat yang penting atau menarik. Siaran berita dibedakan dengan siaran informasi. Siaran berita adalah sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Sedangkan siaran informasi tidak selalu bersumber dari fakta di lapangan namun tetap dikerjakan menurut kaidah jurnalistik. Salah satu bentuk siaran informasi populer di radio adalah informasi aktual yang diambil dari surat kabar atau internet. Berita radio hendaknya merupakan informasi yang dapat menarik sebanyak mungkin audien radio bersangkutan. Jika audien radio adalah para eksekutif muda, maka tentunya berita yang disiarkan terkait dengan informasi yang mereka butuhkan misalnya informasi bisnis atau peraturan ekonomi baru yang dikeluarkan pemerintah dan sebagainya.11 Suara merupakan hal yang sangat penting dalam produksi radio. Dalam laporan jurnalistik radio, terdapat tiga elemen suara yang harus ada dan terdengar oleh pendengar, yaitu: narasi yang dituturkan reporter atau penyiar, rekaman wawancara dengan narasumber, dan rekaman atmosfer yaitu suara asli peristiwa.
11
Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet .1, h. 226.
32
Dalam produksi program informasi, kemasannya bisa hanya berupa teks berisi ringkasan berita dari koran kemudian dibacakan oleh penyiar atau bisa juga teks yang dikemas dengan menyertakan musik latar (backsound). Penayangan siaran informasi ini dapat dilakukan dalam program khusus, misalnya Newapaper Today atau hanya berupa selingan, ditempatkan diantara pemutar lagu, iklan, dan acara lain. Tujuan menyajikan acara informasi antara lain menginformasikan materi berita/tips yang belum diketahui pandengar atau memberikan atensi ulang atau penekanan atas topik tertentu bagi pendengar yang sudah membaca materi itu di Koran atau media massa lainnya. b. Perbincangan Radio Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Setiap penyiar radio sudah semestinya adalah seorang yang pandai menyusun kata-kata. Singkatnya seorang penyiar haruslah pandai bicara. Namun penyiar yang pandai berkata-kata belum tentu bagus mewawancarai orang. Tidak semua penyiar, pandai mewawancarai orang. Apalagi menggabungkan keterampilan berbicara dengan berwawancara. Program perbincangan biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah
33
dirancang sebelumnya. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan stasiun radio adalah:12 1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar (pewawancara) dan narasumber mendiskusikan suatu topic dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang yang sama. 2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber. 3) Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan terlebih dahulu oleh penyiar di studio, diberikn contoh berdasarkan pengalaman penyiar, kemudian pendengar dimunta untuk memberikan respons berdasarkan pengalaman masing-masing ke stasiun radio. Tidak semua respons audien layak disiarkan sehingga perlu petugas penyeleksi telepon masuk sebelum diudarakan. Perencanaan produksi talk show antara lain meliputi: penentuan target pendengar yang dituju agar topik yang dipilih sesuai dengan kebutuhan pendengar, menentukan narasumber yang kompeten terhadap topik yang dibahas, memilih penyiar serta menyiapkan lokasi dan peralatan on air terutama jika siaran langsung dari lapangan. Dalam pelaksanaanya, urutan proses talk show adalah sebagai berikut: pertama, pembukaan, yang berisi perkenalan topik, latar belakang, narasumber, dan informasi interaksi dengan pendengar jika memang akan dilakukan demikian. Kedua, diskusi 12
Ibid., hlm. 80.
34
utama, yang berisi pertanyaan awal penyiar, tanggapan narasumber dan interaksi pendengar. Ketiga, penutup, yang berisi kesimpulan, dan ucapan terima kasih. c. Infotainment Radio Infotainment merupakan singkatan dari information and entertainment yang berarti suatu kombinasi suatu sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur. Infotainment dalam kemasan yang lebih lengkap kerap disebut majalah udara yaitu suatu acara yang memadukan antara musik, lagu, tuturan informasi, berita, dan iklan. Segmentasi program ini bersifat heterogen dan umumnya disajikan secara easy listening dengan durasi 5 hingga 60 menit. Program terbagi ke dalam sejumlah segmen yang diselingi lagu-lagu dan jeda iklan. d. Jingle Radio Jingle atau radio air promo adalah gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuan produksi jingle bagi radio adalah untuk mempromosikan keberadaan radio baru di tengah masyarakat, memberikan informasi simbol atau identitas terpenting dari radio agar selalu diingat pendengar, membentuk citra radio di benak pendengar, pada saat disiarkan berfungsi sebagai jeda, selingan, dan sejenisnya. Ada tiga jenis jingle, yaitu: pertama, jingle untuk stasiun radio (radio expose); kedua, jingle untuk acara radio (programme expose); dan ketiga, jingle untuk penyiar radio (announcer expose). Durasi jingle umumnya antara 5 sampai 15 detik. Prinsip produksi jingle adalah ia harus mewakili citra radio yang ingin dibentuk dalam benak
35
pendengar, memiliki kekhasan materi dan kemasan dibandingkan radio lain, dan dapat disiarkan berulang-ulang terutama saat pergantian acara. 3. Pasca Produksi/Evaluasi Tahap terakhir adalah pasca produksi, dimaksudkan sebagai tahap penyelesaian akhir atau penyempurnaan dari produksi. Tahap penyelesaian meliputi melaksanakan editing baik video maupun audio, pengisian narasi, pembuatan efek khusus, melakukan evaluasi hasil akhir dari produksi. Pada tahapan pasca produksi harus dikerjakan seteliti mungkin, sebab sudah kita maklumi bahwa radio sebagai media massa elektronik yang pengaruhnya sangat besar. Karena itulah memproduksi acara siaran dituntut untuk bekerja lebih cermat, agar hal-hal yang tidak di inginkan tidak terjadi. Evaluasi disini mempunyai dua maksud. Maksud yang pertama, ialah evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program-program ini bisa dianggap baik menurut sasaran. Yang kedua ialah evaluasi intruksional. Disini dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah audiens dalam memahami isi program intruksional yang diselenggarakan.13 Adapun evaluasi mengenai berhasil atau tidaknya suatu pesan yang telah dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan Reader Interest Study dan Readibility Test. Kemungkinan lain untuk mengukur efektifitas suatu
13
Pawit M. Yusuf, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Intruksional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 1, h. 121.
36
pesan adalah dengan radio atau televisi adalah dengan Audience Research serta Programme Analisys Test. Baik acara yang di produksi individu maupun kelompok harus mendapatkan evaluasi yang meliputi kemasan acara (pembuka-penutup, efek, kontrol suara, durasi) dan sisi materi acara. Adapun evaluasi acara siaran sebagai berikut: 1. Per-acara (sebaiknya dilakukan langsung usai acara disiarkan),melibatkan penyiar, pengisi acara, dan pendengar). 2. Per-divisi (divisi musik dan berita, dilakukan mingguan atau bulanan), melibatkan kepala divisi, para staf pelaksana program divisi. 3. Antar divisi (evaluasi menyeluruh, dilakukan bulanan atau tahunan), melibatkan seluruh pengelola radio.14 Tujuan dari evaluasi tersebut adalah mengukur kekurangan materi dan kemasan acara, mengukur disiplin dan kreatifitas pelaksanaan acara, mengukur dampak acara (reaksi pendengar).
D. Format Program Siaran Radio Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-Undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan 14
Ibid, www.kombinasi.net
37
sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan. Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton. Tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audien. Program radio harus dapat dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus mengacu pada kebutuhan audien yang menjadi target stasiun radio. Hal ini pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih.
38
Pringle-Starr-McCavitt (1991) menjelaskan bahwa: the programming of most stasions is dominate by ne principal content element or sound, known as format (program sebagian besar stasiun radio didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal dengan format). Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa format adalah penyajian program dan musik yang memliki cirri-ciri tertentu oleh stasiun radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya.15 Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Joseph Dominick (2001) format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegiatan siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu: 1). Kepribadian (personality) penyiar dan reporter, 2). Pilihan musik dan lagu, 3). Pilihan musik dan gaya bertutur (talk), 4). Spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.16 Michael C. Keith (1987) kemudian menyusun karakteristik empat format siaran utama yang popular di dunia sebagai berikut:17
15
Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet .1, h. 22. 16 Yoseph R. Dominick, Broadcasting, Cable, Internet and Beyond, An Introduction to Modern Electronic Media, USA; McGraw Hill Company, 2001. 17 Michael C. Keith, Radio Programming, Consultancy and Formatics,Boston, USA; Focal Press, 1987.
39
Adult
Untuk kaum muda dan dewasa dengan rentang umur
Contemporary (AC)
sangat luas antara 25-50 tahun, berdaya beli tinggi. Menyiarkan musik pop masa kini, softrock, balada. Menyiarkan berita olahraga, ekonomi, politik. Format AC ini berkembang pula ke dalam format lain seperti Middle of the Road, Album Oriented Rock, dan Easy listening.
Contemporary Hit
Untuk ABG dan muda belia berumur antara 12-20 tahun.
Radio atau Top 40
Format paling popular yang berisi lagu-lagu Top 40/30,
Radio (CHR)
lagu baru, dan terlaris. Menyiarkan berita seputar gosip idola dan tips praktis. Sebelum menjadi CHR awalnya disebut Top 40 Radio. Mike Yoseph mnggambarkan CHR sebagai radio yang ketat memutar 0 rekaman terkini, bukan album lama, tidak memutar ulang sebuah lagu yang sama secara berdekatan, perpindahan antar lagu sangat cepat.
All News/All Talks
All Talks lebih dulu hadir pada tahun 1960 di Los Angeles dengan konsep siaran talk show interaktif mengupas isu-isu lokal. All News hadir kemudian tahun 1964 dimotori Gordon McLendon di Chicago dengan konsep berita bulletin 20 menit berisi berita lokal, regional, dan dunia. Sasaran radio ini kaum muda dan dewasa berumur 25-50 tahun, berdaya beli tinggi. Berita
40
dan bincang ekonomi-politik menjadi primadona. Classic/Oldies
Untuk kalangan dewasa dan tua berumur 35-60 tahun. Memutar lagu-lagu klasik, apresiasi penyanyi dan lirik lagu lebih penting dari lagunya. Menyiarkan berita kilas balik masa lalu, berita mistik. Oldies juga mencakup segmen beragam pada level ekonomi menengah ke bawah dengan dominasi musik dangdut dan kolaborasi.
Adult Contemporary (AC) adalah format siaran dengan segmentasi kaum muda sampai dewasa dengan rentang umur antara 25-50 tahun. Menyiarkan music pop masa kini, softrock, dan balada, format siaran Contemporary Hit Radio atau Top 40 Radio (CHR) untuk ABG muda dan belia dengan kisaran usia antara 12-20 tahun, meyiarkan berita seputar gosip idola dan tips praktis disamping musik yang baru. All News/All Talks dengan segmentasi anak muda dan dewasa dengan kisaran usia antara 25-50 tahun, konsep siaran yang talkshow interaktif isu-isu lokal dan berita ekonomipolitik. Classic/Oldies untuk kalangan dewasa dan tua dengan kisaran usia antara 3560 tahun, memutar lagu-lagu klasik dan berita kilas balik masa lalu dan mistik. Umumnya format stasiun di atas lahir dan berakar pada musik yang sejak awal kelahiran radio memang mendominasi nyaris seratus persen menu siaran. Meskipun demikian, format stasiun dapat didekati atau melingkupi pula banyak aspek mulai dari umur, jenis kelamin, profesi, hingga geografi. Peneliti radio menyebutnya sebagai format spesifik berdasarkan kategori tertentu dari pendengar. Format ini muncul karena format popular tersebut di atas dinilai masih terlampau luas. Format
41
radio berdasarkan umur: radio anak-anak, ABG, muda, dewasa, dan tua (manula). Format radio berdasarkan jenis kelamin: radio untuk laki-laki, perempuan, dan gay/lesbian. Brdasarkan profesi, perilaku, atau gaya hidup ada radio berformat: dugem, profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Yoseph R. Dominick, format stasiun ketika diterjemahkan dalam out put on air siaran harus tampil dalam empat wilayah, yaitu (1) kepribadian (personalities) penyiar dan reporter; (2) pilihan musik dan lagu; (3) pilihan materi dan gaya bertutur (talk); (4) spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk-bentuk promosi acara radio lainnya.18 Di Indonesia format siaran menjadi wajib dimiiki setiap stasiun penyiaran sebagaimana ketentuan Undang-Undang Penyiaran yang menyatakan bahwa pemohon izin penyiaran yang ingin membuka stasiun penyiaran wajib mencantumkan nama visi, misi, dan format siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Pencantuman format siaran untuk mendapatkan izin penyiaran ini tidak dikenal di beberapa negara lain seperti di Amerika sebagaimana ketentuan FCC yang menyatakan bahwa persoalan format siaran bukan menjadi urusan badan regulator tetapi diserahkan kepada stasiun penyiaran itu sendiri untuk menentukan format siarannya sendiri.19
18
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 39. 19 Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet .1, h. 224.
42
BAB III PROFIL STASIUN RADIO KISI 93. 4 FM BOGOR
1. Pengertian, Sejarah, dan Perkembangan Radio 1.1 Pengertian Radio Merujuk pada pengertiannya dalam The Encyclopedia of Americana International (1983: 121a), radio is mean of communication that tillies on the use of electromagnetic waves propagates through space the speed of light. The electronic wave used for radio communication are similiar to light and heat waves, but generally much lower in frequency (radio adalah alat komunikasi yang menggunakan gelombang eektromagnetik yang disebarkan melalui ruang pada kecepatan cahaya. Gelombang elektromagnetik yang digunakan dalam komunikasi radio persis dengan cahaya dan gelombang panas, tetapi frequensinya lebih rendah).1 Menurut Anton M. Moeliono, pengertian radio adalah siaran (pengiriman) suara/bunyi melalui udara (1982: 791). Sedang Jull Swanell dalam The Little Oxford Dictionary of Current English, mendefinisikan, radio transmission reception of messages by electronic waves without connecting wires (radio adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan oleh gelombang elektronik tanpa sambungan kabel). Lebih lanjut, Teguh Meinanda dan Ganjar Nugraha Jiwapraja (1980: 80) menyatakan, radio
1
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 30.
42
43
adalah keseluruhan sistem gelombang suara yang dipancarkan dari stasiun dan kemudian dapat diterima oleh berbagai pesawat penerima baik di rumah, di kapal, di mobil dan sebagainya. Radio merupakan media komunikasi yang dimanfaatkan untuk mengirim warta/pesan jarak jauh yang dapat ditangkap oleh sekelompok orang yang mendengarkan melalui pemancar radio yang diinginkan.2 Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi ditelinga atau pendengaran. Radio juga menciptakan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui kata dan suara, yang disebut dengan theatre of mind. Pendengar hanya bisa membayangkan apa yang dikemukakan termasuk sosok sang penyiar radio. Radio identik dengan musik atau lagu sehingga dijadikan media utama dalam memperdengarkan musik atau lagu. Umumnya, musik merupakan kekuatan yang dimiliki sebuah stasiun radio untuk menyedot pendengar.3 Maka, dari berbagai pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan, seperti dalam Moeryanto Ginting, yang dikutip Ritonga (1996: 93), radio adalah alat komunikasi massa yang menggunakan lambang komunikasi yang berbunyi, (Lee, 1965). Suatu pemancar radio yang sedang in operation tidak membawa pengaruh apa-apa pada audiens/pendengar kalau gelombang-gelombangnya tidak dimuati sesuatu yang berarti, entah itu berupa sinyal-sinyal, kata-kata terucapkan, maupun nada-nada, atau sesuatu yang berirama (Kertapati, 1981). 2
Antonius Darmanto, Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio, (Yogyakarta: Atmajaya, 1998) Cet. 2 h. 69. 3 Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar Radio, Scriptwriter,dan Reporter Radio, (Jakarta: Penebar Plus, 2007), Cet. 1. h. 6.
44
1.2 Sejarah dan Perkembangan Radio Mencoba menelusuri jejak kronologi histori dan sepak terjangnya, semenjak awal ditemukannya
pada
tahun
1877,
benda
yang
menggunakan
gelombang
elektromagnetik ini terus mengalami perkembangan dalam beberapa eksperimen, dan fungsinya sebagai perwujudan aplikasi teknologi media telah dilakukan oleh James Clerk Maxwell, Heinrich Hertz, Glugliemo Marconi, Lee De Frost, Regisnald Fessenden, serta Charles Herrold.4 Sejarah media penyiaran dunia dimulai ketika ahli fisika Jerman bernama Heinrich Hertz pada tahun 1887 berhasil mengirim dan menerima gelombang radio. Upaya Hertz itu kemudian dilanjutkan oleh Guegliermo Marconi (1874-1937) dari italia yang sukses mengirimkan sinyal morse-berupa titik dan garis-dari sebuah pemancar kepada suatu alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu berhasil menyeberangi Samudera Atlantik pada tahun 1901 dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Stasiun radio pertama muncul ketika seorang ahli teknik bernama Frank Conrad di Pittsburgh AS, pada tahun 1920 secara iseng-iseng sebagai bagian dari hobi, membangun sebuah pemancar radio di garasi rumahnya. Conrad menyiarkan lagulagu, mengumumkan hasil pertandingan olahraga dan menyiarkan instrument musik yang dimainkan putranya sendiri. Dalam waktu singkat, Conrad berhasil mendapatkan banyak pendengar seiring dengan meningkatnya penjualan pesawat 4
A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 24.
45
radio ketika itu. Stasiun radio yang dibangun Conrad itu kemudian diberi nama KDKA dan masih tetap mengudara hingga saat ini, menjadikannya sebagai stasiun radio tertua di Amerika dan mungkin juga di dunia. Seiring dengan munculnya berbagai stasiun radio, peran radio sebagai media massa semakinbesar dan mulai menunjukkkan kekuatannya dalam mempengaruhi masyarakat.5 Tahun 1926, perusahaan manufaktur radio berhasil memperbaiki kualitas produknya. Pesawat radio sudah menggunakan tenaga listrik yang ada di rumah sehingga lebih praktis, menggunakan dua knop untuk mencari sinyal, antena dan penampilannya yang lebih baik menyerupai peralatan furnitur. Tahun 1925 sampai dengan tahun 1930, sebanyak 17 juta pesawat radio terjual kepada masyarakat dan dimulailah era radio menjadi media massa.6 Periode tahun 1950 hingga 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI (Persatuan Amatir Radio Indonesia). Namun pada tahun 1952, pemerintah yang mulai represif mengeluarkan ketentuan bahwa pemancar radio amatir dilarang mengudara kecuali pemancar radio milik pemerintah dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965. Pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No.5 Tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seizin pihak yang berwenang. Namun di tahun 1966, seiring dengan runtuhnya Orde Lama, antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi. 5
Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1 h. 3. 6 Joseph R. Dominick, The Dynamics of mass Communication, media in The Digital Age, (Boston: McGraw Hill, 2002), Seventh Edition.
46
Tahun 1966 mengudara Radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan Orde Baru. Muncuul pula berbagai stasiun radio laskar Ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan penyiaran. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya sebagai radio amatir. Pada periode tahun 1966-1967, di berbagai daerah terbentuklah organisasi-organisasi amatir radio. Pada 9 Juli 1968, berdirilah Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI).7 Rapat yang dihadiri para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirika Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 11 September 1945 di enam kota. Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama. Selain itu, rapat juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 butir komitmen tugas dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI yang antara lain merefleksikan komitmen RRI untuk bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran, keyakinan, partai atau golongan.8 Dewasa ini, RRI mempunyai 52 stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke luar negeri dalam 10 bahasa. Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu, Program Daerah yang melayani segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, Program Kota (Pro II)
7
Morissan M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1 h. 9. 8 Sumber website RRI.
47
yang melayani masyarakat di perkotaan dan programa III (Pro III) yang menyajikan berita dan informasi (News Chanel) kepada masyarakat luas. 2. Gambaran Umum, Sejarah, dan Perkembangan Radio Kisi FM Radio Kisi FM merupakan salah satu stasiun radio di Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 1972. Kisi FM memiliki frekuensi siaran 93. 4 FM. KISI FM memposisikan diri sebagai radio anak muda dengan klasifikasi AB. KISI FM senantiasa memberikan informasi terkini bagi pendengarnya, meliputi informasi, musik, dan film sekaligus gosip-gosip terbaru berita seputar gaya hidup dan pengetahuan ilmiah populer yang terkait dengan kehidupan anak muda. On Air Crew Kisi FM adalah generasi yang aktif, dinamis juga energik, berjiwa muda dan bebas. Pendengar KISI 93. 4 FM mayoritas merupakan anak muda yang berada di klasifikasi AB yaitu kelas menengah atas usia 15-25 tahun dengan pendengar pria (57,7%) dan wanita (42,3%) yang aktif, dinamis, percaya diri, berpandangan luas, menyukai tantangan, dan mudah beradatasi. Dengan radius jangkauan 100 km, daya jangkau area siaran Radio KISI 93. 4 FM juga dapat memungkinkan untuk diikuti oleh pendengar di wilayah sekitar Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Sehingga pendengar KISI juga tersebar di wilayah Jabodetabek (lihat Lampiran 1).9 Sebagai radio anak muda, KISI FM memiliki motto, young, free and single. Motto tersebut dapat diartikan bahwa pendengar radio KISI FM sebagai generasi anak muda yang aktif, dinamis juga energik, berjiwa muda dan bebas.
9
Diktat KISI 93. 4 FM, Bogor.
48
Gambar 2. Logo KISI 93. 4 FM Bogor. Sumber : KISI FM Logo yang bertuliskan KISI yang berwarna hitam dan ukuran yang besar memanjang dapat diartikan bahwa radio KISI FM memiliki kesan kuat dan yakin. Di tengah-tengahnya terdapat frekuensi siaran yang berwarna putih sehingga dapat memberi kesan kontras terhadap tulisan KISI serta berada dalam kotak berwarna merah juga data menguatkan tulisan KISI. Dibawahnya terdapat tulisan Bogor dan motto dari radio KISI FM yang juga dapat menunjukkan kekuatan dari logo tersebut yang sekaligus memberikan pandangan yang sangat berkesan terhadap jiwa anak muda Bogor (Gambar 1). PT. Radio Kancah Irama Suara Indonesia yang lebih dikenal dengan nama KISI didirikan pada tahun 1972 dengan nama Radio Arimbi 13, 14 AM. Dalam kurun waktu setahun, dari tahun 1973-1974 nama Radio Arimbi diganti dengan nama Radio Victory 13, 14 AM dengan format “All Around” (semua format program acara kecuali format dangdut). Mulai tahun 1974-1988 Radio Victory mengalami perubahan nama kembali menjadi Gema Tembang Victory sesuai dengan perubahan
49
format yang berbeda dari sebelumnya, yaitu menjadi format anak muda/remaja. Barulah pada tanggal 25 Februari 1984 berubah nama kembali menjadi PT. Radio Kancah Irama Suara Indonesia. Pendiri Radio KISI 93,4 FM Bogor antara lain, Drs. Tony Marsyahrul, Mawardi Nazier BE, Ny. Rd. Siti Haerany, dan Atang Subijarto. Berdasarkan atas manajemen keluarga, pendiri Radio KISI disahkan pada tanggal 29 September 1983, dengan adanya pengunduran diri dari beberapa pendiri. Formasi pendiri Radio KISI hingga saat ini adalah Drs. Tony Marsyahrul, Reka Sulismasyah, Ny. Tuti Endang Sulasti, Riki Noviansyah, Riko Novansyah, Royke Krisdiansyah. Pengesahan radio KISI ini juga disertai dengan : 1) Akta notaris Sujud Ranusudirjo, Bogor No. Akta :16 2) Terdaftar di Pengadilan Negeri Bogor No. 128/1984/ANP 3) Terdaftar Kementrian Kehakiman RI No. C2-1357 HT. OI.OI Th. 1984. Sejak tanggal 25 Februari 1984 sampai dengan sekarang Radio KISI beralamatkan di Jalan Puter No. 1 Tanah Sareal, Bogor 16161 (Gambar 2). Sejak tanggal 1 Agustus 2004 hingga kini, KISI 93,4 FM diresmikan oleh Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Dalam perkembangannya Radio KISI melebarkan sayapnya di Kota Cirebon yang beralamatkan di Hotel Prima Lantai 2 Jl. Siliwangi 107, Cirebon 45124 dan kemudian disusul dengan membuka perwakilan di Jakarta yaitu KISI Advertising Jln. Angrek Garuda Vc, Blok 6-76 Slipi, Jakarta. Radio KISI FM merupakan “pemain lama”
50
dalam bisnis radio siaran Bogor yang telah dikenal baik oleh publik Bogor terlebih dikalangan anak muda.
Gambar 3. Kantor KISI 93. 4 FM Bogor Sumber : Dok. Pribadi Kantor KISI FM terdiri dari dua lantai. Pada lantai satu kantor KISI FM terdiri dari ruang receptionist yang dilengkapi ruang tunggu, ruang tamu, ruang marketing, ruang music director, ruang studio manager, ruang penanggung jawab, musholla, dan dapur. Pada lantai dua kantor KISI FM terdiri dari studio siaran, ruang produksi, dan perpustakaan. Di studio siaran, penyiar melakukan tugasnya sebagai penyiar yaitu menyapa pendengar, menyampaikan informasi, memutarkan lagu, interview dengan narasumber, dan menayangkan iklan baik adlips maupun spot (Gambar 3). Keberadaan KISI FM yang kuat juga memudahkan pengiklan memilih radio KISI FM sebagai sarana mengiklankan produknya atau mempromosikan perusahannya. Dengan mayoritas pendengar yang lebih luas dibandingkan stasiun radio yang lain,
51
KISI FM adalah mitra yang efektif untuk berpromosi memasarkan produk ataupun perusahaan yang ditujukan bagi pendengar KISI FM. Radio KISI FM mendaftarkan kepada KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) untuk izin penyelenggaraan penyiaran dan kominfo sehingga terdaftar menjadi anggota PRSSNI No. 044-1/1972 dengan memiliki nama siaran KISI 93,4 FM dan memiliki frekuensi 93,40 Mhz.
Gambar 4. Studio Siaran KISI FM dan Reza sebagai penyiar Voice of Islam Sumber : Dok. Pribadi 3. Visi dan Misi, dan Struktur Organisasi di Radio KISI FM 3.1 Visi dan Misi Radio KISI FM Seperti halnya perusahaan media massa lainnya terutama media elektronik KISI FM juga memiliki visi dan misi yang dapat mengembangkan serta mengukuhkan kinerja perusahaan tersebut. Visi KISI FM sebagai berikut:
52
1) Menjadikan radio yang bercirikan aktif, dinamis juga energik, berjiwa muda dan bebas; 2) Menjadikan Radio KISI FM radio anak muda yang mendapatkan perhatian dan menjadi no. 1 di kota Bogor; 3) Menjadikan Radio KISI FM yang dapat dijadikan sebagai mitra usaha bagi perusahaan terutama di kota Bogor dan sekitarnya; 4) Menjadi Brand Awarness bagi anak muda di kota Bogor; 5) Menjadi Brand Awarness bagi perusahaan yang ingin berpromosi. Adapun Misi KISI FM, yaitu: 1) Memposisikan diri sebagai radio anak muda dengan klasifikasi AB; 2) Menghadirkan program-program yang sesuai dan disenangi oleh anak muda atau target audience dengan memberikan informasi terkini, meliputi informasi tentang musik, berita seputar gaya hidup dan pengetahuan ilmiah popular yang terkait dengan kehidupan anak muda; 3) Melakukan kerjasama dengan perusahaan sekitar yang sesuai dengan positioning Radio KISI FM; 4) Membedakan event-event off air yang temanya diminati oleh banyak anak muda.
3.2 Tugas Pokok dan Struktur Organisasi Struktur organisasi di Radio KISI 93,4 FM Bogor terdiri atas, Direktur Utama yang mengepalai Penanggung Jawab dan Manager Pemasaran, Manager Keuangan,
53
dan Station Manager (Lihat Lampiran 2). Direktur Utama merupakan seseorang yang menjadi kepala perusahaan. Direktur Utama selain sebagai pimpinan tertinggi perusahaan juga bertanggung jawab terhadap kinerja perusahaannya. Penanggung Jawab merupakan orang yang memiliki tugas mengatur, mengawasi dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas dari divisi. Bertanggung jawab langsung kepada direktur utama, membawahi 3 bagian utama: Direktur Pemasaran, bertugas mencari iklan yang ingin mengiklankan produknya sebagai relasi iklan, mempromosikan produk barang atau jasa, relasional kerjasama dan membawahi: Staff Marketing adalah bagian yang membantu bagian pemasaran. Direktur Keuangan merupakan orang yang mengatur pendapatan dan pengeluaran KISI FM, memberikan dan mengatur gaji karyawan dan dibantu oleh staff keuangan. Station Manager/operasional adalah bagian yang menyediakan peralatan produksi, masalah teknisi, masalah operasional hubungan intern, pengatur program acara, penentuan waktu siar, mengatur tema dan ide-ide kreatif, memilih penyiar, yang membawahi: Program Director/Coordinator Crew merupakan bagian sumber daya manusia sama seperti personalia yang juga mengatur pembagian tugas, mengatur komposisi jadwal siar, melakukan evaluasi kinerja crew secara bersamaan, membuat laporan kerja, membuat absensi siaran setiap minggunya, dan menentukan team work. Teknisi bertugas mengatur peralatan dan kelengkapannya seperti pemancar selama proses kegiatan dan memperbaiki peralatan jika terjadi kerusakan. Produksi merupakan bagian yang merencanakan program acara yang akan diproduksi sesuai selera pasar dan memproduksi iklan, memastikan program acara
54
berjalan dengan lancar. Dapat memperbaharui atau membuat acara-acara yang dapat menarik perhatian pendengar KISI FM. Music Director merupakan orang yang menentukan chart-chart, list lagu sesuai dengan selera musik dan selera pasar serta dalam hal menentukan lagu tersebut apakah layak atau tidak layak didengar. Bertanggung jawab terhadap lagu-lagu yang diputar di radio KISI FM yang sesuai dengan selera pasar dan bertanggung jawab menyimpan koleksi lagu-lagu atau musik yang terdapat dalam kaset ataupun CD serta wajib mendata/mentransfer lagu ke database komputer sebagai bagian dari library musik, mengelompokkan jenis lagu sesuai dengan kategori, membuat playlist lagu, membuat tangga lagu lokal dan mancanegara, serta membentuk pola penyiaran lagu dalam program siar. Kreatif adalah bagian yang menentukan program acara yang inovatif pendengar tidak merasa bosan dan tetap serta mendengarkan radio KISI FM. Tim kreatif tidak hanya ditugaskan pada satu orang saja namun semua crew KISI FM dapat menuangkan atau mengajukan ide-ide apa saja yang menurutnya bagus dan cocok untuk kemajuan radio KISI FM. Script Writer merupakan orang yang mencari bahan dan menulis naskah yang komunikatif yang diberikan kepada penyiar untuk siaran, satu hari sebelumnya sudah diberikan pada penyiar serta membuat naskah iklan. Penyiar merupakan pemandu suatu program acara yang telah ditentukan dan ditugaskan menyampaikan materi siaran, memutarkan lagu-lagu dalam playlist dan membangun image yang khas sebagai penyiar radio KISI FM. Traffic adalah bagian yang mengatur penayangan
55
jawal iklan, bukti siar iklan dan mengirimkan jadwal iklan dari komputer traffic ke komputer on air. Setiap perusahaan pasti memiliki prosedur kerja tersendiri, begitu juga dengan stasiun Radio KISI FM. Setiap karyawan dan penyiar harus mengikuti dan memenuhi prosedur kerja yang telah diterapkan. Adapun prosedur kerja di perusahaan radio KISI FM adalah setiap orang harus bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya masing-masing yang telah diberikan. Stasiun Radio KISI FM menganut sistem kekeluargaan, jadi proses komunikasi yang terjalin secara flexible. Tidak ada panggilan resmi di antara para karyawan dengan atasan atau sesama karyawan. Hal ini terbukti dengan para karyawan memanggil pimpinan perusahaan dengan sebutan “om”. Tidak terjadi hambatan komunikasi antara karyawan baru dengan karyawan lama yang lebih senior. Di antara mereka harus saling hormat-menghormati satu sama lain. Karakter tim kerja di stasiun Radio KISI FM adalah Good performance, low profile, santai, serius,
santun, kekeluargaan, kreatif, inovatif,
proaktif dan responsif. 4. Gambaran Umum Program-Program KISI FM 4.1 Program On Air Program on air merupakan program acara yang disiarkan seccara on air dari studio siaran (Lihat Lampiran 3). KISI FM memiliki dua jenis program on air yaitu, regular program dan special program. Dalam program on air, KISI FM banyak
56
menyuguhkan program dengan format musik Contemporary Hit Radio (CHR) atau Top 40 Radio. Musik adalah sajian utama dalam program acara Radio KISI FM. Radio KISI FM menyuguhkan single-single bermutu paling baru dari berbagai jenis aliran musik yang menjadi hits di mancanegara juga di negeri sendiri (Tabel 1). Tidak diragukan lagi Radio KISI FM adalah trendsetter dalam bermusik. Table 1. Komposisi Sajian Musik di KISI 93,4 FM Bogor NO
MUSIK
PROSENTASE
1
POP
55%
2
R&B
35%
3
ROCK
10%
INDONESIA
30%
BARAT
70%
Sumber : KISI FM Bogor, Desember 2010. 4.1.1 Regular Program Regular Program merupakan program acara yang disiarkan setiap hari yang menjadi program acara tetap KISI FM (Tabel 2). Regular Program KISI FM antara lain : 1) Voice of Islam adalah acara dengan format talk show yang menyuguhkan siraman rohani agama Islam yang ditayangkan setiap pukul lima pagi. 2) Music and
57
Sunshine adalah acara talk show yang disiarkan pagi hari yang menampilkan keceriaan dari penyiarnya. Lagu-lagu yang diputar adalah lagu-lagu yang semangat. Pada acara “Music and Sunshine” penyiar disiapkan script yang berisi sains, gossip, sport, dan kesehatan. 3) Lagu dan Kamu adalah acara request. Pamiarsa muda10yang ingin request bisa melalui SMS dan telepon. SMS yang dikirim pamiarsa hanya tulisan lagu dan nama dari pamiarsa muda itu. Apabila lebih dari itu, maka akan diedit oleh operator. Bagi pamiarsa muda yang request lagu melalui telepon maka akan melalui operator terlebih dahulu. Setelah itu, operator akan mengetikkan request pada komputer yang berada di ruang operator. Sesudah hasil request diketik, request dikirim ke komputer penyiar yang berada di ruang siaran. 4) Break moment adalah acara yang hanya menampilkan lagu-lagu mancanegara selama dua jam. Dalam acara ini juga tetap menayangkan iklan komersil. Lagu-lagu yang disiarkan dalam acara “Break Moment” memiliki ketentuan lagu mancanegara slow-medium maksimal produksi tahun 2006. 5) Jalur Kabel KISI by Request. Acara “Jalur Kabel KISI by Request” juga merupakan acara request. Hanya saja pada acara ini pamiarsa muda boleh menyampaikan pesan-pesan serta kirim-kirim lagu pada kerabatnya. 6) Music and Sunset adalah acara siaran sore hari yang menyajikan sejumlah informasiinformasi ringan dengan diiringi lagu-lagu slow and medium. Acara ini ditayangkan selama dua jam. 7) Tembang Persada adalah acara yang hanya menampilkan lagulagu Indonesia saja. Acara “Tembang Persada” memiliki format yang sama dengan acara “Break Moment”. 8) Kenzo adalah sajian music dari tahun 2000 sampai 2007, diselingi dengan pemberian opini dari pendengar baik melalui SMS atau telepon. 10
Pamiarsa Muda : sebutan bagi pendengar KISI FM.
58
4.1.2 Special Program Special Program merupakan program acara yang disiarkan beberapa kali dalam seminggu (Lihat Lampiran 4). Special Program biasanya merupakan program acara dengan tema yang berbeda-beda setiap harinya. Special program yang ada di KISI FM antara lain : 1) Kisi-kisi Kita merupakan program acara yang interaktif ajang curhat (curahan hati) dengan memberikan opini dari penyiar dan pamiarsa muda. Curhat yang dibacakan merupakan kasus yang dikirimkan langsung oleh pamiarsa muda. 2) Info Ilmu merupakan acara yang menyajikan informasi mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang up to date dan bermanfaat bagi pamiarsa muda. Tema acara harus berbeda setiap harinya. 3) Cakar Binar (Catatan Karir Bintang Binar) merupakan acara yang mengupas sisi lain dari kehidupan seorang public figure disertai biografi lengkapnya semenjak awal karir. Public figure yangmenjadi tema bisa seorang penyanyi, group band, atau aktor/aktris. 4) Tembang Kenangan merupakan acara yang memutarkan lagu-lagu pilihan dari tahun 1990-an hingga saat ini. Acara hanya memutarkan lagu-lagu slow-medium karena hanya disiarkan malam hari sebagai “pengantar tidur” pamiarsa muda. 5) KISI Fresh Release merupakan acara yang memutarkan 12 lagu-lagu terbaru (fresh). Acara “Fresh Release” merupakan salah satu program acara yang memiliki format musik. 6) TOILET merupakan program acara untuk perempuan yang berisi tips, info resep masakan, dan zodiak. TOILET disiarkan setiap hari sabtu mulai pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Acara ini memiliki beberapa segmen acara antara lain, Gosok Gigi (gosip pagi-pagi),
59
Sisiran (sisi-sisi perempuan), Sabun (sarapan buru-buru), Tissue (tips suka-suka), dan Closet (coba lo sms cepet). 7) Totally Black merupakan acara yang memutarkan lagulagu yang dinyanyikan oleh penyanyi kulit hitam. Lagu-lagu yang diputarkan memiliki genre RnB dan Hip-Hop. Selain memutarkan lagu-lagu, penyiar acara “Totally Black” juga harus membacakan berita/gossip seputar penyanyi kulit hitam yang update. Acara ini disiarkan setiap hari sabtu selama tiga jam. 8) Zona Cinta merupakan acara yang menyajikan segala sesuatu tentang haru birunya cinta. Pamiarsa muda bisa mendengarkan cerita seputar cinta. Selain itu, acara “Zona Cinta” bisa menjadi ajang perkenalan bagi pamiarsa muda yang ingin mencari teman atau pasangan dengan mengirimkan SMS saat acara berlangsung. 9) Double Klik merupakan acara yang menyediakan non-stop music mix, lagu-lagu internasional yang tidak direlease, remix. 10) Roket KISI atau room weekend at KISI FM merupakan acara talkshow minggu pagi yang berisi informasi-informasi fresh selama seminggu dengan memutarkan lagu-lagu khas KISI FM. 11) KISINDO 14 merupakan program acara tangga lagu Indonesia yang menampilan persaingan 14 lagu Indonesia yang memperebutkan posisi jawara dalam chart. KISINDO 14 memiliki motto “KISINDO 14 parade hits nasional”. Acara ini berdurasi satu jam dan ditayangkan setiap hari minggu pukul 10.00 hingga 11.00 WIB. 12) KISI Top Request merupakan acara yang memutarkan 14 lagu yang paling banyak di request oleh pamiarsa muda setiap minggunya. 13) KISI Weekly Top 40 merupakan program acara tangga lagu mancanegara yang memutarkan persaingan 40 lagu mancanegara setiap minggunya. KISI Weekly Top 40 merupakan format musik yang relatif rumit dibandingkan format musik lain yang ada di KISI FM. 14) Rockline merupakan acara yang memutarkan
60
lagu-lagu bergenre rock dan alternatif. Selain memutarkan lagu, penyiar acara “Rockline” juga harus membacakan berita/informasi update mngenai penyanyi atau group band beraliran rock. 15) KISINEMA merupakan acara yang menyajikan beritaberita update seputar dunia film serta soundtrack film-film terbaru baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Acara ini terdiri dari beberapa segmen antara lain, Movie Shot, Movie Next, dan Box office. 16) KISI Friday Spinn merupakan acara yang menyajikan non-stop music mix (Electronic Dance Music) music dari X-Spinn Dj’s (Live). Selain program-program tersebut, KISI juga bisa mengadakan special program khusus program kerjasama sponsorship, contohnya Musik Pilihan Djarum Coklat yang bekerja sama dengan pihak Djarum Coklat. 4.2 Program Off Air Program off air merupakan program acara yang dilakukan di luar studio siaran misalnya, misalnya acara “Final Lomba Siaran KISI FM”. Off air division senantiasa mengadakan event-event off air yang menarik sebagai kegiatan rutin radio atau sebagai bagian dari event organizer. Selain itu, tujuan dari diadakannya program off air adalah untuk lebih mendekatkan KISI FM kepada pendengarnya secara langsung.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Proses Produksi dan Penyiaran Program Voice of Islam 1. Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah Dalam disertasi Armawati Arbi terdapat enam proses konstruksi sosial media massa, yang dua diantaranya terdapat pada proses pra produksi, yaitu: Penelitian ini, tim radio (struktur) menyiapkan unsur-unsur komunikasi dakwah, yaitu pendakwah, narasumber atau penyiar, pesan prolog, format dan pengungkapan diri (self-disclosure). Tim manajemen mengadakan MOU/kontrak kerja pendakwah, narasumber atau penyiar. Tim produksi bersama mitranya direktur program menyiapkan tugasnya masing-masing (menyiapkan insert al-Hadist/al-Quran, jingle acara, lagu, dan promosi acara). Hasil tahap pertama penelitian ini adalah roda jam siar permenit selama satu jam. Sedangkan Burhan Bungin pada tahap pertama hanya menyiapkan materi iklan saja. Hasilnya adalah tahap penyiapan materi konstruksi iklan adalah gambar naskah iklan (karikatur). 1. Narasumber Narasumber adalah orang yang menjadi sumber dalam penyampaian materi siaran. Acara Voice of Islam memiliki narasumber yang kompeten dalam bidang memberikan bimbingan rohani bagi remaja. Para narasumber ini berasal dari sebuah
61
62
lembaga yang bekerja sama dengan radio KISI FM dalam membuat program Voice of Islam yaitu Klinik Gaul Islam. Klinik Gaul Islam adalah lembaga yang terbentuk sejak April 2007, yang memiliki tujuan agar informasi atau pengetahuan tentang Islam bisa menjadi kebutuhan bagi remaja khususnya pamiarsa muda muslim. Sehingga mereka mau belajar, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang disampaikan melalui materimateri yang dibahas dalam radio KISI FM tanpa merasa terbebani. Klinik Gaul Islam merasa terpanggil untuk memperbaiki akhlak remaja dewasa ini, karena kebanyakan perilaku anak muda sekarang sudah tidak lagi berlandaskan tuntunan Islam. Mereka lebih senang pergi nonton ke bioskop daripada mengisi pengajian atau majelis ta’lim, lebih antusias mempelajari sejarah artis idolanya daripada membaca sejarah Rasul atau nabi. Itu hanya sebagian kecil dari perilaku anak muda sekarang, masih banyak lagi yang bahkan jauh lebih menunjukkan kejatuhan moral anak muda sekarang. Oleh sebab itulah Klinik Gaul Islam hadir dan bekerja sama dengan radio KISI FM Bogor memberikan solusi dunia akherat bagi remaja, khususnya pamiarsa muda.1 Adapun yang menjadi narasumber dalam acara Voice of Islam, terdiri dari lima orang. Berikut nama narasumber dan jadwal mengisi acara, akan disajikan dalam table:
1
Wawancara Pribadi dengan O. Sholihin (Kang Sholeh),Narasumber Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010.
63
No.
Nama
Lembaga
Hari
1.
O. Sholihin (Kang
Klinik Gaul Islam
Senin
Sholeh) 2.
Purwa Ariandi
Klinik Gaul Islam
Selasa
3.
O. Shoihin (Kang
Klinik Gaul Islam
Rabu
Sholeh) 4.
Divan Semesta
Klinik Gaul Islam
Kamis
5.
Abu Fikri
Klinik Gaul Islam
Jumat
6.
Anto Afrianto
Klinik Gaul Islam
Sabtu
7.
Purwa Ariandi
Klinik Gaul Islam
Minggu
Sumber : Wawancara dengan O. Sholihin (Narasumber Voice of Islam).
Apabila narasumber yang sudah dijadwalkan tidak dapat mengisi siaran, yang mengatur siapa penggatinya adalah Kang Sholeh dari Klinik Gaul Islam. Radio KISI FM akan berkoordinasi dengan Kang Sholeh sebagai leadernya.2 2. Penyiar Penyiar dalam acara Voice of Islam dituntut kemampuan dan kecakapannya. Penyiar Voice of Islam tidak hanya bertugas membuka dan menutup acara, apalagi acara ini bersifat talkshow yang sangat memerlukan peran aktif dari seorang penyiar. Penyiar Voice of Islam harus dapat memunculkan ide-ide kreatif ketika siaran agar siaran menjadi tidak monoton, apalagi acara ini di pagi hari, tidak banyak orang yang terlibat dalam produksinya. Sebagaimana petikan wawancara penulis dengan penyiar Voice of Islam yang bernama Reza berikut ini: 2
Wawancara lewat email, dengan Purwa Ariandi, Narasumber Voice of Islam, 7 Desember 2010.
64
“Disini peran penyiar sangat vital, karna inikan acara rutin di pagi hari, jadi dibutuhkan daya tarik lebih dari seorang penyiar untuk mendapatkan perhatian dari pendengar. Karena di jam-jam segitu kebanyakan pendengar..ya mas tahulah. Ada yang masih tidur, ada yang sibuk mau berangkat kerja, jadi kalo siaran kita monoton ja..bisa sepi ini acara mas.. jadi kita memang harus lebih kreatif dalam menghadirkan ide-ide segar kepada pendengar. Trus ketika produksi langsung juga kan cuma ada saya sebagai penyiar, narasumber, dan operator. Jadi kalo kita aja ud monoton, apalagi pendengar kan..”3 Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi dari stasiun radionya. Artinya, penyiar merupakan salah satu cermin identitas stasiun (station identity). Maka, bisa disimpulkan, penyiar radio adalah profesi yang vital. Seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaannya.4 Seorang peyiar Voice of Islam juga harus terampil dalam menyajikan musik atau lagu sesuai sesuai dengan suasana yang bisa menyentuh emosi pendengar. Karena untuk menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi penyiar hanya mngandalkan suara. Bukan dengan gerak tubuhnya, atau seulas senyum agar orang bisa melihatnya. Apalagi jika si penyiar sedang susah, tak perlu menampakkan kernyit di dahi supaya orang lain memahaminya. Sekali lagi, penyiar hanya mengandalkan suara. Maka kacaunya suasana hati dan pikiran yang melanda seorang penyiar, tak perlu pendengar tahu dan dan ikut merasakannya. Sebab, pada dasarnya, pendengar hanya mencari hiburan di radio salah satunya adalah ingin mendengar suara penyiar. 3
Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher), Cet. 1 h. 48. 4
65
Penyiar atau announcer merupakan aktor bagi siaran radio. Warna-warni program acara radio dalam siaran hanya bisa dilakukan oleh seorang aktor yaitu penyiar. Oleh karenannya Voice of Islam sangat selektif dalam memilih penyiarnya, yaitu dengan menguasai teknik serta mempunyai keterampilan, kemampuan vokal dan wawasan. Karena sebagai sorang penyiar harus mampu mengendalikan pikiran, perasaan, suara, serta mampu mengoperasikan peralatan yang ada di studio. 3. Materi Siaran Tema atau materi siaran adalah isi pesan yang disampaikan oleh narasumber kepada pendengar. Materi siaran dalam program Voice of Islam adalah seputar tematema yang sedang hangat dikalangan anak muda, problematika yang identik dengan kehidupan anak muda masa kini, yang kemudian memberikan solusi berdasarkan nilai-nilai Islam di dalamnya. Materi siaran yang di sampaikan oleh narasumber diharapkan agar materi siaran tersebut yang berupa informasi dapat menjadi kebutuhan bagi para remaja muslim, khususnya pamiarsa muda. Sehingga mereka mau belajar, memahami dan pada akhirnya mengamalkan ajaran Islam yang disampaikan ke dalam pola pergaulan mereka. Dari setiap tema yang disampaikan narasumber, diharapkan dapat memberikan manfaat dan pembelajaran yang berharga, tidak hanya bagi pamiarsa muda namun juga pada seluruh pendengar Voice of Islam tentunya. Mengenai penjadwalan tema tidak ada perencanaan secara berkala, karena setiap tema yang diambil bersifat inspiratif, dalam arti berdasarkan topik-topik yang sedang hangat dan menjadi buah
66
bibir di masyarakat. Jadi kapan saja tema dapat dibuat, selama itu masih aktual dan dianggap relevan, khususnya untuk pamiarsa muda. Adapun topik atau tema Voice of Islam pada bulan Desember 2010 sebagai berikut: Tgl.
Topik/Tema
Narasumber
1.
Pentingnya sholat lima waktu.
O. Sholihin
2.
Memberi salam ketika bertemu Muslim lain.
Divan Semesta
3.
Manfaatkan Waktu Hidupmu.
Abu Fikri
4.
Antara Cinta danNafsu.
Anto Afrianto
5.
Tanda Cinta Sejati.
Purwa Ariandi
6.
Awas ! Jangan Gaul Bebas.
O. Sholihin
7.
Cewek Modal Display.
Purwa Ariandi
8.
Hidup ini Hanya Sekali dan Sesaat Saja.
O. Sholihin
9.
Antara Kita dan Televisi.
Divan Semesta
10.
Karena Surga itu Manis.
Abu Fikri
11.
Be Gentle, Bro !
Anto Afrianto
12.
Cinta kok Diobral.
Purwa Ariandi
13.
Jama’ah Justin Bieber
O. Sholihin
14.
Pemimpin Hebat.
Purwa Ariandi
15.
Tuhan Ada dan Tuhan Tidak Mati.
O. Sholihin
16.
Dilarang Percaya Paranormal.
Divan Semesta
17.
Sinetron yang Dibenci, Yang Dinanti.
Abu Fikri
18.
Memotivasi Diri, Raih Prestasi.
Anto Afrianto
67
19.
Kerenkan Dirimu, Sobat !
Purwa Ariandi
20.
Kita Harus Kuat!
O. Sholihin
21.
…… Karena Pacaran Diajarkan.
Purwa Ariandi
22.
Kematian Tidak Menakutkan.
O. Sholihin
23.
Bakat Anak Indonesia di Eksploitasi ?
Divan Semesta
24.
Antara Start dan Finish.
Abu Fikri
25.
Pengalaman Adalah Guru Terbaik.
Anto Afrianto
26.
Cinta sejati Mencintai Nabi.
Purwa Ariandi
27.
Nggak Virgin, Nggak OK !
O. Sholihin
28.
Ideologi Suporter Sepak bola.
Purwa Ariandi
29.
Berjilbab Itu, Modern !
O. Sholihin
30.
Peduli Dakwah, Kenapa Tidak.
Divan Semesta
31.
Islam di Dadaku, Islam Kebanggaanku
Abu Fikri
Sumber : Dok. KISI 93. 4 FM Bogor, Desember 2010 4. Format Program Voice of Islam Format acara dalam program Voice of Islam tidak berbeda dengan format acara lainnya. Voice of Islam memiliki format acara yang bersifat talk show dengan konsep dialog interaktif. Acara ini hadir setiap hari live mulai pukul 05.00-06.00 pagi. Dalam acara ini mengundang interaktif langsung dengan pendengar yang berupa pertanyaan atau komentar, baik melalui SMS atau telepon.
68
Dengan menggunakan format acara yang bersifat talk show, tentunya akan membuat suasananya menjadi lebih cair. Artinya acara ini dikemas dengan cara penyampaian yang tidak kaku dan dengan bahasa tutur yang tidak terlalu formal sesuai dengan bahasa anak muda kebanyakan. Karena dengan pertimbangan pagi hari antara jam 05.00-06.00, dimana kebanyakan orang masih terlelap dengan mimpimimpinya, kemudian harus bangun dan dalam keadaan yang ngantuk tiba-tiba mendengarkan tema-tema yang berat dan rumit, tentunya pendengar akan semakin malas untuk mendengarkannya, terlebih bagi para anak muda. Untuk sebuah stasiun radio baru amat penting untuk menentukan format siaran sebelum memulai kegiatan penyiaran. Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman tentang pendengar yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan, dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka. Dari sini ditentukan format siaran apa yang relevan beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran. Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu lokasi siaran. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntutan spesialisasi siaran akibatnya maraknya pendirian stasiun radio. Format siaran dapat ditentukan dari barbagai aspek,misalnya aspek demografis audien seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi, hingga geografi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka muncullah stasiun penyiaran berdasarkan kebutuhan kelompok tersebut.
69
Talk show pada dasarnya adalah kombinasi antara “seni berbicara” dan “seni wawancara”. Setiap orang pasti pandai berbicara. Setiap broadcaster tentunya “pembicara yang handal”. Akan tetapi, tidak semua broadcaster pandai berwawancara
apalagi
menggabungkan
keterampilan
berbicara
dengan
berwawancara. Wawancara merupakan ajang interaksi yang mencerdaskan dan menjadikan radio sebagai ruang publik yang bersifat populis, bukan elitis. Kecenderungan untuk menghadirkan elit masyarakat di studio akan berkurang saat radio membuka ruang wawancara interaksi langsung dengan pendengar yang heterogen. Melalui fasilitas telepon, posisi semua yang bersuara di radio menjadi setara. Talk show didefinisikan sebagai keterampilan menyajikan perbincangan bertopik serius. Konsep talk show adalah (1) topik yang dipilih aktual, sedang menjadi sorotan; (2) bersifat analisis, tidak sekedar deskripsi kasus; (3) terjadi interaksi seimbang diantara narasumber, tidak dimonopili satu orang atau satu sudut pandang; (4) terjadi kontroversi, perdebatan pro-kontra;(5) ada solusi terbuka pada akhir pebincangan.5 Voice of Islam mencoba menyuguhkan kemasan program yang berbeda. Dengan memberikan sesuatu yang ringan tapi mencerahkan, ringan namun mengena dan masuk di hati para pendengar khususnya pamiarsa muda6, sehingga mampu menjadi inspirasi dalam menjalankan aktivitasnya seharian kedepan. Karena pada jam-jam
5 6
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: LKIS, 2004), Cet. 1, h. 80. Pamiarsa Muda : sebutan bagi pendengar KISI FM.
70
seperti itu kebanyakan orang yang mendengarkan baru akan mulai melakukan aktivitasnya, mereka sambil berolahraga, sambil menuju tempat kerjanya, jadi mereka tidak perlu materi yang berat-berat. Meskipun formatnya dikemas untuk lebih santai dan dengan bahasa yang lebih cair, namun tetap diharapkan itu akan membuat para pamiarsa muda menjadi lebih bersemangat dalam menjalani kegiatan sepanjang hari. Acara Voice of Islam terbagi dalam tiga break dan empat sesi, dengan memutar satu lagu setiap breaknya, supaya acaranya lebih terasa menarik. Dengan begitu, formatnya akan terasa lebih relax, sebab jika selama satu jam itu itu full tanpa lagu, maka akan berkesan monoton, datar, dan tidak ada semangatnya. Sebagaimana yang dikatakan Ferry Gunawan dalam wawancara: “Formatnya memang harus santai, karna kalau pada jam segitu kita kasih sesuatu yang bikin tegang, kemungkinan besar mereka akan mematikan radio trus kembali tidur dec. Apalagi anak muda, makanya selain materi yang ringan-ringan aja, juga lagu rohani yang kita kasih adalah lagu-lagu relegi band misalnya Ungu, Gigi, dan lain-lain. Pokoknya yang dapat memberikan semangat bagi mereka..itu yang kita apa..kita sampaikan..gitu”.7
7
Wawancara pribadi dengan Ferry Gunawan, Bogor 8 Desember 2010.
71
Gambar 5. Wawancara dengan Ferry Gunawan Sumber: Dok. Pribadi Suatu program dapat disusun dengan runut, rinci, dan terarah karena adanya panduan atau pedoman dalam operasionalisasi siaran yang biasa disebut format clock, yaitu pola atau pedoman terhadap isi acara berbentuk diagram yang terdiri dari unsurunsur isi/item materi siaran (station call), keterangan durasi penyiar, jumlah lagu, serta keterangan lainnya sebagai panduan bagi operasionalisasi siaran bagi penyiar, produser, dan operator siar. Kemudian untuk pembagian sesinya yaitu; Sesi pertama merupakan pembukaan dan prolog tentang tema, sesi kedua masih penyiar dan narasumber membahas tentang topik, menggali detail-detailnya, dan rincian bahasannya, sesi ketiga mulai berinteraksi lewat telepon dengan pendengar, biasanya hanya 3 penelepon yang mendapatkan kesempatan yang dianggap paling sesuai dengan tema, masing-masing penelepon diberikan kesempatan selama 5 menit untuk melakukan tanya jawab sekaligus solusi dari narasumber, dan sesi terakhir keempat adalah membahas SMS dan kesimpulan, paling banyak SMS yang dibahas hanya 1-2 SMS tergantung pada ketepatan atau pergeseran waktu siaran, kemudian closing. Untuk berinteraksi dengan pendengar dalam acara Voice of Islam melalui dua cara, yaitu melalui layanan telepon dan layanan SMS. Untuk layanan SMS sangat mudah sekali, pamiarsa muda hanya mengirim SMS baik berupa pertanyaan atau komentar ke nomor operasional program Voice of Islam. Kemudian SMS yang masuk akan langsung diseleksi oleh penyiar sesuai dengan kesesuaian tema yang
72
sedang dibahas, setelah itu baru penyiar membacakan SMS tersebut. Sedangkan untuk layanan telepon, penyiar tidak bisa langsung menerima telepon, harus ada filternya yang biasanya tugas ini di pegang oleh seorang operator, karena itu radio KISI FM menggunakan sistem gate keeper. Setiap radio pada umumnya pasti membutuhkan dan menciptakan segmen pendengar. Begitu juga dengan radio KISI FM yang bersegmen anak muda dengan kisaran usia 18-25 tahun, karenanya pendengar yang mendengarkan juga haruslah para anak muda. Apabila pendengar yang menelepon tidak memenuhi standar sebagai pamiarsa muda, maka tidak akan bisa bergabung dalam acara ini.8 Tahap kedua adalah pembingkaian prolog atau monolog skrip kasus. Tugas pendakwah/narasumber menyiapkan prolog. Pembawa acara menyiapkan skrip kasus bagi radio KISI FM. Sedangkan tahap kedua Burhan Bungin adalah sebaran konstruksi, menyiapkan segmen iklan, minat pemirsa melalui strategi iklannya dari ilmu semiotika. Dari tokoh, isi pesan, bahasanya disesuaikan dengan segmennya. Sedangkan Burhan Bungin menyiapkan materi dan khalayakya pada tahap pertama dan kedua. Maka untuk perencanaan tahap pembingkaian prolog dalam acara Voice of Islam, antara lain: Perencanaan materi yang akan disampaikan pada setiap siarannya. Untuk perencanaan materi tidak ada jadwal khusus dalam penentuan tema, sebab yang
8
Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010.
73
menyiapkan materi adalah narasumber, dan mereka sudah cukup menguasai materimaterinya. Sebagaimana diungkapkan Kang Sholihin: “Materinya seputar kita aja ko, apa yang sedang ramai atau trend gitu, khususnya di kalangan anak muda kita. Jadi untuk membuat materinya..ya spontan ja, begitu kita dapet ide, langsung kita tuangkan, dan itu bisa terjadi seminggu, 3 hari, bahkan sehari sebelum siaran.”9
Gambar 6. Wawancara dengan O. Sholihin, Narasumber Voice of Islam. Sumber: Dok. Pribadi. Narasumber yang menentukan tema, karena mereka yang lebih berkompeten, lebih tahu apa yang dibutuhkan pendengar, jadi tiap harinya temanya pasti berbedabeda. Mengenai persiapan materi tentunya akan berbeda-beda pada setiap narasumbernya, ada yang menyiapkan sekitar dua atau tiga hari sebelumnya dan paling lama satu minggu, bahkan kalau jadwal narasumber lagi padat, terkadang
9
Wawancara Pribadi dengan Sholihin (Kang Sholeh), Narasumber Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010.
74
mreka dapat menyiapkan materi beberapa jam sebelum acara. Seperti yang dikatakan Purwa Ariandi sebagai narasumber Voice of Islam : “Materi atau tema siaran ditentukan berdasarkan pengalaman yang dialami, film yang ditonton, buku yang dibaca, dan lainnya selama itu tidak melenceng dari tema-tema remaja. Dan apabila sempat, terkadang materi siaran itu akan dibuatkan uraiannya untuk dimuat di bulletin remaja Gaul Islam.10 Persiapan penyiar dan narasumber dalam membahas tema yang akan disampaikan. Penyiar dan narasumber tidaklah rumit, mereka baru bertemu sekitar lima sampai sepuluh menit sebeum siaran, jadi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka membahas tema yang akan disampaikan. Seperti wawancara oleh Reza selaku penyiar Voice of Islam berikut ini: “ Hanya perlu sekitar 5 menit antara penyiar dan narasumber berkomunikasi untuk menentukan arah siarannya mau dibawa kemana ketika siaran nanti. Karena antara penyiar dan narasumber sudah cukup lama saling bekerja sama, jadi satu sama lain sudah saling mengerti maunya seperti apa, memahami arah bahasannya kemana, dan selanjutnya acara akan berjalan mengalir dengan sendirinya.11 Penentuan jadwal siaran untuk narasumber. Adapun mengenai penentuan jadwal siaran bagi narasumber itu sudah di tentukan oleh pihak Klinik Gaul Islam selaku narasumber pada program Voice of Islam. Pihak KISI FM hanya menyediakan sarana maupun prasarananya termasuk penyiarnya, selebihnya diserahkan kepada Klinik Gaul Islam. Seperti yang disampaikan mas Ferry Gunawan: “Jadwal untuk mengisi siaran sudah otomatis diatur dari Klinik Gaul Islam dan itu sudah berlangsung sejak dulu. Kebijakannya ada di Klinik Gaul Islam 10 11
Wawancara lewat email, dengan Purwa Ariandi, Narasumber Voice of Islam, 7 Desember 2010. Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar KISI FM, Bogor 1 Desember 2010.
75
yang mengatur siapa dan di hari apa, bahkan untuk mengatur narasumber yang berhalangan hadir, yang menentukan penggantinya juga dari Klinik Gaul Islam. Koordinasi KISI FM dengan Klinik Gaul Islam, terutama dengan kang Sholihin sebagai koordinatornya.12
Perencanaan memang sangat diperlukan dalam program acara radio, baik untuk membuat program baru seperti menentukan kebutuhan audien atau pendengar, menentukan format acaranya, sampai pada memilih tim yang akan mengemas program itu nantinya. Ataupun program yang sudah berjalan tentunya memerlukan suatu perencanaan terlebih dahulu seperti penentuan waktu dan tema siaran, baik harian, mingguan, bulanan, bahkan dalam setahun. Atau perencanaan yang terpusat pada bagaimana mengelola sebuah materi siaran menjadi sajian yang memikat pendengar di udara. Suatu program tanpa perencanaan dinilai kurang baik, karena tidak ada ukuran untuk hasil yang akan dicapai. Setiap stasiun radio yang yang tetap exist ditengah maraknya stasiun radio dewasa ini di pelosok negeri, adalah dengan satu kunci, yaitu perencanaan yang matang. Membuat rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada pendengar. Mengetahui secara persis apa kebutuhan pendengar merupakan hal yang penting, tidak sekadar menghadirkan acara dengan materi atau kemasan baru. Setiap siaran utamanya ditujukan untuk pendengar, bukan untuk penyiar atau perencana. Bagaimana mengetahui apa yang diinginkan pendengar? Menurut Michael C. Keith, untuk mengetahui keinginan pendengar dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pertama, dengan penelitian yang memakan banyak biaya; kedua, dengan jalan 12
Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010.
76
yang lebih mudah yang bisa dikerjakan setiap hari, yakni berbicara kepada pendengar, orang-orang yang menelepon ke stasiun, keluarga, atau teman-teman. Tanyakanlah apa yang ingin mereka dengar. Selain pendengar, aspek lain yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan acara adalah visi dan misi radio, kemampuan SDM, dan teknis produksi yang ada. Setiap radio pasti memiliki visi dan misi yang akan memandu agar perencanaan acara lebih fokus dan sesuai target.13 Pra produksi atau perencanaan yang dilakukan pada program acara Voice of Islam sebagai bagian dari salah satu program unggulan yang ada di radio KISI 93. 4 FM. Namun tidak hanya pada program acara Voice of Islam, perencanaan di radio KISI FM dilakukan pada setiap program, baik pada program baru maupun program yang sedang berjalan. Perencanaan dalam membuat program baru di radio KISI FM mempunyai beberapa proses: Pertama, untuk membuat program baru, sebagai langkah awal KISI FM selalu mempelajari terlebih dahulu apa yang menjadi kebutuhan dari audien atau apa yang sekiranya sedang up to date di lapangan. Agar program yang dibuat nanti tidak melenceng, maka data/materi yang didapat di lapangan tadi akan dicocokkan atau disesuaikan dengan segmentasi di radio KISI FM yang format pendengarnya adalah teenagers dengan kisaran usia antara 18-25 tahun.
13
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: LKIS, 2004), Cet. 1, h. 45-46.
77
Kedua, dari materi yang telah dikumpulkan, kemudian akan dibentuk tim untuk mensurvei kembali di lapangan tentang apa yang sedang ramai dibicarakan atau trendnya. Setelah itu baru di petakan dalam bentuk point-point oleh tim tadi. Pointpoint ini masih sangat umum, maka untuk memfokuskannya point-point tersebut akan di seleksi lagi. Misalkan dari 5 point yang ada, akan di seleksi menjadi 2. Ketiga, kemudian point yang 2 tadi akan dibuat menjadi semacam optioner. Dan kembali di lempar ke pendengar dalam hal ini adalah pamiarsa muda, bisa lewat polling atau modul. Setelah itu mana yang paling banyak menjadi pilihan pamiarsa muda akan diambil. Dibentuklah semacam team kreatif untuk menentukan siapa executive produsernya, produser, music directornya, penyiar, dan soundmen. Setelah itu, keempat adalah program yang masih dalam bentuk draft itu, akan diberikan kepada produser untuk dinilai sekiranya ada kekurangan akan diperbaiki. Terakhir, akan diberikan kepada executive produser. Executive produserlah yang berhak menentukan program “layak naik” atau tidak.14 Tahapan diatas merupakan perencanaan dalam membuat program acara baru. Untuk perencanaan dalam program Voice of Islam tidak terlalu sulit, sebab acara ini telah berjalan cukup lama sejak tahun 2006. Dengan target pendengar sudah jelas yaitu pamiarsa muda yang aktif, dinamis, energik, berjiwa muda dan bebas. Mereka adalah young, free, dan single. Sedangkan untuk narasumbernya yaitu para sarjana muda yang kompeten dalam memberikan motivasi rohani dari Klinik Gaul Islam.
14
Wawancara pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010.
78
Sebuah program dapat dikatakan baik dan menarik apabila mempunyai kualitas yang berbeda dengan program lainnya. Acara Voice of Islam hadir setiap hari pada pukul 05.00-06.00 pagi, ini cukup memberikan bekal rohani kepada para pamiarsa muda untuk melakukan aktivitanya seharian agar sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena di pagi hari kebanyakan orang khususnya pamiarsa muda belum banyak melakukan aktivitas sehingga pikirannya masih cukup fresh untuk menerima bekal rohani yang disampaikan oleh narasumber dalam program Voice of Islam.15 2. Tahap pembentukan dan pengemasan realitas simbolik Setelah tahap perencanaan program selesai, maka selanjutnya adalah tahap produksi. Tahapan produksi atau pelaksanaan yang dalam dunia radio biasa disebut dengan istilah on air. On air merupakan penayangan acara sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Khusus untuk produksi siaran yang bersifat langsung (live), tidak perlu vocal recording terlebih dahulu. Proses itu dilakukan bersamaan dengan mixing saat on air oleh penyiar bekerja sama dengan operator.16 Dari enam tahap konstruksi sosial media massa yang disampaikan Armawati Arbi tahap kedua hingga tahap kelima masuk kedalam produksi program, yaitu: “Tahap ketiga adalah pengungkapan diri. Narasumber dan penyiar membingkai fakta pendengar. Hasil pengungkapan diri adalah bingkai pendengar atas realitas problem pendengar dan bingkai tim radio. Pada penelitian Bungin, realitas sosial iklan televisi tidak diambil dari data dan pengalaman pemirsanya.”
15 16
Wawancara Pribadi dengan Reza, Bogor 1 Desember 2010. Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, (Yogyakarta: LKIS, 2004), Cet. 1, h. 47.
79
Pada tahap ketiga ini pendengar akan mengungkapkan diri sebagai bentuk respon dari materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Mereka akan cerita dan bertanya seputar masalah-masalah yang mereka hadapi dalam realitas nyata mereka. “Tahap empat adalah pembentukan realitas subjektif. Tim produksi melakukan penyeleksian, pengabaian, penonjolan dan pendalaman atas realitas problem pendengar. Hasilnya adalah skrip kasus atau intisari pertanyaan dari fakta pendengar dan pertanyaan pendengar.” Pada tahap keempat ini penyiar akan menyeleksi dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pendengar, baik dalam bentuk telepon maupun SMS. Dari setiap cerita dan pertanyaan dari pendengar, tentu saja akan beraneka ragam, panjang, dan agak rumit sesuai dengan pengungkapan diri yang umumnya berasal dari isi hati setiap pendengar. Dari setiap on air, penelepon yang masuk dapat mencapai hingga 30 penelepon dan 40 SMS setiap harinya. Oleh karena itu, penyiar akan menyeleksinya, membuatnya menjadi simple dan terarah sesuai dengan segmen yang ada, yang pada akhirnya hanya ada 3 penelepon dan 2 SMS yang dipilih, kemudian akan disampaikan kepada narasumber untuk diberikan jawaban atau solusi atas pertanyaan mereka.17 “Tahap
lima
meningkatkan
adalah
pengemasan
pengetahuan
pendengar,
realitas
simbolik.
kesadaran
Menciptakan
pendengar,
dan
pemberdayaan
pendengar, dan pencitraan problem pendengar. Burhan Bungin menyebutnya sebagai tahap pembentukan konstruksi citra.” 17
Berdasarkan Observasi Partisipasi.
80
Tahap ini adalah tahap pengemasan strategi program. Dalam Voice of Islam strategi yang digunakan untuk menarik perhatian pendengar yang umumnya adalah anak muda, maka bahasa yang disampaikan adalah bahasa-bahasa gaul yang kerap digunakan para anak muda masa kini pada umumnya, contohnya ketika seorang penyiar berkata kepada narasumber dengan kata “tarik bro” dan narasumber membalasnya dengan kata”yoi bro”. Dan narasumber yang dihadirkan adalah para narasumber muda juga yang dapat melakukan interaksi sesuai dengan selera anak muda kebanyakan sehingga para pendengar yang terdiri dari anak muda dengan gejolak jiwa yang labil merasa tidak digurui, namun mereka merasa dekat sebagai teman yang memberikan solusi. Dengan materi yang tidak jauh dari seputar kehidupan anak muda juga menjadi salah satu daya tarik dari Voice of Islam ini. Dalam program Voice of Islam, proses produksinya sama seperti programprogram talk show lainnya, karena program-program acara yang ada di radio KISI FM kebanyakan memang dalam format talk show. Setiap pagi senin sampai minggu, para narasumber sesuai dengan jadwalnya datang ke studio KISI FM untuk melakukan siaran. Program acara Voice of Islam termasuk dalam daily program karena disiarkan setiap hari live dari senin sampai minggu,dari jam 05.00-06.00 pagi. Di sesi pertama, penyiar membuka acara dan mempersilahkan narasumber untuk menyampaikan materi siaran sebagai prolog. Di sesi kedua penyiar berperan sebagai pemandu acara, melakukan dialog dengan narasumber mengenai tema yang sedang dibahas. Sesi ketiga pembahasan tema oleh narasumber sambil berinteraksi dengan pamiarsa muda melalui SMS atau telepon. Sesi keempat narasumber membahas SMS
81
dan memberikan kesimpulan dari tema yang dibahas dan kemudian closing atau penutup. Dalam berinteraksi dengan pamiarsa muda, penyiar bertugas untuk menyeleksi SMS yang masuk, membacakan SMS dan menerima telepon dari pendengar. Baik berupa pertanyaan maupun komentar terhadap tema yang disampaikan oleh narasumber. Dialog diolah sedemikian rupa baik dengan berbagai pengalaman narasumber, cerita-cerita, atau menyangkut isu-isu hangat dan topik terkini yang sesuai dengan tema agar acara lebih menarik. Rekaman data tertulis dengan tema Jama’ah Justin Bieber pada tanggal 13 Desember 2010 sebagai berikut: Jingle KISI FM
30 Detik
Jingle VOI
30 Detik
Penyiar
Opening “Assalamualaikum pamiarsa muda, selamat 4 Menit pagi. Ketemu lagi bareng gw Reza dalam program kesayangan kita, pastinya..Voice of Islam. Pagi ini tema kita adalah Jama’ah Justin Bieber. Uuu, siapa sih yang ga’ kenal dia..tapi sebelum itu kita kasih dulu kesempatan buat narasumber kita yang baik hati dan tidak sombong. Tarikk kang..
Narasumber
Prolog Utama “Terima kasih kang..tarik nec, yuk 4 Menit mari..baik, pamiarsa muda sekalian, sebelumnya gw mau tanya dulu nec, siapa yang ga’ kenal Justin
82
Bieber ? mungkin cuma anak muda kuper aja yang ga kenal dia. Yupz, dia adalah remaja 16 tahun yang menjadi fenomena dan idola saat ini. Beberapa kali dia menjadi trending topic di twitter. Banyak remaja yang rela berbuat apa saja demi secarik tanda tangan bocah ini. Bagaimana dengan pamiarsa muda nec? mudah-mudahan ga’ yaa.. Jingle KISI FM
30 Detik Ungu “Para Pencari-MU”
LaguRohani Jingle VOI
Narasumber
3 Menit 30 Detik
Prolog pendalaman “Balik lagi pamiarsa muda. Jadi 15 Menit jika kita mengidolakan seseorang contohnya ya si Justin ini dengan berlebihan, itu bisa berakibat sangat fatal. Sebab bukan tak mungkin bila kemudian u lupa diri dan akhirnya tanpa sadar mengikuti gaya hidupnya. Pendek kata, u bisa menjadikan dia sebagai tuntunan hidup kamu. Padahal sebenarnya, kita hanya menjadikan Rasulullah sebagai idola terbaik, tuntunan hidup kita sebagai orang Islam. Bukan begitu Kang Reza? Penyiar “ Yoi Bro, bahaya juga dong kalo gitu.
83
Jingle KISI FM
30 Detik Gigi “Pintu Surga”
Lagu Rohani Jingle VOI Interakasi telepon
3 menit 30 Detik
Penyiar “Waktunya nerima penelepon dari pamiarsa 5 Menit muda nec kang.” Narasumber “Ok,siapa takut. Tarik kang.” Penyiar “Mantap. Klo gitu langsung aja dec. Hallo, Assalamualaikum, siapa nec? Penelepon1: Dodi nec kang, di Pabuaran. Penyiar: langsung aja Bro. Penelepon1:Mengapa remajacenderung mengidolakan para selebritis, apa daya tarik mereka ? Narasumber: Gile cing pertanyaannya, dalem banget Sob. Ini berkaitan dengan naluri manusia bro. Pemenuhan naluri mereka yang berlebihan, dengan hanya mengandalkan perasaannya saja. Penyiar: lanjut nec ke pamiarsa muda lainnya. Narasumber: jadi’in Bro. Penyiar: Assalamualaikum, siapa di ujung telepon? Penelepon2: Wa’alaikum salam. Hafiz kang di Bojong gede.
5 Menit
84
Penyiar: “Mau tanya apa fiz? Langsung aja sob. Penelepon 2: Apa jadinya apabila remaja berlebihan dalam mengidolakan seseorang ? Narasumber:
Bukan ga’mungkin u lupa diri dan
akhirnya tanpa sadar terbius pola hidup mereka.Kalau sudah seperti itu, dan terus berlanjut, bisa jadi u menganggap mereka sebagai “nabi”. Waduh, jangan sampe deh bro. Penelepon2: “Gaswat juga dong kang kalo gitu” Narasumber: “Pastinya bro”. Penelepon2: “Ok dec, makasi ya kang.” Narasumber: “Sami-sami.” Penyiar: “Masih kuat kang?” Narasumber: “Lanjut bro.” Penyiar: “Hallo, Assalamualaikum.” Penelepon 3: “Wa’alaikum salam. Saya Farhan, di cilebut. Mo tanya nec kang. Penyiar: “Mangga han, langsung aja.” Penelepon 3: Bagaimana Islam memandang mengenai idola, apa yang harus kita lakukan ? Narasumber: Mulailah berpikir normal. Kita kaum muslimin hanya tunduk pada syariat Islam. Kita hanya
5 Menit
85
menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola terbaik. Dan kita harus menjadi jamaahnya yang beriman dan taat syariat, bukan menjadi jamaahnya Justin Bieber ini.
Sanggup?
Mudah-mudahan,
yang
penting
berusaha, ok. Untuk jawaban lebih lengkapnya, nanti pamiarsa muda dapat melihatnya di bulletin Gaul Islam. Jingle KISI FM
30 Detik Wali “Tobat Maksiat”
Lagu Rohani Jingle VOI Baca SMS
3 Menit 30 Detik
Membahas sedikit SMS. SMS yang masuk akan di 7.30 seleksi kemudian dibacakan kepada narasumber. Menit Paling banyak hanya 1-2 SMS yang dibahas sekaligus narasumber memberikan kesimpulan. Penyiar: “Sudah di ujung acara ni kang.” Narasumber: “Oh iya, ga’ terasa sudaah hampir jam 06.00.” Penyiar: “Tapi sebelum itu, kita baca SMS dulu ne kang.” Narasumber: “Yoi bro”. Penyiar: “SMS 1: Apakah teknologi turut memberikan peran pada selebritis hingga cepat dikenal publik ?”
86
Narasumber: “Benar. Teknologi memang memberikan peran yang besar untuk itu, juga telah mengubah gaya hidup manusia yang menjadikan sebagiannya sebagai “dewa” yang dipuja-puja dan banyak jamaahnya. Dan, Justin Bieber salah satunya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda, muslim yang baik, hanya menjadikan Rasulullah sebagai panutan terbaik kita. Penutup
Penyiar berterima kasih dan closing
1 Menit
Jingle VOI
30 Detik
Jingle KISI FM
30 Detik
Dengan begitu jelas ini adalah suatu format yang terbilang baru dan masih asing dalam dunia penyiaran. Seperti format dakwahnya mamah Dede dimana pendengar bertanya dan pendakwah hanya menjawab tanpa adanya umpan balik atau umpan balik yang tertunda dari pendakwah atau narasumber, dengan begitu komunikasi yang dilakukan adalah bentuk komunikasi satu arah, dan itu sangat banyak digunakan oleh stasiun-stasiun radio dewasa ini. Penulis menemukan satu format, dimana terdapat dua prolog. Pertama prolog utama yang berada setelah opening penyiar dengan durasi empat menit. Kemudian prolog pendalaman yang berada di sesi ke-2 dengan durasi sebanyak lima belas menit. Selain itu, komunikasi yang terjadi disini juga adalah komunikasi dalam bentuk dua arah. Karena pendengar dan pendakwah
atau narasumber dapat
melakukan dialog dan memberikan umpan balik di sesi 3, dengan catatan selama
87
waktu yang mereka gunakan masih dalam kurun waktu 5 menit. Berikut roda jam siar Voice of Islam: Opening Closing
(1)
0.5 0.5 0.5 0.5 1 0.50.50.50.5
(2) Sesi 4 (7,30)
Sesi 1
8
7.3
0.5
0.5 Break 3
(8)
3
3
Break 1 (4)
(4)
0.5
0.5
Sesi 3
15
15
Sesi 2 (15)
(15)
0.5
3 Break 2 (4)
0.5
88
Berdasarkan data proses penyiaran di atas, maka format acara atau tipe format penyajian program Voice of Islam adalah format baru yang masih sangat jarang digunakan oleh stasiun-stasiun radio pada umumnya, yaitu tipe format kombinasi. Artinya format interaksi dalam bentuk komunikasi dua arah, dengan menggabungkan tipe format “dialog dan monolog (satu arah)”, dengan format “pendengar bertanya dan pendakwah atau narasumber menjawab” dengan umpan balik langsung dan umpan balik tidak langusng (SMS). Dialog antara narasumber dan pendengar memberi selama dengan umpan balik langsung berlangsung selama lima menit (dua arah). 3. Tahap penetapan realitas objektif Enam tahap konstruki sosial media massa dalam disertasi Armawati Arbi, tahap yang terakhir masuk ke dalam pasca produksi/evaluasi, yaitu: “Tahap penetapan realitas objektif. Tahap ini mengevaluasi unsur-unsur komunikasi dakwah, unsur tersebut dipertahankan atau direvisi. Semua pelaku konstruksi yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses ini merefleksi diri dan menginternalisasi objektif melalui pengalaman realitas subjektif dan realitas simboliknya. Jika narasumber, pendakwah atau penyiar, pesan, format dipetahankan, apa alasannya.” Begitu juga pada program Voice of Islam, tidak ada evaluasi khusus yang dilakukan pada program ini, sama seperti program-program lainnya yang ada di radio KISI FM. Evaluasi hanya dilakukan berdasarkan reaksi masyarakat yang muncul,
89
yang kemudian dibahas secara langsung pada inti permasalahannya ketika meeting. Untuk proses evaluasi di radio KISI FM diadakan pada meeting mingguan, dan bulanan. Pertama, evaluasi mingguan diadakan pada setiap hari selasa, dan biasanya itu khusus untuk bagian program mengevaluasi apa yang menjadi kekurangan atau kesalahan selama seminggu siaran, apakah mengenai kesalahan dalam memutar lagu, atau kesalahan cara penyajian program, akan di bahas disitu dalam rapat mingguan. Kedua, evaluasi bulanan diadakan untuk melihat rate dari setiap program yang telah di siarkan di radio KISI FM. Qualitas suatu program akan tampak pada saat meeting bulanan ini. Dari hasil meeting ini dapat diketahui, apakah suatu program dikatakan berhasil dengan diminati pendengar dan menjual secara financial, atau program ini dikatakan sebagai program yang gagal karena kurang bagus dan tidak menjual sehingga tidak diminati oleh pendengar. Jika memang program itu dinyatakan telah gagal, maka akan dilakukan pergantian acara dengan kembali melakukan peerencanaan terhadap program baru seperti yang telah dijelaskan di awal. Untuk program Voice of Islam sendiri, meskipun acara ini siarannya pagi hari, namun dapat menarik perhatian pendengar khususnya pamiarsa muda, ini terbukti dengan banyaknya SMS yang masuk dalam setiap siaran program Voice of Islam yang kebanyakan di dominasi oleh kalangan muda. Voice of Islam memang diharapkan dapat menjadi teman pagi para pamiarsa muda, bukan hanya sekedar menemani, namun memberikan manfaat lewat tema-tema yang disampaikan sehingga
90
mampu menjadi mencerahkan dan memberikan inspirasi dalam pola pergaulan kawula muda yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Evaluasi program dalam setiap stasiun radio sangat besar manfaatnya. Selain dapat mengetahui hasil kerja tim, dan keberhasilan sebuah acara, juga dapat menciptakan qualitas program yang lebih baik kedepannya yang dapat memenuhi kebutuhan pendengar. Sebagaimana wawancara penulis dengan Ferry Gunawan selaku Program Director: “Untuk melihat dari keadaan program, sekiranya masih perlu dipertahankan, kita akan pertahankan. Atau kalau perlu kita akan kembangkan lagi. Karena sebetulnya evaluasi itu memang fungsinya untuk mengembangkan program. Kurangnya dimana lebihnya dimana, kurangnya kita buang, dan lebihnya kita kembangkan, itu lah evaluasi”.18 Radio KISI FM adalah radio yang terletak di kawasan yang mayoritasnya adalah beragama Islam. Kemudian segmentasi di radio KISI FM juga sifatnya adalah teenagers yang lebih ke arah hiburan. Meskipun begitu, KISI FM berusaha untuk menyeimbangkannya dengan tetap menyiarkan program keIslaman sebagai filternya. Oleh karena itu sangat perlu adanya program atau menyisipkan program dari sisi keIslaman, untuk menguatkan bahwa KISI FM pun tidak lupa bahwa ada sesuatu yang sangat penting untuk di siarkan kepada umat lewat stasiun radio, khususnya bagi pendengar KISI FM yang kebanyakan adalah anak muda, yang fungsinya adalah sebagai benteng atau filter dalam pergaulan mereka. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa memang pergaulan anak muda sekarang sudah sangat memprihatinkan, itulah 18
Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010.
91
mengapa KISI FM merasa sangat perlu untuk menyiarkan program Voice of Islam. Jadi sebagai radio anak muda, tidak hanya hiburan yang ditonjolkan, namun juga di arahkan dari sisi keagamaannya. Agar mereka tahu dan berpikir “oh, tidak hanya hiburan yang penting, ini pun penting untuk kami simak. Seperti itulah jawaban Mas Ferry Gunawan, seorang program director ketika penulis tanyakan mengenai latar belakang dari program Voice of Islam.19 Memang tidak ada evaluasi khusus dalam program acara Voice of Islam, tetapi memang proses evaluasi di radio KISI FM dilakukan terhadap semua program acara secara menyeluruh. Namun tidak menyoroti satu program dibedah secara habis, hanya pada hal-hal utama yang muncul, misalnya reaksi masyarakat berdasarkan SMS yang masuk ke stasiun radio. Jadi perubahan yang terjadi pada program Voice of Islam disetiap on air nya adalah pada narasumber. Setiap hari narasumber yang terdiri dari lima orang secara bergantian mengisi acara di Voice of Islam dengan kang Sholihin sebagai leadernya. Kemudian juga materi yang disuguhkan, akan berbeda disetiap harinya, namun tetap dengan topik permasalahan anak muda sesuai dengan segmenatasinya yaitu anak muda masa kini. Sedangkan pada penyiar tidak ada perubahan, penyiar pada program cara Voice of Islam dipercayakan kepada Reza.
19
Wawancara pribadi dengan Ferry Gunawan, 8 Desember 2010.
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Proses penyiaran program Voice of Islam dibagi ke dalam beberapa tahapan. Pada pra produksi terdapat dua tahap, yaitu: 1. Tahap penerapan unsur-unsur komunikasi dakwah. Perencanaan meliputi penargetan pendengar, penjadwalan siaran, penentuan narasumber, waktu siaran, dan memilih penyiar. Perencanaan dalam Voice of Islam yaitu pada persiapan materi siaran oleh narasumber. materi siaran disiapkan narasumber sesuai dengan pengalaman hasil nonton film, hasil baca buku, atau berdasarkan problem pendengar yang dikeluhkan lewat email kepada narasumber. Selanjutnya perencanaan jadwal bagi setiap narasumber, jadwal siaran telah diatur oleh Klinik Gaul Islam. KISI FM tidak perlu mengatur jadwal narasumber atau jadwal pengganti yang berhalangan. Tidak ada perencanaan khusus dalam program ini, misalnya tema mingguan, atau bulanan. Tema acara tergantung narasumber. 2. Tahap pembingkaian prolog/skrip kasus. Terdapat dua prolog pada format penyiaran program Voice of Islam. Pertama, prolog utama yang ada di sesi setelah opening penyiar dengan durasi sebanyak empat menit Kemudian kedua, prolog pendalaman yang berada disesi 3 dengan durasi sebanyak lima belas menit.
92
93
Tahapan selanjutnya yaitu tahapan pengaplikasian dari yang telah direncanakan, yaitu tahap produksi. Voice of Islam di produksi secara live dengan durasi 60 menit dari jam 05.00-06.00 pagi, dengan format acaranya bersifat talk show, berupa format dialog interakif antara penyiar dan narasumber yang melibatkan pendengar melalui SMS atau telepon. Masuk kepada tiga tahap selanjutnya dari enam tahapan yang ada pada proses konstruksi sosial media massa yang dicetuskan oleh Armawati Arbi, salah satu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Tahap pengungkapan diri (self disclosure) Dalam tahap ini pendengar dengan bebas dapat mengungkapkan dirinya dalam bentuk memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai bentuk respon dari materi yang telah disampaikan oleh pendakwah atau narasumber. 4. Tahap pembentukan realitas subjektif Pendengar yang dapat masuk ke program Voice of Islam atau yang lebih akrab dengan sapaan pamiarsa muda, yaitu mereka generasi muda dengan segmentasi usia kisaran 18-25 tahun. Dalam setiap on airnya antusiasme pendengar tampak nyata dengan banyaknya penelepon yang mencapai 30 penelepon dan 40 SMS setiap harinya. Setiap penelepon yang masuk dalam Voice of Islam, selain pamiarsa muda tadi, juga harus sesuai dengan tema yang sedang disampaikan oleh pendakwah atau narasumber. 5. Tahap pengemasan realitas simbolik Voice of Islam adalah program siraman rohani yang disiarkan setiap harinya pada jam 05.00-06.00 pagi dengan segmentasi anak muda. Oleh karenanya program ini
94
harus memiliki daya tarik yang kuat untuk mendapatkan perhatian para pendengarnya. Yaitu dengan menggunakan narasumber yang kebanyakan juga adalah anak muda sehingga diharapkan mengerti apa yang disukai oleh anak muda tanpa berkesan menggurui mereka. Dengan narasumber yang terdiri dari anak muda, maka bahasa yang digunakan juga adalah bahasa-bahasa gaul yang kerap digunakan oleh oleh anak muda masa kini pada umumnya dalam melakukan interaksi di kehidupan sehari-hari. Juga materi yang dibahas, adalah materi-materi ringan seputar kehidupan anak muda pada umumnya, karena yang terpenting adalah ringan namun dapat mengena dihati pamiarsa muda dan dapat menjadi bekal dalam melewati aktifitas mereka seharian kedepan. Dalam format acara Voice of Islam terbagi kedalam tiga break dan empat sesi, dengan memutar satu lagu setiap break, supaya acaranya tidak terkesan monoton. Untuk pembagian sesinya yaitu sesi pertama opening dan sebagai pengantar narasumber untuk menyampaikan materi, sesi kedua masih antara penyiar dan narasumber membahas tema, namun lebuh mendetil dalam rincian-rinciannya, sesi ketiga dan keempat mulai berinteraksi dengan pendengar melalui SMS atau telepon, baik mengenai pertanyaan dan komentar, dan sesi kelima, lebih kepada kesimpulan, dan tutup. Dalam proses penyiaran program Voice of Islam, tentunya ada evaluasi yang dilakukan. Tahap terakhir dalam proses konstruksi sosial media massa masuk ke dalam proses evaluasi ini, yaitu:
95
6. Tahap penetapan realitas objektif Tahapan terakhir dalam memproduksi acara yaitu tahapan evaluasi, untuk lebih melihat keberhasilan dari sebuah pogram acara. Dalam Voice of Islam tidak ada evaluasi secara khusus yang dilakukan, tetapi dievaluasi bersama dengan program lainnya. Evaluasi program dilakukan melalui meeting mingguan dan bulanan. Evaluasi mingguan dilakukan dengan meeting setiap hari selasa, untuk melihat kekurangan, atau kesalahan dalam produksi. Rapat evaluasi bulanan dilakukan untuk menilai apakah acara tersebut diminati atau mendapat respon dari pendengar atau tidak. Berdasarkan hasil evaluasi beberapa waktu yang lalu untuk program Voice of Islam, acara ini cukup mendapat respon luar biasa dari pendengar, baik dari hasil survey maupun respon pendengar melalui SMS, ini terbukti dengan banyaknya perhatian pendengar, khususnya pamiarsa muda baik melalui SMS per hari atau telepon dan respon dari daerah pun cukup banyak. Idealnya sebuah program acara radio yang baik adalah dengan memiliki tahapan perencanaan, produksi, dan evaluasi. Demikian juga dengan Voice of Islam, sebuah program acara yang memberikan pencerahan kepada generasi muda, khususnya pamiarsa muda dengan berbagai problematika yang dialami oleh generasi muda, dan Voice of Islam memberikan solusi sesuai dengan ajaran Islam melalui tema-tema yang disajikan. Voice of Islam adalah program yang mengerti keinginan pendengar, dengan format siaran yang bersifat talk show akan membuat program ini terasa lebih
96
relax dan santai yang membuat pendengar semakin nyaman dalam mendengarkan program ini, terbukti dari mulai mengudara sejak tahun 2007 hingga kini, Voice of Islam tidak pernah mengalami perubahan konsep, baik secara format, narasumber, waktu, hingga materi yang disampaikan. Oleh karenanya tentunya acara ini mempunyai tahapan tersebut, yaitu perencanaan, produksi, dan evaluasi. maka format acara atau tipe format penyajian program Voice of Islam adalah format baru yang masih sangat jarang digunakan oleh stasiun-stasiun radio pada umumnya, yaitu tipe format kombinasi. Artinya format interaksi dalam bentuk komunikasi dua arah, dengan menggabungkan tipe format “dialog dan monolog (satu arah)”, dengan format “pendengar bertanya dan pendakwah atau narasumber menjawab” dengan umpan balik langsung dan umpan balik tidak langusng (SMS). Dialog antara narasumber dan pendengar memberi selama dengan umpan balik langsung berlangsung selama lima menit (dua arah).
B. SARAN-SARAN Kepada para pendengar, khususnya kaum muda sebagai generasi penerus bangsa penulis menyarankan agar dalam mendengarkan suatu program acara di suatu radio, untuk lebih pandai dalam memilih program acara radio, tidak hanya yang menyajikan hiburan semata. Namun harus lebih kepada hal-hal yang bermanfaat, yang mampu mencerdaskan sebagai generasi muda yang lifestyle dan tetap sesuai dengan ajaran Islam.
97
Untuk KISI 93. 4 FM Bogor sendiri, terutama program Voice of Islam, penulis menyarankan untuk membuat perencanaan materi siaran, baik mingguan atau bulanan, agar lebih sistematik dan menghindari kesalahan-kesalahan seperti keterulangan tema. Karena walaupun narasumber kompeten dalam membuat tema dan sudah ada koordinasi dengan pihak KISI FM, tapi bisa terjadi keterulangan tema, bik oleh narasumber yang sama maupun berbeda. Terakhir, penulis sampaikan kepada radio KISI FM, sebaiknya memperbaharui lagi alat-alat yang terdapat di ruang siaran misalnya, mixer agar lebih bagus dan bisa menghasilkan program acara yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
M.A, Morrissan, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet .1. Teori Komunikasi Massa, Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. 1. Goug, Howard, Perencanaan Penyajian Produksi program Radio, Jakarta: Pengurus Pusat HPPI Himpunan Praktisi Penyiaran Indonesia, 1999, h. 272. Ghazali, M. Bakri, Dakwah Komunikatif membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikatif Dakwah, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 33. Moleong, Lexy, J, Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, ed. Revisi, 2007, h. 4. Bahtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, Cet. 1. Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 106. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010. Prastowo, Andi, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Diva Press, 2010, Cet.1. Arifin, Tatang, M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1968, h. 92.
98
99
Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, Yogyakarta: LKIS, 2004, h. 39. Triartanto, A. Ius, Y,Broadcasting Radio: Panduan Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, Cet. 1. Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. 1. Darmanto, Antonius, Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio, Yogyakarta: Atmajaya, 1998, Cet 2. Ningrum, Fatmasari, Sukses Menjadi Penyiar Radio, Scriptwriter,dan Reporter Radio, Jakarta: Penebar Plus, 2007, Cet. 1. M. Yusuf, Pawit, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Intruksional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1990), Cet. 1. Wibowo, Fred, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta : PT. Gramedia widiasarana Indonesia, 1997), Cet. 1. Muryanto Ginting, Munthe, Media Komunikasi Radio, ( Kumpulan Karangan, Jakarta Pusat Sinar Harapan, 1996), Cet. 1. Wahyudi, J. B, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), Cet. 1. Prayudha, Harley, RADIO: Penyiar It’s Just A Talk, Malang: Bayumedia publishing, Cet. 1. Hasan Shadily, John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia, 1990). Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Wawancara Pribadi dengan Reza, Penyiar Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010.
100
Wawancara Pribadi dengan O. Sholihin (Kang Sholeh),Narasumber Voice of Islam, Bogor 1 Desember 2010. Wawancara Pribadi dengan Ferry Gunawan, Program Director KISI FM, 8 Desember 2010.
Wawancara lewat email, dengan Purwa Ariandi, Narasumber Voice of Islam, 7 Desember 2010.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lembar Wawancara Hal : Wawancara Kepada : Ferry Gunawan (Program Director) Tanggal : 8 Desember 2010. 1. KISI FM sebagai radio anak muda yang bergenre lifestyle dengan menyajikan program-program seputar gaya hidup seperti musik, hiburan, film, serta segala informasi yang dibutuhkan anak muda dengan dengan segmentasi usia kisaran 15-25 tahun..benar seperti itu? Mengapa KISI FM lebih memilih mengkhususkan pada anak muda? Jawaban : “ Anak muda adalah generasi dan tunas-tunas bangsa yang akan menjadi pilar dari negeri ini nantinya. Jadi kami sangat berharap para generasi muda ini memiliki pengetahuan yang luas melalui program-program yang kami sajikakan. Lagipula secara financial, anak muda adalah pasar yang cukup menjanjikan.” 2. Bagaiman proses perencanaan dalam membuat program baru dan program yang sedang berjalan ? Jawaban : " Oke, sekarang berarti kita ngomongin proses program yang baru, perencanaan program yang baru. Kita bahas dari awal yach. Pertama program kita sesuaikan dengan segmen di radio kita. Segmen kita adalah teenagers karena radio kita formatnya usia 18-25 tahun. Berarti perencanaan itu kita siapkan yang sedang up to date itu apa di lapangan. Dilapangan sekiranya apa yang seharusnya kita ambil
materi. Dari materi yang kita kumpulkan, kemudian kita bentuk tim yang terdiri dari 3 sampai 10 orang untuk mensurvei apa yang sedang ramai dibicarakan, yang trendnya yach. Katakanlah lifestylenya, kan sekarang macam-macam. Dari situ kita lihat, wah bagusnya kita ambil dari 10 kita ambil 5, berarti kita buang 5. Kita seleksi lagi 2 sampai 3, trus kita ambil 2. Nah, yang 2 ini kita seleksi lagi dalam bentuk semacam optioner. Optioner kita siapkan dalam bentuk pilihan-pilihan kemudian kita bagikan ke pamiarsa muda. Bias lewat polling atau bias mengisi secara modul. Sesudah itu, yang mana paling banyak, apakah A atau B. misalkan pamiarsa muda lebih memilih lebih memilih yang A, oke berarti A ini kita ambil. Dari A yang kita ambil ini, lalu kita evaluasi lagi kurang dan lebihnya dimana. Ini masih dalam proses perencanaan yaa. Nah setelah itu, cocok ok kita buat. Kalau tadi kita bentuk tim semacam pencari info tentang masalah yang sedang trend di masyarakat, sekarang kita bentuk tim lagi, semacam tim kreatif untuk memaintenance, untuk mengemas acara ini mau seperti apa dan bagaimana. Dari tim tadi kita tentukan, siapa executive produsernya, siapa produsernya, siapa program directornya, siapa music directornya, dan siapa yang jadi host atau penyiarnya. Disitu juga ada sound men, sound itu adalah orang yang mengatur teknik pada saat pembuatan produksi acara itu. Setelah proses itu jadi, itu kan masih dalam bentuk draft, nanti ada proses editing sama si soundmen tadi, di edit, mana yang tidak penting dan tidak menjual dibuang, yang simple, praktis, menjual, dan kemasannya lebih solid, lebih berisi itu yang kita ambil. Dari situ kita buat dalam bentuk program, apa nama programnya, misalnya program X. Kemudian program X ini akan kita perdengarkan sama si produser, produser menilai kalau ada kurang lebihnya bisa direvisi. Setelah itu di kasih lihat sama executif
produser, nah executive produserlah yang menentukan acara “layak naik” atau tidak. Jadi kurang lebihnya seperti itu ”. 3. Apa yang menjadi daya tarik dari program Voice of Islam ini, dibandingkan dengan program religi di stasiun radio lain ? Secara di Bogor ini banyak radio religi, atau apa kelebihan dari program Voice of Islam ini sehingga dianggap mampu untuk bersaing dengan program religi yang berada di stasiun radio lain khususnya radio religi? Jawaban : “ Voice of Islam adalah program siraman rohani yang berbeda dengan program rohani lainnya. Program ini sangat disukai oleh pamiarsa muda, selain karena bahasa yang disampaikan adalah bahasa-bahasa yang lekat ssekali denganpergaulan anak muda masa kini, seperti bahasa gaul. Juga karena materi yang disampaikan adalah seputar pergaulan anak muda yang kerap dialami oleh mereka. Dan terakhir narasumber yang kami hadirkan sebagian besar masih tergolong anak muda, sehingga materi yang disampaikan tidak berkesan menggurui. Saya kira itulah beberapa hal yang menarik dari program ini.” 4. Siapa yang menentukan tema dalam program Voice of Islam ? Jawaban : “ Itu dari Narasumber langsung “. 5. Narasumber yang dihadirkan berasal dari mana ? Jawaban : “ Klinik Gaul Islam “. 6. Apa latar belakang dari program Voice of Islam ? Jawaban : “ Karena kita kan radio yang memang berada di daerah yang mayoritasnya beragama Islam, satu itu. Kemudian yang kedua, radio kita pun sfatnya teenagers yang lebih ke arah hiburan. Meskipun begitu kita berusaha
menyeimbangkannya dengan tetap menyiarkan program ke Islaman sebagai filternya, oleh karena itu kita berpikir untuk menyisipkan harus ada program yang yang dari segi keIslamannya, untuk menguatkan bahwa kita pun tidak lupa akan adanya sesuatu yang sifatnya penting untuk disiarkan kepada umat lewat radio, khususnya buat pendengar kita anak muda, ya itu tadi, sebagai benteng atau filter dalam pergaulannya. Mas tahu sendirilah bagaimana pergaulan anak muda sekarang, itulah mengapa kita merasa sangat perlu untuk menyiarkan program ini, jadi tidak hanya hiburan selalu, namu kita arahkan juga mereka dari sisi keagamaannya. Agar mereka tahu dan berpikir “oh, tidak hanya hiburan, tapi ini pun penting untuk kamu simak”. Cuma memang durasinya satu jam, hanya sekilas aja. Yang tidak terlalu memberatkan, yang tidak terlalu membuat pusing, tapi orang tahu bahwa ini harus selalu diingat.” 7. Atas pertimbangan apa program Voice of Islam disiarkan pada pukul 05.0006.00 ? Jawaban : “ Karna memang pagi, tepatnya waktu subuh ya mas. Ketika itu kan pikiran manusia masih dalam keadaan yang fresh dan kosong gitu ya karena kebanyakan orang belum beraktivitas pada jam-jam itu. Jadi untuk menyerap nasihat-nasihat dari Voice of Islam ini akan lebih mudah untuk dicerna. Oleh karena itu kita juga memahami dengan hanya memberikan tema-tema yang ringan saja, namun tetap penting untuk diingat. Sehingga pendengar tidak terlalu berat dalam mencernanya. Jadi itu dapat menjadi suatu bekal untuk pendengar dalam melakukan aktivitasnya seharian kedepan. Selain itu, program-program keIslaman
seperti ini kan memang kebanyakan hadir pada saat subuh atau menjelang maghrib ya, kita memilih di waktu subuh itu.” 8. Tujuan apa yang diharapkan KISI FM dengan menyiarkan Voice of Islam ? Jawaban : “ Untuk mengajak para pendengar, khususnya pamiarsa muda untuk lebih memahami tentang nilai-nilai ke Islaman.” 9. Apa faktor pendukung dari Voice of Islam ? Jawaban :“ Sebetulnya untuk Voice of Islam ini kita ga’ada hambatan berarti ya. Paling faktor cuaca aja, sama alat kalau lagi trouble, tapi itu belum pernah terjadi ya. Kalau pendukungnya ya, dari narasumber yang kita hadirkan sudah pasti yang qualified, terus materi juga santai dan ringan gitu. Kira-kira seperti itu”. 10. Bagaimana dengan proses produksi dari Voice of Islam ini ? Jawaban : “ Jadi begini, ini hanya gambaran umum saja yach, nanti kita kasih rundownnya. Sesi pertama merupakan pembukaan dan prolog tentang tema, sesi kedua masih penyiar dan narasumber membahas tentang topik, menggali detaildetailnya, dan rincian bahasannya, sesi ketiga mulai berinteraksi lewat telepon dengan pendengar, biasanya hanya 3 penelepon yang mendapatkan kesempatan yang dianggap paling sesuai dengan tema, masing-masing penelepon diberikan kesempatan selama 5 menit untuk melakukan tanya jawab sekaligus solusi dari narasumber, dan sesi terakhir keempat adalah membahas SMS dan kesimpulan, paling banyak SMS yang dibahas hanya 1-2 SMS tergantung pada ketepatan atau pergeseran waktu siaran, kemudian closing.” 11. Kapan anda melakukan evaluasi pada program Voice of Islam ? Jawaban : “ Sebulan sekali.”
12. Bagaimana anda melakukan evaluasi ? Apakah dengan mengupas habis program, atau hanya pada hal-hal tertentu yang muncul, misalnya reaksi masyarakat ? Jawaban : “ Hanya pada reaksi masyarakat saja, khususnya pendengar kita pamiarsa muda.” 13. Apakah Voice of Islam ini masih melibatkan sponsor ? Jawaban : “ Sampai 6 bulan yang lalu voice of Islam masih terlibat dengan sponsor, yaitu dari salah satu produsen perlengkapan busana muslim di kota Bogor, namun semenjak itu kita sudah tidak pakai sponsor. Meskipun tanpa sponsor, program ini akan tetap berjalan seperti biasa. Ya tentunya sambil menunggu sponsor lain yang masuk.” 14. Selama mengudara, apakah Voice of Islam ini pernah berganti konsep atau format ? Jawaban : “ Belum pernah, masih dalam format talk show.” 15. Sudah berapa lama Voice of Islam ini mengudara ? Jawaban : “ Kurang lebih empat tahun, sejak tahun 2006”. 16. Mengapa Voice of Islam dikemas dengan format talk show ? Jawaban : “Formatnya memang harus santai, karna kalau pada jam segitu kita kasih sesuatu yang bikin tegang, kemungkinan besar mereka akan mematikan radio trus kembali tidur dec. Apalagi anak muda, makanya selain materi yang ringan-ringan aja, juga lagu rohani yang kita kasih adalah lagu-lagu religi band misalnya Ungu, Gigi, dan lain-lain. Pokoknya yang dapat memberikan semangat bagi mereka..itu yang kita apa..kita sampaikan..gitu”
17. Kenapa program ini namanya Voice of Islam ? Jawaban : “ Voice of Islam adalah adalah suara Islam. Jadi kami mencoba menghantarkan nilai-nilai keIslaman kepada anak muda pada khususnya, melalui siraman rohani pada program Voice of Islam ini”. 18. Menurut anda, kenapa evaluasi perlu dilakukan ? Jawaban : “ Untuk melihat dari keadaan program, sekiranya masih perlu dipertahankan, kita akan pertahankan. Atau kalau perlu kita akan kembangkan lagi. Karena sebetulnya evaluasi itu memang fungsinya untuk mengembangkan program. Kurangnya dimana lebihnya dimana, kurangnya kita buang, dan lebihnya kita kembangkan, itu lah evaluasi. 19. Mengapa KISI 93. 4 FM lebih dominan pada musik anak muda yang yang bergenre asing/barat ? Jawaban : “ Karena KISI FM mencoba memberikan warna lain dalam pada selera musik anak muda pada umumnya. Juga dengan musik barat kita mencoba mencari pasar sendiri disamping banyaknya stasiun radio yang segmentasinya sama dengan kami.”
Interviewer
Interviewee
(Rahmat Akbar)
(Ferry Gunawan)
Lembar Wawancara Hal : Wawancara Kepada : O. Sholihin (Narasumber Voice of Islam) Tanggal : 1 Desember 2010. 1. Berkisar seputar apakah materi yang disiarkan ? Jawaban : “ Materinya seputar kita aja ko, apa yang sedang ramai atau trend gitu, khususnya di kalangan anak muda kita. Jadi untuk membuat materinya..ya spontan ja, begitu kita dapet ide, langsung kita tuangkan, dan itu bisa terjadi seminggu, 3 hari, bahkan sehari sebelum siaran.” 2. Kapan Klinik Gaul Islam Berdiri/terbentuk dan apa tujuannya? Jawaban : “ Klinik Gaul Islam adalah lembaga yang terbentuk sejak April 2007, yang memiliki tujuan agar informasi atau pengetahuan tentang Islam bisa menjadi kebutuhan bagi remaja khususnya pamiarsa muda muslim. Sehingga mereka mau belajar, memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang disampaikan melalui materi-materi yang dibahas dalam radio KISI FM tanpa merasa terbebani.” 3. Apa yang melatar belakangi Klinik Gaul Islam untuk syiar melalui radio kepada anak muda ? Jawaban : “Klinik Gaul Islam merasa terpanggil untuk memperbaiki akhlak remaja dewasa ini, karena kebanyakan perilaku anak muda sekarang sudah tidak lagi berlandaskan tuntunan Islam. Mereka lebih senang pergi nonton ke bioskop daripada mengisi pengajian atau majelis ta’lim, lebih antusias mempelajari sejarah artis idolanya daripada membaca sejarah Rasul atau nabi. Itu hanya
sebagian kecil dari perilaku anak muda sekarang, masih banyak lagi yang bahkan jauh lebih menunjukkan kejatuhan moral anak muda sekarang. Oleh sebab itulah Klinik Gaul Islam hadir dan bekerja sama dengan radio KISI FM Bogor memberikan solusi dunia akherat bagi remaja, khususnya pamiarsa muda.” 4. Siapa saja yang mengisi menjadi narasumber pada program Voice of Islam ini? Jawaban : “ Purwa Ariandi, Divan Semesta, Abu Fikri, Anto Afrianto, dan saya sendiri.” 5. Sejak kapan Klinik Gaul Islam menjadi narasumber di Voice of Islam ? Jawaban : “ Sudah cukup lama, kira-kira 2 tahun ini sejak tahun 2008.” 6. Siapa yang menentukan jadwal siaran untuk narasumber ? Jawaban : “ Penentuan jadwal siaran untuk narasumber. Jadwal untuk mengisi siaran sudah otomatis diatur dari Klinik Gaul Islam dan itu sudah berlangsung sejak dulu. Kebijakannya ada di Klinik Gaul Islam yang mengatur siapa dan di hari apa, bahkan untuk mengatur narasumber yang berhalangan hadir, yang menentukan penggantinya juga dari Klinik Gaul Islam. Koordinasi KISI FM dengan
Klinik
Gaul
Islam,
terutama
dengan
kang
Sholihin
sebagai
koordinatornya.
Interviewer
Interviewee
(Rahmat Akbar)
(O. Sholihin)
Lembar Wawancara Hal : Wawancara Kepada : Purwa Ariandi (Narasumber Voice of Islam) Tanggal : 7 Desember 2010. 1. Darimana inspirasi yang datang dalam membuat tema/materi ? Jawaban : “ Materi atau tema siaran ditentukan berdasarkan pengalaman yang dialami, film yang ditonton, buku yang dibaca, dan lainnya selama itu tidak melenceng dari tema-tema remaja. Dan apabila sempat, terkadang materi siaran itu akan dibuatkan uraiannya untuk dimuat di bulletin remaja Gaul Islam.” 2. Bagaimana jika narasumber yang dijadwalkan tidak bisa mengisi siaran? Siapa yang mengatur penggantinya, pihak KISI FM atau dari Klinik Gaul Islam ? Jawaban : “ Apabila narasumber yang sudah dijadwalkan tidak dapat mengisi siaran, yang mengatur siapa penggatinya adalah Kang Sholeh. Radio KISI FM akan berkoordinasi dengan Kang Sholeh sebagai leadernya.” 3. Sudah berapa lama anda bergabung dengan Klinik Gaul Islam ? Jawaban : “ Kurang lebih sudah satu tahun.” 4. Harapan apa yang anda gantungkan kepada generasi muda yang mendengarkan siaran anda ? Jawaban : “ Tentu saja saya ingin generasi muda sekarang berpikir dan bertindak dengan dilandasi keimanan yang kuat ditengah kencangnya budaya sekuler barat
yang masuk. Nah, dengan saya menjadi narasumber di Voice of Islam ini, harapan itu akan lebih mungkin untuk terealisasi. Paling tidak saya sudah mencoba, mengenai hasil itu bukan urusan saya lagi.” 5. Pernahkah anda merasa putus asa dan berpikir untuk berhenti menjadi seorang narasumber ? Jawaban : “ Saya rasa tidak. Saya senang dengan pekerjaan ini meskipun secara financial katakanlah kurang menjanjikan, namun saya merasa ada hal yang jauh lebih penting daripada sekedar materi. Sesuatu yang harus disampaikan kepada ummat, khususnya generasi muda sebagai tulang punggung bangsa. Saya rasa seperti itu.”
Interviewer
Interviewee
(Rahmat Akbar)
(Purwa Ariandi)
Lembar Wawancara Hal :Wawancara Kepada : Reza (Penyiar Voice of Islam) Tanggal : 1 Desember 2010. 1. Bagaimana anda menyelaraskan pandangan dengan narasumber jika suatu kali narasumber memberikan materi yang mendadak untuk siaran ? Jawaban : “ Hanya perlu sekitar 5 menit antara penyiar dan narasumber berkomunikasi untuk menentukan arah siarannya mau dibawa kemana ketika siaran nanti. Karena antara penyiar dan narasumber sudah cukup lama saling bekerja sama, jadi satu sama lain sudah saling mengerti maunya seperti apa, memahami arah bahasannya kemana, dan selanjutnya acara akan berjalan mengalir dengan sendirinya”. 2. Apa pendapat anda mengenai program Voice of Islam ? Jawaban : “ Sebuah program dapat dikatakan baik dan menarik apabila mempunyai kualitas yang berbeda dengan program lainnya. Acara Voice of Islam hadir setiap hari pada pukul 05.00-06.00 pagi, ini cukup memberikan bekal rohani kepada para pamiarsa muda untuk melakukan aktivitanya seharian agar sesuai dengan tuntunan agama Islam. Karena di pagi hari kebanyakan orang khususnya pamiarsa muda belum banyak melakukan aktivitas sehingga pikirannya masih cukup fresh untuk menerima bekal rohani yang disampaikan oleh narasumber dalam program Voice of Islam”. 3. Sudah berapa lama anda menjadi seorang penyiar ?
Jawaban : “ Saya sudah menjadi penyiar di KISI FM ini sejak tahun 2007, sedangkan untuk Voice of Islam, saya sudah pegang program ini sejak tahun lalu.” 4. Menurut anda, apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang penyiar radio yang handal ? Jawaban : “Menurut saya seorang penyiar selain harus memilki pengetahuan atau wawasan yang luas, yang tidak kalah penting bagi seorang penyiar adalah memiliki mental atau keberanian untuk berbicara di depan publik. Karena yang dijual stasiun radio kebanyakan selain pada program, juga terletak pada kemampuan seorang penyiar dalam berbicara. Saya pikir itu.” 5. Apakah anda merasa sudah berada di puncak karier anda sebagai seorang penyiar ? Jawaban : “ Begini mas, pada dasarnya tidak ada manusia yang merasa puas. Tapi itu manusiawi menurut saya. Yang jelas saat ini saya merasa happy dengan profesi saya saat ini.”
Interviewer
Interview
(Rahmat Akbar)
(Reza)
Lampiran 1. Data Profil KISI FM Bogor
Nama Badan Usaha
PT. Radio Kancah Irama Suara Indonesia
Nama Siaran
KISI 93. 4 FM
Call Sign
PM 3 FRQ (Pamiarsa Muda)
Anggota PRSSNI
044-1/1972
Frekuensi
93. 40 Mhz
Motto
Young, Free and Single
Coverage Area
Jabodetabek (100 KM)
Alamat Kantor dan Studio
JI. Puter No. 1 Tanah Sareal, Bogor 16161
Telepon
0251 – 8311 805, 8370 340
Fax.
0251 – 8318 813
Alamat E-mail
[email protected]
Alamat Web
www.kisifm.com dan www.radiokisi.com
Demografi
Usia 15-25 tahun Gender Pria 57. 7 % dan wanita 42. 3%
Lampiran 2 : Special Program KISI FM Bogor.
Nama Acara
Hari
Jam Siaran
KISI-kisi Kita
Senin, Kamis
20.00-22.00
Info Ilmu
Selasa
20.00-22.00
Cakar Binar
Rabu
20.00-22.00
Tembang Kenangan
Senin, Kamis
22.00-02.00
KISI Fresh Release
Jumat
20.00-21.00
TOILET
Sabtu
06.00-09.00
Totally Black
Sabtu
16.00-19.00
Zona Cinta
Sabtu
19.00-22.00
Double Klik
Jumat
21.00-22.00
Roket KISI
Minggu
06.00-10.00
KISINDO 14
Minggu
10.00-11.00
KISI Top Request
Minggu
17.00-18.00
KISI Weekly Top 40
Sabtu
13.00-16.00
Rockline
Minggu
20.00-22.00
KISINEMA
Minggu
16.00-17.00
KISI Friday Spinn
Jumat
22.00-00.00
Sumber : Dok. KISI FM, Desember 2010.
Tabel 2. Regular Program KISI 93. 4 FM Bogor NAMA ACARA
Jam Siaran
Voice of Islam
05.00-06.00
Music and Sunsine
06.00-09.00
Lagu dan Kamu
09.00-11.00
Break Moment
11.00-13.00
Jalur Kabel KISI By Request
13.00-16.00
Music and Sunset
16.00-18.00
Tembang Persada
18.00-20.00
Kenzo
22.00-02.00
Sumber : KISI FM Bogor, Desember 2010.
Lampiran 3. Struktur Organisasi KISI FM Bogor
DIREKTUR UTAMA Drs. T. MARSYAHRUL
PENANGGUNG JAWAB ATANG SOEBIAKTO
DIREKTUR PEMASARAN Ir. RIKI NOVANSYAH
STAFF MARKETING LINDASARI Z. DAVID
PRODUKSI
STATION MANAGER / OPERASIONAL ROYKE KRISDIANSYAH
PROGRAM DIRECTOR / COORD. CREW FERRY GUNAWAN
MUSIC DIRECTOR
DAVID DHANI R.
DIREKTUR KEUANGAN RIKO NOVANSYAH, SE
TEKNISI
STAFF
ARDYANTO
RINA FEBRINA
KREATIF
SCRIPT WRITER
KISI CREW
TEDDY SUTIA
OPERATOR YUDI AKMAL FAJAR
PENYIAR Ferry, Ardy, Dhani, Shandy, Jo, Teddy, Shynta, Igor, Muthiara, Reza, Ricky, Waisul, Ririe
Bogor
Sumber : Dok KISI 93.4 FM BOGOR Desember 2010